UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS KEBUTUHAN DAN MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH PADA GENERASI Y
MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Fajar Torang Parulian Gultom 1106085200
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI KEKHUSUSAN PERIKLANAN DEPOK DESEMBER 2014
Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
ANALISIS KEBUTUHAN DAN MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH PADA GENERASI Y Fajar Torang Parulian Gultom Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email:
[email protected] Abstrak Penetrasi penggunaan internet di Indonesia sekarang ini sedang mengalami perkembangan yang pesat. Dari berbagai aktivitas penggunaan internet, media sosial menjadi pilihan utama yang paling sering diakses. Menurut Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan, Generasi Y yang merupakan pengguna terbesar media sosial, menjadikan platform ini sebagai sarana untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka. Hingga saat ini, terdapat beberapa pilihan media sosial yang salah satunya adalah Path. Sejak awal kemunculannya, Path terbukti telah menarik perhatian Generasi Y di Indonesia. Path dianggap dapat memenuhi kebutuhan Generasi Y akan sosialisasi, penghargaan diri, dan aktualisasi diri, sesuai dengan Teori Hierarki Kebutuhan. Fungsi Path yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan Generasi Y, menjadikan generasi ini memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada media sosial ini. Kata kunci: Media Sosial; Path; Generasi Y; Teori Hierarki Kebutuhan; Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan
NEEDS AND MOTIVATION ANALYSIS TOWARDS SOCIAL MEDIA PATH USAGE IN GENERATION Y Abstract The penetration of internet usage in Indonesia nowadays quite has been in rapid growth. From various types of internet usage, social media has become the primary choice to be accessed. According to the Uses and Gratifications Theory, Generation Y, which has highest rate in using social media, uses this platform as a tool to fulfill their desires and needs. Until now, there are several types of choices in social media, which one of them is Path. Since the first emersion, it is proven that Path has grabbed the attention of Generation Y in Indonesia. Path is considered to be able to fulfill the needs of Generations Y related to socialization, self respect, and self actualization according to the Hierarchy of Needs. The function of Path that able to fulfill the desires and needs of Generation Y, create a high level of dependency towards this social media. Keywords: Social Media; Path; Generation Y; Hierarchy of Needs Theory; Uses and Gratification Theory
Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
1
I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Teknologi
komunikasi
sekarang
ini
sedang
mengalami
perkembangan
pesat.
Perkembangan teknologi komunikasi pada dasarnya sudah terjadi sejak penemuan internet pada tahun 1957, namun saat itu internet belum dapat dinikmati secara terbuka. Barulah ketika ditemukan aplikasi World Wide Web (WWW) pada tahun 1990 oleh Sir Timothy John “Tim” Berners–Lee memungkinkan internet untuk dinikmati oleh semua orang 1 . Sejak saat itulah pertumbuhan pengguna internet terus mengalami peningkatan yang signifikan. Survei yang dilakukan International Telecomunications Union (ITU) menunjukkan bahwa pengguna internet dunia saat ini berjumlah 2,9 miliar jiwa dan diprediksi akan meningkat hingga mencapai angka tiga miliar pada akhir tahun 2014, dimana 2/3 dari pengguna internet berasal dari negara berkembang 2. Hal serupa juga terjadi di Indonesia, dimana angka pengguna internet terbilang tinggi. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), saat ini terdapat 82 juta jiwa yang menggunakan internet dari keseluruhan 230 juta jiwa penduduk Indonesia, meningkat dari tahun 2013 yang mencapai angka 71, 19 juta jiwa. Hal ini menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan Kemkominfo, 80% pengguna internet di Indonesia berasal dari kalangan muda dan remaja (Generasi Y) 3. Ketika berbicara mengenai internet di Indonesia maka tidak akan jauh dari konteks media sosial. Media sosial merupakan kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun atas fondasi ideologi dan teknologi Web 2.0 yang memungkinkan pertukaran dan penciptaan konten antar 1
Howe, W. (2012, 13 September). A Brief History of the Internet. Diakses pada 22 November 2014, dari http://www.walthowe.com/navnet/history.html 2 K. Nistanto, R. (2014, 8 Mei). Tahun Ini, Pengguna Internet Capai 3 Miliar. Diakses pada 22 November 2014, dari http://tekno.kompas.com/read/2014/05/08/1114312/tahun.ini.pengguna.internet.capai.3.miliar 3 Kemkominfo: Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta. (2014, 8 Mei). Diakses pada 22 November 2014, dari http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo: Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta/0/berita_satker#.VICOuNKUe3J
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
2
penggunanya (Kaplan & Haenlein, 2010). Sejak awal kemunculannya di Indonesia, media sosial memang sudah mendapat respon positif dari pengguna internet, namun momentum ketenaran media sosial di Indonesia terjadi pada tahun 2002 ketika Friendster pertama kali muncul. Friendster selama beberapa tahun menjadi pilihan media sosial utama para pengguna internet dan hal ini juga ditandai dengan munculnya berbagai jenis media sosial lainnya seperti LinkedIn, Myspace, Wiser, Facebook, dan Twitter. Seiring berjalannya waktu Friendster mulai dirasa kurang praktis dan inovatif sehingga membuat para penggunanya berpindah ke media sosial lainnya seperti Facebook, dan Twitter yang saat itu menjadi fenomena baru menggantikan Friendster. Hingga saat ini, telah banyak bermunculan jenis media sosial lainnya seperti Instagram, Path, Soundcloud, dan Foursquare, yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan para pengguna internet di Indonesia 4. Survei yang dilakukan Global Web Index Wave menyatakan Indonesia sebagai negara yang memiliki angka pengguna media sosial paling besar di Asia. Indonesia tercatat memiliki 79,7% pengguna aktif media sosial mengalahkan Filipina 78%, Malaysia 72%, dan Cina 67% 5. Tingginya angka pengguna media sosial juga disebabkan oleh meningkatnya angka pembelian smartphone di Indonesia. Berdasarkan survei Mediacells, Indonesia menduduki posisi lima di seluruh dunia sebagai negara yang paling banyak menjual smartphone pada tahun 2014, sebanyak 46 juta keping. Keberadaan smartphone mempermudah pengguna internet untuk mengakses akun media sosialnya tanpa harus repot menggunakan laptop atau komputer 6. Di tengah maraknya penggunaan media sosial yang ada di Indonesia, ada satu jenis media sosial yang menjadi fenomena baru sekarang ini, yaitu Path. Path merupakan media sosial yang digunakan untuk saling bertukar foto atau komentar dengan kerabat terdekat saja. Path berbentuk seperti jurnal digital, yang memungkinkan penggunanya untuk menceritakan kehidupan dan aktivitas hariannya melalui fitur–fitur unik dan menarik yang disediakan, seperti fitur profil, 4
Munajat, W. (2013, 7 Desember). Sejarah Perkembangan Sosial Media. Diakses pada 23 November 2014, dari http://www.info-digitalmarketing.com/2013/12/sejarah-sosial-media-sejarah.html 5 MA, A. (2014, 13 Februari). Statistik: Internet, Sosial Media dan Mobile di Indonesia 2014. Diakses pada 22 November 2014, dari http://bebmen.com/4027/statistik-internet-sosial-media-dan-mobile-di-indonesia.html 6 Heriyanto, T. (2014, 3 Februari). Indonesia Masuk 5 Besar Negara Pengguna Smartphone. Diakses pada 22 November 2014, dari http://inet.detik.com/read/2014/02/03/171002/2485920/317/indonesia-masuk-5-besar-negarapengguna-smartphone7.
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
3
belanja, unggah foto atau video, lokasi, status, tidur, komentar, emosi, dan sebagainya 7. Berbeda dengan media sosial lainnya, Path hadir menawarkan ekslusifitas yang dapat dilihat dari lingkaran pertemanannya yang sangat terbatas, yaitu lima ratus orang. Sejak muncul pertama kali pada November 2010, media sosial ini memang begitu diminati. Berdasarkan informasi yang didapat dari CEO Path, Dave Morin, angka pengguna Path di Indonesia hingga tahun 2014 mencapai empat juta jiwa, dari total dua puluh juta jiwa pengguna di seluruh dunia, yang mayoritasnya berasal dari kalangan muda. Hal ini menjadikan Indonesia menduduki peringkat teratas sebagai negara yang paling aktif dalam menggunakan media sosial ini 8. Media sosial, khususnya Path, tidak akan bisa lepas dari Generasi Y, yang menjadi target utamanya. Kapner (1997) menjelaskan Generasi Y sebagai orang-orang yang lahir pada tahun 1979 hingga 1994. Generasi ini tumbuh bersamaan dengan perkembangan komputer, email, dan mobile communication dimana mereka menggunakan internet sebagai sumber utama informasi (Bakewell & Mitchell, 2003). Oleh karena itu, Generasi Y memang tepat dijadikan target utama Path, karena karakteristik mereka yang peka akan penggunaan internet. Tingginya angka pengguna Path juga dikarenakan Path menyesuaikan diri dengan kebutuhan kalangan muda ketika mengakses internet seperti yang telah dicetuskan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersama UNICEF mengenai perilaku internet di kalangan anak muda, yaitu untuk mencari informasi, teman lama atau baru, dan hiburan 9. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian singkat dari latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalah yang ada sebagai berikut : Bagaimana Kebutuhan Generasi Y memotivasi mereka dalam menggunakan Path? 7
Andi Susanto, D. (2012, 6 April ). Path, jejaring sosial yang batasi pertemanan dengan banyak orang. Diakses pada 23 November 2014, dari http://www.merdeka.com/teknologi/path-jejaring-sosial-yang-batasi-pertemanan-denganbanyak-orang.html 8 Kristo, F. (2014, 20 April). Indonesia Kuasai Path. Diakses pada 23 November 2014, dari http://inet.detik.com/read/2014/04/22/102258/2561561/398/indonesia-kuasai-path 9 Panji, A. (2014, 19 Februari). Hasil Survei Pemakaian Internet Remaja Indonesia. Diakses pada 23 November 2014, dari http://tekno.kompas.com/read/2014/02/19/1623250/Hasil.Survei.Pemakaian.Internet.Remaja
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
4
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Mengetahui pola kebutuhan Generasi Y yang memotivasi mereka dalam menggunakan Path. II. Tinjauan Teoritis 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Generasi Y Kapner (1997) mengkategorikan Generasi Y sebagai orang–orang yang lahir pada tahun 1979 hingga 1994. Generasi Y hidup di era digital, sehingga mereka mengerti dan memiliki akses terhadap komputer yang menunjukkan bahwa Generasi Y sudah hidup dengan internet dan sangat fasih dalam mengoperasikannya. (Moriarty, 2004). Dijelaskan pula karena Generasi Y hidup pada masa dimana perkembangan teknologi terus mengalami perubahan secara cepat, membuat mereka menjadi lebih open minded, menghargai adanya perbedaan, fast learner, dan peka akan perkembangan teknologi ("Generation Y: The Millennials: Ready or Not, Here They Come," 2006). Salah satu karakter psikografis dari generasi Y dijelaskan oleh Ronald D. Michman pada buku Lifestyle Marketing adalah Socially Driven dimana kelompok ini memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang sedang menjadi trend di kalangan masyarakat. Pada awalnya Generasi Y menggunakan media sosial hanya untuk sekedar merasakan tergabung dalam suatu komunitas (Valkenburg, 2006). Namun sering berjalannya waktu, penggunaan media sosial semakin berkembang, dimana Ruth N. Bolton dalam Understanding Generation Y And Their Use Of Media sosial: A Review And Research Agenda, menjelaskan bahwa terdapat enam kebutuhan utama Generasi Y ketika mengakses suatu media sosial, yakni: 1. Contributing Kebutuhan untuk berkontribusi dengan lingkungan sosial, sebagai sarana untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. 2. Sharing
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
5
Media sosial sebagai sarana untuk berbagi informasi, baik itu berbagi informasi mengenai diri sendiri ataupun orang lain. 3. Searching for Content Media sosial sebagai sarana pencari untuk memuaskan rasa penasaran mengenai suatu konten. 4. Consuming Media sosial sebagai sarana komsumsi, terkait berita, kabar, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan masing–masing pengguna 5. Participating Media sosial sebagai sarana partisipasi pengguna dengan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. 6. Playing Media sosial tidak hanya sebagai sarana yang memenuhi kebutuhan sosialisasi, tetapi juga sebagai sarana memenuhi kebutuhan bermain penggunanya. Bila dikaitkan dengan pembahasan mengenai Path, konsep Generasi Y digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik pengguna Path di Indonesia. Mayoritas pengguna Path tergolong dalam Generasi Y dimana generasi ini menggunakan internet dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga keberadaan media sosial ini tidak akan dianggap sesuatu yang baru bagi mereka. Berdasarkan pembahasan, Path juga telah memenuhi enam kebutuhan yang dicari generasi Y ketika mengakses media sosial, yaitu Contributing, Sharing, Searching for Content, Consuming, Participating, dan Playing. 2.1.2. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham H. Maslow melalui Teori Hierarki Kebutuhan mengatakan bahwa manusia memiliki lima tingkatan kebutuhan hidup yang selalu diusahakan agar tercapai. Kebutuhan-
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
6
kebutuhan tersebut memiliki tingkatan, mulai dari yang terendah hingga yang tertingi. Maslow menguraikan kebutuhan manusia ke dalam lima tingkatan, yakni : 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar dari setiap manusia hidup, yaitu kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. 2. Kebutuhan akan Rasa Aman Kebutuhan yang dicari setelah kebutuhan dasariah telah terpuaskan. Kebutuhan akan rasa aman terbagi menjadi dua, yaitu perlindungan psikis dan fisik. Perlindungan psikis berupa perlindungan dari ancaman suatu kejadian yang dapat menyebabkan luka trauma, sedangkan perlindungan fisik dapat berupa perlindungan dari ancaman terhadap tubuh. 3. Kebutuhan Sosial Setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, manusia akan memerlukan kebutuhan sosial yang mencakup rasa perhatian, kebersamaan, dan kehangatan dari sesama. 4. Kebutuhan Penghargaan Diri Maslow menilai bahwa setiap orang menginginkan penilaian diri yang mantap terhadap dirinya sendiri. Maslow membagi kebutuhan penghargaan diri ke alam dua kategori, yakni: 4.1. Internal (Self Respect) Mencakup kebutuhan akan adanya harga diri, kompetensi, dan kepercayaan diri. 4.2. Eksternal (Respect from Other) Mencakup penghargaan, pengakuan, penerimaan ketenaran, martabat, dan kedudukan yang diberikan orang lain kepada kita. Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
7
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri Tingkatan terakhir pada Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya sendiri. Maslow lebih lanjut mengungkapkan aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuhnya dengan kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. Bila dikaitkan dengan pembahasan mengenai Path, setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, muncul kebutuhan akan sosialisasi, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Path sebagai media sosial menjadi sarana dalam memenuhi ketiga kebutuhan tersebut. 2.1.3. Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pertama kali diperkenalkan oleh Elihu Katz, Michael Gurevitch, dan Jay Blumer pada tahun 1974 melalui buku berjudul The Uses on Mass Communication: Current Perspectives on Gratification Research. Teori ini mengatakan khalayak sendirilah yang memainkan peran aktif dalam memilih dan menggunakan suatu jenis media. Khalayak berusaha untuk mencari sumber media yang paling sesuai demi mendapatkan timbal balik berupa pemenuhan kebutuhan yang diinginkannya. Asumsi-asumsi dasar dari Teori Penggunaan and Pemenuhan Kepuasan antara lain: 1. Khalayak merupakan konsumen yang secara aktif dan sadar menggunakan media sesuai dengan pemenuhan kebutuhan personal maupun kebutuhan sosial. 2. Pemilihan media merupakan tindakan yang berlandaskan alasan serta memiliki tujuan dan kepuasan tertentu sesuai dengan keinginan khalayak 3. Media satu dengan yang lain bersaing untuk dapat memenuhi kebutuhan khalayak. Bila dikaitkan dengan pembahasan Path, teori ini digunakan untuk menjelaskan Path sebagai media sosial menjadi media pilihan yang sesuai dengan Generasi Y, karena penggunaan Path dapat memenuhi kebutuhan Generasi Y, baik itu kebutuhan personal ataupun sosial. 2.1.4. Teori Ketergantungan Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
8
Teori Ketergantungan ditemukan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur pada tahun 1976. Teori Ketergantungan adalah teori komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin khalayak merasa tergantung pada suatu media sebagai sarana pemenuhan kebutuhannya, maka khalayak tersebut tidak akan pernah bisa lepas dari media tersebut. Rokeach dan DeFleur menjelaskan tahapan pada teori ini berawal dari pemilihan jenis media yang digunakan oleh khalayak yang sesuai dengan kebutuhannya. Kemudian, selama proses menggunakan suatu jenis media tersebut, khalayak akan merasa cocok karena apa yang menjadi kebutuhannya dapat terpenuhi. Khalayak tersebut akan secara terus menerus menggunakan media tersebut dan secara bertahap hal ini akan menimbulkan adanya efek ketergantungan. Bila sudah sampai pada tahap ini, maka khalayak akan menganggap media tersebut sebagai sesuatu yang sangat penting. Bila dikaitkan dengan pembahasan Path, teori ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana Generasi Y di Indonesia memiliki ketergantungan terhadap media sosial ini. Generasi Y yang menggunakan Path secara berkelanjutan akan menganggap media sosial ini sebagai sesuatu yang penting, dan pada akhirnya akan menimbulkan adanya ketergantungan yang besar terhadap media sosial ini. 2.2. Metodologi Metodologi penelitian ini adalah dengan menggunakan studi kepustakaan dan metode analisis. Proses penulisan makalah penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai macam sumber seperti, jurnal, e-book, materi perkuliahan yang tujuannya sebagai bahan referensi untuk peneliti. III. Pembahasan 3.1. Generasi Y terhadap Path Dalam hal ini, mayoritas pengguna Path yang kita bahas adalah Generasi Y. Generasi Y dikategorikan Kapner (1997) sebagai orang-orang yang berusia 20 hingga 35 tahun. Generasi ini hidup di era digital yang terus berkembang yang membuat karakteristik mereka menjadi lebih open minded, fast learner, menghargai perbedaan, dan peka akan perkembangan teknologi. Generasi Y mengerti dan memiliki akses terhadap komputer yang menunjukkan bahwa generasi ini sudah hidup dengan internet dan sangat fasih dalam mengoperasikannya (Moriarty, 2004). Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
9
Bila dikaitkan dengan pengguna Path di Indonesia, maka jelas mengapa Path begitu digemari. Mayoritas pengguna Path tergolong dalam Generasi Y dimana generasi ini memang sudah hidup berdampingan dengan internet sehingga kehadiran media sosial tidak akan dianggap sesuatu yang baru bagi mereka. Meskipun Path tergolong media sosial baru dibanding media sosial lainnya (Facebook, dan Twitter), sifat dari generasi Y yang open minded dan fast learner, menjadikan generasi ini cepat beradaptasi dan menerima keberadaan Path. Path berusaha memenuhi apa saja yang menjadi kebutuhan Generasi Y ketika sedang mengakses media sosial. Hal ini dapat kita lihat dari Path yang telah memenuhi enam faktor kebutuhan akan media sosial yang dicetuskan oleh Ruth N. Bolton dalam Understanding Generation Y And Their Use Of Media sosial: A Review And Research Agenda, yaitu : 1. Contributing Generasi
Y
menggunakan
media
sosial
sebagai
sarana
untuk
saling
berkomunikasi dengan orang lain. Path memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi dengan orang–orang terdekatnya. Dengan adanya media sosial ini, pengguna dapat bercakap–cakap, bercanda-tawa, dan berbagi kisah dengan kerabat terdekatnya melalui dunia maya. Meskipun tidak terjadi pertemuan langsung antara satu sama lain, dengan bantuan fitur-fitur yang ada di dalamnya, seperti Voice Messaging, pengirim pesan, Path Talk, dan komentar, pengguna tetap dapat merasakan nuansa sosialisasi dan interaksi nyata selayaknya ketika sedang melakukan percakapan langsung. Hal ini juga sesuai dengan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dimana Path hadir untuk memenuhi tingkatan ketiga pada kebutuhan hidup, yaitu kebutuhan sosialisasi. 2. Sharing Generasi Y menggunakan media sosial untuk berbagi informasi terkait dirinya. Sebagai media sosial yang ekslusif dan intim, pengguna Path dapat dengan nyaman berbagi cerita mengenai segala kesehariannya kepada para kerabat terdekatnya melalui update yang dia sebarkan pada profil akunnya. Hal ini yang menurut peneliti menjadi salah satu alasan utama Generasi Y menggunakan Path, sebagai bentuk sharing moment kepada kerabat terdekat. Melalui fitur-fitur seperti lokasi, status, foto, video, dan Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
10
sebagainya memungkinkan penggunanya untuk berbagi kisah hidupnya sehari-hari. Hal ini juga sesuai dengan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow, dimana Path dapat memenuhi kebutuhan Generasi Y di Indonesia akan sosialisasi, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. 3. Searching for Content Generasi Y melakukan pencarian terkait suatu konten. Dengan adanya Path kita dapat mengetahui kabar terbaru dari kerabat terdekat kita secara spesifik. Cukup dengan melakukan visit profile, pengguna dapat mengetahui bahkan menanyakan langsung kabar terbaru terkait aktivitas sehari–harinya. Hal ini juga sesuai dengan Teori Hierarki Kebuthan Abraham Maslow, dimana pengguna yang mengetahui atau menanyakan kabar kerabat terdekatnya telah memenuhi kebutuhan akan sosialisasi. 4. Consuming Generasi Y mengonsumsi berita atau kabar mengenai suatu hal yang ditemukan dari media sosial. Melalui Path, penggunanya dapat mengomsumsi berita dan kabar mengenai pengguna lainnya. Ketika seorang melakukan scrolling pada bagian Home (Timeline), pengguna tersebut berarti telah mengomsumsi berita dan kabar yang terjadi pada para pengguna lainnya. Selain itu, Path juga menjadi sumber informasi dan pengetahuan. Contohnya, pengguna dapat mendapatkan informasi mengenai suatu tempat yang layak dikunjungi ketika melihat update dari kerabatnya yang sedang menggunakan fitur lokasi untuk menunjukkan keberadaannya. Hal ini juga berlaku pada informasi lain, seperti musik, film, buku, dan sebagainya. 5. Participating Generasi Y menggunakan media sosial sebagai sarana partisipasi dengan lingkungan sekitarnya. Path memungkinkan penggunanya untuk ikut terlibat aktif dengan aktivitas yang dibagi oleh pengguna lainnya. Salah satu contohnya, ketika pengguna sedang melakukan update mengenai sesuatu yang menyedihkan, pengguna lain dapat ikut berpartisipasi dengan menggunakan fitur emosi “frown”, sebagai bentuk perhatian ikut bersedih atas apa yang sedang ia alami, atau dengan memberikan komentar yang dapat Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
11
memberikan semangat kepada dirinya. Pengguna Path yang dapat ikut terlibat aktif pada kegiatan kerabat dekatnya menunjukkan Path telah memenuhi kebutuhan akan sosialisasi sesuai dengan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. 6. Playing Media sosial sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan bermain. Path dapat menjadi sarana pemenuhan kebutuhan bermain. Hanya dengan mengakses akun Path sudah dikategorikan sebagai bermain, karena didasari oleh adanya keinginan untuk mendapatkan hiburan ketika mengakses media sosial ini. Ketika pengguna Path saling bertukar komentar atau stiker yang lucu dengan pengguna lain, hal itu telah menunjukkan Path sebagai sarana bermain. Lebih sederhana lagi, ketika sedang lelah karena aktivitas sehari-hari atau terjebak kemacetan, menggunakan Path sebagai bentuk penyegaran sejenak juga dapat dikategorikan sebagai pemenuhan kebutuhan bermain. Hal ini menunjukkan Path telah memenuhi kebutuhan akan sosialisasi sesuai Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. 3.2. Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan Kemampuan Path dalam memenuhi kebutuhan Generasi Y dapat dikaitkan dengan menggunakan Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan temuan Elihu Katz, Michael Gurevitch, dan Jay Blumer. Teori ini menjelaskan khalayak sendiri yang memegang peranan aktif dalam menentukan media apa yang sesuai dengan kebutuhannya. Generasi Y menggunakan internet sebagai media pilihannya. Perkembangan pesat teknologi internet kemudian menjadikan media sosial menjadi suatu kebutuhan pokok. Sejak awal kemunculannya, media sosial memang telah diminati oleh pengguna internet, khususnya Generasi Y. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial menjadi pilihan utama Generasi Y dalam memenuhi kebutuhannya. Hingga sekarang, telah banyak bermunculan banyak media sosial yang populer, seperti Friendster, Facebook, Twitter, dan sebagainya. Saat ini, media sosial yang menjadi pembahasan ini adalah Path. Tingginya angka pengguna Path di Indonesia, sebanyak
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
12
empat juta pengguna 10, menunjukkan Path telah dipilih oleh Generasi Y, di antara media sosial lainnya, sebagai media yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Path, dengan banyaknya fitur dan layanan yang dimiliki, seakan menjadi media sosial hibrida, dimana media sosial ini menjadi paling lengkap karena adanya penggabungan aspekaspek dari media sosial lainnya. Path dapat memuat tulisan seperti Twitter, bahkan tanpa jumlah batas kata, melakukan upload foto atau video seperti Instagram, mengakses lokasi seperti Foursquare, menulis status dan komentar seperti Facebook, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan Path telah merangkum semua aspek yang dicari Generasi Y Indonesia akan sebuah media sosial, karena apa yang dilakukan oleh media sosial lainnya terangkum semua pada media sosial ini dengan tampilan yang sederhana namun kaya akan fitur, enak dipandang, dan mudah digunakan. Generasi Y memiliki karakteristik Socially Driven dimana mereka amat peka terhadap apa yang sedang menjadi trend di masyarakat. Sejak awal kemunculannya, Path memang menjadi media sosial yang diminati. Generasi Y yang mengetahui adanya trend akan penggunaan Path, kemudian akan langsung tergerak untuk ikut menggunakannya. Adanya kebutuhan dan keinginan untuk selalu mengikuti perkembangan terbaru, membuat Generasi Y tertarik menggunakan media sosial ini. Dengan menggunakan Path, mereka tidak akan terlihat sebagai orang yang ketinggalan zaman. Sesuai dengan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow, Path memenuhi kebutuhan akan aktualisasi diri Generasi Y, karena Path dianggap oleh Generasi Y sebagai media yang dapat menunjukkan bahwa mereka selalu aware dan mengikuti perkembangan terbaru. Selain itu, Path hadir menawarkan hal baru yang tidak dimiliki oleh media sosial lainnya, yaitu eksklusifitas. Path memenuhi keinginan Generasi Y di Indonesia yang selalu ingin menjalin interaksi dengan orang-orang yang dianggap dekat dengannya, seperti sahabat, saudara, dan keluarga. Dengan tujuan membantu penggunanya membangun hubungan yang berkualitas dengan kerabatnya, Path hadir dengan menawarkan eksklusifitas yang dapat dilihat dari jumlah lingkaran pertemanannya yang sangat terbatas, yaitu lima ratus orang. Melalui fitur yang ada, 10
Kristo, F. (2014, 20 April). Indonesia Kuasai Path. Diakses pada 23 November 2014, dari http://inet.detik.com/read/2014/04/22/102258/2561561/398/indonesia-kuasai-path
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
13
para pengguna dapat dengan bebas menampilkan segala update kesehariannya kepada kerabatkerabat terdekatnya, tanpa harus merasa malu atau berpikir ulang ketika akan membagikan sesuatu pada akunnya. Dengan adanya eksklusifitas, Path menjamin adanya keamanan privasi pada setiap akun penggunanya. Kemampuan Path yang memungkinkan penggunanya menampilkan update kesehariannya, dan menjalin hubungan dengan orang terdekat, menunjukkan Path sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan sosialisasi, penghargaan diri, dan aktualisasi diri sesuai dengan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. 3.3. Teori Hierarki Kebutuhan Kemampuan Path yang dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan Generasi Y juga dapat ditinjau dengan menggunakan Teori Hierarki Kebutuhan temuan Abraham Maslow. Maslow menjelaskan terdapat lima tingkatan kebutuhan yang akan diusahakan oleh individu agar tercapai, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosialisasi, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Pada teori ini, pengguna Path dikategorikan berada pada tingkatan ketiga sampai kelima, yaitu kebutuhan akan sosialisasi, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. 3.3.1. Kebutuhan Sosialisasi Setelah kebutuhan fisiologis, dan rasa aman terpenuhi, muncul kebutuhan bersosialisasi dengan sesama. Path memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dengan sesama. Dengan Path, pengguna dapat bercakap–cakap, bercanda-tawa, dan berbagi kisah dengan kerabat terdekat melalui dunia maya. Meskipun tidak terjadi pertemuan langsung antara satu sama lain, dengan bantuan fitur-fitur yang ada di dalamnya, seperti Voice Messaging, pengirim pesan, Path Talk, komentar, dan sebagainya, pengguna tetap dapat merasakan nuansa sosialisasi dan interaksi nyata selayaknya ketika sedang melakukan percakapan langsung. Hal ini juga menunjukkan Path telah memenuhi empat faktor kebutuhan akan media sosial pada Generasi Y temuan Ruth N. Bolton, yaitu kebutuhan akan Contributing, Participating, dan Sharing, dan Playing. 3.3.2. Kebutuhan Penghargaan Diri
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
14
Setelah kebutuhan sosial terpenuhi, kebutuhan akan penghargaan diri muncul. Pada Path, kebutuhan ini dapat dilihat salah satunya dari fitur emosi yang terdiri dari lima kategori yaitu “love”, “frown”, “gasp”, “laugh”, dan “smile”. Kelima fitur emosi tersebut menyerupai fitur Like pada Facebook, dan fitur Retweet pada Twitter. Contohnya ketika pengguna sedang melakukan update menggembirakan, pengguna lain dapat merespon dengan menggunakan fitur emosi kategori “love”, sebaliknya ketika pengguna melakukan update mengenai sesuatu yang menyedihkan pengguna lain dapat merespon dengan fitur emosi kategori “frown”. Fitur emosi pada Path merupakan bukti pemenuhan kebutuhan akan penghargaan diri, karena dengan adanya fitur ini pengguna akan merasa dihargai apabila apa yang sedang dia bagikan melalui akun Pathnya mendapatkan tanggapan dari pengguna lainnya. Semakin banyak respon yang di dapat melalui fitur emosi maka pengguna akun tersebut akan merasa semakin dihargai. Hal ini juga menunjukkan Path telah memenuhi lima faktor kebutuhan akan media sosial pada Generasi Y temuan Ruth N. Bolton, yaitu kebutuhan akan Contributing, Participating, Sharing, Searching for Content, dan Consuming 3.3.3. Kebutuhan Aktualisasi Diri Tahap terakhir pada Teori Hierarki Kebutuhan adalah kebutuhan aktualisasi diri, dimana seseorang ingin membangun citra diri di mata orang lain sesuai keinginannya. Sebagai media sosial yang menyerupai jurnal digital, Path memberikan fasilitas untuk menjawab semua kebutuhan penggunanya terkait aktualisasi diri, menjadikan media sosial ini tidak hanya sebagai sumber sosialisasi dan informasi, tetapi juga sebagai sarana untuk memperlihatkan eksistensi diri. Pada dasarnya, dengan menggunakan Path saja sudah dapat dikategorikan sebagai aktualisasi diri. Path sekarang ini dianggap sebagai trend di media sosial, oleh karena itu menggunakan Path dianggap sebagai sarana untuk menunjukkan bahwa penggunanya merupakan orang yang selalu mengikuti perkembangan terbaru dan tidak tertinggal zaman di mata orang lain. Hal ini sesuai dengan Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuaasan dimana Path dianggap sebagai media pilihan Generasi Y di Indonesia karena
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
15
media sosial ini mampu memperlihatkan mereka sebagai orang-orang yang selalu mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, pengguna juga dapat membangun citra diri sesuai keinginannya. Sebagai contoh, ketika pengguna ingin menampilkan citra diri sebagai orang yang akrab dengan kehidupan malam, maka dia akan terus berbagi cerita di akun Path-nya mengenai kehidupan malamnya, misalnya dengan fitur lokasi menunjukkan dia sedang berada di klub malam, fitur musik mendengarkan musik EDM (Electronic Dance Music), fitur profil menampilkan foto sedang berada di suatu klub malam, fitur video untuk menangkap keramaian suasana klub, dan sebagainya. Hal ini didukung oleh kelebihan Path yang terhubung ke media sosial lainnya, memungkinkan penggunanya untuk membagikan update-nya ke media sosial lain yang dimiliki, sehingga dapat dilihat secara lebih luas oleh orang banyak. Kemampuan Path yang memungkinkan penggunanya untuk menampilkan aktualisasi diri menunjukkan adanya pemenuhan salah satu faktor kebutuhan akan media sosial bagi Generasi Y temuan Ruth N. Bolton, yaitu sharing. 3.4. Teori Ketergantungan Setelah segala kebutuhan Generasi Y terpenuhi oleh Path, akan muncul adanya sebuah ketergantungan terhadap media sosial ini. Berdasarkan Teori Ketergantungan temuan BallRokeach dan Melvin DeFleur, semakin khalayak tergantung pada suatu media, maka dia tidak akan lepas dari media tersebut. Hal ini dapat kita sambungkan pada Path. Saat ini Path menjadi pilihan utama, di antara media sosial lainnya, sebagai media sosial yang tepat dalam memenuhi kebutuhan Generasi Y di Indonesia. Pada awalnya, Generasi Y yang memiliki sifat selalu mengikuti perkembangan terbaru (Socially Driven) menggunakan Path sebagai wadah yang dapat memenuhi keinginan untuk terlihat selalu aware terhadap segala sesuatu yang baru di masyarakat, sesuai dengan Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan. Hal ini juga didukung sifat mereka yang open minded dan fast learner, menjadikan mereka mudah beradaptasi dengan media sosial ini. Selama proses menggunakan media sosial ini, Generasi Y yang semula menggunakan Path hanya untuk menunjukkan eksistensi dirinya, secara perlahan mulai merasakan adanya Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
16
ketertarikan lebih dalam terhadap media sosial ini. Hal ini dikarenakan Path tidak hanya berfungsi sebagai sarana menunjukkan eksistensi diri, tetapi juga memenuhi kebutuhan Generasi Y dalam menggunakan media sosial (Contributing, Sharing, Searching for Content, Consuming, Participating, dan Playing). Lebih dari itu, Generasi Y yang menggunakan Path juga merasakan adanya pemenuhan kebutuhan hidup yang dicetuskan Abraham Maslow pada teori Hierarki Kebutuhan (Kebutuhan Sosialisasi, Penghargaan diri, dan Aktualisasi Diri), yang akhirnya melahirkan adanya ketergantungan yang besar dari Generasi Y terhadap media sosial ini. Pengguna Path di Indonesia sangat aktif, karena Path telah dianggap sebagai suatu hal penting oleh Generasi Y. Hal ini dibuktikan dari data yang dilansir Global Web Index Wave yang menunjukkan bahwa rata-rata durasi penggunaan media sosial di Indonesia dalam sehari adalah tiga jam 11. Selain itu, pengguna Path di Indonesia terbukti mengakses media sosial ini sebanyak dua belas kali dalam sehari 12. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Generasi Y di Indonesia telah memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap media sosial ini. IV. Penutup 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bagaimana kebutuhan generasi Y di Indonesia yang memotivasi mereka dalam menggunakan Path, yaitu : 1. Path sebagai media sosial berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan utama Generasi Y ketika sedang mengakses media sosial. Berdasarkan Ruth N. Bolton dalam Understanding Generation Y And Their Use Of Media sosial: A Review And Research Agenda bahwa Gen
Y, Path, telah memenuhi enam faktor yang menjadi
kebutuhan utama Generasi Y pada media sosial, yakni Contributing, Sharing, Consuming, Searching for Content, Participating, dan Playing. 2. Berdasarkan Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan, Generasi Y sebagai kelompok orang yang hidup di era digital, menjadikan Path, di antara media sosial 11
MA, A. (2014, 13 Februari). Statistik: Internet, Sosial Media dan Mobile di Indonesia 2014. Diakses pada 22 November 2014, dari http://bebmen.com/4027/statistik-internet-sosial-media-dan-mobile-di-indonesia.html 12 Arradian, D. (2013, 30 Juli). Mengapa Path Cocok dengan Pengguna Indonesia. Diakses pada 6 Desember 2014, dari http://danevil.com/2013/07/30/mengapa-path-cocok-dengan-pengguna-indonesia/
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
17
lainnya, sebagai media yang paling tepat bagi dalam memenuhi kebutuhannya. Keinginan untuk selalu mengikuti perkembangan terkini diiringi dengan fasilitas dan layanan yang diberikan Path membuat Generasi Y di Indonesia merasa cocok dengan media sosial ini. 3. Bila dikaitkan dengan Teori Hierarki Kebutuhan, Path dapat dianggap sebuah sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup akan sosialisasi, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Melalui Path orang akan dengan mudah bersosialisasi dan berinteraksi, mendapatkan perhatian dan pengakuan dari kerabatnya, dan tentunya membangun citra diri sesuai dengan keinginan sendiri di mata orang lain. 4. Berdasarkan Teori Ketergantungan, Generasi Y memilih Path dalam memenuhi kebutuhannya. Seiring berjalannya waktu penggunaan akan Path menjadi semakin tinggi, yang kemudian memunculkan adanya ketergantungan terhadap media sosial ini. Ketergantungan tersebut muncul karena adanya pemenuhan kebutuhan yang didapat Generasi Y ketika menggunakan media sosial ini. Pada tahap ini, Path telah dianggap sebagai sesuatu yang penting oleh Generasi Y Indonesia. 4.2. Saran 4.2.1. Saran Akademis Jurnal ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian yang serupa. Peneliti juga berharap penelitian selanjutnya dapat dikembangkan secara lebih mendalam dengan menggunakan data primer untuk menunjang penelitian tersebut. 4.2.2. Saran Praktis Persaingan media sosial di Indonesia terbilang cukup ketat. Terdapat beberapa media sosial yang pada awalnya berjaya namun dapat seketika kalah bersaing dan tidak lagi diminati. Oleh karena itu, Path perlu terus melakukan inovasi–inovasi terbaru agar dapat bersaing dengan media sosial lainnya. Hal itu dilakukan tidak hanya untuk mempertahankan pengguna yang ada tetapi juga untuk menjangkau orang–orang yang belum menggunakan media sosial ini. Di sisi lain, media sosial lainnya juga perlu
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
18
mempelajari mengenai langkah apa saja yang dilakukan Path dalam memenuhi kebutuhan Generasi Y ketika mengakses media sosial. Daftar Pustaka Hawkins, D. I., & Mothersbaugh, D. L. (2010). Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. Boston: McGraw-Hill Irwin. N. Bolton, W. P. (2012). Understanding Generation Y and Their Use of Social Media: A Review And Research Agenda. Ruth. Carey School of Business, Arizona State University, Tempe, AZ, USA. Kaplan, Andreas M., & Haenlein, Michael. (2010). Users of the world, unite! The challenges and opportunities of social media, Business Horizons. Kelley School of Business, Indiana University. Solomon, Michael R. (2009), Consumer Behaviour: Buying, Having and Being, 8th edition, Pearson International Edition. West, Richard & Turnet, L.H. (2012). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Littlejohn, S. W. & Foss, K. A. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. California: SAGE Publications, Inc. Laman Terkait Howe, W. (2012, 13 September). A Brief History of the Internet. Diakses pada 22 November 2014, dari http://www.walthowe.com/navnet/history.html K. Nistanto, R. (2014, 8 Mei). Tahun Ini, Pengguna Internet Capai 3 Miliar. Diakses pada 22 November 2014, dari http://tekno.kompas.com/read/2014/05/08/1114312/tahun.ini.pengguna.internet.capai.3.mil iar Kemkominfo: Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta. (2014, 8 Mei). Diakses pada 22 November 2014, dari http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo: Pengguna Internet di Indonesia Capai 82 Juta/0/berita_satker#.VICOuNKUe3J Munajat, W. (2013, 7 Desember). Sejarah Perkembangan Sosial Media. Diakses pada 23 November 2014, dari http://www.info-digitalmarketing.com/2013/12/sejarah-sosial-mediasejarah.html MA, A. (2014, 13 Februari). Statistik: Internet, Sosial Media dan Mobile di Indonesia 2014. Diakses pada 22 November 2014, dari http://bebmen.com/4027/statistik-internet-sosialmedia-dan-mobile-di-indonesia.html Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014
19
Heriyanto, T. (2014, 3 Februari). Indonesia Masuk 5 Besar Negara Pengguna Smartphone. Diakses pada 22 November 2014, dari http://inet.detik.com/read/2014/02/03/171002/2485920/317/indonesia-masuk-5-besarnegara-pengguna-smartphone7. Andi Susanto, D. (2012, 6 April). Path, jejaring sosial yang batasi pertemanan dengan banyak orang. Diakses pada 23 November 2014, dari http://www.merdeka.com/teknologi/pathjejaring-sosial-yang-batasi-pertemanan-dengan-banyak-orang.html Kristo, F. (2014, 20 April). Indonesia Kuasai Path. Diakses pada 23 November 2014, dari http://inet.detik.com/read/2014/04/22/102258/2561561/398/indonesia-kuasai-path Panji, A. (2014, 19 Februari). Hasil Survei Pemakaian Internet Remaja Indonesia. Diakses pada 23 November 2014, dari http://tekno.kompas.com/read/2014/02/19/1623250/Hasil.Survei.Pemakaian.Internet.Rema ja MA, A. (2014, 13 Februari). Statistik: Internet, Sosial Media dan Mobile di Indonesia 2014. Diakses pada 22 November 2014, dari http://bebmen.com/4027/statistik-internet-sosialmedia-dan-mobile-di-indonesia.html Arradian, D. (2013, 30 Juli). Mengapa Path Cocok dengan Pengguna Indonesia. Diakses pada 6 Desember 2014, dari http://danevil.com/2013/07/30/mengapa-path-cocok-denganpengguna-indonesia/
Universitas Indonesia Analisis kebutuhan…, Fajar Torang Parulian Gultom, FISIP UI, 2014