SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 1 – 10
ISSN : 1829-9946
ANALISIS RANTAI PASOK DAN RANTAI NILAI BUNGA KRISAN DI DAERAH SENTRA PENGEMBANGAN JAWA TIMUR Kuntoro Boga Andri Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Jl Raya Karangploso Km 4 PO Box 188 Malang 65101 E-mail:
[email protected]
Abstract: Chrysant flower agribusiness has grown rapidly in recent years in the center of production of ornamental plant in East Java. The center of chrysant producer districts in East Java are in Batu, Malang, Mojokerto and Pasuruan, which is located at medium to highland plains. The study aims to obtain in-depth supply chain and value chain analysis on the chrysant agribusiness in 4 central producing regions in East Java. The study conducted during December 2011 to February 2012 using the Focus Group Discussion (FGD), field survey, questionnaire, and collection of secondary data from farmers, entrepreneurs, and other players in the chains. The results shows from supply chain and value chain analysis are the distribution of the value added at each supply chain actors is very reasonable based on the level of activity undertaken by each actor. Adding value to chrysant producers (farmers), can be done by applying a low cost strategy, the uniqueness of the product or improved quality. The implementation of technological innovation plays a role to produce more value-added products as required by the market. It is found from value-added analysis that agribusiness of chrysant is very beneficial to growers and have good prospects for other agribusiness actors to carry on. Keywords: chrysant, supply chain, value chain analysis, East Java Kecamatan Bumiaji, Kota Batu; Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang; Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto dan Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan (Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2011). Di propinsi ini budidaya krisan dilakukan oleh petani bunga yang tergabung dalam kelompok tani yang sudah memiliki banyak kegiatan bersama, termasuk pemesanan bibit dan penjualan secara berkelompok. Total luas penanaman krisan di Jawa Timur pada tahun 2011 adalah 6.932.895m2; luas panen 6.187.838 m2, dengan produksi bunga sebanyak 19.128.991 tangkai dan produktivitas rata-rata yang dicapai 3,5 tangkai/m2 (Kusno dan Kuntoro Boga, 2011). Harga jual krisan dipengaruhi oleh kualitas bunga yang dihasilkan petani (Puslitbang Hortikultura, 2003). Masih banyak kasus menunjukkan bahwa bunga potong krisan yang dihasilkan oleh petani bermutu rendah. Hal ini mengakibatkan harga jual bunga krisan rendah sehingga tidak dapat menutup biaya produksi yang sudah dikeluarkan oleh petani (Budiarto et.al. 2006). Berkaitan dengan
PENDAHULUAN Bunga Krisan (Dendranthema grandiflorum Tzelve) yang oleh masyarakat umum dikenal dengan sebutan bunga seruni atau bunga emas (gold flower) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang banyak pemanfaatannya dan makin populer di masyarakat (AMARTA, 2007). Di Jawa Timur, komoditi ini memiliki nilai ekonomi tinggi dan potensial untuk dikembangkan secara komersial. Sebagai gambaran untuk kebutuhan pasar bunga lokal Surabaya saja masih terdapat kekurangan pasok antara 6.000 hingga 10.000 ikat bunga krisan atau sekitar 60.000 hingga 100.000 tangkai bunga per minggu. Ini belum termasuk permintaan pasar bunga lainnya. Pasar potensial lainnya adalah kota-kota besar seperti Denpasar, Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar lainnya yang ada di Indonesia (Kusno dan Kuntoro Boga, 2011). Daerah sentra pengembangan bunga krisan di Jawa Timur berada pada dataran medium hingga dataran tinggi seperti
1
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan … permasalahan tersebut, sebaiknya peningkatan produksi, perlu disertai dengan perbaikan teknologi budidaya untuk meningkatkan kualitas produksi bunga yang mengarah kepada GAP (Good Agricultural Practices) dan GHP (Good Handling Practices) dengan tidak mengesampingkan komponen-komponen teknologi lain yang diinginkan pasar (Sinar Tani, 2009).
pengembangan komoditas bunga krisan di wilayah Jawa Tiimur. Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto dan Kota Batu yang merupakan daerah sentra pengembangan agribisnis krisan dipilih sebagai lokasi pengkajian. Selanjutnya pelaku agribisnis di keempat wilayah tersebut dipilih beberapa orang sebagai narasumber. Dalam melakukan analisa ditelaah informasi secara mendalam mengenai beberapa aspek diantaranya deskripsi karakteristik dan potensi bisnis komoditas, analisa pasar dan pemasaran, analisa nilai tambah, kelembagaaan pendukung, rantai pasok dan rantai nilai dari agribisnis ini, serta potensi pengembangan bagi pembangunan dan perekonomian daerah.
METODE PENELITIAN Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan informasi mendalam mengenai rantai pasok dan rantai nilai dari agribisnis bunga krisan di beberapa wilayah sentra di Jawa Timur. Pelaksanaan Pengkajian dilakukan selama bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012 dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD) dan survey yang diarahkan untuk memperoleh informasi mendalam dengan melakukan wawancara, penyebaran quesioner serta pengumpulan data sekunder (dokumen) dari para petani, pelaku usaha serta steakholder lainnya di wilayah sentra agribisnis krisan Jawa Timur. Data yang telah diperoleh dianalisa dengan pendekatan analisa rantai pasok dan rantai nilai (SCM/Suply chain Management dan VCA/Value Chain Analysis). Penetapan responden dengan menggunakan tehnik sampling lokasi/wilayah secara purposive yang didasarkan pada potensi daya dukung
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik dan Potensi Agribisnis Bunga Krisan di Jawa Timur Krisan merupakan tanaman hias yang termasuk dalam kategori komoditi unggulan Jawa Timur.Di propinsi ini krisan berkembang pada daerah yang memiliki ketinggian 800 m sampai dengan 1.000 m di atas permukaan laut, topografi berbukit sampai dengan bergunung. Memiliki agroklimat lahan sebagai berikut: curah hujan 1.644 mm/tahun - 3.000 mm/tahun; suhu rata-rata antara 20 oC - 28 oC; kelembaban rata-rata 90% - 98 %; dan pH tanah 5 - 6,5.
Tabel 1. Kondisi Lahan dan Agroklimat Sentra Pengembangan Krisan di Jawa Timur Spesifikasi Agroklimat Batu Jenis tanah Topografi pH tanah Ketinggian (m dpl) Curah hujan (mm/thn) Bulan basah (bulan) Bulan kering (bulan)
Berbukit 6-7 600-800
Wilayah Sentra Pengembangan Krisan Malang Mojokerto Andosol Mediteran Merah Kuning Bergelombang Berbukit Berbukit 5-6 5-6 800-1.000 950
Pasuruan Andosol Pegunungan 5 – 6,5 900–1.050
1.644
2.500-3.000
2.566
2.500-3.000
7 5
8 4
6 6
7 5
20-25 90 Cukup (sungai, mata air, air hujan)
17-32 82-90 Cukup (sungai, air sumber,irigas)
Suhu (oC) Kelembaban (%) Sumber air
24-28 24-27 75-98 Cukup Cukup (sungai) (irigasi) Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Jatim 2011
2
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan … Tabel 2. Berbagai Varietas Krisan yang Ditanam di Jawa Timur No. I.
Asal Varietas Balithi
II.
Introduksi
1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Varietas Krisan Swarna Kencana Sakuntala Puspita Nusantara Pasopati Wastu Kania White Giant (Spray Putih) Yellow Giant (Spray Kuning) Stroika(Spray Merah) Grand Orange(Spray Orange) Dark Reagent(Spray Ungu) Lineker Darkpink(Spray Pink) Grand Salmon(Spray Salem) White Puma (Pompom Putih, kecil, bunga banyak) Yellow Puma (Pompom Kuning, kecil, bunga banyak) Yoko Ono (Kermit Hijau) Rafael (Kermit Orange) Jaguar Red (Standar Merah, besar, tunggal) Jaguar Purple (merah delima, besar, tunggal) Pink Fiji (pink bercampur putih, besar, tunggal) White Fiji (putih, besar, tunggal) Yellow Fiji (kuning, besar, tunggal) Zhamroxk (hijau, besar, tunggal)
Sumber: Survey lapang, 2012
Secara spesifik gambaran umum, kondisi di empat wilayah potensial pengembangan bunga krisan tersebut, disajikan pada Tabel 1. Sebagian besar petani mengusahakan krisan sebagi bunga potong, karena permintaan pasar yang terbesar adalah sebagai bunga potong tunggal ukuran besar dan spray. Varietas yang ditanam petani berasal dari dua (2) sumber yaitu dari Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) dan introduksi (benih import). Jumlah Varietas krisan yang ditanam sudah lebih dari 22 jenis seperti yang disajikan dalam Tabel 2. Dalam beberapa tahun terakhir, meskipun tidak konstan, produksi bunga krisan cenderung meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, karena berkembangnya jasa EO, decorator dalam penyelenggaraan event-event penting seperti pernikahan, ekspo/pameran, peresmian gedung dan sejenisnya. Perkembangan produksi dan pasokan komoditas krisan dari Jawa Timur dapat dilihat korelasinya dari dari luas areal tanam, luas panen, dan produktivitasnya. Bila diuraikan lebih lanjut, wilayah pengembangan komoditas krisan di Jawa Timur, berada di empat kabupaten sentra yaitu Batu, Malang, Mojokerto dan Pasuruan. Data perkembangan luas tanam, luas
panen, produksi dan produktivitas per Kabupaten/Kota pada tahun 2008 sampai dengan proyeksinya pada 2014 disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011, luas areal tanaman, luas panen dan produksi krisan di 4 sentra produksi Jawa Timur sangat berfluktuasi. Namun secara umum ada peningkatan produksi walaupun tidak secara signifikan diikuti dengan peningkatan produktivitas. Hal ini disebabkan karena kondisi iklim yang tidak menentu sehingga kurang menguntungkan produktivitas yang dihasilkan per satuan luas lahan. Selain dari pada itu rendahnya produktivitas juga disebabkan oleh kompetensi petani dalam penerapan inovasi teknologi yang baik dan benar, belum terpenuhi semua secara menyeluruh. Padahal di sisi lain, pasar dan konsumen telah menginginkan bunga krisan dengan standar mutu yang lebih dari yang telah dihasilkan oleh petani. Standar mutu krisan yang diinginkan oleh pasar diantaranya mencakup aspek panjang tangkai minimum, diameter tangkai bunga, diameter bunga setengah mekar, jumlah kuntum bunga, kesegaran bunga, maksimal kotoran dan benda asing, keseragaman kultivar, serta penanganan yang baik untuk pasca panen bunga potong.
3
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan … Tabel 3. Perkembangan Luas tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Krisan di 4 Wilayah Sentra Produksi di Jawa Timur (2008 – 2014) Tahun
Luas Tanam (m2)
Luas Panen (m2)
258.758 282.444 193.000 231.600 243.180 255.339 268.106
156.714 768.832 207.887 228.678 240.109 252.115 264.721
8.656.655 4.654.404 5.124.154 1.143.379 1.200.547 1.260.575 1.323.604
6 6 7,2 5 5 6 6
4.097.851 7.370.402 6.419.251 6.276.987 6.590.836 6.920.378 7.266.397
4.281.816 6.620.750 7.129.763 5.575.288 5.854.052 6.146.755 6.454.093
8.366.061 5.171.845 13.729.207 16.725.864 17.562.157 18.440.265 19.362.278
3 2 1,9 3 3 3 3
74.505 148.590 147.225 178.308 187.223 196.585 206.414
77.300 114.895 113.829 137.874 144.768 152.006 159.606
69.390 116.245 114.054 275.748 289.535 304.012 319.213
1 1 1 2 2 2 2
1.440.000 9.401.400 4.514.000 984.000 1.033.200 1.084.860 1.139.103
4 6 2 4 4 4 5
Kota Batu 2008 2009 2010 2011 *2012 *2013 *2014 Kabupaten Malang 2008 2009 2010 2011 *2012 *2013 *2014 Kabupaten Mojokerto 2008 2009 2010 2011 *2012 *2013 *2014
Kabupaten Pasuruan 2008 47.520 35.520 2009 490.000 156.000 2010 520.000 520.000 2011 246.000 246.000 *2012 258.300 258.300 *2013 271.215 271.215 *2014 284.776 284.776 Keterangan: * Angka proyeksi (prakiraan/target) Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, 2011
Produksi (juta tangkai)
Produktivitas (tangkai/m2/tahun)
merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan bahan/sarana untuk berproduksi seperti: membeli/ membuat bibit, pupuk, obatobatan, membangun screen house dan instalasi kelengkapannya. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan kios, koperasi, supplier atau membuat sendiri (misal: stek bibit, pupuk organik).
Rantai Pasok Komoditas Alur rantai pasok agribisnis bunga krisan dimulai dari pengadaan sarana produksi -Petani (budidaya) sampai dengan panen- pengepuldistributor-pedagang pengecerkonsumen. Masing-masing pelaku dalam mata rantai agribisnis krisan melakukan aktivitas sesuai dengan perannya. Pengadaan sarana produksi
4
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan …
Gambar 1.Rantai Pasok Agribisnis Bunga Krisan di Jawa Timur Tabel 4. Fungsi Pelaku dalam Mata Rantai Agribisnis Bunga Krisan No.
Pelaku Aktivitas Agribisnis 1. Sarana Produksi - Menyediakan sarana untuk berproduksi seperti: menyediakan, membeli, membuat bibit, pupuk, obat-obatan, membangun screen house dan instalasi kelengkapannya. - Kerjasama/Melakukan Kemitraan Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan kios, koperasi, supplier atau membuat sendiri (misal: stek bibit, pupuk organik). 2. Petani - Mempersiapkan lahan tanam, persiapan material tanam (bibit, pupuk, obat(Budidaya) obatan, peralatan tanam, tenaga kerja, dll). sampai dengan - Melakukan penanaman, pemeliharaan, dan Panen - Pemanenan. - Menjual hasinya di kebun 3. Pengepul - Mengumpulkan dan membeli produksi bunga dari para petani/Petani - Menyimpan - Menyeleksi - Memasok/Menjual/ke distributor/pedagang besar 4. Distributor - Membeli dari pengepul bunga /pedagang besar - Penyimpanan - Mendistribusikan/menjual/memasok ke pedagang pengecer 5. Pedagang Memasok/Menjual ke konsumen Pengecer 6. Konsumen Pengguna produk bunga krisan. Sumber: Survey lapang, 2012
Petani atau aktivitas produksi adalah adalah suatu aktivitas pemberian nilai tambah pada input (sarana produksi) menjadi output melalui proses produksi, dan kemudian dijual ke pengepul, selanjutnya ke pedagang besar atau distributor, dan akhirnya didistribusikkan ke pedagang pengecer lalu ke konsumen pengguna. Guna memperjelas aktivitas rantai pasok pada kegiatan agribisnis bunga krisan di Jawa Timur, secara sistematis disajikan pada Gambar 1 dan Tabel 4. Berdasarkan hasil studi, daerah pemasaran bunga krisan yang dibudidayakan oleh para petani dari 4 daerah sentra pengembangan krisan Jawa Timur adalah: Bali (Denpasar), Surabaya (pasar Kayon), Kediri, Pasuruan, Malang,Medan, dan kota-kota besar lainnya, serta para pendekor bunga dari daerah sentra itu sendiri. Dari daerah-daerah pemasaran permintaan paling banyak berasal dari Surabaya dan Bali. Sebagai gambaran
untuk kebutuhan pasar bunga Kayoon Surabaya, kebutuhan per minggu untuk jenis krisan potong 16.000 ikat, krisan dompolan16.000 ikat, dan krisan import 20.000 ikat. Dari kebutuhan tersebut yang bisa dipenuhi masing-masing baru mencapai 10.000 ikat per minggu.Berarti masih terdapat kekurangan pasok antara 6.000 hingga 10.000 ikat bunga krisan atau sekitar 60.000 hingga 100.000 kuntum bunga per minggu. ini belum termasuk memenuhi pasok pasar bunga lainnya dan Florist. Pasar potensial selain Surabaya, yang menjadi tumpuhan adalah kota-kota besar seperti Denpasar, Jakarta, Bandung, dan kotakota besar lainnya yang ada di Indonesia. Konsumen yang membeli bunga krisan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu: Perusahaan/Lembaga dan Perorangan. Lembaga atau perusahaan yang selama ini bekerjsama dengan petani dalam
5
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan … pemasaran hasil produksi bunga krisan dari Kota Batu antara lain: PT Ingu Laut, PT Wahana Karisma Flora (WKF), Pasar Bunga Kayoon, Omnivora, dan Pengusaha Bunga di Denpasar. Dari kedua kelompok konsumen tersebut terdapat perbedaan dalam sistem penjualan dan pembayarannya. Untuk kelompok yang pertama (perusahaan/lembaga) pembelian biasanya dilakukan dengan kontrak. Kesepakatannya adalah penjual harus mengantar produk sesuai dengan yang telah disepakai bersama sampai ke tempat lembaga/perusahaan pemesan tersebut berada. Adapun sistem pembayarannya dilakukan secara kredit, yakni lembaga/perusahan tersebut melakukan pembayaran antara 1 minggu hingga 1 bulan setelah bunga diantar. Kelompok kedua (perorangan) umumnya pembelian dilakukan di tempat (pembeli mengambil langsung di kebun) dan pembayaran dilakukan secara tunai. Berdasarkan pengakuan para petani, dari kedua kelompok konsumen tersebut, yang lebih banyak volume pembeliannya adalah lembaga/perusahaan. Adapun harga jual dari petani berkisar antara Rp900,- sampai dengan Rp1.300,- per batang, atau secara rata-rata harga jual setiap batang adalah sebesar Rp1.100,-. Karena bunga krisan ini merupakan bunga potong yang dipakai untuk event event tertentu, dan penjualannya sebagian besar berdasarkan pesanan sehingga jumlah permintaannya tidak kontinue setiap bulannya. Pada bulan-bulan tertentu permintaan sangat tinggi dan pada bulan-bulan yang lain permintaan sangat rendah. Umumnya jumlah permintaan meningkat akan terjadi pada bulan Pebruari, April, Agustus dan Desember (untuk tahun Masehi) sedangkan untuk hitungan Jawa permintaan akan meningkat pada bulan: Bakdo Maulud, Besar, Jumadil Akhir, Syawal, dan Ruwah. Pada bulan-bulan tersebut permintaan sangat tinggi, yang kadang-kadang para petani kekurangan stock. Namun di bulan-bulan lainnya, ketika permintaan turun, sebagain hasil produksi tidak laku terjual. Dengan kondisi pasar seperti itu, tentunya harus dilakukan terobosan-terobosan baru dalam usaha pemasaran, misalnya kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah, perhotelan dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan penjualan, terutama pada bulanbulan tertentu yang mengalami penurunan permintaan. Untuk pasar yang lebih luas lagi, yakni memasok krisan ke luar negeri, hingga saat ini produksi bunga krisan dari Jawa Timur belum mampu berkompetisi dengan bunga krisan import. Beberapa permasalahan klasik yang dihadapi para petani antara lain: (1) belum ada pengusaha eksportir bunga yang melakukan kerjasama dengan para petani bunga krisan baik perorangan maupun kelompok tani dan koperasi (2) kualitas bunga yang dihasilkan belum mampu berkompetisi dengan bunga import, (3) pemasaran bunga krisan masih parsial, (4) kemampuan petani mengakses pasar masih lemah; dan (5) tidak memiliki lisensi untuk pengembangan bunga krisan dari negeri asal bunga krisan (impor). Selain memberikan manfaat langsung berupa peningkatan pendapatan petani bunga krisan dan penyerapan tenaga kerja sebagaimana mestinya, tentunya pengembangan usaha budidaya bunga krisan ini juga akan dapat memberikan manfaat tidak langsung, yakni berupa multiplier effect (efek berantai) dari usaha budidaya bunga krisan tersebut. Misalnya: dengan adanya usaha budidaya bunga krisan tersebut, tentunya diperlukan bibit sehingga menimbulkan usaha pembibitan. Selain bibit juga diperlukan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi sehingga memunculkan berbagi jenis usaha yang terkait dengan penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Misalnya dapat mendorong munculnya pedagang obatobatan, pupuk, fungisida dan usaha transportasi untuk mengangkut hasil produksi dan sebagainya. Jadi dengan adanya usaha tersebut, selain memberikan manfaat langsung, dapat memberikan efek berantai (multiplier effect) yang sangat besar bagi perekonomian secara makro. Rantai Nilai Agribisnis Bunga Krisan Lebih lanjut dilakukan analisis rantai nilai yang dapat dipergunakan untuk menentukan pada titik-titik mana dalam rantai nilai tersebut dapat mengurangi biaya atau memberikan nilai tambah (value added) bagi semua pihak/lini yang terlibat dalam kegiatan aliran rantai pasok agribisnis krisan.
6
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan …
Gambar 2. Aliran Rantai Nilai/Nilai Jual Produk pada Agribisnis Krisan
Pada Gambar 2 diberikan gambaran ilustrasi aliran rantai nilai bunga krisan yang pada umumnya terjadi di empat kabupaten (Batu, Malang, Mojokerto dan Pasuruan) sentra produksi bunga krisan di Jawa Timur. Aliran rantai nilai agribisnis krisan di Jawa Timur (Gambar 2), dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil perhitungan analisa usahatani krisan per luasan 1.000 m2, maka diperoleh nilai atau modal usahatani untuk memproduksi setangkai bunga krisan adalah sekitar Rp400,-. Harga krisan di tingkat Petani (produsen/petani), adalah Rp900,-per tangkai, yang dijual ke petani pengepul. 2. Biasanya pengepul membeli krisan dari beberapa petani produsen (Petani)langsung ke kebun. Pada jumlah tertentu, krisan kemudian didistribusikan atau dijualnya ke pedagang besar atau distributor dengan harga Rp1.100,- per tangkai. 3. Pada tahap ini, pedagang besar mendistribusikan ke pedagang pengecer bunga di pasar bunga yang terdapat di kotakota besar dengan harga Rp 1.300,- per tangkai. 4. Pedagang pengecer selanjutnya menjual ke konsumen langsung dengan harga Rp1.500,- per tangkai atau Rp15.000,- per ikat (10 tangkai/kuntum).
Dari Petani sebagai produsen krisan hingga ke konsumen, harga setangkai bunga krisan dari modal usaha (harga pokok) Rp400,- hingga ke konsumen menjadi Rp1.500,sehingga terdapat selisih harga Rp1.100,-. Selisih harga ini terdistribusikan ke aktivitas kegiatan budidaya selama 3 bulan sebesar Rp500,-; ke pedagang pengepul Rp200,-; pedagang besar/distributor Rp200,-, dan ke pedagang pengecer Rp200,- per tangkai. Dari alur rantai pasok dan rantai nilai dapat disimpulkan bahwa pada setiap aktivitas rantai pasok, terdapat aktivitas kegiatan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Sebagai konsekuensi dari aktivitas tersebut akan menimbulkan pertambahan nilai (biaya dan keuntungan) di masing-masing rantai pasok tersebut (lihat Tabel 5).Berdasarkan hasil analisis rantai nilai dan rantai pasok tersebut, distribusi pertambahan nilai di masing-masing rantai pasok tersebut apakah sudah wajar berdasarkan aktivitas yang dikerjakan oleh masing-masing tersebut. Kebijakan penilaian ini tergantung dari masingmasing pelaku. Apabila ada keinginan untuk meningkatkan nilai tambah petani produsen krisan, atau salah satu rantai pasok tersebut, maka dapat dilakukan dengan menerapkan strategi low cost, keunikan produk, atau keunggulan kualitas produk. Disini, penerapan inovasi teknologi memainkan peranan untuk menghasilkan sebuah produk yang diinginkan.
Tabel 5. Analisis Rantai Nilai (VCA) Agribisnis Bunga Krisan (per tangkai) No. 1.
Rantai Pasok Agribisnis (SCM) Bunga Krisan Biaya Produksi Petani (Budidaya) sampai dengan Panen
Rantai Nilai (VCA) (Rp) 400
Selisih/Margin Keuntungan (Rp)
900
500 200
2.
Harga di tingkat petani menjual ke pengepul
3.
Pengepul, menjual ke pedagang besar
1.100
4. 5.
Distributor /pedagang besar, menjual ke pengecer (retail) Pedagang Pengecer, menjual ke konsumen
1.300 1.500
6.
Konsumen, membeli
1.500
200
Sumber: Data primer (diolah)
7
200
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan … a. Kebutuhan benih adalah 80.000 stek/m2; b. Angka kematian bibit yang ditanam sebesar 5%; c. Harga jual bunga krisan = Rp900/button; Dengan asumsi tersebut maka estimasi pendapatan yang diperoleh petani bunga krisan untuk luas tanam 1000 m2 setiap kali musim panen adalah seperti dirinci dalam Tabel 6. Berdasarkan perhitungan pendapatan dan biaya seperti tersebut diatas maka besarnya keuntungan yang diperoleh petani setiap tahun untuk lahan seluas 1.000 m2 adalah seperti dirinci dalam Tabel 7. Berdasarkan hasil perhitungan di Tabel 7, terlihat bahwa usaha budidaya bunga krisan, secara finansial sangat menguntungkan. Dalam satu kali musim tanam dapat menghasilkan keuntungan sebesar 70% dari dana yang diinvestasikan. Jika dalam 1 tahun ada 3 kali musim tanam (3 kali panen), maka tingkat pengembalian keuntungan per tahun 210%.
Analisis Finansial Usahatani Krisan Dalam analisis finansial mengenai biaya dan penerimaan usahatani akan dijelaskan tentang jenis dan biaya investasi yang diperlukan untuk budidaya bunga krisan, biaya operasional dan pemeliharaan, serta pendapatan dan keuntungan yang diperoleh dari usaha seperti dalam Tabel 7. Ada beberapa pendekatan analisis biaya yang dimasukkan dalam perhitungan untuk menanam krisan seluas 1.000 m2, antara lain: 1. Biaya investasi awal (Sewa tanah, pembuatan rumah plastik, power sprayer, tandon air, selang, jaring penegak tanaman). Total investasi awal adalah Rp52.500.000,- . 2. Biaya operasional dan pemeliharaan. Biaya operasional dan pemeliharaan dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu biaya tenaga kerja dan sarana produksi. a) Biaya Tenaga Kerja Dalam budidaya bunga krisan, tenaga kerja yang dibutuhkan adalah pada kegiatan persiapan lahan dan tenaga pemeliharaan yang mempunyai kontribusi penyerapan tenaga cukup besar. Pekerjaannya meliputi tanam, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit sampai dengan panen. Total biaya tenaga kerja dalam satu musim dengan luasan 1.000 m2 dapat mencapai Rp3.517.500,b) Sarana Produksi Biaya sarana produksi yang dibutuhkan untuk menanam krisan seluas 1.000 m2 adalah Rp22.570.000,-, 3. Pendapatan. Pendapatan petani dari usaha budidaya bunga krisan ini adalah berupa penjualan bunga hasil produksi tersebut. Untuk menghitung pendapatan usahatani bunga krisan tersebut digunakan beberapa asumsi sebagai berikut:
Potensi Pengembangan Pengembangan Agribisnis Bunga Krisan harus berorientasi pada pasar. Khusus usaha produk bunga krisan potong dan bunga krisan pot, permintaan yang terbentuk dari selera konsumen sangat menentukan laku tidaknya produk yang ditawarkan. Pengusaha dan petani produsen bunga potong dan pot harus mengikuti perkembangan pasar terbuka dengan mencari terobosan-terobosan dalam penawaran ke luar negeri diikuti dengan peningkatan kualitas dan produksi, pembinaan peningkatan kualitas dan profesionalisme pengusaha. Kelengkapan fasilitas pengembangan krisan seperti sektor perbenihan, green house dan sarana-sarana penunjang lainnya mulai dari pengadaan benih sampai pasca panen merupakan prasyarat dalam berbisnis krisan.
Tabel 6. Pendapatan dari Usahatani Budidaya Bunga Krisan No.
Keterangan
1
Jumlah bibit ditanam (stek batang)
2
Kematian 5%
3 4
Jumlah bunga terjual (tangkai) Harga jual/batang (Rp)
Jumlah 80.000 4.000
5 Pendapatan (Rp.) Sumber: Data primer (diolah)
76.000 900 68.400.000
8
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan … Dalam upaya pengembangan agribisnis krisan. berbagai tahapan strategis perlu di susun. Untuk merealisasikan hal tersebut baik dari aspek teknis maupun manajemen ada beberapa yang bisa dilakukan antara lain: 1. Untuk mengurangi ketergantungan kebutuhan bibit bunga krisan dari luar (80% disuplay dari luar). maka perlu peningkatan kemampuan para petani (kelompok tani) dalam penangkaran bibit sehingga kebutuhan bibit secara perlahan-lahan dapat terpenuhi baik jumlahnya maupun varietas yang diinginkan (sesuai kebutuhan pasar); 2. Untuk menunjang kemampuan dan keahlian para petani krisan. maka perlu pelatihan yang terkait dengan agribisnis bunga krisan mulai dari hulu sampai hilir (mulai pembibitan,
produksi, pemasaran hasil) melalui kelembagan yang ada; 3. Untuk menunjang kelancaran pengembangan agribisnis bunga krisan perlu mengoptimalkan peran dan fungsi kelembagaan yang ada sehingga akan memudahkan aksesbilitas petani kepada berbagai lembaga yang terkait. Misalnya meningkatkan peran dan fungsi asosiasi dan koperasi yang ada sehinga dapat mempermudah petani dalam akses permodalan, pemasaran, sarana produksi dan lain-lain; 4. Agar hasil produksi bunga krisan dari Jawa Timur bisa segera masuk pasaran yang lebih jauh di kota-kota utama Jawa, selain meningkatkan kualitas hasil produksi perlu menjalin kerjasama dengan pengusaha sebagai mitra usaha;
Tabel 7. Rincian Biaya, Laba Bersih, dan Profitabilitas Usaha Tani Bunga Krisan No. 1.
2.
Keterangan Biaya Sewa Lahan dan Penyusutan a. Sewa Tanah b. Rumah Plastik c. Power Spreyer d. Tandon Air e. Selang f. Jaring Penegak Tanaman Biaya Operasional dan Pemeliharaan a. Biaya Tenaga Kerja -Biaya persiapan lahan
Per Panen
-Tenaga pemeliharaan b. Biaya Sarana Produksi -Bibit -Pupuk -Insektisida -Fungisida -Kertas Packing -Listrik -Air 3. 4
Pendapatan Laba Bersih 3- {(1+2)}
5
Investasi Awal Profitabilitas (ROI)---6 4/5x100% Sumber: Data primer (diolah)
9
Per Tahun
(5.500.000) 333.333 3.888.889 111.111 166.667 333.333 666.667
(16.500.000) 1.000.000 11.666.667 333.333 500.000 1.000.000 2.000.000
(3.517.500)
(10.552.500)
225.000
675.000
3.292.500
9.877.500
(22.570.000) 17.600.000
(67.710.000) 52.800.000
1.860.000 340.000 165.000 1.760.000 600.000 250.000
5.580.000 1.020.000 495.000 5.280.000 1.800.000 750.000
68.400.000
205.200.000
36.812.500
110.437.500
52.500.000
52.500.000
70%
210%
Kuntoro Boga Andri : Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan … 5. Karena jenis bibit varietas baru harus ada lisensi dari negara asalnya maka untuk mempermudah petani dalam mengakses varietas baru tersebut, pemerintah perlu memfasilitasi; 6. Untuk mengembangkan pangsa pasar baik baru maupun yang sudah ada, serta menjaga kontinuitas pemasaran maka perlu: a) Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta agar bersedia menggunakan hiasan bunga potong. baik untuk event-event tertentu maupun keseharian. b) Melakukan promosi melalui media teknologi internet/informasi (misalnya media WEB); 7. Untuk meningkatkan kualitas hasil produksi bunga krisan maka perlu mengintensifkan sosialisasi kepada para petani bunga krisan agar melakukan budidaya sesuai dengan petunjuk teknis Standar Oparating Prosedur (SOP) yang dibuat bersama.
maju, berbagai tahapan strategis perlu di susun. Pendekatan yang perlu dilakukan mulai dari penyusunan inovasi paket teknologi dalam SOP, GAP, standarisasi; sosialisasi dan bimbingan manajemen mutu dan pasca panen; pengembangan kawasan sentra; kelembagaan usaha dan kemitraan; peningkatan kualitas SDM sampai regulasi investasi dan promosi.
DAFTAR PUSTAKA AMARTA (Agribusiness Market And Support Activity). 2007. Penilaian Rantai Nilai Sektor Florikultur Tropis Di Indonesia. United States Agency for International Development (USAID). Budiarto, Kurniawan. S. Yoyo.. M. Ruud dan W. Sri. 2006. Budidaya Krisan Bunga Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. 2011. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. Surabaya.
SIMPULAN Berdasarkan uraian analisa rantai pasok dan rantai nilai diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan agribisnis bunga potong krisan masih memiliki prospek yang menjanjikan untuk direalisasikan guna meningkatkan angkatan kerja dan pendapatan petani di Jawa Timur. Pengembangan agribisnis bunga krisan harus berorientasi pada pasar. Khusus usaha produk bunga krisan potong. permintaan yang terbentuk dari selera konsumen sangat menentukan laku tidaknya produk yang ditawarkan. Pengusaha dan petani produsen krisan harus mengikuti perkembangan pasar terbuka dengan mencari terobosan-terobosan dalam peningkatan kualitas nilai tambah dan produksi. Dalam upaya mencapai industri pengembangan krisan yang lebih
Kusno, Tini Siniati dan Kuntoro Boga Andri. 2011. Laporan Rancang Bangun Pengembangan Agribisnis Tanaman Bunga Krisan di Propinsi Jawa Timur. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. Surabaya. Puslitbang Hortikultura (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura) Badan Litbang Pertanian. 2003. Tata Cara Produksi Benih Inti dan Benih Penjenis Krisan. Jakarta. Sinar Tani. 2009. Menuju Kemandirian Tanaman Hias Indonesia. Edisi 2 – 8 September 2009. No. 3319 Tahun XL.
10