ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA
DINNA SABRIANI A14104059
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN DINNA SABRIANI. Analisis Risiko Investasi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih di Bursa Efek Indonesia. Di Bawah Bimbingan ANNA FARIYANTI. Minat masyarakat Indonesia terhadap investasi terutama pada pasar modal semakin meningkat. Namun, dibandingkan dengan minat investasi masyarakat di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, minat masyarakat Indonesia terhadap investasi masih sangat rendah terutama investasi pada pasar modal. Padahal, investasi pada pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pembangunan nasional. Salah satu sektor usaha yang penting dalam meningkatkan pembangunan nasional saat ini yaitu sektor pertanian. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto yang terus meningkat setiap tahunnya dan memberikan konstribusi yang cukup besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan bagian dari pertanian, yang pada dasarnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Pertumbuhan pada sub sektor perkebunan terus diarahkan pada peningkatan ekspor komoditi perkebunan sekaligus sumber devisa negara. Departemen Pertanian (2006) menunjukkan, hingga saat ini salah satu komoditas perkebunan yang memperlihatkan peranan dalam peningkatan nilai ekspor yang cukup memuaskan adalah kelapa sawit. Dalam penelitian ini perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaanperusahaan perkebunan kelapa sawit yaitu PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Nilai harga saham yang berfluktuasi pada perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih menyebabkan para investor harus lebih memperhatikan tingkat risiko yang akan dihadapi dalam pengambilan keputusan dimana mereka akan menanamkan dana yang mereka miliki. Maka masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana tingkat risiko (Value at Risk) yang akan ditanggung oleh investor dalam berinvestasi pada saham-saham perusahaan perkebunan kelapa sawit? Penelitian ini menggunakan serial data time series harga penutupan saham harian perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih yang terdaftar dari tanggal 1 Januari 2005 sampai 29 Februari 2008. Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang termasuk dalam perhitungan Indeks LQ 45. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan paket program Microsoft Excel, Minitab 14 dan Eviews 4.1. Analisis grafik pergerakan harga saham dan return dilakukan dengan plot grafik time series untuk melihat kecenderungan data. Untuk meramalkan tingkat risiko yang ditanggung investor (Value at Risk-VaR) diramalkan dengan pendekatan ARCH-GARCH. Ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih memiliki pergerakan harga saham yang berbeda-beda tergantung dari kapitalisasi pasar dan likuiditas saham perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) memiliki kapitalisasi pasar yang cukup tinggi sehingga perusahaan ini memiliki kesempatan untuk mengalami fluktuasi pergerakan harga saham yang tinggi. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki kapitalisasi pasar lebih
rendah dari PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), sehingga kesempatan untuk mengalami fluktuasi pergerakan tidak setinggi PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP). PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki kapitalisasi pasar tertinggi dibandingkan kedua perusahaan perkebunan kelapa sawit lainnya. Ketiga perusahaan ini cukup aktif diperdagangkan setiap harinya sehingga pergerakan harganya menjadi fluktuatif. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki fluktuasi pergerakan return yang lebih tinggi dibandingkan kedua perusahaan kelapa sawit terpilih lainnya. Pergerakan return perusahaan berfluktuasi sangat cepat karena saham perusahaan ini memiliki harga saham yang rendah sehingga sering menjadi sasaran investor yang ingin mendapatkan return dalam periode investasi jangka pendek (1 hari). PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki penurunan fluktuasi pergerakan return. Hal ini berarti kedua perusahaan akan menunjukkan pola pergerakan harga yang stabil pada periode yang akan datang. Kestabilan ini disebabkan oleh kondisi internal perusahaan yang baik. Tingkat risiko tertinggi dimiliki oleh saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Hal ini disebabkan oleh investor yang pesimis terhadap PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) karena masih memiliki beban hutang yang tinggi, memiliki lahan kelas tiga, dan faktor cuaca yang kering di daerah Lampung sehingga dapat menghambat produktivitas kelapa sawit. Investor dengan kategori risk seeker akan meminati saham perusahaan ini. Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki tingkat risiko yang terendah karena fundamental perusahaan yang kuat dalam pengembangan usahanya yaitu kapasitas produksi, penjualan dan volume ekspor perusahaan yang tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Investor dengan kategori risk neutral dan risk averse akan meminati saham perusahaan ini. Tingkat risiko saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) menempati urutan tertinggi kedua setelah saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Saham PT Astra Agro Lestari (AALI) dianggap lebih menarik dari saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) karena kondisi internal perusahaan yang cenderung telat berekspansi dan masih memiliki beban hutang. Tetapi setelah masalah tersebut teratasi, trend PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) terus meningkat dan memberikan prospek yang cerah bagi para investor. Ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih masih dapat berharap banyak untuk mendapatkan sumber modal dari pasar modal. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) harus dapat meningkatkan kinerja perusahaannya baik berupa kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan, dan volume ekspornya untuk mempertahankan minat investor untuk berinvestasi pada perusahaannya terutama dalam jangka panjang. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) sebaiknya memperkuat fundamental perusahaan dengan pengelolaan profit, pembibitan, pemrosesan hasil produksi dan pemasarannya. PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) sebaiknya tidak hanya bergantung pada kondisi harga CPO (Crude Palm Oil) yang sedang naik tetapi juga meningkatkan kinerja perusahaannya.
ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA
DINNA SABRIANI A14104059
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi : Analisis Risiko Investasi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih di Bursa Efek Indonesia Nama
: Dinna Sabriani
NRP
: A14104059
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS NIP. 131 918 115
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN
TINGGI
MEMPEROLEH
GELAR
ATAU
LEMBAGA
AKADEMIK
MANAPUN
TERTENTU,
DAN
UNTUK SAYA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN
YANG
TELAH
DINYATAKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA PADA BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.
BOGOR, MEI 2008
DINNA SABRIANI
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, pada tanggal 28 November 1985 di Pekanbaru, Riau. Orang tua penulis adalah Bapak Junison Zaib dan Ibu Rilanadia. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD Cendana Rumbai pada tahun 1998, kemudian melanjutkan ke SLTP Cendana Rumbai dan pada tahun terakhirnya di tingkat SLTP penulis pindah ke SLTP Cendana Duri dan lulus di sekolah tersebut pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU 68 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, jurusan Manajemen Agribisnis melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Himpunan Profesi MISETA Sosial Ekonomi Pertanian IPB sebagai staf Departemen Public Relation dan aktif dalam Organisasi Pers dan Jurnalistik, Gema Almamater IPB sebagai staf divisi kerjasama dan periklanan. Selain itu, penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Fakultas Pertanian sebagai Bendahara Umum.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dengan izin-Nya penulis diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyusun skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil penelitian tentang risiko investasi perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para investor di Bursa Efek Indonesia dan pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan investasi saham perusahaan perkebunan kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada: 1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran, saran dan masukannya dalam penyusunan skripsi. 2. Ir. Lusi Fausia, MEc selaku dosen penguji utama. 3. Bapak Rahmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen penguji wakil departemen. 4. Seluruh dosen dan staf Program Studi Manajemen Agribisnis. 5. Orangtua, Ir. Junison Zaib, MT dan Rilanadia, yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam penyusunan skripsi. 6. Kakak-kakak, Drg. Farah Fitrianie, Dilla Sabrina, SKG dan adik-adik, Adlynanda Al-fattah, dan Muhammad Cipta Suhada, atas motivasi, doa dan semangatnya. 7. Letda czi Septian Hermawan Saputra dan keluarga atas dukungan, perhatian, dan kasih sayangnya. 8. Rikola Fedri, Ssi yang meluangkan waktu untuk berdiskusi. 9. Dokter Iwan atas ilmu dan masukannya dalam dunia investasi saham.
10. Rizka Karlina P, Silmy Amalia, F. Mega Mulianti, Rifa’atul Amalia, Utari Evy, Gerry Gusta. B, atas masukan, semangat, dan dukungannya. 11. Medina Rachma, SP atas kritikan, masukan dan kesediaannya menjadi pembahas. 12. Nia Rosiana, Sri Maryati, dan rekan-rekan sebimbingan atas dukungannya. 13. Novie Illya Sasanti, Muthia Aziza, Istinan Yang Suzatmika, Defni Feifi, Difna Zistra, atas suasana hangat yang tercipta saat penyusunan skripsi. 14. Rekan-rekan Manajemen Agribisnis ’41 Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar. Saran dan pertanyaan dapat dikirimkan melalui e-mail,
[email protected]. Terima kasih.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI..................................................................................................
i
DAFTAR TABEL.........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
vi
I. PENDAHULUAN....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………
10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………….
10
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….....
11
2.1 Pasar Modal di Indonesia………………………………………………..
11
2.1.1
Sejarah Bursa Efek Indonesia…………………………………...
13
2.1.2
Kinerja BEI Tahun 2007………………………………………...
15
2.1.3
Aktivitas BEI Tahun 2007………………………………………
18
2.1.4
Langkah Strategis BEI Tahun 2008……………………………..
21
2.1.5
Transaksi di Bursa Efek Indonesia………………………………
21
2.1.6 Persyaratan Pencatatan Emiten di Bursa Efek Indonesia..............
24
2.1.6 Indeks LQ45……………………………………………………..
26
2.2 Peran Pasar Modal dalam Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia………………………………………………….
28
2.3 Saham sebagai Instrumen Pasar Modal…………………………………
31
2.3.1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Saham……………………………………………………………
33
2.4 Investasi di Indonesia……………………………………………………
34
2.5 Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal……………………………
35
2.6 Tinjauan PenelitianTerdahulu…………………………………………...
37
III. KERANGKA PEMIKIRAN…………………………………………..
39
Kerangka Pemikiran Teoritis……………………………………………
39
3.1.1
Risiko Investasi………………………………………………….
39
3.1.2
Pemodelan Volatilitas Time Series Univariate …………………
41
3.1.3 ARCH Error.……………………………………………………
43
3.1.4
Mean Process …………………………………………………...
43
3.1.5
Variance Process ……………………………………………….
44
3.1.6
Metode Peramalan Box-Jenkins (Model ARIMA)......................
45
3.1.7
Model ARCH/GARCH …….…………………………………...
46
3.1.8
Value at Risk (VaR)……………………………………………..
49
Kerangka Pemikiran Operasional……………………………….............
50
IV. METODE PENELITIAN……………………………………………..
52
Lokasi Penelitian………………………………………………………..
52
Jenis dan Pengumpulan Data…………………………………………....
52
Pengolahan dan Analisis Data…………………………………………..
54
Peramalan Tingkat Risiko Investasi (Value at Risk-VaR)……………….
54
Model ARCH/GARCH Perusahaan Kelapa Sawit di Bursa Efek Indonesia………………………………………………………...
55
Peramalan Ragam……………………………………………….
60
Perhitungan Value at Risk (VaR)………………………………..
61
Definisi Operasional…………………………………………………….
62
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………………………………
66
5.1 Profil Perusahaan………………………………………………………..
66
5.1.1
PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (BSP)……………………...
66
5.1.2
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………….
67
5.2.3 PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………..
68
5.2 Pergerakan Harga Saham Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih......................................................................................................
69
VI.TINGKAT RISIKO INVESTASI………………………………….....
76
6.1 Pergerakan Data Return Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih.
76
6.2 Peramalan Tingkat Risiko Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih...................................................................................................... 6.3 Tingkat Risiko Perkebunan Kelapa sawit Terpilih...................................
78
VII. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….
89
7.1 Kesimpulan…………………………………………………………….
89
7.2 Saran……………………………………………………………………
89
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
91
LAMPIRAN………………………………………………………………...
94
83
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1 Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2006..............................
4
2 Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Periode 2003-2006……………………………………………........................
5
3 Pertumbuhan Penerimaan Perusahaan-Perusahaan Kelapa Sawit Periode 2003-2006…...........................................................................
8
4 Waktu Penyelesaian Transaksi Bursa Efek Indonesia.........................
22
5 Jam Perdagangan di Bursa Efek Indonesia……..................................
23
6 Perbedaan Analisis Fundamental dan Teknikal...................................
37
7 Ringkasan Data Pengembalian Saham Perusahaan Kelapa Sawit……………………………………….........................................
77
8 Model ARCH-GARCH Terbaik Perusahaan Kelapa Sawit….............
81
9 Uji Kenormalan Galat Terbakukan…………………………………..
82
10 Besar Risiko untuk Berbagai Lamanya Investasi pada Saham Perusahaan Kelapa Sawit Terpilih…………………………………...
84
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1 Harga Penutupan Saham Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih (Februari 2008)………………………………………….......
7
2 Proses Transaksi Saham di BEI...........................................................
24
3 Sikap Pemodal terhadap Tingkat Risiko yang Dihadapi…..................
40
4 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................
51
5 Pergerakan Waktu Harga Penutupan Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)........................................................................
72
6 Pergerakan Waktu Harga Penutupan Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
73
7 Pergerakan Waktu Harga Penutupan Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).......................................................................................... 8 Plot Deret Waktu Return PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………..................................
74 76
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1
Halaman Daftar Perusahaan Tercatat yang Masuk dalam Perhitungan Indeks LQ 45..................................................................................................
94
2
Laporan Keuangan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)……...
95
3
Laporan Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)...............
96
4
Laporan Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).....................
97
5
Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)..........................................................................
98
Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)........................................................................
98
Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).........................................................................................
98
Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)……………………………………………......
99
Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
99
Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).........................................................................................
99
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)……………………………………………......
100
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)…………………………………………………………
100
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)…………………………………………………………
100
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) yang telah di differencing……………………
101
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) yang telah di differencing……………………………..
101
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang telah di differencing……………………………...
101
Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)………………………………………
102
Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
103
Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)………………………………………………….
104
Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)..........................................................................
105
Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
106
Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).........................................................................................
107
Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)…………………………………….
108
Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………...
108
Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………………………
109
Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)………………………………………
110
Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………...
110
Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)………………………………………………….
110
Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)………………………………
111
Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………...
111
Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………………………
111
32 33 34 35 36 37 38 39 40
Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP).......................................................................
112
Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
113
Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)………………………………………………….
114
Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)………………………………………
115
Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………...
115
Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………………………
116
Tabel Hasil Peramalan Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)...................................................................................................
117
Tabel Hasil Peramalan Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)................................................................................................
118
Tabel Hasil Peramalan Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)...
119
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kenyataan yang ada saat ini bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap
investasi terutama pada pasar modal semakin meningkat. Namun dibandingkan dengan minat investasi masyarakat di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, minat masyarakat Indonesia terhadap investasi masih sangat rendah terutama investasi pada pasar saham. Mengutip data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) tahun 2007, jumlah pemodal yang ikut membeli saham emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) baru sekitar 300.000 atau baru 0,1% dari jumlah penduduk. Jumlah ini tidak mengalami perubahan sedikit pun dibanding sepuluh tahun silam. Di Malaysia, jumlah pemodal sekitar 3 juta atau 14% dari jumlah penduduk dan di Singapura sekitar 1,3 juta atau 30% dari penduduk (Dorimulu, 2007). Potensi pemodal masih sangat besar. Saat ini ada sekitar 81,5 juta pemegang rekening bank dengan total simpanan sekitar Rp 1.300 triliun. Dari jumlah itu, ada sekitar 1,4 juta rekening dengan jumlah simpanan di atas Rp 100 juta dan 1,1 juta rekening dengan simpanan di atas Rp 50 juta tapi kurang dari Rp 100 juta. Berdasarkan data ini, ada sekitar 2,5 juta rekening yang bisa digarap untuk masuk pasar modal. Jika 30% adalah rekening ganda yang dimiliki satu orang, potensi pemodal masih sekitar 1,7 juta orang. Dana milik para pemodal ini mencapai Rp 1.000 triliun (Dorimulu, 2007). Investasi merupakan indikator yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi dapat dikatakan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi apabila investasi tersebut digunakan untuk melakukan pembiayaan pada sektor riil sehingga apabila sektor riil telah berkembang dengan baik maka output nasional akan meningkat (Mustikaati, 2007). Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, dimana pasar modal berperan sebagai lembaga intermediasi dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Intermediasi tersebut dapat meningkatkan produktivitas perekonomian melalui aktivitas investasi. Pasar modal merupakan bagian dari perekonomian di banyak negara. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar bebas dan perkembangan teknologi yang pesat, investor akan menjadi mudah mengakses pasar modal di seluruh dunia. Fakta menunjukkan bahwa pasar modal merupakan salah satu indikasi perkembangan perekonomian suatu negara sehingga membuktikan betapa pentingnya pasar modal di suatu negara (Setyastuti, 2004). Salah satu indikator dari pasar modal adalah instrumen saham. Apabila harga saham meningkat maka mengindikasikan terjadinya pertumbuhan yang positif dari pasar modal. Perkembangan yang positif dari pasar modal akan meningkatkan sumber modal dalam negeri. Apabila sumber modal dalam negeri meningkat maka diharapkan akan meningkatkan perekonomian negara. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 sebesar 6,8 persen. Pada tahun 2007, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,3 persen namun hampir semua pihak pengamat ekonomi mengatakan pertumbuhan ekonomi yang realistis sebesar 6,1 persen. Artinya, pemerintah perlu bekerja ekstra keras untuk merealisir proyeksi sebesar 6,3 persen tersebut. Pada tahun 2008, pemerintah memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi relatif lebih tinggi dari tahun 2007 padahal hampir semua konvergensi dan proyeksi pada tahun 2008 berada pada 6,5 – 6,6 persen. Terdapat faktor risiko yang dapat menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi sehingga proyeksi yang diharapkan tidak tercapai. Faktor itu adalah risiko yang berasal dari pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan cukup intensif akan mengalami penurunan pada tahun 2008. Pembangunan dalam sektor pertanian biasanya sangat dipengaruhi oleh perkembangan pertumbuhan ekonomi dunia 1 (Menteri Keuangan, 2007). Pembangunan sektor pertanian merupakan hal yang penting dalam meningkatkan pembangunan nasional saat ini. Hal ini terlihat pada Tabel 1 mengenai kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto yang terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu, sektor pertanian juga memberikan konstribusi yang cukup besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.
1
www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2007/03/28/1680.html diakses tanggal 11 Februari 2008
Tabel 1.
Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2006 (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
2002 231.613,5
2003 240.387,3 (3,8)
2004 247.163,6 (2,8)
2005 253.726,0 (2,6)
2006 261.296,8 (3,0)
169.932,0
167.603,8 (-1,4) 441.754,9 (5,3) 10.349,2 (4,9) 89.621,8 (6,1) 256.516,6 (5,4) 85.458,4 (1,22) 140.374,4 (0,67) 145.104,9 (0,44)
160.100,5 (-4,5) 469.952,4 (6,4) 10.897,6 (5,3) 96.334,4 (7,5) 271.142,2 (5,7) 96.896,7 (1,34) 151.123,3 (0,77) 152.906,1 (0,54)
165.085,4 (3,1) 491.421,8 (4,6) 11.584,1 (6,3) 10.483,7 (-8,91) 293.877,2 (8,4) 109.467,1 (1,30) 161.384,3 (0,68) 160.626,5 (0,50)
168.729,9 (2,2) 514.192,2 (4,6) 12.263,6 (5,9) 12.762,2 (21,73) 311.903,5 (6,1) 124.399,0 (1,36) 170.495,6 (0,56) 170.612,1 (0,62)
419.387,8 9.868,2 84.469,8 243.266,6 76.173,1 131.523,0 138.982,4
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan nilai dalam persen Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (Angka diolah) Hingga kini pertanian telah menunjukkan hasil yang positif. Hal tersebut tercermin dengan adanya peningkatan volume produksi, peningkatan permintaan atas komoditas pertanian dan peningkatan devisa negara dari hasil-hasil pertanian. Kebijakan pemerintah dengan menjadikan pertanian sebagai leading sector adalah tepat dalam upaya meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai pada pembangunan sebelumnya. Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan bagian dari pertanian, yang pada dasarnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Pertumbuhan pada sub sektor perkebunan terus diarahkan pada peningkatan ekspor komoditi perkebunan sekaligus sumber devisa negara (Hassan, 2002). Departemen Pertanian (2006) menunjukkan, hingga saat ini salah satu komoditas perkebunan yang memperlihatkan peranan dalam peningkatan nilai ekspor yang cukup memuaskan adalah kelapa sawit. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan dengan persentase paling
tinggi volume dan nilai ekspornya dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya pada periode 2003 – 2006. Tabel 2. Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Periode 2003-2006 (dalam miliar) Komoditi Karet Kelapa Sawit Bahan dari Karet Produk dari Kapas Tembakau dan Rokok
2003 Volume Nilai 1,650 1,465 7,821
2,764
0,278
0,527
0,121
0,275
0,025
0,146
2004 Volume Nilai 1,866 2,164 (13,07) (47,71) 10,967 4,030 (40,23) (45,8) 0,318 0,647 (14,52) (22,83) 0,101 0,272 (-16,1) (-1,19) 0,033 (29,74)
0,166 (13,35)
2005 Volume Nilai 2,024 2,584 (8,51) (19,38) 13,131 4,430 (19,72) (9,93) 0,344 0,799 (8,05) (23,32) 0,095 0,236 (-5,72) (-13,2)
2006 Volume Nilai 1,738 3,309 (-14,12) (28,07) 10,609 3,699 (-19,19) (-16,52) 0,283 0,728 (-17,6) (-8,93) 0,077 0,205 (-18,8) (-15,25)
0,041 (24,32)
0,033 (-19,77)
0,216 (29,91)
0,175 (-19,03)
Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan nilai dalam persen Sumber: Departemen Pertanian, 2007 (angka diolah) Pengembangan agribisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan sub sektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan industrinya termasuk padat karya. Harga Crude Palm Oil (CPO) yang positif selama beberapa tahun ke depan menjadi sebuah prospek pengembangan perusahaan yang baik bagi kinerja perusahaan
ke
depan.
Prospek
dari
sektor
tersebut
diharapkan
tetap
menguntungkan karena positifnya trend harga dan permintaan yang berlaku. Pada tahun 2007 realisasi harga Crude Palm Oil (CPO) stabil pada US$ 750 per ton, sedangkan tahun sebelumnya hanya mencapai US$ 505 per ton 2 . Namun, sifat dasar komoditi bisnis kelapa sawit telah dikenali adanya volatilitas harga yang dapat mengakibatkan ketidakstabilan marjin dan arus kas sepanjang waktu.
2
Sigit Wibowo dan Danang Murdjono. 2008. Penguatan Saham Sampoerna Agro akan Bertahan. www.sinarharapan.co.id diakses tanggal 13 Januari 2008
Karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai risiko berinvestasi di perusahaan perkebunan kelapa sawit ini. Sehingga hasil penelitian ini nantinya diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi para investor yang ingin berinvestasi pada saham perusahaan-perusahaan agribisnis khususnya perusahaan perkebunan kelapa sawit.
1.2
Perumusan Masalah Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia membuat para investor
terdorong untuk menggunakan dana miliknya pada transaksi arus modal dengan memanfaatkan keberadaan Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi pasar modal guna bersaing dengan bursa luar negeri. Dalam melakukan kegiatan investasi para investor akan menemukan unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak mengetahui secara pasti apa hasil yang akan terjadi dari investasi yang dilakukannya. Semakin besar tingkat keuntungan yang mungkin didapat dari investasi yang dilakukan, semakin besar pula risiko yang mungkin dihadapi. Pasar modal memberikan beragam pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko para investor. Dalam jangka panjang, para investor mendapatkan kesempatan memperoleh deviden yang berkaitan erat dengan kinerja perusahaan. Dalam jangka pendek, para investor mendapatkan kesempatan memperoleh capital gain. Capital gain adalah selisih positif antara kurs beli dan kurs jual. Tetapi, tidak selamanya investor akan memperoleh capital gain. Mungkin saja suatu saat investor akan mengalami kerugian berupa selisih negatif antara kurs beli dan kurs jual yang disebut dengan capital loss.
Dalam penelitian ini perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaanperusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih yaitu PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Nilai harga saham pada perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih memegang peranan penting bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi pada suatu saham tertentu. Naik turunnya harga saham seperti yang disajikan pada Gambar 1, menyebabkan para investor harus lebih memperhatikan tingkat risiko yang akan dihadapi dalam pengambilan keputusan dimana mereka akan menanamkan dana yang mereka miliki. Tingkat risiko yang terdapat pada perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih merupakan gambaran ketidakpastian yang akan ditanggung para investor jika menanamkan modalnya pada saham perusahaan yang dipilih investor tersebut. Hal ini akan menjawab pertanyaan dimana seorang investor akan menanamkan modalnya. Investor dapat menentukan sikapnya kapan dalam posisi membeli, menjual atau hanya menunggu dan melihat saja (wait and see). TBLA
UNSP 2650
640
2600
35000 34000 33000 32000 31000 30000 29000 28000 27000 26000
620
2550 2500
600
2450
580
2400 2350
560
2300
540
2250
520
2200 1 2 3 4
5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 UNSP
AALI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 TBLA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 AALI
Gambar 1. Harga Penutupan Saham Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih (Februari 2008). Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa minggu pertama bulan Februari 2008 PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan harga penutupan
saham harian. Namun, pada periode selanjutnya, perusahaan-perusahaan tersebut kembali mengalami kenaikan dengan tingkat kenaikan yang berbeda-beda. PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk mengalami fluktuasi dengan trend meningkat. Namun PT Tunas Lampung Tbk berfluktuasi di sekitar harga 570-590. Hal ini menunjukkan bahwa harga saham perusahaanperusahaan tersebut hampir selalu berfluktuasi dari hari ke hari dan akan mempengaruhi keputusan investasi para investor pada perusahaan-perusahaan kelapa sawit terpilih. Perkembangan perusahaan-perusahaan kelapa sawit terpilih mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2002 – 2006 . Terlihat dari penerimaan kotor masingmasing perusahaan yang mengalami fluktuasi
setiap tahunnya. PT Bakrie
Sumatera Plantation Tbk mengalami peningkatan pertumbuhan penerimaan yang cukup tinggi pada tahun 2004 namun mengalami penurunan pada tahun 2005. Pada tahun 2006 perusahaan tersebut menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang cukup baik. Berbeda dengan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk yang selalu mengalami pertumbuhan penerimaan, PT Tunas Baru Lampung Tbk mengalami penurunan penerimaan pada tahun 2006. Hal serupa juga terjadi pada PT Astra Agro Lestari Tbk pada tahun 2005. Pertumbuhan penerimaan perusahaanperusahaan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pertumbuhan Penerimaan Perusahaan-perusahaan Kelapa Sawit Periode 2003-2006 (dalam persen) Nama Perusahaan 2003 2004 2005 2006 PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk 27,80 52,32 26,83 33,66 PT Tunas Baru Lampung Tbk 14,19 66,44 2,49 -2,18 PT Astra Agro Lestari Tbk 25,19 36,54 -2,93 11,48 Sumber: www.idx.co.id diakses tanggal 25 Februari 2008
Dari segi fundamental perkembangan perusahaan-perusahaan kelapa sawit menunjukkan kinerja yang baik. Dari segi keuangan (Lampiran 2, 3, dan 4), perusahaan-perusahaan ini selalu menunjukkan penerimaan yang positif sedangkan pertumbuhan penerimaannya tidak selalu meningkat. Kondisi ini menjadi hal yang dilematis bagi investor untuk membuat keputusan berinvestasi pada saham perusahaan-perusahaan kelapa sawit tersebut. Dengan adanya masalah yang dihadapi industri kelapa sawit saat ini ke depannya akan mempengaruhi investasi saham perusahan-perusahaan kelapa sawit di pasar modal saat ini. Berbagai masalah yang dihadapi industri kelapa sawit di atas akan menjadi risiko yang harus dihadapi oleh investor jika ingin berinvestasi pada perusahaanperusahaan kelapa sawit. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan sebelumnya, maka masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimana tingkat risiko (Value at Risk) yang akan ditanggung oleh investor dalam berinvestasi pada saham-saham perusahaan perkebunan kelapa sawit?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Menggambarkan perkembangan return beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih di Bursa Efek Indonesia. 2. Menganalisis risiko investasi (Value at Risk) pada saham-saham perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat umum dan para praktisi di pasar modal sebagai acuan dalam menjalankan investasi di pasar modal. 2. Para investor agar memahami tingkat risiko yang akan ditanggung dalam berinvestasi. 3. Para akademisi, agar dapat menarik minat para peneliti untuk menelaah perdagangan saham secara lebih mendalam. 4. Pemerintah dan pengelola pasar modal untuk bertindak aktif mengatasi permainan saham di pasar modal. 5. Perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih serta pesaing perusahaan-perusahaan tersebut yang diteliti oleh peneliti.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah saham-saham perusahaan perkebunan
kelapa sawit terpilih yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria perhitungan Indeks LQ45 dan terbatas pada tiga saham yaitu saham PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari (AALI).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal di Indonesia Pasar modal adalah (1) suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham. Pada umumnya saham diperdagangkan di pasar modal adalah saham biasa. Di samping itu, ada pula yang disebut dengan saham preferen. (2) Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (pasal 1 ayat 13 UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal). Pasar modal merupakan tempat bertemunya permintaan dan penawaran dana jangka panjang (long-term financial assets). Pihak penawar terdiri dari lembaga-lembaga keuangan dan masyarakat umum yang mempunyai kelebihan dana di atas kebutuhannya sehingga dana ini dapat disalurkan kepada pihak ketiga dalam kurun waktu tertentu. Kurun waktu tersebut dapat berjangka pendek atau panjang. Selanjutnya dana ini oleh pemiliknya dapat disalurkan dalam bentuk partisipasi sebagai modal saham atau sebagai pinjaman berupa obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta sebagai pihak peminta dana (Iskandar, 2006). Perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada publik bertujuan untuk memperoleh dana dari masyarakat penanam modal (investor) dengan alasan-alasan tertentu seperti untuk ekspansi usaha, mengakuisisi perusahaan lain, dan membayar hutang.
Menurut Hakim, ada beberapa aspek yang mendukung perlunya pasar modal yang efisien. Pertama, pasar modal membuat sistem dan keuangan dan perekonomian suatu negara menjadi stabil. Banyak negara yang mengalami ketergantungan yang amat sangat terhadap kebutuhan modal untuk membiayai defisit neraca perdagangan dan untuk membelanjai pembangunan industri, contohnya Indonesia. Krisis ini tidak hanya menciptakan ketidakstabilan dalam negeri peminjam juga menghentikan prospek pertumbuhan negara itu. Kehadiran pasar modal yang kuat akan sangat mengurangi masalah-masalah ini dengan memperkecil rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan membuat para peminjam tidak mudah goncang akibat fluktuasi dan tingginya tingkat suku bunga. Kedua, pasar modal yang efisien membantu meningkatkan pertumbuhan dan kesempatan kerja. Pasar modal menawarkan banyak kombinasi risiko dan imbalan kepada investor. Hal ini pada akhirnya akan membantu kenaikan jumlah investasi yang akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu pasar modal juga menyediakan pembelanjaan bagi perusahaan yang pada akhirnya akan menambah lebih banyak lapangan kerja dan inovasi. Ketiga, pasar modal membantu distribusi pemilikan saham di kalangan masyarakat luas, pasar modal menjamin bahwa pemilikan perusahaan tidak terbatas atau hanya terkonsentrasi pada sekelompok tertentu. Setiap investor mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pemilikan saham, sehingga hal ini akan membantu usaha pemerataan hasil pembangunan, juga dapat menurunkan tingkat kesenjangan sosial.
Keempat, pasar modal meningkatkan efisiensi perekonomian. Dengan pembentukan harga saham adalah merupakan salah satu fungsi pasar modal dalam meningkatkan efisiensi perekonomian. Kelima, pasar modal melicinkan jalan masuk modal internasional, para investor asing (baik pemodal langsung maupun pemodal portofolio) akan terdorong dan tertarik pada pasar modal yang efisien dan likuid karena mereka lebih menyukai investasi di negara-negara dimana mereka merupakan pelengkap bukan sebagai pengganti dana domestik (Hartono, 2001).
2.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan ke II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tahun 1914 -1918, Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. Dan baru pada tahun 1925-1942 Bursa Efek di Jakarta di buka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Namun, pada awal tahun 1939, Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup karena adanya isu politik.Tahun
1942, Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali karena adanya Perang Dunia II. Tahun 1952, Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Pada saat itu instrumen yang diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah RI (1950). Pada tahun 1956, Bursa Efek semakin tidak aktif karena adanya program nasionalisasi perusahaan Belanda. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977. Tepat pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Seperti pada tanggal 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta diswastakan dan BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.
Pada tahun 2000, Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Dan pada tahun 2007, Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) 3 .
2.1.2 Kinerja BEI tahun 2007 Tahun 2007 merupakan tahun yang bersejarah bagi Pasar Modal Indonesia, dengan telah selesainya penggabungan PT Bursa Efek Surabaya ke dalam PT Bursa Efek Jakarta yang selanjutnya menjadi PT Bursa Efek Indonesia. Di tahun 2007 ini pula tercatat kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sangat menggembirakan.
Hampir
seluruh
indikator
perdagangan
menunjukan
peningkatan yang signifikan, seperti aktivitas transaksi, pergerakan indeks, maupun minat investor asing untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Pada akhir tahun 2007 , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 2.739,704 atau meningkat 51,74% dari level penutupan di tahun 2006 yaitu sebesar 1.805,523. Pada tahun 2007, nilai kapitalisasi pasar BEI telah mencapai angka sebesar Rp 2.539,041 trilliun, yang merupakan penggabungan dari Rp 1.982 triliun equity, untuk Obligasi Korporasi sebesar Rp 79,065 trilliun dan USD 105 juta sedangkan untuk Surat Utang Negara (SUN) Rp 477 trilliun. Nilai kapitalisasi pasar untuk saham di akhir tahun 2007 tersebut mengalami peningkatan sebesar 58,69% dari kapitalisasi pasar saham di tahun
3
Indonesia Stock Exchange. www.idx.co.id diakses tanggal 21 Februari 2008
2006 senilai Rp. 1.249 triliun. Peningkatan kapitalisasi pasar tersebut juga diikuti dengan meningkatnya aktivitas perdagangan yang ditunjukkan oleh indikatorindikator perdagangan seperti rata-rata nilai transaksi harian yang meningkat sebesar 138,88% dari Rp 1,8 triliun di tahun 2006 menjadi Rp. 4,3 triliun pada tahun 2007, rata-rata frekuensi transaksi harian yang meningkat sebesar 142,68% dari 19.880 kali di tahun 2006 menjadi 48.244 kali ditahun 2007 dan volume transaksi yang meningkat sebesar 133,33% dari 1,8 milyar di tahun 2006 menjadi 4,2 milyar di tahun 2007. Disamping peningkatan aktivitas transaksi, IHSG juga menunjukkan kinerja yang sangat menggembirakan. Pada tanggal 11 Desember 2007, IHSG ditutup pada level 2.810,962 yang merupakan indeks tertinggi sepanjang sejarah bursa. Prestasi ini menempatkan BEI sebagai salah satu Bursa dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik bahkan di dunia. Sepanjang tahun 2007, aktifitas di pasar Surat Utang Korporasi mencapai Rp 68,22 triliun atau naik sebesar 113,92 % dibanding dengan tahun 2006 yaitu Rp 31,89 triliun . Frekuensi transaksi di tahun 2007 mencapai 15.400 kali atau naik sebesar 79,028 % dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar 8.602 kali. Rata-rata transaksi harian naik dari Rp 130 Milliar perhari pada tahun 2006 menjadi Rp 278,47 Milliar per hari pada tahun 2007 atau naik 114,2 %. Sepanjang tahun 2007, aktifitas perdagangan Surat Utang Negara (SUN) termasuk ORI mencapai Rp 1.070 triliun, mengalami kenaikan sebesar 52,892 % dari Rp 699,84 Triliun pada tahun 2006. Frekuensi transaksi di tahun 2007 mencapai 51.551 kali atau naik sebesar 59,7% dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar 32.276 kali. Rata-rata transaksi harian naik dari Rp 2,85 Triliun perhari pada tahun 2006 menjadi Rp 4,37 Triliun per hari pada tahun 2007 atau
naik 53,33%. Sampai dengan akhir Desember 2007, pasar derivatif secara umum menunjukkan jumlah kontrak yang ditransaksikan sebanyak 215 kontrak dengan total nilai sebesar Rp 45,4 miliar dan frekuensi perdagangan sebanyak 146 kali. Pada tahun 2007 telah tercatat 22 emiten baru dan 23 emiten yang mengeluarkan right issues. Total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp44,54 trilliun, berasal dari Rp16,87 trilliun IPO, Rp25.5 trilliun right issues dan Rp2,08 trilliun warrant. Emiten baru di tahun 2007 yaitu: yaitu PT Bisi International, Tbk (BISI), PT Panorama Transportasi, Tbk (WEHA), PT Bukit Darmo Property, Tbk (BKDP), PT Sampoerna Agro, Tbk (SGRO), PT Media Nusantara Citra, Tbk (MNCN), Bank Multicor, Tbk (MCOR), PT Perdana Karya Perkasa, Tbk (PKPK), PT Laguna Cipta Griya, Tbk (LCGP), PT Darma Henwa, Tbk (DEWA), Bank Capital, Tbk (BACA), PT Perdana Gapura Permai, Tbk (GPRA), PT Wijaya Karya(Persero), Tbk (WIKA), PT Ace Hardware Indonesia, Tbk (ACES), PT Ciputra Property, Tbk (CTRP), PT Sat Nusapersada, Tbk (PTSN), PT Jasa Marga, (Persero) Tbk, (JSMR), PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk (JKON), PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk (CSAP), PT Alam Sutera Realty, Tbk (ASRI), PT Indo Tambangraya Megah, Tbk (ITMG), PT Cowell Development, Tbk (COWL), PT Duta Graha Indah, Tbk (DGIK). Pada tahun tersebut terdapat 7 (tujuh ) emiten yang delisting dari BEI, yaitu PT Korpora Persada Investama Tbk (KOPI), PT Makindo Tbk (MKDO), PT Great River International Tbk (GRIV), PT Sari Husada Tbk (SHDA), PT Summitplast Tbk (SMPL), PT Bank Arta Niaga Kencana (ANKB) dan PT Mulialand Tbk (MLND). Dengan bergabungnya BES, maka terdapat tambahan 25 emiten saham yang dulunya merupakan emiten single
listing di BES. Dengan tambahan tersebut dan tambahan IPO di tahun 2007, maka total emiten di Bursa Efek Indonesia adalah 383 perusahaan. Realisasi penerbitan obligasi tahun 2007 naik sebesar 130 % jika dibandingkan tahun 2006 yaitu dari Rp 11,55 Triliun sebanyak 14 emiten (32 seri) meningkat menjadi Rp 30,2 Triliun sebanyak 37 emiten (74 seri), pada tahun 2007. Sehingga total obligasi korporasi yang tercatat sampai dengan tahun 2007 seluruhnya berjumlah 102 emiten. Dimana 242 seri obligasi dalam denominasi rupiah dengan nilai Rp 79,065 triliun; dan 2 seri dalam denominasi Dolar Amerika Serikat sebesar USD 105 juta. Khusus untuk Surat Utang Negara (SUN), termasuk ORI, hingga saat ini terdapat 64 seri Obligasi Negara dengan nilai nominal sebesar Rp 473 trilliun dan 1 seri Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dengan nilai nominal sebesar Rp 4,16 trilliun
yang
tercatat
dan
dapat
diperdagangkan
dan
atau
dilaporkan
perdagangannya ke Bursa 4 .
2.1.3 Aktivitas BEI tahun 2007 Pada tahun 2007, BEI melaksanakan beberapa aktivitas penting antara lain: 1. Sosialisasi dan Edukasi Dalam upaya pengembangan Pasar Modal Indonesia baik dari sisi peningkatan jumlah emiten dan investor, maka telah dilaksanakan sebanyak 45 kegiatan program Business Gathering (untuk menjaring calon emiten), Forum Calon Investor (untuk menjaring potensial investor), Investor Forum (untuk
4
ibid
memberikan update pasar kepada investor), Investor Club, Program Edukasi Regular Basic & Intermediate, Program Perempuan & Investasi, Program Selebriti & Investasi, Analyst Award, Workshop Wartawan, Investor Day III, Indonesia Investor Forum II & Capital Market Expo. Sosialisasi melalui media cetak dan elektronik juga secara gencar dilakukan BEI. Untuk pengembangan pasar di daerah, BEI mendirikan Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) di berbagai daerah yang potensial. Saat ini BEI memiliki 6 (enam) PIPM, dengan lokasi Riau, Palembang, Makassar, Balikpapan, Pekalongan dan Manado. Di akhir tahun 2007, sejalan dengan perkembangan di Malang yang sangat menggembirakan, maka BEI merelokasi PIPM Malang ke Jember. Di tahun 2008, BEI akan membuka 3 PIPM baru, yakni di Pontianak, Padang dan Jember. BEI juga mendirikan Pojok BEI di universitas untuk mengenalkan Pasar Modal sekaligus prakteknya dengan konsep 3 in 1, yaitu kerjasama antara BEI, Universitas dan Anggota Bursa. Di tahun 2007 telah didirikan 9 (sembilan) Pojok BEI yaitu di Universitas Atmajaya Jogjakarta, Universitas Jember, Universitas Mulawarman, Universitas Balikpapan, Universitas International Batam, Universitas Syiah Kuala, Universitas Klabat, Universitas Tanjung Pura dan Universitas Maranatha Bandung, sehingga saat ini BEI mempunyai 47 pojok. Selain itu BEI rutin menerima kunjungan dari berbagai universitas dan sekolah dari seluruh Indonesia dengan total peserta kunjungan di tahun 2007 sebanyak 41.113 orang. 2. ORI (Obligasi Ritel Indonesia) Pada tanggal 29 Maret 2007, ORI 002 secara resmi tercatat dan dapat diperdagangkan di Bursa dan ORI seri 003 tanggal 13 September 2007.
3. Kerjasama Internasional Sementara itu, untuk meningkatkan aktualisasinya di kalangan bursa dunia, BEI telah banyak berpartisipasi dalam kegiatan internasional, antara lain ASEAN Exchanges CEOs Meeting (AECEM), ASEAN Exchanges Joint Marketing & Joint Product Development Working Group, AOSEF (Asia Oceanian Stock Exchanges Federation), IOSCO (International Organization of Securities Commissions) dan 2nd Annual City ASEAN Conference dan 2nd ASEAN Federation of Exchanges, World Federations of Exchanges (WFE), International Monetary Fund Annual Meeting, dan bekerjasama dengan UK Trade & Investment dan FOA (Futures and Options Association) dalam seminar financial service regulating and practices di Jakarta. Pada bulan Desember 2007, Bursa Efek Indonesia bersama dengan Departemen Keuangan RI, Bapepam-LK, KPEI dan KSEI menyelenggarakan cultural event bertajuk ‘Rainbow of Indonesia’ bagi para menteri keuangan dunia dalam rangkaian climate change event di Bali. 4. Penyempurnaan Peraturan dan Sistem Perdagangan Sebagai tindak lanjut atas upaya Bursa dalam memacu peningkatan kinerja Perusahaan Tercatat, maka Bursa menetapkan perubahan batasan harga terendah atas saham yang diperdagangkan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, yaitu yang semula ditetapkan sekurang-kurangnya Rp 25 diubah menjadi sekurangkurangnya Rp 50. Diketahui bahwa saat ini lebih dari 99% harga saham yang tercatat di Bursa telah berada pada harga diatas Rp 50. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Surat Edaran No. SE-001/BEJ/06-2007 Tentang Batasan Harga Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta yang mulai berlaku tanggal 18 Juni
2007. Peningkatan kapasitas JATS untuk Order dari 300.000 menjadi 360.000, untuk Trade dari 150.000 menjadi 200.000 5 .
2.1.4 Langkah Strategis BEI tahun 2008 Berbagai indikator ekonomi makro yang membaik di tahun 2007 diharapkan
akan semakin baik di tahun 2008. Hal ini diharapkan akan
berdampak positif terhadap Pasar Modal Indonesia. BEI meyakini tahun 2008 sebagai tahun yang akan memberikan prospek dan kesempatan bagi Pasar Modal Indonesia untuk berkembang lebih luas. Dari kinerja di tahun 2007 yang sangat menggembirakan ini, diharapkan kinerja di tahun 2008 dapat lebih meningkat dengan proyeksi kenaikan 20% dari rata-rata nilai transaksi harian tahun 2007. Target pencatatan saham emiten baru diperkirakan mencapai 30 perusahaan, dan pencatatan tambahan (right issue dan saham bonus) sebanyak 37 emiten 6 .
2.1.5 Transaksi di Bursa Efek Indonesia Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan dengan menggunakan fasilitas JATS (Jakarta Automated Trading System). JATS adalah sistem perdagangan yang berlaku di Bursa untuk perdagangan yang dilakukan secara otomasi dengan menggunakan sarana komputer. Perdagangan Efek di Bursa hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi Anggota KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia). KPEI merupakan perseroan yang berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sebagai pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan 5 6
ibid ibid
penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa, dan perseroan tersebut berdasarkan perjanjian dengan Bursa memberikan jasa Kliring dan Penjaminan penyelesaian atas Transaksi Bursa. Anggota Bursa Efek bertanggungjawab terhadap seluruh transaksi yang dilakukan di Bursa baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. Anggota Bursa Efek bertanggung jawab terhadap penyelesaian seluruh Transaksi Bursa atas nama Anggota Bursa Efek yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam Daftar Transaksi Bursa (DTB). DTB merupakan dokumen elektronik yang berisikan seluruh Transaksi Bursa yang dilakukan oleh setiap Anggota Bursa Efek pada setiap Hari Bursa yang disediakan oleh Bursa untuk Anggota Bursa Efek dan KPEI pada setiap akhir sesi perdagangan. Segmen pasar di Bursa Efek terdiri dari Pasar Reguler, Pasar Tunai, dan Pasar Negosiasi.
Penyelesaian transaksi pada masing-masing segmen pasar
disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Waktu Penyelesaian Transaksi Bursa Efek Indonesia Segmen Pasar Waktu Penyelesaian Transaksi Pasar Reguler Hari Bursa ke-3 setelah terjadinya Transaksi Bursa (T+3) Pasar Tunai Hari Bursa yang sama dengan terjadinya Transaksi Bursa (T+0) Pasar Negosiasi Berdasarkan kesepakatan antara Anggota Bursa jual dan Anggota Bursa Beli Perdagangan Efek di Pasar Reguler, Pasar Tunai, dan Pasar Negosiasi dilakukan selama jam perdagangan pada setiap Hari Bursa dengan berpedoman waktu JATS. Jam perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi dilakukan mulai hari Senin sampai dengan Jumat, dengan pembagian waktu Tabel 5.
Tabel 5. Jam Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Hari Sesi I Sesi II Senin-Kamis 09:30:00 s/d 12:00:00 13:30:00 s/d 16:00:00 Jumat 09:30:00 s/d 11:30:00 14:00:00 s/d 16:00 Dengan memperhatikan kondisi perdagangan di Bursa, Bursa dapat mengubah jam perdagangan dengan keputusan Direksi setelah mendapat persetujuan dari Badan Pengelola Pasar Modal (Bapepam). Perubahan jam perdagangan tersebut diumumkan di Bursa dan mulai berlaku paling cepat 3 (tiga) Hari Bursa sejak diumumkan. Anggota Bursa yang menerima pesanan dari nasabahnya untuk melakukan transaksidan atau akan melakukan transaksi untuk kepentingannya sendiri atas Efek yang tercatat di Bursa, wajib melaksanakan transaksi tersebut melalui sistem perdagangan Bursa. Pesanan yang dapat dilaksanakan di Bursa oleh anggota Bursa Efek hanya pesanan terbatas (limited order) yaitu pesanan yang dilaksanakan oleh Anggota Bursa Efek sampai dengan batas yang ditetapkan oleh nasabahnya. Proses jual beli di Bursa Efek dijelaskan pada Gambar 2.
Lantai Bursa
Nasabah Beli
Anggota Bursa
Trader
Trader
Sistem Perdagangan Bursa (JATS)
Nasabah Jual Anggota Bursa
Proses Perdagangan
Proses
Penyelesaian
KPEI-KSEI Transaksi
BAE
Transfer Dana
Sistem Penjaminan dan Penyelesaian Transaksi
Transfer Efek
Gambar 2. Proses Transaksi Saham di BEI. Sumber: PT. Bursa Efek Indonesia 7 2.1 6 Persyaratan Pencatatan Emiten di Bursa Efek Indonesia Persyaratan pencatatan emiten di Bursa Efek Indonesia terdapat pada Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan No 1-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Adapun syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan merupakan badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT). 2. Perusahaan telah mendapat ijin dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). 3. Laporan keuangan perusahaan harus diaudit oleh kantor akuntan publik.
7
ibid
4. Syarat-syarat administrasi pendirian PT harus lengkap (NPWP, akta pendirian perusahaan, dan surat-surat keputusan dari pemerintah). 5. Harus ada underwriter atau penjamin yang akan melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering). 6. Portofolio perusahaan yang baik dari segi finansial maupun kinerja perusahaan keseluruhan. 7. Ada tujuan yang jelas atas penerbitan saham (untuk ekspansi atau tujuan lainnya). 3. Perusahaan tersebut memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30 persen dari jajaran anggota Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai Komisaris Independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat. 4. Perusahaan memiliki direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya satu orang dari jajaran anggota Direksi yang dapat dipilih terlebih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai direktur tidak terafiliasi setelah saham tersebut tercatat. 5. Perusahaan memiliki Komite Audit atau bagi Calon Perusahaan Tercatat yang belum memiliki Komite Audit wajib membuat pernyataan untuk membentuk Komite Audit paling lambat enam bulan setelah perusahaan tersebut tercatat. 6. Perusahaan harus memiliki sekretaris perusahaan 7. Nilai nominal saham Calon Perusahaan Tercatat sekurang-kurangnya Rp 100,00 (seratus rupiah).
8. Direksi dan Komisaris Calon Perusahaan Tercatat harus memiliki reputasi baik, yang antara lain dibuktikan dengan: tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; tidak pernah dinyatakan pailit; tidak pernah dinyatakan bersalah yang menyebabkan perusahaan yang pernah atau sedang dipimpinnya dinyatakan pailit; tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat dari suatu pekerjaan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir; dan tidak dalam pengampuan.
2.1.7 Indeks Harga Saham Indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi lima macam, yaitu: 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. 2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. 3. Indonesia Islamic Index (JII), menggunakan 30 saham yang termasuk dalam kriteria syariah dan termasuk dalam saham likuid. 4. Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. 5. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui berbagai kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut.
Kriteria yang ditetapkan untuk LQ45 adalah sebagai berikut: 1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). 2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). 3. Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan. 4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi, dan jumlah hari transaksi di pasar regular. Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45. Setiap tiga bulan review pergerakan ranking saham akan digunakan dalam kalkulasi indeks LQ45. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi Indeks LQ45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997. Hari dasar untuk perhitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar dari Juli 1993-Juni 1994, hingga terpilih 45 emiten yang meliputi 72 persen dari total kapitalisasi pasar dan 72,5 persen dari total nilai transaksi di pasar regular 8 . Komponen saham yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ45 periode bulan Februari 2008 sampai dengan Juli 2008 disajikan pada Lampiran 1.
8
ibid
2.2
Peran Pasar Modal dalam Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Agribisnis merupakan salah satu terminologi yang paling sering
diungkapkan dewasa ini. Pengertian agribisnis yang diacu oleh banyak peneliti yaitu penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari produk pertanian dan produkproduk lain yang dihasilkan dari produk pertanian. Sektor agribisnis memiliki lingkup yang jauh lebih luas dari sekedar pengertian pertanian primer. Agribisnis mencakup empat subsistem yaitu: subsistem agribisnis hulu (up-stream agribussiness), yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat dan mesin pertanian, dan lain-lain); subsistem usahatani (on-farm agribussiness) yang di masa lalu kita sebut sebagai sektor pertanian primer; subsistem hilir (down-stream agribussiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap untuk disaji (ready to cook/ready for used) atau siap untuk dikonsumsi (ready to eat) beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional; dan subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan dan layanan informasi agribisnis, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, asuransi agribisnis, dll. Kinerja masing-masing kegiatan dalam sistem agribisnis tersebut akan sangat ditentukan oleh keterkaitannya dengan sub-sistem lain. Dengan demikian,
penanganan pembangunan pertanian tidak dapat lagi hanya dilakukan terhadap aspek-aspek yang berada dalam susbsistem on farm saja tetapi juga harus melalui pembangunan aspek-aspek off farm secara integratif. Sehingga dalam kaitannya sengan struktur perekonomian nasional kiranya perlu dilihat peran intersektoral dalam sistem agribisnis (khususnya pertanian, perdagangan, industri, dan lembaga keuangan) untuk mendapatkan gambaran mengenai peran sektor pertanian. (Krisnamurthi, 2001) Agribisnis diartikan sebagai semua aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai ke pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani. Sedangkan industri kelapa sawit adalah kumpulan perusahaan yang membudidayakan tanaman kelapa sawit untuk dimanfaatkan hasilnya. Sektor agribisnis yang terdiri dari bidang pertanian, perternakan, kelautan dan perikanan merupakan sektor yang menduduki posisi strategis dalam proses pembangunan di Indonesia. Untuk mengembangkan sektor agribisnis, diperlukan langkah-langkah mulai dari hal yang mendasar sampai langkah akhir guna mengelola sektor agribisnis menjadi sektor yang tangguh. Salah satu hal yang sering menjadi kendala adalah mengenai pembiayaan-pembiayaan perusahaan agribisnis. Pada umumnya perusahaan agribisnis mengalami hambatan dari segi permodalan, karena besarnya risiko yang dihadapi investor. Salah satu alternatif dari sumber permodalan adalah pasar modal. Baik perusahaan dan investor menikmati beberapa keuntungan dengan adanya bursa efek diantaranya: (a) menyediakan pasar yang berkesinambungan,
(b) memantapkan dan mempublikasikan harga sekuritas yang wajar, (c) membantu bisnis memperoleh modal baru (Keown, et al., 1999). Keuntungan dan kerugian investor terefleksikan dari perubahan harga saham di bursa. Sesungguhnya bukan hanya investor yang berkepentingan terhadap pergerakan harga saham di bursa tetapi manajemen perusahaan pun berkepentingan karena harga saham mencerminkan pendapat masyarakat terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pasar modal yang semakin berkembang seharusnya mulai memacu perusahaan agribisnis untuk lebih banyak masuk ke dalam pasar modal karena dengan banyaknya investor yang menanamkan modalnya di perusahaan agribisnis akan didapat keuntungan sebagai berikut (Hartono, 2001): 1. Usaha agribisnis Indonesia akan lebih berkembang dan akan mampu lebih bersaing. Dengan adanya tambahan modal dari hasil penjualan saham, maka perusahaan agribisnis diharapkan dapat berkembang lebih baik dalam hal perluasan lini produksi maupun dalam peningkatan mutu dan inovasi produk. Perusahaan tidak hanya mengandalkan modal dari perbankan tetapi juga dapat menggunakan dana masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Kondisi ini akan membuat perusahaan agribisnis di Indonesia memiliki daya saing yang lebih baik. 2. Penjualan saham agribisnis secara tidak langsung akan menimbulkan atau bahkan meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat Indonesia terhadap produk-produk pertanian negara sendiri. Hal ini akan membawa dampak positif yaitu mengurangi ketergantungan terhadap produk pertanian negara lain atau impor.
Selain itu, pemerintah juga harus menetapkan ketentuan yang lebih mendorong dan melibatkan petani penghasil produk pertanian primer dalam kegiatan agribisnis yaitu dengan membudayakan pengetahuan mengenai saham kepada petani. Dengan memberikan kesempatan kepada petani untuk memilliki saham perusahaan agribisnis yang melakukan pengolahan lebih lanjut dari hasil pertanian yang diproduksi oleh para petani akan memberikan keuntungan sebagai berikut (Perwira, 2000): 1. Akan timbul kerjasama yang baik antara petani dengan perusahaan agribisnis. Diharapkan dengan adanya kerjasama yang baik ini kan mendukung sektor agribisnis Indonesia menjadi salah satu sektor perekonomian yang tangguh. 2. Mendidik petani untuk lebih memiliki wawasan pemasaran dalam kegiatan pertanian mereka. Petani tidak lagi menanam menurut keinginannya tetapi petani akan menanam produk pertanian yang diperlukan industri dan menjadi keinginan konsumen.
2.3 Saham sebagai Instrumen Pasar Modal Saham merupakan suatu bentuk modal penyertaan (equity capital) atau bukti posisi kepemilikan dalam perusahaan. Banyak saham yang tidak diperdagangkan karena perusahaan terlalu kecil atau dikendalikan sepenuhnya oleh keluarga. Saham yang dapat dijadikan wahana investasi adalah yang dikenal sebagai emisi yang diperdagangkan secara umum (publicly traded issues), yaitu saham yang tersedia bagi masyarakat umum dan dibeli serta dijual di pasar terbuka (Hartono, 2001).
Harga saham merupakan nilai dari sebuah saham yang ditentukan dengan uang. Saham perusahaan yang tercatat di bursa efek terdiri dari beberapa macam diantaranya harga nominal, harga emisi, harga pasar dan harga buku. Harga nominal, adalah nilai saham yang tercantum pada sertifikat kepemilikan saham. Nilai ini merupakan ukuran akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang saham. Harga emisi atau harga perdana saham adalah nilai yang ditentukan atas kesepakatan antara emiten dengan lembaga penjamin emisi (under writer) sebelum saham diperjualbelikan pertama kalinya kepada masyarakat di pasar perdana. Keputusan harga ini ditentukan berdasarkan hasil evaluasi atas kemampuan perusahaan menghasilkan laba, dengan mempertimbangkan faktorfaktor yang mempengaruhinya pada saat itu. Harga pasar adalah nilai saham berdasarkan kurs resmi yang terakhir. Tingkat kurs tersebut sangat tergantung sentimen pasar yang ditunjukkan oleh fluktuasi permintaan dan penawaran saham saat diperdagangkan di lantai bursa. Harga pasar terbentuk jika kurs merupakan titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran sebuah saham investor jual dan investor beli. Harga buku suatu saham merupakan nilai saham yang dapat dilihat pada neraca perusahaan. Nilai ini menunjukkan besarnya penyertaan pemegang saham (stockholders) di dalam perusahaan. Nilai buku selembar saham sama dengan modal (saham biasa ditambah laba ditahan) kemudian dibagi oleh jumlah saham beredar yaitu saham yang diterbitkan dan disetor penuh. Dari perhitungan tersebut dapat disebutkan bahwa nilai buku sebuah saham dapat berubah setiap saat tergantung perkembangan perusahaan.
Salah satu indikator dari pasar modal adalah instrumen saham. Apabila harga saham meningkat maka mengindikasikan terjadinya pertumbuhan yang positif dari pasar modal. Perkembangan yang positif dari pasar modal akan meningkatkan sumber modal dalam negeri. Apabila sumber modal dalam negeri meningkat maka diharapkan akan meningkatkan perekonomian negara. Pada hakekatnya, pembentukan harga saham di Bursa efek sama dengan pembentukan harga pada barang dan jasa. Harga saham yang terbentuk merupakan kekuatan permintaan pada tingkat harga yang diinginkan oleh investor beli dan kekuatan permintaan penawaran pada tingkat harga yang diinginkan oleh investor jual. Apabila terjadi kelebihan permintaan (excess demand) karena terjadi peningkatan permintaan saham sedangkan penawaran tetap atau penawaran berkurang sedangkan permintaan tetap, maka harga saham akan naik. Sebaliknya bila terjadi kelebihan penawaran (excess supply) karena terjadi peningkatan penawaran saham sedangkan permintaan tetap atau permintaan berkurang sedangkan penawaran tetap maka harga saham akan turun.
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Saham Teori permintaan dan penawaran akan membantu pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham yang terjadi di pasar. Harga saham terbentuk akibat interaksi kekuatan penawaran dan permintaan. Karena itu, perubahan tingkat harga yang terjadi merupakan akibat dari perubahan tingkat permintaan dan penawaran. Dua faktor yang secara langsung mempengaruhi permintaan terhadap saham di Bursa Efek Jakarta adalah besar kecilnya deviden yang dibayarkan dan
perkembangan harga saham yang bersangkutan (Perwira, 2000). Bila suatu saham diharapkan akan memberikan deviden yang relatif tinggi maka dapat dipastikan bahwa permintaan akan saham tersebut meningkat, sebaliknya bila saham tersebut memberikan deviden yang tidak memuaskan seperti yang diharapkan investor maka permintaan akan saham itu menurun.
2.4 Investasi di Indonesia Investasi adalah barang-barang yang dibeli oleh individu dan perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka (Mankiw, 2003). Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menanam modal, baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu objek dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan selama satu periode (Husnan, 1994). Dalam melakukan kegiatan investasi terdapat unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang dilakukan. Kebutuhan investasi setiap orang tidak selalu sama, oleh karena
itu
dalam melakukan
investasi
tergantung
pada
pertimbangan investasi, diantaranya: 1. Tujuan mengadakan investasi 2. Jangka waktu investasi 3. Kemampuan keuangan 4. Penanggulangan risiko yang timbul akibat berinvestasi 5. Alternatif investasi yang tersedia 6. Informasi yang tersedia bagi alternatif investasi tersebut 7. Penentuan pilihan yang sesuai.
pertimbangan-
Lahan investasi dapat dibagi menjadi tiga bagian (Widiatmodjo, 2004) yaitu investasi pada sektor riil (riil investment), investasi komoditas (commodity investment), dan investasi keuangan (financial investment). Investasi riil (riil investment) adalah investasi yang diwujudkan dalam pendirian pabrik atau pembukaan perkebunan, pertambangan dan lain-lain. Investasi komoditas (commodity investment) adalah investasi yang objek investasinya berupa komoditas (dalam arti barang), investasi komoditas sering disebut perdagangan berjangka (future trading). Investasi keuangan (financial investment) adalah investasi yang objek investasinya uang, seperti valuta asing, surat-surat berharga yang diterbitkan oleh industri perbankan (sertifikat deposito, commercial paper dan lain sebagainya). Jenis investasi ini sering disebut investasi pada pasar uang. Sedangkan saham, obligasi, waran, opsi dan surat berharga lain dapat digolongkan ke dalam investasi pada pasar modal. Dengan demikian, investasi keuangan terdiri atas investasiinvestasi pada pasar uang dan pasar modal.
2.5 Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisis yang dilakukan oleh investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan fundamental perusahaan ketimbang memperhatikan perkembangan harga saham dari hari ke hari. Dalam analisis fundamental diperhitungkan baik buruknya kinerja perusahaan, industri, makro dan mikro perusahaan yang akan mempengaruhi kinerja sahamnya. Investor yang menggunakan analisis ini adalah mereka yang berpatokan jangka
panjang yang mengharapkan penghasilan dari dua sumber pendapatan, yaitu dividen dan kenaikan harga saham. Analisis fundamental juga dapat membuat keputusan membeli atau menjual suatu saham dengan memperhitungkan perbedaan harga pasar dan harga wajar, di mana harga wajar akan dibandingkan dengan nilai pasar saat itu. Hasil dari perbandingan tersebut, apabila ternyata harga wajar lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar, maka sekuritas tersebut dapat dikatakan murah (undervalued) dan anda bisa memutuskan untuk membelinya. Para fundamentalis biasanya tidak terlalu memperhatikan pergerakan saham sehari-hari karena mereka berkeyakinan bahwa dalam jangka panjang harga pasar akan bergerak mendekati harga wajar terlepas dari pergerakan harga sehari-hari. Analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham, indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan data historis (masa lalu). Analisis yang diaplikasikan pada bursa efek didefinisikan sebagai penggunaan suatu grafik yang memperlihatkan perilaku harga dan volume transaksi. Grafik tersebut menunjukkan gerakan harga saham, suatu nilai yang dapat dengan mudah dikonfirmasikan hanya dengan membaca (Salim, 2003). Kedua analisis ini digunakan oleh para investor dan para analis investasi untuk mengambil keputusan dimana mereka akan menanamkan modal yang dimiliki.
Perbandingan antara kedua analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perbedaan Analisis Fundamental dan Teknikal No Variabel Fundamental Teknikal 1 Fokus Perhatian Harga (Undervalued atau Waktu (trend nya naik atau overvalued) turun) 2 Horizon Jangka menengah dan Jangka pendek Investasi panjang 3 Informasi Utama Kondisi dan Prospek Psikologis investor Perusahaan 4 Motif Utama Dividen dan pertumbuhan Merealisasi capital gain dari fluktuasi 5 Strategi Utama Beli dan simpan Berpindah Sumber: Widiatmodjo, 2004 2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu Ramadhona (2004) meneliti risiko saham tiga perusahaan agribisnis yaitu Astra Agrolestari Tbk. (AALI), Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) sebagai perbandingan bagi para investor dalam meminimumkan risiko dari ketidakpastian tingkat harga yang terjadi di Bursa Efek Jakarta dan memaksimumkan keuntungan dari perubahan harga tersebut. Analisis risiko yang dilakukan dengan menggunakan metode ARCH-GARCH Dari penelitian Ramadhona (2004) disimpulkan bahwa tingkat risiko yang dimiliki oleh saham-saham agribisnis relatif kecil dan nilainya di bawah 10 persen dari total dana yang diinvestasikan oleh investor. Penelitian ini sebagai pembanding terhadap penelitian yang akan dilakukan apakah saham-saham agribisnis perkebunan kelapa sawit juga memiliki tingkat risiko yang kecil dari total dana yang diinvestasikan oleh investor. Iskandar (2006) meneliti bagaimana risiko saham perusahaan agribisnis rokok yang terpilih bahwa nilai VaR (Value at Risk) semakin besar seiring dengan lamanya waktu berinvestasi. Iskandar menyimpulkan bahwa saham PT. Bentoel
International Investama Tbk (RMBA) memiliki tingkat risiko yang tertinggi pada perusahaan agribisnis rokok terpilih di Bursa Efek Jakarta dan yang terendah adalah saham PT. HM. Sampoerna Tbk (HMSP). Tingkat risiko saham PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) berada di antara keduanya. Roland Fuss, Dieter G Kaiser, dan Zeno Adams (2007) dalam jurnalnya tentang Value at Risk (VaR), GARCH modeling, dan peramalan volatilitas return dari Hegde Funds menyimpulkan bahwa tipe GARCH untuk peramalan nilai VaR lebih sensitif digunakan dalam proses peramalan risiko. Peramalan nilai VaR dapat menghasilkan peramalan yang lebih baik untuk periode waktu yang bermacam-macam. Tipe GARCH pada peramalan nilai VaR menawarkan perlindungan untuk menurunkan peluang kesalahan pengambilan keputusan yang memiliki risiko. Jurnal ini sebagai acuan penelitian dalam menggunakan peramalan nilai VaR sebagai metode dalam perhitungan risiko. Dalam penelitian ini akan digunakan metode ARCH-GARCH dengan terlebih dahulu mencari model terbaik dari metode ARIMA. Dari model terbaik ARIMA yang telah memenuhi kriteria, akan terbentuk mean process yang akan digunakan untuk mengestimasi model volatilitasnya. Mean process diperlukan guna menghasilkan residual yang diestimasi perubahannya. Nilai residu yang dihasilkan diuji apakah terdapat ARCH error. Jika terdapat ARCH error maka data akan dilanjutkan ke metode ARCH-GARCH. Model ARCH-GARCH terbaik ini akan menghasilkan nilai volatility yang akan digunakan untuk menghitung VaR. Penelitian-penelitian tentang penerapan metode ARCH-GARCH yang telah ada digunakan sebagai alat acuan dalam pengolahan data dan pengukuran tingkat risiko yang terdapat dalam saham-saham yang dianalisis dalam penelitian ini.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penyusunan hasil penelitian perlu dilandasi oleh teori-teori terkait dengan risiko investasi dan alat analisis yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut kerangka pemikiran teori penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.1.1 Risiko Investasi Investor yang melakukan investasi dihadapkan oleh beberapa risiko. Risiko merupakan prospek suatu hasil yang tidak disukai (Keown et al, 1999). Menurut Sartono (1997), risiko adalah kemungkinan bahwa keuntungan sebenarnya dari pemilikan suatu aktiva akan menyimpang dari keuntungan yang diharapkan. Penyimpangan ini diukur dengan varian keuntungan atau standar penyimpangannya, semakin besar tingkat penyebaran, maka investasi tersebut semakin berisiko. Pada dasarnya, investor lebih menyukai tingkat hasil pengembalian yang tinggi dengan risiko yang rendah. Risiko yang dihadapi oleh investor antara lain sebagai berikut (Anoraga, 2004): 1. Risiko finansial, yaitu risiko yang diterima oleh pemodal akibat dari ketidakmampuan emiten dalam memenuhi kewajiban pembayaran dividen, bunga serta pokok investasi. 2. Risiko pasar, yaitu akibat menurunnya harga pasar substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi ekonomi, keuangan negara atau kebijakan pemerintah.
3. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi pemodal yang bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham. Sikap pemodal dalam menghadapi risiko dapat dikelompokkan menjadi tiga (Sartono, 1997), yaitu: (1) risk averse (tidak menyukai risiko), berarti pemodal akan lebih senang pada pilihan investasi dengan risiko yang lebih kecil pada tingkat pengembalian yang sama (2) risk neutral (netral terhadap risiko), berarti bahwa pemodal bersikap netral terhadap risiko, pemodal akan meminta tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko, dan (3) risk seeker (menyukai risiko), berarti pemodal akan memilih risiko yang lebih tinggi walaupun dihadapkan dengan investasi yang tingkat keuntungannya sama dengan risiko yang lebih kecil. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 3. Tingkat pengembalian
Risk Averse Risk Neutral
Risk Seeker
r2 r1
σ1σ2 σ3 σ4 σ5
σ6
risiko
Gambar 3. Sikap Pemodal terhadap Tingkat Risiko yang Dihadapi. Sumber: Sartono, 1997 Untuk mendapatkan tingkat pengembalian sebesar r1, pemodal tipe risk seeker berani menanggung risiko sebesar σ5, lebih tinggi dibandingkan tingkat risiko yang akan ditanggung oleh pemodal tipe risk neutral yaitu sebesar σ3 dan
risk averse yaitu sebesar σ1. Untuk mendapatkan tingkat pengembalian sebesar r2, risk averse akan menolaknya apabila tingkat risiko yang ditanggung lebih besar dari σ2, sedangkan risk seeker berani menanggung risiko yang lebih besar yaitu sebesar σ6. Untuk bisa mendapatkan tingkat pengembalian sebesar Δr2-r1, pemodal bertipe risk neutral rela menanggung tambahan risiko sebesar Δσ4-σ3 dimana risiko investasi yang akan ditanggung tersebut sama besarnya dengan tingkat pengembalian yang ditawarkan. Risk averse hanya mau menanggung risiko yang lebih kecil yaitu sebesar Δσ2-σ1 untuk mendapatkan tambahan tingkat pengembalian sebesar Δr2-r1. Lain halnya dengan pemodal bertipe risk seeker, untuk mendapatkan tambahan tingkat pengembalian sebesar Δr2-r1, risk seeker berani menanggung risiko yang lebih besar yaitu Δσ6-σ5.
3.1.2 Pemodelan Volatilitas Time Series Univariate Data deret waktu dalam ekonomi dan finansial umumnya bersifat acak, di samping itu penelitian tentang adanya korelasi long range dalam nilai kuadrat perubahan harga menegaskan bahwa kemungkinan terdapat beberapa proses stokastik mendasar lainnya sebagai tambahan bagi perubahan harga itu sendiri. Proses ini disebut volatilitas (volatility). Biasanya volatilitas diestimasi dengan cara menghitung deviasi standar perubahan harga dalam jangka waktu tertentu, yang menentukan seberapa cepat data berubah dengan keacakannya. Volatilitas memegang peranan penting dalam peramalan data deret waktu (time series). Sejumlah kejadian bisa dihubungkan secara langsung dengan besaran volatilitas, misalnya banyaknya informasi yang masuk dalam pasar dan
membawa pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agen dalam bertransaksi. Volatilitas secara langsung bisa dipandang sebagai besaran yang mengukur seberapa besar terjadinya perubahan pada data return, yang akan berakibat langsung pada perilaku harga saham. Masalah volatilitas menjadi sangat penting ketika sebuah sistem lebih bersifat stokastik daripada model ideal deterministik. Dalam sistem stokastik sendiri juga masih dibedakan antara data acak dengan volatilitas konstan atau volatilitas acak. Beberapa alasan mengapa perlu mengamati sifat-sifat statistik volatilitas, antara lain: (1) Volatilitas bisa secara langsung dihubungkan dengan jumlah informasi yang tiba di pasar, kemudian para pedagang bereaksi sesuai informasi tersebut. Hasilnya terjadilah perdagangan dalam jumlah besar, umumnya, dalam volatilitas besar. (2) Volatilitas secara langsung bisa digunakan dalam permodelan proses stokastik yang mengatur perubahan harga, sebagaimana dalam contoh ARCH/GARCH (3) Dari sudut praktisnya, volatilitas merupakan parameter utama dalam mengukur risiko suatu investasi finansial Pandangan terhadap volatilitas yang diwakili variansi telah membagi metode autoregresi menjadi dua kelompok berdasarkan asumsi terhadap variansi, yaitu variansi konstan dan variansi berubah. Autoregressive (AR), Moving Average (MA) dan kombinasi keduanya yang disebut ARMA mewakili kelompok pertama yang mengasumsikan variansi konstan. Sedangkan ARCH/GARCH mewakili kelompok yang kedua (Enders, 2004).
3.1.3
ARCH Error Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pembentukan dan analisis
model time series univariate dan persamaan cross sectional multivariate. Pada time series univariate, tidak terdapat faktor heteroskedastisitas sehingga tidak dapat dilakukan uji heteroskedastisitas secara umum, seperti uji Goldfield-quandt, uji White, maupun uji Park. Itu pula sebabnya fenomena heteroskadastisitas umum ditemukan pada persamaan cross section (Newbold, 2003). Pada persamaan time series univariate, perhatian lebih ditujukan pada adanya ARCH error, yakni kuadrat residual yang berprilaku autoregresi. Ada tidaknya fenomena ARCH error ini terlihat dari fenomena adanya signifikansi autokorelasi dari kuadrat residual. Cara yang lebih terkuantifikasi dalam menguji ada tidaknya ARCH error ialah dengan menggunakan uji ARCH-LM. Uji ARCHLM didasarkan atas hipotesis nol tidak terdapatnya ARCH error. Apabila hasil penghitungan menunjukkan penerimaan hipotesis, maka data tidak mengandung ARCH error dan tidak perlu dimodelkan berdasarkan ARCH (Enders, 2004).
3.1.4
Mean Process Pembentukan model estimasi volatilitas pada model time series univariate
memerlukan mean process. Mean process diperlukan guna menghasilkan residual yang diestimasi perubahannya. Mean process memegang peranan penting dalam pemodelan volatilitas. Apabila pembentukan variance process menghasilkan insignifikansi pada parameter mean process, maka dengan sendirinya variance process tersebut gugur sebagai suatu model yang valid, karena volatilitas yang dihasilkan amat tergantung dari jenis mean process yang dibentuk.
Mean process umumnya dibentuk berdasarkan persamaan ARMA. Akan tetapi tidak jarang pula mean process dihasilkan dari suatu persamaan dalam bentuk konstanta. Hal ini umumnya terjadi pada data yang diambil dalam interval yang panjang. Akibat panjangnya interval, maka fluktuasi di sekitar titik kesetimbangan akan berlangsung secara random. Penggunaan interval yang lebih rendah akan menyebabkan pergerakan terstruktur pada salah satu titik kesetimbangan. Dampaknya akan terlihat pada signifikansi autokorelasi residual yang terjadi (Newbold, 2003).
3.1.5
Variance Process Variance process dibentuk apabila error yang dihasilkan dari persamaan
mean process mengandung ARCH error. Terdapat beberapa varian ARCH yang memiliki hubungan timbal balik antara mean process dan variance process. Salah satu contoh varian ARCH ini ialah ARCH-M (ARCH in Mean). Pada model ini, mean process terdiri atas mean process umum dan salah satu komponen variance process. Hal ini mengakibatkan adanya hubungan timbal balik antara mean dan variance, yang merupakan fenomena umum yang lazim ditemukan dalam pergerakan nilai asset-aset finansial (Enders, 2004).
3.1.6 Metode Peramalan Box-Jenkins (Model ARIMA) Sejak Box dan Jenkins mengembangkan metodologi untuk teknik peramalan di bidang ekonomi dan bisnis pada pertengahan tahun 1970-an, model ARIMA menjadi populer. Di Indonesia model ini mulai banyak dikenal sejak pertengahan dekade 1990-an, seiring dengan perkembangan teknologi komputer.
ARIMA adalah singkatan dari autoregressive integrated moving average. Model ini merupakan bagian dari analisis deret waktu satu ragam. Metode ini terdiri dari beberapa tahapan (Firdaus, 2006), yaitu identifikasi, estimasi, evaluasi model dan peramalan. 1. Identifikasi. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap tiga hal, yaitu terhadap pola data; apakah terdapat unsur musiman atau tidak. Kedua, identifikasi terhadap kestasioneran data. Ketiga, identifikasi terhadap pola atau perilaku ACF dan PACF. 2. Estimasi model. Pada tahap estimasi, pertama-tama dihitung nilai estimasi awal untuk parameter-parameter dari model tentatif; kemudian dengan menggunakan program komputer melalui proses iterasi diperoleh nilai estimasi akhir. Walaupun ada beberapa formula untuk menghitung nilai estimasi awal, biasanya digunakan nilai 0 atau 1 sebagai koefisien estimasi untuk masing-masing parameter. 3. Evaluasi model. Setelah diperoleh persamaan untuk model tentatif, dilakukan uji diagnostik untuk menguji kedekatan model dengan data. Uji ini dilakukan dengan menguji nilai residual dan dengan menguji signifikansi dan hubunganhubungan antara parameter. Jika ada hasil uji yang tidak dapat diterima atau tidak memenuhi syarat, maka model harus diperbaiki dan langkah-langkah sebelumnya diulangi kembali. 4. Peramalan. Nilai peramalan disediakan dalam output komputer. Model ARIMA dibangun berdasarkan dua batasan berikut: (a) Peramalan bersifat linier untuk observasi yang diamati (b) Seleksi model didasarkan pada prinsip
parsimonious. Artinya, model yang dipilih adalah model dengan parameter yang paling efisien (jumlah parameter sesedikit mungkin).
3.1.7 Model ARCH/GARCH Pada tahun 1982, Engle seorang ekonofisikawan, mengenalkan konsep Conditional Heteroschedasticitic, sebuah konsep tentang ketidak-konsistenan variansi dari data acak, dan perubahan variansi dipengaruhi oleh sejumlah data acak sebelumnya. Pada tahun 1986, seorang mahasiswa bimbingan Engle, Tim Bollerslev, mengembangkan model ARCH menjadi GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroschedastic) yang lebih baik daripada ARCH. Model-model ARCH/GARCH telah diterapkan di beberapa area ekonomi yang berbeda, misalnya inflasi dan varian di Inggris, stock return, suku bunga dan nilai valuta asing. (Mategna, 2002). Secara
sederhana
volatilitas
berdasarkan
model
GARCH
(p,q)
mengasumsikan bahwa variansi data fluktuasi dipengaruhi oleh sejumlah p data fluktuasi sebelumnya dan sejumlah q data volatilitas sebelumnya, ide dibalik model ini seperti dalam model autoregresi biasa (AR) dan pergerakan rata-rata (MA), yaitu untuk melihat hubungan variabel acak dengan variabel acak sebelumnya. Proses GARCH dapat ditafsirkan sebagai Autoregressive Moving Average (ARMA) dalam Xt2. Prosedur umum dalam peramalan model GARCH sama dengan prosedur yang diterapkan pada model ARIMA yaitu tahap identifikasi dengan membuat grafik harga saham terhadap waktu dan menghitung nilai return
untuk melokalisasi pergerakan saham yang terlalu acak, tahap estimasi dan evaluasi, dan tahap aplikasi. Varian terdiri dari 2 komponen. Komponen pertama adalah varian yang konstan. Komponen kedua adalah ketergantungan dari varian saat ini terhadap besarnya volatilitas di periode sebelumnya. Jika volatilitas pada periode sebelumnya besar (baik positif maupun negatif), maka varian pada saat ini akan besar pula. Sehingga model ARCH dapat dirumuskan: Bentuk umum model ARCH (m): ht = ξ + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 + ………+ αmε2t-m dimana ht
= Variabel respon pada waktu t/ varians pada waktu ke t
ξ
= Varians yang konstan
ε2t-m
= Suku ARCH/Volatilitas pada periode sebelumnya
αm
= Koefisien orde m yang diestimasikan Dalam metode OLS (Ordinary Least Square), error diasumsikan
homoskedastis, yaitu variansi dari error konstan dan terdistribusi normal dengan rata-rata nol. Menurut Engel, varian tergantung dari varian masa lalu sehingga heteroskedastisitas dapat dimodelkan dan varian diperbolehkan untuk berubah antar waktu. Dengan demikian volatilitas yang besar di masa lalu dapat ditangkap dalam model ARCH. Kondisi yang sering terjadi adalah bahwa varian saat ini tergantung dari volatilitas beberapa periode di masa lalu. Hal ini akan menimbulkan banyaknya parameter dalam conditional variance yang harus diestimasi. Pengestimasian para meter-parameter tersebut sulit dilakukan dengan presisi yang tepat. Oleh karena
itu, Bollerslev memperkenalkan metode GARCH (Generalized AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity) guna menghasilkan model yang parsimony (menggunakan parameter yang lebih sedikit). Model GARCH dikembangkan dengan mengintegrasikan autoregresi dari kuadrat residual lag kedua hingga lag tak hingga ke dalam bentuk varian pada lag pertama. Model ini dikembangkan sebagai generalisasi dari model volatilitas. Secara sederhana volatilitas berdasarkan model GARCH (r,m) mengasumsikan bahwa variansi data fluktuasi dipengaruhi sejumlah m data fluktuasi sebelumnya dan sejumlah r data volatilitas sebelumnya, ide dibalik model ini seperti dalam model autoregresi biasa (AR) dan pergerakan rata-rata (MA), yaitu untuk melihat hubungan variabel acak dengan variabel acak sebelumnya. Varian terdiri dari 3 komponen. Komponen pertama adalah varian yang konstan. Komponen kedua adalah volatilitas pada periode sebelumnya, ε2t-m(suku ARCH) dan komponen ketiga adalah varian pada periode sebelumnya, ht-r. Sehingga model GARCH dapat dirumuskan: Bentuk umum model GARCH (r,m): ht = κ + δ1ht-1 + δ2ht-2 + ……+ δrht-r + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 + ………+ αmε2t-m dimana: ht
= Varian pada waktu ke t
κ
= Varian yang konstan
ε2t-m
= Volatilitas pada periode sebelumnya
α1, α2, … αm = Koefisien orde m yang diestimasikan δ1, δ2, …δr
= Koefisien orde r yang diestimasikan
ht-r
= Varian pada periode sebelumnya
3.1.8
Value at Risk (VaR) Definisi Value at Risk (VaR) dari suatu portofolio/saham adalah ringkasan
peluang kerugian maksimum selama horizon waktu tertentu dengan selang kepercayanan tertentu (Jorion, 2002). Secara matematis VaR dapat didefinisikan sebagai berikut: VaR = (σt+1 x √ b) x Zσ x W dimana, VaR
: besarnya risiko
b
: periode kepemilikan saham
Zσ
: Titik kritik dalam tabel Z dengan α tertentu
W
: besarnya investasi
σt+1
: volatility yang akan datang (hasil peramalan) dimana σt = √ht
VaR memiliki hubungan yang erat dengan model ARCH/GARCH, yang sering digunakan jika ketidakhomogenan ragam dari data tingkat pengembalian dan menduga nilai volatilitas yang akan datang.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Sebagian besar masyarakat Indonesia yang merupakan para investor memilih untuk menginvestasikan modalnya di Bursa Efek Indonesia yang merupakan badan pengelola pasar modal terbesar di Indonesia saat ini. Penelitian ini dikhususkan pada saham perusahaan-perusahaan kelapa sawit seiring dengan semakin populernya produk kelapa sawit mempengaruhi ekspor Indonesia sehingga akan berpengaruh terhadap keadaan perekonomian Indonesia.
Pengukuran tingkat risiko memegang peranan penting dalam investasi, hal ini untuk menjawab di mana dana yang dimiliki akan ditanam. Tingkat risiko yang ada pada saham perusahaan kelapa sawit memberikan gambaran berapa tingkat ketidakpastian yang akan ditanggung oleh para investor jika menanamkan modalnya pada saham perusahaan kelapa sawit yang ada. Model ARCH/GARCH yang dikembangkan dalam ekonofisika merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko. Model ARCH (autoregressive conditional heteroschedastic) yang diperkenalkan oleh Engle mengasumsikan perubahan varian dipengaruhi oleh sejumlah data acak sebelumnya. Metode ini sangat berhubungan erat dengan pengukuran tingkat risiko (Value at Risk/VaR). Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dapat dilihat dari diagram pada Gambar 4.
Investor Persepsi Investor untuk melakukan investasi Saham Perusahaan-perusahan Kelapa Sawit dalam Bursa Efek Indonesia yang berfluktuasi Analisis Teknikal Harga Saham
Risiko Investasi Analisis pergerakan harga saham dan return
Analisis Risiko Perusahaan-perusahaan Kelapa Sawit
Keputusan Investasi
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional.
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta Selatan, Indonesia. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive) karena BEI merupakan badan pengelola pasar modal terbesar di Indonesia saat ini, sehingga diharapkan dapat mewakili pergerakan dan transaksi arus modal di Indonesia dan dapat mengamati secara langsung perdagangan di pasar modal dan mengumpulkan informasi yang bebas dan akurat tentang aktivitas bursa terbaru.
4.2 Jenis dan Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan guna menjawab tujuan penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari PT. Bursa Efek Indonesia dan beberapa literatur yang relevan. Data yang digunakan terdiri dari serial data time series harga penutupan saham harian perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih yang terdaftar dari tanggal 1 Januari 2005 sampai 29 Februari 2008. Data tersebut berjumlah 788 dan dicatat sesuai dengan banyaknya hari kerja yaitu 1 minggu terdiri dari 5 hari dan hari libur tidak dicatat. Selain itu dilakukan pula wawancara kepada empat orang investor yang terlibat dalam investasi di Bursa Efek Indonesia. Data harga saham yang dipergunakan diharapkan dapat menggambarkan pergerakan harga saham selanjutnya selama tahun 2008. Pemilihan saham yang dianalisis juga secara sengaja (purposive) dilakukan dengan melihat potensi dan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia
dimana sekitar 70 persen mata pencaharian penduduk Indonesia adalah bertani, maka dipilih saham perusahaan agribisnis. Selain itu pemilihan perusahaan agribisnis dengan subsektor perkebunan kelapa sawit juga secara sengaja dipilih karena kelapa sawit dengan hasilnya yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) merupakan produk agribisnis yang sedang populer, memiliki harga jual yang tinggi,
serta
memiliki
potensi
pengembangan
dan
peranannya
dalam
perekonomian nasional dimana kelapa sawit merupakan produk subsektor perkebunan yang memiliki pengaruh terhadap dunia ekspor Indonesia. Adapun kriteria pemilihan saham yang akan dianalisis adalah: 1. Perusahaan go public yang tercatat sebagai emiten pada periode sebelum Januari 2005 sampai akhir Februari 2008 secara kontinyu (tidak pernah delisting). 2. Saham perusahaan yang tergolong ke dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis perkebunan kelapa sawit. 3. Pemilihan saham dilakukan dengan melihat likuiditas perdagangan saham dan kapitalisasi pasar (termasuk dalam perhitungan Indeks LQ45). 4. Pola data harga penutupan yang ada tidak mengalami perubahan pola umum yang ekstrim dan mendadak pada suatu saat (step function). Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut terdapat tiga saham perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memenuhinya. Saham perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
4.3
Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan paket
program Microsoft Excel, Minitab 14 dan Eviews 4.1. Analisis grafik pergerakan harga saham dan return dilakukan dengan plot grafik time series untuk melihat kecenderungan data. Untuk meramalkan tingkat risiko yang ditanggung investor (Value at Risk-VaR) diramalkan dengan pendekatan ARCH-GARCH. Hal ini dilakukan karena ARCH-GARCH mampu menangkap error-error fluktuasi yang sering terjadi pada data pergerakan saham. Pendekatan ini dilakukan dengan berbagai tahapan. Tahap pertama, spesifikasi model yaitu dengan pedeteksian efek ARCH data saham dengan uji autokorelasi dan uji ARCH diikuti dengan spesifikasi persamaan rataan yang sesuai. Dalam tahap ini digunakan software Minitab 14 untuk memudahkan. Tahap kedua, pendugaan parameter dan pemilihan model ragam yang terbaik yaitu dengan simulasi beberapa model ragam yang dilanjutkan dengan pendugaan parameter model kemudian membandingkan nilai AIC dan SC. Dalam tahap ini digunakan software Eviews 4.1 untuk memudahkan. Tahap ketiga, diagnostik model ragam dengan analisis galat meliputi kebebasan galat (fungsi autokorelasi), uji ARCH dan uji normalitas galat. Tahap keempat, adalah melakukan peramalan nilai VaR.
4.4
Peramalan Tingkat Risiko Investasi (Value at Risk – VaR) Tingkat risiko investasi (VaR) memiliki hubungan yang erat dengan
metode ARCH/GARCH, yang sering digunakan jika terjadi ketidakhomogenan ragam dari data tingkat pengembalian dan menduga nilai volatility yang akan datang. Hal tersebut merupakan kelebihan metode ARCH/GARCH dibanding
dengan penduga ragam biasa, yang tidak mampu melakukan pendugaan ragam jika asumsi ketidakhomogenan data tidak terpenuhi.
4.4.1 Model ARCH/GARCH Perusahaan Kelapa Sawit di Bursa Efek Indonesia Dalam proses GARCH data harga saham yang bergerak secara acak perlu dilakukan lokalisasi. Tujuannya adalah agar gerakan yang acak tersebut dapat terlokalisir di suatu daerah tertentu. Untuk melokalisir data awal diubah ke dalam bentuk return yang didefinisikan sebagai:
Y
t
= Ln
X X
t +1 t
Dimana: Yt
= tingkat pengembalian (rupiah)
Xt
= harga penutupan saham pada saat t (rupiah)
Xt+1
= harga penutupan saham pada saat t+1 (rupiah) Perbandingan harga saham ini biasa disebut nilai pengembalian atau
return. Nilai Yt akan bernilai positif jika harga saham naik terhadap Xt, dan sebaliknya, akan bernilai negatif jika harga saham turun terhadap Xt. Data Yt dengan pendekatan distribusi normal dengan variansi yang selalu berubah. Yt adalah data time series return yang mengikuti persamaan: Yt = ΦpYt-p + εt Dimana return pada waktu t dipengaruhi oleh return pada waktu sebelumnya. Persamaan ini tidak hanya peramalan Yt saja tetapi juga peramalan varian. Varian bersyarat dari εt dapat berubah-ubah terhadap titik waktu. Satu
pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan εt mengikuti persamaan ARCH-GARCH: ht = ξ + αmε2t-m ht = κ + δrht-r + αmε2t-m Dalam berbagai literatur model ARCH/GARCH sering disebut sebagai model ragam. Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam peramalan tingkat risiko: 1. Tahap Identifikasi
Y
t
= Ln
X X
t +1 t
Pengujian keberadaan heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat nilai keruncingan (kurtosis) data. Menurut Leblang (dalam Ramadhona, 2004), jika data pengembalian memiliki nilai kurtosis yang lebih besar dari 3, maka data tersebut memiliki sifat heteroskedastisitas. Selain itu fungsi autokorelasi kuadrat pengembalian (Yt2) juga dapat digunakan dalam pendeteksian keberadaan heteroskedastisitas. Menurut Enders (2004), jika nilai autokorelasi pada data kuadrat pengembalian (Yt2) pada 15 lag pertama signifikan, maka nilai tersebut mengindikasikan bahwa pada data tersebut terdapat efek ARCH. Cara yang lebih terkuantifikasi dalam menguji ada tidaknya ARCH error ialah dengan menggunakan uji ARCH-LM. Uji ARCH-LM didasarkan atas hipotesis nol tidak terdapatnya ARCH error. Apabila hasil penghitungan menunjukkan penerimaan hipotesis, maka data tidak mengandung ARCH error dan tidak perlu dimodelkan berdasarkan ARCH.
2. Tahap Pendugaan Parameter Sebelum melakukan pendugaan parameter, dilakukan terlebih dahulu spesifikasi persamaan rataan. Persamaan rataan ini diperoleh dari serangkaian metodologi Box-Jenkins. Prosedur Box-Jenkins terdiri dari beberapa tahapan, yaitu identifikasi, estimasi, evaluasi model, dan peramalan. Jika data return mengandung unsur trend, tetapi tidak variasi musiman, biasanya dapat ditransformasi menjadi data yang stasioner dengan melakukan proses differencing. Proses ini dapat dilakukan satu kali yang disebut dengan first differencing. Bila pada saat first differencing data masih belum stasioner maka dilakukan second differencing, dengan kata lain data mungkin masih mengandung trend. Second differencing dilakukan dengan melakukan differncing kembali pada data hasil first differencing. Kestasioneran data dapat diperiksa dengan menggunakan koefisien autokorelasi. Untuk menentukan secara objektif apakah data sudah stasioner atau belum, dapat digunakan bantuan software seperti Eviews. Dengan bantuan software ini dapat dilakukan statistik seperti Augmented Dickey-Fuller test. Setelah data dipastikan stasioner, tahap selanjutnya adalah identifikasi mennetukan model ARIMA tentatif. Hal ini dilakukan dengan menganalisis perilaku atau pola ACF dan PACF. Autokorelasi untuk data deret waktu non musiman yang stasioner biasanya berbeda nyata dari nol hanya pada beberapa lag pertama. Setelah asumsi-asumsi yang diperlukan terpenuhi maka tahap selanjutnya adalah membangun model dengan mengestimasi nilai-nilai parameternya.
Pendugaan parameter dimaksudkan untuk mencari koefisien model yang paling sesuai data. Penentuan
dugaan
parameter
ARCH/GARCH
dilakukan
dengan
menggunakan metode kemungkinan maksimum secara iterative dengan Algoritma Marquardt. Dengan menggunakan software Eviews 4.1, kita dapat mengestimasi nilai-nilai parameter yang dibutuhkan. 3. Tahap Pemilihan Model ARCH/GARCH Terbaik Kriteria model yang terbaik adalah memiliki ukuran kebaikan model yang besar dan koefisien yang nyata. Terdapat dua bentuk pendekatan yang dapat digunakan sebagai ukuran kebaikan model yaitu: 1. Akaike Information Criterion (AIC) AIC = Ln (MSE) + 2*K/N 2. Schwarz Criterion (SC) SC = Ln (MSE) + [K*log (N)]/N Dimana MSE = Mean Square Error K
= Banyaknya parameter, yaitu (p+q+1)
N
= Banyaknya data pengamatan
SC dan AIC adalah dua standar informasi yang menyediakan ukuran informasi yang dapat menemukan keseimbangan antara ukuran kebaikan model dan spesifikasi model yang terlalu hemat. Nilai ini dapat membantu untuk mendapatkan seleksi model terbaik. Model yang baik dipilih berdasarkan nilai AIC dan SC yang terkecil dengan melihat juga signifikansi koefisien model.
4. Tahap Evaluasi Pemeriksaan kecukupan model dilakukan untuk menguji asumsi, sehingga model yang diperoleh cukup memadai. Jika model tidak memadai, maka kembali ke tahap identifikasi untuk mendapatkan model yang lebih baik. Diagnostik model ARCH/GARCH
dilakukan
dengan
menganalisis
residual
yang
telah
distandarisasi. Diagnostik meliputi: 1. Sebaran residual 2. Kebebasan residual yang dilihat dari fungsi autokorelasi dan kuadrat galat 3.Pengujian efek ARCH/GARCH dari residual Langkah awal yang dilakukan adalah memeriksa kenormalan galat baku model dengan uji Jarque Bera (JB). Uji JB mengukur perbedaan antara Skewness (kemenjuluran) dan Kurtosis (keruncingan) data dari sebaran normal, serta memasukkan ukuran keragaman. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H0 : Sisaan baku menyebar normal H1 : Sisaan baku tidak menyebar normal Statistik uji JB dihitung dengan persamaan berikut; JB =
2 N−K 2 1 ) (s + ( k − 3 ) 4 6
dimana, S : kemenjuluran K : keruncingan k : banyaknya koefisien penduga N : banyaknya data pengamatan
Di bawah kondisi hipotesis nol, JB memiliki derajat bebas 2. Tolak H0 jika JB > X22 (α ) atau jika P(X22>JB) kurang dari α=0,05, yang berarti bahwa data sisaan terbakukan tidak menyebar normal. Model ARCH/GARCH menunjukkan kinerja yang baik jika dapat menghilangkan autokorelasi dari data. Langkah selanjutnya adalah memeriksa koefisien autokorelasi sisaan baku, dengan uji statistik Ljung-Box. Uji Ljung-Box (Q*) pada dasarnya adalah pengujian kebebasan sisaan baku. Untuk data deret waktu dengan N pengamatan, statistik uji Ljung-Box diformulasikan sebagai: k
Q* = n(n + 2)
∑ r (ε ) 2
1
i =1
t
n−k
Dimana r1 (εt) adalah autokorelasi contoh pada lag 1 dan k adalah maksimum lag yang diinginkan. Jika nilai Q* lebih besar dari nilai x22 (α) dengan derajat bebas k-p-q atau jika P(x2(k-p-q)>Q*) lebih kecil dari taraf nyata 0,05 maka model tidak layak.
4.4.2 Peramalan Ragam Setelah memperoleh model yang memadai, model tersebut digunakan untuk memperkirakan nilai volatilitas masa datang. Peramalan ragam untuk periode mendatang diformulasikan sebagai berikut: ht = α0+ α1ε2t-1+…+αmε2t-m untuk ARCH (m) atau
ht = k+δ1ht-1+……+ δrht-r+ α1ε2t-1+ α1ε2t-1+……+ αmε2t-m untuk GARCH(r,m) dengan k>0, δi>0, dan αj>0 dimana: : ht
: Nilai ragam ke-t
ε
: nilai sisaan
k
: konstanta
δi dan αj : parameter-parameter
4.4.3 Perhitungan Value at Risk (VaR) Langkah terakhir adalah melakukan perhitungan VaR dengan waktu berinvestasi yang berbeda-beda yaitu 1 hari, 5 hari, 10 hari, 20 hari (Jorion, 2002). Dasar pemilihan waktu berinvestasi terutama dipengaruhi oleh psikologis investor itu sendiri, apakah termasuk penghindar risiko, bersikap netral terhadap risiko atau pencari risiko. Dalam menentukan nilai VaR, selang kepercayaan dan horizon waktu yang dipilih merupakan faktor penting. Nilai VaR akan bertambah seiring dengan penambahan nilai kedua faktor tersebut. Menurut Jorion (2002) horizon waktu yang lebih pendek lebih baik, karena jumlah observasi akan lebih besar berpengaruh pada kebaikan suatu tes dalam mengukur risiko. Secara matematis VaR dapat didefinisikan sebagai berikut:
VaR = (σt+1 x √b) x Zα x W dimana,
4.5
VaR
= besarnya risiko
b
= periode kepemilikan saham
Zα
= titik kritik dalam tabel Z dengan α tertentu
W
= besarnya investasi
σt+1
= Volatility yang akan datang (hasil peramalan) dimana σt = √ht
Definisi Operasional 1. ACF (Autocorelation Function) Digunakan untuk menjelaskan asosiasi atau ketergantungan bersama nilainilai suatu deret berkala yang sama pada periode berlainan. ACF mirip dengan korelasi tetapi berhubungan dengan deret berkala untuk selang waktu (time lag) yang berbeda). 2. Capital Gain Keuntungan yang diperoleh pemegang saham dari hasil jual beli saham, berupa selisih nilai jual yang lebih tinggi dan nilai beli yang lebih rendah. 3. Deviden Sebagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham. Deviden akan dibagikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. 4. Emiten Sebutan bagi perusahaan yang telah terdaftar di bursa saham, PT Bursa Efek Indonesia.
5. Heteroskedastisitas Varian dari tiap unsur disturbance, tergantung (conditional) pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan memiliki keragaman (volatilitas) yang tidak konstan di setiap titik waktunya. 6. Homoskedasitas Varian dari tiap unsur disturbance, tergantung (conditional) pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan adalah suatu angka konstan yang sama dengan σ2 atau dengan kata lain variannya sama. 7. Kurtosis Ukuran keruncingan distribusi data; derajat atau ukuran tinggi rendahnya puncak suatu distribusi data terhadap distribusi normal data. K=3
: Mesokurtis (normal)
K>3
: Leptokurtis (distribusi data yang puncaknya relatif tinggi)
K<3
: Platikurtis (distribusi data yang puncaknya terlalu rendah)
8. PACF (Partial Autocorelation Function) Ukuran korelasi ini dipakai untuk menunjukkan besarnya hubungan antara suatu variabel saat ini dengan nilai sebelumnya dari variabel yang sama (nilai-nilai untuk berbagai keterlambatan waktu) dengan menganggap pengaruh dari semua keterlambatan waktu yang lainnya konstan. 9. Pengembalian (return) Diferensiasi logaritma natural dari pergerakan harga penutupan saham .
10. Risiko (risk) Risiko merupakan prospek yang tidak disukai (Keown et al, 1999). Menurut Sartono (1997), risiko adalah kemungkinan bahwa keuntungan sebenarnya dari pemilikan suatu aktiva akan menyimpang dari keuntungan yang diharapkan. 11. Risiko Pasar (market risk) Risiko akibat pergerakan harga pasar substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi ekonomi, keuangan negara atau kebijakan pemerintah. Risiko ini dapat diukur dengan deviasi standar dari hasil yang tidak diharapkan dan biasa disebut volatilitas. 12. Skewness Digunakan untuk menunjukkan simetris tidaknya bentuk kurva yang dihasilkan dari distribusi suatu gugus data. SK = 0
: sebaran simetris
SK > 0
: menjulur ke kanan, data cenderung menumpuk pada nilai rendah
SK < 0
: menjulur ke kiri, data cenderung menumpuk pada nilai tinggi
13. Stasioner Pola data yang horizontal, data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata konstan dan data tidak memiliki kecenderungan (trend)
14. Trend (kecenderungan) Pola data yang menunjukkan kenaikan atau penurunan secara sekuler dalam jangka panjang. 15. Volatilitas Suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar harga berfluktuasi dalam suatu periode waktu.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Profil Perusahaan 5.1.1 Profil PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (BSP) Sejarah PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk dimulai dengan didirikannya NV Hollandsch Amerikaanse Plantage Maatschappij pada tahun 1911. Pada tahun 1986, Bakrie Grup mengambil seluruh saham perusahaan dari Uniroyal Sumatera Plantations yang merupakan cabang dari Uniroyal Inc, USA. Namanya kemudian diubah menjadi PT United Sumatera Plantations. Pada Tahun 1992, barulah nama perusahaan berubah menjadi PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Pengambilan saham ini menandakan bahwa Bakrie Grup sudah terlibat dalam dunia agribisnis. Tahun 1990 adalah tahun yang bersejarah bagi perusahaan dimana perusahaan melakukan penawaran umum 30% sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang sekarang telah bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Kemudian pada tanggal 30 Desember 1999, perusahaan mendaftarkan 100% sahamnya di BEJ dan BES. PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk merupakan perusahaan dengan bisnis karet yang memproduksi karet alami dengan beragam jenis dan kualitas. Perusahaan menjalankan proses produksi yang fleksibel agar memungkinkan pelanggan memperoleh spesifikasi sesuai dengan yang mereka inginkan. Pabrik karet perusahaan ini berlokasi di Bunut, Kisaran, Sumatra Utara, yang dapat melayani beragam kebutuhan dari pasar internasional. Pada tahun 1990, perusahaan memperluas usahanya dengan mendirikan PT Bakrie Pasaman Plantations di Pasaman, Sumatra Barat yang merupakan
perkebunan kelapa sawit. Pada tahun berikutnya, perusahaan mengakuisisi perkebunan kelapa sawit di Jambi yang bernama PT Agrowiyana. Pada tahun 1992, perusahaan mengganti sebagian dari perkebunan karet di Kisaran menjadi perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 1996, Bakrie Pasaman mampu memproduksi minyak kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar (TBS) per jam, dan meningkat menjadi 40 ton per TBS per jam pada tahun 2001. Kapasitas produksi masih dapat meningkat mencapai 60 ton per TBS per jam. Kantor pusat PT Bakrie Sumatera Plantation berlokasi di Jalan HR Rasuna Said Kav B-1, Wisma Bakrie Lt.1, Kuningan, Jakarta.
5.1.2 PT Tunas Baru Lampung (TBLA) PT Tunas Baru Lampung didirikan pada tanggal 22 Desember 1973 yang merupakan anak perusahaan Sungai Budi Grup yang telah berdiri sejak tahun 1947 sebagai pelopor industri pertanian Indonesia. berkeinginan
untuk
membantu
mengembangkan
Sungai Budi Grup
negara
dan
memodali
kesempatan untuk berkompetisi di Indonesia dalam bidang pertanian. Saat ini, Sungai Budi Grup merupakan salah satu perusahaan Indonesia terbesar dan sebagai distributor pertanian yang berbasis produk konsumsi. Anak perusahaan Sungai Budi Grup yang lain adalah sebuah perusahaan terbuka yang bernama PT Acid Jaya Tbk, yang merupakan perusahaan tepung kanji terbesar di Indonesia. PT Tunas Baru Lampung memulai operasinya pada awal tahun 1970-an dan berkembang menjadi salah satu produsen terbesar dan produsen minyak masak nabati dengan biaya produksi yang rendah. Kantor pusat PT Tunas Baru
Lampung berlokasi di Jalan HR Rasuna Said Kav. C-6, Gedung Wisma Budi Lt 89, Kuningan, Jakarta. Kantor Operasionalnya berlokasi di Jalan Ikan Kakap no 912 Pesawahan, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung. PT Tunas Baru Lampung
melakukan penawaran umum sahamnya di
Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14 Februari 2004 dengan harga penawaran perdana sebesar Rp 2.200,00 (rupiah penuh). Perusahaan mencatatkan 48% persen sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
5.1.3 PT Astra Agro Lestari (AALI) PT. Astra Agro Lestari (AALI) semula didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala pada tanggal 3 Oktober 1988 yang kemudian berubah menjadi PT. Astra Agro Niaga tanggal 4 agustus 1989. Pada tanggal 30 Juni 1997 perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera dengan
metode
penyatuan
kepemilikan
(pooling
of
interest).
Setelah
penggabungan usaha ini, nama perusahaan diubah menjadi PT. Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250 miliar menjadi Rp 2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh). Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah perkebunan, perdagangan umum, perindustrian, pengangkutan jasa, dan konsultan. Perusahaan mempunyai investasi pada anak perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan industri kelapa sawit dan karet. Kantor pusat perusahaan dan anak perusahaan berlokasi di Jalan Pulo Ayang Raya Blok OR no 1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa sawit dan karet seluas 4.018 hektar dan 316 hektar berlokasi di Kalimantan
Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatera Utara. Perkebunan dan pabrik pengolahan anak perusahaan berlokasi di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995. Pada tanggal 30 September 2007, luas areal hak atas tanah yang dimiliki perusahaan dan anak perusahaan adalah seluas 322.592 hektar dengan luas areal tertanam seluas 175.525 hektar. Sampai dengan 30 September 2007 beberapa anak perusahaan mengembangkan perkebunan plasma dan membina kerjasama dengan petani plasma untuk areal tertanam seluas 55.550 hektar. Pabrik pengolahan perusahaan dan anak perusahaan berkapasitas produksi efektif 865 ton tandan buah segar per jam, dan 450 ton inti sawit, 300 ton CPO serta 19,3 ton karet per hari. Pada tanggal 9 Desember 1997, perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham perusahaan melalui bursa efek di Indonesia sebanyak 125,8 juta saham dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh) per saham dengan harga penawaran sebesar Rp 1.550 (Rupiah penuh) per saham. Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Pergerakan Harga Saham Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih Eksplorasi pergerakan harga saham dilakukan terhadap data harga penutupan saham perusahaan untuk melihat perkembangan kedua hal tersebut. Data indeks harga saham mengukur kinerja saham-saham yang ada di pasar modal.
Gambar 5, 6 dan 7 menunjukkan pergerakan harga saham harian PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) periode Januari 2005 hingga akhir Februari 2008. Saham ketiga perusahaan tersebut merupakan saham yang telah terbukti memiliki reputasi baik dan secara historis memiliki catatan pertumbuhan keuntungan (profit growth) dari tahun ke tahun (Lampiran 2, 3, dan 4), serta konsisten memberikan deviden kepada pemegang saham. Hal ini dibuktikan karena ketiga saham perusahaan kelapa sawit tersebut termasuk dalam perhitungan Indeks LQ45. Perusahaan ini dikelola dengan standar profesionalisme tinggi untuk menghasilkan produk bermutu tinggi. Namun ketiga perusahaan ini memiliki pergerakan harga yang berbeda-beda pada tiap periodenya. Tingkat harga dan pergerakan harga masing-masing perusahaan berbeda tergantung kapitalisasi pasar dan likuiditas saham perusahaan tersebut (Tambunan, 2007). Pada periode awal Agustus 2005, pergerakan saham dipermainkan oleh kondisi politik yang terjadi di Indonesia saat itu. Seperti kenaikan harga minyak mentah dunia yang mengakibatkan anggaran pemerintah menjadi defisit. Perusahaan-perusahaan yang menjadi aset negara dijual satu persatu untuk menutupi defisit tersebut. Hal ini menyebabkan harga saham-saham di bursa efek menjadi turun begitu juga harga saham ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. Pada pertengahan Agustus 2005, pemerintah sepakat mengakhiri perseteruan yang terjadi dengan Gerakan Aceh Merdeka. Kesepakatan yang dibuat tersebut seharusnya menjadi prospek yang baik bagi kondisi perekonomian Indonesia saat itu. Tetapi, investor asing berpikiran lain bahwa hal tersebut merupakan awal disintegrasi negara kesatuan Republik Indonesia. Setelah ini pun
masih ada persoalan di Papua dan Republik Maluku Selatan. Momentum ini dimanfaatkan oleh para investor asing untuk melakukan profit taking. Hal ini menyebabkan pasar semakin menurun berkelanjutan. Memasuki periode tahun 2007, pemerintah seharusnya bisa membaca arah prospek bisnis perusahaan perkebunan kelapa sawit di masa yang akan datang. Sebelumnya, Menteri Pertanian melalui Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2007 menetapkan satu perusahaan diizinkan mengembangkan area perkebunan untuk kelapa sawit hingga 100 ribu hektare. Peraturan Menteri itu merupakan perubahan dari SK Menteri Kehutanan Nomor 357 Tahun 2002 yang kepemilikannya hanya 20 ribu hektare setiap perusahaan. Guna mencegah terjadinya praktek kartel dalam pasar minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil), pemerintah akan membatasi luas area perkebunan sawit. Hal ini menyebabkan saat itu para investor melakukan aksi jual terhadap saham perkebunan kelapa sawit sejak peraturan itu diumumkan pada akhir Juli 2007. Langkah pemerintah membatasi luas lahan perkebunan kelapa sawit dinilai sebagai langkah mundur dan tak masuk akal di tengah gencarnya investor asing menanamkan investasi pada sektor tersebut. Pemerintah dan industri agrobisnis nasional akan kehilangan peluang meraih keuntungan besar di tengah masih tingginya permintaan minyak sawit di pasar dunia guna memproduksi biofuel sebagai bahan pengganti energi. Pada periode pertengahan Februari 2008, saham ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih sempat mengalami penurunan harga saham padahal pada saat itu harga CPO (Crude Palm Oil) sedang naik. Hal ini disebabkan karena negara-negara Eropa dan Amerika yang merupakan negara tujuan ekspor para produsen kelapa sawit sedang melakukan penelitian tentang
komoditi kelapa sawit. Kekhawatiran negara-negara tersebut terhadap kelapa sawit yaitu lahan yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit tidak dapat digunakan sama sekali dalam jangka waktu yang lama jika umur pohon kelapa sawit sudah habis atau kelapa sawit sudah tidak dapat lagi tumbuh di lahan tersebut. Penelitian menyatakan bahwa lahan tersebut akan gersang dalam jangka waktu yang lama. Hal ini menjadi kekhawatiran negara-negara industri tersebut yang dikenal sangat menjaga lingkungan alam. Para investor pada perusahaan CPO (Crude Palm Oil) mulai waspada dengan isu tersebut. Jika isu tersebut benar-benar menjadi pertimbangan mendasar bagi negara-negara di Eropa dan Amerika untuk mengimpor CPO (Crude Palm Oil) maka, produk CPO akan dipersulit prosedur pengirimannya ke negara-negara Eropa dan Amerika tersebut.
Harga Penutupan Saham
3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Jan-05
Jul-05
Jan-06
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
. Gambar 5. Pergerakan Harga Penutupan Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP). Dari pergerakan harga penutupan saham terlihat bahwa harga penutupan berkisar antara 310 hingga 2825. Kisaran harga yang terbentuk pada saham perusahaan dipengaruhi oleh kapitalisasi pasar perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia. PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 4.312.350.000.000,00 sehingga perusahaan memiliki kesempatan
untuk mengalami fluktuasi pergerakan harga saham yang tinggi. PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) juga cukup aktif diperdagangkan setiap harinya sehingga pergerakan harganya menjadi fluktuatif. Tingkat pengembalian terhadap modal yang cukup tinggi menyebabkan harga saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) relatif cukup mahal tetapi return yang didapatkan relatif setimpal. Pergerakan harga penutupan saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) menunjukkan pergerakan yang berfluktuasi dengan trend meningkat. 800 Harga Penutupan Saham
700 600 500 400 300 200 100 0 Jan-05
Jul-05
Jan-06
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
Gambar 6. Pergerakan Harga Penutupan Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Dari pergerakan harga penutupan saham terlihat bahwa harga penutupan berkisar antara 135 hingga 710. Kisaran harga yang terbentuk pada saham perusahaan dipengaruhi oleh kapitalisasi pasar perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 2.365.621.957.770,00 sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk mengalami fluktuasi pergerakan tidak setinggi PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) karena PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) memiliki kapitalisasi pasar yang lebih tinggi. Fluktuasi pergerakan harga yang terjadi pada PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) disebabkan karena perusahaan ini
memiliki rata-rata volume perdagangan yang cukup tinggi. Tingkat pengembalian terhadap modal yang lebih rendah dibandingkan kedua perusahaan menyebabkan harga saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) menjadi lebih murah. Pergerakan harga penutupan saham PT Tunas Baru Lampung (TBLA) menunjukkan pergerakan yang berfluktuasi dengan trend meningkat pada periode 2007 hingga 2008.
Harga Penutupan Saham AALI
40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Jan-05
Jul-05
Jan-06
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
Gambar 7. Pergerakan Harga Penutupan Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Dari pergerakan harga penutupan saham terlihat bahwa harga penutupan berkisar antara 2875 hingga 34000. Kisaran harga yang terbentuk pada saham perusahaan dipengaruhi oleh kapitalisasi pasar perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 24.172.335.750.000,00 sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk mengalami fluktuasi pergerakan harga saham yang tinggi. Perusahaan memiliki jumlah kapitalisasi pasar terbesar dibandingkan dengan perusahaan kelapa sawit terpilih lainnya. Fluktuasi pergerakan harga yang terjadi pada PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) disebabkan karena perusahaan ini memiliki rata-rata volume perdagangan yang cukup tinggi. Tingkat pengembalian terhadap modal paling
tinggi dibandingkan kedua perusahaan menyebabkan harga saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menjadi lebih mahal. Pergerakan harga penutupan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menunjukkan pergerakan yang berfluktuasi dengan trend meningkat.
VI. TINGKAT RISIKO INVESTASI
6.1 Pergerakan Data Return Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih Pergerakan data Return Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) periode Januari 2005 sampai akhir Februari 2008 dapat dilihat pada Gambar 8. Dari plot deret waktu return terlihat bahwa pergerakan return berfluktuasi. Pada beberapa periode fluktuasi di sekitar nilai tengahnya, tetapi ada beberapa periode yang menunjukkan fluktuasi yang tinggi. Hal ini menimbulkan risiko terhadap return harga saham perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih pada setiap periode waktunya. a)
b)
Time Series Plot of Return
c)
Time Series Plot of Return
Time Series Plot of Return
0.3
0.15
0.10 0.2
0.10 0.1
0.00
0.05
0.0
Return
Return
Return
0.05
-0.1
-0.05
-0.2
-0.10
-0.3
0.00
-0.05
-0.4
-0.15 1
79
158
237
316
395 Index
474
553
632
711
-0.10 1
79
158
237
316
395 Index
474
553
632
711
1
79
158
237
316
395 Index
474
553
632
711
Gambar 8. Plot Deret Waktu Return a) PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), b) PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan c) PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki fluktuasi pergerakan return yang lebih tinggi dibandingkan kedua perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih lainnya. Pada Gambar 8 terlihat bahwa return perusahaan berfluktuasi sangat cepat sehingga terlihat garis fluktuasi yang tebal. Hal ini disebabkan karena saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki harga saham yang rendah sehingga sering menjadi sasaran investor yang ingin mendapatkan return dalam periode investasi jangka pendek (1 hari).
PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki fluktuasi pergerakan return yang lebih rendah dibandingkan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Hal ini disebabkan kedua perusahaan ini memiliki pergerakan harga saham dengan trend meningkat dengan harga saham yang lebih mahal sehingga investor cenderung untuk mempertahankan sahamnya pada satu harga dan menunggu sampai investor mendapatkan tingkat pengembalian yang sesuai dengan yang diharapkan. Ringkasan data return ketiga perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7 dan ringkasannya terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Ringkasan Data Pengembalian Saham Perusahaan Kelapa Sawit Terpilih Perusahaan Mean Skewness Kurtosis PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) 0.002674 0.216039 6.641940 PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) 0.001152 -0.225261 17.08460 PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 0.002957 0.656193 5.499985 Rata-rata return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) selama 3 tahun terakhir menunjukkan tingkat return yang lebih tinggi dibanding saham perusahaan kelapa sawit lainnya, kemudian diikuti PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dengan tingkat return terendah. Hal ini disebabkan karena PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki penerimaan bersih dan tingkat pengembalian terhadap modal yang paling tinggi dibandingkan kedua perusahaan kelapa sawit lainnya. Kondisi fundamental yang terdapat pada laporan keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang lebih baik dibandingkan kedua perusahaan kelapa sawit terpilih lainnya menyebabkan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki tingkat return yang lebih tinggidibandingkan dengan saham perusahaan kelapa sawit terpilih lainnya (Lampiran 2, 3, dan 4).
Koefisien kemenjuluran (skewness) yang merupakan ukuran kemiringan adalah lebih besar dari 0 menunjukkan return saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki distribusi yang miring ke kanan artinya data cenderung menumpuk pada tingkat fluktuasi yang rendah. Sedangkan saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki koefisien kemenjuluran (skewness) yang kurang dari 0 menunjukkan saham perusahaan tersebut menumpuk pada tingkat fluktuasi yang tinggi. Nilai keruncingan (kurtosis) yang lebih dari 3 bermakna bahwa distribusi Yt ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki ekor yang lebih padat dibandingkan dengan sebaran normal. Nilai keruncingan (kurtosis) yang lebih besar dari 3 merupakan gejala awal adanya heteroskedastisitas.
6.2 Peramalan Tingkat Risiko Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih Dalam peramalan tingkat risiko terdapat langkah-langkah dalam menemukan model ragamnya. Model ragam tersebut akan digunakan untuk peramalan tingkat risiko perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. Langkahlangkah yang termasuk dalam tahap spesifikasi model ragam adalah pertama, pendeteksian efek ARCH dengan uji autokorelasi dan Uji ARCH, kedua spesifikasi persamaan rataan. Pengujian efek ARCH dapat dilakukan dengan cara menguji nilai autokorelasi pada kuadrat data tersebut dalam hal ini kuadrat pengembalian (Yt2). Fungsi autokorelasi kuadrat pengembalian digunakan untuk mendeteksi keberadaan efek ARCH. Keberadaan efek ARCH ditunjukkan dengan nilai autokorelasi kuadrat pengembalian (Yt2) yang signifikan pada 15 lag pertama
(Enders, 2004). Pengujian autokorelasi Yt2 ketiga perusahaan kelapa sawit yang terdapat pada Lampiran 8, 9, dan 10 menunjukkan bahwa nilai probability pada 15 lag pertama pada ketiga perusahaan adalah signifikan. Hal ini mengindikasikan adanya efek ARCH/ARCH error pada data pengembalian ketiga perusahaan kelapa sawit tersebut. Tahapan selanjutnya dari spesifikasi model ragam adalah spesifikasi persamaan rataan. Persamaan rataan ini diperoleh melalui serangkaian metodologi Box-Jenkins. A. Kestasioneran Data Return Berdasarkan
sebaran
dari
nilai
autokorelasi
(Autocorrelation
Functional/ACF) pada Lampiran 11, 12, dan 13 yang belum cut off pada lag nya, menunjukkan bahwa ketiga data return perusahaan perkebunan kelapa sawit belum stasioner. Maka, agar data return ketiga perusahaan tersebut stasioner, data return tersebut di differencing. Setelah di differencing, data tersebut menjadi stasioner. Hal ini ditunjukkan oleh plot ACF yang cut off setelah lag 1 atau 2 dan plot PACF yang dying down (Lampiran14, 15, dan 16). Berdasarkan Uji Augmented Dickey-Fuller, diketahui bahwa ketiga data return tersebut tidak mengandung unit root karena ADF Test Statistic lebih kecil dari pada Critical Value (Lampiran 17, 18, dan 19). Hal ini menguatkan indikasi data telah stasioner. B. Penentuan Model Tentatif Model tentatif ARIMA ditentukan berdasarkan informasi yang didapat dari sebaran nilai autokorelasi (ACF/PACF). Dari sebaran nilai autokorelasi ini didapatkan parameter banyaknya AR dan MA yang akan digunakan untuk
menduga model tentatif. Dari beberapa kombinasi model ARIMA yang didapat, dipilih model terbaik yang memiliki nilai MSE terkecil (Lampiran 20, 21, dan 22). Berdasarkan proses overfitting diperoleh kandidat model ARIMA untuk data return ketiga perusahaan kelapa sawit yaitu ARIMA (0,1,1). Model ARIMA tersebut dipilih karena model tersebut yang paling memenuhi kriteria. Dari model tersebut, residual model diperiksa. Pada Lampiran 23, 24, dan 25, terlihat bahwa nilai F-statistic ketiga perusahaan lebih besar dari nilai kritik χ22 (0,05) sebesar 5,99 dan nilai p lebih kecil dari 0,05 atau menolak H0 yang berarti bahwa terdapat efek ARCH pada model ARIMA yang diestimasi. Karena dalam metode ARIMA terdapat efek ARCH, maka nilai kuadrat galat dari model terbaik metode ARIMA ini digunakan lebih lanjut untuk mencari model ARCH-GARCH lebih lanjut. Langkah pertama dari tahap ini adalah mensimulasikan beberapa model ragam dengan spesifikasi model rataan yang telah didapatkan. Kemudian dilanjutkan dengan pendugaan parameter model menggunakan metode kemungkinan maksimum atau quasi maximum likelihood (QML). Simulasi model ini mengkombinasikan nilai r = 1 dan 2 dengan nilai m = 0, 1, dan 2 sehingga terbentuk 6 model ragam. Pada Lampiran 26, 27, dan 28, pemilihan model ragam yang terbaik dilakukan dengan melihat salah satu dari nilai AIC atau SC yang terendah, memiliki koefisien yang signifikan, dan nilai koefisiennya tidak lebih besar dari 1. Model dugaan sementara ketiga perusahaan kelapa sawit yang terpilih terdapat pada Tabel 8. Hasil pengolahan data harga saham yang menunjukkan model ARCH-GARCH terbaik dari perusahaan kelapa sawit terpilih terdapat pada Lampiran 26, 27, dan 28.
Tabel 8. Model ARCH-GARCH Terbaik Perusahaan Kelapa Sawit Koef ARIMA (0,1,1)
K α1 α2 β1 β2 AIC SC
BSP ARCH (1) Koefisien Peluang -0.995932 0.0000 0.000584 0.319753 -4.327976 -4.310181
0.0000 0.0000
TBLA ARCH (2) Koefieisen Peluang -1.005746 0.0000 Persamaan Varian 0.001895 0.126342 0.023218 -3.517659 -3.493932
0.0000 0.0000 0.0004
AALI ARCH (1) Koefisien Peluang -0.997117 0.0000 0.000541 0.181919 -4.519076 -4.501281
0.0000 0.0000
Model dugaan sementara pada Tabel 8 menunjukkan bahwa model ARIMA (0,1,1) nyata pada taraf nyata lima persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa return pada periode sebelumnya mempengaruhi return pada periode tertentu untuk saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Persamaan varian pada Tabel 8 selanjutnya digunakan untuk peramalan tingkat risiko perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. Tabel 8, memberikan informasi bahwa tingkat risiko saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dipengaruhi besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya.. Jika nilai sisaan pengembalian pada penutupan saham hari ini relatif besar, maka tingkat risiko untuk esok hari akan cenderung besar. Tingkat risiko saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dipengaruhi besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya dan sehari sebelum sehari sebelumnya. Ini berarti bahwa semakin besar nilai sisaan pengembalian pada hari ini dan hari kemarin, maka tingkat risiko untuk esok hari akan semakin besar. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki keacakan pergerakan return yang lebih tinggi daripada PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sehingga tingkat risiko PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dipengaruhi oleh dua periode waktu sebelumnya. Untuk mengetahui kecukupan model dilakukan pemeriksaan terhadap galat terbakukan dengan mengamati nilai statistik uji Jarque-Bera untuk memeriksa asumsi kenormalan. Hasil pengolahan data harga saham yang membuktikan kecukupan model terdapat pada Lampiran 29, 30, dan 31. Tabel 9. Uji Kenormalan Galat Terbakukan Perusahaan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
Nilai Jarque-Bera 248,3890 8436,482 236,0971
Probability 0,00000 0,00000 0,00000
Berdasarkan nilai Jarque-Bera ketiga perusahaan dengan nilai p 0,00000, berarti kita menolak hipotesis nol galat terbakukan atau tidak menyebar normal. Langkah selanjutnya adalah memeriksa koefisien ACF galat terbakukan, diharapkan bahwa galat terbakukan tersebut saling bebas sudah tidak terdapat lagi heteroskedastisitas. Hasil uji Ljung-Box (Lampiran 32, 33, dan 34) terhadap ketiga perusahaan ternyata ACF residual kuadrat pada 15 lag pertama sudah tidak signifikan artinya sudah tidak terdapat efek ARCH. Dengan demikian kinerja model ketiga perusahaan dapat dikatakan baik. Hasil uji ARCH (Lampiran 35, 36, dan 37) menunjukkan bahwa nilai LM ketiga perusahaan adalah lebih kecil dari nilai kritik χ22 (0,05) sebesar 5,99 dan nilai p adalah lebih besar dari 0,05 atau tolak H0 yang berarti sudah tidak terdapat efek ARCH.
6.3 Tingkat Risiko Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih Kinerja saham perusahaan di pasar modal dapat dilihat dari tingkat kapitalisasi dan likuiditasnya. Sedangkan risiko tercermin dari fluktuatif pergerakan harga saham di pasar modal. Berdasarkan hasil wawancara, secara umum perusahaan kelapa sawit adalah perusahaan dengan risiko rendah. Faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat risiko perusahaan kelapa sawit adalah kondisi cuaca yang buruk, serangan babi hutan pada tanaman berusia muda, dan ancaman peningkatan pajak ekspor oleh pemerintah. Di balik risiko tersebut, perusahaanperusahaan kelapa sawit memiliki potensi untuk berkembang pesat karena harga kelapa sawit yang meningkat sangat tinggi yang akan mempengaruhi harga minyak goreng dalam negeri. Hal ini menyebabkan para pemilik saham-saham perusahaan kelapa sawit mengalokasikan belanja modal guna mendanai perluasan lahan, penanaman sawit baru, dan pembangunan pabrik sehingga secara fundamental akan menopang pertumbuhan pendapatan dalam jangka panjang. Sebelum memutuskan akan menanamkan dananya pada saham tertentu, umumnya investor akan melakukan analisis secara fundamental dan teknikal terlebih dahulu. Analisa fundamental dilakukan dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang menjadi tujuan investasi, sedangkan analisa teknikal dilakukan dengan melihat pergerakan harga saham perusahaan yang merupakan tujuan investasi. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian investor sekarang ini mulai tidak memperhatikan analisa fundamental dalam memilih suatu saham. Mereka memilih saham yang sedang popular didukung dengan melihat pergerakan harga sahamnya. Fluktuasi pergerakan harga saham yang terjadi pada perusahaan perkebunan kelapa sawit, menyebabkan pentingnya para investor menganalisa
besarnya risiko yang akan mereka tanggung ketika berinvestasi pada perusahaanperusahaan tersebut. Berdasarkan peramalan dengan metode ARCH-GARCH untuk meramal nilai pergerakan harian saham penutupan, investor dapat menghitung tingkat risiko yang akan ditanggung jika menanamkan modalnya pada saham tersebut. Tingkat risiko tersebut menggambarkan kemungkinan investor mengalami kerugian jika menanamkan modalnya pada saham tersebut. Besarnya risiko yang akan ditanggung oleh investor jika melakukan investasi dihitung dengan melakukan perhitungan VaR (Value at Risk) dengan waktu berinvestasi yang berbeda-beda yaitu 1 hari, 5 hari, 10 hari, 15 hari, dan 30 hari (Jorion, 2002). Hasil peramalan dapat dilihat pada Lampiran 38, 39 dan 40 pada kolom 3 dan 4. Berikut adalah ilustrasi penggunaan VaR dengan selang kepercayaan 95 persen. Misalnya seorang investor menanamkan modal pada saham sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Asumsi ini ditetapkan berdasarkan penyesuaian jumlah investasi yang secara umum diinvestasikan oleh para investor pada perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. Namun jumlah Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) ini bukanlah jumlah mutlak atau minimal investor harus berinvestasi pada Bursa Efek Indonesia. Risiko yang akan ditanggung investor tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Besar Risiko untuk Berbagai Lamanya Investasi pada Saham Perusahaan Kelapa Sawit Terpilih Saham BSP TBLA AALI
5 Hari * 12.49 21.62 11.90
% 4,16 7,21 3,97
10 Hari * % 27.92 9,30 48.35 16,12 26.61 8,87
Catatan: * dalam jutaan rupiah
Besarnya Risiko 15 Hari 30 Hari * % * % 39.49 13,16 48.37 16,13 68.37 22,79 83.74 27,92 37.64 12,55 46.10 15,37
1 Hari * % 68.41 22,80 118.43 39,48 65.19 21,73
Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai risiko (Value at Risk) semakin besar seiring dengan lamanya waktu berinvestasi. Tingkat risiko tertinggi dimiliki oleh saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) yaitu sebesar 7,21 persen dari total investasi yang ditanamkannya jika berinvestasi dengan jangka waktu satu hari. Hal ini disebabkan oleh investor yang merasa belum yakin dengan kondisi jangka panjang saham perusahaan tersebut. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) baru mulai gencar melakukan ekspansi lahan beberapa tahun belakangan ini. Tahun 2007, luas lahan perusahaan mencapai 120.000 ha. Tetapi, nilai harga saham tidak hanya bergantung pada luas lahan, juga produktivitas dari kelapa sawit itu sendiri. Menurut seorang investor, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) belum menunjukkan hal tersebut karena perusahaan masih memiliki beban hutang yang tinggi. Ditambah lagi dengan pesimisnya investor terhadap lahan yang diusahakan oleh perusahaan karena berlokasi di Lampung yang memiliki lahan kelas tiga, tidak sebagus di Riau atau Sumatra Utara, selain itu faktor cuaca yang kering di daerah Lampung juga dapat menghambat produktivitas kelapa sawit. Berdasarkan hasil wawancara, trend harga yang berfluktuasi turun naik sangat tajam menyebabkan investor ragu-ragu untuk menanamkan sahamnya pada PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) lebih banyak diperdagangkan oleh para spekulan yang berpikir jangka pendek untuk mendapatkan capital gain. Untuk mencegah hal ini perusahaan sebaiknya memperkuat fundamental perusahaan dengan pengelolaan profit, pembibitan, pemrosesan hasil produksi dan pemasarannya.
Sedangkan saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tingkat risiko yang dimilikinya berturut-turut adalah senilai 4,16 persen dan 3,97 persen dari total investasi yang ditanamkannya jika berinvestasi dengan jangka waktu satu hari. Persentase risiko akan semakin besar jika waktu investasi juga semakin besar. Tingkat risiko kedua perusahaan yang lebih rendah dibandingkan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) didukung oleh persepsi investor dalam melihat kedua perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan dari perusahaan-perusahaan terbesar dan ternama di Indonesia. PT Astra Agro Lestari Tbk merupakan anak perusahaan dari PT Astra Internasional, sedangkan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk merupakan dibawah Bakrie Grups. Hal ini memperkuat optimisme para investor akan kondisi jangka panjang kedua perusahaan tersebut. Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki tingkat risiko yang terendah dibandingkan dengan kedua saham perusahaan perkebunan kelapa sawit lainnya. karena fundamental perusahaan yang kuat dalam pengembangan usahanya. Tahun 2007, laba bersih perusahaan tumbuh 150% dari tahun sebelumnya (Laporan keuangan publikasi PT Astra Agro Lestari, Tbk). Di samping itu, kekuatan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh harga CPO yang sedang naik, tetapi juga kapasitas produksi, penjualan dan volume ekspor PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Secara nominal, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) unggul karena memiliki lahan perkebunan luas mencapai 235.000 ha. Pada tahun 2008, perusahaan berencana akan melakukan ekspansi lahan seluas 200.000 ha, sehingga tahun 2008 luas lahan akan mencapai 500.000 ha. Hal ini menjadi sangat
potensial bagi para investor untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang jika memilih berinvestasi pada saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Tingkat risiko saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) menempati urutan tertinggi kedua setelah saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Berdasarkan hasil wawancara, saham PT Astra Agro Lestari (AALI) dianggap lebih menarik dari saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP). Hal ini disebabkan karena saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) yang cenderung telat berekspansi dan pada tahun 2005 masih sibuk mengurus persengketaan dengan penduduk Pasaman, Sumatra Barat, tempat lahan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) berada. Kesuksesan perusahaan saat itu disebabkan karena harga Crude Palm Oil (CPO) yang tinggi saat itu. Tetapi setelah masalah beban hutang dan persengketaan teratasi, trend PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) terus meningkat. Untuk itu, sebaiknya perusahaan tidak hanya bergantung pada harga Crude Palm Oil (CPO) tetapi juga terus meningkatkan kinerja perusahaannya baik berupa kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan dan volume ekspornya sehingga dapat memberikan prospek yang cerah bagi para investor. Tindakan yang akan dilakukan oleh investor tergantung dari sikap investor dalam menghadapi risiko. Investor yang mengharapkan tingkat pengembalian yang tinggi tentunya akan menghadapi risiko yang tinggi pula. Dalam hal ini saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dengan tingkat risiko paling tinggi akan diminati oleh para risk seeker. Sedangkan investor dengan kategori risk neutral atau risk averse tentunya akan meminati saham dengan risiko yang kecil yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Secara umum, berinvestasi pada perusahaan perkebunan kelapa sawit memberikan masa depan yang menjanjikan kepada para investor. Hal ini disebabkan karena harga CPO (Crude Palm Oil) yang sedang tinggi di pasar dunia. Selain itu, maraknya pencarian sumber energi yang dapat diperbaharui untuk mengatasi penurunan jumlah cadangan minyak bumi di Indonesia, menyebabkan kelapa sawit menjadi salah satu sumber energi subtitusi yang dapat digunakan di masa yang akan datang. Pengembangan biodiesel dari minyak kelapa sawit dapat juga diterapkan untuk teknologi biofuel. PT Pertamina dan PLN diharapkan menjadi konsumen dalam negeri sumber energi biofuel ini. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan minyak kelapa sawit saat ini maka perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit harus terus meningkatkan kinerja perusahaannya baik kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan, dan volume ekspornya.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 1. Perkembangan harga saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menunjukkan fluktuasi dengan trend meningkat. Plot deret waktu return terlihat bahwa return ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terlihat berfluktuasi di sekitar nilai tengahnya dan pada beberapa periode menunjukkan fluktuasi yang sangat tinggi. Return PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) merupakan return dengan keacakan yang paling tinggi dibanding kedua perusahaan perkebunan kelapa sawit lainnya. 2. Tingkat risiko saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) merupakan tingkat risiko yang paling kecil dibandingkan saham PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (BSP) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).
7.2 Saran 1. Ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih sebaiknya tetap menawarkan sahamnya di pasar modal sehingga perusahaan dapat memperoleh pembiayaan dari masyarakat umum melihat risiko yang kecil bagi ketiga perusahaan sehingga hal ini cukup menarik bagi para investor untuk berinvestasi pada perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. 2. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) harus dapat terus meningkatkan kinerja perusahaannya baik berupa kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan, dan
volume ekspornya untuk mempertahankan minat investor untuk berinvestasi pada perusahaannya terutama dalam jangka panjang. 3. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki risiko yang tertinggi dibandingkan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih lainnya sehingga perusahaan sebaiknya memperkuat fundamental perusahaan dengan pengelolaan profit, pembibitan, pemrosesan hasil produksi dan pemasarannya. 4. PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) sebaiknya tidak hanya bergantung pada kondisi harga CPO (Crude Palm Oil) yang sedang naik tetapi juga meningkatkan kinerja perusahaannya baik berupa kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan, dan volume ekspornya. 5. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averse) dapat berinvestasi pada PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) karena perusahaan tersebut memiliki tingkat risiko yang paling kecil. Sedangkan investor yang menyukai risiko (risk seeker) dapat berinvestasi pada PT Tunas Baru Lampung Tbk, karena perusahaan tersebut masih sangat potensial untuk mendatangkan return yang tinggi dalam jangka panjang. Selain itu, perusahaan ini menawarkan saham dengan harga yang masih rendah.
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji dan Puji Pakarti. 2004. Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta. Jakarta. Badan Pusat Statisitik. 2006. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Dorimulu, Primus. 2007. Saatnya ke Pasar Modal. Publikasi. Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. John Wiley & Son, Inc. New York. Engel, R.F, Sergio M. Focardi, dan Frank J. Fabozzi. 2007. ARCH/GARCH models in Applied Financial Econometrics. Journal of Economic Perspective. Firdaus, M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. IPB Press. Bogor. Fuss, Roland, Dieter G. Kaiser, dan Zeno Adams. 2007. Value at Risk, GARCH Modelling and Forecasting of Hedge Fund Return Volatility. Journal of Derivatives & Hedge Funds 13: 2-25. Hartono, 2001. Aplikasi Metode Peramalan Time Series dalam Pendugaan Harga Saham pada Perusahaan Agribisnis di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hassan, Firmansyah. 2002. Analisis Kelayakan Peremajaan Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus Kebun Rejosari, PT Perkebunan Nusantara VII Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung). Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Husnan, Suad. 1994. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP AMP. Yogyakarta. Indaryono, Bambang G. 2001. Perbandingan Metode Peramalan Harga Saham antara Multiple Regression Method, Winter’s Method dan ARIMA. Tesis. Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Iskandar, Edy. 2006. Analisis Risiko Investasi Saham Agribisnis Rokok dengan Pendekatan Arch-Garch. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Petanian Bogor, Bogor. Jorion, Phillipe. 2002. Value at Risk: The New Benchmark for Managing Financial Risk, Second Edition. McGraw-Hill. California. North America.
Keown, Arthur J, David S. Scott, John D. Martin, dan Jay W. Petty. 2001. Dasardasar Manajemen Keuangan. Terj. Dari Basic Financial Management, Seven Edition, oleh Chaerul D. Djakman. Salemba Empat, Jakarta. Krisnamurthi, Bayu. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani, Jakarta. Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi, edisi kelima. Erlangga. Jakarta. Mategna, Rosario N. dan H. Eugene Stanley. 2002. Pengantar Ekonofisika: Korelasi dan Kompleksitasnya dalam Bidang Finansial. Terj. Dari An Introduction to Econophysics, oleh Yohanes Surya. Prinhallindo, Jakarta. Mustikaati, A. 2007. Analisis keterkaitan indeks harga saham gabungan bursa efek Jakarta dengan indeks bursa saham regional.Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Newbold, Paul and Stephen J. 2003. Legbourne. Recent Developments In Time Series Volume III. New York. Perwira, P.D. 2000. Analisis Permintaan Saham Pertanian Terhadap Perubahan Kondisi Makro Ekonomi Indonesia. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Pranowo, B. 2002. Analisis Portofolio Optimal Saham Sektor Pertanian di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Primasari, Delvira. 2004. Tingkat Imbalan dan Risiko Investasi Agribisnis: Analisis Perbandingan Pendekatan Fundamental dengan Teknikal di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ramadhona, Bakasenjaya. 2004. Analisis Risiko Investasi dengan Pendekatan Model Arch/Garch dan Pendugaan Harga Saham Dengan Pendekatan Model Time Series pada Perusahaan Agribisnis Terpilih di PT. Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salim, Lani. 2003. Analisis Teknikal dalam Perdagangan Saham. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Sartono, R. Agus. 1997. Manajemen Keuangan, Edisi ketiga BPFE, Yogyakarta. Sembiring, Antoni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usaha Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Studi Kasus PT.XYZ). Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyastuti, R. 2004. Krisis Ekonomi dan Kausalitas antara Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga dan Indeks Harga Saham di Indonesia. Parallel Session 1A Pelajaran dari Krisis Moneter Indonesia, Yogyakarta. Siregar, Roullandi N. 1995. Pemilihan Metode Peramalan Time Series untuk Penentuan Harga Saham Emiten Terpilih (Studi Aplikasi Metode Peramalan pada Saham-Saham Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Suta, I Putu Gede Ari. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD Satria Bhakti, Jakarta. Tambunan, Andy Porman. 2007. Menilai Harga Wajar Saham. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Widiatmodjo, S. 2004. Cara Cepat Memulai Investasi Saham. Gramedia, Jakarta.
Lampiran 1. DAFTAR PERUSAHAAN TERCATAT YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEKS LQ 45 Periode Februari 2008 s/d Juli 2008 (lampiran Pengumuman BEI No. Peng-23/BEI.PSH/U/01-2008 tanggal 31 Januari 2008) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Kode Efek AALI ADHI ANTM ASII BBCA BBNI BBRI BDMN BHIT BKSL BLTA BMRI BMTR BNBR BNGA BNII BRPT BTEL BUMI CPIN CPRO CTRA ELTY ENRG FREN INCO INDF INKP ISAT KIJA KLBF MEDC PGAS PNLF PTBA SMCB SULI TBLA TINS TLKM TOTL TRUB UNSP UNTR UNVR
Nama Emiten Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Astra Internasional Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Bhakti Investama Tbk Sentul City Tbk Berlian Laju Tanker Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Global Mediacom Tbk Bakrie & Brithers Tbk Bank Niaga Tbk Bank International Indonesia Tbk Barito Pacific Tbk Bakrie Telecom Tbk Bumi Resources Tbk Charoen Pokphand Indonesia Tbk Central Proteinaprima Tbk Ciputra Development Tbk Bakrieland Development Tbk Energi Mega Persada Tbk Mobile-8 Telecom Tbk International Nickel Indonesia Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Indosat Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk Kalbe Farma Tbk Medco Energi Internasional Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Panin Life Tbk Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Holcim Indonesia Tbk Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tunas Baru Lampung Tbk Timah Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Total Bangun Persada Tbk Truba Alam Manunggal Engineering Tbk Bakrie Sumatera Plantation Tbk United Tractors Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk
Keterangan Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Baru Tetap Tetap Tetap Baru Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Baru Tetap Tetap Tetap Tetap Baru Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Baru Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Baru
Astra Agro Lestari Tbk
AALI
Company Report : July 2007
As of 31 July 2007
Main Board Industry Sector : Agriculture (1) Industry Sub-Sector : Plantation (12)
Individual Index Listed Shares Market Capitalization
Company History
1,188.384 1,574,745,000 24,172,335,750,000
Dividend Announcement
Established Date : 03-October-1988 Listing Date : 09-December-1997 Under Writer IPO : PT ABN AMRO Hoare Govett Indonesia Securities Administration Bureau : PT Raya Saham Registra Plaza Central Building 2nd Fl. Jl. Jend. Sudirman Kav. 47-48 Jakarta Phone : 252-5666 Fax : 252-5028
Shareholders (July 2007) 1. PT Astra International Tbk 2. PT Astra International Tbk
: : :
976,231,238 278,599,850
61.99% 17.69%
Year 1997 1998 1999 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2004 2005 2006
Bonus Cash Shares Dividend 37.00 60.00 5:1 25.00 45.00 7.00 10.00 60.00 90.00 100.00 150.00 325.00 95.00
Ex Date 23-Jun-98 30-Oct-98 28-May-99 28-May-99 02-Jun-00 08-Jun-01 19-Jun-02 06-Jun-03 07-Jun-04 07-Dec-04 07-Jun-05 15-May-06 18-Oct-06
Recording Payment F/I Date Date 01-Jul-98 20-Jul-98 F 09-Nov-98 23-Nov-98 I 08-Jun-99 05-Jul-99 08-Jun-99 05-Jul-99 F 12-Jun-00 26-Jun-00 F 13-Jun-01 27-Jun-01 F 24-Jun-02 04-Jul-02 F 10-Jun-03 24-Jun-03 F 09-Jun-04 23-Jun-04 F 09-Dec-04 23-Dec-04 I 09-Jun-05 23-Jun-05 F 17-May-06 01-Jun-06 F 20-Oct-06 10-Nov-06 I
Shares 125,800,000 1,132,200,000 251,600,000 12,005,000 5,494,500 16,161,500 162,000 9,856,500 19,518,500 1,947,000
Listing Trading Date Date 09-Dec-97 09-Dec-97 09-Dec-97 21-Jul-98 06-Jul-99 06-Jul-99 T : 22 Apr 02 - 07 Jun 02 T : 10 Jun 02 - 22 Jan 03 T : 02 Jul 02 - 13 Jan 04 T : 14 Jan 03 - 20 Jan 03 T : 14 Jan 04 - 23 Apr 04 T : 15 Jan 04 - 13 May 05 T : 23 Jan 04 - 18 May 04
Cum Date 22-Jun-98 29-Oct-98 27-May-99 27-May-99 31-May-00 07-Jun-01 18-Jun-02 05-Jun-03 04-Jun-04 06-Dec-04 06-Jun-05 12-May-06 17-Oct-06
Board of Commissioners 1. Michael D. Ruslim 2. Chiew Sin Cheok 3. Gunawan Geniusahardja 4. H.S. Dillon *) 5. Maruli Gultom 6. Patrick Moris Alexander *) 7. Simon John Mawson 8. Stephen Zacharia Satyahadi *) *) Independent Commissioners
Board of Directors 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Widya Wiryawan Bambang Palgoenadi Joko Supriyono Juddy Arianto Santosa Tonny Hermawan Koerhidayat
Issued History Type of Listing 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
First Issue Company Listing Bonus Shares Option Conversion Option Conversion I & II Option Conversion II Option Conversion I Option Conversion II & III Option Conversion III Option Conversion II
Audit Committee 1. Stephen Z. Satyahadi 2. Candelario A. Tambis 3. Zeth Manggopa
Corporate Secretary Santosa
Head Office: Jl. Puloayang Raya Blok OR-I Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta 13930 Phone : (021) 461-6555 Fax : (021) 461-6618, 461-6689 Homepage : http://www.astra-agro.co.id Email :
[email protected]
research and development D I V I S I O N
1
Astra Agro Lestari Tbk
AALI
Composite Index and Agriculture Index January 2000 - July 2007
Composite Index
Sectoral Index
2,700
2,100 Composite Stock Price Index
2,250
1,750
Agriculture Index
1,800
1,400
1,350
1,050
900
700
450
350
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Closing Price and Trading Volume January 2000 - July 2007
Closing Price*)
Volume (Mill. Shares)
18,000
180
15,000
150
12,000
120
9,000
90
6,000
60
3,000
30
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Closing Price and Agriculture Index January 2000 - July 2007
Closing Price*)
Sectoral Index
18,000
2,100 Closing Price
15,000
1,750
Agriculture Index 12,000
1,400
9,000
1,050
6,000
700
3,000
350
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
2003
2004
2005
2006
Jul 07
1,096,299 1,701,628 41,799 242
1,284,243 3,269,857 31,902 241
611,631 2,318,169 25,742 243
315,350 2,436,054 26,141 242
302,119 4,204,972 39,918 146
Price (Rupiah) High Low Close Close *
1,900 1,125 1,725 1,725
3,325 1,575 3,100 3,100
6,000 2,875 4,900 4,900
12,700 4,900 12,600 12,600
16,200 11,400 15,350 15,350
PER (X) PER Industry (X) PBV (X)
9.48 -6.88 1.76
6.09 6.20 2.36
9.76 13.93 2.94
25.20 11.20 7.22
17.71 25.90 7.88
Shares Traded Volume (Thou.) Value (Million) Frequency (X) Days
Trading Activities Month Jan03 Feb03 Mar03 Apr03 May03 Jun03 Jul03 Aug03 Sep03 Oct03 Nov03 Dec03 Jan00 Jan04 Feb04 Mar04 Apr04 May04 Jun04 Jul04 Aug04 Sep04 Oct04 Nov04 Dec04 Jan00 Jan05 Feb05 Mar05 Apr05 May05 Jun05 Jul05 Aug05 Sep05 Oct05 Nov05 Dec05 Jan00 Jan06 Feb06 Mar06 Apr06 May06 Jun06 Jul06 Aug06 Sep06 Oct06 Nov06 Dec06 Jan00 Jan07 Feb07 Mar07 Apr07 May07 Jun07 Jul07 Aug07 Sep07 Oct07 Nov07 Dec07
Stock Price Low High Close 1,825 1,550 1,725 1,750 1,350 1,375 1,400 1,125 1,300 1,600 1,275 1,525 1,650 1,450 1,600 1,650 1,375 1,400 1,450 1,325 1,375 1,475 1,250 1,450 1,700 1,450 1,575 1,900 1,600 1,725 1,725 1,475 1,575 1,775 1,600 1,725 1,900 1,600 1,650 2,025 1,575 2,000 2,025 1,750 1,950 2,550 1,950 2,300 2,525 1,975 2,500 2,250 2,525 2,075 2,350 2,125 2,225 2,525 2,175 2,525 2,725 2,300 2,575 2,975 2,600 2,925 3,300 2,850 3,300 3,325 2,900 3,100 3,225 2,975 3,000 3,200 2,875 3,100 4,300 3,075 4,000 4,250 3,550 3,600 3,700 3,350 3,650 4,050 3,425 3,975 3,800 4,125 4,175 4,275 3,400 4,075 5,125 3,950 5,125 6,000 5,000 5,400 5,500 5,250 5,500 5,950 4,900 4,900 5,300 4,900 5,050 6,350 5,050 5,900 6,450 5,800 6,200 6,900 6,050 6,600 7,250 5,850 6,500 7,050 5,900 6,500 8,850 6,450 8,350 9,300 8,250 9,200 9,900 8,300 9,100 9,950 8,850 9,750 10,900 9,700 10,650 12,700 10,650 12,600 14,500 11,400 13,200 13,800 12,150 12,550 12,800 11,850 12,600 16,200 12,650 15,750 16,000 14,300 15,100 15,850 13,400 13,750 15,700 13,650 15,350 -
Freq. 3,597 2,957 5,319 7,511 5,619 2,919 2,677 2,003 2,628 3,949 1,123 1,497 2,858 2,590 1,022 4,728 4,983 1,995 2,438 1,732 2,361 2,416 2,189 2,590 1,697 2,242 5,083 3,271 3,269 2,913 1,820 1,423 1,716 820 366 1,122 1,806 2,163 1,442 2,216 2,396 1,486 2,347 2,052 2,694 2,173 2,826 2,540 5,543 4,453 5,312 6,362 3,918 7,657 6,673 -
Volume (Thou.) 84,834 54,133 90,789 168,319 138,144 65,759 60,957 69,241 94,133 163,629 31,825 74,539 129,386 98,642 34,474 125,107 248,226 319,864 48,734 46,935 75,168 65,287 45,939 46,484 54,130 72,071 144,592 69,790 61,752 54,794 40,684 25,340 35,864 25,576 15,663 11,377 18,997 31,492 18,449 22,442 29,054 20,973 52,479 23,361 20,493 21,365 33,150 23,098 38,348 28,409 35,035 43,783 30,875 67,160 58,509 -
Value (Rp Mill.) 146,286 82,107 116,825 244,632 217,757 100,431 83,997 97,534 151,421 283,308 50,788 126,542 231,999 180,758 66,791 294,796 565,870 1,051,178 109,004 109,355 193,048 179,346 140,098 147,613 165,512 219,902 528,872 270,437 217,854 205,873 161,293 101,835 160,147 140,367 84,390 61,687 97,420 182,254 113,563 143,903 191,324 137,076 386,235 202,584 182,344 197,469 342,181 259,701 498,925 365,733 433,081 623,075 460,877 960,650 862,632 -
Day 22 19 20 20 19 21 23 20 21 23 15 19 20 18 22 20 19 21 21 21 20 21 17 21 20 18 21 20 20 22 21 22 21 21 17 20 20 20 21 18 21 22 21 20 21 17 22 19 22 20 21 20 21 20 22 -
*) Adjusted price after corporate action
research and development D I V I S I O N
2
Astra Agro Lestari Tbk
AALI
Financial Data and Ratios Public Accountant : Haryanto Sahari & Co. - PricewaterhouseCoopers BALANCE SHEET (Million Rp except Par Value) Cash & Cash Equivalents Accounts Receivable
Book End : December
Dec-02
Dec-03
Dec-04
Dec-05
Dec-06
Jun-07
221,780 54,003
361,128 83,053
970,156 69,308
316,665 100,482
195,440 23,549
344,288 24,977
Assets and Liabilities (Trillion Rp) 5.00
Assets
Liabilities
4.00
Inventories Current Assets Fixed Assets Other Assets Total Assets Growth (%)
140,674 442,678 865,881 13,409 2,611,048
Current Liabilities Long Term Liabilities Total Liabilities Growth (%)
447,946 814,814 1,262,760
190,645 664,208 927,345 29,192 2,843,823 8.92%
146,655 1,243,319 1,063,592 32,101 3,382,821 18.95%
189,813 691,345 1,294,715 32,095 3,191,715 -5.65%
191,861 492,195 1,544,653 52,031 3,496,955 9.56%
250,064 816,618 1,619,238 56,784 4,076,641 16.58%
518,263 762,511 1,280,774 1.43%
1,028,286 201,705 1,229,991 -3.97%
407,551 80,826 488,377 -60.29%
563,599 94,247 657,846 34.70%
800,455 111,485 911,940 38.63%
3.00
2.00
1.00
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Equity (Trillion Rp)
Minority Interest Authorized Capital Paid up Capital Paid up Capital (Shares) Par Value Retained Earnings Total Equity Growth (%)
41,352 2,000,000 763,584 1,527 500 506,348 1,306,936
47,506 2,000,000 771,588 1,543 500 694,996 1,515,543 15.96%
87,495 2,000,000 786,445 1,573 500 1,197,468 2,065,335 36.28%
80,696 2,000,000 787,373 1,575 500 1,751,666 2,622,642 26.98%
90,542 2,000,000 787,373 1,575 500 1,877,591 2,748,567 4.80%
95,800 2,000,000 787,373 1,575 500 2,197,925 3,068,901 11.65%
3.07 3.07
2.62
2.75
2.46
2.07 1.84
1.52 1.31
1.23
0.61
-
INCOME STATEMENTS (Million Rp) 2,031,478 Total Revenues Growth (%) Expenses Gross Profit Operating Expenses Operating Profit Growth (%)
1,224,723 806,755 218,949 587,806
2002
2,543,157 25.19%
3,472,524 36.54%
3,370,936 -2.93%
3,757,987 11.48%
2,392,983
1,548,702 994,455 240,815 753,640 28.21%
1,910,934 1,561,590 276,778 1,284,812 70.48%
1,907,582 1,463,354 264,739 1,198,615 -6.71%
2,277,740 1,480,247 281,650 1,198,597 0.00%
1,253,358 1,139,625 133,344 1,006,281
RATIOS Current Ratio (%) Dividend (Rp) EPS (Rp) BV (Rp) DAR (X) DER(X) ROA (%) ROE (%) GPM (%) OPM (%) NPM (%) Payout Ratio (%) Yield (%)
-192,789 395,017 157,220 -8,299 229,498
98.82 60.00 150.28 855.79 0.48 0.97 15.13 30.22 39.71 28.93 11.30 39.93 3.87
2004
2005
2006
Jun-07
Total Revenues (Trillion Rp) 3.76 3.47
3.76
3.37
3.01
2.54 2.25
Other Income (Expenses) Income before Tax Tax Minority Interest Net Income Growth (%)
2003
-235,622 518,018 226,632 -10,726 280,660 22.29%
-49,998 1,234,814 403,947 -30,103 800,764 185.31%
-49,012 1,149,603 333,054 -26,139 790,410 -1.29%
-44,403 1,154,194 340,163 -26,713 787,318 -0.39%
-6,360 999,921 295,534 -21,862 682,525
128.16 90.00 181.87 982.09 0.45 0.85 18.22 34.18 39.10 29.63 11.04 49.49 5.22
120.91 250.00 509.10 1,313.08 0.36 0.60 36.50 59.79 44.97 37.00 23.06 49.11 8.06
169.63 325.00 501.93 1,665.44 0.15 0.19 36.02 43.83 43.41 35.56 23.45 64.75 6.63
87.33 95.00 499.97 1,745.40 0.19 0.24 33.01 41.99 39.39 31.89 20.95 19.00 0.75
102.02 433.42 1,948.82 0.22 0.30 24.53 32.58 47.62 42.05 28.52 -
2.39
2.03
1.50
0.75
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Income (Billion Rp) 801
790
787
800.76
683 640.61
480.46
320.31
281 229
160.15
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Disclaimer: The facts and opinions stated or expressed in this publication are for information purposes only and are not necessarily and must not be relied upon as being those of the publisher or of the institutions for which the contributing authors work. Although every care has been taken to ensure the accuracy of the information contained within the publication it should not be by any person relied upon as the basis for taking any action or making any decision. The Jakarta Stock Exchange cannot be held liable or otherwise responsible in anyway for any advice action taken or decision made on the basis of the facts and opinions stated or expressed or stated within this publication.
research and development D I V I S I O N
3
Tunas Baru Lampung Tbk
TBLA
Company Report : July 2007
As of 31 July 2007
Main Board Industry Sector : Agriculture (1) Industry Sub-Sector : Plantation (12)
Individual Index Listed Shares Market Capitalization
Company History
Year 1900 2000 2003 2004 2005
Bonus Cash Payment Cum Ex Recording F/I Shares Dividend Date Date Date Date 20 : 1 31-Jul-03 01-Aug-03 05-Aug-03 20-Aug-00 1.50 03-Aug-01 06-Aug-01 13-Aug-01 30-Aug-01 F 5.00 19-Jul-04 20-Jul-04 22-Jul-04 05-Aug-04 F 3.00 15-Jul-05 18-Jul-05 20-Jul-05 03-Aug-05 F 0.79 20-Jul-06 21-Jul-06 25-Jul-06 08-Aug-06 F
Issued History Type of Listing
Shareholders (July 2007) PT Sungai Budi PT Budi Sulfat Jaya PT Sungai Budi Perkasa PT Budi Alam Kencana
809,197,198 612,695,896 600,000,000 400,000,000
Board of Commissioners 1. Santoso Winata 2. Oey Albert 3. Richtter Pane *) *) Independent Commissioners
Board of Directors 1. 2. 3. 4. 5.
129.796 4,150,213,961 2,365,621,957,770
Dividend Announcement
Established Date : 22-December-1973 Listing Date : 14-February-2000 Under Writer IPO : PT Dinamika Usahajaya Securities Administration Bureau : PT Adimitra Transferindo Nusalanggeng Building 2nd Fl. Jl. Perintis Kemerdekaan Komplek Pertokoan Pulo Mas Blok VIII No. 1 Jakarta Timur 13210 Phone : 4788-1515 (Hunting) Fax : 470-9697
1. 2. 3. 4.
: : :
Widarto Djunaidi Nur Oey Alfred Sudarmo Tasmin Winoto Prajitno
Audit Committee 1. Richtter Pane 2. Sukanda Wiradinata 3. Yosef
19.50% 14.77% 14.46% 9.64%
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
First Issue Company Listing CB Conversion Stock Split CB Conversion CB Conversion CB Conversion Stock Dividend Right Issue Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant Warrant
Shares 140,385,000 200,000,000 1,382,000 1,025,301,000 160,338,252 7,740,424 3,317,324 76,923,200 2,508,818,846 3,333 8,250 250,000 6,241,000 6,657,166 6,507,500 434,166 500,000 2,362,500 1,723,000 225,000 197,500 101,000 697,500 100,000
Listing Date 14-Feb-00 14-Feb-00 22-Aug-01 29-Oct-01 23-Jan-02 30-Jan-02 05-Feb-02 20-Aug-03 26-Jul-06 24-Jan-07 28-Feb-07 25-May-07 04-Jun-07 06-Jun-07 07-Jun-07 11-Jun-07 12-Jun-07 15-Jun-07 20-Jun-07 26-Jun-07 09-Jul-07 19-Jul-07 26-Jul-07 30-Jul-07
Trading Date 14-Feb-00 31-Aug-00 22-Aug-01 29-Oct-01 23-Jan-02 30-Jan-02 05-Feb-02 20-Aug-03 26-Jul-06 24-Jan-07 28-Feb-07 25-May-07 04-Jun-07 06-Jun-07 07-Jun-07 11-Jun-07 12-Jun-07 15-Jun-07 20-Jun-07 26-Jun-07 09-Jul-07 19-Jul-07 26-Jul-07 30-Jul-07
Corporate Secretary Hardy
Head Office: Wisma Budi 8th - 9th Fl. Jl. HR. Rasuna Said Kav.C - 6 Jakarta - 12940 Phone : (021) 521-3383 Fax : (021) 521-3282, 521-3392, 520-5829 Homepage : Email :
[email protected]
research and development D I V I S I O N
1
Tunas Baru Lampung Tbk Composite Index and Agriculture Index February 2000 - July 2007
Composite Index
TBLA
Sectoral Index
2,700
2,100 Composite Stock Price Index
2,250
1,750
Agriculture Index 1,800
1,400
1,350
1,050
900
700
450
350
-
-
Feb-00
Feb-01
Feb-02
Feb-03
Feb-04
Feb-05
Feb-06
Closing Price and Trading Volume February 2000 - July 2007
Closing Price*)
Feb-07
Volume (Mill. Shares)
720
1,800
600
1,500
480
1,200
360
900
240
600
120
300
-
-
Feb-00
Feb-01
Feb-02
Feb-03
Feb-04
Feb-05
Feb-06
Feb-07
Closing Price and Agriculture Index February 2000 - July 2007
Closing Price*)
Sectoral Index
720
2,100 Closing Price
600
1,750
Agriculture Index 480
1,400
360
1,050
240
700
120
350
-
-
Feb-00
Feb-01
Shares Traded Volume (Thou.) Value (Million) Frequency (X) Days Price (Rupiah) High Low Close Close * PER (X) PER Industry (X) PBV (X)
Feb-02
Feb-03
Feb-04
Feb-05
Feb-06
Feb-07
2003
2004
2005
2006
Jul 07
361,779 60,973 8,525 203
690,587 138,775 16,273 240
296,965 77,236 6,774 203
3,650,746 610,015 21,244 217
9,436,022 4,237,676 105,154 146
205 125 160 134
260 135 230 193
320 170 200 168
335 120 240 240
730 240 570 570
10.22 11.16 0.51
22.58 6.01 0.73
51.95 16.55 0.63
18.72 16.98 1.15
281.52 25.90 2.73
Trading Activities Month Jan03 Feb03 Mar03 Apr03 May03 Jun03 Jul03 Aug03 Sep03 Oct03 Nov03 Dec03 Jan00 Jan04 Feb04 Mar04 Apr04 May04 Jun04 Jul04 Aug04 Sep04 Oct04 Nov04 Dec04 Jan00 Jan05 Feb05 Mar05 Apr05 May05 Jun05 Jul05 Aug05 Sep05 Oct05 Nov05 Dec05 Jan00 Jan06 Feb06 Mar06 Apr06 May06 Jun06 Jul06 Aug06 Sep06 Oct06 Nov06 Dec06 Jan00 Jan07 Feb07 Mar07 Apr07 May07 Jun07 Jul07 Aug07 Sep07 Oct07 Nov07 Dec07
Stock Price High Close Low 125 140 175 160 130 145 160 135 145 135 140 155 180 135 165 185 130 140 165 135 145 205 135 180 190 160 165 190 160 160 165 140 145 160 150 160 235 155 190 220 185 195 200 165 170 200 165 175 175 140 145 165 135 155 205 155 200 200 170 185 215 185 190 215 190 205 240 200 230 260 220 230 255 230 240 285 230 260 320 255 275 285 210 220 230 210 225 235 215 230 255 215 215 230 170 210 210 175 200 220 180 200 230 190 205 195 200 230 215 200 200 230 200 210 235 205 220 275 215 250 335 240 275 275 140 160 175 120 150 190 145 180 180 145 160 160 135 150 265 130 250 265 220 240 330 240 300 360 285 335 340 290 315 430 305 405 630 370 580 730 530 570 630 550 570 -
Freq. 123 120 165 246 578 714 704 2,987 1,158 1,260 215 255 4,414 1,210 420 652 381 392 2,009 1,024 1,964 1,350 1,475 982 617 1,282 2,314 432 230 193 496 279 211 295 173 252 50 192 480 449 1,366 786 1,873 2,528 1,152 1,109 8,190 3,069 10,592 9,261 12,279 14,122 27,825 20,378 10,697 -
Volume (Thou.) 953 1,214 2,653 3,976 13,867 16,640 21,672 146,128 44,980 49,676 5,476 54,546 224,735 52,889 12,581 19,362 10,827 14,762 66,962 31,827 69,646 55,928 57,608 73,462 28,916 69,875 110,764 15,221 6,695 5,648 24,585 7,258 6,893 7,549 5,848 7,716 1,008 4,877 18,593 18,034 62,787 24,754 160,471 350,206 1,716,754 77,828 939,093 276,343 1,205,069 1,015,487 458,441 1,584,733 2,993,192 1,459,340 719,761 -
Value (Rp Mill.) 147 180 387 585 2,201 2,724 3,245 25,606 8,066 8,774 854 8,204 44,272 10,599 2,346 3,662 1,671 2,168 12,399 6,028 13,905 11,411 12,876 17,437 7,072 18,401 32,151 3,957 1,491 1,269 5,628 1,481 1,286 1,576 1,241 1,682 207 1,052 4,099 4,568 17,852 4,489 23,005 59,576 218,048 10,909 198,663 67,548 364,748 342,192 142,161 558,697 1,473,073 933,891 422,916 -
Day 22 19 20 20 19 21 23 20 21 23 15 19 20 18 22 20 19 21 21 21 20 21 17 21 20 18 21 20 20 22 21 22 21 21 17 20 20 20 21 18 21 22 21 20 21 17 22 19 22 20 21 20 21 20 22 -
*) Adjusted price after corporate action
research and development D I V I S I O N
2
Tunas Baru Lampung Tbk
TBLA
Financial Data and Ratios Public Accountant : Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens Internatioanal Ltd.) BALANCE SHEET (Million Rp except Par Value) Cash & Cash Equivalents Accounts Receivable
Dec-02
Dec-03
Dec-04
Dec-05
Dec-06
Jun-07
14,479 122,133
14,033 173,273
17,170 197,482
17,940 105,902
151,592 143,221
225,570 157,679
Book End : December
Assets and Liabilities (Trillion Rp) 2.50
Assets
Liabilities
2.00
Inventories Current Assets Fixed Assets Other Assets Total Assets Growth (%) Current Liabilities Long Term Liabilities Total Liabilities Growth (%)
51,313 197,828 355,751 0 1,021,668
115,595 320,100 379,018 227 1,151,271 12.69%
129,297 401,673 482,418 0 1,352,092 17.44%
146,246 352,676 545,599 4,737 1,451,439 7.35%
131,148 662,858 762,187 4,710 2,049,163 41.18%
104,163 563,298 802,934 0 2,014,337 -1.70%
193,017 348,508 541,524
319,416 326,474 645,890 19.27%
254,299 585,987 840,285 30.10%
335,537 602,720 938,257 11.66%
448,132 735,278 1,183,409 26.13%
394,955 724,426 1,119,381 -5.41%
1.50
1.00
0.50
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Equity (Trillion Rp)
Minority Interest Authorized Capital Paid up Capital Paid up Capital (Shares) Par Value Retained Earnings Total Equity Growth (%)
477 400,000 192,308 1,538 125 103,467 479,666
INCOME STATEMENTS (Million Rp) 626,649 Total Revenues Growth (%) Expenses Gross Profit Operating Expenses Operating Profit Growth (%)
511,094 115,554 64,736 50,819
426 400,000 201,923 1,615 125 118,756 504,955 5.27%
1,219 400,000 201,923 1,615 125 124,389 510,588 1.12%
1,221 400,000 201,923 1,615 125 125,761 511,960 0.27%
1,313 800,000 515,526 4,124 125 175,387 864,441 68.85%
1,554 800,000 515,527 4,124 125 201,234 893,402 3.35%
0.864
0.893
0.89
0.71
0.54
0.480
0.505
0.511
0.512
2002
2003
2004
2005
0.36
0.18
-
715,576 14.19%
1,191,010 66.44%
1,220,636 2.49%
1,193,999 -2.18%
827,191
573,771 141,806 69,050 72,756 43.17%
962,428 228,582 94,446 134,135 84.36%
989,612 231,023 111,592 119,431 -10.96%
931,578 262,420 127,636 134,784 12.86%
676,400 150,791 76,139 74,652
2006
Jun-07
Total Revenues (Trillion Rp) 1.19
1.22
1.19
1.22
0.98
0.83 0.72 0.73
Other Income (Expenses) Income before Tax Tax Minority Interest Net Income Growth (%) RATIOS Current Ratio (%) Dividend (Rp) EPS (Rp) BV (Rp) DAR (X) DER(X) ROA (%) ROE (%) GPM (%) OPM (%) NPM (%) Payout Ratio (%) Yield (%)
11,284 62,103 20,554 57 41,606
102.49 27.04 311.78 0.53 1.13 6.08 12.95 18.44 8.11 6.64 -
-25,932 46,823 21,586 51 25,289 -39.22%
-104,729 29,407 13,018 66 16,455 -34.93%
-100,916 18,515 12,294 -2 6,219 -62.21%
-55,633 79,152 26,177 -91 52,884 750.38%
-39,056 35,596 0 -242 25,847
100.21 5.00 15.66 312.59 0.56 1.28 4.07 9.27 19.82 10.17 3.53 31.94 3.13
157.95 3.00 10.19 316.08 0.62 1.65 2.17 5.76 19.19 11.26 1.38 29.45 1.30
105.11 0.79 3.85 316.93 0.65 1.83 1.28 3.62 18.93 9.78 0.51 20.52 0.40
147.92 12.82 209.60 0.58 1.37 3.86 9.16 21.98 11.29 4.43 -
142.62 6.27 216.62 0.56 1.25 1.77 3.98 18.23 9.02 3.12 -
0.63
0.49
0.24
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Income (Billion Rp) 53 52.88
42 42.31
31.73
26
25 16
21.15
6
10.58
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Disclaimer: The facts and opinions stated or expressed in this publication are for information purposes only and are not necessarily and must not be relied upon as being those of the publisher or of the institutions for which the contributing authors work. Although every care has been taken to ensure the accuracy of the information contained within the publication it should not be by any person relied upon as the basis for taking any action or making any decision. The Jakarta Stock Exchange cannot be held liable or otherwise responsible in anyway for any advice action taken or decision made on the basis of the facts and opinions stated or expressed or stated within this publication.
research and development D I V I S I O N
3
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
UNSP
Company Report : July 2007
As of 31 July 2007
Main Board Industry Sector : Agriculture (1) Industry Sub-Sector : Plantation (12)
Individual Index Listed Shares Market Capitalization
Company History
754.825 2,331,000,000 4,312,350,000,000
Dividend Announcement
Established Date : 17-May-1911 Listing Date : 06-March-1990 Under Writer IPO : PT Aseam Indonesia PT Danareksa Sekuritas PT Ficorinvest PT Merchant Investment Corporation PT Multicor PT Danareksa Securities Administration Bureau : PT EDI Indonesia Wisma SMR 10th Fl. Jl. Yos Sudarso Kav. 89 Jakarta 14350 Phone : 520-4855 Fax : 520-4883
Year 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1996 1997 2004 2005 2006
Bonus Cash Shares Dividend 275.00 275.00 285.00 350.00 400.00 5:9 75.00 75.00 6.00 9.00 15.00
Cum Date 16-Jul-92 26-Jul-93 19-Jul-94 18-Jul-95 14-Jun-96 06-Aug-96 27-Jun-97 17-Jul-98 13-Jun-05 29-Jun-06 11-Jun-07
Ex Recording Payment F/I Date Date Date 17-Jul-92 25-Jul-92 18-Aug-92 F 27-Jul-93 03-Aug-93 31-Aug-93 F 20-Jul-94 27-Jul-94 26-Aug-94 F 19-Jul-95 27-Jul-95 25-Aug-95 F 17-Jun-96 25-Jun-96 09-Jul-96 F 07-Aug-96 15-Aug-96 13-Sep-96 30-Jun-97 08-Jul-97 07-Aug-97 F 20-Jul-98 28-Jul-98 27-Aug-98 F 14-Jun-05 16-Jun-05 30-Jun-05 F 30-Jun-06 04-Jul-06 18-Jul-06 F 12-Jun-07 14-Jun-07 28-Jun-07 F
Issued History Type of Listing
Shareholders (July 2007) 1. Bank Of New York QQ Bakrie & Brothers 2. PT Bakrie & Brothers Tbk QQ Bakrie Sumatera
: : :
617,970,000 557,319,465
Board of Commissioners 1. Soedjai Kartasasmita *) 2. A. Nukman H. Nasution *) 3. Gafur Sulistyo Umar 4. Yuanita Rohali *) Independent Commissioners
26.51% 23.91%
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
First Issue Company Listing Stock Split Bonus Shares Stock Dividend Stock Split Right Issue
Shares 11,100,000 25,900,000 37,000,000 133,200,000 41,440,000 994,560,000 1,087,800,000
Listing Date 06-Mar-90 02-Feb-96 26-Aug-96 16-Sep-96 24-Aug-99 03-Nov-04 27-Dec-04
Trading Date 06-Mar-90 02-Feb-96 26-Aug-96 16-Sep-96 24-Aug-99 03-Nov-04 27-Dec-04
Board of Directors 1. 2. 3. 4. 5.
Ambono Janurianto Bambang Aria Wisena Harry M. Nadir Howard J. Sargeant M. Iqbal Zainuddin
Audit Committee 1. Soedjai Kartasasmita 2. Henandar Musa 3. Marzuki Ramli
Corporate Secretary Fitri Barnas
Head Office: Wisma Bakrie 2, 15th Fl., Jl. HR. Rasuna Said Kav. B.2 Jakarta - 12920 Phone : (021) 252-1286 - 88 Fax : (021) 252-1252 Homepage : http://www.bakriesumatera.com Email :
[email protected]
research and development D I V I S I O N
1
Bakrie Sumatra Plantations Tbk Composite Index and Agriculture Index January 2000 - July 2007
Composite Index
Sectoral Index
2,700
2,400 Composite Stock Price Index
2,250
2,000
Agriculture Index
1,800
1,600
1,350
1,200
900
800
450
400
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Closing Price and Trading Volume January 2000 - July 2007
Closing Price*)
Volume (Mill. Shares)
2,000
360
1,667
300
1,333
240
1,000
180
667
120
333
60
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Closing Price and Agriculture Index January 2000 - July 2007
Closing Price*)
Sectoral Index
2,000
2,400 Closing Price
1,667
2,000
Agriculture Index 1,333
1,600
1,000
1,200
667
800
333
400
-
-
Jan-00
Jan-01
Shares Traded Volume (Thou.) Value (Million) Frequency (X) Days Price (Rupiah) High Low Close Close * PER (X) PER Industry (X) PBV (X)
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
2003
2004
2005
2006
Jul 07
261,273 115,584 10,456 216
897,822 554,533 21,500 235
3,660,897 1,442,080 32,297 242
6,389,806 5,208,256 78,453 242
3,719,014 4,937,469 55,975 146
725 140 575 89
2,025 290 310 310
495 300 415 415
1,170 400 970 970
1,890 920 1,850 1,850
1.79 -6.88 1.44
7.56 6.20 1.77
8.36 13.93 1.97
13.08 11.20 3.52
29.06 25.90 6.33
UNSP
Trading Activities Month Jan03 Feb03 Mar03 Apr03 May03 Jun03 Jul03 Aug03 Sep03 Oct03 Nov03 Dec03 Jan00 Jan04 Feb04 Mar04 Apr04 May04 Jun04 Jul04 Aug04 Sep04 Oct04 Nov04 Dec04 Jan00 Jan05 Feb05 Mar05 Apr05 May05 Jun05 Jul05 Aug05 Sep05 Oct05 Nov05 Dec05 Jan00 Jan06 Feb06 Mar06 Apr06 May06 Jun06 Jul06 Aug06 Sep06 Oct06 Nov06 Dec06 Jan00 Jan07 Feb07 Mar07 Apr07 May07 Jun07 Jul07 Aug07 Sep07 Oct07 Nov07 Dec07
Stock Price High Low 140 165 150 140 175 140 145 195 275 165 235 175 225 175 360 200 475 305 725 420 725 550 700 550 775 575 1,200 600 1,075 900 1,250 950 1,125 875 975 800 1,100 900 1,175 1,000 1,600 1,100 1,700 1,450 2,025 320 365 290 355 300 435 335 495 410 455 405 415 385 420 395 410 380 430 350 385 325 420 340 405 370 395 455 455 400 620 415 740 580 850 660 1,170 840 970 790 1,120 900 1,110 860 1,000 810 910 820 930 820 1,020 840 1,070 920 1,220 960 1,190 1,000 1,460 1,140 1,560 1,310 1,800 1,500 1,890 1,520 1,840 1,600 -
Close 145 145 145 180 235 175 215 315 430 725 675 575 650 1,025 1,050 1,175 975 900 1,100 1,100 1,500 1,625 365 310 345 410 440 410 400 410 405 375 350 390 405 415 420 590 680 840 960 890 1,070 960 880 860 840 970 1,010 1,130 1,150 1,440 1,520 1,520 1,850 1,690 -
Freq. 143 41 117 314 655 445 199 2,297 2,261 2,957 427 600 1,635 3,593 1,350 2,219 770 291 609 638 1,416 624 2,641 5,714 5,728 7,330 7,214 1,538 671 628 618 1,644 996 2,540 786 2,604 2,701 6,817 5,406 5,555 13,011 3,741 7,099 7,054 8,711 3,374 7,613 7,371 9,367 7,503 5,320 9,179 6,899 8,447 9,260 4,502 -
Volume (Thou.) 1,915 789 1,450 5,193 13,199 6,710 3,154 50,408 69,310 90,041 7,900 11,207 46,815 113,288 29,706 78,981 16,538 5,624 15,021 11,215 31,854 13,503 98,622 436,658 752,345 917,564 976,078 217,942 44,771 23,034 88,955 122,924 50,886 160,342 49,011 257,047 234,603 812,220 547,176 521,828 1,100,938 287,944 438,367 415,846 555,058 349,712 509,413 616,704 572,715 580,385 356,422 627,671 460,311 571,070 550,440 244,993 -
Value (Rp Mill.) 295 113 222 925 2,968 1,476 634 15,470 28,694 52,781 5,181 6,825 31,700 103,140 30,311 88,482 16,696 4,995 15,307 12,630 43,919 21,310 46,166 139,879 250,517 353,634 439,738 82,701 17,392 9,414 34,367 49,573 18,635 61,325 18,472 106,313 99,141 411,588 347,885 386,289 1,041,219 247,708 451,364 411,627 484,642 301,561 442,691 582,540 575,451 628,417 386,750 812,996 665,481 932,539 935,836 422,695 -
Day 22 19 20 20 19 21 23 20 21 23 15 19 20 18 22 20 19 21 21 21 20 21 17 21 20 18 21 20 20 22 21 22 21 21 17 20 20 20 21 18 21 22 21 20 21 17 22 19 22 20 21 20 21 20 22 8 -
*) Adjusted price after corporate action
research and development D I V I S I O N
2
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
UNSP
Financial Data and Ratios Public Accountant : Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang BALANCE SHEET (Million Rp except Par Value) Cash & Cash Equivalents Accounts Receivable
Book End : December
Dec-02
Dec-03
Dec-04
Dec-05
Dec-06
Jun-07
14,620 35,421
22,638 38,375
32,407 104,284
14,271 175,149
87,231 258,016
64,007 246,736
Assets and Liabilities (Trillion Rp)
2.50
Assets
Liabilities
2.00
Inventories Current Assets Fixed Assets Other Assets Total Assets Growth (%)
27,359 81,883 231,054 19,185 857,317
30,502 102,060 229,142 17,726 844,443 -1.50%
28,481 182,807 313,949 31,024 1,124,746 33.19%
35,899 280,152 269,229 35,500 1,244,909 10.68%
60,043 671,586 340,382 126,629 1,783,001 43.22%
111,345 738,193 495,980 147,226 2,282,875 28.04%
Current Liabilities Long Term Liabilities Total Liabilities Growth (%)
212,675 625,687 838,363
200,300 545,121 745,421 -11.09%
175,423 540,747 716,170 -3.92%
134,141 620,040 754,181 5.31%
189,279 951,236 1,140,516 51.23%
199,188 1,401,688 1,600,877 40.36%
Minority Interest Authorized Capital Paid up Capital Paid up Capital (Shares) Par Value Retained Earnings Total Equity Growth (%)
0 414,400 124,320 249 500 -149,914 18,954
1.50
1.00
0.50
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Equity (Trillion Rp)
0 414,400 124,320 249 500 -69,845 99,023 422.45%
0 414,400 233,100 2,331 100 28,220 408,576 312.61%
0 414,400 233,100 2,331 100 110,371 490,727 20.11%
0 414,400 233,100 2,331 100 262,290 642,485 30.93%
322 414,400 233,100 2,331 100 301,511 681,676 6.10%
0.642
0.68
0.682
0.491
0.55
0.409 0.41
0.27
0.099
0.14
0.019 -
INCOME STATEMENTS (Million Rp) 357,758 Total Revenues Growth (%) Expenses Gross Profit Operating Expenses Operating Profit Growth (%)
243,556 114,202 44,377 69,825
Other Income (Expenses) Income before Tax Tax Minority Interest Net Income Growth (%)
50,680 120,505 44,550 0 75,955
2002
457,221 27.80%
696,447 52.32%
883,310 26.83%
1,180,622 33.66%
657,368
302,047 155,174 59,747 95,427 36.67%
433,123 263,324 62,512 200,813 110.44%
575,765 307,545 79,670 227,875 13.48%
769,680 410,942 118,784 292,158 28.21%
419,734 237,634 64,651 172,983
20,373 115,800 38,560 0 80,069 5.42%
-60,422 140,391 45,349 -9,485 95,567 19.36%
-66,761 161,115 37,911 0 115,716 21.08%
-41,694 250,464 77,567 0 172,898 49.42%
-62,518 110,465 32,846 -22 74,186
50.95 322.03 398.26 0.88 7.53 13.71 116.94 33.94 20.87 17.51 -
104.21 6.00 41.00 175.28 0.64 1.75 12.48 34.36 37.81 28.83 13.72 14.63 1.94
208.85 9.00 49.64 210.52 0.61 1.54 12.94 32.83 34.82 25.80 13.10 18.13 2.17
354.81 15.00 74.17 275.63 0.64 1.78 14.05 38.98 34.81 24.75 14.64 20.22 1.55
370.60 31.83 292.44 0.70 2.35 4.84 16.20 36.15 26.31 11.29 -
2003
2004
2005
2006
Total Revenues (Trillion Rp) 1.181 1.18
0.883
0.94
0.696
0.657
0.71
RATIOS Current Ratio (%) Dividend (Rp) EPS (Rp) BV (Rp) DAR (X) DER(X) ROA (%) ROE (%) GPM (%) OPM (%) NPM (%) Payout Ratio (%) Yield (%)
38.50 305.48 76.23 0.98 44.23 14.06 635.79 31.92 19.52 21.23 -
Jun-07
0.457 0.47
0.358
0.24
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Income (Billion Rp) 173 172.90
138.32
116 96
103.74
76
80
2002
2003
74
69.16
34.58
-
2004
2005
2006
Jun-07
Disclaimer: The facts and opinions stated or expressed in this publication are for information purposes only and are not necessarily and must not be relied upon as being those of the publisher or of the institutions for which the contributing authors work. Although every care has been taken to ensure the accuracy of the information contained within the publication it should not be by any person relied upon as the basis for taking any action or making any decision. The Jakarta Stock Exchange cannot be held liable or otherwise responsible in anyway for any advice action taken or decision made on the basis of the facts and opinions stated or expressed or stated within this publication.
research and development D I V I S I O N
3
Lampiran 5. Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) 240 Series: RETURN Sample 1 788 Observations 788
200
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
160 120 80 40
Jarque-Bera Probability
0 -0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.002674 0.000000 0.157629 -0.134919 0.029798 0.216039 6.641940 441.6222 0.000000
0.15
Lampiran 6. Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) 400 Series: RETURN Sample 1 788 Observations 788 300 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
200
100
Jarque-Bera Probability
0 -0.375
-0.250
-0.125
0.000
0.125
0.001152 0.000000 0.280902 -0.396415 0.042624 -0.225261 17.08460 6520.008 0.000000
0.250
Lampiran 7. Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 300 Series: RETURN Sample 1 788 Observations 788
250 200
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
150 100 50
Jarque-Bera Probability
0 -0.05
0.00
0.05
0.10
0.002957 0.000000 0.110348 -0.088246 0.025690 0.656193 5.499985 261.7565 0.000000
Lampiran 8. Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat BSP Autocorrelation
Partial Correlation
.|*** .|** .|* .|* .|* .|. .|* .|. .|. .|. .|* .|. .|. .|* .|*
.|*** .|* .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|.
| | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | |
AC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.345 0.200 0.177 0.133 0.092 0.050 0.082 0.035 0.026 0.064 0.080 0.060 0.036 0.070 0.099
PAC 0.345 0.092 0.095 0.039 0.013 -0.013 0.052 -0.022 0.002 0.048 0.045 0.010 -0.007 0.040 0.059
Q-Stat 94.004 125.71 150.57 164.52 171.21 173.20 178.54 179.51 180.04 183.28 188.39 191.28 192.32 196.23 204.17
Prob 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Lampiran 9. Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat TBLA Autocorrelation
Partial Correlation
.|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|* .|. .|.
.|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|.
| | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | |
AC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.124 0.056 0.043 -0.016 0.036 0.035 0.001 0.062 -0.019 -0.022 0.005 0.047 0.074 0.002 0.006
PAC 0.124 0.042 0.032 -0.028 0.038 0.027 -0.008 0.058 -0.034 -0.021 0.006 0.054 0.061 -0.023 0.003
Q-Stat 12.069 14.594 16.091 16.294 17.305 18.253 18.255 21.320 21.595 21.978 21.997 23.789 28.247 28.250 28.282
Prob 0.001 0.001 0.001 0.003 0.004 0.006 0.011 0.006 0.010 0.015 0.024 0.022 0.008 0.013 0.020
Lampiran 10. Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat AALI Autocorrelation
Partial Correlation
.|* .|. .|. .|* .|* .|. .|* .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|.
.|* .|. .|. .|* .|. .|. .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|.
| | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | |
AC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0.162 0.056 0.041 0.089 0.088 -0.018 0.109 0.069 0.009 -0.035 0.059 0.011 -0.009 -0.024 0.032
PAC 0.162 0.030 0.028 0.078 0.062 -0.049 0.113 0.030 -0.025 -0.042 0.064 -0.032 -0.007 -0.023 0.029
Q-Stat 20.670 23.138 24.448 30.677 36.828 37.077 46.482 50.265 50.327 51.310 54.144 54.238 54.303 54.749 55.572
Prob 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
100
Autocorrelation Function for Return
Partial Autocorrelation Function for Return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 11. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
-1.0
-1.0 1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
Autocorrelation Function for Return
Partial Autocorrelation Function for Return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 12. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
-1.0
-1.0 1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
65
70
Autocorrelation Function for Return
Partial Autocorrelation Function for Return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 13. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
-1.0
-1.0 1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
101 Lampiran 14. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) yang telah di differencing Autocorrelation Function for d1 Return
Partial Autocorrelation Function for d1 Return (with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
-1.0
-1.0 1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
Autocorrelation Function for d1return
Partial Autocorrelation Function for d1return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 15. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) yang telah di differencing
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
-1.0
-1.0 1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
65
70
Autocorrelation Function for d1return
Partial Autocorrelation Function for d1return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 16. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang telah di differencing
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8
-1.0
-1.0 1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40 Lag
45
50
55
60
Lampiran 17. Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) Null Hypothesis: RETURN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 4 (Fixed) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-13.11684 -3.438476 -2.865016 -2.568676
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RETURN) Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 08:20 Sample(adjusted): 6 788 Included observations: 783 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RETURN(-1) D(RETURN(-1)) D(RETURN(-2)) D(RETURN(-3)) D(RETURN(-4)) C
-1.075003 0.026624 0.062295 0.020824 0.069487 0.002792
0.081956 0.073607 0.063186 0.051732 0.035440 0.001073
-13.11684 0.361710 0.985900 0.402541 1.960717 2.602350
0.0000 0.7177 0.3245 0.6874 0.0503 0.0094
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.535037 0.532045 0.029431 0.673030 1652.608 2.004815
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
6.46E-06 0.043023 -4.205896 -4.170163 178.8200 0.000000
Lampiran 18. Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) Null Hypothesis: D1RETURN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 4 (Fixed) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-22.04404 -3.438486 -2.865021 -2.568679
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(D1RETURN) Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 10:00 Sample(adjusted): 7 788 Included observations: 782 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D1RETURN(-1) D(D1RETURN(-1)) D(D1RETURN(-2)) D(D1RETURN(-3)) D(D1RETURN(-4)) C
-3.579047 1.734268 1.047273 0.536928 0.182740 8.47E-06
0.162359 0.141676 0.109742 0.072275 0.035151 0.001653
-22.04404 12.24109 9.543060 7.428922 5.198639 0.005128
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.9959
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.808311 0.807076 0.046217 1.657562 1297.584 2.063752
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.83E-05 0.105223 -3.303285 -3.267516 654.4455 0.000000
Lampiran 19. Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Null Hypothesis: D1RETURN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 4 (Fixed) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-21.64687 -3.438486 -2.865021 -2.568679
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(D1RETURN) Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 10:30 Sample(adjusted): 7 788 Included observations: 782 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D1RETURN(-1) D(D1RETURN(-1)) D(D1RETURN(-2)) D(D1RETURN(-3)) D(D1RETURN(-4)) C
-3.418487 1.638709 0.995054 0.499182 0.175031 -2.01E-05
0.157921 0.137527 0.106640 0.071052 0.035428 0.001003
-21.64687 11.91553 9.330945 7.025577 4.940513 -0.020060
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.9840
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.790546 0.789196 0.028041 0.610179 1688.330 2.033113
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.91E-06 0.061074 -4.302635 -4.266866 585.7726 0.000000
Lampiran 20. Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) ARIMA Model: Return (0,1,1) Estimates at each iteration Iteration 0 1 2 3 4 5 6 7
SSE 1.32665 1.15598 1.02428 0.92007 0.83550 0.76378 0.70445 0.70445
Parameters 0.100 0.250 0.400 0.550 0.700 0.850 1.000 1.000
Relative change in each estimate less than 0.0010
Final Estimates of Parameters Type MA 1
Coef 1.0000
SE Coef 0.0000
T 3.18224E+17
P *
Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 788, after differencing 787 Residuals: SS = 0.689719 (backforecasts excluded) MS = 0.000878 DF = 786
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square DF P-Value
12 25.4 11 0.008
24 36.9 23 0.033
36 49.6 35 0.052
48 64.7 47 0.045
Lampiran 21. Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) ARIMA Model: Return (0,1,1) Estimates at each iteration Iteration 0 1 2 3 4 5 6 7
SSE 2.65571 2.33437 2.08035 1.87309 1.69924 1.55302 1.43393 1.43393
Parameters 0.100 0.250 0.400 0.550 0.700 0.850 0.996 0.996
Relative change in each estimate less than 0.0010
Final Estimates of Parameters Type MA 1
Coef 0.9963
SE Coef 0.0000
T 6.47406E+15
P *
Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 788, after differencing 787 Residuals: SS = 1.43393 (backforecasts excluded) MS = 0.00182 DF = 786
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square DF P-Value
12 9.5 11 0.575
24 19.5 23 0.670
36 27.3 35 0.819
48 37.8 47 0.828
Lampiran 22. Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) ARIMA Model: Return (0,1,1) Estimates at each iteration Iteration 0 1 2 3 4 5 6
SSE 0.914811 0.813549 0.733506 0.668587 0.614816 0.567672 0.525988
Parameters 0.100 0.250 0.400 0.550 0.700 0.850 0.983
Unable to reduce sum of squares any further
Final Estimates of Parameters Type MA 1
Coef 0.9831
SE Coef 0.0000
T 5.60202E+10
P 0.000
Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 788, after differencing 787 Residuals: SS = 0.525079 (backforecasts excluded) MS = 0.000668 DF = 786
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square DF P-Value
12 12.5 11 0.325
24 19.1 23 0.694
36 34.7 35 0.484
48 40.3 47 0.744
Lampiran 23. Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared
133.5647 114.4135
Probability Probability
0.000000 0.000000
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 08:39 Sample(adjusted): 3 788 Included observations: 786 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C RESID^2(-1)
0.000539 0.381558
7.40E-05 0.033015
7.279065 11.55702
0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.145564 0.144474 0.001912 0.002867 3805.674 2.074445
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.000872 0.002067 -9.678560 -9.666685 133.5647 0.000000
Lampiran 24. Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared
11.31313 11.18066
Probability Probability
0.000807 0.000827
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 10:02 Sample(adjusted): 3 788 Included observations: 786 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C RESID^2(-1)
0.001596 0.119265
0.000263 0.035459
6.059975 3.363500
0.0000 0.0008
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.014225 0.012967 0.007161 0.040206 2767.826 2.007584
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.001812 0.007208 -7.037726 -7.025850 11.31313 0.000807
Lampiran 25. Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared
23.49619 22.87070
Probability Probability
0.000002 0.000002
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 10:33 Sample(adjusted): 3 788 Included observations: 786 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C RESID^2(-1)
0.000548 0.170584
5.49E-05 0.035192
9.981809 4.847287
0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.029098 0.027859 0.001395 0.001527 4053.343 2.012671
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.000661 0.001415 -10.30876 -10.29689 23.49619 0.000002
Lampiran 26. Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) Koef
ARCH ARCH (2) (1) K 0.000533 0.000584 α1 0.295729 0.319753 α2 0.074363 β1 β2 AIC -4.327976 -4.342988 SC -4.310181 -4.319261 Ket *Tidak Signifikan
GARCH (1,1) 9.29E-05 0.162140 0.727096 -4.375295 -4.351568
GARCH (2,1) 3.05E-05 0.224054 -0.140451 0.881039 -4.386442 -4.356784
GARCH (1,2) 9.99E-05 0.227126 0.064500* 0.592857 -4.393090 -4.363431
GARCH (2,2) 5.12E-05* 0.222056 -0.113464* 0.717586 0.112806* -4.384612 -4.349022
Lampiran 27. Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) Koef
ARCH GARCH ARCH (1) (1,1) (2) K 0.001840 0.001895 0.001112 α1 0.135112 0.126342 0.176193 α2 0.023218 β1 0.224165 β2 AIC - -3.517659 -3.551711 3.523394 SC - -3.493932 -3.527984 3.505599 Ket *Tidak Signifikan
GARCH (2,1) 0.000131 0.197992 -0.153570 0.882112 -3.577275
GARCH (1,2) 0.001152 0.190798 -0.007524* 0.190808 -3.551746
GARCH (2,2) 0.001680 0.106231 0.015635* 0.337672 -0.235901 -3.519502
-3.547617
-3.522088
-3.483912
Lampiran 28. Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Koef ARCH ARCH (2) GARCH GARCH GARCH GARCH (1,1) (2,1) (1,2) (2,2) (1) K 8.18E-05 2.67E-05 0.000541 0.000543 8.24E-05 3.34E-05 α1 0.123600 0.162048 0.181919 0.138076 0.087767 0.148201 α2 0.055428* -0.115900 0.091260 β1 0.792786 0.894598 0.354374* 0.804644 β2 0.400953 0.110405* AIC - -4.540459 -4.541702 - -4.514706 4.538599 4.543022 4.519076 SC - -4.510801 -4.506112 - -4.490979 4.514872 4.513364 4.501281 Ket *Tidak Signifikan
Lampiran 29. Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) 250 Series: Standardized Residuals Sample 2 788 Observations 787
200
150
100
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.015520 -0.076229 4.521950 -5.473374 1.000505 0.368627 5.651644
Jarque-Bera Probability
248.3890 0.000000
50
0 -4
-2
0
2
4
Lampiran 30. Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) 240 Series: Standardized Residuals Sample 2 788 Observations 787
200 160 120 80 40 0 -8
-6
-4
-2
0
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.026339 -0.010364 4.683472 -9.085297 0.894437 -0.777936 18.96416
Jarque-Bera Probability
8436.482 0.000000
4
Lampiran 31. Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) 160 Series: Standardized Residuals Sample 2 788 Observations 787 120
80
40
0 -2.5
0.0
2.5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
0.029857 -0.064440 4.388110 -3.953071 1.000000 0.554592 5.443281
Jarque-Bera Probability
236.0971 0.000000
Lampiran 32. Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) Date: 03/25/08 Time: 15:17 Sample: 2 788 Included observations: 787 Q-statistic probabilities adjusted for 1 ARMA term(s) Autocorrelation
Partial Correlation
.|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|* .|. .|. .|.
.|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|* .|. .|. .|.
| | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
AC
PAC
Q-Stat
Prob
0.009 0.030 -0.018 0.027 -0.042 -0.001 -0.033 -0.017 0.050 -0.048 -0.024 0.067 0.018 0.009 -0.032
0.009 0.030 -0.018 0.027 -0.042 -0.002 -0.029 -0.018 0.054 -0.051 -0.026 0.072 0.011 0.009 -0.035
0.0579 0.7767 1.0195 1.6070 3.0118 3.0129 3.8556 4.0851 6.0655 7.8991 8.3792 11.987 12.234 12.292 13.137
0.378 0.601 0.658 0.556 0.698 0.696 0.770 0.640 0.544 0.592 0.365 0.427 0.504 0.516
Lampiran 33. Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) Date: 03/25/08 Time: 15:19 Sample: 2 788 Included observations: 787 Q-statistic probabilities adjusted for 1 ARMA term(s) Autocorrelation
Partial Correlation
.|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|.
.|. .|. .|. .|. .|. .|. .|. .|* .|. .|. .|. .|. .|. .|. *|.
| | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
AC
PAC
Q-Stat
Prob
-0.041 0.004 0.012 -0.016 0.000 0.001 0.015 0.089 0.004 -0.014 0.029 -0.049 -0.026 -0.016 -0.057
-0.041 0.002 0.013 -0.015 -0.001 0.001 0.016 0.091 0.012 -0.014 0.026 -0.044 -0.030 -0.020 -0.061
1.3514 1.3651 1.4883 1.6796 1.6797 1.6813 1.8719 8.2190 8.2332 8.3860 9.0539 10.968 11.506 11.720 14.337
0.243 0.475 0.641 0.794 0.891 0.931 0.314 0.411 0.496 0.527 0.446 0.486 0.551 0.425
Lampiran 34. Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Date: 03/25/08 Time: 15:20 Sample: 2 788 Included observations: 787 Q-statistic probabilities adjusted for 1 ARMA term(s) Autocorrelation
Partial Correlation
.|. .|. .|. .|. .|. .|. *|. .|. .|. *|. .|. .|. .|. .|. .|.
.|. .|. .|. .|. .|. .|. *|. .|. .|. *|. .|. .|. .|. .|. .|.
| | | | | | | | | | | | | | |
| | | | | | | | | | | | | | |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
AC
PAC
Q-Stat
Prob
0.057 -0.030 -0.033 -0.027 -0.005 -0.007 -0.068 -0.005 -0.026 -0.059 -0.037 -0.012 0.012 0.046 -0.010
0.057 -0.033 -0.030 -0.024 -0.004 -0.009 -0.069 0.001 -0.031 -0.061 -0.036 -0.015 0.004 0.033 -0.019
2.5365 3.2397 4.1105 4.6786 4.7018 4.7425 8.4151 8.4344 8.9705 11.713 12.793 12.900 13.011 14.686 14.770
0.072 0.128 0.197 0.319 0.448 0.209 0.296 0.345 0.230 0.236 0.300 0.368 0.327 0.394
Lampiran 35. Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (UNSP) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared
0.172001 0.172402
Probability Probability
0.678453 0.677986
Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 09:40 Sample(adjusted): 3 788 Included observations: 786 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C STD_RESID^2(-1)
1.014429 -0.014811
0.085113 0.035712
11.91855 -0.414730
0.0000 0.6785
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.000219 -0.001056 2.165591 3676.790 -1721.621 1.999033
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.999605 2.164448 4.385805 4.397680 0.172001 0.678453
Lampiran 36. Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared
0.403437 0.404258
Probability Probability
0.525505 0.524898
Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 10:17 Sample(adjusted): 3 788 Included observations: 786 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C STD_RESID^2(-1)
0.782562 0.022678
0.124027 0.035704
6.309605 0.635167
0.0000 0.5255
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.000514 -0.000761 3.383640 8976.031 -2072.381 1.996821
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.800713 3.382354 5.278322 5.290198 0.403437 0.525505
Lampiran 37. Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) ARCH Test: F-statistic Obs*R-squared
0.068946 0.069116
Probability Probability
0.792946 0.792628
Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 10:46 Sample(adjusted): 3 788 Included observations: 786 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C STD_RESID^2(-1)
1.009620 -0.009378
0.083815 0.035714
12.04582 -0.262576
0.0000 0.7929
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.000088 -0.001187 2.125605 3542.266 -1706.973 1.999520
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.000238 2.124344 4.348531 4.360406 0.068946 0.792946
Lampiran 38. Tabel Hasil Peramalan Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) εt -0.03136 -0.00224 -0.00223 -0.01704 -0.03246 -0.03328 0.04463 -0.01734 -0.002 -0.00199 0.02832 . . . . . . 0.00691 -0.01302 0.03621 -0.02258
ε2t 0.00098345 5.0176E-06 4.9729E-06 0.000290362 0.001053652 0.001107558 0.001991837 0.000300676 0.000004 3.9601E-06 0.000802022 . . . . . . 4.77481E-05 0.00016952 0.001311164 0.000509856
ht
σt = √ht
0.000898461 0.000585604 0.00058559 0.000676844 0.000920908 0.000938145 0.001220896 0.000680142 0.000585279 0.000585266 . . . . . . 0.000752121 0.000599268 0.000638205 0.001003249
0.029974338 0.024199264 0.024198969 0.026016226 0.03034647 0.030629155 0.03494132 0.026079531 0.02419254 0.024192277 . . . . . . 0.02742483 0.024479943 0.025262713 0.031674101
0.00669 4.47561E-05 -0.0031 0.00000961 -0.01284 0.000164866 σt+1 (Hasil Peramalan)
0.000747028 0.000598311 0.000587073 0.000636716
0.027331815 0.024460394 0.024229586 0.025233237
Lampiran 39. Tabel Hasil Peramalan Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) ε2t-1
ε t-1 0 0.10318 -0.06003 -0.02081 0.00013 0.00013 0.02118 0.00025 -0.0208 0.00013 0.00013 . . . . . .
0 0.010646112 0.003603601 0.000433056 1.69E-08 1.69E-08 0.000448592 6.25E-08 0.00043264 1.69E-08 1.69E-08 . . . . . . 0.02343 0.000548965 -0.02892 0.000836366 0.0411 0.00168921 -0.01115 0.000124323 0.00618 3.81924E-05 -0.01148 0.00013179 0.02385 0.000568823 σt+1 (Hasil Peramalan)
ht
σt = √ht
0.003240051 0.002597468 0.002033382 0.001905057 0.001895003 0.001951676 0.001905423 0.001949662 0.001905047 0.001895003 . . . . . . 0.001967317 0.002013414 0.002127837 0.001949927 0.001902712 0.001912537 0.001969926 0.001908207
0.056921447 0.050965357 0.045093032 0.043646957 0.043531627 0.044177782 0.043651155 0.044154978 0.043646846 0.043531627 . . . . . . 0.044354445 0.044871083 0.046128483 0.04415798 0.043620085 0.043732567 0.044383849 0.043683028
Lampiran 40. Tabel Hasil Peramalan Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) ε t-1
. . . . . .
ε2t-1 -0.00934 8.72356E-05 0.00681 4.63761E-05 -0.00915 8.37225E-05 -0.00919 8.44561E-05 -0.00923 8.51929E-05 -0.0011 0.00000121 -0.01749 0.0003059 0.00718 5.15524E-05 -0.0093 0.00008649 -0.00934 8.72356E-05 0.02368 0.000560742 . . . . . . -0.00177 3.1329E-06 0.01378 0.000189888 0.04482 0.002008832 -0.02582 0.000666672 -0.03088 0.000953574 -0.01579 0.000249324 -0.01432 0.000205062 σt+1 (Hasil Peramalan)
ht
σt = √ht
0.00055687 0.000549437 0.000556231 0.000556364 0.000556498 0.00054122 0.000596649 0.000550378 0.000556734 0.00055687 . . . . . . 0.000541007 0.00054157 0.000575544 0.000906445 0.00066228 0.000714473 0.000586357 0.000578305
0.023598089 0.023440066 0.023584544 0.023587373 0.023590214 0.023264138 0.0244264 0.023460144 0.023595215 0.023598089 . . . . . . 0.023259563 0.023271655 0.023990505 0.030107221 0.025734809 0.026729633 0.024214805 0.024047968