ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan)
OLEH: NISA SOFIANI A 14105582
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
NISA SOFIANI. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Aglaonema Hibrida Lokal (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan) Dibawah Bimbingan SUHARNO. Penelitian ini dilatar belakangi oleh dua hal. Pertama, sementara industri florikultura terbukti memiliki prospek yang baik, masih sedikit upaya memahami konsumen oleh para produsen bidang ini. Kedua, khusus bagi nurseri D5 Hijau Asri Flora, ada kebutuhan memahami preferensi konsumen untuk kepentingan daya saing dan memberi layanan yang sesuai bagi konsumen. Sebagai studi kasus, penelitian ini mengambil kasus konsumen nurseri D5 Hijau Asri Flora, adalah salah satu pengembang tanaman hias dengan komoditas utama yaitu Aglaonema. Penjualan Aglaonema di nurseri ini fluktuatif karena pengaruh dari kemunculan jenis tanaman hias lainnya dan selera konsumen yang selalu berubah-ubah. Sebagai produsen tanaman hias, nurseri ini perlu mengerti karakteristik dan preferensi konsumen Aglaonema. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen Aglaonema, (2) Mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Aglaonema, (3) Menganalisis preferensi konsumen terhadap kombinasi atribut tanaman Aglaonema hibrida lokal. Penelitian ini memperoleh data dari wawancara dengan responden. Informasi diperoleh dengan menggunakan kuisioner yang telah tersedia. Prosedur penetapan sampel dilakukan berdasarkan Jugdment sampling, yaitu penetapan responden sebagai sampel didasarkan pada kelayakan untuk mewakili/memberikan informasi yang diharapkan. Responden yang diambil sebagai sampel adalah konsumen yang pernah membeli satu kali dan sedang membeli Aglaonema. Responden yang diambil sebanyak 60. Untuk pengukuran faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Aglaonema, jumlah 60 ini dibagi dua yaitu 30 responden yang membeli Aglaonema hibrida lokal dan 30 responden yang lainnya adalah responden yang membeli Aglaonema Thailand. Analisis yang digunakan diantaranya analisis deskriptif yaitu, untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen Aglaonema. Hasilnya ditampilkan secara tabulasi. Analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Aglaonema. Analisis ini digunakan jika variabel (Y) berupa dua respon yaitu, membeli atau tidak membeli. Dalam penelitian ini variabel (Y) tersebut adalah membeli Aglaonema hibrida lokal dan membeli Aglaonema Thailand. Pengukuran preferensi konsumen menggunakan analisis konjoin. Analisis ini digunakan untuk mempermudah responden dalam menentukan pilihan Aglaonema hibrida lokal, dari yang paling disukai sampai tidak disukai dengan bantuan stimuli. Stimuli yang dipakai merupakan kombinasi dari atribut Aglaonema. Penginputan data kuantitatif menggunakan bantuan paket aplikasi SPSS 15.0 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik konsumen Aglaonema nurseri D5 Hijau Asri Flora pada umumnya adalah perempuan (51,7 persen), berusia 34-55 tahun (36,6 persen), berstatus menikah (85,0 persen), tingkat pendidikan akhir sarjana (70,0 persen), pekerjaan sebagai pegawai swasta
(38,3 persen), pendapatan perbulan sebesar Rp 10.000.000,-, pengeluaran perbulan sebesar Rp 5.000.001,- - Rp 10.000.000,-, tujuan pembelian untuk konsumsi sendiri/koleksi (71,7 persen), cara pembelian yang dilakukan merupakan cara langsung (63,3 persen), domisili di Jabodetabek (90,0 persen), jumlah pot yang dibeli 1-3 pot (86,7 persen). Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Aglaonema adalah pendidikan terakhir sarjana dan pendidikan terakhir SMU, pendapatan perbulan sebesar Rp. 10.000.000,-, pengeluaran perbulan sebesar Rp 5.000.001,- Rp 10.000.000,-. Ukuran untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas dalam regresi logistik yaitu pada odds ratio. Nilai diperoleh dari perhitungan eksponensial dari koefisien estimasi (β) atau exp (β). Hasil preferensi konsumen menunjukkan bahwa responden lebih banyak memilih Aglaonema hibrida lokal dengan nilai kepentingan dan kegunaan atribut berurutan yaitu, warna daun pada level warna kombinasi hijau-putih, harga per daun pada level Rp 100.000,- - Rp 200.000,-, motif daun pada level motif batik, bentuk daun pada level bentuk lanset, susunan daun kompak, daun berukuran besar (40-50 cm) dan terakhir tekstur daun yang tebal. Implikasi kebijakan pada perusahaan tertuju pada dua aspek yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran. Pada aspek produksi nurseri D5 Hijau Asri Flora terkonsentrasi pada Aglaonema hibrida lokal dengan peningkatan produksi komoditas yang menjadi pilihan melalui beberapa cara yaitu perbanyakan vegetatif pemisahan anakan dan cangkok. Dari segi pemasaran nurseri ini melakukan promosi lewat pameran dan internet lewat website.
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan)
OLEH: NISA SOFIANI A 14105582
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Aglaonema Hibrida Lokal (Kasus Terhadap Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan)
Nama
: Nisa Sofiani
NRP
: A 14105582
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Suharno, M.Adev NIP. 131 649 403
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal lulus : 21 Juni 2008
PERNYATAAN
DENGAN
INI
BERJUDUL
SAYA
MENYATAKAN
”ANALISIS
PREFERENSI
BAHWA
SKRIPSI
KONSUMEN
YANG
TERHADAP
AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan)” ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juni 2008
Nisa Sofiani A 14105582
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 5 Mei 1984 sebagai putri ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sofwan Hidayat dan Ibu Aidin Afifah. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1990 di SDN 1 Anjatan Indramayu, Jawa Barat. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 2 Sumber Cirebon, Jawa Barat. Pada tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SMU 4 Cirebon, Jawa Barat, lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Padjadjaran pada program diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Pada bulan Februari-April 2008 penulis pernah menjadi karyawan magang di PT Terminix Indonesia. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi kedaerahan Wadah Bocah Cirebon selama tahun 2003-2005 dan organisasi kemahasiswaan HIMAGRIS (Himpunan Mahasiswa Agribisnis) diploma III Manajemen Agribisnis Universitas Padjadjaran. Pernah menjadi panitia MPMB (Masa Penerimaan Mahasiswa Baru) tahun 2003 dan 2004 di program diploma III Agribisnis Universitas Padjadjaran.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Aglaonema Hibrida Lokal (Kasus Konsumen Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan)” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mencoba untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap pengembangan Aglaonema hibrida lokal menggunakan analisis konjoin dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Aglaonema menggunakan analisis regresi logistik. Preferensi konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen tersebut nantinya akan menjadi bahan pertimbangan bagi responden, agar dapat memenuhi keinginannya dan bagi pengembang Aglaonema, khususnya pihak nurseri D5 Hijau Asri Flora. Skripsi ini merupakan bagian dari proses belajar memahami potensi permasalahan yang dihadapi dunia agribisnis, khususnya pada komoditas tanaman hias. Manfaat yang paling besar dari skripsi ini dapat dirasakan penulis sebagai mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir pada program sarjana Manajemen Agribisnis. Namun demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini juga diharapkan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. Skripsi ini merupakan hasil maksimal karya penulis tapi terdapat kekurangan, sehingga diperlukan saran-saran untuk perbaikan agar menjadi lebih baik. Bogor, Juni 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang direncanakan. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada bagian ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Kedua orang tua tercinta atas perhatian dan dorongan moril, materil dan doa yang telah dicurahkan dengan tulus dan ikhlas selama masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Suharno, M.Adev sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan mulai dari penyusunan proposal hingga selesainya skripsi. 3. Ir. Netty Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator pada kolokium penulis. 4. Dr. Ir. Harianto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan banyak masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini. 5. Ir. Joko Purwon, MS sebagai dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini. 6. Kedua kakak dan adik tercinta yang telah memberikan dorongan moril dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Bapak Haji Achmad dan seluruh pekerja di nurseri D5 Hijau Asri Flora dan para responden yang telah bersedia untuk diwawancara. 8. Sudarlin yang telah berkenan untuk menjadi pembahas dalam seminar penulis dan bantuan moril dengan memberi semangat dan saran-sarannya. 9. Apip dan Ijoel yang telah memberi ilmu dan waktunya untuk berbagi ilmu tentang SPSS.
10. Kawan seperjuangan Ida, Iil, Nanang, Baban, Nde, Dewi, Heda, Iie, Maria, Ncie, Mba Mini, Fida, Fajar, Sudarsono, Ubay, Restu, Eko, Joni atas kebersamaan kalian yang menjadikan hari-hari di kampus Baranangsiang menjadi menyenangkan. 11. Lucky (Kijang) untuk urusan format PDF dan komputernya. 12. Teman-teman satu kosan (Ka Dewi, Mba Tuti, Mba Wida), teh Iske, Chabeum bantuan kecil dan nasehat-nasehat kalian yang sangat membantu. 13. Teman-teman mahasiswa Ekstensi Manajemen Agribisnis angkatan XIII dan XIV. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis.
Bogor, Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL…………………………………………………………...... DAFTAR GAMBAR………………………………………………................. DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
iv v vi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1.2 Perumusan Masalah……………………………………………. 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………...
1 4 6 7 7
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aglaonema …………………………………………………….. 2.2 Klasifikasi dan Penyebarannya.................................................... 2.3 Aglaonema Hibrida…………………………………………...... 2.4 Segmentasi Usaha……………………………………………… 2.5 Perkembangan Aglaonema Hibrida……………………………. 2.6 Studi Terdahulu…………………………………………………
8 8 9 10 11 13
KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis….……………………………….. 3.1.1 Konsumen..……………………………………………… 3.1.2 Perilaku Konsumen……………………………………… 3.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian........................................................................... 1. Faktor Lingkungan......................................................... 2. Pengaruh Individu.......................................................... 3. Faktor Psikologis........................................................... 3.1.4 Preferensi Konsumen ………………………………….... 3.1.5 Pengembangan Produk ...……………………………….. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional……………………………… METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 4.3 Metode Penetepan Sampel dan Pengambilan Responden........... 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 4.4.1 Pengidentifikasian Katekteristik Responden..................... 4.4.2 Pengukuran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Aglaonema...................................
i
16 16 16 17 17 18 19 20 21 22
25 25 26 27 27 28
4.5
4.4.3 Pengukuran Preferensi Konsumen..................................... Definisi Operasional.....................................................................
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 5.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Nurseri D5 Hijau Asri........ 5.2 Lokasi dan Kondisi Usaha Nurseri D5 Hijau Asri Flora............. 5.3 Sumber Daya Usaha.................................................................... 5.3.1 Tenaga Kerja....................................................................... 5.3.2 Modal.................................................................................. 5.3.3 Sarana dan Prasarana.......................................................... 5.3.4 Produk di Nurseri D5 Hijau Asri Flora.............................. 5.4 Perbanyakan Tanaman Aglaonema............................................. KARAKTERISTIK UMUM KONSUMEN AGLAONEMA DI NURSERI D5 HIJAU ASRI FLORA 6.1 Karakteristik Umum Konsumen Aglaonema............................... 6.1.1 Jenis Kelamin..................................................................... 6.1.2 Usia.................................................................................... 6.1.3 Status Perkawinan.............................................................. 6.1.4 Pendidikan Terakhir........................................................... 6.1.5 Pekerjaan............................................................................ 6.1.6 Pendapatan......................................................................... 6.1.7 Pengeluaran........................................................................ 6.1.8 Tujuan Pembelian............................................................... 6.1.9 Cara Pembelian.................................................................. 6.1.10 Waktu Pembelian.............................................................. 6.1.11 Domisili............................................................................ 6.1.12. Jumlah Pembelian............................................................ FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN AGALONEMA DAN PREFERENSI KONSUMEN AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL SERTA IMPLIKASI KEBIJAKAN PERUSAHAAN 7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Aglaonema...................................................................................... 7.1.1 Pendidikan Terakhir.............................................................. 7.1.2 Pendapatan............................................................................ 7.1.3 Pengeluaran........................................................................... 7.2 Preferensi Konsumen terhadap Agloanema.................................... 7.2.1 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Warna Daun........ 7.2.2 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Harga.................. 7.2.3 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Motif Daun......... 7.2.4 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Bentuk Daun.......
ii
34 39
41 41 42 42 42 43 43 44
45 45 46 46 47 48 49 49 51 51 52 53 53
55 55 57 58 59 59 61 62 63
7.2.5 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Penampilan Tanaman................................................................................... 7.2.6 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Ukuran Daun......... 7.2.7 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Tekstur................... 7.3 Implikasi Kebijakan Perusahaan........................................................ KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan...................................................................................... 8.2 Saran................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA........................................................................... LAMPIRAN..........................................................................................
iii
63 64 65 65
69 70 71 73
DAFTAR TABEL
Nomor 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Halaman Tabel 1 Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia pada Tahun 2003-2007……………………..................................... Tabel 2 Komoditas Pilihan untuk Kategori Pot Plant di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Semarang, MalangTahun 2007 ................................................................ Tabel 3 Jumlah Total Penjualan Aglaonema di Nurseri D5 Hijau Asri Flora....................................................................... Tabel 4 Perbedaan dan Persamaan Studi Terdahulu................ Tabel 5 Penelitian Pendahuluan dengan Perangkingan Atribut Aglaonema................................................................... Tabel 6 Atribut dan Taraf (Level) Tanaman Aglaonema Hibrida Lokal........................................................................... Tabel 7 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007...... Tabel 8 Sebaran Responden Menurut Usia di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007......................... Tabel 9 Sebaran Responden Menurut Status Perkawianan di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007...... Tabel 10 Sebaran Responden Menurut Pendidikan Terakhir di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007.. Tabel 11 Sebaran Responden Menurut Pekerjaan di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007................... Tabel 12 Sebaran Responden Menurut Pendapatan di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007...... Tabel 13 Sebaran Responden Menurut Pengeluaran di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007...... Tabel 14 Sebaran Responden Menurut Tujuan Pembelian di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007...... Tabel 15 Sebaran Responden Menurut Cara Pembelian di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007...... Tabel 16 Sebaran Responden Menurut Waktu Pembelian di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007...... Tabel 17 Sebaran Responden Menurut Domisili di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007................... Tabel 18 Sebaran Responden Menurut Jumlah Pembelian di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007.....
iv
2
4 5 14 36 36 45 46 47 48 48 50 50 51 52 53 53 54
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1 2 3
Halaman Bagan Alur Pemikiran Operasional Penelitian…………………... Rancangan Kartu Stimuli............................................................... Diagram Nilai Kepentingan Atribut Aglaonema............................
v
24 37 59
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1 2 3
4 5 6 7 8 9
Halaman Lampiran 1 Kombinasi Atribut Aglaonema Hibrida Lokal..... Lampiran 2 Peta DKI Jakarta ……......................................... Lampiran 3 Jenis-jenis Aglaonema Hibrida Lokal dan Harga (Desember 2007-Februari 2008) di Nurseri D5 Hijau Asri Flora......................................................................................... Lampiran 4 Output Regresi Logistik........................................ Lampiran 5 Variable In The Equation Berdasarkan Hasil Analisis Regresi Logistik......................................................... Lampiran 6 Input Data Responden Bardasarkan Preferensi Aglaonema…………………………………………………... Lampiran 7 SPSS Syntax Konjoin........................................... Lampiran 8 Utilities dan Important Value Berdasarkan Hasil Analisis Konjoin....................................................................... Lampiran 9 Jenis Aglaonema Hibrida Lokal...........................
vi
73 74
75 76 81 82 83 87 88
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian Indonesia dihadapkan pada tantangan bagaimana mengubah orientasi pertanian tradisional yang berfokus pada sektor on farm ke orientasi yang melibatkan sektor off farm atau disebut pendekatan agribisnis. Salah satu industri pada sektor pertanian yang telah memperhatikan terhadap pendekatan agribisnis adalah sub sektor hortikultura. Industri tersebut mampu mengubah pola usaha tani yang awalnya hanya dijadikan sebagai hobi menjadi usaha komersial yang prospektif (Dirjen Hortikultura, 2001 dalam Rahmanti, 2006). Bidang usaha agribisnis florikultura atau lebih dikenal dengan bisnis tanaman hias memiliki nilai ekonomi yang cukup penting baik bagi pelaku maupun bagi perekonomian, mengingat bisnis ini sangat prospektif. Salah satu faktor pendukungnya adalah dengan industri properti dan jasa yang memerlukan dekorasi taman, dekorasi ruangan, jasa landscape.1 Tapi yang prospektif ini belum terealisasi dengan baik karena pemerintah belum sepenuhnya mendukung pengembangan usaha tersebut, di samping faktor sikap dari pelaku bisnis tanaman hias yang masih berjalan sendiri-sendiri. Benny Tjia, ketua Forum Florikultura Indonesia menyatakan keuntungan yang diperoleh dari satu hektar tanaman hias bisa setara dengan 60 hektar
1
Dirjen Tanaman Hias.http:// www.deptan.go.id. 7 Juni 2007
2
tanaman jagung atau tanaman padi.2 Pentingnya bisnis tanaman hias menuntut dukungan ketersediaan dan keberlanjutan produksi komoditas tanaman hias, hal yang hingga kini masih menjadi masalah. Sebagai ilustrasi berikut disajikan perkembangan produksi tanaman hias di Indonesia (Tabel 1).
Tabel 1 Data Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2003-2007 Produksi (Tangkai) No Tahun 1. 2003 115.739.880 2. 2004 158.522.843 3. 2005 173.240.364 4. 2006 166.645.684 5. 2007*) 214.083.069 Sumber: Dirjen Hortikultura, 2008. Diolah.3 *) Angka sementara
Pertumbuhan (%) 36,96 9,28 -3,80 28,46
Tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan produksi tanaman hias tiap tahunnya berfluktuatif dan cenderung menurun, dari tahun 2003 ke 2004, produksi naik sebesar 36,98 persen, kemudian tahun 2005 naik sebesar 9,28 persen. Laju pertumbuhan mengalami penurunan yang cukup drastis setelah itu. Nampak industri ini mengalami kendala dalam mempertahankan kontinuitas produksi. Produksi mengalami kenaikan di tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 28,46 persen. Salah satu penjelas adalah pengaruh meningkatnya minat masyarakat atas tanaman hias dan perkembangan industri dari sektor lainnya yang menjadikan tanaman hias sebagai pendukung untuk sektor tersebut. Soekam (2007) menyatakan bahwa apresiasi masyarakat terhadap tanaman hias tertuju pada tanaman hias jenis daun. Hal tersebut menepis rumusan para ahli tanaman konvensional bahwa seseorang yang mempunyai status sosial kelas
2 Ekspor Tanaman Hias Tersandung Biaya Siluman. http:// www.media indonesia.com. 27 Juni 2007 3 http://www.hortikultura.go.id.1 Mei 2008.
3
menengah ke atas cenderung memilih koleksi tanaman hias jenis bunga. Bila koleksi tanaman hias tertuju pada jenis daun-daunan dan tanaman obat-obatan maka tingkat ekonomi seseorang tersebut adalah kelas menengah ke bawah. Kini sebaliknya tanaman hias daun yang semula dinilai sebagai koleksi kelas menengah ke bawah, telah menjadi koleksi masyarakat kelas menengah ke atas.4 Hal ini memberikan tanda bahwa bisnis florikultura daun perlu ditangani serius. Bisnis tanaman hias di Indonesia pada tahun 2005 sampai 2008 masih didominasi tanaman hias jenis pot. Berdasarkan hasil survei dari redaksi majalah Flona tahun 2008 mengenai pilihan para pebisnis tanaman hias di beberapa daerah di Indonesia seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Semarang dan Malang menyatakan bahwa, tren untuk tanaman hias jenis pot masih didominasi Anthurium dan Aglaonema (Tabel 2). Hal tersebut mencerminkan bahwa Anthurium dan Aglaonema banyak diminati oleh konsumen tanman hias, sedangkan untuk Adenium mulai kurang diminati oleh konsumen. Pilihan jenis tanaman Anthurium sebagai komoditas untuk usaha tanaman hias oleh para pelaku bisnis tersebut adalah karena faktor dari harga Anthurium yang tinggi bahkan di luar logika. Sehingga pebisnis banyak yang tertarik untuk memilih komoditas ini, tapi konsumen Anthurium daun masih seputar pedagang tidak seperti Aglaonema yang sudah memiliki konsumen akhir yang nyata.
4
Soekam Kadin Dinas Usaha Tani Kabupaten Malang http://www.iklan pengusaha sharing.com 29 Juni 2007
4
Tabel 2 Komoditas Pilihan untuk Kategori Pot Plant di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Semarang, Malang Tahun 2007 Jenis Tanaman Anthurium Aglaonema Adenium Lain-lain Sumber: Majalah Flona edisi Januari 2008
Penjualan (Persen) 40 30 20 10
Selera konsumen terhadap tanaman hias menentukan kelangsungan bisnis ini. Perubahan selera konsumen akan mempengaruhi perkembangan tanaman hias. Soekartawi (1994) menyatakan bahwa perkembangan bisnis tanaman hias dapat dilihat dari meningkatnya jumlah, variasi, jenis dan penampilan tanaman. Misalnya pada tahun 1980-an tanaman yang banyak digemari oleh konsumen adalah Kaktus sedangkan pada awal tahun 1990-an berganti dengan Palem. (Nurmalinda et al, 1999). Deskripsi di atas menunjukkan bahwa, sementara persoalan di sisi on farm masih berlangsung, para petani tanaman hias dituntut untuk terus memahami selera atau preferensi konsumen, karena dari sana akan ditentukan gejolak pasar, dapat mempertahankan daya saing. Salah satu kebutuhan nyata untuk itu karenanya adalah memahami perilaku konsumen. Pada upaya ini, hal yang penting diketahui adalah preferensi konsumen atas produk yang sedang dan akan ada di pasar. Dalam rangka memahami perilaku konsumen inilah penelitian ini diadakan.
1.2 Perumusan Masalah Nurseri adalah tempat bagi petani dan pedagang yang menanam, memperbanyak, memelihara dan menjual tanaman hias di tempat yang sama.
5
Salah satu nurseri di Jakarta yang mengembangkan Aglaonema yaitu nurseri D5 Hijau Asri Flora yang berlokasi di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Nurseri ini berfungsi sebagai pengembang (grower) yaitu salah satu bentuk usaha tanaman hias dengan cara membeli tanaman dari pemulia atau penyilang (breeder) Aglaonema lokal maupun impor lalu mengembangkan, memproduksi dan menjualnya ke konsumen akhir maupun ke pedagang tanaman hias. Perkembangan usaha Aglaonema ini mengalami hasil penjualan yang cukup baik pada awal 2007, karena pada saat itu jenis-jenis Aglaonema yang tersedia masih baru sehingga konsumen menyukainya. Konsumen pada umumnya akan tertarik dengan produk yang baru dan tampilan yang menarik. Keadaan penjualan Aglaonema di nurseri D5 Hijau Asri Flora menunjukkan hal ini (Tabel 3).
Tabel 3 Jumlah Total Penjualan Aglaonema di Nurseri D5 Hijau Asri Flora Bulan Januari - September Tahun 2007 Bulan Total Penjualan (Rp) Pertumbuhan (%) Januari 233.965.000 Februari 115.850.000 - 50,48 Maret 144.000.000 24,29 April 47.993.000 - 66,67 Mei 216.510.000 351,12 Juni 251.212.000 16,02 Juli 94.333.000 - 62,44 Agustus 280.000.000 196,82 September 150.000.000 - 46,42 Sumber : D5 Hijau Asri Flora. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 2007
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai penjualan Aglaonema di D5 Hijau Asri Flora pada bulan Februari mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 115.850.000,karena mulai naiknya pamor Anthurium sehingga membuat para konsumen yang
6
sebagian besar mengikuti tren tanaman hias ikut terpengaruh oleh tren tersebut. Pada bulan berikutnya penjualan Aglaonema mengalami kenaikan sebesar Rp 144.000.000,-. Gambaran di atas menunjukkan persoalan yang dihadapi oleh petani tanaman hias, dalam hal ini menangkap selera konsumen komoditas tanaman hias apa yang sekarang populer. Gejala ini memperkuat kebutuhan akan pentingnya petani memahami selera konsumen. Pemahaman akan konsumen, khususnya selera konsumen akan menjadi basis penting bagi produsen untuk menentukan berbagai kebijakan pada perusahaan yang diperlukan. Untuk itulah penelitian ini dilakukan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini akan mengkaji beberapa permasalahan, sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik konsumen Aglaonema ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen Aglaonema dalam melakukan keputusan pembelian Aglaonema? 3. Bagaimana preferensi konsumen terhadap kombinasi atribut Aglaonema hibrida lokal yang diinginkan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini dilihat menjadi tiga, yaitu : 1.
Mengidentifikasi karakteristik konsumen Aglaonema.
2.
Mengetahui Aglaonema.
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keputusan
pembelian
7
3. Menganalisis preferensi konsumen terhadap kombinasi atribut tanaman Aglaonema hibrida lokal.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, pertama bagi pemulia tanaman hias secara umum. Kedua bagi para pemulia dan pengembang tanaman Aglaonema khususnya, dalam hal ini informasi ini akan memandu mereka dalam memutuskan jenis Aglaonema apa yang sebaiknya dikembangkan. Ketiga, secara umum untuk dijadikan referensi dan wacana apabila ingin melakukan penelitian aspek agribisnis lebih lanjut.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sebagai ruang lingkup, penelitian ini membatasi diri pada pembahasan selera konsumen tanaman hias dengan tanaman hias yang dibahas khusus pada tanaman hias daun Aglaonema. Konsumen yang diambil sebagai responden adalah konsumen yang mengunjungi dan membeli tanaman hias di nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aglaonema Sri rejeki adalah sebutan lain dari Aglaonema. Sebelum tahun 1980 nama Aglaonema tidak begitu dikenal, tanaman ini sejajar dengan famili Aracea lain seperti Dieffenbachia, Anthurium, Caladium, Calocasia dan Philodendron. Orang yang memberi nama Aglaonema adalah Heinrich Wilhelm Schott, seorang ahli Botani kelahiran Brünm, Morivia, sekarang wilayah Cekoslovakia. Kata Aglaonema berasal dari bahasa Yunani, Aglaos dan nema (tunggal) atau nematos (jamak). Aglao bermakna terang, mengkilap atau cemerlang, yang mengkilap adalah urat-urat permukaan daun.
2. 2 Klasifikasi dan Penyebarannya Data spesies Aglaonema masih sangat terbatas, sejumlah nama spesies yang terkenal pun ternyata memiliki nama-nama sebutan. Itu semua hasil pembuktian taksonomi yang dilakukan oleh Systematic Botany Laboratory (Redaksi Trubus, 2006). Klasifikasi Aglaonema adalah sebagai berikut: Divisi
: Magnoliphyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Base monocotos
Orde
: Alismatales
Familiy
: Araceae
Subfamily
: Aroidae
9
Suku
: Aglaonemateae Penyebaran tanaman ini terdapat di negara Asia Tenggara yaitu Filipina,
Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Brunai Darussalam, Myanmar. Terdapat juga di Cina, sejumlah varian tumbuh baik di Florida, Amarika Serikat.
2.3 Aglaonema Hibrida Istilah Aglaonema hibrida dibuat untuk membedakan dengan Aglaonema spesies asli yang jumlahnya mencapai 30 jenis. Munculnya Pride of Sumatra sebagai Aglaonema pertama berwarna merah di Indonesia dan dunia, pertama kali dipublikasi pada tahun 1983, menandakan babak baru dalam dunia Aglaonema hibrida. Sebelumnya Aglaonema hibrida yang ada masih didominasi warna hijau. Kemunculan Pride of Sumatra ini diikuti oleh hasil penyilangan para penyilang yang ada di Thailand maka lahirlah Butterfly, Lady Valentine, Dud Unyamanee, Red Bangkok semuanya berdaun merah. Perbedaan Aglaonema hibrida Indonesia dengan Aglaonema Thailand yaitu pada Aglaonema Indonesia mempunyai silangan yang didominasi warna merah karena dihasilkan dari A. rotumdum, silangan Thailand dihasilkan dari A.cochinense. Jenis-jenis Aglaonema hibrida Indonesia yang sudah diluncurkan di pasaran, yaitu Pride of Sumatra, Donna Carmen, Adelia, Tiara, Ria, JT2000, Petita, Nina, Srikandi, Kresna, Shinta, Jatayu, Juwita, Diana, Jack Hanny, Hot Lady, Lucia, Madame Teresa, Moonlight, Reina, Scarlet, Red Ruby. Semua jenis tersebut umumnya berwarna kemerahmerahan (Redaksi Trubus, 2006).
10
Aglaonema hibrida hasil silangan pakar di Thailand banyak digemari di Indonesia. Aglaonema tersebut masuk ke Indonesia dalam bentuk tanaman utuh yang sudah besar, yang kemudian diperbanyak melalui setek dan pemisahan anakan. Aglaonema tersebut, yang sudah beredar dipasaran antara lain yaitu Lady Valentine, Butterfly, Northern Star, LanLuwai, Lipstick, Siam Aurora, Siam Pearl, Red Coccin, Hybrid Oranye, Sun Sun, Red Brownis, Red Diamond, Red Hot Chili Papper, Golden Bay, Superred Peacock, Big Mama, Legacy, Red Ruby, Red Mascot, Red Aurora. Selain berwarna merah, Aglaonema berwarna putih juga tetap mempesona seperti Top White. Jenis Aglaonema variegata yaitu Aglaonema warna putih yang bercampur kuning dan metalik. Aglaonema tersebut termasuk Aglaonema klasik, jenis tersebut banyak digemari di Amerika dan Jepang. Warna kuning mempunyai pasar yang menarik, karena Aglaonema kuning ini termasuk unik dan langka. Jenis yang ada diantaranya : seperti Yellow Bone, Hibrid Yellow, Sultan Brunei dengan warna tulang daun kuning, jenis tersebut diproduksi di Thailand.
2.4 Segmentasi Usaha Menurut Puspa dan Mona (2006), pelaku yang ada pada bisnis tanaman hias Aglaonema ini meliputi segmentasi usaha, yaitu 1. Breeder/Penyilang Breeder atau penyilang, adalah jenis usaha yang menghasilkan varietas baru melalui penyilangan beberapa tanaman Aglaonema. Peran bisnis ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang ahli di bidang pemulia tanaman atau
11
penyilangan. Segmen usaha ini tidak membutuhkan lahan yang luas, perlu adanya sistem keamanan yang baik pada ruang tempat penyimpanan tanaman. 2. Grower (pengembang) Pada segmen ini, disebut juga sebagai pengusaha tanaman hias. Pihak ini membeli bibit tanaman Aglaonema dari breeder lalu tanaman tersebut akan dipelihara dan diperbanyak untuk dijual kembali. Adanya kegiatan budidaya dan perbanyakan maka seorang grower membutuhkan lahan yang lebih luas dari pada breeder. 3. Retailer Pihak retailer adalah pihak yang langsung berhubungan dengan penggemar dan konsumen Aglaonema. Pada toko tanaman hiasnya yang disediakan adalah Aglaonema yang berkualitas prima sehingga siap dijual. Pelaku pada segmen ini, harus mempunyai kemampuan menjual yang baik. 4. Pengusaha penyewaan tanaman Segmen usaha ini melayani persewaan tanaman ke gedung-gedung atau perkantoran, katering/event organizer dan sebagainya. Aglaonema hibrida yang memiliki pola daun warna merah, banyak dipilih untuk disewakan pihak yang berkepentingan. Sistem penyewaanya, tergantung persetujuan masing-masing pihak dapat dilakukan mingguan maupun bulanan, tarifnya tergantung fungsi dan ukuran tanaman.
2.5 Perkembangan Aglaonema Hibrida (Silangan) Lahirnya Pride of Sumatra sebagai Aglaonema merah pertama hasil silangan dari Gregori Garnadi Hambali ini memacu semangat penyilang Thailand
12
menghasilkan jenis-jenis Aglaonema yang berwarna merah lainnya. Dalam perkembangannya Thailand dan Indonesia terus berpacu menghasilkan varietas terbaru dan menawan. Kekayaan alam yang berharga itu membuat kekaguman bagi penggemar tanaman hias. Namun, itu semua adalah hasil rekayasa para penyilang. Di alam tidak akan ditemukan pola warna Aglaonema yang berwarna merah, kuning, jingga atau warna yang bercampuran. Perkembangan Aglaonema yang semakin populer pada tahun 2000 ini, memacu para penangkar menghasilkan jenis-jenis baru lewat persilangan. Untuk mempertahankan tren, maka para penagkar selalu berusaha meluncurkan jenisjenis baru yang polanya lebih variatif. Pola merah pada Aglaonema memang belum kehilangan peminat, tapi bermunculan pola merah yang lebih variatif. Contohnya, Lady Valentine yang polanya jauh berbeda dengan jenis Aglaonema merah lainnya. Timbul pula Snow White yang hijau berbintik-bintik putih atau yang kuning polos. Hasil persilangan jenis baru merupakan gabungan dari kedua sifat induknya. Namun, proses penggabungan ini sangat kompleks. Satu ciri induk dapat diatur oleh satu atau banyak gen di dalam tanaman itu, sehingga dua induk Aglaonema disilangkan, maka turunannya bisa beragam. Persilangan Aglaonema tidak hanya ditujukan untuk menghasilkan jenis baru. Perbaikan jenis melalui pemilihan induk unggul juga dapat diperoleh lewat persilangan. Keinginan memperoleh Aglaonema dengan pola warna tertentu menjadi dasar pemilihan pola warna daun dari induk. Di samping itu sosok induk harus sehat dan kokoh, sehat berarti tidak terserang hama penyakit. Kokoh yaitu
13
daun tidak terkulai layu, ukuran batang normal dan tidak miring. Jumlah daun dari induk minimal 6-10 lembar. Thailand kini menjadi produsen dari Aglaonema jenis silangan yang sukses. Rahasia dari keberhasilan Thailand yaitu dari peran aktif para pemain tanaman hias, diantaranya jumlah penangkar relatif banyak, spesialisasi masingmasing pemain dan dukungan teknologi perbanyakan seperti kultur jaringan. Di Indonesia, Aglaonema berpotensi untuk dikembangkan karena mempunyai potensi indukan yang baik, A. rotundum yang di Thailand tidak bisa hidup dengan baik. Aglaonema jenis ini, berpotensi menghasilkan jenis pola merah. Para pemain Aglaonema di Indonesia mungkin tidak banyak yang aktif sebagai penyilang Aglaonema karena terbukti, hanya ada seorang penyilang yang aktif. Mungkin dikarenakan tingkat keberhasilannya kecil, hanya satu persen. Sementara untuk menghasilkan jenis baru minimal membutuhkan waktu tiga tahun.
2.6 Studi Terdahulu Deskripsi tentang studi terdahulu, yang sejauh ini bisa diperoleh penulis disajikan secara Tabel. Berikut adalah perbedaan dan persamaan studi terdahulu pada Tabel 4.
14
Tabel 4 Perbedaan dan Persamaan Studi Terdahulu Peneliti Ardi (2004)
Rahmawati (2006)
Sobariah (2004)
Tono (2002)
Judul Pengaruh Kondisi Ruang Berpendingin dan Frekuensi Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Ketahanan Tanaman Aglaonema commutatum dan Diffenbachia amoena Preferensi Konsumen Terhadap Anggrek Dendrobium Pot di Taman Anggrek Indonesia Permai di Jakarta Timur dan Taman Anggrek Ragunan Jakarta Selatan Analisis dan Preferensi Konsumen Terhadap Bunga Potong Krisan di Kios Bunga Suryakencana Kota Bogor
Alat Analisis Uji F sistem SAS untuk mengukur daya pertumbuhan dan penampakan fisik tanaman Aglaonema commutatum dan Diffenbachia amoena pada kondisi ruang dan frekuensi penyiraman yang berbeda. Analisis tabulasi untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian tanaman Anggrek. Chi-square untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap Anggrek CHAID (Chi Square Automatic Interaction Detection) untuk menganalisis sikap konsumen terhadap bunga potong Krisan dan mengidentifikasi atribut bunga Krisan
Perdedaan dan Persamaan Studi ini lebih fokus pada bidang budidaya tanaman hias daun dan alat analisis yang digunakan berbeda, yaitu Uji F sistem SAS. Adanya keterkaitan objek penelitian yaitu tanaman Aglaonema.
Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Tanaman Hias dalam Ruangan (indoor plant) di Kota Bogor (Penerapan Analisis Konjoin)
Tabulasi sederhana untuk menganalisis perilaku konsumen. Analisis konjoin untuk mengukur nilai kegunaan dan nilai relatif penting dari tiap atribut.
Studi ini mengkaji objek penelitian yang berbeda yaitu Anggrek Dendrobium pot Alat analisis untuk preferensi konsumen berbeda dengan studi ini. Kajian permasalahan studi ini hampir sama yaitu mengenai preferensi konsumen. Studi ini mengkaji objek penelitian yang berbeda yaitu bunga potong dan tempat penelitian yang berbeda. Alat analisis yang digunakan berbeda. Kajian permasalahan hampir sama yaitu tentang preferensi konsumen terhadap atribut pada komoditas tanaman hias. Objek kajian penelitian ini lebih dari satu tanaman hias. Lokasi penelitian yang berbeda yaitu di Kota Bogor. Alat analisis untuk preferensi konsumen sama yaitu analisis konjoin. Objek penelitiannya berbeda jenis Aglaonema
15
Kontribusi dari penelitian terdahulu terhadap penelitian ini adalah perkembangan di pasar tanaman hias di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Bogor, kedua kota ini salah satu pasar bagi tanaman hias yang potensial. pembahasan pada penelitian terdahulu dengan penelitian ini secara umum hampir sama sehingga dapat memberikan informasi untuk memilih beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dan beberapa atribut dari tanaman hias yang menjadi pilihan konsumen. Alat analisis yang digunakan pada peneliti Tono (2002) yaitu analisis konjoin memberikan informasi bagi penelitian ini untuk menjawab salah satu tujuan penelitian ini. Penelitian mengenai preferensi konsumen yang akan dikaji tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Umumya, masalah penelitian yang dikaji terbatas pada lingkup sikap, persepsi dan preferensi konsumen, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian suatu produk. Hal ini disebabkan akan selalu terjadi perubahan selera konsumen dari waktu ke waktu sehingga perlunya dilakukan riset pasar secara kontinyu agar menghasilkan produk berkualitas sesuai keinginan konsumen. Perbedaan penelitian ini terdapat pada jenis produk yang akan dikaji, yaitu tanaman hias daun Aglaonema yang sebelumnya belum pernah dikaji dan lokasi penelitian di kota Jakarta, khususnya di Jakarta selatan. Jakarta merupakan kota dengan konsumsi tanaman hias yang tinggi di antara kota besar yang lainnya. Penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap Aglaonema hibrida ini memberikan kontribusi kepada pelaku bisnis tanaman hias. Pelaku tersebut mengetahui pilihan konsumen dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian Aglaonema sehingga pelaku tersebut dapat membentuk beberapa kebijakan pada perusahaan.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang disebut konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan untuk diperdagangkan. Menurut ensiklopedia berbahasa Indonesia konsumen adalah seseorang atau sekelompok orang yang membeli suatu produk untuk dipakai sendiri dan untuk dijual kembali. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu sebagai produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen.5
3.1.2 Perilaku Konsumen Engle et al (1995) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Perilaku konsumen mencerminkan tanggapan mereka terhadap berbagai rangsangan dari produk dan dari mereka sendiri yang berupa pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologi.
5
Definisi Konsumen. http://www.wikipediaindonesia.com.14 Maret 2008
17
3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Pengambilan keputusan pembelian yang menjadi dasar perilaku konsumen mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Engel et al (1994) ada tiga faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu pengaruh lingkungan, pengaruh individual, proses psikologi. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga faktor tersebut.
1. Faktor Lingkungan Nilai budaya adalah kompleks nilai, gagasan, sikap dan simbol lain yang bermakna melayani manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran dan mengevaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya dan nilai-nilainya diteruskan dari satu generasi ke generasi lain. Kekuatan-kekuatan dasar yang membentuk nilai mencakupi tiga serangkai transfusi budaya dan pengalaman pada awal kehidupan. Pada kehidupan terdahulu mengacu pada keluarga, agama dan sekolah dan pada saat ini mengacu pada pengaruh antar generasi seperti depresi dan peristiwa besar lain. Norma dan nilai dari kelompok tertentu disebut mikrobudaya atau kelompok etnis, kelompok ini terbentuk di sekitar kebangsaan, agama, sifat fisik atau lokasi geograsif. Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang nilai, minat dan perilakunya sama. Kelompok-kelompok ini diketahui memiliki posisi inferior atau superior oleh individu yang terdiri dari masyarakat bersangkutan, kerap didasarkan kepada posisi ekonomi di dalam pasar. Kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang terpisah dalam teori, tetapi dalam praktek mereka biasanya dianalisis sebagai variabel status tanpa terputus.
18
Status adalah konsep multidimensi dan paling baik diukur menurut konsep tersebut. Pekerjaan adalah ukuran tunggal terpenting dari kelas sosial individu. Variabel penting lainnya adalah interaksi pribadi sesorang dengan individu lain, barang milik (pemilikan), orientasi nilai dan kesadaran kelas. Pengaruh pribadi dari konsumen kerap dipengaruhi oleh mereka yang berhubungan erat dengan konsumen yang bersangkutan. Pengaruh tersebut diekspresikan baik melalui kelompok acuan maupun komunikasi lisan. Kelompok acuan adalah jenis apa saja dari agregasi sosial yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku, termasuk kelompok primer (sering berinteraksi), kelompok sekunder dan kelompok aspirasional. Pengaruh terjadi dengan tiga cara yaitu utilatarian, nilai ekspresif dan informasional. Pengaruh pribadi juga diekspresikan oleh kepemimpinan opini atau pemberi pengaruh. Biasanya pemberi pengaruh dan pencari serupa dalam karakteristik, keduanya dipengaruhi oleh media massa.
2. Pengaruh Individu Sumber daya konsumen adalah semua yang dimiliki oleh konsumen untuk ditukarkan dengan barang atau jasa. Menurut Engle et al (1994) setiap orang membawa tiga sumber daya konsumen ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan yaitu waktu, uang dan perhatian. Umumnya terhadap keterbatasan yang jelas pada ketersediaan masing-masing, sehingga memerlukan semacam alokasi yang cermat. Motivasi dan keterlibatan, menjelaskan apa yang terjadi bila perilaku yang diarahkan pada tujuan diberi energi yang diaktifkan. Subjek motivasi sebagaimana dipahami secara tradisional, suatu variabel sentral selalu berupa motif.
19
Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai infomasi yang disimpan di dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar. Para pemasar kerap akan merasakan manfaat di dalam tiga bidang umum, pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, pengetahuan pemakaian. Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku konsumen. Dalam memilih produk apa dan dimana yang akan dibeli, konsumen akan memilih dengan evaluasi yang menguntungkan, sebagai akibatnya peningkatan sikap dapat menjadi sasaran pemasaran yang berguna. Konsumen akan mempunyai empat sikap setelah mereka menggunakan produk yaitu, prospek terbaik, berpotensi untuk berubah, netral dan tidak mungkin. Kepribadian, didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Konsisten respon berasal dari pengertian bahwa kepribadian didasarkan pada karakteristik psikologi sebelah dalam yang berlangsung lebih lama. Gaya hidup berada di luar kepribadian, konsep lebih kontemporer lebih komprehensif, dan lebih berguna dari pada kepribadian, gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghasilkan waktu serta uang. Demografi, bidang ini sasaranya adalah untuk mendeskripsikan pangsa konsumen dalam istilah seperti usia, pendapatan dan pendidikan. Penekananya selalu pada tren di dalam perilaku dan pengeluaran.
3. Faktor Psikologis Pengolahan informasi komunikasi adalah kegiatan pemasaran inti. Telah lama penelitian konsumen berkepentingan dengan penemuan bagi orang
20
menerima, pengolah dan mengerti komunikasi pemasaran. Pengolahan informasi menyampaikan cara-cara dimana informasi ditransformasikan, dikurangi, dirinci, disimpan dan didapatkan kembali dan digunakan. Pembelajaran merupakan proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku. Pengulangan yang konstan akan mengukuhkan respon dan membina kebiasaan membeli, maka dari itu proses belajar diharapkan dimengerti dan dipengaruhi. Perubahan sikap dan perilaku konsumen adalah sasaran utama bagi pemasaran, proses ini pengaruh dari psikologis.
3.1.4 Preferensi Konsumen Menurut Kotler (2000) preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Produsen yang mengiginkan usahanya berjalan sesuai dengan keinginanya, harus memperhatikan keinginan dari konsumen karena produk yang disukai konsumen akan bertahan di pasaran. Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk atau jasa yang dikonsumsi. Preferensi konsumen berhubungan erat dengan permasalahan penetapan pilihan. Hubungan preferensi ini biasanya diasumsikan memilih tiga sifat dasar, yaitu : 1. Kelengkapan (Completenes) Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah: a. A lebih disukai dari pada B
21
b. B lebih disukai dari pada A c. A dan B sama-sama disukai 2. Transitivitas (Transitivity) Jika sesorang mengatakan bahwa ia lebih menyukai A dari pada B, dan lebih menyukai B dari pada C, maka ia harus lebih menyukai A dari pada C. 3. Kontuinitas (Continuity) Jika seseorang mengatakan A lebih disukai dari pada B maka situasi yang mirip dengan A harus disukai dari pada B. Ketiga proporsi di atas diasumsikan tiap orang dapat menyusun rangking semua kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai (Nicholson, 1991). Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif setiap atribut yang terdapat pada suatu produk. Atribut produk adalah karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan dimana atribut tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya (Engel et al, 1994). Atribut fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat mempengaruhi konsumen.
3.1.5 Pengembangan Produk Tiap perusahaan mengembangkan produk baru. Pengembangan produk baru membentuk masa depan perusahaan. Produk baru harus diciptakan untuk mempertahankan atau membangun penjualan. Pelanggan menginginkan produk
22
baru, para pesaing akan berusaha keras untuk memenuhi keinginan pelanggan (Kotler, 2000). Perusahaan dapat menambah produk baru melalui akuisisi dan/atau pengembangan produk baru, akuisisi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, perusahaan dapat membeli perusahaan lain, membeli lisensi serta waralaba dari perusahaan lain, mendapat hak paten dari perusahaan lain. Perusahaan dapat mengembangkan produk baru di laboratorium sendiri atau perusahaan membuat kontrak dengan peneliti independen atau perusahaan pengembangan produk baru untuk mengembangkan produk khusus bagi perusahaan itu (Kotler, 2000). Para pemasar memainkan peran penting dalam proses pengembangan produk baru, melalui identifikasi dan evaluasi gagasan produk baru serta kerja sama dengan litbang dan departeman lain tiap tahap pengembangan produk membetuk masa depan perusahaan (Kotler, 2000).
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Salah satu permasalahan di nurseri D5 Hijau Asri Flora yaitu adalah naik turunnya volume penjualan Aglaonema. Hal tersebut menyebabkan instabilitas usaha. Diketahui apa yang disebut selera konsumen selain beberapa faktor lain yang mempengaruhinya. Melihat keadaan tersebut perlu bagi pengusaha tanaman hias ini mengetahui bagaimana selera konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Aglaonema. Pada penelitian ini dirumuskan beberapa tujuan diantaranya adalah. Tujuan yang pertama yaitu mengidentifikasi karakteristik konsumen. Berdasarkan teori Engle et al (1994) karakteristik dari konsumen diantaranya
23
dapat dilihat dari pengaruh pribadi yaitu dari segi demografi (jenis kelamin, usia, pendapatan dan pekerjaaan). Selain itu dilihat dari segi geografis yaitu wilayah konsumen tersebut tinggal atau domisili. Tujuan yang kedua yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian Aglaonema dengan menggunakan teori Engle et al (1994) yaitu pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi), pengaruh individu (sumber daya konsumen, motivasi, pengetahuan, sikap, kepribadian), faktor psikologi (pengolahan informasi, komunikasi, pembelajaran). Tujuan yang ketiga menganalisis preferensi konsumen terhadap kombinasi atribut Aglaonema hibrida lokal dengan menggunakan teori Kotler (2000) bahwa preferensi adalah menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada lalu perusahaan mengimplikasikan kebijakan yang berdasarkan hasil analisis tersebut. Dengan mengandalkan teori-teori yang dipaparkan di atas maka tujuan penelitian ini akan dijawab dengan langkah-langkah dan penggunaan alat analisis berikut (Gambar 1).
24
Nurseri D5 Hijau Asri Flora
Fluktuatif penjualan Aglaonema
Dipengaruhi oleh banyak faktor
Analisis deskriptif Karakteristik Konsumen Aglaonema
Analisis konjoin Preferensi atribut Aglaonema
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Analisis Logik Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian
Bentuk daun Ukuran daun Warna daun Motif daun Tekstur daun Penampilan tanaman Harga
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Jenis kelamin Usia Status perkawinan Pendidikan Pendapatan Pengeluaran Pekerjaan Tujuan pembelian Cara pembelian Domisili Waktu pembelian Jumlah pembelian
Aglaonema yang diinginkan konsumen Dan Implikasi kebijakan perusahaan
Rekomendasi
Gambar 1 Bagan Alur Pemikiran Operasional Penelitian
IV METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta, khusunya di nurseri D5 Hijau Asri Flora di Kebayaoran Lama, Jakarta Selatan. Pemilihan kasus dilakukan secara sengaja (Purposive) karena perusahaan tersebut adalah
salah satu
perusahaan yang berpotensi untuk mengembangkan tanaman hias berdaun indah. D5 Hijau Asri Flora ini sebagai salah satu pengembang (grower) tanaman Aglaonema di Jakarta dan lebih banyak mengembangkan jenis Aglaonema silangan lokal sehingga disebut sebagai salah satu sentra pengembangan Aglaonema hibrida lokal di Jakarta. Pelaksanaan pengambilan data di lapangan dilakukan pada Bulan November–Desember 2007.
4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan survei dari pengembang dan penjual Aglaonema serta beberapa responden. Pengambilan data dilakukan
melalui
wawancara
langsung
dengan
konsumen
Aglaonema
menggunakan kuisioner. Sebelum melakukan wawancara, calon responden yang berkunjung di nurseri D5 Hijau Asri Flora dilihat apakah pengunjung tersebut membeli
Aglaonema
atau
tidak,
lalu
ditanyakan
kesediaannya
untuk
diwawancara. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur yang terkait dengan penelitian ini yang bersumber dari; buku, jurnal penelitian, majalah, skripsi, internet, Instansi Dirjen Hortikultura, Expo tanaman Trubus di
26
Jakarta, Pameran Flora dan Fauna di lapangan Banteng , Jakarta Pusat dan media informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
4.3 Metode Penetapan Sampel dan Pengambilan Responden Jumlah populasi pengunjung nurseri D5 Hijau Asri Flora perbulannya rata-rata sebanyak 60 pengunjung. Jumlah pengunjung yang sudah langganan pada nurseri tersebut adalah sekitar 20 persen dari jumlah rata-rata pengunjung dan selebihnya merupakan pengunjung yang tidak berlangganan6. Pengambilan responden pada penelitian pendahuluan sebanyak 20 responden yaitu pengunjung nurseri yang sering mengunjungi nurseri tersebut. Prosedur penetapan sampel dilakukan berdasarkan Jugdmental sampling yaitu pemilihan individu dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi peneliti dan responden tersebut layak untuk memberikan informasi yang diharapkan (Nazir, 2003). Pada penelitian ini responden yang dipilih yaitu pengunjung yang sudah pernah membeli Aglaonema satu kali dan sedang berbelanja Aglaonema lalu calon responden tersebut ditanya tentang kesediannya untuk diwawancara. Jumlah responden yang diambil sebanyak 60 responden. Jumlah responden didapatkan 60 responden berdasarkan jumlah rata-rata pengunjung nurseri dan dikarenakan konsumen yang sudah membeli Aglaonema masih terbatas. Penetapan responden terbagi menjadi dua yaitu 30 responden yang pernah membeli Aglaonema hibrida lokal dan 30 responden yang membeli Aglaonema Thailand. Dengan asumsi bahwa standar minimal 30 responden telah menyebar secara normal (Koentjaraningrat, 1977). Pengambilan responden yang
6
Wawancara Pemilik Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan. 24 Desember 2007.
27
tidak membeli Aglaonema hibrida lokal adalah untuk memenuhi syarat pengolahan analisis regresi logistik sedangkan untuk analisis konjoin, responden yang diambil adalah 30 responden yaitu responden yang membeli Aglaonema hibrida lokal.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang terhimpun diolah dan dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Pengolahan data deskriptif dilakukan secara manual melalui penampilan tabulasi. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis regresi logistik untuk meganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Aglaonema. Analisis konjoin dilakukan untuk menganalisis preferensi konsumen. Penginputan data kuantitatif menggunakan bantuan paket aplikasi SPSS 15.0 for Windows.
4.4.1 Pengidentifikasian Karakteristik Responden Pengidentifikasian responden Aglaonema dilakukan dengan analisis deskriptif. Data
yang diperoleh berasal dari hasil survei langsung yaitu
wawancara pada responden. Data tersebut kemudian dirangkum dengan teratur dalam bentuk tabel. Menurut Nazir (2003) metode deskriptif adalah suatu metode dalam status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
28
4.4.2
Pengukuran Faktor-faktor Pembelian Aglaonema
yang
Mempengaruhi
Keputusan
Pengukuran faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Aglaonema ini menggunakan analisis regresi logistik. Analisis ini digunakan untuk melihat peluang perubahan konsumsi karena adanya perubahan perilaku konsumen dalam memutuskan untuk membeli Aglaonema. Regresi logistik digunakan jika variabel tak bebas (Y) berupa variabel kategori klasifikasi variabel Y berupa dua respon (Pusat Data Informasi Pertanian, 2005). Dalam penelitian ini, respon tersebut yaitu, tidak membeli (dilambangkan dengan 0) dan membeli (dilambangkan dengan 1). Konsumen akan dihadapkan pada keputusan membeli dan tidaknya Aglaonema hibrida lokal, dimana keputusan tersebut adalah variabel tak bebas (Y) yang diduga oleh sejumlah variabel bebas. Model
pengukuran
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keputusan
pembelian Aglaonema, digunakan dengan metode yang dirumuskan ke dalam persamaan di bawah ini: Y = g (X) = b0 + b1X1 + b2X2 + ….+ b12X12 Nilai variabel tak bebas bersifat biner dimana: Y = 1, jika konsumen pernah membeli dan sedang membeli Aglaonema hibrida lokal Y = 0, jika konsumen pernah membeli Aglaonema Thailand Model regresi logistiknya: Y = g ( χ )- β0 + β1 χ 1 + β2 χ2 + …. + β p χ p Dimana: π (x) g (x) β0
: Fungsi peluang kumulatif bagi responden (Y) dengan syarat (X) : Fungsi logit dari model regresi logistik : Intersep
29
β1-12 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12
: Koefisien variabel bebas : Jenis kelamin (1= pria, 0= perempuan) : Usia (tahun) : Status (1= menikah, 0= belum menikah) : Pendidikan terakhir : Pendapatan ( Rupiah perbulan) : Pengeluaran (Rupaiah perbulan) : Pekerjaan : Tujuan pembelian (1 = konsumsi sendiri/koleksi, 0 = dijual) : Cara pembelian (1 = langsung, 0 = lewat internet) : Domisili (1 = Jabodetabek, 0 = luar Jabodetabek) : Waktu pembelian (1 = hari libur, 0 = tak tentu) : Jumlah pembelian (pot)
Ukuran yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas dalam logistik adalah nilai odds ratio. Nilai odds ratio menunjukkan peluang variabel Y=1 dan Y=0 yang dipengaruhi oleh variabel tak bebas. Nilai tersebut diperoleh dari pehitungan eksponensial dari koefisien estimasi (β) atau exp (β) (Lolita, 2004). Odds ratio digunakan untuk memudahkan interpretasi koefisien. Odds ratio adalah ukuran yang memperkirakan berapa besar kecenderungan variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel respon (Y). Bila terdapat variabel yang bernilai koefisien positif, maka nilai odds ratio tersebut lebih dari satu, sebaliknya jika tanda koefisiennya negatif maka nilai odds ratio nya kurang dari satu (Hosmer dan Lemeshow, 1989 dalam Lolita , 2004). Pengujian parameter secara bersamaan dapat digunakan uji nisbah kemungkinan (Likelihood Ratio Test) yang merupakan pengujian terhadap parameter βp secara simultan dengan hipotesa sebagai berikut : H0 : β1 = β2 =...= βp = 0 H1 : βp ≠ 0
30
Statistik uji yang digunakan adalah statistik G yaitu G = -2 log Likelihood. Kaidah pengujian ; Jika H0 benar, statistik G akan mengikuti sebaran x2 dengan derajat bebas=p-1. H0 akan ditolak jika nilai x2(p-1-α). Pengujian parameter βi secara parsial (individu) dilakukan dengan uji Wald dengan cara merasiokan βi dengan kesalahan bakunya (standar error/SE). Hipotesa yang akan diuji adalah ; H0= variabel ke-i tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian Aglaonema. βi = 0 H1= variabel ke-i berpengaruh terhadap keputusan pembelian Aglaonema, dengan i= 1,2,3…..,p. βi ≠ 0 Model satatistik Uji Wald adalah:
Wβi =
βi SE β i
Jika H0 benar statistik Wald akan mengikuti sebaran normal baku. Variabel yang diambil sebagai dugaan faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan segi demografi (jenis kelamin dan usia) dan geografisnya (tempat tinggal atau domisili) berdasarkan teori Kotler dan Engle et al dilihat dari sumber daya konsumen (pendapatan, waktu), kelas sosial (pekerjaan, pendidikan), pengaruh keluarga (status perkawinaan), sikap dan gaya hidup. Adapun faktorfaktor yang diduga mempengaruhi keputusan konsumen terhadap pembelian Aglaonema adalah di bawah ini :
31
1. Jenis Kelamin Penelitian ini mempertimbangkan jenis kelamin sebagai salah satu variabel yang
diduga
mengkonsumsi
berpengaruh atau
dalam
tidaknya
mengambil
Aglaonema.
Jenis
keputusan
untuk
kelamin
sangat
berhubungan dengan selera dan kebiasaan mereka mengkonsumsi suatu produk. Misalnya perempuan lebih menyukai mengoleksi tanaman hias. 2. Usia Konsumen yang berbeda usia akan berbeda dalam mengkonsumsi suatu produk. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu pilihan produk. 3. Status Perkawinan Status perkawinan salah satu faktor yang penting dalam keputusan pembelian suatu produk karena merupakan pemberi pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu pada proses keputusan untuk mengkonsumsi suat produk. Konsumen yang memiliki keluarga sendiri dalam keputusan membeli Aglaonema cenderung mempertimbangkan anggaran rumah tangganya, akan berbeda dengan konsumen yang belum menikah memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menghabiskan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal tersebut disebabkan, pada orang yang belum menikah sumber daya yang dimiliki hanya untuk kebutuhan dan keinginan sendiri. 4. Pendidikan Tingkat pendidikan sangat berpengaruh. Cara pandang, nilai-nilai yang dianut konsumen yang memiliki tingkat pendidikan lebih baik akan
32
merespon informasi secara lebih baik dan mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk. 5. Pendapatan Pendapatan merupakan penghasilan yang diterima oleh konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya. Jumlah pendapatan akan memperlihatkan besarnya daya beli dari konsumen. Pendapatan dalam perilaku konsumen sering merupakan faktor utama pada sikap dan perilaku individu pada proses keputusan untuk mengkonsumsi Aglaonema. 6.
Pengeluaran Pengeluaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membiayai semua biaya hidupnya. Dalam penelitian ini, kategori konsumen
diukur
dengan
pengeluaran
mereka
setiap
bulannya.
Pengeluaran setiap konsumen dipengaruhi oleh gaya hidup dari konsumen. 7. Pekerjaan Pekerjaan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian. Pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen sangat mempengaruhi gaya hidup mereka dan mungkin tingkat kepenatan dari pekerjaannya memerlukan suatu penyegaran dengan menikmati keindahan tanaman Aglaonema. Penggolongan jenis pekerjaan pada penelitian ini adalah pegawai negeri, pengawai swasta, guru/dosen, pegawai BUMN, wiraswasta, mahasiswa/pelajar. 8.
Tujuan Pembelian Tujuan pembelian adalah yang didorong dari kebutuhan konsumen untuk memilih dan membeli suatu produk yang telah dipelajari proses pembelian
33
sebelumnya. Pada penelitian ini, terdapat dua konsumen yang bertujuan berbeda yaitu bertujuan untuk dikonsumsi dalam hal ini untuk koleksi pribadi tanaman Aglaonema atau untuk dijual kembali. 9. Cara Pembelian Cara pembelian pada penelitian ini adalah cara pembelian yang biasa dilakukan oleh para konsumen, baik dilakukan secara langsung datang ke tempat penjualan atau melalui website nurseri D5 Hijau Asri Flora. 10. Domisili Domisili adalah tempat tinggal saat ini dari konsumen yang berbelanja di nurseri D5 Hijau asri Flora. Daerah domisili pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan luar daerah Jabodetabek yaitu daerah atau kota yang disebutkan. 11. Waktu Pembelian Waktu menjadi variabel penting dalam memahami perilaku konsumen, karena waktu untuk berbelanja bagi masyarakat yang memiliki kegiatan yang padat sangat berharga, perhatian utama menjadi pembeli lebih banyak waktu dari pada lebih banyak produk. Nilai waktu meningkat ketika anggaran uang meningkat, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa pemasar menaikkan nilai produk lebih besar daripada biaya tambahan karena mengerjakannya.
34
12. Jumlah Pembelian Jumlah pembelian yaitu berapa banyak tanaman yang akan dibeli, diduga sebagai faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Jumlah pembelian ini dihitung dengan satuan pot tanaman.
4.4.3 Pengukuran Preferensi Konsumen Pengukuran preferensi konsumen menggunakan analisis konjoin. Analisis ini adalah suatu metode untuk membantu mendapatkan kombinasi atribut-atribut suatu produk atau jasa baru maupun lama yang paling disukai konsumen (Suharjo, 2001). Dalam prosesnya analisis konjoin akan memberikan ukuran kuantitatif terhadap tingkat kegunaan (utility) dan kepentingan relatif (relatif importence) suatu atribut dibandingkan dengan atribut lain. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan psikologi atau preferensi konsumen (Green & Tull, 1988 dalam Suharjo, 2001). Lebih lanjut nilai-nilai ini akan digunakan untuk membantu menyeleksi atribut-atribut suatu produk yang ditawarkan. Adapun tahapan analisis konjoin yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Menetapkan atribut-atribut dan taraf-taraf yang dianggap penting dan akan dilibatkan dalam mengevaluasi produk atau jasa. Penetapan atribut dan taraf
yang
akan
dilibatkan
dapat
didiskusikan
dengan
pakar,
mengeksplorasi data sekunder atau melakukan penelitian pendahuluan (Bilschken, 2004 dalam Hawati, 2005). Atribut yang dilibatkan pada penelitian ini didapatkan dengan penelitian pendahuluan yaitu cara menyajikan beberapa atribut dari eksplorasi di lapangan dan beberapa
35
literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Menurut Rahmawati (2006) atribut tanaman hias dilihat dari bentuk dan warna bunga dan menurut Nurmalinda et al (1999) penilaian terhadap atribut bunga potong Anggrek dilihat dari jenis, warna, ketahanan bunga, harga. Selain itu berdasarkan penelitian Tono (2002) atribut tanaman Aglaonema yang mempunyai nilai penting yaitu ketahanan, harga sewa, jumlah tanaman perpot, jenis pot, warna daun, ukuran tanaman. Melalui pendekatan beberapa atribut tanaman hias tersebut, maka pada penelitian ini diambil beberapa atribut untuk dijadikan parameter. Atribut yang dimaksud adalah warna daun dan harga tanaman dari pendekatan penelitian Nurmalinda et al (1999) dan Tono (2002). Pada pemilihan atribut motif daun, bentuk daun, ukuran daun, tekstur daun, penampilan tanaman melalui pendekatan di lapangan dan pilihan dari wawancara responden. Pemilihan atribut yang penting ini didapat dari pilihan 20 responden yang mengunjungi nurseri D5 Hijau Asri Flora. Pilihan atribut sebelum dibuat rancangan/stimuli ada sembilan atribut lalu responden tersebut diminta untuk mengurutkan atribut mana yang paling penting dengan merangking atribut mana yang paling penting menurut responden (Tabel 5). Atribut yang akan dievaluasi diperoleh sebanyak tujuh atribut (Tabel 6).
36
Tabel 5 Penelitian Pendahuluan dengan Perangkingan Atribut Aglaonema
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Atribut Bentuk daun Ukuran daun Warna daun Motif daun Tekstur daun Tinggi tanaman Penampilan tanaman Kemudahan perbanyakan Harga
Rangking
Tabel 6 Atribut dan Taraf (Level) Tanaman Aglaonema Hibrida Lokal Faktor Bentuk daun
Ukuran daun Motif daun
Warna daun
Tekstur daun Penampilan tanaman Harga (Per daun)
2.
Taraf 1 2 3 1 2 1 2 3 1 2 3 4 1 2 1 2 1 2 3 4
Level Lanset Bulat telur/elips Bulat lonjong Kecil (10-30 cm) Besar (40-50 cm) Batik Tulang ikan Semburat warna-warni Merah – hijau Merah muda – hijau Hijau – kuning Hijau – putih Tebal Tipis Susunan daun kompak Susunan daun tidak kompak Rp 15.000,- – Rp 20.000,Rp 100.000,- – Rp 200.000,Rp 300.000,- – Rp 500.000,Rp 700.000,- – Rp 1.000.000,-
Merancang stimuli (kombinasi atribut dan taraf) yang akan membentuk produk hipotetik. Jika jumlah atribut dan taraf yang dilibatkan dalam penelitian banyak maka akan semakin banyak pula stimuli yang harus
37
dievaluasi responden. Akibatnya responden menjadi jenuh dan tidak konsisten dalam merating stimuli-stimuli suatu produk. Untuk itulah diperlukan suatu teknik untuk mereduksi jumlah stimuli atau disebut dengan teknik fractional factorial design. Dengan teknik ini akan diperoleh jumlah stimuli yang hanya mengukur efek utamanya saja sedangkan efek dari interaksi antar satu atribut dengan atribut yang lainnya diabaikan. Menurut Bilschken, 2004 dalam Hawati, 2005 jumlah stimuli yang terpilih biasanya kurang dari 20 stimuli, namun ada dua konsep yang harus diperhatikan dalam fractional factorial design, yaitu: a. Balanced
: setiap taraf memiliki jumlah ulangan yang relatif sama
pada kombinasi yang akan dievalusi. b. Orthogonal : tidak ada korelasi diantara stimuli-stimuli yang terbentuk. Rancangan kombinasi atribut dan taraf Aglaonema ini dibentuk dengan bantuan aplikasi SPSS 15.0 for Windows dengan konsep orthogonal (Lampiran 1). Kemudian stimuli tersebut dibuat kartu kombinasi atribut, kartu satu identik dengan stimuli satu (Gambar 2).
Kartu 2
Kartu 1 Ukuran daun Motif daun Bentuk daun Warna daun Tekstur daun Penampilan Harga
: Besar : Batik : Bulat lonjong : Merah muda-hijau : Tipis : Susunan daun kompak : Rp 300.00,- - Rp 500.000,-
Ukuran daun Motif daun Bentuk daun Warna daun Tekstur daun Penampilan Harga
: Kecil : Batik : Bulat lonjong : Hijau-Kuning : Tipis : Susunan daun tidak kompak : Rp 15.000,- - Rp 20.000,-
Gambar 2 Rancangan Kartu Stimuli
38
3.
Melakukan pengumpulan data sesuai dengan metode pengukuran yang telah ditetapkan.
Ada
dua
pendekatan
yang
dapat
digunakan
dalam
mengumpulkan data, yaitu : a. Pendekatan full profile (evaluasi banyak faktor). Melalui pendekatan ini responden diminta untuk memeringkatkan (rangking) atau memberikan nilai (rating) sebagian atau seluruh kombinasi taraf-taraf dari atribut (stimuli) yang menggambarkan profil produk secara lengkap. b. Pendekatan Pair Wise. Pendekatan ini membandingkan pasangan profil dari dua atribut, pendekatan ini meminta responden untuk menilai (rating) profil mana yang lebih disukai dari setiap pasangan profil yang dibuat. Penelitian ini menggunakan pendekatan full profile, responden diberi kartu stimuli (16 stimuli) lalu diminta untuk merangking terbalik, yaitu memberi nilai yang paling disukai dengan 16 dan tidak disukai dengan 1. Sehingga nilai rangking semakin besar maka kombinasi tersebut semakin disukai oleh responden. 4.
Melakukan analisis data. Data yang diperoleh, diinput ke aplikasi SPSS data (Lampiran 6) setelah itu dibuat syntax untuk memperoleh hasil dari nilai relatif penting dan nilai kegunaan (Lampiran 7), lalu keluar tampilan data SPSS dengan constant dan score dari atribut dan taraf dari masingmasing stimuli pada atribut konjoin, sehingga didapatkan hasil dari analisis konjoin. Hasil analisis dibuat secara agregat yaitu keseluruhan nilai dari atribut dan taraf (Lampiran 8).
39
5.
Melakukan interpretasi hasil. Kuhfeld, 2000 dalam Hawati, 2005 menyatakan ada beberapa ketentuan dalam melakukan interpretasi hasil, yaitu: a. Taraf yang memiliki nilai kegunaan lebih tinggi adalah taraf yang lebih disukai. b. Total kombinasi masing-masing kombinasi sama dengan jumlah nilai kegunaan tiap taraf dari atribut-atribut tersebut. c. Kombinasi yang memiliki total nilai kegunaan tertinggi adalah kombinasi yang paling disukai responden. d. Atribut yang memiliki perbedaan nilai kegunaan lebih besar antara nilai kegunaan taraf tertinggi dan terendahnya merupakan atribut yang lebih penting
4.5 Definisi Operasional 1.
Atribut ialah yang karakteristik atau ciri yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut
pada
tanaman
Aglaonema
hibrida
lokal
beragam,
untuk
mempermudah pembuatan kombinasi atribut ini maka pada penelitian ini mencangkup: warna daun, bentuk daun, ukuran daun, motif daun, tekstur daun, penampilan tanaman, harga. 2.
Responden ialah konsumen yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan yaitu yang pernah membeli satu kali Aglaonema dan sedang berbelanja Aglaonema.
3.
Aglaonema hibrida ialah hasil persilangan Aglaonema yang berbeda spesies sehingga menghasilkan jenis Aglaonema campuran dari kedua induknya.
40
4.
Bentuk daun ialah bagian dari morfologi tanaman Aglaonema yang mempunyai beragam bentuk daun dari berbagai spesies Aglaonema seperti bentuk lanset, bulat telur/elips, jantung, bulat lonjong, mata panah, untuk penelitian ini mengambil atribut bentuk daun dengan level lanset, bulat telur/elips, bulat lonjong karena telah disurvei di lapangan banyaknya jenis Aglaonema dengan bentuk yang telah disebutkan.
5.
Ukuran daun ialah bagian dari besar atau kecilnya daun tanaman Aglaonema. Ukuran daun Aglaonema beragam sehingga digolongkan lagi menjadi dua ukuran yang dijadikan stimuli atribut adalah kecil dengan ukuran besarnya antara 10 – 30 cm dan ukuran besar antara 40 – 50 cm.
6.
Warna daun ialah atribut Aglaonema yang menjadi daya tarik tanaman tersebut, warnanya beragam pada Aglaonema hibrida seperti kombinasi merah, kuning, hijau muda, oranye, merah muda dan putih. Pada penelitian ini dikelompokkan warna-warna yang lebih dominan pada Aglaonema hibrida lokal.
7.
Motif daun ialah atribut Aglaonema yang mempunyai beberapa motif seperti batik, tulang ikan dan semburat warna-warni.
8.
Tekstur daun ialah ketebalan dari daging daun ada tekstur yang tebal dan kaku dan tipis sedikit lemas.
9.
Penampilan tanaman ialah penampilan dari tumbuhnya daun dengan melihat kekompakkan daun atau tidak kompaknya susunan daun Aglaonema.
10.
Harga ialah atribut yang terdapat pada Aglaonema, biasanya pada Aglaonema hibrida lokal harga dihitung dari perdaun. Taraf dari harga Aglaonema dimulai dari Rp 15.000,- – Rp 1.000.000,- perdaun.
V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
5.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Nurseri D5 Hijau Asri Flora Nurseri D5 Hijau Asri Flora merupakan jenis usaha keluarga dengan pemiliknya adalah Bapak H. Achmad Budiansyah A.R berdiri sejak bulan Juni 1996. Usaha ini pada awalnya hanya memproduksi dan mengembangkan tanaman bunga sepatu, lalu dikembangkan lagi dengan mengembangkan usaha tanaman landscape, Aglaonema jenis Donna Carmen dan Pride of Sumatra, Palem Canari di tahun 1998. Nama D5 Hijau Asri Flora adalah ide dari pemiliknya sendiri. D5 adalah berasal dari inisial kelima putranya, Hijau Asri Flora adalah gambaran tanaman yang berwarna hijau memberikan kesejukan. Usaha milik H. Achmad ini tidak hanya pada bidang tanaman hias saja tetapi bertambah satu unit usaha lagi yaitu usaha jasa bengkel dengan nama D5 Motor pada tahun 1999. Namun usaha ini tidak menguntungkan banyak seperti usaha tanaman hias, maka pada Agustus 2007 ditutup. Sehingga saat ini usaha D5 lebih difokuskan untuk pengembangan dan pemasaran tanaman hias.
5.2 Lokasi dan Kondisi Usaha Nurseri D5 Hijau Asri Flora Ada empat kebun atau nurseri D5 Hijau Asri Flora yaitu, tiga diantaranya lebih fokus untuk tanaman landscape dan Palem Canari yaitu di Ciputat Tangerang, Serpong dan Cibadak Sukabumi. Nurseri di Kebayoran lama tepatnya di Jl. Raya Kebayoran Lama Tanah Baru V Rt/Rw 002/01 No. 34 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama. Pada nurseri yang berada di Jakarta Selatan lebih fokus untuk pengembangan Aglaonema.
42
5.3 Sumber Daya Usaha 5.3.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja yang ada di nurseri D5 Hijau Asri Flora terbagi menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja tidak tetap dan tenaga kerja tetap. Jumlah tenaga kerja tidak tetap sebanyak 10 orang, tanaga kerja tetap sebanyak delapan orang. Pendidikan terakhir para pekerja rata-rata adalah lulusan SLTP dan SMU. Tenaga kerja tambahan bisa dibutuhkan lagi pada waktu tertentu, apabila sedang diadakan pameran dan order pembuatan taman. Sumber tenaga kerja di nurseri ini berasal dari keluarga sendiri dan beberapa penduduk yang tinggal di dekat lokasi nurseri ini. Tidak ada spesifikasi keahlian khusus untuk menjadi tenaga kerja di nurseri ini, karena pekerjaan budidaya biasanya akan mereka pelajari langsung dan diberi petunjuk oleh pemilik nurseri ini. Jam kerja di nurseri ini biasanya dimulai dari jam 07.00 – 18.00 WIB atau bisa diatur secara fleksibel tergantung banyaknya kegiatan yang akan mereka lakukan. Setiap Tenaga kerja diberi libur satu hari dalam seminggu hari kerja. Pembagian gaji untuk tenaga kerja tetap dilakukan tiap bulan, selain itu para tenaga kerja biasanya sudah mendapatakan gaji bersih karena setiap harinya mendapatkan makan dan biaya yang lainnya.
5.3.2 Modal Pada awalnya usaha nurseri ini tidak ada modal yang besar, nurseri ini memulai usaha tanaman hias dengan mencoba memperbanyak tanaman bunga sepatu setelah tanaman tersebut menghasilkan banyak lalu dijual dan dari keuntungan penjualan bunga sepatu tersebut maka dimulai usaha tanaman hias
43
lebih serius. Lalu diperbanyak sehingga modal awalnya dari hasil penjualan tanaman bunga sepatu tersebut. Usahanya dikembangkan lagi dan sampai pada tahun-tahun berikutnya, diperluas lagi dengan mengembangkan tanaman landscape, Aglaonema dan Palem Canari. Modal yang didapat berasal dari keuntungan yang diperoleh usaha tanaman hias sebelumnya, tanpa bantuan investor dan kredit bank.
5.3.3 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan usaha ini sebagian berupa sarana produksi pertanian dan ada pendukung yang lainnya seperti net sera yang dilengkapi pagar untuk pengamanan. Net sera adalah tempat untuk penyimpanan Aglaonema. Terdapat tiga net sera pada nurseri ini, dua sera mempunyai luas kurang lebih 200 m2 satu net sera mempunayi luas 100 m2. Luas kebun di Kebayoran lama untuk tanaman landscape kurang lebih 1000 m2, luas kebun di Cibadak Sukabumi satu hektar. Fasilitas lainnya yaitu transportasi berupa mobil berjumlah tiga unit.
5.3.4 Produk di Nurseri D5 Hijau Asri Flora Pada nurseri ini mempunyai lebih dari 30 jenis tanaman landscape yang dikembangkan dan lebih dari 30 jenis Aglaonema lokal dan 20 jenis Agalonema Thailand (Lampiran 4). Produk utama dari nurseri ini ada beberapa jenis diantaranya Palem dan Aglaonema yang dijual secara langsung pada para hobiis, kolektor tanaman hias dan pedagang tanaman hias. Selain itu, ada beberapa sarana pendukung budidaya lainnya yang mereka jual seperti solder untuk melubangi pot,
44
obat hama dan penyakit tanaman, pupuk tanaman dan media tanam. Usaha lainnya yaitu seperti jasa penyewaan tanaman hias untuk kantor dan gedung, selain itu pembuatan taman untuk perumahan, perkantoran dan hotel.
5.4 Perbanyakan Tanaman Aglaonema Perbanyakan Aglaonema ini ada dua cara yaitu perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif. Pada nurseri ini memilih cara perbanyakan secara vegetatif karena hasilnya lebih cepat dan banyak. Perbanyakan vegetatif juga mempunyai beberapa cara yaitu, setek batang, setek pucuk, pemisahan anakan dan cangkok. Perbanyakan Aglaonema secara vegetatif menghasilkan tanaman yang mempunyai sifat dan sosok yang sama dengan induknya dan sehingga cocok untuk mengembangkan tanaman ini. Cara yang sering dilakukan adalah cara pemisahan anakan dan cangkok karena memiliki risiko kegagalan yang rendah dan lebih banyak menghasilkan anakan Aglaonema. Perbanyakan secara setek batang dan setek pucuk mempunyai keuntungan bisa menghasilkan anakan yang lebih banyak, tapi kegagalannya besar yaitu luka bekas potongan membusuk sehingga akar sulit tumbuh dan relatif lama, karena batang harus memenuhi persyaratan tertentu.
VI KARAKTERISTIK UMUM KONSUMEN AGLAONEMA DI NURSERI D5 HIJAU ASRI FLORA
6.1 Karakteristik Umum Konsumen Aglaonema Total responden pada penelitian ini berjumlah 60 orang. Responden yang didapat yaitu pengunjung yang membeli tanaman hias di nurseri D5 Hijau Asri Flora lalu di khususkan lagi pengunjung yang membeli Aglaonema atau pernah membeli Aglaonema satu kali atau lebih Agloanema. Secara umum karakteristik konsumen Aglaonema diuraikan berdasarkan beberapa kategori berikut ini.
6.1.1 Jenis Kelamin Keragaan berdasarkan jenis kelamin pada umumnya responden adalah perempuan. Lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 7. Hal tersebut menandakan bahwa komoditi tanaman hias ini lebih banyak diminati oleh perempuan (31 persen) karena mereka pada umumnya menyukai pengaturan ruangan di dalam rumahnya dengan tanaman hias jenis indoor seperti Aglaonema ini dan penataan taman di halaman rumahnya. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi kaum lakilaki untuk menggemari kegiatan seperti itu dan pada umumnya mereka mengoleksi tanaman tersebut sebagai prestise bagi mereka.
Tabel 7 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total
Jumlah 29 31 60
Persentase (%) 48,3 51,7 100,0
46
6.1.2 Usia Usia dari responden dikelompokkan menjadi lima, dapat dilihat pada Tabel 8. Responden yang berusia 34 – 44 tahun dan 45 – 55 tahun sebanyak 36,6 persen (usia menengah 34-55 tahun) merupakan responden yang banyak membeli Aglaonema, karena pada umumnya mereka telah memiliki pekerjaan dan pendapatan yang mapan dan lebih untuk bisa membeli Aglaonema. Untuk usia yang 56 – 65 tahun yang ada sebagian dari meraka yang sudah pensiun maka mereka menyukai dan memilih tanaman hias untuk mengisi waktu luangnya dengan kegiatan merawat tanaman hias tersebut.
Tabel 8 Sebaran Responden Menurut Usia di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Usia (tahun)
Jumlah
Persentase (%)
10 22 22 3 3 60
16,6 36,6 36,6 5,1 5,1 100,0
23 – 33 34 – 44 45 – 55 56 – 65 66 – 67 Total
6.1.3 Status Perkawinan Status perkawinan dari responden dibagi dua yaitu menikah dan belum menikah, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Status responden lebih banyak berstatus menikah (85,0 persen), hal tersebut dikarenakan para responden pada umumnya sudah memasuki usia yang sudah layak menikah seperti terangkum dalam data usia responden. Pada umumnya bagi mereka yang telah berkeluarga memiliki rumah sendiri, oleh karena itu rumah mereka dihiasi dengan tanaman
47
hias seperti Aglaonema. Sebagian dari mereka membeli Aglaonema untuk menambah pemasukan pendapatan bagi keluarga mereka dengan menjual kembali tanaman Aglaonema tersebut.
Tabel 9 Sebaran Responden Menurut Status Perkawinan di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Status Perkawinan Menikah Belum Menikah Total
Jumlah 51 9 60
Persentase (%) 85,0 15,0 100,0
6.1.4 Pendidikan Terakhir Responden memiliki pendidikan terakhir yang beragam sehingga dibagi dalam beberapa tingkat (Tabel 10) pendidikan yang dimiliki sesorang menunjukkan pengetahuan, wawasan, pola pikir dan perilaku serta berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan. Pada umumnya responden yang memiliki pendidikan lebih tinggi seperti perbandingan pada responden berpendidikan sarjana (70,0 persen). Mereka mengerti seperti apa dan bagaimana Aglaonema yang di pasar tanaman hias dan sebagian mereka pada umumya mengembangkan kembali tanaman tersebut lalu dijadikan usaha tanaman hias. Responden yang mempunyai pendidikan lebih tinggi yaitu pasca sarjana tidak mendominasi jumlah responden karena pada umumnya masyarakat di Indonesia mempunyai pendidikan akhir sarjana.
48
Tabel 10 Sebaran Responden Pendidikan Terakhir di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Pendidikan Terakhir SMU Diploma Sarjana Pasca sarjana Total
Jumlah
Persentase (%)
8 4 42 6 60
13,3 6,7 70,0 10,0 100,0
6.1.5 Pekerjaan Pekerjaan para responden dibagi tujuh kelompok yaitu, pegawai negeri, pegawai swasta, guru/dosen, BUMN, ibu rumah tangga, mahasiswa/pelajar dan wiraswasta (Tabel 11). Berikut responden berdasarkan kategori pekerjaan.
Tabel 11 Sebaran Responden Pekerjaan di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Pekerjaan Pegawai swasta Wiraswasta Pegawai negeri Ibu rumah tangga Guru/dosen BUMN Mahasiswa/pelajar
Jumlah
Persentase (%)
23 14 7 6 5 4 1
38,3 23,3 11,7 10,0 8,3 6,7 1,7
Pekerjaan sebagai pegawai swasta (38,3 persen) adalah responden yang dominan membeli Aglaonema karena para responden tersebut memiliki pekerjaan yang dapat membuat mereka merasa penat. Salah satu cara untuk menghilangkan kepenatan tersebut, mereka memanjakan diri dengan menikmati keindahan dari koleksi tanaman hias, salah satunya Aglaonema. Berikutnya adalah pekerjaan
49
sebagai wiraswasta (23,3 persen), kedua pekerjaan tersebut hampir sama dalam hal aktifitas dari responden yang membuat mereka penat sehingga perlu penyegaran dari keindahan Aglaonema. Responden yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta ini selain untuk koleksi pribadi, sebagian dari mereka juga mempunyai usaha tanaman hias.
6.1.6 Pendapatan Tingkat pendapatan akan mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan membeli Aglaonema. Pada umumnya tingkat pendapatan responden nurseri ini sebesar lebih dari Rp 10.000.000,- (48,3 persen). Bagi mereka yang memiliki pendapatan yang tinggi akan menganggap hal tersebut sebagai kebutuhan yang kedua setelah kebutuhan pokok. Disamping itu, bagi mereka yang sangat menggemari tanaman hias yang akan berusaha untuk memenuhi keinginannya tersebut atau dapat memilih jenis Aglaonema yang sesuai dengan pendapatannya. Aglaonema dibagi tiga kelas yaitu kelas atas dengan harga Rp 2.500.000,- – Rp 1.000.000,- perdaunnya, kelas menengah dengan Rp 1.000.000,– Rp 250.000,- perdaunya kelas bawah dengan harga Rp 70.000,- – Rp 250.000,perpotnya. Jumlah responden berdasarkan pendapatan perbulannya dapat dilihat pada Tabel 12.
50
Tabel 12 Sebaran Responden Menurut Pendapatan di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Pendapatan Perbulan Kurang dari Rp 2.500.000,Rp 2.500.001,00 - Rp 5.000.000,Rp 5.000.001,00 - Rp 10.000.00,Lebih dari Rp 10.000.000,Total
Jumlah
Persentase (%)
5 5 21 29 60
8,3 8,3 35,0 48,3 100,0
6.1.7 Pengeluaran Setiap responden memiliki tingkat pengeluaran yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan biaya hidupnya. Pembagian tingkat pengeluaran responden dibagi berdasarkan tingkat pendapatannya (Tabel 13). Responden yang dominan membeli Aglaonema adalah responden yang berpengeluaran berkisar sebesar Rp 5.000.001,- – Rp 10.000.000,- (45,0 persen) hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya responden memiliki pendapatan yang tinggi sehingga mereka mampu untuk membeli Agalonema yang memiliki harga mahal.
Tabel 13 Sebaran Responden Menurut Pengeluaran di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Pengeluaran Perbulan
Jumlah
Persentase (%)
Kurang dari Rp 2.500.000,Rp 2.500.001,- - Rp 5.000.000,-
6 4
10,0 6,7
Rp 5.000.001,- - Rp 10.000.000,-
27 23 60
45,0 38,3 100,0
Lebih dari Rp 10.000.000,Total
51
6.1.8 Tujuan Pembelian Hasil yang terkumpul dari responden yang mempunyai tujuan dari pembelian Aglaonema adalah untuk konsumsi sendiri (71,7 persen) dan untuk dijual (28,3 persen) (Tabel 14). Responden yang bertujuan untuk mengkonsumsi sendiri tanaman hias ini sebagian dari mereka mempunyai alasan, karena dengan mengoleksi tanaman hias Aglaonema akan memberikan kepuasan tersendiri dan sudah kebiasaan dari mereka untuk menambah koleksi tanaman hiasnya. Selain dari itu, ada kepercayaan dari mereka bahwa Aglaonema adalah tanaman pembawa rejeki. Responden yang bertujuan menjual kembali Aglaonema tersebut pada sebagian dari mereka adalah pecinta tanaman hias. Setelah mereka berhasil merawat dan mengembangkan tanaman tersebut biasanya mereka menjualnya. Aglaonema memiliki daya tarik tersendiri untuk dijadikan usaha tanaman hias, karena memiliki sifat yang mudah dipelihara, tampilan fisik yang menarik dan memiliki harga yang beragam.
Tabel 14 Sebaran Responden Menurut Tujuan Pembelian Aglaonema di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Tujuan Pembelian Konsumsi pribadi/koleksi Dijual Total
Jumlah
Persentase (%)
43 17 60
71,7 28,3 100,0
6.1.9 Cara Pembelian Cara pembelian secara langsung mereka pilih karena menurut mereka lebih puas dengan melihat secara langsung Aglaonema yang seperti apa yang mereka inginkan. Selain itu jarak antara tempat domisili mereka dengan tempat
52
penjualan Aglaonema ini cukup dekat yaitu daerah Jabodetabek. Bagi responden yang biasa melakukan pembelian melalui internet karena mereka terpisah jarak yang cukup jauh untuk menghubungkan ke penjual tanaman ini secara cepat dan hemat waktu. Berikut adalah jumlah responden berdasarkan cara pembeliannya (Tabel 15).
Tabel 15 Sebaran Responden Menurut Cara Pembelian di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Cara Pembelian Langsung Lewat Internet Total
Jumlah 58 2 60
Persentase (%) 96,7 3,3 100,0
6.1.10 Waktu Pembelian Responden sebagian besar memilih hari libur (63,3 persen) sebagai waktu untuk berbelanja tanaman hias Aglaonema karena sebagian dari responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, pegawai negeri, guru/dosen dan BUMN sehingga mereka mempunyai kesempatan yang lebih leluasa pada hari libur. Responden yang memilih waktu tak tentu ini biasanya mereka yang sebagian besar memiliki pekerjaan sebagi ibu rumah tangga, wirausaha dan mahasiswa. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi para pegawai dapat berbelanja selain hari libur mereka tergantung dari keinginan dan kebutuhan mereka. Berikut adalah jumlah responden yang memilih waktu berbelanja berdasarkan hari libur dan waktu tak tentu (Tabel 16).
53
Tabel 16 Sebaran Responden Menurut Waktu Pembelian di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Waktu Pembelian Hari libur Tak tentu Total
Jumlah
Persentase (%)
38 22 60
63,3 36,7 100,0
6.1.11 Domisili Jarak dekat atau tidaknya daerah domisili responden dengan nurseri ini biasanya mempengaruhi mereka untuk lebih sering untuk mengunjungi nurseri ini. Responden yang berdomisili di wilayah Jabodetabek (90,0 persen) lebih banyak waktu untuk mengunjungi nurseri ini karena tempat belanjanya tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal mereka. Selain itu, tidak terlalu menyita waktu untuk kegiatan rutinitas mereka. Responden yang di luar Jabodetabek memiliki kesempatan yang sempit untuk berbelanja di nurseri D5 Hijau Asri Flora ini. Berikut adalah jumlah responden berdasarkan domisilinya (Tabel 17).
Tabel 17 Sebaran Responden Menurut Domisili di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Domisili Jabodetabek Luar Jabodetabek Total
Jumlah
Persentase (%)
54 6 60
90,0 10,0 100,0
6.1.12 Jumlah Pembelian Banyaknya jumlah Aglaonema yang dibeli oleh responden biasanya beragam. Mereka membeli Aglaonema tergantung dari ketersediaan anggaran
54
yang mereka miliki, banyak responden yang membeli 1-3 pot (86,7 persen). Bagi responden yang membeli banyak, seperti lebih dari juga tiga pot biasannya mereka mempunyai tujuan untuk dijual kembali. Berikut adalah jumlah responden berdasarkan jumlah pembelian (Tabel 18).
Tabel 18 Sebaran Responden Menurut Jumlah Pembelian di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan Tahun 2007 Jumlah Pembelian (pot)
Jumlah
Persentase (%)
1 2 3 4 5 6 7 Total
7 15 30 4 1 1 2 60
11,7 25,0 50,0 6,7 1,7 1,7 3,3 100,0
VII
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PREFERENSI KONSUMEN AGLAONEMA LOKAL SERTA IMPLIKASI KEBIJAKAN PERUSAHAAN
7.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Aglaonema Berdasarkan hasil survei terhadap konsumen yang mengunjungi nurseri Hijau Asri Flora sebelumnya diduga ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian Aglaonema yaitu, Jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, tujuan pembelian, cara pembelian, waktu pembelian, domisili, jumlah pembelian. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik keterangan uji signifikansi
(Lampiran
5),
hal
tersebut
ditujukkan
dengan
nilai
dari
signifikansinya lebih besar dari α (0,05). Variabel yang berpangaruh pada keputusan nyata atau signifikan terhadap keputusan pembelian Agalonema yaitu variabel pendidikan terakhir (1) atau berpendidikan akhir sarjana, pendidikan terakhir atau SMU (3), pendapatan sebesar Rp 10.000.000,- perbulan (3), pengeluaran sebesar antara Rp 5.000.001,- – Rp10.000.000,- (3). Variabel jenis kelamin, usia, pekerjaan, tujuan pembelian, cara pembelian, waktu pembelian, domisili, jumlah pembelian adalah variabel yang tidak berpengaruh nyata.
7.1.1 Pendidikan Terakhir Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, responden yang memiliki pendidikan terakhir yang tinggi cenderung akan melakukan keputusan untuk membeli Agalonema. Hal ini dapat dilihat dari nilai dugaan odds ratio (Exp(B)) pendidikan terakhir (1) sebesar 249,986 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
56
tingkat pendidikan terakhir maka peluang keputusan pembelian Aglaonema lokal dibandingkan yang tidak membeli Aglaonema lokal tersebut adalah 249,986 kali, dengan kata lain peluang keputusan pembelian Aglaonema hibrida lokal sesungguhnya lebih banyak dipengaruhi oleh konsumen yang memiliki pendidikan terakhir yang tinggi seperti sarjana dibandingkan dengan konsumen yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih rendah. Variabel tingkat pendidikan yang bernilai positif dilihat dari koefisien (B) (5,521), berarti semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan semakin besar peluang responden untuk melakukan keputusan pembelian Aglaonema lokal. Variabel pendidikan terakhir selain sarjana ada yang lebih tinggi lagi jenjangnya yaitu pasca sarjana. Hasil dari survei menunjukkan, konsumen yang berpendidikan pasca sarjana tidak mempunyai pengaruh nyata untuk keputusan pembelian tanaman Agalonema lokal. Hal tersebut dikarenakan rata-rata tingkat pendidikan di negara ini memiliki jenjang pendidikannya adalah sarjana. Menurut Engle et al (1994) tingkat pendidikan yang tinggi mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang, cara berfikir dan cara pandang mereka lebih luas lagi dan akan lebih responsif untuk menerima informasi. Menurut Tono (2002) responden yang tingkat pendidikannya tinggi akan memiliki pengetahuan yang baik sehingga mereka mengerti akan manfaat dari tanaman hias dan menurut para responden yang tingkat pendidikannya tinggi, memilih mengoleksi Aglaonema karena mengetahui mudahnya memelihara tanaman tersebut dan dapat memuaskan batin dengan menikmati keindahannya.
57
7.1.2 Pendapatan Variabel lainnya yang berpengaruh adalah pendapatan (3). Responden yang memiliki pendapatan berkisar lebih dari Rp 10.000.000,-perbulan, cenderung akan mempunyai peluang untuk melakukan keputusan pembelian Aglaonema hibrida lokal. Dapat dilihat pada nilai odds ratio nya sebesar 26,431 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang perbulan, maka rasio peluang melakukan pembelian Aglaonema hibrida lokal dibandingkan dengan tidak melakukan pembelian Aglaonema hibrida lokal adalah 26,431 kali, dengan kata lain peluang membeli Aglaonema hibrida lokal pada responden berpendapatan tinggi lebih besar dibandingkan dengan responden berpendapatan rendah, karena nilai variabel pendapatan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian Aglaonema, hal ini dapat dilihat dari koefisien (B) (3,275). Pada selang kepercayaan 95 persen, variabel pendapatan (3) memiliki batas bawah ,973 dan batas atas 718,064. Angka tersebut menunjukkan bahwa peluang responden berpendapatan tinggi untuk melakukan keputusan membeli Aglaonema hibrida lokal berkisar antara ,973 kali sampai 718,064 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan responden berpendapatan rendah. Menurut Market Fact (1985) dalam Behe & Wolmick (1991a) pendapatan konsumen merupakan faktor yang sangat kuat mempengaruhi konsumen dalam pembelian tanaman hias. Konsumen yang mempunyai pendapatan yang tinggi tersebut, membelanjakan beberapa barang yang tidak pokok adalah hal yang sudah biasa karena kebutuhan pokok dari mereka sudah terpenuhi dan mereka akan berusaha memenuhi kebutuhan yang tersier seperti membeli Aglaonema. Keputusan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh gaya hidup dari para konsumen.
58
7.1.3 Pengeluaran Pengeluaran konsumen berkisar antara Rp 5.000.001,- – Rp 10.000.000,(3) merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian tanaman Aglaonema. Nilai oods ratio yang diperoleh sebesar ,026 atau kurang dari satu. Hal tersebut menandakan bahwa tidak ada perbedaan yang cukup nyata antara peluang pembelian Aglaonema pada tingkat pengeluaran yang berbeda. Nilai odds ratio tersebut menggambarkan bahwa responden yang berpengeluaran sebesar Rp 5000.001,- - Rp 10.000.000,- perbulan ,026 kali lebih rendah dibandingkan responden yang berpenghasilan lebih tinggi. Hal ini berarti bahwa peluang pembelian Aglaonema hibrida lokal pada responden dengan pengeluaran perbulan (3) semakin kecil. Sehingga keputusan pembelian Aglaonema hibrida lokal dapat dilakukan tanpa memperhatikan pengeluaran perbulan. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik di atas maka terbentuk model yaitu g(x) = -22,722 + 5,521 Pendidikan Terakhir (Sarjana) + 3,275 Pendapatan (lebih dari Rp 10.000.000,-) – 3,633 Pengeluaran (Rp 5.000.001,- – Rp 10.000.000,-). Sedangkan untuk menguji kelayakan model tersebut, dapat dilihat nilai -2 log Likelihood yaitu sebesar 38,203 artinya semakin kecil nilai 2 log Likelihood maka model tersebut sudah baik, tapi pada model ini iterasi maksimumnya telah dicapai sehingga solusinya belum bisa ditemukan. Nilai Nagelkerke R-square yang bernilai 0,703 yang menjelaskan bahwa semakin mendekati nilai satu maka model tersebut sudah dikatakan baik.
59
7.3 Preferensi Konsumen terhadap Tanaman Aglaonema Hasil dari analisis konjoin menunjukkan peringkat relatif atribut penting dari tanaman Aglaonema lokal adalah warna daun sebesar 21,402 persen, harga sebesar 18,844 persen, motif daun sebesar 17,300 persen, bentuk daun sebesar 12,107 persen, penampilan tanaman sebesar 11,264 persen dan tekstur daun sebesar 8,241 persen (Gambar 2). Nilai relatif penting dan Kegunaan dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 8.
25,00%
Nilai Kepentingan
21,40% 18,84%
20,00% 17,30%
15,00% 12,10%
11,26%
10,84%
10,00%
8,24%
5,00% 0,00% Bentuk daun Ukuran daun Motif daun
Warna daun
Tekstur Daun
Penampilan tanaman
Harga
Atribut Aglaonema
Gambar 3 Diagram Nilai Kepentingan Atribut Aglaonema
7.2.1 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Warna Daun Warna daun Aglaonema yang paling disukai oleh konsumen adalah warna hijau – putih karena pada atribut ini memiliki kegunaan terbesar adalah 1,623 berikutnya pada warna merah muda – hijau sebesar 0,606, untuk warna merah – hijau sebesar – 0,569. Paling rendah adalah pada warna hijau – kuning sebesar – 1,660. Nilai dari kegunaan warna hijau – putih (warna dasar daun hijau bercampur corak keputihan) dengan warna merah muda – hijau (warna dasar merah muda atau warna merah menyala dengan hijau) mempunyai selisih yang kecil karena,
60
pada umumnya jenis Agalonema hibida lokal mempunyai tampilan warna yang lebih dominan hijau dari pada warna daun merah muda dan merah maka dari itu, konsumen dihadapakan pada pilihan jenis Aglaonema hibrida yang didominasi memiliki warna daun hijau selain itu memiliki harga yang cenderung murah dan masih terjangkau dibandingkan Aglaonema berdaun merah sehingga banyak responden yang memilih jenis ini. Tiap jenis Aglaonema yang berwarna dominan hijau, terdapat juga warna daunnya yang memiliki warna hijau dicampur dengan warna sedikit warna merah dan berbaur dengan warna putih. Ada pula warna hijau yang mendominasi tapi masih terdapat sedikit warna putih kekuning-kuningan. Konsumen yang menyukai warna daun yang merah muda – hijau dan merah – hijau adalah salah satu alasan utama memilih tanaman Aglaonema sebagai salah satu koleksi dari tanaman hiasnya karena menurut mereka warna tersebut menarik dan tidak seperti warna daun pada biasanya (hijau) selain itu warna merah bagi orang Thionghoa dianggap sebagai warna keberuntungan dan dapat memberikan energi bagi yang menikmati warna daunnya. Menurut keyakinan dari para penggemar tanaman Agalonema ini disebut sebagai tanaman pembawa keberuntungan, dahulu masyarakat Asia dan khususnya Indonesia menyebutnya Sri Rejeki (Leman, 2006). Maka dari itu, beberapa orang memilih untuk membeli Aglaonema untuk menghiasi ruangan dan teras rumahnya. Untuk warna daun yang hijau – kuning konsumen tidak banyak yang memilih, karena jenis warna ini biasanya memiliki variasi warna yang lembut dan cenderung pucat. Seluruh konsumen berpendapat warna tersebut kurang menarik. berbeda dengan konsumen tanaman hias di Amerika dan Jepang yang lebih menyukai warna yang lembut, hal tersebut dipengaruhi oleh budaya dari masyarakat. Penilaian selera konsumen
61
terhadap tanaman hias erat kaitannya dengan nilai estetika dari tanaman tersebut dan kepuasan rohani dari konsumennya (Nurmalinda et al, 1999) Untuk lebih jelas jenis Aglaonema berdasarkan warna daunnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
7.2.2 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Harga Faktor penting ke dua adalah harga, atribut harga yang paling banyak dipilih oleh konsumen adalah pada harga level Rp 100.000,- – Rp 200.000,perdaun. Pada level ini mempunyai nilai kegunaan sebesar 0,590 berikutnya adalah harga pada level Rp 700.000,- – Rp 1.000.000,- perdaun sebesar 0,540. Nilai kegunaan pada harga Rp 300.000,- – Rp 500.000,- perdaun sebesar 0,331 terakhir harga dengan level Rp 15.000,- - Rp Rp 20.000,- perdaun bernilai – 1,460. Konsumen lebih memilih harga dengan level Rp 100.000,- – Rp 200.000,perdaun karena mereka bisa mendapatkan jenis Aglaonema hibrida lokal kelas menegah ke bawah dan mempunyai kualitas yang bagus. Selain itu harga tersebut, masih bisa terjangkau oleh konsumen karena pengembangan Aglaonema jenis ini sudah banyak dan mudah untuk dikembangkan. Harga pada level Rp 700.000,- – Rp 1.000.000,- perdaun biasanya dipilih oleh konsumen tertentu seperti para kolektor tanaman hias. Konsumen tersebut memiliki penghasilan tinggi dan biasanya mereka tidak mempermasalahkan harga dari tanaman tersebut yang terpenting adalah mereka suka atau belum memilikinya. Jenis tanaman ini biasanya memiliki ciri fisik yang menarik, jenis yang pernah memenangkan kontes Aglaonema, dan masih jarang di pasaran. Jenis dengan harga Rp 300.000,– Rp 500.000,- perdaun hampir menyerupai jenis dengan harga Rp 700.000,- – Rp 1.000.000,- perdaun, tapi biasanya jenis ini sudah lebih banyak dikembangkan dan
62
dijual di pasaran. Aglaonema dengan level harga Rp 15.000,- – Rp 20.000,memiliki tampilan fisik yang tidak kalah menarik dan biasanya sudah diproduksi secara masal. Sehingga harganya turun jauh sehingga bagi konsumen pecinta tanaman hias khususnya Aglaonema, biasanya mereka sudah memiliki jenis tanaman tersebut. Bagi konsumen yang baru mengenal Agalonema atau pemula, mereka akan memilih jenis Aglaonema jenis tersebut. Pada penelitian Nurmalinda et al (1999) atribut harga bukan merupakan faktor utama yang menjadi pembatas pembelian bunga potong Anggrek.
7.2.3 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Motif Daun Motif pada tanaman hibrida Aglaonema sebenarnya beragam, tapi untuk penelitian ini dilihat dari banyaknya dan tersedianya jenis-jenis yang ada di nurseri D5 Hijau Asri Flora dan di pasaran tanaman hias. Motif dengan level batik mempunyai nilai kegunaan sebesar 0,942. Motif tulang ikan sebesar -0,408 dan motif semburat warna-warni sebesar -0,533. Konsumen lebih banyak memilih motif batik karena untuk jenis Aglaonema hibrida lokal lebih banyak memiliki motif batik. Motif batik hampir menyerupai motif yang bercak atau bintik-bintik pada permukaan daun sehingga menimbulkan warna yang kontras dengan warna dasar daun, kesan yang unik, ramai dan menyegarkan mata yang memandang. Motif lainnya yaitu motif tulang ikan atau garis-garis pada urat daunnya yang tampak jelas dan memiliki kekontrasan dengan warna daunnya. Sebagian konsumen yang menyukai warna pekat dan tajam akan menyukai jenis Aglaonema ini. Motif semburat warna-warni ini biasanya akan menampakkan warna yang lebih lembut, biasanya disukai oleh konsumen yang menyukai warna
63
lembut seperti konsumen perempuan, untuk jenis Aglaonema hibrida lokal motif ini masih sedikit jenisnya. Motif semburat warna-warni tidak banyak dikembangkan di nurseri ini karena jenis motif seperti ini di pasar tanaman Indonesia masih jarang. Keterangan lebih lengkap mengenai warna dan motif Aglaonema dapat dilihat pada Lampiran 9.
7.2.4 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Bentuk Daun Nilai kegunaan dari bentuk daun dengan level lanset mempunyai nilai sebesar 0,731, bentuk daun bulat telur mempunyai nilai sebesar -0,061 dan bentuk elips mempunyai nilai sebesar -0,669. Bentuk daun menjadi kepentingan yang ke empat karena bagi sebagian besar konsumen tidak menilai penting, bagi mereka yang dinilai menarik adalah warna dan motif daun dan pada umumnya konsumen tidak terlalu memahami bentuk daun. Konsumen pada umumnya menyukai bentuk daun yang sedikit lebar seperti bentuk lanset karena bentuk daun Aglaonema yang mereka sukai adalah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Bentuk daun Aglaonema bulat telur atau elips bagi konsumen cukup menarik. Nilai bentuk daun bulat telur atau elips dan bulat lonjong mendapatkan nilai kegunaan negatif.
7.2.5 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Penampilan Tanaman Nilai kepentingan yang kelima adalah penampilan dari tanaman dengan nilai kegunaan daun tidak kompak sebesar -1,290 dan daun kompak sebesar 1,290. Penampilan tanaman Aglaonema yang paling disukai adalah yang memiliki susunan daun yang kompak dan meroset karena menurut mereka keindahan tanaman ini selain dari warna dan motif dilihat dari kekompakkan daunnya.
64
Tanaman
yang
kompak
daunnya
adalah
ciri
tanaman
yang
pertumbuhannya bagus dan sehat. Tanaman yang memilki susunan daun yang tidak kompak biasanya pertumbuhan daunnya tidak lebat, sulit untuk perbanyakan sehingga kurang disukai. Konsumen yang memilih tanaman dengan susunan daun kompak ini, mempunyai tujuan untuk mengembangkan kembali dan menjualnya.
7.2.6 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Ukuran Daun Konsumen memilih ukuran daun pada tamanan Aglaonema dengan nilai kegunaan untuk ukuran daun yang besar sebesar 1,165 dan untuk ukuran daun yang kecil -1,165. Ukuran daun tidak dijadikan atribut yang terlalu penting bagi konsumen hal tersebut bisa dilihat dari urutan kepentingannya. Untuk ukuran daun yang besar yaitu ukuran sekitar 40 – 50 cm adalah yang banyak dipilih oleh konsumen karena jenis Aglaonema hibrida lokal yang banyak dikembangkan adalah jenis daun dengan ukuran seperti itu. Informasi yang diperoleh konsumen mengenai ukuran daun berasarkan pengamatan langsung saat konsumen memilih beberapa Aglaonema dan konsumen mengidentifikasikan ukuran daun besar dan kecil supaya lebih mudah. Menurut sebagian konsumen, ukuran daun yang besar tergantung dari selera mereka. Konsumen lebih menyukai tanaman yang bentuk daun besar atau tergantung dari koleksi jenis Aglaonema yang telah dimiliki. Ada beberapa konsumen yang menyukai ukuran daun yang kecil karena mereka menyukai tanaman dengan ukuran kecil sehingga dapat disesuaikan dengan tempat penyimpanan di rumahnya.
65
7.2.7 Nilai Kepentingan dan Kegunaan Atribut Tekstur Atribut terakhir yang menjadi pertimbangan bagi konsumen adalah atribut tekstur daun. Nilai kegunaan dari tekstur daun adalah 8,241 dengan masingmasing nilai kegunaan dari tekstur daun yang tebal adalah sebesar 0,515 dan tekstur daun tipis sebesar -0,515. Pada umumnya konsumen menyukai tekstur yang tebal karena tanaman Aglaonema yang bertekstur tebal memiliki daya tahan yang bagus. Pilihan pertimbangan terakhir pada atribut tekstur daun dikarenakan hampir semua konsumen tidak mengerti akan tekstur dari daun dan menurut mereka yang terpenting adalah dari warna dan motif dari tanaman tersebut.
7.3 Implikasi Kebijakan Perusahaan Dari hasil penelitian diketahui bahwa : 1. Karakteristik secara umum konsumen Aglaonema adalah sebagian besar berjenis kelamin perempuan, berusia menengah (34-55 tahun), berstatus menikah, bekerja sebagai pegawai swasta, berpendapatan lebih dari Rp 10.000.000,- perbulannya, berpengeluaran Rp 5.000.001,- - Rp 10.000.000,-, sebagian besar konsumen membeli Aglaonema untuk konsumsi pribadi, berdomisili di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), memiliki waktu untuk berbelanja pada hari libur dan jumlah Aglaonema yang bisa dibeli sebanyak 1-3 pot. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli tanaman Aglaonema hibrida lokal adalah faktor tingkat pendidikan (sarjana, SMU), berpendapatan lebih dari Rp 10.000.000,- per bulan dan pengeluaran Rp 10.000.000,- per bulan.
66
3. Konsumen di nurseri D5 Hijau Asri Flora, Kebayoran Lama lebih banyak memilih tanaman Aglaonema hibrida lokal dengan urutan atau nilai kepentingan atribut sebagai berikut warna daun, harga, motif daun, bentuk daun, penampilan tanaman, tekstur daun. Warna yang paling banyak dipilih adalah warna hijau – putih, harga berkisar antara Rp 100.000,- – Rp 200.000,perdaun, motif daun motif batik, bentuk daun lanset, penampilan tanaman yang kompak dan tekstur daunnya tebal. Karena penelitian berusaha menjawab pertanyaan tentang preferensi konsumen, maka hasil-hasil yang diperoleh bisa menjadi masukan bagi upaya mengelola kegiatan yang untuk memenuhi preferensi konsumen. Hal tersebut berimplikasi pada dua aspek yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran. Dari aspek produksi, kini di nurseri D5 Hijau Asri Flora bisa terkonsentrasi pada komoditas Aglaonema hibrida lokal dengan warna daun hijau – putih, bermotif batik, daun berbentuk lanset, penampilan tanaman yang kompak dan bertekstur tebal. Aglaonema jenis yang lainnya seperti jenis warna hijau-merah muda tetap dikembangkan, karena jenis ini juga mempunyai peluang menjadi pilihan konsumen karena memiliki urutan nilai relatif kepentingannya kedua setelah warna hijau – putih. Peningkatan produksi
komoditas yang menjadi pilihan konsumen ini
dapat dilakukan atau ditempuh melalui beberapa cara yaitu : 1. Perbanyakan dengan cara vegetatif pemisahan anakan/rumpun yaitu memisahkan satu atau lebih anakan yang dekat dengan induk lalu ditaruh pada pot yang baru untuk dijadikan individu tanaman yang baru. Cara ini lebih mudah dilakukan dan memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi.
67
Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan individu yang menyerupai indukannya. 2. Perbanyakan vegetatif secara cangkok yaitu, membuat media tanam menggunakan gelas plastik yang di taruh pada batang yang siap untuk dijadikan cangkok. Cara ini mudah dilakukan dan memiliki risiko kegagalan yang rendah. Sama seperti perbanyakan vegetatif pemisahan anakan, cara ini menghasilkan individu yang mirip dengan induknya. Kegiatan perbanyakan ini biasannya dilakukan setelah umur tanaman enam bulan atau minimal tanaman memiliki 8-10 lembar daun. Cara kerja perbanyakan vegetatif cenderung lebih mudah. Perbanyakan secara generatif yaitu dengan penyilangan tidak dilakukan pada perusahaan ini karena perbanyakan tersebut akan memerlukan waktu yang lama untuk menghasilkan Aglaonema. Selain itu memerlukan keahlian yang khusus untuk menghasilkan Aglaonema silangan sedangkan tenaga kerja yang ada di perusahaan ini bukan tenaga kerja yang ahli dalam bidang pemuliaan tanaman. Dari segi pemasaran, hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa perusahaan perlu melakukan promosi lebih intensif. Menurut hemat penulis promosi bisa dilakukan dengan cara : 1. Promosi penjualan dengan cara pameran. Perusahaan ini mengikuti beberapa kegiatan pameran produk-produk pertanian yang ada di kota Jakarta. Promosi ini ditempuh karena dengan adanya pameran tersebut, secara bersamaan perusahaan melakukan penjualan dan mempromosikan kepada masyarakat sehingga membuka peluang untuk pasar yang lebih luas. Kegiatan pameran
68
produk-produk pertanian lebih sering diadakan pada kota-kota besar minimal selama dua minggu dan maksimal selama satu bulan. 2. Promosi lewat iklan website. Perusahaan ini membuat website dengan nama www.hijauasriflora.freport.com. Website tersebut berisi profil secara umum dan produk-produk yang ada di perusahaan. Promosi lewat website memiliki peluang pasar yang lebih luas lagi bahkan sampai ke luar negeri dan membutuhkan dana yang murah dibandingkan iklan melalui media cetak. Pembuatan website nurseri ini dilihat dari karakteristik konsumen tanaman hias yang mendominasi memiliki tingkat pendidikan yang tinggi seperti SMU dan sarjana. Mengakses atau menggunakan internet adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh konsumen yang memiliki tingkat pendidikan tinggi oleh karena peluang dari fasilitas kemudahan media promosi seperti internet perlu dimanfaatkan.
69
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8. 1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dikemukakan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik umum konsumen Aglaonema sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan, berusia menengah (34-55 tahun), berstatus menikah, pegawai swasta, berpendapatan lebih dari Rp 10.000.000,- perbulan, pengeluarannya Rp 5.000.001,- – Rp 10.000.000,- perbulan. Sebagian besar konsumen membeli tanaman Aglaonema hibrida lokal untuk konsumsi pribadi atau koleksi, berdomisili di Jabodetabek, mempunyai waktu untuk berbelanja tanaman pada hari libur dan jumlah tanaman yang biasa responden beli sebanyak 1 – 3 pot. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli tanaman Aglaonema hibrida lokal adalah faktor tingkat pendidikan (sarjana, SMU), berpendapatan lebih dari Rp 10.000.000,- per bulan dan pengeluaran Rp 10.000.000,- per bulan. 3. Berdasarkan hasil analisis konjoin dengan bantuan kombinasi atribut, konsumen di nurseri D5 Hijau Asri Flora, Kebayoran Lama lebih banyak memilih tanaman Aglaonema hibrida lokal dengan urutan atau nilai kepentingan atribut sebagai berikut warna daun, harga, motif daun, bentuk daun, penampilan tanaman, tekstur daun. Warna yang paling banyak dipilih adalah warna hijau – putih, harga berkisar antara Rp 100.000,- – Rp
70
200.000,- perdaun, motif daun motif batik, bentuk daun lanset, penampilan tanaman yang kompak dan tekstur daunnya tebal.
8.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dibuat oleh peneliti untuk pihak yang bersangkutan adalah: 1. Pihak nurseri D5 Hijau Asri Flora diharapakan
lebih banyak
mengembangkan Aglaonema hibrida lokal yang diminati oleh sebagian besar konsumen yaitu Aglaonema yang berwarna hijau – putih dan motif batik, supaya harga dari jenis tersebut menjadi lebih murah dan terjangkau oleh konsumen yang memiliki tingkat pendapatan sedang dan rendah. Selain itu, perlu juga dikembangkan lebih banyak Aglaonema hibrida berwarna merah muda supaya harganya bisa turun. Sehingga perlunya peningkatan teknik budidaya dan operasional akan menjadi kunci untuk mencapai saran ini 2. Lebih selektif untuk mengikuti pameran tanaman hias karena acara semacam itu sudah sering diadakan, lebih baik mengikuti acara yang berskala nasional supaya lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan penjualan. 3. Ditingkatkan lagi promosi produk Aglaonema di website resmi nurseri D5 Hijau Asri Flora untuk lebih memperluas pasar dengan selalu memperbaharui isi websitenya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi, Sintho, W. 2004. Pengaruh kondisi Ruang Berpendingin dan Frekuensi Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Ketahanan Tanaman Aglaonema commutatum dan Diffenbachia amoena. Departemen Budidaya Tanaman. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Behe, B. K dan D. J. Wolnick. 1991a. Type of Foral Product Purchased and Demographic Characteristics and Floral Knowledge of Consumers. HortSci. 26 (4): 414-416. Engle, et al. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid Satu. Binarupa Aksara. Jakarta. . 1995. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid Dua. Binarupa Aksara. Jakarta. Hawati, Maryugo, T. 2005. Penerapan Analisis Konjoin Pada Penilaian Preferensi Pelanggan Terhadap Konsep Produk Simcard Prabayar GSM (Studi Kasus : Masyarkat Wilayah Tangerang). Departeman Statistika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kurnia, T. 2005. Analisis Preferensi Konsumen Rumah Tangga dan Katering Terhadap Buah Pepaya dan Implikasinya pada Segmentasi Pasar di Wilayah Bogor. Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium Jilid Satu. PT Prenhallindo. Jakarta. Leman. 2006. Aglaonema, Tanaman Pembawa Keberuntungan: Jenis Perawatan, Perbanyakan. Penebar Swadaya. Jakarta. Lolita, E. 2004. Analisi Sikap dan Preferensi Konsumen Mangga Arumanis di Kota Bogor. Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
72
Nicholson, Walter. 1991. Teori Ekonomi Mikro I. CV Rajawali. Jakarta.
Nurmalinda, et al. 1999. Preferensi Konsumen terhadap Bunga Potong Anggrek di Jakarta. Jurnal Hortikultura 9 (2): 146-152. Dirjen Hortikultura. Jakarta. Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2005. Pengolahan dan Analisis Data. Analisis Regresi : Sebuah Konsep Dasar. http:// www.pusdatin.go.id. 1 Mei 2008. Puspa, I.K dan S. Mona. 2006. Serial Rumah Edisi Kiat Usaha Aglaonema di Rumah. PT Jakarta Prima infosarana media. Jakarta. Rahmawati, M. 2006. Preferensi Konsumen Terhadap Anggrek Dendrobium Pot di Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP) Jakarta Timur dan Taman Anggrek Ragunan (TAR) Jakarta Selatan. Program Kekhususan Agribisnis. Jurusan Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Nasional. Jakarta. Redaksi Trubus. 2006. Aglaonema. Trubus Info kit vol.04. PT Trubus Swadaya. Depok. Redaksi Penebar Swadaya. 2007. Galeri Aglaonema. Penebar Swadaya. Jakarta. Sobariah. 2004. Analisis dan Preferensi Konsumen Terhadap Bunga Potong Krisan di Kios Bunga Suryakencana Kota Bogor. Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi. 1994. Tataniaga Bunga Potong di Surabaya. Jurnal Agrivita Vol. 18. Jakarta.
Suharjo, B. 2001. New Product Development With Conjoint Analysis. Public Training School of Marketing Reseach. http://www.statistik.org. 8 Mei 2008. Tono. 2002. Analisis Preferensi konsumen terhadap Atribut Tanaman Hias dalam Ruangan (Indoor Plant) di Kota Bogor. Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
73
Lampiran 1 Kombinasi Atribut Aglaonema Hibrida Lokal Stimuli
Ukuran Daun
Motif Daun
Bentuk Daun Bulat lonjong Bulat lonjong
1
Besar
Batik
2
Kecil
3
Kecil
Batik Semburat Warna Warni
4
Besar
Batik
Lanset
5
Kecil
Batik
Lanset
6
Besar
Batik
7
Kecil
Batik
Bulat telur/elips Bulat telur/elips
8
Besar
Batik
Lanset
9
Kecil
Lanset
10
Besar
Batik Semburat Warna Warni
11
Kecil
12
Kecil
13
Besar
14
Besar
15
Besar
16
Kecil
Tulang Ikan Tulang Ikan Semburat Warna Warni Tulang Ikan Tulang Ikan Semburat Warna Warni
Bulat telur/elips
Lanset
Lanset Bulat lonjong Bulat lonjong Bulat telur/elips Lanset
Lanset
Warna Daun Merah Muda Hijau Hijau Kuning Merah Hijau Merah Hijau Hijau putih Merah Muda Hijau Hijau Kuning Merah Hijau Hijau putih Hijau Kuning Merah Muda Hijau Merah Hijau Hijau putih Hijau putih Hijau Kuning Merah Muda Hijau
Tekstur Daun
Penampilan
Harga
Daun Kompak Tidak Kompak
Rp 300.000,- Rp 500.000,Rp 15.000,- – Rp 20.000,-
Tidak Kompak Tidak Kompak Tidak Kompak
Rp 300.000,- Rp 500.000,Rp 15.000,- – Rp 20.000,Rp 100.000,- Rp 200.000,-
Tebal
Tidak Kompak Daun Kompak Daun Kompak Daun Kompak
Rp 100.000,- Rp 200.000,Rp 700.000,- Rp 1.000.000,Rp 700.000,- Rp 1.000.000,Rp 300.000,- Rp 500.000,-
Tipis
Daun Kompak
Rp 100.000,- Rp 200.000,-
Tidak Kompak Daun Kompak
Rp 700.000,- Rp 1.000.000,Rp 100.000,- Rp 200.000,-
Tebal
Tidak Kompak Daun Kompak Tidak Kompak
Rp 700.000,- Rp 1.000.000,Rp 15.000,- – Rp 20.000,Rp 300.000,- Rp 500.000,-
Tebal
Daun Kompak
Rp 15.000,- – Rp 20.000,-
Tipis Tipis
Tipis Tebal Tipis
Tebal Tebal Tipis
Tipis Tebal
Tebal Tipis
74
Lampiran 2 Peta DKI Jakarta
Sumber Slaka
: www.jakarta.go.id : 1 : 50.000
75
Lampiran 3 Jenis-jenis Aglaonema Hibrida Lokal dan Harga (Desember 2007– Februari 2008) di Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Kabayoran Lama, Jakarta Selatan. Nama Jenis Aglaonema Hibrida Lokal Harga Adelia Rp 200.000,Anjelina Rp 700.000,Diana Rp 400.000,Esmeralda Rp 300.000,Evita Rp 100.000,Hot Lady Rp 1.000.000,Jatayu Rp 100.000,Jack Hanny Rp 200.000,Juliet Rp 600.000,JT 2000 Rp 20.000,Kresna Rp 100.000,Lucia Rp 200.000,Madame Suroyo Rp 20.000,Moonlight Rp 1.000.000,Mother Teresa Rp 20.000,Nina Rp 100.000,Petita Rp 100.000,Pride of Sumatra Rp 15.000,Red Ruby Rp 500.000,Reina Rp 400.000,Sinta Rp 1.000.000,Srikandi Rp 1.000.000,Sri Gading Rp 200.000,Super pride Rp 1.000.000,Stella Rp 100.000,Tiara Rp 1.000.000,Widuri Rp 1.000.000,Sumber : Nurseri D5 Hijau Asri Flora, Jakarta Selatan, 2007
76
Lampiran 4 Output Regresi Logistik Case Processing Summary Unweighted Cases(a) Selected Cases Included in Analysis Missing Cases Total Unselected Cases Total
N
Percent 60
100,0
0
,0
60
100,0
0
,0
60
100,0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value Keputusan Pembelian Aglaonema Hibrida Lokal Keputusan Pembelian Aglaonema Thailand
Internal Value 0 1
77
Categorical Variables Codings Frequency (1) PND
Kurang dari Rp 2.500.000,Rp 2.500.001,- - Rp 5.000.000,Rp 5.000.001,- - Rp 10.000.000,-
PT
Lebih dari Rp 10.000.000,SMU
AD
CP TP
JK
5
1,000
,000
,000
5
,000
1,000
,000
21
,000
,000
1,000
29
,000
,000
,000 ,000
1,000
,000
,000
1,000
,000
SARJANA
42
,000
,000
1,000
6
,000
,000
,000
6
1,000
,000
,000
4
,000
1,000
,000
27
,000
,000
1,000
23
,000
,000
,000
51
1,000
9
,000
PNS, PEGAWAI SWASTA,GURU/DOSEN, BUMN
39
1,000
IBU RUMAH TANGGA, MAHASISWA/PELAJAR, WIRASWASTA
21
,000
JABODETABEK
54
1,000
Kurang dari Rp 2.500.000,Rp 2.500.001,- - Rp 5.000.000,-
Lebih dari Rp 10.000.000,MENIKAH
LUAR JABODETABEK WP
(1)
4
BELUM MENIKAH PK
(3)
8
Rp 5.000.001,- - Rp 10.000.000,-
SP
(2)
DIPLOMA PASCA SARJANA PNG
Parameter coding
6
,000
HARI LIBUR
38
1,000
TAK TENTU
22
,000
LANGSUNG
58
1,000
LEWAT INTERNET
2
,000
KONSUMSI SENDIRI/KOLEKSI
43
1,000
DIJUAL
17
,000
LAKI-LAKI
29
1,000
PEREMPUAN
31
,000
78
Iteration History(a,b,c)
Iteration
Step 0
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Constant
1
83,178
,000
a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 83,178 c Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than ,001.
Classification Table(a,b)
Observed
Step 0
Predicted Perilaku Konsumen Aglaonema Keputusan Keputusan Pembelian Pembelian Aglaonema Aglaonema Hibrida Lokal Thailand
Keputusan Pembelian Aglaonema
Keputusan Pembelian Aglaonema Hibrida Lokal Keputusan Pembelian Aglaonema Thailand
Percentage Correct Keputusan Pembelian Aglaonema
0
30
,0
0
30
100,0
Overall Percentage
50,0
a Constant is included in the model. b The cut value is ,500
Variables in the Equation B Lower Step 0
Constant
,000
S.E.
Wald
Df
Upper
Lower
Upper
,258
,000
1
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
1,000
1,000
79
Variables not in the Equation(a)
Step 0
Variables
Score 8,076
JK(1)
df 1
Sig. ,004
US
1,542
1
,214
SP(1)
3,268
1
,071
SDK
9,981
2
,007
PT
4,548
3
,208
PT(1)
,577
1
,448
PT(2)
1,071
1
,301
PT(3)
1,270
1
,260
PK(1)
,073
1
,787
PND
6,719
3
,081
PND(1)
1,964
1
,161
PND(2)
,218
1
,640
PND(3)
5,934
1
,015
PNG
2,636
3
,451
PNG(1)
,741
1
,389
PNG(2)
1,071
1
,301
PNG(3)
1,684
1
,194
TP(1)
2,052
1
,152
CP(1)
2,069
1
,150
WP(1)
,287
1
,592
AD(1)
2,963
1
,085
1
,205
JP
1,607 a Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.
Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step
Chi-square 44,974
df 19
Sig. ,001
Block
44,974
19
,001
Model
44,974
19
,001
Model Summary Step 1
-2 Log likelihood 38,203(a)
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
,527
,703
a Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
80
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test KPA = KEPUTUSAN PEMBELIAN AGLAONEMA HIBRIDA LOKAL Observed Step 1
KPA = KEPUTUSAN PEMBELIAN AGLAONEMA THAILAND
Expected
Observed
Total
Expected
Observed
1
6
6,000
0
,000
6
2
6
5,952
0
,048
6
3
6
5,487
0
,513
6
4
5
4,604
1
1,396
6
5
1
3,523
5
2,477
6
6
4
2,373
2
3,627
6
7
1
1,222
5
4,778
6
8
1
,629
6
6,371
7
9
0
,189
6
5,811
6
10
0
,021
5
4,979
5
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square
df
7,484
Sig. 8
,485
Classification Table(a)
Observed
Predicted Keputusan Pembelian Aglaonema Keputusan Keputusan Pembelian Pembelian Aglaonema Aglaonema Hibrida Lokal Thailand
Step 1
Keputusan Pembelian Aglaonema
Overall Percentage a The cut value is ,500
Keputusan Pembelian Aglaonema Hibrida Lokal Keputusan Pembelian Aglaonema Thailand
Percentage Correct Keputusan Pembelian Aglaonema
25
5
83,3
6
24
80,0 81,7
81
Lampiran 5
Variable In The Equation Berdasarkan Hasil Analisis Regresi Logistik B
df
Sig.
Exp(B)
95,0% C.I.for EXP(B) Lower
Step 1a
JK(1) US SP(1) PT PT(1) PT(2) PT(3) PK(1) PND PND(1) PND(2) PND(3) PNG PNG(1)
PNG(3) TP(1) CP(1) WP(1) AD(1) JP Constant
Upper
-1,511
1
,570
,221
,001
40,338
-,014 -19,706
1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 2
,865 1,000 ,055 ,038 ,729 ,053 ,927 ,243 ,999 ,753 ,052 ,124
,986 ,000
,836 ,000
1,163 .
249,986 ,420 34,886 ,872
1,343 ,003 ,955 ,047
46540,229 57,290 1274,727 16,094
,000 ,410 26,431
,000 ,002 ,973
. 105,537 718,064
41,748
1
,999
,000
.
-3,633 1,059 ,266 ,892
1 1 1 1
,041 ,453 1,000 ,532
,001 ,182 ,000 ,149
,863 45,744 . 40,060
21,423
1
,999
,000
.
-1,716 -22,722
1 1
,121 ,999
,021
1,571
5,521 -,868 3,552 -,137 -48,211 -,891 3,275
135124571 335837200 0,000 ,026 2,882 1,304 2,441 201301487 5,361 ,180 ,000
a Variable(s) entered on step 1: JK, US, SP, PT, PK, PND, PNG, TP, CP, WP, AD, JP.
Lampiran 6 Input Data Responden Berdasarkan Preferensi Aglaonema QN 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130
PROD1 05 12 06 10 16 12 16 12 13 10 08 15 10 11 12 12 15 16 14 10 16 09 07 07 15 12 10 15 13 16
PROD2 06 01 04 01 02 02 02 05 03 11 04 02 02 02 02 02 02 01 03 03 07 02 02 02 03 02 01 02 02 01
PROD3 12 03 03 04 05 05 03 04 08 06 02 09 01 01 07 03 03 12 01 02 02 01 01 01 02 01 03 01 01 02
PROD4 14 14 02 08 06 03 05 03 06 02 05 03 03 10 05 10 05 02 04 14 03 11 04 04 12 11 02 03 07 05
PROD5 02 13 14 12 12 10 04 10 15 12 16 07 08 06 10 05 12 15 13 06 12 16 10 10 13 14 13 09 14 14
PROD6 04 11 13 07 13 07 10 13 07 05 06 06 14 05 13 11 14 04 11 12 09 15 16 12 04 15 04 14 15 06
PROD7 15 15 10 06 14 15 07 02 02 09 03 04 05 09 14 09 06 09 06 05 06 12 05 09 05 06 11 05 09 03
PROD8 16 16 09 14 15 16 13 16 16 16 09 13 07 08 16 07 16 13 12 13 13 14 11 16 16 16 14 13 16 15
PROD9 07 12 16 11 11 08 15 11 14 03 13 08 15 07 11 08 13 10 10 09 14 13 09 08 07 05 07 12 12 12
PROD10 10 10 12 09 03 09 14 07 05 04 13 10 04 03 08 04 04 11 07 04 04 05 03 11 06 09 09 11 03 04
PROD11 01 04 01 02 01 01 01 01 01 01 01 01 16 16 01 01 01 05 08 01 01 03 08 15 01 03 05 16 11 11
PROD12 05 08 07 05 04 04 08 08 10 07 12 10 12 14 06 14 08 08 09 11 05 04 13 05 09 08 12 06 06 09
PROD13 03 07 11 16 07 14 12 15 12 15 14 05 06 04 15 06 10 07 15 07 10 10 12 03 14 13 15 04 10 08
PROD14 08 02 08 03 10 06 09 06 11 13 07 12 13 15 04 15 09 06 02 08 15 06 15 13 08 04 16 10 08 10
PROD15 09 09 05 13 09 13 11 09 09 14 15 11 09 12 09 13 07 03 16 16 11 07 06 06 04 07 08 08 05 06
PROD16 13 06 15 15 08 11 06 14 04 08 10 14 11 13 03 16 11 14 05 15 08 08 14 12 10 10 06 07 04 07
83
Lampiran 7 SPSS Syntax Konjoin CONJOINT PLAN='CONJOINT SOAL 1.SAV' /FACTORS= BENTUK 'Bentuk Daun' ('Lanset' 'Bulat Telur/Elips' 'Bulat Lonjong') UKURAN 'Ukuran Daun' ('Besar' 'Kecil') MOTIF 'Motif Daun' ('Batik' 'Tulang Ikan' 'Semburat Warna - Warni') WARNA 'Warna Daun' ('Merah - Hijau' 'Merah Muda - Hijau' 'Hijau - Kuning' 'Hijau - putih') TEKSTUR 'Tekstur Daun' ('Tebal' 'Tipis') PENAMPILAN 'Penampilan Tanaman' ('Tidak Kompak' 'Daun Kompak') HARGA 'Harga Tanaman Per Daun' ('Rp 15.000,00 - Rp 20.000,00' 'Rp 100.000,00 - Rp 200.000,00' 'Rp 300.000,00 - Rp 500.000,00' 'Rp 700.000,00 - Rp 1.000.000,00') /SUBJECT=QN /SCORE=PROD1 PROD2 PROD3 PROD4 PROD5 PROD6 PROD7 PROD8 PROD9 PROD10 PROD11 PROD12 PROD13 PROD14 PROD15 PROD16 /UTILITY='CONJOINT 1 UTILITY.SAV'.
Lampiran 7 (Lanjutan) QN Constant bentuk 1 bentuk 2 bentuk 3 ukuran 1 ukuran 2 motif 1 motif 2 motif 3 warna 1 warna 2 warna 3 warna 4 tekstur 1 tekstur 2 101 7,67 1,17 -3,08 1,92 0,5 -0,5 0,67 -2,21 1,54 3,63 -2,38 1,88 -3,13 0,63 -0,63 102 7,48 2,08 -1,42 -0,67 1,19 -1,19 3,75 -2,25 -1,5 1,31 -0,69 -0,19 -0,44 1,31 -1,31 103 8 1 -1,25 0,25 -0,25 0,25 1 -3 2 -3,25 0,25 -0,75 3,75 1,38 -1,38 104 7,79 2,67 0,17 -2,83 1,5 -1,5 0,17 -2,71 2,54 -0,75 0 -1,25 2 1,63 -1,63 105 7,75 -0,5 -1,38 1,88 1,38 -1,38 3,5 -1,63 -1,88 -1 1 -1,5 1,5 0,5 -0,5 106 8,17 0,5 -0,38 -0,13 1,5 -1,5 0,83 -2,29 1,46 -1,5 -0,75 1,25 1 0,88 -0,88 107 8,29 0,17 1,04 -1,21 2,75 -2,75 0,67 -1,08 0,42 -1,25 -0,25 0 1,5 0,75 -0,75 108 8,21 0,5 1,63 -2,13 1,63 -1,63 0,67 -2,33 1,67 -0,75 1,5 -2,75 2 0,88 -0,88 109 8,08 0,33 1,08 -1,42 1,38 -1,38 1,33 -0,42 -0,92 1,5 -2,25 -3,75 4,5 -0,5 0,5 110 8,83 -1,33 1,92 -0,58 1,38 -1,38 0 0,25 -0,25 -0,75 -2,5 1 2,25 -0,63 0,63 111 8,29 2,17 1,42 -3,58 1 -1 -0,83 -0,08 0,92 -1,63 -2,38 0,13 3,88 1,13 -1,13 112 8,33 0,33 -0,04 -0,29 1,25 -1,25 -1,17 0,08 1,08 0,63 0,88 -1,38 -0,13 -0,5 0,5 113 8,46 0,83 -0,79 -0,04 -0,25 0,25 -0,67 3,83 -3,17 -2,75 4,25 -3,5 2 0,88 -0,88 114 8,63 1,17 -0,46 -0,71 0 0 -1,67 5,33 -3,67 -0,25 2,75 -2 -0,5 0,75 -0,75 115 8,08 -0,83 0,04 0,79 1,75 -1,75 2,5 -2,88 0,38 0 -1,25 -0,25 1,5 1 -1 116 8,83 -0,67 -0,17 0,83 1,25 -1,25 -0,67 2,08 -1,42 0 1,5 -1,5 0 2,38 -2,38 117 7,83 0,17 0,29 -0,46 1,5 -1,5 2,5 -1,63 -0,88 -0,5 1,75 -3,75 2,5 0,75 -0,75 118 8,21 0,83 -0,29 -0,54 -0,75 0,75 0,33 -2,92 2,58 0,25 1,25 -2,5 1 -1,38 1,38 119 8 1,17 2,04 -3,21 1,63 -1,63 0,83 0,46 -1,29 -2 1 -0,5 1,5 1 -1 120 7,92 1,67 -0,33 -1,33 2 -2 0,67 0,67 -1,33 1,5 1 -1,5 -1 2,63 -2,63 121 8,08 -0,33 0,92 -0,58 1,63 -1,63 2 0 -2 -2,75 0 -1,5 4,25 -0,25 0,25 122 7,13 1,5 -1,88 0,38 1,13 -1,13 4 -2,5 -1,5 -1 0,25 -2 2,75 1,5 -1,5 123 8,79 -0,5 -0,13 0,63 0,75 -0,75 -0,67 1,83 -1,17 -1,25 2,75 -4,5 3 1,38 -1,38 124 7,71 2,5 -3,5 1 0,63 -0,63 0,17 1,42 -1,58 -1,88 3,13 -1,38 0,13 -1 1 125 7,44 0,75 2,38 -3,13 1,81 -1,81 1,75 -2,13 0,38 1,69 -0,56 -3,56 2,44 0,06 -0,06 126 7,67 1,17 0,54 -1,71 2,38 -2,38 2,17 -2,46 0,29 0,5 1,5 -2,5 0,5 0,88 -0,88 127 8,92 -0,67 0,83 -0,17 1,25 -1,25 -1 1,5 -0,5 -0,75 -2,25 -1,25 4,25 -0,38 0,38 128 7,83 1,83 -1,29 -0,54 1,25 -1,25 0,83 1,71 -2,54 -2,75 4,5 -2 0,25 -1,13 1,13 129 7,5 0,67 -0,58 -0,08 1,13 -1,13 3,33 -0,17 -3,17 -1 2,25 -3,75 2,5 0 0 130 7,35 1,58 0,83 -2,42 0,69 -0,69 1,25 1,25 -2,5 -0,31 1,94 -4,56 2,94 -1,06 1,06
penampilan 1 penampilan 2 harga 1 harga 2 harga 3 harga 4 score 1 score 2 score 3 score 4 score 5 score 6 score 7 score 8 score 9 score 10 -1,75 1,75 2,13 -2,88 0,13 0,63 4,63 6,38 12 14,63 0,63 4,38 14,62 15,38 8,38 11 -1,19 1,19 -3,19 1,56 0,06 1,56 10,25 2,75 3 12,75 10,75 12,75 13,25 17,25 14,25 10,5 -1,88 1,88 -1,25 3 -1 -0,75 7,25 2,75 3 4,75 13,75 11,75 11,25 6,25 16,25 13,5 -0,63 0,63 -1,75 -0,25 1 1 9,63 1,38 4 10,63 8,63 7,38 5,62 11,38 14,38 12 -1,63 1,63 -2 -0,5 1,75 0,75 15,13 2,88 5 8 8,25 13,88 13,13 13 14,75 5,88 -1,63 1,63 -3 -1 1 3 11,13 2,87 5 5,75 5,5 7,88 14,12 13,25 12,5 12,63 -2,5 2,5 -3 0,5 2,75 -0,25 17 1 3 5,88 5,13 9 8 12,13 13,88 13,88 -1 1 -1,5 1 0,5 0 14,25 2,75 4 8,62 8,88 10,75 4,25 10,38 12,13 10,38 -0,88 0,88 -2,5 0,75 2,5 -0,75 13,5 2,5 8 8,75 13,25 6,5 2,5 13,25 15,75 7,25 -0,25 0,25 0 -1,5 -0,25 1,75 10,25 10,75 6 7,25 7,25 4,75 9,25 10,75 7,75 9 -0,75 0,75 -2,13 3,13 0,88 -1,88 8 4 2 7,25 13,75 6 3 6,75 15,25 15,25 -2,63 2,63 -0,38 0,13 2,63 -2,38 15 2 9 5,88 4,13 6 4 10,13 10,88 12,88 -1,13 1,13 -1,25 1 0,25 0 11,5 0,5 1 4,13 9,88 12,5 6,5 5,88 13,13 3,63 -1,5 1,5 1,5 -1,5 -0,75 0,75 9,25 3,75 1 8,63 3,88 6,75 7,25 9,38 9,13 3,38 -0,75 0,75 -5 0,75 1,25 3 12,13 1,88 7 6,75 8,5 12,88 14,12 14,25 12,5 9,63 -2,13 2,13 2,25 0 0,5 -2,75 11 3 3 11,25 1,75 12 8 5,75 11,25 6,25 -1,75 1,75 -1,75 1 1 -0,25 15,88 1,13 3 8,75 10 13,13 6,88 12,25 15 6,88 -2,38 2,38 -2,75 1 1,75 0 14,25 2,75 12 2,38 11,13 5,75 7,25 12,63 13,88 13,13 0,38 -0,38 -5 1,5 1,75 1,75 13,88 3,13 1 6 10,75 11,13 5,87 10 12,25 9,13 -0,88 0,88 1,5 -0,25 0,75 -2 10,25 2,75 2 17 3,5 11,75 5,25 10 11,5 6,75 -1,63 1,63 -0,25 -1 2,25 -1 16,75 6,25 2 6,5 10 8,25 6,75 9,5 16 6,75 -0,38 0,38 -1,75 1,5 -1 1,25 8,5 2,5 1 12,13 13,88 15,5 11,5 12,88 15,13 6,63 -1,13 1,13 0,25 2 -2,75 0,5 8,5 0,5 1 7,62 9,38 14,5 6,5 7,38 9,63 5,13 -1,75 1,75 -0,63 1,13 -2,88 2,38 8 1 1 5,75 10,25 11 10 14,25 7,75 11,75 -1,44 1,44 0,19 -0,06 -1,06 0,94 13,13 4,87 2 12,25 9 5,88 3,13 15,75 11 8,13 -0,25 0,25 -1,75 3 -2,25 1 11,38 2,63 1 12,75 11 15,63 5,38 14,25 8 11,38 -2,13 2,13 -2,25 1 -1,5 2,75 8,75 2,25 3 3 9,5 5,25 9,75 13 10,5 11,25 -1,38 1,38 -3 1,5 0,5 1 16,13 0,88 1 3,5 10,75 12,87 6,13 12,5 10,25 10,38 -0,38 0,38 -3,25 1 -0,75 3 13,25 1,75 1 8 13,5 14,75 9,25 15 12,5 3,75 -1,44 1,44 -2,31 0,19 0,94 1,19 15,5 1,5 2 5,75 12,25 6,5 2,5 14,25 13,75 5,25
score 11 score 12 score 13 score 14 score 15 score 16 2 5 3 8 8 12 4,5 8 7 2 8,5 5,5 2,5 7 11 8 3,5 13,5 5 5 16 3 10 12 3,88 4 7 10 6,13 5,13 4,63 4 14 6 9,38 7,38 0,88 8 12 9 11,13 6,13 4,38 8 15 6 5,63 10,63 3,25 10 12 11 6,75 1,75 6 7 15 13 9 3 3,25 12 14 7 12,75 7,75 3,88 10 5 12 8,13 11,13 15,63 12 6 13 9,38 11,38 16,38 14 4 15 11,63 12,63 2,63 6 15 4 7,38 1,38 3,25 14 6 15 10,75 13,75 3,88 8 10 9 4,13 8,13 7,13 8 7 6 0,88 11,88 10,13 9 15 2 13,88 2,88 3,75 11 7 8 13,25 12,25 3,75 5 10 15 8,25 5,25 4,63 4 10 6 5,38 6,38 10,13 13 12 15 3,88 11,88 15,75 5 3 13 5,25 11,25 3,13 9 14 8 1,88 7,88 5,38 8 13 4 4,63 7,63 7,25 12 15 16 5,75 3,75 15,38 6 4 10 8,63 7,63 11,75 6 10 8 4,25 3,25 12,25 9 8 10 4,75 5,75
87
Lampiran 8 Utilities dan Important Value Berdasarkan Hasil Analisis Konjoin
BENTUK
UKURAN MOTIF
WARNA
TEKSTUR PENAMPILAN HARGA
Utility Estimate ,731 -,061 -,669 1,165 -1,165 ,942 -,408 -,533 -,569 ,606 -1,660 1,623 ,515 -,515 -1,290 1,290
Std. Error 1,272 1,492 1,492 ,954 ,954 1,272 1,492 1,492 1,653 1,653 1,653 1,653 ,954 ,954 ,954 ,954
-1,460
1,653
Rp 100.000,- - Rp 200.000,-
,590
1,653
Rp 300.000,- - Rp 500.000,-
,331
1,653
Rp 700.000,- - Rp 1.000.000,-
,540
1,653
8,042
1,055
Lanset Bulat Telur/elips Bulat lonjong Besar Kecil Batik Tulang Ikan Semburat Warna - Warni Merah – Hijau Merah Muda - Hijau Hijau – Kuning Hijau – putih Tebal Tipis Tidak Kompak Daun Kompak Rp 15.000,- - Rp 20.000,-
(Constant)
Importance Values BENTUK 12,107 UKURAN 10,842 MOTIF 17,300 WARNA 21,402 TEKSTUR 8,241 PENAMPILAN 11,264 HARGA 18,844 Averaged Importance Score
88
Lampiran 9 Jenis Aglaonema Hibrida Lokal Jenis Warna Merah dan Motif Batik
Red Ruby
Tiara
Jenis Warna Hijau - Putih dan Motif Tulang Ikan
Esmeralda
Nina
Jenis Warna Hijau - Kuning dan Motif Semburat Warna-Warni
Petita
Sri gading
82