Analisis Perkara Penyimpangan Penyaluran Dana Bantuan Sosial Kemasyarakat oleh Pemerintah Daerah Tunggul Anshari Setia Negara Nunuk Nuswardani
*
E-mail :
[email protected] Abstract Dualism handling of allegations of corruption in the form of irregularities channeling funds to the community is often a burden on judges Corruption . Settling disputes often disagreement and overlap between the legislation in terms of the legal system is used . Using criminal law system or administrative law system . This study seeks to uncover the important points which should be first noted among both the legal system and then searched the case settlement solutions . Therefore, in this study used the approach of cases and legislation in order to approach the problem can be expressed clearly . Keywords : Case, Deviation , disbursements , Administrative Law .
Abstrak Dualisme penanganan masalah dugaan tindak pidana korupsi dalam bentuk penyimpangan penyaluran dana ke masyarakat seringkali menjadi beban hakim Tindak Pidana Korupsi. Penyelesaian perkara sering terjadi silang pendapat dan overlap antar peraturan perundang-undangan dalam hal sistem hukum mana yang digunakan. Sistem hukum pidana ataukah sistem hukum administrasi. Kajian ini berusaha mengungkap poin penting mana yang harus terlebih dahulu dikemukakan diantara kedua sistem hukum tersebut dan kemudian dicari solusi penyelesaian perkaranya. Oleh karenanya dalam kajian ini digunakan pendekatan kasus dan pendekatan perundangundangan agar permasalahan dapat diungkap dengan jelas. Kata Kunci : Kasus, Penyimpangan, penyaluran dana, Hukum Administrasi.
Pendahuluan
Sebagai contoh pada perkara Pe-
Sejak dikenal istilah mal-admi-
nyimpangan Dana Bantuan Sosial
nistrasi, di kalangan penegak hukum
(Bansos) Kemasyarakatan yang pe-
terjadi dua pendapat terhadap perka-
nyalurannya
ra ‘dugaan tindak pidana korupsi’.
Daerah, pelaksanaannya di berbagai
*
melalui
Pemerintah
Penulis : dosen Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Fakultas Hukum Univ. Brawijaya, Malang dan dosen Hukum Administrasi Fakultas Hukum Univ. Trunojoyo Madura.
154
155
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
Daerah menuai permasalahan. Per-
buat sistem sentralisasi pemerintahan
kara yang telah diajukan ke penga-
menjadi kuat. Konsep monoloyalitas
dilan Tindak Pidana Korupsi (selan-
ini berdampak terhadap penataan ke-
jutnya disebut Tipikor) seringkali
pegawaian atau sumber daya apara-
mengabaikan sisi administratif suatu
tur pemerintah.
perkara. Hampir dapat dipastikan
Dalam sistem administrasi peme-
setiap tuntutan jaksa terhadap tinda-
rintahan terdapat terdapat dua pihak
kan pemerintah yang diajukan ke
yang saling berurusan, yaitu pega-
pengadilan Tipikor berakhir dengan
wai negeri dan masyarakat. Namun
penilaian dan pembuktian dari sisi
ada perbedaan diantara kedua belah
hukum pidana. Penilaian hakim Tipi-
pihak, jika pegawai negeri mempu-
kor tersebut dapat dianggap sebagai
nyai otoritas dan wewenang secara
imbas dari adanya perubahan konsep
hukum untuk pengendalian dan pem-
struktur dan pertanggung-jawaban
berian sanksi, sedangkan masyarakat
kepegawaian di Indonesia.
tidak memiliki wewenang. P de
Pada masa orde baru terdapat per-
Haan cs mendeskripsikan bahwa
masalahan dalam pelaksanaan sistem
seharusnya ada keterlibatan masya-
pemerintahan Indonesia. Bentuk per-
rakat dalam pemerintahan berbentuk
masalahannya berupa pola pikir pe-
‘partisipasi’ (Philipus M. Hadjon,
merintah yang mengakibatkan rakyat
2003), namun di Indonesia, meski
tidak ditempatkan sebagai pihak
ada istilah ‘konsultasi publik’ untuk
yang mempunyai peran yang dapat
ranah legislasi, namun dalam praktik
mengontrol birokrasi pemerintah.
belum dilaksanakan dengan baik.
Kekuasaan pemerintahan disalahgu-
Fakta bahwa peran atau keterli-
nakan oleh penguasa untuk mengua-
batan masyarakat dalam pemerintah-
sai struktur birokrasi yang terkenal
an tampak dari banyaknya produk le-
dengan sebutan konsep monoloyali-
gislatif yang tidak sesuai dengan di-
tas. Semua pejabat termasuk pega-
namika kehidupan masyarakat dan
wai negeri dari lini dan layer, mem-
diajukan ke Mahkamah Konstitusi
punyai jabatan dan sekaligus kewa-
untuk dimohonkan pembatalannya.
jiban untuk memihak kepentingan
Wewenang pemerintah sebagian be-
penguasa. Keadaan seperti ini mem-
sar dilaksanakan secara sewenang-
156
Tunggul - Nunuk: Analisis Perkara Penyimpangan
wenang sehingga di saat era reforma-
tratif Bidang Tugas Asisten Sekreta-
si bergulir, menimbulkan potensi
ris Daerah untuk Asisten Pembangu-
konflik antara pemerintah (khusus-
nan, antara lain : 1). Perekonomian,
nya di daerah) dan masyarakat yang
2). Kesejahteraan Rakyat, 3). Hubu-
mengakibatkan munculnya berbagai
ngan Masyarakat dan Pengolahan
ekses di bidang pemerintahan yang
Data Elektronik..;.
dipahami sebagai penyalah-gunaan
Pada Tahun 2009 terbit pula Pera-
wewenang yang dianggap masuk
turan Gubernur No. 040 Tahun 2009
katagori Tipikor.
Tentang Pemberian Bantuan Sosial,
Dalam kajian ini, secara khusus
yang dalam Pasal 5 butir 2 dan 3
akan dianalisis munculnya dugaan
antara lain diatur : ....(2) Bantuan
tindak pidana korupsi yang terjadi
diberikan setelah dilakukan peneli-
terhadap Proposal Pengajuan Dana
tian/pengecekan/penilaian oleh Tim
Bansos Kemasyarakatan oleh Partai
Penilai Bantuan Sosial Biro Kese-
Golongan Karya tahun 2010 kepada
jahteraan Rakyat; (3) Tim Monito-
(mantan) Asisten Pembangunan Sek-
ring dan Evaluasi Bantuan Sosial
da Propinsi yang dinyatakan sebagai
Biro Kesejahteraan Rakyat menga-
Tersangka oleh Kejaksaan Tinggi.
dakan evaluasi dan monitoring terha-
Saat perkara tersebut terjadi, Asisten
dap penggunaan dana yang dikeluar-
Pembangunan Sekda Propinsi telah
kan; [Pengaturan ini jelas menunjuk
menduduki jabatannya dengan Ke-
bahwa monitoring dan evaluasi di-
putusan Gubernur dan Surat Pernya-
laksanakan oleh Biro Kesejahteraan
taan Melaksanakan Tugas dari Gu-
Rakyat]. Sementara pada Pasal 6
bernur 2009).
huruf a butir 2 dan 3 mengatur
Mengenai perkara ini, pada tahun 2009 Gubernur telah menerbitkan
bahwa: 1. Untuk efisiensi birokrasi dan
Keputusan Gubernur No.188/2009
pencepatan
tentang Penetapan Koordinasi dan
masyarakat, pendelegasian kewe-
Pembinaan Administratif Bidang Tu-
nangan, penetapan besaran bantu-
gas Asisten Sekretaris Daerah Pro-
an sosial ditentukan sebagai beri-
pinsi, yang menunjukkan bahwa
kut: a. Bantuan sosial yang ber-
Koordinasi dan Pembinaan Adminis-
sumber dari DPA-SKPD yang
pelayanan
kepada
157
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
dikelola Biro Kesejahteraan Rak-
syarakatan pada Biro Kesra Setda
yat : .....
Propinsi yang diawali dengan adanya
2. Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) sampai Rp.15.000.000,(Lima Belas Juta Rupiah) diputuskan atau dengan persetujuan Sekretaris Daerah, atas rekomendasi Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat dan Asisten Pembangunan (Asisten II); 3. Lebih dari Rp. 15.000.000 (Lima Belas Juta Rupiah) diputuskan atau dengan persetujuan Gubernur atas rekomendasi Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat, Asisten II dan Sekretaris Daerah;
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Propinsi Tahun 2010 (Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern No. 14.B/ 2011)
Selanjutnya, Keputusan Gubernur
ini pada poin 12 menyatakan : ‘....bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan atas laporan pertanggungjawaban bantuan sosial pada Biro Kesejahteraan Sosial diketahui bahwa Biro Kesra belum melakukan monitoring dan evaluasi atas pertanggungjawaban penerima Bantuan Sosial secara optimal...’.
No. 188/2009 tentang Petunjuk Tek-
Hasil pemeriksaan BPK RI me-
nis
Penyelenggaraan
Pelayanan
nunjukkan telah ada permasalahan
Pemberian Bantuan Sosial, pada ba-
terhadap penyaluran dana Bantuan
gian Mekanisme Pelayanan butir 2
Sosial oleh Pemerintah Propinsi
dan 4 menyatakan : ....
yang diawali dengan tiadanya moni-
2. Pengecekan persyaratan berkas permohonan oleh Tim Penilai pada masing-masing bagian. ...... 4. Bagian sesuai substansinya menyampaikan nota pertimbangan/ bahan telaahan kepada pimpinan secara berjenjang dari Kepala Biro Kesra, Asisten, Sekretaris daerah dan Gubernur untuk mendapatkan disposisi persetujuan terhadap berkas yang diusulkan.....;
toring dan evaluasi kepada para penerima bantuan oleh Biro Kesejahteraan Rakyat. Namun fakta di persidangan Tipikor yang diajukan sebagai terdakwa oleh Jaksa adalah Asisten II Sekda Propinsi. Oleh karenanya, analisis tentang penyimpangan penyaluran dana Bansos ini dibahas dengan pendekatan perundang-undangan
(statute
Berdasarkan Keputusan Gubernur
approach) dan pendekatan kasus
tersebut perkara Dugaan Tipikor Pe-
(case approach) agar dapat diketahui
nyimpangan Dana Bansos Kema-
duduk persoalan yang sesungguhnya
158
Tunggul - Nunuk: Analisis Perkara Penyimpangan
dan dikemukakan pendapat dalam
unsur KTUN, yaitu :
bentuk saran tindakan yang dapat
Tertulis;
dilakukan oleh pihak terkait.
dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang; didasarkan pada peraturan per-
Isu Hukum Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dikemukakan isu
undang-undangan yang berlaku; bersifat konkrit, individual dan
hukum sebagai berikut : 1. Bagaimanakah keberadaan rekomendasi dari Asisten Sekda Propinsi dalam pengambilan Kepu-
final; menimbulkan akibat hukum bagi penerima KTUN
tusan Gubernur tentang Dana
Dalam
Bansos Kemasyarakatan;
KTUN tersebut dalam perkara a
2. Bagaimanakah keberadaan per-
konteks
implementasi
quo, jelas bahwa :
tanggungjawaban Asisten II Sek-
1. Disposisi Asisten Sekda Pro-
da Propinsi dalam pengambilan
pinsi bukan keputusan Peja-
Keputusan Gubernur tentang Da-
bat ‘yang berwenang’.
na Bansos Kemasyarakatan. Disposisi yang diberikan oleh Analisis Hukum Administrasi ter-
Asisten Pembangunan (Asis-
hadap Perkara a quo
ten II) Sekda. Propinsi terha-
A. ‘Keberadaan’ disposisi persetujuan Asisten II Sekda Propinsi dalam pengambilan Keputusan Gubernur tentang Dana Bansos Kemasyarakatan.
dap berkas yang diusulkan bukan keputusan Pejabat yang berwenang, karena dasar pengambilan Asisten
Keputusan
Gubernur
II
Keputusan
oleh
(Pembangunan)
tentang
adalah delegatif sebagai ba-
Dana Bansos Kemasyarakatan
gian dari sebuah ‘proses’ pela-
adalah Keputusan Tata Usaha
yanan Pemberian Bantuan So-
Negara (KTUN). Pasal 1 (3) UU
sial. Hal ini tampak pada
No. 5 Tahun 1986 dan UU Peru-
Keputusan Gubernur No. 188/
bahannya diatur adanya unsur-
2009 tentang Petunjuk Teknis
159
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
Penyelenggaraan
Pelayanan
memeriksa kelengkapan ad-
Pemberian Bantuan Sosial,
ministratif dari berkas per-
pada bagian Mekanisme Pela-
mohonan dan setelah penge-
yanan butir 2 dan 4. Tugas dan
cekan, kemudian memberikan
wewenang yang diberikan ke-
rekomendasi untuk ke tingkat
pada Asisten II adalah :
selanjutnya. Pemberian dispo-
Pengecekan
persyaratan
sisi tersebut terkait dengan
berkas permohonan oleh
kelengkapan berkas permo-
Tim Penilai pada masing-
honan sebagaimana dimaksud
masing bagian (butir 2);
dalam wewenang ‘pengece-
Menyampaikan nota per-
kan’. Dalam hal ini, jika
timbangan/bahan telaahan
pengecekan terhadap berkas
kepada pimpinan secara
permohonan sudah lengkap
berjenjang dari Kepala Biro
maka secara mutatis-mutandis
Kesra, Asisten, Sekretaris
akan diberikan nota pertim-
daerah dan Gubernur untuk
bangan untuk dilanjutkan ke
mendapatkan disposisi per-
jenjang berikutnya.
setujuan terhadap berkas yang diusulkan.
2. Disposisi Asisten II Sekda Propinsi bukan keputusan ‘final’. Disposisi persetujuan Asisten
Dengan demikian dapat dika-
II Sekda Propinsi
takan bahwa Asisten II hanya
wewenang untuk memutuskan
memiliki wewenang di salah
di tingkat akhir (final). Hal ini
satu bagian ‘proses’ saja, pro-
dapat dilihat dalam Peraturan
ses tersebut merupakan ‘kelan-
Gubernur No. 040 Tahun 2009
jutan’ proses dari satu bagian
Pasal 6 (1) huruf a butir 2 dan
untuk ‘dilanjutkan’ ke bagian
3 mengatur bahwa :
lainnya. Wewenang untuk me-
(1) Untuk efisiensi birokrasi dan pencepatan pelayanan kepada masyarakat, pendelegasian kewenangan, penetapan besaran bantuan sosial ditentukan sebagai berikut: a. Bantuan sosial yang ber-
lakukan ‘Pengecekan persyaratan berkas permohonan’ tersebut mengandung makna bahwa tugas tersebut hanya
bukanlah
160
Tunggul - Nunuk: Analisis Perkara Penyimpangan
sumber dari DPA-SKPD yang dikelola Biro Kesejahteraan Rakyat : ..... 2. Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Ru- piah) sampai Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah) diputuskan atau dengan persetujuan Sekretaris Daerah, atas rekomendasi Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat dan Asisten Pembangunan (Asisten II); 3. Lebih dari Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah) diputuskan atau dengan persetujuan Gubernur, atas rekomendasi Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat, Asisten II dan Sekretaris Daerah;
Propinsi tanpa disposisi dari
Dalam hal ini, sebagai bagian
terdapat 2 (dua) jenjang jaba-
dari
tan lagi.
mata
rantai
‘proses’
Asisten II Sekda Prov (lihat lampiran). Oleh karena tidak bersifat final, maka rincian proses pemberian rekomendasi Asisten II tersebut adalah pengecekan kelengkapan berkas permohonan setelah diberi rekomendasi oleh jenjang sebelumnya, kemudian Asisten II Sekda Prop memberikan rekomendasi dan menyerahkan (untuk proses selanjutnya) ke jenjang berikutnya. Untuk mencapai pengambil keputusan (decision maker) masih
mekanisme pelayanan Pembe-
Dengan demikian dapat dikatakan
rian Bantuan Sosial, disposisi
bahwa wewenang yang dimiliki
Asisten II tidak memiliki
Asisten II adalah wewenang yang
makna lebih selain sebagai
tidak ‘final’ sehingga secara mu-
pemeriksa
‘kelengkapan’
tatis-mutandis tidak menimbul-
berkas permohonan. Hal ini
kan akibat hukum bagi peneri-
terbukti dari adanya beber-
ma KTUN (in casu penerima
apa
Bantuan
berkas
permohonan
yang langsung ke Sekda Permohonan
Sosial)
sebagaimana
tampak pada bagan berikut:
Proses adm.
KTUN
(Biro Kesra - Asisten II - Sekda Prov.) Gubernur
Bagan tersebut menunjukkan
bagian yang merupakan ‘pro-
posisi bidang-bidang sebagai
ses administrasi’ sebelum sam-
161
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
pai pada pemberian nota per-
Rincian
setujuan. Tampak jelas dari
pertanggungjawaban tersebut
bagan tersebut bahwa posisi
biasanya tertuang dalam SOP
proses administrasi tersebut
(Standart Operational Proce-
bukan
dure) atau petunjuk teknis
posisi
kewenangan
yang bersifat final.
tugas
fungsi
dan
(juknis) pelaksanaan adminis-
3. Wewenang pengecekan berkas permohonan oleh Asisten II Sekda Propinsi tidak disertai wewenang untuk melakukan monitoring dan evaluasi serta tidak untuk menghentikan proses administratif.
trasinya. Dalam kasus ini, Keputusan Gubernur No. 188/2009 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Pemberian Bantuan Sosial, pada bagian ‘Mekanisme
Sebuah keputusan tentang tu-
Pelayanan’ butir 5 menguraikan
gas pokok dan fungsi seharus-
adanya lampiran berbentuk Ba-
nya memiliki detail rincian
gan Alir, sebagaimana tampak
antara fungsi dan batas pertan-
berikut:
gungjawaban
yang
jelas.
Keterangan : Menunjukkan posisi Asisten II Sekda Propinsi Menunjukkan alur Nota Dinas yang telah disetujui Gubernur
162
Tunggul - Nunuk: Analisis Perkara Penyimpangan
Bagan alir tersebut menunjukkan
tansi berkas yang notabene tidak
dengan jelas mekanisme Penyalu-
ada wewenang untuk menghen-
ran Dana Bantuan Sosial Biro
tikan proses administrasi sepan-
Kesejahteraan Rakyat bulan Juli-
jang berkas permohonan telah
Desember 2010 yang:
lengkap;
menempatkan posisi Asisten II
Asisten II tidak ada kaitannya
Sekda Propinsi sebagai salah
dengan nota dinas yang telah
satu bagian dari sebuah proses
disetujui Gubernur yang notabe-
pengecekan persyaratan berkas
ne tidak ada kaitannya dengan
permohonan;
pencairan dana dan pertanggung-
menempatkan Asisten II Sekda
jawabannya, karena alur mekanis-
Propinsi di luar alur nota dinas
me penyerahan nota dinas yang
yang telah disetujui Gubernur.
telah disetujui Gubernur langsung
Dengan demikian dapat dikatakan
ditujukan ke KPA Biro Kesra
bahwa secara nyata :
(tidak lagi melalui Asisten II).
Asisten II sebagai bagian dari
Secara nyata tampak pula bahwa
proses administrasi Penyaluran
monitoring dan evaluasi pun di-
Bantuan Sosial, wewenang Asis-
laksanakan oleh Biro Kesra seba-
ten II hanya dinyatakan sebagai
gai penerima laporan pertanggu-
pemeriksa (pengecekan) berkas
ngjawaban dari penerima bantuan
persyaratan berkas permohonan
sosial.
(bukan pengecekan ‘substansi’ berkas permohonan) dan kemudian memberikan nota dinas/disposisi persetujuan, sehingga apa-
B. Pertanggung-jawaban Asisten II Sekda Propinsi dalam pengambilan Keputusan Gubernur tentang Dana Bansos Kemasyarakatan.
bila berkas persyaratan permohonan telah lengkap, maka disposisi persetujuan akan langsung diberikan. Mekanisme ini menunjukkan tidak adanya wewenang, tugas ataupun kewajiban bagi Asisten untuk pengecekan subs-
Sebagaimana telah disebutkan dalam bagian uraian fakta hukum di atas, dalam hal ‘Dugaan Tipikor Penyimpangan Dana Bansos Kemasyarakatan pada Biro Kesra Setda Propinsi’ tersebut diawali dengan
163
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
adanya Laporan Hasil Pemeriksaan
dan fungsi pengecekan persyaratan
BPK RI atas Laporan Keuangan
berkas permohonan dan mana lem-
Pemerintah Daerah Propinsi Tahun
baga yang memiliki tugas, fungsi
2010 (Laporan Hasil Pemeriksaan
monitoring dan evaluasi atas per-
atas Sistem Pengendalian Intern No.
tanggungjawaban penerima Bantuan
14.B/ 2011) yang pada poin 12 men-
Sosial.
yatakan :
Dalam hal ini, permasalahan yang
‘....bahwa berdasarkan hasil pe-
timbul berada di ranah monitoring
meriksaan atas pengelolaan atas
dan evaluasi dan bukan di ranah
laporan pertanggungjawaban ban-
pengecekan persyaratan berkas per-
tuan sosial pada Biro Kesejahter-
mohonan. Ditinjau dari tugas fungsi
aan Sosial diketahui bahwa Biro
berdasarkan bagan alir butir 5 Kepu-
Kesra belum melakukan moni-
tusan Gubernur No. 188/2009 ten-
toring dan evaluasi atas pertang-
tang Petunjuk Teknis Penyelengga-
gungjawaban penerima Bantuan
raan Pelayanan Pemberian Bantuan
Sosial secara optimal...’.
Sosial tersebut, disposisi persetujuan
Pernyataan BPK RI ini sejalan
Asisten II dalam proses Penyaluran
dengan bagan alir SOP (juknis) dari
Bantuan Sosial Kemasyarakatan me-
Keutusan Gubernur 188/2009. Bah-
rupakan proses adiministratif yang
wa harus dipilah mana ‘proses admi-
pertanggungjawabannya
nistrasi’ dan mana ‘monitoring dan
kan secara berjenjang sesuai alur
evaluasi’.
proses administrasinya.
dilaku-
Berdasarkan uraian fakta tersebut,
Oleh Karen aitu, apabila ada
tampak jelas bahwa disposisi perse-
kesalahan administrasi yang dila-
tujuan Asisten II Sekda Propinsi
kukan oleh Asisten II dalam melak-
(sebagai bagian dari proses pengece-
sanakan tugas dan fungsi pengece-
kan persyaratan berkas permohonan)
kan persyaratan berkas permohonan,
tidak terkait dengan kewajiban mo-
tidak dapat secara serta-merta
nitoring dan evaluasi atas pertang-
dinyatakan sebagai mal-adminis-
gungjawaban penerima Bantuan So-
trasi karena harus ditinjau dulu ting-
sial sehingga harus dipilah, mana
kat kesalahan administrasinya. Pasal
lembaga yang melaksanakan tugas
1 butir 3 UU No. 37 Tahun 2008
164
Tunggul - Nunuk: Analisis Perkara Penyimpangan
tentang Ombudsman RI (UU ORI)
yarakatan pada Biro Kesra Setda
menyatakan bahwa unsur-unsur mal-
Propinsi’ ini, Asisten II Sekda Pro-
administrasi adalah :
pinsi selaku sub-ordinatie dan pelak-
Perilaku atau perbuatan melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan, termasuk perseorangan yang membantu pemerintah memberikan pelayanan publik yang menimbulkan kerugian materiil dan/atau imateriil bagi masyarakat dan orang perseorangan’.
sana administrasi merupakan bagian proses administrasi yang wajib melaksanakan tugas administrasi di bidangnya. Oleh karena tidak ada bukti permasalahan di bidang proses administrasi (tidak ada kesalahan administratif) di bagian Asisten II Sekda Propinsi, maka jika di kemudian hari ada permasalahan, dapat dikatakan bahwa permasalahan tersebut merupakan kesalahan yang timbul tidak di ranah pengecekan persyaratan berkas permohonan dan pemberian rekomendasi oleh
Berdasarkan wewenang yang diberikan terhadap pegawai pemerintah, maka terdapat hubungan antara Hukum Administrasi dengan Hukum Kepegawaian yang disebut sebagai openbare dienstbetrekking (hubungan dinas publik) terhadap negara (pemerintah).
Adapun
openbare
dientsbetrekking yang melekat pada hubungan hukum kepegawaian itu lebih merupakan hubungan sub-ordinatie antara atasan dengan bawahan (Philipus M. Hadjon, 2003). Dalam perkara ‘Dugaan Tipikor Penyimpangan Dana Bansos Kemas-
Asisten II Sekda Propinsi. Oleh karenanya, terhadap rekomendasi Asisten II Sekda Propinsi selaku pelaksana pengecekan ‘persyaratan berkas permohonan’, tidak dapat dikatagorikan sebagai tindakan mal-administrasi karena tidak termasuk dalam unsur-unsur maladministrasi berdasarkan unsur-unsur Pasal 1 butir 3 UU ORI tersebut. Dalam hal pejabat TUN dinyatakan bersalah oleh Jaksa penuntut umum, masih harus ditetapkan pula dimana ranah ‘letak kesalahan’ dan batas pertanggungjawabannya. Un-
165
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
tuk itu, ada beberapa pandangan
pemeriksaan/pengawasan
yang perlu diperhatikan, antara lain :
berkedudukan sebagai informasi
Mengenai penetapan ranah ‘ke-
kerugian
negara/daerah
yang
untuk
salahan’, Indriyanto Seno Adji
selanjutnya dapat dinilai dan
menyatakan : “....sangat sulit un-
ditetapkan oleh Badan Pemeriksa
tuk membedakan kapan seorang
Keuangan dengan dua cara :
aparatur negara itu melakukan
(1). apabila penanggung jawab-
perbuatan melawan hukum dan
nya bendahara dan Menteri/
kapan dapat dikatakan melakukan
Kepala Badan/Ketua Lem-
penyalahgunaan wewenang. Ia
baga/Gubernur/Walikota/
berpendapat masalah itu masuk
Bupati.
ke dalam area abu-abu (grey
(2). apabila penanggung jawab-
area)”. (Indriyanto Seno Adji,
nya pegawai negeri bukan
2014).
bendahara/pejabat lain.
Mengenai penegakan hukum da-
Keputusan
Pejabat
TUN
lam ranah hukum administrasi
(BPK/Menteri/Kepala
negara menitik-beratkan pada
Badan / Ketua Lembaga/Gu-
pemulihan kerugian negara/
bernur/Walikota/Bupati)
daerah. Hal ini harus dilak-
merupakan bentuk peneta-
sanakan oleh Pejabat tata usaha
pan yang menjadi dasar
negara (Pejabat TUN) sesuai
untuk melakukan penagihan,
ketentuan Pasal 62 ayat (1) dan
sita, eksekusi atau pengha-
Pasal 63 ayat (1) UU Nomor 1
pusan kerugian negara/daer-
Tahun 2004 tentang Perbenda-
ah dimaksud. (Sikad, 2012)
haraan Negara. Pimpinan Instansi (Menteri/Kepala
Badan/Ketua
Apabila sudah dilakukan eksekusi atas putusan pengadilan untuk
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bu-
penggantian
pati)
memerintahkan
dalam hal penetapan pembayaran
Penyelesaian
uang pengganti dilakukan berupa
Kerugian Negara/Daerah) untuk
uang bukan hukuman penjara,
melaksanakan
perlu
TPKN/D
verifikasi
(Tim
atas
kerugian
negara,
penelitian
dan
sesuai ketentuan dalam Pasal 42
laporan
hasil
Peraturan BPK Nomor 3 Tahun
166
Tunggul - Nunuk: Analisis Perkara Penyimpangan
2007 tentang Tata Cara Ganti
dapat dilaksanakan maka penye-
Kerugian Negara terhadap Ben-
lesaian kerugian negara/daerah
dahara, dengan cara disetorkan ke
dimaksud
kas negara/daerah, pelaksanaan
menggunakan mekanisme peng-
surat keputusan pembebanan di-
hapusan. Hal tersebut sesuai
perhitungkan sesuai dengan nilai
dengan Fatwa Makamah Agung
penggantian yang sudah disetor-
Nomor 040/KMA/III/2010 tang-
kan ke kas negara/daerah maka
gal 29 Maret 2010 yang menya-
penanggung
kerugian
takan bahwa pengertian pemba-
negara/daerah dapat mengkom-
yaran uang pengganti sebagai
pensasikan kewajibannya dengan
pidana tambahan sekalipun tu-
membayar selisih lebih kerugian
juannya untuk memperkecil keru-
negara/daerah dengan berdasar-
gian keuangan negara namun
kan pada jumlah kerugian nega-
tidak identik atau sama dengan
ra/daerah yang ditetapkan dalam
pengertian
surat keputusan pembebanan.
sebagaimana
jawab
dapat
dilaksanakan
kerugian dimaksud
negara dalam
Namun, jika putusan pengadilan
Pasal 1 butir 16 Undang-Undang
menetapkan bahwa dalam hal
Nomor 15 Tahun 2006 tentang
pembayaran
pengganti
Badan Pemeriksa Keuangan dan
bukan dilakukan dalam bentuk
Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang
uang tetapi dalam bentuk hu-
Nomor 17 Tahun 2003 tentang
kuman penjara maka hal terse-
Keuangan Negara yang jumlah-
but tidak dapat dicatat dalam
nya harus pasti dan ditetapkan
daftar kerugian negara/laporan
oleh auditor negara dari BPK.
keuangan sebagai angsuran/pelu-
Oleh karena itu Pasal 65, Pasal 66
nasan. Proses penagihan dan pe-
dan Pasal 67 UU Nomor 1 Tahun
nyelesaian dalam ranah hukum
2004 tentang Perbendaharaan Ne-
administrasi tetap harus dilak-
gara
sanakan.
karena Pasal-pasal tersebut me-
uang
tidak
tepat
diterapkan,
Dalam hal putusan pengadilan
nyatakan bahwa uang pengganti
berupa uang pengganti sebagai
sebagai pidana tambahan bukan-
tambahan hukuman penjara tidak
lah piutang negara yang harus
167
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
ditagih
oleh
Panitia
Urusan
berjenjang sesuai proses adminis-
Piutang Negara (PUPN). Dalam
tratifnya. Dalam kasus ini tidak
lingkup
yang
ada kesalahan administratif yang
putusannya
dilakukan oleh Asisten II Sekda
dilakukan Jaksa/Penuntut Umum
Propinsi selama berkas permo-
dan bukan oleh Panitia Urusan
honan di tahap selanjutnya
Piutang Negara (PUPN).
(tahap Sekda Propinsi dan tahap
hukum
pelaksanaan
pidana
amar
pengambilan Keputusan GuberSimpulan
nur) tidak dipermasalahkan.
Berdasarkan uraian fakta dan
Terlebih lagi dalam perkara ini
analisis hukum mengenai keterli-
permasalahan tidak terjadi di
batan Asisten II Sekda Propinsi ter-
ranah pengecekan persyaratan
hadap perkara Penyimpangan Penya-
berkas permohonan yang menjadi
luran Dana Bantuan Sosial Kema-
wewenang Asisten II Sekda Pro-
syarakatan oleh Pemerintah Daerah,
pinsi tetapi terjadi di ranah moni-
dapat disimpulkan sebagai berikut :
toring dan evaluasi setelah proses
1. Rekomendasi Asisten II Sekda
administrasi selesai (mendapat-
Propinsi dalam pengambilan Keputusan Gubernur tentang Dana
kan persetujuan Gubernur). Saran Tindakan
Bansos Kemasyarakatan merupa-
Dalam perkara ‘Penyimpangan
kan bagian dari rangkaian proses
Penyaluran Dana Bantuan Sosial
administrasi Penyaluran Bantuan
Kemasyarakatan oleh Pemerintah
Sosial bukan merupakan keputu-
Daerah’ tersebut, posisi administratif
san dari pejabat yang berwenang
Asisten II Sekda Propinsi tidak
karena bukan keputusan final.
terbukti melakukan kesalahan admi-
Oleh
ada
nistratif, Oleh karenanya, selama
kesalahan maka termasuk dalam
keberadaan pejabat/pegawai pelak-
‘kesalahan prosedur’ dan bukan
sana administrasi sebagai bagian
‘penyalahgunaan wewenang’;
proses administrasi berupa tugas
2. Pertanggungjawaban permasalah-
pengecekan persyaratan berkas per-
an (kesalahan administratif) yang
mohonan tidak diimbangi dengan
timbul harus dilakukan secara
imbalan/balas jasa/gratifikasi da-
karenanya
apabila
168
Tunggul - Nunuk: Analisis Perkara Penyimpangan
lam bentuk apapun maka terhadap
2008 tentang Ombudsman RI
Asisten II Sekda Propinsi tidak dapat dikenakan tuntutan pidana.
Keputusan Gubernur Nomor 040 Tahun 2009
Bahan Rujukan: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata
Keputusan Gubernur Nomor 188 Tahun 2009
Usaha Negara Philipus M. Hadjon, Pengantar HuUndang-Undang Nomor 17 Tahun
kum Administrasi Indonesia, edi-
2003 tentang Keuangan Negara
si revisi, Gajahmada University Press, Jogyakarta, 2003.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Indriyanto Seno Adji, Materi diskusi
2004 tentang Perbendaharaan Ne-
Asosiasi Pengajar Hukum Pidana
gara
dan Kriminologi (Aspehupiki) , Jakarta, 14-16 Maret 2014
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
SIKAD (Sistem Informasi Kerugian Daerah), Sistem Pemidanaan dalam Pidana Ekonomi, BPK RI,
Undang-Undang Nomor 37 Tahun
Jakarta, 2 Oktober 2012