Penggunaan Tato pada Masyarakat (Studi Terhadap Tato Sebagai Bentuk Komunikasi Non Verbal)
Makalah Non-Seminar
Disusun oleh Bidari Medi Sibuea 1006710520
FakultasIlmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Indonesia 2014
1 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
2 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
3 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
4 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
5 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
Penggunaan Tato pada Masyarakat (Studi Terhadap Tato Sebagai Bentuk Komunikasi Non Verbal) Bidari Medi Sibuea Departemen Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia
[email protected]
ABSTRAK Komunikasi non verbal adalah bagian dari komunikasi yang selalu dilakukan oleh masyarakat. Komunikasi non verbal bisa berupa simbol, salah satunya adalah tato. Tato adalah sebuah karya yang mempunyai beragam sejarah, tetapi penggunaannya sebagai penghantar pesan tidak berubah sampai sekarang. Penulis ingin memaparkan motivasi seseorang dalam menato dirinya, bentuk kelompok yang menjadi dasar dari tato, konteks budaya dalam hadirnya tato, dan evaluasi terhadap konvensi tato pada media massa. Penulisan ini berguna untuk menjabarkan tato sebagai bagian dari komunikasi non verbal yang sudah sering digunakan oleh masyarakat. Informan yang digunakan untuk membantu dalam penulisan ini berusia 20-30 tahun, laki-laki dan perempuan dengan latar belakang profesi yang berbeda. Hasilnya adalah motivasi seseorang membuat tato karena ingin menyatakan karakter dirinya dan menimbulkan persepsi yang sama dengan orang di sekitarnya. Kata kunci: komunikasi non verbal; tato; motivasi; budaya; media massa
Abstrack Non-verbal communication is part of everyday language that is commonly practiced in the society. It can materialize in the form of symbolism, and tattoo being one of them. Tattoo is an art that has many historical background attached to it, but its usefulness as a message-deliverer has remain unchanged until now. The author proposes to explore the motivation that drives people to have their body tattoed, the types of society that determine the tattoo, the cultural context behind the tattoo, and the evaluation on tattoo's convention on 6 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
mass media. This paper is particularly useful in analysing tattoo as an important part of the non-verbal communication that is widely used by the society. The participants involved in the writing of this paper range between twenty to thirty years old in age, both men and women with various background professions. The result shows us that what motivates a person to have tattoo is the need to display his or her character, as well as to generate a similar perception with those around them. PENDAHULUAN Setiap manusia memiliki caranya masing-masing dalam mengekspresikan dan merepresentasikannya. Misalkan seseorang yang menyocokkan baju yang digunakan dengan suasana hatinya saat itu. Ada pula yang mengambil keputusan untuk mendekorasikan tubuhnya, bukan hanya dengan pakaian tetapi dengan aksesoris lainnya, seperti tindikan, tato atau tanda-tanda lainnya. Dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University, dinyatakan aksesoris tambahan pada tubuh, menurut Gritton adalah emblem diri, sedangkan menurut Gathercole adalah status sosial. Secara tidak langsung hal ini menjadi bahasa non verbal yang digunakan manusia untuk merepresentasikan identitas dirinya. Albert Mehrabian (2006) menyatakan dalam buku Communication and Human Behavior, Fifth Edition, bahwa bahasa non verbal adalah proses penyampaian pesan-pesan oleh seseorang yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau bahasa verbal, melainkan melalui petunjuk-petunjuk atau tandatanda lain yang terjadi pada tubuh seseorang. Contoh dari bahasa non verbal adalah paralanguage, face, body, external cues. Penulis ingin memaparkan tentang tato yang dipergunakan sebagai komunikasi non verbal. Penelitian memfokuskan pada beberapa topik, yaitu motivasi seseorang dalam menato dirinya, bentuk kelompok yang menjadi dasar dari tato, konteks budaya dalam hadirnya tato, dan evaluasi pada konvensi tato pada media massa. Tato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambar atau lukisan pada tubuh. Sedangkan menato adalah melukis pada kulit tubuh dengan cara menusuki kulit dengan jarum halus kemudian memasukkan zat warna ke dalam bekas tusukan itu. Dikutip dari www.magazine.foxnews.com, dalam artikel berjudul “Guidelines For a Tattoo Virgin” Khani Zulu, pemilik Zulu Tattoo di Los Angeles, memaparkan media apa saja yang dibutuhkan untuk menato dan bagaimana tahapannya. Media yang digunakan untuk menato tubuh adalah tubuh manusia sebagai tempat melukis, sedangkan alat- alat yang digunakan antara lain Tommy Gun , Tip, Tube, Grip, Spring, 7 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
Needle, Clipcord & Footswitch, Power Supply Set, Tips, tips open, skin cribe, Tips Brush, medipack, mask, gel, Disposable tips, mesin tattoo, skin candy ink, Power Supply Digital, primer ink, Thermal paper.
Dijelaskan juga bagaimana cara pelukis tato atau sebutan
lainnya tattoo artist membuat karya seninya adalah dengan menggambar basic design setelah itu mengoleskan cairan ke bagian tubuh yang akan dirajah dan menjiplakan gambar tersebut, setelah basic design siap di bagian yang akan dirajah, pelukis tato bisa memulai melukis. Joann Fletcher, peneliti dari Departemen Arkeologi, University of York, Britain, menceritakan tentang sejarah tato dalam artikel berjudul “Tattoos: The Ancient and Mysterious History”, yang dikutip dari www.smithsonianmag.com. Tato sudah mulai ada sejak jaman Neolitikum. Tato digunakan untuk menandakan wilayah, derajat, pangkat bahkan kesehatan seseorang oleh masyarakat suku terasing di suatu wilayah. Penggunaannya terdapat di berbagai wilayah, yaitu Polinesia, Filipina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja dan Tiongkok. Tato pertama kali ditemukan pada jenazah yang disebut Iceman, di wilayah Italia-Austria. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan dan harga diri. Dr. Lars Krutak, penulis dan seorang antropologi, dalam artikel berjudul “The Origin of Ink: Tattoos Through Time” dikutip dari www.magazine.foxnews.com, menceritakan tentang sejarah tato di Indonesia. Di mulai dari Kepulauan Mentawai. Mereka menato dirinya untuk simbol diri dan menjadi suatu hal yang sakral karena berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Penduduk asli wanita di Kalimantan menato dirinya karena merupakan simbol yang menunjukkan keahlian khusus. Nina Jablonski, dekan Departemen Antropolgi Penn State, dalam bukunya Skin: A Natural History, mengatakan bahwa abad ke delapan belas, pengunaan tato mulai populer di kalangan pelaut Inggris, dan sekaligus dikenalkan ke dunia barat. Di British seni tato juga dipakai oleh King George V dan Edward VII, maka dimulailah tato diterima di kalangan masyarakat karena penggunaannya oleh orang-orang yang memiliki status sosial tinggi. Di daerah Timur Tengah, orang yang berduka akan menggunakan abu pembakaran jenazah ke luka yang dilukai sendiri untuk menandai tubuhnya, sehingga yang berduka dapat membawa bagian dari jenazah tersebut. Sedangkan bangsa Romawi menggunakan tato untuk menandakan pelaku kriminal dan budak, hal ini diadaptasi dari kebudayaan Jepang pada abad ke tujuh belas. Hal ini juga berlaku pada tentara Nazi yang menato tangan kaum Yahudi berupa angka
selama masa Holokus, sebagai tanda hal tidak manusiawi terhadap para 8 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
penghuni wilayah isolasi untuk mengidentifikasi jenazah tahanan ketika meninggal. Selain itu Jablonski mengungkapkan bahwa alasan manusia jaman sekarang menggunakan tato untuk menceritakan cerita pribadi mereka, atau bisa karena jimat dan sebuah memori untuk yang mereka kasihi. Dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University diceritakan paradoks tentang tato, yang diungkapkan dalam Lombroso’s Criminal Anthropology oleh Burgess dan Clark (2010), bahwa tato memiliki hubungan dengan deviance atau penyimpangan, hal ini sudah berlangsung lebih dari 100 tahun. Disebutkan bahwa masyarakat masih mengasosiasikan bahwa pengguna tato berkaitan dengan sesuatu yang negatif atau menyimpang, misalnya kriminal. Laumann dan Derick (2009) menemukan bahwa tato memiliki dampak penggunaan tato sangat tinggi untuk menyebabkan pemakaian obat terlarang secara tentative. Mereka juga kerap kali dianggap pernah menghuni penjara dan jarang menjadi anggota suatu kelompok religius dalam bentuk apapun. Margo DeMello (1995) mengklaim bahwa tato digunakan oleh geng motor dan figur yang berhubungan dengan penyimpangan sosial. Dari paradoks tersebut DeMello (1995) berargumen bahwa media tidak lagi menghubungkan tato dengan sikap menyimpang, meskipun media mengkaitkan tato dengan citra negatif. Media menyatakan bahwa dokter, pengacara dan pemimpin-pemimpin dari masyarakat memilih untuk menato dirinya, tanpa menggubris geng motor, pelaku kriminal, dan pelaut yang sering distereotipkan ke mereka. Mendukung argumen DeMello (1995) dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University, media menyatakan kebangkitan dari penggunaan tato menyebar ke seluruh kelas sosial. Menurut Downing (2004), tato secara perlahan tidak lagi dipandang sebagai pelaku penyimpangan. Tetapi tetap saja, pro kontra dari tato terus bermunculan. Seperti beberapa contoh di dalamnya, yang dikemukan Adams (2009b) tentang hubungan antara tato dan afiliasi agama, tingkat edukasi. Sedangkan Goldberg dan Anderson (2009) yang mengemukakan tentang tato dan kesehatan (misal: hepatitis). Di luar segala pro kontra tersebut, Miller et al (2009) menyebutkan tato sebagai body art. Hal ini didukung dengan adanya perkembangan tato tersebut. Dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University, Martin dan Dula 9 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
(2010) menemukan banyak anak muda usia kuliah sudah mengetahui tentang stereotip dan persepsi negatif dari tato dan mereka dengan hati-hati memilih bagian tubuh mereka yang akan ditato, agar mudah ditutupi. Sebuah polling online yang dilakukan Kahl, pada tahun 2001, melakukan polling terhadap 1009 orang, sekitar 85% berpikir orang yang menggunakan tato membutuhkan kesadaran bahwa tato mereka memberikan efek negatif bagi kehidupan dan karir mereka. Terlebih lagi Miller et al. menambahkan bahwa orang-orang yang memiliki tato lebih sedikit diterima di sebuah situasi bisnis yang membutuhkan sesi pertemuan langsung. Judee Burgoon menjelaskan teorinya, bagaimana sebuah reaksi ketika sebuah norma sosial itu rusak, contohnya ketika seseorang memiliki tato adalah caranya merusak norma sosial tersebut (Griffin,2009). Penggemar tato didominasi oleh kalangan muda, hal ini didukung dengan sifat yang anak muda. Dalam buku Cultural Studie: Theory and Practice, Second Edition, bab Youth, Atyle and Resistance, Grossberg (1992) mengatakan bahwa kalangan muda mudah merasa bosan dengan aktifitas rutinnya dan suka mencoba hal baru dalam hidupnya, termasuk yang berpengaruh untuk masa depannya, hal ini disebut ambivalently valued. Hebdige juga berpendapat yang sama, kalangan muda dibentuk untuk mencoba segala sesuatu yang menyenangkan dan atau yang mengarah ke hal rebel. Kalangan muda memiliki konsep pemikiran yang hampir sama, antar individu. Willis (1978: 189) menyatakan bahwa hal ini disebut homologi, yang memilki dua faktor. Faktor pertama adalah perkiraan terhadap kelompok sosial dan faktor yang kedua adalah perkiraan terhadap item budaya yang lebih baik. Di Indonesia sudah ada beberapa kegiatan yang mendukung keberadaan tato sebagai seni,
di
antaranya
adalah
kampanye
Levi’s
501
baru-baru
ini.
Dikutip
dari
www.female.kompas.com, dalam artikel yang berjudul “Levi’s Menggandeng Seni Tato Indonesia untuk Unjuk Karya” diceritakan tentang mengapa Levi’s 501 mengambil tato sebagai bahan kampanyenya. Levi’s 501 kembali melansir kampanye baru bertajuk 501 – STA Strong. Lewat
kampanye
ini, Levi’s ingin mengajak penggunanya untuk
mengekspresikan diri mereka melalui karya seni, seperti tato.
10 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
“Indonesia dianggap sebagai tempat kelahiran tato. Ada sejarah kuat mengenai tato di Indonesia, khususnya di kalangan penduduk Mentawai di Sumatera dan penduduk Dayak di Borneo. Desain tradisional tribal yang dicerminkan tato Indonesia telah diikuti seluruh dunia,” ujar Glen Philisiano Hanafiah, Senior Manager, Consumer Marketing PT. Levi Stauss. Bukan hanya produk jeans, tetapi tato di Indonesia sudah diterima dengan baik, terlebih di Solo, Jawa tengah. Pameran dengan tajuk Solo Skin Art Exhibition sudah digelar dua kali. Pameran yang pertama digelar di GOR Manahan, Solo pada tanggal 4-5 Juni 2012. Pameran yang kedua digelar pada tanggal 3-4 September 2013, di Pendapa TBS (Taman Budaya Solo) atau Taman Budaya Jawa Tengah. Kegiatan Solo Skin Art Exhibiton yang kedua mendapat sambutan hangat dari pemimpin profinsi setempat. Peserta yang ikut bukan hanya dari lokal, tetapi juga dari manca negara seperti V Tattoo Studio dari Amerika. Agenda kegiatan selain Tattoo Expo, terdapat Tattoo War yang menjadi ajang unjuk bakat pelukis tato. Keberadaan tato di Indonesia semakin diakui dengan munculnya komunitas, salah satunya adalah Indonesian Subculture. Indonesian Subculture adalah sebuah organisasi nonprofit, didirikan pada tanggal 9 Juli 2004 di Jakarta, yang bergerak dalam bidang seni budaya rajah/tato dan tindik tubuh. Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk menghadapi berbagai macam masalah seiring dengan meningkatnya kekhawatiran masyarakat tentang kesehatan dan keamanan dalam industri tato/tindik di Indonesia. Ketiadaan usaha spesifik dalam mengajarkan standar prosedur dan pengetahuan dasar bagi para pekerja seni tato/tindik mengenai hal pengendalian, pencegahan, hingga terjadinya peningkatan penyebaran penyakit, membuat industri ini menghadapi persoalan dalam bidang hukum dan kesehatan. Peran Indonesian Subculture penting bagi pekerja seni tato/tindik, komunitas yang mereka layani, dan masyarakat luas. Indonesian Subculture ingin menginformasi pihak hukum & masyarakat luas khususnya generasi muda tentang mitos dan kesalahan informasi. Walaupun Indonesian Subculture memiliki peraturan tersendiri, namun menerima bahwa terkadang regulasi eksternal tidak dapat dihindari. Karya seni tato pun semakin menjamur di kalangan anak muda Indonesia, mereka dengan percaya dirinya memiliki gambar tato di beberapa bagian tubuhnya. Hal ini bisa menjadi simbol diri atau identitas yang ingin dibentuk dan dikenal oleh orang lain tentang
11 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
dirinya. Tato bisa berfungsi sebagai bahasa non verbal dan memberikan persepsi untuk orang lain tentang pengguna tato tersebut. Beberapa pernyataan di atas mendukung adanya pro dan kontra tentang penggunaan tato di masyarakat. Perlakuan negatif pada latar belakang sejarah yang pernah ada mendukung adanya persepsi negatif terhadap pengguna tato. Maka tato kini sudah menjadi bagian dari karya seni yang cukup populer di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan anak muda. Penggunaan tato
bisa merupakan representatif dari kehidupan penggunanya atau
mengungkapkan sebuah perasaan yang emosional. Tato bisa berupa gambar atau tulisan, yang dapat memiliki banyak arti. Sering kali kita mengetahui karakter orang dari melihat apa yang digunakan, termasuk tato yang ada di bagian tubuhnya. Misalkan saja ada seorang lelaki yang menato tangannya dengan tanggal tertentu, dari hal itu kita dapat memperkirakan bahwa tanggal tersebut bersejarah bagi hidupnya. Tidak dipungkiri, tato bisa menjadi bahasa non verbal dalam kehidupan kita. Contohnya artis-artis Indonesia yang menato dirinya dengan alasan tato sebagai karya seni. Misalnya Fahrani sebagai model dan artis yang memiliki banyak atato di tubuhnya. TINJAUAN TEORITIS Pada bagian ini penulis memaparkan tentang hal mendasar yang digunakan dalam tulisan ini, yaitu definisi tato, makna tato, komunikasi non verbal, konsep diri dan persepsi diri. 1. Tato Tato menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambar atau lukisan pada tubuh. Sedangkan menato adalah melukis pada kulit tubuh dengan cara menusuki kulit dengan jarum halus kemudian memasukkan zat warna ke dalam bekas tusukan itu. Dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University, Gustafon, Jones dan van Gulik menyatakan bahwa tato adalah simbol untuk menandai hukuman pada kriminal. Vassileva & Hristakieva menyatakan bahwa tato adaah rekonstruksi untuk pengobatan kulit dan kosmetik permanen untuk wajah. Hal ini disebabkan karena prosedur dan penggunaan alat tinta yang dimasukkan ke dalamnya. Tetapi untuk Atkinson, tato dilihat dari sosial dan tergantung pada konteks penggunaannya. 2. Komunikasi Non Verbal Albert Mehrabian menyatakan dalam buku Communication and Human Behavior, Fifth Edition, bahwa bahasa non verbal adalah proses penyampaian pesan-pesan oleh 12 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
seseorang yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau bahasa verbal, melainkan melalui petunjuk-petunjuk atau tanda-tanda lain yang terjadi pada tubuh seseorang. Contoh dari bahasa non verbal adalah paralanguage, face, body, external cues. Dalam literatur “Skin Stigma: Expectancy Violations Theory and Attitudes Toward Tattoos” yang ditulis oleh Nick Woodward, Central Michigan University, menyatakan Luhmann bahwa media komunikasi dapat beragam. Tato dimasukkan ke dalam kategori media komunikasi yang dapat di gunakan untuk menghantarkan pesan. Sedari dulu tato sering digunakan untuk menandai sesuatu pada kulit manunsia atau pun binatang, begitu jaman sekarang, tato digunakan untuk menghantarkan pesan yang ada.
3. Konsep Diri Charles Horton Cooley menyatakan bahwa manusia memiliki cerminan diri, yang disebut looking glass self. Tahap pertama yang dilakukan adalah membayangkan bagaimana diri tampak pada orang lain, berikutnya adalah membayangkan bagaimana orang lain menilai diri, yang terakhir ketika merasa bangga atau kecewa atau sedih atauu malu akan pernilaian orang terhadap diri. Gambaran dan penilaian diri disebut konsep diri. William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadi konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Ada dua komponen yang mempengaruhi konsep diri, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif disebut juga citra diri (self image) sedangkan komponen afektif disebut juga harga diri (self esteem), dikutip dari buku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri orang lain dan reference group. Harry Stack Sullivan menjelaskan bahwa jika seseorang merasa diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaannya, maka orang tersebut akan cenderung bersikap menghormati dan menerima keberadaanya dirinya. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan seseorang, menyalahkan dan menolak keberadaannya maka seseorang tersebut akan menyenangi keberadaan dirinya. Menurut George Herbert Mead, orang yang paling berpengaruh dalam pembentukan konsep diri seseorang adalah orang yang paling dekat, yang disebut significant others. Sedangkan Richard Dewey dan W.J. Humber menamainya 13 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
affective others. Dalam buku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc., reference group adalah kelompok masyarakat tempat berkumpulnya sebuah komunitas atau dikarenakan sebuah ikatan formal di dalamnya. Kelompok tersebut tentunya memiliki norma-norma yang berlaku dan masyarakat di dalamnya akan terbiasa dan mengikuti norma yang ada. Self confidence atau percaya diri adalah sikap terbuka dan berani dari seseorang untuk menunjukkan keberadaan dirinya. Dalam hal perubahan konsep diri, hal ini menentukkan akan bagaimana keberadaan seseorang selanjutnya. Untuk contoh tato, tentunya orang-orang yang menggunakan tato adalah orang-orang yang dengan percaya diri mau menunjukkan ekspresi dan kreatifitasnya kepada masyarakat. 4. Persepsi Interpersonal Tato dapat menjadi media komunikasi dengan banyak ragam. Hal ini diungkapkan oleh Luhmann yang menganalisis partikular media dan forms dari sistem komunikasi. Pada akhirnya sistem teori berfungsi sebagai faktor pembantu teori untuk memahami fenomena sosial, seperti tato dan arti dari tato tersebut. Selain dilihat dari sisi simbol penggunaan tato, terdapat faktor persepsi dari tato. Dalam buku Psikologi Komunikasi, karangan Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc., persepsi sosial menurut McDavid dan Harari adalah “the role of socially generated influences on the basic processes of perception”. Sedangkan persepsi interpesonal adalah persepsi yang dilakukan manusia dengan manusia, bukan dengan sebuah benda atau objek. Persepsi interpersonal menjadi penting dalam sebuah sistem komunikasi, karena persepsi interpersonal adalah cara kita menanggapi manusia dengan segala cirinya, dan bagaimana manusia tersebut menanggapi pernyataan kita dan bisa merubah persepsi kita tentang keadaannya. Persepsi interpersonal dapat didukung dari apa yang dilihat dari petunjuk eksternal, misalnya petunjuk proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual. Faktor-faktor tersebut termasuk dalam petunjuk non verbal. Petunjuk artifaktual meliputi segala penampilan dari bentuk tubuh, kosmetik, baju, tas, aksesoris. Aksesoris termasuk tato di dalamya. Apa yang kita tunjukkan pada diri kita akan memberi kesan kepada orang lain. Erving Goffman mengatakan persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penanggap, yang disebut dengan pengelolaan kesan (impression management).
14 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
Persepsi interpersonal yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi komunikasi interpersonal. Persepsi yang dipercaya akan mempengaruhi bagaimana berkomunikasi dengan orang tersebut. Misalkan seseorang percaya bahwa orang yang berato adalah orang yang jahat, maka cara orang tersebut menanggapi interaksi yang terjadi dengan orang yang berato tentu tidak seramah dengan orang yang tidak menggunakan tato. Hal ini disebut dengan selffulfilling prophecy. METODE PENELITIAN Hal yang coba diungkapkan peneliti melalui literatur yang digunakan dan observasi yang dilakukan. Pengumpulan data studi literatur dilakukan sebagai pedoman terhadap tato sebagai non verbal, yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Observasi akan dilakukan kepada pria dan wanita yang memiliki latar belakang berbeda, dengan demikian peneliti dapat membandingkan situasi yang terjadi. Observasi akan dilakukan kepada pria dan wanita yang berumur 20-30 tahun, karena dianggap sudah cukup dewasa dalam menentukan pilihan dan sudah cukup mengerti tentang persepsi orang yang mereka hadapi. Untuk orang-orang yang menato dirinya, peneliti ingin menggali lebih dalam, mengapa orang tersebut menato dirinya, apa pesan yang ingin dihantarkan dari tato tersebut. HASIL PENELITIAN Dalam artikel Tattoo: a mulifaceted medium of communication yang ditulis oleh Christian
Wymann,
beliau
meyakini
adanya
fungsi
lain
sebuah
tato
untuk
mengkomunikasikan sesuatu secara non verbal, karena tato digambarkan sebagai simbol. Terlepas dari diperbolehkan atau tidaknya tato tersebut. Dalam artikel itu dibahas bagaimana tato menjadi media komunikasi. Dibahas juga bagaimana Niklas Luhmann melihat tato dari pandangan masyarakat modern dan perbedaan fungsi sistem, seperti ekonomi, seni, science, politik, hukum dan lainnya. Tato bukan hanya termasuk seni dan ekonomi dari sebuah ekononomi, tetapi juga termasuk mengoperasikan media. Penelitian memfokuskan pada beberapa topik, yaitu motivasi seseorang dalam menato dirinya, bentuk kelompok yang menjadi dasar dari tato, konteks budaya dalam hadirnya tato, dan evaluasi pada konvensi tato pada media massa. Para ahli memiliki beberapa 15 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
deinisi untuk tato. Gustafon, Jones dan van Gulik menyatakan bahwa tato adalah simbol untuk menandai hukuman pada kriminal. Vassileva & Hristakieva menyatakan bahwa tato adaah rekonstruksi untuk pengobatan kulit dan kosmetik permanen untuk wajah. Hal ini disebabkan karena prosedur dan penggunaan alat tinta yang dimasukkan ke dalamnya. Tetapi untuk Atkinson, tato dilihat dari sosial dan tergantung pada konteks penggunaannya. Bagi Luhmann, media komunikasi dapat beragam. Tato dimasukkan ke dalam kategori media komunikasi yang dapat di gunakan untuk menghantarkan pesan. Sedari dulu tato sering digunakan untuk menandai sesuatu pada kulit manunsia atau pun binatang, begitu jaman sekarang, tato digunakan untuk menghantarkan pesan yang ada. Steward menyatakan bahwa tato juga bisa membuat sebuah persepsi. Hal ini ditunjukkan dari bagaimana orang yang ingin ditato mendeskripsikan gambar yang dimaksud ke pelukis tato. Pada awal abad dua puluh, pelukis tato hanya bisa menggambar beberap jenis saja, tetapi sekarang seiring berjalannya waktu, pelukis tato dapat mewujudkan semua gambar yang diinginkan konsumen. Tato sebagai hasil karya seni memberikan persepsi dan proses dalam komunikasi melalui permintaan tipe dan keputusan dari hal itu. Komunikasi artistik memiliki medium dalam sebuah aturan yang memberikan persepsi dan komunikasi tentang hal itu. Tanpa disadari tato memiliki dua fungsi komunikasi sekaligus, komunikasi dalam hal ekonomi dan komunikasi dalam hal seni. Pada paragraf sebelumnya sudah dijelaskan bahwa tato apada awalnya adalah untuk memberikan tanda dan juga untuk alasan kesehatan. Hal ini sama dengan memberikan pesan di dalamnya. Tato dibuktikkan bisa menjadi medium yang beragam. Komunikasi yang terjadi antara ekonomi dan seni, kemudian komunikasi antara pelukis tato dengan konsumen, dan komunikasi yang diciptakan oleh tato itu sendiri. Hal ini disebut juga teori paralaks, yaitu sesuatu yang bisa dilihat dari segala arah (point of view). Observasi yang dilakukan penulis pada seorang wanita berumur 23 tahun, berinisial EW, mengatakan bahwa tato salib yang ada di tangan kirinya merupakan tato pertamanya dan hal yang membanggakan dalam hidupnya, karena ia bisa menunjukkan identitasnya sebagai orang Kristiani. EW mengatakan bahwa keluarganya untuk pertama kali sempat menolak dan mengatakan bahwa tato memiliki makna negatif, begitu juga untuk kehidupan mendatangnya. Orang tua EW khawatir, anaknya akan sulit mendapat pekerjaan yang tepat dengan adanya 16 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
tato di lengan kirinya dan gampang terlihat, dan orang tua EW juga memikirkan bahwa akan sulit bagi EW untuk mendapatkan pasangan yang mau menerimanya karena memiliki tato. Subjek observasi kedua adalah AY, pria berumur 28 tahun, pekerjaan koki restoran cepat saji. AY memiliki dua buah tato, yang diletakkan di lengan tangan kiri dan punggung atas. Tato yang dimilikinya di lengan tangan kiri berbentuk tulisan Cina, yang merupakan arti dari namanya. Penggunaan nama sebagai tato, dikarenakan AY ingin orang lain tau nama Chinese miliknya. Sedangkan gambar naga dikarenakan AY ingin mengikuti artis idolanya yang berasal dari Hongkong. Beda halnya dengan Vanty, AY diperingatkan tentang tato namanya, dikarenakan bisa diculik karena salah paham (mirip dengan kelompok mafia yang menggunakan tato sebagai simbol kelompok). Menurut orang lain, tato AY baik-baik saja, tidak ada tanggapan negatif, tetapi bagi keluarganya, tidak demikian. Keluarga AY sempat kecewa dengan tindakannya untuk menato dirinya selama kurang lebih setahun. Sementara saat ia mencari kerja, tidak menemukan kendala bagi pria yang berdomisili di Melbourne ini. Sebelumnya AY pernah bekerja sebagai salesman di Indonesia. AY sempat merasakan sulitnya mencari kerja, terlebih saat interview. AY harus pintar menutupi lengannya dengan lengan panjang. Tetapi saat ia berada di Indonesia, banyak yang menganggap tato menakutkan dan mendapat pandangan berbeda dari orang lain. Rasa puas yang diterimanya setelah di tato pun setara dengan rasa sakit selama tiga sampai tujuh hari setelah menato dirinya.
PEMBAHASAN Fenomena tato sudah menjadi bagian dari kelompok masyarakat tertentu. Pro dan kontra tato di masyarakat juga masih ada. Beberapa orang di antaranya berpikir bahwa tato memiliki makna yang buruk bagi si pengguna, tetapi ada pula yang menganggap tato adalah karya seni yang bisa juga menghantarkan pesan, layaknya karya seni yang ada. Media lukis yang menggunakan jarum dan kulit manusia/ binatang mungkin membuat hal ini menjadi lebih menyeramkan dibandingkan seni lukis yang hanya menggunakan kanvas dan kuas. Penggunaan tato berbeda-beda seiring jalannya waktu. Pada awalnya tato digunakan untuk penyembuhan, menunjukkan wilayah kekuasaan dan hal positif lainnya. Tetapi seiring jalannya waktu, tato digunakan oleh masyarakat yang tingkat sosialnya di bawah, digunakan
17 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
untuk menandakan perbudakan. Setelah adanya globalisasi, tato berubah fungsi menjadi karya seni yang bisa mengandung makna positif. Makna positif yang terkandung di dalamnya, dikarenakan makna yang tersimpan di balik tulisan atau gambar tersebut. Selain itu juga tato menjadi industri bisnis baru yang membuahkan
banyak
hasil
karya
dan
memiliki
penggemarnya
sendiri.
Untuk
mengembangkan bisnis tato ini, banyak pelukis tato yang juga mengembangkan bakat melukisnya, agar dapat memberikan inspirasi baru untuk pelanggannya dan membarikan hasil yang baik. Sebagai pelanggan tentunya mempunyai hak untuk mengutarakan keinginannya untuk ditato dan di bagian mana yang ia siap untuk ditato. Hal ini mencakup komunikasi atau diskusi anatar pelanggan dengan pelukis tato. Terdahulunya menggunakan tato sebagai tanda atau simbol yang digunakan untuk memberikan informasi kepada yang melihat. Contohnya pada jaman Nazi yang menato kaum Yahudi berupa angka, hal ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang siapa pemilik nomor tersebut, walaupun dalam artian negatif. Demikian pula pada kelompok Yakuza yang ada di Jepang, mereka menato anggota kelompoknya sesuai dengan posisi mereka dan hal ini menjadi simbol kelompok mereka. Sehingga masyarakat dengan mudah dapat mengenali anggota kelompok Yakuza. Berlaku pula pada jaman sekarang yang menato dirinya dengan gambar yang mereka sukai atau tulisan yang menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka, contohnya nama orang yang mereka cintai, tanggal lahir, atau pun pesanpesan yang penting dalam hidup mereka. Tak jarang pula beberapa orang dengan percaya diri menggambar simbol keagamaan yang mereka anut, sehingga memberikan informasi siapa mereka. Melihat fenomena ini tentunya ada peran komunikasi di dalamnya, karena ada pesan yang ingin disampaikan dari apa yang tertera. Komunikasi ini disebut komunikasi non verbal karena menggunakan simbol dan tidak menggunakan pesan lisan. Pesan yang ada terlihat implisit. Pengguna tato sengaja memilih gambra yang bermakna untuk mereka, untuk memberikan pesan kepada orang luar tentang tatonya tersebut. Dalam teori konsep diri, dijelaskan bahwa seorang individu memiliki cara untuk menonjolkan dirinya, untuk membentuk karakternya di masyarakat. individu ersebut memiliki cermin diri untuk melihat bagaimana pandangan orang terhadap dirinya, sehingga individu tersebut dapat membentuk dirinya sesuai keinginannya dan tetap diterima oleh masyarakat. begitu juga dengan orang bertato, mereka mikirkan apa yang mereka senangi dan melihat 18 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
reaksi dari sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan self image dan self esteem yang dibentuk oleh individu tersebut. Tato menjadi self image penggunanya, berkaitan erat dengan self esteem yang dihasilkan karena tanggapan dari sekitarnya. Contohnya pada kaum Yahudi yang dinomori oleh Nazi, merupakan bentuk self image yang buruk bagi kaum Yahudi, begiu juga dengan self esteem yang dirasakannya. Mereka merasakan bahwa nomor yang ada di tubuh mereka adalah sebuah tanda bahwa mereka diperlakukan tidak manusiawi oleh Nazi. Maka harga diri mereka pun merasa direndahkan. Berbeda dengan halnya kaum wanita dari suku pedalaman Kalimantan yang menato dirinya dan hal itu merupakan lambang kecantikan dan menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan khusus. Tentunya citra diri mereka menjadi baik di masyarakat dan di mata mereka, dan hal ini membangun kembali harga diri mereka. Pengguna tato saat mengambil keputusan untuk menato dirinya, pada skala tertentu pelaku mendapatkan dukungan dari luar dirinya. Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa orang lain atau faktor di luar individu memiliki pengaruh besar dalam pembentukan konsep diri seseorang. Hal ini dibuktikkan dalam kasus tato. Dukungan yang diterima pengguna tato saat inigin membuat tato dari orang-orang terdekatnya membuat pengguna tato semakin percaya diri dengan apa yang ia lakukan. Bukan hanya dari orang terdekat, tetapi dari kelompok atau komunitas, disebut juga reference group, dapat menjadi alasan mengapa seorang individu dapat bersikap demikian. Pengguna tato selain mendapat dukungan dari orang terdekat, ada kemungkinannya diantara orang-orang tersebut yang memiliki tato dan menarik perhatian pengguna tato untuk memilkinya juga. Komunitas atau kelompok yang semakin banyak dan semakin spesifik bisa membentuk individu tersebut. Individu tersebut dapat memilih akan mengikuti norma komunitas yang mana, yang cocok dengan dirinya dan dirinya merasa nyaman. Setelah terbentuknya konsep diri pada seorang individu, orang tersebut akan berusaha menunjukkannya dalam masyarakat dan menjadikannya jembatan komunikasi dengan masyarakat. Contohnya pada seorang yang bertato, orang tersebut akan berusaha menunjukkan bahwa menato diri bukanlah hal yang buruk dan tato bukanlah sebuah simbol untuk kalangan rendah. DeMello menjelaskan bahwa orang-orang dengan tingkat sosial yang tinggi, seperti dokter, pengacara dan lainnya, sudah memiliki tato dan menganggap bahwa hal ini bukanlah simbol tingkat sosial yang rendah, tetapi simbol untuk menunjukkan karakter diri. Ditunjukkan pula pada kampanye Levi’s 501 yang menggunakan tato sebagai bentuk karya seni dan dianggap bisa menarik perhatian anak muda untuk membeli produk tersebut. 19 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
Konsep diri dibagi menjadi dua jenis, yaitu positif dan negatif. Ciri orang dengan konsep diri negatif menrut William D. Brooks dan Philip Emmert adalah : a) Peka terhadap kritik. Individu ini mudah marah akan segala kritik yang ia terima. Bagi individu ini, kritik merupakan cara orang lain untuk menjatuhkan harga dirinya. b) Responsif sekali terhadap pujian. Individu ini sangat senang apabila ada seseorang yang memberikan pujian terhadap apa yang ia lakukan. c) Bersikap hiperkritis. Individu ini tidak bisa menerima kenyataan ada orang lain yang lebih hebat dari dia. Maka ia sering mencela, menghina, mengeluh dan meremehkan orang lain. d) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Hal ini membuat individu ini merasa bahwa ia tidak diperhatikan dan menganggap orang lain sebagai musuh. Ia justru selalu menempatkan dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang tidak beres. e) Bersika pesimis terhadap kompetisi. Individu ini enggan bersaing dan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugika dirinya. Sedangkan konsep diri positif memiliki ciri : a) Yakin akan kemampuan mengatasi masalah b) Merasa setara dengan orang lain c) Menerima pujian tanpa rasa malu d) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat e) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Konsep diri lahir karena komunikasi interpersonal yang dilakukan. Bila konsep dirinya positif, dikarenakan komunikasi interpersonal yang positif pula. Hal ini bisa terjadi pada pengguna tato, mereka bisa merasa diterima masyarakat dan tidak ragu akan tindakan yang mereka ambil untuk menato diri mereka, karena terjadi komunikasi interpersonal positif dengan masyarakat sekitarnya. Selain itu faktor kepercayaan diri menjadi faktor berikutnya yang dimiliki individu. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Penelitian di Amerika menunjukkan 10% - 20% mahasiswa di Amerika mengalami aprehensi komunikasi oleh Hunt, Scott, McCroskey. Menerangkan bahwa orang-orang yang aprehensif 20 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
dalam komunikasi, cenderung dianggap tidak menarik oleh orang lain, kurang kredibel, dan sangat jarang menduduki jabatan pemimpin. Hal ini bisa berlaku bagi pengguna tato yang diberikan persepsi negatif oleh masyarakat. Mereka mungkin saja berubah menjadi sangat tidak percaya diri karena mengalami tekanan dari luar individu. Mereka merasa tersingkirkan oleh persepsi-persepsi negatif yang diberikan oleh orang lain. Sebelumnya mereka sangat percaya diri dengan tato yang melekat pada tubuh mereka, tetapi rasa kepercayaan diri bisa saja hilang karena mendapat perlakuan negatif dari sekitarnya. Beda halnya dengan jaman sekarang yang semakin menerima tato menjadi hasil karya seni. Ditunjukkan oleh Indonesian Subculture. Sebuah komunitas yang hadir untuk menunjukkan eksistensi tato sebagasi hasil karya seni dan membuat acara Skin Art Exhibition yang menampilkan tatoo artist dari berbagai kalangan. Hal ini bisa menimbulkan kepercayaan diri bagi pelukis tato dan pengguna tato, sehingga mereka bisa menunjukkan keberadaan mereka tanpa mereasa tersingkirkan oleh masyarakat. Persepsi negatif sering kali dilayangkan oleh masyarakat dari tato yang terlihat dari pengguna tato. Persepsi negatif itu pun sering menutupi makna non verbal yang ada di dalam tato tersebut. Misalkan saja AY yang menaruh nama Chinese miliknya. Tato milik AY memiliki arti namanya, dengan demikian orang lain bisa mengetahui nama AY dalam bahasa Cina.
KESIMPULAN Setelah membahas tentang sejarah dan teori yang terkait perihal tato pada paragraf sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan. Motivasi orang menato dirinya kurang lebih untuk memberikan oesan kepada orang lain tentang karakter dalam dirinya. Misalkan pada informan AY yang menato lengannya dengan namanya, AY ingin memberikan pesan kepada masyarakat bahwa AY memiliki nama Chinese. Sedangkan EW yang menato lengannya dengan gambar salib, ingin memberikan pesan bahwa EW adalah umat Kristiani. Teori dan pernyataan yang diungkapkan para ahli mengatakan adanya pengaruh kelompok dalam membuat tato. Pengaruh yang diterima tidak hanya dari orang terdekat saja, tetapi bisa juga dari orang luar lainnya. Misalnya dengan sikap AY yang menato pundaknya dengan tato naga seperti yang dimiliki artis Hongkong favoritnya. Konsep diri yang dimiliki AY saat itu ingin merasa sama dengan aktor favoritnya. Begitu juga dengan keputusan saat 21 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
ingin menato, pengguna tato mendapat dorongan dari pihak luar yang memantapkan hatinya akan menato dirinya. Sejarah mengatakan bahwa tato digunakan untuk menyatakan beberapa hal, misalkan saja bagi suku terasing tato digunakan untuk menunjukkan wilayah kekuasaan dan bagi wanita, tato menunjukkan kecantikan dan keahlian khusus yang dimilikinya. Hal ini berjalan sampai pada jaman Nazi yang menggunakan tato sebagai penanda kaum Yahudi sebagai tawanannya. Begitu pula di Jepang, bagi kelompok mafia Yakuza, tato menjadi identitas dirinya. Sehingga bila ada orang yang melihat mereka, akan mengetahui siapa mereka sebenarnya. Tato digunakan sebagai komunikasi non verbal dari awal penggunaannya. Seiring berjalannya waktu, media massa berperan menyebarkan kegunaan tato sebagai komunikasi non verbal. Pada awalnya media berperan untuk meluruskan bahwa tato dapat digunakan berbagai kalangan, bukan hanya masyarakat dari kelas sosial rendah. Pada jaman sekarang media yang digunakan semakin banyak, contohnya kampanye yang dijalankan Levi’s 501 yang memakai tato sebagai bagian dari kampanye produk baru mereka. Hal ini dapat merubah pandangan masyarakat.
SARAN Penulisan ini membutuhkan saran akademik yang berkaitan dengan bahan studi berikutnya, yang berhubungan dengan penggunaan tato sebagai komunikasi non verbal. Untuk mendukung hal tersebut diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan informan yang lebih beragam, sehingga bisa mendapatkan jawaban yang lebih valid. Berikutnya saran praktis yang dapat diberikan adalah dari pemahaman masyarakat tentang tato dan masih terbayang-bayang sejarah masa lalu dengan penggunaan tato di masyarakat kelas bawah. Dengan demikian diharapkan tato dapat diterima di kalangan masyarakat tanpa mendapat
22 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA Buku Drs. Jalaluddin Rakhmat M. Sc, 2001, “Psikologi Komunikasi”, PT. Remaja Rosdakarya Stewart, Ruben. 2006. Communication and Human Behavior, Fifth Edition. Allyn And Bacon Chris Barker,
2003, “Cultural Studies Theory and Practice” Second Edition, SAGE
Publications Ltd Website http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&ved=0CHEQFjAH &url=http%3A%2F%2Fmedia.wix.com%2Fugd%2F5b1ec2_8ffe6fbc3de6428f139e660f5b9b 6b82.docx%3Fdn%3DSkin%2BStigma%2B-%2Bpaper.docx&ei=OP6Uo7YHYPTrQeRhYGwBA&usg=AFQjCNEFHuTcUHmT1LYwQAQe6w1twLYsA&sig2=E3WX65WSp4IcOrCiINmu8g&bvm=bv.58187178,d.bmk http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDcQFjAA &url=http%3A%2F%2Fojs.statsbiblioteket.dk%2Findex.php%2Fmediekultur%2Farticle%2F viewFile%2F2529%2F3372&ei=OP6Uo7YHYPTrQeRhYGwBA&usg=AFQjCNFcMcysYkvVxGWjYmHJDQw2HeJK7A&sig2= N77NVbvE1rUrFzodQKh2-A&bvm=bv.58187178,d.bmk http://www.acrwebsite.org/search/view-conference-proceedings.aspx?Id=8195 http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDEQFjAA &url=http%3A%2F%2Fhome.comcast.net%2F~lukeythetruck%2Fdjole%2FSchoolPage%2F SPSCC%2FEssay%2520Readings%2FChristianStudentTattoos.pdf&ei=GQO_UsfPDMK3rg ed_4Bg&usg=AFQjCNEFD5u3FS4JgNlSH2nKU906F9JJCQ&sig2=NpLiJciforWjzz4aUjpq DQ&bvm=bv.58187178,d.bmk http://kbbi.web.id/tato http://news.psu.edu/story/141345/2008/06/20/research/probing-question-what-historytattooing http://female.kompas.com/read/2013/12/16/1419008/Levi.s.Menggandeng.Seni.Tato.Indonesi a.untuk.Unjuk.Karya. 23 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014
http://www.solopos.com/2013/09/04/solo-skin-art-exhibition-2013-hari-kedua-pameran-164seniman-tato-jor-joran-di-tbs-443932 http://www.lintas.me/article/tempo.co/surakarta-gelar-pameran-tato-untuk-pertamakali?utm_source=LATEST&utm_medium=LATEST_2&utm_campaign=LATEST http://indonesiansubculture.com/p/about.html http://travel.okezone.com/read/2012/01/13/409/556937/baru-museum-tato-di-amsterdam http://economy.okezone.com/read/2010/01/31/320/299292/studio-tato-beromzet-jutaan http://celebrity.okezone.com/read/2010/04/22/34/325247/fahrani-punya-35-tato-di-seluruhtubuhnya http://magazine.foxnews.com/style-beauty/guidelines-tattoo-virgin http://magazine.foxnews.com/style-beauty/origin-ink-tattoos-through-time http://www.smithsonianmag.com/history/tattoos-144038580/
24 Penggunaan tato ..., Bidari Medi S, FISIP UI, 2014