eJournal Administrasi Bisnis, 2016, 4 (4): 1151-1164 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
ANALISIS PENENTUAN POLA PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI PADA USAHA SARUNG TENUN DI KOTA SAMARINDA Isnah 1 Abstrak Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian dengan metode kuantitatif. Alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan metode analisis incremental cost yaitu dengan menganalisis besarnya biaya tambahan yang dikeluarkan pada tiaptiap alternatif pola produksi oleh usaha sarung tenun. Berdasarkan hasil perhitungan, analisis dan pembahasan adapun masing-masing besarnya biaya tambahan yang dikeluarkan oleh setiap pola produksi yaitu untuk pola produksi konstan dengan biaya tambahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 12.150.000,- untuk pola produksi bergelombang dengan biaya produksi yaitu sebesar Rp. 3.670.000,sedangkan pola produksi moderat dengan biaya produksi sebesar Rp. 4.274.000,,-. Sehingga pola produksi yang paling efektif dan efesien yang dapat meminimalisasi biaya produksi yaitu pola produksi bergelombang dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.670.000,-. Kata Kunci : Pola Produksi Konstan, Pola Produksi Bergelombang, Pola Produksi Moderat. Pendahuluan Latar belakang Kain tenun sebagai kain budaya menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Beragam jenis kain tenun telah dikembangkan dan menjadi ciri budaya lokal di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya tenun sumbah yang dikembangkan di daerah nusa Tenggara, tenun ikat Kalimantan, tenun ikat Jawa yang sering disebut kain lurik, tenun Sumatera dan seterusnya. Kain tradisional tenun Samarinda, atau yang dikenal dengan Sarung Samarinda, termaksud salah satu tenun yang menjadi ciri khas daerah dan warisan budaya yang masih dipelihara hingga saat ini. Pada tahun 2012 Pemerintah Kota Samarinda telah mencanangkan Kampung Tenun Samarinda yang berlokasi di Samarinda seberang sebagai daerah tujuan wisata nasional. Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam kegiatannya para pengrajin tenun memproduksi sarung khas kota Samarinda dengan jenis direct dan reaktif yang berbahan baku benang untuk membuat beragam jenis corak dan motif sarung tenun Samarinda diantaranya motif hatta, motif botting, motif rawa-rawa masa, motif pulu bolong, motif bontang, motif kudara, motif pucu rebung, motif tabba 1
Mahasiswa Program S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
golo dan motif catur. Sedangkan keunggulan sarung tenun Samarinda jenis reaktif yaitu sarung tenun Samarinda ini tidak luntur dan harga lebih mahal dengan kualitas yang lebih baik namun sama keasliannya karena diproses sama halnya dengan sarung tenun Samarinda jenis direct. Untuk dapat menentukan pola produksi yang tepat perlu adanya perhitungan berdasarkan metode akutansi yang tepat dengan menggunakan metode Incremental Cost Analysis. Metode Incremental Cost Analysis yaitu tambahan biaya yang akan terjadi bila perusahaan memilih suatu alternatif keputusan tertentu. Analisis ini akan dapat dipakai oleh perusahaan untuk menentukan pola produksi yang tepat yaitu terpenuhinya target penjualan dengan biaya minimal. Pola produksi yang akan dipilih di sini adalah merupakan pola produksi yang akan mendapat penghematan biaya produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Dari uraian diatas dapat diketahui pentingnya penentuan pola produksi bagi perusahaan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Penentuan Pola Produksi Untuk Meminimalisasi Biaya Produksi Pada Usaha Sarung Tenun Samarinda”. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dari penelitian ini yang dapat dijadikan perumusan masalah penelitian yaitu : Manakah alternatif pola produksi yang mampu meminimalisasikan biaya produksi pada usaha sarung tenu di Kota Samarinda? Tujuan penelitian Dalam melaksanakan suatu kegiatan, perlu adanya suatu tujuan yang ingin dicapai dari apa yang dilaksanakan, maka dari itu yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis besarnya biaya tambahan yang akan dikeluarkan pada masing-masing alternatif pola produksi pada usaha sarung tenun di Kota Samarinda. Kerangka Dasar Teori Pengertian Manajemen Menurut Handoko (2003:10) menyatakan bahwa menejemen adalah bekerja dengan orang orang untuk menentukan, menginterprestasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasianpenyusunan personalia, pengarahan kepemimpinana dan pengawasan. Pengertian Produksi Menurut Ari Sudarman (2004:103) produksi sering didefinisikan penciptaan guna, dimana guna berati kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, dimana produksi juga merupakan fungsi atau sistem yang mengubah input menjadi output dan memiliki nilai yang lebih besar.
1152
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
Pengertian Manajemen Produksi Menurut Agus Ahyari (2003:46) menyatakan bahwa manajemen produksi merupakan suatu proses manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian serta pengendalian yang diterapkan dalam bidang produksi didalam sebuah perusahaan. Dimana kegiatan yang berkaitan dengan penciptaan barang-barang dan jasa-jasa melalui pengubahan / faktor produksi menjadi keluaran / hasil produksi, dimana kegiatan memerlukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan agar tujuan-tujuan dapat dicapai secara efektif dan efesien. Pengertian Fungsi Produksi Menurut Djojohadikusumo (2000 : 45) Fungsi produksi adalah suatu hubungan yang menunjukan jumlah output yang maksimum yang dapat dihasilkan dari kombinasi input-input tertentu dengan tingkat teknologi tertentu. Yang dimana hubungan fisik antara input (secara luas dapat dikelompokkan dalam tanah, tenaga kerja, modal dan wirausaha) sumber daya perusahaan dan outputnya yang berupa barang dan jasa per unit waktu. Dengan kata lain fungsi produksi merupakan hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output). Pengertian Perencanaan Produksi Menurut Agus Ahyari (2003:13) perencanaan produksi mempunyai arti suatu rencana dari apa dan berapa jumlahnya masing-masing yang segera akan diproduksikan pada periode yang akan datang. Jangka waktu pakai dari perencanaan produksi adalah satu tahun. Pengertian Pola Produksi Menurut Sukanto Reksohadiprojo (2007:189) Pola produksi adalah dimana perusahaan menginginkan adanya produksi yang selalu sama (konstan) pada tiap hari atau bulannya, karena akan mempermudah dalam merencanakan kebutuhan yang diperlukan dalam proses produksi. Oleh karena itu perlu diperhatikan alternatif pola produksi yang sesuai agar dapat memenuhi volume penjualan dengan biaya seminimal mungkin. Ada tiga macam pola produksi adalah sebagai berikut : 1. Pola Produksi Konstan/stabil 2. Pola Produksi Bergelombang 3. Pola Produksi Moderat Metode Penelitian Jenis penelitian Jenis dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik, Sugiyono (2012 : 23). Dari angka yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dalam analisis data.
1153
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
Sumber Data Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada. Adapun Sumber data penelitian, yakni asal perolehan data penelitian, perlu dijelaskan, primer maupun sekunder : 1. Data primer diperoleh secara langsung dari pedagang pasar malam yang telah ditetapkan sebagai responden dengan bantuan alat daftar pertanyaan kuisioner. 2. Data sekunder diperoleh dari buku-buku, literatur-literatur, dari berbagai sumber dan dari internet maupun penelitan-penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data Dalam suatu penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif dapat dilakukan dengan cara, Sugiyono (2012 : 137) : a. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti. b. Wawancara Wawancara yang dilakukan menggunakan wawancara tidak tersetruktur karena hanya ingin mendapatkan informasi tambahan atau garis besar permasalahan dari responden yang telah mengisi kuisioner. c. Kuisioner kuisioner merupakan teknik pemgumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Dalam penelitian ini kuisioner digunakan untuk mengumpulakan data dari para responden yang telah ditentukan. Teknik Analisis Data Metode analisis incremental cost digunakan untuk mengetahui besarnya biaya tambahan bila menggunakan pola produksi tertentu. Analisis biaya ini meliputi : a. Biaya tenaga kerja b. Biaya subkontak c. Biaya lembur d. Biaya penyimpanan Analisis biaya ini akan dilaksanakan pada tiga pola produksi, yaitu : a. Pola produksi konstan b. Pola produksi bergelombang c. Pola produksi moderat 1154
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
Hasil dari ketiga pola produksi ini akan yang terpilih yang menimbulkan biaya tambahan terendah. Hasil Penelitian Kapasitas Produksi Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengrajin ibu Saidah , produk tenun Sarung Samarinda terbagi menjadi 2 jenis yaitu sarung wanita dan sarung laki-laki. Berikut adalah informasi produksi optimum tenun Sarung Samarinda tiap tahunnya. Tingkat Produksi Optimum Sarung Samarinda PRODUKSI SARUNG LAKISARUNG OPTIMUN LAKI PEREMPUAN Pertahun 300 120 Perbulan 25 10 Biaya Produksi Rp 195.000 Rp 200.000 Perunit Sumber : Pengrajin Sarung Ibu Saida Berdasarkan tabel di atas, diketahui jumlah produksi per tahun untuk sarung laki-laki yaitu sebesar 300 unit per tahun, sedangkan untuk sarung perempuan jumlah produksi sarung sebesar 120 unit per tahun, sedangkan untuk jumlah produksi per bulan sarung laki-laki yaitu sebesar 25 unit per bulan, sedangkan untuk sarung perempuan yaitu sebesar 10 unit per bulan. a) Jumlah jam kerja normal per hari = 5 jam. b) Jam kerja normal satu bulan per orang = 26 hari x 5 jam = 130 jam. c) Jumlah karyawan produksi 5 orang. d) Hasil produksi perbulan rata-rata 35 unit. e) Hasil produksi per orang per bulan = 35 : 5 = 7 unit. f) Hasil produksi per jam per orang = 7 : 130 = 0,053 unit per orang g) Hasil produksi per bulan = 0,053 x 130 = 6,89 unit per orang h) Hasil produksi per triwulan = 3 x 6,89 = 20,67 unit per orang i) Jam kerja lembur 1½ jam per hari j) Karyawan produksi rata-rata bekerja selama 1½ + 5 = 6 ½ jam. k) Kapasitas maksimal per triwulan per orang = 6 ½ jam x 26 hari x 3 bulan x 0,053 = 26,871 l) Kapasitas maksimal produksi adalah 26,871 x 5 orang = 113,685 = 114 Produksi Sarung Tenun Samarinda Untuk menentukan pola produksi yang tepat pada usaha sarung tenun Samarinda terlebih dahulu kita melihat data-data hasil produksi pada tahun-tahun sebelumnnya. Berikut data produksi sarung tenun Samarinda selama lima tahun terakhir, yaitu mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
1155
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
Realisasi Produksi Sarung Tenun Samarinda Tahun 2012-2016 (Unit) Tahun Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 Januari 25 27 29 25 30 Februari 25 27 29 25 30 Maret 28 25 29 28 30 April 28 25 25 28 33 Mei 28 25 25 26 33 Juni 29 30 30 26 27 Juli 29 30 30 33 27 Agustus 28 30 27 33 30 September 28 30 27 25 30 Oktober 29 33 33 25 30 Nopember 29 33 33 34 30 Desember 33 33 34 35 35 Jumlah 339 348 351 343 365 Sumber : Pengrajin Sarung Tenun Ibu Saidah(2016) Volume Penjualan Sarung Tenun Untuk menentukan pola penjualan yang tepat pada usaha sarung tenun Samarinda perlu dilakukan pengumpulan data-data penjualan usaha sarung tenun Samarinda pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut data penjualan Sarung Tenun Samarinda selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Volume Penjualan Sarung Tenun Samarinda Tahun 2012-2016 (Unit) Tahun Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 Januari 28 27 25 30 32 Februari 28 27 29 22 30 Maret 25 29 29 29 30 April 25 29 23 28 33 Mei 28 28 23 26 33 Juni 29 32 30 30 27 Juli 31 32 30 33 27 Agustus 31 30 27 33 30 September 30 30 27 30 33 Oktober 30 35 33 23 30 Nopember 29 33 33 34 30 Desember 34 33 34 35 35 Jumlah 348 365 343 353 370 Sumber : Pengrajin Sarung Tenun Ibu Saida 1156
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
Dengan perhitungan yang ada maka dibuatlah tabel per triwulan tahun 2016 pada tabel dibawah ini : Penjualan Sarung Tenun Per Triwulan Tahun 2016 (Unit) Triwulan Jumlah I 92 II 93 III 90 IV 95 Jumlah 370 Sumber : Data Primer Diolah(2016) Analisis Data Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengrajin Ibu Saida maka penulis dalam menentukan pola produksi sarung tenun Samarinda menggunakan metode analisis incremental cost. Penentuan pola produksi berkaitan dengan meminimalisasi biaya tambahaan yang terdiri dari biaya simpan, biaya perputaran tenaga kerja, biaya lembur, dan biaya subkontrak. Dalam penelitian ini penulis akan menghitung biaya-biaya tambahan pada masing-masing pola produksi yaitu pola produksi konstan, pola produksi bergelombang, dan pola produksi moderat serta akan membandingkan manakah pola produksi yang mengeluarkan biaya terendah sehingga akan akan diketahui manakah pola produksi yang dapat meminimalisasi biaya produksi. Pola Biaya Adapun biaya-biaya yang diperhitungkan disini ialah tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh usaha sarung tenun Samarinda sebagai akibat dari adanya perubahan-perubahan dalam produksi. Biaya-biaya yang ada antara laain meliputi: 1. Biaya Simpan Biaya simpan dikeluarkan oleh usaha Sarung Tenun Samarinda untuk menyimpan barang-barang yang belum laku atau tidak laku dijual. Biaya simpan dalam hal ini terdiri dari : a) Tingkat bunga simpanan 12% per tahun b) Harga satu unit sarung Rp. 400.000,c) Biaya modal per tahun = 12% x Rp. 400.000,- = Rp. 48.000,d) Biaya simpan per unit per triwulan = Rp. 48.000,- : 4 = Rp. 12.000,2. Biaya Perputaran Tenaga Kerja Pada usaha sarung tenun Samarinda ditetapkan bahwa setiap kenaikan 20 unit diperlukan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 10.000,- sedangkan penurunan hasil produksi tidak diperluka biaya.
1157
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
3. Biaya Lembur Tambahan biaya lembur adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh usaha Sarung Samarinda disebabkan adanya kegiatan yang dilakukan melebihi waktu atau jam kerja normal. Biaya lembur Rp. 7000,- per jam 4. Biaya Sub Kontrak Biaya subkontrak adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengadakan sub kontrak dengan perusahaan lain apabila terjadi tingkat produksi melebihi batas kapasitas maksimal yang dimiliki perusahaan. a) Harga jual per unit adalah Rp. 300.000,-. b) Keuntungan yang diambil 30% dari harga jual. c) Pihak mitra kerja mengambil keuntungan 10% dari harga penjualan. d) Biaya yang diambil oleh pihak mitra per unit = 10% dari harga jual =10% x Rp. 300.000,- = Rp. 30.000,- per unit e) Biaya sub kontrak per unit = Rp. 300.000 – Rp. 30.000 = Rp. 270.000,Analisis Incremental Cost Pola Produksi Konstan Penentuan Tingkat Persediaan Sarung Tenun Pada Pola Produksi Konstan (unit) Keterangan
Triwulan I Triwulan II
Triwulan III -16 85 69 90 -21
Triwulan IV -21 85 64 95 -31
Total
Persedian awal -1 -8 -46 Produksi 85 85 340 Jum. Persediaan 84 77 294 Penjualan 92 93 370 Persediaan akhir -8 -16 -76 Sumber : Data Primer Diolah(2016) Untuk pola produksi konstan dapat dilihat pada tabel diatas dimana jumlah produksi pertahun yaitu sebesar 340 unit pertahun, dengan jumlah produksi pertriwulan yaitu sebesar 85 unit. Total volume penjualan yaitu sebesar 370 unit. Dimana tingkat produksi pada tiap triwulan melebihi tingkat permintaan, sehingga adanya sisa-sisa produk yang harus disimpan. a. Biaya Simpan Triwulan IV = 31 x Rp. 12.000,- = Rp. 372.000,b. Biaya Sub Kontrak Pada pola produksi konstan triwulan I, II, dan III terjadi kekurangan sehingga ada biaya sub kontrak. Triwulan I = 6 x Rp. 270.000,- = Rp. 1.620.000,Triwulan II = 8 x Rp. 270.000,- = Rp. 2.160.000,Triwulan III = 10x Rp. 270.000,- = Rp. 2.700.000,- + Jumlah biaya sub kontrak Rp. 6.480.000,-
1158
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
c. Biaya Perputaran Tenaga Kerja Pada pola produksi konstan tidak ada biaya perputaran tenag kerja karena produksi per triwulan sama. d. Biaya Lembur Biaya lembur diasumsikan tidak ada karena produksi masih jauh dibawah kapasitas produksi yang tersedia. Rekapitulasi biaya tambahan pada pola produksi konstan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Total Biaya Tambahan Pola Produksi Konstan (dalam rupiah) Biaya Tambahan Jumlah Biaya Simpan Rp. 372.000,Biaya Lembur Biaya Sub kontrak Rp. 6.480.000,Biaya Perputaran Tenaga Kerja Total Biaya Tambahan Rp. 6.852.000,Sumber : Data Primer Diolah(2016) Pola Produksi Bergelombang Penentuan Tingkat Persediaan Sarung Tenun Samarinda Pada Pola Produksi Bergelombang (unit) Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Total I II III IV Persedian awal -1 -1 -1 -1 -4 Produksi 92 93 90 95 370 Jum. Persediaan 91 92 89 94 366 Penjualan 92 93 90 95 370 Persediaan akhir -1 -1 -1 -1 -4 Sumber : Data Primer Diolah(2016) Dapat dilihat pada tabel diatas dimana jumlah produksi pertahun yaitu sebesar 340 unit pertahun, dengan jumlah produksi pertriwulan yaitu sebesar 85 unit. Total volume penjualan yaitu sebesar 370 unit. Pada pola produksi bergelombang tingkat produksi yang terjadi mengikuti permintaan yang ada sehingga berdasarkan tabel diatas biaya yang timbul adalah a. Biaya Simpan Pola produksi bergelombang tidak ada biaya simpan, karena tidak ada sisa persediaan dalam setiap triwulannya. b. Biaya lembur Diketahui bahwa tingkat produksi yang terjadi pada triwulan I melebihi kapasitas normal yang dimiliki perusahaan yaitu 120 unit sehingga dipenuhi dengan mengadakan kerja lembur. - Triwulan I 92 x Rp. 7000,= Rp. 644.000,- Triwulan II 93 x Rp. 7000,= Rp. 651.000,Keterangan
1159
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
- Triwulan III 90 x Rp.7000,= Rp. 630.000,- Triwulan IV 95 x Rp. 7000,= Rp. 665.000,- + Jumlah biaya lembur = Rp. 2.590.000,c. Biaya Perputaran Tenaga Kerja Tidak ada biaya perputaran tenaga kerja jadi biayanya diasumsikan sebesar Rp. 0,d. Biaya Sub Kontak Pada pola produksi bergelombang ada biaya sub kontrak karena pada triwulan I sampai triwulan IV terjadi kekurangan produksi sehingga ada biaya sub kontak. - Triwulan I = 1 x Rp. 270.000,- = Rp. 270.000,- Triwulan II = 1 x Rp. 270.000,- = Rp. 270.000,- Triwulan III = 1 x Rp. 270.000,- = Rp. 270.000,- Triwulan IV = 1 x Rp.270.000,- = Rp. 270.000,- + Jumlah biaya sub kontrak = Rp. 1.080.000,Rekapitulasi biaya tambahan pada pola produksi bergelombang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Total Biaya Tambahan Pola Produksi Bergelombang (dalam rupiah) Biaya Tambahan Jumlah Biaya Simpan Biaya Lembur Biaya Sub kontrak Rp. 2.590.000,Biaya Perputaran Tenaga Kerja Rp. 1.080.000,Total Biaya Tambahan Rp. 3.670.000,Sumber : Data Primer Diolah(2016) Pola Produksi Moderat Penentuan Tingkat Persediaan Sarung Tenun Samarinda Pada Pola Produksi Moderat (unit) Triwulan Triwulan Triwulan Keterangan Triwulan II I III IV Persedian awal 1 13 26 21 Produksi 80 80 85 85 Jum.Persediaan 79 67 111 111 Penjualan 92 93 90 95 Persediaan akhir -13 -26 -21 -16 Sumber : data primer diolah(2016) Pada pola produksi moderat dapat dilihat pada tabel diatas dimana jumlah produksi pertahun yaitu sebesar 340 unit pertahun, dengan jumlah produksi pertriwulan yaitu sebesar 85 unit. Total volume penjualan yaitu sebesar 370 unit. Berdasarkan tabel 4.10 jumlah tambahan biaya pada pola produksi moderat yaitu sebagai berikut :
1160
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
a. Biaya Simpan Dari tabel 4.10 kita bisa mengetahui tingkat produksi dan tingkat persediaan perusahaan, pada triwulan I, II, dan III ada sisa-sisa persediaan sebesar 13 unit, pada triwulan IV ada sisa persediaan sebesar 16 unit. Jadi besarnya biaya tambahan untuk biaya simpan adalah : - Triwulan I = 13 x Rp. 12.000,- = Rp.156.000,- Triwulan II = 26 x Rp. 12.000,- = Rp.312.000,- Triwulan III = 21 x Rp. 12.000,- = Rp.252.000,- Triwulan IV = 16 x Rp. 12.000,- = Rp.192.000,- + Jumlah biaya simpan = Rp.912.000,b. Biaya Lembur diketahui bahwa tingkat produksi pada triwulan I, II, III, dan IV diatas kapasitas normal perusahaan, sehingga dipenuhi dengan mengadakan kerja lembur. - Triwulan I = (80 - 70 ) x Rp. 7.000,- = Rp.70.000,- Triwulan II = (80 - 70 ) x Rp. 7.000,- = Rp.70.000,- Triwulan III = (85 - 70 ) x Rp. 7.000,- = Rp.105.000,- Triwulan IV = (85 - 70 ) x Rp. 7.000,- = Rp.105.000,- + Jumlah biaya simpan = Rp. 350.000,c. Biaya Perputaran Tenaga Kerja Tidak ada biaya perputaran tenaga kerja jadi biaya diasumsikan sebesar Rp. 0,d. Biaya Sub Kontrak Pada pola produksi moderat ada biaya sub kontrak karena pada triwulan I sampai triwulan IV terjadi kekurangan produksi sehingga ada biaya sub kontak. - Triwulan I = 3 x Rp. 270.000 = Rp. 810.000,- Triwulan II = 3 x Rp. 270.000 = Rp. 810.000,- Triwulan III = 3 x Rp. 270.000 = Rp. 810.000,- Triwulan IV = 3 x Rp. 270.000 = Rp. 810.000,- + Jumlah biaya sub kontrak = Rp. 3.240.000,Rekapitulasi biaya tambahan pada pola produksi moderat dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Total Biaya Tambahan Pola Produksi Moderat (dalam rupiah) Biaya Tambahan Jumlah Biaya Simpan Rp 684.000,Biaya Lembur Rp 350.000,Biaya Sub kontrak Rp 3.240.000,Biaya Perputaran Tenaga Kerja Total Biaya Tambahan Rp 4.274.000,Sumber : Data Primer Diolah (2016)
1161
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
Pembahasan Setelah dilakukan analisis akan diuraikan mengenai pembahasan perhitungan analisis biaya tambahan pada pola produksi konstan, pola produksi bergelombang, dan pola produksi moderat. Untuk analisis pada pola produksi bergelombang berdasarkan data tabel 4.6 dengan biaya tambahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.670.000,- diasumsikan bahwa tidak ada biaya simpan karena tingkat produksi yang terjadi mengikuti permintaan yang ada. Pada triwulan I tingkat produksi yang terjadi yang terjadi melebihi kapasitas yang dimiliki perusahaan yaitu sebesar 114 unit sehingga dipenuhi dengan kerja lembur. Jumlah biaya lembur sebesar Rp.2.590.000,-. Tidak ada biaya perputaran kerja karena kenaikan produksi dibawah 20 unit. Biaya sub kontrak juga terjadi pada pola produksi bergelombang, karena pada triwulan I sampai dengan triwulan IV mengalami kekuranga produksi, sehingga biaya sub kontrak yang ditimbulkan sebesar Rp.1.080.000,-. Pada pola produksi moderat, berdasarkan ada tabel 4.8 usaha sarung tenun Samarinda mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp. 4.274.000,-, dimana tingkat produksi triwulan I dan II mengikuti tingkat penjualan triwulan II, sedangkan tingkat produksi triwulan III dan triwulan IV mengikuti tingkat penjualan triwulan III. Pada pola produksi moderat terdapat biaya simpan pada triwulan I, II, III, dan IV karena pada persediaan akhir tiap triwulannya akan dikalikan dengan biaya simpan per unit sebesar Rp. 9.000,- jumlah tambahan biaya simpan pada pola produksi moderat sebesar Rp. 684.000,- sedangkan biaya lembur sebesar Rp. 350.000,-. Karena tingkat produksi pada triwulan I, II, III, dan IV diatas kapasitas usaha sarung tenun sehingga dipenuhi dengan mengadakan kerja lembur. Tidak ada biaya perputara tenaga kerja karena kenaikan produksi dibawah 20 unit. Usaha saraung tenun menentukan biaya perputaran tenaga kerja sebesar Rp. 10.000,- berlaku apabila kenaikan produksi setiap 20 unit. Adapun biaya sub kontrak yang dikeluarkan oleh usaha sarung tenun pada pola produksi moderat yaitu sebesar Rp. 3.240.000,-. Sedangkan berdasarkan pada alternatif pola produksi konstan dengan biaya tambahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.852.000,- berupa biaya simpan sebesar Rp. 372.000,- ini diperoleh dari perkalian antara persediaan akhir pada triwulan ke IV dengan biaya simpan sebesar Rp. 9000,-. Biaya tambahan lainnya adalah biaya sub kontrak yany terjadi karena kekurangan produksi pada trtiwulan I, II, dan III sehingga jumlah biaya subkontrak yaitu sebesar Rp. 6.480.000,-. Pada pola produksi konstan tidak ada biaya perputaran tena kerja sebesar Rp. 10.000,berlaku apabila ada kenaikan produksi setiap 20 unit. Sedangkan jumlah produksi pada pola produksi konstan jumlahnya sama dan tidak ada kenaikan produksi. Pada tabel 4.10 kita bisa mengetahui perbandingan biaya tambahan pada ketiga pola produksi tersebut. Dari data yang dianalisis dapat dipilih satu pola produksi yang memiliki biaya tambahan yang paling rendah. Ternyata untuk pola produksi bergelombang menurut analisis data mempunyai biaya tambahan paling rendah apabila dibandingkan dengan pola produksi konstan dan pola produksi 1162
Analisis Penentuan Pola Produksi Pada Usaha Sarung Tenun (Isnah)
moderat. Dengan demikian pengaruh biaya tambahan pada kegiatan produksi usaha sarung tenun adalah untuk merencanakan pola produksi yang tepat yang dapat meminimalisasi biaya produksi. Biaya tambahan yang dikeluarrkan terjadi karena periode luas produksi perusahaan dilakukan dalam jangka pendek, yaitu priode triwulan. Apabila produksi berfluktuasi, maka kebutuhan faktor pendukung kegiatan produksi yaitu tenaga kerja bahan baku dan fasilitas lainnya akan berfluktuasi juga. Sehingga usa ha sarung tenun harus memilih alternatif pengeluaran biaya tambahan yang paling renda dari perbandingan yang ada. Penutup Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya dengan menggunakan analisi biaya tambahan, maka dapat diketahui biaya tambahan atau total incremental cost masing-masing pola produksi pada tahun 2016 yaitu untuk pola produksi konstan biaya tambahan yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.852.000,-, pola produksi bergelombang biaya tambahan yaitu sebesar Rp. 3.670.000,-, sedangkan biaya tambahan yang dikeluarkan untuk pola produksi moderat yaitu sebesar Rp. 4.274.000,Dapat disimpulkan bahwa alternatif pola produksi yang efisien untuk proses produksi sarung tenun Samarinda adalah pola produksi bergelombang dengan biaya tambahan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 3.670.000,- karena biaya yang terkandung dalam pola produksi ini biayanya dapat diminimalkan dibandingkan dengan pola produksi konstan dan pola produksi moderat. Hendaknya para pengrajin sarung tenun Samarinda termaksud ibu Saidah yang merupakan anggota pada Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Samarinda, sebaiknya melakukan penghitungan biaya-biaya yang terkait dengan proses produksi usaha sarung tenun secara rinci dalam menentukan pola produksi mana yang dapat meminimalkan biaya produksi. Perlu dipikirkan untuk menerapkan pola produksi bergelombang dalam perencanaan produksi, pengrajin harus bisa membaca atau memprediksi perubahaan permintaan pasar yang tepat, sehingga pada saat bulan-bulan tertentu dimana permintaan pembeli meningkat, produksi akan ditambah. Dengan menggunakan perhitungan metode analisis incremental cost yang digunakan oleh peneliti sebagai alternatif untuk menentukan pola produksi yang dapat meminimalkan biaya produksi, karena metode tersebut memberikan informasi biaya produksi yang lebih merinci seluruh biaya produksi yang terkait dengan proses produksi, sehingga hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan hasil yang akurat yang dikeluarkan selama proses produksi. Daftar Pustaka Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Edisi Keempat, BPFE- Yogyakarta. Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Edisi Keempat, BPFE- Yogyakarta. 1163
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 4, 2016: 1151-1164
Assauri Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. FE, Universitas Indonesia. Arikunto Suh arsimi. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Ari Sudarman. 2004. Teori Ekonomi Mikro Edisi Keempat, Yogyakarta, BPFEYogyakarta. Buffa, E.S. 2002. (ahli bahasa dan Bakri Siregar), Manajemen Produksi Dan Operasi, Erlangga. Jakarta Gitosudarmo, Indriyo. 2007. Manajemen Operasi Edisi Tiga, BPFE-Yogyakarta Handoko T. Hani. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Pertama, Cetakan Ke Dua Belas BPFE, Yogyakarta. Horngren, Charle T, dkk. 2006. Akutansi Biaya Dengan Penekanan Manajerial, Erlangga, Jakarta. Masyhuri. 2008. Penelitian Verifikatif Edisi Keempat, Andi : Yogyakarta. Mulyadi. 2005a. Akuntansi Biaya, Cetakan ketujuh Edisi Kelima Edisi Kelima. Unit Penerbit Dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta. Nafarin, M. 2004. Penganggaran Perusahaan Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Resohadiprojo, Sukanto. 2007. Manajemen Produksi Edisi Keempat, Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta Rudianto. 2012. Pengantar Akutansi : Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan, Erlangga, Jakarta. Sumarni Murti – John Suprihanto. 2003. Pengantar Bisnis Edisi Keempat, Liberty Yogyakarta. Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Kesatu, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh Belas. Alfabeta, Bandung. Sukirno, Sadono, 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta. Sukirno, Sadono, 2013. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Kelima, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Skripsi : Abdul, Ghofur. 2014. Analisis Penentuan Pola Produksi Guna meminimalisasi Biaya Produksi Pada PT. TIKAR CLASSIC Sukodadi Lamongan. Universitas Islam Lamongan : Lamongan. Crissensia, Hartanti. 2007. Analisis Penentuan Pola Produksi Yang Optimal Dalam Perencanaan Produksi Pada PT. MADU BARU Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta. Muchtar, Manik. 2002. Analisis Penentuan Pola Produksi Bulu Itik Pada PT. RAWABENING AMBA. Universitas Diponegoro: Ponegoro.
1164