AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke:
AKUNTANSI PROPERTY INVESTASI
Fakultas
EKONOMI Program Studi
MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id
Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email :
[email protected]
Pengertian dan Pengakuan |Aset Tetap |Pengertian Aset Tetap |Aset tetap seringkali merupakan komponen yang signifikan dalam Neraca Perusahaan. Aset Tetap bersifat tangible dan digunakan dalam jangka panjang. Dalam PSAK 16 definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang |Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan |Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. |Berdasarkan definisi di atas, pengertian aset tetap mencakup : y Tujuan penggunaan y Lama digunakan.
Pengakuan Biaya perolehan asset tetap harus diakui sebagai asset jika : |Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas |Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap.
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal |Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama. | Model Biaya (Cost Model) |Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. | Model Revaluasi (Revaluation Model) |Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Frekuensi Penilaian ∗ Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu asset tetap yang direvaluasi. ∗ Jika nilai wajar dari asset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. ∗ Beberapa asset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. ∗ Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. ∗ Namun demikian, asset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.
Revaluation Model |Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini: |disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan. |dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan
Persediaan Barang (Inventory) Berdasarkan PSAK 14, istilah persediaan diartikan sebagai: Tersedia untuk dijual dalam kegiatan biasa Dalam proses produksi untuk proses penjualan tersebut Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa PENGUKURAN PERSEDIAAN Persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. 1. Biaya Persediaan 2. Biaya Pembelian 3. Biaya Konversi 4. Biaya Lain 5. Biaya Persediaan Pemberi Jasa 6. Teknik Pengukuran Biaya 7. Rumus Biaya 8. Nilai Realisasi Neto
Properti Investasi |Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari |Hak atas properti yang dikuasai oleh lessee melalui sewa operasi dapat dikelompokkan dan dicatat sebagai properti investasi jika, dan hanya jika, properti tersebut tidak bertentangan dengan definisi properti investasi dan lessee menggunakan model nilai wajar
Perlakuan Pajak terhadap Properti Investasi
Properti investasi diatur berbeda dalam peraturan perpajakan di Indonesia . Hal ini tertuang dalam PMK No.79/PMK.03/2008 yang menyatakan bahwa peraturan perpajakan di indonesia tidak mengakui adanya properti investasi , melainkan mengakuinya sebagai aset tetap aspek penyusutan seperti tarif dan metode penyusutannya dilakukan sesuai dengan ketentuan perpajakan. Dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 , pasal 11
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat anda mau melakukan investasi properti di Indonesia : | Pada Saat Pembelian y BPHTB y PPN dan PPnBM yang dipungut PKP yang bergerak di bidang Properti y PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (UU PPN Pasal 16 B) y PPh 22 atas barang sangat mewah y PNBP Pendaftaran Tanah di BPN | Pada saat Penjualan y PPh final atas pengalihan Hak atas Tanah dan Bangunan | Pada saat Memiliki/Menyewa y PBB Pedesaan dan Perkotaan y PPh final atas persewaan tanah dan bangunan y PPh 23 atas building management service y PPN/VAT atas sewa ruangan | Pada transaksi Keuangan y Pembiayaan dengan Leasing bebas PPh 23 dan PPN y Pembiayaan dengan utang selain dari bank bunganya terhutang PPh 23 sebesar 15%
DR. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA.