UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA 1 MEDAN
ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN RASIO PROFITABILITAS PADA INDUSTRI PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA DRAFT SKRIPSI
OLEH
ESTER FARIDA IRAWATY HARIANJA 050502157 DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2009 Ester Farida Irawaty Harianja : Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas Pada Industri Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
ii
ABSTRAK Ester Farida Irawaty Harianja (2009), Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas Pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia. Pembimbing Drs. Syahyunan, M.Si. Ketua Departemen, Prof Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Penguji I Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, Dosen Penguji II Drs. Liasta Ginting, M.Si. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental dengan menggunakan rasio profitabilitas yang diwakili oleh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP) , Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memakai data sekunder laporan keuangan tahunan perusahaan . Periode penelitian dimulai dari tahun 2004 – 2007. Hipotesis yang dikemukakan adalah faktor ROA, ROE, BEP, EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham, baik secara parsial maupun bersama-sama. Metode analisis yang digunakan untuk melihat dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham pada industri property di Bursa Efek Indonesia adalah analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik yaitu uji signifikansi simultan (Uji Statistik F) dan uji signifikansi individual (Uji Statistik t) dengan α=5 %. Penganalisisan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 13.00 for windows. Hasil uji signifikansi simultan (Uji F) menunjukkan bahwa variabel ROA, BEP, EPS mempunyai pengaruh signifikan secara bersama – sama terhadap harga saham. Hal ini dapat dilihat dari hasil SPSS yang menunjukkan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari alpha. Hasil uji signifikansi individual (Uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel EPS yang mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham dimana tingkat signifikansi yang lebih kecil dari alpha. Variabel bebas lainnya antara lain ROA dan BEP tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Kata kunci: Rasio Profitabilitas, Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP) , Earning Per Share (EPS), Harga Saham
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerahNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam memperoleh gelar kesarjanaan (SE) pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, selaku dosen penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Liasta Ginting, M.Si, selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 7. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Manajemen yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan.
iii
iv
8. Teristimewa Penulis ucapkan terimakasih tidak terhingga kepada kedua orangtuaku yang paling kusayangi dan kukasihi selalu Ayahanda Pdt.R.Harianja, Sth dan Ibundaku N.E. Manurung atas doa, dukungan dan kasih yang tercurah selama ini. 9. Buat Abangku (Kalam E.H. Harianja, S.Si), kakak (Julita D.Harianja S.Pd) dan Adikku (Lidia Irene Harianja) dan segenap keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis. 10. Buat Mantan KK (Bang Roland, Syahbrini, Astrid, Leonardo dan Teguh Mikha). Terima kasih atas kenangan dan kebersamaan kita selama ini. 11. Buat teman-teman di Manajemen stambuk 2005: Denari Hutabarat, Stefani, Alicia, Nova Sihombing, Syahbrini, Leonardo G., Teguh Mikha, Andri, Tovariga, Devi, Suri, Freddy dan teman-temanku yang lain, atas persahabatan yang terjalin selam masa perkuliahan. 12. Buat temanku (Nurul, Yunitia, Dinda, Hari Rapilo, Bang Robi) atas waktu , dukungan dan bantuannya selama ini . Penulis sanagt berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan kasih-Nya kepada kita. Medan, 10 Februari 2009 Penulis,
Ester Farida Irawaty Harianja
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR ……………………………………………………………i DAFTAR ISI……………………………………………………..………...……iii DAFTAR TABEL……………………………………………………………….vi DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….…...…vii BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang ………..………………………………………………1
B.
Perumusan Masalah…………………………………………………...6
C.
Kerangka Konseptual………………………………………………....7
D.
Hipotesis…………………………………………………………........9
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..…......10
F.
Metode Penelitian…………………………………………….…...….11 1. Batasan Operasional…………………………………..…..……...11 2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel…………………..11 3. Populasi dan Sampel………………………………..………..…..14 4. Waktu dan Tempat Penelitian…………………..…..……………15 5. Jenis Data………………………………………………………...16 6. Teknik Pengumpulan Data……………………...……………..…16 7. Metode Analisis Data……………………………….……………16 8. Uji Hipotesis…………………………………….………………..19
BAB II URAIAN TEORITIS A.
Penelitian Terdahulu…………………………...…………………….21
B.
Pengertian Saham…………………………………………………….22
v
vi
C.
Keuntungan Kepemilikan Saham………………….…………………23
D.
Risiko Kepemilikan sahan………………………….…….….……….23
E.
Harga Saham…………………………………………………………25
F.
Analisis Fundamental…………………………………….…….…….26
G.
Analisis Rasio…………………………………………………...……27
H.
Rasio Profitabilitas……………………………………………...……29
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PROPERTI A. PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS)……………………………...…………32 B. PT. Duta Pertiwi Tbk (DUTI)………………………………….………33 C. PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD)……………35 D. PT. Jakarta International Hotel & Development Tbk (JIHD)………….36 E. PT. Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)…………………………………38 F. PT. Lippo Cikarang Tbk (LPCK)………………………………………39 G. PT. Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)…………………………...40 H. PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA)………………………………….41 I. PT. Pudjiadji Prestige Tbk (PUDP)……………………………………42 J. PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS)……………………….44 K. PT. Roda Panggon Harapan Tbk (RODA)……………………………..45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif……………………………...……...................……46 1. Return On Assets (ROA)…………………………………..…….46 2. Return On Equity (ROE)…………………………………………49 3. Basic Earning Power (BEP)……………………………….……..51 4. Earning Per Share (EPS)…………………………………………53 5. Harga Saham …………………………………………….………55 B. Evaluasi Model Statistik……………………………………….………57 C. Analisis Kelayakan Model……………………………………………..60 D. Interpretasi Hasil Regresi………………………………………………60
vi
vii
E. Pengujian Asumsi Klasik………………………………………………62 1. Uji Normalitas……………………………………………………62 2. Uji Multikolinieritas ……………………………………………..66 3. Uji Autokorelasi………………………………………….………66 4. Uji Heterokedastisitas……………………………………………68 F. Pengujian Hipotesis…………………………………………………….70 1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)……………………..………….70 2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) ………...…………71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………………….75 B. Saran……………………………………………………………………76
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................viii
vii
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
Tabel 1.1
Perkembangan Harga Saham Emiten Properti BEI……………….2
Tabel 1.2
Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel…………...14
Tabel 1.3
Nama-Nama Sampel Perusahaan………………………………...15
Tabel 1.4
Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test……………………....19
Tabel 4.1
ROA Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007…………...47
Tabel 4.2
ROE Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007…………...49
Tabel 4.3
BEP Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007…………....52
Tabel 4.4
EPS Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007………….....54
Tabel 4.5
Harga Saham Perusahaan Properti di BEI periode 2004-2007......56
Tabel 4.6
Masalah Multikolineritas………………………………………...57
Tabel 4.7
Bebas Masalah Multikolineritas………………………………….58
Tabel 4.8
Masalah Autokorelasi…………………………………………….58
Tabel 4.9
Casewise Diagnostics………………………………………………….59
Tabel 4.10
Bebas Masalah Autokorelasi……………………………………..60
Tabel 4.11
Hasil Uji Regresi…………………………………………………61
Tabel 4.12
Uji Normalitas……………………………………………………65
Tabel 4.13
Uji Multikolineritas………………………………………………66
Tabel 4.14
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi………………67
Tabel 4.15
Hasil Uji Autokorelasi …………………………………………...67
Tabel 4.16
Hasil Uji Glesjer………………………………………………….69
Tabel 4.17
Hasil Uji F………………………………………………………..71
Table 4.18
Hasil Uji Parsial (Uji-t)…………………………………………..72
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Halaman
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual…………………………………….............9
Gambar 4.1
Histogram Variabel Dependen…………………………………...63
Gambar 4.2
Normal P-Plot……………………………………………………64
Gambar 4.3
Scatterplot Variabel dependen…………………………………..68
ix
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setelah bergabung PT Bursa Efek Surabaya (BES) dengan PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2007, tercatat bahwa hampir seluruh indikator perdagangan menunjukkan peningkatan yang signifikan, seperti aktivitas transaksi, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), maupun minat investor di pasar modal Indonesia. Pada akhir tahun 2007, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 2.739.704 atau meningkat 51,74% dari level penutupan di tahun 2006 yaitu sebesar 1.805.523 (www.bei.co.id). Pergerakan IHSG sangat ditentukan oleh saham-saham dengan kapitalisasi besar, yang berarti secara umum harga sahamsaham perusahaan di BEI meningkat. Properti yang merupakan salah satu sektor yang menjadi indikator seberapa efektifnya kegiatan ekonomi secara umum yang sedang berlangsung telah mengalami peningkatan pesat khususnya sejak tahun 2000 sampai tahun 2004. Penelitian yang dilakukan Wuryandani, Hermanto dan Prasetya (2005) menyebutkan bahwa sektor properti telah mencapai kapitalisasi sebesar Rp 9,88 triliun pada tahun 2000 atau meningkat sekitar 570% dalam 4 tahun terakhir. Peningkatan kapitalisasi sektor properti pada tahun 2004 dan IHSG pada penutupan tahun 2007 membuktikan bahwa minat investor terhadap Pasar Modal Indonesia sangat tinggi. Pada periode 2 Januari sampai dengan 30 November
1 x
xi2
2007, secara umum harga saham emiten properti pada periode tersebut naik ratarata 146,05%. Seperti yang terlihat pada tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Harga Saham Emiten Properti BEI
xi
xii
Pada periode tersebut, terlihat harga saham 28 perusahaan dari 36 perusahaan properti yang sahamnya dicatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat dengan kisaran 1,89% hingga 931,25%. Hanya 8 dari 36 emiten properti yang harga sahamnya turun pada periode tersebut, dengan kisaran minus 9,18% hingga 39,38%. Pada Tabel 1.1 terlihat tidak seluruh emiten properti yang harga sahamnya meningkat diiringi dengan pertumbuhan kinerja fundamental. Hal ini misalnya dialami oleh PT Roda Panggong Harapan Tbk, PT.Panca Wiratama Sakti Tbk, PT Dharmala Intiland Tbk, PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk dan beberapa perusahaan lainnya. Adapun harga saham Panca Wiratama Sakti meningkat 271,43% pada periode tersebut. Namun tidak demikian dengan kinerja keuangannya. Dari pendapatan saham yang meningkat 185% menjadi 1,812 miliar per September 2007, perusahaan tersebut justru membukukan kerugian Rp 20,032 miliar. Menurut Tandelilin (2001:1), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang. Jika seseorang melakukan investasi saham ke sejumlah portofolio saham, sebelumnya investor tersebut harus memastikan bahwa investasi yang dilakukannya adalah tepat. Menurut Pandji dan Piji (2001:108), untuk dapat memilih investasi yang aman, diperlukan satu analisis yang cermat, teliti, dan didukung data yang akurat.
xii
xiii
Secara umum, teknik analisis yang paling banyak digunakan adalah analisis yang bersifat fundamental dan analisis teknikal. Menurut Dedhy dan Liliana (2007:8) analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi, dan nilai tukar. Para analisis fundamental berusaha untuk menentukan nilai intrinsik perusahaan dan membandingkannya dengan harga saham untuk menentukan apakah harga suatu saham over-valued atau undervalued. Sedangkan analisis teknikal merupakan analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik investasi jangka pendek. Dengan membuat suatu tren atau pola atas grafik historis, seorang investor bisa membuat keputusan untuk membeli atau menjual sekuritas. Dari beberapa alternatif penilaian investasi salah satunya adalah analisis secara fundamental. Artinya seorang calon investor mencoba untuk meramal masa depan portofolio yang dipilihnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa neraca, laba rugi, perubahan modal, arus modal dan laporan pendukung lainnya yang wajib diketahui oleh seorang calon investor. Analisis fundamental juga sering disebut dengan analisis perusahaan karena menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai intrinsik
xiii
xiv
saham. Untuk menilai kinerja keuangan emiten, investor dapat melakukan analisis terhadap laporan keuangan emiten. Laporan keuangan yang telah diaudit akuntan publik merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisis fundamental. Laporan keuangan menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif. Salah satu alat analisis yang sering digunakan adalah analisis rasio. Analisis rasio keuangan terdiri dari analisis rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan analisis saham biasa. Disebabkan oleh banyaknya rasio keuangan yang ada dan harus dianalisis, maka analisis faktor fundamental memerlukan waktu dan keahlian dalam mengintrepretasikan setiap rasio. Salah satu analisis rasio yang dapat digunakan untuk melihat pergerakan harga saham ialah analisis rasio profitabilitas. Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan berdasarkan sudut pandang investor terhadap nilai pasar saham yang terjadi di pasar sekunder. Penelitian ini dibatasi hanya menganalisis faktor fundamental perusahaan dari aspek performance financial. Dengan asumsi bahwa pemodal adalah rasional, maka faktor fundamental menjadi dasar penilaian yang utama bagi fundamentalis. Karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara saham dan kondisi perusahaan, maka
xiv
xv
investor yang melakukan analisis fundamental dapat melihat prospek perusahaan dengan mengkaji nilai yang akan datang dan dapat menganalisis nilai itu apakah mengakibatkan harga bereaksi, merosot atau jatuh (Nasution 2006:54). Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Dengan Menggunakan Rasio Profitabilitas Pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah: 1.
Apakah faktor fundamental yang dijabarkan pada Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP) , Earning Per Share (EPS) secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia?
2.
Apakah faktor Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP) , Earning Per Share (EPS) secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek
Indonesia?
xv
xvi
C. Kerangka Konseptual Investasi yang aman memerlukan analisis yang cermat, teliti dan didukung dengan data yang akurat sehingga dapat mengurangi risiko bagi investor dalam berinvestasi. Ada banyak teknik yang dapat diplih oleh investor atau calon investor. Bahkan ada juga investor yang hanya melihat trend masyarakat secara sepintas, langsung saja melakukan investasi dalam instrumen tersebut. Para investor mengharapkan agar uang atau modal yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan yang maksimal dan aman. Ataupun kalau ada risiko, risikonya lebih kecil dibandingkan dengan kemungkinan keuntungan yang dapat diraih. Secara umum ada banyak teknik analisis dalam melakukan penilaian investasi, tetapi yang sering digunakan adalah analisis yang bersifat fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan (Anoraga dan Pakarti 2006:108). Dari beberapa alternatif penilaian investasi salah satunya adalah analisis secara fundamental. Artinya seorang calon investor mencoba untuk meramal masa depan portofolio yang dipilhnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa neraca, laba rugi, perubahan modal, arus modal dan laporan pendukung lainnya yang wajib diketahui oleh seorang calon investor. Menurut Tandelilin (2001:240), untuk menilai kinerja keuangan emiten, investor dapat melakukan analisis terhadap laporan keuangan emiten. Salah satu alat analisis yang sering digunakan adalah analisis rasio. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa
xvi
xvii
datang adalah dengan melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Adapun analisis rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP), dan penelitian ini menambahkan variabel rasio Earnings Per Share (EPS), karena secara konseptual, rasio EPS merefleksikan ekspektasi pertumbuhan perusahaan. Selain itu, secara praktik, analisis dan investor sering menggunakan rasio tersebut untuk menilai dan memilih saham karena hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham.
xvii
xviii
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan, maka model kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 1.1.
Faktor Fundamental
Rasio Profitabilitas
Return On Asset (ROA)
Return On Equity (ROE) Harga Saham Basic Earning Power (BEP)
Earnings Per Share (EPS)
Sumber
: Tandelilin (2001) dan Brigham (2001)
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan atas rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa :
xviii
xix
1.
Faktor fundamental yang dijabarkan pada Return On Asset, Return On Equity, Basic Earning Power, Earning Per Share secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia.
2.
Faktor Return On Asset, Return On Equity, Basic Earning Power, Earning Per Share secara parsial mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental yang dijabarkan pada Return On Asset, Return On Equity, Basic Earning Power , Earning Per Share secara simultan terhadap harga saham pada sektor properti di BEI.
b.
Untuk mengetahui pengaruh faktor Return On Asset, Return On Equity, Basic Earning Power, Earning Per Share secara parsial terhadap harga saham pada sektor properti di BEI.
2. Manfaat Penelitian a.
Bagi praktisi/investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi pada saham sektor properti di Bursa Efek Indonesia dengan tujuan meraih pendapatan yang tinggi..
xix
xx
b.
Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan, khususnya dalam hal analisis fundamental.
c.
Bagi peneliti// selanjutnya, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian penulis, yaitu: a.
Faktor fundamental terhadap harga saham yang digunakan berdasarkan analisis rasio profitabilitas yang terdiri dari Return On Asset, Return On Equity, Basic Earning Power, Earning Per Share.
b.
Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan pada industri properti di Bursa Efek Indonesia.
c.
Data yang diambil adalah laporan keuangan 3 tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.
d.
Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) harian mulai tahun 2004 sampai dengan 2007
2. Identifikasi dan Defenisi Operasional Variabel a. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini terdapat lima variabel yang terdiri dari empat variabel independen (X) yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic
xx
xxi
Earning Power (BEP), Earning Per Share (EPS) dan satu variabel dependen (Y) yaitu harga saham. b. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, maka definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Independen (variabel bebas) Variabel
independen
merupakan
variabel
tidak
terikat
yang
dapat
mempengaruhi variabel dependen. Variabel independent dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. ROA dapat dihiting dengan menggunakan rumus (Abdullah 2005:57): ROA =
Laba bersih sesudah bunga dan pajak x 100% Total aktiva
b. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Abdullah 2005:60): ROE =
Laba bersih sesudah bunga dan pajak x 100% Modal Sendiri
xxi
xxii
c. Basic Earning Power (BEP) Basic Earning Power (BEP) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pengaruh pajak serta leverage. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Brigham & Houston 2001:90): BEP =
Laba sebelum bunga dan pajak x 100% Total aktiva
d. Earnings Per Share (EPS) Earnings Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS, semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham. EPS dihitung dengan rumus (Darmadji 2006:195): EPS =
Laba bersih Jumlah saham beredar
2. Variabel Dependen (variable terikat) Variabel terikat yang digunakan adalah harga saham masing-masing perusahaan properti. Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap akhir transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata harga bulanan hingga rata-rata harga tahunan dengan menggunakan rumus: Rata-rata harga saham bulanan =
Rata-rata harga saham tahunan =
∑ Harga saham harian ∑ Hari transaksi
∑ Rata − rata harga saham bulanan 12
xxii
xxiii
3. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah 36 perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2007. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendekatan non probability random sampling dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu. (Sugiyono 2003:78). Adapun kriteria (pertimbangan) penarikan sampel yang digunakan penulis adalah: a.
Memiliki laporan keuangan lengkap selama tahun 2004-2007.
b.
Emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia di bawah tahun 2001.
c.
Emiten yang terus listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2004-2007 (tidak pernah di-suspend).
d.
Memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tahun 2004-2007.
Hasil seleksi dari sampel penelitian ditunjukkan pada Tabel 1.2 sebagai berikut : Tabel 1.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel No 1 2 3 4
Kriteria Sampel Perusahaan properti yang terdaftar di BEI berturut-turut selama tahun 2004 sampai tahun 2007 Perusahaan yang pernah mengalami suspend selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 Perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tahun 2004 sampai tahun 2007
Jumlah
Emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia di atas tahun 2001
4
Jumlah Sampel Penelitian
11
36 15 6
xxiii
xxiv
Berdasarkan kriteria seleksi sampel pada Tabel 1.2 maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 11 perusahaan. Adapun sampel penelitian antara lain: Tabel 1.3 Nama-Nama Sampel Perusahaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kode CTRS DUTI OMRE JIHD LAMI LPCK PTRA PUDP RBMS RODA GMTD
Nama Emiten PT Ciputra Surya Tbk PT Duta Pertiwi Tbk PT Indonesia Prima Properti Tbk PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk PT Lamicitra Nusantara Tbk PT Lippo Cikarang Tbk PT Putra Surya Perkasa Tbk PT Pudjiadji Prestige Tbk PT Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk PT Roda Panggon Harapan Tbk PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk
Tanggal Listing 15 Januari 1999 2 November 1994 22 Agustus 1994 29 Februari 1984 18 Juli 2000 24 Juli 1997 28 Maret 1994 18 November 1994 19 Desember 1997 22 Oktober 2001 11 Desember 2000
Sumber : www.bei.co.id
4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs www.idx.co.id dan www.google.com. b. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan
Oktober 2008 sampai dengan
Desember 2008.
xxiv
xxv
5. Jenis Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari media internet, jurnal, dan buku literatur yang relevan dengan penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Peneliti mengumpulkan berbagai data yang relevan dengan penelitian melalui buku-buku, jurnal, skripsi, dan internet untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti.
7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis statistik. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan program software SPSS . a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah metode analisis di mana data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. b. Regresi Linier Berganda Regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yakni Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Basic Earning Power (BEP), Earning Per Share (EPS) terhadap variabel terikat yaitu harga
xxv
xxvi
saham perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan rumus: Yi,t = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ e Keterangan : Yi,t
= Harga saham
a
= Konstanta
b1,2,3,4 = Koefisien regresi variabel
c.
X1
= Return On Assets (ROA)
X2
= Return On Equity (ROE)
X3
= Basic Earning Power (BEP)
X4
= Earning per Share (EPS)
e
= standard error
Pengujian Asumsi Klasik
Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel bebas dan terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Hakim 2001 : 254). Uji ini dilakukan melalui kolmogorov Smirnov.
xxvi
xxvii
2. Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan. Varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sedangkan bila varians tidak konstan disebut heteroskedastisitas (Narchrowi 2006:109). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinieritas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Hakim 2001:302), jika terdapat korelasi antara variabel bebas maka dapat dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinieritas menggunakan kriteria variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan: 1. Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolonieritas yang serius 2. Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinieritas yang serius
4. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa autokorelasi terjadi bila observasi yang berturut-turut sepanjang
xxvii
xxviii
waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya (Narchrowi 2006:185). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Pengujian terhadap autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW) test dengan ketentuan sebagai berikut: Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan DW Test Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Keputusan Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak
Jika 0
Sumber : Gujarati (1995:217) Keterangan : dL = Batas bawah dU = Batas atas
8. Uji Hipotesis Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis data melalui pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Uji signifikasi Simultan (Uji-F) Uji- F menunjukkan apakan semua variabel independent atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat). H0 :b1=b2 = b3 = b4 = 0 artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (ROA, ROE, BEP, EPS) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti).
xxviii
xxix
H1 :b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 artinya secara serentak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (ROA, ROE, BEP, EPS ) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti). Kriteria pengambilan keputusan: H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5 % H1 diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %
2. Uji Signifikasi Parsial (Uji-t) Uji-t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. H0 :b1=b2 = b3 = b4 = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (ROA, ROE, BEP, EPS) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti) H1 :b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (ROA, ROE, BEP, EPS) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti). Pengujian menggunakan uji-t dengan tingkat pengujian pada α = 5 % derajat kebebasan (degree of freedom) atau df = (n-k). Kriteria pengambilan keputusan: H0 diterima jika – ttabel < thitung < ttabel pada α = 5 % H1 diterima jika thitung > ttabel dan thitung < -ttabel pada α = 5 %
xxix
xxx
BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Anastasia (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari 33 perusahaan properti, hanya diambil 13 perusahaan, karena memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 1996 sampai dengan 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DER, r) dan resiko sistematik (beta) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama-sama, secara empiris terbukti bahwa hanya variabel book value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara parsial. Situmorang (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari 34 perusahaan properti, hanya diambil 13 perusahaan. Periode penelitian mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel Basic Earning Power (BEP) yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan property sedangkan variabel lain seperti Economic Value added (EVA), Return On Equity (ROE), Earning per Share
21
xxx
xxxi
(EPS) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan property.
B. Pengertian Saham Saham dapat didefenisikan sebagai tanda atau bukti penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam perusahaan atau perseroan terbatas (Anaroga 2001:58). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan.
C. Keuntungan Kepemilikan Saham Saham merupakan sekuritas yang menerbitkan penghasilan yang diperoleh pemodal dengan membeli dan memiliki saham. Penghasilan tersebut dapat berupa dividen dan capital gain (Fakhruddin dan Sopian 2001:7). 1.
Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan
penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Umumnya dividen ini merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dalam
xxxi
xxxii
jumlah tertentu untuk setiap saham, sedangkan dividen saham adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk sejumlah saham sehingga jumlah yang dimiliki seseorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen tersebut. 2.
Capital Gain Capital gain adalah realisasi keuntungan yang diperoleh dari selisih harga
beli dan harga jual saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya. Capital Gain akan diperoleh jika harga saham saat penjualan lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat pembelian. Di samping dua keuntungan tersebut, maka pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan: Saham Bonus (jika ada) Saham bonus merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
D. Risiko Kepemilikan Saham Selain mendapatkan keuntungan, para pemegang saham juga memiliki resiko terhadap saham akibat fluktuasi harga pasar (Darmadji 2001:9). Resiko tersebut antara lain :
xxxii
xxxiii
1. Tidak mendapat dividen Potensi keuntungan ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi perusahaan tidak mendapat keuntungan (perusahaan mengalami kerugian), maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen. 2. Capital Loss Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang saham memperoleh keuntungan (Capital Gain) namun dapat menyebabkan keugian (Capital Loss), hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham lebih rendah dibandingkan harga saham saat pembelian saham tersebut. 3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. 4. Saham di-delist dari bursa Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk. Misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun dan tidak membagikan dividen secara
xxxiii
xxxiv
berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai peraturan Pencatatan Efek di Bursa. 5. Saham di-suspend Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak dapat menjual sampai suspend dicabut. Suspensi dilakukan oleh otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipilitkan oleh kreditornya, dan berbagai kondisi
lain
yang
mengharuskan
otoritas
bursa
men-suspend
perdagangan saham tersebut sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan konfirmasi atau kejelasan informasi lainnya, agar informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.
E. Harga Saham Harga pasar (market price) merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga 2006:59). Setiap investor yang berinvestasi dalam saham, setiap hari dari waktu ke waktu, mereka harus rajin memantau perkembangan terakhir dari kondisi emiten di mana mereka menginvestasikan uang dan mengamati pergerakan saham di bursa secara keseluruhan karena perkembangan kondisi
xxxiv
xxxv
emiten, baik positif maupun negatif, pasti berpengaruh pada harga saham yang diterbitkannya.
F. Analisis Fundamental Fakhruddin dan Sopian (2001:55), menyebutkan bahwa dalam melakukan analisis dan memilih saham, ada dua aspek yang sering digunakan, yaitu aspek fundamental dan aspek teknikal. Menurut Dedhy dan Liliana (2007:8), analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi, dan sejenisnya. Analisis fundamental merupakan analisis berupa penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Analisis
fundamental
sendiri
adalah
teknik-teknik
yang
mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara: 1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. 2. Menerapkan hubungan variable-variabel tersebut hingga diperoleh taksiran harga saham.
xxxv
xxxvi
Analisis teknikal adalah analisis yang lebih menitikberatkan pada pasar itu sendiri untuk memprediksi pola harga di masa mendatang berdasarkan pada pola harga masa lalu, volume, dan open interest.
G. Analisis Rasio Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Analisis rasio ini dibagi dalam lima macam yaitu : 1.
Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek.
2.
Rasio Leverage atau rasio utang, adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai utang atau dibiayai oleh pihak luar.
3.
Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Atau dengan kata lain, sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.
4.
Rasio Profitabilitas atau rasio kemampulabaan, yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba dan modal sendiri.
5.
Rasio saham, yaitu rasio yang menunjukkan bagian dari laba perusahaan, dividend dan modal yang dibagikan pada setiap saham.
xxxvi
xxxvii
Keunggulan Analisis Rasio Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah: 1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistic yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3.
Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).
5.
Menstandarisir size perusahaan.
6.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series”.
7.
Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Keterbatasan Analisis Rasio Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah: 1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
xxxvii
xxxviii
2.
Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
3.
Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
H. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas dipergunakan berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba.
Profitabilitas
merupakan
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono,2001:122).
Kondisi kemampuan
menghasilkan laba perusahaan merupakan informasi penting bagi berbagai pihak. Bagi para pekerja (karyawan dan buruh) merupakan gambaran besarnya kompensasi (gaji-upah) yang akan diterima. Sedangkan pihak pemegang saham berkepentingan guna mengetahui bagian laba yang menjadi hak pemegang saham. Dengan demikian pemilik perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba perusahaan karena disadari sangat pentingnya laba yang ingin dicapai demi kelangsungan atau masa depan perusahaan. Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis rasio yakni rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Dalam kaitannya dengan investasi, beberapa rasio yang dipergunakan sebagai alat ukurnya antara lain:
xxxviii
xxxix
1.
Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) dipergunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimiliki. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Abdullah 2005:57): ROA = 2.
Laba bersih sesudah bunga dan pajak x 100% Total aktiva
Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar (Walsh 2004:56). Perhitungan rasio ini menggunakan rumus: ROE = 3.
Laba bersih sesudah bunga dan pajak x 100% Modal Sendiri
Earning per Share (EPS) Earning per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba
untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen
xxxix
xl
yang diterima pemegang saham (Darmadji 2006:195). EPS dihitung dengan rumus: EPS = 4.
Laba bersih Jumlah saham beredar
Basic Earning Power (BEP) Basic Earning Power (BEP) menunjukkan kemampuan menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan sebelum pengaruh pajak serta leverage. Hal ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan dengan situasi pajak yang berbeda dan tingkat leverage keuangan yang berbeda. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rasio ini hanyalah modal yang bekerja dalam perusahaan (operating capital atau operating assets). Demikian pula laba yang diperhitungkan hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba uasah (net operating income). Bagi perusahaan pada umumnya, masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah lab, karena laba yang besar saja belum menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal untuk menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rasio ini menggunakan rumus (Brigham & Houston 2001:90): BEP =
Laba sebelum bunga dan pajak x 100% Total aktiva
xl
xli
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PROPERTI
A. PT.CIPUTRA SURYA Tbk (CTRS) PT.Ciputra Surya Tbk (CTRS) berdiri pada tanggal 1 Maret 1989 dan mulai menjadi perusahaan terbuka (emiten) sejak tanggal 15 Januari 1989 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.978.864.834 lembar. Ruang lingkup kegiatan perusahaan mencakup perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan penjualan kawasan perumahan real estate, perkantoran, pertokoan, pusat niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai kegiatan komersilnya sejak 1 Maret 1993. Pemegang saham terbesar dalam perusahaan
ini adalah PT.Ciputra
Development Tbk dengan 39,92% saham CTRS adalah milik mereka. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham, para pemegang saham menyetujui susunan dewan komisaris dan dewan direksi adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. Ciputra Cosmas Batubara Lanny Wiharjo 2. Sandra Hendharto 3. Sony Subrata
Dewan Direksi : 1. Harun Hajadi 2. Budiarsa Sastrawinata
32
xli
xlii
3. Cakra Ciputra 4. Candra Ciputra 5. Junita Ciputra 6. Naniek Joeliawati Santoso 7. Rina Ciputra Sastrawinata 8. Sutoto Yakobus Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Taman Perkantoran Citra Raya Kav.1 Jl. Citra Raya Utama Surabaya, 60219.
B. PT.DUTA PERTIWI Tbk (DUTI) PT.Duta Pertiwi Tbk didirikan pada tanggal 29 Desember 1972 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 2 November 1994 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.387.500.000 lembar. Ruang lingkup kegiatan utama perusahaan meliputi usaha konstruksi dan pembangunan
real estate serta
perdagangan umum. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil pada tanggal 1 Oktober 1986 dalam bidang real estate. Sebelumnya perusahaan bergerak dalam bidang kontraktor. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dengan proyek real estatenya meliputi pusat perbelanjaan International Trade Centre (ITC) Mangga Dua, Ruko Mangga Dua, Arcade Dusit, Mal Mangga Dua, Mangga Dua Court Apartment, Wisma Eka Jiwa, Perumahan Taman Duta Mas, Mega ITC Cempaka Mas, Duta Mas Fatmawati, Ruko Roxy Mas, ITC Fatmawati, Harcomas Mangga Dua, ITC Roxy Mas dan Apartemen, dan Roxy II yang seluruhnya berlokasi di Jakarta.
xlii
xliii
Under writer IPO (Initial Public Offering) perusahaan ini antara lain : 1. PT. Asian Development Securities 2. PT. Baring Securities 3. PT. Jardin Fleming Nusantara 4. PT. Makindo 5. PT. Usaha Bersama Sekuritas Pemegang saham terbesar dalam perusahaan ini adalah PT.Ekacentra Usahamaju dengan 50% saham DUTI adalah milik mereka. Sedangkan 20% saham DUTI dimiliki oleh PT.Paraga Arta Mida dan selebihnya dimiliki oleh PT.Paraga Artamida. Adapun susunan dewan komisaris dan dewan direksi adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. Franky Oesman Widjaja 2. Arthur Tahya 3. Joseph Jo Liat Tjiang 4. Simon Lim 5. Sonny Harsono Djojoa 6. Teddy Pawitra
Dewan Direksi : 1. Muktar Widjaja 2. Fransiscus Xaverius R.D
xliii
xliv
3. Glen Hendra Gunadirja 4. Harry Budi Hartanto 5. Hermawan Wijaya 6. Petrus Kusuma 7. Stevanus Hartono 8. Teky Malloa Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl. Tanjung Pura No.263D Pontianak Kalimantan Barat.
C. PT.GOWA MAKASSAR TOURISM DEVELOPMENT Tbk (GMTD) PT. Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) didirikan pada tanggal 14 Mei 1991 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 11 Desember 2000 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 101.538.000 lembar. Yang menjadi underwriter IPO (Initial Public Offering) perusahaan ini adalah PT.Ciptadana Sekuritas. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam bidang investasi dan pengembangan real estate dan properti. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil pada tanggal 21 Juni 1997. Pemegang saham terbesar perusahaan ini adalah PT. Makassar Permata Sulawesi dengan 32,50% saham GMTD adalah milik mereka. Pemegang saham lainnya adalah Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan kepemilikan saham sebesar 13 %, Pemerintah Kabupaten Gowa dengan kepemilikan saham sebesar 6,5 %, Pemerintah Kota Makassar dengan kepemilikan saham sebesar 6,5 % dan
xliv
xlv
Yayasan Pembangunan Sulawesi Selatan dengan kepemilikan saham sebesar 6,5%. Adapun susunan dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. H. Masagoes Ismail Ning 2. Ahmad Nurhani 3. Erman Munzir 4. H. Supomo Guntur 5. H. Syahrul Saharuddin 6. Hj. Syafruddin Kalyum 7. Jopy Rusli 8. Tjokro Libianto Dewan Direksi : 1. Soeparmadi 2. Wahyu Tri Laksono 3. Arthur Felix Kalesaran Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl. Metro Tanjung Bunga Kav 3-5 Tanjung Bunga Makassar Sulawesi Selatan 90134.
D. PT. JAKARTA INTERNATIONAL HOTEL & DEV Tbk (JIHD) PT. Jakarta International Hotel & Development didirikan pada tanggal 7 November 1969 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 29 Februari 1984
xlv
xlvi
dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.930.039.200 lembar. Yang menjadi underwriter IPO (Initial Public Offering) perusahaan ini adalah : 1) PT.Danareksa Sekuritas 2) PT.Finconesia 3) PT.Indovest Securities 4) PT.Merchant Investment Corporation 5) PT.Multicor 6) PT.Danareksa Ruang lingkup kegiatan perusahaan mencakup pembangunan hotel dan penyelenggaraan jasa perhotelan, pembangunan real estate dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai operasi komersilnya pada tahun 1969. Adapun susunan dewan komisaris dan dewan direksi adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris : 1. T.B. Silalahi 2. Tomy Winata
Dewan Direksi : 1. H. Jusuf Indradewa 2. Budiman Effendy 3. Hartono Tjahiadi 4. Nasroel Chas
xlvi
xlvii
Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Artha Graha Building 15th Fl, Jl. Jend.Sudirman Kav 52-53 Jakarta 12190.
E. PT. LAMICITRA NUSANTARA, Tbk (LAMI) PT. Lamicitra Nusantara, Tbk didirikan pada tanggal 29 Januari 1988 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 16 Juli 2001 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.148.418.000 lembar. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembangunan dan pengelolaan properti, jasa, perdagangan dan pertokoan. Perusahaan memulai usaha komersilnya pada bulan Januari 1990. Saat ini kegiatan utama perusahaan adalah penjualan stand di Jembatan Merah Plaza Surabaya, pengelola kawasan berikat di Tanjung Emas Semarang dan penyertaan modal pada anak perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan depo peti kemas, perhotelan dan real estat dan properti. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT. Laksana Citra Nusantara. Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. Laksmono Kartika 2. H.A.Gawi Oemar 3. Sri Kuntjoro Dewi Maursen
Dewan Direksi : 1. Pranowo Kartika
xlvii
xlviii
2. Lanny Gondokusumo 3. Oedjang Ongkowidjojo 4. Priyo Setya Budi 5. Robin Wijaya Gejali 6. Siana Kartika, D.Bus. Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jembatan Merah Plaza 5th Fl, Jl. Taman Jayenggrono 2-4 Surabaya 60175.
F. PT. LIPPO CIKARANG, Tbk (LPCK) PT. Lippo Cikarang, Tbk didirikan pada tanggal 20 Juli 1987 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 24 Juli 1997 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 696.000.000 lembar. Ruang lingkup kegiatan utama perusahaan ini adalah pengembangan kota (urban development) yang meliputi pengembangan kawasan perumahan dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, penyediaan jasa-jasa pendukung serta melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perusahaan anak maupun patungan dan pihakpihak lain. Saat ini kegiatan utama perusahaan adalah pembangunan kawasan industri, perumahan dan penyediaan jasa-jasa penunjang lainnya. Perusahaan ini beroperasi secara komersil sejak tanggal 20 Mei 1989. Pemegang saham perusahaan ini antara lain : 1. PT. Kemuning Setiatama 2. Kresna Graha Sekurindo 3. DBS Vickers (Hongkong) Limited
xlviii
xlix
Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut : 1. Eddy Sindoro 2. Ganesh Chander Grover 3. Jusuf Arbianto Tjondroluk 4. Sugiono Djauhari
Dewan Direksi : 1. Yuke Elia Susiloputro 2. Harun Permadi 3. Susanto Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl.M.H.Thamrin Kav.107 Lippo Cikarang, Bekasi 7550 Jawa Barat.
G. PT. INDONESIA PRIMA PROPERTY, Tbk (OMRE) PT. Indonesia Prima Property, Tbk didirikan pada tanggal 23 April 1983 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 22 Agustus 1994 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 1.745.000.000 lembar. Perusahaan ini bergerak dalam bidang persewaaan perkantoran, pusat perbelanjaan (mall), apartemen dan hotel, pembangunan perumahan, hotel, apartemen beserta segala fasilitasnya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil sejak bulan April 1983. Pemegang saham perusahaan ini antara lain : 1. First Pacific Capital Group Limited
xlix
l
2. PT. Gajah Tunggal Mulia Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebaai berikut : Dewan Komisaris : 1. Dibyo Widodo 2. Havid Abdul Gani 3. Matheus Rukmasaleh Arif 4. Satriyana
Dewan Direksi : 1. Boediman Gozali 2. H. Muhammad Eddy Gozali 3. Ng. Haker Larson 4. Njudarsono Yusetijo Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Kav.34 Jakarta 10220.
H. PT. PUTRA SURYA PERKASA, Tbk (PTRA) PT. Putra Surya Perkasa, Tbk didirikan pada tanggal 15 Mei 1981 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 28 Maret 1994 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 5.888.867.668 lembar. Kegiatan utama perusahaan adalah menjalankan usaha pembangunan kontraktor, menjalankan usaha di bidang perumahan, menjalankan usaha di bidang perdagangan umum, perwakilan atau
l
li
peragenan dari perusahaan lain. Saat ini kegiatan utama perusahaan adalah menjual rumah dan menyewakan apartemen, ruangan kantor, pengelola gedung dan penjualan apartemen secara strata title. Pemegang saham perusahaaan ini adalah Grand Plus Investments Limited. Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. Rusdy Wiranata 2. Freddy Soejandi 3. Hariati Tupang 4. Riwayat Salamun
Dewan Direksi : 1. Djoni Jonathan Lasmana 2. Handoko Gunawan 3. Hendra Hadiwijaya Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman Kav.28 Jakarta 12920.
I. PT. PUDJIADJI PRESTIGE, Tbk (PUDP) PT. Pudjiadji Prestige, Tbk didirikan pada tanggal 11 September 1980 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 18 November 1994 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 280.000.000 lembar. Ruang lingkup kegiatan perusahaan
li
lii
ini meliputi pembangunan perumahan, perkantoran dan apartemen. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil sejak tahun 1981. Pada saat ini perusahaan bergerak dalam bidang real estat, kontraktor dan penyewaan ruangan dan apartemen. Pemegang saham perusahaaan ini antara lain : 1. PT. Istana Kuta Ratu Prestige 2. Syukur Pudjiadji 3. HSBC Inttrust (Sing) Ltd 4. Lenawati Setiadi P Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. Syukur Pudjiadji 2. Gabriel Lukman Pudjiadji 3. Lenawati Setiadi 4. Marianti Mahendra 5. Soekardjo Hardjo Soewirjo 6. Taufik Mansur
Dewan Direksi : 1. Kosmian Pudjiadji 2. Adwien Dhani Suhendro 3. Toto Sasetyo Dwi Budi L
lii
liii
Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jayakarta Hotel 21st Fl, Jl.Hayam Wuruk 126 Jakarta Barat.
J. PT. RISTIA BINTANG MAHKOTASEJATI, Tbk (RBMS) PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk didirikan pada tanggal 22 Mei 1985 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 19 Desember 1997 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 326.722.500 lembar. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam bidang real estate dan kontraktor. Pada saat ini kegiatan perusahaan berupa pembangunan Perumahan Bintang Metropole dan Perumahan Mahkota Simprug yang berlokasi di Bekasi dan Tangerang. Perusahaan memulai kegiatan operasi komersial sejak bulan Februari 1994. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT. Bintang Mitra Semestaraya dan Aussie Properties Limited. Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. Agusman Effendi 2. Maria Florentina Tulolo 3. Richard Wiriahardja
Dewan Direksi : 1. Martinus Tulolo 2. Rosa Lestari Putri
liii
liv
Kantor pusat perusahaan berlokasi di Ribens Autocara Building, Jl. Fatmawati No.188 Jakarta 12420.
K. PT. RODA PANGGON HARAPAN, Tbk (RODA) PT Roda Panggon Harapan Tbk didirikan pada tanggal 15 Oktober 1984 dan mulai menjadi perusahaan terbuka sejak 22 Oktober 2001 dengan jumlah saham yang beredar sebanyak 591.000.000 lembar. Ruang lingkup kegiatan perusahaan
meliputi
usaha
perdagangan
umum,
peragenan,
kontraktor,
perindustrian, pengangkutan, percetakan, pertanian, real estate, perkebunan dan pertambangan. Pada saat ini kegiatan perusahaan terutama adalah pembangunan dan penjualan real estat, Perumahan Simprug di Poris, Tangerang. Perusahaan memulai kegiatan operasi komersial pada bulan November 1995. Adapun susunan Dewan Komisaris dan Dewan Direksi perusahaan ini adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris : 1. Parningotan Okto Luther P 2. Supadmi Dewan Direksi : 1. Richard Rachmawadi Wirlahar 2. Heru Widodo Kantor pusat perusahaan ini berlokasi di Jl. Jend. Sudirman No.1 Jakarta.
liv
lv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan dan digolongkan/ dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif. Deskripsi umum dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on Assets (ROA) dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah bunga dan pajak dengan total aktiva.
46 lv
lvi
Tabel 4.1 Return on Assets (ROA) Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (%) TAHUN
EMITEN CTRS DUTI OMRE JIHD LAMI LPCK PTRA PUDP RBMS RODA GMTD Rata-rata Total
2004 5.58 2.29 3.77 -8.68 1.19 2.65 -7.31 1.49 -1.22 -2.07 3.17
2005 9.32 2.22 -1.7 -5.97 1.15 0.43 -62.8 1.51 -1.6 -2.69 3.22
2006 13.49 3.05 4.51 -3.28 0.8 0.02 1.42 0.24 0.36 0.59 3.83
2007 8,93 1,31 2,03 -4,31 0,47 0,86 -0,45 2,67 0,38 -0,34 2,82
0,078
-5.174
2.275
1,306
Rata-Rata ROA 9,33 2,22 2,15 -5,56 0,9 0,99 -17,28 1,48 -0,52 -1,13 3,26 -0,378
Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ROA seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar -0,378%. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), yaitu sebesar 9.33%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROA terendah selama tahun pengamatan adalah PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) yaitu sebesar -17,28%. Rata-rata ROA seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Rata-rata ROA pada tahun 2004 adalah sebesar 0.078%, dimana perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 5,58% dan perusahaan yang memiliki nilai ROA terendah pada tahun 2004 adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -8.68%.
lvi
lvii
Pada
tahun 2005 nilai rata-rata ROA mengalami penurunan yang cukup
tajam dari tahun 2004 menjadi -5.174%, dimana perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 9,32% dan perusahaan yang memiliki nilai ROA terendah pada tahun 2005 adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) sebesar -62,8%. Pada tahun 2006 nilai rata-rata ROA mengalami peningkatan dari tahun 2005 menjadi 2,275%, dimana perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 13,49% hal ini menunjukkan perusahaan ini mampu menghasilkan keuntungan yang cukup besar dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan yang dimilikinya dan perusahaan yang memiliki nilai ROA terendah adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -3,28%. Pada tahun 2007 nilai rata-rata ROA mengalami penurunan dari tahun 2006 menjadi 1,306 % , dimana perusahaan yang memiliki nilai ROA tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 8,93% dan perusahaan yang memiliki nilai ROA terendah adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -4,31% hal ini menunjukkan perusahaan ini mengalami kerugian dimana kemampuan untuk menghasilkan laba bersih setelah bunga dan pajak perusahaan rendah ditambah biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya yang di atas rata-rata yang menyebabkan laba bersihnya menjadi relatif rendah.
lvii
lviii
2.
Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang tersedia bagi pemegang saham dengan menggunakan tingkat ekuitas yang dimiliki. ROE dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah bunga dan pajak dengan modal sendiri. Rasio ini dipergunakan oleh investor untuk mengetahui sejauh mana tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Semakin besar nilai ROE
maka semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Tabel 4.2 Return on Equity (ROE) Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (%) TAHUN
EMITEN CTRS DUTI OMRE JIHD LAMI LPCK PTRA PUDP RBMS RODA GMTD Rata-rata Total
2004 10.18 6.43 12.23 -25.1 2.38 6.78 -18.73 2.59 -1.69 -2.23 11.84
2005 18.59 6.49 -6.07 -13.38 2.67 1.08 -217.17 2.53 -2.19 -2.82 11.41
2006 22.35 8.36 13.49 -11.61 2.42 0.05 4.71 0.32 0.48 0.61 12.77
2007 13,64 3,44 5,74 -17,96 1,78 2,41 -1,19 3,35 0,55 -0,36 9,07
0,425
-18,078
4,905
1,861
Rata-Rata ROE 16,19 6,18 6,35 -17,01 2,31 2,58 -58,095 2,197 -0,712 -1,2 11,273 -2,723
Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ROE seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar -2,723%. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROE tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), yaitu sebesar 16,19% semakin besar nilai ROE maka semakin tinggi
lviii
lix
pula minat investor terhadap suatu saham yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan harga saham. Hal ini disebabkan karena investor percaya bahwa perusahaan mampu menggunakan ekuitasnya dengan efektif dan efisien untuk menghasilkan laba. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata ROE terendah selama tahun pengamatan adalah PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) yaitu sebesar -58,095%. Rata-rata ROE seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Rata-rata ROE pada tahun 2004 adalah sebesar 0,425% dimana perusahaan yang memiliki nilai ROE tertinggi adalah PT Indonesia Prima Properti Tbk (OMRE) sebesar 12,23% dan perusahaan yang memiliki nilai ROE terendah pada tahun 2004 adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) sebesar -18,73%. Pada tahun 2005 nilai rata-rata ROE mengalami penurunan dari tahun 2004 menjadi -18,07% dimana perusahaan yang memiliki nilai ROE tertinggi pada tahun 2005 adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 18,59%. Perusahaan yang memiliki nilai ROE terendah adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) sebesar -217,17% hal menunjukkan PT Putra Surya Perkasa Tbk
(PTRA)
mengalami kerugian yang cukup besar . Pada tahun 2006 nilai rata-rata ROE secara total menunjukkan peningkatan dari tahun 2005 menjadi 4,90% dimana perusahaan yang memiliki nilai ROE tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 22,35% dan perusahaan yang memiki nilai ROE terendah adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk sebesar -11,61%.
lix
lx
Pada tahun 2007 nilai rata-rata ROE mengalami penurunan menjadi 1,86% dimana perusahaan yang memiliki nilai ROE tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 13,64% dan dan perusahaan yang memiliki nilai ROE terendah adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk
(JIHD)
sebesar -17,96%.
3.
Basic Earning Power (BEP) Basic Earning Power (BEP) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan menghasilkan laba dari aktiva perusahaan sebelum pengaruh pajak serta leverage. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dengan modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital) untuk menghasilkan laba. Basic Earning Power (BEP) diperoleh dengan membagi laba bersih sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva. Semakin besar nilai BEP mengindikasikan bahwa perusahaan telah dapat bekerja dengan efisien karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal untuk menghasilkan laba tersebut.
lx
lxi
Tabel 4.3 Basic Earning Power (BEP) Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (%) TAHUN
EMITEN CTRS DUTI OMRE JIHD LAMI LPCK PTRA PUDP RBMS RODA GMTD Rata-rata Total
2004 4.10 2.40 8.60 -3.30 2.30 5.00 -6.70 4.00 -1.70 -2.20 2.20
2005 8.20 2.40 2.10 -3.00 2.80 3.40 0.70 3.40 -2.10 -2.80 2.10
2006 11.50 2.40 2.90 -1.40 0.80 1.50 0.30 0.80 -0.40 0.00 3.70
2007 10,55 3,32 4,45 -1,26 2,14 3,16 14,04 6,48 -0,02 -0,77 3,97
1,34
1,56
2,00
4,18
Rata-Rata BEP 8,58 2,63 4,51 -2,24 2,01 3,26 2,08 3,67 -1,05 -1,44 2,99 2,27
Sumber : Hasil Penelitian,2008 (data diolah)
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata BEP seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar 2,27%. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata BEP tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), yaitu sebesar 8,58%. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata BEP terendah selama tahun pengamatan adalah PT. Jakarta International Hotel & Development yaitu sebesar -2,24%. Hal ini memberi indikasi bahwa PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS) adalah perusahaan yang paling mampu bekerja secara efisien dengan kekayaaan atau modal yang dimilikinya untuk menghasilkan laba. Rata-rata BEP seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Rata-rata BEP pada tahun 2004 adalah sebesar 1,34%, dimana perusahaan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah PT Indonesia Prima Properti Tbk (OMRE) sebesar 8,60% dan perusahaan yang memiliki nilai BEP
lxi
lxii
terendah pada tahun 2004 adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) yakni sebesar -6,70%. Pada tahun 2005 nilai rata-rata BEP mengalami peningkatan dari tahun 2004 menjadi 1,56% dimana perusahaan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 8,20% dan perusahaan yang memiliki nilai BEP terendah pada tahun 2005 adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -3,00%. Pada tahun 2006 nilai rata-rata BEP secara total menunjukkan peningkatan namun tidak begitu besar yakni sebesar 2,00 % dimana perusahaan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) sebesar 11,50% dan perusahaan yang memiliki nilai BEP terendah pada tahun 2006 adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) sebesar -1,40%. Pada tahun 2007 mengalami peningkatan kembali menjadi 4,18% dimana perusahaan yang memiliki nilai BEP tertinggi adalah PT Putra Surya Perkasa Tbk sebesar 14,04% dan perusahaan yang memiliki nilai BEP terendah pada tahun 2007 adalah PT Jakarta Internasional Hotel & Development Tbk (JIHD) yakni sebesar -1,26%.
4.
Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba
untuk setiap lembar saham. EPS merupakan rasio antara total laba bersih dengan jumlah saham yang beredar yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi
lxii
lxiii
nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan jumlah dividen yang diterima oleh pemegang saham. Tabel 4.4 Earning Per Share (EPS) Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (Rupiah) TAHUN
EMITEN CTRS DUTI OMRE JIHD LAMI LPCK PTRA PUDP RBMS RODA GMTD Rata-rata Total
2004 62.05 42.99 16.95 223.25 1.27 41.58 -20.66 12.08 -4.64 -1.74 63.00 39,648
2005 60.53 43.86 -13.67 -73.25 1.47 5.36 -75.64 11.88 -6.90 -2.49 65.05 1,473
2006 85.46 52.57 12.61 -30.32 0.84 4.70 1.36 1.03 0.55 0.41 72.65 18,351
2007 86,67 42,48 8,45 -113,49 2,57 15,89 -0,41 24,03 2,58 -0,43 77,38 13,247
Rata-Rata EPS 73,68 45,47 6,08 1,55 1,54 16,88 -23,84 12,25 -2,1 -1,06 69,52 18,179
Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata EPS seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar Rp 18,179. Perusahaan yang memiliki nilai rata-rata EPS tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), yaitu sebesar Rp 73,68. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rata-rata EPS terendah selama tahun pengamatan adalah PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) yaitu sebesar Rp -23,84. Nilai rata-rata EPS yang bertanda negatif mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kerugian. Dari nilai rata-rata EPS tiap perusahaan, dapat dilihat bahwa perusahaan yang mengalami kerugian selain PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) adalah PT. Roda Panggaon Harapan Tbk (RODA) dan PT Ristia Bintang Mahkotasejati (RBMS). Rata-rata EPS seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Rata-rata EPS pada
lxiii
lxiv
tahun 2004 adalah sebesar Rp 39,648; pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi Rp 1,473
namun pada tahun 2006 nilai rata-rata EPS secara total
menunjukkan peningkatan
hingga Rp.18,351 kemudian pada tahun 2007
mengalami penurunan menjadi Rp.13,247.
5.
Harga Saham Harga saham merupakan harga jual dari suatu saham. Tiap point kenaikan
ataupun penurunan yang terjadi bisa menentukan untung atau rugi investor terhadap suatu saham atau portofolio yang dimiliki. Apabila perusahaan diperkirakan memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, maka nilai saham akan menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang memiliki prospek maka harga saham akan menjadi rendah.
lxiv
lxv
Adapun harga saham tiap perusahaan perusahaan properti selama periode tahun 2004 sampai dengan 2007 pada penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Harga Saham Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI periode 2004-2007 (Rupiah) TAHUN
EMITEN CTRS DUTI OMRE JIHD LAMI LPCK PTRA PUDP RBMS RODA GMTD Rata-rata Total
2004 547.6 703.4 105.3 299.1 82.6 301.5 15.0 213.2 81.6 234.1 685.4
2005 594.5 558.36 132.96 566.8 88.4 323.1 65.9 183.1 85.9 84.1 556
2006 708.1 637.8 150.7 580.8 68.9 287.3 75 199.1 94.7 86.1 519.6
2007 884.48 692.3 472,5 890 198,16 521,25 91,5 250 110,5 102 426,25
297.16
294.46
309.83
563.75
Rata-Rata Harga Saham 683.67 647.96 129.65 584,18 79.96 303.96 51,96 211.35 87.4 126.57 587 366.303
Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)
Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata harga saham seluruh perusahaan selama tahun pengamatan adalah sebesar Rp.366,303. Perusahaan yang memiliki rata-rata harga saham tertinggi adalah PT. Ciputra Surya Tbk (CTRS), dengan rata-rata harga saham selama empat tahun sebesar Rp 683,67. Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata harga saham terendah adalah PT. Putra Surya Perkasa Tbk (PTRA) dengan rata-rata harga saham selama empat tahun sebesar Rp 51,96. Rata-rata harga saham seluruh perusahaan properti dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
lxv
lxvi
B. Evaluasi Model Statistik Penggunaan model analisis yang digunakan peneliti dalam menguji hipotesis adalah dengan regresi berganda. Peneliti melakukan uji F dan Uji t pada tiap variabel dependent (harga Saham) dengan variabel independen (ROA, ROE, BEP, EPS). Untuk melihat keabsahan persamaan regresi yang dibuat, pembuatan regresi dilandasi oleh asumsi-asumsi yang tidak boleh dilanggar. Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa terjadi masalah multikolinieritas pada variabel Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Hal ini ditunjukkan oleh nilai VIF kedua variabel tersebut adalah lebih besar dari 5 ( VIF > 5). Tabel 4.6 Masalah Multikolineritas Collinearity Statistics Model Tolerance 1
VIF
(Constant) ROA
.012
85.551
ROE
.013
79.470
BEP
.473
2.114
EPS a Dependent Variable: Harga saham
.816
1.226
Sumber : Hasil olahan SPSS
Menurut Gozali (2005:95) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah multikolinieritas adalah dengan mengeluarkan satu atau beberapa variabel bebas yang mempunyai korelasi yang tinggi dari model. Oleh sebab itu, penulis mengeluarkan variabel ROE dari model regresi karena mempunyai korelasi yang tinggi.
lxvi
lxvii
Setelah dilakukan kembali uji multikolinieritas, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.7 Bebas Masalah Multikolineritas Collinearity Statistics Model Tolerance 1
VIF
(Constant) LN ROA
.543
1.841
LN BEP
.684
1.462
LN EPS
.541
1.848
a Dependent Variable: LN Harga Saham
Sumber : Hasil olahan SPSS Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa semua variabel bebas tidak terkena masalah multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel bebas yakni ROA, BEP dan EPS adalah lebih kecil dari 5 (VIF < 5). Tabel 4.8 Masalah Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .666 a
R Square .444
Adjusted R Square .402
Std. Error of the Estimate 1.43996
DurbinWatson 1.556
a. Predictors: (Constant), LN EPS, LN BEP, LN ROA b. Dependent Variable: LN Harga Saham
Sumber : Hasil olahan SPSS
Pada Tabel 4.8
yang menyajikan tabel “model summary” nilai Durbin
Watson (DW) adalah sebesar 1,556. Nilai Durbin Watson (DW) harus dibandingkan dengan tabel Durbin Watson (DW), untuk ά = 5% dan k = 3 (banyaknya variabel bebas), n = 44 maka nilai batas bawah (dL) pada tabel adalah 1,38 dan batas atas (dU) sebesar 1,66. Dengan demikian nilai DW berada diantara
lxvii
lxviii
dl dan du (dL ≤ DW ≤ dU ). Artinya, residual mempunyai masalah autokorelasi positif tetapi lemah, bila diperbaiki akan lebih baik. Masalah autokorelasi menyebabkan munculnya outlier yaitu sebanyak satu buah outlier. Menurut Nachrowi (2006), outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi, yang dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil. Mengingat pendugaan koefisien regresi, seperti koefisien determinasi atau uji hipotesis, sangat banyak memanfaatkan nilai rata-rata, maka nilai ekstrim akan mempunyai pengaruh terhadap ketepatan model. Oleh karena itulah dalam regresi outlier harus diperhatikan dengan cermat, jika ingin persamaan regresi yang dibuat akurat. Deteksi outlier dapat dilakukan dengan membuat plot antara residual dan nilai prediksi atau standar. Ketika model diolah, ternyata didapat sebuah outlier, yaitu tampak pada observasi sebagai berikut: Tabel 4.9 Casewise Diagnosticsa Case Number 28
Std. Residual -3.393
LN Harga Saham 2.70805
Predicted Value -5.5920
Residual -410.89
a. Dependent Variable: LN Harga Saham
Sumber : Hasil olahan SPSS Munculnya outlier pada observasi tentunya akan mengganggu estimasi koefisien regresi yang dapat berakibat tidak tepatnya model yang dibuat. Oleh karena itu, observasi ini tidak disertakan dalam model yang akan dibentuk, sehingga model akan diestimasi berdasarkan 43 observasi.
lxviii
lxix
Setelah observasi No.28 dikeluarkan dan dilakukan pengolahan data, ternyata dari persamaan yang didapat tidak lagi ditemui outlier. Nilai Durbin Watson (DW) bertambah menjadi 1,683 Tabel 4.10 Bebas Masalah Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .716 a
R Square .513
Adjusted R Square .476
Std. Error of the Estimate 1.4869
DurbinWatson 1.683
a. Predictors: (Constant), LN EPS, LN BEP, LN ROA b. Dependent Variable: LN Harga Saham
Sumber : Hasil olahan SPSS Berdasarkan Tabel Durbin Watson (DW) nilai tersebut terletak diantara du dan 4-du (1,66 < 1,683 < 2,34) sehingga dapat disimpulkan residual tidak lagi mengandung serial korelasi (tidak terjadi masalah autokorelasi).
C. Analisis Kelayakan Model Pada Tabel 4.10 yakni dari tampilan output SPSS Model Summary besar nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,476. Hal ini berarti 47,6% variabel terikat (Harga Saham) dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas (ROA, BEP, EPS). Sedangkan sisanya 52,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model.
D. Interpretasi Hasil Regresi Regresi Linier Berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yakni ROA, BEP dan EPS terhadap variabel terikat yaitu harga saham perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
lxix
lxx
Tabel 4.11 berikut ini menunjukkan hasil uji regresi melalui pengolahan data dengan SPSS 13.00 for Windows. Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Coefficients a
Model 1
(Constant) LN ROA LN BEP LN EPS
Unstandardized Coefficients B Std. Error 4.459 .211 -.131 .120 .058 .160 .436 .084
Standardized Coefficients Beta -.166 .049 .787
t 21.098 -1.092 .365 5.182
Sig. .000 .282 .717 .000
Collinearity Statistics Tolerance VIF .543 .684 .541
1.841 1.462 1.848
a. Dependent Variable: LN Harga Saham
Sumber : Hasil olahan SPSS Berdasarkan Tabel 4.11 tersebut maka dihasilkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Harga Saham = 4,459 – 0,131 ROA + 0,058 BEP + 0,436 EPS dimana :
ROA = Return on Asset EPS = Earning per Share BEP = Basic Earning Power
Interpretasi model : 1. Konstanta sebesar 4,459. Hal ini menunjukkan bahwa jika tidak terdapat variabel bebas yaitu ROA , EPS dan BEP maka harga saham adalah sebesar Rp 4,459. 2. Koefisien regresi variabel ROA adalah negatif sebesar 0,131. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1 satuan ROA, maka harga saham akan berkurang sebesar Rp.0,131. Dengan asumsi variabel lain tetap.
lxx
lxxi
3. Koefisien regresi variabel BEP adalah positif sebesar 0,058. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1 satuan BEP, maka harga saham akan bertambah sebesar Rp 0,058. Dengan asumsi variabel lain tetap. 4. Koefisien regresi variabel EPS adalah positif sebesar 0,436. Hal ini menyatakan bahwa setiap kali terjadi kenaikan 1 satuan EPS, maka harga saham akan bertambah sebesar Rp 0,436. Dengan asumsi variabel lain tetap.
E. Pengujian Asumsi Klasik Agar model persamaan regiesi linier berganda memberikan hasil yang representatif sesuai kriteria Best, Linear, Unbiased, Estimated (BLUE), maka dilakukan uji asumsi dasar klasik sebelum model tersebut digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Persamaan yang dibangun harus memenuhi asumsi dasar : data berdistribusi normal, tidak terjadi gejala multikolinearitas, tidak ada gejala autokorelasi, dan tidak terjadi heterokedastisitas. Adapun uji asumsi dasar klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk seperti lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.
lxxi
lxxii
Histogram
Dependent Variable: LN Harga Saham
10
Frequency
8
6
4
2 Mean = -1.99E-15 Std. Dev. = 0.964 N = 43
0 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Residual
Gambar 4.1 Histogram Variabel Dependen Sumber : Hasil olahan SPSS
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa variabel terikat yaitu harga saham mempunyai distribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Cara lain untuk menguji normalitas data dengan grafik adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada garis diagonal dari grafik normalitas (Normal P-P Plot). Jika data menyebar disekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan
lxxii
lxxiii
bahwa data berdistribusi normal. Namun jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: LN Harga Saham 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.2 Normal P-P Plot Sumber : Hasil olahan SPSS
Pada scatter plot terlihat titik-titik yang tersebar di sepanjang garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data
lxxiii
lxxiv
berdistribusi normal. Namun, seringkali data kelihatan normal karena mengikuti arah garis diagonal, padahal belum tentu data tersebut berdistribusi normal. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal tersebut berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji Kolmogorov Smirnov (1 sample KS) yakni dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai Asym.sig (2-tailed) > taraf nyata (α = 0,05) maka data residual berditribusi normal, sebaliknya jika nilai Asym.sig (2-tailed) < taraf nyata (α) maka data residual tidak berdistribusi normal. Tabel 4.12 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Res idual 43 .0000000 .60121968 .088 .075 -.088 .576 .895
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah sebesar 0,895 (lebih besar dari taraf nyata α = 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal.
lxxiv
lxxv
2. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan linier antara variabel bebas. Pada awalnya, terdapat lima variabel bebas yang digunakan yakni
ROA, ROE, BEP dan EPS. Namun setelah dilakukan uji
multikolinieritas terhadap kelima variabel bebas tersebut, terjadi masalah multikonieritas pada variabel ROA dan ROE.
Hasil pengujian multikolinieritas dijelaskan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.13 Uji Multikolineritas Coefficients a
Model 1
(Constant) LN ROA LN BEP LN EPS
Unstandardized Coefficients B Std. Error .211 4.459 -.131 .120 .058 .160 .436 .084
Standardized Coefficients Beta -.166 .049 .787
t 21.098 -1.092 .365 5.182
Sig. .000 .282 .717 .000
Collinearity Statistics Tolerance VIF .543 .684 .541
1.841 1.462 1.848
a. Dependent Variable: LN Harga Saham
Dari Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa semua variabel bebas tidak terkena masalah multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel bebas yakni ROA, BEP dan EPS adalah lebih kecil dari 5 (VIF < 5).
3. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi kesalahan antara kesalahan pengganggu pada periode ke-t dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (periode ke t-1). Gejala
lxxv
lxxvi
autokorelasi dideteksi dengan menggunakan Durbin Watson test. Kriteria pengambilan keputusan uji autokorelasi ditunjukkan dalam Tabel 4.14 sebagai berikut : Tabel 4.14 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Sumber : Gujarati (1995 : 217)
Keputusan Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak
Jika 0 < DW < dL dL ≤ DW ≤ dU 4-dL < DW < 4 4-dU ≤ DW ≤ 4-dL dU < DW < 4-dU
Menurut Gujarati (1995 : 217) kriteria yang menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi adalah du < DW < 4-du. Hasil pengujian autokorelasi yang dilakukan dengan SPSS ditampilkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .716 a
R Square .513
Adjusted R Square .476
Std. Error of the Estimate 1.4869
DurbinWatson 1.683
a. Predictors: (Constant), LN EPS, LN BEP, LN ROA b. Dependent Variable: LN Harga Saham
Sumber : Hasil olahan SPSS Tabel 4.15 tersebut memperlihatkan bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,683. Sedangkan hasil pengujian menurut tabel adalah sebagai berikut : n = jumlah sampel = 43 k = jumlah variabel bebas = 3 Pada tingkat signifikansi α = 0,05 diperoleh du = 1,66 dan dL = 1,38.
lxxvi
lxxvii
du < DW < 4-du = 1,66 < 1,683 < 2,34 → memenuhi kriteria Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi pada model regresi penelitian ini. 4. Uji Heterokedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran plot melalui gambar scatterplot sebagai berikut :
Scatterplot
Dependent Variable: LN Harga Saham
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4 -4
-2
0
2
4
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.3 Scatterplot Variabel Dependen Sumber : Hasil olahan SPSS
lxxvii
lxxviii
Dari grafik scatterplot yang ditampilkan pada Gambar 4.3, terlihat titik-titik yang menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini memenuhi salah satu asumsi bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. Selain melalui scatterplot, heterokedastisitas dapat juga dideteksi melalui Uji Glesjer. Tabel 4.16 berikut ini menampilkan hasil pengujian heterokedastisitas dengan Uji Glesjer. Tabel 4. 16 Hasil Uji Glesjer Coefficients a
Model 1
(Constant) LN ROA LN BEP LN EPS
Unstandardized Coefficients B Std. Error .487 .122 .029 .069 -.006 .092 -.003 .048
Standardized Coefficients Beta .092 -.012 -.015
t 3.999 .426 -.061 -.068
Sig. .000 .672 .952 .946
Collinearity Statistics Tolerance VIF .543 .684 .541
1.841 1.462 1.848
a. Dependent Variable: Abs ut
Sumber : Hasil olahan SPSS
Dari Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa semua variabel bebas tidak signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari masingmasing variabel bebas lebih besar dari tingkat signifikansi α (sig > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data bebas dari heterokedastisitas.
lxxviii
lxxix
F. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang dikemukakan oleh penulis yaitu : 1.
Faktor fundamental yang dijabarkan pada Return On Asset, Return On Equity,
Basic Earning Power, Earning Per Share secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia. 2.
Faktor Return On Asset, Return On Equity, Basic Earning Power, Earning
Per Share secara parsial mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada Industri Properti di Bursa Efek Indonesia.
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen (bebas) mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (terikat). Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : bi = 0 artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (ROA, BEP, EPS) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti) H1 : bi ≠ 0 artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (ROA, BEP, EPS) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti). Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) = 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika nilai sig.F < 0,05 maka
lxxix
lxxx
H1 diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 4.17 Hasil Uji F ANOV Ab Model 1
Regres sion Residual Total
Sum of Squares 16.003 15.182 31.185
df 3 39 42
Mean S quare 5.334 .389
F 13.704
Sig. .000a
a. Predic tors: (Constant), LN E PS, LN BEP , LN ROA b. Dependent Variable: LN Harga S aham
Sumber : Hasil olahan SPSS
Pada Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa nilai Sig.F adalah sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dengan nilai F-hitung adalah sebesar 13,704. Sedangkan nilai Ftabel yang diperoleh adalah sebesar 2,84. Dengan demikian F-hitung (13,704) > F-tabel (2,84) sehingga dapat dinyatakan H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas ( ROA, EPS dan BEP) terhadap variabel terikat (harga saham perusahaan properti).
2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel bebas secara individual (parsial) terhadap variabel terikat. Hipotesisnya adalah sebagai berikut: H0 : bi = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ROA, BEP dan EPS secara parsial terhadap harga saham perusahaan properti.
lxxx
lxxxi
H1 : bi ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari ROA, BEP dan EPS secara parsial terhadap harga saham perusahaan properti. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) = 5%, jika nilai sig.t > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika nilai sig.t < 0,05 maka H1 diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 4.18 Hasil Uji Parsial (Uji-t) Coefficients a
Model 1
(Constant) LN ROA LN BEP LN EPS
Unstandardized Coefficients Std. Error B 4.459 .211 -.131 .120 .058 .160 .436 .084
Standardized Coefficients Beta -.166 .049 .787
t 21.098 -1.092 .365 5.182
Sig. .000 .282 .717 .000
Collinearity Statistics Tolerance VIF .543 .684 .541
1.841 1.462 1.848
a. Dependent Variable: LN Harga Saham
Sumber : Hasil olahan SPSS Berdasarkan pada hasil uji yang ditampilkan pada Tabel 4.18, nilai t-hitung dan signifikansi dari masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut: 1) Nilai t-hitung ROA sebesar -1,092 dengan tingkat signifikansi 0,282 2) Nilai t-hitung BEP sebesar 0,365 dengan tingkat signifikansi 0,717 3) Nilai t-hitung EPS sebesar 5,182 dengan tingkat signifikansi 0,000 Sedangkan nilai t-tabel yang diperoleh berdasarkan hasil uji dua arah adalah sebesar 2,015. Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diambil dari analisa tersebut adalah sebagai berikut :
lxxxi
lxxxii
1) ROA mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,282 (lebih besar dari 0,05) sehingga dapat dinyatakan H0 diterima artinya ROA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti. Nilai t
hitung
= -1,092. Maka -t
tabel
(-2,015)< t
hitung
(-1,092) < t
tabel
(2,015).
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial, ROA mempunyai pengaruh yang negatif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham perusahaan properti. 2) BEP mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,717 (lebih besar dari 0,05) dengan nilai t
hitung
(0,365) < t
tabel
(2,015). Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa secara parsial, BEP mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti. Secara teori, semakin besar nilai BEP mengindikasikan bahwa kinerja suatu perusahaan semakin baik karena perusahaan mampu menghasilkan laba dengan seluruh modal yang bekerja di dalam perusahaan dengan efektif dan efisien. Jika kinerja suatu perusahaan bagus maka nilai perusahaan juga akan meningkat yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan harga saham. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rike Santy Situmorang (2008). 3) EPS mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) dan nilai t-hitung (5,182) > t-tabel (2,015) sehingga dapat dinyatakan H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya bahwa secara parsial, EPS mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan properti. Hubungan tersebut benar secara teori, yang menyatakan bahwa EPS
lxxxii
lxxxiii
mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham karena rasio ini mengukur seberapa besar pendapatan bersih yang dihasilkan untuk tiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS maka semakin tinggi pula laba yang akan diterima oleh pemegang saham. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rike Santy Situmorang (2008).
lxxxiii
lxxxiv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan
pada
hasil penelitian
dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan oleh penulis, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bahwa diantara ketiga Rasio Profitabilitas yakni ROA, BEP dan EPS hanya variabel Earning Per Share (EPS) yang mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham perusahaan properti. Sedangkan variabel lain seperti Return on Asset (ROA) dan Basic Earning Power (BEP) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti.
2.
Hasil uji secara simultan atau secara serempak (Uji-F) menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA), Earning Per Share (EPS) dan Basic Earning Power (BEP) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti.
B. Saran Adapun saran yang dikemukakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel-variabel akuntansi saja (informasi internal perusahaan) sehingga diharapkan agar penelitian selanjutnya
75 lxxxiv
lxxxv
menggunakan variabel-variabel eksternal seperti tingkat inflasi, nilai tukar, dan lain-lain. 2. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menambah rasio keuangan lainnya sebagai variabel independen, karena terdapat kemungkinan bahwa rasio keuangan lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap perubahan harga saham. 3. Bagi penelitian berikutnya diharapkan menggunakan semua jenis perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian, sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan. 4. Penelitian ini hanya terbatas pada periode yang cukup pendek yaitu empat tahun (2004-2007), sehingga hasil yang diperoleh kemungkinan tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya. Oleh sebab itu, bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperpanjang periode pengamatan agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan.
lxxxv
lxxxvi
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Faisal. 2005. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Cetakan Kelima. Malang: Penerbit UMM Press. Anastasia, Njo. 2003. Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ. Jurnal Akuntansi & Keuangan vol 5, No. 2, Universitas Kristen Petra, Surabaya Anoraga, Pandji, dan Pakarti Piji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta: PT Asdi Mhasatya. Bisnis Properti, 2008, Kenaikan Harga BBM: Optimis, Pasar Properti Tetap Bergairah. No. 57. Juli 2008. P.1 Brigham, Eugene F dan Joel F, Houston. 2001. Manajemen Keuangan buku I, Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Darmadji, Tjiptono. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Darmojo, Tjiptono dan Fakharuddin, Henry M. 2006. Pasar Modal dan Uang di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Dedhy, S dan Liliana. 2007. Analisis Teknikal Modern pada Perdagangan Sekuritas. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI Fabozzy, J.Frank. 2001. Manajemen Investasi, Buku Satu, Jakarta: Salemba Empat. Fakhrudidin, Sopian M. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Buku Satu, Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Gozali, imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hakim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE. Kompas, 2008, Properti, 18 September. P.1
lxxxvi
lxxxvii
Nachrowi D. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika: Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia. Nasution, Bismar. 2006. Keterbukaan Dalam Revisi.Jakarta: Universitas Indonesia.
Pasar
Modal.
Edisi
Purba, Parentahen. 2002. Analisis dan Perencanaan Keuangan. Edisi Pertama. Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Sartono, R Agus. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Singgih, Santono. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elek Media Komputindo Situmorang, Rike Santy. 2008. Pengaruh Economic Value Added dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2006. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung: Penerbit Alfabeta. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE www. bei.co.id/Harga_Saham. Diakses oleh Ester pada tanggal 18 Agustus 2008. www. Indovestasi. Co.id/Analisis-Fundamental-dan Teknikal. Diakses oleh Ester pada tanggal 18 Agustus 2008.
lxxxvii
lxxxviii
lxxxviii
lxxxix
HASIL PENGOLAHAN SPSS SEBELUM PERBAIKAN 1 b Va riables Entere d/Re moved
Model 1
Variables Entered EP S, BEPa , ROE, ROA
Variables Removed
Method .
Enter
a. All reques ted variables ent ered. b. Dependent Variable: Harga Saham
Coefficients a
Model 1
(Constant) ROA ROE BEP EPS
Unstandardized Coefficients Std. Error B 47.989 326.691 33.426 79.476 9.753 -22.159 -11.647 14.091 .807 .664
Standardized Coefficients Beta 3.136 -2.896 -.168 .130
t 6.808 2.378 -2.272 -.827 .822
Sig. .000 .023 .029 .414 .416
Collinearity Statistics Tolerance VIF .012 .013 .497 .826
84.823 79.204 2.012 1.210
a. Dependent Variable: Harga Saham
HASIL PENGOLAHAN SPSS SETELAH PERBAIKAN 1 Coefficients a
Model 1
(Constant) LN ROA LN BEP LN EPS
Unstandardized Coefficients Std. Error B 4.459 .211 -.131 .120 .058 .160 .436 .084
Standardized Coefficients Beta -.166 .049 .787
t 21.098 -1.092 .365 5.182
Sig. .000 .282 .717 .000
Collinearity Statistics Tolerance VIF .543 .684 .541
1.841 1.462 1.848
a. Dependent Variable: LN Harga Saham
lxxxix
xc
HASIL PENGOLAHAN SPSS SEBELUM PERBAIKAN 2 Model Summaryb Model 1
R .666 a
Adjusted R Square .402
R Square .444
Std. Error of the Estimate 1.43996
DurbinWatson 1.556
a. Predictors: (Constant), LN EPS, LN BEP, LN ROA b. Dependent Variable: LN Harga Saham
Casewise Diagnosticsa Case Number 28
LN Harga Saham 2.70805
Std. Residual -3.393
Predicted Value -5.5920
Residual -410.89
a. Dependent Variable: LN Harga Saham
HASIL PENGOLAHAN SPSS SETELAH PERBAIKAN 2
Model Summaryb Model 1
R .716 a
R Square .513
Adjusted R Square .476
Std. Error of the Estimate 1.4869
DurbinWatson 1.683
a. Predictors: (Constant), LN EPS, LN BEP, LN ROA b. Dependent Variable: LN Harga Saham
ANOV Ab Model 1
Regres sion Residual Total
Sum of Squares 16.003 15.182 31.185
df 3 39 42
Mean S quare 5.334 .389
F 13.704
Sig. .000a
a. Predic tors: (Constant), LN E PS, LN BEP , LN ROA b. Dependent Variable: LN Harga S aham
xc
xci
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b
Unstandardiz ed Res idual 43 .0000000 .60121968 .088 .075 -.088 .576 .895
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Histogram
Dependent Variable: LN Harga Saham
10
Frequency
8
6
4
2 Mean = -1.99E-15 Std. Dev. = 0.964 N = 43
0 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Residual
xci
xcii
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: LN Harga Saham 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
xcii
xciii
Scatterplot
Dependent Variable: LN Harga Saham
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-4 -4
-2
0
2
4
Regression Standardized Predicted Value
Coefficients a
Model 1
(Constant) LN ROA LN BEP LN EPS
Unstandardized Coefficients B Std. Error .122 .487 .069 .029 .092 -.006 .048 -.003
Standardized Coefficients Beta .092 -.012 -.015
t 3.999 .426 -.061 -.068
Sig. .000 .672 .952 .946
Collinearity Statistics Tolerance VIF .543 .684 .541
1.841 1.462 1.848
a. Dependent Variable: Abs ut
xciii