ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENENTUAN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PEPAYA CALINA (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara)
FATIH RIZQIAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013
Fatih Rizqiah H24090013
ABSTRAK FATIH RIZQIAH. Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara) Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN. Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki keunggulan seperti daging yang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih manis. Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami kerusakan sebesar 20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman maupun distribusi. Oleh karena itu diperlukan manajemen rantai pasok untuk meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan kinerja, sehingga diperlukan sebuah pengukuran nilai tambah dan penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi rantai pasok pepaya Calina dengan pendekatan Asian Productivity Organization (APO), menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasokan komoditas pepaya Calina, dan mendesain metrik pengukur kinerja anggota rantai pasokan. Rantai pasok pepaya Calina ini menghadapi berbagai hambatan dalam pengoptimalan kinerjanya yakni petani yang sering mengalami kesulitan modal, biaya transportasi yang tinggi, lahan yang sering mengalami kekeringan sepanjang bulan Juli sampai September, tingginya turn over staff di perusahaan, penanganan pasca panen yang belum maksimal, adanya petani yang tidak memenuhi komitmen disebabkan belum adanya ikatan kontrak antara petani dengan perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan rekomendasi-rekomendasi seperti perluasan pasar, koreksi manajemen SDM, dan optimalisasi peran kelembagaan. Metode Hayami dan Analytic Network Process (ANP) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah dan mendesain metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina. Nilai keuntungan yang diraih oleh mitra tani sebesar 57,74%. Sementara perusahaan mendapatkan nilai tambah sejumlah 50,7% untuk Sunpride dan pangsa pasar tenaga kerja langsungnya sebesar 16%. Untuk Sunfresh perusahaan menghasilkan nilai tambah sebesar 55,56% dengan pangsa pasar tenaga kerja langsungnya sejumlah 73,84%. Sedangkan bagi ritel dan pasar tradisional, nilai keuntungan yang diperoleh sebesar 36% dan 16,56%. Pangsa pasar tenaga kerja langsung yang dihasilkan oleh pasar tradisional adalah 20,13%. Dalam penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan ANP, indikator yang dirasa paling berpengaruh oleh para pakar untuk menentukan sustainable supply chain adalah kualitas (0,274). Hal ini disebabkan kualitas mampu menentukan harga, menghantarkan kepuasan kepada konsumen dan dalam jangka panjang mampu menciptakan keloyalan konsumen. Oleh karena itu tidak heran, jika petani menjadi pihak yang paling berpengaruh di dalam rantai pasok (0,287) sebab merupakan penentu kualitas dan kuantitas utama produk pepaya Calina di dalam rantai pasok secara keseluruhan yang berujung pada keuntungan ekonomi rantai pasok kedepannya. Kata Kunci : Analytical Network Process (ANP), Metode Hayami, Rantai Pasok
ABSTRACT FATIH RIZQIAH. Analysis of Value Added and Determination of Measurement Metrics Calina Papaya Supply Chain (Case Study in PT. Sewu Segar Nusantara) Supervised by Alim SETIAWAN. Calina papaya or better known as California papaya has advantages such as thicker papaya flesh, smoother skin, and sweeter taste. However, along the entire supply chain, Calina Papaya suffered 20% damage as a result of errors during the process of delivery and distribution. Therefore it needs supply chain management to improve value-added and performance of supply chain, so it requires measurement and determination of the valueadded supply chain performance measurement metrics Calina papaya. The purpose of this study was to analyze the condition of the supply chain approach papaya Calina with Asian Productivity Organization (APO), analyzing the value-added generated by each member of the Calina papaya supply chain, and designing metrics measure the performance of supply chain members. Hayami method and Analytic Network Process (ANP) is a method used to calculate value-added design and determine supply chain performance measurement metrics Calina papaya. Value of the benefits achieved by farmers is 57,74%. While some companies get more value for Sunpride 50,7% and 55.56% for Sunfresh. As for retail and traditional markets, the value of the benefits is 36% and 16,56%. In determining metrics of supply chain performance measurement using ANP quality (0,274) is considered the most influential indicator by experts to determine sustainable supply chain. This is due to ability of quality to set the price, delivering satisfaction to consumers and creating long-term customer loyalty. Therefore no wonder, if the farmer became the most influential party in the supply chain (0.287) because it is the major determinant of the quality and quantity of products papaya Calina in the overall supply chain leading to future economic benefits supply chain. Keywords: Analytical Network Process (ANP), Hayami Methods, Supply Chain
ABSTRAK FATIH RIZQIAH. Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara) Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN. Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki keunggulan seperti daging yang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih manis. Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami kerusakan sebesar 20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman maupun distribusi. Oleh karena itu diperlukan manajemen rantai pasok untuk meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan kinerja, sehingga diperlukan sebuah pengukuran nilai tambah dan penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kondisi rantai pasok pepaya Calina dengan pendekatan Asian Productivity Organization (APO), menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada rantai pasokan komoditas pepaya Calina, dan mendesain metrik pengukur kinerja anggota rantai pasokan. Metode Hayami dan Analytic Network Process (ANP) merupakan metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah dan mendesain metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina. Nilai keuntungan yang diraih oleh mitra tani sebesar 57,74%. Sementara perusahaan mendapatkan nilai tambah sejumlah 50,7% untuk Sunpride dan 55,56% untuk Sunfresh. Sedangkan bagi ritel dan pasar tradisional, nilai keuntungan yang diperoleh sebesar 36% dan 16,56%. Dalam penentuan metrik pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan ANP, indikator yang dirasa paling berpengaruh oleh para pakar untuk menentukan sustainable supply chain adalah kualitas (0,274). Hal ini disebabkan kualitas mampu menentukan harga, menghantarkan kepuasan kepada konsumen dan dalam jangka panjang mampu menciptakan keloyalan konsumen. Oleh karena itu tidak heran, jika petani menjadi pihak yang paling berpengaruh di dalam rantai pasok (0,287) sebab merupakan penentu kualitas dan kuantitas utama produk pepaya Calina di dalam rantai pasok secara keseluruhan yang berujung pada keuntungan ekonomi rantai pasok kedepannya. Kata Kunci : ANP, Metode Hayami, Rantai Pasok
ABSTRACT FATIH RIZQIAH. Analysis of Value Added and Determination of Measurement Metrics Calina Papaya Supply Chain (Case Study in PT. Sewu Segar Nusantara) Supervised by Alim SETIAWAN. Calina papaya or better known as California papaya has advantages such as thicker papaya flesh, smoother skin, and sweeter taste. However, along the entire supply chain, Calina Papaya suffered 20% damage as a result of errors during the process of delivery and distribution. Therefore it needs supply chain management to improve value-added and performance of supply chain, so it requires measurement and determination of the value-added supply chain
performance measurement metrics Calina papaya. The purpose of this study was to analyze the condition of the supply chain approach papaya Calina with Asian Productivity Organization (APO), analyzing the value-added generated by each member of the Calina papaya supply chain, and designing metrics measure the performance of supply chain members. Hayami method and Analytic Network Process (ANP) is a method used to calculate value-added design and determine supply chain performance measurement metrics Calina papaya. Value of the benefits achieved by farmers is 57,74%. While some companies get more value for Sunpride 50,7% and 55.56% for Sunfresh. As for retail and traditional markets, the value of the benefits is 36% and 16,56%. In determining metrics of supply chain performance measurement using ANP quality (0,274) is considered the most influential indicator by experts to determine sustainable supply chain. This is due to ability of quality to set the price, delivering satisfaction to consumers and creating long-term customer loyalty. Therefore no wonder, if the farmer became the most influential party in the supply chain (0.287) because it is the major determinant of the quality and quantity of products papaya Calina in the overall supply chain leading to future economic benefits supply chain. Keywords: ANP, Hayami Methods, Supply Chain
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENENTUAN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PEPAYA CALINA (Studi Kasus di PT. Sewu Segar Nusantara)
FATIH RIZQIAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi dan Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus : PT. Sewu Segar Nusantara) Nama : Fatih Rizqiah NIM : H24090013
Disetujui oleh
Alim Setiawan S, STP, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Jono M. Munandar M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul ―Analisis Nilai Tambah dan Penentuan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pepaya Calina (Studi Kasus PT. Sewu Segar Nusantara)‖. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan panduan mengenai cara peningkatan kinerja rantai pasok dan penerapan sustainable supply chain management ke depannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Alim Setiawan S, STP, MSi selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Sulina, Pak Hanifah Husni, Pak Rama Adha yang telah bersedia menjadi pakar untuk dimintai pendapatnya serta berbagai pihak yang telah membantu selama mengumpulkan data. Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda H. Ir. Euis Fatimah, Ayahanda Drs. H. Asep H. Djoehana, seluruh keluarga besar, sahabat-sahabat Meteor, Tepu, dan SESC (Sharia Economics Student Club). Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2013
Fatih Rizqiah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xiv DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
3
METODE PENELITIAN
3
Kerangka Pemikiran
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Jenis dan Sumber Data
4
Metode Pengambilan Sampel
4
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4
Analisis Deskriptif
4
Analytical Network Process
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Gambaran Umum Rantai Pasokan
7
Analisis Nilai Tambah
18
Penentuan Metrik Kinerja Rantai Pasok
22
SIMPULAN DAN SARAN
28
UCAPAN TERIMA KASIH
29
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
53
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan nilai ekspor komoditas buah 2 Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami 3 Anggota rantai pasok pepaya Calina 4 Spesifikasi grade pepaya Calina 5 Kriteria-Kriteria Pemilihan Mitra 6 Aktivitas Pelaku Rantai Pasok 7 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunpride di tingkat PT. SSN 8 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat PT. SSN 9 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat pasar tradisional 10 Distribusi Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunpride 11 Rasio Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunpride 12 Distribusi Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunfresh 13 Rasio Biaya dan Marjin Pada Rantai Pasok pepaya Calina Sunfresh 14 Daftar UMK 2013 15 Mitra tani dalam rantai pasokan 16 Implikasi Manajerial
1 6 7 9 12 14 18 19 20 20 20 21 21 26 27 28
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 2 Kerangka analisis manajemen rantai pasokan 3 Supermatriks dari hierarki 4 Model rantai pasokan pepaya Calina 5 Model aliran komoditas dan finansial rantai pasok pepaya Calina 6 Transisi dari tahap negosiasi hingga kolaborasi 7 Tahapan Proses Trust Building 8 Kerangka Umum ANP 9 Prioritas Klaster Dimensi 10 Prioritas Klaster Aktor 11 Prioritas Klaster Indikator Kinerja
4 5 6 7 8 12 17 23 23 24 25
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Pasar Tujuan Produk PT. SSN Implikasi rekomendasi Tabel Perhitungan nilai keuntungan mitra tani pepaya Calina Kuesioner Penelitian
33 34 36 37
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa memiliki potensi untuk ditanami buah tropika. Pepaya (Carica papaya L.) sebagai buah dengan pertumbuhan ekspor tertinggi di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan lebih baik kedepannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan nilai ekspor komoditas buah Komoditas Pepaya Pisang Semangka Belimbing Durian
2007 15.346 856.127 232.160 104 6.455
2008 567 988.914 471.082 190 84.130
2009 125.569 341.037 281.122 86 16.239
2010 102.951 48.305 25.783 182 14.849
2011 514.670 1.011.593 142.937 1.026 -
Rata-rata Pertumbuhan 5583% 465% 107% 190% 254%
Sumber: Data Ekspor Impor BPS diolah Dirjen Holtikultura (2013) Pepaya merupakan komoditas buah tropika utama. Pepaya sering dinamakan sebagai the health fruit of angels karena rasanya dikatakan sebagai rasa surga dan bermanfaat untuk kesehatan. Indonesia termasuk dalam lima besar negara produsen utama buah pepaya di dunia. Besarnya produksi tersebut terutama karena lahan dan iklim tropika yang sangat cocok untuk pepaya tumbuh dan berbuah secara optimal (Shobir 2009). Pepaya banyak mengandung vitamin, mineral, dan serat yang lengkap serta pH buah yang tidak masam. Hal inilah yang menyebabkan pepaya dapat dikonsumsi semua usia tanpa takut berpengaruh pada kemasaman lambung. Seiring dengan perkembangan zaman, selera konsumen terhadap pepayapun berubah. Dahulu disebabkan banyaknya anggota pada sebuah keluarga inti menyebabkan pepaya besar lebih diminati oleh masyarakat. Namun, dewasa ini dengan semakin kecilnya keluarga inti menyebabkan konsumen lebih memilih untuk membeli pepaya dengan ukuran kecil sampai sedang (Shobir 2009). IPB sebagai universitas yang berfokus pada pertanian melakukan penelitian untuk menghasilkan pepaya sesuai dengan selera pasar, sehingga ditemukanlah jenis produk pepaya unggul berukuran sedang yang diberi kode IPB-9 dan disebut Pepaya Calina. Pepaya Calina—atau lebih terkenal dengan sebutan pepaya California di pasaran ini—memiliki keunggulan berupa dagingyang lebih tebal, kulit yang lebih halus, rasa lebih manis. Hal inilahyang membuat pepaya Calina menjadi favorit di kelasnya (Shobir 2009). Meskipun memiliki karakteristik buah yang unggul, pepaya Calina masih kurang mampu bersaing disebabkan menurut ketua asosiasi pepaya jawa barat dalam rantai pasok (pengiriman atau distribusi) pepaya sering mengalami kecacatan produk sebesar kurang lebih 20% sehingga distributor dengan petani harus melakukan kontrak perjanjian agar petani tidak merugi. Salah satu strategi untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan manajemen rantai pasokan. Secara umum strategi ini dapat dijabarkan berupa suatu cara untuk membuat distribusi produk menjadi lebih efektif dan juga meningkatkan nilai tambah dari anggota rantai pasokan tersebut (Porter, Linde 1985). Kegiatan
manajemen rantai pasok merupakan bagian kegiatan dari rantai nilai (value chain) sehingga perbaikan manajemen rantai pasok akan berimplikasi positif pada rantai nilai tambah. Rantai nilai yang efektif akan memicu keunggulan nilai (value advantage) dan keunggulan produksi (productivity advantage) yang pada akhirnya meningkatkan keunggulan kompetitif (Simchi-Levi et al. 2000). Vorst (2005) telah melakukan pengembangan manajemen rantai pasokan pada produk pangan hasil pertanian dengan mengacu pada kerangka pengembangan Asian Productivity Organization (APO). Aspek kajian ini disusun secara terstruktur yang meliputi sasaran rantai pasokan, struktur rantai pasokan, sumber daya, manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan performa rantai pasokan. Sebagai konsekuensi, sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka mengoptimalisasi jaringan rantai pasokan. Oleh karena itu perlu dibuat desain indikator kinerja rantai pasokan pepaya Calina yang optimal untuk masing-masing rantai pasokan tergantung strategi kompetisi dan karakteristik pasar, produk dan produksi. Desain metrik pengukuran kinerja yang bertujuan untuk pengukuran kinerja yang mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional (Vorst 2005). Penerapan kerangka sustainable supply chain management diharapkan mampu mengoptimalkan kinerja rantai pasok disebabkan kelangsungan dan daya saing sebuah organisasi dalam jangka panjang tidak hanya bisa dievaluasi dengan ukuran finansial semata. Investor, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan yang lain semakin ingin meningkatkan kinerja evaluasi dengan melibatkan aspek keberlangsungan—kinerja lingkungan, sosial, dan ekonomi organisasi (Yakovieva, Sarkis 2009). Namun dalam rangka mengukur kinerja rantai pasok berkelanjutan tersebut dibutuhkan indikator-indikator tertentu yang ditentukan dari pendapat-pendapat pakar dan jurnal yang ada. Oleh karena itu dibutuhkan desain metrik pengukuran kinerja meliputi penciptaan nilai tambah dan dimensi keberlangsungan rantai pasokan tersebut ke depannya. Adapun alat yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja tersebut adalah metode Hayami dan ANP. Dengan begitu diharapkan kinerja rantai pasok dapat mengalami perbaikan menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Perumusan Masalah Permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kondisi rantai pasok pepaya Calina? (2) Berapa nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota rantai pasok pepaya Calina? (3) Bagaimana desain metrik yang digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok pepaya Calina?
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kondisi rantai pasokan pepaya Calina, (2) Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota pada
rantai pasokan komoditas pepaya Calina, (3) Menentukan desain metrik pengukuran kinerja rantai pasok pepaya Calina.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kondisi kerangka rantai pasok pepaya Calina yang diterapkan pada processor. Petani yang dijadikan objek penelitian ini berada di daerah Jawa Barat, yaitu Jasinga, Banjar Negara, Pasir Mukti, dan Tasikmalaya. Studi ini menekankan pada penentuan metrik kinerja rantai pasok Pepaya Calina yang didasarkan pada sustainable supply chain.
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California memiliki keunggulan seperti dagingyang lebih tebal, kulit yang lebih halus, dan rasa lebih manis. Namun dalam perjalanannya rantai pasoknya, pepaya Calina mengalami kerusakan sebesar 20% yang diakibatkan kesalahan pada saat proses pengiriman maupun distribusi. Oleh karena itu dibutuhkan penerapan sustainable supply chainyang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok pepaya Calinaini, namun juga menjaga keberlangsungan rantai pasok tersebut ke depannya. Adapun sustainable supply chain merupakan rantai pasok yang berkelanjutan yang merupakan pengelolaan aliran material dan informasi serta kerjasama antara pelaku sepanjang rantai pasokan untuk memenuhi target dari semua tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial masyarakat (Seuring, Müller 2008a). Agar perusahaan dapat menerapkan sustainable supply chain management dengan baik, maka dibutuhkan evaluasi kinerja dengan analisis deskriptif model APO, analisis nilai tambah dengan metode Hayami, dan pengukuran kinerja dengan ANP dengan indikator hasil brainstorming jurnal dan pendapat pakar rantai pasok pepaya Calina ini.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian diadakan selama lima bulan, yaitu dari bulan Februari sampai bulan Juni 2013. Pengambilan data dilakukan di PT. Sewu Segar Nusantara, di Jalan Telesonic Dalam (Jalan Gatot Subroto KM 8), Desa Kadujaya, Kecamatan Curug, Tangerang, Banten.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari proses wawancara dan pembagian kuesioner kepada para pakar di bidang pepaya baik itu local sourcing area yang mengurusi petani, supervisor yang mengurusi pemasaran, dan manajer processing perusahaan, sementara data sekunder didapat dari dirjen hortikultura dan perusahaan.
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel yang tepat merupakan salah satu teknik dalam penelitian. Karena sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang diambil untuk mewakili gambaran populasi sebenarnya. Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel, sehingga penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling juga digunakan untuk pemilihan pakar yang dilibatkan dalam penelitian. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pakar adalah jabatan dan pengalaman pakar dalam bidang yang digelutinya.
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Analisis Deskriptif Model rantai pasok pepaya Calina dibahas secara deskriptif menggunakan metode pengembangan rantai pasok produk hortikultura yang dicanangkan oleh Asia Productivity Organization (APO), Jepang. Metode pengembangan tersebut mengikuti kerangka proses yang telah dimodifikasi (Vorst 2005). Adapun kerangka proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2 Kerangka analisis manajemen rantai pasokan (Vorst 2005).
Analytical Network Process Metode Analytical Network Process (ANP) digunakan untuk menghitung bobot kinerja rantai pasok dengan memerhatikan tingkat ketergantungan antar kelompok atau cluster. Metode Analytic Network Process (ANP) merupakan pendekatan kualitatif non parametrik non bayesian untuk proses pengambilan keputusan dengan kerangka kerja umum tanpa membuat asumsi-asumsi (Ascarya 2006). Metode ANP dikembangkan oleh Saaty (2001) dari konsep analytical hierarchy process (AHP) dengan mereduksi asumsi independensi antar kriteria dan sub kriteria yang dibangun menjadi sebuah aspek yang perlu diperhitungkan keterkaitannya. Adapun tahapan dalam pengolahan ANP yaitu dengan mengkonstruksi model, lalu membandingkan antar elemen-elemen dan kelompok-kelompok terpilih sesuai dengan kriteria control. Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat, maka vektor bobot prioritas (w) dihitung dengan rumus: Aw =
max w..................................................(1)
dimana max adalah eigen value terbesar pada matriks A dan w adalah eigen vector. Indeks Konsistensi/Consistency Index (CI) dan Consistency Ratio (CR) dari matriks perbandingan berpasangan dapat dihitung dengan rumus :
...........................................(2)
Jika CI < 0,1 maka penilaian dianggap konsisten. Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner masing-masing responden berupa pendapat mengenai interaksi saling ketergantungan antar elemen pada masingmasing cluster diturunkan menjadi suatu supermatriks.
Secara umum hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan elemen lain di dalam jaringan dapat digambarkan mengikuti supermatriks pada Gambar 3.
Gambar 3 Supermatriks dari hierarki (Saaty 2001) Komponen dari sub-matriks dalam W adalah merupakan skala rasio yang diturunkan dari pembandingan pasangan yang dilakukan pada elemen di dalam cluster itu sendiri sesuai dengan pengaruhnya pada setiap elemen pada cluster yang lain (outer dependence) atau elemen-elemen dalam cluster yang sama (inner dependence). Hasilnya yang berupa unweighted supermatrix kemudian ditransformasikan menjadi suatu matriks yang penjumlahan dalam kolom menghasilkan angka satu (unity) untuk mendapatkan supermatriks stokastik. Bobot yang diperoleh digunakan untuk membobot elemen-elemen pada blok-blok kolom (cluster) yang sesuai dari supermatriks, yang akan menghasilkan weighted supermatrix yang juga stokastik. Serta dilakukan analisis nilai tambah pengolahan pepaya Calina dengan menggunakan metode hayami (Tabel 2)
Tabel 2 Analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami Variabel Nilai Output, Input, dan Harga Output (Kg) (1) Bahan Baku (Kg) (2) Tenaga Kerja Langsung (HOK) (3) Faktor Konversi (4) = (1)/(2) Koefisien Tenaga Kerja Langsung (HOK/Kg) (5) = (3)/(2) Harga Output (Rp/Kg) (6) Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) (7) Penerimaan dan Keuntungan Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8) Harga Input Lain (Rp/Kg) (9) Nilai Output (Rp/Kg) (10) = (4)x(6) Nilai Tambah (Rp/Kg) (11a) = (10)-(8)-(9) Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a)/(10)x100 Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) (12a) = (5)x(7) Pangsa Tenaga Kerja Langsung (%) (12b) = (12a)/(11a)x100 Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a)-(12a) Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a)/(10)x100 Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi Marjin (Rp/Kg) (14) = (10)-(8) Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) (14a) = (12a)/(14)x100 Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9)/(14)x100 Keuntungan Perusahaan (%) (14c) = (13a)/(14)x100 Sumber : Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok (Marimin 2010)
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rantai Pasokan Struktur Rantai Pasokan 1. Anggota Rantai Pasokan Model rantai pasokan pepaya Calina yang dijadikan objek penelitian ini adalah sebagaimana yang ditunjukkan Gambar 4 berikut. Ritel Petani
PT. SSN
Konsumen Pasar tradisional
Gambar 4 Model rantai pasokan pepaya Calina Petani sebagai pelaku pertama dari rantai pasok ini menanggung penuh tugas budidaya mulai dari pembibitan sampai pemanenan. Walaupun demikian, perencanaan tanamnya dilakukan oleh perusahaan dengan melihat informasi yang diperoleh dari pasar. Setelah pepaya Calina dipanen, buah tersebut dikirimkan ke perusahaan untuk diolah seperti diberikan nilai tambah berupa sortasi, grading, pemeraman, label, serta penyimpanan. Setelah itu perusahaan mengirimkan produknya sesuai spesifikasinya ke pasar tujuan baik itu ritel ataupun pasar tradisional. Untuk lebih jelasnya aktivitas rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Anggota rantai pasok pepaya Calina Tingkat Supplier
Anggota Mitra tani
Proses Pembudidayaan, penjualan
Processor
PT. Sewu Segar Nusantara
Pembelian, pemeraman, penyimpanan, penjualan, pengiriman, pengemasan
Pasar
Ritel Pasar tradisional
Pembelian, penjualan
Aktivitas Melakukan penanaman pepaya Calina, penjualan ke processor Melakukan pembelian dari mitra tani, memberikan nilai tambah, menjual dan mengirimnya ke pasar tujuan sesuai spesifikasi produk Melakukan pembelian pepaya Calina dari PT. SSN dan menjual ke konsumen akhir
2. Pola Aliran Dalam Rantai Pasokan Menurut Pujawan (2010), pada suatu rantai pasokan biasanya ada tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama aliran barang yang mengalir darihulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua aliran uang (finansial) yangmengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Struktur rantai pasokan pada komoditas pepaya Calina terdiri atas petani, perusahaan, ritel, pasar tradisional, dan konsumen akhir.
Aliran barang rantai pasok petani pepaya Calina dapat ditunjukkan pada Gambar 5 berikut. Aliran komoditas rantai pasok pepaya Calina dimulai dari petani sebagai produsen. Petani akan mengirimkan semua hasil panennya ke perusahaan. Sebelum dikirim ke perusahaan, pepaya Calina hasil panen dikumpulkan dulu di packing house untuk dibungkus dengan koran. Kemudian setelah dikirim ke perusahaan, perusahaan akan memberikan berbagai perlakuan berupa pemeraman, penyortiran, penggradingan, dan pelabelan kepada pepaya Calina agar mampu diterima oleh pasar yang ditargetkan. Merek Sunpride untuk ritel dan merek Sunfresh untuk pasar tradisional. Aliran uang pada rantai pasokan pepaya Calina terjadi dari konsumen ke ritel dan pasar tradisional kemudian keperusahaan dan berakhir di petani. Ritel membayar secara kredit kepada perusahaan dalam jangka waktu sebulan. Awalnya petani menerima pembayaran dari perusahaan secara tunai saat pepaya Calina berpindah tangan, namun disebabkan banyaknya petani yang dirampok dalam perjalanan mengirimkan hasil panennya, maka perusahaan memberikan pembayaran melalui transfer seminggu kemudian.
Gambar 5 Model aliran komoditas dan finansial rantai pasok pepaya Calina Aliran komunikasi di dalam rantai pasok pepaya Calina terjadi melalui telepon. Informasi yang beredar di dalam rantai pasok ini seputar perencanaan. Sementara informasi mengenai spesifikasi dan teknologi untuk produk masih terbatas lingkupnya pada setiap pelaku rantai pasok. Harga yang dipatok untuk produk pepaya Calina dalam rantai pasok ini diperoleh melalui tawar menawar antara petani dan perusahaan dengan melihat pasokan serta permintaan di pasar karena petani tidak ingin dikenakan kontrak forward. 3. Entitas Rantai Pasokan Pepaya Calina Entitas rantai pasokan Pepaya Calina terdiri atas produk, pasar, pemangku kepentingan, situasi persaingan dan keunggulan kompetitif serta mitra-tani. Penjabaran masing-masing entitas rantai pasokan sebagai berikut : a. Produk Produk yang diperdagangkan dalam rantai pasok ini adalah pepaya Calina. Pepaya Calina merupakan buah topis yang tidak mengenal musim. Akan tetapi, dibutuhkan ketinggian yang tepat dan perairan yang baik untuk menghasilkan produk pepaya Calina yang berkualitas. Adapun produk pepaya yang berada dalam rantai pasok ini didapat dari berbagai daerah meliputi Tasik, Kebumen, Jasinga, Cilacap, dan Pasir Mukti. Namun karena produktivitas serta potensi pepaya Calina di daerah Jawa Barat lebih tinggi, maka penelitian ini hanya
berfokus pada Tasik, Jasinga, Cilacap, dan Pasir Mukti saja. Adapun kualitas produk pepaya Calina dalam rantai pasok ini dikelompokkan menjadi dua seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Spesifikasi grade pepaya Calina Kualitas Spesifikasi Grade A Grade B
Daging matang merah oranye Kulit kuning merata
Bentuk proporsional Kadar maksimal bruising dan sunburn 5% Kelainan bentuk Kadar maksimal bruising dan sunburn 20%
Bobot (Kg)
Harga Beli (Rp/Kg)
Harga Jual (Rp/Kg)
0,7-1
2500
8000
1,1-1,7
2500
6500
Sumber : PT. Sewu Segar Nusantara b. Pasar Produk Pepaya Calina dalam rantai pasok ini ditujukan untuk berbagai segmen mulai dari pasar tradisional sampai ritel di sekitar Jawa dan Bali. Hal ini disebabkan kualitas pepaya Calina yang sering bervariasi tergantung musim. Di kala musim kemarau, buah menjadi lebih kecil dibandingkan di musim penghujan, sedangkan di musim penghujan buah menjadi kurang manis dibandingkan di musim kemarau oleh karena itu diperlukan berbagai macam pasar untuk menampung buah yang kualitasnya bervariasi tersebut. Adapun pasar tujuan produk pepaya Calina rantai pasok ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Apalagi dengan semakin hari semakin banyaknya petani yang menanam pepaya Calina menjadikan pepaya Calina sebagai buah yang tidak lagi eksklusif bagi kalangan menengah ke atas saja. Oleh karena itu pasokan di pasar menjadi membludak, sehingga dibutuhkan pasar yang lebih luas untuk memasarkannya. Adapun jumlah pepaya Calina yang ditargetkan untuk dipasarkan oleh rantai pasok ini adalah sekitar 15 sampai 18 ton perminggu. c. Pemangku Kepentingan Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok pepaya Calina atau yang disebut juga dengan stakeholder pada dasarnya termasuk ke dalam anggota rantai pasokan baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Setiap pelaku dalam rantai pasokan pasti menginginkan keuntungan dalam proses bisnisnya. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara satu pihak dengan pihak yang lain. Perusahan melakukan perencanaan tanam dan pendekatan teknis, personal, serta pasar kepada petani. Petani juga harus berusaha untuk menghasilkan buah yang berkualitas dengan volume yang sesuai. Sedangkan ritel atau pasar tradisional bertugas untuk menjual produk pepaya Calina kepada konsumen akhir dengan mengadakan promosi seperti diskon dan tester buah potong. d. Situasi Persaingan dan Keunggulan Kompetitif Persaingan di tingkat petani terjadi disebabkan banyaknya petani yang menanam pepaya Calina. Adapun jenis petani yang menanam pepaya Calina terdiri atas dua macam petani yakni petani perseorangan dan petani gapoktan. Rata-rata petani perseorangan memiliki luas lahan minimal seluas 0,5 Ha. Petani
gapoktan lebih memiliki keunggulan disebabkan jumlah panen yang dihasilkan dapat menutupi biaya pengiriman ke perusahaan. Sedangkan petani perseorangan harus membeli pepaya Calina dari petani lain terlebih dahulu sebelum mengirimkannya ke perusahaan untuk mencapai skala ekonomi. Sementara di tingkat perusahaan-perusahaan menghadapi banyak perusahaan dalam bisnis pepaya Calina seperti PT. Mulia Raya/Green, PD. Alam Megah, Caraka Farm, Tresma, PT. Boga Tani, Puri Subagja Jatim, Gege Raja Buah, Ibana, PT. Lentera, Havana Buah, dan CV Alam Agro Mandiri. Untuk memenangkan persaingan tersebut strategi bisnis PT. SSN tahun 2011 difokuskan pada usaha peningkatan pendapatan (revenue) sebesar 60% dari tahun 2010. Demi mendukung usaha tersebut, perusahaan menargetkan untuk dapat menekan harga beli buah dari petani (cost of fruits) yang saat ini dirasa masih terlalu tinggi. Cara yang dilakukan adalah dengan membeli langsung ke petani tanpa melalui pengepul dan koordinator sehingga harga beli bisa lebih murah. Cara tersebut bisa dilakukan dengan baik, jika perusahaan membeli semua hasil panen petani dengan sistem grading. Sebelumnya perusahaan hanya membeli hasil panen dengan grading kualitas A saja yaitu untuk dijual di pasar modern, namun sekarang perusahaan akan membeli seluruh hasil. Strategi ini membutuhkan saluran pemasaran baru untuk bisa menyerap hasil panen dengan kualitas B. Saluran pemasaran baru yang dimaksud adalah pasar tradisional. Selain itu perusahaan juga berusaha untuk menjaga kualitas produknya dengan penanganan pasca panen yang baik serta menempatkan sales promotion girl pada ritel untuk mengawasi kondisi pasar secara langsung. Perusahaan juga berusaha memaksimalkan penjualan pepaya Calina melalui program pembangunan Sunpride Island agar merek Sunpridenya yang sudah dikenal khalayak melalui produk pisang Cavendishnya mampu memperluas penjualannya hingga produk pepaya Calina. e. Kemitraan Kemitraan dalam rantai pasok ini meliputi petani dengan perusahaan dan perusahaan dengan pasar baik itu ritel maupun pasar tradisional. Perusahaan sebagai penghubung bertugas untuk mencari petani pepaya Calina yang potensial untuk dijadikan mitra. Salah satu bentuk kemitraannya adalah dengan memberikan bantuan untuk pembangunan packing house dan dana untuk perbaikan lahan petani jika terjadi bencana. Karena tidak menggunakan sistem kontrak untuk mengikat kerja samanya dengan petani, maka bagian kemitraan harus melakukan pendekatan personal, teknis, dan pasar agar petani mau terus menerus memasok hasil panennya ke perusahaan. Petani dibayar perusahaan secara transfer maksimal seminggu kemudian. Untuk kemitraan antara perusahaan dan ritel diikat dengan kontrak meliputi sistem pembayaran dan kualitas produk. Permasalahan yang sering dialami perusahaan dalam soal kemitraan adalah dua yaitu petani yang tidak memenuhi komitmen dan resiko kekurangan pasokan. Yang dimaksud dengan petani yang tidak memenuhi komitmen adalah adanya petani yang tadinya berperan sebagai mitra kemudian setelah mengetahui informasi mengenai spesifikasi dan teknologi pemeraman perusahaan memutuskan hubungan kerja secara sepihak dan memasarkan sendiri pepaya Calinanya ke ritel. Sementara mengenai kekurangan pasokan disebabkan adanya
musim kering periode Juli sampai September yang membuat pasokan pepaya menjadi minim selama bulan Januari sampai Maret. Sasaran Rantai 1. Sasaran Pasar Untuk memenangkan persaingan, perusahaan selaku processor berusaha meningkatkan pendapatannya dengan tidak hanya menyasar ritel, namun juga membidik peluang yang terdapat pada pasar tradisional. Merek untuk ritel adalah Sunpride sedangkan merek yang ditujukan bagi pasar tradisional adalah Sunfresh. Perusahaan memasarkan pepaya Calina dengan cara berbeda di ritel dan pasar tradisional. Di ritel, pepaya Calina dipasarkan dengan cara menempatkan sales promotion girl serta pencicipan buah potong. Sementara di pasar tradisional menggunakan sistem pembelian terputus atau titip beli. 2. Sasaran Pengembangan Petani perlu meningkatkan produktivitas panennya dengan menciptakan sistem perairan yang lebih baik lagi. Disebabkan lahan yang sekarang sering mengalami kekeringan di bulan Juli sampai September sehingga menimbulkan minimnya pasokan dari buah Januari sampai Maret. Bila petani tidak mampu, maka perusahaan harus mencari lumbung-lumbung penghasil pepaya Calina baru untuk memenuhi permintaan yang ada. Selanjutnya perusahaan membutuhkan gudang baru untuk menyimpan pepaya Calinanya. Karena selama ini, penyimpanan pepaya Calina perusahaan disatukan dengan buah lain yang membuat suhu penyimpanan disesuaikan dengan suhu buah lain yaitu 0oC. Padahal, menurut Silalahi (2007) pepaya Calina sebaiknya disimpan dalam suhu 10o C karena itu mampu memperpanjang umur penyimpanan menjadi tiga minggu dan memperbaiki kualitasnya. 3. Pengembangan Kemitraan Pola pengembangan kemitraan dengan petani dalam rantai pasok ini berawal dari proses negosiasi, kemudian dilanjutkan dengan kerjasama, koordinasi, dan yang terakhir kolaborasi. Tahapan pengembangan kemitraan tersebut dijelaskan pada Gambar 6. Pada tahap negosiasi, petani mendiskusikan harga dan kuantitas dengan perusahaan yang akan dibeli hasil panennya. Setelah dicapai kesepakatan harga barulah perusahaan melakukan transaksi jual beli dengan petani tersebut. Setelah dilakukan pembelian berulang kali, maka perusahaan mampu membedakan petani yang dapat dipercaya dengan yang tidak. Biasanya untuk petani yang tepercaya, perusahaan berani meminjamkan kratnya untuk distribusi. Pada tahap ini baru terjalin kerja sama karena petani tidak terikat dengan perusahaan. Hubungan antara petani dan perusahaan baru mencapai tahap ini. Oleh karena itu, perusahaan perlu meningkatkan hubungan ke tahap koordinasi dan kolaborasi. Adapun tahap koordinasi adalah tahap dimana semua informasi di dalam rantai pasok terdistribusi dengan baik. Sedangkan tahap kolaborasi terjadi saat ada transfer teknologi dan standar produksi di dalam rantai pasok. Hal ini baru akan terjadi bila ada kepastian kontrak karena petani sudah terikat dengan perusahaan yang pada akhirnya akan menimbulkan kepercayaan untuk membagi informasi secara utuh dan menyeluruh kepada sesama pelaku dalam rantai pasokan.
Gambar 6 Transisi dari tahap negosiasi hingga kolaborasi (Speckman, et. al 1998)
Manajemen Rantai Pasokan 1. Struktur Manajemen Petani sebagai produsen mengatur sepenuhnya urusan budidaya. Perusahaan sebagai processor mengatur pemasaran produk pepaya Calina petani ke ritel dan pasar tradisional. Kemudian ritel dan pasar tradisional akan menjual produk rantai pasok ini ke konsumen akhir. Meski begitu, rantai pasok ini belum menggunakan sistem manajemen yang baik seperti sistem informasi dan komunikasi yang otomatis yang menyulitkan proses kinerja rantai pasok disebabkan diwajibkannya kehadiran pejabat yang berwenang di tempat. Sehingga, manajemen dilakukan secara alami tanpa ada strategi khusus selain menjual sebanyak-banyaknya dengan harga yang terjangkau. a. Pemilihan Mitra Tabel 5 Kriteria-kriteria pemilihan mitra Petani 1. Memproduksi pepaya Calina yang sesuai dengan spesifikasi 2. Mampu memasok secara kontinu 3. Sanggup mengirim produk sesuai jadwal Ritel 1. Memiliki performa penjualan baik 2. Menaati kontrak 3. Terletak di lokasi strategis 4. Memiliki fasilitas penjualan baik
1. 2. 3. 1.
Perusahaan Membayar langsung kepada petani Mampu mensuplai produk pepaya Calina ke ritel secara kontinu Menjaga kualitas produknya Pasar Tradisional Lokasi strategis
Rantai pasok ditujukan untuk meningkatkan nilai dan kepuasan kepada konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan kriteria-kriteria tertentu dalam pemilihan pelaku rantai pasok pepaya Calina. Adapun kriteria-kriteria tersebut ditunjukkan pada Tabel 5. Namun dalam kenyataannya, kriteria ini tidak harus dipatuhi semuanya. Oleh karena itu, kriteria ini disesuaikan dengan keadaan agar semua pihak dapat memenuhi tugasnya dengan optimal. 2. Kesepakataran Kontraktual
Dalam rantai pasok ini, perusahaan tidak menerapkan kontrak untuk mitra tani. Perusahaan lebih menggunakan pendekatan personal, teknis, dan pasar kepada petani. Hal ini disebabkan waktu dulu perusahaan pernah memberikan pinjaman modal untuk mitra tani, namun bukannya untung, perusahaan malah menanggung hutang sampai dua milyar. Oleh karena itu, perusahaan lebih suka memberikan bantuan non materi seperti cara pemanenan dan pengangkutan yang baik, pengujian kadar pestisida, dan akses pasar. Meski tidak terdapat kontrak, perusahaan tetap menetapkan target 20 ton pepaya Calina perminggu pada petani yang baru bisa dipenuhi rata-rata sekitar 15 sampai 18 ton perminggu. Untuk ritel, perusahaan memberlakukan kontrak berupa kesepakatan cara pembayaran dan kualitas pepaya Calina tersebut. Sistem pembayaran dilakukan secara kredit setelah satu bulan barang disetor ke ritel. Sedangkan untuk pasar tradisional, pembeli bisa membeli langsung tanpa perlu diadakan kontrak terlebih dahulu. 3. Sistem Transaksi Pepaya Calina diangkut terlebih dahulu ke packing house untuk dikemas dengan koran. Perusahaan membeli pepaya dari mitra tani dengan harga kurang lebih 2500 rupiah. Pembayaran petani semula dilakukan secara tunai saat barang sampai dari packing house petani ke perusahaan oleh truk engkel, namun dalam perjalanannya petani sering dirampok, sehingga sistem pembayaranpun dilakukan lewat transfer maksimal seminggu setelah barang diantar ke perusahaan. 4. Dukungan Pemerintah Petani yang berada dalam rantai pasok pepaya Calina perusahaan terbagi menjadi dua jenis, yaitu petani perseorangan dan petani gapoktan. Petani perseorangan berasal dari Pasir Mukti sementara yang lain berupa petani gapoktan. Untuk pepaya, pemerintah tidak memberikan bantuan karena pepaya merupakan buah yang tidak mengenal musim tidak seperti melon, dan lain lain. Namun hal itu menjadi pengecualian untuk kabupaten jasinga yang memiliki penyuluh-penyuluh yang akan mendampingi dan memberikan pelajaran dan informasi, program tersebut dikenal oleh para penyuluh dengan SLPTT (Sekolah Lapang Pengolahan Tanaman Terpadu). Program berikutnya yaitu pepaya pada Kabupaten Jasinga, termasuk dalam komoditi binaan unggulan berdasarkan SK Direktorat Jenderal Hotikultura No. 511/Kpts/PD.310/9/20065
Sumber Daya Rantai Pasokan 1. Sumber Daya Fisik Sumber daya fisik rantai pasokan pepaya Calina meliputi lahan pertanian, kondisi jalan transportasi, sarana dan prasarana pengangkutan. Jalan sering menjadi faktor dominan dalam aliran barang di rantai pasok. Kualitas jalan yang tidak prima di Jasinga menyebabkan lebam pada pepaya Calina sebesar 20 sampai 30%. Selain itu karena sistem irigasi yang belum optimal, maka produktivitas pepaya Calina dalam rantai pasok ini belum mencapai potensinya yang seharusnya. 2. Sumber Daya Teknologi Tidak ada teknologi khusus yang dipakai dalam pembudidayaan pepaya Calina. Hal ini disebabkan karena biaya untuk teknologi drip atau tetes ini tidak tertutupi oleh penjualan, sehingga petani merugi dan teknologi itupun tidak dilanjutkan lebih
jauh. Adapun teknologi yang digunakan hanya sebatas pengujian kadar pestisida oleh PT. Sucofindo demi keamanan konsumen dan pematangan dengan pemeraman menggunakan metode ethrel. 3. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang bekerja sebagai petani rata-rata jumlahnya ada 6 orang perdaerah produksi. Pendidikan pekerja tersebut rata-rata lulusan SMP. Jam kerja petani tidak tentu sesuai dengan tahapan proses pembudidayaan yang sedang dijalankan. Sementara tenaga kerja langsung yang bekerja di perusahaan memiliki jam kerja harian berdasarkan sistem shift setiap harinya. Dengan masing-masing shiftnya sepanjang 8 jam. Sistem rekrutmen pegawai di tingkat petani dan perusahaan sama sama menggunakan sistem borongan. Pegawai petani berasal dari daerah sekeliling lahan sementara pegawai perusahaan berasal dari yayasan di sekitar perusahaan berada. Upah untuk petani diberikan 30.000 rupiah pertahapan produksi sementara untuk pegawai di kantor diberikan upah sejumlah 80.000 rupiah perhari. 4. Mitra-tani Tabel 6 Aktivitas pelaku rantai pasok Tanda X apabila diselesaikan sebelum pembayaran Pembibitan Produksi Sortasi/Seleksi Mutu Pengemasan Pemberian label/Merek Transportasi ke Pembeli QualityControl Pemberian kredit (hari)
Dilakukan oleh Petani
PT. SSN
Loss
Ritel/Pasar Tradisional
%Volume Loss
Nilai
X X X X X X X
X 30-90
PT. SSN relatif kecil Petani ke PT. SSN ± 20% Relatif kecil
Rp 4500000
Rp.9000000
Mitra tani maupun mitra perusahaan serta mitra pasar yang berada di dalam rantai pasok ini sudah diseleksi melalui kriteria-kriteria tertentu. Meski begitu, produk dalam rantai pasok ini masih sering mengalami kerusakan. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 6 di atas. 5. Sumber Daya Permodalan Permodalan untuk urusan budidaya ditanggung oleh mitra tani. Disebabkan sektor pertanian masih menjadi sektor yang rawan untuk dibiayai oleh Bank. Perusahaan baru akan membantu permodalan bilamana petani dilanda bencana seperti angin puting beliung. Untuk ritel, saat ritel ingin membuka cabang baru maka modalnya diambil 20% dari setiap pemasok barang ke ritel tersebut termasuk pepaya. Proses Bisnis Rantai Pasokan 1. Pola Distribusi Pola distribusi yang dianut rantai pasok ini adalah distributor storage with package carrier delivery yaitu produk dikirim ke konsumen akhir melalui jasa kurir atau perusahaan ekspedisi. Persediaan disimpan di gudang distributor atau ritel
sebagai perantara. Produk didistribusikan dari packing house petani ke perusahaan lalu ke ritel/pasar tradisional. Bagi merek Sunpride yang harganya sekitar Rp 8000 dipasok ke ritel, sementara merek Sunfresh yang harganya Rp 6500 dipasarkan ke pasar tradisional. Ini diterapkan dengan pengiriman produk sesuai skala ekonomi untuk mengefisiensikan biaya transportasi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam distribusi pepaya Calina adalah masalah biaya (efisiensi) dan daya tahan produk yang pendek (perishable product). Setelah dipanen maka pepaya Calina hanya dapat bertahan kurang lebih seminggu bila tanpa pendinginan. Peran distributor sangat penting untuk dapat mendistribusikan pepaya Calina dengan efisien dan kualitas baik dalam waktu yang relatif singkat. 2. Pendukung Anggota Rantai Pasokan i) Penyuluhan Perusahaan memberikan penyuluhan berupa cara pemanenan dan cara pengangkutan yang baik kepada petani. Selain itu perusahaan juga membantu pembangunan packing house petani dan meminjamkan krat guna pengangkutan buah dari mitra tani ke perusahaan. ii) Distribusi Informasi Pasar Distribusi informasi pasar di rantai pasok pepaya Calina terjadi dengan baik. Karena harga tidak ditentukan berdasarkan harga di kontrak, melainkan ditetapkan berdasarkan keadaan saat itu dan tawar menawar antara petani dan perusahaan. 3. Perencanaan Kolaboratif Perencanaanyang dilakukan dalam rantai pasok ini meliputi kerjasama, kesatuan, dan penyelarasan informasi. Perencanaan yang dilakukan adalah perencanaan budidaya. Dengan mengetahui informasi pasar dari ritel, perusahaan sebagai penghubung melakukan perencanaan budidaya kepada petani. Hal ini bertujuan agar pasokan pepaya Calina selalu tersedia di sepanjang tahun dengan cara penanaman dan pemanenan bergilir. Selain itu perencanaan kolaboratif juga mencegah terjadinya efek bullwhip akibat adanya peramalan yang salah. 4. Penelitian Kolaboratif Mitra tani menggunakan sebagian bibit yang diproduksi oleh PKBT (Pusat Kajian Buah Tropika) untuk menghasilkan pepaya varian yang lebih unggul ke depannya. Apalagi dengan semakin banyaknya petani yang membudidayakan pepaya Calina menyebabkan buah ini tidak lagi menjadi buah eksklusif bagi golongan menengah ke atas. 5. Aspek Resiko dan Sistem Traceability Resiko adalah konsekuensi yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bisnis rantai pasok. Resiko bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerugian bagi salah satu pihak. Resiko di dalam rantai pasok terbagi menjadi empat yaitu resiko operasional, resiko kerjasama, resiko lingkungan dan kebijakan, serta resiko pasar. Resiko operasional meliputi tingginya turn over staff di perusahaan, kekurangan pasokan dan penurunan kualitas. Resiko turn over staff terjadi di tingkat perusahaan disebabkan manajemen kompensasi yang meski sudah sesuai dengan UMR, namun belum mampu bersaing dengan perusahaan lain. Sedangkan resiko kekurangan pasok dan penurunan kualitas ditimbulkan di tingkat petani akibat kekeringan yang sering terjadi dari bulan Juli sampai September serta penanganan pasca panen yang kurang mumpuni. Hal ini dapat diatasi dengan memperbaiki sistem irigasi pertanian,
memperbaiki sistem penyimpanan dengan penyetelan suhu pada angka 10oC agar masa penyimpanan pepaya Calina menjadi lebih panjang dan penggunaan kaos tangan dikala sortir serta penataan pepaya di dalam proses pengiriman yang harus diberi cukup ruang agar mencegah luka lebam akibat benturan. Resiko kerjasama disebabkan oleh tidak adanya kontrak antara perusahaan dengan pihak petani. Hal ini dapat menimbulkan peluang petani langsung menjual produknya ke ritel atau pasar tradisional tanpa melalui perusahaan setelah mengetahui informasi mengenai teknologi dan spefisikasi produk pepaya Calina yang diketahui oleh perusahaan. Selain itu resiko kerjasama juga terjadi di saat adanya kesalahan dalam pengelolaan informasi yang menyebabkan kesalahan pengiriman produk oleh perusahaan ke ritel. Resiko lingkungan dan kebijakan bisa terjadi dikarenakan kenaikan harga bahan bakar minyak yang mempengaruhi pada biaya rantai pasok secara keseluruhan. Resiko eksternal juga dapat ditimbulkan kebijakan lalu lintas perdagangan barang pada hari raya. Hal ini disebabkan kendaraan berpenumpang lebih diutamakan daripada kendaraan bermuatan barang. Padahal, saat momen-momen tersebutlah permintaan akan pepaya Calina mencapai puncaknya. Resiko pasar adalah resiko yang disebabkan oleh proses permintaan dan penawaran di pasar. Pepaya Calina memiliki penawaran yang tinggi dan permintaan yang besar. Hal ini menyebabkan banyaknya petani yang menanam pepaya Calina sehingga pepaya Calina yang semula menjadi buah eksklusif kalangan atas menjadi buah dengan harga terjangkau. Selain itu resiko pasar juga dapat ditimbulkan oleh preferensi konsumen yang lebih memilih untuk membeli produk dari perusahaan lain atau langsung ke petani dan banyaknya pesaing di dalam bisnis pepaya Calina ini. Masalah resiko pasar juga dapat timbul dari komoditas lain seperti mangga yang lebih dipilih untuk dibeli oleh konsumen. Namun, resiko pasar ini bisa diantisipasi dengan jaminan mutu baik rasa maupun penampilan pepaya Calina dengan kontrol kualitas agar konsumen setia pada produk perusahaan. Selain itu juga perusahaan hendak mengembangkan program Sunpride Island di ritel-ritel agar konsumen yang semula mengenal merek Sunpride melalui produk pisang Cavendishnya dapat terbujuk untuk membeli produk pepaya Calina perusahaan. Sistem traceability adalah kemampuan untuk melacak orisinalitas produk produsen dari produk yang diperdagangkan. Dengan menggunakan merek pada produk, konsumen dapat mengetahui produsen dari produk yang dibelinya. Dalam rantai pasok pepaya Calina perusahaan ini mencantumkan merek pada produknya yaitu Sunpride untuk ritel dan Sunfresh untuk pasar tradisional. 6. Proses Trust Building Proses trust building terdiri atas tiga proses yaitu contractual trust, competence trust, kemudian goodwill trust. Untuk hubungan perusahaan dengan petani, perusahaan membangun competence trust. Karena perusahaan sudah memberikan pendekatan teknis, personal, dan pasar tanpa harus dikaitkan dengan ikatan kontrak. Sementara untuk hubungan dengan ritel, perusahaan menerapkan contractual trust agar pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan tata cara yang dicantumkan perjanjian. Selain itu juga perusahaan menempatkan sales promotion girl pada ritel agar karyawannya tersebut dapat mempromosikan sekaligus mengawasi kualitas serta penjualan pepaya Calina langsung di ritel. Untuk lebih jelasnya proses trust building dalam rantai pasok ini dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.
Gambar 7 Tahapan proses trust building 7. Jaminan Identitas Merek Sunpride adalah merek yang sudah dikenal oleh khalayak dengan produk pisang Cavendishnya. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk menjual pepaya Calinanya dengan merek yang sama agar konsumen lebih mudah percaya. Sementara mengenai merek Sunfresh, perusahaan mengeluarkannya untuk mengakomodasi produk pepaya Calina yang kualitasnya tidak setara dengan produk Sunpride dan juga guna menangkap pangsa pasar tradisional yang selama ini belum dikuasai oleh perusahaan
Performa Rantai Pasokan 1. Hambatan Pengembangan Rantai Pasok Melihat dari performa rantai pasok setelah dilakukan penilaian, ditemukan hambatan-hambatan yang menjadi permasalahan dalam rantai pasok, sehingga belum tercapainya kinerja rantai pasok yang optimal. Adapun hambatan-hambatan pengembangan rantai pasok meliputi dari petani yang sering mengalami kesulitan modal, biaya transportasi yang tinggi, lahan yang sering mengalami kekeringan sepanjang bulan Juli sampai September, tingginya turn over staff di perusahaan, penanganan pasca panen yang belum maksimal, adanya petani yang tidak memenuhi komitmen disebabkan belum adanya ikatan kontrak antara petani dengan perusahaan. 2. Key Success Factors Meski belum mencapai kinerja yang optimal, rantai pasok pepaya Calina ini memiliki kunci keberhasilanyang mampu mendorong terciptanya suatu mekanisme rantai pasok menjadi lebih baik dan lancar. Seperti luasnya pasar yang dikuasai disebabkan oleh terkenalnya merek Sunpride melalui produk pisang Cavendish, kualitas yang terjamin dengan harga produknya yang lebih terjangkau dibandingkan pesaing, dan memiliki jumlah mitra tani yang signifikan. 3. Rekomendasi Setelah meninjau kondisi rantai pasok secara keseluruhan mulai dari performanya yang belum optimal sampai key success factors yang mampu mendorong kinerja rantai pasok menjad lebih baik lagi ke depannya, maka kemudian dirumuskanlah rekomendasi-rekomendasi yang mampu diterapkan guna menghilangkan hambatan dan meningkatkan kinerja rantai pasok tersebut yang ditunjukkan pada Lampiran 2.
Analisis Nilai Tambah Rantai pasok diterapkan untuk dapat memberikan kepuasan lebih kepada konsumen akhir. Oleh karena itu, diperlukan pemberian perlakuan kepada pepaya Calina guna memberikan nilai tambah dari satu pihak ke pihak lain. Selain itu tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditas. 1. Nilai Keuntungan Mitra Tani Mitra tani pepaya Calina tidak melakukan kegiatan apapun setelah melakukan panen sehingga tidak ada pemberian nilai tambah seperti pengolahan dan pengemasan pada pepaya Calina. Besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petani adalah selisih pengeluaran produksi pepaya Calina dikurangi dengan pendapatan hasil panen. Rata-rata mitra tani mendapatkan keuntungan sebesar 57,74% per musim tanam, serta harga pokok produksi per kilogram dari hasil panen sebesar Rp 1.056,48 dengan asumsi bahwa petani menanam pepaya Calina sebanyak 1200 bibit per musim tanam. Apabila petani menanam pepaya Calina sebanyak 1200 bibit, maka petani akan menghasilkan 43200 kg pepaya Calina yang terbagi menjadi grade A untuk Sunpride dan B untuk Sunfresh. Perhitungan keuntungan mitra tani dapat dilihat pada Lampiran 3. Pendapatan petani berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor seperti luas lahan, lokasi lahan, dan ketrampilan petani dalam hal budidaya. Peran penyuluh dari perusahaan sangat dibutuhkan para mitra tani agar dapat meningkatkan jumlah produksinya 2. Nilai Tambah PT. Sewu Segar Nusantara Nilai tambah dihitung berdasarkan dua produk Pepaya Calina yang dipasarkan PT. SSN terdiri atas Sunpride dan Sunfresh. Pengolahan pepaya Calina merek Sunpride menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 2840/kg, dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk sebesar 50,7%. Hasil perhitungan ini juga menunjukkan persentase pangsa tenaga kerja. Persentase pangsa tenaga kerja yang dihasilkan perusahaan melalui produk Sunpridenya adalah sebesar 16%. Hal ini berarti bahwa 16% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Tabel 7 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunpride di tingkat PT. SSN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Variabel Output, Input, Harga Output (Kg/minggu) Bahan baku (Kg/minggu) Tenaga kerja langsung (HOK) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja langsung (HOK/kg) Harga output (Rp/kg) Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) Penerimaan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/kg) Harga input lain (Rp/kg) Nilai output (Rp/kg) a. Nilai tambah (Rp/kg)
Nilai 10500 15000 30 0,7 0,002 8000 240000 2500 260 5600 2840
Lanjutan Tabel 7 No 12 13
14
Variabel Rasio nilai tambah (%) Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) Pangsa tenaga kerja langsung (%) Keuntungan (Rp/kg) Tingkat keuntungan (%) Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi Marjin (Rp/kg) a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) b. Sumbangan input lain (%) c. Keuntungan perusahaan (%) b. a. b. a. b.
Nilai 50,7 480 16 2360 42,1 3100 15,5 8,4 76,1
Sementara untuk pepaya Sunfresh dengan harga output sebesar Rp 6500/kg menghasilkan nilai tambah sejumlah Rp 3250,38 dengan rasio 55,56%. Pangsa tenaga kerja yang dihasilkan oleh perusahaan dengan merek Sunfresh adalah 73,84%. Hal ini berarti bahwa 73,84% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Tabel 8 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat PT. SSN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
Variabel Output, Input, Harga Output (Kg/minggu) Bahan baku (Kg/minggu) Tenaga kerja langsung (HOK) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja langsung (HOK/kg) Harga output (Rp/kg) Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) Penerimaan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/kg) Harga input lain (Rp/kg) Nilai output (Rp/kg) a. Nilai tambah (Rp/kg) b. Rasio nilai tambah (%) a. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) a. Keuntungan (Rp/kg) b. Tingkat keuntungan (%) Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi Marjin (Rp/kg) a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) b. Sumbangan input lain (%) c. Keuntungan perusahaan (%)
Nilai 2700 3000 30 0,9 0,01 6500 240000 2500 99,62 5850 3250,38 55,56 2400 73,84 850,38 14,54 3350 71,64 7,76 25,38
3. Nilai KeuntunganRitel Ritel tidak memberikan perlakuan apapun kepada pepaya Calina. Oleh karena itu, nilai keuntungan yang dihasilkan ritel hanya sebatas pada perpindahan tempat yang meningkatkan harga pepaya Sunpride dari harga Rp 8000/kg menjadi Rp 10950/kg. Ini berarti persentase nilai keuntungan ritel sebesar 36% 4. Nilai Keuntungan Pasar Tradisional Pasar tradisional dengan harga output pepaya Sunfresh sebesar Rp 8000/kg mendapatkan rasio nilai tambah sebesar 16,56% dan pangsa tenaga kerja yang
dihasilkan sejumlah 20,13%. Hal ini berarti bahwa 20,13% dari nilai tambah merupakan pendapatan tenaga kerja yang harus dibayarkan oleh pasar tradisional. Tabel 9 Analisis nilai tambah pepaya Calina Sunfresh di tingkat pasar tradisional No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
Variabel Output, Input, Harga
Nilai
Output (Kg/minggu) Bahan baku (Kg/minggu) Tenaga kerja langsung (HOK) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja langsung (HOK/kg) Harga output (Rp/kg) Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) Penerimaan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/kg) Harga input lain (Rp/kg) Nilai output (Rp/kg) c. Nilai tambah (Rp/kg) d. Rasio nilai tambah (%) c. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/kg) d. Pangsa tenaga kerja langsung (%) c. Keuntungan (Rp/kg) d. Tingkat keuntungan (%) Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi Marjin (Rp/kg) d. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) e. Sumbangan input lain (%) f. Keuntungan perusahaan (%)
2700 2700 3 1 0,001 8000 240000 6500 175 8000 1325 16,56 266,67 20,13 1058,3 13,23 1500 0,18 11,67 70,56
5. Distibusi Nilai Pada Rantai Pasok Pepaya Calina Dalam penelitian ini, pepaya Calina memiliki dua pasar tujuan, yaitu Sunpride untuk ritel maupun Sunfresh untuk pasar tradisional. Terdapat perbedaan antara keduanya meliputi kualitas dan harga beli serta harga jualnya. Sementara untuk biaya, perlakuan yang diberikan sama kepada masing-masing jenis pepaya Calina. Tabel 10 Distribusi biaya dan marjin pada rantai pasok pepaya Calina Sunpride No
Pelaku
1 2 3
Petani Perusahaan Ritel
Biaya Input Rp 1200 Rp 2500 Rp 8000 Total
Biaya Operasional Rp 1056,5 Rp 260 -
Total Biaya Rp 2256,5 Rp 2240 Rp 8000 Rp 12496,5
Harga Output Rp 2500 Rp 8000 Rp 10950 Rp 21450
Marjin Rp 243,5 Rp 5760 Rp 2950 Rp 8953,5
Tabel 11 Rasio biaya dan marjin pada rantai pasok pepaya Calina Sunpride No 1 2 3
Pelaku Petani Perusahaan Ritel
Rasio Biaya 18,1% 17,9% *0%
Rasio Marjin 2,7% 64,3% 32,9%
Rasio Marjin/Biaya 10,8% 257% 36,875%
Untuk perhitungan distribusi pepaya Sunpride seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10 dan 11, petani mendapatkan rasio marjin terkecil (2,7%), padahal petani menanggung resiko yang paling besar berupa gagal panen. Ditambah lagi petani juga mengeluarkan biaya dengan rasio tertinggi dalam rantai pasok yaitu sebesar 18,1%. Sementara perusahaan mendapatkan rasio marjin terbesar (64,3%) dan rasio
biaya terkecil kedua (17,9%). Hal ini mungkin disebabkan tingginya perbedaan harga jual dan beli perusahaan sebesar Rp 5500 untuk Sunpride. Selanjutnya ritel sebagai pelaku yang tidak mengeluarkan biaya apapun selain biaya pembelian, maka rasio biayanya sebesar 0%. Ritel tidak mengeluarkan biaya apapun selain biaya pembelian pepaya Calina dari perusahaan disebabkan bila ada barang yang rusak ataupun tidak laku terjual, maka akan dikembalikan kepada perusahaan tanpa perlu membayar. Sementara untuk pemasaran di ritel, perusahaan menempatkan sales promotion girl untuk promosi dengan pencicipan buah potong. Tabel 12 Distribusi biaya dan marjin pada rantai pasok pepaya Calina Sunfresh No
Pelaku
1 2 3
Petani Perusahaan Pasar Tradisional
Biaya Input Rp 1200 Rp 2500 Rp 6500
Biaya Operasional Rp 1056,5 Rp 260 Rp 175
Total
Total Biaya Rp 2256,5 Rp 2240 Rp 6625
Harga Output Rp 2500 Rp 6500 Rp 8000
Marjin Rp 243,5 Rp 4260 Rp 1325
Rp11.171,5
Rp 17500
Rp5828,5
Tabel 13 Rasio biaya dan marjin pada rantai pasok pepaya Calina Sunfresh No 1 2 3
Pelaku Petani Perusahaan Pasar tradisional
Rasio Biaya 20,2% 20,05% 59,75%
Rasio Marjin 4,18% 73,09% 22,73%
Rasio Marjin/Biaya 10,79% 190,18% 19,85%
Sedangkan untuk perhitungan distribusi pepaya Sunfresh seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12 dan 13, urutan rasio biayanya adalah perusahaan sebesar 20,05%, kemudian petani dengan angka 20,2%, dan pasar tradisional 59,75%. Pasar tradisional mengeluarkan biaya transpor, sewa lapak, dan membayar tenaga kerja sebesar 175. Tabel 12 dan 13 menunjukkan bahwa rasio marjin petani hanya sebesar 4,18% tidak sebanding dengan rasio biaya yang telah dikeluarkan. Sementara untuk perusahaan rasio marjinnya menempati urutan terbesar dengan nilai 73,09% dan pasar tradisional menyusul setelahnya sebesar 22,73%. Tabel 10, 11, 12, dan 13 menunjukkan bahwa perusahaan adalah pihak yang paling diuntungkan dalam rantai pasok ini dengan nilai rasio marjin/biayanya menempati urutan terbesar baik untuk produk pepaya Calina Sunpride maupun produk pepaya Calina Sunfresh. Sementara ritel menempati urutan kedua denan nilai rasio marjin/biayanya sebesar 36,875% padahal ritel tidak memberikan kontribusi nilai tambah apapun selain perpindahan tempat yang itupun biayanya ditanggung oleh perusahaan. Sementara petani sebagai produsen dalam rantai pasok ini harus memperoleh rasio marjin/biayanya dengan nilai hanya sebesar 10,8% pada produk pepaya Sunpride dan 10,79% untuk produk pepaya Sunfresh. Padahal petani menanggung resiko besar seperit gagal panen dan harus menunggu panen selama kurang lebih delapan bulan berbeda dengan pelaku lain dalam rantai pasok yang mampu mendapatkan keuntungan dalam waktu perminggu. Kemudian pasar tradisional menjadi pihak yang menempati urutan terakhir dalam rasio marjin/biayanya dengan angka 19,85% disebabkan harga pepaya Sunfresh yang lebih rendah serta pasar tradisional harus menanggung barang-barang yang cacat dan tidak diperbolehkan mengembalikannya pada perusahaan seperti yang terjadi pada kasus ritel.
Penentuan Metrik Kinerja Rantai Pasok Penelitian ini berfokus pada peningkatan kinerja rantai pasok pepaya Calina. Namun akan lebih baik lagi, jika kinerja rantai pasok pepaya Calina ini tidak hanya dioptimalkan, namun dijaga keberlangsungannya dengan penerapan Sustainable Supply Chain. Manajemen rantai pasokan berkelanjutan (SSCM) menurut (Carter, Rogers 2008 : 368) dapat didefinisikan sebagai "Manajemen rantai pasokan strategis, integrasi transparan dan pencapaian tujuan sosial, lingkungan, dan ekonomi organisasi dalam koordinasi sistematis kunci proses bisnis antar-organisasi untuk meningkatkan kinerja ekonomi jangka panjang perusahaan individu dan rantai pasokan". Manajemen rantai pasokan yang berkelanjutan mensyaratkan bahwa kriteria keberlanjutan dipenuhi dengan tetap menjaga daya saing melalui memenuhi kebutuhan pelanggan (Seuring, Müller 2008). Untuk sepenuhnya menyadari beberapa manfaat keberlanjutan, perusahaan perlu mengevaluasi kembali seluruh rantai pasokan mereka dari pembelian sampai pengiriman, sehingga mampu menghasilkan rencana aksi yang efektif yang mempertahankan sumber daya dan mengurangi limbah melalui praktek-praktek pembelian yang bertanggung jawab lingkungan, penilaian pemasok menyeluruh, efisiensi kemasan maksimum, dan transportasi produk hemat biaya. Karena SSCM memberikan kesempatan untuk mengurangi risiko dalam bentuk gangguan pasokan, kelangkaan sumber daya, fluktuasi biaya energi, kualitas pemasok yang buruk atau tindakan hukum reputasi yang kedepannya akan menimbulkan biaya lebih terhadap rantai pasok. Dengan mengacu pada jurnal-jurnal dan wawancara mendalam dengan para pakar, maka didapatlah kerangka ANP untuk menganalisis kinerja rantai pasok pepaya Calina PT. SSN. Struktur ANP tersebut ditunjukkan pada gambar berikut. Struktur ini terdiri dari 3 cluster: 1. Cluster 1 : Dimensi yang berkenaan dengan rantai pasok berkelanjutan, yaitu tidak hanya ekonomi dan sosial saja, melainkan lingkungan juga. Agar usaha rantai pasok ini dapat terus berjalan ke depannya. 2. Cluster 2 : Aktor yang berperan dalam rantai nilai komoditas pepaya Calina terdiri atas: Petani, perusahaan, ritel, dan pasar tradisional. 3. Cluster 3 : Indikator kinerja untuk mengevaluasi kinerja rantai pasok pepaya Calina adalah penggunaan pestisida, pembuangan limbah, reuse/recycle material, keefektivan kompensasi pekerja, nilai tambah, kualitas, dan jumlah mitra tani.
Gambar 8 Kerangka umum ANP 1. Prioritas Klaster Dimensi
Sosial Lingkungan
0,332 0,332
Ekonomi
0,336
Gambar 9 Prioritas klaster dimensi Dimensi ekonomi menjadi dimensi yang paling berpengaruh pada keberlangsungan rantai pasok berkelanjutan pepaya Calina ini. Dalam iklim ekonomi saat ini, keberhasilan ekonomi perusahaan yang terjalin tidak hanya dengan tindakan sosial dan lingkungan tetapi juga dengan para pemasoknya (Accenture 2008). Oleh karena itu, manajemen rantai pasokan yang berkelanjutan sangat penting. Melestarikan lingkungan dapat dilihat sebagai beban bagi perusahaan. Meskipun kadang-kadang solusi berkelanjutan tampaknya tidak menguntungkan, stakeholder semakin menuntut bahwa perusahaan harus mengelola isu-isu lingkungan dan sosial mereka (Carter, Easton 2011), khususnya di bawah ekonomi, peraturan dan konsumen tekanan (Srivastava, Srivastava 2006; Krikke, et. al 2003). Saat ini, konsumen menuntut lebih banyak produk ramah lingkungan dan semakin daur ulang (Krikke, et al 2003; Chan, et al 2003). Para pelaku di sepanjang rantai pasok pepaya Calina sejauh ini mendapatkan pembagian keuntungan yang merata sesuai dengan resiko yang ditanggungnya. Petani selaku produsen yang memegang peran penting dalam rantai pasok pepaya Calina mendapatkan keuntungan sebesar 57,74% dari penjualan. Sementara perusahaan sebagai pihak processor memperoleh laba sebesar 45,01% dari penjualan pepaya Calina merek Sunpride dan 14,54% dari penjualan pepaya Calina merek Sunfresh. Selanjutnya pihak ritel dan pasar tradisional sebagai konsumen mendapatkan keuntungan sebesar 36% dan 7% dari penjualannya. Dengan keuntungan tersebut, pelaku di dalam rantai pasok pepaya Calina mampu memenuhi aspek sosialnya dengan memberikan gaji sesuai UMR baik kepada petani di kebun maupun tenaga outsourcing serta sales promotion girl di
ritel. Mengenai lingkungan, perhatian pelaku rantai pasok ini baru sebatas pada penyewaan jasa PT. Scufindo untuk pengujian pestisida secara berkala agar tidak melebihi ambang batas aman konsumsi dan belum sampai ke tahap pertanian organik. 2. Prioritas Klaster Aktor
Pasar Tradisional Retail Perusahaan Petani
0,212 0,239 0,261 0,287
Gambar 10 Prioritas klaster aktor Rantai pasok pepaya Calina ini disokong oleh aktor aktor yang terdiri atas petani sebagai produsen, perusahaan sebagai processor, dan ritel serta pasar tradisional sebagai pasar. Petani menjadi aktor yang menempati posisi teratas dalam pengaruhnya terhadap rantai pasok ini disebabkan pentingnya peran yang dipegangnya dalam budidaya pepaya. Meskipun perencanaan tanam dilakukan oleh perusahaan, urusan produksi seluruhnya diserahkan kepada petani mulai dari pembibitan sampai pemanenan. Hal inilah yang menyebabkan petani menjadi penentu utama kuantitas dan kualitas pepaya Calina rantai pasok ini secara keseluruhan. Dalam menjalankan tugasnya, petani juga menanggung resiko yaitu petani sering memaksakan untuk menanam di lokasi yang tidak sesuai seperti ketinggiannya yang kurang mencukupi sehingga sering berakibat banjir atau kekeringan pada lahan tersebut. Selain itu juga dalam proses pengiriman hasil panen ke perusahaan, sering terjadi volume loss sebesar 20%. Perusahaan menduduki urutan kedua dalam prioritas klaster aktor disebabkan fungsinya yang kompleks. Perusahaan menjadi perantara antara petani dengan pasar dan menanggung berbagai resiko. Adapun berbagai resiko itu yaitu adanya pesaing dari banyaknya perusahaan seperti PT. Mulia Raya/Green, PD. Alam Megah, Caraka Farm, Tresma, PT. Boga Tani, Puri Subagja Jatim, Gege Raja Buah, Ibana PT. Lentera, Havana Buah, dan CV Alam Agro Mandiri. Selain itu persaingan juga berasal dari komoditas buah lain seperti buah mangga. Perusahaan membeli semua hasil panen petani dan dilarang mengembalikan pepaya Calina yang sudah dibeli. Namun, perusahaan harus mau menerima barang return dan reject dari ritel.Barang return dan reject biasanya diterima perusahaan sebesar 10% dari penjualan. Hal ini disebabkan oleh turunnya kualitas pepaya yang mencapai level di bawah spesifikasi yang disepakati. Turunnya kualitas ini ditimbulkan oleh adanya goresan di pepaya akibat tidak digunakannya kaos tangan saat penyortiran dan kesalahan pengiriman produk pada pasar yang tidak sesuai sasaran. Resiko lain yang harus dihadapi perusahaan adalah fluktuasi harga dan pasokan di tingkat petani yang berkisar dari Rp 2500 sampai Rp 5200 serta oknum mitra tani yang nakal. Ritel menyusul di urutan berikutnya dalam prioritas klaster aktor karena keuntungan yang didapatnya merupakan keuntungan yang terbesar kedua di dalam
rantai pasok dengan resiko hanya berupa fluktuasi jumlah pasokan yang tergantung musim. Hal ini disebabkan tidak adanya klausula kuantitas dalam kontrak antara ritel dan perusahaan. Posisi terakhir ditempati pasar tradisional karena seperti ritel yang memiliki resiko kecil, pasar tradisional juga tidak memberikan nilai tambah apapun selain perpindahan tempat kepada pepaya Calina. 3. Prioritas Klaster Indikator Kinerja
Pembuangan limbah
0,088
Reuse/recyle material
0,098
Jumlah mitra tani
0,099
Penggunaan pestisida Keefektivan kompensasi pekerja
0,117 0,139
Nilai tambah Kualitas
0,199 0,274
Gambar 11 Prioritas klaster indikator kinerja Kualitas adalah indikator kinerja utama yang berpengaruh pada rantai pasokan pepaya Calina ini. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 4230 : 2009) ketentuan mutu minimum yang harus dipenuhi oleh pepaya Calina adalah utuh, penampilan buah segar, padat (firm), layak konsumsi, bersih, bebas dari bendabenda asing yang tampak, bebas dari hama dan penyakit, bebas dari memar, bebas dari kerusakan akibat temperatur rendah dan atau tinggi, bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, bebas dari aroma dan rasa asing, serta tangkai buah panjangnya tidak lebih dari 3 cm. Karena kualitas tidak hanya menentukan harga dari sebuah produk melainkan kepuasan konsumen dan bahkan keloyalan konsumen dalam jangka waktu yang panjang. Kualitas dapat ditentukan mulai dari pembibitan hingga produk pepaya Calina sampai di tangan konsumen terakhir. Adapun pepaya Calina dalam rantai pasok ini memiliki kualitas yang baik terbukti dengan luasnya pasar yang terjangkau mulai dari pasar tradisional sampai ritel yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Meski demikian untuk kedepannya, alangkah lebih baik jika kualitas ini dapat ditingkatkan dengan cara penerapan GAP (Good Agricultural Practices) dan GHP (Good Handling Practices). Nilai tambah menjadi indikator berikutnya yang paling berkontribusi pada kinerja rantai pasok. Pengertian nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapatkan perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai yang dikeluarkan selama proses berlangsung. Tujuan nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku bisnis dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditas (Sudiyono 2002). Peningkatan nilai tambah dapat meliputi pengubahan bentuk, pemindahan tempat, maupun penyimpanan. Nilai tambah yang sudah diberikan kepada pepaya Calina dalam rantai pasok perusahaan adalah berupa penggradingan, penyortiran, pemeraman, pelabelan, pengubahan bentuk,
penyimpanan, dan pengiriman. Nilai tambah juga mampu meningkatkan kepuasan konsumen, bahkan menciptakan keloyalan konsumen dalam jangka panjang. Penggradingan, penyortiran, pemeraman, dan pelabelan dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar tujuan yang mengharuskan adanya spesifikasi produk. Spesifikasi produk terbagi kedalam dua merek, yaitu Sunpride untuk ritel dan Sunfresh untuk pasar tradisonal. Perusahaan juga rencananya akan memasarkan produk pepaya Calinanya kedepannya dalam bentuk buah potong siap makan yang mampu memperluas pasar tidak hanya bagi ritel dan pasar tradisional, melainkan juga hotel, katering, dan restauran. Sementara untuk penyimpanan buah buahan segar menurut Pantastico, et. al (1975) dilakukan agar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu juga dapat memperbaiki mutunya. Selain itu juga menghindarkan banjirnya produk ke pasar, memberikan kesempatan yang luas untuk memilih buah buahan sepanjang tahun, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu produk produk yang masih hidup. Namun perlu diperhatikan bahwa penyimpanan dengan suhu rendah juga dapat menyebabkan kerusakan pada buah, oleh karena itu selama masa penyimpanan perlu diperhatikan suhu dan kelembaban daripada ruang penyimpanan. Suhu dijaga pada kondisi tidak terlalu rendah untuk menghindari terjadinya chilling injury serta terhambatnya pembentukkan aroma buah. Begitu juga halnya dengan kelembaban apabila terlalu rendah maka akan terjadi kondensasi serta pengeriputan yang dikarenakan oleh penguapan (Muchtadi 1992) Selama ini penyimpanan pepaya Calina di gudang menyatu dengan buah buah lain pada suhu 0 oC. Padahal, menurut Silalahi (2007) pepaya Calina sebaiknya disimpan dalam suhu 10o C karena itu mampu memperpanjang umur penyimpanan menjadi 3 minggu dan memperbaiki kualitasnya. Oleh karena itu perlu dibedakan penyimpanannya dengan buah-buah lain demi masa penyimpanan dan pembentukan aroma buahnya. Tabel 14 Daftar UMK 2013 No 1 2 3 4 5 6
Daerah Kabupaten Tasik Jasinga Cilacap Pasir Mukti Kota Tangerang Jakarta
Pelaku Petani Perusahaan Ritel
UMK/UMP Rp 1.035.000 Rp. 2.042.000 Rp. 2.042.000 Rp. 2.042.000 Rp. 2.203.000 Rp.2.200.000
Upah yang dibayarkan Rp 30.000/proses pembudidayaan Sesuai UMK/UMP Sesuai UMK/UMP
Sumber : Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Indikator kinerja ketiga yang menjadi fokus perhatian klaster adalah keefektivan kompensasi pekerja. Hal ini berdasarkan Guide dan Van Wassenhoven (2009) yang menyatakan bahwa sebagian besar penelitian tentang SSCM berfokus pada masalah teknis dan operasional. Namun Guide dan Van Wassenhoven mendukung bahwa harus diperpanjang perhatian penelitian di luar zona kenyamanan tradisional SSCM, dengan mengintegrasikan diantaranya yakni penghargaan manajerialuntuk meningkatkan nilai dan kinerja dari SSCM. Meski kompensasi pekerjadi sepanjang rantai pasok pepaya Calinaini sudah memenuhi UMK, namun tidak sebanding dengan pesaing. Inilah yang menyebabkan banyaknya turnover pegawai dari rantai pasok ini. Penggunaan pestisida merupakan salah satu dari pos biaya yang dikeluarkan dalam rantai pasok ini yang harus dipertimbangkan dalam pengukuran
kinerja rantai pasok. Penggunaan pestisida yang digunakan dalam dosis aman memang mampu untuk menyuburkan dan memelihara tanaman dari hama serta penyakit. Namun bila dipakai berkepanjangan hal ini dapat menyebabkan hama dan penyakit kebal terhadap pestisida tersebut. Selain itu pestisida dapat menimbulkan resiko pencemaran dan penyakit bagi orang yang mengkonsumsinya. Maka sebaiknya penggunaan pestisida ditiadakan karena selain mengurangi biaya produksi juga akan meningkatkan segmen pasar kepada konsumen yang peduli dengan gaya hidup sehat. Penggunaan pestisida untuk pepaya Calina ditentukan berdasarkan musim. Untuk musim kemarau, pestisida diberikan setiap sebulan sekali sementara untuk musim hujan, pestisida diberikan setiap seminggu sekali. Menurut Lee (2010) pengurangan penggunaan pestisida serta penggunaan drip tes untuk pengairan dan nutrisi mampu meningkatkan kualitas tanaman dan melipatgandakan produktivitas hingga dua kali lipat. Tabel 15 Mitra tani dalam rantai pasokan No
Daerah 1 2 3
Jumlah Petani (orang)
Tasik dan Cilacap Jasinga Pasir Mukti
30 26 1
Jumlah Produksi per Minggu 16 ton 3 ton 1 ton
Sumber : PT. Sewu Segar Nusantara Jumlah mitra tani juga menjadi indikator kinerja yang tidak boleh dilupakan karena mempengaruhi melalui sisi pasokan serta produktivitas. Petani penghasil pepaya Calina dalam rantai pasok ini berasal dari Jasinga, Pasir Mukti, Tasik, dan Cilacap. Indikator reuse/recycle material dan pembuangan limbah berdasarkan Hadiguna (2012). Reuse/recycle material digunakan untuk melindungi pepaya Calina dari bahaya fisik. Adapun reuse/recycle material yang digunakan dalam rantai pasok pepaya Calinaini adalah krat, spons, koran di tingkat perusahaan. Krat dan spons digunakan berkali kali, sedangkan koran maksimal digunakan untuk dua kali pemakaian. Untuk tingkat petani, satu pepaya menggunakan satu lembar koran. Sedangkan di tingkat perusahaan, satu pepaya dibungkus dengan setengah lembar koran. Luketsi (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemasan yang paling baik untuk mengurangi kerusakan mekanis pada saat transportasi pepaya IPB 9 (Calina) merupakan bahan pengisi cacahan kertas koran dan posisi penyusunan buah secara horizontal. Mengenai pembuangan limbah, UKM di sekitar perusahaan mengolah limbah dari pepaya Calina perusahaan yang reject dan return menjadi pupuk kompos.
Implikasi Manajerial Implikasi manajerial yang dapat diterapkan oleh pelaku dalam rantai pasok pepaya Calina PT. SSN adalah sebagai berikut :
Tabel 16 Tabel implikasi manajerial No 1
Bidang Produksi
2
Pemasaran
3
SDM
4
Keuangan
Penerapan Penerapan kontrak tertulis yang mengikat antara petani dan perusahaan dengan iming-iming bantuan modal Penerapan GAP dengan pembentukan sistem irigasi dan GHP dengan penyimpanan buah pepaya dengan suhu sesuai serta penyortiran menggunakan kaos tangan oleh tenaga outsourcing Pengembangan produk pepaya Calina dengan menciptakan produk buah potong siap santap. Perluasan pasar dengan cara memiliki persediaan untuk mengantisipasi minimnya pasokan. Melakukan pemasaran tidak hanya melalui website dan personal, melainkan dengan pameran-pameran di festival festival buah. Dibentuknya manajemen SDM yang memperhatikan mengenai sistem kompensasi yang efektif serta manajemen karir yang baik Adanya peningkatan skill/keterampilan melalui penyuluhan oleh PT. SSN kepada petani dengan melakukan kerjasama bersama direktorat pertanian. Sistem birokrasi dalam pembiayaan yang membutuhkan waktu seminggu untuk pembayaran kepada petani sebaiknya dipangkas. Hal ini bisa dilakukan dengan tidak menyerahkan persetujuan secara manual, melainkan otomatis sehingga tidak membutuhkan kehadiran pejabat terkait untuk menandatangani dokumen pembayaran tersebut. PT. SSN dapat meminjam ke bank untuk membantu kepada petani yang telah terikat kontrak dengannya demi meningkatkan kinerja rantai pasok secara keseluruhan kedepannya
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rantai pasokan pepaya Calina terdiri atas mitra tani, PT.SSN, ritel atau pasar tradisional. Kondisi rantai pasok pepaya Calina masih perlu dievaluasi dan dikoreksi lebih jauh disebabkan performa rantai pasoknya yang masih belum optimal. Hal ini disebabkan hambatan-hambatan seperti belum adanya ikatan kontrak antara petani dengan perusahaan, kesulitan pembiayaan modal bagi petani, biaya transportasi yang tinggi, lahan yang kering, tingginya turn over, dan penanganan pasca panen yang belum maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan rekomendasi-rekomendasi yang mempertimbangkan critical success factors untuk meningkatkan kinerja rantai pasok pepaya Calina ini. Adapun rekomendasi itu berupa perluasan pasar, koreksi manajemen sumberdaya manusia, dan optimalisasi peran kelembagaan. Nilai tambah merupakan aspek penting yang mempengaruhi kinerja rantai pasok pepaya Calina yang tidak bisa dilupakan. Karena hal ini menunjukkan kontribusi dari masing-masing anggota dalam menghantarkan kepuasan kepada konsumen. Nilai keuntungan yang diraih oleh mitra tani sebesar 57,74%. Sementara perusahaan mendapatkan nilai tambah sejumlah 50,7% untuk Sunpride dan 55,56%
untuk Sunfresh. Sedangkan bagi ritel dan pasar tradisional, nilai keuntungan yang diperoleh sebesar 36% dan 16,56%. Desain metrik pengukuran kinerja untuk rantai pasok pepaya Calina ditujukan untuk penerapan sustainable supply chain yang terdiri atas tiga cluster masing masing adalah dimensi, aktor, dan indikator. Indikator yang dirasa paling berpengaruh oleh para pakar untuk menentukan sustainable supply chain adalah kualitas. Hal ini disebabkan kualitas mampu menghantarkan kepuasan kepada konsumen dan dalam jangka panjang mampu menciptakan keloyalan konsumen. Oleh karena itu petani menjadi pihak yang paling berpengaruh di dalam rantai pasok ini disebabkan merupakan penentu kualitas utama produk pepaya Calina di dalam rantai pasok secara keseluruhan.
Saran Implikasi manajerial diharapkan dapat diterapkan untuk meningkatkan kinerja rantai pasok pepaya Calina ini. Penelitian selanjutnya mengenai rantai pasok pepaya Calina diharapkan mampu untuk membuat desain metrik pengukuran kinerja dengan indikator lainyang belum dibahas pada penelitian ini.
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini mendapat pendanaan dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi khususnya Hibah Penelitian Dasar untuk Bagian melalui oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional melalui Dana DIPA IPB Tahun Anggaran 2013 KODE MAK: 2013.089.521219.
DAFTAR PUSTAKA Accenture. 2010. A New Era of Sustainability UN Global Compact Accenture CEO Study [internet]. [diunduh 2013 Juni 25] http://www.Accenture.Com/SiteCollection Documents/PDF/Accenture_A_New_Era_of_Sustainability_CEO_Study.pdf Ascarya. 2006. Analytical Network Process : Pendekatan baru dalam penelitian Kualitatif. Bahan Lecture Series Metodolgi Penelitian Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Jakarta [ID]: Bank Indonesia Carter CR, Easton PL. 2011, ‗Sustainable supply chain management: evolution and future directions’, International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, 41(1), 46-62. Carter CR, Rogers DS. 2008. ‗Sustainable Supply Chain Management: Toward New Theory in Logistics Management,’ International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, 38(5), 360-387 Chan FTS, Qi HJ, Chan HK, Lau HCW, dan Ip RWL. (2003). ‘A Conceptual Model of Performance Measurement for Supply Chains’,Management Decision, Vol. 41 No. 7, pp. 635-42. Chopra SP. Meindl. 2007. Supply Chain Management: Strategy, Planning and Opertiation. New York [US] : Prentice Hall
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Departemen Pertanian. Www. hortikultura.deptan.go.id, diakses [20 Januari 2013] Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia [Internet]. [Diunduh 2013 Juli 20] Tersedia pada : http://fspmiptbi.org/daftar-umr-ump-umk-tahun-2013. Guide Jr VDR, Van Wassenhove LN. 2009. ‗The Evolution of Closed-Loop Supply Chain Research’. Operations Research, Vol. 57(1), 10–18. Hadiguna RA. 2012. Risk-Based Performance Prediction Model for Sustainable Palm Oil Supply Chain. Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 1, pp.13-24, 2012. Heizer, Jay, dan Barry Render. 2009. Manajemen Operasi, Edisi Kesembilan. Jakarta [ID] : Salemba Empat. Krikke H, Bloemhof-Ruwaard J, Van Wassenhove LN. 2003, ‗Concurrent product and closed-loop supply chain design with an application to refrigerators’, International Journal of Production Research, 41(16), 3689-3719. Lee H. 2010,‗Don’t tweak your supply chain – rethink it from end to end‘, Harvard Business Review, Oct, 63-69. Luketsi W P.2011.Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya IPB 9 (Callina) Selama Transportasi [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Marimin NM. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor [ID]: IPB Pr. Muchtadi TR, Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Pantastico ERB. 1975. Post Harvest Physiology Handling and Ultilization of Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. Westport, Connecticut [US] : The Avi Publishing Company, Inc. Porter M, Linde CVD. 1985,‗Green and Competitive’, Harvard Business Review, Sept-Oct, 120-134. Prayoga A. 2011. Jurus Sukses Budidaya Pepaya Kalifornia. Klaten [ID]: Abata Press. Pujawan IN, Mahendrawati ER. 2010. Supply Chain Management. Surabaya [ID]: Institut Teknologi Sepuluh November. Saaty TL. 2001. Decision Making with Dependence and Feedback, The Analytical Network Process. University of Pittsburgh. Sudiyono A. 2002. Pemasaran Pertanian. Yogyakarta [ID] : UMM Press. Seuring S, Müller M. (2008) : From a Literature Review to a Conceptual Framework for Sustainable Supply Chain Management. In: Journal of Cleaner Production, Vol. 16, No. 15, 1699–1710. Silalahi EN. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Pepaya (Carica papaya L.) IPB 1 Setelah Pemeraman. [Skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Simchi-Levi D, Kaminsky P, & Simchi-Levi E. 2000. Designing and Managing the Supply Chain; Concepts, Strategies, and Case Studies. Massachusets [US] : MIT pr Shobir. 2009. Sukses Bertanam Pepaya Unggul Kualitas Supermarket. Bogor [ID]: Pusat Kajian Buah Tropika-IPB [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI 4230: 2009 tentang Pepaya [Internet]. [diunduh 2013 Jan 16] Tersedia pada: http://www.bsn.go.id. Speckman R., Kamuff J. & Myhr N., 1998. An Empirical Investigation into Supply Chain Management: A Perspective on Partnerships. Supply Chain Management, 3 (2), 5367. Srivastava SK, Srivastava RK. 2006,‗Managing product returns for reverse logistics’, International Journal of Physical Distribution and Logistics Management, 36(7), 524-546.
Vorst JGAJVD, AJM Beulans. 2005. Performance Measurement In Agri Food SupplyChain Networks. International Journal of Agro-food chains and networks for development, 13-24, Netherlands. Yakovieva N, Sarkis J, Sloan TW. Sustainable Benchmarking of Food Supply Chains. Clark University George Perkins Marsh Institute. 2009. http://www.Clarku.edu/ departments/marsh/ news/WP2009-02.pdf.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pasar tujuan produk PT. SSN Nama Ritel Ranch Kemchik The Foodhall
Foodmart Sogo
Hypermart
Carrefour
Giant
Hero
Lottermart
Cabang Pondok Indah Pacific Place Senayan City Grand Indonesia Kebon Jeruk Cilandak Karawaci Pondok Indah Plaza Senayan Plaza Indonesia Karawaci Puri Indah Daan Mogot Ciledug BSD Blok M MT. Haryono Cassablanca Ambassador Central Park Mangga Dua Permata Hijau Cempaka Mas Kelapa Gading Cempaka Putih Buaran CBD Pluit Puri Indah Duta Merlin Lebak Bulus Ex. Pasar Minggu CBD Bintaro BSD Serpong Harapan Indah Bekasi Kemang Village Taman Anggrek Puri Indah PIM Gandaria City Bintaro Kelapa Gading Ratu Plaza
Nama Pasar Tradisional Pasar Keramat Jati Pasar Baru
Lampiran 2. Implikasi rekomendasi No
Rekomendasi
1
Perluasan pasar
2
Koreksi manajemen SDM
3
Optimalisasi peran kelembagaan
Penyelesaian Hambatan Rantai Pasok Kesulitan modal petani Kekurangan pasokan Biaya transportasi yang tinggi Penanganan pasca panen yang belum maksimal
Penggunaan Key Success Factor
Aspek peningkatan kinerja SCM
Harga lebih terjangkau dari pesaing Jumlah mitra petani yang signifikan Merek Sunpride yang sudah terkenal Pembagian informasi yang sudah baik, meski belum dibentuk sistem otomatisasi
Performa jaringan distribusi Peningkatan persediaan guna untuk memenuhi permintaan pepaya Calina sepanjang tahun Pemrosesan informasi pemesanan dievaluasi dan dikoreksi, sehingga meminimalisasi terjadinya kesalahan pengiriman Program pembuatan produk baru pepaya Calina dalam bentuk buah potong yang siap santap. Performa Kemitraan Optimalisasi potensi petani yang belum dimanfaatkan secara keseluruhan dengan metode GAP di tingkat budidaya, dan GHP di tingkat manajemen perusahaan untuk meningkatkan penjualan serta keuntungan setiap pelaku di rantai pasok Dengan pendapatan yang meningkat, perusahaan mampu membantu pembiayaan petani untuk menciptakan sistem irigasi yang baik. Kontinuitas kemitraan harus ditegaskan melalui kontrak tertulis agar kepastian pasokan dapat terjamin. Performa Jaringan Distribusi Pengevaluasian dan pengkoreksian sistem birokrasi dalam pembayaran kepada pihak petani agar tidak memakan waktu sampai seminggu lamanya. Performa Kemitraan Pembentukan manajemen karir dan sistem kompensasi yang efektif agar meningkatkan loyalitas staf kepada perusahaan. Performa Jaringan Distribusi Modal untuk petani dapat diusahakan dari pinjaman direktorat pembiayaan pertanian
Belum adanya ikatan antar petani dengan perusahaan Tingginya turn over staff
Merek Sunpride yang sudah terkenal
Sulitnya petani mendapatkan pembiayaan modal
Merek Sunpride yang sudah terkenal Jumlah mitra tani yang signifikan
Lanjutan Lampiran 2 No
Rekomendasi Penanganan pasca panen yang belum maksimal Kontinuitas kemitraan
Penyelesaian Hambatan Rantai Pasok
Penggunaan Key Success Factor Perusahaan bisa melakukan peminjaman modal ke Bank atas nama perusahaan yang ditujukan untuk biaya modal petani. Pinjaman ini sebaiknya diberikan sudah dalam bentuk barang, bukan uang mentah dan hanya ditujukan untuk petani yang mau diikat kontrak oleh perusahaan. Performa Kemitraan Posisi petani menguat karena meningkatnya bargaining positionnya dengan adanya kontrak
Lampiran 3. Tabel perhitungan nilai keuntungan mitra tani pepaya Calina No I
II
III
IV V VI VII
Uraian Penerimaan 1. Penjualantahun ke-1 (kg) Total Penerimaan BiayaVariabel a. SaranaProduksi 1. Bibit (unit) 2. PupukKandang (kg) 3. Urea (kg) 4. SP-36 (kg) 5. KCl (kg) 6. Pestisida (paket) b. TenagaKerja (HOK) 1. Pembukaanlahan 2. Persiapanlahan 3.Pembuatanlubangtanam 4. Pemupukankandang 5. Penanaman 6. Pengairan 7. Penyulaman 8. Pemupukananorganik 9. Penyiangan 10. Pembumbunan 11. PHT 12. Pemanenan 13. Pascapanen Total BiayaVariabel BiayaTetap a. Sewalahan (ha) b. penanggungjawabharian c. Transportasi Total BiayaTetap Biaya lain-lain Jumlah HPP Produksi (kg) HPP/kg Hasil Panen
Jumlah
Nilai per Satuan (Rp)
Tahun I
43.200
2.500
108.000.000 108.000.000
1200 18000 160 320 360 10
2.500 500 2.500 3.000 7.000 120.000
3.000.000 9.000.000 400.000 960.000 2.520.000 1.200.000
50 30 90 10 15 10 1 8 10 10 10 60 10
30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
1.500.000 900.000 2.700.000 300.000 450.000 300.000 30.000 240.000 300.000 300.000 300.000 1.800.000 300.000 26.500.000
1 12
3.000.000 1.000.000
3.000.000 12.000.000 2.400.000 17.400.000 1.740.000 45.640.000 43.200 1056,48
Keuntungan Persentase Keuntungan
62.360.000 57,74%
Lampiran 4. Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KINERJA RANTAI PASOK PEPAYA CALINA: STUDI KASUS PADA PT SEWU SEGAR NUSANTARA
IDENTITAS RESPONDEN Nama Usia Jabatan Lama Bekerja No. Telp Email
: ………………………………….. :…………………………………... : ………………………………….. : ………………………………….. : ………………………………….. : …………………………………..
Oleh: FATIH RIZQIAH H24090013
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Lanjutan Lampiran 4 PENGANTAR Kepada Responden yang terhormat, Saya Fatih Rizqiah, mahasiswa S1 Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang sedang mengadakan penelitian tentang ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENENTUAN METRIK PENGUKURAN KINERJA (PT. Sewu Segar Nusantara) di bawah bimbingan Alim Setiawan. Dalam rangka menyelesaikan studi/tugas akhir ini, diperlukan dukungan serta kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini. Pengisian kuesioner ini memiliki tujuan untuk mengukur kinerja manajemen rantai pasok Pepaya Calina PT Sewu Segar Nusantara. Kuisioner ini menggunakan motode ANP (Analytical Network Process). Pengisian kuisioner ini diharapkan berdasarkan pengalaman dan penilaian yang dirasakan oleh Bapak/Ibu selaku pakar serta praktisi dalam industri pepaya Calina. Demi tercapainya hasil penelitian yang diinginkan, mohon kesediaan waktu Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini. Informasi yang didapatkan dari kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Atas kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih. Contact Person : Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Fatih Rizqiah, NIM
H24090013,
dengan
nomor
handphone
081574720629dan
email
[email protected] KERANGKA ANP Dimensi Sustainable Supply Chain. 1. Lingkungan 2. Sosial 3. Ekonomi
a. b. c. d. e. f. g.
1. 2. 3. 4.
Indikator Kinerja Penggunaan pestisida Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas
Aktor Petani Perusahaan Ritel Pasar tradisional
Lanjutan Lampiran 4 A. KUISIONER ANP PETUNJUK PENGISIAN 1. Responden diharapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu secara tuntas, untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban 2. Dalam pengisian kuisioner ini anda diminta untuk membandingkan antara elemen-elemen A dan B, lalu memberi nilai dalam bentuk angka 3. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat besar pengaruh dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan 4. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk menilai komparasi sebagai berikut : Nilai Komparasi (A dibandingkan B) 1 3 5 7 9
Definisi A dan B sama besar pengaruhnya
A sedikit lebih besar pengaruhnya dari B A lebih besar pengaruhnya dari B
A sangat lebih besar pengaruhnya dari B A mutlak lebih besar pengaruhnya dari B
Nilai skala 2, 4, 6, 8 diberikan apabila terdapat sedikit saja perbedaan dengan patokan-patokan nilai diatas. PERTANYAAN ANP I.
Dalam kaitannya dengan fokus hierarki yaitu pengukuran kinerja manajemen rantai pasok pepaya Calina, maka dimensi yang teridentifikasi adalah: a. Lingkungan b. Ekonomi c. Sosial
II.
Dalam kaitannya dengan dimensi di atas, masalah-masalah rantai pasok yang berpengaruh yaitu a. Peningkatan kualitas b. Peningkatan nilai tambah c. Pengurangan resiko d. Peningkatan akses pasar e. Pengurangan penggunaan bahan berbahaya (pupuk, pestisida, plastik, dll)
III.
Dalam kaitannya dengan masalah-masalah rantai pasok dalam pengukuran kinerja, aktor aktor dalam rantai pasokan yang berperan adalah: a. Petani b. PT. Sewu Segar Nusantara
Lanjutan Lampiran 4 c. IV
Ritel/pasar tradisional
Dalam kaitannya dengan aktor-aktor di atas, indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran kinerja adalah : a. Penggunaan pestisida b. Pembuangan limbah c. Reuse/Recyle material d. Keefektivan kompensasi pekerja e. Nilai tambah f. Keuntungan g. Jumlah mitra tani
A. DIMENSI—AKTOR 1. Dalam dimensi lingkungan, bandingkan tingkat pengaruh dari masingmasing aspek aktor rantai pasok berikut:
2. Dalam dimensi ekonomi, bandingkan tingkat pengaruh dari masingmasing aspek aktor rantai pasok berikut:
3. Dalam dimensi sosial, bandingkan tingkat pengaruh dari masing-masing aspek aktor rantai pasok berikut :
Lanjutan Lampiran 4 B. DIMENSI—INDIKATOR KINERJA 1. Dalam dimensi lingkungan, bandingkan tingkat pengaruh dari masingmasing indikator kinerja rantai pasok berikut: Kolom kiri
Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Nilai tambah Jumlah mitra tani
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh
2
2
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan
9 Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Nilai tambah
Jumlah mitra tani Kualitas
Jumlah mitra tani Kualitas Kualitas
2. Dalam dimensi ekonomi, bandingkan tingkat pengaruh dari masingmasing indikator kinerja rantai pasok berikut:
Lanjutan Lampiran 4 Kolom kiri
Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Nilai tambah Jumlah mitra tani
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh
2
2
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan
9 Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Nilai tambah
Jumlah mitra tani Kualitas
Jumlah mitra tani Kualitas Kualitas
3. Dalam dimensi sosial, bandingkan tingkat pengaruh dari masing-masing indikator kinerja rantai pasok berikut :
Lanjutan Lampiran 4 Kolom kiri
Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Nilai tambah Jumlah mitra tani
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh
2
2
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan
9 Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Nilai tambah
Jumlah mitra tani Kualitas
Jumlah mitra tani Kualitas Kualitas
C. AKTOR-INDIKATOR KINERJA 1. Berkaitan dengan petani, bandingkan pengaruh indikator kinerja sebagai berikut :
Lanjutan Lampiran 4 Kolom kiri
Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Nilai tambah Jumlah mitra tani
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh
2
2
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan
9 Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Nilai tambah
Jumlah mitra tani Kualitas
Jumlah mitra tani Kualitas Kualitas
2. Berkaitan dengan PT. Sewu Segar Nusantara, bandingkan pengaruh indikator kinerja sebagai berikut :
Lanjutan Lampiran 4 Kolom kiri
Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Nilai tambah Jumlah mitra tani
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh
2
2
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan
9 Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas
Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Nilai tambah
Jumlah mitra tani Kualitas
Jumlah mitra tani Kualitas Kualitas
3. Berkaitan dengan ritel, bandingkan pengaruh indikator kinerja sebagai berikut :
Lanjutan Lampiran 4 Kolom kiri
Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Nilai tambah Jumlah mitra tani
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh
2
2
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan
9 Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Nilai tambah
Jumlah mitra tani Kualitas
Jumlah mitra tani Kualitas Kualitas
4. Berkaitan dengan pasar tradisional, bandingkan pengaruh indikator kinerja sebagai berikut :
Lanjutan Lampiran 4 Kolom kiri
Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Penggunaan pestisida Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Reuse/Recycle material Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Nilai tambah Jumlah mitra tani
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh
2
2
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan
9 Pembuangan limbah Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Reuse/Recyle material Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Keefektivan kompensasi pekerja Nilai tambah Jumlah mitra tani Kualitas Nilai tambah
Jumlah mitra tani Kualitas
Jumlah mitra tani Kualitas Kualitas
A. AKTOR-DIMENSI 1. Dalam kaitannya dengan petani, bandingkan pengaruh dimensi berikut :
Lanjutan Lampiran 4 Kolom kiri
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Ekonomi Sosial Sosial
2. Dalam kaitannya dengan perusahaan, bandingkan pengaruh dimensi berikut : Kolom kiri
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Ekonomi Sosial Sosial
3. Dalam kaitannya dengan ritel, bandingkan pengaruh dimensi berikut: Kolom kiri
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Ekonomi Sosial Sosial
4. Dalam kaitannya dengan pasar tradisional, bandingkan pengaruh dimensi berikut: Kolom kiri
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Ekonomi Sosial Sosial
B. INDIKATOR KINERJA-DIMENSI 1. Dalam kaitannya dengan penggunaan pestisida, bandingkan pengaruh dimensi berikut : Kolom kiri
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9 Ekonomi Sosial Sosial
2. Dalam kaitannya dengan pembuangan limbah, bandingkan pengaruh dimensi berikut :
Lanjutan Lampiran 4 Kolom kiri
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Ekonomi Sosial Sosial
3. Dalam kaitannya dengan reuse/recycle material, bandingkan pengaruh dimensi berikut : Kolom kiri
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Ekonomi Sosial Sosial
4. Dalam kaitannya dengan keefektivan kompensasi, bandingkan pengaruh dimensi berikut : Kolom kiri
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Ekonomi Sosial Sosial
5. Dalam kaitannya dengan nilai tambah, bandingkan pengaruh dimensi berikut : Kolom kiri
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Ekonomi Sosial Sosial
6. Dalam kaitannya dengan jumlah mitra tani, bandingkan pengaruh dimensi berikut : Kolom kiri
Lingkungan Lingkungan Ekonomi
Diisi bila sama penting 1
Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih berpengaruh 2
3
4
5
6
7
8
Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih berpengaruh 9
2
3
4
5
6
7
8
Kolom kanan 9 Ekonomi Sosial Sosial
C. INDIKATOR KINERJA-AKTOR 1. Dalam kaitannya dengan penggunaan pestisida, bandingkan pengaruh aktor berikut :
Lanjutan Lampiran 4
2. Dalam kaitannya dengan pembuangan limbah, bandingkan pengaruh aktor berikut :
3. Dalam kaitannya dengan reuse/recycle material, bandingkan pengaruh aktor berikut :
4. Dalam kaitannya dengan keefektivan kompensasi pekerja, bandingkan pengaruh aktor berikut :
Lanjutan Lampiran 4 5. Dalam kaitannya dengan nilai tambah, bandingkan pengaruh aktor berikut :
6. Dalam kaitannya dengan jumlah mitra tani, bandingkan pengaruh aktor berikut :
7. Dalam kaitannya dengan kualitas, bandingkan pengaruh aktor berikut :
MATRIKS ANTAR KLASTER DIMENSI SEBAGAI KONTROL Lebih berpengaruh 9 8 7 6 Dimensi Dimensi Dimensi Masalah Masalah Aktor
5
4
3
2
1
2
Lebih berpengaruh 3 4 5 6 7 8 9 Masalah Aktor Indikator Kinerja Aktor Indikator Kinerja Indikator Kinerja
Lanjutan Lampiran 4 AKTOR SEBAGAI KONTROL Lebih berpengaruh 9 8 7 6
5
4
3
2
1
2
Dimensi Dimensi Dimensi Masalah Masalah Aktor
Lebih berpengaruh 3 4 5 6 7 8 9 Masalah Aktor Indikator Kinerja Aktor Indikator Kinerja Indikator Kinerja
INDIKATOR KINERJA SEBAGAI KONTROL Lebih berpengaruh 9 8 7 6 Dimensi Dimensi Dimensi Masalah Masalah Aktor
5
4
3
2
1
2
Lebih berpengaruh 3 4 5 6 7 8 9 Masalah Aktor Indikator Kinerja Aktor Indikator Kinerja Indikator Kinerja
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 08 Oktober 1991 dari Ayah H. Drs. Asep Hadiati Djoehana, MM dan Ibu H. Ir. Euis Fatimah. Penulis adalah putri terakhir dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis memiliki cita cita untuk menjadi penulis dan pengusaha di bidang kuliner. Hal ini disebabkan hobi penulis yang suka membaca. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis mengisi hari harinya dengan aktif sebagai bendahara magang di IDC (IPB Debating Community), staf Divisi Media Ekonomi Syariah SESC 2011/2012, peserta di Marketing Club Centre of Management (Com@), anggota di English Community of BEM FEM, dan anggota Caraka Muda. Penulis juga sering mengikuti lomba cerpen dan beberapa lomba debat seperti lomba Internal Competition yang diselenggarakan IPB Debating Community dan lomba National Entrepreneur Challenge di Universitas Bina Nusantara. Dengan skripsi ini, penulis berhasil menjadi penyaji materi di seminar Nasional PERHORTI yang akan diselenggarakan pada tanggal 9 sampai 10 Oktober 2013 yang bertempat di IPB International Convention Center Botani Square Bogor.