97
Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
ANALISIS KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA AREAL HUTAN DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA AIR YANG BERKELANJUTAN Hydrology Analysis On Characteristics Of Forest Area Conservation Efforts In Sustainable Water Resources Sitti Wirdhana Ahmad Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Halu Oleo e-mail :
[email protected]
Abstract Water resources conservation efforts can not be separated from the movement and distribution of water within the hydrological nature. Lalindu watershed upstream is one area that is quite important role in the overall system Lalindu watershed. This is due to changes that occur in the upper reaches of the watershed Lalindu this will further implications on the area underneath (downstream), so any activity that happens or is done in the watershed should be calculated carefully. Upstream region is an important area in a watershed, the area allocated as a water catchment area in order to reduce runoff and flooding potential disaster. This study aims to assess and hydrological characteristics of the forest area in Sub Lalindu, District Wiwirano, Konawe North Sulawesi Tenggara based on analysis of the model tank.The results showedthat the conversion of land to forest vegetation causes a decrease in water discharge and increased surface runoff (surface run off). Value of the total discharger un off on forest land by 2639 mm/year. Forest land in the general location of the study were categorized as rapid infiltration within filtration capacity value of 31 mm/year. This is due to the forest land has Acrudox Anionic soil types that have characteristics that favor infiltration were : blocky structure some what rounded, smooth, weakuntil crumbly. The dominantsoil textureclay tosilty clay, soil pore showed enough macropores and mesoporous enough. Soil water contentin theforest land of 4248 mm/year. The ability of very large water up take by the roots of plants found in forest lands, amounting to 162 286 mm/year. Keywords: Conservation, Hydrology, Watershed Lalindu
PENDAHULUAN
Penggunaan lahan yang mengabaikan
Kerusakan lahan pada DAS Lalindu di Kecamatan
Wiwirano
tekanan
hutan akan berdampak pada berkurangnya
penduduk terus meningkat. Kawasan hutan di
debit air di DAS Lalindu. Penggundulan hutan
wilayah DAS Lalindu beralih fungsi menjadi
merupakan
lahan pertanian dan non-pertanian yang terdiri
fungsi lahan. Pengalihan fungsi lahan ini
dari persawahan irigasi, sawah tadah hujan,
berdampak pada perubahan struktur tanah.
pertanian
sayuran,
Saat musim kemarau, tanah menjadi keras
perkebunan kelapa sawit, kebun campuran,
dan tandus karena daya serap matahari yang
semak belukar, alang-alang, lahan pemukiman
menembus ke tanah.
atau pekarangan, serta lahan transmigrasi.
masih banyak pepohonan, panas matahari
Keadaan ini memicu rusaknya sistem hidrologi
akan diredam dedaunan dan tanah tetap subur
DAS tersebut, dan berakibat pada meluasnya
karena kelembabannya stabil. Selain itu, waktu
lahan kritis, erosi dan sedimentasi, serta banjir
perjalanan air (travel time of the water) relatif
di musim hujan dan kekeringan di musim
pendek sehingga laju infiltrasi air oleh tanah
kemarau.
lebih lambat daripada laju aliran permukaan.
lahan
akibat
aspek keberlanjutan seperti penggundulan
kering/tegalan,
konsekuensi
dari
pengalihan
Berbeda pada saat
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan Hal ini dipengaruhi antara lain oleh faktor
Olehnya
topografi Gunung Wiwirano yang cekung
menganalisis
(walaupun sifat tanah mendukung penyerapan
menggunakan model tangki yang terdiri atas
air ke dalam tanah) yang mengakibatkan
parameter
sebagian besar dari air hujan yang jatuh akan
kandungan air tanah dan pengambilan air oleh
hilang melalui aliran permukaan kemudian
akar tanaman.
menuju ke sungai dan akhirnya ke laut,
METODE PENELITIAN
sebelum air hujan tersebut mengisi air bawah
itu,
kajian
ini
debit
limpasan,
bertujuan
98
aliran
kapasitas
untuk dengan
infiltrasi,
Penelitian ini dilaksanakan di areal
tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi. Di
hutan
sekitar
pemukiman
Wiwirano, Kabupaten Konawe Utara, yang
penduduk, sehingga pada saat hujan deras
merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
akan terjadi banjir.
Sulawesi Tenggara dan dilaksanakan pada
lembah
ini
terdapat
Model tangki atau loop model adalah
pada
Sub
Das
LalinduKecamatan
bulan Januari hingga bulan Desember Tahun
metode yang didasarkan kepada hipotesis
2011.
bahwa aliran limpasan dan infiltrasi merupakan
dilakukan pada plot contoh, sub-sub DAS dan
fungsi dari jumlah air yang ada di dalam tanah
sub DAS Lalindu di areal hutan tersebut.
(Sugawara,
1961dalamPurwanto
MYJ.,
et
al.2000). Model tangki tersebut dapat disusun
Pengamatan
kondisi
hidrologis
Adapun lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
sedemikian rupa sehingga lebih mewakili subsub DAS daerah tersebut, ataupun mewakili perbedaan struktur/jenis tanah pada setiap lapisan. Susunan model tangki tersebut selain dapat menjelaskan kehilangan awal curah hujan, dan ketergantungan terhadap hujan sebelumnya, beberapa
juga komponen
mempresentasikan pembentuk
aliran
limpasan, yang memiliki periode dan time lag tersendiri. Ditambahkan oleh Sugawara (1995) dalam Purwanto MYJ and Goto A.,(2003)
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
bahwa susunan model tangki adalah model
Jenis data yang digunakan dalam
yang paling mendekati setiap DAS. Sebuah
sekunder. Data primer meliputi data debit air
pengeluaran di sisi mewakili limpasan, saluran
pada plot contoh, sub-sub DAS, dan sub DAS
pengeluaran bawah mewakili infiltrasi, dan
kawasan
komponen simpanan dapat mewakili proses
Desember 2011. Data sekunder adalah data
limpasan di dalam suatu atau sebagian daerah
iklim, data jenis tanah serta kondisi biofisik
aliran sungai. Beberapa tangki serupa yang
lahan. Analisis data dilakukan pada besarnya
paralel dapat mewakili suatu daerah aliran
curah hujan, infiltrasi, evapotranspirasi dan
sungai
al.,
limpasan. Selanjutnya dilakukan pembuatan
1986dalamPurwanto MYJ and Goto A.,(2003).
model tangki untuk menggambarkan proses-
luas
dengan
kajian ini adalah data primer dan data saluran
yang
tangki
(Linsley
et
hutan
Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
antara
bulan
Januari-
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan proses limpasan yang terjadi pada sub DAS tersebut.
Model
tangki
99
Model tangki yang dibentuk adalah
menggambarkan
empat
buah
tangki
berhubungan
yang
proses-proses limpasan yang terjadi pada
tersusun secara vertikal. Dalam model tangki
DAS yang kemudian dibentuk dalam suatu
ini,
persamaan matematik.
menggambarkan
keluaran
dari
tangki
limpasan
pertama permukaan,
keluaran dari tangki kedua menggambarkan CH
aliran antara, dan keluaran dari tangki ketiga
inf ETc up0
xx1
dan keempat menggambarkan aliran dasar
a11 h11
z1
(Gambar 2).
a12
h12
keterangan: up1
xx : kandungan air tanah (mm)
xx2
a2 h2
z2
Q debit sungai
up2
h: tinggi lubang outlet tangki (mm) a: koefisien lubang outlet tangki z: koefisien lubang tangki ke arah bawah
xx3
up: root water uptake (mm) a3
z3
t: waktu (hari)
up3 xx4 a4
Gambar 2 Model tangki yang digunakan dalam penelitian ini 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kalibrasi Model Tangki
memiliki nilai koefisien determinasi (R ) paling besar. Nilai-nilai koefiesien
Kalibrasi model tangki dilakukan
dalam tahap kalibrasi model antara lain
menggunakan data curah hujan harian Tahun 2011
dan
nilai
evapotranspirasi
yang ditentukan
kandungan air tanah (xx), tinggi lubang outlet
hasil
tangki (h), koefisien lubang outlet tangki (a)
perhitungan dari data iklim Tahun 2011 serta
dan koefisien lubang tangki ke arah bawah (z).
data pengukuran debit di lapangan. Data
Data hujan harian dan evapotranspirasi nilai
tersebut digunakan untuk menetapkan nilai-
ETo hasil perhitungan dari data iklim di kebun
nilai parameter sehingga dihasilkan nilai debit
Tahun 2011 disajikan pada Gambar 3.
model yang mendekati nilai debit aktual dan Data Hujan dan Evapotranspirasi Tahun 2011 18.00
0.00
16.00 50.00 14.00
mm/hari
12.00
100.00
10.00 150.00 8.00 6.00
200.00
4.00 250.00 2.00 0.00 Jan-11 Feb-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11
300.00 Jul-11
ETo
Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Nov-11 Dec-11
Hujan
Gambar 3 Data hujan harian dan evapotranspirasi nilai ETo di kebun Tahun 2011 Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan
100
Tabel 1. Hasil kalibrasi tiap jenis lahan pada plot contoh untuk tangki I pada model tangki
Parameter Kandungan air tanah tangki 1 Koefisien outlet tangki 1-1 Koefisien outlet tangki 1-2 Tinggi outlet tangki 1-1 Tinggi outlet tangki 1-2 Koefisien tangki 1 ke bawah
Koefisien xx1 a11 a12 h11 h12 z1
Nilai 200 0.65 0.55 75 60 0.009
Sumber: Hasil Analisis (2012) Data hujan dan evapotranspirasi ini digunakan
dilakukan pengukuran debit pada sub-sub
sebagai salah satu nilai masukan dalam
DAS di dalam areal hutan. Data pengukuran
analisis
hasil
debit pada sub-sub DAS ini dipengaruhi juga
pengukuran pada plot contoh tata guna lahan
oleh run-off dari wilayah hutan di sekeliling
model
tangki.Data
hutan dengan ukuran 16 m
2
debit
dan di sub-sub
wilayah hutan yang menjadi lokasi penelitian
DAS disajikan padaData Gambar 4. Selain itu, ini. Debit Hasil Pengukuran Plot Contoh dan Mikro DAS Land Use Hutan 20.00 18.00 16.00
m3/hari
14.00 12.00 10.00 8.00
6.00 4.00 2.00 0.00 Jan-11
Feb-11
Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11
Jul-11
Debit Plot Contoh
Gambar
4
Data debit hasil pengukuran di sub-sub DAS Tahun 2011
pada
a. Kalibrasi model tangki di plot contoh Data hasil pengukuran di plot contoh
model
tangki
untuk
Aug-11 Sep-11
Oct-11
Nov-11 Nov-11 Dec-11
lahan
hutan
di
plot
contoh
dan
plot contoh untuk tangki kesatu pada model tangki disajikan pada Tabel 1 sedangkan grafik
digunakan sebagai dasar dalam melakukan kalibrasi
Jul-11
Debit Mikro DAS
hasil kalibrasi pada lahan hutan disajikan pada
mengetahui
Gambar 5.
Analisis model tangki pada plot
besaran koefisien model tangki di tangki
contoh ini dilakukan untuk mengetahui kesatu. Hasil kalibrasi pada lahan hutan pada Kalibrasi Plot Contoh - Hutan gambaran karakteristik lahan terhadap air. 10
0
9
Q (m3/detik)
7
100
6 5
150
4 200
3 2
250
1 0 Jan-11
300 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Hujan
Jul-11 Q model
Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Q aktual
Gambar 5 Data hasil kalibrasi untuk lahan hutan pada plot 2
contoh (R 62.99%) Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
Hujan (mm/hari)
50
8
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan b. Kalibrasi model tangki di sub-sub DAS Pada Tabel
101
maka model ini layak digunakan untuk tahap
2 diketahui nilai-nilai
selanjutnya. Tata guna lahan hutan dikalibrasi
koefisien parameter hasil kalibrasi model
sehingga
diperoleh
hasil
debit
model
tangki di sub-sub DAS dengan menggunakan
mendekati debit aktual. Gambar 6 adalah
data Tahun 2011. Dari hasil kalibrasi tersebut
grafik
diperoleh nilai koefisien determinasi rata-rata
dengan debit aktual Tahun 2011 pada sub-sub
lebih dari 70% untuk setiap tata guna lahan.
DAS.
hasil kalibrasi antara debit model
Tabel 2. Nilai koefisien model tangki hasil kalibrasi pada sub-sub DAS I Tahun 2011 Parameter Kandungan air tanah tangki 1 Kandungan air tanah tangki 2 Kandungan air tanah tangki 3 Kandungan air tanah tangki 4 Koefisien outlet tangki 1-2 Koefisien outlet tangki 1-2 Koefisien outlet tangki 2 Koefisien outlet tangki 3 Koefisien outlet tangki 4 Tinggi outlet tangki 1-1 Tinggi outlet tangki 1-2 Tinggi outlet tangki 2 Koefisien tangki 1 ke bawah Koefisien tangki 2 ke bawah Koefisien tangki 3 ke bawah Koefisien Uptake Koefisien Tanaman
Nilai Koef. xx1 xx2 xx3 xx4 a11 a12 a2 a3 a4 h11 h12 h2 z1 z2 z3 u kc
Sub-sub DAS I 500 1100 1500 2100 0.8100 0.7700 0.7400 0.0500 0.0300 210 180 170 0.0009 0.00005 0.00003 1 0.95
Sumber: Hasil Analisis (2012) Kalibrasi Sub Sub DAS I 20
0
18
Q (m3/detik)
14
100
12 10
150
8 200
6 4
Hujan (mm/hari)
50
16
250
2 0 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Hujan
300 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Q model
Q aktual
Dengan hasil kalibrasi model tangki yang
Gambar 6 Data hasil kalibrasi pada sub-sub
memiliki nilai koefisien determinasi > 50 %
DAS I (R 78.31%) Tahun 2011
Berdasarkan nilai-nilai koefisien model tangki
lapisan tanah maka kemampuan tanah untuk
hasil kalibrasi diketahui bahwa nilai koefisien
melimpaskan air semakin kecil. Sama halnya
outlet tangki (a) semakin ke bawah semakin
dengan nilai koefisien tangki ke arah bawah (z)
kecil, ini disebabkan karena semakin dalam
yang nilainya semakin ke bawah semakin
2
Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan
102
kecil, hal ini disebabkan karena semakin
analisis model di sub-sub DAS Tahun 2011
dalam lapisan tanah maka kemampuan tanah
disajikan pada Gambar 7. Besaran nilai limpasan, infiltrasi, dan
dalam (perkolasi) semakin kecil. Dari hasil
kandungan air tanah ini digunakan untuk
kalibrasi model tangki ini diketahui bahwa
mengetahui
bagaimana
5000
50
5000
4500
45
4500
4000
40
4000
160000
3500
35
3500
140000
3000
120000
2500 2000
30 25 20
4248
180000
2500 2000
di
162286
80000
15
1500
60000
1000
10
1000
40000
500
5
500
20000
0
0
0
0
Infiltrasi
air
100000
1500
Limpasan
keadaan
200000
mm/tahun
2639
31 mm/tahun
3000
mm/tahun
m3/tahun
untuk meneruskan air ke lapisan yang lebih
Air Tanaman
KAT
Gambar 7 Kondisi debit limpasan, infiltrasi, kebutuhan air tanaman, dan kandungan air tanah di lahan hutan Tahun 2011 kandungan air tanah (xx) yang paling banyak
wilayah DAS Lalindu ini. Besaran nilai infiltrasi,
terdapat pada tangki ke-empat. Kandungan air
limpasan,
di
merupakan nilai untuk tiap 500 Ha dari tata
dalam
tanah
pada
tiap-tiap
tingkat
kedalaman tangki ini sangat dipengaruhi oleh
dan
kandungan
air
tanah
ini
guna lahan hutan.
jenis tanaman yang hidup di atasnya, ini
kedalaman perakaran yang berbeda sehingga
3. Analisis hubungan antara komponen tanah, air dan vegetasi Hasil nilai total limpasan, infiltrasi,
kemampuan mengangkut air dari dalam tanah
kandungan air tanah dan pengambilan air oleh
pun berbeda.
perakaran
dikarenakan
tiap-tiap
tanaman
memiliki
tanaman
pada
analisis
model
selanjutnya dikaji hubungan antara komponen 2. Analisis Model Tangki
tanah, air dan vegetasi. Terdapat hubungan
Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis
model
untuk
mengetahui
total
limpasan, total nilai infiltrasi, kandungan air tanah dan pengambilan air oleh perakaran tanaman dari tiap unit analisis. Total limpasan, total nilai infiltrasi, kandungan air tanah dan pengambilan air oleh perakaran tanaman hasil
erat antara komponen tanah, air dan vegetasi. Tanah pertumbuhan
merupakan vegetasi.
Jenis
media tanah
untuk yang
berbeda akan memiliki perbedaan karakteristik dalam hal sifat fisik, biologi, maupun kimiawi tanah. Sifat-sifat tanah dapat menentukan jenis nutrisi atau zat makanan dalam tanah,
Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan
103
banyak air yang dapat disimpan dalam tanah,
akar
akar
dan sistem perakaran yang mencerminkan
tanaman untuk menyerap unsur-unsur hara
sirkulasi pergerakan air di dalam tanah.
yang tersedia dalam tanah dapat dilihat dari
Kemampuan tanah dalam meresapkan air
kedalaman efektif tanah. Makin dalam batas
tercermin dari jenis vegetasi yang berada di
kedalaman
permukaan tanah. Fungsi vegetasi secara
pertumbuhan
efektif dapat mencerminkan kemampuan tanah
atasnya akan lebih baik. Tanah diukur dari
dalam
permukaan tanah sampai horizon bahan induk
mengabsorbsi
mempertahankan
atau
air
hujan,
meningkatkan
laju
infiltrasi, dan menunjukkan kemampuan dalam
suatu
efektif
Kesempatan
tanah,
tanaman
kemampuan
yang
tumbuh
di
atau lapisan tanah yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.
menahan air atau kapasitas retensi air (KRA) (Wilson 1993 dalam Suwondo2011).
tanaman.
Vegetasi yang menutupi permukaan tanah pada lahan hutan berupa tanaman keras
Lahan hutan pada lokasi penelitian
dimana akar dari tanaman tersebut membuat
memiliki jenis tanah Anionic Acrudox.Pada
rongga-rongga
Gambar 7, terlihat bahwa data debit total
menyebabkan air lebih mudah terinfiltrasi ke
limpasan pada lahan hutan sebesar 2639
dalam tanah. Akar-akar tanaman mampu
mm/tahun
pada
menembus tanah dan membentuk rongga-
31
rongga antar butir sehingga air mudah untuk
mm/tahun.Faktor-faktor yang mempengaruhi
memasuki rongga-rongga antar butir tersebut.
infiltrasi secara umum yaitu tekstur tanah, jenis
Hal ini berhubungan pula dengan kemampuan
vegetasi,
air
pengambilan air yang sangat besar oleh akar
tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas
tanaman yang terdapat pada lahan hutan,yaitu
tanah (Neitschet al., 2010).
sebesar 162.286 mm/tahun.
dan
penggunaan
kapasitas
lahan
aktivitas
infiltrasi
hutan
biologi,
sebesar
kedalaman
Lahan hutan pada lokasi penelitian secara
umum
termasuk
tanah
yang
Adanya konversi lahan pada vegetasi
klasifikasi
hutan menyebabkan penurunan debit serta
infiltrasi cepat, hal ini lebih disebabkan karena
meningkatnya air larian permukaan (surface
pada penggunaan lahan hutan terdapat faktor-
runoff) (Arsyad, 2000). Penurunan debit dan
faktor pendukung infiltrasi antara lain yaitu:
volume air serta peningkatan keragamannya
strukturnya gumpal agak membulat, halus,
kemungkinan
lemah
curah
sampai
dalam
dalam
gembur.
Tekstur
tanah
disebabkan
hujan
dan
oleh
perubahan
penurunan tataguna
dominan liat sampai lempung berdebu,pori
lahan(Onrizal, 2005).. Hal ini sesuai dengan
tanah menunjukkan pori makro cukupdan pori
pendapat Pawitan (2002) yang menyatakan
meso cukup. Drainase tanah atau kecepatan
bahwa perubahan pola penggunaan lahan
meresapnya air dari tanah/keadaan yang
berdampak pada penurunan ketersediaan air
menunjukkan lama dan seringnya jenuh air
wilayah
adalah
air
musiman dengan gejala banjir dan kekeringan
tanahnya termasuk dalam yaitu 200 cm
yang semakin ekstrim. Ukuran DAS dan
dengan kandungan air tanah sebesar 4248
kapasitas storage DAS baik di permukaan
mm/tahun.
Kedalaman
tanah
(tanaman, sawah, rawa, danau, waduk dan
menentukan
jauhnya/dalamnya
jangkauan
sungai) maupun bawah permukaan (lapisan
baik/sedang
dan
kedalaman
efektif
akibat
Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
meningkatnya
fluktuasi
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan tanah
dan
air
bumi),
merupakan
104
faktor
debit dengan curah hujan meningkat dari 54%
dominan yang menentukan kerentanan dan
menjadi 76% sehingga terdapat perbedaan
daya dukung sistem sumberdaya air wilayah
selisih hasil air akibat penebangan (water
terhadap perubahan iklim. Pawitan (2002) juga
yield) sebesar 650 mm/tahun atau 54,2
mengemukakan
mm/bulan.
bahwa
perubahan
penggunaan
lahan
dengan
permukaan
kedap
air
memperluas
Hal
penebangan
ini
hutan
membuktikan
akibat
menyebabkan
debit
menyebabkan
meningkat dan menimbulkan fluktuasi debit
berkurangnya infiltrasi, menurunkan pengisian
sungai pada waktu 1 sampai 3 tahun setelah
air bawah tanah (recharge) dan meningkatkan
penebangan.
aliran permukaan (run off). Penurunan muka
KESIMPULAN
air tanah secara langsung mempengaruhi penurunan debit dan peningkatan run off
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1.
Adanya konversi lahan pada vegetasi
secara langsung mempengaruhi peningkatan
hutan
debit.
serta meningkatnya air larian permukaan
2.
pengaturan jumlah dan komposisi vegetasi terhadap perilaku aliran air menunjukkan
penurunan
debit
(surface runoff)
Hasil penelitian yang dilakukan secara intensif di banyak negara tentang pengaruh
menyebabkan
Nilai debit total limpasan pada lahan hutan sebesar 2639 mm/tahun.
3.
Lahan hutan pada lokasi penelitian secara
bahwa aliran air tahunan meningkat apabila
umum termasuk dalam klasifikasi infiltrasi
vegetasi dihilangkan atau dikurangi dalam
cepat
jumlah cukup besar (Asdak, 2002). Penelitian
sebesar
yang
Sembiring
disebabkan karena pada lahan hutan
(1995)dalamSuroso, Susanto HA. (2006) di
memiliki jenis tanah Anionic Acrudox yang
Sub
bahwa
memiliki ciri-ciri yangmendukung infiltrasi
pertambahan pada curah hujan akan berakibat
antara lain yaitu: strukturnya gumpal agak
pada pertambahan besarnya debit air sungai.
membulat, halus, lemah sampai gembur.
Produksi air tahunan (annual water yield) dari
Tekstur
suatu areal Sub DAS dapat berkurang akibat
lempung berdebu,pori tanah menunjukkan
perubahan penutupan vegetasi yaitu 1 669,8
pori makro cukupdan pori meso cukup.
sama
DAS
dilakukan
Cijambu
oleh
Jawa
Barat
mm pada periode penebangan Pinus merkusii
4.
dengannilai
kapasitas
31mm/tahun.Hal
tanah
dominan
ini
liat
infiltrasi lebih
sampai
Kandungan air tanah pada lahan hutan
sampai ditumbuhi semak berkurang menjadi 1
sebesar 4248 mm/tahun. Kandungan air
377,3 mm pada periode Pinus merkusii muda
tanah
dengan tumpang sari serta berkurang lagi
dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses
menjadi 1105,7 mm pada periode Pinus
evapotranspirasi.
merkusii dewasa dengan tanaman bawah.
5.
pada
Vegetasi
hutan
yang
sebagian
menutupi
besar
permukaan
Hasil penelitian Mulyana(2000) di Sub
tanah pada lahan hutan berupa tanaman
Ciwulan
Tasikmalaya
keras dimana akar dari tanaman tersebut
menunjukkan bahwa efek penebangan hutan
membuat rongga-rongga dalam tanah
dengan sistem tebang habis menyebabkan
yang
terjadinya kenaikan aliran permukaan. Rasio
terinfiltrasi ke dalam tanah. Akar-akar
DAS
hulu
KPH
menyebabkan
Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
air
lebih
mudah
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan tanaman mampu menembus tanah dan
menggunakan
membentuk rongga-rongga antar butir
PINUS
sehingga air mudah untuk memasuki
Pascasarjana
rongga-rongga antar butir tersebut. Hal ini
Bogor. Bogor.
105
ModelPOWERSIM-
Ver.3.1).
Tesis.
Fakultas
InstitutPertanian
berhubungan pula dengan kemampuan
Neitsch SL, Arnold JG, Kiniry JR, Srinivasan
pengambilan air yang sangat besar oleh
R, Williams JR. 2010. Soil andWater
akar tanaman yang terdapat pada lahan
Assessment Tool, Input/Output File
hutan, yaitu sebesar 162.286.
Documentation
SARAN
Version
2009.
Grassland Soil and Water Research Penelitian ini masih bersifat tahap
Laboratory,
Agricultural
awal sehingga dianjurkan terdapat penelitian
ResearchService,
lebih lanjut mengenai nilai ekonomi lingkungan
Research Center-Texas Agricultural
hutan. Masalah lingkungan menjadi esensial di
ExperimentStation. USA.
masa
mendatang
mengenai
sehingga
dampak
sumberdaya
masih
penelitian
Onrizal. 2005. Hutan dan Pengaturan Tata Air.
suatu
[Skripsi].
Jurusan
Kehutanan.
dibutuhkan.
Fakultas
Pertanian.
Universitas
lingkungan sangat
Blackland
Parameter nilai lingkungan dalam penelitian ini
Sumatra Utara.
hanya berasal dari konsumsi sumberdaya air.
Pawitan H. 2002.Flood hydrology and an
Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lanjutan
integrated approach to remedy the
dengan memasukan parameter lingkungan
Jakarta floods. paper presented at
lainnya untuk melihat berapa besar nilai
international conference on urban
lingkungan yang timbul akibat adanya konversi
hydrology for the 21th Century, the
lahan.
Southeast Asia and Pasific (HTC
DAFTAR PUSTAKA
Kuala Lumpur) of the Department of
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air.
Irrigation and Drainage Malaysia in
IPB Press, Bogor.
Collaboration with UNESCO and
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. GadjahMada University Press. Yogyakarta.
and
predictability
Indonesian
wet
rainfall”.Journal
of
Analysis
Using Tank
Model for
of
Several Watershed in Java Island,
season
Indonesia. Agricultural Engineering
Climate,14
:
3882–3887.
Journal17 (3). Purwanto MYJ, Sutoyo, Yoshida K. and Goto
Mulyana, N. 2000. Pengaruh Hutan pinus (Pinus
Lumpur, Malaysia. Purwanto MYJ and Goto A. 2003. Runoff
Haylock, M. and J.L. McBride. 2003. “Spatial coherence
IAHSO, 14-18 October 2002. Kuala
merkusii)
terhadap
A. 2000. Prediction of River Runoff based on Rainfall Data using Tank
KarakteristikHidrologi di Sub Daerah
Model
Aliran Sungai Ciwulan Hulu KPH
Proceeding of International Seminar
TasikmalayaPERUM
on Environmental Management for
UNIT
III
Jawa
PERHUTANI Barat
(Kajian
Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
in
Cidanau
Watershed.
Analisis Karakteristik Hidrologi Pada Areal Hutan Dalam Upaya Konservasi Sumber Daya Air Secara Berkelanjutan Sustainable Rural Life. Bogor, 19 February 2000. Suroso,
Susanto
HA.
2006.
Pengaruh
perubahan tata guna lahan terhadap debit banjir Daerah Aliran Sungai Banjaran, Jurnal Teknik Sipil3(2). Suwondo. 2011. Model pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada kelapa
agroekologi
perkebunan
sawit.[Disertasi].
Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Wirdhana, S. A. B., Biowallacea, Vol. 1 (2), Hal. : 97- 106. Oktober, 2014.
106