ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA PETANI SAYURAN INDIGENOUS (LEUNCA) DI DESA TEGALLEGA, KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI NESYA MULIA PINASTI
NESYA MULIA PINASTI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Sayuran Indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Nesya Mulia Pinasti NIM H34090066
ABSTRAK NESYA MULIA PINASTI. Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Tanaman Indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI. Pengembangan potensi suatu bangsa tergantung pada bagaimana keinginan dan kemampuan sumber daya manusianya sebagai aset utama, karena itulah kewirausahaan memiliki peranan penting dalam pembangunan. Karakteristik wirausaha, salah satunya dibutuhkan oleh petani sayuran indigenous khususnya leunca. Usahatani leunca salah satunya terdapat di Cianjur. Petani tersebut tergabung dalam anggota kelompok tani dan bertindak sebagai pengelola utama usaha pertaniannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik wirausaha petani leunca di Desa Tegallega dengan menggunakan analisis deskriptif dan statistik deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani leunca termasuk kategori petani sedang dan karakteristik wirausaha utama adalah orientasi masa depan. Kata kunci: wirausaha, kewirausahaan, leunca, analisis deskriptif
ABSTRACT NESYA MULIA PINASTI. Analysis of Entrepreneur Characteristics of Indigenous Vegetables (Leunca) Farmers at Tegallega, Warungkondang, Cianjur). Supervised by ANNA FARIYANTI. Potential development of a nation depends on the desire and ability of human resources as a key asset, that make entrepreneurship has an important role in development. Entrepreneur characteristic also needed by indigenous vegetables farmers, specialy leunca farmers. One of leunca farming is located in Cianjur. Leunca farmers are the member of farmer group and act as main administrator of their farm. The porpose of this study was to analyse farmer entrepreneur characteristic at Tegallega village using description analysis and descriptive statistic. Based on the excisting parameters, the result showed that leunca farmers included in middle farmer category and main entrepreneur characteristic was future orientation. Keywords: entrepreneur, entrepreneurship, leunca, description analysis
ANALISIS KARAKTERISTIK WIRAUSAHA PETANI SAYURAN INDIGENOUS (LEUNCA) DI DESA TEGALLEGA, KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR
NESYA MULIA PINASTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Sayuran Indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M. Si dan Dr. Amzul Rifin, SP. MA. selaku dosen penguji. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ujang selaku ketua Koperasi Mitra Tani Parahyangan yang telah membantu selama pengumpulan data. Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dwi Rachmina selaku wali akademik selama menjalani perkuliahan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa, Mama, Nenek, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada orangorang spesial, Putri L. Widhiasih, Nurul Saqinah, Nurul Hayati, Mangarissan Sidabutar, Josa Adrian, Ramly Mulyo D. Putro, Alfa Ryanda. yang selalu memberi semangat dan dukungan selama penulisan skripsi ini. Terakhir penulis sampaikan salam semangat dan terima kasih atas segala dukungan dari rekanrekan Agribisnis 46. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014 Nesya Mulia Pinasti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup penelitian TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Wirausaha Petani Agribisnis KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Metode Pengumpulan Data Metode Penentuan Sampel Metode Pengolahan Data Definisi Operasional GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Karakteristik Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Karakteristik Wirausaha Petani dalam Menjalankan Usaha Pertanian Leunca Karakteristik Wirausaha Utama Petani dalam Menjalankan Usaha Pertanian Leunca Karakteristik Utama yang Diperlukan untuk Menjalankan Usaha Pertanian Leunca SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x xi xi 1 1 3 4 4 4 5 5 7 7 11 12 12 12 13 14 15 16 16 19 20 20 27 32 39 41 41 41 42 43 50
DAFTAR TABEL 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12
13 14 15 16 17 18
19
20
21
Responden Penelitian Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tgallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur tahun 2014 Kriteria Penilaian Skor Kuesioner Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Kecamatan Warungkondang, Cianjur Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Warga Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Tahun 2010 Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Tahun 2010 Kategori Kelompok Usia Karakteristik Petani Leunca Berdasarkan Usia di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Kecamatan Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Usia Tingkat Pendidikan Petani Leunca di Kecamatan Warungkondang, Cianjur Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pengalaman Bertani Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Berdasarkan Pengalaman Bertani Skor Karakteristik Wirausaha Petani I Skor Karakteristik Wirausaha Petani II Skor Karakteristik Wirausaha Petani III Skor Karakteristik Wirausaha Petani IV Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Berorientasi Masa Depan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Pengambilan Risiko pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Berorientasi Tugas dan Hasil pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Percaya Diri pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur
13 15 17 18 18 20 21 22 24
25 26
27 28 29 30 31 32
33
34
35
36
22
23
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Kepemimpinan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Keorisinilan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur
37 39
DAFTAR GAMBAR 1 2
Grafik Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Kerangka Pemikiran Operasional
2 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Jawaban Skor Kuesioner Petani Leunca di Desa Tegallega Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Tegallega Berdasarkan Kategori Usia Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Tegallega Berdasarkan Kategori Tingkat Pendidikan Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Tegallega Berdasarkan Pengalaman Perhitungan Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca di Tegallega Gambaran Usaha Petani Leunca di Desa Tegallega Dokumentasi penelitian
43 Desa 44 Desa 45 Desa 46 Desa 47 48 49
PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan potensi suatu bangsa tergantung pada bagaimana keinginan dan kemampuan sumber daya manusianya sebagai aset utama. Dalam era globalisasi ekonomi, tuntutan kemampuan dalam membentuk kompetisi semakin ketat. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif serta dapat bertahan dalam era globalisasi ekonomi diperlukan karakter kuat dalam bidang kewirausahaan seorang individu dalam mengembangkan kemampuan yang ada pada diri masing-masing individu serta mengimplementasikan jiwa wirausaha dalam bentuk manajemen internal yang fleksibel terhadap perubahan lingkungan. Suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun pertumbuhan ekonomi apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2 persen dari jumlah penduduknya. Apabila Indonesia memiliki jumlah penduduk 200 juta jiwa, maka wirausahawannya harus lebih kurang sebanyak 4 juta jiwa (Alma 2011). Tingkat wirausaha di Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasific. Rasio kewirausahaan dibandingkan penduduk di Indonesia hanya 1: 83, sedangkan di Filipina 1: 66, Jepang 1: 25 bahkan di Korea kurang dari 20. Berdasarkan rasio secara internasional, rasio unit usaha ideal adalah 1: 20 (Suryana 2011). Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Di sisi lain, jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja, dan juga kecenderungan orang memiliki pekerjaan rangkap1. Pemerintah menargetkan pada tahun 2015 diharapkan ada tambahan 500 000 wirausaha baru di Indonesia, dan pada tahun 2025 akan ada 5 juta wirausaha baru yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing global. Untuk itu pemerintah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang dilakukan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2 Februari 2011 Jakarta2. Rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 (Gambar 1) mengalami penurunan sebanyak 5.10 juta rumah tangga dari 31.23 juta rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 26.14 juta rumah tangga. Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang mengalami penurunan paling besar selama 10 tahun terakhir, yaitu sebesar 37.40 persen. Jumlah rumah tangga pada usaha pertanian hortikultura tahun 2013 mengalami penurunan terbesar yaitu sebanyak 6.34 juta rumah tangga3.
1
BPS. 2012. Data Strategis BPS. Hlm 36, 37, dan 39. www.bps.go.id. [2 Februari 2013]
2
Wirausahaan Pahlawan Ekonomi Rakyat, Majalah Gema Industri Kecil Edisi XXXII/Maret 2011
3
BPS.2013. Berita Resmi Statistik No. 90/12/Th. XVI, 2 Desember 2013 [19 Oktober 2014]
2
Sumber : BPS 2013 (diolah)
Gambar 1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Tahun 2013 Kesenjangan antara jumlah permintaan dan penawaran tenaga kerja ini perlu dipikirkan, terutama untuk tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak trampil, dan atau tenaga kerja berpendidikan rendah. Bila tidak tertampung di lapangan kerja formal, jalan satu-satunya adalah membekali ketrampilan berwirausaha agar memperoleh penghasilan dan mencapai kesejahteraan sehingga golongan ekonomi bawah dapat berpindah kelas ke lapisan ekonomi menengah atau bahkan ekonomi atas (Suryana dan Bayu 2011). Ini adalah suatu peluang besar yang menantang generasi muda untuk `berkreasi, mengadu keterampilan membina wirausahawan dalam rangka turut berpartisipasi membangun negara (Alma 2011). Telah diketahui bahwa jumlah rumah tangga pada sektor pertanian hortikultura menurun, padahal dewasa ini sayuran indigenous atau yang biasa disebut sayuran pribumi maupun sayuran lokal sedang menjadi kajian yang hangat dibicarakan. Namun, sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap sayuran indigenous yang merupakan sayuran asli daerah masih sangat kurang, bahkan cenderung ditinggalkan. Akibatnya, keberadaan kelompok sayuran indigenous ini kurang dikenal dan mulai terancam kepunahan, jumlah petani sayuran indigenous pun tidak sebanyak jumlah petani sayuran lainnya. Tanaman indigenous menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi kasus gizi buruk, karena sayuran ini dapat menjadi sumber nutrisi bagi tubuh dan harganya juga relatif murah. Macam-macam sayuran indigenous yaitu : leunca, labu siam, daun kemangi, daun katuk, gambas atau oyong, kecipir, paria, koro, selada air. Leunca (Solanum nigrum L) yang merupakan salah satu sayuran indigenous bagi masyarakart Sunda biasa dikonsumsi sebagai lalap, baik buah maupun daunnya. Sayuran leunca ditanam secara tumpang sari, para petani tertarik menanam leunca karena biaya produksinya rendah, mudah dalam perawatannya, mudah tumbuh, serta kemudahan akses penjualan sehingga sayuran leunca cukup memiliki nilai ekonomi tinggi untuk menambah pendapatan para petani.
3
Berdasarkan fakta tersebut maka kewirausahaan (entrepreneurship) memiliki peranan yang sangat penting. Menurut Alma (2011), kewirausahaan memiliki peranan untuk menambah daya tampung tenaga kerja, generator pembangunan lingkungan, contoh bagi masyarakat lain sebagai pribadi unggul yang patut dicontoh, menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial, memberdayakan karyawan, memberi contoh kerja keras tanpa melupakan perintah-perintah agama, hidup efisien, dan memelihara keserasian lingkungan. Penelitian analisis karakteristik wirausaha petani sayuran indigenous penting dilakukan karena kajian mengenai karakteristik wirausaha petani masih jarang ditemukan terutama tentang karakteristik wirausaha petani sayuran indigenous khususnya leunca. Penelitian mengenai karakteristik wirausaha petani diharapkan dapat mendorong pertumbuhan petani wirausaha, serta membentuk karakter wirausaha yang handal agar masyarakat secara sadar dengan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya dapat menciptakan lapangan kerja sendiri secara mandiri. Perumusan Masalah Cianjur, Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan sektor pertanian, khususnya hortikultura. Luas lahan pertanian yang sangat memadai dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, serta didukung iklim yang cocok untuk mengembangkan usaha pertanian hortikultur (khususnya leunca). Produk tersebut berasal dari kekayaan alam khas Jawa Barat yaitu pada lingkungan masyarakat Sunda, sehingga produk leunca (sayuran indigenous) sangat potensial untuk dikembangkan dan disukai oleh konsumen, baik konsumen dalam maupun luar negeri. Didukung kekayaan alam dan sumberdaya yang terampil dibidangnya, maka produk leunca sangat menunjang bagi kehidupan masyarakat setempat. Usaha leunca (sayuran indigenous) mulai dikembangkan para petani hortikultura di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Para petani leunca di Desa Tegallega saat ini masih memerlukan bantuan kelompok tani sebagai media penjualan produknya. Manajemen yang dilakukan oleh petani juga masih bersifat sederhana, padahal bila jeli dalam berwirausaha, para petani akan mengetahui bahwa harga produk lokal berupa sayuran indigenous bisa sama atau bahkan lebih tinggi dari sayuran organik sehingga bisa fokus dalam mengembangkan usaha sayuran indigenous secara mandiri. Kewirausahaan sudah melekat secara alamiah dalam diri setiap individu. Masalahnya adalah bagaimana cara seseorang sebagai individu membuat kemampuan itu muncul, terealisasikan, berjalan optimal, dan berkembang. Ukuran keberhasilan para petani leunca tentunya tidak terlepas dari karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh para petani tersebut. Karakteristik wirausaha merupakan bagian yang penting dalam aspek kewirausahaan. Karakteristik wirausaha akan menentukan keberhasilan dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha. Kegiatan wirausaha banyak bergerak dalam bidang bisnis termasuk kegiatan perdagangan sehingga penulis mengambil kajian mengenai kewirausahaan petani leunca. Setiap petani memiliki karakteristik berbeda-beda
4
sehingga perlu adanya kajian mengenai karakteristik wirausaha petani leunca agar dapat diketahui karakteristik wirausaha utama yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha sayuran leunca. Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1 A pa saja karakteristik wirausaha para petani leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur? 2 B agaimana karakteristik wirausaha utama dalam usaha sayuran leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 M engidentifikasi karakteristik wirausaha para petani leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. 2 M enganalisis karakteristik wirausaha utama dalam perkembangan usaha sayuran leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi dunia pendidikan dan pertanian terutama mengenai kewirausahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang berkeinginan untuk memulai dan mengembangkan usaha sayuran indigenous (umum) dan usaha leunca (khusus), sebagai media untuk menumbuhkan keinginan generasi muda agar menjadi petani wirausaha, serta sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan pengisian kuesioner kepada petani dari salah satu sayuran indigenous, yaitu leunca di Desa Tegallega. Petani yang menjadi responden yaitu petani hortikultura yang mengusahakan leunca dan juga mengusahakan sayuran lainnya. Jumlah petani responden yaitu 4 orang. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh masing-masing petani dan merumuskan karakteristik wirausaha utama petani leunca di Desa Tegallega.
5
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Wirausaha Petani Agribisnis Kewirausahaan merupakan proses dinamik untuk menciptakan tambahan kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu wirausaha yang menanggung risiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan berbagai produk barang dan jasa. Barang dan jasa yang dihasilkannya boleh saja bukan merupakan barang baru tetapi mempunyai nilai yang baru dan berguna dengan memanfaatkan skills dan resources yang ada. Dalam pengertian wirausaha di atas tersimpul konsep-konsep seperti situasi baru, mengorganisir, menciptakan, kemakmuran, dan menanggung risiko (Alma 2011). Menurut Pasaribu (2012), wirausaha adalah seseorang yang memiliki ide cemerlang dalam mengelola sumber daya untuk mendapat keuntungan yang maksimum. Secara agribisnis, wirausaha adalah mereka yang bekerja dalam bidang perdagangan hasil-hasil pertanian dalam arti baik produk primer maupun hasil akhir agroindustri di dalam negeri maupun ekspor. Termasuk di dalamnya kegiatan distribusi untuk memperlancar arus barang dari sentra produksi ke sentra pusat pasar (konsumen/ promosi, informasi pasar dan intelejen pasar (marketing inteligence). Menurut Suryana dan Bayu (2011), membangun karakter (character building) ialah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain, tetapi diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Kesuksesan tergantung kepada cara seseorang berunding dalam hubungan dengan orang lain tanpa perselisihan dan pertentangan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang pandai berunding adalah orang yang mengerti seni menjual. Adapun seni menjual merupakan salah satu perwujudan dari jiwa dan karakter wirausaha. Petani sebagai wirausaha agribisnis tentunya harus memiliki karakter dan sifat dalam berwirausaha, karena petani harus dapat melihat kondisi masa depan, apa saja yang akan terjadi dan bagaimana menangkap peluang serta menentukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Karakter dan sifat yang perlu dimiliki wirausaha antara lain adalah percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dan telah banyak dilakukan yaitu mengenai karakteristik wirausaha, tetapi kajian tentang sayuran indigenous khususnya leunca, masih jarang ditemukan terutama dalam hal kewirausahaan petaninya. Handayani (2007), tentang identifikasi karakter hortikultura beberapa sayuran indigenous. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter hortikultura sayuran indigenous dengan cara mengidentifikasi morfologi dan pengamatan data agronomis sayuran indigenous. Hasil dari penelitian ini adalah masing-masing jenis sayuran indigenous memiliki karakter hortikultura yang khas, baik sifat morfologi maupun data agronomis. Perbedaan parameter panjang batang, diameter batang, panjang daun, dan lebar daun terjadi pada awal pertumbuhan sampai 12MST.
6
Prawati (2011), tentang evaluasi beberapa karakter agronomi, nilai gizi dan persepsi masyarakat terhadap sayuran indigenous di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi dan agronomi, serta faktor-faktor pemanfaatan sayuran indigenous di Jawa Barat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sayuran indigenous memiliki nilai ekonomi yang relatif rendah. Hal tersebut ditunjukkan oleh teknologi agronomi yang masih sederhana, produsen yang terbatas, dan pola konsumsi yang bersifat sebagai selingan. Ketersediaan yang terbatas, adanya persepsi negatif, keterbatasan anggota keluarga yang mengkonsumsi, dan banyak masyarakat yang belum mengenal sayuran indigenous menjadi alasan utama preferensi pada sayuran indigenous yang masih rendah. Perlu perhatian khusus kandungan zat anti gizi seperti oksalat dan zat lain yang berpotensi mempengaruhi kesehatan termasuk potensinya sebagai obat. Faktorfaktor yang mendorong konsumsi sayuran indigenous yaitu harga murah, kesukaan konsumen, kemudahan memperoleh sayuran indigenous, serta cara untuk mengkonsumsi. Pakpahan (2010), melakukan penelitian dengan judul Modernitas Sikap Kewirausahaan Pengurus Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan: (1) Modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi; (2) Hubungan antara modernitas sikap kewirausahaan pengurus koperasi dengan keberhasilan koperasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata responden mengetahui prioritas utama dalam memanfaatkan peluang kredit, dana, maupun informasi. Melalui Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman diketahui bahwa variabel modernitas sikap kewirausahaan pengurus tidak memiliki korelasi dengan keberhasilan koperasi. Seftian (2012), tentang analisis faktor yang mempengaruhi tingkat inovasi petani sebagai pendekatan kewirausahaan (kasus petani sayur Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat). Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis hubungan antara adopsi inovasi, inovasi hasil sendiri, lingkup percobaan, dan tingkat inovasi ditingkat petani Kecamatan Pangalengan; (2) Mengidentifikasi sejauh mana sumber-sumber inovasi memberikan kebaruan inovasi terhadap petani sayur di Kecamatan Pangalengan; (3) Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat adopsi inovasi petani sayur di Kecamatan Pangalengan. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh signifikan berasal dari adopsi inovasi yang secara langsung mempengaruhi lingkup percobaan dan tingkat inovasi, perusahaan penyedia input berpengaruh secara signifikan terhadap kebaruan inovasi petani responden, faktor karakteristik petani yang berhubungan nyata pada tingkat adopsi inovasi adalah usia dan pengalaman usahatani. Penelitian mengenai aspek sosial ekonomi sayuran indigenous masih terbatas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu mengenai sayuran indigenous, khususnya leunca ialah penelitian terdahulu telah membahas sayuran indigenous dari segi agronomi dan hortikultura. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, yaitu mengidentifikasi karakteristik wirausaha dan menganalisis karakteristik wirausaha utama dari petani sayuran indigenous, khususnya leunca. Metode yang digunakan berupa survey untuk menghasilkan data kualitatif yang diolah secara deskriptif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk memberi gambaran mengenai karakteristik
7
wirausaha yang dimiliki oleh petani responden dan statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik wirausaha utama petani responden.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Wirausaha Menurut Suryana dan Bayu (2011), wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melambangkan perusahaan miliknya sendiri. Konsep wirausaha lebih merujuk pada sifat, watak, dan ciri–ciri yang melekat pada seseorang yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata serta dapat mengembangkannya dengan tangguh dan mengacu pada orang yang melaksanakan proses gagasan serta memadukan sumber daya agar dapat terealisasi. Beberapa keuntungan menjadi wirausaha menurut Alma (2011), adalah : 1. Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri. 2. Terbuka peluang untuk mendemonstrasikan kemampuan serta potensi seseorang secara penuh. 3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal. 4. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha–usaha konkrit. 5. Terbuka kesempatan untuk menjadi bos. Sementara itu, Kelemahan menjadi wirausaha menurut Alma (2011), adalah : 1.
2. 3. 4.
memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti wirausaha telah menggeser resiko tersebut. Bekerja keras dan waktu/ jam kerjanya panjang. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil, sebab dia harus berhemat. Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus dia buat walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang dihadapinya.
Pengertian karakter menurut Suryana dan Bayu (2011) yaitu (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) reputasi seseorang; dan (3) seseorang yang memiliki kepribadian yang eksentrik. Berdasarkan pengertian karakteristik, maka dapat disimpulkan definisi karakteristik wirausaha sebagai ciri khas atau bentuk watak atau karakter, corak tingkah laku, atau tanda khusus yang melekat pada diri setiap wirausaha dalam mengelola usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Karakteristik wirausaha petani berarti ciri khas atau bentuk-bentuk watak atau karakter, corak
8
tingkah laku, atau tanda khusus yang melekat pada diri setiap petani dalam mengelola usaha pertaniannya untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Proses membangun karakter memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat keputusan moral serta ditindaklanjuti oleh aksi nyata sehingga menjadi praktis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak seseorang (Suryana dan Bayu 2011). Karakteristik wirausaha menurut BN. Marbun (1993: 63) diacu dalam Alma (2011) adalah sebagai berikut : 1. Percaya diri. Memiliki watak kepercayaan, ketidaktergantungan, kepribadian mantap, dan optimis. 2. Berorientasi tugas dan hasil. Memiliki watak kebutuhan atau haus akan prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik, penuh inisiatif. 3. Pengambil risiko. Memiliki watak mampu mengambil risiko dan menyukai tantangan. 4. Kepemimpinan. Memiliki watak mampu memimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik. 5. Keorisinilan. Memiliki watak inovatif, kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, dan memiliki banyak pengetahuan. 6. Berorientasi ke masa depan. Memiliki watak pandangan ke depan dan perspektif. Karakter wirausaha merupakan tabiat, watak, sifat–sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Memerlukan waktu dan disiplin tinggi untuk membentuk karakter wirausaha yang unik, menarik, dan berbeda dari orang lain. Pentingnya karakter dalam kewirausahaan yaitu bahwa karakter harus menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan seorang wirausaha Suryana dan Bayu (2011). Karakteristik wirausaha yang dijadikan fokus penelitian yaitu beradasarkan pendapat BN. Marbun (1993: 63) diacu dalam Alma (2011), yang meliputi: percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Percaya Diri Orang yang percaya diri memiliki watak teguh, tidak tergantung oleh orang lain, kepribadiannya mantap, dan optimis. Dalam praktek, kepercayaan diri terlihat dari sikap memulai, melakukan, dan meyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. Karakteristik kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, memiliki tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis. Dia selalu mempertimbangkan pendapat dan opini orang lain, sehingga dapat dikatakan emosionalnya stabil serta tingkat sosialnya tinggi (Alma 2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang di antaranya kesuksesan dan kegagalan, kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan, tingkat kemandirian dan kemampuan untuk berdiri sendiri, serta keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT (Soesarsono 2002). Kepercayaan diri berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, dan kegairahan berkarya (Sunarya 2003).
9
Berorientasi Tugas dan Hasil Orang yang berorientasikan tugas dan hasil adalah orang yang memiliki watak haus akan prestasi, berorientasi laba atau hasil, tekun dan tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik, serta penuh dengan inisiatif. Orientasi akan tugas dan hasil sangat erat kaitannya dengan motivasi seorang wirausaha. Orang ini tidak mengutamakan prestise melainkan prestasi karena setelah berhasil, prestise akan naik dengan sendirinya. Orientasi akan tugas dan hasil juga sangat erat kaitannya dengan motivasi seorang wirausaha. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika wirausaha berusaha menyingkirkan prestisenya. Dengan adanya motivasi dalam berusaha, seorang wirausaha akan mampu bekerja keras, enerjik, tanpa malu dilihat teman, asal yang dikerjakan merupakan pekerjaan halal (Alma 2003). Alma (2003) mengemukakan bahwa motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi seseorang tergantung kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang. Petani sayuran indigenous khususnya leunca dalam memulai dan mengembangkan usaha juga memiliki motivasi tersendiri. Dengan adanya motivasi tersebut, petani akan bekerja keras dan mampu produktif menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Pengambil Risiko Robison dan Barry (1987), menyatakan bahwa semakin tinggi risiko semakin tinggi pengembalian (return) yang didapat. Kondisi ini memunculkan tiga keputusan seseorang dalam menghadapi risiko, yaitu : 1. Risk averter, yaitu sikap seseorang yang cenderung menghindari risiko. 2. Risk neutral atau indefferent to risk, yaitu sikap seseorang yang netral atau biasa-biasa saja dalam menghadapi risiko. 3. Risk taker, yaitu sikap seseorang yang berani mengambil risiko. Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas– tugasnya secara realistik. Situasi risiko kecil dan tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing–masing situasi ini. Kepemimpinan Menurut Kartono (1991), Seorang pemimpin memiliki tipe kepemimpinan tertentu, yaitu : 1. Tipe kharismatis, pemimpin memiliki kekuatan energi, daya tarik dan wibawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai banyak pengikut dan pengawal yang bisa dipercaya. 2. Tipe paternalistis, yaitu tipe kebapaan, dengan sifat-sifat antara lain : a. Menganggap bawahannya sebagai anak sendiri yang belum dewasa sehingga perlu dikembangkan. b. Bersikap terlalu melindungi.
10
3.
4.
5.
6.
7.
8.
c. Jarang memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, untuk berinisiatif, dan untuk mengembangkan daya kreativitas mereka sendiri. d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar. Tipe militeristis, yaitu tipe yang sifatnya kemiliter-militeran dengan sifat antara lain : a. Lebih banyak menggunakan perintah, keras, kaku, dan kurang bijaksana. b. Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan. c. Sangat menyenangi formalitas dan upacara ritual yang berlebihan. d. Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya. e. Tidak menghendaki saran dan kritik dari bawahannya. f. Komunikasi hanya berlangsung searah saja. Tipe otokratis, yaitu tipe pemimpin yang mendasarkan diri pada kekuatan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi. Pemimpin tipe ini memiliki sifat diantaranya selalu berperan sebagai pemain tunggal, berambisi untuk merajai situasi, berdiri jauh dari bawahannya, keras mempertahankan prinsip, serta setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Tipe laissez faire, yaitu tipe pemimpin yang bersifat tidak praktis memimpin dan membiarkan bawahannya berbuat sesuai dengan keinginannya sendiri. Pemimpin tipe ini tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya, tidak mempunyai wibawa serta tidak mampu menciptakan kondisi kerja yang kondusif. Tipe populistis, yaitu pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional dan kurang mempercayai terhadap kekuatan asing. Tipe administratif atau eksekutif, yaitu pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif sehingga dapat dibangun sistem administrasi dan birokrasi yang efisien. Tipe demokratis, yaitu pemimpin yang berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya. Pemimpin demokratis menghargai setiap potensi individu, mau mendengar nasihat, dan mampu memanfaatkan kapasitas bawahannya.
Berdasarkan hal diatas, maka fungsi pemimpin adalah mengarahkan, membina, mengatur, dan menunjukan orang–orang yang dipimpin agar orangorang tersebut senang, sehaluan, serta terbina dan menuruti kehendak dan tujuan pemimpin. Seorang petani tidak bekerja sendiri, melainkan memerlukan bantuan dari tenaga kerja atau bawahan untuk mengelola usaha pertaniannya. Kepemimpinan seorang petani sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi kerja yang kondusif dan memutuskan suatu kebijakan atau ketetapan demi mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap petani memiliki persamaan dan perbedaan dalam memimpin yang dapat dilihat dari tipe kepemimpinannya. Keorisinilan Sifat orisinal tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinal yang dimaksud adalah seseorang yang tidak hanya mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinal, dan mampu untuk melaksanakan sesuatu.
11
Orisinal tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru (Alma 2011). Kesimpulannya, untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa diperlukan penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan permasalahan dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari. Berinisiatif adalah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas setelah biasa diulang–ulang sehingga melahirkan inovasi. Berorientasi Masa Depan Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan, apa yang hendak ia lakukan, dan apa yang hendak dicapai. Purwanto (2006) menjelaskan tentang visi, misi, dan tujuan. Visi adalah citra nilai dan kepercayaan ideal. Dengan kata lain, visi merupakan wawasan luas ke masa depan dan merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai di masa yang akan datang. Misi adalah dasar kegiatan atau peranan yang diharapkan masyarakat dari suatu usaha, misi merupakan hal-hal yang melegitimasi keberadaan badan usaha. Tujuan merupakan pernyataan tentang keinginan yang akan dijadikan pedoman untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dengan dimensi waktu tertentu. Baik visi maupun misi mempengaruhi tujuan badan usaha karena hal-hal terebut merupakan karakteristik khas dari suatu badan usaha. Sebuah usaha bukan didirikan hanya untuk sementara, tapi untuk selamanya. Oleh sebab itu, faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus ditujukan jauh ke depan, seorang wirausahawan akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah–langkah yang akan dilaksanakan. Kerangka Pemikiran Operasional Tingginya tingkat pengangguran yang terdapat di Indonesia menimbulkan banyak permasalahan karena dapat meningkatkan tingkat kriminalitas dan kemiskinan. Untuk itulah peran kewirausahaan sangat penting sebagai salah satu solusi untuk mengurangi angka pengangguran dan membuka kesempatan kerja. Salah satu bidang usaha yang memiliki prospek cerah untuk dikelola dan dikembangkan adalah usaha agribisnis sayuran indigenous. Selain menjadi menu lalapan dan olahan masakan di rumah makan, sayuran indigenous menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi kasus gizi buruk, karena sayuran ini dapat menjadi sumber nutrisi bagi tubuh dan harganya juga relatif murah. Leunca juga memiliki keunggulan lainnya yaitu sebagai tanaman obat. Walaupun memiliki banyak keistimewaan, jumlah petani sayuran indigenous masih terbatas, termasuk di Cianjur. Salah satu faktor yang menghambat seseorang untuk memulai usaha sayuran indigenous adalah kurangnya kesiapan mental, yaitu berpandangan sempit mengenai potensi pasar sayuran indigenous. Untuk itu, diperlukan karakteristik wirausaha yang tangguh untuk menjalankan bisnis sayuran indigenous yang berhasil. Petani sebagai pelaku wirausaha agribisnis perlu memiliki karakter dan sifat tertentu yang sesuai dengan konsep karakteristik kewirausahaan agar dapat
12
melihat kondisi masa depan, menangkap peluang yang ada, berpikir dengan penuh perhitungan, serta menentukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang terjadi demi kesuksesan usahanya. Untuk itu, diperlukan analisis karakteristik wirausaha petani sayuran indigenous, khususnya leunca di Desa Tegallega. Karakteristik wirausaha yang diteliti terdiri dari percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan. Kajian akhir adalah menganalisis karakteristik wirausaha utama yang diperlukan dalam mengelola usaha sayuran indigenous. Sayuran indigenous (Leunca) di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Leunca -
Percaya diri Berorientasi tugas dan hasil Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi masa depan
Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca (tanaman indigenous) dalam Menjalankan Usaha Sayuran Leunca
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan adanya Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang bergerak dibidang usaha hortikultura. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014. Teknik pengumpulan data berupa observasi, serta pengisian angket dan kuesioner kepada petani responden. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat aktivitas usaha yang dilakukan di Desa Tegallega sekaligus mengecek jawaban
13
dari responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mendapatkan data mengenai gambaran usaha dan karakteristik umum para petani responden. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data mengenai karakteristik wirausaha dan karakteristik wirausaha utama petani responden. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari observasi langsung, serta pengisian angket dan kuesioner dengan petani leunca. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan literaturliteratur yang relevan dengan tujuan penelitian baik media cetak maupun media elektronik. Daftar pertanyaan dan pernyataan, alat pencatat, dan alat dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan terdiri dari : 1 D ata primer berupa gambaran usaha, karakteristik umum petani responden, dan karakteristik wirausaha petani responden. Karakteristik umum petani responden yaitu usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani. Karakteristik wirausaha petani yang diteliti terdiri dari percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi masa depan. 2 D ata sekunder berupa gambaran umum pertanian di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Metode Penentuan Sampel Petani leunca yang dijadikan sampel merupakan petani yang memenuhi pertimbangan peneliti, yaitu : 1. Petani leunca yang tergabung dalam anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega. 2. Petani bertindak sebagai pengelola utama usaha pertaniannya sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan usaha. Berdasarkan hasil wawancara, didapat 4 orang petani leunca di Desa Tegallega yang merupakan seluruh anggota populasi dan bersedia bekerja sama dengan peneliti (Tabel 1). Tabel 1
Responden Penelitian Analisis Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tgallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur tahun 2014 Kode Responden
I II III IV
Nama Responden Sabar Iwan U. Majudin Diat
14
Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh akan diolah agar dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan metode : 1 A nalisis deskriptif. Menurut Natzir (1999), analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk memberi gambaran mengenai karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh petani sayuran indigenous (leunca) di Desa Tegallega. S 2 tatistik Deskriptif. Statistik deskriptif merupakan salah satu metode pengolahan data yang hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keteranganketerangan mengenai suatu data, keadaan, atau fenomena. Penarikan kesimpulan pada statistik deskriptif hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada (Hasan 2003). Pada penelitian ini, metode statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis karakteristik wirausaha utama petani responden. Karakteristik wirausaha utama petani sayuran indigenous (leunca) diketahui dari skor jawaban kuesioner yang diisi oleh responden berdasarkan rentang skala Likert (1-5), yaitu menjadi lima kriteria penilaian berdasarkan tinggi rendahnya dengan skor terendah (1) dan skor tertinggi (5). Untuk mewakili keseluruhan skor yang terdapat dalam data, digunakan ukuran nilai pusat. Jenis ukuran nilai pusat yang dipakai adalah rata-rata hitung (mean). Rata-rata hitung adalah nilai rata-rata dari data yang ada. Rata-rata hitung secara umum dapat ditentukan dengan rumus :
Berdasarkan hasil perhitungan nilai tengah, karakteristik wirausaha dapat diklasifikasikan ke dalam lima kriteria (Tabel 2). Pembagian klasifikasi penilaian dapat dilakukan dengan formulasi sebagai berikut :
15
Tabel 2
Kriteria Penilaian Skor Kuesioner Range
Kriteria
1 – 1.8 1.8 – 2.6 2.6 – 3.4 3.4 – 4.2 4.2 – 5
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Kesesuaian karakteristik wirausaha yang diteliti pada petani ditentukan berdasarkan proporsi kesesuaian, dengan nilai tertinggi yaitu 100 persen. Rumus berikut ini digunakan untuk menentukan proporsi kesesuaian karakteristik wirausaha petani:
Definisi Operasional 1 2
3 4 5 6
7
8
9
10
Usaha pertanian sayuran indigenous (leunca) yaitu budidaya sayuran lokal/ indigenous terutama leunca dengan tujuan utama produksi leunca. Petani sayuran indigenous (leunca) yaitu orang yang bertindak sebagai pengelola utama dalam usaha sayuran indigenous khususnya leunca, mata pencahariannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pertanian. Usia adalah rentang kehidupan individu yang diukur dengan tahun, dihitung sejak dilahirkan. Tingkat pendidikan yaitu kondisi yang menggambarkan tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh responden penelitian. Pengalaman bertani yaitu kondisi berapa lama petani responden melakukan usaha bertani. Karakteristik Wirausaha yaitu ciri khas atau watak atau karakter, tingkah laku, atau sifat khusus yang melekat pada diri setiap wirausaha dalam mengelola usahanya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Karakteristik Wirausaha yang diteliti berupa : percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Percaya diri yaitu keyakinan atas kemampuan diri sendiri. Kepercayaan diri dapat diukur dari tanggung jawab, obyektif, emosi, sosialisasi, keyakinan terhadap agama yang ditekuni, serta sikap yang tidak selalu bergantung pada orang lain. Berorientasi tugas dan hasil yaitu karakteristik wirausaha yang mencakup nilai motivasi, orientasi laba atau hasil, ketekunan dan ketabahan, kerja keras, serta inisiatif.berorientasi tugas dapat diukur dari sikap inisiatif, berorientasi laba atau hasil, bekerja keras, ketekunan dan ketabahan, motif berprestasi, dan motif berhubungan dengan orang lain. Pengambil risiko yaitu sikap kemampuan dan keinginan untuk mengambil risiko yang dapat diukur dari sikap menyukai tantangan, keberanian dalam
16
11
12
13 14
menghadapi risiko, keyakinan pada diri sendiri, dan kemampuan dalam mencari peluang. Kepemimpinan yaitu tindakan dalam melakukan aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersamasama melakukannya. Kepemimpinan dapat diukur dari sikap yang konsekuen, dapat dipercaya, terbuka pada kritik, memelihara kesehatan, memanfaatkan perbedaan, serta ahli dalam bidang usaha yang dikerjakan. Keorisinilan yaitu sikap atau ide yang orisinil, inisiatif kreatif untuk tidak selalu mengikuti orang lain, memiliki pendapat sendiri, mampu melaksanakan sesuatu, mampu memecahkan masalah. Berorientasi masa depan yaitu sikap memiliki visi, misi, tujuan, serta pandangan ke masa depan. Karakteristik wirausaha utama yaitu karakteristik wirausaha yang paling menonjol yang dimiliki oleh para petani responden. Karakteristik wirausaha utama diukur berdasarkan mean skor kuesioner yang tertinggi.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Karakteristik Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Pembagian Administratif Secara geografis, Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan berada di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Kecamatan ini terletak kurang lebih 9 km dari pusat pemerintahan Kabupaten/Kota Cianjur, 90 Km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat dan 120 Km dari pusat pemerintahan Negara. Kecamatan Warungkondang memiliki batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Cugenang Sebelah Selatan : Kecamatan Gekbrong Sebelah Barat : Kabupaten Sukabumi Sebelah Timur : Kecamatan Cilaku Kecamatan Warungkondang memiliki wilayah seluas 4.893.96 ha, terletak di arah barat daya ibukota Kabupaten Cianjur, dengan ketinggian berkisar antara 450 sampai dengan 1 000 meter diatas permukaan air laut, dan dengan kemiringan antara 1 derajat sampai dengan 15 derajat. Jenis tanah di Kecamatan Warungkondang yaitu tanah latosol, aluvial berada pada ketinggian 300 – 900 meter diatas permukaan laut dengan pH tanah 5 – 6. Suhu rara-rata di Kecamatan Warungkondang yaitu 25ºC dan memiliki rata-rata 2000 – 2500 mm/ tahun (BPS Cianjur, 2011). Luas wilayah Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, yaitu 4 894 hektar, yang terdiri atas pemukiman, persawahan, tegal/ladang, perkebunan, hutan lindung, kolam, dan lain-lain. Secara rinci luas wilayah Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur yang dilihat menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 3.
17
Tabel 3
Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010
Jenis Penggunaan Pemukiman Persawahan Tegal/ Ladang Perkebunan Hutan Lindung Kolam Lain – lain Total
Luas (Ha) 788 1 664 270 555 1 120 121 376 4 894
Persentase (%) 16.10 34.00 5.51 11.34 22.88 2.47 7.68 100
Sumber: BPS Kabupaten Cianjur 2008
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar luas wilayah Kecamatan Warungkondang digunakan untuk persawahan, yaitu sebesar 1 664 hektar atau mencapai 34.00 persen dari total luas wilayah Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Hal tersebut menunjukkan bahwa lahan Kecamatan Warungkondang diprioritaskan untuk lahan persawahan atau menanam padi. Penggunaan lahan terbesar setelah lahan persawahan adalah untuk hutan lindung yaitu sekitar 1 120 hektar, pemukiman sekitar 788 hektar, perkebunan sekitar 555 hektar, lain-lain seperti sarana dan prasarana umum sekitar 376 hektar, Tegal/Ladang sekitar 270 hektar, dan Kolam sekitar 270 hektar. Besarnya penggunaan lahan untuk ladang atau tegal ini digunakan sebagai areal pertanian yang lebih variatif seperti untuk menanam tanaman palawija, sayuran, tanaman hias, dan lain-lain. Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi Desa Tegallega merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur yang terdiri dari 26 RT dan 6 RW dimana terdapat 1 327 Kepala Keluarga (KK). Penduduk Desa Tegallega berjumlah 4 603 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2 364 jiwa dan perempuan sebanyak 2 239 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Tegallega menganut agama Islam dan merupakan penduduk asli daerah dengan suku sunda. Keadaan tingkat pendidikan formal di Desa Tegallega mencerminkan kemajuan pendidikan baik kualitas maupun kuantitas pada suatu wilayah tersebut. Gambaran mengenai tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan Desa Tegallega relatif rendah, dimana sebanyak 43.28 persen warganya memiliki latar belakang pendidikan hanya sampai tamat SD. Rendahnya tingkat pendidikan Desa Tegallega karena mahalnya biaya pendidikan sehingga sebagian besar anak-anak hanya mampu bersekolah hingga tingkat SD dan tingkat SMP saja. Namun, bila dilihat secara keseluruhan semakin berkembangnya tingkat pemikiran masyarakat terdapat kesadaran akan pentingnya pendidikan yang memadai, hal tersebut dapat dilihat dari adanya masyarakat yang melanjutkan pendidikannya hingga ke tingkat perguruan tinggi baik itu tingkat akademi yaitu sebesar 0.14 persen dan tingkat sarjana sebesar 0.19 persen.
18
Tabel 4
Tingkat Pendidikan Warga Desa Tegallega, Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Belum Sekolah Tidak Sekolah Sedang Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP/ Sederajat Tamat SMA/ Sederajat Tamat Akademi S1/ S2/ S3 Total
Jumlah (Orang) 518 14 702 110 1 521 485 153 4 7 3 514
Kecamatan
Persentase (%) 14.75 0.39 19.98 3.13 43.28 13.81 4.35 0.14 0.19 100
Sumber: Kantor Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur 2013
Komposisi mata pencaharian masyarakat Desa Tegallega pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Apabila dilihat dari aspek ekonomi, mata pencaharian pokok yang dilakukan oleh penduduk Desa Tegallega beraneka ragam, namun sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Tegallega adalah sebagai petani, dengan mata pencaharian yang sebagian besar terdapat pada bidang pertanian menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang cukup menjanjikan untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan utama masyarakat Desa Tegallega. Tabel 5
Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010
Jenis Pekerjaan Petani Buruh Tani Buruh Migran PNS Pengrajin Industri Rumah Tangga Pedagang Keliling Montir Pengusaha Kecil dan Menengah Karyawan Perusahaan Swasta Karyawan Perusahaan Pemerintah Pengemudi Ojek Tukang Kayu Tukang Batu Total
Jumlah (Orang) 262 442 188 9 11 23 3 17 108 166 15 21 10 6 1 281
Persentase (%) 20.45 34.50 14.68 0.70 0.86 1.80 0.23 1.33 8.43 12.96 1.17 1.64 0.78 0.47 100
Sumber: Kantor Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur 2013
19
Sarana dan Prasarana Perkembangan pembangunan yang didukung dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi yang semakin meningkat menyebabkan terjadinya perubahan di Desa Tegallega. Sarana yang ada di Desa Tegallega diantaranya berupa sarana dan prasarana pendidikan, sarana dan prasarana kesehatan, sarana dan prasarana komunikasi dan informasi, sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi. Untuk sarana pendidikan baik formal maupun informal terdiri dari sekolah Play Group/ PAUD/ TK, SD/ Sederajat baik negeri maupun swasta, sekolah SMP/ sederajat, dan sekolah SMA/ Sederajat. Sarana dan prasarana kesehatan terdiri dari puskesmas pembantu yaitu sebanyak satu unit, dan posyandu sebanyak 6 unit. Kemudian untuk sarana dan prasarana transportasi terdapat angkutan umum dan beberapa pangkalan ojek. Dalam sarana jalan dan telekomunikasi, sebagian besar masyarakat Desa Tegallega telah memiliki alat komunikasi yang berupa telepon seluler sehingga memudahkan akses komunikasi antar penduduk maupun komunikasi dengan luar penduduk Desa Tegallega. Kondisi jalan menuju Desa Tegallega masih kurang bagus, kondisi jalan banyak yang berlubang dan akan tergenang pada musim penghujan. Selain itu, di Desa Tegallega juga menyediakan prasarana keagamaan seperti masjid/ mushola umum, gereja, dan prasarana pemerintahan seperti gedung kantor desa dan inventaris-inventaris kantor. Gambaran Umum Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan merupakan kelompok tani yang bergerak dibidang usaha hortikultura khususnya sayuran. Awal mula terbentuknya kelompok tani ini adalah munculnya gagasan dan pemikiran dari beberapa petani untuk membentuk suatu kelompok yang memiliki tujuan yang sama dalam bidang pertanian, yaitu agar dapat berbagi informasi dan mengembangkan usaha bersama. Kelompok tani ini terbentuk pada tahun 1998 dengan anggota berjumlah lima orang dan pada tahun 2000 Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan membentuk koperasi dengan nama yang sama yaitu Koperasi Mitra Tani Parahyangan yang beralamat di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur dengan nomor badan hukum: 105/ BHKdk/ 10.7/ XIII/ 2000, SITU no. 503/ 020/ SITU/ II/ 2002, TDP no. 100 625 200 777, NPWP no. 01.990.733.8-406.008. pada awalnya pemasaran produk dari Koperasi Mitra Tani Parahyangan terbatas pada pasar-pasar tradisional daerah Kabupaten Cianjur dan menjadi pemasok sayuran di daerah Cipanas dan tahun 2002 pemasaran diperluas ke pasar swalayan seperti Lion Super Indo, Alfa Midi Pusat, Hari-Hari Swalayan, Giant, Aneka Buana, Cimory, dan lain-lain. Anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan pada saat ini sebanyak 329 petani yang salah satunya adalah Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan koperasi bagi para petani di Kecamatan Warungkondang, Kecamatan Cipanas, Kecamatan Cugenang, dan lain-lain. Sistem kerjasama ini tercantum dalam hak dan kewajiban masing-masing pihak yaitu antara petani dengan Koperasi Mitra Tani Parahyangan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dari ketua Kelompok Tani Mitra Tani
20
Parahyangan, dapat diketahui bahwa yang termasuk hak petani antara lain mendapatkan pelayanan dari pengurus koperasi mulai dari subsistem penyediaan input, produksi, pemasaran hasil, dan sebagai lembaga penunjang. Sedangkan kewajiban yang harus dijalankan oleh petani antara lain adalah membayar iuran rutin serta aktif dalam menjual hasilnya ke Koperasi Mitra Tani Parahyangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Karakteristik Umum Petani Responden Penelitian ini dilakukan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Pemilihan ini didasarkan bahwa desa tersebut merupakan daerah pertanian hortikultura di Kecamatan Warungkondang. Responden penelitian ini merupakan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi usia responden, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani. Karakteristik tersebut dianggap penting didalam penelitian ini karena akan berpengaruh terhadap kewirausahaan petani sayuran indigenous terutama leunca. Usia Petani Usia merupakan variabel yang cukup penting dalam melakukan sebuah kegiatan usaha karena akan mempengaruhi kemampuan petani dalam menjalankan aktivitasnya. Usia berkaitan dengan kemampuan fisik serta kemampuan daya pikir petani. Semakin tua usia seseorang maka akan semakin menurun kemampuan fisik serta daya pikirnya. Tabel 6 menunjukkan kategori kelompok usia menurut Depkes RI (2009). Tabel 6
Kategori Kelompok Usia Usia (tahun)
0-5 6-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 ≥ 66
Kategori Usia Balita Kanak-kanak Remaja Awal Remaja Akhir Dewasa Awal Dewasa Akhir Lansia Awal Lansia Akhir Manula
Sumber: Depkes RI 2009
Proporsi usia wirausaha petani leunca di Desa Tegallega dapat dilihat pada Tabel 7. Usia petani saat ini bervariasi mulai dari 34 tahun sampai 70 tahun (ratarata 49 tahun). Usia kronologis petani ketika memulai usaha pertanian juga bervariasi yakni mulai 19 tahun hingga 25 tahun (rata-rata 23 tahun). Dan usia
21
kronologis petani ketika memulai usaha pertanian leunca yakni mulai pada usia 31 tahun hingga 55 tahun (rata-rata 40 tahun). Pada umumnya petani leunca memulai usaha bertani leunca pada usia 30-40 tahun. Namun, tidak ada batasan usia seseorang untuk memulai usaha sayuran leunca. Tabel 7 menunjukkan bahwa 25.00 persen petani memulai usaha pada usia dewasa awal, 25.00 persen usia dewasa akhir, 25.00 persen lansia awal dan 25.00 persen manula. Petani dewasa awal telah memilih bidang usaha sayuran leunca sesuai dengan bakat, minat, dan faktor psikologis yang dimilikinya. Petani dewasa akhir memilih usaha sayuran leunca berdasarkan hobi dan telah mantap dengan pilihan pekerjaan ini. Petani lansia awal dan manula lebih mementingkan tujuan sosial dalam usahanya, yaitu mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar. Tabel 7
Nama Petani Sabar Iwan U.Majudin Diat
Karakteristik Petani Leunca Berdasarkan Usia di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Usia Saat Ini (Tahun) 34 40 53 70
Usia Kronologis Bertani 19 25 24 25
Usia Kronologis Bertani Leunca 33 31 41 55
Kategori Dewasa Awal Dewasa Akhir Lansia Awal Manula
Karakteristik wirausaha petani leunca berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 8. Karakteristik wirausaha yang paling menonjol pada petani usia dewasa awal adalah berorientasi masa depan (mean sebesar 4.75) dan pengambilan risiko (mean sebesar 4.50) sehingga dapat dikategorikan sangat tinggi. Pengambilan risiko untuk mencoba-coba oleh petani usia dewasa awal dalam berkarier menyebabkan petani berani mengambil risiko untuk memulai usaha sayuran leunca. Pada usia ini, petani akan berusaha untuk mencapai kemantapan kariernya sebagai petani leunca sehingga berusaha untuk mencapai prestasi puncak. Oleh karena itu, pada usia dewasa awal petani memiliki karakteristik berorientasi masa depan yang sangat tinggi. Karakteristik kepemimpinan merupakan karakteristik yang tidak terlalu menonjol pada petani usia dewasa awal (mean sebesar 3.71), namun masih dikategorikan tinggi. Kepemimpinan sebagai seorang wirausaha pada usia ini masih bersifat membangun, hal ini disebabkan petani pada usia dewasa awal merupakan pemain baru pada usaha pertanian leunca. Namun, sikap ini dapat terbentuk dengan seiring berjalannya usaha dan pengalaman dalam memimpin usaha. Karakteristik wirausaha yang paling menonjol pada petani usia dewasa akhir adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.50) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.25) sehingga dapat dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik pengambilan risiko ini sama seperti petani usia dewasa awal. Pada usia ini juga, petani masih berkeinginan untuk mencapai kemantapan kariernya sebagai petani leunca sehingga berusaha untuk mencapai prestasi puncak. Oleh karena itu, pada usia dewasa akhir petani memiliki karakteristik berorientasi masa depan yang sangat tinggi.
22
Karakteristik wirausaha yang paling menonjol pada petani usia dewasa akhir adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.50) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.25) sehingga dapat dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik pengambilan risiko ini sama seperti petani usia dewasa awal. Pada usia ini juga, petani masih berkeinginan untuk mencapai kemantapan kariernya sebagai petani leunca sehingga berusaha untuk mencapai prestasi puncak. Oleh karena itu, pada usia dewasa akhir petani memiliki karakteristik berorientasi masa depan yang sangat tinggi. Tabel 8
Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Usia
Kategori Usia Dewasa Awal
1 2
Dewasa Akhir
3 4 5 6 1 2
Lansia Awal
3 4 5 6 1 2
Manula
No
3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Karakteristik Wirausaha Percaya Diri Berorientasi Tugas dan Hasil Pengambilan Risiko Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi Masa Depan Percaya Diri Berorientasi Tugas Dan Hasil Pengambilan Risiko Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi Masa Depan Percaya Diri Berorientasi Tugas Dan Hasil Pengambilan Risiko Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi Masa Depan Percaya Diri Berorientasi Tugas Dan Hasil Pengambilan Risiko Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi Masa Depan
Mean
Kategori
3.80 4.17
Tinggi Tinggi
4.50 3.71 4.14 4.75 3.80 4.00
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
4.50 4.14 3.57 4.25 4.60 4.33
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
4.50 3.57 3.86 4.75 3.60 3.67
Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
4.75 3.43 3.14 5.00
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Sangat Tinggi
Karakteristik keorisinilan merupakan karakteristik yang tidak terlalu menonjol pada petani usia dewasa akhir (mean sebesar 3.57), namun masih dikategorikan tinggi. Bentuk keorisinilan petani usia dewasa akhir yang tinggi
23
dapat dilihat dari berbagai inovasi yang dilakukan pada cara bertani dan hasil pertanian leunca. Petani pada usia lansia awal memiliki karakteristik wirausaha yang paling menonjol yakni percaya diri (mean sebesar 4.60), berorientasi tugas dan hasil (mean sebesar 4.33), pengambilan risiko (mean sebesar 4.50), dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.75), sehingga dikategorikan sangat tinggi. Dalam usia ini, petani berusaha untuk mempertahankan prestasi yang telah diraihnya pada saat ini. Oleh karena itu, kemantapan karier dan pengalaman yang cukup dalam bertani leunca menyebabkan petani memiliki kepercayaan diri, orietansi tugas dan hasil, pengambilan risiko dan orientasi masa depan yang sangat tinggi dalam menjalankan usaha sayuran leunca. Karakteristik wirausaha yang tidak terlalu menonjol pada petani usia lansia awal adalah kepemimpinan (mean sebesar 3.57), namun masih dikategorikan tinggi. Petani akan menggunakan pengalaman yang didapat selama bekerja untuk mengelola usaha sayuran leunca miliknya. Pada petani usia manula, karakteristik wirausaha yang paling menonjol adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.75) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 5.00) yang dikategorikan sangat tinggi. Pada usia ini, usaha petani berada kondisi yang stabil dan matang, sehingga berupaya untuk mencoba-coba inovasi baru dan pembaharuan (upgrade) dalam mempertahankan prestasi usaha sayuran leunca miliknya. Oleh karena itu, pada usia manula petani memiliki karakteristik pengambilan risiko dan berorientasi masa depan yang sangat tinggi. Akibat dari berbagai inovasi dan pembaharuan yang dilakukan oleh petani usia manula, mengakibatkan keorisinilan merupakan karakteristik wirausaha yang paling tidak menonjol pada petani usia manula (mean sebesar 3.14), yang dikategorikan sedang. Berbagai inovasi baru dalam hal bertani leunca diimplementasikan guna mendapatkan keuntungan usaha yang semaksimal mungkin. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden mencerminkan kualitas sumber daya manusia, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia tersebut. Kondisi tersebut dapat terlihat dari tingkat pengetahuan mengenai usaha yang dijalankan, masalah yang dihadapi serta bagaimana mengatasi permasalahan yang dihadapi tersebut. Tingkat pendidikan yang pernah diperoleh oleh petani responden akan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Tingkat pendidikan formal petani leunca di Desa Tegallega dapat dilihat pada Tabel 9. Tingkat pendidikan formal petani leunca pada umumnya tergolong sedang, yakni SMA (50 Persen) dan SD (50 persen). Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar pernah mendapatkan pendidikan formal yang berarti petani dapat membaca dan menulis sehingga menjalankan usahanya tidak mengandalkan orang lain. Menurut Riyanti (2003) pendidikan formal memainkan peranan penting pada saat wirausaha mencoba mengatasi permasalahan dan mengkoreksi penyimpangan dalam praktik bisnis, apalagi pendidikan formal tersebut terkait langsung dengan bidang usaha. Tidak ada satu orang pun dari total petani leunca di Desa Tegallega yang merupakan tamatan jurusan pertanian. Petani yang tidak
24
mendapat ilmu pertanian selama menempuh pendidikan formal (SMA, SD) memperoleh ilmu pertanian dari berbagai sumber seperti literatur, warisan dari orang tua, bertanya pada pakar, pelatihan dan sosialisasi dari instansi pertanian yang terkait. Tingkat pendidikan petani responden berkategori sedang, maka pelatihan dan sosilisasi dalam bertani leunca yang baik memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan pengetahuan bertani leunca sehingga dapat juga meningkatkan produksi pertanian leunca. Oleh karena itu Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan selalu mengadakan acara pertemuan yang rutin dilakukan setiap satu sampai dua bulan sekali di Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Acara pertemuan rutin tersebut diisi dengan berbagai kegiatan seperti penyuluhan pertanian baik dari pihak Koperasi Mitra Tani Parahyangan maupun dari instansi lain, konsultasi, pelatihan serta silaturahmi antar anggota yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan petani dalam mengelola usahataninya. Tabe 9
Tingkat Pendidikan Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Nama Petani
Sabar Iwan U. Majudin Diat
Tingkat Pendidikan SMA SD SMA SD
Karakteristik wirausaha petani leunca di Desa Tegallega berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10. Petani leunca tamatan sekolah dasar (SD) memiliki karakteristik wirausaha yang paling menonjol yakni pengambilan risiko (mean sebesar 4.63) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.63) sehingga dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik berorientasi masa depan dan pengambilan risiko pada petani tamatan SD yang sangat tinggi disebabkan dengan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki petani SD, mereka dituntut untuk mampu bersaing dalam dunia kerja. Sehingga keberanian dalam pengambilan risiko usaha tergolong sangat tinggi agar mampu bersaing dipasaran. Keputusan petani tamatan SD untuk berwirausaha menyebabkan petani berusaha untuk mencapai keberhasilan usaha hingga masa depan. Dengan demikian usaha sayuran leunca yang dikelolanya dapat menjadi sumber penghasilan bagi dirinya hingga masa depan. Keinginan untuk memperoleh pengetahuan dalam bertani leunca membuat petani tamatan SD berani menanggung risiko untuk mencoba-coba inovasi terbaru yang didapatkan guna meningkatkan usahanya. Hal ini yang mengakibatkan keorisinilan merupakan karakteristik wirausaha yang tidak menonjol pada petani tamatan SD (mean sebesar 3.36), sehingga dikategorikan sedang. Berbagai inovasi bertani leunca diterapkan guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam bertani. Karakteristik wirausaha yang paling menonjol pada petani tamatan sekolah menengah atas (SMA) yakni berorientasi tugas dan hasil (mean sebesar 4.25), pengambilan risiko (mean sebesar 4.50) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.75), sehingga dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik ini hampir sama dengan petani tamatan SD namun mengalami peningkatan pada orientasi tugas
25
dan hasil dimana petani tamatan SMA dengan pengetahuan lebih yang dimiliki sudah melakukan manajemen tugas dan hasil produksi guna meningkatkan prestasi usahanya. Manajemen pemasaran pun sudah mulai diterapkan oleh petani tamatan SMA. Sedangkan karakteristik yang kurang menonjol pada petani tamatan SMA adalah kepemimpinan (mean sebesar 3.64), namun masih dikategorikan tinggi. Kurangnya pengetahuan dalam memimpin suatu usaha membuat petani tamatan SMA kurang begitu memahami tentang pengorganisasian pekerja / pegawai dalam berwirausaha. Tabel 10
Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat No Karakteristik Wirausaha Pendidikan SD 1 Percaya Diri 2 Berorientasi Tugas dan Hasil 3 Pengambilan Risiko
SMA
Mean
Kategori 3.70 3.83
Tinggi Tinggi
4.63
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
4 5 6
Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi Masa Depan
3.79 3.36 4.63
1 2
4.20 4.25
3
Percaya Diri Berorientasi Tugas Hasil Pengambilan Risiko
4 5 6
Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi Masa Depan
Dan
4.50 3.64 4.00 4.75
Pengalaman Bertani Pengalaman merupakan salah satu unsur yang penting dalam berwirausaha. Semakin lama seseorang menjalankan usaha, semakin banyak pula pengalaman yang ia peroleh sehingga semakin mampu mengelola usaha dengan baik. Pengalaman bertani dapat diperoleh bila seseorang terlibat langsung dalam kegiatan usaha pertanian. Pengalaman bertani petani leunca di Desa Tegallega dapat dilihat pada Tabel 11. Petani leunca di Desa Tegallega memiliki pengalaman bertani leunca mulai 1 tahun sampai 15 tahun (rata-rata 9 tahun). Sebanyak 1 orang petani (25 persen) termasuk petani kategori pemula yakni pengalaman bertani < 9 tahun dan 3 orang petani (75 persen) termasuk petani kategori sedang yakni pengalaman bertani 9-15 tahun. Belum ada petani yang termasuk dalam kategori berpengalaman yakni pengalaman bertani 16-20 tahun Karakteristik wirausaha petani leunca di Desa Tegallega berdasarkan pengalaman bertani dapat dilihat pada Tabel 12. Karakteristik wirausaha yang
26
paling menonjol pada petani pemula adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.50) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.75), sehingga dikategorikan sangat tinggi. Petani pemula yang merupakan pemain baru dalam kegiatan berwirausaha memiliki dorongan kuat untuk mencoba-coba dalam berkarier. Keberanian petani untuk mencoba-coba dalam berkarier menyebabkan petani berani mengambil risiko untuk mengembangkan cara-cara baru (inovasi) dalam mengembangkan usahanya. Pada kondisi seperti ini, petani pemula akan berusaha untuk mencapai kemantapan berkarier yakni berusaha mencapai prestasi puncak dalam usahanya. Oleh karena itu, petani pemula memiliki pengambilan risiko dan orientasi masa depan yang sangat tinggi. Tabel 11
Pengalaman Bertani Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Nama Petani Sabar Iwan U. Majudin Diat
Pengalaman Bertani (Tahun) 1 9 12 15
Kategori Pemula Sedang Sedang Sedang
Karakeristik yang tidak menonjol pada petani pemula yakni kepemimpinan (mean sebesar 3.71), namun masih dikategorikan tinggi. Hal ini merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam memimpin usaha pertanian leunca, dimana petani pemula memilik pengalaman bertani kurang dari 9 tahun. Petani pemula kurang memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan usahanya sehingga diperlukan adanya pelatihan dan masukan dari orang yang telah berpengalaman dibidangnya. Karakteristik wirausaha yang paling mononjol pada petani kategori sedang adalah pengambilan risiko (mean sebesar 4.58) dan berorientasi masa depan (mean sebesar 4.67), sehingga dikategorikan sangat tinggi. Petani kategori sedang memiliki pengalaman bertani selama 9-15 tahun. Dengan pengalaman lebih yang dimiliki, petani sedang memiliki pengalaman dalam pengambilan keputusan terhadap risiko berwirausaha. Pengalaman bertahun-tahun selama menggeluti usaha pertanian leunca membuat petani kategori sedang menyadari keuntungan besar untuk mengembangkan usahanya di masa depan. Hal tersebut membuat petani kategori sedang berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi usahanya sehingga menjadikan usaha bertani leunca sebagai mata pencaharian di masa depan. Karakteristik wirausaha yang tidak menonjol pada petani kategori sedang adalah keorisinilan (mean sebesar 3.52), namun masih dikategorikan tinggi. Hal ini merupakan akibat dari inovasi dan pembaharuan (upgrade) yang dilakukan oleh petani sedang dalam bertani leunca. Berbagai perubahan-perubahan dilakukan berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh petani kategori sedang guna mempertahankan dan meningkatkan prestasi usahanya.
27
Tabel 12
Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Pengalaman Bertani
Pengalaman Bertani No Pemula 1 2 3 4 5 6 Sedang 1 2 3 4 5 6
Karakteristik Wirausaha Percaya Diri Berorientasi Tugas dan Hasil Pengambilan Risiko Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi Masa Depan Percaya Diri Berorientasi Tugas Dan Hasil Pengambilan Risiko Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi Masa Depan
Mean 3.80 4.17 4.50 3.71 4.14 4.75 4.00 4.00 4.58 3.71 3.52 4.67
Kategori Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Karakteristik Wirausaha Petani dalam Menjalankan Usaha Pertanian Launca Karakteristik wirausaha petani leunca merupakan corak tingkah laku yang melekat pada diri petani dalam mengelola usaha pertaniannya umtuk mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hasil analisis, terdapat perbedaan dan persamaan karakteristik wirausaha petani leunca di Desa Tegallega. Persamaan karakteristik wirausaha petani disebabkan karena mereka sama-sama dalam usaha pertanian leunca. Untuk mempermudah penyajian hasil analisis karakteristik wirausaha setiap petani leunca di Desa Tegallega, petani dikategorikan sebagai berikut : Petani I : Sabar Petani II : Iwan Petani III : U. Majudin Petani IV : Diat Karakteristik Petani I Hasil perhitungan nilai rataan (mean) skor yang diberikan oleh petani I terhadap variabel karakteristik wirausaha disajikan pada Tabel 13. Karakteristik berorientasi masa depan merupakan karakteristik yang paling menonjol pada petani I dengan mean sebesar 4.75 yang dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik berorientasi masa depan pada petani I disebabkan karena petani I merupakan pemain baru dengan pengalaman bertani leunca selama satu tahun. Hal ini membuat petani I berusaha untuk meningkatkan prestasi usahanya guna bersaing di pasaran sehingga dapat menjadi mata pencahariannya dimasa depan. Rata-rata produksi leunca petani I pada saat ini yakni sebesar 500-1000 kg per musim tanam, dengan harga Rp 3000.00 per kg. Hasil ini memberikan total penerimaan dari penjualan leunca oleh petani I per musim sebesar Rp 6 600 000.00. Sehingga diperlukan peningkatan output untuk meningkatkan daya saing usaha petani I.
28
Karakteristik kedua yang juga paling menonjol pada petani I adalah pengambilan risiko dengan mean sebesar 4.50. Nilai ini menunjukkan bahwa karakteristik keberanian terhadap pengambilan risiko pada petani I sangat tinggi, termasuk kategori risk taker. Keberanian petani I dalam pengambilan risiko yang sangat tinggi disebabkan risiko usaha pertanian yang dihadapi petani I sangat besar. Risiko utama yang dihadapi petani I adalah risiko modal. Modal (input) awal yang harus ditanggung oleh petani I per musim tanam terdiri dari biaya sewa lahan sebesar Rp 250 000.00, TKLK sebesar Rp 1 562 500.00, pupuk sebesar Rp 2 025 000.00, TKDK sebesar Rp 1 562 500.00, dan penyusutan alat sebesar 30 000,00. Sehingga total biaya per musim tanam sebesar Rp 5 430 000.00. Pendapatan atas biaya total yang diperoleh oleh petani I per musim sebesar Rp 1 170 000.00. Risiko besar lainnya yang dihadapi petani I adalah risiko pasar berupa harga jual leunca dan risiko produksi berupa penyakit dan kematian. Hal ini membuat petani I memiliki karakteristik pengambilan risiko yang sangat tinggi. Tabel 13
Skor Karakteristik Wirausaha Petani I
Karakteristik Wirausaha Berorientasi Masa Depan Pengambilan Risiko Berorientasi Tugas dan Hasil Keorisinilan Percaya Diri Kepemimpinan
Mean 4.75 4.50 4.17 4.14 3.80 3.71
Kategori Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Karakteristik yang kurang menonjol yang terdapat pada petani I adalah kepemimpinan (mean sebesar 3.71), namun masih dikategorikan tinggi. Kurangnya pengalaman dalam berwirausaha membuat petani I kurang mampu dalam mengorganisasikan usahanya. Pelatihan dan share pengalaman bertani dari petani lain yang sudah berpengalaman, sangat membantu untuk membangun sikap kepemimpinan guna mengembangkan dan meningkatkan usaha pertanian leunca petani I. Karakteristik Petani II Skor karakteristik wirausaha petani II terhadap variabel karakteristik wirausaha disajikan pada Tabel 14. Karakteristik pengambilan risiko merupakan karakteristik yang paling menonjol pada petani II dengan mean sebesar 4.50 yang dikategorikan sangat tinggi. Nilai ini menunjukkan bahwa karakteristik keberanian terhadap pengambilan risiko pada petani II sangat tinggi, termasuk kategori risk taker. Keberanian petani II dalam pengambilan risiko yang sangat tinggi disebabkan risiko usaha pertanian yang dihadapi petani II sangat besar. Risiko utama yang dihadapi petani I adalah risiko modal. Modal (input) awal yang harus ditanggung oleh petani II per musim tanam terdiri dari biaya sewa lahan sebesar Rp 750 000.00, TKLK sebesar Rp 1 562 500.00, pupuk sebesar Rp 3 150 000.00, TKDK sebesar Rp 625 000.00, dan penyusutan alat sebesar Rp 26 250.00. Sehingga total biaya per musim tanam sebesar Rp 6 113 750.00. Pendapatan atas biaya total yang diperoleh oleh petani II per musim sebesar Rp 9 486 250.00. Risiko besar lainnya yang dihadapi petani II yakni risiko pasar berupa harga jual
29
leunca dan risiko produksi berupa penyakit dan kematian. Hal ini membuat petani II memiliki karakteristik pengambilan risiko yang sangat tinggi. Tabel 14
Skor Karakteristik Wirausaha Petani II
Karakteristik Wirausaha Pengambilan Risiko Berorientasi Masa Depan Kepemimpinan Berorientasi Tugas dan Hasil Percaya Diri Keorisinilan
Mean 4.50 4.25 4.14 4.00 3.80 3.57
Kategori Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Karakteristik berorientasi masa depan juga merupakan karakteristik yang paling menonjol pada petani II dengan mean sebesar 4.25, sehingga dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik berorientasi masa depan disebabkan oleh pengalaman bertani selama 9 tahun, dimana pada saat ini rata-rata produksi leunca petani II yakni sebesar 1000 kg per musim tanam, dengan harga Rp 3000.00 per kg. Total penerimaan dari penjualan leunca yang diterima petani II sebesar Rp 15 600 000.00 per musim tanam. Hasil ini membuat petani II menyadari tentang potensi untuk mengembangkan usaha sayuran leunca kedepan sebagai salah satu bisnis usaha yang prospektif dan menguntungkan. Sedangkan karakteristik yang kurang menonjol yang terdapat pada petani II adalah keorisinilan (mean sebesar 3.57), namun masih dikategorikan tinggi. Dengan pengalaman selama 9 tahun berwirausaha membuat petani II melakukan inovasi dan cara-cara baru mulai dari hal bertanam hingga pemasaran hasil produksi yang disesuaikan dengan kondisi di pasaran. Keorisinilan yang tinggi membuat produk leunca petani II dapat tetap bersaing dengan produk yang sejenis di pasaran. Karaktistik Petani III Skor karakteristik wirausaha petani III terhadap variabel karakteristik wirausaha disajikan pada Tabel 15. Karakteristik berorientasi masa depan merupakan karakteristik yang paling menonjol pada petani III dengan mean sebesar 4.75 yang dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik berorientasi masa depan disebabkan oleh pengalaman selama 12 tahun bertani leunca, dimana petani III telah menyadari tentang prospek kedepan usaha bertani leunca sebagai pekerjaan yang menguntungkan. Karakteristik berorientasi masa depan ditunjukkan oleh petani III dengan perluasan lahan bertani yakni dengan memiliki lahan sendiri seluas 20 000 m2 dan lahan sewa seluas 30 000 m2. Dengan luasnya lahan bertani leunca, membuat hasil produksi pun meningkat sehingga dapat memenuhi permintaan leunca di pasaran.
30
Tabel 15
Skor Karakteristik Wirausaha Petani III
Karakteristik Wirausaha Berorientasi Masa Depan Percaya Diri Pengambilan Risiko Berorientasi Tugas dan Hasil Keorisinilan Kepemimpinan
Mean 4.75 4.60 4.50 4.33 3.86 3.57
Kategori Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi
Karakteristik percaya diri, pengambilan risiko, serta berorientasi tugas dan hasil juga merupakan karakteristik menonjol yang terdapat pada petani III dengan nilai mean berturut-turut sebesar 4.60 , 4.50 dan 4.33 , yang dikategorikan sangat tinggi. Pengambilan risiko, percaya diri, serta sikap berorientasi tugas dan hasil yang sangat tinggi ditunjukkan petani III dengan pemakaian bibit unggul leunca dengan harga Rp 1 000.00 pohon sebanyak 20 000 bibit per hektar, penggunaan pupuk kimia NPK dengan harga Rp 2 500.00 per kg sebanyak 400 kg per hektar, penggunaan pestisida untuk menanggulangi risiko hama dan penyakit leunca berupa victory dan detakron, dan mengerjakan 23 orang pekerja yang terdiri dari 9 laki-laki dan 14 perempuan untuk memaksimalkan produksi hasil pertanian leunca. Hal-hal diatas merupakan usaha petani III dalam meningkatkan dan mempertahankan prestasi usaha pertanian leunca miliknya. Karakteristik yang kurang menonjol yang dimiliki petani III adalah kepemimpinan dengan nilai mean sebesar 3.57, namun masih dikategorikan tinggi. Kepemimpinan yang dilakukan petani III lebih diutamakan pada penggerakan dan pengorganisasian pekerja agar memiliki inisiatif dalam bekerja. Faktor kesehatan dan fisik yang mulai menurun, juga merupakan sebab akan manfaat sikap dan inisiatif bekerja pada pekerja dalam menjalakan usaha miliknya. Karaktistik Petani IV Skor karakteristik wirausaha petani IV terhadap variabel karakteristik wirausaha disajikan pada Tabel 16. Karakteristik berorientasi masa depan merupakan karakteristik yang paling menonjol pada petani IV dengan mean sebesar 5.00 yang dikategorikan sangat tinggi. Karakteristik berorientasi masa depan disebabkan oleh pengalaman selama 15 tahun bertani leunca, dimana petani IV paham betul tentang prospek kedepan usaha bertani leunca sebagai pekerjaan yang menguntungkan. Karakteristik berorientasi masa depan ditunjukkan oleh petani III dengan perluasan lahan bertani yakni dengan tambahan lahan sendiri (hibah) seluas 800 m2. Dengan adanya tambahan bertani leunca, membuat hasil produksi pun meningkat sehingga dapat memenuhi permintaan leunca di pasaran. Karakteristik pengambilan risiko juga merupakan karakteristik menonjol yang terdapat pada petani IV dengan nilai mean sebesar 4.75, sehingga dikategorikan sangat tinggi. Pengambilan risiko yang sangat tinggi ditunjukkan petani IV dengan pemanfaatan lahan yang tidak luas untuk memulai usaha bertani leunca. Keberanian petani IV dalam pengambilan risiko yang sangat tinggi disebabkan risiko usaha pertanian yang dihadapi petani IV sangat besar. Risiko utama yang dihadapi petani IV adalah risiko modal. Modal (input) awal yang
31
harus ditanggung oleh petani IV per musim tanam terdiri dari biaya sewa lahan sebesar Rp 175 000.00, TKLK sebesar Rp 3 472 222.22, pupuk sebesar Rp 1 875 000.00, TKDK sebesar Rp 1 736 111.11, dan penyusutan alat sebesar Rp 8 750.00. Sehingga total biaya per musim tanam sebesar Rp 7 267 083.33. Dengan pendapatan atas biaya total yang diperoleh oleh petani II per musim sebesar Rp 7 800 000.00. Risiko besar lainnya yang dihadapi petani IV yakni risiko pasar berupa harga jual leunca dan risiko produksi berupa penyakit dan kematian. Hal ini membuat petani IV memiliki karakteristik pengambilan risiko yang sangat tinggi. Tabel 16
Skor Karakteristik Wirausaha Petani IV
Karakteristik Wirausaha Berorientasi Masa Depan Pengambilan Risiko Berorientasi Tugas dan Hasil Percaya Diri Kepemimpinan Keorisinilan
Mean 5.00 4.75 3.67 3.60 3.43 3.14
Kategori Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang
Karakteristik pengambilan risiko juga merupakan karakteristik menonjol yang terdapat pada petani IV dengan nilai mean sebesar 4.75, sehingga dikategorikan sangat tinggi. Pengambilan risiko yang sangat tinggi ditunjukkan petani IV dengan pemanfaatan lahan yang tidak luas untuk memulai usaha bertani leunca. Keberanian petani IV dalam pengambilan risiko yang sangat tinggi disebabkan risiko usaha pertanian yang dihadapi petani IV sangat besar. Risiko utama yang dihadapi petani IV adalah risiko modal. Modal (input) awal yang harus ditanggung oleh petani IV per musim tanam terdiri dari biaya sewa lahan sebesar Rp 175 000.00, TKLK sebesar Rp 3 472 222.22, pupuk sebesar Rp 1 875 000.00, TKDK sebesar Rp 1 736 111.11, dan penyusutan alat sebesar Rp 8 750.00. Sehingga total biaya per musim tanam sebesar Rp 7 267 083.33. Dengan pendapatan atas biaya total yang diperoleh oleh petani II per musim sebesar Rp 7 800 000.00. Risiko besar lainnya yang dihadapi petani IV yakni risiko pasar berupa harga jual leunca dan risiko produksi berupa penyakit dan kematian. Hal ini membuat petani IV memiliki karakteristik pengambilan risiko yang sangat tinggi. Sedangkan karakteristik yang kurang menonjol yang terdapat pada petani IV adalah keorisinilan (mean sebesar 3.14), sehingga dikategorikan sedang. Kurangnya modal dan pengetahuan dalam pengembangan usaha sayuran leunca membuat pengembangan dan penerapan inovasi baru yang dilakukan oleh petani IV menjadi kurang optimal, namun masih mampu bersaing dipasaran.
32
Karakteristik Wirausaha Utama Petani dalam Menjalankan Usaha Sayuran Leunca Karakteristik wirausaha utama merupakan prioritas karakteristik wirausaha yang perlu dimiliki dan dipersiapkan oleh petani dalam menjalankan usaha pertanian leunca menurut karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh petani leunca di Desa Tegallega. Berdasarkan hasil perhitungan nilai rataan (mean) skor yang diberikan oleh petani di Desa Tegallega terhadap variabel karakteristik wirausaha, didapatkan peringkat karakteristik wirausaha utama yang dimiliki oleh petani, seperti yang tertera pada Tabel 17. Petani menilai karakteristik wirausaha utama yang diperlukan dalam menjalankan usaha sayuran leunca berdasarkan skor terbesar adalah berorientasi masa depan, pengambilan risiko, berorientasi tugas dan hasil, percaya diri, kepemimpinan, dan keorisinilan. Berorientasi masa depan memiliki proporsi kesesuaian terbesar yakni sebesar 93.75 persen, artinya petani menganggap karakteristik berorientasi masa depan memiliki kesesuaian sangat tinggi yakni sebesar 93.75 persen pada diri petani leunca. Petani juga menganggap bahwa pengambilan risiko memiliki kesesuaian yang sangat tinggi pada diri petani leunca yakni sebesar 91.50 persen. Secara umum keempat variabel karakteristik wirausaha utama lainnya yakni berorientasi tugas dan hasil, percaya diri, kepemimpinan, dan keorisinilan termasuk dalam kategori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa petani menganggap karakteristik wirausaha yang diteliti telah sesuai dengan karakteristik diri mereka dalam menjalankan usaha pertanian leunca. Tabel 17
Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Karakteristik Wirausaha Berorientasi Masa Depan Pengambilan Risiko Berorientasi Tugas dan Hasil Percaya Diri Kepemimpinan Keorisinilan
Proporsi Kesesuaian (Persen) 93.75 91.25 80.83 79.00 74.29 73.57
Mean 4.69 4.56 4.04 3.95 3.71 3.68
Kategori Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Berorientasi Masa Depan Berdasarkan penilaian petani leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Cianjur, karakteristik berorientasi masa depan merupakan prioritas utama karakteristik wirausaha petani karena memiliki nilai mean sebesar 4.69 dengan proporsi kesesuaian sebesar 93.75 persen. Proporsi kesesuaian sebesar 93.75 persen bermakna bahwa petani menganggap karakteristik berorientasi masa depan memiliki kesesuaian sebesar 93.75 persen pada diri petani. Petani leunca yang berorientasi masa depan memiliki perspektif, visi, misi dan berpandangan jauh kedepan yang jelas agar langkah-langkah yang disusun untuk mengelola usaha jelas dan dapat direlisasikan. Skor proporsi kesesuaian
33
karakteristik berorientasi masa depan petani leunca di Desa Tegallega disajikan pada Tabel 18. Tabel 18
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Berorientasi Masa Depan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Karakteristik Wirausaha Perspektif Memiliki visi Memiliki misi Berpandangan jauh kedepan
Proporsi Kesesuaian (Persen) 100.00 95.00 95.00 85.00
Berdasarkan Tabel 18, sikap perspektif, visi dan misi merupakan indikator karakteristik berorientasi masa depan yang sangat sesuai dengan diri petani dengan nilai proporsi kesesuaian berturut-turut 100.00 persen, 95.00 persen dan 95.00 persen. Sikap perspektif membuat petani tidak terlalu mempersoalkan apa yang terjadi kemarin, tetapi lebih mempersoalkan apa yang akan terjadi besok. Dengan demikian petani selalu berusaha mencapai hasil yang lebih baik setiap harinya. Menurut petani visi dan misi digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan langkah yang tepat bagi kelangsungan usaha sayuran leunca yang dikelola. Pada umumnya visi dan misi petani tidak pernah didokumentasikan secara tertulis. Walaupun tidak didokumentasikan secara tertulis, setiap petani telah memiliki gambaran tentang visi dan misi dalam pikirannya sejak awal mendirikan usaha sayuran leunca. Dalam menjalankan usahanya, petani berpedoman kepada visi dan misi. Indikator berpandangan jauh kedepan juga sesuai dengan karakteristik petani responden karena memiliki proporsi kesesuaian yang tinggi yakni sebesar 85.00 persen. Petani telah memikirkan bagaimana kondisi usahanya 10 tahun yang akan datang. Hal ini membuat petani akan berusaha untuk mengembangkan usahanya secara bertahap menjadi bisnis usaha yang potensial di masa depan. Pengambilan Risiko Karakteristik wirausaha yang menjadi prioritas kedua dalam menjalankan usaha sayuran leunca menurut petani di Desa Tegallega adalah pengambilan risiko dengan nilai mean sebesar 4.56. Pengambilan risiko yang sangat tinggi memiliki proporsi kesesuaian terhadap karakter diri petani sebesar 91.25 persen. Diantara keempat indikator karakteristik pengambilan risiko pada Tabel 19 diatas, kemampuan mencari peluang dan memperoleh keuntungan memiliki proporsi kesesuaian terhadap karakter diri petani sebesar 100.00 persen. Diikuti keberanian menghadapi risiko sebesar 95.00 persen, dan keyakinan pada diri sendiri sebesar 95.00 persen. Sedangkan indikator menyukai tantangan memiliki proporsi terendah sebesar 75.00 persen, namun masih dikategorikan tinggi. Hasil ini memperlihatkan bahwa petani di Desa Tegallega memiliki kecenderungan untuk mencari peluang dan memperoleh keuntungan, berani terhadap risiko (risk taker) dan memiliki keyakinan pada diri sendiri yang sangat tinggi. Kemampuan mencari peluang dan memperoleh keuntungan sangat berguna
34
dalam menghadapi persaingan bisnis sehingga dapat memanfaatkan kesempatan dan peluang usaha semaksimal mungkin. Keberanian menghadapi risiko dan keyakinan pada diri sendiri membuat petani berani mengambil tantangan dengan memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi secara realistis. Karakteristik menyukai tantangan juga semakin memperkuat karakteristik keberanian mengambil risiko pada diri petani. Keberanian pengambilan risiko merupakan modal penting dalam berwirausaha sayuran leunca, sesuai dengan pendapat Sunarya (2003) bahwa kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama wirausaha. Tabel 19
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Pengambilan Risiko pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Karakteristik Wirausaha Kemampuan mencari peluang dan memperoleh keuntungan Keberanian menghadapi risiko Keyakinan pada diri sendiri Menyukai tantangan
Proporsi Kesesuaian (Persen) 100.00 95.00 95.00 75.00
Risiko finansial yang dihadapi petani adalah besarnya biaya yang diperlukan untuk memulai usaha sayuran leunca. Modal investasi yang digunakan petani untuk memulai usaha sayuran leunca berkisar Rp 1 000 000.00 – Rp 2 000 000.00, dimana biaya tersebut diperoleh dari modal pribadi dan pinjaman dari koperasi. Risiko yang terjadi karena hasil produksi leunca tidak laku terjual di pasaran merupakan risiko pasar yang dialami petani responden. Risiko pasar terutama terjadi pada awal berdirinya usaha karena belum adanya pangsa pasar. Pada kondisi ini diperlukan keahlian petani untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen sehingga petani memiliki pelanggan. Selain itu, petani menggunakan jasa agen untuk memasarkan dan menditribusikan produknya. Berorientasi Tugas dan Hasil Berorientasi tugas dan hasil menempati posisi ketiga sebagai karakteristik wirausaha utama yang diperlukan dalam menjalankan usaha sayuran leunca menurut petani di Desa Tegallega. Berdadarkan penilaian petani, karakteristik berorientasi tugas dan hasil memiliki mean sebesar 4.04 sehingga masuk kategori sangat tinggi. Sementara proporsi kesesuaian karakteristik berorientasi tugas dan hasil pada diri petani sebesar 80.83 persen. Artinya, petani menganggap bahwa karakteristik tugas dan hasil memiliki kesesuaian sebesar 80.83 persen pada diri petani. Berorientasi tugas dan hasil lebih mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad dan kerja keras, motivasi, energik dan inisiatif (Soesarsono 2002). Berdasarkan Tabel 20, indikator karakteristik berorientasi tugas dan hasil yang paling sesuai dengan diri petani adalah berorientasi hasil, berinisiatif, bekerja keras, dan tidak mudah putus asa dengan nilai proporsi kesesuaian
35
berturut-turut 100.00 persen, 95.00 persen, 90.00 persen dan 90.00 persen. Dari data diatas dapat dilihat bahwa motivasi utama petani leunca adalah berorientasi hasil. Dalam kegiatan bertani, petani lebih memfokuskan pada produksi leunca yang diperoleh. Dengan besarnya produksi leunca yang didapat, maka besar pula penerimaan yang didapatkan oleh para petani. Usaha-usaha untuk peningkatan hasil produksi leunca dapat dilakukan dengan cara pemupukan, penggunaan bibit unggul, dan pemberian peptisida. Tabel 20
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Berorientasi Tugas dan Hasil pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Karakteristik Wirausaha Berorientasi hasil Berinisiatif Bekerja keras Tidak mudah putus asa Motif berprestasi Ketekunan dan ketabahan
Proporsi Kesesuaian (Persen) 100.00 95.00 90.00 90.00 75.00 35.00
Karakteristik berinisiatif, bekerja keras, dan tidak mudah putus asa juga merupakan variabel karakteristik wirausaha yang paling sesuai dengan karakter para petani. Karakteristik berinisiatif, bekerja keras, dan tidak mudah putus asa membuat petani leunca senantiasa bekerja keras dalam menjalankan usahanya. Dengan berinisiatif dalam berinovasi membuat para petani dapat terus bersaing dalam penjualan produk pertanian di pasaran. Sikap bekerja keras dan tidak mudah putus asa pada diri petani diperlukan ketika awal berdirinya usaha untuk mencipatakan posisi usaha yang mantap, terutama untuk menciptakan pelanggan dan citra produk. Senantiasa bekerja keras dan tidak mudah putus asa pada diri petani juga membuat usaha sayuran leunca dapat berkembang dan bertahan dalam persaingan bisnis usaha pertanian lainnya. Motif prestasi juga merupakan indikator wirausaha yang sesuai dengan karakter petani leunca. Motif berprestasi akan mendorong petani untuk menghasilkan produk yang lebih baik dalam hal kualitas dan kuantitas. Sedangkan indikator ketekunan dan ketabahan belum sesuai dengan karakteristik pada diri petani dengan proporsi kesesuaian sebesar 35.00 persen. Petani leunca lebih memprioritaskan pada pencapaian hasil usahanya dibandingkan pada pencapaian prestasi pribadi sebagai seorang wirausaha. Percaya Diri Karakteristik percaya diri menempati posisi keempat sebagai karakteristik utama dalam menjalankan usaha sayuran leunca (Tabel 21). Karakteristik percaya diri memiliki mean sebesar 3.95 dan termasuk kategori tinggi. Sedangkan berdasarkan proporsi kesesuaian, karakteristik percaya diri memiliki tingkat kesesuaian sebesar 79.00 persen terhadap karakteristik diri petani. Karakteristik percaya diri pada petani terlihat dari sikap berani memulai usaha sayuran leunca hingga berjalan sampai saat ini.
36
Tabel 21
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Percaya Diri pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Karakteristik Wirausaha Percaya Diri Berpandangan optimis Bekerja secara optimal Memiliki rasa tanggung jawab Percaya dengan kemampuan yang dimiliki Keyakinan agama
Proporsi Kesesuaian (Persen) 95.00 90.00 80.00 75.00 55.00
Sikap percaya diri petani timbul karena petani memiliki beberapa indikator karakteristik percaya diri. Berdasarkan Tabel 21, indikator percaya diri yang paling sesuai pada diri petani adalah berpandangan optimis dan bekerja secara optimal dengan porsi kesesuaian berturut-turut 95.00 persen dan 90.00 persen. Karakter selalu berpandangan optimis pada diri petani menjadikan petani leunca memiliki semangat pantang menyerah dalam menjalankan usahanya dan selalu berpikiran positif terhadap hasil kerja keras yang telah dilakukan. Karakter selalu berpandangan optimis diperkuat dengan adanya karakter bekerja secara optimal guna menghasilkan produk leunca yang terbaik. Kedua karakter yang saling melengkapi ini membuat petani leunca merupakan sosok pengusaha pekerja keras dalam menjalankan usaha sayuran leunca dengan pemikiran yang positif. Indikator karakteristik yang juga sesuai dengan karakter petani adalah rasa bertanggung jawab dan percaya dengan kemampuan yang dimiliki dengan proporsi kesesuaian berturut-turut sebesar 80.00 persen dan 75.00 persen. Sikap bertanggung jawab ditunjukkan petani dengan berani menerima konsekuensi dari setiap keputusan yang diambil. Sikap percaya pada kemampuan yang dimiliki merupakan modal dasar dalam menumbuhkan sikap percaya diri pada petani leunca. Dengan percaya pada kemampuan yang dimiliki, membuat petani leunca berani menghadapi persaingan usaha di pasaran. Indikator percaya diri kelima yang cukup sesuai dengan diri petani adalah keyakinan agama dengan proporsi kesesuaian sebesar 55.00 persen. Kesibukan bertani membuat para petani lupa untuk menjalankan kewajiban beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepemimpinan Karakteristik wirausaha yang menjadi prioritas kelima dalam menjalankan usaha sayuran leunca menurut petani di Desa Tegallega adalah kepemimpinan. Karakteristik kepemimpinan (Tabel 22) memiliki mean sebesar 3.71 yang tergolong kategori tinggi. Sedangkan berdasarkan proporsi kesesuaian, karakteristik kepemimpinan memiliki tingkat kesesuaian sebesar 74.29 persen. Artinya, kepemimpinan memiliki kesesuaian yang tinggi terhadap karakteristik diri petani. Karakteristik kepemimpinan dibutuhkan oleh petani untuk mengkoordinasi dan memberi arahan kepada pegawai dalam mengelola usaha sayuran leunca. Pemimpin sangat diperlukan untuk menjalankan suatu usaha karena menurut Kartono (1991), pemimpin adalah seorang yang memiliki kecakapan dan kelebihan sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan
37
tertentu. Kepemimpinan petani sangat diperlukan terutama dalam proses perekrutan pekerja, proses bertani, dan penjualan sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Tabel 22
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Kepemimpinan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur
Karakteristik Wirausaha Bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang Ahli dibidangnya dan berpandangan luas didasari oleh kecerdasan yang memadai Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, konsekuen, disiplin dan bijaksana Memanfaatkan perbedaan sebagai sesuatu yang menambah nilai Dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain Selalu ingin tampil beda dan menonjol Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani
Proporsi Kesesuaian (Persen) 100.00
100.00 90.00 70.00 70.00 50.00 40.00
Berdasarkan Tabel 22, bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang merupakan indikator kepemimpinan yang paling sesuai pada diri peternak dengan proporsi kesesuaian sebesar 100.00 persen. Kemudian indikator kepemimpinan kedua dan ketiga yang paling sesuai dengan karakter petani berturut-turut adalah ahli dibidangnya dan berpandangan luas didasari oleh kecerdasan yang memadai dengan proporsi kesesuaian sebesar 100.00 persen dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, konsekuen, disiplin dan bijaksana dengan proporsi kesesuaian sebesar 90.00 persen. Indikator bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang bermakna bahwa petani menghargai setiap potensi pekerja yang berbeda-beda sesuai kemampuan yang dimiliki oleh setiap karyawan, tidak membeda-bedakan karywan dalam bergaul, mendengar keluhan dan terbuka terhadap kritik serta saran yang disampaikan oleh pekerja. Indikator kedua yakni ahli dibidangnya dan berpandangan luas didasari oleh kecerdasan yang memadai berguna untuk memperdalam pengetahuan petani tentang usaha sayuran leunca sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Indikator ketiga yakni bertanggung jawab dalam mengambil keputusan, konsekuen, disiplin dan bijaksana merupakan karakter yang penting dalam berwirausaha guna menggerakkan dan mengorganisasikan pekerja dan sebagai panutan pekerja dalam memimpin usaha pertanian leunca. Indikator kepemimpinan yang juga sesuai dengan diri petani leunca adalah memanfaatkan perbedaan sebagai sesuatu yang menambah nilai dengan proporsi kesesuaian sebesar 70.00 persen dan dapat dipercaya dan mampu mempercayai orang lain dengan proporsi kesesuaian sebesar 70.00 persen. Kedua indikator
38
tersebut sangat bermanfaat dalam menggerakkan pekerja agar dapat bekerja secara mandiri dan memiliki inisiatif dalam melakukan pekerjaanya. Indikator dapat dipercaya sangat berguna dalam mendapatkan konsumen atau pelanggan terhadap produk leunca yang dijual. Indikator selalu ingin tampil beda dan menonjol dan aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani, menurut petani belum sesuai dengan karakteristik diri mereka karena memiliki proporsi kesesuaian yang rendah sebesar 50.00 persen dan 40.00 persen. Kesibukan dalam mengurus dan mengembangkan usaha sayuran leunca membuat para petani sering lupa dengan kondisi kesehatannya. Keinginan untuk tampil beda dan menonjol juga belum menjadi propritas petani leunca karena mereka lebih fokus dalam mengembangkan dan meningkatkan prestasi usaha. Keorisinilan Karakteristik keorisinilan dianggap oleh petani leunca di di Desa Tegallega sebagai karakteristik keenam yang diperlukan dalam menjalankan usaha sayuran leunca. Karakteristik keorisinilan memiliki mean sebesar 3.68 dan termasuk kategori tinggi. Sedangkan berdasarkan proporsi kesesuaian, karakteristik keorisinilan memiliki tingkat kesesuaian sebesar 73.57 persen. Artinya, karakteristik keorisinilan memiliki kesesuaian yang tinggi terhadap karakter petani. Tingkat karakteristik keorisinilan pada diri petani lebih rendah dibandingkan dengan tingkat karakteristik wirausaha lainnya. Artinya, petani menganggap karakteristik keorisinilan memiliki tingkat kepentingan yang lebih rendah dibandingkan karakteristik wirausaha lainnya. Hal ini dikarenakan petani tidak melakukan banyak inovasi pada produk leunca yang dijual. Petani hanya menjual leunca dalam kondisi segar. Pada umumnya inovasi hanya dilakukan petani pada penerapan cara baru dalam bertani leunca. Berdasarkan indikator karakteristik keorisinilan yang ditunjukkan pada Tabel 23, dapat diketahui bahwa indikator tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini meskipun sudah baik merupakan karakteristik indikator keorisinilan yang paling sesuai menggambarkan karakteristik keorisnilan petani leunca dengan proporsi kesesuaian sebesar 90.00 persen. Indikator keorisinilan lainnya yang juga sesuai dan memiliki proporsi kesesuaian yang tinggi antara lain fleksibel dalam mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah, keaslian, mampu mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, kelancaran untuk menghasilkan banyak gagasan, dan kemampuan menguraikan sesuati secara terperinci dengan proporsi kesesuaian berturut-turut sebesar 80.00 persen, 80.00 persen, 75.00 persen dan 60.00 persen. Indikator karakteristik keorisinilan berguna dalam pengembangan usaha sayuran leunca khususnya dalam hal karakteristik produk dan usaha. Inovasi dan pembaharuan (update) baik dalam hal bertani leunca maupun hasil pertanian leunca yakni sayuran leunca, sangat bermanfaat agar dapat meningkatkan prestasi usaha dan tetap mampu bersaing di pasaran.
39
Tabel 23
Skor Proporsi Kesesuaian Karakteristik Keorisinilan pada Diri Petani Leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Karakteristik Wirausaha
Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun sudah baik Fleksibel dalam mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah Keaslian, mampu mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli Kelancaran untuk menghasilkan banyak gagasan Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci. Mampu meninjau persoalan berdasarkan perspektif berbeda dari pandangan orang lain pada umumnya Selalu ingin memanfaatkan perbedaan sehingga dapat tampil beda
Proporsi Kesesuaian (Persen) 90.00 80.00 80.00 75.00 70.00 65.00 55.00
Karakteristik Utama yang Diperlukan untuk Menjalankan Usaha Sayuran Leunca Prospek usaha sayuran leunca tergolong sangat besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya karakteristik berorientasi masa depan pada petani merupakan bukti bahwa usaha sayuran leunca merupakan bisnis usaha yang menguntungkan kedepannya. Para petani juga menyadari bahwa pengembangan dan peningkatan usaha sayuran leunca dapat menjadi ladang usaha yang potensial. Sebelum memulai bisnis sayuran leunca, pihak yang berkeinginan untuk menekuni bisnis sayuran leunca harus memperhatikan berbagai karakteristik usaha pertanian, baik karakteristik individu, karakteristik pertanian, maupun karakteristik wirausaha. Informasi mengenai karakteristik usaha sayuran leunca dapat dijadikan penuntun dan pertimbangan agar usaha sayuran leunca yang akan didirikan dapat bertahan dan berkembang. Berdasarkan hasil penelitian analisis karakteristik wirausaha petani leunca di Desa Tegallega, karakteristik yang diperlukan untuk menjalankan usaha sayuran leunca adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik wirausaha Karakteristik wirausaha utama diperlukan untuk menjalankan usaha sayuran leunca adalah berorientasi masa depan dan keberanian terhadap risiko. Berorientasi masa depan sangat diperlukan untuk kelangsungan usaha sayuran leunca karena petani yang berorientasi masa depan akan mengembangkan usahanya menjadi bisnis potensial di masa depan. Keberanian terhadap risiko sangat diperlukan karena bisnis sayuran leunca mengandung risiko, terutama risiko finansial, risiko produksi, maupun risiko pemasaran. Risiko finansial kemungkinan kehilangan modal karena usaha sayuran leunca yang dikelola gagal. Risiko produksi berupa penyakit yang dapat menyebabkan rendahnya kualitas leunca, bahkan kematian. Risiko pemasaran disebabkan karena kurangnya tingkat konsumsi leunca di masyarakat, kurangnya info tentang menu olahan leunca,
40
kurangnya info khasiat serta manfaat mengkonsumsi leunca dan kurang luasnya daerah pemasaran leunca di pasaran. Risiko yang terjadi dapat dikendalikan dengan cara mengurangi kemungkinan munculnya risiko dan mengurangi dampak risiko tersebut. Pengendalian risiko finansial dapat dilakukan dengan cara menggunakan modal yang sepenuhnya bersumber dari pinjaman maupun menggunakan modal pribadi dan sebagian lagi bersumber dari modal bersama dengan teman. Pengendalian risiko produksi dapat dilakukan melalui pemeliharaan dan pemberian pestisida pada saat bertani leunca. Pemberian pupuk juga dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian leunca. Pengendalian risiko pemasaran dilakukan dengan menggunakan jasa agen untuk memasarkan produk leuca dan bekerja sama dengan perusahaan pengelola hasil produk pertanian apabila terjadi kelebihan produksi. 2. Karakteristik individu Tidak ada batasan usia untuk memulai usaha sayuran leunca. Namun, usia yang baik untuk memulai bisnis sayuran leunca adalah usia dewasa awal (18-40 tahun). Kondisi kesehatan, baik fisik maupun mental seseorang pada usia ini masih sangat terjaga sehingga kemampuan untuk mengembangkan usaha masih sangat baik. Tingkat pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha sayuran leunca bisa dari lulusan SD, SMA dan perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena usaha sayuran leunca tergolong usaha yang mudah dalam penanganannya. Pengetahuan tentang cara bertani yang baik dapat dipelajari melalui buku literatur, warisan orang tua, pengalaman dari sesama petani, pelatihan, dan sosialisasi. Namun, tingkat pendidikan yang tinggi juga diperlukan guna mengatasi permasalahan dalam praktik bisnis dan manajemen usaha sehingga dapat berjalan maksimal. Namun dalam praktik di lapangan, pengalaman juga sangat penting selain ilmu pengetahuan. Semakin banyak pengalaman seseorang dalam menjalankan usaha sayuran leunca maka akan mampu mengelola usaha pertaniannya dengan lebih baik. Pengalaman dapat diperoleh dari kegiatan pelatihan, berbagi pengalaman dengan petani lainnya, maupun keberanian untuk mencoba-coba cara baru untuk menghasilkan produk sayuran leunca yang lebih baik. 3. Karakteristik pertanian Pertimbangan utama dalam menentukan lokasi pertanian adalah kedekatan dengan daerah pemasaran produk dan ketersediaan bahan baku. Daerah pemasaran yang dekat dengan tempat bertani membuat leunca tetap segar pada saat dipasarkan ke konsumen. Kesegaran leunca membuat harga jualnya menjadi lebih tinggi dan konsumen lebih tertarik untuk membelinya. Ketersediaan bahan baku seperti bibit, pupuk, pestisida, dan peralatan pertanian sangat diperlukan guna meminimalkan ongkos transportasi dan memaksimalkan produksi sayuran leunca. Sumber modal bertani leunca dapat diperoleh seluruhnya dari modal sendiri ataupun dari modal pinjaman. Setelah usaha berjalan, petani dapat menggunakan hasil keuntungan yang diperoleh dari penjualan leunca untuk mengembangkan usaha secara bertahap. Pemasaran produk sayuran leunca dapat dilakukan secara langsung yakni penjualan langsung di lokasi bertani dan penjualan langsung ke konsumen atau melalui kerjasama dengan agen. Sosialisasi tentang manfaat mengkonsumsi
41
leunca sangat bermanfaat untuk menarik daya beli konsumen guna membeli dan mengkonsumsi leunca sebagai sayuran yang menyehatkan. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan disesuaikan dengan luasnya lahan pertanian yang dikerjakan. Tenaga kerja bertugas sebagai tenaga tanam, perawatan, dan pemanenan. Tenaga kerja dapat direkrut dari warga sekitar dengan pertimbangan utama kejujuran dan semangat kerja tinggi. Perekrutan tenaga kerja ini juga membantu dalam mengurangi pengangguran di daerah sekitar petani.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang karakteristik wirausaha petani leunca di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur yang telah diuraikan pada sebelumnya, kesimpulan yang didapat adalah : 1 P etani leunca di Desa Tegallega rata-rata berumur 49 tahun yang termasuk kategori dewasa akhir, pendidikan tamat SD dan SMA, dan pengalaman bertani leunca rata-rata selama 9 tahun yang termasuk kategori petani sedang. Tidak ada batasan umur maupun tingkat pendidikan untuk memulai usaha sayuran leunca karena usaha sayuran leunca tergolong usaha yang mudah dalam penanganannya. Pengalaman bertani berkaitan erat dengan lama petani dalam menjalankan usahanya. Pengalaman yang diperoleh petani mempengaruhi pengetahuan, keterampilan, pemahaman, serta sikap dalam mengelola usahanya. 2 K arakteristik wirausaha utama petani di Desa Tegallega adalah berorientasi masa depan dan pengambil risiko (risk taker). Sikap perspektif yang dimiliki petani responden meningkatkan usaha untuk mencapai hasil usahatani yang lebih baik setiap hari. Visi dan misi digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan langkah yang tepat bagi kelangsungan usaha pertanian leunca yang dikelola. Agar dapat memanfaatkan kesempatan dan peluang usaha semaksimal mungkin, petani mampu mencari peluang dan memperoleh keuntungan. Keberanian menghadapi risiko dan yakin pada diri sendiri membuat petani berani mengambil tantangan dengan memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi secara realistis. Hal ini sebagai pertimbangan karakteristik wirausaha yang paling diperlukan dalam menjalankan usaha sayuran leunca. Saran Karakteristik wirausaha utama dalam menjalankan usaha sayuran leunca di Desa Tegallega adalah berorientasi masa depan dan berani terhadap risiko (risk taker). Bagi petani yang ingin memulai usaha sayuran leunca harus memiliki karakteristik wirausaha berorientasi masa depan yaitu berpandangan jauh ke depan dengan memiliki visi, misi, dan tujuan serta menyusun perencanaan dan strategi yang matang mengenai langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan
42
agar usaha yang dijalankan memiliki kontinuitas serta berani terhadap risiko (risk taker) agar dapat mengatasi risiko finansial dan risiko pasar saat memulai usaha leunca. Untuk mengembangkan jiwa wirausaha seperti berorientasi masa depan dan berani terhadap risiko, petani memerlukan motivasi. Motivasi dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui diri sendiri dan dari lingkungan. Motivasi tersebut bisa didapatkan petani dari pelatihan kewirausahaan petani yang difasilitasi oleh pemerintah setempat dan berbagai lembaga yang bergerak dalam bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari. 2003. Kewirausahaan. Ed ke-5. Bandung (ID): CV Alfabeta. ____________. 2011. Kewirausahaan. Ed ke-17. Bandung (ID): CV Alfabeta. [BPS] Kabupaten Bogor. 2008. Kabupaten Bogor dalam angka 2008. www.bps.go.id. DEPKES RI. 2009. Kategori Kelompok Usia 2009. www.depkes.go.id. Handayani S. 2007. Identifikasi Karakter Hortikultura Beberapa sayuran Indigeneous [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hasan MI. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta (ID): Bumi Aksara. Kartono K. 1991. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta (ID): CV Rajawali. Meredith GG et al. 2000. Kewirausahaan. Teori dan Praktek. Andre Asparsayogi, penerjemah ; Jakarta (ID): PT Pustaka Binaman Pressindo. Natzir M. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Pakpahan S.M. 2010. Modernitas Sikap Kewirausahaan Pengurus Koperasi: Studi Kasus pada Koperasi Karyawan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pasaribu A.M. 2012. Kewirausahaan Berbasis Agribisnis. Yogyakarta (ID): CV ANDI OFFSET. Prawati U. 2011. Evaluasi Beberapa Karakter Agronomi, Nilai Gizi dan Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Indigeneous di Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor. Riyanti BPD. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta (ID): PT Grasindo. Robison LJ dan Barry PJ. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. New York (US): Mc Millan Publisher. Seftian R. 2012. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Inovasi Petani Sebagai Pendekatan Kewirausahaan: Kasus Petani Sayur Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan. Bogor (ID): Fateta IPB. Sunarya. 2003. Kewirausahaan. Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta (ID): Salemba Empat. Suryana Y, Bayu K. 2011.Kewirausahaan Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta (ID): Kencana.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jawaban Skor Kuesioner Petani Leunca di Desa Tegallega Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
I 4 4 2 5 4 5 1 5 4 5 5 5 5 5 3 2 5 5 5 3 4 2 5 4 2 5 5 5 3 4 5 5 5
Responden II 4 5 2 4 4 5 2 5 5 2 5 5 5 5 3 4 5 5 5 4 3 3 5 3 3 2 3 4 5 4 5 4 4
III 4 5 5 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 4 3 5 5 4 2 4 2 5 5 4 3 3 4 3 4 5 5 5
IV 3 4 2 5 4 5 1 4 4 4 4 4 5 5 5 1 5 5 4 5 3 1 3 3 2 3 5 3 3 5 5 5 5
44
Lampiran 2 Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega Berdasarkan Kategori Usia Karakteristik Wirausaha Percaya Diri Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Total Mean Berorientasi Tugas dan Hasil Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Total Mean Pengambil Risiko Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Mean Kepemimpinan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Total Mean Keorisinilan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Total Mean Berorientasi Masa Depan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Mean
Dewasa Awal I
Responden Berdasarkan Kategori Usia Dewasa Akhir Lansia Awal II III
Manula IV
4 4 2 5 4 19 3.80
4 5 2 4 4 19 3.80
4 5 5 5 4 23 4.60
3 4 2 5 4 18 3.60
5 1 5 4 5 5 25 4.17
5 2 5 5 2 5 24 4
5 3 4 5 4 5 26 4.33
5 1 4 4 4 4 22 3.67
5 5 5 3 18 4.50
5 5 5 3 18 4.50
5 5 4 4 18 4.50
4 5 5 5 19 4.75
2 5 5 5 3 4 2 26 3.71
4 5 5 5 4 3 3 29 4.14
3 5 5 4 2 4 2 25 3.57
1 5 5 4 5 3 1 24 3.43
5 4 2 5 5 5 3 29 4.14
5 3 3 2 3 4 5 25 3.57
5 5 4 3 3 4 3 27 3.86
3 3 2 3 5 3 3 22 3.14
4 5 5 5 19 4.75
4 5 4 4 17 4.25
4 5 5 5 19 4.75
5 5 5 5 20 5
45
Lampiran 3 Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik Wirausaha Percaya Diri Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Total Mean Berorientasi Tugas dan Hasil Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Total Mean Pengambil Risiko Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Mean Kepemimpinan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Total Mean Keorisinilan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Total Mean Berorientasi Masa Depan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Mean
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dewasa Awal Dewasa Akhir Lansia Awal Manula Petani I Petani II Petani III Petani IV 4 4 2 5 4
4 5 5 5 4 42 4.20
4 5 2 4 4
3 4 2 5 4 37 3.70
5 1 5 4 5 5
5 3 4 5 4 5 51 4.25
5 2 5 5 2 5
5 1 4 4 4 4 46 3.83
5 5 5 3
5 5 4 4 36 4.50
5 5 5 3
4 5 5 5 37 4.63
2 5 5 5 3 4 2
3 5 5 4 2 4 2 51 3.64
4 5 5 5 4 3 3
1 5 5 4 5 3 1 53 3.79
5 4 2 5 5 5 3
5 5 4 3 3 4 3 56 4
5 3 3 2 3 4 5
3 3 2 3 5 3 3 47 3.36
4 5 5 5
4 5 5 5 38 4.75
4 5 4 4
5 5 5 5 37 4.63
46
Lampiran 4 Perhitungan Karakteristik Wirausaha Petani Leunca di Desa Tegallega Berdasarkan Pengalaman Karakteristik Wirausaha Percaya Diri Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Total Mean Berorientasi Tugas dan Hasil Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Total Mean Pengambil Risiko Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Mean Kepemimpinan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Total Mean Keorisinilan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Total Mean Berorientasi Masa Depan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Mean
Responden Berdasarkan Kategori Pengalaman Dewasa Awal Dewasa Akhir Lansia Awal Manula Petani I Petani II Petani III Petani IV 4 4 2 5 4 19 3.80
4 5 2 4 4
4 5 5 5 4
3 4 2 5 4 60 4
5 1 5 4 5 5 25 4.17
5 2 5 5 2 5
5 3 4 5 4 5
5 1 4 4 4 4 72 4
5 5 5 3 18 4.50
5 5 5 3
5 5 4 4
4 5 5 5 55 4.58
2 5 5 5 3 4 2 26 3.71
4 5 5 5 4 3 3
3 5 5 4 2 4 2
1 5 5 4 5 3 1 78 3.71
5 4 2 5 5 5 3 29 4.14
5 3 3 2 3 4 5
5 5 4 3 3 4 3
3 3 2 3 5 3 3 74 3.52
4 5 5 5 19 4.75
4 5 4 4
4 5 5 5
5 5 5 5 56 4.67
47
Lampiran 5 Perhitungan Karakteristik Wirausaha Utama Petani Leunca di Desa Tegallega Karakteristik Wirausaha Percaya Diri Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Total Mean Berorientasi Tugas dan Hasil Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Total Mean Pengambil Risiko Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Mean Kepemimpinan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Total Mean Keorisinilan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7 Total Mean Berorientasi Masa Depan Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Mean
I
Responden II III
IV
Karakteristik Wirausaha Utama Total Mean
4 4 2 5 4 19 3.80
4 5 2 4 4 19 3.80
4 5 5 5 4 23 4.60
3 4 2 5 4 18 3.60
15 18 11 19 16 79
5 1 5 4 5 5 25 4.17
5 2 5 5 2 5 24 4
5 3 4 5 4 5 26 4.33
5 1 4 4 4 4 22 3.67
20 7 18 18 15 19 97
5 5 5 3 18 4.50
5 5 5 3 18 4.50
5 5 4 4 18 4.50
4 5 5 5 19 4.75
19 20 19 15 73
2 5 5 5 3 4 2 26 3.71
4 5 5 5 4 3 3 29 4.14
3 5 5 4 2 4 2 25 3.57
1 5 5 4 5 3 1 24 3.43
10 20 20 18 14 14 8 104
5 4 2 5 5 5 3 29 4.14
5 3 3 2 3 4 5 25 3.57
5 5 4 3 3 4 3 27 3.86
3 3 2 3 5 3 3 22 3.14
18 15 11 13 16 16 14 103
4 5 5 5 19 4.75
4 5 4 4 17 4.25
4 5 5 5 19 4.75
5 5 5 5 20 5
17 20 19 19 75
Proporsi Kesesuaian (Persen)
3.75 4.50 2.75 4.75 4 19.75 3.95
75 90 55 95 80
5 1.75 4.50 4.50 3.75 4.75 24.25 4.04
100 35 90 90 75 95
4.75 5 4.75 3.75 18.25 4.56 2.5 5 5 4.5 3.5 3.5 2 26 3.71 4.50 3.75 2.75 3.25 4 4 3.50 25.75 3.68 4.25 5 4.75 4.75 18.75 4.69
79
80.83 95 100 95 75 91.25 50 100 100 90 70 70 40 74.29 90 75 55 65 80 80 70 73.57 85 100 95 95 93.75
Lampiran 6 No A
B
C D E F
Gambaran Usaha Petani Leunca di Desa Tegallega Sabar
Petani (Rupiah/musim tanam) Iwan Majudin
1 562 500 2 025 000 0 250 000 3 837 500
1 562 500 3 150 000 0 750 000 5 462 500
6 250 000 2 250 000 6 000 0 8 506 000
3 472 222.22 1 875 000 0 175 000 5 522 222.22
1 562 500 30 000 0 1 592 500
625 000 26 250 0 651 250
2 083 333.33 25 000 187 500 2 295 833.33
1 736 111.11 8 750 0 1 744 861.11
6 600 000 5 430 000 2 762 500 1 170 000
15 600 000 6 113 750 10 137 500 9 486 250
82 702 520 10 801 833.33 74 196 520 71 900 686.67
7 800 000 7 267 083.33 2 277 777.78 532 916.67
Uraian Biaya tunai 1. TKLK 2. Pupuk 3. Bibit 4. Sewa lahan Total biaya tunai Biaya diperhitungkan 1. TKDK 2. Penyusutan alat 3. Lahan pribadi Total biaya diperhitungkan Penerimaan 1. Penjualan Leunca Total Biaya (A+B) Pendapatan atas biaya tunai (C-A) Pendapatan atas biaya total (C-D)
Diat
49
Lampiran 7
Dokumentasi penelitian
50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Nesya Mulia Pinasti dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 24 April 1991. Penulis merupakan anak tunggal yang berasal dari pasangan Bapak Drs. Piping Supriyatna, M.Si dan Ibu Dra. Henny Widhaningsih, M.Si. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Tunas Jaka Sampurna Bekasi pada tahun 2003 dan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Bekasi pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bekasi dan pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Mayor
51