1
ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI MASALAH RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO
Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa, Lenny Widyastuti ABSTRAK Analisis Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Populasi penelitian ini meliputi segala sesuatu yang berkenan dengan Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo yang tersebar di 5 (lima) kelas yang berjumlah 137 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 kelas yakni kelas VII A 7 orang, kelas VII B 5 orang, kelas VII C 5 orang, kelas VII D 5 orang, kelas VII E5 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo berada pada kategori cukup. Kategori ini merupakan akumulasi antara indikator penelitian yakni jenis Layanan Bimbingan yang diberikan yang berada pada kategori cukup dengan persentase 60%, materi bimbingan mengenai prestasi belajar berada pada kategori cukup dengan persentase 69%, keahlian guru BK dalam menangani masalah belajar berada pada kategori baik dengan persentase 74%. Kata kunci
: Peran Guru Bimbingan dan Konseling, Rendahnya Prestasi Belajar Siswa
Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd pda jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo, Meiske Puluhulawa, S.Pd, M.Pd, dan Lenny Widyastuti, S.Pd guru Bimbingan dan Konseling SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO
2
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan penting dalam pendidikan. Kegiatan membimbing sangat menentukan arah perkembangan, dan kemunduran peserta didik di sekolah baik perkembangan dan kemunduran pada prestasi akademik maupun non-akademik serta perilaku-perilaku sosial lainnya, termasuk pula dalam hal kedisiplinan. Hal-hal
tersebut
tentu
terjadi
dalam
kegiatan
pendidikan
yang
direalisasikan melalui kegiatan pembelajaran dengan pos-orientasi pada pengajaran dan bimbingan. Mengajar dan membimbing bukanlah dua hal yang dipisahkan, melainkan dua unit kegiatan yang terpadu dengan harapan peserta didik dapat belajar secara maksimal. Untuk mengoptimalkan motivasi belajar itu, bukanlah peranan pengajar semata, melaikan peranan dan keikutsertaan konselor juga sangat menentukan. Mengingat perkembangan pendidikan semakin maju, peranan bimbingan dan konseling akan memberikan kemantapan program kegiatan belajar siswa terutama berkenaan dengan kepribadian, bakat, minat dan motivasi belajar atau motivasi berprestasi. Sebuah pemahaman yang perlu ditanamkan bahwa kehadiran konselor di suatu sekolah merupakan suatu yang mengembirakan, karena dengan adanya konselor adalah untuk menghindari, membantu individu dan kelompok menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya. Artinya, peranan konselor tidak hanya membantu peserta didik yang mengalami masalah di sekolah, akan tetapi juga berperanmengidentifikasi dan membantu siswa yang bermasalah baik di rumah, lingkungan masyarakat, bahkan yang lebih spesifik di lingkungan keluarga/pribadi. Dengan demikian, peranan seorang konselor dalam bimbingan dan konselingnya sangatlah penting baik dalam keberlangsungan kegiatan belajar mengajar maupun sebagai tenaga pembina sekaligus membantu dalam menangani berbagai masalah yang dialami siswa. Dengan adanya konselor dalam lembaga sekolah, maka memungkinkan teratasinya suatu masalah termasuk masalah rendahnya prestasi belajar siswa. Selain itu, kehadiran bimbingan dan konseling sangat relevan sekali dengan tujuan pendidikan nasional yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensi berupa minat 3
belajar, bakat dan kompetensi. Pengembagan minat belajar disini dimaksudkan untuk memperoleh prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan ), baik di sekolah maupun di luar sekolah. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak mereka setelah diserahkan kepada guru di sekolah maka lepaslah hak dan kewajibannya untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Semua tanggung jawabnya telah beralih kepada guru di sekolah, apakah menjadi pandai atau bodoh anak tersebut, akan menjadi nakal atau berbudi pekerti yang baik dan luhur, maka itu adalah urusan guru di sekolah. Perlu dijelaskan bahwa masalah dalam prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo di antaranya meliputi dua faktor yakni sebagai berikut : (1) Faktor internal ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri, yang meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. (2) Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak, yang meliputi : (a) Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. (b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. (d) Faktor lingkungan spritual atau keagamaan. Adapun siswa yang bermasalah tersebar di lima kelas yakni kelas VII A sebanyak 7 orang, kelas VII B sebanyak 5 orang, kelas VII C sebanyak 5 orang, kelas VII D sebanyak 5 orang, dan kelas VII E sebanyak 5 orang, sehingga totalitas siswa yang bermasalah sebanyak 27 orang siswa di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Dari jumlah siswa yang bermasalah tersebut hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua terhadap siswa tersebut sehingga berdampak pada prestasi belajar siswa di sekolah. Hal ini membutuhkan kerja sama antara orang tua dan guru khususnya guru Bimbingan Konseling yang butuh ekstra kerja keras dalam menangani masalah-masalah yang terjadi pada siswa di SMP Negeri 7 Kota gorontalo. Jika hal ini tidak cepat ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling maka permasalahan siswa tersebut akan lebih bertambah parah 4
dan akan berdampak pada siswa yang lain yang dipengaruhinya. Olehnya itu salah satu kelebihan seorang konselor dari pada guru adalah kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis karakter, serta aspek psikologis secara khusus, sehingga lebih mudah mengidentifikasi berbagai masalah dan dapat menemukan solusi sebagai jalan keluar atas masalah – masalah tersebut. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah seorang konselor mampu menangani rendahnya prestasi belajar siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo?. Pertanyaan inilah menjadi faktor yang mendorong untuk mengangkat masalah dengan judul “Analisis Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo”. Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat diidentifikasi masalah berikut : a. Prestasi belajar siswa yang masih rendah sekitar 27 orang siswa b. Pernyataan guru BK terhadap siswa yang meiliki prestasi belajar rendah masih perlu diteliti lebih lanjut. Rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah peran Guru Bimbingan Konseling dalam menangani masalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo?” Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui peran Guru Bimbingan Konseling dalam menangani masalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo”. Manfaat teoritis Memperkaya kajian tentang peran dalam bimbingan dan konseling dalam mengatasi permasalahan prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Manfaat praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi guru bimbingan dan konseling dan siswa di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo dalam kaitannya dengan hal-hal yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa SMP Negeri 7 Kota Gorontalo.
5
Keberhasilan penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, tidak lepas dari peranan berbagai pihak di sekolah. Selain Guru Pembimbing atau Konselor sebagai pelaksana utama, penyelenggaraan Bimbingan dan konseling di sekolah, juga perlu melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan wali kelas. Tugas masing masing personil tersebut khususnya dalam kaitannya dengan
pelayanan
bimbingan
konseling
adalah
sebagai
berikut
(Sukardi,2008:91). a. Kepala Sekolah Dijelaskan pula bahwa peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai berikut: 1).
Memberikan support administratif, memberikan dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan dan konseling;
2). Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya menurut keperluannya; 3). Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya; 4). Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” atau
konselor dalam hal pengembangan program bimbingan dan konseling; 5). Memperkenalkan peranan para konselor kepada guru-guru, murid-murid, orang tua murid, dan masyarakat melalui rapat guru, rapat sekolah, rapat orang tua murid atau dalam bulletin-buletin bimbingan dan konseling; 6). Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang kooperatif dan saling membantu antara para konselor, guru dan pihak
lain yang
berkepentingan dengan layanan bimbingan dan konseling; 7). Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling; 8). Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang dapat meningkatkan hubungan antar manusia untuk menggalang proses bimbingan dan konseling yang efektif (dalam hal ini berarti kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa bimbingan dan konseling terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan suasana dalam kelas); 6
9). Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang program bimbingan
dan konseling dan penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh staf sekolah; 10). Memberikan dorongan dan semangat dalam hal pengembangan dan penggunaan waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan dan konseling, baik klasikal, kelompok maupun individual; 11). Penanggung
jawab
dan
pemegang
disiplin
di
sekolah
dengan
memberdayakan para konselor dalam mengembangkan tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin. Adapun peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut: 1). Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan dan konseling; 2). Memilih dan menentukan para konselor; 3). Mengembangkan sikap-sikap yang favorable di antara para guru, murid,
dan orang tua murid/masyarakat terhadap program bimbingan dan konseling; 4). Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan dan konseling, misalnya para petugas untuk membina perpustakaan bimbingan, para petugas penyelenggara testing, dan sebagainya; 5). Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan infomasi tentang pekerjaan/jabatan; 6). Merencanakan waktu (jadwal) untuk kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling; 7). Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan tidak mengganggu jalannya jadwal pelajaran sehari-sehari. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa Seorang profesional yang terlatih dan memiliki keahlian dan kewenangan dalam bidang praktek konseling. Di mana dalam kerjanya bertujuan untuk membantu konseling memecahkan kesulitan yang dimilikinya, (Eko, 2007: 16). Guru Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam membimbing siswa yang mengalami berbagai permasalahan, diperlukan sejumlah syarat 7
keilmuan akademis yang memadai untuk menjawab permasalahan peserta didik. Menurut Ahmad (dalam Tasrif, 2011: 163) ada sejumlah syarat untuk menjadi seorang konselor termasuk untuk menjadi Bimbingan dan Konseling yang baik yakni sebagai berikut: a.
Seorang konselor/ Bimbingan dan Konseling memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang kegiatan yang mengandung pokok-pokok pengetahuan yang luas yang menyangkut kegiatan membimbing dan konseling di sekolah.
b.
Seorang konselor/ Bimbingan dan Konseling harus memiliki mental dan sikap bijaksana yang matang.
c.
Bagi seorang yang membimbing dan menasehati orang lain, maka secara material seorang konselor/ Bimbingan dan Konseling harus memiliki kesehatan jasmani dan rohani serta performance yang menarik.
d.
Seorang konselor/ Bimbingan dan Konseling harus memiliki sikap dan sifat afektif yang baik, ramah, sopan santun, dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
e.
Seorang konselor/ Bimbingan dan Konseling harus siap menjalankan kode etik dalam bimbingan dan konseling. b. Guru Mata Pelajaran Peran guru mata pelajaran dalam layanan bimbingan dan konseling. (1)
Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling, (2) Membatu guru pembimbing mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling serta mengumpulkan data peserta didik tersebut, (3) Mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, (4) Menerima peserta didik yanag memerlukan pelayanan khusus seperti program perbaikan atau pengayaan, (5) Membantu menciptakan suasana kelas, hubungan guru dengan peserta didik,hubungan sesame peserta didik yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, (6), Memberikan kemudahan bagi peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, (7) Berprtisipasi dalam penanganan masalah peserta didik,seperti konferensi kasus, (8) Membantu pengumpulan informasi yang 8
diperlukan dalam rangka evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling, serta upaya tindak lanjutnya. c. Wali Kelas Peran wali kelas dalam pelayanan bimbingan dan konseling (1) Membantu guru pembimbing dalam melaksanakan tugas-tugasnya, khusus dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, (2) Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peran pelayanan bimbingan dan konseling, khusus di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, (3) Membantu memberikan kemudahan bagi peserta didik di kelas yang menjadi tanggung jawabnya dalam menjalani layanan atau kegiatan bimbingan dan koseling, (4) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan koseling, khususnya konferensi kasus, (5) Mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengatasi rendahnya prestasi belajar siswa tentunya membutuhkan betapa perlunya peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani permasalahan tersebut, hal ini juga bukan saja dilaksanakan oleh guru BK, melainkan dilaksanakan oleh setiap stekholder terkait sehingga apa yang menjadi permasalahan siswa dalam proses belajar akan teratasi dengan baik dan sesuai dengan apa yang kita harapkan. . Sesuai dengan ketentuan Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1991 diharapkan pada setiap sekolah ada petugas yang melaksanakan layanan bimbingan yaitu Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu orang Bimbingan dan Konseling untuk 150 orang siswa. Dengan demikian, kehadiran Bimbingan dan Konseling dalam suatu sekolah merupakan suatu keharusan. Sebab, dengan adanya
Bimbingan dan
Konseling, tentu guru mata pelajaran yang ditugaskan oleh kepala sekolah sebagai pembina/pembimbing dapat tergantikan. Selanjutnya, oleh karena kekhususan bentuk tugas dan tanggung jawab guru BK sebagai suatu profesi yang berbeda dengan bentuk tugas guru mata pelajaran, maka beban tugas tersebut meliputi:
9
a.
Kegiatan penyusunan program pelayanan dalam bidang bimbingan pribadisosial, bimbingan belajar, bimbingan karier, serta semua jenis layanan, termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 12 jam.
b.
Kegiatan melaksanakan pelayanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.
c.
Kegiatan evaluasi pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karier serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.
d.
Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing/Konselor yang membimbing 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam, selebihnya dihargai sebagi bonus dengan ketentuan sebagai berikut: 1) 10 – 15 siswa
= 2 jam
2) 16 – 30 siswa
= 4 jam
3) 31 – 45 siswa
= 6 jam
4) 46 – 60 siswa
= 8 jam
5) 61 – 75 siswa
= 10 jam
76 – atau lebih
= 12 jam, (Sukardi, 2008: 96).
Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat setelah mengadakan evaluasi dan pencapaian hasil balajar siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan kewajiban setiap guru atau pelajar. Dikatakan kewajiban karena setiap pangajar akhirnya harus dapat memberikan informasi kepada lembaganya atau kepada siswa itu sendiri, bagaimana dan sampai di mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa tentang materi dan keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikan. Faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan ektern. a.
Faktor Intern Secara umum, adapun contoh faktor internal menurut seorang ahli, sebagai
berikut: 1) Keadaan jasmani 10
Keadaan jasmani yang segar dan sehat akan membuat siswa belajar lebih baik, keleluasan jasmani seperti mengatuk, lesu, kurang gizi, kelelahan menyebabkan siswa tidak dapat memuasatkan perhatian pada pelajaran. 2) Kesehatan Kondisi fisik sehat membuat siswa tidak dapat belajar dengan tenang. 3) Emosional Emosional atau perasaan seperti sedih, takut, gembira, marah, cemas, terasa aman akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar. 4) Intelegensia atau kemampuan Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda- beda, ada yang berkemampuan tinggi, ada yang berkemampuan sedang dan ada yang rendah. 5) Motivasi Motivasi dapat diartikan sebagi dorongan untuk melakukan sesuatu seperti belajar, bekerja atau berolahraga. Motivasi datang dari diri sendiri (motivasi intrinsik) atau datang dari luar diri orang tersebut (motivasi ekstrinsik). b. Faktor Ekstern Selain faktor dari dalam diri siswa, keberhasilan peserta didik juga dipengaruhi oleh faktor eksternal (dari luar diri manusia itu sendiri) yang meliputi: 1) Faktor yang datang dari keluarga yang mencakup: cara mendidik anak, hubungan orang tua dan anak, contoh atau Bimbingan dari orang tua, suasana rumah / keluarga, keadaan ekonomi keluarga 2) Faktor Yang datang dari sekolah, yang meliputi: metode mengajar/cara penyajian, hubungan guru dengan murid, media pendidikan, kondisi gedung, dan kurikulum. Contoh–contoh faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Lingkungan keluarga Kurangnya perhatian orang tua, hubungan ayah dan ibu yang kurang harmonis dan lingkungan belajar yang kurang mendukung menyebabkan anak tidak dapat belajar dengan tenang 11
2) Faktor ekonomi Keadaan ekonomi orang tua yang memprihatinkan menyebabkan siswa kadang – kadang tidak ada waktu untuk belajar karena harus membantu orang tua untuk mencari nafkah 3) Perkembangan teknologi Perkembangan teknologi dewasa ini yang sedemikian cepat akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan siswa. Salah satu contohnya adalah televisi. Karena kurang kontrol dan bimbingan orang tua menyebabkan anak lebih suka menonton televisi dari pada belajar, (Hamalik Oemar, 2003: 99). Menurut Sukardi, (2007: 60) Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk menjamin keberhasilan belajar adalah : (1) Identifikasi masalah siswa, (2) Diagnosa, (3) Prognosa, (4) Pemberian bantuan (5) Follow up (tindak lanjut) Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode yang secara sistematis menggambarkan Analisis peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani masalah rendahnya Prestasi belajar siswa kelas vii di SMP Negeri 7 kota gorontalo. Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu empat bulan yakni dari bulan april, mei, juni, juli 2013. Tempat penelitian yaitu di SMP Negeri 7 kota gorontalo. Variabel penelitian ini hanya mendeskripsikan satu variabel yaitu peran Guru Bimbingan Konseling dalam menangani rendahnya prestasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 7 Gorontalo tahun pelajaran 2013-2014 yang mengalami prestasi belajar rendah, Sedangkan sampel penelitian berjumlah 27 orang yang tersebar dilima kelas. Teknik Pengumpulan Data yang diganakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen, wawancara, angket. Studi dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, arsip-arsip laporan-laporan, buku-buku dan sebagainya yang berkaitan dengan objek penelitian. Dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan keadaan sekolah, keadaan guru, siswa, kurikulum, sarana prasarana, program pelayanan Bimbingan dan 12
Konseling
dilembaga
pendidikan
tesebut.
Wawancara
dilakukan
untuk
mengetahui peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani rendahnya prestasi belajar siswa kelas VII yang ada di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo secara sederhana. siswa dengan cara bertanya langsung kepada pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sampel. Angket adalah sekumpulan pertanyaan tertulis yang bersifat tertutup dengan pilihan yang sudah disediakan. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti adalah yang berhubungan tentang peran guru bimbingan dan koseling dalam menangani rendahnya prestasi belajar siswa. Dari ketiga teknik tersebut angket dijadikan sebagai data utama, sedangkan studi dokumen dan wawancara sebagai data penunjang. Teknik Analisi Data dilakukan dengan memeriksa jawaban-jawaban dari tiap responden (siswa), lalu dijumlahkan untuk memperoleh skor total, kemudian dklasifikasi menggunakan tabel. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis persentase dengan rumus sebagai berikut: 𝐹
P = 𝑁 × 100% Keterangan F
: Frekuensi yang sedang dicari prosentasinya.
N
: Number of Cases ( jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P
: Angka prosentasi. (Sudjiono, 2005: 43)
Hasil Penelitian Angket yang telah disebarkan kepada responden selanjutnya diolah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo”. Adapun datanya diolah dalam bentuk tabel, kemudian dari hasil tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa pelaksanaan Analisis Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, berada pada kategori cukup dengan persentase 68%. Akumulasi ini diperoleh melalui pengolahan data tiap-tiap indikator yakni Informasi dan layanan bimbingan yang diberikan berada pada kategori cukup dengan persentase 60%, Materi Bimbingan Mengenai Prestasi Belajar masih berada pada kategori cukup dengan persentase 13
69%, dan Keahlian guru BK dalam menangani masalah belajar berada pada kategori baik dengan persentase 74%, dan dapat dikategorikan masih kurang baik dan perlu adanya peningkatan dalam pembimbingan dan konseling pada siswa yang mengalami masalah rendahnya prestasi belajar. Sehingga kedepannya apa yang diharapkan dapat teratasi secara maksimal. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo berada pada kategori cukup. Kategori ini merupakan akumulasi antara indikator penelitian yakni Informasi dan layanan bimbingan yang diberikan berada pada kategori cukup dengan persentase 60%, Materi Bimbingan Mengenai Prestasi Belajar masih berada pada kategori cukup dengan persentase 69%, dan Keahlian guru BK dalam menangani masalah belajar berada pada kategori baik dengan persentase 74%. Data lain menyatakan bahwa secara umum bahwa Analisis Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo belum baik pelaksanaannya masih dalam kategori cukup atau 68%. Secara rinci data yang diperoleh menunjukkan beberapa hal yang masih membutuhkan penanganan secara serius dari seluruh pihak misalnya pada indikator. Aktivitas guru memperoleh informasi tentang prestasi belajar siswa dan jenis layanan bimbingan yang diberikan berada pada kategori cukup hal ini perlu ditingkatkan kaitannya dengan selalu memberikan informasi kepada siswa yang mengalami masalah rendahnya prestasi belajarnya, dan Materi bimbingan mengenai prestasi belajar masih berada pada kategori cukup pula hal ini dikarenakan masing kurangnya perhatian guru dalam menangani masalah yang dialami oleh siswa olehnya itu diberikan pembimbingan yang lebih mantap lagi kepada siswa tersebut agar senantiasa, layanan yang diberikan sehubungan dengan materi bimbingan tetap terlaksanakan dengan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mereka. Lain halnya dengan Keahlian guru BK dalam menangani masalah belajar berada pada kategori baik dengan persentase 74%. Hal ini menunjukkan bahwa 14
kepiwaian seorang guru BK dalam menangani masalah belajar boleh dikatakan sudah baik karena mampu mengatasi berbagai macam masalah khususnya pada rendahnya prestasi belajar siswa. Selain itu juga perlu ditingkatkan senirgitas dan kolaborasi antara guru BK dengan guru mata pelajaran dan guru kelas untuk senantiasa saling membantu dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan dan konseling selama siswa berada di sekolah tanpa terkecuali juga orang tua dari masing-masing siswa tersebut untuk saling membantu dalam menangani masalah ini sehingga apa yang diinginkan bersama dalam menuntaskan rendahnya prestasi belajar siswa dapat teratasi dengan baik. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa secara umum Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo berada pada kategori cukup. Kategori ini merupakan kumpulan antara indikator penelitian yakni Aktivitas guru memperoleh informasi tentang prestasi belajar siswa dan jenis layanan bimbingan yang diberikan berada pada kategori cukup dengan persentase 60%, Materi bimbingan mengenai prestasi belajar masih berada pada kategori cukup dengan persentase 69%, dan Keahlian guru BK dalam menangani masalah belajar berada pada kategori baik dengan persentase 74%. Saran Adapun saran dalam penelitian ini yaitu untuk memaksimalkan kegiatan Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Rendahnya Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo masih membutuhkan perhatian dari semua pihak, guru Bimbingan dan Konseling perlu mensosialisasikan kepada segenap stekholder terkait dalam menangani rendahnya prestasi belajar siswa yang ada di SMP Negeri 7 Kota Gorontalo. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
15
Darminto Eko, 2007. Teori – Teori Konseling (Teori dan Praktek Konseling Dari Berbagai Orientasi Teoritik dan Pendekatan), Jakarta: Penerbit Unesa University Press. Oemar Hamalik, 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit. PT. Bumi Aksara: Jakarta. Sudjiono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Pers. Sukardi, Dewa Ketut, 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta Tasrif, 2011. Pengantar Profesi Keguruan (landasan Kerja Guru Profesional), Penerbit Kurnia Kalam Semesta: Yogyakarta. (http:/www.Scribd.com/doc/9/.Wordpress.com/2008/03/14. Tujuan Bimbingan dan Konseling. 28 desember 2013).
16