EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah)
MUHAMMAD NASIR BENUNUR
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengan)
Oleh
Muhammad Nasir Benunur NRP. P.054034021
Tesis Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
ABSTRAK
MUHAMMAD NASIR BENUNUR. Evektifitas Video Instruksional Dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama PBK pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah). Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO DAN GARDJITO. Faktor geografis dan terbatasnya tenaga penyuluh, menyebabkan penyebaran informasi inovasi pertanian kepada petani terbatas dan tidak merata. Video Instruksional dengan bentuk yang ringkas dan praktis, apakah efektif digunakan sebaga i media penyebaran informasi pertanian. Penelitian ini untuk menjelaskan efek keragaan pesan pada video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan, dan korelasinya dengan persepsi, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi.. Penelitian ini dilakukan pada tiga kelompok eksperimen yang diacak dari 60 petani kakao. Dua kelompok diberi perlakuan video instruksional dan demonstrasi cara sebagai pembanding, dan satu kelompok sebagai kontrol. Desainnya menggunakan Separate sample pretest-postes. Data dianalisis dengan prosedur analisis kovarians dan korelasi spearmean. Hasil penelitian mengungkapkan, keragaan pesan dengan video instruksional berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan petani, sama efektifnya dengan kebiasaan petani menerima informasi melalui demonstrasi cara, oleh penyuluh. Pengaruh tersebut, berkorelasi dengan persepsi petani tentang video instruksional, tetapi tidak berkorelasi dengan karakteristik personal dan perilaku komunikasi. Dengan demikian, keefektifan video instruksional dalam diseminasi informasi pertanian, ditentukan oleh persepsi petani, dan efektif dapat digunakan oleh petani yang berbeda karakteristik personal dan perilaku komunikasi.
ABSTRACT
MUHAMMAD NASIR BENUNUR. Effectiveness of Instructional Video in the Dissemination of Agricultural Information (Field Experimental: Control of PBK Pest in Cacao Farming in Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah). Under the supervision of SUTISNA RIYANTO AND GARDJITO. Factor of geography and limited agricultural communication channels made the dissemination of agricultural information limited and unequally distributed. The question is whether the brief and practical form of instructional video and its capability in exposing message could be used as an effective information channel. This research had the objective to clarify the performance effects of message of instructional video in increasing farmers’ knowledge and its correlation to perception indicator, personal characteristics, and communication behavior. The research was conducted on three experimental groups taken randomly from 60 cacao farmers. Two groups were treated with instructional video and demonstrative method, while the third group was treated as control. Separate pre-test and pos-test conducted on the samples was used as the design. ANCOVA and Spearman correlation method were used in analyzing the data. The results indicated that the message performance of the instructional video and demonstration method had the same effectiveness in influencing the increase in knowledge. The effect had the correlation to the perception about the instructional video, but had no correlation to the personal characteristics and communication behavior. Therefore, the effectiveness of the instructio n video in the dissemination of agricultural information was determined by the perception of the farmers, and it was effective for use by farmers with different personal characteristics and communication behavior. Keywords: instructional media, message performance, effectiveness, dissemination, agricultural information.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulisan Tesis dengan judul “ Evektifitas Video Instruksional Dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama PBK pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah), dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan rangkaian kegiatan kurikuler pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Dengan berakhirnya masa studi
di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanaian
Bogor, penulis haturkan rasa terima kasih
yang
mendalam
kepada : Bapak
Ir. Sutisna Riyanto, MS dan Bapak Ir. Gardjito, M.Sc, atas segala arahan (bimbingan) mulai dari penulisan proposal sampai penulisan hasil penelitian ; Bapak Dr. Ir. Sumardjo, baik selaku penguji, maupun Ketua Program Studi Komunikasu Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, beserta seluruh staf Pengajar. Kepada keluarga tercinta, penulis haturkan rasa terima kasih yang mendalam atas doa restu dan dukungan morilnya. Kepada Bapak Rektor Universitas Darussalam Ambon dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Darussalam, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas bantuan dan dukungannya. Kepada Pemerintah Provinsi Maluku, Pemerintah Daerah Maluku Tengah dan Dinas Terkait, penulis haturkan rasa terima kasih atas bantuan yang diberikan. Khusus pada rekan-rekan Mahasiswa KMP – IPB angkatan 2003 dan 2004, penulis tak lupa haturkan terima kasih atas bantuan pemikirannya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Maret 2006 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Passo (Ambon) pada tanggal 13 Agustus 1961 dari Ayah H. Benunur dan Ibu H. Boki Pulu. Penulis adalah putra pertama dari tujuh bersaudara. Tahun 1981 penulis lulus dari SMA Muhammadiyah Ujung Pandang dan pada tahun 1984 masuk Universitas Muhammadiyah Malang, Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun 1989. Tahun 1990 penulis pengabdi sebagai tenaga pengajar tetap pada Fakultas Pertanian Universitas Darussalam Ambon hingga saat ini. Pada bulan Pebruari tahun 2004 penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor, Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian (KMP) dengan sponsor beasiswa BPPS dari Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Judul Tesis
:
Efektivitas Video Instruksional Dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapanagan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah)
Nama
:
Muhammad Nasir Benunur
NRP
:
P. 054034021
Program Studi
:
Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Disetujui Komisi Pembimbing
Ir. Sutisna Riyanto, MS
Ir. Gardjito, M.Sc
Ketua Komisi
Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan
(Dr. Ir. Sumardjo, MS)
Tanggal Ujian : 20 Maret 2006.
Dekan Sekolah Pascasarjana Dekan
(Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… . DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….. PENDAHULUAN ………………………………………………………………….
1
Latar Belakang ………………………………………………………………….. Perumusan Masalah Penelitian …………………………………………………. Tujuan Penelitian ….……………………………………………………………. Kegunaan Penelitian …………………………………………………………….
1 4 6 6
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………...
7
Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan……………………. …… Kefektivan Komunikasi Instruksional ………………………………………….. Pengertian Komunikasi Instruskional ………………………………………. Video Instruksional : Pengertian dan Implikasi…………………………….. Format Pesan Video Instruskional .................................................................. Media dan Pengaruhnya ................................................................................. Pengertian Karakteristik Personak, Perilaku Komunikasi, dan Persepsi........ KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ………………….………………..
7 9 9 9 13 15 16 19
Kerangka Pemikiran…….……………………………………………………… . Hipotesis …………………………………………………………………………
19 20
MATERI DAN METODE PENELITIAN …………………………………………
21
Materi Video Instruksional …………………………………………..................
21
Materi Demonstrasi Cara ……………………………………………………….
21
Metode Penelitian ……………………………………………………………….
22
Lokasi ……….……………………………………………………………. . Desain Penelitian ………………………………………………………….. Subyek dan Prosedur Penelitian ……………………………………………. Pengumpulan Data …………………………………………………………. Defenisi Operasional dan Pengukurannya ………………………………….. Validitas dan Reliabilitas …………………………………………………… Uji Coba dan Evaluasi Media ………………………………………………. Pengolahan Data, Analisa Data , dan Pengujian Hipotesis …………… ........
22 22 23 24 26 27 28 28
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................
31
Diskripsi Umum Lokasi Penelitian ..................................................................... Keefektivan Video Instruksional ......................................................................... Pengetahuan Awal Petani ............................................................................... Peningkatan Pengetahuan Petani ...................................................................
31 36 36 38
Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan ........................................................................................................ Deskripsi Persepsi Video Instruksional ......................................................... Kontribusi masing- masing Peubah Persepsi ................................................... (1) Kontribusi Daya Tarik Video Instruksional .............................................. (2) Kontribusi Pemahaman Video Instruksional ............................................ (3) Kontribusi Penerimaan Video Instruksional ............................................. (4) Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional ............................................
41
Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan. .................................................................................. Deskripsi Karakteristik Personal .................................................................... Hubungan Karakteristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan ............ Deskripsi Perilaku Komunikasi ..................................................................... Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan............... Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Persepsi Tentang Video Instruksional .............................................................................. Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi tentang Video Instruksional................................................................................................... Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Persepsi tentang Video Instruksional...................................................................................................
41 43 44 44 45 45 47 47 48 49 51 53 53 54
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................
58
Kesimpulan ......................................................................................................... Saran ...................................................................................................................
58 59
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… .
60
LAMPIRAN ..............................................................................................................
64
DAFTAR TABEL
Halaman 1
Data dan Sumber Data Penelitian ................................................................
25
2
Luas Wilayah, Deskripsi Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Penghasil Cacao Kabupaten Maluku Tengah ……………………………..
32
3
Luas Areal dan Produksi Tanaman Cacao dan Tanaman Perkebunan Lainnya di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2004 ……………………...
4
Jumlah Petani, Penyuluh, dan Rasio per kecamatan ……………………...
33 35
5
Deskripsi Pengetahuan Awal Pengendalian Hama PBK ………………….
36
6
Hasil Perhitungan Varians Pengetahuan Awal Antar Kelompok Eksperimen ............ .............................. ……………………………..........
7
Deskripsi Peningkatan Pengetahuan Petani …………………………........
8
Hasil Perhitungan Variasi Peningkatan Pengetahuan Antar Kelompok Eksperimen dengan Kelompok kontrol …………………………………..
9
Deskripsi Persepsi tentang Video Instruksional .........................................
10
Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan .........................................
38 38
40 42
43 47
11
Deskripsi Karakteristik Personal .................................................................
12
Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Karakteristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan ...............................................................
13
Deskripsi Perilaku Komunikasi ..................................................................
49 50
14
Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan ...............................................................
51
Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi tentang Video Instruksional. ...........................................
53
15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Kerangka Berpikir ................................................................ ……………..
19
2
Tahapan Penelitian ………………………………………………………..
24
3
Grafik Perkembangan Cacao ……………………………………………...
34
4
Grafik Sebaran Skor Pengetahuan Awal .....................................................
37
5
Grafik Sebaran Skor Peningkatan Pengetahuan ..........................................
39
6
Grafik Sebaran Persepsi tentang Video Instruksional .................................
43
7
Grafik Sebaran Data Karasteristik Respo nden Kelompok Video
8
Instruksional ................................................................................................
48
Grafik Sebaran Data Perilaku Komunikasi Kelompok Video Instruksional
50
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Peta Lokasi Penelitian …………………………………………………….
64
2
Naskah video...................…………….........................................................
65
3
Naskah Demonstrasi Cara ..........................................................................
69
4
Data Skor Pengetahuan Awal dan Akhir Kelompok Eksperimen video Instruksional dan Demonstrasi Cara dan Kelompok Kontrolnya.................
5
Data
Persepsi
Kelompok
Eksperimen
Video
Instruksional
dan
Demonstrasi cara ......................................................................................... 6
Hasil
Perhitungan
Koefisien
Korelasi
Persepsi
tentang
76
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Karakteristik Personal dengan Persepsi tentang Video Instruksional...........................................................
11
75
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan ...........................................................................
10
74
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Karateristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan ...........................................................................
9
73
Video
Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan ......................................... 8
72
Data Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi Kelompok Eksperimen Video Instruksional .................................................................
7
71
77
Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Perilaku Komunikasi dengan Persepsi tentang Video Instruksional...........................................................
78
12
Uji Reliabilitas dan Uji Media ....................................................................
79
13
Daftar Pertanyaan ........................................................................................
81
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Maluku, tidak saja mempunyai andil yang cukup penting dalam sektor pertanian, tetapi telah pula menimbulkan gerakan massal dalam memperkenalkan dan menerapkan berbagai inovasi baru untuk setiap program pembangunan pertanian. Tugas ini jelas bukanlah tugas yang ringan, karena gerakan massal yang melibatkan masyarakat tani di pedesaan dengan berbagai karakteristik dan latar belakang sosial-ekonomi dan budaya, dihadapkan pada hambatan cukup banyak dan rumit. Keadaan ini merupakan tantangan
yang
yang semakin
kompleks, dan menuntut peranan yang semakin besar dari tiap unsur yang bergerak dalam bidang penyuluhan pertanian. Penyuluh lapangan menjadi menonjol dalam proses penyebaran informasi pertanian saat ini, tidak saja karena mereka merupakan saluran utama dalam menyebarkan informasi pertanian di kalangan petani, tetapi juga kedudukan dan peranannya dalam mengaplikasikan teknologi kepada para petani.
Kebutuhan
akan penyuluh lapangan tersebut bukan kebutuhan sesaat, tetapi kontinyu sepanjang proses pengembangan usaha pertanian masih berlangsung. Kepulauan Maluku umumnya dan Maluku Tengah khususnya merupakan wilayah yang dibentuk oleh gugus pulau besar dan pulau-pulau kecil. Berdasarkan penyebaran penduduknya, sebagian besar bertempat tinggal di wilayah-wilayah pesisir pantai, dengan tingkat kepadatan penduduk 196,125 orang/km (BPS Maluku Tengah, 2004). Sarana dan prasarana perhubungan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya, menggunakan transportasi darat dan laut. Diantara gugusan kepulauan Maluku Tengah, jumlah penduduk dan potensi pertanian terbesar adalah di Pulau Seram.
Konsentrasi penduduk umumnya berada di
wilayah pesisir utara dan pesisir selatan, sehingga hubungan antar kedua wilayah tersebut masih mengalami hambatan (Peta wilayah pada lampiran 1). Kondisi geografis pertanian.
tersebut
cukup
mempengaruhi
kegiatan-kegiatan
pembangunan
2
Pengaruh ini cukup memberikan dampak kepada para petani di kedua wilayah pesisir tersebut dan para petani di pulau-pulau kecil lainnya. Dampak yang paling dirasakan adalah penerimaan informasi- informasi pertanian masih sangat terbatas. Keterbatasan tersebut merupakan akumulasi dari kondisi geografis dan demografis, serta ketersediaan
jumlah penyuluh, frekwensi
kegiatannya di lapangan, dan jangkauan penyuluh di lapangan. Hal ini tentunya berpengaruh pada pemerataan pengetahuan petani, terutama teknologi baru yang hanya di ketahui oleh sebagian petani. Maluku Tengah merupakan salah satu daerah yang cukup potensial dalam mengembangkan komoditi pertanian dala m arti luas. Salah satu komoditas andalannya adalah kakao. Luas areal perkebunan kakao yang ada saat ini adalah 4.423 ha (BPS Maluku Tengah, 2002). Berdasarkan luasan tersebut, produksinya kian waktu semakin menurun. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah
akibat dari serangan hama PBK (penggerek buah kakao).
Depparaba (2002), memperkirakan luas areal tanaman kakao di Maluku yang terserang hama PBK adalah 70 persen atau ± 2.653,8 ha. Mengingat Maluku Tengah merupakan salah satu daerah pengembangan kakao, maka diindikasikan daerah penyebarannya termasuk daerah ini. Pengendalian hama PBK tersebut telah dilakukan oleh petani sesuai pengetahuan yang mereka miliki, namun belum menunjukkan hasil sesuai yang diharapkan. Salah satu cara yang telah diterapkan di Sulawesi Tenggara adalah penggunaan pupuk “X” yang merupakan produk baru dalam mengendalikan hama PBK. Penggunaan produk tersebut, ternyata cukup efektif dalam mengatasi permasalahan hama PBK. Penggunaan inovasi baru seperti pupuk tersebut, bila diterapkan pada petani yang belum pernah mengenalinya, seperti di Maluku Tengah tentu akan dihadapkan dengan permasalahan karakteristik inovasi tersebut, seperti Relative avantage, Compatibility, Complexity, Triability, dan Observability. Hal ini karena produk tersebut merupakan suatu ide yang nantinya akan melalui suatu proses mengkomunikasikannya melalui saluran-saluran tertentu dalam saat tertentu diantara anggota-anggota suatu sistem sosial (para petani).
3
Permasalahannya, bila inovasi tersebut disebarkan kepada para petani di Maluku Tengah, akan dihadapkan pada keterbatasan saluran-saluran komunikasi, dan kondisi geografis. Untuk itu diperlukan pendekatan komunikasi yang efektif untuk memperkenalkan inovasi tersebut kepada para petani. Suatu ide baru ketika diperkenalkan kepada para petani, pendekatan komunikasi yang efektif adalah menggunakan media massa. Hal ini dimaksudkan untuk menarik minat atau perhatian. Paket-paket informasi praktis yang siap pakai seperti video instruksional, merupakan saluran informasi yang sangat membantu menyebarkan informasi
teknologi pertanian. Bentuknya yang ringkas dan
kemampuannya untuk mendedah (“expose”) secara berulang- ulang, antara lain merupakan keunggulan media ini, sehingga para petani dapat menyimpannya untuk kemudian menonton kembali sewaktu-waktu bila perlukan. Kehadiran media video seperti itu dapat menggantikan sementara fungsi penyuluh lapangan. Sesuai yang dikemukakan oleh Roger (1995), suatu inovasi akan menimbulkan ketidakpastian dalam derajat tertentu yang dapat dikurangi dengan adanya informasi, dan penggunaan saluran mass media lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang inovasi. Kebiasaan petani menerima informasi dari para penyuluh pertanian, telah membuktikan bahwa, dengan metode demonstratif telah memberikan kontribusi yang positif terhadap tingkat pengetahuan petani. Walaupun hanya terbatas pada petani di wilayah-wilayah percontohan. Penyajian informasi tentang pengendalian hama PBK dengan pupuk “X” tersebut, akan menimbulkan reaksi yang beragam. Keragaman reaksi tersebut, dapat disebabkan oleh : kebiasaannya menerima informasi, efek keterdedahan terhadap sumber-sumber informasi dari media informasi maupun interpersonal, dan karakteristik personal. Agar media video instruksional dapat menggantikan fungsi sementara penyuluh pertanian, dengan kerakteristik dan keunggulannya, desain pesannya disesuaikan dengan kebiasaan petani menerima informasi. Hasil
identifikasi awal, diperkirakan paling sedikit tujuh puluh lima
persen (75%) petani kakao yang tersebar di Kecamatan Amahai, pada setiap rumah tangga memiliki sarana hiburan televisi dan CD player, dengan berbagai merk dan ukuran. Perkembangan stasiun-stasiun televisi swasta yang menyajikan
4
berbagai ragam acara, serta penjualan CD lagu dan film dengan harga yang relatif murah telah pula memberikan dampak terhadap keterdedahan masyarakat. Kehadiran sarana informasi dan hiburan, dan penyajian beragam acara oleh stasiun-stasiun televisi swasta khususnya selama dua puluh empat (24) jam, dan tersedianya film dan lagu yang dikemas dalam cd (video), diperkiranakan dapat memberikan efek terhadap perilaku komunikasi masyarakat (petani), yang berkaitan dengan penelitian ini. Terkait dengan kondisi para petani di Kecamatan Amahai, ketersediaan media informasi dan hiburan, kebiasaan petani menerima informasi, keterbatasan tenaga penyuluh dan jangkauan penyuluh merupakan alasan utama, penelitian ini menggunakan media video instruksional.
mengapa
Agar dapat diketahui
keefektivan media video instruksional dalam diseminasi (penyebaran) informasi pertanian, penelitian ini juga menggunakan media atau metode penyuluhan yang lazim digunakan selama ini, yaitu demonstrasi cara sebagai pembanding. Uraian di atas mengungkapkan keterkaitan penting antara penggunaan media
video
instruksional dalam penyebaran informasi pengendalian hama
penggerek buah kakao (PBK) kepada petani kakao di Kecamatan Amahai Maluku Tengah. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah penggunaan media video instruksional dapat mentransfer informasi secara efektif kepada petani ? Suatu penelitian yang menguji efektivitas penggunaan media ini diharapkan dapat mengungkapkan jawaban pertanyaan tersebut.
Perumusan Masalah Penelitian Hambatan komunikasi, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diupayakan dengan memperkecil kesenjangan informasi antara komunikator (penyuluh) dengan komunikan (petani),
antara lain dengan menyebarkan
informasi yang dikemas khusus, batas penerimaan informasi oleh petani. Desain pesan dengan video instruksional dalam penelitian ini, merupakan metode komunikasi
audio-visual. Agar
dapat memberikan efek terhadap
pengetahuan petani,
produksi struktur pesannya didesain secara terstruktur.
Unsur-unsur teknis, seperti tampilan gambar secara long shoot, medium shoot,
5
dan close up, digunakan untuk memudahkan petani menerima informasi secara lebih efektif.
Perpaduan gambar, suara, dan teks pada video instruksional,
dimaksudkan untuk menambah daya tarik, memberikan pemahaman yang lebih komprehens if, dan meningkatkan partisipasi petani dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian. Permasalahannya,
apakah
desain materi video instruksional tersebut
efektif digunakan sebagai media penyebaran informasi pertanian ?, dan apakah para petani
akan memperlihatkan efek peningkatan pengetahuan yang sama
apabila mereka menonton secara mandiri dalam kondisi sehari-hari ?. Perbedaan kondisi petani dengan kondisi eksperimen sangat mungkin memunculkan efek yang berbeda dalam penerimaan informasi dari media video instruksional. Kebiasaan petani menerima informasi dengan cara yang berbeda dengan cara video instruksional menyajikan informasi, akan menimbulkan tanggapan yang beragam. Keragaman tersebut dapat ditimbulkan oleh tingkat variasi pandangan atau interpretasi (persepsi) petani tentang video instruksional, dan variasi faktor-faktor personal seperti karakteristik personal dan perilaku komunikasi. Berdasarkan hal tersebut,
penelitian ini bermaksud menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut : 1. Apakah penyajian materi pesan (informasi) melalui video instruksional mampu menimbulkan efek pada peningkatan pengetahuan petani ? 2. Apakah penyajian materi pesan (informasi) melalui video instruksional sama efektifnya dengan demonstrasi cara oleh penyuluh pertanian ? 3. Apakah faktor- faktor personal : persepsi tentang video instruksional, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi, menentukan peningkatan pengetahuan petani ? 4. Apakah
keefektivan
video instruksional
ditentukan oleh faktor-faktor
personal : persepsi tentang video instruksional, perilaku komunikasi ?
karakteristik personal, dan
6
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas,
penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menjelaskan keefektivan
video
instruksional dalam penyebaran informasi pertanian. Secara lebih terinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji keefektivan penerimaan pesan melalui video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan petani ; 2. Mengetahui hubungan persepsi
tentang video instruksional dengan
peningkatan pengetahuan petani ; 3. Mengetahui hubungan
karakteristik personal dan perilaku komunikasi
personal dengan peningkatan pengetahuan petani ; dan 4. Mengetahui hubungan
karakteristik personal
dan perilaku komunikasi,
dengan persepsi tentang video instruksional.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini mencoba keberhasilan potensi video instruksional sebagai media penyuluhan pertanian yang dapat menggantikan penyuluh beserta lembaga pelayanan yang berhubungan dengan aspek pemanfaatannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kegunaan sebagai berikut : 1. Masukan bagi perencana dan praktisi penyuluhan dalam menggabungkan metode dan teknik penyuluhan yang efektif, serta memproduksi bahan informasi bagi penyuluhan pertanian ; 2. Dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi, dalam rangka membantu penyuluh dan lembaga pelayanan (instansi terkait) menyebarkan informasi kepada petani. 3. Pemerataan penyebaran informasi ke wilayah-wilayah binaan yang masih sulit dijangkau oleh penyuluh.
7
TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian dan Komunikasi Pembangunan Penyuluhan pertanian adalah sistim pendidikan informal, dimana petani dan keluarganya sebagai peserta didik, dan penyuluh sebagai guru dan rekan untuk mengahantarkan petani dalam mencapai tingkatan pengetahuan tertentu, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku. van den Ban dan Howkins (2003) menyarankan bahwa untuk merubah
perilaku petani dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satu diantaranya, mempengaruhi pengetahuan dan sikap petani secara terbuka. Uraian singkat ini, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani dalam pembangunan harus didahului oleh suatu proses belajar untuk memperoleh dan memahami informasi, kemudian memprosesnya menjadi pengetahuan tentang adanya kesempatan-kesempatan bagi dirinya, melatih dirinya agar mampu berbuat, dan termotivasi, agar mau benar-benar bertindak. Pentingnya komunikasi dalam penyuluhan pertanian, dimaksudkan untuk membantu, menganalisis, menentukan pilihan, menginformasikan, dan memantau pihak-pihak yang terkait dengan penyuluhan. Untuk itu para penyuluh dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif untuk menerapkan pengetahuan tersebut. Hal ini sesuai yang dikemukakan Roger (1995) bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan membangun dan berbagi informasi satu sama lain dalam usaha mencapai pengertian timbal balik. Pengertian di atas telah dijelaskan oleh Berlo (1960)
bahwa fungsi
komunikasi adalah mempengaruhi orang, terutama mendorong orang untuk berbuat. Demikian halnya dengan pendapat Devito (1997) bahwa komunikasi adalah tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
8
Pendapat tersebut di atas menggambarkan bahwa komunikasi merupakan faktor penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian. Menurut Roger (1976) komunikasi pembangunan saat ini yang melibatkan pengerahan massa, seperti penyuluhan pertanian dapat menyebabkan kesenjangan sosial-ekonomi di antara petani, untuk itu diperlukan metode komunikasi yang efektif. Dicontohkan pada kasus
media massa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam
pengerahan massa, bila memperhatikan : (a) kebutuhan khalayak, (b) strategi perencanaan komunikasi yang tepat, (c) pesan-pesan disesuaikan dengan kondisi sosial-ekonomi khalayak, (d) sistem penyebaran informasi hendaknya dalam suatu jaringan informasi, (e) interelasi unsur-unsur komunikasi, dan (f) ada umpan balik. Hal ini dimungkinkan karena, pengenalan terhadap khalayak dalam kegiatan komunikasi massa merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan apabila kita menghendaki keefektivan komunikasi Dijelaskan
oleh Slamet (2003)
bahwa di era informasi ini, dengan
terjadinya perubahan-perubahan di lingkungan pertanian dan pranata sosial masyarakat, maka pelaksanaan penyuluhan pertanian sudah saatnya ditata dalam suatu paradigma baru penyuluhan pertanian, sehingga dalam melaksanakan profesinya sebagai petani, memerlukan informasi- informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh James Deane (2004)
bahwa strategi pembangunan yang
menggunakan pendekatan komunikasi yang tepat, dapat mengubah sikap khalayak (masyarakat) dan menambah pengetahuan dan ketrampilan baru. Pendekatan teknik komunikasi melalui media, berguna untuk perubahan pengalaman dan bahkan untuk menuntunnya berubah.
van den Ban dan
Howkins (2003) mengemukakan, sebelum diputuskan penggunaan media masa (televisi dan video misalnya) dalam penyuluhan pertanian perlu diamati pengaruhnya.
9
Keefektivan Komunikasi Instruksional
Pengertian Komunikasi Instruksional Komunikasi instruksional merupakan kegiatan komunikasi dengan sasaran kelompok yang berisi pengajaran tentang sesuatu pengetahuan atau ketrampilan tertentu. Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada sasaran didik, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syam dan Sugiana, 2001). Oleh karena itu, komunikasi instruksional sering disebut komunikasi pendidikan atau pengajaran. Metode pengajaran disesuaikan dengan peserta didik (khalayak). Pada pendidikan interpersonal,
formal, dengan
metode
yang
tambahan
seringkali alat
digunakan
peraga.
adalah
Akhir-akhir
ini,
metode dengan
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, pada beberapa lembaga pendidikan, telah digunakan media- media instruksional, seperti multi media, dan lain- lain. Selain itu metode pengajaran pada pendidikan informal seperti penyuluhan pertanian, pendekatan interpersonal merupakan komunikasi instruksional yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani. Hal ini merupakan gambaran bahwa, penyuluh dan metode pengajaran merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan petani (khalayak). Video Instruksional : Pengertian dan Implikasinya Menurut McQuail (1987) video merupakan suatu media cangkokan (seperti halnya televisi) yang meminjam beberapa unsur penting dari film dan televisi untuk kepentingan isi dan bentuknya. Inovasi video yang saat ini disebut videodisk merupakan perangkat yang menggunakan teknologi laser dan ditandai oleh kejelasan gambar dan suara yang sangat baik, serta kelenturan penggunaan dan kemudahan memperolehnya, merupakan media dengan kemampuan yang sangat mengagumkan. Secara fisik, Ghozalli (1986) mengemukakan bahwa video merupakan unit peralatan elektronik yang dapat merekam informasi gambar dqan suara dari sumber-sumber sinyal video, ke dalam pulsa-pulsa pita magnetik berlapis oksida.
10
Gaerlach dan Ely (1972) meengemukakan, sekitar tahun 1960-an, pada awalnya video hanya digunakan untuk keperluan siaran program televisi. Teknologi video semakin berkembang, sehingga menghasilkan peralatan yang makin ringkas dan canggih, dari format VTR berubah semakin kecil menjadi ¾ inchi dan ½ inchi. Medium yang semula berupa ”open-reel” atau ”reel to reel” berubah menjadi ”catridge” kemudian menjadi ringkas lagi berupa kaset (casette) yang dibungkus dengan plastik ringan (Bensiger, 1981). Perkembangan teknologi video semakin pesat, dari medium kaset, dan medium piringan (laser disc, compac disc, dan dvd). Implikasinya juga semakin meluas sebagai media hiburan (entertainment), pendidikan, penyuluhan, informasi, dan penelitian. Menurut Griffith dapat difungsikan untuk kegiatan belajar-mengajar melalui bentuk teknologi video disc interaktif (Syam dan Sugiana, 2001). Video instruksional merupakan salah satu medium komunikasi pendidikan yang memiliki daya pikat tersendiri, hal ini karena karakteristiknya. Seperti yang dijelaskan oleh
Padmo (2003)
secara umum karakteristik video
dapat
menyajikan gambar yang realistik dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi perspektif ruang dan waktu. dan karakteristik khusus adalah ;
(a) mampu
menambah atau mengurangi waktu sesuai dengan kebutuhan untuk dapat mengamati sesuatu kejadian,
(b) memiliki kemampuan mengkompresi waktu
yang dibutuhkan dalam mengamati suatu kejadian, (c)
kemampuan untuk
memperpanjang gerakan dengan cara melambatkan gerakan, sehingga dapat ditangkap oleh mata, (d) mampu menghidupkan kembali suatu peristiwa masa lalu, (e) penguasaan ketrampilan fisik memerlukan pengamatan berulang dan latihan, dan dapat ditiru, (f)
kemampuan potensial terhadap aspek emosional,
dapat digunakan untuk mengasah kepribadian dan sikap social, dan (g) penyajian dramatisasi yang berakhir terbuka akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi mengenai akhir segmen. Menurut Foltz suatu komunikasi akan dianggap efektif atau berhasil, jika seluruh khalayak yang dilibatkan itu dapat menunjukkan pemahaman mereka tentang subjek yang disampaikan, setelah persentas berakhir (Jahi, 2003).
11
Pendapat lain dari Suparman (1997)
bahwa,
kemampuan media
instruksional, paling tidak ; (a) memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi lebih besar, (b) menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh, (c)
menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung
dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana, dan (d) dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian. Disamping kelebihannya, media video (vcd) juga memiliki keterbatasan diantaranya adalah (a) tempo program tetap (fixed pace), (b) untuk materi tertentu yang membutuhkan detail tetap perlu disajikan gambar yang diam (still phenomena), dan salah interpretasi dapat terjadi karena adegan dramatisasi atau dokumentasi (misinterpretation). Dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan video tersebut, penelitian ini bermaksud menjadikan media video sebagai medium komunikasi penyebaran informasi pertanian. Format video untuk mempersentasekan pesan kepada khalayak dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya format talk/ceramah, format diskusi, format wawancara/interview, format feature, format majalah, dan format drama (Siswosumarto, 1999). Sesuai dengan maksud penelitian ini, format yang digunakan adalah format talk/ceramah yaitu menggunakan presenter sebagai titik sentral. Variasi format ini nampak dalam sajian, presenter dibantu dengan obyek, caption, alat peraga, peragaan, dan peraga. Pemanfaatan media video dalam kegiatan penyampaian informasiinformasi penyuluhan pertanian, sampai saat ini masih sangat terbatas. Bahkan hasil- hasil penelitian yang mengungkapkan pemanfaatannya pada petani masih sangat terbatas. van den Ban (2003) mengemukakan bahwa film dan video berguna untuk mengembangkan dan memperkuat motivasi karena dapat membangkitkan keterlibatan emosi petani pada masaalah yang ingin didiskusikan penyuluh. Hal ini karena media video atau sejenisnya seperti multi media memerankan dua fungsi yang berbeda yaitu ; memperbaiki proses alih informasi (terutama proses kognitif) dan mengembangkan atau memperkuat motivasi untuk perubahan (yang pada awalnya adalah proses emosional).
12
Implikasinya seperti yang dikemukakan oleh Slamet (2003)
televisi dan
video pada umumnya me rupakan media yang sangat efektif untuk masyarakat sasaran yang telah mampu berkomunikasi secara impersonal dan prasarananya telah tersedia dalam bentuk saluran-saluran televisi. Berbagai hasil penelitian, seperti yang dikemukakan Dwyer
dalam Sadiman (2003)
bahwa tayangan
televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat lima puluh persen (50%) dari apa yang mereka lihat dan dengar di layer televisi walaupun hanya sekali di tayangkan. Atau secara umum orang akan mengingat delapan puluh lima persen (85%) dari apa yang mereka lihat di televisi, setelah tiga jam kemudian, kemudian enam puluh lima persen (65%) setelah tiga hari kemudian. Pendapat lain yang mendukung keberhasilan komunikasi bermedia atau multimedia dari Kemp (1963) adalah : (a) dapat meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap suatu topik, (b) meningkatkan daya tarik bagi khalayak, (c) mengajarkan keahlian lebih efektif,
(d) merangsang khalayak untuk bertindak,
(e) berperan dalam menumbuhkan sikap yang diiningkan terhadap materi yang dibicarakan,
(f)
memperpanjang
waktu
penyimpanan
informasi,
dan
(g) memberikan perolehan pengalaman yang tidak mudah melalui berbagai cara. Hasil- hasil penelitian lain yang dikumpulkan oleh Schramm dalam Syam dan Sugiana (2001) memberikan bukti-bukti bahwa : (a) kombinasi media audio visual memberikan hasil yang jauh lebih besar dalam mempengaruhi khalayak, (b) penggunaan gambar hidup memberikan hasil 24 persen lebih tinggi dalam tes mengenai materi yang disajikan, dibandingkan dengan khalayak yang belajar hanya lewat peta, model, gambar, dan karyawisata, dan (c) persentase menggunakan kombinasi pengajaran berprogram, film bicara, tape slide, tape latihan (multimedia), memberikan hasil belajar yang signifikan dari pada belajar lewat bantuan seorang guru. Agar video instruksional efektif digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayaknya, maka perencanaan pesan merupakan bagian penting. Penulisan naskah, merupakan bagian perencanaan pesan yang diperlukan agar program yang dibuat sesuai dengan hasil yang diinginkan. Naskah menyediakan informasi kepada seluruh kerabat kerja produksi tentang pekerjaan yang harus dilakukan sebelum dan selama kegiatan produksi berlangsung. Secara umum
13
naskah video instruksional dinilai telah siap diproduksi apabila naskah tersebut mengandung isi pesan yang merupakan penjelmaan dari ide atau gagasan dalam bentuk dua komponen yaitu visual dan audio (Soesilowaty, 2003). Langkahlangkah dalam penulisan naskah menurut Arifin (1999) dimulai dengan penulisan sinopsis dan treatment. Format Pesan Video Instruksional Fungsi pesan mempunyai arti penting dalam berkomunikasi, sehingga dalam merencanakan pesan, Kemp menyarankan agar membatasi diri pada satu atau dua tujuan yang dapat dicapai saja, yang dinyatakan secara ringkas (Jahi, 2003). Dalam mendesain pesan, beberapa faktor yang diduga mempengaruhi pesan seperti kondisi psiko-sosial pengirim dan penerima, lingkungan, dan instrumen- instrumen harus diketahui (Devito, 1997). Selain faktor-faktor tersebut, proses penyampaian pesan dapat terdistorsi oleh gangguan. Cangara (2003) membedakan gangguan komunikasi atas tujuh macam yaitu ; (1) gangguan teknis (channel noise), (2) gangguan semantik, (3) rintangan fisik
(4) gangguan status
(5) gangguan kerangka berpikir, (6)
gangguan psikologis, dan (7) gangguan budaya. Untuk itu suatu pesan hendaknya direncanakan dan mempresentasikan gagasannya berdasarkan format organisasi pesan tertentu sesuai dengan kondisi khalayak yang dihadapi. Berbagai hasil penelitian seperti yang dikemukakan oleh Rakhmat (2001)
bahwa pesan
komunikasi yang di terorganisasikan, lebih mudah dimengerti, memudahkan pengingatan, dan mempermudah terjadinya perubahan sikap khalayak. Larson dalam Syam dan Sugiana (2001) menyatakan bahwa, ada beberapa cara
mengorganisasikan pesan komunikasi yang membantu khalayak untuk
mengingat secara mudah dan menerima pesan tersebut, antara lain ; format kronologis (disusun berdasarkan urutan kejadian), format spasial (disusun berdasarkan ukuran masaalah dan pemecahannya), format topikal (disusun berdasarkan topik yang dibicarakan), format kausal (disusun berdasarkan hubungan sebab akibat), format pemecahan masalah (disusun secara berurutan, mulai dari diagnosis masaalah sampai pemecahan masaalah),
dan format
pengembangan motivasional (disusun berdasarkan sekuen-sekuen motif untuk
14
membujuk khalayak untuk melakukan tindakan tertentu). Selain itu, format yang dikembangkan oleh Monroe meliputi lima langkah yang berurutan dalam menyajikan pesan sebuah gagasan yaitu ; perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, sampai tindakan (Rakhmat, 2001). Untuk itu Beaudin dan Quick mengingatkan agar tidak melupakan 3 (tiga) ciri isi pesan berikut : akurat (isi pesan haruslah benar dan sesuai dengan perkembangan saat ini), berguna (menstimuli, memotivasi dan memberi informasi khalayak untuk bertindak sesuai dengan isi pesan tersebut), dan bebas dari bias (Jahi, 2003). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mulyana (2002) bahwa, jika komunikasi direncanakan untuk menimbulkan perubahan, maka isi pesan harus mengandung unsur psikologis dan sosiologis, yaitu ; (i) Isi pesan harus dipahami khalayak dengan pengertian yang berdasarkan pengalamannya di masa lampau dan (ii) Isi pesan dapat memberi keuntungan dan nilai praktis ya ng besar dari tujuan yang dikemukakan. Supaya
pesan dibuat menarik, Jahi (2003)
menyebutkan bahwa penyajian unsur gerak dan dinamik pada video berdampak besar pada pesan, karena menjadi daya tarik dan pemikat perhatian orang. Selain itu pandangan Siregar (2001) bahwa gambar, suara, dan musik merupakan jiwa yang dihantarkan dalam suatu pesan visual (vidio/televisi). Ketrampilan komunikasi ditandai dengan kemampuan mewujudkan simbol di satu pihak, dan pengertian makna simbol dipihak lain. Simbol-simbol visual dapat menjadi pesan komunikasi sepanjang sudah terbentuk kesepakatan antara penyampai dan penerima. Untuk menangkap makna ini awalnya adalah ketrampilan komunikasi, dan yang lebih jauh adalah pengetahuan yang dimiliki oleh penerima. Pengembanga n pesan untuk televisi/video instruksional, menurut Kemp, semuanya berawal dari suatu gagasan atau ide (Jahi, 2003). Kemudian Ide- ide tersebut dapat divisualisasikan atau digagas dalam bentuk naskah (script). Visualisasi ide, menurut Siswosumarto (1999) adalah suatu upaya untuk menterjemahkan lambang- lambang verbal berupa ; sebuah ide, konsep, ataupun deskripsi yang masih bersifat abstrak menjadi sebuah tontonan visual yang dapat dimengerti maknanya. Untuk itu dikemukakan oleh Rinaldi (2003) terdapat tiga pengelompokan pokok bentuk visual yang dideskripsikan ke dalam bentuk
15
simbol-simbol visual yakni ; simbol piktorial (penyajian gambaran yang realistik), symbol grafis (penggambaran pesan dengan menggunakan gambar yang lebih sederhana), dan symbol ve rbal (penyederhanaan symbol visual dalam bentuk keterangan/kata).
Media dan Pengaruhnya Menurut Winkel
dalam Nazariah (2001) penyampaian pesan dengan
menggunakan media komunikasi, dalam batasan wilayah kognitif
meliputi :
pemahaman mencakup kemampuan (menguraikan isi pokok dari suatu materi pesan) untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, dan penerapan, mencakup kemampuan mengaplikasikan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang kongkret dan baru. Chu dan Schramm (1979) melaporkan hasil studi metaanalisis,
bahwa
betapa televisi mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar manusia, serta meningkatkan daya retensi siswa. Hasil penelitian lain ya ng dikemukakan oleh Bohari (1999)
betapa televisi dapat
mengubah perilaku sebagian penduduk Tg. Karang (Kualalumpur) dari perokok berat menjadi berhenti merokok (32,4%), bertahap selama 6 bulan berhenti merokok (51,4%) dan sisanya berjanji akan mengurangi porsi rokoknya. Pengaruh unsur gerakan dan kesimpulan pesan dalam presentase multimedia, dilaporkan oleh Ticoalu (2004)
bahwa terdapat hubungan yang
kuat (r = 0,769) setelah 3 jam antara kemampuan memahami prosedur terhadap ketrampilan. Penelitian tentang pengaruh terpaan informasi kesehatan di televisi terhadap sikap hidup sehat keluarga, oleh Mulyana (2002)
bahwa
intensitas
penayangan informasi kesehatan, isi pesan, dan kredibilitas komunikator, berpengaruh terhadap sikap ibu- ibu rumah tangga mengenai hidup sehat dalam keluarga. Menurut Reymond A. Bauer dalam Rakhmat (2001), betapapun kuatnya pengaruh media massa, tetapi pengaruh ini disaring, diseleksi, bahkan mungkin ditolak sesuai dengan faktor- faktor personal yang mempengaruhi reaksi mereka.
16
Pengertian Karakteristik Personal, Perilaku Komunikasi, dan Persepsi Karakteristik secara umum terdiri dari faktor personal seperti umur, pendidikan formal dan non formal, pengalaman, jenis kelamin, pekerjaan, pemilikan media, dan lain- lain. Beberapa diantaranya seperti umur, pendidikan formal, dan pengalaman merupakan faktor yang berhubungan dengan penelitian ini. Persepsi menurut Rakhmat (2001) adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Kemudian perilaku komunikasi merupakan aktifitas komunikasi dalam mencari dan menerima informasi. Salah satu faktor
yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian
(attention) yang merupakan proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan- masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2001). Perhatian merupakan
salah satu faktor eksternal meliputi : gerakan,
intensitas stimuli, kebaruan (novelty), dan perulangan. Sedangkan menurut Devito (1997) persepsi mempengaruhi ransangan (stimulus) atau pesan apa yang kita serap dan makna apa yang kita berikan kepada mereka untuk mencapai kesadaran. Persepsi dalam komunikasi intrapersonal sangat berkaitan dengan sensasi dan memori. Rakhmat (2001) menjelaskan dalam sistim pengolahan informasi secara intrapersonal pada manusia, tahap paling awal adalah sensasi, dimana alat indera mengubah informasi menjadi impuls- impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Informasi yang diterima, mula-mula disimpan pada gudang inderawi (memory storage), kemudian masuk ke short-term memory, lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan ke dalam long-term memory. Ada dua macam memori yaitu memori ikonis untuk materi yang diperoleh secara visual, dan memori ekonis yang diperoleh secara auditif (Rakhmat, 2001).
Dalam
komunikasi
dalam
intrapersonal
memori
memegang
peranan
penting
mempengaruhi persepsi. Obyek yang disensasi melalui alat indera, disimpan
17
dalam memori untuk kemudian dipanggil kembali akan mempengaruhi persepsinya terhadap obyek tersebut. Sebab kemampuan sensasi dan memori orang berbeda-beda, sehingga persepsi terhadap obyekpun berbeda. Hasil- hasil penelitian yang mengungkapkan keterkaitan hubungan antara karakteristik, persepsi, dan perilaku komunikasi petani dengan kemampuan kognitif dalam menerima informasi dari media video instruksional belum banyak di ungkapkan. Beberapa hasil penelitian yang dapat memberikan gambaran hubungan persepsi, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi, seperti yang diungkapkan oleh Adi, dkk (2003) bahwa karakteristik petani seperti : (i) tingkat umur dan pengalaman petani berhubungan sangat nyata negatif dengan persepsi petani terhadap inovasi teknologi, dan (ii) pendidikan formal berhubungan sangat nyata positif dengan
persepsi petani terhadap inovasi
teknologi. Bahwa perilaku komunikasi petani seperti : keterdedahan pada media komunikasi
dan
keterdedahan
pada
saluran
komunikasi
interpersonal
berhubungan sangat nyata dengan persepsi petani terhadap inovasi teknologi. Hasil penelitian tentang persepsi, seperti yang dilaporkan Sementara Riyanto, dkk (1991) melaporkan bahwa keterdedaha n televisi tidak mempunyai kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan peternak tentang teknologi INTAB, keterdedahan tersebut lebih banyak dalam hal acara-acara hiburan yang tidak ada kaitannya dengan teknologi INTAB. Kemudian dari hasil penelitian Yusmasari (2003) dapat disimpulkan bahwa keterdedahan terhadap saluran interpersonal, media cetak dan media elektronik berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang mangrove. Hasil lain dari penelitian Riyanto, dkk (1991) bahwa kontak dengan penyuluh tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan peternak tentang INTAB. Tetapi laporan hasil penelitin lainnya, bahwa terdapat perbedaan yang nyata dari karakteristik individu petani (umur, pendidikan, pengalaman, luas lahan, dan status lahan), perilaku komunikasinya, dan penggunaan jenis media,
menyebabkan pemahamannya
tentang program Kredit Ketahanan Pangan berbeda-beda. Terkait dengan pesan dan kemampuan kognitif, hasil penelitian Ticaolu (2004), bahwa penggunaan gambar gerak yang di kombinasikan kesimpulan tersurat pada persentase multimedia berpengaruh nyata terhadap ketrampilan yang
18
berhubungan dengan kemampuan kognitif, bila di bandingkan dengan gambar diam. Penjelasan tentang hasil- hasil penelitian diatas, telah memberikan gambaran yang cukup jelas untuk digunakan sebagai argumentasi dalam penelitian ini.
19
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran Kefektivan video instruksional dalam menyampaikan pesan ditentukan oleh kemampuannya meningkatkan pengetahuan petani (khalayak). Efek tersebut diamati, melalui hubungan
faktor- faktor personal dengan materi yang
diperagakan lewat video, meliputi : hubungan persepsi tentang daya tarik video, penerimaan materi, pemahaman materi, dan keterlibatan video instruksional dalam
meningkatkan
partisipasi
petani
(khalayak),
dengan
peningkatan
pengetahuan ; hubungan karakteristik personal : pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani, dengan peningkatan pengetahuan ; hubungan
perilaku
komunikasi : frekwensi menonton televisi, mendengar radio, membaca koran, kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan sesama petani, dengan peningkatan pengetahuan ; dan hubungan karakteristik personal dengan persepsi, dan hubungan perilaku komunikasi dengan persepsi. Terkait dengan pengukuran hubungan- hubungan tersebut, peningkatan pengetahuan adalah sebagai peubah terikat (Y), karakteristik personal (X1 ), perilaku komunikasi (X2 ), dan
Persepsi (X3 ) adalah sebagai peubah bebas.
Keterkaitan peubah-peubah tersebut, diilustrasikan sebagai berikut :
Karakteristik Personal (X1 ) : - Pendidikan Formal - Umur - Pengalaman Bertani
Perilaku Komunikasi (X2 ) : - Menonton TV - Mendengar Radio - Membaca Koran - Kontak dengan Penyuluh - Kontak dengan Petani
Video Instruksional Demonstrasi
Persepsi tentang Video (X3) : - Daya Tarik - Pemahaman - Penerimaan - Keterlibatan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Peningkatan Pengetahuan (Y)
20
Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka untuk membuktikan keefektivan video instruksional dalam diseminasi informasi pertanian, dilakukan melalui pengujian hipotesis sebagai berikut : 1.
: Penyampaian pesan menggunakan video instruksional, sama efektif dengan penyampaian pesan melalui demonstrasi cara oleh penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan petani.
2.
: Terdapat hubungan persepsi petani tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan.
3.
: Terdapat
hubungan
karakteristik
personal
dengan
peningkatan
pengetahuan petani 4.
: Terdapat
hubungan perilaku
pengetahuan petani
komunikasi
dengan peningkatan
21
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi
Bahan eksperimen untuk video instruksional dan demonstrasi cara berupa materi tentang pesan pengendalian hama Penggerak Buah Kakao (PBK) yang teridiri dari : permasalahan hama buah kakao, ciri-ciri hama PBK, petunjuk penggunaan pupuk dan cara pengendalian hama PBK. Materi Video Instruksional Materi video instruksional, di kemas dalam campact disc (CD) standar. Materi didesain menggunakan format kronologis, metode ceramah oleh presenter (Koordinator PPL Salahutu) yang dibantu dengan bahan peraga, alat peraga, dan peraga. Materi tersebut disusun dalam bentuk naskah (shoting script) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengambilan gambar dilakukan di areal tanaman kakao milik petani yang berlokasi di Desa Tulehu Kecamatan Salahutu Maluku Tengah, menggunakan kamera produksi standar.
Penyuntingan gambar menggunakan
personal komputer (PC) dan software video editing standar
adobe premier
pro 6.5. Instrumen (alat bantu) eksperimen menggunakan compact disc player dan televisi 20 inci. Selengkapnya materi video instruksional dalam bentuk naskah dan kemasan compact disc pada lampiran 2. Materi Demonstrasi Cara Demonstrasi cara adalah
metode/cara penyampaian informasi oleh
presenter, dimana presenter merupakan titik sentral dan dibantu alat peraga, dan petani sebagai audiensnya. Metode ini seringkali digunakan untuk memperagakan inovasi pertanian sebagai proyek percontohan. Materi
demonstrasi
cara
disiapkan
dalam
bentuk
naskah,
yang
disampaikan oleh presenter (Koordinator PPL Maluku Tengah) yang dibantu dengan bahan peraga, alat peraga, dan peraga. demonstrasi cara pada lampiran 3.
Selengkapnya
naskah
22
Metode Penelitian Lokasi Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Amahai Maluku Tengah Provinsi Maluku. Pemilihan lokasi atas dasar pertimbangan bahwa lokasi tersebut mudah dijangkau, kondisi sosial ekonomi cukup baik, potensi kakao cukup memadai dan fasilitas penunjang cukup tersedia. Lama waktu adalah tiga (3) bulan terhitung dari bulan Juni sampai dengan Agustus tahun 2005. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi-experimental, dimana target populasinya adalah para petani kakao di Kabupaten Maluku Tengah. Pemilihan desain ini atas pertimbangan jumlah populasi target (petani kakao), penyesuaian dengan metode penyuluhan yang diterapkan selama ini, pengontrolan terhadap beberapa peubah pengamatan, dan pemberian perlakuan (treatment) sesuai dengan kebiasaan petani dalam menerima informasi.
Secara spesifik, penelitian ini
menggunakan desain separate sample pretest-postest yang secara rinci digambarkan sebagai berikut (Van Dalen, 1973):
Dimana
R:
0
R:
0
X1
0
R:
0
X2
0
:O
0
= Observasi/pengukuran
X1
= Perlakuan Video instruksional
X2
= Perlakuan Demonstrasi cara
R
= Random/pengacakan
23
Subyek dan Prosedur Penelitian Subyek penelitian ini adalah petani kakao dalam wilayah binaan BPP Kecamatan Amahai. Subyek penelitian dipilih secara acak sebanyak 60 (enam puluh) orang. Kemudian dibagi dalam 3 (tiga) kelompok eskperimen. Masingmasing kelompok terdiri dari 20 (dua puluh) petani yaitu kelompok eksperimen (K 1 ) diberi perlakuan keragaan video instruksional, kelompok eksperimen (K 2 ) diberi perlakuan keragaan demonstrasi cara, dan kelompok kontrol (K 0 ) tanpa perlakuan. Prosedur eksperimen yang menggambarkan tahapan-tahapan penelitian dari awal hingga akhir adalah sebagai berikut : 1. Observasi awal terhadap petani kakao di lokasi penelitian, dimaksudkan untuk
menjejagi
pengetahuan
mereka
tentang
usahatani
kakao
dan
permasalaha n yang berkaitan dengan materi yang diperagakan. Penjejagan ini diperlukan dalam menentukan isi materi video instruksional dan demontrasi cara yang digunakan dalam penelitian. 2. Pembuatan materi
video instruksional,
dimulai dari pembuatan naskah
(shoting script), pengambilan gambar (shoting), dan penyuntingan gambar. Sedangkan pembuatan materi demonstrasi cara, disiapkan dalam bentuk naskah penyuluhan. 3. Uji coba media,
dimaksudkan untuk mengetahui kualitas gambar dan suara,
serta materi yang di presentasekan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekurangannya, agar dapat dilakukan perbaikan, sebelum di eksperimenkan. 4. Pengukuran awal (pre-test), untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal subjek penelitian, dilakukan terhadap tiga kelompok petani subjek penelitian yaitu 2 kelompok eksperimen (K 1 dan K2 )
dan 1 kelompok kontrol (K 0 ),
dengan menggunakan kuesioner pengukur tingkat pengetahuan. 5. Tahapan perlakuan sebagai berikut : kelompok eksperimen (K 1 ) diberi materi melalui media video instruksional menggunakan alat bantu
compact disc
player dan televisi 20 inci ; kelompok eksperimen (K 2 ) di beri materi melalui media demonstrasi cara oleh penyuluh, di areal perkebunan kakao milik petani ; dan kelompok kontrol (K 0 ) tidak diberi perlakuan
24
6. Pengukuran akhir (post-test), untuk mengetahui tingkat pengetahuan subjek penelitian
(K 1 dan K2 ) dan kelompok kontrol, setelah diberi
perlakuan
materi. 7. Tahapan terakhir adalah pengumpulan data subyek penelitian (petani) kelompok eksperimen (K 1 ), meliputi data : karakteristik personal, perilaku komunikasi, dan persepsi tentang video instruksional. Selengkapnya, tahapan-tahapan penelitian tersebut di atas diilustrasikan pada gambar berikut : Observasi Awal
Pembuatan Materi Penelitian
Uji Media
Kelompok Eksperimen (K1 dan K2 )
Pretest (Pengukuran Awal)
Kelompok Kontrol
Perlakuan
K1 = Materi Video Instruksional K2 = Materi Demonstrasi Cara
K0 = Tanpa Perlakuan
Post-test (Pengukuran Akhir)
Pengumpulan Data Karakteristik Personal , Perilaku Komunikasi, dan Persepsi Gambar 2 Tahapan Penelitian
Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data-data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari : tingkat pengetahuan petani tentang materi eksperimen,
karakteristik personal, perilaku komunikasi, dan persepsi
25
video instruksional. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi/dinas terkait. Secara rinci Tabel 1 menyajikan pengumpulan jenis data, sumber data, dan metode pengumpulan data. Tabel 1. Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data Jenis Data
Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Data Primer : Pengetahuan awal (pre- Responden test) (K1 , K2 , dan K0 ) Pengetahuan akhir Responden (post-test) (K1 , K2 , dan K0 )
Pengisian daftar pertanyaan
3.
Karakteristik personal
Responden (K1 )
4.
Perilaku komunikasi
Responden (K1 )
5.
Persepsi video instruksional
Responden (K1 dan K 2 )
Wawancara dan pengisian daftar pertanyaan Wawancara dan pengisian daftar pertanyaan Wawancara dan pengisian daftar pertanyaan
1. 2.
Pengisian daftar pertanyaan
Data Sekunder : 1.
Populasi dan perkembangan kakao
2.
Jumlah petani, penyuluh, dan kegiatan penyuluhan Kependudukan, infrastruktur dan geografis Kepemilikan media media komunikasi hiburan dan informasi
3.
4.
Data primer
Dinas Pertanian dan Perkebunan Maluku Tengah Dinas Pertanian dan Perkebunan Maluku Tengah
Wawancara dan tahun terakhir
direktori
Wawancara dan tahun terakhir
direktori
BPS Maluku Tengah
Maluku Tengah dalam angka tahun 2004 dan pengamatan lapangan Wawancara dan pengamatan lapangan
Masyarakat (petani)
dikumpulkan
menggunakan dua macam daftar pertanyaan,
meliputi : 1. Daftar pertanyaan untuk mengukur pengetahuan petani (tes pengetahuan), untuk pre-test dan post-test, berjumlah 32 nomor yang disusun secara terstruktur sesuai materi eksperimen, dan diberi dua pilihan jawaban benar atau salah yang disusun selang seling dengan jumlah yang seimbang.
26
2. Daftar pertanyaan untuk mengumpulkan data karakteristik personal dan perilaku komunikasi, disusun dalam bentuk gabungan antara pertanyaanpertanyaan terbuka dan tertutup. Sedangkan daftar pertanyaan tentang persepsi video instruksional disusun secara ordinal dengan menggunakan skala likert. Defenisi Operasional dan Pengukurannya Secara operasional, data primer dikumpulkan berdasarkan peubah-peubah penelitian, yang didefinisikan sebagai berikut : X1 . Karakteristik personal adalah ciri-ciri khusus petani yang meliputi : X1.1. Pendidikan adalah hasil dari kegiatan belajar di sekolah-sekolah formal yang pernah dicapai petani, dikategorikan ke dalam : (SD),
Sekolah Dasar
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi, yang dinyatakan dalam satuan tahun. X1.2. Pengalaman adalah lamanya petani berusahatani, yang dinyatakan dalam satuan tahun ; X1.3. Umur adalah lamanya waktu hidup
yang dinyatakan dalam satuan
tahun ; X2 . Perilaku komunikasi adalah kebiasaan
petani
dalam memperoleh dan
menerima informasi dari berbagai sumber informasi yang tersedia, yang diukur berdasarkan lamanya : X2.1. Menonton televisi
dalam satuan jam selama satu minggu bulan
penelitian. X2.2. Mendengar radio dalam satuan jam selama satu minggu bulan penelitian. X2.3. Membaca koran dalam satuan jam selama satu minggu bulan penelitian. X2.4. Kontak dengan penyuluh dalam satuan jam selama satu minggu bulan penelitian. X2.5. Kontak dengan sesama petani dalam satuan jam selama satu minggu bulan penelitian.
27
X3 . Persepsi adalah pandangan/interpretasi petani tentang
video instruksional
sebagai media saluran informasi, dikaitkan dengan kondisi dirinya dimana dia berasal. Pengukurannya melalui 4 (empat) indikator sebagai berikut : X3.1. Daya tarik, yaitu persepsi tentang tampilan gambar, suara, teks, dan sunur-unsur pesan
pada video instruksional, yang diukur dengan skala
ordinal. X3.2. Pemahaman, yaitu persepsi tentang kemudahan memahami materi yang ditampilkan video instruksional, yang diukur dengan skala ordinal. X3.3. Penerimaan, yaitu persepsi tentang peluang menerima video instruksional sebagai media informasi pertanian, yang diukur dengan skala ordinal. X3.4. Keterlibatan, yaitu persepsi tentang tingkat partisipasi petani dalam menerima informasi melalui
video instruksional, yang diukur dengan
skala ordinal. Y.
Peningkatan pengetahuan adalah skor akhir cara mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK), yang diperoleh subyek penelitian = 50 (lima puluh) dari pengetahuan awal.
Validitas dan Reliabilitas Pengukuran validitas
dilakukan dengan cara : menganalisis data dan
informasi tentang khalayak sasaran (petani), baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif ; dan merujuk pendapat pakar sesuai bidang keahliannya. Sedangkan pengukuran
reliabilitas
instrument,
menggunakan
koefisien
Cronbach`Alpha, dengan rumus : (Arikunto, 1998). ? s 2 item
N a=
1N-1
a N s 2total s 2 item
s 2 item = koefisien reliabilitas Cronbach`Alpha = banyaknya pertanyaan = ragam dari skor = ragam dari pertanyaan
reliabilitas
28
Uji Coba dan Evaluasi Media Uji coba dan evaluasi media video instruksional, dimaksudkan untuk mengetahui kelayakannya sebagai bahan eksperimen. Kegiatan uji coba dan evaluasi media dilakukan dengan metode antara lain : 1. Metode Face Validity yaitu uji coba produk draft pada komisi pembimbing ; 2. Metode Open House yaitu uji coba produk yang sudah jadi (berbentuk kemasan video) kepada 10 orang petani, dan Penyuluh lapangan, untuk meminta tanggapan mereka atas beberapa aspek seperti : kejelasan gambar, kejelasan suara, dan materi- materi yang dipresentasekan. Pengolahan Data, Analisa Data, dan Pengujian Hipotesis Pengolahan data,
analisa data, dan pengujian hipotesis menggunakan
komputer (PC) dengan beberapa program aplikasi sederhana seperti Microsoft excel dan SPSS ver 12. Beberapa prosedur statistika digunakan dalam pengolahan dan analisa data. Deskripsi data dianalisis dengan prosedur statistik deskriptif, yang meliputi frekwensi-distribusi, dan nilai tengah sebaran. Pengujian
hipotesis
dilakukan
melalui
pengujian
variasi tingkat
pengetahua n antar kelompok eksperimen dengan prosedur analisis
kovarians
(ANKOVA), dan pengujian hubungan secara non parametrik dengan prosedur korelasi spearman. Secara rinci, pengolahan data melalui
tahapan-tahapan
berikut : 1. Pendistribusian data tingkat pengetahuan awal dan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen (K 1 dan K2 ), dan kelompok kontrolnya (K 0 ), disusun berurutan sesuai urutan responden. Jawaban yang benar diberi skor 1, dan yang salah diberi skor 0, kemudian total skor masing- masing responden dikonversi berdasarkan skala 0 - 100 ; 2. Perhitungan rataan skor dan deviasi pengetahuan awal dan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen (K 1 dan K2 ), dan kelompok kontrol (K 0 ) ; 3. Pendistribusian data karakteristik personal, perilaku komunikasi dan persepsi tentang video instruksional, kelompok eksperimen (K 1 ) ; 4. Perhitungan rataan dan deviasi data karakteristik personal, perilaku komunikasi, dan persepsi tentang video instruksional ;
29
5. Mengelompokan data tingkat pengetahuan awal dan peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen (K1 dan K2 ), dan kelompok kontrol (K 0 ), yang disejajarkan berdasarkan urutan-urutan responden ;dan 6. Mengelompokkan data peningkatan pengetahuan, persepsi tentang video instruksional, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi, kelompok eksperimen (K 1 ), yang disejajarkan berdasarkan urutan-urutan responden ; Tahapan selanjutnya adalah analisis data dan pengujian hipotesis, dijelaskan sebagai berikut : 1. Pengujian perbedaan variasi skor tingkat pengetahuan awal dan peningkatan pengetahuan antara kelompok eksperimen (K 1 dan K2 ) dengan kelompok kontrol (K 0 ) menggunakan prosedur analisis kovarians (ANKOVA). 2. Pengujian
keefektivan
pengetahuan
video
instruksional
berdasarkan
peningkatan
dilakukan dengan cara menguji perbedaan dan atau kesamaan
variasi data peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen K1 dengan K2, dengan analisis kovarians (ANKOVA). Pengambilan keputusan dilakukan sebagai berikut : a) Terima hipotesis, bila variasi besaran skor peningkatan pengetahuan antar K1 dengan K2 tidak berbeda (Fhit < F(0,05)(v1,v2) ), berarti media video instruksional sama efektif dengan media demonstrasi cara oleh penyuluh dalam meningkatkan pengetahuan petani. b) Tolak hipotesis, bila K1 dengan K2
variasi besaran skor peningkatan
pengetahuan
berbeda, (Fhit > F(0,05)(v1,v2)), berarti media video
instruksional tidak efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani. 4. Pengujian keefektivan video instruksional berdasarkan hubungan
persepsi
tentang video instuksional, karakteristik personal, dan perilaku komunikasi dengan peningkatan pengetahuan petani, dilakukan dengan cara mengukur hubungan secara non parametrik,
menggunakan koefisien korelasi spearman
(?), dengan rumus (Sugiyono, 1999) : 6? bi2 ?=1n(n2 – 1)
30
a. Pengukuran hubungan berpedoman pada kategori sebagai berikut : a) Bila kooefisien korelasi pada rank : 0,00 – 0,199, hubungan tidak berarti. b) Bila kooefisien korelasi pada rank : 0,20 – 0,399, hubungan rendah c) Bila kooefisien korelasi pada rank : 0,40 – 0,599, hubungan sedang. d) Bila kooefisien korelasi pada rank : 0,60 – 0,799, hubungan kuat. e) Bila kooefisien korelasi
pada rank : 0,80 – 1,000, hubungan sangat
kuat. b. Pengambilan keputusan dilakukan sebagai berikut : f) Terima hipotesis, bila signifikansi koefisien korelasi berada di antara taraf signifikan 0,00 – 0,05 g) Tolak hipotesis, bila signifikansi koefisien korelasi lebih besar dari taraf signifikan 0,05
31
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah, pengembangan kakao yang cukup potensial. Komoditi ini merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat, dimana sebagian besar penduduknya telah mengusahakan kakao sejak tahun 1992. Tata letak kecamatan ini, mengapit kota Masohi (Ibu kota Kabupaten Maluku Tengah), dari sisi Selatan dan sisi Utara. Lokasi penelitian berjarak ± 12 km dari sisi utara kota Masohi, yang ditempuh dalam waktu ± 20 menit, menggunakan transportasi darat. Secara umum untuk menuju ke lokasi penelitian, cukup tersedia sarana transportasi darat setiap harinya, dengan biaya yang relatif murah. Tata letak secara geografis disajikan pada lampiran 1. Akses informasi, seperti radio, media cetak (koran), dan telepon, ketersediannya masih sangat
terbatas. Sedangkan televisi dan cd player,
ketersediannya cukup memadai, hampir di setiap rumah tangga petani. Akses informasi lainnya seperti informasi pertanian, tersedia Balai Penyuluh Pertanian (BPP). Sehingga, petani dapat mengakses informasi pertanian dari penyuluh lapangan (PPL). Luas wilayah kecamatan ini adalah 1.776,37 km2 , merupakan wilayah yang terluas dibandingkan dengan
wilayah kecamatan lainnya. Dibandingkan
dengan wilayah kecamatan lain : jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya, tergolong cukup tinggi ; penduduk rendah ;
persentase usia produktif cukup tinggi ; kepadatan
persentase lapangsan usaha pertanian cukup tinggi ;
persentase lulusan sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi cukup tinggi ; dan usia rata petani, pendidikan rata-rata petani, dan penglaman rata-rata petani cukup tinggi. Secara umum, keadaan kependudukan di Kabupaten Maluku Tengah, pada wilayah-wilayah kecamatan, cukup merata. Tabel 2 menyajikan luas wilayah, deskripsi penduduk, pendidikan, dan kepadatan penduduk Kabupaten Maluku Tengah (untuk 7 tujuh wilayah kecamatan penghasil komoditas perkebunan)..
32
Tabel 2. Luas Wilayah dan Keadaan Kependudukan Kecamatan Penghasil Komoditas Perkebunan di Kabupaten Maluku Tengah Kecamatan
Uraian Amahai
(1) Luas Wilayah (km2) Penduduk : a. Jumlah penduduk (orang) b. Jumlah KK c. Persen usia produktif (15-55 tahun) d. Penduduk pria (%) e. Kepadatan penduduk (org/km2) f. Lapangan usaha pertanian (%)
(2)
TNS
S.Utara
Tehoru
Lehitu
(5)
Salahutu
Haruku
Saparua
(8)
(9)
(3)
(4)
(6)
(7)
1.776,37
24,28
8.346
534.22
232,1
151,82
150
209
61.183 10.549
16.115 3.169
51.333 9.506
25.659 5.031
67.289 12.940
38.616 6.436
27.479 4.294
39.608 8.410
51,13 51,05
48,30 50,32
38,22 4,48
52,61 51,05
52,36 49,87
57,440 49,718
50,489 50,075
51,63 49,07
34
664
6
48
190
254
183
190
20,05
21,98
14,89
21,95
22,11
22.53
22,28
22,19
40,52
40,39
37,19
40,54
57,43
53,32
57,88
55,58
2,05
6,29
4,93
3,87
54,0
57,0
53,0
54,0
7,6
7,7
7,8
7,7
26,5
27,3
24,5
25,6
Pendidikan : a. Tamatan Sekolah Dasar (%) 44,64 40,86 55,65 45,98 b. Tamatan Sekolah Lanjutan (%) 53,50 56,24 43,47 52,86 c. Tamatan Pendidikan Tinggi (%) 1,87 2,90 0,88 1,16 Petani : a. Usia rata-rata petani 52,0 57,0 59,0 53,0 (tahun) b. Pendidikan rata-rata 7,7 7,5 7,7 7,1 petani (tahun) c. Pengalaman rata20,3 23,2 30,2 25,0 rata petani (tahun) Sumber : Maluku Tengah dalam angka Tahun 2002, diolah
Kepulauan Maluku sejak zaman penjajahan (abad ke 17), dikenal sebagai daerah rempah-rempah seperti, cengkih, dan pala. Hingga saat ini cengkih dan pala masih tergolong sebagai tanaman perkebunan yang banyak diminati oleh penduduknya. Sisa-sisa peninggalan sejarah tersebut, sampai kini masih terlihat di perkebunan rakyat. Disamping tanaman cengkeh dan pala, kakao, kelapa, kopi, dan fanili merupakan
sumber mata pencaharian masyarakat. Pengembangan
kakao di daerah ini dimulai pada tahun sembilan puluhan. Hingga kini, berdasarkan luas areal tanaman kakao, persentase terbesar adalah di Kecamatan Amahai (32,6 %) atau 721 ha. Angka ini signifikan dengan tingkat produksi sebesar 45 persen. Tidak hanya tanaman kakao, tanaman perkebunan lainnya tergolong cukup potensial. Tabel 3 menyajikan luas areal dan produksi tanaman perkebunan.
33
Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kakao dan Tanaman Perkebunan lainnya di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2004. Tanaman Perkebunan Lainnya1)
Tanaman Kakao Kecamatan
Amahai
Luas (ha) 721
% 10,7
Produksi (ton) 648
% 45
Luas (ha) 6.016
Keterangan
% 89,3
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
TNS
660,5
59,0
270
19
417
41,0
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
Seram Utara
160
4,6
416
29
3.312
95,4
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
Tehoru
321
8,7
9
0,6
3.379
91,3
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
Leihitu
74
4,0
6
0,4
1.771
96,0
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
Salahutu
63
5,1
3,7
0,3
1.164
94,9
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, & Panili
Pulau Haruku
18
0,8
5
0,4
2.104
99,2
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, & Panili
Saparua
255
10,8
69
4,8
2.103
89,2
Jumlah Rata 2
2.212,5 2.533,1
12,9
1.462,7 182,8
12,4
20.265 2.8
87,0
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, & Panili
Sumber : Data Dinas Pertanian Maluku Tengah, 2004, diolah
Perbandingan data pada Tabel 3, menunjukkan bahwa, baik tanaman kakao maupun tanaman perkebunan lain, Kecamatan Amahai masih lebih potensial dari kecamatan lainnya. Perbedaan tersebut adalah dari tanaman kakao dan produksinya, maupun
luas lahan
tanaman perkebunan lain seperti
kelapa, cengkih, pala, kopi, dan panili. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa, wilayah Kecamatan Amahai dalam jangka panjang pengembangan
tanaman perkebunan.
memiliki prospek
Khusus tanaman kakao, luas dan
produksinya sejak tahun 2000 hingga saat ini, tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Kurangnya pemeliharaan merupakan penyebab tanaman rentang terhadap serangan hama dan penyakit. Hama penggerek buah kakao (PBK) merupakan hama, dengan tingkat penyebarannya cukup tinggi di wilayah ini. Gambar 3 menyajikan perkembangan kakao di Kecamatan Amahai.
34
Perkembangan Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah 1000 800 600 400 200 0
Luas (ha) Produksi (ton) 2000
2002
2004
Tahun Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Maluku Tengah, 2004
Gambar 3 Grafik Perkembangan Kakao
Persentase serangan ha ma PBK pada tanaman kakao, akhir-akhir ini cukup meresahkan para petani. Khusus untuk Kecamatan Amahai dan kecamatankecamatan lain, berdasarkan sampel tanaman yang diobservasi di beberapa desa pengembangan kakao, serta informasi dari petani dan petugas penyuluh pertanian (PPL), pada tahun 1997 dalam satu hektar, buah kakao yang terserang hama PBK diperkirakan mencapai 30 persen, kemudian menyebar dan berkembang
ke
berbagai daerah. Diperkirakan dari luasan tanaman kakao yang ada saat ini, tingkat penyerangan hama PBK rata-rata ± 70 persen/ha. Permasalahan hama tidak hanya pada tanaman kakao, tetapi tanaman-tanaman perkebunan lainnya, seperti kelapa dan panili cenderung mengalami masaalah yang sama dengan kakao, hanya masih dapat dikendalikan. Perkembangan tanaman kakao di wilayah ini, tidak terlepas dari tugas pembinaan oleh Dinas Pertanian Maluku Tengah.
Melalui penyuluh lapangan
yang jumlahnya masih sangat terbatas, tugas pembinaan kepada para petani masih mengalami hambatan. Hal ini karena rasio jumlah petani dan luas areal perkebunan tidak seimbang dengan jumlah penyuluh tetap maupun honorer. Sampai dengan tahun 2005, jumlah penyuluh pertanian lapangan (PPL) berdasarkan SK Bupati Maluku Tengah No. 520-105 tahun 2005 adalah 150 orang. Bila jumlah petani 67.572 (diolah dari Tabel 2), berarti rasio antara petani dan penyuluh adalah 451 : 1. Rasio yang tidak seimbang tersebut, terjadi di semua wilayah kecamatan. Di Kecamatan Amahai (lokasi penelitian), 1 orang
35
penyuluh harus secara rutin bertuga s membimbing 472 petani. Namun demikian, dengan keterbatasan jumlah penyuluh lapangan dan jangkauannya, kegiatan pembinaan ini masih efektif, walaupun hanya pada wilayah-wilayah tertentu. Tabel 4, merinci jumlah petani dan penyuluh per kecamatan. Tabel 4. Jumlah Kelompok tani, Jumlah Petani, Penyuluh, dan Rasio per kecamatan Kecamatan
Jumlah Kelompok Tani 38
Jumlah Petani 122.68
TNS
21
Seram Utara
Amahai
Jumlah Penyuluh
Rasio 26
1: 472
3.542
20
1 : 177
18
7.643
21
1 : 364
Tehoru
26
5.632
14
1 : 402
Leihitu
11
14.875
25
1 : 596
Salahutu
14
8.701
14
1 : 621
Pulau Haruku
19
6.121
17
1 : 874
Saparua
34
8.790
13
1 : 675
Jumlah
181
67.572
150
1 : 451
Sumber : Data Dinas Pertanian Maluku Tengah, 2004
Rasio
yang
disajikan
pada
Tabel
4,
menunjukkan
bahwa
ketidakseimbangan antara penyuluh dengan petani, dan metode penyuluhannya, jelas mempengaruhi keefektivan
penyebaran informasi pertanian, sehingga
diperlukan metode lainnya, seperti metode penggunaan video yang di peragakan dalam penelitian ini.
Metode ini merupakan harapan baru dalam membantu
penyuluh menyebarluaskan informasi pertanian. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang realistis, sehingga dapat memberikan manfaat dalam menyebarkan informasi pertanian secara lebih merata.
Keefektivan Video Instruksional Pengetahuan Awal Petani Hasil pre-test (tes awal)
tentang materi penelitian (pengendalian
penggerek buah kakao), pada dua kelompok eksperimen dan kelompok kontrolnya, memperlihatkan variasi skor pengetahuan awal : petani kelompok
36
eksperimen video instruksional (K 1 ), pada kisaran 25 – 34,28 ; kelompok eksperimen demonstrasi cara (K 2 ), pada kisaran 25 – 31,25 ; dan
kelompok
kontrol (K 0 ), pada kisaran 25 – 31,25. Deskripsi pengetahuan awal petani tentang pengendalian hama PBK pada masing- masing kelompok disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Deskripsi Pengetahuan Awal Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK). n
Kisaran Skor
Rataan Skor
K1 (Video Instruksional)
20
19 -22
20,20
1,15
K2 (Demonstrasi Cara)
20
19 -22
20,30
1,03
K0 (Kontrol)
20
19 - 22
20,15
1,13
Kelompok
Sd
Berdasarkan rataan skor pengetahuan awal dan deviasi masing- masing kelompok, menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK), masing- masing kelompok merata di antara petani yang satu dengan petani lainnya. Rataan skor pengetahuan awal petani tersebut, memperlihatkan bahwa pada dasarnya, tingkat pengetahuan para petani di wilayah tentang cara mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK), dibawah 30 persen. Hasil ini merupakan tolok ukur,
pemilihan materi penelitian dan
pengambilan petani contoh sebagai subyek penelitian adalah tepat, yaitu materi yang belum diketahui oleh para petani kakao subyek penelitian. Secara rinci sebaran skor pengetahuan awal kelompok : video instruksional, demonstrasi cara, dan kontrol disajikan pada gambar 4. Sebaran Skor Pengetahuan Awal 22.5
22 21.5
21
Skor
20.5 Video Demonstrasi Kontrol
20 19.5
19 18.5
18 17.5 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Responden
Gambar 4 Grafik Sebaran Skor Pengetahuan Awal
37
Hasil pengujian statistik dengan prosedur analisis kovarians (ANKOVA), memperlihatkan, variasi skor pengetahuan awal : K1 dengan K0, K2 dengan K0, dan K1 dengan K2, tidak berbeda nyata. Kesamaan variasi skor
pengetahuan
awal antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, maupun antara kelompok eksperimen, penting untuk memudahkan pengukuran efek perlakuan yang nyata
peningkatan pengetahuan petani yang diberi video instruksional,
maupun demonstrasi cara. Tabel
6 berikut, menyajikan hasil perhitungan
kovarians skor pengetahuan awal antar kelompok. Tabel 6. Hasil Perhitungan Varians Pengetahuan Awal antar Kelompok Kelompok
Fhit
Ftab
Keterangan
K1 – K0
1,10
2,15
Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
K2 – K0
1,37
2,15
Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
K1 – K2
1,24
2,15
Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
Ket : Ftab {(0,05) (v1,v2)}
Peningkatan Pengetahuan Petani Pemberian perlakuan materi tentang pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK), berdasarkan hasil penelitian,
terdapat perbedaan skor rataan
peningkatan pengetahuan petani kelompok ya ng diberi video instruksional dan demonstrasi cara oleh penyuluh, dengan kelompok kontrolnya. Nampak dalam hasil penelitian, variasi skor dan rataan skor peningkatan pengetahuan di antara petani kelompok eksperimen (K 1 dan K2 ), lebih besar dari kelompok K0 . Hasil tersebut, membuktikan pemberian materi perlakuan eksperimen, memperlihatkan efek yang nyata terhadap peningkatan pengetahuan petani. Berdasarkan rataan skor dan nilai deviasi masing- masing kelompok, kisaran skor di antara petani kelo mpok eksperimen merata (homogen). Tabel 7 menyajikan deskripsi peningkatan pengetahuan petani kelompok eksperimen.
38
Tabel 7. Deskripsi Peningkatan Pengetahuan Petani Kelompok Eksperimen
Kelompok
n
Rataan Pengetahuan Awal
Rataan Pengetahuan Akhir
Peningkatan Pengetahuan Kisaran Skor
Rataan Skor
Sd
K1 K2
20
20,15
97,18
62,50 - 81,25
77,03
5,93
20
20,03
97,35
59,38 - 84,38
77,32
7,26
K0
20
20,13
49,88
25,00 - 31,25
29,75
2,57
Secara rinci perbedaan sebaran skor peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen (video instruksional dan demonstrasi cara), dan kontrol disajikan pada gambar 5 berikut. Sebaran Skor Peningkatan Pengetahuan 90
80
70
60
Video Demonstrasi
40
Kontrol
Skor
50
30
20
10
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Responden
Gambar 5 Grafik Sebaran Skor Peningkatan Pengetahuan
Pengujian statistik dengan prosedur analisis kovarians (ANKOVA), memperlihatkan, varians antar kelompok eksperimen
yang diberi video (K 1 )
dengan kelompok kontrol (K 0 ), berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen (a 0,05). Demikian juga antara kelompok eksperiemen yang diberi demonstrasi oleh penyuluh (K 2 ) dengan kelompok kontrol (K 0 ), hasil pengujian, varians antar K2 dengan K0 berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen (a 0,05). Perbedaan varians kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan bahwa, pemberian materi
video instruksional dan demonstrasi cara oleh
penyuluh, masing- masing menimbulkan efek yang nyata terhadap peningkatan pengetahuan petani.
39
Penggunaan kedua metode tersebut dalam kondisi dikontrol, merupakan bukti bahwa, video instruksional dan demonstrasi cara oleh penyuluh, sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pengetahua n petani. Melalui pengujian varians antar sesama kelompok eksperimen (K 1 - K2 ), diperoleh hasil varians kedua kelompok eksperimen tersebut tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen (a 0,05). Kesamaan variasi skor tersebut membuktikan, penyampaian pesan menggunakan video instruksional, sama efektif dengan penyampaian pesan melalui demonstrasi cara oleh penyuluh dalam peningkatan pengetahuan petani. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini dapat diterima. Tabel 8 menyajikan hasil perhitungan varians peningkatan pengetahuan antar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tabel 8. Hasil Perhitungan Varians antar Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol. Kelompok
Fhit
Ftab
Keterangan
K1 – K0
5,32
2,15
Fhit > Ftab (antar varians berbeda nyata)
K2 – K0
7,98
2,15
Fhit > Ftab (antar varians berbeda nyata)
K1 – K2
1,50
2,15
Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
Ket : Ftab = {(0,05) (v1,v2)}
Efek peningkatan pengetahuan dari video instruksional merupakan bukti bahwa, pesan-pesan penyuluhan dengan media video, dapat diterima sesuai dengan kebiasaan menerima informasi dari penyuluh pertanian. Penyajian materi video instruksional yang mengkombinasikan format pesan kronologis dan format pesan pemecahan, yang didesain secara instruksional, dengan memadukan unsurunsur audio dan visual ke dalam unsur-unsur pesannya, ternyata efektif dalam proses penyampaian pesan kepada petani. Sehingga khusus untuk daerah penelitian, dan daerah sekitarnya, penyebaran informasi menggunakan media ini, dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga penyuluh pertanian (rasio, 1 : 451), hambatan geografis dan demografis, seperti tingkat penyebaran dan kepadatan penduduk. Kefektifan tersebut adalah suatu bukti, bahwa bentuk komunikasi instruksional menggunakan media video, dapat dijadikan sebagai saluran
40
informasi kepada petani (khalayak). Sehingga tidak hanya pesan-pesan instruksional, tentang pengendalian hama PBK,
tetapi dapat juga digunakan
sebagai media penyebaran informasi untuk pengembangan perkebunan dan pertanian lainnya,
tanaman-tanaman
atau pesan-pesan yang sesuai dengan
kebutuhan khalayak. Tersedianya sarana media televisi dan CD player hampir disetiap rumah tangga petani, dan bentuk kemasan yang praktis video instruksional, akan sangat membantu penggunaannya sebagai media penyebaran informasi pertanian. Hal ini penting, mengingat potensi kependudukan dan potensi pertanian wilayah ini cukup besar. Sehingga pelayanan ke masyarakat melalui sistem informasi yang tepat, semua potensi yang ada dapat dikembangkan secara lebih optimal dalam rangka
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
khususnya,
dan
untuk
kepentingan pembangunan daerah umumnya. Penggunaan video sebagai media penyuluhan pertanian, mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat (khususnya petani), tetapi kebiasaan
menggunakan video sebagai sarana hiburan, bukan merupakan hal
yang baru. Video bagi masyarakat Maluku adalah bagian dari gaya hidup seharihari, sehingga kebiasaan ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan penyuluhan pertanian di masa yang akan datang.
Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan
Deskripsi Persepsi Video Instruksional Persepsi
tentang video instruksional
meliputi aspek : daya tarik,
pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, yang masing- masing diukur dalam 3 (tiga) level berdasarkan skala likert, memperlihatkan persepsi tentang video instruksional berada pada interval 2 – 3 (sedang – tinggi). Berdasarkan rataan skor dan deviasi masing- masing aspek, homogen di antara subyek penelitian.
secara umum sebaran skor cukup
41
Secara keseluruhan persepsi tentang video instruksional, rataannya cukup tinggi dan sebarannya merata. Deskripsi persepsi tentang video instruksional disajikan pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Deskripsi Persepsi tentang Video Instruksional
Persepsi tentang Video Instruksional
Kisaran Skor
Rataan Skor
Sd
1. Daya tarik
2,20 – 3,00
2,59
0,22
2. Pemahaman
1,67 – 3,00
2,40
0,43
3. Penerimaan
2,00 – 3,00
2,62
0,51
4. Keterlibatan
2,50 – 3,00
2,73
0,21
Seluruh Persepsi
2,09 – 3,00
2,58
0,34
Hasil penelitian memperlihatkan, berdasarkan unsur- unsur tampilan video instruksional, persepsi petani terhadap daya tarik video instruksional pada interval 2,20 – 3,00. Artinya unsur tampilan : gambar, suara, teks, dan unsur- unsur pesan, dalam pandangan petani, bervariasi dari cukup jelas dan menarik, sampai dengan sangat jelas dan sangat menarik. Persepsi tentang pemahaman terhadap unsurunsur tampilan video instruksional, pada interval 1,67 – 3,00. Artinya : kemudahan memahami materi pesan,
cukup bervariasi dari kurang memahami
sampai dengan sangat memahami. Persepsi tentang penerimaan unsur- unsur tampilan video instruksional, pada interval 2,00 – 3,00. Artinya : penerimaan materi pesan bervariasi dari setujuh sampai dengan sangat setujuh. Sedangkan persepsi tentang keterlibatan video instruksional, pada interval 2,50 – 3,00. Artinya : keterlibatan video instruksional dalam meningkatkan partisipasi, bervariasi dari setujuh dan cukup membantu, sampai dengan sangat setujuh dan sangat membantu. Berdasarkan nilai tengahnya (rataan), persepsi petani tentang daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, cukup tinggi dan merata antara petani yang satu dengan petani lainnya. Gambar 6 berikut, memperlihatkan sebaran skor persepsi petani tentang video instruksional.
42
Sebaran Skor Persepsi 3.5
3
2.5
2 Skor
D.Tarik Pemahaman Penerimaan Keterlibatan
1.5
1
0.5
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Responden
Gambar 6 Grafik Sebaran Persepsi Petani tentang Video Instruksional
Kontribusi Masing-masing Aspek Persepsi Perhitungan korelasi persepsi tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan,
diperoleh korelasi yang signifikan adalah dengan :
aspek daya tarik, penerimaan, dan keterlibatan, sedangkan dengan
aspek
pemahaman korelasinya tidak signifikan. Secara keseluruhan, hasil pengujian korelasi mengungkapkan, performans video instruksional diantara petani yang berbeda pandangan sangat penting dalam keterkaitannya dengan peningkatan pengetahuan petani.
Tabel 10 berikut menyajikan koefisien korelasi dan
signifikansi hubungan persepsi tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan. Tabel 10. Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan Peningkatan Pengetahuan Persepsi
r
P
Daya tarik
0,49
0,02
Pemahaman
0,19
0,42
Penerimaan
0,72
0,00
Keterlibatan
0,58
0,00
43
(1) Kontribusi Daya Tarik Video Instruksional Koefisien korelasi
daya tarik dengan peningkatan pengetahuan,
menunjukkan daya tarik tampilan video instruksional efektif meningkatkan pengetahuan petani dalam hubungan sedang. Artinya, makin menarik dan jelas keragaan materi video instruksional, pengetahuan petani (khalayak) tentang materi yang diperagakan, makin meningkat. Berdasarkan kecenderungan tersebut, tampilan gambar, suara, teks, dan unsur- unsur pesan, merupakan unsur- unsur tampilan yang penting pada video instruksional. Pentingnya unsur-unsur tampilan video instruksiona l, dalam kegiatankegiatan penyuluhan pertanian, merupakan suatu indikator bahwa bentuk komunikasi instruksional secara visual, dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap kemampuan kognitif petani (khalayak) dalam menginterpretasi pesanpesan visua l tersebut.
Hal ini karena video instruksional dapat menyajikan
informasi yang menarik perhatian khalayak untuk ditonton. Dengan demikian, sesuai hipotesis persepsi tentang daya tarik video instruksional, efektif meningkatkan pengetahuan petani. (2) Kontribusi Pemahaman Video Instruksional Pemahaman tentang video instruksional berkaitan dengan pandangan petani terhadap kemudahan memahami materi yang ditampilkan. Hasil perhitungan korelasi memperlihatkan hubungan antara pemahaman materi video instruksio nal dengan peningkatan pengetahuan, tidak berarti.
menunjukkan hubungan yang
Hal ini berarti tampilan unsur-unsur pesan video instruksional,
dalam pandangan petani masih kurang dipahami. Sehingga sesuai hipotesis, persepsi tentang video instruksional, berdasarkan aspek pemahaman, tidak berhubungan dengan peningkatan pengetahuan petani. Ketidakberartian hubungan tersebut, karena tampilan video instruksional mendapat tanggapan yang cukup beragam dari petani. Sebab hanya sebagian petani dalam kelompok eksperimen yang cukup dan sangat memahami materi yang ditampilkan. Sedangkan bagian besar lainnya masih kurang memahami materi yang ditampilkan. Hal ini dapat dimungkinkan, karena penyajian materi (pesan),
mendapat tanggapan yang beragam. Ada yang kurang memahami
44
seluruh isi pesannya, ada yang kurang memahami sebagian besar isi pesannya, dan hanya bagian kecil petani yang memahami seluruh isi pesannya.
Berarti
tampilan pesan video instruksional, masih belum sesuai dengan kondisi sebagian besar petani. (3) Kontribusi Penerimaan Video Instruksional Penerimaan tentang video instruksional berdasarkan koefisien korelasi, keragaan materi dapat diterima dan efektif meningkatkan pengetahuan petani dalam hubungan kuat. Artinya semakin tinggi penerimaan materi yang diperagakan video instruksional, akan semakin meningkat tingkat pengetahuan petani. Hasil tersebut membuktikan bahwa, ternyata penyajian materi (pesan) dapat diterima oleh petani (khalayak). Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa, kehadiran media ini dapat diterima sebagai salah satu sumber informasi pertanian, yang memberikan kontribusi yang kuat terhadap peningkatan pengetahuan petani. Besaran korelasi mengindikasikan, persepsi petani tentang video instruksional ini, penting sebagai salah satu media informasi pertanian. Hasil ini merupakan suatu bukti bahwa, penerimaan video instruksional sebagai media penyeban informasi pertanian, mendapat tanggapan yang homogen dari petani. Di mana hampir semua petani sangat setujuh, video instruksional layak diterima sebagai media penyebaran informasi pertanian. Dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan. (4) Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional Keterlibatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah performans video instruksional dalam meningkatkan memperlihatkan
keterlibatan
partisipasi petani.
video
instruksional
Koefisien korelasi
efektif
meningkatkan
pengetahuan petani, dalam hubungan sedang. Artinya makin tinggi partisipasi petani menggunakan video instruksional, pengetahuannya makin meningkat. Hal ini menunjukkan, kehadiran video tidak hanya menarik dan dapat diterima, tetapi dapat melibatkan partisipasi petani (khalayak). Dengan demikian, video instruksional efektif sebagai media penyebaran informasi pertanian, karena dapat meningkatkan partisipasi petani.
45
Secara keseluruhan, kefektifan video instruksional ditentukan oleh : aspek daya tarik, penerimaan, dan keterlibatan. Kontribusi dari masing- masing aspek telah memberikan gambaran bahwa, secara parsial ternyata persepsi tentang video instruksional memberikan kontribusi yang berarti. Hasil tersebut membuktikan bahwa, penyajian unsur gerak dan dinamis video instruksional dapat memberikan efek pada pesan yang disajikan. Karena gambar, suara, dan musik merupakan jiwa yang dihantarkan dalam suatu pesan visual. menjelaskan
terjadinya proses transmisi pengetahuan
Indikasi inilah yang dari sumber kepada
penerima. Dengan gerakan- gerakan yang realistik, perhatian (attention) subyek lebih terfokus terhadap obyeknya. Sehingga pandangan subyek penelitian tentang video instruksional positif sebagai media informasi pertanian. Selain dari hasil uji secara statistik, hasil wawancara
terbuka dengan
responden, diperoleh jawaban bahwa, bila video diputar berulang- ulang mereka yakin dapat memahami isi informasi tersebut. Sebab yang paling terkesan menurut petani, perpaduan antara unsur visual, suara, dan teks. Sedangkan musik pembuka dan musik latar merupakan daya tarik khusus untuk menghilangkan kejenuhan, bila ditonton secara berulang. Kendala yang dihadapi petani ketika berlangsungnya eksperimen adalah masih sulit memahami pesan yang ditampilkan. Kesulitan tersebut, karena penjelasan presenter terlalu cepat. Hubungannya dengan batas wilayah kognitif petani,
menimbulkan reaksi yang cukup beragam, sehingga persepsi terhadap
tampilan video cukup berpengaruh, terhadap makna pesan yang disampaikan. Salah satu kelemahan komunikasi media massa seperti video, adalah pada proses penyampaiannnya yang bersifat linier. Untuk itu, disamping video, komunikasi interpersonal akan sangat efektif dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Deane (2004), bahwa media massa penting untuk membangun kesadaran khalayak, namun pada tingkat pengambilan keputusan mengadopsi atau tidak, komunikasi interpersonal lebih berpengaruh.
46
Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan
Deskripsi Karakteristik Personal Karakteristik
personal petani (subyek penelitian), berdasarkan hasil
penelitian, rataan dan deviasinya memperlihatkan : pendidikan formal, rata-rata lulusan Sekolah Dasar (SD) ;
umur, rata-rata produktif ; dan pengalaman
berusahatani, rata-rata telah berpengalaman. Tabel 11 menyajikan deskripsi karakteristik personal. Tabel 11. Deskripsi Karakteristik Personal Kisaran Skor
Karakteristik Personal 1. Pendidikan formal (tahun)
Rataan
Standar Deviasi
5 - 12
7,90
2,46
2. Umur (tahun)
24 - 60
40,90
12,40
3. Pengalaman berusahatani (tahun)
10 - 30
16,75
6,71
Data ini memperlihatkan karakteristik personal kelompok eksperimen (K 1 ),
yang meliputi :
pendidikan formal, umur, dan pengelaman bertani,
memberikan gambaran bahwa, kualitas dan produktivitas sumber daya manusia (petani), serta pengalaman petani di wilayah ini, merupakan jaminan dalam mengembangkan potensi pertanian. Gambar 7 menyajikan sebaran karakteristik personal petani.
Sebaran Karakteristik Individu Kelompok Eksperimen Video Instruksional 80
70
60
Tahun
50 Pendidikan Formal (Tahun)
40
Pengalaman U.Tani (Tahun) 30 Umur (Tahun) 20
10
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Responden (Sampel)
Gambar 7 Grafik Sebaran Data Karakteristik Responden Kelompok Video Instruksional
47
Data tentang kelompok eksperimen tersebut, ternyata sesuai dengan kondisi Petani di daerah penelitian (Kecamatan Amahai) dan kecamatan lainnya, dimana berdasarkan data pada Tabel 2, di semua kecamatan : sebaran pendidikan formal rata-rata 7,1 – 7,8 tahun (tamat Sekolah Dasar) ; sebaran umur petani, rata-rata 53,0 – 59,0 tahun ; dan sebaran pengalaman, rata-rata 20, 2 – 27, 3 tahun. Dengan demikian karakteristik personal penting dalam menjelaskan hubungannya dengan kefektifan video instruksional. Hubungan Karakteristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan Hasil pengujian korelasi memperlihatkan, hubungan
yang
signifikan
karakteristik
secara umum tidak terdapat
personal
dengan
peningkatan
pengetahuan. Di antara karakteristik personal, hanya umur yang memperlihatkan hubungan rendah
dengan peningkatan pengetahuan.
pendidikan formal dan pengalaman berusahatani,
Sedangkan hubungan dengan peningkatan
pengetahuan tidak berarti. Pendidikan formal dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, kisaran data pendidikan dan dengan peningkatan pengetahuan, hubungan korelasinya hanya cenderung terjadi pada sebagian kecil petani (subyek penelitian), sedangkan bagian besarnya tidak ada kecenderungan berkorelasi. Umur dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, kisaran umur dan dengan peningkatan pengetahuan, pada semua petani (subyek penelitian),
tidak ada kecenderungan berkorelasi.
Sedangkan pengalaman bertani dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data
petani subyek penelitian,
kisaran data pengalaman bertani dan
dengan peningkatan pengetahuan, pada semua petani (subyek penelitian), tidak ada kecenderungan berkorelasi. Hasil tersebut merupakan jawaban, variasi pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani, tidak terbukti berkorelasi secara signifikan dengan peningkatan pengetahuan yang diperoleh petani dari video instruksional. Terkait dengan hasil penelitian tersebut, penggunaan video instruksional sebagai media penyebaran informasi pertanian, efektif dapat digunakan oleh berbeda karakteristik personal.
petani yang
Dengan demikian, sesuai data Tabel 4, video
48
instruksional merupakan media yang efektif digunakan pada kelompok tani, yang beragaman tingkat pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani. Tabel 12 menyajikan koefisien korelasi dan signifikansi karakteristik personal dengan peningkatan pengetahuan. Tabel 12. Koefisen Korelasi dan Signifikansi Hubungan Karakteristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan. Peningkatan Pengetahuan
Karakteristik Personal Pendidikan formal (tahun)
r 0,19
p 0,42
Umur (tahun)
0,30
0,19
Pengalaman bertani (tahun)
0,19
0,42
Deskripsi Perilaku Komunikasi Aspek perilaku komunikasi,
yang diukur dalam penelitian ini adalah
keterdedahan petani terhadap informasi dari media massa (televisi, radio, dan koran), kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan sesama petani. Keterdedahan yang diukur adalah berdasarkan waktu (jam) dalam 1 minggu terakhir bulan penelitian. Deskripsi perilaku komunikasi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Deskripsi Perilaku Komunikasi Perilaku Komunikasi (dalam 1 minggu terakhir) 1. Menonton televisi (jam) 2. Mendengar radio (jam) 3. Membaca koran (jam) 4. Kontak dengan penyuluh (jam) 5. Kontak dengan petani (jam) Keseluruhan Perilaku Komunikasi
Kisaran Skor 6, 0 - 13,0 1,0 - 2,0 1,0 - 1,5 1,0 - 1,5 4, 0 - 7,0 2,6 - 5,0
Rataan Skor 9,0 1,3 1,2 1,2 5,5 5,98
Sd 2,15 0,34 0,25 0,25 1,05 0,78
Hasil penelitian, memperlihatkan bahwa perilaku komunikasi berdasarkan sumber-sumber informasi yang ada di lokasi penelitian dan sekitarnya, waktu meno nton televisi rataannya 9 jam, mendengar radio 1,3 jam, membaca koran 1,2 jam, kontak dengan penyuluh 1,2 jam, dan kontak dengan petani 5,5 jam. Standar deviasi dari perilaku komunikasi, berdasarkan sebaran perilaku komunikasi, menunjukkan bahwa, diantara responden dalam kelompok eksperimen merata (homogen).
49
DATA SEBARAN PERILAKU KOMUNIKASI
25 KOMUNIKASI
SEBARAN PERILAKU
30
Kontak Penyuluh Kontak Person Koran
20 15
Radio
10
Televisi
5 0 1
3
5
7RESPONDEN 9 11 13 15 17 19
Gambar 8 Grafik Sebaran Perilaku Komunikasi Kelompok Video Instruksional
Secara keseluruhan perilaku komunikasi rata-rata 5,98 jam per minggu pada kisaran 2,6 – 5,0 jam. Perilaku komunikasi yang ditunjukkan responden, terhadap sumber-sumber informasi dari media yang tersedia lebih banyak yang berkaitan dengan berita (informasi).
Informasi- informasi yang diperoleh petani
dari berbagai sumber yang tersedia, hanyalah informasi- informasi umum. Begitupun saat kontak dengan penyuluh dan petani, diskusinya lebih banyak tentang masaalah umum tentang usahatani. Sedangkan informasi tentang materi eksperimen tidak diperoleh dari sumber-sumber tersebut. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan Hasil pengujian korelasi
perilaku komunikasi dengan peningkatan
pengetahuan, secara umum tidak signifikan. Di antara aspek-aspek perilaku komunikasi, hanya lamanya mendengar radio dengan peningkatan pengetahuan memperlihatkan
hubungan rendah negatif.
Sedangkan dengan lamanya
menonton televisi, membaca koran, kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan petani, hubungannya tidak berarti. Tabel 14 menyajikan koefisien korelasi dan signifikansi hubungan perilaku komunikasi dengan peningkatan pengetahuan.
50
Tabel 14. Koefisien Korelasi dan Signisikansi Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan. Peningkatan Pengetahuan
Perilaku Komunikasi dan Karakteristik Personal
r
p
Menonton televisi (jam per minggu)
-0,19
0,42
Mendengar radio (jam per minggu)
-0,38
0,09
Membaca koran (jam per minggu)
-0,04
0,88
0,04
0,85
-0,17
0,44
Kontak dengan penyuluh (jam per minggu) Kontak dengan petani (jam per minggu)
Hasil perhitungan korelasi, memperlihatkan bahwa, hubungan lamanya menonton televisi dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, sangat beragam di antara satu petani dengan petani lainnya.
Dengan tingkat keragaman tersebut,
ternyata keterdedahan petani
terhadap gambar, suara, teks, dan unsur- unsur pesan pada televisi, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuannya. Koefisien korelasi antara lamanya mendengar radio, dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, beragam di antara satu petani dengan petani lainnya. Artinya lamanya mendengar radio pada interval 1 – 2 jam per minggu, dengan peningkatan pengetahuan pada interval 62,5 – 81,25,
oleh sebagian kecil petani (subyek penelitian),
berkorelasi. Sedangkan keterdedahan
cenderung
terhadap unsur-unsur audio radio oleh
sebagian besar petani, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuannya. Hubungan lamanya membaca koran dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, lamanya membaca koran pada kisaran 1 – 1,5 jam per minggu, dan keragaman peningkatan pengetahuan, menunjukkan keterdedahan petani terhadap gambar dan unsur-unsur pesan pada koran, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuannya. Hubungan lamanya kontak dengan penyuluh
dengan peningkatan
pengetahuan, berdasarkan sebaran data, pada kisaran 1 – 1,5 jam per minggu, dan keragaman peningkatan pengetahuan,
menunjukkan keterdedahan petani
terhadap informasi dari penyuluh, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan
51
peningkatan pengetahua nnya. Sedangkan hubungan lamanya kontak dengan sesama petani,
dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran pada
kisaran 4 – 7
jam per minggu, dan keragaman peningkatan pengetahuan,
menunjukkan keterdedahan petani terhadap informasi dari petani lainnya, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuannya. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa, ternyata perilaku komunikasi petani (subyek penelitian) dari sumber-sumber informasi yang tersedia, tidak terbukti berkorelasi secara signifikan dengan peningkatan pengetahuan. Dengan demikian, video instruksional dapat digunakan oleh petani yang beragam perilaku komunikasinya. Sehingga kebiasaan menerima informasi dari media massa dan media interpersonal tidak berpengaruh pada penerimaan informasi melalui video instruksional.
Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Persepsi tentang Video Instruksional Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi Hasil pengujian hubungan karakteristik personal (pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani) dengan persepsi tentang video instruksional (daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan daya tarik), menghasilkan nilai koefisien korelasi, antara pendidikan formal dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, tidak signifikan. Antara umur : dengan pemahaman signifikan, dengan daya tarik, penerimaan, dan keterlibatan tidak signifikan. Kemudian, antara pengalaman bertani dengan : daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan tidak signifikan.
Tabel 15 me nyajikan koefisien korelasi dan
signifikansi hubungan karakteristik personal dengan persepsi tentang video instruksional.
52
Tabel 15. Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi tentang Video Instruksional. Persepsi Karakteristik Personal
Daya Tarik r
p
Pendidikan Formal
0,22
0,34
Umur
0,17 -0,18
Pengalaman Bertani
Pemahaman r
Penerimaan
Keterlibatan
p
R
p
r
p
-0,11
0,63
0,27
0,24
-0,15
0,52
0,46
0,49
0,02
-0,42
0,06
0,33
0,15
0,42
0,27
0,31
0,05
0,80
-0,03
0,87
Data pada Tabel 15 memperlihatkan, tidak signifikansinya hubungan pendidikan formal dengan persepsi tentang video instruksional, persepsi petani tentang daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan video instruksioanl, tidak berbeda di antara petani yang ber pendidikan lebih 7,9 tahun, maupun kurang dari 7,9 tahun. Signifikansi hubungan umur dengan pemahaman, menunjukkan bahwa makin tinggi umur petani, tampilan video instruksional makin mudah dipahami. Kecenderungan
tersebut, merupakan
suatu
gambaran,
bahwa
ternyata
petani yang
umurnya lebih dari 40,9 tahun, lebih mudah memahami materi dari video
instruksional, dari pada petani yang umurnya kurang dari 40,9 tahun. Sedangkan hubungan umur dengan penerimaan video instruksional, menunjukkan makin tinggi
umur
petani,
penerimaan
video
instruksional,
makin
rendah.
Kecenderungan tersebut, menunjukkan bahwa, video instruksional dalam pandangan petani yang umurnya lebih dari 40,9 tahun, makin sulit untuk diterima, dari pada petani yang umurnya kurang dari 40,9 tahun. Kemudian, antara umur dengan daya tarik dan keterlibatan, ternyata pada petani yang umurnya masih muda, maupun yang telah tua, pandangan terhadap kedua aspek tersebut tidak berbeda. Hubungan yang tidak signifikan antara pengalaman bertani dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pandangan terhadap aspek-aspek persepsi tersebut, baik pada petani yang telah berpengalaman lebih dari 16,75 tahun maupun petani yang pengalamannya kurang dari 16,75 tahun.
53
Gambaran hasil tersebut, membuktikan bahwa, signifikasi hubungan karakteristik personal dengan persepsi petani terhadap video instruksional, bervariasi sesuai dengan karateristiknya. Sehingga secara keseluruhan, tidak terdapat hubungan karakteristik personal dengan persepsi tentang video instruksional, kecuali
antara umur petani dengan persepsinya
tentang
pemahaman dan penerimaan video instruksional. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Persepsi Secara umum, hubungan antara perilaku komunikasi (waktu : menonton televisi, mendengar radio, membaca koran, kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan petani) dengan
persepsi tentang video instruksional (daya taraik,
pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan), cukup bervariasi. Hasil perhitungan korelasi memperlihatkan, hubungan lamanya (jam) menonton televisi, berkorelasi secara signifikan, dengan daya tarik pada tingkat keeratan kuat, dan dengan pemahaman video instruksional berkorelasi signifikan secara negatif,
pada
tingkat keeratan sedang. Kemudian, terhadap penerimaan dan keterlibatan tidak berkorelasi secara signifikan. Hubungan antara lamanya (jam) mendengar radio dengan keterlibatan signifikan pada tingkat keeratan kuat ; dengan pemahaman tidak signifikan, tetapi cenderung berkorelasi pada tingkat keeratan sedang ; dan dengan daya tarik dan penerimaan, korelasinya tidak signifikan. Hubungan antara lamanya (jam) membaca koran dengan penerimaan,
tidak signifikan, tetapi cenderung
berkorelasi pada tingkat keeratan sedang ; dengan daya tarik, pemahaman, dan keterlibatan, korelasinya tidak signifikan. Hubungan antara lamanya kontak penyuluh, dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, korelasinya tidak signifikan. Hubungan antara lamanya (jam) kontak sesama petani, dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, korelasinya tidak signifikan. Tabel 16 menyajikan koefisien korelasi dan signifikansi perilaku komunikasi dengan persepsi.
54
Tabel 16. Koefisien Koerasi dan Signifikansi Perilaku Komunikasi dengan Persepsi tentang Video Instruksional. Perilaku Komunikasi
Daya Tarik r p
Persepsi Tentang Video Instruksional Pemahaman Penerimaan r p r p
Keterlibatan r p
Menonton televisi
0,64
0,002
-0,57
0,008
-0,01
0,94
-0,02
0,91
Mendengar radio
-0,03
0,88
-0,42
0,06
0,19
0,40
-0,62
0,00
Membaca koran
-0,35
0,12
-0,10
0,65
-0,42
0,06
-0,07
0,75
Kontak dengan penyuluh
-0,15
0,52
0,02
0,90
-0,38
0,09
0,30
0,19
Kontak dengan petani
-0,11
0,63
-0,22
0,34
0,03
0,88
-0,08
0,71
Data pada Tabel 16 memperlihatkan, koefisien korelasi
lamanya
menonton televisi, dengan daya tarik, menunjukkan bahwa makin lama menonton televisi, persepsi petani tentang daya tarik video makin menarik. Hal ini berarti unsur visual (tampilan gambar) video instruksional, dalam pandangan petani (khalayak) memiliki daya tarik yang sebanding dengan televisi. Kemudian, terhadap pemahaman, makin mudah memahami informasi dari televisi, akan semakin sulit memahami informasi dari video instruksional. Pembuktian ini menunjukkan bahwa, dalam pandangan petani (khalayak), pemahaman terhadap informasi dari televisi masih lebih baik dari informasi dari video instruksional. Hubungan antara lamanya (jam) mendengar radio, dengan keterlibatan menunjukkan bahwa, makin lama mendengar radio, persepsinya tentang keterlibatan video instruksional, dalam meningkatkan partisipasi petani makin rendah. Kemudian, terhadap pemahaman, makin lama mendengar radio, makin sulit memahami informasi dari video instruksional.
Hubungan
tersebut,
menunjukkan bahwa kebiasaan mendengar radio, pandangan petani (khalayak) tentang unsur audio dari radio masih lebih baik dari video instruksional. Selain itu, karena kebiasaan mendengar radio, pandangan petani (khalayak) tentang informasi secara audio dari video instruksional sulit dipahami, bila dibandingkan dengan pemahaman terhadap informasi secara audio dari radio. Antara lamanya membaca koran dengan penerimaan, menunjukkan bahwa, makin lama membaca koran, penerimaan informasi dalam bentuk teks dari video makin rendah.
Kecenderungan tersebut, membuktikan bahwa dalam
pandangan petani (khalayak), materi bacaan pada koran masih mudah diterima,
55
jika dibandingkan dengan materi video instruksional. Hal ini menunjukkan perilaku komunikasi petani (khalayak), ternyata berpengaruh pada pandangannya tentang unsur teks video instruksional. Hubungan yang tidak signifikan antara : lamanya menonton televisi dengan penerimaan dan keterlibatan ; lamanya mendengar radio, dengan daya tarik dan penerimaan ; lamanya membaca koran dengan daya tarik, pemahaman, dan keterlibatan ; lamanya kontak penyuluh dan kontak petani, dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, menunjukkan bahwa, ternyata tidak ada perbedaan pandangan terhadap aspek-aspek persepsi tersebut. Perbedaan tersebut, baik pada petani yang
menonton televisi lebih dari 9 jam, maupun
kurang dari 9 jam ; petani yang mendengar radio lebih dari 1,3 jam, maupun kurang dari 1,3 jam ; petani yang membaca koran lebih dari 1,2 jam, maupun yang kurang dari 1,2 jam ; petani yang kontak dengan penyuluh lebih dari 1,5 jam, maupun yang kurang dari 1,5 jam ; dan petani yang kontak dengan sesama petani, lebih dari 5,5 jam, maupun yang kurang dari 5,5 jam.
59
SIMPULAN DAN SARAN
60
Simpulan Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, secara umum dapat disimpulkan, video instruksional efektif digunakan sebagai media
diseminasi
informasi pertanian. Secara rinci, dijelaskan sebagai berikut : 1. Penyajian materi pengendalian hama penggerek kakao (PBK), menimbulkan efek peningkatan pengetahuan
petani yang menonton video instruksional.
Efek tersebut sama besarnya dengan
petani yang memperoleh informasi
langsung dari penyuluh melalui demonstrasi cara, dan bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak menonton video instruksional, maupun petani yang tidak ikut demonstrasi cara oleh penyuluh. 2. Keefektifan video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan petani tentang materi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK), ditentukan oleh persepsi petani terhadap :
daya tarik tampilan video instruksional,
penerimaan tampilan video instruksional, dan kemampuan melibatkan video instruksional dalam meningkatkan partisipasi. 3. Keefektifan video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan petani tentang materi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) tidak ditentukan oleh karakteristik personal, sehingga video instruksional efektif dapat digunakan sama efektif oleh petani yang berbeda-beda karakteristik personal : pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani. 4. Keefektifan video instruksional terhadap peningkatan pengetahuan petani tentang materi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) tidak ditentukan oleh perilaku komunikasi, sehingga video instruksional
dapat
digunakan sama efektif oleh petani yang berbeda-beda perilaku komunikasi : menonton televisi, mendengar radio, membaca koran, kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan petani.
Saran
61
Hasil penelitian membuktikan, keefektifan
video instruksional dalam
diseminasi informasi pertanian, mendapat reaksi
yang beragam dari petani
(khalayak). Sehingga untuk lebih menyesuaikan dengan kondisi personalnya, berikut ini disarankan : 1. Bagi lembaga penyuluhan (intansi yang terkait), produksi video instruksional penting untuk dikembangkan sebagai media penyebaran informasi pertanian, karena sama efektif dengan kebiasaan petani mengikuti kegiatan penyuluhan, melalui metode penyuluhan demonstrasi cara oleh penyuluh. Sebab kehadiran video instruksional dapat membantu mengatasi keterbatasan tenaga penyuluh dan jangkauan penyuluh. 2. Tampilan video instruksional sangat penting bagi petani yang berbeda-beda faktor personalnya. Sehingga untuk lebih mengoptimalkan kehadirannya sebagai media penyebaran informasi pertanian, tampilan gambar, suara, teks, dan unsur-unsur pesannya, perlu didesain dan dikemas lebih komunikatif, agar terlihat lebih menarik, lebih mudah dipahami isi pesannya, lebih mudah diterima kehadirannya, dan lebih meningkatkan partisipasi petani. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, untuk mengkaji tampilan gambar, suara, teks, dan unsur- unsur pesan lainnya dalam rangka mencari tampilan video yang paling baik,
paling efektif, dan paling sesuai dengan faktor-faktor
personal, kondisi masyarakat, dan perkembangan pembangunan pertanian.
56
DAFTAR PUSTAKA
Adi S. Wahyuni, dkk, 2003. Hubungan Karakteristik Petani dan Perilaku Komunikasi Serta Pengaruhnya Terhadap Persepsi Mereka Tentang Inovasi Mesin Pengolah Ubi Kayu (Kasus pada Petani Perbukitan Kritis di Kabupaten Gunung Kidul Jogyakarta). Jurnal KMP ; Vol. 01, No. 02, edisi Juli. KMP IPB Bogor. Arifin, R. Sjakyakirti, 1999. Penulisan Naskah Televisi/Video : Modul Pelatihan Produksi Video/TV. Pusat Teknologi Komunikasi Depdikbud. Jakarta Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Bensiger, C. 1981. The Video Guide. Santa Barbara, California. Video Info Publication Berlo, David, K, 1960. The Process of Communication. An Introduction to Theory and Practice (Michigan State University). Holt, Rinchart and Winston, Inc. Library of Congress Catalog Card Number : 60-7981. Printed in the United States of America. BPS Maluku Tengah, 2002. Maluku Tengah Dalam Angka Tahun 2002. Bohari, Hashmi, 1999. Application of New Communication Media to Rural Health Programme. Jakarta. Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pt. RajaGrafindo. Jakarta Chu, Godwin C dan Schramm W, 1979. Learning From Television : What Research Says. Washington DC. NAEB Devito, A, Yoseph, 1997. Komunikasi Antar Manusia, Edisi Bahasa Indonesia. Proffesional Book. Jakarta Dewey, John, 2004. Experience and Education : Pendidikan Berbasis Pengalaman. Teraju Mizan. Bandung. Depparaba, Fredrik, 2002. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snellen) dan Penanggulangannya ; Jurnal Litbang Pertanian, 21 (2). Bogor Gaerlach, V.S., D.P Ely, 1972. Teaching and Media. Englewood, N.J. Prentice Hall Ghozali, T. 1986. “Motion as an Instruksional Cue”. Educational Broadcasting Review 2. Jahi, Amri, 2003. Desan Pesan : Makalah Pelatihan Penulisan Naskah Program TV/Vidio Instruksional tanggal 7 – 11 Juli 2003. FKH – IPB. UPT-PMI – IPB dan Crescent Communication. Bogor.
57
James, Deane, 2004. The Context of Communication for Development. Communication for Social Change Consorsium. 9th United Nations Roundtable on Communicaion for Development FAO. Rome. Italy. (
[email protected]). Kemp, Charles U, 1963. Planning and Producing Audiovisual Materials. San Fransisco : Chardler Publishing. Co. Mulyana, Dadan, 2002. Pengaruh Terpaan Informasi Kesehatan di Televisi terhadap Sikap Hidup Sehat Keluarga : Jurnal Komunikasi. Mediator. Unisba. Bandung McQuail Denis, 1987. Teori Komunikasi Massa ; Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta Nazariah, 2001. Pengaruh Format Pesan dan Bahasa pada Kaset Audio sebagai Medium Komunikasi terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani tentang Tanaman Sela berbasis Kelapa di Desa Cibuntu Kecamatan Simpenan : Tesis S-2 Ps. KMP – IPB.Bogor (Dokumen Perpustakaan IPB) Padmo, Dewi. A. 2003. Karakteristik Media TV dan Vidio : Makalah Pelatihan Penulisan Naskah Program TV/Vidio Instruksional tanggal 7 – 11 Juli 2003. FKH – IPB. UPT-PMI – IPB dan Crescent Communication. Bogor. Rakhmat, Jalaludin, Bandung.
2001. Psikologi Komunikasi.
Remaja Rosdakarya.
Rinaldi, D. 2003. Visualisasi Ide : Makalah Pelatihan Penulisan Naskah Program TV/Vidio Instruksional tanggal 7 – 11 Juli 2003. FKH – IPB. UPT-PMI – IPB dan Crescent Communication. Bogor. Riyanto S, Richard W.E.L, dan Hadiyanto, (1991). Penyisipan Penyiaran Informasi pertanian dalam acara Hiburan Siaran Radio di DAS Citandy, Jawa Barat : Hasil Penelitian (Tidak dipublikasikan). LP- IPB. Bogor. Roger, M, Everett, 1976. Komunikasi dan Pembangunan ; Perspektif Kritis. LP3 ES. Jakarta Roger, M. Everett, 1995. Diffusion of Inno vations. Glossary of Terms file:///D:/IPB/Diffusion%20of%20Innovations.htm. Sadiman, Arif, S, dkk, 2003. Media Pendidikan. Pengantar Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. RajawaliGrafindo Persada. Jakarta Siregar, Ashadi. 2001. Menyingkap Media Penyiaran : Membaca Televisi dan Melihat Radio. LP3 Y. Yogjakarta. Siswosumarto Sandjaya, 1999. Visualisasi Ide : Modul Pelatihan Produksi Video/TV. Pusat Teknologi Komunikasi Depdikbud. Jakarta Sugiyono. 1999. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung Suparman, Atmi, 1997. Desain Instruksional. Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas Bersama antara Universitas. Ditjen Dikti. Depdikbud. Jakarta Slamet, Margono, H, R, 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.
58
Soesilowaty, Noesje, 2003. Dasar-Dasar Penulisan Naskah Program TV dan Vidio Instruksional : Makalah Pelatihan Penulisan Naskah Program TV/Vidio Instruksional tanggal 7 – 11 Juli 2003. FKH – IPB. UPT-PMI – IPB dan Crescent Communication. Bogor. Syam N. Winagsih dan Sugiana Dadang, 2001. Perencanaan Pesan dan Media. Universitas Terbuka. Jakarta. Ticoalu, P, Joseph, 2004. Pengaruh Unsur Gerakan dan Kesimpulan Pesan dalam Presentasi Multimedia tentang Pengoperasian Traktor untuk Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang Nusa Tenggara Timur ; Hasil Penelitian. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor (Dokumen Perpustakaan Prog. Studi Pascasarjana KMP – IPB). Van den Ban A.W. dan Hawkins H, S. 2003. Penyuluhan Pertanian. Kanisus. Yogjakarta Van Dalen, Deobold, B. 1973. Understanding Educational Research. McGrawHill Book Comany. Inc. Yusmasari, Richard W.E. Lumintang, Aida VHS, dan Cecep K. Perilaku Komunikasi Masyarakat terhadap Manfaat dan Pelestarian Mangrove : Di Desa Pematang Pasir, Kecamatan Ketanpang, Lampung Selatan. Jurnal KMP ; Vol. 01, No. 01, edisi Pebuari. KMP IPB Bogor. Bahan Bacaan Kerlinger, Fred N. 2003. Asas-asas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta. Kifli C.G, Vitalaya A. Hubeis M, Mintarti, 2003. Perilaku Komunikasi Petani Padi dalam Penerapan Usahatani Tanaman Pangan ; Kasus Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Kerawang ; Jurnal KMP ; Vol. 01, No. 01, edisi Pebuari. KMP IPB Bogor. Rakhmat, J. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung Suryadi R, Aida V.S.H, Nurmala K.P.A. Hubungan Karakteristik dengan Persepsi dari Penyuluhan dan Petani Kecil tentang Kendala Berkomunikasi (Kasus Kabupaten Bogor). Jurnal KMP ; Vol. 01, No. 02, edisi Juli. KMP IPB Bogor. Tubbs, L, Stewart dan Moss, Sylvia, 200. Human Communication, KonteksKonteks Komunikasi, Edisi Bahasa Indonesia. Remaja Rosdakarya. Bandung. Soemartono, 2004. Menjalin Komunikasi Otak dan Rasa. Elex Media Komputindo. Jakarta Walpole, Ronald, E. 1995. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Walsh, Anthony, 1990. Statistics for the Social Sciences : With Computer Applications. Harper & Row. Publishers. New York.
65
NASKAH VIDEO
PENGENDALIAN HAMA PBK DENGAN PUPUK AGRODYKE No
VISUAL
01
EXT. HAMPARAN POHON KAKAO – SIANG
NARASI MUSIK : LAGU AMBON “MANISE”
LIVE : LS Dimulai dari LS pemandangan puncak gunung Salahutu, ke laut, dilanjutkan dengan hamparan pohon kakao. S/I CAPTION ZOOM IN (GROUP) : PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) Oleh : MUHAMMAD NASIR BENUNUR (Mahasiswa Pascasarjana KMP-IPB) Komisi Pembimbing SUTISNA RIYANTO GARDJITO Naskah MUHAMMAD NASIR BENUNUR Kameramen dan Editor ALI TUAHUNS, ST Presenter OHORELLA AHMAD, SP Peraga dan Perlengkapan MUHAMMAD OHORELLA, SP PETANI KAKAO Transportasi RAJAK HUNUSALELA
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN
PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 DISSOLVE :
F/O
66
02
EXT. POHON-POHON KAKAO
MUSIK ILUSTRASI (LATAR) :
LIVE : LS to MS
PRESENTER :
Presenter berbicara menghadap kamera, dengan foreground pohon-pohon kakao
Ø
S/I CAPTION (ANIMASI) : Ir. Muksin Ohorella PPL Ø
Ø
Ø CUT TO :
Kakao merupakan tanaman tahunan yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Jenis usaha ini cukup banyak diminati oleh para petani, karena tidak memerlukan perawatan yang intensif. Dalam bahasa sehari-hari, kakao sering disebutkan dengan istilah “Coklat”. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah hama penggerek buah kakao atau lazim disebut hama PBK atau kadang diistilahkan dengan CACAO MUD. Hama ini mulai menyerang kakao dari saat mulai berbuah hingga buah yang telah masak. Akibatnya pada saat penen, produksi dan kualitas biji kakao menurun, sehingga harga jual rendah. Kondisi ini sudah dirasakan petani cukup lama. Bagaimana mengatasi hama PBK ?, pada penayangan ini akan dijelaskan lebih lanjut.
F/O 03
CAPTION (ANIMASI) : MENGENALI HAMA PBK CUT TO :
04
EXT . POHON KAKAO
PRESENTER :
LIVE : LS to MS Presenter berdiri dengan wajah dan bagian kanan badan menghadap kamera, sambil memegang sepotong kayu berukuran pendek (± 30 cm) dan berdiameter ± 0,5 cm, menunjuk ke bakal buah kakao, dan buah kakao berukuran kecil sampai besar. dan buah yang telah masak.
Ø
Ø Ø
Ø
Ø Ø
Basudara sekalian : Hama PBK mulai “menyerang” buah kakao, saat mulai berbuah, yaitu buah kecil dengan ukuran ± 10 cm, sampai buah besar, baik yang masih uda, sudah tua maupun masak. Hama PBK ini adalah jenis hama penggerek buah kakao (cacao mud). Telur diletakkan pada permukaan buah yang berlekuk. Semakin besar ukuran buah semakin besar pula peluang diteluri. Kemudian dari telur keluar larva, dan langsung masuk ke dalam buah dan tinggal selama 12 – 14 hari, bahkan sampai 18 hari sebelum keluar berkepompong. Setelah keluar, hama ini menyerang buah lainnya Pada saat berada dalam buah, telur-telur tersebut kemudian berkembang menjadi hama dan merusak biji-biji kakao sehingga biji tidak berkembang dengan baik.
67
DISSOLVE : LIVE : MS to CU
Ø
Presenter sambil memetik buah kakao berbercak hitam, sebagian hitam, dan seluruhnya hitam, mengambil “parang” dan membelah buah-buah kakao tersebut menjadi dua bagian.
Ø Ø
DISSOLVE : Ø LIVE : MS to CU Gambar belah-an buah-buah kakao yang terkena hama PBK
Ø Ø Ø
Buah kakao yang telah terserang hama PBK ini, sangat beragam. Ada yang terlihat dari kulit luarnya yang telah berubah warna. Pada buah yang masih mudah, sebagian atau seluruh kulit luar berwarna kuning sampai hitam Tetapi ada juga, buah yang yang terlihat dari luar, tidak ada tanda-tanda terserang hama PBK, tetapi ketika di belah, bijinya mulai rusa. Contohnya seperti ini………… Pada buah yang telah masak, ciri penyerangan hama PBK ini, seluruh atau sebagian buah berwarna hitam. Contohnya seperti ini …………….
DIRECT SOUND : WIPE :
F/I : MUSIK ILUSTRASI
LIVE : MS
PRESENTER :
Presenter berbicara menghadap kamera, dengan foreground pohon-pohon kakao, sambil memegang satu bungkus pupuk agrodyke
Basudara sekalian : Pengendalian hama PBK dapat di lakukan dengan pupuk agrodyke. Pupuk ini adalah jenis pupuk organik, berbentuk butiran-butiran kecil (bubuk) berwarna putih
TEKS : § SEBAGAI PUPUK Kegunaan pupuk ini adalah : § Sebagai pupuk untuk mencegah keguguran bunga dan meningkatkan produksi, dengan pemupukan melalui akar § Sebagai pestisida untuk “membasmi” hama PBK pada buah.
§ SEBAGAI PESTISIDA \ DISSOLVE :
F/O 05
CAPTION (ANIMASI) : PETUNJUK AGRODYKE
06
PENGGUNAAN
PUPUK
WIPE : EXT . POHON KAKAO LIVE : MS Presenter berbicara menghadap kamera, dengan foreground pohon-pohon kakao : § Presenter memperagakan cara mencampurkan pupuk ke dalam 1 ember air. Dilanjutkan dengan peragaan cara penyemprotan. TEKS (ANIMASI) : Ø PADA BUNGA DOSIS 5 SAMPAI 7 SENDOK MAKAN ATAU 130 GRAM AGRODYKE
F/I : MUSIK ILUSTRASI PRESENTER : Pemakaian pupuk agrodyke dengan cara sebagai berikut :
dilakukan
Ø Pada bunga, campurkan 5 sampai 7 sendok makan atau 130 gram Agrodyke dengan 15 liter air. Kemudian masukan kedalam handsprayer, dan disemprotkan.
68
Ø PADA BUAH MUDAH (BELUM BERISI atau berukuran ± 10 cm), CAMPURKAN 2 SENDOK ATAU 20 GRAM AGRODYKE DENGAN 15 LITER AIR.
Ø Pada buah mudah (belum berisi), berukuran ± 10 cm campurkan 2 sendok atau 20 gram Agrodyke dengan 15 liter air. Kemudian masukan kedalam handsprayer, dan disemprotkan.
Ø PADA BUAH MUDA YANG TELAH BERISI CAMPURKAN 3 SAMPAI 5 SENDOK PUPUK AGRODYKE ATAU KURANG LEBIH 80 GRAM DALAM 15 LITER AIR.
Ø Pada buah muda yang sudah berisi menggunakan Agrodyke sebanyak 3 sampai 5 sendok atau kurang lebih 80 gram dalam 15 liter air. Kemudian masukan kedalam handsprayer, dan disemprotkan. Ø Pada buah yang telah masak campurkan 100 gram dalam 15 liter air. Kemudian masukan kedalam handsprayer, dan disemprotkan.
Ø PADA BUAH YANG TELAH MASAK CAMPURKAN 100 GRAM DALAM 15 LITER AIR § Presenter di bantu peraga, memperagakan cara mencampurkan pupuk agrodyke dengan urea. Dan dilanjutkan dengan peragaan menggunakannya. TEKS (ANIMASI) :
PADA PANGKAL POHON DOSIS 2 KG AGRODYKE + 100 KG UREA/HA (RATA-RATA PER POHON 60 GRAM)
Bapak-bapak sekalian, itulah tadi cara menggunakan pupuk agrodyke pada bunga dan buah. Pada peragaan berikut, pemupukan melalui akar. Ø Pada pangkal pohon, galih secara melingkar sesuai lebar tajuk Ø Kemudian campurkan 2 kilogram pupuk Agrodyke dengan 100 Kg Urea/ha atau 3 sendok atau 60 gram/pohon, dan ditaburkan secara melingkar.
F/O 07
CUT TO : EXT. POHON KAKAO
F/I : MUSIK ILUSTRASI
LIVE : MS
PRESENTER :
Presenter berbicara menghadap kamera, dengan foreground pohon-pohon kakao.
Basudara sekalian : Demikianlah cara -cara untuk mengatasi hama PBK. Kegiatan penyemprotan dan pemupukan dilakukan setiap 3 bulan sampai panen. Dan hasilnya akan terlihat setelah 2 – 3 minggu kemudian. Demikianlah cara -cara mengendalikan hama PBK dengan pupuk agrodyke
09
CUT TO : CAPTION (ANIMASI) :
F/O MUSIK :
UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA : § PEMERINTAH MALUKU TENGAH
ILUSTRASI
§ KEPALA DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN MALUKU TENGAH § KOORDINATOR PPL § PARA PETANI KAKAO § SERTA SEMUA PIHAK YANG TELAH MEMBANTU DALAM KEGIATAN PRODUKSI FILM INI. CUT TO :
69
NASKAH DEMONSTRASI CARA PENGENDALIAN HAMA PBK DEGAN PUPUK AGRODYKE PENGANTAR Kakao merupakan tanaman tahunan yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Jenis usaha ini cukup banyak diminati oleh para petani, karena tidak memerlukan perawatan yang intensif. Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah hama penggerek buah kakao atau lazim disebut hama PBK. Hama ini mulai menyerang kakao dari saat mulai berbuah hingga buah besar. Akibatnya pada saat penen, produksi dan kualitas biji kakao. Sehingga harga jual rendah. Kondisi ini sudah dirasakan petani cukup lama. Bagaimana mengatasi hama PBK ?, pada penayangan ini akan dijelaskan lebih lanjut. MENGENALI HAMA PBK Basudara sekalian : Hama PBK mulai “menyerang” buah kakao, saat mulai berbuah, buah kecil, sampai buah besar, baik yang sudah tua maupun masak. Cara hama PBK ini, menyerang buah kakao, dimulai dari bakal buah. Telur diletakkan pada permukaan buah yang berlekuk. Semakin besar ukuran buah semakin besar pula peluang diteluri. Kemudian dari telur keluar larva, dan langsung masuk ke dalam buah dan tinggal selama 12 – 14 hari, bahkan sampai 18 hari sebelum keluar berkepompong. Pada saat berada dalam buah, biji-biji kakao rusak dan tidak berkembang. Buah kakao yang telah terserang hama PBK ini, pada kulit buah : terdapat bercak hitam, sebagian hitam, dan seluruhnya hitam Basudara sekalian : Buah tersebut jika dibelah menjadi dua, akan terlihat bijibiji mengeras, padat, dan tidak terpisahkan satu sama lain, dan berwarna kehitaman. Pengendalian hama PBK dapat di lakukan dengan pupuk agrodyke. Pupuk ini adalah jenis pupuk organik, berbentuk butiran-butiran kecil berwarna orange. Kegunaan pupuk ini adalah : § Sebagai pupuk untuk mencegah serangan hama PBK § Sebagai pestisida untuk “membasmi” hama PBK, baik buah yang masih kecil maupun yang sudah besar. PETUNJUK PENGGUNAAN PUPUK AGRODYKE Pemakaian pupuk agrodyke dilakukan dengan cara sebagai berikut : Ø Pada bunga, campurkan 5 sampai 7 sendok makan atau 130 gram Agrodyke dengan 15 liter air. Kemudian masukan kedalam handsprayer, dan disemprotkan. Ø Pada buah mudah (belum berisi), campurkan 2 sendok atau 20 gram Agrodyke dengan 15 liter air. Kemudian masukan kedalam ha ndsprayer, dan disemprotkan. Ø Pada buah muda yang sudah berisi menggunakan Agrodyke sebanyak 3 sampai 5 sendok atau kurang lebih 80 gram dalam 15 liter air. Kemudian masukan kedalam handsprayer, dan disemprotkan. Ø Pada buah yang telah masak campurkan 100 gram dalam 15 liter air. Kemudian masukan kedalam handsprayer, dan disemprotkan. Pada pangkal pohon, galih secara melingkar ± ½ meter dari pangkal pohon . Kemudian campurkan dua kilogram pupuk Agrodyke dengan 100 Kg Urea/ha atau 3 sendok atau 60 gram/pohon, dan ditaburkan secara melingkar. Ini dilakukan setiap 6 bulan (setelah habis panen)
70
PENUTUP Basudara sekalian : Demikianlah cara-cara untuk mengatasi hama PBK. 1 - 2 minggu setelah dilakukan penyemprotan, akan terlihat hasilnya.
71
EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN
KUESIONER TEST PENGETAHUAN (Pre -test dan Post-test)
KODE RESPONDEN NAMA RESPONDEN
: …………………………………………… : ……………………………………………
ALAMAT RESPONDEN : DESA
: ……………………….. KECAMATAN : ……………………….. KABUPATEN : MALUKU TENGAH
PEWAWANCARA
: …………………….
TANGGAL
: …………………….
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
72
TEST PENGETAHUAN
Petunjuk : Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan menulis “B” pada kolom BENAR, jika menurut Bapak pernyataan tersebut benar, dan “S” pada kolom SALAH, jika menurut Bapak pernyataan tersebut salah. NO
PERNYATAAN
1.
Kakao merupakan tanaman tahunan yang banyak di minati oleh petani di daerah ini. Istilah kakao dalam bahasa sehari-hari orang Maluku, bukan merupakan tanaman coklat Selain itu, dalam mengusahakan tanaman kakao, tidak memerlukan perawatan yang intensif Permasalahan yang dihadapi petani dalam mengusahakan tanaman kakao saat ini adalah serangan hama PBK PBK adalah singkatan dari Penggerek Batang Kakao
2. 3. 4. 5. 6.
19.
Hama PBK yang sering menyerang buah kakao di daerah ini di sebutkan dengan istilah Cacao Mud Hama PBK mulai menyerang buah kakao, pada buah yang berukuran ± 10 cm (bentuknya berlekuk) Penyerangan hama PBK dilakukan dengan cara telurnya diletakkan pada permukaan buah yang yang tidak berlekuk. Dari telur keluar larva, dan langsung masuk ke dalam buah, dan tinggal selama 20 – 30 hari Setelah bertelur, hama ini kemudian keluar dan menyerang buah kakao lainnya Telur-telur tersebut berkembang menjadi hama dan tetap berada dalam buah kakao dan merusak biji kakao Ciri buah kakao (muda, tua, dan masak) yang terserang hama PBK tidak beragam. Pada buah muda, sebagian dan seluruh kulit luar berwarna kuning sampai hitam Tetapi ada juga buah yang terlihat dari luar, tidak ada tandatanda terserang, tetapi ketika di belah, bijinya mulai rusak. Disamping buah yang masih muda atau belum masak, pada buah yang telah masak, ciri penyerangan hama PBK adalah seluruh atau sebagian buah tidak berwarna kehitaman Biji-biji yang telah masak tidak terlihat tingkat kerusakan yang parah Akibat serangan hama PBK, produksi naik dan harga jual tinggi Pengendalian hama PBK dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk agrodyke Pupuk agrodyke berwarna putih
20.
Jenis pupuk agrodyke adalah jenis pupuk kimia
21.
Kegunaan pupuk ini, hanya untuk mengendalikan buah yang terserang hama PBK (Cacao mud) saja Sebagai pestisida, kegunaan pupuk agrodyke dapat mengendalikan hama PBK, baik buah yang masih muda, tua, dan telah masak. Sedangkan sebagai pupuk, dapat digunakan untuk mencegah keguguran bungan dan meningkatkan produksi kakao Pemupukan melalui bunga, dosis yang digunakan adalah 5 sampai 7 sendok agrodyke di campurkan dengan 15 liter air Cara penggunaannya di taburkan pada bunga
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
16. 17. 18.
22.
23. 24. 25.
BENAR
SALAH
73
26. 27.
28.
29.
30. 31. 32.
Pemupukan melalui akar, dilakukan dengan cara menyemprotkan akar dengan handsprayer Untuk memberantas hama PBK, pada buah muda yang belum berisi (± 10 cm), dosis yang digunakan 2 sendok atau 20 gram agrodyke dicampurkan dengan air 15 liter, kemudian disemprotkan dengan menggunakan handsprayer Pada buah muda yang telah berisi, dosis yang digunakan 3 sampai 5 sendok atau kurang lebih 80 gram pupuk agrodyke dengan air 15 liter, kemudian disemprotkan dengan menggunakan handsprayer Pada buah telah masak, dosis yang digunakan 200 gram pupuk agrodyke dengan air 15 liter, kemudian disemprotkan dengan menggunakan handsprayer Cara memupuk adalah menggalih tanah secara melingkar, dengan jarak sesuai luas tajuk Dosis yang digunakan untuk memupuk melalui akar adalah 4 kg agrodyke dicampur dengan urea 300 kg Kegiatan penyemprotan untuk mengendalikan hama PBK dan pemupukan di lakukan setiap 4 bulan
74
EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN
KUESIONER PERSEPSI Video Instruksional
KODE RESPONDEN NAMA RESPONDEN
: …………………………………………… : ……………………………………………
ALAMAT RESPONDEN : DESA
: ……………………….. KECAMATAN : ……………………….. KABUPATEN : MALUKU TENGAH
PEWAWANCARA
: …………………….
TANGGAL
: …………………….
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
75
PERSEPSI TENTANG VIDEO INSTRUKSIONAL
Petunjuk Pengisian : 1. Lingkari atau beri tanda ”X” pada huruf a, b, atau c, sesuai dengan pilihan jawaban Bapak. 2. Pertanyaan-pertanyaan berikut, berkaitan dengan video yang telah ditonton DAYA TARIK No
Pertanyaan
1.
Apakah tampilan gambar video, dari awal hingga akhir, terlihat Bagaimana pendapat Bapak tentang tampilan gambar tersebut Apakah suara video, dari awal hingga akhir, terdengar Bagaimana pendapat Bapak tentang suara video Apakah teks tentang petunjuk penggunaan pupuk agrodyke, terlihat
2. 3. 4. 5.
Jawaban
a. Sangat jelas a. Sangat menarik a. Sangat jelas a. Sangat menarik a. Sangat jelas
b. b. b. b. b.
Cukup jelas Cukup menarik Cukup jelas Cukup menarik Cukup jelas
c. Kurang jelas c. Kurang menarik c. Kurang jelas c. Kurang menarik c. Kurang jelas
Pemahaman No
Pertanyaan
Apakah penjelasan presenter (penyuluh) tentang : 1. Ciri hama PBK pada tanaman kakao dapat a. Sangat dipahami ? paham 2. Kegunaan pupuk agrodyke untuk a. Sangat mencegah dan mengendalikan hama PBK paham dapat dipahami ? 3. Petunjuk pemakaian pupuk agrodyke dapat a. Sangat dipahami ? paham
Jawaban
Cukup paham b. Cukup paham
c. Kurang paham c. Kurang paham
Cukup paham
c. Kurang paham
b.
b.
Penerimaan No
1. 2.
Pertanyaan
Apakah Bapak setujuh, jika penerimaan a. Sangat informasi pertanian, dilakukan melalui setujuh video ? Bagaimana pendapat Bapak tentang a. Sangat penyuluhan pertanian yang disampaikan mudah oleh penyuluh melalui video, apakah diterima materi penyuluhannya
Jawaban b.
Setujuh
c. Kurang setujuh
b.
Cukup mudah diterima
c. Masih sulit diterima
76
Keterlibatan No
Pertanyaan
1.
Menurut Bapak, apakah penyuluhan dengan menggunakan video dapat membantu menyebarluaskan informasi pertanian secara merata di kalangan petani ?
2.
3. 4.
Jawaban
a. Sangat
Jika video digunakan sebagai media a. Sangat penyuluhan pertanian dalam kelompok setujuh tani, setujuhkah Bapak terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok Menurut Bapak, apakah penyuluhan pertanian a. Sangat dengan video dapat membantu petani mengatasi permasalahan usahatani ? Menurut Bapak, menonton video penyuluhan pertanian, cukup sendiri saja, ataukah perlu mengajak teman-teman petani lain, agar bisa saling berdiskusi.
Cukup membantu
c. Kurang
b.
Setujuh
c. Kurang setujuh
b.
Cukup membantu
c.
Kurang membantu
b.
Cukup perlu Mengajak teman
c.
Kurang perlu mengajak teman
b.
membantu
membantu
a. Sangat perlu mengajak teman
membantu
77
EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN
KUESIONER KARAKTERISTIK PERSONAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI
KODE RESPONDEN NAMA RESPONDEN
: …………………………………………… : ……………………………………………
ALAMAT RESPONDEN : DESA
: ……………………….. KECAMATAN : ……………………….. KABUPATEN : MALUKU TENGAH
PEWAWANCARA
: …………………….
TANGGAL
: …………………….
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
78
KARAKTERISTIK PERSONAL 1.
Apa pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai ? a) tidak sekolah
b) SD (tidak tamat)
d) SMP (tidak tamat)
e) SMP (tamat)
f) SMA (tidak tamat)
g) SMA (tamat)
h) Perguruan Tinggi (tidak tamat
i) Sarja Muda/Sarjana
c) SD (tamat)
2.
Berapa umur Bapak saat ini ? …………Tahun (lahir : ……………., tahun …….)
3.
Mulai kapan Bapak mengusahakan tanaman kakao ?, Bulan ………, Tahun ……...
4. Kepemilikan media No
Media
1.
Televisi
2.
Video
Merk
Ukuran
Jumlah
PERILAKU KOMUNIKASI 1.
Menonton televisi dalam satu minggu terakhir : Jam
Hari Pagi
Siang
Acara Sore
Malam
1. Senin 2. Selasa 3. Rabu 4. Kamis 5. Jumat 6. Sabtu 7. Minggu 2.
3.
Stasiun televisi mana yang paling disenangi ? a) ……………………………
e) ………………….
b) ……………………………
f) ………………….
c) ……………………………
g) ………………….
d) …………………………..
h) ………………….
Mendengar radio selama satu minggu terakhir : Hari 1. Senin
Jam ..…..s/d…….
2. Selasa
..…..s/d…….
3. Rabu
..…..s/d…….
Acara
Stasiun Radio
79
4.
4. Kamis
..…..s/d…….
5. Jumat
..…..s/d…….
6. Sabtu
..…..s/d…….
7. Minggu
..…..s/d…….
Membaca Koran (surat kabar) dalam satu minggu terakhir : Tanggal
5.
Nama Media
Topik Yang Dibaca
Sumber
Kontak (pertemuan) dengan penyuluh dalam satu minggu terakhir Nama
6.
Lama (Jam)
Tempat
Topik Pembicaraan
Kontak (pertemuan) dengan sesama petani dalam 1 minggu terakhir Nama
Tempat
Topik Pembicaraan
80
EFEKTIVITAS VIDEO INSTRUKSIONAL DALAM DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN
UJI COBA MEDIA
KODE RESPONDEN
: ……………………………………………
NAMA RESPONDEN
: ……………………………………………
PENDIDIKAN
: ……………………………………………
UMUR
: ……………………………………………
ALAMAT RESPONDEN : DESA
: ……………………….. KECAMATAN : ……………………….. KABUPATEN : MALUKU TENGAH
PEWAWANCARA
: …………………….
TANGGAL
: …………………….
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
81
Daya Tarik 1.
Apakah gambar video jelas di lihat ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika tidak : No
Alasan
Saran
1.
2.
2.
Apakah suara (Penjelasan) di video jelas di dengar ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika tidak : No
Alasan
Saran
1.
2.
3.
Apakah tulisan (teks) video jelas di lihat ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika tidak : No
Alasan
Saran
1.
2.
3.
4.
Apakah musik instrument mengganggu pendengaran ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika ya : No 1.
2.
Alasan
Saran
82
Pemahaman 5.
Menurut Bapak/Ibu, apakah gambar yang dilihat di video bisa dipahami maksudnya ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika tidak : No
Alasan
Saran
1.
2.
6.
Menurut Bapak/Ibu, apakah teks (tulisan) di video bisa dipahami maksudnya ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika tidak : No
Alasan
Saran
1.
2.
7.
Menurut Bapak/Ibu, apakah penjelasan penyuluh yang dilihat di video bisa dipahami maksudnya ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika tidak : No
Alasan
Saran
1.
2.
Penerimaan Menurut Bapak/Ibu, apakah penjelasan penyuluh yang dilihat di video memberikan petunjuk yang mudah dilaksanakan ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika tidak : No 1.
2.
Alasan
Saran
83
Keterlibatan Menurut Bapak/Ibu, apakah penjelasan penyuluh yang dilihat di video dapat membantu dalam kegiatan pemberantasan hama kakao ? a)
Ya
b)
Tidak
Jika tidak : No 1.
2.
Alasan
Saran
84
Lampiran 4 Data Skor Pengetahuan Awal dan Akhir Kelompok Eksperimen Video Instruksional dan Demontrasi Cara dan Kelompok Kontrol
n
VIDEO Pre-test 10 10 11 9 10 9 10 10 8 10 10 9 10 10 9 10 9 9 9 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Post-test 26 23 22 22 20 25 26 23 22 26 20 22 22 21 24 23 25 22 25 24
KELOMPOK DEMONSTRASI Pre-test Post-test 8 24 10 23 10 26 9 22 10 20 9 25 10 27 10 26 8 27 10 23 10 20 10 22 10 22 9 21 10 24 9 23 9 25 9 19 9 25 8 24
KONTROL Post-test 9 10 11 9 9 10 12 10 9 10 10 8 8 10 8 8 9 12 9 10
Lampiran 5 Persepsi Kelompok Eksperimen Video Instruksional n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 ? Rataan
D.Tarik 3,00 2,60 2,20 2,80 2,60 2,60 2,80 2,40 2,40 2,80 2,40 2,60 2,60 2,40 2,40 2,20 2,80 2,80 2,60 2,80 51,8 2,59
Video Pemahaman Penerimaan 3,00 3 2,00 3 3,00 2 2,00 3 1,67 2,5 3,00 2 2,67 2,5 2,33 3 2,67 2 2,67 2,5 2,00 2 2,00 3 2,00 3 1,67 2 3,00 2,5 2,00 3 3,00 3 1,67 3 3,00 2,5 2,67 3 48 52,5 2,4 2.62
Keterlibatan 3 2,5 2,5 2,5 2,5 3 3 2,75 2,75 2,75 2,5 2,75 2,75 3 2,75 2,5 2,75 2,5 3 3 54,75 2,73
85
Lampiran 6 Karakterisktik Personal dan Perilaku Komunikasi Kelompok Eksperimen Video Instruksional
Karakteristik Personal Pendidikan Formal
No
Pengalaman U.Tani
(Tahun)
Umur
Kontak Penyuluh
1
6
2
4
(Tahun) 10.00 20.00
3
6
20.00
4
5
30.00
5
9
11.00
6
30.00
9
10.00
7
20.00
6
20.00
10
12
30.00
11
10
11.00
6
30.00
12
15.00
9
10.00
15
5
12.00
16
12
25.00
6
15.00
12
16.00
6
15.00
9
15.00
157
365
808
180
24.5
24.5
24
111
7.85
18,25
40.4
9.0
1.3
1.2
1.2
5.5
6 7 8 9
12 13 14
17 18 19 20 ? Rataan
(Tahun)
Televisi
Perilaku Komunikasi (Frekwensi/Jam/Minggu) Kontak Radio Koran Person
57
8.00 7.00
1.00 2.00
1.00 1.50
1.00 1.00
7.00 6.00
65
11.00
1.00
1.00
1.00
7.00
25
7.00
2.00
1.00
1.00
5.00
35
10.00
1.50
1.50
1.00
5.00
54
10.00
1.00
1.50
1.50
5.00
35
8.00
1.00
1.00
1.50
6.00
25
8.00
1.50
1.00
1.50
6.00
30
11.00
1.00
1.00
1.00
4.00
30
10.00
1.00
1.50
1.00
4.00
59
8.00
1.50
1.50
1.50
6.00
45
7.00
1.00
1.00
1.00
6.00
50
9.00
1.00
1.00
1.00
5.00
40
13.00
1.00
1.50
1.50
7.00
34
13.00
1.50
1.50
1.50
4.00
20
12.00
1.00
1.50
1.00
6.00
50
6.00
1.00
1.00
1.00
5.00
24
8.00
1.50
1.00
1.50
7.00
30
8.00
1.00
1.50
1.50
6.00
35
6.00
1.00
1.00
1.00
4.00
65
86
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Korelasi Karakteristik Personal Dengan Peningkatan Pengetahuan
Spearman's rho
Pendidikan
Correlation Coefficient
Pendidikan 1.000
Pengalaman .043
Umur -.428
Pengetahuan .190
Sig. (2-tailed)
.
.858
.060
.424
20
20
20
20
Correlation Coefficient
.043
1.000
.036
.191
Sig. (2-tailed)
.858
.
.880
.420
20
20
20
20
Correlation Coefficient
-.428
.036
1.000
.304
Sig. (2-tailed)
.060
.880
.
.192
N Pengalaman
N Umur
N Pengetahuan
20
20
20
20
Correlation Coefficient
.190
.191
.304
1.000
Sig. (2-tailed)
.424
.420
.192
.
20
20
20
20
N
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Korelasi Perilaku Komunikasi Dengan Peningkatan Pengetahuan
Spearman ’s rho
tv
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
.426
.381
.985
20
20
20
20
Correlation Coefficient
-.189
1.000
.165
.168
.002
-.382
Sig. (2-tailed)
.425
.
.486
.479
.994
.096
20
20
20
20
20
20
.452(*)
.165
1.000
.287
-.090
-.036
.045
.486
.
.220
.704
.882
20
20
20
20
20
20
Correlation Coefficient
.207
.168
.287
1.000
.266
.045
Sig. (2-tailed)
.381
.479
.220
.
.256
.850
Correlation Coefficient
20
20
20
20
20
20
Correlation Coefficient
.004
.002
-.090
.266
1.000
-.179
Sig. (2-tailed)
.985
.994
.704
.256
.
.449
20
20
20
20
20
20
Correlation Coefficient
-.189
-.382
-.036
.045
-.179
1.000
Sig. (2-tailed)
.426
.096
.882
.850
.449
.
20
20
20
20
N
N
•
y -.189
.045
N
y
petani .004
20
N
petani
penylh .207
.425
Sig. (2-tailed)
penylh
cetak .452(*)
.
N cetak
radio -.189
20
N radio
tv 1.000
20 20 Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
87
Lampiran 10 Hasil Perhitungan Korelasi Karakteristik Personal Dengan Persepsi Tentang Video Instruksional
Spearma n’s rho
Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Pengalaman
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Umur
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Daya tarik
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Pemahaman
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Penerimaan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Keterlibatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
•
Pendidikan
Pengala man
Umur
Daya tarik
Pemaha man
Penerim aan
Keterlib atan
1.000
.043
-.428
.222
-.113
.273
-.152
.
.858
.060
.347
.635
.244
.521
20
20
20
20
20
20
20
.043
1.000
.036
-.189
.238
.058
-.039
.858
.
.880
.425
.312
.808
.871
20
20
20
20
20
20
20
-.428
.036
1.000
.173
.492(*)
-.421
.333
.060
.880
.
.465
.027
.064
.152
20
20
20
20
20
20
20
.222
-.189
.173
1.000
.104
.457(*)
.305
.347
.425
.465
.
.663
.043
.191
20
20
20
20
20
20
20
-.113
.238
.492(*)
.104
1.000
-.194
.476(*)
.635
.312
.027
.663
.
.412
.034
20
20
20
20
20
20
20
.273
.058
-.421
.457(*)
-.194
1.000
-.143
.244
.808
.064
.043
.412
.
.547
20
20
20
20
20
20
20
-.152
-.039
.333
.305
.476(*)
-.143
1.000
.521
.871
.152
.191
.034
.547
.
20
20
20
20
20
20
20
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
88
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Korelasi Perilaku Komunikasi Dengan Persepsi Tentang Video Instruksional
Spear man's rho
Televisi
Pemaha man
Penerim aan
Keterlib atan
.635(**)
-.004
.618(**)
-.026
.985
.003
.985
.004
.912
20
20
20
20
20
.165
.168
.002
-.036
-.425
.199
.
.486
.479
.994
.880
.062
.401
20 .622(**) .003
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.452(*)
.165
1.000
.287
-.090
-.352
-.108
-.426
-.074
.045
.486
.
.220
.704
.128
.650
.061
.757
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Correlation Coefficient
.207
.168
.287
1.000
.266
-.183
.027
-.385
.300
Sig. (2-tailed)
.381
.479
.220
.
.256
.439
.909
.094
.198
20
20
20
20
20
20
20
20
20
.004
.002
-.090
.266
1.000
-.125
-.223
.036
-.089
.985
.994
.704
.256
.
.601
.346
.880
.709
20 .635(**) .003
20
20
20
20
20
20
20
20
-.036
-.352
-.183
-.125
1.000
.104
.457(*)
.305
.880
.128
.439
.601
.
.663
.043
.191
20
20
20
20
20
20
20
20
20
-.004
-.425
-.108
.027
-.223
.104
1.000
-.194
.476(*)
.985
.062
.650
.909
.346
.663
.
.412
.034
20 .618(**) .004
20
20
20
20
20
20
20
20
.199
-.426
-.385
.036
.457(*)
-.194
1.000
-.143
.401
.061
.094
.880
.043
.412
.
.547
20 .622( **) .003
20
20
20
20
20
20
20
-.074
.300
-.089
.305
.476(*)
-.143
1.000
.757
.198
.709
.191
.034
.547
.
20
20
20
20
20
20
20
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Radio
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Koran
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Kontak Penyulu h
N Kontak Person
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Daya tarik
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Pemaha man
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Penerim aan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Keterlib atan
Televisi
Radi o
Koran
1.000
-.189
.452(*)
.207
.004
.
.425
.045
.381
20
20
20
-.189
1.000
.425
20
Correlation Coefficient
-.026
Sig. (2-tailed)
.912
N
20 20 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kontak Penyuluh
Kontak Person
Daya tarik