EFEKTIVITAS DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN MELALUI MEDIA TELEPON GENGGAM PADA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR
WINDI BASKORO PRIHANDOYO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam Pada Petani Sayuran Di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Windi Baskoro Prihandoyo NRP. I352110111
RINGKASAN WINDI BASKORO PRIHANDOYO.
Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian melalui Media Telepon Genggam pada Petani Sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan DJOKO SUSANTO.
Abad kedua puluh dianggap sebagai era perkembangan ilmu pengetahuan, informasi, globalisasi, dan teknologi. Perkembangan ini berdampak pada kehidupan masyarakat, karena pada dasarnya kehidupan dalam semua aspek tidak lepas dari pengetahuan dan teknologi. Masyarakat dituntut untuk melek teknologi (technology literacy) karena berperan dalam kehidupan masa kini dan masa depan. Masyarakat yang mengerti teknologi mampu memilih, merancang, membuat, dan menggunakan hasil-hasil rekayasa teknologi tersebut. Bagian dari masyarakat tersebut adalah petani. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pertanian di negara kita adalah lambannya diseminasi informasi teknologi pertanian pada para petani. Terjadi perubahan proses diseminasi informasi di kalangan petani dari cara konvensional menjadi modern dengan memanfaatkan teknologi informasi komunikasi. Diseminasi yang biasanya melibatkan fasilitas berupa material/fisik seperti buku berkembang dengan memanfaatkan fasilitas jaringan kerja (network) dengan memanfaatkan teknologi komputer dan internetnya serta telepon genggam (HP). Untuk mengetahui apakah proses diseminasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat efektif atau telah memenuhi kebutuhan dan harapan petani, maka dilakukan penelitian tentang efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam pada petani sayuran. Permasalahan yang diteliti sebagai berikut: (1) Seberapa besar hubungan antara karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam, (2) Seberapa besar hubungan antara ketiga peubah bebas: karaktersitik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi petani sayuran dan (3) Seberapa besar hubungan antara penggunaan telepon genggam dengan manfaat penggunaan telepon genggam pada petani sayuran. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis hubungan antara karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam, (2) Menganalisis hubungan antara ketiga peubah bebas: karaktersitik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi petani sayuran, dan 3) Menganalisis hubungan antara penggunaan telepon genggam dengan manfaat penggunaan telepon genggam pada usahatani petani sayuran. Metode survei deskriptif korelasional digunakan, yaitu kajian pada suatu kelompok yang diteliti, hubungan antara peubah secara mendalam, terinci dan komprehensif.
Terdapat hubungan sangat nyata dan positif antara karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi pertanian melalui media telepon genggam pada petani sayuran pada α<0,01 dan α<0,05. Secara keseluruhan hasil penelitian hubungan antara masing-masing dari ketiga peubah bebas: karakteristik, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi petani sayuran menggunakan telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat menunjukkan hubungan yang nyata pada α<0,05. Analisis korelasi antara penggunaan telepon dengan kelancaran peningkatan usaha tani petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata. Penggunaan telepon genggam sebagai sarana/media diseminasi informasi pertanian di Kecamatan Kabupaten Cianjur sudah efektif dan memenuhi serta sesuai dengan harapan dari petani sayuran. Perubahan proses pencarian dan diseminasi informasi pertanian pada petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur dari konvensional menjadi modern dengan memanfaatkan media telepon genggam terbukti efektif. Dengan demikian penggunaan telepon genggam yang maksimal diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas usahatani dan meningkatkan kesejahteraan hidup petani sayuran. Kata kunci: efektivitas, diseminasi, pertanian, telepon genggam
SUMMARY WINDI BASKORO PRIHANDOYO. Effectivity of Utilizing Mobile Phone on Agricultural Information Dissemination of Vegetable Farmers in Sub District of Pacet – District of Cianjur. Supervised by PUDJI MULJONO and DJOKO SUSANTO. The twentieth century is considered as era of the development of science, information, globalization, and technology. These developments have impact on people's lives, because basically all aspects of life can not be separated from science and technology development. People who understand the technology capable of selecting, designing, making, and using the results of the engineering technology. One of the problems encountered in agriculture development Indonesia is slow dissemination of agricultural technologies to the farmers. There were changes in the process of information dissemination among farmers from conventional to modern ways by utilizing information and communication technology. To determine whether the dissemination of informations in agriculture through the medium of mobile phones in the District Pacet Cianjur Regency West Java Province effective or has met the needs and expectations of farmers, then conducted research on the effectiveness disesminasi agricultural information through the medium of the mobile phone to vegetable farmers. Research questions of the study are: (1) How is the relationship between the characteristics of vegetable farmers, accessibility of informations and communication intensity with the effectivity of mobile phone in disseminating agricultural informations; (2) How is the relationship of each variables, i.e. the characteristic of the farmers, accessibility of information; communication intensity of the vegetable farmers; and (3) How is the relationship between mobile phone usage and improvement of vegetable production.. The study aimed (1) to analyze the relationship between characteristics of vegetable farmers, accessibility of informations and communication intensity with the effectivity of mobile phone in disseminating agricultural informations; (2) to analyze relationship of each variables, i.e. the characteristic of the farmers, accessibility of information; communication intensity of the vegetable farmers; and (3) to analyze the relationship between the use of mobile phone and the benefits of using mobile phone on vegetable production. Correlational descriptive survey method used, i.e. a study in the study group, the relationship between the variables indepth, detailed and comprehensive. The important results of the study: there are positive and significant relationship between the characteristics of farmers, accessibility of information and communication and the intensity of effectiveness of agricultural dissemination through mobile phone vegetable farmers at α< 0.05. Relationship between each of the three independent variables, i.e.: characteristics of the farmers, accessibility of information and communication intensity vegetable farmers utilizing mobile phones
showed significant relationships at α<0.05. Between mobile phone usage and an increasing vegetable production showed no significant correlation. The changes of behavior of the farmers, i.e. to get information on agricultural innovation from conventional method to mobile phone seem to be effective. Thus the maximum use of mobile phones is expected to help improve farm productivity and improve the lives of farmers of vegetables. Keywords: effectiveness, dissemination, agricultural, mobile phones
@ Hak cipta milik IPB tahun 2014 Hak cipta dilindungi 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya ilmiah dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
EFEKTIVITAS DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN MELALUI MEDIA TELEPON GENGGAM PADA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR
WINDI BASKORO PRIHANDOYO
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Lembar Pengesahan Judul Tesis : Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian melalui Media Telepon Genggam pada Petani Sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Nama : Windi Baskoro Prihandoyo NRP : I352110111
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Pudji Muljono, M.Si Ketua
Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Djuara P Lubis, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 17 April 2014
Tanggal Lulus: 17 April 2014
Penguji pada Ujian Tesis : Dr Ir Basita Ginting, MA
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian melalui Media Telepon Genggam pada Petani Sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan tersusun tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM selaku anggota komisi pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis untuk menyelesaikan penulisan penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan penulis antara lain, Kepala Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPBTPH) Kecamatan Pacet, Penyuluh Pertanian BPBTPH Kecamatan Pacet, Petani Sayuran Kecamatan Pacet, dan Asosiasi Pedagang Sayuran. Terima kasih yang tidak terkira untuk ibunda Painem yang selalu mendoakan keberhasilan anaknya. Dan terima kasih untuk isteri tersayang Wika Zaqia serta putri tersayang Hilma Alifah Baskoro dan Annisaturohmah Umilda Baskoro yang telah mendukung dan mendoakan keberhasilan penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen pengasuh Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, Mbak Lia yang telah banyak membantu selama penulis menempuh pendidikan di IPB, serta teman-teman angkatan 2011 Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan atas kerjasama dan dukungan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Juni 2014 Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Halaman xii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Kebaruan (Novelty)
1 1 2 3 3 3 4
2 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Informasi Model Perilaku Informasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Efektivitas Diseminasi Informasi di Bidang Pertanian Media Komunikasi Telepon Genggam Usahatani Penelitian Terdahulu
5 5 10 12 13 14 16 19 20 21
3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
29
4 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumen Penelitian Metode Analisis Data Definisi Operasional Validitas Instrumentasi Reliabilitas Instrumentasi
32 32 32 32 33 34 34 39 39
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian Karakteristik Petani Sayuran Aksesibilitas Informasi
42 42 42 47
DAFTAR ISI (lanjutan) Intensitas Komunikasi Efektivitas Diseminasi Informasi pertanian melalui Media Telepon Genggam Hubungan Karakteristik Petani Sayuran, Aksesibilitas Informasi, Dan Intensitas Komunikasi dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Hubungan Ketiga Peubah: Karakteristik, Aksesibilitas Informasi, dan Intensitas Komunikasi Petani Sayuran Hubungan Penggunaan Telepon Genggam dengan kelancaran dengan Manfaat Penggunaan Telepon Genggam
51 52 59 66 69
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
70 70 70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN 2 RIWAYAT HIDUP
71 74 82
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15
16
17
18
19
20
Halaman 22 33 34 36 37
Penelitian Terdahulu Data, jenis data, sumber data, dan instrument penelitian Karakteristik petani sayuran Aksesibilitas informasi Intensitas komunikasi Efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui Media telepon genggam Hasil uji kuesioner koefisien Cronbach Alpha Jumlah dan presentase petani sayuran menurut karakteristik di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase kepemilikan teknologi informasi komunikasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase aksesibilitas informasi petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase aksesibilitas petani sayuran terhadap jenis informasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase aksesibilitas petani sayuran terhadap sumber informasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase intensitas komunikasi petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase kinerja layanan sumber informasi penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase ketersediaan informasi penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase kesesuaian informasi yang dicari penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase kepuasan terhadap hasil yang dicapai penentu Efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Faktor kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam Jumlah dan presentase keterjangkauan harga HP/Harga Pulsa/Langganan Penentu diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase manfaat penggunaan telepon genggam penentu Efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013
38 40 42 44 47 48 49 51
53
54
55
56
57
58
59
DAFTAR TABEL (lanjutan)
21
22
23
24 25 26 27
28
Nilai uji hubungan karakteristik petani sayuran dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Nilai uji hubungan aksesibilitas informasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Nilai uji hubungan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Nilai uji hubungan antara karakteristik petani sayuran dengan aksesibilitas informasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Nilai uji hubungan antara karakteristik petani sayuran dengan intensitas komunikasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Nilai uji hubungan antara aksesibilitas informasi dengan intensitas komunikasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Nilai uji hubungan penggunaan telepon genggam dengan manfaat penggunaan telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jumlah dan presentase perbandingan antara mencari informasi pertanian dengan hubungan sosial di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013
60
63
65 66 67 68
69 69
DAFTAR GAMBAR
1 2
Model Perilaku Informasi Wilson Hubungan karakteristik pemustaka, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian sayuran melalui telepon seluler dan media lain
Halaman 13
30
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 2
Kuesioner Penelitian Riwayat Hidup
74 82
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit atau detik, terutama berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi yang ditunjang oleh teknologi elektronika. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pertanian. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat ini memberikan dampak positif dan dampak negatif. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif dengan semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus batas ruang dan waktu. Dampak negatifnya yaitu terjadinya perubahan nilai, norma, aturan, dan moral kehidupan yang dianut masyarakat. Abad kedua puluh dianggap sebagai era perkembangan ilmu pengetahuan, informasi, globalisasi, dan teknologi. Perkembangan ini berdampak pada kehidupan masyarakat, karena pada dasarnya kehidupan dalam semua aspek tidak lepas dari digerakkan oleh pengetahuan dan teknologi. Masyarakat dituntut untuk melek teknologi (technology literacy) karena akan berperan dalam kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Masyarakat yang mengerti teknologi akan mampu memilih, merancang, membuat, dan menggunakan hasil-hasil rekayasa teknologi tersebut. Bagian dari masyarakat tersebut adalah pertanian yang di dalamnya ada petani. Perkembangan teknologi pertanian sampai saat ini terus meningkat dengan ditemukannya inovasi-inovasi baru oleh para peneliti baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pertanian di negara kita adalah lambannya diseminasi informasi teknologi pertanian pada para petani. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek, termasuk bidang pertanian, khususnya dalam diseminasi informasi. Terjadi perubahan proses diseminasi informasi di kalangan petani dari cara konvensional menjadi modern dengan memanfaatkan teknologi informasi komunikasi. Diseminasi yang biasanya melibatkan fasilitas berupa material/fisik seperti buku berkembang dengan memanfaatkan fasilitas jaringan kerja (network) dengan memanfaatkan teknologi komputer dan internetnya serta telepon genggam (HP). Sebelum memanfaatkan sarana atau media teknologi informasi komunikasi, petani di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur mencari atau mendiseminasikan informasi pertanian dan pemasaran secara konvensional dalam bentuk komunikasi personal (personal communication) dengan mendatangi lokasi sumber informasi (petani, penyuluh dan pedagang) dan komunikasi kelompok (group communication) berupa pertemuan atau diskusi kelompok tani dengan jadwal yang sudah ditentukan. Hal ini berdampak pada terlambatnya informasi yang dibutuhkan petani, sehingga menghambat kegiatan usahatani. Dalam perkembangannya, saat ini petani sudah memanfaatkan sarana atau media teknologi informasi komunikasi, seperti komputer berinternet dan telepon
2
genggam. Pemanfaatan komputer berinternet oleh petani masih menemui beberapa kendala. Berdasarkan penelitian terdahulu tentang Cyber Extension sebagai Media Komunikasi dalam Pemberdayaan Petani Sayuran oleh Mulyandari (2011) disimpulkan bahwa secara umum tingkat pemanfaatan cyber extension masih relatif rendah selain karena kurangnya kesadaran petani terhadap keberadaan dan manfaat cyber extension dan kurang berfungsinya kelompok sebagai media berbagi informasi dan pengetahuan, juga ketidaksiapan penyuluh sebagai pendamping petani dalam memanfaatkan cyber extension, maka perlu dicari media komunikasi lain yang lebih mudah dan cepat untuk digunakan petani sayuran sebagai media komunikasi dalam mencari dan bertukar informasi tentang usaha tani hingga pemasaran. Telepon genggam memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknologi informasi komunikasi lainnya, yaitu mudah dan fleksibel dalam penggunaannya. Telepon genggam sebagai sarana atau media dalam mencari dan mendiseminasikan informasi pertanian dan pemasaran sangat membantu petani di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur dalam melakukan usahataninya. Kehadiran telepon genggam berdampak pada proses pencarian dan diseminasi informasi di kalangan petani. Sebelum ada telepon genggam petani harus menempuh jarak dan waktu tertentu untuk menemui sumber informasi yang akan dituju. Sedangkan untuk pertemuan atau diskusi kelompok petani harus sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. Dengan adanya telepon genggam, petani dapat memperoleh atau mendiseminasikan informasi dengan cepat dan mereka dapat menghubungi penyuluh pertanian atau petani lainnya untuk melakukan pertemuan atau diskusi kelompok di luar jadwal yang telah ditetapkan. Saat pra-penelitian dilakukan pada tanggal 12 April 2013 di Buniaga Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat dari 18 orang responden menyatakan hanya menggunakan telepon genggam sebagai media komunikasi dalam mencari informasi pertanian dan pemasaran dari sumber informasi. Meskipun ada beberapa responden yang memiliki beberapa media komunikasi, seperti televisi dan radio, tetapi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari kedua media komunikasi tersebut hanya digunakanuntuk memperoleh informasi umum (berita) dan hiburan. Responden dalam pra-riset juga menyatakan bahwa penggunaan telepon genggam sehari-hari lebih banyak untuk mencari informasi pertanian dan pemasaran dibandingkan dengan untuk hubungan sosial. Untuk mengetahui apakah proses diseminasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat ini efektif atau telah memenuhi kebutuhan dan harapan dari para petani, maka dilakukan penelitian tentang efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam pada petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut: 1. Seberapa besar hubungan antara karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi
3
di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. 2. Seberapa besar hubungan antara ketiga peubah: karaktersitik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. 3. Seberapa besar hubungan antara penggunaan telepon genggam dengan manfaat penggunaan telepon genggam pada usahatani petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian untuk mengkaji diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di BPBTPH Pacet Cianjur Jawa Barat. Secara khusus penelitian bertujuan: 1. Menganalisis keeratan hubungan antara karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. 2. Menganalisis keeratan hubungan antara ketiga peubah: karaktersitik, aksesibilitas informasi, dan intensitas komunikasi petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. 3. Menganalisis keeratan hubungan antara penggunaan telepon genggam dengan manfaat penggunaan telepon genggam pada usahatani petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagi berikut: 1. Akademik Secara akademik diharapkan hasil penelitian dapat memberikan kontribusi dalam penelitian dan pengembangan keilmuan di bidang komunikasi, khususnya di bidang informasi. 2. Praktis Secara praktis diharapkan hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPBTPH) Pacet kabupaten Cianjur.
Ruang Lingkup Penelitian Diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam merupakan suatu proses komunikasi yang memanfaatkan teknologi komunikasi. Informasi di bidang pertanian memegang peranan penting dalam proses pembangunan pertanian. Dengan adanya peralatan baru yang tercipta dari perkembangan teknologi komunikasi akan mempercepat proses diseminasi informasi dari sumber informasi kepada pengguna informasi. BPBTPH
4
Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat adalah sebagai salah satu sumber informasi yang dimaksud. BPBTPH kecamatan Pacet telah memanfaatkan teknologi komunikasi dalam menyebarkan berbagai informasi di bidang pertanian. Untuk itu ruang lingkup dari penelitian ini adalah komunikasi, informasi, dan telepon genggam. Ruang lingkup penelitian difokuskan pada bagaimana karakteristik personal, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi petani sayuran serta efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.
Kebaruan (Novelty) Fungsi telepon genggam semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Dalam perkembangannya telepon genggam tidak hanya berfungsi sebagai media komunikasi antar pribadi, tetapi juga dapat memiliki fungsi sebagai media massa. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri media massa yang saat ini dimiliki oleh telepon genggam, yaitu komunikasi melembaga, berlangsung searah (dari media ke masyarakat), pesan bersifat umum, serentak, komunikan heterogen dan dikelola secara profesional. Meskipun hingga saat ini belum ada penelitian khusus tentang telepon genggam sebagai media massa. Dalam pemanfaatan telepon genggam saat ini baik oleh perusahaan, instansi, organisasi, maupun individu dapat dikategorikan sebagai media massa. Sebagai contoh “Kupon Bonus simPATI! Isi ulang muai 10rb bisa langsung dapat kupon bonus untuk beli paket special. Daftar: *999*9# GRATIS! Makin besar isi ulang makin banyak bonusnya.” Telepon genggam juga dimanfaatkan oleh perorangan untuk kegiatan yang negatif berupa penipuan yang dilakukan melalui pesan singkat yang dikirimkan ke pengguna telepon genggam lain seperti “ASS. Maaf saya H. Salam yang kemarin survey rumah anda. Saya berminat membeli rumah itu, kalau bisa tolong hubungi saya di nomor nomor 081316005xxx.“ Berdasarkan hasil pra-penelitian pada tanggal 12 April 2012 di Buniaga Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat diperoleh data dari 18 orang responden yang menggunakan telepon genggam bahwa mereka menggunakan telepon genggam sebagai media komunikasi untuk mencari informasi pertanian dan pemasaran karena kemudahan dalam penggunaan dan kecepatan mendapatkan informasi yang sedang dicari. Penelitian tentang efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam yang dalam perkembangannya hingga saat ini bersifat massa sebagai media komunikasi bagi petani sayuran ini dilakukan dengan harapan menghasilkan kebaruan (novelty) dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu mengangkat isu tentang efektivitas pemanfaatan telepon genggam dalam upaya diseminasi informasi pertanian pada petani sayuran.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Kehidupan manusia di dunia tidak dapat lepas dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan atau masyarakat. Sebagian besar waktu jaga manusia digunakan untuk berkomunikasi, hal ini diperkuat oleh Tubbs and Moss (1994), bahwa 83,5% manusia menggunakan waktunya untuk berkomunikasi. Dengan demikian manusia akan selalu terlibat dalam tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam beberapa konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan global atau melalui media massa (Effendy, 2003). Ini membuktikan betapa vitalnya komunikasi dalam tatanan kehidupan sosial manusia. Komunikasi pada hakikatnya merupakan wahana utama bagi kehidupan manusia dan merupakan jantung dalam segala hubungan sosial sejak dahulu perubahan-perubahan sosial terjadi tidak bisa lepas dari peranan komunikasi. Melalui komunikasi terjadi kontak dan interaksi sosial baik antarpribadi, antarkelompok, antar suku maupun antarbangsa-bangsa. Komunikasi terjadi didorong oleh kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri menuju kehidupan yang lebih baik yang diperkaya oleh pengetahuan dan pengalaman serta keperluan untuk kerjasama antarpribadi, anta kelompok, antarsuku bahkan antarbangsa (Hubeis dkk, 2007). Aktivitas komunikasi memungkinkan terbentuknya suatu tatanan dalam sistem sosial yang disebut masyarakat. Wilbur Schramm mengatakan bahwa dalam konteks komunikasi, suatu masyarakat dapat dilihat sebagai jumlah hubungan (relationship) di mana masing-masing orang mengambil bagian (sharing) atas informasi (Suprapto, 2009). Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kaitannya dengan pembentukan masyarakat. Manusia terlibat dalam kegiatan komunikasi dalam kehidupan sosial, sehingga manusia dapat saling berdekatan dalam suatu komunitas. Seperti dikatakan oleh Tannen (1996) dalam Suprapto (2009) bahwa kita butuh saling berdekatan agar merasa berada dalam suatu komunitas dan tidak merasa sendirian di dunia. Komunikasi manusia adalah kompleks dan sering tak terduga. Dalam situasi tertentu setiap manusia menghasilkan data-data verbal dan non verbal, disengaja dan tidak disengaja. Apa pun yang dikatakan atau tertulis, dilakukan atau tidak dilakukan, serta dokumen dan proyek yang dibuat dapat berfungsi sebagai dasar untuk informasi. Sebagian besar pesan sengaja dibuat melibatkan penggunaan bahasa. Bahasa yang mirip satu sama lain dalam beberapa hal. Semua memiliki aturan relatif terhadap fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Masih lebih mendasar kesamaan hasil dari kapasitas fisiologis dan kognitif manusia. Pidato pshysiology manusia lebih maju dibandingkan dengan vokalisasi pada spesies lain, dan perbedaan antara kemampuan mental manusia dan hewan-hewan lain bahkan
6
lebih jelas. Daerah tertentu dari otak - area Broca dan area Wernicke. Yang keduanya terletak di otak kiri dianggap penting untuk penggunaan bahasa. Kapasitas manusia untuk bahasa berkembang dari waktu bayi melalui serangkaian tahapan progresif. Orang dewasa menggunakan bahasa tidak hanya merujuk ke lingkungan secara langsung, tetapi juga merekam, menjelaskan, menegaskan, mengekspresikan emosi, pertanyaan, mengidentifikasikan diri, menghibur, membela, dan sejulah keperluan lainnya. Pada tingkat yang paling dasar bahasa adalah cara manusia untuk mewakili dan pelabelan elemen lingkungan dan yang lain. Bahasa juga sarana membuat mutualitas pemahaman dengan orang lain, melalui media realitas sosial diciptakan. Hubungan antara bahasa dan realitas yang intim. Untuk sebagian besar, kata-kata dan konsep yang ada membimbing pikiran dan sebaliknya. Sedekat hubungan antara bahasa dan realitas, bahasa memiliki keterbatasan sebagai sarana menjelaskan dan memahami realitas. Prinsip non identitas, prinsip non kesemestaan, dan prinsip diri titik reflexiveness keterbatasan tersebut. Dalam penggunaan sehari-hari bahasa sering tampaknya bekerja "seolaholah nyata," tetapi ada banyak situasi hidup yang mengingatkan tentang bahaya bereaksi terhadap kata-kata seolah-olah mereka adalah benda, orang, atau peristiwa-peristiwa yang mereka lihat. Bahasa menyediakan dasar untuk tiga jenis informasi: (1) informasi tentang topik yang dibahas, (2) informasi tentang sumber, (3) informasi tentang bagaimana sumber menganggap penerima (Ruben, 1988). Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi antara satu dengan lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam (Prodjosaputro, 1978). Definisi ini menjelaskan hakekat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), diharapkan akan terjadi perubahan sikap, tingkah aku dan kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian di antara orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi (Wursanto, 1987). Komunikasi juga merupakan suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan yang mengandung arti atau makna. Suatu bagian sentral dari segala sesuatu yang dilakukan. Komunikasi akan menjadi buruk, karena adanya hambatan atau karena tidak ada komunikasi sama sekali. Berhasil tidaknya interaksi antar manusia adalah sebagai akibat langsung dari kesanggupan atau ketidaksanggupan untuk berkomunikasi (Robbins, 1986). Raymond S. Ross dalam Rakhmat (2008) mendefinisikan komunikasi sebagai, “a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.” Berdasarkan beberapa definisi komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah sebuah proses pertukaran informasi yang terjadi antara satu
7
orang dengan orang yang lain yang dilakukan melalui media atau saluran tertentu yang menghasilkan persamaan makna. Orang ketika berkomunikasi berbuat, berfikir atau merasakan sesuatu berdasarkan respon yang diperoleh dari orang yang diajak berkomunikasi. Respon tersebut merupakan umpan balik yang diterima dan diterjemahkan ke dalam bahasa penerima, sejauh respon tersebut dapat dimengerti oleh pemberi pesan (komunikator). Komunikasi yang efektif akan dapat tercapai jika ada umpan balik. Menurut Harold D. Lasswell dalam McQuail dan Windahl (1985), cara untuk menggambarkan dengan tepat sebuah tindak komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan; who, says what, in which channel, to whom, and with what effect. Formula Lasswell ini sangat populer dan banyak digunakan dalam riset-riset komunikasi, dan jawaban dari pertanyaan paradigmatik Lasswell tersebut menurut Effendy (2003) merupakan unsur-unsur dalam proses komunikasi, yaitu Communicator (komunikator), message (pesan), channel (media), receiver (komunikan/penerima) dan effect (pengaruh). 1. Komunikator (siapa yang mengatakan?) Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikirannya atau perasaannya kepada orang lain, dan komunikator dapat bertindak secara individu atau secara kolektif yang melembaga (Soekartawi, 1988). 2. Pesan (mengatakan apa?) Pesan atau message adalah lambang yang bermakna (meaningful symbols), yakni lambang yang membawakan pikiran, atau perasaan komunikator (Cutlip and Center, 1971) dan pesan dapat disampaikan dalam berbagai bentuk seperti perintah, saran, usul, pengumuman, surat edaran dan sebagainya. 3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?) Media adalah sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Media digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berada di tempat yang jauh dari komunikator dan/atau jumlahnya banyak (Effendy,1992). 4. Komunikan (kepada siapa?) Komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran komunikasi ketika komunikator menyampaikan pesannya. Sejumlah orang yang dijadikan sasaran itu dapat merupakan kelompok kecil maupun kelompok besar, bersifat homogen atau heterogen. Kelompok homogen adalah komunikan yang terdiri dari orang-orang yang relatif mempunyai kesamaan baik dalam usia, pendidikan maupun sistem sosial seperti, pelajar, mahasiswa, bintara dan lain-lain. Sementara kelompok heterogen sebaliknya. Perbedaan dalam besar kecilnya kelompok beserta sifatnya menghendaki komunikator melakukan gaya dan teknik berbeda dalam melakukan komunikasi (Effendy, 1992). 5. Efek (dengan dampak/pengaruh apa?). Efek adalah tanggapan, respons atau reaksi dari komunikan ketika menerima pesan dari komunikator, dan jawaban lisan atau tertulis dari individu yang memberi respon (tanggapan) ini oleh Sunarjo (1997) disebut opini.
8
Berdasarkan paradigma Lasswell dapat disimpulkan secara sederhana tentang proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk pesan dan menyampaikannya melalui media atau saluran tertentu kepada pihak penerima (komunikan) yang menimbulkan efek tertentu. Efek diklasifikasikan menjadi efek kognitif (cognitive effect), jika menyangkut pikiran atau nalar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti; efek afektif (affective effect), yang menyangkut perasaan dari tidak senang menjadi senang, dari menolak menjadi menerima, dan efek konatif atau perilaku (conative behavioral effect) apabila dikaitkan dengan perilaku, misalnya dari kondisi malas menjadi rajin dan dari pembangkang menjadi penurut (Effendy, 1992). Dalam ilmu komunikasi, terutama dalam membahas opini publik, pengertian opini, persepsi, sikap dan perilaku tidak dapat dipisahkan (Sunarjo, 1997). Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. 2. Proses komunikasi sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan sebagainya adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dan sebagainya). Mulyana (2005) mengkategorikan definisi komunikasi dalam tiga konseptual, yaitu: 1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah. Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang
9
disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu. 2. Komunikasi sebagai interaksi. Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebabakibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. 3. Komunikasi sebagai transaksi. Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal. William I. Gorden dalam Mulyana (2005) mengklasifikasikan fungsi komunikasi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Komunikasi sosial “Berfungsi setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubunganhubungan orang lain…”. 2. Komunikasi ekspresif “Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui perasaanperasaan non verbal. Perasaan sayang, peduli, rindu,nsimpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara ekspresif lewat perilaku nonverbal…”. 3. Komunikasi ritual “Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antroprolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara itu orang mengucapkan katakata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik…”. 4. Komunikasi instrumental “Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrument untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang…”.
10
Informasi Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk pembuat keputusan karena menurunkan ketidakpastian. Informasi menjadi penting karena berdasarkan informasi tersebut pengelola dapat mengetahui kondisi obyeksif yang dihadapi. Menurut Shannon dalam Pendit, dkk (2005), informasi adalah simbolsimbol yang dipertukarkan dalam komunikasi antar manusia, dimana alat atau saluran komunikasi mengirim simbol-simbol itu dari satu titik ke titik lain di tempat lainnya. Informasi bersumber atau bermula dari suatu kejadian. Selanjutnya Pendit mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dibawa oleh bahasa manusia dalam komunikasi yang seringkali menjurus pada pengertian informasi sebagai bagian tak terpisahkan dari pesan (message), atau sebagai isi dari sebuah pesan. Seringkali informasi dalam pengertian ini diartikan sama dengan pesan itu sendiri. McFadden dkk dalam Kadir (2002) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut. Sedangkan Bodnar dan Hopwood (2000) mendefinisikan informasi adalah data yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Wersig dalam Pendit, dkk (2005) memberi 6 pengertian tentang informasi ini sebagai berikut : (1) Struktur : struktur semesta adalah informasi; (2) Pengetahuan : Pengetahuan yang dikembangkan dari persepsi adalah informasi; (3) Pesan : informasi adalah pesan itu sendiri; (4) Makna : makna yang dikenakan ke data adalah informasi; (5) Efek : informasi adalah efek dari sebuah proses tertentu- pengurangan ketidakpastian, atau sebuah perubahan pengetahuan atau penyelesaian keadaan pengetahuan anomaleous di benak penerima; (6) Proses : informasi adalah proses dan pada umumnya berupa proses transfer (perpindahan). Penerimaan informasi manusia melibatkan transformasi pesan, data, atau isyarat menjadi bentuk yang dapat digunakan. Konversi menjadi informasi untuk digunakan sekarang dan masa depan adalah proses aktif, yang melibatkan tiga unsur: seleksi, interpretasi, dan retensi (Ruben, 1988). 1. Seleksi Pada satu titik waktu kita dikelilingi oleh sejumlah besar orang, peristiwa, benda, dan keadaan yang merupakan sumber data yang bersaing untuk perhatian kita. Dalam keadaan seperti itu kita memilih isyarat tertentu untuk dipilih sambil mengabaikan sebagian lainnya. Bahkan ketika dihadapkan dengan keputusan dasar seperti memutuskan apa yang harus dilakukan pada hari Minggu, kita membuat sejumlah keputusan yang rumit dan banyak dari kita yang sedikit memiliki kesadaran untuk fokus pada pesan yang akan kita sampaikan. 2. Interpretasi Aspek kedua penerimaan informasi adalah interpretasi. Interpretasi terjadi ketika kita menentukan apa arti atau makna untuk melampirkan sebuah kata, kalimat, keadaan, gerakan, atau peristiwa, dan bagaimana untuk merespon - apakah akan menganggapnya sebagai fiksi atau nonfiksi, serius atau lucu, baru atau lama, bertentangan atau konsisten, lucu atau mengganggu bahkan reaksi sederhana kita, "Hi, how are you?" akan tergantung, antara lain,
11
pada apakah orang itu laki-laki atau perempuan (dan signifikansi kami lampirkan satu sama), apakah kita menganggap individu menarik atau tidak menarik, apakah orang itu mengenakan pakaian renang atau pakaian jamuan formal, apakah kita terletak di selimut terdekat di pantai, atau di samping satu sama lain di ruang tunggu dokter, apakah kita menafsirkan motif individu sebagai platonis atau romantis, dan sejumlah faktor lainnya. 3. Retensi Memori memainkan peran yang sangat diperlukan dalam proses penafsiran. Kita mampu menyimpan dan aktif menggunakan jumlah informasi yang luar biasa, setidaknya beberapa miliar kali lebih dari sebuah komputer riset yang besar, namun kita dapat menemukan dan menggunakannya dengan efisiensi dan kemudahan pengoperasian yang mencengangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan informasi menurut Ruben (1988) antara lain individu, data, pesan, atau isyarat, sumber, media dan lingkungan. 1. Individu Bagi setiap orang satu set kompleks elemen bekerja sama untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil untuk yang macam data yang akan diambil dan bagaimana menafsirkan dan menyimpan informasi yang dihasilkan. Banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan informasi individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan informasi dari individu: kebutuhan, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai, tujuan, kemampuan, penggunaan, gaya komunikasi, pengalaman dan kebiasaan. 2. Data, pesan, atau isyarat Selain individu, sifat data, pesan, atau isyarat juga memiliki dampak yang besar pada seleksi, interpretasi, dan retensi. Lima karakteristik sangat penting adalah asal, modus, sifat fisik, organisasi, dan kebaruan. 3. Sumber Pengambilan keputusan penerimaan informasi melibatkan sumber interpersonal. Keputusan mendengarkan, percaya dan menerima informasi dari sumber tertentu dan cara menafsirkan dan mempertahankan pesan-pesan tergantung beberapa faktor. Beberapa faktor yang paling penting adalah kedekatan, daya tarik, kesamaan, authoritativeness, motivasi, pengiriman, status, kekuasaan, dan otoritas. 4. Media Perbedaan data yang disajikan melalui media cetak atau ilustrasi, simbol atau baju, film, atau microfiche, siaran radio atau kata-kata yang diucapkan seorang teman, dapat memiliki langsung, dan dalam beberapa kasus yang jelas, pengaruh pada penerimaan informasi dalam beberapa hal. Beberapa media kemungkinan memberikan sampel datanya lebih besar paparan data daripada yang lain. Konsumen lebih suka melihat televisi daripada membaca jurnal akademik. 5. Lingkungan Konteks dan pengaturan cara mengolah data sangat tergantung pada konteks lingkungan atau pengaturan. Cara seseorang bereaksi terhadap peristiwa tertentu tergantung dari lingkungannya, misalnya, apakah berada di rumah atau berlibur, di tempat kerja atau terlibat dalam aktivitas waktu luang.
12
Ini akan sering bergantung juga pada pesan yang sedang diproses di kantor, gereja, kamar tidur, atau auditorium. Menjelang tahun 2000 dan pasca tahun 2000, dalam era globalisasi ini, informasi yang dicari publik, paradigma yang tadinya berkisar pada bahan-bahan perlengkapan, subjek utama suatu pekerjaan/kegiatan pendidikan, lapangan kerja dan sebagainya bergeser pada hal-hal seperti berikut (Suryana dalam Koswara, 1998): 1. Temuan-temuan baru (inovasi) atau hasil rekayasa di bidang keilmuan teknologi terapan (industri, pertanian, makanan, peternakan, wisata, bisnis dan sebagainya. 2. Penciptaan lingkungan kerja berbasis komputer (wirausaha) yang menjanjikan masa depan (usaha kecil, menengah dan usaha berskala besar) yang bernilai ekspor. 3. Informasi kesempatan kerja, pendidikan dan keterampilan. 4. Informasi tentang pembangunan ekonomi pedesaan dan perkotaan. 5. Peta politik bangsa-bangsa atau negara berkembang. 6. Sistem program jadi (telah terprogram) tinggal pakai, misalnya sistem penelusuran informasi, sistem transaksi layanan sirkulasi dan sebagainya.
Model Perilaku Informasi Sebuah model dapat digambarkan sebagai kerangka kerja untuk berpikir tentang suatu masalah dan dapat berkembang menjadi sebuah pernyataan tentang hubungan proporisi teoritis. Kebanyakan model di bidang umum perilaku informasu adalah berupa pernyataan dan dalam bentuk diagram yang mencoba menggambarkan kegiatan pencarian informasi, penyebab dan konsekuensi dari kegiatan tersebut, atau hubungan antar tahapan pada perilaku mencari informasi. Model perilaku informasi menurut Wilson (1999) muncul sebagai konsekuensi dari kebutuhan yang dirasakan oleh pengguna informasi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan itu, membuat tuntutan pada sumber atau layanan informasi formal atau informal, yang mengakibatkan keberhasilan atau kegagalan untuk menemukan informasi yang relevan. Jika berhasil, individu kemudian akan memanfaatkan informasi yang ditemukan dan mungkin baik secara lengkap atau parsial memenuhi kebutuhan yang dirasakan atau bahkan gagal untuk memenuhi kebutuhan dan harus mengulangi proses pencarian. Model ini menunjukkan bahwa bagian dari perilaku mencari informasi mungkin melibatkan orang lain melalui pertukaran informasi dan bahwa informasi dianggap berguna dapat menularkannya kepada orang lain, serta digunakan atau bukan digunakan oleh orang itu sendiri. Model perilaku informasi dapat dilihat pada Gambar 1.
13
Pengguna informasi
Kepuasan atau ketidakpuasan
Kebutuhan
Perilaku mencari informasi informasi
Penggunaan informasi
Permintaan pada sistem informasi
Pertukaran informasi
Permintaan pada sumber informasi lain Orang lain
Berhasil
Gagal
Transfer informasi
Gambar 1 Model Perilaku Informasi Wilson (1999) Teknologi Informasi dan Komunikasi Di era globalisasi, teknologi memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak pada berbagai perubahan dalam kinerja manusia. Toffler (1981) dalam buku TheThird Wave, mengatakan bahwa evolusi kebudayaan terjadi dalam tiga gelombang dalam kehidupan umat manusia : 1. Gelombang pertama yaitu penduduk pertanian yang telah terbentuk kuat yang berjalan di beberapa besar belahan dunia sesudah neolithic revolution (revolusi pertanian yang pertamakali ), yang menukar kultur hunter-gatherer (masyarakat yang hidup berburu baik tanaman ataupun hewan). 2. Gelombang ke dua yaitu penduduk jaman industri. Gelombang kedua berawal dari eropa barat dengan revolusi industri, yang dengan perlahan menyebar ke semua dunia. aspek utama dari penduduk second wave yaitu nuclear family (bapak, ibu serta anak-anak yang tinggal didalam satu tempat tinggal), sistem pendidikan jenis pabrik serta korporasi. Toffler menyatakan bahwa penduduk gelombang ke dua yaitu jaman industri yang berbasiskan produksi, distribusi, mengonsumsi, pendidikan, media, rekreasi, entertainment yang seluruh nya
14
berbentuk massal, serta juga terhitung senjata perusak massa (weapons of mass destruction). Anda dapat menggabungkan perihal tersebut dengan standardisasi, sentralisasi, konsentrasi, serta sinkronisasi, serta anda mengakhirinya dengan satu style didalam organisasi yang kita sebut sebagai birokrasi. 3. Gelombang ke tiga yaitu penduduk post-industri. Toffler menyebutkan itu sejak akhir th. 1950an, bahwa beberapa besar negara tengah bertransformasi dari penduduk second wave menuju ke penduduk third wave. dia mempunyai banyak istilah kata untuk mendeskripsikan penduduk type ini serta mengatakan banyak nama yang ditemukan oleh orang-orang lain, layaknya jaman info. Informasi dan komunikasi sebagaimana teknologi juga sedang berkembang sangat pesat, mempengaruhi berbagai kehidupan dan memberikan perubahan terhadap berbagai kehidupan dan memberikan perubahan terhadap cara hidup dan aktivitas manusia sehari-hari, termasuk dalam dunia pertanian. Perkembangan teknologi pertanian yang terus meningkat dengan ditemukannya inovasi-inovasi baru oleh para peneliti masih mengalami hambatan berupa lambannya penyebaran informasi teknologi pertanian pada para petani. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi itu, informasi pertanian dapat menjangkau seluruh petani yang tinggal di berbagai tempat. Secara umum ada tiga peranan teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Munir (2011). Pertama, menggantikan peran manusia dengan melakukan kegiatan otomasi suatu tugas atau proses tertentu. Kedua, memperkuat peran manusia yaitu menyajikan informasi, tugas atau proses. Ketiga, melakukan restrukturisasi atau melakukan perubahan-perubahan terhadap suatu tugas atau proses.
Efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian Era globalisasi dan pasar bebas menuntut petani memiliki kemampuan dalam mencari informasi dengan cepat dan tepat untuk mendukung kegiatan usahataninya. Oleh karena itu diperlukan sebuah sarana teknologi komunikasi yang mudah dan feksibel yang dapat digunakan oleh petani untuk mencari informasi ataupun bertukar informasi di bidang pertanian dan pemasaran hasil taninya. Informasi di bidang pertanian dan pemasaran mempunyai peranan penting bagi petani dalam upaya kegiatan meningkatkan usahataninya. Tersedianya berbagai sumber infomasi yang akan mendiseminasikan (menyebarkan) informasi pertanian dan pemasaran akan mempercepat kemajuan pertanian di pedesaan. Di era gloalisasi ini informasi menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat luas. Dengan terbukanya pasar global mengakibatkan timbulnya peningkatan selera konsumen terhadap produk pertanian menjadi tantangan yang harus ditanggapi secara sistematis, salah satu cara yang dapat digunakan adalah melalui diseminasi informasi di bidang pertanian dan pemasaran. Hasil pertanian yang baik jika tidak ditunjang dengan pemasaran yang baik akan berdampak rendahnya nilai jual produk pertanian dan terjadinya penumpukan produk pertanian karena buruknya pemasaran. Oleh karena itu keberhasilan dalam kegiatan usahatani juga
15
perlu didukung dengan kegiatan pemasaran yang baik, sehingga akan meningkatkan kegiatan usahatani. Dalam kegiatan mencari informasi yang paling penting adalah aksesibilitas dan usaha dalam mengakses informasi dari sumber informasi. Faktor ini ditentukan oleh apa yang disebut “hukum usaha terkecil”. Menurut hukum usaha terkecil orang-orang dan berbagai organisasi menghabiskan sesedikit mungkin sumber daya yang dimiliki (waktu, uang, atau usaha) untuk mendapatkan informasi. Proses diseminasi informasi dapat berlangsung efektif jika hasil-hasil penelitian teknologi pertanian dan pemasaran produk pertanian dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh petani sayuran melalui media yang mudah dan fleksibel dalam penggunaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari petani sayuran yang merasa puas akan informasi yang dibutuhkan diperoleh dengan mudah dan cepat. Efektivitas itu sendiri berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut, Sugandha (1988) menyatakan bahwa prinsip efektif itu adalah kemampuan mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerjasama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Bagaimanapun setiap proses komunikasi mengharapkan adanya efek yang positif. Efek dalam komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada penerima komunikan/khalayak) sebagai akibat pesan yang diterimanya, baik langsung maupun melalui media massa. Jika perubahan itu sesuai dengan keinginan komunikator, maka komunikasi itu efektif (Arifin, 1986). Efek komunikasi diklasifikasikan sebagai efek kognitif (cognitive effect), efek afektif (affective effect) dan efek konatif yang sering disebut efek behavioral (behavioral effect) (Effendy, 2003). Penyebaran informasi di bidang pertanian diartikan sebagai penyebaran berbagai informasi yang berkaitan dengan teknologi pertanian. Seperti telah diuraikan oleh Wersig dalam Pendit et al. (2005) di atas bahwa informasi adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dikembangkan dari persepsi adalah Informasi adalah efek dari sebuah proses tertentu- pengurangan ketidakpastian, atau sebuah perubahan pengetahuan atau penyelesaian keadaan pengetahuan anomaleous di benak penerima dan informasi adalah proses dan pada umumnya berupa proses transfer (perpindahan). Dengan demikian efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian adalah efektivitas komunikasi pada taraf kognitif atau pengetahuan. Efek kognitif adalah efek yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, pengertian, penafsiran, pembedaan dan penyimpulan. Kandungan kognitif dimulai dari tahap persepsi dilanjutkan menjadi pengetahuan kemudian pemahaman dan akhirnya image sebagai jembatan ke efek afektif. Persepsi dimulai dengan sensasi. Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Dengan kata lain persepsi adalah proses dan hasil pemberian makna kepada stimuli inderawi akibat sensasi, sedangkan sensasi itu sendiri adalah kejelasan objek. Suatu stimuli bisa merubah atau paling tidak
16
meningkatkan kognisi seseorang bila stimuli tersebut dapat ditangkap dan dipersepsikan orang dengan jelas. (Bambang, 2000). Proses komunikasi dan diseminasi informasi yang produktif hanya akan terjadi apabila sumber informasi mampu membuat si penerima informasi percaya dan melakukan sesuatu sesuai dengan informasi yang diterimanya.
Media Komunikasi Dalam proses komunikasi terdapat unsur channel atau saluran sebagai media komunikasi yang digunakan untuk memproduksi, mereproduksi, menyebarkan dan menyampaikan informasi. Secara umum media komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu media komunikasi tradisional dan media komunikasi modern. 1. Media komunikasi tradisional a. Kentongan Kentongan merupakan media komunikasi yang digunakan pada masa kerajaan untuk menyampaikan pesan dan perintah dari raja kepada rakyatnya. Petugas kerajaan cukup memukul kentongan untuk mengumpulkan rakyat di tempat yang sudah biasa digunakan untuk pertemuan antara raja dengan rakyatnya untuk menyampaikan informasi. Hingga saat ini kentongan masih digunakan sebagai media komunikasi khususnya di daerah pedesaan yang digunakan sebagai sarana ronda malam dan mengumpulkan warga. Dalam penggunaannya, kentongan dipukul dengan irama yang berbeda-beda sesuai dengan kejadian yang akan dan sedang terjadi. b. Lonceng Awalnya lonceng digunakan untuk mengabarkan suatu berita kepada masyarakat dan sebagai penanda waktu. Lonceng juga digunakan oleh umat Kristiani untuk memberitanda waktu beribadah, biasanya dibunyikan tiga kali, pada pukul 06.00. 12.00, dan 18.00. Lonceng digunakan pertama kali dalam gereja Katolik sekitar tahun 400 masehi, dan dianggap diperkenalkan oleh Paulinus, Uskup Nola, di sebuah kota di Campania, Italia. Penggunaannya menyebar luas dengan cepat dan tidak hanya digunakan untuk mengumpulkan umat dalam acara keagamaan, tetapi juga sebagai peringatan ketika ada bahaya. c. Bedug Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan sejak ribuan tahun lalu yang berfungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang. d. Surat Surat sebagai media komunikasi berfungsi untuk menyampaikan informasi dari penulis selaku komunikator kepada pembaca atau penerimanya (komunikan). Sebagai alat komunikasi surat tidak hanya bersifat satu arah, tapi dua arah dan ke segala arah, meskipun sifatnya delayed feedback. Surat dapat dibalas (surat balasan) sebagai umpan baik dan surat juga
17
dapat ditujukan kepada lebih dari satu orang dalam bentuk surat edaran, pengumuman, surat pembaca dalam surat kabar dan lain-lain. e. Merpati Pos Merpati pos merupakan alat komunikasi yang memanfaatkan burung merpati sebagai pengantar surat atau pesan. Merpati dipilih karena termasuk burung yang pintar, memiliki daya ingat yang kuat, memiliki kemampuan navigasi dan naluri alamiah untuk kembali ke sarang. Penggunaan merpati sebagai alat komunikasi berasal dari orang-orang Persia yang melatih burung-burung merpati. f. Asap Orang - orang zaman dahulu juga memanfaatkan asap sebagai media komunikasi.Asap dikenal sangat populer digunakan sebagai media komunikasi suku bangsa Indian di Amerika. Alat komunikasi ini biasa digunakan untuk mengirimkan suatu pesan rahasia pada teman ataupun lawan. Sekarang ini asap juga sering digunakan dalam kegiatan pada permainan pesan berantai. Asap juga masih digunakan oleh orangorang yang meminta bantuan ketika mereka tersesat. Dalam dunia militer asap juga digunakan untuk menunjukkan titik lokasi penjemputan prajurit atau posisi musuh yang akan diserang. g. Prasasti Prasasti merupakan sumber dokumen tertulis yang asli dan terjamin keasliannya sebagai bukti peninggalan sejarah di masa lalu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online prasasti merupakan piagam yang tertulis pada batu, tembaga dan sebagainya. h. Daun Lontar Daun lontar digunakan sebagai alat komunikasi masa lalu. Daun lontar pada zaman dahulu digunakan sebagai sarana surat menyurat dan mendokumentasikan peristiwa yang terjadi di masa lalu. 2. Media komunikasi modern a. Telegrap Telegraf menurut merupakan mesin atau alat yang digunakan untuk mengiri berita cepat ke tempat yang jauh (memanfaatkan kawat dan kekuatan listrik). Telegraf yang sering didengar saat ini, umunya merupakan telegraf elektrik. b. Surat kabar Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Menurut Onong Uchjana Effendy, “Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan di mana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca” (Effendy, 1993). c. Telepon Telepon merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara. Kebanyakan telepon beroperasi dengan menggunakan
18
d.
e.
f.
g.
h.
i.
transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon sehingga memungkinkan pengguna telepon untuk melakukan berkomunikasi dengan pengguna lainnya. Telepon genggam Telepon genggam adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable; mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Televisi Televisi adalah sebuah media telekomunikasi yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak dan bersuara. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (jauh) dari bahasa Yunani dan visio (penglihatan) dari bahasa Latin. Dengan demikian dapat diartikan televisi adalah alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual atau penglihatan. Faksimili (Facs) Mesin faks merupakan peralatan komunikasi yang berfungsi untuk mengirimkan dokumen dengan menggunakan suatu perangkat yang mampu beroperasi melalui jaringan telepon dengan hasil yang serupa dengan dokumen aslinya. Radio Radio adalah alat teknologi yang digunakan untuk mengirimkan sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara). Radio sebagai salah satu media massa memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu, ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan. Pager Pager atau radio panggil merupakan alat telekomunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan dan menerima pesan pendek. Sebelum telepon genggam berkembang, pager digunakan sebagai pengganti untuk layanan telepon lokal dan internasional. Di Indonesia pager muncul sebelum tahun 1997 dengan jumlah pelanggannya mencapai 800.000. Harga perangkat pager yang terus meningkat menyebabkan menurunnya jumlah pelanggan. Terlebih lagi setelah munculnya teknologi telepon genggam. Internet Internet adalah hubungan satu komputer ke komputer lainnya diseluruh dunia melalui server dan router terdedikasi. Ketika dua komputer terhubung lewat internet, maka mereka dapat saling kirim dan terima informasi seperti teks, grapik (gambar), suara, video dan program komputer berupa software dan aplikasi. Internet (interconnectednetworking) diawali pada tahun 1969 sebagai ARPANET. Rangkaian ini dibangun oleh ARPA (United States Department of Defense Advanced Research Projects Agency). Tahun 1983, ARPANET menukar protokol
19
rangkaian pusatnya dari NCP ke TCP/IP, yang merupakan awal dari internet yang kita kenal. Di Indonesia, sejarah internet dimulai pada awal tahun 1990-an. Tahun 1992 hingga 1994, beberapa nama muncul diawal pembangunan internet salah satu diantaranya Onno W. Purbo. Tahun 1994 IndoNet menjadi ISP (Internet Serveci Provider) komersial pertama di Indonesia. Saat ini pihak Pos dan Telekomunikasi belum melihat celah bisnis internet. Mulai 1995 mucul jasa akses Telnet ke luar negeri, sehingga pemakai internet di Indonesia bisa mengakses internet (HTTP).
Telepon genggam Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan pengembangan teknologi telah menghasilkan beberapa media komunikasi, diantaranya adalah telepon genggam. Telepon genggam adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access). Badan yang mengatur telekomunikasi seluler Indonesia adalah Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI). Telepon genggam telah berkembang secara fenomenal, baik dari model/merk maupun dari jumlah pengguna. Goswami dalam tulisannya “Sustainability Proyek Harus Dipikirkan”, mencontohkan jumlah produksi telepon genggam mencapai 6,6 juta; dan investasi di bidang infrastruktur telepon genggam sangat agresif dilakukan oleh berbagai operator. Pada tahun 2006 nilai investasi infrastruktur telepon genggam yang dilakukan operator lebih dari US$ 2,5 miliar. Di sini, para operator melakukan ekspansi jaringan. Salah satu contoh gambaran lengkapnya sebagai berikut: sejak tahun 2005, Telkomsel menambah BTS-nya dari 7.741 menjadi 12.156 sehingga terdapat pertumbuhan sebesar 57% (http://www.majalahindonesia.com /divakar_ goswami.htm). Bidang komunikasi sekarang ini sedang mengalami perubahan besar. Karena media teknologi baru yang memberi banyak kemudahan bagi pengguna, konsep dasar komunikasi massa mengalami perubahan. Teori komunikasi massa butuh penyesuaian dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan itu. Teori-teori yang sudah ada mungkin masih bisa dipakai, tetapi yang lain mungkin memerlukan modifikasi untuk menyesuaikan dengan lingkungan baru ini (Severin dan Tankard, 2005). Terkait dengan pola penggunaan telepon genggam, teori Uses and Gratification dianggap tepat sebagai acuan untuk memahaminya. Teori ini mengusulkan bahwa khalayak (pengguna) memainkan peran dalam pemilihan dan penggunaan media. Khalayak berperan aktif dalam mengambil bagian dalam proses komunikasi dan diorientasikan pada tujuan penggunaan media. Menurut pencetus teori ini, Blumler dan Katz (1974) mengutarakan bahwa seorang pengguna media mencari sumber media yang terbaik guna memenuhi kebutuhan mereka.
20
Perkembangan lebih lanjut penggunaan teori Uses and Gratifications banyak diterapkan pada penelitian penggunaan media baru seperti internet (computer mediated communication) bahkan pada telepon genggam. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Leung dan Wei (2000) mempelajari Kegunaan dan Kepuasan pada telepon genggam. Leung dan Wei tertarik tentang mengapa orang menggunakan telepon genggam dan apakah alasan mereka yang berbeda dari mengapa mereka menggunakan telepon kabel dan jaringan. Selanjutnya, Leung dan Wei mengamati, serupa dengan pernyataan Gilder, bahwa "telepon genggam baru menggambarkan suatu konvergensi teknologi hibrid ketika ia mengaburkan batasan antara industri telekomunikasi dan penyiaran. Simpulan studi yang dilakukan Leung dan Wei mengindikasikan bahwa teori Kegunaan dan Kepuasan, khususnya ketika dikombinasikan dengan teori lainnva, Difusi Inovasi (Difusion of Innovations), dapat menjelaskan penggunaan telepon genggam. Kemampuan Leung dan Wei untuk menerapkan teori Kegunaan dan Kepuasan pada teknologi baru dijelaskan oleh pengamatan Shanahan dan Morgan (1999) bahwa terdapat "konsistensi lingkungan dari isi pesan yang kita konsumsi dan pada sifat dasar dari lingkungan simbolik di mana kita hidup" meski jika terjadi perubahan distribusi teknologi. Shanahan dan Morgan menambahkan bahwa teknologi baru selalu dikembangkan dengan mengadopsi isi pesan dari teknologi dominan sebelumnya (West dan Turner, 2008). Dari studi Leung dan Wei (2000) yang menggunakan teori ini juga menyatakan bahwa mobilitas, kekinian, dan intrumentalitas yang terdapat pada telepon genggam merupakan intrumen motivasi yang kuat yang diikuti dengan rasa ikatan kekeluargan atau sosial. Manfaat kepuasan langsung juga dapat dirasakan oleh penggunanya, di mana dan kapan saja (Leung dan Wei, 2000).
Usahatani Usahatani merupakan bagian utama dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan budidaya, sedang petani merupakan sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usahatani. Mosher (1969) mendefinisikan usahatani (farm) sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikanperbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usahatani dibagi dalam berbagai macam disiplin dan dipandang dengan sudut professional dari ahli agronomi, nutrisi ternak, ekonomi, dan lain-lain. Di sisi lain petani tidak memiliki bidang keahlian khusus dan menganggap usahatani sebagai suatu keseluruhan yang memiliki nilai lebih daripada jumlah bagianbagian yang dilihat para ahli. CGIAR (1978) menyatakan bahwa “usahatani bukanlah sekedar kumpulan tanaman dan hewan, di mana orang bisa memberikan input apa saja dan kemudian mengharapkan hasil langsung. Namun, usahatani merupakan suatu jalinan yang kompleks yang terdiri dari tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang
21
dikelola oleh seseorang yang disebut petani sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya. Petani tersebut mengupayakan output dari input dan teknologi yang ada.”
Penelitian Terdahulu Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti dan mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesis serta menghindari terjadinya pengulangan penelitian, berikut ini resume beberapa penelitian terdahulu yang dapat dilihat dalam Tabel 1.
22
Tabel 1 Resume Penelitian-penelitian Terdahulu No 1
Peneliti Mulyandari R.S. (2011)
Judul Penelitian Cyber Extension sebagai Media Komunikasi dalam Pemberdayaan Petani Sayuran
Peubah Penelitian
Metode Analisis
Peubah bebas: Explanatory Karakteristik research dan individu, faktor descriptive lingkungan, research persepsi petani terhadap karakteristik cyber extension Perilaku pemanfaatan, dan pemanfaatan cyber extension, Peubah terikat: Keberdayaan petani sayuran
Hasil Penelitian Pemanfaatan cyber extension oleh petani sayuran sebagai sarana komunikasi dan berbagi informasi, promosi usahatani, serta akses informasi produksi dan teknologi pertanian relatif rendah karena kurangnya kesadaran petani terhadap keberadaan dan manfaat cyber extension dan kurang berfungsinya kelompok sebagai media berbagi informasi dan pengetahuan, juga ketidaksiapan penyuluh sebagai pendamping dalam memanfaatkan cyber extension. Strategi konvergensi komunikasi melalui pemanfaatan cyber extension dalam pemberdayaan petani sayuran disusun dengan mengembangkan komunikasi dua tahap (two step flow communication) dan kombinasi media sesuai dengan karakteristik petani. Mekanisme penguatan kinerja lembaga pemanfaatan cyber extension dibagi menjadi empat tipe berdasarkan subyek pertama penggunanya, yaitu: a) Pemanfaatan cyber extension oleh petani maju dan disebarkan kepada petani lain melalui berbagai media komunikasi yang ada di tingkat lokal, b) Pemanfaatan cyber extensio oleh fasilitator telecenter dan disebarkan ke petani lai, c) Pemanfaatan cyber extension oleh komunitas (lembaga komunikasi lokal) dan disebarkan ke petani lain, dan d) Pemanfaatan cyber extension oleh penyuluh dan disebarkan secara interaktif (langsung maupun tidak langsung) ke petani.
23
2
3
Scanfeld D., Scanfeld V., dan Larson E.L. (2010)
Penyebaran informasi kesehatan melalui jejaring sosial : Twitter dan antibiotik
Peubah bebas: Jejaring sosial
Mudrijal, A.I. Wiratningsih, R. dan Prastiawan, A.M. (2010)
Diseminasi Informasi Melalui Media Digital Library Universitas Sebelas Maret Dalam Mendukung Perankingan Webomatrics
Peubah bebas: Digital Library
Peubah terikat: Penyebaran informasi
Peubah terikat: Diseminasi Informasi
Survei crosssectional menggunakan analisis isi dari update status Twitter
Deskriptif evaluatif
Situs media sosial menawarkan sarana berbagi informasi kesehatan. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi bagaimana jaringan tersebut dapat menyediakan tempat untuk mengidentifikasi penyalahgunaan atau kesalahpahaman antibiotik, mempromosikan perubahan perilaku positif, menyebarkan informasi yang valid, dan bagaimana alat tersebut dapat digunakan mengeksplorasi untuk mengumpukan data kesehatan. (1) penilaian pengguna terhadap content bisa dikatakan cukup beragam (77.2%), mampu menyelesaiakn permasalahan dalam meyelesaikan tugas ilmiah sebanyak 80.9%. dari sisi visual identity cukup menarik 73.5%, namun perlu penambahan animasi agar lebih menarik dan pengguna merasa enjoy dan dari sistem penelusuran mempunyai prosentase terbanyak (89.5%). dimungkinkan untuk memberikan alternatif pilihan menu dengan Namun demikian menggunakan boolean Logic (Anvance search). Hal ini perlu ditambahkan mengingat content digilib dipastikan akan terus bertambah. (2) Adapun kendala-kendala yang ditemui dalam proses penelusuran melalui media digilib adalah proses download, ditemukan masih ada beberapa dokumen yang terpassword, ada dokumen yang corrup, dan untuk mengetahui jenis dokumen yang akan didowload, sebaiknya perlu dimunculkan ekstensi file. (3) Peran digiilib UNS dalam mendukung webomatric adalah melalui content. Content yang aktual, beragam, dan berkualitas akan banyak dirujuk oleh pencari informasi. Hal ini secara langsung akan memberikan tambahan nilai google scholar UNS.
24
4
5
Kamaruzaman I. (2009)
Desain Video Trainning yang Efektif dalam Diseminasi Informasi Teknologi Pertanian di Sulawesi Tenggara S. Maryam, M. Efektivitas Hubeis, dan Penyebaran Maksum Informasi di Bidang (2009) Pertanian melalui Perpustakaan Digital
Peubah bebas: Perilaku komunikasi Persepsi
Separate sample pretestpostest
M-learning dari pemerintah kepada masyarakat kota Semarang memiliki potensi untuk diterapkan khususnya melalui SMS. Hal ini terkait dengan telah memasyarakatnya ponsel di kalangan warga Semarang yang dapat menerima informasi utama tanpa dibebani biaya. Dan dukungan kesiapan teknologi, infrastruktur dari provider maupun pemerintah dalam penerapan program Mlearning.
survei deskriptif korelasional
Secara umum karakteristik responden tidak ada hubungannya dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital. Secara umum, karakteristik responden, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi tidak berhubungan nyata dan positif dengan efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital.
Peubah terikat: Peningkatan pengetahuan Peubah bebas: Karakteristik pemustaka Aksesibilitas informasi Intensitas komunikasi Peubah terikat: Efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital.
25
6
Nasir M. (2008)
Peran Peubah bebas: Kualitatif Posyandu Sistem sosial Dalam dan difusi Penyebaran kesehatan Informasi Peubah terikat: Tentang penyebaran Keluarga informasi Berencana Dan Kesehatan Reproduksi Di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe
Sistem sosial masyarakat lingkungan seperti Banda Sakti yang tingkat pendidikan masyarakat masih relatif rendah, pola hubungan interpersonal sangat kuat. Proses perjalanan waktu inovasi kesehatan posyandu tidak memakan jangka waktu yang lama. Karena inovasi kesehatan memberikan insentif atau imbalan bagi ibu-ibu balita. Pengaruh insentif posyandu efektif sangat dalam meningkatkan taraf keuntungan reiatif inovasi kesehatan. Tetapi apabila ditarik insentif posyandu maka pengadopsian akan berhenti. Hal ini menjadi masalah karena tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Tujuan ini juga yang akan direalisasikan oleh posyandu. Kader memegang peranan yang sangat penting dalam posyandu. Posyandu tidak bisa berjalan tanpa ada kader. Kader tanpa posyandu tidak bisa juga. Partisipasi masyarakat di Banda Lhokseumawe masih merupakan partisipasi paternalistik atau patrimonial. Peranan pemimpin paternalistik seperti kepala lingkungan sangat menentukan dalam meningkatkan partisipasi ibu-ibu balita dalam posyandu.
26
7
8
Maksum, Buldansyah D.L., dan Prawati B. (2008)
Aksesibilitas informasi, Intensitas Komunikasi, dan Efektivitas Layanan Informasi Digital
Peubah bebas: Aksesibilitas informasi Intensitas komunikasi
Peubah terikat: Efektivitas layanan informasi digital Heru Citra P. Analisis Peubah bebas: (2006) Faktor Yang Ponsel dan Mempengaruhi perilaku Konsumen konsumen Dalam Menggunakan Peubah terikat: Ponsel Nokia penggunaan (Studi Kasus Nokia Pengguna Ponsel Nokia, Jakarta dan Bogor)
Survei deskriptif korelasional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas layanan informasi digital cenderung ditentukan oleh tingkat kebutuhan pengguna dan ketersediaan informasi yang akurat, serta kecepatan dan ketepatan dalam pelayanan yang terutama ditentukan oleh ketersediaan fasilitas akses. Terungkap pula bahwa pengguna kelompok mahasiswa yang datang ke perpustakaan lebih berminat terhadap informasi yang berupa artikel lengkap dari pada yang berbentuk bibliografi.
analisis asosiatif (tabulasi silang), analisis faktor, survey
Hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa profil demografi responden tidak mengikat secara pasti, karena ponsel Nokia digunakan oleh hampir segala rentang usia, namun didapati bahwa pengguna Nokia dalam penelitian ini sebagian besar di dominasi oleh kelas usia 15-25 tahun, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan/konsumsi. Nokia juga tidak mensegmentasi-kan produknya berdasarkan jenis kelamin dan usia. Pensegmentasian dilakukan dengan melihat needs atau kebutuhan akan fitur yang menggambarkan cara berpikir dan gaya hidup pengguna Nokia. Untuk penggunaan fitur, ternyata SMS menjadi media komunikasi paling favorit yang digunakan oleh semua pengguna ponsel Nokia. Pertama kali tahu tentang Nokia didapat dari iklan dan informasi dari keluarga lalu tempat pembelian Nokia masih banyak dilakukan di gerai resmi atau dealer resmi. Secara umum responden dalam penelitian ini masih dapat dikatakan konsumen yang merasa puas akan Nokia.
27
9
10
Benunur M.N. (2006)
Sumaryo (2006)
Efektivitas Video Instruksional dalam Diseminasi Informasi Pertanian
Peubah bebas: Karakteristik personal Perilaku komunikasi Persepsi
Peran Media Massa dalam Penyebaran Informasi Pertanian di Kalangan Petani Sayuran di Lampung
Peubah terikat: Peningkatan pengetahuan Peubah bebas: Petani hortikultura Kepemilikan media komunikasi Aktivitas mengikuti acara televisi Jenis acara yang diminati dari setiap stasiun tv Peubah terikat: Peranan media massa
quasiexperimental
Mengungkapkan keragaan pesan dengan video instruksional berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan petani, sama efektifnya dengan kebiasaan petani menerima informasi melalui demonstrasi cara oleh penyuluh.
Survei deskriptif
Ada perbedaan antara petani di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Barat dalam hal kepemilikan media massa, intensitas aktivitas petani dalam mengikuti siaran televisi, jumlah dan ragam acara siaran yang ditonton. Sedangkan peranan televisi dalam diseminasi informasi pertanian tidak ada perbedaan serta kepemilikan media massa dan aktivitas petani nonton siaran televisi tidak berhubungan dengan persepsi mereka tentang peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian, sedangkan jenis siaran yang diminati petani berhubungan dengan persepsi mereka tentang peranan televisi dalam penyebaran informasi pertanian.
28
11
Sankarto B.S., Mansjur S., Rusmini (2006)
Umpan Balik Penyebaran Informasi Hasil Penelitian dan Teknologi Pertanian
Peubah bebas: Penelitian pertanian Informasi pertanian Diseminasi informasi Layanan informasi Peubah terikat: Umpan balik penyebaran informasi
Menjaring data/inforasi umpan balik dari pengguna melalui fasilitas access log, counter pada halaman utaa dan subhalaman situs, serta komentar pada formulir isian elektronis yang tersedia.
Kajian yang dilakukan dari bulan Januari hingga Juni dengan cara menjaring acess log, counter pada halaman utama dan subhalaman situs serta formulir isian elektronis menyimpulkan bahwa pada umumnya pengguna memberikan nilai positif terhadap situs Pustaka walaupun ada pula yang tidak sependapat.
29
3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Salahsatu masalah yang dihadapi petani adalah lambannya proses diseminasi informasi teknologi pertanian. Sementara itu, petani membutuhkan informasi yang cepat dan tepat untuk mendukung peningkatan produktivitas usahatani mereka. Di era globalisasi informasi merupakan hal yang sangat penting dan sangat berharga bagi petani, Oleh karena itu suka atau tidak, seorang petani harus mampu menguasai teknologi informasi untuk meningkatkan usaha pertaniannya mulai dari kegiatan proses budidaya tanaman hingga pemasaran. Teknologi informasi memegang peranan penting dalam proses pencarian dan pertukaran informasi di bidang pertanian. Jika terlambat memperoleh sebuah informasi, maka hilang pula sebuah peluang atau kesempatan. Sehubungan dengan itu, diperlukan sebuah sarana teknologi informasi yang mudah, terjangkau, cepat dan tepat bagi petani untuk meningkatkan usaha pertaniannya. Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi, maka diseminasi informasi pertanian dapat dilakukan dengan memanfaatkan beberapa teknologi informasi yang dapat digunakan atau diakses oleh petani seperti media cetak (surat kabar, tabloid, majalah, leaflet dan brosur) dan media elektronik (radio, tv, internet dan telepon genggam). Telepon genggam sudah menjadi kebutuhan manusia. Manusia di dunia yang mencapai 7 miliar orang, 6 miliar di antaranya sudah menggunakan ponsel. International Telecommunication Union (ITU) melansir 86 dari 100 orang setidaknya memiliki satu buah ponsel. Jumlah telepon genggam di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 250 juta ponsel. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 238 juta. Jadi perbandingan jumlah penduduk dengan pengguna handphone mencapai 105,28 persen (http://www.tnt-magz.com/berita-tekno-out-of-topic/12674-indonesia-negarapengguna-ponsel-terbesar-keenam-di-dunia). Berkaitan dengan pemikiran tersebut, salah satu sarama atau media teknologi informasi yang telah dimanfaatkan oleh petani untuk mencari dan mendiseminasikan informasi adalah telepon genggam. Implementasi pemanfaatan telepon genggam dalam dunia pertanian akan membantu petani memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat dan dapat memilih sumber informasi yang dianggap sesuai dengan kebutuhan mereka untuk dihubungi. Hal ini akan memberikan kemampuan pada petani untuk dapat memahami setiap dinamika pasar yang terjadi berdasarkan informasi yang diperolehnya. Telepon genggam berperan dalam membantu petani untuk menghubungi berbagai sumber informasi untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, pemanfaatan telepon genggam dapat mempercepat proses pencarian dan diseminasi informasi di kalangan petani. Dalam penelitian ini, studi komunikasi pembangunan mengacu pada proses pencarian dan diseminasi informasi pertanian dengan memanfaatkan telepon genggam sebagai sarana atau media. Permasalahan yang dijawab dalam penelitian ini adalah seberapa besar hubungan antara karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam, seberapa besar hubungan antara ketiga peubah bebas: karaktersitik, aksesibilitas informasi, dan
30
intensitas komunikasi petani sayuran, serta seberapa besar hubungan antara penggunaan telepon genggam dengan manfaat penggunaan telepon genggam pada usahatani petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Kemudian masalah penelitian tersebut dikaji dan dicari jawabannya secara deduktif dan induktif. Penyusunan kerangka berpikir secara deduktif berdasarkan atas teori komunikasi dan model perilaku informasi. Sedangkan kajian secara induktif dilakukan melalui pengumpulan dan pengolahan data-data yang diperoleh secara empirik yang digunakan untuk menguji model hipotesis yang telah disusun. Pengukuran dilakukan terhadap petani sayuran melalui survey dengan kuesioner. Kemudian dilakukan analisis data secara deskriptif dan inferensial. Selanjutnya hasil analisis data digunakan untuk memberikan masukan tentang bagaimana pemanfaatan telepon genggam dalam proses pencarian dan diseminasi informasi pertanian untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah penyebaran informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam pada petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat sudah efektif, perlu dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat empat peubah yang dipandang perlu diketahui dan dianalisis, yaitu karakteristik petani, aksesibilitas informasi, intensitas komunikasi dan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam. Kerangka pemikiran ini terdapat pada Gambar 2. Karakteristik Petani 1 Umur 2 Pendidikan 3 Kepemilikan teknologi informasi komunikasi 4 Penggunaan telepon genggam untuk mencari informasi 5 Merk telepon genggam dan kartu langganan 6 Lama menggunakan telepon genggam 7 Tingkat kekosmopolitan 8 Waktu usahatani 9 Jenis tanaman 10 Luas lahan garapan
Aksesibilitas Informasi 1. Jenis informasi 2. Sumber informasi 3. Frekuensi mencari informasi 4. Waktu mencari informasi
Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon genggam 1. Kinerja layanan sumber informasi 2. Ketersediaan informasi 3. Kesesuaian informasi yang dicari 4. Kepuasan terhadap hasil yang dicapai 5. Kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam 6. Keterjangkauan harga telepon genggam dan pulsa/langganan 7. Manfaat penggunaan telepon genggam
Intensitas Komunikasi 1. Frekuensi interaktif 2. Frekuensi diskusi
Gambar 2 Hubungan karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian sayuran melalui telepon genggam
31
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan pada Gambar 2, maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut: H1 : Terdapat hubungan nyata dan positif antara peubah karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. H2 : Terdapat hubungan nyata dan positif antara masing-masing dari ketiga Peubah: karakteristik, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi petani sayuran menggunakan telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. H3 : Terdapat hubungan nyata dan positif antara penggunaan telepon genggam dengan manfaat penggunaan telepon genggam pada usahatani petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.
32
4
METODE PENELITIAN Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif korelasional, yaitu kajian pada suatu kelompok yang diteliti, hubungan antara peubah secara mendalam, terinci dan komprehensif (Faisal, 1982). Rakhmat (2005) menyatakan bahwa dalam penelitian yang bersifat menerangkan bertujuan untuk menguji adanya hubungan antar berbagai peubah yang akan diteliti. Empat peubah yang ditetapkan adalah karakteristik petani, aksesibilitas informasi, intensitas komunikasi dan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam. Indikator dan parameter setiap peubah yang diteliti, ditetapkan berdasarkan pengamatan dan studi literatur, sehingga jumlah indikator dan parameter setiap peubah dibatasi. Peubah karakteristik petani meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan aktivitas sosial. Peubah aksesibilitas terhadap informasi meliputi: jenis informasi, sumber informasi, dan frekuensi komunikasi dengan sumber informasi. Selanjutnya peubah efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon selular adalah kinerja layanan sumber informasi, ketersediaan informasi, kesesuaian informasi, kesesuaian informasi yang dicari, kepuasan terhadap hasil yang dicapai, kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam, keterjangkauan harga HP/harga pulsa/langganan dan manfaat penggunaan telepon genggam.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Pengambilan dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2013.
Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah petani di Kecamatan Pacet kabupaten Cianjur provinsi Jawa Barat yang memiliki dan menggunakan telepon genggam sebagai salah satu media komunikasi. Oleh karena itu persyaratan dari responden dalam penelitian ini adalah: 1. Petani sayuran yang bertempat tinggal di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. 2. Memiliki telepon genggam sebagai salah satu media komunikasi. 3. Memiliki kemampuan dalam menggunakan telepon genggam. Pada data pra-penelitian pertama (tanggal 14 Januari 2013) diperoleh data jumlah petani di kecamatan Pacet sebanyak 645 orang, terbagi dalam 43 kelompok tani di 7 desa yang ada di Kecamatan Pacet. Dari 645 orang petani, sebanyak 581 orang petani memiliki telepon genggam dan 64 orang petani tidak memiliki telepon genggam. Jadi populasi sebanyak 581 dan sampel yang diambil
33
sebagai sumber informasi sebanyak 129 orang yang dipilih secara acak sebagai berikut: 1. Desa Sukatani : 22 orang 2. Desa Ciputri : 24 orang 3. Desa Cibodas : 27 orang 4. Desa Cipendawa : 31 orang 5. Desa Ciherang : 25 orang Data pra-penelitian kedua (tanggal 22 Januari 2013) diperoleh data dari 10 orang petani sayuran bahwa petani sayuran memanfaatkan telepon genggam untuk mencari informasi pertanian dan pemasaran. Ini juga didukung dari pernyataan yang diberikan oleh koordinator PPL Kecamatan Pacet bahwa petani sayuran sering melakukan komunikasi melalui sms dengan para penyuluh pertanian.
Data dan Instrumen Penelitian Data, sumber data, dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dirinci pada Tabel 2: Tabel 2 Data, sumber data, dan instrumen penelitian No. 1.
2.
3.
4.
Data yang diperlukan Karakteristik Petani Sayuran 1. Umur 2. Pendidikan 3. Kepemilikan teknologi informasi komunikasi 4. Penggunaan telepon genggam untuk mencari informasi 5. Merk telepon genggam dan kartu langganan 6. Lama menggunakan telepon genggam 7. Tingkat kekosmopolitan 8. Waktu usahatani 9. Jenis tanaman 10. Luas lahan garapan Aksesibilitas Informasi 1. Jenis informasi 2. Sumber informasi 3. Frekuensi mencari informasi 4. Waktu mencari informasi Intensitas Komunikasi 1. Frekuensi interaktif 2. Frekuensi diskusi Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon genggam 1. Kinerja layanan sumber informasi 2. Ketersediaan informasi 3. Kesesuaian informasi yang dicari 4. Kepuasan terhadap hasil yang dicapai 5. Kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam 6. Keterjangkauan harga telepon genggam dan pulsa/langganan 7. Pengaruh penggunaan telepon genggam
Instrumen Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Berdasarkan sumber data penelitian, data dalam penelitian ini dikelompokkan dalam dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data
34
primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumber data, sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat atau dikumpulkan dari semua sumber yang sudah ada, antara lain jurnal, buku dan BPBTPH Kecamatan Pacet. Data dikumpulkan dengan menggunakan tiga instrumen penelitian, yaitu kuesioner, wawancara dan dokumentasi.
Metode Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 20.0. Data yang telah diolah selanjutnya dianalisis secara deskriptif berupa distribusi frekuensi dan analisis inferensial. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1998). Untuk menentukan adanya hubungan antara peubah digunakan uji korelasi Rank Spearman sebagai berikut:
Dimana: rs = di = n =
Koefisien Korelasi Rank Spearman Selisih Setiap Rank Banyaknya Pasangan Data
Definisi Operasional Untuk memudahkan dalam melakukan analisa dan menerjemahkan data, serta menghindari persepsi yang berbeda atas pemahasan masalah, maka seluruh peubah dalam penelitian didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 1. Karakteristik Petani Sayuran (X 1 ) Karakterstik petani sayuran adalah ciri-ciri yang melekat pada pribadi responden, meliputi umur, pendidikan formal, Kepemilikan teknologi komunikasi, lama menggunakan sarana teknologi komunikasi, dan tingkat kekosmopolitan. Tabel 3 Karakteristik Petani Sayuran (X 1 ) Indikator X 1.1 Umur
Definisi Operasional
Parameter
Masa hidup yang telah dilalui responden sampai menjadi responden.
Usia responden yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat dilakukan wawancara penelitian.
Kategori Pengukuran 1. Muda(muda: 17 – 25 tahun) 2. Dewasa(dewasa: 26-45 tahun) 3. Tua(tua: > 46 tahun)
35
Lanjutan Tabel 3 Indikator
Definisi Operasional
X 1.2 Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal yang telah atau yang sedang ditempuh responden
Pendidikan terakhir responden yang telah atau sedang diikuti.
1.
X 1.3 Kepemilikan sarana Teknologi Informasi Komunikasi
Jenis teknologi komunikasi yang dimiliki oleh petani.
Dihitung berdasarkan jumlah teknologi komunikasi yang dimiliki (telepon rumah, telepon genggam, dan komputer berinternet) pada saat dilakukan wawancara.
1. 2.
X 1.4 Penggunaan telepon genggam untuk mencari informasi
Pemanfaatan telepon genggam oleh petani untuk mencari informasi yang berkaitan dengan informasi tentang pertanian, teknologi pertanian, dan pemasaran.
Dihitung berdasarkan jumlah informasi yang dicari petani pada saat dilakukan wawancara.
1.
X 1.5 Merk dan kartu langganan
Merk telepon genggam dan kartu langganan yang digunakan oleh petani dalam mencari informasi.
Telepon genggam: Nokia, Samsung, LG, Blackberry, Nexian, Cross, Asiaphone, Sony Ericsson, Motorola, GStar, Mito. Simcard: XL, IM3, Simpati, Mentari
X 1.6 Lama menggunakan telepon genggam
Waktu menggunakan telepon genggam
Dihitung berdasarkan lama waktu petani memiliki dan menggunakan telepon genggam dimulai dari pertama kali memiliki hingga dilakukan wawancara.
1.
Dihitung berdasarkan jumlah kali petani melakukan kontak untuk kepentingan mendukung kegiatan usahataninya dalam satu bulan terakhir.
1.
X1.7 Tingkat Kekosmopolitan
Aktivitas petani dalam melakukan kontak dengan berbagai sumber informasi..
Parameter
2. 3. 4. 5. 6.
3.
2. 3.
2. 3.
2. 3.
Kategori Pengukuran TS (Tidak tamat SD) SD SMP SMA Diploma Perguruan Tinggi Rendah (1 jenis) Sedang (2 -3 jenis) Tinggi (> 3 jenis)
Rendah (1 jenis informasi) Sedang (2 -3 jenis informasi) Tinggi (> 3 jenis informasi)
Rendah (< 1 tahun) Sedang (1-2 tahun) Tinggi (> 2 tahun)
Rendah (< 3 kali) Sedang (3 -5 kali) Tinggi (> 5 kali)
36
Lanjutan Tabel 3 Indikator X 1.8 Waktu usahatani
X 1.7 Jenis tanaman
X 1.8 Luas lahan garapan
Definisi Operasional
Parameter
Rentang waktu petani berusahatani sampai dengan saat wawancara dilakukan.
Jumlah waktu (bulan) sejak pertama kali petani berusahatani yang dihitung sejak bulan pertama kali petani berusahatani. Jumlah jenis atau kelompok tanaman yang dibudayakan petani sampai saat wawancara dilakukan.
1.
Luas lahan garapan petani sampai saat wawancara dilakukan.
1.
Jenis atau kelompok tanaman yang dibudayakan petani
Luas lahan yang digarap petani dalam kegiatan usahataninya
Kategori Pengukuran Rendah (< 1 tahun) Sedang (3 – 5 tahun) Tinggi (> 5 tahun) Rendah (1 jenis tanaman) Sedang (2 jenis tanaman) Tinggi (> 3 jenis tanaman) Cukup luas (< 500 m2) Luas (500 – 1.000 m2) Sangat luas (> 1.000 m2)
2. 3. 1. 2. 3.
2. 3.
2. Aksesibilitas informasi (X 2 ) Aksesibilitas informasi adalah ketepatan dan kecepatan responden dalam mengakses berbagai informasi yang dibutuhan. Aksesibilitas informasi ini dilihat melalui peubah jenis informasi, sumber informasi, frekuensi mencari informasi, dan waktu mencari informasi via telepon genggam. Tabel 4 Aksessibiltas Informasi (X 2 ) Indikator
Definisi Operasional
Parameter
X 2.1 Jenis informasi
Berbagai jenis informasi yang dicari dan diperoleh responden.
X .2.2 Sumber informasi
Sumber informasi dan media komunikasi yang sering dihubungi atau digunakan oleh responden dalam mencari informasi
Dihitung berdasarkan jumlah jenis informasi yang diperoleh (teknologi pertanian, informasi umum pertanian, dan informasi umum tentang pemasaran) saat dilakukan wawancara. Dihitung berdasarkan jumlah sumber informasi yang dihubungi atau digunakan untuk mencari informasi pada saat dilakukan wawancara.
X 2.3 Frekuensi mencari informasi
Banyaknya komunikasi yang dilakukan petani dengan sumber informasi dalam satu bulan.
Dihitung berdasarkan jumlah frekuensi mencari informasi .
Kategori Pengukuran 1. Rendah (1 jenis informasi) 2. Sedang (2 jenis informasi) 3. Tinggi (> jenis informasi) 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Rendah (1 sumber) Sedang (2 – 3 sumber) Tinggi (> 3 sumber) Rendah (< 3 kali) Sedang (3 – 5 kali) Tinggi (> 5 kali)
37
Lanjutan Tabel 4 Indikator X 2.4 Waktu mencari informasi
Definisi Operasional Lama waktu yang dibutuhkan ketika mencari indormasi.
Parameter Dihitung berdasarkan lama waktu mencari informasi.
Kategori Pengukuran 1. Rendah (< 1 jam) 2. Sedang (1 – 2 jam) 3. Tinggi (> 2 jam)
3. Intensitas komunikasi (X 3 ) Intensitas komunikasi adalah aktifitas responden dalam berinteraksi baik secara interpersonal, kelompok ataupun massa yang diukur melalui frekuensi interaktif dan frekuensi diskusi. Tabel 5 Intensitas Komunikasi (X 3 ) Indikator X 3.1 Frekuensi interaktif
X .2.2 Frekuensi diskusi
Definisi Operasional Jumlah komunikasi dengan sumber informasi dalam upaya memperoleh informasi yang dicari baik dengan penyuluh ataupun kelompok tani yang lainnya. Jumlah komunikasi yang diikuti responden dalam bentuk diskusi kelompok.
Parameter Dihitung berdasarkan jumlah interaksi yang dilakukan.
1 2 3
Dihitung berdasarkan jumlah diskusi yang dilakukan.
1 2 3
Kategori Pengukuran Rendah (< 3 kali) Sedang (3 – 5 kali) Tinggi (> 5 kali)
Rendah (< 3 kali) Sedang (3 – 5 kali) Tinggi (> 5 kali)
1. Efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam (Y) Efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam adalah efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui telepon genggam yang dilihat dari persepsi responden terhadap kinerja layanan dari sumber informasi (BPBTPH Pacet, kelompok tani, asosiasi pedagang sayuran), ketersediaan informasi, kesesuaian informasi yang dicari, kepuasaan terhadap hasil yang dicapai, dan kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam sebagai media komunikasi. Pengukuran setiap peubah tidak bebas ini menggunakan skala Likert (Oppenheim, 1992) dengan nilai negatif sampai positif, yaitu 1 (tidak memuaskan), 2 (memuaskan), dan 3 (sangat memuaskan)/ 1 (tidak sesuai), 2 (sesuai), 3 (sangat sesuai)/ 1 ( tidak terjangkau), 2 (terjangkau), 3 (sangat terjangkau).
38
Tabel 6 Efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam (Y) Indikator Y 1.1 Kinerja layanan sumber informasi
Y 1.2 Ketersediaan informasi
Y 1.3 Kesesuaian informasi yang dicari
Y 1.4 Kepuasan terhadap hasil yang dicapai
Y 1.5 Kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam
Y 1.6 Keterjangkauan harga HP/harga pulsa/langganan
Definisi Operasional
Parameter
Persepsi responden terhadap keramahan, keterampilan, keahlian sumber informasi, kemampuan sumber informasi menganalisis dan menyimpulkan informasi yang diminta, kreatifitas sumber informasi dalam memberikan penjelasan, kecepatan sumber informasi dalam memberikan informasi yang dibutuhkan, dan ketersediaan informasi yang dibutuhkan dari sumber informasi Pendapat responden terhadap ketersedian informasi dari sumber informasi yang dituju.
Kinerja layanan sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif .
Penilaian responden terhadap kesesuaian informasi yang diperoleh.
Pendapat responden terhadap hasil yang dicapai dari perolehan informasi yang dicari.
Pendapat responden selama menggunakan telepon genggam sebagai media komunikasi
Pendapat responden tentang keterjangkauan harga HP/harga pulsa/langganan
pendapat responden terhadap pemenuhan informasi dari sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif. pendapat responden terhadap pemenuhan informasi dari sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif. pendapat responden terhadap pemenuhan informasi dari sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif. pendapat responden terhadap pemenuhan informasi dari sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif. pendapat responden terhadap pemenuhan informasi dari sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif.
Kategori Pengukuran 1. tidak memuaskan 2. memuaskan 3. sangat memuaskan
1. 2. 3.
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
1. 2. 3.
Tidak sesuai Sesuai Sangat sesuai
1.
Tidak memuaskan Memuaskan Sangat memuaskan
2. 3.
1. 2. 3.
1. 2. 3.
Tidak memuaskan Memuaskan Sangat memuaskan
Tidak terjangkau Terjangkau Sangat terjangkau
39
Lanjutan Tabel 6 Indikator Y 1.7 Manfaat penggunaan telepon genggam
Definisi Operasional
Parameter
Pendapat responden tentang kelancaran, peningkatan usahatani dan kesejahteraan hidup setelah menggunakan telepon genggam
pendapat responden terhadap pemenuhan informasi dari sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif.
Kategori Pengukuran 1. Tidak meningkat 2. Meningkat 3. Sangat meningkat
Validitas Instrumentasi Sugiyono (2004) menyatakan validitas adalah tingkat keterandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur. Upaya yang dilakukan dalam upaya memperoleh validitas instrumen penelitian yang baik diperoleh dengan konsultasi dengan ahli yang menguasai instrumen kuesioner, seperti dosen pembimbing dan penyuluh pertanian serta diuji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama. Validitas instrument menggunakan uji Rank Spearman pada taraf α = 0,05 dan diolah dengan menggunakan SPSS for Windows 20.0. Hasil uji validitas didapatkan nilai terendah untuk peubah karakteristik petani sayuran adalah 0.020 dan tertinggi adalah 0.813. Aksesibilitas informasi menunjukkan nilai terendah 0.162 dan tertinggi 0.680. Intensitas komunikasi diperoleh nilai terendah 0.163 dan tertinggi 0.846. Sedangkan untuk efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melaui media telepon genggam diperoleh nilai terendah 0.243 dan tertinggi 0.871. Jadi kesimpulannya alat ukur yang digunakan valid.
Reliabilitas Instrumentasi Reliabilitas menurut Ancok (1989) adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Sedangkan Arikunto (2005) menyatakan reliabilitas menunjukkan keterpercayaan suatu alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrument yang reliabel berarti tersebut dapat dipercaya, ajeg, atau konsisten mengukur suatu konsep. Untuk menentukan apakah instrumen penelitian yang digunakan reliabel atau tidak, maka nilai r yang dihasilkan harus dikonfirmasikan dengan nilai t tabel pada taraf 0,05. Jika r hitung lebih besar dari t tabel, maka instrument penelitian yang digunakan dinyatakan reliabel dan jika r tabel lebih kecil dari t tabel, maka instrument penelitian dinyatakan tidak reliabel. Uji kuesioner yang telah dilakukan terhadap 18 orang responden di Buniaga Desa Ciherang Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat yang menggunakan telepon genggam sebagai media komunikasi untuk mencari informasi pertanian dan
40
pemasaran karena kemudahan dalam penggunaan dan kecepatan mendapatkan informasi yang sedang dicari. Tabel 7 Hasil uji kuesioner Koefisien Cronbach Alpha Cronbach's Alpha if Variabel Penelitian Item Deleted Umur petani .852 Tingkat pendidikan petani .849 Kepemilikan sarana Teknologi Komunikasi .847 Merk telepon genggam .856 Sim card yang digunakan .849 Tingkat kekosmopolitan .853 Waktu usahatani .852 Jenis informasi yang dicari .849 Sumber informasi yang dihubungi atau digunakan .847 Frekuensi mencari informasi .854 Waktu mencari informasi .850 Frekuensi interaktif .850 Frekuensi diskusi .842 Informasi yg diberikan .849 Keramahan sumber informasi .845 Ketrampilan dan keahlian sumber informasi .843 Kemampuan sumber informasi .845 Kreatifitas sumber informasi .841 Kecepatan sumber informasi .840 Ketersediaan informasi .840 Ketersediaan informasi teknologi pertanian .843 Ketersediaan informasi pertanian .843 Ketersediaan informasi harga sayuran .845 Ketersediaan informasi pemasaran .843 Kesesuaian informasi teknologi pertanian .841 Kesesuaian informasi pertanian .843 Kesesuaian informasi pemasaran .838 Kesesuaian informasi yang dicari .842 Hasil perolehan informasi .841 Informasi yang dicari dan didapat .845 Kecepatan dan ketepatan dalam mencari informasi .848 Kemudahan penggunaan ponsel .842 Kecepatan dan ketepatan dalam pencarian informasi .843 Keterjangkauan harga Handphone .848 Keterjangkauan harga pulsa .841 Menurut Triton (2006), tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach’s diukur berdasarkan skala Alpha 0 sampai 1, apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka urutan kemantapan Alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. 0.00 – 0.20 Kurang Reliabel b. >0.20 – 0.40 Agak Reliabel c. >0.40 – 0.60 Cukup Reliabel
41
d. >0.60 – 0.80 Reliabel e. >0.80 – 1.00 Sangat Reliabel Berdasarkan hasil analisis menggunakan SPSS versi 20.0 terhadap seluruh isntrumen penelitian yang diperoleh dari 18 orang responden diperoleh angka 0.874 seperti yang tersaji pada Tabel 10. Ini berarti alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data di lapangan adalah sangat reliabel.
42
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Daerah Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Kecamatan Pacet secara Astronomis terletak antara 1070 00’00” BT – 1070 04’00” dan 060 42’00” – 060 46’00” LS. Kecamatan Pacet terletak di bagian Utara Kota Cianjur dengan jarak dari kotau + 20 km dan jarak dari ibu kota provinsi sekitar 59 km. Kecamatan Pacet memiliki kondisi geografis daerah perbukitan yang bergelombang dengan ketinggian di antara 1.000 – 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kecamatan Pacet terdiri dari tujuh desa yaitu Desa Cibodas, Desa Sukanagalih, Desa Ciherang, Desa Cipendawa, Desa Ciputri, Desa Gadog, dan Desa Sukatani, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Kecamatan Cipanas b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukaresmi c. Sebelah Selatan : Kecamatan Cipanas d. Sebelah Barat : Kecamatan Cugenang Secara keseluruhan wilayah Kecamatan Pacet memiliki luas 4658,50 Ha, desa yang memiliki wilayah terluas adalah Desa Cipendawa yaitu 938,10 Ha, dan desa terkecil yaitu Desa Gadog dengan luas sekitar 391,40 Ha.
Karakteristik Petani Sayuran Petani sayuran sebagai responden dalam penelitian ini adalah petani sayuran yang tinggal di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Karakteristik petani sayuran yang diteliti meliputi umur, pendidikan, kepemilikan teknologi informasi, penggunaan telepon genggam untuk mencari informasi, merk telepon genggam dan kartu langganan, lama menggunakan telepon genggam, tingkat kekosmopolitan, waktu usahatani, jenis tanaman, dan luas lahan garapan. Data hasil penelitian karakteristik petani sayuran dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan presentase petani sayuran menurut karaktersitik di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Karakteristik Petani Sayuran
Jumlah (orang) 11 88 30
Presentase (%) 8.5 68.2 23.3
Umur:
Muda (17-25 tahun) Dewasa (26 – 45 tahun) Tua ( > 46 tahun)
Pendidikan:
Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma
4 81 19 23 2
3.1 62.8 14.7 17.8 1.6
Kepemilikan teknologi informasi:
Rendah (1 jenis) Sedang (2 -3 jenis) Tinggi (> 3 jenis)
15 96 18
11.6 74.4 14.0
43
Lanjutan Tabel 8 Karakteristik Petani Sayuran Penggunaan telepon genggam/ seluler untuk mencari informasi:
Ya Tidak
Merk telepon genggam/ seluler:
nokia samsung lg blackberry nexian cross asiaphone sony ericsson motorola G Star Mito
Sim card yang digunakan:
xl im3 simpati mentari
Lama menggunakan genggam:
telepon
Rendah (< 1 tahun) Sedang (1-2 tahun) Tinggi (> 2 tahun)
Aktivitas petani dalam melakukan kontak dengan berbagai sumber informasi:
Rendah (< 3 kali) Sedang (3 – 5 kali) Tinggi (> 5 kali)
Rentang waktu petani berusahatani sampai dengan saat wawancara dilakukan:
Rendah (< 1 tahun) Sedang (3 – 5 tahun) Tinggi (> 5 tahun)
Banyaknya jenis sayuran yang ditanam:
Rendah (1 jenis tanaman) Sedang (2 jenis tanaman) Tinggi (> 3 jenis tanaman)
Luas lahan garapan:
cukup luas (< 500 m2) luas (500 – 1.000 m2) sangat luas (> 1.000 m2)
Keterangan α: 129 orang
Jumlah (orang) 121 8
Presentase (%) 93.8 6.2
73 12 1 3 14 17 1 4 1 2 1
56.6 9.3 .8 2.3 10.9 13.2 .8 3.1 .8 1.6 .8
112 10 6 1
86.8 7.8 4.7 .8
18 20 91
14.0 15.5 70.5
46 31 52
35.7 24.0 40.3
22 29 78
17.1 22.5 60.5
48 36 45
37.2 27.9 34.9
18 19 92
14.0 14.7 71.3
1. Umur Responden dalam penelitian ini adalah petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur sebanyak 129 orang. Umur petani sayuran dalam penelitian ini dihitung dari tanggal dilahirkan sampai dengan saat dilakukan penelitian. Umur petani sayuran dalam penelitian dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu muda umur 17 – 25 tahun sebanyak 8,5 persen, dewasa umur 26-45 tahun sebanyak 68.2 persen, dan tua umur > 46 tahun sebanyak 23.3 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani sayuran dalam penelitian ini sebagian besar tergolong dewasa. Ini menunjukkan bahwa mereka masuk dalam kategori produktif yang diharapkan mampu melakukan kegiatan usahatani seoptimal mungkin dan inovatif terhadap perkembangan teknologi pertanian dan teknologi informasi komunikasi. Dilihat dari rendahnya jumlah petani sayuran penelitian yang tergolong muda dalam penelitian ini,
44
disimpulkan bahwa masih rendahnya minat golongan muda untuk menekuni bidang pertanian. 2. Tingkat Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal adalah proses belajar formal yang telah ditempuh atau sedang diikuti oleh petani sayuran pada saat wawancara dilakukan dengan kategori SD, SMP, SMA dan Diploma. Tingkat pendidikan petani sayuran sebagian besar berpendidikan SD sebanyak 62.8 persen. Sedangkan tidak sekolah sebanyak 3.1 persen, berpendidikan SMP sebanyak 14.7 persen, berpendidikan SMA sebanyak 17.8 persen, dan berpendidikan Diploma sebanyak 1.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan petani sayuran masih rendah, yaitu SD. Keadaan tersebut dapat dipahami, karena lokasi pertanian umumnya berada di daerah pedesaan yang cukup jauh dari pusat kota. Banyaknya petani sayuran yang berpendidikan SD membutuhkan perhatian yang lebih dari penyuluh dalam mendampingi mereka dalam pemanfaatan teknologi informasi komunikasi untuk mencari informasi dan pemanfaatan inovasi dan teknologi baru di bidang pertanian. Rendahnya pendidikan petani sayuran berpengaruh pada tingkat produktivitas dan etos kerja. Petani sayuran memiliki pola pikir sederhana dalam melakukan usahatani, yaitu untuk memenuhi atau mencukupi kebutuhannya saja. Ini ditunjukkan dengan sistem tanam multikultur yang diterapkan oleh petani sayuran dengan tujuan ada tanaman yang dapat dipanen harian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan adanya yang bulanan. 3. Kepemilikan teknologi informasi komunikasi Berdasarkan Tabel. 8 sebagian besar petani sayuran memiliki tingkat kepemilikan teknologi informasi komunikasi sedang (2 – 3 jenis) sebanyak 74.4 persen. Sedangkan tingkat kepemilikan teknologi informasi komunikasi rendah (1 jenis) sebanyak 11.6 persen dan tinggi (lebih dari 3 jenis) sebanyak 14.0 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani sayuran sudah memiliki sarana atau media teknologi informasi komunikasi yang cukup untuk mencari dan mendiseminasikan informasi pertanian, teknologi pertanian, harga sayuran dan pemasaran. Sebaran data kepemilikan teknologi informasi komunikasi petani sayuran dapat dilihat pada Tabel. 9. Tabel 9 Jumlah dan presentase kepemilikan Teknologi Informasi Komunikasi petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Teknologi Informasi Komunikasi Surat kabar/Koran:
tidak punya punya
Jumlah (orang) 122 7
Presentase (%) 94.6 5.4
Tabloid:
tidak punya punya
129 0
100.0 0
Majalah:
tidak punya punya
124 5
96.1 3.9
Parameter
45
Lanjutan Tabel 9 Teknologi Informasi Komunikasi Leaflet:
Parameter tidak punya punya
Radio:
tidak punya punya
Televisi:
tidak punya punya
Telepon:
tidak punya punya
Telepon genggam:
tidak punya punya
Komputer berinternet: Keterangan α: 129 orang
tidak punya punya
Jumlah (orang)
Presentase (%)
126 3
97.7 2.3
97 32
75.2 24.8
16 113
12.4 87.6
112 17
86.8 13.2
129
100
113 16
87.6 12.4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani sayuran memiliki media teknologi informasi komunikasi sebanyak 2 – 3 jenis. Teknologi informasi komunikasi yang paling banyak digunakan atau dimiliki adalah telepon genggam sebanyak 100 persen dan televisi sebanyak 87.6 persen. Selanjutnya teknologi informasi komunikasi yang dimiliki oleh petani sayuran adalah radio sebanyak 24.8 persen, telepon sebanyak 13.2 persen, komputer berinternet sebanyak 12.4 persen, surat kabar/koran sebanyak 5,4 persen, majalah sebanyak 3,9 persen dan leaflet sebanyak 2.3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa telepon genggam sudah menjadi sarana atau media yang paling banyak dimiliki dan digunakan responden baik untuk mencari informasi maupun hubungan sosial. 4. Penggunaan telepon genggam untuk mencari informasi Berdasarkan Tabel. 8 diketahui bahwa penggunaan telepon genggam oleh petani sayuran untuk mencari informasi di bidang pertanian, teknologi pertanian, harga sayuran dan pemasaran sebanyak 93.8 persen menyatakan ya dengan alasan lebih mudah dan cepat mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sedangkan 6.2 persen menyatakan tidak dengan alasan lebih menyukai mencari informasi dengan melakukan komunikasi secara tatap muka sumber informasi. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan telepon genggam oleh petani sayuran untuk mencari informasi di bidang pertanian, teknologi pertanian, harga sayuran dan pemasaran sudah dilakukan dengan baik. 5. Merk telepon genggam dan kartu langganan Merk telepon genggam dan kartu langganan yang digunakan oleh petani sayuran dalam mencari informasi pada saat dilakukan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merk telepon genggam yang paling banyak digunakan oleh petani sayuran adalah Nokia sebanyak 56.6 persen. Secara
46
keseluruhan merk global masih menguasai pasaran dengan jumlah 72.9 persen, sedangkan merk lokal sebanyak 27.1 persen. Sim card yang digunakan paling banyak adalah XL sebanyak 86.8 persen dengan alasan sinyal kuat dan banyak yang menggunakan. Sedangkan IM3 sebanyak 7.8 persen, Simpati sebanyak 4.7 persen dan Mentari 0.8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan petani sayuran terhadap telepon genggam dengan merk global masih masih cukup tinggi dan XL merupakan sim card pilihan karena sinyal mampu menjangkau daerah-daerah pertanian. 6. Lama menggunakan telepon genggam Lama menggunakan telepon genggam merupakan lama waktu petani sayuran menggunakan telepon genggam hingga dilakukan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani sayuran dengan tingkat penggunaan rendah (< 1 tahun) sebanyak 14.0 persen, sedang (1 – 2 tahun) sebanyak 15.5 persen dan tinggi (> 2 tahun) sebanyak 70.5 persen. Ini menunjukkan bahwa petani sayuran sudah terbiasa dengan penggunaan atau pemanfaatan telepon genggam sebagai media untuk mencari informasi di bidang pertanian, teknologi pertanian, harga sayuran dan pemasaran maupun untuk hubungan sosial. 7. Tingkat kekosmopolitan Tingkat kekosmopolitan merupakan aktivitas petani sayuran dalam melakukan kontak dengan berbagai sumber informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekosmopolitan yang rendah (< 3 kali) sebanyak 35.7 persen, sedang (3 – 5 kali) sebanyak 24.0 persen dan tinggi (> 5 kali) sebanyak 40.3 persen. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani sayuran sudah terbiasa menghubungi atau mengakses sumber-sumber informasi. Ini menunjukkan bahwa informasi sudah menjadi suatu kebutuhan bagi responden. Di mana semakin tinggi tingkat kebutuhan informasi seseorang, maka semakin sering orang tersebut menghubungi sumber-sumber informasi yang dibutuhkan. 8. Waktu usahatani Rentang waktu petani berusahatani sampai dengan saat wawancara dilakukan. Hasil penelitian diperoleh data rentang waktu berusahatani yang rendah (< 1 tahun) sebanyak 17.1 persen, sedang (3 – 5 tahun) sebanyak 22.5 persen dan tinggi (> 5 tahun) sebanyak 60.5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani sayuran sudah terbiasa dengan usahatani menjadikannya sebagai sumber penghasilan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari untuk keluarga mereka. 9. Jenis tanaman Jenis tanaman merupakan jenis atau kelompok tanaman yang dibudayakan petani sayuran yang dihitung berdasarkan jumlah jenis atau kelompok tanaman yang dibudidayakan responden sampai dengan saat wawancara dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani sayuran dengan tingkat penanaman rendah (1 jenis tanaman) sebanyak 37.2 persen,
47
sedang (2 jenis tanaman) sebanyak 27.9 persen dan tinggi (> 3 jenis tanaman) sebanyak 34.9 persen. Data mengenai jumlah jenis tanaman yang dibudidayakan menunjukkan bahwa sebagian besar petani sayuran dalam melakukan usahatani menggunakan sistem multikultur dengan tujuan agar mereka tetap dapat memperoleh hasil panen harian atau mingguan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sambil menunggu sayuran yang memiliki masa panennya lebih lama. 10. Luas lahan garapan Luas lahan garapan adalah luas lahan yang digarap petani sayuran dalam kegiatan usahataninya sampai saat wawancara dilakukan. Hasil penelitian diperoleh data luas lahan yang digarap petani sayuran dalam kegiatan usahataninya cukup luas (< 500 m2) sebanyak 14.0 persen, luas (500 – 1.000 m2) 14.7 persen dan sangat luas (> 1.000 m2) 71.3 persen. Ini berarti sebagian besar petani sayuran sudah memiliki lahan yang luas untuk digarap. Luas lahan yang digarap oleh petani sayuran menunjukkan tingkat kesejahteraan. Semakin luas lahan garapan, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan mereka.
Aksesibilitas Informasi Aksesibilitas informasi merupakan kecepatan dan ketepatan petani sayuran dalam mengakses atau memperoleh informasi dari sumber informasi. Untuk mengetahui tingkat aksesibilitas petani sayuran terhadap informasi, peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah banyaknya jenis informasi yang diperoleh, banyaknya sumber informasi dan media komunikasi yang sering dihubungi atau digunakan, frekuensi mencari informasi, dan waktu mencari informasi. Sebaran data aksesibilitas informasi petani sayuran dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah dan presentase aksesibilitas informasi petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Aksesibiltas informasi Jenis informasi: Rendah (1 jenis informasi) Sedang (2 jenis informasi) Tinggi (> 3 jenis informasi)
Jumlah (orang)
Presentase (%)
45 31 53
34.9 24.0 41.1
Sumber informasi: Rendah (1 sumber informasi) Sedang (2-3 sumber informasi) Tinggi (> 3 sumber informasi)
5 67 57
3.9 51.9 44.2
Frekuensi mencari informasi: Rendah (< 3 kali) Sedang (3-5 kali) Tinggi (> 5 kali)
52 32 45
40.3 24.8 34.9
48
Lanjutan Tabel 10 Aksesibiltas informasi Waktu mencari informasi: Rendah (< 1 jam) Sedang (1-2 jam) Tinggi (> 2 jam)
Jumlah (orang)
Presentase (%)
81 30 18
62.8 23.3 14.0
Keterangan α: 129 orang
Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan jenis informasi petani sayuran tergolong tinggi. Ini bisa dilihat dari rataan skor kebutuhan jenis informasi lebih dari 3 jenis informasi tergolong tinggi, yaitu 41.1 persen. Sumber informasi yang dihubungi oleh petani sayuran tergolong sedang (2 – 3 sumber informasi) dengan nilai rataan skor 51.9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani sayuran sudah cukup maksimal memanfaatkan semua sumber informasi yang ada untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam upaya meningkatkan produktivitas usahatani. Sedangkan untuk frekuensi dan waktu mencari informasi masih tergolong rendah. Dengan demikian dapat simpulkan bahwa petani sayuran masih belum maksimal dalam memanfaatkan waktu dengan baik untuk mencari informasi yang mereka butuhkan. 1. Jenis informasi Jenis informasi yang dicari dan diperoleh petani sayuran. Jenis informasi yang dicari dan diperoleh dikelompokkan dalam jenis informasi pertanian, teknologi pertanian, harga sayuran, dan pemasaran. Parameter yang digunakan adalah hanya 1 jenis informasi (rendah) sebanyak 34.9 persen, 2 jenis informasi (sedang) sebanyak 24.0 persen, dan lebih dari 3 jenis informasi (tinggi) sebanyak 41.1 persen. Pada Tabel 11 diperoleh gambaran mengenai aksesibilitas petani sayuran tentang jenis informasi. Tabel 11 Jumlah dan presentase aksesibilitas petani sayuran terhadap jenis informasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Jenis Informasi Pertanian: Tidak diperoleh diperoleh
Jumlah (orang)
Presentase (%)
55 74
42.6 57.4
Teknologi pertanian: Tidak diperoleh diperoleh
71 58
55.0 45.0
Harga sayuran: Tidak diperoleh diperoleh
35 94
27.1 72.9
Pemasaran: Tidak diperoleh diperoleh
57 72
44.2 55.8
Keterangan α: 129 orang
Berdasarkan Tabel. 11 harga sayuran merupakan informasi yang paling banyak dicari dan diperoleh oleh petani sayuran yaitu sebanyak 72.9 persen.
49
Sedangkan informasi di bidang pertanian sebanyak 57.4 persen, teknologi pertanian sebanyak 45.0 persen dan pemasaran sebanyak 55.8 persen. Hasil penelitian diperoleh data bahwa jenis informasi yang paling banyak dicari dan diperoleh oleh petani sayuran adalah harga sayuran. Ini menunjukkan bahwa petani sayuran sangat membutuhkan informasi harga sayuran untuk mengurangi atau menghindari kerugian jatuhnya harga jual sayuran yang disebabkan sifat sayuran yang cepat rusak atau tidak dapat bertahan lama dan stok sayuran yang melimpah di pasar. Oleh karena itu dengan memanfaatkan telepon genggam, petani sayuran dapat dengan cepat memperoleh informasi harga jual sayuran dan kondisi stok sayuran di pasar. Dengan memanfaatkan informasi tersebut petani sayuran dapat menentukan waktu panen pada saat harga sayuran sedang bagus meskipun belum memasuki masa panen normal. 2. Sumber informasi Sumber informasi merupakan seseorang atau media yang dihubungi atau digunakan oleh petani sayuran dalam mencari informasi. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian, petani sayuran, Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), Ketua Poktan (Ketua Kelompok Tani), dan Ketua Asosiasi pedagang sayuran. Sedangkan media yang digunakan berupa surat kabar/Koran, tabloid, majalah, leaflet/brosur, radio, televisi, telepon, telepon genggam, komputer berinternet. Parameter yang digunakan adalah Hanya 1 sumber (rendah) sebanyak 3.9 persen, 2 – 3 sumber (sedang) sebanyak 51.9 persen, dan lebih dari 3 sumber (tinggi) sebanyak 44.2 persen. Pada Tabel 12 diperoleh gambaran tentang sebaran data mengenai aksesibilitas petani sayuran terhadap sumber informasi. Tabel 12 Jumlah dan presentase aksesibilitas responden terhadap sumber informasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Sumber atau Teknologi Informasi Komunikasi
Parameter
Jumlah (orang) 123 6
Presentase (%) 95.3 4.7 100.0
Surat kabar/Koran:
tidak diperoleh diperoleh
Tabloid:
tidak diperoleh diperoleh
129
Majalah:
tidak diperoleh diperoleh
124 5
Leaflet:
tidak diperoleh diperoleh
126 3
97.7 2.3
Radio:
tidak diperoleh diperoleh
107 22
82.9 17.1
Televisi:
tidak diperoleh diperoleh
43 86
33.3 66.7
Telepon:
tidak diperoleh diperoleh
116 13
89.9 10.1
96.1 3.9
50
Lanjutan Tabel 12 Sumber atau Teknologi Informasi Komunikasi Telepon genggam:
tidak diperoleh diperoleh
Jumlah (orang) 5 124
Presentase (%) 3.9 96.1
Komputer berinternet:
tidak diperoleh diperoleh
106 23
82.2 17.8
Penyuluh pertanian:
tidak diperoleh diperoleh
77 52
59.7 40.3
Petani sayuran:
tidak diperoleh diperoleh
64 65
49.6 50.4
Asosiasi pedagang sayuran:
tidak diperoleh diperoleh
60 69
46.5 53.5
Parameter
Keterangan α: 129 orang
Berdasarkan Tabel 12 media yang paling banyak digunakan oleh petani sayuran adalah telepon genggam sebanyak 96.1 persen dan televisi sebanyak 66.7 persen. Sumber informasi yang paling banyak dihubungi oleh petani sayuran adalah asosiasi pedang sayuran sebanyak 53.5 persen. Sedangkan sumber informasi lain yang dihubungi oleh petani sayuran adalah petani sayuran 50.4 persen dan penyuluh pertanian sebanyak 40.3 persen. Ini menunjukkan bahwa petani sayuran sudah memanfaatkan dengan maksimal telepon genggam sebagai sarana atau media untuk mencari informasi yang dibutuhkan untuk mendukung produktivitas usahatani. Dengan demikian perlu adanya peningkatan pemanfaatan telepon genggam oleh petani sayuran dan penyuluh pertanian dengan membentuk atau membuat jaringan komunikasi antar petani sayuran dan penyuluh pertanian dengan menentukan siapa saja yang bertanggungjawab terhadap informasi pertanian, informasi teknologi pertanian, informasi harga sayuran dan informasi pemasaran. Dengan pembagian tersebut akan mempermudah petani sayuran ketika mencari informasi. petani sayuran sudah mengetahui sumber informasi yang harus dihubungi ketika membutuhkan sebuah informasi. 3. Frekuensi mencari informasi Frekuensi mencari informasi merupakan banyaknya komunikasi yang dilakukan petani dengan sumber informasi dalam satu bulan. Dihitung berdasarkan jumlah komunikasi yang dilakukan oleh petani sayuran dengan sumber informasi selama 1 bulan. Berdasarkan Tabel. 15 diketahui frekuensi mencari informasi yang rendah (kurang dari 3 kali) sebanyak 40.3 persen, sedang (3 – 5 kali) sebanyak 24.8 persen, dan tinggi (lebih dari 5 kali) sebanyak 34.9 persen. Ini menunjukkan bahwa frekuensi mencari informasi petani sayuran masih rendah. Oleh karena itu perlu pendekatan oleh penyuluh kepada petani sayuran tentang pentingnya informasi untuk mendukung dan meningkatkan usahatani, sehingga petani sayuran lebih aktif melakukan komunikasi dengan sumber informasi.
51
4. Waktu mencari informasi Waktu mencari informasi merupakan lama waktu yang dibutuhkan ketika mencari informasi. Berdasarkan lama waktu mencari informasi petani sayuran diketahui rendah (kurang dari 1 jam) sebanyak 62.8 persen, sedang (1-2 jam) sebanyak 23.3 persen, dan tinggi (lebih dari 2 jam) sebanyak 14.0 persen. Ini menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan petani sayuran dalam mencari informasi umumnya masih rendah. Rendahnya waktu yang digunakan oleh petani sayuran untuk mencari informasi berdampak pada rendahnya akurasi informasi yang diperoleh. Informasi yang tidak akurat ini akan berdampak pada produktivitas usahatani petani sayuran. Informasi yang tidak akurat akan menyebabkan turunnya produktivitas usahatani.
Intensitas Komunikasi Komunikasi merupakan aktivitas seseorang dalam mencari dan menyampaikan informasi yang memerlukan kemampuan menulis, membaca, dan berbicara. Kategori yang digunakan untuk mengetahui intensitas komunikasi petani sayuran dalam mencari informasi dalam penelitian ini antara lain adalah frekuensi interaktif dan frekuensi diskusi. Frekuensi interaktif adalah jumlah komunikasi dengan sumber informasi dalam upaya memperoleh informasi yang dicari baik dengan penyuluh ataupun kelompok tani yang lainnya dengan menggunakan parameter dihitung berdasarkan jumlah interaksi yang dilakukan : rendah (kurang dari 3 kali), sedang (3-5 kali), dan tinggi (lebih dari 5 kali). Frekuensi diskusi merupakan jumlah komunikasi yang diikuti petani sayuran dalam bentuk diskusi kelompok. Dihitung berdasarkan jumlah diskusi yang dilakukan : rendah (kurang dari 3 kali), sedang (3-5 kali), dan tinggi (lebih dari 5 kali). Hasil penelitian tentang intensitas komunikasi responden dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah dan presentase intensitas komunikasi petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Intensitas komunikasi Frekuensi interaktif: rendah sedang tinggi Frekuensi diskusi: rendah sedang tinggi
Jumlah (orang)
Presentase (%)
57 31 41
44.2 24.0 31.8
59 57 13
45.7 44.2 10.1
Keterangan α: 129 orang
Berdasarkan Tabel. 13 diketahui bahwa sebagian besar frekuensi interaktif petani sayuran umumnya rendah, yaitu sebanyak 44.2 persen. Sedangkan frekuensi interaktif sedang sebanyak 24.0 persen dan frekuensi interaktif tinggi sebanyak 31.8 persen. Tabel. 18 memperlihatkan kondisi yang sama antara
52
frekuensi diskusi dengan frekuensi interaktif. Frekuensi diskusi petani sayuran umumnya rendah yaitu 45.7 persen, frekuensi diskusi sedang sebanyak 44.2 persen, dan frekuensi diskusi tinggi sebanyak 10.1 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani sayuran masih belum menyadari pentingnya interaksi personal dan kelompok sebagai upaya memenuhi kebutuhan informasi untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Tingginya tingkat interaksi personal dan kelompok akan menambah pengetahuan dan akurasi informasi yang diperoleh petani sayuran.
Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam Efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media komunikasi baik yang bersifat individu maupun massa. Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi komunikasi dan kebutuhan informasi yang cepat dan tepat oleh petani, telepon genggam sebagai alat atau media informasi komunikasi yang mudah digunakan dan dapat memenuhi kebutuhan petani akan informasi tentang pertanian hingga pemasaran. Terdapat tujuh faktor yang diduga sebagai penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam antara lain Kinerja layanan sumber informasi, Ketersediaan informasi, Kesesuaian informasi yang dicari, Kepuasan terhadap hasil yang dicapai, Kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam, Keterjangkauan harga telepon genggam dan pulsa/langganan, dan Pengaruh penggunaan telepon genggam. Pengukuran setiap peubah tidak bebas ini menggunakan skala Likert dengan kategori tidak memuaskan, memuaskan dan sangat memuaskan/ tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai/ tidak sesuai, sesuai dan sangat sesuai/ tidak puas, puas dan sangat puas/ tidak terjangkau, terjangkau dan sangat terjangkau/ tidak meningkat, meningkat dan sangat meningkat. 1. Kinerja layanan sumber informasi Peran sumber informasi dapat dilihat apabila sumber informasi mampu memberikan layanan yang prima dalam memenuhi kebutuhan informasi. Kinerja layanan sumber informasi adalah persepsi petani sayuran terhadap keramahan, keterampilan, keahlian sumber informasi, kemampuan sumber informasi menganalisis dan menyimpulkan informasi yang diminta, kreatifitas sumber informasi dalam memberkan penjelasan, kecepatan sumber informasi dalam memberikan informasi yang dibutuhkan, dan ketersediaan informasi yang dibutuhkan dari sumber informasi. Kinerja layanan sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif 1 (tidak memuaskan), 2 (memuaskan), dan 3 (sangat memuaskan). Sebaran data Faktor Kinerja Layanan Sumber Informasi Penentu Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam dapat dilihat pada Tabel 14.
53
Tabel 14 Jumlah dan presentase kinerja layanan sumber informasi penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Presentase (%)
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
Jumlah (orang) 18 102 9
keramahan sumber informasi:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
6 91 32
4.7 70.5 24.8
Keterampilan dan keahlian sumber informasi:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
13 85 31
10.1 65.9 24.0
Kemampuan sumber informasi menganalisis dan menyimpulkan informasi yang diminta:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
21 85 23
16.3 65.9 17.8
Kreatifitas sumber informasi:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
20 87 22
15.5 67.4 17.1
Kecepatan sumber informasi:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
23 86 20
17.8 66.7 15.5
Ketersediaan informasi:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
28 85 16
21.7 65.9 12.4
Kinerja layanan sumber informasi Informasi yang sumber informasi diberikan umumnya:
Parameter
14.0 79.1 7.0
Keterangan α: 129 orang
Berdasarkan Tabel 14 tentang Kinerja layanan sumber informasi Penentu Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam, diketahui bahwa umumnya petani sayuran menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan pada kinerja layanan sumber informasi. Secara keseluruhan diperoleh data tentang informasi yang sumber informasi berikan umumnya memuaskan dan sangat memuaskan sebanyak 86.0 persen dan tidak memuaskan sebanyak 14 persen, keramahan sumber informasi: petani sayuran yang menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan sebanyak 75.3 persen dan tidak memuaskan sebanyak 4.7 persen, keterampilan dan keahlian sumber informasi sebanyak 89.9 persen menyatakan petani sayuran memuaskan dan sangat memuaskan dan 19.1 persen menyatakan tidak memuaskan, kemampuan sumber informasi menganalisis dan menyimpulkan informasi yang diminta diperoleh data bahwa petani sayuran sebanyak 83.7 persen menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan dan 16.3 persen petani sayuran menyatakan tidak memuaskan, kreatifitas sumber informasi diperoleh data bahwa petani sayuran yang menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan sebanyak 84.5 persen dan tidak memuaskan sebanyak 15.5 persen, kecepatan sumber informasi diperoleh data bahwa 82.2 persen petani
54
sayuran menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan dan 17.8 persen responden menyatakan tidak memuaskan, sedangkan ketersediaan informasi diperoleh data bahwa sebanyak 78.3 persen petani sayuran menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan dan 21.7 persen menyatakan tidak memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan dan jasa yang diberikan oleh sumber informasi sudah sesuai dengan harapan petani sayuran, sehingga menimbulkan kepuasan terhadap informasi yang diperoleh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelayanan sumber informasi terhadap pemenuhan kebutuhan informasi petani sayuran sudah efektif. 2. Ketersediaan informasi Informasi merupakan sekumpulan data yang diperlukan untuk mengurangi ketidakpastian. Ketersediaan informasi dalam penelitian ini adalah pendapat petani sayuran terhadap ketersedian informasi pertanian hingga pemasaran dari sumber informasi yang dituju. Untuk mengukur ketersediaan informasi dapat dilihat dari pendapat petani sayuran terhadap pemenuhan informasi dari sumber informasi diukur mengunakan skala Likert dengan penilaian dari negatif sampai positif 1 (tidak memuaskan), 2 (memuaskan), dan 3 (sangat memuaskan). Sebaran data Faktor Ketersediaan informasi Penentu Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah dan presentase ketersediaan informasi penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013
Ketersediaan informasi teknologi pertanian:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
Jumlah (orang) 38 72 19
Ketersediaan informasi pertanian:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
19 88 22
14.7 68.2 17.1
Ketersediaan informasi harga sayuran:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
35 62 32
27.1 48.1 24.8
Ketersediaan informasi pemasaran:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
46 57 26
35.7 44.2 20.2
Ketersediaan informasi
Parameter
Presentase (%) 29.5 55.8 14.7
Keterangan α: 129 orang
Berdasarkan Tabel 15 tentang Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam, diketahui bahwa umumnya petani sayuran menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan terhadap ketersediaan informasi tentang teknologi pertanian, informasi pertanian, informasi harga sayuran, dan informasi pemasaran. Secara keseluruhan
55
diperoleh data tentang ketersediaan informasi teknologi pertanian sebanyak 70.5 persen petani sayuran menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan dan 29.5 persen menyatakan tidak memuaskan, ketersediaan informasi pertanian sebanyak 85.3 persen petani sayuran menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan dan 14.7 persen petani sayuran menyatakan tidak memuaskan, ketersediaan informasi harga sayuran diperoleh data petani sayuran yang menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan sebanyak 72.9 persen dan 27.1 petani sayuran menyatakan tidak memuaskan, sedangkan ketersediaan informasi pemasaran diperoleh data 64.2 persen menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan dan 35.7 persen petani sayuran menyatakan tidak puas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketersediaan informasi pertanian, informasi teknologi pertanian, informasi harga sayuran dan informasi pemasaran pada sumber informasi sudah baik. Ini menunjukkan bahwa semua informasi yang tersedia dan diperoleh dari sumber informasi sudah sesuai dan memenuhi kebutuhan petani sayuran. 3. Kesesuaian informasi yang dicari Tingkat kepercayaan seseorang terhadap sebuah informasi yang diterima atau diperoleh dapat diukur dari kompetensi sumber informasi tersebut. Kesesuaian informasi dalam penelitian ini dilihat dari penilaian petani sayuran terhadap kesesuaian informasi yang diperoleh yang diukur dengan penilaian 1 (tidak sesuai), 2 (sesuai), dan 3 (sangat sesuai). Data hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 16 tentang Faktor Kesesuaian informasi yang dicari Penentu Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam. Umumnya petani sayuran menyatakan sesuai dan sangat sesuai terhadap kesesuaian infomasi tentang teknologi pertanian, pertanian, pemasaran dan kesesuaian informasi yang dicari. Tabel 16 Jumlah dan presentase kesesuaian informasi yang dicari penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Kesesuaian informasi yang dicari kesesuaian informasi teknologi pertanian:
tidak sesuai sesuai sangat sesuai
Jumlah (orang) 36 80 13
Presentase (%) 27.9 62.0 10.1
kesesuaian informasi pertanian:
tidak sesuai sesuai sangat sesuai
26 84 19
20.2 65.1 14.7
kesesuaian informasi pemasaran:
tidak sesuai sesuai sangat sesuai
45 68 16
34.9 52.7 12.4
kesesuaian informasi yang dicari:
tidak sesuai sesuai sangat sesuai
33 68 28
25.6 52.7 21.7
Keterangan α: 129 orang
Parameter
56
Secara keseluruhan diperoleh data tentang kesesuaian informasi teknologi pertanian yaitu petani sayuran yang menyatakan sesuai dan sangat sesuai sebanyak 72.1 persen dan tidak sesuai sebanyak 27.9 persen, kesesuaian informasi pertanian diperoleh data petani sayuran yang menyatakan sesuai dan sangat sesuai sebanyak 79.8 persen dan tidak sesuai sebanyak 20.2 persen, kesesuaian informasi pemasaran diperoleh data petani sayuran menyatakan sesuai dan sangat sesuai sebanyak 69.1 persen dan tidak sesuai sebanyak 34.9 persen, sedangkan kesesuaian informasi yang dicari petani sayuran yang menyatakan sesuai dan sangat sesuai sebanyak 74.4 persen dan tidak sesuai sebanyak 25.6 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan informasi sudah sesuai dengan kompetensi masing-masing sumber informasi dengan beragam informasi yang dibutuhkan petani sayuran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa petani sayuran menilai ketersediaan dan kesesuaian informasi yang dicari sudah sesuai dengan kebutuhan petani sayuran. 4. Kepuasan terhadap hasil yang dicapai Kepuasan terhadap hasil yang dicapai merupakan pendapat petani sayuran terhadap hasil yang dicapai dari perolehan informasi yang dicari yang diukur dengan penilaian 1 (tidak puas), 2 (puas), dan 3 (sangat puas). Data hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 17 tentang Faktor Kepuasan terhadap Hasil yang dicapai Penentu Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam. Tabel 17 Jumlah dan presentase kepuasan terhadap hasil yang dicapai penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Kepuasan terhadap hasil yang dicapai hasil perolehan informasi:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
Jumlah (orang) 36 77 16
informasi yang dicari dan didapat:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
25 78 26
19.4 60.5 20.2
kecepatan dan ketepatan dalam mencari informasi:
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
25 70 34
19.4 54.3 26.4
Parameter
Presentase (%) 27.9 59.7 12.4
Keterangan α: 129 orang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan diperoleh data tentang kepuasan terhadap kesesuaian terhadap hasil yang dicapai yaitu petani sayuran yang menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan terhadap hasil pencarian atau perolehan informasi yang telah dilakukan sebanyak 72.1 persen dan 27.9 persen menyatakan tidak memuaskan, kesesuaian terhadap informasi yang dicari dan didapat diperoleh data petani sayuran yang menyatakan
57
memuaskan dan sangat memuaskan sebanyak 80.7 persen dan 19.4 persen menyatakan tidak memuaskan, sedangkan kepuasan terhadap kecepatan memperoleh informasi diperoleh data petani sayuran yang menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan sebanyak 81.7 persen dan tidak memuaskan sebanyak 19.4 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa umumnya petani sayuran menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan terhadap hasil perolehan informasi yang dicari atau diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa hasil perolehan informasi, informasi yang dicari dan didapat serta kecepatan dan ketepatan dalam mencari informasi dari sumber informasi sudah memuaskan kebutuhan petani sayuran. 5. Kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam Kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam adalah pendapat petani sayuran selama menggunakan telepon genggam sebagai media komunikasi. Diukur dengan penilaian 1 (tidak puas), 2 (puas), dan 3 (sangat puas). Data hasil penelitian kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam dapat dilihat pada Tabel 18 tentang Faktor Kepuasan terhadap penggunaan telepon seluler Penentu Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam. Tabel 18 Jumlah dan presentase kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam kemudahan penggunaan ponsel:
kecepatan dan ketepatan dalam pencarian informasi:
Jumlah (orang)
Presentase (%)
tidak mudah mudah sangat mudah
17 79 33
13.2 61.2 25.6
tidak memuaskan memuaskan sangat memuaskan
6 91 32
4.7 70.5 24.8
Parameter
Keterangan α: 129 orang
Secara keseluruhan diketahui bahwa umumnya petani sayuran menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan terhadap penggunaan telepon genggam. Secara keseluruhan diperoleh data petani sayuran yang menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan tentang kemudahan penggunaan ponsel sebanyak 86.8 persen dan 13.2 persen menyatakan tidak mudah, sedangkan petani sayuran yang menyatakan memuaskan dan sangat memuaskan terhadap kecepatan dan ketepatan dalam pencarian informasi sebanyak 95.3 persen dan tidak memuaskan 4.6 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan telepon genggam sebagai sarana atau media untuk mencari informasi sudah memuaskan petani sayuran.
58
6. Keterjangkauan harga telepon genggam atau seluler dan pulsa atau langganan Keterjangkauan harga HP/harga pulsa/langganan merupakan pendapat petani sayuran tentang keterjangkauan harga HP/harga pulsa/langganan yang diukur dengan menggunakan penilaian 1 (tidak terjangkau), 2 (terjangkau), 3 (sangat terjangkau). Data hasil penelitian tentang keterjangkauan harga telepon genggam dan pulsa/langganan dapat dilihat pada Tabel 19 tentang Faktor Keterjangkauan Harga HP/Harga Pulsa/Langganan Penentu Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam. Tabel
19 Jumlah dan presentase keterjangkauan harga hp/ harga pulsa/langganan penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013
Keterjangkauan harga HP/harga pulsa/langganan keterjangkauan harga Handphone:
keterjangkauan harga pulsa: Keterangan α: 129 orang
tidak terjangkau terjangkau sangat terjangkau
23 90 16
Presentase (%) 17.8 69.8 12.4
tidak terjangkau terjangkau sangat terjangkau
23 78 28
17.8 60.5 21.7
Parameter
Jumlah
Secara keseluruhan diperoleh data petani sayuran yang menyatakan terjangkau dan sangat terjangkau tentang keterjangkauan harga telepon genggam atau seluler sebanyak 81.2 persen dan tidak terjangkau sebanyak 17.8 persen, sedangkan yang menyatakan terjangkau dan sangat terjangkau terhadap keterjangkauan harga pulsa atau langganan sebanyak 82.2 persen dan tidak terjangkau sebanyak 17.8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa harga telepon genggam dan pulsa sudah terjangkau oleh petani sayuran. Diindikasikan bahwa adanya persaingan antara petani sayuran telepon genggam memiliki dampak pada diproduksi telepon genggam dengan harga murah dan persaingan tarif antar operator kartu pra dan pasca bayar. 7. Manfaat penggunaan telepon genggam Manfaat penggunaan telepon genggam adalah pendapat petani sayuran tentang kelancaran, peningkatan usahatani dan kesejahteraan hidup setelah menggunakan telepon genggam. Diukur dengan penilaian 1 (tidak meningkat), 2 (meningkat), dan 3 (sangat meningkat). Data hasil penelitian tentang pengaruh penggunan telepon genggam dapat dilihat pada Tabel 20 tentang Faktor Pengaruh Penggunaan Telepon Seluler Penentu Efektivitas Diseminasi Informasi Pertanian Melalui Media Telepon Genggam.
59
Tabel 20
Jumlah dan presentase manfaat penggunaan telepon genggam penentu efektivitas diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013
Manfaat penggunaan telepon genggam Manfaat penggunaan telepon genggam:
Parameter tidak meningkat meningkat
Jumlah (orang) 11 100
Presentase (%) 8.5 77.5
Keterangan α: 129 orang
Secara keseluruhan diperoleh data petani sayuran yang menyatakan adanya peningkatan usahatani atau kesejahteraan petani sebanyak 77.5 persen dan tidak ada peningkatan sebanyak 8.5 persen. Kelebihan telepon genggam untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh petani sayuran dari sumber informasi secara langsung dengan cepat membantu mereka meningkatkan produktivitas usahatani. Penggunaan telepon genggam juga mencegah timbulnya kerugian dalam penjualan atau pemasaran hasil panen karena harga jual dan stok sayuran di pasar dapat diketahui dengan cepat dan tepat, sehingga petani sayuran dapat melakukan panen sayuran meskipun tidak sesuai dengan waktu panen normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani sayuran merasakan manfaat penggunaan telepon genggam dalam kegiatan usahatani berupa peningkatan usahatani dan meningkatkan kesejahteraan hidup.
Hubungan Karakteristik Petani Sayuran, Aksesibilitas Informasi Dan Intensitas Komunikasi Dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan nyata dan positif antara peubah karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Untuk mengetahuai seberapa besar hubungan diantara kedua peubah tersebut dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada taraf α = 0,05 melalui program SPSS 20.0 for windows. 1. Hubungan Karakteristik Petani Sayuran dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Di Bidang Pertanian Melalui Media Telepon Genggam Hubungan antara karakteristik petani sayuran dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 21.
60
Tabel 21 Nilai uji hubungan Karakteristik Petani Sayuran dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Di Bidang Pertanian Melalui Media Telepon Genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Efektivitas Diseminasi Informasi
Karakteristik Petani Merk Lama Ponsel/ menggunakan Simcard Ponsel -.076 .048
Kontak dengan sumber informasi .168
Lama usahatani
Jenis tanaman
Luas lahan
.281**
.015
.274**
.050
.261**
.116
-.151
-.092
.114
.374**
.056
-.074
-.005
-.058
.083
.302**
.052
.174**
-.008
.133
-.010
.001
.169
-.059
.129
.108
.009
.007
.006
.049
.295**
.122
.094
.134
-.125
.082
-.107
.161
.214**
-.044
.125
Penggunaan Ponsel
Umur
Pendidikan
TIK
Kinerja layanan sumber informasi
-.105
.073
.311* *
-.029
Ketersediaan informasi
.073
-.097
.106
.021
-.097
.026
Kesesuaian informasi yang dicari
.011
.006
.081
.045
-.001
Kepuasan terhadap hasil yang dicapai
-.142
.165
.208
.048
Kepuasan terhadap penggunaan ponsel
-.150
.010
.078
Keterjangkauan harga ponsel/pulsa
-.014
-.101
Manfaat penggunaan ponsel
-.084
.027
**. Hubungan sangat nyata pada α = < 0.01 (2-tailed).
61
Adanya hubungan negatif antara umur dengan kinerja layanan sumber informasi dapat dipahami karena sebagian besar responden berumur dewasa dan tua yang pada masa usia sekolah responden orang tua mereka masih belum mengutamakan pendidikan. Ini bisa dilihat dari tingginya jumlah responden yang berumur dewasa dan tua serta berpendidikan rendah, sehingga akan menemui kendala dalam proses mencari atau mendiseminasikan informasi dengan memanfaatkan sarana atau media teknologi informasi komunikasi dengan tingkat kerumitan yang tinggi memerlukan pemahaman dan keterampilan dalam pemanfaatannya. Hubungan negatif antara umur dengan kepuasan terhadap hasil yang dicapai disebabkan karena informasi yang diperoleh dari sumber layanan informasi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hubungan negatif antara umur dengan kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam, keterjangkauan harga telepon genggam atau pulsa dan manfaat penggunaan telepon genggam dapat dipahami karena semakin tua umur responden, maka mempengaruhi model proses pencarian dan pendiseminasian informasi. Umumnya responden yang lebih tua sudah terbiasa dengan model konvensional dan semakin tua umur responden berpengaruh pada pertimbangan dalam pembelian barang yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup. Diindikasikan bahwa umur responden yang lebih muda memiliki perilaku yang lebih positif dalam memanfaatkan sarana atau media teknologi informasi komunikasi dibandingkan dengan yang lebih tua. Unsur pendidikan responden memiliki hubungan yang negatif dengan keterjangkauan harga telepon genggam atau pulsa hal ini dapat dipahami karena rendahnya tingkat pendidikan di daerah umumnya disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan yang berakibat pada kemampuan konsumtif responden. Adanya hubungan yang negatif antara penggunaan telepon genggam dengan kinerja layanan sumber informasi, kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam dan manfaat penggunaan telepon genggam karena adanya pergeseran model pencarian dan diseminasi informasi dari konvensional menjadi modern yang memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan sarana atau media teknologi informasi yang baru. Terdapat hubungan yang negatif antara lama menggunakan telepon genggam dengan kesesuaian informasi, kepuasan terhadap hasil yang dicapai dan kepuasan terhadap penggunaan ponsel dapat disimpulkan bahwa responden masih belum maksimal memanfaatkan telepon genggam untuk mencari dan mendiseminasikan informasi. Disamping itu proses pencarian dan diseminasi informasi dengan memanfaatkan media telepon genggam memiliki kelemahan dari segi waktu dan gangguan suara atau sinyal. Semakin lama menggunakan telepon genggam, maka akan semakin mahal biaya yang dibutuhkan dan suara tidak jelas dari sumber informasi selama proses komunikasi karena adanya gangguan atau sinyal yang lemah. Luas lahan garapan memiliki hubungan yang negatif dengan ketersediaan informasi dan kesesuaian informasi yang dicari. Ini dapat dipahami karena sebagian besar responden memiliki lahan garapan yang luas dan dalam menjalankan usahataninya responden menggunakan sistem multikultur yang membutuhkan informasi lebih banyak dibandingkan dengan sistem monokultur.
62
Kepemilikan teknologi informasi komunikasi memiliki hubungan nyata positif dengan kinerja layanan sumber informasi pada P<0,01, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan teknologi informasi komunikasi, maka semakin tinggi pula kinerja layanan sumber informasi. Hal ini dapat dipahami karena responden dengan tingkat kepemilikan teknologi informasi komunikasi yang tinggi sering memanfaatkan atau menghubungi sumber informasi untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian kinerja sumber informasi akan semakin meningkat karena semakin tinggi intensitas komunikasi atau kontak antara responden dengan sumber informasi, maka akan semakin tinggi pula kinerja layanan sumber informasi. Lama usahatani berhubungan nyata positif dengan kinerja layanan sumber informasi, ketersediaan informasi, kesesuaian informasi yang dicari, kepuasan terhadap hasil yang dicapai, keterjangkauan harga telepon genggam/harga pulsa/langganan, dan pengaruh penggunaan telepon seluler pada α<0,01. Lama usahatani memiliki hubungan sangat nyata dan positif dengan kinerja layanan sumber informasi dapat dimengerti karena semakin lama waktu responden melakukan usahatani, maka semakin tinggi pula komunikasi atau kontak dengan sumber informasi karena responden sudah memiliki hubungan yang baik dengan sumber informasi dan memahami sumber informasi yang dapat dihubungi atau digunakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Lama usahatani berhubungan sangat nyata dan positif dengan ketersediaan informasi, ketersediaan informasi, kesesuaian informasi yang dicari, dan kepuasan terhadap hasil yang dicapai. Ini berarti bahwa semakin lama seseorang berusahatani, maka semakin mengetahui sumber informasi mana saja yang dapat dihubungi atau digunakan dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Dengan mengetahui sumber informasi yang dapat dihubungi atau digunakan dalam mencari informasi yang dibutuhkan, maka informasi yang dicari akan lebih tepat atau sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga menimbulkan kepuasan terhadap hasil pencarian informasi tersebut. Sedangkan hubungan sangat nyata dan positif antara lama usahatani dengan Keterjangkauan harga telepon genggam/harga pulsa/langganan dan Pengaruh penggunaan telepon seluler dapat dipahami karena semakin lama usahatani seseorang, maka tingkat kesejahteraan sudah lebih mapan dibandingkan dengan responden yang baru melakukan usahatani. Dengan tingkat kesejahteraan responden yang sudah mapan, maka dapat menjangkau harga telepon seluler/harga pulsa/langganan dan penggunaan telepon seluler untuk mencari informasi yang dibutuhkan akan lebih maksimal. Adanya hubungan nyata positif antara luas lahan dengan semua unsur efektivitas diseminasi informasi pada α<0,01. Semakin luas lahan yang dimiliki petani sayuran, maka semakin tinggi kinerja layanan sumber informasi. Ini dapat dipahami karena semakin luas lahan yang dimiliki petani sayuran, maka semakin banyak permasalahan yang ditemukan petani sayuran dalam kegiatan usahataninya. Dengan demikian, petani sayuran akan semakin sering menghubungi atau menggunakan sumber informasi untuk mencari informasi yang dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan kinerja layanan sumber informasi. Tingginya intensitas petani sayuran menghubungi atau
63
menggunakan sumber informasi, maka semakin banyak informasi yang diperoleh petani untuk menunjang usahataninya. Dengan banyaknya informasi yang diperoleh memiliki dampak pada meningkatnya usahatani. Hal ini menimbulkan kepuasan petani sayuran terhadap hasil yang dicapai dalam usahataninya. 2. Hubungan Aksesibilitas Informasi Dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Di Bidang Pertanian Melalui Media Telepon Genggam Hubungan antara aksesibilitas informasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Nilai uji hubungan Aksesibiltas Informasi dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Di Bidang Pertanian Melalui Media Telepon Genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Efektivitas Diseminasi Informasi Kinerja layanan sumber informasi
Jenis informasi .361**
Aksesibilitas Informasi Sumber Jumlah informasi Komunikasi .406** .295**
Waktu mencari
informasi .115
Ketersediaan informasi
.267**
.292**
.126
.052
Kesesuaian informasi yang dicari
.241**
.219*
.203*
.260**
Kepuasan terhadap hasil yang dicapai
.304**
.378**
.257**
.024
Kepuasan terhadap penggunaan ponsel
.187*
.234**
.188**
.031
Keterjangkauan harga ponsel/pulsa
.095
.147
.159
.032
Manfaat penggunaan ponsel
.209*
.291*
.135
.093
**. Hubungan sangat nyata pada α = ≤ 0.01 (2-tailed). *. Hubungan nyata pada α = ≤ 0.05 (2-tailed).
Jenis informasi yang dicari responden berhubungan nyata positif dengan kinerja layanan sumber informasi, ketersediaan informasi, kesesuaian informasi yang dicari dan kepuasan terhadap hasil yang dicapai pada α<0,01. Sedangkan jenis informasi berhubungan nyata positif dengan kepuasan terhadap penggunan telepon genggam dan pengaruh penggunaan telepon
64
genggam pada α<0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyaknya jenis informasi yang diperoleh tergantung pada kinerja layanan sumber informasi dan ketersediaan informasi sumber informasi. Semakin memuaskan kinerja layanan sumber informasi dan ketersediaan informasi pada sumber informasi, maka responden akan semakin tertarik untuk melakukan kontak dengan sumber informasi untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Adanya hubungan nyata positif antara sumber informasi dengan kinerja layanan sumber informasi, ketersediaan informasi, kepuasan terhadap hasil yang dicapai dan kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam pada α<0,01. Sedangkan sumber informasi memiliki hubungan nyata positif dengan kesesuaian informasi yang dicari dan manfaat penggunaan telepon genggam pada α<0,05. Ini menunjukkan bahwa berbagai sumber informasi berkaitan dengan sarana atau media teknologi informasi komunikasi yang dimiliki oleh responden untuk mengakses informasi yang dibutuhkan dari sumber informasi. Jumlah komunikasi berhubungan nyata positif dengan kinerja layanan sumber informasi, kepuasan terhadap hasil yang dicapai dan kepuasan terhadap penggunaan telepon dengan pada α<0,01. Sedangkan jumlah komunikasi memiliki hubungan nyata positif dengan kesesuaian informasi yang dicari pada α<0,05. Fakta ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jumlah komunikasi yang dilakukan oleh responden dengan sumber informasi, maka semakin tinggi kinerja layanan sumber informasi dan informasi yang diperoleh akan semakin sesuai. Semakin sesuai informasi yang diperoleh responden, maka semakin tinggi kepuasan responden terhadap informasi yang dicari atau dicapai. Waktu mencari informasi memiliki hubungan nyata positif dengan kesesuaian informasi yang dicari pada α<0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin lama responden menghabiskan waktunya untuk mencari informasi, maka informasi yang diperoleh akan semakin sesuai dengan yang diharapkan oleh responden. 3. Hubungan Intensitas Komunikasi Dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Di Bidang Pertanian Melalui Media Telepon Genggam Intensitas komunikasi merupakan aktifitas responden dalam berinteraksi baik secara interpersonal, kelompok ataupun massa yang diukur melalui frekuensi interaktif dan frekuensi diskusi. Intensitas komunikasi dan frekuensi diskusi yang dilakukan responden dalam upaya mencari informasi yang dibutuhkan memiliki hubungan yang sangat nyata dengan efektivitas diseminasi informasi. Hubungan antara intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 23.
65
Tabel 23 Nilai uji hubungan Intensitas Komunikasi dengan Efektivitas Diseminasi Informasi Di Bidang Pertanian Melalui Media Telepon Genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Efektivitas Diseminasi Informasi Kinerja layanan sumber informasi Ketersediaan informasi Kesesuaian informasi yang dicari Kepuasan terhadap hasil yang dicapai Kepuasan terhadap penggunaan ponsel Keterjangkauan harga ponsel/pulsa Manfaat penggunaan ponsel
Intensitas Komunikasi Intensitas Komunikasi Diskusi kelompok menggunakan ponsel .238** .258** .214**
.327**
.291**
.310**
.149
.169
.278**
.207**
.211**
.259**
.309**
.234**
**. Hubungan sangat nyata pada α = ≤ 0.01 (2-tailed).
Terdapat hubungan nyata positif antara intensitas komunikasi menggunakan telepon genggam dan diskusi kelompok dengan kinerja layanan sumber informasi, ketersediaan informasi, kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam, keterjangkauan harga telepon genggam dan pulsa serta manfaat penggunaan telepon genggam pada α<0,01. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kinerja layanan sumber informasi, ketersediaan informasi, kesesuaian informasi yang dicari, kepuasan terhadap penggunaan telepon genggam, keterjangkauan harga telepon genggam dan tinggi intensitas komunikasi menggunakan telepon genggam dan diskusi kelompok yang dilakukan oleh responden.
Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan nyata positif atau terdapat keeratan hubungan yang kuat antara karakteristik petani sayuran, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi dengan efektivitas diseminasi pertanian melalui media telepon genggam pada petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diseminasi informasi pertanian melalui media telepon genggam pada petani sayuran di Kccamatan Pacet Kabupaten Cianjur relatif sangat efektif. Hal ini berarti hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat diterima.
66
Hubungan Ketiga Peubah: Karaktersitik, Aksesibilitas Informasi, Dan Intensitas Komunikasi Petani Sayuran Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan nyata positif antara masing-masing dari ketiga Peubah bebas: karakteristik, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi petani sayuran menggunakan telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. 1. Hubungan antara karakteristik petani sayuran dengan aksesibilitas informasi Tabel 24 Nilai uji hubungan antara Karakteritik Petani Sayuran dengan Aksesibilitas Informasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Aksesibilitas informasi Karakteristik petani sayuran Umur Pendidikan TIK Penggunaan Ponsel Merk Ponsel/ Simcard Lama menggunakan Ponsel Kontak dengan sumber informasi Lama usahatani Jenis tanaman Luas lahan
Jenis informasi
Sumber informasi
Jumlah Komunikasi
.023 .043 .140 .055
.010 .091 .258** -.022
-.059 .121 .142 -.206**
Waktu mencari informasi .136 .117 .189* -.026
.086
-.136
-.005
.069
-.099
-.087
-.027
.203*
.423**
.234**
.367**
.120
.512** .154 .257**
.467** .011 .187**
.660** .131 .105
.294** -.027 .020
**. Hubungan sangat nyata pada α = ≤ 0.01 (2-tailed). *. Hubungan nyata pada α = ≤ 0.05 (2-tailed).
Terdapat hubungan nyata positif antara jenis informasi dengan kontak dengan sumber informasi, lama usahatani dan luas lahan pada P<0,01. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama usahatani dan semakin luas lahan garapan responden, maka semakin tinggi tingkat kontak dengan sumber informasi untuk memperoleh berbagai jenis informasi yang dibutuhkan. Adanya hubungan nyata positif antara sumber informasi dengan tingkat kepemilikan teknologi informasi komunikasi, kontak dengan sumber informasi, lama usahatani dan luas lahan pada α<0,01. Hal ini dapat dipahami karena semakin luas lahan garapan, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan responden dan kebutuhan akan informasi. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan responden, maka semakin tinggi jumlah teknologi informasi komunikasi yang dimiliki. Tingginya jumlah teknologi informasi komunikasi yang dimiliki dan kebutuhan akan informasi akan meningkatkan intensitas komunikasi responden dengan sumber informasi.
67
Jumlah komunikasi memiliki hubungan nyata negatif dengan penggunaan telepon genggam pada α<0,01. Ini dapat dipahami karena semakin tinggi jumlah komunikasi, maka semakin tinggi biaya yang akan dikeluarkan oleh responden untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Sedangkan jumlah komunikasi memiliki hubungan nyata positif dengan kontak dengan sumber informasi dan lama usahatani pada α<0,01. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama usahatani yang dijalani responden, maka akan semakin tinggi jumlah komunikasi yang dilakukan dan jumlah kontak dengan sumber informasi. 2. Hubungan antara karakteristik petani sayuran dengan intensitas komunikasi Tabel 25 Nilai uji hubungan antara Karakteritik Petani Sayuran dengan intensitas komunikasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Karakteristik petani sayuran Umur Pendidikan TIK Penggunaan Ponsel Merk Ponsel/ Simcard Lama menggunakan Ponsel Kontak dengan sumber informasi Lama usahatani Jenis tenaman Luas lahan
Intensitas komunikasi Intensitas Komunikasi Diskusi kelompok menggunakan ponsel -.075 .078 .217** -.045 .207* .116 -.185* .076 .014
.029
.084
.105
.414**
.261**
.609** .068 .096
.372** .152 .193*
**. Hubungan sangat nyata pada α = ≤ 0.01 (2-tailed). *. Hubungan nyata pada α = ≤ 0.05 (2-tailed).
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara intensitas komunikasi menggunakan telepon genggam dengan tingkat pendidikan, kontak dengan sumber informasi dan lama usahatani pada α<0,01. Dan intensitas komunikasi menggunakan telepon genggam memiliki hubungan nyata positif dengan kepemilikan teknologi informasi komunikasi pada α<0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan lama usaha tani responden, maka akan semakin kritis dalam berpikir sehingga semakin besar tingkat keingintahuan terhadap segala sesuatu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besarnya rasa ingin tahu responden akan mendorong mereka untuk semakin banyak melakukan kontak dengan sumber informasi menggunakan telepon genggam. Adanya hubungan nyata positif antara diskusi kelompok dengan kontak dengan sumber informasi dan lama usahatani pada α<0,01. Sedangkan diskusi kelompok memiliki hubungan nyata positif dengan luas lahan pada α<0,05.
68
Hal ini dapat dipahami karena semakin lama usahatani dan semakin luas lahan garapan responden, maka semakin tinggi tingkat kebutuhan informasi. Tingginya kebutuhan informasi membuat responden harus meningkatkan jumlah kontak dengan sumber informasi untuk memperoleh semua informasi yang dibutuhkannya. 3. Hubungan antara aksesibilitas informasi dengan intensitas komunikasi Tabel 26 Nilai uji hubungan antara Aksesibilitas Informasi dengan Intensitas Komunikasi di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Intensitas komunikasi Aksesibilitas informasi Jenis informasi Sumber informasi Jumlah Komunikasi Waktu mencari informasi
Intensitas Komunikasi menggunakan ponsel .472** .411** .761** .205*
Diskusi kelompok .468** .279** .390** .227**
**. Hubungan sangat nyata pada α = ≤ 0.01 (2-tailed). *. Hubungan nyata pada α = ≤ 0.05 (2-tailed).
Hasil analisis pada tabel 27 menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara intensitas komunikasi menggunakan telepon genggam dengan jenis informasi, sumber informasi dan jumlah komunikasi pada α<0,01. Dan intensitas komunikasi menggunakan ponsel juga memiliki hubungan nyata positif dengan waktu mencari informasi pada α<0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kebutuhan informasi dan semakin banyak sumber informasi yang diketahui oleh responden, maka semakin tinggi intensitas komunikasi menggunakan telepon genggam. Banyaknya informasi yang dibutuhkan oleh responden memerlukan waktu banyak pula untuk mengumpulkannya. Diskusi kelompok memiliki hubungan nyata positif dengan jenis informasi, sumber informasi, jumlah komunikasi dan waktu mencari informasi pada α<0,05. Ini dapat dipahami karena semakin tinggi kebutuhan informasi, maka semakin tinggi pula intensitas diskusi kelompok yang diikuti oleh responden untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif antara antara masing-masing dari ketiga Peubah bebas. Ini berarti terdapat hubungan keeratan yang kuat antara karakteristik petani sayuran dengan aksesibilitas informasi, karakteristik petani sayuran dengan intensitas komunikasi dan aksesibilitas informasi dengan intensitas komunikasi petani sayuran menggunakan telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Dengan demikian dapat disimpulkan bhawa hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat diterima.
69
Hubungan Penggunaan Telepon Genggam dengan Manfaat Penggunaan Telepon Genggam Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan nyata dan positif antara penggunaan telepon genggam terhadap kelancaran dengan manfaat penggunaan telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Hubungan antara penggunaan telepon genggam terhadap manfaat penggunaan telepon genggam petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27
Nilai uji hubungan Penggunaan Telepon Genggam dengan manfaat penggunaan telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Peubah tak bebas
Manfaat penggunaan telepon genggam (Y7)
Peubah bebas Penggunaan telepon genggam untuk mencari informasi (X1.4) -0.125
Hasil tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara penggunaan telepon genggam untuk mencari informasi dengan manfaat penggunaan telepon genggam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lama tidaknya penggunaan telepon genggam tidak mempunyai manfaat bagi petani sayuran dalam melakukan kegiatan usahatani. Diindikasikan bahwa petani belum maksimal memanfaatkan telepon genggam dalam upayanya meningkatkan usahatani. Hal ini sesuai dengan data yang ditunjukkan pada tabel 28 tentang Perbandingan antara mencari informasi pertanian dengan hubungan sosial. Tabel 28 Jumlah dan presentase perbandingan antara mencari informasi pertanian dengan hubungan sosial di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Tahun 2013 Penggunaan Telepon Genggam Jumlah Presentase (%) Mencari informasi pertanian 54 41.9 Hubungan sosial 66 51.2 Mencari informasi pertanian dan 9 7.0 hubungan sosial Keterangan α: 129 orang
Tabel 28 menunjukkan bahwa responden masih belum maksimal memanfaatkan telepon genggam untuk mencari informasi pertanian. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 51.2 persen masih memanfaatkan telepon genggam hanya sebatas untuk hubungan sosial disbandingkan untuk mencari informasi pertanian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara penggunaan telepon genggam untuk mencari informasi dengan manfaat penggunaan telepon genggam bagi petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Ini berarti hipotesis ketiga tidak dapat diterima/ditolak. .
70
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 1. Secara umum karakteristik responden, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi berhubungan nyata dengan efektivitas diseminasi informasi di bidang pertanian melalui media telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. 2. Secara umum terdapat hubungan yang nyata dan positif antara masing-masing dari ketiga Peubah bebas: karakteristik, aksesibilitas informasi dan intensitas komunikasi petani sayuran menggunakan telepon genggam di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. 3. Tidak terdapat hubungan nyata antara penggunaan telepon genggam dengan peningkatan usahatani petani sayuran di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. 4. Penggunaan telepon genggam sebagai sarana/media diseminasi informasi pertanian di Kecamatan Kabupaten Cianjur sudah efektif dan memenuhi serta sesuai dengan harapan dari petani sayuran.
Saran 1. Perlu dibentuk jaringan komunikasi antar petani sayuran, penyuluh pertanian dan pedagang sayuran dengan memanfaatkan telepon genggam serta menentukan orang yang bertanggungjawab terhadap informasi tertentu yang bertugas mendiseminasikan informasi dan menjadi sumber rujukan bagi petani sayuran. 2. Dalam pertemuan diskusi kelompok tani hendaknya penyuluh mengingatkan petani sayuran untuk lebih maksimal memanfaatkan telepon genggam untuk mencari dan mendiseminasikan informasi pertanian dalam upayanya meningkatkan usahatani. 3. Agar usahatani lebih dapat ditingkatkan, diperlukan sarana yang lebih berkualitas, antara lain: benih unggul, pemupukan intensif dan jenis keragamannya.
71
DAFTAR PUSTAKA Ancok D. 1989. Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian. Di dalam Singarimbun, M dan S. Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES. Arifin A. 1986. Strategi Komunikasi. Bandung: Armico. Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta (ID): PT. Rineka. Cipta. Arikunto S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta. Bambang AS. 2000. Komunikasi Massa dalam Karakter Ilmu Komunikasi. Jakarta (ID): Epsilon Alpha Betha. Benunur MN. 2006. Efektivitas Video Instruksional dalam Diseminasi Informasi Pertanian. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Blumler JG. & Katz E. 1974. The Uses of Mass Communications Current Perspectives on Gratification Research, vol. III, London (GB), Sage Publications. Bodnar, GH. & William S. Hopwood. 2000. Sistem Informasi Akuntansi, Terjemahan Abadi AJ. & Tambunan M. Rudi, Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat, Edisi Keenam. CGIAR, 1978. Farming System Research at the International Agricultural Research Center. Rome: TAC Secretariat, Agriculture Dept, FAO. (dalam Coen Reijntjes, Bertus Haverkort dan Waters Bayer. 1992. Pertanian Masa Depan (Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan input Luar Rendah).Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Cutlip, SM. and AH Center. 1971. Effective Public Relations. New Jersey (US): Prentice, Hall Inc, Engelwood Cliffs. Effendy OU. 1992. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya ____________. 1999. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. ____________. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung (ID): PT Citra Aditya Bakti ____________. 1994. Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung (ID): Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya ____________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung (ID): PT. Aditya Bakti. Faisal S. 1982. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta (ID): Rajawali Pers. Heru Citra P. 2006. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Menggunakan Ponsel Nokia (Studi Kasus Pengguna Ponsel Nokia, Jakarta dan Bogor). Bogor: Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Hubeis, AVS, Priono M, Sedyaningsih S, Sriati A, Bintari A, Rusli Y, dan Mientarti. 2007. Komunikasi Inovasi. Jakarta (ID): Universitas Terbuka. Kadir A. 2002. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi Yogyakarta. Kamaruzaman I. 2009. Desain Video Trainning yang Efektif dalam Diseminasi Informasi Teknologi Pertanian di Sulawesi Tenggara. Kendari (ID): Universitas Haluoleo.
72
Koswara E. 1998. Dinamika Informasi dalam Era Globalisasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. Leung L. dan Ran W. 2000. More than just talk on the move: Uses and gratifications of the cellular phone. Journalism and Mass Communication Quarterly, Summer, Vol. 77, No. 2; ABI/INFORM Global. Maksum, Buldansyah DL, Prawati B. 2008. Aksesibilitas informasi, Intensitas Komunikasi, dan Efektivitas Layanan Informasi Digital. Bogor (ID): Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol. 17, Nomor 2, 2008. Maryam S, Hubeis M, Maksum. 2009. Efektivitas Penyebaran Informasi di Bidang Pertanian melalui Perpustakaan Digital. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Jurnal Komunikasi Pembangunan. Februari 2009, Vol. 07, No. 1. Mc.Quail D, Windahl S. 1985. Model-Model Komunikasi. Pendit, P.L, penerjemah; Jakarta (ID): Uni Primas. Terjemahan dari Communication Models. Mosher AT. 1969. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta (ID): Yasaguna. (dalam Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi III. Jakarta: LP3S.) Mudrijal AI, Wiratningsih R, Prastiawan AM. 2010. Diseminasi Informasi Melalui Media Digital Library Universitas Sebelas Maret Dalam Mendukung Perankingan Webomatrics. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. http://riah.staff.uns.ac.id/2011/02/28/diseminasi-informasimelalui-media-digital-libraryuniversitas-sebelas-maret-dalammendukung-perankingan-webomatrics-studi-evaluasi-media-digitallibrary-universitas-sebelas-maret-surakarta-tahun-20/. Mulyana D. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung (ID): PT. Remaja Rosdakarya. Mulyandari RS. 2011. Cyber Extension sebagai Media Komunikasi dalam Pemberdayaan Petani Sayuran. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51657
Munir. 2011. Pembelajaran Jarak Jauh berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung (ID): Alfabeta. Nasir M. 2008. Peran Posyandu Dalam Penyebaran Informasi Tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhoksemawe. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7108/1/08E00409.pdf. Oppenheim AN. 1992. Questionnaire Design, Interviewing and Attitude Measurement. London (GB): Pinter Publishers. Pendit PL, Suryandari A, Amiprasetyo B, Makarim E, Aditirti IU, Ruldeviyani Y, Sucahyo YG, Wijayanti L. 2005. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan PerguruanTinggi di Indonesia. Jakarta (ID): Perpustakaan Universitas Indonesia. Prodjosaputro S. 1978. Komunikasi: Arti dan Peranannya dalam kepemimpinan Denpasar (ID): CV Sumber Mas Bali. Rakhmat J. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. _________. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung (ID): PT. Remaja Rosdakarya.
73
Robbins SP. 1986. Komunikasi Effektif . Jakarta (ID): Pedoman Ilmu Jaya. Ruben BD. 1988. Communication and Human Behaviour. New York (US): Macmillan Publishing Company. Ruslan R. 2003. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Sankarto BS, Mansjur S, Rusmini. 2006. Umpan Balik Penyebaran Informasi Hasil Penelitian dan Teknologi Pertanian. Bogor (ID): Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 15, Nomor 1, 2006. Scanfeld D, Scanfeld V, Larson EL. 2010. Amerika (US). AJIC: American Journal of Infection
Control
Volume
38,
Issue
3,
Pages
182-188.
http://www.ajicjournal.org/article/S0196-6553%2810%29000349/fulltext#abstract. http://download.journals.elsevierhealth.com/pdfs/journals/01966553/PIIS0196655310000349.pdf Severin WJ, James W, Tankard Jr. 2005. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, Dan Terapan di Dalam Media Massa, Edisi Kelima. Jakarta (ID): Prenada Media. Shanahan J, Morgan M. 1999. Television and Its Viewers: Cultivation Theory and Research. New York (US): Cambridge University Press. Soekartawi. 1988. Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): Universitas Indonesia (UI Press). Sugandha D. 1988. Administrasi strategi, taktik dan efisiensi. Jakarta: Ghalia. Sumaryo. 2006. Peran Media Massa dalam Penyebaran Informasi Pertanian di Kalangan Petani Sayuran di Lampung. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Jurnal Penyuluhan. Desember 2006, Vol. 2, No. 4. Sunarjo D. 1997. Opini Publik. Jogjakarta (ID): Liberty. Suprapto T. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta (ID): Media Pressindo. Toffler A. 1981. The Third Wave. London (GB): Pan Books Ltd. Triton PB. 2006. SPSS 13.0 Tarapan: Reset Statistik Parametrik. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Tubbs, Stewart L, Moss S. 1994. Human Communication. Edisi ke 7. New York (US): McGraw-Hill. West R, Turner LH. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta (ID): Salemba Humanika. Wilson TD. 1999. Penelitian Model Perilaku Informasi. Journal of Documentation. Vol. 55. Aslib. The Association for Information Management Staple Hall, Stone House Court. London (GB). Wursanto I. 1987. Etika Komunikasi Kantor. Yogyakarta (ID): Penerbit. Kanisius.
Sumber lain: 1. http://www.majalahindonesia.com /divakar_ goswami.htm 2. http://www.tnt-magz.com/berita-tekno-out-of-topic/12674-indonesia-negarapengguna-ponsel-terbesar-keenam-di-dunia 3. http://kbbi.web.id/
74
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Bapak yang terhormat, Kuesioner ini dilakukan sebagai penelitian untuk penulisan tesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Disseminasi Informasi Pertanian melalui Media Telepon Seluler pada Petani sayuran. Efektivitas disseminasi informasi ini dikaji dari sisi Penggunaan telepon genggam pada penelitian ini dikaji dari sisi aksesibilitas informasi, intensitas komunikasi, dan Efektivitas Disseminasi Informasi Pertanian. Petunjuk pengisian : 1. Semua informasi yang diterima sebagai hasil pengisian kuesioner ini bersifat RAHASIA dan identitas pribadi Bapak/Ibu tidak akan disebarluaskan kepada pihak lain. 2. Tidak ada penilaian benar atau salah terhadap jawaban yang Bapak/Ibu berikan, semua jawaban diperlakukan sama dalam penelitian ini. 3. Isilah pernyataan atau pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda (√) pada kolom yang tersedia dan tertulis. 4. Isilah pertanyaan atau pernyataan di bawah ini dengan selengkap mungkin. 5. Kuesioner ini hanya digunakan sebagai bahan penelitian.
75
IDENTITAS RESPONDEN Nama
: ……………………………………………..
Alamat Lengkap
:………………………………………………
Tanggal wawancara
: ……………………………………………..
I.
KARAKTERISTIK PETANI SAYURAN 1. Umur Bapak/Ibu saat ini : ……… .tahun 2. Pendidikan formal : TS (Tidak tamat SD) SD SMP SMA Diploma Perguruan Tinggi 3.
Teknologi informasi komunikasi apa saja yang Bapak/Ibu miliki? Surat Kabar/Koran Tabloid Majalah Leaflet/Brosur Radio Televisi Telepon Telepon Genggam Komputer Berinternet
76
4.
Apakah Bapak/Ibu menggunakan telepon seluler untuk mencari informasi yang berkaitan dengan pertanian, teknologi pertanian dan pemasaran? Jika ya, sebutkan alasan Bapak/Ibu ? ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… Jika tidak, sebutkan alasan Bapak/Ibu dan media apa yang sering anda gunakan untuk mencari informasi? ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
5.
Merk telepon seluler (HP) dan jenis kartu langganan yang digunakan? Sebutkan alasan Bapak/Ibu ? ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
6.
Sudah berapa lama Bapak/Ibu menggunakan telepon genggam? Kurang dari 1 tahun 1 – 2 tahun Lebih dari 2 tahun
7.
Berapa kali Bapak/Ibu menghubungi sumber informasi dalam satu bulan? Kurang dari 3 kali 3 – 5 kali Lebih dari 5 kali
77
8.
Sudah berapa lama melakukan usahatani? Kurang dari 1 tahun 3 – 5 tahun Lebih dari 5 tahun
9.
Dalam berusahatani jenis tanaman apa saja yang Bapak/Ibu budidayakan? ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
10. Berapakah luas lahan pertanian yang Bapak/ibu miliki? ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
II.
AKSESSIBILTAS INFORMASI 1. Sebutkan jenis informasi apa saja yang biasa Bapak/Ibu peroleh dari sumber informasi? Pertanian
cari dan
Teknologi pertanian Harga sayuran Pemasaran 2. Sumber informasi apa yang sering anda hubungi atau gunakan dalam mencari informasi? Surat Kabar/Koran Tabloid Majalah Leaflet/Brosur Radio
78
Televisi Telepon Telepon Seluler Komputer Berinternet Penyuluh pertanian Petani sayuran Asosiasi pedagang sayuran/pedagang sayuran (bandar) 3. Berapa kali dalam sebulan Bapak/Ibu melakukan komunikasi menggunakan telepon seluler (HP) dengan sumber informasi dalam satu bulan? Kurang dari 3 kali 3 – 5 kali Lebih dari 5 kali 4. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu informasi?
butuhkan ketika mencari
Kurang dari 1 jam 1 – 2 jam Lebih dari 2 jam III.
INTENSITAS KOMUNIKASI 1. Berapa kali Bapak/Ibu melakukan komunikasi menggunakan telepon seluler (HP) dengan sumber informasi dalam upaya memperoleh informasi dalam satu bulan? Kurang dari 3 kali 3 – 5 kali Lebih dari 5 kali
79
2. Berapa kali Bapak/Ibu mengikuti diskusi kelompok dalam upaya memperoleh informasi dalam satu bulan? Kurang dari 3 kali 3 – 5 kali Lebih dari 5 kali
IV.
EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI DI PERTANIAN MELALUI MEDIA TELEPON SELULER
BIDANG
Keterangan : Beri tanda (√) pada kolom yang Bapak/Ibu anggap sesuai 1. Tidak memuaskan/tidak sesuai/tidak terjangkau 2. Memuaskan/sesuai/terjangkau 3. Sangat memuaskan/sangat sesuai/sangat terjangkau No
Pertanyaan
1
Kinerja Layanan Sumber Informasi 1
Informasi yang diberikan umumnya
2
Keramahan sumber informasi
3
Keterampilan informasi
4
Kemampuan sumber informasi menganalisis dan menyimpulkan informasi yang diminta
5
Kreatifitas sumber informasi memberkan penjelasan
6
Kecepatan sumber informasi dalam memberikan informasi yang dibutuhkan
7
Ketersediaan informasi yang dibutuhkan dari sumber informasi
dan
keahlian
sumber
dalam
Ketersediaan Informasi 1
Ketersediaan informasi teknologi pertanian
2
3
80
2
Ketersediaan informasi pertanian
3
Ketersediaan informasi harga sayuran
4
Ketersediaan informasi pemasaran Kesesuaian informasi yang dicari
1
Kesesuaian informasi teknologi pertanian yang dibutuhkan
2
Kesesuaian dibutuhkan
informasi
pertanian
yang
3
Kesesuaian dibutuhkan
informasi
pemasaran
yang
4
Kesesuaian informasi yang dicari Kepuasan terhadap hasil yang dicapai
1
Hasil pencarian atau perolehan informasi yang telah dilakukan
2
Informasi yang dicari dan didapat
3
Kecepatan memperoleh informasi Kepuasan terhadap penggunaan telepon seluler
1
Kemudahan penggunaan telepon seluler
2
Kecepatan dan ketepatan dalam pencarian dan perolehan informasi Keterjangkauan harga HP/harga pulsa/langganan
V.
1
Keterjangkauan harga HP
2
Keterjangkauan harga pulsa
Manfaat penggunaan telepon seluler 1. Manfaat apa saja yang Bapak/Ibu rasakan setelah menggunakan telepon seluler sebagai media untuk mencari informasi? ………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………
81
2. Apakah Bapak/Ibu menggunakan telepon seluler sebagai media komunikasi dan mencari informasi? a. Ya. Jika Ya, Apa yang menjadi motivasi Bapak/Ibu menggunakan telepon seluler sebagai media komunikasi dan media informasi? ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… b. Tidak 3. Perbandingan penggunaan telepon seluler antara penggunaan untuk mencari informasi pertanian dengan penggunaan untuk hubungan sosial? ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… 4. Apakah menurut Bapak/Ibu informasi tentang pertanian, teknologi pertanian, dan pemasaran merupakan hal yang penting untuk meningkatkan usahatani? a. Ya. Jika sebutkan media apa yang digunakan dan dari mana biasanya petani memperoleh informasi. ……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… b. Tidak 5. Sejauhmanakah peran penyuluh pertanian perkembangan teknologi informasi saat ini berkurang)?
dengan adanya (meningkat atau
………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… Terima Kasih
82
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 21 Agustus 1976 dari pasangan Bapak Sastro dan Ibu Painem. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menikah dengan Wika Zaqia dan dikarunia dua orang putri, yaitu Hilma Alifah Baskoro dan Annisahturohmah Umilda Baskoro. Penulis menyelesaikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas di Kota Tegal Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta. Kemudian pada tahun 2011 penulis diterima pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan sampai saat ini. Penulis bekerja sebagai staf akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPBJJ Universitas Terbuka Mataram.