DISEMINASI
12
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa
EDISI 03/APRIL-JUNI 2013
WARTA PRIORITAS
District DBE Berpacu dalam Diseminasi
Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan
1
2
3
USAID PRIORITAS Latih 253 Fasilitator Daerah(FASDA)
Foto (1) dan (2): Diseminasi MBS di Pinrang dan Enrekang, peserta tengah berdiskusi kelompok tentang transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sekolah; (3): Diseminasi pembelajaran CTL di SMPN 20 Makassar, siswa usai presentasi hasil karya dan mendapat penguatan dari guru
Terapkan Pembelajaran Aktif dan Manajemen Berbasis Sekolah 1
Komitmen pemerintah kabupaten/kota eks program DBE-USAID untuk menigkatkan kualitas pendidikan dibuktikan melalui penyebarluasan pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan pembelajaran inovatif: PAKEM untuk SD/MI dan Contextual Teaching and Learning untuk SMP. Mereka melatih kepala sekolah, pengawas, komite, dan guru-guru yang belum terjangkau oleh pelatihan program DBE-USAID (20052011). Mereka sendiri yang membiayai pelatihannya dari sumber dana yang beragam meliputi: Dana APBD 2013, dana sekolah/madrasah, dan dana mandiri peserta. Kabupaten Enrekang. Dikbud dan Kemenag telah melatih 247 guru, kepala sekolah, staf sekolah (bendahara), pengawas, dan komite sekolah tentang Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) serta Manajemen Berbasis Sekolah. Mereka berasal dari 23 SMP dan 12 MTs di Kecamatan Enrekang, Baraka, dan Alla. Enam (6) angkatan pelatihan, masing-masing 3 angkatan untuk pembelajaran dan MBS, berlangsung pada Periode Diseminasi 1: Mei-Juni 2013. Periode Diseminasi II akan dilanjutkan sesuai jadwal program Capacity Buiding guru dan sekolah oleh Diknas dan Kemenag tahun 2013-2014. Kabupaten Pinrang. Dikbud dan Kemenag mengelola pelaksanaan 31 Angkatan pelatihan Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual untuk SMP/MTs, PAKEM untuk SD/MI, serta MBS dalam periode MeiDesember 2013-2014. Hingga bulan Juni telah melatih 151 kepala sekolah, komite, bendahara sekolah, dan guru tentang MBS. Mereka berasal dari 28 MI, 22 MTs di sejumlah kecamatan.
WARTA PRIORITAS Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Editor Hamsah (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist),
2
Kabupaten Soppeng. Dikbud dan Kemenag melatihkan Penguatan Peran Komite Sekolah untuk 60 ketua, sekretaris, dan bendahara komite sekolah (diseminasi modul USAID-DBE), serta 54 kepala sekolah, guru, dan komite tentang Manajemen Berbasis Sekolah. Pelatihan berlangsung dalam bulan Juni 2013. Kota Makassar. Pelatihan mandiri yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 20 Makassar dengan melatihkan pembelajaran kontekstual untuk 53 orang guru untuk 5 Mapel target: Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Kabupaen Pangkep. Dikbud dan Kemenag mengagendakan 12 angkatan pelatihan dalam periode Agustus-Oktober. Terdiri dari 11 group pelatihan CTL untuk 27 SMP dan 17 MTs di Kec. Ma'rang, serta 1 group untuk MBS yang ada di Kec. Pangkajene, Bungoro, Ma'rang, Mandalle, Labakkang, dan Segeri.
Foto (1) dan (2): Praktik penerapan pembelajaran PAKEM di SDN Sudirman III Makassar dan di SDN 166 Mattirobulu Pinrang, (3), (4), dan (5): Aktifitas kerja kelompok peserta TOT Fasda SMP/MTs di Parepare
Sebanyak 253 Fasilitator Daerah dari 12 kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan segera menyebarluaskan praktik pembelajaran dan manajemen sekolah yang baik di tingkat sekolah dan kabupaten. Mereka terdiri dari 123 pelatih untuk SD/MI dan 130 pelatih untuk SMP/MTs. Mereka berasal dari guru, kepala sekolah,
3
pengawas, dosen dari LPTK mitra, dan tenaga kependidikan di Dinas Pendidikan (Diknas) dan Kemenag. Mereka siap melatih seusai mengikuti Training of Trainer (ToT) tingkat Provinsi tentang Praktik Pembelajaran dan Manajemen Berbasis Sekolah yang baik yang dilaksanakan di Parepare. Pelatihan masing-masing
4
Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangeng (TTO Primary), Fadiah Machmud (WHS), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail:
[email protected]
Informasi lebih lanjut silakan klik: www.prioritaspendidikan.org
dua angkatan untuk tingkat SD/MI dan SMP/MTs, berlangsung sejak bulan Maret hingga Juni. ToT Fasilitator Daerah untuk SMP/MTs angkatan pertama dan kedua dilaksanakan di hotel Parewisata dan Delima Sari pada tanggal 4-10 Maret dan 20-26 Mei. Angkatan pertama diikuti oleh 130 peserta yang berasal dari Kabupaten
5 USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students
02
UTAMA
Bantaeng, Maros, Wajo, Jeneponto, Pangkep, Enrekang, dan Luwu. Mereka terdiri dari 60 guru bidang studi IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Bahasa Inggris, 20 kepala sekolah, 23 pengawas, 14 staf Diknas dan Kemenag, 12 dosen dari LPTK mitra UIN dan UNM, serta 1 dari LPMP. Angkatan kedua diikuti 74 peserta, berasal dari kabupaten/kota Makassar, Pinrang, Sidrap, Soppeng, dan Palopo. Mereka teridiri dari 45 guru bidang studi yang sama, 4 kepala sekolah, 12 pengawas, 12 staf Diknas dan Kemenag serta 1 dari LPMP. TOT Fasilitator Daerah untuk SD/MI angkatan pertama dan kedua dilaksanakan pada tanggal 1724 Maret dan 28 Mei-3 Juni dengan pembagian kelompok kabupaten/kota yang sama pada TOT SMP/MTs. Angkatan pertama diikuti oleh 123 peserta, terdiri dari 54 guru kelas awal dan kelas lanjut, 22 kepala sekolah, 25 pengawas, 10 staf Diknas dan Kemenag, dan 12 dosen dari LPTK mitra. Sementara 79 peserta angkatan kedua terdiri dari 29 guru, 22 kepala sekolah, 23 pengawas, dan 5 staf Diknas dan Kemenag. Apa yang Dilatihkan? Segenap Fasda yang berlati mengusung dua aspek penting perubahan di sekolah, yaitu Pembelajaran dan Manajemen Sekolah. Di bawah adalah gambaran materi pelatihannya, Tentang Pembelajaran di SD/MI: • Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) • Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif • Persiapan dan Praktik Mengajar • Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) • Menyusun Rencana Tindaklanjut Penerapan PAKEM Tentang Pembelajaran di SMP/MTs • Pembelajaran Kontekstual • Pembelajaran Kooperatif • Merumuskan Pertanyaan yang Mendorong Siswa Berpikir Tingkat Tinggi • Menciptakan Linkungan Kelas yang Mendorong Siswa Belajar • Menulis Jurnal Reflektif • Persiapan dan Praktik Mengajar • Mengoptimalkan Kinerja Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) • Menyusun Rencana Tindak Lanjut Penerapan Pembelajaran Kontekstual FASDA Menjadi Agen Perubahan Kehadiran FASDA sangat diapresiasi oleh pemerintah kabupaten tempat mereka untuk
EDISI 03, 2013
6
UTAMA
EDISI 03, 2013
menyebarluaskan praktik yang baik dalam pendidikan melalui pelatihan. Bupati Pinrang,Wajo, Maros, Pangkep, dan Soppeng menyambut baik mereka sebagai asset pendidikan di daerahnya. Karena itu, bupati tersebut mengukuhkan mereka melalui SK Bupati sebagai narasumber penting di bidang inovasi pendidikan. Bupati Wajo, Ir.A. Burhanuddin Unru, saat memberikan sambutan pertemuan awal sekaligus pengukuhan fasda (16/3) memandang peran fasilitator sangat penting untuk perubahan. Menurutnya, fasilitator itu sebagai agen perubahan. Mereka bertanggung jawab melakukan perubahan di sekolahnya lalu menginisiasi perubahan di
sekolah lain. Mereka akan melatihkan praktik yang baik dalam pembelajaran PAKEM dan Contextual Teaching and Learning (CTL) serta Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di tingkat SD/MI dan SMP/MTs. Bagi dosen LPTK mitra akan mengintegrasikannya ke dalam perkuliahan bersama dengan mahasiswa calon guru. Selain itu, mereka akan melatihkannya kepada dosen pembimbing PPL, PPG, PLPG, guru sekolah binaan LPTK serta melatih dosen dari lima LPTK anggota konsorsium.
7
10
11
12 3 12
Foto (10): Apresiasi DF sebagai Agen Perubahan: Bupati Wajo, Ir. H. A. Burhanuddin Unru, M.Si, menyalami DF seusai pengukuhan ;(11) dan (12): Bupati Pinrang, A. Aslam Patonangi, dan KaDiknas Enrekang , Arfah Rauf, meminta Fasda berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan
8
9
Foto (6) dan (7): Praktik penerapan pembelajaran PAKEM oleh peserta pelatihan TOT Fasda SD/MI di sejumlah sekolah di Pinrang; (8) Apresiasi hasil karya siswa lewat display hasil karya; (9) Refleksi siswa di akhir pembelajaran
Wujud Perubahan Setelah mengikuti pelatihan, Fasda, dosen, guru, dan staf kependidikan Diknas dan Kemenag melaksanakan pembelajaran PAKEM dan CTL di tingkat SD/MI, perkuliahan aktif dan menarik di LPTK, serta menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Mereka mengusung peningkatan kualitas yang meliputi: (1) Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah di mana guru SD/MI dan SMP/MTs mengaktifkan murid /siswa dalam pembelajaran. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik dengan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, pertanyaan yang variatif sesuai Taksonomi Bloom (mengingat ; lingkungan belajar yang efektif dengan sumber belajar beragam, pemanfaatan sudut baca, pengaturan tempat duduk, pengelolaan siswa dalam pembelajaran aktif dan kontekstual, dan apresiasi karya siswa; pemanfaatan media yang tepat sesuai tujuan pembelajaran, dan menggunakan fenomena dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; menggunakan jurnal reflektif untuk perbaikan mutu pembelajaran;
13
14
(2) Peningkatan kualitas pengelolaan sekolah yang meliputi: kepala kekolah, komite, dan seluruh pemangku kepentingan sekolah aktif membantu guru menerapkan PAKEM/Pembelajaran Kontekstual di kelas; Sekolah terbuka dan bertanggung jawab kepada masyarakat (stakeholder) soal RKS/RKAS, keuangan, dan fasilitas sekolah. Demikian pula dalam hal Proses Belajar Mengajar (PBM), hasil belajar siswa, kinerja dan sikap guru; melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sekolah; sekolah dan komite (orang tua) lebih kreatif menghimpun berbagai sumber daya dan dana untuk kemajuan sekolah. (3) Di tingkat LPTK, fasilitator yang juga dosen, menerapkan perkuliahan aktif dan kontekstual agar mahasiswa calon guru terbiasa dan mereplikasinya saat mengajar. Memperkaya mahasiswa PPL, peserta PPG dan PLPG dengan model pembelajaran PAKEM dan CTL. Membekali mahasiswa PPL tentang wawasan Manajemen Berbasis Sekolah. Melatih dan menjadi mentor bagi dosen tutor PPL, asesor PPG dan PLPG. Membantu guru di sekolah binaan LPTK menerapkan pembelajaran inovatif.
15
Foto (13) dan (14) Praktik mengajar peserta TOT SD/MI dan SMP/MTs di Pinrang: murid SD dan SMP sedang kerja kelompok dalam pembelajaran PAKEM dan Kontekstual; (15) Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Alauddin sedang praktik micro teaching dalam model pembelajaran PAKEM
03
04
UTAMA
EDISI 03, 2013
Training Dosen Pedagogi
Dosen Ditantang Bantu Mahasiswa Siap Mengajar “Kegiatan ini membawa kami ke sekolah dan kami melihat langsung realitas pembelajaran di sekolah. Dengan pengalaman ini kami ditantang untuk benar-benar menyiapkan mahasiswa calon guru siap mengajar di sekolah,” kata Prof. Dr. Nurhayati, M.Pd seusai melakukan praktik mengajar di sekolah. Pelatihan yang diikuti Guru Besar IPA Biologi UNM itu adalah Training Dosen Pedagogi tingkat SMP/MTs bagi dosen (Training Pedagogy Lecturer Secondary). Pelatihan yang digelar pada tanggal 3-5 Juni di Hotel La Macca Makassar itu dibuka oleh Prof. Dr. Arismunandar, Rektor UNM. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa pelatihan itu sangat penting untuk meningkatkan kompetensi pedagogi dosen. Selama tiga hari pelatihan, 54 peserta yang berasal dari UNM, UIN Alauddin, UNISMUH Makassar, UNISMUH Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN Watampone, dan STAIN Palopo mengembangkan praktikpraktik yang baik dalam pembelajaran CTL di SMP/MTs serta praktik yang baik tentang Manajemen Berbasis Sekolah yang mendukung penerapan pembelajaran aktif dan inovatif di sekolah. Praktik mengajar pada hari kedua merupakan sesi yang sangat bermakna bagi peserta. Mereka bertandang ke sekolah: SMP YP-PGRI, MTsN Model Makassar, dan MTs Alauddin, untuk berpraktik mengajar. Di sekolah itu mereka berpraktik menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual dengan menyajikan materi bidang studi Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Selama dua jam pelajaran, dengan cara team teaching, mereka memfasilitasi siswa kelas VII dan VIII belajar aktif dalam kelompok, mengerjakan Lembar Kerja Siswa yang memicu pikiran kritis, bereksperimen, menganalisis, menemukan, presentasi, berdiskusi, berkarya, dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran melalui Jurnal Reflektif.“Kami merasakan kalau kami harus bekerja keras untuk mengelola siswa di kelas. Khususnya membuat mereka fokus dan aktif mengikuti semua proses pembelajaran. Persiapan pembelajaran memang harus matang untuk mengelola kelas,” ujar Pariabti Palloan, Dosen Fisika UNM Makassar. “Dosen terlalu kuat dalam teori, tapi pada saat mempraktikkannya melalui pembelajaran di kelas banyak yang canggung dan kewalahan, khususnya mengelola kelas dengan pembelajaran aktif. Kami juga tidak mengenal persis kondisi ril siswa dengan kondisi perkembangan mereka. Karenanya, materi, bahan, dan pengalaman dari pelatihan ini menjadi berharga bagi kami untuk dibagi kepada mahasiswa. Termasuk model-model dalam perkuliahan seharusnya dalam model workshop seperti ini,” papar Dr.Asdar, M.Pd, dosen Fakultas MIPA UNM.
1
2
(1) dan (2): Dosen peserta Training Pedagogi Lecturer Secondary sedang praktik mengajar di MTS Model Makassar; (3) Dosen peserta training MBS sedang kerja kelompok
3
Dosen Penting Terapkan Model Perkuliahan Baru 4
5 (4) dan (5): Dosen peserta Training Pedagogi tingkat SD sedang praktik mengajar di SDN III Sudirman Makassar
UTAMA
EDISI 03, 2013
Rektor UNM Jadi Peserta Pelatihan Arismunandar: MBS Tidak Diterapkan, Kepala Sekolah Berhadapan dengan Hukum Dua rektor LPTK mitra, Prof. Dr. H. Abdul Kadir Gassing HT, MS dan Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd, Rektor UIN dan UNM terlibat aktif dalam Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah bagi Dosen yang berlangsung pada tanggal 20-22 Juni 2013 di Hotel La Macca, Makassar. Kedua rektor tersebut selalu tampil kompak dan Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd Rektor UNM terkesan berbagi peran pada kegiatan yang diselenggarakan atas kemitraannya dengan USAID PRIORITAS. Mereka bergantian membuka atau menutup kegiatan. Namun, dalam Training Lecturers on School Management itu, Rektor UNM, Arismunandar, memilih menjadi peserta setelah Rektor UIN, Abdul Qadir Gassing, membuka acara. Suasana pelatihan menjadi lebih hidup dan bersemangat saat Arismunandar terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Peserta kian antusias mengelaborasi dan berbagi pengalaman tentang manajemen sekolah. Sang rektor terus menguatkan perhatian mereka dengan menegaskan “MBS harus diterapkan secara professional. Jika tidak, maka kepala sekolah harus berhadapan dengan hukum. Karena itu,
pelatihan ini memberikan pencerahan bagi dosen dan praktisi pendidikan di level sekolah,” paparnya. Saat membuka pelatihan, Abdul Kadir Gassing meminta perhatian peserta untuk menerapkan pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama pelatihan. Drs. Nuryamin, M.Ag, Ketua Jurusan PA Fakultas Tarbiyah UIN, menilai pelatihan itu sangat penting untuk management di perguruan tinggi. Menurutnya, dosen dan managemen perguruan tinggi harus lebih awal mencontohkan tradisi transparansi dan akuntabilitas lalu menunjukkannya kepada mahasiswa. Juga, seorang dosen UNM yang menegaskan bahwa mahasiswa sebelum melaksanakan PPL, mereka kita orientasi tentang managemen sekolah agar mereka dapat bekerja sama dengan pihak sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas pengajarannya dengan baik. Hadir dalam pelatihan itu meliputi 30 orang peserta dari UNM dan UIN Alauddin serta 5 universitas dan sekolah tinggi anggota Konsorsium LPTK: UNISMUH Makassar, UNISMUH Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN Watampone, dan STAIN Palopo. Mereka terdiri dari dosen, ketua jurusan, dan penanggung jawab program bidang studi di universitas masing-masing.
1
2
Foto (1): Rektor UNM Makassar, Aris Munandar, sedang terlibat aktif dalam diskusi kelompok, sebagai peserta pelatihan MBS; (2) Dosen peserta MBS tengah melakukan simulasi peran komite sekolah
05
06
PRAKTIK YANG BAIK
Pembelajaran di Kelas Awal
Ini Gambar Apa, yang Mana Namanya dan Berapa Jumlah Hurufnya? “Ini gambar kursi. Ini namanya, ada lima hurufnya,”jawab Syakira dengan semangat sambil menunjukkan gambar dan nama gambar kepada teman-temannya. Syakira bersama 27 orang temannya murid kelas I SDN 166 Mattirobulu Pinrang di pagi itu (22/5), belajar membaca dan menjumlahkan bilangan. Judul di atas adalah pertanyaan yang dilontarkan Hajrah Jafar, guru kelas I SD mitra USAID PRIOIRITAS itu untuk mengukur dengan sederhana kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik murid-muridnya. Melalui pembelajaran integratif Bahasa Indonesia dan Matematika dalam tema Lingkungan Sekitar, ia mengembangkan Kompetensi Dasar Matematika (4.4): Melakukan penjumlahan dan pe-ngurangan dua angka serta Bahasa Indonesia (5.1): Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar. Hajrah Jafar mengelola waktu pembelajaran 2x30 menit secara efektif dengan mengembangkan model pembelajaran Kooperatif tipe Bermain dan Berlomba dalam Tim (Teams Games Tournament). Ia memilih model itu untuk membuat muridnya fokus, aktif, dan gembira selama belajar. Dirinya membagi muridnya ke dalam empat kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok yang ditindaklanjuti dengan tugas individu yakni, bermain dan berlomba antarkelompok mengambil gambar beserta namanya sebanyak-banyaknya dari dalam kotak yang terpisah, lalu menjodohkannya dengan menempelkan secara berpasangan (gambar-nama) di papan planel. Tugas kelompok berikutnya, meliputi: (1) mengamati dan menilai hasil kerja kelompok lain dengan menghitung 1
3
2
4
EDISI 03, 2013
berapa banyak gambar dan namanya yang dijodohkan dengan benar maupun yang salah. Nilai 1 diberikan untuk setiap penjodohan yang benar dan minus 1 untuk setiap yang salah; (2) mengamati dan menilai kerapian dan keindahan cara menempelkannya; (3) menjumlahkan dan mengurangkan skor setiap kelompok; dan (4) secara partisipatif menentukan juara atau pemenang lomba.Tugas individu anak adalah presentasi di depan kelas dengan menunjukkan gambar, mendeskripsikannya secara sederhana sesuai kemampuannya, membaca nama gambar, dan menghitung jumlah huruf dari nama gambar. Selama pembelajaran berlangsung, suasana kelas begitu dinamis dan semangat. Murid-murid berkomunikasi aktif baik sesama anggota maupun antarkelompok. Riuh yel-yel “Ayo, ayo, ayo..Tempel..tempel..”oleh kelompok supporter menyatu dengan teriakan kritik polos, saling mengoreksi karena salah menjodohkan, salah baca, salah menjumlahkan dan tidak rapi menempel. Suasana itu membuat Hajrah yang dibantu Ibu Nurjannah semakin cermat memfasilitasi. Dirinya harus menginterupsi, mendiamkan sambil mengajak bernyanyi, lalu menguatkan indikator tujuan yang akan dicapai. Indikator tujuan pembelajaran di ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang ditetapkan terbukti dicapai murid di akhir pembelajaran. Untuk mapel Matematika tujuan pembelajaran yang tercapai meliputi: menunjukkan cara yang benar serta menjumlahkan dua bilangan; menunjukkan kesungguhan bekerja sama dalam kelompok; menjumlahkan skor yang dikumpulkan. Untuk mapel Bahasa Indonesia adalah membaca nama gambar/benda yang dijodohkan; mengidentifikasi gambar yang dideskripsikan oleh guru; menerima koreksi bacaan nama gambar yang salah; membaca dengan benar; dan memasangkan nama benda sesuai dengan gambarnya. “Pada setiap bagian dari proses pembelajaran, khususnya pada bagian yang bersinggungan dengan materi yang saya sajikan secara tematik, saya selalu mengingatkan muridmuridku makna yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran,”ujar Hajrah. Dirinya juga membiasakan muridmuridnya memiliki sifat dan berprilaku positif seperti sifat tertib dan disiplin. Ia rutin memeriksa kebersihan tangan, kuku dan pakaian muridnya pada saat mengatur barisan. Ia lalu meminta setiap muridnya membaca kata yang dituliskan di kertas metaplan sebelum melangkah ke bangku dan mejanya masing-masing. Kata Hajrah, itu dimaksudkan agar mereka rajin membaca kata yang dilihat sehingga cepat pintar membaca. Untuk membentuk prilaku hidup hemat, ia mengabsen kehadiran sekaligus memanggil muridnya untuk menyetor tabungan hariannya yang disisihkan dari uang jajannya.
5
Foto (1) dan (2): Hajrah Jafar dan Nurjannah guru Kelas Awal yang melakukan team teaching membimbing murid menjumlahkan dengan jari tangan sebagai media; (3)dan (4) Murid sedang presentasi; (5) Hajrah Jafar memberikan exercise membaca sebelum masuk kelas
PRAKTIK YANG BAIK
EDISI 03, 2013
07
MahasiswaPPG Prajabatan SM-3T UNM
Dosen Perkaya Kami Model Pembelajaran PAKEM danCTL
A
sriyani Mappiwali, Samsuriah, Asrianto, dan M. Ilham Ali bergantian mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia kepada 30 orang siswa SMP Kelas IX. Meskipun mereka melaksanakan praktik mengajar (micro teaching) di depan teman sendiri, namun mereka sudah mengajar sebagai guru yang profesional. Sangat lengkap mereka menyiapkan perangkat pembelajarannya. Mulai dari silabus, RPP, materi ajar (soft file dan hard copy), buku siswa, media, LKS, lembar penilaian, perangkat ICT, dan berbagai sumber belajar. Model dan metode pembelajarannya pun sangat efektik mengaktifkan siswa-siswanya selama belajar. Keempat mahasiswa program prajabatan SM-3T (Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan,Terluar dan Tertinggal) UNM itu mengajarkan materi yang berbeda. Asriyani menyajikan materi Menyunting Karangan; Samsuriah, Bercerita Bersambung; Asrianto, Membaca Berita; dan Ilham Ali, Berwawancara. Mereka tampak piawai dan terampil sekali
memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dan semua berhasil membuat siswa aktif. Terdapat sejumlah komponen yang sama dari cara mereka mengelola dan mengaktifkan siswanya selama pembelajaran yaitu: (1) penyampaian tujuan pembelajaran dengan jelas; (2) appersepsi yang sangat segar sesuai kondisi kekinian siswa. Misalnya, Asrianto mencuplik video liputan demo BBM dari SCTV News.Com sebelum mengajarkan Membaca Berita; (3) media relevan dan sumber belajar kontekstual; (4) LKS dengan pertanyaan kritis, terukur, dan kontekstual; (5) fasilitasi/pendampingan kerja sama dan diskusi kelompok efektif; (5) teknik apresiasi hasil karya menarik dan memotivasi siswa; (6) penguatan indikator tujuan dan hasil belajar; (7) penilaian autentik dan komprehensif; dan (8) refleksi proses serta hasil pembelajaran yang partisipatif.
1
2
3
4
5
6
7
8
Foto (1) Asriyani bagi LKS dalam amplop, menarik siswa; (2) Kerja LKS dalam kelompok; (3) Sumber belajar kontekstual dengan wawancara staf security kampus; (4) Membaca berita dengan media video liputan berita SCTV; (5) Kegiatan Karya Kunjung didampingi oleh dosen Sulastriningsih; (6) Pembelajaran di luar kelas; (7) Fasilitasi Diskusi yang ceria; (8) Apresiasi hasil belajar dengan hadiah bagi kelompok juara
Karena Dosen Beri Kuliah dengan Pembelajaran Aktif “Kami senang berada di sini. Kami betul-betul dilatih untuk jadi guru profesional. Dosen perkaya kami dengan pembelajaran inovatif. Berbagai model dan metode pembelajaran PAKEM dan CTL yang dicontohkan lalu kami praktikkan. Kami merasakan perkuliahan aktif dan kreatif dari dosen-dosen kami. Itu sebabnya kami mampu menerapkan pembelajaran aktif,” kata Asriyani yang pernah praktik mengajar (2012) di pedalaman Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT. Ilham Ali juga mengungkapkan pengalamannya. Menurutnya, selain dibekali dengan metode pembelajaran yang variatif, dosen mereka selalu mengingatkan kalau harus memilih media dan sumber belajar kontekstual. Demikian pula Asrianto yang telaten merancang pembelajaran
kontekstual yang berbasis IT. “Guru sekarang lebih professional jika kreatif memanfaatkan IT dalam pembelajaran,” ujarnya. Dr. Sulastriningsih Djumingin, dosen Pendidikan Bahasa Indonesia yang juga Fasilitator Menajemen Berbasis Sekolah program USAID Prioritas mengaku kalau mahasiswa calon guru harus diberikan dukungan optimal agar mereka kelak menjadi guru profesional.“Salah satu upaya yang saya lakukan adalah memberikan perkulihan aktif. Mereka penting menguasai materi, merancang perangkat pembelajaran, dan diperkaya dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), tapi yang tidak kalah pentingnya adalah membiasakan mereka dengan perkuliahan aktif,” ungkapnya.
FOKUS STAKEHOLDER
08
EDISI 03, 2013
Kuliah Micro Teaching
Rapat Stakeholder Provinsi
BAPPEDA Provinsi Minta USAID PRIORITAS dan DIKNAS Segera Review Renstra Pendidikan
“
Saran saya untuk BAPPEDA, Diknas dan Kemenag agar berkoordinasi dengan baik untuk meramu secara konkret hasil-hasil program yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan mutu pendidikan kita,” kata Prof. Dr. H. Halide, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel, saat m e n g i k u t i R a p a t S t a ke h o l d e r Pendidikan Provinsi, 8 Mei 2013, di Hotel Swiss Bel-in Makassar. Rapat itu sangat inspiring, demikian dikatakan Ketua LPMP Sulsel, Prof. Dr. A. Qashas Rahman, karena yang pertama kali mendudukkan secara bersama-sama segenap stakeholder kunci pendidikan di tingkat provinsi. Hadir dalam pertemuan itu adalah23 peserta sebagai focal point (tokoh kunci) dari Dinas Pendidikan, Kantor Kemenag, Bappeda, Biro Kerjasama, LPTK, Komisi E DPRD, LPMP, dan Dewan Pendidikan. USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan mengundang mereka ke pertemuan itu untuk bersama-sama mereview dan mengkritisi isu strategis tentang pendidikan di Sulsel, khususnya isu-isu yang bersinggungan langsung dengan program USAID PRIORITAS. Oleh karena itu, progress, capaian hasil, dampak,dan strategi penyebarluasan praktik-praktik baik dari program setelah setahun berjalan yang disajikan Jamaruddin, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS, menjadi referensi elaborasi kondisi terkini pendidikan di 1
PRAKTIK YANG BAIK
EDISI 03, 2013
Sulsel. Peningkatan mutu pendidikan menjadi dasar kajian kritis peserta selama diskusi. Sejumlah peserta mengetengahkan masalah, informasi, dan fakta aktual yang beririsan langsung dengan cakupan program USAID PRIORITAS. Abd. Halim Muharram, Kabid Pemetaan LPMP, menyampaikan data hasil UKG yang masih di bawah 40%. “Lalu materi apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi guru?” tanya dia ke forum. Prof. Dr. Eko Hadi Sujiono, Pembantu Rektor IV UNM, menyoal distribusi guru yang belum tertata baik sebagai salah satu akar masalah. Dra. St.Syamsuduha, M.Pd, dosen UIN Alauddin menyelisik soal teacher supply di LPTK. Bagaimana melakukan pre-service di LPTK agar mahasiswa calon guru benar-benar siap terjun jadi guru berkualitas. A. Irawan Bintang,Kabid Kelembagaan dan Pengembangan SDM BAPPEDA, mewanti-wanti Diknas untuk menyinkronkan program-programnya lewat Renstra hingga tercantum di dalam RPJMD. H. Muh. Rahmat Alim Bachrie, Kabid Kerja Sama Luar Negeri Biro Kerja Sama Provinsi, menyatakan kesiapannya terlibat bersama USAID PRIORITAS untuk pengayaan Pokja Kesra. Namun, dirinya menegaskan pentingnya kesepahaman tentang materi dan model replikasi yang akan dituangkan dalam Renstra. 2
Mencermati sejumlah isu penting dari pertemuan itu, A. Irawan Bintang menegaskan pentingnya follow up dari rapat itu. “Mohon USAID PRIORITAS dalam waktu tiga bulan kita duduk bersama untuk mengkaji dan mereview Renstra Pendidikan supaya bisa lebih jelas apa yang harus segera dikerjakan,”ujarnya. Ia juga meminta agar Diknas konsen terhadap Renstra Pendidikan.Kesamaan pandangan dan komitmen untuk menangani secara bersama-sama masalah mutu guru, kualitas pembelajaran, menajemen dan tata kelola pendidikan, peran LPTK di area teacher supply, dan perbaikan sistem data pendidikan adalah hasil yang dicapai dalam rapat itu. Hasil itu kemudian menjadi rujukan rekomendasi rapat yaitu: (1) Penguatan koordinasi dan kerjasama antar stakeholer pendidikan; (2) Diseminasi praktik baik di bidang pendidikan dituangkan dalam dokumen perencanaan-Renstra, RPJMD, dan Renja tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota, DPRD, LPTK serta RKS/RKT sekolah; (3) Pemetaan hasil intervensi program lembaga mitra di bidang pendidikan serta (4) Pertemuan berkala stakeholder pendidikan tingkat provinsi. Dan agenda kegiatan review Renstra Pendidikan yang akan didahului dengan pertemuan teknis antara Bappeda, Diknas, Kemenag, dan USAID PRIORITAS disepakati sebagai Rencana Tindak Lanjut dari pertemuan itu. 3
Peserta Rapat Stakehoder Provinsi sedang memberikan tanggapan tentang program pendidikan dan USAID PRIORITAS. Dari kiri: (1) A. Irawan Bintang, Kabid Kelembagaan dan Pengembangan SDM BAPPEDA Sulsel; (2) Prof. Dr. H. Halide, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel; (3) Prof. Dr. Eko Hadi Sujiono, Pembantu Rektor IV UNM.
Mahasiswa Jadi Kreatif dan Manfaatkan Lingkungan Sekitar sebagai Sumber Belajar “Saat mahasiswa berpraktik mengajar, mereka sebetulnya tidak semata belajar transfer pengetahuan, tapi mereka melakukan transfer pengalaman pembelajaran dengan meniru model pembelajaran dosennya. Karena itu, jika kita ingin mereka menerapkan pembelajaran aktif, kita dosen penting m e m b i a s a k a n m e re k a d e n g a n perkuliahan aktif,” kata Nursalam, dosen Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar. Itu alasan Fasilitator Pembelajaran Kontekstual USAID PRIORITAS itu selalu memberikan perkuliahan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan kepada mahasiswa. Seperti praktik di bawah saat mendampingi mahasiswanya semester VI Prodi Matematika. Supaya kuliah dan praktik micro teaching menarik bagi mahasiswa, Nursalam memfasilitasi mereka menerapkan pembelajaran aktif dan kontekstual di dalam dan luar kelas. Dengan team teaching Fitriani dan Anita Purnama Putri, mahasiswa yang berperan guru MTs, menyajikan materi Himpunan untuk siswa kelas VII semester ganjil. Mereka nampak rileks dan tidak canggung lagi mengajar di depan kelas. Bahkan, persiapan perangkat pem-belajarannya lengkap. RPP dan LKS mereka rancang untuk pembelajaran aktif dan kontekstual. Selama 2x45 menit Fitriani dan Anita mengelola pembelajarannya dengan model pembelajaran kooperatif di dalam dan luar kelas. Tahapan pembelajarannya meliputi: apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran, pembagian kelompok, pengerjaan LKS (observasi, kerja, dan diskusi kelompok di dalam dan luar kelas), presentasi hasil kerja kelompok, tanya jawab, penguatan hasil pembelajaran, dan refleksi proses dan konten pembelajaran. Agar semua siswanya terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, Fitri dan Anita menyajikan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kelas sebagai sumber belajar. Untuk itu,
mereka membagi siswanya ke dalam 6 kelompok heretogen. Masing-masing kelompok diberikan satu LKS yang berisi tugas (1) mengamati dan mencatat kumpulan-kumpulan benda yang ada di ruang kelas, di taman depan kelas, di samping kelas, di belakang kelas, dan di samping gedung serta di lapangan yang ada di sekitar kelas. Beragam benda-benda yang diamati sebagai sumber belajar seperti: kumpulan motor, pepohonan, batubatuan, rerumputan, sampah plastik, dan dedaunan kering di halaman. Selama proses pengamatan ber-
1
1
1
1
Dari atas: (1)mahasis wa (sebagai siswa) sedang belajar di lua r kelas; (2) siswa sedang presentasi ha sil kerja kelompok; (3) siswa sedang diskusi dan tanya jawab; (4) Fitri (guru) sedang menguatkan secara konkret tentang Ke abasahan Himpunan
langsung, Fitri dan Anita mengarahkan siswanya untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang kumpulan benda yang ditemukan, khususnya kesamaan dari benda-benda itu; (2) memberikan penamaan kumpulan-kumpulan benda yang dikumpulkan itu lalu memberikan nama himpunan untuk kumpulankumpulan tersebut. Dari kegiatan pembelajaran itu, siswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis benda yang dapat dikelompokkan ke dalam satu himpunan. Dan akhirnya dapat membuat simpulan sendiri tentang definisi himpunan. Proses pembelajaran kemudian dilanjutkan di dalam kelas dengan kegiatan presentasi hasil belajar kelompok, diskusi, dan tanya jawab. Fitri dan Anita saling bergantian menjadi fasilitator diskusi. Di bagian akhir pembelajaran, Fitri menguatkan pemahaman siswanya dengan dua cara memberikan Kuis Tebak-Tebakan Himpunan dan Demonstrasi Keabsahan Himpunan. Cara yang kedua itu, dirinya mengundang tiga orang teman perempuannya tampil di depan lalu bertanya “Apakah benar kalau mereka ini berada dalam himpunan perempuan cantik?” jawaban dan argumentasi beragam pun muncul. Fitri lalu menegaskan “Tidak benar kalau dikatakan himpunan perempuan cantik. Karena cantik tidak memiliki ciri dan persamaan yang mutlak,”ujarnya. Di akhir pembelajaran, Fitri dan Anita melakukan refleksi pembelajaran. Mereka mengundang tanggapan teman-temannya tentang proses dan hasil pembelajaran yang dicapai. Fitri, Anita dan teman-temanya nampak begitu menikmati perkuliahan aktif itu. “Saya sangat suka dengan perkuliahan seperti ini. Sebelum praktik micro teaching, dosen menjelaskan tentang pembelajaran inovatif beserta modelmodelnya. Kami deberikan kebebasan untuk merancang dan mengembangkannya. Akhirnya kami tidak merasa kaku lagi untuk melakukan PPL,”papar Anita.
09
10
PRAKTIK YANG BAIK
EDISI 03, 2013
PRAKTIK YANG BAIK
EDISI 03, 2013
SMP Negeri 1 Enrekang
Bank Sampah Bangun Karakter Siswa
T
idak kurang dari 15 kg sampah unorganik yang dikumpulkan siswa dalam setiap minggu. Sampah itu sudah pasti akan mencemari lingkungan sekolah jika tidak dikelola dengan baik. Itu baru sampah unorganik. Sampah organik pun tak kala banyaknya, khususnya sisa-sisa makanan yang harus dibuang oleh kantin sekolah setiap hari. Semua limbah itu dapat dijadikan media dan sumber belajar siswa. Demikian diutarakan Dra. H. Darmiati Siampa, M.Pd, Kasek SMPN 1 Enrekang. Bahkan, ia lebih kritis melihat kalau isu sampah dan minimnya kepedulian siswa terhadap sanitasi lingkungan merupakan problema tersendiri di kalangan siswa. “Oleh karena itu, saya berharap guru-guru dapat lebih inovatif untuk menjadikan sampah dan sanitasi lingkungan sebagai bahan pembelajaran kontekstual,”ujarnya. Sebagai solusi untuk masalah tersebut, Darmiati bersama timnya mengembangkan program yang disebut Bank Sampah. Inisiatif yang diluncurkan di awal tahun 2012 itu bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian siswanya terhadap sampah dan sanitasi lingkungan. Ketua Bank Sampah, Sri Astuti, S.Pd, mengelola program itu secara cermat dan partisipatif dengan melibatkan siswa, OSIS, dan masyarakat. Langkah-langkah yang dilakukan dimulai dengan membentuk tim pengelola sampah di setiap kelas, terdiri dari koordinator, sekretaris, dan bendahara. Tugas pokok tim itu adalah menyadarkan teman-temannya untuk bekerja bersama-sama (1) memilah dan membuang sampah ke kaleng warna Hijau untuk sampah organik dan ke kaleng warna Kuning untuk sampah unorganik. (2) membawa
sampah dari kelas masing-masing ke tempat pengumpulan akhir di sekolah. (3) memisahkan sampah bekas gelas minuman: sampah untuk bahan praktik mata pelajaran keterampilan (KTK) dan sampah untuk dijual; (4) menimbang sampah unorganik-khusus botol/gelas plastik dari air kemasan, dll- lalu dijual ke pedagang pengumpul sampah pada setiap hari Sabtu; (5) mengelola keuangan hasil dari penjualan sampah; (6) memfasilitasi teman-temannya untuk membuat pupuk dari limbah organik. Sejak melaksanakan program itu tampak sekali perubahan pada sikap dan prilaku siswa demikian pula perubahan pada lingkungan sekolah. Darmiati, yang juga pelatih Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) program USAID PRIORITAS itu memaparkan kalau siswanya saat ini sangat peduli akan kebersihan. Mereka lebih disiplin, lebih peduli, dan bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Mereka jujur mengelola uang hasil penjualan sampah mereka. Setiap minggu mereka menjual rata-rata 15-18 kg limbah gelas/botol minuman. Setiap kilogram sampah mereka jual dengan harga Rp. 2.000. Hasil penjualan itu dimasukkan ke kas kelas Rp. 1.500 dan ke kas OSIS Rp. 500. Uang kas itu dialokasikan untuk pemeliharaan kebersihan dan keindahan kelas serta untuk biaya kegiatan OSIS. Para siswa menjadi lebih terampil dan kreatif membuat kerajinan tangan dari limbah organik, seperti pot bunga, tirai jendela, dll. Selain itu, juga mereka terampil membuat pupuk organik yang dipakai untuk merawat tanaman dan bunga di halaman sekolah.
Pendapatan Asli Sekolah “Kami mengelola dua kantin sekolah yakni, Kantin Kejujuran dan Kantin Sehat dan Bersih. Upaya menumbuhkan perilaku hidup sehat dalam lingkungan sekolah yang bersih tetap menjadi motivasi kami,” papar Darmiati. Kantin yang disebut terakhir itu dikelola sebagai salah satu fund rising ( s u m b e r p e n d a n a a n ) s e ko l a h . Tujuannya utamanya adalah: (1) menyediakan makanan, kue jajanan dan minuman yang higenis tanpa bahan pengawet, pemanis, dan pewarna berbahaya; (2) menciptakan sumber pendapatan asli sekolah dengan pendekatan pemberdayaan sekolah dan orang tua siswa. Sekolah menyediakan bahan dan orang tua
siswa yang mengolahnya jadi makanan siap dikonsumsi. Dra. Nurlina, guru dan selaku manager kantin, mengaku menjual makanan dan minuman yang variatif kepada lebih kurang 39 orang guru dan 700 siswa setiap hari. Harga per porsi makanan juga sangat terjangkau oleh siswa, mulai dari harga Rp. 3.500 hingga Rp. 10.000, tergantung lauk pauk yang dipilih. Kantin yang didirikan pada tahun 2009 itu benar-benar menjadi sumber pendapatan asli sekolah. “Setiap tahun kami membukukan keuntungan bersih sebanyak Rp.25.000.000. Namun, yang sangat penting adalah transparansi dan akuntabilitas pengelolaannya,” kata Darmiati. Menurutnya,
4
5
2
keuntungan yang diperoleh itu dialokasikan untuk membiayai empat kegiatan yakni: kegiatan penataan taman sekolah, kebersihan lingkungan sekolah, kegiatan kesiswaan, dan kegiatan peningkatan kualitas guru. Kegiatan peningkatan kualitas guru meliputi penyediaan konsumsi guru pada kegiatan Lesson Study di sekolah, kegiatan MGMP, maupun kegiatan lainnya. Sementara itu, alokasi untuk kegiatan kesiswaan meliputi pramuka dan pengembangan diri siswa. Pendapatan asli sekolah baik hasil dari Kantin Sehat maupun hasil dari Bank Sampah itu telah memberi sumbangsih nyata terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah. “Melalui kedua program itu, Bank Sampah dan Kantin Sehat Sekolah, kami memotivasi anak-anak kami untuk lebih peduli pada lingkungan dan kebersihan sekolah. Hasilnya, Alhamdulillah kami meraih penghargaan Adiwiyata, Juara I sekolah peduli lingkungan tingkat Kabupaten Enrekang,” ujar Darmiati, kepala sekolah inisiator pembelajaran sistem moving class di sekolahnya sejak bermitra dengan DBE-USAID.
6
1
Foto 1 dan 2: siswa SMPN 1 Enrekang sedang mengumpulkan sampah dari kelasnya masing-masing di penampungan akhir di sekolah. Foto 3: Buku Pengelolaan dan Kas Sampah, dipegang oleh siswa dan dikontrol oleh WaliKelas dan Ketua Program Bank Sampah.
Dari kiri (4) Salah satu sisi Kantin Sehat Sekolah. Kantin yang menjadi fund rising (penghasil dana) sekolah SMPN 1 Enrekang (5) Papan RKAS Sekolah. Pendapatan Kantin dilaporkan (lihat poin dalam tanda merah) (6) Halaman asri setiap kelas dikelola dengan biaya dari uang sampah dan hasil keuntungan kantin sekolah
3
Dra. Hj, Darmiati Siampa, M.Pd, Kasek SMPN 1 Enrekang
11