ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR
SKRIPSI LISA PAHADA
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN LISA PAHADA. D34104057. Analisis Ekuitas Merek Susu Cair Ultra High Temperature Merek Ultra Milk di Foodmart, Plaza Ekalokasari Bogor. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Juniar Atmakusuma, MS Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi terus berkembang sejalan dengan bertambahnya waktu. Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan mengandung nilai gizi cukup tinggi. Peluang pasar susu cair yang cukup besar di dalam negeri menjadi daya tarik bagi kelompok perusahaan besar untuk masuk dan bersaing didalamnya. Persaingan yang cukup tinggi antar produsen susu cair Ultra High Temperature (UHT) mengharuskan setiap perusahaan untuk dapat meraih dan mempertahankan keunggulan bersaing dengan menciptakan merek yang kuat. Merek mempunyai peran yang sangat penting sebagai pembeda di dalam dinamika pasar yang sangat kompetitif. Perusahaan dengan produk yang memiliki citra merek yang kuat cenderung lebih mudah menempatkan positioning produk yang lebih baik di benak konsumen. Berdasarkan riset AC Nielsen pada tahun 2006, Ultra Milk adalah pemimpin pasar yang menguasai 50% pangsa pasar susu cair UHT di Indonesia. Kesuksesan PT. Ultrajaya Milk Industry (PT. UMI) juga dapat dilihat dari diperolehnya penghargaan “Superbrands Asia’s Top 1000”. Ultra Milk dengan segala kelebihannya perlu mempertahankan dan mengelola mereknya, agar loyalitas konsumen tetap terjaga dan terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart, menganalisis ekuitas merek susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart. Penelitian ini dilaksanakan di Foodmart, Plaza Ekalokasari Bogor. Pengumpulan data berlangsung selama 1 bulan yaitu mulai pertengahan bulan Januari sampai pertengahan bulan Februari 2008. Sampel sebanyak 100 orang diambil dengan metode Convenience Sampling. Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif, uji Cochran, grafik Semantic Differential, skala Likert, rata-rata dan standar deviasi. Hasil penelitian menunujukkan bahwa karakteristik dominan konsumen susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart Plaza Ekalokasari Bogor adalah perempuan, berumur 30-53 tahun, status sudah menikah, pekerjaan pegawai swasta, pendidikan terakhir perguruan tinggi, penerimaan sebulan terakhir Rp. 1.500.001,00 - Rp.5.000.000,00, pengeluaran pangan pokok sebulan terakhir Rp 500.001,00 – Rp 2.000.000,00 dan pengeluaran konsumsi susu sebulan terakhir Rp 75.001,00 – Rp 200.000,00. Ekuitas merek yang dimiliki Ultra Milk cukup kuat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh melalui analisis terhadap elemen-elemen ekuitas merek. Pada elemen kesadaran merek secara keseluruhan konsumen menyadari dan mengenali keberadaan dari susu cair UHT merek Ultra Milk. Asosiasi merek Ultra Milk sudah baik dengan banyaknya jumlah asosiasi yang membentuk brand image antara lain merek terkenal, kemasan menarik, cita rasanya enak, volume bervariasi,
mudah diperoleh, kandungan gizi lengkap, tanggal kadaluarsa jelas dan pilihan rasa beragam. Persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas dari atribut-atribut Ultra Milk dinilai baik, hal ini terbukti dari hampir semua atribut-atribut berada di sisi kanan atau positif pada grafik Semantic Differential. Pada piramida Brand Loyalty terlihat bahwa elemen Switcher, Habitual Buyer, Satisfied Buyer susunannya makin melebar ke atas tetapi pada elemen Liking the brand dan Commtited Buyer susunannya makin mengecil ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang loyal dengan Ultra Milk baru pada level Satisfied Buyer. Kata-kata kunci : ultra milk, ekuitas merek, susu cair UHT
ABSTRACT Analyze Brand Equity UHT Milk of Ultra Milk at Foodmart, Plaza Ekalokasari Bogor Pahada, L., J. Atmakusuma, L. Cyrilla The aims of this research are : (1) to identify the general characteristic of Ultra Milk consumers at Foodmart, (2) to analyze brand equity of Ultra Milk existing at Foodmart. This research was conducted for one month from the middle of January until the middle of February 2008. The samples were taken with a Convenience Sampling method. Data was analyzed with descriptive analysis, Likert scale, average, deviation standard, Cochran test and Semantic Differential Grafic. The result showed that majority of characteristic Ultra Milk consumers are women of 3053 years old, having married status, educational background of Institute, occupation as private employee, earning between Rp 1.500.001,00 – Rp 5.000.000,00 in one last month, expending Rp 500.001 – Rp 2.000.000,00 for food in one last month, expending Rp 75.001,00 – Rp 200.000,00 for milk in one last month. Ultra Milk has strong enough brand equity. It can be seen from the result obtained from the analyze of elements of brand equity. The elements of brand equity are brand awareness, brand association, perceived quality and brand loyalty. Keywords : ultra milk, brand equity, UHT milk
ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR
LISA PAHADA D34104057
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS EKUITAS MEREK SUSU CAIR ULTRA HIGH TEMPERATURE MEREK ULTRA MILK DI FOODMART PLAZA EKALOKASARI BOGOR
Oleh LISA PAHADA D34104057
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 23 Mei 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 130 804 891
Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi NIP. 131 760 916
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luky Abdullah, MSc. Agr NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Februari 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari enam bersaudara, pasangan Musral dan Phua Ai Tjoe (Aisyah). Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SDS BPS&K Pembangunan Pusat, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTPN 74 Rawamangun Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMUN 31 Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah aktif di Himpunan Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) sebagai staf Departemen Informasi dan Komunikasi periode 2005-2006 dan 2006-2007. Ikhtiar SMAN 31 sebagai anggota HUMAS. Penulis adalah salah satu penerima beasiswa Metrodata dan Karya Salemba Empat. Penulis pernah diberikan kesempatan menjadi Asisten Praktikum untuk Mata Kuliah Ilmu Penyuluhan pada semester gasal 2007-2008.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Ekuitas Merek Susu Cair Ultra High Temperature Merek Ultra Milk di Foodmart, Plaza Ekalokasari Bogor, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik umum konsumen susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart, menganalisis ekuitas merek susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart. Skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan untuk PT. Ultrajaya Milk Industry dan Foodmart dan juga sebagai bahan rujukan atau literatur bagi peneliti selanjutnya.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN......................................................................................................
i
ABSTRACT.................................................................................................... ....
iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................... .........................
iv
KATA PENGANTAR .............................................................. ..........................
v
DAFTAR ISI............................................................................. ..........................
vi
DAFTAR TABEL...................................................................... .........................
vii
DAFTAR GAMBAR............................................................. .............................
viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................... ............................
ix
PENDAHULUAN ................................................................... ...........................
1
Latar Belakang ......................................................................................... Perumusan Masalah ................................................................................. Tujuan Penelitian ..................................................................................... Kegunaan Penelitian ................................................................................
1 2 3 3
KERANGKA PEMIKIRAN................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................
6
Merek ....................................................................................................... Ekuitas Merek .......................................................................................... Kesadaran Merek ..................................................................................... Asosiasi merek......................................................................................... Persepsi Kualitas merek........................................................................... Loyalitas Merek ....................................................................................... Susu ......................................................................................................... Ultra Milk ................................................................................................
6 7 9 11 12 13 15 17
METODE PENELITIAN ....................................................................................
20
Lokasi dan Waktu .................................................................................... Populasi dan Sampel................................................................................ Desain Penelitian ..................................................................................... Data dan Instrumentasi ............................................................................ Uji validitas dan Reliabiltas..................................................................... Analisis Data............................................................................................ Definisi Istilah..........................................................................................
20 20 20 21 21 23 26
KEADAAN UMUM LOKASI ............................................................................
28
Sejarah ..................................................................................................... Visi, Misi dan Tujuan .............................................................................. Struktur Organisasi ..................................................................................
28 29 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................
32
Karakteristik Umum Konsumen .............................................................. Rasa Ultra Milk yang Paling Disukai ...................................................... Volume Ultra Milk yang Paling Sering Dibeli ........................................ Sumber Informasi Ultra Milk .................................................................. Tempat Pembelian Ultra Milk pada Satu Bulan Terakhir ....................... Analisis Ekuitas Merek............................................................................
32 37 37 38 39 40
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................
52
Kesimpulan .............................................................................................. Saran ........................................................................................................
52 52
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
55
LAMPIRAN.........................................................................................................
56
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Syarat Mutu Susu Segar ................................................................................
16
2. Distribusi Konsumen Menurut Jenis Kelamin...............................................
32
3. Distribusi Konsumen Menurut Status Pernikahan.........................................
33
4. Distribusi Konsumen Menurut Usia ..............................................................
33
5. Distribusi Konsumen Menurut Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan ..............................................................
34
6. Distribusi Konsumen Menurut Penerimaan, Pengeluaran Konsumsi Pangan Pokok dan Pengeluaran Konsumsi Susu ..........................................................................
35
7. Proporsi Pengeluaran Pangan Pokok dan Pengeluaran Konsumsi Susu terhadap Penerimaan .......................................
36
8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Rasa Ultra Milk yang Paling Disukai ............................................................
37
9. Jumlah dan Persentase Konsumen Berdasarkan Volume Ultra Milk yang Paling Sering Dibeli ............................................
38
10. Jumlah dan Persentase Konsumen Berdasarkan Sumber Informasi Ultra Milk ......................................................................
38
11. Jumlah dan Persentase Konsumen Berdasarkan Tempat Pembelian Terakhir ........................................................................
39
12. Brand Recall Merek Susu Cair UHT...........................................................
41
13. Hasil penghitungan Uji Asosiasi Merek Ultra Milk
42
14. Rataan Nilai Atribut Persepsi Kualitas Ultra Milk ......................................
43
15. Produsen Susu Cair Olahan di Indonesia dan Kapasitasnya pada tahun 2002.....................................................................
46
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Bagan Kerangka Penelitian.........................................................................
5
2.
Konsep Brand Equity..................................................................................
9
3.
Piramida Kesadaran Merek.........................................................................
10
4.
Nilai-nilai persepsi......................................................................................
13
5.
Piramida loyalitas merek ............................................................................
14
6.
Struktur Organisasi Foodmart.....................................................................
31
7.
Grafik Semantic Differential Ultra Milk.....................................................
44
8.
Piramida Loyalitas Merek Ultra Milk.........................................................
50
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Korelasi Kelompok Penerimaan dengan Pengeluaran Konsumsi Susu .......
57
2. Perhitungan Analisis Loyalitas Merek .......................................................
58
3. Uji Reliabilitas Persepsi Kualitas...................................................................
60
4. Uji Reliabilitas Asosiasi Merek .....................................................................
62
PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi terus berkembang sejalan dengan bertambahnya waktu, pemilihan makanan didasarkan pada kandungan gizi serta manfaatnya bagi kesehatan. Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia karena mengandung nilai gizi cukup tinggi. Saat ini secara perlahan terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat dari susu bubuk ke susu cair. Beralihnya konsumen susu bubuk ke susu cair disebabkan karena kandungan gizi susu cair tidak berubah seperti susu segarnya disamping itu susu cair mempunyai nilai tambah dalam kepraktisan penyajiannya. Peluang pasar susu cair yang cukup besar di dalam negeri menjadi daya tarik bagi kelompok perusahaan besar untuk masuk dan bersaing didalamnya. Hal ini mengakibatkan persaingan yang cukup tinggi antara produsen susu cair, dapat dilihat dari banyaknya merek susu yang beredar. Produk susu cair olahan yang beredar di pasaran tersebut didominasi oleh produk dengan teknologi pengolahan Ultra High Temperature. Produsen susu cair UHT yang ada di Indonesia antara lain PT. Ultrajaya Milk Industry, PT. Frisian Flag Indonesia (FFI), PT. Nestle, PT. Australia-Indonesia Milk Industries (AIMI/Indomilk), PT. New Zealand Milk Indonesia (NZMI). Kecenderungan perkembangan persaingan pasar di masa mendatang akan menjadi persaingan antar merek, yaitu suatu persaingan untuk memperoleh dominasi merek. Merek mempunyai peran yang sangat penting sebagai pembeda di dalam dinamika pasar yang sangat kompetitif. Mutu produk bukan lagi menjadi komoditas yang dapat dibanggakan karena setiap pelaku bisnis pasti bisa membuat produk yang bermutu sangat tinggi. Mutu sudah merupakan standar yang dengan mudah dan cepat dapat ditiru dan dimiliki siapa saja. Satu-satunya atribut yang sulit ditiru adalah merek, karena citra merek yang terekam dalam benak konsumen tidak dapat ditiru. Perusahaan dengan produk yang memiliki citra merek yang kuat cenderung lebih mudah menempatkan positioning produk yang lebih baik di benak konsumen. Merek akan menjadi aset perusahaan yang paling berharga. Untuk itu merek perlu dikelola,
dikembangkan, diperkuat dan ditingkatkan mutunya sehingga dapat menguntungkan kompetisi yang berkelanjutan. Selain pola konsumsi, perubahan pola hidup masyarakat juga terlihat pada kepedulian masyarakat terhadap keamanan pangan dan kualitas produk. Kepedulian tersebut dapat dilihat dari pemilihan produk yang dibeli dan semakin banyaknya konsumen yang memilih ritel modern untuk membeli produk. Alasan konsumen memilih ritel modern sebagai tempat berbelanja karena konsumen menginginkan kualitas produk yang tetap terjaga dan kenyamanan dalam berbelanja. Salah satu ritel modern di kota Bogor yang menawarkan konsep kenyamanan dalam berbelanja dan dan merupakan pangsa pasar produk susu cair UHT dalam berbagai merek jenis dagang adalah Foodmart. UltraMilk merupakan susu cair UHT yang diproduksi oleh PT. Ultrajaya Milk Industry. Berdasarkan riset AC Nielsen pada tahun 2006 Ultra Milk adalah pemimpin pasar yang menguasai 50% pangsa pasar susu cair UHT. Selain itu, kesuksesan PT. Ultrajaya Milk Industry juga dapat dilihat dari diperolehnya penghargaan Platinum Award 2007 yang diterima pada kategori Top Performer Superbrands Asia Top 1000 yang mewakili Indonesia. Ultra Milk dengan segala kelebihannya perlu mempertahankan dan
mengelola mereknya, agar loyalitas
konsumen terjaga dan terus meningkat. Perusahaan yang mempunyai ekuitas merek yang kuat akan lebih mudah untuk meluncurkan perluasan merek dan memperoleh penjualan produk dengan nilai tinggi. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut tentang analisis ekuitas merek susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart. Perumusan Masalah Persaingan yang cukup tinggi antar produsen susu cair UHT mengharuskan setiap perusahaan untuk dapat meraih dan mempertahankan keunggulan bersaing dengan menciptakan ekuitas merek yang kuat. Saat ini konsumen tidak hanya menimbang satu jenis produk dalam kaitannya dengan produk lainnya tetapi juga perbedaan merek, kualitas dan tempat pembelian. Preferensi dan loyalitas pelanggan merupakan kunci keberhasilan. Dengan mengetahui kekuatan merek akan dapat diperoleh gambaran tentang keberhasilan suatu perusahaan dalam mengembangkan, memperkuat dan mengelola kelangsungan hidup perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagaimana karakteristik umum konsumen susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart? 2) Bagaimana ekuitas merek susu cair UHT merek UltraMilk yang terdapat di Foodmart? Tujuan Penelitian Bedasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikasi karakteristik umum konsumen susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart. 2) Menganalisis ekuitas merek susu cair UHT merek UltraMilk yang terdapat di Foodmart. Kegunaan Penelitian 1) Sebagai
bahan
masukan
bagi
PT.
Ultrajaya
Milk
Industry
untuk
menginformasikan karakteristik umum konsumen dan ekuitas merek Ultra Milk sebagai alat untuk meningkatkan pangsa pasar dan menjaga loyalitas konsumen. 2) Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi peneliti selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi terus berkembang sejalan dengan bertambahnya waktu, pemilihan makanan didasarkan pada kandungan gizi serta manfaatnya bagi kesehatan. Saat ini secara perlahan terjadi perubahan pola konsumsi masyarakat dari susu bubuk ke susu cair dan diperkirakan tren di masa depan konsumsi susu cair akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan susu jenis lainnya seperti yang sudah terjadi di negara maju. Melihat peluang pasar yang besar ini para produsen susu mulai memasuki pasaran susu cair. Produk-produk susu cair olahan yang beredar di pasaran didominasi oleh produk dari Industri Pengolahan Susu (IPS). Produk susu cair olahan tersebut menggunakan teknologi pengolahan Ultra High Temperature (UHT). Susu UHT memiliki keunggulan dibandingkan susu pasteurisasi, yaitu umur simpannya yang lebih lama dan dapat disimpan tanpa menggunakan lemari pendingin. Persaingan yang cukup tinggi antar produsen susu cair UHT mengharuskan setiap perusahaan untuk dapat meraih dan mempertahankan keunggulan bersaing dengan menciptakan ekuitas merek yang kuat. Sebagai pemimpin pasar, Ultra Milk harus tetap mempertahankan dan mengelola mereknya, agar loyalitas konsumen terjaga dan terus meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengkaji elemen-elemen ekuitas merek Ultra Milk. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis deskriptif yang digunakan untuk menganalisis elemen kesadaran merek dan karakteristik umum konsumen; uji Cochran yang digunakan untuk menganalisis asosiasi merek; Skala Likert, rataan dan simpangan baku untuk menganalisis persepsi kualitas dan loyalitas merek; Skala Semantic Differential untuk menganalisis persepsi kualitas. Analisis-analisis tersebut digunakan untuk mengetahui kekuatan ekuitas merek Ultra Milk.
Persaingan industri susu cair UHT semakin kompetitif
Merek-merek susu cair UHT yang ada di pasar
Pemimpin Pasar
Ultra Milk
Konsumen
Kesadaran Merek
Asosiasi Merek
Persepsi Kualitas
Kesetiaan Merek
Skala Likert, rataan dan
Skala Likert,
Analisis
Uji
standar deviasi dan
rataan dan
Deskriptif
Cochran
Skala Semantic
standar
Differential
deviasi
Ekuitas Merek Ultra Milk
Gambar 1. Bagan Kerangka Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Merek American Marketing Association dalam Kotler (2002) mendefinisikan merek sebagai berikut merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa pesaing. Dengan demikian, merek menjadi tanda pengenal penjual atau pembuat. Selain itu merek dapat diartikan sebagai nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat (Durianto et al., 2004). Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan fitur, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar simbol. Menurut Kotler (2002), merek dapat memiliki 6 tingkat pengertian, yaitu : 1) Atribut: Merek mengingatkan atribut-atribut tertentu. 2) Manfaat: Atribut-atribut tertentu harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. 3) Nilai: Merek tersebut juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya. 4) Budaya: Merek tersebut juga mungkin melambangkan budaya tertentu. 5) Kepribadian: Merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian tertentu. 6) Pemakai: Merek tersebut menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Menurut Durianto et al. (2004) merek menjadi sangat penting, karena beberapa faktor berikut: 1) Emosi konsumen terkadang turun naik. Mereka mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. 2) Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya. 3) Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak brand association (asosiasi merek) yang terbentuk memiliki kualitas dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan brand image (citra merek).
4) Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen. 5) Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut. 6) Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Dalam UU No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1 merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Menurut Kotler (2002) penggunaan merek memberikan keunggulan bagi penjual antara lain: 1) Nama merek lebih memudahkan penjual memproses pesanan dan menulusuri masalah. 2) Nama merek dan tanda merek penjual tersebut memberikan perlindungan hukum atas aset ciri produk yang unik. 3) Penggunaan merek memberikan kesempatan kepada penjual untuk menarik pelanggan-pelanggan yang setia dan memberikan keuntungan. Loyalitas merek memberikan suatu perlindungan kepada penjual dari persaingan. 4) Penggunaan merek membantu penjual tersebut melakukan segmentasi pasar. 5) Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan tersebut, yang lebih memudahkannya meluncurkan merek-merek baru dan diterima oleh distributor dan konsumen. Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pelanggan (Aaker, 1997).
Ekuitas merek yang tinggi memberikan sejumlah keuntungan kompetitif (Kotler, 2002) : 1) Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil, karena tingkat kesadaran dan kesetiaan merek konsumen tinggi. 2) Perusahaan akan mempunyai posisi lebih kuat dalam negoisasi dengan distributor dan pengecer karena pelanggan mengharapkan mempunyai merek tersebut. 3) Perusahaan mengenakan biaya lebih tinggi dari pesaingnya karena merek tersebut memiliki mutu yang diyakininya lebih tinggi. 4) Perusahaan lebih mudah meluncurkan perluasan merek, karena merek tersebut memilki kredibilitas tinggi. 5) Merek memberikan pertahanan terhadap persaingan harga ketat. Menurut Aaker (1997) ekuitas merek dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu: 1) Kesadaran merek (brand awareness) menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau
mengingat kembali bahwa suatu merek
merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 2) Asosiasi merek (brand association) mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. 3) Persepsi kualitas (perceived quality) mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/ keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 4) Loyalitas merek (brand loyalty) mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. 5) Aset-aset merek lainnya (other proprietary brand assets) berupa hak paten, cap dagang, akses terhadap pasar, akses terhadap teknologi dan akses terhadap sumber daya. Empat elemen ekuitas merek di luar aset-aset merek lainnya dikenal dengan elemen-elemen utama dari ekuitas merek. Elemen ekuitas merek yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama tersebut. Konsep ekuitas merek
ini dapat ditampilkan pada Gambar 2, yang memperlihatkan
kemampuan ekuitas merek dalam
menciptakan nilai bagi
perusahaan atau
pelanggan atas dasar lima kategori aset yang telah disebutkan. Persepsi kualitas Kesadaran merek
Asosiasi merek
Loyalitas merek
Ekuitas merek
Aset-aset merek lainnya
Memberikan nilai kepada
Memberikan
pelanggan dengan memperkuat
perusahaan dengan memperkuat
• Interpretasi/ proses informasi
• Efisiensi dan efektivitas program
• Rasa
percaya
diri
dalam
pembelian • Pencapaian
nilai
kepada
pemasaran • Brand loyalty
kepuasan
dari
pelanggan
• Harga/ laba • Perluasan merek • Peningkatan perdagangan • Keuntungan kompetitif
Gambar 2. Konsep Brand Equity Sumber : Aaker, 1997
Kesadaran Merek Menurut Aaker (1997) kesadaran merek adalah kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Durianto et al. (2004) menyatakan kesadaran merek membutuhkan kontinum ranging (jangkauan kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk. Kontinum ini dapat
terwakili dalam tingkatan kesadaran merek yang berbeda yang dapat digambarkan dalam suatu piramida seperti terlihat pada Gambar 3.
Puncak Pikiran (Top of Mind) Pengingatan Kembali Merek (Brand Recall) Pengenalan Merek (Brand Recognition)
Tidak Menyadari Merek (Unaware of Brand)
Gambar 3. Piramida Kesadaran Merek Sumber : Durianto et al., 2004
Peran kesadaran merek dalam ekuitas merek tergantung pada tingkatan akan pencapaian kesadaran di benak konsumen. Tingkatan kesadaran merek yang paling rendah adalah pengenalan merek, atau disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan bantuan. Tingkatan berikutnya adalah tingkatan pengingatan kembali merek atau tingkatan pengingatan kembali merek tanpa bantuan karena konsumen tidak perlu dibantu untuk mengingat merek. Pengukuran pengenalan merek tanpa bantuan lebih sulit dibandingkan pengenalan merek dengan bantuan. Tingkatan berikutnya adalah
merek yang disebut pertama kali saat pengenalan
merek tanpa bantuan yaitu kesadaran puncak pikiran. Puncak pikiran adalah kesadaran merek tertinggi yang merupakan pimpinan dari berbagai merek yang ada dalam pikiran konsumen. Hasil penelitian Saefullah (2002) tentang analisis brand equity (ekuitas merek) produk ikan kaleng pengunjung Supermarket Matahari Sultan Plaza Kota Bandung menyebutkan bahwa merek ikan kaleng Gaga secara umum mendapat posisi yang lebih baik pada elemen kesadaran merek produk ikan kaleng, disusul merek Botan diperingkat kedua dan merek ABC diperingkat ketiga. Merek Gaga
mendapat peringkat pertama pada tingkatan top of mind dan peringkat ideal pada brand recall, brand recognition, serta brand unaware. Menurut Durianto et al. (2004), agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara berikut: 1) Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya. 2) Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek. 3) Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya. 4) Perluasan
nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat
pelanggan. 5) Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau keduanya. 6) Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan. Asosiasi Merek Asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan (Aaker, 1997). Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen (Rangkuti, 2004). Menurut Rangkuti (2004), dalam prakteknya didapati banyak sekali kemungkinan asosiasi dan variasi dari asosiasi merek yang dapat memberikan nilai bagi suatu merek dipandang dari sisi perusahaan maupun dari sisi pengguna. Berbagai fungsi dari asosiasi tersebut adalah: 1) Membantu proses penyusunan informasi. 2) Memberikan landasan yang penting bagi upaya pembedaan suatu merek dari merek lain.
3) Membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen yang dapat memberikan alasan spesifik bagi konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut. 4) Beberapa asosiasi akan membangkitkan sensasi hingga membuat pengalaman mengkonsumsi produk menjadi berbeda dari produk lainnya. 5) Menghasilkan landasan bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian antara merek dan sebuah produk baru. Hasil penelitian Wulandari (2003) tentang analisis elemen-elemen ekuitas merek (brand equity) produk mie instan menyebutkan bahwa merek sarimi unggul pada elemen asosiasi merek yang nilainya sama dengan merek supermie. Asosiasi pembentuk brand image kedua merek tersebut yaitu asosiasi harganya terjangkau, desain kemasan yang khas, kemudahan mendapat, rasanya enak, promosi/iklan menarik dan volume/berat isi yang cukup. Sedangkan indomie hanya mempunyai tiga asosiasi yang membentuk brand image, yaitu harganya terjangkau, kemudahan mendapat dan rasanya yang enak. Persepsi Kualitas Merek Menurut Aaker (1997) persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan. Menurut Durianto et al. (2004) persepsi kualitas mempunyai peranan yang penting dalam membangun suatu merek, dalam banyak konteks persepsi kualitas sebuah merek dapat menjadi alasan yang penting sebagai bahan pertimbangan pada saat pembelian. Secara umum persepsi kualitas dapat menghasilkan nilai-nilai yang tersaji pada Gambar 4. Durianto et al. (2004) menjelaskan lima keuntungan persepsi kualitas. Keuntungan pertama adalah alasan untuk membeli; keterbatasan informasi, uang dan waktu membuat keputusan pembelian seorang pelanggan sangat dipengaruhi oleh persepsi kualitas suatu merek yang ada di benak konsumen, sehingga seringkali alasan keputusan pembeliannya. Keuntungan kedua adalah Diferensiasi atau posisi; suatu karakteristik penting dari merek adalah dimensinya dalam persepsi kualitas. Keuntungan ketiga adalah harga premium; persepsi kualitas memberikan ruang pilhan dalam menentukan harga premium.
Alasan untuk membeli Differensiasi atau posisi Persepsi kualitas
Harga premium Perluasan saluran distribusi Perluasan merek
Gambar 4. Nilai-nilai persepsi Sumber : Durianto et al., 2004
Keuntungan keempat adalah perluasan saluran distribusi; persepsi kualitas mempunyai arti penting bagi para pengecer, distributor dan saluran distribusi lainnya. Keuntungan kelima adalah perluasan merek; merek dengan persepsi kualitas kuat dapat digunakan untuk memperkenalkan kategori produk baru, yang beraneka macam. Dalam hal ini persepsi kualitas merupakan jaminan yang siginifikan atas perluasan-perluasan merek tersebut. Hasil penelitian Wulandari (2003) tentang analisis elemen-elemen ekuitas merek (brand equity) produk mie instan menyebutkan bahwa merek supermie mempunyai persepsi kualitas yang lebih baik dibandingkan merek lainnya. Atributatribut yang baik menurut persepsi konsumen adalah kemudahan mendapat, rasa, keterangan halal dan tanggal kadaluarsa. Pada merek indomie, atribut-atribut yang baik menurut persepsi konsumen adalah kemudahan mendapat, rasa, keterangan halal dan tanggal kadaluarsa. Sedangkan merek sarimi memilki atribut-atribut yang baik menurut persepsi konsumen rasa dan keterangan halal. Loyalitas Merek Loyalitas merek merupakan suatu ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat, maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari ekuitas merek yang berkaitan dengan perolehan laba di masa
yang akan dating karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan (Rangkuti, 2004) Menurut Durianto et al. (2004) Loyalitas merek memiliki lima tingkatan loyalitas merek seperti tampak pada Gambar 5 berikut : Pembeli yang komit (Commited buyer) Menyukai merek (Liking the brand) Pembeli yang puas (Satisfied buyer) Pembeli yang bersifat kebiasaan (Habitual buyer) Berpindah-pindah (Switcher)
Gambar 5. Piramida loyalitas merek Sumber : Durianto et al., 2004
Dari piramida loyalitas tersebut terlihat bahwa tingkatan loyalitas merek membentuk segitiga terbalik. Maksudnya adalah makin ke atas makin melebar sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih besar daripada switcher. Tingkatan piramida yang paling dasar adalah pembeli yang tidak loyal pada merek tersebut (switcher). Pada tingkatan ini merek apa pun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. Tingkatan kedua adalah pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya tidak mengalami kekecewaan. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.
Tingkatan ketiga adalah pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung biaya peralihan. Tingkatan keempat adalah pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh persepsi kualitas yang tinggi. Tingkatan kelima adalah pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkat ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. Hasil penelitian Irrawati (2007) mengenai ekuitas merek susu high calcium Anlene menunjukkan bahwa dimensi loyalitas merek memiliki kontribusi yang terbesar 1,244 dan nilai-t sebesar 1,413 dibandingkan dengan dimensi asosasi merek dan kesan kualitas yang memilki nilai faktor muatan beta atau β masing-masing sebesar 0,567 dan -1,123 dan nilai-t masing-masing sebesar 1,841 dan -1,13. Hal ini menunujukkan bahwa susu high calcium Anlene telah mampu menciptakan konsumen yang loyal yang berdampak pada kekuatan ekuitas merek yang dimilikinya. Susu Susu segar merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun (SNI 01-3141-1998). Susu sapi segar merupakan bahan pangan yang sangat tinggi gizinya, bukan saja bagi manusia tetapi juga bagi jasad renik pembusuk karena itu, susu merupakan komoditi yang sangat mudah rusak, agar dapat dikonsumsi dan mempertahankan nilai gizinya susu segar terlebih dahulu harus diolah (Winarno, 1993).
Tabel 1. Syarat Mutu Susu Segar (SNI 01-3141-1998) Karakteristik
Syarat
a.
Berat Jenis (pada suhu 27,5°C) minimum
1,0280
b.
Kadar lemak minimum
3,0%
c.
Kadar bahan kering tanpa lemak minimum
8,0%
d.
Kadar protein minimum
2,7%
e.
Warna, bau, rasa dan kekentalan
f.
Derajat asam
6-7° SH
g.
Uji alkohol (70%)
Negatif
h.
Uji katalase maksimum
3 (cc)
i.
Angka refraksi
36-38
j.
Angka reduktase
2-5 (jam)
k.
Cemaran mikroba maksimum : 1) Total kuman
l.
Tidak ada perubahan
1 X 106 CFU/ml
2) Salmonella
Negatif
3) E. Coli (pathogen)
Negatif
4) Colifom
20/ml
5) Streptococcus Group B
Negatif
6) Staphylococcus aureus
1 X 102 /ml
Jumlah sel radang maksimum
4 X 105 /ml
m. Cemaran logam berbahaya maksimum :
n.
1) Timbal
0,3 ppm
2) Seng
0,5 ppm
3) Merkuri
0,5 ppm
4) Arsen
0,5 ppm
Residu :
Sesuai dengan peraturan keputusan
Antibiotika
Bersama Menteri Kesehatan dan
Pestisida/insektisioda
Menteri Pertanian yang berlaku
o.
Kotoran dan benda asing
Negatif
p.
Uji pemalsuan
Negatif
q.
Titik beku
r.
Uji peroksidase
Sumber : BSN (1998)
-0,520°C s/d -0,560°C Positif
Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung oleh beberapa faktor, kan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah sebagai berikut: lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, abu 0,72%, air 87,10% bersama dengan bahan-bahan lain dalam jumlah sedikit seperti sitrat, enzim-enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B dan vitamin C. Susu UHT merupakan susu segar yang telah mengalami proses pemanasan pada temperatur 125°C selama 15 detik atau 131°C selama 0,5 detik. Susu yang dihasilkan melalui proses UHT dapat dikatakan steril dan bila dikemas secara aseptik dapat disimpan pada suhu kamar biasa selama beberapa bulan. Menurut Fardiaz (1992), susu sterilisasi adalah susu yang mengalami proses pengolahan pada suhu yang relatif tinggi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu (135°C - 150°C) selama 26 detik. Ultra Milk PT. Ultrajaya Milk Industry (PT. UMI) didirikan secara resmi pada tahun 1958. Kemudian pada tahun 1971, perusahaan ini memasuki tahap pertumbuhan pesat sejalan dengan perubahannya menjadi PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company. Kantor pusat dan pabrik perseroan PT. UMI terletak di Jalan Raya Cimamere No. 131 Padalarang, Kabupaten Bandung. PT. UMI saat ini merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang menghasilkan produk-produk susu, minuman dan makanan dalam kemasan aseptik yang tahan lama dengan merekmerek terkenal seperti Ultra Milk untuk produk susu, Buavita untuk jus buah segar dan Teh Kotak untuk minuman teh segar. Lokasi pabriknya terletak sangat strategis di pusat daerah pedalaman pertanian Bandung yang menyediakan sumberdaya alam yang melimpah, segar dan berkualitas, mulai dari susu segar, daun teh hingga buahbuahan tropis. Kesegaran bahan baku ini dan kualitas gizi alaminya dapat dipertahankan melalui teknologi proses UHT (Ultra High Temperature) dan pengemasan aseptik tanpa menggunakan bahan pengawet apapun.
Pasar utama PT. UMI adalah
Indonesia dengan populasi 200 juta orang yang memiliki tingkat daya beli yang meningkat. Pasar domestik mencapai 90 persen dari total produksi perusahaan ini. Namun sejak 1988, perusahaan ini mulai aktif memasuki pasar ekspor ke negaranegara di Asia, Eropa, Timur Tengah, Australia dan Amerika Serikat. Baik untuk
pasar dalam negeri maupun ekspor, produk-produk yang dijual adalah produk yang sejenis. PT. UMI saat ini merupakan salah satu produsen terbesar produk-produk UHT di Asia Pasifik dengan total kapasitas produksi mencapai lebih dari 100 juta liter setiap tahun. Bahan baku Ultra Milk adalah susu segar yang berasal dari para peternak sapi yang tergabung dalam koperasi susu di Bandung. Sejak bahan baku mulai diproses secara otomatis hingga produk jadi siap meninggalkan gudang penyimpanan, tidak ada kontak langsung dengan tangan manusia yang menjamin bahwa kondisi higienis tetap dapat dipertahankan selama proses produksi. Yang lebih penting lagi, di pabrik PT. UMI dilakukan serangkaian uji laboratorium yang lengkap dan ketat mulai dari bahan baku hingga produk jadi, untuk memastikan standar kualitas yang diinginkan untuk memperbaiki kualitas kesehatan konsumen dapat dicapai secara konsisten. Ultra Milk mulai dipasarkan pada tahun 1975. Sejak tahun tersebut Ultra Milk memiliki pertumbuhan rata-rata per tahunnya mencapai 15-20% per tahun. Susu cair Ultra Milk merupakan produk unggulan PT. UMI, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap jumlah persentase penjualan bersih perusahaan pada tahun 2004, yaitu sebesar 82%. Sedangkan produk lainnya seperti susu bubuk, mentega, susu kental manis adalah 18% (www.ultrajaya.co.id). Proses produksi Ultra Milk : 1) Susu sapi segar yang berkualitas tinggi yang diperah dari sapi yang sehat di ambil dari koperasi peternakan yang ada di Lembang dan Pengalengan kemudian langsung didinginkan dengan suhu 4°C agar bakteri tidak cepat berkembang biak. 2) Kemudian susu segar tersebut dikirim ke PT. UMI dengan menggunakan truk tangki khusus, setelah sampai lalu diambil sampel untuk di uji mutu lengkap, baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologis. Setelah sesuai standar PT. UMI lalu susu dimasukkan ke dalam clarifier (tangki penyaring) untuk menyaring kotoran dan bau-bauan. 3) Setelah itu susu dan bahan campuran lainnya (perisa stroberi, sukrosa, pewarna alami Karmin (Cl 75470) misalnya untuk membuat susu stroberi) dimasukkan ke dalam tangki pencampuran kemudian dicampur/diolah sampai kurang lebih 10 menit. Lalu dimasukkan ke dalam tangki homogenizer untuk di homogenisasi
agar semua bahan baku dan bahan campuran lainnya lebih homogen/menyatu, teksturnya lebih halus dan rasanya lebih merata. Kemudian dilakukan uji standarisasi. 4) Setelah itu dilakukan proses terpenting yaitu sterilisasi UHT dimana susu dipanaskan dengan suhu 140°C selama 4 detik. Suhu tinggi tersebut terbukti dapat mematikan semua mikroorganisme penyebab kerusakan nilai gizi. Setelah disterilisasi susu didinginkan sampai mencapai suhu ruang. 5) Kemudian susu dimasukkan ke dalam kotak kemasan aseptik yang terdiri dari enam lapisan. Bahan penyusun kemasan terdiri dari plastik polyethylene, kertas dan alumunium foil yang ampu melindungi produk didalamnya dari udara luar, cahaya, lembab, aroma luar dan mikroorganisme. Pengemasan dilakukan dengan mesin yang serba otomatis, tertutup dan di dalam ruangan yang steril. 6) Setiap kemasan kemudian melewati alat sensor otomatis pencetak kode produksi dan tanggal kadaluarsa. Baru kemudian dipasang sedotan ataupun tutup plastik. Dan dikemas ke dalam karton box dengan menggunakan mesin otomatis dan disusun di atas papan-papan palet secara robotik dengan robot paletizer.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Foodmart, Plaza Ekalokasari yang berlokasi di Jln. Raya Siliwangi no.123, Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Foodmart adalah salah satu pasar swalayan terkemuka di Kota Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu mulai pertengahan bulan Januari sampai pertengahan bulan Februari 2008. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Foodmart. Berdasarkan data yang diperoleh dari Foodmart, jumlah konsumen setiap bulannya adalah sebesar 60000 orang. Pengambilan
sampel dari populasi dengan
menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 1993), yaitu :
dimana : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen) kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi Jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan nilai e sebesar 10% (nilai kritis untuk penilaian deskriptif) adalah 100 responden, dengan perhitungannya sebagai berikut: n = 60000 /1+60000(0.1)² = 99.83 ≈ 100 responden Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode convinience sampling yakni sampel diambil berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya (Durianto et al., 2004). Pertimbangan menggunakan teknik ini adalah karakteristik responden yang heterogen dari populasi yang bersifat tidak terbatas. Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif. Penelitian survei menurut Singarimbun dan Effendi (1989) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan melalui wawancara dan pengisian kuisioner terhadap responden. Data sekunder diperoleh dari berbagai bahan pustaka berupa literatur dari buku-buku dan internet yang berhubungan dengan topik penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dari responden. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Menurut Sugiyono (2003), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini, teknik korelasi Product Moment digunakan pada pengujian elemen perceived quality. Rumus dari teknik ini adalah sebagai berikut:
Keterangan : rxy x y
= Korelasi antara variabel x dengan y = ( xi – x ) = ( yi - y )
kemudian rxy di bandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan tertentu. Jika rhitung > rtabel, maka H0 ditolak dan terima H1.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas internal, yaitu uji dilakukan dengan satu kali pengetesan. Pengujian reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan Alfa Cronbach dan metode Spearman-Brown. Metode Alfa Cronbach digunakan pada pengujian elemen perceived quality. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : r11 Di mana: r11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan = varians total ∑ = jumlah varians butir Alat ukur dikatakan reliabel apabila nilai r hitung lebih besar dibandingkan r tabel (rhitung > rtabel). Sedangkan untuk elemen brand association digunakan metode SpearmanBrown. Dalam metode ini, skor yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi dua belahan bagian. Teknik yang digunakan adalah teknik pembelahan ganjil-genap. Rumus selengkapnya (Durianto et al., 2004) adalah :
rxy Keterangan : rxy = korelasi antara dua belah instrumen ∑ X = total skor belahan ganjil ∑ Y = total skor belahan genap ∑XY = total skor hasil kali belahan ganjil dan genap Nilai yang diperoleh dengan formula yang disebutkan sebelumnya, dimasukkan dalam Spearman-Brown : Rumus Spearman-Brown :
r11 =
Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen rxy = korelasi antara dua belahan instrumen Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai r product moment. Jika r11 < r product moment, maka instrumen yang digunakan dapat terandalkan dan penelitian dengan menggunakan instrumen yang sama dapat dilanjutkan. Analisis Data Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui keadaan umum perusahaan, mendeskripsikan karakteristik responden dan juga menganalisis elemen brand awareness. Skala Likert, Rataan dan Standar Deviasi Skala Likert adalah skala pengukuran yang dapat digunakan untuk menunujukkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk. Skala Likert merupakan skala pengukuran ordinal. Hasil pengukurannya hanya dapat dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih antara satu tanggapan dengan tanggapan lain. Misalnya, sangat baik = 5, baik = 4, cukup = 3, buruk = 2, sangat buruk = 1. Setelah data diperoleh, data digolongkan ke dalam kategori berdasarkan nilai yang diperoleh dengan cara mengalikan besarnya bobot pada kategori tertentu yang telah ditetapakan dengan jumlah responden yang masuk kedalam kategori yang sama. Dari data yang diperoleh, dicari nilai rataannya dan simpangan baku untuk mengetahui ukuran pemusatan dan ukuran keragaman tanggapan responden dengan menggunakan rumus (Durianto et al., 2004) berikut : Rataan X
=
Standar Deviasi (S) =
Keterangan :
xi = nilai pengukuran ke-i n = banyaknya pengamatan
fi = frekuensi kelas ke-i
Hasil dari rataan dan simpangan baku tersebut dipetakan ke rentang skala dengan mempertimbangkan informasi interval berikut : Interval = =
= 0,8
Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala agar dapat diketahui dimana letak rataan penilaian responden terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala tersebut adalah : 1,00 – 1,80 = tidak baik 1,80 – 2,60 = kurang baik 2,60 – 3,40 = cukup 3,40 – 4,20 = baik 4,20 – 5,00 = sangat baik Skala Likert, rataan dan simpangan baku digunakan untuk menganalisis elemen persepsi kualitas dan loyalitas merek. Uji Cochran Uji Cochran dilakukan untuk menguji nyata hubungan setiap asosiasi (atribut) yang ada dalam suatu merek. Uji
ini dilakukan untuk menganalisis
hubungan asosiasi antar berbagai atribut dalam elemen asosiasi merek. asosiasi yang slaing berhubungan akan membentuk suatu brand image dari merek tersebut. Uji Cochran digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal dikotomi, yaitu “ya” atau “tidak”. Hipotesis pengujian : H0 = Kemungkinan jawaban “ya” adalah sama untuk semua asosiasi. H1 = Kemungkinan jawaban “ya” adalah beda untuk semua asosiasi. Langkah-langkah pengujiannya adalah : 1) Hitung Nilai Q (Cochran) dengan rumus :
Q= Keterangan :
C Ri Cj N
= = = =
banyaknya atribut (asosiasi) jumlah baris jawaban ‘ya’ jumlah kolom jawaban ‘ya’ total besar
2) Tolak H0 bila Q >
α,db
db = C – 1
Uji Cochran dilakukan untuk menguji nyata hubungan setiap asosiasi (atribut) yang ada dalam suatu merek dimulai dengan pengujian semua asosiasi. Atas dasar hasil analisis dilakukan perbandingan antara nilai Q dengan
α,db . Jika
diperoleh nilai Q < χ² (α,db), maka H0 diterima yang berarti semua asosiasi yang diuji saling berhubungan dan membentuk brand image dari suatu merek. Jika diperoleh nilai Q > χ² (α,db), dapat disimpulkan bahwa belum cukup bukti untuk menerima H0. Dengan demikian tidak semua asosiasi adalah sama dan pengujian dilanjutkan ke tahap ke dua untuk mengetahui asosiasi mana yang tidak sama dan tahap dikeluarkan dari asosiasi-asosiasi penyusun brand image suatu merek. Jika nilai Q > χ² (α,db),maka pengujian dilanjutkan ke tahap tiga dengan menggunakan teknik yang sama sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Jika nilai Q < χ² (α,db), maka pengujian dihentikan, yang berarti brand image suatu merek terbentuk dari asosiasi-asosiasi sisanya yang belum diuji dan asosiasi terakhir diuji Skala Semantic Differential Alat analisis lainnya digunakan dalam penetian ini adalah skala semantic differential. Skala ini digunakan untuk menganalisis salah satu elemen dari brand equity, yaitu perceived quality. Skala ini merupakan salah satu skala faktor yang dikembangkan untuk menganalisi dua masalah (Durianto et al., 2001), yaitu : 1) Pengukuran populasi yang multidimensi. 2) Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui. Metode skala ini dikembangkan khususnya untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek di mata seseorang. Metode ini didasarkan pada proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai dimensi pengertian konotatif yang berada dalam ruang ciri multidimensi yang disebut ruang semantik.
Definisi Istilah 1) Merek adalah nama, logo, simbol atau desain, atau kombinasi dari semuanya ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk/ jasa pesaing. 2) Brand equity (ekuitas merek) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan merek Ultra Milk yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. 3) Brand awareness (kesadaran merek) merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali Ultra Milk. 4) Brand association (asosiasi merek) adalah kesan yang tertanam dan muncul dibenak konsumen terkait dengan ingatannya terhadap Ultra Milk. 5) Brand Perceived quality (persepsi kualitas merek) adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas Ultra Milk. 6) Susu UHT (Ultra High Temperature) merupakan susu yang diolah menggunakan pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat. 7) Ultra Milk adalah merek susu UHT dalam kemasan aseptik yang diproduksi oleh PT. Ultrajaya Milk Industry. 8) Konsumen adalah orang yang membeli dan pernah mengkonsumsi Ultra Milk, berusia di atas 17 tahun dan bersedia di wawancarai. 9) Foodmart merupakan bagian dari Holding company Matahari group untuk kategori supermarket yang dijadikan tempat penelitian dalam penelitian ini. 10) Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang di tempuh responden. 11) Penerimaan adalah penerimaan rata-rata responden per bulan. Bagi responden pelajar/mahasiswa, hal ini berarti uang saku atau biaya hidup per bulan. 12) Pengeluaran pangan adalah pengeluaran rata-rata responden per bulan untuk konsumsi pangan. 13) Pengeluaran konsumsi susu adalah pengeluaran rata-rata responden per bulan untuk konsumsi susu. 14) Atribut rasa merupakan pilihan rasa pada Ultra Milk antara lain plain, coklat, stroberi, mokka dan madu.
15) Atribut harga adalah nilai jual per unit produk Ultra Milk pada saat penelitian dilakukan, dalam satuan rupiah. 16) Atribut kandungan gizi adalah sejumlah zat bermanfaat yang terkandung dalam produk Ultra Milk seperti protein, karbohidrat, serat, vitamin dan mineral. 17) Atribut kejelasan tanggal kadaluarsa adalah batas waktu maksimal yang ditetapkan dimana produk dapat dikonsumsi. Biasanya dicantumkan pada bagian luar kemasan produk Ultra Milk yang mudah terlihat oleh konsumen. 18) Atribut iklan adalah ajakan yang bertujuan untuk memberitahukan keberadaan produk, membangun citra perusahaan, mempengaruhi, mendorong, minat serta mempertahankan ingatan konsumen terhadap produk Ultra Milk. 19) Atribut kemasan adalah bagian terluar dari suatu produk Ultra Milk yang berperan untuk menambah daya tarik. 20) Atribut
kemudahan
memperoleh
adalah
penilaian
kemudahan
dalam
memperoleh Ultra Milk di berapa tempat penjualan (Minimarket, supermarket, hypermarket, warung, dan pasar tradisional). 21) Atribut cita rasa adalah penilaian konsumen terhadap cita rasa Ultra Milk yang dikonsumsinya ( sangat tidak enak, tidak enak, cukup, enak, sangat enak). 22) Atribut volume adalah banyaknya kuantitas Ultra Milk yang terdapat dalam suatu kemasan produk Ultra Milk.
KEADAAN UMUM LOKASI Gambaran umum lokasi penelitian dilihat dari tiga faktor. Ketiga faktor yang dilihat ini adalah faktor sejarah, visi, misi, dan tujuan perusahaan serta struktur organisasi perusahaan. Sejarah Singkat Matahari Matahari didirikan pada tahun 1958 oleh Bapak Hari Darmawan dan istrinya Anna Janti yang pada waktu itu masih berupa sebuah toko kecil yang menjual pakaian di area Pasar baru Jakarta. Nama Matahari baru digunakan pada tahun 1973 sebagai nama dari toko tersebut. Pada tahun 1986 PT. Matahari Putra Prima Tbk telah termasuk sebagai Department Store dengan format toko Matahari Department Store. Lima buah toko beroperasi di daerah Jakarta, Bandung, Bogor dan Surabaya. PT. Matahari Putra Prima Tbk mulai membuat variasi operasional di luar Pulau Jawa dengan membuka toko di Medan, Sumatera Utara di tahun 1989. Kemajuan ekonomi pada tahun 1993 dan 1994 mendukung pertumbuhan Matahari yang mulai membuka toko-toko baru di Indonesia. Membuka toko Galeria yang ditujukan kepada kalangan menengah ke atas di tahun 1993 dan toko Super ekonomi pada tahun 1994 yang memiliki sasaran pelanggan toko-toko kecil. Pertumbuhan ekonomi yang kontinyu pada tahun 1995 mendukung Matahari untuk agresif mengembangkan rencana dengan membuka lebih banyak toko-toko pada banyak lokasi di Indonesia. Memperkenalkan konsep Hypermarket Eropa dengan membuka toko Hypermarket Mega M di daerah Metropolitan. Pada tanggal 13 Juni 1995, kerusuhan sosial terjadi di daerah Senen, Jakarta menyebabkan sebuah toko Matahari terbakar dan pada bulan Mei 1998 kerusuhan semakin meluas yang menyebabkan 6 toko dibakar dan toko lainnya rusak. Tahun perbaikan untuk Matahari, formulasi dan tahap implementasi inisial dari blue print (produk jangkauan kemajuan, operasi toko, HRD dan lain-lain). Nama toko Galeria dan Mega M diubah kembali ke Matahari, pembukaan kembali dari toko Lippo Karawaci (setelah dibakar pada kerusuhan bulan Mei 1998). Pada tahun 2002, Perusahaan melakukan pemisahan inti bisnis “Matahari Departement Store” dengan Matahari Supermarket yang diterapkan di Cilandak Town Square, Jakarta. Lalu pada tahun 2003, PT. Matahari Putra Prima, Tbk telah memilki 4 pilar bisnis yaitu Matahari Departement Store, Matahari Supermarket,
Properly and Distribution Centre dan Matahari Market Place. Di tahun 2004, PT. Matahari Putra Prima, Tbk. membuka unit Hypermarket dengan nama “Hypermart”. Pada tanggal 31 januari 2008 Matahari melakukan re-branding nama untuk kategori Supermarket menjadi satu yaitu Foodmart. Kini Holding Company yaitu Matahari Group terdiri atas Hypermart, Foodmart, Foodmart Express, Timezone dan Matahari Departement Store). Foodmart merupakan “Matahari Market Place” yang mengalami perubahan konsep. Konsep yang ditawarkan yaitu Kenyamanan dalam berbelanja dengan motto “Quality You Can Trust” dengan desain interior yang lebih modern dan lighting lebih terang dan juga kelengkapan produk serta peningkatan service terhadap konsumen. Visi, Misi dan Tujuan Matahari Visi Matahari adalah menjadi International player di bidang Ritel Supermarket, sedangkan Misi Matahari adalah menjadikan matahari Supermarket sebagai One Stop Shopping dengan produk fresh food (makanan segar) sebagai daya tarik konsumen untuk datang berbelanja serta memberikan pelayanan yang baik. Untuk mencapai tujuan visi dan misi ini, Matahari menawarkan produk yang bermacam-macam yang diantaranya termasuk merek dalam negeri dan merek luar negeri. Walaupun kontribusi utamanya masih berasal dari pakaian, Matahari juga menawarkan produk lain seperti tas, aksesori, kosmetik, mainan, peralatan rumah tangga, kebutuhan pangan, perlengkapan kamar mandi, hingga hiasan atau ukiran yang terbuat dari kayu. One Stop Shopping ini didukung oleh: 1) Tersedianya produk penunjang lain seperti bunga, produk kecantikan, kafe dan lain-lain. 2) Selalu berusaha menambah jenis produk baru untuk menunjang kelengkapan barang yang dijual. 3) Menjaga kelengkapan barang dengan meningkatkan service level/ tingkatan pelayanan. Fresh food (makanan segar) mencakup antara lain: 1) Meliputi bakery (roti), meat (daging) dan sea food. 2) Menyediakan barang yang segar dan berkualitas.
3) Menjadikan produk fresh food (makanan segar) sebagai daya tarik dan diharapkan konsumen akan tertarik untuk berbelanja produk lainnya. Pelayanan yang baik dimaksudkan untuk: 1) Memberikan harga yang bersaing. 2) Konsumen nyaman berada di area belanja. 3) Kemudahan dalam mencari barang. 4) Instore promo yang dilakukan seperti pemberian sampel produk gratis, demo masak, potongan harga dan lian-lain. 5) Kemudahan transaksi pembayaran, seperti tersedianya ATM (Anjungan Tunai Mandiri), Debit Card (kartu debit) dan Tarik Tunai. 6) Tersedianya fasilitas penunjang seperti trolley (troli) dan toilet pelanggan. 7) Program bantuan kasir dan helper untuk memperlancar transaksi di kassa. 8) Komitmen untuk memberikan soft drink (minuman ringan) secara gratis apabila kasir tidak melakukan salah satu program Customer Care yaitu salam, tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Struktur Organisasi Matahari Struktur Organisasi Matahari Suppliers Club dimaksudkan untuk mengetahui supplier yang menyuplai barangnya ke Matahari. Struktur organisasi Matahari dipimpin oleh seorang manajer toko yang di bawahnya terdapat dua orang asisten manajer toko. Asisten manajer toko satu membawahi bagian/divisi checkout (pemeriksaan), Grocery, general marchandise dan non food sedangkan asisten manajer toko dua membawahi bagian/divisi loss prevention, produce, dairy frozen, bakery, meat dan receiving. Bagan struktur organisasi Foodmart Ekalokasari Bogor dapat dilihat pada Gambar 6.
Management Store Management Dwi Juliawan Asisten Manager Agus tri R.
Checkout Supervisior Kulsum Bambang H.S. Cashier Edp Kassa Finance Cust. Service Adm. Store Visual. M.
Grocery Supervisor Diah W. Bambang H.S. Sales Asist N. Food Supervisior Witono N. Sales Asist
Asisten Manager Tri Andri N.
General Merchandise Supervisior Hendra S. Sales Ast
Produce Supervisor Dian H. Sales Asist
Loss Prevention Sales Assit. Nana L. B. Suhendar Kiki Supriadi Kristina
Bakery Supervisior Bakery Rahmat hidayat Tajudin F. Receiving Staff Edp Ekspedisi Maintance Adm Po
Meat Supervisior Suparman Butchers
Gambar 6: Struktur Organisasi Foodmart Ekalokasari Bogor Sumber: Foodmart Ekalokasari Bogor, Tahun 2008.
Dairy Frozen Sales Asist Budi H. Ginanjar
Receiving Storekeeper Sophan Receiving Staff Edp Ekspedisi Maintenance Adm Po
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Umum Konsumen Responden yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah mereka yang pernah mengkonsumsi susu cair UHT merek Ultra Milk. Data dikumpulkan dari 100 orang responden yang menjelaskan berbagai karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen tersebut adalah jenis kelamin, status pernikahan, usia,
pekerjaan,
pendidikan terakhir, penerimaan selama bulan terakhir, pengeluaran konsumsi pangan pokok selama sebulan terakhir dan pengeluaran konsumsi susu selama sebulan terakhir. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan didapatkan hasil bahwa sebagian besar konsumen Ultra Milk berjenis kelamin perempuan. Banyaknya konsumen perempuan karena pada umumnya yang berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari biasanya adalah perempuan, sehingga konsumen yang ditemui dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak perempuan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Konsumen Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Orang
(%)
Perempuan
63
63,00
Laki-laki
37
37,00
100
100,00
Total
Status pernikahan konsumen dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen. Proses pengambilan keputusan pembelian yang terjadi pada konsumen yang sudah menikah cenderung memiliki unsur pengaruh dari pasangannya atau anggota keluarga yang lain. Konsumen yang sudah menikah relatif lebih berhati-hati dan terencana dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk. Konsumen yang belum menikah relatif lebih independen dalam menentukan pilihan mengkonsumsi suatu produk. Sebagian besar konsumen dalam penelitian ini memiliki status sudah menikah. Hal ini mempengaruhi pengambilan keputusan karena pada umumnya perempuan lebih dominan dalam mengambil keputusan untuk konsumsi keluarga. Tabel 3 menyajikan data konsumen berdasarkan status pernikahan.
Tabel 3. Distribusi Konsumen Menurut Status Pernikahan Status Pernikahan
Jumlah Orang
(%)
Sudah Menikah
74
74,00
Belum Menikah
26
26,00
100
100,00
Total
Usia konsumen perlu mendapat perhatian karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda pula. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Usia dapat menjadi salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian serius dari pihak produsen, karena usia dapat dijadikan sebagai dasar segmentasi produk yang akan ditawarkan. Hal tersebut berarti pihak produsen terutama pada bidang pemasaran harus mengetahui komposisi dan distribusi usia penduduk suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Tabel 4. Distribusi Konsumen Menurut Usia Kelompok Usia (tahun)
Jumlah Orang
(%)
18-29
38
38,00
30-53
58
58,00
54-65
4
4,00
Total
100
100,00
Hasil penelitian menunjukkan segmentasi pasar Ultra Milk dominan berada pada konsumen yang berusia produktif dan telah berkeluarga. Hal ini dikarenakan Ultra Milk dapat dikonsumsi untuk anak-anak berusia di atas satu tahun, remaja, maupun dewasa. Sehingga konsumen Ultra Milk di Foodmart ini membeli produk Ultra Milk tidak hanya untuk konsumsi individu tetapi juga untuk seluruh anggota keluarga. Kelompok usia 54-65 tahun hanya sebanyak empat orang saja, hal tersebut dikarenakan konsumen pada usia tersebut mempunyai kebutuhan akan kalsium yang berbeda dan pemilihan produk susu yang dikonsumsi berdasarkan kandungan kalsium yang diperlukan.
Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Dimana pendidikan dan profesi seseorang akan mempengaruhi penghasilan yang diterimanya sekaligus juga mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan menunjukkan tingkat pengetahuan, wawasan, pola pikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Tabel 5. Distribusi Konsumen Menurut Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Karateristik konsumen
Jumlah Orang
Pendidikan Terakhir SLTP
3
3,00
SLTA/SMEA/SMK
42
42,00
Perguruan tinggi
55
55,00
100
100,00
Pegawai swasta
35
35,00
Ibu Rumah Tangga
26
26,00
PNS/ ABRI
13
13,00
Wiraswasta
13
13,00
Mahasiswa
12
12,00
1
1,00
100
100,00
Total
(%)
Pekerjaan
Pelajar Total
Hasil penelitian menunjukkan konsumen Ultra Milk di Foodmart adalah mereka yang berpendidikan terakhir perguruan tinggi dan bekerja sebagai pegawai swasta. Tingkat pendidikan dan status pekerjaan mereka pada sektor swasta tersebut tidak hanya mempengaruhi mereka tentang pengetahuan tentang susu tetapi sudah pada tahap kesadaran mereka akan gizi yang lebih baik dan umumnya konsumen cenderung lebih kritis dalam membeli suatu produk.
Penerimaan merupakan semua pendapatan yang diperoleh dari luar yang berupa upah atau gaji dari hasil bekerja, kiriman orang tua dan lain-lain. Jumlah penerimaan akan menggambarkan daya beli konsumen. Daya beli menggambarkan banyaknya produk atau jasa yang dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen dan keluarganya. Penerimaan konsumen perlu diketahui oleh pemasar karena penghasilan konsumen merupakan indikator penting akan besarnya jumlah produk yang bisa dibeli konsumen. Tabel 6. Distribusi Konsumen Berdasarkan Penerimaan, Pengeluaran Konsumsi Pangan Pokok dan Pengeluaran Konsumsi Susu Karateristik konsumen
Jumlah Orang
(%)
Rp 400.000,00 – Rp 1.500.000,00
30
30,00
Rp 1.500.001,00 – Rp 5.000.000,00
45
45,00
Rp 5000.001,00 – Rp 18.000.000,00
25
25,00
100
100,00
Rp 200.000,00 – Rp 500.000,00
26
26,00
Rp 500.001,00 – Rp 2000.000,00
54
54,00
Rp 2.000.001,00 – Rp 6.000.000,00
20
20,00
100
100,00
Rp 10.000,00 – Rp 75.000,00
28
28,00
Rp 75.001.00 – Rp 200.000,00
49
49,00
Rp 200.001,00 – Rp 4.000.000,00
23
23,00
100
100,00
Penerimaan
Total Rata-rata Rp4.319.500,00± Rp 3.657.971,06
Pengeluaran Konsumsi Pangan Pokok
Total Rata-rata Rp 1.441.500 ± Rp 1.079.610,269
Pengeluaran Konsumsi Susu
Total Rata-rata Rp 269.220,00± Rp 516.910,5305
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan sebagian besar konsumen berada pada golongan pendapatan penerimaan sedang.
Rataan penerimaan
konsumen adalah Rp 4.319.500,00 dengan koefisien keragaman yang tinggi
(84,68%), besarnya nilai keragaman pada penerimaan menunjukkan bahwa konsumen susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart sangat beragam dari segi perekonomian. Rataan pengeluaran konsumsi pangan pokok konsumen sebesar Rp 1.441.500,00 dengan koefisien keragaman yang juga tinggi yaitu sebesar 74,89% dan rataan pengeluaran konsumsi susu selama sebulan adalah Rp 269.220,00 dengan koefisien keragaman yang sangat tinggi yaitu sebesar 192%. Lampiran 1 menunjukkan hubungan antara masing-masing kelompok penerimaan dengan pengeluaran konsumsi susu. Terdapat hubungan yang sangat nyata sebesar 0,530 antara penerimaan rendah dan pengeluaran konsumsi susu dengan koefisien korelasi cukup kuat (signifikan pada 0,01). Hal ini menunjukkan terjadi pengaruh yang signifikan antara penerimaan rendah dengan pengeluaran konsumsi susu. Penerimaan sedang dengan pengeluaran konsumsi susu mempunyai koefisien korelasi lemah sebesar 0,266. Hal ini menunjukkan bahwa kurang adanya pengaruh pada penerimaan sedang dengan pengeluaran konsumsi susu. Penerimaan tinggi dengan pengeluaran konsumsi susu mempunyai korelasi lemah sebesar 0,366. Hal ini menunjukkan bahwa kurang adanya pengaruh pada penerimaan tinggi dengan pengeluaran konsumsi susu. Tabel 7 menunjukkan hubungan antara penerimaan, pengeluaran konsumsi pangan pokok dan pengeluaran konsumsi susu yang disajikan dalam bentuk persentase. Semakin besar penerimaan, persentase pengeluaran pangan pokok akan semakin menurun sedangkan persentase pengeluaran konsumsi susu semakin meningkat. Tabel 7. Proporsi Pengeluaran Pangan Pokok dan Pengeluaran Konsumsi Susu terhadap Penerimaan Penerimaan
Pengeluaran Pangan Pokok (%)
Pengeluaran Susu (%)
Rp 400.000,00 – Rp 1.500.000,00
40,85
6.38
Rp 1.500.001,00 – Rp 5.000.000,00
37,43
6,54
Rp 5000.001,00 – Rp 18.000.000,00
29,77
6,98
Rasa Ultra Milk yang Paling Disukai Sebagian besar konsumen Ultra Milk di Foodmart menyukai adanya penambahan aroma pada susu. Rasa susu yang paling banyak disukai konsumen adalah rasa coklat hal ini disebabkan karena coklat mengandung suatu zat yang dapat menghasilkan dopamine. Dampak dari dopamine ini menimbulkan perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Sehingga coklat sangat tepat bila dicampurkan pada susu karena rasa susu menjadi sangat lezat apalagi bila dinikmati dalam keadaan dingin. Data selengkapnya mengenai rasa Ultra Milk yang paling disukai dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Rasa Ultra Milk yang Paling Disukai Rasa
Jumlah Orang
(%)
Coklat
69
69,00
Plain
18
18,00
Stroberi
11
11,00
Mokka
1
1,00
Madu
1
1,00
Volume Ultra Milk yang Paling Sering Dibeli Usia simpan Ultra Milk yang hanya bertahan beberapa hari setelah kemasan dibuka membuat sebagian besar konsumen membeli kemasan dalam ukuran 250 ml karena Ultra Milk dalam volume tersebut sangat praktis dengan kemasan untuk satu kali konsumsi. Selain itu, bila dilihat dari penerimaan sebagian besar konsumen yang berada pada golongan masyarakat berpendapatan sedang, mereka beranggapan bahwa volume 250 ml lebih ekonomis dibandingkan volume 1000 ml. Hal ini dapat menjadi bahan masukkan bagi Manajer Foodmart agar lebih banyak menyediakan Ultra Milk rasa coklat dengan volume 250 ml. Data selengkapnya mengenai volume Ultra Milk yang paling sering dibeli dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Konsumen BerdasarkanVolume Ultra Milk yang Paling Sering Dibeli Volume (ml)
Jumlah Orang
(%)
250
31
31,00
1000
27
27,00
125
21
21,00
200
21
21,00
100
100,00
Total
Sumber Informasi Ultra Milk Perkembangan media massa (televisi, majalah, radio, dan koran) sangat berpengaruh terhadap konsumen karena media massa merupakan sumber informasi yang menarik bagi kebanyakan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Sumber
informasi
yang
mempengaruhi
sebagian
besar
responden
dalam
mengkonsumsi Ultra Milk adalah televisi. Iklan televisi mempunyai sifat visual yang terdiri dari kombinasi warna-warna, suara dan gerakan sehingga lebih nampak hidup dan nyata. Dengan kelebihan ini produsen dapat menunjukkan keunggulan produknya secara detil. Data selengkapnya mengenai Sumber Informasi Ultra Milk dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Konsumen Berdasarkan Sumber Informasi Ultra Milk Sumber Informasi
Jumlah Orang
(%)
Televisi
68
68,00
Keluarga
16
16,00
Supermarket
13
13,00
Toko
2
2,00
Warung
1
1,00
100
100,00
Total
Tempat Pembelian Ultra Milk pada Satu Bulan Terakhir Perubahan pola hidup masyarakat ditandai dengan adanya kepedulian masyarakat terhadap keamanan pangan dan kualitas produk. Kepedulian tersebut dapat dilihat dari pemilihan produk yang dibeli dan semakin banyaknya konsumen yang memilih ritel modern untuk membeli produk. Alasan konsumen memilih ritel modern sebagai tempat berbelanja karena konsumen menginginkan kualitas produk yang tetap terjaga dan kenyamanan dalam berbelanja. Sebagian besar responden memilih tempat pembelian Ultra Milk pada satu bulan terakhir
adalah di ritel
modern, alasan konsumen memilih ritel modern sebagai tempat berbelanja karena konsumen menginginkan kualitas produk yang tetap terjaga dan kenyamanan dalam berbelanja.
Sebelum
membeli
Ultra
Milk
diharapkan
setiap
konsumen
memperhatikan keadaan produk, apakah produk masih dalam keadaan baik atau sudah rusak. Hal ini perlu diperhatikan karena Ultra Milk (susu cair UHT) yang merupakan jenis pangan yang sangat mudah rusak oleh mikroorganisme. Data selengkapnya mengenai tempat pembelian Ultra Milk pada satu bulan terakhir dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Konsumen Berdasarkan Tempat Pembelian Ultra Milk pada Satu Bulan Terakhir Tempat pembelian
Jumlah Orang
(%)
1) Ritel Modern Hypermarket ( Giant, Carrefour, Hypermart)
19
19,00
Supermarket (Foodmart, Superindo, Ramayana, Hero)
43
43,00
Minimarket (Indomaret, Alfamart)
29
29,00
6
6,00
2) Warung 3) Pasar tradisional Total
3 100
3,00 100,00
Analisis Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Ekuitas merek susu cair UHT merek Ultra Milk dapat diketahui melalui pengukuran elemen-elemen ekuitas merek antara lain analisis tingkat kesadaran merek, analisis asosiasi merek, analisis persepsi kualitas merek dan analisis loyalitas merek. Analisis Kesadaran Merek Analisis kesadaran merek dalam penelitian ekuitas merek ini berdasarkan tingkatan kesadaran merek yaitu puncak pikiran (Top of Mind), pengingatan kembali (Brand Recall), pengenalan merek (Brand Recognition) dan tidak menyadari merek (Unaware Brand). Puncak Pikiran (Top of Mind) Analisis top of mind dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui merek susu cair UHT yang paling diingat oleh konsumen. Berdasarkan survei tehadap 100 orang responden yang semuanya merupakan konsumen Ultra Milk. Ultra Milk merupakan merek yang paling diingat oleh konsumen dan menempati puncak pikiran. Pengingatan Kembali (Brand Recall) Analisis brand recall dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengingatan kembali terhadap merek-merek susu cair UHT selain merek Ultra Milk Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa merek susu cair UHT yang paling banyak diingat oleh konsumen adalah merek susu cair UHT dalam negeri (lokal). Pengenalan Merek (Brand Recognition) Analisis brand recognition dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengenalan merek Ultra Milk oleh konsumen dengan diberikan bantuan untuk mengingatkannya. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada seorangpun konsumen yang perlu diberikan bantuan untuk mengenal merek Ultra Milk. Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan konsumen terhadap merek Ultra Milk sangat baik
Tabel 12. Brand Recall Merek Susu Cair UHT Merek Susu Cair UHT
Jumlah Orang
(%)
Indomilk
49
49,00
Bendera
28
28,00
Milo
5
5,00
Anlene
5
5,00
Bonetto
4
4,00
Ovaltine
2
2,00
Anchor
2
2,00
Greenfield
2
2,00
Susu bantal
1
1,00
Bearbrand
1
1,00
Dutch Milk
1
1,00
100
100,00
Total
Tidak Menyadari Merek (Unaware Brand) Analisis unaware brand dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tidak adanya pengenalan merek Ultra Milk oleh konsumen. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada seorangpun konsumen yang tidak mengenal merek Ultra Milk. Hal ini semakin membuktikan bahwa pengenalan merek Ultra Milk sangat baik. Analisis Asosiasi Merek Komponen kedua dari ekuitas merek yang dianalisis adalah brand association. Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul dibenak konsumen yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image. Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image yang dimiliki oleh produk tersebut. Uji asosiasi dilakukan dengan metode uji Cochran. Uji Cochran dilakukan terhadap asosiasi-asosiasi merek Ultra Milk yang bertujuan untuk menguji nyatanya
hubungan setiap asosiasi yang ada pada merek Ultra Milk. Asosiasi-asosiasi yang diuji antara lain iklan menarik, pilihan rasa beragam, kejelasan tanggal kadaluarsa, harganya terjangkau, kandungan gizi lengkap, mudah diperoleh, volume bervariasi, kemasannya menarik, cita rasanya enak dan merek terkenal. Berdasarkan penghitungan uji asosiasi, untuk mencapai hasil Q < X² Tabel dilakukan penghilangan 2 asosiasi yaitu asosiasi iklan menarik dan harga terjangkau. Dengan hasil Q < X², maka H0 diterima berarti jawaban “ya” sama untuk semua asosiasi yang tersisa pada pengujian terakhir. Adapun hasil pengujian asosiasi merek Ultra Milk terdapat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Penghitungan Uji Asosiasi Merek Ultra Milk Uji 1 2
3
Asosiasi Semua Asosiasi Semua Asosiasi kecuali asosiasi iklan menarik Semua Asosiasi kecuali asosiasi iklan menarik dan harga terjangkau
db
X² tabel
Q
Hasil
9
16,919
86,749
Q > X² tabel
8
15,507
32,397
Q > X² tabel
7
14,067
13,657
Q < X² tabel
Setelah dilakukan analisis brand association dengan menggunakan uji Cochran terdapat asosiasi-asosiasi yang tersisa. Asosiasi-asosiasi yang tersisa tersebut akan menjadi brand image Ultra Milk. Maka dapat disimpulkan brand image Ultra Milk adalah : 1) Merek terkenal 2) Kemasannya menarik 3) Cita rasanya enak 4) Volume bervariasi 5) Mudah diperoleh 6) Kandungan gizi lengkap 7) Tanggal kadaluarsa jelas 8) Pilihan rasa beragam Dari penelitian ini, ternyata hanya asosiasi harga terjangkau dan iklan menarik yang bukan brand image yang dimiliki Ultra Milk. Banyaknya asosiasi yang saling berhubungan membentuk brand image yang dimiliki oleh Ultra Milk sangat kuat.
Perusahaan diharapkan tetap menjaga dan meningkatkan kualitas melalui identitas merek yang dimiliki Ultra Milk. Analisis Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Persepsi kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap mutu suatu produk. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk tersebut dan berpengaruh secara langsung dalam keputusan pembelian konsumen dan loyalitasnya terhadap merek. Mutu keseluruhan yang diukur pada elemen persepsi kualitas merek adalah mutu dari atribut yang dimiliki Ultra Milk. Analisis persepsi kualitas akan diukur dengan skala Semantic Differential. Metode skala ini digunakan untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek di mata seorang konsumen dengan cara menempatkan dua skala penilaian dalam titik-titik ekstrim yang berlawanan. Tabel 14. Rataan Nilai Atribut Persepsi Kualitas Ultra Milk Atribut
Rataan
Rentang skala
Kategori
Iklan
3,17
2,60 – 3,40
cukup
Kandungan gizi
3,7
3,40 – 4,20
baik
Harga
2,98
2,60 – 3,40
cukup
Cita rasa
3,96
3,40 – 4,20
baik
Volume
3,78
3,40 – 4,20
baik
Rasa
3,79
3,40 – 4,20
baik
Tanggal kadaluarsa
3,81
3,40 – 4,20
baik
Kemudahan memperoleh
3,93
3,40 – 4,20
baik
Kemasan
3,55
3,40 – 4,20
baik
Kepopuleran merek
4,11
3,40 – 4,20
baik
Keterangan : 1,00 – 1,80 = tidak baik 1,80 – 2,60 = kurang baik 2,60 – 3,40 = cukup
3,40 – 4,20 = baik 4,20 – 5,00 = sangat baik
Hasil nilai rataan atribut Ultra Milk yang tertera pada Tabel 13 akan disajikan dalam grafik Semantic Differential. Grafik tersebut menggunakan rentang skala 1 sampai dengan 5 untuk memperoleh keadaan merek yang dianalisis.
Gambar 7. Grafik Semantic Differential Ultra Milk Grafik Semantic Differential di atas memperlihatkan bahwa hampir seluruh atribut Ultra Milk berada di sisi kanan atau positif, sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi kualitas untuk Ultra Milk relatif berada dalam posisi antara cukup dengan baik. Diantara seluruh atribut tersebut, yang perlu mendapat perhatian adalah atributatribut yang berada pada rentang skala cukup. Atribut-atribut yang berada pada rentang skala cukup, yaitu iklan dan harga produk. Kedua atribut tersebut merupakan hal yang vital bagi suatu produk susu cair UHT mengingat saat ini banyaknya merek susu cair yang berada di pasar. Rataan konsumen menilai cukup untuk iklan Ultra Milk. Di samping itu, konsumen menilai intensitas iklan Ultra Milk sangat jarang. Berdasarkan pembahasan sebelumnya pada sumber informasi Ultra Milk diketahui bahwa televisi merupakan sumber informasi yang paling berpengaruh terhadap pengenalan Ultra Milk. Hal ini dapat mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan membeli Ultra Milk karena walaupun merek Ultra Milk sudah sangat populer tetapi dengan adanya promosi/iklan yang gencar dari para pesaing yang menawarkan
keunggulan dari produknya dikhawatirkan akan mengurangi jumlah pelanggan Ultra Milk. Untuk itu, dengan memanfaatkan sumber informasi lainnya seperti supermarket, PT. UMI dapat melakukan alternatif lain untuk mendekatkan diri dengan masyarakat salah satu caranya adalah dengan mengadakan event-event (promosi langsung) di pasar swalayan. Promosi langsung di tempat pembelian mempunyai beberapa keuntungan antara lain membuat produk atau merek yang bersangkutan menjadi daya tarik diantara produk atau merek lain dari kategori yang sama dan promosi langsung merupakan penghubung ke media lain, dengan menggunakan kreativitas yang sama, maka konsumen akan bisa mengingat kembali iklan yang pernah dilihatnya di media lain seperti televisi, media cetak atau media lain. Atribut lainnya yang berada pada rentang skala cukup adalah harga. Nilai rataan pada atribut ini merupakan nilai rataan yang paling rendah di antara atribut yang lain, selain itu pada analisis asosiasi merek harga terjangkau juga tidak termasuk dari brand image dari Ultra Milk. Hal ini juga perlu diperhatikan secara hati-hati oleh pihak manajemen perusahaan karena dapat menjadi kelemahan dari Ultra Milk mengingat ada sebagian pelanggan yang akan beralih ke merek lain jika harganya naik. Sehingga untuk kelompok pelanggan yang demikian harga mahal menjadi nilai negatif bagi merek Ultra Milk. Harga Ultra Milk yang cukup mahal jika dibandingkan dengan susu cair UHT merek lain diduga karena pengolahan Ultra Milk menggunakan mesin yang serba otomatis, modern dan berteknologi tinggi. PT. UMI merupakan satu-satunya perusahaan yang pertama kali menggunakan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan pengemasan aseptik di Indonesia. PT. UMI juga diakui sebagai salah satu produsen pengguna mesin pengolahan dan pengemasan makanan dan minuman paling canggih se-Asia dengan tingkat sanitasi paling higienis. Sehingga mereka selalu menghasilkan produk terbaik yang dapat mempertahankan kesegaran dan nilai gizi dari bahan baku terpilih hingga jangka waktu panjang bagi kepuasan konsumennya. Atribut-atribut Ultra Milk yang termasuk dalam rentang skala baik antara lain kepopuleran merek, cita rasa, kemudahan memperoleh, kejelasan tanggal kadaluarsa, rasa, volume, kandungan gizi, kemasan.
1) Atribut kepopuleran merek dinilai baik karena Ultra Milk merupakan produk susu cair UHT yang pertama ada di Indonesia semenjak tahun 1975 sehingga sudah terekam dalam benak konsumen bahwa Ultra Milk adalah susu cair UHT. Selain itu sampai saat ini Ultra Milk merupakan pemimpin pasar yang menguasai 50% pangsa pasar susu cair UHT di Indonesia, data selengkapnya mengenai pangsa pasar Ultra Milk dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Produsen Susu Cair Olahan di Indonesia dan Kapasitasnya pada Tahun 2002 Nama Perusahaan
Status
Ultra Jaya Milk Industry, PT
PMDN Ultra Milk
Nestle Indonesia, PT
PMA
Frisian Flag Indonesia, PT
PMA
Indomilk, PT Greenfields Indonesia, PT Perusahaan lainnya
Kapasitas (Kilo liter)
Market Share (%)
100.000
54,38
Milo
37.600
20,45
Yes!
30.000
16,31
PMDN Indomilk
6.000
3,26
PMDN Realgood
3.870
2,14
6.411
3,46
-
Total
Merek
-
183.881
100,00
Sumber : INDOCOMERCIAL, 2002 Keterangan : PMDN : Perusahaan Milik Dalam Negeri PMA : Perusahaan Milik Asing
2) Cita rasa Ultra Milk yang lezat merupakan alasan utama konsumen dalam pengambilan keputusan pada saat membeli Ultra Milk, berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen rasa manis yang ditawarkan Ultra Milk tidak berlebihan dan rasanya akan semakin nikmat bila disajikan dalam keadaan dingin. 3)
PT. UMI termasuk salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki jaringan distribusi yang paling luas. Mencakup seluruh daerah Indonesia, mulai dari Sumatera di ujung Barat hingga Papua di ujung Timur. Hal ini dapat dicapai oleh adanya sistem distribusi yang terdiri dari 2500 grosir yang bersama-sama melayani lebih dari 25000 toko ritel (toko modern dan tradisional), hotel dan pelanggan komersial. Jaringan distribusi ini juga didukung oleh jaringan penjualan PT. UMI yang terdiri dari lebih 300 tenaga penjual, lebih dari 100 kendaraan, serta 9 depo dan kantor cabang di kota-kota besar, ditambah lagi oleh beberapa distributor lokal. Saluran distibusi yang luas di berbagai tingkat
pengecer di seluruh Indonesia membuat konsumen mudah untuk memperoleh Ultra Milk baik di warung, pasar tradisional maupun pada ritel-ritel modern. 4) Kejelasan tanggal kadaluarsa untuk produk pangan sangat penting karena dengan adanya tanggal kadaluarsa yang jelas konsumen dapat tahu bahwa produk tersebut masih layak untuk dikonsumsi. PT. UMI sangat memperhatikan hal ini tanggal kadaluarsa yang berada pada bagian atas produk membuat konsumen dapat langsung melihat kejelasan kadaluarsa Ultra Milk. 5) Atribut pilihan rasa beragam dinilai baik oleh konsumen. Hal ini bisa dilihat dari varian rasa Ultra Milk yang terdiri dari plain, coklat, stroberi, mokka. Baru-baru ini PT. UMI meluncurkan rasa baru Ultra Milk yaitu rasa madu sehingga menambah keragaman dari pilihan rasa Ultra Milk. 6) Atribut pilihan rasa beragam dinilai baik oleh konsumen. Hal ini bisa dilihat dari varian volume Ultra Milk yang terdiri dari ukuran 125 ml, 200 ml, 250 ml dan 1000 ml. 7) PT. UMI merupakan produsen yang pertama kali menggunakan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan pengemasan aseptik di Indonesia untuk memproduksi produk sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu panjang. Pengalamannya di bidang ini telah mencapai lebih dari 3 dekade dan memberikan posisi kuat sebagai pemimpin pasar di industri susu cair. PT. UMI saat ini merupakan salah satu produsen terbesar produk-produk UHT di Asia Pasifik dengan total kapasitas produksi mencapai lebih dari 100 juta liter setiap tahun. Melalui proses UHT kandungan gizi Ultra Milk menjadi tidak berkurang seperti kandungan gizi susu segarnya dan konsumen dapat dengan mudah mengetahui kandungan gizi dari Ultra Milk karena kandungan gizi biasanya tertera jelas diluar kemasan. 8) Kombinasi warna-warna pada kemasan dan adanya logo “Superbrands Asia’s Top 1000” membuat konsumen menilai bahwa atribut kemasan Ultra Milk baik, akan tetapi nilai rataan atribut ini paling rendah di antara atribut-atribut lain yang berada pada kategori baik. Hal ini perlu diperhatikan lagi oleh PT. UMI, berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen, konsumen menilai desain kemasan Ultra Milk tersebut dipergunakan dari dahulu hingga sekarang sehingga daya tarik dari segi desain kemasan dinilai berkurang. Untuk itu PT. UMI
diharapkan untuk memodifikasi desain kemasan dengan membuat desain kemasan baru yang lebih menarik lagi tanpa menghilangkan ciri khas dari Ultra Milk yang membedakannya dengan merek lain. Analisis Loyalitas Merek Loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek. Loyalitas merek para pelanggan yang ada mewakili suatu aset yang strategis dan jika dikelola dengan benar. Analisis loyalitas merek dilakukan berdasarkan tingkatan loyalitas merek, yaitu Switcher, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liking The Brand dan Committed Buyer. Analisis Switcher Analisis Switcher dilakukan untuk mengetahui berapa banyak responden yang sensitif terhadap perubahan harga. Pada konteks penelitian ini, Switcher diartikan konsumen merek Ultra Milk yang berpindah merek susu cair UHT lain karena faktor harga. Jumlah konsumen yang sensitif terhadap perubahan haga dan berpindah ke merek lain sebanyak 27 orang (27%). Hal ini menunjukkan sebagian besar konsumen tidak berpindah-pindah merek karena faktor harga. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen pada saat pengumpulan data diperoleh informasi bahwa konsumen yang tetap memilih Ultra Milk walaupun harga naik disebabkan karena konsumen lebih mementingkan kualitas dan cita rasa daripada harga. Konsumen rela mengeluarkan uang sedikit lebih mahal untuk memperolehnya apabila merek tersebut mampu memberikan kepuasan konsumen yang tidak mereka dapatkan dengan mengkonsumsi merek lain. Analisis Habitual Buyer Analisis ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan Ultra Milk yang merupakan pembeli karena kebiasaan (Habitual Buyer). Habitual Buyer dalam konteks ini merupakan pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak merasakan kekecewaan atas barang yang dikonsumsinya. Habitual Buyer adalah konsumen yang menjawab “setuju” dan “sangat setuju’ apabila ditanyakan “Apakah Anda setuju bahwa alasan Anda membeli Ultra Milk karena kebiasaan?”. Jumlah konsumen yang mengkonsumsi Ultra Milk karena alasan kebiasaan sebanyak 57%. Nilai rata-rata konsumen Habitual Buyer adalah 3,38 rentang tersebut termasuk dalam skala baik.
Analisis Satisfied Buyer Analisis ini dilakukan untuk mengetahui konsumen yang termasuk kategori Satisfied Buyer. Konteks Satisfied Buyer dalam penelitian ini adalah konsumen yang mendapat kepuasan pada saat membeli Ultra Milk. Satisfied Buyer adalah konsumen yang menjawab “puas” dan “sangat puas” apabila ditanyakan “Apakah Anda menemukan kepuasan dalam mengkonsumsi Ultra Milk?”. Jumlah konsumen yang menemukan kepuasan dalam mengkonsumsi Ultra Milk sebanyak 80%. Nilai ratarata konsumen Satisfied Buyer adalah 3,82 rentang tersebut termasuk dalam skala baik. Hal ini menunjukkan sebagian besar konsumen merasa puas dalam mengkonsumsi Ultra Milk. Analisis Liking The Brand Analisis Liking The Brand dilakukan untuk mengetahui jumlah konsumen yang bernar-benar menyukai merek Ultra Milk. Pada tahap ini konsumen sudah memilki kedekatan emosional dengan merek yang disukai, sehingga akan sulit bagi merek lain untuk menarik konsumen yang sudah menyukai merek. Liking The Brand pada konteks ini adalah konsumen yang menjawab “suka” dan “sangat suka” pada pertanyaan “Apakah Anda benar-benar menyukai Ultra Milk?”. Jumlah konsumen yang benar-benar menyukai Ultra Milk sebanyak 77%. Nilai rata-rata konsumen Liking The Brand adalah 3,85 rentang tersebut termasuk dalam skala baik. Hal ini dikarenakan konsumen memiliki kepercayaan kepada merek Ultra Milk yang sudah ada di Pasar susu cair UHT sejak dulu. Analisis Committed Buyer Tahapan akhir dari analisis loyalitas merek adalah analisis Committed Buyer (pembeli setia). Pada tahap ini konsumen memiliki kebanggaan tersendiri terhadap suatu merek, sehingga kesukaan konsumen terhadap suatu merek akan mendorong mereka untuk membicarakan merek tersebut kepada orang lain. Indikator dalam pembeli yang setia adalah seberapa sering respon konsumen untuk mempromosikan dan merekomendasikan suatu merek kepada orang lain. konsumen menjawab “sering’ dan “selalu” apabila ditanyakan “Apakah Anda menyarankan dan mempromosikan Ultra Milk kepada orang lain?”. Jumlah konsumen yang mempromosikan dan menyarankan Ultra Milk kepada orang lain hanya berjumlah 4 orang. Artinya hanya 4% konsumen yang benar-benar
berkomitmen kepada merek Ultra Milk. Nilai rata-rata konsumen Committed Buyer adalah 1,46 rentang tersebut termasuk dalam skala sangat jelek. Hal ini menunjukkan sebagian besar konsumen loyal terhadap Ultra Milk hanya berkenaan dengan aktivitas pribadi mereka yaitu adanya manfaat dalam mengkonsumsi Ultra Milk. Piramida Loyalitas Merek Piramida loyalitas merek merupakan susunan tingkat kesetiaan merek yang dimiliki oleh pelanggan Ultra Milk. Piramida tersebut disusun berdasarkan perhitungan analisis Switcher, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liking The Brand dan Committed Buyer. Piramida loyalitas merek susu cair UHT merek Ultra Milk dapat dilihat pada Gambar 8. Suatu merek yang telah memiliki ekuitas merek kuat akan membentuk segitiga loyalitas merek terbalik. Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila merek semakin menuju pada tingkatan committed buyer (semakin ke atas) memiliki jumlah persentase yang semakin besar. 4%
Committed buyer
77%
Liking the brand
80%
Satisfied buyer
57%
Habitual buyer
27%
Switcher
Gambar 8. Piramida Loyalitas Merek Ultra Milk Loyalitas merek susu cair UHT Ultra Milk pada Gambar 8 belum menunjukkan bentuk piramida terbalik yang diharapkan. Tingkat kesukaan dan tingkat pembeli yang setia persentasenya tidak lebih besar dari konsumen yang membeli Ultra Milk karena faktor kepuasan. Pada level liking the brand, Ultra Milk cukup baik, hanya saja jika menuruti grafik piramida terdapat kecenderungan untuk
semakin tinggi levelnya semakin banyak konsumennya.. Pelanggan Ultra Milk cukup sedikit yang tergolong Switcher hanya 27% sedangkan yang termasuk Habitual Buyer dan Satisfied Buyer cukup besar yakni 57% dan 80%. Merek Ultra Milk yang sudah cukup lama berada di pasar susu cair UHT belum memiliki tingkat kesetiaan merek yang diharapkan. Perusahaan sebaiknya meningkatkan anggota pada tingkat Liking the brand dan Committed buyer Konsumen menilai persepsi kualitas Ultra Milk sudah cukup baik tetapi konsumen belum memiliki keterikatan dengan merek Ultra Milk. Menurut (Durianto et al., 2004), kesukaan konsumen terhadap suatu merek akan mendorong untuk membicarakan merek tersebut kepada orang lain, baik dalam taraf sekadar menceritakan mengenai alasan pembelian mereka terhadap merek tersebut atau bahkan
tiba pada
taraf
merekomendasikannya
kepada
orang
lain
untuk
mengkonsumsi merek tersebut. Untuk itu, PT. UMI harus dapat memastikan bahwa konsumen memiliki keterikatan dengan merek Ultra Milk. Strategi yang dapat dilakukan PT. UMI adalah menjaga kedekatan dengan konsumen secara berkesinambungan dengan meningkatkan promosi baik melalui media maupun promosi secara langsung. Memberi imbalan atas loyalitas pelanggan berupa hadiah, reward dan memberikan potongan harga untuk memelihara loyalitas merek.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Karakteristik dominan konsumen susu cair UHT merek Ultra Milk di Foodmart Plaza Ekalokasari Bogor adalah perempuan, berumur 30-53 tahun, status sudah menikah, pekerjaan pegawai swasta, pendidikan terakhir perguruan tinggi, penerimaan sebulan terakhir Rp. 1.500.001,00 - Rp.5.000.000,00, pengeluaran pangan pokok sebulan terakhir Rp 500.001,00 – Rp 2.000.000,00 dan pengeluaran konsumsi susu sebulan terakhir Rp 75.001,00 – Rp 200.000,00.
2. Ultra Milk memiliki ekuitas merek yang cukup kuat hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh melalui analisis terhadap elemen-elemen ekuitas merek. Secara keseluruhan persepsi kualitas atribut Ultra Milk berada pada kategori baik. Hal ini terbukti dari dari hampir semua atribut berada di sisi kanan atau positif pada grafik Semantc Differential. Atribut yang memiliki nilai rataan tertinggi pada atribut kepopuleran merek dan cita rasa. Piramida Loyalitas Merek menunjukkan bahwa konsumen yang loyal dengan Ultra Milk baru pada level pada level Satisfied Buyer. Saran 1.
PT. UMI sebaiknya tetap komitmen terhadap kualitas, hal ini bertujuan untuk memelihara loyalitas konsumen terhadap Ultra Milk.
2. PT. UMI harus lebih banyak melakukan kegiatan promosi langsung misalnya dengan mengadakan event-event di pasar swalayan, menjadi sponsor di berbagai kegiatan olahraga/pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, bekerja sama dengan institusi dan instansi pemerintah untuk menggelar kampanye minum susu cair, hal ini bertujuan untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap Ultra Milk.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam Penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, mendukung dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, yaitu: 1.
Kepada keluarga tersayang: Papa, Mama, dan adik-adik penulis ( Magribi, Ikbal, Reza, Rafita, dan Assyari) atas segala doa, perhatian, dukungan, kasih sayang yang tak terhingga agar penulis selalu semangat.
2.
Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen Pembimbing Utama dan dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis.
3.
Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku dosen Pembimbing Anggota atas bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis.
4.
Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen Penguji Seminar, penulis mengucapkan terimakasih atas masukan dan sarannya.
5.
Ibu Ir. Anggraini Sukmawati, MM selaku dosen Penguji Sidang, penulis mengucapkan terimakasih atas masukkan dan sarannya.
6.
Dr. Ir. Henny Nuraini, MSi selaku dosen Penguji Sidang, penulis mengucapkan terimakasih atas masukkan dan sarannya.
7.
Bapak Dwi Juliawan selaku Manajer Foodmart yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian di Foodmart serta atas masukan, saran dan bantuan yang tiada ternilai.
8.
Kepada PT. Metrodata Electronics, Tbk. dan Karya Salemba Empat yang telah memberikan beasiswa kepada penulis selama masa perkuliahan.
9.
Segenap staf dan pegawai Fakultas Peternakan atas bantuannya dalam memudahkan segala adminstrasi.
10. Cipto, Maria, Eva, Prima, Hesti, Ubaydillah, Galih, Anas, Lestari, Ruslan, Fijria, Ramah, Arga, Sandi, Mahmud, Rina, Fahmi, Sarah, Suci, Doni, Nova yang selalu membantu dan memberi semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
penulis
11. Greenhoz’ers, Ar-Riyadhers, SEIP 39-41 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala bantuannya. 12. Muhammad Alfiyan atas motivasi yang diberikan kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Mei 2008 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Aaker, D. A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek (Terjemahan). Mitra Utama. Jakarta. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan : H. Purnomo, Adiono. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Durianto, D., Sugiarto dan T. Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Hanjaya, L. 2004. Analisis ekuitas merek susu bubuk di Matahari Market Place, Plaza Ekalokasari Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid II. PT. Indeks kelompok Gramedia. Jakarta. Miru, A. 2005. Hukum Merek: Cara Mudah Mempelajari Undang-undang Merek. P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Perangin-angin, E. 2000. Analisis perilaku konsumen susu cair di pasar swalayan Hero Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. PT. Ultrajaya. 2007. http://www.ultrajaya.co.id. [ 3 agustus 2007 ] Rangkuti, F. 2004. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ratnasari, I. 2002. Analisis ekuitas merek (brand equity) produk chicken nugget merek “X”. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saefullah, A. 2002. Analisis brand equity (equitas merek) produk ikan kaleng pengunjung supermarket Matahari Sultan Plaza kota Bandung. Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sevilla, C. G., J.A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regalla, dan G.G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. Badan Standar Nasional. 1998. SNI 01-3141-1998: Syarat Mutu Susu Segar. Jakarta Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wulandari, D.S. 2003. Analisis elemen-elemen ekuitas merek (brand equity) produk mie instant. Skripsi. Jurusan Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Korelasi Kelompok Penerimaan dengan Pengeluaran Konsumsi Susu 1. Korelasi Penerimaan Rendah dengan Pengeluaran Konsumsi Susu Correlations
Spearman's rho
pen_rendah
peng_kon_susu
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pen_rendah 1,000 . 30 ,530** ,003 30
peng_kon_ susu ,530** ,003 30 1,000 . 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2.
Korelasi Penerimaan Sedang dengan Pengeluaran Konsumsi Susu
Correlations
Spearman's rho
pen_sedang
peng_kon_susu
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pen_sedang 1,000 . 45 ,266 ,078 45
peng_kon_ susu ,266 ,078 45 1,000 . 45
3. Korelasi Penerimaan Tinggi dengan Pengeluaran Konsumsi Susu
Correlations
Spearman's rho
pen_tinggi
peng_kons_susu
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
pen_tinggi 1,000 . 25 ,366 ,072 25
peng_kons_ susu ,366 ,072 25 1,000 . 25
Lampiran 2. Perhitungan Analisis Loyalitas Merek
Analisis habitual buyer
sangat tidak setuju tidak setuju ragu-ragu setuju sangat setuju total Rata-rata = 338/ 100
f 0 20 23 56 1 100
x 1 2 3 4 5
f.x 0 40 69 224 5 338
x² 1 4 9 16 25
f.x² 0 80 207 896 25 1208
% 0 20 23 56 1 100
habitual buyer = 57/100 x 100%
= 3,38
= 57%
Analisis satisfied buyer sangat tidak puas tidak puas ragu-ragu puas sangat puas total Rata-rata = 382/100
f 0 2 18 76 4 100
x 1 2 3 4 5
f.x 0 4 54 304 20 382
x² 1 4 9 16 25
f.x² 0 8 162 1216 100 1486
% 0 2 18 76 4 100
satisfied buyer = 80/100 x 100%
= 3,82
= 80%
Analisis liking the brand sangat tidak suka tidak suka ragu-ragu suka sangat suka total Rata-rata = 385/100 = 3,85
f 1 1 21 66 11 100
x 1 2 3 4 5
f.x 1 2 63 264 55 385
x² 1 4 9 16 25
f.x² 1 4 189 1056 275 1525
% 1 1 21 66 11 100
liking the brand = 77/100 x 100% = 77%
Analisis committed buyer tidak pernah jarang kadang-kadang sering selalu total Rata-rata = 146/100 = 1,46
f 76 6 14 4 0 100
x 1 2 3 4 5
f.x 76 12 42 16 0 146
x² 1 4 9 16 25
f.x² 76 24 126 64 0 290
% 76 6 14 4 0 100
comitted buyer = 4/100 x100% = 4%
Lampiran 3. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas Persepsi Kualitas Ultra Milk Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
30 0 30
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .780
N of Items 10
Item-Total Statistics
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10
Scale Mean if Item Deleted 31.63 32.03 31.73 31.87 31.93 32.00 31.63 32.17 31.93 32.27
Scale Variance if Item Deleted 12.309 12.171 12.409 12.533 13.168 12.483 12.378 12.902 12.478 12.340
Kesimpulan : α > 0,7 (acceptable)
Corrected Item-Total Correlation .518 .469 .451 .560 .333 .564 .451 .427 .366 .405
Cronbach's Alpha if Item Deleted .753 .759 .761 .750 .775 .750 .761 .764 .774 .768
Uji Reliabilitas Persepsi Kualitas Susu cair UHT Merek Lain Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
30 0 30
% 100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .774
N of Items 10
Item Statistics x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10
Mean 3.40 3.43 3.40 3.13 3.03 3.03 3.27 3.03 3.23 3.30
Std. Deviation .621 .774 .621 .507 .765 .615 .785 .615 .728 .596
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10
Scale Mean if Item Deleted 28.87 28.83 28.87 29.13 29.23 29.23 29.00 29.23 29.03 28.97
Scale Variance if Item Deleted 12.051 11.316 11.982 13.499 12.185 11.909 12.276 12.047 11.964 13.275
Kesimpulan : α > 0,7 (acceptable)
Corrected Item-Total Correlation .537 .545 .555 .268 .372 .581 .339 .546 .449 .259
Cronbach's Alpha if Item Deleted .744 .740 .741 .774 .766 .738 .772 .743 .754 .776
Lampiran 4. Uji Reliabilitas Asosiasi Merek Uji Reliabilitas Asosiasi Merek Ultra Milk Correlationsa x1 Spearman's rho
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 xtot
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). a. Listwise N = 30
x2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
x3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 1.000 . . . -.089 .320 -.089 .320 .356* .027 . . .356* .027 .356* .027 .535** .001
x4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
x5
x6
x7
. . . . -.089 .320 . . 1.000 . -.071 .354 -.071 .354 . . -.071 .354 -.071 .354 .365* .024
. . . . -.089 .320 . . -.071 .354 1.000 . -.071 .354 . . -.071 .354 -.071 .354 .365* .024
. . . . .356* .027 . . -.071 .354 -.071 .354 1.000 . . . .464** .005 .464** .005 .461** .005
x8
x9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .356* .027 . . -.071 .354 -.071 .354 .464** .005 . . 1.000 . 1.000** . .538** .001
x10 . . . . .356* .027 . . -.071 .354 -.071 .354 .464** .005 . . 1.000** . 1.000 . .538** .001
xtot . . . . .535** .001 . . .365* .024 .365* .024 .461** .005 . . .538** .001 .538** .001 1.000 .
Uji Reliabilitas Asosiasi Merek Susu Cair UHT Merek Lain Correlationsa Spearman's rho
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 xtot
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) Correlation Coefficient Sig. (1-tailed)
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). a. Listwise N = 30
x1 1.000 . -.120 .265 -.105 .291 .239 .102 -.071 .354 -.089 .320 -.050 .397 .464** .005 .141 .229 -.071 .354 .321* .042
x2 -.120 .265 1.000 . .088 .322 .040 .417 .239 .102 .447** .007 -.083 .331 -.120 .265 .135 .239 -.120 .265 .441** .007
x3 -.105 .291 .088 .322 1.000 . .088 .322 -.105 .291 -.131 .246 -.073 .351 -.105 .291 .207 .136 .288 .061 .372* .022
x4 .239 .102 .040 .417 .088 .322 1.000 . .598** .000 .447** .007 -.083 .331 .239 .102 .539** .001 .598** .000 .673** .000
x5 -.071 .354 .239 .102 -.105 .291 .598** .000 1.000 . .802** .000 -.050 .397 -.071 .354 .443** .007 .464** .005 .473** .004
x6 -.089 .320 .447** .007 -.131 .246 .447** .007 .802** .000 1.000 . -.062 .373 -.089 .320 .302 .053 .356* .027 .499** .003
x7 -.050 .397 -.083 .331 -.073 .351 -.083 .331 -.050 .397 -.062 .373 1.000 . -.050 .397 .308* .049 -.050 .397 .176 .176
x8 .464** .005 -.120 .265 -.105 .291 .239 .102 -.071 .354 -.089 .320 -.050 .397 1.000 . -.161 .197 -.071 .354 .253 .088
x9 .141 .229 .135 .239 .207 .136 .539** .001 .443** .007 .302 .053 .308* .049 -.161 .197 1.000 . .443** .007 .734** .000
x10 -.071 .354 -.120 .265 .288 .061 .598** .000 .464** .005 .356* .027 -.050 .397 -.071 .354 .443** .007 1.000 . .448** .007
xtot .321* .042 .441** .007 .372* .022 .673** .000 .473** .004 .499** .003 .176 .176 .253 .088 .734** .000 .448** .007 1.000 .