ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
SEMESTER II TAHUN 2013
i BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK JAKARTA, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya Laporan Analisis dan Penilaian Multi Indikator Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional sampai dengan Semester II tahun 2013 telah dapat diselesaikan. Laporan analisis dan penilaian ini menyajikan hasil pelaksanaan program sejak bulan Januari sampai dengan Desember 2013. Sumber data yang dipakai sebagian besar dari hasil sistem pencatatan dan pelaporan (R/R) BKKBN. Penilaian ini dilakukan seobyektif mungkin sesuai dengan ketentuan dan tata cara yang telah ditetapkan dalam buku petunjuk tentang Analisis dan Penilaian Multi Indikator Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang telah dibakukan. Dari hasil Analisis dan penilaian ini diharapkan dapat diperoleh informasi yang bermanfaat sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengelolaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional selanjutnya. Disadari sepenuhnya dalam analisis dan penilaian multi indikator Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional sampai dengan Semester II tahun 2013 ini masih belum sempurna karena berbagai keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, diharapkan masukan serta saran para pembaca yang akan dijadikan sebagai bahan penyempurnaan analisis dan penilaian multi indikator Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional selanjutnya. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bahan masukan dan berpartisipasi dalam menyusun Analisis dan Penilaian Multi Indikator Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional sampai dengan Semester II tahun 2013 ini.
Jakarta, Maret 2014 Direktur Pelaporan dan Statistik
Drs. Bambang Marsudi, MM
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................... A. Latar Belakang .......................................................................................... B. Tujuan .......................................................................................................... C. Ruang Lingkup..........................................................................................
1 1 2 2
BAB II
JENIS INDIKATOR DAN CARA PENILAIAN ............................................ 3 A. Jenis Indikator .......................................................................................... 3 B. Cara Penilaian ........................................................................................... 5
BAB III
ULASAN HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN INDIKATOR ...... A. Nilai Indikator Input .............................................................................. B. Nilai Indikator Proses ............................................................................ C. Nilai Indikator Output ........................................................................... D. Nilai Indikator Dampak .........................................................................
BAB IV
ULASAN HASIL RASIO ANTAR INDIKATOR DAN KINERJA DAERAH ............................................................................................ 22 A. Rasio Antar Indikator ............................................................................ 22 B. Tingkat Perkembangan Program ...................................................... 23
BAB V
KESIMPULAN .................................................................................................... 25
8 8 11 14 19
LAMPIRAN
ii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejalan dengan terjadinya reformasi di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan bidang kehidupan lainnya, program kependudukan dan keluarga berencana (KKB) nasional juga mengalami perubahan. Perubahan paling mencolok adalah diserahkannya sebagian besar wewenang penyelenggaraan program KKB nasional dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah kabupaten dan kota. Dengan demikian, pelaksanaan program KKB nasional di daerah sangat tergantung kepada kebijakan strategis para pemangku jabatan yang ada di daerah. Dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan strategis yang terjadi dan sejalan dengan upaya revitalisasi program KKB nasional telah dirumuskan Visi, Misi, dan Strategi Dasar program KKB nasional yang baru. Reformulasi arah kebijakan program ke depan ini diperlukan dalam rangka membangun kembali sendi-sendi program yang melemah pasca desentralisasi. Visi, misi, dan strategi dasar program yang baru ini, sebagaimana diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009, merupakan arah, acuan, dan rujukan bagi petugas BKKBN maupun pengelola program lainnya dalam menetapkan kebijakan program KKB nasional. Dengan ruang lingkup dan dimensi yang semakin luas serta semakin kompleksnya tantangan yang dihadapi menuntut upaya pengerahan seluruh potensi yang dimiliki, baik berupa daya, dana, sarana, maupun kemampuan manajemen yang dapat mengarahkan segala sumber yang ada untuk mencapai tujuan program secara efektif dan efisien. Untuk itu mutlak diperlukan dukungan maksimal dari unsur-unsur penunjang yang salah satu diantaranya adalah kegiatan analisis dan evaluasi program. Sebagai salah satu bagian integral manajemen program KKB nasional, kegiatan analisis dan evaluasi program, dalam hal ini Analisis dan Penilaian Multi Indikator, selalu berusaha menyajikan informasi terpilih secara cepat, tepat, dan akurat sesuai dengan tuntutan perkembangan program; mengidentifikasi berbagai masalah dan hambatan yang terjadi; serta memberikan masukan bagi solusi pemecahannya. Dengan cara ini diharapkan hasil analisis dan penilaian multi indikator dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan. Data dasar yang digunakan untuk analisis dan penilaian multi indikator umumnya bersumber dari statistik rutin R/R (pelayanan kontrasepsi, pengendalian lapangan, dan pendataan keluarga) dari masing-masing provinsi pada periode tertentu. Analisis dan penilaian multi indikator dilakukan dua kali, yaitu pada Semester I (Januari-Juni) dan Semester II (Januari-Desember). Setelah dilakukan 1
pengolahan dan pengukuran, hasil analisis dan penilaian disajikan dalam bentuk narasi dan lampiran data, sehingga memudahkan bagi siapapun yang membaca dan mencermati laporannya. Selain itu periode pelaksanaan dimaksudkan juga untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai dalam pelaksanaan program KKB nasional pada suatu periode. Dengan demikian para pimpinan di masing-masing tingkatan wilayah dapat menentukan langkah kebijakan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi, sehingga pada periode berikutnya pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional program KKB nasional dapat lebih ditingkatkan. B. TUJUAN Analisis dan penilaian multi indikator dimaksudkan untuk mengukur dan mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Program KKB Nasional Semester II tahun 2013 terhadap berbagai aspek manajemen Program KKB Nasional yang meliputi input, proses, output dan dampak. C. RUANG LINGKUP 1. Sasaran Berbagai variabel strategis yang menggambarkan input, proses, dan output Program KKB Nasional dengan berbagai cara penilaian yang rinci mencakup penyiapan data, pengukuran variabel, pemberian nilai, pengukuran rasio beserta analisisnya. 2. Jangkauan Jangkauan wilayah analisis dan penilaian multi indikator meliputi semua provinsi untuk penilaian di tingkat pusat, kabupaten/kota bagi penilaian di tingkat provinsi, dan kecamatan untuk penilaian di tingkat kabupaten/kota. 3. Sumber Data Data yang digunakan untuk menyusun penilaian Multi Indikator periode Januari s/d Desember 2013 ini bersumber dari Rek.Prov.K/0/Kec-Dal/10, Rek.Prov.F/I/Dal/10, Rek.Prov.F/II/KB/10, Pendataan Keluarga tahun 2013, Rakernas dan Review tahun 2013.
2
BAB II JENIS INDIKATOR DAN CARA PENILAIAN Analisis dan Penilaian Multi Indikator Program KKB Nasional Semester II tahun 2013 ini merupakan penilaian terhadap pengelolaan Program KKB Nasional selama 12 (dua belas) bulan tahun anggaran 2013. Jenis indikator dan tata cara yang digunakan dalam penilaian didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. A. JENIS INDIKATOR Penilaian Multi Indikator Semester II tahun 2013 ini mencakup 4 indikator, yaitu input, proses, output dan dampak. Tiap-tiap indikator memiliki sejumlah variabel. Selain pertimbangan kegiatan yang strategis, pemilihan variabel didasarkan atas tersedianya data dan kontinuitas kegiatannya. Indikator input terdiri dari sumber dana, daya, dan sarana yang meliputi 9 variabel. Indikator proses yang merupakan variabel kegiatan atau proses pemanfaatan input terdiri dari 10 variabel, indikator output terdiri dari 20 variabel yang umumnya merupakan variabel sasaran program dan yang terakhir adalah indikator dampak terdiri dari 4 variabel. Secara rinci variabel-variabel pada setiap indikator adalah sebagai berikut : 1.
INDIKATOR INPUT a. Rasio Petugas Lapangan (PLKB/PKB) Terhadap Desa/Kelurahan b. Rasio PPKBD Terhadap Desa/Kelurahan c. Rasio PUS Terhadap Tempat Pelayanan KB (Klinik KB Pemerintah + Klinik KB Swasta + Dokter dan Bidan Praktek Swasta). d. Persentase PLKB/PKB Yang Sudah Dilatih KIE Terhadap PLKB/PKB e. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS-I) Yang Menjadi Anggota UPPKS Terhadap KPS dan KS I. f.
Rata-Rata Anggaran per Keluarga
g. Rasio Kelompok BKB Terhadap Desa/Kelurahan h. Rasio Kelompok BKR Terhadap Desa/Kelurahan i.
Rasio Kelompok BKL Terhadap Desa/Kelurahan
3
2.
INDIKATOR PROSES a. Persentase Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) Aktif b. Persentase Keluarga Aktif BKB c. Persentase Keluarga Aktif BKR d. Persentase Keluarga Aktif BKL e. Persentase Toga/Toma Aktif KIE f. Rata-Rata Kegiatan Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK) Kecamatan ke Desa/Kelurahan. g. Rata-Rata Kegiatan TKBK Kabupaten dan kota ke Kecamatan h. Rata-Rata Rapat Koordinasi Program (Rakor)KB tingkat Kecamatan
3.
i.
Rata-rata Rakor KB tingkat Desa/Kelurahan
j.
Rata-rata Penyuluhan KB terhadap PLKB/PKB
INDIKATOR OUTPUT a. Persentase Pencapaian Peserta KB Baru (PB) Terhadap PPM-PB b. Persentase Pencapaian PB MKJP Terhadap Total PB c. Persentase Pencapaian PB Pria Terhadap Total PB d. Persentase Pencapaian PB Pelayanan Swasta (Klinik KB Swasta, Dokter dan Bidan Praktek Swasta) Terhadap Total PB. e. Persentase Pencapaian PB KPS dan KS I Terhadap PPM - PB KPS dan KS I f. Persentase Pencapaian PB KPS dan KS I Terhadap Total PB g. Persentase Pencapaian PB MKJP KPS dan KS I Terhadap Total PB h. Persentase Pencapaian PB Pria KPS dan KS I Terhadap Total PB i.
Persentase Pencapaian Peserta KB Aktif (PA) Terhadap PPM-PA
j.
Persentase Pencapaian PA MKJP Terhadap Total PA
k. Persentase Pencapaian PA Pria terhadap Total PA l.
Persentase Pencapaian PA Swasta terhadap Total PA
4
m. Persentase Pencapaian PA KPS dan KS I Terhadap PPM PA KPS dan KS I n. Persentase Pencapaian PA KPS dan KS I Terhadap Total PA o. Persentase Pencapaian PA MKJP KPS dan KS I Terhadap Total PA p. Persentase Pencapaian PA Pria KPS dan KS I Terhadap Total PA q. Persentase Pencapaian PA Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) r. Persentase Unmet Need (PUS bukan peserta KB Ingin Anak Tapi Ditunda dan Bukan Peserta KB Tidak Ingin Anak Lagi) Terhadap PUS. s. Persentase Pencapaian PUS Anggota BKB Yang Ikut KB t. Persentase Pencapaian PUS Anggota UPPKS Yang Ikut KB
4.
INDIKATOR DAMPAK a. Persentase KPS dan KS-I Terhadap Keluarga b. Persentase PUS Yang Istrinya Berusia Di Bawah 20 Tahun Terhadap PUS c. Child Woman Ratio (CWR) d. Total Fertility Rate (TFR)
B. CARA PENILAIAN Penilaian multi indikator dilakukan dengan empat tahapan kegiatan yaitu (1) pengukuran variabel, (2) pemberian nilai, (3) pengukuran rasio dan (4) pengukuran tingkat kemajuan perkembangan program. 1. PENGUKURAN VARIABEL Pengukuran variabel dimaksudkan untuk menghitung atau menentukan besaran nilai untuk setiap variabel pada masing-masing indikator. Pengukuran variabel dilakukan dengan membagi data variabel dengan data pembandingnya guna memperoleh besaran nilai yang layak untuk membuat perbandingan antar wilayah. 2. PEMBERIAN NILAI Setelah pengukuran terhadap seluruh variabel dikerjakan, langkah selanjutnya adalah pemberian nilai. Besaran angka hasil pengukuran dari variabel-variabel; baik yang terdapat di indikator Input, Proses, Output, maupun Dampak; mempunyai satuan (unit) yang tidak selalu sama. Misalnya nilai 5
variabel anggaran menyajikan satuan ukuran “rupiah”, sedangkan nilai variabel peserta KB menggunakan satuan ukuran “persentase”, sehingga kedua variabel yang mempunyai satuan ukuran yang berbeda ini tidak dapat dijumlahkan secara langsung. Agar nilai variabel dapat dijumlahkan, maka angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran variabel harus dikonversi menjadi satuan ukuran yang sama dan berlaku sama untuk semua unit wilayah penilaian. Berdasarkan semua nilai yang telah diberikan untuk setiap variabel, dapat diperoleh nilai untuk setiap indikator. a. Pemberian Nilai 10 Bagi Angka Hasil Pengukuran Terbesar Langkah pertama yang ditempuh dalam pemberian nilai, sebagai upaya penyamaaan satuan ukuran, adalah mencari dan menemukan angka yang tertinggi atau terbesar dari suatu variabel yang telah diukur diantara unit wilayah yang dinilai. Untuk penilaian yang dilaksanakan di tingkat pusat, unit wilayah penilaiannya adalah provinsi; untuk tingkat provinsi, unit wilayah penilaiannya adalah kabupaten/kota; sedangkan tingkat kabupaten/kota, unit wilayah penilaiannya adalah kecamatan. Langkah selanjutnya adalah wilayah yang memiliki angka tertinggi atau terbesar dalam suatu variabel tertentu diberi nilai 10. Selanjutnya pemberian nilai untuk wilayah lain pada variabel bersangkutan disesuaikan secara proporsional terhadap wilayah yang memiliki angka tertinggi tersebut. b. Pemberian Nilai 10 Bagi Angka Hasil Pengukuran Terkecil Secara umum dapat dikatakan bahwa prinsip pemberian nilai 10 berlaku untuk seluruh variabel kecuali variabel Rasio PUS terhadap tempat pelayanan KB; Unmet need; Persentase KPS dan KS I terhadap jumlah keluarga; Child Women Ratio; Persentase PUS yang istrinya berusia di bawah 20 tahun, dan TFR. Pada variabel-variabel tersebut berlaku prinsip penilaian yang terbalik, yakni wilayah yang mempunyai angka pencapaian yang terendah atau terkecil diberi nilai 10. 3. PENGUKURAN RASIO Berdasarkan nilai yang telah ada pada setiap indikator, selanjutnya diukur rasio antara nilai indikator output dengan input, antara nilai indikator output dengan proses, dan antara nilai indikator dampak dengan output pada setiap wilayah yang dinilai. 4. PENGUKURAN TINGKAT KEMAJUAN PERKEMBANGAN PROGRAM Untuk melihat tingkat kemajuan program secara total di tahun 2013 pada masing-masing unit wilayah penilaian, dilakukan dengan menjumlahkan tiga nilai rasio yaitu rasio indikator output terhadap indikator input (O/I), rasio 6
indikator output terhadap indikator proses (O/P), dan rasio indikator dampak terhadap indikator output (D/O), dengan ketentuan : a. Unit wilayah penilaian yang mempunyai total nilai dari tiga rasio ≥ 3,00 mendapat nilai Efisien dan Efektif, dengan ketentuan baik nilai O/I ataupun O/P ataupun D/O tidak < 1. b. Unit wilayah penilaian yang mempunyai total nilai dari tiga rasio ≥ 3,00 dimana O/I < 1, O/P ≥ 1, dan D/O ≥ 1 mendapat nilai Kurang Efisien tapi Efektif. c. Unit wilayah penilaian yang mempunyai total nilai dari tiga rasio ≥ 3,00 dimana O/I ≥ 1, O/P ≥ 1, dan D/O < 1; atau O/I ≥ 1, O/P < 1, dan D/O ≥ 1; atau O/I ≥ 1, O/P < 1, dan D/O < 1 mendapat nilai Efisien tapi Kurang Efektif. d. Unit wilayah penilaian yang mempunyai total nilai dari tiga rasio ≥ 3,00 dimana O/I < 1, O/P ≥ 1, dan D/O < 1; atau O/I < 1, O/P < 1, dan D/O ≥ 1 mendapat nilai Kurang Efisien dan Kurang Efektif. e. Unit wilayah penilaian yang mempunyai total nilai dari tiga rasio < 3,00 mendapat nilai Kurang Efisien dan Kurang Efektif, walaupun salah satu dari nilai O/I atau O/P atau D/O ≥ 1.
7
BAB III ULASAN HASIL PENGUKURAN DAN PENILAIAN INDIKATOR Nilai indikator adalah hasil penjumlahan dari nilai variabel-variabel yang telah dikonversi ke dalam satuan ukuran yang sama. Besarnya nilai indikator setiap provinsi dapat mempengaruhi penilaian efisiensi atau efektifitas serta penilaian performance provinsi yang bersangkutan. Pada penilaian Multi Indikator Semester II terdapat empat indikator yang harus dinilai yaitu indikator input, indikator proses, indikator output dan indicator dampak. A. NILAI INDIKATOR INPUT 1. Rasio Petugas Lapangan (PLKB/PKB) Terhadap Desa/Kelurahan Secara nasional hasil pengukuran rasio PLKB/PKB terhadap desa/kelurahan adalah 0,4 yang berarti setiap 10 desa/kelurahan dibina oleh 4-5 orang PLKB/PKB. Pada variabel ini, semakin besar hasil pengukuran semakin besar nilai yang diperoleh. Hasil penilaian untuk variabel ini adalah 2,6 yang merupakan konversi dari hasil pengukuran sebesar 0,4. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi pertama adalah DKI Jakarta diikuti Sumatera Barat, Bali, Gorontalo dan Sulawesi Barat. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua diikuti Papua Barat, Riau, Banten dan Bengkulu. 2. Rasio PPKBD Terhadap Desa/Kelurahan Hasil pengukuran variabel Rasio PPKBD Terhadap Desa/Kelurahan adalah 1,0 yang berarti di setiap 1 desa/kelurahan terdapat 1 PPKBD. Pada variabel ini semakin besar rasio hasil pengukuran menunjukkan jumlah PPKBD yang dapat melayani keluarga semakin banyak. Untuk hasil penilaian, setelah hasil pengukuran dikonversi angkanya secara nasional adalah 1,0. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi pertama adalah DKI Jakarta, diikuti Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sedangkan hasil penilaian terkecil pertama adalah Papua dan seterusnya adalah Papua Barat dan Kepulauan Riau. 3. Rasio PUS Terhadap Tempat Pelayanan KB (Klinik KB Pemerintah + Klinik KB Swasta + Dokter dan Bidan Praktek Swasta). Secara nasional hasil pengukuran rasio tempat pelayanan KB terhadap PUS sebesar 1.755 yang berarti ada 1 tempat pelayanan KB untuk melayani 1.755 PUS. Pada variabel ini semakin besar hasil pengukuran menunjukkan tempat pelayanan yang dapat melayani PUS semakin banyak. Sementara itu, secara nasional hasil penilaian rasio tempat pelayanan KB terhadap PUS sebesar 0,3. Angka ini merupakan konversi dari hasil pengukuran.
8
Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima terbesar secara berturut-turut adalah Jawa Tengah, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kalimantan Selatan. Sedangkan hasil penilaian terkecil secara berturut-turut adalah Papua Barat, Papua, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah dan Maluku. 4. Persentase PLKB/PKB Yang Sudah Dilatih KIE Terhadap PLKB/PKB Hasil pengukuran variabel ini secara nasional angkanya sebesar 35,9% yang berarti dari seluruh PKB/PLKB yang ada yang sudah dilatih baru 35,9%. Pada variabel ini semakin besar hasil pengukurannya menunjukkan semakin banyak PLKB/PKB yang sudah dilatih. Sementara itu, untuk hasil penilaian angkanya secara nasional adalah 4,0. Angka tersebut merupakan konversi dari hasil pengukuran. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Maluku Utara, Banten, Aceh, Sulawesi Utara dan Gorontalo. 5. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS-I) Yang Menjadi Anggota UPPKS Terhadap KPS dan KS I. Hasil pengukuran variabel persentase KPS dan KS-I menjadi anggota kelompok UPPKS secara nasional angkanya hanya sebesar 4,5%. Secara nasional, hasil penilaian KPS dan KS.I menjadi anggota kelompok UPPKS angkanya sebesar 3,2 dan angka ini merupakan konversi dari angka hasil pengukuran variabel tersebut. Pada tingkat provinsi hasil penilaian terbesar secara berturut-turut adalah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Bangka Belitung, dan Sumatera Barat. Sedangkan hasil penilaian terkecil secara berturut-turut adalah Papua Barat, Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Banten. 6. Rata-Rata Anggaran per Keluarga Secara nasional rata-rata jumlah anggaran yang tersedia untuk setiap kepala keluarga pada tahun 2012 sebesar Rp 18.394,-. Setelah dikonversi, nilai variabel rata-rata anggaran per keluarga adalah sebesar 2,0. Pada variabel ini semakin besar hasil penilaian menunjukkan rata-rata anggaran per keluarga semakin tinggi. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Papua Barat, Maluku Utara, Papua, Gorontalo, dan Sulawesi Barat. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten. 7. Rasio Kelompok BKB Terhadap Desa/Kelurahan Hasil pengukuran variabel Rasio Kelompok BKB Terhadap Desa/Kelurahan adalah 1,1 yang berarti di setiap 1 desa/kelurahan terdapat 1-2 kelompok BKB. Pada variabel ini semakin besar rasio hasil pengukuran menunjukkan jumlah kelompok BKB yang terdapat di Desa/Kelurahan semakin 9
banyak. Untuk hasil penilaian, setelah hasil pengukuran dikonversi angkanya secara nasional adalah 1,9. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi pertama adalah DKI Jakarta, diikuti DI Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sedangkan hasil penilaian terkecil pertama adalah Papua dan seterusnya adalah Papua Barat, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Timur. 8. Rasio Kelompok BKR Terhadap Desa/Kelurahan Hasil pengukuran variabel Rasio Kelompok BKR Terhadap Desa/Kelurahan adalah 0,5 yang berarti di setiap 1 desa/kelurahan terdapat 0-1 kelompok BKR. Pada variabel ini semakin besar rasio hasil pengukuran menunjukkan jumlah kelompok BKR yang terdapat di Desa/Kelurahan semakin banyak. Untuk hasil penilaian, setelah hasil pengukuran dikonversi angkanya secara nasional adalah 3,8. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi pertama adalah DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali dan DKI Jakarta. Sedangkan hasil penilaian terkecil pertama adalah Papua dan seterusnya adalah Kalimantan Timur, Papua Barat, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Tengah. 9. Rasio Kelompok BKL Terhadap Desa/Kelurahan Hasil pengukuran variabel Rasio Kelompok BKL Terhadap Desa/Kelurahan adalah 0,6 yang berarti di setiap 1 desa/kelurahan terdapat 0-1 kelompok BKL. Pada variabel ini semakin besar rasio hasil pengukuran menunjukkan jumlah kelompok BKL yang terdapat di Desa/Kelurahan semakin banyak. Untuk hasil penilaian, setelah hasil pengukuran dikonversi angkanya secara nasional adalah 2,1. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi pertama adalah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali. Sedangkan hasil penilaian terkecil pertama adalah Papua dan seterusnya adalah Papua Barat, Maluku Utara, Kalimantan Timur dan Aceh. Informasi lebih lengkap tentang hasil pengukuran dan penilaian semua variabel indikator input dari tiap provinsi secara rinci dapat dilihat pada lampiran MULDIK/2013/S-II/LK-II/I (Lembar Kerja II) dan lampiran MULDIK/2013/SII/LK-III/I (Lembar Kerja III). Secara nasional nilai indikator input sebesar 2,3 (lihat Lembar Kerja IV). Apabila dilihat persebarannya pada tingkat provinsi, nilai tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 6,5. Hampir seluruh variabel yang ada pada indikator input mempengaruhi tingginya nilai indikator input pada DKI Jakarta kecuali rasio PUS terhadap tempat pelayanan KB (Pemerintah dan Swasta) dan persentase KPS dan KS I yang menjadi anggota UPPKS terhadap jumlah KPS dan KS I. Sementara itu, nilai terendah berada di Kalimantan Timur sebesar 1,2.
10
B. NILAI INDIKATOR PROSES 1. Persentase Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) Aktif Secara nasional hasil penilaian persentasi PIK-R yang aktif sebesar 8,7. Angka ini merupakan konversi dari hasil pengukuran sebesar 86,8% yang berarti dari seluruh jumlah PIK-R sebesar 18.024 kelompok, terdapat 86,8% PIK-R yang aktif. Pada variabel ini semakin besar hasil penilaian berarti PIK-R yang aktif semakin banyak. Pada tingkat provinsi hasil penilaian terbesar secara berturut-turut antara lain adalah DKI Jakarta, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan dan Bangka Belitung. Di sisi lain hasil penilaian terkecil secara berturutturut adalah Papua Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. 2. Persentase Keluarga Aktif BKB Hasil pengukuran variabel ini secara nasional adalah 80,1% atau dari sekitar 3,9 juta keluarga yang menjadi anggota BKB, hanya 3,2 juta diantaranya yang menghadiri pertemuan kelompok BKB. Angka hasil pengukuran tersebut kemudian dikonversi dan diperoleh nilai sebesar 8,6. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin banyak keluarga menjadi anggota BKB yang menghadiri pertemuan. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Sulawesi Barat, Gorontalo, Bali, DI. Yogyakarta dan Lampung. Sedangkan hasil penilaian lima provinsi terkecil adalah Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Maluku dan Banten. 3. Persentase Keluarga Aktif BKR Secara nasional hasil penilaian keluarga aktif BKR sebesar 8,4. Angka ini merupakan hasil konversi dari hasil pengukuran 74,9%, yang berarti dari jumlah keluarga sekitar 2,1 juta yang menjadi anggota kelompok BKR, hanya 74,9% diantaranya yang hadir dalam pertemuan kelompok BKR. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin banyak keluarga yang menjadi anggota BKR yang menghadiri pertemuan. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Gorontalo, Lampung, DI. Yogyakarta, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur. Sedangkan hasil penilaian lima terkecil adalah Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Papua Barat, Bangka Belitung dan Sumatera Utara. 4. Persentase Keluarga Aktif BKL Secara nasional hasil penilaian keluarga aktif BKL sebesar 8,1. Angka ini merupakan hasil konversi dari hasil pengukuran 74,3%, yang berarti dari jumlah keluarga sekitar 1,8 juta yang menjadi anggota kelompok BKL, hanya 74,3% diantaranya yang hadir dalam pertemuan kelompok BKL. Pada variabel ini,
11
semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin banyak keluarga yang menjadi anggota BKL yang menghadiri pertemuan. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Gorontalo, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Bali dan Jambi. Sedangkan hasil penilaian lima terkecil adalah Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, Kalimantan Barat dan Sumatera Utara. 5. Persentase Toga/Toma Aktif KIE Hasil pengukuran variabel ini secara nasional adalah 31,3% atau dari sekitar 209 ribu Toma/Toga yang ada, hanya 65 ribu diantaranya yang aktif melakukan KIE KKB. Angka hasil pengukuran tersebut kemudian dikonversi dan diperoleh nilai sebesar 5,1. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin banyak Toma/Toga yang aktif melakukan KIE program KKB Nasional. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Nusa Tenggara Barat diikuti secara berturut-turut Bali, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Kepulauan Riau, Maluku, Papua Barat, Kalimantan Timur dan Riau 6. Rata-Rata Kegiatan Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK) Kecamatan ke Desa/Kelurahan. Secara nasional hasil penilaian rata-rata gerak TKBK kecamatan ke desa/kelurahan sebesar 2,5. Angka ini merupakan konversi dari hasil pengukuran sebesar 0,7 yang berarti dari sekitar 81 ribu desa/kelurahan yang ada kegiatan TKBK yang dilaksanakan hanya sekitar 57 ribu kali atau rata-rata pada setiap 10 desa/kelurahan terdapat 7 kunjungan TKBK kecamatan ke desa/kelurahan. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin sering rata-rata gerak TKBK kecamatan ke desa/kelurahan. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua Barat, Papua, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. 7. Rata-Rata Kegiatan TKBK Kabupaten dan kota ke Kecamatan Secara nasional hasil penilaian rata-rata gerak TKBK kabupaten/kota ke kecamatan sebesar 4,2. Angka ini merupakan konversi hasil pengukuran sebesar 0,3 yang berarti dari sekitar hampir 7 ribu kecamatan yang ada, kegiatan TKBK yang dilaksanakan hanya 1.753 kali atau pada setiap 10 kecamatan hanya ada 3 kunjungan TKBK kabupaten/kota. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan bahwa frekuensi gerak TKBK kabupaten/kota ke kecamatan semakin sering. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Banten, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan.
12
Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Kalimantan Timur, Gorontalo, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau dan Papua Barat. 8. Rata-Rata Rapat Koordinasi Program (Rakor)KB tingkat Kecamatan Secara nasional hasil penilaian rata-rata rapat koordinasi Program (Rakor) KB tingkat kecamatan sebesar 6,9. Angka ini merupakan konversi hasil pengukuran sebesar 0,7 yang berarti dari sekitar hampir 7 ribu kecamatan yang ada, kegiatan Rakor KB yang dilaksanakan hanya 4.746 kali atau pada setiap 10 kecamatan hanya ada 7 Rakor KB tingkat kecamatan. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan bahwa frekuensi rakor KB tingkat kecamatan semakin sering. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Banten. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua Barat, Papua, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur dan Maluku. 9. Rata-rata Rakor KB tingkat Desa/Kelurahan Secara nasional hasil penilaian rata-rata rapat koordinasi Program (Rakor) KB tingkat desa/kelurahan sebesar 5,5. Angka ini merupakan konversi hasil pengukuran sebesar 0,6 yang berarti dari sekitar hampir 81 ribu desa/kelurahan yang ada, kegiatan Rakor KB yang dilaksanakan hanya 44.671 kali atau pada setiap 10 kecamatan hanya ada 5 Rakor KB tingkat desa/kelurahan. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan bahwa frekuensi rakor KB tingkat desa/kelurahan semakin sering. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah DI Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Bali. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua Barat, Papua, Maluku, Kepulauan Riau dan Sulawesi Tengah. 10. Rata-rata Penyuluhan KB terhadap PLKB/PKB Secara nasional hasil penilaian rata-rata penyuluhan KB terhadap jumlah PLKB/PKB sebesar 1,1. Angka ini merupakan konversi hasil pengukuran sebesar 3,4 yang berarti rata-rata pelaksanaan penyuluhan KB oleh PLKB/PKB sebanyak 3,4 kali. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan bahwa frekuensi PLKB/PKB melakukan penyuluhan KB semakin sering. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah DKI Jakarta, Papua, DI Yogyakarta, Banten dan Jawa Barat. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Maluku, Papua Barat, Aceh, Sulawesi Barat dan Kepulauan Riau. Informasi lebih lengkap tentang hasil pengukuran dan penilaian semua variabel indikator proses dari tiap provinsi secara rinci dapat dilihat pada lampiran MULDIK/2012/S-II/LK-II/II (Lembar Kerja II) dan lampiran MULDIK/2012/SII/LK-III/II (Lembar Kerja III).
13
Secara nasional nilai indikator proses sebesar 5,9 (lihat Lembar Kerja IV). Apabila dilihat persebarannya pada tingkat provinsi, nilai tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 8,4. Hampir seluruh variabel yang ada pada indikator input mempengaruhi tingginya nilai indikator proses pada DKI Jakarta kecuali rata-rata kegiatan TKBK Kecamatan ke Desa/Kelurahan. Sementara itu, nilai terendah berada di Papua Barat sebesar 2,5. C. NILAI INDIKATOR OUTPUT 1. Persentase Pencapaian Peserta KB Baru (PB) Terhadap PPM-PB Realisasi pencapaian peserta KB baru yang telah dilayani sampai dengan semester II sebanyak 8,500,247 dengan PPM PB sebanyak 7.504.820 atau 113,3%. Jika persentase pencapaian PB terhadap PPM PB dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 7,5. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PB terhadap PPMPB. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Kepulauan Riau, Papua, Banten, Maluku dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah dan Jambi. 2. Persentase Pencapaian PB MKJP Terhadap Total PB Realisasi pencapaian PB MKJP yang telah dilayani sampai dengan semester II sebanyak 1.593.014 dari total PB sebanyak 8.500.247 atau 18,7%. Jika persentase pencapaian PB MKJP terhadap total PB dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 4,4. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PB MKJP terhadap total PB. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Aceh, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Barat. 3. Persentase Pencapaian PB Pria Terhadap Total PB Hasil penilaian persentase pencapaian PB Pria terhadap total PB sebesar 2,0. Nilai tersebut didapat dari hasil pencapaian PB Pria yang telah dilayani sampai dengan semester II sebanyak 539.012 dari total PB sebanyak 8.500.247 atau 6,3%. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PB Pria terhadap total PB. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Papua, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Maluku dan Sumatera Barat. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Jawa Barat, Jambi, Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
14
4. Persentase Pencapaian PB Pelayanan Swasta (Klinik KB Swasta, Dokter dan Bidan Praktek Swasta) Terhadap Total PB. Realisasi pencapaian PB Pelayanan Swasta yang telah dilayani sampai dengan semester II sebanyak 2.855.784 dari total PB sebanyak 8.500.247 atau 33,6%. Jika persentase pencapaian PB Pelayanan Swasta terhadap total PB dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 5,4. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PB Pelayanan Swasta terhadap total PB. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Bali, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kepulauan Riau dan Jawa Tengah. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat. 5. Persentase Pencapaian PB KPS dan KS I Terhadap PPM - PB KPS dan KS I Hasil penilaian persentase pencapaian PB KPS dan KS I terhadap PPM PB KPS dan KS I sebesar 5,0. Nilai tersebut didapat dari hasil pencapaian PB KPS dan KS I yang telah dilayani sampai dengan semester II sebanyak 3.684.790 dari PPM PB KPS dan KS I sebanyak 3.973.709 atau 92,7%. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PB KPS dan KS I terhadap PPM PB KPS dan KS I. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Sulawesi Barat, Papua, Papua Barat, Banten dan Maluku. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Kepulauan Riau, DI. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah. 6. Persentase Pencapaian PB KPS dan KS I Terhadap Total PB Realisasi pencapaian PB KPS dan KS I yang telah dilayani sampai dengan semester II sebanyak 3.684.790 dari total PB sebanyak 8.500.247 atau 43,3%. Jika persentase pencapaian PB KPS dan KS I terhadap total PB dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 5,3. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PB KPS dan KS I terhadap total PB. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Papua Barat, Papua, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Bali dan Kalimantan Tengah. 7. Persentase Pencapaian PB MKJP KPS dan KS I Terhadap Total PB Realisasi pencapaian PB MKJP KPS dan KS I yang telah dilayani sampai dengan semester II sebanyak 857.668 dari total PB sebanyak 8.500.247 atau 10,1%. Jika persentase pencapaian PB MKJP KPS dan KS I terhadap total PB dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 4,2. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PB MKJP KPS dan KS I terhadap total PB. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, DI Yogyakarta, Bali dan Maluku Utara. Sedangkan 15
hasil penilaian terkecil adalah Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Aceh dan Sulawesi Selatan. 8. Persentase Pencapaian PB Pria KPS dan KS I Terhadap Total PB Realisasi pencapaian PB Pria KPS dan KS I yang telah dilayani sampai dengan semester II sebanyak 237.286 dari total PB sebanyak 8.500.247 atau 2,8%. Jika persentase pencapaian PB Pria KPS dan KS I terhadap total PB dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 1,0. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PB Pria KPS dan KS I terhadap total PB. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Papua, Maluku, Sumatera Utara, Sulawesi Barat dan Papua Barat. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Jambi, Sulawesi Tengah dan Jawa Barat 9. Persentase Pencapaian Peserta KB Aktif (PA) Terhadap PPM-PA Realisasi pencapaian peserta KB aktif sampai dengan semester II sebanyak 35.276.105 dengan PPM PA sebanyak 29.044.660 atau 121,5%. Jika persentase pencapaian PA terhadap PPM PA dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 8,3. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PA terhadap PPM-PA. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Bangka Belitung dan Maluku. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua Barat, Papua, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur. 10. Persentase Pencapaian PA MKJP Terhadap Total PA Realisasi pencapaian PA MKJP sampai dengan semester II sebanyak 8.950.979 dari total PA sebanyak 35.276.105 atau 25,4%. Jika persentase pencapaian PA MKJP terhadap total PA dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 4,8. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PA MKJP terhadap total PA. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Bali, DI Yogyakarta, Gorontalo, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Aceh, Papua Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Papua. 11. Persentase Pencapaian PA Pria terhadap Total PA Hasil penilaian persentase pencapaian PA Pria terhadap total PA sebesar 1,0. Nilai tersebut didapat dari hasil pencapaian PA Pria sampai dengan semester II sebanyak 1.380.936 dari total PA sebanyak 35.276.105 atau 3,9%. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PA Pria terhadap total PA. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Papua Barat, Papua, Sulawesi Barat, Aceh dan Sumatera Utara. Sedangkan hasil penilaian terkecil
16
adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Jambi, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. 12. Persentase Pencapaian PA Swasta terhadap Total PA Realisasi pencapaian PA Swasta sampai dengan semester II sebanyak 15.395.826 dari total PA sebanyak 35.276.105 atau 43,6%. Jika persentase pencapaian PA Swasta terhadap total PA dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 5,0. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PA Swasta terhadap total PA. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Papua Barat, Bali, DI Yogyakarta, DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Papua, Maluku dan Sulawesi Tengah. 13. Persentase Pencapaian PA KPS dan KS I Terhadap PPM PA KPS dan KS I Hasil penilaian persentase pencapaian PA KPS dan KS I terhadap PPM PA KPS dan KS I sebesar 5,1. Nilai tersebut didapat dari hasil pencapaian PA KPS dan KS I sampai dengan semester II sebanyak 14.233.174 dari PPM PA KPS dan KS I sebanyak 12.800.020 atau 111,2%. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PA KPS dan KS I terhadap PPM PA KPS dan KS I. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Gorontalo dan Sulawesi Barat. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua Barat, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Bali dan Bangka Belitung. 14. Persentase Pencapaian PA KPS dan KS I Terhadap Total PA Realisasi pencapaian PA KPS dan KS I sampai dengan semester II sebanyak 14.233.174 dari total PA sebanyak 35.276.105 atau 40,3%. Jika persentase pencapaian PA KPS dan KS I terhadap total PA dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 4,0. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PA KPS dan KS I terhadap total PA. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Papua Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Bangka Belitung, Bali, DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Riau. 15. Persentase Pencapaian PA MKJP KPS dan KS I Terhadap Total PA Realisasi pencapaian PA MKJP KPS dan KS I sampai dengan semester II sebanyak 3.840.324. dari total PA sebanyak 35.276.105 atau 10,9%. Jika persentase pencapaian PA MKJP KPS dan KS I terhadap total PA dikonversikan maka didapat hasil penilaian sebesar 4,5. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PA MKJP KPS dan KS I terhadap total PA. 17
Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Lampung dan Sulawesi Utara. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Aceh, Bangka Belitung, Riau, Kalimantan Timur dan Kepulauan Riau. 16. Persentase Pencapaian PA Pria KPS dan KS I Terhadap Total PA Hasil penilaian persentase pencapaian PA Pria KPS dan KS I terhadap total PA sebesar 0,4. Nilai tersebut didapat dari hasil pencapaian PA Pria KPS dan KS I sampai dengan semester II sebanyak 567.385 dari total PA sebanyak 35.276.105 atau 1,6%. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PA Pria KPS dan KS I terhadap total PA. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Papua Barat, Papua, Sulawesi Barat, Maluku dan Aceh. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Kalimantan Timur, Bali, Bangka Belitung, Jambi dan Jawa Timur. 17. Persentase Pencapaian PA Terhadap Pasangan Usia Subur (PUS) Secara nasional hasil penilaian variabel ini sebesar 8,7. Angka ini merupakan konversi dari hasil pengukuran sebesar 75,9% yang berarti dari jumlah PUS sekitar 68,7 juta pasangan, 75,9% merupakan peserta yang aktif menggunakan alat kontrasepsi. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian maka semakin tinggi pencapaian PA terhadap jumlah PUS. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Bengkulu diikuti secara berturut-turut Bali, Gorontalo, Bangka Belitung dan Sulawesi Tengah. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua, Sumatera Utara, Banten, Lampung dan Sulawesi Barat. 18. Persentase Unmet Need (PUS bukan peserta KB Ingin Anak Tapi Ditunda dan Bukan Peserta KB Tidak Ingin Anak Lagi) Terhadap PUS. Secara nasional hasil penilaian unmet need terhadap PUS sebesar 3,1. Angka tersebut merupakan konversi dari hasil pengukuran sebesar 12,8% yang berarti dari jumlah PUS sekitar 68,7 juta pasangan, 12,8% adalah PUS yang tidak ber KB dengan alasan ingin anak tapi tunda dan tidak ingin anak lagi. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin rendah persentase unmet need terhadap PUS. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian terbesar adalah Bali diikuti secara berturut-turut Bengkulu, Sulawesi Utara, DI Yogyakarta dan Gorontalo. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua, diikuti secara berturut-turut Banten, Lampung, Maluku Utara dan Maluku. 19. Persentase Pencapaian PUS Anggota BKB Yang Ikut KB Hasil penilaian persentase pencapaian PUS anggota BKB yang ikut KB sebesar 8,3. Nilai tersebut didapat dari hasil pencapaian PUS anggota BKB yang ikut KB sampai dengan semester II sebanyak 1.271.160 dari rata-rata PUS anggota BKB sebanyak 1.660.930 atau 76,5%. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PUS anggota BKB yang ikut KB. 18
Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Kalimantan Timur, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat dan Bangka Belitung. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Papua, Maluku, Sumatera Utara, Jawa Barat dan DKI Jakarta. 20. Persentase Pencapaian PUS Anggota UPPKS Yang Ikut KB Hasil penilaian persentase pencapaian PUS anggota UPPKS yang ikut KB sebesar 8,5. Nilai tersebut didapat dari hasil pencapaian PUS anggota UPPKS yang ikut KB sampai dengan semester II sebanyak 1.296.422 dari rata-rata PUS anggota UPPKS sebanyak 1.533.751 atau 83,4%. Pada variabel ini, semakin besar hasil penilaian menunjukkan semakin tinggi persentase pencapaian PUS anggota UPPKS yang ikut KB. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian tertinggi adalah Gorontalo, Aceh, Kalimantan Timur, Bali dan Kepulauan Riau. Sedangkan hasil penilaian terkecil adalah Riau, Sulawesi Tenggara, Papua Barat, Papua dan Sumatera Utara. Informasi lebih lengkap tentang hasil pengukuran dan penilaian semua variabel indikator output dari tiap provinsi secara rinci dapat dilihat pada lampiran MULDIK/2013/S-II/LK-II/III (Lembar Kerja II) dan lampiran MULDIK/2013/SII/LK-III/III (Lembar Kerja III). Secara nasional nilai indikator output sebesar 4,8 (lihat Lembar Kerja IV). Apabila dilihat persebarannya pada tingkat provinsi, nilai tertinggi terdapat di Bali sebesar 5,7. Sekitar 75% dari variabel yang ada pada indikator output mempengaruhi tingginya nilai indikator output pada Bali kecuali persentase PB Pria terhadap total PB, persentase PB Pria KPS dan KS I terhadap total PB, persentase PA Pria terhadap total PA, persentase PA KPS dan KS I terhadap PPM-PA KPS dan KS I, persentase PA KSP dan KS I terhadap total PA, persentase PA Pria KPS dan KS I terhadap total PA . Sementara itu, nilai terendah berada di provinsi Kalimantan Tengah dengan nilai sebesar 3,9. D. NILAI INDIKATOR DAMPAK 1. Persentase KPS dan KS-I Terhadap Keluarga Keluarga dengan kategori Pra-S dan KS I (KPS dan KS I) dapat dikatakan sebagai keluarga miskin. Secara nasional hasil penilaian variabel ini sebesar 1,7. Angka ini merupakan konversi hasil pengukuran dari persentase KPS dan KS I terhadap Keluarga sebesar 21,5% yang berarti jumlah keluarga pada tahapan Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I masih cukup tinggi. Pada variabel ini, makin besar penilaian menunjukkan makin rendah persentase KPS dan KS I terhadap keluarga. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah Papua Barat, Kalimantan Timur, Bangka Belitung, Bali dan DKI Jakarta. Sementara itu 19
hasil penilaian lima provinsi terkecil adalah Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Sulawesi Tengah. 2. Persentase PUS Yang Istrinya Berusia Di Bawah 20 Tahun Terhadap PUS Persentase PUS yang istrinya berusia di bawah 20 tahun memberikan gambaran yang berkaitan dengan upaya pendewasaan usia perkawinan. Secara nasional hasil penilaian PUS yang istrinya berusia dibawah 20 tahun sebesar 2,5. Angka ini merupakan konversi hasil pengukuran sebesar 3,9%, yang berarti dari total PUS yang ada, 3,9% adalah PUS yang istrinya berusia di bawah 20 tahun. Pada variabel ini makin besar hasil penilaian menunjukkan persentase PUS yang istrinya berusia dibawah 20 tahun makin rendah. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar adalah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Sumatera Barat, Bali dan Sulawesi Utara. Sedangkan hasil penilaian lima provinsi terkecil adalah Papua Barat, Papua, Kalimantan Barat, Maluku dan Kepulauan Riau. 3. Child Woman Ratio (CWR) Child Woman Ratio atau rasio anak terhadap wanita usia subur adalah banyaknya anak umur di bawah 5 tahun (balita) per 1000 wanita dalam umur reproduksi (15-49 th) pada suatu waktu tertentu. Secara nasional hasil penilaian variabel ini sebesar 8,6, yang merupakan konversi hasil pengukuran sebesar 257, yang berarti pada 1000 wanita dalam umur reproduksi terdapat 257 anak (laki-laki dan perempuan) umur di bawah 5 tahun. Pada variabel ini makin besar hasil penilaian menunjukkan angka rasio anak umur di bawah 5 tahun terhadap wanita usia subur makin kecil. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima terbesar adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, DKI Jakarta dan Kalimantan Tengah. Sebaliknya hasil penilaian lima terkecil adalah Kepulauan Riau, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan Sulawesi Barat. 4. Total Fertility Rate (TFR) Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka TFR secara nasional sebesar 2,6. Hal itu berarti pada kurun waktu tersebut rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai masa akhir reproduksinya sebanyak 2-3 anak. Secara nasional hasil penilaian dari variabel TFR sebesar 8,1, yang merupakan konversi hasil pengukuran pada variabel TFR sebesar 2,6. Pada variabel ini semakin besar hasil penilaian menunjukkan angka TFR semakin kecil. Pada tingkat provinsi, hasil penilaian lima provinsi terbesar yaitu DI Yogyakarta, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali. Sebaliknya hasil penilaian lima provinsi terkecil yaitu Papua Barat, Sulawesi Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
20
Informasi lebih lengkap tentang hasil pengukuran dan penilaian semua variabel indikator dampak dari tiap provinsi secara rinci dapat dilihat pada lampiran MULDIK/2013/S-II/LK-II/V (Lembar Kerja II) dan lampiran MULDIK/2013/SII/LK-III/V (Lembar Kerja III). Secara nasional nilai indikator dampak sebesar 5,2 (lihat Lembar Kerja IV). Apabila dilihat persebarannya pada tingkat provinsi, nilai tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 8,81. Hampir seluruh dari variabel yang ada pada indikator dampak mempengaruhi tingginya nilai indikator dampak pada provinsi DKI Jakarta kecuali persentase KPS dan KS I terhadap keluarga dan persentase PUS yang istrinya berusia dibawah 20 tahun terhadap PUS. Sementara itu, nilai terendah berada di provinsi Maluku dengan nilai sebesar 3,7.
21
BAB IV ULASAN HASIL RASIO ANTAR INDIKATOR DAN KINERJA DAERAH Sebagaimana disebutkan pada bab II bahwa penilaian multi indikator dilakukan melalui 4 tahapan kegiatan yaitu pengukuran variabel, pemberian nilai, pengukuran rasio, dan pengukuran tingkat perkembangan (performance) program. Berdasarkan data dasar yang berasal dari 33 provinsi dan dengan melalui tahapan-tahapan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh angka-angka sebagai bahan penilaian setiap provinsi. A. RASIO ANTAR INDIKATOR 1. Rasio Nilai Indikator Output terhadap Nilai Indikator Input Pengukuran rasio antara nilai indikator output dengan nilai indikator input menggambarkan tingkat efisiensi pemanfaatan input untuk mendapatkan output. Suatu provinsi berada pada kategori "efisien" manakala mempunyai nilai rasio sama atau di atas 1. Sebaliknya, jika suatu provinsi mempunyai nilai rasio kurang dari 1, maka akan berada pada kategori "kurang efisien". Berdasarkan ketentuan ini, dengan nilai rasio nasional sebesar 2,0, maka dapat dikatakan bahwa secara nasional input yang tersedia telah dapat menghasilkan output secara ”Efisien”. Pada tingkat provinsi, untuk rasio nilai indikator output terhadap nilai indikator input, sebanyak 32 (tiga puluh dua) provinsi telah mendapatkan output secara ”Efisien” dan 1 (satu) provinsi mendapat output secara ”Kurang Efisien” yaitu DKI Jakarta (0,7). Lihat Lampiran Lembar Kerja IV. 2. Rasio Nilai Indikator Output terhadap Nilai Indikator Proses Nilai rasio antara rata-rata nilai indikator output dengan rata-rata nilai indikator proses mencerminkan tingkat efektifitas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan (proses) untuk mendapatkan output selama periode penilaian. Suatu provinsi masuk dalam kategori "Efektif" jika mempunyai nilai rasio sama atau di atas 1. Sebaliknya, jika suatu provinsi mempunyai nilai rasio kurang dari 1, maka akan masuk dalam kategori "Kurang Efektif". Berdasarkan data yang ada dan hasil pengukuran sampai dengan pemberian nilai maka diperoleh nilai rasio indikator output terhadap nilai indikator proses secara nasional sebesar 0,8 yang menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan ”Kurang Efektif” dalam mendapatkan output. Pada tingkat provinsi terdapat 25 provinsi yang mempunyai nilai rasio indikator output terhadap nilai indikator proses kurang dari 1 dan sisanya 8 mempunyai 22
nilai rasio indikator output terhadap nilai indikator proses lebih dari 1 . Banyaknya provinsi yang masuk kategori ”Kurang Efektif” disebabkan nilai indikator output lebih rendah dari nilai indikator proses. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran Lembar Kerja IV. 3. Rasio Nilai Indikator Dampak terhadap Nilai Indikator Output Nilai rasio antara rata-rata nilai indikator dampak dengan rata-rata nilai indikator output mencerminkan tingkat efektifitas dari output yang dihasilkan untuk dapat memperoleh dampak. Suatu provinsi masuk dalam kategori ”Efektif” jika mempunyai nilai rasio sama atau di atas 1. Sebaliknya, jika suatu provinsi mempunyai nilai rasio kurang dari 1, maka akan masuk dalam kategori ”Kurang Efektif”. Nilai rasio indikator dampak terhadap nilai indikator output secara nasional sebesar 1,1 yang menunjukkan bahwa output yang dicapai selama tahun 2013 telah menghasilkan dampak secara ”Efektif”. Kalau secara nasional output yang dicapai telah menghasilkan dampak secara ”Efektif”, hal itu tidak diikuti jika dilihat per provinsi, sebanyak 11 provinsi masih mempunyai nilai rasio kurang dari 1, yaitu Sumatera Selatan (1,0), Lampung (0,9), Nusa Tenggara Barat (0,9), Gorontalo (0,9), Sulawesi Barat (0,8), Nusa Tenggara Timur (0,7) Sulawesi Tenggara (0,97), Maluku (0,7), Maluku Utara (0,9), Papua (0,8) dan Papua (0,98) . Lihat Lampiran Lembar kerja IV. B. TINGKAT PERKEMBANGAN (PERFORMANCE) PROGRAM Untuk melihat tingkat kemajuan program secara total di masing-masing unit wilayah penilaian, untuk semester II dilakukan dengan menjumlahkan tiga nilai rasio, yaitu rasio indikator output terhadap rasio indikator input (O/I); rasio indikator output dengan rasio indikator proses (O/P); dan rasio indikator dampak terhadap rasio indikator output (D/O). Sampai dengan Semester II tahun 2013, total nilai rasio (performance) sebesar 4,0. Jika dilihat rasio antar indikator dimana rasio indikator output terhadap input (O/I) mempunyai nilai diatas 1 yaitu sebesar 2,0, rasio indikator output terhadap proses (O/P) mempunyai nilai diatas 1 yaitu sebesar 1,1 dan rasio indikator dampak dengan output (D/O) mempunyai nilai di atas 1 yaitu sebesar 1,0, maka dapat dikatakan secara nasional tingkat perkembangan program sampai dengan semester II tahun 2012 ”Efisien dan Efektif”. (Lihat Lampiran Lembar Kerja IV dan Rekapitulasi Hasil). Dilihat per provinsi, berdasarkan tabel Rekapitulasi Hasil Tingkat Perkembangan Program hanya terdapat 3 dari 4 kategori yang sudah ditentukan, yaitu : 1. Kategori ”Efisien” dan ”Efektif” ada 4 provinsi 2. Kategori ”Efisien” tapi ”Kurang efektif” ada 28 provinsi 3. Kategori ”Kurang Efisien” dan ”Kurang Efektif” ada 1 provinsi. 23
Berikut adalah Tabel Rekapitulasi Hasil Tingkat Perkembangan Program KKB Nasional Tahun 2013 : RASIO INDIKATOR NO
KABUPATEN/ KOTA
OUTPUT INPUT (O/I)
KETERANGAN
OUTPUT PROSES (O/P)
KETERANGAN
TOTAL NILAI RASIO (PERFORMANCE) DAMPAK OUTPUT (D/O)
KETERANGAN
KETERANGAN
1
2
3
4
5
7
8
1 DKI JAKARTA
0.7
Kurang Efisien
0.5
Kurang Efektif
1.8
Efektif
3.0
Kurang Efisien dan Kurang Efektif
2 JAWA BARAT
1.4
Efisien
0.6
Kurang Efektif
1.2
Efektif
3.2
Efisien tapi Kurang Efektif
3 JAWA TENGAH
1.2
Efisien
0.6
Kurang Efektif
1.1
Efektif
3.0
Efisien tapi Kurang Efektif
4 DI YOGYAKARTA
1.0
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.3
Efektif
3.2
Efisien tapi Kurang Efektif
5 JAWA TIMUR
1.8
Efisien
0.7
Kurang Efektif
1.2
Efektif
3.7
Efisien tapi Kurang Efektif
6 BANTEN
3.2
Efisien
0.7
Kurang Efektif
1.0
Efektif
5.0
Efisien tapi Kurang Efektif
7 BALI
1.3
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.3
Efektif
3.4
Efisien tapi Kurang Efektif
8 ACEH
2.7
Efisien
1.0
Efektif
1.1
Efektif
4.8
Efisien dan Efektif
9 SUMATERA UTARA
2.6
Efisien
0.9
Kurang Efektif
1.1
Efektif
4.6
Efisien tapi Kurang Efektif
10 SUMATERA BARAT
2.0
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.2
Efektif
3.9
Efisien tapi Kurang Efektif
11 SUMATERA SELATAN
2.1
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.0
Kurang Efektif
3.8
Efisien tapi Kurang Efektif
12 LAMPUNG
2.0
Efisien
0.8
Kurang Efektif
0.9
Kurang Efektif
3.7
Efisien tapi Kurang Efektif
13 BANGKA BELITUNG
2.0
Efisien
0.7
Kurang Efektif
1.4
Efektif
4.1
Efisien tapi Kurang Efektif
14 NUSA TENGGARA BARAT
3.2
Efisien
0.9
Kurang Efektif
0.9
Kurang Efektif
5.0
Efisien tapi Kurang Efektif
15 KALIMANTAN BARAT
2.6
Efisien
1.4
Efektif
1.1
Efektif
5.0
Efisien dan Efektif
16 KALIMANTAN SELATAN
1.8
Efisien
0.6
Kurang Efektif
1.3
Efektif
3.7
Efisien tapi Kurang Efektif
17 SULAWESI UTARA
2.6
Efisien
0.9
Kurang Efektif
1.3
Efektif
4.7
Efisien tapi Kurang Efektif
18 SULAWESI SELATAN
1.8
Efisien
0.7
Kurang Efektif
1.3
Efektif
3.8
Efisien tapi Kurang Efektif
19 GORONTALO
2.5
Efisien
0.9
Kurang Efektif
0.9
Kurang Efektif
4.3
Efisien tapi Kurang Efektif
20 SULAWESI BARAT
2.4
Efisien
1.0
Kurang Efektif
0.8
Kurang Efektif
4.1
Efisien tapi Kurang Efektif
21 RIAU
2.9
Efisien
0.9
Kurang Efektif
1.2
Efektif
5.1
Efisien tapi Kurang Efektif
22 JAMBI
1.9
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.2
Efektif
3.9
Efisien tapi Kurang Efektif
23 BENGKULU
2.3
Efisien
1.0
Kurang Efektif
1.2
Efektif
4.4
Efisien tapi Kurang Efektif
24 KEPULAUAN RIAU
2.0
Efisien
1.1
Efektif
1.1
Efektif
4.1
Efisien dan Efektif
25 NUSA TENGGARA TIMUR
3.5
Efisien
1.1
Efektif
0.7
Kurang Efektif
5.3
Efisien tapi Kurang Efektif
26 KALIMANTAN TENGAH
2.0
Efisien
1.0
Kurang Efektif
1.3
Efektif
4.2
Efisien tapi Kurang Efektif
27 KALIMANTAN TIMUR
3.3
Efisien
1.0
Kurang Efektif
1.4
Efektif
5.7
Efisien tapi Kurang Efektif
28 SULAWESI TENGAH
2.6
Efisien
1.0
Efektif
1.0
Efektif
4.6
Efisien dan Efektif
29 SULAWESI TENGGARA
2.8
Efisien
0.8
Kurang Efektif
0.97
Kurang Efektif
4.6
Efisien tapi Kurang Efektif
30 MALUKU
2.3
Efisien
1.5
Efektif
0.7
Kurang Efektif
4.5
Efisien tapi Kurang Efektif
31 MALUKU UTARA
2.9
Efisien
1.0
Kurang Efektif
0.9
Kurang Efektif
4.8
Efisien tapi Kurang Efektif
32 PAPUA
4.1
Efisien
1.3
Efektif
0.8
Kurang Efektif
6.2
Efisien tapi Kurang Efektif
33 PAPUA BARAT
1.9
Efisien
2.2
Efektif
0.98
Kurang Efektif
5.1
Efisien tapi Kurang Efektif
2.1
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.1
Efektif
4.0
Efisien tapi Kurang Efektif
INDONESIA
6
NILAI
Keterangan Kolom 8 :
Performance ≥ 3 dengan O/I & O/P & D/O masing-masing ≥ 1 = Efisien dan Efektif Performance ≥ 3 dengan O/I < 1 & O/P ≥ 1 & D/O ≥ 1 = Kurang Efisien tapi Efektif Performance ≥ 3 dengan O/I ≥ 1 & O/P ≥ 1 & D/O < 1 atau O/I ≥ 1 & O/P < 1 & D/O ≥ 1 atau O/I ≥ 1 & O/P < 1 & D/O < 1 = Efisien tapi Kurang Efektif Performance ≥ 3 dengan O/I < 1 & O/P ≥ 1 & D/O < 1 atau O/I < 1 & O/P < 1 & D/O ≥ 1 = Kurang Efisien dan Kurang Efektif Performance < 3 walaupun salah satu dari O/I, atau O/P, atau D/O ≥ 1 = Kurang Efisien dan Kurang Efektif
24
BAB V KESIMPULAN Analisis dan penilaian multi indikator dimaksudkan untuk mengukur dan mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional terhadap berbagai aspek manajemen Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang meliputi input, proses, output dan dampak. Analisis dan penilaian multi indikator didasarkan pada data yang umumnya berasal dari statistik rutin R/R (pelayanan kontrasepsi, pengendalian lapangan, dan pendataan keluarga) dari masing-masing provinsi pada periode tertentu. Pelaksanaan kegiatan analisis dan penilaian multi indikator dilaksanakan 2 kali setahun, yaitu pada semester I dan semester II. Analisis dan penilaian multi indikator pada semester II tahun 2013 dilakukan melalui 4 tahapan kegiatan, yaitu pengukuran variabel; pemberian nilai; pengukuran rasio; dan pengukuran tingkat kemajuan perkembangan program. Berdasarkan data dasar yang berasal dari statistik rutin dan dengan melalui tahapan-tahapan di atas maka dapat diperoleh angka-angka sebagai bahan penilaian setiap provinsi. Secara nasional nilai indikator input sebesar 2,3. Apabila dilihat persebarannya pada tingkat provinsi, nilai tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 6,5. Hampir seluruh variabel yang ada pada indikator input mempengaruhi tingginya nilai indikator input pada DKI Jakarta kecuali rasio PUS terhadap tempat pelayanan KB (Pemerintah dan Swasta) dan persentase KPS dan KS I yang menjadi anggota UPPKS terhadap jumlah KPS dan KS I. Sementara itu, nilai terendah berada di Kalimantan Timur sebesar 1,2. Untuk indikator proses sebesar 5,9. Apabila dilihat persebarannya pada tingkat provinsi, nilai tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 8,4. Hampir seluruh variabel yang ada pada indikator input mempengaruhi tingginya nilai indikator proses pada DKI Jakarta kecuali rata-rata kegiatan TKBK Kecamatan ke Desa/Kelurahan. Sementara itu, nilai terendah berada di Papua Barat sebesar 2,5. Selain itu, untuk indikator output sebesar 4,8. Apabila dilihat persebarannya pada tingkat provinsi, nilai tertinggi terdapat di Bali sebesar 5,7. Sekitar 75% dari variabel yang ada pada indikator output mempengaruhi tingginya nilai indikator output pada Bali kecuali persentase PB Pria terhadap total PB, persentase PB Pria KPS dan KS I terhadap total PB, persentase PA Pria terhadap total PA, persentase PA KPS dan KS I terhadap PPM-PA KPS dan KS I, persentase PA KSP dan KS I terhadap total PA, persentase PA Pria KPS dan KS I terhadap total PA . Sementara itu, nilai terendah berada di provinsi Kalimantan Tengah dengan nilai sebesar 3,9. 25
Terakhir untuk nilai indikator dampak sebesar 5,2. Apabila dilihat persebarannya pada tingkat provinsi, nilai tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 8,81. Hampir seluruh dari variabel yang ada pada indikator dampak mempengaruhi tingginya nilai indikator dampak pada provinsi DKI Jakarta kecuali persentase KPS dan KS I terhadap keluarga dan persentase PUS yang istrinya berusia dibawah 20 tahun terhadap PUS. Sementara itu, nilai terendah berada di provinsi Maluku dengan nilai sebesar 3,7. Adapun rasio antar indikator penilaian multi indikator semester II tahun 2013 ini terdiri dari: 1. Rasio Nilai Indikator Output terhadap Nilai Indikator Input Pengukuran rasio antara nilai indikator output dengan nilai indikator input menggambarkan tingkat efisiensi pemanfaatan input untuk mendapatkan output. Suatu provinsi berada pada kategori "efisien" manakala mempunyai nilai rasio sama atau di atas 1. Sebaliknya, jika suatu provinsi mempunyai nilai rasio kurang dari 1, maka akan berada pada kategori "kurang efisien". Berdasarkan ketentuan ini, dengan nilai rasio nasional sebesar 2,0, maka dapat dikatakan bahwa secara nasional input yang tersedia telah dapat menghasilkan output secara ”Efisien”. Pada tingkat provinsi, untuk rasio nilai indikator output terhadap nilai indikator input, sebanyak 32 (tiga puluh dua) provinsi telah mendapatkan output secara ”Efisien” dan 1 (satu) provinsi mendapat output secara ”Kurang Efisien” yaitu DKI Jakarta (0,7). 2. Rasio Nilai Indikator Output terhadap Nilai Indikator Proses Nilai rasio antara rata-rata nilai indikator output dengan rata-rata nilai indikator proses mencerminkan tingkat efektifitas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan (proses) untuk mendapatkan output selama periode penilaian. Suatu provinsi masuk dalam kategori "Efektif" jika mempunyai nilai rasio sama atau di atas 1. Sebaliknya, jika suatu provinsi mempunyai nilai rasio kurang dari 1, maka akan masuk dalam kategori "Kurang Efektif". Berdasarkan data yang ada dan hasil pengukuran sampai dengan pemberian nilai maka diperoleh nilai rasio indikator output terhadap nilai indikator proses secara nasional sebesar 0,8 yang menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan ”Kurang Efektif” dalam mendapatkan output. Pada tingkat provinsi terdapat 25 provinsi yang mempunyai nilai rasio indikator output terhadap nilai indikator proses kurang dari 1 dan sisanya 8 mempunyai nilai rasio indikator output terhadap nilai indikator proses lebih dari 1 . Banyaknya provinsi yang masuk kategori ”Kurang Efektif” disebabkan nilai indikator output lebih rendah dari nilai indikator proses. 26
3. Rasio Nilai Indikator Dampak terhadap Nilai Indikator Output Nilai rasio antara rata-rata nilai indikator dampak dengan rata-rata nilai indikator output mencerminkan tingkat efektifitas dari output yang dihasilkan untuk dapat memperoleh dampak. Suatu provinsi masuk dalam kategori ”Efektif” jika mempunyai nilai rasio sama atau di atas 1. Sebaliknya, jika suatu provinsi mempunyai nilai rasio kurang dari 1, maka akan masuk dalam kategori ”Kurang Efektif”. Nilai rasio indikator dampak terhadap nilai indikator output secara nasional sebesar 1,1 yang menunjukkan bahwa output yang dicapai selama tahun 2013 telah menghasilkan dampak secara ”Efektif”. Kalau secara nasional output yang dicapai telah menghasilkan dampak secara ”Efektif”, hal itu tidak diikuti jika dilihat per provinsi, sebanyak 11 provinsi masih mempunyai nilai rasio kurang dari 1, yaitu Sumatera Selatan (1,0), Lampung (0,9), Nusa Tenggara Barat (0,9), Gorontalo (0,9), Sulawesi Barat (0,8), Nusa Tenggara Timur (0,7) Sulawesi Tenggara (0,97), Maluku (0,7), Maluku Utara (0,9), Papua (0,8) dan Papua (0,98). Sampai dengan Semester II tahun 2013, total nilai rasio (performance) adalah sebesar 4,0. Jika dilihat rasio antar indikator dimana rasio indikator output terhadap input (O/I) mempunyai nilai diatas 1 yaitu sebesar 2,1, rasio indikator output terhadap proses (O/P) mempunyai nilai diatas 1 yaitu sebesar 0,8 dan rasio indikator dampak dengan output (D/O) mempunyai nilai di atas 1 yaitu sebesar 1,1, maka dapat dikatakan secara nasional tingkat perkembangan program sampai dengan semester II tahun 2013 itu ”Efisien tapi kurang Efektif”.
27
LAMPIRAN
28
MULDIK/2013/S-II/LK-I/I
LEMBAR KERJA I
DATA DASAR VARIABEL ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
NO
PROVINSI
JUMLAH PKB/PLKB
JUMLAH JUMLAH DESA/ KECAMATAN KELURAHAN
JUMLAH PPKBD
K/0/Kec-Dal/10 K/0/Kec-Dal/10 K/0/Kec-Dal/10 K/0/Kec-Dal/10
JUMLAH TEMPAT PELAYANAN KB (PEMERINTAH + SWASTA) K/0/KB/11
PUS
Rata-Rata PUS ANGGOTA BKB
Rata-Rata PUS ANGGOTA BKB Yang Ikut KB
Rata-Rata PUS ANGGOTA UPPKS
Rata-Rata PUS ANGGOTA UPPKS Yang Ikut KB
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
1 DKI JAKARTA
428
267
44
2,700
516
1,331,804
23,658
17,169
4,783
3,818
2 JAWA BARAT
3,343
5,957
626
7,767
3,547
9,445,909
363,501
262,544
129,258
103,502
3 JAWA TENGAH
3,584
8,577
573
8,741
1,787
6,774,113
352,376
273,952
851,638
706,518
247
438
78
438
314
554,736
22,437
19,152
53,183
46,995
4,139
8,507
664
8,792
3,903
7,988,403
296,055
233,327
180,665
153,811
6 BANTEN
278
1,547
155
1,558
754
2,076,313
39,011
29,424
11,907
9,211
7 BALI
614
716
57
716
589
685,324
22,966
19,341
57,770
51,310
8 ACEH
3,542
6,734
289
6,643
832
853,035
47,329
38,239
17,766
16,066
9 SUMATERA UTARA
2,476
6,055
440
5,846
1,529
2,100,899
44,734
30,899
20,580
15,755
10 SUMATERA BARAT
1,017
1,150
180
2,629
791
831,798
21,277
15,533
15,208
11,874
11 SUMATERA SELATAN
1,276
3,263
232
3,297
1,312
1,814,961
56,864
42,466
31,195
26,404
12 LAMPUNG
1,120
2,595
225
2,564
994
1,701,357
76,064
60,285
45,274
39,460
13 BANGKA BELITUNG
111
398
47
397
247
272,808
6,864
5,925
1,369
1,114
14 NUSA TENGGARA BARAT
795
1,161
116
1,135
1,092
1,059,220
30,619
24,741
17,086
14,144
15 KALIMANTAN BARAT
410
1,846
174
1,620
409
698,882
7,839
5,940
6,491
5,248
16 KALIMANTAN SELATAN
566
1,986
151
2,002
394
806,959
24,813
19,941
13,807
12,051
17 SULAWESI UTARA
1,055
1,819
176
1,636
357
451,800
10,261
7,627
8,441
7,076
18 SULAWESI SELATAN
1,681
3,043
306
3,072
806
1,367,111
42,038
31,092
22,837
18,060
19 GORONTALO
565
740
77
726
151
194,283
6,799
6,161
2,036
1,998
20 SULAWESI BARAT
462
647
69
647
163
206,476
7,597
6,580
4,488
3,922
21 RIAU
298
1,808
163
1,492
474
873,889
8,746
6,635
3,220
2,256
22 JAMBI
701
1,551
138
1,457
811
677,522
24,414
18,175
9,326
8,082
23 BENGKULU
360
1,637
127
1,602
370
344,763
5,183
3,792
6,478
5,730
24 KEPULAUAN RIAU
282
401
66
251
208
305,603
5,345
4,298
4,497
3,979
1,488
3,377
306
3,114
567
705,247
31,614
24,671
6,877
5,820
26 KALIMANTAN TENGAH
353
1,532
136
1,290
712
461,680
11,209
9,711
4,483
3,517
27 KALIMANTAN TIMUR
349
1,445
146
1,267
538
450,296
3,012
2,793
3,751
3,345
28 SULAWESI TENGAH
833
2,063
170
1,945
944
523,643
27,783
21,247
4,776
4,181
29 SULAWESI TENGGARA
623
2,285
219
2,036
377
392,536
29,945
22,519
10,557
7,834
30 MALUKU
356
1,013
93
735
333
236,647
4,796
3,248
935
797
31 MALUKU UTARA
253
1,079
114
769
142
178,343
2,936
2,285
1,908
1,667
18
3,828
355
452
363
114,199
2,825
1,433
1,153
871
160
1,451
195
598
167
8,855
20
15
8
6
33,783
80,916
6,907
79,934
26,493 46,489,414
1,660,930
1,271,160
1,553,751
1,296,422
4 DI YOGYAKARTA 5 JAWA TIMUR
25 NUSA TENGGARA TIMUR
32 PAPUA 33 PAPUA BARAT INDONESIA
29
MULDIK/2013/S-II/LK-I/II
LEMBAR KERJA I
DATA DASAR VARIABEL ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
NO
PROVINSI
JUMLAH PKB/PLKB YANG SUDAH DILATIH KIE
JUMLAH KPS DAN KS I
K/0/Kec-Dal/10 Pendataan Keluarga
RATA-RATA RATA-RATA JUMLAH RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA JUMLAH KELUARGA PUNYA JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH KELUARGA PUNYA BALITA YANG MENJADI KELUARGA PUNYA JUMLAH ANGGARAN KELOMPOK KELOMPOK KELUARGA / KK ANAK BALITA ANGGOTA BKB YANG REMAJA YANG BKB YANG BKR YANG YANG MENJADI HADIR DALAM MENJADI ADA ADA ANGGOTA BKB PERTEMUAN ANGGOTA BKR Lap. Keuangan/ DIPA
Pendataan Keluarga
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
1 DKI JAKARTA
370
262,704
13,048,576,000
1,800,128
1,491
65,409
49,631
235
5,538
2 JAWA BARAT
1,413
6,131,161
96,999,900,000
12,577,407
16,913
840,664
645,575
7,336
529,323
3 JAWA TENGAH
2,227
4,728,288
111,276,004,000
10,024,478
18,745
815,888
658,213
8,333
410,748
4 DI YOGYAKARTA
223
337,917
24,384,229,000
973,767
1,747
55,504
49,065
581
20,166
2,323
4,781,323
106,970,679,000
11,436,508
13,519
777,619
669,052
5,608
312,475
5 JAWA TIMUR 6 BANTEN
24
993,756
31,560,688,000
2,649,862
1,540
78,356
54,596
813
48,019
7 BALI
336
166,265
25,700,631,000
968,247
2,656
137,378
124,982
651
46,267
8 ACEH
326
607,547
52,305,669,000
1,191,518
2,746
89,230
67,989
1,257
36,882
9 SUMATERA UTARA
828
1,111,883
72,331,595,000
3,254,011
3,284
121,773
69,750
2,452
87,377
10 SUMATERA BARAT
192
341,108
40,680,448,000
1,233,868
1,475
66,468
52,619
355
16,083
11 SUMATERA SELATAN
420
722,988
42,330,146,000
2,098,799
2,698
121,546
102,696
2,300
87,682
12 LAMPUNG
458
1,270,436
39,464,458,000
2,141,806
2,434
145,327
128,315
2,081
91,485
13
39,154
16,630,713,000
371,242
452
25,142
19,581
137
28,149
14 NUSA TENGGARA BARAT
111
961,566
27,407,421,000
1,496,462
889
63,867
48,766
367
24,710
15 KALIMANTAN BARAT
164
409,919
31,290,919,000
1,221,779
641
17,925
9,359
357
9,651
16 KALIMANTAN SELATAN
390
313,972
30,446,275,000
1,088,625
1,642
67,353
57,314
618
26,246
13 BANGKA BELITUNG
17 SULAWESI UTARA
99
244,361
27,934,055,000
656,903
908
25,676
18,273
440
18,571
577
770,205
49,024,469,000
2,042,638
3,144
102,845
76,021
1,474
57,147
19 GORONTALO
64
144,916
17,593,042,000
288,349
289
11,266
10,278
271
9,677
20 SULAWESI BARAT
63
159,315
17,554,713,000
293,552
291
10,809
10,023
123
5,815
21 RIAU
92
372,960
27,571,582,000
1,336,073
831
25,286
18,583
395
7,374
22 JAMBI
178
227,534
27,416,821,000
852,130
1,488
74,279
61,272
903
60,949
23 BENGKULU
107
160,732
25,505,581,000
464,549
633
13,476
9,955
505
8,526
87
125,459
19,357,459,000
443,038
255
12,460
10,200
75
4,378
25 NUSA TENGGARA TIMUR
421
920,034
39,495,999,000
1,124,120
1,197
45,670
34,893
575
13,300
26 KALIMANTAN TENGAH
167
201,237
28,007,595,000
587,569
844
31,861
21,130
258
27,453
27 KALIMANTAN TIMUR
41
197,204
27,768,649,000
818,302
534
12,400
10,408
166
4,159
28 SULAWESI TENGAH
155
344,332
26,561,255,000
707,526
1,008
50,696
43,008
520
33,462
29 SULAWESI TENGGARA
102
324,329
26,353,391,000
587,611
1,394
48,788
36,176
374
14,823
30 MALUKU
100
176,472
21,419,243,000
392,671
549
8,222
5,474
502
5,360
18
136,460
19,067,838,000
280,478
415
7,351
5,927
209
4,324
4
444,005
36,130,430,000
567,548
264
4,846
4,148
208
1,934
43
127,195
17,452,458,000
192,174
348
48
40
191
28
28,256,737 1,217,042,931,000
66,163,738
87,264
3,975,428
3,183,312
40,670
2,058,081
18 SULAWESI SELATAN
24 KEPULAUAN RIAU
31 MALUKU UTARA 32 PAPUA 33 PAPUA BARAT INDONESIA
12,136
30
MULDIK/2013/S-II/LK-I/III
LEMBAR KERJA I
DATA DASAR VARIABEL ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
NO
PROVINSI
RATA-RATA JUMLAH KELUARGA PUNYA REMAJA YANG MENJADI ANGGOTA BKR YANG HADIR DALAM PERTEMUAN F/I/Dal/10
RATA-RATA RATA-RATA JUMLAH RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA JUMLAH KELUARGA PUNYA JUMLAH JUMLAH RATA-RATA JUMLAH KPS JUMLAH JUMLAH KELUARGA PUNYA LANSIA YANG KELOMPOK PIK-R JUMLAH PIK-R DAN KS I TOGA/TOMA TOGA/TOMA LANSIA YANG MENJADI ANGGOTA BKL YANG YANG ADA YANG LAPOR ANGGOTA YANG ADA YANG AKTIF MENJADI BKL YANG HADIR ADA UPPKS KIE ANGGOTA BKL DALAM PERTEMUAN F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
1 DKI JAKARTA
4,164
760
25,158
18,529
267
267
3,909
2,680
2 JAWA BARAT
397,783
8,193
396,903
284,397
2,128
1,957
124,500
26,085
9,324
3 JAWA TENGAH
314,151
10,839
455,246
339,458
1,581
1,475
674,804
38,431
16,527
4 DI YOGYAKARTA
1,160
17,299
666
25,765
20,474
288
263
40,350
4,615
1,140
251,558
7,205
358,355
282,954
2,304
2,117
167,837
34,998
12,931
6 BANTEN
27,825
1,110
36,210
24,593
368
313
9,294
2,575
587
7 BALI
33,241
693
44,119
37,631
149
141
15,125
5,077
2,517
8 ACEH
28,427
1,053
23,639
15,416
598
538
17,242
17,725
2,613
9 SUMATERA UTARA
50,249
2,098
63,217
38,685
842
741
18,318
6,910
1,649
10 SUMATERA BARAT
12,178
558
25,592
19,745
519
466
13,061
3,187
777
11 SUMATERA SELATAN
72,050
2,479
66,456
54,606
828
696
26,615
4,594
1,440
12 LAMPUNG
79,536
1,836
53,526
43,822
619
587
45,950
11,658
2,838
13 BANGKA BELITUNG
15,471
202
10,875
7,698
212
205
1,623
598
241
14 NUSA TENGGARA BARAT
18,166
398
18,779
12,187
310
297
16,540
2,879
1,772
3,482
844
6,584
3,552
271
155
4,489
2,791
257
16 KALIMANTAN SELATAN
19,514
725
24,605
19,436
372
362
10,912
2,441
1,170
17 SULAWESI UTARA
14,687
512
16,261
11,852
521
242
6,311
3,459
802
18 SULAWESI SELATAN
38,357
1,762
51,137
35,065
804
738
19,800
9,690
2,779
19 GORONTALO
8,593
276
9,717
8,868
140
126
2,085
1,034
337
20 SULAWESI BARAT
4,820
179
5,140
4,435
164
164
4,303
1,065
124
21 RIAU
5,160
486
9,346
5,983
411
292
5,478
3,367
297
22 JAMBI
47,360
710
34,796
28,610
406
371
7,197
4,017
771
23 BENGKULU
6,999
432
6,879
5,369
399
317
5,026
1,638
428
24 KEPULAUAN RIAU
3,004
127
4,946
3,995
271
260
3,368
147
5
25 NUSA TENGGARA TIMUR
9,557
754
18,693
13,472
694
631
7,596
4,156
1,070
26 KALIMANTAN TENGAH
8,853
370
18,076
8,418
227
188
3,552
1,433
502
27 KALIMANTAN TIMUR
3,457
225
3,485
3,040
372
253
2,141
2,077
139
28 SULAWESI TENGAH
28,285
655
23,366
17,600
453
283
5,577
2,422
369
29 SULAWESI TENGGARA
8,583
367
15,413
7,718
419
419
8,901
3,402
894
30 MALUKU
3,234
579
4,738
3,098
175
90
845
2,949
121
31 MALUKU UTARA
3,276
149
2,573
1,874
164
113
1,416
983
126
32 PAPUA
1,251
160
549
384
544
517
1,427
273
48
13
81
41
22
204
56
10
501
25
1,540,583
47,483
1,860,185
1,382,986
18,024
15,640
1,275,602
209,857
65,780
5 JAWA TIMUR
15 KALIMANTAN BARAT
33 PAPUA BARAT INDONESIA
31
MULDIK/2013/S-II/LK-I/IV
LEMBAR KERJA I
DATA DASAR VARIABEL ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
NO
PROVINSI
RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA JUMLAH JUMLAH JUMLAH KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN TKBK RAKOR KB TKBK KABUPATEN TINGKAT KECAMATAN DAN KOTA KECAMATAN F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
RATA-RATA JUMLAH KEGIATAN RAKOR KB TINGKAT DESA
RATA-RATA JUMLAH PENYULUHAN KB
PPM-PB
PB
PB MKJP
PB PRIA
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
RAKERNAS/ RAKERDA
F/II/KB/11
F/II/KB/11
F/II/KB/11
1 DKI JAKARTA
24
262
44
263
12,546
364,916
451,172
82,272
32,839
2 JAWA BARAT
180
16,662
624
5,874
21,543
1,540,859
1,545,118
259,989
44,302
3 JAWA TENGAH
281
19,814
567
8,223
19,544
927,911
1,015,041
254,320
47,913
3
316
78
437
2,047
56,867
60,158
25,420
5,177
137
7,645
617
7,603
15,696
1,031,375
1,169,731
257,419
45,580
6 BANTEN
93
1,108
148
1,040
2,111
273,284
382,625
57,640
28,566
7 BALI
21
148
52
681
3,712
64,042
75,863
30,656
5,757
8 ACEH
48
464
133
1,418
2,082
150,818
177,694
11,125
18,176
4 DI YOGYAKARTA 5 JAWA TIMUR
9 SUMATERA UTARA
129
1,047
301
2,663
4,468
343,296
450,688
97,571
65,620
10 SUMATERA BARAT
101
425
126
611
1,438
131,483
168,568
39,147
17,722
11 SUMATERA SELATAN
108
1,054
211
2,152
2,412
378,429
408,028
59,942
40,036
12 LAMPUNG
102
981
193
1,680
2,449
346,653
376,012
69,819
28,226
18
53
34
194
253
42,043
40,976
5,377
2,704
14 NUSA TENGGARA BARAT
7
905
106
933
2,977
157,287
191,408
51,728
7,951
15 KALIMANTAN BARAT
1
45
68
299
885
132,052
155,532
23,948
11,253
16 KALIMANTAN SELATAN
61
424
117
1,167
2,164
147,438
159,748
11,688
6,312
17 SULAWESI UTARA
43
692
125
1,079
1,440
83,492
105,031
20,584
5,854
18 SULAWESI SELATAN
47
1,195
259
2,195
5,238
282,405
335,868
35,639
30,715 2,353
13 BANGKA BELITUNG
19 GORONTALO
0
386
60
415
502
37,859
45,904
12,291
20 SULAWESI BARAT
10
80
55
127
275
31,752
40,280
4,249
3,518
21 RIAU
72
156
48
266
598
181,363
205,080
25,741
12,890
22 JAMBI
25
221
92
687
1,419
125,254
132,078
15,684
4,906
23 BENGKULU
8
200
72
668
736
81,888
104,318
21,186
7,436
24 KEPULAUAN RIAU
1
8
12
41
197
40,862
61,373
5,635
9,085
25 NUSA TENGGARA TIMUR
20
566
193
1,376
3,170
98,818
106,865
36,996
5,798
26 KALIMANTAN TENGAH
32
202
55
316
639
92,696
94,119
8,667
5,125
27 KALIMANTAN TIMUR
0
29
31
213
435
95,932
91,114
10,841
4,819
28 SULAWESI TENGAH
32
179
63
231
937
77,206
98,314
17,687
6,251
29 SULAWESI TENGGARA
55
945
147
1,363
978
62,674
84,298
13,100
6,703
30 MALUKU
21
51
25
68
95
46,460
64,143
8,344
8,707
31 MALUKU UTARA
36
216
54
275
220
32,697
43,969
11,582
1,967
32 PAPUA
30
50
32
98
212
28,736
42,200
4,862
13,555
16,931
1,865
1,196
8,500,247 1,593,014
539,012
33 PAPUA BARAT INDONESIA
7
6
4
15
58
15,973
1753
56,535
4,746
44,671
113,476
7,504,820
32
MULDIK/2013/S-II/LK-I/V
LEMBAR KERJA I
DATA DASAR VARIABEL ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
NO
PROVINSI
PB SWASTA
PPM PB KPS & KS I
PB KPS & KS I
PB MKJP KPS & KS I
PB PRIA KPS & KS I
PPM-PA
PA
PA SWASTA
PA MKJP
F/II/KB/11
RAKERNAS/ RAKERDA
F/II/KB/11
F/II/KB/11
F/II/KB/11
RAKERNAS/ RAKERDA
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
1 DKI JAKARTA
270,187
109,181
111,534
28,268
8,177
1,019,400
1,050,086
589,468
361,110
2 JAWA BARAT
571,899
806,933
769,510
164,936
24,430
5,492,480
7,071,978
3,375,744
1,435,982
3 JAWA TENGAH
464,202
526,215
411,290
134,976
19,839
4,280,530
5,388,214
2,917,495
1,413,816
34,343
38,232
19,771
10,405
1,373
403,410
445,006
259,016
160,311
5 JAWA TIMUR
389,887
540,833
498,586
153,381
19,599
4,915,940
6,113,945
3,152,274
1,825,883
6 BANTEN
4 DI YOGYAKARTA
150,712
129,022
172,677
34,437
13,217
1,192,960
1,441,796
697,467
338,851
7 BALI
46,924
31,607
21,814
10,490
2,250
555,010
583,279
379,959
311,512
8 ACEH
62,447
91,499
99,111
6,358
10,250
476,940
671,861
193,644
50,129
9 SUMATERA UTARA
85,678
167,940
200,111
46,917
29,653
1,361,120
1,454,090
466,335
421,001
10 SUMATERA BARAT
53,544
65,977
68,980
21,268
5,951
541,830
620,932
315,347
171,452
126,246
199,129
193,596
30,520
19,052
959,360
1,400,871
438,164
407,454
12 LAMPUNG
82,377
250,149
211,686
47,332
16,972
1,055,530
1,189,577
398,774
379,173
13 BANGKA BELITUNG
10,738
17,213
17,975
2,637
1,142
157,830
221,259
69,455
39,170
14 NUSA TENGGARA BARAT
14,702
121,410
116,831
34,086
5,090
547,850
787,933
145,925
256,490
15 KALIMANTAN BARAT
46,656
43,223
46,558
9,839
2,583
527,750
516,631
131,002
89,615
16 KALIMANTAN SELATAN
63,393
67,615
58,257
5,637
2,767
529,570
641,112
312,108
69,540
17 SULAWESI UTARA
28,410
46,240
27,879
6,195
973
312,300
342,808
142,572
111,549
18 SULAWESI SELATAN
11 SUMATERA SELATAN
49,878
142,334
115,601
13,296
10,046
837,450
997,109
246,126
175,203
19 GORONTALO
8,580
24,771
20,468
5,768
979
148,570
161,631
37,368
57,964
20 SULAWESI BARAT
5,104
15,991
29,621
2,946
2,561
118,250
146,657
25,689
25,030
21 RIAU
79,287
83,256
67,626
8,311
5,479
535,910
669,196
271,264
108,666
22 JAMBI
48,707
52,866
44,484
6,655
1,673
406,480
543,086
231,349
118,892
23 BENGKULU
27,357
40,698
37,993
7,846
2,304
245,120
302,364
74,920
85,861
24 KEPULAUAN RIAU
32,488
14,039
5,982
949
299
193,330
225,189
99,759
38,214
3,978
84,060
74,203
25,864
3,928
493,220
503,405
17,257
169,974
26 KALIMANTAN TENGAH
28,770
45,746
27,939
3,250
1,902
307,180
355,496
96,465
50,261
27 KALIMANTAN TIMUR
35,249
30,562
28,211
4,192
1,587
396,520
324,293
153,489
58,730
28 SULAWESI TENGAH
11,673
60,770
41,135
7,735
1,376
349,690
421,643
70,378
81,237
29 SULAWESI TENGGARA
4,682
47,744
42,416
7,229
3,081
246,980
298,236
24,212
62,377
30 MALUKU
7,487
27,510
36,195
4,921
4,606
128,920
175,095
21,948
35,101
31 MALUKU UTARA
6,161
19,980
21,105
5,884
942
112,230
127,633
27,471
28,478
32 PAPUA
2,828
21,142
31,860
3,660
12,186
128,300
76,683
7,242
11,418
33 PAPUA BARAT
1,210
9,822
13,785
1,480
1,019
66,700
7,011
6,140
535
2,855,784
3,973,709
3,684,790
857,668
237,286
29,044,660
35,276,105
15,395,826
8,950,979
25 NUSA TENGGARA TIMUR
INDONESIA
33
MULDIK/2013/S-II/LK-I/VI
LEMBAR KERJA I (LANJUTAN)
DATA DASAR VARIABEL ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
PA PRIA NO
PROVINSI
F/I/Dal/10
JUMLAH PUS PPM PA PA MKJP PA PRIA KPS YANG ISTRI-NYA PA KPS dan KPS dan KS I KPS dan KS I dan KS I BERUMUR < 20 KS I TAHUN RAKERNAS/ RAKERDA
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
F/I/Dal/10
Pendataan Keluarga
JUMLAH
UNMET NEED
JUMLAH PEREMPUAN ANAK USIA USIA 15-49 0-4 TAHUN
TFR
TAHUN
F/I/Dal/10
Pendataan Keluarga
Pendataan Keluarga
SDKI/SUPAS/ SENSUS
1 DKI JAKARTA
56,418
424,210
170,114
66,397
12,425
13,222
171,324
485,409
2,097,782
2.3
2 JAWA BARAT
163,805
2,420,630
3,242,081
719,032
89,575
355,154
1,279,467
2,909,268
13,016,125
2.5
3 JAWA TENGAH
178,885
1,900,480
2,389,891
649,401
74,920
174,102
705,992
2,500,314
9,685,783
2.5
4 DI YOGYAKARTA
32,261
165,500
153,943
57,635
9,333
5,911
42,533
214,840
847,908
2.1
134,767
2,163,360
2,387,990
793,907
53,770
270,239
866,675
2,391,909
10,860,169
2.3
6 BANTEN
59,246
526,780
541,504
136,198
24,019
115,352
423,376
832,860
2,943,148
2.5
7 BALI
23,333
203,650
86,334
42,740
4,547
11,167
27,349
227,813
1,008,799
2.3
8 ACEH
61,368
219,730
262,004
16,159
24,018
29,398
96,109
346,677
1,278,595
2.8
9 SUMATERA UTARA
119,197
603,930
384,240
120,667
36,591
75,516
344,064
1,127,262
3,716,810
3.0
10 SUMATERA BARAT
33,740
238,370
202,103
72,925
13,139
12,111
99,962
399,105
1,296,441
2.8
11 SUMATERA SELATAN
95,101
435,190
573,095
182,690
41,070
82,908
213,630
611,537
2,449,148
2.8
12 LAMPUNG
47,268
462,130
697,292
222,806
27,179
74,828
304,967
649,628
2,400,080
2.7
8,952
71,970
31,081
6,711
1,756
12,230
29,588
107,289
392,126
2.6
14 NUSA TENGGARA BARAT
25,157
239,370
524,742
172,437
17,135
39,565
142,117
427,550
1,542,035
2.8
15 KALIMANTAN BARAT
20,708
235,860
166,529
25,699
6,530
72,681
101,423
401,352
1,296,944
3.1
16 KALIMANTAN SELATAN
16,116
243,730
203,348
32,117
7,131
33,346
91,099
274,776
1,095,945
2.5
17 SULAWESI UTARA
13,620
135,710
127,402
45,728
4,784
10,495
31,717
156,458
649,704
2.6
18 SULAWESI SELATAN
70,375
378,880
339,954
62,378
21,228
53,611
200,871
593,090
2,177,974
2.6
7,203
64,150
102,130
37,327
4,606
6,552
17,949
91,126
294,704
2.6
20 SULAWESI BARAT
14,493
53,620
82,183
13,355
7,854
10,689
32,271
106,572
318,398
3.6
21 RIAU
27,145
239,360
134,016
23,039
6,063
60,890
129,037
462,652
1,480,762
2.9
22 JAMBI
13,503
187,930
161,183
40,356
4,473
41,796
70,426
234,844
936,129
2.3
23 BENGKULU
14,011
109,800
92,278
29,076
4,199
19,087
21,857
127,525
515,025
2.2
24 KEPULAUAN RIAU
15,966
87,330
49,563
9,004
2,797
24,779
46,840
166,685
413,298
2.6
25 NUSA TENGGARA TIMUR
20,484
214,660
377,302
122,646
11,231
26,987
110,911
457,257
1,200,496
3.3
26 KALIMANTAN TENGAH
11,046
128,690
113,456
19,008
3,543
31,004
59,041
150,334
640,350
2.8
27 KALIMANTAN TIMUR
11,132
175,520
64,557
11,653
2,348
23,440
72,738
229,511
898,069
2.8
28 SULAWESI TENGAH
26,552
157,510
201,825
40,461
13,898
18,650
59,675
202,915
726,723
3.2
29 SULAWESI TENGGARA
17,476
112,820
159,546
30,219
8,756
19,901
60,604
197,956
643,714
3.0
30 MALUKU
12,622
58,590
102,528
20,267
7,208
21,883
41,490
167,483
424,276
3.2
5 JAWA TIMUR
13 BANGKA BELITUNG
19 GORONTALO
31 MALUKU UTARA 32 PAPUA 33 PAPUA BARAT INDONESIA
9,316
51,250
44,121
9,710
4,394
12,704
31,458
103,944
317,478
3.1
17,035
58,360
57,828
8,041
14,230
44,208
24,884
246,108
911,495
3.5
2,635
30,950
7,011
535
2,635
21,726
1,235
78,287
209,363
3.7
1,380,936
12,800,020
14,233,174
3,840,324
567,385
1,826,132
5,952,679
17,680,336
68,685,796
2.6
34
LEMBAR KERJA II
MULDIK/2013/S-II/LK-II/I
HASIL PENGUKURAN INDIKATOR INPUT ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Rasio PKB/PLKB Terhadap Desa/ Kelurahan
Rasio PPKBD Terhadap Desa/ Kelurahan
Rasio PUS Terhadap Tempat Pelayanan KB (Pemerintah + Swasta)
Persentase PKB/PLKBYang Sudah Dilatih KIE Terhadap PKB/PLKB
Persentase KPS & KS I Anggota UPPKS Terhadap KPS & KS I
Rata-Rata Anggaran per Keluarga
Rasio Jumlah Kelompok BKB terhadap Desa/ Kelurahan
Rasio Jumlah Kelompok BKR terhadap Desa/ Kelurahan
Rasio Jumlah Kelompok BKL terhadap Desa/ Kelurahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 DKI JAKARTA
1.6
10.1
2,581
86.4
1.5
7,249
5.6
0.9
2.8
2 JAWA BARAT
0.6
1.3
2,663
42.3
2.0
7,712
2.8
1.2
1.4
3 JAWA TENGAH
0.4
1.0
3,791
62.1
14.3
11,100
2.2
1.0
1.3
4 DI YOGYAKARTA
0.6
1.0
1,767
90.3
11.9
25,041
4.0
1.3
1.5
5 JAWA TIMUR
0.5
1.0
2,047
56.1
3.5
9,353
1.6
0.7
0.8
6 BANTEN
0.2
1.0
2,754
8.6
0.9
11,910
1.0
0.5
0.7
7 BALI
0.9
1.0
1,164
54.7
9.1
26,543
3.7
0.9
1.0
8 ACEH
0.5
1.0
1,025
9.2
2.8
43,898
0.4
0.2
0.2
9 SUMATERA UTARA
0.4
1.0
1,374
33.4
1.6
22,228
0.5
0.4
0.3
10 SUMATERA BARAT
0.9
2.3
1,052
18.9
3.8
32,970
1.3
0.3
0.5
11 SUMATERA SELATAN
0.4
1.0
1,383
32.9
3.7
20,169
0.8
0.7
0.8
12 LAMPUNG
0.4
1.0
1,712
40.9
3.6
18,426
0.9
0.8
0.7
13 BANGKA BELITUNG
0.3
1.0
1,104
11.7
4.1
44,797
1.1
0.3
0.5
14 NUSA TENGGARA BARAT
0.7
1.0
970
14.0
1.7
18,315
0.8
0.3
0.3
15 KALIMANTAN BARAT
0.2
0.9
1,709
40.0
1.1
25,611
0.3
0.2
0.5
16 KALIMANTAN SELATAN
0.3
1.0
2,048
68.9
3.5
27,968
0.8
0.3
0.4
17 SULAWESI UTARA
0.6
0.9
1,266
9.4
2.6
42,524
0.5
0.2
0.3
18 SULAWESI SELATAN
0.6
1.0
1,696
34.3
2.6
24,001
1.0
0.5
0.6
19 GORONTALO
0.8
1.0
1,287
11.3
1.4
61,013
0.4
0.4
0.4
20 SULAWESI BARAT
0.7
1.0
1,267
13.6
2.7
59,801
0.4
0.2
0.3
21 RIAU
0.2
0.8
1,844
30.9
1.5
20,636
0.5
0.2
0.3
22 JAMBI
0.5
0.9
835
25.4
3.2
32,174
1.0
0.6
0.5
23 BENGKULU
0.2
1.0
932
29.7
3.1
54,904
0.4
0.3
0.3
24 KEPULAUAN RIAU
0.7
0.6
1,469
30.9
2.7
43,693
0.6
0.2
0.3
25 NUSA TENGGARA TIMUR
0.4
0.9
1,244
28.3
0.8
35,135
0.4
0.2
0.2
26 KALIMANTAN TENGAH
0.2
0.8
648
47.3
1.8
47,667
0.6
0.2
0.2
27 KALIMANTAN TIMUR
0.2
0.9
837
11.7
1.1
33,934
0.4
0.1
0.2
28 SULAWESI TENGAH
0.4
0.9
555
18.6
1.6
37,541
0.5
0.3
0.3
29 SULAWESI TENGGARA
0.3
0.9
1,041
16.4
2.7
44,848
0.6
0.2
0.2
30 MALUKU
0.4
0.7
711
28.1
0.5
54,548
0.5
0.5
0.6
31 MALUKU UTARA
0.2
0.7
1,256
7.1
1.0
67,983
0.4
0.2
0.1
32 PAPUA
0.0
0.1
315
22.2
0.3
63,661
0.1
0.1
0.0
33 PAPUA BARAT
0.1
0.4
53
26.9
0.0
90,816
0.2
0.1
0.1
0.4
1.0
1,755
35.9
4.5
18,394
1.1
0.5
0.6
INDONESIA
35
LEMBAR KERJA II (LANJUTAN)
MULDIK/2013/S-II/LK-II/II
HASIL PENGUKURAN INDIKATOR PROSES ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Persentase Pusat Persentase Persentase Persentase Informasi dan Keluarga Aktif Keluarga Aktif Keluarga Aktif Konseling Remaja BKB BKR BKL (PIK-R) Aktif
Persentase Toga/Toma Aktif KIE
Rata-Rata Rata-Rata Kegiatan TKBK Rata-rata Rakor KB Rata-rata Kegiatan TKBK Rata-rata Rakor KB Kabupaten dan tingkat Penyuluhan KB Kecamatan ke tingkat Kecamatan kota ke Desa/Kelurahan terhadap PKB/PLKB Desa/Kelurahan Kecamatan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1 DKI JAKARTA
100.0
75.9
75.2
73.7
43.3
0.5
1.0
1.0
1.0
29.3
2 JAWA BARAT
92.0
76.8
75.1
71.7
35.7
0.3
2.8
1.0
1.0
6.4
3 JAWA TENGAH
93.3
80.7
76.5
74.6
43.0
0.5
2.3
1.0
1.0
5.5
4 DI YOGYAKARTA
91.3
88.4
85.8
79.5
24.7
0.0
0.7
1.0
1.0
8.3
5 JAWA TIMUR
91.9
86.0
80.5
79.0
36.9
0.2
0.9
0.9
0.9
3.8
6 BANTEN
85.1
69.7
57.9
67.9
22.8
0.6
0.7
1.0
0.7
7.6
7 BALI
94.6
91.0
71.8
85.3
49.6
0.4
0.2
0.9
1.0
6.0
8 ACEH
90.0
76.2
77.1
65.2
14.7
0.2
0.1
0.5
0.2
0.6
9 SUMATERA UTARA
88.0
57.3
57.5
61.2
23.9
0.3
0.2
0.7
0.4
1.8
10 SUMATERA BARAT
89.8
79.2
75.7
77.2
24.4
0.6
0.4
0.7
0.5
1.4
11 SUMATERA SELATAN
84.1
84.5
82.2
82.2
31.3
0.5
0.3
0.9
0.7
1.9
12 LAMPUNG
94.8
88.3
86.9
81.9
24.3
0.5
0.4
0.9
0.6
2.2
13 BANGKA BELITUNG
96.7
77.9
55.0
70.8
40.3
0.4
0.1
0.7
0.5
2.3
14 NUSA TENGGARA BARAT
95.8
76.4
73.5
64.9
61.5
0.1
0.8
0.9
0.8
3.7
15 KALIMANTAN BARAT
57.2
52.2
36.1
53.9
9.2
0.0
0.0
0.4
0.2
2.2
16 KALIMANTAN SELATAN
97.3
85.1
74.4
79.0
47.9
0.4
0.2
0.8
0.6
3.8
17 SULAWESI UTARA
46.4
71.2
79.1
72.9
23.2
0.2
0.4
0.7
0.6
1.4
18 SULAWESI SELATAN
91.8
73.9
67.1
68.6
28.7
0.2
0.4
0.8
0.7
3.1
19 GORONTALO
90.0
91.2
88.8
91.3
32.6
0.0
0.5
0.8
0.6
0.9
20 SULAWESI BARAT
100.0
92.7
82.9
86.3
11.6
0.1
0.1
0.8
0.2
0.6
21 RIAU
71.0
73.5
70.0
64.0
8.8
0.4
0.1
0.3
0.1
2.0
22 JAMBI
91.4
82.5
77.7
82.2
19.2
0.2
0.1
0.7
0.4
2.0
23 BENGKULU
79.4
73.9
82.1
78.0
26.1
0.1
0.1
0.6
0.4
2.0
24 KEPULAUAN RIAU
95.9
81.9
68.6
80.8
3.4
0.0
0.0
0.2
0.1
0.7
25 NUSA TENGGARA TIMUR
90.9
76.4
71.9
72.1
25.7
0.1
0.2
0.6
0.4
2.1
26 KALIMANTAN TENGAH
82.8
66.3
32.2
46.6
35.0
0.2
0.1
0.4
0.2
1.8
27 KALIMANTAN TIMUR
68.0
83.9
83.1
87.2
6.7
0.0
0.0
0.2
0.1
1.2
28 SULAWESI TENGAH
62.5
84.8
84.5
75.3
15.2
0.2
0.1
0.4
0.1
1.1
29 SULAWESI TENGGARA
100.0
74.1
57.9
50.1
26.3
0.3
0.4
0.7
0.6
1.6
30 MALUKU
51.4
66.6
60.3
65.4
4.1
0.2
0.1
0.3
0.1
0.3
31 MALUKU UTARA
68.9
80.6
75.8
72.8
12.8
0.3
0.2
0.5
0.3
0.9
32 PAPUA
95.0
85.6
64.7
69.9
17.6
0.1
0.0
0.1
0.0
11.8
33 PAPUA BARAT
27.5
83.3
46.4
53.7
5.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.4
86.8
80.1
74.9
74.3
31.3
0.3
0.7
0.7
0.6
3.4
INDONESIA
36
LEMBAR KERJA II (LANJUTAN)
MULDIK/2013/S-II/LK-II/III
HASIL PENGUKURAN INDIKATOR OUTPUT ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Pencapaian PB Pencapaian PB Persentase Pencapaian PB Pencapaian PB Pencapaian PB Pencapaian PB Pencapaian PB Pencapaian PA Pencapaian PB Swasta KPS & KS I Pencapaian PA MKJP Terhadap Pria Terhadap KPS & KS I MKJP KPS & KS I Pria KPS & KS I MKJP Terhadap Terhadap PPM-PB Terhadap Total Terhadap PPM-PB Terhadap PPM-PA Total PB Total PB Terhadap Total PB Terhadap Total PB Terhadap Total PB Total PA PB KPS & KS I
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
1 DKI JAKARTA
123.6
18.2
7.3
59.9
102.2
24.7
6.3
1.8
103.0
34.4
2 JAWA BARAT
100.3
16.8
2.9
37.0
95.4
49.8
10.7
1.6
128.8
20.3
3 JAWA TENGAH
109.4
25.1
4.7
45.7
78.2
40.5
13.3
2.0
125.9
26.2
4 DI YOGYAKARTA
105.8
42.3
8.6
57.1
51.7
32.9
17.3
2.3
110.3
36.0
5 JAWA TIMUR
113.4
22.0
3.9
33.3
92.2
42.6
13.1
1.7
124.4
29.9
6 BANTEN
140.0
15.1
7.5
39.4
133.8
45.1
9.0
3.5
120.9
23.5
7 BALI
118.5
40.4
7.6
61.9
69.0
28.8
13.8
3.0
105.1
53.4
8 ACEH
117.8
6.3
10.2
35.1
108.3
55.8
3.6
5.8
140.9
7.5
9 SUMATERA UTARA
131.3
21.6
14.6
19.0
119.2
44.4
10.4
6.6
106.8
29.0
10 SUMATERA BARAT
128.2
23.2
10.5
31.8
104.6
40.9
12.6
3.5
114.6
27.6
11 SUMATERA SELATAN
107.8
14.7
9.8
30.9
97.2
47.4
7.5
4.7
146.0
29.1
12 LAMPUNG
108.5
18.6
7.5
21.9
84.6
56.3
12.6
4.5
112.7
31.9
13 BANGKA BELITUNG
97.5
13.1
6.6
26.2
104.4
43.9
6.4
2.8
140.2
17.7
14 NUSA TENGGARA BARAT
121.7
27.0
4.2
7.7
96.2
61.0
17.8
2.7
143.8
32.6
15 KALIMANTAN BARAT
117.8
15.4
7.2
30.0
107.7
29.9
6.3
1.7
97.9
17.3
16 KALIMANTAN SELATAN
108.3
7.3
4.0
39.7
86.2
36.5
3.5
1.7
121.1
10.8
17 SULAWESI UTARA
125.8
19.6
5.6
27.0
60.3
26.5
5.9
0.9
109.8
32.5
18 SULAWESI SELATAN
118.9
10.6
9.1
14.9
81.2
34.4
4.0
3.0
119.1
17.6
19 GORONTALO
121.2
26.8
5.1
18.7
82.6
44.6
12.6
2.1
108.8
35.9
20 SULAWESI BARAT
126.9
10.5
8.7
12.7
185.2
73.5
7.3
6.4
124.0
17.1
21 RIAU
113.1
12.6
6.3
38.7
81.2
33.0
4.1
2.7
124.9
16.2
22 JAMBI
105.4
11.9
3.7
36.9
84.1
33.7
5.0
1.3
133.6
21.9
23 BENGKULU
127.4
20.3
7.1
26.2
93.4
36.4
7.5
2.2
123.4
28.4
24 KEPULAUAN RIAU
150.2
9.2
14.8
52.9
42.6
9.7
1.5
0.5
116.5
17.0
25 NUSA TENGGARA TIMUR
108.1
34.6
5.4
3.7
88.3
69.4
24.2
3.7
102.1
33.8
26 KALIMANTAN TENGAH
101.5
9.2
5.4
30.6
61.1
29.7
3.5
2.0
115.7
14.1
27 KALIMANTAN TIMUR
95.0
11.9
5.3
38.7
92.3
31.0
4.6
1.7
81.8
18.1
28 SULAWESI TENGAH
127.3
18.0
6.4
11.9
67.7
41.8
7.9
1.4
120.6
19.3
29 SULAWESI TENGGARA
134.5
15.5
8.0
5.6
88.8
50.3
8.6
3.7
120.8
20.9
30 MALUKU
138.1
13.0
13.6
11.7
131.6
56.4
7.7
7.2
135.8
20.0
31 MALUKU UTARA
134.5
26.3
4.5
14.0
105.6
48.0
13.4
2.1
113.7
22.3
32 PAPUA
146.9
11.5
32.1
6.7
150.7
75.5
8.7
28.9
59.8
14.9
33 PAPUA BARAT
106.0
11.0
7.1
7.1
140.3
81.4
8.7
6.0
10.5
7.6
113.3
18.7
6.3
33.6
92.7
43.3
10.1
2.8
121.5
25.4
INDONESIA
37
LEMBAR KERJA II (LANJUTAN)
MULDIK/2013/S-II/LK-II/IV
HASIL PENGUKURAN INDIKATOR OUTPUT ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Pencapaian PA Pencapaian PA Persentase Persentase Pencapaian Pencapaian Pencapaian PA Pencapaian PA Pencapaian PA Pencapaian PA Swasta KPS & KS I PA Terhadap Unmet Need PUS Anggota PUS Anggota Pria Terhadap KPS & KS I MKJP KPS & KS I Pria KPS & KS I Terhadap Total Terhadap PPM-PA PUS Terhadap PUS BKB Yang Ikut UPPKS Yang Total PA Terhadap Total PA Terhadap Total PA Terhadap Total PA PA KPS & KS I KB Ikut KB
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
1 DKI JAKARTA
5.4
56.1
40.1
16.2
6.3
1.2
78.8
12.9
72.6
79.8
2 JAWA BARAT
2.3
47.7
133.9
45.8
10.2
1.3
74.9
13.5
72.2
80.1
3 JAWA TENGAH
3.3
54.1
125.8
44.4
12.1
1.4
79.5
10.4
77.7
83.0
4 DI YOGYAKARTA
7.2
58.2
93.0
34.6
13.0
2.1
80.2
7.7
85.4
88.4
5 JAWA TIMUR
2.2
51.6
110.4
39.1
13.0
0.9
76.5
10.8
78.8
85.1
6 BANTEN
4.1
48.4
102.8
37.6
9.4
1.7
69.4
20.4
75.4
77.4
7 BALI
4.0
65.1
42.4
14.8
7.3
0.8
85.1
4.0
84.2
88.8
8 ACEH
9.1
28.8
119.2
39.0
2.4
3.6
78.8
11.3
80.8
90.4
9 SUMATERA UTARA
8.2
32.1
63.6
26.4
8.3
2.5
69.2
16.4
69.1
76.6
10 SUMATERA BARAT
5.4
50.8
84.8
32.5
11.7
2.1
74.6
12.0
73.0
78.1
11 SUMATERA SELATAN
6.8
31.3
131.7
40.9
13.0
2.9
77.2
11.8
74.7
84.6
12 LAMPUNG
4.0
33.5
150.9
58.6
18.7
2.3
69.9
17.9
79.3
87.2
13 BANGKA BELITUNG
4.0
31.4
43.2
14.0
3.0
0.8
81.1
10.8
86.3
81.4
14 NUSA TENGGARA BARAT
3.2
18.5
219.2
66.6
21.9
2.2
74.4
13.4
80.8
82.8
15 KALIMANTAN BARAT
4.0
25.4
70.6
32.2
5.0
1.3
73.9
14.5
75.8
80.9
16 KALIMANTAN SELATAN
2.5
48.7
83.4
31.7
5.0
1.1
79.4
11.3
80.4
87.3
17 SULAWESI UTARA
4.0
41.6
93.9
37.2
13.3
1.4
75.9
7.0
74.3
83.8
18 SULAWESI SELATAN
7.1
24.7
89.7
34.1
6.3
2.1
72.9
14.7
74.0
79.1
19 GORONTALO
4.5
23.1
159.2
63.2
23.1
2.8
83.2
9.2
90.6
98.1
20 SULAWESI BARAT
9.9
17.5
153.3
56.0
9.1
5.4
71.0
15.6
86.6
87.4
21 RIAU
4.1
40.5
56.0
20.0
3.4
0.9
76.6
14.8
75.9
70.1
22 JAMBI
2.5
42.6
85.8
29.7
7.4
0.8
80.2
10.4
74.4
86.7
23 BENGKULU
4.6
24.8
84.0
30.5
9.6
1.4
87.7
6.3
73.2
88.5
24 KEPULAUAN RIAU
7.1
44.3
56.8
22.0
4.0
1.2
73.7
15.3
80.4
88.5
25 NUSA TENGGARA TIMUR
4.1
3.4
175.8
74.9
24.4
2.2
71.4
15.7
78.0
84.6
26 KALIMANTAN TENGAH
3.1
27.1
88.2
31.9
5.3
1.0
77.0
12.8
86.6
78.5
27 KALIMANTAN TIMUR
3.4
47.3
36.8
19.9
3.6
0.7
72.0
16.2
92.7
89.2
28 SULAWESI TENGAH
6.3
16.7
128.1
47.9
9.6
3.3
80.5
11.4
76.5
87.5
29 SULAWESI TENGGARA
5.9
8.1
141.4
53.5
10.1
2.9
76.0
15.4
75.2
74.2
30 MALUKU
7.2
12.5
175.0
58.6
11.6
4.1
74.0
17.5
67.7
85.2
31 MALUKU UTARA
7.3
21.5
86.1
34.6
7.6
3.4
71.6
17.6
77.8
87.4
32 PAPUA
22.2
9.4
99.1
75.4
10.5
18.6
67.1
21.8
50.7
75.5
33 PAPUA BARAT
37.6
87.6
22.7
100.0
7.6
37.6
79.2
13.9
75.0
75.0
3.9
43.6
111.2
40.3
10.9
1.6
75.9
12.8
76.5
83.4
INDONESIA
38
LEMBAR KERJA II (LANJUTAN)
MULDIK/2013/S-II/LK-II/V
HASIL PENGUKURAN INDIKATOR DAMPAK ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Persentase KPS dan KS-I Terhadap Seluruh Keluarga
Persentase PUS Yang Istrinya Berusia < 20 Tahun Terhadap PUS
Child Woman Ratio (CWR)
Total Fertility Rate (TFR)
40
41
42
43
1
DKI JAKARTA
9.5
1.0
231
2.3
2
JAWA BARAT
25.8
3.8
224
2.5
3
JAWA TENGAH
23.8
2.6
258
2.5
4
DI YOGYAKARTA
15.8
1.1
253
2.1
5
JAWA TIMUR
20.9
3.4
220
2.3
6
BANTEN
20.4
5.6
283
2.5
7
BALI
8.9
1.6
226
2.3
8
ACEH
22.0
3.4
271
2.8
9
SUMATERA UTARA
11.8
3.6
303
3.0
10 SUMATERA BARAT
16.4
1.5
308
2.8
11 SUMATERA SELATAN
27.3
4.6
250
2.8
12 LAMPUNG
32.6
4.4
271
2.7
8.4
4.5
274
2.6
14 NUSA TENGGARA BARAT
35.1
3.7
277
2.8
15 KALIMANTAN BARAT
13.6
10.4
309
3.1
16 KALIMANTAN SELATAN
18.7
4.1
251
2.5
17 SULAWESI UTARA
19.4
2.3
241
2.6
18 SULAWESI SELATAN
16.6
3.9
272
2.6
19 GORONTALO
35.4
3.4
309
2.6
20 SULAWESI BARAT
28.0
5.2
335
3.6
21 RIAU
10.0
7.0
312
2.9
22 JAMBI
18.9
6.2
251
2.3
23 BENGKULU
19.9
5.5
248
2.2
24 KEPULAUAN RIAU
11.2
8.1
403
2.6
25 NUSA TENGGARA TIMUR
33.6
3.8
381
3.3
26 KALIMANTAN TENGAH
19.3
6.7
235
2.8
7.9
5.2
256
2.8
28 SULAWESI TENGAH
28.5
3.6
279
3.2
29 SULAWESI TENGGARA
27.2
5.1
308
3.0
30 MALUKU
26.1
9.2
395
3.2
31 MALUKU UTARA
15.7
7.1
327
3.1
32 PAPUA
10.2
38.7
270
3.5
3.6
245.4
374
3.7
21.5
3.9
257
2.6
13 BANGKA BELITUNG
27 KALIMANTAN TIMUR
33 PAPUA BARAT INDONESIA
39
LEMBAR KERJA III
MULDIK/2013/S-II/LK-III/I
HASIL PENILAIAN INDIKATOR INPUT ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Rasio PUS Persentase KPS & Terhadap Rata-Rata Rasio PKB/PLKB Rasio PPKBD Persentase PKB/PLKBYang KS I Yang Menjadi Tempat Anggaran Terhadap Desa/ Terhadap Sudah Dilatih KIE Terhadap Anggota UPPKS Pelayanan KB per Kelurahan Desa/Kelurahan PKB/PLKB Terhadap KPS & KS (Pemerintah + Keluarga I Swasta)
Rasio Jumlah Kelompok BKB terhadap Desa/Kelurahan
Rasio Jumlah Kelompok BKR terhadap Desa/Kelurahan
Rasio Jumlah Kelompok BKL terhadap Desa/Kelurahan
(I-1)
(I-2)
(I-3)
(I-4)
(I-5)
(I-6)
(I-7)
(I-8)
(I-9)
1 DKI JAKARTA
10.0
10.0
0.2
9.6
1.0
0.8
10.0
6.6
10.0
2 JAWA BARAT
3.5
1.3
0.2
4.7
1.4
0.8
5.1
9.3
4.8
3 JAWA TENGAH
2.6
1.0
0.1
6.9
10.0
1.2
3.9
7.3
4.4
4 DI YOGYAKARTA
3.5
1.0
0.3
10.0
8.4
2.8
7.1
10.0
5.3
5 JAWA TIMUR
3.0
1.0
0.3
6.2
2.5
1.0
2.8
5.0
3.0
6 BANTEN
1.1
1.0
0.2
1.0
0.7
1.3
1.8
4.0
2.5
7 BALI
5.3
1.0
0.5
6.1
6.4
2.9
6.6
6.9
3.4
8 ACEH
3.3
1.0
0.5
1.0
2.0
4.8
0.7
1.4
0.5
9 SUMATERA UTARA
2.6
1.0
0.4
3.7
1.2
2.4
1.0
3.1
1.2
10 SUMATERA BARAT
5.5
2.3
0.5
2.1
2.7
3.6
2.3
2.3
1.7
11 SUMATERA SELATAN
2.4
1.0
0.4
3.6
2.6
2.2
1.5
5.3
2.7
12 LAMPUNG
2.7
1.0
0.3
4.5
2.5
2.0
1.7
6.0
2.5
13 BANGKA BELITUNG
1.7
1.0
0.5
1.3
2.9
4.9
2.0
2.6
1.8
14 NUSA TENGGARA BARAT
4.3
1.0
0.5
1.5
1.2
2.0
1.4
2.4
1.2
15 KALIMANTAN BARAT
1.4
0.9
0.3
4.4
0.8
2.8
0.6
1.5
1.6
16 KALIMANTAN SELATAN
1.8
1.0
0.3
7.6
2.4
3.1
1.5
2.3
1.3
17 SULAWESI UTARA
3.6
0.9
0.4
1.0
1.8
4.7
0.9
1.8
1.0
18 SULAWESI SELATAN
3.4
1.0
0.3
3.8
1.8
2.6
1.9
3.7
2.0
19 GORONTALO
4.8
1.0
0.4
1.3
1.0
6.7
0.7
2.8
1.3
20 SULAWESI BARAT
4.5
1.0
0.4
1.5
1.9
6.6
0.8
1.4
1.0
21 RIAU
1.0
0.8
0.3
3.4
1.0
2.3
0.8
1.6
0.9
22 JAMBI
2.8
0.9
0.6
2.8
2.2
3.5
1.7
4.4
1.6
23 BENGKULU
1.4
1.0
0.6
3.3
2.2
6.0
0.7
2.3
0.9
24 KEPULAUAN RIAU
4.4
0.6
0.4
3.4
1.9
4.8
1.1
1.4
1.1
25 NUSA TENGGARA TIMUR
2.7
0.9
0.4
3.1
0.6
3.9
0.6
1.3
0.8
26 KALIMANTAN TENGAH
1.4
0.8
0.8
5.2
1.2
5.2
1.0
1.3
0.8
27 KALIMANTAN TIMUR
1.5
0.9
0.6
1.3
0.8
3.7
0.7
0.9
0.5
28 SULAWESI TENGAH
2.5
0.9
1.0
2.1
1.1
4.1
0.9
1.9
1.1
29 SULAWESI TENGGARA
1.7
0.9
0.5
1.8
1.9
4.9
1.1
1.2
0.6
30 MALUKU
2.2
0.7
0.7
3.1
0.3
6.0
1.0
3.7
2.0
31 MALUKU UTARA
1.5
0.7
0.4
0.8
0.7
7.5
0.7
1.5
0.5
32 PAPUA
0.0
0.1
1.7
2.5
0.2
7.0
0.1
0.4
0.1
33 PAPUA BARAT
0.7
0.4
10.0
3.0
0.0
10.0
0.4
1.0
0.2
2.6
1.0
0.3
4.0
3.2
2.0
1.9
3.8
2.1
INDONESIA
40
LEMBAR KERJA III (LANJUTAN)
MULDIK/2013/S-II/LK-III/II
HASIL PENILAIAN INDIKATOR PROSES ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Persentase Pusat persentase persentase persentase Informasi dan Keluarga Aktif Keluarga Aktif Keluarga Aktif Konseling Remaja BKB BKR BKL (PIK-R) Aktif
Persentase Toga/Toma Aktif KIE
Rata-Rata Rata-Rata Kegiatan TKBK Kegiatan TKBK Kabupaten dan Kecamatan ke kota ke Desa/Kelurahan Kecamatan
Rata-Rata Rakor Rata-Rata Rakor KB KB tingkat Rata-Rata tingkat Desa Kecamatan Penyuluhan KB terhadap terhadap terhadap PKB/PLKB Desa/Kelurahan Kecamatan
(P-1)
(P-2)
(P-3)
(P-4)
(P-5)
(P-6)
(P-7)
(P-8)
(P-9)
(P-10)
1 DKI JAKARTA
10.0
8.2
8.5
8.1
7.0
9.1
3.5
10.0
9.9
10.0
2 JAWA BARAT
9.2
8.3
8.5
7.9
5.8
4.8
10.0
10.0
9.9
2.2
3 JAWA TENGAH
9.3
8.7
8.6
8.2
7.0
8.2
8.3
9.9
9.6
1.9
4 DI YOGYAKARTA
9.1
9.5
9.7
8.7
4.0
0.6
2.6
10.0
10.0
2.8
5 JAWA TIMUR
9.2
9.3
9.1
8.7
6.0
3.4
3.2
9.3
9.0
1.3
6 BANTEN
8.5
7.5
6.5
7.4
3.7
10.0
2.6
9.5
6.7
2.6
7 BALI
9.5
9.8
8.1
9.3
8.1
6.1
0.7
9.1
9.5
2.1
8 ACEH
9.0
8.2
8.7
7.1
2.4
2.8
0.2
4.6
2.1
0.2
9 SUMATERA UTARA
8.8
6.2
6.5
6.7
3.9
4.9
0.6
6.8
4.4
0.6
10 SUMATERA BARAT
9.0
8.5
8.5
8.5
4.0
9.4
1.3
7.0
5.3
0.5
11 SUMATERA SELATAN
8.4
9.1
9.3
9.0
5.1
7.8
1.2
9.1
6.6
0.6
12 LAMPUNG
9.5
9.5
9.8
9.0
4.0
7.6
1.4
8.6
6.5
0.7
13 BANGKA BELITUNG
9.7
8.4
6.2
7.8
6.5
6.4
0.5
7.2
4.9
0.8
14 NUSA TENGGARA BARAT
9.6
8.2
8.3
7.1
10.0
1.0
2.8
9.1
8.1
1.3
15 KALIMANTAN BARAT
5.7
5.6
4.1
5.9
1.5
0.1
0.1
3.9
1.6
0.7
16 KALIMANTAN SELATAN
9.7
9.2
8.4
8.7
7.8
6.7
0.8
7.7
5.9
1.3
17 SULAWESI UTARA
4.6
7.7
8.9
8.0
3.8
4.1
1.4
7.1
5.9
0.5
18 SULAWESI SELATAN
9.2
8.0
7.6
7.5
4.7
2.6
1.4
8.5
7.2
1.1
19 GORONTALO
9.0
9.8
10.0
10.0
5.3
0.0
1.9
7.8
5.6
0.3
20 SULAWESI BARAT
10.0
10.0
9.3
9.5
1.9
2.4
0.4
8.0
2.0
0.2
21 RIAU
7.1
7.9
7.9
7.0
1.4
7.4
0.3
2.9
1.5
0.7
22 JAMBI
9.1
8.9
8.8
9.0
3.1
3.0
0.5
6.7
4.4
0.7
23 BENGKULU
7.9
8.0
9.2
8.6
4.2
1.0
0.4
5.7
4.1
0.7
24 KEPULAUAN RIAU
9.6
8.8
7.7
8.9
0.6
0.3
0.1
1.8
1.0
0.2
25 NUSA TENGGARA TIMUR
9.1
8.2
8.1
7.9
4.2
1.1
0.6
6.3
4.1
0.7
26 KALIMANTAN TENGAH
8.3
7.2
3.6
5.1
5.7
3.9
0.5
4.0
2.1
0.6
27 KALIMANTAN TIMUR
6.8
9.1
9.4
9.6
1.1
0.0
0.1
2.1
1.5
0.4
28 SULAWESI TENGAH
6.2
9.1
9.5
8.3
2.5
3.1
0.3
3.7
1.1
0.4
29 SULAWESI TENGGARA
10.0
8.0
6.5
5.5
4.3
4.2
1.5
6.7
6.0
0.5
30 MALUKU
5.1
7.2
6.8
7.2
0.7
3.8
0.2
2.7
0.7
0.1
31 MALUKU UTARA
6.9
8.7
8.5
8.0
2.1
5.3
0.7
4.7
2.6
0.3
32 PAPUA
9.5
9.2
7.3
7.7
2.9
1.4
0.0
0.9
0.3
4.0
33 PAPUA BARAT
2.7
9.0
5.2
5.9
0.8
0.6
0.0
0.2
0.1
0.1
8.7
8.6
8.4
8.1
5.1
4.2
2.5
6.9
5.5
1.1
INDONESIA
41
LEMBAR KERJA III (LANJUTAN)
MULDIK/2013/S-II/LK-III/III
HASIL PENILAIAN INDIKATOR OUTPUT ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Pencapaian PB Pencapaian PB Pencapaian PB Pencapaian PB Persentase Pencapaian PB Pencapaian PB Pencapaian PB Pencapaian PA Pencapaian PB Swasta KPS & KS I MKJP KPS & KS I Pria KPS & KS I Pencapaian PA MKJP Terhadap Pria Terhadap KPS & KS I MKJP Terhadap Terhadap PPM-PB Terhadap Total Terhadap PPM-PB Terhadap Total PB Terhadap Total PB Terhadap PPM-PA Total PB Total PB Terhadap Total PB Total PA PB KPS & KS I KPS & KS I KPS & KS I (O-1)
(O-2)
(O-3)
(O-4)
(O-5)
(O-6)
(O-7)
(O-8)
(O-9)
(O-10)
1 DKI JAKARTA
8.2
4.3
2.3
9.7
5.5
3.0
2.6
0.6
7.1
6.4
2 JAWA BARAT
6.7
4.0
0.9
6.0
5.1
6.1
4.4
0.5
8.8
3.8
3 JAWA TENGAH
7.3
5.9
1.5
7.4
4.2
5.0
5.5
0.7
8.6
4.9
4 DI YOGYAKARTA
7.0
10.0
2.7
9.2
2.8
4.0
7.1
0.8
7.6
6.7
5 JAWA TIMUR
7.6
5.2
1.2
5.4
5.0
5.2
5.4
0.6
8.5
5.6
6 BANTEN
9.3
3.6
2.3
6.4
7.2
5.5
3.7
1.2
8.3
4.4
7 BALI
7.9
9.6
2.4
10.0
3.7
3.5
5.7
1.0
7.2
10.0
8 ACEH
7.8
1.5
3.2
5.7
5.8
6.9
1.5
2.0
9.6
1.4
9 SUMATERA UTARA
8.7
5.1
4.5
3.1
6.4
5.5
4.3
2.3
7.3
5.4
10 SUMATERA BARAT
8.5
5.5
3.3
5.1
5.6
5.0
5.2
1.2
7.8
5.2
11 SUMATERA SELATAN
7.2
3.5
3.1
5.0
5.2
5.8
3.1
1.6
10.0
5.4
12 LAMPUNG
7.2
4.4
2.3
3.5
4.6
6.9
5.2
1.6
7.7
6.0
13 BANGKA BELITUNG
6.5
3.1
2.1
4.2
5.6
5.4
2.7
1.0
9.6
3.3
14 NUSA TENGGARA BARAT
8.1
6.4
1.3
1.2
5.2
7.5
7.4
0.9
9.8
6.1
15 KALIMANTAN BARAT
7.8
3.6
2.3
4.8
5.8
3.7
2.6
0.6
6.7
3.2
16 KALIMANTAN SELATAN
7.2
1.7
1.2
6.4
4.7
4.5
1.5
0.6
8.3
2.0
17 SULAWESI UTARA
8.4
4.6
1.7
4.4
3.3
3.3
2.4
0.3
7.5
6.1
18 SULAWESI SELATAN
7.9
2.5
2.8
2.4
4.4
4.2
1.6
1.0
8.2
3.3
19 GORONTALO
8.1
6.3
1.6
3.0
4.5
5.5
5.2
0.7
7.5
6.7
20 SULAWESI BARAT
8.4
2.5
2.7
2.0
10.0
9.0
3.0
2.2
8.5
3.2
21 RIAU
7.5
3.0
2.0
6.3
4.4
4.1
1.7
0.9
8.6
3.0
22 JAMBI
7.0
2.8
1.2
6.0
4.5
4.1
2.1
0.4
9.1
4.1
23 BENGKULU
8.5
4.8
2.2
4.2
5.0
4.5
3.1
0.8
8.4
5.3
24 KEPULAUAN RIAU
10.0
2.2
4.6
8.6
2.3
1.2
0.6
0.2
8.0
3.2
25 NUSA TENGGARA TIMUR
7.2
8.2
1.7
0.6
4.8
8.5
10.0
1.3
7.0
6.3
26 KALIMANTAN TENGAH
6.8
2.2
1.7
4.9
3.3
3.6
1.4
0.7
7.9
2.6
27 KALIMANTAN TIMUR
6.3
2.8
1.6
6.3
5.0
3.8
1.9
0.6
5.6
3.4
28 SULAWESI TENGAH
8.5
4.3
2.0
1.9
3.7
5.1
3.3
0.5
8.3
3.6
29 SULAWESI TENGGARA
9.0
3.7
2.5
0.9
4.8
6.2
3.5
1.3
8.3
3.9
30 MALUKU
9.2
3.1
4.2
1.9
7.1
6.9
3.2
2.5
9.3
3.8
31 MALUKU UTARA
9.0
6.2
1.4
2.3
5.7
5.9
5.5
0.7
7.8
4.2
32 PAPUA
9.8
2.7
10.0
1.1
8.1
9.3
3.6
10.0
4.1
2.8
33 PAPUA BARAT
7.1
2.6
2.2
1.2
7.6
10.0
3.6
2.1
0.7
1.4
7.5
4.4
2.0
5.4
5.0
5.3
4.2
1.0
8.3
4.8
INDONESIA
42
LEMBAR KERJA III (LANJUTAN)
MULDIK/2013/S-II/LK-III/IV
HASIL PENILAIAN INDIKATOR OUTPUT ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase Pencapaian PA Pencapaian PA Persentase Persentase Pencapaian Pencapaian Pencapaian PA Pencapaian PA Pencapaian PA Pencapaian PA Swasta KPS & KS I PA Terhadap Unmet Need PUS Anggota PUS Anggota Pria Terhadap KPS & KS I MKJP KPS & KS I Pria KPS & KS I Terhadap Total Terhadap PPM-PA PUS Terhadap PUS BKB Yang Ikut UPPKS Yang Total PA Terhadap Total PA Terhadap Total PA Terhadap Total PA PA KPS & KS I KB Ikut KB (O-11)
(O-12)
(O-13)
(O-14)
(O-15)
(O-16)
(O-17)
(O-18)
(O-19)
(O-20)
1 DKI JAKARTA
1.4
6.4
1.8
1.6
2.6
0.3
9.0
3.1
7.8
8.1
2 JAWA BARAT
0.6
5.5
6.1
4.6
4.2
0.3
8.5
2.9
7.8
8.2
3 JAWA TENGAH
0.9
6.2
5.7
4.4
4.9
0.4
9.1
3.8
8.4
8.5
4 DI YOGYAKARTA
1.9
6.6
4.2
3.5
5.3
0.6
9.1
5.2
9.2
9.0
5 JAWA TIMUR
0.6
5.9
5.0
3.9
5.3
0.2
8.7
3.7
8.5
8.7
6 BANTEN
1.1
5.5
4.7
3.8
3.9
0.4
7.9
2.0
8.1
7.9
7 BALI
1.1
7.4
1.9
1.5
3.0
0.2
9.7
10.0
9.1
9.1
8 ACEH
2.4
3.3
5.4
3.9
1.0
1.0
9.0
3.5
8.7
9.2
9 SUMATERA UTARA
2.2
3.7
2.9
2.6
3.4
0.7
7.9
2.4
7.4
7.8
10 SUMATERA BARAT
1.4
5.8
3.9
3.3
4.8
0.6
8.5
3.3
7.9
8.0
11 SUMATERA SELATAN
1.8
3.6
6.0
4.1
5.4
0.8
8.8
3.4
8.1
8.6
12 LAMPUNG
1.1
3.8
6.9
5.9
7.7
0.6
8.0
2.2
8.5
8.9
13 BANGKA BELITUNG
1.1
3.6
2.0
1.4
1.2
0.2
9.2
3.7
9.3
8.3
14 NUSA TENGGARA BARAT
0.8
2.1
10.0
6.7
9.0
0.6
8.5
3.0
8.7
8.4
15 KALIMANTAN BARAT
1.1
2.9
3.2
3.2
2.0
0.3
8.4
2.7
8.2
8.2
16 KALIMANTAN SELATAN
0.7
5.6
3.8
3.2
2.1
0.3
9.1
3.5
8.7
8.9
17 SULAWESI UTARA
1.1
4.7
4.3
3.7
5.5
0.4
8.7
5.7
8.0
8.5
18 SULAWESI SELATAN
1.9
2.8
4.1
3.4
2.6
0.6
8.3
2.7
8.0
8.1
19 GORONTALO
1.2
2.6
7.3
6.3
9.5
0.8
9.5
4.3
9.8
10.0
20 SULAWESI BARAT
2.6
2.0
7.0
5.6
3.7
1.4
8.1
2.6
9.3
8.9
21 RIAU
1.1
4.6
2.6
2.0
1.4
0.2
8.7
2.7
8.2
7.1
22 JAMBI
0.7
4.9
3.9
3.0
3.1
0.2
9.1
3.8
8.0
8.8
23 BENGKULU
1.2
2.8
3.8
3.1
3.9
0.4
10.0
6.3
7.9
9.0
24 KEPULAUAN RIAU
1.9
5.1
2.6
2.2
1.6
0.3
8.4
2.6
8.7
9.0
25 NUSA TENGGARA TIMUR
1.1
0.4
8.0
7.5
10.0
0.6
8.1
2.5
8.4
8.6
26 KALIMANTAN TENGAH
0.8
3.1
4.0
3.2
2.2
0.3
8.8
3.1
9.3
8.0
27 KALIMANTAN TIMUR
0.9
5.4
1.7
2.0
1.5
0.2
8.2
2.5
10.0
9.1
28 SULAWESI TENGAH
1.7
1.9
5.8
4.8
3.9
0.9
9.2
3.5
8.2
8.9
29 SULAWESI TENGGARA
1.6
0.9
6.5
5.3
4.2
0.8
8.7
2.6
8.1
7.6
30 MALUKU
1.9
1.4
8.0
5.9
4.8
1.1
8.4
2.3
7.3
8.7
31 MALUKU UTARA
1.9
2.5
3.9
3.5
3.1
0.9
8.2
2.3
8.4
8.9
32 PAPUA
5.9
1.1
4.5
7.5
4.3
4.9
7.7
1.8
5.5
7.7
33 PAPUA BARAT
10.0
10.0
1.0
10.0
3.1
10.0
9.0
2.9
8.1
7.6
1.0
5.0
5.1
4.0
4.5
0.4
8.7
3.1
8.3
8.5
INDONESIA
43
LEMBAR KERJA III (LANJUTAN)
MULDIK/2013/S-II/LK-III/V
HASIL PENILAIAN INDIKATOR DAMPAK ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
No
Kabupaten/ Kota
Persentase KPS dan KS-I Terhadap Seluruh Keluarga
Persentase PUS Yang Istrinya Child Woman Ratio Berusia < 20 (CWR) Tahun Terhadap PUS
Total Fertility Rate (TFR)
(D-1)
(D-2)
(D-3)
(D-4)
1
DKI JAKARTA
3.9
10.0
9.5
9.1
2
JAWA BARAT
1.4
2.6
9.9
8.4
3
JAWA TENGAH
1.5
3.9
8.5
8.4
4
DI YOGYAKARTA
2.3
9.3
8.7
10.0
5
JAWA TIMUR
1.7
2.9
10.0
9.1
6
BANTEN
1.8
1.8
7.8
8.4
7
BALI
4.1
6.1
9.8
9.1
8
ACEH
1.7
2.9
8.1
7.5
9
SUMATERA UTARA
3.1
2.8
7.3
7.0
10 SUMATERA BARAT
2.2
6.8
7.2
7.5
11 SUMATERA SELATAN
1.3
2.2
8.8
7.5
12 LAMPUNG
1.1
2.3
8.1
7.8
13 BANGKA BELITUNG
4.4
2.2
8.0
8.1
14 NUSA TENGGARA BARAT
1.0
2.7
7.9
7.5
15 KALIMANTAN BARAT
2.7
1.0
7.1
6.8
16 KALIMANTAN SELATAN
2.0
2.4
8.8
8.4
17 SULAWESI UTARA
1.9
4.3
9.1
8.1
18 SULAWESI SELATAN
2.2
2.5
8.1
8.1
19 GORONTALO
1.0
2.9
7.1
8.1
20 SULAWESI BARAT
1.3
1.9
6.6
5.8
21 RIAU
3.6
1.4
7.0
7.2
22 JAMBI
1.9
1.6
8.8
9.1
23 BENGKULU
1.8
1.8
8.9
9.5
24 KEPULAUAN RIAU
3.3
1.2
5.5
8.1
25 NUSA TENGGARA TIMUR
1.1
2.6
5.8
6.4
26 KALIMANTAN TENGAH
1.9
1.5
9.4
7.5
27 KALIMANTAN TIMUR
4.6
1.9
8.6
7.5
28 SULAWESI TENGAH
1.3
2.8
7.9
6.6
29 SULAWESI TENGGARA
1.3
2.0
7.2
7.0
30 MALUKU
1.4
1.1
5.6
6.6
31 MALUKU UTARA
2.3
1.4
6.7
6.8
32 PAPUA
3.6
0.3
8.2
6.0
10.0
0.0
5.9
5.7
1.7
2.5
8.6
8.1
33 PAPUA BARAT INDONESIA
44
LEMBAR KERJA IV
MULDIK/2013/S-II/LK-IV/I
RASIO ANTAR INDIKATOR & PERFORMANCE DAERAH ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013
NILAI INDIKATOR NO
KABUPATEN/ KOTA
INPUT
PROSES
OUTPUT
RASIO INDIKATOR DAMPAK
OUTPUT INPUT
OUTPUT PROSES
DAMPAK OUTPUT
TOTAL NILAI RASIO (PERFORMANCE)
1
2
3
4
5=3:1
6=(3:2)
7=(4:3)
8=(5+6+7)
1 DKI JAKARTA
6.5
8.4
4.6
8.1
0.7
0.5
1.8
3.0
2 JAWA BARAT
3.5
7.6
4.8
5.6
1.4
0.6
1.2
3.2
3 JAWA TENGAH
4.2
8.0
5.2
5.6
1.2
0.6
1.1
3.0
4 DI YOGYAKARTA
5.4
6.7
5.6
7.6
1.0
0.8
1.3
3.2
5 JAWA TIMUR
2.8
6.8
5.0
6.0
1.8
0.7
1.2
3.7
6 BANTEN
1.5
6.5
4.9
4.9
3.2
0.7
1.0
5.0
7 BALI
4.3
7.2
5.7
7.3
1.3
0.8
1.3
3.4
8 ACEH
1.7
4.5
4.6
5.0
2.7
1.0
1.1
4.8
9 SUMATERA UTARA
1.8
4.9
4.7
5.0
2.6
0.9
1.1
4.6
10 SUMATERA BARAT
2.6
6.2
5.0
5.9
2.0
0.8
1.2
3.9
11 SUMATERA SELATAN
2.4
6.6
5.0
5.0
2.1
0.8
1.0
3.8
12 LAMPUNG
2.6
6.6
5.1
4.8
2.0
0.8
0.9
3.7
13 BANGKA BELITUNG
2.1
5.8
4.2
5.7
2.0
0.7
1.4
4.1
14 NUSA TENGGARA BARAT
1.7
6.5
5.6
4.8
3.2
0.9
0.9
5.0
15 KALIMANTAN BARAT
1.6
2.9
4.1
4.4
2.6
1.4
1.1
5.0
16 KALIMANTAN SELATAN
2.4
6.6
4.2
5.4
1.8
0.6
1.3
3.7
17 SULAWESI UTARA
1.8
5.2
4.6
5.8
2.6
0.9
1.3
4.7
18 SULAWESI SELATAN
2.3
5.8
4.0
5.2
1.8
0.7
1.3
3.8
19 GORONTALO
2.2
6.0
5.5
4.8
2.5
0.9
0.9
4.3
20 SULAWESI BARAT
2.1
5.4
5.1
3.9
2.4
1.0
0.8
4.1
21 RIAU
1.4
4.4
4.0
4.8
2.9
0.9
1.2
5.1
22 JAMBI
2.3
5.4
4.3
5.4
1.9
0.8
1.2
3.9
23 BENGKULU
2.0
5.0
4.8
5.5
2.3
1.0
1.2
4.4
24 KEPULAUAN RIAU
2.1
3.9
4.2
4.5
2.0
1.1
1.1
4.1
25 NUSA TENGGARA TIMUR
1.6
5.0
5.5
4.0
3.5
1.1
0.7
5.3
26 KALIMANTAN TENGAH
2.0
4.1
3.9
5.1
2.0
1.0
1.3
4.2
27 KALIMANTAN TIMUR
1.2
4.0
3.9
5.7
3.3
1.0
1.4
5.7
28 SULAWESI TENGAH
1.7
4.4
4.5
4.6
2.6
1.0
1.0
4.6
29 SULAWESI TENGGARA
1.6
5.3
4.5
4.4
2.8
0.8
1.0
4.6
30 MALUKU
2.2
3.4
5.0
3.7
2.3
1.5
0.7
4.5
31 MALUKU UTARA
1.6
4.8
4.6
4.3
2.9
1.0
0.9
4.8
32 PAPUA
1.4
4.3
5.6
4.5
4.1
1.3
0.8
6.2
33 PAPUA BARAT
2.9
2.5
5.5
5.4
1.9
2.2
1.0
5.1
2.3
5.9
4.8
5.2
2.1
0.8
1.1
4.0
INDONESIA
45
REKAPITULASI HASIL
MULDIK/2013/S-II/RH/I
ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR INDONESIA PERIODE PENILAIAN : SEMESTER II, TAHUN 2013 RASIO INDIKATOR NO
KABUPATEN/ KOTA
OUTPUT INPUT (O/I)
KETERANGAN
OUTPUT PROSES (O/P)
KETERANGAN
TOTAL NILAI RASIO (PERFORMANCE) DAMPAK OUTPUT (D/O)
KETERANGAN
KETERANGAN
1
2
3
4
5
7
8
1 DKI JAKARTA
0.7
Kurang Efisien
0.5
Kurang Efektif
1.8
Efektif
3.0
Kurang Efisien dan Kurang Efektif
2 JAWA BARAT
1.4
Efisien
0.6
Kurang Efektif
1.2
Efektif
3.2
Efisien tapi Kurang Efektif
3 JAWA TENGAH
1.2
Efisien
0.6
Kurang Efektif
1.1
Efektif
3.0
Efisien tapi Kurang Efektif
4 DI YOGYAKARTA
1.0
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.3
Efektif
3.2
Efisien tapi Kurang Efektif
5 JAWA TIMUR
1.8
Efisien
0.7
Kurang Efektif
1.2
Efektif
3.7
Efisien tapi Kurang Efektif
6 BANTEN
3.2
Efisien
0.7
Kurang Efektif
1.0
Efektif
5.0
Efisien tapi Kurang Efektif
7 BALI
1.3
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.3
Efektif
3.4
Efisien tapi Kurang Efektif
8 ACEH
2.7
Efisien
1.0
Efektif
1.1
Efektif
4.8
Efisien dan Efektif
9 SUMATERA UTARA
2.6
Efisien
0.9
Kurang Efektif
1.1
Efektif
4.6
Efisien tapi Kurang Efektif
10 SUMATERA BARAT
2.0
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.2
Efektif
3.9
Efisien tapi Kurang Efektif
11 SUMATERA SELATAN
2.1
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.0
Kurang Efektif
3.8
Efisien tapi Kurang Efektif
12 LAMPUNG
2.0
Efisien
0.8
Kurang Efektif
0.9
Kurang Efektif
3.7
Efisien tapi Kurang Efektif
13 BANGKA BELITUNG
2.0
Efisien
0.7
Kurang Efektif
1.4
Efektif
4.1
Efisien tapi Kurang Efektif
14 NUSA TENGGARA BARAT
3.2
Efisien
0.9
Kurang Efektif
0.9
Kurang Efektif
5.0
Efisien tapi Kurang Efektif
15 KALIMANTAN BARAT
2.6
Efisien
1.4
Efektif
1.1
Efektif
5.0
Efisien dan Efektif
16 KALIMANTAN SELATAN
1.8
Efisien
0.6
Kurang Efektif
1.3
Efektif
3.7
Efisien tapi Kurang Efektif
17 SULAWESI UTARA
2.6
Efisien
0.9
Kurang Efektif
1.3
Efektif
4.7
Efisien tapi Kurang Efektif
18 SULAWESI SELATAN
1.8
Efisien
0.7
Kurang Efektif
1.3
Efektif
3.8
Efisien tapi Kurang Efektif
19 GORONTALO
2.5
Efisien
0.9
Kurang Efektif
0.9
Kurang Efektif
4.3
Efisien tapi Kurang Efektif
20 SULAWESI BARAT
2.4
Efisien
1.0
Kurang Efektif
0.8
Kurang Efektif
4.1
Efisien tapi Kurang Efektif
21 RIAU
2.9
Efisien
0.9
Kurang Efektif
1.2
Efektif
5.1
Efisien tapi Kurang Efektif
22 JAMBI
1.9
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.2
Efektif
3.9
Efisien tapi Kurang Efektif
23 BENGKULU
2.3
Efisien
1.0
Kurang Efektif
1.2
Efektif
4.4
Efisien tapi Kurang Efektif
24 KEPULAUAN RIAU
2.0
Efisien
1.1
Efektif
1.1
Efektif
4.1
Efisien dan Efektif
25 NUSA TENGGARA TIMUR
3.5
Efisien
1.1
Efektif
0.7
Kurang Efektif
5.3
Efisien tapi Kurang Efektif
26 KALIMANTAN TENGAH
2.0
Efisien
1.0
Kurang Efektif
1.3
Efektif
4.2
Efisien tapi Kurang Efektif
27 KALIMANTAN TIMUR
3.3
Efisien
1.0
Kurang Efektif
1.4
Efektif
5.7
Efisien tapi Kurang Efektif
28 SULAWESI TENGAH
2.6
Efisien
1.0
Efektif
1.0
Efektif
4.6
Efisien dan Efektif
29 SULAWESI TENGGARA
2.8
Efisien
0.8
Kurang Efektif
0.97
Kurang Efektif
4.6
Efisien tapi Kurang Efektif
30 MALUKU
2.3
Efisien
1.5
Efektif
0.7
Kurang Efektif
4.5
Efisien tapi Kurang Efektif
31 MALUKU UTARA
2.9
Efisien
1.0
Kurang Efektif
0.9
Kurang Efektif
4.8
Efisien tapi Kurang Efektif
32 PAPUA
4.1
Efisien
1.3
Efektif
0.8
Kurang Efektif
6.2
Efisien tapi Kurang Efektif
33 PAPUA BARAT
1.9
Efisien
2.2
Efektif
0.98
Kurang Efektif
5.1
Efisien tapi Kurang Efektif
2.1
Efisien
0.8
Kurang Efektif
1.1
Efektif
4.0
Efisien tapi Kurang Efektif
INDONESIA
6
NILAI
Keterangan Kolom 8 :
Performance ≥ 3 dengan O/I & O/P & D/O masing-masing ≥ 1 = Efisien dan Efektif Performance ≥ 3 dengan O/I < 1 & O/P ≥ 1 & D/O ≥ 1 = Kurang Efisien tapi Efektif Performance ≥ 3 dengan O/I ≥ 1 & O/P ≥ 1 & D/O < 1 atau O/I ≥ 1 & O/P < 1 & D/O ≥ 1 atau O/I ≥ 1 & O/P < 1 & D/O < 1 = Efisien tapi Kurang Efektif Performance ≥ 3 dengan O/I < 1 & O/P ≥ 1 & D/O < 1 atau O/I < 1 & O/P < 1 & D/O ≥ 1 = Kurang Efisien dan Kurang Efektif Performance < 3 walaupun salah satu dari O/I, atau O/P, atau D/O ≥ 1 = Kurang Efisien dan Kurang Efektif
46