ANALISIS KRITERIA PADA KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) UNTUK PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR Heri Hermansyah, Rizqi Fadhli Syahra Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus UI Depok, Depok 16424 E-mail :
[email protected],
[email protected]
Abstrak Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai kriteria-kriteria yang harus dikaji pada KLHS untuk rencana pembangunan PLTN. Analisis kriteria dilakukan berdasarkan pada indikator pembangunan berkelanjutan, peraturan perundangan, dan best practice dari penerapan KLHS untuk pembangunan PLTN yang sudah ada sebelumnya. Hasil analisis kriteria menunjukkan bahwa dalam penyusunan KLHS untuk pembangunan PLTN harus terdapat kajian mengenai mekanisme pelaksanaan dan output dari KLHS, seleksi lokasi, seleksi teknologi nuklir, dan analisis dampak pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi, decommissioning, dan pada saat terjadi kecelakaan. Hasil dari analisis kriteria ini kemudian diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam penyusunan KLHS untuk rencana pembangunan PLTN ke depannya.
Abstract The focus of this study is analysis of to be assessed criteria of Strategic Environmental Assessment (SEA) for nuclear power plant development. Criteria analysis is done based on indicator of sustainable development, government policy, and best practice of SEA for nuclear power plant that has been done before. The results of criteria analysis show that in making SEA report for nuclear power plant development there must be assessments of implementation mechanism and output of SEA, selection of location, selection of technology, and impact analysis of pre-construction, construction, operation, decommissioning, and nuclear accidents. The results from this study then can be used as a benchmark in nuclear power plant development plan in the future. Keywords: Strategic Environmental Assessment, nuclear power plant, criteria analysis, sustainable development
1.
Pendahuluan
Kebutuhan energi terus tumbuh secara masif namun tidak diimbangi dengan pertumbuhan sumber energi baru. Jumlah konsumsi energi listrik Indonesia setiap tahunnya pun terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik di masa yang akan datang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata sebesar 6,5% per tahun hingga tahun 2020 [1]. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil secara besar-besaran terutama untuk pembangkit listrik telah menyumbang 27% dari total emisi gas CO2 di sektor energi di
Indonesia. Angka tersebut akan semakin meningkat apabila tidak dilakukan upaya penggunaan energi alternatif atau pengurangan penggunaan energi fosil. Salah satu alternatif sumber energi yang dapat menghasilkan daya yang mampu memenuhi kebutuhan listrik yang semakin besar dan tidak menghasilkan emisi gas CO2 adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Sebagai perbandingan, untuk menghasilkan energi listrik sebesar 1000 MWe, PLTN hanya membutuhkan 27 ton uranium per tahun sedangkan pembangkit listrik konvensional membutuhkan batu bara sebanyak 2.600.000 ton per tahun [2]. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) juga tidak menghasilkan
Analisis kriteria..., Rizqi Fadhli Syahra, FT UI, 2013.
emisi gas CO2 karena menggunakan uranium sebagai bahan bakarnya. Namun, proses pembangunan PLTN dapat memberikan dampak pada kualitas lingkungan hidup. Selain manfaatnya sebagai sumber energi yang sangat potensial, pembangunan PLTN dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan seperti penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, pencemaran lingkungan melalui limbah radioaktif, polusi air dan udara, kerusakan ekosistem, pengaruh terhadap aspek sosial-ekonomi masyarakat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada proses pembangunan PLTN harus dilakukan sebuah proses evaluasi yang disebut dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). KLHS ini disusun untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari pembangunan PLTN terhadap lingkungan hidup. KLHS juga memiliki potensi untuk mempromosikan sebuah sistem yang terintegrasi dari perencanaan yang menggabungkan tujuan keberlanjutan melalui proses perencanaan, seperti identifikasi kecocokan lokasi untuk pengembangan pembangunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan program [3]. Proses penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk pembangunan PLTN harus memenuhi kriteria-kriteria yang memenuhi prinsip pembangunan berkelanjutan dan peraturan perundangan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah tools yang dapat memberikan rekomendasi akan kriteria-kriteria apa saja yang harus dikaji dalam penyusunan KLHS untuk pembangunan PLTN. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dilakukan sebelumnya, antara lain pada Borssele Nuclear Power Plant di Belanda, Darlington New Nuclear Power Plant Project di Kanada, Nuclear Power Plant Complex Western Region di Abu Dhabi, dan lainlain. Namun, analisis mengenai kriteria yang harus dikaji pada penyusunan KLHS untuk pembangunan PLTN belum pernah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, akan disusun analisis mengenai kriteria-kriteria yang harus dikaji pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir sehingga dapat menjadi tools bagi penyusunan KLHS untuk rencana pembangunan PLTN yang akan dilakukan ke depannya. Analisis kriteria ini dilakukan berdasarkan pada indikator pembangunan berkelanjutan, peraturan perundangan yang terkait dengan penyusunan KLHS, dan best practice dari penerapan KLHS untuk pembangunan PLTN yang
sudah ada sebelumnya. Hasil dari analisis kriteria pada KLHS untuk pembangunan PLTN ini kemudian diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi penyusunan KLHS untuk rencana pembangunan PLTN ke depannya.
2.
Metode Penelitian
Tahapan pelaksanaan analisis kriteria pada KLHS secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini: Identifikasi Dasar Analisis
Indikator Pembangunan Berkelanjutan
Peraturan Perundangan
Best Practice
Screening
Identifikasi Kriteria Penilaian
Analisis Kriteria KLHS Pelaksanaan
Mekanisme
Output
Isi Kajian
Analisis Dampak
Seleksi Lokasi
Kesimpulan
Gambar 1. Diagram alir penelitian 2.1 Identifikasi Dasar Analisis Pada identifikasi dasar analisis dilakukan identifikasi hal-hal yang menjadi dasar utama dalam analisis kriteria. Dasar analisis dilakukan berdasarkan pada indikator pembangunan berkelanjutan, best practice dari penerapan KLHS yang sudah dilakukan di berbagai negara, serta peraturan perundangan yang berlaku yang mengatur mengenai penyusunan KLHS di Indonesia. 2.2 Screening Setelah dilakukan identifikasi terhadap dasar analisis, maka dilakukan proses screening untuk mengidentifikasi poin-poin kriteria utama yang harus terdapat dalam KLHS berdasarkan proses identifikasi
Analisis kriteria..., Rizqi Fadhli Syahra, FT UI, 2013.
Seleksi Teknologi
pada dasar analisis. Proses screening dilakukan dengan menggunakan metodologi daftar uji (checklist) dan kajian ilmiah. 2.3 Identifikasi dan Analisis Kriteria KLHS Poin-poin kriteria yang didapatkan dari proses screening kemudian dianalisis untuk mendapatkan kriteria-kriteria yang lebih detail pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Analisis kriteria pada KLHS dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis kriteria pada pelaksanaan KLHS dan analisis kriteria pada isi kajian KLHS. Analisis kriteria pada pelaksanaan terdiri dari kriteria mekanisme KLHS dan kriteria keluaran (output) dari KLHS. Analisis kriteria pada isi kajian KLHS dapat dibagi menjadi tiga, yaitu kriteria tentang analisis dampak apa saja yang harus dikaji, kriteria seleksi lokasi pembangunan PLTN, dan kriteria seleksi teknologi yang akan diaplikasikan pada pembangunan PLTN. Dari analisis terhadap poin-poin kriteria KLHS di atas kemudian dapat disimpulkan kriteria-kriteria apa saja yang harus dikaji dari sebuah penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
3.
Kemudian, peraturan perundangan yang mengatur penyusunan KLHS di Indonesia terdiri dari UU No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH) dan Permen LH No. 9 Tahun 2011. UUPPLH menjelaskan mengenai definisi, mekanisme pelaksanaan, isi kajian, serta peran KLHS dalam proses pengambilan keputusan sedangkan Permen LH No. 9 Tahun 2011 menjelaskan mengenai pendekatan, prinsip, dan tahapan pelaksanaan KLHS. 3.2 Kriteria Mekanisme KLHS Kriteria mekanisme KLHS terdiri dari kriteria metodologi pelaksanaan KLHS. Metodologi pelaksanaan KLHS disusun agar proses pelaksanaan KLHS dapat berjalan secara sistematis dan tetap sesuai dengan kriteria pelaksanaan KLHS yang sudah ditetapkan. Berdasarkan analisis dan screening terhadap indikator pembangunan berkelanjutan, best practice dari penerapan KLHS di berbagai negara, dan peraturan perundangan yang mengatur mengenai penyusunan KLHS, maka didapatkan kriteria metodologi pelaksanaan KLHS sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2 di bawah ini:
Hasil dan Pembahasan
3.1 Identifikasi Dasar Analisis Identifikasi dasar analisis dilakukan berdasarkan pada indikator pembangunan berkelanjutan, best practice dari penerapan KLHS yang sudah dilakukan, serta peraturan perundangan yang berlaku yang mengatur mengenai penyusunan KLHS di Indonesia. Identifikasi indikator pembangunan berkelanjutan dilakukan berdasarkan pada Indicator for Sustainable Energy Development yang dikeluarkan oleh International Atomic Energy Agency [4]. Indikator pembangunan berkelanjutan terdiri dari 41 indikator yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan hasil identifikasi best practice didapatkan 7 penerapan KLHS pada pembangunan PLTN di berbagai negara, yaitu antara lain: Borssele Nuclear Power Plant, Belanda Nuclear Power Plant Complex Western Region, Abu Dhabi Polish Nuclear Programme, Polandia Darlington Nuclear Power Plant, Kanada Fennovoima Oy New Nuclear Power Plant, Finlandia Oldbury Nuclear Power Station, United Kingdom New Nuclear Power Plant, Lithuania
Gambar 2. Kriteria metodologi pelaksanaan KLHS . 3.3 Kriteria Output KLHS Dalam pelaksanaan KLHS harus terdapat output yang terdiri dari solusi alternatif dan rekomendasi terhadap pengambilan keputusan. Kriteria proses perumusan solusi alternatif pada penyusunan sebuah Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk pembangunan PLTN adalah antara lain: Terdapat identifikasi mengenai tujuan menyeluruh dari rencana pembangunan
Analisis kriteria..., Rizqi Fadhli Syahra, FT UI, 2013.
sehingga tidak terjadi penyimpangan tujuan dari alternatif yang diberikan. Identifikasi alternatif dilakukan berdasarkan pertimbangan terhadap aspek-aspek yang sama dengan rencana pembangunan awal namun tidak dikaji dengan tingkat komprehensivitas yang sama [5]. Alternatif yang direkomendasikan harus bersifat realistis. Alternatif yang direkomendasikan harus sesuai dengan ruang lingkup dan skala dari rencana pembangunan yang diusulkan. Alternatif yang direkomendasikan dapat berbentuk alternatif kebutuhan pembangunan, alternatif lokasi pembangunan, alternatif jangka waktu pembangunan, dan alternatif proses, metode, dan teknologi. Alternatif yang direkomendasikan merupakan solusi terhadap rencana pembangunan apabila rencana awal pembangunan ternyata tidak sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pelibatan partisipasi publik dalam perumusan alternatif Kemudian, kriteria rekomendasi yang dihasilkan dari penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk rencana pembangunan PLTN adalah antara lain: Rekomendasi yang diberikan harus bersifat realistis dan rasional dan berdasarkan pada kajian yang sudah dilakukan terhadap rencana pembangunan PLTN. Rekomendasi yang diberikan sudah mempertimbangkan langkah-langkah mitigasi yang disusun untuk mencegah dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan PLTN. Rekomendasi yang diberikan harus jelas, mudah dimengerti, dan ringkas sehingga dapat membantu untuk memastikan bahwa para pengambil keputusan sepenuhnya menyadari isu yang terkait dengan kebijakan pembangunan PLTN. Rekomendasi yang disampaikan memberikan manfaat yang lebih luas bagi keberlanjutan pembangunan. Rekomendasi yang diberikan harus sesuai dengan urgensi, konteks dan situasi dari rencana pembangunan PLTN yang diusulkan. 3.4 Kriteria Analisis Dampak Analisis dampak yang dilakukan terdiri dari analisis dampak pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, pengoperasian, decommissioning, dan pada saat terjadinya kecelakaan PLTN. Analisis
dampak dilakukan berdasarkan 3 jenis dampak, yaitu dampak terhadap kondisi lingkungan, ekonomi, dan sosial. Kriteria analisis dampak disusun berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada best practice penerapan analisis dampak pada pembangunan PLTN yang sudah dilakukan di berbagai negara. Untuk memudahkan pemahaman terhadap analisis dampak dari pembangunan PLTN maka dibuat matriks analisis mengenai dampak yang ditimbulkan. Jenis dampak dapat dibagi menjadi 5 tipe, yaitu positif signifikan, positif sedang, netral, negatif sedang, dan negatif signifikan. Jenis dampak tersebut dijelaskan dalam Tabel 1 sebagai berikut: Kemungkinan akibat
Akibat Positif Signifikan
Positif Sedang
Netral
Negatif Sedang
Hampir pasti Mungkin Kadangkadang Jarang Sangat jarang
= Sangat Baik = Cukup Baik = Netral = Cukup Buruk = Sangat Buruk Tabel 1. Matriks analisis dampak kualitatif
Analisis dampak pada tahap pra-konstruksi PLTN Analisis dampak pada tahap pra-konstruksi PLTN berdasarkan hasil studi kasus dijelaskan dalam Tabel 2 di bawah ini: Aktivitas
Dampak Potensial
Studi kelayakan
Pembukaan lapangan kerja bagi tenaga ahli nuklir
Sosialisasi masyarakat
Konflik akibat pro-kontra di tengah masyarakat
Proses gantirugi lahan
Konflik antara pemerintah dan masyarakat
Seleksi teknologi
Kemajuan SDM dan teknologi domestik dalam bidang nuklir
Tabel 2. Matriks analisis dampak pada tahap prakonstruksi PLTN
Analisis kriteria..., Rizqi Fadhli Syahra, FT UI, 2013.
Negatif Signifikan
Aktivitas
Analisis dampak pada tahap konstruksi PLTN Analisis dampak pada tahap konstruksi PLTN berdasarkan hasil studi kasus dijelaskan dalam Tabel 3 di bawah ini: Aktivitas
Kebisingan, getaran, dan penurunan pada kualitas udara, air, dan tanah
Penggunaan air tanah secara berlebihan
Penurunan volume dan ketinggian air tanah
Penggunaan lahan dan penebangan hutan
Erosi, gangguan pada struktur tanah, migrasi hewan dan kerusakan ekosistem
Pembutuhan pekerja dalam jumlah besar
Pembukaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar
Penggunaan fasilitas publik pada proses konstruksi
Kemacetan lalu lintas dan keterbatasan penggunaan fasilitas publik (kesehatan, jalan, dll)
Proses konstruksi di atas lokasi situs arkeologi dan budaya
Kerusakan pada situs arkeologi dan bersejarah
Tabel 3. Matriks analisis dampak pada tahap konstruksi PLTN
Analisis dampak pada tahap pengoperasian PLTN Analisis dampak pada tahap pengoperasian PLTN berdasarkan hasil studi kasus dijelaskan dalam Tabel 4 di bawah ini:
Tidak menghasilkan emisi gas penyebab efek rumah kaca
Pembuangan limbah nonradioaktif
Pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah kimia nonradioaktif
Produksi listrik dalam jumlah yang besar
Penyediaan suplai energi yang cukup untuk menunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Pembutuhan pekerja dalam jumlah besar
Penyerapan tenaga kerja dan pengurangan angka pengangguran
Pembangunan fasilitas publik
Pembangunan infrastruktur dan peningkatan taraf hidup masyarakat
Migrasi dan peningkatan populasi penduduk
Meningkatnya tingkat kriminalitas, kemacetan lalu lintas dan tingkat kesulitan evakuasi
Dampak Potensial
Proses pembangunan dengan alat berat
Aktivitas
Dampak Potensial
Dampak Potensial Pengurangan emisi gas NOx, CO, dan debu partikulat ke udara
Pelepasan air buangan cooling system dalam suhu tinggi
Kerusakan pada habitat dan ekosistem laut
Proses sea water cooling intake
Gangguan pada ekosistem akuatik akibat pembangunan fasilitas water intake dan discharge
Tabel 4. Matriks analisis dampak pada tahap pengoperasian PLTN
Analisis dampak pada tahap decommissioning PLTN Analisis dampak pada tahap decommissioning PLTN berdasarkan hasil studi kasus dijelaskan dalam Tabel 5 di bawah ini: Aktivitas
Dampak Potensial
Peninggalan limbah radioaktif
Kerusakan berat pada kondisi tanah dan kematian makhluk hidup akibat radiasi limbah radioaktif
Pembuangan peralatan bekas pengoperasian PLTN
Paparan radiasi zat radioaktif akibat aktivitas pembuangan peralatan bekas ke lingkungan
Proses decommissioning dengan alat berat
Polusi suara dan udara
Penghentian penggunaan sumber daya alam
Pengembalian habitat yang rusak akibat proses water intake
Pemberhentian pekerja PLTN
Berkurangnya lapangan pekerjaan
Pemberhentian produksi listrik
Berkurangnya produksi listrik untuk menunjang pembangunan
Penghentian pengoperasian PLTN
Meningkatnya tingkat keselamatan masyarakat
Analisis kriteria..., Rizqi Fadhli Syahra, FT UI, 2013.
Tabel 5. Matriks analisis dampak pada tahap decommissioning PLTN
Analisis dampak pada saat kecelakaan PLTN Analisis dampak pada saat kecelakaan PLTN berdasarkan hasil studi kasus dijelaskan dalam Tabel 6 di bawah ini: Aktivitas
Dampak Potensial
Paparan radiasi zat radioaktif secara langsung terhadap manusia
Gangguan kesehatan akut atau kematian pada manusia
Kontaminasi sumber air dan makanan
Gangguan kesehatan akibat akumulasi radionuklida di dalam rantai makanan manusia
Paparan radiasi zat radioaktif terhadap kondisi alam
Kerusakan berat pada kondisi atmosfer dan lingkungan
Kerusakan fasilitasfasilitas akibat kecelakaan PLTN
Kerugian secara materi yang sangat besar
Kontaminasi sumber air dan makanan
Terhambatnya proses ekspor-impor dan berkurangnya kepercayaan dari luar negeri
Efek traumatik pada para investor
Berkurangnya nilai jual wilayah
Ledakan dan kebakaran akibat kecelakaan
Kekacauan dan kepanikan di tengah masyarakat
Kecelakaan pada PLTN
Berkurangnya kepercayaan publik
Kerusakan fasilitasfasilitas akibat kecelakaan PLTN Penghentian pengoperasian PLTN
Berkurangnya akses fasilitas publik Berkurangnya pasokan sumber energi listrik
Tabel 6. Matriks analisis dampak pada saat kecelakaan PLTN 3.5 Kriteria Seleksi Teknologi Kriteria-kriteria yang harus dikaji dalam proses seleksi teknologi PLTN adalah antara lain: Efisiensi biaya Tingkat efisiensi biaya yang dinilai adalah efisiensi biaya modal, biaya operasi, dan biaya perawatan. Jenis teknologi reaktor yang dipilih
diharapkan efisien dalam hal biaya dan disesuaikan dengan beberapa parameter penilaian lainnya seperti kebutuhan tingkat keselamatan, efisiensi proses, proses konstruksi, serta kemudahan perawatan dari teknologi yang digunakan. Efisiensi proses Adapun aspek-aspek yang harus dikaji dalam penilaian terhadap efisiensi proses adalah antara lain: a. Desain dan status pengembangan teknologi Desain dari jenis reaktor nuklir yang dipilih harus sudah mapan dan memiliki struktur engineering yang sudah terinci dan detail. Jenis teknologi yang dipilih harus memiliki referensi dan riwayat penggunaan di PLTN yang sudah ada atau minimal memiliki prototype yang sudah sangat teruji. b. Maintainability Teknologi reaktor yang dipilih harus memiliki proses perawatan yang feasible untuk dilakukan. Adapun parameter yang harus dikaji dalam aspek maintainability ini adalah antara lain standarisasi komponen, kebutuhan minimal dalam proses perawatan, akses perawatan yang memadai, serta tingkat paparan radiasi terhadap pekerja pada proses perawatan. c. Ukuran alat Ukuran dari reaktor harus dipertimbangkan agar tetap efisien dan sesuai dengan kapasitas produksi listrik yang dihasilkan dan ketersediaan lahan yang ada. d. Umur desain Umur peralatan yang lebih panjang terutama untuk peralatan-peralatan utama seperti bejana reaktor, steam generator, main circulation pump, turbin, dan lain-lain akan menjadi sebuah nilai lebih bagi pemilihan teknologi reaktor nuklir yang akan dipilih. e. Decommissioning Tingkat kemudahan dan biaya dari proses decommissioning harus dipertimbangkan dalam kriteria pemilihan teknologi reaktor nuklir. Proses decommissioning yang mudah dan memiliki biaya rendah akan menjadi keunggulan dari sebuah teknologi reaktor nuklir. Keselamatan teknis Adapun aspek-aspek yang harus dikaji dalam penilaian terhadap keselamatan teknis adalah antara lain: a. Status lisensi
Analisis kriteria..., Rizqi Fadhli Syahra, FT UI, 2013.
b.
c.
d.
e.
f.
Teknologi reaktor nuklir yang dipilih harus sudah mendapat lisensi dari otoritas atau lembaga yang mengeluarkan lisensi reaktor nuklir yang berkompeten. Proses lisensi ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada pengguna reaktor mengenai kondisi desain dan tingkat keselamatan dari reaktor sehingga dapat mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan oleh reaktor tersebut. Siklus bahan bakar Dalam penilaian terhadap siklus bahan bakar harus dipastikan bahwa terdapat penyuplai bahan bakar untuk PLTN, terutama penyuplai jasa pengolahan, fabrikasi, dan enrichment dari bahan bakar yang tersedia selama PLTN tersebut berdiri. Pengalaman dan kapabilitas supplier Teknologi reaktor yang dipilih harus berasal dari supplier yang memiliki pengalaman dan kapabilitas yang baik sehingga suplai material dan suku cadang reaktor dapat terjaga selama reaktor beroperasi. Transfer teknologi Dalam pemilihan teknologi reaktor nuklir harus dipastikan bahwa produsen reaktor menyediakan proses transfer teknologi kepada pengguna reaktor. Transfer teknologi ini dibutuhkan agar pengguna dapat mengoperasikan reaktor dengan standar operasional yang benar. Fitur keselamatan Fitur keselamatan yang terdapat pada desain harus sudah teruji dan terstandarisasi menurut standar internasional. Teknologi reaktor nuklir yang dipilih wajib memiliki fitur desain yang dapat menghindari terjadinya kejadian awal penyebab failure pada reaktor, bersifat redundant dan memiliki tingkat reliability yang tinggi, dan memiliki sistem keselamatan komponen yang pasif. Material khusus Teknologi reaktor nuklir yang akan dipilih disarankan untuk tidak memiliki material khusus yang sulit untuk dicari sehingga suplai material dapat berjalan dengan lancar.
g.
h.
Limbah radioaktif dan penggunaan bahan bakar Semakin kecil dampak yang ditimbulkan oleh limbah radioaktif yang dihasilkan oleh reaktor nuklir, maka reaktor tersebut semakin direkomendasikan untuk dipilih pada pengoperasian PLTN. Ketersediaan infrastruktur yang mendukung Pada daerah yang akan menjadi lokasi pembangunan reaktor harus terdapat infrastruktur yang memadai yang dapat menunjang operasional dari reaktor tersebut.
3.6 Kriteria Seleksi Lokasi Rencana pembangunan PLTN harus memiliki kajian mengenai seleksi lokasi yang melibatkan investigasi dari skala wilayah yang luas dan mengerucut ke wilayah yang lebih spesifik dan kemudian diikuti dengan proses evaluasi secara detail dari lokasi yang akan dipilih tersebut [6]. Adapun aspek-aspek yang harus dikaji dari sebuah wilayah dalam proses pemilihan lokasi pembangunan PLTN adalah: a. Sumber daya alam Lokasi pembangunan PLTN harus memiliki ketersediaan sumber air pendingin yang mencukupi dan area lahan terbuka yang luas. b. Geologi Lokasi pembangunan PLTN harus memiliki struktur tanah yang kuat dan stabil, bentang alam yang relatif datar, tidak memiliki patahan aktif, serta memiliki potensi longsor yang sangat kecil. c. Seismologi Lokasi pembangunan PLTN harus berada pada kawasan dengan tingkat seismisitas yang rendah dan tidak memiliki sejarah bencana gempa bumi yang signifikan sebelumnya. d. Demografi Lokasi pembangunan PLTN harus berada dalam kawasan dengan tingkat kepadatan dan proyeksi pertumbuhan penduduk yang rendah. e. Vulkanologi Lokasi pembangunan PLTN harus berada jauh dari gunung berapi, gas vulkanik, dan sumbersumber bencana vulkanik lainnya. f. Geografi dan topografi
Analisis kriteria..., Rizqi Fadhli Syahra, FT UI, 2013.
Lokasi pembangunan PLTN harus memiliki jumlah lahan kosong yang luas, akses transportasi yang memadai, dekat dengan sumber air pendingin, jauh dari pemukiman masyarakat, dan dekat dengan pusat jaringan transmisi listrik.
g.
h.
i.
j.
k.
4.
Ekologi Lokasi pembangunan PLTN harus memiliki kondisi sumber air yang memenuhi kualitas standar operasional PLTN, dan tidak berada dalam kawasan ekologi krusial, wilayah konservasi hutan, dan situs sejarah. Hidrologi dan Hidrogeologi Lokasi pembangunan PLTN harus memiliki drainase dan pola jaringan sungai dan air tanah yang baik untuk menghindari terjadinya banjir. Oseanografi Apabila sistem pendingin menggunakan air laut, maka lokasi pembangunan PLTN harus berada dekat dengan laut yang memiliki kedalaman, ketinggian gelombang dan arus yang stabil. Meteorologi Lokasi pembangunan PLTN harus memiliki karakteristik kecepatan angin, temperatur udara, curah hujan, dan kelembaban udara yang stabil serta aman dari bencana badai dan tornado. External Human Induced Events Lokasi pembangunan PLTN harus berada dalam jarak yang aman dari jalur lalu lintas udara, jauh dari fasilitas dan kegiatan militer, jauh dari kawasan industri, jauh dari aktivitas mata pencaharian warga seperti pertanian, perkebunan, peternakan, dan pertambangan, tidak berada pada jalur pipa gas dan minyak bumi, serta berada jauh dari stasiun/menara telekomunikasi untuk menghindari interferensi gelombang elektromagnetik.
Kesimpulan
Daftar Acuan 1.
2.
3.
4.
5.
Kriteria-kriteria yang harus dikaji pada Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk pembangunan PLTN yang memenuhi prinsip pembangunan berkelanjutan dan peraturan perundangan adalah kriteria pelaksanaan (mekanisme dan output) dan kriteria isi kajian (analisis dampak, seleksi teknologi, dan seleksi lokasi).
Kriteria kajian yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai tools dalam penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk rencana pembangunan PLTN di Indonesia. Kriteria mekanisme KLHS terdiri dari metodologi pelaksanaan yang terdiri dari persiapan, screening, scoping, identifikasi stakeholders, deskripsi proyek, baseline kajian (existing condition, existing environmental condition, seleksi lokasi, seleksi teknologi), perumusan alternatif, analisis dampak, mitigasi, partisipasi publik, pengambilan keputusan, dan monitoring. Kriteria output dari KLHS terdiri dari adanya solusi alternatif dan rekomendasi. Kriteria analisis dampak terdiri dari pengkajian pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi, decommissioning, dan kecelakaan. Kriteria seleksi teknologi reaktor nuklir terdiri dari berbagai aspek meliputi efisiensi biaya, efisiensi proses, dan keselamatan teknis. Kriteria seleksi lokasi terdiri dari berbagai aspek antara lain geografi dan topografi, geologi, seismologi, vulkanologi, oseanografi, hidrologi dan hidrogeologi, meteorologi, sumber daya alam, ekologi, external human induced events, dan demografi.
6.
Muchlis, M., Permana, Adhi Dharma. 2003. Proyeksi Kebutuhan Listrik PLN Tahun 2003 sampai 2020. BPPT, Jakarta Finahari, Ida N. 2008. Energi Nuklir sebagai Solusi untuk Menghambat Pemanasan Global. M. Tek. Ling, Vol. 4 No. 1, 15-27 Thérivel, R. dan Partidário, M.R. 1996. The Practice of Strategic Environmental Assessment. Earthscan Publications Ltd: London International Atomic Energy Agency. 2002. Indicators for Sustainable Energy Development. International Atomic Energy Agency Information Series, 02-01570 Sommer, Andreas. 2005. Strategic Environmental Assessment: from Scoping to Monitoring. Hallein Atomic Energy Licensing Board (AELB). 2011. Guideline for Site Selection for Nuclear Power Plant. Ministry of Science, Technology and Innovation, Selangor
Analisis kriteria..., Rizqi Fadhli Syahra, FT UI, 2013.