STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA PERKOTAAN Kartika Mayasari dan Tezar Ramdhan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Jl. Raya Ragunan No.30, Pasar Minggu, Jakarta Selatan -12540 Telp.(021) 78839949 Faxs (021) 7815020 Email :
[email protected]
ABSTRAK Agrowisata perkotaan merupakan salah satu konsep kegiatan pariwisata yang bertemakan pertanian dan akhir-akhir ini menjadi alternatif tujuan wisata bagi keluarga perkotaan. Selain itu, pergeseran dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan untuk memicu perkembangan agrowisata, sehingga semakin banyak pula sekolah-sekolah yang mengadakan kegiatan agrowisata untuk memperkenalkan ilmu pertanian. Beberapa manfaat dari konsep agrowisata perkotaan ini antara lain: sebagai wahana untuk mendiseminasikan berbagai teknologi pertanian kepada masyarakat secara umum, sebagai kegiatan dalam rangka memanfaatkan dan melestarikan lingkungan sekitar, meningkatkan pendapatan petani dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, menambah nilai estetika pada lingkungan sekitar. Konsep agrowisata perkotaan ini dikemas secara menarik disesuaikan dengan minat pasar dan dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang terbatas, misalnya dengan vertikultur, hidroponik, , taman atap, serta inovasi lainnya yang dapat diterapkan dalam pertanian perkotaan. Pengembangan agrowisata perkotaan merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang membutuhkan dukungan dari kelembagaan lokal, lembaga keuangan dan stakeholder terkait, serta menggerakkan beberapa aspek dalam mayarakat yaitu aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan. Terdapat tiga model pengembangan agrowisata berdasarkan luas lahannya, antara lain areal sempit, areal sedang dan areal luas. Menumbuhkembangkan agrowisata perkotaan yang berbasis pemberdayaan masyarakat sekitar tidaklah mudah, titik-titik kritis yang menentukan keberhasilan antara lain permodalan, kemampuan pengelola, motivasi dan
serta kebersamaan dan kesolidan pengelola. Kata Kunci: agrowisata pemberdayaan masyarakat
perkotaan,
ABSTRACT Urban agro-tourism is one of the tourism activities with concepts agriculture and lately as an alternative destination for urban families. In addition, shifting mindset and lifestyle changes to urban society back to nature led to the development of agro tourism, so more schools that hold agro activities to introduce agricultural science. concept, such as: for dissemination of agricultural technologies to the public in general, as an activity in order to exploit and preserve the environment, increase farmers’ income and creating jobs for the surrounding community, add aesthetic value to the surrounding environment. The concept of ecotourism is packaged in an attractive urban adjusted by the interest in the market and be done with limited land use, for example by verticultur, hydroponics, green wall, roof garden, as well as other innovations that can be applied in urban agriculture. Developing urban ecotourism is a form of empowerment of the people who institutions and relevant stakeholders, as well as moving some aspects of the society, namely the economic, cultural and social aspects of environmental aspects. There are three models of ecotourism development based on the area of land, including the area of narrow, medium and wide area acreage. Develop agro-based urban community is not easy, critical points that determine the successness, such as, capital, management skills, motivation and passion and togetherness and solidity manager.
Keywords:
PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat perkotaan terutama dalam rangka mengisi waktu liburan, seolah menuntut kreativitas dalam mengakomodir berbagai permintaan dan kebutuhan tersebut. Salah satu bentuk kepedulian dalam melestarikan lingkungan sekitar dengan mengoptimalkan lahan-lahan yang terbatas sebagai lahan pertanian terpadu merupakan satu cara dalam rangka memfasilitasi kebutuhan masyarakat yang ingin mengetahui mengenai ilmu pertanian bukan secara teoritis saja. Bagi sebagian masyarakat perkotaan, kegiatan pertanian merupakan salah satu aktivitas yang unik dan menarik karena jarang ditemukan dalam keseharian sehingga sekarang banyak muncul istilah agrowisata. Pada dasarnya, istilah agrowisata berasal dari kata agro yang berarti pertanian dan wisata yang artinya adalah bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan. Jadi, agrowisata dapat diartikan sebagai suatu kegiatan bepergian bersama-sama untuk memperluas ilmu pengetahuan pertanian. Dewasa ini konsep agrowisata menjadi salah satu alternatif dalam bertamasya baik bersama keluarga maupun piknik yang diadakan oleh sekolahsekolah. Selain menjadi pilihan liburan yang menyenangkan, agrowisata juga menawarkan paket wisata edukasi yang akan menambah wawasan serta pengetahuan khususnya dalam bidang pertanian. POTENSI AGROWISATA PERKOTAAN Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, sehingga akan
meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Departemen Pertanian, 2003). Beberapa agrowisata yang berbasis komoditas yang ada di daerah Jakarta antara lain Taman Anggrek Ragunan, dan Balai benih Ikan Ciganjur. Agrowisata merupakan penggabungan antara aktivitas pertanian dan aktivitas wisata. Aktivitas wisata merupakan kegiatan berjalan-jalan keluar dari ruang dan lingkup pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan. Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, merupakan seluruh aktivitas dalam kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan pemanenan energi matahari dari tingkat primitif (pemburu dan pengumpul) sampai model pertanian yang canggih (kultur jaringan). Aktivitas-aktivitas pertanian tersebut antara lain pertanian lahan kering, sawah, lahan palawija, perkebunan, kehutanan, pekarangan, tegalan, ladang dan sebagainya. Dalam kegiatan agrowisata, wisatawan diajak berjalan-jalan untuk menikmati dan mengapresiasi kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan alam binaannya sehingga daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan melestarikan alam semakin meningkat (Nurisyah, 2001). Menurut Suyastiri (2012), pelaksanaan konsep agrowisata akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani, pelestarian lingkungan alam dan menghambat niat petani untuk melakukan alih fungsi lahan. Agrowisata merupakan sebuah pilihan penting yang berhubungan dengan prioritas sekarang dan yang akan datang, tujuan pengembangan berkelanjutan tersebut menghubungkan pertanian dan pariwisata. Strategi pertama untuk mengembangkan agrowisata dalam jangka pendek seharusnya memperhitungkan kebutuhan infrastuktur dan keamanan untuk wisatawan agrowisata, serta adanya kerjasama yang efektif dengan
biro perjalanan untuk mempromosikan tempat-tempat pariwisata baru (Catalino dan Lizardo, 2004). Sedangkan menurut Syamsiar (2007), pengembangan agrowisata sebagai pendekatan pembangunan pertanian dan pariwisata yang menempatkan masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan merupakan esensi dari pembangunan yang berbasis pada komunitas atau masyarakat yang sering disebut sebagai . Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, pendapatan petani diharapkan dapat ditingkatkan dan sekaligus melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya sesuai dengan lingkungan kondisi alaminya (Sanjaya, 2013). Semakin maraknya konsep wisata yang berbau pertanian yang ditawarkan bagi umum membuka peluang baru dalam industri pertanian. Hal ini dapat dijadikan salah satu metode dalam diseminasi inovasi dan teknologi khususnya dalam dunia seputar pertanian. Secara umum, selain menjadi pilihan masyarakat dalam mengisi waktu libur, manfaat dari konsep agrowisata ini antara lain : 1. Sebagai wahana untuk mendiseminasikan berbagai teknologi pertanian kepada masyarakat secara umum 2. Sebagai kegiatan dalam rangka memanfaatkan dan melestarikan lingkungan sekitar 3. Meningkatkan pendapatan petani dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar 4. Menambah nilai estetika pada lingkungan sekitar 5. Sebagai wahana edukasi dan merangsang kegiatan ilmiah Kawasan perkotaan, sebut saja Jakarta merupakan salah satu pangsa pasar dengan berbagai tuntutan kebutuhan dari masyarakatnya membuka celah bagi industri pertanian untuk mengembangkan konsep agrowisata ini. Daerah Jakarta yang merupakan ibukota negara dapat dikatakan sebagai kota metropolitan yang lahan
pertaniannya sangat terbatas. Konversi lahan pertanian ke sektor non pertanian terus meningkat, sehingga hampir tidak ada kegiatan pertanian yang dapat disaksikan oleh masyarakat perkotaan secara langsung. Oleh karena itu, penting adanya wahana edukasi seputar dunia pertanian untuk mengantisipasi minimnya pengetahuan masyarakat di bidang pertanian. Selain itu, telah terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan untuk kembali ke alam semakin mengilhami masyarakat untuk lebih peduli kepada alam. Konversi lahan pertanian yang semakin meningkat menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan pertanian di daerah perkotaan. Kegiatan pertanian yang semakin terpinggirkan dapat dikatakan sebagai kelemahan dan peluang yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Pengembangan konsep agrowisata yang diusung sesuai dengan pasar dengan tidak meninggalkan essensinya. Selama ini banyak kegiatan “ ” yang diadakan oleh sekolah-sekolah mulai dari sampai dengan sekolah menengah. Dan ironinya, kegiatan tersebut hanya dapat difasilitasi di luar daerah atau di daerah pinggiran perkotaan. Banyaknya permintaan pasar ini merupakan peluang yang masih terbuka lebar dalam pengembangan konsep agrowisata yang Konsep agrowisata perkotaan yang saat ini perlu dikembangkan adalah seputar kegiatan pertanian yang meliputi cara bercocok tanam yang benar, cara beternak baik ikan maupun hewan ternak, kegiatan pemanenan hingga pasca panen, cara pembuatan pupuk kompos, dan lain-lain. Konsep agrowisata perkotaan ini dikemas secara menarik disesuaikan dengan minat pasar dan dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang terbatas, misalnya dengan menggunakan lahan fasilitas umum yang diolah sedemikian rupa menjadi spot kegiatan pertanian. Agrowisata yang dikembangkan di area perkotaan memang akan sedikit berbeda, terlebih dalam masalah luasannya, akan tetapi hal tersebut bukan berarti
mengurangi arti penting dari agrowisata itu sendiri. Luas lahan bukan menjadi kendala dalam menumbuhkembangkan agrowisata di kawasan perkotaan, karena telah banyak berbagai inovasi dalam rangka bertanam di lahan terbatas. Misalnya dengan vertikultur, hidroponik, akuaponik, , taman atap, dan sebagainya. Luasan sempit pun tidak menjadi masalah, agrowisata perkotaan dapat diterapkan meski luas lahan hanya 200 meter persegi bahkan kurang, dengan mengusung konsep optimalisasi lahan maka agrowisata perkotaan dapat terwujud. Menurut Subiyanto (2002), penentuan prioritas obyek wisata apa yang sebaiknya dikembangkan tentunya harus mampu mengakomodasi berbagai faktor dan elemen yang dinilai mampu menggambarkan kebutuhan proyek, kondisi dan daya serta kepentingan dari berbagai pihak yang berperan dalam kegiatan agrowisata yang bersangkutan. Semuanya harus dinilai secara obyektif, proporsional, dan berkeadilan, agar kesinambungan proyek dapat berjalan baik. Adapun langkah-langkah untuk mengaplikasikan model pengembangan agrowisata yang berbasis pemberdayakan sosial capital masyarakat dengan mengacu pada pendekatan
terdiri dari a) sosialisasi konsep, b) masyarakat, c) pemetaan masalah dan prioritas penanganan masalah, d) merancang langkah tindak ( ), e) pelaksanaan, f) evaluasi dan g) tindak lanjut. Sedangkan faktor penghambat keberhasilan penerapan model berkaitan dengan dua hal yaitu pendekatan yang belum sepenuhnya terorganisir dan komprehenshif serta partisipasi penuh semua elemen masyarakat dalam pengembangan agrowisata yang belum tercapai karena keterbatasan sumber daya (sumber daya manusia, sumber daya organisasi, sumber dana, dan sebagainya) (Nurhidayati, 2010). KONSEP PENGEMBANGAN AGROWISATA PERKOTAAN BERBASIS KEMASYARAKATAN Dalam pengembangan agrowisata di daerah perkotaan yang berbasis kemasyarakatan dapat dilihat pada Gambar 1. Menumbuhkembangkan agrowisata perkotaan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat membutuhkan dukungan dari berbagai sektor, diantaranya dukungan dari kelembagaan masyarakat sekitar, misalnya kemudahan perizinan dari kelurahan dan kecamatan. Dukungan dari lembaga keuangan dalam hal permodalan
AGROWISATA PERKOTAAN 1. Aspek ekonomi 2. Aspek Lingkungan 3. Aspek Sosial Budaya
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Gambar 4. Konsep Pengembangan Agrowisata Perkotaan Berbasis Kemasyarakatan
baik dari Koperasi Simpan Pinjam, Bank Perkreditan Rakyat, maupun Baitul Maal wat Tamwil (BMT) maupun lembaga keuangan mikro lainnya. Selain itu, keberhasilan pengembangan agrowisata juga harus didukung oleh stakeholder terkait, misalnya adalah Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan setempat, Balai Penelitian Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) serta stakeholder lainnya yang mampu menyediakan teknologi serta inovasi pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi penduduk lokal dalam proses pengambilan keputusan adalah (1) struktur kelembagaan masyarakat yang menyiratkan pembagian peran dalam masyarakat; (2) peran aktif aktor komunitas sebagai di dalam komunitas; (3) sistem pelapisan sosial yang bersifat formal dan informal, menjaga harmoni komunitas, mencegah terjadinya dominasi individu, dan meningkatkan partisipasi secara merata; (4) model pengelolaan agrowisata yang bersifat komunal; (5) penguasaan lahan agrowisata oleh komunitas (Nurhayati, 2012). Baik secara langsung maupun tidak, kegiatan yang berbasis pada masyarakat akan berimbas pula terhadap kelangsungan kehidupan sosial. Agrowisata yang melibatkan masyarakat sekitar akan menggerakkan roda perekonomian di wilayah tersebut, misalnya dengan ramainya pengunjung dapat dimanfaatkan sebagai pangsa pasar untuk memasarkan produkproduk yang dihasilkan sehingga akan menambah . Dengan berkembangnya agrowisata maka diharapkan akan terjadi penyerapan tenaga kerja yang melibatkan penduduk sekitar. Selain sektor perekonomian, akan ada perubahan sosial budaya, hal ini ditunjukan dengan adanya sikap masyarakat yang kooperatif terhadap kedatangan pengunjung, sehingga merupakan nilai tambah yang ditawarkan bagi kemajuan agrowisata tersebut. Aspek budaya yang ingin disebarluaskan antara lain adalah pengenalan tradisi nenek moyang dalam bertani, meskipun akhir-akhir ini telah banyak yang luntur karena adanya
teknologi, tetapi merupakan tradisi bertani zaman dahulu dapat dikatakan sebagai kearifan lokal yang tidak kalah pentingnya diperkenalkan kepada generasi sekarang. Berikutnya adalah aspek lingkungan, dengan adanya kegiatan tanam menanam maka akan memperbaiki ekosistem sekitar. Selain melestarikan vegetasi, lingkungan pun akan tampak lebih hijau dan asri. Manfaat lain yang dapat dirasakan adalah udara kota yang sarat dengan polutan akan terminimalisir dengan adanya hijauan sekitar. Model pengelolaan berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam pengembangan agrowisata dimulai dengan merencanakan, memasarkan, mengelola, dan membagi keuntungan. Dalam proses pengambilan keputusan tersebut terdapat pola kekuasaan yang berbeda dari tiap model pengelolaan agrowisata. Pengelolaan dalam wadah khusus yang bersifat komunal (kelompok tani) memberikan kekuasaan penuh pada komunitas dalam mengambil keputusan. Pada model pengelolaan oleh perusahaan swasta kekuasaan berada pada pemilik modal atau sekelompok individu yang tidak berkaitan dengan komunitas. Model pengelolaan individu memberikan kekuasaan pada petani. Pengelolaan agrowisata oleh kelompok tani ideal dalam memberikan kekuasaan kepada komunitas, dibandingkan dengan model pengelolaan oleh swasta dan individu (Nurhayati, 2012). Model pengembangan agrowisata A. 1. Penataan dusun sesuai dengan yang diperlukan sebagai kawasan agrowisata. Penataan dan pembuatan sarana ini meliputi tempat parkir kendaraan tamu, tempat penginapan, kantor, showroom produk kelompok tani, tempat (obyek) wisata utama, jalan setapak, WC umum dan sebagainya. 2. Kebersihan lingkungan kebun, tempat wisata, rumah penginapan dan sebagainya. 3. Pembuatan taman di sekitar jalan dan tempat-tempat yang dikunjungi
B.
C.
tamu 4. Penataan obyek-obyek wisatayang meliputi kebun, kolam, kandang tempat pembuatan pupuk organic, bendungan, sungai, rumah penduduk, dan sebagainya. Pengembangan kelembagaan Kelembagaan kelompok tani yang ada diberdayakan untuk merancang dan mengelola program agrowisata dan membentuk semacam tim yang mengelola langsung agrowisata. Pengembangan teknis pelaksanaan Kelompok tani menyiapakan tenagatenaga yang menangani atau mengelola agrowisata meliputi penginapan, pemandu tamu, mengelola administrasi, bagian informasi dan promosi, mengelola lingkungan alam
dan sebagainya. D. Pengembangan seni dan budaya Menggali dan melestarikan budaya yang menarik untuk menjadi suguhan tamu. STRATEGI DAN LANGKAH OPERASIONAL Beberapa langkah-langkah strategis yang dapat ditempuh dalam usaha pengembangan agrowisata ini antara lain: 1. Membangun kemitraan antara pengelola agrowisata dengan pihak sekolah atau dalam rangka mempromosikan dan memasarkan aktivitas dan produk agrowisata. 2. Membangun kerjasama antara pengelola dengan lembaga masyarakat dan dinas atau instansi pemerintah
Tabel 1. Model Pengembangan Agrowisata Perkotaan Berdasarkan Luas Area NO LUAS AREAL 1 Luas areal < 200 m² (Areal sempit)
KEGIATAN YANG DIKEMBANGKAN a. Kegiatan pertanian perkotaan, seperti pembuatan vertikultur, , , hidroponik, akuaponik, dsb. b. Pengolahan pasca panen sederhana, seperti pembuatan makanan ringan berbahan lokal, minuman sehat, atau produk-produk sederhana lainnya.
2
Luas areal 200 m² – 500 m² (Areal Sedang)
a. Kegiatan pertanian perkotaan, seperti pembuatan vertikultur, , , hidroponik, akuaponik, dsb. b. Pengolahan pasca panen sederhana, seperti pembuatan makanan ringan berbahan lokal, minuman sehat, atau produk-produk sederhana lainnya. c. Peternakan, contohnya cara beternak unggas dalam skala kecil d. Perikanan, contohnya cara berternak ikan di kolam dalam skala rumah tangga e. Kegiatan pembuatan pupuk organik, pupuk kandang, pestisida nabati, dsb.
3
Luas areal > 500 m² (Areal luas)
a. Kegiatan pertanian mulai pembibitan sampai dengan pemanenan b. Kegiatan pertanian persawahan (apabila memungkinkan) c. Kegiatan pasca panen d. Kegiatan pembuatan pupuk organik, pupuk kandang, pestisida nabati dsb. e. Kegiatan peternakan f. Kegiatan perikanan
terkait dalam pengembangan dan penyediaan teknologi pertanian. 3. Melakukan kegiatan promosi secara komersial melalui berbagai media. Salah satu metode untuk memperkenalkan suatu produk adalah dengan promosi. Dengan promosi yang menarik diharapkan dapat berkorelasi dengan adanya penambahan pengunjung sehingga berimbas terhadap pengembangan kawasan agrowisata. 4. Mengadakan khusus dalam rangka liburan. Salah satu upaya untuk menarik pelanggan adalah dengan menyelenggarakan acara khusus dalam menyambut hari atau perayaan tertentu. Misalnya dengan menampilkan panggung hiburan atau badut apabila masuk musim liburan sekolah. 5. Pelayanan prima, salah satu tolak ukur keberhasilan dalam dunia bisnis adalah kepuasan pelanggan. Dalam melayani pengunjung memang harus dengan sepenuh hati, bukan hanya pada saat berkunjung tetapi hendaknya pelayanan juga diberikan purna kunjungan. Dalam hal ini, masih terjadi interaksi antara pengunjung dengan pengelola, misalnya dengan memberikan ucapan selamat ulang tahun atau memberikan informasi apabila ada promo / diskon. Titik kritis dalam pengembangan agrowisata yang dihadapi antara lain adalah: 1. Permodalan, merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting. Pinjaman modal untuk usaha kecil dan menengah dengan suku bunga ringan akan sangat membantu, atau dengan cara menjaring kemitraan dengan lembaga keuangan seperti LKM (Lembaga Keuangan Mikro), Koperasi Simpan Pinjam, KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) guna mendapatkan pendanaan yang layak. 2. Kemampuan pengelola, merupakan faktor penentu berikutnya. Sumber Daya Manusia menjadi penggerak yang berperan aktif dalam
pengembangan usaha agrowisata ini. Oleh karena itu, para pengelola harus selalui meningkatkan kemampuannya agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan konsumen. Keahlian pengelola bukan hanya dalam bidang teknis dalam dunia pertanian tapi juga harus diimbangi dengan kemampuan manajemen. Keberhasilan kegiatan suatu usaha juga dipengaruhi oleh pengelolaan manajemen yang baik, dalam hal ini pengembangan agrowisata yang pada dasarnya merupakan kegiatan berbasis kemasyarakatan, maka sebaiknya manajemen yang berlaku adalah kekeluargaan secara professional. 3. Motivasi dan keinginan kuat. Tidak banyak dari para pengelola suatu usaha atau katakanlah pelaku bisnis merupakan pejuang tangguh yang mampu bertahan dalam berbagai keadaan. Masa-masa sulit yang dialami sebenarnya adalah kondisi yang menuntut kita kita runtuh. Semangat juang yang pantang menyerah inilah yang harus terus ditumbuhkan seiring dengan berbagai tantangan zaman. Memang, dibutuhkan motivasi diri dalam setiap pribadi pengelola, kesamaan visi dan misi serta konsistensi dalam mencapai tujuan bersama. 4. Kebersamaan dan kekompakkan pengelola. Pengembangan agrowisata yang berbasiskan masyarakat merupakan suatu usaha bersama yang melibatkan sekelompok orang yang tentunya mempunyai beragam persepsi. Keberagaman inilah menjadi sumber kekayaan yang harus digali dan dapat dimanfaatkan dalam pengembangan usaha. Langkah awal yang perlu dibina sebelum menjalankan usaha adalah menyatukan visi dan misi pada setiap pengelola, kemudian pemahaman akan tujuan bersama yang ingin diraih dan poin yang tidak kalah penting lagi adalah
kesepakatan dan pemantapan strategi dalam pencapaian tujuan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, pada dasarnya agrowisata dapat pula diterapkan dalam wilayah perkotaan dengan mengusung konsep pemberdayaan masyarakat. Optimalisasi lahan yang ada sebagai pusat kegiatan pertanian komersial memerlukan dukungan dari berbagai sektor, dan merupakan salah satu bentuk peduli lingkungan yang juga melibatkan peran aktif dari masyarakat sekitar. Beberapa model pengembangan agrowisata perkotaan dapat dikelompokkan berdasarkan luasan area dan kegiatan pertanian yang diusahakan. Seperti kegiatan komersial pada umumnya, maka perlu adanya promosi sehingga dibutuhkan kerjasama dan kemitraan dengan pihak terkait, yang diimbangi dengan pemantapan managemen dari pengelola agrowisata tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Pertanian
Vol.
24
No.1.
.diakses tanggal 10 April 2013. Hamzens, W.P.S., 2011. Pengembangan Kawasan Pertanian di Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Vol 3 No.1 Maret 2011. Nurhayati, Endah. 2012. Pengembangan Agrowisata Berkelanjutan Berbasis Komunitas di Kota Batu Jawa Timur. . diakses tanggal 10 April 2013. Nurhidayati, Endah. 2010. Implementasi Model Pengembangan Agrowisata dengan Pendekatan Community Based Tourism (CBT) dalam Upaya Pemberdayaan Social Capital Masyarakat Lokal. . diakses tanggal 10 April 2013 Nurisyah, S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro. . Program Studi Arsitektur Lanskap. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor, No. IV. Hlm. 20-23 Sanjaya, I Gede Arya., Cocorda, G.A.S., dan I Nyoman, G.A., 2013. Studi Potensi Subak Renon di Denpasar Selatan untuk Pengembangan Agrowisata. Vol. 2 No.1. Januari 2013.
Y., dan Agus, W. 2007. Model Pengembangan Agrowisata dalam rangka Pemberdayaan Kelompok Tani Tawangrejo Asri. Vol. 3 No.2, Desember 2007.
Samsiar, Siti. 2007. Model Pengembangan Agrowisata Perdesaan sebagai Basis Pembangunan Masyarakat. Vol. 4 No.1. September 2007. Hlm. 37-43.
Catalino, Alejandro Herrera., and Magdalena Lizardo. 2004. Agriculture, Environtmental Services and AgroTourism in Dominican Republic.
Subiyanto. 2002. Penggunaan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Pemilihan Obyek Agrowisata.
, Vol.1
Suyastiri, Ni Made. 2012. Pemberdayaan Subak melalui “Green Tourism” Mendukung Keberlanjutan Pembangunan Pertanian di Bali. Vol.8 No.2 Februari 2012. Hlm.168-173.
No.1 2004, pp.109 Departemen Pertanian. 2003. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. Warta Penelitian & Pengembangan
Vol.4 No.5 Agustus 2002. Hlm. 38-47