ANALISIS KINERJA BIDAN DALAM DETEKSI DINI RISIKO BBLR PADA PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2013 PERFORMANCE ANALYSIS OF MIDWIVES ON EARLY DETECTION OF RISK FOR LOW BIRTH WEIGHT INFANTS IN ANTENATAL CARE IN KULON PROGO DISTRICT IN 2013 Almira Gitta Novika1, Lucia Ratna Kartika Wulan2, Sri Achadi Nugraheni2 ABSTRAK Deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal sebagai upaya dalam menurunkan kejadian BBLR di wilayah Puskesmas Kabupaten Kulon Progo pelaksanaannya belum maksimal dibuktikan dengan adanya beberapa bidan yang belum melaksanakan upaya-upaya deteksi dini risiko BBLR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2013. Jenis penelitian Explanatory Research dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan proportionate purposive sampling. Variabel penelitian yaitu motivasi, persepsi kepemimpinan, persepsi supervisi, persepsi imbalan dan persepsi beban kerja. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah chi-square dan analisis uji statistic multivariate regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan kinerja bidan tidak baik (47,5%), motivasi tinggi dan tidak tinggi masingmasing (50%), persepsi kepemimpinan tidak baik (49,2%) (50,8%), persepsi supervisi tidak baik (46,6%), persepsi imbalan tidak sesuai (44,9%), persepsi beban kerja berat (48,3%). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi kepemimpinan (p=0,044) dan persepsi supervisi (p=0,029) dengan kinerja bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja bidan yaitu persepsi supervisi (p=0,030). Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan pihak Puskesmas untuk membuat jadwal supervisi secara rinci sesuai program Kesehatan Ibu dan Anak serta mensosialisasikan kepada bidan Puskesmas mengenai bahan supervisi (dokumen yang harus disiapkan) dan jadwal supervisi tersebut. Kata Kunci
: Kinerja Bidan, Deteksi Dini Risiko BBLR, Pelayanan Antenatal
ABSTRACT Implementation of early detection of risk for Low Birth Weight Infants at antenatal care as effort to reduce the incidence of Low Birth Weight Infants in Community Health Center in Kulon Progo District was not maximized. This can be seen in the presence of a midwife who did not carry out the efforts of early detection of risk for low birth weight infants. Purpose of this study was to analyze factors that affect the performance of the midwives in the early detection of risk for Low Birth Weight Infants at antenatal care in Kulon Progo District, Yogyakarta, in 2013 . This was an explanatory study with cross sectional approach. Sample was taken using proportionate purposive sampling. Research variables were motivation, perceived leadership, perceived supervision, perceived reward and perceived workload. Data was taken using questionnaire, and analyzed using chi-square and multivariate logistic regression. Result showed that there were 47,5% midwives with poor performance; 50% midwives with no high motivation; 49,2% midwives perceived poor leadership; 46,6% midwives perceived poor supervision; 44,9% midwives perceived poor reward; and 48,3% midwives perceived heavy workload. Results showed there were relationship between perceived leadership (p=0,044) and perceived supervision (p= 0,029) and performance of midwives in the early detection of the risk for low birth weight infants in antenatal care. The results also showed that the most influential factor on the performance of midwives was perceived supervision (p=0,030). Result suggested Health Department of Kulon Progo District and Community Health Center need to schedule an appropriate supervision in detail for Maternal and Child Health program and disseminate material of the supervision (documents need to be prepared) and the supervision schedule to the midwives. Keywords:
Performance of Midwives, Early Detection of Risk for Low Birth Weight Infants, Antenatal Care
1
1
Universitas Respati, Yogyakarta Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2 Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang 2
PENDAHULUAN keberhasilan
Angka kejadian BBLR di seluruh dunia
pelayanan kesehatan adalah Angka Kematian Ibu
diperkirakan lebih dari 20 juta bayi (15,5%) dari
(AKI)
(AKB).
seluruh kelahiran.4 Menurut Mochtar (1998) rasio
pencapaian
angka kejadian BBLR antara negara maju dan negara
Millenium Development Goals (MDG’s) pada tahun
berkembang adalah 1:4. Selain itu, frekuensi kejadian
2015, diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun
BBLR di negara maju berkisar antara 3,6%-10,8%
2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan
sedangkan frekuensi kejadian BBLR di negara
AKB menurun 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per
berkembang berkisar antara 10%-43%, sedangkan
1000 kelahiran hidup.1
angka kejadian BBLR di Asia adalah 22% dari
Salah
dan
satu
Angka
Berdasarkan
indikator
Kematian
kesepakatan
Bayi
global,
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
seluruh kelahiran.5 Angka kejadian BBLR berbeda
pada tahun 2011, kasus AKI mencapai 56 kasus.
antara satu dengan daerah yang lain di Indonesia,
Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding tahun 2010
angka tersebut berkisar antara 9%-30%.4 Sedangkan
yaitu sebanyak 43 kasus.2 Di Kabupaten Kulon Progo
menurut Riskesdas (2007) angka kejadian BBLR di
kasus AKI pada tahun 2010 mencapai 4 kasus. Pada
Indonesia sebesar
tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 6 kasus,
Kabupaten Kulon Progo mengalami kenaikan yang
sedangkan pada tahun 2012 menurun menjadi 3
cukup tinggi, yaitu dari 269 kasus di tahun 2011,
kasus.3
menjadi 324 kasus (5,72%) di tahun 2012.5 Penyebab
Pada tahun 2011, AKB secara nasional
11,5%. Kejadian BBLR di
kejadian
BBLR
adalah
sebanyak 34/1000 KH, AKB di DIY 17/1000 KH dan
persalinan prematur dan bayi lahir kecil untuk masa
AKB di Kabupaten Kulon Progo 12,8/1000 KH (73
kehamilan. Sedangkan faktor predisposisi terjadinya
kasus). Kematian bayi di Kabupaten Kulon Progo
BBLR, dari faktor ibu yaitu umur, jumlah paritas,
tersebut penyebabnya adalah asfiksia 31,51%, BBLR
penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi,
26,03%, kelainan bawaan 15,07%, sepsis 6,85%,
trauma, kelelahan, merokok dan kehamilan yang
pneumonia 5,48%, diare 4,11%, bronco pneumonia
tidak diinginkan. Faktor predisposisi dari faktor
4,11%, meningitis 2,74%, dysentri 1,37%, epilepsi
plasenta yaitu penyakit vaskuler dan kehamilan
1,37%, perdarahan otak 1,37%.3
ganda, sedangkan dari faktor janin yaitu kelainan
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
bawaan dan infeksi.6 Berdasarkan data dari DKK
Kabupaten (DKK) Kulon Progo, pada tahun 2012
Kulon Progo penyebab kejadian BBLR pada 324
AKB di DIY turun menjadi 8,7/1000KH (400 kasus),
kasus di tahun 2012 yaitu ibu hamil usia kurang dari
sementara di Kabupaten Kulon Progo lebih tinggi
20 tahun sebanyak 24 kasus (7,7%), ibu hamil anemia
dari angka propinsi, yaitu 12,1/1000KH (69 kasus).
72 kasus (22,2%), jarak kelahiran kurang dari 2 tahun
Dari 69 kematian bayi, yang dibarengi dengan
48 kasus (31,0%), multigravida 59 kasus (19,0 %),
kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ada 30
ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) 90 kasus
kasus (43,47%).
(40%), perokok pasif 185 kasus (57,1), ibu hamil dengan penyakit penyerta 27 kasus (8,33%). 3
2
Peningkatan
terhadap
angka
kejadian
(haemoglobin) dan melakukan rujukan segera apabila ditemukan hal-hal yang tidak normal.8
BBLR perlu mendapatkan sorotan perhatian yang serius. Hal ini perlu dilakukan karena adanya
Standar
pelayanan
antenatal
dapat
beberapa program yang telah dijalankan oleh
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya logistik
pemerintah
kesehatan
dan keuangan yang terjadi di beberapa negara
masyarakat tetap berjalan secara optimal khususnya
berkembang. Dahulu pelayanan antenatal care (ANC)
pelayanan
sampai
ditekankan pada kuantitas bukan kualitas, akan tetapi
kesehatan,
seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi
agar
akses
terhadap
pelayanan
ibu
melahirkan.
Peningkatan
khususnya
terhadap
saat
hamil
pelayanan
ibu
diharapkan
dapat
paradigma tersebut berubah pada penekanan pada
meningkatkan status kesehatan masyarakat, sehingga
kualitas layanan antenatal. Pendekatan pelayanan
anak yang dikandungnya terlahir dengan sehat.
antenatal dilakukan atas dasar untuk mengetahui
Upaya pencegahan adalah hal yang sangat
secara dini komplikasi yang terjadi atau mengurangi
penting untuk mendapat perhatian. Hal ini perlu
faktor risiko yang mungkin terjadi terhadap ibu hamil
karena pencegahan merupakan momen yang paling
maupun janin.7
efektif dalam mendeteksi kelainan pada ibu hamil
Modifikasi
terhadap
layanan
ANC
maupun janin yang dikandungnya, termasuk deteksi
diharapkan dapat memberikan hal yang berbeda dari
terhadap BBLR. Upaya deteksi dini terhadap
pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dan janin
kelainan kandungan maupun kesehatan janin dapat
sampai pada waktu saatnya kelahiran. Layanan
dilakukan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara
modifikasi terhadap antenatal merupakan salah satu
berkala atau rutin yang biasa dikenal dengan sebutan
strategi
antenatal care (ANC).
7
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesehatan maternal maupun perinatal. Identifikasi
Upaya yang telah dilakukan DKK Kulon
kondisi kesehatan sebelumnya, deteksi dini dari
Progo terhadap peningkatan kejadian BBLR pada
komplikasi yang muncul selama kehamilan, promosi
tahun 2012 adalah dengan merekap kejadian BBLR
kesehatan dan pencegahan penyakit serta persiapan
pada tahun 2012 dan menelusuri faktor predisposisi
kelahiran dan perencanaan kesiapan komplikasi
yang melatarbelakangi kejadian BBLR tersebut.
adalah bagian pelayanan antenatal yang mendapatkan
Selain itu, DKK juga membuat sebuah prosedur ANC
modifikasi.7
berkualitas yang dapat diterapkan pada seluruh
Upaya
menurunkan
kematian
dan
Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo. Harapan dari
kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat antar
DKK prosedur ANC berkualitas ini dapat diterapkan
berbagai
oleh seluruh bidan di Kabupaten Kulon Progo.
masyarakat yang dimulai dari tingkat pelayanan
Hal-hal
diperhatikan
sistem
pelayanan
kesehatan
dalam
primer, mencakup berbagai upaya pencegahan,
melakukan deteksi dini terhadap risiko BBLR yaitu
deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan aman
melakukan pengkajian terhadap usia ibu, jarak
dan bersih serta rujukan ke fasilitas rujukan yang
kehamilan
minum
memadai. Untuk mewujudkan hal tersebut salah
minuman beralkohol, melakukan pengkajian terhadap
satunya upaya meningkatkan sumber daya manusia
riwayat
kesehatan khususnya bidan yang memadai baik
ibu,
yang
tingkat
riwayat
bayi
masalah/kompilkasi
ibu
merokok
sebelumnya,
yang
dialami
dan
masalaholeh
ibu,
kuantitas maupun kualitas dan distribusi tenaga bidan
menimbang berat badan dan menghitung kenaikan
yang merata. Keterampilan bidan merupakan penentu
berat badan, mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas),
keselamatan ibu, ketersediaan tenaga terlatih dan
mengukur tinggi fundus uteri serta menghitung TBJ
fasilitas
(Taksiran Berat Janin), melakukan pemeriksaan hb
pelayanan antenatal.
3
akan
mampu
meningkatkan
kinerja
Pelayanan
ANC
perilaku
Berdasarkan data dan hasil studi pendahulan
individu dalam organisasi, dalam hal ini perilaku
maka rumusan masalah dalam penelitian ini
bidan dalam organisasi pelayanan kesehatan. Perilaku
adalah “kinerja bidan dalam pelayanan antenatal
individu dipengaruhi oleh tiga variabel, yaitu variabel
di Kabupaten Kulon Progo belum berjalan seperti
individu
yang diharapkan”.
(kemampuan
merupakan
dan
keterampilan,
latar
belakang, keluarga, tingkat sosial, pengalaman, umur,
2. Pertanyaan Penelitian
asal-usul dan jenis kelamin), variabel organisasi
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan
(sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur,
pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Faktor
supervisi, desain pekerjaan, beban kerja), variabel
apa saja yang mempengaruhi kinerja bidan dalam
psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
deteksi dini risiko
motivasi).
9
BBLR
pada pelayanan
antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
Tahun 2013?”
dilakukan kepada 10 bidan Puskesmas di Kabupaten
3. Tujuan Penelitian
Kulon Progo, didapatkan hasil diantaranya 1)
Tujuan penelitian ini adalah : a) Mengetahui
Sebanyak 8 bidan menyatakan selalu mengkaji
gambaran motivasi bidan, persepsi kepemimpinan
kenaikan berat badan dan melakukan penaksiran
bidan, persepsi supervisi bidan, persepsi imbalan
berat janin setiap ibu hamil melakukan periksa
bidan dan persepsi beban kerja bidan dalam
kehamilan, tetapi 2 bidan jarang melakukan hal
deteksi dini risiko
tersebut.
melakukan
antenatal di wilayah Kabupaten Kulon Progo, b)
pengukuran LILA dan pemeriksaan hb. 3) Sebanyak
Mengetahui gambaran kinerja bidan Puskesmas
4 bidan menyatakan jarang melakukan pengkajian
dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan
terhadap riwayat merokok ibu hamil dan memberikan
antenatal di wilayah Kabupaten Kulon Progo, c)
penyuluhan mengenai bahaya merokok kepada ibu
Menganalisis
hamil. 4) Sebanyak 10 bidan menyatakan bahwa
kepemimpinan,
pelaksanaan supervisi dan umpan balik belum
imbalan dan persepsi beban kerja terhadap kinerja
berjalan terstruktur, pelaksanaannya belum terjadwal
bidan di wilayah Kabupaten Kulon Progo, e)
secara rutin tetapi masih bersifat insidental. 5)
Menganalisis pengaruh secara bersama-sama
Sebanyak 4 bidan menyatakan bahwa banyak sekali
motivasi,
tugas yang harus diselesaikan dan merasa kurang
supervisi, persepsi imbalan dan persepsi beban
cukup waktu. 6) Sebanyak 10 bidan menyatakan
kerja terhadap kinerja bidan Puskesmas dalam
belum ada penghargaan atau insentif yang diberikan
deteksi dini risiko
terhadap kinerja bidan. Penetapan angka kredit bagi
antenatal di wilayah Kabupaten Kulon Progo.
2)
Semua
bidan
sudah
BBLR
pada pelayanan
hubungan
motivasi,
persepsi
persepsi
supervisi,
persepsi
persepsi
kepemimpinan,
BBLR
persepsi
pada pelayanan
jabatan fungsional bidan tidak berdasarkan kinerja, sehingga bidan yang berprestasi dan bidan yang
METODE PENELITIAN
malas mempunyai angka kredit yang sama dan
1.
kenaikan pangkat juga sama. 7) Sebanyak 9 bidan mempunyai
dorongan
untuk
melakukan
Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam
upaya
penelitian ini adalah Explanatory Research.10
deteksi dini risiko BBLR walaupun waktu yang
Merupakan studi kuantitatif dengan pendekatan
tersedia masih terbatas. 8) Sebanyak 8 bidan
cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan
mengatakan bahwa kepala Puskesmas ikut berperan
dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu
serta dalam kegiatan deteksi dini risiko BBLR.
periode waktu tertentu dan setiap subyek studi
1. Rumusan Masalah
4
hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian. 2.
berupa data kejadian BBLR di Kabupaten
10
Kulon Progo.
Subyek Penelitian, Teknik Sampling,
3.
Analisis Data Analisis univariat dilakukan untuk
Pengumpulan Data Subyek dalam penelitian ini adalah
memperoleh gambaran terhadap masing-masing
seluruh bidan di wilayah Puskesmas Kabupaten
variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk
Kulon Progo yang berjumlah 160 bidan. Jumlah
menguji ada tidaknya hubungan antara masing-
sampel sebanyak 118 Bidan Puskesmas pada 21
masing variabel bebas dengan variabel terikat
Puskesmas di Kabupaten Kulon Progo diambil
menggunakan
dengan
multivariat
menggunakan
purposive sampling. Data langsung
teknik
pengaruh
primer
dengan
proporsional
11
berupa
responden
wawancara
variabel
uji
Chi-Square.12
digunakan bersama
terikat
untuk
variabel
Analisis
mengetahui
bebas
menggunakan
uji
dengan regresi
logistic.13
menggunakan
kuesioner, pertanyaan berisi tentang kinerja bidan, motivasi bidan, persepsi kepemimpinan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
persepsi supervisi bidan, persepsi imbalan bidan 1.
dan persepsi beban kerja bidan. Data sekunder Tabel 1
NO 1
2
3
Deskripsi Karakteristik Responden
Distribusi Karakteristik Bidan Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Masa Kerja di Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
Karakteristik Umur : a. < 25 tahun b. 25-35 tahun c. > 35 tahun Jumlah Pendidikan : a. DIII Kebidanan b. DIV Kebidanan/ S1 Kesehatan c. S2 Kesehatan Jumlah Masa Kerja : a. < 3,9 tahun b. 3,9 - 18,1 tahun c. > 18,1 tahun Jumlah
n
%
3 59 56 118
2,54 50 47,46 100
106 11 1 118
89,83 9,32 0,85 100
8 88 22 118
6,78 74,58 18,64 100
Tabel 1. menunjukkan bahwa umur
Menurut Nursalam umur 25-35 tahun
responden termuda yaitu 24 tahun dan tertua
merupakan umur yang cukup matang dalam
yaitu 55 tahun, sedangkan rata-rata umur
perkembangan jiwa seseorang. Berdasarkan
responden
Pendidikan
karakteristik responden diketahui sebagian besar
responden mayoritas DIII Kebidanan, masa
responden berumur 25-35 tahun yang berarti
kerja terendah responden 3 tahun dan masa
responden cenderung mempunyai produktivitas
kerja tertinggi 30 tahun dengan rata-rata masa
kerja yang tinggi dan sudah cukup matang.
kerja 11,86 tahun, median 11,00 dan standar
Tingkat pendidikan adalah salah satu unsur
deviasi 7, 067 .
karakteristik
yaitu
34,89
tahun.
5
seseorang.
Hasil
penelitian
sebagian besar responden berpendidikan DIII
melaksanakan
Kebidanan,
bahwa
memberikan pelayanan sudah cukup banyak.
pendidikan responden sudah memenuhi standar
Pegawai yang berpengalaman dipandang lebih
profesi bidan.
mampu dalam melaksanakan tugas, makin lama
hal
ini
menunjukkan
sebagai
bidan
dalam
Berdasarkan masa kerja, sebagian
bekerja kecakapan seseorang akan lebih baik
besar responden bekerja selama 3,9 – 18,1
karena sudah dapat menyesuaikan dengan
tahun, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman
lingkungan bekerja.
yang Tabel 2.
dimiliki
oleh
responden
dalam
2.
Deskripsi Kinerja Bidan
Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Bidan Dalam Deteksi Dini Risiko BBLR pada Pelayanan Antenatal di Wilayah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013
Kinerja Bidan Tidak Baik (Skor < 159) Baik (Skor ≥ 159) Jumlah
3.
tugas
f 56 62 118
% 47,5 52,5 100
Tabel 2. menunjukkan bahwa kinerja
supervisi bidan dalam deteksi dini risiko BBLR
bidan di wilayah Kabupaten Kulon Progo
pada pelayanan antenatal dengan kategori baik
adalah baik (52,5%) lebih banyak daripada yang
(53,4%)
tidak baik (47,5%). Berdasarkan data tersebut
supervisi yang tidak baik (46,6%). Sasaran atau
diketahui masih banyak bidan yang kinerjanya
obyek dari supervisi adalah pekerjaan yang
tidak baik dalam deteksi dini risiko BBLR pada
dilakukan oleh bawahan (sasaran langsung)
pelayanan antenatal.
serta bawahan yang melakukan pekerjaan
Motivasi Bidan, Persepsi Kepemimpinan Bidan, Persepsi Supervisi Bidan, Persepsi Imbalan Bidan dan Persepsi Beban Kerja Bidan Dalam Deteksi Dini Risiko BBLR pada Pelayanan Antenatal
(supervisi tidak langsung).
lebih
banyak
daripada
persepsi
Persepsi imbalan bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal dengan kategori sesuai (55,1%) lebih banyak
Motivasi bidan dalam deteksi dini
daripada persepsi imbalan yang tidak sesuai
risiko BBLR pada pelayanan antenatal dengan
(44,9%).
kategori tidak tinggi dan tinggi, masing-masing
membantu organisasi mempertahankan pekerja
sebesar
dorongan-
pada biaya yang wajar. Persepsi beban kerja
dorongan yang timbul pada atau di dalam
bidan dalam deteksi dini risiko BBLR pada
seorang individu yang menggerakkan dan
pelayanan antenatal dengan kategori tidak berat
mengarahkan perilaku.9
(51,7%) lebih banyak daripada persepsi beban
50%.
Motivasi
adalah
Persepsi kepemimpinan bidan dalam
Sistem
imbalan
yang
rasional
kerja yang berat (48,3%). Pekerjaan yang
deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan
mempunyai
antenatal dengan kategori baik (50,8%) lebih
menurunkan
banyak daripada persepsi kepemimpinan yang
memungkinkan adanya inferensiasi waktu.
tidak baik (49,2%). Kepemimpinan terjadi
4.
apabila seseorang mempengaruhi pengikutnya untuk menerima permintaannya tanpa tampak adanya
penggunaan
kekuatan.14
Persepsi
6
beban kualitas
kerja
berlebih
hasil
kerja
akan dan
Analisis Hubungan Motivasi, Persepsi Kepemimpinan, Persepsi Supervisi, Persepsi Imbalan dan Persepsi Beban Kerja dengan Kinerja Bidan
Tabel 3.
Motivasi, Persepsi Kepemimpinan, Persepsi Supervisi, Persepsi Imbalan dan Persepsi Beban Kerja dengan Kinerja Bidan
NO
Variabel
Kinerja Bidan Tidak Baik Baik n % n %
Motivasi Tidak Tinggi 1 Tinggi 2 Persepsi Kepemimpinan Tidak Baik 1 Baik 2 Persepsi Supervisi Tidak Baik 1 Baik 2 Persepsi Imbalan Tidak Sesuai 1 Sesuai 2 Persepsi Beban Kerja Berat 1 Tidak Berat 2
45,8 49,2
32 30
54,2 50,8
0,712
Tidak ada hubungan
33 23
56,9 38,3
25 37
43,1 61,7
0,044
Ada hubungan
32 24
58,2 38,1
23 39
41,8 61,9
0,029
Ada hubungan
25 31
47,2 47,7
28 34
52,8 52,3
0,955
Tidak ada hubungan
31 25
54,4 41,0
26 36
45,6 59,0
0,145
Tidak ada hubungan
mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas
persepsi kepemimpinan dan persepsi supervisi,
dengan variabel terikat.
selanjutnya dilakukan analisis regresi sendiridan
secara
Keterangan
27 29
Terdapat hubungan antara variabel
sendiri
p value
bersama-sama
5.
untuk
Analisis Pengaruh Persepsi Kepemimpinan dan Persepsi Supervisi Terhadap Kinerja Bidan
Tabel 4. Hasil Analisis Pengaruh Bivariat No 1 2
Variabel Persepsi Kepemimpinan Persepsi supervisi
B
Sig.
Exp(B)
0,753 0,816
0,045 0,030
2,123 2,261
95.0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1,018 4,431 1,080 4,732
Berdasarkan tabel 4. di atas dapat
persepsi supervisi bidan terhadap kinerja bidan
dilihat bahwa hasil analisis regresi bivariat
dalam deteksi dini risiko BBLR pada pelayanan
menunjukkan variabel persepsi kepemimpinan
antenatal, maka dilakukan uji statistik regresi
dan persepsi supervisi mempunyai nilai p <
logistik ganda metode forward yang dapat
0,25. Sebagai tindak lanjut untuk mengetahui
dilihat pada tabel 5 berikut :
pengaruh secara bersama-sama antara variabel
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Regresi Logistik
bebas
Ganda Metode Forward
persepsi
Supervisi Constant
kepemimpinan
bidan
dan
B
S.E
Wald
df
Sig.
Exp(B)
0,816 -1,146
0,377 0,605
4,685 3,586
1 1
0,030 0,058
2,261 0,318
Persepsi supervisi memiliki pengaruh
95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper 1,080 4,732
dengan responden yang memiliki persepsi
dengan Exp(B) sebesar 2,261. Artinya bahwa
supervisi baik.
responden dengan persepsi supervisi yang tidak baik akan menunjukkan kinerja tidak baik
KESIMPULAN
sebesar 2,261 kali lebih besar dibandingkan
1.
Motivasi bidan dalam deteksi dini risiko BBLR dengan kategori tinggi dan tidak tinggi masing-
7
masing (50%), bidan mempunyai persepsi
a.
sesuai program KIA. b.
c.
pelaksanaan kegiatan supervisi terhadap
risiko BBLR (44,9%) dan bidan mempunyai
bidan Puskesmas. d.
Masih
terdapat
(47,5%)
kinerja
bidan
mengenai
kepada
bidan
bahan
supervisi
(dokumen yang harus disiapkan) dan jadwal supervisi.
pada pelayanan antenatal termasuk kategori
e.
Perlu memberikan penghargaan bagi bidan
tidak baik.
yang melaksanakan deteksi dini risiko
Tidak ada hubungan motivasi dengan kinerja
BBLR pada pelayanan antenatal dengan
bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko
baik.
BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah
f.
Perlu adanya pembaharuan SOP dalam
Kabupaten Kulon Progo (p = 0,712).
upaya deteksi dini risiko BBLR pada
Ada hubungan persepsi kepemimpinan dengan
pelayanan antenatal sebagai pegangan
kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini
bidan Puskesmas.
risiko BBLR pada pelayanan antenatal di
g.
Perlu
adanya
pelatihan
tentang
Wilayah Kabupaten Kulon Progo (p = 0,044).
organization development (OD) dalam
Ada hubungan persepsi supervisi dengan kinerja
rangka meningkatkan pengetahuan Kepala
bidan Puskesmas dalam deteksi dini risiko
Puskesmas mengenai supervisi efektif.
BBLR pada pelayanan antenatal di Wilayah
2. Bagi Puskesmas di Wilayah Kabupaten Kulon
Kabupaten Kulon Progo (p = 0,029).
Progo
Tidak ada hubungan persepsi imbalan dengan
a.
Memperbaiki pola kepemimpinan yang
kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini
diterapkan melalui beberapa cara :
risiko BBLR pada pelayanan antenatal di
1)
Membuat jadwal pertemuan rutin
Wilayah Kabupaten Kulon Progo (p = 0,955).
antara Kepala Puskesmas dengan
Tidak ada hubungan persepsi beban kerja
semua bidan di Puskesmas dalam
dengan kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi
rangka koordinasi mengenai program
dini risiko BBLR pada pelayanan antenatal di
KIA yang sedang berjalan
Wilayah Kabupaten Kulon Progo (p = 0,145). 8.
Mensosialisasikan Puskesmas
Puskesmas dalam deteksi dini risiko BBLR
7.
Selalu menggunakan checklist untuk setiap
dengan kategori tidak sesuai dalam deteksi dini
dalam deteksi dini risiko BBLR (48,3%).
6.
Perlu melakukan penilaian kinerja secara berkala dan obyektif.
persepsi beban kerja dengan kategori berat
5.
supervisi
dalam deteksi dini risiko BBLR (49,2%), bidan
(46,6%), bidan mempunyai persepsi imbalan
4.
jadwal
koordinator bagian Kesga secara rinci
tidak baik dalam deteksi dini risiko BBLR
3.
membuat
kepemimpinan dengan kategori tidak baik
mempunyai persepsi supervisi dengan kategori
2.
Perlu
Faktor
2)
yang paling berpengaruh terhadap
Kepala Puskesmas bersikap terbuka kepada Bidan Puskesmas sehingga
kinerja bidan Puskesmas dalam deteksi dini
komunikasi terjalin dengan baik.
risiko BBLR pada pelayanan antenatal adalah
b.
persepsi supervisi.
Memperbaiki Puskesmas
pola yang
supervisi
Kepala
diterapkan
melalui
beberapa cara :
SARAN
1)
Membuat jadwal supervisi Kepala Puskesmas
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo
secara
rinci
sesuai
program yang ada di Puskesmas
8
koordinasi dengan bidan koordinator
KEPUSTAKAAN
di masing-masing Puskesmas. 2)
1.
Selalu menggunakan cheklist yang dapat dipergunakan sebagai pedoman
2.
setiap melakukan supervisi. 3)
Mensosialisasikan
kepada
bidan
3.
Puskesmas mengenai bahan supervisi (dokumen yang harus disiapkan) dan
4.
jadwal supervisi. 4) 3.
Melakukan monitoring dan evaluasi.
Bagi Bidan Puskesmas di Wilayah Kabupaten 5.
Kulon Progo Memperbaiki kinerja dalam deteksi dini risiko melalui
6.
Menjaring ibu hamil untuk datang ke
7.
tenaga kesehatan untuk periksa ANC
8.
BBLR
pada
pelayanan
antenatal
beberapa cara : a.
secara dini sehingga dapat dilakukan deteksi dini risiko BBLR. b.
Melaksanakan
pelayanan
9. antenatal
khususnya deteksi dini risiko BBLR sesuai
10.
dengan standar pelayanan kebidanan dan
11.
wewenang bidan. 4.
Bagi Peneliti selanjutnya
12.
Dapat meneliti secara lebih mendalam mengenai
13.
pengaruh persepsi supervisi bidan terhadap kinerja bidan dalam deteksi dini risiko BBLR
14.
pada pelayanan antenatal.
9
Depkes RI. Panduan Pelaksanaan Strategi Making Pregnancy Safer dan Child Survival, Jakarta, 2008. Dinas Kesehatan Provinsi DIY. Profil Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2011, Yogyakarta, 2011. Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012, Kulon Progo, 2012. Rahayu, E. Masalah Berat Badan Lahir Rendah di Indonesia, Available from http://www.ekarahayupujilestari.co.cc/2009/05/ masalah-bblr-diindonesia.html (accessed 24 Agustus 2010). Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2011, Kulon Progo, 2011. Depkes RI. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi, Jakarta, 2007. Mufdillah. ANC Fokus, Nuha Medika, Yogyakarta, 2009. Depkes RI. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan Desa, Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat, 2006. Gibson, J.L, Ivancevich, J.M, Donnelly, J.H. Organisasi Perilaku Struktur Proses. 8 ed., Bina Rupa Aksara, Jakarta, 2010, Jilid.1. Machfoedz, I. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Fitramaya, Yogyakarta, 2010. Martono, N. Metode Penelitian Kuantitatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011. Sopiyudin, D. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta, 2009. Yasril, Kasjono, H.S. Analisis Multivariat untuk Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia, Yogyakarta, 2009. Gibson, J.L, Ivancevich, J.M, Donnelly, J.H. Organisasi Perilaku Struktur Proses. 8 ed., Bina Rupa Aksara, Jakarta, 2010, Jilid.2.
10