Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
PERANCANGAN KAWASAN KAKI JEMBATAN SURAMADU SISI MADURA AINUN NURIN SHARVINA 1
bidang Keahlian Perancangan Kota, Arsitektur, ITS Surabaya, email:
[email protected] Surabaya
Abstrak— Perekonomian di Indonesia tumbuh dengan cukup stabil dan tinggi sejak tahun 2000, yakni selalu diatas 5 persen. Dalam hal ekonomi wilayah Madura relatif tertinggal dari Surabaya-Jawa Timur (Badan Perencanaan dan Pengembangan Propinsi Jawa Timur, 2009). Atas dasar itu, Madura dapat disimpulkan sebagai daerah miskin. Berbagai macam alasan yang menghambat pertumbuhan ekonomi di Madura salah satunya karena Pulau Madura yang terisolasi akibat kurangnya sistem transportasi, alasan inilah yang mendorong pemerintah untuk membangun Suramadu. Jembatan antar pulau yang menghubungkan Madura dan Surabaya sebagai gerbang pembuka ekonomi Pulau Madura. Tidak cukup dengan pembangunan Suramadu saja pertumbuhan ekonomi pulau Madura akan meningkat, namun harus ada pembangkit lainnya. Bangkalan sebagai kota yang terhubung akibat suramadu menjadi potensial untuk dikembangkan. Terlebih bangkalan menjadi kawasan penerima wisatawan Suramadu, banyak sekali potensi yang bisa digali. Oleh karena itu perlu dibuat sebuah perancangan pariwisata untuk mewadahi dan memfasilitasi kegiatan pariwisata yang terjadi. Teori yang digunakan adalah berkaitan dengan teori perancangan kota, identitas kawasan yang dapat memunculkan konteks budaya madura, teori waterfront city dan teori mengenai pariwisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena penlitian ini terkait dengan variabel. variabelnya adalah beberapa lokasi kawasan, sosial budaya masyarakat setempat, serta elemen-elemen fisik kota yang dapat memperkuat identitas kawasan berdasarkan letaknya dan konsep yang menggunakan budaya lokal setempat Madura. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif untuk menganalisa kondisi eksisting, kemudian dilanjutkan metode analisa faktor untuk menentukan kriteria perancangan yang didapat dari hasil Focuss Group discussion, kesimpulan akhir untuk memperoleh konsep dilakukan teknik triangulasi. Hasil akhir dari penelitian ini Rancangan Kawasan Pariwisata kaki Jembatan Suramadu sebagai kawasan pembangkit ekonomi yang memperhatikan konteks sosial budaya mayarakat Madura. Kata kunci— Perancangan Kawasan, Pariwisata, Kaki Jembatan Suramadu, Budaya Madura
1. LATAR BELAKANG Pulau Madura terletak di timur laut Pulau Jawa, kurang lebih 7° sebelah selatan dari khatulistiwa diantara 112° dan 114° Bujur Timur. Madura memiliki tanah yang subur. Sebagian besar tanah diolah menjadi tegalan yang menghasilkan jagung dan singkong, untuk daerah selatan yang sama sekali tidak Perencanaan Wilayah Kota
subur digunakan untuk pembuatan garam (De jonge, 1989). Akibat dari tanah yang kurang subur dan tandus mengakibatkan penduduk Madura tidak dapat meningkatkan perekonomian mereka dalam bidang pertanian. Perekonomian Indonesia tumbuh cukup stabil dan tinggi sejak tahun 2000, yakni selalu diatas 5 persen, ekonomi G-11
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
wilayah Madura relatif tertinggal dari Surabaya-Jawa Timur (Bappeda Propinsi Jawa Timur, 2009), antara lain: a. Pertumbuhan ekonomi (2009) pada Jatim 5 persen, Madura 4,3 persen, b. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada Jatim rata-rata 70 persen, Madura 60 persen, c. Jumlah penduduk miskin pada Jatim 17 persen, Madura 35 persen. Atas dasar itu Madura dapat disimpulkan sebagai daerah miskin, sehingga mendorong pemerintah untuk membangun Jembatan Suramadu. Jembatan antar pulau yang menghubungkan Madura dan Surabaya sebagai gerbang pembuka ekonomi Pulau Madura. Bangkalan sebagai kota yang terhubung akibat Suramadu menjadi potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan pariwisata, karena menurut data yang tersedia pengunjung yang masuk pada Pulau Madura karena alasan ingin mengunjungi Suramadu dan Pulau Madura khususnya Kota Bangkalan. Pariwisata dinilai menjanjikan karena infrastruktur belum memadai untuk industri dan perdagangan jasa. Selain itu harga barang industri tidak dapat bersaing dengan daerah sekitarnya (Surabaya dan Sidoarjo) akibat tarif tol yang mahal. Dari beberapa fakta yang dikemukakan diatas justru bisa menjadi potensi dalam hal pemicu perekonomian Madura melalui sektor pariwisata. Tersedianya lahan kosong yang cukup banyak membuat harga tanah di Madura tidak semahal tanah di Kawasan kaki Jembatan Suramadu Sisi Surabaya. Selain itu tersedianya tenaga kerja dari Madura dikenal ulet dan pekerja keras, namun sumberdaya manusia di Madura tidak begitu berkualitas akibat ekonomi yang rendah yang secara tidak langsung mempengaruhi pendidikannya. Kondisi fisik kawasan saat ini berupa lahan kosong dengan beberapa bangunan disamping kanan kiri jalan akses. Bangunan disini tidak mendominasi, dengan tatanan yang tidak rapi terkadang beberapa bangunan justru malah menutupi keindahan alam pantai dengan view Jembatan Perencanaan Wilayah Kota
Suramadu. Hal ini bisa dilihat lebih jelas pada gambar 1.1. mengenai kondisi bangunan penduduk sekitar. Kondisi pesisir pantai berupa hamparan pasir putih hal ini bisa dilihat lebih jelas pada gambar 1.2 pantai ini memberikan ciri khas tersendiri dengan beberapa keindahan batu karang utuk sebelah barat Jembatan Suramadu. Madura sarat dengan kekentalan budaya, bermacam budaya yang dimilki. Termasuk budaya yang tertuang pada arsitektur tradisional Madura yang disebut dengan Taneyan Lanjeng. Ciri khas budaya yang patut dipertahankan dan lebih diperkenalkan pada masyarakat luas. Budaya bisa menjadi sesuatu yang menarik umtuk disajikan misalnya dalam bagian ruang kota, dimana menurut zahnd dari segi budaya dan antropologi, ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah paling penting dan sangat perlu diperhatikan. Hal tersebut disebabkan karena permukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari kehidupan di dalamnya. (Zahnd, Markus.1999). Pada tahap pertama kota mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan wilayah. Selanjutnya menekankan pada aspek simbolik dan komunikatif dengan lingkungan (Rapoport, 1977). Dalam perancangan kota saat ini dibutuhkan sebuah konsep perancangan yang dapat menjaga kelestarian alam dengan cara menerapkan beberapa teknologi terkini yang efisien yang dapat memudahkan dan menjaga keberlangsungan kehidupan, terutama pada kawasan pariwisata. Kawasan pariwisata selain menimbulkan efek positif juga menimbulkan efek negatif akibat adanya pengunjung yang kemungkinan tidak bisa menjaga keberlangsungan alam yang ada. Maka dari itu diperlukan sebuah sistem untuk mengatur, mengendalikan dan mencegah terjadinya kerusakan ini. G-12
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
Permasalahan-permasalahan yang telah diungkapkan diatas menjadi dasar perlunya dilakukan Perancangan Kawasan Pariwisata pada Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura. Lingkup penelitian bisa dilihat pada gambar 1.3.
2. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam penelitian paradigma rasionalistik, dikarenan penelusuran sebuah konsep pengembangan sebuah kawasan tidak hanya dapat dicapai dengan pendekatan empiri saja, melainkan juga perlu pendekatan empiri sensual dan empiri logik, seperti yang ada pada paradigma tipe ini. Sebelum terjun ke lapangan, peneliti menyusun teori terlebih dahulu sedangkan pada saat kegiatan survey dan observasi lapangan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian deskriptif/naturalistik, dimana pendekatan ini menyusun kesimpulan dari kondisi yang ada di lapangan. Sehingga, peneliti ikut terlibat bersama objek yang diteliti pada saat survey dan observasi lapangan. Peneliti melakukan observasi dan pengambilan berbagai sumber data untuk mencapai kebenaran (semakin banyak sumber dalam hal kontekstual dengan penelitian tersebut). Keterlibatan peneliti terhadap obyek secara langsung seperti demikian membutuhkan eksplorasi obyek secara jelas dengan laporan yang terperinci, pandangan dari responden, serta melakukan studi langsung (Creswell, 1998:15). Pendekatan rasionalistik dalam kajian teori dan deskriptif dalam survey dan observasi lapangan, diterapkan pada tahap analisa, sehingga menghasilkan parameter yang diperoleh dari kajian teori dikaji ulang dengan data yang ada di lapangan. Dalam paradigma penelitian disusun berdasarkan tujuan penelitian “Perancangan Kawasan Pariwisata Pada Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura” ini yaituMerancang Perencanaan Wilayah Kota
Kawasan Pariwisata yang terdapata pada Kaki Jembatan Suramadu dalam hasil rancangan kawasan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Pulau Madura melaui sektor pariwisata berdasarkan Budaya setempat yaitu budaya Madura dengan arus global.. Dan untuk mencapai tujuan-tujuan ini, peneliti harus melakukan pendekatan empiri sensual dan logika, pemeriksaan data, serta pengambilan sumber data untuk mencapai kevalidan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan cara menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta yang ditempuh dan apa adanya (Nawawi, 1996:63). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam metode kualitatif perolehan data tidak mengandalkan pengukuran. Kualitatif adalah multi metode dalam fokus, menggunakan pendekatan naturalistik terhadap subyek mater-nya (Pokok bahasan/pokok yang diteliti). Langkah penelitian disini bergantung pada tahapan atau proses penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan metode kualitatif yang digunakan. Berikut adalah langkah penelitiannya: Teknik Pengumpulan Data, Teknik Penentuan Sampel, Tahap Penyajian Data, dan terakhir Tahap Analisa Data. Teknik pengumpulan data dilakukan untuk menunjang penelitian ini agar memperoleh hasil penelitian yang maksimal. Data terdiri data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh peneliti dengan cara observasi lapangan, yaitu : Kunjungan penelitian yang dilakukan secara intensif, peneliti melakukan kegiatan yang sekuensial dengan cara bergerak di dalam satu kawasan atau lingkungan. Focuss Group Discussion, yaitu salah satu metode riset kualitatif selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas masalah, dalam suasana informal dan santai. FGD, disini melibatkan beberapa badan atau G-13
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
dinas pemerintahan yang berkaitan dengan perancangan Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura. Badan atau Dinas yang berkaitan antara lain: Perencana Umum Cipta Karya dan Bina Marga Kabupaten Bangkalan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangkalan, Dinas Pariwisata Kabupaten Bangkalan, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutana, Sekretaris Daerah dan melalui tokoh masyarakat yang mengetahui kawasan rancangan secara khusus yaitu: Camat Labang dan Kepala Desa Labang, dan yang terakhir yaitu Dokumentasi. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui literatur dan pengumpulan beberapa dokumen yang dapat menunjang data-data tersebut. Data itu berupa : Pengumpulan literatur yang memuat teori urban design yang terkait pengembangan suatu kawasan, tata guna lahan yang dapat memudahkan pengembangan suatu kawasan, identitas suatu kawasan dan elemen-elemen kota yang dapat memperkuat identitas suatu kawasan, Pengumpulan data mengenai Kawasan Kaki Jembatan Suramadu, Pengumpulan data yang memuat Peraturan Pemerintah Daerah (baik berupa Peraturan Daerah, RTRW, RTRK, RTBL maupun peraturan perkotaan lainnya), Data mengenai potensi pariwisata pada Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura, Data kebijakan dari BPWS ( badan Perencana Wilayah Suramadu) Pengambilan sampel dilakukan untuk memperoleh data primer sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan seputar variabel sebelumnya. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan beberapa pakar menggunakan metode Focuss Group Discussion. Sampel penelitiannya adalah tokoh yang terkait dan mempunyai wewenang terhadap kawasan Rancangan wisata, yaitu: Perencana Umum Cipta Karya dan Bina Marga Kabupaten Bangkalan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangkalan, Dinas Pariwisata kabupaten bangkalan, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kehutana, Sekretaris Daerah dan melalui Perencanaan Wilayah Kota
tokoh masyarakat yang mengetahui kawasan rancangan secara khusus yaitu: Camat Labang dan Kepala Desa Labang. Sampel penelitian ini bertujuan untuk melakukan metode Focuss Group Discussion untuk menghasilkan tujuan bersama yang lebih aplikatif. Data yang telah dikumpulkan dalam tahap sebelumnya, data tersebut kemudian distrukturkan, direduksi, dan disajikan, proses ini disebut analisa selama pengumpulan data (Muhadjir, dalam Darjosanjoto, 2006). a. Berikutnya adalah tahapan analisa, melalui: Sasaran 1 Identifikasi kondisi fisik dan nonfisik berdasarkan eksisting dan rencana yang sudah ada: dilakukan krosing antara eksisting dengan rencana yang sudah ada, berdasarkan : • Studi literatur • Studi Kebijakan RTRW, RDTR Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura • Teknik overlay peta kondisi eksisting melalui survey dengan rencana yang sudah ada • Deskripsi potensi Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia, Potensi Budaya b. Sasaran 2 Analisa faktor yang menentukan kebutuhan pada Rancangan Pariwisata Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura. • Menganalisa faktor-faktor yang dibutuhkan dengan teknik deksriptif kualitatif. Analisa faktor ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang berpengaruh pada rancangan dengan mengelompokkan variabel menjadi beberapa faktor. Pengambilan data dari variabel kajian teori dilanjutkan uji variabel melalui kesimpulan Focus Group Discussion dengan beberapa tokoh dan dinas yang terkait. G-14
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
c. Sasaran 3 Merumuskan konsep perancangan dan panduan yang sesuai prinsip berkelanjutan dengan pariwisata pada Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura sesuai dengan hasil diskusi terakhir Berdasarkan penjelasan diatas, langkah penelitian dapat dilihat dalam bentuk tabulasi pada tabel 3.4. Proses Analisa penelitian. Berikut bisa dilihat diagram kerangka pikir penelitian pada diagram 2.1. 3. HASIL Hasil analisis yang telah dilakukan menghasilkan sebuah kriteria yang menghasilkan konsep wisata. Kesimpulan umum yang didapat dari analisa triangulasi yaitu wisata yang cocok untuk diterapkan adalah wisata budaya yang memanfaatkan segala potensi bentang alam sepanjang pesisir laut dengan view utama Jembatan Suramadu. Dari hasil beberapa kriteria diatas maka tahap selanjutnya adalah alokasi ruang berdasarkan jenis wisata budaya yang terpilih. Wisata budaya ini terbagi menjadi beberapa zona sesuai dengan hasil kriteria. Yaitu budaya, alami dan permukiman masyarakat lokal Usulan rancangan pada site dianalisa berdasarkan variabel kajian teori yang telah dijelaskan dan disimpulkan pada bab kajian teori sebelumnya. Proses analisa berdasarkan variabel, antara lain: 4. DISKUSI Diskusi dibahas berdasarkan variabel yang telah didapat pada tabel, yaitu: 4.1. Identitas Kawasan Kesesuaian dengan kriteria yaitu menghormati dan merancang sesuai dengan adat istiadat dan norma agama dengan konsep rancangan mempertahankan yang ada dan menambahkan beberapa sebagai penguat wisata budaya dengan cara Perencanaan Wilayah Kota
menampilkan sebuah penataan sesuai dengan kekahasan Budaya Madura. Views Memaksimalkan lahan sepanjang pesisir yang memilki potensi view sebagai wisata yang dapat melihat suramadu lebih dekat dengan konsep rancangan yaitu: Sepanjang sisi pantai dibuat area rekreasi yang langsung berhubungan dengan air dan juga pemandangan langsung menuju Jembatan Suramadu. Bisa dilihat pada gambar 4.1. Pathway Adanya keterkaitan antar zona atau district, dengan konsep rancangan Keterkaitan antar district dihubungkan dengan jalan, jalan disini berbeda-beda ukurannya bergantung dengan district yang akan dihubungkan Districts, Pembagian kawasan menjadi beberapa district sesuai dengan potensi yang dimiliki berupa konsep Dibagi berdasarkan dengan potensi dan jalan yang sudah ada. Kawasan terbagi menjadi tiga bagian. Kawasan ini dibagi menjadi tiga district berdasarkan jalur sirkulasi yang memecah kawasan untuk daerah district sukolilo barat terbagi menjadi dua bagian akibat jalan lokal yang membelah kawasan tersebut sedangkan distict timur berupa desa pangpang kemudian setiap district dibagi menjadi beberapa distrik yang lebih kecil lagi Edge Batas langsung berupa jalan yang menghubungkan pada kawasan rest area Landmark dengan memberikan penanda arsitektural sesuai dengan ikon kebudayaan. Landmark hanya terdapat landmark masingmasing district. Dari ketiga district ini ada landmark berupa patung layar yang menandakan bahwa kawasan tersebut adalah kampung nelayan, patung ikan menandakan bahwa adalah kawasan yang memproduksi ikan. Node untuk pusat disesuaikan dengan district-disctrict yang akan dibuat Konsep Rancangan Pusat keramaian diseuaikan dengan potensi yang ada. Untuk tepian laut memaksimalkan segala kegiatan yang bisa dilakukan di tepi laut seperti kuliner, plaza rekreasi dan terminal pelabuhan. G-15
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
Sense memberikan suasana tradisional budaya madura dengan konsep ancangan untuk setiap peruntukan fungsi didesain dengan mengadaptasi arsitektur madura. Baik dari segi bentuk, ornamen dan warna. Kenyamanan diberikan dengan adanya fasilitas bagi pengunjung difasilitasi dengan adanya rekreasi untuk berjalan, souvenir, menikmati suramadu beribadah ataupun untuk ke kamar kecil. Juga tidak lupa dengan adanya parkiran dan area kuliner. 4.2. Budaya Madura Lingkungan, Menyediakan suasana yang nyaman untuk tinggal bagi penghuni dan suasana yang asyik untuk para pengunjung. Dengan konsep perancangan Lingkungan antara penduduk setempat dan pengunjung menyatu dengan adanya sirkulasi yang bisa dilalui oleh pengunjung ataupun oleh penduduk setempat. Sirkulasi dibuat menyatu antara wisatawan dan penduduk, meskipun area privat untuk penduduk masih terjaga karena letaknya yang lebih ke dalam, sedangkan untuk area publik terluar pada setiap district. Sosial budaya menyediakan sebuah kawasan yang menggambarkan taneyan lanjang asli dengan konsep perancangan Bentuk lay-out yang menyediakan langgar dan tatanan seperti tanean lanjang yang asli dan juga pagar pembatas antartetangga berupa tanaman. Tata bangunan, dengan kriteria Penataan kembali permukiman (re-adjusment) untuk membentuk sebuah district taneyan lanjang. Konsep rancangan Desa Pangpong dibentuk seperti taneyan lanjang. Fasade, Memperbaiki beberapa rumah yang rusak dengan konsep rancangan Mengembalikan fasade pada bentuk arsitektur tradisonal madura untuk kondisi rumah yang sudah parah. 4.3. Pariwisata Sumberdaya Alam dengan konsep perancangan Lahan pada kaki suramadu dimanfaatkan untuk taman dan hutan. Tanah yang berupa permukiman dibiarkan dengan
Perencanaan Wilayah Kota
menyediakan jalan sehingga bisa menjadi sebuah kampung wisata. Sumberdaya Manusia Sumber daya manusia yang ada dimanfaatkan untuk turut serta dalam pengembangan kawasan pariwisata seperti membangun usaha industri rumahan yang berkaitan dengan kekhasasan kawasan Pengembangan konsep pembangunan berwawasan kepariwisataan sangat cocok dengan keadaan penduduk dimana dengan dibangunnya beberapa objek wisata tenaga para ibu rumah tangga akan terserap dalam industri rumahan yang tergambar pada toko souvenir kerajinan bambu dan kios pengolahan ikan di setiap district tanean lanjang juga terdapat tempat pembuatan perahu yang dapat menyerap tenaga pemuda di kawasan selain mata pencaharian utama sebagai nelayan. 4.4. Perancangan Kota Ekonomi, dengan konsep perancangan menyediakan sebuah fasilitas yang dapat membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar seperti area kuliner dan toko souvenir. Dengan memanfaatkan tenaga penduduk sekitar, pemelihara fasilitas ini bisa diambil dari penduduk, termasuk penjaga toko dan penyedia makanan pada area kuliner. Tapak, menghargai permukiman yang ada dengan konsep perancangan Permukiman yang ada dipertahankan, tidak menggusurnya meskipun dibangunnya fasilitas kawasan wisata. Aksesibilitas dengan menyediakan sirkulasi untuk para penduduk dan wisatawan. Aksesibilitas untuk mencapai kawasan dapat melalui empat entrance dua melalui darat dan dua pelabuhan yang menjadi entrance dari laut ,akses,untuk memasuki dua zona di barat jembatan suramadu dapat melalui area parkir barat yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki untuk mencapai lokasi spesifik di zona tersebut bagi pengendara kendaraan beroda.atau melalui pelabuhan yang telah disediakan di sisi barat jembtan suramadu bagi pengguna jalur laut begitu juga G-16
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
pencapaian dari sisi timur suramadu dimana terdapat pula satu area parkir dan pelabuhan. 5. KESIMPULAN Pariwisata merupakan sektor yang paling menjanjikan untuk kemajuan ekonomi Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura khususnya dan Pulau Madura pada umumnya, karena dengan adanya Jembatan Suramadu jumlah wisatawan yang masuk ke Pulau Madura meningkat. Untuk menampung jumlah wisatawan dan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang masuk maka kawasan pariwisata menjadi sangat perlu untuk dibuat. Maka dari itu diperlukan kawasan pariwisata yang dapat meningkatkan ekonomi yang juga menerapkan prinsip keberlanjutan.
REFERENSI [1] Ann Breen dan Dick Rigby, (1994), Waterfronts: cities reclaim their edge. [2] Briassoulis, Helen dan Jan Vander Straaten, (2000), Tourism and The Environment. Kluwer Academic Publisher, Netherlands. [3] Darjosanjoto, Endang Titi Sunarti, (2006), Penelitian Arsitektur di Bidang Perumahan dan Pemukiman, ITS Press, Surabaya. [4] De jonge, Huub, (1989), Madura Dalam Empat Zaman, Koninklijk Institut voor Taal, Land- en Volkenkunde dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bersama Penerbit PT Gramedia, Jakarta. [5] Steiner, Frederick R., American Planning Association, Butler, Kent S., (2006), Planning and Urban Design Standarts: Student Edition, J. Willey, Austin. [6] Groat, Linda, dan Wang, David, (2002), Architectural Research Methods, John Wiley & Sons Inc., Canada. [7] Koninklijk institut voor taal-, land-en volkenkunde (kitlv) dengan lembaga ilmu pengetahuan Indonesia (lipi), (1989), madura dalam empat zaman: pedagang, perkembangan ekonomi dan Perencanaan Wilayah Kota
islam (suatu studi antropologi) huub de jonge, Jakarta. [8] Lynch, Kevin, (1969), Image of The City, MIT Press, Cambridge. [9] Llewelyn-Davies, (2000), The Urban Design Compendium, English Partnership, London. [10] Rapoport, Amos, (1977), Human aspects of urban form, Pergamon Press, Michigan. [11] Trancik, Roger, (1986), Finding Lost Space: Theories of Urban Design, Van Nostrand Reinhold Company, New York.. [12] Sari, Endang S, (1993), Audience Research Pengantar Studi Penelitian Terhadap Pembaca, Pendengar dan Pemirsa. Andi Offset, Yogyakarta. [13] Shirvani, Hamid, (1985), The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company, New York. [14] Suwardjoko-Indira, (2007), Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah, ITB, Bandung. [15] Wiryoprawiro, Zein M, (1986), Arsitektur Tradisional MaduraSumenep, Laboratorium Arsitektur Tradisional ITS, Surabaya. [16] Yunus, Hadi Sabari, (2000) Struktur Tata Ruang Kota, Cet. I, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. [17] Zahnd, Markus, (1999), Perancangan Kota Secara Terpadu, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. [18] Yoeti, Oka A, (1988), Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung. [19] , (2007), Kecamatan Labang Dalam Angka Tahun 2007, Bangkalan. [20] , (2009), RTRW Kabupaten Bangkalan 2009, Bappeda Bangkalan, Bangkalan. [21] , (2010), RTRW provinsi Jawa Timur 2011-2013 Bappeprov, Surabaya. [22] , (2011), Pokok-Pokok Pemikiran. Badan Pelaksana BPWS, Surabaya. [23] , (2011), Laporan Akhir Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura.
G-17
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
Badan Pengembangan Wilayah Suramadu, Surabaya. [24] , (2011), Data Kependudukan Tahun 2006-2010 Kecamatan Labang, Bangkalan.
Gambar.1.1. Kondisi bangunan pada Kawasan pariwisata Kaki Jembatan Suramadu sisi Madura, (Sumber: survei lapangan, Agustus 2011)
Langgar Gambar.1.2. Kondisi pesisir pada Kawasan pariwisata Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura, (Sumber: survei lapangan, Agustus 2011) Gambar 1.4. Readjusment permukiman, membentuk kembali menjadi taneyan lanjang. Di setiap district taneyan lanjang menyediakan
U
Gambar.1.3. Batas Wilayah Studi, (Sumber: google earth, 2012)
Perencanaan Wilayah Kota
G-18
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
Gambar.1.7. jalan pada kawasan 3
2
1
4
5
1
3
5
Gambar.1.5. wilayah
Gambar.1.8. jalan pada kawasan 1
2
3
Gambar.1.6. jalan pada kawasan
Gambar.1.10. sense kawasan
Perencanaan Wilayah Kota
G-19
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
Langgar
Gambar.1.13. Site Plan
Tabel 2.1. Proses Analisa Penelitian. Tujuan Penelitian
Gambar.1.11. taneyan lanjang
Permuki man Gambar.1.12. Rumah Penduduk pendud
Menghasilkan suatu usulan Rancangan Kawasan Pariwisata Pada Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura sebagai generator pembangkit ekonomi dalam bidang pariwisata dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi yang ada untuk pengembangan pariwisata dengan memperhatikan lokal budaya dan menjaga aspek kelestarian lingkungan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan No Sasaran Data Metode Alat Output yang pengump Analisa yang (1) (2) dibutuhk ulan data data diharapka an (4) (5) n (3) (6) 1 Mengiden • Kondi • Observ • Anali Kondisi tifikasi faktual si asi sa kondisi eksisti lapang deskr lapangan fisik dan berdasark ng di an iptif nonfisik an lapan kuali • RDTR berdasark rencana gan tatif Kawas an yang • Peta • Over an eksisting sudah ada eksisti Kaki lay dan ng Jembat peta rencana dan an yang renca Suram sudah ada na adu Sisi Madur a 2 Mengana Faktor• literat • Studi • anali lisa fator yang ur literatu sa faktormenentuk r yang fakto • Perse faktor an berkait r psi yang kebutuhan an secar wisata menentu pada dengan a wan kan kawasa deskr Rancanga atau kebutuha n n iptif pengu n pada Pariwisata kuali • Focuss njung Rancang Kawasan tatif Group Jemba an Discus tan • deskr Kaki Pariwisat Jembatan sion Sura iptif a Suramadu madu kuali Kawasan Sisi tatif • Masu Kaki Madura kan Jembatan dari Suramad pihak u Sisi yang Madura. terkait 3
Perencanaan Wilayah Kota Areal terbangun untuk
Merumus kan
• Hasil kesim
• Observ asi
•
Anali sa
Kriteria perancang
G-20
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
kriteria perancan gan yang menghasi lkan konsep dan rancanga n pariwisat a pada Kawasan Kaki Jembatan Suramad u Sisi Madura
pulan pada sasara n ke-2
lapang an • Tinjau an kebijak an dan studi literatu r • Focuss Group Discus sion
trian gulas i
an yang menghasil kan konsep dan rancangan pariwisata pada Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura
Perancangan kota
• Tapak • Aksesibilitas • Ekonomi
Waterfront City
1. Ruang Terbuka 2. Koneksi 3. Pengembangan 4. Keberlanjutan
Pariwisata
• Sumberdaya Alam • Sumberdaya Manusia
Identitas Kawasan Sense of place
Budaya Madura
+
• • • • • • • • •
Views Kesesuaian Pathway Districts Edge Landmark Node Sense Kenyamanan
Massa 1. Open space 2. Public space Orientasi rumah 1. Atap 2. Material 3. Struktur 4. Warna
Diagram 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Perencanaan Wilayah Kota
G-21
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN 2301-6752
Menghormati dan merancang sesuai dengan adat istiadat dan norma agama Taman Budaya Sumber daya manusia yang ada dimanfaatkan untuk turut serta dalam pengembangan kawasan pariwisata seperti membangun usaha industri rumahan yang berkaitan dengan kekahasan kawasan
Budaya
Pasar Seni
Memberikan penanda arsitektural sesuai dengan ikon kebudayaan Memaksimalkan lahan sepanjang pesisir yang memilki potensi view sebagai wisata yang dapat melihat suramadu lebih dekat
Alami
Wisata Bahari
Batas langsung berupa jalan yang menghubungkan pada kawasan rest area Menyediakan sebuah kawasan yang menggambarkan taneyan lanjang asli Tanah yang berupa tegalan bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membentuk macam zona
Kampung nelayan
Adanya keterkaitan antar zona atau district Untuk pusat diseuaikan dengan district-disctrict yang akan dibuat
Permukiman masyarakat lokal
Bandar pelabuhan nelayan
Memasukkan desa sebagai sebuah wisata kampung yang menawarkan kebiasaan masyarakat madura
Replika taneyan lanjang
Menata dan memperbaiki beberapa rumah yang rusak
Kampung wisata kerajinan
Menyediakan fasilitas untuk permukiman Tanah yang berupa permukiman dibiarkan dengan menyediakan jalan sehingga bisa menjadi sebuah kampung wisata madura
Diagram 2.2. kriteria
Perencanaan Wilayah Kota
G-22