Sekuritas investasi Sekuritas investasi sangat bervariasi dalam hal jenis surat berharga yang diinvestasikan dan tujuan dari investasi. Sekuritas investasi dapat berupa utang atau ekuitas. Sekuritas utang adalah sekuritas yang mewakili hubungan sebagai kreditor terhadap pihak lain. Sekuritas ekuitas merupakan sekuritas yang mewakili kepemilikan pada entitas lain. Akuntansi untuk Sekuritas Investasi Investasi dapat dilaporkan pada neraca berdasarkan biaya perolehan atau nilai wajar, tergantung dari jenis sekuritas dan tingkat pengaruh yang dimiliki perusahaan terhadap perusahaan yang diinvestasikan. Nilai wajar aset merupakan harga tukar aset dalam suatu transaksi normal saat ini antara pihak yang berbeda. Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu: o Sekuritas Utang 1. Sekuritas yang Dimiliki hingga Jatuh Tempo. Perusahaan melaporkan sekuritas tersebut di neraca pada biaya perolehan. Tidak ada keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari sekuritas ini yang diakui sebagai pendapatan. 2. Sekuritas yang Diperdagangkan Perusahaan melaporkan sekuritas ini pada nilai pasar total pada tiap tanggal neraca. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi dan keuntungan atau kerugian telah direalisasi termasuk pada penghitungan laba bersih. 3. Sekuritas tersedia untuk dijual. Sekuritas ini dapat dikelompokkan sebagai aset lancar atau tak lancar, tergantung dari jangka waktu atau kapan manajemen berniat menjual sekuritas tersebut. Sekuritas ini dilaporkan berdasarkan nilai wajar pada neraca. Namun, perubahan pada nilai wajar tidak dimasukkan sebagai komponen laba melainkan dimasukkan sebagai komponen pendapatan komprehensif. 4. Perubahan Kelompok Investasi Umumnya, sekuritas utang yang dikelompokkan sebagai “dimiliki hingga jatuh tempo” tidak dapat dipindahkan menjadi kelompok lain kecuali pada keadaan luar biasa seperti merger, akuisisi, divestasi, penurunan tajam perngkat kredit atau kejadian luar biasa lainnya. Pemindahan dari kelompok “tersedia untuk dijual”
menjadi “diperdagangkan” biasanya juga tidak diperbolehkan. Namun, ketika pemindahan antarkelompok ini terjadi, sekuritas harus disesuaikan pada nilai wajarnya. o Sekuritas Ekuitas 1. Tidak Memiliki Pengaruh (Kepemilikan Kurang dari 20%) Investor diasumsikan memiliki pengaruh minimal pada aktivitas perusahaan yang diinvestasi. Investasi ini dapat dikelompokkan sebagai sekuritas diperdagangkan atau tersedia untuk dijual berdasarkan niat dan kemampuan manajemen. 2. Pengaruh Signifikan (Kepemilikan anatara 20%-50%) Investor memperlakukan investasi ini dengan metode ekuitas yang mengharuskan investor untuk mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan kemudian menyesuaikan akun investasi dengan bagian proporsi investor pada laba perusahaan yang diinvestasi sejak akuisisi dan mengurangi akun investasi sebesar jumlah deviden yang diterima dari perusahaan yang diinvestasi. 3. Pihak yang Mengendalikan (Kepemilikan Lebih dari 50%) Investor disebut sebagai induk perusahaan dan perusahaan yang diinvestasi sebagai anak perusahaan. Perusahaan harus menyiapkan laporan keuangan konsolidasi. Analisis Sekuritas Investasi Analisis sekuritas investasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: o Untuk Memisahkan Kinerja Operasi dengan Kinerja Investasi Kinerja operasi dan investasi suatu perusahaan harus dianalisis secara terpisah, karena kinerja investasi perusahaan dapat mendistorsi kinerja operasi yang sesungguhnya. Aturan umumnya, seluruh sekuritas utang dan sekuritas ekuitas yang dipasarkan dan tidak memiliki pengaruh, dianggap aktivitas investasi. o Menganalisis Distorsi Akuntansi dari Sekuritas Daftar distorsi potensial yang disebabkan oleh akuntansi untuk sekuritas investasi yang harus diwaspadai seorang analis: 1. Peluang untuk mengakui penjualan keuntungan. 2. Kewajiban yang diakui sebesar biaya. 3. Definisi sekuritas ekuitas yang tidak konsisten. 4. Klasifikasi berdasarkan niat.
Implikasi Analisis atas Investasi Antarperusahaan o Pengakuan Laba Perusahaan Investasi Metode akuntansi ekuitas mengasumsikan bahwa setiap dolar yang dihasilkan oleh anak perusahaan setara dengan setiap dolar yang dihasilkan untuk investor. Walaupun kewajiban pajak induk perusahaan atas pengiriman laba oleh anak perusahaan diabaikan, asumsi setara dolar atas laba tidak dapat diterima. Dengan alasan sebagai berikut: 1. Otoritas regulasi dapat mencampuri kebijakan deviden anak perusahaan. 2. Anak perusahaan dapat beroperasi di negara yang membatasi pengembalian laba atau di negara yang mengalami penurunan nilai mata uang secara cepat. 3. Pembatasan dividen dalam perjanjian pinjaman dapat membatasi akses terhadap laba. 4. Kehadiran kepemilikan minoritas yang stabil atau kuat dapat mengurangi pilihan induk perusahaan dalam penentuan dividen atau kebijakan lainnya. 5. o Investasi Modal yang Tidak Diakui Akun investasi sering disebut sebagai konsolidasi satu baris, karena akun investasi tersebut mencerminkan presentase kepemilikan investor atas ekuitas pemegang saham perusahaan investasi. Di balik saldo investasi ini terdapat aset dan kewajiban perusahaan investasi. Aset dan kewajiban perusahaan investasi yang tidak tercatat dalam jumlah besar tidak tercatat dalam neraca investor. o Cadangan Pajak atas Laba Anak Perusahaan yang Tidak Dibagikan. Cadangan ini bergantung pada tindakan dan tujuan induk perusahaan. Praktik saat ini mengasumsikan seluruh laba yang tidak dibagikan ditransfer ke induk perusahaan, sehingga cadangan pajak dibuat oleh induk perusahaan di tahun berjalan. Penggabungan Usaha Penggabungan usaha mengacu pada merger atau akuisisi suatu bisnis. Hal ini terjadi bila sebuah perusahaan mengakuisis sebagian besar sekuritas ekuitas satu perusahaan lain atau lebih. Beberapa alasan ekonomis penggabungan usaha adalah: 1. Untuk memperoleh sumber bahan baku, fasilitas produksi, teknologi, jaringan pemasaran, atau pangsa pasar yang tidak ternilai. 2. Untuk menjamin sumber keuangan atau akses terhadap sumber keuangan. 3. Memperkuat manajemen. 4. Meningkatkan efisiensi operasi.
5. Mendorong diversifikasi. 6. Mempercepat masuk ke pasar. 7. Mencapai skala ekonomi. 8. Memperoleh manfaat pajak. Akuntansi Penggabungan Usaha Dalam akuntansi metode pembelian, perusahaan harus mengakui nilai pasar wajar aset berwujud dan aset tak berwujud yang diperoleh dalam neracanya yang diakui bersamaan dengan nilai pasar wajar dari kewajiban yang diasumsikan. Aset berwujud disusutkan dan aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi diamortisasi selama estimasi masa manfaatnya. Laporan Keuangan Konsolidasi Melaporkan hasil operasi dan kondisi keuangan perusahaan induk dan anak perusahaannya dalam satu perangkat laporan. Laporan konsolidasi mengabaikan identitas legal yang terpisah antara perusahaan
induk dan anak perusahaan karena alasan
“substansi ekonomi”. Mekanisme Konsolidasi Konsolidasi meliputi dua langkah: agregasi dan eliminasi. Pertama, laporan keuangan yang telah dikonsolidasi menggabungkan aset, kewajiban, pendapatan, dan beban anak perusahaan dengan pos yang berhubungan dengan laporan keuangan perusahaan induk. Langkah kedua adalah mengeliminasi transaksi antarperusahaan untuk menghindari perhitungan ganda atau laba yang diakui prematur. Efek bersih dari konsolidasi pada neraca adalah melaporkan akuisisi anak perusahaan pada nilai pasar wajar pada tanggal akuisisi. Hasil penilaian aset berwujud anak perusahaan dan aset tidak berwujudnya yang dapat diidentifikasi, dilaporkan pada pos yang terpisah. Selisih antara harga pembelian dengan harga wajar pasar aset yang dapat diidentifikasi tersebut dicatat sebagai goodwill. Goodwill hanya dicatat setelah nilai pasar wajar seluruh aset berwujud dan aset tidak berwujud diakui. Aset tak berwujud
ini dianggap memiliki masa manfaat terbatas
sehingga diamortisasi setiap tahun. o Penurunan Nilai Goodwill Goodwill ditelaah setiap tahun untuk penurunana nilai/ impairment. Penelaahan ini merupakan proses yang meliputi perbandingan antara nilai pasar wajar dengan nilai bukunya dalam akun investasi.
o Masalah- Masalah Penggabungan Usaha Pertimbangan Kontinjen Dengan sistem akuntansi kini, pembayaran masa depan dengan pengembalian tinggi diakui sebagai tambahan biaya pembelian ketika uang sudah dibayarkan (biasa disebut kenaikan goodwill). Kewajiban pembeli untuk pembayaran kontinjen yang terkandung dalam penawaran harus dinyatakan dalam nilai wajar pada tanggal pembelian dan dinilai ulang secara berkala setiap kuartal agar dapat merefleksikan kinerja aktual. Sehingga akan diperoleh volatilitas laba ketika pertimbangan kontinjen dinilai ulang. o Alokasi Total Biaya SFAS 141 mengharuskan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menilai kategori aset tak berwujud yang spesifik, meliputi: 1. Merek dagang dan aset lain yang terkait dengan pemasaran. 2. Kesepakatan untuk tidak bersaing. 3. Daftar pelanggan, kontrak, dan aset lain yang terkait dengan seni artistik. 4. Aset tidak berwujud yang terkait dengan hubungan kontraktual. 5. Paten, perangkat lunak komputer, basis data, rahasia dagang/ formula rahasia, dan aset lain yang terkait dengan teknologi. o Penelitian dan Pengembangan dalam Proses Beberapa perusahaan menghapuskan sebagian biaya akuisisi sebagai litbang yaitu dengan menilai aset IPR&D perusahaan yang diakuisisi sebelum menghapusnya. Dengan adanya insentif untuk menghindari pengakuan IPR&D sebagai goodwill, perusahaan menilai IPR&D setinggi mungkin untuk meningkatkan penghapusan, atau mengurangi amortisasi goodwill. Penghapusan sepeti itu akan menimbulkan masalah kualitas laba jika IPR&D disajikan overstated karena hal tersebut akan merendahkan aset dan meninggikan pengembalian ekuitas (dan aset). o Utang dalam Laporan Konsolidasi Jika induk perusahaan menjamin kewajiban anak perusahaan, kreditor memiliki jaminan sebagai tambahan pengaman dengan provisi jaminan potensial. Untuk menilai keamanan kewajiban, analisis kita harus mempelajari laporan keuangan masing- masing perusahaan. o Keuntungan dari Penawaran Perdana Saham Anak IPO menjasi hal yang umum dilakukan anak perusahaan karena perusahaan berusaha mendapatkan laba yang tidak diakui dalam nilai saham anak perusahaannya, dan pada saat yang sama mempertahankan pengendalian atas anak perusahaan.
o Penjualan dan Pendapatan sebelum Akuisisi Saat akuisisi anak perusahaan dilakukan di tengah tahun, perusahaan hanya melaporkan ekuitas mereka dalam pendapatan dari anak perusahaan dari tanggal akuisisi ke depan. Terdapat dua metode untuk mencapai hal tersebut: 1. Perusahaan dapat menerbitkan laporan laba rugi konsolidasi dengan penjualan, beban, dan laba anak perusahaan dari tanggal akuisisi ke depan. 2. Perusahaan dapat melaporkan dalam laporan laba rugi konsolidasinya penjualan dan beban anak perusahaan seluruh tahun dan menarik laba sebelum akuisisi sehingga hanya laba setelah akuisisi yang dimasukkan dalam laba bersih konsolidasi. o Push Down Accounting Harga perolehan perusahaan A untuk mengakuisisi perusahaan B harus “didorong turun” dan digunakan untuk membentuk basis akuntansi yang baru dalam laporan keuangan perusahaan B yang terpisah. SEC mengakui bahwa kehadiran utang publik, saham preferen atau kepemilikan minoritas yang signifikan dalam anak perusahaan dapat berdampak pada kemampuan induk perusahaan untuk mengendalikan kepemilikan. Dalam kasusu ini, SEC tidak memaksakan untuk menerapan Push Down Accounting. o Keterbatasan Tambahan dalam Laporan Keuangan Konsolidasi 1. Laporan keuangan masing- masing perusahaan yang membentuk entitas yang lebih besar tidak selalu dibuat berdasarkan basis yang dapat diperbandingkan. 2. Laporan konsolidasi tidak mengungkapkan pembatasan penggunaan kas di masingmasing perusahaan. 3. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk seringkali digabungkan dengan perusahaan yang kondisi keuangannya kuat sehingga mengaburkan analisis. 4. Tingkat transaksi antar perusahaan tidak dapat diketahui. 5. Akuntansi untuk konsolidasi anak perusahaan keuangan dan asuransi menimbulkan masalah khusus bagi analis. o Konsekuensi Akuntansi Goodwill Pengukuran nilai sisa goodwill menimbulkan masalah pengukuran potensial. Sebagai contoh, pembayaran karena kesalahan estimasi, persaingan tender yang ketat, atau kecerobohan atas sumber daya pemilik atau kreditor tertelan dalam goodwill. Akuntansi Penyatuan untuk Penggabungan Usaha Perbedaan antara metode penyatuan dengan akuntansi pembelian terletak pada jumlah yang dicatat sebagai investasi awal dalam perusahaan yang diakuisisi. Dalam metode pembelian, akun investasi didebit sebesar harga beli, yaitu nilai pasar wajar perusahaan
yang diakuisisi pada tanggal akuisisi. Dalam metode penyatuan, akun investasi didebit sebesar nilai buku perusahaan yang diakuisisi. Aset tidak dinaikkan nilainya dari harga perolehan yang dilaporkan dalam neraca perusahaan yang divestasi, tidak terapat aset tak berwujud baru yang muncul dari akuisisi, dan tidak ada goodwill yang dilaporkan. Tidak diakui goodwill ini merupakan daya tarik utama metode penyatuan karena perusahaan menghindari amortisasi goodwill yang berakibat pada penurunan kas. o Mekanisme Akuntansi Penyatuan Kepentingan Akibat yang mungkin timbul dari akuntansi penyatuan dibandingkan dengan akuntansi pembelian: 1. Aset diperoleh dan dibawa pada nilai buku, bukan pada nilai pasar yang tersedia. 2. Penyajian aset yang lebih rendah menghasilkan ekuitas gabungan yang lebih rendah 3. Penyajian aset yang lebih rendah menghasilkan beban yang lebih rendah dan menghasilkan laba yang lebih tinggi. 4. Penyajian aset yang lebih rendah memungkinkan menghasilkan keuntungan penghentian aset yang lebih tinggi. 5. Laporan laba rugi dan neraca gabungan disajikan kembali untuk seluruh periode yang dilaporkan. SEKURITAS DERIVATIF Mendefinisikan Suatu Derivatif 1. Kontrak masa depan, merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk membeli atau menjual komoditas tertentu atau aset keuangan pada tanggal tetentu di masa depan (tanggal penyerahan) pada harga tetentu. 2. Kontrak swap, merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk menukar arus kas masa depan. Kontrak ini umumnya digunakan sebagai perlindungan atas resiko seperti tingkat bunga dan resiko kurs valuta asing. 3. Kontrak opsi, memberikan hak kepada suatu pihak untuk melakukan suatu transaksi. o Akuntansi Instrumen Derivatif Tidak seperti akuntansi nilai wajar bagi sekuritas investasi, dimana hanya aset yang dinilai sesuai pasar sementara kewajiban yang terkait tidak, akuntansi derivatif akan mempengaruhi kedua sisi transaksi dengan mengubahnya sesuai dengan nilai pasar. o Pengungkapan Instrumen Derivatif 1. Pengungkapan Kualitatif
Pengungkapan biasanya menjelaskan aktivitas lindung nilai yang dilakukan perusahaan dan metode akuntansi yang digunakan. 2. Pengungkapan Kuantitatif Menyajikan informasi kuantitatif terkait dengan aktivitas lindung nilai untuk tingkat bunga dan valuta asing pada laporan tahunan. 3. Resiko Tingkat Bunga yang Dihadapi Jumlah utang dengan tingkat bunga mengambang yang dapat diserap secara aman oleh perusahaan bergantung dari kovarians laba sebelum bunga, penyusutan, dan pajak (EBITDA) dengan tingkat bunga. Semakin tinggi kovarians, semakin tinggi presentase utang berbasis tingkst bunga mengambang yang dapat dipinjam perusahaan dan tidak akan menghasilkan resiko signifikan atas laba yang dilaporkan, jika tingkat bunga berfluktuasi di masa depan. Analisis Derivatif Tujuan Penggunaan Derivatif Pada kasus lindung nilai, risiko tidak berasal dari pilihan strategis melainkan dari masalah dengan instrumen lindung nilai. Pada kasus spekulasi, perusahaan membuat pilihan strategis untuk menanggung risiko pergerakan pasar. Banyak perusahaan berspekulasi (secara implisit) meskipun mereka mengatakan bahwa derivatif digunakan untuk lindung nilai. Risiko yang Dihadapi dan Efektifitas Strategi Lindung Nilai Saat seorang analis menyimpulkan bahwa suatu perusahaan menggunakan derivatif sebagai lindung nilai, ia harus menganalisis risiko dasar suatu perusahaan, strategi manajemen risiko perusahaan, aktivitas lindung nilainya, dan efektifitas operasi lindung nilai. Risiko Khusus Transaksi versus Risiko Perusahaan secara Keseluruhan Perusahaan melakukan lindung nilai atas risiko khusus yang terkait dengan transaksi, komitmen, aset, dan/atau utang tertentu. Meskipun melindungi risiko tertentu terkadang mengurangi keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan terhadap variabel ekonomi mendasar, perusahaan jarang menggunakan derivatif dengan tujuan untuk melakukan lindung nilai atas keseluruhan risiko perusahaan. Seorang analis harus mengevaluasi dampak derivatif terhadap perusahaan secara luas dan harus mewaspadai bahwa aktivitas lindung nilai atas risiko tertentu tidak selalu merupakan lindung nilai atas risiko perusahaan secara luas. Cakupan dalam Laba Operasi atau Non-operasi
Jika derivatif merupakan instrumen lindung nilai, keuntungan dan kerugian belum (sudah) direalisasi seharusnya tidak termasuk dalam laba operasi. Selain itu, nilai wajar derivatif tersebut harus dikeluarkan dari aset operasi. Klasifikasi ini cukup jelas bagi instrumen derivatif yang melakukan kegiatan lindung nilai atas pergerakan tingkat bunga karena risiko utamanya juga berupa non-operasi. Sebaliknya untuk lindung nilai atas risiko jenis lain, klasifikasinya menjadi tidak jelas. Oleh karenanya, keuntungan dan kerugian (serta nilai wajar) dari derivatif dianggap non-operasi jika: (1) aktivitas lindung nilai bukan merupakan bagian inti dari operasi perusahaan dan (2) memasukkan dampak lindung nilai pada laba operasi menutupi volatilitas yang mendasari laba operasi atau arus kas. PILIHAN NILAI WAJAR FASB baru-baru ini membuat langkah maju menuju pelaporan aset dan kewajiban keuangan berbasis nilai wajar. SFAS 157 memberikan kerangka yang terinegrasi bagi akuntansi nilai wajar. SFAS 159 memberikan beberapa pilihan pada perusahaan untuk secara selektif melaporkan aset dan kewajiban keuangan pada nilai wajar. Ketentuan Pelaporan Nilai Wajar Aset dan Kewajiban yang Sesuai untuk Pilihan Nilai Wajar SFAS 159 memperbolehkan perusahaan untuk melaporkan rangkaian luas aset (kewajiban) keuangan pada nilai wajarnya. Namun, hal berikut ini tidak diperbolehkan untuk dilaporkan dalam nilai wajarnya: (1) investasi pada anak perusahaan yang perlu dikonsolidasi, (2) aset (kewajiban) imbalan pascapensiun, (3) aset (kewajiban) sewa guna usaha, (4) kontrak asuransi jenis tertentu, (5) komitmen pinjaman, dan (6) investasi metode ekuitas dengan kondisi tertentu. Aplikasi Tertentu Perusahaan diberikan fleksibilitas yang cukup luas dalam mengaplikasikan secara selektif pilihan nilai wajar atas aset (kewajiban) individualnya. Namun apabila pilihan nilai wajar sudah diterapkan pada aset (kewajiban) tertentu, hal tersebut tidak dapat dikembalikan. Ketentuan Pelaporan 1. Nilai yang tercatat dari nilai aset (kewajiban) dalam neraca akan selalu pada nilai wajarnya pada saat tanggal neraca.
2. Semua perubahan dalam nilai wajar aset (kewajiban), termasuk keuntungan dan kerugian yang belum direalisasikan akan dimasukkan dalam laba bersih. 3. Perusahaan dapat memilih untuk melaporkan porsi keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi secara berbeda dengan komponen keuangan atau bersama-sama. Pengungkapan Nilai Wajar Pemilihan nilai wajar atas aset dan kewajiban harus diungkapkan di laporan keuangan. Biasanyadi jabarkan secara detail pada catatan atas laporan keuangan. Implikasi Analisis Keandalan Pengukuran Nilai Wajar Perusahaan biasanya akan memisahkan nilai wajar berdasarkan jenis input yang digunakan dalam menentukan nilai wajar mereka. 1. Tingkat 1: Berdasarkan harga yang ditawarkan untuk sekuritas yang persis sama dengan sekuritas yang sedang dinilai. 2. Tingkat 2: Berdasarkan harga sekuritas yang ditawarkan untuk sekuritas yang mirip atau dari pasar yang tidak aktif. 3. Tingkat 3: input bukan berasal dari observasi melainkan dari asumsi perusahaan. Jika perusahaan lebih banyak memakai input dari tingkat 1, maka keandalan dari pengukuran nilai wajar akan tinggi. Begitu pula jika perusahaan menggunakan input tingkat 3, maka keandalannya bisa jadi lebih rendah. Adopsi Oportunistis dari SFAS 159 SFAS 159 memperbolehkan suatu perusahaan melakukan pembatasan signifikan mengenai aset atau kewajiban khusus apa yang dapat diberlakukan pilihan nilai wajar. Seorang analis perlu melakukan verifikasi apakah pemilihan nilai wajar merupakan tindakan oportunistis dengan tujuan mempercantik laporan keuangan.
KONSOLIDASI ANAK PERUSAHAAN LUAR NEGERI Standar akuntansi kini memberikan dua pendekatan translasi, metode kurs kini (current rate method) dan metode sementara (temporal method). Jika anak perusahaan relatif independen, metode kurs kini digunakan. Sedangkan jika anak perusahaan terintegrasi secara dekat dengan induk perusahaan, yang digunakan adalah metode sementara. Jika metode kurs kini digunakan, penyesuaian penerjemahan (translation adjustment) disajikan dalam “pendapatan komprehensif lainnya”. Jika metode sementara yang digunakan,
maka penyesuaian ini disajikan sebagai keuntungan pengukuran kembali (remeasurement) dan kerugian dalam laporan laba rugi. Translasi laporan keuangan melibatkan empat nilai tukar (exchange rate): 1. Historis (historical) – nilai tukar saat terjadinya transaksi 2. Kini (current) – nilai tukar pada akhir periode akuntansi 3. Spesifik (spesific) – nilai tukar untuk transaksi tertentu 4. Rata-rata tertimbang (weighted avarage) – nilai tukar rata-rata tertimbang selama periode akuntansi. Akuntansi Translasi Mata Uang Asing Neraca melaporkan penyesuaian translasi sebagai komponen ekuitas pemegang saham yang terpisah – biasanya dilaporkan dalam komponen umum berjudul Akumulasi Laba (Rugi) Komprehensif Lainnya (Accumulated Other ComprehensiveIncome (Loss)) Analisis Keuntungan dan Kerugian Translasi Menghitung keuntungan translasi dengan cara sebagai berikut: Keuntungan translasi dari saldo awal aset bersih (aset bersih awal x perubahan nilai tukar antara awal dan akhir tahun)
xxxx
Keuntungan translasi dari kenaikan aset bersih pada tahun „X‟ (kenaikan aset bersih tahun „X‟ x selisih nilai tukar awal dan akhir thn „X‟) TOTAL KEUNTUNGAN TRANSLASI
xxxx xxxx
Jika perubahan aset bersih terjadi karena transaksi non-operasi, perusahaan harus mengidentifikasi nilai tukar untuk translasi transaksi tersebut. Penyesuaian ini kemudian dimasukkan dalam perhitungan keuntungan dan kerugian translasi dengan cara yang sama seperti di atas. Akuntansi Investasi Asing oleh Induk Perusahaan Jika induk perusahaan mencatat investasi dalam anak perusahaan asing dengan menggunakan metode ekuitas, induk perusahaan mencatat penyesuaian translasi sesuai proporsi kepemilikannya. Jika induk perusahaan menjual investasi anak perusahaan, maka induk perusahaan harus: (1) mencatat keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga jual dengan nilai buku
investasi tersebut. dan (2) mengalihkan saldo Penyesuaian Translasi Mata Uang Asing ke laba. ANALISIS IMPLIKASI TRANSLASI MATA UANG ASING Translasi dengan metode sementara adalah cara yang paling konsisten dengan harga perolehan dalam akuntansi. Dalam metode ini, akun non-moneter seperti aset tetap dan persediaan dinyatakan pada nilai dolar pada taggal perolehan. Perusahaan umumnya tidak menyukai keuntungan dan kerugian trnslasi dalam metode sementara karena variasi dalam lingkungan ekonomi dan mengakibatkan ketidakstabilan laba. Praktik saat ini tidak menggunakan metode sementara, kecuali dalam dua kasus berikut: 1) Jika entitas asing merupakan perpanjangan induk perusahaan 2) Jika terjadi hyperinflation, translasi aset non-operasi menyebabkan aset menjadi sangat rendah karena penggunaan nilai tukar kini. Mata uang asing kehilangan kegunaannya dan karenanya mata uang yang legih stabil yang digunakan. Praktik saat ini menggunakan metode kurs kini. Metode ini memperbolehkan pengakuan keuntungan dan kerugian tanpa melalui laporan laba rugi, melainkan langsung dalam pendapatan komprehensif. Kedua, dalam metode ini translasi mata uang memengaruhi ekuitas, bukan laba. Dengan demikian, pendekatan ini akan memengaruhi rasio-rasio. Ketiga, dampak perubahan nilai tukar pada translasi laporan laba rugi dapat dipelajari. Dalam metode kurs kini, laba translasi bervariasi mengikuti perubahan nilai tukar. Hal tersebut menyebabkan estimasi dampak translasi pada laporan laba rugi menjadi lebih mudah. PENYESUAIAN PADA LAPORAN KEUANGAN Karena pendapatan komprehensif mencakup keuntungan dan kerugian belum direalisasi hanya untuk sekuritas diperdagangkan dan tersedia untuk dijual, pendapatan komprehensif harus disesuaikan untuk mencakup keuntungan dan kerugian belum direalisasi dari sekuritas dimiliki hingga jatuh tempo. Pendapatan investasi permanen = ROI yang diinginkan x (Nilai wajar investasi awal + Nilai wajar investasi akhir) / 2.
Untuk tujuan analisis, kita menginginkan semua sekuritas investasi dilaporkan sebesar nilai wajar pada neraca. Oleh karena itu, kita akan menyesuaikan sekuritas yang dimiliki hingga jatuh tempo ke dalam nilai wajarnya. EVALUASI KINERJA INVESTASI Kinerja sekuritas investasi dievaluasi dengan tingkat pengembalian investasi (ROI), yang dapat diartikan secara bebas sebagai “realisasi” penghasilan investasi untuk periode dibagi dengan basis investasi rata-rata:
(
)
Penghasilan investasi = Pendapatan bunga (dan dividen) + Realisasi keuntungan dan kerugian + Keuntungan dan kerugian belum direalisasi.