i
PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DESA MELETUMBO TERHADAP FUNGSI EKOSISTEM MANGROVE DI KECAMATAN KOLONO
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan Pada Jurusan / Program Studi Pendidikan Geografi
OLEH IMELDA ARNITA A1A4 12 043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
viii
ii
viii ii
iii
viii
iv
viii iv
v
ABSTRAK Imelda Arnita (2016), telah melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Pesisir Desa Meletumbo Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Kolono”. Dibawah bimbingan Drs. La Harudu, M.Si., selaku pembimbing I dan Drs. Surdin, M.Pd sebagai pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui angket/kuesioner, observasi dan dokumentasi. Data diperoleh dari 30 responden. Pengetahuan masyarakat pesisir Desa Meletumbo tentang fungsi ekosistem mangrove masuk kategori kurang baik terutama fungsi fisik ekosistem mangrove dengan skor rata-rata 2,7. Pemahaman masyarakat Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove sudah masuk kategori cukup baik. dengan skor rata-rata 3,1. Keadaan lingkungan ekosistem mangrove masuk dalam kategori kurang baik dengan skor rata-rata 2,9. Kondisi lingkungan ekosistem mangrove di desa Meletumbo sudah mengalami kerusakan dan penurunan fungsi terutama fungsi fisik dan fungsi biologisnya. Kebutuhan akan fungsi ekosistem mangrove masuk kategori kurang baik dengan skor ratarata 2,7. Kebutuhan masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove lebih banyak mengarah pada fungsi ekonomi yaitu sebagai kayu bakar dan keperluan rumah tangga dan sebagai alat perikanan. Kata kunci : Persepsi, Mayarakat Pesisir, Fungsi Ekosistem Mangrove
viii v
vi
ABSTRACT
Imelda Rosita (2016), has been conducting research with the title "Public Perception Of Coastal Village Meletumbo Mangrove Ecosystem Function In Sub Kolono". Under the guidance of Drs. He Harudu, M.Sc., as a mentor I and Drs. Surdin, M.Pd as supervisor II. This study aims to determine the public perception Meletumbo coastal village on the function of mangrove ecosystem in the District Kolono. The research is a qualitative study using descriptive methods. The informant in this research was determined by purposive sampling technique. Data collection techniques used, namely through a questionnaire / questionnaire, observation and documentation. Data obtained from 30 respondents. Rural coastal communities Meletumbo knowledge about the function of the mangrove ecosystem in the category of less good especially the physical function of mangrove ecosystem with an average score of 2.7. Meletumbo village community understanding of the function of the mangrove ecosystem has been categorized quite good. with an average score of 3.1. The environment of mangrove ecosystems in the category of less well with an average score of 2.9. Environmental conditions in the village Meletumbo mangrove ecosystem has been damaged and decreased function primarily a function of the physical and biological function. The need for mangrove ecosystem functions less well in the category with an average score of 2.7. The needs of coastal communities Meletumbo village on the function of the mangrove ecosystem more leads to economic function, namely as firewood and household and as a fishing tool. Keywords: Perception, Coastal Peoples, Mangrove Ecosystem Function
viii vi
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Pesisir Desa Meletumbo Terhadap Fungsi Ekosistem Mngrove Di Kecamatan Kolono”, dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Universitas Halu Oleo. Dalam skripsi ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. La Harudu, M.Si. selaku Pembimbing I serta Penasehat Akademik dan Bapak Drs. Surdin, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, arahan, bantuan, motivasi dan bimbingan dari segala pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas Halu Oleo, Kendari, yang telah memberikan izin kepada penulis selama menempuh studi di Universitas Halu Oleo. 2. Prof. Dr. La Iru, S.H., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari, yang telah memberikan izin penelitian untuk keperluan penyusunan tugas akhir skripsi ini.
viii vii iv
viii
3. La Ode Amaluddin, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari, yang telah memberikan izin secara resmi atas penyusunan skripsi ini. 4. Jafar Mustafa selaku Kepala Desa Meletumbo yang telah memberikan izin peneliti untuk melaksanakan penelitan ini 5. Para Dosen dan staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, terkhusus di Jurusan/Program Studi Pendidikan Geografi 6. Para informan yang telah memberikan waktu, kesempatan, kemudahan kepada penulis selama mengadakan penelitian. Ucapan rasa terima kasih yang tiada tara kupersembahkan kepada orang tuaku tercinta Ayahanda Zainal Arufin, S.Ip dan Ibunda Nurhayati, dengan penuh keikhlasan memberikan doa, perhatikan, kasih sayang, cinta, kesabaran, dan bantuan moril mupun material kepada saya. Penulis mempersembahkan karya ini khusus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta sebagai tanda bakti dan rasa kasih sayang. Akhirnya, penulis mengharapakan semoga Allah SWT membalas semua ketulusan, dukungan serta bantuan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis. Amin Kendari, Penulis
April 2016
IMELDA ARNITA NIM. A1A4 12 043
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul.............................................................................................. i Halaman Persetujuan.................................................................................... ii Halaman Pengesahan ................................................................................... iii Pernyataan Keaslian Skripsi......................................................................... iv Abstrak ......................................................................................................... v Kata Pengantar............................................................................................. vi Daftar Isi....................................................................................................... viii Daftar Tabel ................................................................................................. x Daftar Gambar.............................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian............................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 5 A. Deskripsi Teori.............................................................................. 5 1. Konsep Persepsi ....................................................................... 5 2. Masyarakat Pesisir .................................................................... 10 3. Ekosistem Mangrove................................................................ 12 4. Jenis-Jenis Vegetasi Mangrove ................................................. 14 5. Fungsi Dan Manfaat Ekosistem Mangrovee ............................. 25 6. Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Mangrove…. 27 B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 29 C. Kerangka Pikir............................................................................... 30 BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 32 A. Waktu Dan Lokasi Penelitian ....................................................... 32 B. Jenis Penelitian ............................................................................. 32 C. Populasi dan Sampel .................................................................... 33 viii ix
x
1. Populasi Penelitian ................................................................... 33 2. Sampel Penelitian..................................................................... 33 D. Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 34 E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 34 F. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 36 G. Teknik Analisis Data...................................................................... 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 38 A. Deskripsi Daerah .......................................................................... 38 1. Letak, Luas Dan Batas Desa Meletumbo................................ 38 2. Keadaan Sosial Ekonomi Dan Budaya ................................... 39 a. Keadaan Penduduk ............................................................. 39 b. Mata Pencaharian ................................................................ 40 c. Bidang Pendidikan .............................................................. 40 B. Hasil Penelitian.............................................................................. 41 1. Pengetahuan Tentang Fungsi Ekosistem Mangrove .............. 41 2.
Pemahaman Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove ............. 47
3. Kedaaan lingkungan Ekosistem Mangrove............................. 53 4. Kebutuhan akan Fungsi dari Ekosistem Mangrove ................ 57 C. Deskripsi Rata-Rata Persepsi Masyarakat Pesisir Desa Meletumbo Terhadap Fungsi Ekosistem mangrove.................................. ....... 59 D. Pembahasan.................................................................................... 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 62 A. Kesimpulan .................................................................................. 62 B. Saran .............................................................................................. 63 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii x
xi
DAFTAR TABEL No. Tabel Teks 1. Tabel 2.1 Dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem
Halaman
mangrove......................................................................
28
2.
Tabel 3.1 Instrumen penelitian....................................................
35
3.
Tabel 4.1 Komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin..........................................................
39
4.
Tabel 4.2 Penyebaran penduduk menurut mata pencaharian.......
40
5.
Tabel 4.3 Penyebaran penduduk menurut tingkat pendidikan.....
41
6.
Tabel 4.4 Ekosistem mangrove dapat membantu menjaga garis pantai...........................................................................
7.
Tabel 4.5 Ekosistem mangrove hanya sebagai penahan gelombang saja............................................................
8.
50
Tabel 4.13 Ekosistem mangrove dapat dijadikan lahan pertambakan bagi masyarakat......................................
16.
49
Tabel 4.12 Menurut saya ekosistem mangrove hanya bisa di jadikan bahan bakar saja...............................................
15.
48
Tabel 4.11 Ekosistem mangrove berguna untuk bahan bangunan.......................................................................
14.
47
Tabel 4.10 Ekosistem mangrove dapat menjadi tempat bersarangnya burung...................................................
13.
46
Tabel 4.9 Menurut saya ekosistem mangrove berguna sebagai tempat pengembangbiakan hewan-hewan air..............
12.
45
Tabel 4.8 Ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan kecil......................................................
11.
44
Tabel 4.7 Ekosistem mangrove dapat memberikan perlindungan terhadap angin laut......................................................
10.
43
Tabel 4.6 Ekosistem mangrove mampu mengelola bahan limbah dengan baik.....................................................
9.
42
51
Tabel 4.14 Ekosistem mangrove dapat memberikan hasil hutan berupa kayu..................................................................
viii xi
52
xii
17.
Tabel 4.15 Kondisi ekosistem mangrove yang ada sekarang sudah banyak yang rusak dan tidak berfungsi lagi.......
18.
Tabel 4.16 Penyebab utama kerusakan kawasan ekosistem mangrove akibat pertambakan.....................................
19.
57
Tabel 4.19 Menurut saya ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan dan minuman..........
22.
56
Tabel 4.18 Menurut saya ekosistem mangrove dapat membantu keperluan rumah tangga...............................................
21.
54
Tabel 4.17 Penggunaan lahan mangrove untuk permukiman dapat mempengaruhi fungsi ekosistem mangrove........
20.
53
58
Tabel 4.20 Rata-rata persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono.......................................................
viii xii
59
xiii
DAFTAR GAMBAR No. 1.
Tabel
Teks
Gambar 2.1 Kerangka pikir...................................................
viii xiii
Halaman 31
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah pesisir yang cukup luas dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang ke empat di dunia. Selaras dengan wilayah pesisirnya yang luas. Indonesia menyimpan potensi sumberdaya alam pesisir yang luar biasa dengan keanekaragaman ekosistem (Rompas 2009, dalam Laremba, 2014). Pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah interaksi/peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri yang unik, dan mengandung produksi biologi cukup besar serta jasa-jasa lingkungan. Kekayaan sumber daya yang dimiliki wilayah tersebut menimbulkan daya tarik dari berbagai pihak untuk memanfaatkan secara langsung atau untuk meregulasi pemanfaatannya karena secara sektoral memberikan sumbangan yang besar dalam kegiatan ekonomi misalnya pertambangan, perikanan, kehutanan, industri, pariwisata dan lain-lain. Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi daratan dan lautan, yang mencakup beberapa ekosistem, salah satunya adalah ekosistem mangrove (Bengen 2001). Ekosistem mangrove mempunyai fungsi ekologi yang penting, seperti peredam gelombang dan angin, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur viii 1
2
dan penangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air, sebagai daerah asuhan dan tempat mencari makan serta merupakan tempat pemijahan bermacam macam biota perairan, sebagai penyubur perairan karena menghasilkan detritus dari seresah daun yang diuraikan oleh bakteri menjadi zat hara (Bengen 2001). Salah satu wilayah pesisir Indonesia yang ditumbuhi mangrove adalah wilayah pesisir Desa Meletumbo yang berada di Kecamatan Kolono Kabupaten Konawe Selatan dengan luas wilayah ±33,32 km2 dan mempunyai panjang garis pantai ±54 Km2 (Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Konawe Selatan,2011). Data yang diperoleh dari kantor Desa Meletumbo menyebutkan bahwa luasan hutan mangrove yang ada di Desa Meletumbo adalah ±280 ha, yang telah terbuka ±50 ha. Namun karena pemanfaatannya jumlah hutan mangrove mengalami penurunan, kenyataan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah konversi mangrove menjadi pemukiman (property) dan pemanfaatan sebagai kayu bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga/perkakas dan kapal, pertambakan, dan alat perikanan. Kondisi tersebut merupakan penyebab terjadinya percepatan proses abrasi, pencemaran (kekeruhan), serta pendangkalan perairan teluk (Alimuddin, 2002). Desa Meletumbo merupakan daerah yang terletak pada wilayah pesisir. Penggunaan lahan utama di pesisir Desa Meletumbo yaitu permukiman dan tambak. Semakin berkembangnya budidaya tambak dan permukiman sehingga memungkinkan terjadinya penambahan reklamasi untuk pemukiman kearah bentang laut yang dapat mempengaruhi fungsi dari ekosistem mangrove.
viii
3
Mengingat pentingnya ekosistem mangrove maka perlu dilakukan pengelolaan yang tepat sehingga dapat tercapai pemanfaatan yang lestari. Permasalahan kawasan ekosistem mangrove yang terjadi di Desa Meletumbo diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan pentingnya fungsi ekosistem mangrove bagi lingkungan hidup. Dimana masyarakat yang tinggal disekitar hutan mangrove memandang hanya dari segi ekonomis saja tampa mempedulikan fungsi biologis dan fisik dari ekosistem mangrove tersebut. Bertolak dari uraian di atas dengan penuh pertimbangan serta kenyataan hasil studi pendahuluan maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Pesisir Desa Meletumbo Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Kolono”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Persepsi Masyarakat Pesisir Desa Meletumbo Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Kolono ”? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Pesisir Desa Meletumbo Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove Di Kecamatan Kolono .
viii
4
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan tentang persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono. 2. Manfaat Praktis Bila persepsi masyarakat masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono dapat ditemukan maka akan berguna sebagai masukan bagi Pemerintah dan Instansi terkait dalam pengambilan dan penetapan kebijakan kaitannya dengan fungsi ekosistem mangrove.
viii
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Konsep Persepsi 1.1 Pengertian Persepsi Menurut Sarwono dalam Ramadhan (2009:17), persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran. Sedangkan
menurut
Indrawijaya
dalam
Zainal
(2010:6)
mengemukakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana seseorang mengorganisasikan dalam pemikirannya, menafsirkan, mengalami dan mengelolanya tentang segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungannya. Segala sesuatu yang mempengaruhi persepsi seseorang tersebut selanjutnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku yang akan dipilihnya. Dalam kehidupan sehari-hari persepsi dapat diartikan sebagai respon dan tanggapan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerima langsung) dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan tanggapan atau pengertian yang
viii
6
terbentuk dari suatu proses yang diperoleh melalui panca indera . Ali (1996:127) dalam Sartina (2011:10) mengatakan bahwa persepsi adalah sesuatu yang diserap, diterima melalui panca indera seperti melihat, mendengar, merasai ataupun sering diterjemahkan sebagai bayangan dalam angan-angan, pendapat, pandangan, sebutan atau reaksi yang pada hakikatnya mengarah pada apa yang ditanggapi panca indera. Selanjutnya Winataputra dalam Hazaruddin (2010:5) mengungkapkan bahwa persepsi adalah interprestasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya yang berbeda dari orang lain, sehingga berpengaruh terhadap perilaku individu. Menurut Miftah Thoha dalam Zainal (2010:6) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan prasaan dan penciuman. Kunci utama memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu ingatan yang mengacu pada suatu elaborasi, transformasi dan kombinasi berbagai input. Rahmad dalam Zainal (2010:7) mengemukakan bahwa persepsi itu adalah cara seseorang mengalami obyek-obyek dan gejala-gejala menurut suatu proses selektif. Selanjutnya Davidoff dalam Hazaruddin (2010:7)
bahwa
persepsi
didefinisikan
sebagai
proses
yang
mengorganisisr data-data indera kita untuk dikembangkan sedemikian
viii
7
rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan dirinya sendiri. Leavit dalam Hazaruddin (2010:6) persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Secara psikologi dijelaskan bahwa persepsi adalah pengamatan secara global belum disertai kesadaran, sedangkan subyek dan obyeknya belum terbedakan satu dan lainnya atau baru ada proses “memiliki” tanggapan (Kartini dalam Hazaruddin 2010:7). Berdasarkan uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang dalam memberikan suatu tanggapan terhadap suatu hal yang ada dalam lingkungannya, dimana tanggapan tersebut akan memberi arti terhadap suatu hal yang dipersepsikan tersebut. 1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Adapun faktor-faktor yang mempengarui persepsi seseorang menurut Twikromo (1996:117) dalam Hazaruddin (2010:8)
adalah
meliputi: (a) pemahaman /pengertian seseorang terhadap suatu obyek, (b) pengalaman, (c) pengetahuan yang dimiliki seseorang, (d) prinsip/keyakinan, (e) keadaan lingkungan, dan (f) kebutuhan. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dengan memahami sesuatu hal, seseorang memberikan persepsi terhadap hal tersebut. Jika
viii
8
ia memahami dengan baik keadaan seseorang maka ia akan mempunyai persepsi yang positif terhadap orang itu dengan baik pula. Begitupun sebaliknya jika ia kurang memahami keadaan orang lain, maka ia pun mempunyai persepsi negatif terhadap orang tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemahaman atau pengertian dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu hal. Begitu pula jika seseorang mempunyai pengalaman buruk pada waktu ia sekolah, maka persepsinya terhadap pendidikan akan buruk pula. Pengetahuan juga dapat mempengaruhi persepsi karena apabila seseorang mengetahui pentingnya pendidikan, misalnya, maka ia dapat mempunyai persepsi positif sehingga dapat mendorong anak-anaknya untuk sekolah, dibandingkan dengan orang yang tidak mengerti arti pentingnya sekolah. Selanjutnya pandangan dapat berpengaruh kepada persepsi seseorang karena apabila pandangannya terhadap pendidikan itu baik, maka hal itu akan menimbulkan persepsi yang baik pula. Demikian juga dengan prinsip atau keyakinan dapat mempengaruhi persepsi seseorang dengan meyakini sesuatu adalah baik maka pasti akan menimbulkan persepsi yang baik pula. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua hal yang dialami oleh yang berpersepsi, mulai dari kondisi alam, hewan sampai kepada pergaulannya dengan sesama manusia dalam segala
viii
9
aspek kehidupan seperti dalam aspek kehidupan bernegara dan lainlain. Faktor yang terakhir yang mempengaruhi persepsi adalah kebutuhan. Hal ini tentunya dapat dipahami karena apabila seseorang membutukan pendidikan, maka ia pasti lebih dahulu mempunyai persepsi yang baik terhadap pendidikan. Begitu pula sebaliknya jika ia tidak membutuhkan pendidikan, maka ia cenderung mempunyai persepsi bahwa pendidikan itu tidak penting. Menurut Davidoff (1991:48) dalam Hazaruddin (2010:10) bahwa apa-apa yang dipersepsikan seseorang sangat tergantung pada motivasi pribadi, emosi, nilai, tujuan hidup, minat dan keadaan mental serta biasanya persepsi seseorang ditentukan pula oleh penampilan fisik. Selanjutnya Siagian (1995:100) dalam Hazaruddin (2010:11) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang merupakan indikator dalam menelaah timbulnya persepsi. Hal ini dipengaruhi oleh tiga variabel yakni : 1. Obyek atau sasaran persepsi tersebut Obyek atau sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa, sifat-sifat sasaran itu berpengaruh terhadap persepsi yang melihatnya. 2. Lingkungan yang mengakibatkan terjadinya persepsi Yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua hal yang dialami orang yang berpersepsi, mulai dari kondisi alam, hewan
viii
10
sampai kepada pergaulannya dengan sesama manusia dalam segala aspek kehidupan seperti dalam aspek kehidupan bernegara dan lainlain. 3. Orang yang melakukan persepsi Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi seperti sikap negatif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia maupun dari luar diri manusia itu sendiri. 2. Masyarakat Pesisir Menurut Dahuri (2002) dalam Sudarmi (2012:20) bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat yang bermukim disepanjang kawasan peralihan (interface area) antara ekositem darat dan laut dengan batas terluar 20 km dari garis pantai atau berada sejauh 4 mil atau 12 mil dari garis pantai ke arah laut. Sedangkan menurut Kusumasutanto (1997) dalam Sudarmi (2012:20) bahwa kehidupan masyarakat pesisir sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan., khususnya pencemaran. Usaha dibidang perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristk masyarakat pesisir juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Selanjutnya Kusumasutanto (1997) dalam Sudarmi (2012:20) menyatakan bahwa karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan masyarakat lainnya, hal ini dari
viii
11
ketersedian sarana dan prasarana ekonomi, latar belakang budaya dan karekteristik ekonomi. Oleh karena itu dalam pembangunan perlu melibatkan masyarakat pesisir tersebut untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya. Seperti halnya masyarakat lain dalam kedudukan yang sama, masyarakat pesisir membutuhkan bantuan, akan tetapi mereka pun harus dapat membantu diri mereka sendiri melalui pemberdayaan agar dapat memperoleh
kesejahteraan,
mendapatkan
akses
(modal,
informasi
keterampilan, dan sebagainya) mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan dan ikut mengambil keputusan, sehingga dapat mengelola sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan (Latief, 1999 dalam Sudarmi, 2012:21). Satria (2002) dalam Sudarmi (2012:21) mengemukakan 5 karakter utama masyarakat pesisir yaitu : 1. Sistem pengetahuan: teknik penangkapan ikan diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman empiris. Kuatnya pengtahuan lokal tersebut yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab terjaminya kelangsungan hidup mereka sebagai nelayan. 2. Sistem kepercayaan: nelayan masih memiliki kepercayaan yang kuat bahwa laut memliki kekuatan magis sehingga perlu perlakuan-perlakuan khusus dalam melakukan aktivitas penangkapan agar keselamatan dan hasil tangkap semakin terjamin.
viii
12
3. Peran wanita: aktivitas wanita merupakan gejala yang sudah gejala umum bagi masyarakat strata bawah, termasuk wanita di wilayah pesisir. Wanita di wilayah pesisir selain bergelut dalam urusan rumah tangga juga kerap menjalankan fungsi ekonomi dalam melakukan penangkapan ikan diperairan dangkal, pengolah ikan, maupun kegiatan jasa dan perdagangan. 4. Posisi sosial nelayan: masih dianggap rendah dalam masyarakat disebabkan keterasingan. Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan masyarakat nelayan dalam melakukan interaksi sosial dalam masyarakat lain karena kesibukkan penangkapan. 5. karakteristik masyarakat nelayan menghadapi sumberdaya yang hingga saat ini masih bersifat open acces. Artinya karakteristik sumberdaya ini menyebabkan nelayan harus berpindah-pindah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kondisi
sumberdaya seperti
ini menyebabkan
masyarakat pesisir khususnya nelayan memiliki karakter yang keras, tegas dan terbuka. 3. Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove merupakan suatu kawasan yang terbentang sepanjang pesisir yang komposisinya terdiri dari beberapa jenis flora dan fauna
yang
saling
berinteraksi.
Kebanyakan
tumbuhan
mangrove
mengembangkan system perakaran yang khas untuk memungkinkan pertukaran gas di atas tanah yang tergenang air laut. Mangrove mengembangkan pola adaptasi secara morfologi dan fisiologi untuk hidup
viii
13
pada daerah pasang surut (intertidal). Pola adaptasi yang dikembangkan oleh mangrove terhadap lingkungan pasang surut, yang mudah dikenali adalah system peraakaran, misalnya akar napas pada Avicennia sp. Dan Sonneratia sp., akar lutut pada Bruguiera sp., akar papan pada Xylocarpus sp. dan akar tunjang pada Rhizophora sp. (Tomlinson, 1986). Ekosistem mangrove menduduki lahan pantai zona pasang surut, dan endapan lumpur yang datar. Ekosistem ini bersifat kompleks dan dinamis namun labil. Dikatakan kompleks, karena di dalam hutan mangrove dan perairan/tanah di bawahnya merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Lalu dinamis, karena hutan mangrove dapat terus berkembang serta mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh. Namun juga labil, karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali (Zainatun, 2002). Ekosistem mangrove merupakan ekoton (daerah peralihan) yang unik, yang menghubungkan kehidupan biota daratan dan laut. Fungsi ekologis ekosistem mangrove sangat khas dan kedudukannya tidak terganti oleh ekosistem lainnya. Misalnya, secara fisik hutan mangrove berfungsi menjaga stabilisasi lahan pantai yang didudukinya dan mencegah tejadinya intrusi air laut ke daratan. Secara biologis, hutan mangrove mempertahankan fungsi dan kekhasan ekosistem pantai termasuk kehidupan biotanya. Misalnya: sebagai tempat pencarian pakan, pemijahan, asuhan berbagai jenis ikan, udang dan biota air lainnya; tempat bersarang berbagai jenis burung; dan habitat berbagai jenis fauna. Secara ekonomis, hutan mangrove merupakan
viii
14
penyedia bahan bakar dan bahan baku industry (Nugroho, Setiawan dan Harianto,1991). Mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuarial sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel—partikel organik ataupun endapan lumppur yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Dengan demikian, daerah mangrove merupakan daerah yang subur, baik daratannya maupun perairannya, karena selalu terjadi transportasi nutrient akibat adanya pasang surut (Moro, 1986). 4. Jenis-Jenis Vegetasi Mangrove Vegetasi hutan mangrove dapat dijumpai hampir diseluruh daerah atau negara yang beriklim tropis. Diperkirakan wilayah Indo-Malaya termasuk Indonesia merupakan wilayah yang paling kaya jenisnya (Tepu, 2003 dalam Komarni, 2010:8). Beragam jenis tumbuhan dijumpai dihutan bakau, tetapi hanya sekitar 54 spesies dari 20 genera anggota dari sekitar 16 suku dianggap sebagai jenis-jenis mangrove sejati. Jenis-jenis mangrove ini ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan mangrove dan jarang tumbuh diluarnya. Sekitar 39 jenis ditemukan tumbuh di Indonesia dan menyebabkan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di lingkungan Samudra hindia dan Pasifik. Total jenis keseluruhan yang telah diketahui termasuk jeni-jenis mangrove ikutan adalah 202 spesies (Noor dkk, 1999 dalam Komarni, 2010:8). Bengen (2002) dalam Komarni (2010:8) menyatakan bahwa vegetasi mangrove dapat berupa pohon-pohon dan semak-semak yang terdiri dari 8
viii
15
famili dan 12 genera tumbuhan berbunga yaitu Avicennia Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Cerlops, Xylocarpus, Lumnitzera, Aegiceras, Aegiantilis, Snaeda dan Conocarpus, yang termasuk kedalam 8 famili. Sedangkan Tomlinson (1986) dalam Komarni (2010:8) membagi jenisjenis mangrove ke dalam 3 komponen: 1. Komponen utama, terdiri dari 9 genus dan 34 spesies. Tumbuhan yang membentuk spesialisasi morfologi seperti akar udara dan mekanisme fisiologi khusus lainnya untuk mengeluarkan garam agar dapat beradaptasi terhadap lingkungan mangrove. Secara taksonomi kelompok ini berbeda dengan kelompok tumbuhan darat. Kelompok ini hanya terdapat di hutan mangrove dan membentuk tegakan murni dan tidak pernah bergabung dengan kelompok tumbuhan darat. 2. Komponen tumbuhan, terdiri dari 11 genus dan 5 spesies. Kelompok ini bukan merupakan bagian penting dari mangrove, biasanya terdapat pada daerah tepian jarang sekali membentuk tegakan murni. 3. Asosiasi mangrove, terdiri dari 46 genus dan 60 spesies. Kelompok ini tidak pernah tumbuh didalam komunitas mangrove sejati dan biasanya hidup bersama tumbuhan darat. Pidani (2005) menyatakan bahwa dalam hal ini struktur, mangrove di Indonesia lebih bervariasi bila dibandingkan dengan negara lain di dunia. Mangrove dapat ditemukan mulai dari tegakan Avicennia marina dengan ketinggian 1-2 meter pada pantai yang tergenang air laut, hingga tegakan campuran Rhizophora, Bruguiera, Ceriops dengan ketinggian lebih dari 30
viii
16
meter. Di daerah pantai terbuka dapat ditemukan Sonneratia alba dan Avicennia alba, sedangkan disepanjang pantai yang memiliki kadar salinitas yang rendah umumnya ditemukan Nypa frutica dan Sonneratia caseolaris. Umumnya tegakan hutan mangrove jarang ditemukan yang rendah kecuali mangrove anakan dan beberapa jenis semai seperti Acanthus iliciofolis dan Acrostichum aureum. Deskripsi tanaman hutan mangrove yang tumbuh di daerah mangrove (Bengen, 2001 dalam Komarni 2010: 10). 1. Acanthus ilicifolius (Acanthaceae atau Drujon) Drujon merupakan tumbuhan berduri yang dapat tumbuh di substrak lunak berlumpur sampai setinggi 2 meter. Tumbuhan ini dapat menjadi tumbuhan dominan di hutan mangrove yang rusak. Daun
: Berwarna hijau mengkilat dengan tepian dalam berduri
Bunga
: Berwarna ungu atau putih
Buah
: Hijau cerah dengan kapsul buah berbentuk lonjong
Kulit batang
: Halus dan licin
Akar
: Tidak memiliki akar napas yang muncul di permukaan, tapi dapat memiliki akar tongkat yang kecil
Manfaatnya antara lain buah dapat ditumbuk dan digunakan untuk pembersih darah serta mengatasi kulit terbakar. Daun mengobati reumatik. Perasan buah atau akar kadang-kadang digunakan untuk mengatasi racun gigitan ular atau terkena panaj beracun. Biji komo bias
viii
17
mengatasi serangan cacing dalam pencernaan. Pohon juga dapat digunakan sebagai makanan ternak. 2. Aegiceras corniculatum Salah satu tumbuhan mangrove yang umumnya di jumpai dan sering tumbuh serempak membentuk semak belukar sampai setinggi 4 meter. Daun
: Berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 7 meter
Bunga
: Berukuran kecil dan berwarna putih, serta tangkai dalam satu ikatan
Buah
: Berukuran panjang 5 cm, berbentuk pensil tebal, agak melengkung dan berujung lancup
Kulit Batang
: Halus, licin dan berwarna abu-abu
Akar
: Tidak memiliki akar udara
Manfaat kulit kayu yang berisi saponin digunakan untuk racun ikan. Bunga digunakan sebagai hiasan karena wanginya. Kayu untuk arang. Daun muda dapat dimakan. 3. Avicennia alba Blume Api-api umumnya tumbuh pada substrak berpasir atau berlumpur tipis dengan salinitas relative tinggi (salinitas laut) pada kisaran yang sempit. Pohonnya dapat mencapai tinggi lebih dari 15 meter untuk A. alba dan lebih 12 meter untuk A. marina. Daun
: Sebelah atas berwarna hijau muda, sedangkan sebelah
viii
18
bawah abu-abu keperakan. Daun berbentuk elips dengan panjang daun berkisar antara 10-18 cm. Bunga
: Bunganya kecil berwarna orange dan berdiameter 4-5 mm
Buah
: Bentuk membulat dan agak berbulu dengan panjang 2,5-4,0 cm dan berwarna kuning kehijauan.
Kulit batang
: Halus, berwarna putih keabu-abuan hingga hijau
Akar
: Berbentuk akar cakar ayam berpneumatafora untuk Pernapasan
4. Bruguiera gymorrhiza Pada kondisi yang baik tancang dapat tumbuh sampai setinggi 35 meter. Daun
: Panjang berkisar antara 10-20 cm, lebarnnya antara 5-8 cm, dengan bentuk elips. Daun berkumpul pada ujung tangkai batang dengan warna daun bagian atas hijau sampai kuning.
Bunga
: Bunga berwarna merah dan masih menempel pada buah ketika jatuh
Buah
: Berwarna hijau dan berbentuk memanjang ramping, dengan kisaran panjang antar 10-20 cm
Kulit batang
: Berwarna gelap dengan permukaan yang kasar
Akar
: Berbentuk akar lutut yang muncul di permukaan tanah
Manfaatnya antara lain bagian dalam hipokotil dimakan (manisan
viii
19
kandeka), dicampur dengan gula. Kayunya yang berwarna merah digunakan sebagai kayu bakar dan untuk membuat arang. 5. Ceriops tagal Pada habitat yang baik Ceriops tagal dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 3 meter. Daun
: Sebelah atas berwarna hijau sampai kuning kehijauan, sedangkan bagian bawah berwarna kuning kehijauan. Daunnya berbentuk bulat lonjong dengan panjang 3-6 cm.
Bunga
: Bunga berwarna putih hingga coklat, berdiameter 4-5 mm, dengan sepasang benang sari yang terlindungi oleh daun buah
Buah
: Berwarna hijau hingga hijau kecoklatan, berebntuk memanajang dengan kisaran panjang antara 15-25 cm
Kulit batang
: Batang berkayu dan berwarna abu-abu kekuningan bahkan kadang-kadang berwarna kecoklatan
Akar
: Mempunyai akar papan yang menopang pada dasar batang pohon.
Manfaatnya antara lain: ekstrak kulit kayu bermanfaat untuk persalinan. Tannin dihasilkan dari kulit kayu. Pewarna dihasilkan dari kulit kayu dan kayu. Kayu bermanfaat untuk bahan bangunan, bantalan rel kereta api, dan pegangan perkakas, karena ketahanannya jika
viii
20
direndam dalam air garam. Bahan kayu bakar yang baik serta merupakan salah satu kayu terkuat diantara jenis-jeenis mangrove. 6. Nypa Fruticans Nypa merupakan satu-satunya jenis palem yang ditemukan di hutan mangrove. Daun
: Besar dan mencapai panjang 9 meter yang tumbuh dari pangkal batang
Bunga
: Bunga berwarna kuning dan berumpun di antara tangkai daun
Buah
: Berbentuk kepala paku yang besar seperti bola sepak, dan bila masak akan terbelah
Kulit batang
: Halus dan berwarna coklat kehitaman
Akar
: Tidak memiliki akar napas yang muncul di permukaan tapi berakar serabut
Manfaatnya dapat dijadikan sirup manis dalam jumlah yang cukup banyak dapat dibuat dari batangnya, jika bunga diambil pada saat yang tepat. Digunakan untuk memproduksi alkhol daan gula. Jika dikelola dengan baik, produksi gula yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan gula tebu, serta memiliki kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuatan paying, topi, tikar, keranjang, dan kertass rokok. Biji dapat dimakan. Setelah diolah, serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat.
viii
21
7. Rhizophora apiculata Pada habitat yang baik jenis ini dapat tumbuh hingga mencapai 30 meter, tetapi biasanya di atas 20 meter. Daun
: Daun sebelah atas berwarna hijau sampai kuning kehijauan, bagian bawahnya berwarna kuning kehijauan, bagian tengahnya pada bagian yang menurun kadang-kadang kemerahan. Panjang daun 10-20 cm, lebarnya 5-8 cm, berbentuk elips tirus.
Bunga
: Bunga selalu kembar, panjang kelopaknya 12-13 mm, lebarnya 9-10 mm, berwarna orange kekuningan.
Buah
: Panjang buah antara 25-30 cm, diameter 15-17 mm, berwarna coklat dan kulitnya kasar
Kulit batang
: Permukaan batang abu-abu, ketika masih muda halus, ketika dewasa ramping dan berlentisel
Akar
: Berakar tongkat yang berlentisel untuk pernapasan
Manfaatnya antara lain: kayu dari Rhizophora apiculata dapat dibelah dengan mudah dan mempunyai nilai energi yang tinggi, sebagai kayu bakar dan bahan batu bara. Kayunya cocok untuk mebel. Akar tungangnya yang bercabang, dibebani dengan batu dipakai sebagai jangkar. Pepagannya kaya akan tannin, dipakai untuk penyamakan kulit, dan untuk menguatkan dan mencelup tali pancing ikan, tali dan jala ikan. Hutan Rhizophora apiculata dieksploitasi besar-besaran untuk diambil kayunya untuk kayu bakar. Rhizophora apiculata berperan penting dalam
viii
22
sistem pengelolaan berkelanjutan karena merupakan jenis yang mudah beregenerasi dan ditanam secara luas. 8. Rhizophora mucronata Bakau merupakan jenis mangrove yang umum di jumpai, karena penyebarannya yang luas. Jenis ini dapat tumbuh sampai setinggi 25 meter. Daun
: Berdaun lebar dengan panjang mencapai 10 cm, berwarna hijau pada bagian atas dab hijau muda pada bagian bawahnya. Daunnya tersusun dalam rumpun dan sampai ujung tangkai
Bunga
: Berwarna putih dan berukuran kecil
Buah
: Buah berbentuk memanjang dengan ukuran mencapai 60 cm, dan merucing pada bagian ujungnya
Kulit batang
:Berwarna coklat sampai abu-abu gelap, dengan permukaan yang kasar
Akar
: Berbentuk akar tongkat yang keluar dari batang dan memiliki lentisel untuk pernapasan
Manfaatnya antara lain: kayu bakau memiliki kegunaan yang baik sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan terutama sebagai pembuat arang. Kulit kayu
bahan
menghasilkan tannin yang digunakan
sebagai bahan penyamak. Satu lagi kegunaan kayu bakau biasa dicincang dengan mesin potong menghasilkan serpihan kayu (wood chips).
viii
23
9. Acanthus ebracteathus Menurut Noor dkk (1999), Acanthus ebracteathus mirip dengan Acanthus ilicifolius, akan tetapi seluruh bagiannya lebih kecil dan tidak memiliki duri. Pinggiran daun Acanthus ebracteathus umumnya rata kadang bergerigi, bentuk lanset, dan ujung daun runcing. Kegunaan dari mangrove ini antara lain: buah digunakan sebagai pembersih darah serta untuk mengatasi kulit terbakar, daun mengobati reumatik, perasan akar untuk mengatasi racun gigitan ular. 10. Avicennia marina Menurut Noor dkk (1999) Avicennia marina merupakan mangrove yang berupa belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau mnyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiilki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil, akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Avicennia marina merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Akarnya dapat mengikat sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Manfaat mangrove ini antara lain: daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.
viii
24
11. Xylocarpus moluccensis Menurut Noor dkk (1999), Xylocarpus moluccensis berupa pohon yang tingginya antara 5-20 m. memiliki akar nafas mengerucut berbentuk cawan. Manfaatnya antara lain: kayu dipakai untuk kayu bakar, membuat rumah, perahu dan kadang-kadang untuk gagang keris. Biji digunakan sebagai obat sakit perut. Jamu yang berasal dari buah dipakai untuk obat habis bersalin dan meningkatkan nafsu makan. Tannin kulit kayu digunakan untuk membuat jala serta sebagai obat pencernaan. 12. Scphiphora hydrophylacea Menurut Noor (1999) , mangrove jenis ini berupa semak tegak yang selalu hijau, seringkali memiliki banyak cabang. Mangrove ini tumbuh pada substrat lumpur pasir dan karang pada tepi daratan mangrove atau pada pematang dan dekat jalur air. Manfaat mangrove ini antara lain kayu kemungkinan dapat digunakan untuk peralatan makan, seperti sendok. Daun dapat digunakan untuk mengatasi sakit perut. 13. Derris trifoliate Menurut Noor dkk (1999) mangrove ini merupakan jenis mangrove minor berupa tumbuhan pemanjat atau perambat berkayu, panjang 15 m atau lebih. Manfaat spesies ini batangnya sangat tahan lama dan dapat digunakan sebagai tali.
viii
25
14. Acrosticum aureum Menurut Noor dkk (1999), spesies ini berupa ferna berbentuk tandan di tanah besar, tinggi hingga 4 m. manfaatnya antara lain akar rimpang dan daun tua digunakan sebagai alas ternak. 5. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove Saenger (1983); Salim (1986); dan Naamin (1990) dalam Rizka (2010:4) menyatakan bahwa fungsi ekosistem mangrove mencakup: fungsi fisik; menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut (abrasi) dan intrusi air laut; dan mengolah bahan limbah. Fungsi biologis ; tempat pembenihan ikan, udang, tempat pemijahan beberapa biota air; tempat bersarangnya burung; habitat alami bagi berbagai jenis biota. Fungsi ekonomi sebagai sumber bahan bakar (arang kayu bakar), pertambakan, tempat pembuatan garam, dan bahan bangunan. Ekosistem mangrove, baik secara sendiri maupun secara bersama dengan ekosistem padang lamun dan terumbu karang berperan penting dalam stabilisasi suatu ekosistem pesisir, baik secara fisik maupun secara biologis, disamping itu,
ekosistem
mangrove merupakan sumber plasma nutfah yang cukup tinggi (misal, mangrove di Indonesia terdiri atas 157 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan rendah, 118 jenis fauna laut dan berbagai jenis fauna darat (Kusmana,2002 dalam Rizka (2010:5). Selanjutnya Saenger, (1983) dalam Rizka (2010:5) juga merinci hasilhasil produk dari ekosistem hutan mangrove berupa : a. Bahan bakar; kayu bakar, arang dan alkohol.
viii
26
b. Bahan bangunan; balok perancah, bangunan, jembatan, balok rel kereta api,pembuatan kapal, tonggak dan atap rumah. Tikar bahkan pagar pun menggunakan jenis yang berasal dari hutan mangrove. c. Makanan; obat-obatan dan minuman, gula alkohol, asam cuka, obatobatan. d. Perikanan; tiang-tiang untuk perangkap ikan, pelampung jaring, pengeringan ikan, bahan penyamak jaring dan lantai. e. Pertanian, makanan ternak, pupuk dsb. f. Produksi kertas; berbagai macam kertas Besarnya peranan ekosistem hutan mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis hewan baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun di tajuk- tajuk pohon mangrove atau manusia yang bergantung pada hutan mangrove tersebut (Naamin,1991 dalam Rizka, 2010:6). Manfaat ekonomis diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu bakar, arang, kayu konstruksi) dan hasil bukan kayu (hasil hutan ikutan dan pariwisata). Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis fauna, diantaranya : 1. Sebagai proteksi dari abrasi/erosi, gelombang atau angin kencang 2. Pengendali intrusi air laut 3. Habitat berbagai jenis fauna 4. Sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak berbagai jenis ikan dan udang
viii
27
5. Pembangun lahan melalui proses sedimentasi 6. Pengontrol penyakit malaria 7. Memelihara kualitas air (meredukasi polutan, pencemar air) 8. Penyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatif tinggi disbanding tipe hutan lain. 6. Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Mangrove Kegiatan manusia baik sengaja maupun tidak sengaja telah menimbulkan
dampak
terhadap
ekosistem
mangrove.
Semakin
meningkatnya pembangunan yang berorientasi pada aspek ekonomi di ekosistem mangrove telah memberi dampak negatif pada keberadaan hutan mangrove yang mengakibatkan sejumlah kawasan rusak bahkan hilang dan penurunan kualitas ekosistem lingkungan (Diarto, 2012). Menurut Dahuri dkk. (2001:202) permasalahan utama tentang pengaruh atau tekanan terhadap habitat mangrove bersumber dari keinginan manusia untuk mengkonversi area hutan mangrove menjadi areal pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersial, industry dan pertanian. Selain itu, juga meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap hutan mangrove. Kegiatan lain yang menyebabkan kerusakan hutan mangrove cukup besar adalah pembukaan tambak-tambak untuk budi daya perairan. Kegiatan terakhir ini memberikan kontribusi terbesar dalam pengerusakan ekosistem mangrove. Dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsinya menjadi hilang dan kehilangan ini jauh lebih besar dari nilai pengantinya. Secara umum, ada
viii
28
beberapa permasalahan yang timbul karena ketidaktauan akan nilai alamiah yang dapat diberikan oleh ekosistem mangrove dan ketiadaan prencanaan untuk pengembangan secara integral. Dampak utama yang ditimbulkan akibat berbagai kegiatan manusia terhadap ekosistem mangrove disajikan dalam tabel 2.1. Tabel 2.1 Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Mangrove Kegiatan Dampak Potensial Tebang habis 1. Berubahnya komposisi tumbuhan; pohon-pohon mangrove akan digantikan oleh spesies-spesies yang nilai komersialnya rendah dan hutan mangrove yang ditebang habis ini tidak lagi berfungsi sebagai daerah mencari makanan (feeding ground) dan daerah pengasuhan (nursery ground) yang optimal bagi bermacam ikan dan udang stadium muda yang penting secara ekonomi. Pengalihan 1. Peningkatan salinitas hutan (rawa) mangrove aliran air menyebabkan dominasi dari spesies-spesies yang lebih tawar, toleran terhadap air yang menjafi lebih asin; ikan dan misalnya pada udang dalam satadium larva dan juvenil mungkin tak pembangunan dapat mentoleransi peningkatan salinitas, karena irigasi mereka lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan. 2. Menurunya tingkat kesuburan hutan mangrove karena pasokan zat-zat hara melalui aliran air tawar berkurang. Konversi 1. Mengancam regenerasi stok-stok ikan dan udang di menjadi lahan perairan lepas pantai yang memerlukan hutan (rawa) pertanian, mangrove sebagai nursery ground larva dan/atau perikanan stadium muda ikan dan udang. 2. Pencemaran laut oleh bahan-bahan pencemar yang sebelum hutan mangrove dikonversi dapat diikat oleh substrat hutan mangrove. 3. Pendangkalan perairan pantai karena pengendapan sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap di hutan mangrove. 4. Instrusi garam melalui saluran-saluran alam yang bertahankan keberadaannya atau mlalui saluran-saluran buatan manusia yang bermuara di laut. 5. Erosi garis pantai yang sebelumnya ditumbuhi mangrove. Pembuangan 1. Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air sampah cair bahkan dapat terjadi keadaan anoksik dalam air (Sewage) sehingga bahan organik yang terdapat dalam sampah
viii
29
Pencemaran minyak akibat terjadinya tumpahaan minyak dalam jumlah besar. Penambangan dan ekstraksi mineral. Di daratan sekitar hutan mangrove
cair mengalami dekomposisi anaerobik yang antara lain menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan aminia (NH3) yang keduanya merupakan racun bagi organisme hewan dalam air. Bau H2S seperti telur busuk yang dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi anaerobik 1. Kematian pohon-pohon mangrove akibat terlepisnya pneumatafora oleh lapisan minyak. 2. kerusakan total ekosistem hutan mangrove di lokasi penambangan dan ekstraksi mineral yang dapat mengakibatkan musnahnya daerah asuhan (nursery ground) bagi larva dan bentuk-bentuk juvenil ikan dan udang yang komersial penting di lepas pantai, dan dengan demikian mengancam regenerasi ikan dan udang tersebut. 1. Pengendapan sedimen yang berlebihan yang dapat mengakibatkan terlapisnya pneumatofora oleh sedimen yang pada akhirnya dapat mematikan pohon mangrove.
Sumber : Dahuri dkk., 2001 B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : a. Zainal, Ni’mah (2010) dengan judul “ Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Kecamatan Abeli Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove Di Sekitar Teluk Kendari”.
Skripsi.
menyimpulkan bahwa
Jurusan
kehutanan.
Universitas
Halu
Oleo,
persepsi masyarakat terhadap maanfaat hutan
mangrove di sekitar Teluk Kendari 40,00 %
manfaat ekologi hutan
mangrove sebagai habitat untuk berkembang biak berbagai jenis ikan, 37, 50 % manfaat ekonomis hutan mangrove sebagai sumber produksi hasil hutan berupa kayu dan non kayu dan 22, 50 % sebagai pelindung pantai dan daratan. Sedangkan untuk perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hutan mangrove Teluk Kendari Di Kecamatan Abeli masyarakat lebih mengarah pada pengambilan hasil hutan untuk kayu bakar dan bahan
viii
30
bangunan ketimbang konservasi hutan mangrove untuk lahan pertanian dan tambak. b. Motoku, Abner Widoyo dkk. (2014). “Nilai Manfaat Hutan Mangrove Di Desa Sausu Peore Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong”. Jurnal. Jurusan kehutanan. Universitas tadulako, menyimpulkan bahwa manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat Desa Sausu Peore terdiri atas manfaat langsung kayu bakar, kayu bangunan, ikan, kerang, kepiting, dan kelelawar sedangkan hasil identifikasi untuk manfaat tidak langsung yang dirasakan oleh masyarakat Desa Sausu Peore adalah manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai. C. Kerangka Pikir Ekosistem mangrove merupakan ekoton (daerah peralihan) yang unik, yang menghubungkan kehidupan biota daratan dan laut. Fungsi ekologis ekosistem mangrove sangat khas dan kedudukannya tidak terganti oleh ekosistem lainnya. Misalnya, secara fisik hutan mangrove berfungsi menjaga stabilisasi lahan pantai yang didudukinya dan mencegah tejadinya intrusi air laut ke daratan. Secara biologis, hutan mangrove mempertahankan fungsi dan kekhasan ekosistem pantai termasuk kehidupan biotanya. Misalnya: sebagai tempat pencarian pakan, pemijahan, asuhan berbagai jenis ikan, udang dan biota air lainnya; tempat bersarang berbagai jenis burung; dan habitat berbagai jenis fauna. Secara ekonomis, hutan mangrove merupakan penyedia bahan bakar dan bahan baku industri (Nugroho, Setiawan dan Harianto,1991).
viii
31
Kawasan hutan mangrove di Desa Meletumbo, Kecamatan Kolono dalam pemanfaatannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat guna untuk melangsungkan kehidupannya. Pemanfaatan itu selain memberikan dampak positif seperti peningkatan taraf kehidupan dan kesempatan, juga mempunyai dampak negatif apabila pemanfaatannya tidak dapat dikendalikan. Hal ini di sebabkan karena perilaku dan aktivitas masyarakat yang dalam memanfaatkan dan mengelola hutan mangrove tidak memperdulikan lagi keberadaannya sehingga berangsur-angsur terjadi kerusakan ekosistem mangrove, seperti penebangan pohon mangrove (sebagai bahan bakar), membuat areal pertambakan (tambak ikan atau udang), dan pembangunan (permukiman dan pelabuhan) yang dapat menghilangkan fungsi dari ekosistem mangrove. Untuk lebih jelas kerangka pemikiran penelitian lihat gambar diagram alur di bawah ini: Ekosistem Mangrove Desa Meletumbo
Persepsi masyarakat
Pendapatan Masyarakat
Perilaku masyarakat dalam mengelola hutan mangrove
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
viii
Aktivitas masyarakat
32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari s/d Februari 2016. Penelitian ini berlokasi di Desa Meletumbo, Kecamatan Kolono. B. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono. Pendekatan yang sesuai dengan tujuan dan permasalahan penelitian ini adalah pendekatan survei, baik survei primer maupun sekunder yaitu melalui upaya pencarian dan pengumpulan data atau informasi langsung di lapangan atas suatu fenomena yang terjadi maupun data-data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah terkait dengan penelitian yang dilakukan. Pencarian dan pengumpulan data serta informasi yang akan dilakukan sehubungan dengan penelitian ini adalah data-data dan informasi mengenai persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono. Dalam penelitian ini menggunakan partisipasi kolaboratif yakni peneliti dan semua orang yang saling mendukung keberhasilan penelitian bekerja sama dan bertanggung jawab dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan penelitian. Disini peneliti berkolaborasi dengan
viii
33
informan yang merupakan masyarakat yang berada di sekitar kawasan pesisir di Kecamatan Kolono, Kabupaten Konawe selatan. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berdomisili di Desa Meletumbo, Kecamatan Kolono dengan jumlah penduduk yang berjumlah 673 Jiwa yang terdiri dari 165 KK. Jumlah laki-laki 346 jiwa, jumlah perempuan 327 jiwa, . 2. Sampel Metode penentuan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika memiliki pertimbanganpertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya (Idrus dalam Ariana 2011:45). Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Berdasarkan teknik pengampilan sampel yang digunakan maka didapat subyek penelitian sebagai berikut: 1. Sampel Masyarakat Setempat, sampel masyarakat setempat diambil untuk memperoleh informasi mengenai keadaan ekosistem mangrove itu sendiri. Sampel yang diambil adalah masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan Desa Meletumbo. Sampel tersebut peneliti tetapkan karena dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan.
viii
34
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Adapaun variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono. 2. Definisi Operasional Persepsi masyarakat pesisir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan, pemahaman, keadaan lingkungan dan kebutuhan terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono, dengan indikator sebagai berikut: 1. Pengetahuan terhadap fungsi ekosistem mangrove 2. Pemahaman terhadap fungsi ekosistem mangrove 3. Kedaaan lingkungan ekosistem mangrove 4. Kebutuhan akan fungsi dari ekosistem mangrove E. Instrumen Penelitian Instrument penelitian digunakan sebagai acuan dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan membagikan daftar pernyataan berupa kuisioner kepada responden untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
viii
35
Tabel 3.1. Instrument Penelitian Variabel Persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono
Indikator Pengetahuan tentang fungsi ekosistem mangrove Pemahaman terhadap fungsi ekosistem mangrove baik secara biologis, fisik dan ekonomis Kedaaan lingkungan ekosistem mangrove Kebutuhan akan fungsi dari ekosistem mangrove Jumlah
Nomor
Jumlah Item 5
1,2,3,4,5
6,7,8,9,10,11
6
12,13,14
3
15,16
2 16
Dari masing-masing indikator terdiri atas 4 pilihan jawaban yakni, pilihan sangat setuju (SS) dengan di beri skor 4, pilihan setuju (S) di beri skor 3, pilihan tidak setuju (TS) di beri skor 2, dan pilihan sangat tidak setuju (STS) di beri skor 1. Selanjutnya di beri kategori pada pernyataan yang di bagi menjadi empat kategori kurang baik, cukup baik, baik, dan sangat baik (Hamzah, 2008:95). 1,00 - 1,99
Tidak baik
2,00 - 2,99
Kurang baik
3,00 - 3,49
Cukup Baik
3,50 - 4,00
Baik
viii
36
F. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a. Observasi Observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistmatik gejala-gejala yang diselidiki. Dalam hal ini observasi dilakukan untuk mengamati langsung dan kondisi lokasi penelitian terutama mengenai persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono. b. Angket atau Kuesioner Instrument penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Angket tersebut berisi beberapa pernyataan untuk memperoleh data tentang persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono, c. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mndapatkan data mengenai persepsi, respon, dan tanggapan masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono. G. Teknik Analisis Data Sebelum data hasil penelitian dianilisis, terlebih dahulu data diolah dengan teknik tabulasi dan editing untuk mempermudah analisis data. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif sehingga teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Oleh karena itu, pengolahan data dilakukan dengan cara menggolongkan data berdasarkan
viii
37
sifat atau jenisnya, selain itu proses penglolahan dapat juga dilakukan dengan skoring dan tabulasi.
viii
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Luas, dan Batas Desa Meletumbo Desa Meletumbo merupakan desa yang terdapat Di Kecamatan Kolono, Kabupaten Konawe Selatan dengan luas wilayah Desa Meletumbo adalah ± 33,32 Km2, dengan jarak dari Ibukota Kabupaten 85 Km yang berada pada ketinggian 18 m dari permukaan laut . Desa ini terdiri dari tiga dusun dan sembilan RT dengan 165 Kepala Keluarga (Kantor Desa Meletumbo 2015). Jarak Desa Meletumbo 85 km dengan Ibukota Kabupaten dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua dalam waktu tempuh sektar 60 km/jam dari Ibukota Kabupaten. Batas-batas wilayah administrasi Desa Meletumbo adalah sebagai berikut : a. Pada bagian Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Awonio b. Pada bagian Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Roda c. Pada bagian Sebelah Timur berbatasan dengan Hutan HTI d. Pada bagian Sebelah Barat Berbatasan dengan Teluk Kolono
viii
39
2. Keadaan Sosial Ekonomi Dan Budaya a. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Meletumbo adalah 673 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah 346 jiwa dan perempuan 327 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 165 KK. Persentase jumlah penduduk yang berumur 0–15 35,21%, penduduk yang berumur 16-66 ke atas sebanyak 64,79%. Dari jumlah penduduk tersebut terdapat 436 jiwa usia produktif. Adapun rincian penduduk desa menurut golongan umur terdapat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1.Komposisi Penduduk Desa Meletumbo Menurut Golongan Umur dan jenis kelamin Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (Tahun) (jiwa) (%) 0-5 39 45 84 12,49 5-10 30 49 79 11,73 11-15 31 43 74 10,99 16-40 192 100 292 43,39 41-65 46 85 131 19,47 66+ 8 5 13 1,93 Jumlah 346 327 673 100 Sumber Data: Kantor Desa Meletumbo, 2015 Tabel 4.1. menggambarkan bahwa di Desa Meletumbo terdapat cukup
banyak
usia
kerja
(produktif)
yang
dapat
mendukung
pengembangan berbagai sektor dalam hal peningkatan kesejahteraan penduduk.
viii
40
b. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Meletumbo sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan hanya sebagian kecil yang bergerak di bidang pertanian, pedagang, pegawai, pertukangan, dan lainlain. Hal ini menggambarkan penduduk masih tergantung pada sumber daya pesisir dan laut yang ada. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Meletumbo dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Penyebaran Penduduk menurut Mata Pencaharian Di Desa Meletumbo Desa Meletumbo No. Mata Pencaharian Jumlah % (jiwa) 1. Petani 20 12,12 2. Nelayan 103 62,42 3. Pedagang/penjual makanan/warung/toko 12 7,27 4. Pegawai Negeri Sipil/pensiunan 13 7,88 5. TNI/POLRI 1 0,61 6. Pengemudi (mobil, becak) 4 2,42 7. Tukang/buruh bangunan 8 4,85 8. Wiraswasta/wirausaha 4 2,42 Jumlah 165 100 Sumber Data: Kantor Desa Meletumbo, 2015 Berdasarkan tabel 4.2 bahwa penduduk di Desa Meletumbo sebagian besar adalah nelayan (62,42 %) dan sebagian kecil bermata pencaharian di bidang TNI/POLRI (0,61%). c. Bidang Pendidikan Penduduk Desa Meletumbo memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan yang masih sangat minim, faktor ekonomi yang tidak memungkinkan untuk
viii
41
mendapat akses pendidikan, serta sarana dan prasarana yang tidak menunjang untuk memperoleh pendidikan dengan baik. Untuk lebih jelasnya keragaman tingkat pendidikan penduduk Desa Meletumbo dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3. Penyebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Meletumbo Desa Meletumbo No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) % 1. Tamat SD 102 37,10 2. Tamat SLTP 64 23,28 3. Tamat SLTA 80 29,09 4. Tamat Akademi 10 3,63 5. Tamat Perguruan Tinggi 19 6,90 Jumlah 275 100 Sumber Data: Kantor Desa Meletumbo, 2015 B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data, berikut ini disajikan deskrpsi hasil penelitan mengenai persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono. 1. Pengetahuan Masyarakat Pesisir Tentang Fungsi Ekosistem Mangrove Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekosistem mangrove, maka diajukan bebarapa pernyataan sebagai berikut :
viii
42
1.1) Ekosistem mangrove dapat membantu menjaga garis pantai Tabel 4.4. Pengetahuan responden bahwa ekosistem mangrove dapat membantu menjaga garis pantai No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-rata Kategori 1. SS 15 60 Cukup 3,4 2. S 13 39 baik 3. TS 2 4 4. STS 0 0 Jumlah 30 103 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove dapat membantu menjaga garis pantai” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk sangat setuju yaitu 60, setuju 39, tidak setuju 4, sedangkan sangat tidak setuju yaitu 0 artinya tidak ada yang memilih pada jawaban tersebut. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,4 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo sudah mengetahui bahwa fungsi ekosistem mangrove dapat membantu menjaga garis pantai. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden yang mengatakan bahwa: “Ya, saya sangat setuju sekali. Karena tanpa adanya mangrove garis pantai lamami mungkin hilang ” Hal ini senada dengan pernyataan yang diungkapkan oleh responden lain yang mengatakan bahwa : “Saya Sangat setuju dek. Soalnya kalau tidak ada mangrove garis pantai mungkin akan hilangmi. baru bisa-bisa naikmi air laut di darat”
viii
43
1.2) Ekosistem mangrove hanya sebagai penahan gelombang saja Table 4.5. Pengetahuan responden bahwa ekosistem mangrove hanya sebagai penahan gelombang saja No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 8 32 2. S 1 3 Kurang 2,6 baik 3. TS 21 42 4. STS 0 0 Jumlah 30 77 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove hanya sebagai penahan gelombang saja” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 32, setuju 3, tidak setuju 42, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 0 artinya tidak ada yang memilih pada jawaban tersebut. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 2,6 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori kurang baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa meletumbo masih terdapat masyarakat yang hanya mengetahui fungsi ekosistem mangrove hanya sebatas sebagai penahan gelombang saja. Ini di karenakan perbedaan tingkat pendidikannya, dimana masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, tentu memiliki tingkat pengetahuan lebih luas ketimbang yang memiliki pendidikan rendah. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu responden yang mengatakan bahwa: “ Saya setuju dek, soalnya sepengetahuan saya yah dek mangrove itu memang dapat menahan gelombang laut yang datang ”
viii
44
Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan yang diungkapkan oleh responden lain yang mengatakan bahwa : “ waah saya tidak setuju itu dek kalau ekosistem mangrove cuma untuk menahan gelombang saja. Soalnya yang saya tahu, mangrove selain sebagai penahan gelombang juga bisa penahan tanah supaya tidak terkikis” 1.3) Ekosistem mangrove mampu mengelola bahan limbah dengan baik Table 4.6. Pengetahuan responden bahwa ekosistem mangrove mampu mengelola bahan limbah dengan baik No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 2 8 kurang 2,2 2. S 6 18 baik 3. TS 19 38 4. STS 3 3 Jumlah 30 67 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove mampu mengelola bahan limbah dengan baik” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 8, setuju 18, tidak setuju 38, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 3. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 2,2 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori kurang baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat pesisir Desa Meletumbo masih kurang pada fungsi ekosistem mangrove yang mampu mengelola bahan limbah dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “Saya tida setuju. Soalnya yang sering saya lit malahan sampah laut sering sekali tersangkut di akar-akar mangrove yang di bawah oleh gelombang laut”.
viii
45
Hal ini senada dengan pernyatan yang diungkapkan oleh responden lain yang mengatakan bahwa : “Saya tidak setuju. Karena yang saya liat tidak begitu, malahan banyak sampah-sampah yang ada di bawah-bawahnya tertinggal” 1.4) Ekosistem mangrove dapat memberikan perlindungan terhadap angin laut Tabel 4.7. Pengetahuan responden bahwa ekosistem mangrove dapat memberikan perlindungan terhadap angin laut No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata % Kategori 1. SS 9 36 3,0 Cukup 2. S 14 42 baik 3. TS 7 14 4. STS 0 0 Jumlah 30 92 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove dapat memberikan perlindungan terhadap angin laut” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 36, setuju 42, tidak setuju 14, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 0 artinya tidak ada yang memilih pada jawaban tersebut. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,0 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo sudah mengetahui bahwa fungsi ekosistem mangrove dapat memberikan perlindungan terhadap angin laut. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “ Ya, saya setuju. Karena kalau ada mangrove tiupannya angin laut tidak terlalu kencang ”.
viii
46
Hal ini senada dengan pernyatan yang diungkapkan oleh responden lain yang mengatakan bahwa : “ saya setuju karena batang mangrove tumbuh tinggi jadi jka ada angin dari laut otomatis yang pertama kali dikena itu pasti batang mangrove sehingga batang mangrove dapat menjadi pelindung dari angin” 1.5) Ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan kecil Tabel 4.8. Pengetahuan responden bahwa ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan kecil No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor rata-Rata Kategori 1. SS 4 16 2. S 8 24 2,5 kurang baik 3. TS 16 32 4. STS 2 2 Jumlah 30 74 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan kecil” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 16, setuju 24, tidak setuju 32, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 2. Dari hasil tersebut didapatkan skor rata-rata sebesar 2,5 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori kurang baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat pesisir Desa Meletumbo masih kurang pada fungsi ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan kecil. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa:
viii
47
“saya tidak setuju. karena menurut saya mangrove itu hanya berguna untuk penahan tanah dan di jadikan sebagai kayu bakar”. Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “saya tidak setuju. Kalau ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan. Karena menurut saya mangrove hanya bisa di jadikan untuk kayu bakar” 2. Pemahaman terhadap fungsi ekosistem mangrove Berikut ini di jelaskan pemahaman masyarakat terhadap fungsi ekosistem mangrove. Hal ini di sajikan dalam tabel berikut. 2.1) Ekosistem mangrove berguna sebagai tempat pengembangbiakan hewanhewan air Tabel 4.9. Menurut saya ekosistem mangrove tempat pengembangbiakan hewan-hewan air No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 6 24 2. S 24 72 3,2 Cukup 3. TS 0 0 baik 4. STS 0 0 Jumlah 30 96 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “Menurut saya ekosistem mangrove tempat pengembangbiakan hewan-hewan air” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 6, setuju 24, untuk tidak setuju dan sangat tidak setuju yaitu 0 artinya tdak ada yang memilih pada jawaban tersebut. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,2 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik.
viii
48
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo
sudah
memahami
fungsi
ekosistem
mangrove
tempat
pengembangbiakan hewan-hewan air . Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “saya setuju. Karena yang saya liat bagian akar-akarnya mangrove banyak anak-anaknya kerang seperti burungo” Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “Iya saya setuju. Karena saya sering mencari kalandue dengan burungo di akar-akarnya mangrove sering saya liat anak-anaknya menempel di akarnya mangrove atau sekitar akar-akarnya ”. 2.2) Ekosistem mangrove dapat menjadi tempat bersarangnya burung Tabel 4.10. Ekosistem mangrove dapat menjadi tempat bersarangnya burung No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 6 24 2. S 23 69 Cukup 3,2 baik 3. TS 1 2 4. STS 0 0 Jumlah 30 95 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove dapat menjadi tempat bersarangnya burung” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 24, setuju 69, tidak setuju 2, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 0 artinya tidak ada yang memilih pada jawaban tersebut. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,2 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik.
viii
49
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo sudah memahami fungsi ekosistem mangrove dapat menjadi tempat bersarangnya burung. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “Ya saya setuju. Kadang burung yang sering saya liat itu kelelawar yang bergantung di mangrove ada juga burung-burung kecil” Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “Saya setuju. Karena memang saya suka liat ada burung-burung kecil yang bersarang di ranting-rantingnya mangrove ”. 2.3) Ekosistem mangrove berguna untuk bahan bangunan Tabel 4.11 Ekosistem mangrove berguna untuk bahan bangunan No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 5 20 2. S 10 30 2,7 kurang baik 3. TS 15 30 4. STS 0 0 Jumlah 30 80 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan
pernyataan
“ekosistem mangrove berguna untuk bahan bangunan” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 20, setuju 30, tidak setuju 30, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 0, artinya tidak ada yang memilih pada jawaban tersebut. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 2,7 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori kurang baik.
viii
50
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo kurang memahami fungsi ekosistem mangrove berguna untuk bahan bangunan. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “saya tidak setuju. Karena saya tidak pernah melihat batang mangrove dijadikan sebagai bahan bangunan.” Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “saya tidak setuju. Kalau mangrove bisa dijadikan bahan bangunan. Mungkin kalau digunakan sebagai kayu bakar atau untuk arang itu baru bisa. Tapi kalau untuk bahan bangunan saya belum pernah liat” 2.4) Ekosistem mangrove hanya bisa dijadikan bahan bakar saja Tabel 4.12. Menurut saya ekosistem mangrove hanya bisa dijadikan bahan bakar saja No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 9 36 2. S 15 45 Cukup baik 3,1 3. TS 6 12 4. STS 0 0 Jumlah 30 93 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “menurut saya ekosistem mangrove hanya bisa dijadikan bahan bakar saja” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 36, setuju 45, tidak setuju 12, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 0. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,1 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik.
viii
51
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo kurang memahami fungsi ekonomi ekosistem mangrove. Kebanyakan masyarakat pesisir Desa Meletumbo hanya memahami bahwa mangrove hanya bisa dijadikan sebagai bahan bakar saja. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “saya setuju. Soalnya saya hanya sering pakai batang mangrove untuk bahan bakar memasak saja”. Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “Iya saya setuju. Karena saya kadang ambil batang mangrove untuk bahan bakar soalnya kalau kita pakai batang mangrove nyalanya bagus ”. 2.5) Ekosistem mangrove dapat dijadikan lahan pertambakan bagi masyarakat Tabel 4.13. Ekosistem mangrove dapat dijadikan lahan pertambakan bagi masyarakat No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 9 36 2. S 18 54 3,2 Cukup baik 3. TS 3 6 4. STS 0 0 Jumlah 30 96 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove dapat dijadikan lahan pertambakan bagi masyarakat” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 36, setuju 54, tidak setuju 6, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 0. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,2 dan
viii
52
persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo sudah memahami fungsi ekosistem mangrove dapat dijadikan lahan pertambakan bagi masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “Ya. Saya setuju. Soalnya di sini memang ada warga yang membuka tambak sebagai salah satu mata pencaharian warga disini” Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “Iya dek saya setuju kalau ekosistem mangrove dapat dijadikan lahan pertambakan bagi masyarakat. Karena seperti yang adek liat disini banyak tambak yang di buat masyarakat”. 2.6) Ekosistem mangrove dapat memberikan hasil hutan berupa kayu Tabel 4.14. Ekosistem mangrove memberikan hasil hutan berupa kayu No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 13 52 2. S 13 39 Cukup 3,3 3. TS 3 6 baik 4. STS 1 1 Jumlah 30 98 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove memberikan hasil hutan berupa kayu” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 52, setuju 39, tidak setuju 6, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 1. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,3 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik. viii
53
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo sudah memahami fungsi ekosistem mangrove memberikan hasil hutan berupa kayu. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “Ya, saya sangat setuju. Soalnya batang mangrove yang berada didesa ini masyarakat sering menjadikannya sebagai kau bakar” Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “Iya saya setuju kalau mangrove memberikan hasil hutan berupa kayu. Soalnya warga di sini sering ambil kayu mangrove buat kayu bakar untuk memasak kalau lagi tidak ada minyak tanah” 3. Kedaaan lingkungan ekosistem mangrove Berikut ini di jelaskan kedaaan lingkungan ekosistem mangrove. Hal ini di sajikan dalam tabel berikut. 3.1) Kondisi ekosistem mangrove yang ada sekarang sudah banyak yang rusak dan tidak berfungsi lagi Tabel 4.15. Kondisi ekosistem mangrove yang ada sekarang sudah banyak yang rusak dan tidak berfungsi lagi No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 15 60 Cukup 2. S 13 39 3,4 baik 3. TS 1 2 4. STS 1 1 Jumlah 30 102 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “menurut saya ekosistem mangrove yang ada sekarang sudah mengalami banyak kerusakan” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 60, setuju 39, tidak setuju 2, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 1. Dari
viii
54
hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,4 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo menyatakan sangat setuju ekosistem mangrove yang ada sekarang sudah mengalami banyak kerusakan. Hal ini dikarenakan hutan mangrove yang sekarang sudah mulai berkurang jika dibandingkan dengan keadaan hutan mangrove sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “saya sangat setuju apa yang adek katakan jka mangrove yang ada di desa ini memang sudah banyak mengalami kerusakan. Karena jika di bandingkan yang ada tahun-tahun sebelumnya mangrove yang ada sekarang sudah berkurang dibanding dengan yang dulu”. Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “iya saya sangat setuju karena memang mangrove di desa ini sudah banyakmi yang rusak, padahal dek dulu banyak sekali itu mangrove di sini tapi sekarang sudah sedikitmi”. 3.2) Penyebab utama kerusakan ekosistem mangrove karena adanya pertambakan Tabel 4.16. Penyebab utama kerusakan ekosistem mangrove karena adanya pertambakan No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 9 36 Cukup 2. S 18 54 3,2 baik 3. TS 3 6 4. STS 0 0 Jumlah 30 96 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “penyebab
utama
kerusakan
ekosistem
viii
mangrove
karena
adanya
55
pertambakan” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 36, setuju 54, tidak setuju 6, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 0, artinya tidak ada yang memilih pada jawaban tersebut. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,2 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo menyatakan setuju akan penyebab utama kerusakan ekosistem mangrove karena adanya pertambakan. Hal ini dikarenakan kawasan mangrove telah mengalami pengalih fungsian lahan menjadi lahan pertambakan . Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “iya saya setuju dengan yang adek katakan, mangrove di sini sudah rusak dan sudah sedikit, seperti yang adek liat di sini banyak bekas tambak ikan yang di biarkan saja pemiliknya. Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “ya saya setuju karena salah satu penyebab rusaknya mangrove karena adanya pembukaan lahan tambak khususnya tambak ikan”
viii
56
3.3) Penggunaan lahan mangrove untuk permukiman dapat mempengaruhi fungsi ekosistem mangrove Tabel 4.17. Penggunaan lahan mangrove untuk permukiman dapat mempengaruhi fungsi ekosistem mangrove No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 5 20 kurang 2. S 2 6 2,1 baik 3. TS 15 30 4. STS 8 8 Jumlah 30 64 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “Penggunaan lahan mangrove untuk permukiman dapat mempengaruhi fungsi ekosistem mangrove” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 20, setuju 6, tidak setuju 30, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 8. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 2,1 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori kurang baik Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo menyatakan tidak setuju di mana penggunaan lahan mangrove untuk permukiman dapat mempengaruhi fungsi ekosistem mangrove. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “saya tidak setuju kalau penggunaan lahan mangrove untuk permukiman dapat mempengaruhi fungsi ekosistem mangrove. Kalau tambak iya saya setuju dapat merusak bakau”
viii
57
4. Kebutuhan akan fungsi ekosistem mangrove Berikut ini di jelaskan tentang kebutuhan akan fungsi ekosistem mangrove. Hal ini di sajikan dalam tabel berikut. 4.1) Ekosistem mangrove dapat membantu keperluan rumah tangga Tabel 4.18. Menurut saya ekosistem mangrove dapat membantu keperluan rumah tangga No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 8 32 Cukup 2. S 19 57 3,2 baik 3. TS 3 6 4. STS 0 0 Jumlah 30 95 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “menurut saya ekosistem mangrove dapat membantu keperluan rumah tangga” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 32, setuju 57, tidak setuju 6, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 0, artinya tidak ada yang memilih pada jawaban tersebut. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 3,2 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori cukup baik. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo menyatakan setuju ekosistem mangrove dapat membantu keperluan rumah tangga. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa: “saya setuju dengan pernyataan ini karena bagi sebagian masyarakat yang kurang mampu dapat membantu penghidupan khususnya dalam
viii
58
hal kegiatan rumah tangga seperti memasak dengan menggunakan kayu bakau untuk kayu bakar . Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “ia saya setuju memang mangrove membantu hidup saya soalnya saya kalo memasak masih pakai kayu jadi biasanya saya pakai batang mangrove”. 4.2) Ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan dan minuman Tabel 4.19. Ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan dan minuman No. Jawaban Frekuensi Jumlah Skor Rata-Rata Kategori 1. SS 2 8 2. S 4 12 kurang 2,2 3. TS 23 46 baik 4. STS 1 1 Jumlah 30 67 Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Dari data hasil angket pada tabel di atas, dengan pernyataan “ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan dan minuman” dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 30 orang. Berdasarkan hasil jawaban skor untuk jawaban sangat setuju yaitu 8, setuju 12, tidak setuju 46, sedangkan untuk sangat tidak setuju yaitu 1. Dari hasil tersebut didapatkan hasil tersebut didapatkan hasil skor rata-rata sebesar 2,2 dan persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo berada dalam kategori kurang baik. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa masyarakat pesisir Desa Meletumbo menyatakan tidak setuju ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan dan minuman. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden mengatakan bahwa:
viii
59
“saya tidak setuju karena saya belum pernah liat ada yang pakai mangrove untuk obat apalagi minuman. Kebanyakan saya suka liat mangrove dipakai untuk kayu bakar atau batangnya biasanya saya suka pakai untuk tangkap kepiting“ Hal ini senada dengan pernyataan responden yang diungkapkan oleh responden lain bahwa: “saya tidak setuju karena memang saya tidak pernah menggunakan mangrove untuk obat dengan minuman. Seringnya hanya sebagai kayu bakarji ”. C. Deskripsi Rata-Rata Persepsi Masyarakat Pesisir Desa Meletumbo Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove Berdasarkan sajian data hasil angket diperoleh rata-rata persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono: Tabel 4.20 Rata-Rata Persepsi Masyarakat Desa Meletumbo Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove Rata-Rata Rata-Rata No. Persepsi Masyarakat Pesisir Tiap Kategori Total Indikator Pengetahuan tentang fungsi Kurang 1. 2,7 3 ekosistem mangrove Baik Pemahaman terhadap fungsi Cukup 2. 3,1 3 ekosistem mangrove Baik Kedaaan lingkungan ekosistem Kurang 3. 2,9 3 mangrove Baik Kebutuhan akan manfaat Kurang 4. 2,7 3 ekosistem mangrove Baik Sumber : Diolah dari hasil angket 2016 Berdasarkan tabel 4.20 di atas di peroleh rata-rata persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistm mangrove di Kecamatan Kolono sebesar 3 sedangkan item indikator yang memiliki persepsi cukup baik (positif) adalah pemahaman terhadap fungsi ekosistem mangrove sebesar 3,1.
viii
60
D. Pembahahasan Penelitian ini mengkaji tentang persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove yang meliputi pengetahuan tentang fungsi ekosistem mangrove, pemahaman terhadap fungsi ekosistem mangrove, keadaan lingkungan ekosistem mangrove, dan kebutuhan akan fungsi dari ekositem mangrove. a). Pengetahuan masyarakat pesisir Desa Meletumbo tentang fungsi ekosistem mangrove masuk kategorikan kurang baik, terutama fungsi fisik ekosistem mangrove. Masyarakat pesisir Desa Meletumbo hanya mengetahui fungsi fisik ekosistem mangrove yang hanya untuk menjaga garis pantai dan perlindungan terhadap angin laut saja sedangkan menahan gelombang dan mengelola bahan limbah masyarakat masih kurang mengetahuinya. Ini dikarenakan minimnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Meletumbo yang akan berpengaruh pada tingkat pengetahuannya. b). Pemahaman masyarakat Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove sudah masuk kategori cukup baik. Masyarakat pesisir Desa Meletumbo sudah memahami akan fungsi biologis dan ekonomis ekosistem mangrove. untuk fungsi biologis masyarakat Desa Meletumbo memahami ekosistem mangrove berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan hewanhewan air dan tempat bersarangnya burung sedangkan untuk fungsi ekonomis sebagai tempat pertambakan, dapat memberikan hasil hutan berupa kayu dan dapat dijadikan sebagai bahan bakar.
viii
61
c). Keadaan lingkungan ekosistem mangrove. Kondisi lingkungan ekosistem mangrove di desa Meletumbo sudah mengalami kerusakan dan penurunan fungsi terutama fungsi fisik dan fungsi biologisnya. Penyebab utama kerusakan kawasan ekosistem mangrove di akibatkan oleh adanya penggunaan lahan mangrove untuk pertambakan dan permukiman yang bisa menganggu fungsi ekosistem mangrove yaitu fungsi biologis ekosistem mangrove sebagai tempat pemijahan dan daerah asuhan bagi biota-biota laut dan fungsi fisik sebagai perlindungan pantai dari abrasi dan penangkap sedimen. d). Kebutuhan akan fungsi ekosistem mangrove. kebutuhan masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove lebih banyak mengarah pada fungsi ekonomi yaitu sebagai kayu bakar dan keperluan rumah tangga dan sebagai alat perikanan.
viii
62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa persepsi masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove di Kecamatan Kolono meliputi: a). Pengetahuan masyarakat pesisir Desa Meletumbo tentang fungsi ekosistem mangrove masuk kategori kurang baik terutama fungsi fisik ekosistem mangrove dengan skor rata-rata 2,7. b). Pemahaman masyarakat Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove sudah masuk kategori cukup baik. Masyarakat pesisir Desa Meletumbo sudah memahami akan fungsi biologis dan ekonomis ekosistem mangrove dengan skor rata-rata 3,1 c). Keadaan lingkungan ekosistem mangrove masuk dalam kategori kurang baik dengan skor rata-rata 2,9. Kondisi lingkungan ekosistem mangrove di desa Meletumbo sudah mengalami kerusakan dan penurunan fungsi terutama fungsi fisik dan fungsi biologisnya. d). Kebutuhan akan fungsi ekosistem mangrove masuk kategori kurang baik dengan skor rata-rata 2,7. Kebutuhan masyarakat pesisir Desa Meletumbo terhadap fungsi ekosistem mangrove lebih banyak mengarah pada fungsi ekonomi yaitu sebagai kayu bakar dan keperluan rumah tangga dan sebagai alat perikanan.
viii
63
B. Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dan simpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran antara lain sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah diharapakan hendaknya melakukan penyuluhan langsung ke lapangan tentang pemanfaatan dan pelestarian ekosistem mangrove kepada seluruh penduduk di Desa Meletumbo Kecamatan Kolono agar penduduk dapat memahami, memanfaatkan, dan melestarikan sebaik mungkin sumberdaya yang terdapat dalam ekosistem mangrove. 2. Bagi masyarakat yang berada disekitar kawasan ekosistem mangrove agar lebih memperhatikan akan keberadaan ekosistem mangrove dan tidak merusaknya
viii
64
DAFTAR PUSTAKA Alimuddin. 2002. Pemanfaatan Teluk Kendari Bagi Pengembangan Sektor Kehutanan di Kota Kendari. Makalah disampaikan dalam Diskusi Panel ”Tata Ruang Teluk Kendari Yang Berkelanjutan, Integral, dan Sinergi”. Diselenggarakan oleh PSWPL-LP dan LKMPS-MSP Universitas Haluoleo di Kendari, 4 Mei 2002 Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut, Institut Pertanian Bogor. Dahuri, R., Rais., S. P. Ginting Dan M. J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradaya Paramitha. Jakarta
Diarto. 2012. Strategi Pengembangan Wanamina Pada Kawasan Hutan Mangrove Tugurejo di Kota Semarang. Tesis. UNDIP Semarang. Jurnal Ilmu Lingkungan. 10 (1):1-7. Hamzah, B. Uno. 2008. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Hazarudin. 2010. Persepsi Debitur Terhadap Pelayanan Kredit Griya Multi (KGM) Pada Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Kendari. Skripsi. Universitas Halu Oleo. Komarni, W. 2010. Identifikasi Jenis Dan Komposisi Hutan Mangrove Secara Vertical Di Desa Tondasi Kecamatan Tiworo Utara Kabupaten Muna. Skripsi. Universitas Halu Oleo. Laremba, Syamsul. 2014. Sebaran Dan Kerapatan Mangrove Di Teluk Kota
Kendari Sulawesi Tenggara. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Moro, 1986. Pola Sebaran Moluska Di Hutan Mangrove Legon Lentah, Pulau Panaitan. Prosdng Seminar Iii Ekosistem Mangrove. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Motoku A.W., Umar S., Toknok B. 2014. Nilai Manfaat Hutan Mangrove Di Desa Sausu Peore Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Jurusan Kehutanan, Universitas Tadulako. Volume 2, Nomor 2 Desember 2014 Hal: 92:101. Noor, Y. R., M. Khazali Dan I.N.N Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove Di Indonesia. Pka/Wi-Ip. Bogor. Nugroho, S. G., A. Setiawan dan S. P. Harianto .1991. Bentuk Pengelolaan Hutan Mangrove-Tambak yang Saling Mendukung dan Melindungi dalam Prosiding Seminar IV Ekosistem Mangrove. Panitia Nasional Program MAB IndonesiaLIPI. Jakarta.
viii
65
Pidani, A. O. 2005. Sekilas Mengenai Mangrove. Makalah Pada Diklat Penembangan Mangrove Lestari, Kendari 21-27 Februari 2005. Bp-Das Sampara- Mic-Jica Bali.
Ramadhan, Adhita. 2009. Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung Kota Depok Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Departemen Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Riska, Meika. 2010. Upaya Pelestarian Hutan Mangrove Berdasarkan Pendekatan Masyarakat. Karya Ilmiah. Universitas Bengkulu. Sartina, Dewi. 2011. Persepsi Siswa Terhadap Keberadaan Guru Bimbingan Konseling Di MTS Negeri Lakudo kabupaten Buton. Skripsi. Universitas Halu oleo. Kendari. Sudarmi. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan di Kabupaten Barru. Tesis. Universitas Muslim Indonesia. Makassar. Tomlinson, P. B. 1986. The Botany of mangrove. Cambridge university press. Cambridge Zainal, Ni’mah. 2010. Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Kecamatan Abeli Terhadap Keberadaan Hutan Mangrove Di Sekitar Teluk Kendari. Skripsi. Jurusan kehutanan. Universitas Halu Oleo. Zainatun , Anita.2002. Jurnal Kajian Keberadaan Hutan Mangrove: Peran, Dampak Kerusakan Dan Usaha Konservasi. http://hutan_anita.pdf. Diakses tanggal 23 maret 2016.pukul 23.13. wib.
viii
66
L A M P I R A N viii
67
Lampiran 1. Peta Kecamatan Kolono
viii
68
Lampiran 2 : Kisi-Kisi Angket
Variabel
Kisi-Kisi Angket penelitian Indikator Nomor
Pengetahuan tentang fungsi ekosistem pesisir Desa mangrove Meletumbo terhadap Pemahaman terhadap fungsi ekosistem fungsi ekosistem mangrove mangrove di Kedaaan lingkungan ekosistem mangrove Kecamatan Kolono Kebutuhan akan fungsi ekosistem mangrove Jumlah
Jumlah Item
Persepsi masyarakat
viii
1,2,3,4,5
6,7,8,9,10,11
5
6
12,13,14
3
15,16
2 16
69
Lampiran 3: Angket Penelitian ANGKET PENELITIAN PERSEPSI MASYARAKAT PESISIR DESA MELETUMBO TERHADAP FUNGSI EKOSISTEM MANGROVE DI KECAMATAN KOLONO I. Pengantar Daftar pertanyaan ini tidak bermakud untuk mencari kekurangan atau kelemahan masyarakat tetapi lebih untuk menggali dan mengetahui tentang Persepsi masyarakat pesisir terhadap fungsi ekosistem mangrove. II. Petunjuk Pengisian 1. Tuliskan identitas anda pada tempat yang telah di sediakan 2. Jawablah dengan memberi tanda (X) pada kotak jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya a. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Agama 5. Jenis Pekerjaan
: : : : :
6. Pendidikan Terakhir
:
B. Pertanyaan Pokok Keterangan : SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
viii
70
Alternati Jawaban No.
Pernyataan
Alasan SS
1.
Ekosistem mangrove dapat membantu menjaga garis pantai
2
Ekosistem mangrove hanya sebagai penahan gelombang saja
3.
Ekosistem mangrove mampu mengelola bahan limbah dengan baik Ekosistem mangrove dapat memberikan perlindungan terhadap angin laut Ekosistem mangrove sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan kecil
4. 5. 6.
7. 8. 9.
Menurut saya ekosistem mangrove berguna sebagai tempat pengembangbiakan hewanhewan air Ekosistem mangrove dapat menjadi tempat bersarangnya burung Ekosistem mangrove berguna untuk bahan bangunan Menurut saya ekosistem mangrove hanya bisa di jadikan bahan bakar saja
10.
Ekosistem mangrove dapat dijadikan lahan pertambakan bagi masyarakat
11.
Ekosistem mangrove dapat memberikan hasil hutan berupa kayu Kondisi ekosistem mangrove yang ada sekarang sudah banyak yang rusak dan tidak berfungsi lagi Penyebab utama kerusakan kawasan ekosistem mangrove akibat pertambakan Penggunaan lahan mangrove untuk permukiman dapat mempengaruhi fungsi ekosistem mangrove Menurut saya ekosistem mangrove dapat membantu keperluan rumah tangga
12.
13. 14.
15. 16.
Menurut saya ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan dan minuman
viii
S
TS STS
71
Lampiran 4. Data hasil penelitian Nama Responden 1 SH 2 YS 3 RH 4 RU 5 JM 6 DP 7 SR 8 MA 9 AR 10 PT 11 MA 12 SR 13 SH 14 RS 15 SU 16 JM 17 YS 18 WB 19 RT 20 SR 21 JL 22 RS 23 MR 24 AH 25 RM 26 RT 27 NT 28 AL 29 MM 30 SH Jumlah Rata-Rata Rata-Rata Tiap Indikator
No.
Kategori
Rata-rata
1 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 2 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 103 3.4
2 3 3 1 2 3 2 2 2 2 2 4 2 3 2 4 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 77 67 2,6 2,2
4 5 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 3 2 4 4 3 2 3 4 3 2 3 4 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 4 2 2 2 4 2 2 2 3 3 3 3 3 1 3 2 4 2 4 1 90 74 3.0 2.5
Item 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 3 3 4 4 2 3 4 3 2 3 2 4 3 2 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 4 3 2 4 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 4 2 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 1 4 2 4 2 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3 2 3 4 2 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 1 2 1 3 4 3 2 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 2 2 2 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 4 4 1 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 1 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 1 3 2 3 3 2 2 4 4 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 3 3 2 3 4 4 3 4 1 4 2 3 2 2 3 4 1 3 4 1 4 2 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 2 4 3 4 3 2 1 3 2 96 95 80 93 96 98 102 96 64 95 67 3,2 3,2 2,7 3,1 3,2 3,3 3.4 3.2 2,1 3.2 2,2
2,7
3,1
Kurang Baik 3
Cukup Baik
viii
2,9
2,7
Kurang Baik
Kurang Baik
72
Lampiran 5: Daftar Responden Kode Responden R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30
Umur (Tahun) 31 32 32 26 32 34 43 31 32 42 51 27 36 53 49 32 46 32 51 45 30 30 34 54 37 32 31 28 40 33
Pendidikan
Mata Pencaharian
SMA SMA SMA SMA S1 SMA S1 SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMP SMA SMA SMA SMP SMA SMA SMA SMP SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA
IRT Nelayan IRT IRT Guru Nelayan PNS Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan IRT Nelayan IRT Nelayan Nelayan Petani Petani Nelayan Nelayan Nelayan IRT IRT Petani Nelayan Pedagang
viii
73
DOKUMENTASI Gambar 1. proyek pembuatan tanggul dan pembukaan tambak yang membelah kawasan mangrove
Gambar 2. pengisian angket oleh responden
viii
2
viii
3
viii
1
viii
1
viii