Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KAITANNYA DENGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) ANALYSIS OF THE ECONOMIC GROWTH RELATED TO HUMAN DEVELOPMENT INDEX Santy Mayda Batubara 1
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Pontianak 1
[email protected] 1
ABSTRAK
Secara umum Indeks Pembangunan Manusia digunakan sebagai dasar untuk mengukur hasil pencapaian pembangunan manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar kualitas hidup dalam hal pemenuhan standar kehidupan layak, antara lain: kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli. Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan ekonomi yang ditinjau dari kepadatan penduduk terhadap pengeluaran perkapita dan standar kehidupan yang layak yang memiliki kaitan Indeks Pembangunan Manusia. Metode penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika. Objek penelitian ini adalah daerah propinsi Kalimantan Barat, dari periode tahun 2009 sampai dengan 2010. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan multivariat dengan menggunakan korelasi parsial, terdiri dari 5 variabel bebas, yaitu pengeluaran rata-rata perkapita; pendidikan; kesehatan; pemukiman, dan penduduk yang bekerja, variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi, dan variabel kontrolnya adalah pembangunan manusia. Hasil penelitian ilmiah ini adalah pengeluaran rata-rata perkapita penduduk memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, yang ditinjau berdasarkan kepadatan penduduk, sementara standar hidup layak penduduk tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Hal ini didukung dengan kenaikan nilai indeks yang cukup baik, selama periode tahun 2009 sampai 2013, memiliki kategori nilai Menengah Atas, antara 66,0 – 79,9. Hubungannya antar variabel tersebut sangat erat. Walaupun demikian jika ditinjau secara global masih diklasifikasi kategori rendah. Artinya variabel pengeluaran rata-rata per kapita saja yang mendukung sektor pertumbuhan ekonomi, standar kehidupan yang layak baik ditinjau dari kesehatan, pendidikan, pemukiman dan penduduk yang bekerja, belum mampu mendukung kemajuan sektor pertumbuhan ekonomi. Kata kunci: pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia
ABSTRACT
In general, the IPM can be used as a basis to measure the achievement of human development based on number of basic components the quality of life. In this case the concept of human development is to expand human choices to meet the standards of need, such as health, education and purchasing power. The purpose of scientific writing is to know the relationship between economic growth in terms of population density on spending of income per capita and standard of decent live, which has links to the area of Human Development Index. This method of study uses the secondary data which obtained from the Central Bureau of Statistics. The object of study is West Kalimantan communities in the perio of 2009 until ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
343
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
2013. The technique of analysis that administered is univariate and multivariate analysis by using partial correlation, consist of five independent variables, namely the average expenditure per capita; education; health; residential, and the working population, the related variable is economic growth, and the control variables is human development. The conclusion in this paper is the average of expenditure population per capita has a significant relationship to economic growth, which reviewed based on population density, while the standard of living worthy of the population does not have a significant relationship to economic growth. However, if it was reviewed from economic growth on Human Development Index has a positive and significant impact. It was supported by the increase in the index value is averagely good wihin the period 2009 through 2013, had upper secondary category, between 66,0 to 79,9. Relationship between these variables very closely. Even though it is viewed globally, it is still classified as low category. It means that the variable average expenditure per capita is supporting sector of economic growth, a decent standard of living both in terms of health, education, housing and the working population, have not been able to support the advancement of economic growth sector. Keywords: Economic Growth and Human Development Index PENDAHULUAN Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental mengandung makna sebagai peningkatan kemampuan dasar penduduk. Kemampuan dasar penduduk tersebut diperlukan untuk memperbesar kesempatan berpartisipasi dalam proses pembangunan. Tujuan pembangunan yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera. Kehidupan yang layak merupakan hak asasi manusia yang diakui secara universal, yang tercantum dalam konstitusi Indonesia UUD 1945. Pembangunan nasional pada dasarnya ialah meningkatkan kesejahteraan umum yang adil dan merata bagi seluruh rakyat. Menurut United Nations Development Programme (UNDP), dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat 3 dimensi dasar yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu Negara dalam pembangunan manusia, yaitu lama hidup (angka harapan hidup), pendidikan (angka melek huruf) dan standar hidup (pengeluaran perkapita). Secara umum IPM dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur hasil pencapaian pembangunan manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Dalam hal ini konsep pembangunan manusia adalah memperluas pilihan manusia untuk memenuhi kebutuhan standar, antara lain: kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli. Sabermahani, et al (2013), IPM adalah indikator komposit yang dapat menunjukkan dampak dari strategi ekonomi pada standar kehidupan manusia. Indeks ini dihitung melalui tiga faktor utama yaitu pendapatan, pendidikan dan kesehatan. Jeremic, et al (2011) menganalisis ekonomi, sosial, kesehatan dan komponen lingkungan sebagai variabel kesejahteraan untuk IPM pada negara-negara Uni Eropa, yang menggunakan indikator baru Jejak Ekologis (EF), tidak lagi menggunakan indikator Gross Domestik Produk per kapita, tingkat melek huruf, dan lainnya. Penelitian ini membahas mengenai provinsi Kalimantan Barat, dengan luas daerah sebesar 146.807 km2 atau lebih besar dari Pulau Jawa dan kepadatan penduduk sekitar 32 jiwa per kilometer persegi. Pada tahun 2013, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat berjumlah sekitar 4,641 juta jiwa, dengan jenis kelamin laki-laki sekitar 2,366 juta jiwa dan jenis kelamin perempuan sekitar 2,275 juta jiwa. Persebaran penduduk daerah tersebut tidak merata antar wilayah kabupaten atau kota, kecamatan, desa atau kelurahan, maupun antar wilayah kawasan pantai bukan pantai atau perkotaan dan pedesaan, misalnya daerah pesisir yang mencakup kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya dan kota Singkawang yang dihuni oleh hampir 50 persen dari total penduduk Kalimantan Barat dengan kepadatan mencapai 38 jiwa lebih. Sebaliknya 7 kabupaten lain (bukan pantai) selain kota ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
344
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Pontianak secara rata-rata tingkat kepadatan penduduknya relatif lebih jarang. Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas wilayah 29.842 km2 atau sekitar 20,33 persen dari luas wilayah Kalimantan Barat hanya dihuni rata-rata 8 jiwa perkilometer persegi, sedangkan kota Pontianak yang luasnya kurang dari satu persen (107,80 km2) dihuni oleh sekitar 587.169 jiwa, rata-rata sekitar 5.342 jiwa per kilometer persegi, (http: kalbar.bpps.go.id). Dasar konseptual pembangunan daerah umumnya tidak dijelaskan secara eksplisit, namun lebih bermakna praktis. Pembangunan daerah umumnya dikaitkan dengan kebijakan ekonomi yang berhubungan dengan kebijakan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dalam hal ini provinsi Kalimantan Barat termasuk urutan ke 28 dari 33 dalam pencapaian provinsi Indeks Pembangunan Manusia, termsuk dalam perkembangan kategori rendah. Namun mengalami kemajuan selama 3 periode tahun 2011 sampai dengan 2013. Pada Tahun 2011, IPM provinsi Kalimantan Barat mencapai 69,66 poin; tahun 2012 sebesar 70,31 poin dan tahun 2013 sebesar 70,93 poin. Jika ditinjau dari bidang kesehatan, angka harapan hidup penduduk untuk tahun 2011 yaitu 66,75 poin, untuk tahun 2012 yaitu 66,92 poin dan untuk tahun 2013 yaitu 67,40 poin. Untuk bidang pendidikan, yang ditinjau dari rata-rata lama sekolah penduduk untuk tahun 2011 yaitu 6,89 poin, untuk tahun 2012 yaitu 7,14 poin dan untuk tahun 2013 yaitu 70,93 poin, (bappeda.kalbarprov.go.id). Luasnya cakupan pembangunan manusia menjadikan peningkatan IPM sebagai manifestasi dalam meningkatnya keberhasilan perluasan diantara beberapa pilihan-pilihan, antara lain: kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli atau ekonomi. Pada bidang ekonomi, pengeluaran rata-rata perkapita rumah tangga masyarakat dominan dipengaruhi oleh permintaan suatu barang atau makanan dan besar kecilnya proporsi pengeluaran rumah tangga masyarakat merupakan salah satu cerminan kesejahteraan penduduk. Makanan telah dijadikan indikator oleh ahli ekonomi untuk melihat tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pengeluaran rata-rata perkapita masyarakat provinsi Kalimantan Barat selama sebulan untuk tahun 2013 adalah sebesar Rp672.211,00. Dalam hal ini terdapat 54,59 persen telah dihabiskan untuk pembelanjaan kelompok makanan, sehingga sekitar 45,41 persen saja teralokasi untuk pengeluaran golongan nonmakanan. Rata-rata pengeluaran per kapita untuk makanan sebesar Rp367.018,00; meningkat sekitar 4,38 persen dari tahun 2012. Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2012. Kondisi tersebut disebabkan karena besarnya kebutuhan pengeluaran untuk konsumsi makanan para penduduk ditiap daerah kabupaten dan kota. Begitu juga untuk standar hidup layak untuk daerah provinsi Kalimantan Barat, masih dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, angkatan kerja dan perumahan masyarakat. Jumlah keluarga di Provinsi Kalimantan Barat adalah sekitar 1,22 juta keluarga, dimana jumlah penduduk miskinnya berjumlah sekitar 407,3 ribu orang dengan nilai sebesar 8,74 persen. Komposisi penduduk yang bekerja masih didominasi oleh pekerja yang berpendidikan rendah, yaitu sekitar 75,25 persen dengan tamatan SLTP kebawah. Lapangan usaha yang paling dominan adalah sektor pertanian yaitu menyerap sekitar 59,51 persen dari total angkatan kerja yang bekerja. Angkatan kerja provinsi Kalimantan Barat yang belum terserap pada pasar kerja pada tahun 2013 adalah 86.343 jiwa. Hal ini mengindikasikan adanya pengangguran terbuka sebesar 4,03 persen. Sedangkan untuk yang bukan angkatan kerja adalah 927.965 jiwa, sekitar 29,43 persennya bersekolah atau berjumlah 273.065 jiwa, mengurus rumahtangga 505.124 jiwa (54,43 persen) dan lain-lain sebanyak 149.776 orang (16,14 persen), (http:kalbar.bpps.go.id). Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam laporannya “Global Human Development Report” memperkenalkan konsep “Pembangunan Manusia (Human Development)” sebagai paradigma baru model pembangunan. Dalam hal ini ada 4 skala yang dikembangkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), mengenai peringkat kinerja pembangunan manusia pada skala 0,0 – 100,0 yaitu : Tinggi : IPM lebih dari 80,0; Menengah Atas : IPM antara 66,0 – 79,9; Menengah Bawah : IPM antara 50,0 – 65,9 dan Rendah : IPM ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
345
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
kurang dari 50,0. Sementara menurut Badan Pusat Statistika (BPS), IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga indeks dasar yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks kehidupan yang layak. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan (library research). Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika daerah Kalimantan Barat, yaitu http:kalbar.bpps.go.id, pada periode tahun 2009 sampai dengan 2013. Tekhnik analisis data yang digunakan adalah analisis Univariat dan Multivariat. Analisis Univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik bebas maupun terikat. Sementara analisis Multivariat, yaitu untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan menentukan hubungan antara variabel bebas dan terikat. Model penelitian ini yaitu:
Gambar: 1. Model Penelitian Operasional variabel penelitian ini terdiri dari: X1: Pengeluaran Rata-rata Perkapita yaitu menunjukkan besarnya pengeluaran setiap anggota rumah tangga dalam kurun waktu satu bulan, (sebagai variabel bebas). X2, X3, X4 dan X5: Standar Hidup Layak, yaitu ukuran kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 bulan, terdiri dari Pendidikan (yang melek huruf), Kesehatan (penduduk yang datang berobat sendiri ke Rumah Sakit), Pemukiman (milik sendiri) dan, Penduduk yang bekerja (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), (sebagai variabel bebas). Y: Pertumbuhan Ekonomi yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur prestasi ekonomi suatu daerah, (sebagai variabel terikat). Z: IPM yaitu indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga indeks dasar yaitu indeks harapan hidup, indeks pendidikan, dan indeks kehidupan yang layak (sebagai variabel kontrol) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analsis univariat pada penelitian ini menyatakan bahwa Pengeluaran Rata-rata Perkapita, untuk penggunaan konsumsi rumah tangga yang terdiri dari makanan dan bukan makanan mengalami kondisi fluktuasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2009 untuk penggunaan konsumsi makanan yaitu sebesar 58,49 persen dan pada tahun 2013 yaitu sebesar 44,02 persen, artinya lebih besar penggunaan untuk konsumsi bukan makanan. Klasifikasi konsumsi rumah tangga untuk kategori makanan terdiri atas 14 jenis, yaitu padipadian; umbi-umbian; ikan; daging; telur dan susu; sayur-sayuran, kacang-kacangan; buah-buahan; minyak dan lemak; bahan minuman, bumbu-bumbuan; konsumsi lainnya; makanan dan minuman jadi dan tembakau. Untuk kategori bukan makanan terdiri dari perumahan dan fasilitas rumah tangga; barang dan jasa; pakaian, alas kaki dan tutup kepala; barang-barang tahan lama; pajak dan asuransi dan keperluan pesta. ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
346
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Gambar: 2. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Penduduk yang melek huruf mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai 2013. Pendidikan ini diklasifikan atas penduduk yang tidak/ belum tamat sekolah; tidak tamat SD; SD/sederajat; SMP/ sederajat, dan SMA/sederajat.
Gambar: 3. Pendidikan (Penduduk yang melek huruf) Penduduk yang menamatkan SMA/sederajat mengalami kenaikan untuk tahun 2011 dan 2012, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan. Sementara penduduk yang belum sekolah mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Tabel.1 Kategori Pendidikan Penduduk
Penduduk yang datang berobat ke Rumah Sakit untuk berobat dari tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami penurunan. Namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan. Hal ini menyatakan bahwa masyarakat sudah semakin jarang untuk berobat ke Rumah Sakit.
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
347
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Gambar: 4. Kesehatan (Penduduk yang Datang untuk Berobat) Penduduk yang memiliki rumah sendiri mengalami kenaikan pada tahun 2010, namun pada tahun 2011 mengalami penurunan dan meningkat kembali pada tahun 2012 dan 2013. Perumahan penduduk diklasifikasikan atas milik sendiri; kontrak; sewa; dinas; bebas sewa; orangtua/ family dan lainnya.
Gambar: 5. Perumahan (Penduduk yang memiliki Rumah Sendiri) Penduduk yang memiliki perumahan sewa, dan bebas sewa mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Hal ini menyatakan bahwa masyarakat sudah mulai banyak yang memiliki perumahan sendiri. Kondisi ini didukung dengan adanya kebijakan dari pemerintah, dengan adanya perkreditan perumahan, rumah bersubsidi dan perumahan dari properti dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Tabel: 2 Klasifikasi Perumahan Penduduk
Persentase penduduk yang sudah bekerja berfluktuasi selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013. Tahun 2011 mengalami kenaikan, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
348
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Gambar: 6. Penduduk yang Sudah Bekerja (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) Pertumbuhan ekonomi salah satunya dikaitkan dengan kepadatan penduduk, yang mengalami peningkatan tiap kabupaten/kota per kilometernya. Hal ini dinilai cukup baik jika dilihat dari persentase kenaikannya dari periode tahun 2009 sampai tahun 2013.
Gambar: 7. Pertumbuhan Ekonomi (Berdasarkan Kepadatan Penduduk ) Pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada kepadatan penduduk untuk tiap daerah juga mengalami kenaikan juga pada tiap tahunnya. Tabel: 3. Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan kepadatan penduduk
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
349
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Demikian halnya dengan Indeks Pengembangan Manusia (IPM) mengalami peningkatan yang cukup baik selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013.
Gambar: 8. Indeks Pengembangan Manusia (IPM) Untuk tiap daerah kabupaten/ kota di provinsi Kalimantan Barat selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013 juga mengalami kenaikan, dan memiliki arti bahwa IPM Kalimantan Barat termasuk dalam klasifikasi Menengah ke Atas. Tabel 4. Indeks Pengembangan Manusia (IPM)
Untuk tiap daerah kabupaten/ kota di provinsi Kalimantan Barat selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami kenaikan. Hal ini memiliki arti bahwa IPM Kalimantan Barat termasuk dalam klasifikasi Menengah ke Atas. Sementara hasil analisis Multivariat pada penelitian ini adalah variabel Pengeluaran Rata-rata Perkapita (Konsumsi Rumah Tangga) dan Standar Kehidupan Layak (Pendidikan, Kesehatan, Pemukiman, Penduduk yang Bekerja) akan dikorelasikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi (kepadatan jumlah penduduk), dan variabel Indeks Pertumbuhan Ekonomi (IPM) dianggap sebagai variabel kontrol. Nilai p < p alpha (0,05) maka Ha akan diterima dan kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan. ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
350
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Tabel .5 Hasil Analisis Data Berdasarkan Korelasi Parsial
Hasil analisis data berdasarkan statistika secara korelasi parsial menyatakan bahwa variabel: Pengeluaran rata-rata perkapita (konsumsi Rumah Tangga: makanan) memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi. Data yang diperoleh sebesar 0,009 < 0,050, ditinjau berdasarkan kepadatan penduduk. Standar hidup layak yang ditinjau berdasarkan kepadatan penduduk, pada bidang pendidikan, menyatakan bahwa penduduk yang melek huruf memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi, dengan nilai 0,770 > 0,050. Standar hidup layak dalam bidang kesehatan menayatakan bahwa penduduk yang datang berobat sendiri memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi, dengan nilai 0,097 > 0,050. Standar hidup layak dalam bidang perumahan, menyatakan bahwa penduduk yang memiliki rumah sendiri memliki hubungan yang tidak signifikan juga terhadap terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi, dengan nilai 0,238 > 0,050. Standar hidup layak dalam bidang penduduk yang bekerja menyatakan bahwa penduduk yang temasuk dalam klasifikasi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) memliki hubungan yang tidak signifikan terhadap terhadap variabel Pertumbuhan Ekonomi, dengan nilai 0,160 > 0,050. Tabel .6 Hasil Analisis Data Berdasarkan Uji Koefisien Korelasi Parsial
Hasil analisis data berdasarkan statistika secara uji koefisien korelasi menyatakan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi memiliki nilai thitung 17,177 > 2,35336 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Indeks Pengembangan ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
351
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Manusia. Hubungan antara pengeluaran rata-rata perkapita terhadap pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia adalah sangat erat, dengan nilai 0,824 dan 0,995, (berdasarkan koefisien determinan) KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penulisan ilmiah ini adalah Pengeluaran rata-rata perkapita penduduk memiliki hubungan yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, yang ditinjau berdasarkan kepadatan penduduk untuk daerah provinsi Kalimantan Barat, sementara Standar kehidupan layak penduduk tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jika ditinjau dari sisi Pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk daerah provinsi Kalimantan Barat memiliki pengaruh positif dan signifikan Hal ini didukung dengan adanya kenaikan nilai indeks yang cukup baik, selama periode tahun 2009 sampai 2013, memiliki kategori nilai Menengah Atas, antara 66,0 – 79,9. Walaupun demikian jika ditinjau secara global termasuk urutan ke 28 dari 33 di Indonesia, masih diklasifikasi kategori rendah. Artinya variabel pengeluaran rata-rata per kapita saja yang mendukung sektor pertumbuhan ekonomi, standar kehidupan yang layak baik ditinjau dari kesehatan, pendidikan, pemukiman dan penduduk yang bekerja, belum mampu mendukung kemajuan sektor pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan penyebaran wilayah yang tidak merata baik dari kabupaten maupun perkotaan, sehingga kebijakan ataupun perhatian pemerintah terfokus untuk daerah perkotaan saja. Sementara hubungan antara pengeluaran rata-rata perkapita terhadap pertumbuhan ekonomi dan Indeks Pembangunan Manusia adalah sangat erat Sebaiknya pemerintah provinsi Kalimantan Barat harus memperhatikan Indeks Permbangunan Manusia untuk berbagai dimensi pada tiap daerah kabupaten maupun kota dan tidak hanya melihat dari sisi umum saja. Standar hidup layak masih belum dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, artinya pertumbuhan kepadatan penduduk ditiap daerah provinsi Kalimantan Barat tidak merata penyebarannya, seperti Melawai, Kayong Utara, dan Kapuas Hulu, perlu adanya perhatian dan efektifitas kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, melalui program penanggulangan kemiskinan (Raskin, Jamkesmas, dana BOS untuk pendidikan, perbaikan rumah layak huni PNPM mandiri yang belum dapat mendukung kesejahteraan penduduk) karena masih belum merata diterima penduduk untuk tiap-tiap daerah yang memerlukannya. DAFTAR PUSTAKA
Badrudin, R., & Mufidhatul, K. 2011. Pengaruh Pendapatan Dan Belanja Daerah terhadap Pembangunan Manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin
Ekonomi, Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Pembangunan, 9(1), 23-30. Chowdhury S, Squire L. 2006. Setting Weights for Aggregate Indices: An application to the Commitment to Development Index and Human Development Index. J Dev Stud, 42(5): 761-71.
Dalimunthe, Doli Muhammad Ja'far; Fadli; Muda, Iskandar. 2016. A Study on The Impact of Government Complexity and Regional Government’s Size on Human Development Index In North Sumatera Utara, Indonesia. International Journal of Information, Business and Management. 8(1): 172-204. Despotis, D K. 2005. A reassessment of The Human Development Index Via Data Envelopment Analysis. The Journal of the Operational Research Society. 56(8): 969-980.
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
352
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2016 Politeknik Negeri Banjarmasin
Dian Octaviani. 2001. Inflasi, Pengangguran, dan Kemiskinandi Indonesia: Analisis Indeks Forrester Greer dan Horbecke. Media Ekonomi. 7 (2): 100-118. Elfidri, Rasmita. 2006. Kualitas Manusia Indonesia. Visi Media. Jakarta. Haque, Md Imdadul. 2010. Introducing Environmental factors in Human Development Index. International Journal of Applied Environmental Sciences, 5(3).
Jeremic, Veljko; Isljamovic, Sonja; Petrovic, Natasa; Radojecic, Zoran; Markovic, Aleksandar; et al. 2011. Human Development Index and Sustainability: Whats’s The Correlation? Metalurgia International 16(7): 63-67 http:kalbar.bpps.go.id. Mankiw, G. 2007. Macro Economic. Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Permenaker No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (Pengganti Permenaker No. 17 Tahun 2005)
Purna, Ibnu dan Adhyawarman. 2009. Indeks Pembangunan Manusia dan Mobilitas Penduduk. Sekertaris Negara Republik Indonesia. Jakarta. Ray, Mona. 2014. Redefining the Human Development Index to Account for Sustainability. Atlantic Economic Journal, 42(3): 09. Samuelson, P.A and W.D. 2005. Economic. Edition: 18. Singapore: McgRAW – Hill Book Co. Sukirno Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah Dasar Kebijaksanaan). Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta.
dan
Todaro, M.P dan Smith, S.C. 2006. Pembangunan Ekonomi (alih bahasa Haris Munandar, Puji A.L) Erlangga. Jakarta.
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin
353