ANALISIS KINERJA, NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK PRODUKSI PINTU DI PT X
RIYADI CAHYO WIJIONO
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja, Nilai Tambah dan Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu di PT X adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2016 Riyadi Cahyo Wijiono NIM F34120083
ABSTRAK RIYADI CAHYO WIJIONO. Analisis Kinerja, Nilai Tambah dan Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu Di PT X. Dibimbing oleh MARIMIN. Proses pembuatan pintu yang kompleks membutuhkan kinerja yang tinggi dan risiko rendah untuk menjaga stabilitas rantai pasoknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja rantai pasok, melakukan penilaian risiko dan mengetahui alternatif mitigasi risiko rantai pasok di PT X. Proses penelitian ini diawali dengan identifikasi dan pengukuran kinerja rantai pasok diperoleh dengan pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami dan penilaian risiko rantai pasok menggunakan metode integrasi Analytical Network Process (ANP) dan Failure Mode Effects Analysis (FMEA). Hasil penilaian kinerja oleh pakar diperoleh prioritas atribut kinerja realibilitas 0.321 dengan 3 matrik kinerja yang memiliki bobot tertinggi yaitu waktu siklus mendapatkan bahan baku 0.138, ketepatan pengiriman 0.133, dan kondisi barang sempurna 0.133. Rata-rata rasio nilai tambah produk pintu 62.10% dengan tingkat keuntungan 59.44%. Hasil pembobotan ANP dan integrasi FMEA menunjukkan alternatif risiko yang menjadi prioritas adalah peningkatan produktivitas dengan nilai bobot risiko 368.007 sehingga diperlukan mitigasi risiko lebih lanjut. Studi ini meyarankan agar adanya evaluasi setiap minggunya untuk mencapai kinerja yang sangat baik. Kata Kunci: AHP, ANP, FMEA, Hayami, kinerja rantai pasok, mitigasi risiko, produksi pintu, SCOR.
ABSTRACT RIYADI CAHYO WIJIONO. Analysis of Supply Chain Performance, Value Added and Risk of Door Production in PT X. Supervised by MARIMIN. Complex door production needs high performance and low risk to keep the supply chain stability. This research aimed to measure the supply chain performance, risk assesment, and knowing the risk mitigation alternatives of supply chain in PT X. This research started by identification and supply chain performances that obtained from Supply Chain Operations Reference (SCOR) approaches and Analitycal Hierarchy Process (AHP). Added value calculated using Hayami method, and risk assesment using integrated Analytical Network Process (ANP) dan Failure Mode Effects Analysis (FMEA) methods. Expertise result showed that realibility performance attributes priority 0.321 with 3 performances matrix had the haighest wight with cycle time for main material obtained 0.138, delivery acuracy 0.133, and perfect product conditions 0.133. Average added value ratio of door production 62.10% with 59.44% profits grades, and ANP FMEA weighing result showed that the priority of the industry were productivity increasing with risk value 368.007, so adnedced mitigation were needed. This study proposed this industry had weekly evaluation to reach the best performace.
Keywords: AHP, ANP, FMEA, Hayami, supply chain performance, risk mitigation, door production, SCOR.
ANALISIS KINERJA, NILAI TAMBAH DAN RISIKO RANTAI PASOK PRODUKSI PINTU DI PT X
RIYADI CAHYO WIJIONO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Kinerja, Nilai Tambah dan Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu Di PT X : Riyadi Cahyo Wijiono : F34120083
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Marimin, MSc Pembimbing Akademik
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah manajemen rantai pasok, dengan judul analisis kinerja, nilai tambah dan risiko rantai pasok produksi pintu di PT X. Terimakasih penulis ucapkan kepada beberapa pihak yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Dan dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof Dr Ir Marimin, MSc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis sejak perkuliahan, penelitian, dan selama penyusunan skripsi. 2. Ir Aminudin Soetara, MSi selaku general manager di PT X. 3. M. Sopi Mubarok, ST dan Tabonar Aruan selaku manajer NPD dan manajer purchasing di PT X. 4. Gunawan Wibisono, SPsi dan Bapak Suwito selaku senior supervisor HRD dan senior supervisor produksi serta pembimbing lapangan penulis di PT X yang telah membantu selama pengumpulan data. 5. Bintang CH Simangunsong, PhD dan Dr Ir Trisna Priadi, MEngSc yang turut menyumbang ide dan pendapat terkait pembahasan dalam karya ilmiah ini. 6. Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti dan Prof Dr Ir Sukardi, MM selaku dosen penguji skripsi. 7. Bapak M. Yasin dan ibu Karminah selaku orangtua penulis serta adik penulis tercinta yaitu Riyani yang selalu memberikan semangat serta do’anya kepada penulis. 8. Deni Rahmadi, Muhammad Asrol, Yulia Tiniwut, Melia Inosa, Angga, Putty, Nurul, Pauji Padilah, Setyo, Bagas, Nadhirotul, Yuni, Ratna Nurmalita dan teman-teman Teknologi Industri Pertanian angkatan 49 yang turut membantu serta berdiskusi terkait penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak diharapkan untuk memperkuat dan memperkaya keilmuan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, November 2016 Riyadi Cahyo Wijiono
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
DAFTAR ISTILAH
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
METODE
4
Kerangka Pemikiran
4
Tata Laksana Penelitian
5
Analisis dan Pengolahan Data
7
Perancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN
11 12
Profil Perusahaan
12
Konfigurasi rantai pasok produksi pintu di PT X
12
Anggota Rantai Pasok
13
Entitas Rantai Pasok
14
Proses Transaksi
15
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Produksi Pintu di PT X
16
Analisis Nilai Tambah Produk Pintu Di PT X
19
Analisis Risiko Rantai Pasok
22
Identifikasi Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu
22
Kriteria Mitigasi Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu
22
Evaluasi Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu
26
Pengendalian Risiko Tertinggi Rantai Pasok Produksi Pintu
26
Rancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis
26
Verifikasi dan Validasi Model
27
Subsistem Informasi PT X
27
Subsistem Kinerja Rantai Pasok
28
Subsistem Perhitungan Nilai Tambah
29
Subsistem Risiko Rantai Pasok
29
Keterbatasan Penelitian
30
Implikasi Managerial
30
SIMPULAN DAN SARAN
31
Simpulan
31
Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
35
RIWAYAT HIDUP
46
DAFTAR TABEL 1. Perhitungan nilai tambah metode Hayami 2 Kategori risiko berdasarkan WRPN 3 Metode yang digunakan pada setiap tahapan penelitian 4 Klasifikasi standar kinerja 5 Rincian perhitungan kinerja rantai pasok 6 Contoh perhitungan nilai tambah Skantrae accent. 7 Perhitungan nilai tambah customer Skantrae 8 Perhitungan nilai tambah customer Howden 9 Perhitungan nilai tambah customer JELD-WEN USA 10 Perhitungan nilai tambah customer JELD-WEN Australia 11 Perhitungan nilai tambah customer JELD-WEN UK 12 Hasil dari pembobotan menggunakan ANP 13 Kategori risiko berdasarkan WRPN 14 Hasil FMEA penilaian oleh pakar 15 Integrasi ANP dan FMEA
8 11 11 16 18 19 20 20 21 21 22 24 24 25 25
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kerangka Pemikiran Supermatriks ANP Struktur rantai pasok produk pintu di PT X Hierarki bobot SCOR-AHP Model ANP strategi mitigasi resiko pada manufacturing pintu Menu utama halaman perangkat lunak
5 10 13 17 23 27
7 Tampilan subsistem informasi 8 Tampilan subsistem kinerja rantai pasok 9 Tampilan subsistem nilai tambah 10 Tampilan subsistem risiko rantai pasok
28 28 29 29
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Proses bisnis penerimaan pesanan Supermatrix Penggabungan pendapat pakar ANP Contoh spesifikasi ukuran komponen utama pintu Contoh produk pintu Data Flow Diagram (DFD) Spesifikasi dan cara instalasi software.
35 36 37 39 41 42 43
DAFTAR ISTILAH AHP
ANP
CI CR D DFD FMEA
FSC
HRD NPD O PT X RPN S SCM SCOR
: Analytical Hierarchy Process merupakan metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan suatu masalah yang disederhanakan dalam pengambilan keputusan. : Analytical Network Process merupakan multicriteria decision method yang dikembangkan oleh Tomas L Saaty untuk menutupi kekurangan dari AHP. : Consistency Index. : Consistency Ratio : Detection merupakan ketidakmampuan untuk mendeteksi kegagalan akibat risiko yang terjadi. : Data Flow Diagram merupakan diagram berpola yang menggambarkan aliran data dan logika dalam suatu sistem. : Failure Mode and Effect Analysis merupakan metode yang digunakan dalam mengidentifikasi dan memberikan evaluasi terhadap risiko. : Forest Stewardship Council adalah sebuah organisasi yang independen, nirlaba, non pemerintahan yang dibentuk untuk mendukung pengelolaan hutan-hutan dunia yang layak secara lingkungan, bermanfaat secara sosial, dan berkesinambungan secara ekonomi. : Human Resource Development : New Product Design. : Occurance merupakan kemungkinan atau frekuensi risko terjadi. : Perusahaan manufacturing pintu : Risk Priority Number merupakan nilai akhir tingkat kegagalan dari metode FMEA. : Saverity merupakan keseriusan efek akibat risiko yang terjadi. : Supply Chain Management. : Supply Chain Operation Reference merupakan tools yang
SDM UK USA WFMEA
: : : :
WRPN
:
digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok. Sumber Daya Manusia. United Kingdom. United State of America. Weigthed Failure Mode and Effect Analysis merupakan metode integrasi ANP dan FMEA yang dikembangkan oleh Xiao et al. (2011) untuk mengevaluasi risiko dan menentukan mitigasi risiko dengan melihat strategi yang diprioritaskan. Weigthed Risk Priority Number merupakan bobot akhir nilai risiko integrasi ANP dan FMEA.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat menyebabkan meningkatkannya kebutuhan akan rumah dan kebutuhan pintu di dunia. Kayu menjadi komoditi pilihan masyarakat sebagai bahan utama pintu karena tekstur dan warna yang menarik. Komoditi kayu yang bisa dimanfaatkan sangat sedikit menyebabkan perusahaan atau produsen pintu melakukan inovasi dalam pemanfaatan kayu dengan melakukan laminasi dan memanfaatkan papan komposit (Sinaga 2013). Pintu merupakan salah satu dari inovasi bahan agroindustri kayu yang digunakan dalam pembangunan rumah, restoran, hotel dan kebutuhan bangunan yang lainnya. Kualitas dan kuantitas pintu dalam kegiatan agroindustri sangat diperhatikan untuk menjaga tingkat kerjasama transaksi pembelian produk pintu. Spesifikasi produk pintu yang beranekaragam menjadi dasar permasalahan industri manufacturing pintu. Spesifikasi yang detail membuat setiap perusahaan harus memperhatikan proses manufacturing pintu dari penerimaan spesifikasi bahan baku, proses produksi sampai ke tangan konsumen atau retailer dengan berbagai risiko yang akan terjadi dalam ketidakpastian (Marimin dan Maghfiroh 2010). Analisis kinerja dan nilai tambah rantai pasok mengambil andil besar dalam menciptakan kondisi perbaikan dan pengurangan risiko. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan untuk mengoptimalkan model rantai pasok yang diterapkan pada suatu industri. Pengukuran dan penilaian kinerja rantai pasok ini bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kerja, dan menentukan langkah-langkah kedepan baik level strategi, taktik dan operasional. Tujuan jangka pendek perbaikan kinerja organisasional dalam manajemen rantai pasok adalah peningkatan produktivitas, mengurangi inventory, dan mengurangi waktu siklus (Suhong et al. 2014). Monczka et al. (2011) menyampaikan bahwa tujuan pengukuran kinerja yaitu untuk menyediakan data dan fakta serta untuk mengkomunikasikan kebutuhan kepada anggota rantai pasok lainnya sehingga didapatkan celah perubahan dan dapat dilakukan perbaikan berkelanjutan. Hasil dari penilaian kinerja dan nilai tambah yang telah dibuat maka identifikasi risiko dapat dilakukan untuk menentukan penilaian risiko yang dibutuhkan (Handayani 2013). Salah satu pendekatan pengukuran kinerja rantai pasok yang dapat digunakan adalah SCOR (Supply Chain Operation Reference) dan AHP (Analytical Hierarchy Process). Penelitian mengenai metode dan model pengukuran kinerja rantai pasok telah banyak dikembangkan dengan metode SCOR (Huan et al. 2004, Setiawan 2009) pendekatan ini digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan menentukan upaya peningkatan kinerja rantai pasoknya (Marimin dan Maghfiroh 2010). Pendekatan yang biasa digunakan dalam menganalisis nilai tambah yaitu dengan metode Hayami (Setiawan 2009). Risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai kerusakan yang dikaji dengan memungkinan terjadinya kegagalan yang disebabkan oleh suatu kejadian dalam sebuah perusahaan, dalam rantai pasok atau lingkungannya yang
2 menimbulkan pengaruh negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok (Wulandari 2013). Manajemen risiko adalah salah satu usaha untuk mengurangi dan meminimalisasi risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian risiko (Manuj dan Mentzer 2008). Risiko yang telah teridentifikasi kemudian akan dibuat penilaian risiko untuk menentukan mitigasi risiko dan dapat meningkatkan nilai tambah dari kegiatan rantai pasok produksi (Hidayat et al. 2012). Beberapa penelitian telah dilaksanakan untuk menganalisis risiko rantai pasok. Suharjito (2011) dalam disertasinya yang berjudul pemodelan optimasi mitigasi risiko rantai pasok produk/komoditas jagung, melakukan identifikasi dan evaluasi faktor serta variabel risiko rantai pasokan jagung untuk setiap tingkatan rantai pasok dengan menggunakan pendekatan statistik. Hidayat et al. (2012), Astuti et al. (2013) mengidentifikasi dan menentukan mitigasi risiko dengan fuzzy analytical hierarchy process. Putri (2015) dalam skripsinya yang berjudul analisis risiko rantai pasok susu pasteurisasi dengan fuzzy failure mode and effect analysis. Andrawus (2008), Dinmohammadi dan Shafiee (2013) untuk menurangi risiko dalam penyatuan, prioritas dan evaluasi pemasangan turbin dengan fuzzy failure mode and effect analysis. Tahap analisis dan evaluasi risiko pada umumnya dilakukan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) (McDermott dan Robin 2009), akan tetapi menurut pendapat Chen (2007) metode tersebut memiliki keterbatasan dalam menilai risiko tanpa mempertimbangkan hubungan kepentingan alternatif dengan rencana mitigasi. Menurut Aini (2013) integrasi metode ANP (Analytical Network Process) dan FMEA dapat digunakan sebagai kalkulasi setiap bobot risiko yang berhubungan dengan alternatif mitigasi. Tahapan ini menggunakan suatu pendekatan baru yaitu WFMEA (Weighted Failure Mode and Effect Analysis) yang merupakan sebuah teknik mengenali dan mengevaluasi kegagalan dari produk atau proses yang diperkenalkan oleh Xiao et al. (2011). Bobot yang didapatkan dari hasil identifikasi risiko melalui ANP digunakan sebagai bobot pengali untuk menghasilkan penilaian WRPN (Weighted Risk Priority Number) yang merupakan perkalian antara bobot risiko dengan tingkat keparahan kegagalan yang timbul (severity), tingkat frekuensi kegagalan yang terjadi (occurrence), dan tingkat kemampuan mendeteksi kegagalan (detection). Hasil dari WRPN menunjukkan keseriusan dari potensi kegagalan, semakin tinggi nilai WRPN maka risiko tersebut memiliki prioritas utama kontrol risiko (Badariah et al. 2011). Adanya manajemen risiko yang baik maka diharapkan risiko dalam rantai pasok produk pintu dapat dikendalikan sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh serta meningkatkan keunggulan kompetitif produk pintu tersebut. Penelitian menggunakan metode ANP dan FMEA terintegrasi sebelumnya telah dilakukan oleh Aini (2013) mengenai analisis risiko rantai pasok kakao di indonesia dengan metode ANP dan FMEA akan tetapi penelitian tersebut tidak dilengkapi dengan analisis kinerja dan nilai tambah yang terdapat dalam rantai pasoknya. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan mengurangi risiko yang disebabkan oleh ketidakpastian di PT X.
3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang teridentifikasi, muncul beberapa pertanyaan yang perlu dijawab agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain: 1. Bagaimana rantai pasok produk pintu di PT X? 2. Bagaimana kondisi kinerja rantai pasok pintu di PT X? 3. Bagaimana penilaian risiko pada setiap rantai prosesnya? 4. Bagaimana upaya mitigasi risiko rantai pasok pintu di PT X?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui rantai pasok produk pintu PT X. 2. Mengetahui kinerja, nilai tambah, dan risiko rantai pasok produk pintu PT X. 3. Melakukan penilaian risiko rantai pasok yang terjadi dari mulai unit supplier bahan baku utama pintu hingga produk jadi, khususnya pada produk pintu yang beragam spesifikasinya. 4. Mengetahui alternatif upaya mitigasi risiko rantai pasok pintu di PT X.
Manfaat Penelitian Manfaat yang di dapatkan dari Analisis Kinerja, Nilai Tambah dan Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu Di PT X adalah memberikan pengetahuan mengenai risiko terhadap faktor risiko yang mungkin terjadi pada rantai pasok produk pintu, sehingga dampak dari terjadinya risiko dapat diminimalisasi pada setiap jaringan rantai pasok untuk mendukung tindakan atau mitigasi pengambilan keputusan yang tepat dalam manajemen rantai pasok pintu PT X. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tambahan bagi pengambil keputusan di PT X dalam menentukan kebijakan untuk pengambilan keputusan pada masa yang akan datang. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan untuk perbaikan yang dapat dilakukan sehingga dapat meningkatkan kinerja rantai pasok produk pintu di PT X.
Ruang Lingkup Penelitian Cakupan dari analisis kinerja, nilai tambah dan risiko rantai pasok yang luas dan adanya kendala waktu, pendanaan serta kendala lainnya, maka ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi dalam lingkup berikut: 1. Identifikasi risiko rantai pasok dimulai dari kegiatan penerimaan bahan baku di perusahaan, unit pemrosesan, kegiatan transportasi dan distribusi. Identifikasi risiko ini terpusat untuk potensial risiko yang menimbulkan dampak menurunnya rendemen kualitas bahan baku, kesalahan pengerjaan, kualitas dan kuantitas produk berdasarkan penilaian pakar praktisi dengan tingkat kejadian dan tingkat deteksi yang telah diketahui oleh pelaku industri.
4 2. Analisis kinerja dan nilai tambah rantai pasok dilakukan di sektor produksi pintu di PT X. 3. Analisis risiko di PT X dipilih pada produk yang bahan baku utamanya berasal dari supplier kayu lokal. Analisis nilai risiko dilakukan dengan pembobotan nilai risiko oleh pakar praktisi dan akademisi dengan skala ordinal. 4. Mitigasi risiko disusun berdasarkan hasil analisis risiko yang menjadi prioritas untuk ditangani. 5. Lingkup penelitian dilakukan di PT X agroindustri manufacturing pintu di wilayah Bogor, Jawa Barat.
METODE Kerangka Pemikiran Analisis kinerja, nilai tambah dan risiko yang dihasilkan, diharapkan akan mempermudah proses pengambilan keputusan yang dapat dilakukan pimpinan perusahaan dalam menentukan tindakan penanganan risiko berdasarkan hasil dari penilaian risiko. Kajian ini mencakup risiko yang teridentifikasi di setiap proses rantai pasok, hasil pengukuran dan penilaian risiko, kemudian penentuan upaya mitigasi. Kinerja dari rantai pasok pintu di tentukan dengan metode SCOR yang kemudian dilakukan pembobotan dengan AHP untuk mendapatkan pengukuran kinerja rantai pasok. Analisis nilai tambah perlu dilakukan untuk mengetahui keuntungan yang didapatkan dalam proses pembuatan pintu. Identifikasi risiko pada setiap proses mulai dari unit supplier sampai produk jadi. Analisis dilakukan berdasarkan studi literatur kemudian dilakukan konfirmasi dengan pengamatan secara langsung dilapangan dan konfirmasi kepada pakar. Risiko yang telah teridentifikasi dari seluruh proses dilanjutkan dengan evaluasi risiko rantai pasok. Proses ini dilakukan penilaian risiko di setiap risiko pada setiap kegiatan rantai pasoknya. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko adalah metode FMEA. Metode ini menjadi lebih strategis dengan menentukan dan menganalisis risiko tertinggi dalam rantai pasok pintu dengan integrasi metode ANP dan FMEA. Risiko yang akan diidentifikasi pada rantai pasok pintu yaitu risiko kualitas, produksi, pasokan, lingkungan, dan sumberdaya. Prioritas risiko yang didapatkan kemudian dievaluasi dengan pendekatan WFMEA untuk mendapatkan langkah mitigasi yang paling tepat. Kerangka pemikiran secara strategis dapat dilihat pada Gambar 1.
5 Mulai
Agroindustri produk pintu
Supplier bahan baku kayu lokal
Identifikasi kinerja rantai pasok
Matrik pengukuran kinerja (SCOR)
Industri pembuatan pintu
Identifikasi struktur rantai pasok
Penentuan bobot matrik pengukuran (AHP)
Analisis nilai tambah (Hayami)
Pengukuran kinerja rantai pasok
Identifikasi mekanisme SCM
Identifikasi risiko rantai pasok (FMEA dan ANP)
Penilaian risiko dan upaya mitigasi
Perumusan implikasi managerial
Selesai
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Tata Laksana Penelitian Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan salah satu strategi untuk menganalisa suatu
6 organisasi yang disesuaikan dengan ciri-ciri dan sifat sistem. Pendekatan sistem merupakan pendekatan yang melakukan pengkajian terhadap struktur sistem yang berguna dalam penyelesaian persoalan. Pendekatan sistem umumnya telah ditandai dengan pengkajian terhadap faktor yang berpengaruh di dalam sistem dan adanya rancangan model yang diperlukan sebagai solusi dalam mencapai tujuan (Eriyatno dan Fajar 2007). Pendekatan sistem digunakan untuk menyelesaikan permasalan kompleks dengan menggunakan berbagai peubah, sehingga sesuai dengan permasalahan yang sebenarnya. Marimin dan Maghfiroh (2010) menjelaskan terdapat 6 tahapan metodologi sistem, yaitu analisa kebutuhan, identifikasi sistem, formulasi masalah, pembentukan alternatif sistem, determinasi dari realitas fisik, sosial politik, dan penentuan kelayakan ekonomi. Penelitian ini memiliki empat tahapan yang harus dilakukan dalam pendekatan sistem, yaitu identifikasi sistem, analisis kinerja rantai pasok produk pintu dilakukan dengan pendekatan SCOR dan AHP sedangkan analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami. Analisis risiko rantai pasok agroindustri pintu dengan pendekatan ANP dan FMEA secara terintegrasi untuk memperoleh nilai RPN (Risk Priority Number) dan WRPN sehingga dapat dilakukan evaluasi risiko rantai pasok pada setiap elemen penyusunnya. Pengumpulan Data Penelitian ini memerlukan data primer dan data sekunder sebagai pemenuhan tujuan penelitian. Data primer dan sekunder yang diperlukan pada penelitian ini diantaranya: 1. Data konfigurasi rantai pasok meliputi struktur, proses bisnis, sumberdaya dan manajemen rantai pasok. Data-data pendukung lain seperti data produksi dan permintaan pintu dari customer. 2. Data hasil produksi, kebutuhan bahan baku, jumlah dan upah tenaga kerja langsung, harga produk yang dijual, jumlah hari kerja, bahan baku utama dan input bahan baku tambahan. 3. Data pembobotan matrik pengukuran kinerja rantai pasok dengan mengoorganisir pendapat pakar yang bersifat data primer. 4. Data kinerja rantai pasok meliputi sepuluh matrik kinerja dari atribut reliabilitas, responsivitas, agility, dan biaya. Data kinerja didukung dengan data produksi, produk reject, kualitas bahan baku, tata cara perawatan dan biaya operasional. 5. Data benchmark perusahaan sebagai standar kinerja yang teah ditetapkan oleh pihak manajemen. 6. Data faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu kegagalan dalam rantai pasok. 7. Data bobot oleh pakar berdasarkan faktor yang berpeluang untuk terjadinya risiko dalam perusahaan. Data-data yang diperlukan dikumpulkan dengan empat cara, yaitu: 1. Studi pustaka, diperlukan untuk mempelajari konsep manajemen rantai pasok produksi pintu di PT X, konsep identifikasi dan penilaian risiko rantai pasok, serta langkah-langkah mitigasi risiko. 2. Observasi lapang, yaitu melihat secara langsung kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan manajemen dan aktivitas rantai pasok.
7 3. Wawancara, diperlukan untuk memperoleh informasi yang akurat dan mengklarifikasi permasalahan yang ditemukan di lapangan baik kepada praktisi ataupun akademisi. 4. Opini pakar, merupakan data yang diperoleh langsung dari pakar melalui alat ukur berupa kuesioner dan wawancara. Pakar yang dilibatkan pada penelitian ini terdiri dari kalangan praktisi dan akademisi. Diantaranya: a. Bapak Suwito selaku senior supervisor produksi yang berperan sebagai pakar praktisi pembobotan AHP dan ANP serta berperan dalam memberikan evaluasi penilaian FMEA dibidang peningkatan produktivitas. b. Bapak M. Sopi Mubarok, ST selaku manajer NPD (New Product Design) yang berperan sebagai pakar praktisi pembobotan AHP dan ANP serta berperan dalam memberikan evaluasi penilaian FMEA dibidang maintenance tools. c. Bapak Gunawan Wibisono, SPsi selaku senior supervisor HRD yang berperan sebagai pakar praktisi pembobotan ANP serta berperan dalam memberikan evaluasi penilaian FMEA dibidang peningkatan skill SDM. d. Bapak Nurjen selaku supervisor perencanaan produksi yang berperan sebagai pakar praktisi AHP dibidang perencanaan. e. Bapak Tabonar Aruan selaku manajer purchasing yang berperan sebagai pakar praktisi SCM (Supply Chain Management) dalam pembobotan AHP dan ANP. f. Bapak Bintang CH Simangunsong, PhD dosen Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selaku pakar akademisi dalam pembobotan AHP. g. Bapak Dr Ir Trisna Priadi, MEngSc dosen Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selaku pakar akademisi dalam pembobotan ANP. Analisis dan Pengolahan Data Tahap Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pengukuran kinerja dilakukan berdasarkan model SCOR versi 11.0. SCOR didasarkan pada lima proses manajemen yang berbeda, yaitu perencanaan, sumber pasokan, produksi, distribusi dan pengembalian. Kelima proses tersebut membentuk tingkat atas dari model SCOR. Setiap proses selanjutnya didekomposisi menjadi tingkat yang lebih rendah. Menurut Saaty (1990) pengembangan hierarki dan pembobotan melalui pendapat pakar dan disintesis menggunakan AHP serta bantuan perangkat lunak Expert Choice 11. Pemilihan matrik kinerja rantai pasok pintu dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hierarki pemilihan matrik pengukuran kinerja rantai pasok pintu terdiri atas level 1 yaitu tipe proses bisnis, level 2 yaitu parameter kinerja, level 3 yaitu atribut kinerja dan level 4 yaitu matrik kinerja. Keempat level hierarki tersebut mengikuti arahan pembaruan model SCOR versi 11.0. Ruang lingkup pengukuran kinerja rantai pasok pintu pada penelitian ini mencakup proses yang dilakukan di PT X. Proses bisnis pada level satu meliputi perencanaan, pengadaan, pengolahan, pengiriman dan pengembalian. Parameter kinerja rantai pasok
8 meliputi nilai tambah, kualitas dan risiko. Atribut kinerja rantai pasok meliputi reliabilitas, responsivitas, agility dan biaya. Matrik kinerja dalam atribut reliabilitas meliputi ketepatan pengiriman, pesanan terkirim penuh, dan kondisi barang sempurna. Atribut responsivitas meliputi waktu siklus mendapatkan bahan baku dan pengolahan. Atribut agility meliputi fleksibelitas kapasitas produksi dan kecepatan produksi serta atribut biaya meliputi biaya pengadaan, pengolahan dan pengiriman. Analisa Nilai Tambah Rantai Pasok Analisa nilai tambah bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh oleh masing-masing anggota rantai pasokan (Feifi 2008). Perhitungan nilai tambah pada anggota rantai pasokan dapat dianalisa mengikuti model matematik yang dikembangkan oleh Hayami. Analisis nilai tambah pada penelitian ini dilakukan pada pihak perusahaan manufacturing pintu yaitu PT X. Data mengenai analisa nilai tambah ini dapat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait. Prosedur perhitungan nilai tambah mengikuti metode Hayami et al. (1987) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perhitungan nilai tambah metode Hayami No. Variabel Output, Input dan Harga. 1. Output (SKU/m3) 2. Bahan baku (m3) 3. Tenaga kerja langsung (hari/bulan) 4. Faktor konversi 5. Koefisien tenaga kerja langsung (hari/bulan/m3) 6. Harga output (Rp/SKU) 7. Upah tenaga kerja (Rp/hari) Penerimaan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/m3) 9. Harga input lain (Rp/m3) 10. Nilai output (Rp/m3) 11. a. Nilai tambah (Rp/m3) b. Rasio nilai tambah 12. a. Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/jam) b. Pangsa tenaga kerja langsung (%) 13. a. Keuntungan (Rp/m3) b. Tingkat keuntungan (%) Balas jasa pemilik fakor produksi 14. Marjin (Rp/m3) a. Pendapatan tenaga kerja langsung (%) b. Sumbangan input lain (%) c. Keuntungan perusahaan (%)
Nilai (1) (2) (3) (4) = (1)/(2) (5) = (3)/(4) (6) (7) (8) (9) (10) = (4) x (6) (11a) = (10) - (8)- (9) (11b) = (11a) / (10) x100 (12a) = (5) x (7) (12b) = (12a) / (11a) x100 (13a) =(11a) - (12a) (13b) = (13a) / (10) x100 (14) = (10) - (8) (14a) =(12a) / (14) x100 (14b) = (9) / (14) x100 (14c) = (13a) / (14) x100
9 Identifikasi Risiko Tahap identifikasi diawali dengan studi pendahuluan untuk mengetahui struktur rantai pembuatan pintu dan hubungan antar anggota rantai pasok. Pengambilan data pada tahapan ini dilakukan melalui studi pustaka, observasi lapang, pengisian kuesioner dan wawancara mendalam dengan praktisi industri (profesional) yang terlibat dalam rantai pasok produk pintu. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pelaku industri dan pakar terkait. Identifikasi sumber dan kejadian risiko rantai pasok dilakukan terhadap pemasok lokal perusahaan dan proses pembuatan pintu dalam rantai pasok produk pintu. Risiko rantai pasok tersebut dikaji berdasarkan dampak dari kejadian, faktor risiko, serta tingkat kejadiannya berdasarkan pendekatan integrasi ANP dan FMEA. Identifikasi risiko didasarkan pada penyesuaian model dan alternatif yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Penentuan alternatif didasarkan pada identifikasi secara langsung dan wawancara mendalam dengan pakar praktisi yang telah ditentukan berdasarkan pengalamannya. Selanjutnya ditentukan titik kritis kegiatan dari setiap alternatif yang berkaitan. Berdasarkan tingkat deteksi, kejadian dan keparahan. ANP Menurut Saaty and Cillo (2008) ANP merupakan alat analisis yang dapat merepresentasikan tingkat kepentingan berbagai pihak dengan mempertimbangkan hubungan ketergantungan baik antar kriteria maupun subkriteria. Metode ANP dapat digunakan untuk menghitung bobot kinerja rantai pasok dengan memperhatikan tingkat ketergantungan antar kelompok atau cluster (Amalia 2012). Tahap yang dilakukan dalam ANP yaitu dipilih kelompok dan elemen-elemen yang akan dibandingkan sesuai dengan kriteria kontrol dengan skala perbandingan fundamental kemudian dilakukan perbandingan berpasangan berikut matriks antara kelompok atau elemen untuk menurunkan eigen vector dan untuk membentuk supermatriks. Setelah semua perbandingan berpasangan selesai dibuat, maka vektor bobot prioritas (w) dihitung dengan rumus Persamaan 1 (Saaty 1980). Aw = λmaxw……………………… (1) λmax merupakan eigen value terbesar pada matriks A dan w adalah eigen vector. CI (Consistency Index) dan CR (Consistency Ratio) dari matriks perbandingan berpasangan dapat dihitung dengan rumus Persamaan 2 (Saaty 1980). =
λ
…………....……..… (2)
Jika CI < 0.1 maka penilaian dianggap konsisten. Angka-angka yang diperoleh dari hasil kuesioner masing-masing responden berupa pendapat mengenai interaksi saling ketergantungan antar elemen pada masing-masing cluster diturunkan menjadi suatu supermatriks.
10 Secara umum hubungan kepentingan antar elemen di dalam jaringan dengan elemen lain di dalam jaringan dapat digambarkan mengikuti supermatriks pada Gambar 2 (Saaty 1980).
c ee
1 1 2
W=
. . e 2 1 . e2 . . . . Ne1 e2 . . eNnN
c c
C1
C2
...
C4
e11 e12 ... e1n1
e21 e22 ... e2n2
...
eN1 eN2 ... eNnN
W11
W12
...
W1N
W21
W22
...
W2N
. :
. :
...
. :
WN1
WN2
...
WNN
Gambar 2 Supermatriks ANP Masing-masing kolom dalam Wij adalah eigen vector yang menunjukkan kepentingan dari elemen pada komponen ke-i dari jaringan pada sebuah elemen pada komponen ke-j. Beberapa masukan yang menunjukkan hubungan nol pada elemen mengartikan tidak terdapat kepentingan pada elemen tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka elemen tersebut tidak digunakan dalam perbandingan berpasangan untuk menurunkan eigen vector. Jadi yang digunakan adalah elemen Supermatriks ANP yang menghasilkan nilai kepentingan bukan nol (Saaty 2005). Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software superdecision 2.2.6. WFMEA Tahap analisis dan evaluasi risiko dilakukan dengan metode WFMEA yang diperkenalkan oleh Xiao et al. (2011). Metode ini merupakan pengembangan dari model FMEA secara umum dengan tujuan memperoleh penilaian yang lebih akurat setelah mengagregasikan hubungan antara faktor risiko yang telah dihitung bobot prioritasnya. Menurut Chen (2007) penilaian FMEA secara umum dilakukan dengan menggunakan nilai RPN. RPN = S x O x D ……………..…………… (3) Metode WFMEA menggunakan suatu penilaian berbobot untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan berkesinambungan dari tahapan penilaian risiko sebelumnya. Bobot pada masing-masing risiko dapat dihitung dengan menggunakan rumus penghitungan WRPN dengan rumus Persamaan 4 (Xiao et al. 2011). WRPNi = Si x Oi x Di x f(Wi) = RPNi x f(Wi) i≠0 …… (4) Mode kegagalan yang memiliki RPN lebih tinggi diasumsikan lebih penting dan diberi prioritas lebih tinggi untuk tindakan korektif daripada yang memiliki RPN yang lebih rendah (Surendro dan Yaumi 2012). Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan. Nilai output variabel yaitu WRPN
11 digunakan untuk mewakili prioritas pada tindakan koreksi dengan skala 1-1000, yang dikategorikan ke dalam lima kelas interval yang digambarkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Kategori risiko berdasarkan WRPN Nilai Output Kategori Risiko 1-50 Sangat Rendah 50-100 Rendah 100-150 Menengah 150-200 Tinggi 200-250 Sangat Tinggi Sumber: TCQI (2010)
Pengendalian Risiko Menerima Menerima Menghindari Mitigasi Mitigasi
Metode Pengolahan Data Berikut merupakan tahapan penelitian, metode yang digunakan dan luaran yang diharapkan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Metode yang digunakan pada setiap tahapan penelitian Tahapan 1.Nilai tambah rantai pasok di dalam produksi pintu 2.Analisis dan pengukuran kinerja rantai pasok produksi pintu berupa opini pakar pada hierarki keputusan. 3.Identifikasi risiko rantai pasok
Metode Hayami
Output Nilai tambah di sektor produksi
SCOR dan AHP
Bobot matrik pengukuran kinerja rantai pasok pintu
ANP dan FMEA
Risiko dalam rantai pasok teridentifikasi
4.Pengukuran dan WFMEA Hasil evaluasi risiko rantai pasok penilaian risiko rantai pasok dan analisis nilai FRPN 5.Rekomendasi upaya Studi lapang dan studi Upaya mitigasi risiko mitigasi risiko pustaka Perancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis Perancangan perangkat lunak pendukung analisis dibangun untuk percobaan dalam memudahkan pihak manajemen PT X dalam pengambilan keputusan. Perancangan perangat lunak ini sebagai model yang nantinya dapat dikembangkan kembali untuk menjadi komponen sistem yang lebih baik. Perancangan perangkat lunak ini dilakukan ketika semua informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan setiap subsistem telah lengkap. Perancangan perangkat lunak ini pada dasarnya bertujuan untuk mengintegrasikan antara pengguna, pendapat pakar dan formulasi matematika secara berkesinambungan karena pada dasarnya dalam menjalankan setiap fungsi perusahaan selalu dikaitkan dengan situasi pengambilan keputusan (Charnes et al. 1978).
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan PT X merupakan industri yang bergerak pada produksi mable dengan memproduksi beberapa produk seperti aksesoris pintu, engineering door, slab door, dan flash door akan tetapi PT X lebih menitikberatkan pada produksi pintu yaitu door angineering yang berbahan dasar kayu. Industri ini berdiri pada tahun 1991 berlokasi di Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Pada awal berdirinya industri ini memiliki 2 pabrik yaitu factory C yang digunakan sebagai gudang bahan baku maupun produk jadi, dan factory A yang digunakan untuk memproduksi komponen-komponen pintu. Awalnya industri ini hanya memproduksi komponen pintu, kemudian sampai pada tahun 2000 didirikan factory B dan factory D yang merupakan pabrik proses penyatuan dan pengecatan pintu (assembling and painting door). PT X mendirikan cabang perusahaan di Indonesia yaitu PT X Cirebon di tahun 2015. Bahan baku yang dominan digunakan adalah kayu meranti, pinus, merbau, white oak, dan kempas baik yang tersertifikasi FSC (sertifikasi legalitas kayu) maupun tidak. PT X merupakan perusahaan dengan status penanaman modal asing. Pertama didirikannya industri ini kepemilikannya dipegang oleh perusahaan pintu yang berasal dari Australia, kemudian pada tahun 2006 kepemilikannya beralih ke perusahaan asal Amerika. Sampai saat ini PT X merupakan perusahaan yang tergolong sangat besar pada sektor industri pengolahan kayu dan 100% produk pintu yang dihasilkan oleh PT X diekspor ke beberapa negara. Negara tujuan ekspor produk pintu PT X diantaranya adalah Australia, Belanda, Inggris, Prancis dan Amerika Serikat. Siklus bisnis penerimaan pesanan di PT X dapat dilihat pada Lampiran 1. Saat ini PT X memiliki kapasitas produksi kurang lebih 1400-1700 pintu/hari atau setiap bulannya PT X mampu memproduksi 30000 pintu siap ekspor dengan berbagai macam jenis. Diantaranya yaitu jenis pintu eksternal dan internal seperti Dordogne Paint, Worcester Paint, 4P Shaker Paint, Pwin WS, Wind 7F, Wind WS 19 H, Sunbrust, Back Door, Winsor dan lain-lain. Contoh spesifikasi dan desain produk PT X dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Pintu eksternal merupakan pintu luar seperti pintu masuk, pintu ini merupakan kategori pintu dengan tingkat kesulitan yang sedang sampai tinggi. Secara umum pembuatan pintu ekternal diperlukan waktu produksi yang lebih panjang dibandingkan dengan pintu internal. Pintu internal merupakan pintu di dalam rumah atau didalam ruangan. Pintu internal merupakan jenis pintu yang secara umum memiliki tingkat kerumitan produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan pintu eksternal. Konfigurasi rantai pasok produksi pintu di PT X Rantai pasok produk pintu dari PT X berawal dari petani kayu lokal maupun nonlokal. Ada tiga jalur pengiriman kayu dari petani lokal ke PT X yaitu pertama pengiriman dari petani lokal kepada pengumpul kayu kemudian ke PT X, kedua pengiriman kayu dari petani kayu lokal kepada pengumpul kayu yang
13 didistribusikan kepada trader dan ke PT X, ketiga yaitu pengiriman kayu lokal dari petani kayu ke trader kemudian ke PT X. Pengiriman kayu impor berlangsung dari pengumpul kayu di negara tersebut dan kemudian dikirimkan ke PT X. Berdasarkan pendapat Mentzer et al. (2001) sebagai penyeimbang terjadinya rantai pasok terdapat lima pemain utama yaitu pemasok, industri, distributor, retailer, dan konsumen akhir. Mekanisme rantai pasok pada PT X dapat dilihat lebih jelasnya pada Gambar 3. Pengumpul kayu
Petani kayu
Petani kayu
Pengumpul kayu
Trader/ pedagang
Trader/ pedagang
Petani kayu
JELD-WEN UK
Toko
JELD-WEN USA
House
JELD-WEN Australia
Builders
PT X
Howden
Local area Toko Petani kayu
Pengumpul kayu
Skantrae
Keterangan : Dalam negeri : Luar negeri
Gambar 3 Struktur rantai pasok produk pintu di PT X Berdasarkan Gambar 3 skema rantai pasok pengiriman atau penjualan produk pintu PT X hanya ditujukan kepada customer di luar negeri karena dalam perizinan yang dilakukan PT X hanya memiliki izin penjualan ke luar negeri. Bahan baku yang diperoleh dari pemasok kayu lokal dan nonlokal jelas sangat berbeda. Perbedaan terdapat pada jenis kayu yang dipesan karena ketersediaan kayu dan daerah tumbuh kayu yang spesial (endemik) kayu lokal. Kayu-kayu yang didapatkan dari pemasok lokal diantaranya berjenis kayu merbau, kayu meranti, kayu pinus lokal baik jawa maupun sumatera, kayu mahoni, dan kayu sengon. Kayu-kayu yang didapatkan dari pemasok nonlokal yaitu kayu white oak, red oak, dan pinus impor. Anggota Rantai Pasok Rantai pasok produksi pintu tidak dapat berlangsung dengan baik apabila tidak ada andil dari pihak-pihak terkait dalam produksi pintu. Pihak terkait tersebut adalah anggota dari rantai pasok produksi pintu di PT X yaitu: 1. Penyedia bahan baku Peyedia bahan baku produksi pintu meliputi beberapa pemasok jenis bahan baku dalam pembuatan pintu. Bahan baku utama meliputi kayu lokal dan kayu impor yang berasal dari pengumpul kayu maupun trader atau penyalur. Salah satu trader lokal kepercayaan PT X adalah CV Citra Alam Sejati dan salah satu pengumpul kayu lokal yang menjadi pemasok bahan baku kayu lokal ke PT X adalah pengumpul kayu dari desa Sukajadi kecamatan Cibinong kabupaten
14 Cianjur. Penyedia bahan baku tambahan seperti Veneer, Skin, lem, dan glass berasal dari perusahaan dari Cina maupun perusahaan terdekat. 2. Produksi pintu PT X sebagai perusahaan manufacturing pintu berperan sebagai anggota rantai pasok yang memproduksi pintu atau yang melakukan proses value added berupa pintu. PT X melakukan perlakuan bahan baku di factory C, pemotongan, assembling dan cramping di factory A, produk hand free di factory D dan painting di factory B. Perlakuan yang diberikan pada bahan baku meliputi dihumidifikasi dan pengeringan dengan menggunakan kiln drying. Pengeringan ditujukan untuk mengurangi kadar air dan mencegah terjadinya penjamuran pada bahan baku sehingga mengurangi terjadinya pengerutan pada saat dilakukan produksi pintu. Kadar air yang diterima untuk dilakukannya produksi adalah 1015%. Proses selanjutnya dilakukan pemotongan bahan baku sesuai dengan jenis pintu yang diproduksi kemudian dilakukan assembling dan cramping untuk menjadikan satu dari komponen pintu yang telah di potong. Pintu yang sudah di cramping kemudian dilakukan pengecatan untuk jenis painting door. Pintu yang telah selesai dalam pengerjaannya akan dikemas terlebih dahulu sebelum didistribusikan ke customer. PT X merupakan salah satu cabang dari perusahaan JELD-WEN Amerika yang berada di Indonesia. JELD-WEN Indonesia meliputi PT X di wilayah Gunung Putri kabupaten Bogor dan PT X di Cirebon. PT X di Cirebon sebagai pabrik yang memproduksi komponen kayu dan pengerjaan bahan reject. Hal ini dilakukan untuk memenuhui permintaan customer yang semakin tinggi sedangkan lini produksi pintu yang sangat rendah produktivitasnya. Pintu yang diproduksi oleh PT X memiliki 68 jenis pintu dengan beberapa subjenis, dan setiap subjenis memiliki subsubjenis pintu. 3. Distributor Distributor rantai pasok berperan dalam menyalurkan bahan baku pintu dan produk pintu dari PT X. Distributor dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan, artinya setiap perusahaan atau institusi yang menjual, maka perusahaan tersebut yang berperan dalam melakukan distribusi. PT X melakukan distribusi produknya dengan proses peminjaman kontainer yang kemudian didistribusikan dengan kapal kontainer ke Negara tujuan. 4. Customer Customer dari PT X meliputi 5 customer besar yaitu JELD-WEN UK, JELD-WEN USA, JELD-WEN Australia, Howden, dan Sekantrae dari Belanda. Lima customer besar ini yang berperan besar dalam menjaga keseimbangan penjualan pintu di PT X karena kepercayaan yang telah dibangun sejak berdirinya PT X. Kepercayaan ini terus dibangun dengan kualitas produk yang sangat mumpuni dan inovasi-inovasi produk yang terus dikembangkan oleh PT X. PT X memberlakukan sistem dimana customer dapat melakukan inspeksi ke perusahaan untuk melihat cara produksi dan kualitas produk secara langsung untuk menjaga kepercayaan customer kepada PT X. Entitas Rantai Pasok 1. Produk Produk yang dihasilkan oleh PT X sangat beragam. Setiap customer memiliki jenis produk yang berbeda. Setiap jenis produk dapat memiliki 10-25
15 sub jenisnya dan setiap sub jenis memiliki 500-1500 subsubjenis dari produk tersebut. Penelitian ini lebih menitikberatkan pada beberapa produk yang paling frequentif yang di pesan oleh setiap customer. 2. Pasar PT X secara tidak langsung tidak dapat mempengaruhi konsumen akhir yang menggunakan produk pintu PT X akan tetapi PT X memiliki peran dalam menambah inovasi yang dihasilkan untuk kemudian ditawarkan kepada customer tetap. Prediksi peningkatan permintaan pasar dapat diketahui melalui data statistik perkembangan pembangunan disuatu negara, perhotelan, perumahan serta data peningkatan jumlah penduduk. 3. Persaingan dan Keunggulan Kompetitif PT X memiliki beberapa kompetitor dalam pembuatan dan penjualan produk pintu di Indonesia. Diantaranya adalah perusahaan pintu yang ada di Semarang dan perusahaan pintu yang ada di Tanggerang. Strategi perusahaan dalam mengatasi persaingan ini adalah menerima produk pintu dengan satuan jenis produk yang dipesan atau dapat dikatakan sangat fleksibel dengan jumlah pesanan yang dipesan oleh customer. Strategi persaingan pasar yang dilakukan PT X adalah dengan membuat expansi pabrik yang dimiliki supaya dapat meningkatkan kapasitas produksi dari PT X untuk memenuhi permintaan customer. Proses Transaksi 1. Pemesanan Bahan Bahan baku PT X didapatkan dari beberapa pengepul kayu atau Trader memiliki pola transaksi yang telah disepakati bersama yaitu pembayaran dilakukan dengan pola jatuh tempo. Pemesanan dilakukan dengan proses tawarmenawar terlebih dahulu melalui hubungan telekomunikasi melalui telephone. Harga yang didapatkan merupakan harga bersih yang mencakup biaya bahan baku, pengiriman dan distribusi menuju PT X. 2. Penerimaan Bahan Baku Bahan baku yang telah dipesan kemudian akan dikirimkan dalam tempo yang telah dispakati sebelumnya. Proses pembelian bahan baku terdapat dua karakter bahan baku yaitu berdasarkan nilai kadar airnya. Pertama, yaitu bahan baku dengan kualitas basah atau kadar air diatas 15% yang mana pada proses penerimaan bahan bakunya hanya dilakukan pemeriksaan berupa penampakan secara visual. Bahan baku yang tidak sesuai dengan karakter yang dipesan akan dikembalikan oleh PT X dengan adanya pengurangan nilai harga beli yang telah disepakati. Bahan baku cacat yang tidak lolos seleksi seperti pecah dan diluar ukuran yang diminta. Bahan baku yang kedua adalah kayu dengan kadar air dibawah 15%. Proses penerimaan kayu ini dilakukan dengan milihat kadar air bahan menggunakan alat bantu detektor kadar air kayu. 3. Penjualan pintu ke customer PT X merupakan perusahaan manufacturing yang memproduksi pintu sesuai pesanan sebelumnya (based on order). Pesanan yang didapatkan akan diproses oleh bagian perencanaan produksi untuk ditentukan penjadwalan produksi. Produk pintu akan dikirimkan dalam jangka waktu yang telah disepakati oleh keduabelah pihak. Pembayaran dari customer juga dilakukan dengan metode jatuh tempo atau berangsur sesuai kesepakatan. Proses
16 pemesanan, hubungan komunikasi dengan pihak customer dilakukan untuk memberikan report update pesanan kepada customer. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya misscomunication dari pihak PT X dan customer. Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Produksi Pintu di PT X Menurut Tavana et al. (2013) peningkatan dan maintenance dari kinerja rantai pasok merupakan salah salah satu sektor dalam meningkatkan proses bisnis perusahaan dengan keterhubungan rantai pasok yang kompleks dari berbagai aktor dalam rantai pasoknya. Kinerja rantai pasok dalam penelitian ini diukur menggunakan metode SCOR dan AHP. SCOR merupakan metode yang dikembangkan oleh Supply Chain Council sebagai model pengukuran kinerja pada lintas industri (Wigaringtyas 2013). AHP merupakan metode pemilihan atau ranking dalam pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Tomas L Saaty dan digunakan dalam memilih alternatif terbaik untuk mengambil sebuah keputusan (Torfi dan Rashidi 2011). Pengukuran kinerja rantai pasok pintu dilakukan di PT X dengan dilakukannya komparasi data antara kinerja aktual dengan target atau permintaan dari customer. Beberapa atribut kinerja yang mengkomparasikan data aktual dengan data benchmark yang diperoleh berdasarkan target yang diharapkan oleh PT X terhadap kinerja perusahaannya untuk menghasilkan kinerja rantai pasok yang terbaik. Nilai kinerja dari PT X kemudian dibandingkan dengan klasifikasi nilai standar kinerja menurut Monczka et al. (2011) dapat dilihat pada Tabel 4. Pembandingan dengan standar kinerja ini dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian kinerja rantai pasok yang dimiliki oleh PT X. Bobot Struktur SCOR-AHP yang berhasil disintesis dari pakar dapat dilihat pada Gambar 4. Model hierarki dari Gambar 4 menunjukkan 4 level dari SCOR yaitu proses bisnis, parameter kinerja, atribut kinerja, dan matriks kinerja rantai pasok produksi pintu. Proses bisnis perencanaan memiliki bobot sebesar 0.250, proses bisnis pegadaan sebesar 0.223, proses bisnis pengolahan 0.171, proses bisnis pengiriman sebesar 0.212 dan proses bisnis pengembalian sebesar 0.144. Menurut Stevens dan Graham (1989) integrasi dalam rantai pasok yang baik dapat dihasilkan dari proses perencanaan yang baik pula. Dapat disimpulkan bahwa proses bisnis perencanaan merupakan aspek yang dianggap paling penting dalam manajemen rantai pasok produksi pintu di PT X. Tabel 4 Klasifikasi standar kinerja Nilai kinerja Kriteria kinerja (Exelent) 95-100 Sangat baik 90-94 Baik (Above average) 80-89 Sedang (Average) 70-79 Kurang (Below average) 60-79 Sangat kurang (Poor) <60 Buruk (Unacceptable) Sumber: Monczka et al. (2011)
17
Penentuan Prioritas Indikator Kinerja Rantai Pasok Pintu
Tujuan
Proses bisnis
Perencanaan 0.250
Pengadaan 0.223
Nilai Tambah 0.251
Parameter kinerja
Reliabilitas 0.321
Atribut kinerja
Matrik kinerja
Pengolahan 0.171
Pengiriman 0.212
Kualitas 0.520
Risiko 0.216
Pengembalian 0.144
Agility 0.194
Responsivitas 0.205
Pesanan terkirim penuh
Katepatan pengiriman
Kondisi barang sempurna
Waktu siklus mendapatkan bahan baku
Waktu siklus pengolahan
Fleksibelitas kapasitas produksi
0.055
0.133
0.133
0.138
0.067
0.079
Gambar 4 Hierarki bobot SCOR-AHP
Kemampuan perubahan kecepatan produksi 0.114
Biaya 0.267
Biaya pengadaan bahan
Biaya produksi
Biaya pengiriman
0.092
0.118
0.056
18 Parameter kinerja meliputi tiga aspek yaitu nilai tambah, kualitas dan risiko. Nilai bobot parameter kinerja dari nilai tambah sebesar 0.251, kualitas sebesar 0.520 dan risiko 0.216. Dapat disimpulkan kualitas merupakan parameter kinerja yang dianggap paling penting oleh pakar dalam manajemen rantai pasok produksi pintu di PT X. Produk dengan spesifikasi yang detail dan amat rumit menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan dalam mempertahankan kualitas yang dimiliki. Persaingan pasar yang tinggi membuat setiap perusahaan akan tetap menjaga kualitasnya yang terbaik dengan nilai harga produk yang masih terjangkau (Hadiguna dan Marimin 2007). Atribut kinerja rantai pasok meliputi reliabilitas, responsivitas, agility dan biaya. Nilai yang didapatkan dari penilaian pakar secara berturut yaitu 0.321, 0.205, 0.194 dan 0.267. Dapat disimpulkan reliabilitas merupakan atribut kinerja yang dianggap paling penting oleh pakar dalam manajemen rantai pasok produksi pintu di PT X. Reliabilitas disini merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan customer sesuai dengan keinginannya sehingga dapat meningkatkan kepercayaan customer. Didapatkan nilai dari perhitungan kinerja rantai pasok produksi pintu pada Tabel 5. Tabel 5 Rincian perhitungan kinerja rantai pasok Atribut kinerja level V
Bobot AHP pakar 0.055 0.133 0.133
Perbandingan Aktual 388987 50 114
Benchmark 389065 49 388987
% 99.98 98 99.8
Level IV
Pesanan terkirim penuh 5.528 Katepatan pengiriman 13.011 Kondisi barang sempurna 13.314 Waktu siklus mendapatkan bahan baku 0.138 30 30 100 13.815 Waktu siklus pengolahan 0.067 24 22 91.67 6.098 Fleksibelitas kapasitas produksi 0.079 1685 1500 100 7.920 Kemampuan perubahan kecepatan produksi 0.114 24 22 91.67 10.491 Biaya pengadaan bahan 0.092 3 650 000 5 000 000 100 9.175 Biaya produksi 0.118 35* 30* 86 10.184 Biaya pengiriman 0.056 1 800 000 1 500 000 83 4.671 TOTAL 0.986 94.205 *asumsi Hasil pengukuran kinerja rantai pasok menunjukkan nilai kinerja rantai pasok PT X tergolong dalam range baik dengan nilai kinerja 94.205 dari indeks maksimum kinerja 98.6. Dapat disimpulkan bahwa perbaikan dalam kinerja rantai pasok PT X masih diperlukan untuk mencapai indeks kinerja yang lebih baik. Perusahaan dikatakan memiliki nilai kinerja excelent jika memiliki indeks kinerja 95-100 dari maksimum indeks kinerja 100 (Monczka et al. 2011). Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan adanya komunikasi yang baik didalam proses bisnisnya untuk menjaga stabilitas kinerja didalam perusahaan.
19 Analisis Nilai Tambah Produk Pintu Di PT X Konsep nilai tambah merupakan salah satu upaya penambahan input atau pengolahan lebih lanjut terhadap suatu komoditas tertentu (Asrol 2015, Marimin dan Maghfiroh 2010, Setiawan 2009). Bagian produksi pintu merupakan pemberian added value terbesar dalam rantai pasok pemanfaatan kayu. PT X merupakan perusahaan yang memprioritaskan pembuatan pintu berdasarkan jenis pintu yang telah dipesan oleh 5 customer utamanya. 5 customer tersebut salah satunya adalah JELD-WEN inggris yang memiliki kategori pesanan seperti JWUK big internal, JWUK clear, primered worcester, IFLB, EFLB, manifesto dan lain-lain. Perhitungan nilai tambah dilakukan pada 65 jenis produk pintu yang menjadi prioritas pemesanan pada tahun 2016. Contoh perhitungan nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 6. Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh spesifikasi produk pintu yang dibuat, detail produk dan tingkat kerumitan dari produk itu sendiri. Tabel 6 Contoh perhitungan nilai tambah Skantrae accent. No
8
Variabel Output, input dan harga Output (SKU/m3) Bahan baku (m3) Tenaga kerja langsung (hari/bulan) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja langsung (hari/bulan/m3) Harga output (Rp/SKU) Upah tenaga kerja (Rp/SKU) Penerimaan dan keuntungan Harga bahan baku (Rp/m3)
9
Harga input lain (Rp/m3)
1 2 3 4 5 6 7
10 11.a 11.b 12.a 12.b 13.a 13.b
3
Nilai 0.95 1 22 0.95 23.16 773 980 90 238 282 602 47 555
Nilai output (Rp/m )
735 281
3
405 124 55.09 20 929.42 5.17 384 194 52.25
Nilai tambah (Rp/m ) Rasio nilai tambah Pendapatan tenaga kerja langsung (Rp/jam) Pangsa tenaga kerja langsung (%) Keuntungan (Rp/m3) Tingkat keuntungan (%) Balas jasa pemilik faktor produksi 14 Marjin (Rp/m3) 14.a Pendapatan tenaga kerja langsung (%) 14.b Sumbangan input lain (%) 14.c Keuntungan perusahaan (%)
452 679 4.62 10.50 84.87
Perhitungan nilai tambah pada Tabel 6 merupakan salah satu contoh dari perhitungan nilai tambah yang dilakukan di PT X dari customer Skantrae dengan
20 bahan dasar pintu dari kayu pinus. Pada tahun 2016 terdapat 15 jenis produk yag dipesan oleh Skantrae dengan rata-rata rasio nilai tambah yang didapatkan PT X sebesar 55.94 dan tingkat keuntungan 53.33%. Hasil perhitungan nilai tambah dari dari customer Skantrae dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Perhitungan nilai tambah customer Skantrae Produk
Rasio nilai tambah
Tingkat keuntungan (%)
1
55.10
52.25
2 3 4 5
51.86 57.58 49.55 66.10
48.64 54.71 46.26 63.82
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-rata
48.37 60.14 28.73 56.42 56.30 52.91 54.52 63.38 77.54 60.54 55.94
44.52 58.07 26.40 54.55 53.35 50.23 51.85 61.30 76.34 57.70 53.33
Produk yang dipesan oleh customer Howden terdapat 9 jenis produk dengan rata-rata rasio nilai tambah yang dilakukan oleh PT X yaitu 63.87 dan rata-rata tingkat keuntungan yang didapatkan adalah 61.27%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Perhitungan nilai tambah customer Howden Produk
Rasio nilai tambah
Tingkat keuntungan (%)
1 2 3 4
60.10 50.52 53.10 67.36
57.23 46.95 49.72 65.01
5 6 7 8 9 Rata-rata
70.87 61.74 63.72 61.38 86.07 63.87
68.77 58.99 61.10 58.60 85.07 61.27
Produk yang dipesan oleh customer JELD-WEN USA terdapat 12 jenis produk dengan rata-rata rasio nilai tambah yang dilakukan oleh PT X yaitu 61.13
21 dan rata-rata tingkat keuntungan 58.33%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Perhitungan nilai tambah customer JELD-WEN USA Produk
Rasio nilai tambah
Tingkat keuntungan (%)
1 2 3 4
48.07 49.08 56.76 47.74
44.33 45.42 53.64 43.97
5 6 7 8 9 10 11 12 Rata-rata
57.52 73.65 62.58 62.61 64.35 78.75 64.49 67.93 61.13
54.47 71.75 59.88 59.92 61.78 77.22 61.93 65.62 58.33
Produk yang dipesan oleh customer JELD-WEN Australia terdapat 11 jenis produk dengan rata-rata rasio nilai tambah yang dilakukan oleh PT X yaitu 58.82 dan rata-rata tingkat keuntungan 55.85%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perhitungan nilai tambah customer JELD-WEN Australia Produk
Rasio nilai tambah
Tingkat keuntungan (%)
1 2 3 4
67.87 30.38 39.51 66.59
65.55 25.37 35.15 64.18
5 6 7 8 9 10 11 Rata-rata
65.03 79.94 85.47 60.88 50.71 47.88 52.75 58.82
62.51 78.50 84.42 58.06 47.16 44.12 49.35 55.85
Produk yang dipesan oleh customer JELD-WEN UK terdapat 18 jenis produk dengan rata-rata rasio nilai tambah yang dilakukan oleh PT X yaitu 70.69 dan rata-rata tingkat keuntungan 68.40%. Hasil perhitungan nilai tambah produk pintu yang dipesan oleh customer JELD-WEN UK dapat dilihat pada Tabel 11.
22 Tabel 11 Perhitungan nilai tambah customer JELD-WEN UK Produk
Rasio Nilai Tambah
Tingkat Keuntungan (%)
1 2 3 4
53.80 51.07 62.93 64.67
50.47 47.54 60.26 62.13
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
67.58 69.27 71.93 74.88 73.10 72.70 81.20 82.84 73.84 69.68 83.75 82.63
62.13 67.06 69.91 73.07 71.16 70.73 79.84 81.61 71.96 67.50 82.58 81.38
17 18 Rata-rata
67.28 69.23 70.69
64.92 67.01 68.40
Analisis Risiko Rantai Pasok Identifikasi Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu Menurut Suharjito (2011) untuk memperoleh kerangka ANP dan identifikasi risiko rantai pasok di suatu industri yaitu dengan cara interview serta brainstorming mendalam dengan beberapa pakar. Identifikasi tersebut akan menghasilkan sebuah model ANP yang sesuai. Tujuan pembuatan model adalah membuat sesuatu yang kompleks menjadi lebih simpel dan terstruktur (Marimin dan Maghfiroh 2011, Rusydiana dan Devi 2013, Saaty 2005). Kriteria Mitigasi Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu 1. Kriteria Ekonomi Kriteria ekonomi didasarkan pada sektor input dan output dari kegiatan ekonomi. Output yang dimaksudkan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam produksi pintu. Berdasarkan pendapat pakar biaya output yang dimaksudkan adalah biaya produksi. Biaya produksi meliputi biaya pengadaan, biaya operasional, biaya utilitas, biaya sumberdaya manusia, dan biaya pengiriman. Kriteria ekonomi input (pendapatan) dipengaruhi oleh total produksi yang dilakukan oleh PT X sehingga komponen yang dipilih untuk penentuan input dari perusahaan adalah total produksi yang di targetkan oleh pihak manajemen.
23 2. Kriteria Sumberdaya Penentuan komponen dari sumberdaya dalam PT X dikategorikan dalam dua aspek yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya peralatan produksi (tools). Kualitas sumberdaya manusia menentukan tingkat kelancaran dalam proses produksi, kerjasama tim dan product knowledge. Sumberdaya peralatan produksi menentukan kapasitas produksi, kecepatan produksi, fleksibelitas produksi, kualitas sumberdaya manusia, biaya produksi dan total produksi. 3. Kriteria Alternatif Penentuan kriteria alternatif didasarkan pada dua kriteria sebelumnya yaitu ekonomi dan sumberdaya. Alternatif yang disesuaikan yaitu peningkatan skill SDM (Sumber Daya Manusia), maintenance tools secara rutin, dan peningkatan produktivitas. Peningkatan skill dari SDM dalam suatu industri dapat meningkatkan kualitas dari SDM itu sendiri dan dapat mengoperasikan tools yang digunakan dengan maksimal dan terampil. SDM yang berkualitas akan meningkatkan produktivitas dari industri itu sendiri dan dapat meningkatkan optimasi produksi sehingga dapat diperoleh biaya produksi yang lebih rendah. Maintenance tools rutin merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam industri manufacturing pintu karena material atau bahan baku pintu (kayu) ketika dilakukan pemotongan, sanding dan pengeboran akan menghasilkan limbah serbuk kayu yang dapat menutupi permukaan atau komponen didalam mesin sehingga maintenance yang baik akan meningkatkan kinerja mesin dan optimasi produksi di PT X. Peningkatan produktivitas di setiap work center dapat meningkatkan efisiensi setiap kinerja komponen dalam industri dan dapat memaksimalkan biaya produksi yang dikeluarkan. Peningkatan produktivitas didukung dengan kualitas SDM yang baik dan tools yang mamadai. Sehingga kedepannya akan mengoptimalkan produksi di PT X. Struktur model ANP tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Model ANP strategi mitigasi resiko pada manufacturing pintu
24 Berdasarkan hasil kuesioner pakar dengan menggunakan Analytical Network Process diperoleh perbandingan berpasangan antara kriteria ekonomi yang mempengaruhi alternatif mitigasi risiko yang akan dilakukan sehingga dapat diketahui komponen yang paling berpengaruh. Hasil penilaian dari pakar menunjukkan bahwa didalam kriteria ekonomi biaya produksi memiliki nilai sebesar 0.540 dan total produksi sebesar 0.460. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen yang paling berpengaruh atau yang paling penting yaitu biaya produksi dalam pembuatan pintu. Hasil perhitungan nilai bobot ANP disajikan pada Tabel 12 dan perhitungan supermatriks pada superdecision pada Lampiran 2 dan penggabungan pendapat pakar pada Lampiran 3. Tabel 12 Hasil dari pembobotan menggunakan ANP Criteria Alternatif
Ekonomi Sumberdaya
Name Maintenance tools rutin Peningkatan produktivitas Peningkatan skill SDM Biaya produksi Total produksi Kualitas SDM Tools yang digunakan
Normalized by cluster 0.324 0.318 0.358 0.540 0.460 0.492 0.508
Limiting 0.139 0.136 0.154 0.191 0.163 0.106 0.110
Hasil dari Tabel 12 menunjukkan nilai subkriteria dari kriteria sumberdaya yaitu kualitas SDM dan tools yang digunakan memiliki bobot penilaian dari pakar secara berturut yaitu 0.492 dan 0.508. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa tools yang digunakan jauh lebih berpengaruh dari pada kualitas SDM yang dimiliki. Perhitungan dengan WRPN diharapkan didapatkan analisis risiko yang lebih akurat dan terintegrasi. Bobot (W) didapatkan dari hasil prioritas identifikasi risiko dengan metode ANP sedangkan nilai dari RPN didapatkan dari penilaian dengan metode FMEA (Aini 2013). Menurut Surendro dan Yaumi (2012) nilai WRPN dapat diperoleh dengan mengalikan tiga komponen severity, occurence, dan detection dengan bobot risiko. Dari hasil penelitian FMEA disajikan pada Tabel 14 dan nilai dari WRPN disajikan dalam Tabel 15. Hasil penilaian pakar didapatkan nilai RPN pada masing-masing subkriteria dari kriteria alternatif. Total nilai RPN yang dimiliki oleh alternatif peningkatan skill SDM sebesar 342, Total nilai RPN yang dimiliki oleh alternatif maintenance tools rutin sebesar 228 dan Total nilai RPN yang dimiliki oleh alternatif peningkatan produktivitas sebesar 1157. Kategori risiko dari rantai pasok dapat dikomparasikan dengan kategori risiko pada Tabel 13. Tabel 13 Kategori risiko berdasarkan WRPN Nilai output Kategori risiko 1-50 Sangat Rendah 50-100 Rendah 100-150 Menengah 150-200 Tinggi 200-250 Sangat Tinggi Sumber: TCQI (2010)
Pengendalian risiko Menerima Menerima Menghindari Mitigasi Mitigasi
25 Tabel 14 Hasil FMEA penilaian oleh pakar Alternatif Peningkatan skill SDM
Maintenance tools rutin
Peningkatan produktivitas
Variabel risiko Biaya tambahan untuk training Rendahnya kualitas pendidikan pekerja Fasilitas dan waktu yang kurang memadai Human error Tidak adanya semangat/ ketertarikan pekerja Idle time Mengurangi waktu produktif Tambahan energi Waktu maintenance digunakan dengan bermain Human error Kapasitas produksi terbatas Mutu dan bahan baku rendah Proses produksi tidak efisien Skill SDM yang rendah Penggunaan teknologi produksi sederhana
Severity (1-10)
Occurrence (1-10)
Detection (1-10)
RPN
1
5
10
50
1
1
9
9
1 3
3 4
8 7
24 84
5
5
7
175
7
7
4
196
2 1
3 1
3 1
18 1
3 2
3 2
1 1
9 4
8
8
8
512
3
3
4
36
5
6
2
60
3
3
5
45
7
8
9
504
Tabel 15 Integrasi ANP dan FMEA Alternatif Peningkatan skill SDM Maintenance tools rutin Peningkatan produktivitas
Bobot ANP
Peringkat
Bobot RPN Peringkat
0.358
1
342
0.324
2
0.318
3
WRPN
Peringkat
2
122.446
2
228
3
73.849
3
1157
1
368.007
1
26 Evaluasi Risiko Rantai Pasok Produksi Pintu Hasil perhitungan WRPN pada Tabel 15 jika di komparasikan dengan kategori risiko berdasarkan WRPN pada Tabel 13 (TCQI 2010). Nilai risiko pada alternatif peningkatan skill SDM tergolong pada kategori yang menengah yaitu dengan nilai output 122.446 sehingga perusahaan cukup menghindari risiko yang ada. Alternatif maintenance tools rutin tergolong pada kategori yang rendah yaitu dengan nilai output 73.849 sehingga perusahaan dapat menerima risiko yang ada. Alternatif peningkatan produktivitas memiliki nilai risiko yang tergolong pada kategori yang sangat amat tinggi yaitu dengan nilai output 368.007 sehingga perusahaan perlu melakukan mitigasi risiko untuk mendapatkan peningkatan produktivitas yang maksimal. Pengendalian Risiko Tertinggi Rantai Pasok Produksi Pintu Penentuan tindakan yang tepat dalam manajemen risiko rantai pasok dapat didasarkan dari identifikasi dan evaluasi risiko yang telah dilakukan. Menurut Handayani (2013) faktor-faktor yang menghambat operasional suatu rantai pasok adalah risiko dari rantai pasok itu sendiri yang tidak dapat dihindari akan tetapi dapat dimimalisir dan dihilangkan dengan penanganan risiko yang tepat. Menurut Xiao et al. (2011) pengendalian risiko berupa mitigasi risiko melibatkan pengembangan tindakan risiko dengan respon yang terencana. Berdasarkan kajian ini proses mitigasi risiko yang dapat dilakukan adalah malakukan tindakan berencana terhadap prioritas risiko yang telah ditetapkan berdasarkan evaluasi risiko yaitu pada alternatif peningkatan produktivitas. Peningkatkan produktivitas di PT X memiliki beberapa kendala yang dihadapi, yaitu kapasitas produksi yang terbatas, mutu bahan baku yang rendah, proses produksi yang tidak efisien, skill sumberdaya manusia yang rendah dan penggunaan teknologi produksi yang sederhana. Pengendalian risiko yang dapat dilakukan adalah meningkatan team work untuk meningkatkan product knowledge dan skill sumberdaya manusia. Melakukan work class manufacturing dengan baik dan pengadaan pelatihan untuk sumberdaya manusianya. Improvement sistem operasional perusahaan sebagai cara untuk meningkatkan kapasitas produksi baik dengan subkontraktor maupun ekspansi dengan cara yang lain serta penerapan standar bahan baku yang lebih baik. Rancangan Perangkat Lunak Pendukung Analisis Pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini menggunakan bahasa pemrograman java melalui aplikasi Netbeans IDE 8.01, disusun dalam sebuah java aplication project (java swing netbeans dengan nama project penelitian). Aliran data pada sistem ini digambarkan pada DFD (Data Flow Diagram) yang terdapat pada Lampiran 6. DFD berfungsi sebagai penggambaran sistem secara logika tanpa melihat lingkungan fisiknya sehingga aliran data dan informasi yang terdapat dalam sistem manajemen yang dijalankan akan tergambarkan dengan struktur yang lebih simpel (Rohman 2007). DFD disusun menggunakan software power designer process analysis 16.1. Perancangan sistem dan aplikasi ini diharapkan dapat memudahkan analisis pengukuran kinerja dan risiko rantai pasok serta memudahkan manajemen perusahaan dalam melakukan pengawasan
27 terhadap model manajemen rantai pasok yang diimplementasikan. Kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak dan cara instalasi paket program ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Verifikasi dan Validasi Model Verifikasi dan validasi bertujuan untuk membuktikan bahwa model yang dibangun telah sesuai dengan perancangan dan kredibel (Asrol 2015). Kelayakan sistem ditentukan oleh verifikasi yang dilakukan dan keakuratan sistem dapat ditentukan dan diuji dengan validasi (Adhi 2014). Proses verifikasi pada perangkat lunak dilakukan dengan cara pembandingan hasil perhitungan operasi menggunakan perangkat lunak dan perhitungan secara manual untuk model yang dirancang. Validasi merupakan kesesuaian dan rasionalitas terhadap input dan output model yang dirancang. Simulasi program akan muncul halaman utama sistem yang dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai pengantar kepada subsistem-subsistem lain pada perangkat lunak. Rancangan perangkat lunak ini terdiri dari 4 subsistem yaitu subsistem informasi, subsistem kinerja rantai pasok, subsistem perhitungan nilai tambah dan risiko rantai pasok.
Gambar 6 Menu utama halaman perangkat lunak Subsistem Informasi PT X Subsitem ini terdiri dari empat bagian yaitu informasi umum tentang PT X, mekanisme rantai pasok, produk, dan nilai tambah produk. Bagian informasi umum PT X menjelaskan sejarah berdiri dan perkembangan dari perusahaan. Mekanisme rantai pasok meliputi alur pendistribusian bahan baku sampai ketangan customer. Produk yang ditampilkan adalah beberapa produk yang menjadi keunggulan PT X berdasarkan frekuensi produksi dan permintaan yang
28 didapat. Informasi nilai tambah berupa rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan yang didapatkan oleh PT X dari setiap customer. Tampilan informasi PT X dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Tampilan subsistem informasi Subsistem Kinerja Rantai Pasok Subsistem kinerja meliputi nilai kinerja pembobotan matriks kinerja oleh pakar dan informasi perhitungan kinerja rantai pasok dan pembobotan matriks kinerja rantai pasok oleh pakar. Tampilan kinerja rantai pasok dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Tampilan subsistem kinerja rantai pasok
29 Subsistem Perhitungan Nilai Tambah Subsistem perhitungan nilai tambah yaitu sesuai dengan metode yang dikembangakan oleh Hayami et al (1987). Perhitungan ini hanya memasukkan beberapa nilai tunggal yang menjadi dasar perhitungan dalam nilai tambah. Tampilan perhitungan nilai tambah dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Tampilan subsistem nilai tambah Subsistem Risiko Rantai Pasok Subsistem ini terdiri dari perhitungan failure mode and effect analysis, nilai bobot ANP oleh pakar serta informasi perhitungan weighted failure mode and effect analysis berdasarkan pembobotan yang dilakukan oleh pakar. Tampilan dari halaman subsistem risiko dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Tampilan subsistem risiko rantai pasok
30 Pada Gambar 10 pengguna dapat melihat nilai bobot yang diperoleh dari penilaian pakar dengan cara menekan tombol menu nilai dan untuk melihat perhitungan integrasi ANP dan FMEA pengguna dapat masuk di bagian weighted failure mode and effect analysis. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan penilaian pada substansi atau aktor dalam rantai pasoknya. Keterbatasan tersebut dikarenakan oleh aktor pada rantai pasok produk pintu yang berada di luar negeri dan keterbatasan waktu penelitian. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam substansi penilaian dan analisis rantai pasoknya yaitu penilaian kinerja, nilai tambah dan risiko difokuskan di PT X. Penilaian nilai tambah memiliki kekurangan dalam total biaya input yang dikeluarkan perusahaan secara terperinci sehingga nilai yang didapatkan tergolong dalam rata-rata input. Beberapa substansi rantai pasok seperti pengendalian atau optimasi distribusi dan logistik, optimasi rantai pasok untuk mencapai green productivity belum dilakukan dalam penelitian ini. Implikasi Managerial Pengukuran kinerja dapat dilakukan secara rutin sebagai bahan evaluasi perusahaan dalam monitoring kinerja perusahaannya. Pengukuran dengan metode SCOR sangat tepat digunakan untuk mengetahui secara langsung setiap segmen dan level kinerja dari perusahaan. Peningkatan kinerja serta strategi mitigasi risiko dari perusahaan juga dapat dilakukan dengan identifikasi bedasarkan masalah atau kendala yang memungkinkan terjadi pada tujuan yang dilakukan. Prioritas perusahaan dalam kajian ini yaitu meningkatkan produktivitas perusahaan dalam merespon permintaan pasar. Berdasarkan identifikasi risiko menggunakan WFMEA potensi risiko yang terjadi pada sektor produksi untuk meningkatkan produktivitas tergolong unccepted sehingga perusahaan perlu mempertimbangkan mitigasi risiko dari awal disetiap pengambilan keputusan ketika menerapkan strategi peningkatan produktivitas dalam sektor produksi. Beberapa strategi mitigasi risiko dalam meningkatakan produktivitas perusahaan adalah adanya inventory control yang baik dengan ditopang team work yang baik pula. Peningkatan skill dan product knowledge dari SDM, penerapan standar bahan baku yang relevant dan melakukan work class manufacturing dengan baik. Identifikasi risiko secara sederhana dapat dilakukan dengan mengaplikasikan metode FMEA untuk menentukan kategori risiko dan evaluasi risiko secara langsung.
31
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Mekanisme rantai pasok agoindustri pintu di PT X dimulai dari petani kayu, pengumpul, pedagang atau trader, baik lokal maupun maupun nonlokal, PT X, customer, reseller, dan konsumen. Hasil pengolahan nilai tambah pada produk khas masing-masing customer memiliki tingkat keuntungan yang cukup besar sehingga proses bisnis di PT X tergolong seimbang. Kinerja rantai pasok PT X pada periode 2015/2016 tergolong dalam kategori baik dengan tingkat prioritas kepentingan dalam atribut kinerja di fokuskan pada sektor reliabilitas perusahaan dalam meningkatkan matriks kinerja dalam kesempurnaan dan ketepatan perusahaan dalam memenuhi pesanan dari customer. Penilaian risiko rantai pasok menunjukkan bahwa alternatif peningkatan produktivitas memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi. Tingkat risiko yang masih tergolong tinggi tersebut perlu dilakukan mitigasi risiko yang baik untuk memaksimalkan peningkatan produktivitas di PT X serta dapat memenuhi semua permintaan customer. Saran Penerapan maintenance kinerja rantai pasok produksi pintu di PT X lebih ditingkatkan supaya didapatkan nilai kinerja yang sangat baik, maintenance yang simpel dapat dilakukan dengan perhitungan nilai SCOR. Dari perhitungan kinerja menggunakan SCOR nilai kinerja yang masih perlu ditingkatkan adalah pada atribut biaya yaitu pada biaya pengiriman dan produksi. Keterlambatan pengiriman mengakibatkan penambahan biaya pengiriman dan biaya produksi. Risiko dalam suatu bisnis memang tidak dapat dihilangkan, namun dapat di antisipasi untuk mengurangi atau meminimalisir tingkat risiko yang akan didapatkan. Dokumentasi dan identifikasi yang baik akan meningkatkan tingkat antisipasi perusahaan dalam menghadapi risiko yang akan didapatkan. Aplikasi penunjang kinerja rantai pasok akan lebih baik jika dibuat secara mobile dan dinamis untuk meningkatkan maintenance kinerja rantai pasok dari pihak manajemen.
DAFTAR PUSTAKA Adhi W. 2014. Sistem Penunjang keputusan manajemen rantai pasok karet alam dengan pendekatan sustainable balanced scorecard di PT X. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Aini H. 2013. Analisis risiko rantai pasok kakao di indonesia dengan metode analytic network process dan failure mode effect analysis terintegrasi. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
32 Amalia C. 2012. Perancangan dan pengukuran kinerja rantai pasokan sayuran dan perusahaan dengan pendekatan analytic network process serta data envelopment analysis. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Andrawus JA. 2008. Maintenance optimization for wind turbines. [Thesis]. Aberdeen (UK). School of Engineering, Robert Gordon University. Asrol M. 2015. Pengukuran dan peningkatan kinerja rantai pasok agroindustri tebu (studi kasus di PT A). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Astuti R, Marimin, Mahfud, Arkeman Y, Poerwanto R, Meuwissen MPM. 2013. Risks and risks mitigations in the supply chain of mangosteen: a case study. Journal of Operation And Supply Chain Management. 6(1): 11-25. EISSN: 1979-3871. Badariah N, Surjasa D, Trinugraha Y. 2011. Analisa supply chain risk management berdasarkan metode failure mode effects analysis (FMEA). Jurnal Teknik Industri. ISSN: 1411-6340. Charnes A, Cooper WW, Rhodes E. 1978. Measuring the efficiency of decision making units. European Journal of Operational Research. 2(6): 429–444. Chen JK. 2007. Utility priority number evaluation for FMEA. Journal of Failure Analysis and Prevention. 7(5): 321-328. Dinmohammadi F, Shafiee M. 2013. A Fuzzy-FMEA risk assesment aproach for offshore wind turbines. International Journal of Prognostics and Health Management. 013: ISSN: 2153-2648. Eriyatno, Fadjar S. 2007. Riset Kebijakan Metode Penelitian untuk Pasca Sarjana. Bogor (ID) : IPB Press. Feifi D. 2008. Kajian manajemen rantai pasokan pada produk dan komoditas kedelai edamame (stadi kasus di PT. Saung Mirwan, Ciawi, Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Hadiguna RA, Marimin. 2007. Alokasi pasokan berdasarkan produk unggulan untuk rantai pasok. Jurnal Teknik Industri. 9(2): 85-100. Handayani DW. 2013. Identifikasi risiko rantai pasok berbasis sistem traceability pada minuman sari apel. Jurnal Spektrum Industri. 11(2): 117-242. ISSN: 1963-6590. Hidayat S, Marimin, Suryani A, Sukardi, Yani M. 2012. Model identifikasi risiko dan strategi peningkatan nilai tambah pada rantai pasok kelapa sawit. Jurnal Teknik Industri. 14 (2): 89-96. ISSN: 2087-7439. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective from a Sunda Village. Bogor (ID): The CPGRT Centre. Huan SH, Sheoran SK, Wang G. 2004. A review and analysis of supply chain operations reference (SCOR) model. International Journal of Supply Chain Management. 9(1): 23-29. ISSN: 1359-8546 Manuj I, Mentzer T. 2008. Global supply chain risk management. Journal of Business logistics. 29(1): 133-155. Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press. Mentzer JT, DeWitt W, Keebler JS, Min S, Nix NW, Smith CD, Zacharia ZG. 2001. Defining supply chain management. Journal of Business Logistics. 22(2): 1-25.
33 McDermott E, Robin. 2009. The Basic of FMEA. Edisi 2. Amerika Serikat (US): CRC Press. Monczka R, Trent RJ, Handfield RB. 2011. Purchasing and Suplly Chain Management 5th Edition. Ohio South-Western (US): Cengage Learning. Putri NK. 2015. Analisis risiko rantai pasok susu pasteurisasi dengan fuzzy failure mode and effect analysis. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Rohman TL. 2007. Sistem penunjang keputusan diversifikasi produk tebu (studi kasus: PT PG Rajawali II unit PG Jatitujuh Majalengka Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Rusydiana AS, Devi A. 2013. Analytic Network Process: Pengantar Teori dan Aplikasi. Bogor (ID): SMART Publishing. Saaty TL. 1980. The analytic hierarchy process. New York (US): McGraw-Hill. Saaty TL. 1990. How to make a decision: The analytic hierarchy process. European Journal of Operational Research. 48(1): 9–26. Saaty TL. 2005. Theory and Applications of the Analytic Network Process. Pittsburgh (US): RWS Publications. Saaty TL, Cillo B. 2008. The Encyclicon, Volume 2: A Dictionary of Complex Decisions Using The Analytical Network Process. Pittsburg (US): RWS Publications. Setiawan A. 2009. Studi peningkatan kinerja manajemen rantai pasok sayuran dataran tinggi terpilih di Jawa Barat. Agritech. 31(1). Sinaga AM. 2013. Kualitas pintu komposit produksi PT Corinthian Industries Indonesia. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Surendro K, Yaumi NT. 2012. Model manajemen risiko pada penerapan cloud computing untuk sistem informasi di perguruan tinggi menggunakan framework coso ERM dan FMEA. Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung Teknik Elektro dan Informatika. 1 (2). Stevens, Graham C. 1989. Integrating the supply chains. International Journal of Physical Distribution and Materials Management. 8(8): 3-8. Suharjito. 2011. Pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen rantai pasok produk/komoditas jagung. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suhong L, Bhanu RN, Nathan RS, Subba R. 2014. The impact of supply chain management practices on competitive advantage and organizational performance. Omega: The international Journal of Management Science. 34: 107-124. Tavana M, Mirzagoltabar H, Mirhedayatian SM, Saen RF, Azadi M. 2013. A new network epsilon-based DEA model for supply chain performance evaluation. Computers & Industrial Engineering Journal. 66: 501–513. [TCQI] The Chartered Quality Institute. 2010. A Guide to Supply Chain Risk Management. Virginia (US): Pharmaceutical Quality Group. Torfi F, Rashidi A. 2011. Selection of project managers in construction firms using analytic hierarchy process (AHP) and fuzzy topsis: a case study. Journal of Construction in Developing Countries. 16(1): 69-89. Wigaringtyas LD. 2013. Pengukuran kinerja supply chain management dengan pendekatan supply chain operation reference (SCOR). [Skripsi]. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.
34 Wulandari S. 2013. Rancang bangun model manajemen risiko pada investasi agroindustri lada. [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Xiao N, Huang HZ, Li Y, He L, Jin T. 2011. Multiple failure modes analysis and weighted risk priority number evaluation in FMEA. Elsevier Engineering Journal of Failure Analysis. 18. ISSN: 1162-1170.
35
LAMPIRAN Lampiran 1 Proses bisnis penerimaan pesanan
36 Lampiran 2 Supermatrix Unweighted super matrix
Weighted super matrix
37 Limit super matrix
Lampiran 3 Penggabungan pendapat pakar ANP
Goal Ekonomi Sumberdaya
Perbandingan kriteria Ekonomi Sumberdaya 1 0.440 1
Penilaian sub kriteria 1. Kriteria sumberdaya Total produksi Kualitas sdm Tools yang digunakan Kualitas SDM 1 5.517 Tools yang digunakan 1 Peningkatan produktivitas Kualitas SDM Kualitas SDM 1 Tools yang digunakan
Tools yang digunakan 1.817 1
2. Kriteria ekonomi Tools yang digunakan Total produksi Biaya produksi
Total produksi 1
Biaya produksi 0.281 1
Peningkatan produktivitas Total produksi Biaya produksi
Total produksi 1
Biaya produksi 0.203 1
38
Perbandingan alternatif 1. Inner dependence Peningkatan Maintenance tools Peningkatan skill produktivitas rutin SDM Maintenance tools rutin
1
0.5
Peningkatan skill SDM
1
2. Kriteria ekonomi Biaya produksi
Peningkatan produktivitas
Peningkatan skill SDM
Maintenance tools rutin
Peningkatan produktivitas
1
1.379
0.550
1
0.621
Peningkatan skill SDM Maintenance tools rutin
1
Total produksi
Peningkatan produktivitas
Peningkatan skill SDM
Maintenance tools rutin
Peningkatan produktivitas
1
3.419
4.932
1
1.185
Peningkatan skill SDM Maintenance tools rutin
1
3. Kriteria sumberdaya Kualitas sdm
Peningkatan produktivitas
Peningkatan skill SDM
Maintenance tools rutin
Peningkatan produktivitas
1
0.237
1.326
1
4.932
Peningkatan skill SDM Maintenance tools rutin
1
Tools yang digunakan
Peningkatan produktivitas
Peningkatan skill SDM
Maintenance tools rutin
Peningkatan produktivitas
1
2.884
0.961
1
0.322
Peningkatan skill SDM Maintenance tools rutin
1
39
Lampiran 4 Contoh spesifikasi ukuran komponen utama pintu Issued to Division Product range Profile Product 1 Stile Single profile Grouving 6.3 mm
: Door component : Door component : :
SKS CUBE FSC CUB 10 - 6 SGL Description 2022 x 130 SKS 3253 S x 40 2122 x 130 x 40 S 2322 x 130 x 40 S 2022 x 143 x 40 O 2122 x 143 x 40 O 2322 x 143 x 40 O 2022 x 130 SKS 3254 S x 40 2122 x 130 x 40 S 2322 x 130 x 40 S 2022 x 143 x 40 O 2122 x 143 x 40 O 2322 x 143 x 40 O 2022 x 130 SKS 3255 S x 40 2122 x 130 x 40 S 2322 x 130 x 40 S 2022 x 143 x 40 O 2122 x 143 x 40 O 2322 x 143 x 40 O
Issued to Division Product range Profile Product 5 Stile Grouving 6 mm Double profile
6 Stile Grouving 6 mm Double profile
: Door Component : Door Component : SKS CUBE FSC : CUB 10 - 6. CUB 10 - 9 Description Size 2022 x SKS 3263 130 x 40 S 2122 x 130 x 40 S 2322 x 130 x 40 S 2022 x 143 x 40 O 2122 x 143 x 40 O 2322 x 143 x 40 O
SKS 3264 S S S O O O
7 Stile Grouving 6 mm Double profile
SKS 3265 S S S O O
2 Rail Single profile
Top
410 x 130 x 40 460 x 130 x 40
O
2022 x 130 x 40 2122 x 143 x 40 2322 x 143 x 40 2022 x 143 x 40 2122 x 143 x 40 2322 x 143 x 40
2022 x 130 x 40 2122 x 130 x 40 2322 x 130 x 40 2022 x 143 x 40 2122 x 130 x 40 2322 x 130 x 40
40 Grouving 6.3 mm
3 Rail Single profile Grouving 6.3 mm
4 Glassbar Single profile
510 x 130 x 40 560 x 130 x 40 610 x 130 x 40 660 x 130 x 40 710 x 130 x 40
Bottom
SKS 325
410 x 189 x 40 460 x 189 x 40 510 x 189 x 40 560 x 189 x 40 610 x 189 x 40 660 x 189 x 40 710 x 189 x 40
540 x 30 x 30 590 x 30 x 30 640 x 30 x 30 690 x 30 x 30
8 Rail Double profile Grouving 6 mm
Top
9 Rail Double profile Grouving 6 mm
Bottom
310 x 130 x 40 360 x 130 x 40 410 x 130 x 40 460 x 130 x 40 510 x 130 x 40 560 x 130 x 40 610 x 130 x 40 660 x 130 x 40 710 x 130 x 40
310 x 189 x 40 360 x 189 x 40 410 x 189 x 40 460 x 189 x 40 510 x 189 x 40 560 x 189 x 40 610 x 189 x 40 660 x 189 x 40
41 Lampiran 5 Contoh produk pintu
42 Lampiran 6 Data Flow Diagram (DFD) DFD level 0.
DFD level 1.
43
Lampiran 7 Spesifikasi dan cara instalasi software. Kebutuhan perangkat keras: keras 1. Processor : Minimum setara dengan Intel Pentium 2 266 Mhz 2. Disk Space : <500 MB (1GB cukup) 3. RAM : 128 MB Kebutuhan perangkat lunak: 1. Sistem operasi windows, linux atau mac. 2. Java JDK Include Netbean dan JRE. Instalasi JDK (Include Include IDE Netbeans dan JRE): 1. Buka file software free Java JDK include Netbean dan JRE yang telah di download yang telah disesuaikan program (exp. (exp Windows--x32bit) 2. Pilih Instal. Maka akan loading seperti gambar dibawah ini.
3. Tunggu beberapa saat sampai tampilannya berubah seperti di bawah ini
4. Jika sudah pada tampilan ini, langsung klik “Next >” saja. Kalau anda belum pernah instal JDK, maka tidak akan muncul notice seperti diatas diatas.
44 5. Pada tampilan ini, pilih checkbox “I accept …….”, lalu klik “Next >” >”.
6. Pilih path atau direktori tempat IDE Netbeans dan JDK di insta instal. Ubah sesuai kondisii laptop, PC atau sesuka anda. Jika tidak ingin diubah, maka klik “Next >”.
7. Kalau sudah ditentukan, lanjut klik “Next>”.
45 8. Tunggu beberapa menit untuk proses instalasi.
9. Setalah 100% intalasi intalasi maka akan muncul jendela seperti dibawah ini dan klik “Finish”.
46
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Ngablak, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 15 Maret 1993 sebagai putra pertama dari bapak M. Yasin dan ibu Karminah. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan studi di sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Bojonegoro dan pada tahun 2012 penulis menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Bojonegoro. Penulis melanjutkan studi di departemen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012 melalui jalur undangan SNMPTN dan mendapatkan beasiswa bantuan ekonomi dari pemerintah yaitu beasiswa bidikmisi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Binadesa dan IPB Political School Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB tahun 2012/2013. Menjadi direktur Binadesa dan anggota manajerial IPB Political School serta anggota Kementerian Sosial Masyarakat BEM KM IPB periode 2013/2014. Penulis aktif dalam beberapa kepanitian yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian dan lain-lain. Tahun 2015 penulis aktif sebagai ketua Bara Improvement Project Kementerian Lingkungan Hidup BEM KM IPB 2014/2015 serta volunteer Gerakan Cinta Anak Tani beasiswa aktivis nusantara IPB. Selama aktif perkuliahan penulis meraih beberapa prestasi yaitu pada tahun 2012, juara 2 cabang futsal semarak bidikmisi. Pada tahun 2013, juara 3 cabang renang Olimpiade Mahasiswa IPB. Pada tahun 2014, juara 2 cabang renang Olimpiade Mahasiswa IPB, Pekan Kreatifitas Mahasiswa bidang penelitian di danai DIKTI, ketua lembaga struktural terbaik BEM KM IPB kabinet berani beda. Pada tahun 2015, Pekan Kreatifitas Mahasiswa bidang teknologi di danai DIKTI dan juara 2 Reds Cup Fakultas Teknologi Pertanian cabang renang gaya punggung.