ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN COFFEE SHOP DE KOFFIE POT BOGOR
Oleh EKO BUDI PRAYOGI H24104044
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK EKO BUDI PRAYOGI. Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Konsumen Coffee Shop de Koffie Pot Bogor. Dibawah bimbingan Jono M. Munandar. Kedai kopi atau yang lebih dikenal dengan nama coffee shop merupakan tempat yang biasa dimanfaatkan sebagai sarana bersantai. Coffee shop de Koffie Pot Bogor merupakan pelopor kedai kopi yang ada di kota Bogor. Sebagai salah satu coffee shop yang memiliki market share besar, de Koffie Pot harus mampu bersaing dengan coffee shop lain yang ada di kota Bogor seperti Telapak coffee shop, Box Office coffee shop, Excelso dan Starbucks Coffee. Dalam usaha meningkatkan pangsa pasar, coffee shop de Koffie Pot hendaknya mengetahui perilaku konsumen yang akan menjadi sasarannya. Termasuk di dalamnya karakteristik konsumen dan faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan konsumen di dalam membeli makanan/minuman di coffee shop de Koffie Pot. Demi mendekati, mendapatkan dan mempertahankan konsumen loyal, maka produsen melalui produknya perlu menghadirkan pengalamanpengalaman yang unik, positif dan mengesankan kepada konsumen yang terangkum ke dalam Experiential Marketing. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) menganalisis pelaksanaan experiential marketing oleh coffee shop de Koffie Pot, 2) menganalisis tingkat loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot, 3) menganalisis pengaruh experiential marketing terhadap loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot dan 4) merekomendasikan strategi pemasaran yang efektif untuk coffee shop de Kofie Pot. Penelitian ini dilaksanakan di kota Bogor. Pengumpulan data primer dilakukan mulai Juli sampai Agustus 2007. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah orang yang sedang melakukan pembelian makanan/minuman di coffee shop de Koffie Pot Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner kepada pengunjung coffee shop de Kofie Pot yang sedang melakukan pembelian dan hasil wawancara dengan pihak manajemen coffee shop. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet, literatur atau dokumen perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis faktor dan analisis diskriminan dengan alat pengolah data SPSS versi 13.00. Berdasarkan pengolahan menggunakan analisis faktor yaitu analisis komponen utama (principle component analysis) dihasilkan tiga komponen utama (faktor). Faktor experience (variabel indera, perasaan, identitas dan lingkungan), faktor komunikasi (variabel komunikasi, cobranding, website, dan orang), faktor situasional terdiri dari variabel pikiran, aksi, dan hubungan. Faktorfaktor experiential marketing yang berpengaruh berdasarkan hasil analisis diskriminan adalah faktor situasional yang berpengaruh terhadap repeat customer dan faktor komunikasi berpengaruh dominan terhadap konsumen tipe clients dan advocates.
ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN COFFEE SHOP DE KOFFIE POT BOGOR
Oleh EKO BUDI PRAYOGI H24104044
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN COFFEE SHOP DE KOFFIE POT BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh EKO BUDI PRAYOGI H24104044
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN COFFEE SHOP DE KOFFIE POT BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh EKO BUDI PRAYOGI H24104044
Menyetujui, Bogor, 18 November 2007
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen Manajemen
Tanggal Ujian : 26 November 2007 Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Januari 1986, sebagai putra pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Rachidi dan Kartini. Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Dasar Negeri Rawa Badak Selatan 07 Pagi, kemudian melanjutkan ke Sekolah lanjutan Tingkat Pertama Negeri 114 Jakarta, dan Sekolah Menengah Umum Bhinneka Karya 2 Boyolali. Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Bhinneka Karya 2 Boyolali dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Program Studi Manajemen. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa, pada tahun pertama penulis bergabung dalam Sharia Economic Student Club (SESC) sebagai staff Divisi Kerjasama dan Usaha Mandiri sekaligus menjabat sebagai ketua komisariat Bogor Forum Silaturahmi Studi Ekonomi Islam (FoSSEI). Pada tahun berikutnya penulis diamanahkan menjadi Presiden Direktur Centre Of M@nagement (COM@) periode 20052006, sekaligus menjadi pendiri dan Ketua Tim Formatur Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek (HMMJ). Kemudian pada awal 2007 penulis bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB periode 2007 sebagai staff Departemen Kebijakan Nasional hingga kemudian melibatkan diri dalam BEM JABOTABEK dan BEM SELURUH INDONESIA (BEM SI). Sebagai bentuk kecintaan penulis terhadap dunia organisasi sampai dengan saat ini penulis diamanahkan untuk menjadi Dewan Penasehat di Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek (HMMJ). Prestasi yang penulis raih selama menjadi mahasiswa adalah : Juara Harapan 1 Perbanas Marketing Debate Competition (PMDC) 2006, Semifinalis The Marketing Game III Trisakti dan Juara 1 PMDC 2007 se Sumatera, Jawa dan Bali. Pada tahun 2007 penulis melakukan penelitian untuk tugas akhir pendidikan yang berjudul : Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Konsumen Coffee Shop de Koffie Pot Bogor. Bersamaan dengan momentum tersebut penulis mendirikan organisasi bisnis dan kepemudaan dengan nama “Maestro Muda Indonesia”.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta inayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Konsumen Coffee Shop de Koffie Pot Bogor” tepat pada waktunya. Dasar pertimbangan yang digunakan mengapa penulis memilih judul tersebut adalah karena penulis melihat bahwa Experiential Marketing merupakan sebuah solusi untuk memehuhi need, want dan expectation konsumen yang berorientasi kepada emotional benefit. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Atas terselesaikannya, penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta berbagai bentuk input dalam proses penyusunan dan penulisan skripsi ini. 2. Bapak Eko Rudi Cahyadi S. Hut, MM. dan Ibu Dra. Siti Rahmawati M.Pd. Selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam ujian dan penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS Selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis. 4. Seluruh Dosen, Staf Pengajar dan staf Tata Usaha Departemen Manajemen atas segala pelayanan serta kemudahan dalam birokrasi dan pelayanan. 5. The Colonial Community : Pak Iwan (GM), Mas Dedi (Manager), Upid, Roy, Fariz, Mbak Moniq, Mbak Dina, Mbak Cristin dan Mbak Lina atas kebersamaan di Colonial. 6. Kedua Orangtua, Bapak Rachidi serta Ibu Kartini, atas semua pengorbanan yang tak tergantikan oleh apapun. 7. Budi, Yuni Adikadikku yang senantiasa mendorong serta mengajarkan arti tanggung jawab yang sebenarnya. 8. Eyang Kakung dan Eyang Putri Karso Tinoyo, untuk semua wejangan yang
dapat melahirkan ambisi dan spirit baru. 9. Temanteman Manajemen 41 yang tak pernah bosan untuk membuka ruang dialektika dalam melepaskan kegelisahan intelektual di perkuliahan maupun setiap proses yang kita lewati bersama. 10. Temanteman seperjuangan : COM@ 05/06 (yang telah mengajarkan arti kepemimpinan yang sebenarnya), rekan–rekan Himpunan Mahasiswa Manajemen Jabodetabek (HMMJ) yang telah menemani penulis dalam proses revolusi dan pemikiran konstruktif bersama untuk terus memajukan manajemen, rekanrekan di dunia pergerakan, BEM KM IPB, BEM Jabotabek, BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) yang senantiasa bergerak dan mengembalikan identitas mahasiswa sebagai suatu entitas yang berharga dalam transformasi sosial dan politik. 11. Guruguru terbaik : Bang Jenal Abidin (Presma IPB 05/06), Ahmad Fadli (Kadep Sospol KAMMI Daerah Bogor)..”perjuangan kita belum usai”.. 12. Sahabatsahabat yang mengajarkan arti berbagi yang sebenarnya : Elang, Mitha & Kw, Wasis, Klewer, Tarto (Fisika UI), Pepen, Mbok, Yudha & Ika. 13. Temanteman mentoring atas kerinduan spiritual bersama yang kita rasakan serta temanteman yang telah mengorbankan waktunya untuk menemaniku sidang : Mounru (Unika Atma Jaya), Ari (Univ. Yarsi), Icha, Opik, Dhita, Teguh, Sidiq. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan membutuhkan penyempurnaan. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan serta saran sangat penulis harapkan sebagai kajian untuk evaluasi dan perbaikan. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis susun dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak dan menjadi landasan yang baik menuju pembangunan dunia pemasaran berkelanjutan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah.............................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 1.5. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................
II.
1 4 6 6 7
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi...................................................................................................... 2.1.1. Definisi dan Jenis Kopi............................................................. 2.1.2. Budaya Minum Kopi................................................................. 2.2. Konsep Pemasaran............................................................................. 2.3. Manajemen Jasa Terpadu................................................................... 2.4. Experential Marketing....................................................................... 2.3.1. Lahirnya Experiential Marketing............................................. 2.3.2. Kegunaan Experiential Marketing........................................... 2.3.3. Strategic Experiential Modules (SEMs).................................... 2.3.4. Experiential Providers (ExPros)............................................... 2.5. Experiential Hybrids........................................................................... 2.6. Penerjemahan Experiential Marketing ke Model Sikap...................... 2.5.1. Tricomponent Attitude Model.................................................. 2.7. Loyalitas Konsumen........................................................................... 2.6.1. Manfaat Loyalitas Konsumen.................................................. 2.6.2. Pengukuran Loyalitas............................................................... 2.8. Penelitian Terdahulu...........................................................................
III.
8 8 9 11 11 13 14 15 15 19 20 21 21 23 25 26 27
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian.......................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 3.3. Jenis dan Sumber Data........................................................................ 3.4. Metode Pengumpulan Data................................................................. 3.5. Teknik Pengumpulan Data..................................................................
29 31 31 32 32
3.6. Teknik Analisis Data........................................................................... 3.7. Metode Pengambilan Sampel............................................................. 3.8. Variabel Penelitian.............................................................................. 3.9. Metode Pengolahan dan Analisis Data............................................... 3.9.1. Uji Validitas............................................................................... 35 3.9.2. Uji Reliabilitas........................................................................... 3.9.3. Analisis Faktor........................................................................... 3.9.4. Analisis Diskriminan................................................................. IV.
33 33 34 35
36 37 40
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan……………………………………… 42 4.2. Struktur Organisasi Perusahaan......................................................... 44 4.3. Aspek Pemasaran............................................................................... 45 4.3.1. Produk....................................................................................... 45 4.3.2. Harga......................................................................................... 46 4.3.3. Promosi..................................................................................... 46 4.3.4. Tempat...................................................................................... 47 4.3.5. Bukti Fisik……………………………………………………. 47 4.3.6. Proses Produksi……………………………………………….. 47 4.3.7. Orang………………………………………………………….. 48 4.3.8. Produktivitas dan Kualitas…………………………………….. 48 4.4. Analisis Data hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner.............. 49 4.4.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner................................................... 49 4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner................................................ 49 4.5. Karakteristik Responden Coffee Shop de Kofie Pot........................... 49 4.5.1. Usia dan Jenis Kelamin Responden.......................................... 50 4.5.2. Pendapatan................................................................................ 51 4.5.3. Pengeluaran untuk Konsumsi................................................... 52 4.5.4. Pekerjaan................................................................................... 52 4.5.5. Tingkat Pendidikan................................................................... 53 4.6. Perilaku Pembelian............................................................................. 54 4.6.1. Sumber Informasi Keberadaan Coffee Shop de Kofie Pot....... 54 4.6.2. Ketertarikan Responden Mengunjungi de Kofie Pot................ 54 4.6.3. Mekanisme dalam Mengunjungi Coffee Shop de Kofie Pot..... 55 4.6.4. Tujuan Responden Mengunjungi Coffee Shop de Kofie Pot.... 55 4.6.5. Pilihan Responden dalam Menikmati Produk........................... 56 4.6.6. Lama Waktu Responden Mengunjungi de Kofie Pot................ 56 4.6.7. Pilihan Coffee Shop Lain yang Sering Dikunjungi Responden.. 57 4.7. Analisis FaktorFaktor Experiential Marketing................................... 57 4.7.1. Komponen Utama pada Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Konsumen Coffee Shop de Kofie Pot........ 60 4.7.2. Penentuan Faktor Score (Nilai/Skor Faktor)............................. 65 4.8. Pelaksanaan Prinsipprinsip Experiential Marketing pada Coffee Shop de Koffie Pot........................................................... 66 4.9. Tingkat Loyalitas Konsumen Coffee Shop de Koffie Pot.................... 68 4.10. Pengaruh Experiential Marketing Coffee Shop de Koffie Pot Terhadap Loyalitas Konsumen Bogor......................... 69
4.10.1. Analisis Diskriminan.............................................................. 69 4.11. Rekomendasi Srtategi Pemasaran....................................................... 72 4.11.1. Produk......................................................................................... 73 4.11.2. Harga.......................................................................................... 73 4.11.3. Tempat...................................................................................... 74 4.11.4. Promosi...................................................................................... 74 4.11.5. Bukti fisik (Physical Evidence).................................................. 75 4.11.6. Orang (People)........................................................................... 76 4.11.7. Proses Produksi (Production Process)...................................... 76 4.11.8. Produktivitas dan Kualitas (Productivity and Quality)……….. 77 V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan............................................................................................. 2. Saran.......................................................................................................
78 79
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
80
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
82
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Perkembangan volume dan nilai ekspor kopi di Indonesia tahun 20032006…………………………………………………….. 1 2. Skor untuk experiential marketing dan loyalitas konsumen............... 32 3. Kriteria loyalitas konsumen coffee shop de koffie pot menurut Griffin berdasarkan skor penilaian responden....................... 33 4. Operasionalisasi variabel...................................................................... 34 5. Sumber perolehan informasi mengenai keberadaan coffee shop de kofie pot....................................................................... 53 6. Unsur ketertarikan responden terhadap coffee shop de kofie pot.......................................................................................... 54 7. Mekanisme responden dalam mengunjungi coffee shop de kofie pot........................................................................................... 54 8. Tujuan responden mengunjungi coffee shop de kofie pot.................... 55 9. Pilihan responden dalam menikmati produk coffee shop de kofie pot........................................................................................... 55 10. Lama waktu responden mengunjungi coffee shop de kofie pot............ 56 11. Pilihan coffee shop lain yang sering dikunjungi responden.................. 56 12. Urutan nilai communality masingmasing variabel............................... 58 13. Hasil proses analisis faktor.................................................................... 60 14. Tanggapan seluruh responden terhadap pelaksanaan unsurunsur experiential marketing coffee shop de koffie pot …………………..… 66 15. Jumlah responden dari masingmasing kriteria loyalitas konsumen coffee shop de koffie pot......................................................................... 68 16. Classification function coefficient........................................................... 72
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman Strategic experiential modules (SEMs)……………………..… Tricomponent attitude model………………………………..….… Kerangka pemikiran konseptual....................................................... Struktur organisasi coffee shop de koffie pot................................... Diagram usia responden................................................................... Diagram pendapatan responden....................................................... Pengeluaran konsumsi makanan/minuman responden per bulan......................................................................... Diagram pekerjaan responden.......................................................... Diagram pendidikan responden........................................................
16 21 30 44 49 50 51 52 52
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kuesioner penelitian…………………………………………………. Struktur organisasi coffee shop de kofie pot….…………………....… Produk yang ditawarkan coffee shop de kofie pot….………………... Analisis faktor………………………………………………………... Analisis diskriminan………………………………………………….. Non parametrik tes……………………………………………………. Uji validitas dan reliabilitas…………………………………………...
83 87 88 90 95 98 99
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas, dan dipersiapkan
dari
biji
tanaman
kopi
yang
dipanggang
(
www.wilkipedia.com). Saat ini kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Kopi merupakan sumber utama kafein. Keuntungan dan kerugian dari mengonsumsi kopi telah dan akan terus dipelajari dan didiskusikan oleh banyak ilmuwan di dunia. Tanaman kopi telah dijadikan pemerintah sebagai tanaman perkebunan utama dan berorientasi ekspor. Sejak tahun 1980 hingga tahun 2001, nilai devisa yang disumbangkan kopi tidak kurang dari US $ 340 juta dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga menjadikan komoditas ini menduduki peringkat pertama diantara komoditas subsektor perkebunan lainnya (Najiyati dan Danarti, 2004). Dari segi ekonomi, kopi penting sebagai salah satu komoditas ekspor penghasil devisa Negara. Volume nilai ekspor kopi Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan volume dan nilai ekspor kopi di Indonesia Tahun 20032006 Tahun Ekspor Volume (Kg) Nilai (US $) 2003 177.082.988 145.489.802 2004 86.003.550 59.824.486 2005 445.729.394 504.026.615 2006 289.692.199 394.506.188 Sumber : Departemen Pertanian, 2007.
Berdasarkan Tabel 1, perkembangan volume dan nilai ekspor kopi Indonesia mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2004 volume ekspor menurun sebesar 86.003.550 kg dengan nilai sebesar US $ 59.824.486 tetapi pada tahun 2005 meningkat kembali menjadi 445.729.394 kg dengan nilai US $ 504.026.615. Peningkatan volume dan nilai ekspor pada tahun 2005 disebabkan karena kopi memiliki kemampuan untuk meminimisasi biaya produksi dengan menggunakan
bahan baku dan faktorfaktor produksi lain yang berasal dari sumber daya domestik sehingga tidak tergantung pada fluktuasi nilai mata uang asing. Selain sebagai komoditas ekspor, kopi juga merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi di dalam negeri sebagai minuman penyegar. Minuman non alkohol ini memang sudah dikenal masyarakat Indonesia secara turun temurun dan bahkan beberapa masyarakat sudah menganggap bahwa meminum kopi merupakan suatu kebiasaan. Aroma harum, rasa khas nikmat, serta khasiatnya yang dapat menyegarkan badan menjadikan kopi digemari oleh masyarakat Indonesia. Kebiasaan minum kopi merupakan rutinitas masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebiasaan ini timbul karena kebutuhan akan minuman yang ringan, tidak berkarbon, dan mudah didapat serta kandungan kafein yang dinilai dapat membuat tubuh merasa segar. Selain alasan waktu luang, tren atau gaya hidup juga merupakan salah satu alasan mengapa meminum kopi merupakan suatu keharusan di selasela kesibukan penduduk Indonesia di kotakota besar. Dulu kopi dikenal sebagai minuman yang dikhususkan untuk orangorang tua. Namun seiring dengan perkembangan aneka teknik pembuatan kopi, derajat kopi pun mengalami peningkatan. Kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup, khususnya bagi mereka yang tinggal di kota besar. Bahkan kopi sekarang menjadi populer dikalangan anak muda dan juga kalangan bisnis, sehingga harganya menjadi sangat mahal. Saat ini kopi telah menjadi minuman berkelas (classy drinks). Banyak kafe kafe kelas dunia yang mengkhususkan diri pada bisnis minuman kopi, terutama karena konsumennya tak pernah berkurang. Di kalangan anak muda di Indonesia, minum kopi sekarang telah menjadi tren. Kondisi ini diperkuat dengan munculnya komunitas penikmat kopi yang berawal dari kedai kopi, dan sering kali kedai kopi merupakan tempat yang dinilai favorit untuk bertukar pandangan berkaitan dengan masalah politik, hobi maupun bisnis yang sedang dijalaninya. Hal ini mengakibatkan setiap perusahaan yang bergerak di bidang kedai kopi harus memiliki daya tarik, kesan yang melekat serta nilai tambah terhadap
produk yang dijualnya. Coffee shop biasa dimanfaatkan sebagai sarana bersantai bersama teman serta keluarga bahkan banyak juga yang memanfaatkan coffee shop sebagai sarana bersosialisasi antar relasi bisnis. Saat ini menikmati jamuan di coffee shop menjadi fenomena baru bagi kaum eksekutif dan profesional baik untuk menjamu relasi bisnis atau sekedar melepas lelah setelah bekerja seharian. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap kopi merupakan peluang bagi para pengusaha coffee shop, sehingga mendorong berdirinya coffee shop di kotakota besar. Begitu juga hal yang sama disampaikan oleh pengelola salah satu kafe kopi ternama yang menyatakan bahwa saat ini kondisi tingkat konsumsi kopi terhadap coffee shop cukup tinggi terutama di kotakota besar, mengingat perkembangan modernisasi (Amelia, 2006). Coffee shop merupakan saluran pemasaran yang berhubungan langsung dengan konsumen. Dengan demikian, agar dapat bertahan di pasar, setiap perusahaan harus dapat berorientasi kepada konsumen dengan cara menyediakan barang atau jasa yang sesuai dengan harapan konsumen yang pada akhirnya dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Kepuasan konsumen berdampak pada pembelian ulang yang dilakukan yang dalam jangka panjang akan membentuk loyalitas konsumen. Oleh karena itu, coffee shop tidak hanya menyajikan makanan dan minuman yang berkualitas semata namun juga menciptakan sebuah pengalaman emosional bagi pelanggan. Berdasarkan hal tersebut maka citra coffee shop ditentukan oleh kualitas atribut coffee shop dimata pelanggannya. Meningkatnya jumlah coffee shop di kota Bogor seperti Excelso, Box Office coffee shop, Telapak cofee shop dan pendatang baru dari luar negeri starbucks coffee menyebabkan coffee shop de Koffie Pot harus bersaing untuk mendapatkan konsumen atau mempertahankan loyalitas konsumen yang sudah ada. Demi mendekati, mendapatkan dan mempertahankan konsumen loyal, maka produsen melalui produknya perlu menghadirkan pengalamanpengalaman yang unik, positif dan
mengesankan kepada konsumen. Hal itu, menurut Schmitt (1999), dapat mencakup dalam lima unsur : sense (melalui pancaindera : mata, telinga, hidung, kulit, lidah), feel (perasaan), think (pikiran), act (tindakan), dan relate (kaitan) yang menitikberatkan pada penciptaan persepsi positif tertentu dimata konsumen. Pengalaman mengesankan tersebut bisa dihadirkan melalui berbagai experience provider, antara lain dari komunikasinya (iklan atau aktivitas below the line), produk (kemasan atau isinya), identitas produk, melalui cobranding, lingkungan, website (misalnya tampilannya mengesankan dan punya dimensi interaktif yang tinggi) dan juga orangorang yang menawarkan produk tersebut ke konsumen. Semua faktor tersebut merupakan bagian dari experiential marketing dan sangat perlu diidentifikasi bagaimana keterkaitan faktor faktor tersebut pada coffee shop de Koffie Pot Bogor. Experiential marketing memberikan suatu frame work yang luar biasa untuk memadukan elemen experience (pengalaman) dan entertainment (hiburan) ke dalam produk atau jasa. Dewasa ini, konsumen tidak hanya menilai sebuah produk atau jasa berdasarkan kualitas, fungsi, dan manfaat yang diberikan, tetapi lebih dari itu, mereka menginginkan komunikasi dan kegiatan pemasaran yang memberikan sensasi, menyentuh hati mereka, serta sesuai dengan gaya hidup mereka. Dengan kata lain, konsumen menginginkan produk yang kehadirannya dapat memberikan experience.
1.2.
Perumusan masalah Coffee shop de Koffie Pot sebagai perusahaan kedai kopi yang memiliki segmen khusus dan pangsa pasar yang cukup besar dituntut untuk mempertahankan posisinya dengan merancang dan menerapkan suatu strategi guna mencapai keunggulan bersaing. Coffee shop de Koffie Pot harus mampu bersaing dengan pesaingpesaingnya yang baru hadir di pasaran seperti de' Excelso, starbucks coffee, Box Office coffee shop, dan Telapak coffee shop. Sebagai perintis kedai kopi modern di kota Bogor coffee shop de Koffie Pot menarik pelanggannya dengan mengajarkan bagaimana sesungguhnya rasa kopi yang enak, dengan standar kelas dunia
untuk setiap kopi olahannya. Seiring dengan berkembangnya pasar yang menjadi semakin kompetitif, perusahaan yang berusaha bersaing dengan caracara pemasaran yang tidak inovatif dan sudah umum diterapkan oleh para kompetitornya tidak akan mendatangkan banyak tantangan bagi perusahaan tersebut. Sebaliknya, pengalaman atau experience yang diberikan oleh sebuah perusahaan kepada konsumennya, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan memberikan dampak yang lebih besar bagi mereknya daripada menggunakan sebanyakbanyaknya iklan yang mampu dibiayai oleh perusahaan itu. Di sektor ekonomi konsumen mencari experience yang memungkinkan mereka untuk mewujudkan mimpimimpi serta mencapai gaya hidup yang diinginkannya. Bernd H. Schmitt, Profesor dari Columbia University, mengemukakan suatu paradigma baru dalam bidang pemasaran, yakni experiential marketing, yang berbeda dari pendekatan pemasaran tradisional, dimana pendekatan pemasaran tradisional menekankan pentingnya fungtional features & benefits (F&B) dan menganggap bahwa konsumen adalah pengambil keputusan yang rasional. Experiential Marketing mengemukakan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, berubah pula preferensi konsumen yang menimbulkan fenomena pemasaran yang didorong oleh experience (pengalaman). Menurut Kartajaya (2005), loyalitas pelanggan telah menjadi moving target dari setiap perusahaan yang harus terus dikejar agar perusahaan tetap kompetitif. Sudah terdapat bukti bahwa aktivitas untuk mendapatkan pelanggan pada suatu perusahaan menghabiskan biaya jauh lebih besar daripada biaya mempertahankan satu pelanggan yang baik. Oleh karena itu customer attraction, customer satisfaction, dan customer retention akan menjadi proses yang tiada akhir bagi kelangsungan hidup perusahaan, dengan demikian loyalitas pelanggan menjadi suatu hal yang sangat penting. Berdasarkan ilustrasi diatas dapat ditarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan Experiential Marketing oleh coffee shop de Koffie Pot? 2. Bagaimana tingkat loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot? 3. Bagaimana
pengaruh
dominan
faktorfaktor
Experiential
Marketing terhadap loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot Bogor? 4. Bagaimana menyusun strategi pemasaran yang efektif untuk coffee shop de Kofie Pot?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pelaksanaan prinsipprinsip Experiential Marketing oleh coffee shop de Koffie Pot. 2. Menganalisis tingkat loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot Bogor. 3. Menganalisis pengaruh Experiential Marketing terhadap Loyalitas Konsumen coffee shop de Koffie Pot Bogor. 4. Merekomendasikan strategi pemasaran yang efektif untuk coffee shop de Kofie Pot Bogor.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Perusahaan, sebagai bahan masukan dalam membuat strategi pemasaran serta penerapan Experiential Marketing secara lebih baik untuk meningkatkan loyalitas konsumen. 2. Penulis, untuk membandingkan teori yang telah didapat di kuliah dengan aplikasinya di dunia nyata. 3. Kalangan akademis, sebagai data dasar bagi para peneliti dalam bidangnya. 4. Masyarakat yang ingin menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pengaruh Experiential Marketing terhadap loyalitas konsumen.
1. 5.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada menganalisis pengaruh Experiential Marketing terhadap loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat tanggapan konsumen coffee shop de Koffie Pot terhadap pelaksanaan Experiential Marketing; untuk mengukur tingkat loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot dan untuk mempelajari halhal yang diinginkan oleh konsumen terkait dengan coffee shop de Koffie Pot. Pengamatan terhadap loyalitas konsumen dilakukan pada konsumen yang sedang melakukan pembelian di coffee shop de Koffie Pot. Pengamatannya sendiri dilakukan di coffee shop de Koffie Pot yang ada di The Colonial Building Jl. Salak No.6 Bogor.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi 2.1.1 Definisi dan Jenis Kopi Kopi adalah salah satu jenis tanaman yang sangat penting di dalam produksi agroforestry. Umumnya kopi diperuntukkan sebagai minuman yang dapat memberikan kita rasa senang dan rasa santai, tetapi ternyata kopi juga dapat dikatakan sebagai minuman yang bermanfaat bagi kesehatan, yaitu dapat menghindarkan kita dari resiko penyakit kanker dan menurunkan level kadar gula di dalam darah (http://bg66.soc.i.kyotou.ac.jp). Menurut Wahyudi dalam Indriasari (2006), kopi termasuk bahan penyegar dengan cita rasa yang digemari oleh konsumen, cita rasa tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis kopi, lingkungan tempat tumbuh dan cara pengolahan. Tiap jenis kopi memiliki karakter komponen cita rasa yang berbedabeda. Definisi lain menyebutkan bahwa kopi adalah sejenis minuman, biasanya dihidangkan panas, dan dipersiapkan dari biji tanaman kopi yang dipanggang (www.wilkipedia.com). Saat ini kopi merupakan komoditas nomor dua yang paling banyak diperdagangkan setelah minyak bumi. Kopi merupakan sumber utama kafein. Keuntungan dan kerugian dari mengkonsumsi kopi telah dan akan terus dipelajari dan didiskusikan oleh banyak ilmuwan di dunia. Kopi merupakan minuman yang bisa dibilang paling populer di dunia. Menurut sejarah, kopi pertama kali ditemukan di Ethiopia ketika
seorang
penggembala
menyadari
kambingkambing
gembalaannya menjadi sangat hiperaktif setelah mengkonsumsi sejenis buah bulat dan berukuran kecil yang banyak tumbuh di sekitar tempatnya menggembala. Penggembala mencoba buah tersebut dan merasa sangat segar dan tidak mengantuk saat menunggui hewan hewan ternaknya hingga berjamjam. Tempat asal penggembala tersebut dikenal dengan nama Kaffa, dan dari nama tempat itulah
muncul istilah kopi atau coffee dalam bahasa Inggris (Listyari, 2006). Kopi yang banyak dijual di pasar Indonesia adalah jenis arabika dan robusta. Masingmasing jenis memiliki ciri tersendiri, robusta memiliki biji yang berbentuk bulat dan bergaris tengah lurus, dan jenis arabika berbentuk lonjong dan bergaris tengah bergelombang. Dalam hal harga, kopi arabika lebih mahal dibanding robusta. Kandungan kafein dari kedua jenis kopi ini berbeda. Robusta mengandung antara 2,8 persen sampai 4,0 persen kafein. Namun, kandungan kafein pada kopi jenis arabika hanya 1,0 persen sampai 1,7 persen. Karena kandungan kafein arabika lebih sedikit, maka keunggulan kopi arabika adalah tidak membahayakan perut walaupun rasanya agak asam di mulut (Widyati, 2006). Harga robusta yang lebih murah dan kadar kafeinnya tinggi, menyebabkan kopi robusta banyak digunakan untuk produk kopi instan. Namun, bagi pecinta kopi sejati, kopi instan dirasa 'kurang mantap' dibanding kopi biasa. Kopi instan sudah melalui proses mesin yang menghilangkan sifat alami dari kopi ini. Sifat alami yang tak bisa ditemukan dalam kopi instan adalah aromanya yang harum dan cita rasanya yang khas.
2.1.2.
Budaya Minum Kopi Kopi merupakan salah satu bahan minuman yang dikenal luas di seluruh dunia. Sebagai minuman nonalkohol, kopi lebih banyak dimanfaatkan sebagai minuman penyegar. Kopi diminum seharihari di setiap saat, setiap tempat, dan juga pada acaraacara tertentu (seperti coffee break dan pesta) oleh masyarakat pedesaan dan perkotaan sehingga kopi dapat dikatakan sebagai minuman masyarakat umum. Kopi menjadi minuman terkenal di seluruh dunia dan kemudian muncul istilah kafe yang mengacu kepada kedaikedai kopi yang dulu banyak bermunculan di kawasan jazirah Arab lalu kemudian menyebar ke berbagai tempat di dunia dan bersama itu berkembanglah berbagai teknikteknik menyajikan minuman kopi. Penyajian kopi kini lebih dari sekedar menyeduh
bubuk kopi dengan air panas lalu ditambahkan dengan gula atau susu. Kopi bisa disajikan dengan berbagai cara dan hal ini yang antara lain mendorong suksesnya bisnis kedaikedai kopi, mulai dari kelas warung kopi yang menjualnya dengan harga murah hingga ke kafekafe elit yang harga satu gelasnya mungkin bisa untuk membeli puluhan gelas kopi warung. Meningkatnya perilaku minum kopi saat ini mendorong berdirinya sebuah organisasi bagi para penggemar minum kopi yang di sebut dengan Indonesia Coffee Community (ICC). Organisasi ini sebagai sarana bagi para pakar kopi, penggemar minum kopi, pengusaha kafe, perhotelan, industri kopi, pramusaji kopi dan mereka yang berkecimpung dalam bidang kopi untuk dapat saling bertukar pikiran, mendalami, menyampaikan informasi dan juga sebagai ajang belajar. Berdirinya ICC berawal dari Even Tea & Coffee Exhibition 2004. Hal ini didasari karena perkembangan industri kopi di Indonesia begitu cepat dan harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang handal, profesional dan dapat menjunjung nilai artistik dalam mengembangkan perindustrian di bidang kopi (Pranoto dalam Amalia, 2006). Di coffee shop berbagai aneka minuman yang digemari disajikan dan para konsumen kopi tinggal menikmati. Bukan hanya itu saja, bagi penggemar minuman kopi, kekentalan atau keenceran dari seduhan kopi saat ini menjadi pusat perhatian, karena hal tersebut berkaitan dengan selera para pecinta minuman kopi.
2.2.
Konsep Pemasaran Dalam bukunya, Kotler (2003) menjelaskan bahwa pekerjaan pemasaran bukan untuk menemukan pelanggan yang tepat bagi produk, melainkan menemukan produk yang tepat bagi pelanggan. Menurut Kotler (2003), konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan dengan para pesaing yaitu dengan menciptakan,
menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Konsep pemasaran terdiri atas empat pilar : pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu, dan kemampuan menghasilkan laba. Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang mengatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Suatu sistem keseluruhan dari kegiatankegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa, yang memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swastha dan Handoko, 1987).
2.3.
Manajemen Jasa Terpadu Manajemen jasa terpadu merupakan perencanaan dan pelaksanaan terkoordinasi kegiatankegiatan pemasaran, operasi, dan sumber daya manusia yang penting bagi keberhasilan perusahaan jasa. Menurut Lovelock dan Wright (2005) manajemen jasa terpadu terdiri dari 8 komponen, yaitu produk (product), tempat dan waktu (place and time), promosi (promotion), harga (price), proses (process), produktivitas dan kualitas (productivity and quality), orang (people), dan bukti fisik (physical evidence). a) Produk (product) Semua komponen kinerja jasa yang menciptakan nilai bagi pelanggan. b) Tempat dan waktu (place and time) Keputusan manajemen tentang kapan, dimana, dan bagaimana menyampaikan jasa kepada pelanggan. c) Proses (process) Metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya berupa langkahlangkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan. d) Produktivitas dan Kualitas (productivity and quality) Produktivitas adalah seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi
output yang menambah nilai bagi pelanggan. Kualitas yaitu sejauh mana suatu jasa memuaskan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan mereka. e) Orang (people) Karyawan dan pelanggan yang terlibat dalam proses produksi. f) Promosi dan Edukasi (promotion) Semua aktivitas dan alat yang menggugah komunikasi yang dirancang untuk membangun preferensi pelanggan terhadap jasa dan penyedia jasa tertentu. g) Bukti fisik (physical evidence) Petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberikan bukti atas kualitas jasa. h) Harga (price) Pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi jasa. Lovelock dan Wright (2005) memformulasikan bahwa terdapat tujuh kesenjangan (gap) yang memungkinkan dalam kualitas jasa : a) Kesenjangan pengetahuan : Perbedaan antara apa yang diyakini penyedia jasa akan diharapkan pelanggan dan kebutuhan dan harapan pelanggan yang sesungguhnya. b) Kesenjangan standar : Perbedaan antara persepsi manajemen terhadap harapan pelanggan dan standar kualitas yang ditetapkan untuk penyerahan jasa. c) Kesenjangan penyerahan : Perbedaan antara standar penyerahan yang ditentukan dan kinerja penyedia jasa sesungguhnya. d) Kesenjangan komunikasi internal : Perbedaan antara apa yang benar benar dapat diserahkan oleh perusahaan. e) Kesenjangan persepsi : Perbedaan antara apa yang benarbenar diserahkan dan apa yang dianggap pelanggan telah mereka terima (karena mereka tidak dapat menilai kualitas jasa secara akurat). f) Kesenjangan interpretasi : Perbedaan antara apa yang sesungguhnya dijanjikan penyedia jasa dalam upayaupaya komunikasinya dan apa
yang pelanggan pikir telah dijanjikan dalam komunikasi tersebut. g) Kesenjangan jasa yaitu perbedaan antara apa yang diharapkan pelanggan akan mereka terima dan persepsi mereka terhadap jasa yang benarbenar diserahkan. Masingmasing dari ketujuh kesenjangan kualitas tersebut dapat merusak hubungan pelanggan. Kualitas jasa adalah keseluruhan sikap pelanggan terhadap penyerahan jasa, yang terbentuk dari sejumlah pengalaman jasa yang berhasil maupun yang tidak berhasil. Menghindari kesenjangan jasa dalam setiap penyerahannya akan membantu suatu perusahaan meningkatkan nama baiknya dalam hal jasa yang bermutu. Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang perusahaan tetapi harus dari sudut pendang penilaian pelanggan. Oleh karena itu, dalam merumuskan strategi dan program pelayanan, perusahaan harus berorientasi pada kepentingan pelanggan dengan memperhatikan komponen kualitas pelayanan.
2.4.
Experiential Marketing Experience atau pengalaman adalah peristiwaperistiwa yang memiliki kesan pribadi, yang timbul sebagai hasil dari observasi langsung atau partisipasi dalam suatu kejadian baik secara nyata, berupa mimpi, maupun virtual. Biasanya experience tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi harus dipicu. Oleh karena itu, pemasar harus menyediakan lingkungan yang tepat untuk menghasilkan customer experience yang diharapkan. Schmitt (1999) menyatakan bahwa experiential marketing (pemasaran yang memberikan pengalaman) ada dimanamana. Dalam berbagai macam pasar dari barangbarang konsumen ke produkproduk industri dan berteknologi tinggi, perusahaan menggunakan experiential marketing untuk tujuan yang berbedabeda. Tujuan tersebut adalah mengembangkan produk baru, berkomunikasi dengan pelanggan, memperbaiki hubungan penjualan, merancang jarak retail, dan membangun website.
Menurut Schmitt (1999), pengalaman adalah peristiwa khusus yang terjadi pada orang sebagai tanggapan atas beberapa jenis rangsangan. Pengalaman merupakan hasil pengamatan dan keterlibatan dalam peristiwaperistiwa yang nyata dan rekayasa. Pengalamanpengalaman seperti itu melibatkan bagian dalam diri yaitu indera, perasaan, pikiran dan badan. Pengalaman melibatkan rasional dan emosional pada diri manusia. Jadi, experiential marketing adalah kemampuan produk untuk menawarkan pengalaman emosi hingga menyentuh hati dan perasaan konsumen.
2.4.1. Lahirnya Experiential Marketing Seiring dengan masuknya kita ke dalam abad baru, perusahaanperusahaan
mereenginer
diri
mereka
dan
mendefinisikan keunggulan utama mereka, dan mereka sekarang telah siap untuk mengkapitalisasikan kekuatan baru serta mengembangkan asset mereka. Fokusnya ada pada pertumbuhan (growth), kebangkitan (revival) dan perluasan (expansion). Perusahaan ingin mengkapitalisasikan kesempatan yang disediakan oleh revolusi informasi. Mereka ingin membangun merek mereka dan menciptakan komunikasi dua arah yang terintegrasi secara global dengan para konsumennya. Sayangnya, pemasaran tradisional (traditional marketing) dan konsepkonsep bisnis tidak banyak memberikan arahan mengenai bagaimana untuk mengkapitalisasikan munculnya experiential economy. Traditional marketing dikembangkan untuk merespon revolusi industri, bukan revolusi informasi, branding dan komunikasi yang kita hadapi sekarang ini. Di masa kini, konsumen menganggap fitur fungsional dan kegunaan kualitas produk dan brand image yang positif sebagai sesuatu yang mutlak ada pada sebuah produk. Apa yang mereka inginkan sekarang adalah produk, komunikasi dan kampanye pemasaran yang menggugah indera, menyentuh hati dan
merangsang pikiran mereka. Mereka menginginkan produk, dan kampanye pemasaran yang memberikan sebuah pengalaman. Kemampuan sebuah perusahaan untuk menciptakan sebuah pengalaman konsumen (customer experience) yang diinginkan dan menggunakan teknologi informasi, merek, komunikasi yang terintegrasi dan hiburan akan sangat menentukan kesuksesan perusahaan tersebut di dalam pasar global di era baru ini.
2.4.2. Kegunaan Experiential Marketing Experiential Marketing semakin banyak digunakan oleh perusahaanperusahaan untuk menciptakan experiential connection dengan konsumennya. Experiential Marketing khususnya sangat relevan bagi perusahaan multinasional untuk mendorong terbentuknya global brands (merek global). Experiential Marketing dapat digunakan secara menguntungkan di dalam banyak situasi diantaranya : 1. Membangkitkan kembali merek yang telah mengalami penurunan. 2. Mendeferensiasikan sebuah produk dari para pesaingnya. 3. Menciptakan sebuah image dan identitas untuk sebuah perusahaan. 4. Mempromosikan inovasi. 5. Mendorong percobaan (trial) pembelian dan yang paling penting adalah loyalitas konsumen.
2.4.3. Strategi UnsurUnsur Pengalaman/ Strategic Experiential Modules (SEMs) Daya tarik experience jarang sekali hadir hanya dalam satu bentuk modul, sehingga lebih baik jika ditetapkan sistem kombinasi. Sehingga kelima faktor tersebut menciptakan suatu kesatuan experience yang istimewa, yang dikenal dengan sebutan “Holistic Experience”. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut
mengenai kelima experience yang menyusun Strategic Experience Modules (SEMs) : SENSE FEEL Experiential Modules
THINK ACT RELATE
Gambar 1. Strategic Experiential Modules (SEMs) Sumber : Schmitt, 1999. Experiential Marketing
a. SENSE Sense marketing mengacu pada kelima panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, pengecapan dan sentuhan. Tujuan umum dari sense marketing adalah untuk menghasilkan kenikmatan estetika (kegembiraan, keindahan, kepuasan) konsumen melalui rangsangan pancaindera. Estetika dalam lingkup pemasaran adalah suatu cara memasarkan produk melalui rangsangan pancaindera yang menghasilkan output berupa identitas merek produk itu sendiri. Seringkali sensory experience merupakan faktor penentu daya tarik sebuah produk, sehingga tidaklah mengherankan bahwa kebanyakan perusahaan yang sukses memasarkan produknya baik secara verbal maupun visual namun tetap berisiko pada kelalaian penempatan strategi, jika terlalu memaksa konsumen akan menolak sedangkan jika terlalu samar konsumen sulit menerima dengan jelas. b. FEEL Adalah suatu strategi dan implementasi yang bermaksud mempengaruhi pasar atas produk melalui media Experience
Providers, untuk dapat berhasil harus dipahami bagaimana cara menciptakan suatu perasaan pada saat proses konsumsi terhadap produk berlangsung. Tujuan utama dari Feel Marketing adalah menciptakan ikatan yang kuat antar merek dan konsumennya. Feel Marketing terdapat pada iklan, produk, merek produk bahkan desain produk dan kemasannya. Metode paling ampuh untuk melaksanakan Feel Marketing yaitu : 1) Interaksi tatap muka (face to face interaction) 2) Pemahaman penuh akan tipe emosi konsumen Dalam melaksanakan Feel Marketing ada tiga kunci kesuksesan, yaitu : a. Diperlukan kesabaran. Sebagai contoh, dalam dunia periklanan untuk mendapat awareness produk, konsumen harus mengalami repetisi iklan karena dari repetisi tersebut akan muncul rasa familiar yang kemudian bisa berkembang menjadi perasaan suka ataupun justru benci. b. Kualitas prosedur diperhitungkan, kampanye iklan yang baik biasanya dilakukan oleh orang yang memang ahli dibidangnya. c. Menggunakan iklan sebagai media interpretasi produk, menyampaikan
pesan
produk
ke
dalam
benak
konsumennya. Dalam arti memberikan kesempatan konsumen yang tidak mampu membeli produk untuk merasakan experience yang dimaksudkan. c. THINK Tujuan utama dari Think Marketing adalah mendorong konsumen untuk terlibat dalam suatu pemikiran kreatif yang luas dan berdampak pada perubahan image produk. Sekaligus juga berperan penting dalam merubah asumsi dan ekspektasi konsumen yang kuno. Inti dari Think Marketing adalah bagaimana cara menarik
minat konsumen pada perusahaan dan produk yang ditawarkan melalui ajakan untuk berfikir kreatif. Dengan kata lain konsumen dipaksa secara halus dalam menarik kesimpulan tentang produk yang ditawarkan, dan penting untuk diingat bahwa pemasar harus senantiasa sadar siapa yang menjadi target pemasarannya. Kunci keberhasilan dari Think Campaign adalah penggabungan dari konsentrasi dan perhatian konsumen pada produk yang ditawarkan pemasar. Konsentrasi adalah suatu keadaan pikiran dimana seseorang terfokus mendeteksi input yang relevan dengan tujuannya. Perhatian adalah suatu keadaan pikiran yang terjadi saat seseorang begitu mencermati secara detail dan berupaya membedakan satu objek dengan objek lainnya. d. ACT Act marketing di desain untuk menciptakan experience konsumen yang berkaitan dengan kondisi fisik, pola perilaku jangka panjang dan gaya hidup sebagai manifestasi dari interaksi dengan orang lain. Pada pemasaran tradisional seringkali diabaikan kemungkinan diciptakannya Act Experience. Dari sisi perilaku konsumen, pemasar lebih memusatkan perhatian pada bagaimana cara mempengaruhi dan mengelompokkan perilaku dan gaya hidup konsumen daripada memahami keseluruhan kualitas experience yang bisa timbul dari Act Campaign. Act Experience meliputi : a. Physical body experience b. Life style c. Interaction d. Nonverbal behaviour e. Self perceptions f. Behavioural modifications g. Reasoned action e. RELATE Relate Marketing mengembangkan suatu experience diluar
sensasi personal, perasaan, logika dan tindakan dengan menghubungkan individu pada konteks sosial budaya yang lebih luas dalam merefleksikan suatu merek. Relate Marketing seringkali menghasilkan experience dalam bentuk sense, feel, think dan act walaupun tujuan utamanya adalah membangun relasi antara arti sosial dari produk tersebut dengan konsumennya. Inti dari Relate Marketing adalah mengajak orang untuk bersosialisasi, berhubungan atau mempunyai ikatan dengan orang lain atau kelompok sosial lain bahkan dengan kebudayaannya secara keseluruhan melalui media produk tersebut. Tujuan lain dari Relate Marketing adalah setara dengan tujuan kita mengkaitkan diri dengan orang lain yaitu memenuhi kebutuhan untuk berada dalam suatu kelompok dan memperoleh apa yang disebut sebagai identitas sosial.
2.4.4. Alatalat penting dari Experiential Marketing : Experiential Providers (ExPros) Experience Providers (ExPros) merupakan komponen implementasi taktis dalam tahap penyelesaian pemasaran untuk menciptakan kampanye sense, feel, think, act, dan relate. Alatalat penting yang diperlukan dalam pelaksanaan experiential marketing adalah (Schmitt, 1999) : a. Komunikasi : mencakup periklanan, komunikasi internal dan eksternal perusahaan sebaik kampanye hubungan publik (public relations) terhadap merek. b. Identitas visual/verbal : mencakup nama, logo dan lambang c. Kehadiran produk : mencakup desain produk, pengemasan dan penampakan produk, dan karakter merek yang digunakan sebagai bagian dari pengemasan dan poin dari material penjualan. d. CoBranding (kerja sama merek) : mencakup event marketing dan sponsorship, aliansi dan partnership,
perizinan, penempatan produk dalam film, kerjasama kampanye dan tipe lain dari pengaturan kerja sama. e. Lingkungan : mencakup bangunan, kantor, jarak pabrik, retail dan jarak publik, dan perdagangan. f. Website dan media elektronik g. Orang : mencakup sales people, perwakilan perusahaan, penyedia jasa, penyedia pelayanan pelanggan dan siapa saja yang terlibat dengan perusahaan atau merek. Dari Experiential Providers di atas dapat memberikan pemahaman baru tentang hubungan antara produk dan konsumennya.
Demi
mendekati,
mendapatkan
dan
mempertahankan konsumen loyal, Experiential Providers dapat menghadirkan pengalaman yang unik, positif dan mengesankan. Pemasar harus dapat memutuskan Experience Providers mana yang akan digunakan untuk menciptakan SEMs tertentu agar dapat menemukan experiential image dari perusahaan atau brand secara tepat.
2.5.
Experiential Hybrids Pencapaian holistic experience sebagai tujuan dari experiential marketing dapat dilewati dengan melewati tahapan yang disebut experiential hybrids. Experiential hybrids adalah penggabungan dua atau lebih komponen SEMs guna menciptakan multi experiential campaign yang bermuara pada holistic experience. Secara umum SEMs dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu individual dan shared experience. Sense, feel, dan think mengacu pada individual experience, sedangkan act dan relate mengacu pada shared experience. Experiential hybrids berfungsi menggabungkan komponenkomponen tersebut menjadi kesatuan yang terintegrasi dan bertujuan menciptakan holistic experience. Sebagai alat bantu dapat digunakan kerangka dasar yang disebut experiential wheel, yaitu media pertemuan antara komponenkomponen SEMs yang kemudian terkait membentuk satu kesatuan yaitu experiential hybrids.
2.6.
Penerjemahan Experiential Marketing ke dalam Model Sikap Pada dasarnya, experiential marketing merupakan suatu pengembangan dari teori tradisional, maka tidak mengherankan bila ada komponenkomponen experiential marketing yang diadopsi dari teori teori tradisional yang kemudian dikembangkan. Untuk mempermudah pengertian mengenai cara kerja dari experiential marketing, berikut ini akan digambarkan bagaimana experiential marketing dapat diterjemahkan ke dalam model sikap.
Conation
Affection
Cognition Gambar 2 . Tricomponent Attitude Model Sumber : Schiffman dan Kanuk, 2000. Consumer Behaviour
2.6.1. Tricomponent Attitude Model Salah satu dari berbagai model sikap (attitude model) yang paling sesuai dengan experiential marketing adalah tricomponent attitude model, attitude (sikap) terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu cognition, affect dan conation (Schiffman dan Kanuk, 2000). Seperti dapat dilihat pada model berikut : 1. The Cognitive Component Terdiri dari kesadaran atau pengertian seseorang, yaitu pengetahuan dan persepsi yang ditimbulkan oleh kombinasi dari berbagai pengalaman langsung dengan objek dan informasi terkait dari berbagai sumber. Dalam experiential marketing,
komponen cognition ini dapat disamakan dengan elemen think dalam strategic experience modules, dimana pemikiran dan pertimbangan yang dibuat oleh konsumen tentang suatu objek biasanya bersifat logis, sebagai hasil dari informasi dan pengetahuan yang dimilikinya tentang objek tersebut. 2. The Affective Component Komponen afektif dari attitude berhubungan dengan emosi dan perasaan konsumen tentang produk atau merek tertentu. Pengalamanpengalaman yang mengandung unsur affect biasanya dimanifestasikan dalam bentuk emotionally charged states, misalnya happines (kebahagiaan), sadness (kesedihan), shame (rasa malu), disgust (rasa muak), anger (kemarahan), distress (kecemasan), guilt (rasa bersalah), atau surprise (terkejut). Aspek affect memiliki kesamaan dengan aspek feel dalam experiential marketing, yaitu emosi atau perasaan yang timbul dalam diri konsumen setelah mendapatkan experience dengan produk tertentu. 3. The Conative Component Komponen terakhir dari tricomponent attitude model ini berkaitan dengan kecenderungan individu untuk melakukan aksi atau berperilaku dengan cara tertentu sehubungan dengan objek sikap. Dalam riset pemasaran, komponen conative seringkali dianggap sebagai bentuk ekspresi dari intensitas pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Skala intensitas pembelian konsumen digunakan untuk mengetahui kecenderungan konsumen untuk membeli produk atau berperilaku tertentu terhadap suatu produk. Aspek conation dapat disejajarkan dengan aspek act dalam experiential marketing, dimana ada perilaku aktual tertentu yang dilakukan oleh konsumen setelah use experience, misalnya repurchase behaviour, atau keadaan sebaliknya, konsumen berpaling kepada merek lain. Dalam experiential marketing, tricomponent attitude model ini ditambahkan dengan aspek sense
dan relate. Keseluruhan proses experiential marketing dimulai dari sense, dimana stimulanstimulan pada sense marketing akan mendorong terbentuknya cognition (think), affection (feel), dan conation (act). Selanjutnya semua pengalaman dalam sense. feel, think, dan act akan berpengaruh terhadap pembentukan relate experience.
2.7.
Loyalitas Konsumen Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari semua perusahaan. Tetapi kebanyakan dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen dapat dibentuk melalui beberapa tahapan mulai dari mencari konsumen potensial sampai dengan advocate customers yang akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Menurut Evans dan Berman (1982) bahwa loyalitas dinilai sebagai tulang punggung perusahaan dalam berhubungan dengan konsumen. Perusahaan yang mempunyai pelanggan yang loyal berarti sudah mencapai satu langkah lebih maju dalam hal pemuasan pelanggan. Konsumen yang loyal juga merupakan keuntungan tersendiri dan bila ditambah dengan pembinaan hubungan terus menerus, biaya melayani konsumen akan berkurang. Mempertahankan pelanggan lama akan lebih mudah daripada mencari pelanggan baru. Bahkan seiring dengan perjalanan waktu konsumen yang loyal menjadi pembangunan bisnis, membeli lebih banyak, membayar lebih tinggi dan membawa konsumen baru. Loyalitas dapat membuat konsumen melakukan pembelian secara konsisten terhadap pemilihan suatu merek. Konsumen akan berusaha untuk meminimumkan resiko, waktu dan proses pengambilan keputusan. Pengalaman juga penting karena berhubungan dengan kebiasaan dalam pengambilan keputusan. Pilihan baik dan pembelian yang tetap terhadap suatu merek pada suatu waktu akan berulang kembali karena adanya pengalaman yang baik pada tindakan sebelumnya (Evans dan Berman, 1982). Sedangkan Griffin (1995), menyatakan bahwa loyalitas konsumen
adalah suatu komitmen yang kuat dari konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai secara konsisten dan dalam jangka panjang, tanpa terpengaruh oleh situasi dan usahausaha marketing dari produk lain yang berusaha membuat mereka beralih untuk membeli produk lain tersebut. Jadi loyalitas konsumen adalah suatu sikap yang berkomitmen untuk tetap menggunakan produk atau pelayanan dari penyedia tertentu. Untuk menjadi konsumen yang loyal, seseorang harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masingmasing tahap. Dengan memenuhi kebutuhan dari setiap tahap tersebut, maka perusahaan mempunyai peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembelinya menjadi konsumen yang loyal dan klien perusahaan (Griffin, 1995). Menurut Griffin (1995), bahwa tingkatan konsumen yang loyal adalah : 1. Suspects (tersangka), meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang/jasa perusahaan. Kita menyebutnya sebagai suspects karena yakin bahwa mereka akan membeli tetapi belum mengetahui apapun mengenai perusahaan dan barang/jasa yang ditawarkan. 2. Prospects (yang diharapkan), adalah orangorang yang memiliki kebutuhan akan barang/jasa tertentu, dan mempunyai keyakinan untuk membelinya. Para prospects ini meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barang/jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan barang/jasa tersebut kepadanya. 3. Disqualified Prospects (yang tidak berkemampuan), yaitu prospek yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang/jasa tersebut. 4. First Time Customers (pembeli baru), yaitu konsumen yang membeli untuk pertama kalinya, mereka masih menjadi konsumen baru. 5. Repeat Customers (pembeli berulangulang), yaitu konsumen yang
telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. 6. Clients (pelanggan tetap), yaitu membeli semua barang/jasa yang mereka butuhkan dan ditawarkan perusahaan, mereka membeli secara teratur. Hubungan dengan jenis konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh daya tarik produk perusahaan pesaing. 7. Advocates (pelanggan tetap dan pendukung), yaitu seperti clients akan tetapi juga mengajak temanteman mereka yang lain agar membeli barang/jasa dari perusahaan yang bersangkutan.
2.7.1. Manfaat Loyalitas Konsumen Menurut Griffin (1995), dengan meningkatkan loyalitas konsumen maka akan memberikan manfaat bagi perusahaan, setidaknya dalam beberapa hal berikut : 1. Menurunkan biaya pemasaran, bahwa biaya untuk menarik pelanggan baru jauh lebih besar bila dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang ada. 2. Menurunkan biaya transaksi, seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, pembuatan account baru, dan biaya lainlain. 3. Menurunkan biaya turnover konsumen, karena tingkat kehilangan konsumen rendah. 4. Menaikkan penjualan yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Word of mouth yang bertambah, dengan asumsi bahwa pelanggan yang setia berarti puas terhadap produk yang ditawarkan. 6. Menurunkan biaya kegagalan, seperti biaya penggantian atas produk yang rusak.
2.7.2. Pengukuran Loyalitas Menurut Sutisna (2001), ada lima macam cara untuk mengukur loyalitas konsumen, yaitu 1. Pengukuran Perilaku Pengukuran ini termasuk pendekatan instrumental conditioning yang memandang bahwa pembelian konsisten sepanjang waktu dapat menunjukkan loyalitas merek. Loyalitas konsumen diukur berdasarkan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. 2. Pengukuran Switching Cost Pengukuran ini merupakan indikasi loyalitas pelanggan terhadap suatu merek, sebab pada umumnya biaya untuk beralih merek sangat mahal dan beresiko besar, sehingga tingkat perpindahan konsumen akan rendah. 3. Pengukuran Kepuasan Walaupun kepuasan pelanggan tidak menjamin loyalitas, tetap ada kaitan penting antara kepuasan dan loyalitas. Bila ketidakpuasan pelanggan terhadap satu merek rendah, maka pada umumnya tidak cukup alasan konsumen beralih mengkonsumsi merek lain kecuali ada faktorfaktor penarik yang sangat kuat. 4. Pengukuran Kesukaan Terhadap Merek Pengukuran ini dilakukan dengan melihat kesukaan terhadap merek, kepercayaan, perasaan hormat atau bersahabat dengan merek yang membangkitkan kehangatan dalam perasaan pelanggan. Hal tersebut dapat menyulitkan pesaing dalam menarik pelanggan yang sudah mencintai merek pada tahap ini. Ukuran rasa kesukaan dapat tercermin melalui kemauan untuk membayar dengan harga yang lebih mahal untuk memperoleh merek tersebut. 5. Pengukuran Komitmen Merek yang mempunyai brand equity tinggi akan memiliki sejumlah besar pelanggan dengan komitmen tinggi pula.
Pengukuan komitmen ini didasari oleh teori kognitif, dimana loyalitas konsumen merupakan komitmen merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus.
2.8. Penelitian Terdahulu Studi yang telah dilakukan berkaitan dengan experiential marketing dan emotional branding dilakukan oleh Tim MarkPlus & Co dan Majalah SWA. Adapun studi tersebut hanya bertujuan untuk memilih jagojago di bidang experiential marketing dan emotional branding (EXEM). Studi ini dilakukan dengan cara mengundang para pembaca SWA untuk memilih tiga produk dari 21 nominator (Extra Joss, Aqua, Tahapan BCA, Garuda Indonesia, Telkomsel, Kartu Kredit Citibank, Nokia, McDonald's, Pepsodent, teh Botol Sosro, Jogya, Dji Sam Soe, Coca Cola, Lux, Indofood, Hewled Packard, Sari Ayu, Equil, Viagra, MTV, dan Harley Davidson) yang paling memberikan pengalaman tak terlupakan. Dari ketiga pilihan itu, pembaca diminta menetapkan produk mana sebagai urutan 1,2,3. Survey ini berhasil menjaring 79 responden. Hasil survey tersebut yaitu : urutan 1, Extra Joss menempati urutan pertama, disusul Aqua dan Tahapan BCA; urutan 2, Nokia menempati peringkat pertama, disusul Pepsodent dan Aqua; urutan 3, McDonald's menempati peringkat pertama, disusul Indofood dan tahapan BCA. Novindra (2003) mengangkat topik tentang Hubungan Experiential Marketing dan Emotional Branding (EXEM) dengan loyalitas konsumen Susu Kental Manis pada PT Indomilk (Studi kasus di Kotamadya Bogor). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat loyalitas konsumen SKM Indomilk pada PT Indomilk dinyatakan cukup loyal, karena banyaknya konsumen yang termasuk kriteria clients (67%), yakni konsumen yang membeli SKM Indomilk secara teratur (rutin) dan tidak terpengaruh oleh SKM lain, walaupun konsumen yang termasuk kriteria avocates (konsumen yang termasuk clients dan juga
menganjurkan orang lain untuk mengkonsumsi SKM Indomilk) hanya (7%). Hal ini berarti PT Indomilk cukup berhasil dalam melaksanakan prinsipprinsip experiential marketing dan emotional branding untuk meningkatkan loyalitas konsumen. Berdasarkan Uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh bahwa terdapat hubungsn yang signifikan antara experiential marketing PT Indomilk dengan loyalitas konsumen SKM Indomilk dan emotional branding PT Indomilk dengan loyalitas konsumen SKM Indomilk sehingga semakin baik experiential marketing ataupun emotional branding PT Indomilk akan meningkatkan loyalitas konsumen SKM Indomilk.
III. METODE PENELITIAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Konseptual Coffee shop de Koffie Pot sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang usaha kedai kopi dituntut untuk mempertahankan posisinya serta memperoleh pangsa pasar yang lebih besar dengan menerapkan suatu strategi guna memenangkan persaingan dan merebut hati konsumen. Mengingat banyaknya pesaing yang sudah lebih awal berada di industri kedai kopi dan hadirnya pemain baru dalam industri kedai kopi dengan membawa merek global, coffee shop de Koffie Pot harus dapat menciptakan produk dan memberikan pelayanan yang bernilai tambah dibanding dengan pesaingpesaing yang sudah lebih dulu dikenal. Produk dan pelayanan tersebut adalah produk yang dapat memberikan pengalaman kepada konsumen sehingga akan timbul kesetiaan atau loyalitas terhadap coffee shop de Koffie Pot. Dalam dunia pemasaran, suatu metode dalam strategi pemasaran yang lebih menitik beratkan pengalaman konsumen disebut Experiential Marketing yaitu kemampuan produk untuk menawarkan pengalaman emosi bagi konsumen. Dengan Experiential Marketing diharapkan agar nantinya produk yang ditawarkan kepada konsumen dapat menimbulkan keinginan dan kesukaan yang mendalam bagi konsumen yang menggunakannya sehingga mananamkan suatu kebutuhan atas produk yang ditawarkan itu dalam jangka panjang dan akhirnya dapat meningkatkan loyalitas bagi konsumen yang bersangkutan. Untuk mereduksi faktorfaktor Experiential Marketing terhadap loyalitas konsumen, dalam penelitian ini digunakan Analisis Faktor yaitu Analisis Komponen Utama. Selanjutnya penelitian ini menggunakan alat analisis diskriminan untuk mengetahui variabel bebas apa saja yang berpengaruh terhadap variabel terikat (loyalitas konsumen), kemudian dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku pasca pembelian. Apakah faktor komponen utama yang terbentuk hasil Analisis Komponen Utama tersebut mempengaruhi Repeat customer, Clients atau Advocates.
Analisis tersebut akan menghasilkan karakteristik perilaku konsumen yang selanjutnya digunakan sebagai alat evaluasi bagi perusahaan khususnya dalam memperbaiki strategi pemasaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat bagan alir kerangka pemikiran konseptual dalam gambar 3. berikut. Tingkat persaingan coffee shop yang cukup ketat di Kota Bogor
Pelanggan Coffee Shop de Koffie Pot
Alatalat penting dari Experiential Marketing Indera (X1), perasaan (X2), pikiran (X3), aksi (X4), hubungan (X5), komunikasi (X6), identitas (X7), produk (X8), cobranding (X9), lingkungan (X10), website (X11), orang (X12).
Analisis Faktor
Analisis Deskriptif
Perilaku pasca pembelian 1. Repeat Customer 2. Clients 3. Advocates
Faktorfaktor Dominan (Komponen Utama) Analisis Diskriminan
Classification Function Coeffitiens
Rekomendasi bagi Perusahaan
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Coffee Shop de Koffie Pot yang terletak di The Collonial Building Jalan Salak No. 6 Bogor. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi adalah karena Coffee shop de Koffie Pot berada di kawasan tengah kota serta dapat dijangkau dengan mudah dari berbagai tempat termasuk dari jalan Tol Jagorawi yang menjadi jalan utama bagi warga Jakarta yang datang ke Bogor. Selain itu de Koffie Pot cukup dekat dengan pusat perbelanjaan terutama factory outlet yang ada di kota Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2007.
3.3.
Jenis dan Sumber Data Tujuan penelitian hanya dapat dijawab jika ada data yang menunjang. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. a. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan penyebaran kuesioner. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner bagi para konsumen sebagai responden serta wawancara dengan pihak manajemen dalam menunjang penelitian ini. Pertanyaan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner berisi pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya telah disediakan sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang menurutnya paling sesuai, sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan jawaban sesuai kehendak hati responden. b. Data Sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain yang diperoleh dari berbagai sumber studi literatur diantaranya adalah Badan Pusat Statistik, dan informasi lainnya dari internet, tabloid, majalah serta hasilhasil penelitian terdahulu.
3.4.
Metode Pegumpulan Data Data responden diperoleh melalui wawancara dengan responden terpilih dan pertanyaanpertanyaan yang diajukan mengacu pada kuesioner yang telah disiapkan. Wawancara dilakukan dengan cara mendatangi konsumen yang sedang membeli atau sedang mengkonsumsi minuman kopi di coffee shop de Koffie Pot. Paket kuesioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama dari kuisioner berkaitan dengan identitas responden dan bagian kedua memuat pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan perilaku konsumen. Jenis pertanyaan yang dibuat dalam kuisioner adalah pertanyaan berstruktur yaitu pertanyaanpertanyaan yang memberikan alternatif jawaban kepada responden untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia ataupun menjawab lebih dari satu jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
3.5.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1.
Memberikan kuesioner kepada konsumen coffee shop de Koffie Pot dalam bentuk pertanyaan yang singkat dan sederhana.
2.
Mentabulasikan semua jawaban responden pada kuesioner.
3.
Melakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh dari pentabulasian.
4.
Kuesioner tersebut mempunyai kriteria skor untuk setiap item pertanyaannya, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2. Skor untuk Experiential Marketing dan Loyalitas Konsumen Skor Keterangan Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Sangat tidak setuju Tidak setuju Raguragu Setuju Sangat setuju
3.6.
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penggolongan tingkat loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot berdasarkan skor penilaian responden disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria loyalitas konsumen Coffee Shop de Koffie Pot menurut Griffin berdasarkan skor penilaian responden Skor Kriteria
3.7.
49
Repeat Customer
1015
Client
1620
Advocates
Metode Pengambilan Sampel Metode penarikan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya (Nazir, 1988). Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan mewawancarai konsumen yang sedang berkunjung ke coffee shop de Koffie Pot Bogor pada saat penelitian dilaksanakan. Pada penelitian ini digunakan 200 responden, hal ini berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (Simamora, 2002), yaitu : n =
N ...............................................................................................(1) 1 + Ne 2
dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan populasi) Berdasarkan informasi yang diperoleh dari data penjualan coffee shop de Koffie Pot diketahui bahwa jumlah konsumen coffee shop de Koffie Pot Bogor selama satu bulan terakhir yaitu pada bulan Juni 2007 adalah sebanyak 3000 pengunjung (N). Dengan nilai e sebesar 7 % , maka diperoleh nilai sebesar
3000 n = 2 = 191,082 1 + 3000 (0 , 07 ) Untuk memudahkan perhitungan, maka jumlah responden yang diambil adalah 200 responden dengan pertimbangan bahwa angka tersebut masih mendekati 191,082.
3.8.
Variabel Penelitian Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri atas variabel dependen dan independen. Yang menjadi variabel independen adalah Experiential Marketing pada coffee shop de Koffie Pot. Experiential Marketing terdiri atas dua belas indikator penilaian, yaitu : Experience Module (sense, feel, think, act, dan relate) dan Experience Provider (komunikasi, identitas, produk, cobranding, lingkungan, website dan people). Adapun variabel dependennya adalah loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot. Indikator ataupun kriteria penilaiannya terdiri atas : pembelian ulang dan penciptaan prospek. Sedangkan konsumen coffee shop de Koffie Pot adalah konsumen di Kota Bogor maupun dari daerah lain yang sedang berkunjung ke coffee shop de Koffie Pot Bogor. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini yaitu Experiential Marketing (X) dan Loyalitas Konsumen (Y) dijelaskan pada Tabel 4. Tabel 4. Operasionalisasi Variabel Variabel Experienti al Marketing (X)
Konsep Variabel Kemampuan Produk dalam menawarkan pengalaman emosi hingga menyentuh hati dan perasaan konsumen (Schmitt, 1999)
Indikator a). Experiential Module (5 faktor : indera, perasaan, pikiran, aksi, dan hubungan) b). Experiential Providers (7 faktor : komunikasi, identitas, kehadiran produk, cobranding, lingkungan, website, orang
Ukuran
Perilaku
Nilai yang 1. Repeat diberikan 2. Clients konsumen terhadap 3.Advocates penerapan prinsip prinsip Experiential Marketing (menggunaka n skala Likert ; SS = 5, S = 4, RR = 3, TS = 2, STS = 1)
Lanjutan Tabel 4. Variabel
Konsep Variabel
Loyalitas Pembelian Konsumen rutin konsumen (Y) yang didasarkan pada unit pengambilan keputusan (Griffin, 1995)
3.9.
Indikator
Ukuran
a) Pembelian Ulang b) Tingkat penciptaan prospek
Menggunakan Skala Likert ; SS = 5, S = 4, RR = 3, TS = 2, STS = 1
Perilaku
Metode Pengolahan dan Analisis data 3.9.1. Uji Validitas Setelah kuisioner terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji validitas kuisioner. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment, uji validitas ini digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masingmasing
pertanyaan
dengan
skor
total.
Validitas
menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Kuesioner yang dikatakan memiliki butirbutir pertanyaan kuesioner yang saling berhubungan dengan konsepkonsep yang diinginkan. Apabila ada pertanyaan yang tidak berhubungan, maka pertanyaan tersebut tidak valid, dan akan dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain yang lebih sahih (Umar, 2003). Rumus yang digunakan : r =
n å XY - å X å Y ( n å X 2 - ( å X ) 2 ( n å Y 2 - ( å Y ) 2 )
…...................(2)
Dimana : rxy = korelasi antara x dan y x = skor pernyataan y = skor total pernyataan n = jumlah responden Bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikansi (α) 0.05 maka pernyataan pada kuesioner mempunyai
validitas konstruk atau terdapat konsistensi internal dalam pernyataan tersebut dan layak digunakan.
3.9.2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan rumus alpha. Uji ini dilakukan untuk mengetahui keandalan kuisioner. Nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel, jika r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel. Rumus yang digunakan adalah : 2 æ k öæç å s b ö÷ r11 = ç ÷ç1 ....................................................( 3 ) s t 2 ÷ø è k - 1 øè
Keterangan : r 11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pernyataan
s t2
= varians total 2 b
å s
= jumlah varians butir/pernyataan
Dengan rumus varian yang digunakan adalah :
(å X ) -
2
s 2 =
åX
2
n
......................................................( 4 )
n
Dimana : n = jumlah responden X = nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomornomor butir pertanyaan/pernyataan). Setelah didapat korelasi hitung, lalu dibandingkan dengan korelasi pada Tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5 persen. Jika r yang dihitung lebih besar dari r pada tabel, maka kuesioner tersebut tidak reliabel.
3.9.3. Analisis Faktor Analisis faktor merupakan sebuah metode peubah ganda yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara banyak peubah berkorelasi yang sulit diamati (unobservable) menjadi peubah yang lebih sedikit, relatif bebas, namun tetap berarti secara konseptual. Model analisis faktor dapat ditulis sebagai berikut : Xi = ai1F1 + ai2F2 + ..... + aijFj + εi ...............................(5) Keterangan : Xi = Peubah amatan kei yang telah distandarisasi Fj = Faktor bersama kej (j = 1,2,...., m) aij = Pembobot dari faktor kej pada peubah kei (faktor loading) εi = Galat dari respon kei i = 1,2,3,...., P Peubah yang diolah dalam analisis faktor diambil dari Experiential Module yang terdiri dari sense, feel, think, act dan relate dan Experience Providers yang terdiri dari komunikasi identitas, kehadiran produk, cobranding, lingkungan, website dan orang serta mengacu pada penelitianpenelitian terdahulu tentang experiential marketing. Faktor bersama (common factor) adalah faktor yang keragamannya menyebar pada beberapa peubah amatan, sedangkan faktor
unik
(unique
factor)
merupakan
faktor
yang
keragamanannya berada pada satu peubah amatan saja. Faktor unik ini merupakan penjumlahan dari dua bagian yang tidak saling berkorelasi yaitu faktor spesifik dan galat. Ragam dari variabel respon Xi diterangkan oleh dua komponen yaitu komponen hi² dan ψi. Komponen hi disebut sebagai komunalitas (communality) yang menunjukkan proporsi ragam Xi yang diterangkan oleh m faktor bersama (secara bersamasama). Dengan kata lain hi² merupakan jumlah kuadrat bobot (loadings) dari variabel respon Xi pada m faktor bersama,
sedangkan komponen ψi merupakan proporsi ragam dari variabel respon Xi yang disebabkan oleh faktor spesifik atau galat (error) dan disebut sebagai ragam spesifik (spesific variance). Hasil loading faktor biasanya tidak terlalu bagus untuk diinterpretasikan sehingga dilakukan rotasi terhadap matriks loading. Rotasi merupakan pemutaran sumbu faktor dengan sudut tertentu sehingga mendapatkan sumbu faktor baru tanpa perubahan pada konfigurasi peubah asal. Rotasi faktor terdiri dari 2 jenis yaitu rotasi ortogonal (faktor hasil rotasi tidak saling berkorelasi) dan oblique (faktor hasil rotasi yang saling berkorelasi). Pada rotasi ortogonal tidak merubah nilai total proporsi keragaman yang dijelaskan oleh faktorfaktor bersama yang diperoleh. Metode yang umum
digunakan
adalah
varimax.
Metode
rotasi
ini
menitikberatkan pada kesederhanaan kolomkolom matriks bobotnya, jadi hanya pada salah satu faktor yang berisikan beberapa peubah saja yang mempunyai bobot tertinggi. Konsep yang digunakan pada metode varimax ini akan memudahkan interpretasi peubah untuk tiap faktor. Interpretasi faktor didasarkan atas nilai faktor loading (aij), semakin besar aij, berarti semakin besar peubah amatan tersebut (peubah kei) berkorelasi dengan faktor kej. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap faktor diberi nama (secara subjektif) sesuai dengan ciri sekelompok peubah yang aijnya besar pada faktor tersebut. Untuk menganalisis data analisis faktor menggunakan program SPSS 13 for Windows. Menurut Santoso dan Tjiptono dalam Rahmat (2003), secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan variabel yang layak dimasukkan ke dalam analisis faktor. Karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel sehingga akan terjadi pengelompokan .
Kaiser MeyerOlkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) and Barlett’s test dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Bila angka KMO MSA di atas 0.5 maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. 2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor. Metode pencarian faktor yang populer diantaranya adalah Komponen Utama (Principal Component Method). 3. Untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain, maka dilakukan proses rotasi. Hal ini dilakukan, karena biasanya faktor yang terbentuk kurang menggambarkan perbedaan diantara faktorfaktor yang ada sehingga menyulitkan analisis. 4. Menghilangkan angka pada tabel (factor loading) yang berada dibawah 0.5 sebagai angka pembatas (cut off point) agar sebuah variabel dapat secara nyata termasuk sebuah faktor. Factor loading adalah besar korelasi antara suatu variabel dengan faktornya. 5. Menamakan faktor yang terbentuk. Penamaan faktor tergantung pada namanama variabel yang terkumpul pada satu faktor dan interpretasi masingmasing analisis, sehingga sebenarnya pemberian nama bersifat secara subjektif, karena tidak ada ketentuan pasti mengenai pemberian nama tersebut. Kelebihan analisis faktor adalah dapat menerangkan struktur hubungan diantara banyak variabel yang diamati dalam sejumlah kecil faktorfaktor yang merupakan besaran acak yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis ini juga memiliki kelemahan yaitu analisis ini memiliki banyak pemecahan masalah yang dikemukakan para ahli, sehingga akhirnya tergantung penilaian peneliti mengenai kegunaan dan interpretabilitas ilmiahnya.
3.9.3. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan adalah teknik multivariate yang termasuk dependence methode, yaitu adanya variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen), dengan ciri khusus adalah data variabel terikat harus berupa kategori dan variabel bebas berupa non kategori (Santoso dalam sutisna 2005). Model analisis diskriminan dengan kombinasi linear adalah sebagai berikut :
D = b 0 + b1aX1a + b2aX2a + ........... + bnaXna
................(6)
Dimana D : Perilaku pasca pembelian, terdiri dari tiga grup, yaitu repeat customer, clients dan Advocates bo
: Konstanta persamaan diskriminan
b1ana : Penduga parameter (koefisien) X1ana : Faktor komponen utama 1 (X1a), faktor komponen utama 2 (X2a), sampai dengan faktor komponen utama kena hasil dari pengolahan dengan Principle Component Analysis.
Hasil berupa model diskriminan akan diperoleh dengan baik apabila telah memenuhi asumsiasumsi sebagai berikut : terdapat tiga asumsi penting sebelum proses pengolahan dengan analisis diskriminan dilakukan (Santoso, 2004), yaitu : 1. Multivariate normality, yaitu variabel bebas berdistribusi normal. Asumsi ini akan diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov dan ShapiroWilk. Variabel akan valid apabila signifikan lebih besar dari 0,05.
2. Matriks kovarians dari semua variabel dalam populasi harus sama. Nilai signifikansi dan probabilitas F Box’s kurang dari 0.05 digunakan untuk menguji asumsi ini valid. 3. Tidak ada korelasi antar variabel bebas. Hasil dari analisis faktor dapat memberikan faktorfaktor yang tidak berkorelasi satu sama lain.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Perusahaan Coffee shop de Koffie Pot yang terletak di The Collonial Building Jalan Salak No. 6 Bogor ini didirikan oleh Christoper Dedi S. yang juga berkedudukan sebagai direktur utama. Sebelum awal pendirian Bapak Dedi melihat bahwa sebagian besar coffee shop yang ada di kotakota besar di Indonesia lebih memprioritaskan kopikopi luar negeri dibandingkan kopikopi dari dalam negeri sebagai produk inti yang ditawarkan kepada konsumen di coffee shop. Padahal kopikopi asli Indonesia pada dasarnya tidak kalah kualitasnya dalam hal rasa maupun aroma dengan kopi luar negeri. Dengan pertimbangan tersebut serta adanya dorongan untuk memajukan kopi Indonesia, maka Beliau kemudian mendirikan coffee shop de Koffie Pot dengan motto “Taste The Heritage of Indonesian Coffee”. Coffee shop de Koffie Pot bertempat di sebuah bangunan lama bekas peninggalan jaman Belanda yang diberi nama The Collonial. Untuk mempertahankan nilai sejarah dari bangunan tersebut, maka nama coffee shop ini menggunakan bahasa Belanda yaitu de Koffie Pot yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti secangkir kopi. Pada bangunan The Collonial tersebut, selain terdapat coffee shop juga terdapat beberapa usaha lain, baik yang dimiliki oleh pemilik coffee shop, seperti : florist, barbershop, dan widhome maupun pihak lain yang menyewa ruangan, seperti : kantor internet provider, butik, distro, dan studio foto. Secara resmi de Koffie Pot dibuka pada bulan Desember 2004, dengan seating capacity sebanyak 120 orang yang terbagi dalam dua ruangan, yaitu bagian dalam dan luar ruangan. Di bagian dalam ruangan dikhususkan bagi pengunjung yang tidak merokok (non smoking area), dimana terdapat 3 pasang sofa, 8 meja dan 32 kursi alumunium sedangkan dibagian luar ruangan dikhususkan bagi pengunjung yang merokok (smoking area), di bagian tersebut terdapat 3 pasang meja kayu dan kursi, 10 meja dan 40 kursi alumunium. Seluruh bangunan di coffee shop ini
dikelilingi oleh kaca guna menimbulkan kesan sebuah tempat yang luas dan moderen. Coffee shop de Koffie Pot juga menerapkan konsep self service yang biasanya digunakan oleh coffee shop bertaraf Internasional. Menu yang dijual tidak disajikan oleh pelayan tetapi langsung dipesan sendiri oleh pengunjung di counter dan langsung membayar. Daftar menu de Koffie Pot tertera dalam papan yang terletak di bagian tengah counter, sedangkan tempat mengambil pesanan terdapat di sebelah kiri counter. Setelah menunggu beberapa saat makanan dan minuman yang selesai dibuat dapat langsung dibawa ke meja atau terlebih dahulu ditambahkan gula, bubuk, coklat ataupun mengambil tisu dan pengaduk di meja yang telah disediakan. Coffee shop de Koffie Pot memiliki segmen pasar kalangan menengah keatas dengan target market kaum professional muda dan keluarga. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh pihak pengelola de Koffie Pot sebanyak 40 persen adalah konsumen tetap yang sudah cukup lama mengenal de Koffie Pot. Coffee shop de Koffie Pot mulai beroperasi setiap harinya pada pukul 09.00 – 00.00 WIB. Pada hari libur waktu buka tetap sama seperti hari biasa. Pada umumnya konsumen de Koffie Pot lebih banyak datang pada sore dan malam hari. Fasilitas layanan tambahan yang disediakan oleh Coffee Shop de Kofie Pot adalah : a. Big screen untuk pemutaran film dan tontonan hiburan lain, dimana setiap pengunjung yang makan dan minum biasanya memanfaatkan momen khusus untuk menonton acara sepak bola atau balap motor bersama teman. b. Fasilitas Hot Spot yaitu layanan area internet gratis bagi pengunjung yang datang untuk mengakses internet dengan membawa laptop/notebook sendiri.
4. 2.
Struktur Organisasi Perusahaan Coffee shop de Koffie Pot memiliki struktur organisasi yang cukup ramping dan sederhana. Hal ini dapat dilihat berdasarkan peran seorang pimpinan atau wewenang yang dimiliki oleh direktur utama yang bersifat sentralistik, sehingga setiap proses pengambilan keputusan harus melibatkan direktur utama dan mendapat persetujuan Direktur Utama. Coffee shop de Koffie Pot dibawah naungan PT. Triputra Halimun Sakti yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang juga merupakan owner dari coffee shop de Koffie Pot. Pada awalnya Direktur Utama ini secara langsung membawahi seorang manajer, namun pada saat sekarang ini, karena tidak dapat terlibat secara teknis dalam pengelolaan de Koffie Pot maka Direktur Utama membawahi seorang General Manager sebagai pemegang kendali dan pelaksana tugas harian. General Manager secara langsung membawahi manager kemudian dibawah manager adalah barista (coffee maker), chef, security, dan cleaning service. Sampai saat ini jumlah karyawan yang ada di de Koffie Pot adalah sebanyak 8 orang yang pembagiannya terdiri dari 2 orang chef dan 6 orang barista. Waktu kerja karyawan dibagi dalam dua shift yaitu shift pagi terdiri dari 3 orang karyawan dan shift malam terdiri dari 5 orang karyawan. Dalam kurun waktu satu minggu karyawan diberikan kebebasan dalam menentukan hari libur atau waktu cuti, sedangkan pada hari libur nasional, kecuali hari Raya Idul Fitri karyawan tetap bekerja seperti biasa atau dengan kata lain coffee shop de Koffie Pot tetap buka. Karyawan yang bekerja di coffee shop de Kofie Pot tidak mempunyai banyak kesempatan untuk melakukan liburan. Hal ini juga berlaku bagi karyawan yang cuti untuk keperluan pribadi seperti menikah hanya diberikan kesempatan libur selama tiga hari untuk kemudian bekerja kembali.
Direktur Utama
General Manager
Manager
Barista
Chef
Security
Cleaning Service
Gambar 4. Struktur Organisasi Coffee Shop de Koffie Pot
4.3.
Aspek Pemasaran Aspek pemasaran yang selama ini diterapkan oleh coffee shop de Koffie Pot dalam memasarkan produkproduknya adalah : 4.3.1 Produk Produk yang dijual di de Koffie Pot adalah beragam minuman kopi dan makanan. Menu minuman terdiri dari lima jenis minuman, antara lain Classic Line, Iced Drink, Steamers, Fruit Based Drinks, dan Soft Drink. Sedangkan menu makanan yang tersedia di de Koffie Pot terdiri dari berbagai Sanwich, Cake, Steak, Macaroni, Spaghetti, French fries, Hot Dog dan Hamburger. Minuman kopi yang disajikan di de Koffie Pot adalah kopi yang baru digiling dengan mesin penggiling kopi atau disebut grinder. Tujuannya adalah agar kualitas dan rasa kopi terasa harum dan kuat. Kemudian setelah digiling, bubuk kopi yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam mesin thermometer ber suhu 90° C. Pada umumnya kopi disajikan tanpa gula atau pemanis,
sehingga pengunjung sendiri yang menambahkan gula sesuai dengan selera. Jenis kopi yang tersedia di de Koffie Pot terdiri dari kopi Jawa, Aceh, Medan, Toraja, Arabica, dan Robusta. Berbagai jenis kopi tersebut dipasok oleh supplier setiap bulan sekali. Semua jenis makanan yang ada di de Koffie Pot dibuat sendiri oleh chef yang telah berpengalaman, sedangkan untuk produk cake dipasok oleh perusahaan bakery yang berasal dari Jakarta.
4.3.2 Harga Harga adalah satusatunya unsur dalam bauran pemasaran yang mampu menghasilkan pendapatan sedangkan bauran pemasaran lainnya menimbulkan biaya (Kotler, 2000). Harga minuman dan makanan yang ditawarkan coffee shop de Koffie Pot relatif mahal. Hal ini disebabkan karena mesin pembuat kopi yang digunakan untuk membuat kopi yang bermutu sangat mahal harganya. Selain itu target konsumen de Koffie Pot adalah kalangan menengah ke atas.
4.3.3 Promosi Tujuan perusahaan melakukan kegiatan promosi adalah untuk memelihara dan meningkatkan kesadaran konsumen akan merek de Kofie Pot, meningkatkan citra merek di benak konsumen serta meningkatkan penjualan produk. Dalam upaya meningkatkan penjualannya, de Koffie Pot memberikan promosi dengan melalui pemberian diskon pada pengunjung yang melakukan arisan pada bulanbulan tertentu. Promosi dengan melalui Advertising ataupun promosi bentuk Above The Line (ATL) tidak dilakukan karena pihak de Koffie Pot merasa bahwa lokasi coffee shop sendiri sudah dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif yaitu sangat strategis dan mudah diketahui oleh calon pengunjung.
4.3.4 Tempat Coffee shop de Koffie Pot berlokasi di daerah yang sangat strategis di kota Bogor. Pengunjung dari berbagai penjuru kota Bogor bahkan yang berasal dari daerah lain seperti Jakarta dapat dengan mudah sampai ke coffee shop de Koffie Pot dikarenakan dekat dengan Jalan tol Jagorawi. Lokasi yang ada sekarang merupakan area high trafic acces yaitu merupakan area yang sering dilalui baik oleh kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Selain itu coffee shop de Koffie Pot juga dilengkapi dengan fasilitas tempat parkir yang memadai, mushola, dan toilet yang sangat dijaga kebersihannya.
4.3.5. Bukti Fisik (Physical Evidence) Suatu perusahaan harus memiliki bukti fisik yang dapat menimbulkan kepercayaan konsumen. Bukti fisik dapat terdiri dari gedung, tanah, dekorasi, alatalat, lambang dan lainlain. Bukti fisik mewakili keputusan kunci mengenai lay out bangunan. Dalam bisnis jasa pemasar harus berusaha menyeimbangkan kondisi ketidak terwujudnya dengan menyediakan petunjukpetunjuk fisik untuk menguatkan positioning dan citra (Payne dalam Amelia 2007) Strategi pemasaran bukti fisik yang selama ini diterapkan oleh Coffee Shop de Kofie Pot adalah memiliki lay out ruangan eksterior dan interior yang menarik. Eksterior dan interior yang menarik menciptakan suasana yang nyaman bagi konsumen. Disamping itu lay out bangunan coffee shop de Kofie Pot juga sangat menarik sehingga cukup menjadi pusat perhatian masyarakat yang melewati coffee shop de Kofie Pot.
4.3.5. Proses Produksi (Production Process) Proses merupakan semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas dimana jasa disampaikan merupakan sistem
penyajian atau operasi jasa. Setelah pelanggan de Kofie Pot melakukan pemesanan pelanggan menunggu beberapa saat di tempat yang telah disediakan, konsep self service menjadi ciri tersendiri untuk sebuah coffee shop sehingga masih perlu dipertahankan. Dalam pemasaran jasa, proses merupakan salah satu hal yang penting karena jika proses yang dilakukan buruk maka persepsi konsumen terhadap produk akan buruk pula. Dalam proses pembuatan kopi dilakukan oleh tenaga profesional yang disebut barista.
4.3.6. Orang (People) Orang merupakan unsur bauran pemasaran yang memiliki peran penting, karena terlibat langsung dalam kegiatan penyampaian produk ke tangan konsumen. Kewajiban yang selama ini dilakukan oleh chef maupun barista de Kofie Pot adalah agar selalu memberikan pelayanan yang ramah, sopan dan peka terhadap kebutuhan pengunjung. Sedangkan strategi pemasaran untuk bauran pemasaran orang yang telah dilakukan oleh coffee shop de Kofie Pot adalah dengan menggunakan peran Public Relation yang sekaligus berperan sebagai customer relation yang bertugas sebagai pelaku promosi dari mulut ke mulut.
4.3.7. Produktivitas dan Kualitas (Productivity and Quality) Produktivitas bagi usaha coffee shop adalah hal yang berjalan seiring dengan pengawasan terhadap proses produksi. Produktivitas yang baik sangat diperlukan untuk kelancaran jalannya proses produksi. Produktivitas di coffee shop de Kofie Pot terdiri dari bagaimana cara dia mengelola persediaan bahan baku dan mengelola tenaga kerja. Keduanya saling berhubungan untuk menciptakan kualitas produk yang baik.
4.4.
Analisis Data Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 4.4.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaanpertanyaan yang diajukan dapat mewakili objek yang diamati. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dan hasilnya akan dibandingkan dengan nilai angka kritik tabel korelasi nilai r. Uji coba kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner memenuhi syarat sah atau tidak untuk dijadikan data utama penelitian. Sebagai penelitian awal, kuisioner disebarkan kepada 30 orang responden, setelah dilakukan uji validitas, didapat 16 pertanyaan yang sahih. Artinya seluruh pertanyaan tersebut memenuhi syarat sah untuk diolah lebih lanjut ( r hitung > r tabel, dimana r tabel = 0.361 untuk n = 30 pada selang kepercayaan persen). Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada lampiran 7. 4.4.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Dari hasil perhitungan didapatkan 0,803 untuk variabel experiential marketing dan 0,844 untuk variabel loyalitas konsumen. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Berdasarkan nilai yang diperoleh lebih besar dari 0,60 maka kuesioner yang disebarkan dapat diandalkan untuk dijadikan alat ukur pada penelitian ini. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 7.
4.5.
Karakteristik Responden Coffee Shop de Koffie Pot Demografi responden dalam penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, pendapatan per bulan, pengeluaran untuk
konsumsi makanan dan minuman per bulan, pekerjaan, dan pendidikan terakhir. Hal ini dilakukan untuk melihat profil konsumen dari segi sosial ekonomi guna memperoleh gambaran yang menyeluruh. Profil konsumen ini dapat berguna bagi coffee shop de Koffie Pot guna menciptakan formulasi strategi pemasaran yang sesuai.
4.5.1. Usia dan Jenis Kelamin Responden Dari hasil penelitian diketahui bahwa 68,5 persen responden berusia antara 16 hingga 25 tahun. Responden yang berusia 26 hingga 35 tahun memiliki persentase sebesar 19,5 persen. Sedangkan responden yang berusia 35 hingga 45 tahun dan berusia diatas 46 tahun masingmasing memiliki persentase sebesar 8,5 persen dan 3,5 persen. Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa 55,5 persen responden berjenis kelamin wanita dan 44,5 persen berjenis kelamin pria. Menurut Kotler (1997) selera orang terhadap suatu barang atau jasa tergantung usia. Karena itu banyak para pemasar menggunakan variabel demografi usia sebagai salah satu cara untuk menentukan segmen pasar yang akan dimasuki oleh produknya. Meskipun secara statistik jumlah wanita lebih banyak daripada pria namun ini tidak mengindikasikan bahwa pasar potensial coffee shop de Kofie Pot didominasi oleh jenis kelamin tertentu. Sehingga strategi pemasaran, segmentasi dan targeting khususnya, tidak dapat difokuskan kepada satu jenis kelamin saja.
19. 5
8. 5
3. 0 5
68. 5
Gambar 5. Diagram Usia Responden
< 15 tahun 1625 2635 tahun 3645 tahun tahun >46 tahun
4.5.2. Pendapatan Produk yang dibeli oleh konsumen biasanya erat hubungannya dengan tingkat pendapatan seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 33,5 persen responden memiliki ratarata pendapatan dibawah Rp. 1.000.000, hal ini disebabkan karena sebagian besar konsumen adalah kalangan pelajar dan mahasiswa sehingga belum memiliki penghasilan tetap. Kemudian sebanyak 30,5 persen responden memiliki pendapatan ratarata sebesar Rp. 1.000.001 – Rp. 3.000.000, sebanyak 18 persen responden berpendapatan ratarata sebesar Rp. 3.000.001 – Rp. 6.000.000, berikutnya responden dengan pendapatan Rp. 6.000.001 – Rp. 9.000.000 dan diatas Rp. 9.000.001 masing masing sebesar 10,5 persen dan 7,5 persen. Pendapatan per Bulan
< Rp.1.000.000 10.5
7.5 33.5
Rp.1.000.001 Rp.3.000.000 Rp.3.000.001 Rp.6.000.000
18 30.5
Rp.6.000.001 Rp.9.000.000 > Rp.9.000.001
Gambar 6. Diagram Pendapatan Responden
4.5.3. Pengeluaran untuk Konsumsi Berdasarkan pengeluaran untuk konsumsi pangan, mayoritas adalah tingkat pengeluaran Rp. 300.001 – Rp. 600.000 dengan persentase sekitar 37,5 persen, kemudian pengeluaran Rp. 100.001 – Rp. 300.000 sebesar 20,5 persen. Selain itu sebanyak 18 persen responden memiliki pengeluaran ratarata konsumsi per bulan sebesar Rp. 600.001 – Rp. 900.000. Sedangkan responden dengan pengeluaran konsumsi ratarata per bulan lebih dari Rp.900.001 dan kuarang dari Rp. 100.000 masingmasing adalah 15,5 persen dan 8,5 persen.
Pengeluaran untuk Konsumsi
15.5
8.5
< Rp. 100.000 20.5
18
Rp.100.001Rp. 300.000 Rp.300.001Rp. 600.000 Rp.600.001Rp. 900.000
37.5
> Rp. 900.001
Gambar 7. Pengeluaran Konsumsi Makanan/Minuman Responden per Bulan 4.5.4. Pekerjaan Responden pada penelitian ini memiliki latar belakang pekerjaan yang beragam. Sebanyak 42 persen responden adalah pelajar/mahasiswa dan sebanyak 38,5 persen adalah pegawai swasta. Selain itu terdapat 8 persen responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta dan 7 persen sebagai pegawai negeri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat responden dengan status pekerjaan Ibu rumah tangga dan profesional masingmasing 2 persen dan 1,5 persen dan sisanya sebanyak 1 persen belum bekerja. Menurut Engel, et al. (1994) pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen sangat mempengaruhi gaya hidup mereka dan merupakan basis terpenting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan kebutuhan akan penghargaan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen adalah pelajar dan mahasiswa, hal ini dapat disebabkan karena pelajar dan mahasiswa memiliki waktu luang yang lebih banyak sehingga memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan/aktifitas diluar rumah maupun diluar sekolah/kampus lebih tinggi.
1.5 1
Pegawai Negeri
7
Pegawai Swas ta Wiras was ta
42
Ibu Rum ah Tangga 38.5
Pelajar/Mahas iswa Profes ional
2
8
Lainlain
Gambar 8. Diagram Pekerjaan Responden
4.5.5. Tingkat Pendidikan Menurut Kasali (2001) pasar dapat dikelompokkan menurut tingkatan yang di capai oleh konsumen. Pendidikan yang berhasil diselesaikan
oleh
konsumen
bisa
menentukan
tingkat
intelektualitas seseorang. Pada gilirannya, tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dalam pemilihan barang yang dikonsumsinya. Responden coffee shop de Koffie Pot didominasi oleh konsumen dengan tingkat pendidikan terakhir Sarjana (S1) sebesar 39 persen, yang diikuti oleh konsumen dengan tingkat pendidikan terakhir SMA sebesar 36 persen. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan terakhir Diploma, S2/S3, dan SLTP masingmasing memiliki persentase sebesar 13,5 persen, 9 persen, dan 2,5 persen.
9
SD
0 2.5
SMP/Sederajat 36
SMA/Sederajat Diploma Sarjana (S1)
39
S2/S3 13.5
Lainlain
Gambar 9. Diagram Pendidikan Responden
4.6.
Perilaku Pembelian 4.6.1. Cara Responden Memperoleh Informasi Mengenai Coffee Shop de Koffie Pot Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 51,5 persen responden memperoleh informasi dari teman mengenai keberadaan coffee shop de Kofiie Pot, kemudian sebanyak 45,5 persen reponden menyatakan mengetahui coffee shop de Koffie Pot karena melihat outletnya yang berada di pinggir jalan. Sedangkan 2 persen adalah lainlain, dan 1 persen sisanya diperoleh dari berita di media masa. Tabel. 5 Sumber Perolehan Informasi Mengenai Keberadaan Coffee Shop de Kofie Pot. Sumber Informasi Jumlah Persentase (%) Teman/kerabat
103
51,5
Iklan de Kofie Pot
0
0
Melihat Outletnya
91
45,5
liputan/berita
2
1
Lainlain
4
2
Total
200
100
4.6.2 Ketertarikan Responden ketika Mengunjungi Coffee Shop de Koffie Pot pada Saat Pertama Kali. Sebanyak 34,5 persen responden menyatakan ketertarikan untuk
mengunjungi
de
Koffie
Pot
karena
diajak/direkomendasikan oleh teman. Kemudian sebanyak 29 persen didasarkan atas pertimbangan ingin mencoba. Selain itu sebanyak 22,5 persen menyatakan tertarik karena melihat outletnya. Sedangkan selebihnya yaitu sebanyak 8 persen tertarik karena kepopuleran de Koffie Pot dan 6 persen sisanya tertarik karena faktorfaktor lain.
Tabel 6. Unsur Ketertarikan Responden Terhadap Coffee Shop de KofiePot Unsur Ketertarikan Jumlah (orang) Persentase (%) Melihat Iklan
0
0
Diajak Teman
69
34,5
Ingin mencoba
58
29
Kepopuleran de Kofie Pot
16
8
Melihat Outletnya
45
22,5
Lainlain
12
6
Total
200
100
4.6.3 Mekanisme Responden dalam Mengunjungi Coffee Shop de Koffie Pot Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa sebanyak 78,5 persen responden memilih untuk berkunjung ke coffee shop de Koffie Pot bersama teman. Berikutnya sebanyak 7 persen memilih mengunjungi de Koffie Pot bersama dengan keluarga. Kemudian sebanyak 6 persen bersama rekan kerja. Sedangkan sebanyak 5 persen responden menyatakan lainlain dan 3,5 persen sisanya adalah berkunjung seorang diri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung datang bersama teman. Namun hal ini bukan berarti de Kofie Pot menghilangkan paket kunjungan bagi keluarga. Tabel 7. Mekanisme Responden dalam Mengunjungi Coffee Shop de Kofie Pot. Mekanisme Kunjungan Jumlah (orang) Persentase (%) Bersama teman
157
78,5
Bersama Keluarga
14
7
Bersama rekan Kerja
12
6
Sendiri
7
3,5
lainlain
10
5
Total
200
100
4.6.4. Tujuan Responden Mengunjungi Coffee Shop de Koffie Pot Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 38,5 persen responden mempunyai tujuan berkumpul dengan teman ketika
berkunjung ke de Koffie Pot, 36 persen bertujuan untuk relax/bersantai, dan 14 persen responden berkunjung dengan tujuan menikmati kopi dan hidangan lain. Kemudian sebanyak 5 persen responden menyatakan meeting dengan rekan kerja. Sedangkan yang berkunjung dengan tujuan untuk browsing internet dan tujuan lain masingmasing memiliki persentase sebesar 4,5 persen dan 2 persen. Tabel 8. Tujuan Responden Mengunjungi Coffee Shop de Kofie Pot. Tujuan Kunjungan Jumlah (orang) Persentase (%) Menikmati Kopi
28
14
Meeting
10
5
Berkumpul dengan Teman
77
38,5
Relax
72
36
Browsing Internet
9
4,5
Lainlain
4
2
Total
200
100
4.6.5. Pilihan Responden dalam Menikmati Produk Berdasarkan 200 kuesioner yang terkumpul, sebanyak 98 persen responden lebih memilih menikmati makanan/minuman yang ditawarkan de Koffie Pot dengan cara Dine in/konsumsi di outlet. Sedangkan 2 persen sisanya lebih memilih dengan cara take away/dibawa pulang. Tabel 9. Pilihan Responden dalam Menikmati Produk Coffee Shop de Kofie Pot. Pilihan Menikmati Jumlah Persentase (%) Produk (orang)
4.6.6.
Dine In
196
98
Take away
4
2
Total
200
100
Lama Waktu Reponden Mengunjungi Coffee Shop de Koffie Pot Sebagian besar responden menghabiskan waktu lebih dari 60 menit yaitu dengan persentase sebesar 57,5 persen. Sedangkan responden yang menghabiskan waktu selama 30–60 menit dan kurang dari 30
menit masingmasing memiliki persentase sebesar 40,5 persen dan 2 persen. Tabel 10. Lama Waktu Responden Mengunjungi Coffee Shop de Kofie Pot. Lama Kunjungan Jumlah (orang) Persentase (%) < 30 menit
4
2
30 – 60 menit
81
40,5
> 60 menit
115
57,5
Total
200
100
4.6.7. Pilihan Coffee Shop Lain yang Sering Dikunjungi Responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 61,5 persen responden memilih starbucks coffee sebagai alternatif lain dalam mengunjungi coffee shop, kemudian sebanyak 17,5 persen responden memilih The coffee bean sebagai alternatif. Berikutnya sebanyak 7 persen responden memilih Excelso dan 6,5 responden lainnya menyatakan memiliki banyak alternatif. Selain itu, coffee shop lain yang menjadi alternatif selain de Koffie Pot adalah Box Office coffee shop yang memiliki persentase sebesar 6 persen. Sedangkan 1,5 persen sisanya responden memilih Telapak coffee shop yang lokasinya berdekatan dengan starbucks coffee. Tabel 11. Pilihan Coffee Shop Lain yang Sering Dikunjungi Responden.
4.7 .
Alternatif
Jumlah (orang)
Persentase (%)
The Coffee Bean
35
17,5
Starbucks Coffee
123
61,5
Telapak
3
1,5
Excelso
14
7
Box Office
12
6
lainlain
13
6,5
Total
200
100
Analisis Faktorfaktor Komopnen Utama Experiential Marketing Analisis faktor digunakan untuk mereduksi sejumlah variabel yang akan membentuk sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang sebelumnya. Dalam analisis ini, dilakukan pengolahan terhadap 12
variabel, yaitu indera, perasaan, pikiran, aksi, hubungan, komunikasi, identitas, produk, cobranding, lingkungan, website, dan orang. Tahap pertama pengolahan data yang dilakukan pada analisis faktor bertujuan untuk menilai variabel mana saja yang dianggap layak untuk dilakukan pada analisis selanjutnya. Tahap pertama yang dilakukan pada analisis faktor adalah menilai variabel apa saja yang dianggap lebih layak untuk dimasukkan pada analisis selanjutnya. Pada pengolahan data awal diperoleh sebanyak tiga faktor yang memiliki nilai eigenvalue lebih dari satu. Hal ini berarti terdapat tiga faktor dominan yang mempengaruhi loyalitas konsumen coffee shop de Kofie Pot. KMO MSA (KayserMeyerOlkin Measure of Sampling Adequacy) merupakan suatu indeks yang dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor. Nilai tinggi antara 0,51,0 berarti analisis faktor tepat, tetapi bila nilai kurang dari 0,5 maka analisis faktor dikatakan tidak tepat. KMO and Bartlett’s Tes, terlihat angka KMO Measure of Sampling Adequacy (MSA) adalah 0,785 dengan signifikansi 0,000 dan nilai Chi Square pada test Bartlett sebesar 770,589. Proses selanjutnya adalah tiap variabel dianalisis untuk mengetahui variabel mana yang dapat diproses lebih lanjut dan variabel mana yang harus dikeluarkan. Nilai MSA yang lebih besar dari 0.5 menunjukkan bahwa proses pengambilan sampel cukup memadai dalam penggunaan analisis faktor. Angka MSA pada penelitian ini lebih besar dari 0.5 sehingga kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut. Hasil analisis ini diketahui besar pengaruh masingmasing variabel experiential marketing terhadap loyalitas konsumen yang dapat dilihat pada nilai communality. Nilai communality masingmasing variabel dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan nilai communality dari 12 variabel yang dianalisis berdasarkan urutan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Variabel identitas memiliki angka communality sebesar 0,672. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekitar 67,2 persen keragaman variabel dapat dijelaskan oleh faktorfaktor yang terbentuk.
Tabel 12. Urutan Nilai Communality Masingmasing Variabel No.
Variabel
Communality
1. Identitas 0,672 2. Website 0,664 3. Komunikasi 0,663 4. Orang 0,654 5. Hubungan 0,649 6. Pikiran 0,630 7. Cobranding 0,617 8. Aksi 0,550 9. Lingkungan 0,535 10. Produk 0,513 11. Perasaan 0,462 12. Indera 0,461 Extraction Method : Principal Component Analysis Nilai communality menunjukkan jumlah keragaman (varian) dari suatu variabel mulamula yang bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai communality sebuah variabel berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk dan semakin besar juga keragaman variabel tersebut yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Tabel 12 menunjukkan nilai communality dari 12 variabel yang dianalisis berdasarkan urutan dari yang terbesar hingga terkecil. Pada lampiran 4 tabel component matrix menunjukkan distribusi dari 12 variabel. Pada 3 faktor utama yang terbentuk, seluruh variabel tersebut dikelompokkan pada 3 faktor berdasarkan besarnya korelasi antara suatu variabel dengan faktor yang terbentuk. Hal ini ditunjukkan dari nilai loading yang dihasilkan oleh masingmasing variabel tersebut. Nilai loading yang dihasilkan oleh masingmasing variabel tersebut dapat dilihat di lampiran 4 pada tabel component matrix. Berdasarkan hasil pada tabel ini dilakukan perbandingan besar korelasi dari nilai loading variabel untuk menetukan letak sebuah variabel dalam salah satu faktor tertentu. Agar terlihat perbedaan yang nyata pada nilai loading dari setiap variabel tersebut, maka dilakukan proses rotasi. Rotasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rotasi dengan Metode Varimax, yang bertujuan untuk memperbesar nilai loading, sehingga diperoleh distribusi loading yang lebih jelas dan berbeda nyata. Hasil dari Rotasi Varimax ini tidak
mengubah jumlah faktor yang telah terbentuk, melainkan hanya mengubah nilai loadingnya saja. Berdasarkan hasil dari rotasi pada tabel Rotated Components Matrix, setiap variabel yang terdapat pada faktor yang terbentuk harus memenuhi ketentuan cut off point (nilai loading harus lebih besar dari 0,5), agar variabel tersebut bisa secara nyata termasuk bagian dari suatu faktor. Akhirnya setelah dilakukan penyaringan dengan cut off point variabel yang tersisa berjumlah 11 variabel yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga faktor utama yang terbentuk. Hasil dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dari 12 variabel asli yang diteliti dengan poses factoring, dapat direduksi menjadi tiga faktor. Hasil dari rotasi dapat dilihat pada lampiran 4. hasil dari rotasi tersebut menghasilkan 12 variabel asli yang diteliti dapat direduksi menjadi tiga faktor yang jauh lebih sedikit dari variabel awal sehingga lebih mudah untuk diinterpretasikan. Interpretasi faktor didasarkan atas nilai loading, sehingga setiap faktor diberi nama (secara subjektif) sesuai dengan nilai loading paling besar pada faktor tersebut.
4.7.1. Komponen Utama pada Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Konsumen Coffee Shop de Koffie Pot. Pengolahan terhadap 12 variabel asal dengan menggunakan metode Principal Component analysis (PCA) menghasilkan sebanyak tiga komponen utama yang dapat menerangkan keragaman data sebesar 58,9 persen. Pengelompokan variabel asal ke dalam komponen utama didasarkan pada angka mutlak terbesar dari nilai korelasi (nilai loading) yang diberikan setiap variabel terhadap masingmasing komponen utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Proses Analisis Faktor Komponen Eigenvalue Utama (1) Faktor Experience 4.157
(2) Faktor Komunikasi (3) Faktor Situasional
a.
Varian (%)
34.642
1.634
13.618
1.278
10.647
Variabel Penciri Indera (X1) Perasaan (X2) Identitas (X7) Produk (X8) Lingkungan (X10) Komunikasi (X6) Cobranding (X9) Website (X11) Orang (X12) Pikiran (X3) Aksi (X4) Hubungan (X5)
Nilai Loading 0,502 0,617 0,797 0,488 0,685 0,796 0,741 0,745 0,650 0,752 0,725 0,677
Faktor Experience Variabelvariabel yang menyusun faktor experience adalah Indera (X1), Perasaan (X2), Identitas (X7), dan Lingkungan (X10). Semua Variabel di atas mampu menerangkan keragaman data Komponen Utama Pertama sebesar 34,64 persen dan berkorelasi positif dalam mempengaruhi loyalitas konsumen de Koffie Pot. Berdasarkan nilai loading (Tabel 13) variabel yang mempunyai peranan terbesar sampai terkecil dalam pembentukan faktor pertama yang mempengaruhi loyalitas konsumen adalah variabel identitas, lingkungan, perasaan dan indera. Interpretasi pada korelasi positif untuk variabel tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkatnya program perusahaan terhadap aspekaspek yang berkaitan dengan variabel yang ada dalam komponen utama satu maka loyalitas konsumen juga akan mengalami peningkatan Variabel indera yang memiliki nilai communality sebesar 46,1 persen merupakan penyusun faktor experience yang pertama. Dari hasil penelitian diperoleh data tentang tanggapan responden terhadap variabel indera (diwakili dengan pernyataan ”Produk de Koffie Pot rasanya lezat”). Dimana strategi pemasaran ini bertujuan untuk mempengaruhi pelanggan dengan menciptakan pengalaman sensori, seperti penciptaan produk yang sesuai dengan
selera konsumen. Variabel penyusun faktor experience yang kedua adalah Perasaan. Variabel perasaan (diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” Saya merasa santai menghabiskan waktu di coffee shop “de Koffie Pot”) memiliki nilai communality sebesar 46,2 persen. Dengan merujuk pada hasil penelitian, hendaknya coffee shop de Koffie Pot senantiasa memperbaharui atributatribut dalam coffee shop yang membuat pengunjung tetap merasa santai dalam menghabiskan waktu di coffee shop de Koffie Pot. Variabel penyusun faktor experience yang ketiga adalah Identitas. Variabel identitas (diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” Saya rasa ’de Koffie Pot’ merupakan nama yang tepat untuk sebuah coffee shop”) memiliki nilai communality sebesar 67,2 persen. Artinya sekitar 67,2 persen dari variabel identitas dapat dijelaskan oleh tiga faktor yang terbentuk. Hasil deskripsi responden menyimpulkan bahwa faktor identitas coffee shop de Koffie Pot merupakan faktor yang berpengaruh bagi responden dalam mengunjungi de Koffie Pot. Variabel Penyusun faktor experience yang terakhir adalah lingkungan dengan nilai communality sebesar 53,5 persen. Variabel lingkungan (diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” Saya dapat menjangkau tempat coffee shop de Koffie Pot dengan mudah”. Berdasarkan arah korelasi (positif), dapat diartikan bahwa apabila faktor lingkungan ditingkatkan, maka persepsi loyalitas konsumen dalam mengunjungi coffee shop de Koffie Pot akan meningkat pula.
b.
Faktor Komunikasi Faktor komunikasi dapat menjelaskan keragaman data sebesar 13,61 persen dan keempat variabel tersebut berkorelasi positif terhadap faktor ini. Variabel yang menyusun faktor komunikasi adalah komunikasi (X6), cobranding (X9), website
(X11), dan orang (X12). Berdasarkan nilai loading pada Tabel (12), variabel experiential marketing yang mempunyai peranan terbesar sampai terkecil dalam mempengaruhi loyalitas konsumen adalah variabel komunikasi, website, cobranding dan orang. Variabel
komunikasi
(diwakili
dengan
tanggapan
responden atas pernyataan ” de Koffie Pot memberikan informasi dengan baik terhadap halhal yang tidak saya ketahui tentang produk yang ditawarkan”) dan variabel cobranding (diwakili dengan tanggapan responden terhadap pernyataan ”de Koffie Pot merupakan tempat yang sering digunakan untuk sebuah meeting/rapat perusahaan”) yang memiliki nilai communality 66,3 persen dan 61,7 persen. Artinya sekitar 66,3 persen dari variabel komunikasi dan 61,7 persen dari variabel cobranding dapat dijelaskan oleh 3 faktor yang terbentuk. Coffee shop de Koffie Pot perlu lebih meningkatkan peran faktor kerjasama merek (variabel cobranding) dengan lebih membuka diri dengan perusahaan perusahaan yang berpotensi untuk melakukan meeting di de Koffie Pot. Variabel website (diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ”Saya mengenal de Koffie Pot dari website, internet atau media elektronik lainnya”) dan variabel orang (diwakili dengan tanggapan responden atas pernyataan ” Pelayanan yang diberikan oleh pelayan atau barista membuat saya merasa nyaman/comfortable”) yang memiliki nilai communality sebesar 66, 4 persen dan 65,4 persen. Artinya sekitar 66,4 persen dari variabel website dan 65,4 persen dari variabel orang dapat dijelaskan oleh tiga faktor yang terbentuk. Berdasarkan arah korelasi, dapat diartikan bahwa semakin baik promosipromosi yang dilakukan lewat website, media elektronik dan media masa lainnya, maka kecenderungan orang untuk mengunjungi de Koffie Pot akan semakin bertambah pula.
c.
Faktor Situasional Variabelvariabel yang membentuk faktor situasional adalah pikiran (X3), aksi (X4), dan hubungan (X5). Ketiga variabel tersebut mempunyai korelasi positif terhadap faktor ini dengan kontribusi keragaman data sebesar 10,64 persen. Ketiga variabel ini memiliki nilai communality sebesar 63,0 persen, 55,0 persen dan 64,9 persen ; yang artinya sekitar 63,0 persen dari variabel pikiran, 55,0 persen dari variabel aksi dan 64,9 persen dari variabel hubungan dapat dijelaskan oleh tiga faktor yang terbentuk. Nilai Loading pada Tabel 12 menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai peranan dari yang terbesar sampai yang terkecil dalam mempengaruhi loyalitas konsumen adalah variabel pikiran, aksi dan hubungan. Ketiga variabel ini saling berkorelasi positif. Interpretasi pada korelasi positif untuk ketiga variabel tersebut menunjukkan jika aktivitas atau program perusahaan yang berkaitan dengan ketiga variabel tersebut ditingkatkan maka akan berbanding lurus dengan peningkatan loyalitas konsumen. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data tentang tanggapan responden terhadap variabel pikiran (diwakili dengan pernyataan ; Slogan “Taste The Haritage of Indonesian Coffee” sangat sesuai). Dimana strategi pemasaran ini mempengaruhi pelanggan dengan tujuan untuk menciptakan kognitif. Strategi pemasaran dalam variabel aksi bertujuan untuk mempengaruhi pengalamanpengalaman secara lahiriah, gaya hidup, dan berbagai interaksi pelanggan. Strategi ini juga memperkaya
kehidupan
pelanggan
melalui
peningkatan
pengalamanpengalaman fisik, menunjukkan cara alternatif dalam melakukan berbagai hal dan berbagai interaksi. Variabel ini diwakili oleh pernyataan ”Coffee shop de Koffie Pot membuat saya memiliki tempat alternatif untuk melakukan aktivitas yang biasanya saya lakukan di rumah atau di kantor”. Peran dari tempat dan promosi untuk variabel ini sangat penting; Menambah fasilitas
de Koffie Pot yang dapat mendukung kegiatan kerja ataupun bersantai; beriklan di radio ataupun website dengan materi iklan yang menonjolkan sisi emosional.
4.7.2. Penentuan Faktor Score (Nilai/Skor Faktor) Penentuan nilai atau skor faktor dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan validasi analisis faktor. Kriteria valid dilihat berdasarkan hasil masingmasing sampel dipertimbangkan, dengan ketentuan apabila sebuah faktor stabil maka hasilhasil yang ada relatif tidak jauh berbeda, baik jumlah faktor atau angkaangka pada component matrix (Santoso dalam Sutisna 2005). Berdasarkan hasil component matrix menunjukkan bahwa semua faktor tetap stabil (valid) karena telah mengacu pada hasil tiga faktor (komponen utama) dengan korelasi yang cukup kuat antara faktor dengan variabel yaitu diatas 0,55. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Skor faktor pada dasarnya adalah upaya untuk membuat satu atau beberapa variabel yang lebih sedikit dan berfungsi untuk menggantikan variabel asli yang sudah ada. Penentuan skor faktor ini akan berguna apabila akan dilakukan analisis lanjutan, dalam penelitian ini akan dilanjutkan dengan analisis diskriminan. Setelah diketahui variabel independen (bebas satu sama lain, tidak terjadi multikolinearitas) yang disebut sebagai faktor (komponen utama), dan hasilnya akan dipergunakan dalam analisis lanjutan (analisis diskriminan) dengan terlebih dahulu dihitung skor faktor bagi setiap responden. Untuk mempermudah perhitungan, skor faktor diolah dengan menggunakan program komputer SPSS versi 13,0. 4.8.
Pelaksanaan Prinsipprinsip Experiential Marketing pada Coffee Shop de Koffie Pot Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh diketahui bahwa persentase pelaksanaan prinsipprinsip experiential marketing coffee shop
de Koffie Pot yaitu sebesar 9075 (75,62 persen) dari skor idealnya 12.000 (100 persen). Skor ideal tersebut adalah total skor bila semua responden menjawab pertanyaan dengan skor 5. Kemudian untuk mengetahui tanggapan seluruh responden terhadap pelaksanaan unsurunsur experiential marketing coffee shop de Kofie Pot berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Tanggapan Seluruh Responden Terhadap Pelaksanaan Unsur unsur Experiential Marketing Coffee Shop de Koffie Pot No. Unsur Experiential Marketing Skor Skor % Terukur Ideal Skor Produk “de Koffie Pot” rasanya lezat 1. 824 1000 82,4 2. 3. 4.
5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12.
(sesuai selera) Saya merasa santai menghabiskan waktu di coffee shop “de Koffie Pot”. Slogan “Taste The Haritage of Indonesian Coffee” sangat sesuai Coffee shop “de Koffie Pot” membuat saya memiliki tempat alternatif untuk melakukan aktivitas yang biasanya saya lakukan di rumah atau di kantor. Bila menikmati produk de Koffie Pot bersama keluarga atau teman dapat menambah kehangatan dan keakraban. de Koffie Pot memberikan informasi dengan baik terhadap halhal yang tidak saya ketahui tentang makanan dan minuman yang ditawarkan. Saya rasa “de Koffie Pot” merupakan nama yang tepat untuk sebuah coffee shop. Makanan dan minuman yang disajikan dikemas dengan menarik dan perlengkapan makan/minum yang sesuai de Koffie Pot merupakan tempat yang sering digunakan untuk sebuah meeting/rapat perusahaan Saya dapat menjangkau tempat coffee shop de Koffie Pot dengan mudah Saya mengenal de Koffie Pot dari website, internet atau media elektronik lainnya. Pelayanan yang diberikan oleh pelayan atau barista membuat saya merasa nyaman (comfortable)
868
1000
86,8
741
1000
74,1
790
1000
79
825
1000
82,5
700
1000
70
795
1000
79,5
764
1000
76,4
657
1000
65,7
804
1000
80,4
531
1000
53,1
776
1000
77,6
Skor ideal yang dimaksud pada Tabel 14 adalah total skor dari jawaban seluruh responden terhadap setiap unsur experiential marketing dengan skor 5. Selanjutnya, persentase skor pelaksanaan unsurunsur
experiential marketing coffee shop de Koffie Pot tersebut dikelompokkan untuk melihat bagaimana pelaksanaan prinsipprinsip experiential marketing yang dinyatakan sebagai kategori yang mengesankan. Berdasarkan Tabel, diperoleh bahwa persentase skor tanggapan seluruh responden terhadap pelaksanaan unsurunsur experiential marketing coffee shop de Kofie Pot adalah antara 53,1% 86,8% yang termasuk kategori tinggi dan ada tiga skor yang termasuk kategori sangat tinggi, yaitu 86,8%, 82,5%, dan 82,4%. Unsur yang termasuk kategori sangat tinggi tersebut adalah perasaan (Saya merasa santai menghabiskan waktu di coffee shop “de Koffie Pot”) dengan skor 86,8%. Hal ini disebabkan karena coffee shop de Kofie Pot memiliki atributatribut yang membuat pengunjung merasa ingin tinggal lebih lama di coffee shop diantaranya adalah fasilitas hot spot untuk internet, big screen untuk menonton acaraacara dan tayangan khusus seperti sepak bola dan balap motor. Unsur dengan kategori sangat tinggi yang lain adalah hubungan (Bila menikmati produk de Koffie Pot bersama keluarga atau teman dapat menambah kehangatan dan keakraban) dengan skor 82,5%. Hal ini disebabkan karena coffee shop de Kofie Pot merupakan tempat yang nyaman untuk ngobrol bersama keluarga. Sedangkan unsur dengan kategori yang terakhir adalah indera (Produk “de Koffie Pot” rasanya lezat/sesuai selera) dengan skor 82,4%. Hal ini disebabkan karena makanan/minuman di coffee shop de Kofie Pot dibuat oleh chef dan barista yang sudah berpengalaman.
4.9.
Tingkat Loyalitas Konsumen Coffee Shop de Koffie Pot di Kota Bogor Responden yang diambil dalam penelitian ini semuanya termasuk customers (100%) karena sebelum mengisi kuesioner setiap responden harus melewati screening yang menyatakan bahwa mereka telah atau sedang membeli makanan atau minuman di coffee shop de Koffie Pot. Dalam penelitian ini konsumen dibagi dalam 3 tingkatan loyalitas konsumen, yaitu : repeat customers, clients dan advocates. Pembagian 3 tingkatan loyalitas konsumen dari tujuh tingkatan loyalitas konsumen
menurut Griffin (1995) didasarkan pada pertimbangan bahwa yang menjadi kajian dalam experiential marketing adalah ketiga jenis konsumen tersebut dan aspekaspek yang terkait dengan experiential marketing lebih banyak dicari oleh konsumen tipe repeat customer, clients dan advocates. Berdasarkan hasil perhitungan dari Lampiran 4, dan mengacu pada Tabel 3 tentang kriteria loyalitas konsumen coffee shop de Kofie Pot menurut Griffin dari skor penilaian responden, diperoleh bahwa jumlah responden dari masingmasing kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 15. Jumlah Responden Dari MasingMasing Kriteria Loyalitas Konsumen Coffee Shop de Koffie Pot Kriteria Jumlah Persentase (%) Repeat customers
1
0,5
Clients
80
40
Advocates
119
59,5
Jumlah
200
100
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa tingkat loyalitas konsumen coffee shop de Kofie Pot Bogor adalah sangat loyal. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya responden yang termasuk kriteria advocates (59,5%), yakni konsumen yang menganjurkan dan merekomendasikan orang lain untuk berkunjung ke coffee shop de Kofie Pot. Sedangkan responden yang termasuk kriteria clients adalah sebanyak 40%. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan perubahan konsumen dari clients menjadi advocates cukup besar apabila perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah bagi konsumen.
4.10
Pengaruh Experiential Marketing Coffee Shop de Koffie Pot Terhadap Loyalitas Konsumen Bogor Pada bab ini akan dibahas faktor apa yang berpengaruh dominan terhadap loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot. Pembahasan ini dilakukan dengan analisis diskriminan sehingga akan diperoleh komponen utama (factor) yang berpengaruh kuat terhadap loyalitas konsumen coffee
shop de Kofiie Pot .
4.10.1. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan merupakan alat analisis yang mampu mengelompokkan setiap objek ke dalam dua atau lebih kelompok berdasarkan pada kriteria sejumlah variabel bebas. Tahapan awal dalam analisis diskriminan sama dengan analisis faktor, yaitu memilih variabelvariabel yang layak (valid) untuk dianalisis lebih lanjut. Tahap ini dilakukan dengan cara menyaring (seleksi) variabel yang telah memenuhi asumsiasumsi analisis diskriminan. Pada proses pengolahan dengan Principle Component Analysis dihasilkan tiga komponen utama yang kemudian dilanjutkan dengan analisis diskriminan.
Setelah diolah
menggunakan software SPSS versi 13.00 maka diperoleh hasil bahwa atribut yang memiliki pengaruh positif dalam mempengaruhi loyalitas konsumen coffee shop de Kofie Pot adalah faktor experience, faktor komunikasi dan faktor situasional. Dipilihnya ketiga atribut tersebut didasarkan kepada nilai hasil test of equality of means yang memiliki signifikansi kurang dari taraf nyata lima persen dan nilai F test yang lebih besar dari F tabel yaitu sebesar 11,128 untuk faktor nilai produk, 27,664 untuk faktor komunikasi, dan 26,298 untuk faktor perilaku. Pada Lampiran 5 juga terlihat bahwa apabila dilihat dari nilai Chi Square yang diperoleh yaitu sebesar 147,770 dengan nilai Sig. sebesar 0,000 menunjukkan bahwa terdapat indikasi perbedaan yang nyata antara ketiga grup pada model diskriminan.
a.
Uji Variabel yang Layak Konsumen coffee shop de Koffie Pot yang puas dalam pembelian cenderung akan membeli ulang (repeat customer), pelanggan tetap yang membeli makanan/minuman di coffee shop de Koffie Pot secara teratur (Clients) dan pelanggan tetap dan
pendukung yang juga mengajak temanteman mereka agar mengunjungi coffee shop de Koffie Pot (Advocates). Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap pengaruh faktor faktor Experiential Marketing terhadap loyalitas konsumen Coffee Shop de Koffie Pot Bogor. Untuk memenuhi asumsiasumsi dalam analisis diskriminan, terhadap variabel terikat dan variabel bebas dilakukan beberapa pengujian untuk menetukan apakah variabel variabel tersebut layak untuk dilakukan analisis selanjutnya. Asumsi pertama ditujukan untuk melihat apakah variabel bebas terdistribusi normal. Uji normalitas metode Kolmogorov Smirnov dan ShapiroWilk digunakan untuk menguji asumsi ini. Berdasarkan uji ShapiroWilk dan Uji KolmogorovSmirnov menghasilkan tiga faktor yang signifikan lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti semua faktor berdistribusi normal. Dengan demikinan semua variabel dapat diikutsertakan dalam proses analisis berikutnya. Asumsi kedua ditujukan untuk melihat apakah matriks kovarians
dari
semua
variabel
dalam
opulasi
sama
(homoskedastisitas). Nilai signifikansi dari probabilitas F Box’s M digunakan untuk menguji asumsi ini. Asumsi kedua ini dapat dipenuhi karena nilai signifikan pada probabilitas kurang dari 0,05. Artinya jumlah varian dari variabel terikat (grup repeat, clients dan advocates) adalah sama. Demikian juga jumlah varian dari variabel bebas (faktor komponen utama satu sampai komponen utama tiga) adalah sama. Asumsi ketiga menunjukkan tidak terjadi korelasi antara variabel bebas secara signifikan (multikolinearitas). Hal ini berarti analisis faktor metode analisis komponen utama dapat menghasilkan variabelvariabel yang saling bebas satu sama lain atau tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan tiga asumsi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis penelitian ini dapat dipenuhi dan untuk proses
analisis data diskriminan selanjutnya dapat digunakan. b.
Pengaruh Faktorfaktor Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Konsumen de Koffie Pot Berdasarkan hasil analisis diskriminan (Lampiran 5) diketahui bahwa responden yang dianalisis valid untuk diproses lebih lanjut karena tidak ditemukannya data yang hilang (missing) pada tabel Analisys Case Processing Summary. Analisis diskriminan pada penelitian ini terdiri dari tiga grup konsumen tipe repeat, clients dan advocates. Nilai koefisien pada skor mean yang besar menunjukkan bahwa responden mempunyai penilaian yang positif terhadap variabelvariabel yang dianalisis. Hasil analisis berdasarkan pengujian Wilks'Lambda, menunjukkan bahwa semua fungsi (signifikan sebesar 0,000) sehingga layak dipercaya karena signifikan pada probabilitas lebih kecil dari 0,05. Tabel Wilk's Lambda dapat digunakan untuk menentukan perilaku responden tipe repeat customer, clients dan advocates berbeda secara nyata. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Sig. Kurang dari 0,05 hasil Wilk's Lambda menunjukkan bahwa terdapat yang secara nyata berbeda antara perlilaku responden repeat, clients dan advocates. Berdasarkan hasil korelasi structure matric, menunjukkan bahwa faktor yang signifikan di fungsi satu adalah faktor komunikasi. Sedangkan faktor yang signifikan di fungsi dua adalah faktor experience dan faktor situasional. Signifikansi variabel variabel dan fungsi diskriminan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan klasifikasi tersebut dan mengacu pada hasil faktor dan fungsi yang semuanya layak dipercaya (Lampiran 5), maka dapat disimpulkan bahwa faktor situasional merupakan faktor yang paling berpengaruh dominan terhadap konsumen repeat dengan hubungan yang tidak searah (tanda negatif). Sedangkan faktor komunikasi merupakan faktor yang paling
berpengaruh dominan terhadap konsumen clients dan advocates dengan hubungan yang tidak searah (tanda positif untuk advocates dan tanda negatif untuk clients). Faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Classification Function Coefficient. Perilaku Pasca Pembelian Variabel Bebas
Repeat Customer
Clients
Advocates
Faktor Experience
1,292
0,794
0,544
Faktor Komunikasi
2,714
1,160
0,803
Faktor Situasional
3,336
1,117
0,779
Berdasarkan Tabel 16, dapat diketahui bahwa faktor situasional merupakan faktor dominan berpengaruh yang dapat dipakai sebagai indikator dalam menentukan perilaku konsumen repeat customer. Artinya bahwa dengan meningkatnya kepuasan konsumen terhadap faktor situasional (pikiran, aksi, dan hubungan) yang dilaksanakan oleh coffee shop de Koffie Pot, maka konsumen cenderung berperilaku untuk menjadikan de Koffie Pot sebagai pilihan pertama dan akan melakukan pembelian ulang pada kesempatan lain. Sedangkan factor komunikasi berpengaruh dan dapat dijadikan indikator dalam menentukan perilaku konsumen tipe clients dan advocates. Hal ini berarti konsumen akan senantiasa mengatakan halhal yang positif tentang coffee shop de Koffie Pot kepada orang lain dan mengajak ataupun merekomendasikan orang terdekat untuk mengunjungi coffee shop de Kofie Pot.
4.11.
Rekomendasi Strategi Pemasaran Strategi pemasaran merupakan salah satu strategi yang mendukung perkembangan bisnis perusahaan secara keseluruhan untuk mencapai visi
dan misi perusahaan. Salah satu strategi pemasaran yang dilaksanakan adalah bauran pemasaran. Analisis bauran pemasaran merupakan implikasi dari hasil faktorfaktor yang mempengaruhi kunjungan maupun karakteristik dari responden/pengunjung. Adapun strategi bauran pemasaran yang dapat diterapkan oleh coffee shop de Kofie Pot sesuai dengan strategi experiential marketing yang sudah diterapkan adalah sebagai berikut :
4.11.1. Produk Produk sebagai alat bauran pemasaran yang paling mendasar merupakan penawaran berwujud kepada pengunjung mencakup kualitas, rancangan dan bentuk objek. Coffee shop de Kofie Pot merupakan tempat yang menyediakan produk utama kopi beserta produk pendukung berupa makanan/minuman. Faktor ini menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. Mengingat de Kofie Pot adalah coffee shop yang menyediakan kopi dalam negeri maka de Kofie Pot harus memformulasikan produknya untuk dapat memberikan nilai tambah kepada para pengunjungnya dibandingkan dengan coffee shop lain yang menyediakan kopi luar negeri. Nilai tambah yang dimaksud adalah dengan meningkatkan atributatribut yang dapat merangsang panca indera/sense seseorang yang dapat diwujudkan dengan menambah intensitas pemutaran musik serta tayangantayangan yang dapat dinikmati pengunjung. Berdasarkan pengolahan menggunakan analisis faktor, variabel produk memiliki nilai loading terendah, sehingga coffee shop de Kofie Pot sebaiknya menambah atribut atribut yang terkait dengan elemen produk, diantaranya adalah penambah perlengkapan dalam pengemasan produk.
4.11.2. Harga Price (harga) berarti jumlah uang yang dibayarkan pengunjung ketika membeli produk makanan/minuman yang
ditawarkan oleh coffee shop de Kofie Pot. Kebijakan penetapan harga adalah hal yang sangat menentukan tingkat pengunjung karena harga merupakan salah satu faktor penentu apakah pengunjung mampu melakukan kunjungan pembelian berdasarkan ketersediaan dana yang mereka miliki. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bauran pemasaran harga tidak menjadi bagian dari kajian experiential marketing sehingga perusahaan diharapkan tetap mempertahankan harga yang diberlakukan sekarang yang dinilai telah sesuai dengan target konsumen yaitu kalangan menengah ke atas.
4.11.3. Tempat Place (tempat) sebagai alat ketiga berarti kegiatan yang dilakukan oleh pengelola sehingga lokasi objek mudah dijangkau dan strategis untuk pengembangan usaha. Dengan keberadaan coffee shop de Kofie Pot yang berlokasi di tengah kota dan dipinggir Kebun Raya Bogor sehingga masih memiliki udara yang segar diharapkan pihak pengelola dapat juga menyediakan penambahan objek guna memenuhi tujuan pengunjung sehingga de Kofie Pot dapat menjadi tempat alternatif ke tiga setelah rumah dan kantor. Disamping itu, bauran pemasaran tempat memiliki peran besar dalam menstimulus hadirnya konsumenkonsumen baru yang dalam experiential marketing aspek tempat sangat berpengaruh terhadap variabel sense (panca indera).
4.11.4. Promosi Promotion (promosi), meliputi semua kegiatan yang dilakukan pengelola dalam mengkomunikasikan produk/jasanya kepada
masyarakat.
Ketersediaan
promosi
dalam
menginformasikan de Kofie Pot akan membantu para pengunjung untuk mengetahui segala bentuk layanan atau keperluan jika berkunjung ke coffee shop de Kofie Pot.
Hingga saat ini coffee shop de Kofie Pot melakukan kegiatan promosinya melalui komunikasi word of mouth (dari mulut ke mulut). Hal ini sesuai dengan sebaran responden mengenai informasi keberadaan coffee shop de Kofie Pot 51,5 persen mendapatkan informasi tentang de Kofie Pot dari teman, sehingga coffee shop de Kofie Pot perlu meningkatkan kegiatan promosinya. Salah satunya adalah dengan melalui cobranding/kerjasama merek untuk dapat membantu penciptaan brand awareness de Kofie Pot dalam pikiran konsumen. Bentuk implementasi dari co branding dapat berupa kerjasama dengan media seperti majalah atau surat kabar yang ada di Kota Bogor.
4.11.5. Bukti fisik (Physical Evidence) Sebagai jenis industri jasa coffee shop maka coffee shop de Kofie Pot memerlukan bukti fisik yang menunjukkan keberadaannya di tengahtengah masyarakat. Salah satu variabel experiential marketing yaitu identitas memiliki nilai loading yang cukup besar sehingga berpengaruh besar pula terhadap peningkatan loyalitas konsumen sehingga keberadaan bukti fisik yang memperkuat identitas harus lebih ditingkatkan. Outlet coffee shop de Kofie Pot adalah bukti fisik yang sangat jelas untuk menunjukkan keberadaan coffee shop. Selain itu juga harus didukung oleh buktibukti fisik berupa logo de Kofie Pot, pemasangan billboard di depan coffee shop, pengoptimalan website sebagai bagian dari experiential providers yang pelaksanaannya dinilai masih rendah. Keberadaan bukti fisik ini membantu dalam aspek pemasaran perusahaan, karena dengan adanya bukti fisik maka pelanggan akan memiliki tingkat awareness yang lebih baik terhadap coffee shop. Berdasarkan analisis faktor, variabel relate/hubungan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap loyalitas konsumen sehingga pengadaan
bukti fisik yang berupa marchendise cukup diperlukan agar pelanggan merasa bangga dan merasa diterima di komunitasnya.
4.11.6. Orang (People) Dalam industri jasa coffee shop seperti de Kofie Pot sangat bergantung pada interaksi langsung dan pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan terutama barista. Pelanggan sering menilai kualitas jasa yang mereka terima dari coffee shop berdasarkan penilaian terhadap orangorang yang menyajikan jasa tersebut. Bauran pemasaran orang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menerapkan experiential marketing, terutama komponenkomponen yang ada dalam Strategic Experiential Modules (SEMs) yaitu variabel perasaan dan pikiran sehingga karyawan coffee shop de Kofie Pot dituntut untuk dapat membuat konsumen merasa feel good sehingga konsumen dapat berpikir positif terhadap coffee shop de Kofie Pot. Hal ini harus didukung dengan adanya program call back yang bertujuan agar konsumen merasa dihargai sehingga dia akan datang lagi ke coffee shop de Kofie Pot Bogor. Selain itu juga hendaknya terdapat program visit table to table, dimana karyawan mendatangi langsung ke meja konsumen untuk menanyakan apakah ada kekurangan atas pelayanan yang diberikan.
4.11.7. Proses Produksi (Production Process) Proses produksi atau operasi ternyata merupakan faktor yang sangat penting bagi konsumen. Sehingga dalam bisnis jasa, manajemen pemasaran dan manajemen operasi terkait erat. Strategi bauran pemasaran proses yang dilakukan oleh coffee shop de Kofie Pot hendaknya melalui beberapa upaya. Salah satunya adalah dengan
penambahan
perangkat
teknologi
yang
dapat
menghubungkan antara bagian pemesanan dengan bagian dapur sehingga proses produksi makanan akan lebih cepat serta sumber
daya yang dibutuhkan menjadi lebih efisien. Menurut Lovelock dan Wright (2005) proses produksi dalam bisnis jasa juga melibatkan konsumen. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, variabel komuikasi memiliki nilai loading yang cukup besar sehingga pihak perusahaan harus menciptakan komunikasi intensif dengan pengunjung.
4.11.8. Produktivitas dan Kualitas (Productivity and Quality) Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri coffee shop hendaknya de Kofie Pot tetap memperhatikan kualitas bahan baku terutama kopi adalah sebuah produk yang harus senantiasa dijaga unsur kesegarannya sehingga persediaan bahan baku sebaiknya dilakukan dengan metode FIFO (First In First Out), dimana bahan baku yang dibeli pertama kali akan mengalamai proses terlebih dahulu. Sehingga dengan demikian perputaran bahan baku menjadi lancar dan dapat menghindari expired. Selain itu produktivitas tenaga kerja yang dimiliki perusahaan sejauh ini cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka memberikan pelayanan kepada konsumen. Para karyawan sangat respek dan cepat dalam menyambut kedatangan konsumen dan memberikan pelayanan yang maksimal serta terbuka dalam melayani keluhankeluhan konsumen. Oleh karena itu segala aktivitas yang dilakukan oleh karyawan harus berorientasi pada penciptaan hubungan emosional dengan pelanggan.
V. 1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : §
Pelaksanaan prinsipprinsip experiential marketing coffee shop de Koffie Pot yang terdiri atas experiential modules (sense, feel, think, act, dan relate) dan experiential providers (komunikasi, identitas, produk, cobranding, lingkungan dan orang) pada konsumen coffee shop de Koffie Pot pada umumnya cukup tinggi yaitu sebesar 75,625%. Adapun unsurunsur yang memiliki skor tertinggi adalah perasaan (86,8%). Sedangkan unsurunsur yang memiliki skor terendah adalah website (53,1%).
§
Dua belas
variabel
dari Experiential Marketing
yang
mempengaruhi loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot yang diteliti, yaitu variabel indera (X1), perasaan (X2), pikiran (X3), aksi (X4), hubungan (X5), komunikasi (X6), identitas (X7), produk (X8), cobranding (X9), lingkungan (X10), website (X11), dan orang (X12). Dalam penelitian ini dihasilkan tiga faktorfaktor Experiential Marketing yang berpengaruh terhadap loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot Bogor. §
Ketiga faktor yang dihasilkan tersebut secara berbeda dapat menjelaskan persepsi konsumen terhadap loyalitas de Koffie Pot. Ketiga faktor komponen utama tersebut adalah faktor experience yang terdiri dari variabel indera, perasaan, identitas, produk dan lingkungan. Faktor komunikasi yang terdiri dari komunikasi, co branding, website dan orang. Faktor situasional yang terdiri dari pikiran, aksi dan hubungan.
§
Faktorfaktor
experiential
marketing
yang
berpengaruh
berdasarkan hasil analisis diskriminan adalah faktor situasional yang berpengaruh terhadap repeat customer atau konsumen yang akan mengunjungi kembali coffee shop de Kofie Pot. Sedangkan
faktor komunikasi berpengaruh dominan terhadap konsumen tipe clients dan advocates. §
Tingkat loyalitas konsumen coffee shop de Koffie Pot dinyatakan sangat loyal. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya konsumen yang termasuk kriteria advocates.
2.
Saran Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah : 1. Coffee Shop de Kofie Pot diharapkan dapat terus mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan unsurunsur experiential marketing dengan lebih baik sehingga tetap berkesan di hati dan pikiran konsumen. Adapun unsurunsur experiential marketing yang masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya adalah unsur website. 2. Coffee shop de Koffie Pot diharapkan dapat menambah aktivitas ataupun penambahan komponenkomponen dalam coffee shop yang dapat memacu penciptaan faktor komunikasi sehingga terjadi peningkatan terhadap konsumen tipe clients dan advocates. 3. Coffee Shop de Kofie Pot hendaknya meningkatkan komunikasi dengan konsumen dengan membuat database marketing yang dapat digunakan untuk menginformasikan kepada pelanggan terkait dengan eventevent khusus untuk mempertahankan konsumen yang loyal serta menarik kembali konsumen yang ingin berpindah ke tempat lain. 4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian mengenai dampak penerapan experential marketing dalam strategi pemasaran suatu perusahaan terhadap omzet penjualannya
dengan
menganalisis
mempengaruhi dalam pelaksanaannya.
faktorfaktor
yang
DAFTAR PUSTAKA Amalia, S. 2006. Analisis Respon Konsumen Terhadap Performance Box Office Coffee Shop, Bogor. Skripsi pada Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Apriantoro, 2006. Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Evans IR dan B Berman. 1982. Essential of Marketing. Mc Milan Publishing Co, New York Ferdiansyah. 2005. Peramalan dan Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Agrowisata Little Farmers Unit Usahatani Koperasi karyawan PT. Biofarma Cisarua, Lembang. Skripsi pada Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Griffin. 1995. Customer Loyalty : How to Earn It, How to Keep It. Mac Graw Hill, New York. Kartajaya, H. 2002 . Hermawan Kartajaya on Marketing. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kartajaya, H. 2005. MarkPlus on Strategy : 12 Tahun Perjalanan MarkPlus&Co Membangun Strategi Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Listyari, W. 2006. Analisis Keputusan Pembelian dan Kepuasan Konsumen Cofee Shop De Koffie Pot, Bogor. Skripsi pada Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Michelli, A Joseph. 2007. The Starbucks Experience : 5 Prinsip untuk Mengubah Hal Biasa menjadi Luar Biasa. Esensi Erlangga Group, Jakarta. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Novindra. 2003. Hubungan Experential Marketing Dan Emotional Branding (EXEM) Dengan Loyalitas Konsumen Susu Kental Manis Indomilk Pada PT. Indomilk (Studi Kasus di Kotamadya Bogor). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kotler, P. 2003. Manajemen Pemasaran. Prentice Hall, Inc, New Jersey. Rangkuti, F. 2003. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Santosa, I. 2006. Hot Branding : Cara Paling Panas Mengorbitkan Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Schmitt, Bernd H. 1999. Experiential Marketing : How to Get Customers to sense, feel, think, act, relate to Your Company and Brands. The Free Press, New York. Simamora, B. 2004. Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudarmanto, R. 2004. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu, Yogyakarta. Sulaiman, W. 2002. Statistik NonParametrik : Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta. Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikai Pemasaran. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung. Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN COFFEE SHOP “DE KOFFIE POT” BOGOR
Peneliti NRP Departemen Fakultas Perguruan Tinggi
: Eko Budi Prayogi : H24104044 : Manajemen : Ekonomi dan Manajemen : Institut Pertanian Bogor
I. Profil Responden IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden Jenis Kelamin Alamat Telp/HP
: ....................................................................... : Lakilaki/Perempuan (coret yang tidak perlu) : ........................................................................ : ............................... / ...................................... DAFTAR PERTANYAAN
Petunjuk Pengisian : · Berilah tanda “X” pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda · Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada tempat yang telah disediakan 1. Berapa Usia Anda saat ini? a. < 15 tahun d. 36 – 45 tahun b. 16 25 tahun e. > 46 tahun c. 26 – 35 tahun 2. Berapakah pendapatan Anda per bulan? a. < Rp. 1.000.000 d. Rp. 6.000.001–Rp. 9.000.000 b. Rp. 1.000.001–Rp.3.000.000 e. Rp. > 9.000.001 c. Rp. 3.000.001–Rp.6.000.000 3. Berapakah pengeluaran Anda untuk konsumsi (makanan dan minuman) per bulan? a. < Rp. 100.000 d. Rp. 600.001 – Rp. 900.000 b. Rp. 100.001 – Rp. 300.000 e. > Rp. 900.000 c. Rp. 300.001 – Rp. 600.000 4. Pekerjaan Anda saat ini? a. Pegawai Negeri b. Pegawai Swasta c. Wiraswasta d. Ibu Rumah Tangga
e. Pelajar/Mahasiswa f. Profesional g. Lainnya (sebutkan)………
Lanjutan Lampiran 1. 5. Pendidikan Terakhir? a. SD b. SLTP/sederajat c. SMU/sederajat
d. Diploma e. Sarjana (S1) f. S2/S3
g. Lainnya........
II. Screening 1. Apakah Anda sedang membeli/mengkonsumsi produk Coffee Shop “de Koffie Pot” di Kota Bogor?.................. a. Ya Jika Ya, Lanjutkan ke pertanyaan berikutnya. b. Tidak Jika Tidak, Stop 2. Apakah Anda atau salah satu anggota keluarga Anda atau teman dekat Anda ada yang bekerja di coffee shop de Koffie Pot?.... a. Ya Jika Ya, Stop b. Tidak Jika Tidak, lanjutkan ke pertanyaan berikutnya III. Perilaku Pembelian 1. Darimana Anda pertama kali mengenal de Koffie Pot? (pilih salah satu) a. Teman/kerabat d. Liputan/berita di media masa b. Iklan De Koffie Pot e. Lainlain, sebutkan................ c. Melihat outletnya 2. Apa yang membuat Anda tertarik untuk mencoba De Koffie Pot pada saat pertama kali? (pilih salah satu) a. Tertarik melihat iklan d. Kepopuleran de Koffie Pot b. Diajak/direkomendasikan teman e. Tertarik melihat outletnya c. Ingin mencoba f. Lainlain, sebutkan..................... 3. Dengan siapa Anda biasanya mengunjungi Coffe Shop de Koffie Pot : a. Teman d. Sendiri b. keluarga e. Lainlain, sebutkan............... c. Rekan kerja 4. Biasanya Anda mengunjungi Coffe Shop de Koffie Pot dengan tujuan : a. Menikmati kopi dan hidangan lain. d. Relax/bersantai b. Meeting dengan rekan kerja e. Browsing internet c. Berkumpul dengan teman f. Lainlain, sebutkan............. 5. Biasanya Anda menikmati kopi de Koffie Pot dengan : a. Dinein/konsumsi di outlet b. Takeaway/di bawa pergi 6. Berapa lama biasanya waktu yang Anda habiskan di Coffe Shop de Koffie Pot pada setiap kunjungan : a. < 30 menit c. > 60 menit b. 3060 menit 7. Selain Coffe Shop “de Koffie Pot”, coffee shop yang sering Anda kunjungi adalah : a. The coffee Bean & Tea Leaf d. Excelso b. Starbucks Coffee e. Box Office Coffee c. Telapak coffee shop f. Lainlain (sebutkan)………
Lanjutan Lampiran 1. IV. Pengalaman Konsumen Mohon berikan penilaian berdasarkan pengalaman yang Anda peroleh ketika mengkonsumsi minuman kopi di De Koffie Pot dengan cara menandai (thick) kotak yang sesuai dengan penilaian Anda, dengan pilihan sebagai berikut : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Raguragu (RR), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Masingmasing pilihan memiliki kepentingan, yaitu : SS = 5, S = 4, RR = 3, TS = 2, STS = 1. No. Experiential Marketing 1. Produk “de Koffie Pot” rasanya lezat. 2.
Saya merasa santai menghabiskan waktu di coffee shop “de Koffie Pot”.
3.
Slogan “Taste The Haritage of Indonesian Coffee” sangat sesuai Coffee shop “de Koffie Pot” membuat saya memiliki tempat alternatif untuk melakukan aktivitas yang biasanya saya lakukan di rumah atau di kantor. Bila menikmati produk de Koffie Pot bersama keluarga atau teman dapat menambah kehangatan dan keakraban.. de Koffie Pot memberikan informasi dengan baik terhadap halhal yang tidak saya ketahui tentang produk yang ditawarkan. Saya rasa “de Koffie Pot” merupakan nama yang tepat untuk sebuah coffee shop. Makanan dan minuman yang disajikan dikemas dengan menarik dan perlengkapan makan/minum yang sesuai. de Koffie Pot merupakan tempat yang sering digunakan untuk sebuah meeting/rapat perusahaan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Saya dapat menjangkau tempat coffee shop de Koffie Pot dengan mudah 11. Saya mengenal de Koffie Pot dari website, internet atau media elektronik lainnya. 12. Pelayanan yang diberikan oleh pelayan atau barista membuat saya merasa nyaman (comfortable.
SS
S
RR
TS
STS
Lanjutan Lampiran 1. V. Loyalitas Konsumen Mohon berikan penilaian berdasarkan sikap Anda terhadap coffee shop “De Koffie Pot” dengan cara menandai (thick) kotak yang sesuai dengan penilaian Anda. No. Dimensi Loyalitas 1. Saya akan mengunjungi/membeli produk di coffee shop “De Koffie Pot” lagi. 2. 3.
4.
Saya akan merekomendasikan de Koffie Pot kepada orang lain Saya akan mengatakan halhal yang positif tentang de Koffie Pot kepada orang lain. de Koffie Pot merupakan pilihan pertama saya dalam mengunjungi coffee shop.
SS
S
RR
TS
STS
Lampiran 2. Struktur Organisasi Coffee Shop de Kofie Pot
Direktur Utama
General Manager
Manager
Barista
Chef
Security
Cleaning Service
Struktur Organisasi Coffee Shop de Koffie Pot
Lampiran 3. Produk yang ditawarkan Coffee Shop de Kofie Pot No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama Produk Main Course § Slow simmer Hot Dogs w/ fries § Hamburger w/ fries § Spaghetti & meat balls w/garlic bread § Square Pan Papperoni Pizza § Herb Crusted Tenderloin Steak w/fries & Salad § Tbone Steak with sage & mushroom Sauce w/fries &barbeque veqies Sandwich § Chicken roulade sandwich § Beef sandwich § Club sandwich § Tuna Onion sandwich Appetizer § Soup of the day § Garden salad § Hot buffalo chicken wings § Wrinkle French fries Dessert § Cakes § Homes made brownies w/ vanilla ice cream § Soft cookies w/chocolate ice cream Classic Line Espresso § Solo § Dopio/con panna/macchiato § Americano (hot or cold) § Cappuccino/Latte § Caramel macchiato § Mocha (classic/mocha blanca) § Hot chocolate (classic/white) § Tea (hot/cold) Iced drink Blende ice coffee § (orange, avocado, strawberry) § Oreo coffee slush § Blended ice cappuccino § Blended ice latte (vanilla/caramel) § Blended ice mocha (regular/mocha blanca) § Iced chocolate (classic/white) § Milk shakes (chocolate/strawberry/vanila) Fruit based drink Smoothies § Strawberry § (Sunkist, lychee, avocado, mango, melon) Pure juices § Strawberry § (Sunkist, lychee, avocado, mango, melon) Sqrashes § (strawberry, orange, lemon) Soft drink § Mineral waters § Cocacola/diet coke/sprite
Harga per unit (Rp) 28.000 32.000 42.000 30.000 60.000 70.000 25.000 25.000 28.000 20.000 19.000 18.000 22.000 17.000 19.000 23.000 23.000
9.000 12.000 13.000 15.000 17.000 19.000 19.000 15.000
19.000 20.000 19.000 19.000 19.000 19.000 23.000
23.000 23.000 23.000 20.000 19.000 8.000 10.000
Lampiran 4. Analisis Faktor
Factor Analysis KMO and Bartlett's Test KaiserMeyerOlkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.785
Approx. ChiSquare
770.589
df
66
Sig.
.000
a Measures of Sampling Adequacy(MSA) Communalities
X1
Initial 1.000
Extraction .461
X2
1.000
.462
X3
1.000
.630
X4
1.000
.550
X5
1.000
.649
X6
1.000
.663
X7
1.000
.672
X8
1.000
.513
X9
1.000
.617
X10
1.000 1.000
.535 .664
X11 X12
1.000 .654 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Scree Plot
4
Eigenvalue
3
2
1
0 1
2
3
4
5
6
7
8
Component Number
9
10
11
12
Lanjutan Lampiran 4. Component Matrix(a) Component 1 X1 X2 X3
2
3
.653 .505
.185 .455
.022 .008
.603
.162
.491
X4
.530
.087
.511
X5
.686
.242
.345
X6
.590
.501
.253
X7
.577
.558
.168
X8
.680
.195
.114
X9
.629 .415
.430 .345
.190 .494
.531
.618
.011
X10 X11 X12
.606 .126 .520 Extraction Method: Principal Component Analysis. a 3 components extracted. Rotated Component Matrix(a) Component 1
2
3
X1
.502
.229
.395
X2
.617
.034
.281
X3
.039
.252
.752
X4
.041
.150
.725
X5
.431
.073
.677
X6
.095
.796
.143
X7
.797
.000
.192
X8
.488
.199
.486
X9
.143
.741
.217
X10
.685
.195
.165
X11
.119
.745
.308
X12
.477 .650 .069 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 8 iterations.
Component Transformation Matrix Component 1 2 3
1
2
3
.584
.567
.581
.703
.711
.013
.406 .416 .813 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Lanjutan Lampiran 4.
Correlation Matrix X1 Corre lation
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
1.000
.393
.421
.291
.362
.255
.335
.366
.215
.272
.253
.385
X2
.393
1.000
.242
.357
.417
.362
.191
.424
.292
.041
.329
.159
X3
.421
.242
1.000
.254
.334
.151
.356
.243
.102
.280
.004
.282
X4
.291
.357
.254
1.000
.495
.213
.137
.223
.229
.102
.359
.113
X5
.362
.417
.334
.495
1.000
.179
.449
.494
.305
.227
.207
.250
X6
.255
.362
.151
.213
.179
1.000
.128
.240
.503
.156
.477
.484
X7
.335
.191
.356
.137
.449
.128
1.000
.549
.240
.398
.040
.303
X8
.366
.424
.243
.223
.494
.240
.549
1.000
.391
.212
.235
.255
X9
.215
.292
.102
.229
.305
.503
.240
.391
1.000
.115
.495
.456
X10
.272
.041
.280
.102
.227
.156
.398
.212
.115
1.000
.182
.280
X11
.253
.329
.004
.359
.207
.477
.040
.235
.495
.182
1.000
.385
.159
.282
.113
.250
.484
.303
.255
.456
.280
.295
.295 1.00 0
X6
X12
Antiimage Matrices X1 Antiimage Covariance
X1
X3
X4
X5
.133
.152
.045
.008
.024
X7
X8
X9
X10
X11
.035
.052
.057
.064
.061
X12 .139
X2
.133
.581
.064
.047
.101
.138
.009
.118
.011
.166
.070
.081
X3
.152
.064
.693
.096
.039
.019
.056
.016
.022
.105
.118
.078
X4
.045
.047
.096
.641
.224
.016
.015
.052
.000
.026
.147
.073
X5
.008
.101
.039
.224
.524
.058
.093
.103
.042
.042
.019
.038
X6
.024
.138
.019
.016
.058
.568
.006
.014
.125
.035
.114
.179
X7
.035
.009
.056
.015
.093
.006
.503
.201
.055
.179
.151
.055
X8
.052
.118
.016
.052
.103
.014
.201
.523
.093
.007
.051
.033
X9
.057
.011
.022
.000
.042
.125
.055
.093
.546
.076
.167
.138
X10
.064
.166
.105
.026
.042
.035
.179
.007
.076
.699
.150
.043
X11
.061
.070
.118
.147
.019
.114
.151
.051
.167
.150
.527
.023
.139
.081
.078
.073
.038
.179
.055
.033
.138
.043
.023
.584
.853(a)
.221
.232
.071
.013
.040
.063
.091
.099
.097
.107
.231
.101
.077
.183
.240
.017
.214
.020
.260
.127
.140
.817(a)
.143
.065
.031
.095
.027
.035
.151
.195
.123
X12 Antiimage Correlation
.621
X2
X1 X2 X3
.232
.779(a ) .101
X4
.071
.077
.143
.757(a)
.387
.027
.026
.090
.000
.040
.253
.119
X5
.013
.183
.065
.387
.829(a)
.107
.182
.196
.079
.069
.037
.068
X6
.040
.240
.031
.027
.107
.806(a)
.012
.025
.224
.055
.208
.311
X7
.063
.017
.095
.026
.182
.012
.738(a)
.393
.105
.301
.294
.101
X8
.091
.214
.027
.090
.196
.025
.393
.818(a)
.011
.098
.060
.099
.020
.035
.000
.079
.224
.105
.174
.124
.311
.244 .067
.221
X10
.097
.260
.151
.040
.069
.055
.301
.011
.174 .813( a) .124
.669(a)
.248
X11
.107
.127
.195
.253
.037
.208
.294
.098
.311
.248
.698(a)
.041
X12
.231
.140
.123
.119
.068
.311
.101
.060
.244
.067
.041
.794(a)
X9
a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Lanjutan Lampiran 4.
Total Variance Explained Component Total
Initial Eigenvalues % Cumulative of Variance %
Extraction Sums of Squared Loadings % Cumulative Total of Variance %
Rotation Sums of Squared Loadings % Cumulative Total of Variance %
1
4.157
34.642
34.642
4.157
34.642
34.642
2.436
20.296
20.296
2
1.634
13.618
48.260
1.634
13.618
48.260
2.382
19.851
40.147
3
1.278
10.647
58.908
1.278
10.647
58.908
2.251
18.760
58.908
4
.963
8.026
66.933
5
.863
7.190
74.124
6
.667
5.561
79.685
7
.551
4.593
84.278
8
.485
4.038
88.315
9
.408
3.399
91.715
10
.362
3.016
94.730
11
.335
2.795
97.526
12
.297
2.474
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Lampiran 5. Analisis Discriminant
Discriminant Analysis Case Processing Summary Unweighted Cases Valid Excluded Missing or outof range group codes At least one missing discriminating variable Both missing or outofrange group codes and at least one missing discriminating variable Total Total
N 200
Percent 100.0
0
.0
0
.0
0
.0
0 200
.0 100.0
Group Statistics
loyal 1
Mean
f1 .2875 f2 1.2272 f3 1.8883 2 f1 .3863 f2 .5549 f3 .5259 3 f1 .2621 f2 .3834 f3 .3694 Total f1 .0000 f2 .0000 f3 .0000 a Insufficient data
Std. Deviation .(a) .(a) .(a) 1.09705 1.06819 .94402 .84232 .74346 .85699 1.00000 1.00000 1.00000
Valid N (listwise) Unweighted 1 1 1 80 80 80 119 119 119 200 200 200
Weighted 1.000 1.000 1.000 80.000 80.000 80.000 119.000 119.000 119.000 200.000 200.000 200.000
Lanjutan lampiran 5. Tests of Equality of Group Means
f1 f2 f3
Wilks' Lambda .898 .781 .789
F 11.128 27.664 26.298
df1 2 2 2
df2 197 197 197
Sig. .000 .000 .000
Pooled WithinGroups Matrices(a) f1 f2 f3 Covarian f1 .908 .150 .144 ce f2 .150 .789 .216 f3 .144 .216 .797 Correlati f1 1.000 .177 .169 on f2 .177 1.000 .272 f3 .169 .272 1.000 a The covariance matrix has 197 degrees of freedom. Covariance Matrices(a,b) loyal 2
f1 f2 f3 f1 1.204 .499 .284 f2 .499 1.141 .431 f3 .284 .431 .891 3 f1 .709 .084 .050 f2 .084 .553 .072 f3 .050 .072 .734 Total f1 1.000 .000 .000 f2 .000 1.000 .000 f3 .000 .000 1.000 a The group covariance matrix for group 1 cannot be computed because there is insufficient data. b The total covariance matrix has 199 degrees of freedom.
Analysis 1 Box's Test of Equality of Covariance Matrices Log Determinants Log loyal Rank Determinant 1 .(a) .(b) 2 3 .572 3 3 1.279 Pooled within 3 .724 groups The ranks and natural logarithms of determinants printed are those of the group covariance matrices.
Lanjutan lampiran 5. a Rank < 1 b Too few cases to be nonsingular Test Results(a) Box's M F
53.536 Approx. 8.767 df1 6 df2 194047.234 Sig. .000 Tests null hypothesis of equal population covariance matrices. a Some covariance matrices are singular and the usual procedure will not work. The nonsingular groups will be tested against their own pooled withingroups covariance matrix. The log of its determinant is .724.
Summary of Canonical Discriminant Functions Eigenvalues % of Cumulative Canonical Function Eigenvalue Variance % Correlation 1 1.117(a) 99.7 99.7 .726 2 .004(a) .3 100.0 .062 a First 2 canonical discriminant functions were used in the analysis. Wilks' Lambda Test of Function(s) 1 through 2 2
Wilks' Lambda Chisquare .471 147.770 .996 .752
df 6 2
Sig. .000 .687
Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients
f1 f2 f3
Function 1 2 .599 .698 .829 .134 .814 .589 Structure Matrix
Function 1 2 f2 .501(*) .171 f1 .315 .773(*) f3 .487 .743(*) Pooled withingroups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function. * Largest absolute correlation between each variable and any discriminant function
Lanjutan lampiran 5. Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 2 f1 .628 .732 f2 .933 .151 f3 .911 .659 (Constant) .000 .000 Unstandardized coefficients Functions at Group Centroids loyal
Function
1 2 1 3.046 .850 2 1.240 .020 3 .859 .006 Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means
Classification Statistics Classification Processing Summary Processed Excluded
200 Missing or outof range group codes At least one missing discriminating variable
0
0
Used in Output
200
Classification Function Coefficients loyal 1 2 f1 1.292 .794 f2 2.714 1.160 f3 3.336 1.117 (Constant) 6.100 1.867 Fisher's linear discriminant functions
3 .544 .803 .779 1.468
Lanjutan lampiran 5.
Classification Results(b,c) loyal Original
Count
%
Cross Count validated( a)
1 2 3 1 2 3 1
Predicted Group Membership 1 2 3 1 0 0 8 65 7 0 22 97 100.0 .0 .0 10.0 81.3 8.8 .0 18.5 81.5 0
1
Total 1 80 119 100.0 100.0 100.0
0
1
2 10 61 9 80 3 0 22 97 119 % 1 .0 100.0 .0 100.0 2 12.5 76.3 11.3 100.0 3 .0 18.5 81.5 100.0 a Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case. b 81.5% of original grouped cases correctly classified. c 79.0% of crossvalidated grouped cases correctly classified.
Lampiran 6. Non Parametrik Test
NPar Tests OneSample KolmogorovSmirnov Test
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
f1 200
f2 200
.00
.00
.00
Std. Deviation Absolute
1.000
1.000
1.000
.062
.063
.068
Positive Negative
.062 .062 .879 .423
.063 .048 .891 .405
.061 .068 .966 .309
Mean
KolmogorovSmirnov Z Asymp. Sig. (2tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data
f3 200
Lampiran 7. Uji Validitas dan Reliabilitas Correlations x1 x Pearson 1 Correlation Sig. (1tailed) N
30
x Pearson 2 Correlation Sig. (1tailed) N x Pearson 3 Correlation Sig. (1tailed) N x Pearson 4 Correlation Sig. (1tailed) N x Pearson 5 Correlation Sig. (1tailed) N x Pearson 6 Correlation Sig. (1tailed) N x Pearson 7 Correlation Sig. (1tailed) N x Pearson 8 Correlation Sig. (1tailed) N x Pearson 9 Correlation Sig. (1tailed) N x Pearson 1 Correlation 0 Sig. (1tailed) N x Pearson 1 Correlation 1 Sig. (1tailed) N x Pearson 1 Correlation 2 Sig. (1tailed) N x Pearson 0 Correlation Sig. (1tailed) N
1
.508( **)
x2 .508( **)
x3
x4
x5 .383( *)
x6
x7
x8
x9
x10
x11
x12 .454( **)
x0
.149
.177
.226
.423(**)
.477(**)
.367(*)
.240
.076
.002
.216
.175
.018
.115
.010
.004
.023
.101
.344
.006
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.298
.414( *)
.560( **)
.298
.467(**)
.528(**)
.445(**)
.202
.286
.253
.665(**)
.055
.012
.001
.055
.005
.001
.007
.142
.062
.088
.000
1
.002
.540(**)
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.149
.298
1
.351( *)
.377( *)
.441(**)
.161
.407(*)
.414(*)
.023
.613(**)
.074
.611(**)
.216
.055
.028
.020
.007
.198
.013
.012
.452
.000
.349
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.177
.414( *)
.351( *)
1
.413( *)
.076
.524(**)
.323(*)
.372(*)
.154
.501(**)
.078
.593(**)
.175
.012
.028
.012
.344
.001
.041
.021
.208
.002
.341
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.383( *)
.560( **)
.377( *)
.413( *)
1
.377(*)
.588(**)
.368(*)
.424(**)
.354(*)
.410(*)
.148
.697(**)
.018
.001
.020
.012
.020
.000
.023
.010
.027
.012
.218
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.226
.298
.441( **)
.076
.377( *)
.604(**)
.115
.055
.007
.344
.020
30
30
30
30
30
.423( **)
.467( **)
.161
.524( **)
.010
.005
.198
.001
.226
.210
.212
.221
.474(**)
.454( **)
.115
.132
.130
.120
.004
.006
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.588( **)
.226
1
.478(**)
.261
.552(**)
.227
.303
.664(**)
.000
.115
.004
.082
.001
.114
.052
.000
1
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.477( **)
.528( **)
.407( *)
.323( *)
.368( *)
.210
.478(**)
1
.341(*)
.154
.294
.104
.599(**)
.004
.001
.013
.041
.023
.132
.004
.032
.209
.058
.292
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.367( *)
.445( **)
.414( *)
.372( *)
.424( **)
.212
.261
.341(*)
1
.306
.564(**)
.109
.672(**)
.023
.007
.012
.021
.010
.130
.082
.032
.050
.001
.284
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.221
.552(**)
.154
.306
.135
.399( *)
.497(**)
30
.240
.202
.023
.154
.354( *)
.101
.142
.452
.208
.027
.120
.001
.209
.050
.238
.014
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.076
.286
.613( **)
.501( **)
.410( *)
.474(**)
.227
.294
.564(**)
.135
1
.197
.728(**)
.344
.062
.000
.002
.012
.004
.114
.058
.001
.238
.149
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.454( **)
.253
.074
.078
.148
.454(**)
.303
.104
.109
.399(*)
.197
1
.434(**)
.006
.088
.349
.341
.218
.006
.052
.292
.284
.014
.149
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.540( **)
.665( **)
.611( **)
.593( **)
.697( **)
.604(**)
.664(**)
.599(**)
.672(**)
.497(**)
.728(**)
.434( **)
1
.001
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.003
.000
.008
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
** Correlation is significant at the 0.01 level (1tailed).
1
.008
30
* Correlation is significant at the 0.05 level (1tailed). Lanjutan lampiran 7. Item Pertanyaan Harga Koefisien r Kesimpulan X1 0,540 Valid X2 0,665 Valid X3 0,611 Valid X4 0,593 Valid X5 0,697 Valid X6 0,604 Valid X7 0,664 Valid X8 0,599 Valid X9 0,672 Valid X10 0,497 Valid X11 0,728 Valid X12 0,434 Valid Keterangan : X1X12 menunjukkan nomor pertanyaanpertanyaan 112 untuk variabel Xo Correlations L1 L1
Pearson Correlation
L2 1
Sig. (1tailed) N L2
Pearson Correlation Sig. (1tailed) N
L3
Pearson Correlation Sig. (1tailed) N
L4
Pearson Correlation Sig. (1tailed) N
L0
Pearson Correlation Sig. (1tailed) N
L3
L4
L0
.543(**)
.393(*)
.265
.641(**) .000
.001
.016
.079
30
30
30
30
30
.543(**)
1
.649(**)
.588(**)
.853(**)
.000
.000
.000
.001 30
30
30
30
30
.393(*)
.649(**)
1
.591(**)
.829(**)
.016
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.265 .079
.588(**) .000
.591(**) .000
1
.831(**) .000
30
30
30
30
30
.641(**)
.853(**)
.829(**)
.831(**)
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
** Correlation is significant at the 0.01 level (1tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (1tailed).
30
Lanjutan lampiran 5. Item Pertanyaan Harga Koefisien r Kesimpulan L1 0,641 Valid L2 0,853 Valid L3 0,829 Valid L4 0,831 Valid Keterangan : L1L4 menunjukkan nomor pertanyaanpertanyaan 14 untuk variable L0 RELIABILITY /VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR /SUMMARY=TOTAL .
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
30
% 100,0
0
,0
30 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
,824
N of Items
,844
12
Item Statistics
x1
Mean 4,27
Std. Deviation ,521
N
x2
4,43
,568
30
x3
4,00
,788
30
x4
4,13
,730
30
x5
4,23
,626
30
x6
3,87
,730
30
x7
4,00
,871
30
x8
4,03
,765
30
x9
3,57
,935
30
x10
4,07
,907
30
x11
3,17
1,053
30
x12
4,07
,691
30
30
Lanjutan lampiran 7. InterItem Correlation Matrix
x1
x1 1,000
x2 ,412
x3 ,504
x4 ,447
x5 ,543
x6 ,459
x7 ,380
x8 ,410
x9 ,316
x2
,412
x3
,504
x4
x10 ,253
x11 ,419
x12 ,523
1,000
,308
,188
,288
,310
,209
,204
,308
1,000
,300
,559
,300
,201
,401
,106
,276
,010
,363
,374
,048
,083
,447
,188
,300
1,000
,533
,293
,163
,506
,115
,064
,090
,105
x5
,187
,543
,288
,559
,533
1,000
,221
x6
,459
,310
,300
,293
,221
1,000
,443
,487
,355
,215
,253
,520
,379
,317
,468
,170
,120
x7
,380
,209
,201
,163
,443
,564
,379
1,000
,518
,508
,349
,075
x8
,410
,204
,401
,115
,573
,487
,317
,518
1,000
,455
,394
,335
x9
,316
,106
,374
,517
,064
,355
,468
,508
,455
1,000
,046
,111
x10
,579
,253
,276
x11
,419
,010
,048
,090
,215
,170
,349
,394
,046 1,000
,349
,103
,083
,105
,253
,120
,075
,335
,111
,349
1,000
x12
,523
,363
,126
,506
,187
,520
,564
,573
,517
,579
,103
,126
1,000
ItemTotal Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
x1
43,57
25,771
,710
,603
,800
x2
43,40
27,283
,369
,328
,819
x3
43,83
25,316
,487
,513
,810
x4
43,70
26,907
,311
,533
,823
x5
43,60
25,214
,667
,660
,799
x6
43,97
25,344
,533
,532
,806
x7
43,83
24,144
,572
,558
,802
x8
43,80
24,303
,651
,522
,796
x9
44,27
24,616
,464
,588
,813
x10
43,77
26,116
,308
,466
,827
x11
44,67 43,77
25,678 24,599
,282 ,688
,390 ,646
,835 ,795
x12
Scale Statistics Mean 47,83
Variance 29,799
Std. Deviation 5,459
N of Items 12
RELIABILITY /VARIABLES=L1 L2 L3 L4 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE CORR COV .
Reliability Scale: ALL VARIABLES
Lanjutan lampiran 7.
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded( a) Total
% 30
100,0
0
,0
30 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha ,781
N of Items
,803
4
Item Statistics
L1
Mean 4,27
Std. Deviation ,521
N
L2
4,23
,504
30
L3
4,07
,583
30
L4
3,83
,834
30
30
InterItem Correlation Matrix
L1
L1 1,000
L2 ,543
L3 ,393
L4 ,265
L2
,543
L3
,393
1,000
,649
,588
,649
1,000
L4
,265
,591
,588
,591
1,000
InterItem Covariance Matrix
L1
L1 ,271
L2 ,143
L3 ,120
L4 ,115
L2
,143
,254
,191
,247
L3
,120
,191
,340
,287
L4
,115
,247
,287
,695
Scale Statistics Mean 16,40
Variance 3,766
Std. Deviation 1,940
N of Items 4