69
adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio diantara saluran pemasaran. Saluran nomor satu memiliki total biaya pemasarana Rp. 300/Kg dengan total keuntungan Rp. 350/Kg. Lembaga pemasaran yang menanggung biaya pemasaran adalah koperasi sebesar Rp. 350/Kg dengan keuntungan Rp. 350/Kg. Saluran pemasaran nomor dua memiliki total biaya Rp. 470/kg dengan total keuntungan Rp. 430/Kg. Biaya pemasaran ditanggung oleh PPD dan PB, dimana PPD mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 150/Kg dan keuntungan Rp. 250/Kg dengan B/C rasio 1.67. PB mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 320/Kg dengan keuntungan Rp. 180/Kg, B/C rasio yang didapatkan PB adalah 0.56. Saluran pemasaran empat tidak efisien karena ada R/C rasio yang didapatkan lembaga pemasaran bernilai kurang dari satu. Saluran pemasaran nomor tiga memiliki total biaya Rp. 770/kg dengan total keuntungan Rp. 330/Kg. Biaya pemasaran ditanggung oleh PPD, PPK, dan PPB, dimana PPD mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp. 150/Kg dan keuntungan Rp. 50/Kg dengan B/C rasio 0.33, PPK mengeluarkan biaya sebesar Rp. 300/Kg dengan keuntungan keuntungan Rp100/Kg dengan nilai R/C rasio 0.33, PB mengeluarkan biaya Rp. 320/Kg dan keuntungan Rp. 180 dan R/C rasio sebesar 0.56. Secara keseluruhan saluran pemasaran jagung di Jawa Barat memiliki nilai B/C yang tidak merata. Nilai R/C yang tidak merata pada setiap saluran pemasaran menandakan adanya perbedaan biaya pemasaran yang ditanggung masing-masing anggota rantai pasok serta keuntungan yang berbeda pada setiap ujung saluran pemasaran. Ternyata, dari tiga jenis saluran pemasaran ada dua saluran pemasaran yang memiiliki nilai perbandingan keuntungan dan biaya dibawah satu, hal ini menandakan bahwa ada ketidakefisienan didalam pengeluaran biaya untuk melakukan aktivitas didalam rantai pasok
8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK Menurut Sudiyono (2002) nilai tambah dapat diukur melalui proses pengolahan nilai atau melalui proses peningkatan harga. Nilai tambah merupakan selisih korbanan dalam perlakuan selama proses pengaliran berlangsung (Setiawan, 2009) sehingga tujuan dari pengukuran nilai tambah adalah melihat bagian sejauh mana balas jasa yang diterima oleh input dari output yang telah diproses tersebut. Pada penelitian kali akan diukur nilai tambah yang dilakukan oleh Petani, Pedagang Pengumpul Desa, Pedagang Pengumpul Kecamatan, dan Pedagang Besar. Semua data yang dikumpulkan merupakan data primer, harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat panen raya jagung tahun 2013. Nilai tambah yang diukur merupakan nilai tambah pada proses pemasaran jagung saat sebelum dipipil hingga dipasarkan untuk PPT dan
70
PAP. Masing-masing anggota Untuk melihat biaya input dan tenaga kerja masing-masing anggota rantai pasok memiliki input, output, harga tenaga kerja, harga bahan baku, dan sumbangan input lain yang berbeda satu sama lain sehingga akan meghasilkan perhitungan nilai tambah yang berbeda. Nilai Tambah Pada Petani Jagung Petani terdapat pada ketiga saluran pemasaran, namun masingmasing petani pada saluran pemasaran tersebut memiliki perbedaan input yang digunakan. Petani pada saluran pertaman adalah petani yang menyalurkan jagung kepada PPD, kemudian PPD menjual jagungnya kepada PAP. Petani pada saluran kedua adalah petani yang menyalurkan jagungnya kepada PPD, kemudian PPD menyalurkan jagungnya kepada PB. Petani pada saluran kegtiga adalah adalah petani yang menjual jagungnya kepada PPK. Jagung yang dijual adalah jagung yang telah dipipil, dengan proses kehilangan yang terjadi saat proses pemipilan adalah 25%. Pada penghitungan nilai tambah kali ini, asumsi lahan yang dipanen adalah satu hektar, jumlah panen jagung 8600 ton jagung yang belum dipipil, harga pokok produksi per kilogram jagung yang belum dipipil adalah Rp. 1000/kg. petani pada saluran pertama menjual jagung pipilan kering dengan harga Rp.3200/kg, Petani pada saluran kedua menjual jagung pipilan kering dengan harga Rp.2950/kg, dan petani pada saluran ketiga menjual jagung pipilan kering dengan harga Rp. 2600/kg. Harga- harga tersebut adalah harga yang berlaku pada musim tanam Januari-April tahun 2013. Petani pada saluran pertama memiliki input yang berbeda dari kedua petain lainnya, karena petani pada saluran pertama memiliki mesin pemipilan modern. Input lain yang digunakan petani pada saluran pertam berupa bahan baku yang didapatkan dari satu hektar jagung yaitu 8,6 ton atau 8600 kg yang menghasilkan input sebesar 6,5 ton atau 6500 kg. Untuk memproses bahan baku tersebut maka dibutuhkan mesin pemipil berkapasitas satu hingga dua ton per jam, kegiatan pemipilan hanya memerlukan kurang lebih delapan jam. Input bahan baku lain antara lain biaya sewa, solar bahan bakar, karung, dan tali untuk mengemas jagung pipilan, total pengeluaran untuk input bahan baku lain adalah sebesar Rp. 70/Kg. Input biaya tenaga kerja untuk satu hari yaitu Rp. 50.000 dan bekerja 4 jam per hari, untuk memipil jagung sebanyak 8,6 ton diperlukan waktu dua hari atau 8 jam per periode. Petani pada saluran kedua dan ketiga memiliki cara yang berbeda dari Petani A, mereka menggunakan cara konvensional untuk memipil yaitu dengan memakai ban sepeda atau karet bekas. Input tenaga kerja yang dipergunakan oleh petani ini sebanyak lima orang yang bekerja sebanyak enam jam per hari dengan upah Rp. 40.000/hari, per periode dibutuhkan waktu kurang lebih delapan hari, sehingga upah rata-rata yang didapatkan per jam pekerja adalah sebesar Rp. 6,666,67. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian rata-rata harga output perkilogram dengan faktor konversi. Nilai output pada petani dalam proses pemasaran yaitu petani pada saluran pertama mendapatkan output Rp.2, 418.6, petani pada saluran kedua mendapatkan output sebesar Rp. 2,229.65, dan petani pada saluran ketiga mendapatkan output sebesar Rp.1,965.12.
71
Nilai tambah berasal dari nilai output yang dihasilkan, pada petani pada saluran pertama nilai tambah yang berhasil didapatkan adalah sebesar Rp. 1,348.6 dengan rasio 55.76%, pada petani pada saluran kedua nilai tambah adalah sebesar Rp.1,219.65 dengan rasiosebesar 54,70%, dan yang terakhir pada petani di saluran tiga nilai tambah yang berhasil didapatkan adalah sebesar Rp. 955.12 dengan rasio sebesar 48.60% Tabel 17. Perhitungan Nilai Tambah di Tingkat Petani Saluran No 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4
5 6
Variabel 1 Output Kg 6500 Bahan Baku Kg 8600 Input Tenaga Kerja Jam/Periode 8 Faktor Konversi 0.76 Koefisien Tenaga Kerja 0.001 Harga Output Rp/Kg 3,200 Upah Rata-Rata Rp/jam 25,000 Pendapatan dan Keuntungan Harga Jagung Rp./Kg 1,000.00 Biaya Processing Rp./Kg 70 Nilai Output Rp/Kg 2,418.60 A. Nilai Tambah Rp./Kg 1,348.60 B. Rasio Nilai Tambah % 55.76 A. Imbalan Tenaga Rp./Kg 30.77 Kerja B. Bagian Tenaga Kerja % 2.28 A. Keuntungan Rp./Kg 1,317.84 B. Tingkat Keuntungan % 97.72
2 6500 8600 240 0.76 0.037 2,950 6,666.67
3 6500 8600 240 0.76 0.037 2,600.00 6,666.67
1,000.00 10 2,229.65 1,219.65 54.7 246.15
1,000.00 10 1,965.12 955.12 48.6 246.15
20.18 973.5 79.82
25.77 708.96 74.23
Sumber : Data Primer (Diolah)
Nilai tambah yang dimiliki masing-masing petani merupakan nilai tambah hasil transformasi input menjadi output tanpa memperhitungkan besaran presentase tenaga kerja Imbalan tenaga kerja merupakan perkalian dari koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja per HOK. Perhitungan presentase imbalan tenaga kerja terhadap petani pada ketiga saluran pemasaran menghasilkan nilai sebagai berikut, pada petani saluran pertama besaran tenaga kerja per kilogram adalah sebesar Rp.30.77/Kg dengan presentase 2.28%, pada petani saluran kedua besaran tenaga kerja yang didapatkan adalah Rp. 246.15 dengan presentase yaitu 20.18%, sedangkan pada petani saluran ketiga memberikan imbalan untuk tenaga kerja sebesar Rp.246.15/Kg dengan presentase 25.77% Maka, dari hasil penghitungan input dan output pada petani jagung di Jawa Baratdapat disimpulkan bahwa apabila petani menggunakan mesin dapat mengurangi imbalan tenaga kerja yang dibayarkan, maka petani dapat memperoleh keuntungan lebih tinggi dibandingkan menggunakan tenaga kerja manual karena tenaga kerja yang digunakan pun lebih sedikit. Apabila
72
dikaitkan dengan rantai pasok jagung di Jawa Barat, sulitnya ketersediaan tenaga kerja merupakan salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam rantai pasok, maka penggunaan mesin pipil oleh petani akan dapat membantu ketersediaan produk jagung, karena mesin pipil bisa bekerja lebih cepat dibandingkan tenaga kerja manual. Nilai Tambah Jagung Pada Pedagang Pengumpul Desa Pemasaran jagung di Jawa Barat melibatkan pedagang pengumpul Desa (PPD), PPD membeli jagung dari petani, kemudian menjualnya kepada PPK,PB, atau PAP. Pada proses pemasaran PPD hanya melakukan fungsi pemasaran antara lain melakukan jual-beli, melakukan penyimpanan jagung, mencari informasi terkait harga, melakukan pembiayaan kepada petani, dan sebagai lembaga yang ikut menang resiko. PPD tidak melakukan fungsi pengolahan seperti pemipilan ataupun pengeringan (pengolahan) didalam pemasaran. Tabel 18. Perhitungan Nilai Tambah Pedagang Pengumpul Desa No Variabel 1 Output 2 Bahan Baku 3 Tenaga Kerja 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja 6 Harga Output 7 Upah Rata-Rata 1 2 3 4 5 6
Satuan
PPD
Kg Kg Jam/Periode
10000 10204 108 0.98 0.0108 3,200.00 6,018.52
Rp/Kg Rp/Jam Pendapatan dan Keuntungan Harga Bahan Baku Rp/Kg Sumbangan Input Lain Rp/Kg Nilai Output Rp/Kg A. Nilai Tambah Rp./Kg B. Rasio Nilai Tambah % A. Imbalan Tenaga Kerja Rp/Kg B. Bagian Tenaga Kerja % A. Keuntungan Rp/Kg B. Tingkat Keuntungan %
2,950.00 80 3,136.03 106.03 3.38% 65 61.31% 41.03 38.7
Sumber : Data Primer (Diolah)
Pada perhitungan nilai tambah Hayami yang dilakukan pada proses pemasaran PPD, didapatkan angka penyaluran jagung setiap periode pengiriman. Setiap memasarkan 10 ton jagung membutuhkan tenaga angkut sejumlah dua orang dengan lama bekerja 10 jam perhari selama dua hari dengan biaya Rp. 100.000/orang/hari, tenaga pengeringan sebanyak tiga pegawai dengan lama bekerja 10 jam per hari selama tiga hari dengan biaya Rp. 50.000/orang/hari, tenaga kebersihan gudang sebanyak tiga orang denan lama bekerja 10 jam per hari selama tiga hari dengan biaya Rp. 50.000/orang/hari, supir bekerja delapan jam selama sehari dengan biaya Rp. 50.000/orang/hari, dan pegawai administrasi gudang sebanyak dua
73
orang dengan lama bekerja 10 jam per hari selama dua hari dengan biaya Rp. 100.000/orang /hari. Total kebutuhan pegawai adalah 11 orang dengan total lama bekerja 108 jam dan upah yaitu Rp. 6.018.52/Jam. Dari hasil perhitungan nilai tambah hayami didapatkan faktor konversi 0.98 yang berasal dari output dan bahan baku selama proses pemasaran. Faktor koefisien tenaga kerja dari perhitungan nilai tambah adalah 0.0108 yang didapatkan dari tenaga kerja dibagi output yang dihasilkan. Harga output yang diperoleh PPD adalah Rp. 3200/kg, harga tersebut adalah harga rata-rata yang diberikan dari masing-masing konsumen yaitu PB, PAP, atau PPK. Harga bahan baku yaitu harga rata-rata pembelian PPD kepada petani, yaitu Rp. 2,950. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian rata-rata harga output perkilogram dengan faktor konversi. Nilai output pada PPD dalam proses pemasaran yaitu Rp.3,136.03/kg. Pada perhitungan nilai tambah PPD mendapatkan nilai tambah sebesar Rp. 106.03/kg dengan presentase nilai tambah rasio sebesar 3.38% nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah yang didaptkan dari aktivtias yang pemasaran yang dilakukan oleh PPD. Nilai tersebut belum dikurangi imbalan tenaga kerja, dimana nilai imbalan tenaga kerja didapatkan dari perkalian koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja per HOK yaitu sebesar Rp. 65/kg dengan presentase sebesar 61.31%, presentase tersebut merupakan imbalan yang diterima oleh tenaga kerja dalam proses pemasaran jagung. Tingkat keuntungan yang dimiliki PPD adalah Rp. 41.03/kg dengan presentase 38.7% yang berarti persentase tersebut berasal dari nilai tambah merupakan keuntungan petani karena sudah memperhitungkan imbalan tenaga kerja. Nilai Tambah Jagung Pada Koperasi di Jawa Barat Koperasi adalah lembaga pemasaran yang memiliki jangkauan luas terhadap konsumen bisnis.Sebelumnya, koperasi ini merupakan koperasi yang dibina oleh dinas industri dan perdagangan (Deperindag) Jawa Barat, maka dengan pembinaan tersebut anggota koperasi dapat menggunakan peralatan modern untuk mengeringkan jagung. Peralatan yang dimiliki oleh koperasi antara lain Dryer berkapasitas 40 Ton dan silo modern berkapasitas 200 Ton. Pada perhitungan nilai tambah Hayami yang dilakukan pada proses pemasaran oleh koperasi, didapatkan angka penyaluran jagung setiap periode pengiriman. Setiap memasarkan 20 ton jagung membutuhkan tenaga angkut sejumlah empat orang dengan lama bekerja 10 jam perhari selama empat hari dengan biaya Rp. 100.000/orang/hari, tenaga timbang sebanyak dua pegawai dengan lama bekerja 10 jam per hari selama dua hari dengan biaya Rp. 50.000/orang/hari, tenaga sortir dan grading membutuhkan tenaga sebanyak empat orang denan lama bekerja 10 jam per hari selama sehari hari dengan biaya Rp. 50.000/orang/hari, supir dibayar kurang lebih Rp. 500.000/kali pengiriman untuk jarak jauh, pegawai administrasi gudang sebanyak dua orang dengan lama bekerja 10 jam per hari selama dua hari dengan biaya Rp. 100.000/orang /hari. Total kebutuhan pegawai adalah 13 orang dengan total lama bekerja 130jam dan upah yaitu Rp. 10.000/Jam.
74
Sumbangan input lain pada koperasi yaitu ongkos pengeringan di silo, ongkos transportasi, dan biaya penyusutan yang terjadi saat proses pengeringan. Biaya silo mencapai Rp.200/kg, biaya ini ditetapkan oleh kesepakatan pengurus silo, ongkos transportasi berupa truk biayanya adalah Rp. 25/kg dan biaya penyusutan kurang lebih Rp. 15/kg. Untuk rincian biaya koperasi dapat melihat lampiran 3 (a). Tabel 19. Perhitungan Nilai Tambah di Tingkat Koperasi di Jawa Barat No 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6
Variabel Satuan Output Kg Bahan Baku Kg Tenaga Kerja Jam/Periode Faktor Konversi Koefisien Tenaga Kerja Harga Output Rp/Kg Upah Rata-Rata Rp/Jam Pendapatan dan Keuntungan Harga Bahan Baku Rp/Kg Sumbangan Input Lain Rp/Kg Nilai Output Rp/Kg A. Nilai Tambah Rp/Kg B. Rasio Nilai Tambah % A. Imbalan Tenaga Kerja Rp/Kg B. Bagian Tenaga Kerja % A. Keuntungan Rp/Kg B. Tingkat Keuntungan %
Koperasi 20000 20408 130 0.98 0.0065 3,600.00 10,000.00 2,950.00 240 3,528.03 338.03 9.58% 65 19.23% 273.03 80.77
Sumber : Data Primer (Diolah)
Pada hasil perhitungan nilai tambah hayami didapatkan faktor konversi 0.98 yang berasal dari output dan bahan baku selama proses pemasaran. Faktor koefisien tenaga kerja dari perhitungan nilai tambah yaitu pada koperasi adalah 0.0065, harga output yang diperoleh oleh koperasi adalah Rp. 3600, harga tersebut merupakan harga rata-rata penjualan kepada PPT dan PAP. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian rata-rata harga output perkilogram dengan faktor konversi. Nilai output pada koperasi didapatkan nilai sebesar Rp.3,528.03/kg, pada perhitungan nilai tambah koperasi mendapatkan nilai tambah sebesar Rp. 338.03/kg dan dengan presentase nilai tambah rasio sebesar 9.58% Imbalan tenaga kerja yang diberikan koperasi adalah sebesar Rp. 65/kg dengan presentase sebesar 19, 23%, maka keuntungan yang didapatkan oleh koperasi adalah sebesar Rp. 273.03/kg. Koperasi memperoleh nilai tambah sebesar Rp. 338.3 atau 9.58% dari nilai output, koperasi masih dapat meningkatkan nilai tambah yang diperoleh dengan mengefisiensikan biaya dari kegiatan pemasaran yang dilakukan, koperasi sendiri saat ini telah dapat memaksimalkan penggunaan
75
tenaga kerja sehingga dapat memperoleh keuntungan 80.77% dari nilai tambah. Nilai Tambah Jagung Pada Pedagang Pengumpul Tingkat Kecamatan PPK adalah lembaga yang medapatkan input jagung dari PPD dan menjual jagung kepada PB. PPK merupakan lembaga pemasaran di daerah yang bukan merupakan penghasil utama jagung seperti daerah Garut Selatan dan memiliki spesialisasi bukan jagung melainkan hortikultura, namun PPK tetap menyerap jagung yang dihasilkan petani sekitar karena tidak ada lagi yang bersedia menampung jagung yang dihasilkan petani didaerah tersebut. Pada perhitungan nilai tambah Hayami yang dilakukan pada proses pemasaran PPK, didapatkan angka penyaluran jagung setiap periode pengiriman. Setiap memasarkan 20 ton jagung membutuhkan tenaga angkut yaitu sejumlah delapan orang dengan lama bekerja 10 jam perhari selama empat hari dengan biaya Rp. 100.000/orang/hari. Jumlah tersebut lebih banyak karena diperlukan pegawai lebih banyak untuk mengangkut jagung pipilan dari rumah petani yang jauh ke gudang PPK, tenaga timbang sebanyak dua pegawai dengan lama bekerja 10 jam per hari selama dua hari dengan biaya Rp. 50.000/orang/hari, tenaga pengeringan sebanyak empat orang denga lama bekerja 10 jam per hari masing-masing bekerja bergiliran selama dua hari dengan biaya Rp. 50.000/orang/hari, supir dibayar kurang lebih Rp. 100.000/ hari selama proses pengiriman, pegawai administrasi gudang sebanyak dua orang dengan lama bekerja 10 jam per hari selama dua hari dengan biaya Rp. 100.000/orang /hari. Total kebutuhan pegawai adalah 17 orang dengan total lama bekerja 200jam dan upah yaitu Rp. 8. 000/Jam. Sumbangan input lain berupa penanggungan resiko, ongkos transportasi, biaya informasi pasar, dan biaya penyusutan. Biaya untuk penanggungan resiko adalah Rp. 50/kg, ongkos transportasi yang ditanggung terdiri dari empat engkol dengan kapasitas lima ton dengan biaya Rp. 50/kg, biaya informasi pasar (biaya komunikasi, pengumpulan informasi, dan biaya tidak terduga) yang ditanggung berkisar Rp. 100/kg, dan biaya penyusutan Rp. 15/Kg sehingga total biaya yang ditanggung menjadi Rp. 215/kg. Pada hasil perhitungan nilai tambah hayami didapatkan faktor konversi 0.98 yang berasal dari output dan bahan baku selama proses pemasaran. Faktor koefisien tenaga kerja dari perhitungan nilai tambah yaitu 0.01. Harga output yang harga Rp. 3200/kg harga tersebut merupakan harga penjualan kepada PB. PPD adalah Rp. 3200/kg, harga tersebut adalah harga rata-rata yang diberikan dari masing-masing konsumen yaitu PB Nilai output diperoleh dari hasil perkalian rata-rata harga output perkilogram dengan faktor konversi. Nilai output dalam proses pemasaran Rp. 3,136.03 dan pada perhitungan nilai tambah mendapatkan nilai tambah sebesar Rp.121.03 dengan rasio nilai tambah sebesar 3.86%, nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah yang didaptkan dari aktivtias yang pemasaran yang dilakukan oleh PPK. Imbalan tenaga kerja yang diberikan adalah sebesar Rp. 80/kg dengan presentase sebesar Rp 66.10%, maka keuntungan yang didapatkan oleh PPK yaitu Rp. 41.03.
76
Tabel 20. Perhitungan Nilai Tambah di Tingkat Pedagang Pengumpul Kecamatan No Variabel Satuan Nilai Tambah PPK 1 Output Kg 20000 2 Bahan Baku Kg 20408 3 Tenaga Kerja Jam/Periode 200 4 Faktor Konversi 0.98 5 Koefisien Tenaga Kerja 0.01 6 Harga Output Rp/Kg 3,200.00 7 Upah Rata-Rata Rp/Jam 8,000.00 Pendapatan dan Keuntungan 1 Harga Bahan Baku Rp/Kg 2,800.00 2 Sumbangan Input Lain Rp/Kg 215 3 Nilai Output Rp/Kg 3,136.03 4 A. Nilai Tambah Rp/Kg 121.03 B. Rasio Nilai Tambah % 3.86% A. Imbalan Tenaga 5 Kerja Rp/Kg 80 B. Bagian Tenaga Kerja % 66.10% 6 A. Keuntungan Rp/Kg 41.03 B. Tingkat Keuntungan % 33.9 Sumber : Data Primer (Diolah)
Nilai tambah yang didapatkan PPK adalah sebesar Rp. 121.03 atau 3.8% dari total output, maka PPK seharusnya dapat memaksimalkan nilai tambah yang didapatkan dengan cara melakukan efisiensi kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh tenaga kerja, karena imbalan tenaga kerja nilainya 66.10% lebih besar dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Nilai Tambah Jagung Pada Pedagang Besar (PB ) Tingkat Kabupaten Pedagang Besar Tingkat Kabupaten (PB) mendapatkan jagung dari dari PPD dan PPK B. Pedagang besar berperan didalam distribusi jagung kepada konsumen-konsumen bisnis seperti Peternak Ayam Petelur (PAP) dan Produsen Pakan Ternak (PPT).PB memiliki aktivtias-aktivtias pemasaran yang memiliki nilai tambah, aktivtias ini banyak macamnya. Didalam perhitungan nilai tambah yang dilakukan PB dapat dilihat pada Tabel 21. Pada perhitungan nilai tambah Hayami yang dilakukan pada proses pemasaran PPD, dibutuhkan 26 orang pegawai untuk memasarkan 20 ton jagung. PB membutuhkan tenaga angkut sejumlah empat orang dengan lama bekerja 10 jam perhari selama dua hari dengan biaya Rp. 100.000/orang/hari, tenaga penimbangan yang dimiliki PB sebanyak 6 orang dengan upah Rp. 50.000/hari/orang, tenaga sortir dan grading
77
diperlukan sebanyak 6 orang dengan upah Rp. 50.000/orang/hari, supir dan kenek untuk transportasi jarak jauh berjumlah 2 orang, tenaga pengeringan sebanyak empat pegawai dengan lama bekerja 10 jam per hari selama tiga hari dengan biaya Rp. 50.000/orang/hari, tenaga kebersihan gudang sebanyak tiga orang denan lama bekerja 10 jam per hari dan pegawai administrasi gudang sebanyak dua orang dengan lama bekerja 10 jam per hari selama dua hari dengan biaya Rp. 50.000/orang /hari. Total kebutuhan pegawai adalah 26 orang dengan total lama bekerja 260jam dan upah yaitu Rp. 7,307.69 /Jam. Tabel 21. Perhitungan Nilai Tambah Pedagang Besar Tingkat Kabupaten di Jawa Barat Nilai Satuan Tambah No Variabel PB 1 Output Kg 20000 2 Bahan Baku Kg 20408 3 Tenaga Kerja Jam/Periode 260 4 Faktor Konversi 0.98 5 Koefisien Tenaga Kerja 0.013 6 Harga Output Rp/Jam 3,600.00 7 Upah Rata-Rata Rp/Jam 7,307.69 Pendapatan dan Keuntungan 1 Harga Bahan Baku Rp/Kg 3,200.00 2 Sumbangan Input Lain Rp/Kg 120.00 3 Nilai Output Rp/Kg 3,528.03 4 A. Nilai Tambah Rp/Kg 208.03 B. Rasio Nilai Tambah % 5.90% 5 A. Imbalan Tenaga Kerja Rp/Kg 95 B. Bagian Tenaga Kerja % 45.67% 6 A. Keuntungan Rp/Kg 113.03 B. Tingkat Keuntungan % 54.33 Sumber : Data Primer (Diolah)
Sumbangan input lain terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan jagung. Salah satu biaya yang ditanggung oleh PB adalah biaya informasi pasar yang terdiri dari biaya komunikasi, biaya pengumpulan informasi dan harga, dan biaya sosialisasi yaitu Rp. 2.000.000, biaya ini ditanggung oleh PB dari pertama kali pengiriman jagung (pengiriman pertama kali) hingga pengiriman terakhir (akhir masa panen) sehingga nilainya akan sangat kecil apabila dibagi dengan total jumlah truk yang dikirimkan dari awal pengiriman jagung kepada konsumen. Biaya lain yang ditanggung oleh PB adalah biaya penanggungan resiko yaitu biaya yang dikeluarkan oleh PB karena kerusakan barang, gagal panen petani, ataupun biaya tidak terduga lainnya sebesar Rp. 50/kg, PB juga menanggung pajak
78
dan administrasi perusahaan jumlahnya sebesar Rp. 30/kg, ongkos transportasi per kali angkut kurang lebih Rp. 25/kg, biaya penyusutan kurang lebih Rp. 15/kg. Dari hasil perhitungan nilai tambah hayami didapatkan faktor konversi 0.98 yang berasal dari output dan bahan baku selama proses pemasaran. Faktor koefisien tenaga kerja dari perhitungan nilai tambah adalah 0.013 yang didapatkan dari tenaga kerja dibagi output yang dihasilkan. Harga output yang diperoleh PPK adalah Rp. 3600/kg, harga tersebut adalah harga rata-rata yang diberikan dari masing-masing konsumen yaitu PPT dan PAP. Harga bahan baku yaitu harga rata-rata pembelian PPK kepada PPD atau PPK adalah Rp.3200/kg Nilai output diperoleh dari hasil perkalian rata-rata harga output per kilogram dengan faktor konversi. Nilai output pada PB dalam proses pemasaran yaitu Rp.3,528.03/kg. Pada perhitungan nilai tambah PB mendapatkan nilai tambah sebesar Rp. 208.03/kg dengan presentase nilai tambah rasio sebesar 5.90% nilai tambah tersebut merupakan nilai tambah yang didapatkan dari aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh PB. Nilai tersebut belum dikurangi imbalan tenaga kerja, dimana nilai imbalan tenaga kerja didapatkan dari perkalian koefisien tenaga kerja dengan upah rata-rata tenaga kerja per HOK yaitu sebesar Rp. 95/kg dengan presentase sebesar 45.67%, presentase tersebut merupakan imbalan yang diterima oleh tenaga kerja dalam proses pemasaran jagung. Tingkat keuntungan yang dimiliki PB adalah Rp. 113.03/kg dengan presentase 54.33% yang berarti persentase tersebut berasal dari nilai tambah merupakan keuntungan pedagang besar karena sudah memperhitungkan imbalan tenaga kerja. Berdasarkan perhitungan nilai tambah maka dapat disimpulkan bahwa nilai tambah yang diperoleh PB adalah 5.9% dari total output. Nilai tersebut masih dapat ditingkatkan apabila aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh PB berjalan dengan efisien, maka yang dapat PB lakukan untuk memaksimalkan nilai tambah adalah memaksimalkan penggunaan tenaga kerja agar dapat memperoleh nilai tambah lebih besar lagi. Distribusi Nilai Tambah Anggota Rantai Pasok Distribusi nilai tambah pada rantai pasok dianalisis untuk melihat perbandingan nilai tambah yang didapatkan masing-masing anggota disepanjang saluran pemasaran yang ada pada rantai pasok. Perhitungan dalam membandingkan distribusi nilai tambah menggunakan ketiga saluran pemasaran yang terdapat pada rantai pasok jagung di Jawa Barat. Rekapitulasi distribusi nilai tambah dapat dilihat pada tabel 22 Saluran pemasaran satu melibatkan petani dan koperasi sebagai anggota rantai pasoknya. Total nilai tambah yang diperoleh saluran pemasaran satu adalah Rp. 1686.63 perkilogram, 79.96% nilai tambah dinikmati oleh petani dan hanya 20.04% nilai tambah yang dinikmati oleh koperasi, maka pada saluran pemasaran petani yang menikmati nilai tambah paling besar diantara anggota saluran pemasaran lainnya. Saluran pemasaran dua melibatkan petani, PPD, dan PB. Total nilai tambah yang diperoleh saluran pemasaran dua adalah Rp. 1533.71 per kilogram, dengan presentase nilai tambah 79.52% dinikmati petani, 6.91% dinikmati