LPPM Politeknik Bengkalis
ANALISIS PRODUKSI KAIN TENUN LEJO PADA USAHA YUDI DI BENGKALIS Muhammad Hamidi Administrasi Niaga Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei- Alam, Bengkalis – Riau
[email protected]
Abstrak Kain tenun lejo merupakan suatu ciri khas budaya melayu terutama di negeri Bengkalis Negeri Junjungan, berbagai macam bentuk dan ragam motif serta model kain tenun lejo banyak dijumpai pada saat sekarang ini, dengan harga yang lumayan terjangkau kain tenun lejo ini diproduksi oleh pengrajin tenun yang tersebar hampir diseluruh Kabupaten Bengkalis termasuk di Kecamatan Bengkalis salah satunya adalah Yudi yang mempunyai usaha kain tenun lejo ini dengan memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup dan dikatakan berhasil dalam pengembangan usaha ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah produksi kain tenun lejo yang diproduksi oleh Yudi dengan memnfaat berbagai faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan baku, modal, metode, alat serta proses produksi yang di analisa secara secara skunder dan pengamatan langsung dilapangan yang nantinya dipapar secara deskriptif guna mendapatkan suatu kesimpulan yang mendekati tujuan dari penilitian ini. Keywords : kain tenun lejo, produksi, proses produksi, tenaga kerja, bahan baku, modal, metode.
1. PENDAHULUAN Setiap daerah mempunyai suatu ciri khas yang dapat dijadikan sebagai suatu keunggulan seperti Kota Rengat dengan dodol atau manisan kedondong, Bagan siapiapi dengan ikan tidak ketinggalan juga kabupaten Bengkalis seperti Selat Panjang dengan sagu, Bengkalis sendiri dengan terasi (belacan), dodol nenas atau durian dan tidak ketinggalan kain tenun lejo. Dapat kita ketahui bahwa kain tenun sebenarnya sudah merupakan cirri khas dari propinsi Riau karena hamper setiap kabupaten memproduksi kain tenun sebagai warisan leluhur budaya melayu tetapi perlu dingat bahwa kain tenun lejo berasal dari Bengkalis tepatnya dari seberang pulau Bengkalis yakni Bukit Batu Di Bengkalis sendiri banyak dijumpai masyarakat memproduksi kain tenun lejo tetapi belum terorganisir dengan baik, lagi pula belum dijumpai adanya pengembangan seperti warna kain, motif kain dan bentuk dari
kain tersebut sehingga kurang begitu diminati oleh masyarakat. Pada umumnya warna kain yang diproduksi masih merupakan perpaduan warna dasar seperti merah, kuning dan hijau. Bentuk kain yang diproduksi hanya kotak-kotak dengan variasi motif atau bunga kain seperti pucuk rebung, siku keluang dan tampuk manggis begitu juga dengan peralatan dan metode yang digunakan sebagai media pengembangan. Lain halnya dengan usaha kain tenun lejo yang diproduksi oleh Yudi, jumlah produksi dari tahun ke tahun terus meningkat walaupun pada dasarnya masih menggunakan bahan baku, warna kain dan alat yang sama. Dari pemaparan di atas untuk itu kami melakukan penelitian dengan judul: Analisis Produksi Kain Tenun Lejo Pada Usaha Yudi Di Bengkalis.
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
273
LPPM Politeknik Bengkalis
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk mempermudah dalam pembahasan masalah, maka perlu perlu adanya rumusan pokokpokok permasalahan yaitu : Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya peningkatan produksi kain tenun lejo pada usaha Yudi di Bengkalis. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadi peningkatan jumlah produksi kain tenun lejo pada usaha Yudi yang berada di Bengkalis. Sebagai asumsi sementara disebabkan karena metode yang digunakan oleh Yudi. 2. PRODUKSI Produksi berbeda dengan produktivitas, produktivitas lebih sering dipakai untuk rill jam kerja sementara produksi adalah merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menambah kegunaan atau nilai suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang ada. Selain itu ada juga beberapa ahli menyebutkan bahwa produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang transformasikan masukkan (input) menjadi keluaran (output) tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk. 3.
PROSES PRODUKSI
Dalam menghasilkan produk atau jasa (menambah kegunaan utility) tentunya kegiatan ini dilakukan melalui suatu aktivitas yang disebut dengan proses produksi. Proses produksi dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk mengolah faktor-faktor produksi yang ada menjadi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Sofyan Assauri proses produksi
adalah sebagai cara atau metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yaitu tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana. Ada 4 cara proses produksi berdasarkan bahan dan jumlah yang diproduksi menurut M. Manulang yaitu : [a] Ektratif, yaitu perusahaan melakukan langsung dari alam dan mengubah bila perlu seterusnya menjual ke pasar. [b] Analistis yaitu perubahan dalam proses produksi menggunakan jenis bahan mentah untuk menghasilkan dua atau lebih barang jadi [c] Sintesis yaitu perubahan menggunakan beberapa bahan mentah dalam proses produksinya untuk menghasilkan suatu jenis barang. [d] Pengubahan yaitu perusahaan dalam proses produksinya mengubah bahan mentah saja. Menurut Pangestu Subagyo proses produksi dapat dibagi kedalam dua macam sifat yaitu proses produksi terus menerus (continous) dan terputus-putus (intermitten). [a] Proses produksi terus menerus (Continous) adalah proses produksi yang tidak pernah berganti macam barang yang dikerjakan. Proses ini ditandai sebagai aliran bahan baku yang selalu tetap atau mempunyai pola yang sama sampai produk selesai dikerjakan. Jenis proses ini biasanya untuk membuat produk secara masal atau jumlah uang besar. [b] Proses produksi terputus-putus (intermitten), proses ini digunakan untuk pabrik atau usaha yang mengerjakan barang bermacam-macam dengan jumlah setiap macamnya hanya sedikit. Pada proses produksi terputus-putus ini bahan baku sampai produk jadi tidak memiliki pola yang pasti atau selalu berubah-ubah antara produk yang satu dengan lainnya biasanya berbeda-beda dalam hal kualitas, jumlah, harga dan design.
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
274
LPPM Politeknik Bengkalis
4.
BAHAN BAKU
7. METODE
Untuk menjamin terlaksananya kegiatan proses produksi dalam suatu perusahaan harus ditunjang oleh tersediannya bahan baku yang cukup disamping faktor-faktor produksi yang lain. Dengan tersedianya bahan baku yang cukup diharapkan kegiatan operasional akan terus berkelanjutan. Bahan baku sendiri adalah sebagian bahan-bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang belum dikerjakan dan digunakan dalam proses produksi dimana sifat maupun wujudnya belum berubah atau dengan kata lain bahan-bahan tersebut secara fisik diolah menjadi barang jadi.
Didalam metode terdapat pelaksanaan manajemen perusahaan yaitu bagaimana dengan sumber-sumber ekonomi yang terbatas dapat diwujudkan barang atau jasa yang dapat memuaskan konsumen sekaligus memberikan keuntungan bagi perusahaan. Metode adalah merupakan suatu pelaksanaan kerja produktif seperti pengambilan keputusan, pemberian inisiatif atau ide dan pemikiran yang semuanya ditujukan agar pengelolaan sumber-sumber ekonomi dapat berjalan dengan lancer.
5. TENAGA KERJA
Untuk menunjang proses produksi maka dipergunakan mesin, mesin dapat digunakan untuk membantu manusia sebagai tenaga kerja dalam proses pengerjaan untuk memproduksi suatu produk dan dalam hal ini dapat membantu untuk menghasilkan barang tersebut dalam waktu yang relative singkat, jumlah produksi lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Sofyan Assauri menjelaskan bahwa mesin adalah merupakan suatu peralatan yang digerakkan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang dipergunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian-bagian tertentu. Mesin dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni mesin yang bersifat khusus dan yang bersifat umum.
Salah satu kunci perusahaan adalah tenaga kerja, tenaga kerja merupakan aset perusahaan untuk melaksanakan pekerjaan perusahaan apalagi perusahaan tersebut kegiatannya adalah produksi. Arie Banggalo menerangkan bahwa tenaga kerja adalah merupakan orang-orang yang bekerja di dalam pabrik atau suatu perusahaan untuk mendapatkan hasil pendapatan berupa gaji atau upah dari hasil produktivitas yang dilakukan terhadap perusahaan. Tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga pikiran, tenaga kerja pelaksana dan tidak terdidik.
8. MESIN ATAU PERALATAN
9. PERUMUSAN HIPOTESA 6. MODAL Modal sangat berpengaruh dalam suatu perusahaan, tanpa modal perusahaan tidak akan berjalan dengan lancer. Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo modal secara luas dapat didefenisikan sebagai sejumlah uang atau barang yang dibeli dengan uang tersebut untuk memproduksi barang lain termasuk didalamnya mesin-mesin, peralatan, pabrik dan fasilitas kantor. Dalam proses produksi modal dihubungkan dengan keuangan yang dibutuhkan dalam pembiayaan pembuatan produk.
Bertitik tolak dari perumusan masalah di atas dan didukung oleh teori-teori yang telah dikemukan maka dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai suatu kesimpulan sementara yaitu diduga faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan produksi kain tenun lejo pada usaha Yudi di Bengkalis adalah tenaga kerja, modal, bahan baku, variasi corak dan bentuk, serta mesin dan peralatan. 10. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah bersifat penjelasan
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
275
LPPM Politeknik Bengkalis
(explanatory research), yaitu penelitian yang tidak hanya menerangkan dan mengumpulkan data, tetapi menganalisa data yang didapatkan. Data yang digunakan merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang menyangkut data jumlah target dan realisasi produksi, jumlah tenaga kerja, pengadaan bahan baku, modal dan keuangan, konsep produksi serta mesin yang dipergunakan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara , dalam menganalisa menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang menguraikan secara menyeluruh semua data dan informasi yang diperoleh kemudian diuraikan dalam penjelasan kemudian dianalisa dengan menggabungkan beberapa teori yang relevan unti diambil kesimpulan. 11. ANALISIS BAHAN BAKU Pada usaha kain tenun lejo Yudi bahan baku yang digunakan berupa benang katun sebagai bahan dasar pokok, kemudian benang emas atau perak sebagai penghias corak kain. Benang katun tersebut berbentuk gulungan besar, 1 gulungan seberat 333,33 gram sebanding dengan 1 kg untuk 3 untai benang dengan warna dasar putih yang didapatkan langsung dari India melalui Bandung sedangkan benang emas atau perak didapatkan langsung dari Singapura berbentuk bungkusan atau pak, 1 pak terdiri dari 50 pintal atau unting kecil. Untuk mendapatkan bahan baku yang berkualitas baik, benang katun yang putih tersebut dicelup dengan zat pewarna selain itu juga untuk mendapatkan warna benang yang lain dari biasanya dan berbeda dengan usaha lain yang sejenis. Terkadang usaha Yudi juga mendapatkan bahan baku benang dari Sumatera Barat tepatnya di Silungkang, tetapi sering mengalami masalah yaitu benang mudah luntur sehingga kualitas tenunan menjadi kurang baik. Kedua bahan baku tersebut sangat mudah didapatkan dan jarang mengalami kehabisan stok, kalaupun terjadi usaha Yudi biasanya melakukan system barter dengan usaha yang lain. Untuk setiap kali produksi bahan baku yang yang digunakan setelah dikurangi dengan
kebutuhan masih dijumpai adanya sisa yang digunakan untuk proses produksi yang lainnya. Tabel 1. Kebutuhan Bahan Baku Produksi Kain Tenun Lejo Yudi
Jenis kain
Kebutuhan Bahan baku Benang Benang katun emas 3,5 ons 8 unting 4 ons 20 unting 4 ons 27 unting
Kain samping 90 cm Kain agak padat Kain padat keliling tanpa kepala kain Kain padat keliling 4 ons berkepala kain Kain biasa 4 ons Sumber : Usaha Kain Tenun Lejo Yudi
30 unting 10 unting
Tabel 2. Kebutuhan Bahan Baku Produksi Kain Tenun Lejo Yudi
Jenis kain
Kelebihan Bahan Baku Benang Benang Katun Emas 996,5 ons 42 unting 996 ons 30 unting
Kain samping 90 cm Kain agak padat Kain padat keliling tanpa kepala kain 996 ons Kain padat keliling Berkepala kain 996 ons Kain biasa 996 ons Sumber: Usaha Kain Tenun Lejo Yudi
23 unting 20 unting 40 unting
Walaupun terdapat sisa kebutuhan bahan baku dari suatu produksi, namun usaha kain tenun lejo Yudi tetap mempersiapkan bahan baku sebanyak 50 kg benang katun dan 30 pak benang emas atau perak. Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan bahan baku untuk produksi tersedia dengan baik dan cukup, sisa dari satu produksi masih bisa dimanfaatkan untuk produksi yang lain. Hal ini juga masih didukung dengan adanya persediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak terduga sehingga tidak terjadinya penundaan dalam produksi.
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
276
LPPM Politeknik Bengkalis
12. ANALISIS TENAGA KERJA Usaha kain tenun lejo Yudi memiliki 30 orang pengrajin atau pekerja yang terdapat di Bengkalis dan juga di Pekanbaru, namun persentasenya lebih besar di Bengkalis yakni sebanyak 90% sementara sisanya berada di Pekanbaru, di Bengkalis pengrajin atau tenaga kerja tersebut tersebar di desa Kelapapati, Sebauk, Teluk Latak dan Meskom dengan latar belakang pendidikan rata-rata tamatan SD sebanyak 10%, tamatan SMP 40% dan tamatan SMA 50% dan kebanyakan adalah ibu rumah tangga yang memanfaatkan waktu luang untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Setiap pengrajin memiliki pengalaman kerja kurang dari 1 tahun sebesar 23%, 1 tahun tetapi kurang dari 3 tahun sebesar 43% dan lebih dari 3 tahun namun kurang dari 5 tahun sebanyak 34%. Walaupun jenis pekerjaan ini memerlukan spesialisasi pekerjaan namun tingkat pendidikan bukan penghalang untuk mencapai keberhasilan selain itu pengalaman kerja merupakan faktor utamanya, hal ini disebabkan keahlian seseorang dapat dibentuk namun pengalaman tidak. Selain itu untuk kemudahan, setiap pengrajin difasilitasi dengan sebuah alat tenun, dalam proses produksinya usaha Yudi menerapkan bonus selain upah pengerjaan apabila pesanan tersebut dapat diselesaikan sebelum target waktu yang ditetapkan. 13. MODAL Modal usaha awal didapatkan dari modal sendiri sebesar Rp. 25.000.000,- yang digunakan untuk membeli alat tenun sebanyak 3 buah dan bahan baku. Dalam proses produksi usaha kain tenun lejo Yudi menerapkan sistem modal kerja yaitu modal yang dipergunakan untuk keperluan seharihari, dikatakan demikian karena perputaran modalnya tidak kurang dari setahun dan sifatnya terbuka dan menghasilkan keuntungan untuk saat sekarang.
Modal yang diperlukan dalam memproduksi sehelai kain tenun lejo berbeda untuk setiap jenis atau modelnya hal ini juga dipengaruhi akan kebutuhan benang katun dan benang emas atau perak serta tingkat kerumitan dalam pengerjaannya, perputaran modal didapatkan dari harga jual banyaknya kain yang terjual akan mempengaruhi ketersediaan modal untuk produksi selanjutnya. Perbandingan antara modal dan harga jual pada usaha kain tenun lejo Yudi tidak terlalu jauh namun modal untuk perputaran produksi selanjutnya sudah tersedia. 14. METODE Metode merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam suatu manajemen usaha, metode menyangkut berbagai hal yang berguna untuk mendapatkan suatu keuntungan. Metode yang diharapakan berupa insiatif, ide dan pemikiran, kebijakkan-kebijakkan dan pengambilan keputusan dengan tujuan untuk memenuhi dan memberikan kepuasan kepada setiap orang. Dalam usaha kain tenun lejo Yudi ada beberapa metode yang diterapkan sebagai berikut: [a] Kebijakkan untuk mencelup sendiri benang-benang untuk mendapatkan warna yang sesuai dan terjamin kualitasnya. [b] Mempunyai ide serta inisiatif untuk mencampurkan berbagai jenis warna benang untuk mendapatkan komposisi warna kain yang lebih berani dan berbeda dengan produk lain yang sejenis. [c] Adanya pengembangan bunga atau motif pada kain dengan memodifikasikan motif yang lama dengan memanfaatkan benang perak selain benang emas yang lebih mendominasi. [d] Kebijakkan pemberian bonus dan sistem target waktu pengerjaan terhadap tenaga kerja. [e] Memanfaatkan sisa kain untuk memproduksi barang lain seperti tepak, kotak tisu dan lain-lain.
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
277
LPPM Politeknik Bengkalis
[f] Kebijaksanaan untuk melakukan barter bahan baku seperti benang emas atau perak. [g] Adanya inisiatif untuk memberikan saran kepada pemesan terhadap motif dan corak kain. [h] Untuk memperluas jaringan kerja serta pelanggan dengan mengikuti berbagai pameran yang diadakan di dalam maupun di luar negeri. 15. MESIN ATAU PERALATAN Mesin atau peralatan digunakan untuk menunjang proses produksi dan membantu manusia dalam mengerjakan berbagai hal. Dalam proses produksinya usaha kain tenun lejo Yudi menggunakan mesin atau peralatan yang bersifat umum, karena mesin-mesin tersebut tidak dibuat berdasarkan pesanan tetapi dibuat berdasarkan standar kebutuhan pasar, dibuat dalam jumlah yang besar dan harganya lebih murah. Mesin atau peralatan tersebut dinamakan alat tenun Gun atau Karap. Alat tenun Gun merupakan alat tenun yang sudah dimodifikasi sedangkan karap adalah alat tenun yang masih tradisional. Cara kerja kedua alat tenun tersebut sama namun untuk alat tenun Gun sudah sedikit mudah dibandingkan alat tenun Karap. Perbedaan kedua alat tenun tersebut hanya terletak pada pijakkan saat menenun, pijakkan berfungsi untuk mengatur perpindahan benang pada saat menenun. Alat tenun Gun mengenal sistem 4 pijakan, pijakan 1 dan 4 untuk benang sementara pijakan 2 dan 3 untuk motif, dan bunga penghias kain sudah diletakkan pada rentangan benang dengan menggunakan coban sesuai dengan motif yang diinginkan. Alat tenun Karap hanya mengenal 2 pijakkan yang digunakan secara bergantian, untuk bunga penghias diatur terlebih dahulu direntang benang dengan menggunakan lidi kelapa atau nipah, benang emas atau perak baru diletakkan pada saat menenun.
Hasil yang didapatkan dari kedua alat tenun tersebut baik motif, corak kain dan warna sama tetapi secara spesifik hasil yang didapakan agak sedikit berbeda, alat tenun Gun karena sudah dimodifikasi hentakan untuk merapatkan kain sudah stabil sementara alat tenun Karap kerapatan kain tergantung dari hentakan dan kekuatan pengrajin tersebut. Pada usaha kain tenun lejo Yudi alat tenun Gun sudah digunakan sepenuhnya pengrajin di Pekanbaru, sementara di Bengkalis masih menggunakan alat tenun Karap. 16. PROSES PRODUKSI Dalam usaha kain tenun lejo Yudi mengenal 2 tahap proses produksi yaitu proses pengubahan warna (pencelupan warna) dan proses menenun. Proses pengubahan warna Proses ini diawali dengan mencelupkan benang mentah ( warna putih ) yang masih dalam gulungan besar kedalam bak yang sudah berisi larutan warna selama lebih kurang 1 sampai 2 jam, selanjutnya benang tersebut dimasukkan kedalam bak yang berisi air bersih untuk dilakukan proses selanjutnya guna membersihkan partikel warna yang masih melekat, setelah bersih benang tersebut dijemur di bawah panas matahari dan dianginanginkan yang disebut dengan proses pengeringan, panas matahari memegang peranan yang penting terhadap kualitas benang, jika tidak cukup disinari panas matahari akan menyebabkan benang tersebut mudah luntur dan proses ini memakan waktu lebih kurang seminggu atau lebih. Proses menenun Proses ini diawali dengan mengurai benang dari gulungan besar menjadi gulungan agak kecil yang disebut dengan bobin, bobbin adalah alat penggulung benang dan proses ini disebut dengan kelos, selanjutnya benangbenang tersebut kedalam bobbin yang kecil yang kemudian disusun disuatu tempat yang bernama hanian, hanian merupakan susunan
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
278
LPPM Politeknik Bengkalis
kayu atau paku yang tersusun disebatang kayu atau dinding. Untuk satu jenis kain yang bercorak tabir atau polos memerlukan 40 bobin kecil dan benang warna lain yang digunakan sebagai pakam yang digulung dalam pellet atau coban. Untuk jenis kotak-kotak memerlukan 2 atau 3 jenis warna benang dengan 120 bobin dengan asumsi 1 jenis warna benang sebanyak 40 bobin dan warna benang lain sebagai pakam. Setelah disusun dalam hanian benang-benang tersebut kemudian digulung ke dalam bobin besar dengan cara diputar untuk jenis kain kotak-kotak setiap jenis warna benang digulung secara bergantian untuk setiap jenis warna, selanjutnya benang-benang tersebut dimasukkan ke dalam alat tenun karap atau gun satu persatu, disini terlihat lagi perbedaan antara alat tenun Gun dan Karap. Alat tenun Gun benang-benag tersebut dimasukkan satu persatu melalui untaian besi sedangkan alat tenun Karap benang-benang tersebut dimasukkan ke dalam untaian benang bola, proses ini dinamakan menyisir. Proses selanjutnya adalan menenun sesuai dengan corak dan bentuk serta pola yang sudah disiapkan, proses menenun ini memakan waktu paling lama 1 bulan, tergantung tingkat kerumitan pengerjaan. Setelah proses menenun selesai kain yang tenun yang sudah jadi tersebut dilipat dan kemudian dimasukkan kedalam kemasan plastic untuk menjaga kebersihan dan keutuhan kain tersebut.
[b]
[c]
[d]
[e]
[f]
sangat memuaskan. Pengalaman dalam memproduksi kain tenun lejo memegang peranan yang penting untuk keberhasilan produksi Bahan baku yang tersedia pada usaha kain tenun lejo Yudi dikatakan sangat baik dan berkualitas, ketersediaan bahan baku cukup dan mudah didapatkan, dengan bahan baku yang berkualitas bias menjamin untuk mendapatkan produksi yang baik dan dapat memenuhi keinginan pasar. Suatu usaha dikatakan berhasil dan berkembang jika perputaran modalnya dapat berputar secara alami dan baik, pada usaha kain tenun lejo Yudi perputaran modal berputar secara normal dan wajar, dengan menggunakan modal awal secara pribadi untuk mengurangi resiko yang kemudian ditambah lagi dengan dana yang segar, perputaran yang baik akan menjamin kelangsungan produksi berikutnya. Metode yang diterapkan merupakan suatu cara agar dapat bertahan dalam persaingan dengan usaha sejenis, pencelupan warna untuk mendapatkan warna tersendiri dan berbeda dengan yang lain sekaligus untuk menjaga kualitas begitu juga dengan halhal yang lain. Untuk mesin atau peralatan yang digunakan sama dengan semua pengrajin yang memproduksi kain tenun lejo yang ada di Bengkalis, tidak banyak perbedaan. Proses produksi yang dilakukan juga tidak jauh berbeda dengan usaha lain yang sedikit membedakan adalah pencelupan warna sendiri bukan merupakan benang yang sudah jadi.
17. KESIMPULAN DAFTAR PUTAKA [a] Pada usaha kain tenun lejo Yudi tenaga kerja yang disebut sebagai pengrajin dianggap sebagai mitra bisnis, sistem pemberian upah serta adanya bonus setelah selesai pengerjaan memberikan suatu motivasi tertentu atau semangat dalam bekerja dan dapat berproduksi dengan lebih baik sehingga dapat diselesaikan tepat waktu dan hasil yang didapatkan
Ahyari Agus. Manajemen Produksi, Pengendalian Produksi, BPFE, Yogyakarta, 1990. Assauri Sofyan, Manajemen Produksi dan Operasi, LPFE UI, Jakarta 1993. Nurmansyah. Manajemen Sumber Daya Manusia, press UNILAK, Pekanbaru, 2000.
Disampaikan Pada Seminar Nasional Industri dan Teknologi [SNIT] 2008 Bengkalis, 03-04 Desember 2008
279