IMPLIKASI PENUNJUKAN AREAL KONSERVASI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Desa Cirompang, Kec. Sobang, Kab. Lebak, Jawa Barat)
AGUSTINA NURHAENI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Abstract AGUSTINA NURHAENI. Implications of the Appointment of Conservations Areas to Forest Area and Farm Area. (Supervised by: MARTUA SIHALOHO) Forest displace function in Cirompang Village from production forest become conservation forest generates polemic to community. Community accessibility to forest is also closed although it cannot be completely done until now. Forbidden access to the forest doesn’t decrease level of forest management because community finally realizes that the damage of forest is also their loss so that they decide to preserve nature using their own rule in area which they can manage by themselves. Government decision to make forest in Cirompang Village as conservation area will harm community. If it is closed, farmer will lose their farm area which large is a half from Cirompang village. This will be effected their income although there are others factors that influence their income, like their earnings from SPPT and from another sector besides agriculture. Participative mapping is selected to solve the problems of village area system. Participative map that contains boundary system and farm system can prove that they can manage their farm with their own mores without ignoring preservation of the nature.
Keyword: community, conservation, management of forest, farm area, participative mapping.
RINGKASAN AGUSTINA NURHAENI. Implikasi Penunjukan Areal Konservasi Terhadap Pengelolaan Hutan dan Luas Lahan. (di bawah bimbingan MARTUA SIHALOHO). Penelitian ini hendak mengetahui sejauh mana penunjukan areal konservasi yang berarti pengalihfungsian hutan dari hutan produksi menjadi hutan konservasi dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat Desa Cirompang dilihat dari beberapa aspek, yaitu aksesibilitas yang diasumsikan berimbas kepada pengelolaan hutan lestari dan penyempitan luas lahan akibat adanya penunjukan kawasan terhadap pendapatan petani. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat bagaimana langkah-langkah masyarakat untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Penunjukan areal konservasi merupakan kebijakan pemerintah untuk melindungi hutan sebagai bentuk pelestarian alam. Hal ini sebenarnya sudah dibicarakan oleh para perwakilan desa namun sayangnya tidak semua masyarakat mendapatkan informasi tersebut. Berita ini baru menjadi perbincangan hangat ketika Lembaga Swadaya Masyarakat Rimbawan Muda Indonesia (LSM RMI) melakukan upaya pendampingan dalam usaha mempertahankan lahan garapan yang diusahakan masyarakat secara turun temurun. Peresmian areal konservasi ini memang belum dilaksanakan dan masyarakat masih dapat berjuang mempertahankan lahan garapan kehutanan yang selama ini sudah digarap masyarakat walaupun aksesnya terhadap hutan kini sudah tertutup. Masyarakat mengusahakan lahan garapan yang ada untuk mempertahankan kelestarian ekosistem yang ada seperti menanam kayu-kayuan dan buah-buahan pada lahan garapan. Peneliti menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian survey digunakan untuk menganalisis luas lahan dan pendapatan petani dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis sedangkan untuk melihat aksesibilitas dan pengelolaan hutan serta bagaimana masyarakat menyelesaikan konflik yang ada, digunakan metode wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan. Dalam memilih responden digunakan salah satu teknik penarikan sampel non-probabilita, yaitu teknik penarikan sampel purposive atau disebut juga judgmental sampling. Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 orang karena dianggap telah dapat mewakili pendapat masyarakat tentang keadaan hutan dan lahan garapan di Desa Cirompang saat ini. Aksesibilitas dan pengelolaan hutan lestari didapatkan dengan wawancara mendalam yang didukung oleh data dari kuesioner untuk menguatkan hasil penelitian. Bentuk penyelesaian konflik yang ada di Desa Cirompang diperoleh dari para informan dengan metode wawancara mendalam. Untuk mendapatkan informan yang berkompeten, digunakan teknik penarikan sampel bola salju (snowball sampling). Sebelum penunjukan areal konservasi masyarakat masih dapat dengan leluasa memasuki hutan dan menjaga hutan dengan cara lokal (sesuai dengan adat-istiadat Kasepuhan). Masyarakat juga diperbolehkan mengambil hasil hutan tanpa merusaknya selain diberi akses dan kontrol terhadap hutan tersebut. Hutan
di Desa Cirompang sampai pada masa Perhutani dibiarkan tetap hijau atau digunakan sebagai hutan lindung sebagai penyeimbang alam. Masyarakat mengelola hutan dengan cara mereka. Setelah penunjukan areal konservasi Masyarakat tidak diperbolehkan lagi masuk ke hutan, walaupun ada sebagian yang memberi pernyataan bahwa akses ke dalam hutan masih ada karena kurangnya pengawasan dari pihak taman nasional. Masyarakat tidak lagi memiliki akses terhadap hutan. Adanya penurunan kualitas hutan yang cukup signifikan yang kemudian berpengaruh kepada kondisi alam di sekitarnya, seperti terjadinya banjir ketika hujan lebat ataupun debit air yang menurun drastis apabila musim kemarau berkepanjangan. Umumnya masyarakat Desa Cirompang memiliki lahan yang terbilang luas, yaitu di atas satu hektar sedangkan penghasilan yang didapat hanya berkisar antara lima juta sampai sepuluh juta. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keduanya memang memiliki korelasi namun tidak kuat. Lemahnya hubungan kedua variabel tersebut disebabkan adanya faktor lain yang mempengaruhi pendapatan petani, seperti pendapatan non-pertanian yang jumlahnya bervariasi dari sangat kecil hingga terbilang besar. Pendapatan non-pertanian tersebut ada yang merupakan pekerjaan sambilan dikala tidak bertani, seperti ojek dan buruh bangunan atau pekerjaan yang ditekuni setiap hari seperti guru. Pemetaan partisipatif dipilih sebagai alat untuk menyelesaikan sengketa di Desa Cirompang. Adanya peta yang disetujui semua pihak yang terkait dengan tata ruang Desa Cirompang menjadi dasar hukum yang kuat untuk mempertahankan pengelolaan lahan mereka sehingga mereka dapat mengelola lahan tersebut walaupun menggunakan aturan dari Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kasepuhan berperan untuk mengurusi masalah internal, sementara hubungan eksternal ditangani oleh kepala desa.
IMPLIKASI PENUNJUKAN AREAL KONSERVASI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Desa Cirompang, Kec. Sobang, Kab. Lebak, Jawa Barat)
Oleh: Agustina Nurhaeni I34051365
SKRIPSI Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
SKRIPSI Judul
:
IMPLIKASI PENUNJUKAN AREAL KONSERVASI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Desa Cirompang, Kec. Sobang, Kab. Lebak, Jawa Barat)
Nama Mahasiswa
:
Agustina Nurhaeni
Nomor Mahasiswa
:
I34051365
Major
:
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing
Martua Sihaloho, SP, MSi NIP. 197704172006041007
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 195808271983031001
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “IMPLIKASI PENUNJUKAN AREAL KONSERVASI TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN ATAU LEMBAGA LAIN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA TULISAN INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2009
Agustina Nurhaeni I34051365
KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan perlindungan serta kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Implikasi Penunjukan Areal Konservasi terhadap Pengelolaan Hutan dan Luas Lahan”. Penulisan skripsi ini merupakan prasyarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Kawasan Hutan Halimun merupakan daerah yang sarat akan konflik, mulai dari pengelolaan, pemilikan, juga penguasaan akan sumberdaya yang ada. Sejak tahun 2003, pengelolaan kawasan ini berada di bawah Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Pada tahun yang sama diadakan pula perluasan areal konservasi yang banyak menuai kontroversi karena arealnya memakan tanah milik masyarakat desa di sekitarnya. Keresahan masyarakat pun mulai timbul karena jika areal tersebut benar-benar disahkan sebagai areal konservasi, maka banyak dari mereka yang akan kehilangan mata pencaharian karena hilangnya akses terhadap hutan dan lahan yang telah mereka miliki dan kelola. Berawal dari kenyataan tersebut, penulis mencoba mengidentifikasi hingga sejauhmana hilangnya aksesibilitas masyarakat lokal terhadap hutan dan bagaimana pula imbasnya terhadap pengelolaan hutan. Di sisi yang lain, penulis juga mencoba melihat seberapa besar hilangnya tanah milik warga yang kemudian berimbas pada pendapatan mereka. Muara dari penelitian ini diharapkan dapat melihat resolusi konflik yang dapat diterima oleh semua pihak-pihak yang terkait dengan sumberdaya hutan, terutama di Desa Cirompang, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Jawa Barat. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan para pembaca dan meningkatkan semangat untuk lebih banyak belajar lagi. Penulis juga berharap dengan adanya tulisan ini, semakin terbuka apa yang seharusnya dilakukan segenap pihak demi kemajuan bangsa ini. Bogor, Agustus 2009
Agustina Nurhaeni I34051365
RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 6 Agustus 1987 dari Ibu bernama Hj. Sri Winarni, SH dan ayah bernama Ir. H. Ermadi. Penulis adalah anak sulung dari tiga bersaudara dengan adik kandung bernama Afrida Fatharani dan Anang Winardi yang masing-masing berusia delapan belas tahun dan enam belas tahun. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jalan Kresek Indah 71 Rt 02/ Rw 03 Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Awal memulai pendidikan dengan masuk Taman Kanak-Kanak Isriyati di Semarang. Penulis pindah ke Jakarta dan meneruskan pendidikan di sana hingga tamat dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 39 Cijantung, Jakarta Timur, setelah itu penulis meneruskan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor. Pada semester 3, penulis masuk ke Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) merupakan organisasi terakhir yang diikuti penulis dengan jabatan sebagai Sekretaris I. Penulis pernah juga masuk ke dalam komunitas radio IPB, Agri fm sebagai penyiar dan staf bagian produksi. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Sosiologi Umum selama satu semester dan mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi selama dua semester ditambah dengan semester pendek. Penulis juga menjadi anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 39 dengan jabatan sebagai Sekretaris Bidang Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (Sekbid. PPBN). Prestasi yang sudah pernah diraih oleh penulis adalah masuk sebagai finalis lima besar lomba presenter pada acara Commnex (Communication and Community Expo) dan finalis lima besar lomba karya tulis ilmiah Corporate Social Responsibility Bank Rakyat Indonesia (CSR BRI) pada acara Commnex.
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini, mulai dari survey, penelitian, hingga penulisan, baik itu bantuan moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada: − Martua Sihaloho, SP, MSi sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis dan telah membentuk sikap kritis penulis dalam menggunakan teori untuk menganalisis fakta sosial yang ada serta dorongan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. − Ir. H. Ermadi dan Hj. Sri Winarni, SH, orang tua yang dengan kerja keras dan doa serta kasih sayangnya sehingga penulis dapat menempuh pendidikan dengan baik. − Afrida Fatharani dan Anang Winardi, adik-adikku tercinta yang senantiasa menghibur dan menjadi penyemangat. − Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA selaku dosen pembimbing akademik untuk bimbingan dan nasehat selama tiga tahun. − Ismail Saleh untuk semua dukungan dan semangatnya serta menjadi tempat bercerita di saat senang dan susah. − Teman-teman KPM 42 yang tidak bisa disebutkan satu per satu namun tidak mengurangi rasa sayangku pada kalian, untuk semua bantuan serta diskusi yang bermanfaat selama penyelesaian penyusunan skripsi ini. − Teman-teman kost di Puri Fikriyyah (Ryu yang sudah membantu membuatkan abstract dan juga Ibu Wiwin dan Pak Maman yang sudah menjaga selama tiga tahun di sana). − Whenny Sasfira Adly selaku teman satu bimbingan untuk diskusi dan koordinasinya selama melakukan bimbingan. − Teman-teman dari LSM Rimbawan Muda Indonesia (RMI), terutama Bapak Bagus dan Ibu Nia, atas kerjasama dan masukan serta dukungannya pada saat pre survey dan penelitian. − Bapak Imam dari LSM Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) untuk ilmu membuat peta, menggunakan GPS, dan diskusi yang bermanfaat. − Warga Desa Cirompang atas sambutannya dengan tangan terbuka dengan kedatangan peneliti, terutama Kepala Desa serta Olot Amir beserta keluarganya yang menyambut peneliti dengan hangat dan memberikan pengalaman juga kenangan yang tidak terlupakan. − Ibu Maria dan Ibu Annisa, serta segenap staf kesekretariatan KPM untuk bantuannya dan menjadi tempat bertanya dalam hal proses administrasi penyelesaian skripsi ini.