ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)
Oleh : Kurrotul Aini NIM: 205082000225
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Kurrotul Aini NIM: 205082000225 Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Abdul Hamid, Prof, Dr., MS
Hepi Prayudiawan, SE., AK., MM
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
“Analyze The Factors that Influence of Audit Quality (Empirical Study at Public Accountant Firm in Jakarta)” By: Kurrotul Aini ABSTRACT The research purposed to analyze the factors that are influencing of audit quality. This research use the primary data or research data which is obtained directly from publik accountant in jakarta by presenting direct question (questionnaires) to public accountans. Result of the t test show signification of variable that are influencing of audit quality other things is independency, auditor interest, and also the auditor experience. While variable which do not have an effect on signification is duration process audit, sum up client, size measure of properties and health of client finance, and also make an audit fee.
Keywords: The Factors, Audit Quality.
i
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)” Oleh: Kurrotul Aini ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini menggunakan data primer atau data penelitian yang di peroleh secara langsung dari akuntan publik di jakarta dengan cara menyajikan daftar pertanyaan langsung (kuesioner) kepada akuntan publik. Hasil uji t menunjukkan signifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas auditor diantaranya adalah independensi, kompetensi auditor, serta pengalaman auditor. Sedangkan variabel-variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee. Kata Kunci: Faktor-faktor, Kualitas Audit.
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Kurrotul Aini
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 30 Juli 1988 4. Kewarganegaraan
: Indonesia
5. Status
: Belum menikah
6. Tinggi, berat badan
: 165 cm, 46 Kg
7. Kesehatan
: Sangat Baik
8. Agama
: Islam
9. Alamat lengkap
: Jl. Wadassari 3 No. 4 RT 11/RW 02 Pondok Betung Pondok Aren , Bintaro Jaya
10. Telepon
: 08161377441 : 021 7341086
II. PENDIDIKAN Formal 1993 - 2000
: SD Arraisyiah, Jakarta
2000 - 2003
: SLTP Pamulang, Jakarta
2003 - 2005
: MA Ashri, Jember
2005 - 2009
: UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Non Formal 2008 - 2008
: Pelatihan Bisnis Tanpa Suap (CPA), Jakarta
2009 - 2009
: Kursus Bahasa Inggris (TOEFL) di LECC, Jakarta
III. PENGALAMAN KERJA Praktek Kerja Lapangan: o Praktek Kerja di PT. KARVAK NUSA GEOMATIKA, Jakarta Periode: Juli 2008 - Agustus 2008 Tujuan : Persyaratan tugas perkuliahan Posisi : Staff Accounting o Praktek Kerja di PT. CITRA SOFIE MANDIRI, Jakarta Periode: Oktober 2008 - Desember 2008 Tujuan : Menambah pengalaman Posisi : Staff Accounting IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: H. Syaiful Imam
2. Pekerjaan
: Wiraswasta
3. Ibu
: Titin
4. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
5. Alamat
: Jl. Wadassari 3 No. 4 RT 11/RW 02 Pondok Betung Pondok Aren , Bintaro Jaya.
6. Telepon
: 021 7341086
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang karena nikmat-Nyalah telah sempurna segala kebaikan. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada pemimpin para nabi, sholihin, amilin, abiding dan para mujahid yang berjihat fisabilillah, baginda kita nabi Muhammad Rosullullah SAW. Tiada yang pantas terucap selain syukur Ahamdullillahi Robbil’alamin akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri. Melainkan berkat bantuan, sokongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Penyejuk mata, jiwa dan hatiku : ibuku yang tiada pernah berhenti untuk memberikan apa yang beliau miliki hanya untukku dan bapak jangan pernah lelah karena aku akan menyenangkan kalian dengan kasih sayangku. 2. Motivasi hidupku yang membuatku semangat untuk terus berusaha untuk menjadi contoh bagi adikku tercinta Ahmad Thoyib Siddiq. Semoga kita selalu
menjadi
anak-anak
dan
saudara
yang
membahagiakan
dan
membanggakan orang tua kita dengan akhlaq kita. 3. Bapak Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I sekaligus dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang senantiasa ikhlas untuk meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini. Semoga Allah selalu mencintai beliau karena kebaikan hatinya. 4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku dosen pembimbing II yang dengan kesabaran hatinya memberikan penulis bimbingan dan semangat bahwa semua itu akan menjadi mudah jika kita terus senantiasa berjuang dan berdoa. Semoga Allah selalu memberikan kebahagian dan keberkahan di setiap langkahnya. 5. Bapak Prof., Dr, Ahmad Rodoni selaku dosen penguji ahli dalam ujian komprehensif dan sidang skripsi.
iii
6. Bapak Afif sulfa, SE.,Ak.,Msi, Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM, dan Ibu Rahmawati., SE., MM. selaku dosen penguji dalam ujian komprehensif dan ujian sidang skripsi. 7. Seluruh dosen dan karyawan dan semua orang yang selalu memfasilitasi penulis dalam mengembangkan pengetahuan saya. 8.
Teman-teman seperjuangan ku di akuntansi A angkatan 2005, Maya, Beda, Devi, Fuah, Ita, Teguh, Ajid, Ocul, Rendy, Mas iwan, Arya, Padank, Bedul, Ferdi, Ega, Ardy, dan teman-teman yang lain yang belum disebut namanya.
9. Special thanks to orang yang paling special di hatiku “yayank”, makasih yaa kamu selalu ada buat aq kapanpun dan dimanapun. 10. Teman-teman di FEIS angkatan 2005 semoga kita terus bisa menjaga silaturrahmi diantara kita. 11. Pimpinan dan segenap pegawai KAP yang dengan penuh kebaikan memberikan penulis kesempatan untuk melakukan riset dikantor bapak dan ibu. 12. semua pihak yang telah membantu penulis dan belum disebutkan namanya, terima kasih atas semua bantuannya. Penulis
juga
menyadari
skripsi
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan, sehingga besar harapan penulis bagi segenap pembeca agar bisa memberi masukan untuk perbaikan kedepan. Akhir kata, terima kasih atas semua kerja samanya dan mohon maaf atas semua salah dan khilaf.
Jakarta, 06 Agustus 2009
Kurrotul Aini
i v
DAFTAR ISI
ABSTRACT...............................................................................................
i
ABSTRAK ...............................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .............................................................................
iii
DAFTAR ISI ............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ....................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang ......................................................................
1
B. Perumusan Masalah...............................................................
7
C. Tujuan dan Manfaat...............................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
9
A. Audit .....................................................................................
9
1. Definisi Audit .................................................................
9
2. Jenis-jenis Audit ..............................................................
12
3. Jenis- jenis Auditor .........................................................
17
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit .............
18
1. Independensi Auditor ......................................................
20
2. Kompetensi/ Keahlian auditor eksternal .........................
30
3. Pengalaman auditor .........................................................
32
4. Lamanya Waktu/Proses Audit .........................................
33
5. Jumlah klien ....................................................................
33
6. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien ...........
33
7. Audit Fee .........................................................................
34
C. Penelitian Terdahulu..............................................................
39
D. Kerangka Pemikiran ..............................................................
41
E. Perumusan Hipotesis .............................................................
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................
43
A. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
43
v
B. Metode Penelitian Sampel .....................................................
43
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................
43
D. Metode Analisis Data ............................................................
45
1. Uji Validitas Data ............................................................
45
2. Uji Realibilitas ................................................................
46
3. Uji Asumsi Klasik ...........................................................
47
a. Uji Normalitas Data.....................................................
47
b. Uji Multikolinearitas ..................................................
47
c. Uji Heterokedastisitas..................................................
48
d. Uji Autokorelasi .........................................................
48
4. Uji Hipotesis ....................................................................
49
a. Koefisien Determinasi ................................................
50
b. Uji t ..............................................................................
51
c. Uji f..............................................................................
51
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................
52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
57
A. Gambaran Umum Responden ...............................................
57
B. Karekteristik Responden .......................................................
58
C. Hasil Uji Kualitas Data..........................................................
60
1. Uji Validitas .....................................................................
60
2. Uji Realibilitas...................................................................
66
D. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................
70
1. Uji Normalitas ...................................................................
70
2. Uji Multikolinearitas .........................................................
71
3. Uji Heterokedastisitas........................................................
72
4. Uji Autokorelasi ................................................................
73
E. Pengujian Hipotesis ...............................................................
74
2
1. Hasil Uji Korelasi Dan Determinasi (R ) ..........................
74
2. Koefisien Regresi .............................................................
75
3. Hasil Uji t .........................................................................
77
4. Hasil Uji F ........................................................................
86
vi
BAB V PENUTUP ...................................................................................
92
A. Kesimpulan............................................................................
92
B. Implikasi ................................................................................
93
C. Saran .....................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
96
vii
DAFTAR TABEL
No
Keterangan
Halaman
3.1
Skala Likert ................................................................................
45
3.2
Operasional Variabel Penelitian ...................................................
52
4.1
Demografi Responden ..................................................................
58
4.2
Uji Validitas Variabel Independensi ............................................
60
4.3
Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor ......................................
62
4.4
Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor ................................
62
4.5
Uji Validitas Variabel Lamanya Waktu/Proses Audit .................
63
4.6
Uji Validitas Variabel Jumlah Klien ...........................................
63
4.7
Uji Validitas Variabel Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan Klien .............................................................................................
64
4.8
Uji Validitas Variabel Audit Fee..................................................
64
4.9
Uji Validitas Variabel Kualitas Audit ..........................................
65
4.10
Uji Reabilitas Variabel Independensi ...........................................
66
4.11
Uji Reabilitas Variabel Keahlian Auditor ....................................
66
4.12
Uji Reabilitas Variabel Pengalaman Auditor ..............................
67
4.13
Uji Reabilitas Variabel Lamanya Waktu/Proses Audit ................
67
4.14
Uji Reabilitas Variabel Jumlah Klien...........................................
68
4.15
Uji Reabilitas Variabel Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan Klien .............................................................................................
68
4.16
Uji Reabilitas Variabel Audit Fee ................................................
69
4.17
Uji Reabilitas Variabel Kualitas Audit.........................................
69
4.18
Uji Multikolinearitas ....................................................................
71
4.19
Uji Autokorelasi ...........................................................................
73
4.20
Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi ......................................
74
4.21
Uji Koefisien Regresi dan Uji t ....................................................
75
4.22
Uji F .............................................................................................
86
viii
DAFTAR GAMBAR
No
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ....................................................................
41
4.1
Output Pengujian Normalitas Data...............................................
70
4.2
Output Pengujian Heteroskedasitas ..............................................
72
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nama
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
Kuesioner .............................................................
102
Lampiran 2
Hasil try out uji validitas dan reabilitas ...............
103
Lampiran 3
Hasil uji validitas dan reabilitas ...........................
104
Lampiran 4
Hasil uji asumsi klasik dan uji hipotesis ..............
105
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Melalui profesi akuntan publik inilah para investor dan para pemakai laporan keuangan lainnya mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh seorang yang independen untuk memastikan kewajaran dan kesesuaian laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen perusahaan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dan kenyataan yang ada. Seseorang yang independen tersebut dalam hal ini menyangkut profesi akuntan publik. Peran akuntan publik diharapkan dapat bertindak sebagai komunikator perkembangan usaha, dimana melalui siklus akuntansi yang tertata baik, masyarakat berharap dapat menerima dan memahami informasi perkembangan kegiatan usaha secara objektif dan lengkap. Selain dari itu profesi akuntan publik juga bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat
1
1
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Laporan keuangan harus diperiksa oleh auditor yang independen untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan, dan pada era transparan dan terbuka saat ini, menuntut auditor untuk lebih bertanggung jawab terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan, dengan mendasarkan pada kode etik dan standar profesi. Kontribusi audit adalah untuk menyajikan akuntabilitas, selama dia memberikan pendapat yang independen, apakah laporan keuangan suatu entitas atau organisasi menyajikan hasil operasi yang wajar dan apakah informasi keuangan tersebut disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kriteria atau aturan-aturan yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis auditor salah satunya adalah auditor eksternal atau independen yang bekerja untuk kantor akuntan publik dan statusnya diluar struktur
perusahaan
yang
mereka audit.
Umumnya
auditor eksternal
menghasilkan laporan atas financial audit atau audit laporan keuangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan
2
keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion. Seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit
laporan keuangan suatu perusahaan.
Keahlian
atau
kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (1) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan pengalaman
dalam
auditing,
dan
(3)
mengikuti
pendidikan
profesi
berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Agar opini audit tidak biasa maka pihak auditor dituntut untuk bersikap bebas (independent) dari kepentingan manapun. Independensi adalah syarat utama agar laporan audit objektif. Kompetensi saja tidak cukup, karena auditor juga harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit serta dalam melaporkan temuan-temuannya. (Boynton, 2003:61). Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang ahli di bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik juga harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten yunior untuk
3
mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi yang memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. (Heri, 2008). Beberapa studi yang pernah dilakukan dalam rangka mengevaluasi kualitas audit adalah diantaranya dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003) yang melakukan investigasi tentang determinan dari kualitas audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of Independen School District. Studi ini menganalisa temuan-temuan Quality Control Review (QCR) yang diperoleh melalui pengukuran langsung secara relatif atas kualitas audit. Deis & Giroux menjelaskan adanya dua variabel yang mempengaruhi kualitas audit, dari dua variabel tersebut dia melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya dengan kualitas audit yaitu: 1) Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi, 2) jumlah klien, 3) Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien, 4) Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. Hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003) menyatakan bahwa: 1) Ceteris paribus, auditor independen yang efisien akan merencanakan tingkat kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan independen auditor yang kurang efisien, 2) Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit
4
fees yang lebih kecil, 3) Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan mengurangi overtime dalam pemeriksaan.
Kantor auditor yang besar
menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang dilakukan semakin baik pula (Hogan, 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2008), berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Penelitian ini merupakan penelitian
gabungan dari penelitian-
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992), Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003), dan Lilik (2008). Variabel dalam penelitian ini meliputi independensi, kompetensi, pengalaman auditor, lamanya waktu audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee yang beberapa diantaranya diadopsi dari penelitian mereka. Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis menambahkan variabel pengalaman auditor sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, kemudian dalam penelitian ini juga penulis mencoba menggunakan variabel lamanya waktu audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, serta audit fee yang dilakukan oleh Nasrullah (2003), dimana dalam penelitian Nasrullah (2003) hanya mengambil intsari dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992),
5
Ramy Elitzur & Haim Falk (1996). Maka dari itu penulis mencoba menggunakan variabel-varibel tersebut dalam penelitian ini. Pentingnya penelitian mengenai kualitas audit ini dilakukan adalah karena pada saat ini sudah banyak sekali kasus-kasus di indonesia yang membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan seperti kasus Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC (Securities and Exchange Commision) dimana SEC tentu memiliki alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan KAP tersebut. Hal itu bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang dimiliki auditor masih diragukan SEC, dimana kompetensi dan independensi merupakan karakteristik penting yang harus dimiliki oleh auditor. Maka dari itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas audit, agar dapat membantu para auditor dalam membangun audit yang lebih berkualitas dan terhindar dari kasus-kasus tersebut. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka judul yang diambil oleh penulis adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”
6
B. Perumusan Masalah a. Apakah independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, audit fee secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit? b. Dari beberapa variabel tersebut, variabel manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas audit? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui apakah independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee berpengaruh terhadap kualitas audit. b. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas audit. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi penulis Manfaat bagi penulis adalah agar penulis dapat membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah serta menambah wawasan tentang ilmu audit. b. Bagi Auditor Sebagai
bahan
masukan,
tentang
bagaimana
pengaruh
independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit,
keahlian,
jumlah klien,
audit fee serta Ukuran dan kekayaan dan kesehatan keuangan klien
7
terhadap kualitas audit dan untuk meningkatkan pemahaman auditor tentang audit agar auditor dapat meningkatkan kualitas kerjanya. c. Bagi Akademisi Untuk membantu siapa saja yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang audit dan dapat digunakan sebagai pengetahuan serta bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya. d. Bagi masyarakat umum Manfaat bagi masyarakat umum atau pihak yang tidak terkait langsung adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini untuk dapat dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit 1. Definisi Audit Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan klien. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan
kecurangan,
walaupun
dalam
pelaksanaannya
sangat
memungkinkan diketemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai kewajaran laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Agoes, 2004:3). Arens (2008:4), mendefinisikan auditing sebagai suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten
dan
independen. Menurut Susan Irawati (2008), audit adalah suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit mengenai kegiatan ekonomi yang mencerminkan dari informasi keuangan suatu perusahaan tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan laporan mengenai adanya tingkat perbedaan antara informasi kuantitatif dengan
9
9
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan pernah dilakukan oleh orang-orang independen dan kompeten. Pemeriksaan akuntansi bertujuan memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena tujuan akhir auditing adalah memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan suatu perusahaan. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi adalah merupakan suatu komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya. Disamping itu auditing juga merupakan salah satu bentuk jasa assurance (Agoes, 2004:1). Dari definisi diatas, terdapat beberapa
karakteristik dalam
pengertian auditing yaitu: a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang telah ditetapkan Dalam proses pemeriksaan, harus ditetapkan kriteria-kriteria informasi yang diperlukan dan informasi tersebut Audit
Finansial, Audit
Manajemen, dan Sistem Pengendalian Intern
dapat diverifikasi
kebenarannya untuk dijadikan bukti audit yang kompeten. b. Entitas Ekonomi (Economy Entity) Proses pemeriksaan harus jelas dalam hal penetapan kesatuan ekonomi dan periode waktu yang diaudit. Kesatuan ekonomi ini sesuai dengan entity theory dalam Ilmu Akuntansi yang menguraikan posisi keuangan suatu perusahaan terpisah secara tegas dengan posisi keuangan pemilik perusahaan tersebut.
10
c. Aktivitas Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bahan Bukti Proses pemeriksaan selalu mencakup aktivitas mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang dianggap kompeten dan relevan dengan proses pemeriksaan yang sedang dilakukan. Diawali dari penentuan jumlah bukti yang diperlukan sampai pada proses evaluasi atau penilaian kelayakan informasi dalam pencapaian sasaran kegiatan audit. d. Independensi dan Kompetisi Auditor Pelaksana Auditor pelaksana harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Agar opini publik tidak biasa maka pihak auditor dituntut untuk bersikap bebas (independent) dari kepentingan manapun. Independensi adalah syarat utama agar laporan audit objektif. e. Pelaporan Audit Hasil aktivitas pemeriksaan adalah pelaporan pemeriksaan itu. Laporan audit berupa komunikasi dan ekspresi auditor terhadap objek yang diaudit agar laporan atau ekspresi auditor tadi dapat dimengerti maka laporan itu harus mampu dipahami oleh penggunanya. Artinya laporan ini mampu menyampaikan tingkat kesesuaian antara informasi yang diperoleh dan diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.
11
2. Jenis-jenis Audit Agoes (2004) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum dilaksanakan. Ketiga jenis tersebut yaitu : a. Operasional Audit ( Pemeriksaan Operasional/ Manajemen) Operasional/management audit merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional
berupa
rekomendasi-rekomendasi
perbaikan
bagi
manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen. Amin Widjaja (2008:13), mendefinisikan audit operasional adalah suatu proses yang sistematis sperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional harus mencakup langkah-langkah atau prosedur yang terstruktur dan diorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat dan juga mendapatkan dan secara objektif menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit. b. Compliance Audit ( Audit Ketaatan ) Compliance
Audit
merupakan pemeriksaan
untuk
mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi tersebut. Compliance Audit biasanya ditugaskan oleh otoritas berwenang yang
12
telah menetapkan prosedur/peraturan dalam perusahaan sehingga hasil audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan tetapi untuk intern manajemen. c. Financial audit ( Audit atas Laporan Keuangan ) Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang dapat ditukar dan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified Opinion, Disclaimer Opinion dan Adverse Opinion. 1) Audit Laporan Keuangan dan Tanggung Jawab Auditor Audit laporan keuangan memainkan peran yang sangat diperlukan dalam ekonomi pasar bebas. Audit laporan keuangan yang khas terdiri dari upaya memahami bisnis dan industri klien serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan manajemen, sehingga memungkinkan auditor meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan tersebut telah menyajikan posisi keuangan entitas, hasil operasi, serta arus kas secara wajar sesuai dengan GAAP. Auditor bertanggungjawab
13
untuk mematuhi standar auditing yang berlaku umum (GAAS) dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, serta dalam menerbitkan laporan yang memuat kesimpulan
auditoryang
dinyatakan dalam bentuk pendapat atau opini atas laporan keuangan. Perlunya dilakukan audit independen atas laporan keuangan dapat dilihat lebih lanjut pada empat kondisi berikut ini: a) Pertentangan kepentingan (conflict of interest). Banyak pengguna
laporan keuangan
yang
memberikan
perhatian tentang adanya pertentangan kepentingan aktual ataupun potensial antara mereka sendiri dan manajemen entitas. Kekhawatiran ini berkembang menjadi ketakutan bahwa laporan keuangan dengan data yang menyertainya telah disusun sedemikian rupa oleh manajemen sehingga menjadi bias untuk kepentingan manajemen. Pertentangan kepentingan juga dapat terjadi diantara berbagai kelompok pengguna laporan keuangan seperti para kreditor dan para pemegang saham. Oleh karena itu para pengguna mencari keyakinan dari auditor independen luar bahwa informasi tersebut telah (1) bebas dari bias untuk kepentingan manajemen dan, (2) netral untuk kepentingan berbagai kelompok pengguna (dengan perkataan lain, informasi tidak disajikan sedemikian rupa sehingga menguntungkan salah satu kelompok pengguna diatas kelompok lainnya).
14
b) Konsekuensi (consequence) Laporan keuangan yang diterbitkan menyajikan informasi penting, dan dalam beberapa kasus, merupakan satu-satunya sumber informasi yang digunakan untuk membuat keputusan investasi yang signifikan, peminjaman, serta keputusan lainnya. Oleh karena itu para pengguna menginginkan laporan keuangan tersebut memuat sebanyak mungkin data yang relevan. Karena keputusan yang dibuat akan membawa konsekuensi ekonomi, social, dan konsekuensi lain yang signifikan, maka para pengguna laporan akan melirik pada auditor independen untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai dengan GAAP, termasuk semua pengungkapan yang memadai. c) Kompleksitas (complexity) Masalah akuntansi dan proses penyusunan laporan keuangan telah menjadi demikian kompleks. Dengan meningkatnya tingkat kompleksitas, maka risiko salah interprestasi dan risiko timbulnya kesalahan yang tidak disengaja juga ikut meningkat. Karena para pengguna merasa semakin sulit, atau bahkan mustahil untuk mengevaluasi sendiri mutu laporan keuangan, maka mereka mengandalkan auditor independen untuk menilai mutu informasi yang dimuat dalam laporan keuangan.
15
d) Keterpencilan ( remoteness) Para pengguna laporan keuangan, bahkan pengguna yang paling pandai sekalipun menganggap tidak praktis lagi untuk mencari akses langsung pada catatan akuntansi utama guna melaksanakan sendiri verifikasi atas asersi laporan keuangan karena adanya faktor jarak, waktu, dan biaya. Dari pada mempercayai mutu data keuangan begitu saja, sekali lagi para pengguna lebih mengandalkan laporan auditor independen untuk memenuhi kebutuhannya. (Boynton, 2003:53). 2) Keterbatasan Audit Laporan Keuangan Suatu audit laporan keuangan yang dilakukan sesuai dengan GAAS memiliki sejumlah keterbatasan yang melekat. Diantaranya adalah: a) Biaya yang memadai Pembatasan biaya audit dapat menimbulkan
terbatasnya
pengujian, atau penarikan sample dari catatan akuntansi atau dqata pendukung yang dilakukan secara selektif . b) Jumlah waktu yang memadai Biasanya laporan auditor akan terbit dalam waktu tiga sampai lima minggu setelah tanggal neraca. Hambatan waktu ini dapat mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan transaksi setelah tanggal neraca yang berdampak pada laporan keuangan.
16
3. Jenis- jenis Auditor Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, audit dibagi 4 jenis yaitu: a. Auditor Eksternal Auditor eksternal bekerja untuk kantor akuntan publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit. b. Auditor Internal Menurut Mulyadi (2008:29), auditor internal adalah auditor yang bekerja
dalam
perusahaan
(perusahaan
negara
maupun
perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menetukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh bagian berbagai organisasi. Auditor internal bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas internal auditor biasanya adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance audit.
17
c. Auditor Pajak Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undangundang perpajakan yang berlaku. d. Auditor Pemerintah Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga
dilakukan
untuk
ekonomisasi
operasi
program
menilai efisiensi, dan
efektifitas
penggunaan
barang
dan milik
pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Kualitas audit adalah probabilitas seorang auditor atau akuntan pemeriksa menemukan penyelewengan dalam sistem akuntansi suatu unit atau lembaga, kemudian melaporkannya dalam laporan audit. Probabilitas menemukan adanya penyelewengan tergantung pada kemampuan teknikal dari auditor tersebut yang dapat dilihat pada pengalaman auditor, pendidikan, profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Sedangkan probabilitas melaporkan penyelewengan tersebut dalam laporan audit tergantung pada independensi auditor dalam menjaga sikap mentalnya. (Nasrullah, 2003).
18
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran
dalam
sistem
akuntansi
kliennya.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Deis dan Giroux (1992) melakukan penelitian tentang empat hal dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. Kualitas audit dinilai melalui sejumlah unit standardisasi dari bukti audit yang diperoleh oleh auditor eksternal, dan kegagalan audit dinyatakan juga sebagai kegagalan auditor independen untuk mendeteksi suatu kesalahan material. Untuk meningkatkan kualitas audit maka kita harus memperhatikan beberapa hal seperti:
19
1. Perubahan accounting requirements terhadap Legislation dan Statements of Standard Accounting Practice. 2. Perubahan lingkungan bisnis 3. Meningkatkannya kompleksitas dari sistem akuntansi yang menggunakan komputer. Oleh karena itu para praktisi audit harus mengerti dengan baik apa yang membuat suatu audit itu berkualitas. Dan berdasarkan hasil survey dari 93 audit pemerintah yang dilakukan oleh American Institute of CPA Federal assistance audit quality mengidentifikasikan sejumlah atribut umum yang berhubungan dengan kualitas audit. Dari atribut tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kualitas audit. 1. Independensi Auditor Menurut Arens (2000), independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Secara umum independensi terdiri dari dua yaitu Independensi dalam kenyataan dan dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan merupakan sikap mental yang benar-benar ada dalam kenyataan ketika auditor dapat mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit. Independensi ini terutama ditujukan ke pribadi auditor dalam melaksanakan auditnya. Sehingga independensi dalam kenyataan ini sulit untuk dinilai oleh orang atau pihak lain selain auditor sendiri.
20
Independensi dalam penampilan adalah hasil interprestasi atau presepsi orang atau pihak lain mengenai independensi auditor. Walaupun auditor dapat mempertahankan independensi dalam kenyataan, namun apabila pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa auditor memihak kepada auditee maka opini dari hasil yang telah dibuat oleh auditor tidak akan credible lagi. Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana kompetennya seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan laporan auditor apabila akuntan publik tersebut tidak independen. Dalam memberikan jasa-jasa tersebut para anggota harus bersikap independen dalam segala hal, artinya para anggota harus bertindak dengan integritas dan objektivitas. (Boynton, 2003:103). a. Aspek Independensi Menurut Taylor (1997), ada dua aspek independensi, yaitu: 1). Independensi sikap mental (independence of mind/independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen. 2). Independensi
penampilan
(image
projected
to
the
public/appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik.
21
Menurut Supriyono (1988:34) yang dikutip dalam penelitian Mayangsari (2003), ada enam faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Seringkali manajemen klien meminta kantor akuntan publik untuk memberikan jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan independensinya. b. Faktor-Faktor Yang Menggangu Independensi Auditor Eksternal Secara garis besar, standar-standar pemeriksaan seperti GAAS menyatakan ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi independensi pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat gangguan
yang bersifat
ekstern
pribadi,
dan gangguan yang
bersifat organisatoris. Para auditor, termasuk konsultan yang dipekerjakan dan tenaga ahli serta spesialis intern yang melaksanakan tugas audit, perlu mempunyai pertimbangan terhadap tiga macam gangguan ini terhadap independensi yaitu sebagai berikut: 1). Gangguan yang bersifat pribadi Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana auditor secara individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat berlaku bagi auditor secara individual dan juga
22
dapat berlaku bagi organisasi. Gangguan independensi yang bersifat pribadi, antara lain sebagai berikut: a) Hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin dapat menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan temuan audit, memperlemah atau membuat temuan auditnya menjadi berat sebelah, dengan cara apapun b) Prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan audit menjadi berat sebelah. c) Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diaudit. d) Kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetian kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu. e) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas atau progam yang diaudit. f) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan
catatan akuntansi
resmi
atau
lembaga/unit kerja atau program yang diaudit.
23
g) Kepentingan keuangan secara langsung atau kepentigan keuangan yang besar, meskipun tidak secara langsung pada entitas atau program yang diaudit. 2). Gangguan yang bersifat ekstern. Gangguan yang bersifat ekstern bagi organisasi/lembaga audit dapat
membatasi
pelaksanaan
audit
atau
mempengaruhi
kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan obyektif. Gangguan independensi yang bersifat ekstern, antara lain sebagai berikut: a) Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah secara tidak semestinya atau secara gegabah, terhadap lingkup audit b) Campur tangan pihak
ekstern terhadap
pemilihan
dan
penerapan prosedur audit, atau dalam pemilihan transaksi yang harus diperiksa. c) Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian suatu audit. d) Campur tangan pihak luar terhadap organisasi/lembaga audit mengenai penugasan penunjukkan, dan promosi staff pelaksana audit. e) Pembatasan
terhadap
organisasi/lembaga
sumber
audit tersebut
yang
disediakan
bagi
dalam melaksanakan
tugasnya.
24
f) Wewenang untu menolak atau mempengaruhi peertimbangan auditor terhadap isi semetinya dari suatu laporan audit. g) Pengaruh yang membahayakan kelangsungan auditor sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan auditor atau dengan kebutuhan jasa audit. 3). Gangguan yang bersifat organisatoris. Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit intern atau audit terhadap entitas lain. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal. Setiap auditor eksternal harus menjaga dan mempertahankan independensinya dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat merusak independensi. Oleh karena itu auditor eksternal harus mengetahui
faktor-faktor
yang
mungkin
dapat
merusak
independensinya. Untuk memberikan gambaran secara rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal akan dijelaskan dibawah ini: 1). Komite Audit Komite audit adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan direksi sebuah perusahaan yang tanggung jawabnya membantu auditor untuk tetap independen dari manajemen. Kebanyakan
25
komite audit dibuat dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang bukan dari manajemen. ( Arens. Et. Al, 2003). Hasil riset yang dilakukan oleh Gul (1989) menunjukkan bahwa
keberadaan komite
audit tidak
berpengaruh
secara
signifikan terhadap persepsi independensi auditor eksternal. Anggota komite audit terdiri dari non direktur eksekutif perusahaan dan bertanggung jawab untuk menunjuk auditor dan menetapkan Quasi judical body (seperti badan hukum) dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan keberadaan auditor independen yang respek terhadap beberapa jasa yang disediakan oleh manajemen. (Mautz dan Neary, 1979). 2). Kondisi Keuangan Perusahaan Klien. Temuan Gul (1989) menunjukan bahwa, menurut persepsi bankir kondisi keuangan perusahaan klien terhadap independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan. Akan tetapi, penelitian lain menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan klien berpengaruh terhadap
sebagian
besar auditor
untuk
dapat
menghindari maupun tidak dapat menghindari dari tekanan kliennya. Shuctz dan Gustavon (1987) menemukan bukti bahwa aktuaris merasa bahwa resiko kewajiban hokum kantor akuntan berhubungan terbalik dengan kondisi keuangan klien. Apabila kondisi keuangan klien buruk maka auditor tidak mungkin
26
menyerah pada tekanan kliennya sehingga merasa khawatir atau takut dalam tuntutan hukum. Hasil riset yang dilakukan oleh Knapp (1985) menemukan bukti bahwa pada saat kondisi keuangan klien buruk, persepsi bankir tentang independensi auditor meningkat. Kejadian seperti ini membuat auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya walaupun tuntutan hokum meningkat. 3). Jasa Konsultasi Manajemen Menurut Boynton (2003), jenis utama jasa-jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik adalah: a) jasa akuntansi dan kompilasi b) jasa atestasi seperti jasa audit, pemeriksaan, jasa review, prosedur yang disepakati c) jasa-jasa lain seperti jasa teknologi, konsultasi manajemen, perencanaan keuangan, serta jasa internasional. Aktivitas kantor akuntan selain memberikan jasa audit, juga memberikan jasa-jasa lain, pemberian jasa konsultasi ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan cenderung memihak pada kepentingan kliennya. Menurut Supriono (1988), hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa
alasan
misalnya:
(a) kantor akuntan yang
memberikan saran-saran kepada klien cenderung memihak kepada kepentingan
kliennya
sehingga
auditor
kehilangan
27
independensinya dalam melaksanakan pekerjaan audit. (b) kantor akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa lain selain audit tersebut harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya, sehingga cenderung tidak independent didalam melaksanakan audit. (c) pemberian jasa lain selain audit mungkin menghasurkan kantor akuntan publik membuat keputusan tertentu untuk kliennya, sehingga posisi akuntan publik menjadi tidak independen dalam melaksanakan audit. 4). Tingkat Persaingan antar Kantor Akuntan Publik Persaingan antar kantor akuntan dapat diidentifikasi sebagai perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan jasa audit yang ditandai dengan adanya kantor akuntan lain yang memasuki market audit untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan tidak dapat meniru siasat pemasaran agresif. Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik, kemungkinan mempunyai
pengaruh
besar
terhadap
independensi
auditor
eksternal, karena tiap kantor akuntan dihadapkan pada dua pilihan yakni kehilangan kliennya karena mencari kantor akuntan lain atau mengeluarkan opininya sesuai dengan keinginan klien. 5). Lamanya Hubungan antara Kantor Akuntan Publik dengan Klien Lamanya hubungan
antara
kantor
akuntan
dengan
kliennya adalah lamanya waktu yang digunakan oleh kantor akuntan dalam melayani kebutuhan audit yang disediakan untuk
28
kliennya. (Shockley, 1981). Tingkat lamanya hubungan antara KAP dengan kliennya diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu: lima tahun/kurang dan lebih dari lima tahun. d. Indikator Independensi Mautz dan sharaf (1982) memberikan beberapa indikator independensi professional. Indikator-indikatornya adalah: 1). Independensi dalam program audit a) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit b) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit c) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit. 2). Independensi dalam verifikasi a) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan b) Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit c) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti d) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit.
29
3). Independensi dalam pelaporan a) Bebas dari perasaan wajib
memodifikasi
dampak atau
signifikasi dari fakta-fakta yang dilaporkan b) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit c) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor d) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit. 2. Kompetensi/ Keahlian auditor eksternal Dalam audit laporan keuangan seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (a) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi (b) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (c) mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002), kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
30
pekerja yang kemungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspekaspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto (2000) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristk yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang
dibutuhkan
untuk
pekerjaan-pekerjaan
non-rutin.
Definisi
kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pengalaman (Mayangsari, 2003). Menurut I Gusti Agung Rai (2008: 63), Supaya berhasil dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan umum yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Adapun mutu personal yang baik adalah: 1. Rasa ingin tahu 2. Berpikiran luas 3. Mampu menangani ketidakpastian 4. Mampu menerima bahwa tidak ada solusi yang mudah 5. Menyadari bahwa beberap temuan dapat bersifat subjektif 6. Mampu bekerja sama dalam tim.
31
3. Pengalaman auditor Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. (Ratnadi, 2005) Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Marinus, Wray (1997) dalam Meifida (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (job). Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner (1983) dalam Meifida (2006), menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut (seperti Ashton, 1991; Blocher et al.1993), hal ini karena menurut Ashton (1991) dalam Meifida (2006), sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu untuk dapat belajar. Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam Putri Noviyani (2002:483) jika seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab
32
kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. 4. Lamanya Waktu/Proses Audit Lamanya
waktu/proses
auditor
tersebut
telah
melakukan
pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi disebut juga tenure. Peneliti berasumsi bahwa semakin lama dia telah melakukan audit, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah. Karena auditor menjadi kurang memiliki tantangan dan prosedur audit yang dilakukan kurang inovatif atau mungkin
gagal
untuk
mempertahankan sikap professional skepticism. (Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah, 2003). 5. Jumlah klien Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik. Karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya. (Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah, 2003). 6. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga berkorelasi
dengan kualitas
audit.
Dan korelasinya menunjukkan
hubungan yang negatif, dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien, maka ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan auditor untuk tidak mengikuti standar. Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan
33
gambaran perilaku auditor, termasuk di dalamnya adalah: (a) pernyataan etika profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi kualitas yang buruk, (c) figur dan visibility untuk mempertahan profesi, (d) Auditing berada (menjadi) anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi auditor dengan kelompok Professional Peer Groups, dan (f) Normal internasional profesi auditor. (Deis dan Giroux,1992 dalam Nasrullah, 2003). 7. Audit Fee Menurut Abdul Halim (2001:89), Audit fee adalah biaya yang harus ditanggung klien karena telah mendapatkan jasa audit dari sebuah KAP. Fee audit merupakan hal yang tidak kalah pentingnya didalam penerimaan penugasan. Oleh sebab itu, penentuan audit fee perlu disepakati antara klien dengan auditor. Penentuan fee tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil. Ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan fee audit, antara lain: a. Per diem basis Pada cara ini, fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor. Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu atau jam yang dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tentu dapat berbedabeda.
34
b. Flat atau kontrak basis Pada cara ini fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu audit yang dihabiskan, yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan aturan atau perjanjian. c. Maksimum fee basis Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali tentukan tarif per jam, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum. Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam atau waktu kerja. Besarnya fee audit ditentukan oleh banyak faktor. Namun demikian, pada dasarnya terdapat 4 faktor dominan yang menentukan besarnya fee audit, yaitu (Abdul Halim, 2001: 89): 1) Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal, dan lain-lain. 2) Lingkungan, seperti persaingan pasar, tenaga profesional, dan lainlain. 3) Karakteristik
operasi,
seperti
jenis
industri,
jumlah
lokasi
perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain. 4) Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal auditor, dan lain-lain.
35
Di Indonesia, khususnya di Surabaya hasil penelitian yang dilakukan oleh Sodik dalam Abdul Halim, (2001:89) yang meneliti masalah ini pada tahun 1993 menunjukkan bahwa faktor yang dominan dalam penentuan fee audit berturut-turut adalah lamanya waktu audit, jumlah lokasi, jumlah laporan klien, frekuensi audit, ruang lingkup audit, penggunaan jasa pihak lain, jenis industri klien, kepemilikan klien, total aktiva klien, dan modifikasi laporan. Lebih
lanjut
dijelaskan
dalam
Surat
Keputusan
No.
KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Yang dimaksudkan untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor/akuntan
auditor/akuntan lain,
akan
pendahulu atau
menimbulkan
diajukan
keraguan
oleh
mengenai
kemampuan dan kompetensi Anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku. Dalam menetapkan imbalan jasa (fee) audit, Akuntan Publik harus memperhatikan tahapan-tahapan pekerjaan audit, sebagai berikut : a. Tahap perencanaan audit antara lain : pendahuluan perencanaan, pemahaman bisnis klien, pemahaman proses akuntansi, pemahaman struktur pengendalian internal, penetapan risiko pengendalian,
36
melakukan analisis awal, menentukan tingkat materialitas, membuat program audit, risk assessment atas akun, dan fraud discussion dengan management. b. Tahap pelaksanaan audit antara lain : pengujian pengendalian internal, pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengujian detail transaksi. c. Tahap pelaporan antara lain : review kewajiban kontijensi, review atas kejadian setelah tanggal neraca, pengujian bukti final, evaluasi dan kesimpulan, komunikasi dengan klien, penerbitan laporan audit, dan capital commitment. Selain itu, dalam menetapkan fee audit, Akuntan Publik harus juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Kebutuhan klien b. Tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties) c. Independensi d. Tingkat keahlian (levels of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan e. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan f. Basis penetapan fee yang disepakati.
37
Imbalan jasa dihubungkan dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, nilai jasa yang diberikan bagi klien atau bagi kantor akuntan publik yang bersangkutan. Dalam hal imbalan jasa tidak dikaitkan dengan banyaknya waktu pengerjaan,
Anggota
harus
menyampaikan
Surat
Perikatan
(Engagement Letter) yang setidaknya memuat : (1) tujuan, lingkup pekerjaan serta pendekatan dan metodologinya; dan (2) basis penetapan dan besaran imbalan jasa (atau estimasi besaran imbalan jasa) serta cara dan/atau termin pembayarannya. Anggota diharuskan agar selalu : (1) memelihara dokumentasi lengkap mengenai basis pengenaan imbalan jasa yang disepakati; dan (2) menjaga agar basis pengenaan imbal jasa yang disepakati konsisten dengan praktek yang lazim berlaku. Untuk mempertahankan independensinya, Anggota sudah harus menerima imbal jasa atas pekerjaan yang telah dilakukannya sebelum memulai
pekerjaan
untuk
periode
berikutnya.
Anggota
tidak
diperkenankan menerima perikatan apabila klien belum membayar lunas kewajiban kepada auditor terdahulu. Praktek yang baik mengharuskan dilakukannya penagihan secara bertahap atas pekerjaan yang diselesaikan untuk periode lebih dari satu bulan. Penagihan harus segera dilakukan begitu termin yang disepakati telah jatuh waktu.
38
Setiap Kantor Akuntan Publik wajib menerapkan ketentuan mengenai panduan penetapan imbalan jasa (fee) audit sebagaimana diatur dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini. Kebijakan penentuan fee audit oleh Kantor Akuntan Publik menjadi salah satu aspek dalam hal dilakukannya review mutu terhadap Kantor Akuntan Publik tersebut. (Aron simanjuntak, 2008). C. Penelitian Terdahulu 1. De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien. 2. Deis dan Giroux (1992) yang melakukan investigasi tentang determinan dari kualitas audit oleh Independen CPA firm di Texas pada Audits of Independen School District. Studi ini menganalisa temuan-temuan Quality Control Review (QCR) yang diperoleh melalui pengukuran langsung secara relatif atas kualitas audit. Deis & Giroux menjelaskan adanya dua variabel yang mempengaruhi kualitas audit, dari dua variabel tersebut dia
39
melahirkan 4 hipotesis, yang menyatakan korelasinya dengan kualitas audit yaitu: 1) Tenure adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi, 2) jumlah klien, 3) Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien, 4) Kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga. 3. Hasil penelitian Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) menyatakan bahwa:1) Ceteris paribus, auditor independen yang efisien akan merencakan tingkat kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan independen auditor yang kurang efisien, 2) Audit fees yang lebih tinggi akan merencanakan audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit fees yang lebih kecil, 3) Tingkat kualitas audit yang telah direncakan akan mengurangi over time dalam pemeriksaan. Kantor auditor yang besar menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang dilakukan semakin baik pula (Hogan, 1997; Teoh dan Wong, 1993) 4. Penelitian yang dilakukan oleh Lilik (2008), berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. 5. Heri (2008), memberi kesimpulan dalam penelitiannya bahwa akuntan publik menyatakan sangat penting untuk bersikap independen terhadap klien untuk meningkatkan kualitas audit yang dilaksanakan.
40
D. Kerangka Pemikiran Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini akan dikembangkan dalam sebuah kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Independensi (Liliek, 2008) Keahlian (Liliek, 2008) Pengalaman (Peneliti)
Kualitas Audit
Lamanya Waktu/Proses Audit Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003) Jumlah klien Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003) Ukuran Kekayaan dan Kesehatan Keuangan Klien Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003) Audit fee Ramy Elitzur & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003)
41
E. Perumusan Hipotesis Perumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh keahlian, independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, audit fee, dan ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, terhadap tingkat kualitas audit, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit H2 : Keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit H3 : Pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit H4 : Lamanya waktu/proses audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit H5 : Jumlah klien berpengaruh terhadap kualitas audit H6 : Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit H7 : Audit fee berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit H8 : Independensi auditor,
kompetensi/keahlian
auditor,
pengalaman
auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, audit fee secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
42
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah para auditor yang terdapat dalam Kantor Akuntan Publik dimana ia menjalankan proses audit, yaitu yang melakukan pengujian terhadap laporan keuangan. Alasan pemilihan tersebut adalah karena akuntan publik melakukan pemeriksaan pengujian terhadap laporan keuangan dan memberikan pendapat atas dasar hasil pemeriksaan tersebut, sehingga mereka terlibat dalam penentuan kualitas audit. B. Metode Penentuan Sampel Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan mengambil sampel dengan menggunakan teknik Convenience Sampling yaitu suatu metode yang memilih unit sample yang datanya mudah diperoleh peneliti (Abdul Hamid, 2007:30). Populasi dari penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Jakarta, sedangkan sampel yang dipilih dari populasi adalah akuntan publik yang bekerja pada KAP tersebut dan sudah pernah mengaudit. C. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah:
43
43
1. Data primer Adapun cara untuk mendapatkan data primer yaitu dengan meninjau secara langsung obyek penelitian serta melakukan wawancara dengan beberapa karyawan yang bersangkutan dengan penjelasan sebagai berikut: a. Observasi Observasi, yaitu peneliti langsung melakukan survei ke lapangan, dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan observasi langsung ke perusahaan, yaitu Kantor Akuntan publik yang terdapat di jakarta. b. Kuesioner Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangakat pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner ini diberikan kepada auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Skala likert (Likert Scale) merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 104).
44
Tabel. 3.1 Bobot
Skala likert
Sangat setuju 5 Setuju 4 Netral 3 Tidak setuju 2 Sangat tidak setuju 1 Sumber: Indriantoro dan Supomo, 2002 2. Data Sekunder Sumber data diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka yaitu usaha yang dilakukan untuk memperoleh data-data sekunder yang diperoleh
dengan
cara
membaca,
mempelajari,
menelaah,
dan
menganalisis sumber kepustakaan yang relevan seperti buku, serta catatan kuliah
yang berkaitan
dengan
bahasan
penelitian
sebagai dasar
perbandingan antara teori yang relevan praktek yang terjadi di lapangan. D. Metode Analisis Data 1. Uji Validitas Data Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah (Ghozali:2005).
45
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang diukur (Santoso:2004). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Jika koefisien korelasi > 0,300, semua butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. Dan sebaliknya, jika harga koefisien korelasi lebih kecil dari 0,300, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid (Sudarmanto:2004) dalam Subekti (2007). 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas
tinggi
disebut
sebagai
pengukuran
yang
reliabel
(Ghozali:2005). Istilah ini juga dipakai untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Juga dapat diartikan sebagai tingkat ketepatan, ketelitian, dan keakuratan sebuah instrumen. Jika koefisien korelasi > 0,600, semua butir pertanyaan tersebut dikatakan reliabel. Dan sebaliknya, jika harga koefisien korelasi lebih kecil dari 0,600, maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel (Ghozali:2005).
46
3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Untuk mengolah data digunakan Uji Normalitas, yang menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dengan menggunakan Normal P-P Plot data yang
ditunjukkan
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas (Santoso, 2002:212). b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetahui hubungan yang bermakna (korelasi) antara setiap variabel dependen dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik adalah seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya Ghozali (2005:9). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut: 1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2) Menaganalisis matrik korelasi variabel independen, jika variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas. Tidak
47
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. 3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari: (1) nilai tolerance dan lawannya, (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independent lainnya. c. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dan residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut heterokedastisitas dan jika berbeda disebut heterodastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang
terdapat
homokedastisitas
atau
terjadi
gejala
heterokedastisitas Ghozali (2005:105). Kebanyakan data crossection mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regensi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi,maka dinamakan ada problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
48
tidak bebas dari satu obsevasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok yang sama pada periode berikutnya. 4. Uji Hipotesis Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya. Jika yang dihipotesis adalah masalah statistik, maka hipotesis ini disebut hipotesis statistik. Langkah-langkah penyelidikan hipotesis disebut dengan pengujian hipotesis (Husein Umar, 2008:104). Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel dependen, yaitu: kualitas audit, sedangkan variabel independennya adalah keahlian, independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, dan audit fee Untuk menguji hipotesis (H1-H3) digunakan model sebagai berikut: Y= a + b1X1 +b 2X2 + b3X3+b 4X 4+ b 5X5+ b6X 6+ b 7X7+ e Dimana: Y
= kualitas audit
A
= konstanta
B
= koefisien regresi
49
X1
= variabel independensi
X2
= variabel kompetensi/keahlian
X3
= variabel pengalaman
X4
= variabel Lamanya waktu/proses audit
X5
= variabel Jumlah klien
X6
= variablel Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien
X7
= variabel audit fee
e
= error term
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui: a. Koefisien Determinasi Koefisien kemampuan
(R2)
determinasi
variabel-variabel
bertujuan
independen,
untuk
mengukur
yaitu
keahlian,
independensi, pengalaman, Lamanya waktu/proses audit,
Jumlah
klien, audit fee, dan Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, dalam menjelaskan variabel dependen, yaitu kualitas audit. Nilai koefisien determinasi (R2) untuk menunjukan persentase tingkat kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilkukan. Nilai R2, memiliki range antara 0 sampai 1. jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka berarti semakin besar variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel
dependen.
Hubungan
antara
variabel-variabel
independen dengan variabel dependen, diukur dengan koefisien korelasi (R). Jika angka R diatas 0.5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah kuat.
50
Sebaliknya jika R di bawah 0.5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah lamah (Santoso, 2002 :167). b. Uji t Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen
secara
individual
yaitu
yaitu
keahlian,
independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, audit fee, dan Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien dalam menerangkan variabel dependen yaitu kualitas audit. Untuk dapat mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel masingmasing independen, maka nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaan. Apabila sig t lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima. Demikian pula sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak. Bila Ho ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2001:48). c. Uji F Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel independen, yaitu yaitu keahlian, independensi, pengalaman, lamanya waktu/proses audit, Jumlah klien, audit fee, dan Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien terhadap 1 variabel dependen yaitu kualitas
51
audit. Secara bebas dengan signifikan sebesar 0.05, dapat disimpulkan (Ghozali,2001:45) a) Jika nilai signifikan < 0.05, maka Ho diterima, b) Jika nilai signifikan > 0.05, maka Ho ditolak. E. Operasional Variabel Penelitian Sebagai variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit sedangkan
variabel
independennya adalah
pengalaman, lamanya waktu audit,
keahlian,
independensi,
jumlah klien, audit fee, dan Ukuran
kekayaan dan kesehatan keuangan klien. Pengukuran dari masing-masing variabel dapat dikemukakan sebagai berikut ini: Tabel 3.2 Operasional varibel penelitian Variabel
Independensi auditor
Dimensi
Indikator
Ukuran Skala
a. Aspek independensi
1. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik memiliki rasa percaya diri 2. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik memiliki kemampuan dan keahlian 3. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik bersikap jujur dan adil 4. Akuntan publik harus objektif dalam memberikan pertimbangan atau saran terhadap klien 5. Rasa tanggung jawab yang tinggi harus dimiliki oleh seorang akuntan publik dalam melakukan audit 6. Akuntan publik tidak memiliki hubungan khusus dengan klien yang diaudit 7. Akuntan publik diberi kebebasan dalam mengaudit 8. Dalam melaksanakan audit seorang akuntan publik bebas dari tekanan klien 9. Akuntan publik tidak memiliki kepentingan keuangan dengan klien yang
Interval
52
Kompetensi/keahlian auditor
b. Faktor-faktor keahlian auditor
sedang diaudit 10. Akuntan publik tidak menerima fasilitas yang berlebihan selama melaksanakan audit 11. Akuntan publik memberikan jasa lain selain jasa audit terhadap klien yang sedang diaudit 12. Akuntan publik melaksanakan perikatan dengan klien dengan batas waktu 5 tahun saja 13. Akuntan publik tidak diperbolehkan mengaudit laporan keungan perusahaan milik kerabat 14. Opini yang diberikan oleh suatu kantor akuntan publik yang berhubungan lama dengan klien tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya 15. Dalam setiap perikatan audit, akuntan publik memegang teguh kode etik independensi 16. Sikap independensi merupakan ukuran profesionalisme seorang auditor 17. Sikap independensi merupakan cermin ketaatan akuntan publik terhadap standar profesi 18. Independensi diatur sesuai dengan standar profesi akuntan publik 19. KAP mengikuti standar ketentuan IAI tentang independensi personal auditor 20. Adanya sanksi bagi akuntan publik yang tidak independen saat mengaudit 1. Akuntan publik telah menyelesaikan pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi. 2. Akuntan publik telah melakukan pelatihan praktik/kursus dan mempunyai pengalaman dalam auditing 3. Akuntan publik telah mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor. 4. Semakin banyak jumlah klien yang diaudit, maka akan meningkatkan kompetensi/kehlian auditor dalam melakukan audit 5. Semakin kompeten seorang akuntan publik, maka dapat mempengaruhi
53
Interval
ketepatan waktu penyelesaian audit
Pengalaman auditor
c. Lamanya waktu dan banyaknya penugasan audit
Lamanya proses audit
d. Tingkat kerumitan tugas audit
Jumlah klien
e. Banyak atau sedikitnya klien yang ditangani
1. Semakin berpengalaman seorang akuntan publik, maka akuntan publik tersebut dapat mengembangkan kemampuannya dalam melakukan tugas audit. 2. Semakin berpengalaman seorang akuntan publik, maka akan semakin peka dan cepat tanggap dalam mendeteksi adanya kekeliruan 3. Semakin berpengalaman seorang akuntan publik, maka akan dapat menyelesaikan tugas audit tepat waktu. 4. Semakin berpengalaman seora ng akuntan publik, maka akan mampu menggolongkan kekeliruan berdasarkan tujuan audit dan sistem akuntansi yang melandasinya 5. Semakin berpengalaman seorang akuntan publik, maka tingkat kesalahan dalam melaksanakan tugas audit akan dapat diminimalisasi 1. Lamanya proses audit yang dilakukan auditor untuk menyelesaikan tugasnya adalah tergantung dari tingkat kerumitan tugas audit 2. Semakin rumit pekerjaan/tugas auditor, maka semakin lama pula proses audit yang dilakukan 3. Semakin lama proses audit yang dilakukan maka akan oleh akuntan publik, mempengaruhi kualitas audit 4. Semakin lama proses audit yang dilakukan oleh akuntan publik, maka tidak akan mempengaruhi kualitas audit. 1. Semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik. 2. Auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya 3. Semakin banyak jumlah klien maka tidak akan mempengaruhi kualitas audit.
54
Interval
Interval
Interval
Ukuran Kekayaan Dan Kesehatan Keuangan Klien
Audit fee
f. Kepatuhan terhadap prosedur dan kode etik auditor
g. Audit fee adalah sebagian besar/kecil dari total pendapatan KAP
Kualitas audit
1. Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga berkorelasi dengan kualitas audit. 2. Semakin sehat keuangan klien, maka ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan auditor untuk tidak mengikuti standar. 3. Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan gambaran perilaku auditor. 1. audit fee dari suatu klien merupakan sebagian besar dari total pendapatan suatu KAP. 2. audit fee dari suatu klien hanya merupakan sebagian kecil dari total pendapatan suatu KAP. 3. fee yang diperoleh dari seseorang klien yang merupakan sebagian besar dari pendapatan suatu KAP, akan menghasilkan informasi yang lebih bermanfaat dan berkualitas 4. fee yang diperoleh dari seseorang klien yang merupakan sebagian kecil dari pendapatan suatu KAP, akan menghasilkan informasi yang kurang bermanfaat dan berkualitas 5. Audit fee yang besar, akan mempengaruhi kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik 6. Audit fee yang kecil, tidak akan mempengaruhi kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik. 1. KAP dan Tim Audit yang mengaudit perusahaan, sudah berpengalaman dalam mengaudit perusahaan-perusahaan yang sejenis 2. KAP dan Tim Audit memiliki pemahaman mengenai industri klien untuk dapat secara efektif mengaudit suatu perusahaan 3. KAP responsif terhadap kebutuhan klien (selain kebutuhan akan opini audit atas laporan keuangan perusahaan) 4. Anggota Tim Audit secara teknis berkompeten dalam mengaplikasikan PSAK (Pedoman Standar Akuntansi
55
Interval
Interval
Interval
5.
6.
7. 8. 9.
10.
11.
12.
Keuangan) dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) KAP dan anggota dari Tim Audit secara individual mampu mempertahankan sikap independen dalam kenyataan maupun dalam menjalankan proses audit Anggota Tim Audit memiliki kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam semua aspek audit KAP memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas Para manajer dari KAP secara aktif terlibat dalam proses audit Anggota-anggota dari Tim Audit dapat melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat Anggota Tim Audit berinteraksi secara efektif dengan komite audit sebelum, selama, dan sesudah proses audit Anggota Tim Audit memiliki standar etik dan memiliki pengetahuan yang lebih tentang accounting dan auditing Anggota tim Audit mempertahankan sikap skeptis (tidak mudah percaya) dalam menjalankan proses audit
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Objek penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di wilayah Jakarta dan yang menjadi subjek penelitian adalah akuntan publik. Pada dasarnya penulis menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas audit di KAP tersebut. Penyebaran kuesioner dimulai dari awal bulan Maret 2009 dan pengumpulannya sampai dengan awal bulan Mei 2009, dalam penyebaran kuesioner peneliti mendatangi langsung Kantor Akuntan Publik. Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sebanyak 100 eksemplar, dengan jumlah pengembalian sebanyak 45 eksemplar, jadi respons rate pada penelitian ini adalah 45%. Dari 45 eksemplar kuesioner yang dikembalikan semua kuesioner dapat diolah untuk penelitian. Responden dari penelitian ini, dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri karakteristiknya. Gambaran mengenai karakteristik dari setiap responden yang ada di ukur berdasarkan nama KAP, usia, pendidikan terakhir, jenis kelamin, jabatan dan lamanya menduduki jabatan di KAP yang terdapat di Jakarta.
57 57
B. Karekteristik Responden Subjek penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di KAP yang terdapat di Jakarta. Demografi responden dalam penelitian ini disajikan secara lengkap dalam tabel 4.1 Tabel 4.1 Demografi Responden Deskripsi Jumlah kuesioner
Jumlah
Persentase
45
100%
Usia
< 20 tahun 20-30 tahun 31-40 tahun > 40 tahun
0 24 20 1
0% 53,3% 44,4% 2,2%
Jenis Kelamin
Pria Wanita
27 18
60% 40%
2 43 0 0 15 22 2 6 0
4,4% 95,5% 0% 0% 33,3% 48.8% 4,4% 13,3% 0%
D3 S1 S2 S3 Auditor yunior Auditor senior Jabatan di KAP Supervisor Manager audit Partner Sumber : Hasil Kuesioner
Pendidikan Terakhir
58
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jumlah responden pria lebih banyak dari jumlah responden wanita, yaitu sebanyak 27 orang (60%) responden pria sedangkan responden wanita sebanyak 18 orang (40%). Hal ini disebabkan karena yang bekerja di kantor akuntan publik kebanyakan adalah pria, dan banyak orang mengasumsikan bahwa pria lebih cocok menjadi auditor dari pada wanita, karena menurut peneliti pekerjaan auditor membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi dan harus mengeluarkan tenaga lebih banyak dari pada pekerjaan lain, karena auditor itu kadang tidak hanya mengaudit klien yang berada di sekitarnya saja, akan tetapi juga kadang mereka mengaudit klien hingga ke luar kota, jadi untuk seorang wanita hal itu juga menjadi salah satu pertimbangan mengapa mereka tidak memilih menjadi auditor. Usia responden yang paling banyak adalah antara 20-30 tahun sebanyak 24 orang (53,3%), kemudian yang berumur 31-40 tahun sebanyak 20 orang (44,4%) dan yang berumur diatas 40 tahun sebanyak 1 orang (2,2%). Hal ini disebabkan karena menurut peneliti usia yang paling muda biasanya diperintahkan untuk melakukan hal-hal non teknis sepeti mengisi kuesioner ini oleh karyawan yang usianya jauh diatas mereka, karena mungkin sebagian dari mereka yang usianya lebih tua menganggap bahwa hal tersebut dapat menggangu pekerjaan mereka. Berdasarkan tingkat pendidikan responden, yang paling banyak adalah lulusan Strata Satu (S1) sebanyak 43 orang atau 95,5% dan sisanya sebanyak 2 orang (4,4%) adalah D3. Berdasarkan jabatan responden di kantor
59
akuntan publik (KAP) responden yang paling mendominasi adalah auditor senior yaitu sebanyak 22 orang (48,8%), kemudian auditor yunior sebanyak 15 orang (33,3%), lalu manager audit sabanyak 6 orang (13,3%), dan yang terakhir adalah supervisor sebanyak 2 orang (4,4%). Menurut peneliti hal ini disebabkan karena untuk menjadi seorang akuntan publik biasanya kantor akuntan publik memberikan persyaratan minimal lulus S1, sehingga yang melamar menjadi auditor kebanyakan adalah para sarjana. Kemudian untuk auditor senior lebih banyak dari pada yang lainnya, karena menurut peneliti pada jenjang tersebut mereka lebih matang dalam melakukan sesuatu, dan pengalaman yang mereka miliki sudah cukup banyak, sehingga untuk melakukan hal-hal non teknis seperti mengisi kuesioner ini mereka menjadi lebih paham dan mengerti. C. Hasil Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Tabel 4.2 Uji Validitas Variabel Independensi Pernyataan
Sig
Pearson Corelation
Keterangan
ID1
0.000
0.715**
Valid
ID2
0.000
0.740**
Valid
ID3
0.000
0.627**
Valid
ID4
0.000
0.612**
Valid
ID5
0.000
0.643**
Valid
ID6
0.000
0.800**
Valid
ID7
0.000
0.625**
Valid
60
ID8
0.000
0.509**
Valid
ID9
0.000
0.581**
Valid
ID10
0.000
0.719**
Valid
ID11
0.000
0.719**
Valid
ID12
0.016
0.357*
Valid
ID13
0.000
0.683**
Valid
ID14
0.026
0.332*
Valid
ID15
0.000
0.690**
Valid
ID16
0.000
0.516**
Valid
ID17
0.000
0.757**
Valid
ID18
0.000
0.768**
Valid
ID19
0.000
0.705**
Valid
ID20
0.000
0.565**
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.2 diatas. menjelaskan bahwa total skor construct variable independensi menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
61
Tabel 4.3 Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor Pernyataan
Sig
Pearson Correlation
Keterangan
KA1
0.000
0.879**
Valid
KA2
0.000
0.902**
Valid
KA3
0.000
0.799**
Valid
KA4
0.000
0.859**
Valid
KA5
0.000
0.912**
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.3 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable kompetensi auditor menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.. Tabel 4.4 Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor Pernyataan
Sig
Pearson Correlation
Status
PA1
0.000
0.873**
Valid
PA2
0.000
0.805**
Valid
PA3
0.000
0.800**
Valid
PA4
0.000
0.763**
Valid
PA5
0.000
0.877**
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.4 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable pengalaman auditor menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05.
62
Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya. Tabel 4.5 Uji Validitas Variabel Lamanya Proses Audit Pernyataan
Sig
Pearson Correlation
Keterangan
LPA1
0.000
0.853**
Valid
LPA2
0.000
0.874**
Valid
LPA3
0.000
0.770**
Valid
LPA4
0.000
0.772**
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.5 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable lamanya proses audit menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya. Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Jumlah Klien Pernyataan
Sig
Pearson Correlation
Keterangan
JK1
0.000
0.857**
Valid
JK2
0.000
0.826**
Valid
JK3
0.000
0.857**
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.6 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable jumlah klien menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
63
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Ukuran Kekayaan Dan Kesehatan Keuangan Klien Pernyataan
Sig
Pearson Correlation
Keterangan
UKK1
0.000
0.896**
Valid
UKK2
0.000
0.880**
Valid
UKK3
0.000
0.918**
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.7 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.. Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Audit fee Pernyataan
Sig
Pearson Correlation
Status
AF1
0.000
0.796**
Valid
AF2
0.000
0.775**
Valid
AF3
0.000
0.764**
Valid
AF4
0.000
0.821**
Valid
AF5
0.000
0.848**
Valid
AF6
0.004
0.426**
Valid
Sumber : Data diolah
64
Tabel 4.8 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable audit fee menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya. Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Kualitas Audit Pernyataan
Sig
Pearson Corelation
Keterangan
KUA1
0.000
0.831**
Valid
KUA2
0.000
0.841**
Valid
KUA 3
0.000
0.602**
Valid
KUA 4
0.000
0.722**
Valid
KUA 5
0.000
0.657**
Valid
KUA 6
0.000
0.659**
Valid
KUA 7
0.000
0.570**
Valid
KUA 8
0.000
0.533**
Valid
KUA 9
0.000
0.670**
Valid
KUA 10
0.000
0.860**
Valid
KUA 11
0.000
0.828**
Valid
KUA 12
0.000
0.685**
Valid
Sumber : Data diolah Tabel 4.9 diatas menjelaskan bahwa total skor construct variable kualitas audit menunjukkan hasil yang signifikan yaitu dibawah 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid sehingga bisa disertakan dalam penelitian berikutnya.
65
2. Uji Reliabiltas Tabel 4.10 Uji Reliabiltas Variabel Independensi Cronbach’s Alpha
0.911
Cronbach’s Alpha Based on standarized Items 0.923
N of items 20
Sumber : Data diolah Tabel 4.10 diatas menjelaskan bahwa variabel independensi memberikan nilai
cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 92,3%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel. Tabel 4.11 Uji Reliabiltas Variabel Keahlian Auditor Cronbach’s Alpha
0.919
Cronbach’s Alpha Based on standarized Items 0.920
N of items
5
Sumber : Data diolah Tabel 4.11 diatas menjelaskan bahwa variabel keahlian auditor memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 92%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.
66
Tabel 4.12 Uji Reliabiltas Variabel Pengalaman Auditor Cronbach’s Alpha
0.877
Cronbach’s Alpha Based on standarized Items 0.882
N of items
5
Sumber : Data diolah Tabel 4.12 diatas menjelaskan bahwa variabel pengalaman auditor memberikan nilai
cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 88,2%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel. Tabel 4.13 Uji Reliabiltas Variabel Lamanya Proses Audit Cronbach’s Alpha
0.823
Cronbach’s Alpha Based on standarized Items 0.835
N of items
4
Sumber : Data diolah Tabel 4.13 diatas menjelaskan bahwa variabel lamanya proses audit memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 83,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.
67
Tabel 4.14 Uji Reliabiltas Variabel Jumlah Klien Cronbach’s Alpha
0.802
Cronbach’s Alpha Based on standarized Items 0.802
N of items
3
Sumber : Data diolah Tabel 4.14 diatas menjelaskan bahwa variabel jumlah klien memberikan nilai
cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 80,2%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel. Tabel 4.15 Uji Reliabiltas Variabel Ukuran Kekayaan Dan Kesahatan Keuangan Klien Cronbach’s Alpha
0.880
Cronbach’s Alpha Based on standarized Items 0.880
N of items
3
Sumber : Data diolah Tabel 4.15 diatas menjelaskan bahwa variabel ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien memberikan nilai cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 88%. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.
68
Tabel 4.16 Uji Reliabiltas Variabel Audit Fee Cronbach’s Alpha
0.804
Cronbach’s Alpha Based on standarized Items 0.836
N of items
6
Sumber : Data diolah Tabel 4.16 diatas memberikan nilai
menjelaskan bahwa
variabel
audit
fee
cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 83,6%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel. Tabel 4.17 Uji Reliabiltas Variabel Kualitas Audit Cronbach’s Alpha
0.909
Cronbach’s Alpha Based on standarized Items 0.908
N of items
12
Sumber : Data diolah Tabel 4.17 diatas menjelaskan bahwa variabel kualitas audit memberikan nilai
cronbach’s alpha > 0,600 yaitu sebesar 90,8%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan kepada responden dinyatakan reliabel.
69
D. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis grafik Normal P-P Plot data yang ditunjukan menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi dapat dikatakan memenuhi syarat asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil dari uji analisis grafik normal P-P Plot: Gambar 4.1 Output Pengujian Normalitas Data Histogram
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KLTS
Dependent Variable: KLTS
12 1.0 10 0.8 8 0.6
6 4
0.4
2
0.2
0
0.0 -4
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Mean =-4.55E15 Std. Dev. =0. 917…
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 .0
Observed Cum Prob
Sumber data diolah
Berdasrkan P-P Plot grafik diatas dapat dilihat bahwa data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah
garis
diagonal.
Begitupun
dengan
grafik
histogramnya
menunjukan pola distribusi normal. Maka data layak digunakan dalam statistik parametrik karena memenuhi asumsi normalitas.
70
2. Uji Multikolinearitas Tabel 4.18 dibawah ini menyajikan hasil multikolinearitas. Tabel 4.18 Uji Multikolinearitas Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) IND KEA PEA LPRO JUM KKK AUDF
B 11.705 .244 .404 .677 .159 -.045 .283 -.399
Std. Error 12.278 .094 .193 .216 .211 .294 .260 .228
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
.373 .218 .354 .088 -.016 .123 -.254
.953 2.610 2.087 3.137 .755 -.151 1.091 -1.750
Sig. .347 .013 .044 .003 .455 .880 .282 .088
Tolerance
VIF
.479 .898 .770 .724 .892 .768 .466
2.089 1.114 1.299 1.382 1.120 1.303 2.148
a Dependent Variable: KLTS Sumber : Data diolah Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi maka, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen dan manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
71
Berdasarkan tabel diatas nilai tolerance variabel-variabel independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman auditor (PEA), lamanya waktu atau proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM), ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), serta audit fee (AUDF) berkisar antara 0,466 sampai 0,898 atau lebih besar dari 0,10. Hasil perhitungan nilai tolerance tersebut menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih
dari
10.
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 3.
Uji Heteroskedasitas Dari grafik dapat dilihat bahwa tidak terdapat kemencengan (skewness) pada grafik sehingga bisa dikatakan bahwa data normal. Gambar 4.2 Output Pengujian Heteroskedasitas Scatterplot Dependent Variable: KLTS 2 1 0 -1 -2 -3 -4 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Data diolah
72
Berdasarkan grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi. 4.
Uji Autokorelasi Tabel 4.19 dibawah ini merupakan hasil output uji autokorelasi. Tabel 4.19 Uji Autokorelasi Model Summary(b)
Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson 1 .798(a) .637 .569 2.695 2.095 a Predictors: (Constant), AUDF, JUM, PEA, KEA, LPRO, KKK, IND b Dependent Variable: KLTS Sumber : Data diolah Pada tabel diatas nilai dari Durbin-Watson (DW) bernilai 2.095 nilai ini akan di bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikasi 5%, jumlah sampel 45 (n) dan jumlah variabel independen 7 (k=7),
maka dari tabel Durbin Watson
didapatkan nilai dl (batas bawah) sebesar 1,189 dan du (batas atas) sebesar 1,895. Karena nilai DW 2.095 lebih besar dari batas atas (du) 1,895 dan kurang dari 7-1,895 atau berada pada wilayah du
73
E. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan tingkat signifikansi
=0,05 yang terdiri dari :
pengujian korelasi, atau koefisien determinasi, uji F, dan uji t. 1. Hasil Uji Korelasi Dan Determinasi (R2) Tabel 4.20 Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summary(b) Adjusted DurbinStd. Error of R R Square R Square the Estimate Watson Model 1 .798(a) .637 .569 2.695 2.095 a Predictors: (Constant), AUDF, JUM, PEA, KEA, LPRO, KKK, IND b Dependent Variable: KLTS Sumber : Data diolah Koefisien determinasi menunjukan seberapa
besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai adjusted R2 menunjukan 0,569 atau sama dengan 56,9% jumlah prediksi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dijelaskan dengan menggunakan variabel independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman auditor (PEA), lamanya waktu atau proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM), ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), serta audit fee (AUDF). Sedangkan sisanya 43,1% dijelaskan oleh faktor lainnya. Faktor-faktor
penyebab
lainnya
yang
diprediksi
dapat
mempengaruhi kualitas audit adalah seperti yang diungkapkan dalam penelitian-penelitian terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah (2003), faktor-faktor tersebut adalah adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit, tingkat perencanaan kualitas
74
audit, serta ukuran KAP karena perusahaan audit yang besar lebih mampu menangkap signal akan penyelewengan keuangan yang terjadi dan mengungkapkannya dalam pendapat audit mereka. 2. Koefisien Regresi Tabel 4.21 dibawah ini menyajikan output hasil uji t untuk faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas audit. Tabel 4.21 Uji t untuk Kualitas Audit a Coefficients Unstandardized Coefficients Model (Constant) 1 IND KEA PEA LPRO JUM KKK AUDF
B Std. Error 11.705 12.278 .244 .094 .404 .193 .677 .216 .159 .211 -.045 .294 .283 .260 -.399 .228
Standardized Coefficients Beta .373 .218 .354 .088 -.016 .123 -.254
Collinearity Statistics T .953 2.610 2.087 3.137 .755 -.151 1.091 -1.750
Sig. .347 .013 .044 .003 .455 .880 .282 .088
Tolerance .479 .898 .770 .724 .892 .768 .466
a Dependent Variable: KLTS Sumber : Data diolah Berdasarkan hasil tabel 4.17 diatas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi yaitu: Y= a + b1X1 +b 2X2 + b3X3+b 4 X4 - b5X 5+ b 6X6 - b7 X7 Y = 11,705+ 0,244 X1 + 0,404 X2 + 0,677 X3 + 0,159 X4 - 0,045 X5 + 0,283 X6 – 0,399 X7
75
VIF 2.089 1.114 1.299 1.382 1.120 1.303 2.148
Hasil diatas dapat dijelaskan bahwa Nilai konstanta sebesar 11,705 menyatakan bahwa jika variabel independen yaitu IND, KEA, PEA, LPRO, JUM, KKK, AUDF dianggap konstan (tidak ada penambahan), maka rata-rata kualitas audit sebesar 1170,5%. Selanjutnya nilai koefesien independensi auditor sebesar 0,244 menunjukkan bahwa setiap penambahan independensi auditor sebesar 1% akan meningkatkan kualitas audit sebesar 24,4%. Nilai koefesien keahlian
auditor
sebesar
0,404
menunjukkan
bahwa
setiap
penambahan keahlian auditor sebesar 1% akan meningkatkan kualitas audit sebesar 40.4%. Nilai koefisien pengalaman auditor sebesar 0,677 menunjukkan bahwa setiap penambahan pengalaman auditor sebesar 1% akan meningkatkan kualitas audit sebesar 67,7%. Nilai koefisien
lamanya
waktu
atau
proses
audit
sebesar
0,159
menunjukkan bahwa setiap penambahan LPRO sebesar 1% akan meningkatkan kualitas audit sebesar 15.9%. Nilai koefisien jumlah klien sebesar – 0,045 menunjukkan bahwa setiap penambahan jumlah klien sebesar 1% akan menurunkan kualitas audit sebesar 4,5%. Nilai koefisien ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien sebesar 0,283 menunjukkan bahwa setiap penambahan ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien sebesar 1% akan meningkatkan kualitas audit sebesar 28,3%. Nilai koefisien audit fee sebesar – 0,045 menunjukkan bahwa setiap penambahan audit fee sebesar 1% akan menurunkan kualitas audit sebesar 4,5%.
76
Berdasarkan hasil persamaan regresi linier berganda, hasil penelitian ini menunjukan bahwa independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman auditor (PEA), lamanya proses audit (LPRO) dan ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit (KLTS). Artinya semakin besar nilai dari variabel-variabel independen tersebut, maka akan semakin meningkatkan kualitas audit (KLTS). Sedangkan variabel jumlah klien (JUM) dan audit fee (AUDF) memiliki pengaruh yang negatif terhadap kualitas audit (KLTS). 3. Uji t-statistik Uji t-Statistik digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel-variabel independen. 1) Variabel independensi Hasil
uji t
untuk
variabel
independensi
mempunyai
signifikansi 0,013 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel independensi lebih kecil dari 0,05 maka HI di terima.
Dengan
demikian,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
independensi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh independensi terhadap kualitas audit ini disebabkan karena akuntan publik yang memiliki sikap independensi yang tinggi akan berusaha memberikan opini atau pendapat atas audit yang dilakukannya dengan objektif dan tidak memihak kepada kepentingan
77
klien. Selain itu independensi akuntan publik merupakan salah satu karakter yang sangat penting untuk profesi akuntan publik didalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi terhadap kliennya.
Pada saat
melaksanakan pemeriksaan akuntansi, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. (Trisnaningsih, 2007:15). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramy dan Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003), yang menyebutkan bahwa independensi mempunyai pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kualitas audit. Karena auditor yang independen akan merencanakan tingkat kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang kurang independen. Penelitian mengenai kualitas audit juga di lakukan oleh Liliek (2008), yang menyebutkan bahwa independensi mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit. Pengaruh independensi terhadap
78
kualitas audit ini disebabkan karena independensi merupakan suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun. Hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya sesuai dengan teori yang terdapat dalam Boynton (2003:103), yang menyatakan bahwa seorang auditor harus mempertahankan sikap bebas dari pertentangan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professionalnya. Karena independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana kompetennya seorang auditor dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka yang mengandalkan laporan auditor tersebut apabila auditor tersebut tidak independent. 2) Variabel keahlian auditor (KEA) Hasil uji t untuk variabel keahlian auditor mempunyai signifikansi 0,044 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel keahlian auditor lebih kecil dari 0,05 maka H 2 di terima. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa keahlian auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. hal ini disebabkan karena jika seorang akuntan publik memiliki keahlian yang memadai seperti yang di jelaskan dalam standar audit maka akuntan
79
publik tesebut dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyelesaian audit, sehingga hasil dari audit yang mereka lakukan menjadi lebih berkualitas. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Liliek
(2008)
juga
menyebutkan bahwa kompetensi atau keahlian auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit, hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat di capai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Keahlian auditor merupakan aspekaspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (1) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (3) mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi
80
dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Sehingga audit yang dilakukan menjadi lebih berkualitas. (Boynton, 2003:61). 3) Variabel pengalaman auditor (PEA) Hasil uji t untuk variabel pengalaman auditor mempunyai signifikansi 0,003 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel pengalaman auditor lebih kecil dari 0,05 maka H 3 diterima.
Dengan
demikian,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan karena semakin berpengalaman seorang akuntan publik, maka akuntan publik tersebut dapat mengembangkan kemampuannya dalam melakukan tugas audit dan semakin peka dan cepat tanggap dalam mendeteksi adanya kekeliruan. Selain itu semakin berpengalaman seorang akuntan publik, maka tingkat kesalahan dalam melaksanakan tugas audit akan dapat diminimalisasi.
(Ni Made Dwi
Ratnadi:2005). Penelitian yang dilakukan oleh Tubbs (1992) dalam Putri Noviyani (2002) juga menyatakan
bahwa pengalaman
auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, karena jika seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi
81
sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat dalam Boynton (2003:61), yang menjelaskan bahwa dalam memenuhi standar audit seorang auditor berpengalaman harus secara kritis melakukan review atas pekerjaan yang dikerjakan dan pertimbangan yang digunakan oleh personil kurang berpengalaman yang turut mengambil bagian dalam audit. Karena auditor berpengalaman lebih banyak menemukan itemitem
yang tidak
umum
dibandingkan
dengan
yang
kurang
berpengalaman. Sehingga auditor yang lebih berpengalaman akan menyajikan audit yang lebih berkualitas. 4) Variabel lamanya waktu/proses audit (LPRO) Hasil uji t untuk variabel lamanya waktu/proses audit mempunyai signifikansi 0,455 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel lamanya waktu/proses audit lebih besar dari 0,05 maka H4 ditolak. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa lamanya waktu/proses audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian terdahulu Deis & Geiroux (1992) dalam Nasrullah (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara lamanya waktu/proses audit dengan kualitas audit, berbeda dengan penelitian yang sekarang bahwa
82
tidak ada pengaruh yang signifikan antara lamanya waktu/proses audit dengan kualitas audit. Hal ini disebabkan karena lamanya proses audit biasanya berhubungan
dengan ukuran
perusahaan klien,
karena ukuran
perusahan yang lebih besar biasanya memiliki pos-pos akuntansi yang lebih banyak sehingga waktu penelusuran yang dibutuhkan juga lebih lama. Akan tetapi dalam hal ini lamanya proses audit yang dilakukan akuntan publik dalam mengaudit klien yang memiliki perusahaan besar, tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Artinya, walaupun akuntan publik itu mengaudit perusahaan besar atau kecil, kalau mereka tidak memiliki keahlian yang memadai maka proses audit yang dilakukannya akan semakin lama. Dalam (SAK, 2002: SAK kerangka dasar paragraf 43). Keterlambatan penyelesaian audit dapat disebabkan karena akuntan publik berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan. Sehingga lamanya proses audit bukan menjadi suatu alasan mengapa audit yang dilakukannya tidak berkualitas. Hal itu bisa saja disebabkan karena akuntan publik tersebut tidak kompeten dan independen dalam menjalankan tugasnya. 5) Variabel jumlah klien (JUM) Hasil uji t untuk
variabel jumlah
klien mempunyai
signifikansi 0,880 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel jumlah klien lebih besar dari 0,05 maka H5 ditolak.
83
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah klien tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian terdahulu De Angelo (1981) dalam Nasrullah (2003) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah klien dengan kualitas audit, berbeda dengan penelitian yang sekarang bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah klien dengan kualitas audit. Hal ini dikarenakan baik Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mempunyai jumlah klien yang banyak atau sedikitpun mereka akan berusaha melakukan audit dengan semaksimal mungkin sehingga dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Mereka akan mempertahankan atau menjaga reputasi mereka agar tetap di percaya oleh klien mereka sehingga para klien tersebut tetap mau menggunakan jasa para akuntan publik tersebut. Seorang auditor tidak diwajibkan untuk melaksanakan audit laporan keuangan untuk setiap entitas yang memintanya. Dalam menerima suatu perikatan, seorang auditor memiliki tanggung jawab professional terhadap masyarakat, klien, dan anggota profesi akuntan publik lainnya. Auditor harus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dengan mempertahankan sikap independensi, integritas, dan objektivitas. Kepentingan klien harus dipenuhi dengan kompetensi dan perhatian professional. Sehingga baik kantor akuntan publik yang mempunyai jumlah klien yang banyak atau sedikitpun mereka harus melaksanakan tugasnya dengan semaksimal mungkin,
84
karena auditor memiliki suatu tanggung jawab untuk meningkatkan reputasi profesi dan kemampuannya untuk melayani masyarakat. (Boynton, 2003:272). 6) Variabel ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK) Hasil uji t untuk variabel ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien mempunyai signifikansi 0,282 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien lebih besar dari 0,05 maka H 6 ditolak. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian terdahulu Deis & Geiroux (1992) dalam Nasrullah
(2003)
menyatakan
bahwa terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien dengan kualitas audit, Akan tetapi korelasinya menunjukkan hubungan yang negatif dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien maka ada kecenderungan klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar. Berbeda dengan penelitian yang sekarang bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara Ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien dengan kualitas audit. Hal ini disebabkan karena seorang akuntan publik yang mengaudit klien yang mempunyai ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan yang lebih tinggi ataupun tidak, akuntan publik tersebut harus melakukan audit tersebut sesuai
85
dengan prosedur atau standar audit dan tidak melupakan kode etiknya sebagai auditor, sehingga tidak ada kesempatan bagi klien untuk menekan akuntan publik tersebut. Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan gambaran perilaku auditor, termasuk di dalamnya adalah: (a) pernyataan etika profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi kualitas yang buruk, (c) figur dan visibility untuk mempertahan profesi, (d) Auditing berada (menjadi) anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi auditor dengan kelompok Professional Peer Groups, dan (f) Normal internasional profesi auditor. (Deis & Geiroux, 1992 dalam Nasrullah, 2003). Dalam peraturan kode etik auditor nomor 203 tentang prinsipprinsip akuntansi dikatakan bahwa seorang akuntan publik tidak dibenarkan untuk menyatakan pendapat atau meyakinkan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain dari setiap entitas yang diauditnya telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau menyatakan bahwa ia tidak mengetahui setiap modifikasi material yang telah dilakukan pada laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, apabila laporan atau data tersebut mengandung penyimpangan dari prinsip akuntansi yang telah ditetapkan oleh badan berwenang yang ditunjuk oleh dewan untuk menyusun prinsip-prinsip yang
86
mempunyai dampak material terhadap keseluruhan laporan atau data. Oleh karena itu akuntan publik yang mengaudit klien yang mempunyai ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan yang lebih tinggi ataupun tidak, auditor tersebut harus tetap melakukan audit sesuai dengan standar dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum agar hasil audit yang dilakukannya lebih berkualitas. (Boynton, 2003:117). 7) Variabel audit fee (AUDF) Hasil uji t untuk variabel audit fee mempunyai signifikansi 0,088 yang berarti lebih besar dari 0,05. Karena nilai hasil uji t untuk variabel audit fee lebih besar dari 0,05 maka H7 ditolak. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa audit fee tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian terdahulu Ramy & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah
(2003)
menyatakan
bahwa terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara audit fee dengan kualitas audit, karena audit fee yang besar
akan
merencanakan
kualitas
audit
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan audit fee yang lebih rendah. berbeda dengan penelitian yang sekarang bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara audit fee dengan kualitas audit. Hal ini disebabkan karena yang menentukan imbalan atau fee yang diterima auditor adalah akuntan publik itu sendiri dengan jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku dan tentunya dengan kesepakatan dari klien. Imbalan jasa yang
87
terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh
auditor/akuntan
auditor/akuntan
lain,
akan
pendahulu atau diajukan oleh
menimbulkan
keraguan
mengenai
kemampuan dan kompetensi Anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuntan publik tidak akan menetapkan fee lebih rendah dari akuntan pendahulu dengan alasan akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi akuntan publik dalam menerapkan standar teknis dan standar profesional yang berlaku. Sehingga berapapun besanya fee yang mereka terima tidak akan mempengaruhi hasil kerja mereka. Karena pada awalnya akuntan publik tersebut sudah mengetahui imbalan yang akan mereka terima. (Aron Simanjuntak:2008). . Berdasarkan pada hasil uji t-statistik, hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman audit (PEA) berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (KLTS). Sedangkan untuk variabel-variabel independen lainnya yaitu, lamanya proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM), ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), dan audit fee (AUDF) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (KLTS). Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Liliek (2008) yang menunjukan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi kualitas audit adalah independensi dan kompetensi
88
auditor. Pengalaman auditor juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, dan audit fee tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Akan tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Deis dan Giroux (1992) dalam Nasrullah (2003) yang menyimpulkan bahwa jumlah klien, lamanya proses audit, serta ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Serta penelitian yang dilakukan oleh Ramy & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003), yang menyatakan bahwa audit fee berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 4. Hasil Uji F Tabel 4.22 Uji F Statistik Anova(b) Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 472.296 268.681 740.978
Df 7 37 44
Mean Square 67.471 7.262
F 9.291
Sig. .000(a)
a Predictors: (Constant), AUDF, JUM, PEA, KEA, LPRO, KKK, IND b Dependent Variable: KLTS Sumber: Data diolah
Uji F Statistik pada dasarnya digunakan untuk melihat apakah variabel independen dapat memprediksi atau memiliki pengaruh terhadap variabel dependen sebagai variabel yang dipengaruhi. Dengan syarat jika probabilitas memenuhi taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05. Dari hasil
89
pengujian Anova atau F test didapat nilai F hitung sebesar 9,291 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit atau dapat dikatakan bahwa independensi, kompetensi auditor, pengalaman auditor, lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee secara bersamasama berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasrakan hasil uji F, hasil penelitian ini menunjukan bahwa bahwa independensi, kompetensi auditor, pengalaman auditor, lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah (2003) yang menunjukan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara seluruh variabel independen (Tenure, Jumlah klien, Kesehatan keuangan klien, adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit, independen auditor yang efisien, Level of Audit fees, Tingkat perencanaan kualitas audit) terhadap variabel
dependen
kualitas audit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa independensi, kompetensi auditor, pengalaman auditor, lamanya proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee secara bersamasama berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin seorang akuntan publik itu bersikap independen maka opini atau pendapat yang dihasilkan
90
atas pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik tersebut dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sekar Mayang Sari (2003: 6) menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya,
yang bertentangan
dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak laya
k. Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan
-temuan hanya
berdasarkan bukti yang ada. Kompetensi auditor secara bersama-sama mempengaruhi kualitas audit. Semakin tinggi kompetensi atau keahlian seorang auditor maka dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyelesaian audit , karena auditor dengan keahlian yang tinggi akan mampu meminimalisasi tingkat kesalahan. Dalam SPAP dijelaskan tentang standar aud
it diantaranya
adalah: 1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama 2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan bukti audit yang cukup dan kompeten.
91
3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi
yang
berlaku
umum,
pernyataan
mengenai
ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Pengalaman auditor secara bersama-sama mempengaruhi kualitas audit, karena auditor dengan pengalaman yang banyak maka: (1) auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim, dan (4) tingkat kesalahan dalam audit dapat diminimalisasi, dan dapat menyelesaikan audit tepat waktu (Ni Made: 2005). Lamanya proses audit secara bersama-sama mempengaruhi kualitas audit hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deis & Geiroux (1992) dalam Nasrullah (2003) yang menyebutkan bahwa lamanya waktu atau proses audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas audit, karena semakin lama seorang auditor telah melakukan audit, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin rendah, karena auditor menjadi kurang memiliki tantangan dan prosedur audit yang dilakukan kurang inovatif atau mungkin gagal untuk mempertahankan sikap professional skepticism. Jumlah klien secara bersama-sama mempengaruhi kualitas audit karena auditor dengan jumlah klien yang banyak biasanya akan menjaga
92
reputasinya. Lennox (1999), menyatakan bahwa perusahaan audit yang besar dengan jumlah klien yang banyak lebih mampu menangkap signal akan penyelewengan keuangan yang terjadi dan mengungkapkannya dalam pendapat audit mereka. Ukuran dan kekayaan atau kesehatan keuangan klien juga berkorelasi dengan kualitas audit. Korelasinya menunjukkan hubungan yang negatif, dengan asumsi bahwa semakin sehat keuangan klien, maka ada kecendrungan klien tersebut untuk menekan auditor untuk tidak mengikuti standar. Kemampuan auditor untuk bertahan dari tekanan klien adalah tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan gambaran perilaku auditor, termasuk di dalamnya adalah : (a) pernyataan etika profesional, (b) kemungkinan untuk dapat mendeteksi kualitas yang buruk, (c) figur dan visibility untuk mempertahan profesi, (d) Auditing berada (menjadi) anggota komunitas profesional, (e) tingkat interaksi auditor dengan kelompok Professional Peer Groups, dan (f) Normal internasional profesi auditor. (Nasrullah: 2003). Audit fee secara bersama-sama dapat mempengaruhi kualitas audit. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramy & Haim Falk (1996) dalam Nasrullah (2003) yang menerangkan bahwa audit fee yang lebih tinggi akan merencanakan audit kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan audit fee yang lebih kecil. Ketika seorang auditor melaksanakan tuganya untuk mengaudit perusahaan, maka diperlukan perencanaan untuk memperhitungkan biaya
93
yang akan dikeluarkan atas jasa yang telah diterima klien dan waktu yang akan digunakan untuk melaksanakan proses audit. Besarnya fee audit ditentukan oleh banyak faktor. Namun demikian, pada dasarnya terdapat 4 faktor dominan yang menentukan besarnya fee audit, yaitu (Abdul Halim, 2001:89): (1) Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal, dan lain-lain, (2) Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain, (3) Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain, (4) Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi dengan internal auditor, dan lain-lain.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
94
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meneliti
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kualitas audit. Faktor-faktor tersebut adalah (1) independensi, (2) keahlian auditor, (3) pengalaman auditor, (4) lamanya waktu/proses audit, (5) jumlah klien, (6) ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien, (7) audit fee. Responden pada penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) dan sudah pernah melakukan perikatan dengan klien. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 45 orang. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Independensi auditor, kompetensi/keahlian auditor, pengalaman auditor, lamanya waktu/proses audit, jumlah klien, ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien serta audit fee secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. b. Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kualitas audit adalah variabel independensi auditor. Karena menyebutkan bahwa independensi
pada penelitian sebelumnya
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, sedangkan dari hasil uji t dalam penelitian ini variabel yang paling signifikan adalah pengalaman auditor karena variabel tersebut memiliki nilai sifgnifikan paling rendah yaitu sebesar 0.003 sehingga pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. B. Implikasi Implikasi pada peneli tian95 in i didasarkan dari kesimpulan ba hwa faktor-faktor independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman auditor
95
(PEA), lamanya proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM), ukuran kekayaan dan kesahatan keuangan klien (KKK), serta audit fee (AUDF) secara bersamasama dapat mempengaruhi kualitas audit. Implikasinya adalah sebagai berikut: 1. Membantu para akuntan publik dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit, sehingga diharapkan dapat
menjadi
pedoman atau acuan oleh para akuntan publik tersebut dalam membangun audit yang berkualitas. 2. Memberikan informasi kepada para akuntan publik tentang faktor apa saja yang membuat suatu audit itu berkualitas dan cara membangun kualitas itu sendiri diantaranya
adalah: (1)
Perlunya
melanjutkan pendidikan
profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan pelatihan yang hubungannya
memadai dengan
untuk
penugasan
melaksanakan audit
selalu
audit.
(2)
Dalam
mempertahankan
independensi dalam sikap mental, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. (3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor tersebut menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. (4) Membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, jika tidak maka harus dinyatakan dalam laporan audit. 3. Menambah literatur penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit diantaranya adalah independensi (IND), keahlian auditor
96
(KEA), pengalaman auditor (PEA), lamanya proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM), ukuran kekayaan dan kesahatan keuangan klien (KKK), serta audit fee (AUDF). Selain itu, penelitian ini bisa jadi bahan masukan bagi Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai organisasi profesi akuntan publik dalam memenuhi tuntutan profesionalisme akuntan publik dalam berpraktek. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dan untuk penelitian-penelitian selanjutnya penulis memberi saran-saran antara lain: 1. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperbanyak responden dalam penelitian dan memperluas area survey tidak hanya pada satu wilayah saja, sehingga hasil penelitian lebih dapat digeneralisasi. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya melibatkan responden tidak hanya dari kalangan akuntan publik saja, tetapi juga dari para pemakai jasa akuntan publik agar hasil penelitian lebih objektif. 3. Penelitian ini hanya menggunakan beberapa kombinasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit diantaranya independensi (IND), keahlian auditor (KEA), pengalaman auditor (PEA), lamanya proses audit (LPRO), jumlah klien (JUM), ukuran kekayaan dan kesehatan keuangan klien (KKK), serta audit fee (AUDF).
Peneliti selanjutnya
diharapkan
mengidentifikasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit diantaranya adalah adanya pihak ketiga yang akan melakukan review atas laporan audit audit serta tingkat perencanaan kualitas audit.
97
4. Pada penelitian selanjutnya waktu penelitian untuk responden akuntan publik sebaiknya jangan dilakukan pada kurun waktu bulan Januari-April, karena pada waktu-waktu tersebut merupakan waktu sibuk bagi akuntan publik untuk mengaudit sehingga tingkat pengembalian data dari akuntan publik pada kurun waktu tersebut sangat minim.
DAFTAR PUSTAKA Abdul, Halim. “Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan)”, Jilid 1, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001. Abdul, Hamid. “Pedoman penulisan skripsi” , Jakarta, fakultas ilmu ekonomi dan sosial UIN Syarif Hidayatullah, 2007.
98
Agoes, Sukrisno.“Auditing (Pemeriksaan Akuntan)” oleh Kantor Akuntan Publik Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta, 2004. Amin Widjaja Tunggal. “Dasar-Dasar Audit Operasional”, harvarindo, Jakarta, 2008. Arens, Alvin A dan Loebbecke, James K. “Auditing: An Integrated Approach”. 8th edition: Prentice-Hall, Ney Jersey, 2000. Arens, Alvin A, Randal J, Elder, dan Mark S, Beasley. “Auditing dan Jasa Assurance” Edisi ke Dua belas Jilid 1, Terjemah Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta, 2008. Aron Simanjuntak, “Audit fee” artikel diakses tanggal 30 juli 2009, dari http://www-wordpress.com. Boynton, W.C, Johnson, R.N., and Kell, W.G.” Modern Auditing.” 7’th Edition John Wiley & Sons, Inc, Amerika, 2001. Deis, Donald R. Jr & Gary A.Giroux. “Determinants of Audit Quality in the Public Sector”, The Accounting Review, Vol 67, No.3, 1992. Elitzur Ramy & Haim Failk. “Planned Audit Quality”, Journal of Accounting & Public Policy 15.247-269, North Holland, 1996. Gul, Ferdinand, A. “Banker’s perceptions of factors affecting auditor independence accounting, auditing and accountancy journal vol. 2, no. 3”, 1989. Hariri, Maslichah, “Pengaruh Audit Fee dan Kesadaran Etis Terhadap Perilaku Auditor Ekstern dalam Situasi Konflik Audit pada Kantor Akuntan Publik di Malang”, Vol 3 No. 1, Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen Dan Akuntansi, 2006. Hery, Halomoan. “Analisis Efektivitas Perlakuan Independensi Akuntan Publik dalam Membangun Kualitas Audit”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Hogan, C.E. “Cost and Benefits of Audit Quality in The IPO Market: A Self Selection Analysis”. The Accounting Review, 1997. Husein, Umar. “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Edisi Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jak9a9rta, 2008. Ida, Suraida. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Resiko Audit Terhadap Skeptisme Professional Auditor Dan Ketepatan Pemberian
99
Opini Akuntan Public”, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung, 2005. I Gusti, Agung Rai. “Audit Kinerja pada Sektor Public”, Salemba Empat, Jakarta 2008. Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Akutansi Keuangan” Per 1 Januari 2001, Cetakan Kesatu , Salemba Empat, Jakarta, 2002. Imam, Ghozali.”Aplikasi Analisis Multivariate Universitas Diponegoro, Semarang:2005
Dengan Program SPSS”,
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang.”Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajeman”,Yogyakarta,2002. Knapp. M. “Audit Conflict an Empirical Study of the Perceived Ability of the Auditor to Resist Management Pressure” The Accounting Review, April, 1985. Lasmahadi, A. “Sistem Manajemen SDM Berbasis Kompetensi”. http://www.epsikologi.com, 2000. Liliek Purwanti. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi”, Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya Malang, 2008. Mautz, R.K. dan Neary, R.D. “Coorporate Audit Committee- Quo Vadis” the accounting review, Oktober, 1979. Mayang, Sari. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasi Eksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6. No. 1. Januari, p. 1-22, 2003. Meifida, Ilyas. “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgment”, Universitas Satya Negara Indonesia, 2006. Mulyadi. “Auditing”, Buku Satu, Edisi ke-6, Universitas Gajah Mada, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Nasrullah Djamil. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Sektor Public Dan Beberpa Karakteristik Untuk Meningkatkannya”, STIE nasional Banjarmasin, 2003. Ni Made Dwi Ratnadi. “Pengaruh Independensi, Keahlian Professional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektifitas Struktur Pengendalian Internal”, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 2005.
100
Putri Noviani,. “Pengaruh pengalaman dan dan pelatihan pada struktur pengetahuan auditor tentang kekeliruan”, Simposium Nasional Akuntansi 5. Semarang. 2002. Ridwan. “Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula”. Cetakan Pertama, Alfabeta, Bandung, 2005. Santoso, S. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametik”, PT. Elex Media Komputindo. Jakarta, 2002. Sawyer, Lawrence B. “Internal Auditing” edisi 5. Salemba Empat .Jakarta, 2005. Schulz, J.J dan Gustavon, S.D. “Actuaries Perceptions Of Variables Affecting The Independent Auditors Legal Liability” the accounting review, July, 1987. Shockley, R.A.” Perceptions of Auditor Independency an Empirical Analysis” The Acconting Review, Oktober, 1981. Sugiono. ”Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 1999. Susan, Irawati. “Auditing”, Cetakan Kesatu, Pustaka, Bandung, 2008. Susanto,A B. ”competency based HRM”. http//www.jakartaconsultinggroup.com. Supriyono, R. A. “Pemeriksaan akuntan (auditing): faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik”. 1988. Tuanakotta, T.M. ”Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta,1982. Wulandari, soliyah. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor Eksternal Menurut Persepsi Bankir” Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
101
LAMPIRAN 1 KUESIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)
Oleh: Kurrotul Aini NIM : 205082000225
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
102
LAMPIRAN 2
HASIL TRY OUT UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
103
LAMPIRAN 3
HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
104
LAMPIRAN 4
HASIL UJI ASUMSI KLASIK DAN UJI HIPOTESIS
105
A. Identitas Responden Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya harapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri untuk mengisi data-data berikut ini: Nama KAP
:
Umur responden
:
Jenis kelamin
: ( ) Pria
( ) Wanita
Pendidikan terakhir
: ( ) D3
( ) S1
Jabatan di KAP
: ( ) Auditor Yunior ( ) Auditor senior ( ) Supervisor
( ) S2
( ) Manager
( ) Partner Lama bekerja
: ( ) < 1 tahun ( ) 6-10 tahun
( ) 1-5 tahun ( ) 11-20 tahun
( ) 21 tahun atau lebih B. Cara Pengisian Kuesioner Pernyataan-pernyataan dibawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat anda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Pada setiap pertanyaan telah disediakan bagian lima poin skala disampingnya dengan keterangan sebagai berikut: 1. Sangat tidak setuju
(STS)
2. Tidak setuju
(TS)
3. Netral
(N)
4. Setuju
(S)
5. Sangat setuju
(SS)
Anda diminta untuk memberikan jawaban yang tersedia di samping pertanyaan sesuai dengan jawaban/keadaan anda dengan cara memberi tanda silang (X).
C. Daftar Pertanyaan INDEPENDENSI No 1
2
3
Pertanyaan Dalam melaksanakan audit, akuntan publik memiliki rasa percaya diri Dalam melaksanakan audit, akuntan publik memiliki kemampuan dan keahlian Dalam melaksanakan audit, akuntan publik bersikap jujur dan adil Akuntan publik harus objektif dalam
4
memberikan pertimbangan atau saran terhadap klien Rasa tanggung jawab yang tinggi harus
5
dimiliki oleh seorang akuntan publik dalam melakukan audit
6
7
8
9
10
Akuntan publik tidak memiliki hubungan khusus dengan klien yang diaudit Akuntan publik diberi kebebasan dalam mengaudit Dalam melaksanakan audit seorang akuntan publik bebas dari tekanan klien Akuntan publik tidak memiliki kepentingan keuangan dengan klien yang sedang diaudit Akuntan publik tidak menerima fasilitas yang berlebihan selama melaksanakan audit Akuntan publik memberikan jasa lain selain
11
jasa audit terhadap klien yang sedang diaudit
STS
TS
N
S
SS
Akuntan publik melaksanakan perikatan 12
dengan klien dengan batas waktu 5 tahun saja Akuntan publik tidak diperbolehkan
13
mengaudit laporan keungan perusahaan milik kerabat Opini yang diberikan oleh suatu kantor
14
akuntan publik yang berhubungan lama dengan
klien
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya Dalam setiap perikatan 15
publik
memegang
audit, akuntan
teguh
kode
etik
independensi 16
Sikap
merupakan
ukuran
profesionalisme seorang auditor Sikap
17
independensi
independensi
merupakan
cermin
ketaatan akuntan publik terhadap standar profesi
18
19
20
Independensi diatur sesuai dengan standar profesi akuntan publik KAP mengikuti
standar
ketentuan IAI
tentang independensi personal auditor Adanya sanksi bagi akuntan publik yang tidak independen saat mengaudit
KOMPETENSI/KEAHLIAN AUDITOR No
Pertanyaan Akuntan
1
pendidikan
publik
telah
universitas
STS
TS
N
S
SS
TS
N
S
SS
menyelesaikan formal
untuk
memasuki profesi. Akuntan publik telah melakukan pelatihan 2
praktik/kursus dan mempunyai pengalaman dalam auditing. Akuntan publik telah mengikuti pendidikan
3
profesi
berkelanjutan
selama
karir
professional auditor. Semakin banyak jumlah klien yang diaudit, 4
maka akan meningkatkan kompetensi/kehlian auditor dalam melakukan audit. Semakin kompeten seorang akuntan publik,
5
maka dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyelesaian audit. PENGALAMAN AUDITOR
No
Pertanyaan
STS
Semakin berpengalaman seorang akuntan 1
publik, maka akuntan publik tersebut dapat mengembangkan
kemampuannya
dalam
melakukan tugas audit. Semakin berpengalaman seorang akuntan 2
publik, maka akan semakin peka dan cepat tanggap
dalam
mendeteksi
adanya
kekeliruan. 3
Semakin berpengalaman seorang
akuntan
publik, maka akan dapat menyelesaikan tugas
audit tepat waktu. Semakin berpengalaman seorang 4
akuntan
publik, maka akan mampu menggolongkan kekeliruan berdasarkan tujuan audit dan sistem akuntansi yang melandasinya. Semakin berpengalaman seorang
5
publik,
maka
akuntan
tingkat kesalahan dalam
melaksanakan tugas audit akan dapat diminimalisasi.
LAMANYA PROSES AUDIT No
Pertanyaan
STS
Lamanya proses audit yang dilakukan auditor 1
untuk
menyelesaikan
tugasnya
adalah
tergantung dari tingkat kerumitan tugas audit. Semakin rumit pekerjaan/tugas auditor, maka 2
semakin
lama
pula
proses
audit
yang
dilakukan Semakin lama proses audit yang dilakukan 2
oleh
akuntan
publik,
maka
akan
mempengaruhi kualitas audit. Semakin lama proses audit yang dilakukan 3
oleh akuntan publik,
maka tidak akan
mempengaruhi kualitas audit.
JUMLAH KLIEN
TS
N
S
SS
No 1
2
3
Pertanyaan Semakin
banyak
jumlah
STS klien
TS
N
S
SS
maka
kualitas audit akan semakin baik. Auditor dengan jumlah klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya. Semakin banyak jumlah klien maka tidak akan mempengaruhi kualitas audit.
UKURAN KEKAYAAN DAN KESEHATAN KEUANGAN KLIEN No
Pertanyaan
STS
Ukuran kekayaan atau kesehatan keuangan 1
klien juga berkorelasi dengan kualitas audit. Semakin sehat keuangan klien, maka ada
2
kecendrungan
klien
tersebut
untuk
menekan auditor untuk tidak mengikuti standar. Kemampuan auditor untuk bertahan dari
3
tekanan klien adalah tergantung pada kontrak ekonomi dan kondisi lingkungan dan gambaran perilaku auditor.
AUDIT FEE
TS
N
S
SS
No
Pertanyaan
STS
Jika audit fee dari suatu klien merupakan 1
sebagian besar dari total pendapatan suatu KAP, hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit. Jika audit fee dari suatu klien hanya
2
merupakan
sebagian
kecil
dari
total
pendapatan suatu KAP, hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit. Jika bapak/ibu mengetahui bahwa fee yang diperoleh dari seseorang klien merupakan
3
sebagian besar pendapatan suatu KAP, maka informasi yang disajikan didalam laporan pemeriksaannya lebih bermanfaat dan berkualitas . Jika bapak/ibu mengetahui bahwa fee yang diperoleh dari seseorang klien merupakan
4
sebagian kecil pendapatan suatu KAP, maka informasi yang disajikan didalam laporan pemeriksaannya kurang bermanfaat dan berkualitas. Audit fee yang besar, akan mempengaruhi
5
kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik. Audit
6
fee
yang
mempengaruhi
kecil,
kualitas
tidak audit
akan yang
dilakukan oleh akuntan publik.
KUALITAS AUDIT
TS
N
S
SS
No
Pertanyaan
STS
KAP dan Tim Audit yang mengaudit 1
perusahaan, sudah berpengalaman dalam mengaudit
perusahaan-perusahaan
yang
sejenis KAP dan Tim Audit memiliki pemahaman 2
mengenai industri klien untuk dapat secara efektif mengaudit suatu perusahaan KAP responsif terhadap kebutuhan klien
3
(selain kebutuhan akan opini audit atas laporan keuangan perusahaan) Anggota
Tim
Audit
secara
teknis
berkompeten dalam mengaplikasikan PSAK 4
(Pedoman Standar Akuntansi Keuangan) dan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) KAP dan anggota dari Tim Audit secara
5
individual mampu mempertahankan sikap independen
dalam
kenyataan
maupun
dalam menjalankan proses audit Anggota Tim Audit memiliki kemahiran 6
profesional secara cermat dan seksama dalam semua aspek audit
7
8
9 10
KAP
memiliki
komitmen
yang
kuat
terhadap kualitas Para manajer dari KAP secara aktif terlibat dalam proses audit Anggota-anggota dari Tim Audit dapat melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat Anggota Tim Audit berinteraksi secara
TS
N
S
SS
efektif dengan
komite
audit
sebelum,
selama, dan sesudah proses audit Anggota Tim Audit memiliki standar etik 11
dan memiliki
pengetahuan
yang lebih
tentang accounting dan auditing Anggota tim Audit mempertahankan sikap 12
skeptis
(tidak
mudah
percaya)
dalam
menjalankan proses audit
----------TERIMA KASIH----------
Hal
: Permohonan Pengisian Kuesioner
Kepada Yth, Bapak/Ibu/Sdra/Sdri Auditor Independen Di Kantor Akuntan Publik
Dengan hormat, Sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya tempuh, maka bersama ini saya: Nama
: Kurrotul Aini
NIM
: 205082000225
Jurusan
: Akuntansi/Audit
Fakultas
: Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bermaksud menyampaikan kuesioner penelitian yang berkaitan dengan topik yang sedang saya teliti, yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di Jakarta)”.. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner tersebut dengan objektif. Semua informasi yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui, Pembimbing I
(Prof.Dr.Abdul Hamid,MS)
Hal
: Permohonan Pengisian Kuesioner
Hormat Saya, Peneliti
(Kurrotul Aini)
Kepada Yth, Bapak/Ibu/Sdra/Sdri Auditor Independen Di Kantor Akuntan Publik
Dengan hormat, Sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya tempuh, maka bersama ini saya: Nama
: Kurrotul Aini
NIM
: 205082000225
Jurusan
: Akuntansi/Audit
Fakultas
: Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bermaksud menyampaikan kuesioner penelitian yang berkaitan dengan topik yang sedang saya teliti, yaitu “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit (Studi Terdapat meminta
Empiris pada
Kantor
Akuntan
Publik
yang
di Jakarta)”.. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner tersebut
dengan objektif. Semua informasi yang diberikan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui, Pembimbing II
(Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,MM)
Hormat Saya, Peneliti
(Kurrotul Aini)