ANALISIS KINERJA KEUANGAN BUMN YANG MELAKUKAN PRIVATISASI MELALUI IPO (Studi Kasus: PT. Wijaya Karya)
Oleh: MIHROR DENDI PRASTYO H24104053
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN MIHROR DENDI PRASTYO H24104053. Analisis Pengaruh Privatisasi Melalui IPO Terhadap Kinerja Keuangan BUMN (Studi Kasus: PT. Wijaya Karya). Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. Privatisasi merupakan program utama yang sedang dilakukan pemerintah dalam membenahi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bank Dunia menilai bahwa para birokrat (pemerintah) tidak mampu mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan karena mereka mengahadapi kontradiksi, yaitu apakah mereka berperan sebagai pemain bisnis atau sebagai pelayan publik. Wijaya Karya merupakan BUMN bidang konstruksi yang diprivatisasi melalui IPO pada tahun 2007. Privatisasi yang dilakukan perseroan bertujuan untuk memperkuat struktur modal agar dapat meluaskan operasi usahanya hingga ke-luar negeri sesuai dengan visi misi Wijaya Karya. Privatisasi yang dilakukan telah sesuai dengan arsitektur strategi perusahaan untuk mencapai Visi Wijaya Karya. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum dan sesudah privatisasi melalui IPO. (2) Untuk menganalisis pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan Wijaya Karya setelah perseroan diprivatisasi melalui IPO. (3) Bagaimana perbandingan kinerja keuangan Wijaya Karya terhadap BUMN lain pada industri sejenis yang sudah diprivatisasi melalui IPO Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif komparatif yang bersifat ex post facto. Peneliti membandingkan kinerja keuangan perseroan empat tahun sebelum dan sesudah privatisasi, yang dimulai sejak tahun 2003 hingga tahun 2011, kinerja keuangan yang diukur sesuai keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN di Indonesia. Adapun kinerja keuangan yang diukur tersebut menggunakan kinerja profitabilitas (ROA dan ROE), likuiditas (Cash Ratio dan Current Ratio), aktivitas (Total Asset Turnover dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset), serta solvabilitas (Debt to Equity Ratio dan Debt to Total Asset). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis trend dan uji Paired-Samples t Test. Berdasarkan hasil penelitian, Kondisi rata-rata Return On Equity Wijaya Karya menurun 5,02% setelah perseroan diprivatisasi, dan Return On Assets terdapat kenaikan 3,37%, Pada Cash Ratio terjadi kenaikan sedangkan pada ratarata Current Ratio juga terjadi kenaikan sebesar 3,33%. Pada rata-rata Total Asset Turn Over mengalami penurunan sebesar 21,39%, berbeda dengan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset yang justru mengalami kenanikan setelah privatisasi. Sedangkan kinerja solvabilitas yang diukur melalui rata-rata Debt Equity Ratio dan Debt Total Assets, keduanya mengalami penurunan setelah diprivatisasi, untuk Debt Equity Ratio turun sebesar 242,12% dan Debt Total Assets turun 10.18%. Untuk lebih memperkuat apakah perubahan kinerja keuangan tersebut dipengaruhi oleh adanya privatisasi, maka dilakukan uji Paired-Samples t Test. Hasil dari uji tersebut untuk kinerja profitabilitas diproksikan melalui dua pengukuran, yaitu Return On Equity dan Return On Assets. Terdapat penurunan yang signifikan terhadap Return On Equity sesudah privatisasi, sedangkan pada
Return On Assets tidak terdapat kenaikan yang signifikan. Pada kinerja Cash Ratio terjadi kenaikan yang signifikan, sedangkan pada Current Ratio penurunan yang terjadi tidak signifikan. Pada kinerja Total Assets Turn Over terdapat penurunan yang signifikan, dan pada Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset terjadi kenaikan yang signifikan sesudah privatisasi. Hasil dari kinerja profitabilitas diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu Debt Equity Ratio dan Debt to Total Assets menunjukkan hasil yang sama. Terdapat penurunan yang signifikan terhadap tingkat Debt Equity Ratio dan Debt to Total Assets. Rata-rata Return On Equity Wijaya Karya menempati posisi terendah baik sebelum maupun setelah perseroan diprivatisasi terhadap BUMN pada industri sejenis lainnnya. Sedangkan pada Return On Assets, posisi Return On Assets Wijaya Karya setelah privatisasi memiliki nilai yang paling tinggi. Rata-rata Cash Ratio dan Current Ratio Wijaya Karya setelah privatisasi nilainya paling tinggi dibandingkan BUMN lainnya pada industri sejenis. Rata-rata Total Assets Turn Over Wijaya Karya setelah privatisasi nilainya lebih rendah dibandingkan Adhi Karya, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan Pembangun Perumahan. Urutan tersebut juga sama pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset. Penurunan nilai rata-rata Debt Equity Ratio dan Debt to Total Assets setelah privatisasi, menjadikan Wijaya Karya memiliki nilai rata-rata terendah dibandingkan perseroan lainnya.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BUMN YANG MELAKUKAN PRIVATISASI MELALUI IPO (Studi Kasus: PT. Wijaya Karya)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh: MIHROR DENDI PRASTYO H24104053
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi
: Analisis Kinerja Keuangan BUMN yang Melakukan Privatisasi Melalui IPO (Studi Kasus: PT. Wijaya Karya)
Nama
: Mihror Dendi Prastyo
NIM
: H24104053
Menyetujui, Pembimbing
Farida Ratna Dewi, SE.,MM. NIP 19710307 200501 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. NIP 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Tomtomi. MA dan Dra. Hj. Dwi Hapsari. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi Lampung, pada tanggal 25 Juli 1989. Penulis mengawali pendidikan formal pada SD Dwi Warna Panjang pada tahun 1995 hingga 2001. Penulis memulai pendidikan menengah pertama pada SMP Negeri 2 Bandar lampung pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh pendidikan menengah atas pada SMA Negeri 10 Bandar Lapung. Tahun 2007 penulis diterima di Program Diploma Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas Gadjah Mada melalui jalur seleksi masuk. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 (S1) pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor. Pengalaman organisasi yang pernah dijalani semasa kuliah yaitu menjadi Kepala Departemen Internal Unit Mahasiswa Muslim Diploma UGM (UMMATI) periode 2008-2010, kepala Departemen Eksternal Ikatan Mahasiswa Manajemen UGM (IKMM) periode 2009-2010, anggota HMI-MPO FEB UGM, dan Vice President Executive of Management (EXOM) Program Sarjana Alih Jenis Manajemen periode 2011-2012.
KATA PENGANTAR
Segala kalimat puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan kemudahan tiada batasnya. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhhamad SAW sebagai tauladan sampai akhir zaman. Tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan BUMN yang Melakukan Privatisasi Melalui IPO (Studi Kasus: PT. Wijaya Karya)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Juni 2012
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE., MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah begitu banyak membantu penulis dalam menyelesaikan permasalahan, meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 2. Kepada Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl-Ing, DEA dan Ibu Yusrina Permana sari, S.Sos., MM selaku dosen penguji sidang yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bmbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc.. selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Ayah dan Ibunda tercinta yang mencurahkan kasih sayangnya dan selalu mendoakan penulis dengan tulus, serta memberikan semangat dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. 6. Keluarga Tercinta: Kak Awi, Ayuk Ila, Indah, Febi, Mamah Atik, Mas Angga dan Arum yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a kepada penulis. 7. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan di kampus Program Sarjana Alih Manajemen yang selalu memberikan warna bagi kehidupan penulis, semoga kita semua bisa memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan negara ini. 8. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi, kepada Akh Tom yang telah memberikan pinjaman buku, dan kepada mas Asep teman seperjuangan saat seminar penelitian, semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ..............................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xi
I
PENDAHULUAN ....................................................................
1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian……………………………... ......
1 5 5 5 6
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
7
2.1 Badan Usaha Milik Negara ............................................................ 2.2 Privatisasi ............................................................................. 2.3 Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN .................................. 2.4 Initial Public Offering (IPO) ................................................. 2.5 Laporan Keuangan .............................................................. 2.5.1 Neraca ........................................................................ 2.5.2 Laporan Laba-Rugi .................................................... 2.5.3 Laporan Perubahan Modal ......................................... 2.5.4 Laporan Arus Kas ...................................................... 2.5.5 Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan ................. 2.6 Analisis Laporan Keuangan ........................................................... 2.7.1 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan ....... 2.7.2 Prosedur Dalam Analisis Laporan Keuangan ............. 2.7.3 Analisis Rasio ............................................................ 2.7.4 Penggolongan Angka Rasio ........................................ 2.8 Bentuk Rasio Keuangan .............................................................. 2.8.1 Rasio Profitabilitas ...................................................... 2.8.2 Rasio Likuiditas ......................................................... 2.8.3 Rasio Aktivitas ........................................................... 2.8.4 Rasio Solvabilitas ........................................................ 2.9 Penelitian Terdahulu yang Relevan ..........................................
7 8 10 12 14 16 17 17 18 18 18 19 20 21 23 23 27 27 28 29 29
METODE PENELITIAN .........................................................
34
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................ 3.2 Metode Penelitian ...............................................................
34 36
II
III
3.2.1 Jenis dan Sumber Data ............................................... 3.2.2 Metode Pengumpulan Data ........................................ 3.3 Metode Analisis Data .......................................................... 3.3.1 Analisis Rasio Keuangan ........................................... 3.3.2 Uji Normalitas ............................................................ 3.3.3 Statistik Deskriptif ..................................................... 3.3.4 Analisis Trend ............................................................ 3.3.4 Uji Beda Paired-Samples T Test .................................
36 36 36 36 40 41 41 41
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................
44
4.1 Definisi Objek Penelitian ..................................................... 4.1.1 Profile Wijaya Karya................................................... 4.1.2 Road Map to WIKA 2010 ........................................... 4.1.3 Unit Bisnis Wijaya Karya .......................................... 4.2 Analisis Data ........................................................................ 4.2.1 Uji Normalitas ............................................................ 4.2.2 Perbedaan Kinerja Keuangan Wijaya Karya ............. 4.3 Analisis Perbedaan Rata-rata Uji Paired-Samples t Test ................................................................................... 4.3.1 Uji Hipotesis Kinerja Profitabilitas ............................. 4.3.2 Uji Hipotesis Kinerja Likuiditas ................................. 4.3.3 Uji Hipotesis Kinerja Aktivitas ................................... 4.3.4 Uji Hipotesis Kinerja Solvabilitas............................... 4.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Wijaya Karya Dengan BUMN Sejenis ........................................................ 4.4.1 Perbandingan Kinerja Profitabilitas ............................ 4.4.2 Perbandingan Kinerja Likuiditas................................. 4.4.3 Perbandingan Kinerja Aktivitas .................................. 4.4.4 Perbandingan Kinerja Solvabilitas ..............................
44 44 45 46 50 50 51
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
81
1. Kesimpulan ........................................................................................ 2. Saran ..............................................................................................
81 82
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
84
GLOSSARIUM ...................................................................................
86
LAMPIRAN ..........................................................................................
90
IV
66 67 69 70 72 74 74 76 77 79
DAFTAR GAMBAR
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Halaman Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... Output Data Analisis Trend ROE Menggunakan Minitab 15 ..................................................................................... Output Data Analisis Trend ROA Menggunakan Minitab 15 ..................................................................................... Output Data Analisis Trend Cash Ratio Menggunakan Minitab 15 ............................................................. Output Data Analisis Trend CR Menggunakan Minitab 15 ................................................................................... Output Data Analisis Trend TATO Menggunakan Minitab 15 ..................................................................................... Output Data Analisis Trend TMSTTA Menggunakan Minitab 15 ..................................................................................... Output Data Analisis Trend DER Menggunakan Minitab 15 ................................................................................... Output Data Analisis Trend DTA Menggunakan Minitab 15 ..................................................................................... Output uji beda Paired-Samples t Test Data ROE Menggunakan SPSS 15 ........................................................................................ Output uji beda Paired-Samples t Test Data ROA Menggunakan SPSS 15 ........................................................................................ Output uji beda Paired-Samples t Test Data Cash Ratio Menggunakan SPSS 15 ................................................................ Output uji beda Paired-Samples t Test Data CR Menggunakan SPSS 15 ........................................................................................ Output uji beda Paired-Samples t Test Data TATO Menggunakan SPSS 15 ................................................................ Output uji beda Paired-Samples t Test Data TMSTTA Menggunakan SPSS 15 ................................................................ Output uji beda Paired-Samples t Test Data DER Menggunakan SPSS 15 ........................................................................................ Output uji beda Paired-Samples t Test Data DTA Menggunakan SPSS 15 ........................................................................................ Perbandingan ROE Wijaya Karya dengan Perseroan Lain .......... Perbandingan ROA Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ........... Perbandingan Cash Ratio Wijaya Karya dengan Perseroan Lain .................................................................. Perbandingan CR Wijaya Karya dengan Perseroan Lain .............. Perbandingan TATO Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ......... Perbandingan TMSTTA Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ....
35 53 55 57 59 61 63 64 67 68 69 70 70 71 72 73 74 75 75 76 77 78 78
24 Perbandingan DER Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ........... 25 Perbandingan DTA Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ...........
79 80
DAFTAR TABEL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Halaman Laporan Posisi Keuangan Wijaya Karya Sebelum Privatisasi ....................................................................... Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan (dalam jutaan rupiah) .................................................................... Operasional Variabel ..................................................................... Hasil Uji Normalitas ..................................................................... Return On Equity Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Return On Equity Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Return On Assets Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Return On Assets Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Cash Ratio Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Cash Ratio Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Current Ratio Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Current Ratio Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Total Assets Turn Over Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Total Assets Turn Over Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... TMSTTA Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... TMSTTA Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Debt Equity Ratio Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Debt Equity Ratio Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Debt to Total Assets Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ................................................................... Debt to Total Assets Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) ...................................................................
3 32 39 51 52 52 54 54 55 56 57 57 59 60 61 62 63 64 65 65
DAFTAR LAMPIRAN
No 1 2 3 4
Halaman Ikhtisar Laporan Keuangan Wijaya Karya Sebelum Privatisasi ...................................................................................... Ikhtisar Laporan Keuangan Wijaya Karya Sesudah Privatisasi ...................................................................................... Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test Menggunakan SPSS 15 ................................................................. Perhitungan Statistik Deskriptif Sebelum dan Sesudah Privatisasi ........................................................................
91 93 95 96
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN yang banyak dijalankan terutama di negara berkembang sering menimbulkan kontroversi terkait dengan tujuan, motivasi, serta implementasi yang disertai banyak distorsi. Beberapa pemikiran yang muncul mendukung privatisasi sebagai konsep untuk menciptakan perbaikan kinerja dan meningkatkan nilai tambah BUMN, sementara pemikiran lain melihat langkah restrukturisasi BUMN lebih tepat dilakukan untuk menghindarkan efek buruk privatisasi (Pranoto, 2011). Menurut Bastian (2002), peran restrukturisasi pada BUMN di Indonesia selama ini justru dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan memprivatisasi BUMN tersebut. Apabila kinerja perusahaan BUMN membaik dengan direstrukturisasi, maka diharapkan proses privatisasi BUMN dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, privatisasi didefinisikan sebagai penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Penjualan saham tersebut bisa dilakukan melalui mekanisme penawaran umum saham kepada publik (IPO) atau dapat pula dilakukan melalui mekanisme strategic sales, yaitu menjual langsung ke investor strategis tanpa melalui mekanisme pasar modal. Pemikiran yang mendukung perubahan status BUMN menjadi perusahaan terbuka, melihat bahwa kinerja BUMN akan menjadi lebih baik jika perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi perusahaan publik, hal tersebut akan mendorong terciptanya transparansi pada tata kelola perusahaan BUMN. Menurut studi yang dilakukan Bank
Dunia dalam IGCGS (2003), ada beberapa fenomena yang cenderung negatif dalam tubuh BUMN yang belum diprivatisasi, yaitu antara lain: a. Kebanyakan BUMN menyedot anggaran pemerintah yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk pelayanan sosial. b. Kebanyakan BUMN mengambil kredit untuk investasi yang tidak tepat. c. Kebanyakan BUMN lebih polutif daripada industri swasta. d. Kebanyakan perbaikan BUMN menghasilkan manfaat dalam mengurangi defisit fiskal. Bank Dunia juga menilai bahwa para birokrat (pemerintah) tidak mampu mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan bukan karena birokrat tidak mempunyai kompetensi, akan tetapi karena mereka menghadapi kontradiksi, yaitu apakah mereka berperan sebagai pemain bisnis atau sebagai pelayan publik. Pemerintah yang melakukan privatisasi pada perusahaan milik negara (BUMN) dapat dipastikan memiliki motif tertentu. Menurut Sulistio dalam Soegiharto (2005), privatisasi yang dilakukan oleh perusahaan milik negara akan merubah kultur BUMN tersebut, sehingga BUMN benar-benar berkonsenstrasi untuk mencapai misi utamanya, yakni memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau memaksimalkam profit. Dari sisi fiskal pemerintah, hal tersebut berarti akan meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak. Oleh sebab itu menurut Soedjais dalam Soegiharto (2005), secara umum privatisasi yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara sesungguhnya lebih banyak berdampak positif terhadap BUMN yang melakukannya. Salah satu BUMN yang sudah melakukan privatisasi adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, perseroan melakukan privatisasi melalui Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2007. Wijaya Karya merupakan BUMN kedua bidang konstruksi bangunan yang melantai di Bursa Efek Indonesia setelah Adhi Karya ditahun 2004. Sebagai perusahaan yang bergerak pada bisnis jasa konstruksi, perekayasaan dan investasi bidang infrastruktur di Indonesia. Wijaya Karya memiliki visi untuk menjadi perusahaan terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2010. Untuk mencapai visi tersebut, Wijaya Karya harus memperkuat struktur modal agar dapat meluaskan operasi
usahanya hingga ke luar negeri, serta terus mengembangkan kapasitas bisnis Engineering Procurement and Construction (EPC) sesuai dengan visi misi Wijaya Karya. Oleh sebab itu, sesuai dengan arsitektur startegi perusahaan yang disebut Road Map to WIKA 2010, maka untuk mengembangkan kapasitas bisnis perseroan tesebut, Wijaya Karya harus melakukan privatisasi melalui Initial Public Offering (IPO). Dana IPO tersebut diharapkan akan membuat posisi Wijaya Karya semakin kuat, terutama ketika krisis ekonomi dunia mulai memperlihatkan dampaknya di dalam negeri pada waktu itu. Dengan dana segar yang didapat melalui IPO tersebut, perusahaan dapat berinvestasi dan mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur (Laporan tahunan Wijaya Karya, 2008). Secara garis besar, privatisasi melalui IPO tersebut merupakan usaha dalam memenuhi kebutuhan modal perseroan. Selain itu privatisasi merupakan bagian dari tahapan yang harus dilakukan agar Wijaya Karya bisa menjadi perusahaan terkemuka sesuai dengan visi perusahaan. Tabel 1. Laporan Posisi Keuangan Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Tahun Indikator
2003
2004
2005
2006
Aset lancar
1.105.950
1.610.988
1.700.320
2.246.164
Aset tetap
189.450
213.729
232.092
245.501
Total Aset
1.344.738
1.956.828
2.097.931
2.655.142
Total Hutang
1.100.733
1.622.418
1.718.220
2.197.879
239.981
292.347
329.383
402.258
1.344.738
1.956.828
2.097.931
2.655.142
Ekuitas Jumlah Hutang dan Ekuitas
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Tabel diatas menunjukkan bagaimana posisi keuangan Wijaya Karya sebelum privatisasi melalui IPO dilakukan. Sebelum dilakukannya privatisasi, seluruh kepemilikan saham perseroan masih dikuasai oleh pemerintah 100%. Akan tetapi setalah privatisasi dilakukan, komposisi kepemilikan saham perseroan menjadi berubah, saham yang dimiliki oleh pemerintah berkurang
menjadi 68,4% sedangkan sisanya dikuasai oleh publik sebesar 31,6%. Berdasarkan prospektus yang diterbitkan untuk Penawaran Umum pada tanggal 29 Oktober 2007, perolehan dana hasil penawaran umum setelah dikurangi biaya emisi tercatat sebesar Rp 759,59 miliar. Hasil dana yang didapat melalui IPO disalurkan ke berbagai pos belanja sesuai dengan kebutuhan perseroan. Jumlah dana Rp 152 miliar ditargetkan untuk modal kerja proyek, lalu Rp 304 miliar akan disalurkan sebagai modal kerja proyek di luar negeri dan EPC, serta jumlah dana sebesar Rp 303,59 miliar akan digunakan untuk investasi dan pengembangan proyek infrastruktur. Hingga 30 September 2009, seluruh dana hasil penawaran umum telah digunakan 100% sesuai dengan rencana dan telah dilaporkan kepada Bapepam–LK, melalui surat No. SE.01.01/A.DIR.0952/2010 tertanggal 22 Juni 2010 yang merupakan laporan final penggunaan dana hasil penawaran umum. Keputusan Wijaya Karya dalam melakukan privatisasi melalui IPO merupakan suatu keputusan yang kompleks, hal tersebut dikarenakan privatisasi melalui IPO dapat memunculkan adanya kerugian dan biaya baru, sehingga hal tersebut dapat menggagalkan cita-cita perseroan. Selain itu keputusan sebuah perusahaan baik BUMN maupun perusahaan milik swasta untuk menjadi perusahaan publik merupakan suatu keputusan yang penuh dengan pertimbangan dan perhitungan. Karena dengan menjadi perusahaan publik, maka perusahaan tersebut akan dihadapkan pada beberapa konsekuensi langsung baik yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan. Disamping biaya yang harus ditanggung setelah menjadi perusahaan
publik,
perseroan
juga
akan
mendapat
tekanan
untuk
meningkatkan performansi dan membayarkan deviden kepada pemegang saham yang jumlahnya bertambah. Untuk itu harus diwaspadai bahwa keberhasilan pada jangka panjang mungkin akan terancam bila manajemen dipaksakan untuk mengejar tujuan jangka pendek pemegang saham (Sitompul, 2004). Salah satu indikator terpenting untuk mengetahui pengaruh privatisasi melalui IPO yang dilakukan Wijaya Karya adalah dengan menganalisa kinerja keuangan BUMN tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka akan
menarik untuk diadakan penelitian mengenai pengaruh privatisasi melalui IPO yang diakukan Wijaya Karya terhadap kinerja keuangannya. Kinerja keuangan perseoran dapat dinilai melalui laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan, berdasarkan laporan keuangan tersebut maka dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja perusahan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kinerja profitabilitas (return on equity dan return on assets), likuiditas (cash ratio dan current ratio), aktivitas (total asset turnover dan total modal sendiri terhadap total aset), dan solvabilitas (debt to equity ratio dan debt to total assets) sesuai dengan keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Perubahan status perseroan menjadi perusahaan publik adalah sebagai upaya untuk pengembangan perseroan dan peningkatan kinerja demi mencapai visi perseroan. Maka setelah perubahan status tersebut, perseroan diharapkan dapat menunjukkan kinerja keuangannya. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah: 1. Bagaimana kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum dan sesudah privatisasi melalui IPO ? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan Wijaya Karya setelah perseroan diprivatisasi melalui IPO ? 3. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan Wijaya Karya terhadap BUMN lain pada industri sejenis yang sudah diprivatisasi melalui IPO ? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan: 1. Menganalisis kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum dan sesudah privatisasi melalui IPO. 2. Menganalisis pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan Wijaya Karya setelah perseroan diprivatisasi melalui IPO.
3. Membandingkan kinerja keuangan Wijaya Karya terhadap BUMN lain pada industri sejenis yang sudah diprivatisasi melalui IPO. 1.4. Manfaat Penelitian Dari penelitian ilmiah ini, penulis berharap dapat memeberikan sedikit kontribusi yang berguna bagi beberapa pihak diantaranya, yaitu: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya karya ilmiah dalam bidang msnsjemen keuangan dan juga memberikan kontribusi empirik dalam hal menganalisa faktor-faktor yang berdampak pada kinerja keuangan BUMN setelah melakukan privatisasi di Indonesia. 2. Bagi manajemen BUMN, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu refrensi dalam merencanakan pengembangan perusahaan untuk menjadi perusahaan yang lebih maju dan profesional. 3. Bagi masyarakat, sebagai informasi sehingga meningkatkan pemahaman mengenai privatisasi sehingga mampu mengarahkan respon terhadap privatisasi secara bijaksana dan memadai. 4. Bagi pemegang saham dan calon investor, sebagai infomasi untuk pertimbangan investasi pada saham perusahaan BUMN. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada apakah privatisasi melalui IPO berpengaruh terhadap kinerja keuangan atau tidak, dengan membandingkan kondisi keuangan sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi periode 2003-2011. Kondisi kinerja keuangan dianalisis dengan rasio keuangan dan dibandingkan dengan analisis deskriptif serta analisis trend untuk melihat kecenderungan kondisi dimasa depan. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh privatisasi melalui IPO terhadap kinerja keuangan, digunakan analisis dengan uji Paired-Samples t Test.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Badan Usaha Milik Negara Dalam UU No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, BUMN didefinisikan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Menurut Ruru dalam Soegiharto (2005), latar belakang filosofis dari terciptanya UU BUMN adalah didasarkan pada UUD 1945 pasal 33 yang mengatakan bahwa: Cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Upaya mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat merupakan tugas konstitusi bagi Negara. Tugas konstitusi dilakukan melalui regulasi sektoral dan kepemilikan Negara terhadap unit-unit usaha (BUMN). Pendirian BUMN di berbagai negara bila diteliti secara seksama sebenarnya memiliki beberapa kesamaan. Salah satunya adalah sebagai agent of development yang memiliki kemiripan dengan tugas dari amanat pasal 33 dalam UUD 1945. Pemerintah Republik Indonesia mendirikan BUMN bertujuan untuk mendorong pengembangan perekonomian nasional, hal tersebut sebagaimana yang tertulis dalam UU No.19 tahun 2003 terkait maksud dan tujuan pendirian BUMN yaitu: a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. b. Mengejar keuntungan. c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi. e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Sedangkan bentuk dari Badan Usaha Milik Negara sendiri telah tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 BUMN terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. Perusahaan Perseroan (Persero) Adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Sedangkan Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. 2. Perusahaan Umum (Perum) Adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham. Perusahaan Umum bertujuan untuk kemanfaatan umum yaitu berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. 2.2. Privatisasi Privatisasi mulai banyak diterapkan pada awal dekade 1980an ketika terjadi
krisis
ekonomi
global,
privatisasi
dilakukan
dalam
rangka
menyehatkan unit bisnis yang dikelola oleh negara. Inggris merupakan negara yang dianggap sebagai kiblat dari privatisasi global karena privatisasi dan deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1980an dianggap sukses. Merujuk pada sukses Inggris dalam memprivatisasi dan karena tekanan krisis ekonomi global, pemerintah negara dunia ketiga dan negara yang memiliki utang banyak mengikuti berbagai kebijakan privatisasi tersebut. Kesuksesan yang dicapai Inggris telah memberikan inspirasi pada sejumlah negara sebagai pertimbangan untuk melakukan privatisasi aset negara (IGCGS, 2003).
Privatisasi menurut Bastian (2002) merupakan kebijakan publik yang mengarahkan bahwa tidak ada alternatif lain selain pasar yang dapat mengendalikan ekonomi secara efisien. Hal tersebut menyadarkan bahwa sebagian besar kegiatan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama ini seharusnya diserahkan kepada sektor swasta. Sedangkan UU No.19 tahun 2003 dan PP No.33 tahun 2003, mendefinisikan privatisasi sebagai penjualan saham persero yang kegiatan usahanya tidak harus dilakukan oleh BUMN, dan persero tersebut memiliki unsur teknologi cepat berubah sehingga memerlukan investasi yang sangat besar untuk menggantinya. Privatisasi dapat dilakukan dengan menjual sebagian kepemilikan ataupun seluruhnya kepada pihak lain. Hal tesebut dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Privatisasi terhadap sebuah unit usaha yang dikelola oleh negara dilakukan dengan beberapa metode (IGCGS, 2003), yaitu : a. Initial Public Offering (IPO), adalah metode penjualan yang dilakukan di pasar modal, sehingga semua masyarakat bisa menjadi pemilik unit usaha yang diprivatisasi. b. Strategic Sales, adalah metode penjualan unit usaha langsung kepada investor strategis, tidak melalui lantai bursa. c. Kerjasama Operasi (KSO), adalah konsep bagi hasil yang berimbang dan konsisten antara pemerintah sebagai pemilik saham mayoritas yang mengoutsource salah satu atau sebagian dari unit usaha yang dilakukan kepada pihak swasta. d. Employee Managemenet Buy Out (EMBO), adalah pembelian saham mayoritas oleh suatu konsorsium yang diorganisasi dan dipimpin oleh manajemen perusahaan yang berangkutan. Biasanya para manajer hanya menempatkan sejumlah kecil dari modal yang dibutuhkan dan diikuti oleh pemodal lainnya seperti perusahaan model ventura adau bank investasi. Metode EMBO ini lebih banyak digunakan khusunya pada perusahaan kecil yang asetnya lebih banyak terdiri atas keahlian tertentu daripada
berupa properti. Dalam rangka membantu supaya perseroan dapat dibeli oleh manajemen atau karyawan, maka aset perusahaan dapat dijual lebih dahulu oleh pemerintah kepada pihak lain dan disewakan kembali kepada perusahaan tersebut. 2.3. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN BUMN sebagai perusahaan yang dimiliki oleh negara perlu dikelola secara profesional dan menguntungkan. Pemerintah sebagai pengelola perlu memonitor kondisi kesehatannya terutama dari aspek keuangannya demi menjaga eksistensi BUMN tersebut. Berdasarkan pasal 3 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No: KEP-100/MBU/2002 bahwa penilaian tingkat kesehatan ditetapkan setiap tahun. Tingat kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dibedakan atas Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat. Tingkat Kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja Perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN tersebut berlaku bagi seluruh BUMN non jasa keuangan maupun BUMN jasa keuangan kecuali Persero Terbuka dan BUMN yang dibentuk dengan Undang Undang tersendiri serta diatur dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No: KEP100/MBU/2002. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN yang bergerak dibidang non jasa keuangan dibedakan antara BUMN yang bergerak dalam bidang infrastruktur dan BUMN yang bergerak dalam bidang non infrastruktur. Sedangkan BUMN jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak dalam bidang usaha perbankan, asuransi, jasa pembiayaan dan jasa penjaminan. BUMN infrastruktur adalah BUMN yang kegiatannya menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat luas, yang bidang usahanya meliputi: a. Pembangkitan, transmisi atau pendistribusian tenaga listrik. b. Pengadaan dan atau pengoperasian sarana pendukung pelayanan angkutan barang atau penumpang baik laut, udara atau kereta api. c. Jalan dan jembatan tol, dermaga, pelabuhan laut atau sungai atau danau, lapangan terbang dan bandara.
d. Bendungan dan irigasi. Sedangkan BUMN non infrastruktur adalah BUMN yang bidang usahanya diluar bidang diatas. Dengan dikeluarkannya peraturan baru pada tahun 2002, maka Keputusan Menteri Keuangan Nomor 198/KMK.016/1998 dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep.215/M- BUMN/1999 tentang Penilaian Tingkat Kinerja Badan Usaha Milik Negara dinyatakan tidak berlaku lagi. Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No: KEP100/MBU/2002 yang baru, maka ditentukan bobot yang berbeda antara BUMN Infrastruktur dan BUMN non infrastruktur dalam menilai keberhasilan BUMN pada aspek keuangan. Hal tersebut dijelaskan dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan BUMN non jasa keuangan sebagai berikut ini. TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BUMN NON JASA KEUANGAN Aspek Keuangan 1. Total Bobot - BUMN INFRASTRUKTUR
50
- BUMN NON INFRASTRUKTUR
70
2. Indikator yang dinilai dari masing-masing bobotnya. Dalam penilaian aspek keuangan ini, idikator yang dinilai dan masingmasing bobotmya adalah seperti pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan Bobot Indikator Infrastruktur
Non Infrastruktur
15
20
2. Imbalan Investasi (ROI)
10
15
3. Rasio Kas
3
5
4. Rasio Lancar
4
5
5. Colection Periods
4
5
1. Imbalan kepada pemegang saham (ROE)
6. Perputaran persediaan
4
5
7. Perputaran total aset
5
8. Rasio modal sendiri terhadap total
6
10
50
70
aktiva Total Bobot
Sumber : Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MB 3. Metode Penilaian a. Return On Equity (Imbalan Kepada Pemegang Saham) Rumus ROE :
x 100 %
b. Return on Ivestment (Imbalan Investasi) Rumus ROI :
x 100%
c. Cash Ratio (Rasio Kas) Rumus Cash Ratio :
x 100%
d. Current Ratio (Rasio Lancar) Rumus Current Ratio :
x 100%
e. Collection Periods Rumus CP :
x 100%
f. Perputaran Persediaan Rumus PP :
x 100%
g. Total Asset Turn Over (Perputaran Total Aset) Rumus TATO :
x 100%
h. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset (TMS Terhadap TA) Rumus TMS terhadap TA :
x 100%
2.4. Initial Public Offering (IPO) Dalam modul Sekolah Pasar Modal, initial public offering atau yang dikenal dengan istilah go pulik adalah kegiatan yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go publik) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan
Peraturan Pelaksanaannya. Sedangkan menurut Sitompul (2004), Initial Public Offering merupakan penjualan saham suatu perusahaan kepada para investor (pemodal) yang dilakukan untuk pertama kalinya. Terdapat berbagai macam manfaat dan konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan ketika melakukan go publik. Manfaat tersebut sebagaimana ditulis dalam modul Panduan Go Publik yang dikeluarkan oleh JSX yaitu: 1. Memperoleh Sumber Pendanaan Baru Dengan menjadi perusahaaan publik, perusahaan bisa memperoleh dana dari penjualan saham yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha, baik untuk penambahan modal kerja maupun ekspansi usaha. 2. Memberikan Competitive Advantage dalam Pengembangan Usaha Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak pihak untuk dapat meningkatkan kualitas kinerja operasionalnya. Selain itu melalui penjualan saham perusahaan juga berkesempatan untuk mengajak para partner kerjanya untuk turut memegang saham perusahaan. 3. Peningkatan Kemampuan Going Concern Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk kondisi yang dapat membangkrutkan perusahaan. Sebagai contoh dengan menjadi perusahaan publik, jika perusahaan tersebut mengalami gagal bayar hutang maka tersedia jalan keluar bagi kreditur untuk mengkonversi hutang menjadi saham yang selanjutnya saham tersebut bisa dijual melalui mekanisme bursa. 4. Meningkatkan Citra Perusahaan Dengan go publik prusahaan akan mendapatkan perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini berarti perusahaan mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya. Sedangakan konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan yang melakukan Public Offering atau go publik diantaranya terjadi pengurangan presentase saham pemilik perusahaan. Hal tersebut dikarenakan pemilik sebelumnya telah menjual sebagian saham yang dimilikinya ke
publik. Lalu perusahaan juga dituntut untuk mematuhi segala peraturan terkait dengan pasar modal dimana perusahaan tersebut melakukan go publik. Di samping itu, setelah perusahaan menjadi perusaaaan publik maka akan terdapat tekana untuk meningkatkan performansi dan membayarkan deviden kepada pemegang saham, untuk itu harus diwaspadai bahwa keberhasilan untuk jangka panjang mungkin akan terancam bila manajemen dipaksakan untuk mengejar tujuan dalam jangka pendek oleh para pemegang saham. Pemegang saham (pemodal) harus disuguhi laporan triwulan dan tahunan pemegang saham tentang keadaan keuangan perusahaan, hal ini akan menambah besarnya tekanan bagi peningkatan performansi peusahaan, terutama di masa-masa sedang meningkatnya kondisi pasar. Para pemodal tentunya menginginkan laba dari investasinya dan apabila mereka tidak puas atau kecewa, akan dapat pula menurunkan harga saham di pasar modal karena mereka akan menjual sahamnya secara besar-besaran (Sitompul, 2004). 2.5. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan (Jumingan, 2008). Sedangkan menurut Munawir (1995) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusaaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi
sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan tersebut. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah dibaca dan dimengerti. Laporan Keuangan yang disajikan perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para supplier (Kasmir, 2010). Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kulitas manajemen dan lainnya. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan (1) Neraca, (2) Laporan rugi laba, dan (3) Laporan aliran kas. Disamping ketiga laporan pokok tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak manajemen (Halim dan Hanafi, 2007). Menurut Jumingan (2008) laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati. Laporan kemajuan perusahaan tersebut pada hakikatnya merupakan kombinasi dari fakta-fakta yang tidak dicatat (recorded facts), kesepakatankesepakatan
akuntansi
(accounting
conventions),
dan
pertimbangan-
pertimbangan pribadi (personal judgments). Pertimbangan atau pendapat pribadi berkaitan dengan kompetensi dan integritas pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan, sedang kesepakatan akuntansi akan bersumber pada prinsip dan konsep akuntansi yang lazim diterima umum.
Fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts) menunjuk pada data yang berasal dari catatan akuntansi. Sebagai contoh, data tentang jumlah kas yang ada di tangan dan disimpan di bank, jumlah wesel tagih dan piutang dagang kepada langganan dan debitur lain, jumlah aktiva tetap, jumlah utang kepada kreditur, jumlah penjualan barang dagangan, dan lain-lain. Pos-pos tersebut dicatat berdasarkan harga historisnya (original cost), yakni jumlah yang dibayarkan pada waktu transaksi itu terjadi, bukan dinilai berdasarkan jumlah yang harus dikorbankan jika aktiva tersebut akan diganti (replacement cost). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa neraca itu tidak mencerminkan keadaan keuangan perusahaan menurut kondisi perekonomian yang paling akhir karena segala sesuatunya bersifat historis. Perlu diketahui juga bahwa terdapat faktor-faktor tertentu yang mungkin mempengaruhi keadaaan keuangan perusahaan tetapi tidak dicatat dalam catatan-catatan seperti terlihat pada neracanya, karena faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam jumlah uang. Faktor-faktor tersebut misalnya order-order yang tidak dapat dipenuhi, kontrak-kontrak pembelian dan penjualan yang telah disepakati, kemampuan dan kejujuran manajemen dan sebagainya. 2.5.1 Neraca Menurut Manurung (2006) neraca adalah sebuah laporan keuangan yang berisikan kekayan yang dikenal dengan asset dan hutang serta modal perusahaan. Bentuk neraca seperti huruf T dimana besaran aktiva terletak pada sisi kiri dan besaran pasiva disebelah kanan. Neraca memperlihatkan kekayaan, hutang dan modal pada satu waktu tertentu. Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada tangal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva dan pasiva suatu perusahaan. Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Artinya penyusunan komponen neraca harus didasarkan likuiditasnya atau komponen yang paling mudah dicairkan. Misalnya kas disusun lebih dulu karena merupakan komponen yang paling likuid dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Sementara itu berdasarkan jatuh
tempo, yang menjadi pertimbangan adalah jangka waktu terutama untuk sisi pasiva. Contohnya untuk kewajiban (utang) disusun dari yang paling pendek sampai yang paling panjang (Kasmir, 2010). 2.5.2 Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumbersumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan laba. Sebaliknya bila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya maka perusahaan dikatakan rugi (Kasmir, 2010). Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007), laporan laba rugi adalah meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Laporan ini seing dipandang sebagai apran akuntansi yang paling enting dalam laporan tahunan. Kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak rutin dan jarang muncul. Di samping itu perusahaan mungkin memtuskan untuk menghentikan lini bisnis tertentu, melakukan perubahan metode akuntansi, melaporkan item-item luar biasa. Aktivitas-aktivitas ini perlu dilaporkan dengan semestinya agar pembaca laporan keuangan memperoleh informasi yang relevan. 2.5.3
Laporan Perubahan Modal Laporan perubahan modal menurut Manurung (2006) adalah laporan
perubahan mengenai perubahan modal karena adanya laba atau rugi, pembayaran devidend serta adanya penjualan saham dalam satu periode. Periode laporan perubahan modal ini harus sama dengan periode laporan rugi laba, karena kedua laporan ini saling berkaitan.
2.5.4 Laporan Arus Kas Laporan aru kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaa, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama peiode laporan keuangan. Laporan kas terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode tertentu. Kas masuk terdiri dari uang yang masuk ke perusahaan, seperti hasil penjualan atau hasil penerimaan lainnya. Sedangkan kas keluar merupakan sejumlah pengeluaran dan jenis-jenis pengeluarannya, seperi pembayaran biaya operasional perusahaan (Kasmir, 2010). 2.5.5 Laporan Catatan atas Laporan Keuangan Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan yang memerlukan penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam menafsirkan (Kasmir, 2010). 2.6. Analisis Laporan Keuangan Sebelum pihak manajemen perusahaan mengambil keputusan keuangan, terlebih dahulu perlu memahami kondisi keuangan perusahaan tersebut. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, maka diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Disamping pihak manajemen perusahaan, beberapa pihak di luar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah para kreditur dan calon investor. Kepentingan mereka mungkin berbeda, tetapi mereka mengharapkan untuk memperoleh informasi dari laporan keuangan perusahaan. Bagi perusahaan, laporan keuangn perusahaan tersebut akan disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi, dan karenanya para pemakai laporan keuangan perlu memahami cara penyajian informasi keuangan tersebut (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Oleh sebab itu agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis
laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, maka setelah dilakukan analisis laporan keuangan akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. (Kasmir, 2010) Menurut Halim dan Hanafi (2007) analisis terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan
pada
dasarnya
karena
ingin
mengetahui
tingkat
profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan yang paling mudah dalam analisis keuangan tentu saja menghitung rasio-rasio keuangan suatu perusahaan. Bahkan dengan tersedianya program-program komputer, seperti spreadsheet atau programprogram akuntansi dan program yang khusus ditulis untuk tujuan laporan keuangan, perhitungan raasio-rasio keuangan menjadi hal yang mudah dilakukan dan bisa dilakukan secara rutin. Tantangan analis bukan melakukan peritungan
semacam
itu
melainkan
melakukan
anlisis
dan
menginterpretasikan rasio-rasio keuangan yang muncul. Analisis semacam itu mengharuskan seorang analis untuk melakukan beberapa hal, yaitu : 1.
Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis.
2.
Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporanlaporan keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan dari laporan keuangan tersebut.
3.
Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha perusahaan. Sebelum melakukan analisis, seorang analis harus memahami ketiga
langkah diatas terlebih dahulu. Setelah itu baru kemudian melakukan analisis dengan menggunakan alat analisis seperti rasio-rasio keuangan atau rasiorasio lainnya. 2.6.1 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat anlisis laporan euangan (Kasmir, 2010), yaitu:
1. Untuk mengetahu posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, model, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk mengetahui penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai. 2.6.2
Prosedur Dalam Analisis Laporan Keuangan Sebelum melakukan analisis laporan keuangan, diperlukan langkah
atau prosedur tertentu. Langkah atau prosedur ini diperlukanagar urutan proses analisis mudah untuk dilakukan. Adapun prosedur yang dilakukan dalm analisis laporan keuangan (Kasmir, 2010), yaitu: 1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap mungkin, baik untuk satu periode maupun beberapa periode. 2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan dengan rumusrumus tetentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang diperolh benar-benar tepat. 3. Melakukan perhitungan dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan secara cermat. 4. Memberikan intrepretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat. 5. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan. 6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut.
2.6.3
Analisis Rasio Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan
perusahaan dalam sutu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan tersebut dituangkan kedalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat satu sisi saja. Angkaangka ini akan menjadi lebih berguna apabila dapat kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tertentu. Perbandingan ini kita kenal dengan analisis rasio keuangan (Kasmir, 2010). Menurut Jumingan (2008), rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kursng berarti, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan sebagai dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisis tidak dapat menyimpulkan apakah rasiio-rasio itu menunjukan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Rasio standar itu dapat ditentukan berdasarkan alternatif dibawah ini : 1.
Didasarkan pada catatan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan tahun-tahun yang telah lampau.
2.
Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya, dipilih satu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil
3.
Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibudgetkan (disebutkan goal ratio).
4.
Didasarkan pada rasio industri, di mana perusahaan yang bersangkutan masuk sebagai anggotanya.
Dengan perbandingan rasio standar ini akan diketahui apakah rasio perusahaan yang bersangkutan terletak di atas average, average, atau di bawah average. Rasio standar yang baik adalah yang memberikan gambaran rata-rata. Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri (gabungan
perusahaan
sejenis).
Rasio
ini
dipertimbangkan
sebagai
satisfactory condition atau representative condition. Analisa rasio seperti halnya alat-alat analisa yang lain menurut Munawir (1995) adalah future oriented, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode saat ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi psisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat angka rasio sepenuhnya tergantung pada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam mengintrepretasikan data yang bersangkutan. Untuk melakukan anlisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi laba, atau hanya kombnasi keduanya. Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Karena itu pertanyaan pertama yang perlu diajawab adalah aspek-aspek apa yang akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai perlu diakitkan dngan tujuan analisis. Apabila analisis dilakukan oleh pihak kreditor, aspek yang dinilai akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon pemodal. Kreditor akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban finansial tepat pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Secara keseluruhan, aspek-aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek-aspek leverage, aspek likuiditas, aspek profitabilitas atau efisiensi, dan rasio-rasio nilai pasar (Husnan dan Pudjiastuti, 1994)
2.6.4 Penggolongan Angka Rasio Pada dasarnya jumlah dari angka-angka rasio itu banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, namun angka-angka rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan golongan yang kedua adalah berdaarkan pada tujuan penganalisa (Munawir, 1995). Berdasarkan sumber datanya maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga jenis (Jumingan, 2008), yaitu sebagai berikut : 1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang jangka panjang, dan sebagainya. 2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi, misalnya rasio laba bruto dengan penjuala neto, rasio laba usaha dengan penjualan neto, operating ratio, dan sebagainya. 3. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan sebagainya. Menurut Munawir (1995), penggolongan angka rasio yang didasarkan pada sumber datanya sebenarnya kurang bermanfaat bagi penganalisa. Sebab yang dibutuhkan bagi penganalisa bukan dari mana data itu diperoleh, melainkan kegunaan dari angka rasio tersebut dan kesimpulan apa yang dapat diperoleh dari angka rasio tersebut. 2.7. Bentuk Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan bentuk rasio maka dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi
pengambil keputusan. Berikut ini adalah bentuk-bentuk rasio keuangan menurut bebarapa ahli yang dialih bahasakan oleh Kasmir (2010). Menurut J. Fred Weston, bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut. 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) - Rasio lancar (Current Ratio) - Rasio sangat lancar (Quick Ratio) 2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) - Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang (Debt Ratio) - Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned) - Lingkup biaya tetap (Fixed Charge Coverage) - Lingkup arus kas (Cash Flow Coverage) 3. Rasio Aktivity (Activity Ratio) - Perputaran sediaan (Inventory Turn Over) - Rata-rata jangka waktu penagihan piutang (Average Collection Period) - Perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turn Over) - Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over) 4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) - Margin laba penjualan (Profit Margin on Salaes) - Daya laba dasar (Basic Earning Power) - Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Asset) - Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity) 5. Rasio pertumguan (Growth Ratio) merupakan ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. - Pertumbuhan penjualan - Pertumbuhan laba bersih - Pertumbuhan pendpatan per-saham - Pertumbuhan pendapatan per-saham
6. Rasio penialian (Valuation Ratio) adalah rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi. - Rasio harga saham terhadap penjualan - Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku Kemudian menuru James C van Horne, jenis rasio dibagi menjadi lima rasio dibawah ini. 1. Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio) - Rasio lancar (Current Ratio) - Rasio sangat lancar (Quick Ratio) 2. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio) - Total utang terhadap ekuitas - Total utang terhadap total aktiva 3. Rasio Pencakupan (Coverage Ratio) - Bunga penutup 4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) - Perputaran piutang (Receivable Turn Over) - Rata-rata penagih piutang (Average Collection Period) - Perputaran sediaan (Inventory Turn Over) - Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over) 5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) - Margin laba bersih - Pengembalian investasi - Pengembalian ekuitas Sementara itu menurut Gerald, terdapat empat kategori dari bentuk rasio yaitu. 1. Activity Analysis, evaluasi pendapatan dan output secara umum dari aset perusahaan. 2. Liquidity Analysis, mengukur keseimbangan sumber kas perusahaan. 3. Long Term Debt and Solvency Analysis 4. Provitability Analysis.
Kemudian menurut Gerald, Activity Analysis terdiri dari masingmasing rasio sebagai berikut. 1. Short-term (Operating) Activity Ratios a. Inventory Turn Over b. Average No. Days Inventory In Stock c. Receivables Turn Over d. Average No. Days Receivables Outstanding e. Payables Turn Over f. Average No. Days Payable Outstanding g. Working Capital Turn over 2. Long-term (Investment) Activity Ratios a. Fixed Assets Turn Over b. Total Assets Turn Over Selanjutnya menurut James O. Gill, jenis jenis rasio keuangan terdiri dari masing-masing rasio sebagai berikut. 1. Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio) - Rasio Lancar - Rasio perputaran kas - Rasio utang terhadap kekayaan bersih 2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) - Rasio laba bersih - Tingkat laba atas penjualan - Tingkat laba atas investasi 3. Rasio Efisiensi (Activity Ratio) - Waktu pengumpulan piutang - Perputaran sediaan - Rasio aktiva terhadap nilai bersih (Total Assets Turn Over) - Rasio perputaran investasi Dari pengrtian dan jenis rasio yang diemukaan di atas, hampir seluruhnya sama dalam menggolongkan rasio keuangan. Jika terdapat perbedaan, hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah karena masing-masing
ahli keuangan hanya berbeda dalam penempatan kelompok rasionya, namun esensi dari penilaian rasio keuangan tidak menjadi masalah. 2.7.1 Rasio Profitabilitas Rasio pofitabilitas meupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Tujun penggunaan rasio pofitabilitas bagi perusahan maupun bagi pihak luar perusahaan (Kasmir, 2010), yaitu: 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaann tahun sebelunya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahan yang digunakan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai koponen yang ada dilaporan leuangan, teutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar telihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus penyebab perubahan tersebut. Jenis-jenis rasio profitabilitas seperti profit margin on sales, return on investment, return on equity, serta earning per-share of common stock. 2.7.2 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan (Kasmir, 2010). Caranya adalah dengan membandingkan
komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (untuk jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlibat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Jenis-jenis dari rasio likuiditas adalah seperti current rastio, cash rati, dan juga quick ratio. Terdapat dua hasil penilaian terhadap terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut dikatakan perusahaan dalam keadaan ilikuid. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio likuiditas (Kasmir, 2010): 1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atas hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. 2. Untuk mengukur kemampuan perusaahaaan membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar secara keseluruhan. 3. Untuk mengukur kemampuan perusahaaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. 4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. 6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan hutang. 7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu kewaktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode. 2.7.3 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan (Kasmir, 2010). Efisiensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, persediaan, penaghian piutang dan efisiensi dibidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Jenis-jenis rasio aktivitas seperti receivable turnover, inventory turnover, dan days of inventory. 2.7.4 Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Sedangkan menurut Kasmir (2010) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dbandingkan dengan aktivanya. Dalam arti yang luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik janka pendek maupun jangka panjang apabila dilikuidasi. Berikut ini adalah beberapa tujuan perusahaan menggunakan rasio solvabilitas menurut Kasmir (2010), yaitu: 1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain. 2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. 3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal. 2.8. Penelitian Terdahulu yang Relevan Beberapa penelitian tentang privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah banyak dilakukan dari berbagai macam sudut pandang, contohnya sebagai berikut. Kurniawati dan Lestari (2007) melakukan studi atas kinerja perusahaan setelah privatisasi. Peneliti mencoba menilai kinerja beberapa BUMN baik kinerja keuangan maupun kinerja sahamnya setalah melakukan privatisasi melalui IPO. Adapun kinerja keuangan yang diukur antara lain adalah Likuiditas (Current Ratio, Cash Ratio, Acid Test Ratio),
Profitabilitas (GPM, ROA, ROE dan NPM), Leverage (Debt Ratio, Debt to Equity Ratio dan Long Term to Debt Ratio), sedangkan kinerja saham diukur dengan indikator Abnormal Return (AR). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage sesudah privatisasi tidak lebih baik dibanding sebelum privatisasi. Sedangkan kinerja saham BUMN dapat memberikan pendapatan diatas rata-rata pasar (Abnormal Return Psitive). Munggaran (2007) melakukan penelitian tentang analisa perbandingan kinerja keuangan BUMN sebelum dan sesudah privatisasi. Penulis mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan aspek keuangan yang terdapat dalam SK Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 yang terdiri dari delapan indikator yaitu ROE, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Collection Period, Perputaran Persediaan, Perputaran Total Aset, dan Total Modal Sendiri terhadap Total Aset. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat kinerja BUMN sebelum dan sesudah privatisasi. Antoni dan Hasnawati (2009) melakukan penelitian tentang analisis kinerja keuangan BUMN sebelum dan setelah privatisasi. Data penelitian yang diambil adalah semua BUMN yang go public selain bank dan lembaga keuangan bukan bank. Penelitian ini menggunakan 3 macam ukuran kinerja keuangan yaitu rasio Profitabilitas (ROS, ROA dan ROE), Efisiensi (Ratio Sales Efficiency dan Net Income Efficiency), Investasi (Capital Expenditure to Sales dan Capital Expenditure per Total Asset). Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kineja BUMN sesudah dan sebelum dilakukannya privatisasi. Fitrianti dan Wardani (2010) melakukan penelitian mengenai analisis komparasi profitabilitas sebelum dan sesudah penawaran saham perdana. Data penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan PT Adhi Karya (persero) Tbk tahun 2000-2008. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisa komparasi profitabilitas sebelum dan sesudah penawaran umum saham perdana (initial public offering) pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum diperoleh kesimpulan bahwa penawaran umum saham perdana atau IPO pada Adhi Karya dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Setiyowati
(2010)
melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
privatisasi terhadap perbedaan efisiensi, profitabilitas, leverage dan likuiditas sebelum dan setelah Privatisasi terhadap 10 BUMN non bank yang melakukan
privatisasi
melalui
IPO
tahun
1995-2007.
Peneliti
membandingkan ROA, ROE, ROS, TATO, dan DTA sebelum dan sesudah privatisasi. Berdasarkan paired sample t-Test terdapat peningkatan efisiensi, likuiditas dan penurulan leverage. Akan tetapi tidak terdapat peningkatan pada profitabilitas peusahaan. Penelitian mengenai dampak privatisasi telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, seperti yang dilakukan oleh Kurniawati dan Lestari (2007), Munggaran (2007), Antoni dan Hasnawati (2009), Fitrianti dan Wardani (2010), serta Asyikin dan Tanu (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penilitian sebelumnya adalah terletak pada objek penelitian, selain itu periode waktu serta rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan ini juga berbeda. Penelitian ini menganalisis pengaruh privatisasi yang dilakukan oleh Wijaya Karya dengan membandingkan kinerja keuangan sebelum dan sesudah privatisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data laporan keuangan empat tahun sebelum privatisasi dan empat tahun sesudah privatisasi, yaitu menggunakan data laporan keuangan yang dimulai sejak tahun 2003 hingga tahun 2011.
Tabel 2. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan No
Peneliti
Metodologi
Hasil
1
Kurniawati dan
Membandingkan
Lestari (2007)
tahun kinerja keuangan diukur dengan rasio
2 Kinerja keuangan yang
sebelum dan sesudah Likuiditas, Profitabilitas privatisasi yang melalui
BUMN diprivatisasi
IPO
hingga
tahun 2006.
dan Leverage sesudah privatisasi tidak lebih baik disbanding sebelum privatisasi. Serdangkan kinerja saham BUMN dapat memberikan pendapatan diatas rata-rata pasar (Abnormal Return Positive).
2
Munggaran
Membandingkan
(2007)
kinerja
2
Profitabilitas, likuiditas, tahun leverage, dan efisiensi
sebelum dan sesudah tidak mengalami privatisasi Tambang
PT. perubahan yang Batubara signifikan.
Bukit Asam, Tbk dan PT. Perusahaan Gas Negara,
Tbk
menggunakan t-test. 3
Antoni dan
Membandingkan
Berdasarkan hasil uji
Hasnawati
kinerja keuangan
hipotesis dengan
(2009)
semua BUMN yang go
menggunakan uji peringkat
public selain bank dan
bertanda Wilcoxon
lembaga keuangan bukan bank 3 tahun sebelum dan sesudah dipivatisasi.
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kineja BUMN sesudah dan sebelum dilakukannya privatisasi.
4
Fitrianti dan
Memabandingkan
Wardani (2010) kinerja keuangan keuangan PT. Adhi Karya (persero), Tbk tahun 2000-2008.
Penawaran umum saham perdana atau IPO pada Adhi Karya dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
5
Setiyowati
Peneliti
Berdasarkan paired
(2010)
membandingkan
sample t-Test terdapat
ROA,ROE,ROS,
peningkatan efisiensi,
TATO, dan DTA
likuiditas dan penurulan
sebelum dan sesudah
leverage. Akan tetapi
privatisasi terhadap 10
tidak terdapat
BUMN non bank yang
peningkatan pada
melakukan privatisasi
profitabilitas perusahaan.
melalui IPO tahun 1995-2007.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Bank Dunia menilai bahwa para birokrat (pemerintah) tidak mampu mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan bukan karena tidak memiliki kompetensi, akan tetapi karena mereka mengahadapi kontradiksi, yaitu apakah mereka berperan sebagai pemain bisnis atau sebagai pelayan publik. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN membolehkan unit usaha BUMN untuk dijual sebagian ataupun seluruh saham yang dimilikinya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Pemikiran yang mendukung privatisasi melihat bahwa kinerja perusahaan BUMN akan menjadi lebih baik jika perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi perusahaan publik hal tersebut akan mendorong terciptanya transparansi pada tata kelola perusahaan BUMN. Selain untuk mendapatkan tambahan modal, hal tersebut menjadikan alasan bagi Wijaya Karya untuk melakukan privatisasi pada tahun 2007. Privatisasi yang dilakukan perseroan telah sesuai dengan arsitektur strategi perusahaan untuk mencapai Visi Wijaya Karya pada tahun 2010. Penelitian ini menganalisis dengan membandingkan variabel fundamental kinerja keuangan sebelum dan sesudah privatisasi. Adapun
kinerja
keuangan
yang
diukur
menggunakan
rasio
profitabilitas, likuiditas, aktivitas dan solvabilitas sesuai dengan keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN di Indonesia. Rasio profitabilitas diukur menggunakan return on equity dan return on assets. Rasio likuiditas diukur menggunakan cash ratio dan current ratio. Rasio aktivitas diukur menggunakan total asset turnover dan total modal sendiri terhadap total aset. Sedangkan
rasio
solvabilitas
mengukur
seberapa
jauh
perusahaan
menggunakan hutang, rasio ini diukur menggunakan debt to equity ratio dan debt to total assets.
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk
Investor
Laporan keuangan
Laporan keuangan
Laporan keuangan
Sebelum privatisasi
sesudah privatisasi
Pengukuran kinerja keuangan : 1. Profitabilitas 3. Aktivitas 2. Likuiditas 4. Solvabilitas
Kinerja keuangan
Kinerja keuangan
sebelum privatisasi
sesudah privatisasi
Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Privatisasi - Uji Normalitas - Analisis Deskriptif - Analisis Trend - Paired-Samples t-Test Hasil
Rekomendasi
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif komparatif yang bersifat ex post facto. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian yang telah selesai berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia (Nazir, 2003). 3.2.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah diolah dan disajikan melalui berbagai media seperti buku, jurnal, majalah dan sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka atau bilangan. Sumber data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan peusahaan yang telah diaudit. 3.2.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka yaitu : 1. Mengkaji buku, artikel, jurnal, dan penelitian terdahulu. 2. Mengumpulkan data laporan tahunan yang didapat dari situs resmi perusahaan. 3. Mengakses data melalui website di internet yang berkaitan dengan penelitian. 3.4. Metode Analisis Data 3.4.1 Analisis Rasio Keuangan Peneliti melakukan pemberian batasan-batasan terhadap variabel yang diteliti dalam pengujian hipotesis, maka dapat diketahui terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum melakukan privatisasi (X1). Variabel kinerja keuangan yang digunakan antara lain rasio profitabilitas (ROA dan ROE ), likuiditas (Cash Ratio dan Current Ratio), aktivitas (Total Asset Turnover dan Total Modal Sendiri Terhadap Total
Aset), dan solvabilitas (Debt to Equity Ratio dan Debt to Total Asset) dalam jagka waktu empat tahun mulai dari tahun 2003 hingga 2006. 2. Variabel kinerja keuangan Wijaya Karya setelah melakukan privatisasi (X2). Variabel kinerja keuangan yang digunakan antara lain rasio profitabilitas (ROA dan ROE), likuiditas (Cash Ratio dan Current Ratio), aktivitas (Total Asset Turnover dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset), dan solvabilitas (Debt to Equity Ratio dan Debt to Total Asset) dalam jagka waktu empat tahun mulai dari tahun 2008 hingga 2011. Rasio kinerja keuangan yang digunakan peneliti untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Profitabilitas Rasio ini menunjukan seberapa besar tingkat keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Semakin besar profitabilitas maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan. Profitabilitas diukur dengan menggunakan, Return on Asset dan Return on Equity. Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Return on Asset (ROA) Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan bersih.
Rumus ROA =
x 100 %...............................................(1)
b. Return On Equity (ROE) Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang sahamnya.
Rumus ROE =
x 100 %..............................................(2)
2. Likuiditas Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas diukur dengan menggunakan Current Ratio. Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Cash Ratio Rasio ini menunjukkan sejauh mana kemampuan kas dan setara kas dalam melunasi kewajiban lancarnya.
Rumus Cash Ratio =
x 100 %........................................(3)
b. Current Ratio Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar. Semakin besar hasil perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek.
Rumus Current Ratio =
x 100 %..........................................(4)
3. Aktivitas Merupakan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan aset-aset yang dimiikinya. Aktivitas diukur dengan menggunakan Total Asset Turnover. Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Total Assets Turn Over Total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva (Kasmir, 2010).
Rumus Total Assets Turnover =
x 100 %...........................(5)
b. Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan modal sendiri yang dimiliki perusahaan terhadap total aset.
Rumus TMSTTA =
x 100 %.....................................................(6)
4. Sovabilitas (leverage) Adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya, rasio ini biasa juga disebut rasio leverage. Semakin rendah tingkat leverage semakin baik kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Solvabilitas diukur dengan menggunakan Debt Equity Ratio dan Debt Total Asset. Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Debt Equity Ratio Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dngan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termauk utang lancar dengan seluruh equitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2010).
Rumus Debt Equity Ratio =
x 100 %...........................(7)
b. Debt Total Assets Menggambarkan aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk menutup hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Rumus Debt Total Assets = Tabel 3. Operasional Variabel Variabel Kinerja keuangan BUMN yang diukur sebelum
x 100 %.....................................(8)
Indikator Return on Asset (ROA) x 100 %
Skala Rasio
lanjutan tabel 3. dan sesudah privatisasi
Return On Equity (ROE)
Rasio
x 100 %
Cash Ratio
Rasio x 100 %\
Current Ratio x 100 %
Rasio
Total Asset Turn Over x 100 % TMSTTA
Rasio Rasio
x 100 % Debt Equity Ratio
Rasio x 100 %
Debt Total Assets
Rasio
x 100 %
3.4.3 Uji Normalitas Penelitian
ini
menggunakan
uji
statistik
non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui kenormalan data dengan hipotesis. Kolmogorov-Smirnov digunakan karena jumlah data penelitian kurang dari 30. Intrepretasi output dari Kolmogorov-Smirnov menggunakan level of significant ( ) 5 %. Intrepretasi outputnya (Nugroho, 2006), sebagai berikut: Ho = Data variable tidak terdistribusi secara normal. Ha = Data variabel terdistribusi secara normal.
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesa adalah: 1. Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) < level of significant ( ). 2. Ha diterima jika nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) > level of significant ( ). 3.4.4 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik mengenai nilai rata-rata dari return on equity, return on assets, current ratio, total asset turnover, dan debt to equity ratio dan debt to total assets sebelum dan sesudah privatisasi. 3.4.5 Analisis Trend Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atas peramalan pada masa yang akan datang. Penelitian ini menggunakan program minitab 15 untuk menganalisa trend dari kinerja keuangan perusahaan. Secara umum untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang cukup panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut. 3.4.6 Uji Paired-Samples t Test Selanjutnya setelah melakukan uji normalitas data dilanjutkan dengan uji Paired-Samples t Test untuk menguji hipotesis. Uji Paired-Samples t Test digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaaan rata-rata dua sampel bebas. Dua Sampel yang dimaksud di sini adalah sampel yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda. Data perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel pertama sebelum dilakukan IPO dan sampel kedua setelah dilakukan IPO, sehingga output-nya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum dan sesudah privatisasi. Sehingga
berdasarkan kesimpulan dan teori-teori sebelumnya maka hipotesis penelitian yang akan diuji adalah: Ho1: Diduga tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Equity Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ha1: Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Equity Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO Ho2: Diduga tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Assets Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ha2: Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On Assets Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ho3: Diduga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ha3: Diduga Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ho4: Diduga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Current Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ha4: Diduga Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Current Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ho5: Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Asssets Turn Over Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO.
Ha5: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Asssets Turn Over Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ho6: Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ha6: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ho7: Diduga tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Equity Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ha7: Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Equity Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ho8: Diduga tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Total Assets Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Ha8: Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Total Assets Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO. Intrepretasi output dapat dilihat dari nilai t dan Sig.(2-tailed). Kesimpulan dapat diambil melalui penerimaan dan penolakan hipotesis yang diusulkan (Nugroho, 2006), yaitu: 1.
Ho diterima jika t-hitung < t-tabel, atau nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) > level of significant ( ).
2. Ha diterima jika t-hitung > t-tabel, atau nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) < level of significant ( ).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Definisi Objek Penelitian 4.1.1 Profil Wijaya Karya Sejarah Wijaya Karya (WIKA) dimulai 52 tahun yang lalu ketika pemerintah Republik Indonesia menasionalisasikan perusahaan Belanda yang bernama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Seiring dengan upayanya untuk terus-menerus bertransformasi, WIKA terus mencari jalan untuk memperluas operasinya.Tidak puas hanya menjadi sub-kontraktor dari kontraktorkontraktor besar, WIKA pun berkembang menjadi pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah dan tinggi di akhir dasawarsa 1960-an. Kemudian, pada awal 1970, WIKA memperluas usahanya menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan. Keinginan untuk terus berinovasi dan bertumbuh mendorong perusahaan kembali memasuki babak baru, yakni dengan berganti status menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero) atau WIKA (Perseroan) melalui Akta No. 110 tanggal 20 Desember 1972, yang dibuat di hadapan Notaris Djojo Muljadi di Jakarta. Perubahan status perusahaan tersebut memacu WIKA untuk terus berkembang, baik dari segi kemampuan sumber daya manusia, bidang usaha, dan jangkauan operasinya. WIKA mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, yang sekarang berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada tanggal 29 Oktober 2007. Kode saham Perseroan di bursa adalah WIKA. Pencatatan saham ini berhasil dilakukan berkat adanya persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) No. KD. 01/3406/DPRRI/2007 tanggal 26 April 2007, dan Rapat Pemegang Saham Luar Biasa No. RIS-15/D2.MBU/2007, yang diselenggarakan pada tanggal 14 Juni 2007 serta surat persetujuan Menteri Negara BUMN No. F-
717/MBU/2007 tanggal 8 Oktober 2007 tentang persetujuan program Employee Stock Allocation (ESA) dan Employee Stock Option Plan & Management Stock Option Plan (ESOP/MSOP). Melalui IPO tersebut, WIKA memperoleh dana segar yang siap digunakan untuk terus berinovasi dan bertumbuh. Dana IPO diharapkan dapat membuat posisi WIKA semakin kuat, terutama ketika krisis ekonomi dunia mulai memperlihatkan dampaknya di dalam negeri. Dengan dana segar ditangan, WIKA dapat memperkuat struktur modal, siap meluaskan operasi usahanya
ke
Procurement
luar
negeri,
dan
and
Construction
terus
mengembangkan
(EPC),
serta
Engineering
berinvestasi
dan
mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur, terutama proyek-proyek yang menjadi program pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Initial Public Offering (IPO) merupakan salah satu agenda yang telah ditetapkan dalan arsitektur strategi perusahaan, strategi untuk mencapai visi tersebut oleh perusahaan disebut juga Road Map to WIKA 2010. Road Map to WIKA 2010 disusun pada tahun 2002, yaitu berupa pandangan ke depan dimana setiap periode memiliki tahap-tahap pencapaian tersendiri, dan merupakan tonggak sejarah (milestone) perusahaan. 4.1.2
Road Map to WIKA 2010 Pada tahun 2002, Perseoan mengawali Road Map to WIKA 2010
sebagai perusahaan dengan bisnis inti konstruksi skala nasional dan memiliki anak-anak perusahaan yaitu: PT Wijaya Karya Beton, PT Wijaya Karya Realty, dan PT Wijaya Karya Intrade serta perusahaan afiliasi PT WIKANGK Insulator, dan mencanangkan bisnis EPC untuk jangka pendeknya. Periode 2003-2004, merupakan tonggak sejarah kedua yang ditandai dengan perolehan proyek Petrochemical TPPI di Tuban. Pada periode ini WIKA mulai melakukan transformasi bisnis dari sebuah perusahaan kontraktor nasional menuju perusahaan EPC, dengan semakin mengandalkan sinergi antara perseroan dengan anak perusahaan. Pada tahap ini dicanangkan ruang lingkup bisnis merambah ke luar negeri.
Tonggak sejarah ketiga terjadi pada periode tahun 2005- 2007, saat itu WIKA melakukan restrukturisasi usaha dengan menawarkan 35 persen saham kepada publik melalui Initial Public Offering (IPO). Seiring dengan kegiatannya sebagai perusahaan terbuka, WIKA terus melangkah menembus pasar konstruksi internasional dengan mengerjakan berbagai proyek di luar negeri, di Uni Emirat Arab (Dubai) dan Aljazair. Kekuatan kompetensi sumber daya manusia WIKA dipadu dengan perbaikan kinerja keuangan Perseroan membuat WIKA semakin mantap melangkah ke depan. Setelah berhasi IPO langkah strategis selanjutnya adalah memasuki bisnis investasi untuk memperkuat sisi pendapatan dan laba. Pada tonggak sejarah keempat di periode 2008-2010 yang merupakan tahapan terakhir dari Road Map WIKA 2010, hampir seluruh bidang usaha konstruksi WIKA telah mengarah kepada kegiatan perusahaan EPC, baik di bidang konstruksi sipil umum, bangunan gedung, maupun di bidang mekanikal. Prospek usaha di bidang konstruksi dengan pola Public Private Partnership sebagai kontraktor EPC, Design and Build dan Turnkey Project menjadi peluang bagi WIKA untuk mempertajam dan memantapkan transformasi bisnisnya sebagai kontraktor EPC yang berbasis investasi. Pada tahap ini WIKA telah masuk pada bisnis investasi di jalan tol dan pembangkit listrik (IPP). Hal ini memberikan keyakinan kepada WIKA untuk mempersiapkan visi lanjutan Perseroan yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah satu perusahaan EPC dan Investasi terbaik di Asia Tenggara. 4.1.3 Unit Bisnis Wijaya Karya WIKA saat ini memiliki 4 Strategic Business Unit (SBU) dalam bidang infrastruktur yang meliputi konstruksi sipil, konstruksi bangunan gedung, utilitas dan energi, yang ke depannya akan semakin terintegrasi menjadi perusahaan Engineering Procurement Construction (EPC) dan Investasi. 1. Konstruksi Sipil SBU Konstruksi Sipil terdiri dari sub-sub bidang usaha: jalan dan jembatan, pengairan, prasarana perhubungan, dan ketenagaan. Saat ini, kegiatan usaha SBU Konstruksi Sipil tidak sekadar kontraktor. Didukung
oleh tim enjinering yang mumpuni, SBU ini berkemampuan mengerjakan rancang bangun (design and build) dari mulai proses perencanaan sampai proses konstruksi. Beberapa proyek yang telah dikerjakan diantaranya adalah Jetty Batubara PLTU Cilacap, Jetty Wood Chip Pulau Laut, serta Removeable Trashrack Banjir Kanal Manggarai. Untuk sub bidang usaha jalan, jalan tol, dan jembatan, SBU ini telah berhasil menyelesaikan berbagai proyek berskala besar dan berteknologi tinggi, diantaranya: a. Jembatan Layang Sudirman pada tahun 1993 dan KS Tubun pada tahun 1996 dengan menggunakan teknologi Incremental Launching Method (ILM). b. Jembatan Layang Pasupati Bandung yang merupakan jembatan layang terpanjang di Indonesia pada tahun 2005 dengan teknologi Cable Stayed. c. Jembatan Layang Cikubang-Tol Cipularang Jawa Barat yang merupakan jembatan dengan pilar tertinggi di Indonesia pada tahun 2006. d. Jembatan Surabaya Madura (Suramadu) pada tahun 2009. Sub bidang pengairan meliputi pembangunan prasarana dan sarana dasar bidang engairan antara lain bendung, bendungan/dam, saluran irigasi, penyediaan air baku, instalasi pengolahan air bersih, dan penanggulangan banjir. Di bidang ini, WIKA berhasil merampungkan sejumlah proyek antara lain: a. Bendung Gerak Klambu Barrage pada tahun 1991 dan Bendung Gerak Serayu pada tahun 1995 di propinsi Jawa Tengah. b. Di tahun 2009 WIKA antara lain mengerjakan proyek: Banjir Kanal Timur, Normalisasi Sungai Bengawan Solo, Bendung Amandit di Kalimantan, dan Waduk Jatigede di Jawa Barat. Sub bidang usaha prasarana perhubungan meliputi jasa konstruksi prasarana perhubungan darat, laut, dan udara, seperti bandara, pelabuhan laut, termasuk jetty dan terminal peti kemas, dan stasiun kereta api. Beberapa proyek yang telah diselesaikan antara lain: a. Pelabuhan Peti Kemas dan Car Terminal Tanjung Priok. b. Depo Kereta Api Depok dan Double Track Yogyakarta-Kroya.
2. Konstruksi Bangunan Gedung SBU Konstruksi Bangunan Gedung memiliki anak perusahaan tersendiri. SBU konstruksi bangunan gedung meliputi Sub Bidang Usaha Bangunan Hunian dan Bangunan Fasilitas. Saat ini, dengan dukungan kemampuan di bidang enjinering, telah melakukan pekerjaan rancang bangun atau design and build, yaitu melakukan pekerjaan sejak proses perencaaan sampai proses konstruksi. Sub bidang usaha jasa konstruksi bangunan hunian, meliputi pembangunan apartemen, kondominium, hotel, rumah susun, dan kompleks perumahan. Sejumlah proyek yang dikerjakan diantaranya: a. Bangunan Apartemen: Apartemen Permata Berlian dan Apartemen Belezza-Jakarta, Apartemen Adhi Wangsa-Surabaya, Apartemen ParagonSolo. b. Bangunan Hotel: Hotel Paragon City, Semarang. Sub bidang usaha bangunan fasilitas menggarap bangunan fasilitas seperti rumah sakit, terminal penumpang bandara dan stasiun, sarana pendidikan, sarana olahraga, perkantoran, mal dan sarana rekreasi lainnya. Sejumlah proyek yang dikerjakan antara lain: a.
Rumah Sakit Sahid Sahirman, Jakarta.
b.
Terminal Bandar Udara Adi Soemarmo, Solo.
c.
Mal Lucky Square-Bandung, Mal Adhiwangsa-Surabaya, Mal Solo Paragon-Solo, Plaza Balikpapan.
d.
Kantor Pemerintahan Riau, Soho Group.
3. Utilitas SBU Utilitas terdiri dari sub-sub bidang usaha jasa konstruksi mekanikal dan elektrikal yang meliputi sub bidang usaha minyak dan gas, sarana industri, dan pabrikasi baja. Sub bidang usaha minyak dan gas meliputi jasa konstruksi mekanikal dan elektrikal di sektor hulu, hilir, dan distribusi dari kegiatan operasi di sektor minyak dan gas. Di sektor hulu terkait dengan pekerjaan platform rig offshore, crude oil & gas pipeline distribution. Di sektor hilir terkait dengan pekerjaan konstruksi baja kilang minyak, CO2 removal (amine plant), LPG plant, tangki kilang, dan pipanisasi. Sedangkan di sektor distribusi yang terkait dengan pemasaran
meliputi pekerjaan jasa konstruksi jaringan pipa dan tangki/terminal minyak dan gas. Sejumlah proyek yang berhasil diselesaikan antara lain: a. Proyek Pipanisasi Jaringan Distribusi Gas Jawa Barat Paket 14 Cilamaya. b. Proyek Pipanisasi Distribusi Bahan Bakar Minyak Balongan-Jakarta. c. LPG Terminal 4 x 2500 MT di Tanjung Sekong. d. Avtur Terminal & Filling Point Bandara Kualanamu dan Bandara Soekarno Hatta. Sub bidang usaha sarana industri meliputi jasa konstruksi di bidang bangunan industri pabrik seperti pabrik pengolahan kelapa sawit, pabrik biofuels, pabrik granulasi pupuk NPK, pabrik semen, pabrik farmasi, instalasi pengolahan air bersih dan limbah. Sejumlah proyek yang dikerjakan diantaranya: a. Raw Water Clarification (RWC) Pertamina Plaju. b. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. c. Pabrik Granulasi Pupuk NPK, RFO, Petrokimia Gresik. d. Konstruksi Pabrik Biodiesel Ciliandra Perkasa Dumai. e. Rekondisi Pabrik Semen Indocement. f. Pabrik CPO di Malingping, Jawa Barat. g. Palimanan Cement Mill di Cirebon. Sub bidang usaha pabrikasi baja pada awalnya merupakan sarana pabrikasi pendukung. Sejak tahun 2009 ditingkatkan menjadi sub bidang usaha yang dapat mengelola sendiri usahanya mulai dari pemasaran, produksi, dan pengiriman dengan rentang produk yang besar dalam menghasilkan produk konstruksi baja seperti struktur rangka baja, menara telekomunikasi, menara transmisi listrik, jembatan baja, tangki baja, silo, hopper baja, pressure vessel, welded beam, dan steel plate work lainnya. Saat ini, selain memproduksi produk-produk di atas, sedang dijajaki produkproduk baja terkait dengan industri perminyakan dengan target pasar kontraktor KKKS seperti pekerjaan on-shore steel platform, juga sudah dimulai pengembangan pabrik untuk memproduksi boiler untuk pembangkit skala kecil (dibawah 100 MW).
4. Energi SBU Energi menjalankan usaha dalam bidang konstruksi berbasis EPC (Engineering Procurement Construction) yang terintegrasi. Lingkup pekerjaan yang dilakukan mulai dari pekerjaan rekayasa dasar, rekayasa proses, rekayasa detil, procurement terkait pengadaan equipment, dan construction atau pelaksanaan konstruksi dari proyek-proyek yang telah direncanakan. Saat ini, yang dikerjakan adalah EPC Power Plant, baik yang terkait dengan konstruksi sipil maupun EPC dari Power Plant. Beberapa proyek yang dikerjakan terkait power plant antara lain: a. Kontruksi Sipil Power Plant: PLTU Labuhan Angin, PLTU Labuan, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTG Muara Karang, PLTGU Tanjung Priok, dan PLTU Pacitan. b. EPC Power Plant: PLTU Amurang 2 x 25 MW, PLTD Bali 50 MW, PLTU Asam-Asam 2x65MW, Kalimantan Selatan. 4.2. Analisis Data 4.2.1 Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan data pada variabel penelitian, yaitu Return On Equity, Return On Assets, Cash Ratio, Current Ratio, Total Assets Turn Over, Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset, Debt to Equity Ratio, dan Debt to Total Assets sehingga dapat digunakan untuk menentukan analisis hipotesis yang akan digunakan. Pengujian normalitas yang digunakan adalah one-sample KolmogorovSmirnov. Uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov memperlihatkan signifikansi masing-masing untuk Return On Equity sebesar 0.959>0,05; Return On Assets sebesar 0.982>0,05; Cash Ratio sebesar 0.985>0,05; Current Ratio sebesar 0.789>0,05; Total Assets Turn Over sebesar 0.876>0.05; Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset sebesar 0.867>0.05; Debt to Equity Ratio sebesar 0.720>0,05 dan Debt to Total Assets sebesar 0.505>0,05. Artinya semua variabel terdistribusi normal karena memiliki nilai lebih besar dari 0,05.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov test Kolmogorov-Smirnov
Asymp. Sig. (2-
Z
tailed)
Return On Equity
0.507
0.959
Return On Assets
0.466
0.982
Cash Ratio
0.457
0.985
Current Ratio
0.652
0.876
Total Assets Turn
0.591
0.876
0.598
0.867
Debt to Equity Ratio
0.695
0.720
Debt to Total Assets
0.824
0.505
Variabel
Over Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset
Sumber : Output Kolmogorov-Smirnov SPSS 15 4.2.2 Perbedaan Kinerja Keuangan Wijaya Karya Berikut ini merupakan analisis kondisi kinerja keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk sebelum dan sesudah privatisasi berdasarkan penggolongan rasio sesuai tujuan penganalisa menurut Munawir (1995). Adapun indikator yang digunakan meliputi rasio profitabilitas (return on equity dan return on assets), likuiditas (cash ratio dan current ratio), aktivitas (total asset turnover dan total model sendiri terhadap total aset), serta solvabilitas (debt equity ratio dan debt to total assets). Untuk mengetahui nilai rata-rata dari masing-masing rasio tersebut, penulis menggunakan analisis deskriptif SPSS 15 for Windows.
1. Rasio Profitabilitas a. Return on Equity Tabel 5. Return On Equity Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun 2003
2004
2005
2006
40.738
71.727
68.382
93.897
Modal sendiri
239.981
292.347
329.383
402.258
Return On
16,97%
24,53%
20,76%
23,34%
Laba setelah pajak
Equity Rata-rata
21,40%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Tabel 6. Return On Equity Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun
Laba setelah pajak Modal sendiri Return On Equity Rata-rata
2008
2009
2010
2011
156.035
189.222
284.922
354.499
1.384.641
1.532.941
1.801.624
2.076.561
11,27%
12,34%
15,81%
17,11%
14,13%
` Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Dari kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada saat sebelum privatiasi melalui IPO, rata-rata Return On Equity Wijaya Karya dari tahun 2003-2006 sebesar 21,40%. Menurut keputusan Menteri BUMN No KEP100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN, Return On Equity BUMN memiliki skor paling tinggi sebesar 20 poin apabila memiliki nilai lebih dari 15%. Hal ini mengindikasikan bahwa Return On Equity Wijaya Karya sebelum diprivatisasi memiliki skor yang sangat tinggi.
Sedangkan rata-rata Return On Equity Wijaya Karya sesudah privatisasi adalah sebesar 14,38%, yang berarti terjadi penurunan 7,02%. Penurunan ini menyebabkan skor penilaian menurut keputusan Menteri BUMN turun menjadi 18 poin disebabkan oleh penurunan rata-rata Return On Equity. Rasio Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Penurunan rata-rata Return On Equity Wijaya Karya merupakan penurunan yang tidak diinginkan oleh investor, hal tersebut dikarenakan setiap 100 rupiah modal sendiri yang diinvestasikan akan menghasilkan laba setelah pajak turun menjadi 14,38 rupiah sesudah perseroan diprivatisasi. Penurunan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyowati (2010) yang meneliti sepuluh BUMN bidang non bank. Berdasarkan Gambar 2 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, terlihat kecenderungan menurun pada nilai rata-rata Return On Equity Wijaya karya dimasa depan. Penurunan tersebut dapat dilihat pada garis forecast berwarna hijau untuk tahun 2012-2013. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kecenderungan sumbangan keuntungan terhadap pemegang saham pada masa depan akan menurun. Trend Analysis Plot for ROE Linear Trend Model Yt = 21.45 - 0.908500*t
26
Variable Actual Fits Forecasts
24 22
Accuracy Measures MAPE 26.7217 MAD 3.9871 MSD 18.4895
ROE
20 18 16 14 12 10 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Year
Gambar 2. Output data analisis trend ROE menggunakan Minitab 15
b. Return On Assets Tabel 7. Return On Assets Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun 2003
2004
2005
2006
40.738
71.727
68.382
93.897
Total Aset
1.344.738
1.956.828
2.097.931
2.655.142
Return On
3,03%
3,67%
3,26%
3,54%
Laba setelah pajak
Assets Rata-rata
3,37%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Tabel 8. Return On Assets Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun 2008
2009
2010
2011
156.035
189.222
284.922
354.499
Total Aset
5.771.424
5.700.614
6.286.305
8.322.980
Return On
2,70%
3,32%
4,53%
4,26%
Laba setelah pajak
Assets Rata-rata
3,70%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Pada perbandingan rata-rata Return On Assets dari kedua tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada saat sebelum privatiasi melalui IPO, rata-rata Return On Assets Wijaya Karya dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 3,37%. Rasio ini menggambarkan kemampuan aset dalam menghasil laba setelah pajak, artinya semakin besar rasio Return On Assets maka semakin baik efektifitas aset dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Sedangkan rata-rata Return On Assets setelah privatisasi adalah sebesar 3,70% yang berarti terjadi kenaikan sebesar 0,33% dibandingkan sebelum melakukan privatisasi. Pada kedua tabel diatas, terlihat kenaikan
total aset Wijaya Karya yang selalu konsisten setiap tahunnya. Kenaikan total aset tertinggi adalah pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan tahun 2006, hal tersebut dikarenakan pada tahun 2008 Wjaya Karya sudah melakukan IPO. Pada Gambar 3 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, kecenderungan Return On Assets Wijaya karya yang digambarkan pada garis forecast berwarna hijau menunjukkan kenaikan nilainya pada tahun 20122013. Hal tersebut meramalkan bahwa rasio total aset dalam menghasilkan laba setelah pajak akan canderung meningkat pada masa depan. Trend Analysis Plot for ROA Linear Trend Model Yt = 2.927 + 0.113*t
Variable A ctual Fits Forecasts
4.5
ROA
4.0
A ccuracy Measures MA PE 11.0490 MA D 0.3760 MSD 0.2220
3.5
3.0
2.5 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Year
Gambar 3. Output data analisis trend ROA menggunakan Minitab 15 2. Rasio Likuiditas a. Cash Ratio Tabel 9. Cash Ratio PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun 2003
2004
2005
2006
Kas dan setara kas
121.736
95.664
194.620
336.744
Hutang Lancar
798.541
1.166.320
1.331.080
1.850.445
Cash Ratio
15,24%
8,20%
14,62%
18,19%
Rata-rata
14,06%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada saat sebelum privatiasi melalui IPO rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 14,06%. Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan Kas yang dimiliki perseroan dalam melunasi hutang lancarnya. Menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN, Cash Ratio BUMN yang memiliki nilai antara 10% sampai15% mendapat skor penilaian sebesar 2 poin. Tabel 8. Cash Ratio PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun
Kas dan
2008
2009
2010
2011
1.051.432
1.210.888
1.227.705
1.244.316
3.620.587
3.435.525
3.642.027
5.127.209
29,04%
35,24%
33,71%
23,88%
setara kas Hutang Lancar Cash Ratio Rata-rata
30,46%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Sedangkan rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya sesudah privatisasi adalah sebesar 30,46%, yang berarti terjadi kenaikan 16,04%. Kenaikan ini menyebabkan skor penilaian menurut keputusan Menteri BUMN No KEP100/MBU/2002 sesudah perseroan diprivatisasi menjadi 4 poin, kenaikan ini dikarenakan
Cash Ratio Wijaya Karya setelah privatisasi memiliki nilai
diantara 25% sampai 35%. BUMN non infrastruktur mendapat skor penilaian tertinggi sebesar 5 poin apabila memiliki nilai rata-rata Cash Ratio lebih dari 35%. Berdasarkan Gambar 4 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, terlihat kecenderungan pada nilai rata-rata Cash Ratio Wijaya karya dimasa depan meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada garis forecast berwarna hijau untuk tahun 2012-2013.
Cash Ratio
Linear Trend Model Yt = 13.0 + 2.72*t Variable Actual Fits Forecasts
60 50
Accuracy Measures MAPE 36.682 MAD 8.395 MSD 174.480
C2
40 30 20 10 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Year
Gambar 4. Output data analisis trend Cash Ratio menggunakan Minitab 15 b. Current Ratio Tabel 11. Current Ratio PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun
Aset Lancar Hutang
2003
2004
2005
2006
1.105.950
1.610.988
1.700.320
2.246.164
798.541
1.166.320
1.331.080
1.850.445
138,50%
138,13%
127,74%
121.38%
Lancar Current Ratio Rata-rata
131,44%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Tabel 12. Current Ratio PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun
Aset Lancar
2008
2009
2010
2011
5.229.930
4.962.530
4.954.287
5.838.852
lanjutan tabel 12. Hutang 3.620.587
3.435.525
3.642.027
5.127.209
144,45%
136,03%
113,88%
Lancar Current
144,45%
Ratio Rata-rata
134,70%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Berdasarkan Tabel 11 dan 12 tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada saat sebelum privatisasi melalui IPO, rata-rata Current Ratio Wijaya Karya dari tahun 2003-2006 adalah sebesar
131,44%, yang berarti setiap satu
rupiah hutang lancar akan dijamin oleh aset lancar sebesar Rp. 1,31. Rasio dari Current Ratio ini menunjukkan sejauh mana aset lancar dapat menutupi kewajiban lancarnya, semakin besar hasil perbandingannya maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya. Menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002, Current Ratio BUMN bidang non infrastruktur mendapat skor tertinggi apabila berada diatas 125%. Jadi rata-rata Current Ratio Wijaya Karya sebelum diprivatisasi melalui IPO mendapat skor tertinggi yaitu sebesar 5 poin. Sedangkan rata-rata Current Ratio Wijaya Karya setelah privatisasi adalah sebesar 134,70%, yang berarti terjadi kenaikan sebesar 3,33% dibandingkan sebelum perseroan melakukan privatisasi. Hasil tersebut mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya setelah privatisasi menjadi lebih baik. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak merubah poin penilaian menurut keputusan Menteri BUMN, dikarenakan Current Ratio Wijaya Karya telah mencapai skor tertinggi yaitu jika nilainya lebih dari 125%. Berdasarkan Gambar 5 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, hasil peramalan nilai Current Ratio Wijaya Karya pada masa depan menunjukkan hasil yang berbeda jika dibandingkan pada tabel analisa sebelumnya.
Jika
analisa
perbandingan
rata-rata
pada
tabel
yang
menggunakan statistik deskriptif terjadi kenaikan sesudah privatisasi, akan tetapi pada analisa trend justru terjadi kecenderungan penurunan pada masa
yang akan datang. Hal tersebut terlihat pada garis forecast berwarna hijau yang menurun ditahun 2012-2013. Kecenderungan penurunan nilai rata-rata Current Ratio pada analisa trend ini, kemungkinan disebabkan oleh nilai Current Ratio ditahun 2011 yang turun sangat signifikan. Trend Analysis Plot for Current Ratio Linear Trend Model Yt = 140.7 - 0.805000*t
170
Variable A ctual Fits Forecasts
Current Ratio
160
A ccuracy Measures MA PE 7.930 MA D 10.756 MSD 192.800
150 140 130 120 110 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Year
Gambar 5. Output data analisis trend Current Ratio menggunakan Minitab 15 3. Rasio Aktivitas a. Total Assets Turn Over Tabel 13. Total Assets Turn Over Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun 2003
2004
2005
2006
1.857.753
2.476.226
2.601.509
3.049.427
Total Aset
1.344.738
1.956.828
2.097.931
2.655.142
TATO
138,25%
126,54%
124,00%
114,84%
Penjualan Bersih
Rata-rata
125,91%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Dari Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata perputaran total asset sebelum privatiasi dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 125,91%, berarti bahwa setiap satu rupiah aset yang digunakan menghasilkan rata-rata pendapatan Rp. 1,25. Menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-
100/MBU/2002, Total Assets Turn Over BUMN bidang non infrastruktur mendapat skor penilaian tertinggi apabila berada diatas 120%. Jadi rata-rata Total Assets Turn Over Wijaya Karya sebelum privatisasi telah mendapat skor tertinggi yaitu sebesar 5 poin. Tabel 14. Total Assets Turn Over Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun 2008
2009
2010
2011
6.559.077
6.590.857
6.022.921
7.741.827
Total Aset
5.771.424
5.700.614
6.286.305
8.322.980
TATO
113,65%
115,62%
95,81%
93,02%
Penjualan Bersih
Rata-rata
104,52%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Sedangkan rata-rata Total Assets Turn Over setelah privatisasi yang dapat dilihat pada tabel diatas adalah sebesar 104,52%, hasil tersebut menunjukkan penurunan sebesar 21,39% dibanding sebelum melakukan privatisasi. Hal itu menyebabkan setiap satu rupiah aset yang digunakan Wijaya Karya, terjadi penurunan dalam menghasilkan rata-rata pendapatan menjadi Rp. 1,04 setelah privatisasi. Rata-rata Total Assets Turn Over setelah diprivatisasi mendapat nilai skor turun menjadi 4 poin menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002, karena Total Assets Turn Over Wijaya berada diantara 90% sampai 105%. Hasil penelitian ini, konsisten dengan rata-rata sepuluh BUMN non bank yang diteliti oleh Setiyowati (2010). Penurunan tersebut dapat dijelasakan dengan teori property rights. Dimana revenue privatization yang menciptakan sebagian besar kontrol masih berada ditangan pemerintah, baik dalam penentuan alokasi sumber daya maupun reward. Hal tersebut menyebabkan pihak manajemen kekurangan insentif dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efisien. Berdasarkan Gambar 6 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, maka terlihat kecenderungan menurun dari nilai Total Assets Turn Over
Wijaya Karya dimasa depan. Kecenderungan tersebut meramalkan nilai Total Assets Turn Over pada tahun 2012-2013 akan menurun, hal tersebut dapat dilihat pada garis forecast berwarna hijau. Interpretasi dari garis forecast ini adalah bahwa setiap rupiah aset yang digunakan perseroan, ternyata akan mengalami penurunan dalam menghasilkan rata-rata pendapatan pada masa depan. Trend Analysis Plot for TATO Linear Trend Model Yt = 138.19 - 4.85100*t
140
Variable A ctual Fits Forecasts
130
A ccuracy Measures MA PE 4.2164 MA D 4.7196 MSD 34.9717
TATO
120 110 100 90 80 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Year
Gambar 6. Output data analisis trend TATO menggunakan Minitab 15 b. Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Tabel 15. TMSTTA Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun
Modal Sendiri Total Aset Total Modal
2003
2004
2005
2006
239.981
292.347
329.383
402.258
1.344.738
1.956.828
2.097.931
2.655.142
17,84%
14,94%
15,70%
15,15%
Sendiri Terhadap Total Aset Rata-rata
15,91%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Berdasarkan
Tabel
15
diatas
dapat
dilihat
bahwa
rata-rata
perbandingan modal sendiri terhadap total aset sebelum Wijaya Karya diprivatiasi, dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 15,91%. Menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002, rasio Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya sebelum diprivatisasi mendapat skor penilaian sebesar 6 poin, karena berada diantara 10% sampai 20%. Tabel 16. TMSTTA Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun 2008
2009
2010
2011
Modal sendiri
1.384.641
1.532.941
1.801.624
2.076.561
Total Aset
5.771.424
5.700.614
6.286.305
8.322.980
23,99%
26,89%
28,66%
24,95%
Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Rata-rata
26,12%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Sedangkan rata-rata perbandingan modal sendiri terhadap total aset setelah privatisasi yang dapat dilihat pada tabel diatas didapat 26,12%, hasil tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 10,21% dibanding sebelum melakukan privatisasi. Skor penilaian dari rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya setelah diprivatisasi menurut keputusan Menteri BUMN mengalami peningkatan menjadi 7,25 poin, hal tersebut dikarenakan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya berada diantara 20% sampai 30%. Berdasarkan gambar 7 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, dapat dilihat bahwa kecenderungan dari nilai Total Modal Sendiri Terhadap Total Wijaya Karya dimasa depan akan meningkat. Kecenderungan tersebut digambarkan pada garis forecast berwarna hijau untuk tahun 2012-2013.
TMSTTA
Linear Trend Model Yt = 13.75 + 1.68*t 32.5
Variable A ctual Fits Forecasts
30.0
TMSTTA
27.5
A ccuracy Measures MA PE 15.3960 MA D 3.2231 MSD 16.7170
25.0 22.5 20.0 17.5 15.0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Year
Gambar 7. Output data analisis trend TMSTTA menggunakan Minitab 15 4. Rasio Solvabilitas a. Debt Equity Ratio Tabel 17. Debt Equity Ratio Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun
Total Hutang Modal
2003
2004
2005
2006
1.100.733
1.622.418
1.718.220
2.197.879
239.981
292.347
329.383
402.258
458,67%
554,96
521,65
546,39
sendiri Debt to Equity Ratio Rata-rata
520,41%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Pada perbandingan rata-rata Debt Equity Ratio dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada saat sebelum privatiasi melalui IPO, rata-rata Debt Equity Ratio Wijaya Karya dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 520,41%. Rasio ini menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan untuk melihat struktur resiko tidak tertagihnya hutang, semakin kecil angka rasio ini maka semakin baik bagi perusahaan.
Tabel 18. Debt Equity Ratio Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun 2008
2009
2010
2011
Total Hutang
4.304.026
4.064.899
4.369.537
6.103.604
Modal sendiri
1.384.641
1.532.941
1.801.624
2.076.561
Debt to
310,84%
265,17%
242,53%
294,64%
Equity Ratio Rata-rata
278,29%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Sedangkan rata-rata Debt Equity Ratio sesudah privatisasi adalah sebesar 278,29%, yang berarti terjadi penurunan sebesar 242,12% dibandingkan sebelum melakukan privatisasi. Hasil penurunan dari rata-rata Debt Equity Ratio setelah privatisasi ini, menjadikan struktur modal perseroan sesudah privatisasi menjadi lebih baik, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya nilai modal sendiri dibandingkan total hutang setelah perusahaan melakukan privatisasi melalui IPO. Pada Gambar 8 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, terlihat kecenderungan menurun nilai Debt Equity Ratio Wijaya karya pada masa depan. Kecenderungan tersebut dapat dilihat pada garis forecast berwarna hijau untuk tahun 2012-213. Semakin menurun garis forecast berwarna hijau ini, menunjukkan struktur modal perseoran semakin baik. Trend Analysis Plot for DER Linear Trend Model Yt = 574.0 - 39.0327*t
600
Variable A ctual Fits Forecasts
500
A ccuracy Measures MA PE 21.61 MA D 72.02 MSD 7165.56
DER
400
300 200
100 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Year
Gambar 8. Output data analisis trend DER menggunakan Minitab 15
b. Debt to Total Assets Tabel 19. Debt to Total Assets Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun
Total
2003
2004
2005
2006
1.100.733
1.622.418
1.718.220
2.197.879
1.344.738
1.956.828
2.097.931
2.655.142
81,85%
82,91%
81,90%
82,78%
Hutang Total Aset Debt to Total Asets Rata-rata
82,36%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada saat sebelum privatiasi melalui IPO, rata-rata Debt to Total Assets Wijaya Karya dari tahun 20032006 adalah sebesar 82,36%. Rasio Debt to Total Assets ini menggambarkan kemampuan aset yang dipergunakan oleh perusahaan dalam menutup hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh sebab itu, semakin kecil rasio dari Debt to Total Assets, mengindikasikan struktur aset perusahaan semakin baik. Tabel 20. Debt to Total Assets Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan rupiah) Indikator Tahun
Total
2008
2009
2010
2011
4.304.027
4.064.899
4.369.537
6.103.604
5.771.424
5.700.614
6.286.305
8.322.980
74,57%
71,31%
69,51%
73,33%
Hutang Total Aset Debt to Total Asets Rata-rata
72,18%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk Sedangkan rata-rata Debt to Total Assets setelah privatisasi adalah sebesar 72,18%, yang berarti terjadi penurunan sebesar 10.18% dibandingkan
sebelum perseroan melakukan privatisasi. Hasil ini mengindikasikan rasio aset yang dipergunakan oleh perusahaan untuk menutup hutang, baik jangka panjang maupun jangka pendek setelah perseroan diprivatisasi semakin baik. Jika melihat nilai total aset pada tabel, kenaikan tertinggi total aset adalah pada periode 2006-2008, hal tersebut dikarenakan pada tahun 2008 perseroan mendapatkan modal dari penjualan saham setelah preivatisasi melalui IPO. Penurunan rasio ini merupakan penurunan yang diinginkan oleh pemegang saham perseroan, karena pemegang saham menilai perbandingan total aset yang dimiliki perseroan semakin besar setelah privatisasi jika dibandingkan dengan kewajiban yang dimilikinya. Berdasarkan Gambar 9 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, terlihat kecenderungan menurun dari nilai Debt to Total Assets Wijaya karya pada masa depan. Hasil ini meramalkan bahwa kemampuan perseroan dalam melunasi hutangnya,
baik jangka panjang maupun jangka pendek
menggunakan total asetnya, akan menjadi semakin baik pada masa depan. Trend Analysis Plot for DTA Linear Trend Model Yt = 84.79 - 1.72783*t
85
Variable A ctual Fits Forecasts
DTA
80
A ccuracy Measures MA PE 3.9171 MA D 2.8916 MSD 14.9253
75
70
65 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Year
Gambar 9. Output data analisis trend DTA menggunakan Minitab 15 4.3. Analisis Perbedaan Rata-rata Uji Beda Paired-Samples t Test Untuk lebih memperkuat apakah peubahan-perubahan kinerja keuangan pada Wijaya Karya tersebut dipengaruhi oleh adanya privatisasi melalui IPO, maka selanjutnya dilakukan uji lanjutan, yaitu uji beda PairedSamples t Test menggunakan SPSS 15 for Windows terhadap seluruh data-
data yang memiliki parameter yang sama. Adapun kinerja keuangan yang digunakan adalah kinerja profitabilitas (return on equity dan return on assets), likuiditas (cash ratio dan current ratio), aktivitas (total asset turnover dan total modal sendiri terhadap total aset), dan solvabilitas (debt to equity ratio dan debt to total assets). 4.3.1 Uji Hipotesis Kinerja Profitabilitas Hipotesis kinerja profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan dua pengukuran yaitu Return On Equity dan Return On Assets Wijaya Karya. Kedua rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara sebelum dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 20032011. Hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Return On Equity, menunjukkan terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah privatisasi. Terlihat pada Gambar 10, t hitung sebesar 4,374 dan signifikansi 0,022. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (4,374 > 3,182). Sedangkan signifikansi 0,022 < 0,05 sehingga Ha1 diterima. Berarti penurunan rata-rata Return On Equity Wijaya Karya setelah diprivatisasi sangat signifikan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Kurniawati dan Lestari (2007) yang meneliti seluruh BUMN yang diprivatisasi hingga tahun 2006. Akan tetapi, penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Setiyowati (2010) yang menggunakan data sepuluh BUMN, dimana kesepuluh BUMN tersebut terdapat perbedaan rata-rata sebesar 0,19741, dengan t hitung didapat sebesar 2,23062 < t tabel yaitu 2,365, sehingga Ha ditolak dan Ho diterima. Paired Samples Test Pair 1 ROE_Sebelum_Priv atisasi ROE_Sesudah_Priva tisasi Paired Differences
Mean
7.26750
Std. Deviation
3.32342
Std. Error Mean
1.66171
95% Confidence Interval of
Lower
1.97920
the Difference Upper
12.55580
t
4.374
df
3
Sig. (2-tailed)
.022
Gambar 10. Output beda Paired-Samples t Test data ROE menggunakan SPSS 15 Sedangkan hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Return On Assets, menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja antara sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 2003-2011. Gambar 11 menunjukkan t hitung sebesar –0,816 dan signifikansi 0,474. Selanjutnya diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 untuk data penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung < t tabel (-0,816 < 3,182). Sedangkan signifikansi 0,474 > 0,05 sehingga Ho2 diterima. Berarti kenaikan rata-rata Return On Assets Wijaya Karya setelah diprivatisasi tidak signifikan. Hasil ini konsisten dengan penelitian Antoni dan Hasnawati (2009) yang meniliti seluruh BUMN non Bank dan Lembaga Keuangan non Bank yang sudah diprivatisasi melalui IPO. Selain itu penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Kurniawati dan Lestari (2007) yang meneliti seluruh BUMN yang diprivatisasi hingga tahun 2006. Paired Samples Test Pair 1 ROA_Sebelum_Privatisasi ROA_Sesudah_Privatisasi Paired
Mean
-.32750
Differences Std. Deviation
.80284
Std. Error Mean 95% Confidence Interval of
.40142 Lower
the Difference Upper t df
-1.60500 .95000 -.816 3
Sig. (2-tailed)
.474
Gambar 11. Output uji Paired-Samplest t Test data ROA menggunakan SPSS 15 4.3.2 Uji Hipotesis Kinerja Likuiditas Hipotesis kinerja likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan dua pengukuran yaitu Cash Ratio dan Current Ratio Wijaya Karya. Kedua rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara sebelum dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 2003-2011. Hasil uji beda Paired-Samples t Test pada cash ratio, menunjukkan terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah privatisasi. Terlihat pada Gambar 12, t hitung sebesar -3,654 (nilai mutlak +/-) dan signifikansi 0,035. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (3,654 > 3,182). Sedangkan signifikansi 0,035 < 0,05 sehingga Ha3 diterima. Berarti kenaikan rata-rata cash ratio Wijaya Karya setelah diprivatisasi sangat signifikan. Paired Samples Test
Pair 1 Cash_Ratio_Sebelum Cash_Ratio_Sesudah Paired Differences
Mean
-16.40500
Std. Deviation
8.97979
Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference
4.48989 Lower Upper
t
-30.69384 -2.11616 -3.654
df
3
Sig. (2-tailed)
.035
Gambar 12. Output uji Paired-Samples t Test data Cash Ratio menggunakan SPSS 15 Sedangkan pada hasil uji beda Paired-Samples t Test dengan menggunakan SPSS 15 for Windows, menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio Wijaya Karya antara sebelum dengan sesudah privatisasi. Berdasarkan pada Gambar 13, pada hasil uji beda didapat nilai t hitung sebesar –0,899 dan signifikansi
0,435. Selain itu diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 sebesar 3,182. Jadi t hitung < t tabel (-0,899 < 3,182). Sedangkan signifikansi 0,435 > 0,05 sehingga Ho2 diterima. Artinya kenaikan rata-rata Current Ratio Wijaya Karya setelah diprivatisasi tidak signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Setiyowati (2010) yang meneliti sepuluh BUMN non bank, dimana t hitung pada penelitian tersebut sebesar -2,75063 < t tabel (9; 0,05) yaitu 2,365 dan Sig.(2tailed) atau probabilitas sebesar 0,02245 lebih kecil dari α= 0,05, sehingga Ha4 diterima. Akan tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kurniawati dan Lestari (2007) yang meneliti seluruh BUMN yang diprivatisasi hingga tahun 2006. Paired Samples Test Pair 1 CR_Sebelum_Privatisasi CR_Sesudah_Privatisasi Paired
Mean
-3.26250
Differences Std. Deviation
7.25473
Std. Error Mean 95% Confidence Interval of
3.62737 Lower
the Difference Upper t
-14.80640 8.28140 -.899
df
3
Sig. (2-tailed)
.435
Gambar 13. Output uji Paired-Samples t Test data Current Ratio menggunakan SPSS 15 4.3.3 Uji Hipotesis Kinerja Aktivitas Hipotesis kinerja likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan dua pengukuran yaitu Cash Ratio dan Current Ratio Wijaya Karya. Kedua rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara sebelum dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 2003-2011. Hasil uji beda Paired-Samples t Test dengan menggunakan SPSS 12 for Windows, menunjukkan adanya perbedaan kinerja aktivitas yang
diproksikan dengan Total Assets Turn Over Wijaya Karya. Gambar 14 Memperlihatkan t hitung sebesar 5,743 dan signifikansi 0,010. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel, (5,743 > 3,182). Sedangkan signifikansi 0,010 < 0,05 sehingga Ha5 diterima. Berarti penurunan nilai Total Assets Turn Over Wijaya Karya setelah diprivatisasi signifikan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Munggaran (2007) dan Setiyowati (2010) yang meneliti pengaruh privatisasi pada kinerja keuangan sepuluh BUMN non bank. Paired Samples Test Pair 1 TATO_sebelum_Privatisasi TATO_Sesudah_Privatisasi Paired
Mean
21.38250
Differences Std. Deviation
7.44647
Std. Error Mean
3.72323
95% Confidence Interval of
Lower
the Difference Upper t
9.53351 33.23149 5.743
df
3
Sig. (2-tailed)
.010
Gambar 14. Output uji Paired-Samples t Test data TATO menggunakan SPSS 15 Sedangkan pada hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset, menunjukkan terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah privatisasi. Terlihat pada Gambar 15, t hitung sebesar -6,780 (nilai mutlak +/-) dan signifikansi 0,007. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (6,780 > 3,182). Sedangkan signifikansi 0,007 < 0,05 sehingga Ha6 diterima. Berarti kenaikan rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya setelah diprivatisasi sangat signifikan. Paired Samples Test
Pair 1 TMSTTA_Ratio_Sebelum TMSTTA_Sesudah Paired Differences
Mean
-10.21500
Std. Deviation
3.01340
Std. Error Mean
1.50670
95% Confidence Interval of the Difference
Lower
-15.00999
Upper
-5.42001
t
-6.780
df
3
Sig. (2-tailed)
.007
Gambar 15. Output uji Paired-Samples t Test data TMSTTA menggunakan SPSS 15
4.3.4 Uji Hipotesis Kinerja Solvabilitas Hipotesis kinerja solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan 2 pengukuran, yaitu Debt Equity Ratio dan Debt to Total Assets Wijaya Karya. Kedua rasio dalam penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kinerja yang signifikan antara sebelum dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 2003-2011. Untuk Debt Equity Ratio, hasil uji beda Paired-Samples t Test dengan menggunakan SPSS 15 for Windows, menunjukkan adanya perbedaan kinerja Debt Equity Ratio. Terlihat pada Gambar 16, t hitung sebesar 7,465 dan signifikansi 0,005. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 dalam penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (7,465 > 3,182). Sedangkan signifikansi 0,005 < 0,05 sehingga Ha7 diterima. Berarti penurunan Debt Equity Ratio perseroan sesudah diprivatisasi sangat signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kurniawati dan Lestari (2007), dimana peneliti meneliti kinerja seluruh BUMN yang sudah diprivatisasi sampai tahun 2006. Paired Samples Test Pair 1
DER_Sebelum_privatisasi DER_Sesudah_Privatisasi Paired
Mean
242.12250
Differences Std. Deviation
64.87108
Std. Error Mean
32.43554
95% Confidence Interval of
Lower
138.89814
the Difference Upper
345.34686
t
7.465
df
3
Sig. (2-tailed)
.005
Gambar 16. Output uji Paired-Samples t Test data DER menggunakan SPSS 15 Hasil yang sama juga ditunjukkan pada Debt to Total Assets, terlihat pada Gambar 17, didapat nilai t hitung sebesar 8,860 dan signifikansi 0,003. Selanjutnya diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 untuk data penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (8,860 > 3,182). Sedangkan signifikansi 0,003 < 0,05 sehingga Ha8 diterima. Artinya Debt to Total Assets Wijaya Karya setelah diprivatisasi mengalami penurunan yang signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Setiyowati (2010) yang menganalisis kinerja keuangan sepuluh BUMN non bank sebelum dan sesudah privatisasi. Sun et al (2002) dalam Setiyowati (2010), menyatakan bahwa leverage menurun akibat penyertaan dari pemerintah sebagai jaminan pinjaman menurun sehingga biaya pinjaman meningkat, selain itu terbukanya akses pada investor swasta menyebabkan jumlah penyertaan modal dari investor swasta meningkat. Dana yang diperoleh dari privatisasi digunakan untuk memenuhi kewajiban perusahaan yang selanjutnya mempengaruhi leverage. Paired Samples Test Pair 1 DTA_Sebelum_Privatisasi DTA_Sesudah_Privatisasi Paired Differences
Mean
10.18000
Std. Deviation
2.29807
Std. Error Mean 95% Confidence Interval of
1.14904 Lower
the Difference Upper t
6.52326 13.83674 8.860
df
3
Sig. (2-tailed)
.003
Gambar17. Output uji Paired-Samples t Test data DTA menggunakan SPSS 15 4.3. Perbandingan Kinerja Keuangan Wijaya Karya Dengan BUMN Sejenis 4.4.1 Perbandingan Kinerja Profitabilitas Kinerja profitabilitas Wijaya Karya dalam penelitian ini dibandingkan dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi. BUMN tersebut antara lain Adhi Karya dan Pembangun Perumahan. Perbandingan diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu menggunakan Return On Equity dan Return On Assets pada BUMN bidang konstruksi bangunan yang sudah diprivatisasi. Berdasarkan pada Gambar 18, dapat dilihat hasil perbandingan Return On Equity Wijaya Karya dengan BUMN pada industri sejenis lainnya yang sudah diprivatisasi. Rata-rata Return On Equity Wijaya Karya sebelum diprivatisasi masih berada dibawah Adhi Karya dan Pembangun Perumahan. Penurunan rata-rata Return On Equity Wijaya Karya sesudah privatisasi masih lebih baik jika dibandingkan dengan Pembangun Perumahan yang turun hingga 19.94%. Hanya Adhi Karya saja BUMN bidang konstruksi bangunan yang setelah melakukan privatisasi mengalami kenaikan pada gambar tersebut.
Rata-rata ROE (%)
Rata-rata ROE (%)
Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi
Adhi Karya
Sesudah Privatisasi
Pembangun Perumahan 40,39 40,39 21,4
27,15
25,22
20,45
16,38
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
25,22 27,15
21,4
20,45
16,38
Wijaya Karya Adhi Karya Pembangun Perumahan
Gambar 18. Perbandingan ROE Wijaya Karya dengan perseroan lain Sedangkan pada Gambar 19 dibawah ini, terlihat bahwa nilai rata-rata Return On Assets Wijaya Karya sesudah diprivatisasi mengalami peningkatan nilainya dibandingkan dengan perseroan lainnya. Sedangkan pada Adhi Karya dan Pembangun Perumahan, nilai rata-rata Return On Assets sesudah diprivatisasi justru mengalami penurunan. Rata-rata ROA (%)
Rata-rata ROA (%)
Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi
Adhi Karya 4,25
Pembangun Perumahan 3,37 4,25 3,373,59
3,7
3,7
3,59 3,28
3,46
3,283,46
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Wijaya Karya Adhi Karya Pembangun Perumahan
Gambar 19. Perbandingan ROA Wijaya Karya dengan perseroan lain
4.4.2 Perbandingan Kinerja Likuiditas Kinerja likuiditas Wijaya Karya dalam penelitian ini dibandingkan dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi. BUMN tersebut antara lain Adhi Karya dan Pembangun Perumahan. Perbandingan diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu menggunakan Cash Ratio dan Current Ratio pada BUMN bidang konstruksi bangunan yang sudah diprivatisasi. Nilai rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya yang ditunjukkan oleh Gambar 20 dibawah ini, menunjukkan nilai yang hampir sama dengan BUMN pada industri sejenis lainnya. Akan tetapi setelah perseroan diprivatisasi, Nilai rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya menjadi paling tinggi dibandingkan perseoran lainnya. Rsta-rata Cash Ratio (%)
Rata-rata Cash Ratio (%) Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi
Adhi Karya
Sesudah Privatisasi
Pembangun Perumahan 30,46
30,46 26,22
26,22 14,06
14,06 14,76 14,57
12,96
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
14,76 12,96 14,57
Wijaya Karya Adhi Karya
Pembangun Perumahan
Gambar 20. Perbandingan Cash Ratio Wijaya Karya dengan perseroan lain Jika melihat Gambar 21 dibawah ini, nilai rata-rata Current Ratio Wijaya Karya sebelum diprivatisasi lebih rendah dibandingkan Adhi Karya. Akan tetapi setelah kedua perseroan tersebut diprivatisasi, nilai rata-rata Current Ratio Wijaya Karya menjadi lebih baik dibandingkan Adhi Karya yang emngalami penurunan. Sedangkan rata-rata Current Ratio Pembangun Perumahan sebelum dan sesudah privatisasi, memiliki nilai rata-rata Current Ratio berada dibawah Wijaya Karya.
Rata-rata CR (%)
Rata-rata CR (%)
Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi
Adhi Karya
Sesudah Privatisasi
Pembangun Perumahan
149,77
149,77 134,7 131,44 131,44
134,7 127,21
130,24 126,83
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Wijaya Karya
130,24 126,83 127,21
Adhi Karya Pembangun Perumahan
Gambar 21. Perbandingan CR Wijaya Karya dengan perseroan lain 4.4.3 Perbandingan Kinerja Aktivitas Kinerja Aktivitas Wijaya Karya dalam penelitian ini dibandingkan dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi. BUMN tersebut antara lain Adhi Karya dan Pembangun Perumahan. Perbandingan diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu menggunakan Total Assets Turn Over dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset pada BUMN bidang konstruksi bangunan yang sudah diprivatisasi. Pada Gambar 22 dibawah ini, Wijaya Karya merupakan BUMN yang memiliki nilai rata-rata Total Assets Turn Over paling rendah jika dibandingkan dengan BUMN lainnya pada industri sejenis. Setelah BUMN bidang konstruksi tersebut diprivatisasi, hampir semua BUMN pada gambar tersebut mengalami penurunan nilai rata-rata Total Assets Turn Over. Penurunan yang paling dalam dialami oleh Pembangun Perumahan.
Rata-rata TATO (%)
Rata-rata TATO (%)
Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi
Adhi Karya
Sesudah Privatisasi
Pembangun Perumahan
125,91
155,05 132,16
138,11 104,52
155,05 138,11 132,16 125,91 104,52 89,88
89,88
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Wijaya Karya Adhi Karya Pembangun Perumahan
Gambar 22. Perbandingan TATO Wijaya Karya dengan perseroan lain Jika melihat Gambar 23 dibawah ini, kenaikan tertinggi nilai rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset setelah diprivatisasi pada BUMN bidang konstruksi dialami oleh Wijaya Karya. Sedangkan pada Adhi Karya nilai rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset setelah diprivatisasi justru mengalami penurunan. Posisi Wijaya Karya setelah diprivatisasi, memiliki nilai rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset yang paling baik dibandingkan BUMN bidang konstruksi lainnya.
Rata-rata TMSTTA (%)
Rata-rata TMSTTA (%)
Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi
Adhi Karya
Sesudah Privatisasi
Pembangun Perumahan
26,12
26,12 15,91 17,8
20,55 14,27
15,91
17,8
20,55 15,35
14,27
15,35
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Wijaya Karya Adhi Karya Pembangun Perumahan
Gambar 23. Perbandingan TMSTTA Wijaya Karya dengan perseroan lain
4.4.4 Perbandingan Kinerja Solvabilitas Kinerja solvabilitas Wijaya Karya dalam penelitian ini dibandingkan dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi. BUMN tersebut antara lain Adhi Karya dan Pembangun Perumahan. Perbandingan diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu menggunakan Total Assets Turn Over dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset pada BUMN bidang konstruksi bangunan yang sudah diprivatisasi. Berdasarkan Gambar 24 yang membandingkan rata-rata Debt Equity Ratio Wijaya Karya terhadap BUMN lainnya pada industri sejenis. Rasio hutang terhadap modal sendiri Wijaya Karya sesudah privatisasi ternyata lebih baik dibandingkan Adhi Karya dan Pembangun Perumahan. Hal itu disebabkan karena penurunan rata-rata Debt Equity Ratio sesudah privatisasi lebih signifikan disbanding BUMN lainnya. Sedangkan rata-rata Debt Equity Ratio Adhi Karya sesudah rivatisasi justru tejadi kenaikan dibandingkan sebelum privatisasi. Rata-rata DER (%)
Rata-rata DER (%)
Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi
Adhi Karya
Sesudah Privatisasi
Pembangun Perumahan 520,41 579,15 520,41 458,18
550,13 386,4
550,13 458,18
579,15 386,4
278,29
278,29
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Wijaya Karya Adhi Karya Pembangun Perumahan
Gambar 24. Perbandingan DER Wijaya Karya dengan perseroan lain Berdasarkan pada Gambar 25 di bawah ini, jika dibandingkan dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi. Ratarata Debt to Total Assets Wijaya Karya dan Pembangun Perumahan setelah diprivatisasi mengalami penurunan. Sedangkan Adhi Karya justru mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan, bahwa kemampuan aset yang dimiliki
oleh Wijaya Karya dan Pembangun Perumahan untuk menutupi seluruh kewajibannya semakin baik setelah perseroan diprivatisasi. Penurunan yang sangat dalam terjadi pada Pembangun Perumahan sebesar 11,69%. Rata-rata DTA (%)
Rata-rata DTA (%)
Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi
Adhi Karya
Sesudah Privatisasi
Pembangun Perumahan
85,19 82,36 81,36
84,49
72,18
Sebelum Privatisasi
82,36
73,5
Sesudah Privatisasi
72,18
84,49
85,19
81,36 73,5
Wijaya Karya Adhi Karya Pembangun Perumahan
Gambar 25. Perbandingan DTA Wijaya Karya dengan perseroan lain
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
1) Perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah privatisasi melalui IPO : NIlai rata-rata dari Return On Assets, Cash Ratio, Current Ratio dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya meningkat setelah perseroan diprivatisasi. Peningkatan nilai yang terjadi setelah privatisasi ini berdampak positif terhadap kinerja keuangan perseroan. Sedangkan nilai rata-rata dari Return On Equity dan Total Assets Turn Over setelah perseroan diprivatisasi justru terjadi penurunan, dan berdampak negatif terhadap kinerja keuangan perseroan. Untuk Debt Equity Ratio dan Debt Total Assets juga terjadi penurunan nilai rata-rata setelah perseroan diprivatisasi. Akan tetapi penurunan dari kedua rasio tersebut justru berdampak positif terhadap struktur modal perseroan. 2) Bagaimana pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan Wijaya Karya setelah perseroan diprivatisasi : Peningkatan nilai setelah setelah privatisasi yang dialami oleh rata-rata Return On Assets dan Current Ratio ternyata tidak berpengaruh secara signifikan setelah diuji menggunakan Paired Sample t Test. Peningkatan nilai yang berpengaruh secara signifikan terjadi pada rata-rata Cash Ratio dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset. Sedangkan pada Return On Equity, Total Assetes Turn Over, Debt Equity Ratio dan Debt Total Assets, penurunan nilai keempat rasio ini setelah privatisasi berpengaruh secara signifikan. 3) Perbandingan kinerja keuangan Wijaya Karya terhadap BUMN lain pada industri sejenis yang sudah diprivatisasi melalui IPO : Rata-rata Return On Equity Wijaya Karya menempati posisi terendah baik sebelum maupun setelah perseroan diprivatisasi terhadap BUMN pada industri sejenis lainnnya. Sedangkan pada Return On Assets, Cash Ratio dan Current Ratio setelah privatisasi, nilainya justru paling tinggi dibandingkan
BUMN lainnya pada industri sejenis. Rata-rata Total Assets Turn Over Wijaya Karya setelah privatisasi nilainya lebih rendah dibandingkan Adhi Karya, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan Pembangun Perumahan. Urutan tersebut juga sama pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset. Penurunan nilai rata-rata Debt Equity Ratio dan Debt to Total Assets setelah privatisasi, menyebabkan Wijaya Karya memiliki nilai ratarata terendah dibandingkan perseroan lainnya setelah privatisasi. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat membantu dalam memperbaiki kinerja perseroan dan Badan Usaha Milik Negara lainnya dikemudian hari: 1. Penulis menyarankan agar perseroan memperhatikan tingkat Return On Equity dan Total Assets Turn Over, karena setelah privatisasi dilakuakn kedua rasio ini menurun. Rasio ini menjadi daya tarik utama yang ditawarkan kepada investor dan perbankan. Tingkat Return On Equity pada perseroan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laba setelah pajak, sedangkan tingkat Total Assets Turn Over dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pejualan bersih. Artinya perusahaan harus meningkatkan tingkat pendapatannya dan mengefisiensikan proses operasi perseroan. 2. Untuk penelitian selanjutnya, data perusahaan pembanding pada industri sejenis harus lebih diperbanyak. Hal tersebut agar mendapatkan perbandingan kinerja keuangan yang lebih lengkap dan komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Antonia, dan Hasnawati. 2009. “Analisis Kinerja keuangan BUMN Sebelum dan Sesudah Privatisasi Di Indonesia”. Jurnal Telaah Manajemen, Vol.4 No.2 November 2009 hal 125-140. Asyikin, J. dan Tanu. 2008. “Analsisi Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Perusahaan Farmasi Milik Pemerintah (BUMN) dengan Perusahaan Farmasi Swsata yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Spread, Vol.1 No.1 April 2011 hal 36-48. http://jurnalistiei-kayutangi.ac.id.pdf. Diakses 6 Maret 2012 Bastian, I. 2002. Privatisasi di Indonesia Teori dan Implementasi, Jakarrta: Salemba Empat, Husnan, S, 2002, Manajemen Keuangan Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada Yogyakarta. IGCGS. 2003. Apa dan Bagaimana Privatisasi BUMN. Jakarta: penerbit IGCGS Lestari, K. dan Lestari. 2008. ”Studi Atas Kinerja BUMN setelah Privatisasi.” Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12 No.2 Mei 2008 hal 263-272. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12208263272.pdf. Diakses 6 Maret 2012. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press. Hanafi, M. dan Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakkan STIM YKPN. Jumingan. 2008. Analisa Laporan keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Manurung, A. 2006. Cara Menilai Perusahaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo-Gramedia. Munawir, S. 1995. Analisa Laporan keuangan. Yogyakarta: Penerbit Libery. Munggaran, A.K. 2007. ”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BUMN Sebelum dan Sesudah Privatisasi”. Skripsi Universitas Widyatama, http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/517/cover.pdf?sequ ence=6. Diakses 6 Maret 2012. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Pranoto, T. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Privatisasi BUMN”. Paper presentasi FEUI Research Day. 13 Desember 2011. Setiyowati, R. 2010. ”Analisis Perbedaan Efisiensi, Profitabilitas, Leverage dan Likuiditas Sebelum dan Setelah Privatisasi (Studi Empiris pada BUMN Sektor Non Infrastruktur dan Non Jasa Keuangan yang Go Public Tahun Skripsi Universitas Diponegoro Semarang, 1995-2007)”. http://eprints.undip.ac.id/22449/1/RiriSetiyowatiC2C006126.pdf Diakses 6 Maret 2012
Sitompul, A. 2004. Pasar Modal, Penawaran Umum dan permasalahannya. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Soegiharto, dkk. 2005. BUMN Indonesia, BUMN Incorporated. Jakarta: Elex Media Komputindo. Wardhani, S dan Fitriati. 2010. ”Analisis Komparasi Profitabilitas Sebelum dan Sesudah Penawaran Perdana Saham”. Ilmu Administrasi dan Organisasi.Vol.17 No.2 Mei 2010 hal 91-100. journal.ui.ac.id/jbb/article/view/630/615. www.wika.co.id. [10 - 17 April 2012] http://portal.bumn.go.id. [diakses 20 April 2012]
GLOSSARIUM
Aktiva : Merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perushaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu. Aktiva Lancar : Merupaan harta atau kekayaan yang segera dapat dituanikan pada saaat dibubutuhkan dan paling lama satu tahun. Aktiva Tetap : Merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka waktu panjang. Akun : Kumpulan semua transaksi keuangan. Akuntan : Ahli yg pekerjaannya menyusun, membimbing, mengawasi, memperbaiki tata buku dan administrasinya Akuntansi : Teori dan praktik yg berkenaan dng transaksi keuangan, termasuk tanggung jawab, prinsip, standar, kelaziman dan semua kegiatannya Analisis : Penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab- musabab, duduk perkaranya, dsb). Annual Report : Laporan tahunan keuangan perusahaan
Assets Turn Over : Jumlah penjualan yang didapat tiap nilai aset dimana didapatkan dengan cara membagi penjualan dengan nilai aset. Badan Uaha Milik Negara (BUMN) : Didefinisikan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Bursa : Tempat berlansungnya perdagangan surat berharga. Devidend : Pembagian keuntungan suatu peusahaan kepada para pemegang sahamnya. Efisiensi : Kemampuan perusahaan mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Kas : Uang tunai yang dimiliki erusahaan dan dapat segera digunakan. Laba : Keuntungan yang didapat perusahaaan. IPO (Initial Public Offering) : Penjualan saham suatu perusahaan kepada para investor, yang dilakukan untuk pertama kali. Kerjasama Operasi (KSO) : Adalah konsep bagi hasil yang berimbang dan konsisten antara pemerintah sebagai pemilik saham mayoritas yang meng-outsource salah satu atau sebagian dari unit usaha yang dilakukan kepada pihak swasta. Laporan keuangan : Adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusaaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut
Likuiditas : Kemampuan perusahaan mengukur mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan Manajemen : Proses pemakaian sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yg telah ditentukan; penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Modal (Ekuitas) : Merupakan hak yang dimiliki perusahaan Neraca : Adalah sebuah laporan keuangan yang berisikan kekayan yang dikenal dengan asset dan hutang serta modal perusahaan Obligasi : Surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan yang akan membayar kupon tertentu dan melunasi pokok hutang tersebut pada saat jatuh tempo Pemerintah : Sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya. Piutang : Meupakan tagihan perusahaan kepada pihak lainnya yang memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Portfolio : Sekumpulan surat berharga dari beberapa jenis. Privatisasi : Penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Pofitabilitas : Kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Prospektus : Dokumen penawaran, yang berisikan seluruh aspek penting yang harus diketahui oleh calon pemodal Rasio : Angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana Saham Biasa (common stock) : Bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan , dimana pemilik saham biasa memiliki hak untuk menerima dividend Strategic Sales : adalah metode penjualan unit usaha langsung kepada investor strategis, tidak melalui lantai bursa Solvabilitas : Mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang
.
LAMPIRAN
Lampran 1. Ikhtisar Laporan Keuangan Sebelum Privatisasi
Dalam Juta Rupiah, kecuali data saham
Uraian
2003
2004
2005
2006
Aset Lancar Aktiva Tidak Lancar Investasi pada Perusahaan Asosiasi Aktiva Tetap Aktiva Lain-lain
1,005,090 3,848 2,023
1,616,988 5,219 2,023
1,700,320 154,249 2,023
2,272,818 88,403 1,708
128,828 103,089
189,450 149,148
213,729 27,610
230,153 63,999
Jumlah Aktiva Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Total Kewajiban Hak Kepemilikan Minoritas dalam Anak Perusahaan Modal Sendiri Jumlah Kewajiban dan Modal Modal Kerja Bersih Investasi
1,343,738 798,541 302,192
1,956,828 1,166,320 456,098
2,097,931 1,331,080 387,140
2,655,143 1,820,445 377,434
1,100,733 3,024
1,622,418 42,063
1,718,220 50,328
2,197,879 55,005
209,911 1,343,738
292,347 1,956,828
329,383 2,097,931
457,263 2,655,143
307,409 21,483
444,668 40,863
369,240 39,286
452,373 39,286
1,857,783 (1,715,076) 142,707
2,476,226 (2,286,056) 190,170
2,601,509 (2,396,359) 205,150
3,049,427 (2,803,582) 245,845
0 142,707
30,201 220,371
29,344 234,494
(7,606) 238,240
(73,051) 53,050 (31,706) 17,969
(88,617) 131,754 (53,006) 16,897
(99,305) 135,189 (58,407) 19,180
(114,475) 123,765 (53,376) 64,827
55,919
95,646
95,962
135,215
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
LAPORAN LABA RUGI Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Sebelum Bagian Laba Kerjasama Operasi (KSO) Bagian Laba KSO Laba Kotor Setelah Bagian Laba KSO Biaya Usaha Laba Usaha Beban Bunga Pendapatan/Beban lain-lain Laba Sebelum Pajak
lanjutan lampiran 1. Pajak Penghasilan Final Pajak Penghasilan Terhutang Pajak Tangguhan Laba Bersih Sebelum Hak Minoritas Anak Perusahaan Hak Minoritas Pada Perusahaan Anak Laba Bersih Laba Bersih Per Saham
0 (8,640)
0 (16,111)
0 (18,145)
0 (29,722)
(5,898) 41,381
0 79,535
475 78,293
0 105,494
(643)
(7,811)
(9,910)
(11,596)
40,738 0.586
71,724 1.032
68,382 0.984
93,897 1.351
Lampran 2. Ikhtisar Laporan Keuangan Sesudah Privatisasi
Uraian
Dalam Juta Rupiah, kecuali data saham 2007
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Aset Lancar 3.687.320 Investasi pada 1.708 Entitas Asosiasi Aset Tetap 245.501 Aset Tidak Lancar 198.535 Lainnya Total Aset 4.133.064
2008
2009
2010
2011
5.229.930 19.709
4.962.530 121.509
4.954.287 147.800
5.838.852 152.036
335.878 185.907
332.207 284.367
405.546 778.671
753.148 1.578.943
5.771.424
6.286.30 5 3.642.027
8.322.980
Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang Total Liabilitas
2.231.957
3.620.587
5.700.61 4 3.435.525
544.947
683.440
629.374
727.510
976.395
2.776.904
4.304.026
64.947
82.756
4.369.53 7 115.144
6.103.604
Kepentingan Non Pengendali Ekuitas
4.064.89 9 102.774
1.291.212
1.384.641
4.133.064
5.771.424
1.801.62 4 6,286.305
2.071.561
Jumlah Liabilitas dan Ekuitas Modal Kerja Bersih
1.532.94 1 5.700.614
1.455.363
1.609.344
1.527.00 5 45.024
1.312.26 0 622.085
711.643
Investasi 42.308 LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN Penjualan Bersih 4.284.58 1 Beban Pokok (3.925.624) Penjualan Laba Kotor 358.957 Laba (Rugi) Proyek 17.349 KSO Beban Usaha 135.694) Laba Usaha 240.612 Beban Bunga (51.044) Pendapatan (Beban) (1.620) lain-lain
127.975
5.127.209
147.815
8,322.980
848.353
6.559.077
6.590.85 6.022.92 7.741.827 7 1 (6.113.047) (5.967.732) (5.390.011) (6.978.414) 446.031 (3.099)
623.125 22.608
632.910 40.158
763.413 101.522
(155.001) 287.930 (44.024) 12.509
(160.782) 484.951 (51.764) (85.078)
(195.457) 477.611 (9.611) 5.326
(211.194) 653.741 (15.696) (8.438)
lanjutan lampiran 2. Laba Sebelum Pajak Penghasilan Pajak Kini - Pajak Tidak Final - Pajak Final - Pajak Tangguhan Laba Bersih Pendapatan Komprehensif Lainnya Laba Komprehensif Laba yang dapat diatribusikan ke Kepentingan Non Pengendali Laba yang dapat diatribusikan ke Pemilik Entitas Induk Laba Bersih Per Saham Dasar (Rupiah)
187.948
256.415
348.109
473.326
629.607
(40.352) 0 (3.973) 143.623 0
(72.727) 0 (9.035) 174.654 0
(37.459) (123.866) 19.740 206.524 0
(38.757) (132.425) 9.097 311.241 0
(62.938) (186.631) 10.908 390.946 10.881
143.623 (14.484)
174.654 (18.619)
206.524 (17.302)
311.241 (26.319)
401.828 (36.447)
129.139
156.035
189.222
284.922
354.499
45,09
26,75
33,37
50,15
60,59
Lampran 3. Perhitungan Uji Normalitas Kolmogoro-Smirnov Test Menggunakan SPSS 15 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ROE
Mean 8
Std. Deviation 17.7663
Absolut e 4.81537
Positive .179
Negati ve .179
Mean -.126
Kolmo gorovSmirn ov Z Std. Deviat ion .507
ROA
8
3.5387
.61037
.165
.165
-.131
.466
.982
8
22.2650
9.78391
.161
.161
-.131
.457
.985
8
133.0713
.230
.152
-.230
.652
.789
8
115.2163
.209
.150
-.209
.591
.876
8
21.0150
.211
.211
-.199
.598
.867
8
399.3563
.246
.246
-.194
.695
.720
8
77.2700
.291
.184
-.291
.824
.505
Normal Parameters(a,b) N
Cash_RATI O Current_Rat io TATO TMSTA DER DTA
Most Extreme Differences
11.0579 4 15.1561 8 5.69373 134.007 66 5.64593
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
NERACA/BALANCE SHEET 2004 (*) 20
Asym p. Sig. (2tailed) Absol ute .959
Lampran 4. Perhitungan Statistik Deskriptif Sebelum dan Sesudah Privatisasi Sebelum Privatisasi Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROE
4
16.97
24.53
21.4000
3.34639
ROA
4
3.03
3.67
3.3750
.28665
Cash_RATIO
4
8.20
18.19
14.0625
4.20723
Current_Ratio
4
121.38
138.50
131.4375
8.35650
TATO
4
114.84
138.25
125.9075
9.64133
TMSTA
4
14.94
17.84
15.9075
1.32759
DER
4
458.67
554.96
520.4175
43.52022
DTA
4
81.85
82.91
82.3600
.56291
Valid N (listwise)
4
Sesudah Privatisasi Descriptive Statistics N 4
Minimum 11.27
Maximum 17.11
Mean 14.1325
Std. Deviation 2.77407
4
2.70
4.53
3.7025
.84595
ROE ROA Cash_RATIO
4
23.88
35.24
30.4675
5.12261
Current_Ratio
4
113.88
144.45
134.7025
14.43799
TATO
4
93.02
115.62
104.5250
11.75700
TMSTA
4
23.99
28.66
26.1225
2.07768
DER
4
242.53
310.84
278.2950
30.42881
DTA
4
69.51
74.57
72.1800
2.23013
Valid N (listwise)
4