PENJADWALAN PRODUKSI UNTUK MEMINIMALISASI WAKTU PROSES PRODUKSI (Studi Pada PD. Point Pride Of Mine)
R.M. Braridhan Haskara Ramadhan Putra Jurusan S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi EKUITAS Jl. P.H.H. Mustopa No. 31 Bandung 40124 Telp. (022) 7276323 Fax. (022) 7204597
ABSTRACT The high order in PD.POINT Taekwondo uniform in November 2012, may result in a delay of the order fulfillment. Added on PD. POINT not use scheduling sequencing system in the production process. To minimize delays, the author tries to do the calculation sorting method is the method of First Come First Served (FCFS), the method of Earliest Due Date (EDD), and methods Shortest Processing Time (SPT). These results indicate that the method First Come First Served (FCFS) scheduling is sorting method considered suitable as scheduling sequencing system in PD. POINT. Based on the calculation of FCFS and EDD, Average Job Latnes gained by 0.46 which means day delays less when compared with the calculation method of SPT with a value of 0.73 Average Job Latnes. Keywords
: Scheduling of Ordered , Method of First Come First Served, Earliest Due Date, Shortest Procesing Time, Average Job Latnes, PD. POINT.
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin berkembang, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Perusahaan harus bisa melakukan produksi secara terus menerus untuk bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Perusahaan bisa melakukan kegiatan produksi, apabila penjadwalan proses produksi dibuat secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba dari produksi yang dihasilkannya. Untuk memperoleh tujuan tersebut ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi tujuan tersebut dan perusahaan harus bisa menangani faktor-faktor tersebut. Salah satu faktor tersebut adalah masalah kelancaran proses produksi. Kelancaran proses produksi sangat dipengaruhi oleh penjadwalan proses produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. Perancanaan dan penjadwalan produksi adalah bagian dari sistem produksi
yang bertujuan untuk meminimalkan investasi yang dikeluarkan perusahaan pada persediaan, melakukan peningkatan efisiensi dalam menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada, dan meningkatkan pelayanan kepada para konsumen. PD. POINT PRIDE OF MINE adalah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi yang kegiatan utamanya memproduksi seragam bela diri taekwondo. Permasalahan yang ada di dalam perusahaan ini adalah dalam hal perencanaan dan penjadwalan produksi, dimana perusahaan sering mengalami keterlambatan pemenuhan pesanan yang dikarenakan belum adanya penjadwalan produksi yang tetap.
1
Dengan menggunakan metode pengurutan penjadwalan dalam kegiatan produksi PD. POINT PRIDE OF MINE, diharapkan dapat meminimalisir permasalahan keterlambatan pemenuhan pesanan pada konsumen. Metode pengurutan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, metode First Come First Served (FCFS), metode Earliest Due Date (EDD), dan metode Shortest Processing Time (SPT). Dan metode FCFS dinilai paling tepat untuk digunakan pada PD. POINT PRIDE OF MINE karena dengan metode FCFS keterlambatan pemenuhan pesanan konsumen dapat diminimalisir.
KAJIAN LITERATUR
Penjadwalan Produksi Penjadwalan (scheduling) adalah salah satu kegiatan yang penting untuk dilakukan dalam perusahaan. Penjadwalan diperlukan dalam melakukan pengalokasian tenaga operator, mesin dan peralatan produksi, urutan proses, jenis produksi dan pembelian material. Menurut Russel dan Taylor (2006:719) penjadwalan merupakan, “Scheduling specifies when labor, equipment are facilities are needed to produce a product or provider are service. It is the last stage of planning before production take place.” Sedangkan menurut Herjanto (2007:307) penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi. Dapat disimpulkan bahwa penjadwalan merupakan kegiatan dalam pengalokasian sumber daya yang dimiliki oleh setiap perusahaan untuk melakukan proses produksi baik barang dan atau jasa dengan biaya dan tingkat persediaan yang minimum dengan produk yang tepat, tempat, waktu dan jumlah yang tepat dalam memenuhi permintaan. Tujuan Penjadwalan Produksi Penjadwalan produksi dilakukan dengan memiliki tujuan untuk meminimalkan waktu proses. Tujuan dari penjadwalan yang dilakukan oleh setiap perusahaan menurut Ginting (2009:2) sebagai berikut : 1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitasnya dapat meningkat. 2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain. 3. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaian sehingga akan menimalisasi biaya keterlambatan. 4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya dapat dihindarkan.
Pengurutan (Sequencing) Penjadwalan produksi (scheduling production) lebih menekankan pada penugasan pekerjaan pada pusat kerja. Pembebanan merupakan teknik dalam pengendalian kapasitas yang
2
lebih memperlihatkan pada kelebihan muatan dan kekurangan muatan. Menurut Shroeder (2005:105) pengurutan adalah ketika lebih dari satu pekerjaan yang dikerjakan pada sebuah mesin atau aktivitas, operator membutuhkan untuk mengetahui pesanan dalam proses pekerjaan. Proses prioritas pekerjaan disebut juga dengan pengurutan. Menurut Adam dan Ebert (2006:105), pengurutan pekerjaan adalah cara yang sistematis untuk membuat prioritas pekerjaan yang menunggu yang bertujuan pekerjaan mana yang akan diproses. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengurutan pekerjaan merupakan cara yang dilakukan dengan sistematis dalam membuat prioritas pekerjaan yang menunggu yang bertujuan untuk mendahulukan pekerjaan mana yang akan diproses terlebih dahulu. Metode - metode Sequencing Dalam membuat penjadwalan produksi, khususnya penjadwalan produksi di pabrik biasanya dilakukannya dengan bantuan sequencing yaitu menentukan urutan pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu agar setiap aktivitas produksi dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Menurut Subagyo (2005:186) terdapat beberapa macam aturan dalam sequencing tergantung pada tujuannya. Tujuan umum yang dicapai adalah meminimumkan order yang menunggu sampai selesai dikerjakan. Waktu yang dimaksud yaitu waktu order menunggu untuk dikerjakan, hal ini dikarenakan masih ada order yang lain yang dikerjakan terlebih dahulu ditambah waktu untuk mengerjakan order tersebut. Adapun metode-metode yang dapat digunakan menurut Russel dan Taylor (2006:721) diantaranya yaitu: 1. FCFS (First Come First Served) Prioritas tertinggi diberikan untuk operasi yang masuk St (stasiun ke-t) terlebih dahulu. Artinya pekerjaan yang pertama datang, maka akan diproses terlebih dahulu. Aturan ini cocok untuk tipe organisasi dimana konsumennya lebih mementingkan waktu pelayanan. 2. SPT (Shortest Processing Time) Prioritas tertinggi diberikan untuk operasi dengan waktu proses terpendek. Aturan ini biasanya meminimasi work in process, rata-rata keterlambatan (mean latnes) dan waktu penyelesaian rata-rata (mean flow time) produk. 3. EDD (Earliest Due Date) Prioritas tertinggi diberikan pada produk dengan due date (batas waktu penyelesaian) terpendek. Aturan ini berjalan dengan baik bila waktu proses relatif sama. 4. LPT (Largest Processing Time) Pekerjaan yang memiliki waktu pemrosesan paling lama akan dikerjakan terlebih dahulu, semakin lama, semakin besar pekerjaan, seringkali sangat penting dan kemudian dipilih lebih dahulu. 5. SLACK Mempertimbangkan selisih antara waktu yang tersisa antara batas akhir waktu penyelesaian satu pekerjaan dengan cara penyesuaian yang telah ditetapkan. 6. CR (Critical Rasio) Rasio kritis memberikan prioritas pada pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk menjaga agar pengiriman bisa tepat waktu, suatu pekerjaan dengan rasio kritis lebih besar dari 1,0 berarti pekerjaan itu berada didepan jadwal dan terdapat beberapa kemunduran.
3
CR =
=
……………… (1)
Kriteria Efektifitas Sequencing Terdapat beberapa kriteria yang harus dipakai sebelum masuk kedalam penyusunan pengurutan (sequencing) pekerjaan. Heizer dan Render (2008:219) mengemukakan kriteria pengurutan adalah sebagai berikut: 1. Minimize Completion Time Kriteria evakuasi dalam menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan Untuk menghitung average completion time adalah: Waktu penyelesaian rata − rata = ……………………… (2)
2. Maximize Utilization Evaluasi yang bertujuan untuk menghitung persen dari fasilitas waktu yang digunakan. Untuk menghitung utilization adalah sebagai berikut: Penugasan =
……………………… (3)
3. Minimize Work In Process (WIP) Inventory Meminimalkan persediaan barang dalam proses. Cara ini dinilai dengan menentukan rata-rata jumlah pekerjaan dalam sistem dan persediaan barang dalam proses. Dengan demikian semakin kecil jumlah pekerjaan yang ada di dalam sistem, maka akan semakin kecil persediaannya. Untuk menghitung rata-rata jumlah pekerjaan dalam sistem adalah: Rata − rata jumlah pekerjaan dalam sistem =
….. (4)
4. Minimize Customer Waiting Time Evaluasi ini bertujuan untuk menghitung keterlambatan. Untuk menghitung rata-rata keterlambatan pekerjaan adalah: Rata − rata keterlambatan pekerjaan =
………….……… (5)
Alat Bantu Penjadwalan Produksi Setelah menetapkan urutan pekerjaan yang akan dilakukan, setelah itu menggambarkan aliran pekerjaan dengan menggunakan alat bantu yang disebut diagram Gantt. Diagram ini menggambarkan penggunaan sumber daya seperti pusat pekerjaan dan lembur. Menurut Schroeder (2005:273) mendefinisikan bahwa diagram Gantt adalah tabel dengan selang waktu dan sumber daya langka, seperti mesin, tenaga mesin, tenaga kerja atau disamping mesin waktu. Tujuan dari diagram Gantt menurut Stevenson (2007:659) adalah untuk mengorganisasikan jadwal yang terlihat sebenarnya atau bertujuan untuk menggunakan sumber daya dalam kerangka kerja.
4
Waktu Standar Untuk melakukan penyusunan penjadwalan produksi, perusahaan harus menentukan terlebih dahulu waktu standarnya. Waktu standar merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produksi. Menurut Heizer dan Render (2008) setelah mengetahui waktu standar yang telah ditetapkan, perusahaan bisa melakukan penjadwalan dengan cara melakukan tiga perhitungan sebagai berikut : =
……………………… (6)
Waktu normal adalah waktu yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam kondisi kerja yang normal. Waktu normal di sini tidak termasuk waktu longgar. Untuk menghitung waktu normal, cara perhitungannya : (
)x (
) … (7)
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sudah mencakup kelonggaran waktu (allowance time), waktu kelonggaran merupakan kelonggaran yang diberikan oleh perusahaan untuk menghilangkan kelelahan dari tenaga kerja dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan. Untuk menghitung waktu standar, cara perhitungannya sebagai berikut : =
………………………… (8)
ISI MAKALAH Gambaran Umum Perencanaan dan Penjadwalan Produksi PD. POINT PRIDE OF MINE Penjadwalan bertujuan untuk memenuhi pesanan yang diminta oleh pemesan sesuai dengan spesifikasi dan jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Penjadwalan merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dan harus dilakukan sebaik mungkin oleh perusahaan. Penjadwalan yang dibuat secara tidak maksimal, akan menimbulkan banyak kerugian bagi perusahaan, salah satunya perusahaan akan mengalami keterlambatan dalam memenuhi pesanan dari pemesan. PD. POINT PRIDE OF MINE adalah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi, dimana perusahaan ini memproduksi seragam bela diri taekwondo dan body protector untuk perlengkapan kegiatan bela diri taekwondo. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 2005 dan produknya telah tersebar di pulau Jawa, pulau Sumatra, pulau Kalimantan. Target perusahaan berikutnya, produk ini bisa tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, perusahaan ini belum menerapkan metode penjadwalan secara efektif dan efisien. Perusahaan membuat penjadwalan hanya berdasarkan pesanan yang diminta dari pemesan. Karena belum menerapkan metode penjadwalan, perusahaan sering mengalami keterlambatan pemenuhan pesanan yang akan berdampak pada kredibilitas perusahaan di mata pemesan, dan kerugian yang akan timbul karena terjadinya keterlambatan pemenuhan pesanan.
5
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui dari ketiga metode ini mana yang paling baik yang harus digunakan oleh perusahaan, sehingga perusahaan tidak lagi mengalami keterlambatan pemenuhan pesanan. Perhitungan Waktu Kerja Dan Perhitungan Pesanan Yang Diterima PD. POINT PRIDE OF MINE Dalam membuat penjadwalan produksi, khususnya penjadwalan produksi di pabrik biasanya dilakukannya dengan bantuan sequencing yaitu menentukan urutan pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu agar setiap aktivitas produksi dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Karena pada PD. POINT PRIDE OF MINE belum menerapkan metode penjadwalan dalam proses produksinya, maka dalam hal ini penulis melakukan penelitian untuk membandingkan metode penjadwalan mana yang paling tepat untuk diterapkan pada PD. POINT PRIDE OF MINE. Waktu Yang Tersedia Setiap perusahaan harus melakukan penyusunan penjadwalan produksi, dalam penelitian ini penulis memperoleh data penjadwalan produksi berupa jumlah hari kerja dan jam kerja yang tersedia setiap bulannya pada PD. POINT PRIDE OF MINE. Adapun data tersebut sebagai berikut : Tabel 1 Total Waktu Yang Tersedia Pada Setiap Proses Produksi Seragam Bela Diri Taekwondo Per Jam PROSES PRODUKSI
JUMLAH TENAGA WAKTU KERJA TOTAL WAKTU KERJA PER JAM (MENIT) KERJA YANG (ORANG) TERSEDIA (MENIT) Pemotongan 2 60 120 Sablon 3 60 180 Penjahitan 2 60 120 Penyelesaian 1 60 60 Sumber : Data Perusahaan (2012) Total Waktu Kerja yang tersedia = Jumlah Tenaga Kerja x Waktu Kerja Per Jam
Waktu yang tersedia dalam proses produksi seragam bela diri Taekwondo pada PD. POINT PRIDE OF MINE untuk pemotongan adalah selama 120 menit (2 jam), waktu sablon dibutuhkan selama 180 menit (3 jam), waktu penjahitan dibutuhkan selama 120 menit (2 jam) dan waktu penyelesaian dibutuhkan selama 60 menit (1 jam). Waktu tersebut dilakukan berdasarkan pada waktu mesin yang digunakan selama produksi. Perhitungan Waktu Kerja Perhitungan waktu kerja dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap proses produksi. Perhitungan waktu kerja juga dilakukan untuk mengetahui waktu standar untuk setiap proses produksi. Untuk menghitung waktu standar pada setiap jenis pesanan yang diproduksi, terlebih dahulu harus melakukan perhitungan waktu siklus rata-rata (average cycle time) dan waktu normal (normal time). Dalam perhitungan waktu kerja ini, penulis menetapkan rating faktor sebesar 105% dimana 100% untuk proses produksi yang tersedia sedangkan 5% merupakan
6
faktor kelonggaran (allowance factor) yang ditetapkan sebagai waktu yang dilakukan diluar proses produksi (karyawan pergi ke WC, melakukan ibadah dll). Penetapan waktu tersebut, dihitung berdasarkan pada kondisi kerja dan variasi pesanan yang diterima. Adapun perhitungan waktu standar yang diolah oleh penulis pada PD. POINT PRIDE OF MINE adalah sebagai berikut: Tabel 2 Perhitungan Waktu Standar Proses Pemotongan Seragam Bela Diri Taekwondo JUMLAH GELAR 1 2 Sumber : Data Olahan
JUMLAH PESANAN (Unit) 1 – 240 250 - 500
Average Cycle Time (ACT)
Normal Time (NT)
Standard Time (ST)
100 200
105 210
110.5 221
Perhitungan Average Cycle Time (ACT) diperoleh berdasarkan data total waktu kerja yang tersedia pada tabel 1. Sedangkan untuk perhitungan Normal Time (NT) diperoleh berdasarkan perhitungan rating faktor sebesar 105% x average cycle time dari setiap gelar. Dan Standart Time (ST) diperoleh berdasarkan perhitungan: =
%
………………...…………………… (9)
Perusahaan hanya menerima pemesanan seragam bela diri Taekwondo sebanyak 2 gelar, yang artinya 1 gelar sebanyak 1-240 unit dan untuk 2 gelar sebanyak 250-500 unit. Jadi PD. POINT PRIDE OF MINE hanya menerima pesanan paling banyak sebesar 500 unit untuk Seragam Bela Diri Taekwondo. Perhitungan waktu standar proses pemotongan untuk gelar pertama selama 110.5 menit dan untuk gelar kedua selama 221 menit. Tabel 3 Perhitungan Waktu Standar Seragam Bela Diri Taekwondo PROSES PRODUKSI Penjahitan Penyelesaian Sumber : Data Olahan
Average Cycle Time (ACT) 150 30
Normal Time (NT)
Standard Time (ST)
157.5 31.5
165.7 33.1
Perhitungan waktu standar untuk penyablonan seragam bela diri taekwondo dibutuhkan sebanyak 15 screen yang kemudian average cycle time ditentukan berdasarkan jumlah screen yang tersedia. Hasil waktu rata-rata atau average cycle time perhitungannya didasarkan pada kelipatan jumlah screen. Adapun perhitungan waktu standar sablon seragam bela diri taekwondo adalah sebagai berikut: Tabel 4 Perhitungan Waktu Standar Sablon Seragam Bela Diri Taekwondo (Dalam Menit) JUMLAH SCREEN 1 2 3 4 5
Average Cycle Time (ACT) 2 4 6 8 10
Normal Time (NT) 2.1 4.2 6.3 8.4 10.5
Standart Time (ST) 2.2 4.4 6.6 8.8 11
7
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sumber : Data Olahan
12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
12.6 14.7 16.8 18.9 21 23.1 25.2 27.3 29.4 31.5
13.2 15.4 17.6 19.8 22.1 24.3 26.5 28.7 30.9 33.1
Perhitungan Pesanan Diterima Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan data bulan Nopember 2012, dimana pada bulan tersebut, perusahaan memiliki total pesanan sebanyak lima belas kali pemesanan atas seragam taekwondo dewasa dan seragam taekwondo anak-anak. Adapun data pesanan yang masuk pada bulan Nopember 2012, yaitu sebagai berikut: Tabel 5 Data Pesanan Yang Masuk Pada Bulan Nopember 2012 Kode Produksi
Tanggal Terima Pesanan
Jenis Barang
Tanggal Jatuh Tempo
Jumlah (Quantity)
DD1
1 Nopember
Dobook Dewasa
10 Nopember
250
DA1
3 Nopember
Dobook Anak
12 Nopember
250
DD2
4 Nopember
Dobook Dewasa
15 Nopember
300
DD3
4 Nopember
Dobook Dewasa
13 Nopember
240
DA2
6 Nopember
Dobook Anak
10 Nopember
120
DD4
8 Nopember
Dobook Dewasa
17 Nopember
240
DD5
9 Nopember
Dobook Dewasa
23 Nopember
350
DD6
13 Nopember
Dobook Dewasa
29 Nopember
400
DA3
13Nopember
Dobook Anak
17 Nopember
120
DD7
13 Nopember
Dobook Dewasa
22 Nopember
250
DD8
16 Nopember
Dobook Dewasa
27 Nopember
300
DD9
16 Nopember
Dobook Dewasa
25 Nopember
240
DA4
20 Nopember
Dobook Anak
29 Nopember
250
DD10
22 Nopember
Dobook Dewasa
8 Desember
400
DD11
22 Nopember
Dobook Dewasa
11 Desember
450
Sumber : Data Perusahaan (2012)
8
Waktu Persiapan (Set-up Time) Waktu persiapan atau set up time adalah waktu yang disediakan sebelum mesin digunakan untuk melakukan proses produksi. Setiap proses produksi tentunya membutuhkan waktu persiapan (set up time), sehingga proses produksi dapat berjalan tanpa terjadi kendala. Adapun set up time yang digunakan oleh PD. POINT PRIDE OF MINE sebelum proses produksi dilakukan, adalah sebagai berikut: Tabel 6 Tabel Set-up Time PROSES PRODUKSI Pemotongan Sablon Penjahitan Penyelesaian Sumber : Data Perusahaan (2012)
WAKTU PERSIAPAN 20 menit/ jenis produk 20 menit/ jenis produk 5 menit/ unit 5 menit/ unit
Penjadwalan Produksi Menggunakan FCFS, EDD, SPT Sebelum melakukan perhitungan dengan Metode FSFC, EDD, dan SPT terlebih dahulu penulis melakukan perhitungan untuk waktu proses pada setiap jenis pekerjaan. Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode First Come First Serve (FCFS) Penjadwalan produksi lebih menekankan pada penugasan pekerjaan pada pusat kerja. Pembebanan merupakan teknik dalam pengendalian kapasitas. Penjadwalan dengan menggunakan metode FCFS merupakan prioritas tertinggi diberikan pada operasi yang masuk terlebih dahulu. Artinya pekerjaan yang pertama datang, maka akan diproses terlebih dahulu. Berikut ini adalah ukuran keefektifan dari metode First Come First Serve (FCFS) untuk pesanan bulan Nopember 2012 : 1. Average Compeltion Time = 1) Bagian Pemotongan
149 9.93 = = 1.3 Hari 15 7.5
2) Bagian Sablon
=
.
= 2.1 Hari 3) Bagian Penjahitan .
104 6.93 = = 0.92 Hari 15 7.5
4) Bagian Penyelesaian
85 5.66 = = 0.75 Hari 15 7.5
2. Utilization = 1) Bagian Pemotongan 45 = 30,20% 149
2) Bagian Sablon
9
122 = 51,47% 237
3) Bagian Penjahitan
40 = 38,46% 104
4) Bagian Penyelesaian 25 = 29,41% 85
3. Average Number Of Jobs In The System = 1) Bagian Pemotongan
149 = 3.31 pekerjaan 45
2) Bagian Sablon
237 = 1.94 pekerjaan 122
3) Bagian Penjahitan
104 = 2.6 pekerjaan 40
4) Bagian Penyelesaian
85 = 3.4 pekerjaan 25
4. Average Job Latness = 7 = 1,7 hari 4
Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Earlist Due Date (EDD) Metode Earlist Due Date (EDD) adalah metode yang pengerjaan pesanan berdasarkan pada batas waktu (due date) dari pesanan. Pesanan yang memiliki batas waktu yang (due date) yang paling sedikit dari tanggal pesanan, akan dikerjakan terlebih dahulu. Dengan alasan setiap pesanan yang diterima oleh PD. POINT PRIDE OF MINE dengan pesanan yang lainnya memiliki waktu yang berbeda-beda dan pemesanannya pun memiliki jarak waktu yang cukup jauh, oleh karena itu perhitungan penjadwalan dengan menggunakan metode Earlist Due Date (EDD) dinilai kurang efektif apabila diterapkan dalam metode penjadwalan pada PD. POINT PRIDE OF MINE, karena perusahaan tidak akan mengumpulkan pesanan dalam jangka waktu yang lama (>1 Hari), sementara fasilitas produksi dibiarkan menganggur atau tidak dilakukan proses produksi. Maka jika perhitungan penjadwalan tetap menggunakan pengurutan pesanan berdasarkan jatuh tempo Earlist Due Date (EDD) dalam satu hari akan mendapatkan hasil yang sama dengan perhitungan menggunakan metode First Come First Served (FCFS). Berikut adalah perhitungan keefektifan dari metode Earlist Due Date (EDD) untuk pesanan bulan Nopember 2012 : 1. Average Compeltion Time = 1) Bagian Pemotongan
149 9.93 = = 1.3 Hari 15 7.5
2) Bagian Sablon
=
.
= 2.1 Hari 3) Bagian Penjahitan .
10
104 6.93 = = 0.92 Hari 15 7.5
4) Bagian Penyelesaian
85 5.66 = = 0.75 Hari 15 7.5
2. Utilization =
1) Bagian Pemotongan 45 = 30,20% 149
2) Bagian Sablon
122 = 51,47% 237
3) Bagian Penjahitan
40 = 38,46% 104
4) Bagian Penyelesaian 25 = 29,41% 85
3. Average Number Of Jobs In The System = 1) Bagian Pemotongan
149 = 3.31 pekerjaan 45
2) Bagian Sablon
237 = 1.94 pekerjaan 122
3) Bagian Penjahitan
104 = 2.6 pekerjaan 40
4) Bagian Penyelesaian
85 = 3.4 pekerjaan 25
4. Average Job Latness = 7 = 1,7 hari 4
Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Short Processing Time (SPT) Metode Short Processing Time (SPT) adalah metode perhitungan penjadwalan yang dimana melakukan pengerjaan pesanan berdasarkan pesanan dengan memiliki waktu proses yang paling sedikit yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Aturan ini biasanya meminimasi work in process, rata-rata keterlambatan (mean latnes) dan waktu penyelesaian rata-rata (mean flow time) produk. Dalam perhitungan ini dilakukan pengurutan dan penjadwalan berdasarkan tanggal diterimanya pesanan pada satu hari. Setelah pesanan dalam satu hari diterima, maka semua pesanan akan diurutkan berdasarkan waktu proses yang paling sedikit. Berikut adalah perhitungan keefektifan dari metode Short Processing Time (SPT ) untuk pesanan bulan Nopember 2012 :
11
1. Average Compeltion Time = 1) Bagian Pemotongan
168 11.2 = = 1.4 Hari 15 7.5
2) Bagian Sablon
=
.
= 2 Hari 3) Bagian Penjahitan .
102 6.8 = = 0.90 Hari 15 7.5
4) Bagian Penyelesaian
82 5.4 = = 0.72 Hari 15 15
2. Utilization = 1) Bagian Pemotongan 45 = 0.26 168
2) Bagian Sablon
122 = 0.52 231
3) Bagian Penjahitan 40 = 0.39 102
4) Bagian Penyelesaian 25 = 0.30 82
3. Average Number Of Jobs In The System = 1) Bagian Pemotongan 168 = 3.73 45
2) Bagian Sablon
231 = 1.89 122
3) Bagian Penjahitan 102 = 2.55 40
4) Bagian Penyelesaian 82 = 3.28 25
4. Average Job Latness = 11 = 0.73 15
Metode Penjadwalan Yang Baik Untuk Diterapkan Pada PD. POINT PRIDE OF MINE Setelah dilakukannya perhitungan penjadwalan mengenai keefektifan dari masingmasing metode penjadwalan yang oleh penulis mencoba untuk menerapkan metode tersebut sebagai metode penjadwalan pada PD. POINT PRIDE OF MINE. Maka penulis akan melakukan analisis perbandingan keefektifan dari perhitungan penjadwalan berdasarkan metode 12
First Come First Served (FCFS), metode Earliest Due Date (EDD), dan metode Shortest Processing Time (SPT). Analisis penjadwalan dibuat berdasarkan ketiga metode penjadwalan tersebut. Berikut ini adalah hasil perbandingan keefektifitasan perhitungan penjadwalan dari ketiga metode tersebut: Tabel 4.25 Perbandingan Average Completion Time METODE
Average Completion Time
PROSES PRODUKSI
PEMOTONGAN
SABLON
PENJAHITAN
PENYELESAIAN
2.1 2.1 2
0.92 0.92 0.90
0.75 0.75 0.72
FCFS 1.3 EDD 1.3 SPT 1.4 Sumber : Perhitungan Penulis
1.26 1.26 1.25
Tabel 4.26 Perbandingan Utilization METODE
PROSES PRODUKSI Utilization PEMOTONGAN
SABLON
PENJAHITAN
PENYELESAIAN
0.51 0.51 0.52
0.38 0.38 0.39
0.29 0.29 0.30
FCFS 0.30 EDD 0.30 SPT 0.26 Sumber : Perhitungan Penulis
0.37 0.37 0.36
Tabel 4.27 Perbandingan Average Number Of Jobs In The System
SABLON
PENJAHITAN
PENYELESAIAN
Average Number Of Jobs In The System
1.94 1.94 1.89
2.6 2.6 2.55
3.4 3.4 3.28
2.8 2.8 2.8
METODE
PROSES PRODUKSI
PEMOTONGAN FCFS 3.31 EDD 3.31 SPT 3.73 Sumber : Perhitungan Penulis
Tabel 4.28 Analisis Perbandingan Metode Penjadwalan Average Completion Time (Hari) FCFS 1.26 EDD 1.26 SPT 1.25 Sumber : Perhitungan Penulis METODE
Utilization (%) 37 37 36
Average Number Of Jobs In The System 2.8 2.8 2.8
Average Job Latnes
0.46 0.46 0.73
13
Dari perhitungan tabel diatas dapat dilihat bahwa kriteria Average Completion Time diperoleh Shortest Processing Time (SPT), sedangkan kriteria Utilization diperoleh First Come First Served (FCFS) dan Earliest Due Date (EDD) dan Average Number Of Jobs In The System dalam setiap perhitungan metode memperoleh hasil yang sama. Dan Average Job Latnes terkecil diperoleh dengan metode First Come First Served (FCFS) dan Earliest Due Date (EDD).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan pembahasan ketiga metode penjadwalan yang dilakukan oleh penulis terhadap penjadwalan produksi pada PD. POINT PRIDE OF MINE, penulis bisa menarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, selama ini PD. POINT PRIDE OF MINE belum melakukan implementasi metode penjadwalan dalam melakukan proses produksinya. PD. POINT PRIDE OF MINE membuat penjadwalan hanya berdasarkan pesanan yang masuk, dan jika terdapat pesanan lain yang ingin dikerjakan terlebih dahulu atau cepat selesai, PD. POINT PRIDE OF MINE hanya melakukan penyisipan pada proses produksi yang sedang dikerjakan atau menunggu pesanan sebelumnya selesai tanpa melakukan perhitungan yang pasti. 2. Dalam penelitian ini penulis melakukan perbandingan tiga jenis metode pengurutan penjadwalan yaitu First Come First Served (FCFS), Earliest Due Date (EDD) dan Shortest Processing Time (SPT). Pada penelitian ini dilihat bahwa Average Job Latnes paling sedikit diperoleh olehh metode FCFS dan EDD. Untuk kriteria Average Completion Time nilai paling sedikit diperoleh metode SPT, sedangkan untuk Jobs In The System nilai perhitungan Utilization dan Average number Of perhitungannya sama antara FCFS dan EDD. Sehingga pada penelitian ini, pengukuran keefektifan metode pengurutan penjadwalan dapat dilihat melalui perhitungan kriteria Average Job Latnes. Average Job Latnes dengan perhitungan terkecil sangat bagus, karena tingkat keterlambatan lebih sedikit atau lebih kecil. 3. Dalam analisis ketiga metode pengurutan penjadwalan tersebut, kriteria Average Job Latnes terkecil diperoleh dengan menggunakan metode FCFS dan EDD dengan nilai sebesar 0.46. Akan tetapi perhitungan dengan menggunakan metode EDD dinilai kurang efektif untuk diimplementasikan pada PD. POINT karena batas waktu yang diterima dari setaip pesanan yang masuk memiliki jarak berjauhan antara pesanansatu dengan pesanan berikutnya. Apabila metode EDD tetap digunakan maka akan mengakibatkan terjadinya pengangguran fasilitas produksi yang dimiliki PD. POINT PRIDE OF MINE, maka metode FCFS dinilai paling tepat untuk digunakan pada PD. POINT PRIDE OF MINE karena dengan metode FCFS keterlambatan pemenuhan pesanan konsumen dapat diminimalisir. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis mencoba memberikan saran yang dapat dijadikan referrensi bagi PD. POINT PRIDE OF MINE. Adapun saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Jika dilihat dari hasil pembahasan dan penelitian, PD. POINT PRIDE OF MINE sebaiknya menggunakan metode FCFS agar dapat meminimalisir keterlambatan dalam
14
sistem penjadwalannya, karena proses produksi dapat langsung dilaksanakan begitu diterimanya pesanan yang datang oelh perusahaan sehingga waktu tunggu lebih sedikit. 2. Untuk alternatif kedua, pengimplementasian metode EDD dapat dilakukan. Karena metode EDD memiliki Average Job Latnes yang sama dengan metode FCFS. 3. Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Nopember 2012 memiliki permintaan pesanan yang tinggi, maka seharusnya PD. POINT PRIDE OF MINE lebih dapat meminimalkan waktu tunggu pada setiap pesanan sebanyak 5 hari untuk menunggu bahan baku datang, dengan cara PD. POINT PRIDE OF MINE melakukan pemesanan bahan baku sebelum adanya pesanan yang masuk sehingga setiap adanya pesanan yang masuk dapat langsung diproduksi tanpa harus menunggu selama 5 hari bahan baku datang ke PD. POINT PRIDE OF MINE. DAFTAR PUSTAKA Adam, E.E., & Ebert, R.J., (2006), Production & Operation Management. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Assauri, S. (2008), Manajemen Produksi dan Operasi. LPEEUI, Jakarta. Data Profil Perusahan PD. POINT (2005), Struktur Organisasi PD. POINT. Ginting, R., (2009), Penjadwalan Mesin : Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Heizer, J & Render, B., (2008), Operations Management Edisi Kesembilan. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Herjanto, E., (2007), Manajemen Operasi Edisi Tiga. Penerbit Grasindo, Jakarta. Nazir, M, (2005), Metodologi Penelitian : Cetakan Pertama, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Russell, R. S., & Taylor, B. W., (2006), Operations Management : Quality Competitiveness In A Global Environment. Penerbit : Hoboken, New Jersey. Schroeder, R.G., (2005), Operation Management Contenporary Concepts and Cases, Penerbit The Mc Graw-Hill Companies, Inc, USA. Jakarta. Stevenson, W.J., (2007), Operation Management : Edisi Tujuh. Penerbit Eko Jaya, Jakarta. Subagyo, P., (2008), Operation Scheduling :Edisi Satu. Penerbit IKIP Malang, Malang. Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Administrasi, Penerbit CV Alfabeta, Bandung.
15