ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP JAKARTA TIMUR
RINA GUSTIYANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
i
ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP JAKARTA TIMUR TOURISM DEMAND ANALYSIS AND DEVELOPMENT STRATEGY OF AGROWISATA CILANGKAP, EAST JAKARTA Rina Gustiyanaa)*, Meti Ekayania), Nuvaa) a) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT Agro tourism, as one of types of tourism, is now being potentially developed in Indonesia. This type of tourism is a nature-based area which is more attractive particularly for the urban society. Agrowisata Cilangkap is one of tourisms which is based on nature and sited in East Jakarta. It offers a beauty of nature and fresh air for the visitors in which it would affect a higher tourism demand. Moreover, Agrowisata Cilangkap would have more positive impacts for its environment and society. Nevertheless, it has not been optimally developed yet, especially for water tourism and agrotourism segmentation. In fact, there is a lack of attention in developing both of tourism activities in that area, and also there is no entry fee for the visitors who visit the area. With the open access condition, it tend to damage the resource and environment in the area. Therefore, a study on analyzing tourism demand and development strategy of Agrowisata Cilangkap is needed to conduct. The analysis is done by using econometric model of analysis to analyze the tourism demand, and the SWOT analysis to analyze the development strategy of Agrowisata Cilangkap. Keywords : Agrowisata Cilangkap, tourism demand, SWOT analysis
RINGKASAN RINA GUSTIYANA. Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Bidang pariwisata dikembangkan oleh berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. Pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun umumnya mengalami peningkatan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara. Meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara didukung dengan adanya keanekaragaman kebudayaan serta sumberdaya alam yang ada di Indonesia, sehingga Indonesia sangat potensial dalam berbagai aktivitas wisata. Salah satu jenis wisata yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah wisata agro atau agrowisata. Agrowisata Cilangkap merupakan salah satu daerah tujuan wisata agro yang berlokasi di Jakarta Timur. Agrowisata ini memiliki permintaan wisata yang tinggi namun masih belum dikembangkan secara optimal. Hal ini ditandai dengan masih minimnya atraksi wisata yang ditawarkan serta masih belum ada tarif masuk. Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap, (2) menganalisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap saat ini dan persepsi pengunjung terhadap potensi wisata yang dimiliki, (3) mengestimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap, (4) menganalisis alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata Cilangkap yang terletak di Jalan Raya Cilangkap No.45, Cipayung, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Agrowisata Cilangkap merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki potensi wisata namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian, perlu dilakukan perencanaan upaya pengembangan lebih lanjut yang tepat agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan deskriptif, analisis regresi linear berganda, analisis willingness to pay (WTP), serta analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap adalah pendapatan, tingkat pendidikan, biaya perjalanan, status pernikahan, dan motivasi kedatangan. Menurut persepsi pengunjung, Agrowisata Cilangkap umumnya dinilai baik. Empat dari enam kategori dinilai baik, yaitu keamanan, kondisi rumah makan, keindahan alam, serta aksesibilitas. Persepsi pengunjung mengenai potensi pengembangan menunjukkan bahwa seluruh reponden menyetujui rencana pengembangan wisata air dan wisata edukasi pertanian. Berdasarkan nilai rataan WTP pengunjung, tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap dengan kondisi saat ini adalah sebesar Rp 4 000. Strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh pihak Agrowisata Cilangkap adalah dengan mendukung strategi agresif. Secara umum, rekomendasi strategis yang dapat dilakukan ialah menjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait dalam proses pengembangan
iii
agrowisata, serta mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Kata kunci : Agrowisata Cilangkap, permintaan wisata, WTP, analisis SWOT.
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2013
Rina Gustiyana H44070116
ii
ANALISIS PERMINTAAN WISATA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA CILANGKAP JAKARTA TIMUR
RINA GUSTIYANA H44070116
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
v
Judul Skripsi
:
Nama NIM
: :
Analisis Permintaan Wisata dan Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur Rina Gustiyana H44070116
Disetujui,
Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc. Pembimbing I
Nuva, SP, M.Sc. Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. Ketua Departemen
Tanggal Lulus
:
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada: 1. Kedua orang tua, Bapak (alm. Mulyana) dan Ibu (G. A. Ketut Siti Resmiati) tersayang, yang senantiasa memberikan do’a, dukungan, motivasi, dan kasih sayang tiada henti. Serta kedua kakak (Kusuma dan Indra) yang selalu memberikan dukungan, dan selalu siap sedia dikala penulis membutuhkan bantuan. 2. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc (Pembimbing I) dan Nuva, SP, M.Sc (Pembimbing II) selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan waktu, bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 3. Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Hastuti, SP, MP, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Bapak H. Masri, Bapak Amit, Bapak Rodiard Sinaga, dan karyawan/i Agrowisata Cilangkap dan UPT Pusbangnih atas bantuan dan kerjasamanya kepada penulis selama penelitian, serta pohon sirsak yang dihadiahkan kepada penulis. 5. Teman-teman kosan PPR, Eno, Irun, Gita, Tika, Rani, Pipeh, dan yang tidak dapat disebutkan atas dukungan serta kebersamaan yang begitu indah.
vii
6. Hani, Dinda, Yeyen, serta seluruh teman-teman ESL 44 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, dan motivasinya. 7. Rizki Prasojo, yang senantiasa mendampingi serta memberikan kekuatan, dukungan, dan semangat kepada penulis. 8. Seluruh staf pengajar, staf tata usaha, dan karyawan/i Departemen ESL FEM IPB yang telah banyak membantu penulis pada masa perkuliahan serta proses penyelesaian skripsi.
Bogor, April 2013
Penulis
viii
KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap Jakarta Timur, serta strategi pengembangan yang sesuai untuk agrowisata ini. Permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap dilihat berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata, persepsi dan harapan pengunjung, serta kesediaan membayar pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Penelitian mengenai strategi pengembangan yang sesuai dikaji melalui faktor internal serta faktor eksternal yang mempengaruhi berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh Agrowisata Cilangkap. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya pihak yang terkait dengan penelitian ini.
Bogor, April 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiv
I.
PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Latar Belakang ............................................................................. Perumusan Masalah ..................................................................... Tujuan Penelitian ......................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... Manfaat Penelitian .......................................................................
1 4 7 8 8
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
10
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
Pariwisata .................................................................................... Agrowisata ................................................................................... Permintaan Wisata ....................................................................... Konsep Willingness to Pay (WTP) .............................................. Analisis SWOT ............................................................................ Penelitian Terdahulu ....................................................................
10 12 15 16 17 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................
22
IV. METODE PENELITIAN .................................................................
25
II.
4.1 4.2 4.3 4.4
V.
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... Jenis dan Sumber Data ................................................................ Metode Pengambilan Data .......................................................... Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 4.4.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap ...................................... 4.4.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowista Cilangkap ........................................................................... 4.4.3 Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata Cilangkap ....................................................... 4.4.4 Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap ...
25 25 26 26 27 29 29 31
GAMBARAN UMUM ......................................................................
36
5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian .............................................. 5.2 Karakteristik Demografi Pengunjung .......................................... 5.3 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi Kedatangan .................................................................................. 5.4 Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap .....
36 39
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
45
6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap ..............................................................
45
42 43
x
6.1.1 Variabel-variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap ................... 6.2 Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap .. 6.2.1 Persepsi Pengunjung terhadap Potensi Pengembangan Wisata Air dan Wisata Pertanian ...................................... 6.2.2 Harapan Pengunjung terhadap Kondisi dan Penambahan Fasilitas ............................................................................. 6.3 Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata Cilangkap ................................................................. 6.4 Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap ............ 6.4.1 Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal .................. 6.4.2 Analisis SWOT ................................................................. 6.4.3 Analisis Grand Strategy ....................................................
55 59 61 64 67
VII. SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
72
7.1 Simpulan ...................................................................................... 7.2 Saran ............................................................................................
72 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
75
LAMPIRAN ................................................................................................
78
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
86
46 49 53 54
xi
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Perkembangan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun 2006-2010 .
2
2
Matriks SWOT .................................................................................
17
3
Penelitian tentang Persepsi terhadap Kawasan Wisata ....................
18
4
Penelitian tentang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Permintaan Wisata ...........................................................................
19
5
Penelitian tentang Willingness to Pay terhadap Kawasan Wisata ...
19
6
Penelitian tentang Strategi Pengembangan Kawasan Wisata ..........
20
7
Matriks Metode Analisis Data .........................................................
27
8
Analisis Faktor Internal ....................................................................
32
9
Analisis Faktor Eksternal .................................................................
33
10 Matriks SWOT .................................................................................
33
11 Karakteristik Pengunjung Agrowisata Cilangkap ............................
40
12 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi Kedatangan ......................................................................................
42
13 Karekteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap ..........
44
14 Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Agrowisata Cilangkap ..
46
15 Persentase Penilaian Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap .
50
16 Persepsi Pengunjung tehadap Pengembangan Wisata Air dan Wisata Pertanian ..............................................................................
54
17 Harapan Pengunjung terhadap Perbaikan Fasilitas ..........................
55
18 Distribusi Nilai Rataan WTP Responden Agrowisata Cilangkap ....
57
19 Simulasi Jumlah Kunjungan Wisata di Agrowisata Cilangkap .......
58
20 Perkiraan Pendapatan Agrowisata Cilangkap per Tahun dari Tarif Masuk ...............................................................................................
59
21 Analisis Faktor Internal Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap .........................................................................................
62
22 Analisis Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap .........................................................................................
63
23 Formulasi Strategi Pengembangan Wisata di Agrowisata Cilangkap .........................................................................................
65
xii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................
24
2
Matriks Grand Strategy ...................................................................
34
3
Kondisi Toilet dan Rumah Makan ...................................................
52
4
Posisi Strategi pada Matriks Grand Strategy ...................................
68
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1 2
Halaman Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Fungsi Permintaan Agrowisata Cilangkap dengan software Minitab 14 ........................
79
Dokumentasi Lokasi Penelitian .......................................................
82
xiv
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang kaya akan
sumberdaya alam. Kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memicu pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor, seperti sektor industri, perdagangan, pertanian, dan juga pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada total penerimaan devisa di Indonesia dari sektor pariwisata pada tahun 2010 sebesar 7603,45 dollar Amerika atau menempati urutan ke-4 devisa komoditas ekspor (Sagara, 2012). Yoeti (2008) menyatakan bahwa sektor pariwisata
berfungsi
sebagai
katalisator
pembangunan
sekaligus
dapat
mempercepat proses pembangunan itu sendiri. Sektor pariwisata di suatu daerah antara lain akan sangat berperan dalam memperluas kesempatan kerja dan usaha, mempercepat pemerataan pendapatan, meningkatkan penerimaan pajak negara retribusi daerah, serta meningkatkan devisa dan pendapatan nasional. World Bank (2012) menyebutkan bahwa pengeluaran di bidang pariwisata di dunia pada tahun 2011 mencapai 947 milyar dollar Amerika. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki kontribusi penting dalam ekonomi dunia. Pariwisata dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan ekonomi
dan salah satu
industri
terbesar dan tercepat
pertumbuhannya, serta penyedia lapangan pekerjaan terbesar (sekitar 10%) dari seluruh pekerjaan di tingkat global (McLaren, 1998). Pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun umumnya mengalami peningkatan. Salah satu kriteria yang menunjukkan peningkatan
1
pertumbuhan pariwisata di Indonesia ialah meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Peningkatan angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Nusantara (Wisnus) Tahun 2006 - 2010 Tahun
Jumlah Wisnus (ribuan orang)
2006 2007 2008 2009 2010
114,270 115,335 117,213 119,944 122,312
Jumlah Rata-rata Perjalanan Perjalanan (ribuan) (kali) 204,553 222,389 225,041 229,731 234,377
1.79 1.93 1.92 1.92 1.92
Pengeluaran Per Perjalanan (ribu Rp) 431.24 489.95 547.33 600.30 641.76
Total Pengeluaran (triliun Rp) 88.21 108.96 123.17 137.91 150.49
Sumber : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)
Meningkatnya angka perjalanan dan pengeluaran oleh wisatawan nusantara
didukung
dengan
adanya
keanekaragaman
kebudayaan
serta
sumberdaya alam yang ada di Indonesia, sehingga Indonesia sangat potensial untuk megembangkan berbagai aktivitas wisata. Jenis wisata yang berkembang di Indonesia diantaranya adalah wisata agro, wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata kuliner, wisata religi, wisata belanja, dan wisata sejarah. Wisata agro atau agrowisata merupakan salah satu jenis pariwisata yang potensial dikembangkan di Indonesia. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Kekayaan tersebut apabila dikelola dengan tepat dapat dijadikan andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter di atas permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan
2
keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai daya tarik kuat sebagai wisata agro (Departemen Pertanian, 2004). Semua aspek tersebut memiliki peluang besar untuk menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia. Menurut keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos
dan
Telekomunikasi
No.
204/KPTS/HK050/4/1989
dan
No.
KM.47/PW.004/MPPT-89 tanggal 6 April 1989 bahwa agrowisata adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang agro yang dilakukan secara terus-menerus (Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2009). Dengan kata lain, agrowisata merupakan bentuk pariwisata yang memanfaatkan usaha agro atau agribisnis sebagai objek wisata dimana wisata yang dilakukan selain untuk rekreasi tetapi juga dapat menambah pengetahuan bagi wisatawan yang mengunjunginya. Saat ini di Jakarta terdapat kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan agrowisata, yaitu Agrowisata Cilangkap. Agrowisata Cilangkap ini dikelola oleh UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan (Pusbangnih) dibawah Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP) Provinsi DKI Jakarta. Keberadaan Agrowisata Cilangkap ini dirasa penting karena tidak semata-mata hanya sebagai tempat wisata tetapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Salah satu dampak positif dikembangkannya Agrowisata Cilangkap adalah secara tidak langsung dapat mempertahankan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau hutan kota di Jakarta. Hutan kota dapat berfungsi sebagai perlindungan dari pancaran sinar matahari langsung, hujan deras, angin,
3
pemandangan yang buruk, dan memberikan keindahan sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi, serta sebagai laboratorium alam untuk pendidikan dan penelitian (Irwan, 2008). Hutan kota diharapkan dapat mengatasi masalah lingkungan di perkotaan dengan menyerap hasil negatif yang disebabkan oleh aktivitas kota. Saat ini, lahan hijau di wilayah DKI Jakarta semakin berkurang akibat pembangunan, dimana hal ini juga berdampak pada peningkatan pencemaran udara, padahal Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 mensyaratkan bahwa sebuah kota harus memiliki RTH minimal sebesar 30% dari total luas kota secara keseluruhan (Joga, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan Agrowisata Cilangkap secara optimal dapat memenuhi dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi lingkungan untuk menjaga siklus hidrologi dan menjaga kualitas udara serta fungsi ekonomi sebagai daerah tujuan wisata yang dapat memberikan dampak ekonomi terhadap pengelola, pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, penting bagi setiap pihak yang terkait untuk mengembangkan Agrowisata Cilangkap secara optimal dan tetap mempertahankan keberadaannya. 1.2.
Perumusan Masalah Usaha wisata agro merupakan bagian dari usaha pertanian dan sangat
mengandalkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Oleh karena itu, upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan sangat menentukan keberlanjutan usaha wisata agro. Usaha wisata agro dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Kegiatan wisata agro yang berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari,
4
sebaliknya dari kegiatan wisata yang dijalankan akan memberikan pendapatan yang dapat digunakan kembali untuk memelihara sumberdaya alam dan lingkungan agar tetap lestari (Departemen Pertanian, 2004). Kebun Bibit Cilangkap adalah salah satu daerah tujuan wisata agro yang terdapat di wilayah Jakarta yang dikenal sebagai Agrowisata Cilangkap. Kawasan agrowisata ini terletak di Cipayung, Jakarta Timur, dengan luas ±19,5 hektar. Berbagai jenis tanaman budidaya seperti tanaman hias, jamur, anggrek, sayursayuran, dan buah-buahan dikembangkan dan dibudidayakan di Agrowisata Cilangkap. Selain pembudidayaan tanaman, Agrowisata Cilangkap juga menyediakan sarana lain seperti rumah makan, area memancing, taman bermain anak-anak, waduk, dan joging track, yang mendukung berbagai aktifitas wisata. Pembangunan agrowisata ini ditujukan sebagai pusat pengembangan tanaman hidroponik dan tanaman holtikultura. Kepala Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta menyatakan bahwa pengembangan teknologi hidroponik di Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu bentuk impementasi internal terhadap aplikasi Peraturan Daerah No. 8 tahun 2004 tentang pengendalian mutu dan komoditas hasil pertanian di DKI Jakarta, sehingga diharapkan pangan yang masuk ke Jakarta adalah pangan yang sehat dan aman (Kementerian Komunikasi dan Informasi, 2009). Di samping sebagai pusat pengembangan tanaman hidroponik, agrowisata ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif daerah tujuan wisata bagi pengunjung yang datang. Keberadaan Agrowisata Cilangkap memiliki fungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat memberikan jasa terhadap lingkungan. Berdasarkan wawancara kepada penanggung jawab Agrowisata Cilangkap,
5
agrowisata ini diminati oleh cukup banyak pengunjung. Agrowisata Cilangkap belum mendata jumlah pengunjung secara resmi, namun menurut pengelola, pada umumnya pengunjung ramai saat akhir pekan dan diperkirakan mencapai 300 orang. Pengunjung yang datang biasanya menghabiskan waktu terutama untuk melakukan kegiatan olahraga, dan juga terdapat pengunjung yang datang untuk berekreasi serta menikmati suasana yang tenang dan asri.. Akan tetapi, kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini masih open access dan hingga saat ini Agrowisata Cilangkap masih belum memiliki tarif masuk bagi pengunjung yang datang. Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir sebesar Rp 2 000 untuk yang membawa kendaraan bermotor. Kondisi open access tersebut dikhawatirkan akan berpotensi menurunkan kualitas lingkungan yang ada pada kawasan Agrowisata Cilangkap. Agrowisata Cilangkap berlokasi di Jakarta Timur dengan akses kendaraan umum yang mudah dijangkau. Agrowisata ini memiliki potensi wisata yang masih belum
dikembangkan
secara optimal.
Keberadaan waduk serta
sarana
pengembangan tanaman hortikultura dan hidroponik dapat dijadikan sebagai atraksi wisata yang bisa ditawarkan kepada pengunjung. Waduk yang ada dapat dibuat sebagai wahana wisata air dengan dibuatnya olahraga air atau dayung perahu, sedangkan sarana pengembangan tanaman hortukultura dan hidroponik dapat dibuat sebagai sarana pendidikan pertanian. Pendidikan pertanian yang diberikan diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam upaya pelestarian lingkungan. Kegiatan wisata yang berlangsung juga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar, dimana masyarakat dapat diberdayakan menjadi tenaga kerja atau dapat juga membuka peluang usaha yang nantinya akan menambah pendapatan masyarakat.
6
Sebagai tempat tujuan wisata yang masih belum dikembangkan secara optimal, maka strategi yang tepat sangat diperlukan dalam proses pengembangan Agrowisata Cilangkap. Hal ini bertujuan agar lingkungan yang ada pada agrowisata tersebut tetap lestari dan kegiatan wisata dapat berjalan secara berkelanjutan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dianalisa dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap berdasarkan faktorfaktor yang mempengaruhinya? 2. Bagaimana
kondisi
Agrowisata
Cilangkap
saat
ini
dan
potensi
pengembangannya? 3. Berapa besar tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap? 4. Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola Agrowisata Cilangkap? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang
dilakukan adalah untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap. 2. Menganalisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap saat ini dan persepsi pengunjung terhadap potensi yang dimiliki Agrowisata Cilangkap apabila potensi wisata yang ada dikembangkan. 3. Mengestimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap.
7
4. Menganalisis alternatif strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Cilangkap. 1.4.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang dilakukan terbatas pada:
1. Responden yang dipilih adalah wisatawan yang sedang berkunjung pada saat penelitian berlangsung dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. 2. Persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap merupakan persepsi pada saat dilakukannya penelitian yaitu selama bulan Agustus hingga Oktober 2011. 3. Tarif yang akan didapatkan terbatas pada nilai rataan kesediaan membayar (willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. 4. Strategi pengembangan yang diambil didapatkan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada Agrowisata Cilangkap yang diidentifikasikan melalui informasi dari stakeholder terkait. 1.5.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat
khususnya bagi pihak-pihak yang terkait seperti pengelola Agrowisata Cilangkap, masyarakat di sekitar kawasan Agrowisata Cilangkap, akademisi, dan peneliti. Bagi pengelola dan pengambil kebijakan di Agrowisata Cilagkap, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan alternatif dalam mengelola dan mengembangan kawasan Agrowisata Cilangkap. Bagi masyarakat di sekitar kawasan Agrowisata Cilangkap, diharapkan dapat memberikan peluang usaha maupun lapangan pekerjaan apabila kawasan wisata ini dikembangan lebih lanjut. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
8
mengenai sebagian konsep ekonomi wisata dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi bagi penelitian terkait selanjutnya seperti penelitian mengenai studi kelayakan proyek serta potensi segmentasi wisata dan segmentasi tarif di Agrowisata Cilangkap. Bagi peneliti, penelitian ini dijadikan sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu yang telah dipelajari semasa di bangku perkuliahan, dan sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu kegiatan dinamis yang melibatkan
banyak manusia dan menghidupkan berbagai bidang usaha (Ismayanti, 2010), dimana Suwantoro (2004) menyatakan bahwa berpariwisata adalah suatu proses perginya seseorang menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya, dapat bersifat sementara maupun dalam jangka waktu yang lama. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Kegiatan pembangunan di bidang pariwisata pasti memiliki tujuan dan manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, disebutkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata adalah: 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi; 2) meningkatkan kesejahteraan rakyat; 3) menghapuskan kemiskinan; 4) mengatasi pengangguran; 5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumberdaya; 6) memajukan kebudayaan; 7) mengangkat citra bangsa; 8) memupuk rasa cinta tanah air; 9) memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; 10) mempererat persahabatan antar bangsa. Menurut Windiarti (1993), manfaat ataupun keuntungan yang diperoleh dari pengembangan kepariwisataan yaitu: 1) makin luasnya kesempatan usaha; 2) makin luasnya lapangan kerja; 3) meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah; 4) mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah; 5) mendorong terpeliharanya lingkungan hidup; 6) terpeliharanya keamanan dan ketertiban; 7) mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan
10
sektor lain; 8) memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta menumbuhkan rasa cinta tanah air. Ismayanti (2010) mengatakan bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak pendekatan. Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisatan dijelaskan bahwa: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. 4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, serta pengusaha. 5. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata. 6. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.
11
7. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. 2.2.
Agrowisata Agrowisata atau agroturisme adalah suatu bentuk pariwisata yang
memanfaatkan usaha agro atau agribisnis sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan wisata di bidang pertanian (Departemen Pertanian, 2004). Menurut Arifin (2001) agrowisata adalah salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai buah tangan. Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan, atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Pada prinsipnya, agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang paling penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam (Departemen Pertanian, 2004). Pengembangan agrowisata dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk ruangan tertutup (seperti museum) dan bentuk ruangan terbuka (taman atau lanskap), atau kombinasi antara keduanya (Departemen Pertanian, 2004).
12
Agrowisata dalam bentuk ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utamanya berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar. Teknologi budidaya dan pasca panen, komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat,
dan
pemandangan
alam
berlatar
belakang pertanian
dengan
kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dibagi menjadi dua (Departemen Pertanian, 2004), yaitu: 1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami Agrowisata ruangan terbuka alami dilakukan pada areal dimana kegiatan yang dilakukan dalam obyek wisata tersebut adalah murni kegiatan pertanian sehari-hari yang biasa dilakukan tanpa rekayasa apapun. Atraksi-atraksi yang ditampilkan adalah usaha pertanian yang dilakukan petani setempat yang dapat lebih ditonjolkan tetapi tidak mengurangi estetika alaminya. Fasilitas pendukung
kenyamanan
wisatawan
tetap
disediakan
selama
tidak
bertentangan dengan kultur alami yang ada. 2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasankawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Atraksi-atraksi yang akan dijadikan obyek wisata pun dapat disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan atraksi yang menarik. Dalam pengembangan agrowisata ruang terbuka campur tangan dalam pengaturan
13
alam dan usaha pertanian yang dilakukan sangat dominan. Fasilitas pendukung untuk agrowisata ini tetap disediakan asal tidak mengganggu ekosistem alaminya. Fungsi manajemen dapat dijalankan oleh suatu pengelola namun untuk atraksi pertanian tetap dijalankan oleh petani lokal. Pengelolan areal wisata agrowisata juga dapat memberikan manfaat. Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999) manfaat dari agrowisata adalah untuk meningkatkan
konservasi
lingkungan,
meningkatkan
nilai
estetika,
dan
memberikan nilai rekreasi. Kegiatan agrowisata juga dapat meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mendapatkan keuntungan
ekonomi.
Menurut
Sulistyantara
(1990),
agrowisata
yang
dikembangkan di daerah perkotaan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Agrowisata melibatkan tegaknya tanaman (vegetasi) dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro. 2. Pengembangan agrowisata ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup perkotaan selain memperbaiki iklim mikro, juga menjaga siklus hidrologi, dan mengurangi erosi. 3. Kegiatan agrowisata akan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan perkotaan yang pada akhirnya akan menunjang kesehatan penggunanya. 4. Obyek agrowisata dapat memberikan karya lingkungan yang estetis jika dikelola dengan baik. 5. Agrowisata dapat menjadi sumber masukan bagi perorangan, swasta, maupun pemerintah daerah. Purnama (2012) menyebutkan bahwa terdapat beberapa aspek yang perlu dilaksanakan untuk pengembangan wisata agro, diantaranya adalah aspek
14
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), sumberdaya alam, transportasi, promosi, dan kelembagaan. 2.3.
Permintaan Wisata Wahab (2003) mengatakan bahwa permintaan pariwisata dapat dibagi
menjadi permintaan potensial dan permintaan aktual. Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan dalam kondisi siap untuk berpergian. Permintaan aktual atau nyata adalah orang-orang yang secara nyata berpergian ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Douglas (1970) permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan, bila fasilitasfasilitas yang tersedia cukup memadai dan dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kegiatan wisata yang dilakukan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Yoeti (2008) faktor-faktor yang menentukan permintaan terhadap daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi adalah harga, daya tarik wisata, kemudahankemudahan untuk berkunjung, informasi dan layanan sebelum kunjungan, dan kesan terhadap daerah tujuan wisata. Yoeti (2008) juga mengatakan bahwa dalam rangka menarik kunjungan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama adalah faktor-faktor yang menentukan keseluruhan permintaan (total demand), hal ini diperlukan dalam penetapan strategi pemasaran dan promosi, terutama dalam menetapkan segmen pasar mana yang akan dijadikan target pasar, kedua adalah informasi tentang faktor-faktor
15
yang menentukan permintaan khususnya (specific demand) untuk dijadikan dasar dalam perencanaan pemasaran dan promosi pariwisata. 2.4.
Konsep Willingness to Pay (WTP) Sumberdaya alam dan lingkungan pada dasarnya adalah jenis barang yang
tidak memiliki pasar secara nyata dan tidak memiliki harga pasar. Tidak memiliki harga pasar bukan berarti harga tersebut tidak ada. Menurut Fauzi (2006), nilai sumberdaya alam dan lingkungan dapat ditentukan melalui teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang menentukan nilai sumberdaya berdasarkan willingness to pay (keinginan membayar) melalui model yang dikembangkan. Kelompok yang kedua adalah menentukan nilai sumberdaya berdasarkan willingness to pay yang berasal dari survei atau wawancara langsung kepada responden. Sebagian tahap yang dapat dilakukan dalam menentukan nilai WTP adalah sebagai berikut (Fauzi, 2006): 1. Membuat Hipotesis Pasar Pada tahap pertama ini merupakan proses membangun pasar hipotesis mengenai sumberdaya yang akan dievaluasi. Hipotesis pasar menggunakan alat bantu berupa kuesioner. 2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) Nilai lelang yang dimaksud didapatkan dari hasil survei dan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai keinginan membayar (WTP) yang maksimum.
16
3. Menghitung Rataan WTP Nilai rataan WTP yang dimaksud diperoleh dari jumlah keseluruhan nilai WTP yang diberikan oleh setiap responden, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Penentuan nilai WTP ini juga memiliki kelemahan dalam pelaksanaanya. Kelemahan yang dimaksud adalah bias (Fauzi, 2006). Bias dapat terjadi apabila terdapat nilai overstate maupun understate dari nilai sebenarnya. 2.5.
Analisis SWOT Analisis SWOT (Strengths, Waeknesses, Opportunities, Threats) dijadikan
sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi profit dan non profit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan organisasi tersebut secara lebih komprehensif (Fahmi, 2010). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Analisis ini didasarkan pada logika
yang
dapat
memaksimalkan
kekuatan
(Strengths)
dan
peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Alat yang biasa dipakai untuk menyususn faktor-faktor strategis perusahaan ialah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan. Tabel 2. Matriks SWOT IFAS STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
TREATHS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
EFAS
Sumber : Rangkuti (2008)
17
Pada analisis SWOT, matriks tersebut akan menghasilkan empat set kemungkinan alternatif dari strategis, yaitu: a. Strategi SO: Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST: Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO: Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara memunimalkan kelemahan. d. Strategi WT: Strategi ini didasarkan pada usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 2.6
Penelitian Terdahulu Penelitian yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis
telah banyak dijumpai. Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah: 1. Penelitian mengenai persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata oleh Hermalinda (2010) di Kawasan Wana Wisata Curug Cilember. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penelitian tentang Persepsi terhadap Kawasan Wisata Nama Peneliti Hermalinda
Judul Penelitian
Kesimpulan
Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wana Wisata Curug Cilember terhadap Masyarakat Lokal.
Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana, kebersihan, serta pengelolaan Wana Wisata Curug Cilember secara keseluruhan berada pada kondisi baik. Wisatawan menilai bahwa dalam pengelolaan wana wisata yang paling penting adalah sarana transportasi.
2. Penelitian mengenai analisis permintaan wisata oleh Novianty (2010) dan Firandari (2009). Ringkasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
18
Tabel 4. Penelitian tentang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Permintaan Wisata Nama Peneliti
Judul Penelitian
Kesimpulan
Novianty
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Dampak Ekonomi Kawasan Wisata Galunggung Tasikmalaya.
Firandari
Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan.
Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah biaya perjalanan, jarak tempuh, jumlah anggota keluarga, dan hari kunjungan. Faktorfaktor yang tidak mempengaruhi adalah pendapatan, usia, lama pendidikan, aksesibilitas, waktu tempuh, dan pembelian souvenir. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan PSG-3 secara signifikan adalah faktor biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3 dan jarak tempuh. Faktor biaya perjaanan dan jarak tempuh berpengaruh negatif, sedangkan lama mengetahui PSG-3 berpengaruh positif.
3. Penelitian mengenai Willingness to Pay masyarakat terhadap daerah tujuan wisata oleh Amanda (2009) dan Mita (2011). Pada penelitian Mita (2011) terdapat sedikit perbedaan karena penelitian yang dilakukan merupakan penetapan tarif pada kawasan wisata yang telah disegmentasi. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penelitian tentang Willingness to Pay terhadap Kawasan Wisata Nama Peneliti
Judul Penelitian
Kesimpulan
Amanda
Analisis Willingness to Pay Pengunjung Objek Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan.
Mita
Segmentasi Tarif Masuk Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.
Sebanyak 81% responden (34 orang) bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. Nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede sebesar Rp 3 588.24. Nilai maksimum yang bersedia dibayarkan oleh pengunjung kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) untuk segmentasi wisata air adalah Rp 2 100, wisata agro sebesar Rp 4 500, dan wisata budaya sebesar Rp 7 700.
19
4. Penelitian mengenai strategi pengembangan wisata oleh Hartono (2008) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Setyadi (2010) di kawasan Perkampungan Budaya Betawi. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penelitian tentang Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Nama Peneliti
Judul Penelitian
Kesimpulan
Hartono
Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata.
Setyadi
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.
Berdasarkan metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel kuadran ke2 (-0.19;0.58) dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan adalah stability strategy. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP dan memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP baik kepada pengunjung maupun kepada mitra-mitra. Kekuatan utama PBB yaitu sebagai satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Kelemahan utama yang perlu diatasi yaitu belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite. Dalam identifikasi eksternal, PBB memiliki peluang yang paling berpengaruh yaitu dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB. Sedangkan ancaman yang paling mempengaruhi PBB yaitu adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB. Kawasan Wisata PBB dalam penerapan strategi IE tergolong dalam sel II, dimana dalam kondisi tumbuh dalam kembangkan sehingga strategi yang lebih baik digunakan yaitu strategi intensif dan strategi integrasi.
20
Penelitian yang telah disebutkan di atas dijadikan sebagai referensi oleh penulis. Penelitian yang dilakukan oleh penulis fokus pada pengembangan salah satu kawasan wisata agro di DKI Jakarta yang sekaligus berfungsi sebagai RTH atau hutan kota. Lokasi yang diambil merupakan kawasan wisata yang memiliki potensi wisata namun masih perlu dikembangkan lagi secara optimal.
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan wisata agro yang terletak di Jakarta Timur. Keberadaan agrowisata ini juga memiliki fungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008), secara umum fungsi RTH dapat dibagi menjadi empat aspek, yaitu aspek ekologi, sosial budaya, ekonomi, dan estetika. Berdasarkan aspek ekologi, Agrowisata Cilangkap memberikan manfaat terhadap lingkungan berupa penjagaan kelestarian lingkungan hidup perkotaan, memperbaiki iklim mikro, menjaga siklus hidrologi, dan mengurangi erosi (Sulistyantara, 1990). Fungsi Agrowisata Cilangkap juga dapat dilihat dari aspek sosial dan budaya, yaitu sebagai wadah bagi masyarakat untuk berkumpul dan rekreasi. Kegiatan sosial budaya yang dilakukan tersebut juga dapat menumbuhkan aspek ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata yang dilakukan di Kawasan Agrowisata Cilangkap. Saat ini, atraksi wisata yang ditawarkan oleh Agrowisata Cilangkap masih terbatas. Pada umumnya, masyarakat atau pengunjung datang ke lokasi hanya melakukan kegiatan olahraga, menikmati keindahan alam dan kesegaran udara. Pendidikan pertanian yang seharusnya bisa dijadikan sebagai atraksi wisata unggulan masih belum berjalan. Walaupun demikian, dengan kondisi saat ini tingkat permintaan wisata masih tergolong cukup tinggi. Menurut pengamatan pihak pengelola, pengunjung yang datang pada akhir pekan diperkirakan mencapai 300 orang. Oleh sebab itu, analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap serta persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap penting untuk dilakukan. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat menambah informasi bagi pihak
22
pengelola untuk menentukan kebijakan pengembangan Agrowisata Cilangkap selanjutnya. Adanya permintaan wisata ke Agrowisata Cilangkap belum diimbangi dengan sistem pengelolaan yang optimal. Hal ini ditandai dengan belum diberlakukannya tarif masuk dan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta atraksi wisata yang ditawarkan. Kondisi open access dengan tingginya angka permintaan akan berpotensi menurunkan kualitas lingkungan yang ada pada kawasan wisata ini. Oleh karena itu, diperlukan penetapan tarif masuk bagi pengunjung yang datang. Pada penelitian ini, penetapan tarif didasarkan pada besar kesediaan membayar (willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Apabila tingkat willingness to pay pengunjung telah diketahui maka pihak pengelola dapat menyesuaikan tarif yang akan diberlakukan. Tarif yang diterima oleh pengelola merupakan salah satu sumber pemasukan yang dapat digunakan kembali untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan serta pengembangan agrowisata yang berkelanjutan. Beragam potensi wisata yang ada di Agrowisata Cilangkap belum dikelola dan dikembangkan dengan optimal. Dengan demikian diperlukan analisis strategi pengembangan yang efektif yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola. Strategi pengembangan
ini
dikaji
melalui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengembangan Agrowisata Cilangkap dengan menganalisis faktor internal serta faktor ekternal yang dimiliki oleh agrowisata ini berupa kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman.
23
Berdasarkan penjelasan di atas, diharapkan tercapai sistem pengelolaan yang optimal bagi Agrowisata Cilangkap. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Kawasan Agrowisata Cilangkap
Memiliki Fungsi RTH
Ekologi
Sosial Budaya
Ekonomi
Sarana Rekreasi, Olahraga, dan Pengembangan Wisata Agro
Memberikan Jasa terhadap Lingkungan
Permintaan Wisata
Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata berdasarkan Nilai Rata-rata Willingness to Pay Pengunjung
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata
Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap
Analisis Willingness to Pay
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif
Estetika
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Agrowisata Cilangkap
Strategi Pengembangan yang Efektif
Analisis SWOT
Sistem Pengelolaan Agrowisata Cilangkap yang Optimal
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian -------- = Objek penelitian 24
IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Agrowisata Cilangkap yang terletak di Jalan
Raya Cilangkap No.45, Cipayung, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Agrowisata Cilangkap merupakan daerah tujuan wisata yang masih dalam tahap pengembangan dan belum dikelola secara optimal. Daerah tujuan wisata ini memiliki potensi yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga perlu dilakukan perencanaan upaya pengembangan lebih lanjut yang tepat agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Pengambilan data di kawasan Agrowisata Cilangkap dilakukan selama bulan Agustus hingga Oktober 2011. Pengolahan dan analisis data dilaksanakan selama bulan Desember 2011 hingga Januari 2013. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei dan wawancara dengan responden pengunjung melalui kuesioner dan wawancara secara mendalam (indepht interview) kepada informan (key person) atau pihak terkait, yaitu pengelola dan penanggung jawab utama Agrowisata Cilangkap serta Kepala Produksi Benih dari UPT Pusbangnih. Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi seperti Departemen Pertanian (Deptan), Dinas Kelautan dan Pertanian (DKP) Provinsi DKI Jakarta, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kemenparekraf), Kementerian Komunikasi dan Informasi
25
(Kemkominfo), dan World Bank. Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh selanjutnya diolah secara kualitatif maupun kuantitatif. 4.3.
Metode Pengambilan Data Data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari hasil
wawancara kepada responden dan informan (key person). Metode yang digunakan dalam pengambilan contoh responden pengunjung adalah dengan metode nonprobability sampling yaitu setiap unsur populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Nasution, 2007). Populasi yang dimaksud adalah pengunjung yang datang untuk berwisata di Agrowisata Cilangkap. Responden yang dipilih yaitu responden dengan keadaan sehat jasmani dan rohani, usia cukup (minimal 16 tahun), mudah ditemui, dan bersedia untuk diwawancara. Jumlah responden yang diambil adalah 60 orang. Pada tahap melakukan wawancara kepada pihak informan (key person) atau stakeholder menggunakan metode snowball sampling dimana key person yang diambil berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari key person sebelumnya. Metode ini berjalan efektif apabila populasi yang ada tidak dalam jumlah yang besar (Nasution, 2007). 4.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 7.
26
Tabel 7. Matriks Metode Analisis Data No.
Tujuan Penelitian
Sumber Data
Metode Analisis Data
1.
Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan Agrowisata Cilangkap.
Wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.
Analisis Regresi Linear Berganda.
2.
Menganalisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap.
Wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
3.
Mengestimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap.
Wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner.
Analisis Willingness to Pay.
4.
Menganalisis upaya pengembangan yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengelola Agrowisata Cilangkap.
Wawancara secara mendalam (in-depht interview) kepada informan atau pihak terkait serta pengamatan terhadap potensi fisik, sosial budaya, dan sarana prasarana yang ada pada Agrowisata Cilangkap.
Analisis deskriptif dengan pendekatan analisis SWOT.
4.4.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil dari analisis kemudian diperoleh persamaan seperti berikut ini: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + ε Dimana : Y
= Jumlah kunjungan ke objek wisata (frekuensi kunjungan)
X1
= Pendapatan responden (Rp/bulan)
X2
= Usia responden (tahun)
X3
= Tingkat pendidikan responden (tahun)
X4
= Jarak tempuh ke lokasi wisata (km)
X5
= Lama di lokasi wisata (jam)
27
X6
= Biaya perjalanan wisata (Rp/orang)
X7
= Status pernikahan responden (0 = belum menikah, 1 = sudah menikah)
X8
= Motivasi kedatangan (0 = selain olahraga, 1 = olahraga)
ε
= Error
b0
= Konstanta
b1-b8 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X8 Variabel-variabel di atas dipilih berdasarkan teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lapang. Adapun hipotesis dari persamaan di atas adalah sebagai berikut: 1. Variabel pendapatan, tingkat pendidikan, lama di lokasi wisata, status pernikahan, dan motivasi kedatangan diduga memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan. Hal tersebut berarti bahwa setiap kenaikan pendapatan, tingkat pendidikan, dan lama di lokasi wisata, serta pengunjung yang telah menikah dan pengunjung dengan motivasi berolahraga akan cenderung meningkatkan jumlah kunjungan wisata. 2. Variabel usia, jarak tempuh, dan biaya perjalanan diduga berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisata ke Agrowsata Cilangkap. Hal tersebut berarti bahwa setiap kenaikan usia, jarak tempuh, dan biaya perjalanan akan menurunkan jumlah kunjungan ke Agrowisata Cilangkap. Menurut Juanda (2009), model regresi linier berganda didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut : a. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan umum regresi linier berganda. b. Peubah Xk merupakan peubah non-statistik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas Xk. 28
c. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstanta untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var(εi) = σ2. d. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan sehingga Cov(εi,εj) = 0, untuk i ≠ j. e. Komponen sisaan menyebar normal. 4.4.2. Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap Analisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi yang ditimbulkan masyarakat terhadap Agrowisata Cilangkap berdasarkan pengamatan yang dilakukan setelah para pengunjung melihat dan merasakan kondisi di kawasan tersebut. Data yang diperoleh akan diolah untuk mendapatkan nilai persentase dari jumlah keseluruhan pada setiap kategori tertentu. Setelah dilakukan analisis kuantitatif kemudian akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang diperoleh. Adapun persepsi yang dinilai oleh responden adalah mengenai keindahan alam, aksesibilitas, kebersihan, keamanan, keberadaan serta kondisi toilet dan rumah makan. Selain itu, responden juga memberi penilaian terhadap potensi yang terdapat pada Agrowisata Cilangkap apabila dikembangkan dengan dibuat wisata air dan wisata pertanian. 4.4.3. Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata Cilangkap Tarif yang akan didapatkan berasal dari nilai rataan keinginan membayar (willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Untuk mengetahui tarif yang sesuai pada agrowisata ini, pengolahan data dilakukan melalui tiga tahap, diantaranya adalah:
29
1. Membuat Hipotesis Pasar Pasar hipotetis yang dibangun akan dibentuk berdasarkan kondisi yang ada di lapangan. Agrowisata Cilangkap merupakan daerah tujuan wisata yang masih dalam tahap pengembangan dan perlu dilakukan sistem pengelolaan secara optimal. Oleh karena itu, penetapan tarif perlu untuk diberlakukan. Responden yang diwawancara harus mengetahui dengan baik barang dan jasa lingkungan yang akan dinilai. Pasar hipotetis yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: SKENARIO Kebun Bibit Agrowisata Cilangkap merupakan salah satu kawasan wisata yang selain berpotensi sebagai daerah tujuan wisata tetapi juga dapat menjadi sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai daerah konservasi. Peran agrowisata ini sebagai daerah konservasi juga memiliki manfaat yang begitu banyak diantaranya dapat menjaga siklus hidrologi dan mengurangi erosi, serta dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan udara yang dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan masyarakat. Namun, kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini masih bebas tarif masuk bagi pengunjung yang datang. Dalam jangka panjang hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Dengan demikian, diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat khususnya pengunjung untuk ikut menjaga kualitas agrowisata ini sekaligus membantu kegiatan pengembangan yang dilakukan, salah satunya dengan cara berkontribusi membayar tarif masuk.
30
2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) Nilai lelang ini didapatkan dengan menggunakan metode close-ended question. Metode ini dipilih untuk memudahkan dalam pengestimasian nilai WTP responden. Nilai WTP yang ditawarkan berkisar antara Rp 3 000 sampai dengan Rp 10 000. Nilai ini ditetapkan dengan dasar kisaran harga tiket masuk kawasan wisata yang sejenis dengan Agrowisata Cilangkap yaitu kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) dan Taman Buah Mekarsari. Harga tiket masuk di PBB adalah sebesar Rp 4 500 dan Taman Buah Mekarsari sebesar Rp 15 000. 3. Menghitung Rataan WTP Nilai lelang yang diperoleh kemudian dihitung rataannya sehingga mendapatkan nilai rataan WTP. Penghitungan nilai dugaan WTP ditentukan dengan rumus:
Dimana: ∑ WTP
= Dugaan rataan WTP (rupiah)
Wi
= Nilai WTP ke-i
n
= Jumlah responden yang bersedia membayar (orang)
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk (i = 1, 2, …, k)
4.4.4. Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Analisis upaya pengembangan bagi Agrowisata Cilangkap dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
analisis
SWOT.
Analisis
SWOT
(Strengths,
Weaknesses,
Opportunities, Threats) didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
31
kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti,2008). Data dianalisis dengan menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengembangan potensi wisata di Agrowisata Cilangkap. Pengisian tabel internal maupun eksternal dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). 2. Menentukan data faktor internal IFAS (Internal Factors Analysis Summary). Data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor internal diberikan bobot pada setiap data tersebut, dimulai dari skala 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) berdasarkan seberapa besar pengaruh faktor tersebut terhadap Agrowisata Cilangkap. Jumlah dari semua bobot yang diberikan tidak boleh lebih dari skor 1,00. Kemudian setiap data tersebut juga diberikan rating mulai dari yang paling berpengaruh (diberikan nilai 4) hingga yang tidak berpengaruh (diberikan nilai 1). Setiap bobot lalu dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan (bobot*rating). Hasil yang diperoleh akan menunjukkan rating dari unsur internal (Tabel 8). Tabel 8. Analisis Faktor Internal Faktor Strategi Internal
Bobot
Rating
Bobot*Rating (Skor)
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses) Total Sumber : Rangkuti (2008)
32
3. Menentukan data faktor eksternal EFAS (External Factors Analysis Summary) dengan melakukan perlakuan yang sama seperti saat menentukan IFAS terhadap setiap data yang diperoleh (Tabel 9). Tabel 9. Analisis Faktor Eksternal Faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Bobot*Rating (Skor)
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Total Sumber : Rangkuti (2008)
4. Setelah melakukan penyusunan data melalui faktor internal dan faktor eksternal kemudian membandingkan kedua faktor tersebut. Tujuannya adalah untuk menghasilkan rumusan arahan strategi pengembangan potensi wisata di Agrowisata Cilangkap dengan pendekatan Matriks SWOT (Tabel 10). Tabel 10. Matriks SWOT IFAS
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
THREATS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
EFAS
Sumber : Rangkuti (2008)
5. Langkah terakhir adalah menentukan Grand Strategy. Grand Strategy atau tujuan utama ialah strategi yang paling utama untuk didahulukan. Strategi tersebut diperoleh dengan menentukan kuadran yang terdapat titik ordinat dalam sebuah Matriks Grand Strategy (Gambar 2). Titik ordinat tersebut didapatkan berdasarkan titik perpotongan antara selisish perhitungan data faktor internal dengan faktor eksternal.
33
BERBAGAI PELUANG 3.
Mendukung strategi agresif
1.
Mendukung strategi turnaround
KELEMAHAN INTERNAL 4.
Mendukung strategi defensif
Sumber : Rangkuti (2008)
2.
KEKUATA N INTERNAL
Mendukung strategi diversifikasi BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 2. Matriks Grand Strategy Pada Matriks Grand Strategy terdapat empat kuadran yang masingmasing kuadran memiliki spesifikasi tersendiri dalam upaya yang harus dilakukan selanjutnya. Penjelasan dari setiap kuadran adalah sebagai berikut: a. Kuadran 1 (mendukung strategi agresif) Situasi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat meningkatkan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. b. Kuadran 2 (mendukung strategi diversifikasi) Pada situasi ini, meskipun menghadapi berbagai ancaman namun masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
34
c. Kuadran 3 (mendukung strategi turn-arround) Situasi ini menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi pada lain pihak juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi yang harus dilakukan adalah dengan memanfaatkan peluang untuk mengatasi masalah. d. Kuadran 4 (mendukung strategi defensif) Situasi ini sangat tidak menguntungkan karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang perlu diterapkan adalah strategi yang dapat mengatasi ancaman dan kelemahan.
35
V. GAMBARAN UMUM 5.1.
Keadaan Umum Lokasi Penelitian Secara administratif, Agrowisata Cilangkap terletak di Kelurahan
Cilangkap, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Agrowisata ini memiliki luas secara keseluruhan sebesar ± 19,5 ha. Secara astronomis, tempat wisata ini berada pada titik koordinat 6°20'25” LS dan 106°54'4” BT. Kawasan ini mudah dijangkau karena terletak di pinggir Jalan Raya Cilangkap dan dilalui oleh kendaraan umum. Jalan raya tersebut merupakan jalan arteri sekunder dengan kondisi jalan yang baik. Kawasan Kebun Bibit Cilangkap sudah berdiri sejak tahun 1991, namun baru ditetapkan menjadi Agrowisata pada tahun 2001 sesuai dengan SK Gubernur No. 3180 tahun 2001 (Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, 2009). Agrowisata Cilangkap dikelola oleh UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Kehutanan (Pusbangnih) yang dahulu bernama Balai Benih Induk (BBI).1 Tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan dibangunnya agrowisata ini adalah konsep wisata berwawasan lingkungan yang dapat menunjang pembangunan pertanian dan kehutanan perkotaan. Selain itu juga untuk membangun obyek wisata agro yang memiliki fungsi pelayanan lingkungan, agribisnis dan rekreasi yang unik, membina kelompok asosiasi agribisnis dan masyarakat dalam pembangunan agrowisata, serta membina peluang usaha agrowisata kepada koperasi, asosiasi, kelompok tani, dan perorangan dalam pembangunan agrowisata.
1
Hasil wawancara dengan Bapak H.Masri, pengelola Agrowisata Cilangkap, pada 25 Juni 2011.
36
Agrowisata
Cilangkap
merupakan
pusat
pengembangan
tanaman
holtikultura dan juga pusat pengembangan tanaman hidroponik. Di samping sebagai fungsi utamanya tersebut, agrowisata ini juga mempunyai daya tarik wisata berupa keindahan alam dan suasana lingkungan di kawasan ini sangat asri dengan berbagai tanaman yang tumbuh. Ditambah lagi dengan adanya waduk dengan kedalaman 7 meter yang bersih dan terawat yang menambah kesegaran dan keindahan pemandangan yang ada di dalam Agrowisata Cilangkap. Di wilayah perkotaan seperti Jakarta saat ini yang penuh dengan pembangunan dan udara yang mulai kurang bersih, lingkungan yang asri menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang tinggal di Jakarta. Tidak hanya menawarkan lingkungan yang asri, Agrowisata Cilangkap juga memiliki fasilitas pendukung lainnya yang dapat menarik minat pengunjung, yaitu jogging track, jalur refleksi, sarana outbond dan alat main anak, dan tempat pemancingan. Jogging track dan jalur refleksi sangat diminati oleh pengunjung yang datang, karena tidak jarang pengunjung yang datang bertujuan untuk berolahraga atau ingin menjaga kesehatan, dan dua fasilitas ini sangat mendukung bagi kegiatan tersebut. Sarana outbond dan alat main anak merupakan fasilitas pendukung yang disediakan untuk menambah kegiatan pengunjung anak-anak yang datang, sayangnya sarana outbond dan alat main anak ini kurang terjaga dengan baik bahkan terdapat beberapa perangkat yang sudah tidak ada sehingga tidak dapat dipakai kembali. Terakhir adalah tempat pemancingan, fasilitas untuk memancing ini belum terlalu lama dibuat yakni kurang lebih satu tahun. Tempat pemancingan ini juga cukup diminati, terutama oleh pengunjung dengan jenis kelamin laki-laki.
37
Selain fasilitas-fasilitas yang telah disebutkan di atas, agrowisata ini juga memiliki sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar kegiatan wisata yang dijalani. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya, kantor dan aula kantor, rumah makan, mushola, toilet, tempat parkir. Kantor yang berada tidak jauh dari pintu utama ini dapat menjadi pusat informasi bagi pengunjung yang ingin mengetahui informasi lebih banyak tentang Agrowisata Cilangkap. Aula kantor yang disediakan dapat dijadikan balai pertemuan atau pemberian informasi kepada pengunjung yang datang secara berkelompok setelah melakukan koordinasi terlebih dahulu kepada pihak pengelola. Mushola di kawasan Agrowisata Cilangkap memiliki kondisi yang baik, namun mushola ini adalah mushola karyawan yang terletak di belakang kantor pusat pengembangan hidroponik, dengan lokasi yang tidak terlihat membuat pengunjung kurang mengetahui keberadaan mushola tersebut. Toilet disediakan di dekat lokasi pemancingan, hanya saja toilet yang ada masih kurang memadai sehingga membuat pengunjung kurang nyaman untuk menggunakannya. Tempat parkir berada di samping pintu masuk, dengan lahan parkir yang cukup luas sehingga dapat menampung cukup banyak kendaraan pengunjung. Rumah makan yang terdapat di agrowisata ini memiliki lokasi yang berdekatan dan juga dekat dengan tempat pemancingan. Sarana dan prasarana ini memiliki kondisi yang baik. Dinas Kelautan dan Pertanian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberikan wewenang kepada UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan untuk mengelola Agrowisata Cilangkap. Agrowisata ini memiliki dua kebun utama didalamnya, yaitu kebun bibit tanaman holtikultura dan kebun hidroponik. Setiap kebun memiliki penanggung jawab
38
masing-masing. Kebun holtikultura memiliki 1 orang penanggung jawab dengan karyawan berupa Tenaga Harian Lepas (THL) sebanyak 8 orang, sedangkan kebun hidroponik memiliki 2 orang penanggung jawab dengan jumlah THL sama dengan kebun holtikultura yaitu 8 orang. Tenaga harian lepas yang dipekerjakan di agrowisata ini bertugas dalam proses pembibitan dan perawatan tanaman, THL tersebut merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar Agrowisata Cilangkap. Selain penanggung jawab dan para THL, di Agrowisata Cilangkap ini juga terdapat petugas keamanan (security) yang bertugas untuk menjaga keamanan lingkungan agrowisata ini. Petugas keamanan ini berjumlah 8 orang. Agrowisata Cilangkap memperoleh dana untuk biaya operasional dari UPT Pusat Pengembangan Benih Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Pertanian. Agrowisata ini juga memiliki pendapatan dari penjualan hasil panen atau penjualan bibit dan dari tarif parkir. Penghasilan yang didapatkan dari hasil penjualan akan diserahkan kembali kepada pemerintah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan pendapatan dari tarif parkir dikelola untuk kebersihan dan kesejahteraan karyawan. Eksistensi Agrowisata Cilangkap selama kurang lebih 20 tahun membuat agrowisata ini dikenal oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Namun, pihak pengelola juga tetap melakukan promosi agar lebih dikenal oleh masyarakat luas melalui sarana internet dan kegiatan pameran. 5.2
Karakteristik Demografi Pengunjung Karakteristik pengunjung diperoleh berdasarkan survei terhadap 60 orang
responden. Responden dipilih secara sengaja dengan kriteria-kriteria tertentu. Karakteristik pengunjung tersebut dilihat dari beberapa kategori, diantaranya
39
adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah tanggungan. Hasil dari perolehan data karakteristik pengunjung yang telah diolah dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Pengunjung Agrowisata Cilangkap No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia <20 tahun 20 tahun – 29 tahun 30 tahun – 39 tahun ≥40 tahun Jumlah Status Pernikahan Belum Menikah Sudah Menikah Jumlah Pendidikan Terakhir SMP SMA dan sederajat Perguruan Tinggi (PT) Jumlah Pekerjaan PNS Karyawan Swasta Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Lainnya Jumlah Pendapatan (rupiah per bulan) <1 000 000 1 000 000 – 2 000 000 >2 000 000 Jumlah Jumlah Tanggungan Keluarga Tidak ada 1 orang – 2 orang ≥ 3 orang Jumlah
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
29 31 60
48.3 51.7 100
4 18 16 22 60
6.7 30.0 26.7 36.6 100
21 39 60
35 65 100
4 41 15 60
6.7 68.3 25.0 100
6 20 7 9 18 60
10.0 33.3 11.7 15.0 30.0 100
20 32 8 60
33.3 53.3 13.4 100
25 22 13 60
41.7 36.7 21.6 100
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)
Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan wisata yang memberikan pemandangan alam yang indah dan juga udara yang segar. Jenis wisata yang biasa
40
dilakukan oleh pengunjung adalah sight seeing (menikmati pemandangan), dan tidak jarang pengunjung juga menjadikan agrowisata ini sebagai sarana olahraga. Komponen utama berupa wisata agro masih belum berjalan dengan maksimal. Berdasarkan hasil survei, persentase pengunjung perempuan lebih besar dibandingkan pengunjung laki-laki, dengan persentase pengunjung perempuan sebesar 51.7% dan laki-laki 48.3%. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah diadakannya kegiatan senam pada setiap akhir pekan yang mayoritas diikuti oleh kaum perempuan. Sebagian besar pengunjung yang datang juga memiliki usia diatas 40 tahun, yaitu sebesar 36.6%. Pengunjung yang datang pada umumnya merupakan keluarga yang sedang menikmati akhir pekan. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa persentase pengunjung yang telah menikah lebih besar yaitu 65%, sedangkan yang belum menikah sebesar 35%. Pengunjung tersebut juga sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi dengan persentase pendidikan SMA sebesar 68.3% dan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 25%, serta memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta dengan persentase 33.3%. Pengunjung yang melakukan aktivitas wisata di agrowisata ini berasal dari berbagai tingkat perekonomian, mulai dari masyarakat tingkat bawah, menengah, hingga masyarakat tingkat atas. Hal ini dikarenakan untuk melakukan kegiatan wisata pengunjung hanya dikenakan biaya Rp 2 000 untuk yang membawa kendaraan bermotor, sedangkan pengunjung yang tidak membawa kendaraan bermotor tidak dikenakan biaya apapun. Oleh sebab itu, karena pengunjung tidak membutuhkan biaya terlalu besar maka sebagian besar pengunjung yang datang berasal dari masyarakat kalangan menengah. Hal tersebut sesuai dengan data yang
41
diperoleh, persentase terbesar adalah pengunjung dengan pendapatan berkisar antara Rp 1 000 000 hingga Rp 2 000 000 yaitu sebesar 53.3% dan sebanyak 41.7% pengunjung tersebut tidak memiliki tanggungan keluarga.. 5.3
Karakteristik Kedatangan
Pengunjung Berdasarkan
Tujuan
dan
Motivasi
Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan agro yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Kegitan wisata yang dilakukan oleh pengunjung pun berbedabeda. Pengunjung yang datang ada yang bertujuan untuk melakukan rekreasi, memancing, dan tidak jarang pula agrowisata ini dijadikan sebagai sarana olahraga dan pendidikan. Dalam penelitian ini, tujuan kedatangan pengunjung dibagi menjadi tiga, yaitu untuk rekreasi, berolahraga, dan lainnya. Kategori lainnya mencakup pengunjung yang datang dengan tujuan pendidikan, tukar pikiran, fotografi, dan memancing. Berdasarkan data yang diperoleh, proporsi persentase tujuan kedatangan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Tujuan dan Motivasi Kedatangan No.
Karakteristik
1.
Tujuan Kedatangan Berekreasi Olahraga Lainnya Jumlah Motivasi Kedatangan Menikmati suasana yang sejuk dan asri Memperoleh kesegaran pikiran dan jasmani Mendapatkan pengalaman baru Mendapatkan inspirasi Menyelesaikan tugas Lainnya
2.
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
22 30 8 60
36.7 50.0 13.3 100
54 34 6 3 1 2
90.0 56.7 10.0 5.0 1.7 3.3
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011) Keterangan : n = 60 responden. Untuk karakteristik motivasi kedatangan, setiap responden boleh memilih lebih dari satu.
Selain tujuan kedatangan, terdapat pula motivasi kedatangan. Motivasi kedatangan merupakan dorongan yang menyebabkan pengunjung datang ke 42
agrowisata ini. Terdapat enam faktor pendorong yang menyebabkan pengunjung datang. Faktor-faktor beserta persentasenya dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan data di atas, faktor pendorong terbesar pengunjung datang ke agrowisata ini adalah untuk menikmati suasana yang sejuk dan asri. Selain itu, tidak jarang pula pengunjung yang datang termotivasi untuk memperoleh kesegaran pikiran dan jasmani. Sisanya, pengunjung datang karena motivasi untuk mendapatkan pengalaman baru, mendapatkan inspirasi, menyelesaikan tugas, serta untuk melakukan fotografi dan memancing. 5.4
Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap Karakteristik perjalanan pengunjung dibagi atas 3 bagian, yaitu jarak
tempuh, lama perjalanan, dan jenis kendaraan yang digunakan. Saat ini, Agrowisata Cilangkap masih berada di dalam tahap perkembangan sehingga keberadaannya masih belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, pengunjung yang datang pun mayoritas adalah orang-orang di sekitar yang jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dan waktu perjalanan yang tidak lama. Sesuai dengan hasil data yang diperoleh bahwa persentase terbesar ada pada pengunjung yang berjarak 1 km hingga 5 km sebesar 36.5%, dan diikuti oleh pengunjung yang berjarak kurang dari 1 km yaitu sebesar 35%. Menurut data tersebut, mayoritas pengunjung memiliki jarak tempuh yang relatif dekat dengan Agrowisata Cilangkap. Dengan demikian, lama perjalanan yang dilakukan juga relatif sebentar. Persentase terbesar (63.3%) adalah pengunjung dengan lama perjalanan kurang dari 30 menit. Penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat pada Tabel 13.
43
Tabel 13. Karakteristik Perjalanan Pengunjung Agrowisata Cilangkap No.
Karakteristik
1.
Jarak Tempuh < 1 km 1 km – 5 km 5 km – 10 km >10 km Jumlah Lama Perjalanan < 30 menit 30 menit – 1 jam 1 jam – 2 jam ≥2 jam Jumlah Jenis Kendaraan yang Digunakan Berjalan Kaki Kendaraan Umum Mobil Motor Jumlah
2.
3.
Jumlah Responden (orang)
Persentase (%)
21 22 15 2 60
35.0 36.7 25.0 3.3 100
38 15 6 1 60
63.3 25.0 10.0 1.7 100
10 16 3 31 60
16.7 26.7 5.0 51.6 100
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)
Terdapat berbagai macam cara untuk mencapai Agrowisata Cilangkap, salah satunya adalah dengan menggunakan kendaraan bermotor. Pada kategori ini, karakteristik jenis kendaraan yang digunakan oleh responden dikelompokkan menjadi kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, kendaraan umum atau angkutan umum, dan tidak menggunakan kendaraan atau dengan berjalan kaki. Persentase terbesar adalah kelompok pengunjung yang datang dengan menggunakan motor yaitu sebesar 51.6%. Peringkat kedua ada pada kelompok pengunjung yang menggunakan kendaraan umum, sebesar 26.6%. Sisanya 16.7% dan 5% merupakan pengunjung yang berjalan kaki dan menggunakan mobil.
44
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap Analisis permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap dikaji dengan
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kunjungan
wisatanya
menggunakan analisis regresi linear berganda. Pada analisis regresi linear berganda terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel tak bebas (dependent variable). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi nilai variabel tak bebas (Juanda, 2009). Variabel tak bebas yang akan dianalisis adalah tingkat kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap (Y). Variabel bebas yang digunakan dalam analisis regresi ini terdiri dari delapan variabel, diantaranya adalah pendapatan (X1), usia (X2), tingkat pendidikan (X3), jarak tempuh (X4), lama di lokasi (X5), biaya perjalanan (X6), status pernikahan (X7), dan motivasi kedatangan (X8). Berdasarkan analisis yang dilakukan, model regresi linear berganda yang dihasilkan adalah persamaan seperti berikut ini: Y = 0.05 - 0.000001 X1 + 0.0073 X2 + 0.3 X3 - 0.0093 X4 - 0.242 X5 0.000086 X6 + 1.54 X7 + 1.01 X8 Hasil pengolahan data di atas dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan hasil analisis regresi linear, koefisien determinasi atau R2 yang didapatkan adalah sebesar 61.0% dan koefisien determinasi yang disesuaikan atau R2 (adjusted) sebesar 52.1%. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa keragaman tingkat kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap dapat dijelaskan oleh variabel-variabel di dalam model sebesar 61.0%, dan sisanya sebesar 39.0% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Menurut hasil regresi juga diketahui bahwa persamaan yang diperoleh
45
telah menyebar normal serta tidak terjadi multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas. Tabel 14. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Agrowisata Cilangkap Variabel Konstanta Pendapatan (X1) Usia (X2) Tingkat pendidikan (X3) Jarak tempuh (X4) Lama di lokasi (X5) Biaya perjalanan (X6) Status pernikahan (X7) Motivasi kedatangan(X8) R2 R2 (adj)
Koefisien 0.055 -0.00000055 0.007272 0.3002 -0.00928 -0.2419 -0.00008604 1.5403 1.0101 61.0% 52.1%
SE Koefisien 2.166 0.00000019 0.03493 0.1501 0.02720 0.4887 0.00002697 0.8312 0.5682
T 0.03 -2.85 0.21 2.00 -0.34 -0.50 -3.19 1.85 1.78
P 0.980 0.007* 0.836 0.053** 0.735 0.624 0.003* 0.072** 0.084**
VIF 2.2 3.8 2.1 1.3 1.1 1.5 3.7 1.7
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012) Keterangan : * nyata pada taraf nyata α = 1% ** nyata pada taraf nyata α = 10%
6.1.1. Variabel-variabel yang Berpengaruh Nyata terhadap Permintaan Wisata di Agrowisata Cilangkap Berdasarkan uji-t yang telah dilakukan, Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap. Variabel-variabel tersebut diantaranya adalah: a. Pendapatan Variabel pendapatan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 1% dengan nilai koefisien yang bertanda negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besarnya tingkat pendapatan maka akan menurunkan jumlah permintaan wisata terhadap Agrowisata Cilangkap. Hal ini terjadi karena masih minimnya fasilitas dan atraksi yang ditawarkan di Agrowisata Cilangkap, sehingga pengunjung yang datang mayoritas adalah pengunjung dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah. Kondisi tersebut sesuai dengan data yang diperoleh bahwa sebagian besar pengunjung yaitu 53.3% memiliki pendapatan kisaran antara Rp 1 000 000 hingga Rp 2 000 000,
46
sedangkan pengunjung dengan pendapatan lebih dari Rp 2 000 000 hanya 13.4% dari jumlah pengunjung. Pengunjung dengan tingkat pendapatan menengah hingga tinggi diperkirakan akan lebih memilih tempat wisata yang lebih baik dan menawarkan berbagai macam atraksi yang lebih menarik walaupun dengan biaya yang lebih tinggi. b. Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 10% dengan nilai koefisien bertanda positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tingginya tingkat pendidikan maka akan meningkatkan jumlah permintaan wisata terhadap Agrowisata Cilangkap. Hal ini diperkirakan karena pengunjung menyadari dampak positif dari keberadaan Agrowisata Cilangkap. Pengunjung yang datang akan merasakan kesegaran saat berkunjung. c. Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengambilan keputusan untuk melakukan kegiatan wisata. Biaya perjalanan yang dimaksud mencakup beberapa biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung, diantaranya ialah biaya untuk transportasi atau ongkos, biaya parkir, biaya bahan bakar, biaya konsumsi yang dikeluarkan di tempat wisata, dan biaya konsumsi yang dibawa dari rumah. Variabel biaya perjalanan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 1%, dengan nilai koefisien yang bertanda negatif. Nilai koefisien yang bertanda negatif menunjukkan bahwa semakin tingginya biaya perjalanan maka akan menurunkan tingkat permintaan wisata terhadap
47
Agrowisata Cilangkap. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis awal bahwa jika harga meningkat maka konsumen akan mengurangi konsumsi mereka. d. Status Pernikahan Variabel status pernikahan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisata Agrowisata Clangkap. Variabel ini berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 10% dengan nilai koefisien bertanda positif. Status pernikahan pada model ini merupakan variabel dummy dimana angka 0 digunakan untuk pengunjung yang belum menikah dan angka 1 digunakan untuk pengunjung yang telah menikah. Hasil regresi pada model regresi linear berganda menunjukkan tingkat kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap antara pengunjung yang telah menikah lebih besar dibandingkan dengan pengunjung yang belum menikah. Hal tersebut sesuai dengan data bahwa persentase pengunjung yang sudah menikah lebih besar dibandingkan dengan persentase pengunjung yang belum menikah, juga sesuai dengan usia dan kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Agrowisata Cilangkap bahwa sebagian besar pengunjung yaitu 63.3% merupakan pengunjung dengan usia diatas 30 tahun dan jenis wisata yang dapat dilakukan merupakan jenis wisata yang cocok untuk wisata keluarga seperti kegiatan olahraga serta bercengkrama sambil menikmati udara yang sejuk serta pemandangan yang asri. e. Motivasi Kedatangan Variabel motivasi kedatangan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisata Agrowisata Clangkap. Variabel ini berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan (α) 10% dengan nilai koefisien bertanda positif. Motivasi
48
kedatangan pada model ini merupakan variabel dummy dimana angka 0 digunakan untuk reponden yang datang dengan motivasi selain olahraga dan angka 1 digunakan untuk responden yang datang dengan motivasi untuk berolahraga. Nilai koefisien dengan tanda positif menunjukkan bahwa pengunjung dengan motivasi untuk berolahraga akan cenderung meningkatkan tingkat kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa 50% pengunjung datang dengan tujuan untuk melakukan olahraga. Sebesar 36.7% pengunjung datang dengan tujuan untuk rekreasi. Variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan seperti pendapatan, tingkat pendidikan, biaya perjalanan, status pernikahan, dan motivasi kedatangan memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan di Agrowisata Cilangkap. Gambaran tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pengelola untuk menentukan arah pengembangan wisata yang akan dilakukan. 6.2.
Analisis Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap Analisis persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kondisi kawasan wisata tersebut dari sudut pandang pengunjung. Responden memberikan penilaian terhadap enam kategori yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan kegiatan wisata ke Agrowisata Cilangkap dan juga dapat mempengaruhi kegiatan wisata itu sendiri. Enam kategori yang dimaksud diantaranya adalah keindahan alam, aksesibilitas, kebersihan, keamanan, kondisi toilet, serta kondisi rumah makan. Hasil dari penilaian responden yang telah diolah dapat dilihat pada Tabel 15.
49
Tabel 15. Persentase Penilaian Responden terhadap Agrowisata Cilangkap No.
Kategori yang Dinilai
1. Keindahan alam 2. Aksesibilitas 3. Kebersihan 4. Keamanan 5. Kondisi toilet 6. Kondisi rumah makan
Sangat baik
Baik
Cukup baik
∑
%
∑
2
3.3
33
55.0
25
41.7
0
3 0 1 0
5.0 0.0 1.7 0.0
32 23 37 0
53.3 38.3 61.7 0.0
25 27 21 12
41.7 45.0 35.0 20.0
0
0.0
42
70.0
18
30.0
%
Rata-rata persentase 1.67 46.38 penilaian Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
∑
Kurang baik
%
35.56
∑
Buruk
Total
∑
%
∑
%
0.0
0
0.0
60
100
0 9 1 45
0.0 15.0 1.7 75.0
0 1 0 3
0.0 1.7 0.0 5.0
60 60 60 60
100 100 100 100
0
0.0
0
0.0
60
100
%
15.28
1.11
100
Penilaian pengunjung terhadap berbagai variabel penunjang pariwisata dirasa sangat penting untuk proses pengembangan Agrowisata Cilangkap. Berdasarkan penelitian, Agrowisata Cilangkap dinilai baik oleh 46.38% responden, akan tetapi terdapat 1.11% responden yang menilai buruk. Hal ini disebabkan karena masih terdapat fasilitas serta sarana dan prasarana yang memiliki kondisi kurang baik, seperti kondisi toilet yang tidak memadai. Agrowisata Cilangkap merupakan salah satu tempat rekreasi berbasis alam yang menawarkan keindahan alam dan juga memberikan kesegaran udara yang dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang terdapat di kawasan tersebut. Hal ini merupakan hal yang menarik bagi para pengunjung yang umumnya merupakan masyarakat perkotaan. Berdasarkan hal tersebut, sebesar 55% responden memberikan penilaian bahwa keindahan alam yang ada di Agrowisata Cilangkap dalam keadaan indah. Keindahan agrowisata ini juga ditunjukkan dengan penataan tanaman yang rapi serta keberadaan jenis tanaman yang beragam hingga membuat 3.3% responden menyatakan kawasan ini sangat indah.
50
Selain memiliki pemandangan alam yang menarik, Agrowisata Cilangkap terletak di lokasi yang strategis. Kawasan ini dekat dari pusat kota dengan aksesibilitas yang memadai. Agrowisata ini berada di tepi Jalan Raya Cilangkap yang merupakan jalan arteri sekunder dengan kondisi jalan yang baik dan dilalui oleh kendaraan umum. Oleh karena itu, 5% responden berpendapat aksesibilitas untuk
mencapai
agrowisata
ini
sangat
baik
dan
53.3%
berpendapat
aksesibilitasnya baik. Selain memiliki lahan yang luas, lokasi yang strategis, dan dapat menambah RTH, keindahan alam yang dimiliki serta aksesibilitas yang baik juga dapat menjadi faktor pendukung bahwa agrowisata ini mempunyai potensi wisata. Kawasan Agrowisata Cilangkap juga sebaiknya memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai untuk memperlancar kegiatan wisata yang dilakukan oleh pengunjung. Fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata diantaranya adalah kebersihan dan keamanan yang ada pada kawasan tersebut, kondisi toilet, serta kondisi rumah makan. Agrowisata Cilangkap memiliki lingkungan yang asri dan tertata rapi, serta didukung oleh kondisi kebersihan yang baik. Namun, menurut warga sekitar, kondisi kebersihan tersebut mulai memburuk ketika sedang diadakan perbaikan sebagian fasilitas, dimana akibatnya kebersihan di kawasan ini menjadi terbengkalai. Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan bahwa 45% dari jumlah responden menilai kebersihan agrowisata ini cukup baik, dan 38% menilai baik. Akan tetapi, kebersihan di agrowisata ini masih perlu ditingkatkan karena masih terdapat 15% pengunjung menilai kurang baik bahkan 1.7% menilai buruk. Namun secara keseluruhan kebersihan di Agrowisata Cilangkap masih dinilai cukup baik. Penilaian tersebut seimbang dengan kondisi
51
keamanan. Sebagian besar responden merasa keamanan di agrowisata ini baik, yaitu dengan perolehan persentase sebesar 61.7%. Keamanan yang baik di Agrowisata Cilangkap ditunjukkan dengan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian maupun hal yang tidak diinginkan lainnya. Keberadaan toilet dan rumah makan juga merupakan salah satu faktor pendukung dalam kelancaran kegiatan wisata, dan Agrowisata Cilangkap telah menyediakan kedua fasilitas tersebut. Toilet di kawasan agrowisata ini terletak di bagian depan dekat dengan tempat parkir dan pemancingan. Keberadaan dan kondisi toilet merupakan salah satu fasilitas yang sangat penting untuk menunjang kegiatan wisata yang dilakukan. Kondisi toilet yang ada di agrowisata ini kurang memadai sehingga 75% dari jumlah responden menyatakan bahwa kondisi toilet tersebut kurang baik, bahkan 5% responden menilai buruk. Penilaian yang kurang baik tersebut dikarenakan kondisi toilet yang kurang bersih dan jumlahnya yang tidak seimbang dengan luas lokasi wisata. Fasilitas rumah makan yang juga letaknya dekat dengan pemancingan dinilai baik oleh 70% jumlah responden.
Gambar 3. Kondisi Toilet dan Rumah Makan
52
6.2.1. Persepsi Pengunjung terhadap Potensi Pengembangan Wisata Air dan Wisata Pertanian Agrowisata Cilangkap merupakan kebun bibit yang memiliki berbagai potensi wisata. Namun sayangnya potensi wisata tersebut masih belum dikembangkan lebih lanjut. Contoh potensi wisata yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal diantaranya adalah keberadaan waduk dan kebun bibit itu sendiri. Tiga buah waduk yang ada di agrowisata ini merupakan salah satu hal yang menarik bagi pengunjung. Salah satu dari tiga waduk tersebut memiliki luas yang cukup besar. Jika memungkinkan untuk dikembangkan, waduk tersebut dapat dikembangkan menjadi wahana wisata air seperti perahu bebek, dayung perahu, atau bola angin besar di atas air yang didalamnya bisa dimasuki oleh manusia. Tidak hanya keberadaan waduk, keberadaan kebun bibit yang ada juga dapat dimanfaatkan sebagai wahana wisata edukasi pertanian, dimana wisata tersebut dapat menumbuhkan minat masyarakat terhadap pembudidayaan tanaman dan memberikan pengetahuan bagi pengunjung mengenai jenis-jenis tanaman, manfaat-manfaat yang dimiliki tanaman tersebut, dan bagaimana cara bercocok tanam yang baik. Di Jakarta saat ini semakin sulit untuk mencari lahan untuk melakukan pembududayaan tanaman, dan metode hidroponik yang dikembangkan oleh agrowisata ini dapat menjadi salah satu jalan keluarnya. Pengembangan metode pertanian ini dapat menghasilkan komoditas buah dan sayur yang berkualitas dan dapat dijadikan sebagai alternatif pemenuhan pangan organik. Selain itu, pengembangan pertanian juga memiliki peran penting lain seperti dapat menambah kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta. Berkaitan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian dan pengamatan dari sisi pengunjung mengenai persepsi mereka apabila dilakukan pengembangan
53
wisata berupa wisata air dan wisata edukasi pertanian. Hasil dari pengambilan data menjukkan bahwa seluruh responden yang diwawancari sebanyak 60 orang menyatakan setuju jika dibuka kedua wahana wisata tersebut (Tabel 16). Tabel 16. Persepsi Pengunjung terhadap Pengembangan Wisata Air dan Wisata Pertanian No. 1. 2.
Jenis Pengembangan Wisata
Jumlah Responden yang Setuju (orang) Jumlah (orang) 60 60
Wisata Air Wisata Pertanian
Persentase (%) 100 100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012)
Pengunjung berpendapat bahwa dengan adanya wisata air dan wisata edukasi pertanian dapat menambah jenis rekreasi yang dapat dilakukan di tempat wisata tersebut. Selain itu, wisata edukasi pertanian juga dapat memberikan manfaat lain seperti menambah pengetahuan. Pada umumnya, para pengunjung datang ke agrowisata ini bersama keluarga serta anak-anak mereka. Jenis wisata air dan wisata pertanian merupakan jenis wisata yang cocok untuk dilakukan bersama keluarga.
Hal tersebut akan mendukung potensi wisata ini untuk
dikembangkan lebih optimal lagi. 6.2.2. Harapan Pengunjung terhadap Kondisi dan Penambahan Fasilitas Kebun Bibit Cilangkap telah ada sejak tahun 1991, namun hingga saat ini Agrowisata
Cilangkap
masih
dalam
proses
pengembangan.
Kegiatan
pengembangan tersebut dilakukan karena fasilitas maupun sarana dan prasarana yang disediakan untuk pengunjung masih belum memadai. Oleh karena itu, untuk mempertahankan jumlah kunjungan wisata ke agrowisata ini serta memberikan kenyamanan dan kelancaran pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata maka pihak pengelola terus melakukan perbaikan. Berdasarkan penelitian, pengunjung mengharapkan perbaikan pada beberapa fasilitas serta sarana dan prasarana.
54
Fasilitas, sarana dan prasarana, beserta jumlah responden yang merasa perlu ada perbaikan terhadap fasilitas serta sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Harapan Pengunjung terhadap Perbaikan Fasilitas No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Fasilitas Kebersihan Keamanan Toilet Rumah Makan Mushola Lainnya
Jumlah Responden yang Setuju (orang) Jumlah (orang) Persentase (%) 49 81.7 46 76.7 54 90.0 37 61.7 52 86.7 9 15.0
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2012) Keterangan : n = 60 responden. Setiap responden boleh memilih harapan lebih dari satu.
Pada Tabel 17, terdapat jenis fasilitas lainnya yang tidak termasuk ke dalam fasilitas kebersihan, keamanan, toilet, rumah makan, dan mushola. Sembilan orang responden mengharapkan adanya perbaikan fasilitas serta sarana dan prasarana yang lainnya seperti, lima orang mengharapkan adanya perbaikan pada alat-alat permainan anak, satu orang berharap jalan di dalam kawasan ini diperlebar, dan tiga orang berharap disediakan sarana atau lahan untuk kumpul keluarga yang teduh dan asri. 6.3.
Estimasi Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata di Agrowisata Cilangkap Estimasi tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap
dianalisis melalui kesediaan pengunjung membayar untuk melakukan wisata di Agrowisata Cilangkap dengan kondisi tempat wisata yang ada saat ini. Analisis tersebut menggunakan metode willingness to pay (WTP). Pendekatan dalam analisis tarif disini dilakukan melalui tiga tahap, diantaranya:
55
1. Membuat Hipotesis Pasar Hipotesis pasar dibangun berdasarkan keadaan yang ada pada Agrowisata Cilangkap. Pasar hipotesis yang dibuat dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada responden mengenai keadaan dan manfaat keberadaan Agrowisata Cilangkap. Apabila telah mengetahui informasi dengan jelas, maka responden dapat memberikan nilai yang mereka sedia bayarkan kepada agrowisata ini. Agrowisata Cilangkap merupakan kebun bibit yang dapat memberikan dampak positif kepada lingkungan atas keberadaannya. Selain itu, Agrowisata Cilangkap juga merupakan kawasan wisata yang sering dikunjungi oleh masyarakat sekitar. Untuk memperlancar rencana pengelola dalam proses pengembangan dan untuk mencegah terjadinya over carrying capacity, maka pihak pengelola berencana untuk menetapkan tarif masuk bagi pengunjung yang datang. Berdasarkan informasi yang diberikan tersebut, maka responden dapat mengetahui gambaran situasi hipotetik mengenai kemungkinan pemberlakuan tiket masuk yang akan dilakukan oleh pihak pengelola. 2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids) Nilai WTP untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap didapatkan dari wawancara yang bersifat close-ended question. Berdasarkan hasil wawancara kepada 60 orang responden, terdapat dua orang responden yang tidak bersedia apabila ditetapkan tarif masuk. Hal tersebut disebabkan karena kondisi dan fasilitas yang ada pada Agrowisata Cilangkap yang masih belum memadai. Sedangkan sisanya sebanyak 58 orang responden bersedia membayar apabila ditetapkan tarif masuk. Sebaran jumlah responden yang bersedia membayar
56
dengan nilai yang mereka sedia bayarkan adalah sebanyak 36 orang responden bersedia membayar sebesar Rp 3 000, 16 orang bersedia membayar sebesar Rp 5 000, 5 orang bersedia membayar Rp 7 000, dan 1 orang bersedia membayar sebesar Rp 10 000. Nilai yang ditawarkan tersebut ditetapkan berdasarkan pada kisaran harga tiket masuk kawasan wisata yang sejenis dengan Agrowisata Cilangkap. Harga tiket masuk yang menjadi acuan adalah harga tiket masuk di kawasan wisata Taman Buah Mekarsari dan kawasan agrowisata di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) yaitu sebesar Rp 15 000 dan Rp 4 500. 3. Menghitung Rataan WTP Setelah melakukan wawancara kesediaan membayar responden dan seberapa besar nilai yang bersedia diberikan, maka hasil tersebut akan dihitung rataannya. Perhitungan rataan WTP dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Distribusi Nilai Rataan WTP Reponden Agrowisata Cilangkap No. 1. 2. 3. 4.
Kelas WTP Jumlah Reponden (Rupiah/orang) (orang) A B 3000 36 5000 16 7000 5 10000 1 Total 58 WTP Rata-rata
Frekuensi Relatif C 0.620 0.270 0.086 0.017 1.00
WTP X Frekuensi Relatif (rupiah) AXC 1800 1350 581 170 3901 3901 ~ 4000
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai rataan sebesar Rp 3 901 atau dibulatkan menjadi Rp 4 000. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan tarif yang sesuai untuk kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap menurut keinginan membayar (willingness to pay) responden yang diwawancarai. Nilai tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pihak pengelola di masa mendatang apabila ingin menetapkan tarif masuk. Tarif yang diberlakukan dapat dimanfaatkan untuk
57
pengembangan agrowisata ini sekaligus sebagai upaya konservasi karena kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini masih open access. Jika kondisi Agrowisata Cilangkap yang ada saat ini pengunjung berani membayar sebesar Rp 4 000, maka apabila tempat wisata tersebut dikembangkan menjadi lebih baik dari saat ini pengunjung akan berani membayar dengan nilai yang lebih tinggi. Dana yang didapatkan dalam satu tahun apabila menetapkan tarif masuk dapat diperkirakan dengan menghitung jumlah kunjungan. Meskipun jumlah kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap belum didata secara resmi, namun data tersebut dapat disimulasikan. Simulasi jumlah kunjungan dihitung berdasarkan wawancara dengan pihak pengelola. Penghitungan simulasi jumlah kunjungan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Simulasi Jumlah Kunjungan Wisata di Agrowisata Cilangkap Waktu Kunjungan Senin – Jumat (weekdays) Sabtu (weekend) Minggu (weekend) Total Kunjungan Total Kunjungan per Bulan Total Kunjungan per Tahun
Jumlah Kunjungan (orang) 50 150 300 500 2 000 20 000
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan Tabel 19 didapatkan total kunjungan (per minggu) sebesar 500 orang sehingga jumlah kunjungan per bulan menjadi 2 000 orang. Jumlah kunjungan tersebut juga tidak konstan setiap minggunya, terdapat penurunan jumlah kunjungan pada hari raya (Idul Fitri), bulan suci Ramadhan, dan juga libur panjang (long weekend). Hal tersebut terjadi karena seasonability wisata di agrowisata ini berbeda dengan tempat lain. Atarksi wisata yang ditawarkan di Agrowisata Cilangkap masih belum beragam maka hanya dijadikan sebagai tujuan wisata alternatif saat akhir pekan. Dengan demikian, saat peak season
58
(liburan sekolah dan hari raya) tidak ada kunjungan wisata. Apabila diperkirakan, maka dalam satu tahun hanya 10 bulan yang efektif untuk data tersebut. Dengan demikian, jumlah kunjungan per tahun kurang lebih sebesar 20 000 orang. Berdasarkan data tersebut maka perhitungan pendapatan per tahun dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Perkiraan Pendapatan Agrowisata Cilangkap per Tahun dari Tarif Masuk Jumlah Kunjungan per Tahun (orang)
Tarif Masuk (rupiah)
Pendapatan per Tahun (rupiah)
A
B
AXB
20 000
4 000
80 000 000
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, maka diperkirakan pendapatan Agrowisata Cilangkap dalam satu tahun apabila tiket masuk diberlakukan adalah Rp 80 000 000. Pendapatan tersebut dapat digunakan oleh pihak pengelola untuk meningkatkan fasilitas dan pelayanan di agrowisata ini. Pihak pengelola dapat memprioritaskan jenis fasilitas maupun pelayanan yang lebih diharapkan oleh pengunjung seperti toilet dan keberadaan mushola. Selain itu, pihak pengelola juga dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kegiatan pengembangan atraksi wisata seperti wisata edukasi pertanian maupun wisata air. Hal tersebut tentunya juga dengan tetap memperhatikan kebutuhan yang lebih utama, karena terbatasnya dana yang dimiliki. Di samping untuk meningkatkan fasilitas serta kegiatan pengembangan, dalam jangka panjang penetapan tarif juga dapat berfungsi sebagai pencegah over carrying capacity. 6.4.
Analisis Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Strategi pengembangan potensi wisata pada Agrowisata Cilangkap
dilakukan dengan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT ini akan
59
menganalisis Agrowisata Cilangkap baik secara internal maupun ekternal. Faktor internal merupakan faktor berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Agrowisata Cilangkap. Faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi proses pengembangan dari agrowisata ini. Kedua faktor diatas dapat memberikan dampak positif (kekuatan dan peluang) dan juga dapat memberikan dampak negatif (kelemahan dan ancaman). Faktor-faktor tersebut diperoleh berdasarkan pengamatan yang mendalam terhadap Agrowisata Cilangkap dan juga diperoleh dari hasil wawancara kepada pihak-pihak terkait seperti pengelola dan penanggung jawab utama Agrowisata Cilangkap serta Kepala Produksi Benih dari UPT Pusbangnih. Pengelompokkan data yang diperoleh berdasarkan faktor internal dan faktor ekternal dapat dilihat seperti yang berikut ini: a. Kekuatan 1. Lokasi strategis dekat pusat kota. 2. Menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Jakarta sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa jumlah RTH di setiap kota harus sebesar 30% dari luas kota tersebut. 3. Menjaga keseimbangan lingkungan, seperti dapat menjaga sikrus hidrologi dan kualitas udara di kawasan sekitarnya. 4. Agrowisata Cilangkap memiliki pemandangan alam yang indah. b. Kelemahan 1. Sarana dan prasarana yang terdapat di dalam Agrowisata Cilangkap masih belum memadai.
60
2. Kurangnya tenaga kerja dalam mengelola Agrowisata Cilangkap. 3. Belum ada tarif masuk. 4. Kurangnya promosi tentang obyek wisata Agrowisata Cilangkap. 5. Pemeliharaan fasilitas yang belum optimal. c. Peluang 1. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. 2. Memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar. 3. Sumber Pendapatan Asli Daerah. 4. Trend preferensi masyarakat terhadap wisata agro yang cukup tinggi. 5. Dukungan pemerintah seperti pemberian dana untuk pengelolaan Agrowisata Cilangkap. 6. Akses transportasi dan jalan yang memadai. d. Ancaman 1. Adanya pesaing dengan jenis wisata sejenis namun menawarkan atraksi yang lebih menarik dan fasilitas yang lebih memadai. 2. Terjadinya bencana atau gangguan alam. 3. Potensi pergeseran norma. 4. Kondisi masyarakat sekitar yang kurang ikut menjaga dan memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Agrowisata Cilangkap. 6.4.1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pada tahap ini, data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor-faktor internal dan ekternal berupa kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang dimiliki akan dihitung nilainya (skor). Skor dihitung berdasarkan penilaian responden terhadap faktor-faktor tersebut. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengelola dan penanggung jawab utama Kebun Bibit 61
Agrowisata Cilangkap, serta Kepala Produksi Benih perwakilan UPT Pusbangnih. Penghitungan skor tersebut dapat dilihat seperti berikut ini. a. Analisis Data Faktor Internal IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Analisis data faktor internal dilakukan untuk memperoleh nilai (skor) dari masing-masing faktor yang dimiliki. Perolehan skor tersebut didapatkan dari hasil perkalian antara bobot dengan rating. Penghitungan nilai tersebut, dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Analisis Faktor Internal Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Faktor Strategi Internal Kekuatan (Strengths) 1. Lokasi strategis dekat pusat kota 2. Menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) 3. Menjaga keseimbangan lingkungan 4. Memiliki pemandangan alam yang indah Jumlah Kelemahan (Weaknesses) 1. Sarana dan prasarana yang belum memadai 2. Kurangnya tenaga kerja 3. Belum ada tarif masuk 4. Kurangnya promosi 5. Pemeliharaan fasilitas yang belum optimal Jumlah Total
Bobot
Rating
Bobot*Rating (Skor)
0.15 0.15
4.0 4.0
0.611 0.611
0.10 0.10
3.5 3.5
0.365 0.365
0.51
1.951
0.06
3.0
0.188
0.10 0.10 0.15 0.06
3.5 3.5 4.0 3.0
0.365 0.365 0.611 0.188
0.49 1.00
1.715 0.236
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Pada Tabel 21, jumlah dari skor masing-masing faktor kekuatan adalah sebesar 1.951, sedangkan jumlah kelemahan adalah 1.715. Berdasarkan nilai tersebut dapat diketahui selisih pada faktor internal adalah sebesar 0.236 (positif). Nilai tertinggi pada kekuatan adalah lokasi yang strategis dekat pusat kota dan menambah RTH. Agrowisata Cilangkap memiliki kekuatan pada lokasi yang strategis serta keberadaannya yang dapat mempertahankan RTH yang ada di DKI Jakarta. Nilai tertinggi pada kelemahan adalah faktor 62
kurangnya promosi. Agrowisata Cilangkap masih membutuhkan kegiatan promosi yang lebih ekstra. Hingga saat ini, Agrowisata Cilangkap dikenal oleh masyarakat sekitar, tetapi belum dikenal oleh msyarakat luas. Namun, selisih nilai antara kekukatan dan kelemahan masih bernilai positif yang menunjukkan bahwa kekuatan dari Agrowisata Cilangkap masih lebih dominan dibandingkan kelemahannya. b. Analisis Data Faktor Eksternal EFAS (External Factors Analysis Summary) Pada tahap ini, perlakuan yang sama seperti pada analisis data internal, data yang telah diklasifikasikan menjadi faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman terhadap tempat wisata ini akan dihitung skornya. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Analisis Faktor Eksternal Strategi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Faktor Strategi Eksternal 1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4.
Peluang (Opportunities) Membuka lapangan pekerjaan Membuka peluang usaha Sumber PAD Trend preferensi masyarakat terhadap wisata agro yang cukup tinggi Adanya dukungan dari pemerintah Akses transportasi dan jalan yang memadai Jumlah Ancaman (Threats) Adanya pesaing Terjadi bencana atau gangguan alam Potensi pergeseran norma Masyarakat sekitar kurang ikut menjaga dan memelihara fasilitas yang telah disediakan Jumlah Total
Bobot
Rating
Bobot*Rating (Skor)
0.11 0.11 0.11 0.14
3.0 3.0 3.5 4.0
0.317 0.317 0.369 0.556
0.14 0.14
4.0 4.0
0.556 0.556
0.70 0.08 0.08 0.06 0.08
0.30 1.00
2.669 2.5 2.5 2.0 2.5
0.181 0.181 0.100 0.181
0.642 2.028
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Pada Tabel 22, dapat dilihat bahwa perolehan jumlah skor untuk faktor peluang adalah 2.669, sedangkan jumlah untuk faktor ancaman sebesar 63
0.642. Berdasarkan nilai tersebut maka nilai selisihnya adalah sebesar 2.028 (positif). Nilai tertinggi pada peluang adalah trend preferensi masyarakat terhadap wisata agro yang cukup tinggi, adanya dukungan dari pemerintah, serta akses transportasi dan jalan yang memadai. Hal ini berarti bahwa Agrowisata Cilangkap memiliki cukup banyak peluang yang mendukung kawasan wisata ini untuk dikembangkan lebih baik lagi. Nilai tertinggi pada ancaman adalah adanya pesaing, terjadi bencana atau gangguan alam, dan masyarakat sekitar yang kurang ikut menjaga dan memelihara fasilitas yang telah disediakan. Meskipun Agrowisata Cilangkap memiliki faktor ancaman yang cukup banyak, namun selisih antara faktor peluang dan ancaman bernilai positif yang menunjukkan bahwa faktor peluang lebih dominan dibandingkan dengan ancaman. 6.4.2. Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan dengan pendekatan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Faktor-faktor tersebut dibuat menjadi sebuah matriks yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini akan menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategis yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam upaya pengembangan Agrowisata Cilangkap. Formulasi terebut dapat dilihat pada Tabel 23.
64
Tabel 23. Formulasi Cilangkap
Strategi
Pengembangan
Wisata
di
Agrowisata
Kekuatan (Strength=S) 1. Lokasi strategis dekat pusat kota. 2. Menambah RTH. 3. Menjaga keseimbangan lingkungan. 4. Memiliki pemandangan alam yang indah.
Kelemahan (Weakness=W) 1. Sarana dan prasarana yang ada belum memadai. 2. Kurangnya tenaga kerja. 3. Belum ada tarif masuk. 4. Kurangnya promosi. 5. Pemeliharaan fasilitas yang belum optimal.
Peluang (Opportunity=O) Strategi SO: 1. Membuka lapangan 1. Menjalin kerjasama pekerjaan. antara pengelola 2. Membuka peluang dengan masyarakat usaha. sekitar dan pihak3. Sumber PAD. pihak terkait dalam 4. Trend terhadap wisata proses pengembangan agro yang cukup tinggi. agrowisata. 5. Adanya dukungan dari 2. Mengoptimalkan daya pemerintah. tarik yang dimiliki 6. Akses transportasi dan dengan memanfaatkan jalan yang memadai. dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Ancaman (Threat=T) Strategi ST: 1. Adanya pesaing. 1. Melakukan inovasi 2. Terjadi bencana atau dengan memanfaatkan gangguan alam. daya tarik yang 3. Potensi pergeseran dimiliki dengan norma. menawarkan atraksi 4. Masyarakat sekitar wisata yang lebih baik kurang ikut menjaga dan lebih menarik. dan memelihara fasilitas yang telah disediakan.
Strategi WO: 1. Memilih media promosi yang tepat untuk memperkenalkan Agrowisata Cilangkap kepada masyarakat. 2. Memanfaatkan dana yang diberikan pemerintah dengan baik dalam pengadaan dan pemeliharaan sarana dan fasilitas pendukung kegiatan wisata.
Internal
Eksternal
Strategi WT: 1. Memberikan pengenalan dan pemahaman kepada masyarakat sekitar tentang manfaat dari keberadaan Agrowisata Cilangkap.
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012)
Berdasarkan analisis SWOT di atas, dapat diperoleh suatu rekomendasi strategis dalam upaya pengembangan Agrowisata Cilangkap seperti berikut ini: a. Strategi SO, yaitu strategi yang diciptakan dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dimaksud antara lain: 1. Menjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait dalam proses pengembangan agrowisata (S1, S2, O1,
65
O2). Hal tersebut dilakukan agar dukungan dari pemerintah dan masyarakat dapat berjalan beriringan dalam mengembangkan kawasan wisata ini, pengelola diharapkan memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk turut serta mengembangkan kawasan ini sehingga proses pengembangan yang dilakukan oleh pengelola tetap memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar berupa lapangan pekerjaan maupun peluang usaha. 2. Mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah (S3, S6, O4, O5, O6). b. Strategi ST, yaitu strategi yang diciptakan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. Strategi yang dimaksud antara lain: 1. Melakukan inovasi dengan memanfaatkan daya tarik yang dimiliki dengan menawarkan atraksi wisata yang lebih baik dan lebih menarik (S3, S4, S5, S6, T1). c. Strategi WO, yaitu strategi yang diciptakan dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dimaksud antara lain: 1. Memilih media promosi yang tepat untuk memperkenalkan Agrowisata Cilangkap kepada masyarakat (W1, W5, O3, O4, O6). Kecenderungan wisatawan dalam melakukan wisata agro sebaiknya didukung dengan pengetahuan masyarakat mengenai keberadaan agrowisata ini, hal tersebut dapat didukung dengan melakukan kegiatan promosi. Kegiatan promosi yang dilakukan dapat melalui media cetak maupun internet. Selain itu, kegiatan promosi juga dapat dilakukan melalui keikutsertaan dalam pameran-pameran
tanaman
maupun
kegiatan
sosialisasi
kepada
66
masyarakat. Salah satu contoh kegiatan sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan menawarkan kegiatan edukasi pertanian oleh anak melalui sekolah-sekolah. 2. Memanfaatkan dana yang diberikan pemerintah dengan baik dalam pengadaan dan pemeliharaan sarana dan fasilitas pendukung kegiatan wisata (W2, W3, W4, W6, O5). d. Strategi WT, yaitu strategi yang diciptakan dengan meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman. Strategi yang dimaksud antara lain: 1. Memberikan pengenalan dan pemahaman kepada masyarakat sekitar tentang manfaat dari keberadaan Agrowisata Cilangkap (W6, T4). Dengan demikian, masyarakat sekitar diharapkan dapat ikut serta dalam upaya pelestarian Agrowisata Cilangkap dengan selalu menjaga dan memelihara agrowisata ini dengan baik. 6.4.3. Analisis Grand Strategy Strategi prioritas dapat diperoleh dengan menggunakan Matriks Grand Strategy. Penentuan strategi prioritas tersebut berdasarkan titik perpotongan antara selisih nilai total analisis data internal dan analisis data eksternal. Pada analisis data internal, jumlah skor faktor kekuatan adalah 1.951 dan jumlah skor faktor kelemahan adalah 1.715, maka diperoleh selisih sebesar 0.236 (positif). Sedangkan pada analisis data ekternal, jumlah skor faktor peluang sebesar 2.669 dan jumlah skor faktor ancaman sebesar 0.642, dan diperoleh selisih sebesar 2.028. Dengan demikian, perpotongan antara faktor internal dan eksternal terletak pada titik koordinat 0.236 dan 2.028 (Gambar 4).
67
BERBAGAI PELUANG 4.
Mendukung strategi turn-around
2.
2.028
Mendukung strategi agresif
KELEMAHAN INTERNAL
KEKUATAN INTERNAL 0.236
5.
Mendukung strategi defensif
3.
Mendukung strategi diversifikasi
BERBAGAI ANCAMAN Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2012) Gambar 4. Posisi Strategi pada Matriks Grand Strategy Berdasarkan gambar di atas, titik perpotongan antara faktor internal dan faktor eksternal berada pada kuadran 1 yang berarti mendukung strategi agresif. Posisi ini merupakan posisi yang sangat menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang. Pada situasi seperti ini, strategi dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Bentuk strategi agresif dengan penguatan potensi yang ada yang dapat diterapkan oleh Agrowisata Cilangkap adalah menjalin kerjasama antara pemerintah/pengelola dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait dalam proses pengembangan agrowisata dan mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan diatas maka rencana strategis yang dapat dilakukan adalah:
68
1. Menjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat. Kerjasama yang dapat dilakukan antara pihak pengelola dengan masyarakat ialah dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam usaha pengembangan Agrowisata Cilangkap. Masyarakat juga dapat diberikan kesempatan untuk membuka usaha dan menjadi tenaga kerja di agrowisata ini. Hal tersebut dilakukan agar dukungan dari pemerintah dan masyarakat dapat berjalan beriringan dalam mengembangkan kawasan Agrowisata Cilangkap, pengelola diharapkan memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk turut serta mengembangkan kawasan ini sehingga proses pengembangan yang dilakukan oleh pengelola tetap memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar berupa lapangan pekerjaan maupun peluang usaha. 2. Menjalin kerjasama antara pengelola dengan dinas pariwisata. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh pengelola dengan dinas pariwisata adalah dengan memperkenalkan Agrowisata Cilangkap secara resmi kepada masyarakat luas melalui media iklan maupun promosi dalam kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh dinas tersebut. Kerjasama yang dilakukan diharapkan dapat membuat Agrowisata Cilangkap lebih dikenal oleh masyarakat luas. 3. Menjalin kerjasama antara pengelola dengan sekolah-sekolah. Kerjasama juga dapat dilakukan dengan sekolah-sekolah. Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk mempromosikan Agrowisata Cilangkap sekaligus memberikan pengetahuan mengenai pendidikan lingkungan dan pertanian kepada siswa. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan adalah dengan wisata
69
belajar oleh para siswa ke Agrowisata Cilangkap. Selain dapat menambah jumlah kunjungan wisata, kegiatan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan dimulai dari sejak dini. 4. Meningkatkan pemeliharaan fasilitas serta sarana dan prasarana. Fasilitas serta sarana dan prasarana merupakan pendukung dari kegiatan wisata yang dilakukan oleh pengunjung. Fasilitas serta sarana dan prasarana yang telah dimiliki, seperti rumah makan, toilet, sarana bermain anak, jalan di dalam kawasan, kebersihan, serta keamanan, harus selalu dipelihara dengan baik. Terpeliharanya fasilitas serta sarana dan prasarana akan memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap. 5. Melakukan terobosan dengan menawarkan atraksi wisata baru yang lebih baik dan lebih menarik minat pengunjung. Atraksi wisata yang potensial untuk dikembangkan oleh Agrowisata Cilangkap adalah wisata air dan wisata edukasi pertanian. Dua atraksi wisata tersebut sebaiknya dikembangkan di Agrowisata Cilangkap untuk menarik minat pengunjung. Selain untuk menarik minat pengunjung, atraksi wisata tersebut akan menambah kegiatan yang dapat dilakukan di agrowisata ini serta dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai pertanian. 6. Menyediakan paket wisata yang menarik dan atraktif yang dapat dipilih oleh pengunjung untuk dilakukan di Agrowisata Cilangkap ini. Apabila atraksi wisata sudah dikembangkan, pihak pengelola sebaiknya menyediakan paket-paket wisata yang dapat dipilih oleh pengunjung. Paket
70
wisata ini bertujuan untuk mempermudah pengunjung untuk memilih kegiatan yang ingin dilakukan di Agrowisata Cilangkap. 7. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM di Agrowisata Cilangkap perlu dilakukan agar sistem pengelolaan dapat berjalan secara optimal. Hal ini dapat dilakukan melalui studi banding serta pelatihan-pelatihan. 8. Mengadakan kegiatan-kegiatan di Agrowisata Cilangkap. Agrowisata Cilangkap ramai dikunjungi saat akhir pekan, dan pada umumnya para pengunjung datang untuk rekreasi dan melakukan olahraga. Jenis olahraga yang biasa dilakukan adalah senam, lari, dan jalan cepat. Agar menambah minat para pengunjung untuk datang, Agrowisata Cilangkap dapat membuat suatu kegiatan seperti lomba-lomba dengan tema olahraga. Selain itu, pengelola juga dapat mengadakan pameran tanaman-tanaman maupun lomba tanaman hias yang sedang menjadi trend saat itu. Semua kegiatan yang direncanakan sebaiknya tetap pada konsep yang berbasis lingkungan.
71
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan seperti berikut ini: 1. Permintaan wisata di Agrowisata Cilangkap dipengaruhi nyata oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pendapatan, tingkat pendidikan, biaya perjalanan, status pernikahan, dan motivasi kedatangan. Variabel pendapatan dan biaya perjalanan berpengaruh negatif pada taraf kepercayaan (α) 1%, sedangkan variabel tingkat pendidikan, status pernikahan, dan motivasi kedatangan berpengaruh positif pada taraf kepercayaan (α) 10%. 2. Pada umumnya, Agrowisata Cilangkap dinilai baik oleh para pengunjung. Empat dari enam kategori dinilai baik, yaitu keamanan, kondisi rumah makan, keindahan alam, dan aksesibilitas. Kebersihan dinilai cukup baik, sedangkan kondisi toilet dinilai kurang baik. Persepsi pengunjung mengenai potensi pengembangan wisata air dan wisata edukasi pertanian menunjukkan bahwa seluruh responden (60 orang) menyetujui rencana pengembangan wisata air dan wisata edukasi pertanian. 3. Kondisi Agrowisata Cilangkap saat ini masih open access yang dapat memicu kerusakan fungsi ekologis dan menimbulkan ketidaknyamanan kegiatan rekreasi dan wisata di Agrowisata Cilangkap sehingga dianggap perlu penetapan tarif masuk. Rataan WTP pengunjung dengan kondisi saat ini adalah sebesar Rp 4 000. Jika dikembangkan wisata air dan wisata edukasi pertanian maka penerapan tarif masuk dapat disegmentasi.
72
4. Strategi pengembangan yang sebaiknya dilakukan adalah dengan mendukung strategi agresif. Perolehan titik koordinat pada kuadran 1 memiliki arti bahwa strategi dibuat dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Secara umum, rekomendasi strategis yang dapat dilakukan ialah menjalin kerjasama antara pengelola dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak
terkait
dalam
proses
pengembangan
agrowisata,
serta
mengoptimalkan daya tarik yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah. 7.2.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan, maka saran
yang dapat diberikan oleh peneliti sebagai rekomendasi dalam pembuatan kebijakan selanjutnya ialah sebagai berikut: 1. Pihak pengelola sebaiknya melakukan perbaikan serta pengembangan pada fasilitas dan sarana dan prasarana seperti toilet, mushola, dan kebersihan agar pengunjung lebih nyaman dalam melakukan kegiatan wisata di Agrowisata Cilangkap. Serta untuk meningkatkan jumlah kunjungan, sebaiknya pihak pengelola menyediakan atraksi wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Agrowisata Cilangkap serta sesuai dengan harapan pengunjung seperti wisata air dan wisata edukasi pertanian. 2. Nilai rata-rata yang bersedia dibayarkan pengunjung Agrowisata Cilangkap dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penetapan tiket apabila pengelola ingin memberlakukan tarif masuk ke Agrowisata Cilangkap.
73
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di agrowisata ini tentang studi kelayakan proyek untuk menganalisis mengenai kelayakan pengembangan atraksi wisata dan juga potensi segmentasi wisata dan tarif di Agrowisata Cilangkap jika dikembangkan wisata air dan wisata edukasi pertanian.
74
DAFTAR PUSTAKA Amanda, S. 2009. Analisis Willingness to Pay Pengunjung Objek Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Arifin, H. S. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Bahan Rujukan Rapat Kerja Nasional Wisata Agro 2001. Proyek Koordinasi Peningkatan Ketahanan Pangan. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang. Departemen Pertanian. 2004. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=1. Diakses pada tanggal 17 Maret 2011. _______________________. Tentang Wisata Agro. http://database.deptan.go.id/agrowisata/index.asp. Diakses pada tanggal 17 Maret 2011. _______________________. Manfaat Pengembangan Agrowisata. http://database.deptan.go.id/agrowisata/viewfitur.asp?id=3. Diakses pada tanggal 17 Maret 2011. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. 2009. Agrowisata. http://dkpjakarta.web.id/media.php?module=agrowisata. Diakses pada tanggal 10 Maret 2011. Douglas, J. R. 1970. Forest Recreation. McGraw Hill Book Company. New York. Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko. Alfabeta. Bandung. Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Firandari, T. 2009. Analisis Permintaan dan Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Hartono, E. E. 2008. Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. Tesis. Pascasarjana. IPB. Bogor.
75
Hermalinda, D. 2010. Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wana Wisata Curug Cilember terhadap Masyarakat Lokal. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Hermawan, A. 2004. Kiat Praktis Menulis Skripsi, Tesis, Disertasi: Untuk Konsentrasi Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta. Irwan, Z. D. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Grasindo. Jakarta. Joga, N. dan I. Ismaun. 2011. RTH 30%! Resolusi Kota Hijau. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Juanda, B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. 2012. Statistik Wisatawan Nusantara. http://budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=111&id=1191. Diakses pada tanggal 29 September 2012. Kementerian Komunikasi dan Informasi. 2009. Berita Pemerintahan: Pemprov DKI Kembangkan Tanaman Sayur dan Buah Hidroponik. http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/pemprov-dkikembangkan-tanaman-sayur-dan-buah-hidroponik/. Diakses pada tanggal 10 Maret 2011. McLaren, D. 1998. Rethinking Tourism and Ecotravel. Kumarin Press. West Hartford, Connecticut. Mita. 2011. Segmentasi Tarif Masuk Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Nasution, S. 2007. Metode Research. Bumi Aksara. Jakarta. Novianty, R. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan Dampak Ekonomi Kawasan Galunggung Tasikmalaya. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Purnama, W. A. A. 2012. Agrowisata: Wisata Lanskap Pertanian. http://www.namagraph.com/index.php?option=com_content&view=article &id=44:agrowisata-wisata-lanskap-pertanian&catid=18:arsitekturlanskap&Itemid=77. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2012.
76
Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sagara, A. A. 2012. Kementerian Pariwisata Raih Ranking 4 Penerimaan Devisa Negara. http://suarajakarta.com/2012/08/25/kementerian-pariwisata-raihranking-4-penerimaan-devisa-negara. Diakses pada 29 Januari 2013. Setyadi, M. 2010. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Sulistyantara, B. 1990. Pengembangan Wisata Agro di Perkotaan. Prosidding Simposium dan Seminar Nasional Holtikultura Indonesia. UPT Produksi Media Informasi IPB. Bogor. Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Penerbit Andi. Yogyakarta. Tirtawinata, M. R. dan L. Fachruddin. 1999. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Penebar Swadaya. Jakarta. Undang-Undang Kepariwisataan 2009. 2010. Pustaka Yustisia. Yogyakarta. Wahab, S. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita. Jakarta. Windiarti, D. et al. 1993. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Di Daerah Timor-Timur. Departemen Pendidikan dan Kabudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan. World Bank. 2012. International Tourism Expenditures (Current US$). http://data.worldbank.org/indicator/ST.INT.XPND.CD. Diakses pada tanggal 30 September 2012. Yoeti, O. A. 2008. Ekonomi Pariwisata. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
77
LAMPIRAN
78
Lampiran 1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Fungsi Permintaan Agrowisata Cilangkap dengan software Minitab 14 The regression equation is Jumlah kunjungan (Y) = 0.05 - 0.000001 Pendapatan (X1) + 0.0073 Usia (X2) + 0.300 Tingkat pendidikan (X3) - 0.0093 Jarak tempuh (X4) - 0.242 Lama di lokasi (X5) - 0.000086 Biaya perjalanan (X6) + 1.54 Status pernikahan (X7) + 1.01 Motivasi kedatangan (X8) Predictor Constant Pendapatan (X1) Usia (X2) Tingkat pendidikan (X3) Jarak tempuh (X4) Lama di lokasi (X5) Biaya perjalanan (X6) Status pernikahan (X7) Motivasi kedatangan(X8) S = 1.43549
Coef 0.055 -0.00000055 0.00727 0.3002 -0.00928 -0.2419 -0.00008604 1.5403 1.0101
SE Coef 2.166 0.00000019 0.03493 0.1501 0.02720 0.4887 0.00002697 0.8312 0.5682
R-Sq = 61.0%
Analysis of Variance Source DF Regression 8 Residual Error 35 Total 43
SS 112.855 72.122 184.977
T 0.03 -2.85 0.21 2.00 -0.34 -0.50 -3.19 1.85 1.78
P 0.980 0.007 0.836 0.053 0.735 0.624 0.003 0.072 0.084
VIF 2.2 3.8 2.1 1.3 1.1 1.5 3.7 1.7
R-Sq(adj) = 52.1% MS 14.107 2.061
F 6.85
P 0.000
Durbin-Watson statistic = 1.65356
Residual Plots for jumlah kunjungan Residuals Versus the Fitted Values 3.0
90
1.5
Residual
Percent
Normal Probability Plot of the Residuals 99
50 10 1
0.0 -1.5 -3.0
-3.0
-1.5
0.0 Residual
1.5
3.0
0.0
Histogram of the Residuals
1.5
3.0 Fitted Value
4.5
6.0
Residuals Versus the Order of the Data 3.0 1.5
6
Residual
Frequency
8
4 2 0
0.0 -1.5 -3.0
-2.4
-1.2
0.0 Residual
1.2
2.4
1
5
10
15 20 25 30 Observation Order
35
40
79
Pengujian Hipotesis 1. Uji Multikolinearitas Predictor Constant Pendapatan (X1) Usia (X2) Tingkat pendidikan (X3) Jarak tempuh (X4) Lama di lokasi (X5) Biaya perjalanan (X6) Status pernikahan (X7) Motivasi kedatangan(X8)
Coef 0.055 -0.00000055 0.00727 0.3002 -0.00928 -0.2419 -0.00008604 1.5403 1.0101
SE Coef 2.166 0.00000019 0.03493 0.1501 0.02720 0.4887 0.00002697 0.8312 0.5682
T 0.03 -2.85 0.21 2.00 -0.34 -0.50 -3.19 1.85 1.78
P 0.980 0.007 0.836 0.053 0.735 0.624 0.003 0.072 0.084
VIF 2.2 3.8 2.1 1.3 1.1 1.5 3.7 1.7
Nilai VIF < 10 memiliki arti bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
2. Uji Autokorelasi Durbin-Watson statistic = 1.65356
Nilai DW berada pada kisaran 1.54 - 2.45 artinya tidak terjadi autokorelasi.
3. Uji Homoskedastisitas H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedastisitas The regression equation is SRES1 = 0.29 + 0.000000 Pendapatan (X1) - 0.0029 Usia (X2) 0.028 Tingkat pendidikan (X3) + 0.0042 Jarak tempuh (X4) + 0.012 Lama di lokasi (X5) + 0.000000 Biaya perjalanan (X6) + 0.046 Status pernikahan (X7) + 0.025 Motivasi kedatangan (X8) Predictor Constant Pendapatan (X1) Usia (X2) Tingkat pendidikan (X3) Jarak tempuh (X4) Lama di lokasi (X5) Biaya perjalanan (X6) Status pernikahan (X7) Motivasi kedatangan(X8) S = 1.14725
Coef 0.288 0.00000007 -0.00286 -0.0276 0.00415 0.0116 0.00000038 0.0463 0.0255
R-Sq = 0.8%
Analysis of Variance Source DF SS Regression 8 0.353 Residual Error 35 46.066 Total 43 46.419
SE Coef 1.731 0.00000015 0.02791 0.1199 0.02174 0.3905 0.00002155 0.6643 0.4541
T 0.17 0.45 -0.10 -0.23 0.19 0.03 0.02 0.07 0.06
P 0.869 0.656 0.919 0.820 0.850 0.976 0.986 0.945 0.956
R-Sq(adj) = 0.0% MS 0.044 1.316
F 0.03
P 1.000
Durbin-Watson statistic = 1.75393
80
VIF 2.2 3.8 2.1 1.3 1.1 1.5 3.7 1.7
4. Uji Kenormalan Probability Plot of jumlah kunjungan Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
2.977 2.074 44 0.068 >0.150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
0.0
2.5 5.0 jumlah kunjungan
7.5
Nilai p(0,150) > alpha 5% maka terima Ho artinya asumsi error menyebar normal terpenuhi.
81
Lampiran 2. Dokumentasi Lokasi Penelitian
Agrowisata Cilangkap
Rumah Makan
82
Kegiatan yang Dilakukan Oleh Pengunjung
Area Memancing
83
Area Parkir
Kondisi Toilet
84
Fasilitas Jalan di Kawasan Agrowisata Cilangkap
Pengembangan Tanaman
85
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 September 1989 sebagai putri bungsu dari tiga bersaudara pasangan (alm.) Mulyana dan Gusti Ayu Ketut Siti Resmiati. Pada tahun 1995 hingga 2001 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Mekar Jaya 31. Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama ke SMP Negeri 8 Depok pada tahun 2001 hingga 2004. Selama tahun 2004 hingga 2007 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 98 Jakarta. Pada tahun yang sama, penulis diterima di perguruan tinggi negeri Institut Pertanian Bogor, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
86