ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK TELUR KAKI LIMA DI KAWASAN JEMBATAN MERAH, KOTA BOGOR
SKRIPSI TINA INDAH SUKMAWATI LESTARI GIRSANG
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN TINA INDAH SUKMAWATI LESTARI GIRSANG. 2008. ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK TELUR KAKI LIMA DI KAWASAN JEMBATAN MERAH, KOTA BOGOR. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Asi H. Napitupulu, MSc. Pembimbing Anggota : Ir. Juniar Atmakusuma, MS. Laju perkembangan penduduk yang ditandai dengan semakin berkembangnya daerah perkotaan dan meningkatnya kesibukan serta tingginya pendapatan penduduk mendorong semakin perlunya makanan yang praktis, mudah dan cepat cara penghidangannya serta bergizi baik. Telur merupakan sumber pangan yang kaya protein. Komponen asam amino penyusun protein telur merupakan asam amino esensial yang terlengkap dan tinggi jumlahnya sehingga para ahli gizi menggunakan telur sebagai standar untuk mengukur mutu protein berbagai jenis makanan. Salah satu makanan jajanan yang memerlukan telur sebagai bahan baku utama adalah martabak telur. Sifat makanan ini instan, bergizi, dan murah harganya sehingga permintaan akan produk ini tinggi. Oleh sebab itu, jenis usaha ini menjamur di Kota Bogor, salah satunya di Kawasan Jembatan Merah. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima di Kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor dan (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima di Kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Jembatan Merah, Bogor di sepanjang Jalan Veteran selama bulan Nopember 2007. Metode penelitian ini merupakan survei terhadap konsumen martabak telur. Responden atau sampel adalah mereka yang sedang dan paling sedikit pernah membeli dan mengkonsumsi martabak telur di Kawasan Jembatan Merah. Metode penarikan sampel dilakukan secara acak disproporsional. Responden dibagi rata untuk 10 populasi pedagang. Dari tiap pedagang, responden dipilih dari pedagang secara acak, masing-masing untuk hari Senin sampai dengan hari Minggu. Total seluruh responden menjadi 100 orang dan untuk tiap pedagang masing-masing 10 orang. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor. Data hasil penelitian yang disajikan dalam tabulasi sederhana dibahas secara deskriptif. Karakteristik responden martabak telur kaki lima di Kawasan Jembatan Merah adalah rata-rata berusia 12-35 tahun, sebagian besar responden adalah laki-laki, bekerja sebagai pegawai swasta, berstatus sebagai suami/ayah, sebagian besar penerimaan responden berkisar antara Rp1.400.000,00 hingga Rp 4.500.000,00, berpendidikan perguruan tinggi, frekuensi pembelian martabak telur sebulan terakhir yaitu satu hingga dua kali, dan membelanjakan uangnya sebesar Rp 7.000,00 hingga Rp 21.999,00 untuk membeli martabak telur. Rataan penerimaan responden adalah Rp 2.766.200,00 dengan koefisien keragaman yang sangat tinggi (135,59 persen), pengeluaran pangan responden sebesar Rp 1.288.840,00 dengan koefisien keragaman yang juga sangat tinggi yaitu
124,48 persen, dan pengeluaran untuk pembelian martabak telur selama sebulan adalah Rp 33.930,00 dengan koefisien keragaman 75,26 persen. Nilai keragaman pada penerimaan menunjukkan bahwa konsumen martabak telur di Kawasan Jembatan Merah sangat beragam dalam segi perekonomian. Responden mengeluarkan penerimaannya sebesar 63,31 persen untuk kebutuhan pangan dan 2,39 persen dari penerimaan digunakan untuk membeli martabak telur. Hasil proses/tahap keputusan membelian menunjukkan bahwa pembelian martabak telur dilakukan secara tidak direncanakan. Papan nama dagang dan kedekatan dengan tempat tinggal menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan pembelian. Keinginan untuk membeli muncul saat perjalanan pulang. Martabak telur ayam porsi spesial sering dipesan. Kenaikan harga sebesar 20 persen tidak mengubah keinginan konsumen dalam membeli. Kepuasan terbentuk atas martabak telur yang dibeli terutama dari faktor rasa produk. Faktor yang dominan mempengaruhi proses keputusan pembelian adalah faktor komponen pertama yang terdiri dari variabel kemasan, kecepatan pelayanan, serta kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus). Ketiga variabel asal tersebut merupakan variabel yang mengintepretasikan rangsangan pemasaran. Dengan demikian rangsangan pemasaran merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian martabak telur. Kata-kata kunci : perilaku konsumen, keputusan pembelian, analisis faktor
ABSTRACT ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK TELUR KAKI LIMA DI KAWASAN JEMBATAN MERAH, KOTA BOGOR Girsang, T. I. S. L., A. H. Napitupulu, and J. Atmakusuma The aims of this study are : (1) to analyze the process of buying decision, (2) to analyze factors effecting consumers to buy. This research is using disproportionate random sampling. Data was analyzed with descriptive statistics and factor analysis. The descriptive statistics was used to know the consumers characteristic and consumers perception of several services. Factor analysis was used to grouped factors that influence consumers to buy martabak telur. The general characteristics of the consumer of Martabak Telur Kaki Lima are 12-35 years old, men, work as an employee in private company, as father/husband in the family, having income between 1,4-4,5 million rupiahs, the last educational background is college, in last a month they bought martabak telur 1 - 2 times and have Rp 22.000,00-Rp 36.999,00 a month to buy martabak telur. Buying martabak telur is unpredictable. Billboard and location that is near from house are two main considerations in buying decision. The desire to buy comes on the way home. Three most dominant variables grouped in the first factor component are packaging, the velocity of the service, and the hygiene of the using devices. Keywords: Consumer Behaviour, Buying Decision, Factor Analysis
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK TELUR KAKI LIMA DI KAWASAN JEMBATAN MERAH, KOTA BOGOR
Oleh TINA INDAH SUKMAWATI LESTARI GIRSANG D34104024
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK TELUR KAKI LIMA DI KAWASAN JEMBATAN MERAH, KOTA BOGOR
Oleh TINA INDAH SUKMAWATI LESTARI GIRSANG D34104024
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 7 April 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Asi H. Napitupulu, MSc. NIP. 130 256 389
Ir. Juniar Atmakusuma, MS. NIP. 130 804 891
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 8 September 1985. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak P. Girsang dan Ibu N. Siregar (Almh). Pendidikan Taman Kanak-Kanak ditempuh di TKK. Xaverius Way Halim Permai, Bandar Lampung dari tahun 1991-1992. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Xaverius Way Halim Permai, Bandar Lampung pada tahun 1998. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di Sekolah Menengah Pertama Fransiskus Tanjung Karang, Lampung pada tahun 2001. Kemudian, pada tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 9 Bandar Lampung. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan dengan minat studi Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di beberapa organisasi intra dan ekstra kampus, antara lain anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB Komisi Pelayanan Khusus (2004-2008), anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bogor (2005-sekarang) dan pernah menjadi Badan Pengurus Cabang (BPC) Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bogor sebagai Departemen Kesejahteraan Anggota periode 2006-2007, Staf Departemen Ilmu dan Keprofesian Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) selama dua periode kepengurusan (2005-2006 dan 2006-2007), dan sekretaris Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Parsadaan Mahasiswa Simalungun Bogor (Parmasi Bogor) pada tahun 2006-2007. Sekarang, penulis aktif di Badan Pengurus Keuangan Cabang (BPKC) GMKI Cabang Bogor periode 2008-2009.
KATA PENGANTAR Skripsi yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Martabak Telur Kaki Lima di Kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melihat tingginya permintaan akan produk makanan jadi yang mengandung protein tinggi dan lengkap, pengusaha atau pedagang melakukan inovasi produk yang tepat sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang dapat memenuhi preferensi konsumen di Kota Bogor. Melihat peluang itulah, beberapa pengusaha atau pedagang berinisiatif membuka usaha dengan menggunakan telur sebagai bahan baku dengan melakukan inovasi sehingga dapat memenangkan persaingan. Luas dan berkembangnya potensi segmen pasar yang ada di Kota Bogor menyebabkan munculnya pelaku-pelaku usaha yang ikut meramaikan persaingan di bidang sejenis, dalam hal ini martabak telur. Untuk memenangkan persaingan usaha, diperlukan upaya dari pihak pengusaha atau pedagang untuk memperbaiki diri dan peka terhadap permasalahan yang ada. Salah satu usaha yang dilakukan untuk memenangkan persaingan adalah dengan mempelajari segmen pasar yang ada melalui riset. Riset dilakukan, antara lain untuk dapat memahami konsumen yang ada sehingga dapat merancang strategi yang sesuai. Hal tersebut diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan seperti promosi penjualan, kebijakan mengenai harga, serta posisi pesaing sebab hal-hal tersebut mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Bogor, April 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ............................................................................................
i
ABSTRACT...............................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR................................................................................
vii
DAFTAR ISI..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiv
PENDAHULUAN......................................................................................
1
Latar Belakang................................................................................ Perumusan Masalah ........................................................................ Tujuan ............................................................................................ Kegunaan Penelitian .......................................................................
1 3 3 4
KERANGKA PEMIKIRAN.......................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
8
Martabak Telur ............................................................................... Telur............................................................................................... Konsumen....................................................................................... Perilaku Konsumen......................................................................... Proses Keputusan Pembelian........................................................... Pengenalan Kebutuhan ...................................................... Pencarian Informasi........................................................... Evaluasi Alternatif............................................................. Pembelian dan Hasil Pembelian......................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ............... Pengaruh Lingkungan....................................................... Perbedaan Individu........................................................... Atribut Produk ................................................................................ Pemasaran....................................................................................... Analisis Faktor................................................................................
8 8 9 10 15 16 17 18 19 19 20 21 25 25 26
METODE...................................................................................................
29
Lokasi dan Waktu ........................................................................... Populasi dan Sampel....................................................................... Desain ............................................................................................ Data dan Instrumentasi ................................................................... Pengumpulan Data.......................................................................... Analisis Data .................................................................................. Pengelompokkan Data......................................................
29 29 32 32 32 33 33
Analisis Deskriptif............................................................ Analisis Faktor ................................................................. Definisi Istilah ................................................................................
33 33 36
KEADAAN UMUM LOKASI ...................................................................
38
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................
39
Karakteristik Umum Konsumen...................................................... Hubungan Antara Penerimaan, Pengeluaran Pangan, dan Pembelian Martabak Telur .............................................................. Proses Keputusan Pembelian Martabak Telur.................................. Pengenalan Kebutuhan ........................................................... Pencarian Informasi ............................................................... Evaluasi Alternatif ................................................................. Proses Pembelian ................................................................... Perilaku Pasca Pembelian....................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Martabak Telur .............................................................................. Faktor Komponen Pertama ............................................... Faktor Komponen Kedua.................................................. Faktor Komponen Ketiga ................................................. Faktor Komponen Keempat..............................................
39 46 48 48 50 51 54 57 60 66 67 67 67
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
68
Kesimpulan..................................................................................... Saran ..............................................................................................
68 68
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
71
LAMPIRAN...............................................................................................
73
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kandungan Zat Gizi Martabak Telur dan Martabak Manis ..............
8
2. Kandungan Zat Gizi Telur Ayam dan Telur Bebek (Itik).................
9
3. Penyebaran Jumlah Sampel Penelitian di Sepuluh Pedagang Martabak Telur Kaki Lima di Kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor..............................................................................................
31
4. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Jenis Kelamin..............
39
5. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Kelompok Usia ...........
40
6. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Pekerjaan ....................
40
7. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Jumlah Anggota Keluarga .........................................................................................
41
8. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Status dalam Keluarga ....................................................................................................... . ....................................................................................................... 41 9. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Pendidikan Terakhir atau yang Sedang Ditempuh............................................................
42
10. Jumlah dan Persentase Penerimaan Konsumen pada Bulan Terakhir
42
11. Jumlah dan Persentase Konsumen untuk Pengeluaran Pangan Sebulan Terakhir.............................................................................
43
12. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Frekuensi Pembelian Martabak Telur Sebulan Terakhir....................................................
43
13. Jumlah dan Persentase Pengeluaran Konsumen untuk Pembelian Martabak Telur ...............................................................................
44
14. Karakteristik Dominan Konsumen ..................................................
45
15. Persentase Besarnya Pengeluaran Pangan dan Pembelian Martabak Telur Atas Total Penerimaan per Bulan...........................................
47
16. Alasan/Motivasi Utama Konsumen Tertarik Mengkonsumsi Martabak Telur di Jembatan Merah.................................................
48
17. Manfaat yang Diperoleh Konsumen Saat Mengkonsumsi Martabak Telur dalam Satu Bulan Terakhir ....................................................
50
18. Keberadaan Martabak Telur Kaki Lima di Kawasan Jembatan Merah Diketahui Pertama Kali........................................................
51
19. Pemberi Pengaruh dalam Memutuskan Pembelian Martabak Telur pada Saat Penelitian ........................................................................
51
20. Pertimbangan Konsumen dalam Membeli Martabak Telur ..............
52
21. Alternatif yang Dilakukan Konsumen Saat Pedagang Martabak Telur Tutup.....................................................................................
53
22. Cara Konsumen Memutuskan Pembelian Martabak Telur ...............
54
23. Saat Merencanakan Pembelian Martabak Telur...............................
55
24. Jenis Telur yang Paling Sering Dipesan Saat Membeli Martabak Telur ...............................................................................................
55
25. Pilihan Menu Martabak Telur yang Sering Dipesan ........................
56
26. Waktu Pembelian Martabak Telur...................................................
56
27. Tindakan yang Dilakukan Konsumen Bila Pilihan Menu yang Sering Dipesan Habis......................................................................
57
28. Tindakan yang Dilakukan Konsumen Bila Harga Martabak Telur Mengalami Kenaikan Sebesar 20 Persen .........................................
57
29. Rasa Puas Konsumen Terhadap Martabak Telur yang Dikonsumsi.....................................................................................
58
30. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen ..........................
58
31. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Martabak Telur .............
59
32. Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) dari 16 Variabel........
61
33. Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) yang Baru dari 12 Variabel .........................................................................................
63
34. Nilai Communality Berdasarkan Urutan ..........................................
64
35. Nilai Factor Loading Variabel Setelah Dilakukan Rotasi ................
65
36. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Martabak Telur ..............................................................
66
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional......................................................
7
2. Kerangka Analisis Konsumen ...........................................................
11
3. Model Sederhana Perilaku Konsumen...............................................
12
4. Model Perilaku Pembeli....................................................................
14
5. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya ........................................................
15
6. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ........................................
16
7. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian................................................................................
16
8. Proses Pencarian Internal ..................................................................
17
9. Model Lengkap Perilaku Konsumen yang Memperlihatkan Pembelian dan Hasil .........................................................................
24
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Hubungan Antara Penerimaan, Pengeluaran Pangan, dan Pembelian Martabak Telur ...............................................................................
74
2. Hasil Analisis Faktor Setelah Dilakukan Ekstraksi yang Kedua.......
75
3. Hasil Analisis Faktor Setelah Dilakukan Ekstraksi yang Ketiga ......
77
4. Hasil Analisis Faktor Akhir.............................................................
79
5. Tabel Total Varianced Explained....................................................
81
6. Grafik Scree Plot ............................................................................
82
7. Tabel Component Matrix dan Rotated Component Matrix dari 12 Variabel ..........................................................................................
83
8. Kuesioner .......................................................................................
84
PENDAHULUAN Latar Belakang Laju
perkembangan
penduduk
yang
ditandai
dengan
semakin
berkembangnya daerah perkotaan dan meningkatnya kesibukan serta tingginya pendapatan penduduk mendorong semakin perlunya makanan yang praktis, mudah dan cepat cara penghidangannya serta bergizi baik. Peningkatan pendapatan masyarakat yang secara bersamaan diikuti dengan perilaku hidup yang semakin modern, mengakibatkan permintaan terhadap bahan makanan yang mudah diolah semakin meningkat. Peluang ini tidak disia-siakan oleh para pengusaha sehingga investasi di sektor ini menunjukkan laju peningkatan pesat. Berdirinya usaha yang bergerak di bidang pengolahan pangan akan membantu pemerintah dalam program pengadaan pangan dan penciptaan lapangan pekerjaan dalam rangka mengatasi masalah kependudukan. Protein berasal dari kata proteus (bahasa Yunani), yang berarti “utama”. Manfaatnya bagi tubuh manusia, sesuai arti katanya, sungguh besar. Berkat protein, tubuh manusia bisa tumbuh dan terpelihara. Ia membentuk sel-sel dan jaringan baru tubuh, memelihara pertumbuhan, dan perbaikan jaringan tubuh yang rusak. Protein juga membantu pengaturan keseimbangan asam-basa di dalam tubuh serta membentuk hormon dan enzim yang kemudian berperan dalam berbagai proses kimia tubuh. Protein juga bisa menjadi bahan pembentuk untuk energi bila keperluan tubuh akan karbohidrat dan lemak tidak terpenuhi. Tubuh akan menyerap protein yang terkandung dalam bahan makanan dalam bentuk asam amino. Asam amino ini dibagi atas asam amino non-esensial dan asam amino esensial. Asam amino esensial inilah yang hanya dapat diperoleh dari makanan, karena tubuh tidak bisa membuatnya sendiri. Asam amino esensial terdiri atas isoleusin, leusin, lisin, methionin, fenilalanin, threonin, triptofan, valin, arginin, dan histidin. Jumlah kebutuhan protein bagi setiap orang berbeda, tergantung pada umur, berat badan, jenis kelamin, dan mutu protein yang dikonsumsi. Telur merupakan sumber pangan yang kaya protein bermutu tinggi. Komponen asam amino penyusun protein telur merupakan asam amino esensial yang terlengkap dan tinggi jumlahnya sehingga para ahli gizi menggunakan telur sebagai standar untuk mengukur mutu protein berbagai jenis makanan.
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
menggunakan
telur
sebagai
pembanding untuk menentukan mutu protein makanan lain. Rata-rata kadar protein pada satu butir telur yang cukup besar sekitar 7-8 gram (Anwar, 2004). Nilai cerna telur adalah 100 persen. Artinya, telur dapat dicerna dan diserap oleh usus secara keseluruhan, sehingga telur sangat baik untuk makanan bayi dan orang sakit atau dalam proses penyembuhan. Keuntungan yang terdapat pada telur inilah yang membuat telur menjadi salah satu makanan sumber hewani yang banyak digemari. Kita dapat membuat berbagai makanan instan dengan bahan dasar telur. Selain kandungan proteinnya yang tinggi dan lengkap, telur juga mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau. Badan Pusat Statistik Bogor (2005) mencatat bahwa pengeluaran untuk makanan pokok turun drastis, yaitu dari 36,9 persen (1980) menjadi 18,7 persen pada tahun 2004. Hal yang kontras terjadi pada pengeluaran untuk makanan jadi, yaitu 6,6 persen pada tahun 1980 menjadi 18,8 persen pada tahun 2004. Hal yang sama juga terjadi pada pengeluaran untuk makanan berprotein tinggi (susu dan telur), yaitu dari 17,6 persen pada tahun 1980 menjadi 20,1 persen pada tahun 2004. Tingginya permintaan akan makanan berprotein tinggi membuat para pelaku bisnis meliriknya sebagai suatu kesempatan. Melihat tingginya permintaan akan produk makanan jadi yang mengandung protein tinggi dan lengkap, pengusaha atau pedagang melakukan inovasi produk yang tepat sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang dapat memenuhi preferensi konsumen di Kota Bogor. Melihat peluang itulah, beberapa pengusaha atau pedagang berinisiatif membuka usaha dengan menggunakan telur sebagai bahan baku dengan melakukan inovasi sehingga dapat memenangkan persaingan. Salah satu makanan jajanan yang memerlukan telur sebagai bahan baku utama adalah usaha martabak telur kaki lima. Sifat makanan ini instan, bergizi, dan relatif murah harganya sehingga permintaan akan produk ini tinggi. Oleh sebab itu, jenis usaha ini menjamur di Kota Bogor, salah satunya di kawasan Jembatan Merah. Ketatnya persaingan dengan sesama pedagang martabak telur kaki lima dan dengan restoran martabak ternama, menyebabkan para pedagang kaki lima harus
merancang strategi pemasaran yang baik untuk segmen pasar yang ada untuk memenangkan persaingan tersebut. Perumusan Masalah Luas dan berkembangnya potensi segmen pasar yang ada di Kota Bogor menyebabkan munculnya pelaku-pelaku usaha yang ikut meramaikan persaingan di bidang sejenis, dalam hal ini martabak telur. Untuk memenangkan persaingan usaha, diperlukan upaya dari pihak pengusaha atau pedagang untuk memperbaiki diri dan peka terhadap permasalahan yang ada. Salah satu usaha yang dilakukan untuk memenangkan persaingan adalah dengan mempelajari segmen pasar yang ada melalui riset. Riset dilakukan, antara lain untuk dapat memahami keragaman demografi konsumen yang ada seperti baik dalam hal suku bangsa, adat istiadat, pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, dan jenis kelamin, sehingga dapat merancang strategi yang sesuai. Hal tersebut diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan seperti promosi penjualan, kebijakan mengenai harga, serta posisi pesaing sebab hal-hal tersebut mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli. Untuk dapat memperoleh informasi mengenai perilaku konsumen dalam pembelian martabak telur, maka dilakukan penelitian dengan pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian martabak telur kaki lima di kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima di kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang ada, yaitu untuk dapat: 1. Mengetahui dan menganalisis proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima di kawasan Jembatan Merah Kota Bogor. 2. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima di kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor.
Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, penelitian ini untuk melatih kemampuan dalam mengamati masalah berdasarkan fakta, mencari jawabannya serta sebagai media dalam penerapan ilmu yang telah didapat. 2. Bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam mengambil kebijakan untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan sehingga dapat memenangkan persaingan.
KERANGKA PEMIKIRAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi untuk mendukung seseorang dalam melakukan aktifitasnya. Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi menyebabkan kebutuhan akan pangan ikut meningkat secara signifikan sehingga menimbulkan tingginya tingkat ketertarikan dalam bidang penyajian makanan dan minuman jadi di seluruh Indonesia, khususnya di daerah perkotaan. Sebagai salah satu kota di Propinsi Jawa Barat yang memiliki kepadatan penduduk 6.331 jiwa/km2 pada tahun 2006 (Kota Bogor, 2007), Kotamadya Bogor merupakan salah satu pasar potensial produk makanan dan minuman jadi. Hal tersebut menyebabkan usaha makanan menjamur di Kota Bogor. Usaha makanan jadi yang bervariasi memberi kemudahan bagi konsumen memilih tempat dan jenis makanan yang tepat dan sesuai dengan selera. Hal tersebut merupakan tantangan bagi pengusaha untuk merebut pasar sehingga perlu dijalankan strategi yang tepat. Martabak telur merupakan salah satu jenis makanan jajanan yang digemari walaupun berbagai jenis makanan jajanan banyak ditawarkan. Tingginya permintaan akan martabak telur menyebabkan jenis usaha ini berkembang secara luas. Persaingan yang tinggi dengan restoran martabak telur yang besar tidak menyebabkan usaha martabak telur kaki lima tergusur. Hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya jumlah pedagang martabak telur kaki lima. Lingkungan yang kompetitif memaksa pihak pedagang martabak telur kaki lima untuk mendekati konsumen agar dapat bersaing. Riset terhadap konsumen selama ini dilakukan secara tidak langsung sehingga belum diketahui tanggapan konsumen terhadap produknya. Kepekaan terhadap konsumen dapat membangun loyalitas konsumen sehingga pihak pedagang martabak telur kaki lima perlu memberikan kepuasan kepada konsumen. Riset perilaku konsumen pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian martabak telur serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Tahapan proses pengambilan keputusan yang akan dianalisis mengacu pada tahapan proses pengambilan keputusan yang dikemukakan Engel et al. (1994). Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis dalam lima tahap proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen, yaitu
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian pada penelitian ini mengacu pada Model Rangsangan-Tanggapan yang diajukan oleh Kotler (2000) dan Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya yang diajukan oleh Engel et al. (1994). Ruang lingkup faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada penelitian ini adalah perbedaan individu, pengaruh lingkungan, dan rangsangan pemasaran. Proses keputusan pembelian konsumen dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dianalisis dengan menggunakan alat analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk mereduksi sejumlah besar faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian martabak telur menjadi beberapa faktor-faktor utama. Pereduksian faktor-faktor tersebut menjadi beberapa faktor utama tersebut dapat mengefektifkan proses perumusan bauran pemasaran. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analisis faktor tersebut maka didapat suatu bentuk perilaku konsumen produk martabak telur di kawasan Jembatan Merah Bogor. Secara sistematik diagram operasional untuk Analisis Perilaku Konsumen Martabak Telur di Kawasan Jembatan Merah, Bogor ditunjukkan pada Gambar 1.
Pasar Makanan Martabak Telur Potensial dan Tingkat Persaingannya Meningkat
Strategi Pemasaran yang Tepat
Pemahaman Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan Konsumen
Penelitian Perilaku Konsumen Martabak Telur
Proses Keputusan Pembelian
Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Pengaruh Individu
Analisis Deskriptif
Pengaruh Lingkungan
Analisis Faktor
Analisis Perilaku Konsumen Martabak Telur
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Rangsangan Pemasaran
TINJAUAN PUSTAKA Martabak Telur Martabak telur adalah makanan khas dari India yang berbahan utama telur ayam atau telur bebek. Bahan dasar martabak telur adalah campuran telur dengan irisan daun bawang dan daging cincang (daging sapi atau daging kambing) yang sebelumnya sudah diberi bumbu, yang dibungkus dengan adonan kulit yang dibuat dari tepung terigu, air, dan minyak goreng. Martabak telur dalam tiap 100 g mengandung 200 kalori, 8,9 g protein, lemak 5,1 g, 0,06 mg kalsium, zat besi sebanyak 1,85 mg, vitamin A sebanyak 160 S.I, dan air yang terkandungnya 54,7 g. Sedangkan martabak manis dalam tiap 75 g mengandung 199 kalori, 3,5 g protein, lemak 4,1 g, 0,02 mg kalsium, zat besi sebanyak 1,4 mg, vitamin A sebanyak 121 S.I, dan air sebanyak 30 g (Sibarani et al., 1985). Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan protein yang terkandung dalam martabak telur lebih besar dibandingkan dengan martabak manis karena martabak telur menggunakan telur yang merupakan bahan makanan yang berprotein tinggi sebagai bahan utamanya dibandingkan dengan martabak manis. Kandungan gizi kedua jenis martabak tersebut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Martabak Telur dan Martabak Manis Jenis
Berat (g)
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Vit.A S.I
Air (g)
Martabak telur
100
200
8,9
5,1
0,06
1,85
160
54,7
Martabak manis
75
199
3,5
4,1
0,02
1,4
121
30,0
Sumber: Sibarani et al., 1985
Telur Telur merupakan alat dan cara berkembang biak bagi unggas dan sebagian hewan (Haryoto, 1996). Telur secara alami telah disiapkan oleh induknya untuk menunjang kehidupan dan perkembangan embrio dengan sempurna. Menurut Wirdayati (1999), telur merupakan hasil dari sistem reproduksi suatu individu. Telur
memiliki komposisi zat makanan yaitu mengandung 66 persen air, 13 persen protein, 10,5 persen lemak, dan 10,5 persen abu. Telur mengandung hampir semua zat makanan yang diperlukan tubuh, rasanya enak, mudah dicerna, menimbulkan rasa segar dan kuat pada tubuh, dan dapat diolah menjadi bermacam-macam masakan (Nurlianti, 2002). Telur ayam mengandung 162 kalori, 12,8 g protein, 11,5 g lemak, vitamin A sebanyak 900 S.I, dan vitamin B1 sebanyak 0,10 mg. Sedangkan pada telur bebek (itik) mengandung 189 kalori, 13,1 g protein, 14,3 g lemak, vitamin A sebanyak 1230 S.I, dan vitamin B1 sebanyak 0,18 mg. Artinya, kandungan zat gizi pada telur bebek (itik) lebih tinggi daripada telur ayam, akan tetapi harganya lebih tinggi. Kandungan zat gizi telur ayam dan telur itik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Zat Gizi Telur Ayam dan Telur Bebek (Itik) Jenis Kalori Protein Lemak Hidrat arang Kalsium Fosfor Besi Vit. A Vit.B1 Vit.C Air bdd*) telur (kal) (g) (g) (g) (mg) (mg) (mg) S.I (mg) (mg) (g) (%) Telur ayam
162
12,8
11,5
0,7
54
180
2,7
900
0,10
0
74
90
Telur bebek ( itik)
189
13,1
14,3
0,8
56
175
2,8 1230
0,18
0
70,8
90
Sumber : Sarwono et al., 1985 Ket : *) Bahan Dapat Dicerna
Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain tidak untuk diperdagangkan. Lazimnya konsumen dibedakan menjadi dua, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu, yaitu konsumen yang melakukan pembelian barang dan jasa untuk keperluan atau digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi merupakan konsumen yang membeli produk dan jasa untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasi (Sumarwan, 2004).
Perilaku Konsumen Perilaku konsumen dapat diartikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel at al, 1994). Kotler (2000) menyatakan bahwa perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu,
kelompok,
dan
organisasi
memilih,
membeli,
memakai,
serta
memanfaatkan barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Tidak adanya pemahaman terhadap perilaku konsumen, yang meliputi motivasi, kebutuhan, dan kesukaan/preferensi konsumen, bisa merusak upaya yang telah dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Mempelajari konsumen akan memberi petunjuk bagi pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, pesan iklan, dan elemen bauran pemasaran lainnya. Peter dan Olson (1999) berpendapat bahwa terdapat tiga unsur yang harus diteliti dan dianalisa dalam perilaku konsumen untuk dapat mengembangkan strategi pemasaran yang efektif yaitu (1) afeksi dan kognisi konsumen (consumer affect and cognition), (2) perilaku konsumen (consumer behavior), dan (3) lingkungan konsumen (consumer environment). Afeksi dan kognisi konsumen merujuk kepada dua tipe tanggapan mental konsumen terhadap stimuli dan kejadian dalam lingkungan mereka. Afeksi melibatkan emosi, keadaan perasaan dan sikap konsumen terhadap stimuli atau kejadian. Sedangkan kognisi melibatkan kegiatan pemikiran, pemahaman, dan penginterpretasian suatu stimuli atau kejadian. Dengan demikian, kognisi mencakup pengetahuan, makna, dan kepercayaan yang telah dikembangkan konsumen berdasarkan pengalaman terdahulu dan simpanan memori mereka. Kognisi juga mencakup proses-proses yang terkait dengan pemberian perhatian dan pemahaman stimuli atau kejadian, mengingat kejadian lampau, pengevaluasian, serta pemilihan dan pengambilan keputusan pembelian. Perilaku konsumen mengacu kepada tindakan fisik konsumen yang dapat langsung diamati dan diukur oleh pihak lain. Lingkungan konsumen mengacu kepada tindakan fisik konsumen yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perbuatan konsumen. Lingkungan konsumen mencakup stimuli sosial dan stimuli fisik. Stimuli
sosial seperti tindakan pihak lain dalam budaya, sub budaya, kelas sosial, kelompok acuan, dan keluarga. Sedangkan stimuli fisik seperti toko, produk, iklan, dan lambang-lambang yang dapat mengubah pikiran, perasaan, dan perbuatan konsumen. Dalam membuat strategi pemasaran, lingkungan konsumen sangat penting karena merupakan medium bagi stimuli untuk mempengaruhi konsumen. Hubungan antara ketiga unsur kerangka analisis konsumen tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 yang menunjukkan hubungan sebab akibat antar unsur-unsur tersebut. Artinya bahwa proses-proses konsumen tidak hanya melibatkan sistem yang dinamis dan interaktif, tetapi juga menggambarkan sistem timbal balik (reciprocal system).
Strategi Pemasaran
Gambar 2. Kerangka Analisis Konsumen Sumber : Peter dan Olson, 1999 Assael (1992) menyatakan bahwa strategi pemasaran harus didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. Model perilaku konsumen sederhana yang memberikan penekanan kepada interaksi antara pemasar dan konsumen dapat dilihat pada Gambar 3.
Umpan Balik ke Konsumen (Evaluasi PascaPembelian)
Konsumen Individual
Respon Konsumen
Pengambilan Keputusan Konsumen
Umpan Balik ke Pemasar (Pengembangan Strategi Pemasaran)
Aplikasi Perilaku Konsumen dalam Strategi Pemasaran
Pengaruh Lingkungan
Gambar 3. Model Sederhana Perilaku Konsumen Sumber: Assael, 1992 Proses keputusan konsumen merupakan komponen sentral dalam model ini, yaitu proses penerimaan dan pengevaluasian informasi mengenai berbagai merek, proses mempertimbangkan kemampuan berbagai alternatif merek dalam memenuhi kebutuhannya dan proses pemilihan suatu merek. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu (1) konsumen individual, (2) pengaruh lingkungan, dan (3) strategi pemasaran. Faktor konsumen individual meliputi kebutuhan konsumen, persepsi konsumen, sikap konsumen terhadap merek, karakteristik demografi, gaya hidup, dan kepribadian konsumen. Faktor lingkungan pembelian meliputi budaya, kelas sosial, kelompok tatap muka, dan determinan situasional. Faktor strategi pemasaran meliputi variabel-variabel yang berada di bawah kendali pemasar untuk mempengaruhi konsumen, yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Variabel-variabel tersebut merupakan stimuli-stimuli yang diterima dan dapat dipahami oleh konsumen dalam pengambilan keputusan. Dalam
mengembangkan strategi pemasaran, pemasar harus mendapatkan informasi dari konsumen guna mengevaluasi kesempatan pemasaran. Karena strategi pemasaran yang digunakan untuk mempengaruhi konsumen dikembangkan dari proses keputusan konsumen, maka antara komponen strategi pemasaran dan proses keputusan konsumen dihubungkan dengan panah ganda (Gambar 3). Respon konsumen setelah proses keputusan pembelian menjadi umpan balik bagi konsumen dan produsen (pemasar). Respon konsumen tersebut dijadikan bahan evaluasi pasca-pembelian oleh konsumen. Dalam tahap evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalamannya dan mungkin konsumen akan mengubah pola keputusan pembeliannya. Kemudian, hasil evaluasi pasca-pembelian akan mempengaruhi faktor konsumen individual yang selanjutnya akan mempengaruhi proses keputusan pembelian. Sedangkan untuk produsen, respon konsumen tersebut menjadi bahan pertimbangan pengembangan strategi pemasaran guna pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik. Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan pemasar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen,di mana konsumen membeli, bagaimana, dan berapa banyak konsumen membeli serta mengapa konsumen membeli. Mempelajari mengenai alasan tingkah laku membeli konsumen bukan hal yang mudah jawabannya sering tersembunyi jauh dalam benak konsumen (Sary, 2006). Menurut Kotler (2000) terdapat beberapa pertanyaan kunci mengenai pasar dalam pelaksanaan riset perilaku konsumen, yaitu (1) occupants (siapa yang membentuk pasar), (2) objects (apa yang dibeli pasar), (3) objectives (mengapa pasar membeli), (4) organizations (siapa yang berpartisipasi dalam pembelian), (5) operations (bagaimana pasar membeli), (6) occasions (kapan pasar membeli), dan (7) outlets (di mana pasar membeli). Titik tolak untuk memahami perilaku pembeli adalah model rangsangan-tanggapan yang disajikan pada Gambar 4.
Pemasaran:
Lingkungan:
Karakteristik:
Proses Keputusan:
Keputusan Pembeli:
Produk
Ekonomi
Budaya
Pengenalan Masalah
Pilihan Produk
Harga
Teknologi
Sosial
Pencarian Informasi
Pilihan Merek
Tempat
Politik
Pribadi
Evaluasi
Pilihan Penyalur
Promosi
Budaya
Psikologi
Keputusan
Waktu Pembelian
Perilaku pasca-pembelian
Jumlah Pembelian
Gambar 4. Model Perilaku Pembeli Sumber: Kotler, 2000 Gambar 4 menjelaskan bahwa model perilaku pembeli diawali dengan rangsangan pemasaran dan lingkungan memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses pengambilan keputusan menimbulkan keputusan pembelian tertentu. Oleh karena itu, pemasar perlu memahami kesadaran pembeli mulai dari adanya rangsangan dari luar hingga muncul keputusan pembelian pembeli. Perilaku konsumen dibentuk dan dipengaruhi oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis (Engel et al., 1994). Hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan proses keputusan konsumen disajikan pada Gambar 5.
Pengaruh Lingkungan Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Budaya Situasi
Pengaruh Individu Sumber Daya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Sikap Kepribadian dan Gaya Hidup Demografi
Proses Keputusan
Proses Psikologis
Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil
Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap/Perilaku
Strategi Pemasaran Produk Harga Promosi Distribusi
Gambar 5.
Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Sumber: Engel et al., 1994 Proses Keputusan Pembelian
Sary (2006) mendefinisikan proses keputusan pembelian adalah tahap di mana konsumen benar-benar membeli produk. Dalam mengambil keputusan, konsumen melalui beberapa tahapan. Engel et al. (1994) membagi lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, dan hasil. Tahapan-tahapan keputusan tersebut secara sederhana disajikan dalam Gambar 6.
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Pembelian
Hasil
Gambar 6. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Sumber: Engel et al., 1994 Pengenalan Kebutuhan Adanya kebutuhan yang dirasakan merupakan awal dari proses pembelian. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan yang dirasakan dipicu oleh rangsangan internal seperti haus dan lapar, dan rangsangan eksternal seperti iklan di suatu media. Untuk dapat mengembangkan strategi pemasaran, pemasar harus dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu jenis produk dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen (Kotler, 2000). Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses keputusan (Engel et al., 1994). Ketika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali. Seandainya ketidaksesuaian itu ada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan pun tidak terjadi. Keadaan yang Diinginkan
Keadaan Aktual
Tingkat Ketidaksesuaian Di bawah Ambang
Di atas Ambang
Tidak Ada Pengenalan Kebutuhan
Gambar 7.
Proses Pengenalan Ketidaksesuaian Sumber: Engel et al., 1994
Pengenalan Kebutuhan
Kebutuhan
Berpusat
pada
Tingkat
Pencarian Informasi Konsumen yang telah memenuhi kebutuhannya akan terlibat dalam pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan yang potensial. Pencarian informasi merupakan tahap dari proses pengambilan keputusan yang merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak. Proses pencarian informasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Pengenalan Kebutuhan
Determinan dari pencarian internal: 1. Pengetahuan yang sudah ada. 2. Kemampuan untuk memperoleh informasi
Pencarian Internal
Berhasil
Tidak Berhasil
Lanjutkan dengan Keputusan
Jalankan Pencarian Eksternal
Gambar 8. Proses Pencarian Internal Sumber: Engel et al., 1994 Pencarian informasi dapat bersifat internal atau eksternal. Pencarian internal melibatkan ingatan atau memori, sedangkan pencarian eksternal merupakan proses pengumpulan informasi dari lingkungan. Apabila pencarian internal memberikan informasi yang memadai, maka pencarian eksternal tidak dibutuhkan. Sebaliknya, konsumen akan mencari informasi tambahan melalui pencarian eksternal jika pencarian internal tidak mencukupi. Pencarian yang dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu situasi, ciri-ciri produk, lingkungan eceran, dan karakteristik konsumen (Engel et al., 1994). Situasi mempengaruhi pencarian informasi karena ketersediaan informasi dan tekanan waktu. Ciri-ciri produk mempengaruhi pencarian informasi melalui kepercayaan konsumen akan kepentingan tingkat harga dan diferensiasi produk. Lingkungan eceran mempengaruhi pencarian informasi melalui jarak antar pesaing eceran dan diferensiasi antar pengecer. Karakteristik konsumen yang meliputi pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan dan sikap, serta karakteristik demografi secara kuat menentukan perilaku pencarian.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber (Kotler, 2000), yaitu : 1. Sumber pribadi
: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
2. Sumber komersial
: iklan,
wiraniaga,
agen,
kemasan,
dan
display
(pajangan). 3. Sumber publik
: media massa serta organisasi pelaku konsumen.
4. Sumber pengalaman
: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk
Jumlah serta pengaruh sumber informasi tersebut berbeda-beda tergantung pada jenis produk serta karakteristik pembeli. Namun, Kotler (2000) menyatakan bahwa informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Evaluasi Alternatif Pada tahap ini konsumen menggunakan informasi yang telah diperolehnya untuk melakukan seleksi atau pemilihan terhadap berbagai merek atau produk yang ditawarkan. Terdapat empat komponen dasar proses evaluasi alternatif (Engel et al., 1994), yaitu (1) menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif-alternatif, (2) memutuskan alternatif pilihan, (3) menilai kinerja alternatif yang dipertimbangkan, dan (4) menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir. Menurut Engel et al. (1994) kriteria evaluasi merupakan dimensi yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Selama pengambilan keputusan kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumen akan bergantung pada beberapa faktor, yaitu (1) pengaruh situasi, (2) kesamaan alternatif-alternatif pilihan, (3) motivasi, (4) keterlibatan, dan (5) pengetahuan. Pemahaman proses evaluasi alternatif membutuhkan pemahaman beberapa konsep dasar yang dapat membantu. Kotler (2000) memberikan beberapa konsep dasar untuk memahami proses evaluasi konsumen, yaitu (1) konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan, (2) konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk, dan (3) konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberi manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan. Konsumen memutuskan alternatif mana yang akan dipilih setelah menentukan kriteria evaluasi. Pertimbangan yang dibuat oleh konsumen tergantung
pada kemampuan untuk mengingat informasi yang bertahan dalam ingatan. Jika alternatif
dikenali
di
tempat
penjualan
maka
alternatif
tersebut
akan
dipertimbangkan. Jika konsumen tidak mempunyai pengetahuan tentang alternatif pilihan maka harus berpaling pada lingkungan untuk mendapatkan bantuan dalam membentuk perangkat pertimbangan. Pengetahuan yang dimiliki dapat dikendalikan untuk menilai seberapa baik alternatif-alternatif yang dipertimbangkan, jika tidak maka pencarian eksternal diperlukan untuk membentuk penilaian. Jika konsumen tidak mempunyai pengetahuan tentang alternatif pilihan, maka harus berpaling pada lingkungan untuk mendapatkan bantuan dalam membentuk perangkat pertimbangan, kemudian dilakukan penilaian terhadap alternatif-alternatif tersebut. Strategi yang digunakan untuk membuat pilihan akhir disebut sebagai kaidah keputusan. Kaidah ini disimpan di dalam ingatan dan diperoleh kembali jika dibutuhkan. Kaidah keputusan sangat bervariasi dalam hal kompleksitas. Pembelian dan Hasil Pembelian Tahap pembelian dan hasil pembelian adalah tahap terakhir dari proses keputusan pembelian. Pada tahap ini, konsumen harus mengambil tiga keputusan, yaitu kapan, di mana membeli, dan bagaimana membayar. Engel et al. (1994) mengilustrasikan bahwa pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu (1) niat dan (2) pengaruh lingkungan dan/atau perbedaan individu. Pada fungsi yang kedua, situasi merupakan variabel yang paling menonjol. Niat pembelian pada konsumen memiliki dua kategori, yaitu (1) produk maupun merek dan (2) kelas produk saja. Niat pembelian pada kategori produk maupun merek dikenal sebagai pembelian yang terencana sepenuhnya. Konsumen akan lebih bersedia menginvestasikan waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli, sehingga distribusi menjadi lebih selektif. Pembelian pada kelas produk saja dapat dipandang sebagai pembelian yang terencana jika pilihan merek dibuat di tempat penjualan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Engel et al. (1994) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen menjadi tiga, yaitu pengaruh lingkungan,
perbedaan individu, dan proses psikologis. Model lengkap proses keputusan konsumen yang memperlihatkan pembelian dan hasil dapat dilihat pada Gambar 9. Pada Gambar 9 menunjukkan pengaruh lingkungan dan perbedaan individu dalam mempengaruhi pengambilan keputusan kosumen. Pengaruh lingkungan dan perbedaan individu mempengaruhi tiap tahapan proses keputusan konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, serta hasil pembelian. Selanjutnya, ditunjukkan bahwa evaluasi alternatif tidak berhenti begitu pembelian selesai dilakukan. Pemakaian produk memberikan informasi baru, yang dibandingkan dengan kepercayaan dan sikap yang ada. Jika sesuai dengan harapan, maka hasilnya berupa kepuasan. Anak panah umpan balik yang terputusputus pada Gambar 9 menunjukkan bahwa kepuasan menguatkan niat pembelian masa datang. Jika alternatif dinilai kurang dari harapan, maka hasilnya adalah ketidakpuasan. Ketidakpuasan ini menjadi insentif untuk pencarian informasi lebih jauh (Kartikasari, 2003). Pengaruh Lingkungan Menurut Engel et al. (1994), konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks. Perilaku keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi. Budaya. Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna membantu individu untuk berkomunikasi. Selain itu, budaya juga membantu individu melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Kelas Sosial. Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa. Hampir setiap masyarakat mempunyai semacam bentuk struktur kelas sosial. Kelas sosial tidak ditentukan hanya dari satu faktor tunggal seperti pendapatan, namun diukur dari kombinasi pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lain. Status sosial kerap menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda. Pengaruh Pribadi. Pengaruh pribadi berkaitan dengan cara-cara dimana kepercayaan, sikap, dan perilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain digunakan sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan (reference group) adalah orang atau kelompok yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu (Engel et al.,
1994). Kelompok acuan memberikan standar dan nilai yang dapat menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berpikir atau berperilaku. Variabel penentu yang penting didalam pengaruh pribadi adalah keterlibatan. Keterlibatan produk yang tinggi dan pengaruh sosial berhubungan dalam dua cara. Pertama, keterlibatan meningkat bila pilihan yang dibuatnya mempengaruhi status sosial seseorang dan penerimaannya. Keterlibatan yang tinggi juga mencetuskan pencarian informasi dari orang yang dapat dipercaya. Keluarga. Keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama. Keluarga inti (nuclear family) adalah kelompok langsung yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal bersama. Keluarga besar (extended family) mencakup keluarga inti ditambah kerabat lain seperti kakek, nenek, paman, bibi, sepupu, dan kerabat karena perkawinan. Dinyatakan pula bahwa studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan konsumsi adalah penting karena dua alasan, yaitu (1) banyak produk dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga dan (2) ketika pembelian dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya (Engel et al., 1994). Situasi. Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Situasi konsumen dapat didefinisikan sepanjang garis lima karakteristik umum, yaitu (1) lingkungan fisik; sifat nyata yang merupakan situasi konsumen, (2) lingkungan sosial; menyangkut ada atau tidak adanya orang lain di dalam situasi bersangkutan, (3) waktu; sifat sementara dari situasi seperti momen tertentu ketika perilaku terjadi, (4) tugas; tujuan atau sasaran tertentu yang dimiliki konsumen dalam situasi, dan (5) keadaan anteseden atau suasana hati sementara (Engel et al., 1994). Perbedaan Individu Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku. Terdapat lima determinan penting yang dapat membedakan
konsumen yaitu sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, dan kepribadian, gaya hidup, dan demografi (Engel et al., 1994). Sumberdaya Konsumen. Setiap orang membawa tiga sumberdaya ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan, yaitu (1) sumberdaya ekonomi, meliputi pendidikan dan kekayaan, (2) sumberdaya temporal, yaitu waktu, dan (2) sumberdaya kognitif. Sumberdaya kognitif adalah kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan pelbagai kegiatan pengolahan informasi. Alokasi keputusan kognitif dikenal sebagai perhatian. Motivasi dan Keterlibatan. Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai. Karena ketidakcocokan ini meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang diacu sebagai dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut maka semakin besar urgensi respon yang dirasakan. Engel et al. (1994) mendefinisikan keterlibatan sebagai tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan/atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik. Dengan demikian, keterlibatan merupakan refleksi dari motivasi yang kuat dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk atau jasa pada konteks tertentu. Pengetahuan. Menurut Engel et al. (1994), dalam bidang pemasaran tipologi pengetahuan seringkali dibedakan dalam tiga bidang umum, yaitu pengetahuan produk (product knowledge), pengetahuan pembelian (purchasing knowledge), dan pengetahuan pemakaian (usage knowledge). Pengetahuan produk mencakup kesadaran akan kategori dan merek produk di dalam kategori produk, terminologi produk, atribut atau ciri produk, serta kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan mengenai merek spesifik. Pengetahuan pembelian meliputi bermacam potongan informasi yang dimiliki konsumen yang berhubungan erat dengan pemerolehan produk. Dimensi dasar dari pengetahuan pembelian melibatkan informasi berkenaan dengan keputusan tentang dimana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian harus terjadi. Pengetahuan pemakaian meliputi informasi yang tersedia dalam ingatan mengenai bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa
yang diperlukan agar benar-benar menggunakan produk tersebut. Pengetahuan dapat dukur secara subjektif dan objektif. Pengukuran pengetahuan objektif (objective knowledge) adalah pengukuran yang benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di dalam ingatan. Sedangkan pengukuran pengetahuan subjektif (subjective knowledge) menyadap persepsi konsumen mengenai banyaknya pengetahuan mereka sendiri. Sikap. Engel et al. (1994) mendefinisikan sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap yang dipegang oleh konsumen terhadap berbagai atribut produk memainkan peranan penting dalam menentukan sikap terhadap produk. Sikap bervariasi dalam intensitas (kekuatan) dan dukungan (favorability). Sifat yang penting dari sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap tersebut. Sifat ini penting karena tingkat kepercayaan dapat mempengaruhi kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku (Engel et al., 1994). Sifat penting lainnya adalah sikap lebih bersifat dinamis ketimbang statis, karena kebanyakan sikap akan berubah bersama waktu. Kepribadian. Di dalam perilaku konsumen, kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan (Engel et al., 1994). Menurut Engel et al. (1994), produk juga mempunyai kepribadian dalam bentuk citra merek. Oleh karena itu, strategi pemasaran harus berfokus pada pencocokan kepribadian konsumen dengan kepribadian produk. Gaya Hidup. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang mencerminkan nilai konsumen. Faktor Demografi. Faktor demografi (karakteristik populasi manusia) berperan dalam menentukan gaya hidup dan segmentasi konsumen. Faktor demografi yang mencakup ukuran, pertumbuhan, kepadatan dan distribusi, digunakan didalam penelitian konsumen untuk menjabarkan pangsa konsumen berkenaan dengan usia, pendapatan, dan pendidikan.
Masukan
Pemrosesan Informasi
Proses Keputusan
Variabel yang Mempengaruhi Proses Keputusan
Pengenalan Kebutuhan Pemaparan
Pengaruh Lingkungan: Pencarian Informasi
Stimulasi Didominasi Pemasaran Lainlain
Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Situasi
Perhatian
Pemahaman
Ingatan Kepercayaan
Penerimaan
Evaluasi Alternatif
Sikap
Retensi
Nilai Pembelian
Pencarian Eksternal
Sumberdaya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Sikap Kepribadian Gaya Hidup Demografi
Hasil
Ketidakpuasan
Perbedaan Individu:
Kepuasan
Gambar 9. Model Lengkap Perilaku Konsumen yang Memperlihatkan Pembelian dan Hasil Sumber : Engel et al., 1994
Atribut Produk Produk yang memiliki keunikan tersendiri dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini dapat dilihat dari atribut yang dimiliki suatu produk. Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau rupa (features), fungsi (functions), dan manfaat (benefits). Ciri-ciri dapat berupa ukuran, karakteristik estetis, komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, jasa, penampilan, harga, susunan maupun trademark/tanda merek. Sedangkan manfaat dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan dengan panca indera, dan manfaat non material, seperti kesehatan dan penghematan waktu. Manfaat dapat berupa manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Atribut fungsi jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai ciri-ciri atau manfaat. Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk. Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk. Penilaian terhadap atribut produk dapat menggambarkan sikap konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk tertentu. Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002). Rangkuti (2002) menyatakan bahwa pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Berbagai faktor tersebut menyebabkan masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas. Para pemasar dituntut untuk terampil dalam mengelola permintaan. Oleh karena itu, pemasar dihadapi sekelompok keputusan, mulai dari ciri apa yang harus dimiliki produk hingga hal kecil seperti warna kemasan. Perusahaan juga harus menentukan pasar sasaran, dimana mereka harus mengembangkan tawaran pasar yang diposisikan di pikiran pembeli berupa beberapa manfaat utama produk. Berkaitan dengan hal tersebut, pemasar harus memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan pasar sasaran. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa konsep
pemasaran berpangkal tolak dari pasar yang ditetapkan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, serta mengkoordinasikan semua kegiatan pemasaran yang mempengaruhi pelanggan, dan pada akhirnya akan mendatangkan laba bagi perusahaan. Berdasarkan konsep pemasaran, perusahaan memproduksi apa yang diinginkan pelanggan sehingga dapat memuaskan pelanggan dan menghasilkan keuntungan. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan salah satu teknik dalam analisis multivariat. Analisis faktor berguna untuk mereduksi variabel-variabel asal dalam jumlah besar menjadi beberapa faktor. Faktor-faktor baru yang diperoleh dalam jumlah yang lebih sedikit akan lebih memudahkan pemahaman akan keragaman dan hubungan antara variabel asal (Johnson dan Wichern, 1988). Konsep dasar dari analisis faktor adalah adanya fenomena saling berkorelasi antara variabel yang diukur. Fenomena tersebut disebabkan oleh adanya variabelvariabel ortogonal yang sama-sama mempengaruhi variabel-variabel terukur tersebut (common factors). Variasi data dari variabel-variabel terukur ditentukan oleh dua jenis faktor, yakni common factors (faktor-faktor yang menentukan variasi data dari banyak variabel) dan spesific factors (faktor yang secara spesifik hanya menentukan variasi data dari variabel tertentu). Struktur hubungan korelasi yang tinggi antara variabel dikarenakan adanya pengaruh common factors yang sangat tinggi. Sebaliknya, struktur hubungan yang tidak terlalu tinggi antar variabel dikarenakan adanya pengaruh spesific factors (pengaruh common factors rendah). Tujuan dasar dari analisis faktor yakni ortogonalisasi variabel dan penyederhanaan variabel. Berkaitan dengan tujuan ortogonalisasi variabel, analisis faktor mentransformasikan suatu struktur data dengan variabel-variabel yang saling berkorelasi menjadi struktur data baru dengan variabel-variabel baru (yang disebut sebagai Komponen Utama atau Faktor) yang tidak saling berkorelasi. Sementara, berkaitan dengan tujuan penyederhanaan variabel, analisis faktor menghasilkan variabel baru yang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada variabel asalnya, tetapi total kandungan informasinya (total ragamnya) relatif tidak berubah. Oleh karenanya, analisis faktor memiliki dua manfaat pokok, yaitu membantu menyelesaikan
multikolinieritas
dan
meningkatkan
efisiensi
serta
efektifitas
penanganan
permasalahan. Pada analisis faktor, variabel baru yang lebih sedikit ini disebut faktor/komponen utama. Jika terdapat gugus variabel X1, X2, ..., Xp, maka model faktornya dapat ditulis sebagai berikut: X =λf+e Dengan
X = vektor pengamatan berdimensi P, X’ = (X1, X2, ..., Xp) f
= vektor bukan pengamatan U, disebut common factors, berdimensi q
f’ = (f1, f2, ..., fq) e
= vektor bukan pengamatan yang disebut faktor unik, berdimensi p
e’ = (e1, e2, ..., ep) λ
= matriks konstanta yang tidak diketahui disebut loading factor berukuran p x q
λ=
λ11
λ12
... λ1q
λ21
λ22
... λ2q
. . .
. . .
. . .
λp1
λp2
...
. . . λpq
Faktor unik ini merupakan penjumlahan dari dua bagian yang tidak saling berkorelasi, yaitu specific factors dan galat. Keragaman dari variabel Xp yang telah distandardisasi menghasilkan: σxp2 = hp2 + ψp sehingga : hp2 = 1 - ψp Komponen hp2 = disebut komunalitas (communalities) yang menunjukkan proporsi ragam dari variabel Xp yang diterangkan oleh q faktor bersama, sedangkan ψp merupakan proporsi ragam dari variabel Xp yang disebabkan oleh faktor spesifik (Johnson dan Wichern, 1988). Salah satu penyelesaian dari model faktor adalah melalui model principal components. Solusi difokuskan pada pemberian skor faktor dan pereduksian variabel.
Hasil loading faktor biasanya tidak terlalu bagus untuk diinterpretasikan. Oleh karena itu dilakukan rotasi terhadap matriks loading. Secara geometri, rotasi berarti pemutaran sumbu faktor dengan sudut tertentu sehingga mendapatkan sumbu faktor baru dengan loading baru tanpa perubahan pada konvigurasi variabel asal. Pada analisis faktor dilakukan dua macam rotasi faktor, yaitu rotasi ortogonal dan obligue. Rotasi ortogonal merupakan rotasi yang memperhatikan keortogonalan sehingga setelah rotasi kedua, sumbu akan saling tegak lurus satu sama lain. Sedangkan rotasi obligue tidak memperhatikan keortogonalan. Rotasi ortogonal tidak merubah nilai total proporsi keragaman yang dijelaskan oleh faktor-faktor bersama yang diperoleh. Metode yang umum digunakan adalah varimax. Metode rotasi ini dititikberatkan pada kesederhanaan kolom-kolom matriks bobotnya sehingga hanya pada salah satu faktor yang berisikan beberapa variabel saja yang mempunyai bobot tertinggi. Konsep pada metode varimax akan memudahkan interpretasi variabel untuk tiap faktor (Johnson dan Wichern, 1988).
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Jembatan Merah, Bogor di sepanjang Jalan Veteran selama bulan Nopember 2007. Pemilihan kawasan Jembatan Merah sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Kawasan Jembatan Merah dipilih sebagai lokasi penelitian disebabkan lokasi Jembatan Merah yang sangat strategis dan terkenal sebagai pusat jajanan. Selain itu, kawasan itu merupakan salah satu lokasi di Kota Bogor yang mobilitasnya tinggi. Populasi dan Sampel Penelitian ini merupakan survei terhadap konsumen martabak telur. Populasi penelitian ini adalah konsumen martabak telur selama bulan Nopember 2007 di kawasan Jembatan Merah, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Responden atau sampel adalah mereka yang sedang dan paling sedikit pernah membeli dan mengkonsumsi martabak telur di Kawasan Jembatan Merah. Penetapan kriteria tersebut agar responden dapat memberikan pendapat, jawaban, serta pernyataan yang bermanfaat dalam penelitian ini. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang. Ukuran responden tersebut didasarkan atas perhitungan menurut rumus Slovin (Sevilla et al., 1993): n = N / (1+Ne2) dengan :
n = Ukuran sampel (responden) N = Ukuran populasi konsumen dengan asumsi jumlah konsumen sama dengan jumlah rata-rata tiap pedagang 15 orang per hari. e
= Kesalahan dalam pengambilan sampel (ditetapkan sebesar 10%)
sehingga : N = 15 konsumen per pedagang tiap harinya x 10 pedagang x 30 hari = 4500 konsumen tiap bulan e2 = (10%)2 = 0,01 maka, n = 4500/(1+(0,01 x 4500)) = 97,8 ≈ 100 responden. Metode penarikan sampel dilakukan secara acak disproporsional. Responden dibagi rata untuk 10 populasi pedagang. Dari tiap pedagang, responden dipilih dari pedagang secara acak, masing-masing untuk hari Senin sampai dengan hari Minggu.
Total seluruh responden menjadi 100 orang dan untuk tiap pedagang masing-masing 10 orang. Penyebaran sampel dapat dilihat pada Tabel 3.
Desain Desain penelitian ini adalah survei terhadap konsumen martabak telur dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Namun, sebelumnya dilakukan tahap orientasi terlebih dahulu yaitu peninjauan keadaan umum dan penentuan jumlah populasi pedagang martabak telur kaki lima, yaitu sebanyak sepuluh pedagang martabak telur kaki lima yang mulai beroperasi sejak pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB setiap hari Senin hingga Minggu untuk mendapatkan keterangan secara jelas dan terperinci. Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan studi pertanyaan menggunakan kuesioner sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian ini. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian yang bersumber dari instansi seperi Badan Pusat Statistik, internet, serta literatur seperti buku-buku atau artikel-artikel lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang telah dirancang. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang menurutnya paling sesuai. Sedangkan pertanyaan terbuka merupakan pertanyaan yang alternatif jawabannya tidak disediakan, sehingga responden menjawab pertanyaan sesuai dengan alasan responden atau tidak terdapat dalam pilihan yang tersedia. Kuesioner diberikan kepada konsumen secara langsung setelah responden membeli produk yang dipesannya. Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden maupun wawancara secara langsung untuk mengetahui perilaku konsumen martabak telur. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada konsumen martabak telur di kawasan Jembatan Merah, Bogor sebanyak 100 responden selama satu bulan di bulan Nopember 2007. Kawasan Jembatan Merah,
Bogor merupakan kawasan yang terletak disepanjang Jalan Veteran yang dibatasi oleh Plaza Jembatan Merah dan Jembatan Merah. Analisis Data Data yang telah terkumpul dikelompokkan ke dalam beberapa selang untuk memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai populasi responden. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor. Data hasil penelitian yang disajikan dalam tabulasi sederhana dibahas secara deskriptif. Pengelompokkan Data Pengelompokkan data dilakukan dengan cara (Hasan, 2003) : 1. Penentuan banyaknya kelas (k) yaitu dengan rumus sturguss : k = 1 + 3,3 log n dengan : n = banyaknya sampel 2. Penentuan lebar kelas yaitu dengan rumus : data tertinggi – data terendah banyaknya kelas 3. Penentuan batas masing-masing kelas yang dilakukan terhadap data yang diperoleh berdasarkan atas lebar kelas yang telah diketahui. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan mengetahui proses keputusan pembelian konsumen terhadap martabak telur kaki lima di kawasan Jembatan Merah. Menurut Bank Dunia, berdasarkan pendapatannya karakteristik penduduk dibedakan menjadi penduduk berpendapatan rendah (40%), berpendapatan sedang (40%), dan berpendapatan tinggi (20%). Analisis Faktor Analisis faktor merupakan sebuah metode peubah ganda yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara banyak peubah berkorelasi yang sulit diamati (unobservable) menjadi peubah yang sedikit dan berarti secara konseptual serta relatif bebas yang disebut faktor. Analisis faktor digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini meski terdapat kemungkinan terjadinya subjektifitas pada jawaban responden. Variabel asal yang diteliti meliputi variabelvariabel yang dipertimbangkan dapat menginterpretasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian martabak telur. Variabel-variabel asal tersebut terdiri atas : 1. Variabel asal yang menginterpretasikan perbedaan individu, yaitu penerimaan (X1), alasan praktis untuk mengkonsumsi (X2), rasa lapar (X3), keinginan untuk mengkonsumsi makanan berprotein tinggi (X4), dan pengalaman pembelian sebelumnya (X5). 2. Variabel asal yang menginterpretasikan pengaruh lingkungan, antara lain teman (X6), keluarga (X7), situasi (hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekday/weekend) (X8), dan situasi antrian (X9). 3. Variabel asal yang menginterpretasikan pengaruh pemasaran, antara lain harga (X10), kualitas (rasa, kerenyahan, dan kegurihan) (X11), kemasan (X12), nama dagang (X13), lokasi penjual (X14), kecepatan pelayanan (X15), dan
kebersihan
peralatan
(alat
untuk
memasak,
menyajikan,
dan
membungkus) (X16). Variabel-variabel tersebut ditentukan berdasarkan teori perilaku konsumen yang menjelaskan mengenai variabel-variabel yang menginterpretasikan perbedaan individu, pengaruh lingkungan, dan pengaruh pemasaran. Selain itu, variabelvariabel tersebut ditentukan berdasarkan referensi beberapa penelitian terdahulu mengenai perilaku konsumen. Data
hasil
penelitian
mengenai
variabel-variabel
tersebut
diuji
kelayakannya dengan menggunakan alat pengujian berdasarkan korelasi antar variabel, yaitu Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) dan Bartlett’s Test. Pengujian ini dilakukan karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel. Oleh karena itu, seharusnya terdapat korelasi yang cukup kuat diantara variabel sehingga akan terjadi pengelompokkan. Jika sebuah variabel berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Hipotesis yang digunakan untuk signifikansi Bartlett’s Test adalah : a) H0 = variabel-variabel asal belum memadai untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima. b) H1 = variabel-variabel asal telah memadai untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima.
Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan) : a) Angka signifikan > 0,05 berarti variabel-variabel asal kurang signifikan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima pada taraf nyata 5% (H0 diterima). b) Angka signifikan < 0,05 berarti variabel-variabel asal cukup signifikan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima pada taraf nyata 5% (H0 ditolak). Angka MSA berkisar dari 0 sampai 1 dengan kriteria : a) MSA = 1 berarti pengaruh suatu variabel asal terhadap proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel asal lainnya. b) MSA > 0,5 berarti pengaruh suatu variabel asal terhadap proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima masih dapat diprediksi oleh variabel asal lainnya dan pengaruh variabel asal tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. c) MSA < 0,5 berarti pengaruh suatu variabel asal terhadap proses keputusan pembelian martabak telur kaki lima tidak dapat diprediksi oleh variabel asal lainnya dan pengaruh asal tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut (variabel dikeluarkan). Setelah sejumlah variabel terpilih, dilakukan ekstraksi variabel tersebut sehingga menjadi beberapa faktor atau komponen utama. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Principal Component. Jumlah optimal komponen utama yang terbentuk ditentukan berdasarkan nilai eigenvalue setiap komponen utama, seperti yang disajikan pada tabel Total Variance Explained. Karena setiap variabel diasumsikan memiliki ragam sebesar 1 maka komponen utama yang terbentuk haruslah memiliki nilai eigenvalue yang lebih dari 1. Selain dengan perhitungan angka seperti yang disajikan oleh tabel Total Variance Explained, jumlah komponen utama yang optimal juga ditampilkan oleh grafik Scree Plot. Pengelompokkan variabel-variabel asal ke dalam komponen-komponen utama yang terbentuk ditentukan oleh nilai loading factors dari masing-masing variabel yang tersaji pada tabel Component Matrix. Namun, karena komponenkomponen utama yang terbentuk pada banyak kasus kurang berbeda nyata sehingga dapat mengganggu analisis, maka dilakukan proses rotasi guna memperjelas
perbedaan antara komponen-komponen utama yang terbentuk. Karena bertujuan untuk menghasilkan komponen-komponen utama yang tidak bekorelasi maka dilakukan proses rotasi ortogonal. Penelitian ini menggunakan metode rotasi ortogonal yang biasa digunakan, yaitu metode Varimax. Hasil dari proses rotasi ini disajikan pada tabel Rotated Component Matrix. Berdasarkan nilai loading factors yang disajikan pada tabel tersebut, suatu variabel asal dikelompokkan ke dalam suatu komponen utama. Definisi Istilah 1. Martabak telur adalah makanan khas dari India yang terbuat dari campuran telur bebek atau telur ayam dengan irisan daun bawang dan daging cincang (daging sapi atau daging kambing) yang sudah diberi bumbu, dibungkus dengan adonan kulit yang dibuat dari tepung terigu, air, dan minyak goreng. 2. Pedagang martabak telur kaki lima adalah pedagang martabak telur yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan, dengan menggunakan alat untuk berjualan berupa gerobak. 3. Konsumen
adalah
orang
yang
sedang
melakukan
pembelian
dan
mengkonsumsi martabak telur kaki lima. 4. Responden adalah pengunjung pedagang martabak telur kaki lima yang sedang melakukan pembelian dan bersedia untuk mengisi kuesioner. 5. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. 6. Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan/dibayarkan konsumen untuk memperoleh produk yang ditawarkan. 7. Ruang lingkup penelitian ini adalah produk martabak telur dengan bahan dasar telur ayam ras dan telur bebek yang ditawarkan oleh pedagang martabak telur kaki lima di kawasan Jembatan Merah, Bogor. 8. Martabak telur ayam biasa adalah martabak telur yang menggunakan telur ayam sejumlah satu butir pada pengolahannya. 9. Martabak telur ayam spesial adalah martabak telur yang menggunakan telur ayam sejumlah dua butir pada pengolahannya.
10. Martabak telur ayam istimewa adalah martabak telur yang menggunakan telur ayam sejumlah tiga butir pada pengolahannya. 11. Martabak telur ayam super adalah martabak telur yang menggunakan telur ayam sejumlah empat butir pada pengolahannya. 12. Martabak telur bebek biasa adalah martabak telur yang menggunakan telur bebek sejumlah satu butir pada pengolahannya. 13. Martabak telur bebek spesial adalah martabak telur yang menggunakan telur bebek sejumlah dua butir pada pengolahannya. 14. Martabak telur bebek istimewa adalah martabak telur yang menggunakan telur bebek sejumlah tiga butir pada pengolahannya. 15. Martabak telur bebek super adalah martabak telur yang menggunakan telur bebek sejumlah empat butir pada pengolahannya. 16. Communalities adalah jumlah keragaman dari suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai communality sebuah variabel berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. 17. Eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif setiap komponen faktor dalam menghitung ragam variabel-variabel asal yang dianalisis (Santoso, 2002).
KEADAAN UMUM LOKASI Kawasan Jembatan Merah merupakan kawasan yang terletak di wilayah Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Kawasan ini terletak di sepanjang Jalan Veteran yang dibatasi oleh Pasar Sub Devris Merdeka hingga Jembatan Merah. Lokasinya yang dekat dengan Stasiun Kereta Api Bogor menyebabkan kawasan ini sebagai tempat transit para komuter yang bekerja di kota lain, tetapi bermukim di Kota/Kabupaten Bogor. Bahkan sebelum tahun 2003, kawasan ini merupakan terminal bayangan bagi angkutan kota jurusan Ciampea, Leuwiliang, Cibeureum, Ciomas, dan Baranangsiang. Peran dan lokasinya yang strategis membuat kawasan ini sebagai kawasan yang menjanjikan untuk tempat berbisnis. Kawasan ini dikenal penduduk Bogor sebagai kawasan jajanan 24 jam. Setiap harinya selalu dipadati oleh pedagang penjual makanan yang menjajakan makanannya di atas trotoar. Para pedagang ini secara tertib bergantian menjajakan dagangannya sesuai dengan shift yang diatur secara kekeluargaan oleh petugas keamanan. Sebelum tahun 1980, di Jalan Kapten Muslihat, Jalan Merdeka, dan Jalan Veteran terdapat banyak pedagang kaki lima. Kehadiran para pedagang ini menjamur dengan cepat sehingga menimbulkan ketidakteraturan lalu lintas. Hal ini langsung disikapi pemerintah daerah setempat dengan cara menyediakan kawasan trotoar di sepanjang Jalan Veteran mulai dari Jembatan Merah hingga depan Plaza Jembatan Merah sebagai tempat relokasi para pedagang tersebut agar tidak mengganggu situasi lalu lintas di ketiga ruas jalan tersebut. Pedagang yang beroperasi di trotoar sepanjang kawasan Jembatan Merah antara lain pedagang es cendol, pedagang bakso, pedagang bubur ayam, pedagang sate, pedagang soto, pedagang martabak manis, pedagang roti bakar, pedagang buah, pedagang gorengan, pedagang ayam goreng (fried chicken), pedagang kue basah, pedagang nasi rames, pedagang sepatu, dan pedagang martabak telur. Mereka beroperasi di depan toko-toko di sepanjang kawasan Jembatan Merah. Meskipun demikian, kehadiran para pedagang kaki lima tersebut tidak mengganggu aktifitas bisnis toko-toko tersebut. Hal yang sebaliknya terjadi, yaitu kehadiran para pedagang malah membantu promosi produk yang dijual di toko-toko tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Konsumen Konsumen martabak telur yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah mereka yang sedang dan paling sedikit pernah membeli dan mengkonsumsi martabak telur di Kawasan Jembatan Merah. Data dikumpulkan dari 100 responden yang menjelaskan berbagai karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen tersebut adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, status dalam keluarga, pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh, penerimaan selama sebulan terakhir, pengeluaran untuk pangan selama sebulan terakhir, pengeluaran dalam mengkonsumsi martabak telur selama sebulan terakhir, dan frekuensi pembelian martabak telur kaki lima di Kawasan Jembatan Merah selama sebulan terakhir. Sebagian besar konsumen adalah laki-laki berjumlah 61 orang, sementara sisanya yaitu 39 orang adalah perempuan. Tabel 4 menyajikan data berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Orang
(%)
Laki-laki
61
61,00
Perempuan
39
39,00
Total
100
100,00
Usia digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu 12-35 tahun, 36-59 tahun, dan 60-75 tahun. Tabel 5 menjelaskan penggolongan usia tersebut. Berdasarkan penggolongan tersebut, jumlah konsumen sebagian besar adalah kelompok usia 1235 tahun yaitu sebesar 59 persen, kemudian jumlah konsumen terbesar kedua adalah kelompok usia 36-59 tahun yaitu sebesar 37 persen, dan sisanya sebesar empat persen kelompok usia 60-75 tahun. Berdasarkan hasil penilitian tersebut, menunjukkan sebagian besar konsumen martabak telur adalah golongan usia produktif.
Tabel 5. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Kelompok Usia Kelompok Usia (tahun)
Jumlah Orang
(%)
12-35
59
59,00
36-59
37
37,00
60-75
4
4,00
Total
100
100,00
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar pekerjaan konsmen adalah pegawai swasta yaitu 53 persen. Hal ini disebabkan tingginya pemasukan yang diterima pegawai swasta dibandingkan dengan pekerjaan lainnya seperti adanya bonus lembur yang diterima sehingga akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Konsumen yang bekerja sebagai wiraswasta sebesar 16 persen, konsumen yang bekerja sebagai PNS/ABRI sebesar 13 persen, dan konsumen yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebesar sembilan persen. Sedangkan konsumen yang berstatus mahasiswa dan pelajar masing-masing sebesar tujuh dan dua persen. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah Orang
(%)
Ibu Rumah Tangga
9
9,00
Mahasiswa
7
7,00
Pegawai Swasta
53
53,00
Pelajar
2
2,00
PNS/ABRI
13
13,00
Wiraswasta
16
16,00
Total
100
100,00
Tabel 7 menunjukkan bahwa 55 persen (sebagian besar) konsumen mempunyai jumlah anggota antara 1 – 4 orang/keluarga. Sebanyak 42 persen konsumen mempunyai jumlah anggota 5 – 8 orang/keluarga, dan sisanya tiga persen beranggotakan 9 – 12 orang/keluarga. Rata-rata jumlah anggota keluarga konsumen martabak telur adalah empat orang.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Orang
(%)
1–4
55
55,00
5–8
42
42,00
9 - 12
3
3,00
Total
100
100,00
Rata-rata (orang) :
4,14 ± 1,891
Koefisien keragaman (%)
45,68
Tabel 8 menjelaskan bahwa konsumen yang berstatus sebagai suami/ayah lebih mendominasi pada saat penelitian ini dilakukan yaitu sebesar 46 persen, lalu diikuti konsumen yang berstatus anak sebesar 35 persen, dan terakhir yaitu sebesar 19 persen konsumen yang berstatus istri/ibu. Berdasarkan pengamatan saat penelitian dilakukan, sebagian besar konsumen berstatus sebagai suami/ayah karena mereka merupakan kaum pekerja yang melewati daerah tersebut setiap harinya dibandingkan dengan kaum istri/ibu. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Status dalam Keluarga Status dalam Keluarga
Jumlah Orang
(%)
Suami/Ayah
46
46,00
Istri/Ibu
19
19,00
Anak
35
35,00
Total
100
100,00
Tabel 9 menjelaskan pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh konsumen. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar yaitu 49 persen konsumen berpendidikan perguruan tinggi. Selanjutnya, 39 persen konsumen berpendidikan SLTA/SMK/STM, tujuh persen konsumen berpendidikan SLTP, dan sisanya lima persen konsumen berpendidikan SD. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen berpendidikan tinggi dan terpelajar.
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Pendidikan Terakhir atau yang Sedang Ditempuh Pendidikan Terakhir atau yang Sedang Ditempuh
Jumlah Orang
(%)
SD
5
5,00
SLTP
7
7,00
SLTA/SMK/STM
39
39,00
Perguruan Tinggi
49
49,00
Total
100
100,00
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Penerimaan Konsumen pada Bulan Terakhir Penerimaan
Jumlah Orang
(%)
Rp 240.000,00 – Rp 1.300.000,00
37
37,00
Rp 1.400.000,00 – Rp 4.500.000,00
48
48,00
Rp 5.000.000,00 – Rp 28.000.000,00
15
15,00
Total
100
100,00
Rata-rata per bulan :
Rp 2.766.200,00 ± Rp 3.750.892,629
Koefisien keragaman (%)
135,59
Tabel 10 menunjukkan penerimaan konsumen pada bulan terakhir pengumpulan data dilakukan. Penerimaan konsumen yang terendah adalah sebesar Rp 240.000,00 yang merupakan penerimaan uang saku dari pelajar sedangkan yang tertinggi sebesar Rp 28.000.000,00 yang merupakan penerimaan gaji sebagai pegawai dan wirausahawan. Sebagian besar penerimaan konsumen berkisar antara Rp1.400.000,00 hingga Rp 4.500.000,00 yaitu sebanyak 48 persen atau rata-rata penerimaan konsumen pada bulan terakhir pengumpulan data adalah Rp 2.766.200,00 per bulan. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen masuk ke dalam kelompok masyarakat menengah. Pengeluaran pangan konsumen merupakan pengeluaran untuk kebutuhan pangan pokok maupun non pokok selama sebulan terakhir. Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa pengeluaran terbesar untuk pangan sebulan terakhir berkisar antara Rp 60.000,00 hingga Rp 1.559.999,00 yaitu 78 persen. Persentase pengeluaran terbesar kedua adalah pada kisaran Rp 1.560.000,00 hingga Rp 3.059.999,00 yaitu sebesar 16 persen.
Tabel 11. Jumlah dan Persentase Konsumen untuk Pengeluaran Pangan Sebulan Terakhir Pengeluaran
Jumlah Orang
(%)
Rp 60.000,00 – Rp 1.559.999,00
78
78,00
Rp 1.560.000,00 – Rp 3.059.999,00
16
16,00
Rp 3.060.000,00 – Rp 4.559.999,00
4
4,00
Rp 4.560.000,00 – Rp 6.059.999,00
0
0,00
Rp 6.060.000,00 – Rp 7.559.999,00
0
0,00
Rp 7.560.000,00 – Rp 9.059.999,00
0
0,00
Rp 9.060.000,00 – Rp 10.559.999,00
1
1,00
Rp 10.560.000,00 – Rp 12.059.999,00
1
1,00
Total
100
100,00
Rata-rata per bulan :
Rp 1.288.840,00 ± Rp 1.604.442,952
Koefisien keragaman (%)
124,48
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Konsumen Menurut Frekuensi Pembelian Martabak Telur Sebulan Terakhir Frekuensi
Jumlah Orang
(%)
1 – 2 kali
59
59,00
3 – 4 kali
32
32,00
5 – 6 kali
6
6,00
7 – 8 kali
0
0,00
9 – 10 kali
0
0,00
11 – 12 kali
2
2,00
13 – 14 kali
1
1,00
15 – 16 kali
0
0,00
Total
100
100,00
Rata-rata per bulan (kali) :
2,65 ± 2,185
Koefisien keragaman (%)
82,45
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa frekuensi pembelian martabak telur sebulan terakhir yaitu sebesar 59 persen membeli sebanyak satu hingga dua kali, kemudian sebanyak 32 persen membeli martabak telur sebanyak tiga hingga empat kali dalam sebulan terakhir. Disusul sebesar enam persen membeli martabak telur sebanyak lima hingga enam kali, sebesar dua persen membeli martabak telur
sebanyak sebelas hingga 12 kali, dan hanya satu persen konsumen yang membeli martabak telur sebanyak 13 hingga 14 kali. Tabel 13 menunjukkan jumlah pengeluaran konsumen dalam pembelian martabak telur saat penelitian dilakukan. Sebagian besar konsumen yaitu 42 persen membelanjakan uangnya sebesar Rp 7.000,00 hingga Rp 21.999,00 untuk membeli martabak telur dengan rata-rata pembelian martabak telur sebesar Rp 33.930,00 saat penelitian dilakukan. Konsumen yang membelanjakan uangnya sebesar Rp 22.000,00 hingga Rp 36.999,00 adalah sebanyak 23 persen. Kemudian sebanyak 13 persen konsumen menghabiskan uangnya sebesar Rp 37.000,00 hingga Rp 51.999,00 untuk membeli martabak telur. Sedangkan sembilan persen konsumen membelanjakan uangnya sebesar Rp 52.000,00 hingga Rp 66.999,00. Sebanyak tujuh persen konsumen menghabiskan uangnya sebesar Rp 67.000,00 hingga Rp 81.999,00. Sisanya yaitu empat persen konsumen membelanjakan uangnya pada kisaran Rp 82.000,00 hingga Rp 96.999,00 dan dua persen konsumen membelanjakan uangnya sebesar Rp 112.000,00 hingga Rp 126.999,00. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Pengeluaran Konsumen untuk Pembelian Martabak Telur*) Pengeluaran
Jumlah Orang
(%)
Rp 7.000,00 – Rp 21.999,00
42
42,00
Rp 22.000,00 – Rp 36.999,00
23
23,00
Rp 37.000,00 – Rp 51.999,00
13
13,00
Rp 52.000,00 – Rp 66.999,00
9
9,00
Rp 67.000,00 – Rp 81.999,00
7
7,00
Rp 82.000,00 – Rp 96.999,00
4
4,00
Rp 97.000,00 – Rp 111.999,00
0
0,00
Rp 112.000,00 – Rp 126.999,00
2
2,00
Total
100
100,00
Rata-rata :
Rp 33.930,00 ± Rp 25.534,39
Koefisien keragaman (%)
75,26
Keterangan : Pengeluaran pada Bulan Penelitian Dilakukan (Data Diolah)
Kesimpulan dari penelitian mengenai karakteristik konsumen disajikan pada Tabel 14. Karakteristik konsumen yang dicantumkan pada tabel merupakan
karakteristik-karakteristik konsumen dengan persentase terbesar pada setiap kategori yang dianalisis secara deskriptif. Tabel 14. Karakteristik Dominan Konsumen Kategori
Karakteristik Dominan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Usia
12 – 35 tahun
Pekerjaan
Pegawai Swasta
Jumlah Anggota Keluarga
1 – 4 orang
Status dalam Keluarga
Suami/Ayah
Pendidikan Terakhir/Sedang Ditempuh
Perguruan Tinggi
Kisaran Penerimaan Sebulan Terakhir
Rp 1.400.000,00 – Rp 4.500.000,00
Rata-rata
Rp 2.766.200,00 ± Rp 3.750.892,629
Kisaran Pengeluaran Pangan Sebulan Terakhir
Rp 60.000,00 – Rp 1.559.999,00
Rata-rata
Rp 1.288.840,00 ± Rp 1.604.442,952
Frekuensi Pembelian Martabak Telur Sebulan Terakhir
1 – 2 kali
Kisaran Pengeluaran Pembelian Martabak Telur Saat Penelitian Rata-rata
Rp 7.000,00 – Rp 21.999,00 Rp 33.930,00 ± Rp 25.534,39
Hubungan Antara Penerimaan, Pengeluaran Pangan, dan Pembelian Martabak Telur Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, besarnya rataan penerimaan responden adalah Rp 2.766.200,00 dengan koefisien keragaman yang sangat tinggi (135,59 persen), pengeluaran pangan responden sebesar Rp 1.288.840,00 dengan koefisien keragaman yang juga sangat tinggi yaitu sebesar 124,48 persen, dan pengeluaran untuk pembelian martabak telur selama sebulan adalah Rp 33.930,00 dengan koefisien keragaman 75,26 persen. Besarnya nilai keragaman pada penerimaan menunjukkan bahwa konsumen martabak telur di Kawasan Jembatan Merah sangat beragam dalam segi perekonomian. Responden mengeluarkan penerimaannya sebesar 63,31 persen untuk kebutuhan pangan dan 2,39 persen dari penerimaan digunakan untuk membeli martabak telur. Korelasi antara penerimaan dan pengeluaran pangan (Lampiran 1) sebesar 0,658 (signifikan pada level 0,01). Hal ini menunjukkan korelasi positif yang kuat sehingga peningkatan penerimaan akan meningkatkan pengeluaran pangan atau penurunan penerimaan akan menurunkan pengeluaran pangan. Korelasi antara pengeluaran pangan dan pembelian martabak telur adalah 0,138. Artinya terdapat korelasi positif yang sangat lemah, sehingga peningkatan pengeluaran pangan dapat meningkatkan pembelian martabak telur atau penurunan pengeluaran pangan dapat menurunkan pembelian martabak telur atau dengan kata lain korelasi/hubungan antara penerimaan dengan pembelian martabak telur dapat dikatakan tidak ada. Korelasi positif yang sangat lemah juga terdapat antara penerimaan dengan pembelian martabak telur. Korelasinya bernilai 0,093 dalam artian peningkatan penerimaan dapat meningkatkan pembelian martabak telur dalam nilai yang jauh lebih rendah atau penurunan penerimaan dapat menurunkan pembelian martabak telur atau dengan kata lain tidak ada korelasi/hubungan antara penerimaan dengan pembelian martabak telur. Tabel 15 menunjukkan hubungan antara penerimaan, pengeluaran pangan, dan pembelian martabak telur yang disajikan dalam bentuk persentase. Semakin besar angka penerimaan, maka persentase pengeluaran pangan dan pembelian martabak telur semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar penerimaan yang diperoleh maka konsumsi untuk pangan akan semakin kecil karena
kelebihan penerimaan akan dialokasikan kepada kebutuhan lain diluar kebutuhan pangan. Tabel 15. Persentase Besarnya Pengeluaran Pangan dan Pembelian Martabak Telur Atas Total Penerimaan per Bulan Penerimaan per Bulan
Pengeluaran Pangan (%)
Pembelian Martabak Telur (%)
Rp 240.000,00 – Rp 1.300.000,00
79,86
3,88
Rp 1.400.000,00 – Rp 4.500.000,00
56,50
1,84
Rp 5.000.000,00 – Rp 28.000.000,00
44,22
0,48
Rataan (%)
63,31
2,39
Proses Keputusan Pembelian Martabak Telur Pengenalan Kebutuhan Proses pengenalan kebutuhan adalah tahap awal dari proses keputusan pembelian. Kesadaran akan kebutuhan dapat dilihat dari motivasi konsumen untuk mengkonsumsi martabak telur. Dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Alasan/Motivasi Utama Konsumen Tertarik Mengkonsumsi Martabak Telur di Jembatan Merah Alasan/Motivasi Utama
Jumlah Orang
(%)
Sedang lapar
18
18,00
Melihat orang lain membeli
3
3,00
Ingin mencoba
32
32,00
Harganya terjangkau
17
17,00
Dekat dengan tempat tinggal
3
3,00
Langganan
3
3,00
Sebagai oleh-oleh
16
11,00
Suka
6
6,00
Tambahan makan malam
2
2,00
100
100,00
Total
Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen, yaitu sebesar 32 persen memiliki motivasi utama membeli dan mengkonsumsi martabak telur karena ingin mencoba. Hal ini menunjukkan bahwa alasan martabak telur dikonsumsi adalah karena rasa penasaran yang timbul akan rasa martabak telur. Rasa penasaran tersebut timbul saat mencium aroma sewaktu melintasi pedagang sehingga menarik perhatian konsumen untuk mengkonsumsi martabak telur. Sebanyak 18 persen konsumen yang tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi martabak telur disebabkan oleh rasa lapar yang sedang dirasakan saat itu, artinya bahwa adanya kebutuhan yang dipicu oleh kebutuhan fisiologis atau kebutuhan jasmaniah yang mendasar. Sebanyak 17 persen konsumen menyatakan bahwa mengkonsumsi martabak telur karena harganya yang terjangkau. Hal ini menggambarkan bahwa harga martabak telur relatif murah dibandingkan dengan harga soto, sate, bakso, dan bubur ayam. Sebab dengan tingkat pengeluaran yang sama, martabak telur dapat dikonsumsi oleh beberapa orang. Sebanyak 16 persen konsumen membeli martabak telur sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke rumah setelah seharian bekerja sebab konsumen berpendapat
bahwa martabak telur merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, mempunyai kemasan yang menarik, harga yang tidak terlalu mahal tetapi menyebabkan rasa kenyang. Terdapat enam konsumen yang menyatakan suka (makanan favorit) sehingga membeli martabak telur. Alasan lain yang membuat konsumen tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi martabak telur adalah karena melihat orang lain membeli, dekat dengan tempat tinggal, dan langganan dari salah satu pedagang martabak telur, yaitu masing-masing sebanyak tiga persen. Sisanya yaitu dua persen menyatakan martabak telur dibeli dan dikonsumsi karena sebagai tambahan lauk makan malam. Tabel 17 menggambarkan manfaat yang diperoleh saat mengkonsumsi martabak telur dalam satu bulan terakhir. Manfaat dari mengkonsumsi martabak telur bagi sebagian besar konsumen adalah sebagai makanan selingan yaitu sebanyak 64 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen menganggap martabak telur bukanlah makanan pokok tetapi hanya makanan selingan atau camilan saat bersantai. Selain itu, sebanyak 16 persen konsumen menjadikan martabak telur sebagai alternatif makan malam. Hal ini disebabkan konsumen memiliki kesibukan yang tinggi dalam bekerja sehingga tidak memiliki kesempatan atau waktu untuk memasak. Sebelas persen konsumen memperoleh manfaat rasa kenyang saat mengkonsumsi martabak telur. Hal ini menunjukkan bahwa martabak telur dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah konsumen yang mendasar. Manfaat lain yang dirasakan konsumen saat mengkonsumsi martabak telur adalah kepraktisan (enam persen) karena martabak telur merupakan makanan yang siap saji tanpa perlu dihangatkan kembali atau diolah terlebih dahulu. Konsumen juga menganggap bahwa martabak telur dapat dimanfaatkan sebagai oleh-oleh (dua persen) karena harganya yang murah tetapi dapat dikonsumsi oleh beberapa orang, bergizi tinggi karena bahan penyusun utamanya adalah telur, kemasan yang menarik karena dikemas dalam kotak sehingga terlihat rapi dan bersih. Sisanya yaitu sebanyak satu persen konsumen menyatakan martabak telur bermanfaat sebagai lauk. Hal ini dikarenakan martabak telur dijadikan penambah citarasa atau selera makan.
Tabel 17. Manfaat yang Diperoleh Konsumen saat Mengkonsumsi Martabak Telur dalam Satu Bulan Terakhir Manfaat*)
Jumlah Orang
(%)
Rasa kenyang
11
11,00
Sebagai makanan selingan
64
64,00
Sebagai alternatif pengganti makan malam
16
16,00
Praktis dalam mengkonsumsi
6
6,00
Sebagai lauk
1
1,00
Sebagai oleh-oleh
2
2,00
100
100,00
Total Keterangan : *) Responden dapat memilih lebih dari satu jawaban
Pencarian Informasi Setelah melewati tahap pengenalan kebutuhan, konsumen melakukan tahap pencarian informasi. Tahap pencarian informasi bersifat internal (tersimpan dalam ingatan) dan bersifat eksternal (pemerolehan informasi dari lingkungan). Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak dan membuat pilihan yang lebih baik untuk pengambilan keputusan di masa mendatang. Hasil pengamatan yang disajikan pada Tabel 18 menunjukkan bahwa 41 persen konsumen mengetahui keberadaan martabak telur kaki lima di Jembatan Merah pertama kali dari papan nama dagang. Papan nama dagang menarik perhatian konsumen karena tulisannya yang unik dan jelas (80,48 persen), nama merek/brand yang unik (7,32 persen), gerobak yang nampak bersih (7,32 persen), dan ada juga konsumen mengetahui karena telur-telur yang dipajang di display gerobak (4,88 persen). Konsumen juga mendapat informasi mengenai martabak telur di Jembatan Merah dari dirinya sendiri, yaitu sebesar 34 persen. Hal ini berarti sebagian konsumen membeli martabak telur tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal tetapi karena keinginan/inisiatif sendiri. Sebanyak sebelas persen konsumen memperoleh informasi dari anggota keluarga. Selain dari keluarga, sumber informasi konsumen yaitu sebanyak delapan persen diperoleh dari interaksi dengan teman/kenalan. Sisanya yaitu enam persen konsumen memperoleh informasi keberadaan martabak telur saat melintasi kawasan Jembatan Merah. Berdasarkan data tersebut, secara
umum dapat disimpulkan bahwa sumber informasi yang diperoleh konsumen martabak telur berasal dari lingkungan (pencarian eksternal). Tabel 18. Keberadaan Martabak Telur Kaki Lima di Kawasan Jembatan Merah Diketahui Pertama Kali Sumber Informasi
Jumlah Orang
(%)
Teman/kenalan
8
8,00
Anggota keluarga
11
11,00
Papan nama dagang
41
41,00
Sendiri
34
34,00
Saat melintasi kawasan Jembatan Merah
6
6,00
100
100,00
Total
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh kesimpulan (Tabel 19) bahwa sebagian besar konsumen yaitu 57 persen memutuskan untuk membeli martabak telur atas keinginan sendiri, sedangkan pengaruh dari keluarga dan teman lebih kecil yaitu sebesar 34 persen dan sembilan persen. Hal ini berarti sebagian besar konsumen yang mengambil keputusan pembelian martabak telur dipengaruhi oleh inisiatif sendiri. Tabel 19. Pemberi Pengaruh dalam Memutuskan Pembelian Martabak Telur pada Saat Penelitian Pemberi Pengaruh
Jumlah Orang
(%)
Inisiatif sendiri
57
57,00
Keluarga
34
34,00
Teman
9
9,00
100
100,00
Total
Evaluasi Alternatif Tahap evaluasi alternatif merupakan tahap dimana konsumen mengevaluasi atribut yang paling dipertimbangkan saat membeli martabak telur. Tahap ini dilakukan setelah konsumen memiliki informasi yang cukup mengenai hal-hal yang berkaitan dengan martabak telur. Pada tahap ini konsumen menetapkan kriteria evaluasi dimana penetapan kriterianya didasarkan pada faktor-faktor seperti pengaruh
situasi,
kesamaan
alternatif
pilihan,
motivasi,
keterlibatan,
dan
pengetahuan. Kriteria ini selanjutnya dijadikan pertimbangan konsumen dalam membeli martabak telur. Tabel 20. Pertimbangan Konsumen dalam Membeli Martabak Telur Pertimbangan*)
Jumlah Orang
(%)
Dekat dengan tempat tinggal
34
34,00
Praktis/cepat saji
9
9,00
Harga yang murah
6
6,00
Rasanya yang khas
23
23,00
Kebersihan
15
15,00
Lokasi Terjangkau
11
11,00
Informasi dari teman/kenalan
2
2,00
100
100,00
Total
Keterangan : *) Responden dapat memilih lebih dari satu jawaban
Tabel 20 menunjukkan atribut-atribut yang menjadi pertimbangan utama konsumen dalam membeli martabak telur. Pada tabel tersebut terlihat bahwa 34 persen konsumen menyatakan bahwa dekat dengan tempat tinggal sebagai pertimbangan utama dalam pembelian martabak telur. Hal ini menunjukkan sebagian konsumen bertempat tinggal di sekitar kawasan Jembatan Merah sehingga pengeluaran untuk ongkos menjadi pertimbangan sendiri. Selanjutnya, rasa martabak telur yang khas menjadi pertimbangan utama bagi 23 persen konsumen. Dengan demikian, konsumen lebih cenderung mempertimbangkan pada kelezatan produk. Selain itu, pertimbangan tersebut juga dipengaruhi pengalaman pembelian sebelumnya. Atribut kebersihan menjadi salah satu faktor utama ketiga dalam pembelian martabak telur. Oleh karena itu, pedagang/produsen harus memperhatikan kebersihan pribadi, alat yang digunakan untuk memasak, gerobak, dan lingkungan sekitar. Sebanyak sebelas persen konsumen mempertimbangkan lokasi yang terjangkau dalam pembelian martabak telur. Artinya bahwa lokasi Jembatan Merah merupakan kawasan yang cukup bagus untuk berjualan sehingga mempengaruhi konsumen untuk datang dan membeli. Terdapat sembilan persen konsumen yang mempertimbangkan kepraktisan/cepat saji dalam pembelian martabak telur. Atribut harga hanya dipertimbangkan oleh enam persen konsumen. Hal ini menggambarkan
bahwa besarnya harga martabak telur bukan menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan pembelian martabak telur. Sisanya yaitu dua persen konsumen mempertimbangkan informasi dari teman/kenalan dalam memutuskan pembelian martabak telur. Walaupun Kawasan Jembatan Merah merupakan pusat jajanan 24 jam, adakalanya pedagang di kawasan tersebut tidak berdagang/tutup. Dalam hal ini, para pembeli, baik langganan maupun bukan langganan akan mempertimbangkan beberapa alternatif lain saat ingin membeli martabak telur. Alternatif-alternatif tersebut dijabarkan pada Tabel 21. Tabel 21. Alternatif yang Dilakukan Konsumen Saat Pedagang Martabak Telur Tutup Alternatif yang Akan Dilakukan
Jumlah Orang
(%)
Membeli di pedagang lain
62
62,00
Membatalkan niat membeli
20
20,00
Membeli makanan lain
18
18,00
Total
100
100,00
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, sebanyak 62 persen konsumen akan membeli di pedagang martabak telur yang lain apabila pedagang martabak telur langganannya tutup. Hal ini menjelaskan loyalitas konsumen terhadap produsen kecil. Oleh karena itu, masing-masing pedagang harus membangun rasa loyalitas yang tinggi terhadap pembelinya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, cara untuk meningkatkan loyalitas pembeli dapat dilakukan dengan sikap yang ramah terhadap pembeli, menyediakan tempat duduk saat pembeli menunggu, dan menjaga kerapian saat bekerja. Selain itu, sebanyak 20 persen konsumen yang membatalkan niat membeli. Hal ini mempertegas pernyataan bahwa loyalitas konsumen terhadap produsen itu kecil, dibuktikan dengan rendahnya jumlah konsumen yang membatalkan niat membeli dibandingkan dengan jumlah konsumen yang membeli di pedagang lain. Sisanya (18 persen) memilih untuk membeli makanan lain antara lain ayam goreng (fried chicken), bakso, bubur ayam, sate, dan soto. Sebagai tambahan, tingginya persentase konsumen yang memilih untuk membeli martabak telur di pedagang lain dapat diartikan bahwa pembeli/ konsumen
juga mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap martabak telur. Hal ini membuktikan bahwa prospek bisnis martabak telur kaki lima masih tinggi sehingga produsen/pedagang masih memiliki daya saing yang tinggi terhadap restoran martabak maupun jenis makanan yang lain. Proses Pembelian Keputusan konsumen dalam membeli martabak telur dapat dilihat dari cara konsumen memutuskan pembelian, waktu pembelian, jenis telur yang sering dipesan, dan pilihan menu/porsi yang sering dipesan. Selanjutnya, produk yang dinilai merupakan pilihan terbaik dari alternatif yang ada akan dibeli konsumen. Tabel 22 berikut menggambarkan cara konsumen untuk memutuskan pembelian martabak telur. Tabel 22. Cara Konsumen Memutuskan Pembelian Martabak Telur Cara Memutuskan Pembelian
Jumlah Orang
(%)
Terencana
35
35,00
Tidak direncanakan
65
65,00
Total
100
100,00
Sebagian besar konsumen (65 persen) memutuskan pembelian martabak telur dengan cara tidak direncanakan sebelumnya. Keinginan membeli muncul ketika melintasi Kawasan Jembatan Merah. Sebanyak 35 persen konsumen memutuskan pembelian martabak telur dengan cara direncanakan. Sebanyak 68,58 persen merencakan pembelian martabak telur pada saat perjalanan
pulang,
sebanyak
17,14
persen
merencanakannya
saat
bekerja/kuliah/sekolah, sebanyak 8,57 persen merencanakannya saat sebelum berangkat bekerja/kuliah/sekolah, dan sebanyak 5,71 persen merencanakannya sejak dari rumah.
Tabel 23. Saat Merencanakan Pembelian Martabak Telur Saat Perencanaan
Jumlah Orang
(%)
Saat sebelum berangkat kerja/kuliah/sekolah
3
8,57
Saat bekerja/kuliah/sekolah
6
17,14
Saat perjalanan pulang
24
68,58
Sejak dari rumah
2
5,71
Total
35
100,00
Hal ini dapat dimanfaatkan oleh pedagang martabak telur kaki lima untuk menarik perhatian konsumen. Konsumen yang sedang lewat akan tertarik untuk membeli dagangan dari pedagang yang memiliki daya promosi yang tinggi. Promosi yang tinggi dapat dilakukan dengan cara pembuatan papan nama dagang yang jelas sehingga mudah untuk dibaca. Tabel 24. Jenis Telur yang Paling Sering Dipesan Saat Membeli Martabak Telur Jenis Telur
Jumlah Orang
(%)
Telur ayam
68
68,00
Telur bebek
28
28,00
Telur ayam dan telur bebek
4
4,00
100
100,00
Total
Tabel 24 menunjukkan hasil penelitian mengenai jenis telur yang paling sering dipesan atau dibeli konsumen. Sebanyak 68 persen konsumen menyukai martabak telur yang berbahan baku telur ayam. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, konsumen memilih telur ayam karena harga martabak telur ayam lebih murah dibandingkan dengan martabak telur bebek, baunya yang tidak amis, dan sudah terbiasa mengkonsumsi telur ayam. Selanjutnya 28 persen konsumen justru lebih sering memesan martabak telur yang berbahan baku telur bebek, karena telur bebek dinilai terasa lebih gurih, lebih favorit di keluarga, dan memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dibanding telur ayam. Sisanya yaitu empat persen konsumen memilih untuk melakukan variasi pemesanan, terkadang memesan martabak telur berbahan baku telur ayam atau telur bebek. Konsumen mengemukakan bahwa melakukan variasi pemesanan jenis telur agar tidak bosan.
Tabel 25. Pilihan Menu Martabak Telur yang Sering Dipesan Pilihan Menu
Jumlah Orang
(%)
Biasa
29
29,00
Spesial
51
51,00
Istimewa
12
12,00
Super
8
8,00
Total
100
100,00
Tahap berikutnya adalah konsumen menentukan menu apa yang akan dipesan yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagian besar konsumen (51 persen), lebih menyukai martabak telur spesial sedangkan martabak telur biasa, dinikmati oleh 29 persen konsumen, 12 persen konsumen menyukai martabak telur istimewa, dan delapan persen konsumen menyukai martabak telur super. Martabak telur spesial lebih disukai karena porsinya yang tidak terlalu sedikit, lebih terasa telurnya, dan dirasa lebih pas untuk keluarga. Sedangkan martabak telur biasa disukai karena harganya yang paling murah dibanding menu lain sehingga konsumen bisa membeli porsi yang banyak. Hal ini dapat menjadi masukan bagi pedagang untuk lebih banyak menyediakan porsi martabak telur spesial dan biasa. Tabel 26. Waktu Pembelian Martabak Telur Waktu Pembelian
Jumlah Orang
(%)
Hari biasa
9
9,00
Hari libur
16
16,00
Tidak tentu
75
75,00
Total
100
100,00
Pada Tabel 26, sebanyak 16 persen konsumen membeli dan mengkonsumsi martabak telur pada hari libur dan sembilan persen pada hari biasa. Sedangkan sebanyak 75 persen konsumen membeli dan mengkonsumsi martabak telur pada hari tidak tentu. Hal ini menunjukkan bahwa martabak telur adalah makanan yang bisa dikonsumsi tergantung situasi mood atau kemauan konsumen. Tabel 27 menjelaskan mengenai tindakan yang dilakukan konsumen apabila pilihan menu yang sering dipesan habis. Yang dilakukan konsumen adalah tetap membeli tetapi jenis pilihan menu yang lain (61 persen), membatalkan niat membeli
(20 persen), dan membeli di pedagang lain (19 persen). Hal ini menunjukkan bahwa preferensi konsumen masih tidak kuat terhadap pilihan menu. Tabel 27. Tindakan yang Dilakukan Konsumen Bila Pilihan Menu yang Sering Dipesan Habis Tindakan yang Dilakukan
Jumlah Orang
(%)
Tetap membeli tetapi jenis yang lain
61
61,00
Membeli di outlet lain
20
20,00
Membatalkan niat membeli
19
19,00
Total
100
100,00
Kenaikan bahan-bahan pokok seperti telur, tepung, minyak goreng, gula, dan bahan bakar tentu akan berdampak pada komoditi pangan hasil olahan. Salah satunya adalah martabak telur. Peningkatan harga bahan-bahan pokok tersebut tentu saja meningkatkan biaya produksi yang berdampak pada kenaikan harga jual produk. Tabel 28. Tindakan yang Dilakukan Konsumen Bila Harga Martabak Telur Mengalami Kenaikan Sebesar 20 Persen Tindakan yang Dilakukan
Jumlah Orang
(%)
Tetap membeli jenis yang diinginkan
84
84,00
Membeli jenis yang lebih murah
13
13,00
Membeli di pedagang lain yang lebih murah
1
1,00
Membatalkan niat membeli
2
2,00
100
100,00
Total
Kenaikan harga 20 persen tidak mempengaruhi pembelian martabak telur sebab hanya 13 persen konsumen yang akan membeli jenis yang lebih murah sedangkan 84 persen konsumen tetap membeli jenis yang diinginkan. Adapun yang membatalkan niat untuk membeli hanya dua persen konsumen dan satu persen konsumen membeli di pedagang lain yang lebih murah. Perilaku Pasca Pembelian Suatu level kepuasan atau ketidakpuasan akan dirasakan oleh konsumen setelah membeli produk. Tingkat kepuasan, tindakan, dan pemakaian produk pasca pembelian harus dapat dipantau oleh pemasar. Tingkat kepuasan yang rendah mengindikasikan kinerja atribut produk kurang baik sehingga harus diperbaiki oleh produsen.
Tabel 29 menerangkan mengenai rasa kepuasan konsumen terhadap martabak telur yang dikonsumsi. Terdapat 97 persen konsumen menyatakan kepuasannya. Sebaliknya konsumen yang menyatakan ketidakpuasannya hanya tiga persen konsumen. Tabel 29. Rasa Puas Konsumen Terhadap Martabak Telur yang Dikonsumsi Rasa Puas Terhadap Martabak Telur
Jumlah Orang
(%)
Puas
97
97,00
Tidak puas
3
3,00
100
100,00
Total
Tabel 30 menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen tersebut adalah rasa produk (59,79 persen), harga (20,62 persen), kebersihan peralatan yang digunakan (10,31 persen), dan kecepatan penyajian (9,28 persen). Tabel 30. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Konsumen Faktor yang Berpengaruh
Jumlah Orang
(%)
Harga
20
20,62
Kecepatan penyajian
9
9,28
Rasa produk
58
59,79
Kebersihan peralatan yang digunakan
10
10,31
Total
97
100,00
Secara umum, tahapan proses keputusan pembelian martabak telur disajikan pada Tabel 31. Pernyataan-pernyataan konsumen pada tabel tersebut merupakan pernyataan-pernyataan konsumen dengan persentase terbesar pada setiap kategori yang dianalisis secara deskriptif.
Tabel 31. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Martabak Telur Tahapan
Kategori
Pernyataan Dominan
(1) Pengenalan Kebutuhan
(a) Alasan/motivasi utama pembelian
Ingin mencoba
(b) Manfaat yang Diperoleh
Sebagai makanan selingan
(a) Tahu keberadaan martabak telur di Jembatan Merah pertama kali
Papan nama dagang
(b) Hal yang menarik dari papan nama dagang
Tulisan yang unik dan jelas
(c) Pemberi pengaruh dalam keputusan pembelian
Inisiatif sendiri
(a) Hal yang dipertimbangkan
Dekat dengan tinggal
(b) Alternatif yang dilakukan bila pedagang tempat biasa membeli tidak berjualan
Membeli di pedagang lain
(a) Cara pembelian
Tidak direncanakan
(b) Jenis telur yang sering dipesan
Telur ayam
(c) Menu yang sering dibeli
Spesial
(d) Waktu pembelian
Tidak tentu
(e) Tindakan yang dilakukan bila menu yang sering dipesan habis
Tetap membeli jenis yang lain
(f) Tindakan yang dilakukan bila harga naik sebesar 20 persen
Tetap membeli jenis yang diinginkan
(a) Rasa puas responden terhadap martabak telur yang dikonsumsi
Puas
(b) Hal-hal yang berpengaruh terhadap kepuasan
Rasa produk
(2) Pencarian Informasi
(3) Evaluasi Alternatif
(4) Proses Pembelian
(5)Perilaku Pasca Pembelian
tempat
tetapi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Martabak Telur Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian martabak telur dianalisis dengan menggunakan metode analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk mengelompokkan beberapa variabel yang memiliki kemiripan untuk dijadikan satu faktor, sehingga beberapa atribut yang mempengaruhi suatu komponen variabel diringkas menjadi beberapa faktor utama yang jumlahnya lebih sedikit. Di dalam penelitian ini variabel yang dianalisis berjumlah 16 variabel, yaitu variabel penerimaan, martabak telur praktis untuk dikonsumsi, rasa lapar, mengkonsumsi makanan berprotein tinggi, pengalaman pembelian sebelumnya, teman, keluarga, situasi (hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekday/weekend), situasi antrian, harga, kualitas martabak telur (rasa, kerenyahan, dan kegurihan), kemasan, nama dagang, lokasi penjual, kecepatan pelayanan, dan kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus). Mula-mula dilakukan uji kelayakan terhadap 16 variabel asal dengan menggunakan Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Berdasarkan ketentuan yang telah diuraikan pada Bab 4, diperoleh angka KMO sebesar 0,562 dan signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa keenambelas variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut karena analisis faktor dikatakan layak untuk dilakukan bila nilai KMO berada antara 0,5 hingga 1,0 dan signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0,000 < 0,5). Tabel 32 menunjukkan nilai MSA dari keenam belas variabel. Berdasarkan uji kelayakan variabel secara parsial, seluruh variabel dapat dianalisis untuk diekstraksi dalam analisis faktor apabila memiliki nilai lebih atau sama dengan 0,5 (≥0,5). Pada Tabel 32 diperoleh hasil bahwa terdapat lima variabel yang mempunyai nilai MSA lebih kecil dari 0,5 (< 0,5) yaitu variabel martabak telur praktis untuk dikonsumsi (MSA = 0,454), variabel situasi antrian (MSA = 0,473), variabel harga (MSA = 0,492), variabel kebersihan peralatan (MSA = 0,494), dan variabel situasi hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekend/weekday (MSA = 0,496) . Variabel yang memiliki nilai MSA lebih kecil dari 0,5, maka variabel tersebut dikeluarkan dari pemilihan variabel, kemudian dilakukan langkah ulang dalam pemilihan variabel
tanpa mengikutkan variabel tersebut. Proses pengeluaran faktor dilakukan satu per satu dimulai dari variabel yang memiliki nilai korelasi yang paling kecil. Semua ini terus dilakukan sampai semua variabel memiliki nilai MSA lebih atau sama dengan 0,5 (≥0,5). Tabel 32. Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) dari 16 Variabel Variabel
Nilai MSA
1) Penerimaan
0,509
2) Martabak telur praktis untuk dikonsumsi
0,454
3) Rasa lapar
0,620
4) Mengkonsumsi makanan berprotein tinggi
0,637
5) Pengalaman pembelian sebelumnya
0,615
6) Teman
0,611
7) Keluarga
0,532
8) Situasi (hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekday/weekend)
0,496
9) Situasi antrian
0,473
10) Harga
0,492
11) Kualitas martabak telur(rasa, kerenyahan, dan kegurihan)
0,588
12) Kemasan
0,621
13) Nama dagang
0,680
14) Lokasi penjual
0,590
15) Kecepatan pelayanan
0,618
16) Kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus)
0,494
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Tabel 32, variabel yang memiliki nilai korelasi yang paling kecil adalah variabel martabak telur praktis untuk dikonsumsi (MSA = 0,454). Oleh karena itu, maka variabel martabak telur praktis untuk dikonsumsi dikeluarkan dari pemilihan variabel. Lalu dilakukan uji kelayakan terhadap 15 variabel lainnya dengan menggunakan Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Kemudian diperoleh angka KMO sebesar 0,577 signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan tabel yang baru didapatkan (Lampiran 2) bahwa masih terdapat tiga variabel yang nilai MSA lebih kecil dari 0,5 (< 0,5) yaitu variabel situasi antrian (MSA = 0,467), variabel kebersihan peralatan (MSA = 0,491), dan variabel situasi hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekend/weekday (MSA = 0,494). Variabel situasi antrian memiliki nilai MSA terkecil yaitu 0,467 maka variabel ini dikeluarkan dari pemilihan variabel. Setelah itu, dilakukan uji
kelayakan terhadap 14 variabel lainnya dengan menggunakan Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Kemudian diperoleh angka KMO sebesar 0,590 signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan tabel yang baru, yaitu Lampiran 3 terdapat dua variabel yang nilai MSA lebih kecil dari 0,5 (< 0,5) yaitu variabel situasi hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekend/weekday (MSA = 0,475) dan variabel harga (MSA = 0,495). Hal yang sama dilakukan terhadap variabel situasi hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekend/weekday dan variabel harga. Kedua variabel tersebut dikeluarkan dari pemilihan variabel secara bertahap. Variabel situasi hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekend/weekday dikeluarkan dari pemilihan variabel terlebih dahulu sebab nilai MSA- nya lebih kecil dari variabel harga. Setelah itu, dilakukan uji kelayakan terhadap 13 variabel lainnya. Lalu, variabel harga dikeluarkan dari pemilihan variabel. Setelah variabel yang memiliki nilai MSA < 0,5 dikeluarkan, maka didapat 12 variabel dengan nilai MSA ≥ 0,5 dengan nilai KMO sebesar 0,635 dan signifikansi 0,001 (Lampiran 4). Nilai KMO akhir ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai KMO pada pengolahan data awal. Hal ini menandakan bahwa 12 variabel yang diuji layak untuk diekstraksi. Kedua belas variabel tersebut adalah penerimaan, rasa lapar, mengkonsumsi makanan berprotein tinggi, pengalaman pembelian sebelumnya, teman, keluarga, kualitas martabak telur (rasa, kerenyahan, dan kegurihan), kemasan, nama dagang, lokasi penjual, kecepatan pelayanan, dan kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus). Berikut ini disajikan Tabel 33 setelah dilakukan pengurangan variabel dari Tabel 32.
Tabel 33. Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) yang Baru dari 12 Variabel Variabel
Nilai MSA
1) Penerimaan
0,508
2) Rasa lapar
0,701
3) Mengkonsumsi makanan berprotein tinggi
0,592
4) Pengalaman pembelian sebelumnya
0,600
5) Teman
0,679
6) Keluarga
0,655
7) Kualitas martabak telur (rasa, kerenyahan, dan kegurihan)
0,645
8) Kemasan
0,643
9) Nama dagang
0,706
10)Lokasi penjual
0,640
11) Kecepatan pelayanan
0,678
12) Kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus)
0,556
Langkah selanjutnya adalah variabel-variabel tersebut diekstraksi sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Berdasarkan hasil analisis lanjutan, diperoleh nilai communalities dari variabel-varabel yang dianalisis. Tabel 34 menunjukkan nilai communalities dari 12 variabel. Variabel penerimaan memiliki angka communalities sebesar 0,613. Hal ini berarti sekitar 61,3 persen keragaman variabel penerimaan dapat dijelaskan oleh komponen-komponen faktor yang terbentuk. Demikian pula untuk variabel kecepatan pelayanan memiliki angka communalities sebesar 60,9 persen. Hal ini berarti sekitar 60,9 persen keragaman variabel kecepatan pelayanan dapat dijelaskan oleh komponen-komponen faktor yang terbentuk. Tabel 34 menyajikan nilai communalities dari 12 variabel berdasarkan urutan. Semakin besar nilai communalities suatu variabel, maka semakin erat hubungannya dengan komponenkomponen utama yang terbentuk. Dengan demikian, pertimbangan responden terhadap variabel penerimaan sangat dipengaruhi pertimbangan responden terhadap kesebelas variabel lainnya dalam memutuskan pembelian martabak telur.
Tabel 34. Nilai Communality Berdasarkan Urutan Variabel
Nilai Communality
1) Penerimaan
0,613
2) Kecepatan pelayanan
0,609
3) Kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus)
0,600
4) Mengkonsumsi makanan berprotein tinggi
0,572
5) Lokasi penjual
0,558
6) Kemasan
0,553
7) Pengalaman pembelian sebelumnya
0,547
8) Teman
0,506
9) Kualitas martabak telur (rasa, kerenyahan, dan kegurihan)
0,425
10) Nama dagang
0,419
11) Keluarga
0,378
12) Rasa lapar
0,368
Berdasarkan hasil analisis, 12 variabel tersebut dikelompokkan menjadi empat komponen faktor. Hasil analisis tersebut disajikan pada tabel Total Variance Explained (Lampiran 5). Berdasarkan ketentuan, bahwa suatu komponen faktor yang optimal harus memiliki angka eigenvalues di atas satu, maka pada tabel Total Variance Explained dapat dilihat bahwa hanya empat komponen faktor yang optimal. Pada tabel tersebut ditunjukkan bahwa dengan satu hingga empat komponen faktor, angka eigenvalues masih di atas satu. Namun, untuk lima komponen faktor, angka eigenvalues sudah dibawah satu, yaitu 0,951. Selain ditunjukkan oleh tabel Total Variance Explained, jumlah optimal komponen yang terbentuk tersebut juga dapat dilihat pada grafik Scree Plot (Lampiran 6). Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa komponen satu hingga empat masih terletak di atas angka satu dari sumbu Y (eigenvalues). Oleh karena itu, empat komponen faktor merupakan jumlah paling optimal untuk meringkas 12 variabel tersebut. Tabel Component Matrix (Lampiran 7) menunjukkan distribusi dari 12 variabel pada empat komponen faktor yang terbentuk setelah diketahui bahwa empat komponen faktor merupakan jumlah yang paling optimal. Komponen-komponen faktor yang terbentuk pada tahap ini biasanya masih berpengaruh erat satu sama lain, sehingga dilakukan proses rotasi/Rotated Component Matrix (Lampiran 7) untuk
memperjelas perbedaan antara komponen-komponen faktor yang terbentuk. Hasil proses rotasi dengan menggunakan metode Varimax disajikan pada Tabel 35. Tabel 35. Nilai Factor Loading Variabel Setelah Dilakukan Rotasi Variabel
Faktor 1
2
3
4
1) Penerimaan
0,182
0,182
0,339
0,299
2) Rasa lapar
0,222
0,562
0,024
0,048
3) Mengkonsumsi makanan berprotein tinggi
0,043
0,415
0,087
0,625
4) Pengalaman pembelian sebelumnya
0,021
0,660
0,303
0,136
5) Teman
0,119
0,442
0,542
0,059
6) Keluarga
0,166
0,072
0,224
0,543
7) Kualitas martabak telur (rasa, kerenyahan, dan kegurihan)
0,115
0,015
0,623
0,155
8) Kemasan
0,733
0,020
0,126
0,005
9) Nama dagang
0,264
0,349
0,206
0,429
10) Lokasi penjual
0,260
0,020
0,650
0,261
11) Kecepatan pelayanan
0,730
0,020
0,269
0,059
12) Kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus)
0,600
0,161
0,245
0,392
Variabel yang memiliki factor loading < 0,5 dianggap memiliki kontribusi yang lemah terhadap faktor yang terbentuk sehingga harus direduksi dari faktor yang dibentuknya (Suliyanto, 2005). Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 35, terdapat
sebelas variabel yang memenuhi persyaratan. Variabel nama dagang
memiliki factor loading 0,429 oleh karena itu, variabel tersebut diabaikan dalam pembentukan faktor.
Tabel 36. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Martabak Telur Faktor Komponen
Eigenvalue
Varian (%)
Variabel Asal
Factor Loading
1) Komponen Pertama
1,707
14,227
a) Kemasan
0,733
b) Kecepatan pelayanan
0,730
c) Kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus)
0,600
a) Penerimaan
0,613
b) Rasa Lapar
0,562
c) Pengalaman pembelian sebelumnya
0,660
a) Teman
0,542
b) Kualitas martabak telur (rasa, kerenyahan, dan kegurihan) c) Lokasi penjual
0,623
a) Mengkonsumsi makanan berprotein tinggi
0,625
b) Keluarga
0,543
2) Komponen Kedua
3) Komponen Ketiga
4) Komponen Keempat
1,649
1,559
1,233
13,744
12,993
10,275
0,650
Hasil yang diperoleh dari analisis di atas adalah 11 variabel yang dianalisis melalui Analisis Faktor dengan metode ekstraksi Analisis Komponen Faktor yang dapat direduksi menjadi empat faktor komponen. Tabel 36 menampilkan hasil analisis faktor terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur.
Faktor Komponen Pertama Faktor komponen pertama yang mempengaruhi proses keputusan pembelian martabak telur memiliki angka eigenvalue sebesar 1,707 karena angka tersebut merupakan eigenvalue yang terbesar, maka faktor ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 14,227 persen. Berdasarkan factor loading, diperoleh tiga variabel asal yang termasuk ke dalam faktor komponen pertama. Variabel-variabel tersebut adalah kemasan, kecepatan pelayanan, dan kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus). Ketiga variabel asal tersebut merupakan variabel yang mengintepretasikan rangsangan pemasaran. Dengan demikian rangsangan pemasaran merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi keputusan
pembelian martabak telur sehingga semakin terampil pedagang dalam membuat martabak telur dan dikemas secara menarik serta perhatian yang tinggi akan kebersihan dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap keputusan pembelian. Faktor Komponen Kedua Faktor komponen kedua dapat menjelaskan keragaman kedua belas variabel sebesar 13,744 persen dengan eigenvalue sebesar 1,649. Faktor komponen ini terdiri dari tiga variabel yaitu penerimaan, rasa lapar, dan pengalaman pembelian sebelumnya. Jadi, ada sekelompok konsumen yang lebih mempertimbangkan faktor penerimaan, rasa lapar, dan pengalaman pembelian martabak telur sebelumnya dalam memutuskan pembelian martabak telur. Dengan budget yang terbatas, konsumen akan melakukan pemilihan dalam memutuskan pembelian berdasarkan pengalaman pembelian sebelumnya. Faktor Komponen Ketiga Faktor komponen ketiga memiliki nilai eigenvalue 1,559 dan menjelaskan keragaman data sebesar 12,993 persen. Ketiga variabel tersebut adalah teman, kualitas martabak telur (rasa, kerenyahan, dan kegurihan), dan lokasi penjual. Hal ini berarti, ada sekelompok konsumen yang mempertimbangkan pendapat teman pada pengambilan keputusan pembelian dengan memperhatikan kualitas martabak telur yang pernah dibelinya dan lokasi penjual yang strategis. Faktor Komponen Keempat Proporsi keragaman yang dapat dijelaskan pada faktor komponen keempat adalah sebesar 10,275 persen dengan eigenvalue 1,233. Variabel yang terdapat pada faktor komponen keempat adalah mengkonsumsi makanan berprotein tinggi dan keluarga. Pada kelompok ini, konsumen memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi serta keputusan pembelian martabak telur juga dipengaruhi oleh keluarga.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Pembelian martabak telur dilakukan secara tidak direncanakan. Papan nama dagang dan kedekatan dengan tempat tinggal menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan pembelian. Keinginan untuk membeli muncul saat perjalanan pulang. Martabak telur ayam porsi spesial sering dipesan. Kenaikan harga sebesar 20 persen tidak mengubah keinginan konsumen dalam membeli. Kepuasan terbentuk atas martabak telur yang dibeli terutama dari faktor rasa produk. 2. Berdasarkan urutan nilai bobotnya berturut-turut adalah kemasan, kecepatan pelayanan, dan kebersihan peralatan yang digunakan. Dari ketiga variabel tersebut bahwa kemasan dan kecepatan pelayanan memiliki kedudukan yang hampir sama yaitu masing-masing dengan skor 0,733 dan 0,730. Saran Saran yang dapat diberikan antara lain : 1. Para pedagang agar menyesuaikan rasa produk dengan selera konsumen. 2. Para pedagang agar memperhatikan kemasan yang dipakai, kecepatan pelayanan serta kebersihan peralatan. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis kemasan yang disukai oleh konsumen dan metode pelayanan.
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kepada Allah Bapa di Surga, karena atas berkat, anugerah, dan kasih-Nya (“Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku”) sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada Bapak Ir. Asi H. Napitupulu, MSc. dan Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan semangat dan masukan ilmu yang sangat berarti dan dengan sabar membimbing penulis selama penelitian hingga penyelesaian tugas akhir ini. Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Agr.Sc. sebagai dosen penguji seminar serta Bapak Ir. Burhanuddin, MM dan Ibu Dr. Ir. Rita Mutia, M. Agr sebagai dosen penguji sidang yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih kepada keluargaku tersayang, bapak, mama di Surga, Mega, Pangeran, dan Cahaya atas segala semangat, motivasi, dorongan, kasih sayang, doa dan nasehat yang diberikan kepada penulis. Pengertian yang diberikan selama ini membuat penulis bersemangat untuk menyelesaikan studi. Terimakasih kepada Bou Diana atas segala dukungan serta selalu mendengar dan menjadi tempat curahan hati penulis selama ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Fransius Silitonga terkasih atas semangat, motivasi, perhatian, serta kasih sayang yang diberikan. Terimakasih kepada Opung, Uwa Ana, Tante Ricky, Tante Ve, Uda Ve, dan Om Paryoto untuk semangat kekeluargaannya. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada para pedagang kaki lima di Kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor atas kesempatan untuk menyebar kuesioner. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Pak Dodi, Bu Cicih, Pak Nana, Pak Tris, Pak Kamto, Pak Tibyan, Umi Nyai dan seluruh staf pegawai di Fapet IPB. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabatku Mita Indriasari, Noviyana, Yessy Melania, dan Oktovian atas kebersamaan dan persahabatan yang kita jalin selama ini, kiranya persahabatan kita tidak putus dilekang masa. Sahabat-sahabat selama di IPB yaitu Merika, Enny, Martyanti, Laura Hutagalung, Neng Nova, Rolas, dan Lena atas canda rianya, persahabatan, dan kebersamaan yang kita lalui selama empat tahun di IPB. Rekan-rekan di SEIP 41 yaitu Sari, Maria, Marisa, Mima, Marlia, Mira, Lisa, Vj, Camay, Didik, Yoga, Ita, Jemi, Fahmi, Risza, dll atas kebersamaannya selama ini. Teman-teman GMKI Cabang Bogor dan PMK Kopelkhu atas kekompakkannya. Teman-teman “serumah”
Perwira 44, terimakasih telah mengisi hari-hari selama di Bogor sehingga penulis merasakan berada di rumah kedua. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang telah dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Semoga sukses menyertai kita semua. Amin. Bogor, April 2008
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Anwar, F. 2004. Telur dan Kesehatan Reproduksi. http://www.mma.ipb.ac.id [15 Maret 2007]. Asnawi. 2000. Perilaku konsumen dan bauran pemasaran produk baso sapi di daerah Kota Bogor (studi kasus konsumen bakso kios). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Assael, H. 1992. Consumer Behaviour and Marketing Action. 4th Ed. PWS-KENT Publishing Company. Boston. Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik 60 tahun Indonesia Merdeka. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Direktorat Jenderal Peternakan. 1999. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta. Engel, J. F., R. D. Blackweel, dan P.W. Winiard. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta. Haryoto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Cetakan Kelima. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hasan, M.I. 2003. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Jakarta. Johnson, R. A., D. W. Wichern. 1988. Applied Multivariate Statistical Analysis (2nd Ed.). Prentice-Hall, Inc. New Jersey, USA. Kartikasari, R. 2003. Analisis perilaku konsumen minuman sari kelapa (Nata de Coco) di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kota
Bogor. 2007. Data Demografi Kota Bogor. http: //www.kotabogor.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=11 19&itemid=151. [26 Juli 2007].
Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi 9. PT. Prenhallindo, Jakarta. Manning, N.E. T. 1985. (Penyunting). Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota. PT. Gramedia, Jakarta. Nurlianti, L. 2002. Analisis permintaan telur ayam ras oleh pedagang martabak telur di Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Peter, P.J., dan J.C. Olson. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Terjemahan. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga, Jakarta. Rangkuti, F. 2002. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. PT Elex Media Komputindo. Kelompok Gramedia. Jakarta. Sary, S. 2006. Analisis perilaku konsumen Martabak Air Mancur Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sarwono, B., A. Murtidjo dan A. Daryanto. 1985. Telur: Pengawetan dan Manfaatnya. Penebar Swadaya, Jakarta. Sevilla, C.G., J.A. Ochave., T.G. Punsalan., B. P. Rengalla, dan G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Sibarani, S., F. Anwar dan R.Megawangi. 1985. Kandungan zat gizi makanan jajanan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia, Bogor. Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. PT. Ghalia Indonesia dengan MMA-IPB, Bogor. Wirdayawati. 1999. Analisis pemasaran telur ayam ras PT. Scorpio Farm di Desa Pamegarsari Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hubungan Antara Penerimaan, Pengeluaran Pangan, dan Pembelian Martabak Telur Variabel
Penerimaan
Pengeluaran Pangan
Penerimaan Pengeluaran Pangan Pembelian Martabak Telur
1,000 0,658 0,093
0,658 1,000 0,138
Pembelian Martabak Telur 0,093 0,138 1,000
Lampiran 2. Hasil Analisis Faktor Setelah Dilakukan Ekstraksi yang Kedua KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.577 178.872 105 .000
Anti-image Matrices
Anti-image Covariance Penerimaan Rasa Lapar Mengkonsumsi Makanan Berprotein Tinggi Pengalaman Pembelian Sebelumnya Teman Keluarga Situasi (hari raya, awal bulan, akhir bulan, weekday/weekend) Situasi Antrian Harga Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) Kemasan Nama Dagang Lokasi Penjual Kecepatan Pelayanan Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus) Anti-image Correlation Penerimaan Rasa Lapar Mengkonsumsi Makanan Berprotein Tinggi Pengalaman Pembelian Sebelumnya Teman Keluarga Situasi (hari raya, awal bulan, akhir bulan, weekday/weekend) Situasi Antrian Harga Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) Kemasan Nama Dagang Lokasi Penjual Kecepatan Pelayanan Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus) a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Pengalaman Pembelian Sebelumnya -.077 -.096
Teman -.098 -.033
Keluarga .086 .013
Situasi (hari raya, awal bulan, akhir bulan, weekday/w eekend) .070 -.053
-.081
-.053
-.039
-.015
Harga -.322 .048
Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) .107 .007
Kemasan .013 -.051
Nama Dagang -.047 -.037
Lokasi Penjual .098 -.007
Kecepatan Pelayanan .058 -.101
Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungk us) .028 .026
.046
-.067
-.012
.030
.060
.071
.035
-.126
Penerimaan .668 -.084
Rasa Lapar -.084 .867
Mengkonsum si Makanan Berprotein Tinggi .031 -.139
.031
-.139
.892
-.077
-.096
-.081
.740
-.121
-.005
-.058
.127
-.069
-.144
.127
-.112
-.079
-.031
-.155
-.098 .086
-.033 .013
-.053 -.039
-.121 -.005
.819 -.021
-.021 .866
-.159 -.167
-.007 .190
.026 .008
-.089 .040
-.062 -.048
-.018 .049
-.157 -.041
.056 -.027
.023 -.092
.070
-.053
-.015
-.058
-.159
-.167
.788
-.180
-.108
-.012
.000
-.024
.127
-.097
.106
.066 -.322
.085 .048
.046 -.067
.127 -.069
-.007 .026
.190 .008
-.180 -.108
.756 -.127
-.127 .692
-.012 .014
.090 -.068
.112 .056
-.017 -.015
-.135 -.047
-.077 .046
.107
.007
-.012
-.144
-.089
.040
-.012
-.012
.014
.861
-.132
.009
-.029
-.059
.060
.013 -.047 .098 .058
-.051 -.037 -.007 -.101
.030 .060 .071 .035
.127 -.112 -.079 -.031
-.062 -.018 -.157 .056
-.048 .049 -.041 -.027
.000 -.024 .127 -.097
.090 .112 -.017 -.135
-.068 .056 -.015 -.047
-.132 .009 -.029 -.059
.752 -.055 -.026 -.201
-.055 .875 -.123 -.041
-.026 -.123 .761 -.197
-.201 -.041 -.197 .656
-.162 -.004 .115 -.125
.028
.026
-.126
-.155
.023
-.092
.106
-.077
.046
.060
-.162
-.004
.115
-.125
.816
.509a -.110
-.110 .689a
.040 -.158
-.109 -.120
-.132 -.039
.113 .015
.096 -.065
.094 .105
-.474 .061
.140 .008
.019 -.063
-.062 -.043
.138 -.009
.088 -.134
.037 .031
.040
-.158
.601
-.062
-.045
-.017
.056
-.085
-.014
.036
.068
.086
.046
-.148
a
-.100 a
Situasi Antrian .066 .085
-.109
-.120
-.100
.618
-.155
-.007
-.075
.170
-.096
-.180
.171
-.139
-.105
-.044
-.199
-.132 .113
-.039 .015
-.062 -.045
-.155 -.007
.647a -.025
-.025 .529a
-.198 -.202
-.009 .235
.034 .010
-.106 .047
-.079 -.060
-.021 .056
-.199 -.050
.077 -.035
.028 -.109
.096
-.065
-.017
-.075
-.198
-.202
.494
-.234
-.146
-.014
.000
-.029
.164
-.135
.132
.119 -.095
.137 .071
-.022 -.020
-.192 -.070
-.098 .062
.010
-.036
-.079
.072
-.068 .683a -.151 -.054
-.035 -.151 .584a -.278
-.286 -.054 -.278 .643a
-.207 -.004 .146 -.171
-.004
.146
-.171
.491
a
.467a
.094 -.474
.105 .061
.056 -.085
.170 -.096
-.009 .034
.235 .010
-.234 -.146
-.175
-.175 .508a
-.015 .018
.140
.008
-.014
-.180
-.106
.047
-.014
-.015
.018
.676
a
-.164
.019 -.062 .138 .088
-.063 -.043 -.009 -.134
.036 .068 .086 .046
.171 -.139 -.105 -.044
-.079 -.021 -.199 .077
-.060 .056 -.050 -.035
.000 -.029 .164 -.135
.119 .137 -.022 -.192
-.095 .071 -.020 -.070
-.164 .010 -.036 -.079
.617 -.068 -.035 -.286
.037
.031
-.148
-.199
.028
-.109
.132
-.098
.062
.072
-.207
a
a
Lampiran 3. Hasil Analisis Faktor Setelah Dilakukan Ekstraksi yang Ketiga KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.590 153.385 91 .000
Anti-image Matrices
Anti-image Covariance Penerimaan Rasa Lapar Mengkonsumsi Makanan Berprotein Tinggi Pengalaman Pembelian Sebelumnya Teman Keluarga Situasi (hari raya, awal bulan, akhir bulan, weekday/weekend) Harga Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) Kemasan Nama Dagang Lokasi Penjual Kecepatan Pelayanan Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus) Anti-image Correlation Penerimaan Rasa Lapar Mengkonsumsi Makanan Berprotein Tinggi Pengalaman Pembelian Sebelumnya Teman Keluarga Situasi (hari raya, awal bulan, akhir bulan, weekday/weekend) Harga Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) Kemasan Nama Dagang Lokasi Penjual Kecepatan Pelayanan Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus) a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Harga -.324 .065
Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) .109 .008
Kemasan .006 -.063
Nama Dagang -.059 -.051
Lokasi Penjual .101 -.005
Kecepatan Pelayanan .074 -.091
Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungk us) .035 .036
-.004
-.061
-.011
.025
.054
.072
.045
-.123
Pengalaman Pembelian Sebelumnya -.092 -.115
Teman -.098 -.032
Keluarga .074 -.009
Situasi (hari raya, awal bulan, akhir bulan, weekday/w eekend) .091 -.035
-.092
-.052
-.054
Penerimaan .674 -.093
Rasa Lapar -.093 .877
Mengkonsum si Makanan Berprotein Tinggi .027 -.146
.027
-.146
.895
-.092
-.115
-.092
.762
-.123
-.041
-.030
-.050
-.146
.117
-.137
-.079
-.009
-.148
-.098 .074
-.032 -.009
-.052 -.054
-.123 -.041
.819 -.020
-.020 .917
-.170 -.136
.025 .043
-.089 .046
-.062 -.076
-.017 .022
-.157 -.039
.057 .008
.022 -.078
.091
-.035
-.004
-.030
-.170
-.136
.834
-.151
-.015
.023
.003
.131
-.142
.093
-.324
.065
-.061
-.050
.025
.043
-.151
.714
.012
-.056
.078
-.018
-.075
.035
.109
.008
-.011
-.146
-.089
.046
-.015
.012
.861
-.132
.011
-.029
-.064
.059
.006 -.059 .101 .074
-.063 -.051 -.005 -.091
.025 .054 .072 .045
.117 -.137 -.079 -.009
-.062 -.017 -.157 .057
-.076 .022 -.039 .008
.023 .003 .131 -.142
-.056 .078 -.018 -.075
-.132 .011 -.029 -.064
.762 -.070 -.025 -.195
-.070 .892 -.123 -.022
-.025 -.123 .762 -.207
-.195 -.022 -.207 .681
-.157 .008 .115 -.146
.035
.036
-.123
-.148
.022
-.078
.093
.035
.059
-.157
.008
.115
-.146
.824
.506a -.121
-.121 .673a
.035 -.165
-.128 -.141
-.132 -.038
.094 -.010
.122 -.041
-.467 .082
.143 .009
.008 -.077
-.076 -.058
.141 -.006
.109 -.117
.047 .042
.035
-.165
.590
-.111
-.061
-.060
-.004
-.076
-.013
.030
.061
.087
.058
-.143
-.128
-.141
-.111
.630
-.156
-.048
-.037
-.068
-.180
.154
-.166
-.103
-.012
-.186
-.132 .094
-.038 -.010
-.061 -.060
-.156 -.048
.642a -.024
-.024 .651a
-.206 -.156
.033 .054
-.106 .052
-.078 -.091
-.020 .025
-.199 -.046
.077 .010
.027 -.089
.122
-.041
-.004
-.037
-.206
-.156
.475
-.195
-.018
.029
.003
.164
-.188
.113
-.467
.082
-.076
-.068
.033
.054
-.195
.016
-.075
.098
-.025
-.107
.045
a
a
a
.495a
a
.143
.009
-.013
-.180
-.106
.052
-.018
.016
.673
-.163
.013
-.036
-.083
.071
.008 -.076 .141 .109
-.077 -.058 -.006 -.117
.030 .061 .087 .058
.154 -.166 -.103 -.012
-.078 -.020 -.199 .077
-.091 .025 -.046 .010
.029 .003 .164 -.188
-.075 .098 -.025 -.107
-.163 .013 -.036 -.083
.646a -.085 -.032 -.270
-.085 .666a -.149 -.028
-.032 -.149 .580a -.288
-.270 -.028 -.288 .635a
-.198 .009 .145 -.195
.047
.042
-.143
-.186
.027
-.089
.113
.045
.071
-.198
.009
.145
-.195
.517
a
Lampiran 4. Hasil Analisis Faktor Akhir KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.635 109.230 66 .001
Anti-image Matrices
Anti-image Covariance Penerimaan Rasa Lapar Mengkonsumsi Makanan Berprotein Tinggi Pengalaman Pembelian Sebelumnya Teman Keluarga Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) Kemasan Nama Dagang Lokasi Penjual Kecepatan Pelayanan Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus) Anti-image Correlation Penerimaan Rasa Lapar Mengkonsumsi Makanan Berprotein Tinggi Pengalaman Pembelian Sebelumnya Teman Keluarga Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) Kemasan Nama Dagang Lokasi Penjual Kecepatan Pelayanan Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus) a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Penerimaan Rasa Lapar .863 -.082 -.082 .883
Mengkonsum si Makanan Berprotein Tinggi -.001 -.143
Pengalaman Pembelian Sebelumnya -.146 -.113
Teman -.110 -.041
Keluarga .128 -.017
Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) .147 .007
Kemasan -.026 -.058
Nama Dagang -.031 -.059
Lokasi Penjual .117 .000
Kecepatan Pelayanan .060 -.094
Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungk us) .063 .036
-.001
-.143
.901
-.098
-.056
-.055
-.011
.020
.062
.076
.038
-.121
-.146
-.113
-.098
.768
-.137
-.045
-.147
.115
-.133
-.076
-.023
-.144
-.110 .128
-.041 -.017
-.056 -.055
-.137 -.045
.856 -.051
-.051 .940
-.097 .044
-.060 -.073
-.017 .021
-.140 -.019
.030 -.014
.045 -.067
.147
.007
-.011
-.147
-.097
.044
.861
-.132
.010
-.028
-.069
.062
-.026 -.031 .117 .060
-.058 -.059 .000 -.094
.020 .062 .076 .038
.115 -.133 -.076 -.023
-.060 -.017 -.140 .030
-.073 .021 -.019 -.014
-.132 .010 -.028 -.069
.767 -.066 -.029 -.212
-.066 .901 -.129 -.011
-.029 -.129 .783 -.201
-.212 -.011 -.201 .722
-.159 .002 .104 -.132
.063
.036
-.121
-.144
.045
-.067
.062
-.159
.002
.104
-.132
.839
.508a -.094
-.094 .701a
-.001 -.161
-.179 -.137
-.128 -.047
.142 -.019
.170 .008
-.032 -.071
-.035 -.066
.142 .000
.076 -.118
.073 .042
-.001
-.161
.592
-.118
-.064
-.059
-.012
.024
.069
.090
.047
-.139
-.179
-.137
-.118
-.169
-.053
-.181
.150
-.160
-.098
-.031
-.179
-.074 -.086
-.019 .023
-.171 -.022
.039 -.016
.053 -.075
-.163
.011
-.034
-.087
.072
a
.600
a
.679a
-.128 .142
-.047 -.019
-.064 -.059
-.169 -.053
-.057
-.057 .655a
-.113 .049
.170
.008
-.012
-.181
-.113
.049
.645
-.032 -.035 .142 .076
-.071 -.066 .000 -.118
.024 .069 .090 .047
.150 -.160 -.098 -.031
-.074 -.019 -.171 .039
-.086 .023 -.022 -.016
-.163 .011 -.034 -.087
.643a -.079 -.037 -.284
-.079 .706a -.154 -.013
-.037 -.154 .640a -.267
-.284 -.013 -.267 .678a
-.198 .002 .129 -.170
.073
.042
-.139
-.179
.053
-.075
.072
-.198
.002
.129
-.170
.556
a
a
Lampiran 5. Tabel Total Varianced Explained
Total Variance Explained
Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Total 2.282 1.523 1.312 1.031 .951 .885 .867 .771 .729 .641 .515 .492
Initial Eigenvalues % of Variance Cumulative % 19.017 19.017 12.692 31.709 10.937 42.646 8.593 51.239 7.926 59.165 7.375 66.540 7.224 73.764 6.428 80.192 6.073 86.265 5.341 91.606 4.295 95.901 4.099 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 2.282 19.017 19.017 1.523 12.692 31.709 1.312 10.937 42.646 1.031 8.593 51.239
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 1.707 14.227 14.227 1.649 13.744 27.971 1.559 12.993 40.964 1.233 10.275 51.239
Lampiran 6. Grafik Scree Plot
Scree Plot
2.5
Eigenvalue
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0 1
2
3
4
5
6
7
8
Component Number
9
10
11
12
Lampiran 7. Tabel Component Matrix dan Rotated Component Matrix dari 12 Variabel a
Component Matrix
Component 1 Penerimaan Rasa Lapar Mengkonsumsi Makanan Berprotein Tinggi Pengalaman Pembelian Sebelumnya Teman Keluarga Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) Kemasan Nama Dagang Lokasi Penjual Kecepatan Pelayanan Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus)
2
3
4
-.092 .412
.660 .393
-.106 .107
.398 .180
.175
.422
.548
-.252
.498
.531
-.021
-.125
.443 .277
.364 -.149
-.252 .371
-.338 -.376
.472
-.125
-.159
-.402
.571 .399 .537 .647
-.331 .140 -.207 -.353
.157 -.364 -.466 .031
.305 .327 -.102 .255
.370
-.076
.623
.264
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 4 components extracted.
Rotated Component Matrixa Component Penerimaan Rasa Lapar Mengkonsumsi Makanan Berprotein Tinggi Pengalaman Pembelian Sebelumnya Teman Keluarga Kualitas martabak telur (rasa, gurih dan kerenyahan) Kemasan Nama Dagang Lokasi Penjual Kecepatan Pelayanan Kebersihan Peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus)
1 -.182 .222
2 .613 .562
3 -.339 .024
4 -.299 .048
-.043
.415
-.087
.625
.021
.660
.303
.136
-.119 .166
.442 -.072
.542 .224
.059 .543
.115
.015
.623
.155
.733 .264 .260 .730
.020 .349 .020 .020
.126 .206 .650 .269
.005 -.429 -.261 -.059
.600
.161
-.245
.392
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 6 iterations.
Lampiran 8. Kuesioner Penelitian Pewawancara : ................................
No Responden : ...........
KUESIONER ANALISIS PERILAKU KONSUMEN MARTABAK TELUR KAKI LIMA DI KAWASAN JEMBATAN MERAH, KOTA BOGOR
PENGANTAR Selamat sore/malam, saya Tina Indah Lestari (D34104024), mahasiswi Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang sedang mengadakan penelitian dalam rangka penulisan tugas akhir mengenai Perilaku Konsumen Martabak Telur Kaki Lima di Kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang ingin saya ketahui dari Bapak/Ibu/Sdr/i melalui pertanyaan yang akan diberikan. Jawaban atas pertanyaan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan Bapak/Ibu/Sdr/i, saya ucapkan terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban di bawah ini dan isilah pertanyaan yang ada sesuai dengan keadaan Anda. Nama Responden
: ..........................................................................
Usia Responden
: ……tahun
Jenis Kelamin
: L / P*
Pekerjaan
:
( ) Pelajar
( ) PNS/ABRI
( ) Mahasiswa
( ) Wiraswasta
( ) Pegawai Swasta
( ) Lainnya, sebutkan: .........................................................
Jumlah anggota keluarga
: .........................................................................
Status dalam keluarga
:
( ) Suami/ayah
( ) Anak
( ) Istri/ibu
( ) Lainnya, sebutkan: ..........................................................
Pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh : ( ) SD
( ) Diploma
( ) SLTP
( ) Sarjana/S1
( ) SLTA
( ) Pascasarjana
Penerimaan Anda selama sebulan terakhir : a. Gaji/honor sebagai pegawai
Rp .............................................../bulan
b. Uang saku dari orang tua
Rp .............................................../bulan
c. Income sebagai wirausahawan
Rp .............................................../bulan
d. Lainnya, sebutkan : d. 1. .................................................... Rp .............................................../bulan d. 2....................................................... Rp .............................................../bulan Total
Rp .............................................../bulan
Pengeluaran untuk pangan selama semnggu terakhir : Rp .................................................. Pengeluaran Anda dalam Mengkonsumsi Martabak Telur selama sebulan terakhir : ( ) Rp 7.000,00 – Rp 15.000,00
( ) Rp 31.001,00 – Rp 39.000,00
( ) Rp 15.001,00 – Rp 23.000,00
( ) Rp 39.001,00 – Rp 47.000,00
( ) Rp 23.001,00 – Rp 31.000,00
( ) ≥ Rp 47.001,00
Berapa kali Anda membeli martabak telur kaki lima di Kawasan Jembatan Merah selama sebulan terakhir? …………………………..kali. *) Lingkari yang benar
PERTANYAAN Petunjuk : Isilah/berilah tanda silang (x) pada jawaban yang anda pilih dan pada tempat yang telah disediakan! PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN MARTABAK TELUR KAKI LIMA DI KAWASAN JEMBATAN MERAH, KOTA BOGOR I. PENGENALAN KEBUTUHAN 1. Apa alasan/motivasi utama yang membuat Anda tertarik untuk membeli martabak telur di Kawasan Jembatan Merah saat ini? Pilih satu jawaban ( ) Sedang lapar
( ) Ingin mencoba
( ) Melihat orang lain membeli
( ) Harganya terjangkau
( ) Lainnya, sebutkan : ................................................................................................ 2. Manfaat apa yang Anda cari dari martabak telur yang Anda konsumsi dalam satu bulan terakhir? Jawaban boleh lebih dari satu ( ) Rasa kenyang
( ) Sebagai makanan selingan ( ) Sebagai alternatif pengganti makan malam ( ) Praktis dalam mengkonsumsi ( ) Lainnya, sebutkan : ............................................................................................... II. PENCARIAN INFORMASI 3. Dari mana pertama kali Anda mengetahui keberadaan martabak telur kaki lima di Kawasan Jembatan Merah sehingga Anda tertarik untuk mengkonsumsinya? Pilih satu jawaban ( ) Teman/Kenalan ( ) Anggota Keluarga ( ) Papan nama dagang ( ) Lainnya, sebutkan : ............................................................................................... 4. Lanjutan pertanyaan nomor 4 jika jawaban Anda ”papan nama pedagang” Hal apa yang menarik perhatian Anda sehingga Anda tertarik untuk membeli martabak telur pada pedagang tersebut saat ini? Pilih satu jawaban ( ) Nama merek/brand yang unik ( ) Tulisannya (unik dan jelas) ( ) Lainnya, sebutkan : ................................................................................................ 5. Siapa yang paling mempengaruhi Anda dalam memutuskan untuk membeli martabak telur saat ini? Pilih satu jawaban ( ) Sendiri ( ) Keluarga ( ) Teman ( ) Lainnya, sebutkan : ................................................................................................ III. EVALUASI ALTERNATIF 6. Apa yang menjadi pertimbangan Anda saat ini untuk membeli martabak telur kaki lima di Kawasan Jembatan Merah? Jawaban boleh lebih dari satu ( ) Dekat dengan tempat tinggal ( ) Praktis/cepat saji ( ) Harga yang murah ( ) Rasanya yang khas ( ) Kebersihan ( ) Lainnya, sebutkan : .................................................................................................
7. Apa yang akan Anda lakukan apabila saat Anda akan membeli martabak telur, outlet tempat Anda biasa membeli tutup? Pilih satu jawaban ( ) Membeli di outlet lain ( ) Membatalkan niat membeli ( ) Membeli makanan lain, sebutkan : ......................................................................... IV. PROSES PEMBELIAN 8. Bagaimana cara Anda memutuskan pembelian martabak telur saat ini? Pilih satu jawaban ( ) Terencana ( ) Tidak direncanakan sebelumnya, keinginan membeli muncul ketika melintasi kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor Jika Anda menjawab pertanyaan nomor 8 ”terencana”, jawab pertanyaan no.9 Jika Anda menjawab pertanyaan nomor 8 ”tidak terencana”, lanjutkan ke pertanyaan no.10 9. Pada saat apa Anda merencanakan untuk membeli martabak telur? Pilih satu jawaban ( ) Saat sebelum berangkat kerja/kuliah/sekolah ( ) Saat bekerja/kuliah/sekolah ( ) Saat perjalanan pulang ( ) Lainnya, sebutkan : ............................................................................................. 10. Jenis telur apa yang sering Anda pesan saat Anda membeli martabak telur? Pilih satu jawaban ( ) Telur ayam ( ) Telur bebek ( ) Lainnya, sebutkan : ........................................................................................... Sebutkan alasan Anda : ..................................................................................................................... ..................................................................................................................... 11. Pilihan menu martabak telur apa yang sering Anda pesan? Pilih satu jawaban ( ) Biasa ( ) Istimewa ( ) Super ( ) Spesial Sebutkan alasan Anda : .........................................................................................
12. Martabak telur apa dan menu apa yang sedang Anda beli? Telur Ayam B
I
Su
Telur Bebek Sp
B
I
Su
Sp
Jumlah yang Dibeli (loyang) Nilai (dalam ribuan rupiah) Keterangan : B
= Biasa
I
= Istimewa
Su = Super Sp = Spesial
13. Kapan biasanya Anda membeli martabak telur? Pilih satu jawaban ( ) Hari Biasa ( ) Hari Libur ( ) Tidak menentu 14. Apa yang akan Anda lakukan apabila martabak telur yang akan Anda beli tidak ada/habis? Pilih satu jawaban ( ) Tetap membeli tetapi jenis yang lain ( ) Membeli di outlet lain ( ) Membatalkan niat membeli 15. Apa yang akan Anda lakukan apabila martabak telur yang akan Anda beli harganya naik sebesar 20%? Pilih satu jawaban ( ) Tetap membeli jenis yang diinginkan ( ) Membeli jenis yang lebih murah ( ) Membeli di outlet lain yang lebih murah ( ) Membatalkan niat membeli V. EVALUASI PASCA PEMBELIAN 16. Apakah Anda merasa puas dengan martabak telur yang Anda beli? Pilih satu jawaban ( ) Ya ( ) Tidak 17. Apakah Anda berniat membelinya kembali? Pilih satu jawaban ( ) Ya
( ) Tidak 18. Jika Anda merasa puas, faktor apa yang berpengaruh terhadap kepuasan yang diperoleh? Jawaban boleh lebih dari satu ( ) Harga ( ) Kecepatan penyajian ( ) Rasa produk ( ) Kebersihan peralatan yang digunakan ( ) Lainnya: .................................................................................................................. 19. Jika Anda merasa belum puas, faktor apa yang berpengaruh terhadap ketidakpuasan yang diperoleh? Jawaban boleh lebih dari satu ( ) Harga ( ) Kecepatan penyajian ( ) Rasa produk ( ) Kebersihan peralatan yang digunakan ( ) Lainnya: ..................................................................................................................
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PROSES
KEPUTUSAN
PEMBELIAN MARTABAK TELUR KAKI LIMA DI KAWASAN JEMBATAN MERAH, KOTA BOGOR Untuk setiap pertanyaan, anda dimohon memilih dan memberi tanda √ pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda, dengan keterangan: STM : Sangat Tidak Mempengaruhi TM : Tidak Mempengaruhi AM : Agak Mempengaruhi M : Mempengaruhi SM : Sangat Mempengaruhi 1) Seberapa kuat pendapatan Anda mempengaruhi pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
2) Seberapa kuat alasan Anda bahwa martabak telur praktis untuk dikonsumsi berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
3) Seberapa kuat rasa lapar Anda berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
4) Seberapa kuat keinginan Anda untuk mengkonsumsi makanan berprotein tinggi berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
5) Seberapa kuat pengalaman pembelian sebelumnya berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
M
SM
6) Seberapa kuat teman Anda berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
7) Seberapa kuat keluarga Anda berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
8) Seberapa kuat situasi (hari raya, awal bulan/akhir bulan, dan weekday/weekend) berpengaruh terhadap pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
9) Seberapa kuat situasi antrian berpengaruh terhadap pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
10) Seberapa kuat harga martabak telur berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
11) Seberapa kuat kualitas martabak telur (rasa dan kerenyahan) berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
M
SM
M
SM
12) Seberapa kuat kemasan berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
13) Seberapa kuat nama dagang berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
14) Seberapa kuat lokasi penjual berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
15) Seberapa kuat kecepatan pelayanan dari pedagang berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
M
SM
16) Seberapa kuat kebersihan peralatan (alat untuk memasak, menyajikan, dan membungkus) yang digunakan berpengaruh pada pembelian martabak telur? STM
TM
AM
TERIMA KASIH ATAS BANTUAN ANDA
M
SM