ANALISIS DAYASAING PRODUK KAYU OLAHAN SEKUNDER (SPWP) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
IKA KARTIKA DEWI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Dayasaing Produk Kayu Olahan Sekunder (SPWP) Indonesia di Pasar Internasional adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir penelitian ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2013 Ika Kartika Dewi NIM E24090004
ABSTRAK IKA KARTIKA DEWI. Analisis Dayasaing Produk Kayu Olahan Sekunder (SPWP) Indonesia di Pasar Internasional. Dibimbing oleh BINTANG C.H. SIMANGUNSONG. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dayasaing produk kayu olahan sekunder (SPWP) Indonesia untuk periode 2005-2011 khususnya produk wooden furniture, bulider’s woodwork, other SPWP, Mouldings, cane and baboo furniture di pasar internasional. Indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dihitung untuk menentukan keunggulan komparatif dan kompetitif. Teknik Constant Market Share (CMS) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mepengaruhi pertumbuhan ekspor produk SPWP Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan semua produk SPWP Indonesia memiliki keunggulan komparatif dengan nilai RCA>1. Selain itu, indeks ISP menunjukkan semua produk memiliki keunggulan kompetitif. Berdasarkan analisis CMS, faktor dayasaing merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor diikuti oleh faktor pertumbuhan standar dan faktor komposisi komoditi. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan dayasaing Indonesia diantaranya, melakukan beberapa inovasi-inovasi terbaru dalam proses produksi, mempertahankan, memperluas pangsa pasar, dan mengembangkan pendekatan klaster industri. Kata kunci: produk kayu olahan sekunder, dayasaing, RCA, ISP, CMS. ABSTRACT IKA KARTIKA DEWI. Competitiveness Analysis of Indonesian Secondary Products (SPWP) in International Market. Supervised by BINTANG C.H. SIMANGUNSONG. The objective of this research is to analyze competitiveness of Indonesia secondary products (SPWP), particularly wooden furniture, builder’s woodwork, other SPWP, moulding, cane and bamboo furniture in international market for the period 2005-2011. Revealed Comparative Advantage (RCA) and Spesialisasi Perdagangan Index (ISP) were then calculated to determine comparative and competitive advantage, and Constant Market Share (CMS) technique was also used to identify factors that affect competitiveness those products. Result show all products have comparative advantage as indicated by the value of RCA>1. Mean while, ISP index indicated that all products have competitive advantage. Based on CMS analysis, competitiveness is the mostthat affect export growth, followed by growth and commodity composition factors. The strategies that can be used to increase Indonesia competitiveness are produtcs process inovation, market exponding, industry cluster development. Keywords: secondary processed wood products, competitiveness, RCA, ISP, CMS.
ANALISIS DAYASAING PRODUK KAYU OLAHAN SEKUNDER (SPWP) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
IKA KARTIKA DEWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Analisis Dayasaing Produk Kayu Olahan Sekunder (SPWP) Indonesia di Pasar Internasional Nama : Ika Kartika Dewi NIM : E24090004
Disetujui oleh
Ir Bintang CH Simangunsong, MS, PhD Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Analisis Dayasaing Produk Kayu Olahan Sekunder (SPWP) Indonesia Di Pasar Internasional” dapat diselesaikan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Bintang CH Simangunsong MS, PhD yang selalu memberikan arahan dan motivasi selama masa bimbingan. Ungkapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak dan adik, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa ucapan terimakasih juga disampaikan kepada teman-teman THH 46 dan khususnya teman-teman yang tergabung dalam Laboratorium Ekonomi IndustriBiokomposit yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan mengingat keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu segala kritik dan saran dalam penulisan karya ilmiah ini sangat diharapkan untuk kemudian dapat dilanjutkan ke tahap yang lebih luas dan pembahasan yang lebih mendalam. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, November 2013 Ika Kartika Dewi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penelitian Terdahulu Mengenai Dayasaing
1 1 2 2 2
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis Data Analisis Data Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Analisis Constant Market Share (CMS)
3 3 3 3 4 5 7
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan dan pertumbuhan SPWP Indonesia dan Dunia Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Analisis Constant Market Share (CMS) Strategi Peningkatan Dayasaing SPWP Indonesia
8 8 10 11 12 14
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
15 15 15
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
15 18 25
DAFTAR TABEL 1 Nilai Indeks RCA Produk SPWP Indonesia Periode 2005-2011 2 Nilai ISP Produk SPWP Indonesia Periode 2005-2011 3 Nilai CSM Produk SPWP Periode 2005-2011
10 11 13
DAFTAR GAMBAR 1 Kurva ISP Berdasarkan Teori Siklus 2 Grafik Ekspor SPWP Dunia dan Indonesia
6 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Kode Produk SPWP Dalam STIC, FAO dan Harmonized System Perhitungan RCA Indonesia Periode 2005-2011 Perhitungan ISP Indonesia Periode 2005-2011 Perhitungan CSM Indonesia Periode 2005-2011
18 19 20 21
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Secondary Processed Wood Products (SPWP) merupakan produk-produk yang dihasilkan dari kayu gergajian, diolah menjadi komponen-komponen dan berakhir pada perakitan atau pembuatan produk yang kompleks, seperti furniture dari kayu maupun non kayu serta produk lainnya. Kategori utama SPWP dalam perdagangan adalah wooden furniture, builders’ woodwork, other SPWP (kemasan, kotak kayu, meja, kitchenware dan barang lainnya), mouldings (profile kayu, termasuk, unassembled strip dan dekorasi untuk parket lantai, manik-manik kayu, dowels) dan furniture non kayu dari bambu (ITTO 2011). Perkembangan permintaan produk kayu olahan sekunder (Secondary Processed Wood Product) seperti wooden furniture, builder’s woodwork, other SPWP, moulding, dan cane and bamboo furniture meningkat setiap tahunnya. Tercatat impor dari negara-negara anggota ITTO untuk produk SPWP tahun 2011 sebesar 88 milyar USD meningkat sebesar 8 % dari tahun sebelumnya. Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara Uni Eropa (Jerman, Perancis, dan Inggris) merupakan negara importir utama SPWP. Amerika Serikat terus mendominasi impor SPWP sebesar 18.4 milyar USD pada tahun 2011 disusul oleh negara Uni Eropa dan Jepang dengan nilai impor berturut-turut yaitu 7.8 milyar USD dan 5.7 milyar USD. Saat ini, China menduduki peringkat pertama eksportir produk SPWP dunia sebanyak 33% dari total nilai ekspor dunia sebesar 23.8 milyar USD sedangkan, ekspor Indonesia bernilai 2.4 milyar USD dan berada dibawah ekspor Vietnam dan Malaysia dimana nilai ekspor mereka secara berturut-turut sebesar 3.6 dan 2.7 milyar USD (ITTO 2012). Produk kayu sekunder (SPWP) termasuk kelompok komoditi yang dihasilkan dalam industri pengolahan kayu dan non kayu. Industri ini merupakan industri yang memiliki segmen di pasar internasional seperti halnya industri pertambangan, minyak, gas, tekstil dan lainnya. Di lain pihak, semakin terbukanya pasar baru di sejumlah negara seperti Korea Selatan, India, China, dan Timur Tengah memberikan peluang besar bagi industri SPWP Indonesia untuk memasuki pasar dunia di masa akan datang (Brilliantono 2013). Seiring terbatasnya pasokan kayu yang berasal dari hutan alam dan makin tingginya kesadaran dunia terhadap masalah lingkungan, maka industri kayu olahan di Indonesia saat ini sedang beralih menggunakan bahan baku yang berasal dari Hutan Rakyat (HR) dan Hutan Tanaman Industri (HTI) ataupun bahan baku alternatif non hutan alam seperti rotan dan bambu. Lebih lanjut dayasaing furniture Indonesia terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan serta mempunyai ciri dan sifat khas yang tidak dimiliki oleh negaranegara produsen furniture lainnya (MENPERIN 2011). Keberhasilan suatu negara dalam perdagangan internasional dilihat dari keunggulan dayasaingnya. Dayasaing merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui posisi setiap entitas (unit, produk, organisasi, perusahaan, industri maupun negara) dalam peta persaingan baik lingkup industri ataupun kawasan (Vidyatmoko et al 2011). Penelitian ini mencoba menganalisis dan membahas
2
dayasaing produk kayu olahan sekunder Indonesia di pasar internasional pada periode 2005-2011. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis kemampuan dayasaing produk kayu olahan sekunder Indonesia dengan menghitung keunggulan komparatif dan kompetitif. 2. Mengindentifkasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor produk kayu olahan sekunder Indonesia selama tahun 2005 sampai 2011. 3. Merumuskan strategi peningkatan dayasaing produk kayu olahan sekunder Indonesia. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi mengenai keunggulan dayasaing produk kayu olahan sekunder Indonesia pada periode tahun 2005-2011. Penelitian Terdahulu Mengenai Dayasaing Penelitian Dewi (2006) mengenai dayasaing ekspor produk hasil hutan kayu Indonesia pada periode 1993-2004, dengan menggunakan metode analisis CMS (Constant Market Share) untuk mengitung faktor yang berpengaruh terhadap ekspor produk tersebut. Hasil analisis menggambarkan dominasi pengaruh yang cukup besar dari faktor pertumbuhan standar yang tidak dapat menaikkan pertumbuhan ekspor hasil hutan kayu Indonesia karena adanya penurunan faktor dayasaing dan komposisi komoditas di setiap periode. Penelitian Tambunan (2006) menganalisa perkembangan dan dayasaing ekspor meubel kayu Indonesia dengan menggunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA). Hasil penelitian menunjukkan, mebel Indonesia masih lemah posisinya diantara negara-negara pesaing seperti China dan Malaysia pada periode 2000-2004. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dalam berkompetisi di pasar global masih tetap mengandalkan pada faktor-faktor keunggulan komparatif seperti upah buruh yang relatif murah, bahan baku dalam jumlah besar dan bervariasi, tanah yang luas dan subur, serta iklim yang baik. Penelitian Karai (2005) menganalisa kinerja dan faktor potensial pada ekspor produk Industri barang kayu di Propinsi Jambi dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Constan Market Share (CSM). Kinerja ekspor komoditas kayu lapis di Jambi fluktuatif setiap tahunnya, sehingga secara keseluruhan dayasaing ekspor produk kayu lapis dan kayu olahan lainnya masih lemah secara komparatif ataupun kompetitif. Ketiga efek memiliki andil yang besar dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekspor komoditas tersebut, tetapi faktor yang memiliki pengaruh terbesar adalah efek dayasaing.
3
Penelitian Wulandari (2013) mengenai Analisis Dayasaing Industri Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Internasional dengan menggunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Hasil penelitian menunjukkan produk printing-writing paper dan chemical wood pulp memiliki keunggulan komparatif sangat kuat, newsprint memiliki keunggulan komparatif yang kuat sedangkan other paper-paperboard memiliki keunggulan komparatif moderat. Selain itu, indeks ISP menunjukkan semua produk memiliki keunggulan kompetitif. Produk newsprint dan printing and writing paper berada pada tahap pematangan ekspor, sedangkan chemical wood pulp dan other paper and paperboard pada tahapan perluasan ekspor. Berdasarkan analisis CMS, dalam urutan kepentingannya, pertumbuhan pasar dunia, dayasaing, dan komposisi produk adalah faktor-faktor yang berpengaruh. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-September 2013, bertempat di Laboratorium Ekonomi Industri Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series tahunan (2005-2011) yang terdiri dari 5 produk Secondary Processed Wood Products (SPWP) yaitu wooden furniture, bulider’s woodwork, other SPWP, Mouldings, cane and baboo furniture. Masing-masing produk mempunyai kode Harmonized System (HS) seperti yang tertera pada lampiran 1. Data diperoleh dari Internasional Trade Timber Organization (ITTO) berupa nilai ekspor dan impor produk SPWP sedangkan, data pendukung lainnya diperoleh dari UN Comtrade (United Nations Commodity and Trade) berupa nilai total komoditi Indonesia dan dunia dan volume ekspor produk SPWP dan berbagai macam literatur dan jurnal yang berhubungan dengan Secondary Processed Wood Products (SPWP). Analisis Data Tingkat dayasaing suatu negara dalam perdagangan internasional pada dasarnya ditentukan oleh dua teori, yaitu teori keunggulan komparatif (comparative advantage) dan teori keunggulan kompetitif (competitive advantage). Teori keunggulan komparatif memberi pengertian bahwa perdagangan akan terjadi sebagai akibat adanya perbedaan biaya antar negara karena faktor endowments (tenaga kerja dan modal sumberdaya alam) (Vidyatmoko et al 2011). Prinsip dasar keunggulan komparatif sangat sederhana,
4
yaitu jika suatu negara memproduksi dua macam barang dalam kondisi perdangan bebas, maka suatu negara akan mengekspor suatu jenis barang yang lebih efisien atau harga relatinya lebih murah, dan mengimpor jenis barang yang lain tidak membuatnya efisien dibandingkan dengan negara lain. Perbedaan antara efisiensi atau harga relatif di masing-masing negara merupakan suatu keunggulan atau ketidakunggulan komparatif. Hukum ini pada prinsipnya berlaku bagi banyak negara dan banyak komoditi (Porter 1990). Pendekatan ini bermanfaat dalam menganalisa pola perdagangan dan dayasaing, tapi berlaku hanya kepada biaya produksi tetapi tidak terhadap biaya total dan kemauan pemerintah mempertahankan dayasaing industri dalam negeri (Vidyatmoko et al 2011). Teori keunggulan kompetitif (competitive advantage) tidak mempunyai korelasi langsung dengan sumber daya manusia yang murah dan sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki oleh suatu negara, yang kemudian dimanfaatkan menjadi keunggulan dayasaing dalam perdagangan internasional, tetapi lebih menekankan kepada teknologi dan keterampilan yang tinggi. Banyak negara-negara di dunia dengan jumlah tenaga kerja yang besar dan proporsional dengan luas negaranya, tetapi terbelakang dalam dayasaing internasionalnya. Begitu juga dengan tingkat upah yang relatif murah dibandingkan dengan negara lain, namun berkorelasi erat dengan rendahnya motivasi kerja keras dan prestasi selain faktor produksi yang tersedia, peran pemerintah sangat mendukung dalam peningkatan dayasaing (Porter 1990). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif berupa analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan faktor yang paling mempengaruhinya digunakan metode pangsa pasar konstan atau Constant Market Share Analysis (CMS). Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari pengelompokan data, analisis data dengan menggunakan model analisis dan pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel 2010. Revalead Comparatif Advantage (RCA) Revalead Comparatif Advantage adalah indeks yang menyatakan keunggulan komparatif yang merupakan perbandingan antara pangsa ekspor suatu komoditi dalam ekspor total negara tersebut dibandingkan dengan pangsa ekspor komoditi yang sama dalam total ekspor dunia. RCA digunakan dalam studi-studi empiris untuk mengukur perubahan keunggulan komparatif atau tingkat dayasaing dari suatu produk dari suatu negara terhadap dunia. Metode ini didasarkan pada suatu konsep bahwa perdagangan antar wilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu negara. Tambunan 2003 mengungkapkan keunggulan metode RCA yaitu lebih mudah menghitungnya dan data sekunder relatif tersedia, mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsistensinya terhadap perubahan di dalam suatu produktivitas ekonomi dan mengurangi dampak pengaruh campur tangan pemerintah, sehingga keunggulan komparatif suatu komoditi dari waktu ke waktu dapat terlihat secara jelas. Sedangkan kelemahannya adalah asumsi bahwa suatu negara dianggap mengekspor semua
5
komoditi, indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang berlangsung sudah optimal, tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk-produk yang berpotensi di masa yang akan datang. Keunggulan komparatif tercermin dari hasil perhitungan ini bisa jadi bukan merupakan keunggulan komparatif yang sesungguhnya, namun bisa saja akibat adanya kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan perdagangan, seperti nilai tukar yang dibuat under value, proteksi ekspor dan sebagainya. Secara matematis perhitungan nilai RCA mengacu kepada rumus yang dikembangkan Balassa (1989) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
⁄ Dimana : Xij = Nilai ekspor produk SPWP Indonesia. Xit = Nilai ekspor seluruh produk Indonesia. Wj = Nilai ekspor produk SPWP dunia. Wt = Nilai ekspor seluruh produk dunia. Tingkat keunggulan dayasaing ekspor komoditi suatu negara terhadap dunia dapat diketahui dengan menggunakan indikator sebagai berikut (Balassa 1989): 1. Jika nilai indeks 0 < RCA < 1 menunjukan bahwa komoditi tertentu dari suatu negara memiliki dayasaing yang lemah atau mempunyai keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia untuk komoditi tersebut. 2. Jika nilai indeks RCA > 1 menyatakan keunggulan komparatif pada komoditi tertentu dari suatu negara memiliki dayasaing yang kuat. Dengan kata lain, negara tersebut mempunyai spesialisasi dalam pengembangan perdagangan komoditi tersebut. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) merupakan perbandingan antara selisih nilai ekspor dan nilai impor suatu negara dibadingkan dengan jumlah nilai ekspor dan nilai impor negara tersebut atau dengan kata lain ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan dari suatu negara. Indeks ISP juga bisa digunakan untuk analisis proses tahapan industrialisasi dan perkembangan pola perdagangan suatu komoditi (Tambunan 2003). Secara implisit, indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran, dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah permintaan domestik atau sesuai dengan teori perdagangan internasional, yaitu teori net of surplus, dimana ekspor dari suatu barang terjadi apabila ada kelebihan atas barang tersebut di pasar domestik. Dari sini dapat dipantau apakah suatu produk sudah mengalami kejenuhan atau malah sedang mengalami pertumbuhan
6
(Vidyadmoko et al 2011). Nilai ISP berhubungan dengan siklus hidup produknya. Angka ISP berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tahap-tahap siklus dapat dilihat pada kurva berikut ini.
Gambar 1 Kurva ISP sesuai Teori Siklus Produk (Product Life Cycle) Sumber: Tambunan 2003 Indeks ISP dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan suatu komoditi dalam perdagangan yang terbagi ke dalam 5 tahap (Kemenperin 2013), yaitu: 1. Tahap Pengenalan Ketika suatu industri (forerunner) disuatu negara (sebut A) mengekspor produk-produk baru dan industri pendatang belakangan (latercomer) di negara B impor produk-produk tersebut. Dalam tahap ini, nilai indeks ISP dari industri latercomer ini adalah -1.00 sampai -0.50. 2. Tahap Substitusi Impor Nilai indeks ISP naik antara -0.51 sampai 0.00. Pada tahap ini, industri di negara B menunjukkan daya saing yang sangat rendah, dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya. Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan dalam negeri. Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada tahap ini negara B lebih banyak mengimpor daripada mengekspor. 3. Tahap Perluasan Ekspor Nilai indeks ISP naik antara 0.01 sampai 0.80, dan industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya. Di pasar domestik, penawaran untuk komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan. 4. Tahap Kematangan Nilai indeks berada pada kisaran 0.81 sampai 1.00. Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi menyangkut teknologi yang dikandungnya. Pada tahap ini negara B merupakan negara net exporter. 5. Tahap Kembali Mengimpor Nilai indeks ISP kembali menurun antara 1.00 sampai 0.00. Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya dengan industri dari negara A, dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari permintaan dalam negeri. Indeks Spesialisasi Perdagangan digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditi dan melihat kecenderungan apakah suatu jenis produk Indonesia menjadi negara net eksportir (volume/nilai ekpor lebih
7
besar daripada volume/nilai impor) atau menjadi negara net importir (volume/nilai impor lebih besar daripada volume/nilai ekspor). Secara matematis perhitungan nilai ISP mengacu kepada Kemenperin 2013 dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Dimana : ISP = Indeks Spesialisasi Perdagangan. Nx’ = Nilai ekspor produk SPWP Indonesia. Nm’= Nilai impor produk SPWP Indonesia. Constant Market Share (CMS) Analisis Constant Market Share merupakan suatu alat yang digunakan untuk menganalisis perubahan ekspor suatu negara (Merkies & Van Der Meer 1988). CMS digunakan untuk mengetahui determinan yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor SPWP Indonesia di pasar dunia. Porter (1990) dalam Karai (2005) mengungkapkan pertumbuhan ekspor suatu negara dapat dilihat berdasarkan empat determinan atau faktor yaitu (i) faktor pertumbuhan standar mengukur apakah ekspor negara yang diuji sudah terkonsentrasi pada pasar-pasar yang mengarah kepada peningkatan permintaan global. Faktor ini menerangkan seberapa besar perbedaan ekspor yang disebabkan oleh pertumbuhan yang cepat dari impor dunia untuk komoditi tertentu dibandingkan dengan impor komoditi lainnya, (ii) faktor komposisi komoditas menunjukkan seberapa besar perbedaan ekspor yang disebabkan faktor-faktor permintaan dari negara tujuannya terhadap produk SPWP, (iii) faktor distribusi pasar menggambarkan segmen pasar dari ekspor suatu komoditas dari suatu negara ke negara tujuan ekspor. Faktor distribusi pasar disebabkan oleh pergeseran ekspor komoditi di Indonesia ke pasar internasional dengan laju pertumbuhan permintaan ekspor yang tinggi, dan (iv) faktor dayasaing menggambarkan perbedaan antara pertumbuhan aktual dari negara Indonesia untuk ekspor produk SPWP dengan tingkat pertumbuhan impor negara tujuan bisa lebih cepat atau lebih lambat (Vidyadmoko et al 2011). Perhitungan CMS dapat dilihat pada rumus berikut:
{( (i)
(ii)
) (iii)
}
{
} (iv)
Dimana: 1
X
ij
= Ekspor produk SPWP Indonesia ke dunia pada periode 1 (milyar USD). 2
X
= Ekspor produk SPWP Indonesia ke dunia pada periode 2 (milyar USD).
m
= Persentase peningkatan ekspor seluruh produk dunia pada periode 1 ke
ij
8
mi (i) (ii) (iii) (iv)
= = = = =
periode 2. Persentase peningkatan ekspor produk SPWP dunia pada periode ke 2. Faktor pertumbuhan pasar. Faktor komposisi komoditas. Faktor distribusi pasar. Faktor dayasaing.
Penggunaan pendekatan CMS ini didasarkan pada pemahaman bahwa laju pertumbuhan ekspor suatu negara bisa lebih kecil, sama, atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekspor rata-rata dunia. Penggunaan metode analisis CMS memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan metode CSM yaitu diketahuinya efek-efek dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor suatu komoditi. Analisis ini juga menyediakan seperangkat indikator statistik untuk mengetahui apakah suatu negara eksportir mampu mengelola kontribusi ekspornya ke seluruh pasar pengimpor dalam suatu selang waktu tertentu (Vidyadmoko et al 2011). Menurut Muhammad dan Habibah 1993 kelemahan metode CMS yaitu persamaan yang digunakan sebagai basis untuk menguraikan pertumbuhan ekspor adalah persamaan identitas. Oleh karena itu, alasan-alasan dari terjadinya perubahan dayasaing ekspor tidak dapat dievaluasi dengan hanya menggunakan analisis CMS saja. Kelemahan analisis CMS lainnya adalah mengabaikan perubahan dayasaing pada titik waktu yang terdapat di antara dua titik waktu yang digunakan. Namun demikian, analisis ini sangat berguna untuk mengkaji kecenderungan dayasaing produk yang dihasilkan suatu negara. Perhitungan untuk metode Constant Market Share (CMS) ini mengacu pada rumus Dewi (2006) dan Wulandari (2013) yang telah disederhanakan sebelumnya dengan tidak memasukkan faktor distribusi pasar yang terlalu kompleks. Jika hasil yang diperoleh bertanda positif (+) menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia, sedangkan tanda negatif (-) menunjukkan bahwa faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia (Widodo 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan dan pertumbuhan SPWP Indonesia dan Dunia. Struktur ekspor Indonesia hingga awal tahun 1990-an masih didominasi oleh sektor primer, terutama minyak dan gas yang pangsanya lebih dari 50% dari total ekspor namun, mulai pertengahan tahun 1980an, ekspor sektor ini digantikan oleh sektor manufakur dimana pangsa produk ini adalah sekitar 60% dari total ekspor selama tahun 1990an. Sementara struktur eskpor menurut komoditas menunjukkan bahwa ekspor Indonesia menurut komoditinya didominasi oleh tekstil dan produk tekstil, kayu olahan seperti furniture, moulding, kayu pembangunan, barang-barang elektronik, alas kaki, pulp dan paper, minyak sawit (Wiranta 2001).
9
Milyar USD
Furniture merupakan salah satu dari empat komoditi ekspor utama selain minyak dan gas bumi. Tiga komoditi ekspor lainnya adalah kelapa sawit, garmen dan karet. Perdagangan furniture merupakan salah satu komponen penting di dalam perdagangan dunia untuk kategori produk-produk manufaktur, dan setiap tahun volume ekspornya tumbuh pesat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita dunia (Irawati dan Purnomo 2012). Usaha furniture telah lama dikenal di Indonesia karena merupakan budaya turun temurun dan memproduksi furniture dari berbagai bahan baku seperti kayu, rotan, besi dan plastik. Produksi dan ekspor furniutre kayu merupakan komponen terbesar dengan proporsi 75% dari ekspor produk kayu sekunder berdasarkan bahan baku mengingat masyarakat Indonesia sangat dikenal dalam hal ukirukiran kayu seperti di Jepara. Sentra-sentra industri furniture kayu berkembang pesat terutama di pulau Jawa seperi di Semarang, Jepara, Solo dan Surabaya, sedangkan untuk sentra rotan terdapat di Cirebon (Tambunan 2006). Industri furniture di Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah (UKM) yang bekerjasama dengan industri-industri besar atau perusahaanperusahaan pemasaran (trading houses). Tenaga kerja yang diserap baik langsung maupun tidak langsung mencapai 5 juta jiwa, dengan demikian industri ini diperkirakan menghidupi sekitar 20 juta jiwa (Tambunan 2006). Selama kurun waktu 8 tahun dimulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011, kinerja ekspor Secondary Processed Wood Products (SPWP) diantaranya wooden furniture, builder's woodwork, other SPWP, mouldings, serta cane and bamboo furniture Indonesia mengalami perubahan dari tahun ke tahun dan cenderung stabil mengikuti kinerja ekspor dunia (Gambar 1 dan 2). Tahun 2006 merupakan awal terjadinya krisis keuangan global yang memberikan dampak secara langsung terhadap penurunan kinerja ekspor untuk semua produk SPWP Indonesia hingga tahun 2009. Memasuki tahun 2010-2011 kinerja ekspor dunia mulai membaik ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ekspor pada tahun tersebut sedangkan Indonesia mengalami penurunan (Lampiran 2).
Cane and bamboo furniture
14 12 10 8 6 4 2 0
Mouldings Other SPWP Builder's woodwork Wooden furniture 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun
Gambar 1 Nilai Ekspor Dunia (Milyar USD)
Milyar USD
10 Cane and bamboo furniture
4 3 3 2 2 1 1 0
Mouldings Other SPWP Builders woodwork Wooden furniture 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tahun
ambar 2 Nilai Ekspor Indonesia (Milyar USD) Kemampuan dayasaing produk kayu olahan (SPWP) Indonesia di pasar dunia, dapat diketahui dengan menghitung keunggulan komparatif dengan analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA), menghitung keunggulan kompetitif dengan analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP), dan mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia dengan analisis Constants Market Share (CSM). Analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA) Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan dayasaing komparatif suatu negara adalah Revealed Comparative Advantage. RCA merupakan sebuah ukuran dari spesialisasi perdagangan internasional dari suatu negara. Konsep ini pertama kali dipergunakan oleh Ballasa pada tahun 1965 menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya (Tambunan 2001). Hasil perhitungan Indeks RCA selama periode 2005-2011 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai Indeks Revealid Comparative Advantage (RCA) Produk SPWP Indonesia Periode 2005-2011
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Revealed Comparative Advantage (RCA) (Milyar USD) Cane and Wooden Builder's Other Mouldings bamboo furniture woodwork SPWP furniture 22.811 47.304 27.121 31.695 76.794 23.287 29.888 28.172 29.656 80.977 23.035 25.319 32.542 29.623 84.720 22.886 21.608 27.652 30.646 84.634 21.513 16.307 29.139 30.900 82.828 19.947 14.283 22.292 29.035 74.244 14.541 9.822 18.675 27.847 64.931
Sumber: ITTO (diolah)
Tabel 1 menunjukkan produk SPWP Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar dunia pada periode tahun 2005-2011. Hal ini diindikasikan
11
oleh nilai RCA yang lebih besar dari satu pada periode tersebut. Pada tahun 2011 nilai RCA menurun cukup tajam meskipun masih lebih besar dari satu. Penurunan ini diduga akibat penguatan nilai tukar rupiah (dari Rp 8933/USD menjadi Rp 9023/USD) yang menekan permintaan dunia sehingga kinerja ekspor pada tahun 2011 menurun. Keunggulan komparatif produk SPWP Indonesia disebabkan rendahnya biaya produksi akibat upah tenaga kerja dan biaya bahan baku kayu bulat yang relatif lebih murah. Mengutip data Departemen of Labor and Employment National Wages and Productivity Commission tahun 2012, upah minimum bulanan tertinggi dipegang oleh Australia sebesar (3901.89 USD), disusul New Zealand (2096.07 USD), Jepang (1973.31 USD), Korea Selatan (953.89 USD), Hongkong (866.22 USD), Taiwan (594.10 USD), Philipina (291.61 USD), Thailand (209.82 USD), China (120.14 USD), Indonesia (88.36 USD), Vietnam (66.51 USD), dan Kamboja menempati urutan terakhir dengan upah minimum sebesar (61.01 USD) (Praditya 2013). Sementara itu, biaya bahan baku kayu bulat hanya sekitar 50% dari harga kayu bulat nasional. Adapun biaya bahan baku log jenis meranti Malaysia dan Indonesia berdasarkan ITTO (2013) sebesar 260-275 dollar/m3 dan 235-260 dollar/m3. Berdasarkan hal tersebut, tentunya Indonesia akan memiliki keuntungan dalam hal biaya produksi (labor intensive) dan biaya bahan baku yang lebih rendah untuk produk SPWP jika dibandingkan negara lain yang memproduksi produk sejenis dengan harga yang lebih tinggi sehingga, ekspor yang dilakukan akan semakin meningkat dan keuntungan yang didapatkan akan lebih tinggi. Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Suatu negara tidak bisa bertahan dalam persaingan internasional apabila hanya mengandalkan keunggulan komparatif yang dimilikinya, tetapi juga harus didukung dengan keunggulan kompetitif yang kuat. Hasil perhitungan ISP menunjukkan produk SPWP Indonesia memiliki keunggulan kompetitif. Hasil perhitungan ISP selama periode 2005-2011 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan Indonesia Periode 2005-2011
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) (Milyar USD) Wooden Builder's Other Cane and bamboo Mouldings furniture woodwork SPWP furniture 0.954 0.992 0.956 0.977 0.988 0.949 0.985 0.957 0.973 0.980 0.941 0.988 0.962 0.985 0.983 0.769 0.665 0.747 0.814 0.794 0.946 0.969 0.881 0.993 0.972 0.928 0.974 0.748 0.991 0.968 0.854 0.971 0.862 0.989 0.944
Sumber: ITTO (diolah)
12
Tabel 2 menunjukkan semua produk SPWP memiliki keunggulan kompetitif ditandai dengan nilai 0.8 ≤ ISP ≤ 1 yang berada pada tahap kematangan serta mengindikasikan semua produk SPWP telah mengalami standardisasi dan Indonesia telah menjadi negara net eksportir. Pada tahun 2008, nilai ISP semua produk SPWP menurun, penurunan nilai ISP ini disebabkan oleh beberapa hal seperti, penurunan pertumbuhan ekspor dunia dan Indonesia untuk semua produk SPWP pada periode 2007-2009 yang ditandai dengan nilai pertumbuhan ekspor dunia dan Indonesia yang bernilai negatif (Lampiran 10) selain itu, krisis keuangan global yang diawali dari masalah kredit perumahan (sub mortage) di Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan ekspor Indonesia ke AS mengalami penurunan mengingat AS merupakan pasar yang sangat potensial dan merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia. Seterusnya menjalar ke Uni Eropa, mulai pada tahun 2008 Uni Eropa memberlakukan ketentuan perdagangan tarif ataupun non tarif. Meskipun ketentuan-ketentuan perdagangan bebas (free trade) mengenai hambatan tarif bagi negara berkembang seperti Indonesia yang tidak dikenakan tarif bea masuk, tetapi pada kenyataannya negara ini tetap melakukan proteksi hambatan non-tarif yang menyulitkan negara eksportir untuk memasuki pasar di negara ini. Salah satu contoh mengenai hambatan non-tarif di Uni Eropa adalah persyaratan standar produk seperti ketentuan REACH (Registration, Evaluation, Authorisation, and Restriction of Chemical Substances) yang mewajibkan setiap negara eksportir mendaftarkan kandungan kimia pada produk yang beredar di EU termasuk produk industri kehutanan seperti furniture, dan Undang-undang Amandement Lacey Act Amerika Serikat, yakni undang-undang yang mengatur perdagangan kayu dan produk kayu yang berasal dari sumber ilegal, yang mewajibkan importir untuk melaporkan negara asal panen dan nama species untuk semua tumbuhan yang terkandung dalam produk yang dimasukkan ke USA. Sampai pada akhirnya krisis ekonomi melanda Asia, membawa dampak yang besar bagi perekonomian dan kestabilan dunia usaha termasuk di Indonesia. Adanya pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan kenaikan tarif listrik sebesar 25 % yang terjadi didalam negeri, dapat mengurangi pangsa ekspor produk SPWP Indonesia, karena sangat berpengaruh pada peningkatan biaya operasional meliputi biaya transportasi, bahan baku dan biaya produksi. Analisis Constant Market Share (CMS) Constant Market Share digunakan untuk membandingkan pertumbuhan ekspor suatu negara dengan standar pertumbuhan tertentu (rata-rata global), dan juga merefleksikan komposisi dari pertumbuhan impor (faktor pertumbuhan standar), pertumbuhan dari impor komoditas, dan dayasaing. Sisi permintaan dari variabel yang diukur dibagi menjadi efek kontribusi makro (pertumbuhan impor dalam pasar) dan efek kontribusi mikro (faktor komposisi dari komoditas), dimana sisi penawaran menerangkan efek dayasaingnya (Vidyadmoko et al 2011). Hasil perhitungan CSM selama periode 2005-2011 disajikan pada Tabel 3.
13
Tabel 3 Nilai Constant Market Share Periode 2005-2011. Pertumbuhan Ekspor (%/tahun) Produk
Wooden furniture Builder's woodwork Other SPWP Mouldings Cane and bamboo furniture Total
Dunia
Indonesia
0.383 0.027 -0.060 -0.252 0.031 0.128
0.387 -0.435 -0.273 -0.086 0.103 -0.306
Determinan Pertumbuhan Ekspor (Milyar USD) Faktor Faktor Faktor Pertumbuhan Komposisi Dayasaing Standar Komoditas -0.009 0.399 0.013 -0.142 -0.177 -0.200 -0.028 0.092 -0.019 0.043 0.005 0.131 -0.025 -0.036 -0.087 -0.161 0.283 -0.162
Sumber: ITTO (diolah)
Tabel 3 menunjukkan pertumbuhan ekspor produk SPWP Indonesia di pasar dunia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor pertumbuhan standar, faktor dayasaing dan faktor komposisi komoditas. Hasil perhitungan menunjukkan total pertumbuhan ekspor produk SPWP Indonesia menunjukkan angka negatif yaitu sebesar (-0.306 %). Hal ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan standar (-0.161 milyar USD) dan faktor komposisi komoditas (-0.162 milyar USD). Menurut Rahmaddi et al (2012) faktor pertumbuhan standar menyebabkan peningkatan dari sisi permintaan, tetapi dalam hal ini ekspor produk SPWP Indonesia dikuasai oleh produk yang pertumbuhan permintaannya lambat seperti wooden furniture (-0.009 milyar USD), builder’s woodwork (-0.142 milyar USD), other SPWP (-0.028 milyar USD) dan cane and bamboo furniture (-0.025 milyar USD) serta beberapa komposisi produk seperi builder’s woodwork (-0.200 milyar USD), other SPWP (-0.019 milyar USD) dan cane and bamboo furniture (-0.087 milyar USD) belum terspesialisasi dengan baik dan berada pada pasar dunia yang pertumbuhan ekspornya relatif lebih cepat dari Indonesia. Meskipun demikian, diantara ketiga determinan tersebut, faktor yang memberikan pengaruh paling besar terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia adalah faktor dayasaing (0.283 milyar USD) hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki dayasaing yang kuat karena produk SPWP Indonesia mampu bersaing baik dari segi mutu maupun harga jual serta didukung oleh keungulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki Indonesia. Seiring berjalannya waktu, jumlah pasokan produk SPWP di pasar dunia terus mengalami peningkatan, pertumbuhan ekspor dunia sebesar 0.128 % terutama diakibatkan oleh negara-negara eksportir SPWP seperti China, Vietnam, Malaysia, India, Brazil, Mexico, Singapore, Thailand dan negara Uni Eropa lainnya, sehingga memperketat persaingan di pasar dunia. Selain dipengaruhi krisis ekonomi di kawasan Amerika Serikat dan Eropa, pertumbuhan ekspor dunia dan Indonesia juga dipengaruhi oleh persaingan dari negara produsen lainnya, salah satu diantaranya China. Sampai saat ini China masih mendominasi dan berada di posisi teratas dalam hal mengekspor produk yang ada di pasar dunia. Pangestu dan Mari (2005) mengemukakan China dan Vietnam merupakan pesaing yang kuat bagi Indonesia karena mereka bersaing dalam ekspor hasil-hasil
14
industri padat karya dan dijual dengan harga yang lebih murah untuk pasar menengah kebawah, seperti tekstil, garmen, alas kaki, dan produk-produk dari kayu yang justru tumbuh lebih pesat dibandingkan ekspor Indonesia. Oleh karena itu Indonesia akhir-akhir ini kehilangan pangsa pasar sebanyak 30% dari ekspor non-migas, termasuk hasil-hasil industri, yang diraih oleh China dan Vietnam. Beberapa permasalahan yang menyebabkan menurunnya nilai ekspor untuk industri furniture di Indonesia adalah kesenjangan kebutuhan dan kemampuan pasokan bahan baku kayu, masih rendahnya tingkat efisiensi dan produktivitas, masih terbatasnya penggunaan bahan baku non hutan alam, masih terbatasnya perusahaan yang memiliki ekolabel, masih lemahnya desain dan finishing product, masih lemahnya jaringan kerjasama (Departemen Perindustrian 2005 dalam Tatiek dan Nurhayati 2009). Pertumbuhan ekspor juga dipengaruhi oleh pola hidup dan kebudayaan konsumen suatu negara, semakin baik kebudayaan dan pola hidup suatu negara. Semakin besar konsumsi pemakaian produknya dengan demikian akan meningkatkan ekspor Indonesia ke negara tujuan. Semakin tinggi permintaan konsumen dalam negeri terhadap produk yang dihasilkan, maka semakin tinggi dayasaing produk tersebut dipasar internasional. Sebagai contoh industri elektronik di Jepang yang mampu berkembang baik dipasar domestik maupun dipasar internasional. Perkembangan yang terjadi tidak terlepas dari permintaan konsumen Jepang untuk produk tersebut sehingga memicu produsen lokal seperti Sony dan Toshiba untuk terus berinovasi dan akhirnya mampu membawa produk mereka mampu bersaing di pasar internasional dengan mutu dan kualitas yang dapat diterima diterima oleh konsumen. Oleh karena itu industri SPWP Indonesia dituntut untuk terus memperbanyak kapasitas produksinya dengan tetap memperhatikan mutu dan kualitas serta persyaratan-persyaratan ekspor ke negara tujuan. Strategi Pengembangan Dayasaing SPWP Indonesia Suatu negara dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan ekspor manufaktur jika rata-rata tingkat pertumbuhan ekspornya mengalami peningkatan setiap tahunnya dan memiliki variasi dalam pengembangan produknya (Tambunan 2001). Strategi yang diadopsi dari final report ITTO 2004 dan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia nomor 90/MIND/PER/11/2011 adalah sebagai berikut: Pertama, mempertahankan pangsa pasar dapat dilakukan dengan memfokuskan penjualan kepada pasar domestik. oleh karena itu, diperlukan peran dari industri pendukung (kayu maupun non kayu) maupun jasa pendukung (pemerintah, lembaga keuangan, asosiasi lembaga pendidikan dan pengembangan), meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (pengusasaan teknologi, desain, teknik produksi dan finishing) dengan melakukan inovasiinovasi baru yang memanfaatkan penggunakan bahan baku yang bersumber dari kayu hutan rakyat dan non kayu seperti kelapa, karet, kelapa sawit, rotan, enceng gondok. Kedua, memperluas pangsa pasar produk SPWP dapat dilakukan dengan merevisi dan mengadopsi standar mutu yang berlaku di pasar global seperti
15
terealisasinya Sistem Verivikasi Legalitas Kayu (SVLK) untuk Industri furniture Indonesia, promosi aktif terhadap negara-negara baru yang telah memasuki pasar bebas melalui kerjasama internasional (bilateral maupun multilateral), keikutsertaan pameran-pameran baik di dalam ataupun diluar negeri, melalui media cetak dan media elektronik. Ketiga, pengembangan klaster industri difokuskan kepada pembangunan dan pengoptimalan daerah penghasil bahan baku dan di daerah sentra industri barang jadi sehingga, dapat meningkatkan nilai tambah produk SPWP Indonesia. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dengan unit-unit usaha agar tercipta suatu sistem organisasi yang mendukung terjadinya peningkatan kapasitas produksi di masa mendatang. Secara tidak langsung hal ini akan menciptakan iklim investasi yang lebih baik bagi para investor untuk melakukan investasi di bidang ini.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1.
2.
3.
Dayasaing Indonesia pada tahun 2005-2011 dilihat berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif. Secara keseluruhan produk SPWP seperti wooden furniture, builder's woodwork, other SPWP, mouldings, serta cane and bamboo furniture memiliki keunggulan komparatif yang dilihat dari nilai RCA>1 dan keunggulan kompetitif yang telah berada pada tahap pematangan. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekspor Indonesia di pasar dunia adalah faktor dayasaing disusul faktor pertumbuhan standar dan faktor komposisi komoditas. Strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan dayasaing produk SPWP Indonesia di pasar dunia adalah melakukan beberapa inovasi-inovasi terbaru dalam proses produksi, mempertahankan, memperluas pangsa pasar, dan mengembangkan pendekatan klaster industri. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap ke empat determinan khususnya faktor distribusi pasar yang mempengaruhi pertumbuhan ekspor Indonesia terhadap pasar internasional. DAFTAR PUSTAKA Balassa B. 1989. Comparative Advantage Trade Policy and Economic Development. London (EN) : Harvester Wheatsheaf. Brilliantono E. 2013. Ekspor Mebel: Penjualan Furniture Ke Negara Asing Naik US$450 juta [internet]. Diunduh (05 juli 2013). Tersedia pada
16
http://www.bisnis.com/ekspor-mebel-penjualan-furniture-ke-negara-asingnaik-us450-juta. Dewi MAS. 2006. Analisis Dayasaing Ekspor Produk Hasil Hutan Kayu Indonesia. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Irawati RH, Purnomo H. 2012. Pelangi di Tanah Kartini. Bogor (ID): CIFOR [ITTO] International Tropical Timber Organization. 2013. Tropical Timber Market Report: Vol 17 Number 10, 16th-31st May 2013.[ITTO]. [ITTO] International Tropical Timber Organization. 2012. Annual Review and Assessment Of The World Timber Situation. Japan.[ITTO]. [ITTO] International Tropical Timber Organization. 2011. Annual Review and Assessment Of The World Timber Situation. Japan.[ITTO]. [ITTO] International Tropical Timber Organization. 2004. Strategies FornThe Development OF Suistainable Wood-Based Industries In Indonesia. Bogor (ID) [ITTO]. Karai YAA. 2005. Analisis Kinerja Faktor Potensial Pada Ekspor Produk Kayu di Propinsi Jambi. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Jakarta [KEMENPERIN] Kementerian Perindustrian. 2013. Indeks Spesialisasi Perdagangan. [internet]. [diacu 22 Juli 2013]. Tersedia dari http://www.kemendag.go.id/addon/depdag_isp/. Merkies AH, van der Meer. 1988. A Theoretical Foundation for Constant Market Share Analysis. empec, 13, 65-80. [MENPERIN RI] Mentri Perindustrian Republik Indonesia. 2011. Peraturan menteri Perindustrian Rrepublik Indonesia Nomor 90/M-IND/PER/11/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 119/MIND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Furniture. Jakarta (ID). Muhammad HA, Habibah S. 1993. The Constant Market Share Analysis: an Appication to NR Export of Major Producing Countries. J. Nat. Rubb.8(1): 68-81. Pangestu, Mari. 2005. Developing the Trade Sector: Challenges and Strategy Towards Strengthening Industreial Competitiveness. Jakarta (ID). Porter Michael E. 1990. Competitive Advantege of Nation. New York (US): Free Press. Praditya II. 2013. Upah Minimum RI Terendah 2012. [Internet]. [ diacu 19September 2012]. Tersedia dari http://bisnis.liputan6.com/read/571472/ upah-minimum-ri-terendah-ketiga-di-asia-2012. Rahmaddi, Rudy dan Masaru Ichihashi. 2012. “The Changing Pattern of Export Structure and Competitiveness in Indonesia’s Manufacturing Sectors: an Overview and Assessment”. 2nd International Conference on Economics, Trade and Development IPEDR vol.36. Singapura (SG) : IACSIT Press. Tambunan T. 2006. Perkembangan Daya Saing Ekspor Mebel Kayu Indonesia . Ed ke-5. Jakarta (ID). Tambunan T. 2001. Industrialisasi Di Negara Sedang Berkembang; Kasus Indonesia. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
17
Tambunan, TH. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia beberapa Isu Penting. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Tatiek, Nurhayati. 2009. Orientasi Entrepreneur Dan Modal Sosial : Strategi Peningkatan Kinerja Organisasi (studi Empiris Pada Ukm Furniture Kayu Di Jawa Tengah) [Skripsi]. Universitas Diponegoro. Semarang (ID). Vidyatmoko D, Rosadi H, Taufik R. 2011. Peningkatan Daya Saing Industri Metode dan Studi Kasus. Jakarta (ID): BPPT Press. Wirantna S. 2001. Kinerja Ekspor Barang Industri Berbasiskan Sumber Daya Alam. Jakarta (ID): LPEP LIPI. Widodo L. 2000. Analisis Daya Saing Kakako dan Kakao Olahan Indonesia. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Jakarta (ID). Wulandari RA. 2013. Analisis Dayasaing Industri Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Internasional. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).
18
Lampiran 1 Kode Komoditi dalam SITC, FAO dan Harmonized System SPWP Categories and International Trade Nomenclature Classification
Seats, not elsewhere stated (n.e.s), with wooden frames,
821.6
Classification HS 96/ HS 02 9401.61, 9401.69
furniture,n.e.s. of wood
821.5
9403.30, 9403.40,
Builders’ woodwork
Builders’ joinery and carpentry
635.3
4418
same
Other SPWP
Packaging,cable drums, pallets, etc.
635.1
4415
Same
Coopers’ products and parts
635.2
4416
Same
Wood products for domestic/ decorative use, excluding furniture
635.4
4414, 4419, 4420
Same
SPWP Category Wooden furniture and parts
Description
SITC Rev.3
HS 07
same
same
9403.50, 9403.60
Other manufactured wood products Mouldings
Cane and bamboo furniture and parts Sumber: ITTO 2011
Continuously shaped or profiled wood (e.g.mouldings,unassembled strips and friezes for parquet flooring, beaded wood, dowels, etc.) Seats of cane, bamboo, etc. Furniture of other material like bamboo
635.9
4417, 4421
Same
248.3, 248,5
4409
Same
821.13, 821,79
9401.50, 9403,80
9401.51,9401.59, 9403.81,9403.89
19
Lampiran 2 Perhitungan Revealed Comparative Advantage Tahun 2005-2011 (milyar USD). Produk(ij) Ekspor
Indonesia (Xij)
Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total
Dunia (Wij)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total
RCA
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total Sumber: ITTO (diolah) Keterangan: Xij Xit Wij Wit
Wooden furniture 1.151 1.191 1.206 1.213 1.027 1.206 0.904 0.886 5.710 5.760 5.940 5799 4.757 5.407 5.075 4.387 22.811 23.287 23.035 22.886 21.513 19.947 14.541 16.917
Builder's woodwork 0.717 0.586 0.472 0.426 0.289 0.317 0.319 0.371 1.716 2.207 2.113 2.157 1.763 1.984 2.649 1.625 47.304 29.888 25.319 21.608 16.307 14.283 9.822 20.676
Other SPWP 0.270 0309 0.347 0.284 0.279 0.254 0.248 0.225 1.128 1.236 1.211 1.124 0.956 1.017 1.085 0.902 27.121 28.172 32.542 27.652 29.139 22.292 18.675 21.028
Mouldings 0.337 0.392 0.431 0.426 0.374 0.482 0.528 0.334 1.205 1.488 1.651 1.520 1.205 1.486 1.547 11.151 31.695 29.656 29.623 30.646 30.900 29.035 27.847 251299
= Nilai ekspor komoditi SPWP Indonesia. = Nilai ekspor seluruh komoditi SPWP Indonesia. = Nilai ekspor komoditi SPWP dunia. = Nilai ekspor seluruh produk dunia.
Cane and bamboo furniture 0.367 0.355 0.406 0.391 0.355 0.349 0.369 0.293 0.541 0.494 0.543 0.506 0.427 0.420 0.464 3.886 76.794 80.977 84.720 84.634 82.828 74.244 64.931 631.761
Total 3.210 3.189 3.268 3.132 2.678 2.956 2.737 21.169 10.840 11.678 12001 11.612 9.534 10.735 11.284 77.685 282.520 272.957 279.960 272.060 263.515 234.045 200.749 1805.806
20
Lampiran 3 Perhitungan Indeks Spesialisasi Perdagangan Tahun 2005-2011 Komoditi Tahun
Wooden furniture Nx'
Nm'
2005
1.151
0.027
2006
1.191
2007
1.206
2008
Builder's woodwork
Mouldings
Cane and bamboo furniture
Nx'
Nm'
ISP
Nx'
Nm'
ISP
Nx'
Nm'
ISP
Nx'
Nm'
ISP
0.954
0.717
0.003
0.992
0.270
0.006
0.956
0.337
0.004
0.977
0.367
0.002
0.988
0.031
0.949
0.586
0.004
0.985
0.309
0.007
0.957
0.392
0.005
0.973
0.355
0.004
0.980
0.037
0.941
0.472
0.003
0.988
0.347
0.007
0.962
0.431
0.003
0.985
0.406
0.004
0.983
1.213
0.158
0.769
0.426
0.086
0.665
0.284
0.041
0.747
0.426
0.044
0.814
0.391
0.045
0.794
2009
1.027
0.029
0.946
0.289
0.005
0.969
0.279
0.018
0.881
0.374
0.001
0.993
0.355
0.005
0.972
2010
1.206
0.045
0.928
0.317
0.004
0.974
0.254
0.036
0.748
0.482
0.002
0.991
0.349
0.006
0.968
2011 Rata-rata
0.904 0.790
0.071 0.040
0.854 0.634
0.319 0.312
0.005 0.011
0.971 0.654
0.248 0.199
0.018 0.013
0.862 0.61
0.528 0.297
0.003 0.006
0.989 0.672
0.369 0.259
0.011 0.008
0.944 0.663
Sumber: ITTO (diolah) Keterangan; Nx’ Nm’
ISP
Other SPWP
: Nilai ekspor SPWP Indonesia : Nilai impor SPWP Indonesia
21
Lampiran 4 Perhitungan Constant Market Share Tahun 2005-2011 Expor Dunia Produk
Expor Indonesia
Pertumbuhan Ekspor
2005
2006
2005
2006
Dunia (%)
Pertumbuhan Ekspor Indonesia (%)
Expected
Total
Expected
Export (milyar USD)
Shift (milyar USD)
Export (milyar USD)
Competitiveness Effect (milyar USD)
Composition
Market
Export
Effect (milyar USD)
Growth (milyar USD)
Growth (milyar USD)
Wooden furniture
5.710
5.760
0.009
1.151
1.191
0.035
1.770
-0.579
1.161
0.030
-0.609
0.620
0.040
Builder's woodwork
1.716
2.207
0.286
0.717
0.586
-0.183
1.103
-0.518
0.922
-0.337
-0.181
0.386
-0.131
Other SPWP
1.128
1.236
0.096
0.270
0.309
0.144
0.416
-0.106
0.296
0.013
-0.120
0.145
0.039
Mouldings Cane and bamboo furniture
1.205
1.488
0.235
0.337
0.392
0.161
0.519
-0.127
0.417
-0.025
-0.102
0.182
0.054
0.541
0.494
-0.087
0.367
0.355
-0.032
0.565
-0.210
0.335
0.020
-0.230
0.198
-0.012
10.299
11.184
0.538
2.843
2.833
0.125
4.373
-1.540
3.131
-0.298
-1.242
1.531
-0.009
Total
Sumber: ITTO (diolah) Lampiran 5 Perhitungan Constant Market Share Tahun 2005-2011 Expor Expor Dunia Pertumbuhan Indonesia Produk
Ekspor 2006
2007
Pertumbuhan Ekspor
2006
2007
Expected
Total
Expected
Export
Shift
Export
(milyar USD) 1.404
(milyar USD) -0.198
(milyar USD) 1.228
Competitiveness Effect (milyar USD)
Composition
Market
Export
Effect
Growth
Growth
-0.022
(milyar USD) -0.176
(milyar USD) 0.213
(milyar USD) 0.015
5.760
5.940
0.031
1.191
1.206
Indonesia (%) 0.013
2.207
2.113
-0.043
0.586
0.472
-0.195
0.690
-0.219
0.561
-0.089
-0.130
0.105
-0.114
Other SPWP
1.236
1.211
-0.020
0.309
0.347
0.123
0.365
-0.017
0.303
0.044
-0.062
0.055
0.038
Mouldings Cane and bamboo furniture
1.488
1.651
0.110
0.392
0.431
0.101
0.462
-0.031
0.435
-0.004
-0.027
0.070
0.039
0.494
0.543
0.100
0.355
0.406
0.143
0.419
-0.013
0.391
0.015
-0.028
0.063
0.051
11.184
11.458
0.179
2.833
2.863
0.185
3.340
-0.477
22.918
-0.055
-0.422
0.506
0.029
Dunia (%) Wooden furniture Builder's woodwork
Total
Sumber: ITTO (diolah)
22
Lampiran 6 Perhitungan Constant Market Share Tahun 2005-2011 Expor Expor Dunia Pertumbuhan Indonesia Produk
Pertumbuhan
Ekspor 2007
2008
Wooden furniture Builder's woodwork
5.940
5.799
2.113
2.157
Other SPWP
1.211
Mouldings Cane and bamboo furniture Total
Ekspor
Expected
Total
Expected
Export
Shift
Export
(milyar USD) 0.937
(milyar USD) 0.277
(milyar USD) 1.178
Competitiveness Effect
Composition
Market
Export
Effect
Growth
Growth
(milyar USD) -0.269
(milyar USD) 0.007
2007
2008
-0.024
1.206
1.213
Indonesia (%) 0.006
0.036
(milyar USD) 0.241
0.021
0.472
0.426
-0.096
0.366
0.060
0.481
-0.055
0.115
-0.105
-0.045
1.124
-0.071
0.347
0.284
-0.182
0.270
0.014
0.323
-0.038
0.053
-0.078
-0.063
1.651
1.520
-0.080
0.431
0.426
-0.013
0.335
0.091
0.397
0.029
0.062
-0.096
-0.006
0.543
0.506
-0.070
0.406
0.391
-0.036
0.315
0.076
0.378
0.014
0.062
-0.091
-0.015
11.458
11106
-0.223
2.863
2.741
-0.321
2.223
0.518
2.757
-0.016
0.533
-0.639
-0.122
Dunia (%)
(milyar USD)
Sumber: ITTO (diolah) Lampiran 7 Perhitungan Constant Market Share Tahun 2005-2011 Expor Expor Dunia Pertumbuhan Indonesia Produk
Ekspor 2008
2009
Pertumbuhan Ekspor
2008
2009
Expected
Total
Expected
Competitiveness
Composition
Market
Export
Export milyar USD 0.151
Shift
Export
Effect
Effect
Growth
Growth
milyar USD 0.876
milyar USD 0.995
0.032
(milyar USD) 0.844
(milyar USD) -1.063
(milyar USD) -0.186
Wooden furniture Builder's woodwork
5.799
4.757
-0.180
1.213
1.027
Indonesia (%) -0.154
2.157
1.763
-0.182
0.426
0.289
-0.323
0.053
0.236
0.348
-0,.060
0.295
-0.373
-0.138
Other SPWP
1.124
0.956
-0.150
0.284
0.279
-0.017
0.035
0.244
0.242
0.038
0.206
-0.249
-0.005
Mouldings Cane and bamboo furniture Total
1.520
1.205
-0.207
0.426
0.374
-0.122
0.053
0.321
0.338
0.036
0.285
-0.373
-0.052
0.506
0.427
-0.156
0.391
0.355
-0.094
0.049
0.306
0.330
0.025
0.281
-0.343
-0.037
11.106
9.108
-0.876
2.741
2.323
-0.709
0.341
1.677
1.923
0.046
1.631
-2.057
-0.381
Dunia (%)
Sumber: ITTO (diolah)
(milyar USD)
23
Lampiran 8 Perhitungan Constant Market Share Tahun 2005-2011 Expor Expor Dunia Pertumbuhan Indonesia Produk Ekspor 2009 2010 2009 2010 Dunia (%)
Pertumbuhan Ekspor Indonesia (%)
Expected
Total Shift (milyar USD)
Expected Export (milyar USD)
Competitiveness Effect
0.174
1.586
-0.380
1.167
Export (milyar USD)
Composition Effect (milyar USD)
Market Growth (milyar USD)
Export Growth (milyar USD)
0.038
-0.419
0.559
0.179
(milyar USD)
Wooden furniture
4.757
5.407
0.137
1.027
1.206
Builder's woodwork
1.763
1.984
0.125
0.289
0.317
0.098
0.446
-0.129
0.325
-0.008
-0.121
0.157
0.028
Other SPWP
0.956
1.017
0.064
0.279
0.254
-0.093
0.432
-0.178
0.297
-0.044
-0.134
0.152
-0.026
Mouldings Cane and bamboo furniture Total
1.205
1.486
0.233
0.374
0.482
0.290
0.577
-0.095
0.461
0.022
-0.116
0.203
0.109
0.427
0.420
-0.015
0.355
0.349
-0.016
0.548
-0.199
0.349
-0.001
-0.198
0.193
-0.006
9.108
10.315
0.544
2.323
2.607
0.453
3.588
-0.981
2.600
0.007
-0,989
1.265
0.284
Expected Export (milyar USD) 1.791
Total Shift (milyar USD) -0.887
Expected Export (milyar USD) 1.132
Competitiveness Effect
-0.228
Composition Effect (milyar USD) -0.659
Market Growth (milyar USD) 0.585
Export Growth (milyar USD) -0.302
Sumber: ITTO (diolah) Lampiran 9 Perhitungan Constant Market Share Tahun 2005-2011 Expor Expor Dunia Pertumbuhan Indonesia Produk Ekspor 2010 2011 2010 2011 Dunia (%) Wooden furniture Builder's woodwork
5.407
5.075
-0.061
1.206
0.904
Pertumbuhan Ekspor Indonesia (%) -0.250
1.984
2.649
0.335
0.317
0.319
0.006
0.471
-0.152
0.423
-0.104
-0.048
0.154
0.002
Other SPWP
1.017
1.085
0.066
0.254
0.248
-0.021
0.377
-0.128
0.270
-0.022
-0.106
0.123
-0.005
Mouldings Cane and bamboo furniture Total
1.486
1.547
0.041
0.482
0.528
0.094
0.716
-0.189
0.502
0.026
-0.214
0.234
0.045
0.420
0.464
0.104
0.349
0.369
0.058
0.518
-0.149
0.385
-0.016
-0.133
0.169
0.020
10.315
10.820
0.485
2.607
2.367
-0.113
3.873
-1.505
2.712
-0.345
-1.161
1.266
-0.240
Sumber: ITTO (diolah)
(milyar USD)
24
Lampiran 10 Perhitungan Constant Market Share Tahun 2005-2011 Produk
Wooden furniture
2005-2006
0.009
0.035
Pertumbuhan Standar (milyar USD) 0.620
0.030
Komposisi Komoditas (milyar USD) -0.609
2006-2007
0.031
0.013
0.213
-0.022
-0.176
2007-2008
-0.024
0.006
-0.269
0.036
0.241
2008-2009
-0.180
-0.154
-1.063
0.032
0.844
2009-2010
0.137
0.174
0.559
0038
-0.419
2010-2011
-0.061
-0.250
0.585
-0.228
-0.659
0.383
0.387
-0.009
0.399
0.013
2005-2006
0.286
-0.183
0.386
-0.337
-0.181
2006-2007
-0.043
-0.195
0.105
-0.089
-0.130
2007-2008
0.021
-0.096
-0.105
-0.055
0.115
2008-2009
-0.182
-0.323
-0.373
-0.060
0.295
2009-2010
0.125
0.098
0.157
-0.008
-0.121
2010-2011
0.335
0.006
0.154
-0.104
-0.048
0.027
-0.435
-0.142
-0.177
-0.200
2005-2006
0.096
0.144
0.145
0.013
-0.120
2006-2007
-0.020
0.123
0.055
0.044
-0.062
2007-2008
-0.071
-0.182
-0.078
-0.038
0.053
2008-2009
-0.150
-0.017
-0.249
0.038
0.206
2009-2010
0.064
-0.093
0.152
-0.044
-0.134
2010-2011
0.066
-0.021
0123
-0.022
-0.106
Tahun
CMS
Builder's woodwork
CMS
Other SPWP
CMS
Mouldings
Pertumbuhan Indonesia (%)
Dayasaing (milyar USD)
-0.060
-0.273
-0,.028
0.092
-0.019
2005-2006
0.235
0.161
0.182
-0.025
-0.102
2006-2007
0.110
0.101
0.070
-0.004
-0.027
2007-2008
-0.080
-0.013
-0.096
0.029
0.062
2008-2009
-0.207
-0.122
-0.373
0.036
0.285
2009-2010
0.233
0.290
0.203
0.022
-0.116
2010-2011
0.041
0.094
0234
0.026
-0.214
-0.252
-0.086
0.043
0.005
0.131
2005-2006
-0.087
-0.032
0.198
0.020
-0.230
2006-2007
0.100
0.143
0.063
0.015
-0.028
2007-2008
-0.070
-0.036
-0.091
0.014
0.062
2008-2009
-0.156
-0.094
-0.343
0.025
0.281
2009-2010
-0.015
-0.016
0.193
-0.001
-0.198
2010-2011
0.104
0.058
0.169
-0.016
-0.133
0.031
0.103
-0.025
-0.036
-0.087
CMS
Cane and bamboo furniture
Pertumbuhan Ekspor Dunia (%)
CMS
Sumber: ITTO (diolah)
25
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sidodadi pada tanggal 5 Mei 1991. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, pasangan Mahyuddin Tonra dan Rahmatia. Penulis mengawali pendidikan formalnya di TK Aisyah Sidorejo pada tahun 1996. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 017 Sidorejo dan melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Menegah Pertama di SMP Negeri 1 Wonomulyo dan lulus pada tahun 2006. Setelah lulus pada pendidikan Sekolah Menegah Atas pada tahun 2009 di SMA Negeri 1 Polewali. Pada tahun yang sama Penulis diterima di Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan seperti International Forrest Student Asosiation LC IPB pada periode tahun 2010-2011 divisi Village Concept Project, Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) pada periode tahun 2010-2011 divisi internal dan tahun 2010-2012 divisi kelompok minat laboratorium Biokomposit. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cikeong-Tangkuban Perahu tahun 2011, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2012, Praktek Kerja Lapang di PT. Raisa House of Excellence, Jawa Tengah. Selain itu penulis juga aktif di berbagai kegiatan baik sebagai panitia ataupun sebagai peserta.