ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT)
Oleh: FARIDA WIDIYANTHI A14104549
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
FARIDA WIDIYANTHI. Analisis Kelayakan Finansial Penambahan Mesin Vacuum Frying Pada Usaha Pengolahan Kacang (Kasus di PD. Barokah Cikijing, Majalengka Jawa Barat).Dibawah Bimbingan Amzul Rifin. Sektor Industri Kecil pada agribisnis pada kenyataannya mampu menunjukkan kinerja yang lebih tangguh dan mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada perekonomian nasional. Kecenderungan peningkatan tenaga kerja menandakan bahwa industri kecil di bidang agribisnis akan semakin berkembang pada tahun yang akan datang. Artinya industri tersebut menguntungkan untuk tetap dilaksanakan dan berpotensi untuk berkembang dimasa yang akan datang namun penuh dengan tantangan. Desa Rawa yang berada di Cikijing Majalengka merupakan salah satu industri kecil pengolahan makanan ringan berupa kue-kue kering, keripik dan kacang. Pada tahun 2006 jumlah usaha kecil makanan ringan yang terdaftar di Desa Rawa sebanyak 50 pengusaha dengan total kapasitas produksi usaha 9.000 ton /tahun. Banyaknya industri kecil yang bergerak didalam usaha yang sama dan dalam lokasi usaha yang sama maka terjadi persaingan yang cukup ketat. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan investasi pengembangan teknologi secara teknis, pasar dan finansial, (2) Menganalisis nilai pengganti (switcing value) kondisi kelayakan investasi yang akan dilakukan, (3) Menyusun saran keputusan investasi bagi pengusaha. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha pengolahan kacang PD Barokah apabila terjadi penambahan mesin Vacuum frying dilihat dari aspek teknis, pasar dan finansial. Aspek kelayakan finansial yang dilakukan adalah aspek finansial kelayakan usaha dan aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying Selain itu penelitian ini juga akan melihat keragaan usaha PD Barokah apabila dilihat dari aspek non-finansial yaitu aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan aspek pasar dari perusahaan tersebut. Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui beberapa kriteria kelayakan investasi yang bertujuan untuk menganalisa sejauh mana tingkat kelayakan usaha pengolahan kacang PD Barokah. Dalam menganalisa suatu proyek, biasanya menghadapi ketidakpastian, untuk menghadapi faktor ketidakpastian atau perubahan-perubahan yang dapat terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan, baik dari arus biaya maupun dari arus manfaat, maka perlu dilakukan analisis switching value untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada tingkat manfaat dan biaya yang dapat terjadi, sehingga masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi. Penelitian dilaksanakan di PD Barokah yang berlokasi di desa Rawa Kecamatan Cingambul, Majalengka Jawa Barat. Penelitian lapang ini dilaksanakan pada minggu pertama bulan Juni 2007 hingga minggu kedua bulan Juli 2007. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik usaha dan pihak-pihak yang terkait. Data sekunder diperoleh dari pemilik usaha, Badan Pusat Statistik, studi literatur, dan data-data terkait.
Secara teknis penambahan mesin vacuum frying dalam pengolahan kacang akan memudahkan proses pengerjaannya dan mendapatkan kualitas kacang yang lebih baik dibandingkan dengan kualitas kacang yang diproduksi pada saat ini, serta tidak mengganggu proses produksi yang sedang berjalan. Dilihat dari aspek pemasaran dapat memenuhi permintaan kacang. Selain itu kualitas kacang menjadi dua, sehingga dapat mengisi pasar potensial. Secara finansial proyek penambahan mesin vacuum frying pada usaha pengolahan kacang layak untuk diusahakan hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pengolahan kacang pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp1,405,678,570; Net B/C sebesar 1.98; IRR sebesar 32.22% dan Payback period selama tiga tahun 10 bulan. Selain itu aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha lebih layak lagi jika dibandingkan analisa kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV sebesar Rp 553,843,037; Net B/C sebesar 2.76; IRR sebesar 47.70 persen dan Payback period selama dua tahun enam bulan Hasil analisis switching value diketahui perusahaan ini sensitif terhadap perubahan harga jual untuk kacang yang diproduksi secara manual karena volume produksinya yang besar. Berbeda dengan perubahan kenaikan bahan baku masingmasing kacang cukup sensitif mempengaruhi kelayakan usaha hal ini dapat dilihat kenaikan pada harga bahan baku kacang koro dan kacang polong. Sementara itu untuk perubahan kenaikan bahan baku kacang mersi kenaikan maksimal harga adalah sampai 113 persen, usaha cukup stabil meski dengan kenaikan harga yang ekstrim sekalipun. Sedangkan untuk volume produksi tidak terlalu berpengaruh untuk masing-masing jenis kacang, namun untuk penurunan produksi untuk total produksi kualitas A dan Kualitass B penurunan maksimum adalah sebesar 43 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup stabil. Dengan demikian proyek layak untuk dilaksanakan namun terdapat resiko dalam menjalankan usahanya. Selain itu dari hasil analisis switching value aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha sensitif terhadap perubahan harga jual Berbeda dengan perubahan kenaikan bahan baku masing-masing kacang tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha hal ini dapat untuk perubahan kenaikan bahan baku kacang polong dan kacang mersi kenaikan maksimal harga adalah sampai 114.06 persen dan 266.36 persen, usaha cukup stabil meski dengan kenaikan harga yang ekstrim sekalipun. Sedangkan pada volume produksi diatas penurunan volume produksi untuk masing-masing jenis kacang tidak berpengaruh pada kelayakan. Namun jika dilihat dari total semua jenis kacang dari kualitas A, diketahui bahwa maksimal penurunan volume produksi adalah sebesar 58.00 persen. Dengan demikian proyek layak untuk dilaksanakan namun terdapat resiko dalam menjalankan usahanya. PD. Barokah juga cukup sensitif terhadap perubahan harga jual disebabkan adanya persaingan usaha yang semakin ketat. Oleh karena itu, pengusaha dapat menetapkan harga jual yang bersaing dengan pengusaha kacang yang lain dengan perhitungan yang tepat dan menguntungkan.
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT)
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor
Oleh: FARIDA WIDIYANTHI A14104549
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul
: Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Mesin Vacuum Frying untuk Usaha Kecil Pengolahan Kacang ( Studi Kasus di PD. Barokah Cikijing Majalengka Jawa Barat)
Nama
: Farida Widiyanthi
NRP
: A14104549
dapat diterima sebagai skripsi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Amzul Rifin S.P.,M.A. NIP. 132 288 333
Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Kelulusan:
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
YANG
BERJUDUL ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT) ADALAH HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG DIBUAT SEBENAR-BENARNYA DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Farida Widiyanthi A14104549
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 15 November 1983, putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Wawan Heriawan, SE dan Ibu Metty Sophia. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1989 di SDN Sukarela 3, Kotamadya Bandung dan dilanjutkan ke SMPN 34 Bandung Kotamadya Bandung pada tahun 1995. Setelah lulus SLTP pada tahun 1998 penulis kemudian melanjutkan pendidikannya di SMUN 12 Bandung Kotamadya Bandung. Pada tahun 2001, penulis diterima pada Program Studi Diploma III Manajemen Usaha Boga, Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada Tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama melanjutkan pendidikan di
Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis ini menikah pada awal tahun 2006 dan dikaruniai seorang putri yang yang cantik Salma Az Zahra.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya halangan yang berarti. Skripsi dengan judul Analisis Kelayakan Investasi Penambahan Mesin Vacuum Frying untuk Usaha Kecil Pengolahan Kacang ( Studi Kasus di PD. Barokah Cikijing Majalengka Jawa Barat) ini adalah prasyarat dalam meraih gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan berawal dari sini penulis berharap semoga tulisan kecil ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan demi keberhasilan bersama.
Bogor, Agustus 2007
Farida Widiyanthi A14104549
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat selesai dan saya dapat sampai di penghujung masa studi ini. Saya menyadari bahwa karya kecil ini tidak akan terwujud dan menyelesaikan studi ini tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak dan untuk itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Amzul Rifin S.P.,M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar dalam membimbing agar saya dapat berpikir logis dan analitik serta memberi keluasan dalam mengerjakan skripsi yang baik, hal ini adalah kebanggaan terendiri bagi saya. 2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, selaku dosen evaluator kolokium dengan segala masukan yang berharga. 3. Muhammad Firdaus, Ph D, selaku dosen penguji atas segala masukannya. 4. Dra. Yusalina, MS, selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran-saran yang telah diberikan. 5. Bapak H. Jejen beserta istri yang bersedia membimbing saya dalam penelitian ini di PD Barokah, Cikijing, Majalengka, Jawa Barat. Terimakasih atas kesabaran dan pengetahuan baru yang telah diberikan kepada saya selama penelitian ini. 6. Kedua orang tua saya tercinta yang telah memberikan curahan kasih sayang, bimbingan, didikan dan teguran mulai dari lahir hingga beranjak dewasa. 7. Adik saya Fauzi yang telah memberikan dukungan semangat. 8. Agus Salim, ST. suami tercinta yang selalu setia menemani dan membantu pengerjaan skripsi saya. 9. Salma Az Zahra, buah cinta dan sumber inspirasiku 10. Bapak Drs. H. Barkil Chotif dan Tati Nurhayati, S.Ag atas segala bantuan dan doanya. Bogor, Agustus 2007 Farida Widiyanthi A14104549
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. DAFTAR TABEL......................................................................................... DAFTAR GAMBAR.................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
Halaman i iii v vi
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah............................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 1.4 Kegunaan Penelitian..............................................................................
1 1 2 5 6
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... . 2.1 Industri Kecil Menengah (IKM).......................................................... 2.2 Analisis Proyek................................................................................... 2.3 Studi Kelayakan Investasi................................................................... 2.3.1. Aspek Teknis dan Produksi....................................................... 2.3.2. Aspek Pasar............................................................................... 2.3.3. Aspek Sosial dan Ekonomi........................................................ 2.3.4. Aspek Finansial.......................................................................... 2.4 Umur Proyek........................................................................................ 2.5 Penelitian Terdahulu............................................................................
7 7 9 10 13 16 17 18 18 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis.............................................................. 3.1.1. Analisis Biaya Manfaat............................................................. 3.1.2. Analisis Kelayakan Finansial………………………………… 3.1.3. Analisis Sensitivitas…………………………………………... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional........................................................
22 22 23 25 28 29
IV. METODE PENELITIAN.......................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data........................................................................... 4.3 Metode Analisis Data.............................................................................. 4.3.1. Analisis Finansial.......................................................................... 4.3.2. Analisis Sensitivitas……………………………………………..
32 32 32 32 33 36
ii
Halaman V. GAMBARAN UMUM USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG…………………………………………………………..…… 5.1. Sejarah………………………………………………………………. 5.2. Keadaan Lokasi……………………………………………………... 5.3. Permodalan………………………………………………………….. 5.4. Bahan Baku………………………………………………………….
37 37 38 39 40
VI. ASPEK TEKNIS...................................................................................... 6.1. Informasi Produk .............................................................................. 6.2. Proses Produksi.................................................................................. 6.3. Identifikasi Kebutuhan Mesin............................................................ 6.4. Kebutuhan Mesin............................................................................... 6.5 Spesifikasi Mesin................................................................................ 6.6. Rencana Ruang dan Lay Out Proses Produksi...................................
41 41 41 43 43 45 48
VII. ASPEK PEMASARAN........................................................................
50
VIII. ASPEK FINANSIAL............................................................................. 8.1. Aspek Finansial Kelayakan Usaha.................................................... 8.1.1. Arus Tunai................................................................................ 8.1.2. Analisis Kriteria Kelayakan Finansial...................................... 8.1.3. Analisis Switching Value.......................................................... 8.2. Aspek Finansial Kelayakan Investasi Penambahan Mesin Vacuum Frying...................................................................... 8.2.1. Arus Tunai................................................................................ 8.2.2. Analisis Kriteria Kelayakan Finansial...................................... 8.2.3. Analisis Switching Value..........................................................
54 55 55 62 65 71 71 77 79
IX. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 9.1. Kesimpulan............................................................................................. 9.2. Saran........................................................................................................
84 84 86
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
87
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Jumlah Produksi Perminggu Berdasarkan Jenis Produk....................... 2. Jumlah Potensi Permintaan Perminggu untuk Kacang Kualitas Lebih Baik Berdasarkan Daerah Pemasaran...............................
3
3. Penggolongan Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja.........
7
4. Keuntungan dan Kerugian dari Dua Alternatif..............................
44
5. Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Rata-rata Bank Umum Periode Januari 2006-Desember 2006....................
54
6. Total Produksi Usaha Pengolahan Kacang Selama Setahun Kelayakan Usaha..........................................................……….
57
7. Nilai Sisa Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Usaha...............
58
8. Rincian Biaya Investasi Kelayakan Usaha……………………….
59
9. Biaya Operasional Usaha Pengolahan Kacang Per Tahun Kelayakan Usaha...........................................................…………
61
10. Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap.....................................................................
62
11. Hasil Kelayakan Finansial Kelayakan Usaha Pengolahan Kacang..................................................................
63
12. Analisis Switching Value Terhadap Kelayakan Usaha Pengolahan Kacang.......................................................................
64
13. Total Produksi Usaha Pengolahan Kacang Selama Setahun Kelayakan Investasi..........................................................……….
55
14. Nilai Sisa Usaha Pengolahan Kacang
Kelayakan Investasi .................................................................... 15. Rincian Biaya Investasi Kelayakan Investasi.........………….
73 74
2
iv
16. Biaya Operasional Usaha Pengolahan Kacang Per Tahun Kelayakan Investasi……....................................................……
76
17. Hasil Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Investasi................................................................
61
18. Analisis Switching Value Terhadap Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Investasi.................................................................
64
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Grafik Populasi Tenaga Kerja Bidang Agribisnis Usia 15 tahun Keatas pada Tahun 2001 sampai 2005.............................
1
2. Grafik Hubungan Antara NPV dan Tingkat Suku Bunga.......................
27
3. Diagram Alir Pemikiran Operasional......................................................
31
4. Diagram Proses Pengolahan Kacang.....................................................
42
5. Mesin Vacuum Frying………………………………………………..
47
6. Mesin Spinner………..………………………………………………..
47
7. Floor plant Lay out................................................................................
48
8. Saluran Pemasaran Kacang……………………………………………
50
9. Persentase Jumlah Permintaan Kacang…………………………………
51
10. Potensi Perbedaan Kacang berdasarkan Daerah Pemasaran..................
52
11. Grafik Hubungan Antara NPV dan Tingkat Suku Bunga Kelayakan Usaha Pengolahan Kacang..................................................
45
12. Grafik Hubungan Antara NPV dan Tingkat Suku Bunga Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Kacang ........................................ 45
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen).......
72
2. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Penurunan Penjualan Untuk Kacang Koro Kualitas A...........
73
3. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Penurunan Penjualan Untuk Kacang Polong Kualitas A........
74
4. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Penurunan Penjualan Untuk Kacang Mersi Kualitas A..........
75
5. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Penurunan Penjualan Untuk Kacang Koro Kualitas B...........
76
6. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Penurunan Penjualan Untuk Kacang Koro Kualitas B............
77
7. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Penurunan Penjualan Untuk Kacang Polong Kualitas B......... 78 8. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Penurunan Penjualan Untuk Kacang Mersi Kualitas B..........
79
9. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Kenaikan Harga Bahan Baku Kacang Koro...........................
80
10. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Kenaikan Harga Bahan Baku Kacang Polong........................
81
11. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang PD. Barokah (r = 12 Persen) Batas Nilai Kenaikan Harga Bahan Baku Kacang Mersi........................... 82
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2007 diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 2,0 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2006. Pulau Jawa merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia sebesar 60,2 persen. Dominasi pertumbuhan terbesar pada sektor agribisnis sebesar 4,2 persen1. Sektor Industri Kecil pada agribisnis mampu menunjukkan kinerja yang lebih tangguh dan mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada perekonomian nasional. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja di bidang agribisnis pada tahun 2007 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kecenderungan peningkatan tenaga kerja menandakan bahwa industri kecil di bidang agribisnis akan semakin berkembang pada tahun yang akan datang. Artinya industri tersebut menguntungkan untuk tetap dilaksanakan dan berpotensi untuk berkembang dimasa yang akan datang namun penuh dengan tantangan. Peningkatan tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 12. 44,000,000 Jumlah Pekerja
43,000,000 42,000,000 41,000,000 40,000,000 39,000,000 38,000,000 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
Gambar 1. Grafik Populasi Tenaga Kerja Bidang Agribisnis Usia 15 Tahun keatas pada Tahun 2001 sampai 2007 1
BPS, 2007. Pertumbuhan Ekonomi 2007. www. bps.go.id. 15 Agustus
2
BPS, 2007. Tenaga Kerja 2007. www. bps.go.id. 6 Juni
2
Desa Rawa yang berada di Cikijing Majalengka merupakan salah satu industri kecil pengolahan makanan ringan berupa kue-kue kering, keripik dan kacang. Pada tahun 2006 jumlah usaha kecil makanan ringan yang terdaftar di Desa Rawa sebanyak 50 pengusaha dengan total kapasitas produksi usaha 9.000 ton /tahun. Banyaknya industri kecil yang bergerak didalam usaha yang sama dan dalam lokasi usaha yang sama maka terjadi persaingan yang cukup ketat. PD Barokah sebagai salah satu usaha kecil di desa Rawa dapat bertahan dan berkembang, salah satunya karena karakternya yang fleksibel yaitu produksi akan ditambah dan dikurangi sesuai dengan permintaan dari konsumen. Saat ini PD Barokah masih menggunakan indigenous technology, yaitu teknologi yang telah dikembangkan secara turun temurun. Akan tetapi, dengan tidak adanya standardisasi formula dan proses seringkali membuat kualitas produknya tidak konsisten. 1.2. Perumusan Masalah Saat ini PD Barokah masih menggunakan teknologi yang telah dikembangkan secara turun temurun. Hal ini menyebabkan tidak adanya standardisasi formula dan proses seringkali membuat kualitas produknya tidak konsisten. Produk yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis kacang, yaitu kacang polong, kacang koro dan kacang mersi. Perbandingan produksi permi nggu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Produksi Perminggu Berdasarkan Jenis Produk No Jenis Produk Jumlah Produksi Per Minggu 1.
Kacang Koro
5.000 kg
2.
Kacang Polong
4.000 kg
3.
Kacang Mersi
1.000 kg
Total
10.000kg
3
Usaha kecil pengolahan kacang dapat berkembang pada kondisi pemintaan pasar lebih besar daripada output yang dihasilkan. Potensi pasar tersebut ada untuk kualitas yang lebih baik dari kualitas kacang yang saat ini diproduksi. Kualitas kacang yang lebih baik itu memiliki kadar minyak yang rendah dan keseragaman dalam kematangan. Potensi permintaan kacang dengan kualitas yang lebih baik ini berasal dari daerah Jakarta, Bandung dan Malang, sedangkan untuk pasar yang berada di daerah Cirebon dan Bogor permintaan masih sedikit. Jumlah permintaan kacang dengan kualitas yang lebih baik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Potensi Permintaan Perminggu untuk Kacang Kualitas Lebih Baik Berdasarkan Daerah Pemasaran No Daerah Pemasaran Jumlah Permintaan Per Minggu 1.
Cirebon
300 kg
2.
Jakarta
700 kg
3.
Malang
300 kg
4.
Bogor
200 kg
5.
Bandung Total
500 kg 2.000kg
Agar dapat melayani permintaan pasar, maka PD Barokah harus meningkatkan kemampuan proses produksi. Peningkatan kemampuan proses produksi dilakukan dengan menambah kapasitas mesin produksi dan juga peningkatan kualitas output produksinya. Peningkatan kapasitas dan kualitas produksi dilakukan dengan penambahan mesin tanpa harus mengurangi dan mengganggu proses produksi yang sedang dilakukan pada saat ini. Penambahan kapasitas seringkali tidak dapat dilakukan sepenuhnya karena adanya hambatan-hambatan yang berasal dari karakteristik bahan, proses produksi produk, dan pasar yang dilayani. Keputusan untuk mengatasi hambatan
4
penambahan kapasitas proses dilakukan dengan pertimbangan ekonomis. Jika hambatan tersebut dapat diatasi sepenuhnya, maka usaha kecil dapat berkembang menjadi usaha besar. Jika atas dasar pertimbangan ekonomis kesempatan tersebut lebih menguntungkan dikerjakan di lokasi usaha kecil yang telah ada, maka akan muncul beberapa usaha kecil di lokasi yang sama. Munculnya beberapa usaha kecil yang bergerak di bidang dan lokasi yang sama akan menyebabkan persaingan semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan pengembangan teknologi pada usaha kecil mau tidak mau harus dilakukan. Dengan adanya penambahan mesin Vacuum Frying diharapkan PD Barokah dapat melakukan inovasi secara cepat, meningkatkan daya tahan produk untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang konsisten melalui standardisasi formula dan proses, dapat mengikuti trend yang berkembang di pasar, dapat mengembangkan proses yang lebih efisien sehingga
dapat
menekan
biaya
produksi,
mengurangi
limbah
dengan
memanfaatkannya menjadi produk lain, memperpanjang masa umur simpan produk, sehingga dapat meningkatkan jangkauan pemasaran. Untuk pengambangan teknologi pada usaha kecil, dalam hal ini berupa penambahan mesin Vacuum Frying, bertujuan untuk mengatasi kekurangan kapasitas produksi dan peningkatkan kualitas produk. Dengan demikian, produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dibanding produk yang telah ada saat ini. Hal ini akan berdampak pada peningkatan daya saing dan peningkatan keuntungan bagi pengusaha. Akan tetapi untuk penerapan teknologi tersebut tentunya membutuhkan dana investasi.
5
Dengan demikian, studi kelayakan investasi sangat diperlukan agar dapat memperkirakan apakah penambahan mesin tersebut layak direalisasikan dilihat dari aspek yang mempengaruhi. Diantara aspek-aspek tersebut, yang terutama akan dibahas adalah aspek teknis, pasar dan aspek finansial. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana kelayakan investasi penambahan mesin Vacuum Frying, apakah sesuai dengan kebutuhan berdasarkan data teknis, pasar dan finansial? 2. Bagaimana kepekaan kondisi kelayakan investasi usaha tersebut terhadap perubahan harga input dan output? 3. Bagaimana menyusun saran keputusan investasi bagi pengusaha? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah: 1. Menganalisis kelayakan investasi pengembangan teknologi secara teknis, pasar dan finansial 2. Menganalisis sensitivitas kondisi kelayakan investasi yang akan dilakukan 3. Menyusun saran keputusan investasi bagi pengusaha
6
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan antara lain: 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah. 2. Bagi pengusaha, diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan masukan dalam mengambil langkah yang tepat dalam berusaha. 3. Bagi calon investor, memberikan gambaran dan informasi jika ingin menanamkan modalnya. 4. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dan referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Industri Kecil Menengah(IKM) Dalam struktur perindustrian dikenal adanya empat sub sektor, yaitu: (1) Industri Rumah Tangga, (2) Industri Kecil, (3) Industri Sedang atau Menengah, dan (4) Industri Besar. Perbedaan keempat subsektor industri tersebut didasarkan atas besar kecilnya modal yang digunakan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, teknologi dan jenis produk yang dihasilkan. Menurut BPS (2003), Industri kecil adalah industri yang menggunakan tenaga kerja lima sampai dengan 19 orang. Penggolongan sektor industri tersebut didasarkan padajumlah tenaga kerja yang digunakan, tanpa memperhatikan penggunaan mesin dan besarnya modal. Penggolongan industri dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Penggolongan Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Golongan Industri Jumlah Tenaga Kerja Besar
100 orang atau lebih
Sedang
20 s/d 99 orang
Kecil
5 s/d 19 orang
Rumah Tangga
1 s/d 4 orang
Sumber: BPS, 2003
Deperindag (2004), menyatakan terdapat perbedaan antara industri kecil dan industri menengah. Industri kecil sesuai dengan Undang-Undang No 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil. Definisi usaha kecil termasuk industri dan dagang kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria memiliki kekayaan paling banyak RP. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). Untuk industri menengah sesuai dengan
8
inpres No. 10 Tahun 1999 tentang pemberdayaan usaha menengah adalah yang memiliki kekayaan lebih besar dari Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah). Baswir dalam Tara (2001), mengidentifikasi usaha kecil dengan ciri-ciri antara lain: (a) kegiatannya cenderung tidak formal dan jarang memiliki rencana usaha; (b) struktur organisasi sederhana; (c)jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang longgar; (d) kebanyakan tidak memiliki pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan; (e) sistem manajemen dan akuntansi kurang baik; (f) skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya; (g) pemasaran yang terbatas; (h) marjin keuntungan sangat tipis. Sedangkan karakteristik industri kecil menurut Sajogyo dan Tambunan (1992) antara lain: 1. Pembiayaan usaha kecil biasanya dibayar dengan modal atau uang sendiri. 2. Dalam proses produksi pada umunya pada umumnya masih menggunakan peralatan yang sederhana dan bersifat manual. 3. Dalam pelaksanaannnya industri kecil terkonsentrasi pada pembuatan satu jenis hasil produksi. Selanjutnya mereka, mengatakan bahwa mayoritas industri kecil dan rumah tangga merupakan usaha milik keluarga, kontrol kualitas produksi masih rendah dan prangkat usaha yang layak seperti kepekaan bisnis juga belum tumbuh dikalangan pemiliknya. Derajat ketahanan dan perkembangan industri kecil ini sangat tergantung pada pengolahan internal dan eksternal, karena itu perlu diciptakan jalur kelembagaan yang berfungsi membina usaha-usaha kecil tersebut.
9
2.2. Analisis Proyek Proyek adalah keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat (benefit), atau aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu mendatang, dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al, 1999). Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gittinger, 1986). Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan dalam beberapakali selama pelaksaan proyek tersebut. Penilaian terhadap suatu proyek pada dasarnya untuk mengetahui apakah suatu proyek tersebut layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Tujuan dari analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan dan menentukan prioritas investasi. Kesalahan dalam pemilihan tersebut mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, sebelum proyek dilaksanakan perlu diperhitungkan biaya dan manfaat (benefit) yang diharapkan dari proyek tersebut (Khusnul et al, 2002). Menurut Gittinger (1986) untuk mendapatkan dan menganalisis proyek yang efektif, maka harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Aspek-aspek tersebut adalah aspek teknis, aspek organisasi, aspek manajerialinstitusional, aspek sosial, aspek komersial, aspek finansial dan aspek ekonomi.
10
2.3. Studi Kelayakan Investasi Menurut Kadariah et al (1999), proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil di waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai unit. Proyek investasi merupakan gabungan suatu aktivitas yang memerlukan penggunaan sumberdaya dan modal dengan harapan memperoleh manfaat yang dapat berarti produk. Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana dan modal yang cukup besar dan mempunyai jangka waktu umur ekonomis yang panjang. Studi kelayakan investasi menurut Husnan dan Suwarsono (1997) adalah penelitian tentang dapat tidaknya proyek investasi dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sebuah studi kelayakan dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan mengenai peluang usaha cukup ekonomis dan menjanjikan keuntungan yang layak apabila dilaksanakan. Semakin sederhana proyek yang akan dilaksanakan, maka semakin sederhana pula lingkup penelitian yang akan dilakukan. Dalam studi kelayakan perlu diperhatikan ruang lingkup kegiatan proyek, cara kegiatan proyek dilakukan, evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek, sarana yang diperlukan oleh proyek, hasil kegiatan proyek tersebut. Jika dipandang dari sudut perusahaan saja, minimal ada tiga penyebab mengapa kegiatan studi kelayakan investasi yang dilaksanakan menjadi faktor pertimbangan yang cukup penting dalam pengambilan keputusan (Anggoro, 2004), yaitu:
11
1. Investasi umumnya menyangkut pengeluaran modal yang besar. 2. Pengeluaran modal mempunyai konsekuensi jangka panjang. Salah satu contoh yang mudah dilihat adalah apabila sebagian besar modal investasi didapatkan dari pinjaman bank konvensional, maka pihak pengusaha harus tetap mengembalikan modal yang dipinjam berikut bunganya baik itu investasi sukses maupun tidak. 3. Komitmen pengeluaran modal adalah keputusan yang sulit untuk diubah, karena jika dipertengahan dirasa usaha tidak akan berjalan lancar maka modal yang telah ditanamkan sulit ditarik kembali. Studi kelayakan investasi tujuannya adalah agar modal yang ditanamkan dapat dimanfaatkan dan menghindari penanaman modal yang terlalu besar untuk bagian yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek memerlukan biaya, tetapi biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar (Anggoro, 2004). Umumnya tahap-tahap untuk melakukan proyek investasi adalah identifikasi untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut, perumusan untuk menerjemahkan kesempatan investasi kedalam suatu rencana proyek yang konkret, penilaian untuk menganalisis dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian, pemilihan untuk mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai serta tahap implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran. Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek yang akan dipelajari yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajerial,
12
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta aspek finansial. Menurut Kadariah et al (1999), analisa proyek dapat dilakukan dengan dua pendekatan umum yaitu analisis finansial dan ekonomi. Suatu investasi bisnis membawa implikasi terhadap banyak pihak. Dengan demikian, dalam studi kelayakan yang dilaksanakan harus mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan dengan pihak-pihak yang membutuhkan, diantaranya investor, kreditor/bank, dan pemerintah. Investor sebagai pihak yang akan menanamkan dananya dalam suatu investasi, tentulah akan memberikan perhatian penuh terhadap hasil studi kelayakan investasi yang bersangkutan. Karena dari studi ini, mereka dapat melihat prospek modal yang mereka tanamkan dalam menghasilkan keuntungan serta seberapa besar resiko yang akan dihadapinya. Hasil studi kelayakan ini akan menjadi salah satu faktor pertimbangan utama dalam memutuskan untuk tetap menanamkan modalnya atau tidak. Mengingat jumlah modal investasi yang dibutuhkan biasanya cukup besar, pihak investor biasanya membutuhkan pinjaman dari pihak kreditor seperti bank. Pihak kreditor akan mempertimbangkan hasil dari studi kelayakan investasi untuk memutuskan apakah mereka akan memberikan pinjaman modal atau tidak. Karena dalam laporan studi kelayakan ini akan terlihat perkiraan pola aliran kas selama periode pinjaman. Dari sinilah kreditor memperkirakan kesanggupan usaha tersebut dalam mengembalikan angsuran pokok berikut interest dari pinjaman tersebut (Anggoro, 2004).
13
Pemerintah berkepentingan terhadap suatu investasi terutama dalam kaitannya dengan seberapa besar prospek investasi itu bagi perkembangan perekonomian nasional. Misalnya, berapa besar prospek itu dalam menghemat atau menambah devisa negara, juga kemungkinan terbukanya peluang kerja bagi masyarakat di sekitarnya. 2.3.1. Aspek Teknis dan Produksi Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Analisis ini menguji hubungan teknis dalam suatu proyek pertanian yang meliputi keadaan tanah, di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas benih tanaman dan bibit ternak yang cocok dengan areal proyek, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi, pemupukan areal dan alat-alat kontrol yang diperlukan (Gittinger, 1986). Menurut Blank dalam Anggoro (2004) beberapa faktor utama yang akan ditinjau dalam aspek teknis ini adalah: 1. Pemilihan strategi dan perencanaan produk Dari analisa terhadap aspek pasar, didapatkan jenis produk yang diharapkan akan dapat diterima oleh calon konsumen. Pertimbangan akan produk yang hendak dibuat, selain berdasarkan pada keinginan dan kemampuan pasar, juga disesuaikan dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam memilih strategi dan perencanaan terhadap produk ini, tahapannya adalah sebagai berikut:
14
•
Penentuan ide dan seleksi ide
•
Pembuatan desain awal produk
•
Pembuatan prototif dan pengujian
•
Implementasi
2. Rencana Kualitas Dimensi kualitas suatu produk terdiri dari: •
Performance : Menyangkut aspek fungsional suatu produk yang merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli produk yang bersangkutan.
•
Feature : Adalah aspek yang berguna untuk menambah fungsi dasar, yang berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangan.
•
Realibility : Kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan janji yang ditawarkan.
•
Conformance : Berkaitan dengan tingkat spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen. Aspek ini merefleksikan ketepatan antara produk dan standar yang telah ditetapkan.
•
Durability : Refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan dan masa pakai barang.
•
Serviceability : karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan komponen, kemudahan dan akurasi dalam pelayanan.
•
Aesthetics : adalah karakteristik yang bersifat subjektif mengenai nilainilai estetika yang disajikan dalam produk.
•
Fit and Finish : sifat subjektif berkaitan dengan perasaan pelanggan terhadap kualitas produk yang bersangkutan.
15
3. Rencana Proses Produksi Proses produksi yang dipilih, disesuaikan dengan produk yang akan dibuat. Selain itu, proses yang dipilih juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kualitas. Misalnya, untuk produk makanan atau obat-obatan, maka proses produksi harus sangat memperhatikan faktor kebersihan dan higienitas, sebagai contoh dalam industri farmasi ada peraturan yang disebut dengan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Selain itu proses produksi juga harus memperhatikan faktor efektivitas dan efisiensi. sehingga akan dapat menyampaikan produk sesuai dengan
keinginan
konsumen,
yaitu
secara
cepat
dan
tepat
juga
mempertimbangkan efisiensi sumberdaya perusahaan. 4. Pemilihan Mesin dan Peralatan Dalam merencanakan pemilihan terhadap mesin dan peralatan, harus disesuaikan dengan produk yang akan dibuat, kapasitas produksi, proses produksi, bahan yang akan digunakan, kemampuan tenaga kerja, sistem antrian, kemungkinan pengembangan proses juga terhadap perkembangan teknologi lanjutan. 5. Rencana Kapasitas Kapasitas produksi direncanakan berdasarkan perkiraan permintaan terhadap produk juga analisa terhadap kemampuan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Perencanaan kapasitas akan berpengaruh langsung terhadap level pemesanan bahan baku dan inventori yang berhubungan dengan biaya-biaya seperti pemesanan maupun biaya inventori serta menghadapi resiko rusak atau kadaluarsa, khususnya untuk produk-produk yang berumur pendek seperti makanan.
16
6. Rencana Ruang dan Lay Out Dalam merencanakan sebuah usaha, juga harus dipertimbangkan apakah luas lahan akan mencukupi luas ruangan-ruangan yang dibutuhkan. Juga pengaturan lay out yang diharapkan apakah akan mungkin dilaksanakan, dan dengan mempertimbangkan rencana-rencana pengembangan yang mungkin terjadi dikemudian hari. Luas dan lay out ruangan akan tergantung pada proses produksi yang diinginkan. Ada dua tipe lay out yang selama ini umum digunakan di Industri, yaitu: 1. Lay out proses, pada lay out tipe ini, mesin dan peralatan ditempatkan berdasarakan proses yang memiliki fungsi yang sama. 2. Lay out Produk, dalamm lay out ini, mesin dan peralatan disususn berurutan sesuai dengan proses produksi. 2.3.2. Aspek Pasar Analisis aspek-aspek komersial (pasar) ini terdiri dari rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger, 1986). Dari sisi output, analisis pasar hasil proyek penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari sisi input, rencana-rencana harus dibuat diantaranya untuk meyakinkan adanya input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga. Inti dan tujuan dari aspek pemasaran adalah dapat memperkirakan jumlah permintaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh usaha yang akan dibangun ini. Karena dari perkiraan ini akan didapatkan perkiraan pendapatan yang akan menjadi tolok ukur dari aspek keuangan.
17
2.3.3. Aspek Sosial dan Ekonomi Analisis aspek sosial dilakukan untuk menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial (Gittinger, 1986). Analisis sosial berkaitan dengan pengaruh proyek terhadap kondisi sosial diantaranya seperti kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan petani, dan dampaknya terhadap lingkungan. Analisis aspek ekonomi akan sangat bermanfaat dalam menilai kontribusi usaha terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan dalam penggunaan sumber-sumber daya yang dibutuhkan. Pada dasarnya analisis kelayakan usaha dilakukan melalui dua pendekatan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial meninjau dari sudut peserta proyek secara individu sedangkan analisis ekonomi dari sudut masyarakat. Menurut Gittinger (1986) terdapat tiga perbedaan penting yang harus diingat antara kedua analisis tersebut, yaitu: 1. Dalam analisis ekonomi, pajak, dan subsidi dipelukan sebagai pembayaran transfer, sedang dalam analisis finansial pajak dianggap sebagai biaya dan subsidi sebagai hasil. 2. Dalam analisis finansial harga yang biasanya digunakan adalah harga pasar dengan memperhatikan pajak dan subsidi, akan tetapi dalam analisis ekonomi harga yang digunakan disesuaikan sehingga lebih mencerminkan secara tetap nilai-nilai sosial dan ekonomi yang disebut sebagai harga bayangan (shadow price).
18
Pada analisis ekonomi, bunga modal tidak dikurangkan dari hasil bruto karena merupakan bagian dari hasil terhadap modal yang tersedia untuk masyarakat. Dalam analisis finansial, bunga yang dibayar kepada pihak penyedia dana dari luar dikurangkan dari hasil bruto sehingga diperoleh gambaran arus manfaat yang tersedia bagi pemilik modal 2.3.4. Aspek Finansial Menurut Gittinger (1986) aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek diusulkan terhadap peserta. Dalam proyek-proyek pertanian, para peserta terdiri dari petani, perusahaan swasta, koperasi, dan lembaga-lembaga lainnya. Tujuan utama dari analisis finansial adalah menentukan insentif bagi orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. 2.4. Umur Proyek Pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek, antara lain: 1. Sebagai ukuran umum dapat diambil satu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari proyek. Yang dimaksudkan dengan umur ekonomis suatu aset adalah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunannya. 2. Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar sekali, lebih mudah untuk menggunakan umur teknis daripada umur-umur pokok investasi. Untuk proyek-proyek tertentu umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena ketinggalan jaman akibat penemuan teknologi baru yang lebih efisien.
19
3. Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama dari 25 tahun dapat diambil 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah itu jika di discount dengan discount rate sebesar 10 persen keatas, maka persent value-nya sudah kecil sekali (Kadariah et al, 1999). 2.5. Penelitian Terdahulu Kurniawan (2004) dalam penelitiannya tentang Kajian Manajemen Teknologi dalam industri gula sebagai upaya menciptakan efisiensi dan daya saing di pabrik gula Redjosarie Magetan, Jawa Timur menunjukkan bahwa penerapan teknologi belum mengalami perubahan yang berarti sejak dahulu sampai sekarang. Mesin yang digunakan sudah berumur lebih dari 30 tahun dan struktur organisasi tidak mengalami penyesuaian dengan kondisi saat ini. Kemampuan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan berada pada posisi dibawah rata-rata perusahaan di Indonesia dan indikator transformasi yang dimiliki oleh perusahaan tidak berpengaruh terhadap indikator kemampuan teknologi Pabrik Gula Redjosarie. Hasil penilaian indikator-indikator dalam manajemen teknologi dapat dikatakan bahwa tingkat efisiensi pabrik relatif rendah. Hal yang sama juga dapat dikatakan pada daya saingnya. Romadona (2003), mengenai analisis biaya manfaat industri rumah tangga pengolahan ayam pedaging di desa Kertawinangun kecamatan Cirebon Barat menjelaskan bahwa biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh supplier dan IRT hampir sama. Biaya tetapnya yaitu: sewa kandang/tempat, peralatan dan penyusutan peralatan. Biaya variabel supplier meliputi pembelian ayam, bumbu, bahan bakar, minyak goreng, pembungkus, tusuk sate dan tenaga kerja. Manfaat pada supplier diperoleh dari penjualan ayam hidup siap potong ke IRT, sedangkan
20
IRT diperoleh dari penjualan ayam olahan siap konsumsi yang telah dipotong secara komersial. Berdasarkan analisis finansial dan analisis sensitivitas dengan tingkat suku bunga sebesar 12 persen, usaha supplier dan IRT pengolahan ayam pedaging baik skala kecil, sedang maupun besar layak untuk dikembangkan. Penelitian Sidauruk (2005) tentang perbandingan efektivitas biaya dan kelayakan finansial industri kecil tahu di kota bogor. Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial industri kecil tahu Bandung “Selaeman” dan tahu Sumedang “Kelana Jaya” untuk skenario satu dan skenario dua dengan menggunakan dua tingkat diskonto yaitu 14,67 persen dan 17,48 persen layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV, Net B/C dan IRR yang diperoleh memenuhi syarat kelayakan usaha. Hasil analisis sensitivitas pada industri kecil tahu Bandung :Sulaeman” dan tahu Sumedang “Kelana Jaya” menunjukkan bahwa kedua usaha tersebut tidak peka terhadap adanya perubahan pada peningkatan harga input kedelai 10,5 persen maupun penurunan jumlah produksi sebesar 20 persen. Artinya apabila terjadi penurunan harga input sebesar 10,5 persen dan terjadi penurunan produksi sebesar 20 persen kedua usaha tahu tersebut tetap layak untuk dilakukan dengan tingkat diskonto 14,67 persen dan 17,48 persen. Penelitan Sidauruk memberikan gambaran mengenai perincian biaya yang digunakan dalam analisa finansial pada penelitian penulis yang membandingkan antara perincian biaya dengan penggunaan teknologi yang digunakan saat ini dengan perincian biaya bila dilakukan penambahan teknologi berupa penambahan mesin Vacuum Frying.
21
Perkasa (2007), dalam penelitiannya mengenai pengaruh ketersediaan dan fluktuasi harga bahan baku terhadap alokasi sumberdaya dan produksi kacang garing PT. Garudafood, Cimahi Bandung menunjukkan bahwa fluktuasi dan perubahan harga bahan baku dalam penelitiannya terlihat berpengaruh terhadap biaya produksi dan menyebabkan keuntungan akan berubah tetapi belum dapat mempengaruhi alokasi sumberdaya produksi lainnya. Kondisi optimal perubahan harga bahan baku hanya berpengaruh terhadap pendapatan keuntungan perusahaan akan tetapi belum dapat mempengaruhi alokasi sumberdaya produksi dan pilihan produksinya. Akan tetapi alokasi sumberdaya produksi dan pilihan produksi tersebut sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku kacang tanah yang didapatkan perusahaan dan akan berpengaruh juga pada pendapatan keuntungan yang akan diterima oleh perusahaan. Penelitian yang penulis lakukan pada usaha kecil pengolahan kacang adalah melihat segi kelayakan secara teknis, pasar dan finansial. Penelitian mengenai kelayakan ini dilakukan karena adanya penambahan mesin Vacuum Frying untuk menambah kekurangan kapasitas produksi yang dilakukan oleh PD. Barokah tanpa mengganggu proses pengolahan yang sedang berlangsung pada saat ini.
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Biaya Manfaat Tujuan dari analisis biaya manfaat adalah untuk memilih proyek yang memberikan nilai tambah terhadap kebutuhan masyarakat luas, dengan meningkatkan kemampuan untuk mengkonsumsi dan memberikan pandangan yang lebih baik dari sebelumnya dalam menilai kegunaan suatu barang. Analisa biaya manfaat memilih yang terbaik (lebih efisien) suatu proyek dari beberapa alternatif yang ada (Hanley, 1993). Tujuan analisis dalam analisis proyek harus disertai dengan definisidefinisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana biaya adalah sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986). Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis usaha pertanian adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh langsung terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi berupa untuk pengeluaran untuk pembangunan, kendaraan operasional, pembelian mesin, peralatan dan biaya untuk menggantikannya. Biaya operasinal merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan meliputi baiay bahan baku, upah tenaga kerja langsung, pemeliharaan, serta pajak. Dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan digunakan kriteria investasi. Dasar penilain investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang akan diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger, 1986).
23
Menurut Gittinger (1986), analisis biaya manfaat merupakan suatu analisis yang ditujukan untuk melihat besarnya biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang akan diterima pada suatu kegiatan ekonomi dalam proyek atau program. Analisis ini dapat membantu dalam pengambilan keputusan mengenai pengalokasian sumberdaya yang langka. Manfaat suatu program adalah nilai tambah hasil dari barang-barang ataupun jasa dan biaya proyek adalah nilai tambah sumberdaya riil yang dimanfaatkan proyek. Secara sederhana suatu biaya diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan sedangkan manfaat adalah segala sesuatu membantu tujuan. •
Biaya (Cost) Biaya proyek adalah apa saja yang mengurangi persediaan barang-barang
atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan proyek. Biaya yang dimasukkan dalam perhitungan umumnya biaya-biaya yang dapat dikuantifikasi. Biaya proyek terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara rutin dalam setiap tahun selama umur proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Boediono (2003), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (Fixed cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegaiatan tertentu.
24
Komponen biaya tetap meliputi sewa, peyusutan, pajak dan sebagainya. Biaya jenis ini selamanya sama atau tidak berubah dalam hubungannya dengan jumlah satuan yang diproduksi. Komponen biaya variabel meliputi biaya-biaya sepeti bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya. Jenis biaya ini jumlahnya bertambah sesuai dengan bertambahnya volume produksi sehingga biaya-biaya persatuannya cenderung berubah pula. •
Manfaat atau Penerimaan (Benefit) Secara ekonomis, manfaat atau benefit diartikan sebagai hasil kali total
kualitas output dari suatu proses produksi dengan harga yang dibentuk di pasar yang dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu (Sukirno,2003). Menurut Boediono (2003), penerimaan (revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Adapun konsep revenue yang paling penting adalah sebagai berikut: (1) Total Revenue yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya, (2) Average Revenue yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual dan (3) Marginal Revenue yaitu kenaikan dari total revenue yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output. Menurut Gittinger dalam Maryanto (2006) manfaat proyek dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: 1. Direct benefit, dapat berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang disebabkan diantaranya oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, dan penurunan kerugian, selain itu juga berupa penurunan biaya. 2. Indirect benefits atau secondary benefits suatu proyek adalah benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek.
25
3. Intangible benefits, yaitu benefit yang sulit dinilai dengan uang, diantaranya adalah seperti perbaikan hidup, perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan, integrasi nasional, dan pertahanan nasional. 3.1.2. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (benefit) untuk menentukan apakah suatu proyek
akan
me nguntungkan
selama
umur
proyek.
Mengingat
waktu
mempengaruhi nilai uang, maka untuk membandingkan nilai uang yang berbeda waktu keluarannya dan penerimaannya perlu dilakukan penyamaan nilai uang melalui pemotongan (discounting), metode ini disebut metode arus tunai terpotong atau discount cash flow, menurut Gittinger (1986) diskonto merupakan suatu teknik yang dapat “me nurunkan” manfaat yang diperoleh di masa yang akan datang dan arus biaya menjadi “nilai biaya pada masa sekarang”. Sehubungan dengan metode discounted cash flow, terdapat beberapa kriteria penilaian suatu investasi, yaitu: 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang dari arus tambahan manfaat bagi pelaksanaan proyek, dihitung berdasarkan tingkat diskonto. NPV dari suatu proyek merupakan nilai bersih sekarang arus kas tahunan setelah pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Suatu proyek dikatakan layak atau bermanfaat untuk dilaksanakan jika NPV proyek tersebut lebih besar atau samadengan nol (NPV > 0). Jika nilai NPV sama dengan nol, berarti proyek tidak untung tetapi juga tidak merugi (manfaat
26
hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan). Jika nilai NPV lebih kecil daripada nol (NPV < 0 ), maka proyek tersebut tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan hal tersebut menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. Oleh karena itu, sumberdaya yang digunakan dalam proyek tersebut sebaiknya dialokasikan pada kegiatan atau proyek lain yang lebih menguntungkan. 2. Internal rate of return (IRR) Internal rate of return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang menjadikan manfaat bersih sekarang sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. Suatu proyek dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh proyek tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Penerapan metode ini lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan penerapan metode NPV, karena dalam hal tertentu terdapat kemungkinan dihasilkannnya nilai IRR yang lebih dari satu yang dapat membuat nilai NPV sama dengan nol.
NPV (Rp)
27
IRR
0 Suku Bunga (%) Gambar 2. Grafik Hubungan Antara NPV dan Tingkat Suku Bunga
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) merupakan angka perbandingan nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C yang lebih kecil dari satu (Net B/C < 1), menunjukkan bahwa manfaat yang akan diperoleh dari suatu proyek lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Proyek semacam ini tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai Net B/C lebih besar atau sama dengan satu (Net B/C > 1) berarti proyek tersebut layak untuk dijalankan atau menguntungkan untuk diusahakan 4 . Pengembalian Investasi (Payback Period ) Payback Period (PBP), merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Masa pengembalian investasi diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan agar jumlah penerimaan sama dengan jumlah investasi atau biaya.
28
Pada awal pelaksanaan proyek, umumnya pendapatan yang diterima oleh pelaksana proyek masih menunjukkan nilai yang negatif, karena pada awal pelaksanaan suatu proyek biasanya dilakukan investasi yang memerlukan biaya yang cukup besar. Maka, perlu dilakukan suatu analisis untuk melihat jangka waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal proyek tersebut. 3.1.3. Analisis Sensitivitas Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Dalam analisis kepekaan setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini diperlukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi di waktu yang akan dating. Pada proyek-proyek pertanian, perubahan-perubahan yang perlu mendapat perhatian adalah: (1) Perubahan harga jual produk; (2) Keterlambatan pelaksanaan proyek; (3) Kenaikan biaya dan (4) Perubahan volume poduksi. Variabel harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah sejalan dengan pertambahan waktu. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak dilaksanakan.
29
Analisis switching value merupakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas yang mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Pada analisis ini dicari berapa nilai pengganti pada komponen manfaat dan biaya yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi. Pada analisis switching value dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat dapat terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat diskonto yang digunakan, dan nilai Net B/C sama dengan satu (cateris paribus). 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Usaha pengolahan kacang PD Barokah merupakan salah satu dari sekian banyak usaha makanan ringan yang berada di Desa Rawa Majalengka Jawa Barat. Dengan indigenous technology, yaitu teknologi yang telah dikembangkan secara turun temurun. Tidak adanya standardisasi formula dan proses seringkali membuat kualitas produknya tidak konsisten. Usaha kecil dapat berkembang pada kondisi pemintaan pasar lebih besar daripada output yang dihasilkan oleh usaha kecil tersebut. Agar dapat melayani sejumlah dan beraneka produk yang diminta pasar, maka usaha kecil harus meningkatkan kemampuan proses produksi. Peningkatan Kemampuan Proses Produksi dapat dilakukan dengan menambah kapasitas proses produksi.
30
Peningkatan produksi kacang yang terus meningkat setiap tahunnya membuat usaha kecil pengolahan kacang berlomba-lomba untuk dapat meguasai pasar dengan menciptakan varian baru. PD Barokah sebagai salah satu usaha kecil pengolahan kacang berusaha untuk memenuhi permintaan konsumen. Permintaan konsumen yang meningkat maka kapasitas produksi akan penuh. Namun dengan pengunaan teknologi yang berkembang secara turun temurun menyebabkan kapasitas dan kualitas produksi masih rendah. Penambahan kapasitas dan kualitas produksi dapat dilakukan dengan penambahan mesin penggorengan yaitu Vacuum Frying. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan investasi dilihat dari aspek teknis dengan data perbandingan dengan proses lama, spesifikasi mesin, serta keunggulan dan kelemahan proses. Selain itu juga dilihat dari aspek pasar dengan melihat data permintaan Analisis kelayakan finansial yang dilakukan adalah aspek finansial kelayakan usaha dan aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying. Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini berarti memulai usaha dari mulai tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali. Sedangkan analisis kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying perhitungan yang dilakukan jika telah memiliki asset usaha yang sedang berjalan, namun ingin menambah mesin vacuum frying. Selain itu juga dilakukan pula tingkat kepekaan (sensitivitas) untuk melihat sejauh mana usaha-usaha tersebut masih dapat berlangsung dengan adanya perubahan pada harga input dan output. Berdasarkan uraian diatas maka gambaran dari kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
31
Industri kecil pengolahan kacang
Persaingan makin ketat Kualitas yang tidak stabil Permintaan tinggi Kapasitas produksi masih rendah
Penambahan Mesin Vacuum Frying
Studi Kelayakan Investasi
Aspek Teknis • Pemilihan strategi dan encanaan produk • Rencana kualitas, • Rencana Proses Produksi, • Pemilihan mesin dan peralatan, • Rencana kepasitas, • Rencana ruang dan Lay out
Aspek Finansial
Aspek Pasar Data Permintaan pasar
1. Aspek Finansial
2. Kelayakan Investasi
Kelayakan Usaha
Penambahan Mesin
• • • •
Vacuum Frying
•
NPV Net B/C IRR Payback Period Sensitivitas
• • • • •
NPV Net B/C IRR Payback Period Sensitivitas
Layak
Tidak layak
Saran Pengembangan teknologi
Saran
Gambar 3. Diagram Alir Pemikiran Operasional
32
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PD Barokah yang berlokasi di desa Rawa Kecamatan Cingambul, Majalengka Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja,
dengan
pertimbangan
bahwa
desa
Rawa
merupakan
tempat
berkumpulnya berbagai usaha kecil berupa berbagai macam makanan ringan, mulai dari macam-macam keripik, kacang hingga kue-kue kering. Penelitian lapang ini dilaksanakan pada minggu pertama bulan Juni 2007 hingga minggu kedua bulan Juli 2007. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa data harga jual output, harga input, komponen biaya investasi, biaya tetap, biaya operasional dan sebagainya. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik usaha dan pihak-pihak yang terkait. Data sekunder diperoleh dari pemilik usaha, Badan Pusat Statistik, studi literatur, dan data-data terkait. 4.3. Metode Analisis Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui gambaran usaha (keragaan usaha) kacang di tempat penelitian dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen. Aspek pasar meliputi bentuk pasar yang diharapkan dan potensi pasar. Aspek teknis dan teknologi meliputi teknologi, kuantitas dan kualitas tenaga teknis serta faktor non ekonomis..
33
Analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang untuk mengkaji kelayakan investasi penambahan mesin Vacuum Frying tanpa mengganggu proses produksi yang sedang dilakukan pada saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kelayakan investasi. Analisa kuantitatif dilakukan dengan bantuan kalkulator dan komputer program Microsoft Excel. Analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang yang diperoleh pada masa kini dan masa yang akan datang melalui analisis finansial dengan melihat nilai NPV, Net B/C Rasio, IRR serta tingkat pengembalian investasi (Payback Period). Selain itu dilakukan juga analisis sensitivitas untuk melihat kepekaan usaha produksi dalam menghadapai beberapa perubahan. 4.3.1. Analisis Finansial Kemungkinan pengembangan usaha kacang dilakukan dengan menghitung nilai beberapa kriteria investasi sebagai berikut 4.3.1.1.Net Present value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang pengeluaran pada tingkat bunga tertentu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV (Gittinger, 1986) adalah sebagai berikut: n
NPV =
?
Bt – Ct (1 + i)t
Dimana; Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun n = jumlah tahun i = tingkat bunga (diskonto)
34
Proyek dikatakan layak jika NPV lebih besar atau sama dengan nol. Jika NPV sama dengan nol berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital. Jika NPV lebih kecil dari nol maka proyek dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. 4.3.1.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net B/C merupakan angka perbandingan anatara nilai kini (Present Value) dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C (Gittinger,1986) adalah sebagai berikut:
n
?
Bt – Ct (1 + i)t
Net B/C = n
?
Bt – Ct (1 + i)t
Bt – Ct > 0 Bt – Ct < 0
Dimana: Bt = penerimaan (benefit) pada tahun t Ct = biaya (cost) pada tahun t n = umur proyek i = tingkat suku bunga Nilai Net B/C yang lebih kecil dari satu, menunjukkan bahwa manfaat yang akan diperoleh dari suatu proyek lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Proyek semacam ini tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai Net B/C lebih besar atau sama dengan satu berarti proyek tersebut layak untuk dijalankan atau menguntungkan untuk diusahakan.
35
4.3.1.3. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat suku bunga pada saat nilai NPV sama dengan nol. IRR ini biasa dihitung dengan rumus sebagai berikut (Gittinger, 1986) NPV IRR = i +
NPV - NPVt
(i’ –i)
Dimana: i = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif i’ = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = besarnya NPV yang bernilai positif NPV’ = besarnya NPV yang bernilai positif Jika ternyata nilai IRR suatu proyek sama dengan nilai I yang berlaku, maka NPV proyek adalah nol. Jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, berarti NPV lebih kecil dari nol dan berarti pula proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. Jadi jika IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka suatu proyek dinyatakan layak untuk dijalankan. 4.3.1.4. Analisis Pengembalian Investasi (Payback Period) Payback Period merupakan jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Dalam hal ini biasanya yang digunakan pedoman untuk menentukan sutau proyek yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat dengan
cepat
mengembalikan
biaya
investasi
tersebut.
Makin
cepat
pengembaliannya makin baik dan kemungkinan besar akan dipilih. Persamaan matematis yang digunakan adalah sebagai berikut (Gittinger, 1986): I Payback Period =
Ab
36
Dimana: I= besarnya investasi yang diperlukan Ab= net benefit yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Jika masa pengembalian investasi lebih kecil dari umur poyek yang ditentukan, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Pada dasarnya semakin cepat payback period menandakan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor (pengusaha). 4.3.2. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah kegiatan meneliti kembali suatu analisis untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akaan terjadi terhadap proyek akibatkeadaan yang berubah-ubah. Perubahan yang terjadi dapat berdampak positif ataupun negatif. Pengaruh positif akan menguntungkan proyek, demikian sebaliknya jika berpengaruh negatif akan merugikan proyek. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu karena analisis proyek
didasarkan
pada
proyeksi-proyeksi
yang
mengandung
banyak
ketidakpastian tentang yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Dalam penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan pada arus penerimaan dan pengeluaran, yaitu perubahan harga input dan perubahan jumlah produksi (output).
37
V. GAMBARAN UMUM USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG
5.1. Sejarah Usaha kecil pengolahan kacang didirikan pada tahun 1996 oleh H. Jejen dan merupakan usaha perorangan. Usaha kecil ini berada di Desa Rawa Blok Kulon No 45 Rt 04 Rw 02 kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka Jawa Barat. Usaha ini sebelumnya berada di rumah Ibu H. Jejen Desa Rawa Blok Kulon No 8 Rt 04 Rw 02, namun karena kapasitas produksi semakin tinggi maka lokasi usaha tersebut berpindah tempat. Pada saat awal usaha tersebut berjalan, produk yang dikembangkan adalah aneka kripik. Diantaranya: keripik singkong, karipik talas, keripik pisang, keripik ubi, dan kacang polong. Pada awal tahun 2000 muncul produk baru berupa kacang koro dan kacang mersi. Pada tahun 2004 usaha lebih terkonsentrasi pada kacangkacangan. Hal ini dikarenakan persaingan yang semakin ketat antara pengusaha kripik akibat me njamurnya pengusaha kripik. Disamping itu adanya dukungan pengusaha importir kacang yang memberi kepercayaan untuk mengolah bahan mentah kacang-kacangan menjadi makanan ringan, sehingga membawa prospek usaha yang lebih besar. Penjualan pada awal pendirian usaha tersebut masih dilakukan sendiri dengan membawa hasil produksi ke pasar Cirebon. Namun seiring berjalannya waktu dan pemikiran yang berkembang, maka pengusaha memilih pemasaran produk lebih luas lagi dengan menggunakan sales. Sales-sales tersebut memasarkan produknya ke beberapa kota besar, diantaranya, Cirebon, Bandung, Bogor, Jakarta, dan Malang.
38
5.2. Keadaan Lokasi a. Tanah dan Bangunan Tampat produksi pengolahan kacang telah terpisah dengan rumah pemiliknya, bangunan sendiri dengan luas tanah yang digunakan untuk tempat produksi adalah 720 m². Selain itu, pemilik mempunyai gudang untuk menyimpan bahan baku dengan luas 120 m², yang letaknya 100 m dari tempat pengolahan, dimana lokasinya berada disamping Jalan Raya Desa Rawa. Bangunan tempat produksi terbagi atas dua ruangan, yaitu ruang pengolahan dan ruang penyimpanan sementara. Ruang pengolahan merupakan tempat meletakkan peralatan dan mesin serta tempat bagi tenaga kerja untuk mengolah kacang. Ruang penyimpanan di bagi menjadi dua. Ruang yang pertama digunakan untuk merendam bahan mentah kacang sebelum proses penggorengan. Ruang yang ke dua untuk tempat penyimpanan sementara produk yang telah diolah dan pengekemasan produk sebelum dikirim ke gudang produk. Ruang penyimpanan ini tidak pernah kosong, pemilik pasti punya simpanan cadangan bila sewaktu-waktu permintaan tinggi. Garasi digunakan untuk truk yang melakukan bongkar muat bahan baku. Pengusaha tidak menyediakan tempat pembuangan limbah. Minyak goreng yang telah dipakai itu langsung dibuang. Limbah padat berupa ampas kacang dijual ataupun diberikan pada orang lain untuk pakan ternak. Keadaan ini menunjukkan bahwa pengusaha tidak melakukan pengolahan limbah cair maupun limbah padat.
39
b. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan usaha pengolahan kacang ini sebanyak 11 orang laki-laki. Tenaga kerja tersebut pada umumnya kerabat dekat ataupun saudara sendiri yang berada di daerah sekitar lokasi usaha. Para pekerja terdiri dari enam orang tenaga ahli (berpengalaman) dan empat orang tenaga bantu. Upah tenaga kerja perhari pada tahun 2006 beragam yaitu berkisar antara Rp. 10.000,s/d Rp. 15.000,-per hari tiap orang. Para pekerja pada umumnya memulai produksi pada pukul 07.00 wib dan berakhir pada pukul 17.00 wib. Namun waktu tersebut tidak mutlak karena lamanya produksi dipengaruhi oleh jumlah kacang yang diolah dalam satu hari. 5.3. Permodalan Usaha pengolahan kacang ini dimulai pada tahun 1996 dengan menggunakan modal yang berasal dari pemilik atau modal sendiri. Modal awal yang digunakan kurang lebih sekitar Rp. 12,000,000. Pendirian bangunan tempat usaha mengeluarkan biaya sebesar Rp.5,000,000. Tungku dan peralatan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 2,000,000,-. Untuk pembelian kacang dan perlengkapan lainnya membutuhkan biaya kurang lebih Rp. 5,000,000,-. Keberlangsungan usaha sampai dengan saat ini tidak menggunakan modal tambahan dari manapun. Hal ini dapat dilakukan karena pengusaha dapat memperoleh bahan baku kacang dari investor dengan sistem ambil-bayar. Artinya, pengusaha pengusaha dapat memperoleh terlebih dahulu kacang yang dibutuhkan untuk produksi langsung dari importir. Pembayaran akan dilakukan pada saat pengusaha akan mengambil kembali bahan baku kacang untuk produksi yang akan datang.
40
5.4. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam produksi kacang ini terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku penolong. Bahan baku utama adalah kacang polong, kacang mersi dan kacang koro. Sedangkan bahan baku penolong antara lain yaitu minyak goreng, garam dan penyedap serta pewarna. Bahan baku diperoleh dengan melakukan pembelian secara langsung dan umumnya berlangsung sebulan sekali, ataupun tergantung jumlah banyaknya permintaan. Pembayaran untuk pembelian bahan baku utama dilakukan dengan sistem ambil-bayar. Sedangkan pembayaran untuk bahan baku penolong dilakukan dengan cara giro yang berjangka dua bulan.
41
VI. ASPEK TEKNIS
6.1. Informasi Produk Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, bahwa produksi kacang goreng ini terdiri dari tiga jenis kacang yaitu kacang koro, kacang polong dan kacang mersi. Kacang koro siap jual masih memiliki kulit berwarna coklat, tetapi yang mudah untuk dikelupaskan, rasanya asin dan renyah. Kacang polong dengan kulit kacang yang warnanya sama dengan isinya, namun dalam proses pengolahan kacang diberi pewarna hijau. Sedangkan kacang mersi sudah tidak memiliki kulit, dengan warna kuning keemasan. Diantara ketiga produk ini yang paling renyah adalah kacang mersi. 6.2. Proses Produksi Proses pengolahan kacang pada masing-masing pada umumnya hampir sama Cuma yang membedakan adalah tahap awal yang memiliki perbedaan dalam perlakuan. Untuk kacang koro, kacang akan direndam semalaman di dalam air. Kemudian diiris bagian pinggirannya. Pengirisan ini biasanya dilakukan oleh warga sekitar yang rumahnya dekat dengan lokasi pabrik.Sedangkan untuk kacang polong setelah dibersihkan, kacang akan diberi pewarna makanan yang berwarna hijau. Sedangkan untuk kacang mersi kacang direndam semalaman agar kacang tidak keras. Berikut ini adalah urutan-urutan prosesnya: 1. Kacang direndam dengan lama perendaman sesuai dengan masing-masing jenis kacang.
42
2. Kacang koro bagian belahan kacang akan diiris sedikit, sedangkan kacang polong diberi pewarna makanan hijau. 3. Pemberian bumbu berupa garam dan penyedap rasa 4. Kacang yang telah dingin akan diberi bumbu dan dikemas.Proses lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Kc. Koro
Kc. Polong
Bahan Baku
Bahan Baku
Rendam selama 24 jam
Rendam selama 6 jam
Kc. Mersi
Bahan Baku
Rendam selama 12 jam
Iris belahan kulit kacang
Diberi warna
Digoreng
Digoreng
Digoreng
Pemberian bumbu
Pemberian bumbu
Pemberian bumbu
Dikemas
Dikemas
Dikemas
Gambar 4. Diagram Proses Pengolahan Kacang
43
6.3. Identifikasi Kebutuhan Mesin Untuk mengolah kacang menjadi matang berdasarkan langkah-langkah diatas, maka setiap satu kali penggorengan kapasitas penggorengan adalah sebanyak 20 kg dengan waktu menggoreng sesuai dengan jenis kacang, dari proses diatas terdapat beberapa kekurangan, yaitu: 1. Tidak ada standar kematangan yang pasti, sehingga kacang terkadang terdapat cacat dalam proses penggorengan 2. Kacang masing memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi, sehingga tidak tahan lama jika disimpan. 3. Proses lama dan membutuhkan tenaga yang lebih banyak. 4. Pengolahan kacang membutuhkan tenaga fisik yang terlalu berat bagi pekerja. 6.4. Kebutuhan Mesin Dari kekurangan yang ada maka perlu dilakukan perbaikan pada proses pengolahan kacang sehingga bisa mengurangi ataupun menghilangkan hal-hal tersebut diatas. Dari kekurangan yang ada maka dapat diidentifikasi kebutuhan mesin dari beberapa faktor, seperti: 1. Faktor manusia Diharapkan mesin yang digunakan dapat meringankan beban pekerja dalam hal ini tidak menggunakan banyak tenaga. 2. Faktor Mesin/alat Diharapkan mesin yang digunakan mudah dioperasikan dan proses pengolahan kacang dapat lebih cepat serta tidak mudah rusak.
44
3. Faktor Metode Diharapkan mesin yang digunakan praktis dan mudah dilakukan. 4. Faktor material Hasil produk dapat seragam dari segi kematangan, dan memiliki tekstur yang lebih renyah dibandingkan dengan produksi secara manual. Dari resume diatas diperoleh dua alternatif untuk mengerjakan penggorengan kacang, yaitu: 1. Tetap mengolah kacang dengan penggorengan yang ada saat ini namun dengan beberapa perbaikan kerja. 2. Membeli mesin yang sesuai untuk proses penggorengan kacang dan penirisan minyak. Tabel 4. Keuntungan dan Kerugian dari Dua Alternatif Keuntungan Alternatif 1
Tidak perlu keluar biaya investasi mesin.
Alternatif 2
Waktu proses akan lebih Keluar cepat dibandingkan mesin dengan proses saat ini. Kualitas lebih baik dibanding produk yang telah ada. Ukuran kecil, tidak memakan tempat. Namun kapasitas penggorengan besar
Kerugian
Sulit menetapkan standar bagi kualitas yang seragam. Harus menambah jam kerja produksi biaya
investasi
45
Dari Tabel 4. dapat diambil kesimpulan bahwa untuk alternatif yang pertama biaya untuk investasi tidak terlalu besar. Tetapi harus menambah jam kerja produksi dan jumlah tenaga kerja. Namun kesulitannya adalah menentukan standar kematangan yang seragam untuk masing-masing kacang dan menjaga kadar minyak. Hal ini berarti sangat sulit untuk menjaga kualitas kacang yang dihasilkan. Sedangkan untuk alternatif kedua, setelah mencari di katalog mesin, terdapat mesin yang cocok untuk menggoreng dengan waktu yang singkat dan kualitas kematangan yang standar. Yaitu Mesin Vacuum Frying Model PV3 dengan desain instalasi kerja yang memudahkan proses. Memang mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk investasi. Namun hasil pengolahan jadi lebih baik kualitasnya dari kacang yang telah diproduksi saat ini. Dengan demikian PD. Barokah dapat memproduksi kacang dengan kualitas yang lebih baik dibanding hasil produksi yang selama ini telah ada. 6.5. Spesifikasi Mesin Dari dua alternatif yang ada, akhirnya diputuskan untuk memilih alternatif dua dengan pertimbangan bahwa jika proses penggorengan dengan mesin vacuum frying hasil kacang akan seragam dalam hal kematangan dan kacang akan lebih renyah. Selain itu persiapan operasional mesin tersebut tidak akan mengganggu proses produksi yang ada. Berikut adalah spesifikasi mesin yang akan digunakan:
46
1. Spesifikasi Mesin Vacuum Frying PV3-40
Bahan
Full Stainless Steel
Dimensi mesin (pxlxt cm)
200 X 180 X 120 cm
Kapasitas
40 kg
Listrik
3300 Watt
Kontrol suhu
Otomatis
Sistim pemvakuman
Pompa Vakum (jerman)
Bahan bakar
LPG / Minyak tanah
Sistim pemanasan
kompor LPG / minyak tanah
2. Mesin spinner, peniris minyak Kapasitas
5 kg
Dimensi (pxlxt)
60 x 45 x 53 cm
Bahan Frame
Pipa besi
Silinder
Stainless Steel
Keranjang bahan
Vorporasi SS
Ukuran keranjang Diameter 32 , tinggi bahan 24 cm Daya
250 watt
Rpm
900 - 1200 rpm
Kedua mesin diatas maka proses penggorengan kacang didapatkan dengan hasil kualitas penggorengan sama dan kapasitas sekali goreng sebanyak 40 kilogram. Mesin Spinner peniris minyak akan lebih meningkatkan kualitas kacang yang kandungan minyaknya akan lebih rendah. Selain itu juga akan lebih
47
menguntungkan, karena dengan mesin spinner ini kacang dapat lebih mudah diberi bumbu, karena langsung menempel dikulitnya. Gambar Mesin dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 dibawah ini.
Gambar 5. Mesin Vacuum Frying
Gambar 6. Mesin Spinner (Peniris minyak)
48
6.6. Rencana Ruang dan Lay Out Proses Produksi Setelah mesin yang akan digunakan untuk menggoreng kacang dipilih, maka akan dilihat juga lokasi mesin untuk menentukan alur pergerakan kacang yang akan diproduksi. Hal ini perlu dilakukan agar tidak mengganggu proses produksi yang sedang berjalan dan kerja tetap sesuai dengan urutan metode pengolahan yang biasa dilakukan. Berikut adalah gambar floor plant lay out beserta urutan kerjanya untuk penggorengan kacang.
Tempat
pemberian
bumbu dan packing
tungku V
Tempat kacang siap
Tempat Penyimpanan Sementara Setelah
digoreng
S
Penggorengan
Tempat pewarnaan
Bak
kacang
perendaman
polong
kacang
Gambar 7. Floor Plant Lay Out
Proses awal pengolahan kacang yang pertama perendaman kacang, hal ini dilakukan karena bahan baku kering, dan perendaman akan dilakukan sesuai dengan jenis kacang. Perendaman kacang ini dilakukan sehari sebelum pengolahan. Kacang yang diproduksi pada satu hari adalah satu jenis, sehingga lebih memudahkan pengolahan dan pengawasannya.
49
Jika akan mengolah kacang koro, perendaman dilakukan seminggu sebelumnya, karena setelah melewati proses perendaman kacang akan di iris bagian atasnya. Pengerjaan ini masih dilakukan secara manual satu persatu kacang diiris, tetapi tidak menggunakan tenaga tetap. Proses pengirisan kulit ini dilakukan oleh warga sekitar yang berada di sekitar lokasi pabrik. Kemudian bila yang diolah kacang polong, kacang tentunya masuk kedalam bak pewarnaan. Dalam bak ini kacang akan diberi pewarna makanan yang berwarna hijau Proses ini memakan waktu karena pengadukan harus merata, jika tidak merata maka akan menyebabkan warna belang dan pemakaian pewarna menjadi lebih banyak. Berbeda dengan kacang mersi setelah melewati masa perendaman, kacang sudah langsung siap untuk digoreng. Penggorengan dilakukan pada tungkutungku yang ada sebanyak delapan tungku. Sedangkan untuk kacang yang akan diolah dengan menggunakan mesin vacuum frying akan masuk kedalam mesin vacuum frying dengan kotak yang memiliki kode V dan kemudian yang akan masuk kedalam mesin pengering minyak (spinner) yang berada disebelahnya yang diberi kode S. Kemudian kacang yang telah digoreng akan masuk ke tempat penyimpanan sementara menunggu kacang dingin untuk kemudian masuk kedalam ruangan pembumbuan, lalu kacang akan dikemas dengan menggunakan plastik pengemas
dengan masing-masing kuantitas adalah sebanyak lima
kilogram. Kacang yang telah dikemas akan disimpan sementara ditempat penyimpanan sementara untuk selanjutnya masuk ke gudang yang berada 100 meter dari lokasi pengolahan.
50
VII. ASPEK PEMASARAN
Pemasaran yang dilakukan oleh usaha kecil pengolahan kacang PD Barokah dilakukan secara langsung oleh pengusaha dan juga dilakukan oleh sales. Untuk pemasaran melalui pengusaha barang dikirimkan langsung ke grosir-grosir yang telah menjadi langganan. Dari grosir penjual makanan ini dibeli oleh para pengecer kemudian di pasarkan sehingga sampai ke tangan konsumen atau dari pihak grosir menjual langsung ke konsumen. Sedangkan untuk pemasaran melalui sales adalah pengiriman produk dilakukan oleh para sales ke langganan masingmasing, baik berupa grosir maupun pengecer penjual makanan ringan bahkan langsung ke konsumen terakhir. Saluran pemasaran kacang dapat dilihat pada gambar berikut ini
Sales
Produsen
Grosir
Pengecer
Konsumen
Gambar 8. Saluran Pemasaran Kacang Pada PD Barokah Tahun 2006
Sales merupakan bagian terpisah dari PD Barokah. Sales pada umumnya mengambil barang dari pengusaha dengan harga yang telah ditetapkan kemudian mengambil keuntungan dari selisih penjualan kepada langgananya. Jumlah sales di desa rawa cukup banyak, kurang lebih mencapai 20 orang. Hal ini dikarenakan banyaknya usaha kecil kripik dan kacang di desa Rawa. Para sales tersebut sangat
51
membantu memasarkan hasil produksi industri kecil di Rawa khususnya PD Barokah. Pemasaran yang dilakukan oleh sales pada PD Barokah mencapai 40% terhadap total penjualan. Lamanya periode pengantaran kacang tergantung kepada pemesanan, biasanya satu minggu satu kali. Tetapi khusus untuk daerah pemasaran Cirebon, pengantaran kacang dilakukan 2 kali seminggu. Pembayaran dari grosir maupun sales terkadang menggunakan giro. Volume produksi PD Barokah amat tergantung dari pesanan para pelanggannya. Jadi olahan kacang yang diproduksi oleh PD Barokah jelas sudah ada pasarnya. Untuk produksi pengolahan kacang, kacang koro yang paling tinggi permintaannya dibandingkan dengan kacang polong dan kacang mersi. Berikut ini gambar produksi kacang PD Barokah.
Mersi 10%
Polong 40%
Koro 50%
Gambar 9. Persentase Jumlah Produksi Kacang Tahun 2006
Total permintaan kacang saat ini mencapai 12.000 kg. Dengan 10.000kg kacang kualitas rendah (B) yang sudah terpenuhi dan 2.000 kg potensi pasar yang belum terpenuhi untuk kacang dengan kualitas yang lebih baik (A). Kualitas A adalah kacang dengan keseragaman kematangan, kadar minyak yang rendah dan rasa yang lebih renyah dan enak. Permintaan oleh para grosir sudah sering
52
dikemukan namun selama ini masih terkendala oleh kemampuan proses produksi yang berjalan di PD. Barokah saat ini. Adapun potensi permintaan pasar untuk kacang kualitas A dapat dilihat pada Gambar 10.
Jumlah Potensi Kapasitasi Permintaan (Kg)
700 600 500 400 300 200 100 0 Jakarta
Bandung
Malang
Cirebon
Bogor
Potensi Daerah Pemasaran
Gambar 10. Potensi Permintaan Kacang Berdasarkan Daerah Pemasaran Dengan menggunakan mesin Vacuum Frying PV4 diharapkan volume produksi yang kurang sebesar 2,000 kg dapat teratasi. Selain itu produk yang dihasilkan dengan menggunakan mesin ini diharapkan memiliki kualitas yang lebih baik. Dengan demikian dapat mengisi pasar yang selama ini belum tersentuh dan pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan. Untuk harga jual kacang didasarkan pada biaya produksi. Harga yang ditetapkan kepada para sales maupun ke grosir untuk kacang kualitas B adalah Rp. 45.000 per ball untuk kacang koro dan kacang mersi,
sedangkan kacang
polong adalah Rp. 35.000 per ball. Untuk kacang kualitas A, harga yang diterima pasar saat ini adalah adalah Rp 52.500,- per ball untuk kacang koro dan kacang mersi, sedangkan kacang polong adalah Rp 40.000,- . Satu ball adalah sebesar lima kilogram. Dari selisih harga yang cukup tinggi antara kualitas kacang A dan B tentunya membawa harapan potensi pasar kacang kualiatas mendatangkan keutungan yang besar.
A akan
54
VIII. ASPEK FINANSIAL
PD Barokah merupakan suatu kegiatan ekonomi yang menggunakan sumberdaya modal dalam menjalankan usahanya sehingga dengan penambahan mesin vacuum frying ini diperlukan perhitungan yang tepat dalam penggunaan sumberdaya yang ada. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan keputusan investasi agar mendapatkan keuntungan yang maksimal dan menghindari adanya pemborosan sumberdaya. Kriteria yang digunakan dalam perhitungan meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback period. Analisis finansial pada usaha ini menggunakan asumsi bahwa semua biaya dan manfaat yang terjadi pada tahun pertama adalah sama sampai dengan tahun kelima. Tingkat diskonto yang digunakan adalah sebesar 12 persen yang merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Januari 2006 sampai dengan Desember 2006 yang disajikan pada Tabel . Tabel 5. Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Rata-rata Bank Umum Periode Januari 2006-Desember 2006 No. Bulan Suku Bunga (%) 1 Januari
12.75
2 Februari
12.74
3 Maret
12.73
4 April
12.74
5 Mei 6 Juni
12.55 12.50
7 Juli
12.31
8 Agustus
11.85
9 September
11.25
10 Oktober
10.92
11 November 12 Desember
10.35 9.95
Rata-rata
11.89
55
Analisis kelayakan finansial yang dilakukan adalah aspek finansial kelayakan usaha dan aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying. Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini berarti memulai usaha dari mulai tahun ke nol dan belum memiliki asset sama sekali. Sedangkan analisis kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying perhitungan yang dilakukan jika telah memiliki asset usaha yang sedang berjalan, namun ingin menambah kapasitas dan kualitas produksi dengan menggunakan mesin vacuum frying. 8.1. Aspek Finansial Kelayakan Usaha 8.1.1. Arus Tunai Arus tunai dari usaha pengolahan kacang ini terdiri dari arus manfaat dan arus biaya. Manfaat dan biaya dalam analisis ini dibatasi pada manfaat dan biaya yang dapat diperhitungkan (tangible). Arus tunai yang diperhitungkan dalam analisis ini dimulai pada tahun ke nol hingga tahun kesepuluh, sesuai dengan umur proyek yaitu selama sepuluh. Pada tahun ke nol merupakan tahun awal dimulainya investasi sehingga hanya mengeluarkan biaya investasi. Sedangkan proses produksi dimulai pada tahun pertama. Arus tunai yang diperhitungkan pada tahun pertama merupakan angka-angka faktual yang terjadi pada tahun pertama hingga tahun kesepuluh yang diasumsikan sama. 8.1.1.1. Arus Penerimaan Arus penerimaan dari usaha pengolahan kacang ini antara lain berupa nilai produksi total yaitu penerimaan dari kacang koro, polong dan mersi. Nilai produksi total pada tahun pertama diasumsikan sama dengan tahun berikutnya yaitu perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga jualnya.
56
1. Nilai Produksi Total Nilai produksi total PD Barokah berasal dari penjualan kacang, yaitu terdiri dari kacang koro, kacang polong dan kacang mersi. Nilai produksi total usaha pada tahun pertama diasumsikan sama dengan tahun berikutnya yaitu perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga jualnya. Jika menggunakan penambahan mesin vacuum frying dengan menambah kapasitas produksi sebanyak 400 kg kacang perhari, maka total produksi sehari adalah sebanyak 2400 kg. Kualitas yang dihasilkan oleh mesin vacuum frying akan berbeda dengan kualitas yang dihasilkan oleh penggorengan yang biasa yang dilakukan. Sehingga, kualitas A untuk kacang yang menggunakan mesin vacuum frying dan kualitas B untuk kacang yang menggunakan penggorengan biasa. Harga yang berlaku di pasar akan mengikuti kualitas kacang yang dihasilkan. Untuk kacang yang kualitasnya lebih baik kacang kualitas A harganya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kacang kualitas B. Jenis kacang yang diproduksi sama dengan jenis kacang yang biasa diproduksi setiap minggunya, sehingga kebutuhan perminggu dari kacang koro adalah sebesar 5,700 kg, kacang polong 4,600 kg, dan kacang mersi sebanyak 1,700kg. Dengan demikian dapat diperoleh bahwa produksi kacang total selama setahun adalah sebesar 576,000 kg. Proyeksi penjualan total dalam satu bulan diasumsikan lima hari kerja sehingga dalam satu tahun adalah 240 hari kerja. Total Produksi dapat dilihat pada Tabel 6.
57
Tabel 6. Total Produksi Usaha Pengolahan Kacang Selama Setahun Kelayakan Usaha No.
Uraian
Harga/satuan
Jumlah
Nilai
Penambahan Mesin 1 Kacang Koro A
10,500
48,000
504,000,000
2 Kacang Polong A
8,000
38,400
307,200,000
3 Kacang Mersi A
10,500
9,600
100,800,000
Manual 4 Kacang Koro B
9,000
240,000
2,160,000,000
5 Kacang Polong B
7,000
192,000
1,344,000,000
6 Kacang Mersi B
9,000
48,000
432,000,000
576,000
4,848,000,000
Jumlah
2. Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai barang yang tidak akan pernah habis selama umur proyek dan dinilai pada saat proyek berakhir dan diperkirakan masih memiliki nilai ekonomis. Perhitungan penyusutan asset pertahun sesuai dengan perkiraan umur ekonomisnya. Dalam penelitian ini metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus, sehingga penyusutan semua asset perusahaan diasumsikan sama setiap tahunnya. Penilaian penyusutan pertahun adalah harga pembelian dibagi dengan umur ekonomis. Dalam usaha pengolahan kacang ini nilai sisa diperoleh dari nilai bangunan, kendaraan operasional, dan alat kerja. Berdasarkan biaya investasi pada awal usaha yang memiliki umur ekonomis lebih lama dari pada umur proyek adalah nilai bangunan.
Reinvestasi peralatan kerja pada tahun kelima juga
memiliki nilai sisa pada saat umur proyek berakhir. Nilai sisa tersebut adalah selisih nilai beli pada saat investasi dengan akumulasi penyusutan sampai umur proyek berakhir. Sedangkan asset yang di-reinvestasikan pada setiap dua tahun
58
tidak memiliki nilai sisa karena nilainya akan habis selama dua tahun. Nilai sisa untuk vacuum frying dan spinner pada akhir proyek diasumsikan adalah sebesar 10 persen dari harga pembelian. Perhitungan asset dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Sisa Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Usaha
No
1
Uraian
Bangunan
Harga Beli (Rp)
Umur
Penyusutan
Akumulasi
ekonomis
per tahun
Penyusutan
(Thn)
(Rp)
(Rp)
Nilai Sisa (Rp)
720,000,000
15
48,000,000
480,000,000
240,000,000
15
40,000,000
400,000,000
200,000,000
Kendaraan 2
operasional
600,000,000
3
Tungku
4,000,000
5
800,000
4,000,000
-
4
Wajan
4,400,000
10
440,000
4,400,000
-
5
Sodet
1,600,000
2
800,000
1,600,000
-
800,000
2
400,000
800,000
-
10
320,000
3,200,000
-
5
100,000
500,000
-
9,500,000
95,000,000
9,500,000
Peniris 6
minyak Tank
7
Minyak
3,200,000
8
Timbangan
500,000
Vacuum Frying dan 9
Spinner
Jumlah
95,000,000
10
449,500,000
59
8.1.1.2. Arus Pengeluaran Arus Pengeluaran dalam usaha pengolahan kacang ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan produksi. 1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. Jumlah biaya investasi yang dikeluarkan oleh pemilik usaha yaitu sebesar Rp. 1,429,500,000,-. Biaya ini terdiri dari bangunan pabrik senilai Rp.720,000,000, kemudian perusahaan membeli kendaraan operasional sebanyak tiga mobil dengan perkiraan harga masing-masing adalah sebesaar Rp. 200,000,000. Biaya investasi selanjutnya adalah alat kerja untuk pembelian mesin vacuum frying yang memiliki kapasitas 40 kg setiap kali menggoreng ini adalah seharga Rp. 95,000,000. Biaya yang dikeluarkan ini termasuk bonus mesin berupa mesin spinner, yaitu peniris minyak dengan kapasitas lima kg. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rincian Biaya Investasi Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Usaha No 1
Uraian Bangunan
2
Kendaraan operasional
3
Alat Kerja
Keterangan 720 m²
Nilai Rp 720,000,000
3 x @ Rp. 200,000,000
Rp 600,000,000
Tungku
8 x @ Rp. 500,000
Rp
4,000,000
Wajan Serok
8 x @ Rp. 550,000 8 x @ Rp. 200,000
Rp Rp
4,400,000 1,600,000
Peniris minyak Manual
8 x @ Rp. 100,000
Rp
800,000
Tank Minyak
8 x @ Rp. 400,000
Rp
3,200,000
Timbangan Vacuum Frying spinner
1 x @ Rp. 500,000 Kapasitas 40kg, dan kapasitas 5 kg
Rp
500,000
Jumlah
dan
Rp 95,000,000 Rp 1,429,500,000
60
PD Barokah mengeluarkan biaya reinvestasi untuk asset yang umur ekonomisnya kurang dari umur proyek yaitu selama lima tahun. Untuk semua asset yang sifatnya memiliki umur ekonomi dua tahun, maka reinvestasi dilakukan setiap dua tahun. Sedangkan untuk asset yang berumur ekonomis lima tahun maka reinvestasi akan dilakukan pada tahun ke lima. 2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahunnya pada saat suatu usaha beroperasi. Biaya operasional ini terdiri dari pembelian bahan baku, bahan pembantu, peralatan pendukung, upah tenaga kerja, biaya listrik, biaya transportasi, biaya perawatan mesin untuk kendaraan operasional dan mesin vacuum frying. Biaya bahan baku terdiri dari tiga jenis kacang, yaitu kacang koro, kacang polong dan kacang mersi. Sedangkan bahan pembantu terdiri dari minyak goreng, garam, penyedap rasa, pewarna dan miyak tanah. Biaya operasinal yang disebutkan diatas termasuk kedalam biaya variabel, artinya akan berubah sesuai dengan volume produksi. Sedangkan biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya transportasi. Upah tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja ahli, tenaga kerja bantu, tenaga kerja lepas, koordinator sales dan untuk pengusaha sekaligus manajer dari perusahaannya. Tenaga kerja lepas disini adalah upah yang diberikan kepada orang yang biasa me ngiris bagian atas kacang koro. Pengirisan kacang koro ini biasanya dilakukan oleh warga sekitar yang rumahnya berada di sekitar pabrik pengolahan.Biaya operasional usaha pengolahan kacang dapat dilihat pada Tabel 9.
61
Tabel 9. Biaya Operasional Usaha Pengolahan Kacang Per Tahun Kelayakan Usaha No 1
Uraian
Harga/satuan
Jumlah
a. Koro
Rp 6,000/kg
288,000
1,728,000,000
b. Polong
Rp 3,200/kg
230,400
737,280,000
c. Mersi
Rp 5,500/kg
57,600
316,800,000 2,782,080,000
a.Minyak goreng
Rp 7,800/kg
97,200
758,160,000
b. Garam
Rp 1,100/kg
5,520
6,072,000
c. Penyedap Rasa
Rp 23,000/kg
514
11,812,800
d. Pewarna
Rp 20,000/kg
1,690
33,800,000
e. Minyak tanah
Rp 2,500/liter
115,200
288,000,000 1,097,844,800
26.42%
Peralatan Pendukung Kompor
Rp 160,000/ bh
8
Plastik
Rp 500/bh
115,200
57,600,000
Kertas Merek
Rp 300/bh
115,200
34,560,000
Total Biaya Bahan Peralatan Pendukung 4
66.95%
Bahan Pembantu
Total Biaya Bahan Pembantu 3
%
Bahan Baku
Total Biaya Bahan Baku 2
Nilai (Rp)
1,280,000
93,440,000
2.25%
Upah Tenaga Kerja Tk. Ahli (Rp 15,000/hr)
Rp. 165.000
240 HOK
39,600,000
Tk. Bantu (Rp 10,000/hr)
Rp 40,000
240 HOK
9,600,000
Mengiris kulit koro
Rp 150/kg
288,000
Koordinator Sales
Rp 1,000,000
12
12,000,000
Pengusaha
Rp 3,000,000
12
36,000,000
Total Biaya Tenaga Kerja
43,200,000
140,400,000
3.38%
5
Biaya Listrik
Rp 377,200/bulan
12
4,526,400
0.11%
6
Biaya Transpotasi
Rp 240,0000/bln
12
28,800,000
0.69%
7
Biaya Perawatan mesin
Rp 700,000/bulan
12
8,400,000
0.20%
4,155,491,200
100.00%
Total Biaya Operasional
62
Pada Tabel 9 dapat menununjukkan bahwa tingkat pembelian bahan baku merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan yaitu mencapai 66.95 persen dari total baiaya operasional perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku kacang merupakan komponen utama atau yang paling penting dalam usaha pengolahan kacang ini. 8.1.2. Analisis kriteria Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitan ini adalah NPV, Net B/C, IRR, dan Payback period. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Januari 2006 hingga Desember 2006. Perhitungan kelayakan ini menggunakan manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan didalam peraturan pemerintah. Tarif pajak wajib kepada bentuk usaha dalam negeri dan bentuk usaha tetap disajikan pada Tabel 10. Data manfaat bersih yang diperoleh kemudian didiskonto dengan tingkat diskonto untuk melihat nilai sekarang (present value) dari manfaat bersih tersebut, kemudian dilakukan perhitungan NPV, Net B/C, IRR seta payback period. Tabel 10. Tarif Pajak Untuk Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap No. Manfaat Bersih Sebelum Pajak Tarif Pajak 1. 2. 3.
Sampai dengan Rp. 50,000,000.00 Diatas Rp. 50,000,000.00 hingga Rp. 100,000,000.00 Di atas Rp. 100,000,000.00
10% 20% 30%
Sumber: UU RI No. 17 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU No. 17 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan dalam Suherliyanti, 2003.
63
Analisis kelayakan finansial dengan tingkat diskonto sebesar 12 persen merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Januari 2006 sampai dengan Desember 2006. Arus tunai (cash flow) PD Barokah yang lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Dengan demikian hasil kriteria kelayakan finansial pengolahan kacang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Kelayakan Finansial Kelayakan Usaha Pengolahan Kacang Dengan Tingkat Diskonto 12 persen Kriterian Investasi NPV
Nilai Rp1,405,678,570
Net B/C IRR Payback Period
1.98 32.22% 3 Tahun 10 Bulan
Bedasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp1,405,678,570,- atau lebih besar daripada nol. Hal ini berarti bahwa usaha pengolahan kacang ini adalah layak untuk dilaksanakan karena memberikan keuntungan sengan nilai sekarang (present value) sebesar Rp1,405,678,570,- selama umur proyek, yaitu selama sepuluh tahun. Net B/C yang dihasilkan adalah sebesar 1.98 nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1.00 akan menghasilkan manfaat sebesar 1.98 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih besar dari pada nol menunjukkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 32.28 persen bahwa akan menguntungkan bagi perusahaan jika modal yang dimiliki digunakan untuk investasi terhadap usaha pengolahan kacang dibandingkan apabila modal tersebut didepositokan di bank yang hanya memiliki tingkat suku bunga 12 persen.
64
Grafik hubungan antara NPV dan tingkat suku bunga pada usaha pengolahan kacang PD Barokah dapat dilihat pada Gambar 11.
Rp4,000,000,000 Rp3,500,000,000 Rp3,000,000,000 Rp2,500,000,000 NPV (Rp)
Rp2,000,000,000 Rp1,500,000,000 Rp1,000,000,000 Rp500,000,000
90 %
80 %
10 0%
Rp(1,000,000,000)
70 %
60 %
50 %
40 %
32 %
24 %
16 %
0%
8%
RpRp(500,000,000)
Rp(1,500,000,000) Suku Bunga (%)
Gambar 11. Grafik Hubungan Antara NPV dan Tingkat Suku Bunga Kelayakan Usaha Pengolahan Kacang Sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi (payback period) yang berdasarkan nilai sekarang dan dengan tingkat diskonto 12 persen memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah dilakukan diperlukan waktu selama tiga tahun 10 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur proyek berakhir, sehingga usaha yang dilakukan masuk dalam kriteria layak untuk diusahakan. Dari keempat kriteria kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha pengolahan kacang yang dilakukan oleh PD Barokah adalah layak untuk dilakukan.
65
8.1.3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Hasil analisis kalayakan finanasial dengan berbagai kriteria kelayakan menyatakan bahwa usaha pengolahan kacang pada PD Barokah adalah layak dan menguntungkan untuk dilakukan penambahan mesin vacuum frying. Namun keadaan tersebut dapat terjadi dengan asumsi tidak terjadi perubahan-perubahan dari arus manfaat dan biaya. Untuk melihat kembali hasil analisis kelayakan usaha ini apabila terjadi perubahan-perubahan dalam perhitungannya, maka dilakukan analisis switching value terhadap arus manfaat dan biaya. Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada manfaat dan biaya. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis ini antara lain adalah: 1. Peningkatan harga bahan baku kacang, yaitu berdasarkan biaya merupakan komponen terbesar dari total biaya operasional perusahaan (66.98 persen). Hal ini dapat terjadi karena bahan baku impor, sehingga nilai tukar akan sangat berpengaruh pada biaya operasional. 2. Penurunan volume penjualan, yaitu akibat adanya persaingan antar usaha yang saling menurunkan harga jual dipasaran. Persaingan terjadi karena adanya beberapa usaha yang bergerak dibidang usaha yang sama dan lokasi usaha yang sama. 3. Semua manfaat dan biaya selain harga bahan baku dan volume penjualan diasumsikan konstan (ceteris paribus) Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada harga beli dan volume penjualan yang akan menghasilkan keuntungan normal (NPV = 0; IRR = tingkat diskonto; dan Net B/C = 1). Mencari
66
nilai pengganti dilakukan dengan menguji secara coba-coba sampai seberapa persen perubahan harga beli dan harga jual dapat terjadi yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi. Analisis switching value yang dilakukan terhadap harga jual dan harga beli bahan baku. Pada Tabel 12 menunjukkan bahwa secara finansial dengan tingkat diskonto 12 persen usaha pengolahan kacang yang dilakukan oleh PD Barokah akan memperoleh keuntungan normal jika harga jual kacang koro kualitas A dengan menggunakan mesin penggorengan vacuum frying turun maksimal 70.57 persen, yaitu harga jual turun sampai harga Rp 3,090,- per kilogramnya. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Harga jual untuk kacang polong A dan kacang mersi A yaitu hasil olahan kacang yang menggunakan mesin vacuum frying meskipun penurunan harga sampai 100 persen (harga nol) hasil dari aliran kas dengan beberapa kriteria kelayakan menunjukkan hasil yang tetap layak. Hal ini terjadi karena volume yang diproduksi rendah sehingga tertutupi oleh manfaat dari hasil olahan kacang yang lainnya. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Tabel 12. Analisis Switching value Terhadap Usaha Pengolahan Kacang PD Barokah Pada Tingkat Diskonto 12 persen Perubahan Uraian Nilai Sekarang Batas Nilai (%) No. Harga Jual Kacang 1 Kacang Koro A
Rp
10,500
2 Kacang Polong A
Rp
8,000
tidak berpengaruh
3 Kacang Mersi A
Rp
10,500
tidak berpengaruh
Rp
3,090
-70.57%
67
No. Uraian
Nilai Sekarang
Batas Nilai
Perubahan (%)
Total Harga Kualitas 4 A
Rp
29,000
Rp
17,600
-39.31%
5 Kacang Koro B
Rp
9,000
Rp
7,513
-16.52%
6 Kacang Polong B
Rp
7,000
Rp
5,138
-26.60%
7 Kacang Mersi B
Rp
9,000
Rp
1,575
-82.50%
Total Harga Kualitas 8 B
Rp
25,000
Rp
22,725
-9.10%
7 Kacang Koro
Rp
6,000
Rp
7,260
21.00%
8 Kacang Polong
Rp
3,200
Rp
4,768
49.00%
9 Kacang Mersi
Rp
5,500
Rp
11,715
113.00%
Rp
14,700
Rp
16,596
12.90%
11 Kacang Koro A
48,000
tidak berpengaruh
12 Kacang Polong A
38,400
tidak berpengaruh
13 Kacang Mersi A
9,600
tidak berpengaruh
Total Produksi 14 Kualitas A
96,000
tidak berpengaruh
15 Kacang Koro B
240,000
tidak berpengaruh
16 Kacang Polong B
192,000
1920
17 Kacang Mersi B
48,000
Harga Bahan Baku
Total Harga Bahan 10 Baku Volume Produksi
-99%
tidak berpengaruh
Total Produksi 18 Kualitas B
480,000
187,200
-61.00%
Total Produksi 19 Kualitas A & B
576,000
328,320
-43.00%
68
Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas menunjukkan bahwa penurunan harga jual untuk total kacang kualitas A maksimal penurunan harga jual adalah sebesar 39.31 persen dengan harga jual sebesar Rp 17,600,- dari harga sebelumnya yaitu sebesar Rp 29,000 perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Penurunan harga jual untuk kacang koro B maksimal penurunan harga jual adalah sebesar 16.52 persen. Kemudian untuk kacang polong B dan kacang mersi B maksimal penurunan adalah sebesar 26.60 persen dan 82.50 persen dengan masing-masing harga jual adalah Rp. 5,138 dan Rp. 1,575. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6, Lampiran 7 dan Lampiran 8. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas menunjukkan bahwa penurunan harga jual untuk total kacang kualitas A maksimal penurunan harga jual adalah sebesar 9.1 persen dengan harga jual sebesar Rp 22,725,- dari harga sebelumnya yaitu sebesar Rp 25,000 perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Analisis dilakukan pada harga bahan baku dari masing-masing kacang. Berdasarkan Tabel 13. diketahui maksimal kenaikan harga bahan baku kacang koro pada tingkat diskonto 12 persen adalah sebesar 21.00 persen, perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Sedangkan bahan baku untuk kacang polong dan kacang mersi maksimal kenaikan harga adalah sebesaar 49.00 persen dan 113 persen. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12.
69
Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas menunjukkan bahwa total kenaikan harga bahan baku untuk semua jenis kacang maksimal kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 12.90 persen dengan harga sebesar Rp 16,596,- dari harga sebelumnya yaitu sebesar Rp 14,700,perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13. Analisis juga dilakukan pada volume produksi dari masing-masing kacang. Berdasarkan Tabel 13. diatas diketahui bahwa penurunan produksi untuk kacang koro, kacang polong dan kacang mersi kualitas A tidak berpengaruh pada kelayakan. Hasil dari aliran kas dengan beberapa kriteria kelayakan menunjukkan hasil yang tetap layak. Hal ini terjadi karena volume yang diproduksi rendah sehingga tertutupi oleh manfaat dari hasil olahan kacang yang lainnya. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14, Lampiran 15 dan Lampiran 16. Sehingga, pada penurunan volume produksi total dari tiga jenis kacang tidak berpengaruh terhadap kriteria kelayakan. Cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. Penurunan volume produksi untuk kacang kacang Koro B tidak berpengaruh terhadap kriteria kelayakan. Cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Kacang Polong B maksimal penurunan produksi sampai 99 persen, Cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19. Kacang mersi B tidak berpengaruh terhadap
kriteria
kelayakan.
Cashflow
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.
untuk
analisis
switching
value
70
Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas menunjukkan bahwa total penurunan volume produksi untuk semua jenis kacang Kualitas B maksimal 61.00 persen. Sedangkan dari total semua jenis kacang dari kualitas A dan B maksimal penurunan volume produksi adalah sebesar 43.00 persen. Perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21 dan Lampiran 22. Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pengolahan kacang pada PD Barokah pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp1,405,678,570; Net B/C sebesar 1.98; IRR sebesar 32.22 persen dan Payback period selama tiga tahun 10 bulan layak untuk dilaksanakan. Selain itu dari hasil analisis switching value diketahui perusahaan ini sensitif terhadap perubahan harga jual untuk kacang yang diproduksi secara manual karena volume produksinya yang besar. Sedangkan untuk perubahan harga penjualan untuk kacang dengan kualitas A tidak terlalu berpengaruh besar karena volume produksinya masih sedikit. Berbeda dengan perubahan kenaikan bahan baku masing-masing kacang sangat sensitif mempengaruhi kelayakan usaha hal ini dapat dilihat kenaikan pada harga bahan baku kacang koro dan kacang polong. Sementara itu untuk perubahan kenaikan bahan baku kacang mersi kenaikan maksimal harga adalah sampai 113.00 persen, usaha cukup stabil meski dengan kenaikan harga yang ekstrim sekalipun. Analisis switching value yang dilakukan pada volume produksi diatas penurunan volume produksi untuk masing-masing jenis kacang tidak terlalu berpengaruh pada kelayakan. Namun jika dilihat dari total semua jenis kacang
71
dari kualitas A dan kualitas B, diketahui bahwa maksimal penurunan volume produksi adalah sebesar 49.00 persen. Dengan demikian PD Barokah layak menjalankan usahanya namun terdapat resiko yang cukup tinggi dalam menjalankan usahanya. 8.2. Aspek Finansial Kelayakan Investasi Penambahan Mesin Vacuum Frying Analisis aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying juga dilakukan jika perusahaan telah ada dan ingin melakukan perluasan usaha dalam penambahan mesin Vacuum Frying. Perhitungan yang dilakukan dengan asumsi bahwa perusahaan telah berjalan dan layak untuk diusahakan. 8.2.1.Arus Tunai Arus tunai dari usaha pengolahan kacang ini terdiri dari arus manfaat dan arus biaya. Manfaat dan biaya dalam analisis ini dibatasi pada manfaat dan biaya yang dapat diperhitungkan (tangible). Arus tunai yang diperhitungkan dalam analisis ini dimulai pada tahun ke nol hingga tahun kesepuluh, sesuai dengan umur proyek yaitu selama sepuluh. Pada tahun ke nol merupakan tahun awal dimulainya investasi sehingga hanya mengeluarkan biaya investasi. Sedangkan proses produksi dimulai pada tahun pertama. Arus tunai yang diperhitungkan pada tahun pertama merupakan angka-angka faktual yang terjadi pada tahun pertama hingga tahun kesepuluh yang diasumsikan sama. 8.2.1.1. Arus Penerimaan Arus penerimaan dari usaha pengolahan kacang ini antara lain berupa nilai produksi total yaitu penerimaan dari kacang koro, kacang polong dan kacang mersi sebagai produk utama. Nilai produksi total pada tahun pertama diasumsikan
72
sama dengan tahun berikutnya yaitu perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga jualnya. 1. Nilai Produksi Total Nilai produksi total berasal dari penjualan kacang, yaitu terdiri dari kacang koro, kacang polong dan kacang mersi. Nilai produksi total usaha pada tahun pertama diasumsikan sama dengan tahun berikutnya yaitu perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga jualnya. Kualitas yang dihasilkan oleh mesin vacuum frying akan berbeda dengan kualitas yang dihasilkan oleh penggorengan yang biasa yang dilakukan. Sehingga, harga yang berlaku di pasar akan mengikuti kualitas kacang yang dihasilkan. Untuk kacang yang kualitasnya lebih baik harganya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kacang yang digoreng biasa. Jika menggunakan penambahan mesin vacuum frying kapasitas produksi sebanyak 400 kg kacang perhari. Jenis kacang yang diproduksi sama dengan jenis kacang yang biasa diproduksi, sehingga kebutuhan perminggu kacang koro adalah sebesar 1,000 kg, kacang polong 800 kg, dan kacang mersi sebanyak 200kg. Sehingga produksi kacang total adalah sebesar 96,000 kg. Proyeksi penjualan total dalam satu bulan diasumsikan lima hari kerja sehingga dalam satu tahun adalah 240 hari kerja. Total Produksi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Total Produksi Usaha Pengolahan Kacang Selama Setahun Kelayakan Investasi No.
Uraian
Harga/satuan
Jumlah
1 Kacang Koro
Rp
10,500
48,000
504,000,000
2 Kacang Polong
Rp
8,000
38,400
307,200,000
3 Kacang Mersi
Rp
10,500
9,600
100,800,000
96,000
912,000,000
Jumlah
Nilai
73
2. Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai barang yang tidak akan pernah habis selama umur proyek dan dinilai pada saat proyek berakhir dan diperkirakan masih memiliki nilai ekonomis. Perhitungan penyusutan asset pertahun sesuai dengan perkiraan umur ekonomisnya. Dalam penelitian ini metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus, sehingga penyusutan semua asset perusahaan diasumsikan sama setiap tahunnya. Nilai sisa tersebut adalah selisih nilai beli pada saat investasi dengan akumulasi penyusutan sampai umur proyek berakhir, seperti pada vacuum frying. Perhitungan penyusutan untuk mesin vacuum frying pada akhir proyek yaitu 10 tahun diasumsikan masih memiliki sisa sebesar 10 persen dari harga pembelian. Perhitungan asset dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai Sisa Usaha Pengolahan Kacang
No
Uraian
Harga Beli (Rp)
Umur
Penyusutan
Akumulasi
ekonomis
per tahun
Penyusutan
(Thn)
(Rp)
(Rp)
Nilai Sisa (Rp)
Vacuum 1
Frying
95,000,000
Jumlah
10
9,500,000
95,000,000
9,500,000
9,500,000
8.2.1.2. Arus Pengeluaran Arus Pengeluaran dalam usaha pengolahan kacang ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan produksi.
74
1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. Jumlah biaya investasi yang harus dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 315,083,333,-. Biaya ini terdiri dari bangunan pabrik bersama senilai Rp. 120,000,000, kemudian perusahaan mengeluarkan biaya kendaraan operasional bersama adalah sebesar Rp. 100,000,000. Biaya investasi selanjutnya adalah alat kerja untuk pembelian mesin vacuum frying ini adalah seharga Rp. 95,000,000., biaya yang dikeluarkan ini termasuk bonus mesin berupa mesin spinner, yaitu peniris minyak. Biaya investasi ini dikeluarkan pada tahun ke nol. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rincian Biaya Investasi Usaha Pengolahan Kacang No Uraian Keterangan Nilai 1 Bangunan bersama
720 m (1/6 x 720jt)
120,000,000
2 Kendaraan Operasional bersama
3 x @ Rp. 200,000,000 x 1/6
100,000,000
Timbangan bersama
1 x @ Rp. 500,000
83,333
Vacuum Frying Jumlah
Kapasitas 40kg
3 Alat Kerja 95,000,000 315,083,333
Biaya bersama untuk bangunan dan kendaraan operasional adalah biaya yang harus dikeluarkan pada saat proyek dilakukan. Besar nilai dari biaya bersama adalah sesuai dengan kapasitas produksi, pada penelitian ini nilainya adalah satu per enam bagian dari nilai beli asset yang diinvestasikan. Hal ini dikarenakan kapasitas yang dihasilkan oleh mesin vacuum frying ini adalah dua ton per minggu. Hal tersebut merupakan satu per enam dari total kapasitas produksi PD Barokah.
75
2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahunnya pada saat suatu usaha beroperasi. Biaya operasional yang bersifat variabel ini terdiri dari pembelian bahan baku, bahan pembantu, peralatan pendukung, upah tenaga kerja, biaya listrik, biaya transportasi, biaya perawatan mesin bersama untuk kendaraan operasional dan mesin vacuum frying. Biaya bahan baku terdiri dari tiga jenis kacang, yaitu kacang koro, kacang polong dan kacang mersi. Sedangkan bahan pembantu terdiri dari minyak goreng, garam, penyedap rasa, pewarna dan miyak tanah. Sedangkan biaya tetap terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya transportasi. Upah tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja ahli, tenaga kerja bantu, tenaga kerja lepas, koordinator sales dan untuk pengusaha sekaligus manajer dari perusahaannya. Tenaga kerja lepas disini adalah upah yang diberikan kepada orang yang biasa mengiris bagian atas kacang koro. Pengirisan kacang koro ini biasanya dilakukan oleh warga sekitar yang ruma hnya berada di sekitar pabrik pengolahan. Biaya transportasi adalah biaya untuk bensin yang diganti oleh perusahaan pada saat mengirimkan barang menuju daerah pemasaran. Besarnya biaya transportasi yang diberikan pengusaha sesuai dengan jarak yang harus ditempuh. Jarak jauh untuk kota Malang ongkos kirim akan lebih besar dibandingkan dengan ongkos kirim menuju Cirebon. Biaya operasional usaha pengolahan kacang dapat dilihat pada Tabel 16.
76
Tabel 16. Biaya Operasional Usaha Pengolahan Kacang Per Tahun No 1
Uraian
Harga/satuan
Jumlah
a. Koro
Rp 6,000/kg
48,000
288,000,000
b. Polong
Rp 3,200/kg
38,400
122,880,000
c. Mersi
Rp 5,500/kg
9,600
52,800,000 463,680,000
a.Minyak goreng
Rp 7,800/kg
16,200
126,360,000
b. Garam
Rp 1,100/kg
920
1,012,000
c. Penyedap Rasa
Rp 23,000/kg
86
1,968,800
d. Pewarna
Rp 20,000/kg
282
5,633,333
e. Minyak tanah
Rp 2,500/liter
19,200
48,000,000 182,974,133
26.64%
Peralatan Pendukung Plastik
Rp 500/bh
19,200
9,600,000
Kertas Merek
Rp 300/bh
19,200
5,760,000
Total Biaya Bahan Peralatan Pendukung 4
67.51%
Bahan Pembantu
Total Biaya Bahan Pembantu 3
%
Bahan Baku
Total Biaya Bahan Baku 2
Nilai (Rp)
15,360,000
2.24%
Upah Tenaga Kerja Tk. Ahli (Rp 15,000/hr)
Rp. 30.000
240 HOK
7,200,000
Tk. Bantu (Rp 10,000/hr)
Rp 10,000
240 HOK
2,400,000
Mengiris kulit koro
Rp 150/kg
48,000
7,200,000
Koordinator Sales (bersama)
Rp 1,000,000
12
2,000,000
Pengusaha (bersama)
Rp 3,000,000
12
6,000,000
Total Biaya Tenaga Kerja
24,800,000
3.61%
5
Biaya Listrik
Rp 277,200/bulan
12
3,326,400
0.48%
6
Biaya Transpotasi (bersama)
Rp 240,0000/bln
12
480,000
0.07%
7
Biaya Perawatan mesin
Rp 200,000/bulan
12
2,400,000
0.35%
Total Biaya Operasional
693,020,533
100.00%
Pada Tabel 17 dapat menununjukkan bahwa tingkat pembelian bahan baku merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan mencapai 67.51 persen dari total baiaya operasional perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku
77
kacang merupakan komponen utama atau yang paling penting dalam usaha pengolahan kacang ini. 8.2.2. Analisis Kriteria Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitan ini adalah NPV, Net B/C, IRR, dan Payback period. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Januari 2006 hingga Desember 2006. Analisis kelayakan finansial dengan tingkat diskonto sebesar 12 persen merupakan tingkat suku bunga deposito berjangka rata-rata bank umum periode Januari 2006 sampai dengan Desember 2006. Arus tunai (cash flow) PD Barokah yang lengkap dapat dilihat pada Lampiran 23. Dengan demikian hasil kriteria kelayakan finansial pengolahan kacang dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Kelayakan Finansial Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Investasi Kriterian Investasi NPV
Nilai Rp 553,843,037
Net B/C IRR Payback Period
2.76 47.70% 2 Tahun 6 Bulan
Bedasarkan kriteria kelayakan finansial pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 553,843,037atau lebih besar daripada nol. Hal ini berarti bahwa usaha pengolahan kacang ini adalah layak untuk dilaksanakan karena memberikan keuntungan sengan nilai sekarang (present value) sebesar Rp 553,843,037selama umur proyek, yaitu selama sepuluh tahun.
78
Net B/C yang dihasilkan adalah sebesar 2.76 nilai tersebut menunjukkan bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp. 1.00 akan menghasilkan manfaat sebesar 2.76 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C lebih besar dari pada nol menunjukkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 47.70 persen bahwa akan menguntungkan bagi perusahaan jika modal yang dimiliki digunakan untuk investasi terhadap usaha pengolahan kacang dibandingkan apabila modal tersebut didepositokan di bank yang hanya memiliki tingkat suku bunga 12 persen. Grafik hubungan antara NPV dan tingkat suku bunga pada usaha pengolahan kacang PD Barokah dapat dilihat pada Gambar 14. Rp1,400,000,000 Rp1,200,000,000 Rp1,000,000,000
NPV (Rp)
Rp800,000,000 Rp600,000,000 Rp400,000,000 Rp200,000,000 Rp0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90% 100%
Rp(200,000,000) Rp(400,000,000)
Suku Bunga (%)
Gambar 12. Grafik Hubungan Antara NPV dan Tingkat Suku Bunga Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Kacang Sedangkan hasil analisis tingkat pengembalian investasi (payback period) yang berdasarkan nilai sekarang dan dengan tingkat diskonto 12 persen memperlihatkan bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah
79
dilakukan diperlukan waktu selama dua tahun enam bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur proyek berakhir, sehingga usaha yang dilakukan masuk dalam kriteria layak untuk diusahakan. Dari keempat kriteria kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha pengolahan kacang adalah layak untuk dilakukan. 8.2.3. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Hasil analisis kalayakan fianasial dengan berbagai kriteria kelayakan menyatakan bahwa usaha pengolahan kacang adalah layak dan menguntungkan untuk dilakukan penambahan mesin vacuum frying. Namun keadaan tersebut dapat terjadi dengan asumsi tidak terjadi perubahan-perubahan dari arus manfaat dan biaya. Untuk melihat kembali hasil analisis kelayakan usaha ini apabila terjadi perubahan-perubahan dalam perhitungannya, maka dilakukan analisis switching value terhadap arus manfaat dan biaya. Analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada manfaat dan biaya. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis ini antara lain adalah: 1. Peningkatan harga bahan baku kacang, yaitu berdasarkan biaya merupakan komponen terbesar dari total biaya operasional perusahaan (67.51 persen). Hal ini dapat terjadi karena bahan baku impor, sehingga nilai tukar akan sangat berpengaruh pada biaya operasional. 2. Penurunan volume penjualan, yaitu akibat adanya persaingan antar usaha yang saling menurunkan harga jual dipasaran. Persaingan terjadi karena adanya beberapa usaha yang bergerak dibidang usaha yang sama dan lokasi usaha yang sama.
80
3. Semua manfaat dan biaya selain harga bahan baku dan volume penjualan diasumsikan konstan (ceteris paribus) Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada harga beli dan volume penjualan yang akan menghasilkan keuntungan normal (NPV = 0; IRR = tingkat diskonto; dan Net B/C = 1). Mencari nilai pengganti dilakukan dengan menguji secara coba-coba sampai seberapa persen perubahan harga beli dan harga jual dapat terjadi yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi. Analisis switching value yang dilakukan terhadap harga jual dan harga beli bahan baku. Pada Tabel 18 menunjukkan bahwa secara finansial dengan tingkat diskonto 12 persen usaha pengolahan kacang memperoleh keuntungan normal jika harga jual kacang koro kualitas A dengan menggunakan mesin penggorengan vacuum frying turun maksimal 28.00 persen, yaitu harga jual turun sampai harga Rp
7,560,- per kilogramnya. Perhitungan cashflow untuk analisis
switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Harga jual untuk kacang polong A batas nilai maksimum penurunan harga sebesar 46.56 persen dan kacang mersi A yaitu hasil meskipun penurunan harga sampai 100 persen (harga nol) hasil dari aliran kas dengan beberapa kriteria kelayakan menunjukkan hasil yang tetap layak. Hal ini terjadi karena volume yang diproduksi rendah sehingga tertutupi oleh manfaat dari hasil olahan kacang yang lainnya. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25 dan Lampiran 26.
81
Tabel 18. Analisis Switching Value Terhadap Usaha Pengolahan Kacang Kelayakan Investasi Perubahan No.
Uraian
Nilai Sekarang
Batas Nilai
(%)
Harga Jual Kacang 1 Kacang Koro A
Rp
10,500
Rp
7,560
-28.00%
2 Kacang Polong A
Rp
8,000
Rp
4,275
-46.56%
3 Kacang Mersi A 4 Total Harga Kualitas A
Rp Rp
10,500 29,000
tidak berpengaruh Rp 24,534
-15.40%
5 Kacang Koro
Rp
6,000
Rp
7,800
30.00%
6 Kacang Polong
Rp
3,200
Rp
6,875
114.84%
7 Kacang Mersi
Rp
5,500
Rp
20,150
266.36%
8 Total Harga Bahan Baku Volume Produksi
Rp
14,700
Rp
17,905
21.80%
9 Kacang Koro A
48,000
tidak berpengaruh
10 Kacang Polong A
38,400
tidak berpengaruh
12 Kacang Mersi A
9,600
tidak berpengaruh
96,000
40,320
Harga Bahan Baku
13 Total Produksi Kualitas A
-58.00%
Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas menunjukkan bahwa penurunan harga jual untuk total kacang kualitas A maksimal penurunan harga jual adalah sebesar 15.40 persen dengan harga jual sebesar Rp 24,534,- dari harga sebelumnya yaitu sebesar Rp 29,000 perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27. Analisis juga dilakukan pada harga bahan baku dari masing-masing kacang. Berdasarkan Tabel 18. diatas diketahui maksimal kenaikan harga bahan baku kacang koro pada tingkat diskonto 12 persen adalah sebesar 30.00 persen dengan harga Rp.7,800,-. Sedangkan bahan baku untuk kacang polong dan kacang mersi maksimal kenaikan harga adalah sebesar 114.84 persen dan 266.36 persen. Perhitungan cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat
82
pada Lampiran 28, Lampiran 29 dan Lampiran 30. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas menunjukkan bahwa total kenaikan harga bahan baku untuk semua jenis kacang maksimal kenaikan harga bahan baku adalah sebesar 21.80 persen dengan harga sebesar Rp 17,905,- dari harga sebelumnya yaitu sebesar Rp 14,700,perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31. Analisis switching value juga dilakukan pada volume produksi untuk kacang koro A, kacang polong A dan kacang mersi A maksimal penurunan volume produksi tidak berpengaruh terhadap kriteria kelayakan. Cashflow untuk analisis switching value selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32, Lampiran 33 dan Lampiran 34. Hasil analisis switching value dengan tingkat diskonto 12 persen diatas menunjukkan bahwa total penurunan volume produksi untuk semua jenis kacang Kualitas A maksimal 58.00 persen. Perhitungan cash flow untuk selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35. Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pengolahan kacang pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp 553,843,037; Net B/C sebesar 2.76; IRR sebesar 47.70 persen dan Payback period selama dua tahun enam bulan layak untuk dilaksanakan. Selain itu dari hasil analisis switching value diketahui perusahaan ini sensitif terhadap perubahan harga jual untuk kacang koro dan polong sedangkan untuk kacang mersi perubahan tidak mempengaruhi kriteria kelayakan karena volume produksinya lebih rendah jika dibandingkan kacang koro dan kacang polong.
83
Berbeda dengan perubahan kenaikan bahan baku masing-masing kacang sensitif mempengaruhi kelayakan usaha hal ini dapat dilihat kenaikan pada harga bahan baku kacang koro. Sementara itu untuk perubahan kenaikan bahan baku kacang polong dan kacang mersi kenaikan maksimal harga adalah sampai 114.06 persen dan 266.36 persen, usaha cukup stabil meski dengan kenaikan harga yang ekstrim sekalipun. Analisis switching value yang dilakukan pada volume produksi diatas penurunan
volume
produksi
untuk
masing-masing
jenis
kacang
tidak
berpengaruh pada kelayakan. Namun jika dilihat dari total semua jenis kacang dari kualitas A, diketahui bahwa maksimal penurunan volume produksi adalah sebesar 58.00 persen. Dengan demikian PD Barokah layak menjalankan usahanya namun terdapat resiko dalam menjalankan usahanya.
84
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan 1. Secara teknis penambahan mesin vacuum frying dalam pengolahan kacang akan memudahkan proses pengerjaannya dan mendapatkan kualitas kacang yang lebih baik dibandingkan dengan kualitas kacang yang diproduksi pada saat ini, serta tidak mengganggu proses produksi yang sedang berjalan. Dilihat dari aspek pemasaran dapat memenuhi permintaan kacang. Selain itu kualitas kacang menjadi dua, sehingga dapat mengisi pasar potensial. Secara finansial proyek penambahan mesin vacuum frying pada usaha pengolahan kacang layak untuk diusahakan hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha pengolahan kacang pada tingkat diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp1,405,678,570; Net B/C sebesar 1.98; IRR sebesar 32.22% dan Payback period selama tiga tahun 10 bulan. Selain itu aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha lebih layak lagi jika dibandingkan analisa kelayakan usaha. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV sebesar Rp 553,843,037; Net B/C sebesar 2.76; IRR sebesar 47.70 persen dan Payback period selama dua tahun enam bulan 2. Selain itu dari hasil analisis switching value diketahui perusahaan ini sensitif terhadap perubahan harga jual untuk kacang yang diproduksi secara manual karena volume produksinya yang besar. Berbeda dengan perubahan kenaikan bahan baku masing-masing kacang cukup sensitif mempengaruhi kelayakan usaha hal ini dapat dilihat kenaikan pada harga
85
bahan baku kacang koro dan kacang polong. Sementara itu untuk perubahan kenaikan bahan baku kacang mersi kenaikan maksimal harga adalah sampai 113 persen, usaha cukup stabil meski dengan kenaikan harga yang ekstrim sekalipun. Sedangkan untuk volume produksi tidak terlalu berpengaruh untuk masing-masing jenis kacang, namun untuk penurunan produksi untuk total produksi kualitas A dan Kualitass B penurunan maksimum adalah sebesar 43 persen. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup stabil. Dengan demikian proyek layak untuk dilaksanakan namun terdapat resiko dalam menjalankan usahanya. 3. Selain itu dari hasil analisis switching value aspek finansial kelayakan investasi penambahan mesin vacuum frying menunjukan bahwa usaha sensitif terhadap perubahan harga jual Berbeda dengan perubahan kenaikan bahan baku masing-masing kacang tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha hal ini dapat untuk perubahan kenaikan bahan baku kacang polong dan kacang mersi kenaikan maksimal harga adalah sampai 114.06 persen dan 266.36 persen, usaha cukup stabil meski dengan kenaikan harga yang ekstrim sekalipun. Sedangkan pada volume produksi diatas penurunan volume produksi untuk masing-masing jenis kacang tidak berpengaruh pada kelayakan. Namun jika dilihat dari total semua jenis kacang dari kualitas A, diketahui bahwa maksimal penurunan volume produksi adalah sebesar 58.00 persen. Dengan demikian proyek layak untuk dilaksanakan namun terdapat resiko dalam menjalankan usahanya.
86
9.2. Saran 1. Usaha pengolahan kacang PD Barokah telah memilih peralatan dengan baik, menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar perusahaan, manajemen yang sederhana dan pemasaran yang cukup luas sehingga perusahaan ini harus mempertahankan kondisi tersebut atau sedapat mungkin perusahaan ini dapat meningkatkan kondisi tersebut. 2. Berdasarkan hasil analisis switching value, PD Barokah cukup sensitif terhadap perubahan bahan baku kacang koro, sehingga perusahaan perlu bekerjasama dengan sales pemasaran dan pemasok bahan baku untuk memeperoleh harga bahan baku dan permintaan terhadap kacang koro agar dapat mengantisipasi kemungkinan perubahan harga bahan baku kacang koro serta permintaan kacang koro. 3. PD Barokah juga cukup sensitif terhadap perubahan harga jual disebabkan adanya persaingan usaha yang semakin ketat. Oleh karena itu pengusaha dapat menetapkan harga jual yang bersaing dengan pengusaha kacang yang lain dengan perhitungan yang tepat dan menguntungkan.
87
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, G. 2004. Studi Kelayakan Mesin Untuk Proses Pembuatan Lubang Oval Pada Frame Truk di PT. GKD. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Industri Besar dan Sedang di Jawa Barat 2001. Badan Pusat Statistik Jawa Barat. Jawa Barat. Boediono. 1997. Ekonomi Mikro. Ekonomi. Yogyakarta.
Edisi Kedua.
Balai Pustaka Fakultas
Deperindag. 2004. Panduan Pendataan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Tahun 2004. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Proyek PIKM Propinsi Jawa Barat. Bandung Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hanley, N & C.L. Spash. 1993. Cost Benefit Analysis and Environment. Edward Elgar Publishing Limited. England. Husnan, Suad & Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Ketiga. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomis. Edisi dua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Kurniawan, R. 2004. Kajian Manajemen Teknologi Dalam Industri Gula Sebagai Upaya Menciptakan Efisiensi dan Daya Saing (Studi Pada Pabrik Gula Redjosarie Magetan, Jawa Timur). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Maryanto, B. 2006. Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Pabrik Biodiesel Desa Pangkalan Baru Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Perkasa, C. 2007. Pengaruh Ketersediaan Dan Fluktuasi Harga Bahan Baku Terhadap Alokasi Sumberdaya Dan Produksi Kacang Garing PT. Garudafod, Cimahi Bandung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Ramadona, Y. 2003. Analisis Biaya Manfaat Industri Rumah Tangga (IRT) Pengolahan Ayam Pedaging di Desa Kertawinangun Kecamatan Cirebon Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sidauruk, R. 2005. Perbandingan Efektivitas Biaya dan Kelayakan Finansial Industri Kecil Tahu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
88
Sajogyo dan Tambunan. Jakarta.
1992.
Industrialisasi Pedesaan.
Rajawali Press.
Sukirno, S. 1985. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Bima Grafika. Jakarta. Tara, Azwir D. 2001. Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, Masa Sulit Pasti Berlalu. Nuansa Madani. Jakarta.
Lampiran 3. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang (r=12 persen) Batas Nilai Penurunan Harga Jual Kacang Polong A 12% Tahun Uraian A. Arus Penerimaan Produk Utama a. Koro A b. Polong A c. Mersi A d. Koro B e. Polong B f. Mersi B Nilai Sisa Total Penerimaan B. Arus Pengeluaran 1. Biaya Investasi Bangunan Kendaraan Operasional Alat Kerja Tungku Wajan Sodet Peniris Minyak Manual Tank Minyak Timbangan Vacuum Frying Jumlah Biaya Investasi 2. Biaya Operasional Biaya Tetap : Upah Tenaga Kerja Transportasi Biaya variabel : Bahan Baku a. Koro b. Polong c. Mersi Bahan Pembantu Peralatan Pendukung Listrik dan Air Biaya Perawatan mesin Jumlah Biaya Operasional Total Pengeluaran Net Benefit Before Tax Tax (30%) Net Benefit After Tax Present Value NPV Rp PV+ Rp PVRp Net B/C IRR Payback Period
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000
4.540.800.000
4.540.800.000
4.540.800.000
4.540.800.000
4.540.800.000
4.540.800.000
4.540.800.000
4.540.800.000
4.540.800.000
10
504.000.000 100.800.000 2.160.000.000 1.344.000.000 432.000.000 449.500.000 4.990.300.000
720.000.000 600.000.000 4.000.000 4.400.000 1.600.000 800.000 3.200.000 500.000 95.000.000 1.429.500.000
1.429.500.000 (1.429.500.000) (1.429.500.000) (1.429.500.000) 190.654.610 1.620.154.610 (1.429.500.000) 1,13 14,96% 8,97
4.000.000 1.600.000 800.000
1.600.000 800.000
1.600.000 800.000
1.600.000 800.000
500.000 -
-
2.400.000
-
2.400.000
4.500.000
2.400.000
-
2.400.000
-
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
140.400.000 28.800.000
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.155.491.200 385.308.800 115.592.640 269.716.160 240.818.000
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.155.491.200 385.308.800 115.592.640 269.716.160 215.016.071
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.157.891.200 382.908.800 114.872.640 268.036.160 190.782.844
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.155.491.200 385.308.800 115.592.640 269.716.160 171.409.496
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.157.891.200 382.908.800 114.872.640 268.036.160 152.090.915
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.159.991.200 380.808.800 114.242.640 266.566.160 135.050.713
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.157.891.200 382.908.800 114.872.640 268.036.160 121.245.947
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.155.491.200 385.308.800 115.592.640 269.716.160 108.933.833
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.157.891.200 382.908.800 114.872.640 268.036.160 96.656.526
1.728.000.000 737.280.000 316.800.000 1.097.844.800 93.440.000 4.526.400 8.400.000 4.155.491.200 4.155.491.200 834.808.800 250.442.640 584.366.160 188.150.264
91
Lampiran 35. Cash Flow Usaha Pengolahan Kacang (r=12 persen) Penambahan Vacuum Frying, Batas Nilai Penurunan Total Produksi Kualitas A 12% Uraian 0 A. Arus Penerimaan Produk Utama a. Koro A b. Polong A c. Mersi A Nilai Sisa Total Penerimaan B. Arus Pengeluaran 1. Biaya Investasi Bangunan bersama 120.000.000 Kendaraan operasional bersama 100.000.000 Timbangan bersama 83.333 Vacuum Frying 95.000.000 Jumlah Biaya Investasi 315.083.333 2. Biaya Opersional Biaya Tetap : Upah Tenaga Kerja Transportasi Biaya variabel : Bahan Baku a. Koro b. Polong c. Mersi Bahan Pembantu Peralatan Pendukung Listrik dan Air Biaya Perawatan mesin Jumlah Biaya Operasional Total Pengeluaran 315.083.333 Net Benefit Before Tax (315.083.333) Tax (30%) Net Benefit After Tax (315.083.333) Present Value (315.083.333) NPV Rp (3.105.447) PV+ Rp 311.977.886 PVRp (315.083.333) Net B/C 0,99 IRR 11,76% Payback Period lebih dari 10 thn
1
Tahun 2
3
4
5
6
7
8
9
10
211.680.000 129.024.000 42.336.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000
383.040.000
383.040.000
383.040.000
383.040.000
383.040.000
383.040.000
383.040.000
383.040.000
383.040.000
211.680.000 129.024.000 42.336.000 9.500.000 392.540.000
-
-
-
-
-
20.624.000 480.000 120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.876.336 304.876.336 78.163.664 23.449.099 54.714.565 48.852.290
20.624.000 480.000
20.624.000 480.000
20.624.000 480.000
20.624.000 480.000
20.624.000
20.624.000
20.624.000
20.624.000
20.624.000
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.876.336 304.876.336 78.163.664 23.449.099 54.714.565 43.618.116
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.876.336 304.876.336 78.163.664 23.449.099 54.714.565 38.944.746
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.876.336 304.876.336 78.163.664 23.449.099 54.714.565 34.772.095
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.876.336 304.876.336 78.163.664 23.449.099 54.714.565 31.046.513
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.396.336 304.396.336 78.643.664 23.593.099 55.050.565 27.890.329
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.396.336 304.396.336 78.643.664 23.593.099 55.050.565 24.902.080
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.396.336 304.396.336 78.643.664 23.593.099 55.050.565 22.234.000
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.396.336 304.396.336 78.643.664 23.593.099 55.050.565 19.851.786
120.960.000 51.609.600 22.176.000 76.849.136 6.451.200 3.326.400 2.400.000 304.396.336 304.396.336 88.143.664 26.443.099 61.700.565 19.865.931