ANALISIS PENGEMBANGAN KLUSTER BISNIS SEPATU (STUD1 KASUS INDUSTRI SEPATU DI KECAMATAN CIOMAS)
DHINA ERMAYANI
SEKOLAW PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul: Analisis Pengembangan Kluster Bisnis Sepatu (Studi Kasus Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas) merupakan hasil karya saya sendiri di bawah arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor,
Maret 2009
Dhina Ermayani
ABSTRACT DIIINA ERMAYANI. The Development Analysis of The Shoes Business Cluster (Case Study of Shoes Industry in Ciomas Sub District). Advised by Aida Vitayala S Hubeis as Chairman. and Ma'mun Sarma as Member. The District of Bogor has potency as a human resources for shoes industry. Ciomas district is one of the central of shoes industry in Bogor. With all the potencies, the shoes industry is potential to be developed as one of export commodities. However, in reality, it is hard to grow because of some constraints, such as marketing and financial factors. The aim this research is: 1) to identify shoes industry in Ciomas Sub district, 2) to identify internal and external factor, 3) to formulate industrial expansion strategy of shoes in Ciomas Sub district. Research was executed in some small shoes industries at Ciomas Sub district in Bogor District. The data were collected from April to July 2008 including primary and secondary data. Primary data were obtained through field survey, interview with the owner of shoes industry and raw material supplier, while secondary data were obtained through book studying, related document and institution report. Information data of small industry were analyzed by using descriptive analysis, while quantitative data were analyzed by using WE (Internal Factor Evaluation) Matrix, EFE (External Factor Evaluation) Matrix, IE (Internal External) Matrix, SWOT (StrengthWeakness-Opportunities-Threats) Matrix, and QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Small industry (IK)of self-supporting business shoes of Ciomas is a "CV" form having its own financial capital without existence of partnership with number of labors ranges from 6-12 stripper and established for 5-10 years. It does not depend on collector, either raw material or marketing. Small industry of shoes worker Ciomas is a workshop doing cooperation with collector in procuring financial capital, production order and marketing. The number of labors which were employed by IK worker less than 6 people and established for less than 5 year. The strategy that can be applied by self-supporting business was balancing quality and showing up its characteristic to anticipate business emulation, extending market share in other big towns of Indonesia using promotion media, innovation and various product to increase selling price by utilizing technology, working with banking to develop business, introducing trade mark to promote product, having collaboration with related government or institution to increase managerial ability, monetary management and marketing, handling all production process to increase profit, using technology to increase production and extends market share. The strategy that can be applied by 1K worker was searching other capital sources to decrease the dependency to wholesaler, having collaboration with related government or institution to increase managerial ability, monetary management and marketing, balancing quality and showing up its characteristic to anticipate business emulation, introducing trade mark to promote product, innovating various product to increase selling price by utilizing technology, producing qualified products and intensive in searching opportunity to sell product, apart from collector.
DI-IINA ERMAYANI. Analisis Pengembangan Kluster Bisnis Sepatu (Studi Kasus Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas). Dibimbing oleh Aida Vitayala S. Hubeis sebagai Ketua dan Ma'mun Sarma sebagai Anggota. Kabupaten Bogor memiliki potensi sumber daya manusia yang besar untuk pembuatan industri sepatu. Selama ini di Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciomas merupakan salah satu sentra pembuatan sepatu di Kabupaten Bogor. Kemampuan memproduksi sepatu yang diwariskan secara turun temurun mendorong bagi sebagian besar penduduk di Ciomas untuk memproduksi atau berusaha sebagai pengrajin sepatu. Dengan segala potensi yang ada, industri sepatu di daerah ini sangatlah prospektif untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditi ekspor mengingat masih relatif kecil pangsa pasar produk nasional di pasar internasional. Pada kenyataan yang tejadi sekarang ini, industri sepatu Ciomas kurang berkembang karena beberapa kcndala antara lain faktor pemasaran dan permodalan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi industri sepatu di Kecamatan Ciomas, 2) Mengidentifikasi faktor external dan internal industri sepatu di Kecamatan Ciomas, 3) Menyusun strategi pengembangan industri sepatu di Kecamatan Ciomas. Penelitian dilaksanakan di beberapa industri sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor yaitu pada industri kecil sepatu di Kecamatan Ciomas. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan April sampai Juli 2008. Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik industri sepatu dan pemasok bahan baku. Penyebaran kuesioner menggunakan metode cltister sampliltg yaitu kluster yang tergantung dengan pihak pemasok bahan baku (1K pengajin) dan kluster yang secara independen atau tidak tergantung kepada pemasok (ITS usaha mandiri), yang dipilih secarapurposive satnplirzg dengan pertimbangan industri kecil (IK) yang berproduksi secara kontinyu dan cukup berkembang. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Data informasi usaha IK dianalisa menggunakan metode analisis deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisa menggunakan matriks WE (Ittternal Factor Evalz~atio~z Matrix), EFE ( k t e n t a l Factor Evaluafiotz Matrix), IE (InierilalExterrlal Malrix), SWOT (Strertglhs-Weahzess-Opportunilies-BreatsMatrix) dan QSP (QttanfifafiveStrategic Plat~itir~g Matrix). Industri kecil sepatu usaha mandiri Ciomas adalah usaha berbentuk CV yang menggunakan modal sendiri tanpa adanya kemitraan dengan jumlah tenaga kerja berkisar antara 6-12 orang dan lama usaha 5-10 tahun. IK usaha mandiri tidak tergantung kepada pengumpul baik dalam ha1 bahan baku maupun pemasaran produk. Sedangkan industri kecil pengrajin sepatu Ciomas adalah bengkel usaha yang melakukan kerjasama dengan pibak pengumpul dari segi modal, order produksi dan pemasarm. Jumlah tenaga kerja yang dipekejakan mayoritas kurang dari 6 orang dan lama usaha kurang dari 5 tahun. Kekuatan yang dimiliki oleh IK usaha mandiri adalah kemampuan untuk memproduksi sepatu bemutu d m kemudahan mendapatkan bahan baku. Sementara dari segi peluang adalah hubungan baik dengan distributor dan toko besar dan hubungan baik dengan pemasok bahan baku. Kendala yang dihadapi, antara sistem pemasaran yang terbatas dan produksi sepatu berdasarkan pesanan. Selanjutnya,
kekuatan dari IK pengrajin adalah harga produk terjangkau oleh berbagai kalangan dan menyerap tenaga ahli yang cukup berpengalaman. Sedangkan peluang yang dimiliki adatah hubungan baik dengan pemasok bahan baku dan hubungan baik dengan distributor dan toko besar. Kendala yang dihadapi pengrajin adalah ketergantungan modal pada pihak grosir dan harga jual masih didominasi berdasarkan harga grosir. Unttan strategi pada usaha mandiri adalah menjaga kualitas dan memunculkan ciri khas produk untuk mengantisipasi persaingan usaha, memperluas pangsa pasar di kota-kota besar Indonesia dengan memanfaatkan media promosi, inovasi dan variasi produk untuk meningkatkan harga jual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, memanfaatkan lembaga perbankan untuk mengembangkan usaha, memperkenalkan merk dagang untuk mempromosikan produk, bekerjasama dengan pemerintah atau instansi terkait untuk meningkatkan kemampuan manajerial, pengeloiaan keuangan dan pemasaran ly menangani proses prgduksi d a i hulu sampai hilir untuk meningkatkan keuntungan, memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produksi dan memperluas pangsa pasar. Urutan strategi yang dapat dikembangkan pada IK pengrajin adalah mencari sumber permodalan lainnya untuk mengurangi ketergantungan modal pada pihak grosir dan untuk mengembangkan usaha, bekejasama dengan pemerintah atau instansi terkait untuk meningkatkan kemampuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran IK, menjaga kualitas dan rnemunculkan ciri khas produk untuk meningkatkan penjualan, memperkenalkan merk dagang untuk memasuki pasar yang lebih Luas, inovasi dan variasi produk untuk meningkatkan harga jual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, menghasilkan produk yang berkuaiitas dan aktif mencari peluang untuk memasarkan produk selain kepada pengumpul.
@ Hak Cipta milik IPB, tshun 2009 Halc Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang rnerzgutip sebagian afau seluruh Karya Tulis ini tanpc~ nzencantunzkar~ atuu nzenyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilrniah, penyzisunarz la~~orarz, penulisan kritik atau rinjauan suatu rnasalah; dan pengutipan ter*sebtrttidak nzerugikan kepentingan yang wqhr IPB Dilarang nzerzgunzunzkarz darz nzemperbanyak sebagian atau seluruh Karya Ttrlis dalarn bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS PENGEMBANGAN KLUSTER BISNIS SEPATU (STUD1 KASUS INDUSTRI SEPATU DI KECAMATAN CIOMAS)
DHINA ERMAYANI
Tugas Althir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Axalisis Pengembangan Kluster Bisnis Sepatu (Studi Kasus Indusbi Sepatu di Kecamatan Ciomas) : Dhina Ermayani : F052054215
Judul Tugas Akhir
:
Nama NIM
Disetujui Komisi Pembiinbing
4
Dr.Ir. Ma'mun Sarma, MS., M.Ec.
Prof.Dr.11. Aida Vitavala S. Hubeis Ketua
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Iildustri Kecil Meilengah
Tanggal Ujian : 12 Februari 2009
Tanggal Lulus
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan kanmia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: Analisis Pengembangan Kluster Bisnis Sepatu (Studi Kasus Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas). Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah syarat untuk memperoleh gelar magister profesional dalam program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Program Pascasajana Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, berbagai pihak telah memberikan bantuan dan masukan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besamya kepada Ibu ProfDr.Ir Aida Vitayala S. Hubeis selaku pembimbing utama dan Bapak Dr. Ir Ma'mun Sarma selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak pengetahuan, dan bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tesis ini. Kepada Bapak ProfDr.Ir. W.H Limbong, MS selaku dosen penguji atas masukannya untuk perbaikan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, suami, anak serta selumh keluarga dan teman atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis menyampaikan banyak terima kasih dan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Maret 2009
Dhina Ermavani
DAFTAR RIWAYAT HIDW Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 5 Desember 1979 sebagai anak sulung dari 3 bersaudara pasangan Sudiyono dan Endang Kiswati. Pada tahun 2007 penulis menikah dengan Adil Achmad dan sekarang telah dianugerahi seorang putra yang bernama Ghian Arrafa Achmad. Penulis diterima di IPB dengan program jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Mahasiswa IPB) pada tahun 1997 di Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan dan lulus pada bulan Februari tahun 2002. Penulis bekerja di PT BM Persero (Tbk) mulai tahun 2003 dan sekarang di tempatkan di BNI KCU Fatmawati Jakarta. Penulis masuk kuliah di program studi Magister Profesional Industri (MPI) IPB pada tahun 2006 sebagai angkatan ke VII.
.......................................................................................... DAFT- GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. DAFTAR TABEL
I.
Halaman xi
xii xiii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. B . Pemnusan Masalah ......................................................................... C. Tujuan .............................................................................................. D . Kegunaan ..........................................................................................
I 3 4 4
11. TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Kecil ................................................................................... B . Bauran Pemasaran ............................................................................ C . Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi ................... D. Aplikasi Manajemen Strategi Pada Usaha Kecil .............................. E . Tahapan Perencanaan Strategis ........................................................ F. Aspek Kelayakan Usaha ...................................................................
m.
.
IV
5 7 9 12 13 17
METODE PENELITIAN
A . Pengumpulan Data .......................................................................... 19 B . Metode Analisis ........................ ... ............................................... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN
A . Sejarah Indushi.. Ciomas .................................................................. 27 B . Hal yang Dikajl ............................................................................ 27 1. Karakteristik Industri Sepatu Ciomas ......................................... 27 2. Aspek Produksi ........................................................................ 29 3 . Aspek Keuangan ......................................................................... 33 4 . Aspek Pemasaran ........................................................................ 36 5 . Aspek Lingkungan Eksternal ................................................... 39 C. Perurnusan Shategi Pengembangan................................................. 41 1. Identifikasi Matriks IFE .............................................................. 41 2 . ldentifikasi Matriks EFE ............................................................. 42 44 3 . ldentifikasi Matriks Internal-Eksternal....................................... 4 . Perumusan Matriks SWO'M ...................................................... 46 . ....................................................... 5 . Perumusan Strategi Pnontas 51
.
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................................. A. Kesimpulan ................................................................................... B . Rekornendasi .......................................................................................
53 54
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
55
LAMPIRAN ...................................................................................................
57
DAFTAR TABEL No .
1
Teks
Halaman
Penilaian bobot faktor strategis internal perusahaan .................................
2 Penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan ...............................
3 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) .....................................
4 Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix) .................................... 5 Matriks SWOT...........................................................................................
6 Matriks QSP (QuantitativeStrategic Planning Matrix) ............................ 7 Karakteristik K Usaha Mandiri dan Pengrajin di Kecamatan Ciomas. Kabupaten Bogor ....................................................................................... 8 Aspek Keuangan IK Usaha Mandiri dan Pengrajin di Kecamatan
Ciomas. Kabupaten Bogor .........................................................................
9 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas .................................................................................... 10 Matriks EFE (Internal Factor Evaluation Matrix) Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas ....................................................................................
13 Matriks SWOT IK Usaha Mandiri di Kecamatan Ciomas ........................ 14 Matriks SWOT IK Pengrajin di Kecamatan Ciomas .................................
DAFTAR GAMBAR
.
No
Teks
1 Matriks IE ...................................................................................................
Halaman 24
2 Alur Produksi Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas. (a) Pengrajin dan (6) Usaha Mandiri .......................................................................................33
3 Matriks IE IK Usaha Mandiri Sepatu di Kecamatan Ciomas ..................... 45
4 Matriks IE IK Pengrajin Sepatu di Kecamatan Ciomas ............................. 45
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks
Halaman
1 Kuesioner Penelitian Analisis Pengembangan Kluster Bisnis Sepatu Ciomas (Studi Kasus Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas) ..................
55
2 Kuesioner Penelitian Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Intemal dan Ekstemal untuk Pengusaha Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas ...................................................................................................
62
3
Kuesioner Penelitian Penilaian Daya Tank Strategis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk Pengusaha Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas ...............................................................
69
4 Kuesioner Penelitian Penilaian Daya Tarik Strategis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk Pengusaha Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas .................................................................
72
5 Hasil Kuesioner Penelitian Penilaian Daya Tarik Strategis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk Usaha Mandiri Sepatu di Kecamatan Ciomas.................................................................................
75
6 Hasil Kuesioner Penelitian Penilaian Daya Tarik Strategis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk Pengrajin Sepatu di Kecamatan Ciomas.................................................................................
76
A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan di lndonesia sekarang ini memprioritaskan pada sektor industri, baik industri besar, industri menengah, maupun industri kecil. Kebcradaan industri kecil yang tersebar di masyarakat lndonesia telah memberikan andil yang besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Industri kecil di Indonesia m e ~ p a k a nbagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja,
peningkatan
pendapatan masyarakat dan
ikut berperan dalam
meningkatkan perolehan devisa seta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997). Tipologi industri kecil (IK) di Indonesia sangat beragam, antara lain berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, berdasarkan kegunaannya dan lain-lain. Menurut Hubeis (1997) tipologi industri dapat pula dinyatakan secara umum menunlt aspek usaha (kelembagaan) dan aspek pengusaha (pelaku). Aspek usaha ditinjau dari indikator seperti aspek hukum, lokasi usaha, jam kerja, jumlah dan sumber modal, omzet penjualan, jumlah dan sumber serta kebutuhan tenaga kerja,
masalah yang dihadapi
(manajemen pemasaran,
produksi dan
pengembangan produk, permodelan dan sumberdaya manusia) dan aspek pengusaha dilihat dari lama usaha, kebutuhan pengembangan keahlian dan rencana pengembangan usaha. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan banyak pelaku bisnis yang beraiih pada bisnis berbasis pertanian dan bahkan pemerintah saat ini berusaha mendorong peningkatan peranan pertanian dalam pengembangan sumberdaya yang ada. Salah satunya yaitu pengembangan industri yang berbasis pada sumberdaya pertanian atau dikenal dengan sebutan agroindustri. Pembangunan industri kecil merupakan suatu wahana yang penting dalam meningkatkan pemerataan pembangunan dunia ketiga. Tujuan pendirian industri kecil menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) adalah untuk
meningkatkan pendapatan nasional melalui pengolahan sumberdaya, memperluas kesempatan keja secara langsung dan mengusahakan pembagian pendapatan yang lebih merata serta menyebarkan pembangunan industri di seluruh daerah sehingga dapat merangsang pembangunan daerah itu sendiri. Selain itu indushi kecil juga berperan dalam menunjang pertumbuhan industri hasil pertanian (agroindustri) yang mengolah hasil pertanian menjadi produk yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Di antara berbagai produk dan kegiatan agribisnis beberapa di antaranya memiliki keunggulan yang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan lain. Prospek agribisnis yang terdapat pada umtan pertama adalah agribisnis pangan. Selain pangan, kebutuhan akan sandang juga mempakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat pada saat ini. Pada keiompok ini terdapat produk seperti kain, pakaian, sepatu, sandal, dan sebagainya. Prospek kelompok bisnis ini sangat besar karena perkembangannnya ditentukan oleh jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, peningkatan pendidikan dan pengetahuan, serta memiliki posisi yang kuat dalam struktur pembelanjaan rumah tangga. Kabupaten Bogor memiliki potensi sumber daya manusia yang besar untuk pembuatan industri sepatu. Selama ini di Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciomas merupakan salah satu sentra pembuatan sepatu di Kabupaten Bogor. Kemampuan memproduksi sepatu yang diwariskan secara turun temurun mendorong sebagian masyarakat di Ciomas untuk memproduksi atau sebagai pengrajin sepatu. Dengan segala potensi yang ada, industri sepatu di daerah ini sangatlah prospektif untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditi ekspor mengingat masih relatif kecil pangsa pasar produk nasional di pasar intemasional. Pada kenyataan yang terjadi sekarang ini, industri sepatu Ciomas kurang berkembang karena beberapa kendala antara lain faktor pemasaran dan permodalan. Amor (2004) menyatakan bahwa permodalan yang ada ~ a d a sebagian besar IK sepatu Ciomas berasal dari pengumpul atau grosir. Pemberi order dalam ha1 ini adalah grosir yang menetapkan jumlah dan model pesanan, harga jual sekaligus menyediakan modal yang diperlukan IK tersebut. Pemasaran yang terjadi selama ini adalah produk sepatu yang telah diproduksi dijual di
pengumpul untuk dijual kembali oleh para pengumpul di pasar-pasar lokal di Bogor. Namun, ada juga beberapa IK sepatu yang tidak meminjam atau menerima order dari grosir, bemsaha dengan modal sendiri serta memasarkan sendiri produk sepatu ke toko-toko. Dukungan penuh dari pemerintah daerah setempat dalam ha1 ini Pemda Bogor diperlukan dalam pengembangan IK sepatu di Bogor. Di antaranya mengalokasikan APBD untuk pengembangan IK sepatu. Selama ini dukungan Pemda untuk sentra IK sepatu masih belum optimal sebab dana yang dialokasikan tidak sebanding dengan jumlah pelaku IK sepatu, sehingga ada beberapa IK sepatu yang tidak mendapat bantuan maupun bimbingan dari Pemda. Selain itu, pembinaan yang dilakukan di sehagian IK sepatu juga kurang fokus dan tidak konsisten serta seringkali bergantung pada kondisi pasar. Apabila perdagangan sedang lesu, Pemda beralih menggarap sektor IK lainnya. Sementara itu, pembinaan IK sepatu atau IK unggulan lainnya, harus terus dilakukan sehingga mencapai target yang diharapkan, apalagi perdagangan dari sentra IK sepatu terbukti memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Pemda. Akses pembiayaan juga merupakan kendala pokok karena selama ini industri-industri kecil tidak menggunakan jasa bank, namun cendemng menggunakan modal sendiri. Kesulitan memperoleh kredit bank dimungkinkan oleh berbagai ha1 karena industri-industri kecil tidak memiliki laporan keuangan yang dapat diperiksa oleh pihak bank. Diharapkan dengan mempelajari kelemahan dan kekuatan yang ada pada industri sepatu, para pelaku industri kecil dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi IK sepatu ini. B. Perurnusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi industri sepatu yang ada selama ini di Kecamatan Ciomas ditinjau dari potensi sumber daya manusia dan potensi pemasaran yang ada? 2. Bagaimanakah faktor ekstemal dan internal mempengamhi industri sepatu di
Kecarnatan Ciomas? 3. Bagaimanakah strategi pengembangan industri sepatu Ciomas agar lehih
maju?
C. Tujuao 1. Mengidentifikasi kondisi industri sepatu di Kecamatan Ciomas ditinjau dari
potensi sumber daya manusua dan pemasaran. 2. Mengidentifikasi faktor ekstemal dan internal industri sepatu di Kecamatan
Ciomas. 3. Menyusun strategi pengembangan industri sepatu di Kecamatan Ciomas. D. Keguaaan
1. Memberikan informasi tentang potensi dan strategi pemasaran bagi industri sepatu dalam mengembangkan usahanya, serta para investor yang tertarik untuk b e ~ v e s t a sdi i bidang tersebut. 2. Mendapatkan strategi pengembangan industri sepatu di Kecamatan Ciomas. 3. Sebagai salah satu bahan mjukan bagi instansi teknis dan pihak kreditor atau
perbankan dalam mendukung pengembangan industri sepatu di Kecamatan Ciomas.
11. TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri Keeil
Industri kecil menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 1997 adalah sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar. Perusahaan industri yang memiliki pekeja kurang dari lima orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau kerajinan rakyat. Menurut SK Menteri perindustrian No 133MSW811979 tanggal 3 Agustus 1979, industri kecil adalah industri dengan total asset secam keseluruhan tidak lebih dari 100juta, rnempunyai investasi mesin dan peralatan di luar tanah dan gedung tidak lebih dari 70 juta rupiah dengan investasi per tenaga kerja sebesar Rp.625.000,- ke bawah dan hanya boleh diusahakan oleh warga negara Indonesia. Kriteria tersebut kemudian diperbahawi dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.286/M/SW10/1989 pasal 9. Surat keputusan ini menyebutkan bahwa industri kecil adalah usaha dengan nilai investasi (bangunan, mesin dan peralatan) tidak lebih dari 200 juta rupiah, sedangkan investasi per tenaga kerja tidak lagi menjadi persyaratan karena pada dasarnya salah satu tujuan utama industri kecil adalah menyerap tenaga keja. Selanjutnya menurut Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.13 Tahun 1990 pasal I, industri kecil adalah industri dengan total asset sebesar 600 juta rupiah. Menurut Departemen Perindustrian (1994) industri kecil di Indonesia umumnya memiliki ciri-ciri berikut. a. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah. b. Pemilik juga menjadi pemimpin perusahaan dan masih membutuhkan bimbingan kewirausahaan.
c. Administrasi perusahaan masih bersifat sederhana dan kurang teratur, serta belum berbentuk badan hukum. d. Pengusaha tidak dapat memberikan jaminan guna mendapat kredit dari perbankan. e. Hubungan kerja antara pengusaha dan karyawan tidak formal dan hersifat kekeluargaan.
f. Proses produksi masih sederhana dan sebagian besar masih bersifat
tradisional. g. Mutu produk umumnya tidak tetap dan disain kurang mengikuti selera pasar. h. Pemasaran produk masih lemah. Menurut Allun (1 987), karakteristik dari usaha kecil adalah sebagai berikut. a. Tipe pemilihan atau pengusaha yang cenderung kepada perseorangan artinya pemilik merangkap manajer. b. Jumlah tenaga kerja per unit usaha relatif tidak banyak dan tenaga kerja yang digunakan umumnya berasal dari anggota keluarga atau orang di lingkungan sekitar unit usaha tersebut. c. Penggunaan energi mengarah pada sumber daya hadisional, yaitu dari tenaga manusia, tenaga hewan atau dengan menggunakan peralatan atau mesin dengan tipe sederhana. d. Teknologi yang digunakan biasanya sederhana, bersifat tradisional meskipun terbuka kemungkinan adanya penggunaan teknologi yang maju. Industri kecil di Indonesia berkembang corak dan ragamnya. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) klasifikasi industri kecil di Indonesia atas dua macam, yaitu menurut sifat dan teknologinya, serta menurut jenis industrinya. Menurut sifat dan teknologi, industri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok berikut. a. Kelompok industri kecil tradisional. Kelompok industri ini memiliki ciri-ciri seperti menerapkan teknologi sederhana, berlandaskan dukungan unit pelaksana teknis dan berkaitan dengan sektor ekonomi lain secara regional. b. Kelompok kerajinan. Industri kecil yang termasuk di dalam kelompok kerajinan memiliki ciri-ciri seperti menerapkan teknologi tepat guna tingkat madya dan sederhana, mengemban misi pelestarian budaya bangsa dan tnerupakan perpaduan industri kecil yang menerapkan proses modern dengan keterampilan tradisional.
C.
Kelompok industri kecil moderen. Ciri-ciri kelompok industri kecil modem adalah menerapkan teknologi madya hingga modem dengan skala produksi terbatas, berdasarkan dukungan penelitian dan pengembangan, serta menggunakan mesin-mesin produksi khusus.
Sedangkan menumt jenis industrinya, industri kecil dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. industri kecil pengolahan pangan, antara lain meliputi industri pengolahan hasil tanaman pangan, industri pengolahan hasil petemakan, dan sebagainya. b. industri kecil sandang dan kulit, antara lain meliputi industri petenunan, industri batik, industri pakaian jadi, dan industri barang-harang dari kuiit. c. industri kecil kimia dan serat, antara lain meliputi industri pertenunan, industri batik, indushi pakaian jadi, dan industri barang-barang dari kulit. d. industri barang logam, Alat angkut dan jasa, meliputi industri komponen karet, industri vulkanisir ban, dan industri peti kemas kayu. e. industri kerajinan dan umum, meliputi industri anyam-anyaman, industri kerajinan ukiian, industri permata dan sebagainya.
B. Bauran Pemasaran Pemasaran adalah suatu konsep dasar dari proses kegiatan bisnis dan sosial yang dilakukan oleh individu atau organisasi untuk memperoleh produk atau jasa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan cara menciptakan, menawarkan,
dan mengubah
nilai dari suatu produk.
Kotler (2002)
mendefinisikan bauran pemasaran sebagai kelompok kiat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari hal-ha1 yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi produknya. Empat komponen yang menyusun bauran pemasaran pada perusahaan jasa menurut adalah produk, harga, distribusi dan promosi.
a. Produk (Product) Produk adalah bentuk atau wujud penawamn yang dilakukan perusahaan kepada konsumen di dalam target pasar. Produk dapat berupa flsik barang atau jasa. b. Harga (Price) Harga merupakan komponen dalam bauran pernasaran yang menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
Harga merupakan jumlah uang yang harus
dibayar konsumen untuk produk dan jasa yang ditawarkan oleh produsen (Kotler, 2002). Tujuan ditetapkan harga adalah untuk menetapkan upah dasar pekerja, keuntungan yang ingin dicapai dan status keberadaan produsen. c. Distribusi Distribusi mempakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk menjadi lebih mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk konsumen sasaran. Saluran distribusi akan membentuk tingkatan saluran untuk menentukan panjangnya saluran distribusi. Saluran tingkat satu merupakan distribusi langsung dari produsen dan konsumen atau dengan kata lain tidak melalui perantara. Saluran tingkat dua mempunyai satu tingkat pedagang perantara yang disebut sebagai pengecer. Saluran tingkat tiga mempunyai dua tingkat pedagang perantara, yaitu dari grosir ke pengecer. Saluran tingkat empat mempunyai tiga tingkat pedagang perantara. d. Promosi Promosi merupakan segala usaha produsen untuk membujuk konsumen agar membeli produk yang ditawarkannya (Kotler, 2002). Lima alat utama dalam bauran promosi adalah sebagai berikut: a. iklan sebagai bentuk penyajian non-personal, ~ r o m o s iide-ide, promosi produk atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang dibayar. Tujuan
dari
periklanan
adalah
untuk
mempengaruhi
perasaan,
pemahaman, kepercayaan, sikap, dan kesan konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen. b. promosi penjualan merupakan intesif jangka panjang untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa dengan alat promosi seperti hadiah, kemasan khusus, atau sampel produk. Tujuan promosi
penjualan adalah untuk mendorong pembelian dalam jumlah yang lebih besar, membangun awareness bagi calon konsumen, dan membangun loyalitas konsumen. c. hubungan masyarakat dan publisitas, mempakan suatu stimulasi non personal
terhadap permintaan suatu produk
atau jasa
dengan
rnenyediakan berita-berita komersial yang penting mengenai kebutuhan akan produk tertentu di suatu media yang disebarkan di radio, televisi atau panggung yang tidak dibayar oleh sponsor. d. personal selling mempakan kegiatan yang melibatkan secara langsung interaksi personal antara tenaga penjual dengan konsumen potensial. Interaksi dalam komunikasi antara tenaga penjual dengan konsumen potensial akan memudahkan tenaga penjual untuk menyesuaikan presentasi penjualannya terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen. e. direct marketing merupakan kegiatan promosi yang menggunakan surat, telepon, faksimili, dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi secara langsung dengan pembeli sehingga dapat memperoleh tanggapan langsung dari pembeli tersebut.
C. Pengembangan Usaha Keeil, Menengah, dan Koperasi Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi tergantung pada beberapa faktor berikut. 1. Kemampuan usaha kecil, menengah, dan koperasi dijadikan kekuatan utama
pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di kota atau kabupaten.
2. Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dalam peningkatan
produktivitas, efisiensi dan daya saing. 3. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik
maupun ekspor). 4. Berbasis bahan baku domestik.
5. Substitusi impor.
6. Agribisnis dan agroindustri.
Langkah-langkah operasional pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi adalah (Syaukat, 2002). 1. Tahap pertama penumbuhan iklim usaha kondusif yang meliputi.
a. Kebijakan persaingan sebat dan pengurangan distorsi pasar. b. Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. c. Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan. 2. Tahap kedua meliputi.
a. Dukungan penguatan. b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia usaha kecil, menengah, dan koperasi. c. Peningkatan penguasaan teknologi. d. Peningkatan penguasaan informasi. e. Peningkatan penguasaan modal. f. Peningkatan penguasaan pasar. g. Perbaikan organisasi dan manajemen. h. Peneadangan tempat usaba. i. Pencadangan bidang-bidang usaha. Faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya kemampuan untuk bertahan bagi industi kecil dalam menghadapi krisis meliputi. 1. Jenis produksi yang dihasilkan memang benar-benar kebutuhan masyarakat. 2. Bahan baku yang mendukung aktivitas industri didatangkan dari luar atau
daerah desa sekitar industri beroperasi. 3. lndustri kecil mempakan usaha yang padat karya dan bukan padat modal. 4. Tidak menggunakan material impor, baik sebagai bahan baku maupun
sebagai bahan pendukung bagi industri kecil tersebut. Menurut Haryadi (1998), ada lima aspek yang berkaitan erat dengan perkembangan usaha kecil, yaitu aspek pemasaran, produksi, ketenagakejaan, kewirausahaan dan akses kepada pelayanan. Dalam ha1 ini pemasaran, tujuan dan orientasi pasar penting bagi perkembangan suatu usaha. Tujuan dan orientasi
pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk. Pengembangan usaha kecil meliputi. 1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya usaha
kecil. 2. Mewujudkan usaha kecil menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional. 3. Mendorong usaha kecil agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan
tenaga kerja dan sumber pendapatan. 4. Menciptakan bentuk-bentuk kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan
usaha kecil dalam kompetisi di tingkat nasional maupun intemasional. Peran pemerintah juga sangat diharapkan dalam meningkatkan stabilitas kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Dalam rangka mengembangkan dan mernudahkan kegiatan promosi produk KUKM di tingkat nasional, Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sejak tahun 2004 telah membangun gedung pusat promosi KUKM yang terdiri atas 17 bantuan yang diberinama SMEsCO Promotion Center atau gedung SPC. Promosi akan dilakukan bukan hanya dalam bentuk pameran akan tetapi promosi secara luas, termasuk diantaranya pengembangan pusat informasi, temu bisnis, konferensi, temu bisnis, trading board, trading house, jasa forwarding, pemanenl display, virtual oflee, lernbaga keuangan perbankan, inkubator bisnis, hon~estay
bagi UKM peserta pameran (Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2007). Dalam laporan penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten Bogor 2004-2007 disebutkan bahwa sektor UKM telah menjadi rencana strategi pemerintah Kabupaten Bogor. Bidang pengembangannya antara lain peningkatan fasilitas dan pengembangan UKM bagi keluarga miskin, pengembangan SDM dan kelembagaan koperasi dan UKM, pembentukan jaringan usaha dan kemitraan, serta perkuatan permodalan dan pemasaran koperasi dan UKM
sebagai prioritas pembangunan dalam sektor penanggulangan kemiskinan (Kabupaten Bogor, 2007). Penyelenggaraan urusan koperasi dan usaha kecil menengah di Kabupaten Bogor ditangani oleh Kantor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dengan kineja yaitu peningkatan manajemen keuangan KUKM, peningkatan kemitraan serta kewirausahaan koperasi dan kelompok, dan penyelesaian sertifikat tanah bagi 150 UKM, serta fasilitasi promosi UKM, melalui pelaksanaan Program Pencapaian Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif, Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah, Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM, serta Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. Bantuan yang diterima meliputi penyaluran dana hibah dan dana pinjaman untuk pengembangan pembiayaan 14 koperasi dan usaha kecil menengah, melalui Pengembangan Ekonomi Pesantren, P3KUM Konvensional, P3KUM Syariah, PERKASSA
Syariah,
PERKASSA
Konvensional,
Bantuan
Perkuatan
(BANKUAT) dan Hibah Sosial (Kabupaten Bogor, 2008).
D. Aplikasi Manajemen Strategi Pada Usaha Kecil Manajemen strategi merupakan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas kngsional yang membuat organisasi maupun mencapai obyektifnya (David, 2004). Rumusan perencanaan tersebut hams menyeluruh dan terpadu, agar perusahaan atau organisasi dapat menjawab misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Penggunaan konsep dan teknik manajemen strategi dalam lingkungan industri yang dijalankan oleh perusahaan dapat dilaksanakan dengan pendekatan proaktif, memperhatikan kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menghadapi setiap ancaman dan peluang yang ada. Penerapan manajemen strategi dalam usaha kecil, khususnya industri kecil bertujuan untuk melakukan pengembangan usaha sehingga dapat melakukan efisiensi dan efektifitas yang dapat meningkatkan keuntungan (profit) dan selain itu penerapan manajemen strategi akan memberikan dampak bagi terbukanya peluang pasar baru dan kontinuitas produk makanan ringan.
Menumt David (2004), teknis perurnusan strategi yang digunakan dalam membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap yaitu : (1) tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, mempakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan.
E. Tahapan Perencanaan Strategis Rangkuti (2005) menyebutkan proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Pada tahap pengumpulan data tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data tetapi juga mempakan kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data ekstemal dan data internal. Data eksternal dapat diperoleh dari luar pemsahaan sedangkan data internal dapat diperoleh dari dalam perusahaaan. 1. ldentifikasi faktor-faktor eksternal pemsahaan
David (2004) menyebutkan ada beberapa faktor eksternal dalam pemsahaan antara lain. a. Ekonomi: faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi suatu usaha beroperasi. Faktor ekonomi mempunyai daya tarik langsung pada daya tarik potensial dari berbagai strategi faktor ekonomi yang hams dipertimbangkan dalam pengembangan usaha adalah pola konsumsi, laju inflasi, ketersediaan kredit, tingkat pajak, trend pertumbuhan ekonomi. b. Kebijakan Pemerintah dan politik: kebijakan pemerintah dan politik dapat memberikan ancaman dan peluang bagi dunia usaha. Kebijakan pernerintah dapat berupa undang-undang baik di tingkat pusat, propinsi rnaupun kabupaten yang menentukan beroperasinya suatu pemsahaan. Kebijakan pemsahaan merupakan pertimbangan penting bagi pemimpin perusahaan dalam menentukan shategi pengembangan perusahaan.
C.
Teknologi: teknologi ini digunakan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar ham, tnenghasilkan perkemhangan produk barn yang lebih haik menciptakan rangkaian produksi yang lebih pendek.
d. Pesaing: persaingan diantara perusahaan yang bersaing hiasanya paling berpengaruh di antara kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya sejauh strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan pemsahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meningkat kalau jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan. e. Ancaman pendatang baru: ancaman pendatang baru ke dalam suatu industri membawa kapasitas h a , keinginan untuk merebut bagian pasar dan sumherdaya yang cukup besar. Besamya ancaman masuk pendatang baru ini tergantung pada hambatan masuk yang ada dan reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada. Sumber utama hamhatan masuk industri diantaranya skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih, pemasok, akses saluran distribusi. f. Kekuatan tawar menawar konsumen: konsumen selalu mengingginkan
kualitas produk yang tinggi, pelayanan yang baik dan harga yang murah. Konsumen yang kuat sering dapat negosiasi harga jual dengan memaksa harga turun, melakukan tawar menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik. g. Kekuatan tawar menawar pemasok: ha1 ini mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri terutama kalau jumlah pemasok sedikit, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual ke industri. h. Ancaman produk substitusi: perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk sunstitusi.
Produk substitusi ini akan menjadi ancaman apabila kualitasnya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri dan dihasilkan oleh industri yang menikmati laba tinggi. 2. Identifikasi faktor-faktor internal perusahaan
Faktor internal perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi arah dan tindakan perusahaan yang berasal dari internal perusahaan. Analisis internal mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan adalah keterampilan atau keunggulankeunggulan lain relatif pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani perusahaan. Kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat perusahaan. David (2004) menyebutkan ada beberapa faktor internal dalam perusahaan antara lain : a. Manajemen: fungsi manajemen terdiri dari lima aktifitas dasar yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukan staf dan pengendalian. Perencanaan terdiri dari semua aktifitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Pengorganisasian berkaitan dengan semua kualitas manajerial yang menghasilkan struktur tugas dan hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasian berkaitan dengan desain organisasi, spesialisai pekerjaan, uraian pekejaan, rentang kendali, kesatuan komando, desain pekejaan dan analisis pekerjaan. Fungsi pemotivasian berkaitan erat dengan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan dan moral manajerial. Penunjukan staf berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yaitu administrasi gaji dan upah, tunjangan karyawan, wawancara penerimaan, pelatihan dan pengembangan manajemen. Pengendalian terdiri dari semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan hasil konsisten dengan yang direncanakan b. Pemasaran: pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan
produk dan jasa. Definisi pemasaran menurut Kotler (2002) adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Keputusan mendasar yang harus dibuat untuk menentukan pemasaran yang tepat adalah keputusan dalam bauran pemasaran ( seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaannya). c. Sumberdaya manusia: masalah sumberdaya manusia sering menjadi faktor utama dalam sebuah perusahaan. Kegiatan mengelola orang-orang yang merupakan unsur dasar organisasi seringkali menjadi masalah bagi perusahaan. Keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumberdaya manusia. d. Produksi dan operasi: produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa. David (2004) menyatakan bahwa manajemen produksi terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu proses menyangkut desain dari sistem produksi fisik. Kapasitas menyangkut penetapan tingkat luaran maksimal untuk organisasi. Persedian mencakup mengelola banyaknya bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Tenaga kerja berkenaan dengan mengelola tenaga kerja terampil, tidak terampil dan manajerial. Mutu bertujuan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang bermutu tinggi yang dihasilkan. Keputusan spesifik termasuk kendali mutu, mengambil sampel, pengujian, pemastian mutu dan kendali biaya. Kekuatan dan kelemahan dalam lima fungsi produksi dapat berarti sukses atau gagalnya suatu usaha. e. Keuangan: kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing usaha kecil dan daya tarik keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan keuangan usaha kecil dan kelemahan amat penting untuk memutuskan alternatif strategi secara efektif.
F. Aspek Kelayakan Usaha Menurut Kadariah et al. (1999), secara umum aspek yang dikaji dalam studi kelayakan usaha meliputi aspek seperti teknis produksi, keuangan dan pemasaran. 1. Aspek teknis meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produksi dan proses pembuatan sepatu yang meliputi : a. fasilitas produksi dan peralatan b. ketersediaan bahan baku
c. proses pembuatan d. teknologi e. kapasitas produksi dan mutu produk.
f. tenaga kerja 2. Aspek Pemasaran meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar, dan proyeksi permintaan pasar. a. Permintaan. Permintaan memberikan gambaran tentang pennintaan sepatu untuk memenuhi kebutuhan pasar termasuk didalamnnya kekuatan tawar menawar konsumen. b. Penawaran. Penawaran memberikan gambaran tentang penghasil industri sepatu dan faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Disini juga dikaji tentang kekuatan tawar menawar pemasok dalam menawarkan produk sepatu yang dihasilkan.
c. Harga. Harga memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual sepatu, dalam ha1 ini adalah hubungan antara harga jual dengan permintaan dan penawaran oleh pihak pembeli, serta faktor yang mempengarnhi harga jual sepatu. d. Persaingan dan peluang pasar. Persaingan dan peluang pasar memberikan gambaran tentang pasar yang dituju.
e. Pemasaran produk. Pemasaran produk memberikan gambaran tentang sistem pemasaran indushi sepatu yang tejadi selama ini. 3. Aspek keuangan untuk mengetahui kelayakan usaha dari segi keuangan.
a. Komponen dan struktur biaya. Komponen biaya mencakup pengadaan sarana dan prasarana, biaya operasi dan biaya lain-lain. Biaya pengadaan prasarana adalah meliputi biaya investasi, yaitu biaya perijinan, bangunan dan pembelian peralatan untuk proses produksi. Biaya operasi meliputi biaya pembelian bahan baku, biaya bahan pembantu, biaya pengemasan, upah pekeja, pembelian bahan pembantu produksi, biaya peralatan, kendaraan dau biaya overhead. b. Pendapatan. Pendapatan adalah total hasil penjualan sepatu kepada para pelanggan, yang didasarkan pada proyeksi selama berdirinya indushi sepahl. c. Kebutuhan modal dan kredit. Dalam menunjang pengembangan perusahaan diperlukan modal keja dan modal investasi d. BEP(Break Even Point). BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya biayalpengeluaran yang dilakukan oleh proyek.
A. Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan di beberapa industri sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilaksanakan dari bulan April sampai Juli 2008. Pengumpulan data meliputi data primer dan sckunder. Data primer diperoleh melalui suwei lapangan, wawancara dengan pemilik industri sepatu dan pemasok bahan baku. Wawancara dengan pemilik industri sepatu dilakukan secara tershuktur dengan alat bantu kuesioner, yang meliputi: 1) kuesioner untuk data industri kecil (IK) (Lampiran 1); 2) kuesioner untuk penilaian bobot dan rating faktor strategis internal dan ekstemal (Lampiran 2); serta 3) kuesioner untuk penilaian strategi prioritas (Lampiran 3 dan 4). Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Penyebaran kuesioner dilakukan menggunakan metode cluster sampling yaitu kluster yang tergantung dengan pihak pemasok bahan baku (IK pengrajin) dan kluster yang secara independen atau tidak tergantung kepada pemasok (IK usaha mandiri). Jumlah responden untuk kuesioner data IK ditentukan dengan persamaan Slovin (Umar, 2000). Berdasarkan data Kabupaten Bogor (2008) dalam Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2007 tercatat jumlah unit usaha industri alas kaki di Kabupaten Bogor sampai tahun 2007 sebanyak 103 usaha dan pengrajin sebanyak 5000 anggota, yang terkonsentrasi pada tiga kecamatan, yaitu Ciomas, Tamansari dan Darmaga. Berdasarkan data tersebut, dengan asumsi jumlah industri di masing-masing kecamatan jumlahnya sama maka dengan pendekatan persamaan Slovin jumlah responden industri usaha mandiri yang diambil dengan ukuran populasi di Ciomas sebanyak 34 industri adalah 25 responden. Sedangkan pada pengrajin dengan ukuran populasi di Ciomas sebanyak 1666 pengrajin maka jumlah responden yang diambil94 pengrajin. Persamaan Slovin :
n=
N
1+~e'
Keterangan : n
= Jumlah
sampel
N
= Ukuran
populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang masih dapat ditolerir (pada penelitian ini 10%) Jumlah responden untuk kuesioner bobot dan rating faktor strategis internal-eksternal serta penilaian strategi prioritas sebanyak 9 responden yang terdiri dari pengumpul, usaha mandiri dan pengrajin masing-masing 3 responden yang dipilih secara purposive sampling dengan pertimbangan IK yang berproduksi secara kontinyu dan cukup berkembang.
B. Metode Analisis 1. Pengolahan dan analisis data. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan matriks
IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Analisis Deskriptif Analisis
deskriptif
digunakan
untuk
memperoleh
gambaran
dan
membandingkan dua obyek penelitian, yaitu IK sepatu mandiri dan pengrajin di Ciomas. Aspek yang dianalisis adalah sejarah industri sepatu Ciomas, karakteristik industri sepatu baik IK usaha mandiri maupun K pengrajin, aspek keuangan yang meliputi jumlah produksi, harga jual dan tingkat keuntungan, aspek produksi meliputi ketersediaan bahan baku, teknologi yang dipakai, proses produksi, mutu produk dan tenaga kerja, aspek pemasaran meliputi sistem promosi, pemasaran produk serta persaingan dan peluang pasar, aspek lingkungan eksternal meliputi sosial dan ekonomi, pemerintah dan kemajuan teknologi. b. Analisis Tiga T a h a p Perumusan Strategi
Analisis ini dilakukan untuk mengevaluasi keadaan umum IK sepatu Ciomas (usaha mandiri dan pengrajin) serta mengidentitikasi faktor-faktor internal dan faktor eksternal industri. Hasil analisis tersebut akan dikembangkan
menjadi beberapa alternatif strategi berdasarkan skala prioritas untuk memilih strategi yang terbaik. Tiga tahap fomulasi strategi menurut David (2004) adalah sebagai berikut. 1. Tahap Input
a. Analisis Lingkungan Internal dan Ekstemal Perusahaan Analisis lingkungan internal dimaksudkan untuk memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki industri sepatu dari seluruh aspek fungsional manajemen. Analisis lingkungan ekstemal akan menghasilkan sejumlah daftar peluang dan ancaman bagi industri. Aspek yang dianalisa pada lingkungan internal antara lain keuangan, sumber daya manusia, produksi dan pemasaran. Analisis lingkungan eksternal mengidentifikasi aspek sosial dan ekonomi, pemerintah dan teknologi. b. Teknik Pobobotan Teknik yang digunakan untuk menentukan bobot dari faktor internal dan faktor eksternal adalah teknik Painvise Comparison. Teknik ini membandingkan setiap variabel horizontal dengan variabel pada kolom vertikal. Penentuan bobot pada setiap variabel yang dibandingkan menggunakan skala 1,2, dan 3. Skala yang digunakan menunjukkan: 1 = Jika faktor strategis eksternal atau internal pada barislhorizontal
kurang penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolomlverlikal. 2 = Jika faktor strategis eksternal atau internal pada barislhorizontal
sama penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolom/vertikal. 3 = Jika faktor strategis eksternal atau internal pada barislhorizontal
lebih penting daripada faktor strategis eksternal dan internal pada kolomlvertikal. Adapun bentuk dari penilaian bobot dengan metode Pairwise Colnpnrison terdapat pada Tabel 1 dan 2 (Kinnear dan Taylor, 1991).
Tabel 1. Penilaian Bobot Strategis Internal Perusahaan
I
[Total Tabel 2. Penilaian Bobot Strategis Eksternal Perusahaan
Bobot setiap faktor strategis diperoleh dengan menentukan total nilai setiap faktor strategis terhadap jumlah keseluruhan faktor strategis dengan menggunakan rumus (Kinnear and Taylor, 1991):
Keterangan: Ai = bobot faktor strategis untuk faktor ke-i
Xi = nilai faktor strategis untuk faktor ke-i l,2,3,
i
=
n
=jumlah
...n faktor strategis
c. Matriks IFE dan EFE Setelah faktor-faktor internal dan eksternal usaha diketahui, n~akalangkah selanjutnya adalah menyusun matriks IFE dan EFE. Matriks IFE dan EFE yang
telah
disusun
memberikan
informasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi atau kurang mempengaruhi industri dalam lingkungan internal maupun eksternal. Pada kolom analisis tiga matriks IFE dan EFE diberikan rating. Penentuan rating oleh manajemen atau pakar dari perusahaan dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi usaha. Pada EFE untuk menunjukkan seberapa efektif strategi usaha saat ini menjawab masing-masing variabel-variabel tersebut digunakan sesuai peringkat dengan menggunakan skala 1,2,3, dan 4.
Pemberian nilai rating pada matriks EFE untuk faktor peluang dan ancaman, yaitu :
I =jawaban jelek
2 =jawaban rata-rata
3 =jawaban di atas rata-rata
4 =jawaban superior
Penentuan rating pada matriks IFE untuk faktor kelemahan dan kekuatan yaitu : 1 = kelemahan utama
2 = kelemahan kecil
3 = kekuatan kecil
4 = kekuatan utama
Selanjutnya nilai dari pembobot dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor sehingga menghasilkan skor. Total skor pembobotan diperoleh dari semua hasil kali tersebut dan dijumlahkan secara vertikal. FIasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi usaha dalam matriks. Selanjutnya pada kolom 4, kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoieh nilai bobot (skor) masing-masing variabel. Total skor pembobotan diperoleh dari semua hasil kali tersebut dan dijumlahkan secara vertikal. Kemudian nilai yang dibobot untuk setiap variabel dijumlahkan untuk menentukan total nilai yang dibobot untuk usaha. Bentuk matriks EFE dan IFE menurut David (2004) terdapat pada Tabei 3 dan 4. Tabel 3. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matriri)
Tabel 4. Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix)
2. Tahap Pemaduau
Tahap pemaduan yaitu tahapan untuk menghasilkan strategi altematif yang layak dengan memadukan faktor internal dan eksternal yang telah dihasilkan pada tahap input. Pada tahap ini digunakan alat analisis matriks IE dan matriks SWOT. a. Matriks IE (internal -Eksternal Matrir) Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis yang disebut matriks portofolio. Matriks ini didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori, yaitu 1O ,
- 1,99 menunjukkan
posisi ekstemal lemah, 2,O-2,99 menunjukkan
kondisi ekstemal rata-rata dan 3,O-4,O kondisi eksternal yang kuat. Matriks 1E dibagi menjadi tiga daerah utama yaitu : 1.
Daerah 1 meliputi sel I, 11, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif,
misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif misalnya integrasi horizontal dan vertikal. 2.
Daerah I1 meliputi sel 111, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini misalnya adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3.
Daerah 111, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dun divest.
Kuat
Total Skor IFE Rata-rata Lemah 3,O 28 1,O
Tinggi W
a 3,O 3 -3 Rata-rata 2,o .L
0
G
Rendah 1,o Gambar I . Matriks IE
h. Mahiks SWOT (Strenght - Weakness- Opportunies - Threat Matrix) Matriks SWOT merupakan alat untuk menganalisa data yang telah disusun untuk
informasi prospek heserta pengembangan usaha.
Pengembangan strategi pada matriks SWOT dilakukan berdasarkan hasil dari matriks IE. 1. Strategi SO (Strength-Opportuniry), yaitu menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar pe~sduian. 2. Strategi WO (Weakness-Oppor~unity),hertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. 3. Shategi ST (Strength-Threat), hertujuan untuk menghindari atau
mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. 4. Shategi WT (Weakness-Threat), merupakan taktik untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Tahel 5. Mahiks SWOT Daftar 5-1 0 faktorfaktor kelemahan
Daftar 5- 10 faktorfaktor kekuatan \
OPPORTUNITIES' STRATEGI s - o Strategi menggunakan -0 kekuatan untuk Daftar 5-10 faktor menianfutken peluung peluang eksternal THREATS - T I STRATEGI S - T Daftar 5-10 kktor Strategi menggunakan kekuatan untuk ancaman eksternal mengatasi ancaman umber: Rangkuti ,2006
I
I
I
STRATEGI w - o Strategi meminimalkan kelemahan untuk memnnfaarknn peluang STRATEGI W - T Strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
3. Tahap Keputusan
Tahap terakhir dari perumusan strategi adalah tahap keputusan, dimana alat analisis yang digunakan dalam tahap ini adalah matriks QSP (QuantitativeStrategic Planning Matrix). Matriks ini menggunakan masukan
dari tahap input dan tahap pemaduan untuk memutuskan strategi mana yang terbaik (David, 2004). Mahiks QSP merupakan alat yang memungkinkan untuk mengevaluasi shategi altematif secara obyektif, berdasarkan faktorfaktor sukses intemal dan eksternal yang telah dikenali sebelumnya. Mahiks QSP terdiri atas empat komponen, antara lain (1) bobot, yang diberikan sama dengan yang ada pada matriks EFE dan matriks IFE, (2) nilai daya tarik, (3) total nilai daya tarik, dan (4) jumlah total nilai daya tarik. Menurut David (2004) enam langkah yang diperlukan untuk mengembangkan mahiks QSP adalah sebagai berikut.
1. Mendaftarkan peluang atau ancaman kunci eksternal dan kekuatan
atau
kelemahan internal perusahaan dalam kolom kiri mahiks QSP. 2. Memberikan bobot untuk setiap faktor eksternal dan intemal. Bobot yang sama dengan yang dipakai dalam mahiks IFE dan EFE
3. Memeriksa tahap kedua (pemaduan) matriks dan mengidentifikasi shategi alternatif yang dapat dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan. 4. Menetapkan nilai daya tarik (AS) yang menunjukkan daya tarik relatif setiap shategi dalam altematif set tertentu. Nilai daya tarik tersebut adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = amat menarik. 5. Menghitung total nilai daya tarik dengan mengalikan bobot dengan nilai daya
tarik.
6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Jumlah ini
mengungkapkan
strategi mana yang paling menarik dalam setiap strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan shategi tersebut semakin menarik dan sebaliknya. Tabel 6. Mahiks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) Faktor-faktor Kunci
Bobot
Altematif Strategi Strategi 2 Strategi 1 AS I TAS AS I TAS
Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Jumlah Total Nilai Daya Tarik Keterangan : AS = Nilai daya tarik, TAS = Total nilai daya tarik Nilai daya tarik: 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = amat menarik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Industri Ciomas
Industri sepatu di kecamatan Ciomas m e ~ p a k a nsentra industri sepatu terbesar di Indonesia selain industri sepatu di Cibaduyut. Menurut data Kabubaten Bogor (2008), jumlah unit usaha industri alas kaki di Kabupaten Bogor sampai tahun 2007 sebanyak 103 usaha dan pengrajin sebanyak 5000 auggota, yang terkonsentrasi pada tiga kecamatan, yaitu Ciomas, Tamansari dan Darmaga. Pada perkembangannya Industri sepatu di Ciomas dapat dikelompokkan menjadi atas dua kelompok (kluster), yaitu: 1) industri kecil usaha mandiri (IK usaha mandiri yang memiliki modal sendiri dan tidak tergantung kepada pengumpul baik dalam ha1 bahan baku maupun pemasaran produk), 2) indushi kecil pengrajin (iK pengrajin yang tergantung kepada pengumpul, dalam ha1 pengadaan bahan baku dan pemasaran). IK pengrajin pada umumnya adalah mantan pekerja IK yang membuka usaha atau bengkel sendiri sehingga telah berpengalaman dalam pembuatan sepatu. Namun karena keterbatasan modal, IK pengrajin menjalin kemitraan dengan pengumpul dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran produk. Perbedaan
kluster
tersebut
menyebabkan
perbedaan
dalam
perkembangannya sehingga diperlukan analisis yang berbeda untuk menentukan strategi pengembangan industri sepatu ke depannya.
B. Hal yang Dikaji
1. Karakteristik Industri Sepatu Ciomas Perbedaan utama dari IK usaha mandiri dan IK pengrajin adalah dari segi permodalan dimana IK usaha mandiri tidak tergantung kepada pengumpul baik dalam ha1 bahan baku maupun pemasaran produk sedangkan IK pengrajin tergantung kepada pengumpul dalam ha1 pengadaan bahau baku dan pemasaran. Selain perbedaan tersebut, karakteristik IK usaha mandiri dan IK pengrajin dapat dilihat dari tingkat pendidikan, lama usaha, bentuk usaha dan jumlah tenaga kerja seperti terlihat pada Tabel 7.
Tabel7. Karakteristik IK Sepatu Usaha Mandiri dan IK Pengrajin di Kecamatan Ciomas. Karakteristik Pendidikan SD SMP SMU S1
Total Lama usaha (tahun)
Usaha mandiri Persentase
Jumlah
9 9 5 2 25
..
Total
25
Pengrajin Jumlah Persentase
36 36 20 8 100
12 72 10 0 94
13 77 10 0 100
.. 100
94
100
Beutuk usaha -.
Bengkel Total
0 25
0 100
94 94
100 100
2 16 7 25
8 64 28 100
58 36 0 94
62 38 0 100
Jumlah TK <6 6-12 >I2
Total
Dilihat dari Tabel 7 di atas karakeristik pendidikan pemilik 1K usaha mandiri bervariasi antara SD sampai S1. Bervariasinya latar belakang pendidikan pemilik IK usaha mandiri ini, dimungkinkan karena kemampuan mengelola indushi sepatu tidak diperoleh dari lembaga sekolah formal melainkan didapat secam turun temurun. IK usaha mandiri merupakan usaha warisan sehingga dilihat dari lama usahanya mayoritas berkisar antara 5-10 tahun yaitu sebesar 52% responden sedangkan 44% sudah diatas 10 tahun. Bentuk usaha IK usaha mandiri mayoritas 76% berbentuk CV, dimana usaha mandiri sudah memiliki struktur organisasi yang lebih jelas, skala usaha yang lebih besar dan jumlah tenaga k e j a dalam jumlah tertentu. Sedangkan 24% lainnya masih berbentuk usaha &gang (UD). Jumlah tenaga kerja yang dimiliki IK usaha mandiri pada umumnya lebih banyak (mayoritas 6-12 orang) dibandingkan dengan 1K pengrajin (mayoritas < 6 orang). Sedangkan pada IK pengrajin dari tingkat pendidikan para pengrajin maksimal adalah SMU dengan mayoritas pendidikan SMP dengan persentase 77%. Adanya persaingan yang ketat dan kesulitan mendapatkan pekerjaan
dengan tingkat pendidikan relatif rendah merupakan salah satu alasan mereka untuk mcnjadi pcngrajin scpatu. Lama usuha IK pmgrajin mayoritus (59%)
kurang dari 5 tahun. IK pengrajin pada umumnya adalah mantan pekeja IK usaha mandiri yang membuka usaha sendiri karena mereka merasa telah berpengalaman dalam pembuatan sepatu. Akan tetapi karena kendala dalam peimodalaii maka mereka Sekejasama deiigan pengilmpul dalam ha: pengadaan bahan baku dan pemasaran produk. Bentuk usaha IK pengrajin adalah 100% berbentuk bengkel. Mantan pekerja IK usaha mandiri yang telah menjadi pemilik bengkel, berharap terjadi kenaikan pendapatan daripada semula menjadi pekerja pada IK usaha mandiri, dengan merekrut pegawai baru untuk menjadi pekerja pada bengkel tersebut. IK pengrajin belum memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga tenaga kerjanya hanya terdiri dari pemilik dan pekeja saja. Tenaga kerja IK sepatu di Ciomas baik pada IK usaha mandiri maupun K pengrajin pada umumnya mempakan tenaga kerja harian ataupun borongan yang bermukim di sekitar lingkungan industri, serta merniliki pengalaman dan keahlian dalarn pembuatan sepatu. Sedangkan untuk pola kemitraan baik usaha mandiri maupun pengrajin ternyata mereka semuanya (100%) belum menjalin kemitraan dengan instansi ataupun lembaga manapun juga, baik itu instansi pemerintah daerah maupun pihak perbankan.
2. Aspek Produksi Bahan baku yang digunakan pada proses produksi sepatu, baik pada
TK usaha mandiri maupun IK pengrajin pada umumnya sama yaitu sol, imitasi atau sintetis, lem dan asesoris. Bahan-bahan baku tersebut dibeli pada penjual bahan baku. Semua bahan baku untuk kulit sepatu yang diproduksi yang digunakan 100% mempakan bahan sintetis karena kalau menggunakan bahan kulit harganya relatif mahal. Dengan menggunakan bahan sintetis tersebut, para pengrajin sepatu dapat meminimalkan biaya produksi sehingga harga jual produk juga tidak terlalu mahal. Dalam mendapatkan bahan baku, baik IK usaha mandiri maupun IK pengrajin tidak mendapatkan kendala. Tetapi, karena jumlah penjual bahan
baku sepatu cukup banyak sehingga ada kebebasan bagi para pengrajin untuk mcmbclinya kcpada pcnjual ynng mnna sajn. Namun, fluktunsi harga bahan
baku merupakan kendala ekstemal yang dihadapi oleh pemilik industri sepatu. Harga bahan baku yang tidak stabil akan sangat mempengaruhi produksi dan tingkat keuntungan yang di dapat. Cara mendapatkan bahan baku tersebut yang membedakan antara IK Usaha mandiri dan K pengrajin : sebanyak 76% pengrajin pada usaha mandiri membeli bahan baku dari penjual bahan baku secara tunai dan sebagian lagi ada yang dengan perjanjian dibayar kemudian dengan tenggang waktu tertentu. Akan tetapi tidak ada kesepakatan bagi IK usaha mandiri untuk menjual hasil produksinya ke penjual baban baku walaupun tidak menutup kemungkinan jika harganya cocok mereka juga menjual produknya ke penjual bahan baku. Adanya sistem pembayaran dengan tenggang waktu tersebut dimungkinkan oleh penjual bahan baku karena tenggang waktu yang disepakati juga tidak terlalu lama dan apalagi bahan baku yang dibeli adalah dalam jumlah yang besar. Pada proses produksi sepatu, alat yang digunakan oleh IK usaha mandiri adalah mesin jahif mesin press dan mesin seset, bahkan ada yang sudah menggunakan mesin embos atau merk. Dengan peralatan yang telah dimiliki tersebut memungkinkan IK usaha mandiri untuk memproduksi sepatu dalam skala yang besar. Akan tetapi, pada pada IK usaha mandiri masih timbul keragu-raguan bagi pemilik industri untuk memproduksi dalam jumlah yang besar mengingat kesulitan daiam ha1 pemasarannya. Dalarn kegiatan proses produksi, IK usaha mandiri mendapatkan beberapa kendala teknis dalam berprouksi, seperti ketersediaan bahan produksi dan bahan lainnya dan kemudian tenaga k e j a yang kurang karena tidak masuk k e j a . Produk yang dihasilkan sebagian besar (92%) d i p e m n t i a n bagi konsumen wanita, baik sepatu maupun sandal. Sebagian juga mengejakan sepatu dan sandal untuk pria dan anak-anak. Pengejaan produk ini tergantung pada pesanan dan permintaan atau trend dari masyarakat
IK usaha mandiri memproduksi sepatu berdasarkan pesanan akan tetapi mereka juga mempunyai persediaan yang akan dipasarkan secara aktif ke toko-toko. Sedangkan untuk kualitas produk yang dihasilkan oleh IK
usaha mandiri cukup baik dengan tingkat retour (pengembalian produk msak) di bnwah
S'Xo. Pada industri scpatu
usaha mandiri
sudah ada struktur
organisasi yang jelas sehingga sudah ada semacam @tali@ Control di industri tersebut. Produk sepatu dan sandal yang akan dipasarkan juga telah menggunakan kemasan. Kemasan yang digunakan adalah plastik dan kardus yang beikmgsi uniiik me:iii:ii~gi prciduk daii iiimeiiiperbaiki- penaiiipilaii. Bahan kemasan dibeli di toko bahan baku bersamaan dengan bahan baku lainnya, sehingga tidak ada kendala untuk mendapatkannya. Anggaran yang digunakan untuk membeli bahan kemasan, karena dibeli dalam jumlah yang besar, rata-rata per kemasannya adalah sebesar Rp.1000,-. Selain sudah dikemas, produk sepatu yang dihasilkan juga sudah diberi merk walaupun jenis-jenis merk yang mereka pakai seringkali mirip dengan merk-merk dari luar Pemberian merk yang demikian mereka lakukan supaya menarik para pembeli mengingat kebanyakan konsumen sangat fanatik terhadap merkmerk tertentu. Pemberian merk pada IK usaha mandiri baru sebatas produk supaya dikenal dan belum mempunyai semacam merk dagang sendiri yang telah dipatenkan. Sedangkan pada IK pengrajin 1 0 W bahan bakunya diperoleh dari pemasok bahan baku yang sudah ditunjuk oleh para pengumpul Pada waktu pemesanan bahan baku digunakan semacam bon putih dari pengumpul ke pengrajin dimana tertulis jumlah produk yang dipesan oleh IK pengrajin beserta harganya, dan diikuti dengan adanya kesepakatan dari pengrajin untuk menjual kembali produknya ke pengumpul. Hal ini terjadi karena keterbatasan modal yang dimiliki oleh pengrajin sehingga mereka tidak mempunyai cukup modal untuk membeli bahan baku secara tunai. Dalam memperoleh bahan baku tersebut para pengrajin tidak mempunyai kendala karena selalu tersedia di pemasok bahan baku. Pada proses produksi sepatu, alat yang digunakan oleh para pengrajin adalah mesin jahit dan mesin press, mereka belum menggunakan mesin seset ataupun mesin embos atau merk mengingat kedua mesin tersebut masih mahal harganya. Jika ingin menwnakan
kedua alat tersebut para pengrajin
harus menyewa kepada orang yang menyewakan alat tersebut Dalam
kegiatan proses produksi IK pengrajin mendapatkan beberapa kendala teknis scpcrti kctcrscdiaan pcralatan produksi karcna minimnya pcralatan yang ada
sehingga ada beberapa alat yang hams mereka sewa. Kemudian, kesulitan di dalam memproduksi model sepatu mengingat mereka membuat sepatu hanya berdasarkan pesanan dari pengumpul. Tidak ada kebebasan bagi pengrajin untuk membuat model sepatu yang akan mereka produksi. Faktor tenaga k e j a pada sebagian IK pengrajin juga mempakan kendala dalam proses produksi. Misalnya, jumlah sepatu yang dipesan oleh pengumpul tidak dapat diselesaikan pada waktunya karena pada saat tersebut ada beberapa tenaga kerja yang tidak bisa bekerja dengan alasan kesehatan. Produk yang dihasilkan oleh IK pengrajin, sebagian besar (80%) diperuntukkan bagi konsumen wanita baik sepatu maupun sandal. Sebagian juga mengejakan sepatu dan sandal untuk pria dan anak-anak. Pengerjaan produk ini tergantung pesanan dari pengumpul dan permintaan atau freizd masyarakat.
IK pengrajin memproduksi sepatu berdasarkan bahan baku yang diberikan dan pesanan dari pengumpul. Produk yang sudah dihasilkan dikemas dengan menggunakan plastik atau kardus. Bahan kemasan yang digunakan tersebut dipesan pada penjual bahan baku bersamaan dengan bahan baku lainnya sehingga tidak ada kendala untuk mendapatkannya. Anggaran yang dialokasikan untuk bahan kemasan oleh para pengrajin ratarata perkemasannya adalah Rp.500,-. Fungsi kemasan mayoritas oleh pengrajin hanya sebatas untuk melindungi produk belum sampai untuk memperbaiki penampilan produk. Dengan kata lain, IK pengrajin lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas karena produk yang dihasilkan semuanya diserahkan ke pemesan dalam ha1 ini para pengumpul. Produk sepatu yang dihasilkan juga diberi merk yang sudah ditentukan oleh pengumpul. Satu orang pengumpul mengumpulkan produk dari beberapa pengrajin, kemudian mereka memberikan satu merk pada produk-produk tersebut. Alur produksi IK usaha mandiri dan J K pengrajin yang mendasari
pengelompokkan
usaha
mandiri dan pengrajin terletak
pada
cara
mendapatkan bahan baku dan cara pemasaran (Gambar 2). IK usaha mandiri
membeli bahan baku langsung dari penjual bahan baku kemudian proses produksi yang tmdiri dari pcmbuatan pola, pcrakitan, pcngcmasan dan
memasarkan produk kepada toko atau pernesan. Sedangkan pada IK pengrajin membeli atau mendapatkan pinjaman bahan baku dari pernasok (penjual) bahan baku kemudian pembuatan pola yang sudah ditentukan oleh pengurnpul, perakitan, pengemasan dan kemudian menjual piodulc kepada pengumpul
Penyrnpul
Penjual
Pembuatan
i l r--l Perakitan
Pengemasan
Garnbar 2. Alur Produksi Industri Sepatu di Kecamatan Ciornas (a) M Pengrajin dan (b) IK Usaha Mandiri
3. Aspek Keuangan
Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh IK usaha mandiri dan IK pengrajin adalah keterbatasan modal. Sumber keuangan yang selarna ini dirniliki oleh ILK usaha mandiri berasal dari modal sendiri, sedangkan pada 1K pengrajin karena keterbatasan modal maka rnereka bermitra dengan pengumpul dalam ha1 pengadaaan bahan baku dan pemasaran produk. Pengusaha M usaha mandiri maupun pengrajin juga belum melakukan kernitraan dengan instansi terkait, dimana ha1 ini merupakan salah satu
kelemahan
yang
menghambat
peningkatan
kapasitas produksi
dan
perkembangan usaha mereka. Faktor utama yang menghambat industri sepatu ciomas dalam bermitra dengan instansi ataupun lembaga keuangan yang lain adalah dalam ha1 mendapatkan bantuan kredit dari perbankan. Hal ini dikarenakan tidak adanya laporan keuangan dari pihak IK, sehingga pihak perbankan kesulitan untuk melakukan analisis dan mencairkan bantuan. Berdasarkan data yang diperoleh, belum ada
IK pengrajin maupun IK usaha mandiri yang diberikan
kredit oleh pihak bank. Peran pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam memberikan bantuan permodalan secara aktif kepada industri sepatu Ciomas juga belum ada. Aspek keuangan IK usaha mandiri dan pengrajin terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Aspek Keuangan IK Usaha Mandiri dan IK Pengrajin di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor Aspek Keuangan
Usaha mandiri Jumlah Persentase
Pengrajin Jumlah Persentase
Jumlah produksi (kodilthn)
Total Harga Jual (Rplkodi) <150.000
Total Keuntungan (Rplkodi) . . < 30.060 30.000 - 50.000 > 50.000
Total
25
100
94
100
0
0
i2
i3
25
100
94
100
5 12 8 25
20
70
74
48
24
32 100
0
36 0 100
94
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah produksi IK usaha mandiri
(72%) lebih dari 3GGG kodi pertahunnya. DK usaha inaildiii meiiiiliki skala usaha yang lebih besar dengan dukungan sumberdaya manusia dan kapasitas peralatan untuk memproduksi sepatu dalam jumlah yang relatif besar. Sedangkan untuk harga jual produksi sepatu pada IK usaha mandiri umumnya (44%) adalah berada pada kisaran Rp.200.000-Rp.300.00O/kodi, dengan keuntungan yang diperoleh
berada pada kisaran Rp.30.000-
Rp.50.0001kodi. Bervariasinya harga jual produk sepatu pada IK usaha mandiri lebih disebabkan pada ncgosiasi awal pada s a t pcmcsanan produk, pola pemasaran dan tingkat kualitas sepatu yang dihasilkan. Pemesan sepatu dengan spesifikasi khusus, harga jual perkodinya lebih tinggi daripada sepatu biasa. Keuntungan yang diperoleh rnerupakan selisih antara harga jual sepatu perkodinya dengan biaya produksi yang digunakan. IK usaha mandiri dari segi keuntungan jauh lebih besar dibandingkan dengan M pengrajin karena pada IK usaha mandiri relatif bisa mengontrol harga jual yang ada. Pada IK usaha mandiri, mereka membeli bahan baku dari para penjual bahan baku baik secara tunai maupun pembayaran di kemudian, akan tetapi mereka tidak mempunyai kesepakatan untuk menjual produk ke penjual bahan baku tersebut. IK usaha mandiri memiliki kebebasan dalam memasarkan produknya. Adanya kebebasan rnenjual produk tersebut memungkinkan rnereka melakukan negosiasi harga yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga jual dan keuntungan yang didapat. Sedangkan pada LK pengrajin jumlah produksi pertahunnya berkisar antara 1500-3000 kodiitahunnya. Skala usaha yang lebih kecil dan keterbatasan SDM dan peralatan yang digunakan menyebabkan IK pengrajin memproduksi sepatu dengan jumlah yang relatif lebih sedikit dibandingkan
IK usaha mandiri. Untuk harga jual LK pengrajin (85%) berada pada kisaran Rp. 150.000-Rp.200.000kodi dengan keuntungan yang diperoleh 74% kurang dari Rp.30.000Ikodi. Bervariasinya tingkat harga jual yang diproduksi kepada pengumpul lebih disebabkan karena negosiasi awal oleh para pengrajin dengan pengumpul dan kualitas sepatu yang dihasiikan. Para pengrajin hanya sebagai penerima harga dan posisinya sangat lemah. Hal tersebut sangat mempengamhi tingkat keuntungan yang didapat oleh pengrajin dimana total keuntungan yang didapat IK pengrajin rnerupakan selisih harga produk yang dibeli oleh pengumpul setelah dikurangi dengan harga bahan baku yang digunakan. Jika dibandingkan dengan IK usaha mandiri tingkat keuntungan yang didapatkan pengrajin jauh lebih rendah. Rendahnya keuntungan IK pengrajin disebabkan karena ketergantungan bahan baku dan penetapan harga jual bahan baku oleh pengumpul. Harga sepenuhnya dikontrol oleh para
pengumpul sedangkan pada saat penjualan produk yang sudah diproduksi olch para pcngrajin kcmbnli dijual kcpada pmgumpul tcrscbut schingga posisi pengrajin sangat lemah. Pengrajin tidak bisa menjual produknya ke pemasar yang lain selain pengumpul. Ketergantungan pengrajin kepada pengumpul tersebut disebabkan oleh permodalan dan pemasaran, para pengrajin tidak mempunyai cukup modal untuk membeli bahan baku dan tidak mempunyai pangsa pasar, sehingga tergantung kepada pengumpul. Ketergantungan kepada pengumpul inilah yang menjadikan usaha sepatu Ciomas oleh para pengrajin tidak berkembang, mereka seperti para pekerja yang "vekeija haiiya berdasaikzn pesaiian. Mekanisme pembelian bahan baku dengan menggunakan bon putih ditujukan kepada penjual bahan baku yang sudah ditunjuk oleh para pengumpul. Pengrajin mengambil bahan baku sesuai dengan kebutuhan bahan untuk memproduksi sepatu yang akan diproduksi sesuai dengan pesanan para pengumpul. Disini sudah ada kejasama yang baik antara para pengumpul dan penjual bahan baku, sebuah rantai yang saling bersinergi antara penjual bahan baku, pengumpul dan pengrajin.
4. Aspek Pemasaran
Yang membedakan 1K usaha mandiri dan IK pengrajin selain pada karakteristik, aspek produksi dan aspek keuangan juga pada sistem pemasarannya. Pada IK usaha mandiri sistem pemasarannya tidak hanya berdasarkan pesanan tetapi kontinu. Walaupun tidak ada pesanan, mereka "
sc~aiiiIs u l ~ r ~: l rrr;lus u A
.
2
.
:
.
,.
A
.
urcpruuunsr scparu. lfiuusr~lusarra
-,.-rt:cl lllallulll
---:I:I.: llttillllllni
kebebasan dalam memasarkan produknya. Produk sepatu yang dihasilkan oleh IK usaha mandiri selain sudah dipesan ada juga yang dibeli oleh grosir ataupun dititip di toko-toko. Untuk pola pemasaran yang dititip di toko-toko, biasanya melalui pembayaran di kemudian, dimana produk dibayar setelah tejuai. Disini sudah ada kesepakatan sebelumnya antara para pemilik industri dan toko-toko tersebut. Pada industri sepatu usaha mandiri rata-rata mereka juga memiliki 3-5 tenaga penyalur yang sekaligus sebagai tenaga pemasar. Kapasitas masing-masing penyalur berkisar antara 20-40 kodiminggu.
Penyalur-penyalur tersebut mengambil produk untuk dipasarkan ke toko-toko dan grosir baik di wilayah Bogor ataupun kota-kota bcsar di Indonesia.
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh
IK usaha mandiri merupakan
kegiatan promosi terbatas dimana 36% memasarkan produknya di lokal Bogor, 32% memasarkan di daerah sekitar Bogor dan 32% lainnya sudab memasarkannya di kota-kota besar lainnya. Tidak ada anggaran yang mereka alokasikan untuk kegiatan promosi. Cara pemasaran yang masih bersifat kelokalan (Bogor dan sekitarnya) mengakibatkan produk sepatu Ciomas ini kurang dikenal yang pada akhirnya mengakibatkan harga jualnya kurang bersaing dengan pioduk seiupa. LK usaha mandiri belum meiigguiiakan kemajuan telcnologi dalam mempromosikan produknya, dimana cara promosi yang dilakukan adalah datang langsung ke toko dengan menawarkan produk. Produk sepatu yang diproduksi juga lebih banyak berdasarkan pesanan. Kemajuan teknologi seperti internet belum dimanfaatkan untuk memasarkan produk sepatu dengan jangkauan wilayah pemasaran yang lebih luas. Produksi sepatu yang berkualitas dan ditunjang dengan sistem pemasaran yang lebih luas akan meningkatkan nilai jual sepatu Ciomas pada khususnya. Sistem pemasaran yang teibaias meiupakan keleniahan yang utama yang dihadapi LK usaha mandiri. Oleh karena itu perlunya kejasama dengan pemerintah atau instansi terkait untuk meningkatkan kemampuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran. Selama ini memang belum ada peran ataupun kemitraan dengan instansi terkait dalam ha1 ini Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam kegiatan pemasaran guna memperkenalkan hasil industri sepatu Ciomas pada tingkat nasional.
lK sepatu Ciomas merupakan sentra pembuatan sepatu, oleb karena itu, secara otomatis cukup banyak industri sepatu sejenis di lingkungan industri. Dalam satu lokasi atau kelompok yang berdekatan rata-rata ada lebih dari 10 industri sepatu. Walaupun terletak pada lokasi yang berdekatan, akan tetapi dalam ha1 pemasaran dan produksi industri sepatu tersebut tidak ada kerjasama. Secara positif muncul persaingan antara industri sepatu baik antara M usaba mandiri maupun dengan pengrajin. Adanya persaingan memacu IK usaha mandiri untuk melakukan beberapa perbaikan, seperti
perbaikan model dan kualitas. Kemajuan teknologi oleh mayoritas usaha mandiri sudah digunakan dalam rangka perbaikan model. Melalui majalah ataupun internet yang dapat diakses kapan saja mereka dapat mengetahui model-model baik dalam negeri ataupun luar negeri yang sedang trend sekarang ini. Disesuaikan dengan bahan baku yang ada mereka memproduksi produk yang serupa dan tentunya dengan harga jual yang jauh lebih murah. Sedangkan pada 1K pengrajin
kegiatan
produksi
dilakukan
berdasarkan pesanan dari pengumpul. Masing-masing IK pengrajin mayoritas hanya memiliki 1 pengumpul, jadi produk yang dihasilkan langsung dijual kembali kepada pengumpul tersebut. Hanya 13% dari IK pengrajin yang memiliki 2 pengumpul, dimana ha1 ini tejadi pada IK pengrajin yang memiliki jumlah pekeja yang lebih banyak sehingga mereka bisa memproduksi sepatu dengan jumlah yang lebih besar untuk memenuhi pesanan dari 2 pengumpul sekaligus. Kapasitas masing-masing pengumpul sangat bervariasi tergantung dari pesanan. Wilayah pemasaran untuk IK pengrajin hanya berada di wilayah Bogor, dimana lokasi pengumpul dan penjual bahan baku saja. Oleh para pengumpul produk sepatu yang dihasilkan
IK pengrajin dipasarkan di wilayah Bogor dan sekitaiiiya dan sebagian :a$ sudah dipasarkan di kota-kota besar di Lndonesia.
IK pengrajin tidak melakukan kegiatan promosi karena produk sepatu yang dihasilkan sudah dijual kepada pengumpul sehingga mereka merasa tidak perlu untuk melakukan kegiatan promosi untuk memasarkan produknya.
IK pengrajin melakukan kegiatan perbaikan model dan perbaikan kualitas untuk mengantisipasi persaingan antara IK pengrajin mengingat jumlah IK pengrajin dalam satu lokasi industri cukup banyak dimana lebih dari 20 usaha sejenis dalam satu kelompok bisnis sehinggga memunculkan persaingan yang positif antara mereka. Sebagian IK pengrajin (49%) menyikapi persaingan tersebut dengan melakukan upaya memperbaiki model dan perbaikan kualitas produk sepatu yang dihasilkan. Mereka merasa hams mempertahankan pengumpul yang sudah memesan produk sepatunya dan untuk menarik pengumpul yang lainnya. Dengan kualitas yang lebih bagus diharapkan oleh sebagian IK pengrajin tersebut dapat menaikkan nilai jual sepatu yang
dihasilkan. Sedangkan 51% IK pengrajin tidak menganggap adanya persaingan karena mereka merasa bahwa masing-masing IK pengrajin telah memiliki pengumpul sendiri. 5. Aspek Lingkungan Eksternal
a. Sosial dan ekonomi Kenaikan harga BBM dan peningkatan tarif listrik telah menaikkan biaya produksi, khususnya dari segi pengadaan bahan baku. Kenaikan harga jual juga menjadi pilihan yang sulit karena melemahnya daya beli masyarakat. Pemerintah memprediksi pendapatan bersih koperasi dan usaha kecil dan menengah (KUKM) turun sebesar 4,61% akibat kenaikan harga BBM (Bisnis Indonesia, 2008). Hal ini didasari oleh data kenaikan harga BBM 2005 sebesar 114% biaya produksi koperasi dan UKM naik menjadi 28,09%, dengan kenaikan BBM tahun ini 28,7%, biaya produksi diperkirakan naik 7,07%. Persaingan industri dengan masuknya produk sepatu impor China dengan harga yang lebih murah juga semakin mempersulit perkembangan industri sepatu, khususnya IK Ciomas. Produk sepatu dari China diprediksi telah menguasai 60% pangsa lokal, khususnya kalangan menengah ke bawah (Bisnis Indonesia, 2006). Ancaman serbuan produk China dapat dikurangi dampaknya dengan memanfaatkan peluang perubahan gaya hidup masyarakat dalam memandang sepatu tidak hanya sebagai kebutuhan pelengkap dalam acara formal, namun juga menambah nilai estetika yang dapat digunakan dalam berbagai kesempatan seperti halnya sandal. Industri sepatu dapat melakukan perbaikan model dan kualitas untuk meningkatkan penjualan. b. Pemerintah. Pada kenyataan di lapangan, belum adanya kemitman antara industri sepatu di Ciomas ini dengan pihak Pemerintah Daemh dalam ha1 ini Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. Selama ini Pemda Kabupaten Bogor terkesan kurang intensif dalam melakukan bimbingan sehingga para pemilik industri memilih untuk berdiri sendiri-
sendiri tanpa adanya suatu wadah yang jelas. Bantuan Pemerintah Daerah baik dari segi teknis dan non teknis sangat diperlukm mengingat segala potensi yang ada di Ciomas sebagai salah satu sentra pembuatan sepatu terbesar yang ada di Indonesia. Kendala langsung yang dihadapi oleh IK sepatu selama ini adalah tingginya biaya produksi. Selain itu, rendahnya harga produk impor sepatu China serta masuknya produk ilegal sepatu dari negara tersebut menyebabkan berkurangnya daya saing produk lokal (Bisnis Indonesia, 2006). Campur tangan pemerintah sangat diperlukan dalam menjamin
ketersediaan energi listrik yang bisa diperoleh dengan harga kompetitif, perbaikan perpajakan, penghapusan praktik-praktik perdagangan ilegal, serta memberikan insentif kepada produk lokal, berupa penyediaan bahan baku dan modal keja, sehingga dapat menurunkan biaya produksi (Bisnis Indonesia, 2006). Selama ini IK sudah merespon ancaman eksternal tersebut dengan bempaya memperbaiki model dan kualitas produk. Penurunan biaya produksi secara otomatis akan berimbas pada harga jual produk lokal. Dengan beberapa kelebihan tersebut, IK sepatu Indonesia dapat bersaing di pasaran dengan produk impor China. c. Kemajuan Teknologi Kemajuan
teknologi
dapat
dimanfaatkan
dengan
mengaplikasikannya dalam proses produksi. Beberapa peralatan produksi, seperti mesin jahit, mesin press, mesin seset, maupun mesin embosdmerk, di-upgrade atau ditingkatkan daya kejanya, sehingga dapat meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi, karena umumnya proses produksi IK sepatu di Ciomas, khususnya pengrajin, masih dilakukan secara manual. Akan tetapi penggunaan teknologi ini dapat dilakukan dengan adanya dukungan investasi.
C. Perurnusan Strategi Pengembangan 1. Identifikasi Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix)
Faktor internal kekuatan dan kelemahan IK usaha mandiri dan IK pengrajin disajikan dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix). Skor yang diperoleh dari matriks IFE menunjukkan kemampuan IK dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki oleh industri. Hasil analisis matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas Bobot
Faktor Internal Keknatan A. Kemudahan mendapatkan bahan baku B. Berpengalaman memproduksi sepatu yang bemutu C. Menyerap tenagu ahli yang cukup berpengalaman D. Citra ~roduksudah dikenal baik
el em ah an
.
-
Ratine.
Skor
UM
PR
UM
PR
UM
PR
0.117
0.094
3.667
4.000
0.428
0.376
0.111
0.109
4.000
4.000
0.442
0.436
0.111
0.106
3.667
3.667
0.406
0.389
0.114
0.080
3.667
3.000
0.417
0241
0.118 0.061 0.079 0,102
1.333 2.000 2.000
1.333 1.667 1.667
0.123 0.139 0.145 0,123
0.158 0.101 0.131 0,135
o,088
0,086
2.762
2.585
F. Sistem Demasamn vane terbatas G. Ketergatungan modal pada pihak grosir 0.092 H. Tidak adanya merk dagang dan promosi 0.070 I. Produksi sepatu berdasarkan pesanan 0.073 J. FIargajual m s i h didominasi bedasarkan 0,092 harga grosir K. ~eGm-adan~a bimbingan atau kemitraan 0,053 dengan instansi terkait Total Keterangan: UM: usaha mandiri, PR: pengajin.
0,052
Dari hasil matriks IFE pada Tabel 9, dapat dilihat skor tertinggi untuk kekuatan IK usaha mandiri sebesar 0.442. Nilai tersebut menunjukkan kekuatan utama dari IK usaha mandiri yaitu berpengalaman memproduksi sepatu yang bermutu. Skor tertinggi kedua sebesar 0.428 yang menunjukkan peluang utama kedua yaitu kemudahan mendapatkan bahan baku. Dengan rnengoptimalkan kekuatan yang ada tersebut, IK usaha mandiri akan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, akan tetapi ha1 tersebut perlu ditunjang dengan sistem pemasaran dan promosi yang baik untuk meningkatkan niiai jual produk.
Sedangkan kelemahan utama IK usaha mandiri ditunjukkan dengan nilai skor tertinggi sebesar 0.167. Nilai tersebut menunjukkan kelemahan utama IK usaha mandiri adalah sistem pemasaran yang terbatas. Sistem pemasaran yang dilakukan IK usaha mandiri masih terbatas di daerah Bogor dan sekitarnya, barn sebagian kecil IK usaha mandiii yang memasarkan produk di kota-kota besar lainnya. Hal inilah yang pada akhimya membuat IK sepatu di Ciomas kurang dikenal masyarakat luas. Dengan sistem pemasaran yang lebih luas dan ditunjang dengan kegiatan promosi akan dapat meningkatkan nilai jual dari produk sepatu yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan. Pada IK pengrajin kekuatan dominan dari pengrajin ditunjukkan dengan nilai skor sebesar 0.442 yaitu harga produk terjangkau oleh berbagai kalangan karena umumnya produk dipasarkan untuk kalangan menengah ke bawah. Skor tertinggi kedua sebesar 0.436 menunjukkan kekuatan kedua yang dimiliki pengrajin adalah berpengalaman memproduksi sepatu yang bermutu. Pada umumnya pekeja IK pengrajin adalah mantan IK usaha mandiri, jadi pada umumnya mereka sudah berpengalaman dalam memproduksi sepatu yang bermutu. Sedangkan kelemahan utama pengrajin ditunjukkan dengan nilai skor sebesar 0.158 adalah ketergantungan modal pada pihak grosir. Skor tertinggi kedua sebesar 0.135 adalah harga jual masih didominasi berdasarkan harga grosir. Kedua ha1 tersebut m e ~ p a k a nkelemahan utama pengrajin karena dengan ketergantungan yang sangat besar kepada pengumpul baik dari segi permodalan maupun pemasaran akan meminimalkan keuntungan yang didapat.
2. Identifikasi Matriks EFE (External Factor Evaluatiorr Matrix) Faktor Eksternal peluang dan ancaman IK usaha mandiri dan IK pengrajin disajikan dalam matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix). Skor yang diperoleh dari matriks EFE menunjukkan kemampuan IK dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang dimiliki oleh industri. Hasil analisis matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Matriks EFE (External Factor Evaltration Matrix) Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas Faktor Eksternal
Bobot
Rating
Skor
UM
PR
UM
PR
UM
PR
0.119
0.107
3.000
2.333
0.356
0.251
Peluang A. Keadaan perekonomian yang semakin
membaik
B. Pembahan dan gaya hidup masyarakat 0.081 C. Kemajuan teknologi 0.102 D. Hubungan baik dengan pemasok bahan 0.122 baku E. H u b u n g ~baik dengan dishibutor dan 0.126 toko besar Ancaman F. Fluktuasi harga bahan baku 0.122 G. Hambatan masuk industri relatif rendah 0.081 H. Hambatan hubungan dengan pemerintah 0.072 daenh 1. Munculnya banyak industri sepatu 1 0.109 persaingan J. Menwnnya pangsa pasar ekspor 0.065 Total Keterangan: UM: usaha mandiri, PR: pengrajin.
Dari hasil analisis pada matriks EFE pada Tabel 10, diperoleh nilai skor tertinggi pada kekuatan sebesar 0.504. Nilai tersebut menunjukkan peluang utama yang dimiliki oleh IK usaha mandiri adalah hubungan baik dengan distributor dan toko besar. Peluang utama kedua ditunjukkan dengan nilai skor sebesar 0.489 adalah hubungan baik dengan pemasok bahan baku. Kualitas produk yang telah terjamin mendukung kepercayaan konsumen, yaitu distributor dan toko besar, sehingga menjaga pasar sekaligus sebagai sarana promosi. Sedangkan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku memberikan keuntungan ketersediaan bahan baku jadi tidak ada kendala dalarn memperoleh bahan baku yang dibutuhkan. Faktor ancaman yang menonjol dan berpenganth dalam lingkungan ekstemal usaha mandiri adalah fluktuasi harga bahan baku yang ditunjukkan dengan nilai skor tertinggi sebesar 0.448. Peningkatan harga bahan baku sangat berkaitan dengan peningkatan biaya produksi. Produsen mengalami kesulitan untuk meningkatkan harga jual meskipun biaya produksi meningkat karena masuknya produk sepatu impor dari China dengan harga jual yang lebih murah dan menurunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan BBM dan
bahan pokok. Sehingga peningkatan harga jual akan berpengaruh terhadap penurunan angka penjualan. Munculnya banyak industri sejenis juga merupakan ancaman terhadap keberadaan IK sepatu, terutama produk dari industri besar dan impor, dengan jumlah dan harga yang lebih bersaing. Pada IK pengrajin peluang utama yang dimiliki oleh pengrajin ditunjukkan dengan nilai skor tertinggi 0.526 adalah hubungan baik dengan pemasok bahan baku. Peluang utama kedua ditunjukkan dengan nilai skor 0.482 adalah hubungan baik dengan distributor dan toko besar. Peluang utama tersebut bagi para pengrajin, selain memberikan keuntungan, ha1 tersebut juga menjadiian ketergantungan pada pihak pemasok, karena umumnya pemasok juga merupakan pengumpul yang menentukan order produksi barang. Ketergantungan kepada pemasok inilah pada akhirnya akan meminimalkan keuntungan oleh para pengrajin karena pemasok secara bebas dapat mengontrol harga jual bahan baku sehingga pengrajin hanya sebagai penerima harga tanpa bisa melakukan negosiasi. Sedangkan ancaman utama dari 1K pengrajin yang ditunjukkan dengan skor tertinggi sebesar 0.475 adalah munculnya banyak industri sepatu atau adanya persaingan. Ancaman kedua adalah fluktuasi harga bahan baku yang ditunjukkan dengan skor 0.420. Walaupun IK pengmjin merasa tidak ada persaingan karena beranggapan sudah mempunyai pemgumpul sendiri, akan tetapi dengan banyaknya industri yang baru dengan variasi model dan kualitas produk yang lebih baik maka para pengumpul bebas memilih para pengrajin untuk mempduksi sepatu sesuai pesanan mereka. 3. Identifikasi Matriks Internal-Eksternal (Internal-ExternalMatrix)
Pada kluster IK usaha mandiri, nilai IFE yang diperoleh sebesar 2,762 dan EFE sebesar 3,162 (Gambar 3). Nilai tersebut menunjukkan bahwa stmtegi pemasaran IK usaha mandiri terletak pada sel 11. Sesuai dengan penelitian David (2004) strategi yang dapat diterapkan adalah strategi tumbuh dan bina (grow & build), dengan alternatif strategi berupa penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan produk.
Kuat
Total Skor IFE Rata-rata Lemah
Tinggi W Cr W
g
3 -
390
Rata-rata
* (P
i:
Rendah
Gambar 3. Matriks IE IK Usaha Mandiri Sepatu di Kecamatan Ciornas Sedangkan pada kluster IK pengrajin, nilai IFE yang diperoleh sebesar 2,585 dan EFE sebesar 2,827 (Gambar 4). Nilai tersebut menunjukkan bahwa stmtegi pemasaran terletak pada sel V. Strategi yang diterapkan adalah shategi mempertahankan dan rnemelihara (hold and maintain), dengan
alternatif strategi berupa
penetrasi
pasar dan
pengembangan produk.
Kuat 48 I
Total Skor IFE Rata-rata Lemah 38 2,O I
1,O I
I
Tiggi W
&
Rendah 190
VII
VIII
IX
Garnbar 4. Matriks IE IK Pengrajin Sepatu di Kecamatan Ciornas
4. Perurnusan Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Oppomnities-Threats Matrix)
Pengembangan strategi pada matriks SWOT disesuaikan dengan hasil dari matriks IE, yaitu IK usaha mandiri yang terdapat pada sel I1 diterapkan strategi tumbuh dan bina, sedangkan IK pengrajin yang terdapat pada sel V diterapkan strategi mempertahankan dan memeliham. Hasil analisis SWOT untuk usaha mandiri dan pengrajin terdapat pada Tabel 13 dan 14. a. IK Usaha Mandiri
Strategi S-0 (Sfruregi kekuatan-peltrang) 1. Menangani proses produksi dari hulu sampai hilir untuk meningkatkan keuntungan (Sl, S2, S3,01,02,03). Strategi ini dapat diterapkan dengan mempertimbangkan kekuatan (kemudahan mendapatkan bahan baku, menyemp tenaga ahli yang cukup berpengaiarnan, berpengaiaman memproduksi sepatu yang bennutu, citra produk sudah dikenal baik dan harga produk tejangkau oleh berbagai kalangan) yang dimiliki oleh usaha mandiri dalam meraih peluang seperti yang terdapat pada Tabel 11. Penempan strategi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan produsen dengan mengurangi perputaran dana pada beberapa pos, misalnya pemasaran.
2. Memperluas pangsa pasar di kota-kota besar Indonesia dengan memanfaatkan media promosi (53, S4, S5,01,02,03). Kualitas sepatu yang baik dan harga yang terjangkau dapat dijadikan sarana promosi untuk memasarkan produk pada kawasan yang lebih luas di Indonesia dengan memanfaatkan media promosi, seperti internet dan keikutsertaan dalam pameran UKM. 3. Inovasi dan variasi produk untuk meningkatkan harga jual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi (S2, S3,04). Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk inovasi dan variasi produk dalam rangka bersaing dengan produk serupa yang pada akhimya dapat meningkatkan harga jual dan keuntungan yang di dapat.
Strategi W-0 (Shategi kelemahan-peluang) 1. Mernanfaatkan lembaga perbankan untuk mengembangkan usaha (W2,
W5,Ol). Salah satu kelemahan
IK dalam ha1 keterbatasan modal dapat diatasi
dengan bekejasama dengan lembaga perbankan. Selama ini IK usaha mandiri mengunakan modal sendiri, dengan penambahan modal akan bermanfaat untuk rnengembangkan usaha supaya lebih besar.
2. Bekerjasama dengan pemerintahlinstansi terkait untuk meningkatkan kemampuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran IK (W1, W3, W6,01,03). Ketjasama dengan pemerintah atau instansi terkait dapat dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan pengelolaan usaha, keuangan dan akses untuk promosi produk. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan promosi dan merk dagang. 3.
Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produksi dan memperluas pangsa pasar (W4,03,04,05). Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah produksi secara lebih efisien. Jumlah produksi yang maksimal dan ditunjang dengan hubungan baik dengan pemasok bahan baku dan distributor akan memperluas pangsa pasar.
Strategi S-T (Strategi Rekuatan-ancaman) 1. Menjaga
kualitas dan
memunculkan ciri
khas produk
untuk
mengantisipasi persaingan usaha (S2, S3, S5, T2,T4, T5). Ketatnya persaingan usaha, baik dari produk lokal maupun serbuan produk impor, dalam merebut konsumen dan fluktuasi harga bahan baku dapat dikurangi dampaknya dengan tetap menjaga kualitas dan memunculkan ciri khas produk yang akan memberikan gambaran produk yang diingat di masyarakat. Strategi W-T (Strategi kelemahan-ancaman) 1. Memperkenalkan merk
dagang
untuk
mernpromosikan
mernperluas usaha dan meningkatkan nilai jual (WI,W3, T4,T5).
produk,
Kepemifikan merk dagang akan semakin mengukuhkan posisi produk di masyarakat dan menjaga pasar di tengah ancaman persaingan industri. Tabel 1 1 . Matriks SWOT IK Usaha Mandiri Sepatu di Kecamatan Ciomas Kekuatan (S) 1. Kemudahan mendapatkan balm baku. 2. Menyerap tenaga ahli yang cukup berpengalaman. 3. Berpengalaman mernproduksi sepatu yang bermutu. 4. Ciha produk sudah dikenal baik 5. Harga produk tejangkau oleh berbagai kalangan.
\ FAKTOR EKSTERNAL Peluang (0) 1. Keadaan perekonomian yang semakin membaik. 2. Penrbahan dan gaya hidup masyarakat. 3. Kemajuan teknologi. 4. Hubungan baik dengan pemasok bahan baku. 5. Hubungan haik dengan distributor dan toko besar.
Aneaman (T) 1. Fluktuasi harga bahan baku. 2. Hambatan masuk industri relatif rendah. 3. Hambatan hubungan dengan pemerintah daerah. 4. Munculnya banyak industri sepatulpersaingan. 5. Menu~nJiyapangsa pasar
Kelemahan (W) 1. Sistem pemasaran yang terbatas 2. Ketergantungan modal pada pihak grosir. 3. Tidak adanya merk dagang dan promosi. 4. Produksi sepatu berdasarkan peman 5. Harga jual masih didominasi berdasarkan harga grosir. 6. Belum adanya bimbingan atau kemitraan denean
Strategi W - 0 strategi s o I. Menangani proses produksi 1. Memanfaatkan lembaga dari hulu sampai hilir untuk perbankan untuk mengembangkan usaha (W2, meningkatkan keuntungan (S1, S2, S 3 , 0 1 , 0 2 , 0 3 , ) . W5,Ol). 2. Memperluas pangsa pasar di 2. Bekerjasama dengan pemerintahlinstansi terkait kota-kota besar Indonesia untuk meningkatkan dengan memanfaatkan media kemampuan manajerial, promosi (S3, S4, S 5 , 0 1 , 0 2 , 03). pengelolaan keuangan dan 3. Inovasi dan variasi produk pemasaran IK (Wl, W3, WG, 01,03). untuk meningkatkan harga 3. Memanfaatkan kemajuan jual dengan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan teknologi (S2,S3, meningkatkan produksi d m memperluas pangsa pasar (W4,03,04,05) Strategi W-T Strategi S T 1. Memperkenalkan merk 1. Menjaga kualitas dan dagang untuk memunculkan ciri b a s mempmmosikan produk, produk untuk mengantisipasi memperluas usaha dan persingan usaha (S2, S3, meningkatkan nilai jual (W1, S5,T2, T4, T5). W3, T4, T5).
b. IK Pengrajin
Strategi S-0 (Straiegi kekuaran-peluang) 1. Inovasi dan variasi produk untuk meningkatkan harga jual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi (S2, S3,04). Kekuatan dalam ha1 tenaga ahli yang berpengalaman, pengalaman dalam memproduksi sepatu bermutu serta hubungan baik dengan pemasok bahan baku dengan didukung oleh kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan oleh pengrajin untuk melakukan inovasi produk dalam rangka meningkatkan harga jual dan mengembangkan usaha.
2. Menghasilkan produk yang berkualitas dan aktif mencari peluang untuk memasarkan produk selain kepada pengumpul (S3, S4, S5,01, 02,05). Kualitas sepatu yang baik dan harga yang terjangkau, khususnya bagi kalangan menengah ke bawah dan hubungan yang baik dengan para distributor merupakan keunggulan IK pengrajin yang dapat dijadikan promosi untuk memasarkan produk ke pemasar lainnya tidak hanya kepada pengumpul. Strategi W - 0 (Strategi kelentahan-peluang) 1. Mencari
sumber
permodalan
lainnya
untuk
mengurangi
ketergantungan modal pada pihak grosir dan untuk mengembangkan usaha (Wl, W2,Ol). Salah satu kelemahan IK pengrajin dalam ha1 ketergantungan modal kepada pemasok yang berpengawh juga kepada penetapan harga jual, dapat diatasi dengan mencari sumber-sumber modal lainnya secara mandiri. Penambahan modal akan bermanfaat untuk mengurangi ketergantungan kepada pemasok dalam pengembangan usahanya. 2. Bekerjasama dengan pemerintah atau instansi terkait untuk meningkatkan kemampuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran IK. (W3, W6,01,03). Kerjasama dengan pemerintah atau instansi terkait dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pengelolaan usaha, keuangan dan
akses untuk promosi produk sehingga mendorong pengrajin untuk lebih mandiii dan mengurangi ketergantungan pada pengumpul. Strategi S-T (Strategi kekuatan-ancaman) 1. Menjaga kualitas dan mernunculkan ciri khas produk untuk meningkatkan penjualan ( S2, S3, S5, T2, T4, T5). Ketatnya persaingan usaha di antara para pengrajin yang menjual produknya kepada pengumpul menyebabkan para pengrajin hams menjaga kualitas produk supaya produknya lebih dapat diterirna oleh konsumen. Strategi W-T (Strategi kelemahan-ancaman) 1. Menciptakan image produk yang bagus untuk mengembangkan usaha
(Wl, W3, W5, T4,T5). Dengan nenghasilkan produk yang berkualitas maka pengrajin akan menciptakan suatu image produk yang bagus diharapkankan dapat dimanfaatkan untuk memasuki pasar yang lebih has, meningkatkan pendapatan dan pengembangan usaha di tengah ancaman persaingan induski.
Tabel 12. Matriks SWOT IK Pengrajin Sepatu di Kecamatan Ciomas AKTOR INTERNAL
Kekuatan (S) 1. Kemudahan mendapatkan bahan baku. 2. Menyerap tenaga ahli yang cukup berpengalaman. 3. Berpengalaman mempmduksi sepatu yang bermutu. 4. Citra pmduk sudah dikenal baik 5. Harga produk tejangkau oleh berbagai kalangan.
FAKTOR EKSTERNAL Peluang ( 0 ) Strategi S O 1. Keadaan perekonomian yanp. - - 1. Inovasi dan variasi oroduk semakin hembaik. untuk meningkatkan harga 2. Pembahan dan gays hidup jual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi (S2, S3, masyarakat, 3. Kemajuan teknologi. 04). 4. Hubungan baik dengan 2. Menghasilkan produk yang pemasok bahan baku. berkualitas dan &if mencari 5. Hubungan baik dengan peluang untuk memasarkan distributor dan toko bsar. produk selain kepada pengumpul (S3, S4, S 5 , 0 1 , 02,05). Ancaman (T) 1. Fluktuasi harga bahan baku. 2. Hambatan masuk industri relatif rendah. 3. Hambatan hubungan dengan pemerintah daerah. 4. Munculnya banyak industri sepatulpersaingan. 5. Menurunnya pangsa pasar ekspor.
Strategi S T I. Menjaga kualitas dan memunculkan ciri khas produk unhlk meningkatkan penjualan (S2,S3, S5, T2, T4, T5).
Kelemahan (W) 1. Sistem pemasaran yang terbatas 2. Ketergatungan modal pada pihsk grosir. 3. Ti&& adanya merk dagang dan promosi. 4. Produksi sepatu berdasarkan pewan 5. Harga jual masih didominasi berdasarkan harga grosir. 6. Belum adanya bimbingan atau kemitrnan denaan instansi terkait Strategi W - 0 1. Mencari sumber oermodalan lainnya untuk mengulangi ketergantungan modal pada pihak gosir dan untuk mengembangkan usahn (W1, W2,OI). 2. Bekeqasama dengan pemerintahlinstansi terkait untuk meningkatkan kemnmpuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran IK (W3, W6,01, 03). Strategi W-T 1. Menciptakan image produk yang hagus untuk mengembangkan usaha (W1, W3, W5, T4, T5).
5. Perurnusan Strategi Prioritas
Penentuan urutan strategi prioritas dilakukan dengan menggunakan rumusan strategi dari hasil analisis SWOT. Berdasarkan perhitungan matriks QSP (Lampiran 5 dan 6) diperoleh urutan strategi yang paling menarik untuk diterapkan di IK usaha mandiri maupun IK pengrajin. Urutan alternatif strategi IK usaha mandiri adalah sebagai berikut : 1. Menjaga kualitas dan memunculkan ciri khas produk untuk mengantisipasi
persaingan usaha (TAS 6,05 1).
2. Memperluas pangsa pasar di kota-kota besar Indonesia dengan
memanfaatkan media promosi (TAS 5,949). 3. Inovasi dan variasi produk untuk meningkatkan harga jual dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi (TAS 5,798). 4. Memanfaatkan lembaga perbankan untuk mengembangkan usaha (TAS 5,531). 5. Memperkenalkan merk
dagang untuk
mempromosikan
produk,
memperluas usaha dan meningkatkan nilai jual (TAS 4,998). 6. Bekerjasama dengan pemerintahlinstansi terkait untuk meningkatkan
kemampuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran IK (TAS 3,907). 7. Menangani proses produksi dari hulu sampai hilir unhtk meningkatkan
keuntungan (TAS 3,750). 8. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produksi dan
memperluas pangsa pasar (TAS 3,422). Sedangkan urutan altematif strategi untuk pengrajin adalah sebagai berikut : 1. Mencari sumber permodalan lainnya untuk mengurangi ketergantungan modal pada pihak grosir dan untuk mengembangkan usaha (TAS 5,417). 2. Bekerjasama dengan pemerintah atau instansi terkait untuk meningkatkan
kemampuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran IK (TAS 5,407). 3 Menjaga kualitas dan memunculkan ciri khas produk untuk meningkatkan
penjualan (TAS 4,896). 4. Menciptakan image produk yang bagus untuk mengembangkan usaha
(TAS 4,5 13). 5. Inovasi dan variasi produk untuk meningkatkan harga jual dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi (TAS 4,509).
6. Menghasilkan produk yang berkualitas dan aktif mencari peluang untuk memasarkan produk selain kepada pengumpul (TAS 4,465).
DAFTAR PUSTAKA
Allun, N. 1987. Tahap Perkembangan Usaha Kecil, Dinamiko dun Peta Potensi Pertumbuhan Yayasan Akatiga, Bandung. Amor, A. 2004. Kajian Strategi Pemasaran Industri Kecil Sepafu (Srudi Kasus di Desa Ciomas, Kabupaten Bogor). Laporan Akhir. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik dan dan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2007. Statistik Usaha Kecil dun Menengah 2005-2006. www.deoko~.~o.id/catview/35-statistiW37-statistik-ukm/8O-sta2007.hhnl- 13k -.[2 Mei 20081. Biro Pusat Statistik. 1997. Statistik Industri Besar dun Kecil. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bisnis Indonesia. 2006. Sepatu China Maszik Dengan Sistem Borongan. Minggu, 05 Nopember 06. htta://dis~erindag-iabar.eo.id//?pilih=lihaid=l695. [6 Juni 20081. Bisnis Indonesia. 2008. Pendaparan UKM diprediksi turun 4,61%. Jumat, 30 Mei 2008. htt~://dis~erinda~-iabar.~o.idl/?nilih=lihat&id=l695. [6 Juni 20081. David, F.R. 2004. Konsep Manajemen Strategis. Penejemah : Hamdy Hadi. Edisi VII. Prenhallindo, Jakarta. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 1994. Perkembangan dun Kapasitas Zndustri Kecil dun Menengah. Jakarta Dillon, J. 1988. Multivariate Analysis. Prentice- Hall. New Jersey. USA Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. 2004. Industri di Kota Bogor. Bogor. Gaspers, V. 1995. Teknis Analisis dun Penelitian Percobaan. Tarsito, Bandung. Haryadi, 1998. Prinsip manajemen Kontentporer Untuk Mengarungi Lingkungan Bisnis. Global Aditya Media. Yogyakarta. Hubeis, M. 1997. Memju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi melalui Pemberdayaan Manajemen Industri. Buku Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Manajemen Industri Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Tanggal 1 November 1997. Bogor.
Kabupaten Bogor. 2008. Ii$ormasj Laporan Penyelenggaraan Pemeriniahan Daerah /Npp) Knbupaien Bogor Tahtrn Anggman 2007. www.bo~orkab.go.id.[4 Juni 20081. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Penganfar Evaluasi Proyek. Lemhaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Kernenterian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2007. Reviialisasi Koperasi dan I/XiMsebagai Soltisi Mengatasi Pengangguran dnn Kerniskinan. Tahun Ketiga Kineqa Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2007. http://www.depkop.~o.idnaporan.htrnl.[6 Juni 20081. Kinnear, T.C. and J.R. Taylor. 1991. Marketing Research, An Applied Approach. Fourth Edition. Mc Graw Hill, New York. Kornpas. 2006. Pemanfaatan Pelziang Antirhimpzng di Pasar Eropa TirfakMahimal. Senin, 02 Oktober 06. httD://disperindag-iabar.go.id// ?pilih=lihat&id=1620. [6 Juni 20081. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasuran. Penerjemah : Jaka Wasana. Edisi Milenium. Jilid lI.PT. Prenhallindo, Jakarta. Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Grarnedia Pustaka Utama. Jakarta Syaukat, Y. 2002. Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal. Jumsan Ilmu-llmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB dan Program Pascasarjana IPB, Bogor
Lampiran 1.
Kuesioner Penelitian Analisis Pengembangan Kiuster Bisnis Sepatu (Studi Kasus Industri Sepatu di Kecalnatan Ciomas)
Peneliti : Dhina Ermayani
SEKOLAH PASCASARJANA LNSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
A. PROFIL RESPONDEN 1. Nama ......................................................... 2. Umur ......................................................... 3. Jabatan ......................................................... 4. Pendidikan .......................................................... 5. Alamat rumah .......................................................... 6. Nomor telepodHp : .........................................................
B. PROFIL USAHA I. 2. 3. 4.
NamaUsaha ............................................ Tahun Berdiri Usaha : ........................................... Alamat Usaha ............................................. Bentuk Badan Usaha
cv
PT 5.
6.
7. 8.
Koperasi Lainnya sebutkan Jenis Modal Modal sendiri Kejasama Modal Pinjaman dari Bank Pinjaman Koperasi Jenis Kemihaan Tanpa Kemitraan Koperasi Perusahaan Induk Petnerintah Perusahaan Induk Swasta Jumlah karyawan : ..................................................... Jenis sepatu yang dihasilkan Perempuan Ukuran Laki-laki Anak-anak Remaja Dewasa
9.
10. Teknologi yang dipakai ?
.............................................................................................................................
C. ASPEK PRODUKSl 1. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan sepatu Nama bahan I Asal I Volume I Harga Satuan I
2. Bagaimana cara mendapatkan bahan baku ? Bayar di muka Bayar di belakang Lainnya, sebutkan 3. Kendala yang dihadapi dalam mendapatkan bahan baku? Mudah Susah 4. Kendala dalam proses produksi (jawaban boleh lebih dari satu) Ketersediaan bahan baku Ketersediaan bahan lainnya Tingkat keberhasilan proses Tenaga Kerja Lainnya, sebutkan 5. Bagaimana sifat produksinya ? Kontinu Pesanan Musiman Lainnya, sebutkan ? 6. Adakah kegagalan dalam proses produksi? Ada Tidak 7. Jika ada, Berapa besar rata-rata kegagalan yang terjadi ? Apa penyebabnya ? Bagaimana penanganan produk gagal ? 8. Diagram alur produksinya bagaimana? (proses produksi) ?
1 Total
D. PEMASARAN PRODUK 1. Dengan cam apa produk sepatu dipasarkan ? Dijual iangsung ke konsumen Dititipkan (ditoko - toko) Dibeli pengumpull grosir Lainnya, sebutkan 2. Berapa jumlah penyalur yang mengambil sepatu dari usaha anda? 3. Berapa rata-ratajumlah kapasitas penyalur sepatu setiap kali transaksi ?
............................................................................................................................. 4. Mekanisme distribusi pemasarannya? 5. Berapa banyak jurnlah tenaga pemasaran yang dipekejakan? ......orang 6. Berdasarkan apa sistem pemasaran yang dilakukan? Pesanan Kontinu Lainnya, sebutkan ?................................................................................ 7. Berapa jumlah rata-rata produk sepatu yang dipasarkan perhari?
E. PESAING 1. Apakah ada industri lain di sekitar usaha anda yang memproduksi produk yang samd sejenis? -Ya -Tidak 2. Jika ya, Berapakah jumlah industri di lingkungan anda (satu kelompok bisnis)? Apakah ada kejasama dalam pemasaran produk ? -Ya -Tidak Apakah terjadi persaingan ? -Ya - Tidak Apakah ada asosiasi di lingkungan industri kecil anda?-Ya - Tidak 3. Jika terjadi persaingan, usaha apa yang dilakukan?
-
4. Apakah informasi pemasaran produk dapat diperoleh dengan mudah ? Ya Tidak
5. Jika ya, dari mana anda peroleh ? Pusat informasi pemasaran Media Lainnya, sebutkan ?................................................................................
F. PRODUK F. 1 Kemasan 1. Apakah poduk yang anda buat diberi kemasan ? -Ya -Tidak 2. Jika ya, apakah bentuk kemasannya ? apakah jenis kemasannya ? 3. Apakah menurut anda kemasannya sudah cukup layak? Kemasan tidak merusak Kemasan melindungi produk Memperbaiki penampilan 4, Bahan kemasan yang digunakan berupa apa? Plastik Kotak karton 5. Dimana membeli bahan kemasan? 6. Berapa anggaran jika membeli bahan kemasan ? 7. Apakah ada kesulitan dalam membeli bahan kernasan?-Ya -Tidak 8. Jika ya, beri alasannya ? F.2 Model Produk Sepatu 1. Bagaimana model produk yang dibuat ? 2. Model produk ditentukan oleh siapa ? ............................................................... 3. Darimana mendapatkan informasi tentang model produk ?............................... 4. Ada berapa variasi produk yang dibuat ? sebutkan ? ......................................... 5. Dari beberapa jenis produk yang dibuat mana yang paling menguntungkan? Sebutkan alasannya ? ......................................................................................... 6. Jika hanya satu atau sebagian, mengapa produk lain tidaklkurang berkembang? Beri alasannya ?............................................................................ 7. Bagaimana usaha anda untuk menangani masalah tersebut?.............................. F. 3 Mutu Produk 1. Adakah retour (pengembalian barang) dari pihak pembeli? 2. Jika ada, berapa besar retour terhadap barang tersebut ? #<5% #5-10 % #Lainnya, sebutkan ?.................. 3. Jenis bahan baku apa yang anda gunakan dalam produksi ? Kulit Sintesis 4. Berapa persentase penggunaan bahan kulit ? #<5% #5-10 % #Lainnya, sebutkan ? ................. 5. Berapa persentase penggunaan bahan sintesis? #<5% #5-10 % #Lainnya, sebutkan? ..................
F.4 Harea 1. Berapa harga produk per unit ? Produsen Rp. ............. Konsumen Rp........... Penyalur Rp.............. 2. Berapa harga jual dalam partai ? ....................................................................... 3. Berapa persentase barang setengah jadi dan barang jadi yang diproduksi? ...... 4. Apakah ada pembagian jumiah produk yang dipasarkan? -Ya -Tidak 5. Jika ya, Berapa persen ke konsumen langsung ? ................................... Berapa persen ke penyalur ? ..................................................... 6. Apakah ada strategi pemotongan harga ? - Ya -Tidak 7. Berapa rata-rata jumlah produk yang habis tejual tiap periode ? #<70% # 70-80 % #>SO% 8. Apakah dengan omzet yang diperoleh sudah cukup menguntungkan ? ............ 9. Pembelian dilakukan dengan cara bagaimana ? Tunai Konsinyasi Lainnya, sebutkan ? ............................................................................... G. PROMOSI 1. Dalam usaha memasarkan produk apakah dilakukan kegiatan promosi? -Ya -Tidak 2. Jika ya, alat promosi apa yang digunakan :
Tv Radio Reklame Koran atau majalah Lainnya, sebutkan ? ..................................................... 3. Cakupan wilayah mana yang dilakukan dalam kegiatan promosi produk anda ?
Lokal bogor Daerah sekitar bogor Beberapa wilayah-wilayah kota besar di Indonesia, sebutkan ? ............. Pasar luar negeri 4. Berapa biaya promosi yang dianggarkan ? .................................................. 5. Apakah biaya tersebut menjadi kendala buat anda? -Ya -Tidak 6. Apakah dengan biaya tersebut cukup membebani usaha anda ? -Ya -Tidak Lain -lain (aspek biaya) 1. Biaya Tenaga kerja Tenaga kerja tetap Tenaga kerja tidak tetap 2. Biaya pemasaran Transportasi
: Rp
........................................................ ..........................................................
: Rp
........................................................
: Rp.
Telepon Promosi Lain-lain 3. Biaya investasi
Lampiran 2.
Kuesioner Penelitian Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal dan Ekstemal untuk Pengusaha Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas
Peneliti : Dhina Ermayani
SEKOLAH PASCASARJANA lNSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Petunjuk Pengisian : I. Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antara suatu elemen yang ada di kolom sebelah kiri dengan elemen yang ada di sebelah puncak atau baris atas. 2. Jawaban dari pertanyaan diberi nilai oieh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan. 3. Skala penilaian perbandingan berpasangan yang diberikan mempunyai nilai antara 1 sampai dengan 3 atau kebalikannya.
( indikator vertikal 7
L
3
I Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
TABEL BOBOT FAKTOR STRATEGIS INTERNAL
/
FAKTOR INTERNAL
A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K.
I
Kemudahan mendapatkan bahan baku Berpengalaman memproduksi sepatu yang bermutu Menyerap tenaga ahli yang cukup berpengalaman Citra produk sudah dikenal baik Harga produk terjangkau oleh berbagai kalangan Sistem pemasaran yang terbatas Ketergatungan modal pada pihak grosir Tidak adanya merk dagang dan promosi Produksi sevatu berdasarkan vesanan Harga jual masih didominasi berdasarkan harga grosir Belum adanya bimbingan atau kemitraan dengan instansi terkait Total
I A / B I C I D I E / F I G I H I I I J I K I T o t a l / R n h n t I
1
.
I
I
CONTOH PENGISIAN : "Kemudahan mendapatkan bahan baku mendukungV(A)pada barishorizontal kurang penting dari " Menyerap tenaga ahli yang cukup berpengalaman " (B) pada kolodvertikal. Maka nilainya = 1 "Kemudahan mendapatkan bahan baku mendukungS(A)pada barishorizontal saina penting dengan " Menyerap ienaga ahli yang cukup berpengalaman " (B) pada kolodvertikal. Maka nilainya = 2 "Kemudahan mendapatkan bahan baku mendukungfl(A)pada barishorizontal lebih penting dari " Menyerap tenaga ahli yang cukup berpengalaman " (B) pada kolodvertikal. Maka nilainya = 3
I
TABEL BOBOT FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL
CONTOH PENGISIAN : " Keadaan perekonomian yang semakin membaik"(A) pada bariskorizontal knrang penting dari " Peiubahan dan gaya hidup masyarakat" (B) pada kolomlvertikal. Maka nilainya = 1 " Keadaan perekonomian yang semakin membaik A) pada bariskorizontal sama penting dengan " Peiubahan dan gaya hidup masyarakat" (B) pada kolom/vertikal. Maka nilainya = 2 " Keadaan perekonomian yang semakin membaik"(A) pada baris/horizontal lebih penting dari " Perubahan dan gaya hidup masyarakat" (B) pada kolom/vertikal. Maka nilainya = 3
A. PEMBERIAN
NILAI
PERINGKAT
TERHADAP
FAKTOR
STRATEGIS INTERNAL Pemberian nilai peringkat terhadap faktor kekuatan dan kelemahan perusahaan Petunjuk Pengisian :
1. Pemberian nilai peringkat menunjukkan tingkat faktor strategis sebagai kekuatan atau kelemahan perusahaan, dengan didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kekuatan utama. Nilai 3, jJika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kekuatan kecil. Nilai 2, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kelemaban kecil. Nilai 1, jika faktor strategis tersebut dinilai menjadi kelemahan utama. 2. Pengisian kolom penilaian peringkat menggunakan tanda check list
KEKUATANKELEMAHAPI KEKUATAN A. Kemudahan mendapatkan bahan baku
B. Berpengalaman memproduksi sepatu yang bermutu C. Menyerap tenaga ahli yang cukup berpengalaman
D. Citra produk sudah dikenal baik
E. Harga produk terjangkau oleh berbagai kalangan
instansi terkait
4
3
(4). 2
1
B. PEMBERIAN NILAl PERINGKAT TERHAJlAP FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL 1. Pemberian nilai peringkat terhadap faktor peluang perusahaan
Petunjuk Pengisian : I . Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada, dengan didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih peluang. Nilai 3, jika perustihaan mempunyai kemampuan baik dalam meraih peluang. Nilai 2, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam meraih peluang. Nilai 1, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih peluang. 2. Pengisian kolom penilaian peringkat menggunakan tanda check list (4).
PELUANG
4
3
2
1
A. Keadaan perekonomian yang semakin membaik
B. Perubahan dan gaya hidup masyarakat C. Kemajuan teknologi
D. Hubungan baik dengan pemasok bahan baku I
E. Hubungan baik dengan distributor dan toko besar
I
I
I
2. Pemberian nilai peringkat terhadap ancaman perusahaan Petunjuk Pengisian :
I. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada besarnya ancaman yang dapat mempengaruhi keberadaan perusahaan, dengan didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 4, jika faktor ancaman memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap perusahaan. Nilai 3, jika faktor ancaman memberikan pengaruh kuat terhadap perusahaan. Nilai 2, jika faktor ancaman memberikan pengarub biasa terhadap perusahaan. Nilai 1, jika faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap perusahaan. 2. Pengisian kolom penilaian peringkat menggunakan tanda check list (4).
Lampiran 3.
Kuesioner Penelitian Penilaian Daya Tarik Strategis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk Pengusaha Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas
(Pengusaha Mandiri)
Peneliti : Dhina Ermayani
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
ALTERNATIF STRATEGI YANG DIHASILKAN D A N ANALISA SWOT:
1. lnovasi dan variasi produk untuk meningkatkan harga jual dengan memanfiatkan kemajuan teknologi (Strategi $0). 2. Memanfiatkan lembaga perbankan untuk mengembangkan usaha (Strategi W-
01. 3. Memperluas pangsa pasar di kota-kota besar Indonesia dengan memanfaatkan media promosi (Strategi S-0). 4. Bekerjasama dengan pemerintahlinstansi terkait untuk meningkatkan
kemampuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran IK (Strategi W0). 5. Menangani proses produksi dari hulu sampai hilir untuk meningkatkan keuntungan (Strategi S-0
6. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produksi dan memperluas pangsa pasar (Strategi W-0). 7. Menjaga kualitas dan memunculkan ciri khas produk untuk mengantisipasi
persaingan usaha (Strategi S-T). 8. Memperkenalkan merk dagang untuk mempromosikan produk, memperluas
waha dan meningkatkan nilai jual (Shategi W-T).
PETUNJUK PENGISIAN : 4. Skala nilai Attractive Score (AS) atau daya tarik dari faktor internal (kekuatan
kelemahan) dan ekstemal (peluang ancaman) untuk setiap altematif strategi berkisar antara 1 sampai 4, dimana: 1 = faktor tersebut tidak mempengaruhi altematif strategi yang akan dipilih. 2 = faktor tersebut agak mempengaruhi altematif strategi yang akan dipilih.
3 = faktor tersebut cnkup mempeugaruhi altematif strategi yang akan dipilih. 4 = faktor tersebut sangat mempengaruhi altematif strategi yang akan dipilih. 5 . Bila faktor yang bersangkutan sangat tidak berpengaruh/berkaitan dengan
alternatif strategi yang dipertimbangkan, maka tidak diberikan nilai AS (-).
TABEL DAYA TARIK STRATEGIS
Lampiran 4.
Kuesioner Penelitian Penilaian Daya Tarik Strategis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk Pengusaha Industri Sepatu di Kecamatan Ciomas
(Pengrajin)
Peneliti : Dhina Ermayani
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
ALTERNATIF STRATEGI YANG DIHASILKAN DARI ANALISA SWOT:
1. Bekerjasama dengan pemerintahlinstansi terkait untuk meningkatkan kemampuan manajerial, pengelolaan keuangan dan pemasaran IK (Strategi W0). 2. Menjaga kualitas dan memunculkan ciri khas produk untuk meningkatkan penjualan (Strategi S-T).
3. Inovasi dan variasi produk untuk meningkatkan harga jual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi (Strategi S-0). 4. Menghasilkan produk yang berkualitas dan aktif mencari peluang untuk
memasarkan produk selain kepada pengumpul (Strategi S-0). 5. Mencari sumber permodalan lainnya untuk mengurangi ketergantungan modal
pada pihak grosir dan untuk mengembangkan usaha (Strategi W-0). 6 . Memperkenalkan merk dagang untuk memasuki pasar yang lebih luas
(Strategi W-T).
PETUNJUK PENGISIAN : 1. Skala nilai Aftrocrive Score (AS) atau daya tarik dari faktor internal (kekuatan kelemahan) dan ekstemal (peluang ancaman) untuk setiap alternatif strategi berkisar antam 1 sampai 4, dimana: 1 = faktor tersehut tidak mempengaruhi altematif strategi yang akan dipilih.
2 = faktor tersebut agak mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih.
3 = faktor tersebut cukup mempengaruhi aiternatif strategi yang akan dipilih.
4 = faktor tersebut sangat mempengaruhi alternatif strategi yang akan dipilih. 2. Bila faktor yang bersangkutan sangat tidak berpengaruhlberkaitan dengan
alternatif strategi yang dipertimbangkan, maka tidak diberikan nilai AS (-).
Lampiran 5.
Hasil Kuesioner Penelitian Penilaian Daya Tarik Strategis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk Usaha Mandiri Sepatu di Kecamatan Ciomas
Faklor penentu Kckusfsn Kemudahan mendapatkm bahan baku Menyeraptenngnahliyangeukupberpengnlamw~ Berpengalaman mempraduksi sepetu yong bermutu C i m pioduksudah dikenal bnik
Bobat
Strntegi I AS TAS
Snalegi 2 AS TAS
smtegi 3 AS .[AS
Strategi 4 AS TAS
Strntegi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Smtegi 7 AS TAS
Strate i 8 AS 'TAS
0,117 0,111 O,l I I 0,114 0,085
4,000 3,667 4,000 3,000 3,333
0,468 0.407 0,444 0,342 0,283
3,333 3,000 3,333 3,667 3,667
0,390 0,333 0,370 0,418 0,312
4,000 4,000 4,000 3,333 3,667
0,468 0,444 0,444 0,380 0,312
1,333 1,333 2,333 2,333 2,333
0,156 0,148 0,259 0,266 0,198
0,667 1,667 1,667 1,333 1,333
0,078 0,185 0,185 0,152 0,113
0,667 3,333 3,667 1,333 0,667
0,078 0,370 0,407 0,152 0,057
4POO 4,000 4,000 3,667 3,667
0,468 0,444 0,444 0,418 0,312
2,333 2,667 2,667 3,000 3,000
0,273 0296 0296 0,342 0255
Sistezn pemasaran ynng terbatas Ketergohlngan modal pada pihak grosir Tidak adanynmerk degang dan pramosi Produksi sepahl berdasarkan ptsanan Hargajualmasihdidominasiberdnsnrkanharga
0,083 0,092 0,070 0,073 0,092
2,333 I,OW 1,000 2,000
0,194 0,092 0,070 0,146
3,000 1,000 3,333 1,000
1,667 1,000 2,333 2,000
0.138 0,092 0,163 0,146
1,000 1,000 0,667 0,333
0,083 0,092 0,047 0,024
0.333 0,333 1,667 1,000
0,028 0,031 0,117 0,073
0,000 0,000 0,WO 2,000
0,000 0,000 0,000 0,146
1,667 1,000 2,333 3,000
0,138 0,092 0,163 0,219
1,667 1,000 2,667 2,000
0,138 0,092 0,187 0,146
2,000
0,184
2,333
0,249 0,092 0,233 0,073 0,215
2,333
0,215
0,667
0,061
1,000
0,092
1,333
0,123
2,667
0,245
2,333
0,215
Belwnadmyabimbin~aaukemitrnandengan instansi terkait -P,.l,,ano -.---a Kendaan perekonomian yang remakin rnembnik Pembahon dan gayn hidup masyarakat Kemajuan teknologi Hubungon baikdengan pemasok bahan baku
0,053
2,000
0,106
1,333
0,071
1,667
0,088
2,667
0,141
3,000
0,159
1,333
0,071
2,333
0,124
2,000
0,106
0,119 0,081 0,102 0,122 0,126
3,667 2,333 3,000 3,667 3,667
0,436 0,189 0,306 0,447 0,462
2,667 1,667 2,333 3,000 3,333
0,317 0,135 0,238 0,366 0,420
3,333 2,667 3,000 3,667 3,667
0,397 0216 0,306 0,447 0,462
2,333 1,667 2,000 3,000 3,333
0,278 0,135 0,204 0.366 0,420
2,667 2,000 2,333 2,667 2,667
0,317 0,162 0,238 0,325 0,336
3,333 3,333 3,000 1,667 1,667
0,397 0,270 0,306 0,203 0,210
3,000 2,000 4,000 3,667 3.667
0,357 0,162 0,408 0,447 0.462
2,667 2,000 3,667 2,667 3.000
0,317 0,162 0,374 0,325 0.378
0.122 0,081 0,072 0,109 0.065.
4,000 2,000 2,000 2,333 2,667
0,488 0,162 0,144 0,254 0,173 5,798 3
3,667 2,000 2,333 3,000 3.000
0,447 0,162 0,168 0,327 0,195 5,531 4
4,000 1,667 2,000 2,667 2,667
0,488 0,135 0,144 0,291 0.173 5.949 2
3,000 1,667 3,000 1,667 2,000
0,366 0,135 0,216 0,182 0,130 3,907 6
3,000 1,333 3,667 2,667 2,000
0,366 0,108 0264 0,291 0.130 3,750 7
2,333 0,667 1,667 1,000 I.000
0,285 0,054 0,120 0,109 0,065 3,422 8
4,000 0,488 2,000 0,162 1,667 0,120 2,667 0,291 1.333 0,087 6,05 1 1
3,667 1,333 1,667 2,667 2,000
0,447 0.108 0,120 0,291 0,130 4,998 5
Hargapmduktejangltauolehberbagaikalangsn K*,rm.,..,,
"..
.----r~lir
Hubunganbaikdengandistributordantokobesar Ancsmsn Flukluasi hugs bahan baku Hnmbalan masuk industri relatif rendah Hambatan hubungan deagan pemerintah daerah Muneulnya banynk industri sepaN I persaingan Menunutnya pangsa p a w ekspor ToUl nilal days tarik Prioritas atrateci
Lampiran 6.
Hasil Kuesioner Penelitian Penilaian Daya Tarik Strategis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk Pengrajin Sepatu di Kecamatan Ciomas Bob01
Faktor penentu
Svategi I TAS
AS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Kekuatan Kemudahan mendnpatkan bahan baku Menyerap tenaga ahli yang cukup bepengalaman Bepengalaman memproduksi sepatu yang bermutu Citm produk sudah dikenal baik Harga produk terjangkau oleh berbagai kalangan Kelcmahan Produksi sepatu berdasarknn pesanan sehingga tidak ada persediaan Ketergatungan modal pada pihak gosir Tidak adanya merk dagang dan promosi Sulitnya mendnpatkal~tambahan tenaga ahli Hxga jual masih didominasi berdasarkar~harga grosu Belum adanya bimbingan atau kwitraan dengan instami terkait Pcluang Keadaan perekonominn yang semakin membaik ~erubah&dan gaya hidup masyarakat Kernajuan teknologi Hubungan baik dengan pemasok bahan baku Hubungan baik dengan distributor dan toko besar Ancaman Fluktuasi harm bahnn baku Hambnlan misuk indusm relntifrenddl Hambatan hubungln dengnn pemerintah daerah Menmuhya p&gsa pasar ekspor Total nilai daya tarik Prioritas strategi
.
-
2
3
5
6
,-
1
.,-.4