ANALISIS RETURN SEKURITAS BERDASARKAN PERINGKAT RISIKO PORTOFOLIO INVESTASI Isti Pujihastuti
ABSTRAKSI There are some investment alternative’s in the world and the investors need to analize the risk and return. Reksa Dana (RD) or Mutual Fund is the one of investment alternative’s that is the portfolio investment. Portfolio is a combination of assets (underlying assets). Net Assets Value or Nilai Aktiva Bersih (NAB) is being used to value the performance of RD. The other tools are Treynor’s measure index, Jensen’s measure index and Sharpe’s measure index. And the raw performance, arithmetic mean are the empirical test of RD performance. We value the RD performance by this measure. We need statistical tool’s like Chi Square test to know the comparable and consistency of performance among the RD. Industrial NAB decrease 0,98% from 2005 to 2006. The investors should be know to analize the risk and return of investment, so there is not conflict about the realize investment especially Reksa Dana Century. Keywords: mutual fund, portfolio investment, Net Assets Value, risk and return of investment.
I. PENDAHULUAN Investasi merupakan kegiatan menunda konsumsi saat ini untuk memperoleh hasil lebih pada masa yang akan datang. Berbagai faktor mempengaruhi investasi misalnya tingkat preferensi risiko seseorang. Orang yang menyukai risiko (risk seeker) lebih berani meng-cover risiko dibanding dengan orang yang tidak menyukai risiko (risk averter) sehingga pada tingkat pengembalian return yang sama, seorang risk seeker lebih berani menanggung risiko yang lebih besar. Berbagai preferensi risiko dapat diwadahi pada berbagai sarana investasi yang ada di dunia ini. Investasi dapat dilakukan pada aset riil misalnya tanah, mesin atau aset riil lainnya. Alternatif lain berinvestasi pada aset finansial misalnya saham, obligasi maupun kombinasi berbagai sekuritas. Portofolio merupakan kombinasi berbagai sekuritas yang dibentuk berdasarkan analisis terhadap return dan risiko dari aset turunannya (underlying
79
asset). Salah satu bentuk investasi portofolio adalah reksa dana (fund). Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang sedang berkembang di Indonesia dan sudah lama terkenal di dunia. Kemunculan jenis reksa dana baru misalnya reksa dana indeks, reksa dana terproteksi dan exchange traded fund yaitu reksa dana indeks yang diperjualbelikan di bursa, menambah semakin banyaknya alternatif investasi dalam bentuk protofolio. Kalau kita amati perkembangannya, reksa dana menunjukan kinerja yang cukup baik. Jelas, bahwa investasi reksadana memunculkan return yang baik. Namun demikian perlu diingat bahwa setiap investasi selalu disertai risiko. Secara rasional dapat dikatakan bahwa semakin besar return yang diharapkan investor (pemodal) maka semakin besar pula riskonya, inilah aspek penting berinvestasi. Ada berbagai jenis reksa dana, bahkan Bapepam-LK merencanakan akan menerbitkan reksa dana jenis khusus yang lebih dikenal dengan reksa dana struktur khusus (Structured Fund). Pengertian dari reksa dana struktur khusus adalah reksa dana yang memiliki tujuan dan kebijakan investasi dengan struktur tertentu dan karakteristik khusus yang berbeda dengan reksa dana yang telah ada saat ini. Sayangnya, sampai saat ini masih sedikit masyarakat yang mengetahui atau mengenal reksa dana apalagi berinvestasi lewat reksa dana, padahal berinvestasi melalui reksa dana lebih menguntungkan dan sedikit resiko yang ditanggung bila dibandingkan dengan berinvestasi langsung di pasar saham. Andaikan masyarakat memahami arti investasi, maka kasus investor Reksa Dana Century tidak akan terjadi dan permasalahan tidak akan berkepanjangan hingga saat ini. Investasi dalam bentuk reksa dana bukanlah semacam tabungan di bank yang aman dan dijamin oleh
LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).
Kemungkinan memang masih diperlukan pembelajaran pada masyarakat secara terus-menerus dan berkelanjutan. Disisi lain, masih diperlukan perangkat aturan yang mengawali terbentuknya instrumen investasi baru. Apabila suatu instrumen diasuransikan maka risiko berpindah kepada pihak asuransi, dan ketika asuransi mengasuransikan kembali pada perusahaan reasuransi maka reasuransi ini
80
menjadi pihak yang menanggung risiko lanjutan. Jadi, siapa yang sebenarnya menanggung risiko tersebut? Untuk itulah makalah ini ditulis, terutama untuk memberikan gambaran yang lebih rasional bagi masyarakat apabila mau menanamkan dananya dalam bentuk investasi, khususnya reksa dana. Apakah portofolio itu?
Bagaimana
return sekaligus risiko dari investasi ini?
II. PEMBAHASAN 2.1 Studi Empiris Kinerja Investasi Portofolio. Portofolio merupakan sekumpulan aset berisiko yang memungkinkan investor melakukan diversifikasi risiko, mengurangi risiko sehubungan dengan semakin banyaknya jumlah aset dalam protofolio ini. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja portofolio, faktor-faktor ini bermuara pada return dan risiko yang selalu saling melekat. Supaya menarik investor tentu saja risiko harus ditutup dengan premi risiko. Husnan (2002) menyusun portofolio berdasarkan ranking risiko sistematik (beta risk) untuk mengetahui return saham dan return portofolio bentukannya tersebut. Pengamatan ini menyimpulkan bahwa pengujian beta tahun 1996 signifikan untuk membentuk strategi investasi portofolio pada tahun berikutnya. Konsistensi beta untuk membentuk portofolio dengan membuat gradasi beta menjadi delapan kelompok portofolio secara signifikan menunjukkan bahwa rangking beta tahun 1996 identik dengan rangking abnormal return tahun 1997. Dengan menggunakan asumsi standar tentang volatility aset dan premi risiko, Leibowitz dan Krasker (1988) menganalisis distribusi expected value portofolio saham dan obligasi. Pada horison 3 tahun, nilai obligasi lebih dari 95,9 % dengan probabilitas 0,95. Dengan horison sama, distribusi saham menunjukkan nilai awal 82,3%. Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa saham mempunyai peluang 32% dibawah portofolio obligasi apabila horison investasinya 10 tahun. Peluang ini turun menjadi 21% apabila horison investasinya 30 tahun. Pada horison 20 tahun terdapat probabilita sebesar 25% bahwa nilai aportofolio obligasi melebihi saham.
81
Pengamatan dengan horison bulanan, kuartalan, satu tahunan dan 4 tahunan dilakukan oleh Fama dan French (1998). Hasilnya menunjukkan bahwa R square cenderung meningkat sesuai periode kepemilikan saham dan obligasi. Jelas, bahwa masalah waktu mempunyai dampak pada return investasi. Isti (1995) mengamati mengenai return mingguan dan bulanan selama periode Maret 1993 sampai September 1994 untuk portofolio saham dan obligasi. Hasilnya menunjukkan bahwa return portofolio obligasi berkualitas lebih baik (higher rank) selalu lebih rendah dibanding portofolio obligasi berkualitas lebih rendah (lower rank). Kecenderungan yang berkebalikan ditunjukkan oleh tingkat perolehan rata-rata pada portofolio saham yang justru lebih besar pada portofolio saham kelompok kualitas lebih baik. Secara umum dinyatakan bahwa portofolio obligasi cenderung searah dengan teori sedangkan saham tidak demikian halnya. Jelas, bahwa return dan risiko portofolio harus diperhatikan apabila seseorang mau berinvestasi pada aset berisiko. Meskipun sebenarnya risiko portofolio itu sendiri sudah mengalami diversifikasi, artinya dengan semakin banyak aset turunan (underlying assets) dalam suatu portofolio maka sebenarnya risiko ini sudah semakin rendah, makin banyak aset turunannya risiko portofolio (diversified risk) semakin mendekati nol. Adakah investasi dalam portofolio ini?
2.2 Reksa Dana sebagai Portofolio Investasi Secara umum dinyatakan bahwa reksa dana (mutual fund) adalah suatu portofolio efek yang terdiri atas saham, obligasi, dan/atau kas yang diatur oleh perusahaan Manajer Investasi atas nama banyak pemodal. Mutual Fund berasal dari kata fund dimana Giles dkk dalam Uang dan Efek, (1997) menyatakan “Fund is a pool of money contributed by a range of investors who may be individuals or companies or other organizations, which is managed and invested as a whole, on behalf of those investors”. Dalam kamus keuangan reksa dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya (“diversified portfolio of
82
securities, registered as an open end investment company, which sells shares to the public at an offering price and redeems them on demand at net asset value”). Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Manajer Investasi atau yang biasa disebut fund investment manager adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek, dan menjual bagian (unit) dalam portofolio tersebut kepada pemodal, baik pemodal institusional maupun individual. Ketika seseorang membeli unit suatu reksa dana bersamaan dengan dana pemodal lain yang juga membeli unit reksa dana tersebut., manajer investasi akan menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk aset lain. Ada dua jenis reksa dana yaitu reksa dana tertutup dan reksa dana terbuka. Reksa dana tertutup adalah reksa dana yang transaksi perdagangan unit penyertaan dilakukan melalui bursa saham. Sedangkan reksa dana terbuka adalah reksa dana dimana pemegang unit menjual unitnya langsung kepada manajer investasi terkecuali Exchange Traded Fund (ETF). Exchange traded fund (ETF) adalah sebuah reksa dana yang merupakan suatu inovasi dalam dunia industri reksa dana yang sifatnya mirip dengan suatu perusahaan terbuka tetapi unit penyertaannya dapat diperdagangkan di bursa. ETF ini merupakan kombinasi dari reksa dana tertutup dan reksa dana terbuka, dan ETF ini biasanya adalah merupakan reksa dana yang mengacu kepada indeks saham, dan unit penyertaan ETF ini diperdagangkan langsung di bursa setiap hari. Reksa dana dapat juga diklasifikasikan berdasarkan jenis investasi dari reksa dana tersebut. Jenis reksa dana yang ditawarkan kepada masyarakat pada umumnya ada empat jenis, sesuai dengan Peraturan Bepepam Nomor IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, dan reksa dana campuran. Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya delapan puluh persen dari dana yang dikelola (aktivanya)
83
dalam bentuk efek bersifat utang. Reksa dana saham adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya delapan puluh persen dari dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek bersifat ekuitas.
2.3. Alat Ukur Kinerja Reksa Dana Reksa dana dapat dipantau perkembangannya dari waktu ke waktu. Terdapat beberapa cara penilaian kinerja reksa dana. Nilai aktiva bersih (NAB) adalah besarnya jumlah aktiva tadi dikurangi kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per unit penyertaan adalah jumlah nilai aktiva bersih dibagi jumlah nilai unit penyertaan yang beredar (outstanding). Dalam jumlah NAB terdapat komponenkomponen saham, obligasi, dan surat berharga pasar uang, yang harganya bisa naik atau turun tergantung kekuatan permintaan dan penawaran di pasar atau bursa. Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut : Total Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu :
TotalNAB NilaiAktiv a TotalKewaj iban Nilai Aktiva Bersih per unit :
NABperUnit
TotalNilai AktivaBersih Totalunitp enyertaan (saham) yangditerb itkan
Dimana : Total NAB
= Jumlah Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu.
NAB per unit = NAB per saham atau unit penyertaan pada periode tertentu. Aktiva atau kekayaan reksa dana terdiri atas bermacam-macam jenis, seperti kas, deposito, SBPU (Surat Berharga Pasar Uang), SBI (Sertifikat Bank Indonesia), surat berharga komersial, obligasi, saham, right dan efek lainnya. Sedangkan di sisi kewajiban dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee bank kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker yang belum dibayar dan pembelian efek-efek yang belum dilunasi.
84
Terdapat berbagai cara mengukur kinerja reksadana. Bodie, dkk (1999) menyatakan bahwa kinerja reksa dana dapat diperhitungkan melalui beberapa ideks, yaitu: indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks Sharpe. Pengukuran secara grafis dilakukan oleh Pakpahan
(2004) dengan
menggunakan perbandingan kinerja reksa dana secara raw performance. Prosedur yang dilakukan adalah menghitung average return selama periode penelitian, kemudian diperbandingkan dengan average return indeks pasar saham.
n RRD j i 1 ARRD n Dimana : ARRD = rata-rata aritmatika (aritmetic mean) return reksa dana RRD
= return reksa dana
J dan n
= jumlah reksa dana
Untuk menguji konsistensi kinerja dari reksa dana digunakan uji X2 , hal ini digunakan untuk
menjawab permasalahan apakah
return
masa
lalu
mempengaruhi return masa depan. Untuk itu digunakan rumus sebagai berikut, Sidney Siegel (tahun:hal) r
k
X 2
i 1 j 1
(Oij Eij ) 2 Eij
Dimana : Oij
= jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j
Eij
= banyak kasus yang diharapkan dibawah H0 untuk dikategorikan dalam baris ke-i pada kolom ke-j
Uji konsistensi kinerja juga dilakukan dengan cara melakukan perhitungan 12 months (annual) return dari masing-masing reksa dana, selanjutnya mencari
85
median return dan mengelompokkan reksa dana berdasarkan kategori winner & loser. Studi dalam waktu September 1997 - Agustus 2000 tentang kinerja reksa dana ini menggunakan data seluruh reksa dana yang hidup bersama-sama selama masa penelitian. Secara umum reksa dana saham menunjukan kinerja lebih baik ketimbang indeks pasar saham. Lebih lanjut, selama periode penelitian ternyata terjadi konsistensi kinerja reksa dana saham, yakni sejumlah reksa dana yang menunjukan kinerja historis superior kembali menunjukan kinerja yang baik pada periode berikutnya. Penelitian lainnya (Warsono, 2004) menunjukkan bahwa terdapat 26 reksa dana yang diambil sebagai bahan penelitian dan akan dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil pengujiannya adalah, pertama ketidakmampuan reksa dana saham untuk menghasilkan return yang dapat mengalahkan return bursa saham. Kedua, kinerja reksa dana dalam hal rangking selama dua periode ternyata konsisten, winner tetap bertahan menjadi winner dan loser tetap bertahan menjadi loser. Ketiga, kinerja reksa dana masa lalu berupa keberhasilan mengalahkan pasar tidak dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan mengalahkan pasar di masa yang akan datang.
2.4. Gambaran Sekilas Kinerja Reksa Dana Indonesia. Kinerja reksa dana saham Indonesia tahun 1997 sampai tahun 2000 (Pakpahan, 2004) mampu menghasilkan superior dibanding indeks pasar saham. Selama periode pengamatan ini terjadi konsistensi positif kinerja reksa dana saham Indonesia. Meskipun demikian kinerja ini harus diperhatikan lebih lanjut oleh investor sebagai bentuk kehati-hatian karena berdasarkan risk adjusted performance menunjukkan hasil yang belum signifikan secara statistik. Peningkatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana sampai akhir tahun 2001 mencapai angka Rp 8 triliun, peningkatan juga terjadi dalam 3 tahun berikutnya, yaitu Rp 46,6 triliun pada akhir tahun 2002, Rp 69,47 triliun pada akhir tahun 2003 dan pada akhir tahun 2004 angkanya telah melebihi Rp 100 triliun. Santi (2008) mencatat bahwa aset industri reksa dana meningkat pesat pada tahun 2007, mencapai Rp 110 triliun pada akhir tahun 2007. Namun
86
demikian data menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika pada akhir bulan Agustus tahun 2007 cukup tinggi, mencapai level Rp9.410,- per dolar. Pelemahan nilai rupiah ini memberi sinyal bagi investor untuk mengatur lagi strategi investasinya di tahun berikutnya. Berdasarkan pengamatan Bapepam (lihat Gambar 1) pada akhir bulan Maret 2006, Nilai Aktiva Bersih (NAB) industri reksa dana di Indonesia mengalami penurunan dibandingkan posisi pada bulan Desember 2005, secara total menunjukkan perubahan minus 0,98%. Penurunan ini disebabkan oleh aksi ambil untung yang dilakukan para investor. Perubahan kinerja untuk ke empat jenis reksa dana yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, campuran, saham dan reksa dana terproteksi menunjukkan bahwa perubahan NAB srcara berurutan menunjukkan kenaikan (+) maupun penurunan (-) sebesar + 11,21%,+ 4,57 %^, - 14,53%, - 19,84% dan + 21,87% untuk reksa dana terproteksi.
Gambar 1. Perkembangan NAB Indonesia
87
III. PENUTUP Investasi dapat dilakukan sepanjang sejarah kehidupan manusia yang semakin lama menunjukkan semakin luasnya cakupan return dan risikonya. Investasi dalam bentuk portofolio memungkinkan investor mendiversifikasikan risikonya. Reksa dana merupakan alternatif investasi dalam bentuk portofolio yang memungkinkan investor kecil ikut berperan di pasar modal. Dengan alternatif ini, akan mendorong terjadinya pemerataan pendapatan pada kalangan masyarakat secara luas. Demikian juga dengan pemahaman masyarakat tentu saja akanmenjadi lebih terbuka khususnya bagi investor kecil. Ketika seseorang membeli unit suatu reksa dana, manajer investasi akan menginvestasikan dana tersebut bersamaan dengan dana pemodal lain yang juga membeli unit reksa dana tersebut. Jelas, bahwa profesionalitas manajer investasi cukup berpengaruh pada pengembangan investasi khususnya reksa dana. Investor dibantu oleh manajer investasi yang profesional dibidangnya, Kinerja investasi portofolio menunjukkan kinerja beragam yang secara teori dapat dikatakan bahwa semakin besar risiko yang harus ditanggung maka semakin besar pula premi atas risiko tersebut. Dalam konteks ini masih diperlukan pembelajaran yang terus menerus kepada masyarakat sehingga mereka mampu menganalisis berbagai investasi, mampu membedakan antara investasi dan tabungan. Dengan demikian pemahaman masyarakat akan lebih baik sehingga kasus semacam Reksa Dana Century tidak terjadi dimasa datang.
DAFTAR PUSTAKA Bodie, Kane dan Marcus. 1999. “Investments”. 4th Edition. Richard D Irwin: Mc Graw Hill. Fama, Eugene F. dan Kenneth R. French. 1989. “Business Condition and Expected Return on Stocks and Bonds”. Journal of Financial Economics 2. Husnan, Suad. 2002. CAPM dan Strategi Portofolio: Kajian Kondisi Pasar di BEJ. Jakarta: Usahawan. Isti, Pujihastuti. 1995. Analisis Tingkat Perolehan Sekuritas di Pasar Modal Indonesia. Thesis S2, Tidak Dipublikasikan,.
88
Leibowitz, Martin L dan William S. Krasker. 1988. “The Persistence of Risk: Stock versus Bond Over the Long Run”. Financial Analysts Journal, November- Desember. Pakpahan, M. 2004. Kinerja reksa dana saham Indonesia: Periode September 1997 – Agustus 2000”. Jakarta: Usahawan. Sadewa, Purbaya, Y. 2007. Analisis Reksadana: Mengendalikan Risiko Nilai Tukar. Kompas, 22 Oktober 2007. Santi, J.T. 2008. Reksa Dana Masih Menjanjikan. Kompas, 2 Januari 2008. ........, Tim Uang dan Efek. 1997. Mengapa Artikel Majalah Uang dan Efek. Jakarta.
Harus Reksadana?. Kumpulan
Warsono. 2004. Apakah Kinerja Masa Lalu Mencerminkan Kinerja Masa Depan? Evaluasi Return Reksa Dana Saham Tahun 2005-2006.
89