ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Sulistya Rini Pratiwi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan Email :
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah identifikasi dan analisis korelasi bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga serta identifikasi dan analisis tingkat keberhasilan pelaksanaan pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Korelasi dan Metode Analisis Deskriptif. Dengan analisis ini hasil yang dicapai adalah tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Hal ini dikarenakan, besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan modal dan Standar deviasi pendapatan sebelum menerima lebih kecil daripada pendapatan sesudah menerima bantuan modal. Hal ini menunjukkan bahwa program pemanfaatan bantuan modal usaha telah berjalan dengan baik. Kata Kunci : Kemiskinan, Modal Usaha, Pendapatan Keluarga, PNPM.
I. PENDAHULUAN Permasalahan kemiskinan yang kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri dirumuskan mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan subjek penanggulangan kemiskinan. Di Kota Madiun Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) baik dari dana APBN maupun APBD digunakan untuk pemberdayaan bidang lingkungan, bidang sosial dan bidang ekonomi. Bidang ekonomi memberikan pinjaman modal usaha bagi masyarakat miskin produktif sejumlah 2.215 orang (BPS, 2002). Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, diharapkan PNPM Mandiri mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisir dalam menanggulangi kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensi sebagai “gerakan masyarakat”, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat. Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut Bagaimana korelasi pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga ? Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan Keluarga?
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Upaya Penanggulangan Kemiskinan Upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia sekarang ini juga merupakan bagian dari upaya mewujudkan MDGs. Menurut analis kampanye dan dan advokasi MDGs di Indonesia, Siahaan, pencapaian MDGs Indonesia bagaikan potret bercampur. Di satu sisi, beberapa sasaran, seperti pengurangan kemiskinan, telah on track. Namun kinerja dalam pengentasan rakyat miskin tetap menjadi masalah. Selama periode 1990-2010, kemiskinan hanya turun 1 %. Menanggulangi kelaparan dan kemiskinan adalah tujuan pertama dari MDGs. Sebagai negara yang turut menyepakati KTT Millenium, Indonesia menetapkan target-target yang ingin dicapai pada tahun 2015, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDs Malaria dan penyakit menular lainnya dan memastikan kelestarian lingkungan hidup (MDGs, 2007). Menurut Siahaan, berdasarkan garis kemiskinan nasional, pada tahun 1990 kemiskinan 15,1 % (27,2 juta orang miskin) dan pada tahun 2009 kemiskinan 14,15 % (32,5 juta orang miskin), sementara tahun 2010 sekitar 31,7 juta orang miskin. Memang ada penurunan karena saat krisis tahun 1998 kemiskinan sempat mencapai 24 %. Hanya saja penurunan tidak cukup kencang dalam waktu 11 tahun. Dari data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia berjalan lamban, dan pemerintah belum berhasil mengentaskan masyarakat miskin dari jurang kemiskinan dan penderitaannya. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah (PNPMMandiri) : 1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. 2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini adalah : 1. Tujuan Umum, meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. 2. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. 2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel. 3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)
4) Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. 5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. 6) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. 7) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Strategi dasar PNPM Mandiri terdiri atas : 1) Mengintensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. 2) Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat. 3) Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan sektoral, pembangunan kewilayahan dan pembangunan partisipatif. PNPM Mandiri melakukan prinsip-prinsip, yaitu Bertumpu pada pembangunan manusia, Otonomi, Desentralisasi, Berorientasi pada masyarakat miskin, Partisipasi, Kesetaraan dan keadilan gender, Demokratis, Transparansi dan akuntabel, Prioritas, Kolaborasi, Keberlanjutan dan Sederhana. Kesejahteraan Keluarga Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga menurut Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1994 tentang Pengelola Perkembangan Kependudukan sebagaimana berikut: 1) Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. 2) Keluarga sejahtera I adalah keluarga – keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial Psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi antar lingkungan tempat tinggal dan transportasi 3) Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga – keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial Psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti untuk menabung dan memperoleh informasi. 4) Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga–keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial spologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5) Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga–keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial spokologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Harrison (1996) mengkaji masalah perkembangan kegiatan promosi di Inggris dengan bantuan modal usaha. Perkembangan dan dampak sejumlah pemberdayaan sektor swasta dan publik untuk merangsang aliran bantuan modal ventura untuk usaha informal modal ventura di Inggris. Perkembangan kegiatan ekonomi dengan bantuan modal usaha tidak berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan ketidaklengkapan informasi sebagai kunci untuk inefisiensi di pasar modal ventura informal dan pengembangan dimulai dari sektor bawah, penyediaan jasa pengenalan usaha berupa biaya efektif. Klonowski (2006) tentang modal ventura sebagai metode pengembangan usaha pembiayaan di Eropa Tengah dan Timur. Hasil penelitiannya menghasilkan tiga kesimpulan. Pertama, pembiayaan modal ventura terus menjadi besar sumber modal untuk perusahaan yang berkembang di daerah.
Kedua, Polandia adalah pemimpin pasar di wilayah dalam kegiatan modal ventura seperti yang dijelaskan secara statistik. Ketiga, negara-negara CEE tidak dapat diperlakukan sebagai blok homogen. Andrianto (2003) yang mengkaji masalah pemanfaatan dana pinjaman program pengembangan kecamatan dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga. Menunjukan bahwa dana pinjaman sebagai modal usaha ekonomi kepada masyarakat ternyata belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai modal pengembangan usaha sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat tidak berjalan dengan baik. Estiningsih (2010), dalam pemanfaatan bantuan modal usaha ekonomi di Kabupaten Wonogiri. Dari hasil pengamatan untuk tingkat pendapatan masyarakat penerima manfaat bantuan modal usaha ekonomi produktif sebelum dan sesudah mereka menerima dan memanfaatkan bantuan modal usaha, sebagian besar mengalami peningkatan. Pemanfaatan bantuan modal usaha ekonomi produktif sebesar 75,40% lebih dari 70%, dan pengembalian bantuan modal bantuan usaha dalam proses pengguliran dana sebesar 93,69% lebih dari 90%. Judul dan metode penelitian terkait seperti disebutkan pada tabel berikut : Bantuan PNPM Mandiri disalurkan melalui suatu lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk dan ditetapkan sendiri oleh masyarakat sesuai dengan proses dan prosedur PNPM Mandiri. Yang berhak mendapat bantuan adalah penduduk yang miskin anggota kelompok usaha ekonomi produktif dan ditentukan atas kesepakatan seluruh anggotanya melalui mekanisme PNPM Mandiri. Keberhasilan upaya peningkatan pendapatan keluarga oleh masyarakat penerima bantuan modal usaha ekonomi produktif program PNPM Mandiri melalui pemanfaatan bantuan modal untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif masyarakat yang ditandai dengan terjadinya perubahan kondisi masyarakat sebelum dan sesudah mereka menerima dan memanfaatkan bantuan modal tersebut. Korelasi & Deskriptif Bantuan Modal Usaha Sebelum
Setelah Gambar 1 Pendapatan Skema Kerangka Pikir Penelitian
Menganalisis proses pemberian bantuan modal usaha ekonomi produktif Program PNPM Mandiri melalui pemanfaatan dana pinjaman modal usaha yang mereka terima, maka perlu diadakan suatu penelitian. Analisis terhadap data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah mereka menerima bantuan modal usaha ekonomi produktif.
III. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Madiun, di tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Manguharjo, dan Kecamatan Taman. Sumber dan Jenis Data Data yang diperoleh dari data yang dihimpun dalam kegiatan penelitian ini meliputi data sekunder. Data sekunder dihimpun dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kecamatan dan kelurahan/ lokasi studi.
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menerima manfaat bantuan modal usaha 2008 dan 2010. 2. Data rekapitulasi pemberian pinjaman 2009. 3. Madiun dalam angka 2009. Metode Analisis Data Metode Analisis Korelasi Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data nominal. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed) (Usman, et all, 2009: 45). Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Usman, et all, 2009: 48): a) Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan b) Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat c) Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah d) Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif. e) Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif. Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut (Boedijoemono, 2007: 66): a) 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah. b) 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah. c) 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat. d) 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat. e) 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali. f) 1.00 berarti korelasinya sempurna. Untuk identifikasi dan analisis korelasi bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga, menggunakan analisis korelasi Pearson. Kegunaan korelasi pearson yaitu untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel x dengan variabel y, dan untuk menyatakan besarnya sumbangan variabel satu terhadap variabel lain yang dinyatakan dalam persen. Asumsi korelasi pearson, yaitu: 1) Data berdistribusi normal 2) Variabel yang dihubungkan mempunyai data linear 3) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak 4) Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama dari subyek yang sama pula (variasi skor variabel yang dihubungkan harus sama) 5) Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio. Rumus r hitung (Mason, 1996: 128):
rxy =
n XY – X Y n X 2 – ( X )2
n Y 2 – (Y) 2
Keterangan : rxy = Koefisiens Korelasi n = Jumlah frekuensi X = Frekuensi X Y = Frekuensi Y X2 = Deviasi X Y2 = Deviasi Y Untuk tingkat signifikan dan koefisien korelasi yang dihasilkan dengan membandingkan nilai rs hitung dan rs tabel dimana telah ditentukan daerah penerimaan dan penolakan yaitu : Hipotesis: H0 = Tidak hubungan antara pendapatan dengan bantuan modal Ha = Ada hubungan antara pendapatan dengan bantuan modal Ha diterima : rs dihitung > rs tabel, Ha ditolak : rs hitung < rs tabel H0 diterima : rs dihitung < rs tabel, Ho ditolak : rs hitung > rs tabel Metode Analisis Deskriptif Untuk identifikasi dan analisis tingkat keberhasilan pelaksanaan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan keluarga, menggunakan analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh (Siagian & Sugiarto, 2002: 67). Juga digunakan analisis Uji Beda 2 Rata-rata berpasangan. Merupakan salah satu teknik statistik parametrik, yang digunakan untuk mengetahui perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah menerima manfaat bantuan modal. Rumus Uji Beda Dua Rata-rata berpasangan (Boedijoemono, 2007: 78):
D
T= SD =
SD N (D – D) n–1
Keterangan: t = Nilai t hitung D = Rata-rata selisih pengukuran variable x dan y SD = Standar Deviasi selisih pengukuran variable x dan y N = Jumlah sampel Hipotesis: H0 = Rata-rata kedua variable sama (identik) Ha = Rata-rata kedua variable tidak sama (tidak identik) H0 diterima : t-hitung > t-tabel, Ho ditolak (berbeda secara signifikan) Ha diterima : t-hitung > t-tabel, Ha ditolak (tidak berbeda secara signifikan)
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kemiskinan di Kota Madiun Persentase penduduk miskin di Kota Madiun jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di Jawa Timur. Sejak terjadi penurunan persentase penduduk miskin pada tahun 2004 di Kota Madiun yaitu dari 7,9 menjadi 7,1 selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya persentase penduduk miskin selalu mengalami penurunan seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Tahun 2005 penduduk miskin Kota Madiun turun 2,74 persen dari tahun 2004 disaat penduduk miskin di Jawa Timur naik sebesar 3,44 persen. Kemudian turun secara sangat signifikan pada tahun 2006 menjadi 6,32 dan tahun 2007 menjadi 5,49 persen.
PNPM Mandiri di Kota Madiun Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Kota Madiun dimulai pada pertengahan April 2009, yang dilaksanakan secara langsung oleh masyarakat masingmasing kelurahan didampingi oleh Konsultan Pendamping. Konsultan Pendamping ini dikoordinir oleh Kordinator Kota (Korkot). Tim Korkot terdiri dari 1 orang Koordinator Kota (Korkot) didampingi oleh 4 orang Asisten Korkot (Askot), yaitu : 1. Asisten Bidang Infrastruktur (Askot Infra) 2. Asisten Bidang Manajemen Keuangan (Askot MK) 3. Asisten Bidang Pemberdayaan/Community Development (Askot CD) 4. Asisten Manajemen Data (Asmandat) Di tingkat kelurahan terdapat Tim Fasilitator (Faskel) yang mendampingi masyarakat masingmasing kelurahan secara langsung. Di Kota Madiun terdapat 27 Kelurahan dengan 3 Kecamatan. Dari 7 Kelurahan tersebut didampingi oleh 4 Tim Fasilitator (masing-masing tim mendampingi 7 kelurahan). Tiap Tim Fasilitator berjumlah 5 orang terdiri dari : 1. 1 (satu )Orang Senior Fasilitator (Sebagai Koordinator Tim) 2. 2 (dua) Orang Faskel Cd 3. 1 (satu) Orang Faskel Teknik 4. 1 (satu) Orang Faskel Ekonomi Dalam proses pendampingan, tim pendamping berupaya maksimal dalam peran serta mendampingi masyarakat melalui tahapan siklus PNPM MP yang telah ditentukan guna melakukan usaha sebuah proses pembelajaran menuju terciptanya masyarakat yang berdaya, mandiri dan madani. Siklus tersebut antara lain Sosialisasi Awal, Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), Refleksi Kemiskinan, Pemetaan Swadaya (PS), Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM), Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis)/ Renta (Rencana Tahunan). Beberapa hambatan dan masalah yang dihadapi selama proses pendampingan PNPM-MP tahun 2009 diantaranya adalah : 1. Waktu pendampingan yang sangat terbatas, sehingga fase pelaksanaan siklus terkesan tergesagesa, termasuk pada saat merencanakan kegiatan (Realisasi Bantuan Langsung Masyarakat) 2. Siklus dalam PNPM MP yang oleh masyarakat dianggap rumit dan bertele-tele sehingga membuat motivasi masyarakt dalam melaksanakan siklus secara utuh menjadi agak rendah, walaupun sosialisasi dan pemahaman arti siklus tersebut dilakukan. 3. Partisipasi masyarakat dalam turut serta dalam perencanaan program maupun yang mungkin diakibatkan oleh paradigma terhadap program pemerintah bearti juga murni didanai oleh pemerintah. 4. Dukungan biaya operasional untuk pelaksanaan PNPM-MP yang bersumber dan Pemerintah Daerah yang masih sangat minim sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan. 5. Administrasi kegiatan (proposal dan laporan pertanggung jawaban) yang harus dipenuhi oleh KSM sering terjadi keterlambatan yang mungkin terjadi akibat motivasi KSM dalam hal pemenuhan administrasi, selain itu format yang ada di anggap cukup rumit. Dana PNPM Mandiri untuk kegiatan usaha ekonomi produktif di Kota Madiun diberikan kepada masyarakat bersifat pinjaman dan harus dikembalikan beserta bunga pinjaman. Pengembalian atau angsuran pinjaman selama sepuluh bulan dengan besaran bunga pinjaman masing-masing kelurahan berbeda-beda berkisar 1 % sampai dengan 1,5 % ditentukan oleh Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM). Identifikasi Dan Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Keluarga Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Sebelum Memanfaatkan Bantuan Modal Usaha Dari Analisis Korelasi Pearson, hasil menunjukkan bahwa kedua variabel, yaitu Bantuan Modal Usaha dengan variabel Pendapatan sebelum menerima bantuan modal usaha, adalah tidak berkorelasi.
rxy = rxy =
n XY – X Y n X – ( X )2 2
n Y 2 – (Y) 2
16.751.665.000.000.000 – 16.751.665.000.000.000 218(54.500.000.000.000) – (109.000.000)2 )
218(111.108.075.000.000) – 23.619.079.225.000
=0
H0 = 0 = Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sebelum menerima bantuan modal usaha. Ha ≠ 0 = Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sebelum menerima bantuan modal usaha. Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya r tabel adalah 0,1381, lebih besar dari pada r hitung, yaitu 0. Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal Usaha dengan Pendapatan sebelum menerima bantuan modal. Hal ini dikarenakan, penerima belum merasakan manfaat bantuan modal usaha. Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Sesudah Memanfaatkan Bantuan Modal Usaha Dari Analisis Korelasi Pearson, hasil menunjukkan bahwa kedua variabel, yaitu Bantuan Modal Usaha dengan variabel Pendapatan sesudah menerima bantuan modal usaha, adalah tidak berkorelasi.
rxy =
rxy =
n XY – X Y
n X 2 – ( X )2
n Y 2 – (Y) 2
218(104.245.000.000.000) – (109.000.000 x 208.490.000) 218(108.500.000.000.000) – (109.000.000) 2
218(314.550.950.000.000) – (208.490.000)
=0
H0 = 0 = Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Ha ≠ 0 = Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya r tabel adalah 0,1381, lebih besar dari pada r hitung, yaitu 0. Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Hal ini dikarenakan, besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan modal. Identifikasi Dan Analisis Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Bantuan Modal Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Keluarga. Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Hasil analisis Uji Beda Dua Rata-rata, adalah sebagai berikut: H0 = Rata-rata variable Pendapatan sebelum menerima bantuan modal dan Pendapatan sesudah menerima bantuan modal sama (identik) Ha = Rata-rata variable Pendapatan sebelum menerima bantuan modal dan Pendapatan sesudah menerima bantuan modal tidak sama (tidak identik) H0 diterima : t-hitung > t-tabel, Ho ditolak (berbeda secara signifikan) Ha diterima : t-hitung > t-tabel, Ha ditolak (tidak berbeda secara signifikan)
D
T=
=
SD N 251.399,0826 3.703.339,7388664 14,76482306
= 1,002301499 Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya t tabel adalah 1,65251, lebih besar dari pada t hitung, yaitu 1,002301499. Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata variable Pendapatan sebelum menerima bantuan modal dan Pendapatan sesudah menerima bantuan modal adalah tidak sama (tidak identik). Analisis Deskriptif Identifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan program pelaksanaan bantuan modal terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat, dapat diketahui dengan analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif, yaitu: Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
BANTUAN MODAL 500000.0 500000.0 500000.0 500000.0 0.000000 NA NA
PEND SEBELUM 704977.1 707500.0 1025000. 505000.0 112853.1 0.548681 2.758154
PEND SESUDAH 956376.1 900000.0 11550000 655000.0 728473.2 14.20093 207.0452
Probability
NA
0.003232
0.000000
Sum Sum Sq. Dev.
1.09E+08 0.000000
1.54E+08 2.76E+12
2.08E+08 1.15E+14
Observations
218
218
218
Sumber: Data Diolah, 2011. Rata-rata pendapatan masyarakat penerima sebelum menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp.704.977,1. Sedangkan untuk pendapatan masyarakat penerima sesudah menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp.956.376,1. Nilai median pendapatan sebelum menerima bantuan modal adalah 707.500, artinya nilai pendapatan berada di ukuran pendapatan sebesar Rp.707.500,00. Dan nilai median pendapatan sesudah menerima bantuan modal adalah 900.000, artinya nilai pendapatan sesudah menerima bantuan modal berada di ukuran pendapatan sebesar Rp.900.000,00. Pada variabel Pendapatan Sebelum menerima bantuan modal, nilai Maximum sebesar 1.025.000. Artinya, pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sebelum menerima bantuan modal adalah sebesar Rp.1.025.000,00. Dan untuk pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sesudah menerima bantuan modal adalah sebesar Rp.11.550.000,00. Sedangkan nilai Minimum Pendapatan sebelum menerima bantuan modal, adalah 505.000. Artinya, pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sebelum menerima bantuan modal adalah Rp.505.000,00. Dan pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sesudah menerima bantuan modal adalah sebesar Rp.655.000,00. Standar deviasi pendapatan sebelum menerima lebih kecil daripada pendapatan sesudah menerima bantuan modal. Hal ini menunjukkan bahwa program pemanfaatan bantuan modal usaha telah berjalan dengan baik.
Nilai skewness pendapatan sebelum menerima bantuan modal sebesar 0,548681 dan pendapatan sesudah menerima bantuan modal sebesar 14,20093 (kedunya skewness positif), sedangkan untuk bantuan modal not available. Berdasarkan ukuran kurtosis variabel pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan modal adalah menjulang (kurtosis positif). Artinya, pendapatan masyarakat penerima sebelum dan sesudah menerima bantuan lebih terkonstreasi pada pendapatan yang rendah atau sebagian pendapatan masyarakat penerima manfaat bantuan modal adalah rendah. Sedangkan untuk bantuan modal relatif homogen atau tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah terbesar bantuan modal. Nilai Sum pada pendapatan sebelum menerima bantuan modal adalah 15.400.000.000, artinya pendapatan sebelum menerima bantuan modal secara total adalah sebesar Rp.15.400.000.000,00. Dan nilai Sum pada variabel pendapatan sesudah menerima bantuan modal sebesar 20.800.000.000. Artinya, total pendapatan masyarakat penerima manfaat sesudah menerima bantuan modal usaha adalah sebesar Rp.20.800.000.000,00.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil analisis identifikasi korelasi bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga, baik yang sebelum memanfaatkan maupun yang sesudah memanfaatkan bantuan modal, hasil menunjukkan bahwa kedua variable adalah tidak berkorelasi. Untuk variable bantuan modal usaha dengan pendapatan sebelum, dikarenakan penerima belum merasakan manfaat bantuan modal usaha. Sedangkan untuk variable bantuan modal dan pendapatan sesudah menerima dikarenakan besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan. Dari hasil analisis identifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan bantuan modal usaha, menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan masyarakat penerima sebelum menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp.704.977,1, sedangkan sesudah menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp.956.376,1. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa program pelaksanaan bantuan modal secara efektif dapat meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat penerima bantuan modal. Sebaiknya Pemerintah juga dapat fokus pada keberadaan dan keberlanjutan sistem pengelolaan kegiatan pasca proyek masih perlu ditingkatkan efektivitasnya di tingkat masyarakat dan pemerintahan desa. Untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam pelaksanaan bantuan modal, maka perlu sosialisasi yang lebih itensif baik melalui jalur formal maupun informal kepada masyarakat untuk menjelaskan maksud dan tujuan pemberian bantuan serta kriteria penerima bantuan. Perlu diperbanyak jenis bantuan untuk keluarga miskin yang menunjang proses produktivitas yang menjadi bidang pekerjaan utama masyarakat miskin, yaitu jenis bantuan sarana irigasi dan sarana air bersih. Memberikan dukungan biaya operasional untuk pelaksanaan program bantuan modal yang bersumber dari Pemerintah Daerah yang masih sangat minim. Saran Bagi Penerima Bantuan Modal Hendaknya masyarakat bisa bekerja sama dengan pemerintah agar hasil yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Hendaknya masyarakat bisa bekerja sama dengan anggota masyarakat lain agar mereka bisa mengembangkan usaha. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti hal yang sama mengenai tingkat keberhasilan bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga, dengan menggunakan data primer, agar pengamatan terhadap pendapatan modal dan mengetahui kesulitan bagi masyarakat penerima manfaat bantuan modal dapat diketahui secara pasti. Dan menambah variabel penelitian, sehingga tingkat keberhasilan dapat diketahui secara lengkap.