ANALISIS KONSISTENSI POLA PEMANFAATAN RUANG DENGAN RENCANA TATA RUANG (Studi Kasus Kota Palu)
OLEH: SUCI RACHMAWATY A253050231
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
1
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Konsistensi Pola Pemanfaatan Ruang dengan Rencana Tata ruang adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2008
SUCI RACHMAWATY NRP A253050231
2
ABSTRAK SUCI RACHMAWATY. Analisis Konsistensi Pola Pemanfaatan Ruang dengan Rencana Tata Ruang (Studi Kasus: Kota Palu). Dibimbing oleh SUDARSONO dan DWI PUTRO TEJO BASKORO. Pertambahan jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan kebutuhan akan ruang/lahan meningkat sedangkan dilain pihak ketersediaan ruang/lahan terbatas. Oleh karena itu jika dalam perkembangan suatu wilayah, ruang/lahan yang ada tidak diatur dengan baik maka akan terjadi berbagai benturan kepentingan antar aktivitas yang berdampak pada persaingan dalam penggunaan lahan. Hal ini terlihat dari terkonversinya lahan pertanian yang diperuntukkan dalam RTRW menjadi lahan terbangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan lahan tahun 1998 dan 2006 dan mengidentifikasi penyebab terjadinya konsistensi dan inkonsistensi pemanfaatan lahan terhadap RTRW. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis penggunaan lahan, tabulasi silang (koefisien Cramer’s V dan Koefisien Kappa) and wawancara (deskriptif). Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa penggunaan lahan yang terbesar pada tahun 2006 adalah kebun/tegalan sebesar 42.38% sedangkan penggunaan lahan yang terkecil adalah kawasan pertambangan sebesar 0.001% dari luas administrasi Kota Palu. Berdasarkan hasil crosstabulasi antara peta penggunaan lahan tahun 2006 dan peta RTRW diperoleh nilai Koefisien Kappa 0,53 dan nilai Cramer’s V 0,52; antara peta penggunaan lahan tahun 1998 dan RTRW diperoleh nilai koefisien kappa 0.5 dan nilai Cramer’s V 0.5; dan antara peta penggunaan lahan tahun 2006 dan peta penggunaan lahan tahun 1998 diperoleh nilai koefisien Kappa 0,57 dan nilai Cramer’s V 0,64. Hasil cross tabulasi menunjukkan nilai ≥ 0.5. Artinya bahwa antar peta yang ditumpang tindihkan penggunaan lahannya ≥ 50% adalah sama. Dengan kata lain terjadi penyimpangan penggunaan lahan yang cukup besar yaitu ≥ 50%. Hasil tumpang tindih peta RTRW, peta penggunaan lahan tahun 2006, dan peta penggunaan lahan tahun 1998 diperoleh 5 bentuk konsistensi yaitu sangat konsisten, konsisten tidak sengaja, inkonsisten tidak sengaja, inkonsisten sengaja, dan sangat tidak konsisten. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa umumnya pengetahuan responden pada RTRW sangat rendah (kurangnya sosialisasi). Hal ini didukung juga dengan hasil kuisioner yang menunjukkan bahwa hampir semua pelaku pengguna lahan tidak tahu lahan mereka direncanakan untuk apa dalam RTRW. Hasil kuisioner juga menunjukkan bahwa penggunaan lahan masih ditentukan keinginan responden sebagai pemilik lahan (tidak mengacu pada RTRW). Kata kunci: RTRW, penggunaan lahan, konsistensi, inkonsistensi.
3
ABSTRACT SUCI RACHMAWATY. The Consistency Analysis between Land use pattern and Land Use Planning (A Case Study in Palu). Supervised by SUDARSONO as the chairman, DWI PUTRO TEJO BASKORO as the member of advisory committee. The keep increasing population from year to year has brought about in increasing the need of land. Meanwhile the availability of land is relatively limited. The situation may cause many conflict of interest among land user that will in turn, cause many land use inconsistency toward RTRW. The research purposes were to identify land use pattern in 1998 and 2006 and to identify the cause of inconsistency land use in RTRW. Method of this research were Land use analysis, Cross tabulation (Cramer’s V Coefficient and Kappa Coefficient) and interview (descriptive). Base on the analysis, the use of biggest farm in 2006 is garden / non irrigated dry field which equal was to 42.38% while the use of smallest farm was the area of mining that was 0.001% of administration area of Palu city. Based on the cross-tabulation between land use map in 2006 and RTRW map, Coefficient Kappa value was 0.53 and Cramer’s V value was 0.52; between land use map in 1998 and RTRW map, Coefficient Kappa value was 0.5 and Cramer’s V value was 0.5; and between land use map in 1998 and land use map in 2006, Coefficient Kappa value was 0.57 and Cramer’s V value was 0.64. Cross Tabulation result showed value ≥ 0.5. It means that ushering the map which is joined with others overlap its farm use ≥ 50%. In other words, the deviation of farm use is wide enough that is about 50%. Based on Cross tabulation between land use in 1998, land use in 2006 and RTRW, it had been found 5 forms of consistencies. There were very consistence, unintended consistency, unintended inconsistency, intended inconsistency, very inconsistency. The result of questioner showed the knowledge of society about RTRW generally was low because of less socialization to society. The results of interview also showed that almost all the land user did not know what their land was planned in RTRW. The results of questionnaire and interview showed that the use of land was determined by the land owner (did not relate to RTRW.) Keywords: Land use planning, Land use Pattern, inconsistency
4
SUCI RACHMAWATY. Analisis Konsistensi Pola Pemanfaatan Ruang dengan Rencana Tata Ruang (Studi Kasus: Kota Palu). Dibimbing oleh SUDARSONO dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Ringkasan Pertambahan jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun mengakibatkan kebutuhan akan ruang/lahan meningkat sedangkan dilain pihak ketersediaan ruang/lahan terbatas. Oleh karena itu jika dalam perkembangan suatu wilayah, ruang/lahan yang ada tidak diatur dengan baik maka akan terjadi berbagai benturan kepentingan antar aktivitas yang berdampak pada persaingan dalam penggunaan lahan. Hal ini terlihat dari terkonversinya lahan pertanian yang diperuntukkan dalam RTRW menjadi lahan terbangun. Lahan-lahan pertanian di areal perkotaan umumnya beralih fungsi menjadi areal-areal pemukiman dan perdagangan dan jasa. Hal ini berarti alih fungsi lahan lebih dipengaruhi oleh nilai ekonomi dari suatu lahan (cepatnya memperoleh keuntungan ekonomi). Oleh karena itu pertumbuhan penduduk dan imigrasi hanya menjadi penentu minor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan (CPB 1996, diacu dalam Tjallingii 2000). Pada RTRW kota Palu, Penggunaan lahan terbagi atas penggunaan lahan untuk kawasan lindung dan untuk kawasan budidaya. Dalam kawasan budidaya selain diperuntukkan untuk kawasan terbangun (permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa) juga diperuntukkan untuk kawasan pertanian (sawah dan kebun). Sebagai ibukota provinsi maka kota Palu menjadi pusat kegiatan sosial maupun ekonomi. Dengan semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi maka pembangunan fisik (ruang terbangun) juga meningkat. Kondisi ini tentu sangat mendukung terjadinya konversi lahan yang diperuntukkan untuk lahan pertanian (sawah/tegalan) dalam RTRW. Sedangkan dilain pihak sawah maupun tegalan yang diperuntukkan dalam RTRW tersebut walaupun tidak dapat memenuhi kebutuhan hasil pertanian kota Palu secara keseluruhan namun merupakan salah satu bentuk RTH yang dapat menyediakan udara bersih dan segar untuk masyarakat yang berdomisili di Kota Palu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan lahan tahun 1998 dan 2006 dan mengidentifikasi penyebab terjadinya konsistensi dan inkonsistensi pemanfaatan lahan terhadap RTRW. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis penggunaan lahan, tabulasi silang (koefisien Cramer’s V dan Koefisien Kappa) and wawancara (deskriptif). Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung, tabulasi silang dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan geografis yang dilakukan antar peta RTRW dan peta penggunaan lahan, sedangkan Wawancara dilakukan untuk mengetahui pengetahuan partisipasi masyarakat terhadap RTRW. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa penggunaan lahan yang terbesar pada tahun 2006 adalah kebun/tegalan sebesar 42.38% sedangkan penggunaan lahan yang terkecil adalah kawasan pertambangan sebesar 0.001% dari luas
5
administrasi Kota Palu. Hasil analisis/superimpose peta RTRW dengan peta kelas lereng menunjukkan bahwa kawasan yang diarahkan dalam RTRW untuk hutan lindung sekitar 44.81% berada pada kelerengan 25-40 % dan sekitar 55.19 % berada pada kelerengan >40 %. Hutan suaka alam sekitar 45.81% berada pada kelerengan 25-40% (Tabel 6). Hutan lindung dan hutan suaka alam termaksud di dalam kawasan lindung yang berfungsi sebagai kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya dan cagar alam/pelestarian alam, dan suaka margasatwa. Sedangkan untuk kawasan hutan produksi terbatas sekitar 40.30% berada pada kelerengan 25-40%. Salah satu kriteria kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi adalah kawasan/lokasi dengan kelerangan 0-40% (landai sampai dengan agak curam). Untuk perkantoran pemerintah dan perdagangan dan jasa direncanakan pada kawasan yang relatif datar yaitu pada kelas kelerengan 0-8%. Sedangkan kawasan permukiman dan fasilitas penunjang berada pada kelerengan 0-15%. Berdasarkan kelas kelerengan, perencanaan tersebut sudah sesuai dengan kriteria kelerengan untuk permukiman yaitu <15%. Kelerengan Sawah dan kebun/tegalan yaitu untuk sawah 0-8% dan kebun/tegalan yaitu berkisar 0-25%. Berdasarkan hasil crosstabulasi antara peta penggunaan lahan tahun 2006 dan peta RTRW diperoleh nilai Koefisien Kappa 0,53 dan nilai Cramer’s V 0,52; antara peta penggunaan lahan tahun 1998 dan RTRW diperoleh nilai koefisien kappa 0.5 dan nilai Cramer’s V 0.5; dan antara peta penggunaan lahan tahun 2006 dan peta penggunaan lahan tahun 1998 diperoleh nilai koefisien Kappa 0,57 dan nilai Cramer’s V 0,64. Hasil cross tabulasi menunjukkan nilai ≥ 0.5. Artinya bahwa antar peta yang ditumpang tindihkan penggunaan lahannya ≥ 50% adalah sama. Dengan kata lain terjadi penyimpangan penggunaan lahan yang cukup besar yaitu ≥ 50%. Hasil tumpang tindih peta RTRW, peta penggunaan lahan tahun 2006, dan peta penggunaan lahan tahun 1998 diperoleh 5 bentuk konsistensi yaitu sangat konsisten, konsisten tidak sengaja, inkonsisten tidak sengaja, inkonsisten sengaja, dan sangat tidak konsisten. Lokasi yang sangat konsisten yaitu lokasi-lokasi yang penggunaan lahannya tahun 2006 sesuai dengan penggunaan lahan tahun 1998 dan RTRW, Konsisten sengaja adalah penggunaan lahan tahun 2006 yang sesuai dengan arahan RTRW tetapi berbeda dengan penggunaan lahan tahun 1998, Inkonsisten tanpa sengaja yaitu apabila bentuk penggunaan lahan tahun 1998 dan 2006 sama tetapi tidak sesuai dengan RTRW, Inkonsisten sengaja yaitu penggunaan lahan yang pada tahun 1998 sesuai dengan RTRW tetapi pada tahun 2006 berubah menjadi bentuk penggunaan lahan yang lain, Lokasi yang sangat tidak konsisten merupakan penggunaan lahan yang tidak sama antara penggunaan lahan tahun 1998, RTRW, dan penggunaan lahan tahun 2006. Kawasan yang sangat konsisten dominan berada di bagian Timur Kota Palu. Hal ini dikarenakan kawasan tersebut merupakan kawasan yang ditetapkan dalam RTRW menjadi kawasan lindung yaitu hutan lindung dan hutan suaka alam. Kawasan Permukiman dan perdagangan/jasa juga termaksud dalam kawasankawasan yang sangat konsisten. Hal ini dikarenakan pada kawasan tersebut sudah didukung dengan fasilitas dan utilitas seperti kondisi jalan, PDAM, dan penerangan jalan yang baik. Kawasan yang konsisten sengaja menyebar di bagian timur, selatan dan barat kota Palu. Hal ini dikarenakan adanya
6
perkembangan/perubahan penggunaan lahan yang menuju kepada RTRW. Artinya pada kawasan-kawasan tertentu RTRW yang disusun oleh pemerintah sudah dapat mengakomodasi /memprediksi perubahan yang akan terjadi di masyarakat. Perubahan ini juga didukung dengan sudah membaiknya kondisi jalan. Kawasan yang inkonsisten tidak sengaja mendominasi di bagian utara dan bagian barat Kota Palu. Hal ini dikarenakan RTRW direncanakan di atas penggunaan lahan yang berbeda sebelumnya. Artinya bahwa pada kawasan-kawasan tersebut belum terjadinya pembangunan sesuai dengan arahan RTRW. Masyarakat masih mengandalkan lahan mereka sebagai sumber penghasilan (masalah ekonomi). Kawasan yang inkonsistensi sengaja dominan berada di bagian Barat Kota Palu khususnya pada kawasan yang diperuntukkan untuk hutan lindung. Hal ini dikarenakan adanya masyarakat yang tinggal didalam kawasan hutan lindung. Masyarakat membuka hutan untuk bertani dengan sistem nomaden. Kawasan yang sangat tidak konsisten dominan berada di bagian timur dan utara Kota Palu. Hal ini dikarenakan masyarakat pada kawasan-kawasan tersebut masih mengandalkan pertanian sebagai sumber penghasilan mereka. Sehingga lahanlahan yang berupa hutan atau semak digunakan untuk kebun/tegalan padahal dalam RTRW direncanakan untuk jenis penggunaan lahan yang lain seperti industri dan peternakan. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa umumnya pengetahuan responden pada RTRW sangat rendah (kurangnya sosialisasi). Hal ini didukung juga dengan hasil kuisioner yang menunjukkan bahwa hampir semua pelaku pengguna lahan tidak tahu lahan mereka direncanakan untuk apa dalam RTRW. Hasil kuisioner juga menunjukkan bahwa penggunaan lahan masih ditentukan keinginan responden sebagai pemilik lahan (tidak mengacu pada RTRW).
7
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
8
ANALISIS KONSISTENSI POLA PEMANFAATAN RUANG DENGAN RENCANA TATA RUANG (Studi Kasus Kota Palu)
SUCI RACHMAWATY
Tesis Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
9
”Tesis ini aku persembahkan buat Ibunda Sitti Sanariah dan Ayahanda Yusuf Paada (alm) yang selalu mendukung ananda dalam suka maupun duka. Kepada Ibunda tercinta yang tak pernah lelah mendampingi, ananda haturkan banyak terima kasih, Andai gelar yang ananda peroleh dapat dilekatkan di belakang nama ibunda maka akan ananda lekatkan sebagai rasa terima kasih atas pengorbanan bunda selama ini”.
Allah Always Answer your requesr, Maybe not always with “a yes” but with “the best”. Allah slalu menjawab permintaanmu mungkin tidak slalu dengan “Ya” tapi pasti dengan yang “terbaik”
10