ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN 240 Menit
Penulis
: Drs.Bambang Warsita, M.Pd
Pengkaji Materi : Dr. Purwanto, M.Pd Pengkaji Media : Dra. Mariana Soemitro
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 2011 Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
1
A. PENDAHULUAN
Halo, apa kabar? Mudah-mudahan Anda dalam keadaan sehat walafiat. Kami yakin Anda tentu sudah siap untuk mempelajari modul ini. Kali ini Anda akan mempelajari modul yang berjudul “Analisis Kebutuhan Sistem Pembelajaran”. Modul ini membahas tentang: 1) konsep dan esensi analisis kebutuhan sistem pembelajaran, 2) prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran, mulai dari tujuan, strategi, media, dan evaluasi, 3) model-model analisis kebutuhan sistem
pembelajaran,
dan
4) langkah-langkah
analisis kebutuhan
sistem
pembelajaran, yaitu mulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menyusun
kisi-kisi
instrumen,
menyusun
instrumen,
mengumpulkan
data,
mengolah dan menganalisis data, serta menyusun laporan hasil. Agar memudahkan untuk dipelajati modul analisis kebutuhan sistem pembelajaran ini dibagi menjadi 5 kegiatan belajar, yaitu: a. Kegiatan belajar 1, membahas tentang konsep dan esensi analisis kebutuhan sistem pembelajaran. b. Kegiatan belajar 2, membahas tentang prinsip-prinsip analisis kebutuhan sistem pembelajaran. c. Kegiatan belajar 3, membahas tentang model-model analisis kebutuhan sistem pembelajaran. d. Kegiatan belajar 4, membahas tentang penyusunan rancangan analisis kebutuhan sistem pembelajaran. e. Kegiatan belajar 5, membahas tentang pelaksanaan analisis kebutuhan sistem pembelajaran. Modul ini dapat Anda pelajari secara mandiri. Dalam mempelajari modul ini sebaiknya Anda pelajari secara bertahap, mulai dari materi pembelajaran yang disajikan pada Kegiatan Belajar-1 yang membahas tentang konsep dan esensi analisis kebutuhan sistem pembelajaran dan mengerjakan soal-soal latihannya serta telah yakin memahaminya, barulah Anda diperkenankan untuk melanjutkan mempelajari materi pembelajaran Kegiatan Belajar-2. Anda dapat melanjutkan mempelajari Kegiatan Belajar-2 setelah Anda memahami materi Kegiatan Belajar-1 Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
2
dan dapat menjawab soal-soal tugasnya dengan benar. Demikian seterusnya, Anda dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya. Jika Anda telah dapat menyelesaikan kegiatan belajar sebelumnya. Satu hal yang penting adalah membuat catatan tentang materi pembelajaran yang sulit Anda pahami. Cobalah terlebih dahulu mendiskusikan materi pembelajaran yang sulit dengan sesama peserta Diklat atau teman sejawat. Apabila memang masih dibutuhkan, Anda dianjurkan untuk mendiskusikannya dengan nara sumber Diklat pada saat kegiatan pembelajaran tatap muka. Di dalam modul ini tersedia soal tugas dan hendaknya semua soal tugas ini Anda kerjakan dengan tuntas. Dengan mengerjakan semua soal tugas yang ada Anda akan dapat menilai sendiri tingkat penguasaan atau pemahamannya terhadap materi yang disajikan dalam modul dan dapat membantu Anda mengetahui bagian-bagian mana dari materi yang disajikan di dalam modul yang masih belum sepenuhnya dipahami. Oleh karena itu, apabila semua soal tugas di setiap Kegiatan Belajar sudah selesai Anda kerjakan, periksalah jawaban Anda dengan menggunakan Kunci Tugas yang disediakan pada bagian akhir dari modul ini. Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar, lalu gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi setiap Kegiatan Belajar.
Rumus Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100% 5 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = cukup - 69 % = kurang Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup memahami materi Kegiatan Belajar. Anda dapat
meneruskan mempelajari
Kegiatan Belajar selanjutnya. Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80% Anda harus bersabar untuk mengulangi mempelajari materi Kegiatan Belajar, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai. Kemudian kerjakan kembali soal tugasnya.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
3
Manfaat mempelajari modul ini membantu Anda untuk dapat melakukan analisis kebutuhan sistem/model teknologi pembelajaran. Selain itu, Anda dapat memperoleh suatu pendekatan yang sistematis, efektif dan efisien dalam menentukan kebutuhan akan sistem atau model pembelajaran. Modul ini juga akan membantu
Anda
dalam
menyusun
rancangan
analisis kebutuhan
sistem
pembelajaran mulai dari mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menyusun
kisi-kisi
instrumen,
menyusun
instrumen,
mengumpulkan
data,
mengolah dan menganálisis data, serta menulis laporan hasil analisis kebutuhan sistem pembelajaran. Oleh karena itu, pentingnya atau kegunaan menguasai modul analisis kebutuhan sistem pembelajaran bagi Anda Pejabat Fungsional PTP adalah memudahkan tugas Anda merancang media pembelajaran, merancang model pembelajaran, merancang model Diklat, dan sebagainya. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari modul ini adalah sekitar 15 x 45 menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran secara tatap muka adalah 4 x 45 menit. Oleh karena itu, Anda dapat membuat catatan-catatan mengenai hal-hal yang perlu didiskusikan selama kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Keberhasilan Anda dalam mempelajari modul ini tentunya tergantung pada keseriusan Anda. Hendaknya Anda tidak segan-segan untuk bertanya tentang materi yang belum Anda pahami kepada nara sumber pada saat kegiatan pembelajaran tatap muka, atau berdiskusi dengan rekan Anda serta berusaha menyelesaikan semua tugas yang ada dalam modul dengan baik. Yakinlah bahwa Insya Allah Anda akan berhasil dengan baik apabila memiliki semangat belajar yang tinggi. Jangan lupa berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kemudahan belajar. Selamat Belajar, Semoga Sukses!
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
4
KEGIATAN BELAJAR-3 MODEL-MODEL ANALISIS KEBUTUHAN SISTEM PEMBELAJARAN 1. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah Anda pelajari Kegiatan Belajar-3 yang membahas model-model analisis kebutuhan sistem pembelajaran, Anda dapat menjelaskan: a. model-model analisis kebutuhan sistem pembelajaran, b. karakteristik model-model analisis kebutuhan sistem pembelajaran , c. pemilihan model analisis kebutuhan sistem pembelajaran.
2. Uraian Materi a. Model-model analisis kebutuhan sistem pembelajaran Bagaimana menganalisis kebutuhan itu? Sebelum mengetahui lebih jauh, kenali dahulu apa yang dimaksud dengan analisis. Analisis kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan tindakan yang tepat (Morrison, 2001). Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan mengadakan analisis kebutuhan (Morrison, 2001), yaitu: 1) Kebutuhan
normatif, membandingkan prestasi peserta didik dengan
standar nasional, misalnya hasil ujian nasional, SMPTN, dan sebagainya. 2) Kebutuhan komparatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang setara atau selevel. Misalnya hasil ujian nasioal peserta didik antara SMP Diponegoro dengan SMP Sudirman. 3) Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau keinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat keterampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara melakukan wawancara. 4) Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misalnya peserta didik
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
5
yang mendaftar melanjutkan ke suatu jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 5) Kebutuhan masa depan, yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misalnya penerapan teknologi pembelajaran yang berbasis multimedia dan web atau berbasis TIK, dan sebagainya. 6) Kebutuhan insidentil yang mendesak, yaitu faktor dampak negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misalnya akibat bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, seperti: gunung berapi meletus, banjir, tanah longsor dan sebagainya. Dalam
menganalisis,
kebutuhan
pembelajaran
dan
analisis
pembelajaran merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam pengembangan sistem pembelajaran, ketika menghadapi masalah tentang pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan analisis kebutuhan sistem pembelajaran Anda dapat menggunakan beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Anda tahu apa yang dimaksud model? Model adalah seperangkat prosedur yang sistematis untuk mewujudkan suatu proses, seperti analisis kebutuhan. Proses sistematis dan sistemik dalam mengembangaan sistem pembelajaran pada umumnya diungkapkan dalam bentuk model. Sebuah model pada umumnya menggambarkan urutan langkah atau kegiatan yang dilakukan secara holistik atau menyeluruh untuk menciptakan sebuah proses pembelajaran. Ada sejumlah model analisis kebutuhan sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh para pakar dalam bidang teknologi pembelajaran. Setiap model pada dasarnya memiliki keunikan, keunggulan dan tentu juga keterbatasan masing-masing untuk dapat diterapkan dalam sebuah situasi pembelajaran tertentu. Secara umum, model analisis kebutuhan sistem pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model yang berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
6
Untuk lebih jelasnya berikut akan diuraikan beberapa model analisis kebutuhan sistem pembelajaran: 1) Model ADDIE Salah satu model pengembangan sistem pembelajaran yang sifatnya
generik
adalah
model
ADDIE
(Analysis-Design-Develop-
Implement-Evaluate). Model ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsi ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun sistem dan model pembelajaran yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja program itu sendiri. Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan seperti disajikan pada gambar berikut:
Gambar 1, Model ADDIE Model ADDIE merupakan salah satu model analisis kebutuhan sistem pembelajaran melalui langkah-langkah berikut: a) Tahap analisis (Analysis) Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan analisis kebutuhan
(needs
assessment),
mengidentifikasi
masalah
(kebutuhan), dan melakukan analisis pekerjaan dan tugas (job and task analysis). Oleh karena itu, output yang akan Anda hasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta didik, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis pekerjaan dan tugas yang rinci berdasarkan atas kebutuhan.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
7
Nah, sebagai contoh misalnya Anda akan melakukan analisis kebutuhan e-pembelajaran (e-learning). Anda dapat melakukan analisis sebagai berikut: (1) memastikan e-learning dapat membantu atau
memudahkan
peserta
didik
dalam
mencapai
tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan, (2) memastikan e-learning adalah suatu solusinya, (3) menentukan dan mengembangkan konten yang dibutuhkan. Ada lima tipe konten, yaitu fakta, konsep, proses, prosedur, dan prinsip strategi, (4) menentukan metode instruksional dan
elemen
media
yang
akan
digunakan,
(5)
bagaimana
mendistribusikan e-learning, (6) perhitungan segi teknis, yaitu spesifikasi
komputer,
jaringan,
dan
konektivitas,
serta
(7)
mengestimasi biaya dan membandingkannya dengan kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh bagi lembaga bersangkutan. Nah, setelah Anda melakukan analisis langkah selanjutnya adalah
DDIE
(Design-Develop-Implement-Evaluate).
Untuk
itu
perhatikan uraian sebagai berikut: b) Tahap perancangan (design) Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Nah, ibarat bangunan, maka sebelum membangun perlu gambar rancang bangun (blue-print) di atas kertas harus ada terlebih dahulu.
Oleh
karena
itu,
desain bagi seorang pengembang
pembelajaran berfungsi sebagai cetak biru atau blue-print bagi ahli bangunan. Apa yang Anda lakukan dalam tahap desain? Tentu yang pertama Anda lakukan adalah merumuskan tujuan pembelajaran yang
SMAR
(spesifik,
measurable,
applicable,
dan
realistic).
Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam hal ini banyak pilihan kombinasi metode dan media pembelajaran yang dapat Anda pilih yang paling relevan. Disamping itu, Anda pertimbangkan pula
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
8
sumber-sumber pendukung lain. Misalnya sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang diperlukan, dan lain lain. Semua itu tertuang dalam satu dokumen bernama desain instruksional atau rancangan pembelajaran yang jelas dan rinci. Selain itu ada contoh yang lain! Misalnya dalam mendesain epembelajaran
(e-learning).
Pada
tahap
ini
Anda
pastikan
pengembangan secara sistematis program e-learning. Lima aspek kunci dalam tahap desain, yaitu: (1) entry behaviors, menjelaskan apa yang harus dikuasai peserta didik sebelum memasuki sistem elearning, (2) learning objectives, menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik setelah terlibat dalam program elearning, (3) learning steps, menjelaskan bagaimana peserta didik terlibat dalam e-learning, (4) performance test, menguji bagaimana tingkat pemahaman dari peserta didik, (5) structure and sequence program outline, menyusun program e-learning yang terstruktur dan berurutan sehingga akan menghasilkan keluaran yang terbaik. Pembelajaran yang berkualitas dapat diwujudkan bilamana proses pembelajaran direncanakan dan dirancang dengan matang dan seksama, tahap demi tahap, dan proses demi proses (Pannen, 2003). Selanjutnya coba Anda buat rancangan pembelajaran dengan memanfaatkan salah satu jenis media untuk satu jenjang pendidikan tertentu. c) Tahap pengembangan (develop) Pengembangan adalah proses mewujudkan desain menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan, atau jika diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dbuat. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba sering disebut pula
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
9
dengan
evaluasi
formatif,
karena
hasilnya
digunakan
untuk
memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang Anda kembangkan. Selain itu, Anda perlu memvalidasi pembelajaran baik aktifitas, metode penyampaian, bahan belajar, dan lain lain untuk memastikan ketercaian tujuan pembelajaran. d) Tahap penerapan atau implementasi (implementation) Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang Anda buat. Artinya pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan di lapangan. Apakah Anda dapat memberikan contoh? Sebuah model pembelajaran memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Selain itu, bila memerlukan penataan lingkungan tertentu, maka lingkungan atau setting tertentu tersebut juga harus ditata atau disiapkan. Barulah diimplementasikan di lapangan sesuai dengan skenario atau desain yang telah disusun. Oleh karena itu, pada tahap pengembangan ini jangan lupa Anda membuat rencana pengelolaan penyelenggaraan programnya dengan baik. e) Tahap Evaluasi (evalaute) Evaluasi
adalah
proses
untuk
melihat
apakah
sistem
pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan tujuan atau tidak. Ingat, tahap evaluasi ini bisa dilaksanakan pada setiap tahapan di atas, yaitu pada tahap analisis, desain, pengembangan dan implementasi. Nah, evaluasi yang dilaksanakan pada setiap tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan perbaikan atau revisi. Coba Anda berikan contoh! Misalnya pada tahap perancangan, mungkin Anda memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya reviu ahli untuk memberikan masukan dan koreksi terhadap rancangan yang sedang Anda kembangkan. Contoh lain, misalnya pada tahap pengembangan konten, mungkin perlu uji coba dari
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
10
produk yang Anda kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain lain. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap langkah di atas dan pada akhir kegiatan pengembangan untuk mendapatkan data dan informasi sehingga apabila ada masalah dapat segera diperbaiki (revisi) dan sekaligus untuk membuat sistem pembelajaran yang lebih baik. Anda baru saja mempelajari model ADDIE, untuk selanjutnya coba pahami model Kemp. Anda tahu model Kemp? Untuk itu ikuti uraian materi berikut! 2) Model Kemp Menurut Kemp pengembangan sistem pembelajaran merupakan suatu lingkaran yang kontinu. Artinya setiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan kegiatan perbaikan atau revisi. Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar jika ditunjukkan dalam sebuah diagram, model ini akan tampak seperti gambar berikut ini:
Gambar 2, Model Kemp Secara singkat, model Kemp ini terdapat beberapa langkah dalam melaksanakan kegiatan analisis kebutuhan sistem pembelajaran, yaitu: a) Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran setiap topik. Artinya dalam mengembangkan sistem pembelajaran Anda harus mengawali dengan mengidentifikasi masalah pembelajaran, antara lain tujuan pembelajaran menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan baik Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
11
yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang digunakan. b) Menganalisis karakteristik peserta didik untuk siapa pembelajaran tersebut didesain atau dirancang. Analisis karakteristik peserta didik ini dapat Anda lakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karateristik peserta didik yang meliputi ciri-cirinya, kemampuan dan pengalaman baik individu maupun kelompok. Coba
Anda
berikan
contoh!
Misalnya
sebelum
Anda
mengembangkan sistem pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran atau berbasis TIK, sebaiknya t e r l e b i h d a h u l u A n d a memiliki informasi y a n g j e l a s u n t u k siapakah program pembelajaran tersebut atau siapakah yang akan menjadi sasaran sistem pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran atau
berbasis
mengidentifikasi
TIK
(target
audience).
karakteristik
sasaran
Artinya program
Anda
harus
pembelajaran
tersebut. Dengan kata lain, sebelum mengembangkan sistem pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran atau berbasis TIK Anda harus mempunyai informasi tentang mereka. Informasi apakah yang perlu Anda ketahui dan relevan untuk pengembangan
program pembelajaran dengan memanfaatkan
media pembelajaran atau berbasis TIK? Ada empat tipe informasi yang sebaiknya Anda ketahui sebelum
mengembangkan
sistem
pembelajaran
dengan
memanfaatkan media pembelajaran atau berbasis TIK tentang karakteristik atau keadaan peserta didik, yaitu: (1) Faktor demografi, misalnya informasi tentang berapa jumlah calon peserta didik? berapa umurnya? apa jenis kelaminnya? kegemaran (hobby)? bagaimana adat istiadat mereka? bagaimana
lingkungan
sosial
dan
buda ya
di
wilayahnya? bagaimana kemampuan ekonominya? Bagaimana keadaan geografisnya (kota besar, kota kabupaten, pinggiran, pedesaan, pegunungan, pantai, dsb) dan lain-lain.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
12
(2) Faktor motivasi, misalnya informasi tentang mengapa mereka mengikuti kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran atau berbasis TIK ini? bagaimana hubungan kegiatan
pembelajaran
dengan
tugas
belajar
mereka?
mengapa mereka memilih untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran atau berbasis TIK ini? apa yang mereka inginkan dari kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran atau berbasis TIK ini? dan lain-lainnya. (3) Faktor belajar, misalnya informasi tentang bagaimana intelegensi dan kapasitas mereka? apakah mereka memiliki pengalaman belajar sebelumnya? apakah mereka memiliki waktu dan fasilitas yang memadai untuk belajar? dan lain-lain, (4) La ta r
b elaka n g
b ida n g
ke ilmuan
a tau
a kadem ik ,
misalnya informasi tentang pe n get ahuan, keterampilan dan sikap apa yang telah mereka kuasai sehubungan dengan materi pembelajaran yang akan mereka pelajari? apakah mereka memiliki “personal interest” dan pengalaman yang relevan? dan lain-lain. Nah, mengenali karakteristik peserta didik (target audience) yaitu peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu merupakan salah satu komponen yang tidak kalah pentingnya dibanding tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran. Hal ini sangat beralasan, karena
kematangan
psikologis
peserta
didik
sangat
mempengaruhi terhadap cara belajarnya. Misalnya peserta didik, mereka belajar karena di dorong oleh kebutuhan untuk memperoleh nilai Ujian Nasional (UN) yang tinggi. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran dilakukannya dengan kesadaran yang tinggi dan motivasi
yang
tinggi.
Untuk
itu
metode
dan
strategi
pembelajaran yang dibutuhkan untuk kelompok ini adalah model
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
13
pembelajaran
yang
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk belajar. Selanjutnya coba Anda identifikasi karakteristik sasaran apabila Anda akan mengembangkan salah satu jenis media pembelajaran berbasis TIK untuk salah satu mata pelajaran dan untuk salah satu jenjang pendidikan tertentu. c) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan indikator atau tolak ukur perilaku peserta didik. Pada tahap ini Anda harus merumuskan indikator yang berfungsi sebagai: (1) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (2) kerangka kerja dalam merencanakan mengevaluasi hasil belajar peserta didik, dan (3) panduan peserta didik dalam belajar. d) Menentukan isi materi pembelajaran yang dapat mendukung setiap tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dapat Anda mulai dengan melakukan analisis tugas yaitu kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pembelajaran, analisis konsep, analisis pemrosesan informasi,
dan
analisis
prosedural
yang
digunakan
untuk
memudahkan pemahaman dan penguasaan peserta didik tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Program Pembelajaran (RPP). e) Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang peserta didik dan memberikan level pengetahuan terhadap suatu topik. Penyusunan instrumen evaluasi, bertujuan untuk menilai hasil belajar, kriteria penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, hal ini dimaksudkan untuk mengukur ketuntasan pencapaian kompetensi dasar yang telah dirumuskan. f) Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi pembelajaran sehingga peserta didik akan mudah mencapai atau menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada tahap
ini pemilihan
strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan, metode,
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
14
pemilihan format sajian yang dipandang mampu memberikan pengalaman
belajar
peserta
didik
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. g) Mengkoordinasi
dukungan
pembelajaran
yang
perlengkapan,
dan
pembelajaran.
Tahap
pelayanan
meliputi jadwal ini
atau
sarana
personalia, untuk
berkaitan
pembelajaran atau sumber belajar.
penunjang
fasilitas-fasilitas,
melaksanakan dengan
rencana
pemilihan
media
Keberhasilan pembelajaran
sangat tergantung pada penggunaan sumber belajar atau media pembelajaran yang dipilih. Nah, jika sumber-sumber belajar dan media pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati, maka dapat mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. h) Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan
kembali
beberapa
fase
dari
perencanaan
yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Anda baru saja mempelajari 2 model analisis kebutuhan sistem pembelajaran. Nah, untuk selanjutnya Anda pelajari model Dick and Carey.
3) Model Dick and Carey Model pengembangan sistem pembelajaran Dick and Carey (1990)
menggambarkan
langkah-langkah
yang
sistematis
dan
menyeluruh dalam mengembangkan sistem pembelajaran. Model Dick and Carey terdiri dari 10 tahapan sebagaimana yang disajikan dalam gambar berikut:
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
15
Gambar 3, Model rancangan pembelajaran Dick and Carey (1990) a) Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran (identity instruyctional goals) Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah pertama yang dapat Anda lakukan untuk menentukan apa yang Anda inginkan setelah peserta didik melaksanakan pembelajaran. Identifikasi tujuan pembelajaran dapat Anda peroleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari kegiatan analisis kebutuhan (need assessment), dari kesulitan-kesulitan peserta didik dalam pembelajaran, dari analisis yang Anda lakukan dalam menekuni bidang teknologi pembelajaran, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang aktual atau dari pengalaman praktek dengan kesulitan belajar peserta didik di dalam kelas. Mengapa
tujuan
pembelajaran
harus
diidentifikasi?
Sebagaimana Anda ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,
Anda
sebagai
perancang
sistem
pembelajaran
harus
mempertimbangkan secara mendalam rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi. Mengapa demikian? Maksudnya Anda dalam merumuskan
tujuan
pembelajaran
atau
kompetensi
harus
mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, karakteristik peserta didik, dan kondisi lapangan (Uno, 2007). Oleh karena itu, tujuan Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
16
pembelajaran atau kompetensi harus dirumuskan secara jelas dan dapat diukur, berbentuk tingkah laku. Bagaimana kompetensi
yang
merumuskan baik?
tujuan
Rumusan
pembelajaran
tujuan
pembelajaran
atau atau
kompetensi yang baik adalah: 1) menggunakan istilah yang operasional, 2) berbentuk hasil belajar, 3) berbentuk tingkah laku, dan 4) jelas hanya mengukur satu tingkah laku (Uno, 2007). Selain itu rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang baik itu ialah: a) diformulasikan dalam bentuk yang operasional, b) bentuk produk hasil belajar, c) dalam tingkah laku peserta didik, d) jelas tingkah laku yang ingin dicapai, e) hanya memuat satu tujuan belajar, f) tingkat keluasan atau cakupan yang sesuai, g) rumusan kondisi pembelajaran yang jelas dan cantumkan standar tingkah laku. Tujuan
pembelajaran
dalam
kawasan
apapun
harus
dirumuskan dalam kalimat dengan kata kerja aktif dan operasional serta
yang
menunjukkan
kegiatan
yang
dapat
diamati/dilihat
(Suparman, 2001). Selain itu, tujuan pembelajaran harus berorientasi pada hasil belajar, bukan pada proses pembelajaran. Artinya berupa perilaku (behavior) yang diharapkan dikuasai peserta didik pada akhir kegiatan pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi dapat Anda lakukan dengan menggunakan formulasi ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Rumusan ABCD merupakan singkatan dari komponen-komponen sebagai berikut: (1). Audience adalah individu yang belajar, misalnya peserta didik, peserta Diklat, peserta program pembelajaran dengan segala karakteristiknya. (2). Behavior adalah aspek kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik setelah menempuh program pembelajaran. (3). Condition adalah mencerminkan keadaan atau situasi yang perlu ada pada waktu peserta didik yang belajar melakukan unjuk kerja.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
17
(4). Degree adalah menggambarkan tingkat atau standar yang perlu diperhatikan oleh peserta didik pada waktu menunjukkan kompetensi spesifik yang telah dipelajari. Coba Anda berikan contoh rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi dengan menggunakan formulasi ABCD. Misalnya peserta Diklat JF-PTP dapat menulis laporan analisis kebutuhan sistem pembelajaran dengan menggunakan pedoman penulisan sesuai dengan langkah dan ketentuan yang berlaku. Kemudian jangan lupa Anda berikan contoh lain sesuai dengan tugas dan pekerjaan Anda sehari-hari. b) Melakukan analisis pembelajaran (conducting a goal analysis) Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan tipe belajar yang dibutuhkan peserta didik. Selanjutnya tentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai perilaku awal (entry behavior) yang diperlukan oleh peserta didik untuk memulai pembelajaran. Mengapa
dilakukan
analisis
pembelajaran?
Analisis
pembelajaran ini merupakan langkah awal dan paling penting dalam kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan
analisis
kebutuhan
telah
menghasilkan beberapa kompetensi dasar dari suatu mata pelajaran. Kompetensi-kompetensi dasar tersebut, perlu dipilah-pilah menjadi beberapa
kompetensi
khusus
(enabling
competency).
Proses
pemilahan kompetensi dasar menjadi kompetensi-kompetensi khusus dinamakan analisis pembelajaran. Dengan kata lain, bila Tujuan Instruksional Khusus (TIK) disebut sebagai kompetensi khusus dan Tujuan Instruksional Umum (TIU) disebut kompetensi umum, maka TIK (kompetensi khusus) adalah penjabaran dari TIU (kompetensi umum). Proses penjabaran dari kompetensi umum menjadi kompetensi khusus tersebutlah yang
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
18
dimaksud dengan melakukan analisis instruksional (instructional analysis). Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis (Suparman, 2001). Dengan demikian, analisis instruksional merupakan kegiatan menjabarkan TIU yang berisi kompetensi umum menjadi TIK-TIK yang berisi kompetensi khusus. Selain itu yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis instruksional bukan sekedar menjabarkan TIU menjadi TIK, melainkan juga mencari keterkaitan (hubungan) antara TIK yang satu dengan TIK lainnya. Jadi analisis instruksional adalah
kegiatan
menjabarkan
kompetensi
umum
menjadi kompetensi-kompetensi khusus dan mencari hubungan atau keterkaitan antara kompetensi satu dengan kompetensi lainnya (Situmorang, 2007) Apa tujuan analisis pembelajaran itu? Analisis pembelajaran bertujuan untuk menentukan sekuens atau struktur pembelajaran. Melalui analisis pembelajaran akan teridentifikasi kompetensi khusus mana saja yang mempunyai: 1) struktur hirarkis, artinya peserta didik harus menguasai kompetensi tersebut dahulu sebelum menguasai kompetensi
khusus
berikutnya;
2)
struktur
prosedural,
yaitu
kompetensi khusus yang menjadi prasyarat atas kompetensi yang lain, namun bisa dipelajari oleh peserta didik tanpa harus berurutan (acak); 3) struktur pengelompokan (cluster), yaitu kompetensi khusus yang bukan merupakan prasyarat bagi kompetensi lain dan dapat dipelajari tanpa harus berurutan (acak), dan 4) struktur kombinasi. Dengan demikian identifikasi struktur pembelajaran ini (hirarki, prosedural, kelompok, atau kombinasi) sangat penting. Jadi, produk dari analisis pembelajaran adalah kompetensikompetensi khusus (TIK) yang telah teridentifikasi strukturnya (baik hirarkis, prosedural, maupun rumpun) yang harus dikuasai peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar (TIU). Hasil analisis instruksional ini dapat disusun dalam bentuk peta kompetensi. Oleh
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
19
karena itu, peta kompetensi adalah gambaran struktur suatu mata pelajaran atau mata pelatihan yang memberi informasi kepada instruktur tentang: a) jumlah kompetensi khusus yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi umum (TIU), b) urut-urutan cara membelajarkan, dan c) acuan dalam merumuskan kompetensikompetensi khusus (TIK). Sekarang coba Anda diskusikan dengan teman sejawat untuk menyusun peta kompetensi suatu mata pelajaran atau suatu program pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sesuai dengan tugas dan pekerjaan Anda sehari-hari. c) Mengidentifikasi tingkah laku awal/ karakteristik peserta didik (identity entry behaviours, characteristic) Ketika Anda melakukan analisis terhadap keterampilan yang perlu dipelajari dan tahapan prosedur yang perlu dilewati oleh peserta didik, juga harus Anda pertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki peserta didik saat mulai mengikuti pembelajaran. Nah, yang penting juga untuk Anda identifikasi adalah karakteristik khusus peserta didik yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Analisis pararel terhadap peserta didik dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan peserta didik yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau lingkungan pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran. d) Merumuskan tujuan khusus (write performance objectives) Menuliskan tujuan pembelajaran. Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik
setelah
mereka
menerima
pembelajaran.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
Pernyataan20
pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilanketerampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja. e) Pengembangan tes acuan patokan (developing criterian-referenced test items) Pengembangan tes acuan patokan berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengembangan butir penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik seperti yang diperkirakan dalam tujuan. Dengan kata lain berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa melakukan penilaian. Evaluasi adalah informasi mengenai keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Informasi ini diperoleh dari data yang ada pada diri peserta didik. Pengambilan data tersebut menggunakan instrumen penilaian yang berupa tes. Tes merupakan salah satu prosedur yang komprehensif, sistematik, dan objektif sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pembelajaran. f) Mengembangkan
strategi
pembelajaran
(develop
instructional
strategy) Berdasarkan pada lima tahap sebelumnya, selanjutnya Anda akan mengidentifikasi apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
akhir.
Strategi
pembelajaran
meliputi
kegiatan
pra
pembelajaran (pre-activity), penyampaian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback), pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik peserta didik yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
21
g) Mengembangkan
materi
pembelajaran
(develop
and
select
instructional materials) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk peserta didik, materi pembelajaran, soal-soal tes, dan pedoman untuk guru. Materi pembelajaran meliputi: petunjuk untuk guru, modul untuk peserta didik, transparansi OHP, video, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada. h) Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif (design and conduct formative evaluation) Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formatif yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan belajar. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan dan memperbaiki kegiatan pembeljaran. Ada tiga tipe evaluasi formatif, yaitu uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation). Coba Anda berikan contoh? Misalnya evaluasi terhadap media video/televisi pembelajaran yang telah Anda produksi. Evaluasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memastikan bahwa program video/televisi pembelajaran yang sedang dikembangkan mutunya terjamin dengan baik. Evaluasi formatif dilakukan melalui tahapan previu, dilanjutkan dengan evaluasi terbatas oleh kelompok pengguna, dan kemudian dilakukan kegiatan revisi sebelum media video/televisi pembelajaran tersebut diimplementasikan di lapangan secara terbatas dalam tahap perintisan.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
22
i) Merevisi pembelajaran (instructional revitions) Data yang diperoleh dari evaluasi formatif dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif. j) Mengembangkan evaluasi sumatif (design and conduct summative evaluation) Hasil-hasil
pada
tahap
di
atas
dijadikan
dasar
untuk
mengembangkan sistem pembelajaran yang dibutuhkan. Hasil sistem pembelajaran selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di lapangan. Sampai disini, apakah materi yang baru saja Anda pelajari dapat Anda pahami? Jika belum paham, pelajarilah kembali sampai Anda benarbenar paham dan tidak ada masalah, setelah itu Anda dapat mempelajari materi selanjutnya.
4) Model ASSURE Model ASSURE dikemukakan oleh Smaldino dan kawan-kawan (2008) yang menggambarkan langkah-langkah yang sistematis dan menyeluruh tentang aktivitas yang dilakukan dalam mengembangkan sistem pembelajaran. Model ASSURE adalah langkah-langkah yang digunakan untuk membuat pembelajaran lebih efektif dan terintergrasi dengan menggunakkan teknologi dan media untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik. Model ASSURE merupakan nama singkatan atau akronim dari langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran yang terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
23
Gambar 4, Singkatan atau akronim model ASSURE Model
ASSURE
cocok
digunakan
sebagai
acuan
dalam
merancang pemilihan dan pemanfaatan media dan teknologi dalam menciptakan proses dan aktivitas pembelajaran. Adapun langkahlangkah ASSURE secara rinci sebagai berikut: a) Analyze learner (menganalisis peserta didik). Langkah
pertama
dalam
mengembangkan
sistem
pembelajaran adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik peserta didik yang akan melakukan aktivitas belajar. Siapakah peserta didik yang akan melakukan proses belajar? Pemahaman yang baik akan karakteristik peserta didik akan sangat membantu Anda sebagai guru atau pengembang sistem pembelajaran dalam upaya
memfasilitasi
peserta
didik
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. Tujuan utama para guru atau pengembang sistem pembelajaran adalah memenuhi kebutuhan unik setiap peserta didik sehingga mereka bisa mencapai tingkat belajar yang maksimal. Model ASSURE memberikan kepada Anda pendekatan yang sistematis untuk menganalisis karakteristik peserta didik yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar. Nah, analisis tersebut menyediakan informasi yang memungkinkan Anda secara strategis
merancang
pembelajaran
yang
disesuaikan
dengan
kebutuhan spesifik para peserta didik.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
24
Bagaimana cara mengidentifikasi karakteristik peserta didik? Cara mengidentifikasi karakteristik peserta didik, meliputi beberapa aspek penting, yaitu: (1) karakteristik umum, meliputi usia, kelas, jenis kelamin, kebudayaan dan latar belakang sosial dan ekonomi; (2) kompetensi dasar spesifik peserta didik, merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki atau belum dimiliki peserta didik, keterampilan prasyarat, keterampilan target, dan sikap; (3) gaya belajar (learning style) peserta didik, lebih merujuk kepada sifat-sifat peserta didik, persepsi peserta didik dalam belajar, tingkat emosi serta responnya terhadap lingkungan, seperti: kecerdasan jamak, preferansi dan kekuatan perseptual, kebiasaan memproses informasi, motivasi dan factor-faktor fisiologis. Coba Anda berikan contoh! Misalnya Anda melakukan analisis sederhana
sebelum
memulai
sebuah
program
pembelajaran
seringkali membawa pengaruh yang positip. Cara sederhana untuk mengetahui karakteristik peserta didik dapat Anda lakukan melalui observasi, wawancara, dan pre tes (Pribadi, 2011). Cara ini telah terbukti efektif untuk digunakan dalam mengetahui profil peserta didik yang akan menempuh program pembelajaran. Coba Anda berikan contoh lain. Misalnya bincang-bincang secara informal, observasi dan pre tes dapat Anda gunakan untuk memperoleh informasi tentang karakteristik peserta didik. Informasi yang dapat diperoleh melalui cara ini, antara lain suku bangsa dan latar belakang budaya individu, sosial ekonomi, sikap terhadap materi pembelajaran, dan usia peserta didik. Jika hasil analisis sederhana mengungkapkan bahwa peserta didik memiliki sikap masa bodoh (apatis) terhadap program dan isi pembelajaran, maka apa yang dapat Anda lakukan? Anda dapat menggunakan kombinasi antara metode dan media pembelajaran yang tepat untuk memotivasi dan menarik minat peserta didik agar terlibat dalam aktivitas pembelajaran.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
25
Anda ingat, analisis karakteristik peserta didik ini merupakan bagian dari tahap analisis kebutuhan yang dilakukan sebelum sebuah aktivitas pembelajaran dimulai. Apa tujuan dari analisis karakteristik peserta didik itu? Tujuan analisis karakteristik peserta didik adalah untuk memperoleh informasi tentang profil peserta didik yang akan mengikuti program pembelajaran. Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk memperoleh informasi tentang karakteristik peserta didik, yaitu observasi, kuesioner, wawancara, dan pre tes. Observasi dapat Anda lakukan dengan mengamati calon peserta
atau
peserta
didik
yang
akan
mengikuti
program
pembelajaran. Kegiatan ini dapat Anda lakukan secara informal dengan mengamati prilaku calon peserta atau peserta didik. Prilaku yang diamati adalah prilaku secara umum dan prilaku yang berkaitan dengan cara dan kebiasaan belajar. Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat Anda gunakan untuk memperoleh informasi tentang karakteristik peserta didik. Wawancara dapat dilakukan melalui cara informal. Wawancara dapat Anda lakukan sambil mengamati terhadap calon peserta atau peserta
didik
yang
akan
mengikuti
program
pembelajaran.
Wawancara dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang karakteristik umum peserta didik. Anda dapat pula menggunakan kuesioner untuk menjaring informasi karakteristik umum peserta didik. Kuesioner disebarkan ke responden dalam hal ini peserta didik. Instrumen kuesioner yang perlu diisi peserta didik harus dapat menjaring informasi yang terkait dengan
kesukaan
peserta
didik
dalam
melakukan
aktivitas
pembelajaran. Kesukaan dan kecenderungan yang dipilih peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar sering disebut gaya belajar (Pribadi, 2011). Pre tes merupakan cara yang dapat Anda lakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki calon peserta atau peserta didik yang akan mengikuti program pembelajaran. Hasil pre
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
26
tes dapat memberi informasi yang berguna tentang kompetensi yang telah dimiliki oleh peserta didik sebelum mengikuti program pembelajaran yang sering disebut sebagai kemampuan awal (entry behavior). Selain itu, pre tes juga dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang tingkat penguasaan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh peserta didik sebelum mengikuti program pembelajaran
yang
sering
disebut
kemampuan
prasyarat
(prerequisite skill). Karakteristik peserta didik yang akan mengikuti program pembelajaran perlu Anda ketahui sebagai pengembang sistem pembelajaran
atau
guru.
Mengapa
demikian?
Pemahaman
karakteristik peserta didik ini dimaksudkan untuk memudahkan Anda dalam menentukan tujuan, metode, dan media pembelajaran, serta materi pelajaran yang dapat digunakan untuk memfasilitasi proses belajar peserta didik. b) State objective (merumuskan tujuan) Merumuskan tujuan adalah tahapan dalam menentukan tujuan pembelajaran yang berdasarkan pada analisis kebutuhan atau kurikulum. Tujuan pembelajaran menginformasikan apakah yang sudah dipelajari peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena
itu,
merumuskan
tujuan
harus
difokuskan
kepada
pengetahuan, keterampian, dan sikap yang baru untuk dipelajari. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai, yaitu berupa apakah kemampuan baru yang diinginkan setelah pembelajaran selesai. Apakah tujuan itu termasuk dalam kawasan kognitif, afektif, psikomotor atau kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? dan sebagainya. c) Select media and materials (memilih media dan bahan belajar). Tentu Anda ingat tiga hal dalam pemilihan metode, yaitu media dan bahan belajar maksudnya menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran. Selanjutnya memilih media pembelajaran yang
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
27
sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan memilih dan atau mendesain media pembelajaran, serta memilih program media dan bahan belajar yang cocok. Sedangkan format media yang dipilih tergantung
pada
instruksional
setting
(pembelajaran
klasikal,
kelompok atau mandiri), d) Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan belajar) Menggunakan
media
dan
bahan
belajar
dalam
kegiatan
pembelajaran. Terdapat lima langkah dalam penggunaan media pembelajaran yang baik yaitu, previu bahan belajar, sediakan bahan belajar, sedikan peralatan atau saran dan prasarana, peserta didik dan pengalaman pembelajaran. e) Require learner participation (melibatkan peserta didik) Sebelum peserta didik dinilai secara formal, peserta didik perlu dilibatkan
dalam
aktivitas
pembelajaran
seperti
memecahkan
masalah, simulasi, kuis atau presentasi. Melibatkan peserta didik dalam menggunakan media tersebut, berarti memberi kesempatan peserta didik untuk mempraktekkan kemampuan yang dipelajarinya. f) Evaluate and revise (penilaian dan revisi). Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud
melibatkan
beberaoa
aspek
diantaranya
menilai
pencapaian tujuan, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan peserta didik. Penilaian dan perbaikan atas penggunaan media tersebut. Selanjutnya coba Anda identifikasi satu model analisis kebutuhan sistem pembelajaran untuk diterapkan dalam satu sistem atau model pembelajaran tertentu!. Misalnya Anda akan mengembangkan suatu model Diklat jarak jauh, maka diperlukan suatu proses sistematis dan akurat. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggaraan Diklat jarak jauh dapat berjalan dengan efektif dan efisien, sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Nah, proses mengembangkan Diklat jarak jauh secara sistematis ini dapat Anda
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
28
gunakan model ADDIE melalui tahap: Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Oleh karena itu, tahap pengembangannya dapat melalui
tujuh
langkah berikut: (a) melakukan analisis kebutuhan, baik analisis kebutuhan organisasi, perorangan, atau tugas tertentu; (b) memastikan bahwa peserta Diklat memiliki motivasi dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk menguasai materi pembelajaran Diklat; (c) menciptakan lingkungan Diklat melalui seperangkat materi dan aktivitas pembelajaran yang bermakna, memberikan umpan balik (feedback), dan sebagainya; (d) memastikan bahwa peserta Diklat mengaplikasikan materi Diklat dalam pekerjaannya, baik dilakukan sendiri maupun dengan dukungan atasan atau teman sejawat; (e) mengembangkan rencana evaluasi dengan mengidentifikasi hasil belajar yang diharapkan dan memilih desain evaluasi; (f) memilih model
Diklat
berdasarkan
tujuan
dan
lingkungan
Diklat,
apakah
menggunakan model tradisional atau model jarak jauh, virtual melalui internet, misalnya pemanfaatan e-learning atau mobile learning, dan (g) mengevaluasi program dan melakukan revisi (sesuai kebutuhan) untuk meningkatkan kualitas program Diklat sehingga tujuan Diklat tercapai.
b. Karakteristik model analisis kebutuhan sistem pbemelajaran Setiap model pada dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan setiap kelebihan dari suatu model akan menjadi ciri utama atau karakteristik dari model tersebut. Oleh karena itu, keunikan masing-masing model dapat diuraikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2, Karakteristik Model kaitannya dengan kegiatan analisis kebutuhan sistem pembelajaran No.
Model
1. Model ADDIE
Karakteristik
Implikasinya
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik
Langkah pertama dalam mengembangkan sistem pembelajaran perlu melakukan analisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan analisis pekerjaan dan tugas sehingga
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
29
dapat dikenali profil calon peserta didik. 2. Model Kemp
Menganalisis karakteristik peserta didik untuk siapa pembelajaran tersebut didesain atau dirancang.
Analisis karakteristik peserta didik ini dapat dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan karateristik peserta didik yang meliputi ciricirinya, kemampuan dan pengalaman baik individu maupun kelompok.
3. Model Dick and Identifikasi tujuan pembe- Analisis kebutuhan unCarey lajaran dapat peroleh dari tuk menentukan tujuan adalah kegiatan analisis kebutu- pembelajaran langkah pertama yang han (need assessment), dapat dilakukan untuk dari kesulitan-kesulitan menentukan apa yang peserta didik dalam diinginkan setelah pepembelajaran serta didik melaksanakan pembelajaran sehingga perlu adanya analisis tugas yang tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hirarkis. 4.
Model ASSURE
Diawali dengan kegiatan Analisis karakteristik analisis karakteristik peserta peserta didik ini didik merupakan bagian dari tahap analisis kebutuhan yang dilakukan sebelum sebuah aktivitas pembelajaran dimulai.Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang profil peserta didik yang akan mengikuti program pembelajaran sehingga memudahkan dalam menentukan tujuan, metode, dan media, serta materi pelajaran yang dapat digunakan untuk memfasilitasi proses belajar peserta didik.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
30
Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa semua model memiliki komponen atau langkah analisis hanya rumusannya masing-masing model berbeda dan memiliki fokus yang berbeda-beda. Kegiatan analisis merupakan bagian dari tahap analisis kebutuhan yang dilakukan sebelum sebuah aktivitas pembelajaran dimulai. Analisis kebutuhan ini sangat membantu
Anda
pengembang
sistem
pembelajaran
dalam
upaya
memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, analisis kebutuhan ini sangat membantu Anda pengembang sistem pembelajaran dalam upaya memenuhi kebutuhan unik setiap peserta didik sehingga bisa mencapai tingkat belajar yang optimal. Adapun
karakteristik
model-model
analisis
kebutuhan
sistem
pembelajaran antara lain: 1) Model ADDIE Apa karakteristik Model ADDIE? Model ADDIE (Analysis-Design-DevelopImplement-Evaluate) ini bersifat generik sehingga menjadi pedoman
dalam membangun sistem pembelajaran yang efektif, efisien dan dinamis. Model ADDIE beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dan lain lain.
Adapun tahapan-tahapan dalam model ADDIE yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. 2) Model Kemp Model pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp merupakan suatu lingkaran yang kontinum (Trianto, 2007). Artinya setiap langkah pengembangan
sistem pembelajaran berkaitan langsung
dengan kegiatan perbaikan atau revisi. Oleh karena itu, pengembangan sistem pembelajaran ini dapat Anda mulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Kelebihan model Kemp dalam pengembangan sistem pembelajaran memberi kesempatan dan keleluasaan kepada Anda untuk dapat memulai dari komponen manapun asalkan urutan komponennya tidak berubah. Nah, komponen-komponen tersebut merupakan
suatu
siklus
yang
terus-menerus
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
diperbaiki
setelah 31
dievaluasi dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan peserta didik, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, penentuan prioritas dan identifikasi berbagai kendala yang muncul. Namun, karena kurikulum di Indonesia berorientasi pada pencapaian tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan sistem pembelajaran itu dimulai dari penetapan dan perumusan tujuan. Anda tahu apa kelebihan model Kemp dalam melakukan pengembangan sistem pembelajaran. Kelebihan dari model Kemp, antara lain: (a) diagram pengembangannya berbentuk bulat telur yang tidak memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas, (b) bentuk bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara unsur-unsur yang terlibat, (c) dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk dilakukan perbaikan atau revisi, sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama pelaksanaan program pembelajaran. 3) Model Dick and Carey Apa karakteristik model Dick and Carey? Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis untuk mengetahui kebutuhan sistem pembelajaran dan mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dipecahkan. Model Dick and Carey menerapkan tahapan ini, maka pengembangan sistem pembelajaran yang dilakukan berbasis kebutuhan dan pemecahan masalah. Model ini juga memungkinkan peserta didik menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Selain itu, model Dick and Carey sangat cocok untuk pembelajaran individual berbasis komputer. Penerapan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan untuk: (1) pada awal proses pembelajaran peserta didik dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
32
pembelajaran, (3) menerangkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merancang sistem pembelajaran. Adakah keuntungan dari model Dick and Carey? Keunggulan model Dick dan Carey ini terletak pada analisis tugas yang tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hirarkis. Disamping itu adanya uji coba yang berulang kali sehingga diperoleh sistem pembelajaran yang dapat diandalkan. Jika tadi keunggulan dari model Dick and Carey, apakah juga ada kelemahannya? Kelemahan model ini adalah uji coba tidak diuraikan secara
jelas
kapan
harus
dilakukan
dan
kegiatan
revisi
baru
dilaksanakan setelah diadakan tes formatif. Sedangkan pada tahaptahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya pengkajian ahli (validasi). 4) Model ASSURE Apa karakteristik model ASSURE? Model ASSURE ini berorientasi pada produk adalah model analisis kebutuhan sistem pembelajaran untuk menghasilkann suatu produk, biasanya berbentuk media dan sumber belajar,
misalnya:
modul,
audio/radio
pembelajaran,
televisi/video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau bahan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Dengan model ASSURE ini diharapkan Anda dapat memilih jenis media dan bahan belajar yang tepat dalam proses pembelajaran. Anda tahu mengapa demikian? Model ASSURE menggunakan langkahlangkah sebagai berikut:
(1) Analyze leraner (menganalisis peserta
didik); (2) State objective (merumuskan tujuan); (3) Select media and materials (memilih media dan bahan belajar); (4) Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan belajar), (5) Require learner participation (melibatkan peserta didik) ; dan (6) Evaluate and revise (penilaian dan revisi). Oleh karena itu, langkah-langkah model ASSURE dapat digambarkan sebagai berikut:
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
33
Gambar 5, model ASSURE Dengan menerapkan model ASSURE tersebut diharapkan Anda dapat memilih jenis media dan bahan belajar yang tepat dalam proses pembelajaran. Pemilihan media pada dasarnya membandingkan antara satu jenis media dengan jenis media yang lain. Dengan kata lain, membandingkan suatu jenis media dengan kreteria. Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan pada kreteria tertentu. Kriteria, tolok ukur atau standar adalah sesuatu ukuran yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk memilih atau mengevaluasi sesuatu. Oleh karena itu, setiap hasil evaluasi diperlukan kriteria penilaian yang akan digunakan dalam analisis data. Kriteria evaluasi media dan bahan belajar adalah aturan untuk menentukan peringkat kondisi sesuatu atau rentangan nilai, agar data yang diperoleh dari lapangan dapat dipahami oleh orang lain dan bermakna bagi pengambil keputusan dalam rangka memilih media dan bahan belajar yang terbaik, tepat, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Wujud dari kriteria itu berupa tingkatan atau gradasi kondisi sesuatu yang dapat ditransfer menjadi nilai. Bagaimana masih bersemangat? Jika tidak ada masalah Anda dapat mempelajari materi selanjutnya. c. Pemilihan model analisis kebutuhan sistem pembelajaran Berdasarkan uraian di atas, kita mengenal adanya berbagai model analisis kebutuhan sistem pembelajaran. Apa keuntungan mengenal adanya berbagai model analisis kebutuhan sistem pembelajaran? Apakah Anda Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
34
tahu? Beberapa keuntungan itu antara lain adalah dapat memilih dan menerapkan salah satu model analisis kebutuhan sistem pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang Anda hadapi di lapangan. Selain itu, Anda dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, atau Anda juga dapat meneliti dan mengembangkan model yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Dengan kata lain, Anda dapat melakukan modifikasi model yang telah ada disesuaikan dengan kebutuhan atau keperluan yang Anda inginkan. Bagaimana cara untuk melakukan modifikasi model? Modifikasi model dapat Anda lakukan dengan cara: (a) memperjelas urutan atau langkah kegiatan yang semula tidak jelas urutannya, (b) mengganti istilah yang memiliki jangkauan lebih luas dan biasa Anda gunakan di lapangan, (c) menambahkan kegiatan yang dianggap perlu dalam pengembangan sistem pembelajaran dan instrumen penelitian yang akan dilakukan, (d) mengurangi tahap atau kegiatan yang dianggap tidak perlu. Lalu apa perbedaan model analisis kebutuhan sistem pembelajaran yang satu dengan yang lain? Perbedaan tersebut terletak pada empat faktor (Suparman, 2004), yaitu: 1) tingkat penggunaannya, seperti pada tingkat institusi/lembaga, tingkat mata pelajaran, dan tingkat topik tertentu; 2) penggunaan istilah pada setiap tahap dan langkah, 3) jumlah langkah pada setiap tahap, dan 4) lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan. Anda ingat tidak ada suatu model analisis kebutuhan sistem pembelajaran
yang
dapat
memberikan
resep
paling
ampuh
untuk
mengembangkan suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menentukan model analisis kebutuhan sistem pembelajaran tergantung pada pertimbangan Anda terhadap model yang akan digunakan atau pilih. Selanjutnya tahukah Anda apa kreteria yang dapat digunakan dalam pemilihan model analisis kebutuhan sistem pembelajaran? Pemilihan model analisis kebutuhan sistem pembelajaran harus berorientasi pada: a) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, b) krakteristik sasaran, c) jenis media pembelajaran
yang
akan
dikembangkan,
d)
kemudahan
dalam
penerapannya di lapangan, e) tingkat keefektifan, dan f) nilai efisiensi.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
35
Coba Anda berikan contoh! Misalnya Anda dalam melakukan analisis kebutuhan sistem pembelajaran memilih atau menetapkan model Dick and Carrey apa dasar pertimbangannya? Dasar pemilihan model Dick and Carrey (Uno, 2007) dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) Model Dick and Carrey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga mudah dalam penerapannya. 2) Kesepuluh langkah model Dick and Carrey menunjukkan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah yang lainnya. Dengan kata lain, model ini sangat sistematis, sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. 3) Model Dick and Carrey diawali dengan langkah analisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum KTSP yang berlaku di sekolah. Sekarang coba Anda berikan contoh yang sesuai dengan bidang pekerjaan Anda sehari-hari! Misalnya analisis kebutuhan model dan format sajian multimedia pembelajaran. Dalam melakukan analisis kebutuhan model
dan
format
sajian
multimedia
pembelajaran
Anda
perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a) tuntutan kurikulum (Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator), (b) kebutuhan di lapangan, (c) karakteristik sasaran, apakah untuk peserta didik SD, SMP, SMA/SMK, d) potensi multimedia pembelajaran untuk pemecahan masalah atau kebutuhan pembelajaran, dan e) trend perkembangan masa depan. Nah, sampai disini apakah uraian materi yang baru saja Anda pelajari sudah dapat Anda pahami? Untuk mengingat kembali uraian materi yang baru saja Anda pelajari, Anda dapat membaca rangkuman sebagai berikut!
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
36
Rangkuman Berbagai model analisis kebutuhan sistem pembelajaran yang dapat Anda antara lain: a) model ADDIE, b) model Kemp, c) model Dick and Carey, d) model Teaching Research System, e) model Gagne, f) model ASSURE,
dan
lain
lain.
Setiap
model
analisis
kebutuhan
sistem
pembelajaran pada dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing, dan setiap kelebihan dari suatu model itu menjadi cirri utama atau karakteristik dari model itu.
Oleh karena itu, pemilihan model analisis
kebutuhan sistem pembelajaran harus berorientasi pada: a) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, b) krakteristik sasaran, c) jenis media pembelajaran
yang
akan
dikembangkan,
d)
kemudahan
dalam
penerapannya di lapangan, e) tingkat keefektifan, dan f) nilai efisiensi.
A. B. C.
GLOSARIUM
Analisis kebutuhan suatu kegiatan ilmiah yang melibatkan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber informasi untuk mengetahui kesenjangan antara keadaan yang seharusnya terjadi dengan keadaan yang senyatanya terjadi Analisis kebutuhan sistem pembelajaran pendekatan yang sistematis dan sistemik dalam memecahkan kesenjagan dalam sistem pembelajaran Analisis pembelajaran Proses menjabarkan prilaku umum menjadi prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis Esensi analisis kebutuhan sistem pembelajaran suatu pendekatan yang sistematis, efektif dan efisien dalam menentukan kebutuhan akan sistem pembelajaran Identifikasian masalah upaya memetakan masalah-masalah serta menyusunnya berdasarkan skala perioritas, sehingga proses pemecahan masalah menjadi sitematis dan tepat sasaran Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
37
Implementasi langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran di lapangan Kebutuhan kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya Kebutuhan pembelajaran kebutuhan yang memerlukan penyelesaian dengan melaksanakan kegiatan instruksional/pembelajaran Model adalah seperangkat prosedur yang sistematis untuk mewujudkan suatu proses
Pengembangan proses menerjemahkan spesifikasi desain menjadi kenyataan (bentuk fisik) Pembelajaran proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lengkungan belajar atau usaha untuk membuat peserta didik belajar Sistem pembelajaran suatu set peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses belajar
Sumber Acuan
Abidin, zaenal, Analisis Kebutuhan Pembelajaran dan Analisis Pembelajaran dalam Desain Sistem Pembelajaran, Jurnal Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007 (website: http// www.ums.ac.id) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan ke 10 , Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta, 1996 Cronbach, Lee J., Educational Psychology 3rd Edition. Brace Jovanovich Inc., 1977
New York: Harcourt
Degeng, Nyoman.S, Paradigma Pendidikan:dari Behavioristik ke Konstruktivistik, Bahan presentasi, Univ. Negeri Malang, 2007.
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
38
DePorter, Bobbi, & Hermacki, Mike, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terj. Alwiyah Abdurrahman, Bandung, Penerbit Kaifa, 1992. Dick, Walter and Carey Lou, The Systematic Design of instruction 3rd Ed, Includes Bibliographical References, USA, Walter Dick and Lou Carey 1990. Kozma, Robert B., Lawrence W. Belle and George W. Williams. Instructional Techniques in Higher Education . New Jersey: Educational Technology Publications Inc., 1978 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2004. Morrison, Gary. R, Steven M, Ross, Jerrold E Kemp : Designing Effective Instruction, Third Edition John Wiley and Sons, inc printed in the USA 2001. Model Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh, Jakarta: Pustekkom-PPPPTK Bahasa, 2007. Pribadi, Benny A., Model ASSURE Untuk Mendesain Pembelajaran Sukses, Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2011. Seels, Barbara B. & Richey, Rita C., Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya, Terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, R. Rahardjo, Yusufhadi Miarso, Jakarta: Penerbit IPTPI & LPTK, 2000. Smaldino, E. Sharon, Lowther, Deborah L, Russell, James D, Instructional Technology and Media for Learning. Pearson: Prentice Hall, Inc., 2008 Singarimbun, Masri, & Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survai, Jakarta: Penerbit LP3ES, 1989 Situmorang, Robinson, GBPP, Teknik Pengembangan dan Pemanfaatannya Untuk Mencapai Kompetensi dalam Pembelajaran, Jakarta. Pustekkom Depdiknas, 2007. Sudirdjo, Sudarsono, Televisi sebagai suatu sumber belajar untuk menunjang penyelenggaraan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, Jakarta: Desertasi Program Pasca Sarjana IKIP Jakarta, 1995. Suparman, M. Atwi, Desain Instruksional, Jakarta: Pusat Penerbitan universitas Terbuka, 2004. Supriatna, Dadang, & Mulyadi, Mochamad, Konsep Dasar Desain Pembelajaran (Bahan ajar untuk Diklat E-Training PPPPTK TK dan PLB), Bandung: Penerbit PPPPTK TK & PLB, 2009 Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
39
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Penerbit Alpabeta, 2006. Sudjana, Djudju, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Soekamto, Toeti, Evaluasi Hasil Belajar, Jakarta: Pelatihan PEKERTI Universitas Negeri Jakarta, 2004. Trianto. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Pustaka Ilmu, 2007 Trianto. Model Pembelajaean Inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Surabaya: Pustaka Ilmu, 2007 Tri Wijaya, Agustina, Media Pembelajaran Huruf Hiragana dan Katakana untuk Pemula Berbasis Multimedia Menggunakan Macromedia Flash, Yogyakarta: Skripsi UNY, 2011 Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara, 2007. Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Penerbit PT. Reneka Cipta, 2008. Warsita, Bambang, Pendidikan Jarak Jauh: Perancangan, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi Diklat, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, 2011. ADDIE
Instructional Design Model. Retrived December 20 2006. Website: http://itsinfo.tamu.edu/workshops/handouts/pdf_handouts/addie.pdf
Website:
http://anrusmath.wordpress.com/2008/08/16/pengembangan, pada tanggal 9 Januari 2012
diunduh
Website:http://duniaroy.wordpress.com/2010/12/07/pengembangan-sistempembelajaran-model-dick-carey-dan-carey/ di unduh pada 31 Oktober 2011 Website:
http://www.teknologipendidikan.net/2008/08/06/model-pengembangansistem-pembelajaran-bagi-penyiapan-sumberdaya-manusia-era-informasi
Website:http://www.mediapendidikan.net/index.php?option=com_content&view=cat egory&id=31&Itemid=35
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
40
Website:http://fakultasluarkampus.net/mengembangak-sistem-pembelajarandengan-model-addie/ Website:http://www.ak-ishaq.com/2011/01/model-pengembangan-menurut-
kemp.html Website:http://bkd.jogjaprov.go.id/detail/id/post/269, diunduh 13 Februari 2012
Website:http://mayadikiria.wordpress.com/2011/05/24/assure-model/, tanggal 21 Maret 2012
Serial Modul Diklat Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (Diklat JF-PTP)
diunduh
41