ANALISIS DAYA SAING KOPI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
ANNEKE RAU
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
i
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Pasar Internasional adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Anneke Rau H34124071
ii
ABSTRAK ANNEKE RAU. Analisis Daya Saing Internasional.Dibimbing oleh SUHARNO.
Kopi
Indonesia
di
Pasar
Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dalam sektor perkebunan Indonesia.Analisis daya saing kopi Indonesia bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi persaingan kopi dalam perdagangan internasional.Keunggulan komparatif kopi Indonesia dapat dianalisis dengan Revealed Comparative Advantage (RCA). Berdasarkan perhitungan Indeks RCA dapat diketahui bahwa selama periode 2002-2011 Indonesia memiliki daya saing yang kuat karena nilai indeks RCA lebih besar dari satu.Keunggulan kompetitif digunakan untuk menjelaskan masalah dalam perdagangan kopi Indonesia yang tidak dapat dijelaskan oleh model keunggulan komparatif.Teori Berlian Porter adalah salah satu alat analisis untuk membantu dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal dalam industri kopi Indonesia.Hasil yang mengungkapkan bahwa kondisi permintaan sangat berpengaruhuntuk kopi.Kondisi faktor, terkait dan industri pendukung, dan strategi perusahaan.Struktur, dan persaingan memiliki kedua sisi negatif dan positif, begitu jugaperanan pemerintah dan kesempatan.Berdasarkan perhitungan ISP, Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara eksportir kopi. Kata kunci : kopi, daya saing, RCA, ISP, Teori Berlian Porter, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
ABSTRACT ANNEKE RAU. Indonesian Coffee Markets.Supervised by SUHARNO
Competitiveness
in
International
Coffee is one commodity in the Indonesian plantation sector. Analysis of the competitiveness of Indonesian coffee aims to provide information regarding the competitive position of coffee in the coffee trade internasional.Keunggulan comparative Indonesia can be analyzed with the Revealed Comparative Advantage (RCA). Based on the calculation of the RCA index can be seen that during the period 2002-2011 Indonesia has strong competitiveness because of the value of the RCA index greater than one. Competitive advantage is used to explain the problem in Indonesia's coffee trade that can not be explained by a model of comparative advantage. Porter Diamond Theory is one of the analysis tools to assist and analyze the factors internal and external in the coffee industry Indonesia.Hasil which revealed that demand conditions are very influential for coffee. Factor conditions, related and supporting industries, and corporate strategy.Structure, and competition has both negative and positive sides, as well as the role of government and chance. Based on the calculation of the ISP (Trade Specialization Index), Indonesia shows that Indonesia is an exporter of coffee. Keywords: coffee, competitiveness, RCA,ISP, Porter Comparative advantage, and Competitive advantage
Diamond’s
Theory,
iii
ANALISIS DAYA SAING KOPI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
ANNEKE RAU
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iv
v
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah daya saing, dengan judul Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Pasar Internasional. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Suharno, MADev selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, ibu Rita Nurmalina selaku dosen evaluator, bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji dan ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MA selaku dosen komisi pendidikan atas masukan, saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya dan juga kepada seluruh teman-teman Alih Jenis 3 Agribisnis yang senantiasa selalu mendukung dan memberikan semangat dalam kelancaran karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Anneke Rau
vi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
vii vii vii
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Kopi Karakteristik Kopi Pengusahaan Kopi Daya Saing Komoditi Perkebunan dan Tanaman pangan di Indonesia KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Konsep Daya Saing Teori Ekspor-Impor Konsep Keunggulan Kompetitif Konsep Keunggulan Komparatif Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data RCA (Revealed Comparatif Advantage) Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Teori Berlian Porter HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kopi Indonesia Analisis Keunggulan Komparatif Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Analisis Keunggulan Kompetitif SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
1 1 3 5 5 5 6 6 6 7 7 10 10 10 12 12 12 14 14 17 17 17 18 19 20 21 24 24 25 26 27 42 44
vii
DAFTAR TABEL 1. Perkembangan PDB komoditas primer perkebunan Tahun 2007-2012berdasarkan harga konstan (Milyar Rupiah) 2. Luas areal dan produksi kopi Indonesia menurut jenis tahun 2006-2011 3. Jenis dan sumber data 4. Jumlah dan nilai impor kopi dunia tahun 2002-2011 5. Hasil analisis RCA komparatif komoditas kopi empat Negara dipasar internasional tahun 2002-2011 6. Pangsa pasar empat eksportir kopi terbesar dunia tahun 2002-2011 7. Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) kopi di Indonesia 8. Luas areal dan produksi kopi Indonesia 9. Konsumsi kopi Indonesia tahun 2010-2016
1 3 18 25 26 26 27 27 35
DAFTAR GAMBAR 1.Perkembangan nilai ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (1000 US$) 2.Perkembangan volume ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (ton) 3.Kurva keseimbangan parsial perdagangan internasional 4.Teori Berlian Porter ‘ the national diamond system’ 5.Kerangka pemikiran operasional 6. Alur distribusi dan pemasaran kopi di kabupaten Ciamis 7.Alur pengolahan buah kopi secara kering 8.Alur pengolahan kopi secara basah
2 2 12 14 17 30 31 32
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Produksi kopi menurut USDA Nilai ekspor dan impor kopi Indonesia Nilai ekspor quantity (tones) Nilai RCA Nilai ISP kopi di Indonesia Perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaan tahun 1996-2014 7. Dokumentasi hasil survey lapangan di perkebunan kopi kecamatan Rajadesa, kabupaten Ciamis Jawa Barat
48
49 50 51 53 54 55
1
Pendahuluan Latar Belakang Agribisnis perkebunan memegang peranan penting dalam perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor ini menyediakan lebih dari 19,4 juta lapangan kerja bagi penduduk Indonesia. Selain itu, sektor perkebunan juga menambah devisa negara secara signifikan. Tabel 1. Perkembangan PDB komoditas primer perkebunan tahun 2007-2012 berdasarkan harga konstan (milyar rupiah) lapangan usaha Tanaman Perkebunan Pertanian¹ Non Migas PDB Total
2007
2008
2009
2010
2011
2012
43 199,20
44 783,90
45 558,40
47 150,60
49 260,40
51 763,30
271 509,30 490 261,60 1 964 327,30
284 619,10 510 101,70 2 082 456,10
295 883,80 523 167,60 2 178 850,40
304 777,10 549 935,60 2 314 458,80
315 036,80 587 024,10 2 464 676,50
327 549,70 624 616,70 2 618 139,20
15.47
15,63
15.8
8.57
8.39
8.28
Pangsa Perkebunan Terhadap 15.91 15.73 15.39 Pertanian (%) Pangsa Perkebunan Terhadap 8.81 8.77 8.7 Non Migas (%) Sumber: BPS, Juli 2013 (diolah) Keterangan: ¹) termasuk Kehutanan dan Perikanan
Pada tabel 1 dapat terlihat bahwa nilai PDB (Produk Domestik Bruto) mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan produksi perkebunan.Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dalam sektor perkebunan Indonesia. Peran komoditas kopi bagi perekonomian Indonesia cukup penting, baik sebagai sumber devisa, penghasil bahan baku industri, maupun penyedia lapangan kerja melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, dan perdagangan (ekspor dan impor).Jenis kopi yang terkenal dan mempunyai nilai ekonomis yaitu kopi arabika dan kopi robusta.Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (90%) dan sisanya kopi arabika.Seperti yang terlihat pada tabel 2 bahwa penanaman kopi lebih banyak pada jenis kopi robusta dari pada arabika ratarata penanaman untuk kopi arbikasebanyak 18.6 persen dan 81.4 persen untuk jenis kopi robusta.Sebenarnya banyak potensi yang dapat dikembangkan terkait dengan produksi kopi nasional sehingga dapat meningkatkan ekspor kopi Indonesia di pasar Internasional. Diperkirakan bahwa di masa yang akan datang perdagangan kopi robusta Indonesia memiliki banyak peluang untuk menjadi semakin maju.Di Indonesia, robusta banyak di tanam di Sumatra bagian selatan, termasuk Lampung
2
dan sekitarnya juga di Jawa.Pada era liberalisasi perdagangan saat ini sebenarnya menjadi peluang bagi perdagangan kopi robusta Indonesia di pasar internasional. Masalah yang dihadapi Indonesia adalah jenis kopi robusta yang merupakan produk kopi ekspor utama Indonesia sering di justifikasi bermutu rendah dari segi kualitas kopi. Harga kopi ditentukan oleh kualitas, dimana kualitas kopi dipengaruhi oleh kondisi negara asal tempat kopi tersebut di tanam, varietas dan penanganan pasca panen (Yahmadi,2005).
nilai ekspor( 1000 US$)
1.200.000,00 1.000.000,00 800.000,00 600.000,00
nilai ekspor
400.000,00 200.000,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 tahun
Sumber : FAO,2013
Gambar 1. Perkembangan nilai ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (1000 US$) Dari gambar 1 terlihat bahwa perkembangan nilai ekspor kopi dari tahun 2006 sampai 2011 mengalami kenaikan. Nilai ekspor untuk tahun 2006 senilai 583 513 juta US$, menjadi senilai 1 034 815 milyar US$ pada tahun 2011. Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa peranan komoditas kopi dapat diharapkan sebagai sumber devisa melalui sumbangannya terhadap nilai ekspor yang terus meningkat.
volume ekspor (ton)
volume ekspor 600.000 400.000 200.000
volume ekspor
0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
tahun Sumber : FAO, 2013
Gambar 2.Perkembangan volume ekspor biji kopi tahun 2006-2011 (ton).
3
Namun pada gambar 2, volume ekspor kopi mengalami penurunan, untuk tahun 2006 senilai 411,721 ton, tahun 2007 senilai 320 600 ton, tahun 2008 senilai 468 019 ton , tahun 2009 senilai 510 189 ton, tahun 2010 senilai 432 781 ton dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 346 092 ton. Hal inidisebabkan kuantitas dan kualitas kopi Indonesia mengalami penurunan, karena menurut Rusman Heriawan wakil Menteri Pertanian (2013) usia pohon kopi lebih dari 15 tahun, yang sudah perlu diremajakan lagi dan perbaikan lahan perkebunan kopi. Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu adanya peningkatan pada nilai ekspor kopi dan terjadi juga penurunan volume ekspor kopi maka diperlukan analisis bagaimana sebenarnya posisi bersaing kopi Indonesia di pasar Internasional.
Perumusan Masalah Indonesia merupakan negara ke tiga setelah Brazil dan Vietnam karena Indonesia mampu memproduksi sedikitnya 748 ribu ton atau 6.6 persen dari produksi kopi dunia pada tahun 20121.Berdasarkan volume ekspor kopi selama enam tahun (20062011) (gambar 2) mengalami fluktuasi karena disebabkan adanya fluktuasi produksi dan luas areal kopi di Indonesia seperti yang ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Luas areal dan produksi kopi Indonesia menurut jenis tahun 2006-2011 Tahun Arabika Robusta Jumlah Luas areal Produksi Luas areal Produksi Luas areal Produksi (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) 2006 177 110 94 773 1 131 622 587 386 1 308 732 682 159 2007
228 931
124 098
1 058 478
549 088
1 287 409
673 186
2008
239 476
129 660
1 063 417
553 278
1 302 893
682 938
2009
281 398
147 631
984 839
534 961
1 266 237
682 592
2010
251 582
146 641
958 782
540 280
1 210 364
686 921
2011* 251 753
146 761
1 041 212
487 230
1 292 965
633 991
Sumber : Ditjenbun, Kementerian Pertanian dalam AEKI,2013 *angka sementara
Menurut Siahaan (2008) Indonesia sebagai negara pesaing Vietnam memiliki kebun tidak lebih baik dari Vietnam karena tanaman kopi umumnya berumur tua, kebun tidak terawat dan produktivitas sangat rendah. Produktivitas Indonesia hanya 1
http://ekbis.sindonews.com/read/2013/06/27/34/754578/produksi-kopi-ri-ketiga-terbesar-di-dunia diakses tanggal 25 september 2013
4
bisa mencapai kurang dari 0.6 ton per hektare nya sedangkan produktivitas kopi di Vietnam bisa mencapai 3 sampai 4 ton per hektarnya. Hal tersebut dapat juga menjadi penyebab mengapa volume ekspor menurun seperti yang digambarkan pada gambar 2 Permasalahan tersebut tentunya dapat mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap daya saing kopi di Indonesia.Persaingan komoditas kopi Indonesia untuk memasuki pasar internasional sangat ketat. Konsumen domestic maupun luar negeri menuntut kualitas yang biji kopi yang terbaik. Adanya pesaing-pesaing terbesar Indonesia seperti Brazil, Vietnam, Kolombia, Costarica, Ethiopia, Hawai, Guatemala, dan India mendorong industri perkopian Indonesia untuk meningkatkan kualitas kopinya serta kemampuannya untuk bersaing di pasar Internasional. Oleh karena itu hal yang perlu dilakukan saat ini yaitu menganalisis dayasaing dari komoditas kopi Indonesia sehingga peranannya dalam perekonomian dapat diandalkan. Berdasarkan fenomena di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana daya saing kopi Indonesia di pasar internasional? 2. Apakah posisi spesialisasi Indonesia sebagai negara eksportir atau importir kopi?
5
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis posisidaya saing kopi Indonesia pada pasar internasional. 2. Menganalisis posisi spesialisasi Indonesia sebagai negara spesialisasi importir atau eksportirkopi . Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti sebagai penerapan dari teori dan ilmu yang diperoleh selama ini. 2. Bagi pemerintah dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam pengambilan kebijakan guna terwujudnya pengembangan kopi Indonesia yang efektif dan memiliki daya saing. 3. Bagi petani, produsen dan eksportir kopi, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan informasi dalam perdagangan kopi nasional dan internasional. 4. Bagi masyarakat akademik dapat digunakan sebagai sumber inspirasi dan bahan refrensi bagi penelitian selanjutnya Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya menganalisa daya saing kopi Indonesia di pasar Internasional, posisi spesialisasi Indonesia sebagai negara eksportir atau importir kopi, lingkup penelitian ini menggunakan data total kopi secara nasional.
6
Tinjauan Pustaka Sejarah Kopi Menurut sejarah, tanaman kopi mulai dikenal di Benua Afrika.Awalnya tanaman kopi tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi. Di Indonesia, tanaman kopi pertama kali di perkenalkan oleh VOC pada tahun 1696-1699. Awalnya penanaman kopi hanya sebagian bahan penelitian. Namun ternyata dapat memberikan cukup keuntungan sebagai komoditas perdagangan sehingga VOC menyebarkan bibit kopi keberbagai daerah.VOC mendirikan perkebunan besar dan akhirnya kopi menyebar ke daerah Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan daerahdaerah lain (Suwarto,2012). Penanaman kopi di Indonesia dimulai tahun 1696 dengan menggunakan kopi arabika, namun kurang berhasil.Tahun 1699 pemerintah Hindi Belanda mendatangkan lagi kopi arabika, kemudian berkembang dengan baik di Pulau Jawa.Kopi arabika yang dikenal sebagai kopi Jawa (java coffe) tersebut memiliki kualitas yang sangat baik dan merupakan komoditas ekspor penting selama lebih dari 100 tahun.Sejak tahun 1878 timbul penyakit karat daun pada tanaman kopi yang disebabkan oleh jamur.Penyakit tersebut mengakibatkan kerusakan pada tanaman kopi dan menyebabkan kerugian yang besar. Oleh karena itu, sejak tahun 1900 dikembangkan kopi robusta untuk menggantikan kopi arabika sebagai bahan tanam, yang tahan terhadap penyakit karat daun. Dengan demikian terjadi perubahan dominasi jenis tanaman kopi yang dibudidayakan, dari jenis kopi arabika menjadi kopi robusta (Rahardjo,2012). Karakteristik Kopi Menurut Rahardjo (2012), tanaman kopi termasuk dalam genus Coffea dengan family Rubiaceae. Famili tersebut memliki banyak genus, yaitu Gardenia, Ixora, Cinchona, dan Rubia. Genus Coffea mencakup hampir 70 spesies, tetapi hanya ada dua spesies yang ditanam dalam skala luas diseluruh dunia, yaitu kopi arabika (Coffea Arabica) dan kopi robusta (Coffea canephora var.robusta). Sementara itu, sekitar 2 persen dari total produksi dunia, dari dua spesies kopi lainnya yaitu kopi liberika (Coffea liberica) dan kopi ekselsa (Coffea excelsa) yang ditanam dalam skala terbatas, terutama di Afrika Barat dan Asia. Tanaman kopi memiliki dua tipe pertumbuhan cabang, yaitu cabang ortotrop tumbuh kearah vertical dan cabang plagiotrop kearah horizontal. Kopi arabika memiliki percabangan yang lentur serta berdaun tipis. Adapun spesies kopi yang lain memiliki percabangan lebih kaku serta berdaun tebal dan lebar. Daun kopi berwarna hijau mengkilap yang tumbuh berpasangan dengan berlawanan arah. Bentuk daun tanaman kopi lonjong dengan tulang daun yang tegas. Tanaman kopi membutuhkan waktu tiga tahun dari saat perkecambahan sampai menjadi tanaman berbunga dan menghasilkan buah kopi. Semua spesies kopi berbunga berwarna putih yang beraroma wangi. Bunga tersebut muncul pada ketiak daunnya.Adapun buah kopi tersusun dari kulit buah (epicarp), daging buah (mesocarp) dikenal dengan sebutan pulp dan kulit tanduk
7
(endocarp).Buah yang terbentukakan matang selama 7-12 bulan.Setiap buah kopi memiliki dua biji kopi tanduk (parchment skin).Biji mempunyai alur pada bagian datarnya.Perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam daripada kopi robusta.Oleh karena itu, kopi arabika lebih tahan kering dibandingkan kopi robusta.Tanaman dapat berakar lebih dalam pada tanah normal, tetapi 90 persen dari perkaran tanaman kopi berada dalam lapisan diatas 30cm. Menurut Suwarto (2012) kopi robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl, sedangkan kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 7001700 m dpl. Selain ketinggian tempat, hujan juga merupakan faktor iklim yang penting. Tanaman kopi umumnya dapat tumbuh optimum didaerah dengan curah hujan 2000- 3000 mm/tahun.Kopi menghendaki sinar matahari yang teratur. Umumnya kopi tidak menyukai penyinaran matahari langsung karena dapat mempengaruhi proses fotosintesis jika dalam jumlah banyak. Secara umum, tanaman kopi menghendaki tanah yang subur dan kaya bahan organik. Selain itu tanaman kopi juga menghendaki tanah yang agak masam. Kisaran pH tanah untuk kopi robusta adalah 4,5 -6,5, sedangkan kisaran untuk kopi arabika adalah 5-6,5. Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta dan liberika.Beberapa klon arabika yang saat ini dianjurkan oleh Kementerian Pertanian antara lain AB 3, S 795, USDA 762, Kartika 1 dan Kartika 2. Sementara itu, kopi robusta yang dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, dan BP 237. Pengusahaan Kopi Dalam hal pengusahaan kopi, salah satu penelitian mengenai pengusahaan kopi dilakukan oleh Rahmatika pada tahun 2011 menganalisis daya saing kopi pada PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) di kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang merupakan perusahaan perkebunan Negara yang mengelola perkebunan milik Negara di wilayah Jawa Tengah dan merupakan salah satu perusahaan perkebunan yang mengusahakan tanaman kopi di Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu menggunakan PAM(Policy Analysis Matrix). Hasil analisis menunjukkan bahwa pengusahaan kopi kering yang dilakukan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, hal ini ditunjukkan dengan nilai PCR (Privat Cost Ratio) dan DRCR (Domestic Resources Cost Ratio) yang lebih kecil dari satu yaitu 0,73 dan 0,72. Daya SaingKomoditi Perkebunan dan Tanaman Pangan di Indonesia Untuk memberikan gambaran terhadap daya saing komoditas kopi terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Siahaan pada tahun 2008, melakukan penelitian mengenai analisis daya saing kopi arabika Indonesia. Pengambilan data dilakukan secara sekunder dengan metode Herfindahl Index (HI) , rasio konsentrasi (CR) dan RCA ( Revealed Comparative Advantage) untuk analisa kuantitatif, sedangkan untuk analisa kualitatif menggunakan teori berlian Porter. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpukan bahwa komoditi kopi
8
ArabikaIndonesia ini memiliki keunggulan komparatif dengan cara membandingkan nilai RCA dengan negara produsen kopi lainnya seperti Brazil, Meksiko,Guatemala, dan Columbia walaupun masih relative naik dan turun. Dilihat dari hasil Herfindahl Index dan rasio konsentrasi (CR) struktur pasar untuk komoditas kopi Arabika di Indonesia adalahpasar Oligopoli.Berdasarkan hasil analisa kualitatif menggunakan teori Berlian Porter disimpulkan bahwa industri kopi arabika nasional mempunyai keunggulan kompetitif dalam hal faktor sumber daya modal, sumber daya manusia namun masih ada yang perlu diperbaiki seperti teknik budaya, penyedia modal dan pengadaan infrastruktur. Untuk penelitian kopi selanjutnya juga telah dilakukan oleh Soetriono (2004) menggunakan beberapa analisis seperti analisis kelayakan usaha, analisis risiko, PAM (Policy Anlisis Matrix), Daya Saing TreeFivedan simulasi kebijakan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu dari sisi penawaran produuksi kopi robusta seharusnya mmeperhatikan jumlah produksi kopi Indonesia, harga pupuk dalam negeri, keijakan protektif pemerintah yang kurang mendukung percepatan daya saing, sisi permintaan adanya peluang dari permintaan pasar domestic dan dunia.Sisi lingkungan dan peluang usahatani, sebagian besar diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur yang dianjurkan, produk kopi baru diolah pada tingkat primer berberntuk biji kopi kering. Sisi kebijakan domestic, kurang adanya dukungan dari pemerintah dapat terlihat nilai DCR lebih baik dari nilai PCR, koefisien NPCO dan SRP kurang mendukung percepatan daya saing apabila dibandingkan dengan harga yang sesungguhnya, namun dari koefisien NPCI kebijakan pemerintah memberikan dukungan yang berarti demi percepatan daya saing dan dari sisi social dapat di lihat dari perilaku petani netral risiko atau safety first. Metode secara kuantitatif tersebut juga dapat digunakan untuk menganalisis daya saing komoditi lainnya seperti kakao yang dilakukan oleh Ragimun (2012), dan komoditi ubi jalar seperti yang dilakukan oleh Wulandari (2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ragimun dalam jurnalnya yang berjudul analisis daya saing kakao Indonesia,disimpulkan bahwa kakao Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang cukup bagus walaupun masih jauh dari negara Pantai Gading dan Ghana Hal ini dibuktikan dengan nilai RCA kakao Indonesia rata-rata diatas 4 pada sepuluh tahun terakhir. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) dalam judul analisis daya saing ubi jalar Indonesia di pasar internasional dalam analisa kuantitaif yang menggunakan Herfindahl Index (HI) , Rasio Konsentrasi (CR), dan RCA (Revealed Comparative Advantage). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa daya saing ubi jalar Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan USA dan China, walaupun sebenarnya Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Selain itu struktur pasar pada komoditi ubi jalar Indonesia adalah pasar Oligopoli dimana rasio konsentrasi dari empat produsen terbesar memiliki CR4 yang lebih dari 40 %.Sedangkan dalam analisa kualitatif menggunakan teori Berlian Porter disimpulkan bahwa keunggulan kompetitif pada komoditi ubi jalar Indonesia adalah sumber daya alam, peranan pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan mengenai penyediaan input faktor produksi, pemasaran, dan perdagangan ubi jalar dan ubi jalar masih memiliki peluang di pasar Internasional. Selain menggunakan HI (Herfindahl Index), Konsentrasi Rasio (CR) dan RCA (Revealed Comparative Advantage) dalam melakukan analisa daya saing
9
suatukomoditi dapat menggunakan metode peramalan asosiatif yaitu yang didalamnya terdapat analisa regresi liner berganda dan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) dan juga menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage). Seperti yang dilakukan oleh Anggit (2012) dalam penelitiannyamengenai analisa daya saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di Pasar Internasional. Hasil dari penelitian tersebut yaitu trend volume ekspor CPO Indonesia di Pasar Internasional di masa yang akan datang (2013-2015) cenderung meningkat. Sedangkan berdasarkan nilai RCA selama 10 tahun, negara Indonesia untuk komoditas minyak sawit mentah memiliki nilai komparatif rendah karena nilai RCA kurang dari satu.Untuk hasil ISP, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif karena nilai ISPnya mendekati satu adalah tahap pematangan yang artinya ekspor bersih CPO Indonesia lebih besar dari total perdagangan dan pada tahap ini, Indonesia merupakan negara eksportir. Selain menggunakan metode peramalan asosiatif, analisa daya saing suatu komoditi juga dapat menggunakan analisa regresi liner berganda denganmodel OLS (Ordinary Least Square) seperti yang dilakukan oleh Ramadhan (2008) dalam penelitiannya yang berjudul analisa daya saing industry furniture rotan Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode yang sama dari penelitian sebelumnya yaitu menggunakan metode RCA (Revealed Comparative Advantage) dan metode OLS (Ordinary Least Square) untuk menganalisa secara kuantitatif sedangkan untuk analisa kualitatif menggunakan teori Berlian Porter. Hasil penelitian tersebut adalah berdasarkan nilai RCA, komoditi furniture rotan Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan dengan rata-rata didunia, hal ini dibuktikan nilai RCA lebih dari satu. Berdasarkan dari hasil analisa menggunakan metode regresi linier berganda, daya saing di pengaruhi oleh nilai ekspor furniture rotan Indonesia yang berpengaruh positif, nilai yang juga berpengaruh negative terhadap daya saing, sedangkan untuk hasil analisa menggunakan Berlian Porter bahwa industry furniture rotan nasional kurang kompetitif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah pada sektor komoditas yang dianalisis yaitu sektor perkebunan.Penelitian ini menganalisis komoditas kopi Indonesia.Selain itu cakupan penelitian juga memiliki persamaan yaitu cakupan pasar internasional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitianpenelitian terdahulu adalah terletak pada metode analisis dan data yang digunakan. Penelitian ini hanya menggunakanRCA (Revealed Comparative Advantage)dalam menganalisis keunggulan komparatif, Indeks Spesialisasi Pasar (ISP),dan analisa kualitatif menggunakan teori Berlian Porter. Sementara itu data yang digunakan dalam peneltian ini berupa data sekunder time series dari tahun 2002-2011.
10
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran Teoritis Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan bagian dari ekonomi internasional.Perdagangan internasional merupakan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan antar Negara. Pelakunya dapat oleh penduduk suatu Negara dengan Negara lain atau oleh pemerintah suatu negara dengan negara lain.Perdagangan internasional ini tercermin dari aktivitas ekspor-impor suatu Negara yang akan member kontribusi terhadap pendapatan negara (Produk Domestik Bruto (PDB)) (Asmarantaka, 2012). Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Manfaat perdagangan internasional adalah .2 1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan IPTEK dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri. 2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri 3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri. 4. Transfer teknologi modern
2
Staff gunadarma.2012. ahim.staff.gunadarma.ac.id/.../Perdagangan+internasional diakses 10 Oktober 2013
11
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern. Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara. Disamping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya keuntungan perdagangan (gain from trade).Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional antara lain disebabkan dua alasan berikut. Pertama, negara-negara yang berdagang karena berbeda satu sama lain (berbeda dalam kepemilikan sumber daya, baik dalam jenis maupun kualitasnya), setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksinya. Maksudnya, jika setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu maka mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan mereka menghasilkan segala jenis barang.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan internasional dapat dilihat dari teori penawaran dan permintaan. Menurut Koo dan Kennedy (2005)Gambar yang menunjukkan permintaan domestik dan pasokan di negara pengimpor (A) dan gambar c menunjukkan permintaan dan penawaran domestik di negara pengekspor (B). Permintaan impor (ED) dan penawaran ekspor (ES) yang berasal dari permintaan dan penawaran domestic seperti yang ditunjukkan dalam bagian sebelumnya.Sebelum terjadi perdagangan internasional, harga keseimbangan di negara A adalah $ 50 per unit dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak 25 unit. Di negara B, harga ekuilibrium $ 30 dan jumlah yang ditawarkan sebanyak 25 unit.Ketika perdagangan diperbolehkan, keseimbangan internasional terjadi pada titik E di mana pasokan ekspor memotong permintaan impor pada gambar (b). Harga ekuilibrium sama dengan $ 40, yang sesuai dengan volume keseimbangan 10 unit yang diperdagangkan di pasar internasional. Volume perdagangan ini sama dengan impor negara A dan ekspor negara B.Kenaikan bersih dalam kesejahteraan sosial total adalah jumlah dari daerah segitiga A dan B. Bagian atas segitiga (area A) adalah kenaikan bersih kesejahteraan sosial konsumen di negara pengimpor (area C pada gambar (a). Semakin rendah segitiga (area B) adalah kenaikan bersih kesejahteraan sosial produsen di negara pengekspor (area D pada gambar (c)).
3
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/1.htm diakses 11 Oktober 2013
12
Gambar. 3. Kurva keseimbangan parsial perdagangan internasional Sumber :Koo dan Kennedy, 2005 Teori Ekspor-Impor Menurut Amir (2004), ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing.Tujuan kegiatan ekspor adalah meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba), membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestic (membuka pasar ekspor). Sedangkan impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran dalam masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing.Tujuan kegiatan impor adalah memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengan cara mendatangkan barang yang belum tersedia di dalam negeri dari luar negeri. Konsep Daya Saing Daya saing adalah kapasitas suatu bangsa untuk menghadapi tantangan persaingan pasar internasional dan tetap menjaga atau meningkatkan pendapatan riilnya.Dari sisi perdagangan internasional, sasaran kebijakan perdagangan internasional seyogyanya diarahkan untuk mempertahankan daya saing produk Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif dan melakukan spesialisasi pengembangan niche di sektor manufaktur serta mengembangkan keunggulan komparatif baru (termasuk di jasa-jasa seperti pariwisata dan ekspor tenaga kerja).Struktur produksi Indonesia perlu diarahkan ke industri yang bernilai lebih tinggi, seperti industri elektronika dan industri pengolahan lainnya; termasuk di antaranya adalah industri perkebunan seperti minyak sawit, karet, dan lainnya yang mengandalkan pada kekuatan sumber daya
13
alam Indonesia.4Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Konsep Keunggulan Kompetitif Menurut Hady (2004) Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara atau bangsa untuk dapat bersaing di pasar Internasional. Menurut konsep yang dikembangkan pertama kali oleh Porter dalam persaingan global suatu bangsa atau Negara yang memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional jika memiliki empat faktor utama yaitu kondisi factor (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industry terkait dan industry pendukung yang kompetitif (related and supporting industry), serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industry (firm, strategy, structure and rivalry). Menurut Porter (1998) dalam Siahaan (2008) bahwa keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumberdaya dan melihat lebih jauh kepada negara-negara yang mempengaruhi dayasaing perusahaan internasional pada industri yang berbeda.Perusahaan memperoleh keunggulan terhadap pesaing dunia yang terbaik karena tekanan dan tantangan.Mereka mendapatkan manfaat dari memiliki pesaing domestik yang kuat, pemasok berbasis daerah asal yang agresif dan permintaan para pelanggan lokal.Keunggulan bersaing negara-negara mencakup tersedianya peranan sumberdaya dan melihat lebih jauh pada keadaan negara yang mempengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri yang berbeda.Sebagian besar sumberdaya yang penting seperti keahlian tenaga kerja yang tinggi, teknologi dan sistem manajemen yang canggih diciptakan melalui investasi oleh orang-orang dan perusahaan.Atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan bersaing industri nasional yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, serta persaingan, struktur dan strategi perusahaan. Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan kesempatan dan peranan pemerintah dalam meningkatkan keunggulan dayasaing industri nasional dan secara bersamasama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan the national diamond ( Gambar 4)
4
Efendi Arianto, 2008. http://strategika.wordpress.com/2008/08/19/daya-saing/ diakses 10 Oktober 2013
14
Gambar 4. ‘ the national diamond system’ Sumber : Porter (1998) Keterangan: Garis ( ),menunjukkan hubungan antara atribut utama. Garis ( -------),menunjukkan hubungan antara atribut tambahan terhadap atribut utama. Konsep Keunggulan Komparatif Keunggulan komparatif (comparative advantage) adalah prinsip dasar yang menyatakan setiap bangsa memiliki aktivitas produksi yang membutuhkan biaya peluang atau biaya kesempatan(opportunity cost) lebih rendah dibandingkan dengan bangsa lain, yang berarti bahwa perdagangan antar dua negara dapat menguntungkan keduanya jika masing-masing mengkhususkan diri dalam produksi barang dan jasa dengan biaya peluang yang relatif lebih rendah. Prinsip ini merupakan dasar perdagangan internasional, namun juga berlaku dalam spesialisasi dan pembagian kerja.5Menurut Apridar (2009) Opportunity costadalah biaya yang dikorbankan dari memproduksi satu barang untuk memproduksi barang lain atau dapat juga dikatakan berapa pengorbanan faktor produksi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi satu barang, dialihkan kepada barang lain yang dianggap mempunyai keuntungan komparatif. Konsep perdagangan yang semakin disukai masyarakat internasional, pertama sekali kali dikemukakan oleh David Ricardo (1772-1823) ini dikenal juga dengan teori “ comparative cost” atau “ comperative advantage”. Dalam teori ini, setiap negara mengkhususkan produksinya dalam bidang –bidang yang diunggulinya secara komparatif dan semua negara melakukan perdagangan secara bebas tanpa hambatan, maka akan tercapainya efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi dan pada gilirannya produksi dunia secara keseluruhannya akan mencapai maksimum, sehingga makin tinggi kemakmurannya. Menurut teori cost comparative 5
http://kamusbisnis.com/arti/keunggulan-komparatif/ [akses 21Oktober 2013]
15
advantage (labor efficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relative lebih efisiensi serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relative kurang atau tidak efektif. Kerangka Pemikiran Operasional Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar ketiga di dunia pada tahun 2012, pada urutan pertama adalah Negara Brazil dan di urutan kedua adalah Negara Vietnam.Luas lahan perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.3 juta hektar (ha) dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1 juta hektar dan luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 0.30 hektar.Walaupun kualitas cita rasa kopi robusta di bawah kopi arabika, tetapi kopi robusta tahan terhadap penyakit karat daun.Oleh karena itu, luas areal pertanaman kopi robusta di Indonesia lebih besar daripada luas areal pertanaman kopi Arabika sehingga produksi kopi robusta lebih banyak. (Rahardjo,2012) Walaupun Indonesia menjadi negara produsen terbesar di dunia ternyata Indonesia masih harus mengimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan kopi dalam negeri.Tahun ini (2013) Indonesia masih mengimpor kopi 70 ribu ton atau naik 300% dibandingkan impor tahun lalu.Kopi tersebut sebagian besar diimpor dari Brasil dan Vietnam sebagai produsen kopi pertama dan kedua dunia. 6Ekspor yang paling tinggi untuk produk kopi yaitu biji kopi, sedangkan produk olahan kopi masih sangat rendah jika kita bisa memaksimalkan produk olahan kopi untuk diekspor maka kita bisa lebih bersaing dari penghasil kopi pertama dunia.Produk olahan yang dimaksud bisa seperti lulur, kopi bubuk siap saji, kopi siap minum, esense kopi, sirup, dan bahan panganan lainnya.7Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian “Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Indonesia di Pasar Internasional” ini adalah menganalisis daya saing kopi Indonesia pada pasar internasional. Demikian juga menganalisis posisi spesialisasi Indonesia sebagai negara spesialisasi importir atau eksportir kopi.Tahapan dalam penelitian ini adalah melakukan kajian tentang potensi, kendala, dan peluang komoditas kopi melalui analisa teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory) tentang keunggulan bersaing negara yaitu keunggulan kompetitif. Pendekatan lain yang digunakan adalah menggunakan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA). Analisis ini digunakan untuk menjelaskan kekuatan dayasaing komoditas kopi Indonesia terhadap produk sejenis dari negara lain yang juga menunjukkan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen dibandingkan dengan negara lainnya dalam pasar kopi internasional. Pendekatan lain yang digunakan adalah menggunakan analisa Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk 6
www.metrotvnews.com/Indonesiaprodusenkopiterbesarketigadiduniatapimasihimpordiakses 15 Oktober 2013 7 http://3boyo.blogdetik.com/2013/08/31/daftar-negara-penghasil-kopi-terbesar-di-duniaindonesiasalah-satunya/ diakses 15 oktober 2013
16
mengetahui apakah Indonesia lebih baik menjadi eksportir ataukah importir kakao. Untuk lebih jelasnya akan diperlihatkan diagram alur pemikiran dari penelitian (gambar 5)
17
Latar Belakang Indonesia merupakan produsen kopi ke tiga didunia pada tahun 2012 Nilai devisa negara dari ekspor komoditas kopi masih fluktuatif meski menunjukkan trend peningkatan, sedangkan untuk volume ekspor mengalami penurunan. Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan kopi domestic sehingga perlu melakukan impor. Saat ini, sebagian besar tanaman kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi robusta (90%) dan sisanya kopi arabika.
Analisis Daya Saing Kopi di Pasar Internasional
Menganalisa Keunggulan Komparatif Komoditas Kopi Indonesia
Menganalisa apakah Indonesia lebih baik menjadi eksportir ataukah importir kopi.
Menganalisa Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia
Analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA)
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory)
Rekomendasi Gambar 5. Kerangka pemikiran Operasional
18
Metode Penelitian Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai posisi daya saing kopi Indonesia di pasar Internasional mulai tahun 2002-2011.Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Febuari 2014 dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2014. Penelitian ini juga melakukan wawancara langsung dengan petani kopi, bernama bu Wiwin di kecamatan Rajadesa, kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi ini dipilih karena produksi perkebunan terbanyak kedua di kabupaten Ciamis adalah kopi sedangkan yang pertama adalah tanaman kelapa. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data deret waktu (time series) selama sepuluh tahun dari tahun 2002 sampai tahun 2011 karena dengan adanya data selama sepuluh tahun sudah dapat memberikan gambaran tentang perkembangan dari komoditas kopi tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jumlah produksi kopi Indonesia dan dunia, nilai ekspor kopi Indonesia, negara-negara produsen, dan eksportir kopi di dunia, harga, pangsa pasar masing-masing negara, nilai ekspor komoditas Indonesia dan ekspor komoditas dunia. Sumber data diperoleh dari dari Badan Pusat Statistik, FAO(Food and Agricutural Organization), AEKI (Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia), USDA (United States Department of Agriculture), UN Comtrade danDepartemen Pertanian yang ditelusuri menggunakan jaringan internet.Sumber informasi lainnya diperoleh dari buku, artikel, jurnal dan internet.Dalam penelitian ini juga menggunakan data-data yang berasal dari literature dan penelitian-penelitian terdahulu dan melakukan wawancara dengan petani kopi. Tabel3 Jenis dan sumber data Sumber data sekunder Data yang digunakan USDA (United States Department total produksi kopi didunia of Agriculture) Food and Agriculture Nilai ekspor dan impor Kopi Indonesia, Organization (FAO) UN Comtrade Nilai ekspor kopi dan seluruh komoditas dunia AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Luas areal dan produksi kopi menurut jenisnya Indonesia). BPS (Badan Pusat Statistik) Perkembangan PDB Komoditas Primer Perkebunan Majalah, Internet, Jurnal Keadaan industri kopi nasional dan Internasional. Wawancara petani Informasi teknis
19
Metode Analisis dan Pengolahan data Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.Analisa kuantitatif digunakan untuk menganalisis situasi dan kondisi faktor penentu daya saing dan faktor strategis dalam menghadapi persaingan di pasar internasional. Menurut Tambunan (2003) dalam Anggit (2012) analisis daya saing khususnya analisis keunggulan komparatif dapat menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA adalah indeks yang menyatakan keunggulan komparatif yang merupakan perbandingan antara pangsa ekspor suatu komoditi dalam ekspor total negara tersebut dibandingkan dengan pasar ekspor komoditi yang sama dalam total ekspor dunia. RCA digunakan dalam studistudi empiris untuk mengukur perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari suatu produk dari suatu negara terhadap dunia, untuk analisis keunggulan kompetitif secara kuantitatif menggunakan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan).ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai ekspor dan nilai impor suatunegara dibandingkan dengan jumlah nilai ekspor dan nilai impor negara tersebut, atau dengan kata lain ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan dari suatu negara. Indeks ISP juga bisa digunakan untuk analisis proses tahapan industrialisasi dan perkembangan pola perdagangan komoditi tersebut.Analisis keunggulan kompetitif secara kualitatif dilakukan menggunakan teori Berlian Porter.Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan softwareMicrosoft Excel 2007. RCA (Revealed Comparative Advantage) Konsep RCA (Revealed Comparative Advantage) secara luas digunakan dalam praktek untuk menentukan sektor yang lemah dan kuat suatu negara. Indeks yang paling sering digunakan dalam hal ini disebut Indeks Balassa (Balassa, 1965 dalam Gandolfo,2004). Langkah ini menangkap sejauh mana ekspor negara yang lebih dari produk dari negara rata-rata. Mengingat kelompok negara referensi indeks Balassa pada dasarnya membandingkan pangsa kategori produk ekspor negara itu ke pangsa kategori produk dalam kelompok referensi (misalnya ekspor dunia secara keseluruhan).Untuk menganalisis keunggulan komparatif dari komoditas tertentu di suatu negara dapat menggunakan RCA (Revealed Comparative Advantage) yang bertujuan untuk membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu suatu negara dengan pangsa pasar sektor tertentu negara atau produsen lainnya.Menurut Wibowo dan Kusrianto (2010) tujuan penggunaan RCA adalah untuk mengukur keunggulan komparatif suatu produk di negara/wilayah tertentu dalam penelitian adalah produk kopi.Indeks ini menunjukkan perbandingan antar pasar ekspor suatu komoditas negara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut dari seluruh dunia. Dengan istilah lain, RCA dapat menjadi indikator keunggulan komparatif atau daya saing ekspor komoditas tertentu suatu negara terhadap dunia. Konsep pengukuran RCA dilakukan dengan menghitung kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk
20
terhadap total ekpor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia Revealed Comparative Advantage (RCA) = Dimana : Xij ∑iXij ∑jXij ∑i∑jXij
: Nilai ekspor komoditi kopi dari negara j : Total nilai ekspor seluruh komoditas dari negara j : Total nilai ekspor dunia komoditi kopi : Total nilai ekspor dunia untuk seluruh komoditas
RCA dapat dihitung untuk nilai ekspor komoditi tertentu. Jika RCA>1 (lebih dari satu), menunjukkan pangsa komoditi kopi dalam total ekspor negara lebih besar dari pangsa komoditi yang bersangkutan di dalam ekspor dunia. Semakin besar nilai RCA menunjukkan semakin kuat keunggulan komparatif yang dimiliki.Implikasinya, negera tersebut memiliki kemampuan untuk mengekspor komoditi yang dimaksud tanpa meninggalkan prinsip-prinsip efesiensi produksi. 8 Pada penelitian ini melakukan perhitungan RCA pada empat negara yaitu Brazil, Vietnam , Indonesia, dan Kolombia karena ngara-negara tersebut merupakan negara-negara terbesar produsen kopi didunia. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas.ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu komoditas, posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir komoditas pertanian tersebut. Secara umum ISP dapat dirumuskan sebagai berikut : ISP = Dimana : Xia= nilai ekspor komoditas biji kopi Indonesia Mia= nilai impor komoditas bijikopi Indonesia Secara implisit, indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran, dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah permintaan domestik, atau sesuai dengan teori perdagangan internasional, yaitu teori net of surplus, dimana ekspor dari suatu barang terjadi apabila ada kelebihan atas barang tersebut di pasar domestik. Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan +1. Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1, maka komoditi bersangkutan dikatakan mempunyai negara yang bersangkutan cenderung sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada permintaan domestik).Sebaliknya, jika negara tersebut cenderung sebagai pengimpor (suplai 8
http://prasetyowidi.wordpress.com/category/indonesia/ (diakses tanggal 3 maret 2014)
21
domestik lebih kecil dari permintaan domestik), jika nilainya negatif dibawah 0 hingga -1.Apabila indeksnya mengalami peningkatan maka daya saingnya juga akan meningkat, dan begitu juga sebaliknya.9 Teori Berlian Porter Menurut Porter (1998), keunggulan kompetitif suatu negara dapat dikaji dengan empat atribut yang dimilikinya dengan sebutan “the national diamond”. Empat atribut tersebut adalah kondisi factor/input (factor condition), kondisi permintaan (demand condition), industri pendukung dan terkait (related and supporting industries), serta persaingan, struktur, dan strategi perusahan (firm strategy, structure, and rivalry).Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan kesempatan dan peranan pemerintah dalam meningkatkan dayasaing industri nasional.Penjelasan dari keempat atribut utama dan dua atribut tambahan yang merupakan faktor pendorong daya saing suatu negara adalah sebagai berikut : 1. Kondisi Faktor Kondisi faktor yang penting dalam menentukan daya saing yaitu berupa faktor produksi atau input yang digunakan dalam produksi seperti tenaga kerja (sumber daya manusia), sumber daya alam, modal, ilmu pengetahuan dan teknologi dan infrastruktur. Faktor yang menunjukkan keunggulan kompetitif suatu negara dapat dilihat adanya tenaga kerja yang terampil dan ketersediaan bahan mentah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan atau negara lain.Komponen tersebut menentukan keunggulan kompetitif suatu negara terutama negara berkembang karena negara berkembang memiliki faktor produksi seperti tenaga kerja terlatih yang ditunjang dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang cukup ketersediaan bahan mentah yang dikelola dengan baik merupakan faktor produksi yang penting dan berharga.Ketersediaan faktor tersebut juga harus didukung oleh biaya dan modal serta aksesbilitas dalam memperoleh biaya dan modal tersebut serat kondisi sarana dan prasarana (infrastruktur) yang memadai. 2. Kondisi Permintaan Kondisi permintaan domestic merupakan faktor penting penentu daya saing industry, terutama mutu permintaan domestik.Keunggulan kompetitif akan tercipta ketika pasar lokal untuk produk tertentu lebih besar dari pada pasar internasional dan perusahaan lokal memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pasar lokal.Mutu permintaan (persaingan ketat) di dalam negeri memberikan tentangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya sebagai tanggapanterhadap mutu persaingan di pasar domestik. Permintaan lokal yang lebih besar akan membawa keunggulan kompetitif suatu negara.
9
www.kemendag.go.id/addon/depdag_ISP (diakses tanggal 3maret 2014)
22
3. Industri Terkait dan Industri Pendukung Salah satu komponen terkait adalah industri hulu yang mampu memasok input bagi industri utama dan juga industri hilir yaitu industriyang menggunakan produk industri utama sebagai bahan baku utamanya.Industri terkait dan pendukung akansemakin memperkuat posisi bersaing suatu negara apabila suppliers dan industri pendukung merupakan pesaing global yang kuat dalam perdagangan internasional 4. Struktur, Persaingan, dan Strategi. Struktur industri dan struktur perusahaan menentukan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industry tersebut. Struktur perusahaan sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan tersebut dikelola dan dikembangkan dalam kondisi persaingan,baik domestic maupun internasional.Tingkat persaingan bagi perusahaan akan mendorong kompetisi dan inovasi.Perusahaan yang mampu bersaing dalam industri nasional akan mampu memenangkan persaingan internasional. 5.Peran Pemerintah Peran pemerintahsebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap peningkatan daya saing tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu daya saing tersebut. Pemerintah dapat bertindak sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing. Misalnya dalam kondisi faktor sumber daya, pemerintah dapat membantu melalui subsidi kebijakan pasar modal, kebijakan pendidikan dan lainnya. Pemerintah juga dapat berperan sebagai regulator dimana pemerintah dapat mempengaruhi tingkat daya saing global melalui kebijakan yang memperlemah atau memperkuat faktor penentu daya saing industri, tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara langsung. 6. Peran Peluang Peran kesempatan atau peluang juga dapat mempengaruhi tingkat daya saing karena berada diluar kendali perusahaan ataupun pemerintah.Beberapa hal yang dianggap keberuntungan merupakan peran kesempatan, seperti adamya penemuan baru yang murni dan perubahan nilai mata uang.Selain itu terjadinya peningkatan permintaan produk industri yang lebih besar dari pasokannya atau kondisi politik yang menguntungkan bagi peningkatan daya saing. Menganalisis keunggulan kompetitif secara kualitatif suatu komoditi menggunakan teori Berlian Porter yaitu dengan cara menganalisis keterkaitan antar komponen utama dan menganalisis keterkaitan antara komponen penunjang dengan komponen utama apakah antar komponen saling mendukung atau tidak. Jika
23
keterkaitan antar komponen pada teori Berlian Porter saling mendukung, artinya komoditi tersebut mempunyai daya saing yang kuat namun jika antar komponen tidak saling mendukung maka dapat disimpulkan bahwa komoditi tersebut mempunyai daya saing yang lemah.
24
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kopi Indonesia Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan. Selain sebagai sumber penghasilan rakyat,kopijuga menjadi komoditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara. Kopi adalah minuman paling populer di dunia dan setiap harinya lebih dari 1 milyar cangkir kopi dikonsumsi manusia di seluruh dunia. Kopi sebagai komoditi paling banyak diperdagangkan di dunia setelah minyak bumi.Potensi pengembangan budidaya kopi tersebut relative tersebar di seluruh Indonesiadan memiliki pertumbuhan yang baik diseluruh wilayah Indonesiakarena didukung oleh keadaan iklim dan geografis Indonesia yang sesuai untuk pertumbuhan kopi.Sentra produksi tanaman kopi yaitu provinsi Bali, Sumatera Utara, Aceh, Lampung, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Peluang perkembangan kopi di Indonesia masih sangat besar terutama Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ke tiga setelah Brazil dan Vietnam pada tahun 2012 dan berdasarkan data USDA (2013) Indonesia menempati urutan keempat setelah Kolombia sebagai negara produsen kopi terbesar di dunia. Sebagai negara produsen, ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia.Negara tujuan ekspor adalah negara-negara konsumer tradisional seperti USA, negara-negara Eropa dan Jepang. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang akhirnya mendorong terhadap peningkatan konsumsi kopi. Perkembangan konsumsi kopi di Indonesia dapat dilihat pada tabel 10. Pada kondisi demand terjadi peningkatan yang cukup baik hal ini dapat meningkatkan pendapatan negara. Berdasarkan data ekspor produk kopi cenderung mengalami peningkatan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1 peningkatan permintaan komoditi kopi tersebut dikarenakan suatu negara tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam negara. Menurut Hutama Sugandhi, Ketua Umum Gabungan Ekspor Kopi Indonesia (2013), salah satu faktor terbesar yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan kopi domestik ini tidak terlepas dari rendahnya produktivitas di Indonesia. Lahan perkebunan kopi Indonesia sudah cukup luas mencapai 1,1 juta hektare. Jauh lebih luas dibandingkan Vietnam yang hanya 550 ribu hektare.Pada tabel4 dapat dilihat bahwa permintaan kopi dunia dari tahun ke tahunmengalami fluktuasi,sedangkan pada tahun 2011 mengalami peningkatan.
25
Tabel 4. Jumlah dan nilai impor kopi dunia tahun 2002-2011 Tahun Quantity (Tonnes) Value (1000 US$) 2002 19641 36 374 2003 22135 32 414 2004 35161 59 361 2005 53429 95 315 2006 91298 178 221 2007 85662 201 775 2008 79518 303 820 2009 86990 209 046 2010 98735 201 323 2011 154128 373 270 Sumber :FAO , 2013
Berdasarkan data tersebut dapat menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi besar untuk menjadi salah satu negara produsen kopi di dunia, dan menjadikan kopi sebagai salah satu sumber devisa negara. Oleh karena itu diperlukan pengembangan melalui penelitian atau kajian mengenai kopi baik dalam bidang produksi, budidaya, kualitas ataupun posisi dagang Indonesia di pasar internasional sehingga nantinya mampu melihat kemampuan Indonesia dalam bersaing dan memperebutkan pangsa pasar dunia. Analisis Keunggulan Komparatif Kopi Indonesia Daya saing kopi Indonesia dapat diukur dari keunggulan komparatifnya. Keunggulan komparatif dari kopi Indonesia dapat dianalisis menggunakanRevealed Comparative Advantage (RCA) yang bertujuan untuk membandingkan posisi daya saing Indonesia dengan Negara eksportir lainnya pada komoditas kopi di pasar Internasional. Jika RCA>1 (lebih dari satu), menunjukkan pangsa komoditi kopi dalam total ekspor negara lebih besar dari pangsa komoditi yang bersangkutan di dalam ekspor dunia. Semakin besar nilai RCA menunjukkan semakin kuat keunggulan komparatif yang dimiliki.negara – negara yang diperbandingkan dengan Indonesia dalam analisis RCA adalah tiga negara eksportir terbesar yang menguasai pangsa pasar kopi dunia Brazil, Vietnam dan Colombia.
26
Tabel 5. Hasil analisis RCA komoditas kopi empat negara dipasar internasional tahun 2002-2011 Countries 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Brazil Vietnam Indonesia Columbia
17.5 25.05 4.24 59.74
18.19 24.34 4.10 57.62
21.37 22.81 12.75 70.43
6.12 6.54 6.19 17.41
5.63 39.46 5.58 57.82
46.79 74.93 32.16 11.32
16.52 20.20 4.71 31.95
17.57 17,86 4.38 32.03
15.67 14.24 2.54 23.25
9.93 19.25 3.91 65.74
Berdasarkan perhitungan RCA pada tabel 5 pada tahun 2002-2011 ternyata Indonesia memiliki daya saing pada komoditi kopi terhadap nilai ekspor kopi dunia dan nilai ekspor seluruh komoditi di dunia, hal ini dibuktikan bahwa nilai RCA lebih dari satu, namun daya saing kopi Indonesia masih tergolong lemah karena pada tahun 2009 sampai 2011 nilai RCA mengalami penurunan. Berdasarkan nilai pangsa pasar Indonesia selama 10 tahun (tabel 6) rata-rata 7 persen (0.07) masih lebih kecil dari tiga negara produsen kopi terbesar lainnya yaitu Brazil, Vietnam dan Columbia. Berdasarkan data produksi (USDA) pada lampiran 1 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara produsen terbesar ketiga didunia dan Brazil sebagai negara pertama produsen kopi didunia dan berdasarkan nilai kuantitas ekspor (ton) pada tahun 2002-2011 FAO (2013) (lampiran 2), Indonesia menempati negara produsen kopi ke empat didunia sedangkan negara Brazil menempati urutan pertama produsen kopi didunia. Hasil pengukuran daya saing menggunakan RCA tidak dapat dijadikan ukuran utama untuk mengukur daya saing, karena masih banyak faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keunggulan daya saing suatu negara yaitu dengan menggunakan Model Berlian Porter daya saing internasional dari Michael Porter yang juga akan dianalisis dalam penelitian ini. Tabel 6 Countries Brazil Vietnam Indonesia Columbia
Pangsa pasar empat negara eksportir kopi terbesar dunia tahun 2002-2011 2002 0.40 0.09 0.07 0.25
2003 0.39 0.12 0.07 0.22
2004 0.42 0.13 0.04 0.21
2005 0.42 0.10 0.07 0.23
2006 0.41 0.15 0.07 0.20
2007 0.40 0.19 0.07 0.19
2008 0.4 0.18 0.09 0.18
2009 0.42 0.17 0.09 0.17
2010 0.45 0.14 0.07 0.17
2011 0.50 0.16 0.07 0.17
x 0.42 0.14 0.07 0.19
Sumber : FAO 2013,diolah
Indeks Spesialisasi Perdagangan Posisi suatu negara menjadi negara eksportir atau importir komoditas pertanian dapat dianalisis menggunakan ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan). Indeks ini mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran, dimana ekspor identik dengan suplai domestik dan impor adalah permintaan domestik, atau sesuai dengan teori perdagangan internasional, yaitu teori net of surplus, dimana ekspor dari
27
suatu barang terjadi apabila ada kelebihan atas barang tersebut di pasar domestik. Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan +1. Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1, negara yang bersangkutan cenderung sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar daripada permintaan domestik).Sebaliknya, jika suatu negara cenderung sebagai pengimpor (suplai domestik lebih kecil dari permintaan domestik), jika nilainya negatif dibawah 0 hingga -1.Perhitungan ISP menggunakan nilai ekspor dan nilai impor komditas bijikopi Indonesia. Tabel 7Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) kopi di Indonesia Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
ISP 0.94 0.94 0.85 0.9 0.88 0.69 0.84 0.89 0.88 0.82
Berdasarkan hasil perhitungan ISP Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara eksportir kopi, hal ini dapat dilihat dari nilai yang menunjukkan nilai positif, diatas 0 sampai 1, negara Indonesiacenderung sebagai pengekspor dari komoditi kopi. Analisis Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia Analisis komponen Porter’s Diamond System Teori yang digunakan untuk menganalisis faktor internal dan faktor eksternal suatu negara atau industri yaitu teori berlian Porter (Porter’s Diamond Theory).Teori ini bertujuan untuk menganalisis keunggulan kompetitif guna untuk menjelaskan permasalahan perdagangan kopi Indonesia yang tidak dapat dijelaskan oleh model keunggulan komparatif.teori Berlian Porter ini merupakan salah satu alat analisis untuk menilai daya saing komoditi kopi Indonesia di pasar internasional.Atribut yang digunakan dalam analisis ini yaitu kondisi faktor sumber daya, kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, kondisi struktur, persaingan dan strategi perusahaan dalam negeri.Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan kesempatan dan peranan pemerintah dalam meningkatkan keunggulan dayasaing industri nasional.
28
1. Kondisi Faktor ( Sumber Daya) Kondisi faktor sangat berpengaruh terhadap perkebunan kopi di Indonesia.Sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu pengetahunan dan teknologi, sumberdaya modal, dan sumberdaya infrastruktur merupakan faktorfaktor yang sangat berpengaruh terhadap dayasaing suatu negara. Semakin tinggi kualitas input, maka semakin besar peluang industri dan negara untuk meningkatkan daya saingnya. Seluruh komponen tersebut sangat berpengaruh dan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pengembangan dan keberhasilan pengusahaan kopi di Indonesia yang pada akhirnya dapat dijadikan acuan dalam mengukur daya saing kopi Indonesia di pasar internasional. a. Sumberdaya Alam Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya terutama untuk sumber daya alam hayati. Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi kopi hal ini dapat terlihat bahwa perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaan tahun 1996- 2014 semakin meningkat, seperti yang terlihat pada lampiran 6. Berdasarkan data tersebut membuktikan bahwa potensi kopi Indonesia cukup besar untuk dikembangkan.Pada tahun 2012, Indonesia menjadi negara ketiga produsen kopi terbesar di dunia dan juga sempat menjadi negara keempat produsen kopi terbesar didunia setelah negara Colombia.Tanaman kopi tersebar terutama di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, sekitar 95 persen areal tersebut merupakan tanaman kopi rakyat, sedangkan kopi perkebunan sebagian besar terdapat di Jawa Timur,dan Jawa Tengah Tabel 9 Luas areal dan produksi kopi Indonesia Daerah Areal (000 ha) Produksi (000 ton) Produktivitas (ton/ha) Sumatera Jawa Bali Sulawesi Nusa Tenggara Lain-lain Jumlah
801 160 36 151 80 67 1295
479 65 21 66 21 20 672
0.6 0.40 0.58 0.43 0.26 0.29
Sumber :AEKI/BPS, Statistik Kopi 2003-2005) (diolah)
Jenis kopi yang banyak dibudidayakan yaitu kopi robusta namun kopi arabika dan kopi jenis lainnya seperti kopi liberikamasih dikembangkan.Adapun peluang pasar kopi baru yang perlu diraih, yaitu kopi spesialti (Specialty coffee).Kopi spesialti termasuk kopi organic, Kopi organic adalah kopi yang diproduksi dengan mengikuti paham pertanian berkelanjutan. Kopi spesialti dari Indonesia dikenal dengan nama geografis tempat produk tersebut dihasilkan seperti kopi Toraja (toraja coffee),dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan, kopi Jawa(java coffee) berasal dari Pegunungan Ijen, Bodowoso, Jawa Timur, kopi Gayo (gayo coffee) berasal dari Takengon, Banda Aceh
29
dan kopi Bali Kintamani (bali kintamani coffee) dari Kintamani, Bangli, Bali dan jenis kopi Indonesia lainnya yang khas dan unik adalah kopi luwak.Saat ini kopi tersebut diproduksi dengan jumlah yang terbatas dan termasuk kopi termahal di dunia. Di Indonesia, Sulawesi Selatan (Sulsel) merupakan salah satu daerah sentra produksi kopi dengan luas areal penanaman mencapai 61.285 hektare. Lampung terdapat sekitar 141.500 hektare tanaman kopi yang menghasilkan, dan sekitar 12.400 hektare kebun yang belum menghasilkan. Dari total luasan itu, setiap tahun diperkirakan total produksi kopi Lampung 150.000 ton, dengan asumsi rata-rata per hektare kebun menghasilkan 700 kg hingga 800 kg kopi. Diharapkan kopi Indonesia dapat berdaya saing dengan mutu / kualitas serta kuantitas yang lebih baik lagi, dimana pangsa kopi Indonesia cukup besar terutama memiliki pangsa ekspor tinggi di Eropa, AS, Jepang, Korea, dan Aljazair.Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa keunggulan yang dimiliki sumberdaya kopi Indonesia merupakan salah satu peluang dalam meningkatkan ekspor dan produksi kopi Indonesia sehingga mampu menyaingi Negara eksportir lainnya dan mampu memperluas pangsa pasar kopi didunia. b. Sumberdaya Manusia. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor sumberdaya yang sangat penting dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengusahaan serta daya saing kopi Indonesia di pasar internasional.Pada pengusahaan kopi, peran sumber daya manusia dapat dilihat dari ketersediaan dan jumlah penyerapan tenaga kerja, serta kualitas tenaga kerja yang mendukung pengusahaan kopi. Sebagian besar perkebunan kopi di Indonesia adalah perkebunan rakyat. Perkebunan ini merupakan kumpulan dari kebun-kebun kecil yang dimiliki oleh petani dengan luasan antara 1 sampai 2 ha dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak. Luas areal perkebunan kopi Indonesia pada tahun 2011 mencapai 1.29 juta ha atau 96.3 persen yakni sebesar 1.24 juta merupakan perkebunan rakyat, terdiri atas 1,04 juta kopi robusta dan 251 ribu ha kopi arabika. Penyerapan tenaga kerja mencapai 2 juta orang pada tahun 2011.Menurut keterangan dari salah satu petani kopi di Kecamatan Rajadesa, kabupaten Ciamis, Jawa Barat ibu Wiwin menyatakan bahwa dalam hal penggunaan teknologi masih belum cukup baik, karena dalam melakukan penggilingan kopi untuk mengupas kopi dari kulitnya hanya bisa dilakukan oleh pedagang di pasar, tempat bu Wiwin menjual kopinya untuk penanganan selanjutnya. Selain petani, sumberdaya manusia lainnya yang mendukung dan terlibat dalam pengusahaan serta perdagangan kopi antara lain pedagang dan eksportir. Pedagang yang terlibat adalah pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pedagang pengumpul ini menjual ke pedagang besar (pedagang antar kota) kemudian dijual ke para eksportir kopi, hal ini juga dilakukan oleh petani kopi di daerah Ciamis tersebut. Sementara itu, eksportir berperan sebagai penyampai komoditas kopi ke konsumenyang berada di luar daerah produsen.Negara yang diekspor untuk kopi yang berasal dari kabupaten Ciamis yaitu Negara India dan Cina.Sumber daya manusia untuk usaha perkopian di Indonesia cukup memadahi, penyerapan tenaga kerja dibidang usaha perkopian sebagian besar masih pada sub sektor perkebunan, sedangkan pada sub sektor industri pengolahan masih sedikit. Tata niaga atau alur distribusi dan pemasaran kopi dapat dilihat pada gambar berikut :
30
Sentra Usaha Tani Kopi
Pengumpul kecamatan
Pedagang Besar Kabupaten/ Propinsi
Eksportir Kopi Gambar 6.Alur distribusi dan pemasaran Kopi di Kabupaten Ciamis Jawa Barat c. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menurut Suwarto (2012) varietas-varietas unggul kopi di Indonesia yang telah digunakan yaitu beberapa klon arabika yang saat ini dianjurkan oleh Kementerian Pertanian antara lain AB 3, S 795, USDA 762, Kartika 1 dan Kartika 2. Sementara itu, kopi robusta yang dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, dan BP 237. Pengolahan buah kopi selama ini dikenal dengan dua cara yaitu pengolahan buah kopi secara kering (dry process) dan pengolahan buah kopi secara basah (wet process). Perbedaan kedua cara pengolahan kopi tersebut pada adanya penggunaan air yang diperlukan untuk pengupasan kuit buah kopi maupun pencucian biji kopi dan selain itu pengolahan secara kering tidak menggunakan alat pengupas buah kopi atau disebut pulper sedangkan untuk pengolahan secara basah menggunakan alat pulper. 1.c. Pengolahan secara kering Pengolahan buah kopi secara kering dalam praktiknya banyak dilakukan oleh petani, terutama di daerah yang sulit air dan alat pengupas buah kopi (pulper) jarang dimiliki oleh petani. Berikut adalah alur pengolahan buah kopi secara kering
31
pemetikan buah Sortasi buah manual Pengeringan Pengupasan kulit/penggerbusan Pemolesan biji Sortasi biji Pengemasan biji Gambar 7. Alur Pengolahan buah kopi secara kering (sumber : Rahardjo,2012) 2.c. Pengolahan secara basah Pengolahan buah kopi secara basah merupakan cara pengolahan yang umumnya dilakukan oleh perusahaan besar perkebunan negara maupun swasta. Pengolahan buah kopi secara basah rata-rata menghasilkan mutu biji kopi yang lebih baik dibandingkan pengolahan biah kopi secara kering . Berikut cara pengolahan kopi secara basah pada alur skematis.
32
Pemetikan buah Sortasi buah manual Sortasi buah siphon (bak berisi air)
Buah merah baik
Buah jelek (mengapung)
Pengupasan kulit buah Fermentasi biji Pencucian biji Pengeringan biji Penggerbusan biji
Sortasi biji Pengemasan biji Gambar 8. Alur Pengolahan kopi secara basah (Rahardjo,2012) Lembaga atau organisasi yang menangani kopi didunia yaitu ICO (International Coffee Organization), sedangkan di Indonesia sendiri lembaga yang menangani kopi yaitu AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia).Selain AEKI, terdapat beberapa nama dan alamat kelembagaan usaha (Kelembagaan Petani, Asosiasi Petani, Asosiasi Pengusaha) yang merupakan instansi pemerintah seperti, Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Dinas Perkebunan Daerah, Lembaga Penelitian/Puslit/PPKKI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia) kelembagaan–kelembagaan tersebut bertempat di Jakarta. Sumber IPTEK lainnya dapat berasal dari perguruan tinggi, media dan jurnal-jurnal penelitian melaluipenelitian mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi
33
yang berkaitan dengan budidaya atau aspek sosial ekonomi. Dalam mengolah data statistic komoditas kopi juga diperlukan lembaga statistik seperti BPS (Badan Pusat Statistik) dan kementerian pertanian khususnya pada tanaman perkebunan. Menurut Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar (2012), arena tanaman perkebunan kopi 96% diusahakan oleh rakyat maka teknik budidayanya belum sesuai dengan anjuran/good agriculture practise (GAP); produktivitas tanaman rendah karena menggunakan bibit asalan; lemahnya kelembagaan petani; value added yang diterima petani rendah karena sebagian yang diekspor dalam bentuk biji kopi, serta terbatasnya modal. Meskipun demikian harapan pengembangan komoditas ini cukup besar karena sistem budidaya kopi akan disesuaikan dengan GAP, upaya meningkatkan barganing position kopi Indonesia di pasar internasional.10 d. Sumberdaya Modal Sumberdaya modal sangat penting dalam pengembangan kopi terutama dalam keberlangsungan usahatani kopi.Permodalan merupakan salah satu yang menjadi permasalahan dan kendala dalam pengembangan pengusahaan kopi.Para petani kopi di kabupaten Ciamis, salah satunya ibu Wiwin, modal usaha yang digunakan untuk melakukan budidaya kopi ini masih berasal dari modal sendiri.Secara umum sumber daya modal untuk investasi pada industry pengolahan kopi berupa investasi yang berbadan hukum seperti koperasi dan tidak berbadan hukum (perorangan atau kelompok).Masih kurangnya minat investor asing ke Indonesia disebabkan oleh berbagai kendala seperti masalah perburuhan atau tenaga kerja, perpajakan, dan terkadang kebijakan pemerintah yang tidak konsisten.Oleh karena itu, diperlukan keseriusan pemerintah dan pihak-pihak terkait yang dapat menjadikan aliran modal untuk pengembangan usaha perkebunan kopi yang terhambat agar dapat berjalan dengan baik, sehingga petani dapat lebih produktif.Hal tersebut dapat diharapkan dapat meningkatkan produksi dan daya saing kopi nasional di pasar internasional. e. Sumberdaya infrastruktur Dalam penanganan pascapanen kopi dan pengolahan kopi, teknologi yang lebih modern sudah tersedia namun tidak terjangkau oleh petani, sehingga petani lebih memilih untuk menjual dalam bentuk biji (green bean).Rantai perdagangan kopi yang paling sederhana adalah dari petani sebagai penghasil biji kopi yang dijual kepada pedangang pengumpul dalam jumlah kecil, kemudian pedagang pengumpul menjual kepada pedagang besar dan dari pedagang besar dijual kepada pengusaha kopi atau eksportir.Umumnya pola perdagangan kopi dipengaruhi oleh tingkat kelancaran transportasi, terutama didaerah terpencil.Daerah dengan transportasi yang cukup lancar keberadaan pedagang pengumpul kecil berkurang dan petani biasanya langsung ke pedagang besar.Sumberdaya infrastruktur meliputi sarana dan prasarana yang digunakan dalam pengusahaan kopi.Ketersediaan sarana dan prasarana dengan baik dapat meningkatkan daya saing kopi di Indonesia. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam budidaya dan pemasaran kopi antara lainsarana dan prasarana pembibitan, penanganan pasca panen, sarana transportasi dan jalan, telekomunikasi. Telekomunikasi berfungsi untuk menyampaikan informasi mengenai perkembangan 10
http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanregar/berita-193-kebijakan-pengembangan-kopi-nasional.html [diakses tanggal 17 Mei 2014]
34
perdagangan kopi terutama informasi harga seperti melalui internet,surat kabar televisi, ataupun radio. Infrastruktur yang terdapat di kabupaten Ciamis untuk menuju ke perkebunan kopi masih sangat kurang baik, yaitu jalan masih rusak dan masih berupa tanah sehingga seringkali mudah becek jika terkena hujan,namun untuk jalan menuju pasar sudah cukup bagus, sedangkan untuk transportasi yang digunakan untuk membawa hasil kopi ke pasar menggunakan mobil atau dapat juga menggunakan motor. Dalam hal informasi harga kopi dipasaran, para petani dapat mengetahui hanya apabila para petani datang ke pasar secara langsung.Permasalahan yang dihadapi industri pengolahan kopi dalam hal infrastruktur yaitu kurang dukungan infrastruktur ditingkat usaha budi daya tanaman kopi (jalan, alat angkut) dan energi listrik, serta belum optimalnya kegiatan forum komunikasi dan koordinasi antar stakeholders (pedagang atau pengusaha kopi), utamanya yang mengarah ke pembentukan kerjasama kemitraan. 2. Kondisi Permintaan. Permintaan sangat penting untuk menciptakan pasar.Ketika suatu produk memiliki permintaan yang sangat banyak, maka produk tersebut memiliki keunggulan yang baik dan mampu menguasai pasar.Permintaan terdiri dari permintaan domestic dan permintaan ekspor, keduanya memiliki peran yang sangat besar.Apabila produk tersebut memiliki permintaan yang besar, industri harus mampu meningkatkan kualitas produk dan melakukan inovasi sesuai dengan permintaan yang diharapkan.Kondisi permintaan kopi dari permintaan domestik dan luar negeri juga merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional. a. Kondisi permintaan Domestik Perdagangan kopi Indonesia lebih banyak dilakukan untuk tujuan ekspor dari pada untuk konsumsi domestik. Namun berdasarkan tabel 10 mengenai konsumsi mengenai konsumsi kopi Indonesia dapat diperkirakan bahwa kebutuhan kopi semakin lama semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk begitu juga dengan konsumsi kopi perkapita pertahun, maka dapat disimpulkan bahwa permintaan domestik semakin lama dapat semakin meningkat.Hal ini dikarenakan di Indonesia, kopi telah mampu dikembangkan menjadi produk olahan berbahan baku kopi seperti kopi instant, ekstrak, esens dan konsentrat kopi. Selain itu di Indonesia, ternyatatelah banyak industri minumanskala kecil, menengah ataupun besar yang juga membuat minuman berbahan dasar kopi dan juga restaurant yang menyediakan minuman berbahan dasar kopi.
35
Tabel 10. Konsumsi Kopi Indonesia Tahun 2010-2016 No
tahun
1 2 3 4 5 6 7
2010 2011 2012 2013** 2014** 2015** 2016**
Jumlah penduduk (jiwa) Kebutuhan kopi (kilogram) 237 000 000 190 000 000 241 000 000 210 000 000 245 000 000 230 000 000 249 000 000 250 000 000 253 000 000 260 000 000 257 000 000 280 000 000 260 000 000 300 000 000
Konsumsi kopi (kg/kapita/tahun) 0.80 0.87 0.94 1.00 1.03 1.09 1.15
Ket : ** estimasi Sumber :AEKI, 2013
Semakin banyaknya industri minuman ataupun industri pengolahan kopi dan semakin meningkatnya konsumsi kopi didalam negeri maka perlu melakukan impor kopi dari negara lain.Indonesia masih melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan domestik seperti yang diungkapkan Hutama Sugandhi ketua GEKI (2013) Indonesia masih mengimpor kopi dari Negara Brazil dan Vietnam sebagai produsen kopi pertama dan kedua dunia.Realisasi impor kopi Indonesia justru tercatat mengalami peningkatan cukup signifikan. BPS mencatat pertumbuhan nilai impor kopi tumbuh 54,86 persen sejak 2008 sampai 2012, dimana pada 2008 nilai impor kopi tercatat sebesar US$ 18 441 juta dan 2012 melonjak hingga US$ 117.195 juta. Disisi volume, impor kopi juga mengalami pertumbuhan sebesar 50.81 persen, dimana pada 2008 sebesar 7.5 juta kilogram dan tahun 2012 melonjak hingga 52.7 juta kilogram.11 b. Kondisi permintaan luar negeri. Selain kondisi permintaan domestik, permintaan luar negeri atau permintaan ekspor kopi juga dapat menentukan daya saing komoditi kopi Indonesia di pasar Internasional. Negara-negara tujuan ekspor dan konsumen utama kopi Indonesia yaitu Negara Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang,sedangkan untuk ekspor produk kopi olahan yaitu di Negara Mesir, Afrika Selatan, Taiwan dan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina dan Singapura.Ekspor kopi sebagaian besar masih didominasi dalam bentuk biji kopi segar atau mentah, sedangkan untuk produk olahan Indonesia misalnya dalam bentuk bubuk masih sangat kecil. 3. Industri Terkait dan Pendukung Faktor lain yang sangat menentukan keunggulan kopi nasional adalah keberadaan industri terkait dan pendukung daya saing komoditas kopi di pasar internasional yang bersifat kompetitif. Industri yang terkait dan industri pendukung produksi kopi yaitu pengadaan bibit unggul dan sarana prasarana produksi serta pengolahan.Untuk pengadaan bibit unggul, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah mampu menghasilkan klon/varietas unggul tanaman kopi. Hasil dari 11
www.beritasatu.com/imporkopiriternyatalebihtinggidariekspornya [diakses tanggal 13 juli 2014]
36
kegiatan pemuliaan tanaman kopi diantaranya memperbaiki sifat unggul tanaman kopidari beberapa aspek antara lain produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, kualitas hasil, serta ketahanan terhadap lingkungan yang kurang sesuai untuk tanaman kopi. Produsen benih kopi adalah sumber benih kopi yang telah melalui proses pemurnian dan ditetapkan secara resmi oleh pemerintah melalui surat keputusan Menteri Pertanian/Direktur Jenderal Perkebunan. Perusahaan perkebunan maupun lembaga penelitian yang memiliki kebun sumber benih kopi yaitu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember, Jawa Timur, PTPN XII Surabaya, PT Kalibendo, Banyuwangi, Disbun Provinsi Bali dan Disbun Provinsi Sumatra Utara. Namun pada perkebunan kopi di kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis, para petani mendapatkan benih kopi dari Sumatera, karena melihat hasil kopi yang baik disana maka awalnya petani yang melakukan budidaya kopi di Sumatera, juga melakukan budidaya kopi di Jawa menngunakan benih kopi Sumatera tersebut. Walaupun Indonesia merupakan salah satu Negara eksportir kopi terbesar didunia namun masih mengandalkan ekspor kopi dalam bentuk biji. Menurut Rahardjo, (2012) ekspor produk kopi olahan kopi Indonesia (bentuk kopi bubuk) masih sangat kecil, kurang dari 1% dibandingkan dengan ekspor biji kopi yang mencapai 99,8%(468.749 ton ditahun 2008). Oleh karena itu dengan adanya ketersediaan kopi dalam bentuk biji yang sangat besar, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produk kopi nasional dengan melakukan diversifikasi produk yang dapat dikembangkan pada skala usaha kecil dan menengah (UKM) serta skala besar, sehingga nantinya mampu meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar dunia.Sedangkan menurut AEKI (2013), industri pendukung seperti industry pengolahan sudah sangat beragam dimulai dari unit usaha berskala home industri hingga industri kopi berskala multinasional.Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam negeri merupakan pasar yang menarik bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dibidang industri kopi12 4. Persaingan, Struktur dan Strategi Adanya persaingan yang sangat ketat di antara negara-negara produsen kopi membuat suatu negara menciptakan strategi dalam meningkatkan dayasaing produknya.Selain Brazil, Vietnam, Indonesia, dan Kolombia, negara penghasil kopi lainnya yaitu Ethiopia, Costarica, Thailand, Guatemala dan India. Strategi yang dikembangkan adalah pendekatan sektor berupa diversifikasi produk kopi olahan ekspor dan meningkatnya riset kopi olahan untuk menghasilkan formula kopi yang diminati masyarakat internasional, serta strategi melalui pendekatan teknologi berupa penguasaan teknologi roasting yang menghasilkanroasted coffee mutu tinggi dan mendorong tumbuhnya modifikasi teknologi pengolahan kopi. Produksi kopi di Indonesia kurun waktu 1996-2014 (lampiran 6) semakin meningkat. Peningkatan 12
http://www.aeki-aice.org/page/industri-kopi/id diakses [22 Mei 2014]
37
produksi tersebut akan mempengaruhi jumlah pasokan kopi dalam negeri dimana pasokan kopi juga akan mengalami peningkatan. Jika pasokan kopi nasional mampu memenuhi permintaan kopi dunia yang cenderung meningkat, maka pangsa pasar kopi Indonesia di pasar dunia akan meningkat, yang artinya memperkuat kemampuan daya saing komoditas kopi Indonesia di pasar Internasional. Strategi yang mampu harus dilakukan untuk menguasai pasar adalah dengan cara melakukan diferensiasi produk. Diferensiasi produk mampu meningkatkan nilai ekspor kopi karena telah mengalami proses peningkatan nilai tambah produk. Seberapa jauh para pesaing dalam sebuah industri dapat melakukan diferensiasi antara satu sama lainnya juga merupakan salah satu unsur penting dalam struktur industri.Saat ini pasar ekspor kopi olahan makin terbuka, terutama ke negara-negara yang sedang berkembang seperti Malaysia, Jepang, Taiwan dan Saudi Arabia. Permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah pengembangan industri pengolahan kopi masih terkendala oleh image bahwa negara produsen belum mampu menghasilkan produk olahan sesuai dengan permintaan pasar, disamping ketatnya persaingan pasar produk olahan.Dalam konteks pengembangan industri, industri biji kopi dan kopi olahan Indonesia mempunyai potensi untuk dikembangkan.Industri biji kopi dan kopi olahan juga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pendapatan tenaga kerja di semua industri.Dalam rangka penumbuhan ekspor kopi Indonesia, maka pengembangan komposisi produk, distribusi pasar, dan daya saing harus diperhatikan.Strategi penetrasi dan pengembangan pasar ekspor merupakan pilihan strategi yang dapat dilakukan.Pada saat bersamaan, peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran ekspor tetap perlu dilakukan.Potensi pengembangan yang dimiliki industri kopi biji dan kopi olahan Indonesia perlu diaktualisasikan dengan memperhitungkan peluang pengembangan pasar internasional.Berbagai produk kopi olahan yang telah dapat diproduksi di Indonesia perlu diekspor untuk memperbaiki kelemahan ekspor Indonesia pada komposisi produk. Para eksportir kopi nasional perlu memperoleh informasi mengenai pasar yang potensial dan efektif, salah satu cara yaitu mengadakan pameran-pameran dagang baik didalam maupun luar negeri, sebagai salah satu cara melakukan strategi promosi. 5. Peranan Pemerintah Peranan pemerintah sangat penting bagi perdagangan kopi Indonesia di pasar internasional.Namun terkadang peran yang dilakukan pemerintah bisa menjadi peluang ataupun bisa menjadi hambatan.Peran serta pemerintah sebagai fasilitator, regulator dan motivator pengawasan perkonomian untuk memajukan komoditas kopi nasional sangat diharapkan.Persaingan global yang dihadapi saat ini membutuhkan pemerintahan yang kuat untuk pengembangan ekonomi domestic.Peran pemerintah saat ini sudah cukup baik. Menurut P2HP (Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian) (2014) dalam upaya meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman kopi, pemerintah telah melakukan kebijakan diantaranya :
38
a. Kebijakan Peningkatan Produktivitas dan Mutu Tanaman Kopi Penerapannya ditempuh antara lain melalui peremajaan kopi rakyat dengan klon unggulan, konversi kopi robusta dengan arabika pada areal yang sesuai, perluasan areal kopi arabika di daerah Indonesia timur, pilot proyek kopi speciality dan organik, membangun usaha penangkaran benih, dan integrasi tanaman kopi dengan ternak. b. Peningkatan ekspor dan nilai tambah kopi. Kebijakan ini dimaksudkan agar ekspor kopi Indonesia tidak lagi berupa bahan mentah (green bean), tapi dalam bentuk hasil olahan dengan mutu yang dikehendaki konsumen, sehingga akan diperoleh nilai tambah di dalam negeri. c.Dukungan Penyediaan Pembiayaan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi sumber pembiayaan yang sesuai untuk pengembangan kopi, baik yang berasal dari lembaga perbankan maupun non bank. d. Pemberdayaan Petani Penumbuhan dan penguatan kelembagaan usaha tani. Untuk mendukung kebijakan ini telah dilakukan pelatihan dan pendampingan bagi petani agar petani dapat memanfaatkan peluang bisnis dan mengembangkan kemitraan usaha. 6. Peranan Peluang Peluang komoditi kopi Indonesia agar dapat bersaing di pasar dunia masih sangat terbuka dan cukup besar. Terutama untuk menghadapi Asean Economic Community (AEC), Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MMA mengatakan bahwa dengan adanya AEC ini, akan terbuka peluang pasar yang semakin besar, yaitu adanya pasar dengan populasi mendekati 600 juta jiwa. Dalam segi kekuatan ekonomi, maka akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar kesembilan setelah Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman, Perancis, Brazil, Inggris, dan Italia. Komoditas utama yang diarahkan memiliki nilai tambah dan daya saing di bidang pertanian terbagi menjadi empat kelompok pangan utama, Kelompok pertama yaitu beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi. Kelompok yang kedua adalah komoditi andalan ekspor yaitu kakao, kopi, sawit, rempah dan teh.Kelompok yang ketiga yaitu komoditi atau produk potensi ekspor dan pasar domestik diantaranya buah tropika, sayuran, biofarmaka, tanaman hias tropika, bahan olahan karet, mete, kelapa dan atsiri. Dan terakhir kelompok komoditi substitusi impor yaitu susu, aneka tepung, daging ayam dan telur.13Salah satu indicator masih adanya peluang bagi komoditas kopi Indonesia adalah semakin meningkatnya permintaan kopi didunia sejalan dengan meningkatnya kebutuhan manusia.Indonesia memiliki pasar yang potensial bagi ekspor kopi yaituAmerika Serikat, Jerman, Jepang, Korea, Thailand, Hongkong.Indonesia juga telah menjadi negara produsen kopi terbesar didunia dan pemasok kopi yang sudah memiliki berbagai macam keunggulan yang dapat memanfaatkan peluang tersebut. Keunggulan tersebut adalah dari segi varietas unggul, potensi produksi dan areal pengembangan yang didukung kondisi geografis dan iklim yang sesuai dan apabila 13
http://deptan.go.id/news/detail.php?id=1125&awal=&page=&kunci= [diakses tanggal 23 Mei 2014]
39
dikelola dengan baik maka tentunya Indonesia akan mampu memasok kebutuhan kopi dunia yang semakin meningkat. Peluang pasar bagi komoditas kopi ini sangat besar, baik dipasar lokal dengan semakin banyaknya industri minuman dan restoran yang membuat minuman berbahan dasar kopi, maupun di pasar internasional dengan total impor dunia yang semakin besar dengan kecenderungan impor yang meningkat.
Keterkaitan Antar Komponen Utama Porter’s Diamond System
1 )Persaingan, struktur, dan strategi dengan kondisi faktor sumber daya Pada komponen persaingan, stuktur, dan strategi dengan kondisi faktor sumberdaya pada agribisnis komoditi kopi ternyata tidak saling mendukung hal ini dikarenakan para petani belum mendapat dukungan tentang adanya strategi untuk melakukan diversifikasi produk berbahan dasar kopi dari suatu industri atau pengusaha kopi terutama para eksportir, dan petani tetap menjual kopi masih dalam bentuk biji mentah. Kondisi faktor sumber daya berupa sumberdaya IPTEK misalnya lembaga penelitian belum mendukung adanya diversifikasi produk olahan kopi hal ini juga dibuktikan bahwa teknik budidaya yang dilakukan oleh petani masih belum sesuai dengan anjuran /good agriculture practice (GAP) sehingga petani masih menggunakan bibit asalan. 2) Kondisi faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung Keterkaitan yang tidak saling mendukungjuga terdapat pada komponen kondisi faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung. Hal ini dikarenakan industri terkait seperti lembaga penelitian walaupun lembaga penelitian telah menghasilkan benih unggul dengan berbagai varietas yang dianjurkan oleh kementerian pertanian, namun para petani masih belum dapat menggunakan benih unggul tersebut sebagai contoh perkebunan kopi di kecamatan Rajadesa kabupaten Ciamis, para petani mendapatkan benih kopi dari Sumatera, karena melihat hasil kopi yang baik disana maka awalnya petani yang melakukan budidaya kopi di Sumatera, juga melakukan budidaya kopi di Jawa menggunakan benih kopi Sumatera tersebut. 3) Kondisi permintaan dengan industri terkait dan industri pendukung Keterkaitan yang tidak saling mendukung juga terdapat pada kondisi permintaan dengan industri terkait dan industri pendukung.Jika kondisi permintaan terus meningkat maka akan menyebabkan industri terkait dan industri pendukung mengimpor bahan baku dari negara lain untuk memenuhi permintaan domestik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa industri terkait dan industri pendukung belum mampu memenuhi permintaan domestik.
40
4) Komponen industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan, stuktur dan strategi agribisnis kopi Pada komponen industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan, struktur dan strategi terdapat keterkaitan yang saling mendukung karena saat ini industry pengolahan kopi sudah mulai beragam menurut AEKI (2013) sehingga strategi untuk melakukan diversifikasi produk kopi olahan mulai dapat terlaksana. Persaingan yang semakin ketat menuntut negara Indonesia untuk selalu melakukan strategi agar produk kopi olahan Indonesia dapat bersaing dengan produk olahan kopi dari negara lain. Oleh karena itu diharapkan dengan semakin banyaknya industri pengolahan kopi, maka kopi Indonesia terutama produk olahan kopi tidak hanya dalam bentuk biji mentahagar mampu bersaing di pasar internasional. 5)Kondisi permintaan dengan persaingan, stuktur, dan strategi Pada komponen permintaan dengan persaingan, struktur dan strategi memiliki keterkaitan yang tidak saling mendukung Hal ini disebabkan karena tren konsumsi kopi dalam negeri yang meningkat akan berpengaruh positif terhadap kondisi permintaan namun hal ini justru dapat mengakibatkan Indonesia terus mengimpor kopi dari negara lain. Selain itu permasalahan yang dihadapi Indonesia adalah pengembangan industri pengolahan kopi masih terkandala oleh image bahwa negara produsen belum mampu menghasilkan produk olahan sesuai dengan permintaan pasar, disamping ketatnya persaingan pasar produk olahan. 6)Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi permintaan Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi permintaan memiliki keterkaitan yang tidak saling mendukung.Hal ini disebabkan ketika permintaan semakin meningkat, namun dari faktor sumber daya masih belum mampu memenuhi permintaan domestik.Misalnya dalam hal sumber daya modal, masih terhambat sehingga dapat menghambat juga dalam hal pengembangan usaha perkebunan kopi.Selain itu dalam hal penggunaan IPTEK, karena sebagian besar perkebunan kopi adalah perkebunan rakyat, penggunaan teknologi tidak digunakan secara optimal sehingga terkadang kualitas kopi menurundan tidak sesuai permintaan pasar.
Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama
1) Peranan pemerintah mendukung semua komponen utama Peran pemerintah sangat mendukung setiap komponen daya saing komoditi kopi Indonesia melalui beberapa kebijakan dan program-program yang telah dilakukan.Bentuk dukungan pemerintah terhadap kondisi faktor sumberdaya yaitu kebijakan peningkatan produktivitas dan mutu tanaman kopi,peningkatan ekspor dan
41
nilai tambah kopi, dukungan penyediaan pembiayaan, dan pemberdayaan petani. Selain itu bentuk dukungan pemerintah terhadap industri pengolahan kopi yaitu mengadakan pameran-pameran dengan mengumpulkan seluruh industri kopi Indonesia untuk mengenalkan produk olahan dari kopi yang mereka produksi, seperti yang dilakukan oleh kementrian perindustrian yang setiap tahunnya mengadakan seminar dan pameran kopi nusantara, kegiatan tersebut juga bentuk dukungan pemerintah dalam komponen persaingan struktur dan strategi dengan melakukan promosi produk olahan kopi, sebagai salah satu cara meningkatkan nilai tambah produk kopi dan juga mendukung strategi diversifikasi produk.Selain itu pemerintah melalui lembaga penelitian seperti PPKKI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao) juga turut mengusahakan penelitian-penelitian untuk menghasilkan varietas baru kopi yang cocok ditanam di Indonesia. 2) Peranan peluang dengan komponen utama Pada komponen kesempatan terhadap sumber daya memiliki keterkaitan yang mendukung hal ini kopi Indonesia memiliki varietas unggul, potensi produksi dan areal pengembangan yang didukung kondisi geografis dan iklim yang sesuai , dan juga areal perkebunan kopi Indonesia masih luas sehingga apabila dikelola dengan baik maka tentunya Indonesia akan mampu memasok kebutuhan kopi dunia yang semakin meningkat. Sedangkan terhadap kondisi permintaan, komoditas kopi Indonesia masih mempunyai peluang yaitu semakin meningkatnya permintaan kopi didunia sejalan dengan meningkatnya kebutuhan manusia, Indonesia juga memiliki pasar yang potensial bagi ekspor kopi yaitu Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Korea, Thailand dan Hongkong.Peluang pasar bagi komoditas kopi yang sangat besar baik dipasar lokal dengan semakin banyaknya industri minuman dan industri pengolahan kopi sebagai industry pendukung.Dalam hal persaingan Indonesia masih memiliki peluang yang besar, terutama dengan adanyaAsean Economic Community (AEC). Dari beberapa penjelasan mengenai keterkaitan antar komponen utama daya saing kopi Indonesia dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tidak saling mendukung.Keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung lebih dominan dalam penelitian ini, hal ini dapat diartikan bahwa daya saing kopi Indonesia masih lemah.Namun adanya peran pemerintah dan kesempatan dapat mendorong upayapeningkatan daya saing komoditi kopi Indonesia.
42
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, mengenai analisis daya saing komoditi kopi Indonesia di pasar Internasional, maka dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Berdasarkan perhitungan RCA pada tabel 5 pada tahun 2002-2011 ternyata Indonesia memiliki daya saing pada komoditi kopi terhadap nilai ekspor kopi dunia dan nilai ekspor seluruh komoditi di dunia, hal ini dibuktikan bahwa nilai RCA lebih dari satu, namun daya saing kopi Indonesia masih tergolong lemah karena pada tahun 2009 sampai 2011 nilai RCA mengalami penurunan. Berdasarkan nilai pangsa pasar Indonesia selama 10 tahun rata-rata 7 persen (0.07) masih lebih kecil dari tiga negara produsen kopi terbesar lainnya yaitu Brazil, Vietnam dan Columbia.Pada data yang sebenarnya berdasarkan data produksi (USDA) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara produsen terbesar ketiga didunia dan Brazil sebagai negara pertama produsen kopi didunia dan berdasarkan nilai kuantitas ekspor (ton) pada tahun 2002-2011 FAO (2013), Indonesia menempati negara produsen kopi ke empat didunia sedangkan Negara Brazil menempati urutan pertama produsen kopi didunia. Berdasarkan analisis kompetitif menggunakan Berlian Porter dapat disimpulkan bahwa Indonesia mempunyai daya saing yang lemah untuk komoditi kopi hal ini dibuktikan sebagian besar keterkaitan antar komponen utama tidak saling mendukung. 2. Berdasarkan hasil dari analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara eksportir kopi, hal ini dapat dilihat dari nilai yang menunjukkan nilai positif, diatas 0 sampai 1, negara Indonesia cenderung sebagai pengekspor dari komoditi kopi.
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan dari hasil analisis daya saing kopi Indonesia di pasar Internasional yaitu : 1. Untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari penjualan kopi dengan mengembangkan dan meningkatkan ekspor kopi dalam bentuk olahan (diversfikasi) sehingga dapat meningkatkan volume dan nilai ekspor kopi. Penanganan pascapanen kopi harus lebih ditingkatkan sehingga kopi yang diekspor tidak hanya dalam bentuk biji mentah nya saja tapi juga dalam bentuk olahan sehingga dapat memperoleh nilai tambah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan pelatihan dan bimbingan kepada petani dan juga kepada industry pengolahan kopi, penyedia fasilitas, serta meningkatkan penelitian yang berkaitan dengan teknik dan proses pengolahan kopi. 2. Dalam masalah permodalan, sebaiknya perlu penanganan yang serius oleh pemerintah karena modal sangat penting bagi para petani yang melakukan
43
pengusahaan kopi. Pemerintah perlu melakukan pendekatan kepada pihak perbankan atau lembaga terkait dengan sumber modal dan pembiayaan. Selain itu pemerintah harus memperhatikan juga mengenai kualitas tenaga kerja, perpajakan serta kebijakan perintah lainnya agar tidak menghambat investor asing yang ingin melakukan investasi untuk pengusahaan kopi nantinya. 3. Infrastruktur di Indonesia diharapkan dapat ditingkatkan kuantitasnya dan kualitasnya, karena untuk kebutuhan ekspor, infrastruktur adalah bagian yang sangat penting yang harus mendapat perhatian khusus terutama untuk jalan dan pelabuhan sebagai sarana transportasi. 4. Diperlukan adanya penelitian selanjutnya terkait dengan strategi pengembangankopi dan produk turunannya di Indonesia karena adanya kebijakan pemerintah dalam hal pengembangan industry hilir kopi.
44
Daftar Pustaka AEKI.2013. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia.http ://aeki-aice.org [ 25 September 2013] Anggit Y.A.D, Rashid.2012. AnalisisDaya Saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di Pasar Internasional [Jurnal].Yogyakarta :Program Studi Agribisnis. SEPA : Vol. 9 No.1 September 2012 : 125 – 133. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, UPN „Veteran‟ Yogyakarta. Asmarantaka, Ratna Winandi.2012. Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonmi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor Amir.2004. Strategi Memasuki Pasar Ekspor Seri Bisnis Internasional No.14. Pnerbit PPM. Jakarta Apridar. 2009. Ekonomi Internasional :Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahn dalam Aplikasinya. Graha Ilmu.Yogyakarta [BPS]. Badan Pusat Statistik.2013.bps.go.id [28 September 2013] Baon, Joko Bako.2011. 100 tahun Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKI) 1911-2011.PPKI.Jember. Departemen Perindustrian.2009.Roadmap Industri Pengolahan Kopi. Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, Departemen Perindustrian [internet] http://agro.kemenperin.go.id [diakses tanggal 18 April 2014] Efendi Arianto, 2008. http://strategika.wordpress.com/2008/08/19/daya-saing/ [10 Oktober 2013] [FAO].Food And Agriculture Organization.2013.http://faostat.fao.org [28 September 2013] Gandolfo,Giancarlo.2004.Elements of International Economics.Springer Science & Business Media.Italy Hady,H.2004.Ekonomi Internasional.Ghalia Indonesia. Jakarta Hady, H.2004.Manajemen Bisnis Internasional.Ghalia Indonesia. Jakarta Irfan Anwar.Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) (http://www.kopibrik.com/gambaran-singkat-kondisi-pasar-kopi-indonesia (diakses 25 September 2013) Khaddaf,Asnawi.2013. Indonesia Produsen Kopi Terbesar Ketiga di Dunia Tapi MasihImpor.www.metrotvnews.com/Indonesiaprodusenkopiterbesarketigad iduniatapimasihimpor [diakses 15 Oktober 2013 ] Kemendag.2014.IndeksSpesialisasiPerdagangan.www.kemendag.go.id/addon/depdag _ISP [diakses tanggal 3 maret 2014]
45
Koo dan Kennedy.2005.International Trade and Agriculture.Blackwell Publishing. Australia. Porter, M.E.1998. The Competitive Advantage of Nations.Free Press. New York Pearce, John A, Robinson, Richard B.2008. Manajemen Strategis :formulasi, implementasi, pengendalian . Penerbit Salemba 4. Jakarta [PPHP] Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian.2013.Daya Saing Kopi Indonesia dengan Vietnam yang Menjadi Eksportir Kopi Terbesar di Dunia.http ://pphp.deptan.go.id Rahardjo, Puji. 2012. KOPI :Panduan Budi Daya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta Ragimun.2012. Analisis Daya Saing Kakao Indonesia [Jurnal].Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu. Ramadhan, Adrian.2009.Analsis Daya Saing Industri Furniture Rotan Indonesia.[Skripsi]. Bogor (ID) :Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Rahmatika, Venti Dini.2011.Analisis Daya Saing Kopi di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas/Assinan Kabupaten Semarang. [Skripsi] Surakarta (ID) :Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Staff gunadarma.2012. ahim.staff.gunadarma.ac.id/.../Perdagangan+internasional [diakses 10 Oktober 2013] Siahaan, Jimmy Andrian.2008.Analisis Daya Saing Komoditas Kopi Arabika Indonesia di Pasar Internasional. [Skripsi].Bogor (ID) :Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suwarto.2012.Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan. Penebar Swadaya. Jakarta Soetriono.2004. Strategi Peningkatan Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta Dengan Model Daya Saing Tree Five.[Jurnal]. Jember : Program Studi Agribisnis Pasca Sarjana,Universitas Jember. Yahmadi, M.2005. Pemasaran Kopi Indonesia di Pasaran Global. Buletin No.6. AEKI Jawa Timur Wulandari,Ayu Riana.2013.Anlisis Daya Saing Ubi Jalar Indonesia Di Pasar Internasional. [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Wibowo, Budhi,Adhi Kusrianto.2010. Menembus Pasar Ekspor : Panduan Menjadi Entrepreneur Kaliber Internasional.Gramedia. Jakarta
46
RIWAYAT HIDUP Penulis di lahirkan di Yogyakarta pada tanggal 11 Desember 1990. Penulis adalah anak kedua dari 2 bersaudara pasangan bapak Yusuf Rau dan ibu Sri Murwati. Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar di SDN KARAWACITangerang pada tahun 2003.Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Yogyakarta dan berhasil menyelesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai mahasiswa Diploma III Agroindustri, Fakutas Teknologi Pertanian dan berhasil lulus pada tahun 2012. Selama menempuh pendidikan Diploma, penulis aktif dalam UKM kerohanian UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) dan pernah menjadi tim kepanitiaan dalam berbagai acara di PMK. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Institut Pertanian Bogor, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, melalui jalur seleksi tertulis.
47
LAMPIRAN
Lampiran 1. Table 03A Coffee Production Thousand 60-Kilogram Bags USDA (2013) Negara
BRAZIL VIETNAM INDONESIA COLUMBIA ETHIOPIA INDIA MEXICO GUATEMALA HONDURAS PERU
2009/2010
2010/2011 2011/2012 2012/2013 Juni Dec 2013/2014 2013/2014
44800 18500 10500 8100 6000 4825 4150 4010 3550 3300
54500 19415 9325 8525 6125 5035 4000 3960 3975 4100
49200 26000 8300 7655 6320 5230 4300 4410 5600 5200
56100 26500 10500 9925 6325 5303 4500 4210 4600 4300
53700 24800 9200 9000 6350 5200 3800 3885 5000 4100
53100 28500 9500 10000 6350 5125 3800 3885 5000 3850
48
49
Lampiran 2 . Nilai Ekspor dan Impor Kopi Indonesia (FAO US $)
Nilai Ekspor Kopi Indonesia INDONESIA Coffee, extracts Coffee, green Coffee, husks and skins Coffee, roasted Coffee, substitutes containing coffee Total
2002 15,718 218,906
2003 15,319 251,250
2004 14,997 283,328
2005 24,909 498,372
2006 31,509 583,513
2007 51,084 634,155
2008 86,825 989,401
2009 94,479 822,313
2010 168,672 812,533
2011 266,828 1,034,815
0 5,012
0 7,857
0 10,786
0 6,035
0 4,989
0 2,262
0 2,057
0 1,702
25 1,753
1,857
0 239,636
0 274,426
0 309,111
0 529,316
0 620,011
0 687,501
0 1,078,283
0 918,494
0 982,983
0 1,303,500
Nilai Impor Kopi Indonesia
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
INDONESIA
Coffee,extracts
1,827.00
2,357.00
17,985.00
19,566.00
24,510.00
44,474.00
74,470.00
23,612.00
22,870.00 73,123.00
Coffee, green
3,699.00
3,758.00
4,697.00
2,055.00
7,666.00
72,708.00
12,738.00
22,208.00
32,240.00 45,519.00
763
2,136.00
2,170.00
4,165.00
4,094.00
5,606.00
5,703.00
2,804.00
2,611.00
3,571.00
0 6,289
0 8,251
0 24,852
0 25,786
0 36,270
0 122,788
0 92,911
0 48,624
2 57,723
29 122,242
Coffee,roasted Coffee,substitutes containing coffee nilai total
Lampiran 3. Nilai ekspor Quantity (tones) NEGARA BRAZIL
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
1,620,443 1,444,822 1,493,847 1,444,273 1,556,762 1,574,231 1,653,960 1,715,209 1,877,210 1,879,870
VIETNAM
718,575
749,200
869,832
892,000
981,000 1,232,100 1,060,884 1,168,000 1,217,868 1,256,400
COLOMBIA
593,506
592,947
589,638
634,209
619,884
653,970
622,140
477,540
434,085
458,489
INDONESIA
330,395
328,440
348,541
455,039
422,193
334,697
491,508
538,765
485,417
423,416
50
51
Lampiran 4.Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) Nilai Ekspor komoditi kopi empat Negara Eksportir Terbesar 2002-2011 (US$) Countries Brazil Vietnam Indonesia Colombia World
2002 2 402 849 600 1 286 539 040 895 669 568 3 128 722 542 12 826 644 489
2003 5 262 320 471 2 019 567 108 1 036 426 320 4 255 714 078 14 810 098 105
2004 7 034 431 888 2 567 445 478 1 176 457 568 3 856 111 100 18 102 730 187
2005 10 133 512 772 2 961 240 012 4 370 543 980 5 970 273 544 24 182 473 466
2006 1 1 812 754 840 3 651 500 451 8 742 179 452 5 947 885 685 84 328 456 851
2007 13 621 025 748 7 666 601 096 2 550 662 814 6 937 152 797 34 728 148 119
2008 16 671 540 336 8 455 044 644 3 965 830 328 7 669 330 779 41 671 196 303
2009 2010 15 164 208 133 896 408 911 112 6 922 194 7 405 643 990 416 3 296 061 3 257 243 540 132 6 298 844 7 654 715 266 971 38 708 47 276 285 593 342 924
2011 32 105 594 308 11 044 856 567 4 146 684 304 1 0 593 987 189 70 548 008 045
Total Ekspor semua komoditas empat negara Eksportir Terbesar 2002-2011 (US$)
Countries Brazil Vietnam Indonesia Colombia World
2002 120 877 299 750 33 412 105 086 114 317 502 290 23 794 976 762 6 352 906
2003 146 406 443 692 40 298 647 490 122 11 6 374 772 26 184 436 138 7 415 728
2004 193 354 492 740 52 970 069 412 143 164 936 244 33 459 355 412 8 999 590
2005 237 057 376 236 64 892 588 334 171 319 895 008 42 380 877 470 10 145
2006 275 612 380 688 79 652 445 604 201 597 231 334 48 781 950 200 1 1 856
2007 321 297 739 456 97 122 686 372 228 201 745 606 59 982 664 007 13 522 192
2008 395 884 885 818 125 370 259 392 137 020 424 402 75 251 764 125 43 945 454
2009 305 989 485 610 114 192 548 914 233 019 983 562 65 705 971 672 12 156 702
2010 394 712 872 450 144 473 330 000 315 558 206 940 79 639 057 287 14 802 160
2011 512 077 404 112 193 811 347 925 406 993 238 370 11 307 032 174 17 658 106
010 587
192 145
077 812
673 627 658
589 199,158
634 902
982 769
491 461
762 486
849 404
Nilai RCA Countries
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Brazil Vietnam Indonesia Colombia
9.93 19.25 3.9 65.74
17.5 25.05 4.24 59.74
18.19 24.23 4.10 57.62
21.37 22.81 12.75 70.43
6.12 6.54 6.19 17.41
5.63 39.46 5.58 57.82
46.79 74.39 32.16 11.32
16.52 20.20 4.71 31.95
175.76 170.86 4.38 32.03
15.67 14.24 2.54 23.25
52
53
Lampiran 5. Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Nilai ekspor dan impor kopi Indonesia (1000 US$) FAO
Ekspor Impor
2002 239 636 6 289
2003 274 426 8 251
2004 309 111 24 852
2005 529 316 25 786
2006 620 111 36 270
2007 687 501 122 788
2008 1 078 283 92 911
2009 918 494 48 624
2010 982 983 57 723
2009 0.89
2010 0.88
2011 1 303 500 122 242
Nilai ISP (Indeks Spesialisasi Perdagangan) Negara Indonesia
2002 0.94
2003 0.94
2004 0.85
2005 0.90
2006 0.88
2007 0.69
2008 0.84
2011 0.82
Lampiran 6 Perkembangan luas areal dan produksi perkebunan kopi di Indonesia menurut pengusahaan tahun 1996-2014 Tahun
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012* 2013* 2014*
Luas (Hektare) Perkebunan Perkebunan Rakyat Negara 1,103,615 1,105,114 1,068,064 1,059,245 1,192,322 1,258,628 1,318,020 1,240,222 1,251,326 1,202,392 1,255,104 2,143,429 1,236,842 1,217,506 1,162,810 1,245,176 1,258,029 1,278,706 1,300,802
24,169 32,232 39,139 39,316 40,645 26,954 26,954 26,597 26,597 26,641 26,644 23,721 22,442 22,794 22,681 22,873 22,908 24,942 25,373
Jumlah Perkebunan besar Swasta 31,295 32,682 46,166 28,716 27,720 27,801 27,210 25,091 26,020 26,239 26,983 28,761 35,826 25,935 24,873 24,916 24,958 27,352 27,825
1,159,079 1,170,028 1,153,369 1,127,277 1,260,687 1,313,383 1,372,184 1,291,910 1,303,943 1,255,272 1,308,731 1,295,911 1,295110 1,266,235 1,210,364 1,292,965 1,305,895 1,331,000 1,354,000
Produksi (ton) Perkebunan Perkebunan Rakyat negara
Perkebunan besar swasta
435,757 396,155 469,671 493,940 514,896 541,476 654,281 644,657 618,227 615, 556 653,261 652,336 669,942 653,918 657,909 604,840 718,903 697,253 706,690
10,265 11,213 19,021 11,593 9,924 9,647 9,610 9,591 12,134 7,775 11,880 10,498 10,742 14,385 14,947 14,987 15,018 15,841 16,097
13,184 21,050 25,759 26,208 29,754 18,111 18,128 17,007 17,025 17,034 17,017 13,642 17,332 14,387 14,065 14,164 14,188 14,906 15,213
Jumlah
459,206 428,418 514,451 531,687 554,574 569,234 682,019 671,255 647,386 640,365 682,158 676,476 698,016 682,690 686,921 633,991 748,109 728,000 738,000
Sumber : Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian dalam AEKI, 2013 * Angka sementara
54
Lampiran 7. Dokumentasi hasil survey lapangan perkebunan kopi di kecamatan Rajadesa, Kabupaen Ciamis Jawa Barat
55