ANALISIS POLA KEMITRAAN DALAM PENGADAAN BERAS PANDANWANGI BERSERTIFIKAT (KASUS GAPOKTAN CITRA SAWARGI DAN CV QUASINDO)
RINI INDRAYANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tesis yang berjudul : ”Analisis Pola Kemitraan dalam Pengadaan Beras Pandanwangi Bersertifikat (Kasus GAPOKTAN Citra Sawargi dan CV Quasindo)” merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Mei 2008
Rini Indrayani F052054245
ABSTRACT RINI INDRAYANI. Partnership Model Analysis of Supplying Pandanwangi Certified Rice (Case Study of Federation of Farmer Group Citra Sawargi and CV Quasindo Enterprise). Advised by H. Musa Hubeis as leader and H. Aris Munandar as member). Ministry of Agriculture cooperated with Institute of Research and Community Empowerment (LPPM) Bogor Agricultural University (IPB) prepared instrument to label certified variety rice, especially “Pandanwangi”. The certification passed through a comprehensive quality control (QC) system that involved the whole of rice agribusiness agents that joined in the Federation of Farmer Group (Gapoktan) Citra Sawargi. Marketing of Pandanwangi rice product passed through business partner in the form of trade contract between Gapoktan Citra Sawargi and CV Quasindo. The aims of this research were to identify implementation of partnership between Gapoktan Citra Sawargi and CV Quasindo, to analyze impact of partnership specially to the income/profit, to evaluate expected partnership model, to arrange the alternative of the development strategy of the partnership which conducted by Gapoktan Citra Sawargi and CV Quasindo, and to arrange conceptual model for supplying local prime certified rice based on supplying model of Pandanwangi rice certificated. Data were analyzed in qualitative and quantitative methods. Quantitative analysis was done to analyze farm businesses and market efficiency through farm cost and benefit analysis and marketing marjin. Qualitative analysis was done to evaluate expected partnership model (Analytical Hierarchi Process/AHP) and the analysis of best development strategy applied (SWOT analysis). Partnership by General Trading Model had already increased farmer income, but it was not fully capable to inforcement farmer organization (Gapoktan), due to weaknesses of capital. Main advantages of this partnership discovered in this study were (1) strengthening of farmer business organization, (2) selling price become better, (3) assurance of price and market product, and (4) increasing production and rendement. Advantages of partnership for CV Quasindo were (1) opportunity developed new business unit, (2) guarantee continuity of supply (quality ang quantity), (3) get guarantee certification facility of purity variety from the Government, (4) get profit from selling result of product, and (5) get promotion facility from the Government. Based on the analysis of partnership model evaluation, it had been obtained that the nucleous estate partnership model is an expected partnership model, considering weaknesses of Gapoktan capital especially for supplying infrastructure for rice production and unhulled paddy buying caused by the weaknesses of the government support in reinforcement of Gapoktan. Based on the SWOT analysis, the best strategy applied was growth strategy. It covered expand marketing area, strenghten partnership, increase promotion, increase implementations of QC, and strengthen institution (farmer and certification institution). The strategies are expected to improve the performance of partnership, which may shape the purpose of partnership, which is to create a solid and independent farmer business enterprise.
RINGKASAN RINI INDRAYANI. Analisis Pola Kemitraan dalam Pengadaan Beras Pandanwangi Bersertifikat (Kasus Gapoktan Citra Sawargi dan CV Quasindo). Dibawah bimbingan MUSA HUBEIS sebagai Ketua dan ARIS MUNANDAR sebagai Anggota. Beras dalam kemasan berlabel yang diperdagangkan saat ini belum sepenuhnya menunjukkan mutu beras yang diinginkan konsumen. Demikian pula label yang tertera dalam kemasan pada umumnya tidak sesuai dengan identitas sesungguhnya dari beras yang dikemas. Hasil pengamatan dan uji laboratorium oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2006 menunjukkan bahwa rataan keaslian beras Pandanwangi ‘asli’ pada beras berlabel Pandanwangi yang dijual adalah 24,7 %, artinya 75,3 % merupakan beras pencampur (bukan Pandanwangi). Atas dasar kondisi tersebut guna memberikan jaminan kepuasan bagi konsumen beras, maka Departemen Pertanian (Deptan) bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB telah menyiapkan perangkat sistem sertifikasi beras berlabel berdasarkan kesesuaian varietas, khususnya ‘PandanwangiCianjur’. Sertifikasi tersebut dilakukan melalui suatu sistem manajemen mutu terpadu dan berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pelaku agribisnis perberasan yang tergabung dalam wadah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Citra Sawargi. Pemasaran produk beras Pandanwangi dilakukan melalui kemitraan dalam bentuk kontrak dagang antara Gapoktan Citra Sawargi dengan CV Quasindo. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan; (2) Menganalisis dampak kemitraan, khususnya terhadap pendapatan/keuntungan usaha masing–masing pihak yang bermitra; (3) Mengevalusi pola kemitraan yang diinginkan; (4) Menyusun strategi pengadaan beras Pandanwangi bersertifikat; (5) Menyusun model konseptual pengadaan beras unggul lokal tersertifikat berbasis model pengadaan beras Pandanwangi bersertifikat. Metode analisis kualitatif (deskriptif) digunakan untuk mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan, selanjutnya dilakukan analisis pendapatan usahatani dan marjin tataniaga untuk menganalisis keuntungan usaha masing–masing pihak yang bermitra. Hasil analisis tersebut dipertajam dengan metode analytical hierarchi process (AHP) untuk mengetahui model kemitraan yang ideal sesuai keinginan kedua pihak yang bermitra. Identifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja kemitraan dan penyusunan strategi pengembangan usaha dilakukan dengan analisis strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT). Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan kuantitatif tersebut dapat disusun model konseptual pengadaan beras unggul lokal tersertifikat berbasis model pengadaan beras Pandanwangi bersertifikat. Kemitraan dengan Pola Dagang Umum telah mampu meningkatkan pendapatan petani mitra, namun belum mampu sepenuhnya menguatkan kelembagaan petani (Gapoktan). Rataan pendapatan usahatani petani mitra lebih tinggi 22,54% dibandingkan petani non mitra. Hal ini utamanya disebabkan lebih tingginya produktivitas (15,87%) dan harga jual gabah (5,47%). Dari hasil analisis marjin tataniaga, kedua pihak yang bermitra menikmati marjin keuntungan yang relatif proporsional, yaitu masing-masing 7% (Gapoktan) dan 6% (CV Quasindo). Dari hasil analisis evaluasi pola kemitraan, didapatkan bahwa pola kemitraan inti plasma merupakan pola kemitraan yang diinginkan, mengingat lemahnya permodalan Gapoktan, khususnya dalam pengadaan sarana produksi (saprodi) dan pembelian gabah sebagai akibat rendahnya dukungan pemerintah dalam penguatan Gapoktan.
Berdasarkan analisis faktor internal, maka yang menjadi kekuatan utama kemitraan adalah keterikatan (berupa perjanjian formal), sedangkan faktor kelemahan yang mempengaruhi kinerja kemitraan adalah saling ketergantungan (tidak ada saling membagi keunggulan di bidang teknologi, manajemen dan permodalan, tetapi hanya akses pasar). Faktor eksternal yang berpengaruh kuat terhadap kinerja kemitraan adalah trend tuntutan konsumen, kebijakan proteksi impor (peluang), lemahnya dukungan promosi sertifikasi dan rendahnya law enforcement (ancaman). Dari hasil analisis SWOT, strategi yang paling efektif dilakukan oleh kedua pihak yang bermitra adalah strategi pertumbuhan berikut : (1) memperluas wilayah pemasaran, (2) memperkuat kemitraan, (3) meningkatkan promosi, (4) meningkatkan implementasi jaminan mutu dan (5) penguatan kelembagaan. Penyempurnaan atas model pengadaan beras Pandanwangi bersertifikat yang ada saat ini perlu dilakukan secara bertahap, dimana tingkat kemandirian dan lamanya kemitraan menunjukkan kemantapan sistim kemitraan yang diterapkan. Beberapa hal yang perlu disempurnakan dari model pengadaan beras Pandanwangi bersertifikat sebagai basis penyusunan model konseptual pengadaan beras unggul lokal bersertifikat adalah : perlunya penguatan organisasi petani dan peran tenaga pendamping atau mediator pada model transisi hingga Gapoktan menjadi kuat, serta mandiri disamping perlunya penguatan lembaga dan perangkat sertifikasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan peran manajer profesional diharapkan Gapoktan mampu menerapkan manajemen korporasi (Gapoktan sebagai farmer enterprise), sehingga mampu mengembangkan kerjasama dengan beberapa pelaku pasar dan bahkan langsung menembus super/hyper market.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS POLA KEMITRAAN DALAM PENGADAAN BERAS PANDANWANGI BERSERTIFIKAT (KASUS GAPOKTAN CITRA SAWARGI DAN CV QUASINDO)
RINI INDRAYANI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: Analisis Pola Kemitraan Dalam Pengadaan Beras Pandanwangi Bersertifikat (Kasus GAPOKTAN Citra Sawargi dan CV Quasindo) : Rini Indrayani : F052054245 : Industri Kecil Menengah
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr.Ir.H.Aris Munandar, MS Anggota
Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Ketua
Diketahui
Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah,
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 12 Mei 2008
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tesis yang berjudul “Analisis Pola Kemitraan dalam Pengadaan Beras Pandanwangi Bersertifikat (Kasus GAPOKTAN Citra Sawargi dan CV Quasindo)” salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB) dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir. 2. Dr.Ir. H. Aris Munandar, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan memberikan perhatiannya dalam penyusunan laporan akhir ini. 3. Bapak Machpudin (PPL), H. Burhan, H. Mansyur beserta seluruh jajaran pengurus Gapoktan Citra Sawargi dan Ibu S. Evy Julianti (Direktur Utama CV Quasindo) atas korbanan waktu dan informasi yang diberikan. 4. Suami dan anak tercinta serta orangtua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan do’a restu, dukungan dan semangat. 5. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Mei 2008 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 31 Mei 1970, sebagai anak kedua dari lima bersaudara, putri dari Bapak Ir. H. Saharuddin, MS (Alm) dan Ibu Enny Sukaeni. Pada tahun 1989, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri I Bogor, dan selanjutnya pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur penerimaan khusus PMDK. Pada tahun 1990, penulis memilih masuk pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Gelar Sarjana Pertanian berhasil diraih pada tahun 1993. Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana IPB pada Program Studi Industri Kecil Menengah. Sejak tahun 1994 hingga saat ini, penulis bekerja di Departemen Pertanian, dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Subdit Pemantauan dan Pengawasan Pasar. Penulis menikah dengan Ary Fajar Gunawan, SP dan saat ini telah dikaruniai empat orang anak : Shafa Nafisah Elfajria, Fathya Fiddini Elfajri, Hadziqan Syah Elfajri dan Aqilya Saharani Elfajri.
Bogor, Mei 2008
Penulis