ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PEMBIAKAN ANJING LABRADOR RETREIVER DI D’SUNFLOWER KENNEL, MAMPANG, JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
KINZA LAURA PERMATASARI H34076087
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN KINZA LAURA PERMATASARI. Analisis Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel, Mampang, Jakarta Selatan. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI) Agribisnis merupakan cara pandang baru dalam memandang pertanian. Pengertian ini ditekankan karena agribisnis sering diartikan secara sempit sebagai perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Agribisnis terdiri dari sub-sub sistem yang saling terkait, yaitu sub sistem agribisnis hulu, sub sistem agribisnis on-farm, sub sistem agribisnis hilir, serta subsistem agribisnis layanan penunjang. Dalam agribisnis juga sering dikenal istilah agribisnis pangan dan agribisnis non pangan. Salah satu komoditi agribisnis non pangan yang masih jarang diteliti dan dikembangkan adalah anjing ras. Banyak jenis anjing ras yang sudah dibiakkan oleh para pembiak di Indonesia, mulai dari trah (keturunan) kecil sampai trah besar. Golongan yang cukup terkenal dan banyak dipelihara oleh hobiis anjing ras dari trah anjing besar adalah golongan Retreiver, salah satunya adalah Labrador Retreiver. Labrador Retreiver memiliki bulu yang tipis dengan tiga macam variasi warna, yaitu kuning, hitam, dan coklat. Labrador Retreiver tidak hanya berfungsi sebagai anjing peliharaan, tetapi juga berfungsi sebagai anjing pelacak yang banyak dimanfaatkan oleh kepolisian dan perusahaan security. D’Sunflower Kennel merupakan salah satu kennel yang berspesialisasi dalam pembiakan anjing Labrador Retreiver. Kennel ini sudah memiliki nama dalam dunia pembiakan anjing, khususnya dalam trah Labrador Retreiver. Permasalahan yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel terkait dengan adanya berbagai risiko produksi. Risiko-risiko produksi yang dapat menjadi kendala adalah apabila kennel boy (pekerja) tidak teliti melakukan pemeriksaan kepada betina-betina yang ada, maka masa loops (menstruasi atau masa birahi) betina akan terlewatkan begitu saja sehingga waktu pemacakan tidak tepat dan mengakibatkan kegagalan kehamilan. Hal ini akan menyebabkan kekosongan produksi untuk satu betina dalam satu periode. Apabila pakan, minum, serta aktivitas dari betina yang hamil tidak dipantau, kemungkinan akan keguguran ataupun janin yang cacat akan terjadi. Dalam proses persalinan terdapat pula risiko. Apabila janin terlalu besar, perlu dilakukan operasi caesar. Jika operasi caesar terlambat dilakukan, maka janin akan meninggal. Risiko produksi lain yang dapat terjadi adalah penyakit menular yang menyerang anakan pada usia 3-8 minggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel, menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retreiver terhadap D’Sunflower Kennel, serta menganalisis strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver. Penelitian ini akan dilaksanakan di D’Sunflower Kennel yang beralamat di Jalan Bangka II No. 97, Mampang, Jakarta Selatan. Pengumpulan data di
D’Sunflower Kennel dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai bulan Februari 2010. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data historis yang diperoleh dari D’Sunflower Kennel dan juga studi literatur dari berbagai literatur dari Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) Pusat, Perkin Wilayah Jaya, perpustakaan LSI IPB, perpustakan Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus FEM IPB, buku-buku ekonomi dan agrihobi, serta dari berbagai situs yang mendukung. Analisis risiko yang dilakukan adalah dengan pemetaan risiko. Pemetaan risiko didapat dengan mengidentifikasi dan memetakan sumber-sumber risiko produksi terlebih dahulu, menganalisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi, kemudian menganalisis strategi penanganan risiko produksi. Berdasarkan hasil analisis risiko produksi, diperoleh probabilitas risiko produksi sebesar 0,425 atau 42,50 persen yang menujukkan bahwa probabilitas produktivitas anakan di bawah lima ekor per kelahiran adalah sebesar 0,425 atau 42,5 persen. Dampak risiko produksi adalah sebesar Rp.13.232.113 yang menunjukkan tingkat kerugian akibat produksi tidak akan melampaui Rp.13.232.113 tiap siklus produksi. Berdasarkan probabilitas dan dampaknya, secara umum risiko produksi menempati Kuadran III yang memiliki probabilitas risiko yang besar dan dampak risiko kecil. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya berbagai sumber risiko produksi, yaitu kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, penyakit, mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, cuaca, warna anakan tidak sesuai harapan, jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan, serta sumber daya manusia. Urutan risiko produksi dari yang paling berisiko sampai paling tidak berisiko, yaitu mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, keguguran, penyakit, kesulitan persalinan, dan sumber risiko yang paling tidak berisiko adalah warna anakan tidak sesuai harapan serta jenis kelamin tidak sesuai harapan. Strategi penanganan risiko produksi pada penelitian ini terdiri dari dua strategi, yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yang terpetakan adalah pemeriksaan USG, perbaikan SDM, serta operasi caesar. Sedangkan strategi mitigasi yang terpetakan adalah karantina, pengendalian penyakit, pengobatan, melakukan usaha sampingan, serta melakukan perawatan intensif. Alternatif strategi penanganan risiko produksi untuk D’Sunflower Kennel adalah dengan melakukan strategi prevent at source, detect and monitor, monitor, serta low control.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PEMBIAKAN ANJING LABRADOR RETREIVER DI D’SUNFLOWER KENNEL, MAMPANG, JAKARTA SELATAN
KINZA LAURA PERMATASARI H34076087
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi
:
Analisis Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel, Mampang, Jakarta Selatan
Nama
: Kinza Laura Permatasari
NRP
: H34076087
Disetujui, Pembimbing
Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 19670211 199203 2 002
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel, Mampang, Jakarta Selatan” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2010
Kinza Laura Permatasari H34076087
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 11 Mei 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs. Agus Hari Tjahjono, MM dan Ibu Kusuma Edhi Sajekti. Penulis memiliki seorang adik yang bernama Yeremia Andika Putra. Penulis mengawali pendidikan di TK Wijaya Kusuma Depok pada tahun 1990 sampai tahun 1992, penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SD Mardi Yuana Depok pada tahun 1992 sampai tahun 1998, dan pada tahun 1998 sampai tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Depok. Pendidikan penulis selanjutnya adalah SMU Negeri 1 Depok pada tahun 2001 sampai tahun 2004. Pada tahun 2004 sampai tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi DIII Teknisi Medis Veteriner, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya, penulis menyusun karya tulis dengan judul ”Mengenal Lebih Dekat Satwa Endemik Indonesia, Beruang Madu (Helarctos malayanus)”, di bawah bimbingan Drh. Sabdi Hasan Aliambar, MS. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007. Selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif menjadi anggota Paduan Suara Gita Klinika Fakultas Kedokteran Hewan, anggota Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) PMK IPB, serta pengurus Persekutuan Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 2005 sampai tahun 2007. Selain itu, penulis juga pernah menjadi panitia Kunjungan Praktikum Kepemimpinan Bisnis ke Wahana Cory pada tahun 2008 sebagai seksi acara, dan menjadi panitia dalam Stadium General dan Penyambutan Mahasiswa Baru Angkatan VI Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus pada tahun 2009 sebagai sekretaris.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel, Mampang, Jakarta Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel, menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retreiver terhadap D’Sunflower Kennel, serta unutuk menganalisis strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, April 2010 Kinza Laura Permatasari
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan anugrahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel, Mampang, Jakarta Selatan”. Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Ir. Popong Nurhayati, MM. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Ir. Narni Farmayanti, MSc. selaku dosen evaluator kolokium dan dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
3.
Dra. Yusalina, Msi. selaku dosen dari Komisi Akademik yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam ujian sidang.
4.
Seluruh dosen, asisten dosen, serta staf Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus yang telah memberikan ilmu, bimbingan, saran, bantuan, serta dorongan kepada penulis selama menjalani studi.
5.
Dr. Drh. Chusnul Choliq, MS. dan Dr. Drh. Retno Wulansari, Msi. selaku dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah memberikan bantuan, saran, dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
6.
Bapak Rodang Baskoro dan Ibu Devi Basuki yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di D’Sunflower Kennel. Terima kasih atas bantuan, pengalaman hidup, serta pengetahuan yang diberikan seputar pembiakan Labrador Retreiver.
7.
Perkin Pusat yang telah membantu dalam memberikan data seputar anjing ras, khususnya Labrador Retreiver.
8.
Papi, Mami, dan Jerry atas limpahan kasih sayang, perhatian, semangat, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik dan terindah untuk kalian.
9.
Junius Bahagianta Surbakti atas limpahan kasih sayang, perhatian, semangat, bantuan, pengorbanan, kesabaran, serta doa kepada penulis selama ini.
10. Mery Agustina Sipayung yang telah bersedia menjadi pembahas seminar yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 11. Teman-teman satu bimbingan, Nita, Bangun, Ros, Lina, dan Harry yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 12. Teman-teman seperjuangan di kampus dan di kosan Riau 22, Lustri, Ade, Chris, Bang Erik, Bang Her, Bang Lix, Bang Ignaz, Agus, Wastin, Cencen, Monang, Awan, dan Kak Santi. Terima kasih atas persahabatan yang indah, canda tawa, cerita, semangat, serta doa kepada penulis selama ini. 13. Sahabat-sahabatku, Woko, Tya, Desi, Lia, dan Tina yang telah memberikan semangat, dukungan, dan selalu mendengarkan cerita penulis. 14. Teman-teman Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus angkatan 1, 2, 4, 5, 6, terutama angkatan 3 yang telah menjadi teman seperjuangan selama kuliah. 15. Teman-teman satu persekutuan di Komunitas Mahasiswa Kristen Ekstensi dan GKJ Yeremia Depok. Terima kasih atas persekutuan dan kebersamaan yang indah, serta doa dan semangat kalian dalam penyelesaian skripsi ini. 16. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, April 2010 Kinza Laura Permatasari
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xv
I.
PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
1 1 6 10 11 11
II.
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2.1. Perkembangan Anjing di Dunia .................................................. 2.2. Anjing Labrador Retreiver ........................................................... 2.3. Pembiakan (Breeding) .................................................................. 2.3.1. Tujuan Pembiakan ............................................................ 2.3.2. Umur Pembiakan .............................................................. 2.3.3. Pemeriksaan ..................................................................... 2.3.4. Waktu Pemacakan ............................................................ 2.3.5. Proses Pemacakan ............................................................ 2.3.6. Perawatan Anjing Betina .................................................. 2.3.7. Tanda-tanda Melahirkan dan Proses Melahirkan ............. 2.3.8. Perawatan Induk Usai Melahirkan ................................... 2.3.9. Perawatan Anak Anjing ................................................... 2.4. Jenis-jenis Penyakit pada Anjing ................................................. 2.4.1. Parvovirus ......................................................................... 2.4.2. Distemper ......................................................................... 2.4.3. Leptospirosis .................................................................... 2.4.4. Rabies ............................................................................... 2.4.5. Scabies .............................................................................. 2.4.6. Cacing ............................................................................... 2.5. Standarisasi Labrador Retreiver ................................................... 2.6. Penelitian Terdahulu .....................................................................
12 12 13 15 15 16 16 16 17 17 18 18 19 19 19 20 20 21 21 22 22 24
III. KERANGKA PEMIKIRAN........................................................... .... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 3.1.1 Konsep Dasar Risiko ........................................................ 3.1.2 Klasifikasi Risiko ............................................................. 3.1.3 Manajemen Risiko ........................................................... 3.1.4 Matriks Frekuensi dan Signifikasi ................................... 3.1.5 Teknik Pemetaan............................................................... 3.1.6 Penanganan Risiko ........................................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................
29 29 29 30 32 35 36 38 39
xiii
IV. METODE PENELITIAN..................................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 4.3. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 4.4. Metode Pengolahan Data ............................................................. 4.4.1 Analisis Deskriptif ............................................................. 4.4.2 Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas) ....................................................................... 4.4.3 Pengukuran Dampak Risiko ............................................... 4.4.4 Pemetaan Risiko ................................................................ 4.4.5 Penanganan Risiko ............................................................. 4.5. Definisi Operasional .....................................................................
42 42 42 42 43 43
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.............................................. 5.1. Profil D’Sunflower Kennel .......................................................... 5.2. Sejarah D’Sunflower Kennel ........................................................ 5.3. Lokasi dan Fasilitas ...................................................................... 5.4. Kegiatan Pembiakan dan Perawatan ............................................ 5.4.1 Siklus Pembiakan ............................................................... 5.4.2 Pemacakan .......................................................................... 5.4.3 Kelahiran ............................................................................ 5.4.4 Perawatan Anakan Labrador Retreiver .............................. 5.4.5. Perawatan Labrador Retreiver Dewasa .............................. 5.5. Kondisi Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel .....................................................................
52 52 55 56 59 59 59 60 61 62
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 6.1. Sumber-sumber Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver ....................................................................... 6.2. Analisis Probabilitas dan Dampak Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel ..................................................................... 6.3. Strategi Penanganan Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel .... 6.4. Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel ..........................................................................................
66
43 46 47 49 50
64
66 74 78 84
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 7.1. Kesimpulan .................................................................................. 7.2. Saran .............................................................................................
87 87 88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
90
LAMPIRAN ..................................................................................................
92
xiv
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Jumlah Popolasi Anjing Ras di Indonesia Tahun 2007-2009 ......................................................................................... 2.
2
Jumlah Kennel Labrador Retreiver dan Jumlah Populasi Anjing Labrador Retreiver di Indonesia Tahun 2007-2009 .........................
5
Daftar Anjing Labrador Retreiver yang Sudah Bergelar Indonesia Champion pada Tahun 2008 .............................................................
8
Produksi Anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel Selama Juni 2008-April 2009 ..........................................................
9
5.
Penelitian Terdahulu Mengenai Risiko ............................................
25
6.
Berbagai Macam Usaha yang Dijalani oleh D’Sunflower Kennel ..
54
7.
Fasilitas-fasilitas yang Terdapat di D’Sunflower Kennel Serpong ............................................................................................
57
Fasilitas-fasilitas yang Terdapat di D’Sunflower Kennel Mampang .........................................................................................
58
Biaya Operasional dari Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel pada Tahun 2008-2009 ..............
64
10. Hasil Status Risiko Sumber-sumber Risiko Produksi D’Sunflower Kennel ........................................................................
72
11. Hasil Analisis Probabilitas Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel ..............................................................................................
75
12. Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel ..............................................................................................
76
3. 4.
8. 9.
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Produktivitas Anakan di D’Sunflower Kennel pada Tahun 2008-2009................................................................................ 2.
10
Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan ........................................................................................
35
3.
Matriks Frekuensi dan Signifikasi ...................................................
36
4.
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver, Mampang, Jakarta Selatan...............................................................................................
41
5.
Peta Risiko .......................................................................................
48
6.
Strategi Preventif .............................................................................
49
7.
Strategi Mitigasi ...............................................................................
50
8.
Interval Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel ..............................................................................................
59
Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko Produksi D’Sunflower Kennel ..............................................................................................
74
10. Hasil Pemetaan Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel ................
77
11. Strategi Preventif Risiko Produksi D’Sunflower Kennel .................
80
12. Strategi Mitigasi Risiko Produksi D’Sunflower Kennel ..................
84
13. Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi D’Sunflower Kennel ..............................................................................................
85
9.
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Kuesioner Penelitian ........................................................................
92
2.
Jumlah Populasi Anjing Trah di Indonesia Tahun 2008 ..................
97
3.
Jumlah Populasi Anjing Trah di Indonesia Tahun 2009 ..................
100
4.
Data Produksi dan Penerimaan Anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel Tahun 2008-2009 ...........................................
104
Hasil Penghitungan Probabilitas dan Dampak Sumber Risiko Produksi D’Sunflower Kennel ........................................................
109
Hasil Penghitungan Status Sumber Risiko Produksi D’Sunflower Kennel ..............................................................................................
112
7.
Variasi Warna Anjing Labrador Retreiver .......................................
113
8.
Galeri Foto D’Sunflower Kennel .....................................................
114
5. 6.
xvii
I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis memiliki potensi dalam
pengembangan sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi Indonesia yang terletak pada garis khatulistiwa, berada di luar zona angin topan, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung berkembangnya agribisnis, dan kemauan politik pemerintah untuk memberikan prioritas. Agribisnis merupakan cara pandang baru dalam memandang pertanian. Pengertian ini ditekankan karena agribisnis sering diartikan secara sempit sebagai perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal konsep agribisnis adalah pertanian secara utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Agribisnis terdiri dari sub-sub sistem yang saling terkait, yaitu sub sistem agribisnis hulu, sub sistem agribisnis on-farm, sub sistem agribisnis hilir, serta subsistem agribisnis layanan penunjang. Dalam agribisnis juga sering dikenal istilah agribisnis pangan dan agribisnis non pangan. Agribisnis pangan merupakan agribisnis yang terkait dengan seluruh sub-sub sistem agribisnis untuk komoditi-komoditi pangan. Sedangkan agribisnis non pangan merupakan agribisnis yang terkait dengan seluruh sub-sub sistem agribisnis untuk komoditi-komoditi non pangan. Contoh dari komoditi agribisnis pangan adalah padi, jagung, bayam, kangkung, jeruk, apel, ayam petelur, sapi potong, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari komoditi agribisnis non pangan adalah karet, jarak, tanaman hias, ikan hias, anjing ras, dan lain sebagainya. Salah satu komoditi agribisnis non pangan yang masih jarang diteliti dan dikembangkan adalah anjing ras. Anjing memiliki temperamen yang baik dan bersahabat, oleh karena itu anjing cocok menjadi teman bermain seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak. Sejak jaman dahulu hewan yang konon berasal dari kerabat serigala dipelihara sebagai binatang rumahan, terutama untuk membantu manusia berburu atau menjaga rumah. Dewasa ini ketika dunia pet atau hewan kesayangan makin maju, binatang cerdas itu masih menjadi primadona. Bermacam-macam trah (keturunan) anjing 1
berhasil dikembangkan, dan di luar negeri khususnya, berbagai kejuaraan anjing telah digelar. Akhir-akhir ini, di Indonesia pecinta anjing ras juga semakin banyak. Indikator utama tampak dari jumlah forum komunitas hobiis anjing ras yang terus tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Populasi anjing pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Populasi Anjing Ras di Indonesia Tahun 2007-2009 Tahun
Jumlah (ekor)
Perubahan (%)
2007
26.035
-
2008
33.670
29,33
2009
33.721
0,15
Sumber : Perkin Pusat (2010)
Tabel 1 di atas menunjukkan jumlah populasi anjing ras di Indonesia pada tahun 2008 meningkat sebesar 29,33 persen. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 semakin banyak kennel-kennel yang berdiri di Indonesia karena semakin banyak pembiak yang membiakkan anjing ras di Indonesia. Hal ini terkait dengan semakin banyak orang yang berminat terhadap anjing ras, baik orang yang ingin membiakkan ataupun orang yang ingin memelihara. Pada tahun 2009, populasi juga meningkat sebesar 0,15 persen. Pada tahun 2009 peningkatan jumlah populasi anjing ras di Indonesia tidak terlalu signifikan karena hanya sedikit pembiak yang mendirikan kennel. Bisnis yang berkaitan dengan hobi ini juga semakin banyak bermunculan, seperti pet shop anjing, jasa grooming (salon binatang), breeding (pembiakan), jasa pawang anjing, bahkan kini ada juga sekolah pelatihan anjing atau sekolah melatih anjing1. Pet shop merupakan toko yang menjual hewan peliharaan beserta perlengkapannya, seperti pakan, shampo, bedak, kandang, mainan, dan lain sebagainya. Hewan peliharaan yang dijual di pet shop biasanya tidak hanya anjing tetapi juga kucing, kelinci, hamster, dan kura-kura. Jasa grooming atau salon binatang juga semakin berkembang. Para pemilik anjing lebih senang
1
www.jawaban.com. Masa Depan Bening, Sekolah Anjing. Diakses tanggal 30 Juli 2009
2
menyerahkan perawatan anjingnya kepada jasa grooming karena mereka umumnya tidak memiliki waktu untuk merawat anjingnya. Jasa grooming meliputi kegiatan memandikan, menyisir bulu, membersihkan mata dan telinga, serta memotong kuku, bahkan pada beberapa usaha grooming terdapat layanan mandi kutu atau mandi jamur untuk membasmi kutu dan jamur yang menyerang anjing atau hewan peliharaan lainnya. Usaha breeding atau pembiakan anjing juga semakin menjamur. Para pembiak yang membiakkan ras anjing yang berbeda-beda ini memberikan pilihan bagi para pecinta anjing untuk memilih anjing ras jenis apa yang ingin mereka pelihara. Semakin banyaknya kasus jual-beli narkoba dan teror bom juga semakin menambah jajaran anjing pelacak untuk membantu tugas kepolisian. Oleh karena itu, usaha jasa pawang anjing dan pelatihan anjing juga semakin berkembang. Selain munculnya bisnis-bisnis yang berkaitan dengan anjing, terbentuk pula Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) yang merupakan organisasi nirlaba yang menjadi induk organisasi penggemar anjing ras (anjing trah) di Indonesia. Organisasi ini adalah satu-satunya lembaga pendaftaran yang berwenang mengeluarkan surat silsilah (stamboom) anjing trah di Indonesia, dan menetapkan standar anjing trah Indonesia (Anjing Kintamani). Perkin adalah tempat pendaftaran ganti nama pemilik, kelahiran anak anjing, nama panggilan, nama kandang, pembuatan duplikat silsilah, dan registrasi ulang anjing impor2. Selain itu, Perkin dengan dukungan klub-klub anjing trah adalah satu-satunya penyelenggara resmi kontes anjing trah di Indonesia. Kecintaan akan anjing juga diwujudkan dengan adanya Pameran Anjing Trah Perkin, yang dapat diikuti oleh suatu Himpunan Trah dan menjadi pedoman penyelenggaraan bagi pameran trahnya. Tujuan dari pameran ini adalah untuk menggalakkan para pecinta atau penggemar anjing trah untuk lebih mencintai dan mengenal anjing trah, sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pembiakan serta memanfaatkan daya guna masing-masing anjing trah, sebagai sarana untuk suatu
2
www.wikipedia.com. Perkumpulan Kinologi Indonesia. Diakses tanggal 30 Juli 2009
3
tinjauan terhadap hasil pembiakan, serta sebagai sarana lainnya guna kepentingan sosial atau amal serta kepentingan-kepentingan lain demi perikemanusiaan3. Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia membuka peluang bagi berbagai macam jenis usaha untuk berkembang. Salah satunya sebagai peluang bagi para pembiak untuk mendirikan usaha pembiakan anjing. Semakin hari semakin banyak trah anjing yang dibiakkan, mulai dari anjing trah kecil, trah sedang, hingga trah besar. Banyak jenis anjing ras yang sudah dibiakkan oleh para pembiak di Indonesia, mulai dari trah kecil sampai trah besar. Golongan yang cukup terkenal dan banyak dipelihara oleh hobiis anjing ras dari trah anjing besar adalah golongan Retreiver, yang terdiri dari Golden Retreiver dan Labrador Retreiver. Keduanya memiliki ciri fisik dan karakteristik yang hampir sama. Kedua jenis anjing ini memiliki sifat bersahabat, penurut, cerdas, dan lembut terhadap anakanak. Ciri fisik yang membedakan kedua jenis anjing ini adalah kelebatan bulu dan warna bulu. Golden Retreiver memiliki bulu yang lebat berwarna kuning, sedangkan Labrador Retreiver memiliki bulu yang tipis dengan tiga macam variasi warna, yaitu kuning, hitam, dan coklat. Di Indonesia, nama Golden Retreiver lebih terkenal dan jumlah pembiak yang membiakkan jenis anjing ini sangat banyak. Oleh karena itu, para hobiis anjing ras di Indonesia banyak yang memelihara Golden Retreiver. Sedangkan untuk Labrador Retreiver, lebih banyak orang asing yang menjadi hobiis anjing ini. Walaupun pecinta Labrador Retreiver lebih sedikit, namun nilai ekonomis anjing ini cukup tinggi. Satu anakan Labrador Retreiver bisa dijual seharga Rp 3.000.000,00 - Rp 10.000.000,00 bahkan beberapa pembiak ada yang menjual anjing ini sampai Rp 20.000.000,00. Harga yang ditawarkan biasanya bergantung dari jenis kelamin, anatomi (struktur dan organisasi tubuh), warna, serta karakteristik anakan. Selain itu, Labrador Retreiver tidak hanya berfungsi sebagai anjing peliharaan, tetapi juga berfungsi sebagai anjing pelacak yang banyak dimanfaatkan oleh kepolisian dan perusahaan security, di luar negeri anjing ini juga dimanfaatkan sebagai penuntun orang buta. 3
www.perkin.or.id. Pedoman Dasar Penyelenggaraan Pameran Anjing Trah. Diakses tanggal 4 Agustus 2009
4
Peminat anjing Labrador Retreiver pun semakin banyak. Hal ini ditandai dengan semakin banyak pembiak yang membiakkan trah ini dengan mendirikan kennel (tempat pembiakan) Labrador Retreiver seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tahun 2008, jumlah kennel Labrador Retreiver di Indonesia meningkat sebesar 6,67 persen. Pada tahun 2009, jumlah kennel Labrador Retreiver di Indonesia juga meningkat, dengan peningkatan sebesar 31,25 persen. Seiring dengan peningkatan jumlah kennel Labrador Retreiver, populasi Labrador Retreiver pun juga meningkat. Pada tahun 2008, populasi anjing Labrador Retreiver meningkat sebesar 1,41 persen. Populasi anjing ras ini juga semakin meningkat pada tahun 2009, dengan peningkatan sebesar 5,93 persen. Peningkatan ini terjadi karena semakin banyak orang yang mengenal Labrador Retreiver dan ingin membiakkan atau memeliharanya. Selain itu, Labrador Retreiver juga semakin diminati oleh kepolisian, perusahaan security, serta hotel untuk dijadikan sebagai anjing penjaga atau pelacak. Tabel 2.
Jumlah Kennel Labrador Retreiver dan Jumlah Populasi Anjing Labrador Retreiver di Indonesia Tahun 2007-2009
Tahun
Jumlah Kennel
Jumlah Populasi
Labrador Retreiver
Labrador Retreiver
Total (unit)
Perubahan (%)
Total (ekor)
Perubahan (%)
2007
75
-
698
-
2008
80
6,67
708
1,41
2009
105
31,25
750
5,93
Sumber : Perkin Pusat (2010)
Usaha pembiakan tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala umum yang dihadapi oleh para pembiak adalah wabah penyakit, persaingan harga, persaingan dalam berbagai lomba atau pameran, serta risiko produksi. Risiko produksi merupakan risiko yang rentan terjadi dalam usaha pembiakan. Risiko produksi meliputi cuaca, penyakit, kegagalan pemacakan (perkawinan), dan lain sebagainya. Pengelolaan usaha pembiakan yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan pembiak dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan 5
oleh pembiak untuk meminimalkan risiko, sehingga pembiak bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi pembiak dalam proses pengambilan keputusan untuk menghindari atau mengurangi risiko yang dihadapinya. D’Sunflower Kennel merupakan salah satu kennel yang berspesialisasi dalam pembiakan anjing Labrador Retreiver. Kennel ini sudah memiliki nama dalam dunia kinologi, khususnya dalam trah Labrador Retreiver. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver tidak membuat D’Sunflower Kennel berhenti berproduksi tetapi tetap bertahan bahkan semakin berjaya. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam mengenai strategi perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya risiko produksi sebagai upaya untuk meminimumkan risiko. 1.2.
Perumusan Masalah D’Sunflower Kennel merupakan salah satu usaha pembiakan yang
berspesialisasi dalam pembiakan anjing Labrador Retreiver. Kennel ini dimiliki oleh Bapak Rodang Baskoro dan Ibu Devi Basuki. Tujuan dari pendirian D’Sunflower kennel ini adalah untuk memajukan ras Labrador Retreiver yang ada di Indonesia. Kennel ini melaksanakan program pembiakan selektif sehingga diharapkan akan menghasilkan Labrador Retreiver dengan kualitas yang baik, baik dari sisi anatomi maupun karakternya. Pemilihan Labrador Retreiver sebagai trah yang dibiakkan di sini dikarenakan karakter Labrador Retreiver yang jinak, cerdas, dan bersahabat. Selain itu Labrador Retreiver berbulu pendek, sehingga cocok dibiakkan di Indonesia yang beriklim tropis. Dalam menjalankan pembiakan Labrador Retreiver ini, D’Sunflower kennel memiliki beberapa pesaing. Persaingan menjadi ketat mengingat hanya sedikit kennel Labrador Retreiver yang berkembang di Jakarta. Kennel-kennel Labrador Retreiver yang bersaing dengan D’Sunflower Kennel diantaranya adalah BlackLiss Labradors Kennel, Beverly Hill Kennel, Simply Gallery Kennel, serta Incognito Kennel. BlackLiss Labradors Kennel berspesialisasi pada Labrador Retreiver warna hitam, sedangkan Beverly Hill Kennel memiliki pejantan dan indukan yang berasal dari Amerika. Simply Gallery Kennel sudah memiliki 6
banyak gelar juara, tetapi mereka menggunakan siasat penjualan dengan menahan anakan yang paling baik dan menjualnya dengan harga tinggi. Dan Incognito Kennel tidak hanya berspesialisasi dalam trah Labrador Retreiver saja, melainkan juga membiakkan trah Golden Retreiver. Walaupun memiliki banyak pesaing dengan kelebihan berbeda-beda, D’Sunflower Kennel tetap bertahan. Hal ini disebabkan oleh hubungan baik yang terus dibina kepada pelanggan, sehingga pelanggan menjadi loyal. Selain itu, D’Sunflower Kennel memiliki pejantan berdaya turun baik (Morgan dan Alto). Untuk menopang usaha pembiakan ini, D’Sunflower juga menjalankan usaha sampingan lain, seperti stud service (penyedia pejantan), grooming, menjual dogfood, menjual anjing pelacak, serta jasa pengiriman ke luar kota. Dimana konsumen dari usaha-usaha sampingan ini adalah pelanggan (yang pernah membeli anakan dari D’Sunflower Kennel) dari kennel ini. Pada awal pendiriannya di tahun 2002, D’Sunflower Kennel mengimpor tujuh ekor Labrador Retreiver untuk dibiakkan, yang terdiri dari satu jantan dan enam betina. Saat ini Labrador Retreiver yang dibiakkan sudah mencapai 24 ekor, yang terdiri dari enam ekor jantan dan 18 ekor betina. Labrador jantan yang dibiakkan di sini bernama Morgan, Alto, Tomtom, Angus, Prince, dan Indiana. Sedangkan Labrador betina yang ada bernama Lala, Lady, Deedee, LaVie, LaRose, Koko, Jazz, Glory, Quinnie, Perla, Madame, Mocca, Tweety, Shiraz, Oliveira, Mulan, Jameela, dan Yasmin. Selama tujuh tahun berdiri, D’Sunflower Kennel sudah memiliki beberapa prestasi yang membanggakan, diantaranya predikat Runner Up Best In Show yang disandang oleh Alto pada Pameran Nasional All Breed yang diselenggarakan oleh Perkin tahun 2005, Alto sebagai Labrador pertama yang lulus ujian Karya Guna standar Anjing Sahabat dan Anjing Jaga Madya, serta gelar Juara Indonesia yang disandang oleh Alto dan Prince. Sedangkan Angus (Shaundar Black Shadow) dan Prince (D'sunflower Lemonde Princedh) yang dimiliki oleh Bapak Rodang Baskoro ini merupakan dua dari empat anjing Labrador Retreiver yang sudah bergelar Indonesia Champion pada tahun 2008. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
7
Tabel 3.
Daftar Anjing Labrador Retreiver yang Sudah Bergelar Indonesia Champion pada Tahun 2008 No. Perkin Nama Anjing Nama Pemilik 01-E4839
Shaundar Black Shadow
Rodang Baskoro
01-E5208
Discovery Lab's Long As you love
Kusno Triantio SE
me 01-D9976
D'sunflower Le-monde Princedh
Rodang Baskoro
01-E0700
Cappucino Blast Of Simply
Paul Andow
Sumber : www.perkin.or.id (2009)
Dalam menjalankan usaha ini, Bapak Rodang dan Ibu Devi mengalami berbagai kendala. Kendala yang rentan dihadapi terkait dengan adanya berbagai permasalahan produksi yang disebabkan oleh risiko produksi. Perkawinan atau yang lebih sering disebut dengan istilah pemacakan dapat dilakukan pada masa loops (haid) dari betina tiba. Untuk melakukan pemacakan, harus diketahui kapan hari pertama betina mengalami loops. Dilihat dari 18 ekor betina yang ada, masing-masing memiliki masa loops yang berbeda-beda. Apabila kennel boy tidak teliti melakukan pemeriksaan kepada betina-betina yang ada, maka masa loops betina akan terlewatkan begitu saja sehingga waktu pemacakan tidak tepat dan mengakibatkan kegagalan kehamilan. Hal ini akan menyebabkan kekosongan produksi untuk satu betina dalam satu periode. Tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap penerimaan. Masa kehamilan Labrador Retreiver berkisar antara 58-65 hari. Dalam masa kehamilannya ini betina perlu selalu dipantau. Apabila pakan, minum, serta aktivitasnya tidak dipantau, kemungkinan akan keguguran ataupun janin yang cacat akan terjadi. Dalam proses persalinan terdapat pula risiko. Apabila janin terlalu besar, perlu dilakukan operasi caesar. Jika operasi caesar terlambat dilakukan, maka janin akan meninggal. Apabila induk tidak dalam kondisi prima, kemungkinan induk meninggal juga bisa terjadi. Risiko produksi lain yang dapat terjadi adalah penyakit menular yang menyerang anakan pada usia 3-8 minggu. Sebelum usia tiga minggu, fisik anakan lebih kuat karena kandungan kolostrum yang terdapat dalam air susu induk masih tinggi. Setelah tiga minggu, kandungan kolostrum menurun sehingga anakan
8
rentan penyakit.
Barulah setelah berusia delapan minggu anakan memiliki
antibodi yang lebih kuat karena pada usia ini vaksinasi pertama sudah bisa dilakukan. Secara umum Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel rentan terhadap penyakit batuk dan pilek. Biasanya penyakit ini terjadi pada saat pergantian musim. Calon pembeli anakan biasanya menginginkan anakan dengan warna tertentu, tetapi anakan yang dihasilkan belum tentu memiliki warna sesuai keinginan calon pembeli, bahkan jantan berwarna coklat yang dikawinkan dengan betina yang berwarna coklat belum tentu menghasilkan anak berwarna coklat. Dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa jumlah anakan yang dihasilkan berpengaruh pada besarnya penerimaan, dimana rincian produksi (jumlah, nama, jenis kelamin, dan warna anakan) dan penerimaan anakan dapat dilihat di Lampiran 4. Selain itu warna bulu dari anakan Labrador di sini juga ikut menentukan harga penjualan. Pada kelahiran tanggal 8 Juni 2008, penerimaan yang tinggi dapat dicapai karena lima dari tujuh anakan yang dijual berwarna coklat. Berdasarkan Tabel 4 ini juga dapat dilihat adanya risiko mortalitas dari anakan. Mortalitas ini dapat terjadi karena kondisi anakan yang lemah pada saat berada dalam kandungan. Tabel 4. Produksi Anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel Selama Juni 2008-April 2009 Tanggal Jumlah Hidup Total Jumlah Tingkat Kelahiran
Produksi
(ekor)
(ekor)
Mortalitas
Penerimaan
(%)
(Rp)
8 Juni 2008
8
7
12,5
60.000.000
16 Juni 2008
5
5
0
19.500.000
12 Agustus 2008
3
2
33,3
10.000.000
12 Januari 2009
9
8
11,1
37.000.000
16 April 2009
6
6
0
25.500.000
Sumber : D’Sunflower Kennel (2009)
Berbagai macam risiko produksi yang ada, menyebabkan adanya fluktuasi produktivitas anakan. Pihak D’Sunflower memiliki target lima ekor anakan dapat dihasilkan dari setiap kelahiran. Namun, pada kenyataannya jumlah anakan yang 9
dihasilkan selalu berfluktuasi. Adanya fluktuasi produktivitas anakan biasanya terjadi karena umur produktivitas dari induk, gen induk, juga kesehatan induk. Fluktuasi dari produktivitas anakan di D’Sunflower Kennel dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Produktivitas Anakan di D’Sunflower Kennel pada Tahun 2008-2009 Sumber : D’Sunflower Kennel (2009)
Adanya permasalahan produksi dalam usaha pembiakan dan kenyataan bahwa D’Sunflower Kennel mampu bertahan dan mengembangkan usahanya, menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1) Sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel? 2) Bagaimana probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retreiver terhadap D’Sunflower Kennel? 3) Bagaimana strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel. 2) Menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retreiver terhadap D’Sunflower Kennel. 10
3) Menganalisis strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver. 1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan, antara lain :
1) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi D’Sunflower Kennel untuk meminimalisir risiko produksi. 2) Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 3) Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penetian ini dapat dipaparkan sebagai berikut :
1) Produk yang dikaji pada penelitian ini adalah anjing Labrador Retreiver yang dibiakkan di D’Sunflower Kennel. 2) Lokasi D’Sunflower Kennel yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah lokasinpertama yang berada di Jalan Bangka II No. 97, Mampang, Jakarta Selatan. 3) Objek penelitian berupa data primer dari hasil wawancara dan diskusi langsung di D’Sunflower Kennel serta data sekunder berupa data produksi anjing Labrador Retreiver pada tahun 2008 dan 2009. 4) Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis risiko produksi yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel.
11
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Perkembangan Anjing di Dunia Menurut Uitgeverij dan van Hoeve (2003), anjing mengacu kepada
beberapa jenis pada famili Canidae, yang meliputi serigala (Canis lupus), koyote (Canis latrans), anjing piaraan (Canis familiaris), dan empat spesies jakal. Anggota-anggota lain dari famili ini, yang muncul sekitar 10 juta tahun lampau, disebut rubah. Semua anggota famili Canidae memiliki penciuman dan pendengaran yang sangat tajam, tetapi anjing dibandingkan dengan rubah lebih terspesialisasi untuk kehidupan penghuni permukaan bumi dan mengandalkan kecepatan dan ketahanan jasmani untuk memburu mangsa. Keanekaragaman dalam ukuran, bentuk, dan warna, baik di dalam maupun diantara spesies-spesies dalam Canidae, bersifat unik di antara mamalia. Keberhasilan famili ini dengan penyebaran ke seluruh dunia yang meliputi banyak tipe habitat adalah berkat polimorfisme. Manusia sendiri telah memanfaatkan diversitas ini dalam pembiakan selektif dan sekarang ini terdapat lebih dari 100 ras pada anjing piaraan. Klasifikasi jenis atau ras anjing di setiap negara berbeda-beda, dan pada umumnya mencerminkan masalah kepentingan utama terhadap anjing pada setiap bangsa. Ras anjing pada umumnya dikelompokkan sesuai dengan fungsi mereka, tetapi karena hal ini seringkali berbeda-beda pada setiap tempat, maka tidak mungkin membuat suatu klasifikasi yang memuaskan semua pihak. Manusia telah memperdagangkan dan menyilangkan anjing selama berabad-abad, dengan demikian kebanyakan ras memiliki nenek moyang yang campuran dan tidak mungkin lagi dilacak. American Kennel Club (AKC) membuat enam pengelompokkan utama, yaitu : 1) Sport Kelompok yang dikembangkan sebagai anjing pemburu. Ras yang termasuk dalam kelompok ini adalah retriever, spaniel, setter, dan pointer. 2) Hound, Hound dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang berburu dengan pertolongan penciuman dan kelompok yang mengandalkan ketajaman mata.
12
Kelompok pertama meliputi Bloodhound, Beagle, dan Foxhound. Kelompok kedua meliputi Greyhound, Afghan, Saluki, dan Borzoi. 3) Pekerja Umumnya kelompok ini dibagi menjadi anjing penggembala, penjaga, dan penarik kereta luncur. Anjing pekerja ini meliputi Collie, Old English, St.Bernard, Doberman, Husky, Samoyed, dan lain-lain. 4) Terrier Pada mulanya anjing dalam kelompok ini dipergunakan untuk menghalau teledu dan rubah dari sarang mereka. Terrier terkenal dengan ketekunan dan kegalakannya. 5) Anjing mainan (Toy) Kebanyakan diantara kelompok ini kebanyakan duplikat yang lebih kecil dari jenis yang berukuran normal, dan dinilai sebagai teman serumah atau anjing timangan. Anjing jenis ini antara lain Pekingese, Yorkshire Terrier, Griffon, Chihuahua, dan lain-lain. 6) Nonsport Kelompok ini mencakup terutama jenis-jenis yang terkait kepada rumah dan hewan pertunjukkan (sirkus). Kelompok ini mencakup anjing Dalmatian, Chow-chow, dan Poodle. 2.2.
Anjing Labrador Retreiver Yasinta (2009) mengemukakan bahwa Labrador Retreiver pernah dikenal
juga dengan sebutan “St John’s Dogs”. Ia menjadi salah satu jenis anjing yang paling terkenal di Amerika Serikat. Anjing ini berasal dari Newfoundland, Kanada, pada abad ke-18. Saat itu, anjing ini banyak membantu para nelayan dengan cara melompat ke dalam air dingin dan membantu menyeret jaring ke tepi pantai. Anjing ini merupakan salah satu anjing terbaik peliharaan keluarga karena pembawaannya yang lemah lembut, penuh kasih, dan terlatih. Selain itu, Labrador juga bisa mendeteksi narkoba, menuntun orang buta, dan membantu melayani para penyandang cacat. Anjing ini sangat pintar, sifat dan pembawaannya menyenangkan, mudah bersosialisasi, penuh kasih sayang, setia, dan mudah dilatih. Indra penciumannya 13
yang tajam menjadikannya cocok sebagai anjing pelacak. Anjing ini juga cerdas, berani, dan sangat senang bermain, terutama di air karena ia suka berenang. Labrador harus mendapat latihan yang baik dan teratur, baik latihan fisik maupun mental. Jika tidak dilatih Labrador memiliki kecenderungan merusak. Beberapa dari mereka memiliki bakat menjadi anjing pemburu, pelacak, pengawas, juga anjing search and rescue (pencarian dan penyelematan). Labrador memiliki tiga jenis warna, coklat, dan hitam. Badannya lebar dan kuat. Ia bisa menjalankan tugas yang diberikan oleh sang pemilik. Anjing ini memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Ia juga memiliki lemak yang tebal, yang terletak pada lapisan rambutnya sehingga ia sangat pandai berenang dan mendapat sebutan water dog. Larkin dan Stockman (2001) mengemukakan bahwa Labrador Retreiver diduga berasal dari Greenland. Bulunya pendek dan dan agak kasar bila disentuh. Bulu ini tahan terhadap cuaca dan pada dasarnya kering. Awalnya Labrador Retreiver warna hitam yang paling dikenal, tapi Labrador Retreiver kuning (bukan emas) menjadi lebih banyak ditemui sejak lima puluh tahun atau lebih yang lalu. Sekarang ini terdapat pula Labrador Retreiver berwarna coklat yang disebut dengan istilah liver. Labrador memiliki tinggi 57 cm (22 ½ in). Anjing ini tidak terlalu tinggi, tetapi tubuhnya sangat pada dan kekar. Ciri lain dari Labrador adalah ekornya yang relatif pendek dan tebal, yang dikenal sebagai otter tail. Seperti Golden Retreiver, dia adalah anjing yang memiliki banyak bakat, yang banyak disukai sebagai anjing penuntun untuk orang buta. Dia juga bermanfaat dalam mencari obat-obatan terlarang dan telah digunakan oleh militer sebagai anjing detektor tambang. Keterampilan yang terhebatnya adalah dapat mengambil barang dari air. Labrador mampu mengambil hati semua anggota keluarga, itulah sebabnya dia begitu diterima sebagai anggota keluarga. Temperamennya baik, sehingga dia tidak mudah tersinggung dan marah. Dia bisa mengkonsumsi makanan sebanyak apapun, sehingga perlu penjatahan jika tidak ingin ia kelebihan berat badan. Dia harus mendapatkan latihan atau exercise, misalnya dengan mengajaknya berjalanjalan.
14
2.3.
Pembiakan (Breeding) Pembiakan (breeding) anjing merupakan upaya yang dilakukan oleh
manusia untuk mengawinkan anjing betina agar menghasilkan keturunan (anakan). Menurut Budiana (2008), banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk memutuskan mengawinkan anjing betina, seperti pertimbangan bahwa merawat anjing yang hamil tidaklah mudah. Pembiakan bukanlah semata-mata dilakukan untuk menghasilkan uang, tetapi harus dipikirkan apakah anakan anjing yang dihasilkan dapat dipelihara secara bertanggung jawab dan apakah kesejahteraan hidupnya kelak dapat terjamin. 2.3.1. Tujuan Pembiakan Budiana (2008) mengemukakan tujuan anjing harus dibiakkan, yaitu sebagai berikut : 1) Mencegah Penyakit Anjing betina harus pernah dikawinkan dan mempunyai anak minimal satu kali dalam seumur hidupnya untuk mencegah penyakit kanker rahim atau kanker mamae (kelenjar susu). Jika tidak ingin membiakkan anjing betina sebaiknya dilakukan operasi pengangkatan rahim (sterilisasi) di usia muda atau sebelum anjing betina mendapat haid pertama. 2) Penerus Keturunan Umur anjing tidak sepanjang umur manusia, umumnya orang ingin mendapat anjing pengganti bila kelak anjingnya mati. Biasanya orang menginginkan anjing pengganti yang sifat dan fisiknya sama atau mendekati dengan anjing sebelumnya. 3) Meningkatkan Kualitas Hal ini biasanya dilakukan oleh seorang pembiak yang ingin menghasilkan keturunan yang lebih baik lagi dalam segi anatomi dan sifat. Anjing betina yang memiliki anatomi dan sifat yang baik akan dikawinkan dengan anjing jantan yang mempunyai anatomi dan fisik yang lebih baik dari anjing betina untuk mendapatkan dan menyempurnakan anatomi dan fisik dari sang induk. Hal ini dilakukan terus menerus dan tidak akan pernah berhenti untuk menghasilkan anjing yang berkualitas.
15
2.3.2. Umur Pembiakan Umur yang tepat untuk pembiakan berbeda-beda untuk tiap rasnya. Untuk anjing kecil dengan ukuran berat badan sampai 10 kg, minimal usia kawin yang baik adalah pada umur 1,5 tahun atau pada saat anjing mendapat loops (haid) yang ketiga. Untuk anjing sedang (medium) dengan berat badan antara 10-25 kg, minimum usia kawin yang baik adalah pada umur dua tahun atau pada saat anjing mendapat loops yang keempat. Sedangkan untuk anjing besar (large) dengan berat badan di atas 25 kg, sebaiknya dikawinkan dengan usia minimum tiga tahun (Budiana 2008). 2.3.3. Pemeriksaan Menurut Budiana (2008), sebelum anjing dipacak harus diperiksa terlebih dahulu apakah ada pemacakan terdekat. Contoh pemacakan terdekat adalah antara paman dengan keponakan atau antara kakek dengan cucu. Pemacakan terdekat disebut juga inbreeding atau inline breeding. Pembiak yang ingin melakukan pemacakan terdekat harus mengetahui sejarah penyakit atau kekurangan pada empat generasi sebelumnya. Jika ternyata diketahui pada salah satu generasi ada anjing yang mempunyai penyakit menurun atau kesalahan anatomi yang serius sebaiknya jangan dilakukan perkawinan. Pemeriksaan ini juga harus dilakukan pada perkawinan outcross (perkawinan tanpa pemacakan terdekat). Menurut Yasinta (2009), sebaiknya anjing betina yang akan dibiakkan harus diperiksa dengan teliti. Asal usul (garis keturunan), anatomi tubuh, dan sejarah penyakitnya perlu diperiksa dan diselidiki. Harus dipastikan bahwa anjing betina telah mendapatkan vaksin secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 2.3.4. Waktu Pemacakan Menurut teori kedokteran, waktu yang tepat untuk pemacakan adalah pada hari ke-9 sampai ke-4 dari hari pertama masa loops. Teori ini dapat digunakan jika hari pertama anjing betina loops benar-benar diketahui oleh sang pemilik. Tidak semua anjing betina dapat dideteksi hari pertama loops-nya. Alat kelamin anjing betina akan mengalami pembengkakan dan mengeluarkan darah pada saat anjing mengalami loops. Jika tidak diketahui hari pertama loops anjing dengan tepat, ada
16
beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, anjing betina dibawa ke dokter hewan untuk diambil cairan darah yang keluar dari alat kelaminnya untuk diperiksa di bawah mikroskop. Kedua, waktu subur betina dapat diketahui dengan melihat perilaku anjing tersebut. Anjing betina yang sudah masuk masa subur akan selalu menyodorkan tubuh bagian belakangnya untuk dibelai. Jika masa subur sudah tiba, anjing betina akan melipat ekornya ke kiri atau ke kanan ketika bagian tubuh di sekitar alat kelaminnya disentuh. Hal ini dilakukan agar anjing jantan dapat melakukan perkawinan (penetrasi) dengan mudah. Ketiga, menggunakan anjing jantan untuk mengetahui apakah anjing betina sudah siap dipacak. Jika masa subur telah tiba, biasanya anjing jantan akan lebih giat untuk mendekati anjing betina. Anjing betina pun akan lebih jinak jika didekati dan dinaiki oleh anjing jantan (Budiana 2008). Untuk memeriksa masa kesuburan anjing betina, bagian atas vagina diperiksa dengan cara menekan secara perlahan bagian tersebut. Jika bagian tersebut terasa keras artinya belum saatnya anjing betina tersebut menjalani proses pemacakan. Jika bagian tersebut lunak, maka saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pemacakan (Yasinta 2009). 2.3.5. Proses Pemacakan Budiana (2008) mengemukakan bahwa perkawinan biasanya dilakukan dua kali dengan jarak satu hari. Jika diperlukan moncong (mulut) anjing betina diikat agar tidak menggigit waktu terjadi penetrasi. Sedangkan menurut Yasinta (2009), ada baiknya pemacakan dilakukan berulang kali atau setidaknya dua kali, yaitu pada hari kedua setelah pemacakan pertama. Setelah anjing dipacak, kondisi dan kesehatannya harus dijaga dengan baik, dan anjing tersebut jangan dibiarkan melakukan latihan yang berat. 2.3.6. Perawatan Anjing Betina Budiana (2008) mengemukakan bahwa masa kehamilan pada anjing berlangsung antara 55-65 hari. Anjing betina yang sudah dikawinkan sebaiknya dijaga dengan benar untuk menghindari terjadinya stres. Stres
dapat
menggagalkan terjadinya kehamilan atau mengganggu kehamilan tersebut. Pada tiga minggu pertama kehamilan, anjing betina harus diberikan multi vitamin. Pada
17
tiga minggu berikutnya anjing betina diberi tambahan kalsium. Setelah enam minggu, pemberian kalsium dihentikan dan dilanjutkan lagi dengan pemberian multi vitamin. Anjing betina juga harus diberi porsi makanan tambahan setelah terdeteksi positif hamil. Sedangkan Yasinta (2009) mengemukakan bahwa tempat yang bersih dan tenang harus disiapkan bagi betina yang hamil. Vitamin juga perlu diberikan kepada anjing tersebut. 2.3.7. Tanda-tanda Melahirkan dan Proses Melahirkan Budiana (2008), anjing betina yang akan melahirkan akan mencari-cari tempat untuk melahirkan. Biasanya anjing lebih suka berada di tempat yang tidak terlihat seperti di kolong meja atau di sudut ruangan. Semakin mendekati masa melahirkan, anjing akan melakukan gerakan seperti menggali tanah. Hal ini dapat dibantu dengan memberikan tempat melahirkan seperti kardus yang diberi beberapa lembar koran atau handuk. Biasanya 6-12 jam sebelum melahirkan, anjing akan bernapas dengan cepat dan suhu tubuhnya menurun. Sedangkan menurut Yasinta (2009), Anjing yang akan melahirkan biasanya tidak memiliki nafsu makan, sering buang air kecil, dan suka mengais-ngais lantai. Anjing akan mengeluarkan cairan yang berguna untuk memperlancar jalannya janin pada saat melahirkan. Apabila enam jam sesudah cairan keluar belum ada tanda-tanda janin akan dilahirkan, sebaiknya dilakukan tindakan secepatnya seperti menghubungi dokter hewan atau membantu sendiri proses kelahiran (Budiana 2008). Dalam proses kelahiran ari-ari perlu dibuka dan tali pusar perlu dipotong. Jika setelah terbuka dari ari-ari ternyata anak anjing tidak bernapas, maka lendir pada mulut dan hidung harus segera disedot, serta dadanya harus dipijat dengan lembut dan hati-hati (Yasinta 2009). 2.3.8. Perawatan Induk Usai Melahirkan Anjing yang sudah melahirkan sebaiknya diberikan suntikan antibiotik paling lambat 24 jam setelah melahirkan. Suntikan ini juga berguna untuk membersihkan rahim dari darah kotor dan sisa plasenta. Jika anakan yang dilahirkan banyak, sebaiknya diberikan suntikan kalsium untuk mencegah anjing yang menyusui mengalami kejang-kejang akibat kekurangan kalsium.
18
Sebaiknya persediaan makanan dan minum harus selalu ada karena anjing betina yang sedang menyusui sangat membutuhkan nutrisi yang banyak untuk memproduksi air susu. Jika nafsu makan anjing tidak tinggi sebaiknya diberikan makanan berkuah dan ditambahkan sedikit garam untuk memberi rasa. Selain memberi rasa, garam membuat anjing haus, sehingga anjing akan banyak minum dan persediaan cairan memadai untuk memproduksi susu. Anjing juga perlu diberi tambahan multivitamin dan kalsium yang diberikan secara oral. Dalam waktu tujuh hari setelah anjing melahirkan, formulir lapor kelahiran dan formulir permohonan harus diisi dan diserahkan ke Perkin setempat (Budiana 2008). 2.3.9. Perawatan Anak Anjing Menurut Budiana (2008), anak anjing yang baru dilahirkan harus ditempatkan di tempat yang terlindung dan diberi lampu untuk menghangatkan tubuhnya. Handuk atau sobekan koran dapat digunakan sebagai alas. Pada umur 0-3 minggu, anak anjing tidak perlu diberikan makanan tambahan bila persediaan air susu induk mencukupi. Kebersihan anak anjing akan selalu dijaga oleh induknya. Induk akan memakan kotoran anak-anaknya sampai mendapat makanan tambahan, tetapi ada juga induk yang memakan kotoran anaknya sampai usia 2-3 bulan. Setelah umur tiga minggu, anak anjing dapat diberi makanan tambahan berupa bubur susu bayi selama 1-2 minggu. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan dogfood yang suda dilunakkan. Pemberian makanan dilakukan sebanyak empat kali sehari. Pada umur tiga minggu sebaiknya anakan sudah diberi obat cacing. Vaksinasi diberikan setelah anjing berumur 5-6 minggu. Penatoan dapat dilakuakan pada umur enam minggu. 2.4.
Jenis-jenis Penyakit pada Anjing
2.4.1. Parvovirus Menurut Untung (2004), gejala awal serangan parvovirus ditandai dengan muntah dan diare berat yang terjadi 5-7 hari setelah terjangkit virus. Gejala awal berupa muntah dan diare ini mengakibatkan dehidrasi. Berkurangnya nafsu makan yang diiringi dengan peningkatan suhu tubuh juga akan timbul. Kematian
19
biasanya terjadi setelah 2-6 hari munculnya gejala awal. Bahkan pada anak anjing kematian terjadi hanya dalam waktu dua hari. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini menyerang sistem kerja usus, sel darah putih, dan hati. Virus ini menempel pada bulu anjing. Penyebarannya melalui kontak antar anjing atau jilatan kotoran yang dikeluarkan oleh anjing yang menderita penyakit ini. Selain vaksinasi, tindakan pencegahan terhadap penyakit ini dengan mendisinfeksi kandang dengan sodium hypochlorite. Tindakan penanganan yang tepat adalah dengan mengisolasi anjing penderita parvovirus. 2.4.2. Distemper Anjing berusia muda pada umumnya lebih mudah terserang distemper, apalagi jika kondisi tubuhnya lemah. Gejala serangannya antara lain depresi, nafsu makan berkurang, dan demam. Jika tidak segera ditangani penyakit ini akan menyerang paru-paru, usus, dan sistem saraf. Pengobatan penyakit ini tidak mudah, oleh karena itu disarankan untuk melakukan pencegahan secara dini melalui vaksinasi. Penularan penyakit ini melalui berbagai cara, yaitu melalui sentuhan dengan anjing sakit, udara, ataupun benda lain yang tercemar virus distemper. Pengobatan yang efektif untuk penyakit ini adalah dengan membawanya ke dokter hewan.
Pemilik
anjing
dapat
melakukan
pertolongan
pertama
dengan
mengisolasinya di tempat yang kering dan hangat. Kemudian dengan memberi anjing air minum yang sudah dicampur oralit atau garam dan gula untuk mencegah dehidrasi. Pengobatan dengan vaksin distemper dapat mempercepat proses penyembuhan (Untung 2004). 2.4.3. Leptospirosis Penyakit yang ditimbulkan oleh Ordo Spirothaecales ini benar-benar berbahaya karena dapat menular kepada manusia. Gejala penyakit ini antara lain diare, rahang, gigi, dan mulut berwarna kekuningan atau kecoklatan. Hal ini timbul karena adanya serangan pada ginjal. Gejala lain yang mungkin ditimbulkan adalah muntah, demam, dan kejang. Infeksi timbul jika anjing menjilati kotoran anjing lain yang terkontaminasi. Penyebaran penyakit ini bisa melalui bakteri
20
yang terdapat di dalam air. Penularan kepada manusia terjadi bila yang bersangkutan tidak menjaga kebersihan setelah merawat anjing yang sakit. Serangan leptospirosis dapat dicegah dengan vaksinasi. Obat yang dapat diberikan kepada anjing yang terserang leptospirosis adalah berupa antibiotik. Pada serangan tahap awal, Penisilin sangat efektif. Namun bila serangan sudah akut, sebaiknya anjing diberi Chlorampenicol, Streptomycin, Chlortetracycline, Tetracycline, atau Erythromycin. Selama dirawat anjing harus diisolasi. Tempat makan, tempat minum, dan tempat buang airnya harus selalu dibersihkan agar penularan ke hewan lain dapat diperkecil (Untung 2004). 2.4.4. Rabies Menurut Untung (2004), gejala awal serangan rabies ditandai dengan nafsu makan hilang, selalu bergerak gelisah, menyendiri, dan agresif. Pada tingkat serangan lebih lanjut, anjing cenderung menggigit benda asing, seperti batu, tanah, atau rumput. Ciri lainnya adalah anjing selalu mencari tempat yang gelap, serta manik mata membesar dan pandangannya kosong, Rabies atau penyakit anjing gila ini timbul karena adanya sejenis virus yang menyerang sistem saraf. Virus dari kelompok Rabdovirus itu bersarang di kelenjar ludah, pankreas, dan jaringan saraf. Penularannya melalui luka di kulit, terutama jika digigit oleh anjing penderita rabies. Masa inkubasi berkisar antara 38 minggu. Anjing yang dicurigai menderita rabies harus segera dikarantina. Pertolongan pertama bagi penderita gigitan anjing ini adalah dengan mencuci luka gigitan sampai bersih. Kemudian dicuci lagi dengan alkohol 70 persen. 2.4.5. Scabies Penyakit scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Penyakit ini muncul karena tungau betina bersarang di buli dan di tempat-tempat tersembunyi di bawah kulit. Setelah telur menetas larva berhamburan keluar, sehingga kulit meradang, mengeras, dan kemerahan disertai dengan rasa gatal. Kemudian bulu akan rontok dimulai dari sekitar telinga, perut, dada, dan sekitar pinggang. Scabies dapat menular dengan cepat tanpa memandang jenis dan umur anjing. Setiap bersentuhan dengan anjing penderita, dapat dipastikan anjing sehat akan tertular penyakit ini. Penanganan scabies adalah dengan memandikan anjing dengan
21
sampo. Kemudian kandang, tempat tidur, dan rumah anjing harus dibersihkan, karena apabila ada tungau yang tertinggal, anjing dapat terinfeksi lagi (Untung 2004). 2.4.6. Cacing Dua jenis cacing yang sering menyerang anjing adalah cacing pita (Toxocara canis) dan cacing tambang (Ancylostoma canis). Kedua jenis cacing ini menyerang anjing dengan cara yang sama, yakni memakan sari pakan dan menghisap darah. Akibatnya badan anjing menjadi lemah, kurus, dan kalau dibiarkan bisa mati. Anjing yang cacingan ditandai dengan perut yang buncit, badan kurus, dan kotorannya berwarna kehitaman. Anjing penderita cacing pita sering menggosok-gosokkan duburnya ke lantai. Hal ini terjadi ketika cacing pita yang ada di tubuh bertelur di sekitar dubur dan merangsang timbulnya rasa gatal. Penderita penyakit ini dapat diobati dengan obat cacing untuk manusia dengan dosis yang lebih rendah (seperempatnya). Apabila obat cacing berbentuk tablet, pemberiannya adalah dengan memasukkan langsung ke dalam mulut. Caranya adalah dengan meletakkan kepingan obat tersebut di belakang lidah, lalu mulut anjing dikatupkan (Untung 2004). 2.5.
Standarisasi Labrador Retreiver Standarisasi Labrador Retriever menurut FCI (Federation Cynoloyque
International) berdasarkan FCI Standart No.122/29.01.1999/GB ditetapkan di Yerusalem pada tanggal 24 Juni 1987 adalah sebagai berikut : 1) Penampilan umum (General Appearance) Bertubuh kuat dan kekar, proporsional (compact), sangat aktif, tengkorak yang lebar, dada yang lebar dan dalam, rusuk yang lebar, bagian pinggang lebar dan kuat sampai pada bagian belakang. 2) Tempramen (Behaviour) Mempunyai tempramen yang bagus, sangat tangkas atau cekatan, mempunyai daya penciuman yang istimewa, mempunyai gigitan yang sangat lembut, sangat menyukai air. Gampang beradaptasi, teman yang sangat setia. Pintar, mudah untuk dilatih, dengan keinginan yang kuat untuk menyenangkan majikannya.
22
Mempunyai sifat alamiah yang sangat baik, dengan tidak ada sedikitpun sifat aggresif dan sifat pemalu yang tidak semestinya. 3) Kepala a) Tengkorak : lebar, bersih dengan kedua pipi yang tidak kelihatan tembem (fleshy cheeks) b) Stop : jelas terlihat. c) Hidung : lebar dan cuping hidung terbentuk dengan baik. d) Moncong : kuat atau kokoh, tidak lancip atau runcing. e) Rahang atau gigi : rahang dengan panjang yang medium, rahang dan gigi kuat, dengan gigitan menggunting yang sempurna (scissor bite), teratur dan lengkap, yaitu gigi atas menangkup rapat di depan gigi bawah dan tertanam baik di kedua rahangnya f)
Mata : berukuran medium, menyiratkan intelegensia dan tempramen yang bagus, berwarna coklat atau hazel.
g) Telinga : tidak besar atau berat, tergantung dekat dengan kepala dan sedikit jauh ke belakang. 4) Leher : Bersih, kuat dan berotot, ditopang oleh bahu yang baik. 5) Badan a) Punggung : Topline lurus. b) Pinggang : lebar, pendek, dan kuat c) Dada : mempunyai lebar dan kedalaman yang baik, dengan rusuk yang mengembang dengan baik. 6) Ekor Ciri khas istimewa pada Labrador ini adalah memiliki Otter tail, sangat tebal pada pangkalnya, secara perlahan mengecil pada ujungnya, dengan panjang yang medium, bebas dari bulu-bulu halus (feathering), tetapi tertutup dengan padat atau tebal seluruhnya dengan bulu yang pendek, tebal dan padat sehingga memberikan kesan bulat, itulah yang dimaksud dengan Otter tail. Ekor bisa terangkat lebih tinggi dari topline, namun tidak boleh melengkung di belakangnya.
23
7) Bagian depan Kaki bagian depan mempunyai tulang yang cukup baik dan lurus dari siku sampai ke tanah bila dilihat dari depan ataupun samping. Bahu panjang dan sloping (menurun). 8) Bagian belakang Terbentuk dengan baik, tidak menurun (sloping) ke ekor. Lekukan sisi depan paha terbentuk dengan baik. Kaki bulat dan kompak, jari kaki melengkung dengan baik dan telapak kaki terbentuk dengan baik. Siku belakang (hock) menumpu dengan baik, lurus bila dilihat dari belakang, tidak bengkok ke dalam maupun ke luar. Siku yang bengkok ke dalam (cow hock) sangat tidak disukai. 9) Gait (Movement) Langkah bebas. Lurus dan benar jika dilihat dari depan dan belakang. 10) Bulu dan warna Bulu merupakan ciri khas istimewa dari jenis ini yang: pendek, padat atau tebal, lebat, tanpa gelombang atau ombak (wavy) ataupun berbulu halus (feathering), memberikan rasa sedikit kasar ketika disentuh, dan undercoat yang tahan segala cuaca. Warna hitam pekat, kuning dan coklat. Warna kuning dimulai dari krem muda (light cream) sampai ke warna red fox (warna keemasan sepeti pada rubah). 11) Ukuran : Ukuran ideal dari withers (bagian tertinggi dari punggung) ke kaki untuk anjing jantan adalah 56-57 cm (22-22½ ins), serta anjing betina adalah 54 -56 cm (21½ - 22 ins). 12) Kesalahan : Setiap penyimpangan dari butir-butir di atas harus dianggap kesalahan, dan tingkat keseriusannya harus dilihat secara proporsional. Catatan : Anjing jantan harus mempunyai dua buah pelir atau testikel yang jelas normal dan sepenuhnya turun ke kantungnya. 2.6.
Penelitian Terdahulu Penelitian tentang risiko telah banyak dilakukan sebelumnya. Namun
penelitian tentang risiko untuk komoditas anjing ras belum dapat ditemukan karena belum ada penelitian yang meneliti tentang agribisnis anjing ras. Beberapa 24
penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penelitian Terdahulu Mengenai Risiko No. Nama 1. Anggraini
Tahun Judul 2003 Analisis Risiko Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor) 2005 Analisis Finansial dan Risiko Usaha Ternak Sapi Perah di PT X, Bogor Selatan
Alat Analisis Analisis Regresi dan Analisis Risiko
Pemetaan Risiko (Metode Aproksimasi)
2.
Rauf
3.
Trangjiwani
2008
4.
Aziz
2009
5.
Lestari
2009
Manajemen risiko Operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Analisis Risiko dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT. Suritani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten
Analisis Evaluasi Finansial, Analisis Risiko, Analisis Regresi
Analisis Risiko
Pemetaan Risiko (Metode Nilai Standar dan Metode Value at Risk)
Dalam penelitian Anggraini (2003) dengan alat analisis risiko dan analisis regresi, dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko dalam usaha peternakan sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor adalah fluktuasi keuntungan di musim hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi harga susu, fluktuasi harga pakan, skala usaha, dan saluran pemasarannya. Adapun hasil analisis risiko yang didapatkan adalah nilai return sebesar Rp 1.623.216,9, dimana nilai tersebut merupakan rata-rata pendapatan bersih selama 12 periode. Nilai simpangan baku sebesar Rp 398.441,4, artinya nilai risiko yang harus dihadapi sebesar Rp 398.441,4 (ceteris paribus). Nilai koefisien variasi 25
sebesar 0,2 memiliki arti bahwa risiko atau fluktuasi pendapatan bersih yang ditanggung oleh peternak sebesar 20 persen dari pendapatan bersih rata-rata (return) yang diperoleh. Adapun nilai pendapatan bersih terendah sebesar Rp 826.334, artinya bahwa peternak paling sedikit mendapat keuntungan sebesar Rp 826.334. Penelitian Rauf (2005) juga menggunakan alat analisis risiko dan regresi. Rauf juga melakukan penelitian tentang risiko pada sapi perah. Dalam penelitian ini didapatkan nilai simpangan baku sebesar Rp 12.767.045 (ceteris paribus), serta nilai koefisien variasi sebesar 1,60 yang berarti bahwa risiko atau fluktuasi pendapatan bersih yang ditanggung oleh peternak sebesar 160 persen dari pendapatan bersih rata-rata (return) yang diperoleh. Nilai koefisien variasi ini lebih tinggi dibandingkan nilai koefisien variasi pada usaha ternak sapi perah dalam penelitian Anggraini yang memiliki nilai koefisien variasi sebesar 20 persen. Penelitian Aziz (2009) juga menggunakan alat analisis yang sama dengan penelitian Anggraini (2003) dan Rauf (2005). Nilai koefisien variasi yang diperoleh usaha peternakan X di Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor yang dikemukakan dalam penelitian Aziz adalah sebesar 1,75. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternak sebesar 175 persen dari nilai return yang diperoleh. Nilai koefisien variasi sebesar 1,75 juga mempunyai arti bahwa setiap Rp 1 return yang diterima peternak akan menghasilkan risiko sebesar Rp 1,75. Nilai koefisien variasi yang lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa usaha peternakan X akan menghadapi peluang merugi pada setiap periode di masa yang akan datang (ceteris paribus). Selain meneliti tentang risiko, Rauf (2005) juga meneliti tentang kelayakan usaha dari usaha peternakan sapi perah PT X di Kecamatan Bogor Selatan. Rauf menyatakan bahwa usaha peternakan sapi perah PT X ini layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil analisis evaluasi finansial didapatkan nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 751.892.074, dimana nilai NPV lebih besar dari nol, nilai Benefit Cost Ratio (BCR) sebesar 1,16, dimana nilai BCR lebih besar dari satu, sedangkan nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 25,94 persen, dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yaitu 18
26
persen. Berdasarkan hasil analisis risiko, nilai return yang diterima sebesar Rp 7.977.305, dimana angka tersebut merupakan pendapatan rata-rataselama 30 bulan. Nilai pendapatan bersih terendah sebesar Rp -4.789.740, yang berarti bahwa perusahaan akan menghadapi kerugian sebesar Rp 4.789.740 per bulan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pada PT X adalah fluktuasi penerimaan susu, fluktuasi penerimaan non susu, fluktuasi biaya pakan, fluktuasi penjualan susu, fluktuasi harga susu, fluktuasi sapi laktasi, dan musim. Penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2009) menjelaskan bahwa risiko yang dihadapi usaha peternakan X adalah risiko harga (harga input dan output), risiko produksi (yang disebabkan oleh cuaca, iklim, dan penyakit), dan risiko sosial. Berdasarkan hasil analisis risiko, nilai expected return yang diterima usaha peternakan X adalah sebesar Rp 5.768.199. Nilai ini menggambarkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 5.768.199 (ceteris paribus). Nilai standard deviation yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar Rp 10. 095.088, dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa risiko yang harus dihadapi usaha peternakan X di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 10. 095.088 (ceteris paribus). Sumber-sumber risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei di PT Suri Tani Pemuka yang terdapat dalam penelitian Lestari (2009), diklasifikasikan menjadi risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang terdapat dalam kegiatan pembenihan udang vannamei terdiri dari risiko penyakit, tingkat mortalitas larva, proses pengadaan induk, cuaca, dan kerusakan pada peralatan teknis. Risiko pasar yang teridentifikasi adalah adanya fluktuasi harga pada induk, pakan, dan benih. Hasil pemetaan dan pengklasifikasian sumber-sumber risiko ini, menunjukkan hasil bahwa risiko operasional merupakan risiko terbesar yang terjadi dalam kegiatan pembenihan udang vannamei. Berdasarkan hasil analisis risiko diperoleh bahwa risiko penerimaan mempunyai nilai probabilitas tertinggi, sedangkan probabilitas produksi terbesar terjadi pada produksi benur. Dampak risiko terbesar disebabkan oleh risiko pada derajat kelangsungan hidup (SR). Penelitian Trangjiwani (2008) menggunakan alat analisis yang sama dengan Lestari (2009), yaitu pemetaan risiko. Metode yang digunakan oleh
27
Trangjiwani untuk mengukur dampak risiko adalah metode aproksimasi, sedangkan Lestari menggunakan metode VaR (Value at Risk) untuk mengukur dampak risiko. Penelitian Trangjiwani terfokus dalam mengukur risiko operasional perusahaan, sedangkan penelitian Lestari selain mengukur risiko operasional, risiko pasar pun juga diukur. Hasil penelitian Trangjiwani (2008) adalah bahwa risiko-risiko yang teridentifikasi pada unit processing untuk komoditi kentang, tomat, kol, lettuce head, dan cabai merah dapat dikelompokkan berdasarkan penyebab risiko operasional, yaitu risiko system, risiko proses, risiko SDM, dan risiko eksternal lainnya. Berdasarkan status risiko komoditi tomat memiliki nilai status paling tinggi diantara kentang, kol, lettuce head, dan cabai merah. Hal ini berarti tomat memerlukan penanganan risiko lebih utama dibandingkan keempat komoditi lainnya. Berdasarkan uraian di atas, persamaan yang terdapat dari penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu adalah fokus anilisis mengenai risiko dan juga menggunakan alat analisis yang sama dengan penelitian Trangjiwani dan Lestari, yaitu pemetaan risiko. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu adalah analisis risiko yang lebih difokuskan pada analisis risiko produksi, serta terletak pada komoditas yang diteliti, yaitu anjing Labrador Retreiver.
28
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu merupakan suatu kejadian, kejadian tersebut mengandung kemungkinan, dan jika terjadi mengakibatkan kerugian (Kountur, 2008). Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Vaughan (1978) diacu dalam Darmawi (2008) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut : 1) Risiko adalah kans kerugian (risk is the chance of loss) Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu exposure (keterbukaan) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. 2) Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the possibility of loss) Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Definisi ini sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. 3) Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty) Risiko terjadi karena adanya ketidakpastian (uncertainty). Oleh karena itu, risiko diartikan dengan ketidakpastian. Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. 4) Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan (risk is the dispersion of actual from expected results) Ahli statistik mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai disekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. Definisi risiko sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan,
29
merupakan versi lain dari definisi risk is uncertainty, dimana penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan uncertainty secara statistic. 5) Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan (risk is the probability of any outcome different from the one expected). Variasi lain dari konsep risiko sebagai suatu penyimpangan, yaitu risiko merupakan probabilitas obyektif bahwa outcome yang aktual dari suatu kejadian akan berbeda dari outcome yang diharapkan. Kunci dalam definisi ini adalah bahwa risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan. Menurut Arthur Williams dan Richard, M. H, risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu. A. Abas Salim mendefinisikan bahwa risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss). Sedangkan Soekarto mengartikan risiko sebagai ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa4. Darmawi (2008) menyimpulkan risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. 3.1.2. Klasifikasi risiko Risiko dapat dilihat dari beberapa sudut pandang sebagai berikut : 1) Risiko dari Sudut Pandang Penyebab a) Risiko Keuangan Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Jadi risiko yang disebabkan oleh terjadinya perubahan harga, perubahan tingkat bunga, atau perubahan mata uang asing disebut sebagai risiko-risiko keuangan.
4
www.gosublogger.com. Pengertian Resiko Menurut Beberapa Ahli. Diakses tanggal 26 Agustus 2009
30
b) Risiko Operasional Risiko operasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non-keuangan. Faktor-faktor non keuangan tersebut, yaitu manusia, teknologi, dan alam. Manusia dapat menyebabkan risiko, yaitu menyangkut kompetensi (tidak mampu, lalai, sakit), moral (mencuri, merusak, mogok kerja), serta selera (tidak puas, persepsi yang berbeda). Sedangkan teknologi menjadi sumber risiko dalam hal keusangan (tidak sesuai lagi, tidak berfungsi lagi), kualitas (kualitas yang rendah, tidak sesuai standard), serta kesesuaian. Alam juga menjadi sumber risiko, yaitu menyangkut bencana alam (banjir, gempa bumi, angin ribut), kondisi alam (lembab, panas, dingin), serta makhluk alam (kuman, binatang). 2) Risiko dari Sudut Pandang Akibat a) Risiko Murni Risiko murni adalah risiko dari suatu kejadian yang berakibat hanya merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. b) Risiko Spekulatif Risiko spekulatif adalah risiko yang tidak saja memunkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. c) Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas Ada berbagai macam aktivitas yang dapat menimbulkan risiko. Misalnya, aktivitas pemberian kredit oleh bank risikonya disebut risiko kredit.
Demikian
juga
seseorang
yang
melakukan
perjalanan
mengahadapi risiko yang disebut risiko perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas sebanyak jumlah aktivitas yang ada. d) Risiko dari Sudut Pandang Kejadian Risiko dari sudut pandang kejadian adalah risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadiannya. Misalnya kejadiannya adalah kebakaran maka disebut risiko kebakaran. Menurut Darmawi (2008), sumber-sumber risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
31
1) Risiko Sosial Dalam risiko sosial sumber utama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan
orang-orang
menciptakan
kejadian
yang
menyebabkan
penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. 2) Risiko Fisik Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagian besar disebabkan oleh fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan oleh kesalahan manusia. Banyak risiko yang kompleks sumbernya termasuk terutama kategori fisik, seperti kebakaran, cuaca, petir, dan bencana alam. 3) Risiko Ekonomi Banyak risiko yang dihadapi perusahaan bersifat ekonomi. Contohcontoh risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, ketidakstabilan perusahaan individu, dan perubahan tingkat suku bunga. 3.1.3. Manajemen Risiko Menurut Darmawi (2008), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management) adalah suatu cara yang digunakan perusahaan untuk menangani risiko-risiko yang dihadapi dalam usaha mencapai tujuannya. Manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko tidak hanya pada risiko-risiko tertentu saja tetapi semua risiko yang ada di dalam perusahaan yang mengancam pencapaian tujuan perusahaan harus ditangani dengan baik. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah lazim dikenal, yaitu membuat perencanaan, mengorganisasi, mengarahkan, dan melakukan pengendalian. Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting, yaitu menangani risiko. Tujuan utama dari manajemen risiko adalah untuk dapat meningkatkan semaksimal mungkin keuntungan perusahaan.
32
Keuntungan dapat ditingkatkan jika kerugian-kerugian yang mengakibatkan biaya tinggi diperkecil. Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan penyusunan strategic management, mengamankan sumber daya dan aset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak. Definisi manajemen risiko dapat dijabarkan lebih lanjut berdasarkan kata-kata kunci sebagai berikut : 1) On going process Manajemen risiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara berkala. Manajemen risiko bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (one time event). 2) Effected by people Manajemen risiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan organisasi. Untuk lingkungan institusi Pemerintah, manajemen risiko dirumuskan oleh pimpinan dan kennel boy institusi atau departemen yang bersangkutan. 3) Applied in strategy setting Manajemen risiko telah disusun sejak dari perumusan strategi organisasi oleh manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen risiko, strategi yang disiapkan disesuaikan dengan risiko yang dihadapi oleh masing-masing bagian atau unit dari organisasi. 4) Applied across the enterprise Strategi
yang
telah
dipilih
berdasarkan
manajemen
risiko
diaplikasikan dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian atau unit pada organisasi. Mengingat risiko masing-masing bagian berbeda, maka penerapan manajemen risiko berdasarkan penentuan risiko oleh masingmasing bagian.
33
5) Designed to identify potential events Manajemen risiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau keadaan yang secara potensial menyebabkan terganggunya pencapaian tujuan organisasi. 6) Provide reasonable assurance Risiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan bahwa kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara optimal. 7) Geared to achieve objectives Manajemen risiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan5. Dalam Kountur (2006) disebutkan bahwa perusahaan yang mengelola risiko-risikonya dengan baik akan memperoleh beberapa manfaat diantaranya adalah dapat meningkatkan laba perusahaan, memungkinkan terhindar dari kebangkrutan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa luar biasa, dan memperlancar pencapaian tujuan perusahaan. Risiko-risiko yang disebabkan oleh faktor manusia, teknologi, dan alam jika ditangani dengan baik akan memperkecil kerugian yang diderita oleh perusahaan. Pengurangan biaya akibat kerugiankerugian ini dapat membuat laba perusahaan menjadi lebih besar. Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki manajemen risiko yang baik akan lebih menguntungkan daripada perusahaan yang tidak memiliki manajemen risiko yang baik. Kountur (2008) juga mengemukakan bahwa proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terdapat di perusahaan. Risiko perlu diidentifikasi untuk mendapatkan suatu daftar risiko. Daftar risiko mmerupakan output atau hasil dari identifikasi risiko. Setelah semua risiko yang perlu diketahui teridentifikasi dan daftar risiko telah dibuat, kemudian risiko-risiko yang ada pada daftar tersebut diukur. Dengan demikian, proses selanjutnya dari identifikasi risiko adalah pengukuran risiko. Tujuan dari pengukuran risiko adalah untuk menghasilkan status risiko dan peta risiko. Status
5
www.bppk.com. Pengertian Manajemen Risiko. Diakses tanggal 26 Agustus 2009
34
risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga bisa diketahui mana risiko yang lebih berisiko dari yang lain dan mana yang tidak terlalu berisiko dari yang lain. Sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga dapat diketahui dimana risiko berada dalam suatu peta. Dari peta risiko akan tampak status risiko. Berdasarkan status risiko dan peta risiko ini dilakukan penanganan risiko. Penanganan risiko dilakukan untuk memberikan usulan apa yang akan dilakukan untuk menangani risiko-risiko yang telah terpetakan. Kemudian dilakukan evaluasi atas penanganan risiko yang telah dilakukan. Gambaran dari proses pengelolaan risiko perusahaan dan output yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2. PROSES
OUTPUT IDENTIFIKASI RISIKO
EVALUASI
PENGUKURAN RISIKO
Daftar Risiko
1. Peta Risiko 2. Status Risiko
PENANGANAN RISIKO
Usulan (Penanganan Risiko)
Gambar 2. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan dan Output yang Dihasilkan Sumber : Kountur (2008)
3.1.4. Matriks Frekuensi dan Signifikansi Teknik pengukuran dengan matriks frekuensi dan signifikansi merupakan teknik pengukuran yang sederhana yang tidak melibatkan kuantifikasi yang rumit. Biasanya teknik ini digunakan dalam pemetaan untuk melihat penanganan risiko 35
yang tepat. Di sini risiko dapat dikelompokkan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi
atau kemungkinan, serta dimensi signifikansi atau dampak. Matriks
frekuensi dan signifikansi dapat tergambar setelah posisi dari risiko yang dievaluasi diketahui. Kemudian tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko tersebut dapat dirancang. Signifikansi atau Dampak
Besar Kecil
Kuadaran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
Kecil
Besar
Frekuensi atau kemungkinan Gambar 3. Matriks Frekuensi dan Signifikansi Sumber : Hanafi (2006)
Menurut Hanafi (2006), matriks frekuensi dan signifikansi dapat dikelompokkan ke dalam empat kuadran dengan alternatif penanganan sebagai berikut : 1) Signifikansi kecil dan frekuensi kecil (kuadran IV) = low control 2) Signifikansi besar dan frekuensi kecil (kuadran II) = detect and monitor 3) Signifikansi kecil dan frekuensi besar (kuadran III) = monitor 4) Signifikansi besar dan frekuensi besar (kuadran I) = prevent at source 3.1.5. Teknik Pemetaan Menurut Djohanputro (2008), karena risiko selalu terkait dengan dua dimensi, pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama. Kedua dimensi yang dimaksud adalah probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi.
36
Probabilitas yang merupakan dimensi pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin perlu mendapat pehatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya, probabilitas dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah. Dimensi kedua berupa dampak, yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, semakin perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya, dimensi dampak dibagi ke dalam tiga tingkat, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I merupakan area dengan tingkat probabilitas sedang sampai tinggi dan tingkat dampak sedang sampai tinggi. Kuadran I terdiri dari risiko-risiko yang masuk ke dalam prioritas I atau prioritas utama. Bila risiko-risiko pada kuadran I terjadi akan menyebabkan terancamnya pencapaian tujuan perusahaan. Kuadran II merupakan area yang dihuni oleh risiko-risiko dalam prioritas II. Ciri dari risiko dalam kuadran II adalah mereka yang memiliki tingkat probabilitas kejadian antara rendah sampai sedang, namun dampaknya bila risiko tersebut menjadi kenyataan tinggi. Ini artinya, risiko-risiko dalam kuadran II cukup jarang terjadi. Mungkin hanya setahun sekali, atau bahkan bisa kurang. Tetapi kalau sampai terjadi, tujuan dan target perusahaan bisa tidak tercapai. Dalam kondisi terburuk, perusahaan bisa tutup atau dinyatakan bangkrut. Kuadran III dihuni oleh risiko-risiko dengan skala prioritas III. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat probabilitas kejadian yang tinggi, namun dampaknya rendah. Risiko yang secara rutin terjadi ini tidak terlalu mengganggu pencapaian tujuan dan target perusahaan. Kadang-kadang terasa menggangu bila risiko yang bersangkutan muncul sebagai kenyataan. Namun, biasanya perusahaan mampu dengan cepat mengatasi dampak muncul.
37
Kuadran IV dihuni oleh berbagai risiko dengan skala prioritas IV. Risiko dalam kelas ini memiliki tingkat tingkat probabilitas kejadian yang rendah. Kalaupun terjadi, dampaknya kecil bagi pencapian tujuan dan target perusahaan. Risiko yang masuk dalam kuadran IV cenderung dapat diabaikan sehingga perusahaan tidak perlu mengalokasikan sumber dayanya untuk menangani risiko tersebut. Namun, manajemen tetap perlu memonitor risiko dalam kuadran IV. Suatu risiko bersifat dinamis. Risiko yang saat ini masuk ke dalam kuadran IV bias pindah ke kuadran lain bila ada perubahan kondisi eksternal maupun internal secara signifikan. 3.1.6. Penanganan Risiko Salah satu aspek yang penting di dalam manajemen risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menangani risiko-risiko yang dihadapi agar kerugian
perusahaan
menjadi
seminimal
mungkin.
Jika
kerugian
bisa
diminimalkan, itu berarti perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sebelum dapat menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Setelah semua risiko diukur baik kemungkinan maupun dampaknya, maka selanjutnya yang dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Dampak risiko juga dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Berdasarkan peta risiko kemudian dapat diketahui strategi penanganan strategi apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu preventif dan mitigasi. 1) Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Sebelum risiko terjadi harus ada cara-cara preventif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, 38
mengembangkan sumber daya manusia, serta memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2) Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan apabila dampak risiko yang dirasakan sangat besar. Ada beberapa cara mitigasi yang dapat dilakukan, diantaranya adalah diversifikasi, penggabungan, dan pengalihan risiko. Pengalihan risiko bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging (Kountur 2008). 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha pembiakan anjing mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah forum komunitas pehobi anjing yang terus tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Hal ini juga didukung dengan adanya Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) yang merupakan organisasi nirlaba yang menjadi induk organisasi penggemar anjing ras (anjing trah) di Indonesia. Perkin mengurus berbagai macam hal, seperti pendaftaran ganti nama pemilik, kelahiran anak anjing, nama panggilan, nama kandang, pembuatan duplikat silsilah, dan registrasi ulang anjing impor. Usaha pembiakan
anjing
Labrador
Retreiver
khususnya,
lebih
mudah
untuk
dikembangkan karena perawatan anjing Labrador Retreiver lebih mudah dibandingkan dengan anjing lain. Usaha pembiakan anjing dihadapkan dengan beberapa permasalahan dalam menjalankannya. Salah satu kendala yang dihadapi adalah permasalahan yang muncul akibat adanya risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi adalah tidak stabilnya produksi setiap periode. Begitu pula dengan usaha pembiakan
anjing
Labrador
Retreiver
D’Sunflower
Kennel.
Dalam
pelaksanaannya, risiko produksi terjadi dalam bentuk tidak tepatnya waktu pemacakan sehingga mengakibatkan kegagalan kehamilan, rentannya keguguran serta cacat pada janin apabila aktivitas betina dalam masa kehamilan tidak dipantau, janin yang terlalu besar sehingga menyulitkan proses persalinan bahkan
39
bisa mengakibatkan kematian, penyakit menular yang rentan menyerang anakan pada usia sebelum vaksinasi pertama (3-8 minggu), serta faktor cuaca. Menghadapi permasalahan dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver
tidak membuat D’Sunflower Kennel berhenti berproduksi. Hal ini
terbukti dengan nama baik yang disandang oleh D’Sunflower Kennel di dunia kinologi Indonesia serta berbagai prestasi telah banyak diraih oleh anjing-anjing Labrador Retreiver di tempat ini. Pengalaman D’Sunflower Kennel dalam usaha pembiakan anjing yang sudah dimulai sejak tahun 2002 menjadikan kennel ini mampu bertahan dengan kinerja yang dimilikinya untuk mengendalikan segala risiko produksi yang muncul. Hal ini menjadi permasalahan yang menarik untuk dilakukan pembelajaran mengenai manajemen risiko yang telah diterapkan oleh D’Sunflower Kennel dalam mengendalikan terjadinya risiko produksi. Analisis risiko produksi yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel. Analisis dilanjutkan dengan analisis tingkat dan dampak sumber risiko produksi yang kemudian dipetakan ke dalam peta risiko, sehingga dapat diketahui seberapa krusial sumber risiko produksi yang ada di D’Sunflower Kennel. Pengukuran probabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan frekuensi, sedangkan pengukuran dampak sumber risiko dilakukan dengan menggunakan pendekatan jumlah. Analisis ini dilakukan menggunakan data produksi dan penerimaan produksi selama tahun 2008 dan 2009. Kemudian dilakukan analisis probabilitas dan dampak risiko produksi, dengan menggunakan metode nilai standar (z-score) untuk probabilitas risiko produksi, dan metode Value at Risk (VaR) untuk dampak risiko produksi. Setelah posisi sumber-sumber risiko diketahui, selanjutnya ditentukan strategi penanganan risiko yang tepat untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di D’Sunflower Kennel. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak D’Sunflower Kennel mengenai manajemen risiko produksi yang telah diterapkan oleh kennel ini. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.
40
Usaha Pembiakan D’Sunflower Kennel
-
Adanya risiko produksi : waktu pemacakan yang tidak tepat janin terlalu besar penyakit cuaca
Produksi tidak maksimal dan berfluktuasi
Penerimaan berfluktuasi
Analisis deskriptif : Identifikasi sumber-sumber risiko produksi
Analisis kuantitatif : Identifikasi probabilitas dan dampak risiko (pendekatan frekuensi dan pendekatan jumlah untuk sumber risiko produksi, serta metode nilai standar dan metode Value at Risk untuk risiko produksi)
Strategi penanganan risiko produksi
Gambar 4.
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel, Mampang, Jakarta Selatan
41
IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di D’Sunflower Kennel yang beralamat di
Jalan Bangka II No. 97, Mampang, Jakarta Selatan. Pemilik dari D’Sunflower Kennel adalah Bapak Rodang Baskoro dan Ibu Devi Basuki. Lokasi di D’Sunflower Kennel dipilih secara sengaja (purposive) karena tempat ini merupakan usaha pembiakan yang berspesialisasi dalam satu trah, yaitu trah Labrador Retreiver. Selain itu D’Sunflower Kennel memiliki berbagai prestasi yang membanggakan yang berasal dari hasil pembiakan kennel ini, seperti predikat Runner Up Best In Show yang disandang oleh Alto, serta gelar Indonesia Champion yang disandang oleh Angus dan Prince. D’Sunflower Kennel juga memiliki pejantan berdaya turun istimewa, yaitu Alto. Pengumpulan data di D’Sunflower Kennel dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai bulan Desember 2009. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Kedua data ini berbentuk data kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Proses wawancara dilakukan kepada pemilik D’Sunflower Kennel dan kennel boy, serta pengisian kuesioner dilakukan kepada pemilik D’Sunflower Kennel. Data primer ini diantaranya keadaan umum D’Sunflower Kennel, risiko-risiko produksi yang dihadapi, serta manajemen risiko yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data historis yang diperoleh dari D’Sunflower Kennel dan juga studi literatur dari berbagai literatur dari Perkin Pusat, Perkin Wilayah Jaya, perpustakaan LSI IPB, perpustakan Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus FEM IPB, buku-buku ekonomi dan agrihobi, serta dari berbagai situs yang mendukung. Data sekunder ini diantaranya adalah jumlah populasi anjing ras, serta produksi dan penerimaan D’Sunflower Kennel. 4.3.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, dan diskusi kepada responden yang dipilih secara purposif, 42
yaitu pemilik D’Sunflower Kennel dan kennel boy, serta pengisisan kuesioner yang dilakukan oleh pemilik. Observasi dilakukan dengan melakukan pencatatan langsung di lokasi penelitian untuk mengamati usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel meliputi proses pembiakan dan strategi penanganan risiko produksi. Wawancara, diskusi, dan pengisian kuesioner dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang ada dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver serta strategi penangan risiko produksi yang dilakukan di D’Sunflower Kennel. 4.4.
Metode Pengolahan Data
4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis risiko produksi dari D’Sunflower Kennel. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya risiko produksi yang terkait dengan kondisi yang ada di D’Sunflower Kennel. Analisis dilakukan dengan mengaitkan teori risiko yang ada dengan kondisi di lapang, sehingga didapatkan strategi penanganan risiko produksi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh risiko produksi yang terdapat di D’Sunflower Kennel dan pada akhirnya risiko produksi dapat diminimalisir. Metode analisis deskriptif untuk menganalisis risiko produksi yang terjadi di D’Sunflower Kennel dilakukan dengan cara observasi, wawancara, juga diskusi dengan pemilik D’Sunflower Kennel dan kennel boy, serta pengisian kuesioner oleh pemilik. 4.4.2. Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas) Risiko dapat diukur bila diketahui kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Dengan mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko-risiko
43
mana yang besar dan risiko-risiko mana yang kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko-risiko mana yang perlu diprioritaskan. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya sumber risiko produksi pada usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel adalah dengan menggunakan pendekatan frekuensi. Penghitungan probabilitas dengan menggunakan pendekatan frekuensi adalah penghitungan dengan cara membandingkan frekuensi terjadinya suatu kejadian dengan total kejadian yang berlangsung. Rumus dari pendekatan frekuensi adalah sebagai berikut : P=f T Dimana : P = Rata-rata f = Frekuensi T = Total kejadian Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya sumber risiko kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, penyakit, mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, warna anakan yang tidak sesuai harapan, serta jenis kelamin yang tidak sesuai harapan. Data yang digunakan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko produksi adalah data produksi anakan, data kelangsungan hidup anakan, serta data kasus-kasus dan penyakit yang pernah terjadi di D’Sunflower Kennel pada tahun 2008 dan 2009. Probabilitas dinyatakan besar atau kecil tergantung dari batas rata-rata probabilitas semua risiko produksi di D’Sunflower Kennel yang terkuantifikasi. Sedangkan metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko produksi pada usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel adalah dengan menggunakan metode nilai standar (z-score). Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan data berbentuk kontinu. Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi anakan.
44
Data yang digunakan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko produksi adalah data produksi anakan dan data penerimaan anakan pada tahun 2008 dan 2009. Probabilitas dinyatakan besar atau kecil tergantung dari standar yang diberlakukan oleh perusahaan, dalam hal ini D’Sunflower Kennel. Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko dengan metode nilai standar menggunakan referensi yang bersumber dari Kountur (2008), sebagai berikut: 1. Menghitung rata-rata Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah : n
x =
xi i 1
n
Dimana dalam penelitian ini : x = Rata-rata produktivitas anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel selama tahun 2008-2009 (ekor/kelahiran) xi = Produktivitas anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel pada periode ke-i selama tahun 2008-2009 (ekor/kelahiran) n = Jumlah peride kelahiran anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel selama tahun 2008-2009 2. Menghitung nilai standar deviasi Rumus yang digunakan untuk menghitung standar deviasi adalah : n
s=
xi x i 1
2
n 1
Dimana dalam penelitian ini : s = Standar deviasi dari produktivitas anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel selama tahun 2008-2009 3. Menghitung nilai standar (z-score) risiko Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar adalah : z=
xx s
Dimana dalam penelitian ini : x = Batas dari risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh D’Sunflower Kennel, batas tersebut yaitu lima ekor anakan 4. Menghitung probabilitas terjadinya risiko 45
Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z. Cari nilai z pada sisi kiri dan bagian atas, pertemuan antara nilai z pada isi tabel merupakan probabilitas. 4.4.3. Pengukuran Dampak Risiko Dampak merupakan kerugian yang diterima oleh perusahaan akibat terjadinya suatu risiko. Pengukuran dampak untuk sumber-sumber risiko produksi pada penelitian ini menggunakan pendekatan jumlah. Maksud dari pendekatan jumlah di sini adalah dampak dihitung dari perkalian antara jumlah anakan (ekor) dengan harga rata-rata anakan per ekor. Hal ini mengindikasikan seberapa besar dampak atau kerugian dari sumber risiko yang terjadi. Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur dampak sumber risiko produksi yang meliputi risiko kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, penyakit, mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, warna anakan yang tidak sesuai harapan, serta jenis kelamin yang tidak sesuai harapan. Data yang digunakan untuk menghitung dampak sumber risiko produksi adalah data produksi anakan, data kelangsungan hidup anakan, serta data kasus-kasus dan penyakit yang pernah terjadi di D’Sunflower Kennel pada tahun 2008 dan 2009. Dampak dinyatakan besar atau kecil tergantung dari batas rata-rata dampak semua sumber risiko produksi di D’Sunflower Kennel yang terkuantifikasi. Metode yang paling efektif digunakan untuk mengukur dampak risiko adalah VaR atau Value at Risk. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila ada data historis sebelumnya. VaR dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya dampak kerugian yang ditimbulkan jika risiko produksi terjadi. Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur dampak risiko produksi. Data yang digunakan adalah data produksi anakan, datn data penerimaan D’Sunflower Kennel pada tahun 2008 dan 2009. VaR dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kountur 2008) : VaR = x + z
s √n
46
Dimana : VaR = Value at Risk dari risiko produksi di D’Sunflower Kennel selama tahun 2008-2009 x = Rata-rata kekurangan penerimaan di D’Sunflower Kennel selama tahun 2008-2009 z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi Normal dengan alpha 5 % s = Standar deviasi dari kekurangan penerimaan di D’Sunflower Kennel selama tahun 2008-2009 n = Jumlah periode terjadinya kekurangan penerimaan di D’Sunflower Kennel selama tahun 2008-2009 Standar deviasi diperoleh dari rumus di bawah ini :
n
∑ ( x – x)2
i=1
s= √
n–1
Kejadian merugikan yang dimaksud di sini adalah berbagai risiko produksi yang apabila terjadi dapat menimbulkan kerugian. Satuan untuk VaR adalah juta rupiah. 4.4.4. Pemetaan Risiko Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Peta risiko ini dibagi ke dalam empat kuadran. Risiko dengan probabilitas besar dan dengan dampak kecil dipetakan ke dalam kuadran III dan risiko dengan probabilitas besar dan dengan dampak besar dipetakan ke dalam kuadran I. Sedangkan risiko dengan probabilitas kecil dan dengan dampak kecil dipetakan ke dalam kuadran IV dan risiko dengan probabilitas kecil dan dengan dampak besar dipetakan ke dalam kuadran II. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 5.
47
Dampak (Rp) Besar Kuadran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
50,6 juta Kecil Probabilitas (%) Kecil
15,3 %
Besar
Gambar 5. Peta Risiko Sumber : Kountur (2008)
Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar, yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil ditentukan oleh manajemen D’Sunflower Kennel. Risiko-risiko yang probabilitas terjadinya 15,3 persen atau lebih besar dianggap sebagai kemungkinan besar. Sedangkan di bawah 15,3 persen sebagai kemungkinan kecil. Demikian halnya dengan batas dampak besar dan dampak kecil dari suatu risiko yang juga tergantung dari kebijakan D’Sunflower Kennel. Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada di mana dari hasil penghitungan probabilitas dan dampak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko disebut status risiko, dimana status risiko didapat dari perhitungan sebagai berikut : Status risiko = Probabilitas x Dampak Berdasarkan perhitungan status risiko ini, maka akan diketahui mana risiko-risiko yang paling besar dan seterusnya sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko sampai dengan yang paling tidak berisiko.
48
4.4.5. Penanganan Risiko Menurut Kountur (2008), salah satu aspek yang penting dalam manajemen risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menagani risiko-risiko yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika kerugian bisa diminimalkan, itu berarti perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu : 1)
Preventif Menurut Kountur (2008), tindakan preventif dilakukan untuk menghindari
terjadinya
risiko.
Strategi
Preventif
dilakukan
apabila
probabilitas risiko besar. Risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 6 adalah risiko-risiko yang memiliki kemungkinan atau probabilitas terjadinya besar. Oleh karena itu, strategi untuk menangani risiko-risiko yang berada pada kuadran I dan II adalah strategi preventif. Penanganan risiko dengan strategi preventif ini akan membuat risiko-risiko yang berada pada kuadran I bergeser ke kuadran II, dan risiko-risiko yang berada pada kuadran III bergeser ke kuadran IV. Dampak (Rp) Besar Kuadaran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
50,6 juta Kecil
Probabilitas (%) Kecil
15,3 %
Besar
Gambar 6. Strategi Preventif Sumber : Kountur (2008)
49
2) Mitigasi Kountur (2008) mengemukakan bahwa mitigasi risiko adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak risiko yang ditimbulkan. Jika risiko terjadi, diusahakan sedemikian rupa sehingga dampak yang ditimbulkan seminimal mungkin. Ini adalah cara mitigasi. Risiko-risiko yang berada pada kuadran II dan IV yang memberikan dampak besar ditangani dengan cara-cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran II dapat bergeser ke kuadran I, dan risiko-risiko yang berada di kuadran IV dapat bergeser ke kuadran III. Dengan demikian, strategi mitigasi risiko adalah strategi penanganan risiko yang dilakukan kepada risiko yang memberikan dampak sangat besar. Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 7. Dampak (Rp) Besar Kuadaran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
50,6 juta Kecil
Probabilitas (%) Kecil
15,3 %
Besar
Gambar 7. Strategi Mitigasi Sumber : Kountur (2008)
4.5.
Definisi Operasional
1) Kennel : nama yang diberikan untuk setiap struktur atau tempat penampungan untuk anjing, atau tempat untuk membiakkan anjing. 2) Pet shop : toko tempat menjual hewan peliharaan beserta segala keperluannya, seperti pakan, kandang, mainan, aksesoris, dan lain sebagainya.
50
3) Grooming : istilah untuk perawatan anjing, seperti memandikan, menyisir bulu, merapikan bulu, membersihkan mata membersihkan telinga, memotong kuku, dan lain sebagainya. 4) Pembiakan anjing : usaha membiakkan anjing dengan mengawinkan anjing jantan dan betina untuk menghasilkan keturunan (anakan). 5) Pembiak anjing : orang yang menekuni usaha membiakkan anjing, mulai dari mengawinkan anjing, merawat anjing dewasa dan anakan, sampai menjual anakan. 6) Kennel boy : pegawai yang mengurus perawatan anjing di kennel, seperti memberi makan, memandikan anjing, membersihkan kandang, dan lain sebagainya. 7) Kinologi : ilmu yang mempelajari tentang anjing ras dan berbagai hal yang berhubungan dengan dunia anjing ras. 8) Anjing ras : anjing yang tergolong dalam ras anjing tertentu, yang kemurnian gennya masih tetap terjaga. 9) Pemacakan : perkawinan antara anjing jantan dan betina untuk menghasilkan keturunan (anakan), yang dapat dilakukan pada hari ke-9 sampai hari ke-14 masa subur (loops) betina. 10) Topline : bagian tulang belakang anjing, mulai dari leher samapi ekor. 11) Probabilitas risiko : kemungkinan terjadinya risiko produksi di D’Sunflower Kennel. 12) Dampak risiko : kerugian yang diterima oleh D’Sunflower Kennel akibat terjadinya suatu risiko produksi. 13) Status risiko : posisi suatu risiko dalam peta risiko yang merupakan hasil perkalian dari probabilitas dengan dampak, yang menunjukkan seberapa suatu risiko dibandingkan dengan risiko lainnya.
51
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1.
Profil D’Sunflower Kennel D’Sunflower Kennel merupakan salah satu kennel di Jakarta yang
berspesialisasi dalam pembiakan trah Labrador Retreiver. Tujuan dari pendirian D’Sunflower kennel ini adalah untuk memajukan ras Labrador Retreiver yang ada di Indonesia. Pemilik dari D’Sunflower Kennel adalah Bapak Rodang Baskoro dan Ibu Devi Basuki. Program pembiakan yang dilaksanakan oleh kennel ini adalah program pembiakan selektif, dari program pembiakan ini diharapkan akan menghasilkan Labrador Retreiver dengan kualitas yang baik dari sisi anatomi maupun karakternya. Labrador Retreiver dipilih sebagai trah yang dibiakkan di sini karena kecintaan para pemilik akan anjing trah besar. Karakter Labrador Retreiver yang jinak, cerdas, dan bersahabat juga menjadi salah satu alasan bagi pemilik untuk membiakkan trah ini. Selain itu, Labrador Retreiver memiliki bulu yang pendek sehingga cocok dibiakkan di Indonesia yang beriklim tropis. Saat ini D’Sunflower Kennel memiliki 24 ekor Labrador Retreiver, yang terdiri dari enam jantan dan 14 betina. Pemberian nama Labrador Retreiver hasil biakan D’Sunflower Kennel biasanya diawali dengan nama D’Sunflower. Fokus usaha D’Sunflower Kennel adalah pembiakan anjing Labrador Retreiver. Di D’Sunflower Kennel, anakan dijual setelah berumur 2,5-3 bulan. Alasan mengapa anakan baru dijual setelah umur 2,5-3 bulan adalah karena sebelum umur tersebut anakan masih membutuhkan air susu dari induknya, anakan sudah ditato, anakan sudah memiliki sertifikat, serta pihak D’Sunflower Kennel telah memberikan vaksinasi lengkap kepada anakan sebagai pencegahan penyakit. Anakan di kennel ini dijual dengan kisaran harga Rp 3.500.000,00 - Rp 10.000.000,00 dimana harga ditentukan berdasarkan anatomi dan karakter dari anakan. Khusus untuk anakan berwarna coklat, harga lebih tinggi (Rp 8.000.000,00 - Rp 10.000.000,00) karena anakan berwarna coklat jarang dilahirkan. Hal ini disebabkan karena warna coklat merupakan gen resesif dalam trah Labrador Retreiver. Peluang usaha lain yang juga dikembangkan adalah pemacakan (penyedia pejantan) atau yang dikenal dengan istilah stud service, boarding (penitipan anjing), grooming, penjualan dogfood, jasa pengiriman anjing ke luar kota, serta 52
penyedia anjing pelacak. Selain usaha pembiakan, usaha lainnya hanya merupakan usaha sampingan. Namun, hasil dari usaha-usaha sampingan tersebut memberikan pemasukan yang lumayan bagi D’Sunflower Kennel. Penjualan anakan hasil dari usaha pembiakan D’Sunflower kennel dan penjualan anjing pelacak terbuka untuk umum, sedangkan untuk usaha lainnya hanya dapat dimanfaatkan oleh lingkaran sendiri (orang atau pembiak yang pernah membeli anakan dari D’Sunflower Kennel). Layanan jasa pemacakan dilakukan dengan cara menyediakan pejantan D’Sunflower Kennel untuk dipacak dengan betina dari kennel lain. D’Sunflower Kennel menyediakan empat pilihan pejantan untuk pemacakan. Dua diantaranya merupakan pejantan lokal champion (Alto dan Prince), sedangkan dua lainnya merupakan pejantan impor (Angus dan Tomtom). Harga untuk jasa pemacakan dengan pejantan lokal champion adalah sebesar Rp 2.500.000,00, sedangkan dengan pejantan impor sebesar Rp 5.000.000,00. Kompensasi lain adalah mengenakan setengah harga pemacakan ditambah dengan memberi satu ekor anakan dari hasil pemacakan kepada pihak D’Sunflower Kennel. Pejantan D’Sunflower Kennel yang disediakan untuk pemacakan memiliki kualitas yang baik, seperti Alto dan Morgan yang memiliki daya turun istimewa, serta Angus yang memiliki gen dominan warna hitam sehingga anakan hasil pemacakan dengan Angus dapat dipastikan berwarna hitam semua. Para pelanggan dari D’Sunflower Kennel sebagian besar adalah orang asing. Mereka sering berlibur untuk jangka waktu yang lama, sehingga perlu untuk menitipkan anjing mereka pada masa liburan tersebut. D’Sunflower Kennel melihat hal ini sebagai peluang dan memberikan jasa penitipan kepada pelanggan mereka. Biasanya para pelanggan menitipkan anjing mereka pada masa liburan musim panas dan liburan Natal. Harga yang dikenakan untuk jasa penitipan ini adalah sebesar Rp 50.000,00 per ekor per hari. Layanan penitipan di sini sudah termasuk layanan grooming untuk anjing yang dititipkan. Para pelanggan juga memerlukan perawatan yang baik bagi anjingnya. Oleh karena itu, D’Sunflower Kennel juga menyediakan layanan grooming. Layanan grooming ini dilakukan dengan mendatangi rumah pelanggan yang membutuhkan jasa ini untuk
53
anjingnya. Layanan grooming ini meliputi memandikan anjing, membersihkan mata dan telinga, serta memotong kuku. Penjualan dogfood bagi pelanggan juga merupakan salah satu usaha sampingan. Pelanggan sudah percaya sepenuhnya kepada D’Sunflower Kennel untuk menyediakan dogfood yang baik bagi anjing mereka. Jasa pengiriman anjing ke luar kota juga tersedia bagi pelanggan. Hal ini dapat mengurangi beban pelanggan untuk mengurus segala macam administrasi jika ingin mengirim anjing mereka ke luar kota. D’Sunflower Kennel juga menjual Labrador Retreiver yang mereka miliki apabila ada pihak yang membutuhkan anjing Labrador Retreiver sebagai anjing pelacak atau anjing penjaga, seperti pihak kepolisian, perusahaan security, atau hotel. Mereka biasanya membeli anjing dewasa dengan kisaran umur 1-2 tahun dengan mempertimbangkan karakter dari Labrador Retreiver yang akan dijadikan anjing pelacak atau penjaga. Berbagai macam usaha D’Sunflower Kennel beserta harganya terangkum dalam Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Berbagai Macam Usaha yang Dijalani oleh D’Sunflower Kennel No.
Jenis Usaha
Harga (Rp)
1.
Pembiakan (menjual anakan)
3.500.000 - 10.000.000/ekor
2.
Pemacakan (stud service)
- Pejantan lokal champion : 2.500.000/ekor - Pejantan impor : 5.000.000/ekor
3.
Penitipan (boarding)
50.000/ekor/hari
4.
Grooming
50.000/ekor
5.
Penjualan dogfood
- Dogfood anakan : 325.000 - Dogfood dewasa : 700.000
6.
Penjualan anjing pelacak
8.000.000 - 10.000.000
7.
Pengiriman anjing ke luar kota
Tergantung tempat tujuan
Sumber : D’Sunflower Kennel (2009)
Manajemen D’Sunflower Kennel sangat sederhana, dimana pemilik merangkap sebagai pimpinan kennel. Dalam pelaksanaan usaha pembiakan ini, pemilik D’Sunflower Kennel memperkerjakan empat orang kennel boy. Keempat orang kennel boy ini tinggal di kennel tersebut agar dapat memberi perawatan dan 54
pengawasan penuh terhadap anjing-anjing Labrador Retreiver yang dibiakkan di tempat ini. Keempat kennel boy ini dibagi ke dalam dua lokasi D’Sunflower Kennel. Dua kennel boy di lokasi pertama (Mampang) dan dua kennel boy di lokasi kedua (Serpong). Kennel ini memakai berbagai cara untuk mempromosikan anakan yang akan dijual. Berbagai macam promosi tersebut, seperti memasang iklan di blog, memasang iklan di www.anjingkita.com, serta promosi dari mulut ke mulut. Diakui pihak D’Sunflower Kennel, promosi dari mulut ke mulut merupakan promosi yang paling efektif bagi mereka. Hal ini dikarenakan nama baik yang sudah dimiliki oleh D’Sunflower Kennel di kalangan pembiak dan hobiis anjing ras. Nama baik D’Sunflower Kennel di kalangan pembiak dan hobiis anjing ras ini diperkuat dengan kepercayaan yang sering diberikan kepada pemilik untuk menjadi juri di berbagai pameran yang diselenggarakan oleh Perkin maupun kalangan lain. Selain itu nama baik ini didapat dari berbagai gelar dan juara yang disandang oleh anjing-anjing Labrador Retreiver di kennel ini. Kesuksesan yang diraih oleh kennel ini tidak lepas dari kepercayaan yang diberikan oleh pelanggan mereka. Kepercayaan ini didapat dari keramahan dan perhatian yang diberikan oleh D’Sunflower Kennel kepada pelanggan mereka. Mereka selalu menjaga hubungan baik dengan pelanggan dengan selalu mendengarkan keluhan pelanggan, memberikan konsultasi perawatan, serta menjalin komunikasi yang baik dengan pelanggan. Oleh karena itu, pelanggan merasa puas dan selalu membeli anakan kembali, menggunakan berbagai layanan jasa yang ada, dan mempromosikan D’Sunflower Kennel kepada teman atau kerabat mereka. 5.2.
Sejarah D’Sunflower Kennel Awal pendirian D’Sunflower Kennel bermula dari kecintaan pemilik
terhadap seekor anjing ras jenis Basset Hound. Pada tahun 1998, pemilik mulai mencoba membiakkan Basset Hound serta aktif mengikuti pameran sehingga menghasilkan beberapa Indonesia Champion. Kemudian pada tahun 2002, pemilik yang juga menggemari Labrador Retreiver beralih untuk fokus membiakkan Labrador Retreiver. Langkah awal pemilik untuk membiakkan Labrador Retreiver adalah dengan membeli enam ekor betina impor dewasa, yaitu Sunshadow 55
Canaveral, Sunshadow Dane Ripper, dan Sunshadow Composer yang diimpor dari Filipina, serta Area’s Highland Pizza, Area’s Highland Pinneaple, dan Angel’Field Evora yang di impor dari Thailand. Selain itu, mereka juga membeli satu ekor pejantan utama penyandang gelar Champion tiga Negara (Filipina, Thailand, dan Indonesia), yaitu Sunshadow Fly So Free atau yang biasa dikenal dengan panggilan Morgan. Koleksi pejantan impor bertambah lagi dengan masuknya Shaundar Black Shadow atau Angus dari Australia dan Huntclub Sense of Humor atau Tomtom dari Amerika. Koleksi betina impor juga bertambah dengan masuknya Janvalli Bound For Glori atau Glori asal Australia dan Delphi Lady Hope atau Lady asal Amerika. Semua Labrador Retreiver tersebut menjadi pondasi pembiakan D’Sunflower Kennel. Anak dari Morgan, yaitu Alto, adalah Indonesia Champion pertama D’Sunflower Kennel, disusul dengan Indonesia Champion oleh D’Sunflower Le Monde Princedh atau Prince. Best Puppy In Show juga pernah diraih oleh D’Sunflower Guess. Pemberian
nama
D’Sunflower
yang
berarti
bunga
matahari,
dilatarbelakangi oleh Labrador Retreiver berwarna kuning seperti bunga matahari yang menjadi andalan pada awal pendiriannya. Namun, pada saat ini tidak hanya warna kuning saja yang menjadi andalan kennel ini, melainkan semua macam warna Labrador Retreiver, yaitu kuning, hitam, dan coklat. Variasi warna ini menjadi pertimbangan bagi orang yang ingin membeli Labrador Retreiver di kennel ini. 5.3.
Lokasi dan Fasilitas D’Sunflower Kennel memiliki dua lokasi yang berbeda untuk memelihara
anjing-anjing Labrador Retreiver yang dimilikinya. Lokasi pertama terletak di Jl. Kampung Jati No.99, Ciater, Serpong. Lokasi ini didirikan di atas lahan seluas 1.500 m2. Pada lokasi ini anjing-anjing Labrador Retreiver dewasa dirawat dan dibiakkan. Lokasi ini dipilih karena berada di daerah pinggiran kota, udara di daerah tersebut masih bersih, serta tidak dekat dengan pemukiman yang padat. Selain itu, lokasi dipilih untuk menghindari area padat kennel karena penyakit mudah ditularkan melalui udara.
56
Lokasi pertama D’Sunflower Kennel ini memiliki 10 kandang yang berupa ruangan, yang terdiri dari delapan kandang tertutup dan dua kandang semi tertutup. Kandang semi tertutup merupakan kandang perawatan intensif yang diperuntukkan bagi anjing yang sakit, dalam masa subur, akan dikawinkan, atau yang sedang hamil. Kandang semi tertutup ini letaknya dekat dengan kamar kennel boy agar setiap saat dapat dikontrol. Kandang di sini berupa ruangan berukuran 3 m x 2,5 m. Alasan menggunakan kandang berupa ruangan adalah karena anjing dewasa dilatih untuk buang air di luar kandang dan untuk menjaga kestabilan antara anjing satu dengan anjing yang lain. Selain itu, D’Sunflower Kennel tidak menggunakan kandang besi di lokasi ini karena kandang besi sensitif terhadap cuaca yang tidak stabil, apalagi lokasi ini sangat terbuka. Di lokasi ini juga terdapat lapangan umbaran seluas setengah lapangan bola. Lapangan umbaran ini digunakan sebagai tempat exercise, bermain, dan berlari. Selain itu, lapangan ini digunakan sebagai tempat memandikan anjing. Anjing-anjing Labrador Retreiver di sini dilepaskan ke lapangan umbaran setelah diberi makan. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di lokasi pertama D’ Sunflower Kennel di daerah Serpong terangkum dalam Tabel 7. Tabel 7. Fasilitas-fasilitas yang Terdapat di D’Sunflower Kennel Serpong No.
Fasilitas
Jumlah
Ukuran
Fungsi
(unit) 1.
Kandang tertutup
8
3 m x 2,5 m
Sebagai kandang perawatan anjing seharihari
2.
Kandang semi
2
3 m x 2,5 m
tertutup
Sebagai kandang perawatan intensif untuk anjing yang sakit, dalam masa subur, akan dikawinkan, atau yang sedang hamil
3.
Lapangan umbaran
1
Setengah
Sebagai tempat exercise,
lapangan bola bermain, dan berlari Sumber : D’Sunflower Kennel (2009)
57
Lokasi kedua terletak di Jalan Bangka II No.97, Pela Mampang, Jakarta Selatan, yang juga merupakan rumah dari pemilik D’Sunflower Kennel. Lokasi ini digunakan sebagai tempat perawatan intensif, seperti pemacakan, perawatan betina bunting, kelahiran, serta perawatan anakan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah agar perawatan dan aktivitas anjing-anjing dapat diawasi langsung oleh pemilik, anakan dan betina bunting yang rentan dapat ditangani langsung oleh pemilik, serta letaknya yang strategis mempermudah pembeli untuk datang dan akses untuk memperoleh kebutuhan perawatan mudah dan cepat. Di sini terdapat dua kamar AC sebagai tempat perawatan anjing dengan masing-masing kamar berukuran 3 m x 4 m, dimana di dalam kedua ruangan ini terdapat kandang besi dengan ukuran 1,15 m x 1,2 m. Di lokasi ini juga terdapat lapangan umbaran, namun ukurannya lebih kecil, yaitu 4 m x 4 m. Lapangan umbaran ini berukuran kecil karena lapangan umbaran ini disediakan sebagai tempat bermain dan berlari bagi anakan. Selain itu, terdapat kandang display (terbuat dari besi) yang terletak di luar dengan ukuran 1,15 m x 1,2 m. Alasan penggunaan kandang besi di lokasi ini adalah karena anakan masih belum dilatih untuk buang air di luar (belum toilet train), sehingga kotoran mereka dapat langsung jatuh ke bawah dan kebersihan pun dapat terjaga. Bila kebersihan terjaga, maka sakit kulit pun dapat dihindari. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di lokasi pertama D’ Sunflower Kennel di daerah Serpong terangkum dalam Tabel 8. Tabel 8. Fasilitas-fasilitas yang Terdapat di D’Sunflower Kennel Mampang No.
Fasilitas
Jumlah
Ukuran
Fungsi
(unit) 1.
Kandang tertutup
2
3mx4m
Sebagai kandang perawatan anjing seharihari
2.
Kandang display
3
1,15 m x 1,2 m Sebagai kandang perawatan anakan yang akan dijual
3.
Lapangan
1
umbaran
4mx4m
Sebagai tempat exercise, bermain, dan berlari
Sumber : D’Sunflower Kennel (2009)
58
5.4.
Kegiatan Pembiakan dan Perawatan
5.4.1. Siklus Pembiakan Siklus pembiakan anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel dimulai dari masa loops yang berlangsung selama 16 hari, dimana pemacakan dilakukan pada hari ke-9 dan ke-11 atau hari ke-11 dan ke-13. Fase berikutnya adalah fase kehamilan dimana kehamilan terjadi selama 58-65 hari. Setelah anakan dilahirkan, anakan disusui selama lima minggu (35 hari). Di atas lima minggu, anakan sudah disapih. Siklus pembiakan dimulai lagi kurang lebih empat bulan setelah anakan dilahirkan, atau lebih tepatnya antara 6-9 bulan setelah loops. Jarak siklus 6-9 bulan ini merupakan jarak dari loops ke loops. Loops
Pacak
16 hari
Lahir
Sapih
Hamil
Menyusui
± 60 hari
35 hari
111 hari Gambar 8.
Interval Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel
5.4.2. Pemacakan Menurut peraturan Perkin, trah Labrador Retreiver siap dipacak setelah berumur 14 bulan, baik untuk jantan ataupun betina. Untuk betina, selain dilihat dari umur, siap pacak adalah setelah betina mengalami menstruasi (loops) kedua. D’Sunflower Kennel sendiri menetapkan umur siap pacak saat anjing mereka berumur 18 bulan. Sebelum dipacak, kondisi betina harus diperhatikan. Hal-hal yang harus diperhatikan tersebut adalah kesehatan (mudah sakit atau tidak, sering mengalami sakit kulit atau tidak), hormon, memiliki hipersensitivitas atau tidak (karena bisa menurun), baru melahirkan atau tidak, serta siklus menstruasinya bagus atau tidak. Selain itu, D’Sunflower Kennel perlu melakukan lapor pacak kepada Perkin.
59
Pemacakan dapat dilakukan bila betina mengalami loops yang ditandai dengan menstruasi. Masa subur (loops) anjing terjadi setiap 6-9 bulan sekali dan berlangsung selama 14-20 hari. Awalnya darah yang menetes berwarna merah tua. Kematangan sel telur ditandai dengan perubahan warna darah menjadi pink kecoklatan (straw color), darah menjadi lebih sedikit, dan veromon semakin tercium. Hal ini biasanya terjadi antara hari ke-9 sampai hari ke-14. Apabila saatnya sudah tepat, jantan akan semakin aktif untuk mendekati betina dan betina akan bertingkah genit. Bila hal ini terjadi, pemacakan sudah dapat dilakukan. Pemacakan dilakukan di kandang terpisah agar kemungkinan berhasilnya besar. Pada saat pemacakan, betina perlu dipegangi agar jantan tidak melukai betina dan mempermudah jantan untuk melakukan penetrasi kepada betina. Setelah dipacak, betina diletakkan di kandang terpisah dan tidak boleh mandi terlebih dahulu. Apabila setelah pemacakan vagina betina kotor dan lengket, cukup dibersihkan dengan lap saja. Pemacakan yang baik ditandai dengan darah yang berhenti setelah pemacakan dilakukan karena pada saat itu sel sperma sudah bertemu dengan sel telur. Selama masa loops, pemacakan dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak selang satu hari untuk pemacakan berikutnya, yaitu pemacakan dilakukan pada hari ke-9 dan ke-11 atau pada hari ke-11 dan ke13 dari masa loops (tergantung tanda-tandanya). Apabila betina masih mengeluarkan darah setelah dua kali pemacakan, maka dilakukan pemacakan ketiga. 5.4.3. Kelahiran Apabila pemacakan berhasil, betina akan hamil. Lama kehamilan adalah selama 59-65 hari. Perut betina yang semakin membesar akan mulai terlihat pada usia kehamilan lima minggu. Pada usia kehamilan 55 hari, biasanya betina yang hamil dibawa ke dokter hewan unuk diperiksa. Dari pemeriksaan ini akan diprediksi berapa jumlah anakan, bagaimana jumlah anakan, dan seberapa besar ukuran anakan yang akan dilahirkan. Menjelang hari kelahiran, betina akan semakin gelisah dan manja terhadap pemilik. Persiapan kelahiran yang perlu dilakukan adalah menyediakan tissue atau kain atau handuk, selang akuarium sepanjang 50 cm, benang, gunting, Alkohol, dan kotak kayu atau kardus. Benang dan gunting yang akan digunakan, disterilakan terlebih dahulu dengan Alkohol. 60
Setelah induk melahirkan, ari-ari anakan dibuka dan anakan dibersihkan dengan tissue atau kain atau yang telah disediakan. Kemudian cairan dari hidung anakan disedot dengan menggunakan selang akuarium. Setelah semua anakan lahir, tali pusar induk diikat dengan benang kemudian digunting. Anakan yang sudah lahir langsung disusui oleh induknya lalu diletakkan ke dalam kotak kayu atau kardus yang diberi lampu. Kemudian induk yang telah melahirkan diberi suntikan Oxytocin sebanyak 1-2 ampul. Induk juga dimandikan, tetapi hanya setengah badan (bagian vagina, kaki, dan ekor) saja. Selain normal, kelahiran bisa berupa operasi caesar. Bila selama 20 menit induk mengejan terus tetapi anakan tidak juga keluar, maka induk yang akan melahirkan dibawa ke dokter hewan untuk dilakukan operasi caesar. 5.4.4. Perawatan Anakan Labrador Retreiver Anakan yang baru lahir harus selalu merasa hangat, karena itu kotak mereka haru diberi lampu dengan penerangan yang cukup. Anakan hanya minum air susu induk sampai berumur tiga minggu. Setelah berumur tiga minggu atau setelah matanya terbuka (umur 14-18 hari), anakan mulai diberi makan dogfood kering yang direndam sampai lembek. Anakan biasa disapih dari induknya pada umur lima minggu. Pada umur dua bulan anakan diberi makan dogfood setengah lembek dan pada umur tiga bulan anakan sudah bisa makan dogfood kering. Dogfood yang diberikan kepada anakan adalah Eukanuba yang merupakan dogfood yang diperuntukkan untuk anakan ras besar. Dalam satu hari, anakan diberi pakan setiap lima jam sekali. Untuk anakan, setiap lima hari pakannya ditambah sebanyak 10 persen dari porsi sebelumnya. Pada umur tiga minggu anakan diberi obat cacing berupa Combantrine cair dengan pengulangan pemberian setiap satu minggu sampai anakan berumur lima minggu. Obat cacing baru diberikan kembali kepada anakan pada saat berumur delapan minggu. Obat cacing yang diberikan pada umur delapan minggu adalah Dronthal. Selain itu, anakan juga memerlukan asupan vitamin. Vitamin diberikan kepada anakan dari lima hari sebelum vaksin sampai lima hari setelah vaksin, dan diberikan setiap hari pada saat cuaca sedang buruk selama 3-4 bulan. Vitamin yang biasa diberikan kepada anakan adalah Imboost Force atau Imorge.
61
Vaksinasi juga diperlukan untuk menjaga kekebalan tubuh terhadap penyakit. Pada saat anakan berumur enam minggu, anakan diberi vaksin parvo (Vanguard CPC). Sedangkan pada umur delapan minggu, anakan diberikan vaksin Eurican. Vaksin Eurican merupakan vaksin lengkap yang memberikan kekebalan terhadap penyakit Distemper, Hepatitis, Parvovirus, dan Parainfluenza. Pentatoan terhadap anakan dilakukan pada saat anakan berumur enam minggu, diharapkan pada umur enam minggu ini fisik anakan sudah kuat. Pentatoan dilakukan oleh pegawai Perkin Wilayah Jaya yang datang ke D’Sunflower Kennel. Anakan dimandikan setiap satu bulan sekali, dimana anakan dimandikan pertama kali pada saat berumur tujuh minggu. Walaupun dimandikan satu bulan sekali, setisp hari anakan dilap dengan handuk hangat. Sampo yang digunakan untuk mandi adalah sampo One All System. Setelah dimandikan, anakan dikeringkan dengan menggunakan blower khusus anjing. Kemudian dilakukan pemotongan kuku, serta mata dan telinga dibersihkan. Anakan juga membutuhkan exercise dengan bermain dan berlari di lapangan umbaran. Namun, anakan tidak boleh terlalu lama dibiarkan di luar karena akan mengakibatkan dehidrasi. Untuk anakan berumur di bawah lima minggu belum diperbolehkan melakukan exercise di luar ruangan. Anakan sudah boleh dipindah ke rumah baru (rumah pembeli) pada saat berumur dua bulan. 5.4.5. Perawatan Labrador Retreiver Dewasa Perawatan anjing dewasa tidak serumit perawatan anjing anakan, baik itu jantan ataupun betina. Anjing dewasa juga perlu dimandikan dua minggu sekali. Dengan menggunakan sampo One All System. Setelah itu, anjing dikeringkan dengan menggunakan blower khusus anjing. Tahapan selanjutnya adalah memotong kuku, serta membersihkan mata dan telinga. Exercise juga dilakukan oleh anjing dewasa. Namun porsi exercisenya lebih besar, terutama untuk anjing yang akan mengikuti lomba. Biasanya exercise dilakukan di lapangan umbaran secara berkelompok. Exercise yang biasa dilakukan adalah melemparkan bola kepada anjing-anjing tersebut sehingga mereka mengejar bola tersebut dan berusaha menangkapnya. Untuk anjing yang akan mengikuti lomba, selain melempar bola, mengejar, dan menangkapnya, exercise lain yang dilakukan 62
adalah berlari keliling lapangan umbaran, berenang dua kali seminggu, serta berjalan keluar kennel dengan dituntun menggunakan tali. Selain untuk latihan, mengajak anjing berjalan keluar kennel dengan dituntun menggunakan tali akan memupuk rasa percaya diri anjing dan anjing akan lebih mudah untuk diatur. Kandang anjing juga harus dibersihkan agar kandang selalu bersih, nyaman, wangi, dan juga menghilangkan kuman-kuman penyakit. Kandang dibersihkan setiap hari dengan menggunakan Deterjen atau Kaporit. Fungsi dari Kaporit adalah untuk menghilangkan bau urine. Selain itu, setiap dua minggu dilakukan pencucian kandang dengan menggunakan Ivam dengan dosis 30 ml per lima liter air. Anjing dewasa makan sebanyak dua kali setiap hari, yaitu pada pagi dan sore hari. Porsi makan normal yang biasa diberikan adalah sebanyak 380 gr. Makanan yang diperuntukkan untuk anjing dewasa adalah dogfood kering dengan merek Tuffy Gold Formula. Untuk anjing dewasa, obat cacing diberikan setiap tiga bulan sekali sebanyak tiga tablet. Obat cacing yang diberikan adalah Dronthal. Ada pula perawatan khusus terhadap betina yang menstruasi, hamil, ataupun baru melahirkan. Pada hari pertama menstruasi, betina diberi vitamin E dan obat cacing. Vitamin E diberikan setiap hari. Pada usia kehamilan lima minggu ketika perut mulai terlihat membesar, porsi makan betina perlu ditambah untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Terkadang betina juga diberi dogfood untuk anakan, karena dogfood untuk anakan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi yang dibutuhkan oleh betina yang hamil. Betina yang baru melahirkan memiliki kondisi tubuh yang lemah, untuk itu betina yang baru melahirkan tersebut perlu diberikan asupan antibiotik untuk mencegah serangan bakteri. Antibiotik yang biasa diberikan adalah Amphicilin dan Metergin. Amphicilin diberikan sebanyak tiga kali sehari selama lima hari, sedangkan Metergin diberikan sebanyak tiga kali sehari selama tiga hari. Selain itu, betina yang baru melahirkan perlu diberi Adona AC untuk menghentikan darah akibat persalinan.
63
5.5.
Kondisi Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel Selama tahun 2008-2009, usaha pembiakan anjing labrador retreiver di
D’Sunflower Kennel mengalami kondisi merugi. Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan oleh D’Sunflower Kennel untuk usaha pembiakan ini lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan oleh D’Sunflower Kennel selama tahun 2008 sampai 2009 untuk usaha pembiakan adalah sebesar Rp 330.714.000,00 dengan rincian biaya dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp 258.500.000,00 (rincian penerimaan dapat dilihat pada Lampiran 4). Tabel 9. Biaya Operasional dari Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel pada Tahun 2008-2009 Jenis Biaya Total Biaya (Rp) a. Biaya pakan
183.288.000
b. Biaya vaksinasi
16.250.000
c. Biaya tenaga kerja
66.800.000
d. Biaya obat-obatan
5.000.000
e. Biaya shampo
1.200.000
f. Biaya sanitasi
2.736.000
g. Biaya transportasi
28.800.000
h. Biaya listriki
14.400.000
i. Biaya telepon
10.800.000
j. Biaya pemasaran Total Biaya Operasional
1.440.000 330.714.000
Sumber : D’Sunflower Kennel (2010)
Selain karena biaya operasional untuk membiakkan anjing Labrador Retreiver, kondisi merugi pada tahun 2008-2009 juga disebabkan karena tingkat mortalitas anakan yang tinggi akibat dari penyakit Parvovirus yang menyerang. Namun, usaha ini tetap bertahan karena ditopang oleh penerimaan dari usahausaha sampingan yang lain. Walaupun pada tahun 2008-2009 kondisi kennel ini merugi, namun usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower 64
Kennel ini tetap memiliki prospek yang baik untuk dijalankan. Dengan mengembangkan usaha-usaha sampingan dan dengan menangani risiko produksi secara serius, maka usaha pembiakan ini akan memberikan keuntungan bagi D’Sunflower Kennel.
65
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver Pada kegiatan usaha pembiakan anjing Labrador di D’Sunflower Kennel,
terdapat beberapa risiko produksi yang dapat menghambat jalannya usaha pembiakan ini. Langkah awal dalam menganalisis risiko produksi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Sumber-sumber risiko tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Kegagalan atau Tidak Tepatnya Pemacakan Sebelum betina hamil dan menghasilkan anakan, terlebih dahulu perlu dilakukan perkawinan atau yang lebih dikenal dengan istilah pemacakan. Biasanya pemacakan dilakukan terhadap pejantan atau betina dengan anatomi dan karakteristik tertentu agar menghasilkan anakan yang diinginkan seperti dengan anatomi dan karakteristik induknya. Pemacakan dapat dilakukan pada saat betina mengalami masa loops pada saat menstruasi, dimana masa loops ini biasanya terjadi setiap 3-6 bulan sekali. Pemacakan dapat dilakukan pada hari ke-9 sampai hari ke-14 masa loops, atau pada saat warna darah menstruasi menjadi pink kecoklatan (straw color). Biasanya pemacakan dilakukan dua kali, yaitu pada hari ke-9 dan ke 11 atau pada hari ke-11 dan ke-13. Pemacakan ini dilakukan sebanyak dua kali agar pembuahan dapat berhasil. Apabila hari pertama masa loops tidak diketahui secara tepat, maka hari pemacakan yang tepat akan sulit ditentukan. Bila hari pemacakan tidak tepat (terlalu awal atau terlambat), maka kegagalan kehamilan akan terjadi. Bahkan bila masa loops tidak diketahui, pemacakan pun akan terlewatkan (tidak dilakukan pemacakan sama sekali). Kegagalan atau ketidaktepatan pemacakan sehingga terjadi kegagalan kehamilan ini akan mengakibatkan kerugian bagi D’Sunflower Kennel. Hal ini dikarenakan produksi anakan yang direncanakan menjadi tidak tercapai. Mengingat masa loops terjadi 6-9 bulan sekali, maka harus menunggu 6-9 bulan kemudian untuk melakukan pemacakan terhadap betina yang sama. Padahal terkadang sudah ada
66
perjanjian sebelumnya dengan pembiak lain bila ingin mengawinkan betina dengan pejantan milik pembiak tersebut. Selain itu, kondisi pejantan dan betina dapa menjadi penyebab kegagalan pemacakan. Pada saat libido dan sperma pejantan lemah, maka pemacakan akan sulit dilakukan atau kehamilan tidak tejadi. Pemacakan yang dilakukan terhadap betina yang sel telurnya belum matang, betina yang mengalami loops kering (vagina bengkak tapi darah tidak keluar, ataupun betina yang belum pernah dikawinkan akan menyebabkan pemacakan sulit dilakukan atau kehamilan tidak terjadi. 2) Penyakit Penyakit pada anjing Labrador Retreiver dapat menyerang anakan maupun anjing dewasa. Namun, anakan lebih rentan terhadap penyakit. Penyakit menular seperti Distemper, Parvovirus, Hepatitis, dan Leptospirosis terutama menyerang anakan yang berumur 3-8 minggu. Hal ini terjadi karena pada umur tiga minggu kadar kolostrum dari air susu induk menurun dan vaksinasi lengkap baru dilakukan pada umur delapan minggu. Jadi pada rentan umur 3-8 minggu inilah anakan rentan terserang penyakit. Penyakitpenyakit menular ini sangat berbahaya untuk anakan yang kondisi tubuhnya lebih lemah daripada anjing dewasa, bahkan penyakit ini bisa menimbulkan kematian. Penyakit menular yang berbahaya tersebut jarang ditemukan di D’Sunflower Kennel. Biasanya penyakit menular ini terjadi apabila terjadi wabah di beberapa daerah. Penyakit menular yang pernah diderita oleh anakan di D’Sunflower Kennel adalah Distemper dan Parvovirus. Distemper pernah menyerang satu ekor anakan dan penyakit ini bisa disembuhkan. Namun, parvovirus pernah menjadi wabah di kennel ini pada akhir tahun 2009. Terdapat 10 ekor anakan berumur dua bulan yang meninggal akibat penyakit ini. Kejadian ini mengakibatkan D’Sunflower Kennel mengalami kerugian yang sangat besar. Saat ini, kasus Parvovirus di D’Sunflower Kennel sudah ditangani dengan baik dan semua anjing di D’Sunflower Kennel sudah terbebas dari Parvovirus.
67
Selain Distemper, Parvovirus, Hepatitis, dan Leptospirosis, terdapat pula penyakit lain yang menyerang anjing-anjing di D’Sunflower Kennel. Penyakit-penyakit seperti flu, cacingan, mencret, dan kembung sering terjadi di D’Sunflower Kennel. Flu sering menyerang pada saat pergantian musim (pancaroba), dan cacingan terjadi anjing terlalu sering dibawa keluar kandang. Mencret terjadi akibat makanan, sedangkan kembung terjadi akibat masuk angin. Penyakit-penyakit ini mudah diobati, namun bila tidak cepat ditangani akan berbahaya. 3) Mortalitas anakan Dalam memproduksi anakan tidak terlepas dari adanya risiko mortalitas (kematian). Mortalitas anakan dapat disebabkan oleh keadaan dalam kandungan, seperti jumlah anakan, posisi, dan ukuran anakan. Bila jumlah anakan yang dikandung terlalu banyak, posisi anakan melintang, ataupun ukuran anakan terlalu besar, maka akan memungkinkan adanya kematian pada saat induk melahirkan. Setelah anakan dilahirkan, kematian dapat terjadi pada anakan yang yang cacat dan anakan yang tidak berkembang. Salah satu bentuk kecacatan dari anakan yang sangat besar kemungkinannya akan mati adalah tidak memiliki langit-langit mulut. Anakan yang tidak memiliki langit-langit mulut akan mengalami kesulitan meminum susu dan susu yang diminum seringkali masuk ke tenggororokan (saluran pernafasan). Biasanya anakan yang mengalami cacat tubuh dan anakan yang tidak berkembang hanya bertahan hidup kurang dari dua minggu. 4) Keguguran Induk yang hamil rentan terhadap risiko keguguran. Keguguran biasanya terjadi pada saat calon anakan belum menjadi janin. Keguguran ditandai dengan adanya flek darah atau darah yang menetes-netes yang terjadi pada induk yang sedang hamil. Hamil anggur sering diduga sebagai keguguran, karena induk yang perutnya membesar tiba-tiba perutnya kembali mengempis. Hamil anggur adalah sebuah istilah untuk kejadian hormonal
68
pada anjing betina yang ditandai dengan membesarnya perut seperti sedang anjing yang sedang hamil. 5) Kesulitan Persalinan Sama halnya seperti mortalitas anakan, kesulitan persalinan dapat terjadi karena jumlah anakan, posisi anakan, dan ukuran anakan. Jumlah anakan yang banyak akan menyebabkan induk mengalami keletihan dalam persalinan, sehingga akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melahirkan semua anaknya. Sedangkan posisi anakan dan ukuran anakan akan menyebabkan induk mengalami kesulitan dan kesakitan dalam persalinan. Hal ini dapat berbahaya bagi anakan maupun induknya. Biasanya apabila kemungkinan terjadinya kesulitan persalinan sudah diketahui, maka induk dibawa ke dokter hewan agar dapat ditangani dengan operasi caesar. 6) Cuaca Cuaca sangat mempengaruhi kondisi kesehatan dari anjing-anjing di D’Sunflower Kennel. Bila cuaca terlalu panas, anjing mudah gelisah dan rentan terkena dehidrasi. Anakan yang merasakan cuaca yang panas biasanya akan mengonggong secara terus menerus. Bila cuaca terlalu dingin, penyakit flu, batuk, dan demam mudah menyerang anjing di D’Sunflower Kennel. Sedangkan bila musim pancaroba dimana cuaca panas dan dingin sering berganti, akan menyebabkan daya tahan tubuh anjing berkurang. Hal ini mengakibatkan anjing-anjing D’Sunflower Kennel sering terkena flu dan mencret. Perbedaan suhu antara siang dan malam lebih dari 100C akan melemahkan imun anak anjing. Keadaan cuaca ini tidak bisa dihindari karena merupakan faktor alam. 7) Warna Anakan Tidak Sesuai Harapan Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Labrador Retreiver memiliki tiga variasi warna, yaitu kuning, hitam, dan coklat. Ketiga variasi warna yang ada ini memberikan alternatif pilihan bagi calon pembeli untuk menentukan apa warna anakan yang akan dibeli. Pihak D’Sunflower Kennel berusaha mewujudkan keinginan pelanggan terhadap pilihan warna anakan dengan cara mengawinkan jantan dan betina yang memiliki gen warna yang sama dengan warna anakan yang diinginkan oleh calon pembeli.
69
Namun, seringkali pemacakan dengan harapan anakan yang dihasilkan lahir dengan warna tertentu sulit untuk diwujudkan. Warna anakan yang paling sulit diwujudkan adalah warna coklat. Perkawinan antara jantan berwarna coklat dengan betina berwarna coklat belum tentu menghasilkan anak berwarna coklat. Hal ini dikarenakan warna coklat merupakan warna resesif dari Labrador Retreiver. Bila warna coklat merupakan warna resesif dari anjing Labrador Retreiver, maka warna hitam merupakan warna dominan. Bila calon pembeli menginginkan anakan berwarna hitam, hal tersebut lebih mudah untuk diwujudkan. Warna anakan yang tidak sesuai dengan keinginan calon pembeli bukanlah risiko yang besar yang menyebabkan calon pembeli beralih ke kennel lain. Banyak dari para pembeli yang rela menunggu untuk membeli anakan D’Sunflower Kennel dengan warna yang mereka inginkan. Contohnya adalah sekarang ini masih ada calon pembeli yang menunggu untuk membeli dua anakan jantan berwarna coklat dan dua anakan jantan berwarna kuning. 8) Jenis Kelamin Anakan Tidak Sesuai Harapan Selain warna anakan, jenis kelamin anakan juga menjadi alternatif pilihan bagi calon pembeli dalam membeli anakan. Ada calon pembeli yang menginginkan anakan berjenis kelamin jantan karena pejantan memiliki karakter yang lebih agresif dan tidak akan melahirkan anak, sehingga fokus pemeliharaan hanya pada satu anjing saja. Ada pula calon pembeli yang menginginkan anjing betina karena biasanya calon pembeli tersebut menginginkan anjing yang sifatnya lembut dan memungkinkan untuk beranak, sehingga nantinya calon pembeli tersebut bisa memiliki anjing lebih dari satu. Kebanyakan pembeli menginginkan anakan jantan, walaupun tidak sedikit pula pembeli yang menginginkan anakan betina. Hal ini menyebabkan anakan betina memerlukan waktu yang lebih lama untuk dijual karena menunggu calon pembeli yang berminat. Sedangkan terdapat antrian panjang bagi calon pembeli anakan jantan. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, saat ini terdapat beberapa calon pembeli yang menunggu untuk
70
dapat membeli dua ekor anakan jantan berwarna coklat dan dua ekor anakan jantan berwarna kuning. 9) Sumber Daya Manusia Sumber risiko lain yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel adalah sumber daya manusia. Kennel boy seringkali lalai dan tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugasnya. Kelalaian tersebut seperti tidak teliti dalam memeriksa masa loops betina, tidak membersihkan kandang dengan bersih, lupa atau terlambat memberi makan, terlalu lama melepas anakan di lapangan umbaran, dan lain sebagainya. Kelalaian-kelalaian ini dapat menyebabkan tidak tepatnya pemacakan, serta munculnya penyakit-penyakit seperti kembung, mencret, dan lain sebagainya. Pemilik D’Sunflower Kennel sempat merasa heran karena salah satu dari betina yang mereka miliki belum pernah mengalami masa loops selama tiga tahun. Setelah diselidiki, ternyata hal ini terjadi karena kelalaian dari kennel boy mereka. Apabila kennel boy tidak diawasi dengan baik dan tidak diberikan kompensasi atau perhatian-perhatian, maka seringkali kennel boy tidak melakukan tugasnya dengan baik dan benar. Hasil identifikasi sumber-sumber risiko, seperti kegagalan atau tidak tepatnya
pemacakan,
penyakit,
mortalitas
anakan,
keguguran,
kesulitan
persalinan, warna anakan tidak sesuai harapan, serta jenis kelamin tidak sesuai harapan produksi dapat dikuantifikasikan dan dipetakan ke dalam peta risiko. Sedangkan untuk risiko cuaca dan sumber daya manusia (SDM) tidak dapat dikuantifikasikan dan dipetakan ke dalam peta risiko. Penentuan besar atau kecilnya probabilitas adalah berdasarkan frekuensi kejadian sumber risiko per total kejadiannya. Sedangkan untuk penetuan besar atau kecilnya dampak adalah berdasarkan tingkat kerugian yang dialami oleh D’Sunflower Kennel karena akibat dari terjadinya sumber risiko. Penghitungan ini didapat dari hasil perkalian antara rata-rata harga anakan per ekor (Rp. 5.620.000) dengan jumlah anakan yang menjadi kerugian. Hasil status risiko dari sumber-sumber risiko yang dapat terkuantifikasi adalah sebagai berikut :
71
Tabel 10. Hasil Status Risiko Sumber-sumber Risiko Produksi D’Sunflower Kennel No. Sumber Risiko Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status Risiko (Rp) 1.
Kegagalan
20
89.920.000
17.984.000
atau tidak tepatnya pemacakan 2.
Penyakit
14
56.200.000
7.868.000
3.
Mortalitas
22
89.920.000
19.782.400
anakan 4.
Keguguran
16
67.440.000
10.790.400
5.
Kesulitan
25
5.620.000
1.405.000
6
22.480.000
1.348.800
6
22.480.000
1.348.800
persalinan 6.
Warna anakan tidak sesuai harapan
7.
Jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan
Urutan sumber risiko produksi didapatkan dari hasil status risikonya, sehingga dari Tabel 10 dapat diketahui urutan sumber risiko produksi dari yang paling berisiko (risikonya paling besar) sampai paling tidak berisiko (risikonya paling kecil), yaitu mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, keguguran, penyakit, kesulitan persalinan, dan sumber risiko yang paling tidak berisiko adalah warna anakan tidak sesuai harapan serta jenis kelamin tidak sesuai harapan. Nilai status risiko paling tinggi disandang oleh risiko mortalitas anakan. Artinya adalah bahwa mortalitas anakan merupakan sumber risiko yang memiliki nilai risiko yang paling tinggi, sehingga D’Sunflower Kennel menempatkan risiko mortalitas anakan sebagai prioritas utama dalam penanganan risiko (perlu ditangani secara serius). Sedangkan risiko warna anakan tidak sesuai harapan dan risiko jenis kelamin tidak sesuai harapan memiliki nilai status risiko paling rendah. Artinya
72
adalah bahwa warna anakan tidak sesuai harapan dan jenis kelamin tidak sesuai harapan merupakan sumber risiko yang memiliki nilai risiko yang paling rendah, sehingga D’Sunflower Kennel menempatkan risiko warna anakan tidak sesuai harapan dan risiko jenis kelamin tidak sesuai harapan sebagai prioritas paling akhir dalam penanganan risiko. Berdasarkan hasil penghitungan probabilitas risiko, didapatkan angka 15,3 persen sebagai batas tengah dari sumbu probabilitas. Sedangkan berdasarkan hasil penghitungan dampak risiko, didapatkan angka Rp 50.600.000,00 sebagai batas tengah dari sumbu dampak. Dari nilai status risiko serta nilai batas tengah dari probabilitas dan dampak, terpetakanlah sumber-sumber risiko yang terkuantifikasi ke dalam empat kuadran. Kuadran I ditempati oleh risiko mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, serta keguguran. Sumber-sumber risiko yang berada pada Kuadran I ini merupakan sumber-sumber risiko yang dapat mengancam pencapaian tujuan D’Sunflower Kennel, karena sumber-sumber risiko ini kemungkinan terjadinya besar dan mengakibatkan kerugian yang besar pula bagi D’Sunflower Kennel. Sumber-sumber risiko dalam kuadran ini memiliki prioritas utama dalam penanganan risikonya. Risiko penyakit berada pada Kuadran II, dimana risiko dalam kuadran ini merupakan risiko berbahaya yang jarang terjadi. Kuadran II ini ditempati oleh risiko-risiko yang jarang terjadi, namun dampaknya besar bila terjadi. Hal ini terbukti dari kasus penyakit parvovirus yang menyerang anakan D’Sunflower Kennel, yang mengakibatkan kematian 10 anakan. Kuadran III dihuni oleh risiko kesulitan persalinan dengan skala prioritas III. Risiko ini memiliki probabilitas kejadian besar, namun dampaknya rendah. Risiko ini sering terjadi tetapi tidak terlalu mengganggu tujuan dan target D’Sunflower Kennel. Hanya satu anakan yang mati akibat kesulitan persalinan ini. Sedangkan risiko warna anakan tidak sesuai harapan dan risiko jenis kelamin tidak sesuai harapan menempati Kuadran IV yang memiliki skala prioritas terendah. Risiko-risiko dalam kuadran ini memiliki tingkat probabilitas rendah dan tingkat dampak rendah. Sumber-sumber risiko tersebut terpetakan pada Gambar 9.
73
Dampak (Rp) Besar Kuadaran II : -
Penyakit
Kuadran I : -
Mortalitas anakan
-
Kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan
-
Keguguran
50,6 juta Kuadran IV : -
Warna anakan tidak
Kuadran III : -
Kesulitan persalinan
sesuai harapan
Kecil -
Jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan
Probabilitas (%) Kecil
15,3 %
Besar
Gambar 9. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko Produksi D’Sunflower Kennel Berdasarkan nilai status risikonya, sumber risiko yang paling besar adalah mortalitas anakan. Mortalitas anakan merupakan risiko yang sering terjadi (22 persen) di D’Sunflower Kennel dan memberikan dampak atau kerugian yang besar (Rp 89.920.000,00) bagi D’Sunflower Kennel. Oleh karena itu, risiko mortalitas anakan ini harus menjadi prioritas utama untuk ditangani. Dengan penanganan mortalitas anakan ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi anakan dan kualitas anakan di D’Sunflower. 6.2.
Analisis Probabilitas dan Dampak Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko di D’Sunflower Kennel
dapat dihitung melalui data produktivitas anakan tiap periode dari Januari 2008 sampai Desember 2009. Perbedaan jumlah produktivitas mengindikasikan adanya
74
risiko dalam usaha pembiakan ini. Data produktivitas anakan per kelahiran menunjukkan penyimpangan dari distribusi normalnya terlihat pada Tabel 11 Tabel 11. Hasil Analisis Probabilitas Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel Periode I II III IV V VI VII VIII IX Total Rata-rata Standar deviasi x z Nilai pada tabel z Probabilitas risiko
Bulan Feb-08 Mar-08 Apr-08 Jun-08 Agust-08 Jan-09 Apr-09 Okt-09 Des-09
Produktivitas (ekor/kelahiran) 6 2 2 5 2 9 6 4 5 41 4,555555556 2,351122663 5 0,189034988
Harga Jual (Rp/ekor) 3916666,667 4250000 3500000 6300000 3750000 4111111,111 4250000 1187500 2850000
Penerimaan (Rp/kelahiran) 23500000 8500000 7000000 31500000 7500000 37000000 25500000 4750000 14250000
0,425 42,50%
Hasil penghitungan dari data produktivitas per kelahiran menunjukkan persen kemungkinan terjadinya risiko produksi usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel. Tabel 8 menunjukkan jumlah total produktivitas pada tahun 2008 sampai 2009 mencapai 41 ekor anakan, dengan rata-rata 4,55 ekor anakan per periodenya. Hasil produktivitas anakan Labrador Retreiver ini menunjukkan tingkat probabilitas risiko produksi sebesar 42,50 persen. Tingkat probabilitas risiko produksi ini dipengaruhi oleh produksi normal anakan yang ditentukan oleh pihak D’Sunflower Kennel, yaitu sebesar lima ekor anakan per kelahiran. Hal ini berdasarkan pertimbangan produktivitas anakan yang dihasilkan dapat mencapai delapan ekor, namun rata-rata produksi anakan yang dihasilkan adalah lima ekor per kelahiran. Nilai z sebesar 0,189 dengan 75
tanda positif menunjukkan bahwa penurunan produksi anakan berada di sebelah kanan rata-rata distribusi normalnya, sehingga nilai z sebesar 0,189 pada distribusi normal z menunjukkan angka 0,425. Hasil analisis ini menujukkan bahwa probabilitas produktivitas anakan di bawah lima ekor per kelahiran adalah sebesar 0,425 atau 42,5 persen. Dampak risiko yang merugikan D’Sunflower Kennel terjadi akibat adanya kekurangan hasil dari terget produksi sebanyak lima ekor per kelahiran. Dengan adanya data kekurangan produktivitas menunjukkan suatu sumber risiko yang merugikan bagi D’Sunflower Kennel. Besarnya dampak merugikan oleh karena target produksi tidak tercapai dapat dilihat melalui Value at Risk pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel Periode II III V VIII Total Rata-rata Standar Deviasi z VaR
Produktivitas 2 2 2 4
Kekurangan Produktivitas (ekor) 3 3 3 1
Harga (Rp/ekor) 4250000 3500000 3750000 1187500
Kekurangan Penerimaan (Rp) 12750000 10500000 11250000 1187500 35687500 8921875 5240411,631 1,645 13232113,57
Anjing-anjing Labrador retreiver betina di D’Sunflower Kennel telah berproduksi selama sembilan periode pada Januari 2008 sampai Desember 2009. Hasil produktivitas yang tidak mencapai target terjadi pada periode I, III, V, dan VIII. Kekurangan produktivitas pada periode I, II, dan V sebanyak tiga ekor, dan pada periode VIII sebanyak satu ekor. Dampak risiko produksi karena selisih produktivitas menyebabkan D’Sunflower Kennel mengalami kerugian penerimaan sebesar Rp 35.687.500,00 pada tahun 2008-2009. Nilai distribusi tabel z yang pada taraf nyata lima persen menunjukkan Value at Risk yang terjadi adalah sebesar Rp.13.232.113,57. Hasil ini
76
menunjukkan
tingkat
kerugian
akibat
produksi
tidak
akan
melampaui
Rp.13.232.113,57 tiap siklus produksi. Apabila terjadi kerugian di atas nilai tersebut maka dinyatakan adanya risiko yang besar dari penerimaan. Besarnya dampak ataupun kerugian penerimaan yang disebabkan oleh kekurangan produktivitas yang ditargetkan oleh D’Sunflower Kennel dan rata-rata harga pada setiap periode. Analisis mengenai besaran probabilitas dan dampak risiko yang terjadi pada proses produksi anakan Labrador Retreiver, menunjukkan besarnya risiko produksi yang ditanggung oleh D’Sunflower Kennel pada Januari 2008 sampai Desember 2009. Pemetaan risiko produksi digolongkan atas klasifikasi besarnya dampak dan probabilitas. Penempatan risiko didasarkan pada hasil penghitungan dari dampak dan probabilitas risiko. Dalam risiko produksi, tingkat probabilitas yang terjadi adalah sebesar 42,50 persen dan tingkat dampak yang terjadi adalah sebesar Rp.13.232.113,57. Probabilitas dan dampak inilah yang menjadi penentu posisi risiko produksi dalam peta risiko. Hasil pemetaan risiko produksi ini dapat dilihat pada Gambar 10. Dampak (Rp)
Kuadaran II
Kuadran I
Kuadran IV
Kuadran III
Besar 50,6 juta Risiko Produksi
Kecil Probabilitas (%) Kecil
15,3 %
Besar
Gambar 10. Hasil Pemetaan Risiko Produksi D’Sunflower Kennel
77
Hasil pemetaan menunjukkan bahwa risiko produksi anakan Labrador Retreiver terdapat pada Kuadran III. Risiko yang menempati posisi ini adalah risiko yang memiliki probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar dan memiliki dampak kecil. Hasil dari dampak risiko produksi yang kecil terjadi karena proses penanganan risiko yang telah dilakukan oleh D’Sunflower Kennel. Risiko yang telah dipetakan akan ditindak lanjuti lagi dengan penanganan risiko untuk mengubah posisi risiko pada kondisi probabilitas risiko lebih kecil. 6.3.
Strategi Penanganan Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel Dalam menghadapi sumber-sumber risiko produksi yang ada dalam usaha
pembiakan anjing Labrador Retreiver, D’Sunflower Kennel memiliki berbagai macam cara atau strategi penanganan untuk dapat mengatasi rsumber-sumber isiko-risiko produksi yang ada. Strategi penanganan yang dilakukan adalah dengan mencegah terjadinya risiko produksi (strategi preventif) serta dengan meminimalisir risiko produksi yang terjadi (strategi mitigasi). Strategi-strategi yang digunakan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengatasi risiko-risiko produksi yang terjadi adalah sebagai berikut : 1) Strategi Preventif Strategi
preventif
adalah
strategi
penanganan
risiko
yang
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya risiko. Berbagai strategi preventif yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel untuk mencegah adanya risikorisiko produksi adalah sebagai berikut : a) Pemeriksaan USG Anjing yang hamil perlu perawatan yang intensif agar dapat melahirkan dengan baik dan agar asupan gizinya tarcukupi. Salah satu cara D’Sunflower Kennel untuk mewujudkan persalinan yang baik dan lancar adalah dengan memeriksakan anjing yang hamil ke dokter hewan pada usia kehamilan 55 hari untuk di-USG. Dari hasil pemeriksaan USG, dapat diketahui berapa jumlah anak yang akan dilahirkan, seberapa besar ukurannya, serta bagaimana posisinya. Dengan mengetahui semua hal tersebut, persiapan persalinan dan proses persalinan dapat dilakukan dengan baik karena sudah ada prediksi dari hasil pemeriksaan USG.
78
b) Perbaikan Sumber Daya Manusia (SDM) Salah satu penyebab terjadinya risiko produksi di D’Sunflower Kennel adalah karena sumber daya manusia, dalam hal ini adalah kennel boy di D’Sunflower Kennel. Untuk mencegah terjadinya risiko produksi akibat ulah kennel boy yang ada, pemilik D’Sunflower Kennel memberikan bonus kepada kennel boy sebagai penghargaan atas hasil kerja mereka yang baik. Contohnya, bonus diberikan apabila anakan dalam satu kelahiran atau keturunan (nest) terjual semua. Selain itu, dilakukan pemberhentian terhadap kennel boy lama karena kinerjanya kurang bagus. Salah satu bentuk kesalahan dari kennel boy yang diberhentikan tersebut adalah tidak teliti dalam memeriksa masa loops betina, sehingga ada satu betina yang belum pernah dipacak selama tiga tahun dengan alasan betina tersebut belum pernah mengalami masa loops. kennel boy dan pengangkatan kennel boy baru. Oleh karena itu, posisi tersebut diganti dengan kennel boy yang baru dengan harapan kennel boy baru tersebut memiliki kinerja yang lebih baik. Hal ini terbukti dari kinerja kennel boy baru tersebut yang selalu teliti dalam memeriksa masa loops betina. c) Operasi Caesar Untuk menangani kesulitan persalinan yang biasanya disebabkan oleh janin yang terlalu besar, posisi janin yang salah, serta jumlah anakan yang terlalu banyak, pihak D’Sunflower Kennel menyerahkan proses persalinan kepada dokter hewan melalui operasi Caesar. Umumnya operasi Caesar dilakukan apabila selama 20 menit induk yang akan melahirkan mengejan terus menerus, namun proses kelahiran tak kunjung terjadi. Strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel berdasarkan hasil pemetaan sumber risiko produksi yang ada dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran yang ada dalam peta risiko. Strategi preventif dilaksanakan oleh D’Sunflower Kennel untuk menangani risiko yang ada
79
pada Kuadran I dan II, yaitu risiko yang memiliki probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar. Risiko-risiko yang terdapat pada Kuadran I adalah risiko mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, serta keguguran. Strategi preventif untuk menangani risiko-risiko produksi ini adalah dengan pemeriksaan USG dan perbaikan sumber daya manusia. Sedangkan risiko yang terdapat pada Kuadran III adalah risiko kesulitan persalinan, dan strategi preventif yang dilakukan adalah dengan melakukan operasi caesar pada induk yang mengalami kesulitan persalinan. Dengan melaksanakan strategi preventif ini, risiko-risiko yang berada pada Kuadran I dan II yang memiliki probabilitas kejadian besar akan bergeser ke Kuadran II dan IV, sehingga risiko-risiko tersebut probabilitas kejadiannya menjadi kecil. Strategi preventif risiko produksi pada D’Sunflower Kennel dapat terpetakan sebagai berikut : Dampak (Rp)
Kuadaran II
Kuadran I :
Besar
-
Pemeriksaan USG
-
Perbaikan SDM
50,6 juta Kecil
Kuadran IV
Kuadran III : -
Operasi Caesar
Probabilitas (%) Kecil
15,3 %
Besar
Gambar 11. Strategi Preventif Risiko Produksi D’Sunflower Kennel
80
2) Strategi Mitigasi a) Vaksinasi Vaksin merupakan virus yang sudah dilemahkan yang berfungsi sebagai imun bagi tubuh terhadap virus tertentu. Vaksinasi harus diberikan kepada anakan, agar memiliki daya tahan terhadap virus penyakit. Di D’Sunflower Kennel, umumnya anakan mulai divaksin pada umur delapan minggu. Vaksin yang diberikan tersebut merupakan vaksin lengkap yang berisi vaksin Distemper, Hepatitis, Parvovirus, dan Parainfluenza. Vaksinisasi merupakan cara pencegahan penyakit yang penting untuk diberikan. Karena bila tidak diberikan, anakan dapat terserang penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Hal ini terbukti dari anakan di D’Sunflower Kennel yang terserang Parvovirus karena belum mendapatkan vaksinasi. Karena Parvovirus pernah membahayakan nyawa anakan di D’Sunflower Kennel, maka vaksin Parvovirus mulai diberikan kepada anakan pada saat berumur enam minggu. Pemberian
vaksinasi
sangat
efektif
dalam
produksi
di
D’Sunflower Kennel. Hal ini terbukti dari selama kennel ini berdiri hanya terdapat satu penyakit parah yang menular, yaitu parvovirus. b) Pemberian Vitamin dan Obat Cacing Setiap anjing membutuhkan daya tahan tubuh yang baik agar tidak mudah terserang penyakit, begitu pula dengan anjing-anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel. Daya tahan tubuh yang baik didapatkan dari pemberian vitamin. Di D’Sunflower Kennel, vitamin diberikan setiap satu minggu sekali untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh anjing-anjing Labrador Retreiver di tempat ini. Anjing mudah terserang penyakit cacingan karena sering dilepas ke luar kandang. Untuk mencegah hal ini, pihak D’Sunflower Kennel rutin memberikan obat cacing (Dronthal atau Combantrine cair) kepada anjing-anjing Labrador Retreiver mereka setiap tiga bulan sekali. Sedangkan untuk anakan, obat cacing berupa Combantrine cair diberikan mulai umur tiga minggu, kemudian pemberiannya diulang setiap minggu
81
sampai berumur lima minggu. Pada umur delapan minggu obat cacing diberikan kembali, namun obat cacing yang diberikan adalah Dronthal. c)
Membersihkan Kandang Salah satu penyebab timbulnya penyakit adalah karena kurang terjaganya kebersihan. Oleh karena itu, kennel boy D’Sunflower Kennel selalu membersihkan kandang anjing setiap hari pada saat anjing-anjing dilepaskan di lapangan umbaran. Selain membersihkan kandang, setiap kandang dan juga ruangan selalu disemprot dengan deterjen setiap hari. Kandang yang bersih akan membuat anjing merasa nyaman dan terhindar dar segala kuman penyakit.
d) Pengendalian Penyakit Dalam menghadapi adanya wabah penyakit, salah satu upaya dari pihak D’Sunflower Kennel untuk menghadapi penyakit tersebut adalah dengan mengkarantina anjing yang terinfeksi penyakit, dengan kata lain memisahkan anjing yang sakit dengan anjing yang sehat. Karantina ini dilakukan dengan tujuan agar penyakit tersebut tidak menular ke anjing yang sehat. Selain itu dengan mengkarantina anjing yang sakit, pengobatan terhadap anjing tersebut dapat dilakukan secara fokus dan intensif. e) Pengobatan Penyakit Upaya yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel dalam menangani anjing yang sakit adalah dengan cara melakukan penobatan terhadap anjing yang sakit tersebut. Apabila penyakit yang diderita tidak terlalu serius, maka pengobatan dilakukan oleh pihak D’Sunflower sendiri. Namun apabila penyakit yang diderita cukup parah, maka anjing yang sakit dibawa ke dokter hewan untuk diperiksa dan diobati. Obat-obatan yang disediakan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita oleh anjing-anjing Labrador Retreiver mereka adalah Polisilen untuk mengatasi kembung, Diapet dan Diatab untuk mengatasi mencret, Amoxilin dan Amoxil sebagai antibiotik, serta Combantrine dan Dronthal untuk mengatasi cacingan. Selain itu disediakan pula obat untuk induk yang baru
82
melahirkan, seperti Adona AC untuk menghentikan darah dan Mololioble 12 untuk menambah air susu. f)
Menjual Anjing Pelacak Dalam usaha pembiakan ini belum tentu semua anakan dalam satu nest (angkatan kelahiran) terjual semua. Anakan yang belum terjual tersebut tetap dipelihara oleh D’Sunflower Kennel. Karena suatu saat pihak kepolisian, hotel, ataupun perusahaan security akan membeli Labrador Retreiver yang berumur 1-2 tahun untuk dijadikan sebagai anjing pelacak atau anjing penjaga.
g)
Melakukan Usaha Sampingan Usaha utama dari D’Sunflower kennel adalah pembiakan. Namun, usaha pembiakan memiliki risiko produksi yang besar. Untuk menutupi kondisi financial kennel bila kerugian akibat risiko produksi terjadi, maka usaha sampingan pun dilakukan. Usaha sampingan tersebut berupa layanan pemacakan, jasa penitipan, grooming, penjualan dogfood, serta jasa pengiriman ke luar kota. Strategi mitigasi dilaksanakan oleh D’Sunflower Kennel untuk menangani
risiko yang ada pada Kuadran I dan II, yaitu risiko yang memiliki dampak yang besar. Risiko-risiko yang terdapat pada Kuadran I adalah risiko mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, serta keguguran. Strategi mitigasi untuk menangani risiko-risiko produksi ini adalah dengan melakukan usaha sampingan dan menjual anjing pelacak. Sedangkan risiko-risiko yang terdapat pada Kuadran II adalah risiko penyakit, dan strategi mitigasi yang dilakukan adalah dengan melakukan vaksinisasi, pemberian vitamin dan obat cacing, membersihkan kandang, karantina, pengendalian penyakit, serta pengobatan. Strategi mitigasi ini dilakukan dengan cara mengurangi dampak terjadinya risiko dari risiko-risiko yang memiliki dampak besar yang terdapat pada Kuadran I dan III, sehingga risiko-risiko tersebut dapat bergeser ke Kuadran II dan IV Strategi mitigasi risiko produksi pada D’Sunflower Kennel dapat terpetakan sebagai berikut :
83
Dampak (Rp)
Kuadran I :
Kuadaran II : Besar
-
-
Vaksinasi
-
Pemberian vitamin dan
50,6 juta Kecil
sampingan -
obat cacing -
Membersihkan kandang
-
Karantina
-
Pengendalian penyakit
-
Pengobatan
Melakukan usaha Menjual anjing pelacak
Kuadran IV
Kuadran III
Probabilitas (%) Kecil
15,3 %
Besar
Gambar 12. Strategi Mitigasi Risiko Produksi D’Sunflower Kennel 6.4.
Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel Tindakan preventif dan mitigasi risiko oleh petani dapat dilengkapi dengan
alternatif strategi penanganan risiko. Alternatif strategi yang dapat digunakan oleh petani untuk penanganan risiko terdapat pada Gambar 13. Pada Kuadran I terdapat risiko mortalitas anakan, kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, serta keguguran. Alternatif penanganan risiko pada kuadran ini adalah dengan strategi prevent at source. Strategi prevent at source dilakukan dengan cara melakukan bimbingan dan pengarahan, serta pelatihan kepada para kennel boy. Dengan adanya pengarahan yang benar kepada para kennel boy tentang proses produksi dalam usaha pembiakan Labrador Retreiver ini, diharapkan produksi di D’Sunflower Kennel menjadi lebih baik dan berkualitas.
84
Dampak (Rp) Besar Kuadran I :
Kuadaran II : -
Penyakit (Detect and Monitor)
-
Mortalitas anakan
-
Kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan
-
Keguguran (Prevent at Source)
50,6 juta
Kuadran IV : -
Kecil
Kuadran III :
Warna anakan tidak
-
sesuai harapan -
Kesulitan persalinan (Monitor)
Jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan (Low Control)
Probabilitas (%) Kecil
15,3 %
Besar
Gambar 13. Alternatif Strategi Penanganan Risiko Produksi di D’Sunflower Kennel Strategi detect and monitor merupakan strategi alternatif yang diterapkan untuk risiko yang berada pada Kuadran II, yaitu risiko penyakit. Strategi ini dilaksanakan dengan cara mendeteksi kejadian-kejadian merugikan akibat dari terjangkitnya penyakit, dan juga mengawasi atau memantau kebersihan kennel. Pengendalian penyakit juga harus selalu diawasi, dimana pelaksanaannya harus sesuai ketentuan yang berlaku. Contohnya adalah pentatoan anakan Labrador Retreiver yang harus dilaksanakan pada saat anakan berumur enam minggu.
85
Pada Kuadran III yang ditempati oleh risiko persalinan, alternatif strategi dapat dilaksanakan adalah strategi monitor. Strategi monitor ini dilakukan dengan cara mengawasi betina hamil selama masa kehamilannya. Pemeriksaan USG pada usia 55 hari perlu dilakukan. Hasil pemeriksaan USG yang dilakukan oleh dokter hewan akan menjadi alat bantu bagi D’Sunflower Kennel dalam menangani persalinan, terutama untuk betina yang memiliki masalah dalam kehamilannya. Pengawasan yang rendah atau low control merupakan strategi yang diterapkan untuk risiko warna anakan tidak sesuai harapan dan jenis kelamin tidak sesuai harapan. Pengawasan rendah ini dilakukan karena sumber risiko ini jarang terjadi dan tidak berdampak besar bagi D’Sunflower Kennel. Pengawasan yang bisa dilakukan untuk menghasilkan anakan yang sesuai harapan (khususnya warna yang diharapkan) adalah dengan mengawinkan pejantan dan betina yang memiliki gen yang diinginkan.
86
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan
1) Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada D’Sunflower Kennel, terdapat sumber-sumber risiko produksi yang teridentifikasi pada usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di kennel ini. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, penyakit, mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, cuaca, warna anakan tidak sesuai harapan, jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan, serta sumber daya manusia. 2) Berdasarkan hasil analisis risiko produksi, diperoleh probabilitas risiko produksi sebesar 0,425 atau 42,50 persen yang menujukkan bahwa probabilitas produktivitas anakan di bawah lima ekor per kelahiran adalah sebesar 0,425 atau 42,5 persen. Sedangkan dampak risiko produksi adalah sebesar Rp 13.232.113,57 yang menunjukkan tingkat kerugian akibat produksi tidak akan melampaui Rp.13.232.113,57 tiap siklus produksi dalam sembilan periode kelahiran. Berdasarkan probabilitas dan dampaknya, secara umum risiko produksi menempati Kuadran III yang memiliki probabilitas risiko yang besar dan dampak risiko kecil. 3) Strategi preventif yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel adalah pemeriksaan USG, perbaikan SDM, serta operasi caesar. Dengan adanya strategi ini, diharapkan risiko dapat dicegah atau dengan kata lain probabilitas risiko menjadi lebih kecil. Sedangkan strategi mitigasi diantaranya dilakukan dengan karantina, pengendalian penyakit, pengobatan, melakukan usaha sampingan, serta melakukan perawatan intensif. Dengan adanya strategi ini, diharapkan dampak dari risiko dapat diperkecil. Alternatif strategi penanganan risiko produksi untuk D’Sunflower Kennel adalah dengan menerapkan strategi prevent at source, detect and monitor, monitor, serta low control. Strategi prevent at source dilakukan dengan cara melakukan bimbingan dan pengarahan, serta pelatihan kepada para kennel boy. Strategi detect and monitor dilaksanakan dengan cara mendeteksi kejadian-kejadian merugikan akibat dari terjangkitnya penyakit, dan juga mengawasi atau memantau kebersihan kennel serta pengendalian penyakit. Strategi monitor 87
dilakukan dengan cara mengawasi betina hamil selama masa kehamilannya. Sedangkan strategi low control untuk menghasilkan anakan yang sesuai harapan (khususnya warna yang diharapkan) adalah dengan mengawinkan pejantan dan betina yang memiliki gen yang diinginkan. 7.2.
Saran
1) Manajemen Pembiakan Seperti usaha lainnya, usaha pembiakan juga memerlukan adanya manajemen yang baik. Bila pada usahatani sayuran dikenal istilah pola tanam untuk mendapatkan produksi yang baik, produktif, serta kontinu, maka pada usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel perlu diterapkan manajemen pembiakan untuk mendapatkan produksi yang baik, produktif, serta kontinu. Salah satu manajemen pembiakan yang dapat dilakukan oleh D’Sunflower Kennel
adalah sinkronisasi
birahi.
Sinkronisasi
birahi
merupakan proses penyikronan masa birahi (loops) untuk beberapa atau semua betina dengan menyuntikkan hormon estrogen secara bersamaan kepada betina-betina tersebut, sehingga betina-betina yang sudah ditetapkan tersebut dapat dikawinkan dan dapat melahirkan pada waktu yang bersamaan atau berdekatan. Dengan sinkronisasi birahi ini, diharapkan D’Sunflower Kennel dapat mencapai produktivitas yang tinggi dan kontinu. Pelaksanaan sinkronisasi birahi ini harus dipertimbangkan lebih lanjut dengan memperhatikan permintaan anjing Labrador Retreiver di pasaran, kapasitas ruangan di D’Sunflower Kennel, jumlah kennel boy yang ada, dan terutama memperhatikan biaya yang akan dikeluarkan. 2) Memperluas Usaha Sampingan D’Sunflower Kennel memiliki usaha sampingan, yaitu layanan pemacakan, grooming, penitipan, penjualan dogfood, penjualan anjing pelacak, serta jasa pengiriman anjing ke luar kota. Selama ini usaha sampingan tersebut pasar sasarannya adalah pihak-pihak yang terdapat pada lingkaran sendiri sendiri (pembiak binaan atau orang yang pernah membeli anakan
di
D’Sunflower
Kennel).
D’Sunflower
Kennel
dapat
mempertimbangkan untuk memperluas cakupan usahanya dengan melakukan 88
usaha sampingan, tidak hanya terhadap pihak-pihak yang terdapat pada lingkaran, melainkan juga terhadap pihak-pihak di luar lingkaran sendiri. 3) Pemeriksaan Rutin oleh Dokter Hewan Secara Langsung Perlu dipertimbangkan untuk memanggil dokter hewan langsung ke D’Sunflower Kennel secara rutin (misalnya setiap satu bulan sekali) agar kesehatan anjing-anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower dapat terkontrol dengan baik, dan penanganan penyakit dapat cepat dan tepat dilakukan. Namun, perlu diperhatikan seberapa penting pemeriksaan rutin oleh dokter hewan ini dilakukan dengan menimbang-nimbang biaya yang akan dikeluarkan untuk memanggil dokter hewan secara rutin. 4) Perlu dilakukan peneelitian lanjutan tentang risiko ataupun tentang aspek lain di D’Sunflower Kennel, karena bisnis pembiakan anjing ras ini masih jarang diteliti dan sangat menarik untuk dikaji lebih dalam.
89
DAFTAR PUSTAKA Anggraini PD. 2003. Analisis risiko usaha peternakan sapi perah (studi kasus di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Aziz FA. 2009. Analisis risiko dalam usaha ternak ayam broiler (studi kasus usaha peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [BPPK] Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan RI. 2008. Pengertian Manajemen Risiko. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan RI. Budiana NS, editor. 2008. Cara Praktis Merawat Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya. Darmawi H. 2008. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Bumi Aksara. Djohanputro B. 2008. Manajemen Risiko Korporat. Jakarta: Penerbit PPM Gosublogger. 2008. Pengertian resiko menurut beberapa ahli. http://www. gosublogger.com [26 Agustus 2009]. Hanafi, MM. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Kountur R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur. Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: Penerbit PPM. Larkin P, Stockman M. 2001. The Ultimate Ensyclopedia of Dogs, Dog Breed, and Dog Care. New York: Annes Publishing Inc. Lestari A. 2009. Manajemen risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei (Litopenaeus vannamei), studi kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Perkin Pusat. 2008. Pedoman dasar penyelenggaraan pameran anjing trah. http://www.perkin.or.id [4 Agustus 2009]. Rauf AA. 2005. Analisis finansial dan risiko usaha ternak sapi perah di PT X, Bogor Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Trangjiwani W. 2008. Manajemen risiko operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Uitgeverij W, van Hoeve BV. 2003. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna Mamalia 2. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Untung, O. 2004. Merawat dan Melatih Anjing. Jakarta: Penebar Swadaya. Wikipedia. 2008. Perkumpulan Kinologi Indonesia. http://www.wikipedia.com [30 Juli 2009]. 90
Wiyono. 2008. Masa depan bening, sekolah anjing. http://www.jawaban.com [30 Juli 2009]. Yasinta ME. 2009. Galeri Lengkap Anjing. Yogyakarta: Lily Publisher; Best Book.
91
LAMPIRAN
92
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PEMBIAKAN ANJING LABRADOR RETREIVER DI D’SUNFLOWER KENNEL, MAMPANG, JAKARTA SELATAN
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan hormat, Saya mohon kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar agar informasi ilmiah yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan sehingga memberikan hasil yang diinginkan. Seluruh informasi yang didapatkan dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas kerjasama anda saya ucapkan terima kasih. A. Identitas Responden 1. Nama
:
2. Jenis Kelamin
: a. Laki-laki b. Perempuans
3. Umur
:
4. Alamat
:
5. Status
: a. Menikah b. Tidak Menikah
6. Pendidikan Terakhir
:
a. SD
c. SMA
e. Sarjana (S1/S2/S3)
b. SLTP
d. Diploma (D1/D2/D3)
f. Lainnya, sebutkan ……….
93
B. Pertanyaan 1. Bagaimana perawatan anjing Labrador Retreiver dewasa di D’Sunflower Kennel ?
2. Bagaimana perawatan anjing Labrador Retreiver betina yang sedang bunting di D’Sunflower Kennel ?
3. Bagaimana perawatan anakan anjing Labrador Retreiver dewasa di D’Sunflower Kennel ?
4. Apa saja dan berapa biaya produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel ?
5. Pada umur minimal berapa anjing di D’Sunflower Kennel dapat dipacak dan apa alasannya ?
94
6. Bagaimana pemacakan dilakukan di D’Sunflower Kennel ?
7. Bagaimana memeriksa betina yang sedang dalam masa subur agar betina tersebut dapat dipacak ?
8. Berapa produksi anakan di D’Sunflower Kennel selama tahun 2008-2009 ? Tolong dijabarkan !
9. Menurut anda, apa saja risiko produksi yang terjadi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel ? Apa penyebabnya ?
10. Apa yang anda ketahui tentang manajemen risiko ? a. Manajemen risiko adalah cara untuk mengendalikan dan mengelola risiko b. Manajemen risiko adalah proses untuk mengidentifikasi kerugian dan mengatasi kerugian c. Manajemen risiko adalah pedoman untuk melindungi usaha dari risiko d. Tidak tahu
95
11. Menurut anda, siapa yang harus menerapkan manajemen risiko ?
12. Berdasarkan pertanyaan no.9, bagaimana penerapan manajemen risiko untuk risiko-risiko produksi tersebut ?
13. Apakah menurut anda manajemen risiko produksi yang telah diterapkan saat ini telah efektif ? a. Iya b. Tidak Jelaskan jawaban anda!
96
Lampiran 2. Jumlah Populasi Anjing Trah di Indonesia Tahun 2008 (ekor) No. Trah 1. Am.Cocker Spaniel 2. Anjing Gembala Belgian Malinois 3. Anjing Gembala Jerman 4. Anjing KintamaniBali 5. Basenji 6. Basset Hound 7. Beagle 8. Bichon Frise 9. Boston Terrier 10. Boxer 11. Bull Terrier 12. Bulldog 13. Cavalier King Charles Spaniel 14. Chihua Hua (Long Coat) 15. Chihua Hua (Smooth Coated) 16. Chinese Sharpei 17. Chow-Chow 18. Collie Rough 19. Dachsund (Short Hair) 20. Dachsund (Long Hair) 21. Dachsund (Wire-Haired) 22. Dalmatian 23. Dobermann 24. Dogo Argentino 25. Fox Terrier Wire Haired
Bali 0
Jabar Jateng 0 8
Jatim 9
Jaya Sumut Jumlah 33 0 50
0
0
0
23
61
0
84
38
316
208
282
430
28
1302
52
3
19
25
31
0
130
0 0 9 0 0 0 0 0 0
0 72 280 0 6 89 19 47 0
0 20 17 0 0 0 0 0 0
0 68 58 0 3 50 0 13 0
11 41 268 7 10 28 9 29 25
0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 201 632 7 19 167 28 89 25
0
2
0
0
8
0
10
4
458
60
102
1270
10
1904
0
25
2
0
39
0
66
4 0 0
372 85 412
38 6 208
50 4 78
243 53 584
0 0 0
707 148 1282
0
0
0
0
13
0
13
0
0
0
0
14
0
14
0 10 0
30 75 60
29 28 19
0 66 4
32 187 12
0 0 0
91 366 95
0
0
0
0
24
0
24
97
Lanjutan Lampiran 2. No. Trah 26. Fox Terrier (Smooth) 27. French Bulldog 28. German Shorthaired Pointer 29. Golden Retreiver 30. Great Dane 31. Italian Grey Hound 32. Jack Russel Terrier 33. Japanese Chin 34. Labrador Retreiver 35. Maltese 36. Miniature Pinscher 37. Miniature Poodle 38. Miniature Schnauzer 39. Old English Sheepdog 40. Papillon 41. Pekingese 42. Pomeranian 43. Pug 44. Rottweiler 45. Saint Bernard 46. Samoyed 47. Scottish Terrier 48. Shetland Sheepdog 49. Shih Tzu 50. Siberian Husky 51. StaffordshireBullterrier 52. Standard Poodle
Bali 0
Jabar Jateng 5 7
Jatim 8
Jaya Sumut Jumlah 15 0 35
0
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
19
0
19
988
1741
458
396
1690
18
5291
0 0
100 0
0 0
0 0
48 4
0 0
148 4
5
0
0
0
2
0
7
0 34
0 109
0 51
0 74
12 440
0 0
12 708
0 2
141 374
5 67
16 45
391 448
0 2
553 938
4
126
87
212
181
12
622
3
101
15
42
144
0
305
0
16
0
0
0
0
16
0 0 66 27 277 6 4 0
0 231 2752 857 423 65 160 13
8 22 788 148 303 0 11 0
0 8 600 126 418 4 13 0
28 158 1880 232 825 5 98 24
0 0 10 0 64 3 0 0
36 419 6096 1390 2310 83 286 37
0
94
0
0
75
0
169
24 26
1937 675
207 79
279 165
1809 402
8 2
4264 1349
0
0
0
0
5
0
5
0
16
0
0
0
0
16
98
Lanjutan Lampiran 2. No. Trah 53. Toy Poodle 54. Welsh Corgi Pembroke 55. West Highland White Terrier 56. Whippet 57. Yorkshire Terrier Total
Bali 0 0
Jabar Jateng 0 0 0 3
Jatim 0 6
Jaya Sumut Jumlah 4 0 4 53 0 62
0
25
0
16
60
0
101
0 0
1 411
0 31
0 79
0 396
0 0
1 917
1583 12724
2952
3342 12912
157
33670
Sumber : Perkin Pusat (2010)
99
Lampiran 3. Jumlah Populasi Anjing Trah di Indonesia Tahun 2009 (ekor) No.
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
13.
14.
Trah
Alaskan Malamu te Am.Coc ker Spaniel Anjing Gembala Belgian Malinois Anjing Gembala Jerman Basset Hound Basenji Beagle Bichon Frise Boston Terrier Boxer Bull Terrier Cavalier King Charles Spaniel Chihua Hua (Smooth Coated) Chihua Hua (Long Coated)
0
Sumut Konsul Jumlah at Kepula uan Riau 0 0 0 0
7
9
2
30
0
48
35
6
9
150
0
0
200
20
215
168
294
400
9
0
1106
8
194
33
54
31
0
0
320
0 33 0
0 508 0
0 64 0
27 68 0
6 358 2
0 0 0
0 0
33 1031 2
0
77
0
0
3
0
0
80
2 0
105 48
6 0
13 0
60 0
0 0
0
186 48
0
0
0
0
9
0
0
9
12
689
98
110
900
5
6
1820
0
25
1
0
40
0
0
66
Bali
Jabar
0
0
0
0
0
Jateng
0
Jatim
Jaya
100
Lanjutan Lampiran 3. No.
Trah
15.
Chinese Sharpei Chinese Crested ChowChow Collie Rough Dacs hund Dacshun d (Long Hair) Dacshun d (Wire Haired) Dalmatia n Doberma nn Dogo Argenti no English Bulldog Fox Terrier French Bulldog German Short Haired Pointer Golden Retreiver Great Dane Japanese Chin
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
29. 30. 31.
Jateng
Jabar
0
48
0
0
0
0
9
0
0
9
7
202
75
57
190
0
0
531
0
86
8
4
38
0
0
136
6
292
312
137
380
2
7
1136
0
35
2
0
13
0
0
50
0
0
0
0
10
0
0
10
0
34
6
8
23
0
0
71
3
52
8
43
220
8
3
337
0
99
27
12
13
0
0
151
0
97
0
20
0
0
126
0
77
14
0
25
0
0
116
0
35
0
0
20
0
0
55
0
0
0
0
11
0
0
11
860
1479
381 1500
0
0
4902
0
63
14
0
49
0
0
126
0
0
0
0
1
0
0
1
12
Jatim
Sumut Konsul Jumlah at Kepula uan Riau 53 0 0 113
Bali
0
9
682
Jaya
101
Lanjutan Lampiran 3. No.
Trah
32.
Kerry Blue Terrier Labrador Retreiver Miniatu re Pinscher Miniatu re Schnau zer Maltese Old English Papillon Pekinge se Pomera nian Poodle Pug Rottwei ler Saint Bernard Samoyed Scottish Terrier Shetland Sheep dog Shih Tzu Siberian Husky Stafford Bull Terrier
33. 34. 35.
36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
Bali
Jabar
Jateng
Jatim
0
0
12
0
69
141
85
17
286
95
0
168
0 0
400
0
0
750
13
425
12
0
848
28
32
145
4
0
377
155 38
19 0
56 0
375 5
0 0
0 0
605 43
0 1
77 202
9
9 0
13 138
0 0
0 0
99 364
77
3240
959
479 1950
6
11
6722
5 29 170
181 933 341
79 194 403
118 84 327
90 250 487
2 12 7
0 0 9
475 1502 1744
0
55
0
0
3
0
0
58
2 0
144 77
20 3
26 0
50 22
0 0
0 0
242 102
0
87
0
41
0
0
137
91 29
1727 704
315 155
195 1560 118 405
3 4
0 7
3891 1422
0
0
0
0
0
11
23
9
55
Sumut Konsul Jumlah at Kepula uan Riau 0 0 0 12
Jaya
0
11
102
Lanjutan Lampiran 3. No.
51. 52.
53.
54. 55.
Trah
Jabar
Jateng
Standard 0 Poodle Welsh 0 Corgi Pembro ke West 0 Highland White Terrier Whippet 0 Yorkshi 0 re Terrier Total 1441
38
0
2
38
5
12
100
0
0
155
87
2
2
150
0
0
241
77 313
0 46
0 90
0 525
0 0
0 0
77 974
4013 2835
11681
104
43
33721
13604
Ja tim
Sumut Konsul Jumlah at Kepula uan Riau 0 0 0 40
Bali
Jaya
103
Lampiran 4. Data Produksi dan Penerimaan Anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel Tahun 2008-2009
1.
Kelahiran Tanggal 12 Februari 2008 (6 ekor) Pejantan : Ina. Ch. D’Sunflower Alto Betina : Blackliss Angel Of Christmas
Nama Anjing D’Sunflower Gallant Knight D’Sunflower Of Eden D’Sunflower Glamourous Night D’Sunflower Gala Night D’Sunflower Gone With The Wind D’Sunflower Good Will Hunting Total 2.
Warna Hitam Hitam Hitam
Harga Jual (Rp) 7.000.000 5.000.000 3.000.000
Betina Betina
Hitam Hitam
5.000.000 -
Betina
Hitam
3.500.000 23.500.000
Kelahiran Tanggal 7 Maret 2008 (2 ekor) Pejantan : Hunt C. Clayview Sense Of Humor Betina : D’Sunflower Emerald
Nama Anjing D’Sunflower Hall Of Fame D’Sunflower Harlequinn Total 3.
Jenis Kelamin Jantan Betina Betina
Jenis Kelamin Jantan Jantan
Warna Harga Jual (Rp) Kuning 4.000.000 Kuning 4.500.000 8.500.000
Kelahiran Tanggal 13 April 2008 (2 ekor) Pejantan : Ina. Ch. D’Sunflower Le-Monde Prince D.H. Betina : Sunshadow Dane Ripper
Nama Anjing D’Sunflower Indiana Jones D’Sunflower Incredible Hulk Total
Jenis Kelamin Jantan Jantan
Warna Harga Jual (Rp) Kuning Kuning 7.000.000 7.000.000
104
4.
Kelahiran Tanggal 8 Juni I 2008 (3 ekor) Pejantan : Cappucino Blast Of Simply Betina : Alfis Von Veron House
Nama Anjing D’Sunflower JK Rowlings D’Sunflower Jak Jazz D’Sunflower Jade Lady Total 5.
Warna Coklat Kuning Coklat
Harga Jual (Rp) 5.000.000 3.000.000 7.000.000 15.000.000
Warna Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat Coklat
Harga Jual (Rp) 10.000.000 10.000.000 10.000.000 7.000.000 7.000.000 8.000.000 8.000.000 60.000.000
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
Harga Jual (Rp) 5.000.000 4.000.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 19.500.000
Kelahiran Tanggal 8 Juni II 2008 (8 ekor) Pejantan : Cappucino Blast Of Simply Betina : Alma Von Veron House
Nama Anjing D’Sunflower Koffie Late D’Sunflower Koffie Mocha D’Sunflower Koffie Bean D’Sunflower Koffie Kahlua D’Sunflower Koffie Cream D’Sunflower Koffie Milk D’Sunflower Koffie xxx Total Ket : Mati 1 betina 6.
Jenis Kelamin Jantan Jantan Betina
Jenis Kelamin Jantan Jantan Jantan Jantan Jantan Betina Betina
Kelahiran Tanggal 16 Juni 2008 (5 ekor) Pejantan : Hunt C. Clayview Sense Of Humor Betina : D’Sunflower Jazz Mellody
Nama Anjing D’Sunflower ‘Loco Moco D’Sunflower Love Me Tender D’Sunflower Love Me Sweet D’Sunflower Love Me Dear D’Sunflower Love Me Do Total
Jenis Kelamin Jantan Betina Betina Betina Betina
105
7.
Kelahiran Tanggal 12 Agustus I 2008 (3 ekor) Pejantan : Ina. Ch. D’Sunflower Le-Monde Prince D.H. Betina : D’Sunflower Midnight Blue Pearl
Nama Anjing D’Sunflower Michael Angelo D’Sunflower Max Total Ket : Mati 1 betina 8.
Warna Hitam Hitam
Harga Jual (Rp) 5.000.000 5.000.000 10.000.000
Kelahiran Tanggal 12 Agustus II 2008 (1 ekor) Pejantan : Hunt C. Clayview Sense Of Humor Betina : Janvalli Bound For Glory
Nama Anjing D’Sunflower Nothing Hill Total 9.
Jenis Kelamin Jantan Jantan
Jenis Kelamin Jantan
Warna Harga Jual (Rp) Kuning 5.000.000 5.000.000
Kelahiran Tanggal 12 Januari 2009 (9 ekor) Pejantan : Cappucino Blast Of Simply Betina : Alfis Von Veron House
Nama Anjing D’Sunflower Off The Record “Ace” D’Sunflower Off The Roof D’Sunflower Off The Chart D’Sunflower On Air D’Sunflower On Stage D’Sunflower On Board D’Sunflower On The Spot D’Sunflower On Command Total Ket : Mati 1 jantan
Jenis Kelamin Jantan
Warna Coklat
Harga Jual (Rp) 8.000.000
Jantan Jantan Betina Betina Betina Betina Betina
Kuning Kuning Coklat Coklat Coklat Kuning Kuning
4.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 7.000.000 37.000.000
106
10. Kelahiran Tanggal 16 April 2009 (6 ekor) Pejantan : Hunt C. Clayview Sense Of Humor Betina : Janvalli Bound For Glory Nama Anjing D’Sunflower Patrick D’Sunflower Paolo D’Sunflower Polo D’Sunflower Pedro D’Sunflower Pascale D’Sunflower Paris Total
Jenis Kelamin Jantan Jantan Jantan Jantan Jantan Betina
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
Harga Jual (Rp) 5.000.000 4.500.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 4.000.000 25.500.000
Jenis Kelamin Jantan
Warna Hitam
Harga Jual (Rp) -
Jantan Jantan Betina
Hitam Hitam Kuning
5.000.000 5.000.000 4.000.000
Betina
Kuning
5.000.000 19.000.000
11. Kelahiran Tanggal 1 Oktober 2009 (6 ekor) Pejantan : Hunt C. Clayview Sense Of Humor Betina : D’Sunflower Wish U Happiness Nama Anjing D’Sunflower Quick Rising Star Sonic D’Sunflower Quest For Atlantis D’Sunflower Quiz Master D’Sunflower Quantum Of Solace D’Sunflower Quick Silver Total Ket : Mati 1 jantan
12. Kelahiran Tanggal 21 Oktober I 2009 (1 ekor) Pejantan : Hunt C. Clayview Sense Of Humor Betina : D’Sunflower Da Vinci Monalisa Nama Anjing D’Sunflower R. Total
Jenis Kelamin Betina
Warna Harga Jual (Rp) Kuning -
13. Kelahiran Tanggal 21 Oktober II 2009 (8 ekor) Pejantan : Hunt C. Clayview Sense Of Humor Betina : D’Sunflower Jazz Mellody Ket : Mati semua, terkena Parvovirus
107
14. Kelahiran Tanggal 24 Oktober 2009 (2 ekor) Pejantan : Hunt C. Clayview Sense Of Humor Betina : Janvalli Bound For Glory Ket : Mati semua, terkena Parvovirus 15. Kelahiran Tanggal 9 Desember 2009 (5 ekor) Pejantan : Ina. Ch. D’Sunflower Le-Monde Prince D.H. Betina : D’Sunflower Midnight Blue Pearl Nama Anjing D’Sunflower Tarosuke D’Sunflower T. Rusty D’Sunflower Tango Along D’Sunflower Truly Yours D’Sunflower Tender Heart Total
Jenis Kelamin Jantan Jantan Jantan Betina Betina
Warna Kuning Kuning Hitam Kuning Kuning
Harga Jual (Rp) 8.000.000 7.000.000 15.000.000
Warna Kuning Albino Kuning Albino Coklat Coklat
Harga Jual (Rp) 8.000.000
16. Kelahiran Tanggal 29 Desember 2009 (6 ekor) Pejantan : Brown Sugar Of Simply Betina : Alma Von Veron Nama Anjing D’Sunflower U. Sam
Jenis Kelamin Jantan
D’Sunflower U. Daffodil
Betina
D’Sunflower U. D’Sunflower U. Total Ket : Mati 1 jantan dan 1 betina
Betina Betina
5.500.000 13.500.000
Keterangan :
Pemasukan Selama Tahun 2008-2009 Sebesar Rp 258.500.000,00
Total Jumlah Anakan = 73 ekor
Jumlah Anakan yang Mati = 16 ekor
Jumlah Anakan yang Hidup = 57 ekor
Jumlah Anakan yang Terjual = 46 ekor
Jumlah Anakan yang Belum Terjual / Dipelihara Menjadi Biakan = 11 eko
108
Lampiran 5. Hasil Penghitungan Probabilitas dan Dampak Sumber Risiko Produksi D’Sunflower Kennel Risiko kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan Probabilitas f
4
T
20
P
0,2
Dampak (Rp) 4
x
4
x
5.620.000
89.920.000 Risiko penyakit Probabilitas f
10
T
73
P
0,136986301
Dampak (Rp) 10
x
5.620.000
56.200.000 Risiko mortalitas anakan Probabilitas f
16
T
73
P
0,219178082
Dampak (Rp) 16
x
5.620.000
89.920.000
109
Risiko kesulitan persalinan Probabilitas f
4
T
16
P
0,25
Dampak (Rp) 1
x
5.620.000
5.620.000 Risiko warna anakan tidak sesuai harapan Probabilitas f
4
T
73
P
0,054795
Dampak (Rp) 4
x
5.620.000
22.480.000 Risiko jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan Probabilitas f
4
T
73
P
0,054795
Dampak (Rp) 4
x
5.620.000
22.480.000
110
Risiko keguguran Probabilitas f
3
T
19
P
0,157895
Dampak (Rp) 3
x
4
x
5.620.000
67.440.000 Ket : Rp 5.620.000,00 merupakan harga rata-rata satu ekor anakan
111
Lampiran 6. Hasil Penghitungan Status Sumber Risiko Produksi D’Sunflower Kennel No. 1.
Sumber risiko Kegagalan
atau
tepatnya pemacakan
2.
Penyakit
3.
Mortalitas anakan
4.
Kesulitan persalinan
5. 6. 7.
tidak
Warna anakan tidak sesuai harapan Jenis kelamin anakan tidak sesuai harapan Keguguran
Rata-rata Rata-rata dibulatkan
Probabilitas
Dampak (Rp)
Status (Rp)
0,2
89920000
17984000
0,136986301
56200000 7698630,116
0,219178
89920000 19708485,76
0,25
5620000
1405000
0,054795
22480000
1231791,6
0,054795
22480000
1231791,6
0,157895
67440000
10648438,8
0,155252586
0,153378472
50580000
0,155
0,153
50600000
112
Lampiran 7. Variasi Warna Anjing Labrador Retreiver
Labrador Retreiver Coklat
Labrador Retreiver Kuning
113
Labarador Retreiver Hitam Lampiran 8. Galeri Foto D’Sunflower Kennel
SURAT SILSILAH/SERTIFIKAT
Tampak Depan
Tampak Belakang
PRESTASI
Piala-piala Penghargaan
Piagam-piagam Penghargaan
114
KEGIATAN-KEGIATAN
Memandikan Anjing
Pemberian Vitamin
Memberi Makan
FASILITAS-FASILITAS
Kandang Display
Lapangan Umbaran
115
ANJING-ANJING LABRADOR RETREIVER D’SUNFLOWER KENNEL
Angus
Tomtom
Sam
Mulan dan Jameela
Mia
116