PELUANG PASAR PRODUK MAKANAN SEGAR DAN OLAHAN DI INDIA
INDONESIAN TRADE PROMOTION CENTRE CHENNAI - 2013
DAFTAR ISI Halaman A. Pendahuluan .......................................................................................................... A1 1. Tinjauan Singkat ................................................................................................ A1 2. Tren Impor ........................................................................................................ A1 3. Saluran Distribusi dan Logistik ........................................................................... A5 4. Bea Cukai dan Pajak........................................................................................... A6 5. Strategi Memasuki Pasar : India.......................................................................... A7 B. Tinjauan Terhadap Sektor Pertanian Dan Makanan Olahan................................. B1 1. Pertanian ................................................................................................................ B1 2. Sektor Pengolahan Makanan di India..................................................................... B2 3. Tinjauan Terhadap Produksi dan Konsumsi di Sektor Utama ................................ B4 4. Faktor Kunci dan Tren ............................................................................................ B21 5. Peluang Investasi.................................................................................................... B23 C. Posisi Dan Tren Dalam Sektor Makanan Impor Di India ....................................... C1 1. Skenario Impor Saat ini........................................................................................... C1 2. Faktor Kunci dan Tren ............................................................................................ C2 3. Segmen Utama Produk-Produk Makanan Impor ................................................... C3 4. Tantangan Yang Dihadapi ..................................................................................... C14 D. Tinjauan Terhadap Sektor Ritel Makanan Di India ................................................ D1 1. Pertumbuhan Sektor Ritel di India .......................................................................... D1 2. Evolusi Ritel Makanan di India................................................................................ D3 3. Bentuk Ritel di India ............................................................................................... D3 4. Pertumbuhan di Sektor Makanan Impor ................................................................. D4 5. Profil Toko Ritel Makanan di India .......................................................................... D5 E. Struktur Distribusi, Logistik Dan Perkembangan Infrastruktur............................ E1 1. Pengenalan............................................................................................................. E1 2. Struktur Distribusi.................................................................................................... E1 3. Hotel dan Rumah Makan ........................................................................................ E4 4. Logistik.................................................................................................................... E5 5. Struktur Distribusi Fisik ........................................................................................... E5 6. Ruang Pendingin (Penyimpanan)........................................................................... E6 F. Struktur Harga Dan Tarif ........................................................................................ F1 1. Tarif dan Bea Cukai untuk Makanan Impor ............................................................ F1 2. Struktur Harga Makanan Impor .............................................................................. F4 G. Kerangka Hukum Dan Prosedur Impor.................................................................. G1 1. Kerangka Hukum .................................................................................................... G1 2. Prosedur dan Dokumentasi Impor .......................................................................... G6
i
Daftar Appendix Halaman Appendix I. Pelaku utama di sektor pengolahan makanan dan produk makanan ............ Appendix II. Tarif Ruang Pendingin ................................................................................ Appendix III. Pajak bea cukai untuk produk makanan impor pilihan................................ Appendix IV. Kondisi buah-buahan impor dari Australia ................................................ Appendix V. Biaya inspeksi dan fumigasi untuk buah-buahan dan sayuran segar .......... Appendix VI. Kontak badan hukum yang berwenang ..................................................... Appendix VII. Daftar distributor/importir pilihan di India...................................................
ii
1 2 3 4 5 6 8
Daftar Tabel
Judul
Halaman
Tabel A.1
Bea masuk untuk produk makanan tertentu
A5
Tabel A.2
Target segmen produk
A8
Tabel A.3
Target segmen produksi
A9
Tabel B.1
Produksi biji-bijian, 2005-08 (juta ton)
B1
Tabel B.2
Sektor makanan di India
B2
Tabel B.3
Jumlah unit yang terdapat pada sektor makanan olahan
B3
Tabel B.4
Sektor utama makanan olahan
B4
Tabel B.5
Produksi buah-buahan dan sayuran (juta ton)
B5
Tabel B.6
Jumlah produksi ayam broiler di India
B8
Tabel B.7
Hasil produksi ikan di negara bagian di India
B10
Tabel B.8
Pengolahan makanan hasil laut : struktur industri
B10
Tabel B.9
Jenis dan merek cokelat terkenal
B14
Tabel B.10
Pelaku bisnis utama dan mereknya
B17
Tabel B.11
Penjualan makanan kemasan di India menurut wilayah
B19
Tabel B.12 Tabel B.13 Tabel B.14 Tabel B.15
B20
Pemain kunci di pasar makanan
Pelaku bisnis utama dan beragam rasa yang ditawarkan Konsumsi dan perkiraan pertumbuhan minyak zaitun, 2010-2013
Tabel B.16
Peringkat makanan olahan India di dunia
Tabel B.17
Target makanan makanan
Tabel C.1 Tabel C.2 Tabel C.3 Tabel C.4
B21
Pelaku bisnis utama dan pangsa pasarnya
olahan
menurut
Kementrian
Rangkuman data Impor 2010-2013
B21 B21 B24
pengolahan
B25 C3 C5
Impor buah utama Harga buah-buahan dan sayuran pilihan Daftar harga merek pilihan dan produk olahan susu
iii
C6 C10
Tabel C.5 Tabel C.6 Tabel C.7 Tabel C.8 Tabel C.9 Tabel D.1 Tabel D.2 Tabel D.3 Tabel D.4 Tabel D.5 Tabel E.1 Tabel E.2 Tabel F.1 Tabel F.2 Tabel F.3 Tabel F.4 Tabel G.1 Tabel G.
C10
Harga produk pasta brand Harga produk permen merek pilihan Harga produk buah dan sayuran merek pilihan
C11 C13 C13
Harga merek madu terpilih
C14
Harga minyak zaitun pilihan Mini market (Toko Kirana) dan pedagang
D3 D4
Tipe pengecer terorganisir
D5
Profil toko ritel pilihan Presentase toko ritel di daerah perkotaan India Presentase toko ritel di daerah perkotaan India Infrastruktur transportasi di India SKU yang dicapai oleh pengimpor Pajak impor terhadap produk makanan tertentu Pajak bea cukai untuk impor apel Struktur harga apel dan minyak zaitun Struktur harga apel dan minyak zaitun Waktu yang dibutuhkan untuk kliring produk impor di pelabuhan 2 Perkiraan biaya yang dibutuhkan oleh agent perijinan dan pengiriman barang.
iv
D6 D6 E1 E2 F2 F3 F4 F9 G10 G11
Daftar Gambar
Judul
Halaman
Gambar B.1
Produksi daging kerbau di India
B7
Gambar B.2
Total ekspor daging kerbau di India
B7
Gambar B.3
Pola konsumsi roti di empat negara bagian India
B15
Gambar B.4
Total produksi biskuit per MT
B16
Gambar B.5
Pola konsumsi biskuit di empat negara bagian India
B16
Gambar C.1
Negara pengimpor daging di dunia
C6
Gambar C.2
Impor produk daging
C7
Gambar C.3
Data Impor produk olahan susu di India
C8
Gambar C.4
Nilai impor di India
C9
Gambar D.1
Industri ritel di India
D1
Gambar D.2
Industri ritel di India
D2
Gambar D.3
Pembagian sektor retail terorganisir dan tidak terorganisir
D2
Gambar F.1
Tren impor apel 2010-2013
F7
Gambar F.2
Sumber apel impor utama pada pertengahan tahun 2013
F8
Gambar F.3
Pelabuhan tujuan utama
F8
v
A. PENDAHULUAN 1.
Tinjauan Singkat Republik India adalah sebuah negara di Asia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, dengan populasi lebih dari satu miliar jiwa, dan adalah negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Jumlah penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. Ekonomi India adalah terbesar kesepuluh di dunia dalam PDB, keempat diukur dari segi paritas daya beli (PPP), dan salah satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Pertumbuhan ekonomi India yang di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia tentunya berpengaruh pula pada meningkatnya kebutuhan akan bahan baku, sumber daya manusia, kebutuhan infrastruktur, termasuk kebutuhan pangan bagi masyarakat yang berjumlah 1,2 miliar tersebut. Selain itu adanya peningkatan golongan miskin menjadi golongan menengah dan golongan menengah menjadi golongan atas, dimana keadaan tersebut diperlihatkan dengan kecenderungan berbelanja yang meningkat pesat, serta adanya perubahan gaya hidup dan pola/kebiasaan makan. Pada saat ini di India terdapat +300 juta orang yang termasuk dalam golongan kelas menengah ke atas dimana sebagian dari masyarakat India yang masuk dalam kelompok mampu ini tidak segan-segan merogoh saku mereka untuk memperoleh produk berlabel internasional termasuk juga dalam hal mengkonsumsi makanan impor. India diproyeksikan untuk memiliki kelas menengah terbesar di dunia pada tahun 2025. Tercatat rata- rata pengeluaran golongan menengah di India setiap harinya sebesar 4$ sampai 10$. Hal ini mencerminkan bahwa India menjadi pasar yang sangat besar untuk produk-produk makanan impor masuk ke sana. Saat ini, outlet-outlet ritel dari toko penjual makanan skala kecil hingga jaringan ritel besar di perkotaan besar di India telah menjual berbagai produk makanan impor. Mulai dari apel Washington, buah kiwi dari Australia hingga cokelat Swiss, keju Perancis dan aneka pasta dari Italia adalah beberapa contoh dari beragam makanan impor yang kini telah tersedia di pasar India. Apel, pir, cokelat, jus, pasta, minyak zaitun, saus dan dressings untuk salad adalah beberapa kategori utama dari produkproduk impor. Walaupun krisis finansial global yang terjadi saat ini melanda perekonomian India, namun demikian pemerintah India mengharapkan dapat menghadapi terpaan badai ini dengan lebih baik dari negara-negara tetangganya. Salah satu langkah adalah dengan tetap mendorong proses globalisasi, urbanisasi, dan welcome terhadap masuknya produk asing dengan melakukan pengenduran kebijakan impor, pertumbuhan retail yang terorganisir namun sebaliknya pemerintah Pusat juga menetapkan kebijakan moneter dan fiskal yang responsif terhadap kepentingan tiaptiap state.
2.
Tren Impor Pilihan untuk mengkonsumsi produk-produk makanan impor di India telah menjadi tren tersendiri beberapa dekade belakangan ini dan telah menjadi gaya hidup bagi sebagian populasi masyarakat di perkotaan, yang walau pun jumlahnya masih kecil namun telah berkembang dengan sangat cepat.
A1
a. Hortikultura Buah-buahan Impor buah-buahan telah menjadi terobosan baru dan mencetak sukses besar ke pasar di India dan juga telah diterima dengan sangat baik oleh konsumen India. Angka impor buah + kacang di India pada tahun 2013 adalah sebesar US$ 505.088 Juta dan ini merupakan sebuah peningkatan sebesar 35.36 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2012 yaitu sebesar US$ 372.333 Juta. Harga penjualan buah-buahan impor tersebut dibanderol lebih tinggi daripada jenis buah lokal India, karena selain kualitas dan gradingnya yang lebih tinggi daripada produk lokal; juga disebabkan adanya kemasan dan tampilan yang lebih menarik. Apel saat ini menduduki tingkat teratas daftar buah yang diimpor oleh India, kemudian diikuti oleh jeruk, anggur dan pir. Amerika Serikat, Cina dan Chili; adalah eksportir apel terbesar ke India. Perlu dicatat walau jarak tempuh dan waktu transit yang lebih lama, namun Chili telah muncul sebagai eksportir apel ketiga terbesar untuk India. Puncak musim buah impor adalah selama sepinya ketersediaan buah-buahan dan tanaman pangan lokal. Sayuran Nilai impor sayuran di India tercatat sebesar US$ 428.799 juta pada tahun 2012, meningkat dari US$ 623.220 juta pada tahun 2013. Namun demikian impor sayuran ini masih relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan buahbuahan yang mayoritas diimpor dari negara-negara tetangga. b. Produk Daging dan Hasil Laut Daging Impor daging di India pada tahun 2012 sebesar US$ 0.47Juta, mengalami peningkatan kecil pada pada tahun 2013 sebesar US$ 0.58 Juta angka ini jauh menurun dari tahun – tahun sebelumnya Zwan dan Keels adalah dua dari beberapa merek impor terkenal pengusung produk-produk daging beku ke India. Hasil Laut Impor produk hasil laut pada pertengahan tahun 2013 bulan juni di India bernilai US$ 29,110 juta. Angka ini mengalami penurunan setiap tahunnya, seperti yang tercatat pada tahun 2012 penurunan terjadi pada angka US$ 38,138 Juta dan pada tahun 2011 total impor produk hasil laut adalah US$ 19,694 Juta. Menurut MPEDA (Marine Products Export Development Authority), impor India terhadap produk-produk hasil laut tidak ditujukan untuk konsumsi rumah tangga secara langsung, namun lebih untuk tujuan pengolahan dan ekspor ulang. Ikan beku menduduki 64 persen dari total impor produk hasil laut yang kemudian diikuti oleh udang, kepiting, cumi-cumi dan tuna. Produk olahan hasil laut juga mendapat sambutan yang cukup menyenangkan. Ayam dan Farmland adalah beberapa merek terkenal dari produk ikan beku. c. Produk Olahan Susu India adalah produsen susu terbesar di dunia, dimana menghasilkan lebih dari 133 MT susu selama 2012 – 2013 dan juga salah satu kontributor utama dalam industri pengolahan makanan di India. Berbagai tindakan telah dilakukan oleh pemerintah A2
India untuk meningkatkan produktivitas hewan perah di India, dimana hal ini telah menghasilkan peningkatan produksi susu secara signifikan dari tingkat 102.6 MT pada akhir tahun 2006-2007 ke 127.9 MT pada akhir tahun 2011-2012. Tingkat pertumbuhan tahunan untuk produksi susu adalah sekitar 5% pada tahun 20112012 dibandingkan dengan tahun 2010-2011. Pada tahun 2013 yaitu total impor hanya sebesar US$ 9.138 juta dan pada tahun 2011 sebesar US$ 84.858 juta. Keju, mentega, air dadih, yoghurt, es krim adalah beberapa dari produk olahan susu yang banyak diimpor India, dengan keju sebagai produk yang paling populer. Nilai impor keju mencapai angka US$ 1.846 juta pada tahun 2013. Denmark, Belanda, Perancis dan Italia adalah negara-negara tempat India mengimpor sebagian besar keju. Air dadih, yang merupakan hasil samping dari keju adalah produk lain yang banyak diimpor dari Amerika Serikat, Perancis dan Denmark. London Dairy, salah satu peserta yang baru saja memasuki pasar India kini telah meraih popularitas yang cukup tinggi. d. Permen, Buah-buahan, Sayuran dan Produk-produk Makanan Olahan Lainnya Permen Permen impor, sebuah pendatang baru di pasar India, adalah merupakan produk yang banyak dicari dan kini telah tersebar luas di pasaran. Permen impor memiliki daya tarik tersendiri dikarenakan beragam citarasa berbeda yang ditawarkan, kemasan yang menawan dan adanya jaringan distribusi yang ekstensif. Sementara Cina, Singapura,Uni Emirat Arab, Malaysia, Inggris dan Swiss adalah merupakan pengekspor produk permen cokelat utama. India memperoleh pasokan produk ini sebanyak hampir 53 persen dari Cina. Toblerone, Snickers, Lindt, Mars dan Bounty adalah beberapa merek permen cokelat yang sangat populer di India. Pada tahun 2012 tercatat pertumbuhan sebesar 18 % pada sektor ini , meningkat 7 % persen dari tahun 2012 yaitu sebesar 11 %. Diperkirakan akan tumbuh pesat, dimana diprediksikan akan menempati peringkat ke 14 pada tahun 2014. Di India, konsumsi per kapita tahunan permen bermerek masih dibawah 100 gram. Permen rebus hanya bernaung untuk sector skala kecil. Ada sekitar 5.00 unit catering untuk pasar lokal. Para pemain besar telah menggunakan campuran pengaturan waralaba (dengan unit-unit kecil) dan formulasi produk untuk keluar dari modus pemesanan. Dari segi nilai, sektor terorganisir memerintahkan 60 persen dari pangsa pasar Buah-buahan dan Sayuran Olahan Perubahan kebiasaan makan, meningkatnya jumlah keluarga inti serta jumlah wanita karir telah meningkatkan kebutuhan akan buah-buahan dan sayuran olahan seperti selai, jus, kecap,saus dan dressings. India mengimpor jus kebanyakan dari Cina, Brazil, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan Malaysia. Sedangkan terutama dari Cina, Amerika Serikat, Belanda dan Inggris. Selai diimpor dari berbagai belahan dunia seperti Belgia, Perancis, Australia, Cina, Turki dan Inggris. Merek Tang adalah yang paling populer untuk produk jus, sedangkan Tabasco dan Dana adalah merek yang merepresentasi saus dan selai. Pada tahun 2012 india mengimpor US$ 786,499 Juta sayuran kering. Angka impor untuk sayuran kering semakin meningkat pada pertengahan Juni 2013 yaitu sebesar US$ 1.185,633 Meskipun india adalah salah satu produsen buah dan sayuran terbesar di dunia, India mengimpor sayuran kering dari Kanada,
A3
Amerika Serikat dan Australia seperti Kacang polong kering dan biji – bijian seperti Dhal (makanan favorit india) Pasta India mengimpor 3.200 ton pasta Italia pada tahun 2009 dengan nilai per kg dari 1,2 €. Ini berarti pasta pasar Italia di India pada tahun 2009 memiliki total nilai € 3,8 juta. India hanya impor 0,2% dari total ekspor pasta Italia, itu hanya 1% dari apa Jerman diimpor pada tahun 2009. Namun pasta impor India telah tumbuh pada tingkat tinggi 39% pa antara tahun 2005 dan 2009. India menerapkan tarif 30% pada pasta yang diimpor dari Italia. Mengingat inflasi pangan meningkat di India dan adanya Perjanjian Perdagangan Bebas antara India dan Uni Eropa, Pemerintah India kemungkinan besar akan menghapus atau mengurangi tarif ini dengan segera. Hanya ada sedikit perusahaan India yang memproduksi pasta. Salah satunya adalah United Agro Industries ("Blue Bird" merek), banyak perusahaan lain telah mencoba untuk menghasilkan pasta di India Selatan pada 1970-an dan 80-an, tapi gagal karena permintaan yang rendah dan kesadaran pasta. Sebagian besar pasta diproduksi di India (juga dikenal sebagai "vermicilli") yang diproduksi di sektor yang tidak terorganisir. Pasar ritel baru seperti Reliance, Bharti Wal Mart Easy Day, Aditya Birla More atau Hypermarket SPAR akan membuka peluang untuk produsen pasta italia untuk membangun merek mereka melalui kegiatan promosi makanan dalam sektor terorganisir. Kelompok SPAR telah menunjukkan minat yang tinggi untuk mengikat kerja sama dengan produsen pasta Italia. Nama merek pasta yang terkenal di India saat ini adalah Barilla, Buitoni dan Agnesi. Tetapi masih ada banyak lagi produsen pasta di Italia yang tertarik untuk bereksplorasi ke pasar India. Pada saat yang bersamaan banyak pula perusahaan India yang sedang mencari mitra joint venture untuk mendirikan pabrik pasta di India dikarenakan peningkatan permintaan dari konsumen. Madu Selama puluhan tahun madu telah digunakan secara luas di India karena manfaatnya yang sangat tinggi untuk kesehatan. Pasar untuk madu di India kebanyakan didominasi oleh merek lokal. Dabur adalah merupakan merek yang memimpin di posisi paling atas untuk produk madu, dan kemudian diikuti oleh Sanjeevani, Nectar Fresh, Lion Kashmir Honey dan lain sebagainya. Terlepas dari pasar domestik/lokal, ternyata pangsa pasar untuk madu impor berkembang cukup pesat dan cepat Cina adalah penyuplai madu alami terbesar ke India dan tercatat memegang sekitar 83,5 persen dari total impor madu alami di India. Wescobee dan Airborne adalah merek-merek madu impor yang ternama di India. Terlepas dari adanya kompetisi dengan pasar lokal, faktor lain yang menghalangi masuknya madu impor adalah tingginya pajak/bea masuk untuk prouk tersebut. Beberapa dari merek madu impor yang banyak beredar di pasaran India (department store, toko, pengecer, dan lain sebagainya) adalah Wescobee dan Capilano dari Australia Barat, serta Airborn dari Selandia Baru.
A4
Tabel A.1 5 Besar Negara Pengimpor Madu ke India Negara
No.
Kuantitas dalam MT
2011
2012
Pertengahan 2013
1
China
0,337
1,702
0,199
2
United States
0,477
0,161
0.194
3
United Kingdom
0,054
0,028
0,042
4
France
0,033
0,064
0,042
5
Italy
0,000
0,001
0,014
0,901
1,956
0,491
TOTAL Sumber : World Trade Atlas
Minyak Zaitun Minyak zaitun adalah salah satu produk lain yang cukup mendapat minat tinggi tahun-tahun belakangan ini, dikarenakan meningkatnya kesadaran untuk mengkonsumsi makanan sehat dan juga karena pesatnya peningkatan popularitas makanan Italia di India. Impor minyak zaitun di India meningkat 66% pada tahun 2012-2013 yaitu sebesar 11.916,8 Metrik Ton(MT) dibandingkan pada tahun 2011-2012 sebesar 7.163 MT Dengan pertumbuhan 66%, India berada di peringkat No. 1 di dunia untuk pertumbuhan impor minyak zaitun. Data untuk enam bulan ini yaitu dari Oktober 2012 – Maret 2012 menunjukkan Impor Minyak zaitun ini melampaui negara Jepang yang dimana ditempatkan di urutan kedua dengan 29 % diikuti Cina sebesar 17 % diurutan ketiga dan Brazil di urutan keempat dengan 16%. India utara adalah konsumen terbesar minyak zaitun dengan perbandingan 50 : 50 antara Delhi dengan India Utara lainnya. Hal ini diikuti oleh India bagian selatan dimana Hyderabad merupakan konsumen terbesar , Bangalore dan Chennai. Di bagian Barat India, Mumbai adalah konsumen terbesar. India mengimpor sebagian besar minyak zaitun dari negara Spanyol, Italia dan Turki. Ada juga sebagian kecil dari negara Yunani, Suriah dan Tunisia. Tiga merek ternama di pasar domestik, yang dimana bersama-sama mengendalikan lebih dari 60 persen dari penjualan ritel adalah Leonardo, Figaro, dan Borges (termasuk Cesar). Beberapa merek terkemuka lainnya adalah RS, Bertolli, Del Monte, Fragata, Colavita dan Athena.
3.
Saluran Distribusi dan Logistik Saluran distribusi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dari jenis produk makanan yang diimpor ke India. Untuk produk makanan yang tidak tahan lama, para importer menyimpan ke dalam fasilitas lemari pendingin. Biasanya lemari pendingin tersebut diperoleh dengan cara menyewa, meski pun ada juga beberapa importer telah memiliki gudang yang dilengkapi dengan fasilitas lemari pendingin tersebut. Kemudian para importer akan menjual produk-produk mereka ke beberapa distributor regional yang pada gilirannya akan mendistribusikannya ke tokotoko ritel/pengecer dan institusi-institusi lainnya. Pada kasus-kasus tertentu, para importer bisa langsung menjual produk mereka ke pengecer. Struktur distribusi secara luas dapat dilihat pada gambar A.5
A5
Importer
Cold Storage
Distributor/ Wholesaler
Retailer/ Institutions
Gambar A.5 Struktur Distribusi Bagi Produk-Produk Makanan Impor
Pengaturan biaya transportasi dan logistik merupakan focus penting bagi para importer dan distributor. Layanan penanganan kontainer dan lemari pendingin telah tersedia di berbagai pelabuhan besar di India. Setelah kontainer yang berisi produk makanan impor mendarat di pelabuhan, maka terdapat serangkaian prosedur standar yang harus dijalani oleh para importer sebelum mereka dapat melanjutkan proses berikutnya untuk mengangkut produk tersebut. Terdapat beberapa bukti penundaan proses pajak bea dan cukai dan menurut laporan proses perijinan pengiriman barang yang berlaku di pelabuhan India rata-rata memakan waktu 7-10 hari. Setelah memperoleh perijinan dari pelabuhan terkait, para importer biasanya memindahkan produk mereka ke dalam gudang yang terletak tidak jauh dari wilayah operasional utamanya. Pengiriman barang kemudian akan dialihkan kepada para distributor di wilayah kerja mereka masing-masing dan pada akhirnya mereka akan mengirimkannya kepada outlet-outlet ritel/pengecer.
4.
Bea, Pajak,Cukai India secara tradisionil telah menetapkan tarif tinggi dan larangan impor terhadap produk-produk makanan. Pajak utama akan dikenakan terhadap impor barang ke India, dan hal ini meliputi : a.
Pajak Utama – Pemerintah India menggunakan pajak dasar sebagai pungutan utama. Pajak ini dapat berupa persentase tarif yang diaplikasikan terhadap nilai barang yang dimaksud (dihitung berdasarkan Biaya, Asuransi dan Pengiriman Barang (CIF) atau dapat juga dapat bentuk tarif yang berdasarkan unit pengukuran.
b.
Pajak Bea Cukai Tambahan – juga dikenal sebagai pajak countervailing”, yang dihitung berdasarkan taksiran nilai impor ditambah dengan pajak bea cukai dasar yang dikenakan terhadap produk yang terkait. Hal ini sebanding dengan pajak penjualan yang akan dikenakan apabila barang yang diimpor tersebut dibuat di India.
c.
Bea Pendidikan – Pajak ini dikenakan dalam bentuk persentase terhadap semua pajak dan bea yang dibebankan oleh pemerintah pusat kecuali bea cukai tambahan.
d.
Bea Tambahan Khusus – Bea ini dibebankan terhadap nilai total barang, dihitung sebagai nilai CIF, ditambah dengan pajak bea cukai dasar dan bea cukai tambahan.
Selain keempat jenis bea yang dijelaskan di atas, beban tambahan seperti bea anti-dumping dan penjagaan keamanan produk juga dapat diberikan. Perlu dicatat bahwa saat ini bea cukai tambahan dan bea tambahan khusus bernilai nol untuk kebanyakan produk makanan.
A6
Tabel A.2 Bea Masuk Untuk Produk Makanan Tertentu Jenis
Bea cukai total (%)*
Apel
52.015
Daging segar
36.497
Ikan segar
31.209
Yoghurt, mentega susu, keju, dadih
31.209
Mentega, minyak mentega, Ghee, air dadih, es krim
36.497
Jus buah
41.906
Pasta, selai, saus
36.497
Permen (cokelat dan gula)
48.086
Madu alami
68.955
Minyak zaitun (virgin/minyak virgin)
0
• Bea ini dihitung berdasarkan nilai yang dapat ditaksir, i.e CIF + 1% Catatan : 1. Nilai ini diperoleh dengan pengumpulan data dari kantor kliring dan agen pengiriman barang serta kantor bea cukai. 2. Bea impor dan pajak dapat berubah setiap saat tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Sangat disarankan untuk melakukan pengecekan berulang kali sebelum menandatangani perjanjian komersial dalam bentuk apapun.
5.
Strategi Memasuki Pasar India Strategi yang harus dimiliki oleh negara manapun untuk dapat memasuki pasar adalah: 1. Produk yang dapat diekspor dari negara asal 2. Produk makanan yang dibutuhkan di negara tujuan (di tingkat permulaan) 3. Adanya permintaan untuk saat ini (volume dan nilai) terhadap produk yang dipilih dan potensi pertumbuhannya di masa depan. Adanya kompetisi dari negara pengekspor lain berikut harga yang diberikan 4. Selera dan kecenderungan dari wilayah yang akan dimasuki 5. Sistem distribusi dan praktek komersial yang berlaku di wilayah yang akan dimasuki - kekuatan dan batasan-batasan yang ada 6. Hukum pertanahan (negara asal dan negara tujuan ekspor) Di paragraf berikutnya merupakan salah satu contoh yang menunjukkan langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan dalam pasar India. a. Identifikasi Segmen Target Produk dan Wilayah Sasaran Segmen Target Produk Permintaan terhadap produk-produk impor terpilih sedang berkembang cukup baik di India dan akan dapat menguntungkan apabila kegiatan difokuskan pada segmen-segmen yang ditampilkan pada Tabel A.2. perlu diketahui bahwa daftar ini belum sepenuhnya sempurna dan masih bergantung pada volume eskpor yang telah direncanakan, dan tentunya produk-produk lain masih dapat dipilih.
A7
Tabel A.3 Target Segmen Produksi
Nilai impor (US$ juta) Produk 2011-12
2012-13
Aneka jeruk
0.26
2.78
Apel
10.5
52.96
Pir dan quinces (sejenis apel dengan aroma yang lebih kuat)
1.07
5.66
Aprikot
0.03
0.15
Plum dan sloes
0.05
0.76
Keju
1.8
4.79
Pasta
5.15
8.51
Permen cokelat
5.25
20.39
Permen gula-gula
1.91
11.26
Jus
9.39
16.83
Saus dan dressings
0.77
11.4
Madu alami
3.67
2.91
Sumber : Commerce.nic.in
Target Pasar Pasar utama untuk produk-produk makanan impor di India adalah kebanyakan merupakan kota-kota besar seperti Ahmedabad, Chennai, Cochin, Bangalore, Hyderabad, Kolkata, Mumbai, New Delhi dan Pune. Selain itu juga terdapat angka permintaan yang cukup signifikan dari kota-kota lain seperti Bhubaneshwar, Bhopal, Coimbatore, Chandigarh, Jaipur, Lucknow, Nagpur and Vadodara. Adalah tidak kalah penting untuk juga membidik kotakota lain yang menarik dan menjadi tujuan para wisatawan asing seperti Goa, Kerala dan Rajasthan. Dan dikarenakan produk makanan impor juga kini semakin banyak digunakan oleh hotel-hotel berbintang empat dan lima, maka tentu diperlukan strategi yang berbeda untuk dapat mendekati dan menemui para pembuat keputusan yang berwenang dihotel-hotel tersebut. Dimensi Distribusi Kesuksesan dari setiap kegiatan ekspor tergantung pada pemilihan cara distribusi yang tepat. Di India, bisnis impor makanan dan kegiatan distribusinya kebanyakan dilakukan oleh perusahaan kecil dan menengah yang biasanya dikelola oleh para pemiliknya masing-masing. Struktur dari perusahaan-perusahaan pribadi ini bisa berbentuk PT, firma, perseroan, atau pun kepemilikan pribadi. Status financial/keuangan dari perusahaanperusahaan ini tidak untuk konsumsi publik, oleh sebab itu seorang eksportir perlu memastikan bahwa mereka dapat melakukan pembayaran secara aman. Untuk keperluan jangka panjang, salah satu pilihan strategis yang dapat dipertimbangkan yaitu dengan mempererat ikatan kerja sama dengan pasangan bisnis yang telah terpercaya, dan untuk produk-produk bermerek maka ada baiknya untuk meneliti kemungkinan ikatan kerja dengan
A8
perusahaan-perusahaan menengah dan besar di India yang bergerak di sektor makanan. Kegiatan co-branding ini dapat membantu perusahaanperusahaan India untuk memperluas rentangan produk mereka, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi produk-produk makanan impor dapat lebih diterima oleh para konsumen dan lebih mudah memperoleh pangsa pasar. Strategi Promosi Tujuan pemasaran jangka panjang dapat berbentuk mengenalkan merekmerek produk luar kepada konsumen India, hal ini dapat dilakukan dengan cara : 1.
Membuat situs jejaring yang berbasis India yang berfungsi memberikan penjelasan mengenai semua produk-produk dari luar dan tempat untuk memperoleh produk-produk tersebut. Para pengunjung situs dapat dilacak dan jawaban-jawaban bagi pertanyaan yang masuk dapat diberikan secara otomatis.
2.
Membeli database/kumpulan data calon konsumen yang prospektif seperti hotel dan mengirimkan e-mail langsung yang berisi data-data yang sesuai dan pesan promosi yang jelas.
3.
Melakukan kampanye iklan terbatas untuk merangkul lebih banyak pemirsa dan memberi kesadaran akan ketersediaan produk-produk menarik dari luar; hal ini dapat dilakukan dengan tentunya memperhatikan ketersediaan dana yang ada.
4.
Berperan serta dalam pameran dan ekspo perdagangan skala besar di India, seperti Food Pro dan Aahar; hal ini dapat membantu proses promosi produk dan membangun kontak langsung dengan konsumen yang potensial.
5.
Meletakkan materi promosi yang paling penting di bagian depan toko untuk menarik perhatian konsumen di India adalah merupakan alat promosi yang sangat murah; demikian pula halnya dengan memajang komentar-komentar dari para distributor dan pengecer juga merupakan cara promosi yang cukup membantu.
6.
Selenggarakan pertemuan tahunan bagi para pelaku bisnis utama di bidang impor dan distribusi.
Aspek Komersial 1.
Dikarenakan masyarakat India sangat membutuhkan rasa aman dalam melakukan suatu pembayaran, maka akan sangat baik bekerja dengan menggunakan L/C resmi dan tidak dapat dibatalkan sampai kredibilitas dari pihak importir dapat dipastikan. Berdasarkan hukum perdagangan yang berlaku di India, produk-produk makanan olahan biasanya dapat diimpor dengan menggunakan L/C (Letter of Credit) sedangkan buahbuahan segar diperdagangkan dengan menggunakan Documents against Acceptance (DA). Seringkali importir meminta suplai berdasarkan konsinyasi, sehingga pembayaran diberikan kepada pihak eksportir setelah buah terjual di pasar. Namun demikian, menawarkan kredit yang tidak aman kepada para importir dari India seringkali memiliki resiko yang sangat tinggi.
2.
Penggabungan kargo secara efektif akan dapat memfasilitasi kegiatan ekspor, karena biasanya para importir menghadapi masalah untuk mengisi penuh kapasitas kontainer. Penggabungan kargo adalah salah A9
satu pilihan yang paling praktis untuk menghemat biaya yang dialokasikan untuk makelar dan jasa pengiriman barang, khususnya apabila sedang membangun dan memperluas jaringan pasar baru. Penggabungan kargo dapat mempermudah pengeluaran aliran dana bagi pihak importir. Sebagai kesimpulan, perekonomian di India diharapkan untuk terus dapat meningkat terus ke depannya dan dapat menawarkan kesempatan berkembang bagi pemasaran produk-produk makanan. Karena industri pengolahan makanan lokal belum berkembang secara baik, ada kesempatan signifikan bagi produsen-produsen makanan olahan dari berbagai belahan dunia untuk mengeksploitasinya. Untuk memasuki pasaran India, maka perlu diatur secara hati-hati agar dapat dipastikan bahwa hal tersebut akan menjadi situasi yang memuaskan semua pihak, yaitu para eksportir, importir India, para distributor, pengecer dan yang paling penting adalah bagi konsumen di India.
A 10
B. TINJAUAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DAN PENGOLAHAN MAKANAN DI INDIA 1. Pertanian Secara tradisional, India selama ini merupakan masyarakat agraris sehingga pertanian adalah sektor kunci bagi perekonomian di India. Pada tahun 1950, kontribusi pertanian kepada keseluruhan GDP adalah sebesar 51 persen. Namun demikian, penekanan yang terus berkembang terhadap sektor industri dan layanan jasa serta perubahan terhadap perekonomian di India telah menyebabkan turunnya proporsi/perbandingan terhadap sektor pertanian. Pada saat ini sumbangan sektor pertanian terhadap GDP hanya sebesar 14.1 persen, Hampir sekitar 53 persen dari populasi di India masih bergantung pada sektor pertanian untuk memperoleh pendapatan. India merupakan tempat pengembangbiakan bagi beraneka ragam tanaman dan binatang dengan total area geografis seluas 329 juta hektar, dimana wilayah yang dapat ditanami tercatat seluas 167 juta hektar. Kondisi iklim yang sangat mendukung dan adanya kekayaan alam yang sangat beragam telah membantu India menjadi produsen berbagai komoditas alam terbesar di dunia seperti kelapa, pisang, mangga, kacang-kacangan, mente, jahe, kunyit dan lada hitam. Fasilitas yang lebih maju seperti sarana transportasi berpendingin, lemari peyimpan, dan pengemasan serta teknologi baru seperti Teknik Informatika dan bioteknologi telah membantu sektor pertanian untuk berkembang lebih signifikan pada tahun-tahun belakangan ini. Untuk hasil pertanian global, India menduduki urutan kedua, dan merupakan produsen terbesar kedua di dunia untuk beras, gula, gandum, kapas, buah-buahan dan sayuran. Pada tahun 2011-2012, produksi dari biji-bijian di India mencapai angka 137.04 juta ton. India tidak hanya produsen terbesar sereal tapi juga eksportir terbesar produk sereal di dunia. Ekspor sereal India berdiri di US$ 875.13 Juta selama tahun 2012-13. Beras (termasuk Basmati dan Non Basmati) menempati bagian terbesar secara total sereal ekspor India dengan 64.40% selama periode yang sama. Sedangkan, sereal lainnya termasuk gandum merupakan pangsa 35,60% dari total sereal diekspor dari India selama periode ini. Tabel B.1 Produksi Biji-bijian, 2011-2012 (juta ton) Hasil bijibijian meliputi : Padi
2011-2012 105
Maize
21.76
Bajra
10.28
Sumber : CMIE (Centre for Monitoring Indian Economy)
B1
2. Sektor Pengolahan Makanan di India Industri pengolahan makanan menempati posisi kelima dalam kaitannya dengan produksi, konsumsi, export dan pertumbuhan yang diharapkan. Produkproduk utama yang terdapat dalam sektor pengolahan makanan meliputi : a. Buah-buahan dan sayuran olahan; b. Daging sapi dan unggas; c. Susu dan produk olahan susu; d. Hasil laut; e. Tanaman perkebunan; f.
Biji-bijian olahan;
g. Produk roti; h. Minuman beralkohol; i.
Makanan protein tinggi;
j.
Makanan siap saji, siap masak dan makanan lain yang mudah pengolahannya.
Pengolahan makanan di India telah menduduki posisi penting seperti halnya pertanian dan industri lainnya, dan merupakan hal yang sangat penting pula bagi perekonomian India karena fungsinya sebagai penghubung antara industri manufaktur dan pertanian itu sendiri. Sektor makanan olahan ini membuka lapangan kerja baru bagi sekitar 13-15 juta orang di penjuru negeri, yang tercatat berkontribusi sebesar 14 persen terhadap GDP. Supply Chain in Food Processing in India
Input
Production
Procurement & Storage
Primary Processing
Secondary Processing
Retailing
Pada tahun 2012 sektor pengolahan makanan diperkirakan mencapai angka USD 121 milyar, tumbuh sekitar 13 persen per tahunnya dan diperkirakan dapat mencapai angka US$ 194 milyar pada tahun 2015. Namun demikian apabila dibandingkan dengan beberapa negara berkembang, maka sektor makanan olahan di India masih tergolong baru. Sebagai contoh nilai buah-buahan dan sayuran olahan saat ini masih sekitar 2-3 persen bila dibandingkan dengan Amerika Serikat yang mencapai 80 persen, demikian pula halnya dengan negara-negara berkembang lainnya. Tabel B.2 : Sektor Makanan di India : Pangsa Pasar 2011-2012 Sektor Pangan di India
Market Size
2012-2013
Keterangan
-
US$ billion
Sektor Pangan*
-
41.39
Sektor Makanan Olahan
-
121
* Meliputi buah-buahan dan sayuran, produk susu, ikan dan hasil laut, daging dan unggas, makanan kemasan, bir dan anggur. Sumber: Indian Council of Agricultural Research (ICAR)
B2
Ekspor Pertanian dan makanan olahan di India untuk tahun 2011-2012 adalah sebesar US$ 10.39 billion, dan mengalami peningkatan yang pesat sebesar 63 persen dengan angka US$ 16.96 Billion. Pasar makanan kemasan diperkirakan tumbuh 9 persen pertahun yaitu sebesar US$ 100.19 industri pada tahun 2030. Sektor ini didominasi oleh cemilan dari susu, manisan, olahan unggas dan produk lainnya seperti yang dilaporkan oleh CII ( Confederation of Indian Industry). Industri pengolahan makanan di India menarik investasi asing langsung (FDI) senilai US$ 1,811.06 Juta selama April 2000 sampai Maret 2013. Dalam hal regenerasi pekerjaan, realisasi harga yang lebih baik bagi petani, pengurangan limbah pertanian dan peningkatan kualitas, maka sektor pengolahan makanan memimpin jauh di depan atas sektor-sektor lainnya dalam perekonomian di India. Jumlah pelaku di industri makanan dilaporkan jauh lebih tinggi dibandingkan industri lainnya seperti listrik dan telekom. Oleh karena itu, pesatnya pertumbuhan di industri makanan olahan telah memacu pertumbuhan pasar lokal dan perdagangan di kelas internasional. Dalam rangka mendorong laju pertumbuhan untuk sektor pangan, Pemerintah India telah memperkenalkan konsep taman mega food/ taman mega makanan. Sebagai pusat kegiatan untuk berbagai aktivitas pengolahan makanan, taman makanan terdiri dari berbagai unit pengolahan makanan, baik skala kecil, menengah dan besar. Berbagai fasilitas seperti lemari penyimpanan, gudang, listrik dan air telah disediakan oleh pihak taman makanan, sehingga unit-unit kecil dan menengah akan lebih mudah menjalankan kegiatannya termasuk dari segi permodalan. Adanya kesenjangan antara para petani dan pihak industri akan semakin diperkecil dengan adanya hubungan yang lebih rekat dengan bantuan dari taman makanan yang memfasilitasi perjanjian dengan kekuatan hukum yang mengikat untuk melakukan kebijakan pembelian kembali antara unit pengolahan yang ada di taman dan para petani. Berbagai taman makanan telah didirikan oleh Kementerian Industri Pengolahan Pangan (MOFPI) di seluruh penjuru negeri seperti halnya di negara bagian Andhra Predesh, Tamil Nadu, Maharashtra, Punjab dan Jharkhand. Dengan adanya orientasi pasar yang lebih baik, maka unit-unit pengolahan makanan dapat memakan biaya lebih efektif dan memiliki unit tambahan seperti percetakan, pengemasan, agen transportasi, dan lain-lain. Tabel berikut ini akan menunjukkan jumlah unit pengolahan makanan yang bergerak di industri ini. Tabel B.3 Jumlah Unit Yang Terdapat Pada Sektor Makanan Olahan Unit Pengolahan Makanan
Jumlah
Penggilingan padi tradisional Penggilingan padi modern Unit pengolahan buah-buahan dan sayuran
139.208 35.088 5.293
Penggilingan tepung
516
Unit pemanis dan soda untuk air
656
Pabrik gula
429
Unit pengolahan ikan
568
Unit pengolahan daging
171
Unit produksi susu
266
Unit penghasil larutan ekstrak
725
Sumber : Kompilasi MCG (Management Consulting Group)
B3
Industri pengolahan makanan di India saat ini didominasi oleh sektor industri rakyat, yang tercatat sebesar 40 persen dari total pasar makanan olahan. Sisanya terbagi atas sektor skala kecil dan gabungan pelaku bisnis yang terorganisir, yang masing-masing memegang sekitar 30 persen dari pangsa pasar. Pelaku kecil dalam industri ini hanya hadir dalam tingkat lokal atau regional dan menggunakan teknologi dasar yang masih sederhana dalam pengolahan produk makanan. Beberapa merek ternama yang ikut serta dalam industri pengolahan makanan di India adalah: Britannia Industries, Cadbury India Ltd, Pepsi Foods, ITC Ltd, Nestle India Ltd, Parle Products Ltd, dan lain-lain. Daftar yang lebih detil mengenai para pelaku utama dalam bisnis ini berikut produk-produk mereka dapat dilihat pada Appendix I.
3. Tinjauan Terhadap Produksi dan Konsumsi Pada Sektor-Sektor Utama Industri pengolahan makanan dapat digolongkan menjadi pengolahan primer, sekunder dan tersier; tergantung pada proses yang dilakukan dalam merubah bahan baku menjadi produk akhir. Proses pengolahan primer meliputi pembersihan, penggolongan kelas, pembuatan tepung, dan pemurnian hasil produksi pertanian, sementara proses sekunder meliputi penambahan nilai terhadap produk dasar. Produk-produk yang telah lolos uji atau proses tahap tersier adalah merupakan produk bermerek dengan nilai tambah yang siap digunakan untuk tujuan konsumsi. Sekitar 60 persen dari unit makanan di India hanya melibatkan proses pengolan primer saja. Sedangkan produksi bahan makanan olahan di India yang telah mencapai tahap pengolahan sekunder dan tersier ternyata masih cukup kecil sehingga menyebabkan rendahnya nilai tambah terhadap produk. Dari total hasil produksi, maka nilai yang dapat ditambahkan terhadap makanan melalui proses pengolahan hanyalah sebesar 8 persen dan hal ini diharapkan dapat meningkat menjadi 35 persen pada akhir tahun 2025. Tabel B.4 Sektor Utama Makanan Olahan Sektor
Produk
Buah-buahan dan sayuran
Bubur, konsentrat, potongan/irisan, beku, produk yang dikeringkan, Keripik/ wafer
Daging dan unggas
Produk makanan beku dan kalengan, bubuk telur
Hasil perikanan
Produk susu bubuk, susu bubuk rendah lemak, susu kental, susu, dalam aneka rasa, es krim, mentega, ghee, keju, susu pengganti /tambahan makanan bayi, susu bersereal.
Produk roti
Roti, biskuit, cornflakes/keripik jagung, bihun, pasta, mie, dan lain-lain.
Permen
Cokelat, permen gula, permen karet, permen kunyah
Minuman
Beralkohol dan non-alkohol (teh/kopi, minuman ringan berkarbonasi/bersoda dan minuman ringan tak berkarbonasi/tak bersoda) Makanan siap saji (selai, acar, kecap, sup, makanan ringan) dan makanan siap masak.
a. Buah-buahan dan Sayuran Hampir semua varitas buah-buahan dan sayuran terdapat di India dikarenakan adanya wilayah iklim yang berbeda-beda di negara ini. Saat ini India merupakan produsen buah dan sayuran nomor dua terbesar di dunia setelah China. Jumlah total wilayah yang diolah untuk budidaya buah-buahan dan sayuran adalah sekuas 12 juta hektar (7 persen dari total wilayah pertanian dan perkebunan) dan India telah memproduksi 150 juta ton buah dan sayur pada tahun 2009-2010, tercatat sebagai 10 persen dari produksi buah-buahan global dan 15 persen dari produksi sayuran global. India telah mendapat peningkatan sekitar 22.7 persen sejak tahun 2005-06 yang B4
bernilai sekitar 167.9 juta ton. Beragam iklim yang dimiliki India memastikan ketersediaan yang melimpah untuk buah – buahan dan sayuran segar. Menurut Nasional Hortikultura database tahun 2012 yang diterbitkan oleh Dewan Hortikultura Nasional, India memproduksi 76424.21 Million ton buah – buahan dan 156.325.48 million ton sayuran pada tahun 2011-2012. Dimana area di bawah budidaya buah-buahan mencapai 6.704 million hektar dan sayuran sebesar 8.99 million hektar. India adalah produsen terbesar jahe dan okra dan menempati urutan kedua dalam produksi kentang, bawang, kembang kol, terong, kubis dll. Untuk buah – buahan peringkat pertama ditempati pisang diikuti papaya, mangga dan jambu biji. Meskipun andil India di pasar global hanya 1%, ada peningkatan penerimaan negara dari produk hortikultura. Tabel B.5 Produksi Buah-buahan dan Sayuran (juta ton) Produksi
2011-2012
2013
Buahbuahan*
76424.21
79399.99
Sayuran**
156325.48
156445.35
232749.69
235845.34
Total
Sumber : APEDA ( Agriculture & Processed food product, Export Development Authority) * Termasuk buah-buahan yang dikeringkan ** Termasuk umbi-umbian dan akar-akaran
Beberapa buah utama (tercatat sekitar 75-80 persen dari total produksi buahbuahan) dan sayuran (tercatat sebesar 70 persen dari total produksi sayuran) telah diproduksi di India termasuk mangga, pisang, jeruk, sitrus, jabu, apel, kentang, brinjal, tomat, bunga kol, bawang merah, kubis dan tapioka/ singkong/ ubi kayu. India menempati posisi pertama di dunia untuk produksi bunga kol, dan pada saat yang sama menempati posisi kedua dan ketiga untuk produksi bawang merah dan kubis. Produksi bawang merah mencapai 17511.09 ton pada tahun 2011-2012 dan 992.23 pada awal periode 2012-2013 Bawang merah memang banyak sekali digunakan di seluruh penjuru India, baik sebagai bumbu utama maupun sebagai pelengkap dan sayuran. Pada tahun 2011 India menduduki posisi pertama untuk produksi pisang yang bernilai 29.7 juta ton - menempati sekitar 20 persen dari pangsa pasar dunia. 20092010 26.47 juta ton.2012-2013 30.28 juta ton Di India, pisang umumnya dikonsumsi langsung tanpa diolah lebih lanjut. Namun demikian, buah yang sudah masak dapat diolah lagi menjadi beraneka macam produk lainnya seperti bubur, tepung/serbuk, dan produk yang dikeringkan, sementara pisang mentah dapat diolah menjadi bentuk keripik. Di lain pihak, mangga dikenal sebagai raja buah-buahan dan dapat ditemukan dengan mudah di seluruh pelosok India. Tumbuh diatas lahan seluas 1.23 juta hektar dimana memproduksi mangga sebesar 10.99 juta ton. India juga menempati urutan pertama sebagai penghasil mangga dimana memegang 52.63 persen dari total produksi mangga di dunia dengan total produksi sebesar 19 juta ton. Pada tahun 2011-2012, produksi mangga di India diperkirakan mencapai 16196.4 ton. Buah ini diolah menjadi berbagai macam jenis produk seperti bubur, konsentrat, sari buah, B5
selai dan acar. India saat ini duduk di posisi ke tiga dunia sebagai produsen dan konsumen apel dan pada tahun 2011 produksi apelnya telah mencapai 2,891,000 juta ton. Produksi apel di India kebanyakan dilakukan di daerah perbukitan negara Bagian Utara dan sekitar 70 persen dari hasil panen diangkut dan dijual ke pasar grosir buah-buahan dan sayuran terbesar di Azadpur, Delhi. Kebanyakan dari buah apel yang diproduksi di India digunakan untuk dikonsumsi dalam keadaan segar, dan hanya sedikit sekali jumlah yang diolah lebih lanjut untuk produk-produk lain seperti jus apel, jelly atau selai. Selama beberapa tahun terakhir ini terdapat pertumbuhan yang positif di sektor buah-buahan dan sayuran olahan, khususnya jus dan bubur buah-buahan, produk buah-buahan dan sayuran beku dan yang dikeringkan, acar, olahan tomat, jamur, bumbu sayuran instant dan kari sayuran. Dari total buah-buahan dan sayuran olahan yang diproduksi, sekitar 36 persen dikontribusi oleh sektor usaha yang terorganisasi dan sisa proses pengolahannya ditangani oleh sektor yang tidak terorganisir. Sementara sektor yang terorganisir kebanyakan menghasilkan produk-produk jenis jus dan bubur konsentrat, di pihak lain sektor yang tak terorganisir justru bergerak terutama di wilayah pengolahan produk tradisional seperti saus, acar dan sari buah. b. Daging dan Unggas Daging Di India Produk hewan memainkan peran penting dalam kehidupan sosialekonomi. Memberikan penghasilan tambahan untuk pemerintah dan sebagian besar keluarga di India yang bergerak di bidang perternakan. India memiliki sekitar 36.000 rumah pemotongan hewan (jagal), 10 rumah potong hewan bersifat modern, 171 unit pengolahan daging, 7 buah pabrik bacon/daging babi asap, unit pengolahan daging babi yang bekerja dengan cara modern dan sejumlah pabrik pengolahan daging unggas yang berukuran kecil. a. Kerbau Populasi ternak India termasuk 88 juta kerbau yang merupakan 58 persen dari populasi kerbau dunia. Hewan yang umumnya digunakan untuk produksi daging terdiri dari domba dan kambing, babi dan unggas. Dalam satu tahun terakhir terdapat tiga unit ekspor baru berorientasi pengolahan daging kerbau yang telah disetujui dan dilaporkan dalam pelaksanaan. Data perdagangan yang tercatat pada Januari – November 2012 menunjukkan ekspor daging di India melebihi ekspor tahun sebelumnya sebesar 3 persen. India telah mengekspor 1106.96 thousand MT daging kerbau diberbagai penjuru dunia. Negara utama penerima ekspor India adalah Negara Vietnam, Malaysia, Thailand, Mesir, Saudi Arabia dan Jordan. Total produksi untuk daging kerbau India pada tahun 2010 tercatat sebesar 2842 MT, peningkatan terus terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 2011 produksi daging kerbau sebesar 3.244 MT , tahun 2012 sebesar 3.460 MT dan tercatat pada akhir bulan April 2013 sebesar 3.800 MT. prediksi yang diberikan oleh USDA pada akhir bulan Oktober untuk produksi daging kerbau adalah sebesar 4.168 MT
B6
Gambar B.1 : Produksi Daging kerbau di India
Produksi Daging Kerbau di India 4000 3000 2000 1000 0 2009
2010
2011
2012
Oktober 2013
Sumber : United States Department of Agriculture Foreign Agricultural Service dan Livestock and Products Semi-annual 2013
Ekspor daging kerbau India direvisi dari 250.000 ton menjadi 1.5 juta ton, dimana menempatkan India diurutan kedua pengekspor daging kerbau terbesar di dunia. Permintaan yang meningkat dari negara importir utama yaitu Asia Tenggara, Timur Tengah dan afrika mendukung peningkatan ekspor yang signifikan di India. Gambar B.2 : Total ekspor daging kerbau dunia
Total Ekspor Daging kerbau Dunia 2000 1500
2010 2011
1000
2012
500
2013
0 India
Brazil
Australia
New Zealand
Sumber : United States Department of Agriculture Foreign Agricultural Service dan Livestock and Products Semi-annual 2013
b. Daging Merah (Babi) Di India, Produksi daging merah dalam negeri dan pengolahan diatur oleh ’Meat Food Products Order’’ (MFPO), 1973. Badan ini menetapkan standar sanitasi dan higienis untuk rumah potong dan tingkat residu produk daging. Sampai saat ini, MFPO dikelola oleh Kementerian Industri Pengolahan Makanan (MoFPI), tetapi MFPO diawasi dan berada dalam naungan FSSAI (Food Safety and Standard Regulations) Produksi daging babi di India terbatas, hanya mewakili 7% dari sumber protein hewani nasional. Menurut sensus ternak ke 18 India, meskipun total populasi
B7
babi sementara ini kecil tetapi terdapat pertumbuhan yang konsisten selama 50 tahun terakhir. Total produksi daging merah pada tahun 2010 adalah sebesar 0.333 MT Daging Unggas Daging unggas merupakan penghasil protein hewani yang pergerakannya paling cepat di India dan dianggap sebagai sumber protein hewani yang paling ekonomis. Produksi telur dan ayam broiler di India meningkat pada tingkat 8 sampai 10 persen per tahun. Hal ini menjadi penyebab India menduduki peringkat ke 5 sebagai penghasil telur terbesar di dunia dan menduduki peringkat ke empat untuk produksi ayam broiler. Produksi unggas domestik telah meningkat dari 1.0 juta ton pada tahun 2000 ke 3.4 juta ton pada tahun 2012 dengan konsumsi perkapita yang meningkat dari 0.8 kg menjadi 2.8 kg pa selama periode yang sama. Pada periode tahun 20122013 India telah mengekspor 577.8 ribu MT unggas ke penjuru dunia dengan pertumbuhan sebesar sebelas persen. Di India, pertumbuhan sektor unggas didorong oleh peningkatan pendapatan kelas menengah. Produk yang terintegrasi, transisi pasar dari burung hidup untuk produk dingin dan beku, dan kebijakan yang menjamin pasokan harga kompetitif jagung dan kedelai dari adalah kunci untuk pertumbuhan industri perunggasan masa depan di India. Tabel B.6 : Jumlah produksi Ayam broiler di India Ayam broiler
2010
2011
2012
2013
Produksi
2.650
2.900
3.160
3420
Konsumsi
2.648
2.891
3.151
3.411
Sumber : United States Department of Agriculture Foreign Agricultural Service dan Livestock and Products Semi-annual 2013
Pertumbuhan populasi di wilayah perkotaan dan peningkatan pendapatan per kapita adalah beberapa faktor utama yang memberikan konstribusi terhadap perluasan produksi daging unggas. Kewirausahaan swasta dan adanya dukungan dari pemerintah juga merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sektor ini. Pada tahun 1986, Western Hatcheries (merupakan anak usaha dari Grup Venkateswara) menjadi pendiri pertama dari unit pengolahan daging unggas di India. Setelah itu terdapat banyak investasi penting yang dibuat di area penetasan, pengembangbiakan dan pengolahan, investasi juga dilakukan dengan para peternak untuk mendapatkan hasil anakan yang lebih besar dan berkualitas; hal ini mendapat dukungan cukup besar dalam hal layanan kesehatan hewan ternak dan peningkatan kualitas pakan ternak. Saat ini sekitar 95 persen dari total produksi olahan daging merah dan unggas dikuasai oleh 10 pelaku utama dalam bisnis ini. Shalimar Super Foods, Venkateswara Hatcheries, Al-Kabeer, Godrej Agrovet, Allanasons, Al Barkat Exports, Suguna Poultry, Mark International, Prabhat Poultry dan Vista Processed Foods adalah beberapa perusahaan besar yang bergerak di sektor daging merah dan unggas.
B8
Telur Dalam bidang produksi telur, India menduduki posisi ke lima dunia, produksi telur di India diperkirakan meningkat dari 30 billion eggs pada tahun 2000 menjadi 66 billion pada tahun 2012 dengan konsumsi percapita yang meningkat dari 28 sampai 55 telur didalam period yang sama. Andra Pradesh, negara bagian India, mengambil andil yang cukup besar dalam produksi telur dalam negri yaitu sebesar 30 % dari total produksi telur dalam negeri. Apabila dibandingkan dengan Negara-negara maju, maka angka ketersediaan telur per kapita di India relatif jauh lebih rendah. Sebagai contoh, angka ketersediaan telur per kapita di India mencapai angka 55 butir per orang per tahun, sedangkan Amerika Serikat, Eropa, Taiwan, Jepang dan Meksiko mencapai angka 300, 280, 358, 346 dan 304 per orang per tahun. Tidak sama halnya dengan Negara-negara maju yang menggunakan telur untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat India ternyata belum terbiasa untuk mengkonsumsi telur. Hal ini khususnya disebabkan karena rendahnya kecenderungan konsumen untuk memasukkan telur ke dalam menu seharihari dan kurangnya kemampuan pembelian pada segmen yang berpenghasilan lebih rendah. c. Hasil Laut India dianugerahi kekayaan perikanan yang melimpah dengan garis pantainya yang mencapai lebih dari 8000 km dan kanal sepanjang 195.210 km dan zone ekonomi eksklusif seluas 2.2 juta persegi. India menawarkan potensi yang sangat besar untuk bidang perikanan dan produksi ikan, dan juga termasuk dalam sepuluh produsen ikan terbesar di dunia. Negara ini menduduki posisi ke dua sebagai penghasil ikan terbesar di dunia yaitu sebesar 8.67 MT. Dengan kontribusi sebesar 5.43% dari total produksi ikan di dunia dan penghasil ikan air tawar terbesar kedua di dunia setelah China. Perikanan adalah sektor yang mejanjikan dengan pertumbuhan tetap sebesar 6 persen . Pada periode tahun 2010 – 2011 India tercatat mengekspor sebesar 8.13.091 ton disektor ini dan pada periode tahun 2011 – 2012 untuk yang pertama kalinya mencapai USD 3.5 miliar. Sektor perikanan ini ikut berkontribusi terhadap GDP India sebesar 4.15 dari total GDP untuk pertanian dan sejenisnya. Produk hasil laut India meliputi : udang, sirip ikan, tuna, sotong, gurita, cumi-cumi, kakap merah, makarel, lobster, ikan lele, udang kecil, dan ikan ribbon. Table B.7 : Hasil produksi ikan di negara bagian di India (MT)
Negara Bagian
2009-2010
2010-2011
2011-2012
Andra Pradesh
1305.86
136820
1603.17
West Bengal
1517.00
1443.26
1472.05
Gujarat
771.50
774.90
783.72
Kerala
698.85
681.61
693.21
B9
Tamil Nadu
582.93
614.81
611.49
Karnataka
420.06
526.58
546.44
Maharashta
550.36
595.25
578.79
Uttar Pradesh
392.93
417.48
429.72
Odisha
382.55
386.19
381.83
Beberapa pelaku utama dalam industri ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel B.8 Pelaku Utama Dalam Industri Perikanan Dan Hasil Laut Perusahaan
Produk Utama
Allanasons
Pomfrets, seer fish, squids, prawns and cuttle fish Pomfret, ikan bawal, seer, cumi-cumi, udang dan ikan sotong
ASF Seafoods
sari laut
Bells foods marine division
Kepiting, ikan sotong, udang, cumi-cumi, gurita
Deep Sea Products
Marine products produk hasil laut
IFB Agro Pvt Ltd
Pomfrets, crabs, prawns and sea food Pomfret,, kepiting, udang dan sari laut
Sea Sparkle Sumero
Octopus, squid, crabs and tuna Gurita, cumi-cumi, kepiting dan tuna Pomfrets, crabs, prawns and sea food Pomfret,,, kepiting, udang dan sari laut.
Sumber : Technopak
d. Produk Olahan Susu India adalah produsen susu terbesar di dunia, dimana menghasilkan lebih dari 133 MT susu selama 2012 – 2013 dan juga salah satu kontributor utama dalam industri pengolahan makanan di India. Berbagai tindakan telah dilakukan oleh pemerintah India untuk meningkatkan produktivitas hewan perah di India, dimana hal ini telah menghasilkan peningkatan produksi susu secara signifikan dari tingkat 102.6 MT pada akhir tahun 2006-2007 ke 127.9 MT pada akhir tahun 2011-2012. Tingkat pertumbuhan tahunan untuk produksi susu adalah sekitar 5% pada tahun 2011-2012 dibandingkan dengan tahun 2010-2011. Sektor pengolahan susu tercatat memiliki bagian yang cukup besar di pasar hasil olahan susu, yaitu sekitar 73 persen. India adalah negara pengekspor terbesar di dunia dengan jumlah angka ekspor sebesar 87.82 ribu MT. Di dalam sektor pengolahan sendiri, kontribusi utamanya datang dari sektor yang tidak terorganisir dalam bentuk manisan, air dadih buatan sendiri, yoghurt dan lain-lain. Namun demikian sektor yang terorganisir di bidang industri susu olahan berkembang jauh lebih cepat dibandingkan sektor yang tidak terorganisir. Dari sebuah negara yang kekurangan produk susu di tahun 1960an, kini India telah berubah menjadi produsen susu terbesar di dunia. Penjualan susu telah terbukti menjadi sektor yang memberikan keuntungan terbesar bagi pasar di India. Faktor utama terjadinya hal ini adalah : inisiatif yang diambil oleh program operasi ampuh untuk menyatukan para produsen susu dalam satu wadah koperasi, B 10
pendirian berbagai infrastruktur untuk memperoleh susu, mengolah, memasarkan dan menyediakan input finansial, teknis dan manajemen oleh Kementerian Industri Pengolahan Makanan dalam rangka merubah sektor susu olahan menjadi sebuah sektor yang terorganisir dan dapat berdiri sendiri. Industri susu di India memproduksi 15 % lebih banyak dari Amerika Serikat dan 3 kali lebih banyak dari China. Tepatnya India juga memproduksi direktori terbesar untuk Industri susu di Dunia. Sektor pengolahan susu telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa dalam dekade terakhir dan India kini telah menjadi salah satu produsen susu terbesar didunia. Keju Permintaan global untuk keju semakin meningkat dan ekspor telah tumbuh dari 1.907 MT to 2.336 MT selama tahun 2011. Di India terjadi peningkatan pergeseran ke arah makananan barat seperti mengkonsumsi keju. Hal ini dikarenakan meningkatnya pendapatan konsumen yang mendorong pertumbuhan permintaan keju dari tahun 2011 – 2012. Dengan pertumbuhan yang ada perusahaan Gowardhan, Amul, Britania dll. Memanfaatkannya dengan baik yaitu dengan meluncurkan berbagai macam paneer dan keju pada tahun 2011. Keju muncul sebagai bahan utama dalam menu makanan, termasuk restoran yang menyajikan makanan India. Gujarat Co- operative Milk Marketing Federation (GCMMF) di bawah merek Amul terus mendominasi pasar keju di India dan diperkirakan akan memegang pangsa nilai 49 % pada tahun 2013. Perusahaan Amul adalah perusahaan pertama yang mendapatkan keuntungan di sektor ini dan telah bernaung cukup lama di pasar keju. Iklan dan kampanye promosi yang tepat sasaran mendorong perusahaan ini untuk membangun citra merek yang kuat dan keuntungan yang lebih. Dalam satuan volume, pasar keju di India diperkirakan mencapai 54.000 ton. Sedangkan angka konsumsi keju masih terhitung rendah karena bagi masyarakat India, keju masih terhitung sebagai produk mewah, berbeda dengan di negara-negara maju yang telah menjadikan keju sebagai bagian dari menu harian mereka. Mumbai yang memiliki pangsa pasar sebesar 30 persen merupakan pasar terbesar untuk industri keju di India, hal ini diikuti oleh Delhi dengan jumlah 20 persen, Kolkata 7 persen dan Chennai pada angka 6 persen. Amul, Britannia dan Le bon Internatioanl adalah para pelaku utama dalam pasar industri keju di India. Konsumen di kota-kota kecil dan pedesaan lebih memilih produk keju olahan yang lembut namun tidak bermerek yang dikenal sebagai “paneer”. Kebanyakan orang memilih keju paneer karena dapat diperoleh setiap hari secara segar/produk segar dan juga bernilai ekonomis lebih tinggi apabila dibandingkan dengan keju bermerek. Sebagai contoh, ketika keju bermerek dijual dengan harga sekitar US$ 4-5 per kilogram, namun keju paneer hanya dijual seharga US$ 2-3 per kilogram. Beberapa pelaku utama dalam industri penjualan keju di India adalah Vijaya, Verka dan Nandini. Es Krim Meningkatnya penduduk usia dini, inovasi produk, pertumbuhan penjualan institutional dll. di harapkan dapat menjadi katalis dalam mendorong pasar es krim di India untuk dimasa yang akan datang. Menurut riset dari grup IMARC, pasar es krim di India diperkirakan akan tumbuh sebesar 17 % pada tahun 2012 -2017.
B 11
Daerah bagian utara dan barat adalah pusat konsumsi tertinggi es krim yaitu sekitar hampir 70 % dari total pasar. Peningkatan permintaan yang ada dikarenakan meningkatnya pendapatan, kelas menengah dll. Trend es krim di india adalah 1. Adanya peningkatan merek internasional yang mendorong konsumsi dalam kota maupun pedesaan 2. Ketersediaan beberapa pilihan untuk konsumen dari es krim untuk kulfis tradisional sampai ke berbagai macam es krim lainnya dan juga yoghurt berasa 3. Perubahan pola konsumsi masyarakat india, dimana pertumbuhan tren untuk makan es krim untuk waktu santai
terdapat
4. Dengan meningkatnya kesadaran terutama di kalangan penduduk muda perkotaan, fokus tinggi pada lemak bebas, rendah gula dan varian probiotik 5. Mengurangi dampak musiman pada konsumsi 6. Banyak pemain yang bersedia untuk meningkatkan kehadiran dengan rencana ekspansi yang agresif. Es krim dan makanan beku pada tahun 2009-2010 adalah sebesar US$450 juta, tumbuh sekitar 12-15 persen. Dan di harapkan dapat mencapai 900 juta pada tahun 2014-2015. Kulfis/es krim yang dibuat oleh industri kecil sangat populer di daerah pedessan, di daerah pedesaan dan kota kecil terdapat ribuan permintaan untuk jenis es krim ini dan oleh karena itu banyak terdapat pengusaha kecil untuk jenis es krim ini. Bisnis dari wilayah lokal, para pelaku utama di sektor yang terorganisir dibatasi untuk beroperasi di kota-kota besar saja, sedangkan di kota-kota kecil dan pedesaan terdapat ribuan pelaku usaha skala kecil yang memproduksi es krim secara tradisiona/rumahan dan mengirimnya ke pasar lokal. Pelaku utama dalam bisnis ini antara lain adalah Amul, Hindustan Unilever (Kwality Walls) dan Mother Dairy; mereka memiliki posisi yang cukup signifikan di India. Persentase pangsa pasar es krim yang dipegang Amul adalah sebesar 37 persen, sementara Hindustan Unilever menguasai sekitar 9 persen dari pangsa pasar. e. Permen Pasar produk permen sebagian besar terdiri dari cokelat, permen bertekstur keras (hasil perebusan yang dibekukan), permen karet, gula-gula, permen beraroma mentol dan pastiles/pelega tenggorokan, lollipop, roti dengan aneka rasa buah, dan lain-lain. Pasar permen di India menduduki peringkat ke 25 pada tahun 2009. Tahun 2012 tercatat pertumbuhan sebesar 18 % pada sektor ini , meningkat 7 % persen dari tahun 2012 yaitu sebesar 11 %. Diperkirakan akan tumbuh pesat, dimana diprediksikan akan menempati peringkat ke 14 pada tahun 2014. Tercatat penduduk India sebesar 30% adalah usia 0 – 14 tahun, dimana merupakan target utama bagi produsen gula – gula. Hal ini akan menjadi penggerak utama bagi pertumbuhan di pasar kembang gula di India. Pasar permen India saat ini bernilai sekitar USD 664 Million yaitu 70 % untuk kembang gula sebesar USD 461 million dan 30 % untuk permen coklat yaitu sebesar 203 million. Kementrian Industri Pengolahan Makanan menyatakan bahwa terdapat macam – macam permen dalam kategori kembang gula. Gula yang direbus telah menembus B 12
sekitar 15 persen rumah tangga di India, menunjukkan potensi besar untuk pertumbuhan di masa yang akan datang. Penetrasi yang terdapat adalah sebesar 22% yaitu berada di pasar perkotaan. Di India, konsumsi per kapita tahunan permen bermerek masih dibawah 100 gram. Permen rebus hanya bernaung untuk sector skala kecil. Ada sekitar 5.00 unit catering untuk pasar lokal. Para pemain besar telah menggunakan campuran pengaturan waralaba (dengan unit-unit kecil) dan formulasi produk untuk keluar dari modus pemesanan. Dari segi nilai, sector terorganisir memerintahkan 60 persen dari pangsa pasar. Walau pun perusahaan-perusahaan multinasional seperti Cadbury, Perfetti Van Melle dan Nestle memiliki kedudukan yang cukup penting di India, tapi hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena pangsa pasar untuk produk permen di India telah terbagibagi sehingga tetap memberikan kesempatan bagi pelaku-pelaku bisnis skala kecil dan beberapa pelaku bisnis skala besar beserta MNC untuk sama-sama beroperasi di sektor yang terorganisir. Sektor produksi permen di India merupakan pasar yang cukup kompleks, tempat berbagai faktor seperti kebijakan pemerintah, harga gula curah dan distribusi pasar umum memiliki peran yang sangat penting dalam mengendalikan penjualan dan volume produksi. Tidak seperti pasar global yang membuat penjualan produk permen sangat tergantung pada perdagangan yang teroganisir, tapi di India, penjualan masal produk permen dapat berasal dari outlet ritel/pengecer kecil seperti paan shop dan toko-toko kecil lainnya. Industri-industri skala kecil banyak bergantung pada pasokan keperluan penunjang untuk sektor permen seperti bahan pembungkus permen, stoples untuk wadah produk, kardus bergelombang, dan lain-lain. Produk-produk permen dapat diecerkan ke lebih dari 1 juta outlet yang tersebar di seluruh negeri. Cokelat Peminat cokelat di India telah mengalami perubahan pola pilihan mengkonsumsi cokelat, mereka saat ini cenderung memilih premium cokelat dikarenakan premium cokelat memiliki kualitas dan rasa yang lebih baik. Konsumsi cokelat premium di pedesaan pun mengalami peningkatan tajam pada tahun 2012. Menariknya, setelah diluncurkannya cokelat kemasan kecil, peminat cokelat semakin bertambah dikarenakan harganya yang terjangkau. Konsumsi per capita cokelat meningkat dari 40 gram pada tahu 2005 menjadi 110-120 gm sekarang dan ada banyak ruang lingkup untuk tumbuh lebih jauh. Peningkatan permintaan dari konsumen menyebabkan banyak pemain memasuki pasar industri ini. Cadbury Kraft Foods telah menjadi pemimpin pasar dalam kategori cokelat sejak 64 tahun terakhir di India. Cadbury Kraft Foods memiliki share 70%, 20% dipegang oleh Nestle dan yang lain hanya mendapatkan 10 % bagian saja. Konsumsi cokelat terus meningkat di daerah perkotaan dan semi perkotaan, yaitu sebesar 25 %. Menjelang festival, permintaan cokelat meningkat sebesar 35 % dibandingkan tahun lalu di daerah perkotaan karena meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemasaran cokelat dengan harga yang terjangkau. Kosumsi perkapita cokelat juga meningkat dari 50 gm di 2005 sampai 300 gm pada saat ini dan tidak tertutup kemungkinan, angka ini akan bertambah. Dengan mengacu pada laporan bahwa populasi perkotaan menduduki 70 persen konsumsi cokelat, maka dapat diperkirakan bahwa pasar ini berkembang sebanyak 15 persen tiap tahunnya. India bagian barat tercatat
B 13
sebagai pangsa pasar terbesar untuk cokelat yang kemudian Utara, South dan Timur. Tabel B.9 Jenis dan Merek Cokelat Terkenal Jenis
Merek
Cokelat cetakan (aneka bentuk)
Dairy Milk, Truffle, Amul Milk Chocolate, Nestle Premium, Nestle Milky Bar, Nestle Classic, Chunky
Cokelat batangan
5 star, Perk, Kitkat, Picnic, Munch
Produk olahan lain (dimasak)
Gems (Panned products), Nutties, Marbles (Nestle)
Sumber : Kompilasi MCG
Dua produsen cokelat yang mendominasi segmen industri cokelat di India adalah Cadburry India dan Nestle. Cadburry menguasai pangsa pasar sebesar 72 persen diikuti oleh Nestle sebesar 25 persen dan Amul yang mengantongi sebesar 2 persen dari total pangsa pasar. MNC lain yang telah memasuki pasaran pada tahun-tahun belakangan ini dan telah mendapat pangsa pasar yang cukup signifikan adalah Perfetti India dan Wrigley India. Pada tahun 2007 sebuah kesepakatan kerja sama telah dilakukan antara Godrej Beverages and Food Ltd and Hershey’s, sebuah perusahaan raksasa dari Amerika Serikat yang memproduksi cokelat dan permen, untuk memproduksi dan mendistribusikan produk cokelat ke seluruh India. Saat ini perusahaan gabungan yang akhirnya dinamai Godrej Hersheys Foods mulai melancarkan kompetisi dengan Cadbury dan Nestle. f.
Produk Roti
Produk roti merupakan salah satu segmen yang memiliki pangsa terbesar dalam pasaran produk makanan olahan di India. Konsumen utama roti adalah masyarakat dari kelas menengah bawah dan segmen ekonomi lemah, dimana segmen ini mengkonsumsi lebih dari 90 persen dari total produksi industri roti itu. Roti adalah makanan yang murah dan instan yang tersedia untuk dikosumsi. Meskipun roti bukan makanan pokok di negara ini, konsumsi telah meningkat selama bertahun-tahun. Di India masih merupakan makanan pokok sekunder bilan dibandingkan dengan chappati, puri dan beras. Kosumsi per kapita produk roti di India sampai pada saat ini adalah satu samapai dua kg per tahun dimana relative lebih rendah dibandingkan negara – negara maju dimana kosumsi adalah antara 10 dan 50 kg per tahun. Tingkat pertumbuhan produk roti telah luar biasa baik di daerah perkotaan maupun pedesaan dan mengalami kemajuan yang pesat. Industri ini diperkirakan akan tumbuh 13 – 14 % di 3 tahun yang akan datang. Dua pemain utama yaitu BIL & MFIL mengalami pangsa pasar 10-12 persen dan 7-8 persen. Terlepas dari kedua, ada beberapa pemain besar regional seperti Spencers di India selatan, Vibbs di Maharastra, Kitty and Bonn di Punjab, 365 days dan harvest Gold di Delhi, Haryana dll. Industri roti terdiri dari sector terorganisis dan tidak terorganisir dengan kontribusi sekitar 45 persen dan 55 persen dari total produksi roti masing – masing. Sektor terorganisir terdiri dari sekitar 1.800 roti dengan skala produksi yang kecil di seluruh penjuru negeri india, selain itu 25 produsen di skala menengah dan 2 industri di skala besar.
B 14
Gambar B.3 : Pola konsumsi roti di India berdasarkan wilayah
18%
27%
Bagian Utara Bagian Selatan
23% 32%
Bagian Barat Bagian Timur
Industri roti ini didominasi oleh sektor skala kecil dan memiliki beberapa pelaku bisnis utama di sektor yang terorganisir. Secara keseluruhan terdapat sekitar 2 juta toko roti dan kue di seluruh India dan beberapa pelaku bisnis utama yang berasal dari sektor yang terorganisir dalam industri ini adalah Brittania, Parle dan ITC. Roti tawar dan biskuit adalah dua produk roti yang paling utama dan keduanya memegang volume penjualan sebanyak 69 persen dari pasar industri roti dan kue. Biskuit Pasar biskuit di India diperkirakan mencapai USD 1.84 billion dan industri ini juga bersiap siaga untuk mengantisipasi peningkatan permintaan dari konsumen dimasa yang akan datang. Di India industri biskuit kecil pun mampu membuat keuntungan. Sektor terorganisir untuk industri ini adalah sebanyak 35%. India adalah produsen biskuit terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan China. Industri ini diperkirakan akan tumbuh pada tingkat 15 sampai 17% dalam beberapa tahun ke depan, dimana dengan angka USD 220 billion pada saat ini menjadi USD 300 billion di tahun 2015. Britannia, Parle – G, Priyagold, ITC Sunfeast adalah beberapa merek yang populer. Selain itu terdapat 150 pabrik kecil dan menengah di India. Sektor pedessan mengkonsumsi 55 % dari total produksi biskuit di India. Biskuit di India berada diperingkat yang lebih tinggi dari Roti. Biskuit menempati 60 % dari kapasitas produksi roti. Adapun beberapa pengusaha lain yang ingin memasuki industri ini seperti Cadbury, Nestle dan Brooke Bond tetapi mereka tidak dapat menyaingi pengusaha lainnya sehingga memutuskan untuk undur diri. Ekspor Biskuit pada periode tahun 2012 -2013 adalah sebesar 14 %, sedangkan untuk impor belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir dan tidak mempengaruhi produksi dan penjualan oleh industri biskuit India.
B 15
Gambar B.4 : Total produksi biskuit per MT
Total Produksi Biskuit per MT 25 20 15 10 5 0
18.5
20.5
19
10.5 2009 -2010
2010-2011
2011-2012
2012-2013 (April - September 2012)
Biskuit secara garis besar dikategorikan sebagai glukosa, produk berbahan dasar susu, marie, sari tajin dan varian-varian lainnya seperti krim, wafer krim, biskuit dengan rasa asin, kue kering, kue curah dan lain-lain. Pasaran industri biskuit yang terhambat selama 4 tahun belakangan ini telah memperoleh momentumnya kembali pada tahun 2007-08 dan saat ini sedang berkembang dengan laju pertumbuhan sebesar 15 persen tiap tahunnya. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh pembebasan Bea Cukai Pusat terhadap biskuit dengan MRP sampai dengan US$ 2.5 per kilogram. Saat ini posisi India masih cukup rendah dalam hal konsumsi biskuit per kapita. Sebagai contoh, konsumsi biskuit per kapita di India baru mencapai angka 1.8 kilogram sedangkan negara-negara Asia Tenggara and Eropa mencapai 5.5 kilogram sementara Amerika Serikat bahkan mencapai angka 7.5 kilogram. Dari seluruh penjuru India, bagian timur India merupakan pangsa pasar terbesar untuk industri biskuit di India, kemudian diikuti oleh India utara. Gambar B.5 Pola konsumsi biskuit dalam empat zona di India
28%
25%
Bagian Utara Bagian Selatan
23%
24%
Bagian Barat Bagian Timur
Sumber : Asosiasi Produsen Biskuit India (IBMA)
Sebagai tambahan terhadap jumlah pelaku bisnis regional dan beberapa pelaku bisnis utama, sejumlah besar biskuit ternyata dikonsumsi oleh kafe dan kedai-kedai pinggir jalan dan dipasok oleh pembuat roti skala kecil. Tingginya tingkat penetrasi dari sektor biskuit ke wilayah pedesaan merupakan penyebab utama dari meningkatnya pertumbuhan sektor ini. Varian-varian dengan harga yang lebih murah kebanyakan dikonsumsi oleh segmen pasar wilayah pedesaan dan disinilah tempat biskuit-biskuit bermerek menghadapi kompetisi yang ketat dengan sektor biskuit yang tidak terorganisir.
B 16
Namun demikian pada tahun-tahun belakangan ini, industri biskuit telah semakin terorganisir. Saat ini dari total produksi yang ada, sekitar 60 persen dikontribusikan oleh sektor yang tertata dan sisanya yang 40 persen oleh toko roti lokal dan sektor yang tidak terorganisir. Pada sektor yang terorganisir, Parle saat ini memimpin pasaran produk biskuit dengan penguasaan pangsa pasar sekitar 40 persen, kemudian diikuti oleh Brittania, ITC dan Surya Food dan Agro Ltd (Priyagold). Beberapa merek internasional sekarang telah diimpor untuk dimasukkan ke dalam pasar India. Namun demikian volume dari merek-merek ini masih relatif kecil. Tabel di bawah ini menunjukkan pelaku bisnis utama di industri ini berikut merek yang mereka tampilkan. Tabel B.10 Pelaku bisnis Utama dan Mereknya Pelaku industri
Merek
Jumlah Bagian
Britannia Industries Ltd
Tiger, Snax, 50-50, Marie, Nice, Milk Bikis, Good Day, Pure Magic, Little Heats, Bourbon, Treat, Time pass
38 %
Parle
Parle-G, Monaco, Krackjack, Supermilk, Hide and Seek, Chocolate Chips, Milk Shakti
40 %
Surya Food
Priya Gold
15 %
ITC
Sunfest
11 %
Glaxo Smithkline Beecham
Horlicks, Boost
HUL
FruitCream, Modern Energy
6%
Pelaku Bisnis Skala Global Pelaku industri
Merek
Excelsior Foods
Kidz
United Biscuits
Mcvites, Hob-Nobs, Ginger Snaps
Sumber : mofi.nic,in , britannia.com, parle-products.in
United Biscuits, dari Inggris adalah merupakan produsen biskuit nomor dua terbesar di dunia dan saat ini telah memasuki pasaran India dengan merek terkenal mereka Mc Vitie’s Digestive. Produk biskuit dari perusahaan ini diimpor langsung oleh perusahaan dan sekarang tersedia di hampir 12.000 toko pengecer di seluruh kota besar di penjuru India. Pelaku bisnis skala global lainnya yang telah hadir di India adalah Nabisco. Arnotts dan Sara Lee. g. Makanan Kemasan Sektor makanan kemasan telah berkembang dengan sangat pesat selama satu dekade terakhir ini terutama dikarenakan meningkatnya jumlah keluarga dengan latar belakang pendidikan dan tingkat pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah dipotong pajak. Selain itu perubahan gaya hidup, pola serta kebiasaan makan dan terdapatnya lebih banyak kaum pekerja wanita yang lebih memilih untuk
B 17
membeli makanan kemasan. Segmen dari produk makanan kemasan terdiri dari makanan siap saji dan siap masak yang terbagi rata dengan para pelaku bisnis skala kecil yang tercatat memegang hamper 75 persen dari volume hasil jadi produksi dan sekitar 50 persen jika dihitung dari nilai jualnya. Apabila produk makanan siap saji terdiri dari selai, acar dan chutneys, produk berbahan dasar tomat (kecap, bubur tomat, sup) dan makanan ringan (keripik kentang), maka sektor produk makanan siap masak terdiri dari bahan-bahan masakan (bubuk masala/pasta), campuran instant (idli, dosa, campuran jamun, dan lain-lain) serta produk masakan dan makanan instant (mie, bubuk sup, dan lain sebagainya). Industri makanan India tumbuh sekitar 15 sampai 20 persen per tahun, dan diprediksikan menyentuh angka USD30 Billion pada tahun 2015 dari angka yang tercatat pada saat ini yaitu USD 15 Billion, angka tersebut termasuk makanan ringan, siap saji, makanan sehat dan fungsional. Pertumbuhan diprediksikan sebesar 40 sampai 60 dimasa lima tahun kedepan. Faktor – faktor yang memicu pertumbuhan industri ini adalah aturan perdagangan yang berubah, kehadiran perusahaan multinational, meningkatnya popularitas dari makanan siap saji, kemajuan teknologi, perubahan gaya hidup perkotaan dan sebagainya. Kategori utama dari makanan kemasan adalah produk roti, kaleng / kering makanan olahan, makanan olahan beku, produk makanan pengganti dan bumbu. Beberapa kategori lain muncul di segmen ini seperti produk susu yang telah diproses, makanan beku siap saji, makanan ringan diet, daging olahan dan minuman probiotik. Pertumbuhan ekonomi, ditambah dengan keinginan yang kuat dari konsumen untuk mempertahankan gaya hidup sehat dan meningkatnya kesadaran bahan fungsional seperti tumbuh-tumbuhan, mineral, vitamin, omega-3 asam lemak dan probiotik, yang dimana mendorong produksi makanan fungsional dan pasar minuman. DS Rawat, secretary - general, ASSOCHAM, mengatakan bahwa pasar bahan makanan juga meningkat dengan tingkat pertumbuhan yang cepat, karena meningkatnya permintaan dari konsumen atas makanan yang sehat dan bahanbahan yang alami atau berkelanjutan dll. Konsumen menjadi lebih pintar dalam memilih makanan dan menginginkan rasa yang lebih berkelas. Pasar pengolahan makanan India adalah salah satu yang terbesar dalam hal produksi, konsumsi, dan ekspor dan impor prospek. Terdapat kesenjangan antara konsumen perkotaan dan pedesaan di India Penduduk perkotaan mengkonsumsi 78 persen dari semua makanan kemasan pada tahun 2011, sedangkan penduduk pedesaan hanya mengkonsumsi sekitari 22 persen. Tabel B. 11 Penjualan Makanan Kemasan di India menurut wilayah Wilayah Negara Bagian
Persentase
Bagian Timur dan Timur Laut
21 %
Bagian Utara
38 %
Bagian Selatan
28 %
Bagian Barat
36 %
Hasil dari survey yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat, terlihat bahwa banyak tercatat masyarakat india yang mengkonsumsi makanan kemasan. B 18
Lebih dari 82 persen dari masyarakat yang bekerja lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan kemasan atau makanan restoran. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki waktu, kesabaran atau keahlian untuk mempersiapkan dalam metode tradisional, mereka juga dapat menghemat waktu, tenaga dan uang, masyarakat tipe seperti ini banyak dapat ditermui di kota seperti Delhi, Mumbai, Kolkata, Chennai, Bangalore, Hyderabad dll. Metropolitan adalah konsumen terbesar dari makanan olahan dan akan menjadi konsumen terbesar juga dimasa yang akan datang, dipicu oleh meningkatnya pendapatan perkapita mereka dan gaya hidup yang juga berubah dengan cepat. Pendorong utama untuk pasar makanan dalam kemasan di India adalah: 1. Perubahan demografi Pemuda mengkonsumsi makanan kemasan karena didorong oleh kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan oleh makanan kemasan. 2. Peningkatan pendapatan Kenaikan pendapatan membuat masyarakat dapat menjangkau pembelian makanan kemasan 3. Urbanisasi Urbanisasi telah menyebabkan peningkatan dalam keluarga di India dan juga menyebabkan banyak terdapatnya tenaga kerja wanita 4. Pertumbuhan ritel terorganisi Penetrasi ritel terorganisasi diharapkan 15 persen pada tahun 2016 5. Peningkatan dalam pengemasan Kemajuan dan pengembangan berbagai macam kemasan telah meningkatkan umur simpan makanan kemasan dan juga memuaskan berbagai kebutuhan pelanggan. 6. Peningkatan fasilitas freeze penyimpanan / ruang pembeku Dingin memainkan peran penting dalam pertumbuhan makanan kemasan. Ruang freezer di India diperkirakan akan tumbuh pada CAGR sebesar 16 persen selama 2008-14, yang diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam pertumbuhan penyimpanan makanan dalam kemasan. Tabel B. 12 : Pemain kunci di pasar kemasan makanan Perusahaan
Produk
Hindustan Unilever Ltd
Minuman, bahan baku, susu dan makanan ringan
ITC
Bahan baku dan makanan ringan
Nestle
Susu, minuman dan makanan ringan
PepsiCO
Minuman dan makanan ringan
Dabur
Minuman dan produk kuliner
Cadbury
Cokelat dan biscuit
Haldiram’s
Makanan ringan
Britannia
Produk bakeri dan biscuit
Parle Agro
Minuman, air botol, kue dan biscuit
Godrej
Minuman dan bahan baku
B 19
h.
Jus Buah-buahan/ Minuman Rasa buah
Pasaran untuk produk minuman yang berasal dari buah-buahan untuk sektor yang terorganisir yang meliputi sari buah, minuman dan jus adalah salah satu segmen dengan laju pertumbuhan paling cepat dalam kategori minuman. Kemunculan kemasan karton untuk barang cair (Tetra Pak) telah membantu berkembangnya pemasaran produk jus buah-buahan di India. Masuknya merek-merek besar ke dalam pasaran jus buah-buahan dalam kemasan Tetra Pack telah memberikan efek yang sangat baik untuk perkembangan sektor ini. Dewasa ini kebanyakan dari merek terkenal telah memperkenalkan produk-produk mereka dalam kemasan Tetra Pack. Pasar jus buah-buahan di India terbagi menjadi beberapa bagian dengan terdapatnya sejumlah pelaku bisnis utama berskala regional dan beberapa pelaku bisnis kelas atas yang terdapat pada sektor yang teroganisir. Namun demikian, lebih dari 90 persen dari penjualan terlaksana melalui jalur yang tidak terorganisir seperti pusat jus buah, kedai-kedai dan kafe pinggir jalan, kirana, warung dan lain sebagainya. Oleh karena itu produsen jus buah-buahan biasanya lebih sering mendekati dan mencontoh cara kerja dari sektor produksi yang tak terorganisir. Pada sektor minuman buah, adalah Parle’s Frooti yang memimpin segmen pasar, dan kemudian diikuti dengan ketat oleh Coke’s Maaza, Pepsi’ Slice dan Godrej’s Jumpin. Dabur’s Real dan Pepsi’s Tropicana adalah merek yang memimpin pada segmen jus buah-buahan, walau pun posisi Dabur berada sedikit di atas Pepsi’s Tropicana dalam hal pangsa pasar. Tabel B.13 Pelaku Bisnis Utama dan Pangsa Pasarnya Sektor
Jus buah-buahan
Minuman buah
Merek
Pangsa pasar (%)
Real
60
Tropicana
33
Merek lain
7
Frooti
38
Mazaa
35
Merek lain
27
Sumber : Kompilasi MCG
Tabel B.14 Pelaku Bisnis Utama Dan Ragam Rasa Yang Ditawarkan
Sektor
Minuman Buahbuahan
Jus Buah
Sari Buah
Perusahaan
Rasa
Parle Agro
Mangga, apel, jeruk limau, jambu, nanas, mangga hijau dan campuran
Godrej Foods Coco Cola India
Mangga, apel, jeruk limau, jambu, nanas dan campuran Mangga
PepsiCo Holdings Dabur PepsiCo Holdings Parle Agro
Mangga Jeruk, mangga, nanas, jambu, anggur, tomat dan leci Apel, jeruk, anggur, nanas, jambu dan buah campur (tuti fruit) Stroberi mangga, pisang, dan persik
Coca Cola
Jeruk
Dabur
Apel, mangga, buah campur, krenberi, dan jeruk
Godrej Foods
Leci dan mangga
Sumber : Kompilasi MCG
B 20
i.
Minyak Zaitun
Di India, pasaran untuk minyak zaitun diperkirakan mencapai 2.300 ton dan diramalkan akan mencapai 42.218 ton pada tahun 2011-13. Tabel B.15 Konsumsi dan Perkiraan Pertumbuhan Produk Minyak Zaitun, 2010-2013 (ton) Item Dapat dimakan
2010-11
2012-13
CAGR (%) 2007-12
24.000
40.000
95.2
Tidak dapat dimakan
1.540
2.218
20
Total
25.540
42.218
79
Sumber : Assosiasi Minyak Zaitun India
Apabila dibandingkan dengan negara-negara maju, maka penggunaan minyak zaitun di India masih terletak pada tingkat yang rendah. Namun demikian, pasar ini diharapkan dapat meningkat dalam waktu dekat karena saat ini masyarakat mulai memiliki kesadaran untuk hidup sehat yang lebih tinggi. Pertumbuhan kelas menengah dan khususnya kelas atas yang memiliki penghasilan yang jauh lebih besar menyebabkan ketertarikan terhadap zaitun dan produknya; seperti minyak zaitun, semakin tinggi di India. India sendiri saat ini masih mengimpor seluruh minyak zaitun yang tersedia di pasaran dan harga di pasar lokal berkisar antara US$ 10 sampai dengan US$ 25 per liter untuk berbagai grade/tingkat kualitas. Salah satu permasalahan yang paling utama dihadapi para importir di masa lalu adalah tingginya pajak cukai yang dikenakan karena di India minyak zaitun pada saat itu masih dianggap sebagai produk mewah bila dibandingkan dengan minyak sayur lainnya. Produk Spanyol dan Italia merupakan pemegang pangsa di India.
4. Faktor Kunci dan Tren Industri makanan olahan telah berevolusi dari industri tradisional dengan sistem produksi kecil menjadi sebuah industri yang jauh lebih modern. Industri ini kini telah melayani beragam keperluan dan cita rasa bagi konsumen India. Selama satu dekade terakhir ini telah terjadi peningkatan drastis dalam angka permintaan terhadap produk-produk makanan olahan di India dan beberapa faktor yang dinilai telah membantu terjadinya peningkatan ini meliputi perubahan gaya hidup yang cukup cepat pada masyarakat India khususnya di wilayah perkotaan, munculnya pendapatan bersih yang lebih tinggi meski pun telah dipotong pajak, peningkatan jumlah tenaga kerja wanita, semakin banyaknya keluarga dan rumah tangga yang berpenghasilan ganda, peningkatan jumlah kalangan jet set dan ledakan sektor informasi dan komunikasi, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang juga membantu terciptanya pertumbuhan pada industri makanan olahan adalah faktor ekonomi dan kependudukan yang lebih menguntungkan, demokrasi yang cenderung lebih stabil dan adanya pasokan bahan mentah yang lebih baik dan banyak. Ada kesempatan-kesempatan yang cukup signifikan bagi perkembangan yang sangat luas yang mendasari pasar India, yaitu meningkatnya angka kemampuan baca tulis dalam masyarakat, pesatnya pertumbuhan urbanisasi, meningkatnya pendapatan per kapita, biaya tenaga kerja yang relative cukup murah, dan lain sebagainya. Sebagai pelengkap terhadap faktorfaktor tersebut di atas, lokasi geografis India yang sangat strategis memberikan keuntungan kompetitif karena dapat melayani pusat-pusat konsumsi utama di negara India.
B 21
Beberapa faktor kunci bagi sektor pengolahan makanan meliputi : a. Perluasan ragam/macam produk; b. Perbaikan dalam rantai pemasokan; perbaikan dalam sektor ritel/pengecer makanan seperti munculnya ritel makanan yang terorganisir; c. Meningkatnya kesadaran untuk hidup sehat dan konsumsi makanan yang aman; d. Peningkatan dan modernisasi unit pengolahan makanan; e. Peningkatan fasilitas pengemasan produk; f.
Meningkatnya nilai penting standar makanan dan hukum mengenai pelabelan produk;
g. Pembebasan kebijakan pemerintah seperti diberikannya 100 persen kesempatan bagi investasi langsung dari luar negeri ke dalam segmen makanan kunci, pengurangan bea cukai, dan lain sebagainya; h. Munculnya kesempatan yang strategis bagi jenis-jenis produk eksotis; i.
Semakin diterimanya India sebagai pasangan kerja global;
j.
Meningkatnya angka permintaan terhadap makanan olahan telah menyebabkan peningkatan pangsa pasar di dunia perdagangan internasional. Sektor ini juga menawarkan kesempatan yang baik sekali untuk meningkatkan nilai tambah terhadap produk makanan dibandingkan makanan yang belum diolah.
Beberapa tren yang sedang berkembang di sektor makanan olahan adalah sebagai berikut : a. Lebih tingginya angka permintaan terhadap produk makanan siap saji dan siap masak. b. Meningkatnya kesenderungan untuk mengkonsumsi makanan barat/asing. c. Semakin banyaknya jumlah perusahaan multi nasional yang bergerak di sektor pengolahan makanan. d. Semakin dikenalnya merek-merek lokal dan luar negeri. e. Meningkatnya angka merge dan akuisisi. f.
Munculnya peluang-peluang investasi dalam sektor perkembangan infrastruktur, teknologi, uji dan pengawasan, pemasaran, pengemasan, dan lain sebagainya.
g. Perubahan pola konsumsi makanan. Saat ini telah terjadi perubahan pada semua tingkat masyarakat berpenghasilan untuk lebih cenderung memilih produk-produk dengan nilai yang lebih tinggi. Dan India mengalami peningkatan angka permintaan terhadap berbagai atribut makanan yang beragam seperti kesehatan, keamanan, kenyamanan dan cara makanan tersebut dihasilkan. h. Adanya potensi yang besar bagi produk-produk impor khususnya untuk para konsumen dari wilayah perkotaan. Faktor-faktor tersebut telah membantu meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya produk-produk impor di India dan juga membantu meningatkan perjalanan ke luar negeri, naiknya nilai pendapatan, masuknya produk-produk internasional, perubahan pola dan kebiasaan makan, perubahan cara konsumen membelanjakan pendapatan mereka dan adanya revolusi di bidang ritel/pengeceran produk.
B 22
5. Peluang Investasi Industri pengolahan makanan di India menawarkan peluang investasi yang unik dalam produksi dan ekspor makanan olahan. Pasar makanan ini diperkirakan bernilai USD 67 milyar. Industri pengolahan makanan ini memperkerjakan 13 juta orang secara langsung dan 35 juta orang secara tidak langsung. Keuntungan untuk berinvestasi di India adalah a. India adalah salah satu produsen makanan terbesar di dunia b. India memiliki kondisi agro-iklim yang beragam dan memiliki bahan baku dasar yang besar untuk perusahaan pengolahan makanan c. India sedang mencari investasi di bidang infrastruktur, kemasan dan pemasaran d. India memiliki pusat ilmiah dan penelitian yang besar dan masyarakat yang memiliki kemampuan tersebut. e. Infrastruktur dikembangkan dengan baik dan jaringan distribusi f. Urbanisasi yang cepat, peningkatan masyarakat yang berpendidikan, gaya hidup yang berubah, meningkatnya jumlah tenaga kerja perempuan, meningkatnya pendapatan per kapita-yang mengarah ke pertumbuhan yang cepat dan peluang baru di sektor makanan dan minuman g. 50 persen dari pengeluaran rumah tangga di India digunakan untuk produk makanan h. Lokasi geografis strategis (kedekatan India ke pasar di Eropa dan Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat). Komposisi Industri di India Terdapat berbagai macam variasi produk dalam Industri pengolahan makanan di India. Kategori utama dalam makanan olahan di India adalah : Buah & sayuran, susu dan Produk susu, daging unggas, seafood, pengolahan bahan baku, minuman beralkohol, gula – gula, cokelat dan produk kakao, produk kedelai, air mineral, makanan tinggi protein, minuman ringan, makanan siap saji, makanan ringan asin, keripik, produk pasta, produk roti dan biskuit. Ada banyak peluang bagi perusahaan pengolahan makanan di India. Permintaan untuk berbagai produk industri pengolahan pangan terus meningkat karena peningkatan pendapatan perkapita masyarakat india dimana mendorong atau memotivasi mereka untuk membeli makanan. Dalam hal volume produksi, India menempati peringkat di antara yang tertinggi di dunia dalam beberapa produk makanan. Tabel di bawah ini menunjukkan peringkat makanan olahan India didunia. Tabel B. 16 Peringkat makanan olahan India di dunia
Kategori makanan olahan Susu dan Produk susu
Jumlah yang diproduksi (MT) 88
Ranking di Dunia dalam hal produksi 1
st
nd
150
2
Beras
132
2
nd
Tebu
289
2
nd
Perikanan
6.3
3nd
-
Termasuk dalam top 5 produsen di India
Buah – buahan dan Sayuran
Gandum, Kacang tanah, The, Kopi, Rempahremaphan, gula, telur dan minyak
Sumber: laporan dari perusahaan McKinsey, India Food Report 2008 dari Food Forum India, Ministry of Food Processing - Vision Report, National Manifacturing Competitiveness (NMCC)
B 23
Dari tabel diatas terlihat bahwa tersedia banyak pasokan untuk pengolahan makanan di India. Peluang investasi di sector ini dapat kita lihat dari presentase jumlah produk yang diproduksi. Di India buah-buahan dan sayuran diproduksi sekitar 2 , produksi susu sebesar 37 %, 1% untuk daging unggas dan 12 % untuk produksi ikan. Peluang ini tidak sepenuhnya disadari oleh masyarakat India sampai masa liberalisasi perekonomian di India. Pemerintah telah menyetujui joint venture, kolaborasi asing dan investi langsung asing atau yang biasa dikenal dengan FDI. Pemerintah juga telah menerapkan berbagai skema untuk mengembangkan industri ini. Pembentukan taman makanan, membangun pusat kemasan, dan fasilitas cold chain yang terintegrasi adalah beberapa inisiatif yang diambil oleh pemerintah. Foreign Direct Investment (FDI) untuk industry dibuka hingga 100%. Masa Depan Pengolahan Makanan di India Masalah tingkat produksi yang tinggi dan rendahnya tingkat pengolahan menjadi kendala dalam Industri Pengolahan Makanan dan ini memberitahu kita tentang potensi besar yang masih bertumpu untuk dieksploitasi. Infrastruktur dan rendahnya investasi dalam penelitian dan pengembangan menjadi tantangan yang besar bagi pemerintah India. Tapi berbagai kendaraan investasi yang telah diberikan oleh Pemerintah seharusnya dapat mempercepat investasi dan pertumbuhan di Industri. Peluang investasi diharapkan dapat teruh bertambah menjadi US $ 310 miliar pada tahun 2015. India adalah salah satu produsen makanan utama dunia tetapi hanya menyumbang 1,7% dari perdagangan dunia di Food Processing. Saham ini diperkirakan akan meningkat menjadi 3% pada tahun 2015. Hal ini akan dicapai dengan ditingkatkannya jumlah produksi dan peningkatan ekspor. Kementrian pengolahan makanan memperkirakan target makanan olahan seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut ini : Tabel B. 17 Target makanan olahan menurut Kementrian pengolahan makanan
Buah – buahan dan Sayuran
4
2015 (diperkirakan) 8
Produk susu
20
30
Makanan hasil laut
15
20
Daging
28
35
Daging unggas
10
15
Sektor makanan olahan
2010
Sumber: laporan dari perusahaan McKinsey, India Food Report 2008 dari Food Forum India, Ministry of Food Processing - Vision Report, National Manifacturing Competitiveness (NMCC)
Para pengolah primer seperti unit-unit penggilingan biji-bijian selama ini telah mendominasi sektor pengolahan makanan. Dan dengan adanya perkembangan dan diversifikasi terhadap sektor ini, maka peluang investasi baru telah terbuka lebar seperti untuk pengalengan, pengolahanan makanan dan olahan dari susu. Kesempatan untuk membangun bisnis dengan nilai keuntungan yang sangat besar kini mulai tampak pada beberapa sektor seperti olahan susu, gandum dan daging unggas. Beberapa area yang sangat potensial bagi peluang investasi adalah sebagai berikut:
B 24
Kawasan Industri Pengolahan Makanan (Mega Food Park) a. Produk buah-buahan dan sayuran b. Produk daging c. Produk perikanan dan sari laut d. Biji-biijan dan sereal e. Infrastruktur pertanian, pengumpulan rantai pasokan, logistik dan rantai infrastruktur dingin/beku. f.
Barang/makanan kemasan (siap saji)
g. Anggur dan bir h. Peralatan mesin/pengemasan.
B 25
C. STATUS DAN TREN TERKINI SEKTOR MAKANAN IMPOR DI INDIA 1. Skenario Impor Saat Ini Sejak awal terjadi reformasi ekonomi, India telah merubah dirinya di pasaran global. Walau pun dari segi perekonomiannya masih tergolong berkembang, namun pasar makanan India hanya menyisakan sedikit sekali hal yang belum berubah. Globalisasi dan pembebasan (ekonomi) telah membuka jalan bagi produk-produk makanan impor dari seluruh penjuru dunia. Berlalu sudah masanya ketika orang hanya bisa membeli produk impor apabila mereka memiliki kesempatan untuk pergi keluar negeri. Dengan dibebaskannya kebijakan impor, maka pasar India dibanjiri oleh berbagai macam produk dari seluruh belahan dunia. Dari apel Washington dan buah Kiwi dari Australia, sampai dengan cokelat Swiss, keju Perancis dan pasta Italia, hampir semua produk impor kini telah tersedia di India. Cokelat, kue kering, jus, pasta, minyak zaitun, madu, saus dan dressing/saus untuk salam serta beberapa jenis buah tertentu merupakan kategori utama produk yang diimpor. Pertumbuhan ritel/pengecer yang terorganisir, pertumbuhan ekonomi, kenaikan angka pendapatan, urbanisasi dan perubahan gaya hidup telah menciptakan momentum yang sangat tepat bagi sektor buah dan sayur impor. Selama bertahun-tahun kualitas makanan yang dikonsumsi masyarakat India juga telah mengalami perubahan yang sangat luar biasa. Konsumen India sekarang telah memiliki kemauan dan kemampuan untuk membeli produk-produk baru. Penduduk perkotaan umumnya adalah merupakan konsumen terbesar bagi produk makanan impor di India. Populasi masyarakat perkotaan memiliki pendapatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah pedesaan/pinggiran dan mampu menghabiskan sekitar 40 persen pendapatannya untuk konsumsi makanan mereka. Terlepas dari konsumen perkotaan yang elit, hotel dan rumah makan juga merupakan konsumen besar bagi produk-produk makanan impor di India. Penjualan produk makanan impor kini tidak lagi dibatasi hanya pada toko-toko ritel/pengecer tertentu di India. Saat ini hampir semua toko, baik dari toko kecil sampai ke rangkaian pengecer skala besar, telah menjual produk-produk makanan impor. Bentuk ritel modern juga memiliki peran besar dalam mendorong gelombang pembelian dari konsumen. Hal umum yang terjadi adalah produk-produk impor ini mendapatkan jalan untuk masuk ke pasar di India melalui para importer yang pada akhirnya akan memasok distributor, ritel/pengecer local, toko dan institusi perdagangan lain. Apabila ada satu produk baru yang masuk, maka para ritel/pengecer awalnya akan menjual produk tersebut dengan sistem percobaan dan apabila produk tersebut dapat diterima dengan baik maka mereka akan melanjutkannya dengan membeli produk lebih banyak untuk stok mereka. Produk-produk impor seperti cokelat, jus dan pasta telah mampu menembus pasaran India dengan baik sehingga beberapa produsen asing bahkan memutuskan untuk mendirikan unit produksinya di India. Sebagai contoh, Kraft Foods International sedang mempertimbangkan untuk memproduksi Tang (minuman jeruk) di India. Sementara produk-produk makanan impor mungkin saja tidak dapat sepenuhnya menggantikan posisi merek asli India, namun mereka tentunya dapat berfungsi sebagai tambahan varian bagi merek-merek asli India.
C1
2. Faktor Kunci dan Tren a. Urbanisasi Pertumbuhan industrialisasi yang cepat dan pertumbuhan industri IT (Teknologi Informatika) yang sangat kuat telah mendasari jalan bagi terbukanya peluang kerja yang lebih besar dan meningkatkan jumlah penduduk di wilayah perkotaan. Tercatat terdapat 30.1 % total urbanisasi di India. Dengan adanya populasi kaum pekerja yang besar maka kebutuhan untuk memperoleh kenyamanan akan meningkat sehingga menyebabkan produk-produk yang dapat mempermudah gaya hidup masyarakat perkotaan akan semakin dicari. Pola konsumsi dari kaum perkotaan ini juga selalu berubah dari hari ke hari dengan perpindahan yang sangat jelas dari penggunaan produk-produk kebutuhan dasar menjadi produk-produk mewah. Perubahan sikap dan gaya hidup inilah yang telah mendorong tingginya angka permintaan untuk produkproduk makanan impor. b. Naiknya Tingkat Pendapatan Dengan pendapatan bersih yang lebih tinggi maka kaum menengah ke atas di perkotaan menjadi dasar konsumen yang sangat penting produk-produk makanan impor di India. Naiknya pendapatan dan adanya kebebasan pribadi telah menarik kaum muda untuk berpindah dari gaya hidup tradisional. Meningkatnya angka kemakmuran dari kelompok berpenghasilan menengah telah mendorong terjadinya perubahan kebiasaan makan dan pola konsumsi. c. Terbukanya Kesempatan Berinteraksi Dengan Budaya Global Dengan meningkatnya jumlah kaum jet set, televisi kabel dan penetrasi teknologi internet (60.7 persen dan 5.3 persen berturut-turut) maka semakin banyak warga India yang mencari produk-produk makanan impor. Adanya persinggungan dengan dunia luar secara lebih sering dan dekat, maka menciptakan kesadaran akan merek dan pengetahuan produk yang menghasilkan penetrasi yang lebih mudah bagi produk-produk impor ke dalam negeri. Orang menjadi lebih sadar kesehatan dan akhirnya memilih makanan kemasan bermerek. d. Revolusi Ritel Meningkatnya jumlah pengeluaran konsumen, tingginya kebutuhan akan ragam produk praktis dan mudah serta adanya dukungan dari kebijakan pemerintah telah memacu pertumbuhan ritel terorganisir yang ada di India, membuat terbuka lebarnya peluang ritel untuk berkembang. Kini jumlah masyarakat India yang memiliki keinginan dan kemampuan untuk berbelanja di toko ritel terorganisir untuk mendapatkan produk berkualitas semakin banyak. Lingkungan ritel baru ini telah menghasilkan munculnya sejumlah besar mal dan supermarket modern yang menawarkan produk-produk makanan impor lebih banyak dan lebih mudah ditemukan. e. Meningkatnya Jumlah Rumah Makan Khusus Akhir-akhir ini ditemukan tren baru di India untuk makan di luar rumah karena bertambahnya jumlah keluarga inti (keluarga berencana), adanya penghasilan ganda dalam satu rumah tangga, peningkatan pendapatan bersih dan adanya kemauan untuk mencoba hal-hal baru. Hal ini dapat menjawab menjamurnya berbagai jenis makanan di seluruh dunia. Oleh karena itu hotel dan rumah makan adalah salah penyebab utama bagi adanya produk-produk makanan impor.
C2
f.
Melonggarnya Peraturan Impor
Dalam rangka meningkatkan pasar makanan India, maka pemerintah India telah melonggarkan pembatasannya terhadap impor produk makanan dan minuman. Kebanyakan produk-produk tersebut sekarang berada di bawah Open General License (OGL/Ijin Umum Terbuka) dan Special Import License (SIL/Ijin Umum Impor).
3. Segmen Utama Dari Produk Makanan Impor Impor produk makanan dimulai sebagai sebuah perdagangan skala kecil dan ringan namun sekarang telah menjadi salah satu segmen prdagangan yang paling tinggi nilainya. Dengan taraf pertumbuhan CAGR sebesar 32.33 persen, nilai total impor India akan produk makanan telah mencapai nilai US$ 489,319.49 pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2010-2011 total impor yang tercatat adalah sebesar USD 369,769.13 Nilai impor dari beberapa kategori utama dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel C.1 : Rangkuman Data Impor, 2010-2013 (Nilai : US$ juta ; Kuantitas : ton)
No.
Kategori
2010-2011
2011-2012
2012-2013
Nilai
1
Buah-buahan*
112.6
160.9
202.8
2
Sayuran
4.62
0.86
2.92
3
Daging segar dan olahan Segar
0.45
0.33
0.74
o
0.86
0.81
1.8
4
5
Olahan
Ikan segar dan olahan o
Segar
22.38
24.08
33.99
o
Olahan
0.95
0.55
1.22
Produk olahan susu
7.97
23.61
14.58
o
Keju
2.8
2.92
4.79
o
Air dadih
1.68
4.31
4.1
o
Susu dan krim
1.43
1.85
2.77
o
Mentega
1.8
14.14
2.16
o
Yoghurt
0.08
0.18
0.28
o
Es krim
0.08
0.18
0.43
o
Mentega susu
0.01
0.03
0.06
5.3
2.55
8.51
6
Pasta
7
Permen
8
9
o Permen cokelat
10.56
13.53
20.39
o Permen gula
4.91
5.98
11.26
o Jus
8.7
15.21
16.83
o Selai
1.36
1.4
1.55
o Saus
4.38
5.55
11.4
o Madu alami
0.47
1.3
2.91
o minyak zaitun
5.24
5.42
8.72
* Kecuali kacangkacangan. Sumber : Commerce.nic.in
Buah dan sayur olahan
Produk makanan yang lain
C3
a. Buah-buahan dan Sayuran Walaupun India merupakan salah satu produsen buah dan sayur terbesar di dunia, namun masih ada angka permintaan khusus dari dalam negeri untuk buah dan sayur impor. Pada tahun 2010 india mengimpor lebih dari US$ 800 Juta sayuran kering. India mengimpor sayuran kering dari Kanada, Amerika Serikat dan Australia seperti Kacang polong kering dan biji – bijian seperti Dhal (makanan favorit indiaNilai impor buah di India pada tahun 2007-08 adalah sebesar US$ 202.8 juta sementara nilai impor sayuran diperkirakan mencapai angka sekitar US$ 2.92 juta pada tahun yang sama. Tahun-tahun belakangan ini buah dan sayur impor telah banyak dijual di sejumlah tempat, mulai dari pedagang keliling sampai dengan rantai ritel skala besar. Dengan masuknya sejumlah ritel global seperti Metro dan Wal Mart, India tampaknya akan kemasukan lebih banyak produk buah dan sayur impor karena kebanyakan dari varian produk India masih belum dapat memenuhi standar global. Mudahnya produk impor dari rantai distribusi global seperti Hortifruti untuk masuk ke pasar India dengan demikian akan meminimalisasi biaya transport dan logistik tanpa adanya terlalu banyak peningkatan untuk biaya operasional. Buah-buahan Buah-buahan impor telah membuat terobosan ke dalam pasar India dan telah diterima dengan sangat baik oleh para konsumen India. Dari apel Cina dan pir Australia sampai dengan anggur Kalifornia dan jeruk Afrika Selatan, hampir semua varian dari buah-buahan impor kini telah tersedia di pasar India. Kesemua produk tersebut saat ini telah mendapatkan posisi yang sama dengan produk lokal lainnya. Meski pun dihargai lebih tinggi jika dibandingkan dengan varian produk dari India, namun produk impor tetap memiliki nilai jual tersendiri karena mereka telah tergrading/dikelompokkan dengan sangat baik, dikemas dengan sangat menarik, memilih cita rasa yang lebih enak dan penampilan yang lebih baik dan menarik serta memiliki tingkat ketersediaan yang ada terus menerus sepanjang tahun. Impor buah-buahan telah menjadi terobosan baru dan mencetak sukses besar ke pasar di India dan juga telah diterima dengan sangat baik oleh konsumen India. Angka impor buah + kacang di India pada tahun 2013 adalah sebesar US$ 505.088 Juta dan ini merupakan sebuah peningkatan sebesar 35.36 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2012 yaitu sebesar US$ 372.333 Juta. Harga penjualan buah-buahan impor tersebut dibanderol lebih tinggi daripada jenis buah lokal India, karena selain kualitas dan gradingnya yang lebih tinggi daripada produk lokal; juga disebabkan adanya kemasan dan tampilan yang lebih menarik. Apel saat ini menduduki tingkat teratas daftar buah yang diimpor oleh India, kemudian diikuti oleh jeruk, anggur dan pir. Apel menduduki posisi puncak dari daftar buah impor, tercatat sebesar 26 persen dari total buah yang diimpor India. Hampir sekitar 37 persen dari apel yang ada di pasaran India berasal dari Amerika Serikat, dan kemudian diikuti Cina sebesar 27 persen dari total impor apel. Selain itu, negara-negara lain seperti Chili, Selandia Baru dan Australia juga merupakan negara penghasil apel yang cukup besar. Puncak musim buah impor adalah selama sepinya ketersediaan buah-buahan dan tanaman pangan lokal. Tarif apel yang diberikan pemerintah India tidak hanya yang tertinggi diantara buah-buah produksi lokal, tapi juga lebih tinggi dibandingkan negara lain. Red Delicious (Amerika), Washington (Amerika), Fuji (Cina) and ENZA (Selandia Baru) adalah beberapa dari merek apel impor yang terkenal di India. Namun bukannya dikenal dari merek yang tertera, apel-apel ini justru lebih dikenal dari
C4
negara asal mereka. Meski pun apel tetap menjadi produk impor inti, namun buah-buahan lain seperti jeruk, anggur, pir dan plum(prem) juga dianggap penting. Pasar India juga melakukan diversifikasi yang jelas terhadap kedatangan buah-buahan lain seperti stroberi, apricot, persik, buah ara, kiwi dan lain sebagainya. Angka permintaan akan buah impor lebih ditujukan pada buah-buahan yang tidak dihasilkan atau tidak mudah ditemukan di India. Tabel C.2 : Impor Buah Utama, 2011-2013 (US$ juta) No
Kategori
2011
1
Apel
97.602
2
anggur (segar)
2.074
3
Anggur kering, kismis
4.977
4
Jeruk
5.514
2012
2013
123.664
135.283
2.553
2.294
14.029
1.423
5.625
10.540
Sumber : World Trade Atlas
Puncak musim bagi buah impor adalah ketika terjadi musim buah lokal sedang sepi. Puncak musim bagi buah-buahan impor adalah sekitar bualan Januari sampai dengan Juni. Sebagai contoh, puncak musim bagi apel adalah bulan Februari/Maret sampai dengan Juli dan untuk jeruk impor adalah antara bulan Januari sampai dengan Maret. Alasan bagi berkurangnya angka permintaan untuk produk impor selama musim panen tanaman lokal adalah gabungan antara sangat rendahnya harga produk lokal dan cukup tingginya biaya impor karena kebanyakan importer berusaha menghindari impor dalam jumlah yang banyak selama musim ini. Angka permintaan bagi buah impor biasanya tinggi selama musim diselenggarakannya festival dan acara-acara sosial seperti perkawinan di India. Seringkali buah-buahan impor dikemas dalam kertas yang bersegel dan terdapat nama mereknya serta negara asal. Buah-buahan ini umumnya dikirimkan dalam kotak-kotak kayu dengan kapasitas pengangkutan dari masing-masing kotak bergantung pada ukuran buahnya sendiri. Harga dari buah-buahan impor biasanya tergantung pada kualitas, merek dan negara asal buah tersebut. Sebagai sebuah celah pangsa pasar baru, kenaikan harga biasanya tidak mempengaruhi penjualan buah-buahan impor. Buah-buahan ini memiliki keunggulan karena mereka disimpan dalam lemari berpendingin khusus sampai tiba di tempat penjualan, tidak seperti buah-buah lokal India yang dapat dengan cepat membusuk karena tidak disimpan dengan sesuai. Tabel C.3 : Harga Buah-buahan dan Sayuran Pilihan Produk
Apel
Pir
Merek/ Varian
Negara Asal
Harga Eceran (US$/Kg)
Red delicious,
Amerika Serikat
2.4
Fuji
Cina
2.7
Washington
Amerika Serikat
2.9
Granny Smith
Australia
3.7
ENZA
Selandia Baru
Shandong
Cina
2.0-2.2 1.7
C5
Anggur Buah kiwi Jeruk
California—Red
Amerika Serikat
6.2
Australia—Red
Australia Australia
Zespri
Selandia Baru
Naval orange
Cina
2
Valencia orange
Cina
1.3
6.2-6.7 1.3
Sayuran Nilai impor sayuran seperti kentang, tomat, kubis dan wortel di India masih dalam skala yang sangat kecil dan rendah, kebanyakan sayuran yang diimpor berasal dari negara-negara Asia. b. Produk Daging dan Hasil Laut (segar dan olahan) Daging Impor daging bagi negara India merupakan hal yang tidak penting. Kurangnya impor daging dapat disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu ketatnya peraturan pemerintah dan pola pikir dari masyarakat India itu sendiri. Adanya sertifikat persyaratan kualitas bertujuan untuk membatasi arus ekspor impor demi kepentingan jaminan keselamatan kesehatan manusia. Tingginya harga impor produk daging juga merupakan penghambat pertumbuhan sektor ini. Faktor lain yang juga menjadi penghalang adalah adanya kecenderungan masyarakata India untuk lebih memilih produk daging segar dibandingkan daging beku. Beberapa tahun belakangan ini angka permintaan untuk produk daging kalengan dan produk daging siap masak mulai meningkat, khususnya dari pihak orang asing dan institusi yang ada di India. Selain dari beberapa pengecer yang ada, angka permintaan untuk daging dan produk daging impor berasal dari hotel-hotel bintang lima, khususnya yang memiliki pelanggan asing dalam jumlah yang cukup banyak. Gambar C.1 : Negara pengimpor daging di dunia
3.067 3.056 2.982 2.630
2.385 1.963 1.906
1.676
1.398 1.253
Sumber : agriexchange.apeda.gov.in
C6
Gambar C.2 Impor Produk Daging (US$ juta).
Diantara produk-produk daging impor, satu-satunya impor yang paling signifikan adalah impor daging babi yang mencapai nilai US$ 0.29 juta pada tahun 2007-08 dan kebanyakan diimpor dari Selandia Baru. Produk Hasil Laut Apabila dibandingkan dengan daging, maka produk-produk hasil laut yang diimpor India memiliki jumlah yang lebih besar. Terjadi flaktuasi yang sangat signifikan terhadap impor hasil laut di India. Pada tahun 2010 total impor India adalah sebesar US$ 15.704 Juta dan terjadi peningkatan yang tinggi yaitu pada tahun 2011 sebesar US$ 44.249 juta. Pada tahun 2012 dan 2013 terjadi penurunan angka impor yaitu sebesar US$ 31.138 dan US$ 26.525 secara berurutan. Menurut MPEDA, impor produk hasil laut oleh India ternyata tidak ditujukan untuk konsumsi sendiri melainkan untuk diolah lebih lanjut dan akhirnya akan diekspor kembali ke luar negeri. Bangladesh adalah pemasok utama yang mengantongi 96 persen dari total impor. Udang beku, udang galah, cumi-cumi dan tuna adalah beberapa dari produk hasil laut utama yang diimpor oleh India. Sementara udang dan udang galah sebagian besar diimpor dari Amerika Serikat, Cina, Thailand, Jerman dan Australia, di lain pihak cumi-cumi ternyata lebih banyak diimpor dari Pakistan, Indonesia, Bahrain dan Spanyol. c. Produk Olahan Susu Produk hasil olahan susu merupakan segmen impor yang cukup menarik di India. Namun akibat adanya pelarangan dari pemerintah terhadap produk hasil olahan susu dari beberapa negara tertentu, maka telah terjadi penurunan sekitar 40 persen pada tahun 2006-07 dari angka US$ 23.61 juta menjadi hanya sekitar US$ 14.58 juta pada tahun 2007-08. Namun demikian, pengangkatan larangan terhadap produkproduk olahan susu dari Australia oleh pemerintah India telah memberikan angin segar dan peluang baru bagi para eksportir dari Australia Barat dan memberi kesempatan untuk para konsumen di India mencicipi aneka jenis produk hasil olahan susu yang baru dan menarik. Pada tahun 2012-2013 tercatat telur dan madu seharga US$ 180 Juta masuk ke india dari negara Australia dan Selandia baru. Meskipun India memiliki jumlah yang besar untuk produksi susu tetapi negara India masih tergabung dalam pemain yang sangat kecil dalam pasar dunia. Sebagaian besar kesenjangan permintan penawaran kebutuhan susu cair untuk konsumen di daerah perkotaan di tahun terakhir ini di atasi dengan mengimpor susu anhidrat lemak/mentega dan susu bubuk kering. Nilai bea terikat untuk susu bubuk skim juga telah diturunkan dari 15 persen menjadi 5 persen, sehingga membuka pasar India bagi masuknya produk-produk C7
olahan susu dari sejumlah negara termasuk Australia. Tabel C.3 : Data Impor produk olahan susu di India
2010 7% 46%
32%
2011
15%
2012 Pertengahan tahun 2013
Sumber : World Trade Atlas
Keju Pada awalnya, merek-merek keju impor hanya tersedia di kota-kota besar dan maju seperti Chennai, Kolkata, Mumbai dan Delhi; dan kebanyakan hanya dikonsumsi oleh orang asing. Namun saat ini keju impor telah dijual di berbagai kota dan diterima dengan baik oleh konsumen India. Nilai impor keju telah mencapai angka US$ 4.79 juta pada tahun 2007-08. Tetapi penurunan terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar US$ 2.513 Juta dan pada tahun 2012 nilai impor keju di india mulai meningkat yaitu sebesar US$ 3.130 Juta dan pada pertengahan tahun 2013 ini adalah sebesar US$ 3.248 Juta Denmark, Belanda, Perancis dan Italia adalah merupakan penghasil keju impor utama bagi India dalam berbagai merek yang sudah sangat dikenal seperti Kraft, Happy cow, Laughing cow, Arla dan President. Dengan adanya perubahan gaya hidup, keju kini telah menjadi bagian dari makanan yang dikonsumsi masyarakat India dan penggunaannya juga diperluas lagi yaitu dengan digabungkan dengan roti, makanan cepat saji, dan lain sebagainya. Toko-toko ritel dan konsumen India saat ini telah beralih minat dari selai keju regular dan keju dalam bentuk lembaran menjadi varian-varian baru seperti keju berbumbu, keju biru dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya kesadaran para konsumen untuk menganut gaya hidup sehat, pasaran India memperoleh kenaikan angka permintaan akan keju rendah lemak. Meski pun baru terbatas pada kebanyakan populasi perkotaan, namun permintaan akan produk tampaknya tidak akan menurun, ditunjang dengan banyaknya anakanak yang kini mulai menggemari produk-produk keju. Air dadih yang merupakan hasil olahan dari keju adalah salah satu produk impor utama yang kebanyakan berasal dari Amerika Serikat, Perancis dan Denmark. Yoghurt Nilai impor yoghurt untuk India pada tahun 2007-08 adalah sekitar US$ 0.28 juta dengan negara pemasok utamanya adalah Spanyol dan Perancis. Produksi yogurt di india sudah dapat mencukupi permintaan besar dari masyarakat di India, maka dari itu nilai impor yogurt adalah sangat kecil. Terbukti penurunan nilai impor yogurt terjadi setiap tahunnya, seperti yang dapat dilihat dari tabel C6. Sampai saat ini Pascual merupakan merek yoghurt pilihan konsumen. Yoghurt yang diberi tambahan variasi rasa (mangga, nanas,
C8
stroberi, persik dan markisa) serta jenis yoghurt yang bebas lemak telah memasuki pasaran India namun masih membutuhkan waktu untuk dapat berdiri sendiri di pasaran. Tabel C.4 : Nilai impor yogurt di India
0.25
0.234
0.2
0.152
0.15
0.168 0.078
0.1 0.05 0 2010
2011
2012
Pertengahan tahun 2013
Mentega Segmen untuk produk mentega yang nilai impornya pada tahun 2007-08 bernilai sekitar US$ 2.16 juta ternyata didominasi oleh merek-merek asli India seperti Amul dan Brittania. Dengan adanya penurunan harga internasional yang cukup tajam, India mengalami peningkatan nilai impor minyak mentega. Produk ini paling banyak diimpor dari Selandia Baru, dan dijual jauh lebih murah dibandingkan produk dadih di India. Es Krim Konsumsi es krim di India saat ini berkembang dengan laju sekitar 9 persen tiap tahunnya. Dengan penghapusan pembatasan impor produk es krim maka kini pasar India dimasuki oleh berbagai merek baru seperti London Dairy, Gelato Fresco dan Baskin Robbins. Nilai impor es krim India pada tahun 200708 terhitung sebesar US$ 0.43 juta, sebuah lompatan besar dari nilainya yang hanya mencapai US$ 0.08 juta pada tahun 2005-06. Segmen ini dapat berkembang dengan baik sebagian besar dikarenakan konsumen yang berasal dari perkotaan dengan kemampuan finansial yang lebih dari cukup sehingga membuat mereka mau membayar harga yang jauh lebih tinggi untuk mencoba jenis dan rasa es krim yang baru. Tabel C.4 : Daftar Harga Merek Pilihan Dan Produk Olahan Susu Kategori Yoghurt
Keju
Mentega Es krim
Merek
Negara asal
Ukuran kemasan
Harga eceran (US$)
Pascuals
Spanyol
500 g
2.5
Happy Cow
Austria
140 g
1.4
Lehru Yere
Swiss
198 g
11.5
Kraft
Amerika Serikat
200 g
12.9
Sporty Cow
Arab
120 g
1.1
President
Amerika Serikat
113 g
6.5
Meadow Lee
Australia
500 g
3.2
President
Amerika Serikat
200 g
5.2
London Dairy
Inggris
500 mL
6.8
Ben n Jerry's
Amerika Serikat
475 mL
16.1
C9
d. Produk Pasta India mengimpor 3.200 ton pasta Italia pada tahun 2009 dengan nilai per kg dari 1,2 €. Ini berarti pasta pasar Italia di India pada tahun 2009 memiliki total nilai € 3,8 juta. India hanya impor 0,2% dari total ekspor pasta Italia, itu hanya 1% dari apa Jerman diimpor pada tahun 2009. Namun pasta impor India telah tumbuh pada tingkat tinggi 39% pa antara tahun 2005 dan 2009. India menerapkan tarif 30% pada pasta yang diimpor dari Italia. Mengingat inflasi pangan meningkat di India dan adanya Perjanjian Perdagangan Bebas antara India dan Uni Eropa, Pemerintah India kemungkinan besar akan menghapus atau mengurangi tarif ini dengan segera. Hanya ada sedikit perusahaan India yang memproduksi pasta. Salah satunya adalah United Agro Industries ("Blue Bird" merek), banyak perusahaan lain telah mencoba untuk menghasilkan pasta di India Selatan pada 1970-an dan 80-an, tapi gagal karena permintaan yang rendah dan kesadaran pasta. Sebagian besar pasta diproduksi di India (juga dikenal sebagai "vermicilli") yang diproduksi di sektor yang tidak terorganisir. Pasar ritel baru seperti Reliance, Bharti Wal Mart Easy Day, Aditya Birla More atau Hypermarket SPAR akan membuka peluang untuk produsen pasta italia untuk membangun merek mereka melalui kegiatan promosi makanan dalam sektor terorganisir. Kelompok SPAR telah menunjukkan minat yang tinggi untuk mengikat kerja sama dengan produsen pasta Italia. Nama merek pasta yang terkenal di India saat ini adalah Barilla, Buitoni dan Agnesi. Tetapi masih ada banyak lagi produsen pasta di Italia yang tertarik untuk bereksplorasi ke pasar India. Pada saat yang bersamaan banyak pula perusahaan India yang sedang mencari mitra joint venture untuk mendirikan pabrik pasta di India dikarenakan peningkatan permintaan dari konsumen.
Table C.5 Harga Produk Pasta Brand Merek San Remo Barilla De Cecco
Negara asal Australia Italia Italia
Ukuran kemasan 500 g 500 g 500 g
Harga eceran (US$) 2.5 3.9 4.0
e. Permen Permen impor telah menjadi salah satu peserta awal di pasar India dan terus menjadi salah satu produk yang paling dicari dan merupakan segmen yang tersedia secara luas pada pasar makanan impor. Perlu dicermati bahwa permen impor terus mengalami kenaikan yang terus menerus. Pasar produk ini kini dibanjiri berbagai merek seperti Toblerone, Mars, Lindt, Bounty, Snickers, Ferro Rocher, Fox’s dan lain sebagainya. Merek-merek ini telah meraih kepopuleran dikarenakan memiliki rasa yang khas, kemasan produk yang menarik dan dapat ditemukan dimana saja sebagai hasil dari adanya jaringan distribusi yang luas. Penjualan cokelat impor telah menjadi imbang atau bahkan melebihi merek lokal yang terdapat di beberapa toko ritel. Negara seperti Cina, Singapura,Uni Emirat Arab, Malaysia, Inggris dan Swiss adalah merupakan pengekspor produk permen cokelat utam. India memperoleh pasokan produk ini sebanyak hampir 53 persen dari Cina. Toblerone, Snickers, Lindt, Mars dan Bounty adalah beberapa merek permen cokelat yang sangat populer di
C 10
India. Pada tahun 2012 tercatat pertumbuhan sebesar 18 % pada sektor ini , meningkat 7 % persen dari tahun 2012 yaitu sebesar 11 %. Diperkirakan akan tumbuh pesat, dimana diprediksikan akan menempati peringkat ke 14 pada tahun 2014. Di India, konsumsi per kapita tahunan permen bermerek masih dibawah 100 gram. Permen rebus hanya bernaung untuk sector skala kecil. Ada sekitar 5.00 unit catering untuk pasar lokal. Para pemain besar telah menggunakan campuran pengaturan waralaba (dengan unit-unit kecil) dan formulasi produk untuk keluar dari modus pemesanan. Dari segi nilai, sektor terorganisir memerintahkan 60 persen dari pangsa pasar Permen cokelat umumnya paling banyak diimpor dari Cina, Singapura, Uni Emirat Arab, Malaysia, Inggris dan Swiss Permen cokelat umumnya paling banyak diimpor dari Cina, Singapura, Uni Emirat Arab, Malaysia, Inggris dan Swiss. Sedangkan untuk permen gula India mengimpor dari negara Brazil, Thailand, Guatemala dan spanyol. Tabel C.6 : Harga Produk Permen Merek Pilihan Kategori
Cokelat
f.
Merek
Negara asal
Ukuran kemasan 100 g
Harga Eceran (US$) 4.7
Lindt
Swiss
Vochelle Hazelnuts
Malaysia
205 g
5.6
Choco pie
Korea Selatan
168 g
1.5–1.7
Ritter Sport
Jerman
100 g
2.8
Snickers
Amerika Serikat
57 g
0.6
Toblerone
Swiss
35 g
0.7
Buah-buahan dan Sayuran Olahan
Perubahan pola makan, meningkatnya jumlah keluarga kecil dan bertambahnya populasi kaum wanita pekerja merupakan penyebab utama meningkatnya angka permintaan untuk buah dan sayur olahan seperti jus, saus, dressing salad dan selai. Jus Kesadaran untuk hidup lebih sehat merupakan kata kunci gaya hidup di kotakota metropolis dan kota besar lainnya di India, yang membuat pasaran di India mengalami perubahan secara berangsur dari mengkonsumsi minuman berkarbonasi ke minuman tidak berkarbonasi. Pada tahun-tahun belakangan ini, sejumlah jus impor telah dapat dengan mudah ditemukan di India dan menjadi favorit banyak orang. India mengimpor jus dari negara Cina, Brazil, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan Malaysia. Sedangkan saus di imporkan dari Cina, Amerika Serikat, Belanda dan Inggris. Selai diimpor dari berbagai belahan dunia seperti Belgia, Perancis, Australia, Cina, Turki dan Inggris. Merek Tang adalah yang paling populer untuk produk jus, sedangkan Tabasco dan Dana adalah merek yang merepresentasi saus dan selai. Aneka ragam rasa yang ditawarkan dan kemasaan yang menarik merupakan nilai jual tersendiri bagi jus impor. Beberapa merek jus yang popular di India adalah Tang, Tropicana, Ceres, Harvey Fresh dan Ocean Spray.
C 11
Saus Dengan tingginya angka urbanisasi dan perubahan pola makan, saus telah menduduki posisi penting pada outlet ritel di India. Sementara saus tomat adalah merupakan jenis saus yang paling popular, namun masih banyak varian lain yang juga mendapat penerimaan yang baik dari konsumen seperti saus cabai, kecap, saus pasta dan saus bawang putih. Angka permintaan bagi produk saus berasal dari konsumen individu mau pun institusi seperti hotel, rumah makan dan klub. Merek-merek saus impor yang cukup populer di India diantaranya adalah Heinz, Tabasco, Remia, Barilla dan Prego. Selai Masyarakat India semakin menggemari produk selai-selai impor, hal ini berkat beraneka ragamnya varian rasa yang ditawarkan produk mereka yang biasanya tidak tersedia di pasar lokal. Masyarakat perkotaan dengan pendapatan yang lebih tinggi serta hotel/rumah makan adalah merupakan konsumen terbanyak dari produk selai impor di India. Sedangkan merek selai yang cukup populer di India adalah Dana, Hero dan St. Dalfour. Cina, Brazil, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan Malaysia merupakan eksportir jus paling banyak bagi India. Cina memegang sekitar 31 persen dari total jus impor yang beredar di India. Sedangkan saus kebanyakan diimpor dari Cina, Amerika Serikat, Belanda dan Inggris. Sampai saat ini belum ada satu negara pun yang memonopoli impor selai karena semua berasal dari berbagai belahan dunia yang berbeda seperti Belgia, Perancis, Australia, Cina, Turki dan Inggris. Tabel C.7 : Harga Produk Buah dan Sayuran Merek Pilihan Kategori
Jus
Saus
Merek
Ukuran Kemasan
Harga Eceran (US$)
Tampico
Negara Asal Amerika Serikat
2L
3
Harvey Fresh
Australia Barat
1L
2.3
Ocean Spray
Amerika Serikat
926 mL
5
Ceres
Afrika Selatan
1L
4.9
Tang (jar/pack)
Amerika Serikat
750 g
3
Remia
Belanda
260 mL
2.4
Barilla
Italia
190 mL
4.3
Tabasco
Amerika Serikat
60 mL
2.1-3.1
Ong's Dressing salad Selai
200 mL
3
Remia
Belanda
250 mL
2.4
Dana
Denmark
340 g
3
St Dalfour
Australia
284 g
4.9
Mackays
Skotlandia
340 g
4.6
g. Lain-lain (Madu dan Minyak Zaitun) Madu Selama puluhan tahun madu telah digunakan secara luas di India karena manfaatnya yang sangat tinggi untuk kesehatan. Pasar untuk madu di India kebanyakan didominasi oleh merek lokal. Dabur adalah merupakan merek
C 12
yang memimpin di posisi paling atas untuk produk madu, dan kemudian diikuti oleh Sanjeevani, Nectar Fresh, Lion Kashmir Honey dan lain sebagainya. Terlepas dari pasar domestik/lokal, ternyata pangsa pasar untuk madu impor berkembang cukup pesat dan cepat. Cina merupakan pemasok madu alami terbesar bagi India dan tercatat memegang 83.5 persen dari total impor madu alami India. Selain Cina, negaranegara lain yang juga merupakan eksportir madu alami yang cukup besar bagi India adalah Nepal, Jerman, Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Terlepas dari adanya kompetisi dengan pasar lokal, faktor lain yang menghalangi masuknya madu impor adalah tingginya pajak/bea masuk untuk prouk tersebut. Beberapa dari merek madu impor yang banyak beredar di pasaran India (department store, toko, pengecer, dan lain sebagainya) adalah Wescobee dan Capilano dari Australia Barat, serta Airborn dari Selandia Baru. Tabel C.8 : Harga Merek Madu Terpilih Merek
Negara Asal
Ukuran kemasan
Harga Eceran US$
Wescobee Capilano
Australia
500 g
3.3
Australia
500 g
8
Dana
Denmark
454 g
6.7
Minyak Zaitun Minyak zaitun adalah produk lain yang juga telah mendapatkan popularitas yang cukup luas tahun belakangan ini karena tumbuh dan berkembangnya obsesi masyarakat India terhadap makanan sehat dan bergizi serta meningkatnya popularitas masakan Italia di kalangan masyarakat India. Di masa lampau, di India minyak zaitun hanya digunakan untuk tujuan kosmetik saja, namun kini telah dipromosikan sebagai pengganti minyak sayur untuk memasak yang lebih sehat. Angka permintaan India untuk minyak zaitun sebagian besar dipenuhi dengan cara mengimpor. Dengan mengandalkan nilai kesehatan yang sangat tinggi, maka impor minyak zaitun mengalami kenaikan dari US$ 5.24 juta pada tahun 2005-06 menjadi US$ 8.72 juta di tahun 200708. Untuk saat ini konsumennya masih terbatas pada penduduk perkotaan dengan pendapatan yang ebih tinggi serta hotel-hotel besar karena harga jual minyak zaitun sendiri masih tergolong cukup mahal, yaitu empat kali lipat dari harga minyak goreng yang biasa dikonsumi masyakarat Figaro dan Leonardo adalah dua merek minyak zaitun yang sangat terkenal di India, dengan ukuran kemasan 250 ml dan 500 ml sebagai pilihan utama dari kebanyakan konsumen. Beberapa merek lain yang juga tersedia di India adalah Borges, Filippo, Berio, Olitalia, Colavita dan Evooroo. Hampir sekitar 90 persen minyak zaitun didatangkan dari Spanyol dan Italia. Pemerintahan Spanyol secara khusus memiliki minat untuk meningkatkan penjualan minyak zaitun di India dengan memberikan pendidikan konsumen akan pentingnya minyak zaitun bagi kesehatan. Sebagai contoh, minyak zaitun merek Figaro dipromosikan melalui berbagai macam pameran, tur, pembagian pamflet/selebaran dengan penjelasan mengenai produk tersebut, pemasaran secara langsung/direct marketing dan menggunakan publikasi dari mulut ke mulut. Turki, Argentina, Yunani, Inggris dan Australia adalah beberapa eksportir minyak zaitun bagi India selain Spanyol dan Italia.
C 13
Tabel C.9 : Harga Minyak Zaitun Merek Pilihan Merek
Negara Asal
Ukuran pack
Harga Retail US$
Figaro
Spain
1 litre
13
Borges
Spain
1 litre
17.8
Filippo Berio
Italy
1 litre
18
Olitalia
Italy
500 mL
7
Colavita
Italy
500 mL
11.4
Evooroo
Australia
500 mL
10.6
4. Tantangan Yang Dihadapi Walaupun mendapat penerimaan yang cukup terbuka di India, namun pasar makanan impor terus menghadapi beberapa rintangan. Beberapa tantangan yang dihadapi sektor ini antara lain : 1. Meskipun terjadi peningkatan yang terus menerus pada permintaan produk impor, namun pangsa pasarnya masih relatif kecil karena permintaan akan produk tersebut kebanyakan berasal dari kelompok yang memiliki pendapatan di atas rata-rata; namun demikian hal ini dapat diantisipasi dengan adanya perubahan pendapatan masyarakat yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi India itu sendiri. 2. Harga produk relatif tinggi karena pajak bea cukai yang cukup tinggi untuk produk-produk ini, yaitu sekitar 20 sampai lebih dari 60 persen. 3. Kurangnya pasokan produk bermerek secara konsisten adalah merupakan salah satu masalah utama lain yang dihadapi pengusaha ritel/pengecer di India. Hanya ada sedikit sekali importir yang terus berbisnis dengan merek yang sama untuk jangka waktu yang cukup lama. Kebanyakan importir membeli produk-produk yang dapat diputar dengan cepat dan untuk kemudian digantikan dengan merek atau produk lain dalam waktu singkat; hal ini juga yang menyebabkan konsumen India tidak dapat menjadi pelanggan tetap bagi kebanyakan produk impor. 4. Terdapat sejumlah produk makanan impor yang tidak mengikuti panduan dasar dari Tindakan Pencegahan Pemalsuan Makanan (PA) seperti mencantumkan lambang vegetarian dan non vegetarian pada kemasan, menyebutkan pabrik tempat pembuatan tanggal kadaluarsa, tidak menyertakan cara penggunaan produk dan informasi penting lainnya dalam bahasa Inggris dan lain sebagainya. 5. Tingginya biaya transportasi adalah salah satu masalah utama lain yang harus dihadapi 6. Tantangan dari segi infrastruktur seperti kurangnya ruang penyimpanan dengan fasilitas pendingin, kurang berkembangnya pelabuhan-pelabuhan di India dan infrastruktur yang terkait adalah merupakan ganjalan tersendiri bagi produk makan impor, khususnya yang memiliki rentang umur penggunaan/jangka hidup yang lebih pendek. 7. Adanya berbagai hukum India yang berkaitan dengan makanan khususnya mengenai persayaratan pemberian label, pengemasan, penggunaan warna dan zat aditif, jangka hidup, syarat sanitasi dan fitosanitasi adalah beberapa penyebab keprihatinan tersendiri bagi para importir.
C 14
D. TINJAUAN TERHADAP SEKTOR RITEL MAKANAN DI INDIA 1. Pertumbuhan Sektor Ritel di India Ritel adalah salah satu pilar ekonomi di India dan menyumbang 14 sampai 15 persen dari pasar ritel di India dilihat dari angka GDP nya. Pasar ritel di India diperkirakan akan mencapai US$ 450 Juta. Ritel di India sendiri telah menjadi salah satu dari lima pasar ritel terkemuka di dunia menurut nilai ekonomi setiap negara. India adalah salah satu pasar ritel dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan 1,2 miliar orang. Pasar India memiliki kompleksitas tinggi dalam hal lebar geografis tersebar luas dan berbagai preferensi konsumen yang berbeda – beda oleh masing – masing daerah dimana memerlukan kebutuhan lokalisasi. India memiliki jumlah tertinggi outlet per orang (7 per seribu). Ruang ritel di India per kapita pada pada 2 sq ft (0,19 m2) / orang yang terendah dalam kepadatan ritel India dunia 6 persen tertinggi di dunia. 1,8 juta rumah tangga di India memiliki pendapatan tahunan lebih dari 45 lakh (US $ 76,050.00). India juga menyajikan peluang pasar yang besar mengingat jumlah dan meningkatnya daya beli konsumen, ada beberapa tantangan yang signifikan, mengingat bahwa lebih dari 90% dari perdagangan dilakukan melalui toko-toko lokal independen. Tantangan meliputi: geografis tersebar populasi, ukuran kecil tiket, jaringan distribusi yang kompleks, terbatasnya pengguna sistem IT, keterbatasan media massa dan adanya barang palsu. Seperti yang telah diprediksikan sebelumnya pada tanggal 07 Desember 2012, Pemerintah Federal India memperbolehkan 51% FDI di multi brand ritel di India. Pemerintah India berhasil mendapatkan persetujuan dari parlemen untuk multi brand ritel ini meskipun beberapa negara bagian di India tidak menyutujui hal ini, dimana hal ini akan membuka kesempatan bagi supermarket asing seperti Walmart, Tesco dan Carrefour untuk beroperasi di India. Adapun pertimbangan ketidaksetujuan dari beberapa negara bagian ini adalah apabila supermarket asing beroperasi di India di khawatirkan akan terdapat lebih banyak lagi pengangguran dan kesejahteraan yang tidak merata bagi masyarakat India. Industri ritel India mengalami pertumbuhan sebesar 10,6 % antara tahun tahun 2010 dan 2012 dan diperkirakan akan meningkat menjadi USD 750 – 850 milyar tahun pada tahun 2015. Makanan dan toko bahan makanan adalah kategori terbesar dalam sector ritel dengan 60 persen saham diikuti oleh pakaian dan segmen Ponsel. Gambar D.1 : Industri Ritel di India
Makanan dan toko bahan baku
5% 4%3% 6% 3%
Lain - Lainnya
8% 11%
60%
Pakaian Elektronik
D1
Gambar D.2 Industri ritel di India
Industri Ritel di India 1000 869
900 800 18.8% CAGR
700 600 500
424
10.6 % CAGR
518 Column1
400 300 200 100 0 2010
2012
2015E
Sumber: India Retail Report 2013, Images Group
Makanan dan bahan pangan adalah merupakan salah satu segmen industri ritel yang terbesar yang juga paling sedikit keteraturannya. Sektor makanan dan bahan pangan tercatat memegang sekitar 60 persen (US$ 180 milyar) dari total pendapatan tahunan india dari bisnis ritel. Ritel makanan terjadi paling banyak pada tingkat toko/warung di wilayah lingkungan kecil dan ritel makanaan yang teratur tercatat hanya memiliki pangsa pasar yang relatif kecil saat ini. Namun demikian ritel makanan yang teratur kini sedang berkembang dengan laju sekitar 25–30 % tiap tahunnya. Dalam sector ritel teroganisasi, Pakaian adalah segmen terbesar sedangkan makanan dan toko bahan baku serta Ponsel dan Telekomunikasi adalah contributor utama lain untuk segmen ini. Gambar D.3 Pembagian sektor retail terorganisir dan tidak terorganisir di India
7%
Pakaian
4% 6% 33%
8% 92%
8%
11% 11%
Tidak terorganisir
Lain - Lainnya
20%
Perhiasan
Terorganisir
Sumber: India Retail Report 2013, Images Group Deloitte
D2
Dengan jumlah ritel lebih dari 12 juta, maka India adalah salah satu negara dengan jumlah sektor ritel terbesar di dunia. Perbandingannya adalah terdapat satu toko ritel yang tersedia bagi lebih kurang 90 orang di India. Ukuran mall yang tersedia sebesar 30 juta kaki persegi diharapkan dapat meningkat menjadi 100 juta kaki persegi pada tahun 2010.
2. Evolusi Ritel Makanan Di India Weekly village market
Convenience stores
Department stores
Supermarket/Hypermarket
Ritel makanan di india telah menempuh waktu yang cukup lama dari saat ketika produk-produknya baru dijual dengan cara dijajakan oleh pedagang keliling menjadi produk makanan yang dijual secara eksklusif di rak-rak supermarket. Dari sekedar aktivitas perdagangan yang sederhana, ritel makanan kini berangsur mendapatkan statusnya sebagai sebuah industri yang bisa diakui. Angka permintaan terhadap buah dan sayur impor telah menglami peningkatan yang cukup signifikan di India. Para importir menghadirkan buah dan sayur yang tidak ada di pasaran saat itu beserta produk perkebunan yang eksotis seperti asparagus, jamur-jamur dalam jenis tertentu, tumbuhan dengan bunga yang dapat dimakan, dan lain sebagainya. Apel Washington dan Red Delicious dari Amerika Serikat, pir dari Cina dan anggur dari Australia adalah beberapa hasil produk perkebunan yang diimpor ke India. Buah-buahan ini tidak hanya dijual melalui rantai makanan ritel seperti Food World, Nilgiris, dan lain sebagainya namun juga lewat toko bahan pangan skala kecil, mini market dan bahkan pedagang pinggir jalan. Dan sebagai catatan tambahan, kini terdapat permintaan signifikan bagi tersedianya produk makanan impor seperti pasta, saus, cokelat,minuman,makanan yang diawetkan, dan lain sebagainya. 3. Bentuk Ritel di India Saat ini dan yang sedang muncul pasar ritel makanan di India terdiri atas beberapa jenis dan bentuk/format. Bentuk tradisional dari toko-toko kelontong turut hadir bersama bentuk ritel modern yang justru berkembang jauh lebih cepat. Hal ini meliputi : Tabel D.1 Mini Market (Toko Kirana) dan Pedagang Keliling Jenis toko Warung pinggir jalan dan pedagang keliling
Deskripsi Pedagang ini biasanya berkeliling menjajakan buah dan sayuran segar
Toko Paan
Toko pinggir jalan yang terutama enjual produk-produk tembakau seperti rokok dan tembakau kunyah,daun sirih, minuman dan produk makanan ringan tertentu seperti permen dan permen.
Toko dengan sistem Distribusi Publik
Toko-toko ini hanya menjual bahan makanan yang tidak bermerek, pengoperasiannya diatur dan diawasi oleh Pemerintah Negara Bagian/setempat.
Toko Kirana (di india setara dengan mini market ‘Mom n Pop’ atau ‘7 Eleven’)
Jenis ini biasanya merupakan toko ritel skala kecil sampai dengan menengah yang menjual susu, bahan pangan dan minuman dan berikut produk perawatan tubuh dan peralatan rumah tangga lainnya
Sumber : MCG Compilation (Kompilasi/Kumpulan MCG)
D3
Ritel-ritel yang tak terorganisir atau pun hanya semi terorganisir seperti kirana (mini market) dan penjual bahan makanan terbentuk dengan cara membeli produk dari mandis atau petani dan kemudannya menjualnya dari struktur tetap. Skala ekonomis belum terbentuk pada format ini, tapi perubahan ke arah tersebut sudah mulai menampakkan hasil yang cukup menggembirakan. Keuntungan dari format penjualan/toko seperti ini adalah bahwa penjual lebih memiliki kemampuan untuk mengenali para konsumennya secara langsung dan memberikan layanan langsung ke depan pintu rumah konsumen. a. Pengecer Terorganisir Tabel D.2 Tipe Pengecer Terorganisir Tipe toko
Contoh
Hipermarket
Big Bazaar, Trent
Supermarket
Food World, Spencer's Daily, Reliance Fresh, More
Department store
Lifestyle
Rantai penjualan/kongsi khusus
Spar
Kongsi yang memberikan diskon/potongan harga
Subhiksha
Bayar di tempat
Metro
Konversi/perubahan petro
In and Out, Shell
Sumber : Kompilasi/kumpulan MCG Untuk dapat sukses dalam industri ritel makanan di India adalah sangat penting untuk dapat mengalihkan para konsumen dari membeli produk di tingkat penjaja keliling dan mini market menjadi di supermarket. Perubahan ini dapat dicapai dengan cara memainkan harga yang ada, sehingga kini dapat dipahami bahwa kesuksesan sebuah ritel makanan bergantung pada seberapa jauh pemahamannya terhadap pangsa pasarnya dan bagaimana ritel tersebut dapat memaksimalkan rangkaian/kongsi pasokannya. Faktor lainnya adalah adanya kenyamanan berbelanja dan suasana yang dirasakan, hal yang membuat supermarket memiliki kelebihan dibandingkan mini market tradisional. Cadangan 7000 unit dibandingkan dengan stok barang yang berjumah ratusan saja yang terdapat pada toko kirana/mini market biasa. Dengan masuknya banyak sekali badan perusahaan seperti Reliance, Bharti dan lain-ain serta dengan adanya rencana perluasan usaha yang berskala besar dari Spencer, Food World dan lain-ain, maka format modern ritel makanan ini harapkan untuk dapat meraih pencapaian yang luas dan maksimal.
4. Pertumbuhan di Sektor Makanan Impor Rata-rata penduduk perkotaan menghabiskan sebagian dari pendapatan mereka untuk makanan dan konsumsi makanan yang meningkat 10 persen tiap tahunnya, sektor ritel makanan telah memperoleh popularitas yang sangat tinggi di India. Salah satu faktor kunci pendorong pesatnya sektor ini adalah perubahan pola makan, infrastruktur yang lebih baik, meningkatnya pendapatan bersih, semakin besarnya peluang untuk bersinggungan dengan dunia luar, dan masih banyak lagi lainnya.
D4
Perubahan gaya hidup dan meledaknya bidang ritel yang terorganisir telah menyebabkan meningkatnya angka permintaan untuk makanan dan minuman impor di India. Pasaran untuk makanan khusus ini berkembang dengan sangat pesat. Dengan melunaknya aturan-aturan impor oleh pemerintah, maka banyak perusahaan dan rumah bisnis sepert Godrej, Reliance dan Pantaloon telah beralih ke pasaran dengan cara membuka toko makanan khusus dan menjual produk-produk impor seperti keju, pasta, minyak zaitun, kue kering, cokelat, buah yang dikeringkan, saus dan sereal. Faktor lain yang berdiri di belakang kepopuleran makanan impor ini adalah meningkatnya pendapatan dan semakin banyaknya perjalanan yang dilakukan warga India keluar negeri. Hotel-hotel khusus dan rumah makan dengan masakan dari penjuru dunia Hampir semua toko ritel makanan di India memberikan tempat khusus di tokonya bagi ketersediaan produk makanan impor. Hal ini kisarannya bervariasi antara 10 sampai dengan 40 persen di masing-masing toko seperti Nuts and Spices.
5. Profil Toko Ritel Makanan di India Tabel D.3 Profil Toko Ritel Pilihan Jumlah Toko
Lokasi
% rak yang diperuntukkan makanan ekspor
Makanan impor dalam % terhadap total penjualan makanan
Jenis produk
Foodworld
67
India SelatanBangalore, Hyderabad and Chennai
10%
<2%
Bahan pangan, makanan, minuman dan produk peralatan rumah tangga yang lain
Reliance Fresh
590
Terdapat di 13 negar bagian dan 57 kota
10%
<2%
Bahan pangan,makanan,minuman dan produk peralatan rumah tangga lainnya
Nilgiris
87
Terdapat 15 toko di India Selatan—Tamil nadu, Kerala, Andhra Pradesh nad Karnataka
10%
Toko dengan format beragam, Spencer’s Hyer Grocery makanan,minuman,alat elektronik dan listrik serta produk peralatan rumah tangga lainnya.
Spencer's Retail
400
Supermarket
10-15%
Spencer's Daily—rormat mini market
Fabmall
6
Bangalore
3-4%
Makanan,minuman dan peralatan rumah tangga lainnya
Nuts and Spices
13
Chennai and Hyderabad
65%
Makanan, minuman dan peralatan rumah tangga lainnya.
Food bazaar
9
Diseluruh India
5%
2%
Crossroads
4
India bagian utara
25%
35%
Bahan pangan, makanan, minuman dan peralatan rumah tangga lainnya
Sumber : Kompilasi/Kumpulan MCG
D5
Tabel D.4 Presentase toko ritel di daerah perkotaan negara India
Segmen
Pakaian
Toko bahan baku
Kecantikan dan Kesehatan
Toko Elektronik
Pemain di Pasar
Persentase Toko di Kota dengan penduduk < 1 Juta
Shoppers Stop
46.3%
Lifestyle
51.4%
Reliance Trends
26.5%
More
27.5%
Spencer
30.5%
Spar
46.2%
Appolo Pharmacies
25.0%
Titan Eye +
42.0%
Guardian
40.6%
Croma
68.5%
Ezone
67.40%
Reliance digital
40.0%
Tabel D.5 Presentase toko ritel di daerah perkotaan negara India
Segmen
Pakaian
Toko bahan baku
Kecantikan dan Kesehatan
Toko Elektronik
Pemain di Pasar
Persentase Toko di Kota dengan penduduk > 1 Juta
Shoppers Stop
81.5%
Lifestyle
85.7%
Reliance Trends
69.4%
More
60.2%
Spencer
87.4%
Spar
84.6%
Appolo Pharmacies
55.0%
Titan Eye +
89.3%
Guardian
66.5%
Croma
96.0%
Ezone
90.6%
Reliance digital
80.0%
D6
E. STRUKTUR DISTRIBUSI, LOGISTIK DAN PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR 1. Pengenalan Sistem-sistem distribusi saat ini telah berkembang dengan cukup baik di India. Negara ini memiliki jalur kereta api dan jaringan lalu lintas darat yang baik dan merata dan demikian pula halnya dengan perhubungan udaranya. Tabel E.1 Infrastruktur Transportasi di India Jenis Transportasi Jalan raya
Deskripsi Total panjang jalan raya yang tersedia adalah 3.34 juta km, dengan 66.754 km jalan raya nasional
Jalur kereta api
Terdapat 7.100 stasiun kereta api, dengan panjang total rute yang tersedia sepanjang 63.465 km dan 795 juta ton lalu lintas ekspedisi.
Pelabuhan
Terdapat 12 pelabuhan utama dan 200 buah pelabuhan minor dan perantara/penghubung.
Bandara
Terdapat lebih dari 20 bandara udara internasional dan beberapa bandara udara domestik
Sumber : Kompilasi/Kumpulan MCG
Fasilitas infrastruktur dan lemari penyimpanan berpendingin yang baik telah tersedia di kota-kota metropolitan besar seperti pula kota-kota tingkat dua lainnya di India. India memiliki lebih dari 12 juta outlet ritel, yang terdiri dari toko kirana kecil (mini market lokal India yang setara dengan ‘Mom and Pop store’ ataupun ‘7 Eleven’) dan jaringan super market berskala menengah dan besar. Meskipun penjualan dalam format unit besar yang terorganisir menggantikan sebagian besar konsumsi makanan, namun pangsa pasarnya di India masih relative kecil. Namun demikian, pangsa pasar dari ritel terorganisir dalam hal penjualan total secara ritel mulai meningkat secara tajam.
2. Struktur Distribusi Para importir biasanya menunjuk distributor wilayah atau kota tertentu untuk mengantarkan produk-produk mereka ke toko ritel tujuan. Untuk dapat mengantarkan produk-produk hingga ke jaringan ritel, terkadang dibutuhkan adanya beberapa perantara/makelar. Terdapat beragam saluran distribusi berdasarkan jenis-jenis produk yang terkait. a. Produk-produk Perkebunan Angka permintaan untuk buah dan sayur impor di India beberapa tahun belakangan ini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Para importir sengaja mendatangkan buah-buah dan sayur yang sedang tidak dihasilkan di negara tersebut (belum masa panennya) seperti asparagus, tanaman yang bunganya dapat dimakan, beberapa jenis jamur tertentu dan lain sebagainya. Apel Granny Smith dan Red Delicious dari Amerika Serikat, pir dari Cina, anggur dari Australia dan masih ada beberapa produk perkebunan lain yang diimpor ke India.
E1
Importer
Distributor/ Wholesaler
Retailer/ institutional buyer like hotels
Cold Storage
Gambar E.1 Struktur Distribusi Bagi Produk Hortikultura
Setelah melalui prosedur pas kapal untuk berlayar/lepas landas; para importir akan menyimpan kardus-kardus yang berisi buah-buahan dan sayuran ke dalam fasiitas kamar pendingin. Biasanya fasilitas ini diperoleh dengan cara menyewa, meski pun beberapa importir sudah memiliki gudang penyimpanan sendiri yang dilengkapi dengan ruangan pendingin. Para distributor atau pedagang grosir biasanya membeli sejumlah kardus setiap harinya dari para importir dan menjualnya ke toko-toko ritel/pengecer. Para distributor biasanya tidak memiliki atau menyewa gudang dan fasilitas ruang pendingin. Mereka mendapatkan sejumlah buah dan sayuran setiap harinya dari para importir dan memasoknya ke jaringan ritel. Namun demikian, jaringan ritel tertentu mungkin dapat memperoleh produk perkebunan impor langsung dari importir apabila mereka mau membeli produk tersebut dalam jumlah minimum yang sudah ditetapkan. Hotel-hotel bintang lima dan para agen katering papan atas biasanya langsung membeli produk keperluan mereka dari para importir. Produk hasil perkebunan biasanya didatangkan menggunakan kontainer ukuran 40’ yang berisi 1300-1500 kardus dengan masing-masing berat sekitar 15-20 kilogramApabila buah atau sayuran telah rusak sebelum waktu yang ditentukan, maka para importir akan mengirimkan hasil foto dari produk yang rusak tersebut dan biasanya mereka akan mengganti buah dan sayur tersebut. Musim buah impor biasanya terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juni sedangkan musim buah di India adalah selama sisa bulan sepanjang tahun. Para importir tertentu dari Delhi selalu memenuhi SKU berikut ini: Table E.2 SKU Yang dicapai Oleh Pengimpor Jeruk
Asal
SKU tiap bulan
Anggur
Australia
50-100 kardus
Apel
Cina
50-200 kardus
Buah kiwi
Italia
50-1000 kardus
Jambu
Thailand
500 kardus
Pir
Cina/Amerika Serikat
50-200 kardus setiap 3 bulan
Sumber : MCG Compilation (Kompilasi/Kumpulan MCG)
Contoh : Apel Apel ‘Red Delicious’ diimpor dari Amerika Serikat dan tiba di pelabuhan India, biasanya di pelabuhan Chennai atau Mumbay. Tiap kardus beratnya lebih kurang 20 kg dan para importir tersebut biasanya mengimpor sekitar 2001000 kardus. Setelah menyelesaikan semua prosedur impor yang harus dipenuhi di pelabuhan, maka para importir mengirimkan kardus-kardus tersebut ke tempat penyimpanan yang berpendingin. Kebanyakan distributor E2
atau pedagang grosir membeli minimal 20 kardus per hari dari para importir. Mereka kemudian mengirimkan karus-kardus yang berisi buah-buahan dari fasilitas penyimpanan berpendingin ke jaringan ritel dan toko-toko lainnya dengan menggunakan truk dan van/pick up. Para distributor di kota-kota sekitar seperi Madurai, Coimbatore, dan Bangalore akan mengirimkan kardus-kardus melalui jalan darat dengan menggunakan van/pick up atau truk. Umumnya apabila jarak yang ditempuh lebih dari 400 km, maka mereka akan menggunakan kendaraan yang memiliki fasilitas pendingin produk. Beberapa outlet ritel besar membeli secara langsung dari para importir. b. Daging/Ikan Beku dan Keju/Mentega Sari laut seperti udang, dan daging beku serta beberapa jenis keju telah diimpor ke India. Produk-produk ini membutuhkan fasilitas pendingin di seluruh rangkaian distribusinya, mulai dari berlabuh di pelabuhan sampai akhirnya tiba di pengguna akhir/end-usernya. Struktur distribusinya adalah sebagai berikut :
Importer
Cold Storage
Distributor/ Wholesaller
Retailer
Cold Chain
Gambar E.2 Struktur Distribusi Bagi Daging/Ikan/Keju Beku dan Mentega
Setelah menyelesaikan rangkaian prosedur masuknya barang impor di pelabuhan dan mendapat ijin masuk, maka para importir akan mengirimkan produkproduknya dalam sebuah truk berpendingin ke dalam gudang penyimpanan yang memiliki fasilitas pendingin (unit tersebut dalam merupakan milik importir sendiri atau pun sewaan). Distributor kemudian memperoleh jumlah daging atau produk lainnya dan kemudian memasoknya kepada outlet/toko ritel. Pengiriman produkproduk ini merupakan fase yang sangat penting. Pada setiap tahapan, kendaraan atau truk dengan peti pendingin harus digunakan agar dapat menjaga kualitas produk yang bersangkutan. Toko-toko ritel memiliki pendingin untuk penyimpanannya dan konter untuk menampilkan produk yang dijual selalu dijaga agar suhunya tetap rendah. Kendaraan khusus biasanya disewakan bagi para importir dan distributor oleh jasa pelayanan independen. Bahan-bahan khusus seperti keju, produk daging beku dan sari laut juga biasanya dibeli secara langsung dari para importir oleh hotel-hotel dan jaringan rantai ritel penjual makanan berskala besar. Contoh : Keju Beberapa jenis keju— edam, gouda, blue, brie, ricotta dan lain sebagainya sengaja diekspor ke India dari seluruh penjuru dunia. Beberapa importir utama keju di India adalah :
L-Comps (cabang Delhi) Epicure Foods (cabang Amerika Serikat) Fortune Foods (cabang Mumbai)
Para importir tersebut pada saat ini mengipor sekitar 30 -40 ton keju tiap bulannya. Sekitra 75 persen dari keju impor ini dibeli oleh hotel-hotel bintang lima. Ketika kiriman tiba di pelabuhan Nhava Sheva (di dekat Mumbai) maka kardus-kardus berisi keju tersebut akan langsung dimasukkan ke dalam E3
kontainer berpendingin yang suhunya dijaga agar selalu berada antara 2° sampai dengan 8°C. Pajak impor untuk keju adalah sebesar 31.209 persen dan margin yang dimiliki oleh para ritel adalah sekitar 30-40 persen. Terlepas dari kedua faktor tersebut, setelah penguangan piutang logistik dan biaya overhead lain serta pajak tambahan nilai, maka harga akhir produk keju pada toko-toko ritel akan dibandrol sekitar US$ 10 untuk setiap 200 gram keju dari merek terkenal. c. Produk Makanan Olahan (cokelat/pasta/selai/makanan yang diawetkan) Sejumlah besar produk makanan olahan, cokelat dan lainnya telah diekspor ke India. Struktur distribusi produk-produk tersebut adalah sebagai berikut : Struktur distribusi yang berlaku di kota-kota pelabuhan India (Chennai, Mumbai, Ahmedabad dan yang lainnya) adalah seperti yang tercantum pada gambar 6.3 berikut ini Importer
Retail Chain
Gambar E.3 Struktur Distribusi Makanan Olahan di Kota-kota Pelabuhan
Di luar kota pelabuhan, struktur distribusi akan seperti yang tercantum pada gambar E.4: Importer
Distributor
Retail Chain
Gambar E.4 Struktur Distribusi Bagi Produk Makanan Olahan di Luar Wilayah Kota Pelabuhan.
Di kota-kota pelabuhan seperti Chennai, Mumbai dan lain sebagainya, setelah kedatangan produk, para importir biasanya akan memasoknya langsung ke rantai ritel dan toko-toko. Tentunya mereka dapat menggunakan gudang atau fasilitas penyimpanan berpendinginnya apabila diperlukan. Terdapat beberapa distributor wilayah yang ditunjuk untuk dapat mendistribusikan produk-produk tersebut ke kota di sekitarnya. Para distributor tersebut pada gilirannya akan menjual produkproduk tersebut ke toko-toko ritel di wilayahnya masing-masing. Pada hal ini, baik importir maupun distributor harus memiliki gudang penyimpanan, baik milik sendiri maupun sewaan. Umumnya, penyimpanan dengan pendingin atau pun kendaraan/van dengan fasilitas lemari pendingin khusus tidak dibutuhkan untuk produk-produk ini.
3. Hotel dan Rumah Makan Jaringan hotel dan rumah makan biasanya membeli lebih banyak produk impor atas dasar adanya permintaan khusus dan selama musim festival (selama bulan Oktober sampai dengan Maret). Sebagai contoh, daging impor Leela Palace hanya digunakan khusus untuk pesta dan acara-acara tertentu lainnya. Jaringan hotel dan rumah makan biasanya membeli secara langsung dari importir atau pun distributor. Mereka biasanya memiliki waktu inventori/persediaan selama lebih kurang satu bulan. Namun demikian, ada beberapa hotel yang memilih untuk memperoleh produk tersebut dari produsennya secara langsung. Hotel-hotel tertentu mengimpor produk daging langsung dari Australia, Singapura dan Jerman. Produk-produk lain seperti halnya permen biasanya dibeli dari toko ritel. Beberapa jaringan hotel telah memiliki sistem pembelian terpusat di tempat mereka. Ista Hotels di Delhi adalah hotel yang memegang proses pembelian semua produk impor bagi jaringan hotelnya dan kemudian mendistribusikannya ke cabang mereka di Bangalore dan Hyderabad.
E4
4. Logistik Mengatur masalah pengiriman dan biaya logistik saat ini menjadi semakin penting dan kompleks bagi para importir dan distributor. Solusi tepat yang dirancang untuk memenuhi semua tantangan dan isu yang ada di sektor makanan oleh Penyedia Layanan Logistik/Logistics Service Provider (LSP) tidak hanya penting untuk menjaga kelangsungan pertumbuhan sektor ini namun juga membentuk infrastruktur layanan inti dari ritel makanan modern. Kontainer yang menangani bidang fasilitas tersedia di hampir semua pelabuhan di beberapa kota, namun gudang dan fasilitas transportasi berpendingin jumlahnya saat ini masih terbatas dan cukup mahal dari segi biaya. Semua hal tersebut di atas memberikan tantangan khusus bagi para importir produk makanan di India.
5. Struktur Distribusi Fisik Setelah menyelesaikan prosedur penerimaan produk dan diperbolehkan meninggalkan pelabuhan, biasanya importir akan mengirimkan barangnya ke gudang yang letaknya berdekatan dengan kegiatan utama mereka. Pasokan akan kemudian dikirim ke para distributor di wilayahnya masing-masing. Pada akhirnya, para distributor akan mengirimkan produk-produk tersebut ke supermarket/ritel. Pengiriman ini biasanya dilakukan dua kali dalam satu minggu. Sebagian besar supermarket memiliki inventori selama satu minggu sampai dengan 15 hari. Apabila permintaan barang telah dilakukan, maka distributor akan mengirimkan produk tersebut keesokan harinya. Namun demikian, terdapat beberapa supermarket yang memilih untuk memperoleh produknya secara langsung. Misalnya, Food World mengimpor permen Ferrero Rocher langsung dari pabriknya. Metro Cash and Carry memiliki sekitar 743 pemasok dari seluruh dunia dan juga mengimpor produk-produknya secara langsung. Proses perijinan kiriman barang di pelabuhan India biasanya memakan waktu sekitar 7-10 hari. Apabila importir tidak bertempat di kota yang sama, maka akan terjadi penundaan lebih lanjut dikarenakan adanya waktu ekstra yang digunakan untuk pengiriman produk ke tempatnya berada. Transportasi lintas kota dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya biasanya memakan waktu sekitar satu sampai dengan dua minggu. Para importir/distributor biasanya memiliki infrastruktur yang dibutuhkan untuk proses ini, termasuk falisitas gudang penyimpanan berpendingin dan gudang penyimpanan kering serta adanya jaringan distribusi di tempat. Dalam hal ini, tentu saja importir/distributor dapat memperoleh bantuan dengan menggunakan Penyedia Layanan Logistik/Logistic Service Provider (LSP). Para importir besar yang bergerak di banyak tempat di India biasanya memiliki fasilitas gudang menyimpanan di beberapa kota tertentu. Distributor lain di wilayah berbeda akan mendapatkan produknya dari gudanggudang tersebut dengan menggunakan sebuah pusat kegiatan sedangkan wilayah lain akan mendapatkan pasokan dengan sistem distribusi jeruji. Ada banyak perusahaan logistik skala besar dan kecil yang melayani pengiriman barang-barang dalam kondisi kering. Namun demikian, pick up dan truk yang dilengkapi dengan kontainer berpendingin biasanya cukup mahal dan tidak lazim. Snowman dan Radhakrishna Foodland adalah operator layanan jaringan dingin terbesar dan paling berpengalaman di India.
E5
Promosi Merek Seringkali para importir bertanggung jawab terhadap promosi dan pengiklanan merek produk. Terkadang, produsen dapat juga membantu importir untuk menangani promosi produk. Umumnya, adanya insentif seperti potongan harga akan diberikan kepada para distributor yang dapat mempopulerkan merek produk mereka. Produk sampling, promosi di dalam toko dan menampilkan produknya di toko ritel adalah beberapa cara untuk mempromosikan produk kepada para pengguna akhir.
6. Ruang Pendingin (Penyimpanan) Sejumlah fasilitas ruang pendingin di India secara signifikan digunakan untuk menyimpan buah-buahan dan sayuran. Ruang pendingin dan pembekuan juga sangat dibutuhkan untuk daging olahan, produk hasil laut, susu dan lain sebagainya. Para importir biasanya mendapatkan layanan ruang pendingin dan rantai dingin dari penyedia layanan serupa. Ada beberapa unit ruang pendingin yang digunakan sepenuhnya untuk menyimpan produk-produk perkebunan sementara ada pula yang digunakan sepenuhnya untuk daging dan ikan beku. Unit ruang pendingin yang penggunaannya dapat digabungkan/dikombinasikan juga telah tersedia. Beberapa penyedia layanan cold chain di India meliputi : 1. Snowman (Bangalore, beroperasi di 10 kota metropolitan) 2. Radhakrishna Foodland Ltd (Kalamboli, Mumbai) 3. Salva Food and Cold Storage Pvt Ltd (Mumbai) 4. Delhi Cold Storage (Delhi) Untuk data yang lebih lengkap mengenai ruangan pendingin di India dapat dilihat di: http://india.gov.in/outerwin.php?id=http://agmarknet.nic.in/coldstorage.htm Tarif dari ruang pendingin untuk produk tertentu dapat dilihat pada Appendix II. Contoh Khas: Radhakrishna Foodland Radhakrishna Foodland telah membangun salah satu fasilitas ruang pendingin terbesar di dekat Mumbai. Kapasitas penyimpanan ini mencapai 5 juta peti (4 juta peti basah dan 1 juta peti kering). Unit ini memiliki 5 zona temperature yang berbeda untuk produk-produk yang berbeda. Perusahaan ini telah mendirikan dan mengopeasikan sistem rantai dingin untuk Mc.Donald’s. Jaringan pasokan lokal untuk McDonald’s diperoleh dengan bantuan dari penyedia layanan rantai dingin, yaitu Radhakrishna Foodland Perusahaan ini mengoperasikan distribusi pusat untuk rumah makan McDonald’s di Mumbai dan Delhi. Dari produkproduk cair yang berasal dari Punjab sampai dengan daun selada dari Pune, pusat distribusi menerima berbagai macam barang dari wilayah yang berbeda di seluruh India. Barang-barang ini kemudian disimpan di ruangan-ruangan dengan zona temperature yang berbeda untuk kemudian dikirimkan ke rumah makan McDonald’s sesuai dengan permintaan mereka.
E6
Skenario fasilitas ruang pendingin di India saat ini : Direktorat Inspeksi dan Pemasaran (The Directorate of Marketing and Inspection/DMI) dari Departemen Pertanian dan Koperasi menyediakan layanan konsultasi dan teknis bagi calon wiraswasta di bidang pendirian, pemeliharan, perawatan dan pengoperasian ruang pendingin. Direktorat ini juga menyelenggarakan pelatihan bagi para manager dan operator ruang pendingin agar dapat menguasai pengoperasian yang efisien serta menejemen bisnis ruang pendingin pada level pertanian. Mereka juga menyediakan dukungan teknis bagi persiapan rancangan induk bagi pembuatan ruang pendingin pada tingkat makro/mikro. Maharashtra, Punjab, Uttar Pradesh and Bengal bagian Barat adalah pelari terdepan di bidang kapasitas ruang pendingin di India. Dengan berbagai perusahaan besar yang memperluas jaringan ritel makanan mereka, maka infrastruktur ruang pendingin yang mencukupi tampaknya akan berkembang dengan sangat cepat. Karena angka permintaan untuk makanan khusus dan merek internasional terus menguat, maka hanya merupakan masalah waktu saja sebelum akhirnya rantai dingin skala berkelas internasional dan juga fasilitas ruang pendingin akan didirikan di India.
E7
F. STRUKTUR HARGA DAN TARIF Dalam rangka untuk memastikan bahwa sebuah produk tersebut bernilai kompetitif untuk pasar India, maka para eksportir perlu untuk memahami dan memperhatikan sistem yang berlaku berikut faktor-faktor pajak, bea cukai, margin dari rantai distribusi yang terdiri dari importir, distributor dan toko-toko ritel berikut pajak yang diberlakukan oleh pemerintah Pusat dan Negara Bagian di India. Ada berbagai macam tantangan ketika mengimpor produk ke India. Pembiayaan adalah salah satu isu yang paling signifikan, seperti terdapatnya bea impor yang cukup tinggi. Para perusahaan asing harus memiliki pemahaman yang mumpuni mengenai pasar India dan sifat konsumennya. Harga juga merupakan faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam mengimpor produk.
1. Tarif dan Bea Cukai Untuk Makanan Impor India telah memberlakukan tariff yang cukup tinggi dan pembatasan terhadap jenis makanan impor. Pajak dasar akan dikenakan untuk mengimpor produk ke India hal ini meliputi : a.
Pajak Dasar - Pemerintah India memberlakukan pajak impor sebagai pajak utamanya. Bea ini dapat berupa tingkat persentase terhadap nilai barang (dinilai berdasarkan Biaya, Asuransi dan Pengiriman Barang (CIF) atau tingkat nilai dari unit yang diukur. Ada bermacam tingkat bea dan cukai serta pajak yang berlaku untuk produk yang berbeda karena bea ini mengenai komoditas khusus. Pemerintah Pusat juga dapat, melalui pemberitahuan, membebaskan barang/produk tertentu yang dicantumkan pada pemberitahuan, baik sebagian atau pun keseluruhan dari pajak bea cukai. Pajak bea cukai dasar dapat mencapai 100 persen bagi produkproduk pertanian dan makanan.
b.
Bea Cukai Pajak Tambahan - Yang juga dikenal sebagai “pajak countervailing” adalah pajak yang dihitung berdasarkan nilai taksiran impor dan ditambah dengan pajak bea cukai dasar. Nilainya sebanding dengan tingkat cukai yang akan dikenakan apabila barang impor tersebut diproduksi di India. Berdasarkan jenis produk, pajak cukai ini dapat sebesar 24 persen. Dan lebih daripada itu, pajak ini dikenakan terhadap nilai total barang, dihitung dengan cara menjumlahkan CIF dengan pajak bea cukai dasar.
c.
Bea Pendidikan - Pajak ini dikenakan dalam bentuk persentase terhadap semua pajak dan bea yang dibebankan oleh pemerintah pusat kecuali bea cukai tambahan. Bea pendidikan yang dibayarkan atas input impor tidak dapat berlawanan dengan pajak/cukai lain terhadap barang-barang hasil produksi.
d.
Bea Tambahan Khusus - Merupakan tingkat pajak yang berbeda-beda tergantung pada produk yang diimpor. Bea ini dibebankan terhadap nilai total barang, dihitung sebagai nilai CIF, ditambah dengan pajak bea cukai dasar dan bea cukai tambahan.
Selain keempat jenis bea yang dijelaskan di atas, beban tambahan seperti bea anti-dumping dan bea penjagaan produk juga dapat diberikan. Pajak anti-dumping dibebankan kepada beberapa barang impor khusus dari negara-negara tertentu untuk melindungi keberlangsungan industri asli dalam negeri.
F1
Tabel F.1 Pajak Impor Terhadap Produk Makanan Tertentu Pajak dasar (%)
CVD
CESS (%)
Pajak tambahan (%)
Total pajak bea cukai (%)
- Apel
50
0
3
0
52.015
Jeruk, anggur, nanas, mangga
40
0
3
0
41.612
-
35
0
3
0
36.411
30
0
3
0
31.209
Kentang
30
0
3
4
36.497
Sayuran lain
30
0
3
0
31.209
o Daging sapi, babi, domba, kambing dalam keadaan segar, dingin dan beku
30
0
3
4
36.497
o
100
0
3
4
111.15
No.
Kategori
Buah-buahan
1
Pir dan quinces
Buah-buahan lain Sayuran 2
Daging segar dan olahan 3
sosis dan produk serupa
Ikan segar dan olahan 4
o
Segar
30
0
3
0
31.209
o
Olahan
30
0
3
4
36.497
o susu skim, makanan bayi berbasis susu
60
0
3
4
68.954
o Yoghurt, mentega susu, keju dan dadih susu
30
0
3
0
31.209
o mentega, produk olesan, ghee, minyak mentega, dadih, es krim
30
0
3
4
36.497
30
0
3
4
36.497
30
10.504
3
8
48.086
30
0
3
4
36.497
60
0
3
4
68.955
Minyak virgin
0
0
0
0
0
Jenis yang dapat dimakan
0
0
0
0
0
Produk olahan susu
5
6
bahan produk sereal, tepung, sari pati susu dan kue kering o
7
Pasta (dimasak atau mentah)
Permen (cokelat dan gula) Buah dan sayur olahan
8
o Jus,selai,jeli,saus,sup,selai jeruk Produk makanan lain o
9
Madu alami
o Minyak zaitun
F2
Catatan : Bea cukai dan pajak dapat berubah tanpa pemberitahuan. Sangat disarankan untuk mengecek ulang poin tersebut sebelum menyepakati dan menandatangai perjanjian komersil apapun.
Sebuah contoh umum untuk menghitung bea cukai keseluruhan bagi produk apel adalah sebagai berikut : Tabel F.2 Pajak Bea Cukai Untuk Impor Apel Rs (Rupees) Nilai CIF*
100
Bea cukai dasar @50% dari nilai taksiran = 101
50.5
CIF + bea cukai
150.5
CESS Total (3% dari bea dasar)
1.515
Biaya berlabuh
152.015
Dari bea cukai total
52.015
Catatan : Nilai CIF apel di asumsikan sebesar Rs.100
a. Negara Bagian Pajak Penjualan/ Pajak Nilai Tambahan Pajak Penjualan Pusat (Central Sales Tax/CST) dibebankan pada penjualan barang antar negara bagian, i.e ketika terjadi perpindahan barang dari satu negara bagian ke negara bagian lain. Pajak ini dibebankan oleh negara bagian tempat asal produk tersebut berada. Pajak Penjualan Lokal (Local Sales Tax / LST) dibebankan terhadap penjualan barang/produk di dalam satu wilayah negara bagian, i.e ketika pergerakan barang terjadi sebagai akibat adanya penjualan dan penerimaan barang di dalam satu wilayah negara bagian. Di India, kecuali untuk negara bagian Uttar Predesh, ada 27 negara bagian lain yang telah memberlakukan Pajak Penjualan Nilai Tambah (Value Added Sales Tax/VAT). VAT yang dibayarkan terhadap penjualan barang di dalam satu wilayah negara bagian dapat berbeda dengan harga VAT dan CST negara bagian yang sama untuk barang yang sama namun dengan tujuan untuk dijual kembali. Dan serupa dengan hal tersebut, nilai VAT terhadap penjualan barang yang diproduksi di dalam negeri menggunakan produk yang dibeli sebagai input dapat berbeda dengan VAT/CST yang ditetapkan oleh negara bagian tersebut. Apabila barang yang dibeli atau diproduksi dalam satu cakupan wilayah negara bagian menggunakannya sebagai input dan merupakan persediaan yang ditransfer ke negara bagian lain, maka input kredit untuk VAT hanya diperbolehkan bagi VAT yang dibayar melebihi 4 persen dari input tersebut. Pajak masuk akan dibebankan oleh Pemerintah Negara Bagian terhadap barangbarang dari luar untuk tujuan konsumsi di dalam wilayahnya. Hukum dan kisaran pajak akan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Di kebanyakan negara bagian, pembayaran pajak masuk diperbolehkan sebagai VAT yang dapat dibayarkan terhadap barang. Sebuah daftar umum mengenai bea dan tarif pajak dan cukai terhadap berbagai produk makanan impor di India dapat dilihat pada Appendix III.
F3
2. Struktur Harga Makanan Impor Mengenai sektor makanan impor, hak pertimbangan harus diberikan untuk dapat beradaptasi dengan konteks India, berkenaan dengan harga dan tingkat teknologi yang ada. Oleh karena itu faktor-faktor tertentu seperti kisaran tariff, harga impor dan volume impor adalah berapa dari faktor paling penting untuk dipertimbangkan ketika mengimpor suatu produk. Di bawah ini merupakan struktur khas yang digunakan untuk menentukan harga produk seperti apel dan minyak zaitun. Tabel F.3 Struktur Harga Apel dan Minyak Zaitun Keterangan
Apel (US$ per kg)
Nilai CIF (Cost Insurance ad Freight/Biaya,Asuransi dan Pengiriman Barang) di pelabuhan India
1
+ Total biaya bea cukai CIF
52.02%
+ Pengiriman barang/ ijin masuk yang dibebankan (2% dari CIF)
0.02
Biaya berlabuh
1.54
Biaya distribusi (margin, pajak,dll)
0.8
MRP
2.34
* * *
Margin distribusi = 10-15% bagi apel dan 15-20% bagi minyak zaitun Margin ritel = 20-30 % Pajak penjualan lokal (VAT) = 4%
Beberapa dari biaya langsung yang dihadapi importir ketika mengirimkan produk kepada pihak ritel meliputi : 1.
Biaya transportasi lokal dari pelabuhan sampai ke gudang penyimpanan;
2.
Biaya penyimpanan (memasukkan barang ke gudang);
3.
Biaya distribusi (transportasi dari sektor hilir ke kota lain)
a. Margin Pada Tingkat Yang Berbeda Semua pelaku yang terdapat dalam rantai nilai selalu mengetahui harga MRP dari produk-produk impor. Namun demikian, biaya penetapan harga memang cukup kompleks dan tidak menentu bagi para distributor dan supermarket. Kebanyakan dari importir akan menegosiasikan dengan supermarket dan distributor mengenai keuntungan yang dapat diperoleh setelah penurunan harga.
Rs. 70 Harga ke distributor (Markdown profit)
Rs. 80 Harga ke toko
10%
Rs. 100 MRP
25%
Di dalam rantai pasokan, keuntungan markdown/markdown profit yang diperoleh oleh distributor berkisar antara 7-10 persen, bergantung pada produk dan hasil negosiasi antara importir dan distributor, sementara pihak supermarket di India biasanya memperoleh margin keuntungan sekitar 20 persen. Toko-toko besar di India dapat memperoleh keuntungan dari sektor ini dengan kisaran 15-17 persen.
F4
b. Cara Pembayaran Seorang importir dapat membayar eksportirnya dengan beberapa cara pembayaran. Sementara produk-produk makanan biasanya diimpor dengan menggunakan Letter of Credit (LC), namun buah-buahan segar biasanya dijual dengan menggunakan Documents against Acceptance (DA). Para importir biasanya meminta pasokan dalam bentuk konsinyasi, yang menyebabkan pembayaran kepada pihak eksportir akan dilakukan setelah buah laku terjual di pasar. Namun demikian, cara pembayaran seperti ini biasanya tidak disarankan kepada para eksportir. Oleh karena itu, ada 4 cara pembayaran dasar yang diberlakukan di India, yaitu : Payment in Advance (pembayaran di muka), Open credit (Credit terbuka), Documentary credits/Letter of credit dan Document against Acceptance. Payment in Advance (Pembayaran di Muka) Dengan cara pembayaran ini, para importir melakukan pembayaran penuh kepada pemasok sebelum pengiriman barang sehingga semua resiko ditanggung oleh importir. Cara pembayaran ini biasanya dilakukan atas dasar berikut ini : 1.
Apabila importir belum lama berkecimpung di bisnis tersebut.
2.
Apabila status kredit importir masih diragukan dan tidak memuaskan
3.
Apabila terdapat resiko politik dan ekonomi yang cukup tinggi di negara yang bersangkutan
4.
Apabila produk sangat diminati dan penjual tidak perlu mengakomodasi permintaan pembiayaan dari importir dalam rangka menjual produk yang bersangkutan.
Cara pembayaran ini terbukti cukup murah karena tidak melibatkan bank komersial. Namun demikian, ada resiko pembayaran yang cukup tinggi dihadapi oleh pembeli apabila pihak penjual ternyata mengirimkan barang dengan kualitas buruk atau pun tidak disertai kelengkapan dokumen yang dibutuhkan. Letter of Credit Cara pembayaran dengan menggunakan Letter of credit adalah merupakan sistem yang paling banyak digunakan di India. Dengan metode ini, bank dari pihak pembeli akan menangani pembayaran ke pihak penjual apabila semua persyaratan dan kondisi yang dibutuhkan telah terpenuhi. Berdasarkan status kelayakan kredit, maka pihak bank akan mengeluarkan dokumen kredit kepada nasabah. Jangka waktu penarikan kredit oleh importir di India biasanya sekitar 30-40 hari. Documents Against Acceptance (dokumen terhadap penerimaan) Cara pembayaran ini memberikan sebuah mekanisme pembayaran melalui bank, karena bank tersebut melayani kebutuhan kedua belah pihak, baik importir maupun eksportir. Melalui pertukaran dokumen-dokumen yang diperlukan, transaksi penjualan diatur oleh pihak bank sehingga memungkinkan pembayaran dan transfer barang secara serempak/simultan. Sebagai contoh, dalam sistem ini pihak eksportir akan mengirimkan barang berikut dokumen yang diperlukan melalui sebuah bank dan pihak importir akan memeriksa dokumen-dokumen tersebut. Maka bank dari pihak importir setelah menerima semua kelengkapan akan melakukan pembayaran ke rekening pihak eksportir.
F5
Open Kredit Tanpa mengeluarkan instrumen negosiasi, importir melakukan pembayaran kepada eksportir pada tanggal yang telah ditentukan hanya dengan membuktikan komitmennya secara sah untuk dapat membayar pada waktu yang telah disepakati. Cara pembayaran ini biasanya terjadi apabila importir memiliki sejarah kredit yang cukup kuat dan atau sudah sangat dikenal oleh pihak penjual. Tidak ada perlindungan yang diberikan kepada eksportir apabila pembayaran tidak dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Namun demikian, eksportir dapat mengurangi jangka waktu pembayaran ulang dan dapat menahan barang pesanan hingga pembayaran diselesaikan. Mengingat resiko yang ada, pembayaran dengan metode open account lebih lazim digunakan dalam perdagangan internasional dan kebanyakan eksportir menawarkan cara ini karena dapat memperoleh asuransi kredit untuk mengurangi kemungkinan resiko yang terjadi dengan menggunakan sistem open account ini. Biasanya kredit untuk dan dari importir kepada distributor tidak saling berkaitan. Hingga terjalinnya hubungan kerja sama yang sangat baik dan telah tercapai pemahaman yang baik antara keduanya, biasanya eksportir tidak akan memberikan kredit dalam bentuk apapun. Jika sebuah hubungan baik telah terbentuk, maka biasanya akan diberikan jangka waktu kredit selama 30-40 hari. Umumnya importir memberikan kredit selama 30 hari kepada distributor mereka, namun biasanya industri memiliki jangka pembayaran dari rantai jaringan makanan/toko selama 30-40 hari dan perlahan meningkat menjadi 60-90 hari kredit. Lonjakan Impor terjadi walaupun fakta bahwa India menetapkan 50 persen bea cukai untuk apel dan 33 persen untuk sebagian besar buah – buahan lainnya dengan maksud untuk melindungi produsen lokal. India juga merupakan produsen terbesar kedua buah-buahan di dunia, setelah China, sebagai produsen terbesar dari pisang dan mangga, menurut Dewan Hortikultura Nasional. Impor buah segar India didominasi oleh apel, yang, dalam hal volume, mencapai lebih dari 75 persen dari keseluruhan impor buah. Impor apel tumbuh menjadi 122.878 ton pada tahun 2010, dari 90.714 ton pada tahun sebelumnya meningkat 35,5 persen. Impor apel ke India naik lebih lanjut untuk 162.651 ton pada tahun 2011, sesuai angka sementara. Sesuai sumber perdagangan, pemasok utama apel ke India pada tahun 2010 adalah Cina 58.289 ton, 30.660 ton Amerika Serikat, dan Selandia Baru 25.442 ton. Impor dari China tumbuh 61 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan dari Selandia baru sebesar 21 persen, sedangkan dari negara-negara Amerika menurun sebesar 25 persen. India juga mengimpor apel dari Chile dan Australia. India adalah merupakan konsumen apel nomor 6 terbesar di dunia. Dengan berkurangnya hambatan perdagangan, India telah tumbuh menjadi sebuah tujuan ekspor yang menarik bagi penghasil apel di seluruh dunia. Adanya angka permintaan yang stabil dari konsumen tercermin pada meningkatnya nilai impor apel dari US$ 66.13 juta pada tahun 2011 menjadi US$ 83.06 juta di tahun 2012. Peningkatan drastis terjadi pada pertengahan tahun 2013 yaitu sebesar US$ 103.58. Karena memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan apel lokal, maka nilai jual utama dari apel impor adalah karena mereka adalah produk pilihan, adanya kemasan yang menarik dan penampilan yang lebih baik. Musim puncak bagi apel impor biasanya terjadi sekitar bulan Januari sampai dengan Juli, yang merupakan musim tanam bagi produk apel lokal. F6
Gambar F.1 : Tren Impor Apel 2010-2013 (US$ juta)
Impor Apel 2010-2013 di India 120 103.58
100 83.06
80 66.13
60 50.71 40 20 0 2010
2011
2012
2013
Sumber : World Trade Atlas 2013
Dari Amerika Serikat hingga Australia, apel dari seluruh penjuru dunia kini telah tersedia di pasar India. India sekarang pengimpor terbesar ketiga apel Amerika, setelah Meksiko dan Kanada. Meskipun angka tersebut tercatat sedimikian tetapi impor apel dari Amerika kian menurun dan peningkatan terjadi dari impor apel dari cina. Apel dari cina tercatat menduduki sekitar 55 % persen dari total impor apel, dan kemudian diikuti oleh Cina dan New Zealand sebanyak 39 persen dan 4.80 persen secara berurutan. Chile dan Australia adalah eksportir apel lain yang utama bagi India. Red Delicious (Amerika Serikat) Washington (Amerika Serikat), Fuji (Cina), ENZA (Selandia Baru) dan Granny Smith (Amerika Serikat) adalah beberapa dari merek apel impor terkenal yang dapat ditemui di India. Red delicious dan Fuji merupakan apel yang paling banyak diimpor, tercatat sekitar US$ 16 juta dan US$ 11 juta secara berurutan. Gambar F.2 : Sumber Apel Impor Utama, pada pertengahan tahun 2013
5% 1% Cina 39%
55%
Amerika Serikat Selandia Baru Lain - lainnya
F7
Apel impor kebanyakan dikirimkan ke pelabuhan Mumbai, Chennai, Tuticorin dan Vizag. Sekitar 54 persen dari apel impor tiba di JNPT di Mumbai, kemudian di Chennai sebanyak 43 persen. Apel-apel ini biasanya dikemas dalam kardus ukuran 20 kg. Gambar F.3 : Pelabuhan Tujuan Utama
Tutichori, 2%
Vizag , 1%
Chennai, 43%
JNPT, Mumbai , 54%
Setelah menyelesaikan semua formalitas yang diperlukan di pelabuhan yang bersangkutan, importir akan mengirimkan kardus-kardus tersebut ke dalam fasilitas penyimpanan berpendingin. Biasanya ruangan penyimpanan berpendingin tersebut merupakan fasilitas sewaan, meski pun beberapa importir memang sudah memiliki gudang sendiri yang dilengkapi dengan ruang penyimpanan berpendingin. Para distributor atau pedagang grosir kemudian mengirimkan kardus-kardus berisi buah tersebut dari fasilitas penyimpanan ke pasar ritel atau grosir dengan menggunakan pick up, van atau pun truk. Apabila jarak tempuhnya lebih dari 400 km, maka biasanya mereka akan menggunakan van yang memiliki fasilitas lemari pendingin untuk menyimpan produknya. STRUKTUR DISTRIBUSI UNTUK APEL IMPOR
Importer
Cold Storage
Distributor/ Wholesaler
Retailer/ Institutions
India telah menerapkan tarif yang cukup tinggi untuk apel. Kisaran tariff terkini untuk apel adalah sebesar 52.015 persen. Apel yang tiba dengan harga CIF US$ 1 maka pada akhirnya akan sampai pada konsumen dengan harga sekitar US$ 2.34 yang dijual di toko ritel. Seseorang dapat membeli apel impor di berbagai tempat dengan harga beragam, dari penjaja keliling sampai dengan di pasar grosir, supermarket dan rantai jaringan ritel besar di India.
F8
Struktur Harga Apel dan Minyak Zaitun’ Tabel F.4 Struktur harga apel dan minyak zaitun Keterangan
Apel (US$ per kg)
Nilai CIF (Cost Insurance ad Freight/Biaya,Asuransi dan Pengiriman Barang) di pelabuhan India
1.00
+ Total biaya bea cukai CIF
* * *
52.015%
+ Pengiriman barang/ ijin masuk yang dibebankan (2% dari CIF)
0.02
Beban Biaya
1.54
Biaya distribusi (margin, pajak,dll)
0.80
MRP
2.34
Margin distribusi = 10-15% untuk apel dan 15-20% untuk minyak zaitun Margin ritel = 20-30 % Pajak penjualan lokal (VAT) = 4%
F9
G. KERANGKA HUKUM DAN PROSEDUR IMPOR 1.
Kerangka Hukum Dalam hal produksi, konsumsi dan prospek pertumbuhan, industri pengolahan makanan di India merupakan salah satu yang terbesar. Dengan adanya sejumlah pembebasan/keringanan fiskal dan insentif, pemerintah telah menetapkannya sebagai prioritas utama, untuk mendorong komersialisasi dan penambahan nilai terhadap produksi pertanian, untuk meminimalkan kerugian/pemborosan pra/paska panen, meningkatkan peluang kerja dan meningkatkan pertumbuhan bidang ekspor. Ada berbagai hukum dan peraturan di India yang mengatur sektor makanan olahan. Sementara keberadaan hukum dan standar digunakan oleh pemerintah difokuskan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk makanan, maka hukum dan peraturan ini juga memfasilitasi perdagangan pada tingkat domestik/lokal dan internasional. Kerangka hukum beserta standar keamanan produk makanan juga menekankan pengaturan diri dan pembangunan daya tampung serta perijinan yang desentralisasi. Pemerintah telah memahami adanya kebutuhan untuk mempromosikan investasi di sektor makanan olahan untuk memastikan adanya peningkatan pangsa pasar India di kancah perdagangan produk pertanian dunia, untuk meningkatkan peluang kerja lebih banyak penduduk India, meningkatkan pendapatan petani dan untuk dapat berkontribusi terhadap perekonomian India secara keseluruhan. Serangkaian reformasi telah dilakukan untuk menghilangkan penghalang legislative dan mengenalkan tindakan fasilitatif untuk mengkatalisasi kegiatan sektor swasta di sektor makanan dan agro bisnis. Beberapa tindakan kunci yang baru-baru ini dilakukan oleh pemerintah India meliputi : a. Mengembangkan Undang-undang Komoditas Penting (Essential Commodities Act) untuk mengadakan perdagangan bebas dan penyimpanan komoditas; b. Mengembangkan Undang-undang Komisi Pemasaran Produk Pertanian; c. Merasionalkan undang-undang yang mengatur tentang makanan; d. Mengimplementasikan Misi Perkebunan Nasional untuk meningkatkan produksi perkebunan melalui peningkatan investasi sepanjang jaringan pemasok; e. Menghilangkan pembatasan terhadap pengadaan susu; f.
Mengurangi pajak terhadap produk makanan;
g. Mengijinkan masuknya 100% investasi asing langsung; h. Menyusun Undang-undang Standar dan Keamanan Makanan 2006. Pemerintah telah mulai menyediakan konsesi pajak dan beberapa tunjangan lain dalam rangka mendorong pertumbuhan industri. Sejumlah organisasi pemerintah telah muncul untuk memberikan dorongan terhadap perkembangan sektor pengolahan makanan. Beberapa organisasi tersebut antara lain meliputi Kementerian Industri Makanan Olahan (MOFPI), Badan Pengembangan Ekspor Produk Makanan Olahan (APEDA) dan Badan Pengembangan Ekspor Produk Hasil Laut (MPEDA).
G1
a. Peraturan Penting Yang Mengatur Produk Makanan Undang-undang Standar dan Keamanan Makanan, 2006 Sektor makanan di India diatur oleh beberapa hukum yang dan peraturan yang diawasi oleh beberapa Kementerian yang berbeda di India. Namun demikian, untuk memperkuat semua peraturan tersebut, maka Parlemen telah memberlakukan Undang-undang Standar dan Keamanan Makanan pada tahun 2006. Tujuan dari pemberlakuan undang-undang ini adalah untuk menyatukan semua peraturan mengenai keamanan makanan sehingga dapat mengembangkan industri makanan olahan dan merubah peraturan rezim menjadi kesadaran dari pihak pengguna sendiri. Standar yang berdasarkan ilmu pengetahuan digunakan oleh Undang-undang untuk butir-butir yang mengatur mengenai makanan dan undang-undang tersebut mengatur bagaimana cara produksi, penyimpanan, distribusi, penjualan dan impornya serta juga mengatur tentang makanan olahan dan kemasan. Tujuannya adalah untuk menetapkan poin acuan tunggal untuk semua masalah yang berkaitan dengan keamanan dan standar makanan dari pengawasan multi-tingkat dan multi departemen yang ada saat ini. Persyaratan yang menonjol dari Prevention of Food Adulteration Act 1954 (Undang-undang Pencegahan Pemalsuan Makanan tahun 1954) dan Codex Alimentarius Commission. Ketentuan kunci dari Undang-undang tersebut adalah sebagai berikut : a. Badan Standar dan Keamanan Makanan (FSSA) akan dibentuk untuk mengatur sektor makanan. b. Standar untuk keamanan makanan akan ditetapkan oleh FSSA dengan bantuan panel dan komite penasehat pusat. Standar-standar ini akan berkaitan dengan zat-zat pencemar, sisa pestisida, bahaya biologis dan pelabelan serta akan memuat spesifikasi bahan yang digunakan. c. Bahan tambahan, zat pencemar, alat bantu proses, insektisida, pestisida, sisa antibiotik atau residu padat yang terdapat pada makanan harus sesuai dengan peraturan yang sudah disebutkan. Serupa dengan hal itu, makanan lain juga harus mentaati peraturan yang sudah disebutkan termasuk makanan yang dipapari sinar tertentu, makanan organik, makanan yang diolah secara genetik, suplemen kesehatan dan makanan yang belum mendapatkan standarisasi. d. Secara terpusat, simpul Kementerian untuk mengimplementasikan Undang-undang tersebut adalah Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan dan Tata Laksana Rumah Tangga (Keluarga), yang merupakan tanggung jawab dari Petugas Keamanan Makanan dan Komisioner Keamanan Makanan e. Setiap kesatuan usaha yang ada pada sektor makanan harus memiliki ijin atau telah memiliki nomor pendaftaran yang diterbitkan oleh lembaga lokal yang berwenang. f.
Produk-produk makanan kemasan harus diberi label seperti peraturan yang terdapat pada Undang-undang dan tidak boleh memberikan informasi yang keliru terhadap konsumen mengenai kualitas, kuantitas ataupun penggunaannya.
g. Kesatuan usaha yang terdapat di sektor tersebut harus melakukan prosedur pembatalan apabila ditemukan bahwa makanan yang dijual telah melanggar standar yang ada. Bila produk makanan tidak sesuai dengan
G2
standar yang telah ditetapkan, maka seorang operator makanan yang memiliki atau menyelenggarakan bisnis tersebut dapat menarik produk makanan yang terkait dan menginformasikannya kepada pihak yang berwenang dan berkompetensi. h. Undang-undang juga menetapkan tanggung jawab tertentu pula terhadap distributor dan pengecer. Sebagai contoh, para pengecer (ritel) bertanggung jawab terhadap pencantuman tanggal kadaluarsa pada produk makanan. Undang-undang Pencegahan Pemalsuan Makanan, 1954 Standar PFA dan peraturan yang ada berlaku untuk semua produk, baik lokal maupun impor yang meliputi berbagai aspek dalam pengolahan dan distribusi makanan. Undang-undang ini diajukan untuk menghindari dan melindungi konsumen dari pemalsuan makanan. Isu-isu seperti penggunaan pewarna makanan dan pengawet, adanya kandungan sisa pestisida, pengemasan, pelabelan dan penjualan ditangani dibawah undang-undang ini. Komite Pusat bagi Standar Makanan, dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga, mengawasi pelaksaaan Undang-undang ini. Komite Pusat bagi Standar Makanan (CCFS) bertanggung jawab untuk memberikan masukan bagi Pemerintah Pusat dan Negara Bagian mengenai pelaksanaan undang-undang tersebut dan juga terhadap permasalahan yang muncul selama pelaksaaannya. Selain itu, sebuah Laboratorium Pusat Makanan telah didirikan oleh pemerintah Pusat untuk menjalankan fungsi yang telah diembannya untuk pelaksanaan undangundang ini. Penetapan standar peraturan bagi produk makanan primer adalah fokus utama dari PFA. Namun PFA tidak selalu dapat mengimbangi sektor pengolahan makanan. Di samping itu, peraturan-peraturan PFA bahkan lebih dari hanya sekedar cara pembuatan produk makanan. Meskipun pihak-pihak yang terkait tampaknya menghimbau agar peraturan PFA dirubah, namun proses banding tampaknya sangat tidak praktis dan memakan terlalu banyak waktu. Seperti yang telah dicantumkan dalam peraturan, termasuk masalah pemberian label dan persyaratan pemberian tanda, semua produk impor harus mematuhi peraturan ini. Peraturan Produk Buah 1955 (FPO), diterbitkan dibawah Undang-undang Komoditas Penting 1955 Produksi dan distribusi produk-produk buah dan sayuran, cuka, minuman ringan bersoda dan sirup sintetis telah diatur oleh Peraturan Produk Buah, 1955 (PFO) yang diawasi secara langsung pelaksanaannya oleh Departemen Industri Makanan Olahan. Persyaratan kontrol kualitas dan spesifikasi pembuatan dan pemasaran buah dan sayuran olahan dicantumkan pada kebijakan ini dan kebijakan ini juga mensyaratkan adanya ijin untuk dapat memproduksi produk buah dan sayuran. Persyaratan sanitasi dan kebersihan minimum - lingkungan sekitar dan personil - air yang digunakan untuk pengolahan, perlengkapan pengolahan dan lain sebagainya serta pemasaran buah dan sayur olahan telah diatur di dalam peraturan ini. Peraturan yang di implementasikan oleh Kementerian Industri Pengolahan Makanan juga mencantumkan batas maksimal bahan pengawet, bahan tambahan dan zatzat pencemar yang terkandung di dalam berbagai macam produk. Produk buah dan sayur olahan impor juga harus memenuhi syarat dan standar dari FPO.
G3
Peraturan Produk Daging,1973 diterbitkan di bawah Undang-undang Komoditas Penting, 1955 Salah satu tujuan utama dari Peraturan Produk Daging adalah untuk menjaga kebersihan kondisi pembuatan produk daging bagi konsumsi lokal dan untuk memastikan tercapainya kualitas yang lebih baik melalui adanya pengawasan kualitas. Persyaratan sanitasi dan yang lainnya, batas kandungan bahan logam, pengawet, insektisida, residu, pengemasan, penandaan, dan pemberian label untuk produk daging dan lain sebagainya telah tercantum pada peraturan ini. Produsen akan diakreditasi berdasarkan sumber pasokan daging. Direktorat Pemasaran dan Inspeksi, Kementerian Pertanian (Departemen Pertanian dan Koperasi) adalah badan yang berwenang mengatur masalah-masalah tersebut di atas. Dalam rangka mendirikan sebuah pabrik produksi/pengolahan produk daging, diperlukan sebuah izin dan peraturan ini melarang adanya ekspor daging sapi. Industri pengolahan daging juga dikenakan peraturan negara bagian sebagai berikut : a. Harus mengantongi sertifikat No Objection (NOC) dari kantor administrasi daerah untuk penyembelihan hewan ternak, sapi, dan lain sebagainya. b. Adanya izin dari lembaga kota yang bersangkutan/negara bagian (Departemen Peternakan) sebelum mendirikan sebuah unit pengolahan daging yang tergabung dengan rumah potong hewan. c. Penyembelihan sapi dilarang di sebagian besar negara bagian India. Peraturan ini berlaku untuk semua importir produk daging. Namun demikian, implementasi peraturan ini masih lemah karena belum terorganisirnya pasar domestik dan beberapa subyek impor. Pemerintah juga telah membuat prosedur untuk pengimporan hewan ternak dan produk terkait ke India di bawah Undang-undang Impor Hewan Ternak, Undang-undang ini diimplementasikan oleh Departmen Peternakan dan Pemerahan Susu, Kementerian Pertanian. Prosedur tersebut di atas juga tersedia di : http://dahd.nic.in/order/livestockimport.doc.undang-undang Peraturan Mengenai Susu dan Produk-produk Susu, 1992, diterbitkan dibawah Undang-undang Komoditas Penting, 1955 Dengan mengatur pengolahan dan distribusi susu, peraturan ini memastikan ketersediaan pasokan susu cair. Diatur dan diawasi oleh Departemen Peternakan dan Pemerahan Susu di bawah Kementerian Pertanian, maka peraturan ini menetapkan persyaratan untuk pemerahan, peralatan mesin dan tempat serta menetapkan standar pengawasan kualitas untuk susu dan produk susu. Sementara sejumlah unit menangani sekitar 75.000 liter susu tiap harinya telah terdaftar di Pemerintah Negara Bagian, unit lainnya dengan kapasitas yang lebih dari 75.000 liter per hari akan dicatat pada Lembaga Pencatatan Pusat. Area pemerahan susu, i.e area geografis, dibatasi oleh Lembaga Pendaftaran untuk pengumpulan susu oleh/untuk yang telah terdaftar. Unit yang menangani kurang dari 10.000 liter susu per hari atau padatan susu sampai dengan 500 TPA tidak perlu untuk didaftarkan. Standar yang dicantumkan di dalam peraturan juga berlaku untuk produk impor. Peraturan Karantina Tumbuhan (Peraturan Impor India) 2003 Berdasarkan Undang-undang Hama dan Serangga Perusak,1941, GOI merumuskan Peraturan Karantina Tanaman (Peraturan Impor India) 2003. Peraturan ini pertama kali dikeluarkan pada tanggal 18 November 2003 dengan tujuan melarang dan mengatur impor barang hasil pertanian ke India. G4
Instansi pelaksananya adalah Diretorat Perlindungan, Karantina dan Penyimpanan Tanaman, dibawah Departemen Pertanian dan Koperasi, Kementerian Pertanian, yang hamper sama tugasnya dengan Layanan Inspeksi Kesehatan (APHIS) dari USDA. Undang-undang Standar Berat dan Ukuran, 1976 dan Peraturan Standar Berat dan Ukuran (Komoditas Kemasan),1977 Praktek perdagangan adil yang berkenaan dengan komoditas kemasan ditentukan oleh ukuran ini. Tujuan dibuatnya peraturan ini adalah untuk memastikan bahwa hak dasar konsumen mengenai asal komoditas, nama dan alamat produsen, berat besih produk, tanggal produksi dan harga maksimum penjualan telah tercantum pada label produk. Persyaratan tambahan untuk pelabelan bagi produk makanan yang diatur oleh FPA juga mungkin akan diperlukan. Undang-undang ini juga menyebutkan bahwa label dari setiap produk pra-kemasan harus memiliki nomor telpon layanan konsumen. Pihak yang berwenang atas peraturan ini adalah Departemen Urusan Konsumen, Makanan dan Distribusi PublikInformasi yang harus dicantumkan pada produk impor adalah meliputi nama dan alamat dari importir, berat bersih, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa dan harga penjualan maksimum. Peraturan Penting Lain Yang Berkaitan Dengan Pengoperasian Bisnis di India 1.
Perdagangan Asing (Ekspor/impor) Perdagangan asing diatur oleh Undang-undang Perdagangan Asing (Perkembangan dan Peraturan) 1992 dan Peraturan Perdagangan Asing, 1993 dan diawasi oleh Direktur Jenderal Perdagangan Asing (DGFT) Kementerian Perdagangan. Pemerintah telah menyiapkan Kebijakan Perdagangan Asing pada tahun 2004, yang berlaku dalam jangka waktu 5 tahun dan akan terus diperbaiki dari waktu ke waktu. Dengan adanya skema promosi ekpor tersebut, maka kebijakan ini juga menetapkan kebijakan impor/ekspor bagi Pemerintah.
2.
Peraturan Devisa Peraturan mengenai devisa diatur oleh Undang-undang Manajemen Devisa,1999. Undang-undang ini diimplementasikan oleh Bank Cadangan India (Reserve Bank of India/RBI Dengan kantor pusatnya terletak di Mumbai, RBI memiliki kantor-kantor cabang di semua kota impor di India. Departemen Devisa dari RBI adalah unit yang bertanggung jawab untuk pengimplementasian FEMA. Beberapa pemberitahuan, surat edaran dan peraturan diterbitkan oleh RBI dengan tujuan pengimplementasian Undang-undang tersebut. Hal ini menjadi dasar bagi syarat, batasan dan prosedur yang mengatur transaksi devisa. Peraturan devisa saat ini telah menjadi bebas terhadap liberalisasi dan pertumbuhan ekonomi India. Saat ini, mata uang rupee dapat ditukar dengan bebas untuk transaksi via rekening - i.e. untuk tujuan pembayaran impor, pembayaran bunga, deviden, royalti, pembayaran untuk layanan teknis dan jasa lainnya, selama semua transaksi tersebut telah dimasukkan ke dalam kerangka hukum yang mengaturnya. Namun demikian, dalam kasus tertentu, transaksi neraca modal (i.e investasi,
G5
pinjaman komersil, divestasi, dan lain-lain) membutuhkan persetujuan khusus dari RBI. Detil kontak dari beberapa badan berwenang di India dapat dilihat pada Appendix IV. 2.
Prosedur dan Dokumentasi Impor a. Prosedur Adalah merupakan tanggung jawab utama dari importer untuk memastikan bahwa sebuah produk diperbolehkan untuk diimpor dan untuk dapat melewati kliring barang kiriman di Bea cukai. Layanan Agen Kliring dan Pengiriman Barang yang biasanya digunakan oleh importir dan eksportir harus dapat bekerja sama sepenuhnya dengan para importir selama proses ini berlangsung. Prosedur melalui bea cukai India secara umum adalah sebagai berikut1:
Langkah pertama dan paling penting adalah untuk memperoleh izin impor. Tidak ada satu kiriman barang pun yang bisa masuk ke India tanpa disertai izin impor yang dikeuarkan oleh Kementerian Pertanian.
Importir atau agennya harus mengajukan aplikasi PQ Form-15 mengenai setiap kargo yang akan segera tiba atau sebelumnya dalam hal adanya kiriman barang yang mudah rusak kepada petugas yang berwenang di stasiun karantina pada titik masuk tertentu beserta dengan dokumen-dokumen yang telah ditentukan.
Ketika menerima aplikasi PQ maka petugas harus memeriksanya dan apabila semuanya telah lengkap ia harus mendaftarkan dan menaksir biaya inspeksi. Ketika biaya inspeksi telah dibayar oleh importir berdasarkan tingkat yang dicantumkan pada formulir wesel permintaan atas bayar/perintah pembayaran yang dibuat berdasarkan “Petugas Akun dan Pembayaran dari Departmen Pertanian dan Koperasi dari wilayah yuridiksi yang terkait, maka petugas karantina tersebut harus mengeluarkan perintah karantina yang mencantumkan nama petugas inspeksi, tanggal, tempat dan waktu dilakukannya inspeksi terhadap barang kiriman.
Ketika kiriman telah tiba, maka dokumen dan sertifikat akan diperiksa oleh pihak bea cukai yang berwenang untuk memastikan bahwa produk tersebut memiliki izin/diperbolehkan masuk/diimpor.
Untuk memastikan bahwa persyaratan pengemasan dan pelabelan telah dipenuhi dan sesuai dengan persyaratan impor, maka kontainer harus dibuka dan diperiksa.
Petugas Kesehatan Pelabuhan akan mengambil sampel untuk pengujian di kantor Tata Usaha Makanan dan Obat (FDA) atau di laboratorium pengujian milik pemerintah yang terpercaya. Produk tersebut harus memenuhi persayaratan FDA (sangat disarankan agar eksportir mengirimkan sampel sebelumnya kepada importir untuk diuji dalam rangka menghindari hasil yang tidak diharapkan). Petugas kesehatan pelabuhan, jika timbul keraguan akan adanya hama dan pemalsuan, akan mengirimkan sampel buah dan sayur segar tersebut ke ruang karantina dan makanan olahan (vegetarian) ke CFTRI untuk dilakukan pengecekan lebih lanjut.
G6
Mengenai daging olahan/beku dan produk hasil laut maka petugas bea cukai akan mengirimkan sampelnya untuk diuji di karantina hewan dan MPEDA secara berurutan.
Pejabat bea cukai akan menentukan pajak bea cukai i.e pajak impor dasar, pajak countervailing dan pajak tambahan khusus pada penerimaan sebuah No Objection Certificate/NOC.
b. Inspeksi Oleh Petugas Pelabuhan Proses kliring produk makanan impor di pelabuhan membutuhkan sebuah sertifikasi dari petugas kesehatan pelabuhan yang menyatakan bahwa produk tersebut sesuai dengan standard dan peraturan PFA. Panduan lengkap untuk pengujian dan penelitian produk makanan telah ditetapkan sebelumnya sebelum dilakukan proses kliring.
Inspeksi Umum Inspeksi umum dilakukan sebagai tambahan terhadap pengujian sampel. Petugas bea cukai diminta untuk mengecek kondisi tempat produk tersebut dikirimkan, tampilan fisik dari produk - apakah kemasannya mengembang atau menggelembung dan juga memeriksa kemungkinan adanya serangga, kotoran, dan lain sebagainya. Petugas bea cukai harus memastikan bahan produk tersebut memenuhi syarat pemberian label uang diatur oleh peraturan Pencegahan Pemalsuan Makanan dan Komoditas Kemasan (Syarat pelabelan secara lengkap telah disebutkan pada bab yang berjudul “Aturan dan Peraturan”). Juga, petugas akan memeriksa apakah bahan makanan yang diimpor pada saat tersebut memiliki umur yang valid, tidak kurang dari 60 persen dari umur sebenarnya.
Pengecekan Detil Terlepas dari pengecekan secara umum yang telah disebutkan di atas, semua kiriman produk makanan impor/produk impor yang dapat dimakan yang masuk melalui perlabuhan diminta untuk dikirimkan ke Petugas Kesehatan Pelabuhan (PHO) untuk pengujian lebih lanjut. Kementerian Perdagangan dan Industri telah menerbitkan sebuah daftar barang makanan yang memiliki “resiko tinggi”. Daftar ini juga mencantumkan minyak dan lemak yang dapat dikonsumsi tubuh, kacang-kacangan, sereal dan produk sereal, susu bubuk, susu kental manis, pewarna makanan dan bahan tambahan diantara barang-barang lainnya. Dalam rangka untuk mengurangi kesulitan yang dihadapi import, maka kiriman dapat disimpan di gudang selama menunggu hasil tes keluar. Kliring untuk dibawa pulang akan diperbolehkan hanya setelah menerima hasil tes. Apabila produk terbukti gagal pada tes tersebut, maka pihak bea cukai akan memastikan barang tersebut dikirim kembali keluar dari India dengan menggunakan prosedur umum sesuai dengan keputusan hakim, atau dimusnahkan seperti persyaratan yang tercantum pada peraturan yang sesuai dengan kondisi terkait. Apabila pelabuhan yang bersangkutan tidak memiliki Petugas Kesehatan Pelabuhan, maka Bea Cukai diharuskan untuk mengirim sampelnya untuk diuji di Laboratorium Pusat Makanan atau Laboratorium yang diberi wewenang untuk mengadakan tes tersebut oleh Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan. Sebagai tambahan uji makanan sesuai dengan Undang-undang PFA, semua barang tersebut harus diujikan juga untuk memastikan bahwa telah sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh Undang-undang, Peraturan dan Ketentuan lain seperti Ketentuan Produk Makanan Daging, Undang-undang G7
Impor Hewan Ternak dan lain sebagainya apabila diaplikasikan bersamaan dengan Undang-undang/Ketentuan PFA sebelum memperoleh perizinan/kliring untuk memasuki India.
Produk Perkebunan Produk perkebunan dan pertanian yang diimpor membutuhkan izin impor yang dapat diperoleh dari kantor Karantina Tanaman di bawah wewenang Kementerian Pertanian. Langkah-langkah berikut ini adalah cara yang harus ditempuh untuk memperoleh ijin masuk/kliring bagi semua produk pertanian: 1.
Importir atau pihak agennya harus menjadwalkan adanya inspeksi/pengambilan sampling atas kiriman (konsinyasi) pada waktu dan tempat tertentu yang telah disetujui bersama dengan menunjuk petugas karantina tanaman sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Importir atau pun agennya harus bekerja sama penuh dengan petugas inspeksi ketika dilaksanakannya inspeksi/pengambilan sampling. Petugas PQ yang diberi kuasa untuk melakukan inspeksi akan mengambil sampel dalam jumlah yang sesuai untuk pengujian di laboratorium.
2.
Apabila ditemukan adanya serangga, maka importer atau agennya harus melakukan pembasmian/pemberantasan hama terhadap barang kirimannya (konsinyasi) dengan menggunakan operator pengawasan dan penanggulangan hama atas biaya sendiri namun dengan pengawasan penuh dari petugas PQ. Pihak importer atau agennya akan mengajukan permintaan dilakukannya pengawasan pembasmian/pemberantasan hama bersama dengan pembayaran pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3.
Sebuah ketentuan pelepasan/pengeluaran barang akan diterbitkan apabila kiriman(konsinyasi) terbukti bebas hama selama dilakukannya inspeksi. Namun demikian bila selama inspeksi telah ditemukan adanya hama maka ketentuan pelepasan/pengeluaran barang juga harus diterbitkan namun setelah dilakukannya pembasmian/pemberantasan hama dan inspeksi ulang. Ketentuan penahanan akan diterbitkan apabila kiriman/konsinyasi yang dimaksud ternyata mendapat serangan hama/terinfeksi hama yang perlu dikarantina atau diimpor tidak sesuai dengan prosedur dan peraturan PQ yang berlaku untuk dilakukannya deportasi sehingga barang kiriman harus dimusnahkan atas biaya pribadi dari pihak importir.
Tanpa adanya izin/kliring dari karantina tanaman maka barang kiriman tidak dapat dikeluarkan. Bahkan pajak bea dan cukai juga baru dapat dibayar setelah terbitnya kliring/izin dari PQ. * Ketentuan khusus bagi buah tertentu yang diimpor dari Australia dapat dilihat pada Appendix IV.
Hewan Ternak Produk-produk peternakan dan produk daging dalam berbagai bentuk termasuk daging segar, dingin dan beku diperbolehkan untuk diimpor hanya apabila mendapat izin impor sanitasi yang dikeluarkan oleh Departemen Peternakan dan Pemerahan Susu. Untuk tujuan ini, sebuah analisa resiko impor yang sangat detil harus dilakukan dan ijin impor sanitasi hanya akan diterbitkan setelah pihak yang berwenang dapat membuktikan bahwa produk kiriman impor tersebut tidak akan mempengaruhi kesehatan dari populasi manusia dan hewan di India. Izin Impor memberikan persayaratan yang harus dipenuhi oleh kiriman termasuk sertifikasi pra pengapalan dan pemeriksaan dari pihak G8
karantina. Izin tersebut juga membutuhkan adanya persyaratan paska impor yang menyangkut dilakukannya inspeksi karantina, pengambilan sampel dan pengujian. Izin Impor bisanya diterbitkan dan berlaku untuk jangka waktu 6 bulan dan dapat diperpanjang oleh pihak berwenang untuk jangka waktu 6 bulan berikutnya setelah dikenakan biaya validasi ulang. Produk-produk peternakan ini diperbolehkan untuk diimpor ke India hanya melalui pelabuhan laut atau udara yang terletak di Delhi, Mumbai, Kolkata dan Chennai karena di kota-kota tersebut telah tersedia Pusat Layanan Sertifikasi dan Karantina Hewan. Pada kedatangan produk di pelabuhan/bandara maka produk ternak harus diinspeksi oleh petugas dari kantor Karantina Hewan dan Pusat Layanan Sertifikasi atau dokter hewan yang ditugaskan dan diberi wewenang oleh Departemen Peternakan dan Pemerahan Susu Setelah dilakukannya inspeksi dan pengujian, maka apabila dibutuhkan, kliring/izin karantina akan disetujui oleh pihak karantina yang berwenang atau oleh dokter hewan yang diberi wewenang untuk menangani prosedur ini sehingga produk peternakan tersebut diperbolehkan masuk India. Apabila dibutuhkan atas dasar kebutuhan publik, maka pihak karantina atau dokter hewan yang bersangkutan dapat memerintahkan dilakukannya pemusnahan produk ternak atau pengembalian ke negara asal. Apabila pemusnahan hama atau perlakuan lain dirasa perlu terhadap produk ternak yang bersangkutan, maka importer dengan biayanya sendiri harus menjadwalkan proses pembasmian hama atau prosedur lain terhadap barang kirimannya tersebut di bawah pengawasan dari pihak karantina yang berwenang atau petugas dari kedokteran hewan. Namun demikian sertifikasi biasanya didasarkan pada inspeksi visual dan catatan mengenai proses impor sebelumnya. Sebagai konsekuensinya, importir yang memasukkan produk baru terkadang harus menghadapi penundaan kliring dari produk mereka. Waktu kliring bea cukai biasanya berlangsung selama satu hari dan satu bulan, tergantung pada produk dan pengalaman yang dimiliki oleh importir. Apabila terdapat perselisihan atau penolakan barang kiriman, maka importir dapat mengajukan permohonan kepada kantor Bea Cukai di pelabuhan yang terkait (tempat masuknya barang).
Makanan Olahan Sebuah langkah penting untuk eksportir dari Negara mana pun di dunia ktika memasuki India adalah untuk mendapat persetujuan untuk produk makanan olahan dari Institut Teknologi Pusat Makanan (CFTRI), Mysore. Sampel dari semua produk makanan olahan impor (vegetarian) harus dikirim ke CFTRI untuk diuji terlebih dahulu. CFTRI memiliki fasilitas canggih untuk melakukan pengujian terhadap sereal, kacang-kacangan, produk dari tumbuhan, produk susu dan olahannya, minyak dan lemak, buah dan sayur olahan, permen dan produk makanan olahan lainnya. Produk-produk tersebut akan diuji kandungan gizi, profil asam amino, vitamin, komposisi asam lemak, zat-zat pencemar seperti sisa pestisida, bahan yang ditambahkan pada makanan dan juga pemalsuan. Sampel yang diterima dari pelabuhan akan dianalisa seperti yang ada dalam spesifikasi. Barang akan diberikan kepada importer untuk didistribusikan hanya apabila telah mendapat persetujuan dari pihak CFTRI. Pengujian CFTRI akan memakan waktu paling tidak 2 minggu.
G9
Waktu minimal yang dibutuhkan untuk kliring produk impor: Tabel G.1 Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Kliring Produk Impor di Pelabuhan Kategori makanan
Waktu kliring yang dibutuhkan
Makanan olahan
10-15 hari
Kliring karantina tanaman
7 hari
Kliring karantina hewan
7 hari
Kliring bea cukai
2 hari
Sumber : Kompilasi/Kumpulan MCG
Pada tahun 2003 pemerintah India telah mulai pemberian ijin ulang bagi beberapa kategori dari produk makanan yang menyebabkan produk-produk tersebut mendapat lisensi umum secara terbuka. Pada tahun 2007, ada sekitar 450 produk yang dibawa masuk dengan adanya lisensi umum terbuka tersebut. Hal ini dharapkan dapat meningkatkan jumlah makanan impor yang masuk ke India. c. Dokumentasi Prosedur dokumentasi yang penting untuk dilakukan oleh importer di India adalah: Pada format tagihan masuk, importer harus melengkapi deklarasi impor, yang mengungkapkan nilai dari makanan yang diimpor tersebut. Hal ini harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen sebagai berikut : 1.
Izin impor asli
Wajib memiliki izin yang diberikan oleh Petugas Karantina Tanaman bagi impor buah/sayuran segar dan makana olahan. Importir juga harus menyatakan dengan jelas kuantitas /jumlah barang yang akan diimpor. Izin Impor akan diterbitkan dan berlaku untuk waktu 6 bulan terhitung dari tanggal penerbitan dan berlaku di beberapa pelabuhan yang diakses dan beberapa bagian pengiriman yang disediakan eksportir, importir dan negara asal adalah sama untuk keseluruhan barang kiriman. Untuk produk daging dan hasil laut beku/olahan maka diperlukan adanya izin khusus dari kantor Karantina Hewan dan MPEDA secara berturut-turut.
2.
Adanya sertifikat fitosanitasi (yang asli) yang diterbitkan oleh negara asal PSC (Public Service Commission) — format ekspor ulang, apabila terjadi kegiatan pengiriman kembali barang bersama dengan salinan PSC dari negara asal.
3.
Tagihan masuk bea cukai (sepatutnya juga dicantumkan)
4.
Tagihan pengiriman (baik melalui pelabuhan laut maupun udara)
5.
Daftar Pengemasan.
Fumigasi/pemberantasan hama (bila diperlukan) Sertifikat Asal Bill of Lading (dokumen muatan)
Sebuah sertifikasi dari badan kesehatan pelabuhan harus ada untuk dapat melaksanakan proses kliring bagi produk makanan impor di pelabuhan tempat masuknya produk. Sertifikat ini akan memastikan bahwa produk telah sesuai dan memenuhi standar peraturan PFA (Undang-undang Pencegahan Pemalsuan Makanan). Karena hampir semua pelabuhan hanya memiliki
G 10
fasilitas pengujian yang terbatas, maka sertifikat ini biasanya didasarkan pada inspeksi visual dan catatan dari kegiatan impor sebelumnya. Oleh karena itu kebanyakan importir akan mendapat penundaan yang kurang perlu dalam proses kliring produk mereka. Jangka waktu kliring akan berbeda antara satu produk dengan produk lain tergantung pada jenis produk dan tingkat pengalaman kegiatan dari importer yang bersangkutan, hal ini dapat memakan waktu antara satu hari sampai dengan satu bulan. Apabila terjadi perselisihan atau penolakan terhadap barang kiriman, maka importer dapat mengajukan permohonan kepada kantor Bea Cukai di pelabuhan tempat masuknya barang. Tabel G.2 Perkiraan Biaya Yang Dibutuhkan Oleh Agen Perizinan Dan Pengiriman Barang Kategori makanan
Biaya yang dikenakan untuk container berukuran 20’
Makanan olahan
US$ 375
Makanan beku
US$ 500
Makanan alami
US$ 375
Sumber : MCG Compilation (Kompilasi/Kumpulan MCG)
d. Persyaratan Pengemasan Ada banyak persyaratan yang diberikan bagi importir untuk dipenuhi dalam rangka mengimpor produk. Berikut adalah beberapa persyaratan tersebut:
Berdasarkan Pemberitahuan No.44 (RE-2000)/1997-2000) yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan pada tanggal 24 November 2000, semua komoditas impor dalam bentuk kemasan yang masuk ke India harus mencatumkan hal-hal berikut ini : 1.
Nama dan alamat importir
2.
Nama generik atau yang umum dari komoditas kemasan tersebut.
3.
Nama perusahaan produsen produk dan detil kontak produsen yang dapat dihubungi
4.
Berat bersih uang menggunakan unit standar pengukuran dan berat. Semua berat dan pengukuran harus dilaporkan dalam satuan metrik. Komoditas tertentu hanya dapat dikemas dalam kuantitas tertentu (berat,ukuran atau nomor). Produk ini meliputi makanan bayi, makanan transisi bagi bayi, biskuit, roti, mentega, kopi, teh, minyak sayur, susu bubuk dan tepung terigu dan tepung beras. Apabila berat bersih dari kemasan impor tersebut dalam unit yang berbeda, maka satuan standar yang setara harus dicantumkan oleh importir.
5.
Bulan dan tahun pengemasan dari komoditas tersebut diproduksi, dikemas atau diimpor.
6.
MRP yang memungkinkan komoditi kemasan tersebut dijual kepada pengguna akhir. Harga ini harus meliputi semua pajak yang dibebankan, baik lokal maupun sebaliknya, biaya pengiriman barang, biaya transportasi, komisi untuk agen, dan semua biaya lain yang dikenakan seperti biaya iklan, promosi, pengiriman, pengemasan, ekspedisi dan yang sejenisnya.
7.
Label harus dicetak dalam bahasa Inggris atau Hindi (dalam bentuk naskah Devnagari)
8.
Setiap paket makanan vegetarian harus menampilkan lambang dengan
G 11
warna hijau pada tampilan utamanya di dekat nama atau merek produk makanan. Dan dengan cara yang sama, semua kemasan makanan nonvegetarian harus menampilkan hal serupa namun dalam warna merah. 9.
Mencantumkan detil bahan-bahan disyaratkan oleh PFA.
yang
digunakan
seperti
yang
Produk impor tertentu seperti produk makanan tertentu (susu bubuk, susu kental manis, makanan bayi berbahan dasar susu, makanan transisi bayi yang berbahan dasar susu dan sereal) dan makanan yang diberi bahan tambahan lain harus memenuhi standar kualitas India. Semua produsen dan eksportir yang menjual produknya di India diwajibkan untuk mendaftarkan produk-produk mereka di Biro Standar India.
Rentang waktu penggunaan : Pemberitahuan no.22 (RE-2001) 1997-2000 tertanggal 30 Juli 2001 yang diterbitkan oleh Departemen Perdagangan menyatakan : “Semua impor produk makanan/produk yang dapat dimakan, untuk dijual atau diproduksi di dalam negeri yang diatur oleh PFA harus memenuhi syarat bahwa pada waktu impor (penekanan ditambahkan) produkproduk ini masih memiliki rentang waktu penggunaan tidak kurang dari 60 persen rentang waktu penggunaannya. Rentang penggunaan sebuah produk harus dihitung berdasarkan informasi dan pemberitahuan yang tercantum pada label produk, mengenai tanggal pembuatan dan tanggal kadaluwarsa.
Berdasarkan pemberitahuan GSR 388 (E) yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan pada tanggal 25 Juni 2004, menyatakan bahwa setiap kemasan makanan yang mengandung pemanis buatan yang diperbolehkan secara media harus mencantumkan label “MENGANDUNG PEMANIS BUATAN DAN UNTUK DIPERTIMBANGKAN KADAR KALORINYA” bersama dengan nama atau nama dagang produk tersebut.
Berdasarkan pemberitahuan GSR 339 (E) tertanggal 27 Mei 2005 yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan menyatakan bahwa : ”Semua kemasan produk makanan pengganti susu untuk bayi atau makanan bayi tidak diperbolehkan mencantumkan gambar bayi dan wanita atau keduanya. Produk ini juga dilarang mencantumkan gambar atau materi Gambar lain atau kalimat yang dirancang untuk meningkatkan angka penjualan produk-produk tersebut.” Penggunaan kata “Kemanusiaan, Keibuan” dan yang sejenis juga dilarang penggunaannya. Kemasan dan/atau label lain dari makanan pengganti susu bayi atau makanan bayi lainnya tidak diperbolehkan mencantumkan kata-kata “Kaya Protein,” “Makanan Berenergi,” “Makanan Lengkap,” atau “Makanan Kesehatan,” ataupun istilah-istilah sejenis.
Peraturan PFA, 1955 meliputi daftar positif mengenai keberadaan sisa pestisida dalam berbagai komoditas dan produk makanan (hasil produksi lokal maupun impor) dan kadar toleransinya. Dari sekitar 189 pestisida yang terdaftar untuk penggunaan umum di India, hanya ada 121 buah yang memiliki Batas Maksimal Residu (MRL) yang dicantumkan. Ada sekitar 27 pestisida lain yang tidak mewajibkan adanya MRL. Bagi pestisida yang tersisa, MRL belum ditetapkan. CODEX Alimentarius MRL mungkin dapat diterima untuk produk makanan impor namun hanya terbatas pada pestisida yang belum termasuk pada daftar pestisida positif di India.
Semua makanan impor akan diambil sampelnya pada pelabuhan tempat masuknya barang kiriman untuk kemudian diuji kelayakan dan kesesuaiannya dengan standar dari PFA. Pada tanggal 16 Juni 2004, dengan efek yang G 12
langsung dirasakan, Kementerian Perdagangan dan Industri mengeluarkan daftar jenis makanan impor yang “beresiko tinggi”, sebanyak 100 persen pengambilan sampel. Daftar ini mencakup minyak dan lemak yang dapat dikonsumsi, kacang-kacangan dan produknya, produk sereal, susu bubuk, susu kental manis, pewarna makanan dan bahan tambahan terhadap produk makanan. Pengambilan sample produk melalui surat ekspres atau paket hanya diperbolehkan hanya atas adanya izin terlebih dahulu dari Direktorat Jenderal Perdagangan Asing. Permintaan impor melalui surat tidak diperbolehkan. Apabila produk telah masuk pasar domestik, mereka akan terus diawasi secara acak pada tingkat grosir dan ritel oleh pihak yang berwenang.
G 13
Appendix I. Pelaku Utama di Sektor Pengolahan Makanan dan Produk Makanan Perusahaan Agro Tech Britannia Industries Ltd Cadbury India Ltd
Produk Foods, Edible Oil, Wheat flour, Dried green peas, Packaged food, Microwave, popcorn, Snacks (potato and corn chips) Biscuits and Bakery products, UHT Milk, Milk Products (cheese, butter, flavoured milk) Chocolates, Confectionery, Malted drinks, Cocoa powder, Hard boiled toffees
Dabur Foods Ltd
Fruit juices, Cooking pastes, Candies, Coconut milk, Tomato puree, Lemon drink, Chilli powder
Gilts Food Products Pvt Ltd
Sweet mix, Snack mixes, Meal mix, Pure ghee, Dairy whitener, Milk powder Glaxo Smithkline Beecham Malted milk food, Biscuits
Godrej Foods Ltd
Fruit juice, Tomato puree, Cooking medium, Bakery fats
Gujarat Cooperative Milk Marketing Federation Ltd
Ice-creams, Butter, Ghee, Cheese, Milk Powder, Infant Milk Powder, Traditional Indian Sweets, Chocolates, Curd
Haldirams Marketing Pvt. Ltd
Snack foods, Traditional Indian Sweets, Syrups, Vermicelli
Heinz India, Ltd
Malted milk food, Tomato ketchup
Hindustan Unilever Ltd
Ice-creams, Atta, Salt, Tea/Coffee, Bread, Jam and Fruit juice, Biscuits, Soups
ITC Ltd
Ready-to-eat foods, Snack foods, Confectionery, Biscuits
Kellogg’s India Ltd
Breakfast cereal
Mother Dairy Fruit and Vegetable Ltd
Ice-creams, Butter, Cheese, Milk powder, Traditional Indian Sweets, Chocolates, Ghee, Processed fruits and vegetables
Marico Industries Ltd
Cooking medium, Fruit jams
MTR Foods Ltd
Convenience foods, Ice-creams, Snack foods, Pickles, Readymade mixes, Spice and masala powders, Frozen foods, Pickles
Nestle India Ltd
Chocolates, Sugar confectionery, Malted drinks, Milk powder, Instant coffee, Tea, Noodles and Sauces, UHT and Condensed Milk, Yoghurt
Parle Products Ltd
Biscuits, Toffees
Parle Agro
Fruit pulp, Mineral water, Fruit drinks
Pepsi Foods India Ltd
Soft drinks, Snack foods, Fruit juice
Venkateshwara Hatcheries Ltd
Poultry products, Olive oil pastes, Premium cookies
Appendix 1
Appendix II. Tariff Ruang Pendingin S. No.
Komoditas
Berat
Harga (Rs.)
Harga (US$)
Durasi/waktu
1
Apple, berry, maida
12 kg
5
0.12
Per month
2
Apple, berry, maida
Up to 25 kg
9
0.22
Per month
3
Apple, berry, maida
30 kg
11
0.27
Per month
4
Plums, Kiwifruit
Up to 5 kg
5
0.12
Per month
5
Plums, Kiwifruit
10 kg
9
0.22
Per month
6
Grapes, Litchi, Tamarind
10 kg
9
0.22
Per month
7
Potato
Per quintal
23
0.57
Per month
8
Ginger/dry ginger
Per quintal
50
1.24
Per month
9
Curd
Up to 20 kg
20
0.5
Per month
10
Egg
Up to 10 kg
8.5
1.21
Per month
11
Egg
Up to 20 kg
12
0.30
Per month
12
Chillis
Per quintal
42
1.04
Per month
13
Coriander
Per quintal
37
0.92
Per month
14
Tamarind
Per quintal
43
1.07
Per month
15
Pulses
Per quintal
12
0.30
Per month
16
Dry fruits
Per quintal
45
1.12
Per month
17
Dates
Up to 10 kg
3
0.07
Per month
18
Dates
20 kg
4
0.1
Per month
19
Dates
30 kg
5
0.12
Per month
20
Dates
Per quintal
16
0.40
Per month
21
Carrots
Up to 5 kg
25
0.62
For 15 days
22
Mango
Up to 20 kg
3
0.07
Per week
23
Mango
Up to 20 kg
5
0.12
For 2 weeks
24
Mango
Up to 20 kg
10
0.25
For 1 month
25
Butter and Cheese
15 kg
10
0.25
Per month
26
Milk Products
30 kg
30
0.75
Per month
27
Vanaspathy oil Pre-reserved rack for food products
Up to 20 kg
15
0.37
Per month
2200
54.67
Per month
28
Per rack
Note: The above rates are indicative and need to be validated prior to commencing business operations.
Appendix 2
Appendix III. Pajak Bea Cukai Untuk Produk Makanan Olahan Pilihan S. No.
Pajak Bea cukai (%)
Kategori Fruits
1
○ Bananas
31.209
○ Dates, figs, pineapples, avocados, guavas, mangoes
41.612
○ Oranges
41.612
○ Grapes
41.612
○ Melons
31.209
○ Apples
52.015
○ Pears and quinces
36.4105
○ Apricots, cherries, peaches, plums
31.209
○ Strawberry, raspberry, blackberry, Kiwifruit, mulberry
31.209
○ Pomegranate, Tamarind, Litchi, Chico
31.209
Vegetables
2
○ Potatoes
36.497
○ Tomatoes
31.209
○ Onions, shallots, garlic, leeks
31.209
○ Cabbages, cauliflowers, kohlrata
31.209
○ Lettuce and chicory
31.209
○ Carrots, turnips, salad beetroot, radish, celeriac
31.209
○ Cucumbers and gherkins
31.209
○ Peas, beans, other leguminous vegetables
31.209
○ Asparagus, Aubergines, Mushrooms, Olives, Green chilly, Pumpkin, Spinach, Green pepper
31.209
Fresh and processed meat 3
○ Fresh, chilled and frozen meat of bovine, swine, sheep, goats
36.497
○ Sausages and similar products
111.15
Fresh and processed fish 4
○ Fresh, chilled and frozen
31.209
○ Processed marine products (crab, shrimps, prawns, lobster, squid, octopus, cuttlefish, oysters, tuna, salmon, herrings)
36.497
Dairy products
5
○ Skimmed milk, milk food for babies
68.954
○ Yogurt, buttermilk
31.209
○ Butter, Diary spreads, Ghee, Butter oil
36.497
○ Whey
36.497
○ Cheese and curd
31.209
○ Ice-cream
36.497
Preparations of cereals, flour, starch or milk and pastry products 6
7
○ Pasta (cooked or uncooked)
36.497
○ Corn flakes
48.086
○ Sweet biscuits
59.19
○ Pastries and cakes
13.004
7 Fruit juices
41.906
Appendix 3
Confectionery 8
○ Chocolate confectionery
48.086
○ Sugar confectioner
48.086
Processed fruits and vegetables 9
○ Jams, jellies, marmalade
36.497
○ Sauce (soya, tomato, mustard, chilli, mayonnaise)
36.497
Other food products ○ Natural Honey 10
68.955
○ Olive oil Virgin
0
Edible grade
0
Note: ‘Import duties and taxes are subject to change without notice. It is strongly suggested that they be re-checked prior to the conclusion of any commercial agreement.’
Appendix IV. Kondisi Buah-buahan Impor dari Australia Uraian
Citrus fruits (lemon, lime, orange, grapefruit, mandarins, etc.)
Pome fruits (apple, pear, quince)
Stone fruits (plum, peach, cherry, apricot, nectarine)
Kondisi impor • MB fumigation @ 32 g/cubic metre for 2 hrs at 21oC or above at NAP or equivalent thereof against Mediterranean fruit fly and Queensland fruit fly. OR • Pre-shipment cold treatment at 0oC or below for 10 days; 0.55oC or below for 11 days; 1.1oC or below for 12 days plus in-transit refrigeration against Mediterranean fruit fly and 0oC or 14 days; 1.1oC or below for 18 days plus in-transit refrigeration against Queensland fruit fly.below for 13 days; 0.55oC or below for • Pre-shipment cold treatment at 0oC or below for 10 days; 0.55oC or below for 11 days; 1.1oC or below for 12 days plus in-transit refrigeration against Mediterranean fruit fly and 0oC or below for 13 days; 0.55oC or below for 14 days; 1.1oC or below for 18 days plus in-transit refrigeration against Queensland fruit fly. • MB fumigation @ 32 g/cubic metre for 2 hrs at 21oC or above at NAP or equivalent thereof against Cherry fruit flies and Mediterranean fruit fly. OR • Pre-shipment cold treatment at 0oC or below for 10 days; 0.55oC or below for 11 days; 1.1oC or below for 12 days plus in-transit refrigeration against cherry fruit flies and Mediterranean fruit fly. • MB fumigation @ 40 g/cubic metre for 2 hrs at 21oC or above at NAP or equivalent thereof against Mediterranean fruit fly and Queensland fruit fly. OR
Grapes
• Pre shipment cold treatment at 0oC or below for 10 days; 0.55oC or below for 11 days; 1.1oC or below for 12 days plus in-transit refrigeration against Mediterranean fruit fly and 0oC or below for 13 days; 0.55oC or below for 14 days; 1.1oC or below for 18 days plus in-transit refrigeration against Queensland fruit fly.
Source: http://www.plantquarantineindia.org/ Note: This is applicable for most of the countries including Australia. This adds to the clearance time and acts as a non-tariff barrier.
Appendix 4
Appendix V. Biaya Inspeksi dan Fumigasi Untuk Buah-buahan dan Sayuran Segar Uraian
Inspection fees
Nomor/Berat/volume
Pembayaran
(i) Up to 2 kg.
Rs. 50/-
(ii) Above 2 kg up to 100 kg. (iii) Above 100 kg up to 1000 kg. (iv) Above 1000 kg
Rs. 50/- plus Rs. 5/- per additional kg Rs. 550/- plus Rs. 2/- per additional kg Rs. 2500/- plus Rs. 75/- per additional tone except in case of pulses Rs. 2500/- plus Rs. 50/- per additional tonne in case of pulses
(A) On volume basis
Fumigation fees
(i) Up to 5 cu.m
Rs. 600/-
(ii) Above 5 cu.m
Rs. 600/- plus Rs. 300/- per additional 5 cu.m or part thereof
(B) On container basis (i) 20’ container (33 cu.m)
Rs. 2400
(ii) 40’ Container (66 cu.m)
Rs. 4500
(C) Supervision charges
Rs. 500 per day per consignment
Source: http://www.plantquarantineindia.org/
Appendix 5
Appendix VI. Kontak Badan Hukum Yang Berwenang 1) Ministry of Commerce Director General of Foreign Trade Ministry of Commerce Udyog Bhavan New Delhi – 110 011 Phone : (91–11) 2301 6262 Fax : (91–11) 2301 6225 Email :
[email protected] Website: http://dgft.delhi.nic.in/ 2) Ministry of Food Processing Industry Joint Secretary Ministry of Food Processing Industries Panch Sheel Bhawan August Kranti Marg New Delhi – 110 049 Phone : (91–11) 2649 2475 Fax : (91–11) 2649 3228 Email :
[email protected] Website: http://mofpi.nic.in/ 3) Registry of Trademarks Office of the Controller General Patents, Designs and Trade Marks Old CGO Building 101 M. Karve Road Mumbai – 400 020 Phone : (91–22) 2203 5007 Fax : (91–22) 2208 9995 Email :
[email protected] Website: www.ipindia.nic.in 4) Central Board of Excise and Customs Chairman Central Board of Excise and Customs Ministry of Finance North Block New Delhi – 110 001 Phone : (91–11) 2309 2849 Fax : (91–11) 2309 3215 Email :
[email protected] Website: http://www.cbec.gov.in/ 5) Prevention of Food Adulteration Act Joint Secretary (PFA) Department of Health Ministry of Health and Family Welfare Nirman Bhawan Maulana Azad Road New Delhi, 110 001 Phone : (91–11) 2306 1195 Fax : (91–11) 2306 1842 Appendix 6
Email :
[email protected] Website: www.mohfw.nic.in/pfa.htm 6) The Standards Weights and Measures Act Additional Secretary (Weights and Measures) Department of Consumer Affairs Krishi Bhavan New Delhi – 110 001 Phone : (91–11) 2338 3027 Fax : (91–11) 2338 6575 Email :
[email protected] Website: http://fcamin.nic.in/wm_ind.htm 7) Phytosanitary Issues Plant Protection Advisor Directorate of Plant Protection, Quarantine and Storage Ministry of Agriculture N.H. IV Faridabad – 121 001 Haryana Phone : (91–129) 241 3985, (91–11) 2338 5026 (Delhi Office) Fax : (91–129) 241 2125 Email :
[email protected] Website: www.plantquarantineindia.org 8) Livestock and Products Imports Joint Secretary (Administration) Department of Animal Husbandry and Dairying Ministry of Agriculture Krishi Bhavan New Delhi – 110 001 Phone : (91–11) 2338 7804 Fax : (91–11) 2338 6115 Email :
[email protected] Website: http://dahd.nic.in/
Appendix 7
Appendix VII. Daftar Distributor/Importir Pilihan di India S. No.
Company Name
Address
1
Three Rings Imports and Exports Pvt Ltd
2
Lotte India Corp Ltd
3
Polestar ventures Pvt Ltd
4
Shahi Foods
#9 (Old # 5), Kuppuswamy St, Lotus Apartments, T Nagar, Chennai – 600017 No 4/111, Mount Poonamalle Road, Manapakkam Chennai – 600 089 No. G-2 VS Manor, No. 2, Mannar Street, T-nagar, Chennai – 600017 No. 5H, Century Plaza, Teynampet, Chennai – 600018
5
Universal Corp Ltd
4C, P M Twr, No. 37 Greams Road, Chennai – 600006
6
AVT Garia Foods Pvt Ltd
No. 64, Rukmani Lakshmipathy Salai, Egmore Chennai
7
Oracle Trading Co. Pvt Ltd
Old No. 7, II cross Street, Dr Radhakrishna Nagar, Thiruvanmiyur, Chennai – 41
8
Overseas Trading
9
Tan Business Ventures Pvt Ltd
10
Ajanthaa KTK Products (Distributor)
11
Eden's International (Distributor)
12
E Duraisamy and Bros TB
13
Narang
14
Bon Appetit
15
Kritimma International
1st Floor, Plot #1088, Near White Temple, Bhalaswa Village Outer Ring Road, New Delhi – 110 033
16
RPC Foods
M-412, Lado Sarai, New Delhi – 110030
17
Max Foods
B 226 Ashok Vihar Phase-1, New Delhi – 110052
18
Rai and Sons Pvt Ltd
19
L-Comps and Impex
20
Suresh Kumar and
9-A Connaught Place, New Delhi – 110001 809-A, International Trade Tower, Nehru Place, New Delhi – 110019 Co A-17, Sonu Towers 2nd Floor, Dr Mukherjee Nagar Coml. Complex, Delhi – 110 009
21
S Naresh Kumar and Sons
D-397, New Subzi Mandi, Azadpur, Delhi – 110033
22
KLG Import and Exports
B-160, New fruit market, Azadpur, New Delhi – 110033
23
Agro World
C-601, New Subzi Mandi, Azadpur, Delhi – 110033
24
Padma Fruits
JP-8, Opp MP Market, Near City Park Hotel, Pitampura, Delhi – 110034
25
Everest Exim Enterprises
Santa Mangesh, Savarkar Rd, Dombivli (E), Dutt-Thane
26
Chenab Impex Pvt Ltd
J-1A, Anja Ind Est, Saki-Vihar Rd, Andheri (E), Mumbai – 72
27
Sankalp Retail Value Stores Pvt Ltd
RG Thadani Marg, Worli Sea Mace, Mumbai – 18
28
Fortune Gourmet Specialities Pvt Ltd
29
RR Oomerbhoy
30
Euro Fruits Pvt Ltd
107, Adyaru Ind. Est. Sun Mill Compd, Lower Parel, Mumbai – 13 5, Sona Mahal, 143, Marine Drive, Nariman Road Mumbai – 400020 301, Vikas Commercial Center, Dr C G Rd, Chembur, Next to Basant Cinema, Mumbai – 400 074
31
Radhakrishna Foodland Pvt Ltd
Radhakrisha House, Majiwade, Thane (W) – 400601
32
Universal Corporation Ltd
180/A, Malakpet Hyderabad – 56
33
Kayempee Foods Pvt Ltd
40/P, CIE Gandhi Nagar, Kukatpally, Hyderabad
34
Globe Trade Associates
28/2/1, Old Ballygunge, 2nd Lane, Kolkata
35
M Agencies
4/4/40B, Banerjee Paru Road, Tollygunde Kolkata – 41
34/2 New No. 86, II Floor Mookathal Street, Purasawalkam,Chennai – 7 11/1, Mahalinga Chetty Street, Mahalingapuram, Chennai – 600 034 #12, Govindappa Naicken St (near Sevenwells Market), Chennai –1 43/A, Second Floor, New Street, Nungambakkam, Chennai – 600 034 110, Anna Fruit Market, Koyambedu, Chennai – 600 092 #5, Muktha Gardens, Spur Tank Road, Chetpet, Chennai – 600 031 2/16 Ambour Salai Puducherry – 605 001
Appendix 8
36
Dutta Agency
4/1M, Abinash Chowdary Lane, Kolkata – 46
37
Universal Corporation
20 Coal Dock Road, Khidderpore Kolkata
38
Exotica 1 Jayam Viniyog and Mercantiles Pvt Ltd
4/A, Burdwan Road, Kolkata – 700027
39
9, 3rd Flr, Brabourne Rd, Brabourne Road, Kolkata – 700001
40
Sai Foods Shed
No. 45, 60 ft. Road, JC Nagar Main Road, Kurubarahalli, Mahalakshmipuram – Post Bangalore – 560086
41
Steward and Pantry
22, Cunningham Apts, 5, Maj. Gen, Loganathan Road, Bangalore – 560052
42
ST Marketing (Distributor)
#22, BDA Complex, Austin Town, Bangalore – 47
43
Aditya Enterprises
#7, 6th Cross, Vasanth Nagar, Bangalore – 560052
44
MRC Trading (Distributor)
APMCYard – 560100
45
A Abdul Rahim Shariff and Sons
E'-Block, No. 34, Spl. APMC Sub Market Yard, Singena Agrahara Hosur Road Cross, Huskur Post, Bangalore – 560 100
46
G Sagar and Co (Distributor)
# 8, Muslim Hall Building Sethu Rao Street Cross, Bangalore – 560002
47
MRC Mandi (Distributor)
No. A5, APMC Yard, Huskur gate Bangalore – 560100
48
IG International (Distributor)
F-85/86, APMC Fruit Market, Bangalore–560100
49
Cosmo Fine Foods (P) Ltd
27/3891, Chakkalakkal Road, Perumanoor, PO Kochi – 6282015
50
Daily Life Retail and Trading Limited
72 Marshalls Road, Chennai – 600008
51
Arul Exports and Imports
56, Anna fruit Market, Koyambedu. Chennai
52
IFC International
B 153 New Subzi Mandi, Azadpur, Delhi – 110033
53
T Venkataramiah and Co
B/3 Fruit Market Complex, Gaddiannram. Hyderabad 660060
Appendix 9
DAFTAR ISTILAH ACD APEDA
Additional Custom duty (Pajak Cukai Tambahan) Agricultural and Processed Food Products Export Development Authority (Badan Pengembangan Produk ,Makanan dan Pertanian Ekspor)
APHIS
Animal Plant Health Inspection Service (APHIS) (Layanan Penyelidikan Kesehatan) Compound annual growth rate (Tingkat pertumbuhan gabungan Tahunan) Central Committee For Food Standards (Komite Pusat untuk Standar Makanan) Central Food Technological Research Institute (Institut Riset Teknologi Pusat Pangan) Cost, Insurance and Freight (Biaya, Asuransi dan Pengangkutan) Central Sales Tax (Pajak Penjualan Pusat) Countervailing duty Documents Against Acceptance Department of Animal Husbandry and Dairying Departemen (Peternakan dan Olahan Susu) Director General of Foreign Trade (DGFT) (Direktur Jendral Perdagangan Asing (Dirjen Perdagangan Asing) Foreign Direct Investment (Investasi Asing Langsung) Foreign Exchange Management Act (Undang-undang Manajemen Devisa) Fruit Products Order (Pesanan Produk Buah-buahan) Food Safety and Standards Authority (Standar Otoritas dan Keamanan Bahan Pangan) Free Trade Agreement (Perjanjian Perdagangan Bebas) Grams (gram) Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) Global Retail Development Index (Index Perkembangan Ritel Global) Hazard Analysis Critical Control Points (Titik Kontrol Kritis Analisa Bahaya) Hindustan Unilever Limited (PT.Unilever Hindustan) Indian Biscuit Manufacturers' Association (Asosiasi Pabrik Biskuit India) Kilograms Letter of Credit Open General Licence (Ijin Pembukaan Umum) Office International Des Epizooties (Kantor Des Epizooties Internasional) Multinational corporations (Perusahaan Multinasional) Ministry of Food Processing Industries (Kementrian Industri Pengolahan Pangan)
CAGR CCFS CFTRI CIF CST CVD DA DAHD DGFT FDI FEMA FPO FSSA FTA g GDP GRDI HACCP HUL IBMA kg LC OGL OIE MNCs MOFPI
v
MPEDA The Marine Products Export Development Authority (Badan Pengembangan Ekspor Produk Hasil Laut) MRLs Maximum Residue Limits (Batas Residu Maksimum) MRP Maximum Retail Price (Harga Eceran Maksimum) NOC No Objection Certificate PFA Prevention of Food Adulteration Act (Undang-undang Pencegahan Pemalsuan Makanan) PQ Plant Quarantine (Karantina Tanaman/Tumbuhan) RBI Reserve Bank of India (Bank Cadangan India) SIL Special Import Licence (Ijin Impor Khusus) VAT Value Added Tax (Pajak Tambahan Nilai)
vi