Pengaruh Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Dalam Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Eko Febri Hartanto (09130004) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisa kondisi ekosistem mangrove, mengetahui kerusakan mangrove dan penyebab kerusakan tersebut agar dapat mencari jalan keluar guna melestarikan ekosistem mangrove secara berkelanjutan, memberikan pengetahuan akan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem, dan menilai secara ekonomis manfaat langsung dari sumber daya hutan mangrove yang ada di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Permasalahan yang ingin diteliti yaitu tentang kondisi ekosistem mangrove yang membaik, yaitu karena masyarakat mulai sadar bahwa kawasan ekosistem mangrove yang baik akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis : “ekosistem mangrove mampu mempengaruhi pendapatan ekonomi masyarakat di desa Banjarsari kecamatan Sayung kabupaten Demak”. Setelah melakukan penelitian, maka peneliti dapat membuktikan bahwa hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima. Data penelitian ini diambil dari monografi Desa Banjarsari. Jumlah populasi dari ketiga dukuh, yaitu dukuh Dombo, dukuh Karang Sambung dan dukuh Mororejo sebanyak 470 KK, dan jumlah sampel diambil dengan menggunakan rumus Harry King dengan tingkat kesalahan 10%, dan didapatkan hasil 38 responden. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data dengan metode 1) observasi, 2) wawancara, 3) angket. Sedangkat metode analisis yang digunakan antara lain analisis SWOT serta metode validasi dan reliabilitas angket dengan cara membuat korelasi skor pada setiap skor pertanyaan tentang pemanfaatan ekosistem mangrove dan kondisi ekosistem mangrove yang diajukan kepada responden dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment yaitu:
rxy
N XY ( X )( Y )
{N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 }
pada taraf signifikan 5% = 0,320 dan pada taraf 1% = 0,413 dan dari hasil penghitungan korelasi menggunakan Produt Moment memiliki hasil 0,870 sehingga menjadi 0,320<0,870>0,413, maka dengan demikian hasil penghitungan korelasi lebih besar dari rhitung dan rtabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid dan reliable. Kata Kunci : mangrove, ekosistem, pemanfaatan, desa Banjarsari PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumber daya pesisir yang sangat besar, baik hayati maupun non hayati. Pesisir merupakan wilayah perbatasan antara daratan dan lautan, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh proses-proses yang ada di darat maupun yang ada di laut. Wilayah demikian disebut sebagai ekoton, yaitu daerah transisi yang sangat tajam antara dua atau lebih komunitas. Sebagai daerah transisi, ekoton dihuni oleh organisme yang berasal dari kedua komunitas tersebut, yang secara berangsur-angsur menghilang dan diganti oleh spesies lain yang merupakan ciri ekoton, dimana sering kali kelimpahannya lebih besar dari komunitas yang mengapitnya. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
20
antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Biota akuatik yang hidup di substrat yang keras (kayu) maupun lunak (lumpur) umumnya memijah di ekosistem mangrove, karena biota tersebut tidak dapat berpindah seperti kerang atau berpindah tidak jauh seperti keong atau siput. Biota lain seperti kepiting, udang, dan ikan ada yang memijah di ekosistem mangrove dan ada yang memijah di perairan agak dalam, namun setelah menetas larva dan benihnya dibawa oleh arus dan angin ke ekosistem mangrove. Lingkungan ekosistem mangrove menjadi tempat yang cocok bagi biota akuatik untuk memijah dan membesarkan anaknya. Akar-akar tumbuhan selain menyediakan ruangan bagi biota untuk bersembunyi, sistem perakaran mangrove sangat efektif meredam gelombang dan arus laut sehingga telur dan anak ikan tidak hanyut. Karena itu, telur dan anakan biota akuatik aman dari serangan predator maupun arus dari gelombang. Dalam kaitannya dalam makanan, ekosistem mangrove menyediakan makanan bagi berbagai biota akuatik dalam bentuk material organik yang terbentuk dari jatuhan daun serta berbagai kotoran hewan darat yang kemudian diubah oleh mikro organisme menjadi bio plankton yang sangat dibutuhkan oleh biota laut. Dengan demikian, ekosistem mangrove kaya akan zat nutrisi bagi ikan, udang, moluska, dan biota lainnya. Demikian pula hewan darat. Pada saat surut, berbagai jenis hewan darat turun ke ekosistem mangrove, beberapa spesies seperti burung dan primate juga memakan bunga dan buah tumbuhan mangrove. Beberapa spesies burung menjadikan ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan, berbiak, maupun sekedar singgah dan beristirahat. Beberaa spesies burung seperti kuntul(Egretta sp), bangau (Ciconiidae), pecuk(Phlacrococaridae), daerah mangrove menyediakan ruang yang memadai untuk membuat sarang, terutama karena minimnya gangguan yang ditimbulkan oleh predator dan manusia. Bagi burung-burung pemakan ikan, seperti kelompok burung raja udang(Alcedinidae), mangrove menyediakan tempat bertengger serta sumber makanan yang belimpah, sementara itu beberapa spesies burung air migran khususnya burung plovers(Charadriidae). Akar mangrove merupakan tempat istirahat yang baik selama air pasang selama pengembaraannya. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit (lihat tabel 2). Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan mengintervensi ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
21
umumnya. Hutan-hutan mangrove menempati sebagian besar garis pesisir pantai , namun di beberapa tempat juga dijumpai di teluk-teluk yang terlindungi, atau disekeliling pulau-pulau lepas pantai dan laguna kecil, di muara-muara sungai, di delta sungai-sungai besar, bahkan dapat masuk jauh ke pedalaman sepanjang sungai-sungai, selain itu juga mencakup rawa-rawa dengan nipah yang luas. Pemikiran strategis dalam pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir memiliki kebijakan pembangunan yang berorientasikan pada “Ideologi Produktivitas“ yang berkiblat pada paradigma “Pertumbuhan Ekonomi“ serta cenderung over eksploitas harus dihentikan dan di redefinisi. Masalah pengelolaan yang memperhatikan aspek konservasi lingkungan sumberdaya laut dan pesisir lebih dikedepankan dan disosialisasikan secara luas kepada penentu kebijakan dan masyarakat pesisir sehingga mereka memiliki persepsi yang sama dalam melihat permasalahan yang ada di daerah pesisir. Berbagai pihak harus memiliki komitmen yang tinggi dan konsisten dalam menegakkan peraturan hukum yang berlaku, seperti mengamankan pelaksanaan Undang-undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan Undang-undang No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Tanpa Penegakan hukum yang tegas, khususnya oleh Aparatur Negara, sangat sulit dihindari terjadinya persoalan sosial ekonomi dan kekerasan masal dari kelompok masyarakat yang merasa dirugikan oleh praktik-praktik pelanggaran hukum tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Mangrove Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Untuk menghindari kekeliruan perlu dipertegas bahwa istilah bakau hendaknya digunakan untuk jenis-jenis tumbuhan tertentu saja yakni dari marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala jenis tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas ini. Karena di hutan tersebut bukan hanya jenis bakau yang ada maka istilah hutan mangrove lebih populer digunakan pada tipe hutan ini. Segala tumbuhan dalam hutan ini saling berinteraksi dengan lingkungannya baik yang bersifat biotik maupun abiotik. Dan seluruh sistem yang saling bergantung ini membentuk apa yang kita kenal sebagai ekosistem mangrove.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dan kasus/lapangan. Studi kasus adalah metode penelitian yang dilakukan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail dalam jangka waktu tertentu (Supranto, 1994). Penelitian ini dilakukan dalam tiga rangkaian kegiatan yaitu pengambilan contoh di lapangan seperti pengamatan langsung vegetasi mangrove yang ada di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, pencarian data ke dinas dan instansi yang berkaitan, dan wawancara langsung JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
22
kepada masyarakat di sekitar hutan mangrove serta kepada pemilik tambak di tiga dukuh, yaitu dukuh Dombo, dukuh Karangsambung, dan dukuh Mororejo. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di tiga dukuh di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang memiliki hutan mangrove yang cukup luas dengan luas wilayah sekitar 247 ha, yang terbagi dari tiga dukuh, yaitu dukuh Mororejo, dukuh Dombo, dan dukuh Karang Sambung Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Teknik Pengambilan Sampel Data yang diambil dalam penelitian ini didapat data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara pengamatan/analisis langsung dilapangan dan wawancara langsung dengan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan mangrove dan yang bermata pencaharian sebagai petani tambak di tiga dukuh yaitu dukuh Dombo, dukuh Karang Sambung, dan dukuh Mororejo. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan dukuh yang memiliki potensi hutan mangrove. Data sekunder didapat dengan cara wawancara dengan dinas atau instansi yang terkait di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Data variable tentang sosial ekonomi masyarakat di tiga dukuh yaitu dukuh Dombo, dukuh karang Sambung, dan dukuh Mororejo didapat dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan mangrove. Populasi pengambilan sampel adalah masyarakat petani tambak dan masyarakat bermata pencaharian lain yang bergantung pada hutan mangrove di dukuh Dombo, dukuh Karang Sambung, dan dukuh Mororejo Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Tabel 1. Jumlah Populasi Daerah Penelitian No
Dusun
Kepala Keluarga (KK)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1.
Dombo
235
813
2.
Karang Sambung
97
395
3.
Mororejo
138
540
Jumlah
470
1748
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode Angket untuk memperoleh data dari masyarakat Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Metode Angket adalah metode yang dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis yang kemudian diberikan kepada individu ataupun responden yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, Metode Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai beberapa pengaruh kelestarian
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
23
mangrove dengan peningkatan pendapatan masyarakat di desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.
HASIL PENELITIAN Data yang dianalisa dalam penulisan skripsi ini adalah tentang pemanfaatan ekosistem mangrove dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan data tentang kondisi ekosistem mangrove di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, dimana data tentang pemanfaatan mangrove sebagai variable X, dan data tentang kondisi ekosistem mangrove sebagai variable Y. Kemudian data tersebut akan diolah dengan formula korelasi Product Moment sebagai berikut:
rxy
n XY ( X )( Y )
{n X 2 ( X ) 2 }{n Y 2 ( Y ) 2 }
Setelah pertanyaan di ajukan ke responden, maka peneliti memperoleh jawaban yang selanjutnya dapat dijadikan data untuk kedua variable yang telah ditentukan oleh penulis yang selanjutnya diolah. Hasil jawaban dari responden atas pertanyaan angket tentang pemanfaatan ekosistem mangrove dan kondisi ekosistem mangrove dapat dilihat lebih lengkap dalam lampiran 2 dan lampiran 3 skripsi ini. Tabel. 2. Tabel Korelasi Antara Pemanfaatan Ekosistem Mangrove (X) Dengan Kondisi Ekosistem Mangrove (Y) Di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Nomor Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
X
Y
X2
Y2
XY
51 42 50 55 42 50 47 55 51 47 50 55 42 50 47 55 51 48 51 43 55 42 50
50 44 51 55 44 51 46 51 48 50 51 55 44 51 46 51 48 50 50 44 55 44 51
2.601 1.764 2.500 3.025 1.764 2.500 2.209 3.025 2.601 2.209 2.500 3.025 1.764 2.500 2.209 3.025 2.601 2.304 2.601 1.849 3.025 1.764 2.500
2.500 1.936 2.601 3.025 1.936 2.601 2.116 2.601 2.304 2.500 2.601 3.025 1.936 2.601 2.116 2.601 2.304 2.500 2.500 1.936 3.025 1.936 2.601
2.550 1.848 2.550 3.025 1.848 2.550 2.162 2.805 2.448 2.350 2.550 3.025 1.848 2.550 2.162 2.805 2.448 2.400 2.550 1.892 3.025 1.848 2.550
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
24
24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
47 55 51 48 50 51 43 50 47 55 51 48 50 51 43
46 51 48 50 51 50 44 51 46 51 48 50 51 50 44
2.209 3.025 2.601 2.304 2.500 2.601 1.849 2.500 2.209 3.025 2.601 2.304 2.500 2.601 1.849
2.116 2.601 2.304 2.500 2.601 2.500 1.936 2.601 2.116 2.601 2.304 2.500 2.601 2.500 1.936
2.162 2.805 2.448 2.400 2.550 2.550 1.892 2.550 2.162 2.805 2.448 2.400 2.550 2.550 1.892
∑
1.869
1.861
92.543
91.519
91.953
Tabel diatas merupakan korelasi dari variabel X dan variabel Y yang diperoleh dari jawaban 38 responden. Dan dari tabel diatas dapat disimpulkan hasil korelasi sebagai berikut : ∑X = 1.869 ;
∑Y = 1.861 ;
∑Y2 = 91.519 ; ∑XY = 91.953
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
∑X2 = 92.543 ; N = 38
N XY ( X )( Y ) {N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 }
38 x91.953 (1.869)(1.861)
38x92.543 1.869 38x91.519 1.861 2
2
3.494.219 3.478.209
3.516.634 3.493.1613.477.722 3.463321 16.005 23.473x14.401 16.005 338.034.673 16.005 18.385,71927
rxy 0,870512584 Disederhanakan menjadi rxy 0,870 Dari hasil penghitungan diatas kemudian di korelasikan dengan tabel r Product Moment, baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikan 1% pada N=38. Hasil diatas berupa r hitung JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
25
diperoleh 0,870, sedangkan dalam tabel Nilai Product Moment (rtabel) untuk N=38 pada taraf signifikan 5% = 0,320 dan nilai pada taraf signifikan 1% = 0,413. Sehingga hasil penghitungan tersebut dapat dikatakan bahwa rhitung>rtabel atau 0,320<0,870>0,413. Karena 0,320<0,870>0,413 maka dengan demikian hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah signifikan. Artinya hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa : ” ekosistem mangrove mampu mempengaruhi pendapatan ekonomi masyarakat di desa Banjarsari kecamatan Sayung kabupaten Demak”, dapat diterima. Setelah di dapat hasil dari menggunakan rumus product moment, penulis kemudian menggunakan analisis regresi linier untuk mencari koefisiensi dari dua variabel diatas, yaitu pemanfaatan ekosistem mangrove sebagai variabel X dan kondisi ekosistem mangrove sebagai variabel Y. Rumus regresi linier adalah sebagai berikut : Ŷ = a + bX Keterangan
Ŷ = Variabel dependen (nilai yang diprediksi) X = Variabel Independen a = Konstanta b = Koefisiensi regresi
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linear Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
Beta
-5.244
5.139
1.111
.105
-1.020
.314
10.613
.000
1 Kondisi Mangrove
.871
a. Dependent Variable: Pemanfaatan Mangrove
Dari hasil diatas maka didapat persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = -5,244 + 1,111X
KESIMPULAN Kelestarian ekosistem mangrove sangat mempengaruhi pendapatan ekonomi masyarakat di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil korelasi yang diperoleh dengan menggunakan rumus Product Moment yang memperoleh nilai 0,870. Angka tersebut bila dikonsultasikan dengan kriteria penafsiran lebih besar dibanding 0,320 atau 0,413 ( 0,320<0,870>0,413 ).
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
26
Bila dihitung menggunakan persentase, maka pengaruh ekosistem mangrove dalam meningkatkan pendapatan ekonimi masyarakat di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak memiliki hasil (0,870)2 x 100% = 75,69%, yang artinya bahwa pengaruh ekosistem mangrove dalam meningkatkan pendapatan ekonomi di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak sangat tinggi, yaitu sebesar 75,69%. Maka dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kelestarian ekosistem mangrove sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat di Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, yaitu dengan nilai Product Moment sebesar 0,870. Sehingga hasil penghitungan tersebut dapat dikatakan bahwa r hitung>rtabel atau 0,320<0,870>0,413. 2. Dari kegiatan observasi dan hasil angket yang diberikan kepada responden di lapangan, peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas penduduk Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak memanfaatkan kayu mangrove guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. 3. Masyarakat di desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak sudah mulai peduli dengan keadaan ekosistem mangrove yang mulai memprihatinkan, hal ini dibuktikan dengan penanaman mangrove oleh masyarakat secara sukarela.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, J., dkk. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Dahuri, R.,J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan kedua. Jakarta: Pradnya Paramita. ________. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ________. 2005. Kelautan, Potensi Memakmurkan Rakyat. Jakarta: Kompas, 20/06. Desa Banjarsari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, 2010. Data Sensus Penduduk Tahun 2010. Demak. Direktorat Jendral Kehutanan Departemen Pertanian, 1982. Status Hutan Mangrove Di Indonesia Dan Pemanfaatannya Bagi Kesejahteraan Manusia, Prosiding Pertemuan Teknis Evaluasi Hasil Survai Hutan Mangrove. Departmen Pertanian, Jakarta. Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2012. Dalam Pelatihan Pelestarian Ekosistem Mangrove. Semarang. Ernawati, 1997. Metode Stastika. Transito, Bandung. Ghufran H. Kordi M, 2012. Ekositem Mangrove : Potensi, Fungsi, dan Pengelolaan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Indriyanto. 2006. Ekologi hutan. Jakarta: Bumi Aksara Laila Febrina, 2012. Mangrove : Pilar Yang Terlupakan. PT. Temprina Media Grafika, Bekasi. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
27
McNae, W.. 1968. “A General Account of the Fauna and Flora of Mangrove Swamp and Forest in the Indo-West Pasific Regional”. Adu Mar. Biol, 6 : 73 – 270. Nontji, A.. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan. ________. 1992. “Laut Sebagai Sumber Flora dan Fauna untuk Menunjang Kehidupan Bangsa”. Jakarta: Majalah Ilmu dan Budaya, No.6, Mart 1992, Universitas Nasional. ________. 2010. “Saatnya Peduli Padang Lamun”. Jakarta: Harian Kompas, 05/01 Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Penerbit P.T. Gramedia. Jakarta. Odum, E.P, 1971. Fundamentals of Ecology 3rd ed. W.B. Saunders. Philadelphia. Pariyono, 2006. Kajian Potensi Kawasan Mangrove Dalam Kaitannya Dengan Wilayah Pantai. Semarang. Primack, R.B., dkk. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Purnobasuki, H.. 2005. Tinjauan Perspektif Hutan Mangrove. Surabaya: Paramita. Rangkuti, Freddy., 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia, Jakarta. Saputro, G.B., dkk. 2009. Peta Mangrove Indonesia. Jakarta: Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Soerianegara, I. 1993. Kebijakan dan Strategi Nasional dalam Pemanfaatan dan Pelestarian Ekosistem Mangrove di Indonesia. LIPI-Yayasan LPP Mangrove. Suharsimi Arikunto, Dr. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta : Jakarta. Supranto,J., 1994. Statistik Teori Dan Aplikasi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ________. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
28