Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 3, No. 1
ISSN : 2301-5268
ANALISIS INVESTASI PERKEBUNAN SAWIT UNTUK KELAYAKAN INVESTASI PADA PT. AMP PLANTATION Mondra Neldi, SE, MM, Fakultas Ekonomi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang e-mail :
[email protected] Abstract - The author conducted research on a company enganged in oil palm Plantation are in PT. AMP Plantation. The purpose of this study to determine whether an investment in PT. AMP Plantation feasible when analyzed by the method Accounting Rate of Return, Payback Period, dan Net Present Value. Financially based on the method used, namely with rate 12 % discount NPV method, the investment activities of palm oil mills (MCC) capacity of 30 tonnes of FFB per hour is not feasible to be implemented with NPV value (-Rp. 10.480.259.666.416) and Payback period for 12 years and 6 months. While the ARR method, the investment activities of oil palm feasible, with value obtained ARR of 32 %. The total investment needed is Rp. 15.235.723.500.146 Based on the plantation area and total production of FFB as has been recommended by the government’s policies to tacklee environmental problems, ideally PT. AMP Plantation takes environmental cost and social cost for a capacity of 30 tonnes FFB/ hour. To Protect smallholder farmers, local governments should form a regional government-owned (public enterprises) for the development of oil palm plantations (MCC) with the consideration of land area and capital owned by smallholders. Field Key : investment, oil palm Plantation 1.
PENDAHULUAN Salah satu prioritas pembangunan Negara Indonesia pasca krisis moneter pada tahun 1997 dan pasca reformasi adalah bidang ekonomi, tanpa mengesampingkan bidang lain-lain. Pemerintah berusaha untuk menggerakan semua sektor ( sektor riil dan sektor financial ) untuk menggerakan roda perekonomian bangsa. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat kebijakankebijakan salah satunya yaitu berinvestasi yang berguna untuk menarik minat para pengusaha agar menanamkan modalnya. Pemerintah mengharapkan para pengusaha tidak hanya menginvestasikan modalnya disektor financial tapi juga diharapkan berinvestasi disektor riil. Salah satu sektor riil yang dapat dijadikan berinvestasi yaitu perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO- crude palm oil) dan inti kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit Indonesian Commercial Newsletter (ICN), November 2009, memberikan informasi bahwa sektor minyak kelapa sawit Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan, hal ini Analisis Investasi Perkebunan Sawit . . .
terlihat dari total luas areal perkebunan kelapa sawit yang terus bertambah yaitu menjadi 7,3 juta hektarPada 2009 dari 7,0 juta hektar pada 2008. Sedangkan produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO) terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari 19,2 juta ton pada 2008 meningkat menjadi 19,4 juta ton pada 2009. Sementara total ekspornya juga meningkat, pada 2008 tercatat sebesar 18,1 juta ton kemudian menjadi 14,9 juta ton sampai dengan September 2009. Dengan luas total perkebunan sebesar 7,3 juta hektar dan produksi CPO sebesar 19,4 juta ton, maka produksi CPO rerata tahun 2009 adalah sebesar 2,66 ton/ha. Harga CPO di Malaysian Derivative Exchange (MDEX) untuk pengiriman bulan Februari 2009 berada di RM 1.628 per ton atau sekitar US$ 448 per ton, dengan kata lain produksi rerata satu hektar lahan kelapa sawit sebesar US$ 1190,/ha/tahun = Rp 11.070.000,-/ha/tahun. Suatu jumlah yang “tidak menggiurkan” bagi lahan Subur. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7 – 8 % per tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya tingkat pajak ekspor. Dengan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5 %, maka ekspor CPO Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4 – 8 % per tahun pada periode 2000 – 2010. Pada 7
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 3, No. 1
periode 2000 - 2005, ekspor akan tumbuh dengan laju 5 % - 8 % per tahun sehingga volume ekspor pada periode tersebut sekitar 5,4 juta ton. Pada periode 2005 - 2010, volume ekspor meningkat dengan laju 4 % - 5 % per tahun yang membuat volume ekspor menjadi 6,79 juta ton pada tahun 2010. Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif. Terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR-Bun dan dalam perijinan pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. Pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata menyebabkan meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan alam tropis Indonesia. Hal ini terjadi karena pengembangan areal perkebunan kelapa sawit utamanya dibangun pada areal hutan konversi. Para investor lebih suka untuk membangun perkebunan kelapa sawit pada kawasan hutan konversi karena berpotensi mendapatkan keuntungan besar berupa kayu IPK (Ijin Pemanfaatan Kayu) dari areal hutan alam yang dikonversi. Sebagai akibatnya, kegiatan konversi hutan telah menjadi salah satu sumber perusakan hutan alam Indonesia, bahkan menjadi ancaman terhadap hilangnya kekayaan keanekaragaman hayati ekosistem hutan hujan tropis Indonesia. Di samping itu, karena motivasi utamanya untuk mendapatkan keuntungan yang besar dan cepat dari kayu IPK, pelaksanaan konversi hutan alam untuk pengembangan areal perkebunan kelapa sawit telah menyebabkan jutaan hektar areal hutan konversi berubah menjadi lahan terlantar berupa semak belukar dan/atau lahan kritis baru sedangkan di lain pihak realisasi pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak sesuai dengan yang direncanakan. Dampak negatif terhadap lingkungan menjadi bertambah serius karena dalam praktiknya pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada kawasan hutan konversi, melainkan juga merambah ke kawasan hutan produksi, bahkan di kawasan konservasi yang memiliki ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai permasalahan lingkungan seperti kebakaran hutan juga dipicu oleh adanya konflik lahan antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat setempat dan berbagai dampak negative lainnya terhadap lingkungan akibat konversi hutan alam menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Analisis Investasi Perkebunan Sawit . . .
ISSN : 2301-5268
misalnya, sebagai akibat ekosistem hutan hujan tropis diubah menjadi areal tanaman monokultur, muncul serangan hama dan penyakit, perubahan aliran air permukaan tanah, meningkatnya erosi tanah, dan pencemaran lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida dalam jumlah yang banyak, serta berbagai dampak negatif lainnya terhadap eco-function yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan alam tropis menimbulkan biaya yang tidak sedikit pada pihak ketiga, sehingga selayaknya diperhitungkan sebagai biaya lingkungan. Berbagai permasalahan ini telah menyulut permasalahan konflik sosial yang berkepanjangan dan sangat merugikan semua pihak, terutama bagi masyarakat yang mengalami dampak negatif akibat pembangunan perkebunan kelapa sawit sehingga biaya sosial yang harus dikeluarkan menjadi sangat tinggi. Biaya lingkungan dan biaya sosial yang terjadi seharusnya turut diperhitungkan dalam analisis investasi perkebunan kelapa sawit. Namun demikian, perusahaan perkebunan swasta tidak pernah memasukan biaya lingkungan dan biaya sosial ini dalam Analisis finansial proyek pembangunan perkebunan kelapa sawit. Padahal biaya lingkungan dan biaya sosial merupakan hal yang harus diperhatikan oleh investor dalam pengambilan keputusan menjalankan investasi. Keputusan investasi bagi investor adalah hal yang sangat penting untuk di pertimbangkan secara baik dan benar. Selain itu keputusan investasi didalam perkebunan kelapa sawit juga harus melihat manfaat dan umur ekonomisnya. Karena investasi pada perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu investasi jangka panjang. Mengingat banyaknya alternatif untuk menanamkan modal, maka pemilik usaha tentunya harus sangat berhati-hati dalam menanamkan modalnya pada kelapa sawit ini. Keputusan untuk melakukan investasi jangka panjang merupakan salah satu keputusan yang sangat kritis bagi keberhasilan perusahaan Keputusan tersebut tentunya akan berdampak baik maupun buruk diwaktu yang akan datang dalam hubungannya dengan likuiditas. Karena jika investasi sudah dijalankan, tetapi kekeliruan perhitungan maka sulit untuk menarik investasi yang sudah dikeluarkan tersebut.Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis untuk kelayakan investasi Kelayakan Investasi yang di jalankan dengan beberapa metode yaitu Net Present Value, Payback Periode, Internal Rate of return, Profitability indeks, dan accounting Rate of Return. 8
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 3, No. 1
2. METODOLOGI Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer Adalah data yang penulis peroleh dari perusahaan dengan cara mengadakan kunjungan ke perusahaan tersebut dengan melakukan wawancara. 2. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, dan untuk mendapatkan data sekunder yaitu dengan melakukan studi ke perpustakaan yaitu informasi yang mendukung data primer. Metode Analisa Data Analisa Kualitatif Dalam pelaksanaan penelitian ini dipakai metode deskrfiptif yaitu dengan menggambarkan apa adanya dalam menganalisa data, penulis membandingkan antara teori dengan praktek. Analisa Kuantitatif Metode kuantitatif merupakan cara menganalisa data dengan perhitungan rumus. Adapun rumus yang digunakan dalam pengambilan keputusan investasi pada PT. AMP Plantation adalah sebagai berikut : 1. Metode Accounting Rate of Return ( ARR ) Metode ini digunakan untuk mengukur besarnya tingkat keuntungan dari investasi yang digunakan untuk memperoleh keuntungan tersebut. Keuntungan yang diperhitungkan adalah keuntungan bersih setelah pajak (Earning After Tax). Sedangkan investasi yang diperhitungkan adalah rata-rata investasi yang diperoleh investasi awal ( jika ada ) ditambah investasi akhir dibagi dua. Hasil ARR ini merupakan angka relatif persentase.
2. Metode Payback Period ( PBP ) Payback period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran suatu investasi dengan menggunakan aliran kas masuk netto ( proceeds ) yang diperoleh. Metode ini sangat sederhana seperti metode ARR. Formula untuk mencari payback period adalah sbb: Analisis Investasi Perkebunan Sawit . . .
ISSN : 2301-5268
Keterangan : Capital Outlays : Modal atau biaya investasi Proceeds : Laba bersih + Penyusutan 3. Metode Net Present Value Metode NPV merupakan metode untuk mencari selisih antara nilai sekarang dari aliran kas netto ( Proceeds ) dengan nilai sekarang dari suatu investasi (Outlays). Formula untuk mencari Net Persent Value adalah sbb :
Keterangan : Io = Nilai investasi atau outlays At = Aliran kas netto pada periode t r = Discount rate t = Jangka waktu proyek investasi ( umur proyek investasi ) 3.
ANALISA DAN HASIL Penilaian kelayakan suatu investasi ditinjau dari aspek finansial dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria investasi. Setiap kriteria yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semakin banyak kriteria yang digunakan, maka semakin memberikan gambaran yang lengkap dan hasil yang lebih baik. Adapun kriteria yang digunakan untuk menganalisis dalam pengambilan keputusan penilaian investasi adalah: Net Present Value (NPV), Accounting Rate of Return (ARR), dan Payback period (PBP). Berikut ini disajikan ringkasan hasil analisis kriteria investasi. Metode Accounting Rate Of Return ( ARR ) Metode ini digunakan untuk mengukur besarnya tingkat keuntungan dari investasi yang digunakan untuk memperoleh keuntungan tersebut. Keuntungan yang diperhitungkan adalah keuntungan bersih setelah pajak (Earning After Tax). Sedangkan investasi yang diperhitungkan adalah rata-rata investasi yang diperoleh investasi awal ( jika ada ) ditambah investasi akhir dibagi dua. Hasil ARR ini merupakan angka relatif persentase. Apabila besarnya ARR lebih besar daripada biaya investasi yang digunakan (biaya modal ) maka investasi tersebut layak dilaksanakan. Adapun data laba setelah pajak 9
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 3, No. 1
ISSN : 2301-5268
diperoleh dari laporan laba rugi yang disajikan pada lampiran 2 dan data investasi yang di peroleh dari laporan investasi yang disajikan pada lampiran 3. Adapun data-data yang dibutuhkan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Hasil analisis ini menunjukkan nilai ARR 0,32%. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of capital yang diinginkan sehingga investasi tersebut layak untuk dilaksanakan. 4.5.2 Metode Net Present Value (NPV) Net present value merupakan selisih antara manfaat bersih yang diperoleh dengan biaya yang dipergunakan dalam proyek, dihitung dengan menggunakan discount rate. Berdasarkan data sekunder PT. AMP Plantation Discount rate yang ditetapkan sebesar 12%. Discount rate tersebut merupakan cost of capital sebagai opportunity cost dari suatu investasi berdasarkan skenario yang digunakan. Perhitungan :
Analisis Investasi Perkebunan Sawit . . .
Hasil analisis ini menunjukkan NPV bernilai negatif dengan discount rate 12 persen dengan menunjukan nilai NPV Rp. – 10.480.259.666.416. Nilai NPV negatif merupakan satu indikasi bahwa rencana investasi pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak layak untuk dilaksanakan karena hasil yang diperoleh kurang dari nol. 4.5.3 Metode Payback Period (PBP) Analisis payback period dilakukan bertujuan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Kalau periode Pay Back ini lebih pendek dari pada yang disyaratkan, maka proyek dinyatakan layak / menguntungkan. Perhitungan :
10
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 3, No. 1
Maka Payback Period dihitung sebagai berikut :
nya
dapat
ISSN : 2301-5268
NPV discount rate12 %, kegiatan investasi pabrik kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS per jam tidak layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV sebesar (-Rp. 10.480.259.666.416), dan Payback Period selama 12 tahun 6 bulan. Sedangkan dengan metode ARR, kegiatan investasi perkebunan kelapa sawit layak dilaksanakan, dengan nilai ARR yang diperoleh sebesar 0,32%. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit mampu menghasilkan opportunity cost yang lebih besar daripada cost of capital yang diinginkan. Total keseluruhan investasi yang dibutuhkan adalah sebesar Rp.15.235.723.500.1 Saran Saran yang dapat penulis ajukan, antara lain : 1. Berdasarkan luas areal perkebunan dan total produksi TBS sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh kebijakan Pemerintah untuk mengatasi permasalahan lingkungan, idealnya PT. AMP Plantation membutuhkan biaya lingkungan dan biaya sosial untuk kapasitas 30 ton TBS/jam.
Hasil analisis proyek pembangunan perkebunan kelapa sawit ini akan mencapai titik pengembalian pada saat proyek berumur 12 tahun 6 bulan. Di tinjau dari umur proyek pabrik kelapa sawit yang mencapai 8 tahun, maka pembangunan kebun tidak memungkinkan dan tidak layak untuk dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih besar dari umur proyek. Dengan adanya analisis investasi ini, maka kita dapat mengetahui seberapa jauh perusahaan untuk melakukan kegiatan investasi. Sehingga perusahaan dapat melihat serta mengetahui apakah investasi tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. 4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil analisis aspek nonfinansial yang terdiri dari fasilitas produksi, ketersediaan bahan baku, aspek pasar, aspek organisasi manajemen dan aspek sosial yang dilakukan, menunjukkan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit (PKS) kapasitas 30 ton TBS/ jam layak untuk dilaksanakan. 2. Secara finansial berdasarkan metodemetode yang digunakan, yaitu dengan metode Analisis Investasi Perkebunan Sawit . . .
Pembangunan perkebunan kelapa sawit sangat penting untuk dilaksanakan untuk menampung lonjakan produksi TBS yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan perkebunan swasta di Sumatera Barat, terutama pemerintahan daerah diharapkan dapat berperan serta untuk menarik minat investor, mengfasilitasi dan menjadi mediator antara pihak-pihak terkait untuk memudahkan investasi. Untuk melindungi petani perkebunan rakyat, Pemerintah Daerah sebaiknya membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit (PKS) dengan pertimbangan luasan lahan dan modal yang dimiliki oleh perkebunan rakyat tidak memadai dan memenuhi syarat untuk perizinan pendirian pabrik kelapa sawit. Daftar Pustaka Atmaja, Lukas Setia. 2002. Manajemen Keuangan ( Edisi Revisi ). Yogyakarta: Andi. Barani, Achmad Mangga. 2007. Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan: Kelapa Sawit,karet,kakao. Jakarta Brealey,A.Richard, dkk. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kelima, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Halim, Abdul. 2003. Manajemen Keuangan dan Analisis Aktiva. Edisi Kedua. Yogyakarta: Andi Offsett
11
Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Volume 3, No. 1
ISSN : 2301-5268
Horn, James C.Van.2002. Fundamental Of Management. Jakarta:Salemba Empat. Husein, Umar.2007. Studi Kelayakan Bisnis Manajemen: Metode dan Kasus Pelaksanaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Husnan, Suad. 2001. Pembelanjaan Perusahaan (Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Yogyakarta: Liberty. Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti.2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Husnan, Suad dan Swarsono. 2002. Konsep Studi Kelayakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP- AMP YKPN. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE. Junaidi. 2010. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan”. ( http://lintas.me/2KWcGPW6 ), diakses 14 Maret 2011 Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenata Media. Martono dan Dr. D. Agus Harjito, Msi. 2010. Manajemen Keuangan. Edisi Ke Delapan.Yogyakarta: Ekonisia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2002. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit. Medan, Sumatera Utara: Indonesian Oil Palm Research Institute ( IOPRI ). Putra. 2009. ”Definisi investasi dan faktor penentu investasi”. (http://putracenter.net), diakses 10 0ktober 2011. Riyanto, Bambang. 2004. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Siagian, P.Sondang. 2005. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: Bumi Aksara. Siregar, I. M. 2003. Manajemen Pabrik Kelapa Sawit. Dalam Mangoensoekarjo, S dan Semangon, H, Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: UGM. Subagyo, Achmad. 2007. Studi Kelayakan: Teori Aplikasi. Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta Bandung. Syakur, Achmad Syafi’i. 2009. Intermediate Accounting. Jakarta: AV Publisher
Analisis Investasi Perkebunan Sawit . . .
12