ANALISIS BRAND EQUITY KAYU JATI BUNDAR PERUM PERHUTANI (Studi Kasus Wilayah Klender Jakarta)
SRI NUR AMALINA HASYYATI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Brand Equity Kayu Jati Bundar Perum Perhutani studi kasus wilayah Klender Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015
Sri Nur Amalina Hasyyati NIM H24114084
ABSTRAK SRI NUR AMALINA H. Analisis Brand Equity Kayu Jati Bundar Perum Perhutani (Studi Kasus Wilayah Klender Jakarta). Dibimbing oleh JONO M MUNANDAR. Kayu merupakan komoditas bahan baku utama dalam segala jenis konstruksi. Salah satu jenis kayu yang paling banyak diminati oleh para pelaku bisnis kayu adalah kayu jenis jati (tectona grandis L.f). Produksi kayu jati banyak diminati oleh para konsumen, karena secara teknis kayu jenis jati memiliki sifat yang baik dari segi kekuatan, keawetan serta ketahanan. Bisnis usaha kayu jati bundar yang tersertifikasi dan legal di Indonesia masih sangat terbatas. Salah satu pelaku usaha kayu jati bundar yang memiliki legal dan sertifikasi di Indonesia adalah Perum Perhutani. Peneliti melakukan analisis mengenai brand equity dari empat elemen utama, yaitu brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty. Tujuan penelitian menganalisis brand equity dan menganalisis hubungan variabel dari persepsi pelanggan dan variabel dari profil pelanggan. Pengolahan analisis data dilakukan menggunakan uji Validitas, uji Reliabilitas, Analisis Deskriptif, Skala Likert, Skala Semantic Differensial, uji Cochran dan uji korelasi dengan metode chi square. Hasil penelitian dari brand awareness bahwa produk kayu jati bundar Perum Perhutani mendapatkan posisi top of mind, hasil brand loyalty menunjukan tingkat loyalitas switcher 38%, liking the brand 75%, committed buyer 33.3 % dan satisfied buyer 87.5%. Kata kunci: Brand equity, Brand loyalty, Kayu jati bundar
ABSTRACT SRI NUR AMALINA H. Analysis of Brand Equity Perum Perhutani Teak Round (Case Study Klender Territory of Jakarta). Supervised by JONO M MUNANDAR. Wood is the main raw material commodities in all types of construction. One type of wood that is most in demand by businesses wood is wood of teak (Tectona grandis Lf). Teak production demand by consumers, because it is technically teak wood types have good properties in terms of strength, durability and resilience. Business enterprises certified teak and legal round in Indonesia is still very limited. One round teak wood business operators who have legal and certification in Indonesia is Perum Perhutani. Researchers conducted an analysis of the brand equity of the four main elements, namely brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty. The purpose of research analyzing brand equity and analyze the relationship of variables and variable customer perception of the customer profile. Processing data analysis was performed using test validity, reliability test, descriptive analysis, Likert Scale, Scale Semantic Differential, Cochran test and correlation with the chi-square method. The results of the brand awareness that round teak wood products Perhutanioffice get top of mind position, the result indicates the level of brand loyalty loyalty switcher 38%, liking the brand 75%, 33.3% committed buyers and 87.5% satisfied buyer. Keywords: Brand equity, Brand loyalty, Round teak wood
ANALISIS BRAND EQUITY KAYU JATI BUNDAR PERUM PERHUTANI (Studi Kasus Wilayah Klender Jakarta)
SRI NUR AMALINA HASYYATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Analisis Brand Equity Kayu Jati Bundar Perum Perhutani (Studi kasus Wilayah Klender jakarta). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Jono M Munandar, M. Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi saran,dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Penulis mengharapkan adanya penelitian berikutnya sebagai penyempurna skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun untuk penelitian selanjutnya.
Bogor, Maret 2015 Sri Nur Amalina H
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kayu Jati (Tectona Grandis L.F.) Pengertian Merek Pengertian Brand Equity METODE Kerangka Pemikiran Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Hasil Uji Awal Profil Pelanggan Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xi xii xii xiii 1 1 3 3 3 3 5 5 7 8 8 14 14 15 15 15 19 19 23 25 40 47 49 50 63
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
6
7 8 9
Produksi hasil hutan dan pemasaran/penjualan dalam negeri kayu jati bundar Perum Perhutani 2009-2012 Hasil survei pelanggan Peta Produk-produk Perum Perhutani sesuai pengelolaan hulu dan hilir Hasil crosstabs tempat terjadinya transaksi pembelian dengan kelompok pelanggan Hasil crosstabs persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar Perum Perhutani dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh pelanggan tentang kayu jati bundar dari sumber Hasil crosstabs jenis informasi yang diperoleh dari sumber dengan persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lainnya Hasil uji cochran asosiasi produk kayu jati bundar Perum Perhutani Rataan atribut perceived quality kayu jati bundar Perum Perhutani Brand image kayu jati bundar Perum Perhutani
1 2 22 27
29
30 33 34 40
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Bagian-bagian kayu (Dumanauw 2001) Konsep brand equity (Aaker 1997) Piramida brand awareness (Aaker 1997) Piramida brand loyalty (Aaker 1997) Piramida brand loyalty bentuk segitiga terbalik (Aaker 1997) Kerangka pemikiran Profil pengunjung berdasarkan kelompok pelanggan Profil pelanggan berdasarkan latar belakang pelanggan Lama menjadi pelanggan Profil pelanggan berdasarkan tempat terjadi transaksi di KBM, TPK Grafik persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu Grafik persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan pemasok lainnya Grafik persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perhutani Grafik persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perhutani dari sumber informasi Persepsi pelanggan terhadap keputusan pembeli dalam membeli kayu jati bundar yang menjadikan asal produsen sebagai pertimbangan utama Top of mind produk kayu jati bundar Brand Recall merek Kayu Jati Bundar Grafik Semantic Differensial produk kayu jati bundar Perum Perhutani Piramida brand loyalty produk kayu jati bundar Perum Perhutani
5 9 10 12 12 14 25 25 26 26 28 28 29 30 31 32 32 35 37
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1
Output uji validitas dan uji reliabilitas brand association produk kayu jati bundar Perum Perhutani lokasi Klender Jakarta dengan SPSS statistic 20 2 Output hasil uji validitas dan uji reliabilitas perceived quality produk kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta dengan SPSS statistic 20 3 Hasil uji chi square kelompok pelanggan terhadap profil pelanggan 4 Hasil uji chi square jabatan pelanggan terhadap profil pelanggan dan persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 5 Hasil uji chi square lama menjadi pelanggan terhadap profil pelanggan dan persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 6 Hasil uji chi square tempat terjadi transaksi pembelian terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 7 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perhutani terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 8 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 9 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 10 Output hasil uji cochran brand association produk kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta dengan SPSS statistic 20 11 Output hasil switcher, satisfied buyer,liking the brand, dan committed buyer produk kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta 12 Saluran distribusi berdasarkan hasil data primer melalui wawancara
50
52 55 55 56 56
57
57
57 58 60 62
PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu merupakan komoditas bahan baku utama dalam segala jenis konstruksi. Salah satu jenis kayu yang paling banyak diminati oleh para pelaku bisnis kayu adalah kayu jenis jati (tectona grandis L.f.), karena mempunyai kegunaan yang cukup luas. Produksi kayu jati banyak diminati oleh para konsumen, karena secara teknis kayu jenis jati memiliki sifat yang baik dari segi kekuatan, keawetan serta ketahanan terhadap serangan rayap. Para pelaku usaha dalam bisnis kayu jati bundar di Indonesia bersaing menghasilkan kayu jati bundar berkualitas tinggi untuk mencapai Standar Internasional Indonesia (SNI), sehingga para konsumen mendapatkan kepuasan dan kenyamanan dari produk yang dihasilkan para pelaku usaha. Bisnis usaha kayu jati bundar yang tersertifikasi dan legal di Indonesia masih sangat terbatas. Salah satu pelaku usaha kayu jati bundar yang memiliki legal dan sertifikasi di Indonesia adalah Perum Perhutani. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang Kehutanan. Wilayah kerjanya meliputi kawasan hutan Negara, baik hutan produksi maupun hutan lindung, di Pulau Jawa dan Madura. Perum Perhutani mengemban tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan dengan memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Dalam operasinya, Perum Perhutani berada dalam pengawasan Kementerian BUMN dan bimbingan teknis dari Kementerian Kehutanan (Laporan Tahunan Perhutani 2012). Perum Perhutani merupakan salah satu perusahaan kehutanan yang menjual kayu tebangan dengan prinsip kelola lestari. Kayu bundar Jati telah menjadi produk utama perusahaan selama lebih dari 50 tahun dan telah menjadi “trademark” perusahaan, bahwa dimana “Java Teak” disitulah Perhutani. Tahun 2012, total pendapatan penjualan kayu dalam negeri mencapai Rp1.525,56 Miliar, naik 8% dari pendapatan tahun 2011. Penjualan kayu tebangan memberi kontribusi 41% dari seluruh total pendapatan perusahaan. Pendapatan tersebut, berasal dari penjualan kayu bundar sebesar 976,736 m3 dengan rincian jenis Jati sebesar 390,288 m3 dan jenis rimba sebesar 586,448 m3. Terhadap rencana tahun 2012, terdapat peningkatan volume penjualan hingga 6%, dikarenakan terdapat tambahan penjualan dari sisa persediaan tahun sebelumnya. Tabel 1 Produksi hasil hutan dan pemasaran/penjualan dalam negeri kayu jati bundar Perum Perhutani 2009-2012 Uraian/analysis PEMASARAN/PENJUALAN Pemasaran dalam Negeri Kayu Bundar Jati
Satuan 3
M
RKAP 314.616
2012 375.660
2011 379.604
Sumber: Laporan Tahunan Perhutani (2012) Kayu jati dipasarkan dalam bentuk log dan kayu olahan. Pelanggan yang membeli kayu jati berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Pelanggan dalam
2 negeri dilayani oleh Kesatuan Bisnis mandiri (KBM) pemasaran kayu (untuk log) dan KBM industri kayu (untuk kayu olahan). Kayu jati sebagai salah satu produk unggulan perusahaan, memiliki kurva permintaan yang linier seiring dengan kondisi perekonomian, baik untuk permintaan di pasar global maupun nasional. Untuk permintaan di pasar domestik, produk kayu jati perusahaan baik masih berupa tebangan maupun olahan tetap mendominasi. Sejak tahun 2010 Perum Perhutani telah mengembangkan Program Customer Relationship Management, yang merupakan strategi pengelolaan hubungan dengan konsumen yang memperhatikan persyaratan yang diminta pelanggan untuk mendapatkan tingkat kepuasan pelanggan yang diinginkan salah satunya yaitu melaksanakan survey kepuasan pelanggan dan menerapkan produk branding. Selama 3 tahun pelaksanaan didapatkan hasil survei kepuasan pelanggan bahwa perkembangan kepuasan pelanggan selalu meningkat seperti pada tabel 2 hasil survei sebagai berikut. Tabel 2 Hasil survei pelanggan No
KBM
Nilai bobot inndeks Kategori kepuasan
Responden yang menjawab Puas tidak puas
76.29
% Puas
% 87.26
% 12.74
78.39
Puas
89.82
10.18
Kepuasan Tahun 2011
1
Korporat Sar Kayu
Nilai bobot inndeks Kepuasan
Kategori kepuasan
Tahun 2012 % % 91.63 Sangat Puas 95.91 Sangat Puas
Responden yang menjawab Puas tidak puas % 91.87
% 8.13
93.13
6.87
Sumber: Laporan Tahunan Perhutani (2012) Perum Perhutani ingin melakukan komunikasi pemasaran dengan mendapatkan umpan balik dari para konsumen atas berbagai produk dan jasa dimana salah satunya produk kayu jati bundar, tujuannya untuk menetapkan strategi pemasaran yang paling tepat untuk masing-masing kelompok produk dan pola pengembangan yang harus dilakukan untuk suatu produk tertentu agar mampu memenuhi harapan konsumen. Dengan dipenuhinya harapan dan kepuasan konsumen maka pemasaran produk tertentu akan lebih terjamin dalam jangka panjang. Perencanaan produksi maupun investasi yang dilakukan oleh Perusahaan akan semakin efektif dan effisien serta memberikan imbal hasil yang lebih optimal (Laporan Tahunan Perhutani 2012). Peneliti ingin melakukan survey pelanggan untuk mengetahui persepsi konsumen, tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap salah satu produk Perum Perhutani yaitu kayu jati bundar, dengan melakukan analisis mengenai brand equity yang dilihat dari empat elemen utama, yaitu brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty. dimana informasi tersebut dapat menyusun strategi pemasaran dalam mencapai loyalitas pelanggan dan bagaimana penempatan posisi merek produk kayu jati bundar di banding dengan kompetitornya. Selain itu, dapat diketahui pula faktor-faktor yang mempengaruhi brand image yang akan menjadi referensi Perum Perhutani dalam menentukan strategi pengembangan brand image kayu jati bundar.
3 Perumusan Masalah Perum Perhutani sebagai salah satu Produsen kayu jati bundar bersertifikasi dan legal memiliki rencana jangka panjang dalam menentukan strategi pemasaran yang mampu meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan dan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Kajian kualitas merek seperti apa yang perlu di evaluasi untuk meningkatkan loyalitas konsumen sehingga mampu membedakan kualitas dengan produsen pesaing. Wilayah Klender Jakarta merupakan salah satu tempat pelanggan kayu jati bundar Perhutani diantaranya pedagang trader/perantara, pengolah langsung, dan pengrajin. Pedagang kayu jati bundar di Klender berada di satu jalan yaitu jalan revolusi dimana di wilayah tersebut ada beberapa penjual kayu jati bundar. Kayu jati bundar yang dijual di wilayah tersebut terutama kayu jati bundar Perhutani secara umum dijual kembali ke industri. oleh karena itu beberapa pertanyaan yang dapat diajukan untuk penelitian ini adalah : 1. Bagaimana brand equity Kayu Jati Bundar Perum Perhutani studi kasus wilayah Klender Jakarta? 2. Bagaimana hubungan antar variabel dari persepsi pelanggan dengan variabel dari profil pelanggan untuk produk Kayu Jati Bundar Perum Perhutani studi kasus wilayah Klender Jakarta?
Tujuan Penelitian Kajian dilaksanakan, baik dari sisi konsumen maupun kompetitornya, untuk: 1. Menganalisis brand equity untuk mengetahui tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap produk Kayu Jati Bundar Perum Perhutani studi kasus wilayah Klender Jakarta 2. Menganalisis hubungan variabel dari persepsi pelanggan dan variabel dari profil pelanggan.
Manfaat Penelitian manfaat penelitian yang dikaji dalam penelitian ini, yakni: 1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pada Program Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, dan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengamati, mengumpulkan, menganalis data serta mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan. 2. Sebagai sumber referensi dan pengembangan lebih lanjut bagi penelitian mengenai merek.
Ruang Lingkup Penelitian Pelaksanaan penelitian ditetapkan dengan beberapa batasan ruang lingkup antara lain adalah penelitian ini fokus pada analisis brand equity kajian merek
4 dari Perum Perhutani yaitu produk kayu jati bundar studi kasus wilayah Klender Jakarta. Secara garis besar pelaksanaan kajian merek produk kayu jati bundar ada di wilayah Klender Jakarta dengan responden yang dipilih sebagai objek penelitian adalah konsumen yang membeli produk kayu jati bundar di Perum Perhutani seperti industri, pedagang, ataupun pengrajin.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kayu Kayu sebagai hasil hutan sekaligus hasil sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang istimewa, karena tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu dapat didefinisikan sebagai sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, sebagai bagian dari suatu pohon. Dalam hal pengelolaannya lebih lanjut, perlu diperhitungkan secara cermat bagian-bagian kayu manakah yang dapat lebih banyak dimanfaatkan untuk suatu tujuan tertentu. Ditilik dari tujuan penggunaannya, kayu dapat dibedakan atas kayu pertukangan, kayu industri dan kayu bakar. Pohon sebagai satu kesatuan memiliki bagian-bagian yang penting. Bagian-bagian penting tersebut adalah akar, batang, cabang, ranting, dan daun (Dumanauw 2001). Bagian-Bagian Kayu Dumanauw (2001) menyatakan bagian-bagian kayu secara singkat dapat dipaparkan dengan (Gambar 1) berikut.
Gambar 1 Bagian-bagian kayu (Dumanauw 2001) 1. Kulit.Kulit terdapat pada bagian terluar dan mempunyai dua bagian, yaitu a. Kulit bagian luar yang mati dan mempunyai ketebalan yang bervariasi menurut jenis pohonnya b. Kulit bagian dalam yang bersifat hidup dan tipis 2. Kambium. Kambium merupakan jaringan yang mempunyai lapisan tipis dan bening, melingkari kayu. Fungsi kambium ke arah luar, kambium membenruk kulit baru menggantikan kilit lama yang telah rusak; dan ke arah dalam, membentuk kayu yang baru. Dengan adanya kambium pohon lambat laun dapat bertambah besar. Sementara itu, pertumbuhan meninggi ditentukan oleh jaringan meristem. Kambium terletak di antara kulit dalam dan kayu gubal. 3. Kayu gubal. Kayu gubal adalah bagian kayu yang masih muda. Terdiri dari sel-sel yang masih hidup dan terletak di sebelah dalam kambium. Kayu gubal berfungdsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan. Tebal lapisan kayu gubal bervariasi, menurut jenis pohonnya. Umumnya jenis pohon yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal dibansingkan kayu terasnya. Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang.
6 4. Kayu teras. Kayu teras terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahanperubahan sel hidup pada lingkaran kayu gubal bagian dalam. Terbentuknya kayu teras disebabkan oleh terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan proses-proses lain dalam kahidupan kayu. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung berbagai macam zat yang memberi warna lebih gelap, tetapi tidak semua jenis kayu yang memiliki zat ekstraksif dapat dipastikan keawetannya. 5. Hati. Hati merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun (tidak mutlak pada kayu bontos). Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh kambium. Oleh karena itu, umumnya hati mempunyai sifat rapuh atau lunak. 6. Lingkaran tahun. Lingkaran tahun adalah batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan akhir suatu musim. Melalui lingkaran-lingkaran tahun ini dapat diketahui umur suatu pohon. Apabila pertumbuhan diameter (membesar) terganggu oleh musim kering karena pengguguran daun ataupun serangan serangga/hama. Kerusakan dan Cacat-Cacat Kayu Dumanauw (2001) menyatakan bentuk-bentuk cacat pada suatu kayu banyak sekali. Cacat-cacat kayu tersebut sekurang-kurangnya ada delapan sebagaimana dijelaskan berikut ini. 1. Cacat mata kayu. Mata kayu adalah lembaga atau bagian cabang yang berada di dalam kayu. mata kayu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mata kayu sehat, mata kayu lepas dan mata kayu busuk. 2. Pecah dan belah. Pada badan kayu bulat atau pada bontos kayu bulat sering terlihat adanya serat-serat yang terpisah memanjang. Berdasarkan ketentuan pengujian kayu, lebar terpisahnya serat yang tidak melebihi 2 mm dinamakan retak. Apabila tidak lebih dari 6 mm dikatakan pecah, dan kalau lebarnya lebih dari 6 mm disebut belah. 3. Pecah busur dan pecah gelang. Pecah busur adalah pecah yang mengikuti arah lingkaran tumbuh, bentuknya kurang dari setengah lingkaran. Adapun pecah gelang adalah kelanjutan pecah busur yang kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran penuh atau lebih dari setengah lingkaran. 4. Hati rapuh. Hati ialah pusat lingkaran tumbuh kayu bulat. Hati berbeda dengan pusat bontos. Letak hati mungkin saja tidak sama dengan pusat bontos, tapi ada kalanya berhimpit. Pengertian rapuh ialah tahap pertama proses pembusukan. Bagian kayu rapuh menunjukkan tanda-tanda berkurangnya kekerasan dan kepadatannya. Hati rapuh ini merupakan tanda khas yang umum dimiliki kayu daun lebar di daerah tropis misalnya kayu meranti dan lain sebagainya. 5. Arah serat. Ada beberapa jenis kayu (lara, kesambi, dan lain-lain) yang memilikiserat berpadu. Secara umum, serat berpadu ini dianggap sebagai kerugian karena kayu teresbut sukar dikerjakan. Di lain pihak, kayu semacam ini mempunyai keteguhan belah yang tinggi, sehingga untuk keperluan tertentu sangat baik. Serat berombak mempunyai kekurangan yang sama dengan serat berpadu. Tapi ada kalanya serat berombak ini justru bisa menimbulkan lukisan yang indah. Untuk keperluan tertentu serat ini sangat tinggi nilainya. Lain halnya dengan jenis kayu yang memiliki serat melintang, artinya jalannya serat tidak sejajar dengan sumbu batang. Kayu yang digergaji dari batang semacam
7 ini sudah tentu akan mewarisi serat yang melintang pula. Serat ini akan menyebabkan keteguhan kayu berkurang. 6. Jamur penyerang kayu. Jamur penyerang kayu dapat dibedakan menjadi tiga yaitu Jamur pembusuk kayu, Jamur pelapuk kayu, Jamur penyebab noda kayu. 7. Serangga perusak kayu. Serangga-serangga perusak kayu antara lain rayap, kumbang kayu, dan bubuk kayu. Sudah barang tentu kekuatan kayu akan berkurang, karena serangga-serangga tersebut merusak kayu dengan membuat lubang-lubang terowongan di dalam kayu sebagai makanan dan tempat tinggalnya. 8. Lubang gerek dan lubang cacing laut. Lubang gerek ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh serangga penggerek. Lubang cacing laut ialah lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh cacing-cacing laut.
Jati (Tectona Grandis L.F.) Jati dengan nama ilmiah T. grandis L.f. termasuk ke dalam famili Verbenaceae. Jati dikenal pula dengan nama daerah sebagai berikut: deleg, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati dan kulidawa. Di berbagai negara, jati lebih dikenal dengan nama giati (Venezuela), teak (Burma, India, Muangthai, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Jerman), kyun (Burma), sagwan (India), mai sak (Muangthai), teck (Perancis) dan teca (Brazil) (Martawijaya et al. 1981). Pada habitusnya, pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan panjang batang bebas cabang 15-20 m, diameter dapat mencapai 220 cm, umurnya 50 cm, bentuk batang tidak teratur. Penyebaran daerah phon jati berada di seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat (Sumbawa), Maluku dan Lampung (Martawijaya et al. 1981). Ciri Umumnya, warna kayu teras berwarna coklat muda, coklat kelabu sampai coklat merah tua atau merah coklat. Kayu gubal berwarna putih atau kelabu kekuning-kuningan. Tekstur kayu jati agak kasar dan tidak merata. Arah serat kayu jati lurus atau kadang-kadang agak terpadu. Kesan raba kayu jati permukaan kayu licin atau agak licin, kadang-kadang seperti berminyak. Gambar lingkaran tumbuh nampak jelas, baik pada bidang transversal maupun radial, seringkali menimbulkan gambar yang indah. Bau kayu jati berbau bahan penyamak yang mudah hilang (Martawijaya et al. 1981). Strukturnya, pori kayu jati sebagian besar atau hampir seluruhnya soliter dalam susunan tata lingkar, diameter 20-40 µ (mikron), frekuensi 3-7 per mm2. Parenkim termasuk tipe paratrakeal berbentuk selubung lengkap atau tidak lengkap. Di samping itu terdapat pula parenkim apotrakeal berbentuk pita tangensial pendek atau panjang. Parenkim terminal terdapat pada batas lingkaran tumbuh. Jari-jari kayu jati homogen, lebar 50-100 µ, tinggi 500-2000 µ, frekuensi 4-6 per mm. Panjang serat kayu jati rata-rata 1.316 µ dengan diameter 24,8 µ, tebal dinding 3,3 µ dan diameter lumen 18,2 µ (Martawijaya et al., 1981). Sifat Fisisnya, berat jenis kayu jati dan kelas kuat jati adalah 0,67 (0,620,75); II. Penyusutan kayu jati sampai kering tanur 2,8% (R) dan 5,2% (T) (Martawijaya et al., 1981). Keawetan kayu jati termasuk kelas awet II, berdasarkan hasil percobaan laboratoris terhadap Cryptotermes cynocephalus
8 Light dan percobaan kuburan terhadap jamur dan rayap tanah. Jenis kayu ini juga dilaporkan tahan terhadap serangan jamur, antara lain schizophyllum commune. Keterawetan kayu jati secara peleburan dengan Carbolineum dan NaF memberikan hasil penetrasi obat yang dalam (Martawijaya et al. 1981). Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak dipakai untuk berbagai keperluan, terutama di pulau Jawa. Kayu jati praktis sangat cocok untuk segala jenis konstruksi seperti tiang, balok dan gelagar pada bangunan rumah dan jembatan, rangka atap, kosen pintu dan jendela, tiang dan papan bendungan dalam air tawar, bantalan dan kayu perkakas kereta api, mebel, alat-alat yang memerlukan perubahan bentuk yang kecil, kulit dan dek kapal, lantai (papan dan parket) dan sirap (Martawijaya et al. 1981). Meskipun kayu jati mempunyai kegunaan yang luas, tetapi karena sifatnnya agak rapuh, kurang baik untuk digunakan sebagai bahan yang memerlukan kekenyalan tinggi seperti tangkai perkakas, alat olah raga, peti pengepak dan sebagainya. Jati merupakan kayu yang paling baik untuk pembuatan kapal yang berlayar di daerah tropis. Kayu jati dapat juga dipakai untuk tong, pipa dan lainlain dalam industri kimia dan mempunyai daya tahan terhadap berbagai bahan kimia. Selain daripada itu dikabarkan juga bahwa kayu jati dapat dipakai sebagai obat kolera dan kejang usus (Martawijaya et al. 1981).
Pengertian Merek American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai “nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Maka merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau nyata yang berhubungan dengan kinerja produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak nyata yang berhubungan dengan apa yang direpresentasikan merek (Kotler dan Keller 2008). Merek diartikan sebagai nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barangbarang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor (Aaker 1997).
Pengertian Brand Equity Menurut Aaker (1997), brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek nama dan simbol mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol. Dengan demikian, jika dilakukan perubahan terhadap nama dan
9 simbol merek, maka beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula. Menurut Aaker (1997), brand equity (Gambar 2) dapat dikelompokkan kedalam lima kategori, yaitu : 1. Brand awareness. Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek, sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. 2. Brand association. segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. 3. Perceived quality. Persepsi pelanggan terhadap keseluruhan mutu atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. 4. Brand loyalty. suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. 5. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya). Aset-aset merek lainnya akan sangat bernilai jika aset-aset itu menghalangi dan mencegah para kompetitor menggerogoti loyalitas konsumen. Aset-aset merek lainnya seperti paten, cap dagang dan saluran hubungan. Perceived Quality Brand Association
Brand Awareness Brand Equity
Other proprietary brand assets
Brand Loyalty
Memberikan nilai kepada pelanggan dengan memperkuat :
Memberikan nilai kepada perusahaan dengan memperkuat :
Intrepetasi / proses informasi Rasa percaya diri dalam pembelian Pencapaian kepuasan dari pelanggan
Efisiensi dan efektivitas program pemasaran Brand loyalty Harga / laba Perluasan merek Peningkatan perdagangan Keuntungan kompetitif
Gambar 2 Konsep brand equity (Aaker 1997) Pengertian Brand Awareness Aaker (1997) menjelaskan bahwa pengertian brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Penjelasan mengenai piramida brand awareness (Gambar 3) dari tingkatan terendah sampai tingkat tertinggi (Aaker 1997) adalah sebagai berikut :
10 1. Unaware of brand (tidak menyadari merek). Tingkatan ini merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. 2. Brand recognition (pengenalan merek). Tingkatan ini merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. 3. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek). Tingkatan ini merupakan pengingatan kembali konsumen terhadap merek yang didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. 4. Top of mind (puncak pikiran). Tingkatan yang terdapat dalam merek yang paling banyak disebutkan pertama kali apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan. Top Of Mind Brand Recall Brand Recognition
Unware Brand
Gambar 3 Piramida brand awareness (Aaker 1997) Pengertian Brand Association Aaker (1997), menjelaskan bahwa pengertian brand association adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakkan untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai, sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image didalam benak konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Pengertian Perceived Quality Aaker (1997), pengertian perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan mutu atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan. Berbagai hal yang harus diperhatikan dalam membangun perceived quality : 1. Komitmen terhadap kualitas. Perusahaan harus mempunyai komitmen terhadap kualitas serta memelihara kualitas secara terus menerus. Upaya memeliharakualitas bukan hanya basa basi tetapi tercermin dalam tindakan tanpa kompromi. 2. Budaya kualitas. Komitmen kualitas harus terefleksi dalam budaya perusahaan, norma perilakunya, dan nilai-nilai. Jika perusahaan dihadapkan kepad a pilihan kualitas dan biaya maka kualitas yang harus dimenangkan.
11 3. Informasi masukan dari pelanggan. Pada akhirnya dalam membangun perceived quality pelangganlah yang mendefinisikan kualitas. Sering kali para pemimpin keliru dalam memperkirakan apa yang dianggap penting oleh pelanggannya. 4. Sasaran/standar yang jelas. Sasaran kualitas harus jelas dan tidak terlalu umum karena sasaran kualitas yang terlalu umum cenderung menjadi tidak bermanfaat. Kualitas juga harus memiliki standar yang jelas, dapat dipahami dan diprioritaskan. Terlalu banyak sasaran tanpa prioritas sama saja dengan tidak mempunyai sasaran yang fokus yang pada akhirnya akan membahayakan kelangsungan perusahaan itu sendiri. 5. Kembangkan karyawan yang berinisiatif. Karyawan harus dimotivasi dan diizinkan untuk berinisiatif serta dilibatkan dalam mencari solusi masalah yang dihadapi dengan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Karyawan juga secara aktif dilibatkan dalam pengendalian kualitas layanan. Pengertian Brand Loyalty Menurut Aaker (1997), tingkatan brand loyalty (Gambar 4) terdiri dari: 1. Switcher (berpindah-pindah). Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain, mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah. 2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan). Pembeli yang berada pada tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. 3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan). Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila dapat mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. 4. Liking the brand (menyukai merek). Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi. 5. Committed buyer (pembeli yang komit). Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. Tiap tingkatan loyalitas merek mewakili tantangan
12 yang berbeda dan mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan dan eksploitasinya.
Committed buyer Liking the brand Satisfied buyer Habitual buyer Switcher
Gambar 4 Piramida brand loyalty (Aaker 1997) Dari piramida loyalitas tersebut terlihat bahwa merek yang belum memiliki brand equity yang kuat, porsi terbesar konsumennya berada pada tingkatan switcher. Selanjutnya, porsi terbesar kedua ditempati oleh konsumen yang berada pada taraf habitual buyer, hingga porsi terkecil ditempati oleh committed buyer. Meskipun demikian, bagi merek yang memiliki brand equity yang kuat, tingkatan dalam brand loyalty diharapkan membentuk segitiga terbalik, yaitu makin ke atas makin melebar, sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih besar daripada switcher (gambar 5). Committed buyer Liking the brand Satisfied buyer Habitual buyer Switcher
Gambar 5 Piramida brand loyalty bentuk segitiga terbalik (Aaker 1997) Hasil Penelitian yang Relevan Ferdie Pratama (2006) melakukan analisis analisis brand equity pocari sweat dalam persaingan industri minuman (studi kasus : mahasiswa di bogor). Dalam penelitian ini dipelajari posisi kekuatan merek pocari sweat ditengah persaingan merek industri minuman dari perspektif konsumen. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment, alfa cronbach, metode spearman-brown, skala likert, rataan dan simpangan baku, skala semantic differential, analisis biplot, uji cochran, dan analisis deskriptif. Hasil penelitian tersebut, di dalam elemen brand awareness, merek Pocari Sweat memiliki posisi tertinggi pada tingkatan top of mind. Sedangkan pada brand recall posisi tertinggi ditempati oleh merek Mizone. Asosiasi yang membentuk brand image merek Pocari Sweat yaitu, aman bagi kesehatan, dan rasa yang segar pelepas dahaga. Merek Mizone mendapatkan empat brand image,
13 yaitu kemasannya menarik, aromanya enak, aman bagi kesehatan dan rasa yang segar pelepas dahaga. Sedangkan merek ProSweat tidak memiliki asosiasi yang dapat menjadi brand image. Pada elemen perceived quality, konsumen menilai bahwa merek Pocari Sweat memiliki keunggulan yang lebih banyak dibandingkan merek lainnya, yaitu dari atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi, rasa dan memulihkan stamina. Keunggulan dari atribut aroma, kemasan dan volume diraih oleh merek Mizone. Sedangkan Aqua dipandang oleh konsumen memiliki keunggulan dari atribut harga dan kemudahan mendapat. Merek Pocari Sweat memiliki karakteristik dari atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan dehidrasi dan memulihkan stamina yang tercermin dari kedekatan antara posisi relatif merek dengan atribut. Brand loyalty merek Pocari Sweat memiliki nilai 6,94% pada tingkatan switcher. Tingkatan habitual buyer memliki nilai sebesar 20,14%, tingkatan satisfied buyer memiliki nilai sebesar 63,19%, tingkatan liking the brand memiliki nilai sebesar 61,81% dan yang terakhir tingkatan committed buyer memiliki nilai 7,64%. Sementara itu, bentuk piramida brand loyalty Pocari Sweat belum memperlihatkan bentuk piramida terbalik yang menunjukkan bahwa brand loyalty Pocari Sweat belum kuat. Sunda (2011) melakukan analisis brand equity radio megaswara dalam persaingan industri penyiaran radio. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah software SPSS versi 16.0, teknik alpha cronbach, Skala likert, rataan, simpangan baku, uji cochran, analisis deskriptif, dan skala semantic differential. Pada analisis brand awareness PT. Radio Megaswara Bogor yang mencakup top of mind, brand recall, brand recognition dan brand unaware. Untuk analisis top of mind dapat diketahui merek PT. Radio Megaswara Bogor menempati urutan tertinggi dengan presentase 43%, untuk analisis brand recall diperoleh merek kisi yang paling banyak disebut dengan presentase 49% setelah merek pertama kali disebut, sedangkan merek Megaswara hanya memperoleh sebesar 25%, untuk analisis brand recognition diketahui tidak ada yang perlu diberi bantuan dalam mengenal merek Megaswara, dan untuk analisis brand unaware, diketahui bahwa tidak ada seorangpn yang tidak mengenal merek PT. Radio Megaswara atau lebih sering di sebut Megaswara. Pada analisis brand loyalty yang mencakup switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand dan committedbuyer, PT. Radio Megaswara Bogor menunjukan brand loyalty pada piramida brand loyalty Megaswara Bogor menunjukan tingkat loyalitas committed buyer yang buruk tapi hanya sampai dengan kelompok swither yang menunjukan rentang skala buruk, ini dikarenakan para pendengar biasanya memindahkan frekuensi stasiun radio atau acara yang sedang di dengarkan telah selesai atau mencari acara pada stasiun radio lainya yang menurut mereka lebih menarik. Sedangkan pada kelompok liking the brand, satisfied buyer dan habitual buyer memiliki rentang skala cukup hingga baik, pada satisfied buyer termasuk dalam skala baik ini dikarenakan tidak adanya keluhan pada acara dan kualitas yang diberikan stasiun radio megaswara pada pendengarnya sehingga rasa kepuasan yang didapatkan para pendengar terpenuhi. Liking the brand juga masuk dalam skala baik, yang harus menjadi perhatian adalah pada habitual buyer yang memasuki skala cukup ini perlu ditingkatkan karena dengan meningkatnya habitual buyer maka akan meningkatkan secara otomatis commited buyer.
METODE Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis elemen-elemen utama brand equity (ekuitas merek), yaitu brand awareness atau kesadaran merek, dari elemen ini akan diketahui top of mind dan brand recall dari kayu jati bundar Perum Perhutani yang akan membentuk bagaimana mengasosiasikan merek. Kedua, elemen brand association atau kesan merek, dari elemen ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu merek. Ketiga, elemen perceived quality atau persepsi kualitas terhadap merek, elemen ini akan mengetahui persepsi pelanggan terhadap suatu merek yang akan membentuk loyalitas terhadap suatu merek. Terakhir, elemen brand loyalty atau kesetiaan terhadap merek, elemen ini akan mengidentifikasi bagaimana pelanggan loyal atau tidak loyal terhadap suatu merek. Kerangka dapat dilihat pada (Gambar 6). Kayu Jati Bundar Perum Perhutani
Analisis Brand Awareness
Analisis Brand Association
Analisis Perceived Quality
Analisis Brand Loyalty
Korelasi Profil pelanggan dan persepsi pelanggan
Analisis Deskriptif
Analisis Uji Cochran
Skala Likert Skala Semantic Differential
Analisis Deskriptif
Analisis Uji Chi Square
Brand Equity kayu jati bundar Perum Perhutani
Gambar 6 Kerangka pemikiran
15 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian Kajian Brand Equity Produk Kayu Jati Bundar Perum Perhutani terhadap Loyalitas Konsumen di wilayah Klender Jakarta. Penentuan lingkup wilayah (lokasi) kegiatan survey dimaksudkan karena sebagian konsumen kayu jati bundar Perhutani berada di wilayah Klender Jakarta. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 1 november 2013 – 1Juni 2014, dengan mengambil data di Klender Jakarta pada pedagang kayu jati gelondongan, industri kayu, dan pengrajin mebel.
Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuesioner yang disusun untuk menganalisis dari elemen-elemen brand equity, bentuk pertanyaan terdiri dari pertanyaan terbuka (open ended question) pertanyaan yang memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab, pertanyaan tertutup (close ended question) berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan, sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan, dan pertanyaan semi terbuka adalah sebuah pertanyaan yang selain memberikan pilihan, juga menyediakan tempat untuk menjawab secara bebas jika jawaban diluar jawaban yang tersedia. Data sekunder diperoleh dari data perusahaan, media internet dan melalui studi literatur yang relevan bermanfaat untuk membantu dalam mendesain survey yang akan dilakukan, termasuk dalam membuat kuesioner dan menentukan responden survey. Penentuan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, misalnya kurang dari 30 orang. Istilah lain dari sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Penelitian dilakukan di lokasi klender Jakarta ditujukan pada pelanggan kayu jati bundar Perhutani. Jumlah sampel yang didapat untuk penelitian brand equity kayu jati bundar Perhutani sebanyak 24 responden pada wilayah Klender Jakarta. Responden yang di wawancara adalah pelanggan kayu jati bundar perhutani dari pedagang, industri, dan pengrajin kayu.
Analisis Data Uji Validitas Menurut Sugiyono (2010), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan hasil penelitian yang valid adalah bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
16 Pengujian suatu butir kuesioner dapat dikatakan valid jika R-hitung (Corrected Item-Total Correlation) lebih besar dari R-tabel. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen pada kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali misalnya seseorang telah mengisi kuesioner dimintakan mengisi kembali, isian kuesioner pertama dan kedua haruslah dianggap sama, atau dengan kata lain kuesioner harus konsisten (Umar 2010). Alat ukur yang digunakan dalampengujian reliabilitas adalah dengan melihat cronbach‟s alpha. Uji reliabilitas dikatakan baik apabila nilai cronbach‟s alpha lebih besar dari 0,60. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis profil responden, elemen brand awareness, dan brand loyalty. Data primer yang diperoleh ditabulasi ke dalam kerangka table dan dilakukan analisis kemudian diintepretasikan. profil responden yang akan dianalisis diantaranya meliputi nama perusahaan, kelompok pelanggan, jabatan responden, dan lama menjadi pelanggan Perhutani. Pada elemen brand awareness, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui besarnya masing-masing tingkatan di dalam elemen brand awareness, yaitu top of mind, brand recall. Sedangkan pada brand loyalty diketahui hasil switcher, satisfied, liking the brand dan committed buyer. Skala Likert dan Rataan Menurut Durianto dkk (2001) skala Likert merupakan skala pengukuran yang dapat digunakan untuk menunjukkan tanggapan konsumen terhadap karakteristik suatu produk. Informasi yang diperoleh dengan skala Likert berupa skala pengukuran ordinal. Sebagai gambaran bila peneliti memberi 5 alternatif terhadap responden,maka rentang skala yang digunakan 1 sampai 5. Misalkan Pemetaan bobot penilaian adalah sebagai berikut: Skala 1 = bobot 1 (Sangat jelek) Skala 2 = bobot 2 (Jelek) Skala 3 = bobot 3 (Cukup) Skala 4 = bobot 4 (Baik) Skala 5 = bobot 5 (Sangat Baik) Selanjutnnya, dari data yang diperoleh, dicari nilai rata-ratanya untuk mengetahui ukuran pemusatan. ............................................................................(1) Keterangan: Xi : nilai pengukuran ke-i fi : frekuensi kelas ke-i hasil dari nilai rata-rata tersebut kemudian dipetakan ke rentang skala yang mempertimbangkan informasi interval tersebut: ............................(2)
17 Setelah besarnya interval diketahui,kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap setiap unsur diferensiasinya. Rentang skala tersebut adalah: 1,00 – 1,80 = Sangat jelek 1,80 – 2,60 = Jelek 2,60 – 3,40 = Cukup 3,40 – 4,20 = Baik 4,20 – 5,00 = Sangat baik Skala likert dan rataan digunakan untuk menganalisis perceived quality dan brand loyalty. Skala Semantic Differensial Skala semantic differensial digunakan untuk menganalisis perceived quality (kesan kualitas). Kesan kualitas yang akan diukur mengacu pada dimensi kesan kualitas. Skala ini merupakan salah satu skala faktor yang dikembangkan untuk menganalisis dua masalah (Durianto dkk 2001), yaitu : 1. Pengukuran populasi yang multidimensi 2. Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui Tahap-tahap penggunaan skala sematic differential (Durianto dkk 2001): 1. Pemilihan konsep yang akan digunakan dalam studi 2. Menentukan pilihan dua kata yang akan ditempatkan dalam titik kutub/ekstrem 3. Observasi tanggapan responden terhadap faktor-faktor tersebut, dengan meminta kesediaan responden mengisi kolom-kolom alternatif yang tersedia diantara dua kutub polar. 4. Menghitung rata-rata skor jawaban responden dan memplotnya dalam suatu grafik yang akan menggambarkan kecenderungan positif atau negatif. Untuk menginterpretasikan data yang diperoleh dengan skala ini, pertama kalinya dapat dicari rentang skalanya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ..................................................................................................(3) Keterangan: m = skor tertinggi pada skala n = skor terendah pada skala b = jumlah kelas atau kategori yang dibuat Cochran Test Menurut Durianto dkk (2001), uji cochran digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua, misalnya informasi „ya‟ atau „tidak‟. Penggunaan uji ini adalah untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel. Hipotesis pengujian : Ho : Kemungkinan jawaban „ya‟ adalah sama untuk semua atribut/variabel Ha : Kemungkinan jawaban „ya‟ adalah berbeda untuk semua atribut/variabel
18 Kemudian hitung statistik Q dengan rumus : ....................................................................(4) Keterangan : C : banyaknya variabel (asosiasi) Ri: jumlah baris jawaban „ya‟ Cj: jumlah kolom jawaban „ya‟ N : total responden Uji cochran digunakan untuk mengetahui signifikasi hubungan setiap asosiasi merek yang ada dalam suatu produk dimulai dengan pengujian semua asosiasi. Asosiasi yang saling berhubungan akan membentuk brand image dari merek tersebut dengan cara membandingkan nilai Q dengan X2tabel(α,v). jika diperoleh nilai Q < X2tabel(α,v), maka H0 diterima yang berarti semua asosiasi yang diuji saling berhubungan membentuk brand image dari suatu merek.jika nilai Q > X2tabel(α,v), dapat disimpulkan belum cukup bukti untuk menerima H0. Dalam analisis ini df atau derajat kebebasan adalah jumlah variabel (atribut)-1 dan α atau tingkat signifikasi adalah 5 %. Analisis Chi-Square Analisis dengan menggunakan metode chi square digunakan untuk mengetahui hubungan antara vaariabel-variabel yang terdapat pada profil pelanggan dengan persepsi pelanggan. Menurut sugiyono (2010) analisis chi square merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas, data terbentuk nominal dan sampelnya besar. Rumus dasar chi square yang digunakan adalah: ..........................................................................................(5) Keterangan : X2= chi kuadrat Fo= Frekuensi yang diobservasi Fh= Frekuensi yang diharapkan, didapatkan dari total frekuensi yang diamati dibagi dengan n yaitu jumlah data Hipotesis: Ho: tidak terdapat perbedaan secara signifikan Ha: terdapat perbedaan secara signifikan Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang terdapat pada profil pelanggan dengan persepsi pelanggan digunakan taraf signifikan yaitu α(0,1): Apabila Sig.x2 hitung ≤ 0,1 = Ho ditolak, berarti ada hubungan antara profil pelanggan dengan persepsi pelanggan Apabila Sig.x2 hitung ≥ 0,1 = Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara profil pelanggan dengan persepsi pelanggan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Perum Perhutani adalah perusahaan yang bergerak di bidang Kehutanan (khususnya di Pulau Jawa dan Madura) dan mengemban tugas serta wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH) dengan memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Dalam operasionalnya, Perum Perhutani berada di bawah koordinasi Kementerian BUMN dengan bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan. Perum Perhutani mempunyai kisah panjang dalam sejarah pembentukannya, diawali dengan terbentuknya Jawatan Kehutanan dengan Gouvernement Besluit (Keputusan Pemerintah) tanggal 9 Februari 1897 nomor 21, termuat dalam Bijblad 5164. Sejarah hutan di bawah kekuasaan Hindia Belanda itu segera berakhir setelah Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara merdeka pada 17 Agustus 1945. Hak, kewajiban, tanggung jawab, dan kewenangan pengelolaan hutan di Jawa dan Madura oleh Jawatan Kehutanan Hindia Belanda q.q. den Dienst van het Boschwezen, dilimpahkan secara peralihan kelembagaan kepada Jawatan Kehutanan Republik Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang berbunyi: “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut undang- undang dasar ini.” Dengan disahkannya Ketetapan MPRS No. 11/ MPRS/1960, seperti tersebut dalam Lampiran Buku I, Jilid III, Paragraf 493 dan paragraph 595, industri kehutanan ditetapkan menjadi Proyek B. Proyek B ini merupakan sumber penghasilan untuk membiayai proyek-proyek A (Tambahan Lembaran Negara R.I. No. 2551). Pada waktu itu direncanakan untuk mengubah status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara yang bersifat komersial. Kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara. Untuk mewujudkan perubahan status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 sampai dengan Nomor 30, tahun 1961, tentang ”Pembentukan Perusahaan-Perusahaan Kehutanan Negara (PERHUTANI)”. Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang awalnya berada di bawah Departemen Kehutanan diberi tanggung jawab dan hak pengelolaan hutan di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur sejak tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 tahun 1972. Wilayah kerja Perum Perhutani selanjutnya diperluas pada tahun 1978 dengan masuknya kawasan hutan Negara di Provinsi Jawa Barat berdasarkan PP Nomor 2 tahun 1978. Dalam perkembangan selanjutnya, penugasan Perum Perhutani mengalami penyesuaian dengan ditetapkannya PP Nomor 36 tahun 1986 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara dan disempurnakan pada tahun 1999 melalui penetapan PP Nomor 53 tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Pada tahun 2001 bentuk pengusahaan Perum Perhutani ditetapkan oleh pemerintah sebagai BUMN berbentuk Perseroan Terbatas (PT ) Perhutani melalui PP Nomor 14 tahun 2001. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tanggung
20 jawab sosial dan lingkungan yang dimiliki PT. Perhutani, bentuk pengusahaan PT. Perhutani tersebut kembali menjadi BUMN dengan bentuk Perum berdasarkan PP Nomor 30 tahun 2003 yang selanjutnya dalam perjalanannya Peraturan Pemerintah tersebut digantikan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 yang disahkan pada tanggal 22 Oktober 2010. Dari sejarah awal berdirinya Perhutani tersebut, terlihat ada fungsi strategis yang diemban oleh perusahaan ini untuk memberikan kontribusi kepada negara dalam bentuk pundi-pundi penerimaan negara. Tugas semacam ini telah Perum Perhutani emban hingga kini, karena sebagai BUMN Perum Perhutani juga harus menjadi lokomotif pertumbuhan perekonomian nasional. Dalam kumparan waktu 52 tahun, banyak perubahan sosial, ekonomi dan politik yang berpengaruh terhadap Perum Perhutani. Ambil contoh, pasca reformasi, sebagaimana hutanhutan yang lain, hutan-hutan Perum Perhutani juga dijarah secara besar-besaran oleh masyarakat. Kondisi ini menyebabkan hutan Perum Perhutani menjadi kerontang bahkan gundul, hingga bisnis Perum Perhutani juga sempat merosot. Dalam konteks inilah, peran strategis Perum Perhutani juga bertransformasi. Jika sebelumnya hanya berperan dalam sistem perekonomian nasional, pasca reformasi Perum Perhutani juga Berperan dalam mendukung sistem kelestarian lingkungan, dan sistem sosial budaya, khususnya dalam memberdayakan masyarakat di sekitar hutan, agar mereka bisa merasakan manfaat adanya hutan di satu sisi. Pada sisi lain masyarakat juga terlibat dalam mengelola dan mengamankan hutan dari penjarahan. Dalam kondisi hutan yang rusak tersebut, untuk menjalankan fungsi strategis untuk mendukung sistem kelestarian lingkungan hidup, Perum Perhutani kini giat melakukan penanaman hutan. Penanaman pohon ini tak hanya dilakukan oleh korporasi, tetapi juga oleh individu karyawan. Perum Perhutani mewajibkan seluruh karyawannya untuk menanam paling sedikit 25 pohon baik di sekitar rumah, maupun lahan kosong lainnya. Visi dan Misi Perum Perhutani Perum Perhutani berdasarkan surat Direksi No.17/Kpts/Dir/2009 tanggal 9 januari 2009 memiliki visi dan misi sebagai berikut: 1. Visi : Menjadikan pengelola hutan lestari untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2. Misi : a. Mengelola sumber daya hutan dengan prinsip pengelolaan hutan lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung daerah aliran sungai, serta meningkatkan manfaat hasil hutan, kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestry serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan. b. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi, serta sumberdaya manusia perusahaan yang modern, professional dan handal, serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. c. Mendukung dan turut berperanserta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.
21
Produk, Jasa dan Bidang Usaha Perum Perhutani Bidang usaha Perum Perhutani adalah usaha di bidang Kehutanan (khususnya di Pulau Jawa dan Madura) dan mengemban tugas serta wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan Sumber Daya Hutan (SDH) dengan memperhatikan aspek produksi/ekonomi, aspek sosial dan aspek lingkungan. Maksud penyelenggaraan usaha Perum Perhutani adalah: 1. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan memupuk keuntungan. 2. Menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat optimal dari segi ekologi, sosial, budaya dan ekonomi bagi perusahaan dan masyarakat. Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional dengan berpedoman kepada rencana pengelolaan hutan yang disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan. Perum Perhutani memiliki 9 (sembilan) kelompok produk barang dan jasa dan/atau 8 (delapan) produk unggulan. Semuanya terkait dengan pengelolaan hutan. Produk dan jasa Perum Perhutani adalah: 1. Sustainable Wood Product : Perhutani menghasilkan kayu-kayu berkualitas tinggi, dipanen dari hutan yang dikelola dengan prinsip berkelanjutan. Jenisjenis kayu bundar yang dipasarkan melalui KBM (Kesatuan Bisnis Mandiri) Pemasaran Kayu adalah: Jati, Pinus, Mahoni, Sonokeling, Damar, Akasia, Jabon, Sengon, Gmelina, Rasamala dan lain sebagainya, termasuk beberapa jenis rotan dan bambu. Perum Perhutani memproduksi barang jadi atau produk industri kayu olahan dari KBM Industri Kayu Cepu, KBM Industri Kayu Brumbung, KBM Industri Kayu Gresik. Beberapa produk kayu olahan adalah: Garden Furniture, Housing Component (Pintu dan Kusen), Indoor Furniture, Flooring (Lantai Kayu), Raw Sawn Timber, TOP ( Teak Overlay Plywood) dan Produk lain sesuai pesanan. 2. Forest Chemical Product : Perhutani menghasilkan Forest Chemical Product berupa Gondorukem dan Terpentin. Produk Gondorukem dan Terpentin merupakan hasil destilasi getah Pinus yang berkualitas tinggi. Produk lain yang masuk kedalam kategori ini adalah: kopal, minyak kayu putih, lak, minyak ylangylang dan sebagainya. 3. Ecotourism and Landscape Beauty : Perum Perhutani mengelola wisata alam di 162 (seratus enam puluh dua) lokasi, berupa wisata rekreasi hutan, wisata pantai, wisata air terjun, wisata telaga, wisata kawah, wisata gua. Beberapa lokasi wisata dilengkapi dengan atraksi-atraksi seni dan budaya yang menarik seperti festival wisata Kawah Putih, petik strawberry dan sebagainya. 4. Forest Food and Health Product : Perum Perhutani menyediakan produk madu berkualitas tinggi, diproduksi di kebun perlebahan Parung Panjang Bogor, Regaloh dan lokasi lainnya di hutan Jawa Tengah. Produk lain pada kelompok ini adalah Air Minuman Madu dan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) berlabel “Air Perhutani”. Selain itu, Perhutani memproduksi: kopi, padi, jagung, empon-empon dan bahan pangan lain hasil kerjasama dengan
22
5.
6.
7.
8.
9.
masyarakat desa hutan melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Forest Seed Product : Benih dan bibit-bibit tanaman kehutanan berkualitas dan bersertifikat dihasilkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhutani di Cepu. Produk pada kategori ini diutamakan untuk menunjang bisnis pengelolaan hutan Perum Perhutani, disamping juga untuk dipasarkan. Forestry Trainning and Development : Perum Perhutani menyediakan paket training dan konsultasi tentang bisnis kehutanan yang diselenggarakan di Pusat Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Madiun. Perum Perhutani juga memiliki Assessment Centre yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk kerjasama dengan pihak lain. Forest Clean Energy Product : Perum Perhutani mengembangkan usaha energi alternatif melalui teknologi mikrohidro, memanfaatkan sumber-sumber air hutan atau sungai yang memiliki air terjun. Perhutani juga bekerjasama Pemerintah Korea mengembangkan energi alternatif biomassa dari limbah tebangan. Flora and Fauna Forestry Product : Perum Perhutani menyediakan produk kokon, benang sutera, penangkaran kera, penangkaran rusa, penangkaran buaya sekaligus untuk konservasi. Commercial Zone Product : Perum Perhutani membuka kerjasama dengan pihak lain untuk optimalisasi pemanfaatan asset berupa; rest area, papan reklame, tower, penyewaan gedung pertemuan, dan sebagainya.
Adapun Produk-produk yang sudah dipetakan menurut pengelolaan hulu dan hilirnya sebagai berikut: Tabel 3 Peta Produk-produk Perum Perhutani sesuai pengelolaan hulu dan hilir Hulu Hutan Produksi
Produksi Kayu (Log)/ Non Kayu 1. Kayu Jati 2. Kayu Rimba (Pinus, Sengon, Mahoni, Damar, Sonokeling) 3. Getah Pinus 4. Kopal 5. Daun Kayu Putih 6. Lak 7. Ekowisata 8. Sumber Daya Air 9. Satwa 10. Non Kayu Lainnya
Hilir
Pengusahaan Saat Ini
1. Industri Kayu Jati 2. Industri Kayu Rimba 3. Gondorukem &Terpentin 4. Minyak Kayu Putih 5. Madu 6. AMDK 7. Wanawisata 8. Pengolahan Kopi
1. Menjual Log 2. Mengelola 3 Industri Kayu 3. Kemitraan dalam industri kayu 4. Mengelola 7 Pabrik Gondorukem & Terpentin 5. Mengelola 4 Pabrik Minyak Kayu Putih 6. Mengelola 1 Pabrik Lak 7. Mengelola 1 Pabrik AMDK 8. Mengelola 3 Pabrik Air madu 9. Mengelola 162 lokasi Wana Wisata
Sumber: Laporan tahunan Perum Perhutani tahun (2012)
23 Lanjutan Tabel 3 Hulu Hutan Lindung
Optimalisasi Asset Usaha Lain
Produksi Kayu Hilir (Log)/ Non Kayu 1. Getah Pinus 1. Gondorukem 2. Kopal & Terpentin 3. Ekowisata 2. Wanawisata 4. Sumberdaya Air 3. Pengolahan 5. Satwa Kopi 6. Tanaman obatobatan 7. Kopi 8. Non Kayu lainnya 1. Tanah & Bangunan Perusahaan 1. Benih/Bibit 2. Agroforestry 3. Lembaga Pendidikan 4. Rehabilitasi dan Reklamasi
Pengusahaan Saat Ini
1. Kelola Sendiri 2. Kerjasama dengan mitra 1. Menjual Bibit dan Benih 2. Mengerjakan Proyek Pemerintah dan BUMN untuk rehabilitasi
Sumber: Laporan Tahunan Perum Perhutani Tahun 2012 Output produk dari seluruh kelompok produk barang dan jasa tersebut sangat beragam, dan terdiri dari lebih 60 (enam puluh) jenis produk barang dan jasa yang bersumber dari areal hutan kelolaan seluas sekitar 2,5 juta Ha di Jawa dan Madura.
Hasil Uji Awal Uji awal dalam penelitian ini melibatkan 24 responden yang merupakan industry kayu, pedagang kayu jati gelondongan dan pengrajin kayu. pengujian ini dilakukan dengan sampel sensus semua populasi yang membeli atau menggunakan produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani hanya di wilayah Jakarta Timur. Pengujian awal dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel (Sugiyono 2010). Merek yang dilakukan dalam penelitian adalah produk kayu jati bundar Perum Perhutani. Uji awal Brand Association Brand association adalah segala kesan yang muncul dibenak pelanggan yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Durianto dkk 2001). Asosiasi-asosiasi yang diuji, yaitu : 1. memiliki keunggulan dibanding produk kayu jati lainnya. 2. memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk. 3. Atribut-atribut (kualitas, layanan, status legalitas/sertifikasi) sudah sesuai dengan harganya. 4. kelas mutu dan ukuran kayu jati bundar sudah sesuai permintaan pelanggan. 5. merupakan produsen utama kayu jati bundar di dunia.
24 6. mudah mengenali produk secara fisik. 7. lebih dikenal sebagai produsen kayu jati dibanding produsen produk lainnya (seperti: wanawisata, kayu rimba, furniture, dll). 8. mampu memasok kayu jati bundar secara berkelanjutan, karena memiliki hutan jati sendiri. 9. Perum Perhutani telah lama memproduksi kayu jati bundar. Hasil pengujian validitas brand Association produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang melibatkan 24 responden dari pengujian asosiasi 1 (satu) sampai asosiasi 9 (sembilan) memiliki nilai r hitung > r tabel. Berdasarkan metode korelasi Product moment pearson, jika nilai r hitung > r tabel maka nilai r hitung valid. Selain pengujian awal validitas, dilakukan uji awal reliabilitas. Berdasarkan hasil yang didapat dari metode alfa cronbach, asosiasi-asosiasi yang diuji dari asosiasi 1 (satu) sampai asosiasi 9 (sembilan) mendapat nilai |r 11| sebesar 0,605 dengan nilai minimum 0,600, maka nilai atribut brand association reliable. Data uji validitas dan uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1. Uji Awal Perceived Quality Perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto dkk, 2001). Terdapat dua tahap pengujian awal yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Atribut-atribut yang diuji terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kayu jati bundar perhutani terjamin mutunya Tidak ada cacat bentuk pada batang utama kayu jati bundar Perhutani Tidak ada cacat badan pada batang utama kayu jati bundar Perhutani Tidak ada cacat bontos pada batang utama kayu jati bundar Perhutani Kayu jati bundar Perhutani lebih tahan lama (tahan terhadap rayap, air, dll) dibanding kayu jati dari produsen lain Umur kayu jati yang diproduksi Perhutani cukup tua, sehingga menghasilkan warna/corak yang indah Ukuran diameter dan panjang kayu jati bundar perhutani sudah tepat Harga kayu jati bundar Perhutani bersaing dengan produsen kayu jati lainnya Saya mengetahui promosi/iklan yang dilakukan oleh Perum Perhutani mengenai kayu jati bundar bagus/menarik Saya mengetahui promosi mengenai kayu jati bundar Perhutani jelas dan lengkap Konsumen mudah dalam mendapatkan informasi seputar mutu, sortimen dan harga kayu jati bundar Perhutani Prosedur pembelian kayu jati bundar dengan Perhutani lebih mudah, sederhana (tidak berbelit), aman dan terjamin Memiliki saluran penjualan yang baik dan sederhana.
Hasil pengujian validitas perceived quality produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang melibatkan 24 responden dari hasil pengujian, semua atribut perceived quality memiliki nilai r hitung > r tabel. Berdasarkan metode korelasi Product moment, jika nilai r hitung > r tabel maka nilai r hitung valid. Selain pengujian awal validitas, dilakukan uji awal reliabilitas. Berdasarkan hasil yang didapat dari metode alfa cronbach, semua atribut perceived quality
25 mendapat nilai |r11| sebesar 0,747 dengan nilai minimum 0,600, maka nilai atribut perceived quality reliable. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Profil Pelanggan Kelompok Pelanggan Berdasarkan kelompok pelanggan, persentase pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani di lokasi Klender Jakarta kelompok pedagang memiliki jumlah paling besar sebanyak 50,0%, kelompok industri sebanyak 41,7% dan kelompok pengrajin sebanyak 8,3%.Grafik data disajikan pada (Gambar 7). .
50.0 50.0 45.0
41.7
40.0
Percent
35.0
30.0 25.0
Kelompok Pelanggan
20.0
15.0
8.3
10.0 5.0
0.0 INDUSTRI
PEDAGANG
PENGRAJIN
Gambar 7 Profil pengunjung berdasarkan kelompok pelanggan Latar Belakang Pelanggan Berdasarkan latar belakang pelanggan lokasi klender Jakarta, persentase terbesar untuk latar belakang pelanggan kayu jati bundar di peroleh pada latar belakang Pemilik Perusahaan memiliki jumlah sebanyak 58,3%, latar belakang Direksi sebanyak 25%, latar belakang staf sebanyak 12,5%, dan latar belakang manager sebanyak 4,167%. Grafik data disajikan pada (Gambar 8). 12,5%
STAF
4,2%
MANAGER/SUPERVISOR
25,0%
DIREKSI
0,0%
Latar belakang pelanggan 58,3%
PEMILIK 20,0%
40,0%
60,0%
Percent
Gambar 8 Profil pelanggan berdasarkan latar belakang pelanggan
26 Lama Menjadi pelanggan Berdasarkan lama menjadi pelanggan lokasi Klender Jakarta, hasil presentase data menunjukkan yang paling lama menjadi pelanggan adalah <10 tahun dan 20-30 tahun masing-masing sebanyak 46%. Grafik data disajikan pada (Gambar 9).
46
50
46
Percent
40
30 20
10
4
4
0
tidak menjawab
<10
10-19
20-30
Lama menjadi pelanggan (tahun)
Gambar 9 Lama menjadi pelanggan Tempat Transaksi Pembelian Berdasarkan tempat terjadinya transaksi pembelian, pelanggan melakukan transaksi di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM), Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dan Trader (Perantara). Pelanggan yang melakukan transaksi pembelian di KBM Jawa Barat menempati jumlah paling tinggi yaitu sebanyak 46%. Grafik data disajikan pada (Gambar 10).
8
TPK (Jawa Barat)
13
Trader/Pedagang
17
KBM/TPK 13
TPK (Jawa Tengah)
Transaksi pembelian
4
KBM (Jawa Tengah) dan TPK (Jawa Timur)
46
KBM (Jawa Barat) 0
10
20
30
40
50
Percent
Gambar 10 Profil pelanggan berdasarkan tempat terjadi transaksi di KBM, TPK dan trader
27
Selanjutnya dilakukan uji keterkaitan hubungan dengan kelompok pelanggan menggunakan chi square. Hasil uji chi square menyatakan signifikan untuk korelasi antara kelompok pelanggan dengan profil pelanggan berdasarkan tempat terjadinya transaksi pembelian. Tabel uji chi square dapat dilihat pada Lampiran 3, untuk hasil crosstabs dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil crosstabs tempat terjadinya transaksi pembelian dengan kelompok pelanggan Kelompok Pelanggan
Tempat terjadi transaksi pembelian KBM(Jawa
KBM(Jawa
TPK(Jawa
TPK(Jawa
Tengah) dan
Barat)
Tengah)
Barat)
Total Trader/Per KBM/ antara
TPK
TPK (Jawa Timur) Industri
1
4
2
2
1
0
10
Pedagang
0
7
1
0
0
2
10
Pengrajin
0
0
0
0
2
2
4
Total
1
11
3
2
3
4
24
Tabel 4 menunjukkan kelompok pelanggan pedagang lebih banyak melakukan transaksi pembelian di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Jawa Barat, pelanggan tidak memberikan alasan mengapa cenderung memilih transaksi pembelian di KBM Jawa Barat tetapi menurut majalah duta rimba yang diterbitkan Perhutani (2012/03) harga kayu jati di Jawa Barat lebih murah dibandingkan dengan jati yang berasal dari Blora Jawa Tengah. Pada beberapa bagian kayu jati Jawa Barat terdapat warna coklat kemerahan, namun jika dijemur langsung di bawah sinar matahari warna tersebut akan hilang dan berubah coklat keemasan serta hutan dimana pohon jati Jawa Barat tumbuh memiliki struktur tanah yang lebih subur sehingga pertumbuhan pohon sedikit lebih cepat dibandingkan tanah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang banyak mengandung kapur. Pertumbuhan yang lebih cepat memungkinkan pori-pori lebih besar. Analisis Persepsi Pelanggan Pertama rincian persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perum Perhutani yang disajikan dalam (Gambar 11) mengenai faktor pelanggan yang paling dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perum Perhutani.
28
4.2 4.2
KETERSEDIAAN JUMLAH LEGALITAS/SERTIFIKASI
50.0
MUTU
16.7
SORTIMEN DAN UKURAN
25.0
HARGA
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Percent
Gambar 11 Grafik persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu Berdasarkan (Gambar 11) di atas persepsi konsumen yang paling dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perum Perhutani yang paling tertinggi adalah mutu sebanyak 50,0%, kedua harga sebanyak 25,0 %, ketiga sortimen dan ukuran sebanyak 16,7 % dan paling rendah ketersediaan jumlah dan legalitas masing-masing 4,2 %. Pertanyaan kedua adalah mengenai persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lainnya. Berikut hasil rincian dijelaskan dalam (Gambar 12) di bawah ini.
4,2
UMUR/USIA KAYU
12,5
LEGALITAS/SERTIFIKASI
58,3
MUTU 12,5
WARNA KAYU DIAMETER
4,2
SORTIMEN
4,2
LAINNYA
4,2 0,0
perbedaan kayu jati bundar Perhutani dengan merek lainnya
10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0
Gambar 12 Grafik persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan pemasok lainnya Berdasarkan (Gambar 12) di atas persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lainnya. Pelanggan yang menjawab perbedaan kayu dari mutu memiliki jumlah tertinggi sebanyak 58,3%. Pertanyaan ketiga adalah mengenai persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani. Berikut hasil rincian dijelaskan dalam (Gambar 13) di bawah ini.
29
70.8
TEMAN/KOLEGA BISNIS
25.0
KANTOR PERHUTANI
IKLAN DI SURAT KABAR
Informasi yang didapat pelanggan tentang produk kayu jati bundar perhutani
4.2 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 Percent
Gambar 13 Grafik persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perhutani Berdasarkan (Gambar 13) di atas persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani, jumlah paling tinggi adalah informasi dari teman/kolega bisnis sebanyak 70,8%, kedua dari kantor Perhutani sebanyak 25,0% dan paling kecil informasi dari iklan di surat kabar sebanyak 4,2%. Setelah mengetahui tentang persepsi pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani, dilakukan uji keterkaitan hubungan dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh pelanggan mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber menggunakan chi square. Hasil uji chi square menyatakan signifikan untuk korelasi antara persepsi pelanggan dari mana mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh pelanggan mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber. Tabel uji chi square dapat dilihat pada Lampiran 9, untuk hasil crosstabs (tabulasi silang) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil crosstabs persepsi pelanggan terhadap dari mana pelanggan mendapat informasi tentang produk kayu jati bundar Perum Perhutani dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh pelanggan tentang kayu jati bundar dari sumber Dari mana anda mendapatkan
informasi yang di peroleh pelanggan dari sumber
informasi tentang produk kayu Klasifikasi jati bundar dari Perum
harga
Jenis
Kualitas/
Kelebihan Dan
kayu jati
mutu
Kekurangan Kayu
Perhutani
Total
Lainnya
Jati Perhutani
Iklan di surat kabar
0
0
0
1
0
1
Kantor perhutani
0
0
5
0
1
6
Teman/kolega bisnis
5
1
9
1
1
17
Total
5
1
14
2
2
24
Tabel 5 menunjukkan informasi yang diperoleh pelanggan mengenai kualitas atau mutu lebih banyak mendapatkan informasi dari teman/kolega bisnis ,karena perbedaan kayu jati bundar Perum Perhutani dengan pemasok lain adalah
30 dari kualitas atau mutu yang lebih unggul. Informasi yang di peroleh pelanggan mengenai klasifikasi harga lebih bantak mendapat informasi dari teman/kolega bisnis karena klasifikasi harga yang diberikan Perhutani sesuai dengan tipe mutu, ukuran panjang dan diameter kayu yang di inginkan. Pertanyaan keempat adalah pertanyaan mengenai persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber. Berikut hasil rincian dijelaskan dalam (Gambar 14) dibawah ini.
KELEBIHAN DAN…
8.3 58.3
KUALITAS/MUTU
Informasi yang diperoleh pelanggan mengenai produk kayu jati bundar Perhutani
4.2
JENIS KAYU JATI
20.8
KLASIFIKASI HARGA
8.3
LAINNYA
0.0
20.0
40.0
60.0 Percent
Gambar 14 Grafik persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perhutani dari sumber informasi Berdasarkan (Gambar 14) di atas persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber paling tinggi adalah diperoleh informasi mengenai kulitas/mutu sebanyak 58,3% dan paling kecil adalah informasi yang diperoleh mengenai jenis kayu jati. Setelah mengetahui tentang persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh pelanggan tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani dari sumber, dilakukan uji keterkaitan hubungan dengan persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum Perhutani dengan Pemasok lainnya menggunakan chi square. Hasil uji chi square menyatakan signifikan untuk korelasi antara persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber dengan persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum Perhutani dengan Pemasok lainnya. Tabel uji chi square dapat dilihat pada Lampiran 8, untuk hasil crosstabs (tabulasi silang) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil crosstabs jenis informasi yang diperoleh dari sumber dengan persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lainnya Jenis informasi yang di peroleh dari sumber
Perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perhum Perhutani dengan Pemasok lainnya Sortimen
Diameter
Warna kayu
Mutu
Legalitas/ Umur/ sertifikasi usia kayu
Total
Lainnya
Klasifikasi harga Jenis kayu jati Kualitas/mutu
0 0 0
1 0 0
2 0 1
2 0 11
0 0 2
0 0 0
0 1 0
5 1 14
Kelebihan dan kekurangan kayu jati perhutani
1
0
0
0
1
0
0
2
Lainnya Total
0 1
0 1
0 3
1 14
0 3
1 1
0 1
2 24
31
Tabel 6 menunjukkan pelanggan yang mendapat informasi tentang kualitas atau mutu kayu jati bundar Perum Perhutani mayoritas menjawab mutu sebagai jawaban persepsi terhadap perbedaan kayu jati bundar yang di pasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lain, karena mereka telah mengetahui informasi kualitas atau mutu kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber dan bisa mempersepsikan perbedaan kayu jati bundar Perum Perhutani dengan Pemasok lainnya. Selanjutnya, berdasarkan survei pelanggan yang mengambil keputusan membeli kayu jati bundar menjadikan asal produsen sebagai pertimbangan utama yaitu mayoritas pelanggan menjawab „ya‟ sebanyak 83,3%.Hasil dapat dilihat pada (Gambar 15).
Gambar 15 Persepsi pelanggan terhadap keputusan pembeli dalam membeli kayu jati bundar yang menjadikan asal produsen sebagai pertimbangan utama Terakhir, menjelaskan mengenai jumlah pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani yang menjawab perbedaan kayu jati yang dipasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lainnya. Mayoritas pelanggan menjawab „ya‟ sebanyak 100%. Analisis Brand Awareness Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, atau mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu (David Aaker 1997). Dalam analisis brand awareness terbagi berdasarkan beberapa tingkatan yaitu top of mind, brand recall. Analisis Top of Mind Top of mind merupakan merek yang pertama kali diingat pelanggan atau yang pertama kali ketika pelanggan ditanya tentang suatu kategori produk (Durianto dkk 2001). Top of Mind juga merupakan tingkatan tertinggi dalam brand awareness dan juga merupakan pimpinan dari berbagai merek yang terdapat dalam produk yang serupa yang ada dalam benak pelanggan (David Aaker 1997). Berdasarkan survei yang dilakukan di lapangan, sebagian besar sebanyak 66,7% pelanggan menyebutkan merek Perum Perhutani sebagai merek produk kayu jati bundar yang paling diingat. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 16).
32 Produsen/pemasok kayu jati bundar apa yang paling anda ingat
33.3
KAYU JATI PERHUTANI
66.7
KAYU JATI RAKYAT
Gambar 16 Top of mind produk kayu jati bundar Berdasarkan (Gambar 16), ternyata merek Kayu Jati Bundar Perum Perhutani menempati posisi puncak dalam top of mind sebanyak 66,7% yang berarti bahwa merek tersebut merupakan merek yang paling banyak diingat oleh pelanggan. Merek Kayu Rakyat juga masuk ke dalam penyebutan top of mind Kayu Jati Bundar walaupun perbedaan persentasenya sangat signifikan dibandingkan dengan merek Perum Perhutani sebanyak 33,3%. Analisis Brand Recall Brand recall menggambarkan pengingatan kembali merek yang mencerminkan merek-merek apa yang diingat pelanggan setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu (unaided question) (Durianto dkk 2001). Hasil penelitian menunjukkan sebanyak (60%) menyebutkan merek Kayu Jati Bundar Perhutani sebagai merek Kayu Jati Bundar kedua yang mereka ingat setelah menyebutkan merek pertama. Setelah itu diikuti merek kayu jati bundar Rakyat (40%). Pelanggan dapat memberikan lebih dari satu jawaban sesuai dengan ingatannya terhadap merek-merek kayu jati bundar selain yang telah disebutkan pada elemen top of mind. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 17).
Gambar 17 Brand Recall merek Kayu Jati Bundar Analisis Brand Association Analisis ekuitas merek kedua yaitu menggunakan brand association. Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul dibenak pelanggan yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Durianto dkk 2001). Untuk menguji
33 asosiasi- asosiasi tersebut,maka digunakan metode uji cochran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan asosiasi-asosiasi tersebut yang terdapat pada produk kayu jati bundar Perum Perhutani. Hasil perhitungan brand association dapat dilihat pada Lampiran. Asosiasi-asosiasi yang diuji, yaitu : 1. memiliki keunggulan dibanding produk kayu jati lainnya. 2. memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk. 3. Atribut-atribut (kualitas,layanan, status legalitas/sertifikasi) sudah sesuai dengan harganya. 4. kelas mutu dan ukuran kayu jati bundar sudah sesuai permintaan pelanggan. 5. merupakan produsen utama kayu jati bundar di dunia. 6. mudah mengenali produk secara fisik. 7. lebih dikenal sebagai produsen kayu jati dibanding produsen produk lainnya (seperti : wanawisata, kayu rimba, furniture, dll). 8. mampu memasok kayu jati bundar secara berkelanjutan, karena memiliki hutan jati. 9. Perum Perhutani telah lama memproduksi kayu jati bundar. Uji Asosiasi Pengujian asosiasi-asosiasi produk kayu jati bundar melibatkan seluruh pelanggan yaitu sebanyak 24 orang dari lokasi Klender Jakarta. Hasil dapat dilihat dalam (Tabel 7). Tabel 7 Hasil uji cochran asosiasi produk kayu jati bundar Perum Perhutani Uji Asosiasi db X2 tabel Cochran’s Q Hasil Asosiasi No. 1 8 15,507 16,211 Q > X2 tabel 1,2,3,4,5,6,7,8,9 2 7 14,017 10,925 Q < X2 tabel Asosiasi No.1,2,3,4,6,7,8,9 Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa pada tahap ke dua proses pengujian dihentikan karena nilai Q < X2 yang artinya Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa asosiasi yang menjadi brand image dari produk kayu jati bundar Perum Perhutani adalah asosiasi memiliki keunggulan dibanding produk kayu jati lainnya, asosiasi memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk, asosiasi atribut-atribut (kualitas,layanan, status legalitas/sertifikasi) sudah sesuai dengan harganya, asosiasi kelas mutu dan ukuran kayu jati bundar sudah sesuai permintaan pelanggan, asosiasi mengenali produk secara fisik,asosiasi lebih dikenal sebagai produsen kayu jati dibanding produsen produk lainnya (seperti : wanawisata, kayu rimba, furniture, dll), asosiasi mampu memasok kayu jati bundar secara berkelanjutan, karena memiliki hutan jati, asosiasi Perum Perhutani telah lama memproduksi kayu jati bundar. Hasil selengkapnya tentang pengujian asosiasi merek produk kayu jati bundar Perum Perhutani dapat dilihat pada Lampiran 10. Analisis Perceived Quality Perceived quality dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan (Durianto dkk 2001). Dalam penelitian ini, perceived quality akan diukur dengan skala Semantic Differensial.
34 Analisis atribut pengujian ini menggunakan skala evaluasi enam angka yang berjajar dari 1 sampai 6. Nilai rataan dapat dilihat pada (Tabel 8). Tabel 8 Rataan atribut perceived quality kayu jati bundar Perum Perhutani No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Atribut Kayu jati bundar perhutani terjamin mutunya Tidak ada cacat bentuk pada batang utama kayu jati bundar Perhutani Tidak ada cacat badan pada batang utama kayu jati bundar Perhutani Tidak ada cacat bontos pada batang utama kayu jati bundar Perhutani Kayu jati bundar Perhutani lebih tahan lama (tahan terhadap rayap, air, dll) dibanding kayu jati dari produsen lain. Umur kayu jati yang diproduksi Perhutani cukup tua, sehingga menghasilkan warna/corak yang indah. Ukuran diameter dan panjang kayu jati bundar perhutani sudah tepat Harga kayu jati bundar Perhutani bersaing dengan produsen kayu jati lainnya Saya mengetahui promosi/iklan yang dilakukan oleh Perum Perhutani mengenai kayu jati bundar bagus/menarik Saya mengetahui promosi mengenai kayu jati bundar Perhutani jelas dan lengkap Konsumen mudah dalam mendapatkan informasi seputar mutu, sortimen dan harga kayu jati bundar Perhutani Prosedur pembelian kayu jati bundar dengan Perhutani lebih mudah, sederhana (tidak berbelit), aman dan terjamin Memiliki saluran penjualan yang baik dan sederhana
Rataan 4,833 3,167 3,083 3,083 5,041 5,333 4,625 4,042 2,500 2,583 4,375 4,625 4,792
Rentang skala yang digunakan dalam analisis perceived quality adalah sebagai berikut: 1= sangat tidak baik 2= tidak baik 3= kurang baik 4= cukup baik 5= baik 6= sangat baik Menurut (Tabel 8) dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat enam atribut yang memiliki rentang skala baik (5) yaitu atribut kayu jati bundar perhutani terjamin mutunya, atribut kayu jati bundar Perhutani lebih tahan lama (tahan terhadap rayap, air, dll) dibanding kayu jati dari produsen lain, atribut umur kayu jati yang diproduksi Perhutani cukup tua sehingga menghasilkan warna/corak yang indah, atribut Ukuran diameter dan panjang kayu jati bundar perhutani sudah tepat, atribut Prosedur pembelian kayu jati bundar dengan Perhutani lebih mudah, sederhana (tidak berbelit), aman dan terjamin, dan atribut Memiliki saluran penjualan yang baik dan sederhana. Selain memiliki enam atribut baik, kayu jati bundar Perum Perhutani juga memiliki nilai rataan tertinggi yaitu berada pada atribut umur kayu jati yang diproduksi Perhutani cukup tua sehingga menghasilkan warna/corak yang indah (5,333). Sedangkan nilai rataan terendah berada pada atribut saya mengetahui promosi/iklan yang dilakukan oleh Perum Perhutani mengenai kayu jati bundar
35 bagus/menarik (2,500). Hasil Grafik skala semantic differential pada (Gambar 18).
Gambar 18 Grafik Semantic Differensial produk kayu jati bundar Perum Perhutani
36 Brand Loyalty Sebagai suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor atau pesaing, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya (Durianto dkk 2001). Analisis Switcher Analisis switcher dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang termasuk ke dalam switcher. Konteks switcher dalam penelitian ini adalah kepuasan pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani karena faktor harga. Switcher adalah pelanggan yang menjawab “sangat setuju”, ”setuju” dan “cukup setuju”apabila ditanyakan ”Kepuasan anda membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani karena faktor harga?”. Dari hasil penelitian dengan pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani, jumlah pelanggan yang sensitif terhadap harga dengan sangat setuju, setuju dan cukup setuju kepuasan membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani karena faktor harga sebesar 38% atau 9 orang. Hasil penghitungan switcher produk kayu jati bundar Perum Perhutani dapat dilihat pada Lampiran 11. Analisis Satisfied Buyer Analisis satisfied buyer dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang termasuk ke dalam satisfied buyer. Konteks satisfied buyer dalam penelitian ini adalah pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang mendapatkan kepuasan dalam melakukan pembelian. Satisfied buyer adalah pelanggan yang menjawab “cukup puas”, “puas” dan “sangat puas” apabila ditanyakan “Bagaimana pendapat anda terhadap kualitas produk kayu jati bundar Perum Perhutani?”. Dari hasil penelitian dengan pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani, jumlah pelanggan yang menemukan kepuasan dalam mengkonsumsi produk tersebut karena kualitas sebesar 87,5% atau 21 orang. Hasil penghitungan satisfied buyer dapat dilihat pada Lampiran 11. Analisis Liking The Brand Analisis liking the brand dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang termasuk ke dalam liking the brand. Konteks liking the brand dalam penelitian ini adalah pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang menyukai merek tersebut. Liking the brand adalah pelanggan yang menjawab “cukup setuju”, “setuju” dan “sangat setuju” apabila ditanyakan “Apakah produk kayu jati bundar Perum Perhutani akan dijadikan sebagai satu-satunya pilihan yang paling dibeli?”. Dari hasil penelitian dengan pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani, jumlah pelanggan yang mengkonsumsi kayu jati bundar tersebut karena satusatunya pilihan yang paling dibeli sebesar 75% atau 18 orang. Hasil penghitungan liking the brand dapat dilihat pada Lampiran 11.
37 Analisis Committed Buyer Analisis committed buyer dilakukan untuk mengetahui berapa banyak pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani yang termasuk ke dalam committed buyer. Konteks committed buyer dalam penelitian ini adalah pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani yang merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut ke pihak lain. Committed buyer adalah pelanggan yang menjawab “sering” dan “selalu” apabila ditanyakan “Apakah anda pernah menyarankan atau mengajak orang lain untuk membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani?”. Dari hasil penelitian dengan pelanggan produk kayu jati bundar Perum Perhutani, jumlah pelanggan yang menyarankan atau mengajak orang lain untuk membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani sebesar 33% atau 8 orang, Hasil penghitungan committed buyer merek kayu jati bundar Perum Perhutani dapat dilihat pada Lampiran 11. Piramida Brand Loyalty Piramida brand loyalty merupakan gambar susunan tingkatan brand loyalty. Piramida tersebut disusun berdasarkan hasil penghitungan analisis switcher, satisfied buyer, liking the brand dan committed buyer. Piramida brand loyalty produk kayu jati bundar Perum Perhutani dapat dilihat pada (Gambar 19). 33%
Committed buyer 75%
87,5%
38%
Liking the brand Satisfied buyer Switcher
Gambar 19 Piramida brand loyalty produk kayu jati bundar Perum Perhutani Menurut Durianto, dkk (2001), bagi merek yang memiliki brand equity yang kuat, tingkatan dalam brand loyalty-nya diharapkan membentuk segitiga terbalik, maksudnya makin ke atas makin melebar sehingga diperoleh jumlah committed buyer yang lebih besar daripada switcher. Berdasarkan Gambar 19 terlihat bentuk dengan piramida yang terbalik, hal ini yang menjadi target dari banyak perusahaan. Karena penempatan switcher berada pada tingkat terkecil dan mengerucut dan menempatkan committed buyer pada penempatan yang paling besar piramida, jadi perusahaan dengan brand loyalty yang tinggi akan memiliki konsumen setia yang lebih banyak dibandingkan yang switcher. Hal ini bertujuan agar banyak konsumen yang menjadi setia pada merek yang dipasarkan oleh perusahaan termasuk yang diinginkan oleh kayu jati bundar Perum Perhutani, akan tetapi dapat dilihat bahwa piramida brand loyalty kayu jati bundar Perum Perhutani pada Gambar 19 menunjukan tingkat loyalitas switcher sebesar 38%
38 yang memiliki rentang skala cukup baik. Sedangkan pada tingkat liking the brand dan committed buyer menurun, hanya sampai pada tingkatan satisfied buyer yang meningkat 87.5%, pada satisfied buyer termasuk dalam skala sangat baik ini dikarenakan pelanggan merasa puas menggunakan kayu jati bundar Perum Perhutani diantaranya atribut kesan terhadap kualitas produk yang dinilai bagus menurut persepsi pelanggan di tingakatan satisfied buyer yaitu atribut produk terjamin mutunya; produk lebih tahan lama (awet terhadap rayap) dibanding produsen lainnya; umur kayu jati yang diproduksi cukup tua, sehingga menghasilkan warna/corak yang indah; ukuran diameter dan panjang kayu jati bundar sudah tepat; harga bersaing dengan produsen lainnya; prosedur pembelian lebih mudah, sederhana, aman dan terjamin; memiliki saluran penjualan yang baik dan sederhana. Kesan terhadap kualitas yang dipilih kelompok satisfied buyer perlu dipertahankan untuk kepuasan pelanggan. Menurut Aaker (1997) preferensi konsumen atau pelanggan yang sungguhsungguh menyukai merek mungkin dilandaskan pada suatu asosiasi; seperti suatu simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan, atau kesan kualitas (perceived quality) yang tinggi. Jadi, untuk meningkatkan liking the brand yaitu dengan meningkatkan nilai perceived quality dengan meningkatkan nilai dari atribut-atribut perceived quality dan brand image dari atribut brand association. Pada tingkatan liking the brand dan committed buyer menurun, sebelumnya satisfied buyer 87.5% menjadi 75% pada liking the brand dan 33% pada committed buyer, untuk meningkatkan liking the brand dan committed buyer dengan memperbaiki kesan terhadap kualitas produk yang merasa kurang baik menurut persepsi pelanggan dari tingkatan liking the brand dan committed buyer yaitu atribut tidak ada cacat bentuk pada batang utama memiliki skor 3.167 dinilai cukup baik tetapi masih perlu perawatan lebih intensif memperbaiki cacat bentuk pada batang utama, atribut tidak ada cacat badan pada batang utama memiliki skor 3.083 dinilai cukup baik tetapi masih perlu perawatan intensif memperbaiki cacat badan pada batang utama, dan atribut tidak ada cacat bontos pada batang utama memiliki skor 3.083 dinilai cukup baik tetapi masih perlu perawatan intensif memperbaiki cacat bontos pada batang utama. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka mempunyai suatu kebanggan dalam menemukan atau menjadi pengguna dari suatu merek (Aaker 1997). Dari hasil wawancara, pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani memberikan saran untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memberikan spesifikasi kayu jati sesuai keinginan pelanggan, meningkatkan mutu kayu jati bundar meskipun lebih memiliki keunggulan dibandingkan kayu jati merek lain, meningkatkan sarana dan prasarana pengangkutan kayu jati bundar perhutani, meningkatkan produksi dan volume kayu pada saat lelang dan memperhatikan para pedagang kecil. Dengan mendengar keluhan dari para pelanggan nilai committed buyer akan meningkat, agar pelanggan mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna kayu jati bundar Perum Perhutani. Uji Chi Square Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat korelasi antara kelompok pelanggan dengan tempat terjadinya transaksi pembelian. Hal ini dapat dilihat dari nilai P value (Asymp.Sig) < 10 persen (0,046 < 0,10). Korelasi ini dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain sebagai berikut:
39 1. Berdasarkan hasil pengolahan data primer menunjukkan bahwa sebagaian besar kelompok pelanggan pedagang melakukan transaksi pembelian di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Jawa Barat. 2. Berdasarkan keterangan kelompok pelanggan tidak memberikan alasan mengapa cenderung banyak memilih transaksi pembelian di KBM Jawa Barat tetapi menurut majalah duta rimba yang diterbitkan Perhutani (2012/03) harga kayu jati di Jawa Barat lebih murah dibandingkan dengan jati yang berasal dari Blora Jawa Tengah. Pada beberapa bagian kayu jati Jawa Barat terdapat warna coklat kemerahan, namun jika dijemur langsung di bawah sinar matahari warna tersebut akan hilang dan berubah coklat keemasan serta hutan dimana pohon jati Jawa Barat tumbuh memiliki struktur tanah yang lebih subur sehingga pertumbuhan pohon sedikit lebih cepat dibandingkan tanah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang banyak mengandung kapur. 3. Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu memberikan harga kayu jati yang tidak terlalu mahal, meningkatkan kualitas kayu, tujuannya dapat meningkatkan loyalitas pelanggan Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat korelasi antara persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh dari sumber dengan persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai P value (Asymp.Sig) < 10 persen (0.000 < 0.10). Korelasi ini dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengolahan data primer menunjukkan pelanggan yang mendapat informasi dari sumber adalah mengenai kualitas atau mutu kayu jati bundar Perum Perhutani. Pelanggan tersebut mayoritas menjawab mutu sebagai jawaban perbedaan kayu jati bundar yang di pasok dari Perum Perhutani dengan pemasok lain, karena pelanggan telah mengetahui informasi dari sumber mengenai kualitas atau mutu kayu jati bundar Perum Perhutani dan bisa mempersepsikan perbedaan kayu jati bundar Perum Perhutani dengan Pemasok lainnya. 2. Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu meningkatkan kualitas atau mutu kayu jati. Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat korelasi antara persepsi pelanggan terhadap pelanggan mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh dari sumber. Hal ini dapat dilihat dari nilai P value (Asymp.Sig) < 10 persen (0.055 < 0.10). Korelasi ini dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengolahan data primer menunjukkan informasi yang diperoleh pelanggan mengenai kualitas atau mutu lebih banyak didapat dari teman/kolega bisnis ,karena perbedaan kayu jati bundar Perum Perhutani dengan pemasok lain adalah dari kualitas atau mutu yang lebih unggul. Kedua Informasi yang di peroleh pelanggan mengenai klasifikasi harga lebih banyak didapat dari teman/kolega bisnis karena klasifikasi harga dari Perhutani memiliki harga yang berbeda sesuai dengan tipe mutu, ukuran panjang dan diameter kayu yang di inginkan.
40 Implikasi Manajerial Dari pembahasan yang telah dikemukakan maka diperoleh beberapa informasi yang berguna dalam memperbaiki elemen-elemen brand equity yang terdiri dari analisis brand awareness, analisis brand association, analisis perceived quality dan analisis brand loyalty. Berdasarkan hasil perceived quality atribut dengan nilai rataan tertinggi adalah atribut umur kayu jati yang diproduksi perhutani cukup tua sehingga menghasilkan warna/corak yang indah dan atribut Kayu jati bundar Perhutani lebih tahan lama (tahan terhadap rayap, air, dll) dibanding kayu jati dari produsen lain, sehingga Perum Perhutani dapat mempertahankan sistem manajemen mutu. Kedua atribut tersebut dapat meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap pembelian kayu jati bundar perhutani. Atribut perceived quality paling rendah adalah atribut pelanggan mengetahui promosi/iklan bagus, jelas dan lengkap, karena menurut pelanggan tidak harus memakai promosi/iklan kayu jati bundar Perum Perhutani sudah terbukti kualitas dan mutunya dibandingkan dengan kayu jati bundar lainnya. Dari hasil saran pelanggan mengenai harga, salah satu pedagang menyarankan agar harga kayu jati bundar perhutani tidak naik, dari beberapa kelompok industri dan beberapa kelompok pengrajin harga kayu jati bundar perhutani jangan terlalu mahal. Mayoritas kelompok industri, kelompok pedagang dan kelompok pengrajin menyarankan agar mutu kayu jati lebih ditingkatkan lagi meskipun kayu jati bundar Perum Perhutani memiliki keunggulan dibandingkan merek kayu jati bundar lainnya. Berikut brand image yang terbentuk dari analisis brand association pada kayu jati bundar Perum Perhutani (Tabel 9). Tabel 9 Brand image kayu jati bundar Perum Perhutani Item Perencanaan Pengendalian I. Atribut brand image Memiliki keunggulan - Mempertahankan - Meningkatkan pemeliharaan keunggulan seperti dan perlindungan hutan kayu kualitas mutu dan jati dengan sistem produksi pada umur manajemen reboisasi kayu yang tua - Mengatur sistem manajemen - Peningkatan sarana rantai pasok seperti dan prasarana menentukan alokasi dan pengangkutan kayu lokasi terminal bahan baku jati bundar perhutani kayu jati untuk meminimalisasikan biaya total rantai pasok yang terdiri dari biaya pembelian biaya transportasi Memiliki program Mempertahankan - Mengembangkan sistem sertifikasi dan kepuasan pelanggan manajemen mutu standarisasi produk - tetap melakukan perbaikan terus-menerus - Audit internal
41 Lanjutan Tabel 9 Item Kualitas kayu dan pelayanan sesuai harga
Menawarkan kelas mutu dan harga sesuai permintaan
Perencanaan Pengendalian Meningkatkan - Pemeliharaan tanaman produksi kayu jati - Rehabilitasi hutan dan lahan dengan benih jati - Sistem manajemen Reboisasi varitas unggul seperti benih jati plus perhutani (jpp) Mempertahankan - Mengembangkan sistem kepuasan pelanggan manajemen mutu dan tetap melakukan perbaikan terusmenerus Meningkatkan dan - Pemeliharaan tanaman mempertahankan - Rehabilitasi hutan dan lahan kualitas mutu - Sistem manajemen Reboisasi Meningkatkan dan - Pemeliharaan tanaman mempertahankan - Rehabilitasi hutan dan lahan kualitas mutu - Sistem manajemen Reboisasi
Mampu memasok lebih, karena memiliki hutan sendiri Telah lama memproduksi kayu jati bundar II. Atribut korelasi perilaku pelanggan - Kelompok - Peningkatan sarana - Mengatur sistem pelanggan dengan dan prasarana manajemen rantai pasok tempat terjadi pengangkutan kayu seperti menentukan alokasi transaksi pembelian jati bundar perhutani dan lokasi terminal bahan - Memberikan harga baku kayu jati untuk yang sesuai dengan meminimalisasikan biaya ukuran dan kualitas total rantai pasok yang kayu jati bundar terdiri dari biaya pembelian biaya transportasi - Memberikan harga yang murah pada ukuran jati bundar yang lebih kecil (A1) dan memberikan harga tinggi pada ukuran kayu A3 - Latar belakang - Memberikan kualitas - Melakukan pengelolaan pelanggan dengan kayu jati bundar hutan dengan reboisasi dan persepsi pelanggan sesuai keinginan rehabilitasi hutan, terhadap perbedaan pelanggan dari - Penggunaan bibit unggul kayu jati bundar kelompok pedagang, dengan pemberian benih jati yang dipasok industri atau varietas unggul seperti bibit Perhutani dengan pengrajin dengan jati plus Perhutani (JPP) pemasok lainnya mengurangi cacat - Pemangkasan cabang pada pada kayu jati saat jati berumur muda, akan bundar seperti cacat memberi hasil batang tanpa bentuk, cacat badan cacat mata kayu dan cacat bontos
42 Lanjutan Tabel 9 Item
Perencanaan -
- Persepsi pelanggan Terhadap perbedaan kayu jati bundar dan informasi yang diperoleh pelanggan mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani - Persepsi pelanggan Terhadap dari mana pelanggan mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani dengan Persepsi pelanggan informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani III. Atribut Brand awareness - Top of mind produk kayu jati bundar adalah merek Perum Perhutani
- Memberikan promosi produk - Menjaga hubungan baik dan memberikan daftar informasi yang akurat dan lengkap
Pengendalian Pemupukan akan mempercepat pertumbuhan kayu Pengendalian hama dan penyakit Pemberian sistem informasi Memberikan promosi melalui leaflet, brosur, dan lainnya Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk melihat proses produksi kayu
- Menjaga hubungan - Memberikan promosi melalui baik dan memberikan leaflet, brosur, dan lainnya daftar informasi yang - Pemberian sistem informasi akurat dan lengkap - Mempertahankan kualitas kayu jati bundar seperti tegakan kayu jati yang lurus, tekstur dan serat kayu bagus, kayu jati berumur tua
- Melakukan kegiatan promosi penjualan, iklan - Membangun hubungan kuat dengan pelanggan
- Memberikan promosi melalui leaflet, brosur, dan lainnya - memberikan harga diskon bagi pelanggan tetap - Sering melakukan komunikasi dengan pelanggan melalui datang ke lokasi pelanggan atau melalui media elektronik - Mendengar opini pelanggan dari produk kayu yang telah dibeli melewati media elektronik atau datang langsung ke lokasi alamat pelanggan
43 Lanjutan Tabel 9 Item IV. Atribut Perceived Quality - Produk terjamin mutunya dengan skor 4.833 dinilai baik -
Perencanaan
Memberikan kualitas kayu jati bundar sesuai keinginan pelanggan dari kelompok pedagang, industri atau pengrajin Tidak ada cacat - Melakukan perbaikan bentuk pada dalam mengurangi batang utama cacat bentuk pada dengan skor 3.167 batang utama dinilai cukup baik - Giat melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit
-
Tidak ada cacat badan pada batang utama dengan skor 3.083 dinilai cukup baik
- Melakukan perbaikan dalam mengurangi cacat badan pada batang utama - Giat melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit
-
Tidak ada cacat bontos pada batang utama dengan skor 3.083 dinilai cukup baik
- Melakukan perbaikan dalam mengurangi cacat bontos pada batang utama - Giat melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian
- penggunaan bibit unggul dengan pemberian benih jati varietas unggul seperti bibit jati plus Perhutani (JPP)
- Memilih benih jati varietas unggul - Melakukan penyulaman yaitu mengganti tanaman yang mati dengan bibit baru - Menggunakan insektisida untuk membasmi hama seperti inger-inger, penggerek batang, serangan bubuk kayu, ulat jati, serangan uret, dll - Giat melakukan pemangkasan cabang atau ranting pohon yang tidak diperlukan saat jati berumur muda - Menggunakan insektisida untuk membasmi hama seperti inger-inger, penggerek batang, serangan bubuk kayu, ulat jati, serangan uret, dll - Membasmi penyakit jamur upas dan penyakit kanker batang dengan pengontrolan dan pemangkasan secara teratur - Giat melakukan pemangkasan cabang atau ranting pohon yang tidak diperlukan saat jati berumur muda
44 Lanjutan Tabel 9 Item -
-
-
-
Perencanaan -
Kayu jati bundar - Mempertahankan Perhutani lebih kualitas kayu jati tahan lama (tahan bundar seperti terhadap rayap, tegakan kayu jati air, dll) dibanding yang lurus, tekstur kayu jati dari dan serat kayu produsen lain bagus, kayu jati dengan skor 5.041 berumur tua dinilai sangat baik Umur kayu jati Mempertahankan yang diproduksi kualitas kayu jati Perhutani cukup bundar seperti tua, sehingga tegakan kayu jati menghasilkan yang lurus, tekstur warna/corak yang dan serat kayu bagus, indah dengan skor kayu jati berumur tua 5.333 dinilai sangat baik Ukuran diameter dan panjang kayu jati bundar perhutani sudah tepat sesuai pesanan dengan skor 4.625 dinilai baik
- Mempertahankan keunggulan seperti kualitas mutu dan produksi pada umur kayu yang tua - Peningkatan sarana dan prasarana pengangkutan kayu jati bundar perhutani
Pengendalian - Menggunakan insektisida untuk membasmi hama seperti inger-inger, penggerek batang, serangan bubuk kayu, ulat jati, serangan uret, dll - Membasmi penyakit jamur upas dan penyakit kanker batang dengan pengontrolan dan pemangkasan secara teratur - Pemeliharaan tanaman - Rehabilitasi hutan dan lahan - Sistem manajemen Reboisasi
- Menggunakan bibit berkualitas baik dan siap tanam memiliki daun dan pucuk sehat dan segar, batang kokoh, kayu berwarna kecoklatan, media sarang, akar kuat mengikat media - Membasmi hama dan penyakit - Meningkatkan pemeliharaan dan perlindungan hutan kayu jati dengan sistem manajemen reboisasi - Mengatur sistem manajemen rantai pasok seperti menentukan alokasi dan lokasi terminal bahan baku kayu jati untuk meminimalisasikan biaya total rantai pasok yang terdiri dari biaya pembelian biaya transportasi
45 Lanjutan Tabel 9 Item - Harga kayu jati bundar Perhutani bersaing dengan produsen kayu jati lainnya dengan skor 4.042 dinilai baik -
Saya mengetahui promosi/iklan yang dilakukan oleh Perum Perhutani mengenai kayu jati bundar bagus/menarik
dengan skor 2.500 dinilai kurang baik
-
Saya mengetahui promosi mengenai kayu jati bundar Perhutani jelas dan lengkap dengan
skor 2.583 dinilai kurang baik
- Konsumen mudah dalam mendapatkan informasi seputar mutu, sortimen dan harga kayu jati bundar Perhutani dengan skor 4.375 dinilai baik
Perencanaan Pengendalian - Memberikan harga - memberikan harga diskon yang sesuai dengan bagi pelanggan tetap ukuran dan kualitas - Memberikan harga yang kayu jati bundar murah pada ukuran jati bundar yang lebih kecil (A1) dan memberikan harga tinggi pada ukuran kayu A3 - Melakukan kegiatan - Memberikan promosi promosi penjualan, melalui leaflet, brosur, dan iklan lainnya - Membangun - memberikan harga diskon hubungan kuat bagi pelanggan tetap dengan pelanggan - Sering melakukan komunikasi dengan pelanggan melalui datang ke lokasi pelanggan atau melalui media elektronik - Mendengar opini pelanggan dari produk kayu yang telah dibeli melewati media elektronik atau datang langsung ke lokasi alamat pelanggan - Menjaga hubungan - Memberikan promosi baik dan melalui leaflet, brosur, dan memberikan daftar lainnya informasi yang - Pemberian sistem informasi akurat dan lengkap - Sering melakukan komunikasi dengan pelanggan melalui datang ke lokasi pelanggan atau melalui media elektronik - Mendengar opini pelanggan dari produk kayu yang telah dibeli melewati media elektronik atau datang langsung ke lokasi alamat pelanggan - Menjaga hubungan - Pemberian sistem informasi baik dan memberikan daftar informasi yang akurat dan lengkap
46 Lanjutan Tabel 9 Item - Prosedur pembelian kayu jati bundar dengan Perhutani lebih mudah, sederhana (tidak berbelit), aman dan terjamin dengan skor 4.625 dinilai baik - Memiliki saluran penjualan yang baik dan sederhana dengan skor 4.792 dinilai baik
Perencanaan Pengendalian - Peningkatan sarana - Meningkatkan komunikasi dan prasarana yang baik antara anggota pengangkutan kayu pemasaran dan konsumen jati bundar perhutani saat melakukan transaksi - Meningkatkan pembelian kualitas pelayanan - Meningkatkan pelayanan terhadap konsumen sistem penjualan baru juga pelanggan tetap - Peningkatan sarana - Mengatur sistem manajemen dan prasarana rantai pasok seperti pengangkutan kayu menentukan alokasi dan jati bundar lokasi terminal bahan baku perhutani kayu jati untuk meminimalisasikan biaya total rantai pasok yang terdiri dari biaya pembelian biaya transportasi - Mengkoordinasikan strategi logistik dan membangun kemitraan kuat dengan pelanggan untuk memperbaiki layanan pelanggan dan mengurangi biaya saluran
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pada analisis deskriptif Brand Awareness, produk kayu jati bundar Perhutani yang menjadi top of mind dengan presentase 66.67% dan kayu jati rakyat 33.3%. Hasil brand recall, kayu jati bundar dengan merek Perhutani tetap menjadi unggulan sebanyak 60% dan kayu jati rakyat 40%, karena wilayah Klender Jakarta banyak yang menjadi pelanggan kayu jati bundar Perhutani dibandingkan menjadi pelanggan kayu jati rakyat. Pada analisis brand association, bahwa asosiasi yang menjadi brand image dari produk kayu jati bundar Perum Perhutani wilayah Klender Jakarta adalah asosiasi memiliki keunggulan dibanding produk kayu jati lainnya, asosiasi memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk, asosiasi atribut-atribut (kualitas,layanan, status legalitas/sertifikasi) sudah sesuai dengan harganya, asosiasi kelas mutu dan ukuran kayu jati bundar sudah sesuai permintaan pelanggan, asosiasi mengenali produk secara fisik,asosiasi lebih dikenal sebagai produsen kayu jati dibanding produsen produk lainnya (seperti : wanawisata, kayu rimba, furniture, dll), asosiasi mampu memasok kayu jati bundar secara berkelanjutan, karena memiliki hutan jati, asosiasi Perum Perhutani telah lama memproduksi kayu jati bundar. Pada analisis perceived quality, didapatkan rata-rata nilai pada masing-masing atribut umur kayu jati yang diproduksi Perhutani cukup tua sehingga menghasilkan warna/corak yang indah memiliki nilai rataan paling tinggi sebanyak 5.3% dan paling rendah pada atribut saya mengetahui promosi/iklan yang dilakukan oleh Perum Perhutani mengenai kayu jati bundar bagus/menarik memiliki nilai rataan sebanyak 2.50%. Pada analisis tingkat loyalitas pelanggan produk kayu jati bundar Perhutani wilayah Klender Jakarta, sebagian besar pelanggan masuk dalam tipe Satisfied Buyer 87.5%, Liking the Brand 75%, Switcher 38%, dan Committed Buyer 33%. Sehingga, dapat dikatakan pelanggan memiliki sifat sangat puas terhadap produk kayu jati bundar perhutani untuk wilayah klender. Pada uji korelasi chi square yang dilakukan pada variabel profil pelanggan dan variabel persepsi pelanggan diketahui terdapat empat korelasi yang signifikan yaitu: (1) kelompok pelanggan dengan tempat terjadi transaksi pembelian, (2) persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dan Pemasok lainnya dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber, (3) persepsi pelanggan terhadap dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani dengan persepsi pelanggan terhadap informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar Perum Perhutani dari sumber.
48 Saran Pada hasil persepsi kualitas produk kayu jati bundar Perhutani masyoritas memiliki hasil rentang skala baik dan sangat baik sebaiknya dipertahankan atau ditingkatkan, karena dengan ditingkatkan akan meningkatkan loyalitas konsumen atau pelanggan produk kayu jati bundar Perhutani terutama meningkatkan nilai committed buyer pada brand loyalty. Produk kayu jati bundar Perhutani sebaiknya Melakukan perbaikan dalam mengurangi cacat pada kayu jati bundar seperti cacat bentuk, cacat badan atau cacat bontos dan melakukan peningkatan kegiatan promosi penjualan. Dari hasil wawancara, pelanggan kayu jati bundar Perum Perhutani memberikan saran untuk meningkatkan kualitas pelayanan, memberikan spesifikasi kayu jati sesuai keinginan pelanggan, meningkatkan mutu kayu jati bundar meskipun lebih memiliki keunggulan dibandingkan kayu jati merek lain, meningkatkan sarana dan prasarana pengangkutan kayu jati bundar perhutani, meningkatkan produksi dan volume kayu pada saat lelang dan memperhatikan para pedagang kecil. Dengan mendengar keluhan dari para pelanggan nilai committed buyer akan meningkat, agar pelanggan mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna kayu jati bundar Perum Perhutan
DAFTAR PUSTAKA Aaker D. 1997. Manajemen Brand Equity. Jakarta (ID): Mitra Utama. Durianto D, Sugiarto, Sitinjak T. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Dumanauw JF. 2001. Mengenal Kayu. Yogyakarta (ID): Kanisius. Kayu Jati Tampilan Menawan Sang Primadona. 2012. Majalah Duta Rimba (edisi 42) [internet]. [diunduh 2014 Juli 18]. Tersedia pada: http://issuu.com/perhutani/docs/majalah_duta_rimba_42_mar-apr-2012. Kotler P, Keller KL. 2008. Manajemen Pemasaran (Terjemahan, Jilid 1). Edisi 13.Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Laporan Tahunan Perum Perhutani. 2012. Pemantapan Proses Bisnis Menuju Perhutani Ekselen. Perum Perhutani [internet]. [diunduh 2014 Febuari 12]. Tersedia pada: http://perumperhutani.com/laporan-perusahaan/laporantahunan/. Martawijaya A, Kartasudjana I, Kadir K, dan Prawira SA. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pratama F. 2006. Analisis Brand Equity Pocarie Sweat dalam Persaingan Industri Minuman [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta. Sunda RK. 2011. Analisis Brand Equity Radio Megaswara dalam Persaingan Industri Penyiaran Radio [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2010. Desain Penelitian Manajemen Strategik.Jakarta (ID):Rajawali.
50
LAMPIRAN Lampiran 1 Output uji validitas dan uji reliabilitas brand association produk kayu jati bundar Perum Perhutani lokasi Klender Jakarta dengan SPSS statistic 20 Aso_1
Aso_2
Correlations Aso_3 Aso_4 Aso_5
Pearson 1 -,114 ,342 -,114 Correlation Aso_1 Sig. (2-tailed) ,596 ,102 ,596 N 24 24 24 24 Pearson ** -,114 1 -,143 ,619 Correlation Aso_2 Sig. (2-tailed) ,596 ,505 ,001 N 24 24 24 24 Pearson ,342 -,143 1 ,238 Correlation Aso_3 Sig. (2-tailed) ,102 ,505 ,263 N 24 24 24 24 Pearson ** -,114 ,619 ,238 1 Correlation Aso_4 Sig. (2-tailed) ,596 ,001 ,263 N 24 24 24 24 Pearson ** ** ,522 -,218 ,655 ,073 Correlation Aso_5 Sig. (2-tailed) ,009 ,306 ,001 ,736 N 24 24 24 24 Pearson ,342 -,143 -,143 -,143 Correlation Aso_6 Sig. (2-tailed) ,102 ,505 ,505 ,505 N 24 24 24 24 Pearson ,174 ,364 -,218 ,364 Correlation Aso_7 Sig. (2-tailed) ,416 ,081 ,306 ,081 N 24 24 24 24 Pearson ,270 -,169 ,169 -,169 Correlation Aso_8 Sig. (2-tailed) ,203 ,430 ,430 ,430 N 24 24 24 24 Pearson -,091 ,798 -,114 ,798 Correlation Aso_9 Sig. (2-tailed) ,673 ,000 ,596 ,000** N 24 24 24 24 Pearson ,520 ,408 ,408 ,571 Correlation Jumlah Sig. (2-tailed) ,009 ,048 ,048 ,004 N 24 24 24 24 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Aso_6
Aso_7
Aso_8
Aso_9
Jml
**
,342
,174
,270
-,091
,520**
,009 24
,102 24
,416 24
,203 24
,673 24
,009 24
-,218
-,143
,364
-,169
,306 24
,505 24
,081 24
,430 24
,000 24
,048 24
**
-,143
-,218
,169
-,114
,408
,001 24
,505 24
,306 24
,430 24
,596 24
,048 24
,073
-,143
,364
-,169
,798**
,571**
,736 24
,505 24
,081 24
,430 24
,000 24
,004 24
1
,364
-,111
,516**
-,174
,623**
24
,081 24
,605 24
,010 24
,416 24
,001 24
,364
1
,073
,507*
-,114
,408*
,081 24
24
,736 24
,011 24
,596 24
,048 24
-,111
,073
1
,000
,605 24
,736 24
24
1,000 24
,009 24
,013 24
1
-,135
,482
,017** 24
,522
,655
**
**
,798
**
,522
*
,408
*
*
,498
,516
,507
*
,000
*
,010** 24
,011 24
1,000 24
24
,530 24
-,174
-,114
,522
-,135
1
,520
,416 24
,596 24
,009 24
,530 24
24
,009* 24
,623
,408
,498
,482
,520
1
,001** 24
,048 24
,013 24
,017 24
,009 24
24
51
Lanjutan Lampiran 1 Atribut
r hitung
r tabel
Kesimpulan
Asosiasi 1 Asosiasi 2 Asosiasi 3 Asosiasi 4 Asosiasi 5 Asosiasi 6 Asosiasi 7 Asosiasi 8 Asosiasi 9
0,520 0,408 0,408 0,571 0,623 0,408 0,498 0,482 0,520
0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404
r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel
Case Processing Summary N Valid Cases
% 24
100,0
0
,0
24
100,0
a
Excluded Total
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,605
9
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
Aso_1
6,75
2,109
,371
,562
Aso_2
6,79
2,172
,207
,597
Aso_3
6,79
2,172
,207
,597
Aso_4
6,79
1,998
,398
,549
Aso_5
6,92
1,819
,401
,542
Aso_6
6,79
2,172
,207
,597
Aso_7
6,92
1,993
,244
,594
Aso_8
6,83
2,058
,265
,584
Aso_9
6,75
2,109
,371
,562
52 Lampiran 2 Output hasil uji validitas dan uji reliabilitas perceived quality produk kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta dengan SPSS statistic 20
Pearson Correlation
,206
,389
,435
,223
,000
,007
N 24 24 24 ** Pearson Correlation ,277 1 ,966 PQ_2 Sig. (2-tailed) ,190 ,000 N 24 24 24 Pearson Correlation ,268 ,966** 1 PQ_3 Sig. (2-tailed) ,206 ,000 N 24 24 24 ** ** Pearson Correlation -,184 ,627 ,652 PQ_4 Sig. (2-tailed) ,389 ,001 ,001 N 24 24 24 Pearson Correlation ,167 ,279 ,352 PQ_5 Sig. (2-tailed) ,435 ,186 ,092 N 24 24 24 Pearson Correlation ,258 ,055 ,028 PQ_6 Sig. (2-tailed) ,223 ,798 ,895 N 24 24 24 Pearson Correlation ,782** ,283 ,262 PQ_7 Sig. (2-tailed) ,000 ,180 ,216 N 24 24 24 Pearson Correlation ,539** -,036 -,003 PQ_8 Sig. (2-tailed) ,007 ,868 ,990 N 24 24 24 Pearson Correlation -,278 ,469* ,402 PQ_9 Sig. (2-tailed) ,188 ,021 ,052 N 24 24 24 * Pearson Correlation -,059 ,443 ,378 PQ_10 Sig. (2-tailed) ,784 ,030 ,069 N 24 24 24 Pearson Correlation ,394 ,141 ,138 PQ_11 Sig. (2-tailed) ,057 ,511 ,519 N 24 24 24 Pearson Correlation ,613** -,017 -,044 PQ_12 Sig. (2-tailed) ,001 ,937 ,839 N 24 24 24 Pearson Correlation ,113 -,046 -,064 PQ_13 Sig. (2-tailed) ,599 ,832 ,768 N 24 24 24 ** ** ** Pearson Correlation ,527 ,677 ,653 Jml Sig. (2-tailed) ,008 ,000 ,001 N 24 24 24 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
24 ** ,627 ,001 24 ,652** ,001 24 1
24 ,279 ,186 24 ,352 ,092 24 ,352 ,092 24 1
24 ,055 ,798 24 ,028 ,895 24 ,028 ,895 24 ,610** ,002 24 1
24 ,283 ,180 24 ,262 ,216 24 -,204 ,339 24 ,201 ,345 24 ,342 ,102 24 1
24 -,036 ,868 24 -,003 ,990 24 -,097 ,651 24 ,095 ,660 24 ,254 ,230 24 ,455* ,025 24 1
PQ_1
Sig. (2-tailed)
Correlations PQ_1 PQ_2 PQ_3 PQ_4 PQ_5 PQ_6 PQ_7 PQ_8 ** ** 1 ,277 ,268 -,184 ,167 ,258 ,782 ,539 ,190
24 ,352 ,092 24 ,028 ,895 24 -,204 ,339 24 -,097 ,651 24 ,723** ,000 24 ** ,542 ,006 24 -,178 ,405 24 -,359 ,085 24 -,184 ,389 24 * ,437 ,033 24
24 ,610** ,002 24 ,201 ,345 24 ,095 ,660 24 ,062 ,775 24 ,059 ,783 24 ,268 ,205 24 ,020 ,926 24 ,075 ,729 24 * ,433 ,035 24
24 ,342 ,102 24 ,254 ,230 24 -,059 ,784 24 -,100 ,641 24 ,406* ,049 24 ,385 ,063 24 * ,501 ,013 24 * ,443 ,030 24
24 ,455* ,025 24 -,255 ,228 24 -,185 ,386 24 ,407* ,048 24 ,584** ,003 24 ,166 ,437 24 * ,510 ,011 24
24 -,076 ,723 24 ,076 ,724 24 ,207 ,332 24 ,523** ,009 24 ,138 ,521 24 * ,451 ,027 24
53 Lanjutan Lampiran 2 PQ_9 PQ_1
PQ_2
PQ_3
PQ_4
PQ_5
PQ_6
PQ_7
PQ_8
PQ_9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
PQ_10
-,278 ,188 24 ,469* ,021 24 ,402 ,052 24 ,723** ,000 24 ,062 ,775 24 -,059 ,784 24 -,255 ,228 24 -,076 ,723 24 1
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
24 ,869**
PQ_10 PQ_11 PQ_12 PQ_13 **
Jml **
-,059 ,784 24 ,443* ,030 24 ,378 ,069 24 ,542** ,006 24 ,059 ,783 24 -,100 ,641 24 -,185 ,386 24 ,076 ,724 24 ,869**
,394 ,057 24 ,141 ,511 24 ,138 ,519 24 -,178 ,405 24 ,268 ,205 24 * ,406 ,049 24 ,407* ,048 24 ,207 ,332 24 -,100
,613 ,001 24 -,017 ,937 24 -,044 ,839 24 -,359 ,085 24 ,020 ,926 24 ,385 ,063 24 ,584** ,003 24 ,523** ,009 24 -,133
,113 ,599 24 -,046 ,832 24 -,064 ,768 24 -,184 ,389 24 ,075 ,729 24 * ,501 ,013 24 ,166 ,437 24 ,138 ,521 24 ,014
,527 ,008 24 ,677** ,000 24 ,653** ,001 24 ,437* ,033 24 * ,433 ,035 24 * ,443 ,030 24 ,510* ,011 24 ,451* ,027 24 ,494*
,000
,641
,535
,949
,014
24 1
24 ,014
24 -,117
24 -,087
24 ,531**
,948
,585
,684
,008
24 1
24 ,462*
24 ,709**
24 ,567**
,023
,000
,004
24 1
24 ,586**
24 ,494*
,003
,014
24 1
24 ,422*
,000 24 -,100
24 ,014
,641
,948
24 -,133
24 -,117
24 ,462*
Sig. (2-tailed)
,535
,585
,023
N Pearson Correlation
24 ,014
24 -,087
24 ,709**
24 ,586**
Sig. (2-tailed)
,949
,684
,000
,003
N Pearson Correlation
24 ,494*
24 ,531**
24 ,567**
24 ,494*
24 ,422*
24 1
Sig. (2-tailed) ,014 ,008 ,004 N 24 24 24 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
,014 24
,040 24
24
PQ_11
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
PQ_12
PQ_13
Jml
,040
54 Lanjutan Lampiran 2 Atribut
r hitung
r tabel
Kesimpulan
Atribut 1 Atribut 2 Atribut 3 Atribut 4 Atribut 5 Atribut 6 Atribut 7 Atribut 8 Atribut 9 Atribut 10 Atribut 11 Atribut 12 Atribut 13
0,527 0,677 0,653 0,437 0,433 0,443 0,510 0,451 0,494 0,531 0,567 0,494 0,422
0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404
r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel
Case Processing Summary N Valid Cases
a
Excluded Total
Reliability Statistics
%
Cronbach's Alpha
24
100,0
0
,0
24
100,0
N of Items
,747
13
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
mutu
47,25
49,152
,441
,727
tdkcacatbentuk
48,92
45,123
,584
,707
tdkcacatbadan
49,00
45,739
,558
,711
tdkcacatbontos
49,00
49,130
,310
,737
awetthdprayap
47,04
50,911
,353
,736
warnabagus
46,75
51,935
,388
,738
ukurantepat
47,46
47,998
,393
,729
hargabersaing
48,04
47,868
,294
,741
promosibagus
49,58
45,993
,314
,742
promosijelas
49,50
45,304
,361
,735
mudahdptinfo
47,71
44,216
,398
,730
prosesbelimudah
47,46
47,650
,361
,732
saluranbeliaman
47,29
49,520
,299
,738
55 Lampiran 3 Hasil uji chi square kelompok pelanggan terhadap profil pelanggan Profil pelanggan berdasarkan kelompok pelanggan
Pearson chi square
Asymp. Sig. (2sided)
df
Chi square tabel (α) = 10%
keterangan
Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan
Jabatan pelanggan
7,646
0,469
8
13,362
Lama menjadi pelanggan
3,055
0,802
6
10,645
Tempat terjadi transaksi pembelian Faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perhutani Terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya Dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani Informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar perum Perhutani
18,582 11,700
0,046* 0,165
10 8
15,987 13,362
9,371
0,671
12
18,549
Tidak signifikan
1,612
0,807
4
7,779
Tidak signifikan
7,971
0,436
8
13,362
Tidak signifikan
Lampiran 4 Hasil uji chi square jabatan pelanggan terhadap profil pelanggan dan persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 Profil pelanggan berdasarkan jabatan pelanggan
Pears on chi square
Asymp . Sig. (2sided)
df
Chi square tabel (α) = 10%
keterangan
Lama menjadi pelanggan
10,126
0,605
12
18,549
Tempat terjadi transaksi pembelian
22,991
0,289
20
28,412
Faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perhutani Terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya Dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani Informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar perum Perhutani
21,744
0,152
16
23,542
Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan
18,476
0,425
18
25,989
Tidak signifikan
8,603
0,377
8
13,362
Tidak signifikan
19,305
0,253
16
23,542
Tidak signifikan
56 Lampiran 5 Hasil uji chi square lama menjadi pelanggan terhadap profil pelanggan dan persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 Profil pelanggan berdasarkan lama menjadi pelanggan
Pearson Asymp. chi Sig. (2square sided)
df
Chi square tabel (α) = 10%
keterangan
Tidak signifikan Tidak signifikan
Tempat terjadi transaksi pembelian
21,917
0,110
15
22,307
Faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perhutani Terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya Dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani Informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar perum Perhutani
15,273
0,227
12
18,549
17,766
0,471
18
25,989
Tidak signifikan
3,294
0,771
6
10,645
Tidak signifikan
6,670
0,879
12
18,549
Tidak signifikan
Lampiran 6 Hasil uji chi square tempat terjadi transaksi pembelian terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 Profil pelanggan berdasarkan Tempat terjadi transaksi pembelian Faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perhutani Terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya Dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani Informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar perum Perhutani
Pearson Asymp. chi Sig. (2square sided)
df
Chi square tabel (α) = 10%
keterangan
16,030
0,715
20
28,412
Tidak signifikan
35,377
0,229
30
40,256
Tidak signifikan
6,194
0,799
10
15,987
Tidak signifikan
24,979
0,202
20
28,412
Tidak signifikan
57 Lampiran 7 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar Perhutani terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 Persepsi pelanggan terhadap faktor yang paling di pertimbangkan dalam memutuskan pembelian kayu jati bundar perhutani Terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya Dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani Informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar perum Perhutani
Pearson Asymp. chi Sig. (2square sided)
df
Chi square tabel (α) = 10%
keterangan
22,714
0,537
24
33,196
Tidak signifikan
5,196
0,736
8
13,362
Tidak signifikan
12,457
0,712
16
23,542
Tidak signifikan
Lampiran 8 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 Persepsi pelanggan Terhadap perbedaan kayu jati bundar yang dipasok Perhutani dengan Pemasok lainnya Dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani Informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar perum Perhutani
Pearson Asymp. Sig. (2chi sided) square
df
Chi square tabel (α) = 10%
keterangan
13,871
0,309
12
18,549
Tidak signifikan
59,102
0,000*
24
33,196
signifikan
Lampiran 9 Hasil uji chi square persepsi pelanggan terhadap dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani terhadap persepsi pelanggan dengan SPSS statistic 20 Persepsi pelanggan Terhadap Dari mana anda mendapatkan informasi tentang produk kayu jati bundar dari Perum Perhutani Informasi yang diperoleh mengenai kayu jati bundar perum Perhutani
Pearson Asymp. chi Sig. (2square sided) 15,193
0,055*
df
Chi square tabel (α) = 10%
keterangan
8
13,362
signifikan
58
Lampiran 10 Output hasil uji cochran brand association produk kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta dengan SPSS statistic 20 Frequencies Test Statistics
Value 0 memiliki keunggulan dibanding produk lain memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk kualitas kayu dan layanan sesuai harga
N
1
Cochran's Q 1
23
1
23
Asymp. Sig.
di dunia mengenali secara fisik produk kayu jati perhutani
1
23
6
18
2
22
Q = 16,211 ; α = 0,05 ; df = 9-1 = 8 ; x2(0,05,8) = 15,507
5
19
Iterasi 1 Q > x2(α,df) ; 16,211 > 15,507 ; H0 ditolak
4
20
0
24
dibanding produk lain mampu memasok lebih,karena memiliki hutan sendiri telah lama memproduksi kayu jati bundar
,039
21
Hipotesis pengujian H0 = kemungkinan jawaban „ya‟ adalah sama untuk semua variabel (asosiasi) H1 = kemungkinan jawaban „ya‟ adalah berbeda untuk semua variabel (asosiasi)
lebih dikenal sebagai produsen produk kayu jati
8
3
permintaan merupakan produsen utama
a
16,211
a. 1 is treated as a success.
menawarkan kelas mutu dan harga sesuai
df
24
59
Lanjutan Lampiran 10
Frequencies
Test Statistics Value
memiliki keunggulan dibanding produk lain memiliki program sertifikasi dan standarisasi produk kualitas kayu dan layanan sesuai harga menawarkan kelas mutu dan harga sesuai permintaan mengenali secara fisik produk kayu jati perhutani
0
1
1
23
1
23
3
21
1
23
2
22
5
19
mampu memasok 4
20
0
24
sendiri telah lama memproduksi kayu jati bundar
10,925a
Asymp. Sig.
7 ,142
a. 1 is treated as a success.
dibanding produk lain
lebih,karena memiliki hutan
Cochran's Q
24
df
lebih dikenal sebagai produsen produk kayu jati
N
Hipotesis pengujian H0 = kemungkinan jawaban „ya‟ adalah sama untuk semua variabel (asosiasi) H1 = kemungkinan jawaban „ya‟ adalah berbeda untuk semua variabel (asosiasi) Q = 10,925 ; α = 0,05 ; df = 8-1 = 7 ; x2(0,05,7) = 14,067 Iterasi 2 Q < x2(α,df) ; 10,925 < 14,067 ; H0 diterima
60 Lampiran 11 Output hasil switcher, satisfied buyer,liking the brand, dan committed buyer produk kayu jati bundar Perum Perhutani Klender Jakarta Kepuasan anda membeli produk kayu jati Perum Perhutani
Sangat tidak setuju Tidak setuju Kurang setuju Cukup setuju Setuju Sangat setuju Total Switcher Rata-rata
adalah karena faktor harga Frequency (f) Percent 3 12,5 6 25,0 6 25,0 2 8,3 6 25,0 1 4,2 24 100,0 38% 3,208
x 1 2 3 4 5 6
f.x 3 12 18 8 30 6 77
Bagaimana pendapat anda terhadap kualitas produk kayu jati bundar Perum Perhutani Frequency (f) Percent Sangat tidak puas Tidak puas Kurang puas Cukup puas Puas Sangat puas Total Satisfied buyer Rata-rata
2 1 1 3 16 1 24 87,5 % 4,375
8,3 4,2 4,2 12,5 66,7 4,2 100,0
x
f.x
1 2 3 4 5 6
2 2 3 12 80 6 105
Apakah produk kayu jati bundar Perum Perhutani akan dijadikan sebagai satu-satunya pilihan yang paling dibeli Frequency (f) Percent x f.x Tidak setuju Kurang setuju Cukup setuju Setuju Sangat setuju Total Liking The Brand Rata-rata
4 2 2 15 1 24 75% 3,292
16,7 8,3 8,3 62,5 4,2 100,0
1 2 3 4 5
4 4 6 60 5 79
61 Lanjutan Lampiran 11 Apakah anda pernah menyarankan atau mengajak orang lain untuk membeli produk kayu jati bundar Perum Perhutani Frequency Percent x Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Selalu Total Committed Buyer Rata-rata
4 1 11 3 5 24 33,33% 3,167
16,7 4,2 45,8 12,5 20,8 100,0
f.x
1 2 3 4 5
4 2 33 12 25 76
Apakah anda berencana untuk memebeli produk kayu jati bundar kepada produsen lain Frequency
Valid
YA TIDAK Total
7 17 24
Percent 29,2 70,8 100,0
Valid Percent
Cumulative Percent
29,2 70,8 100,0
29,2 100,0
Dengan kondisi kualitas produk kayu jati bundar Perum Perhutani saat ini apakah anda akan mempromosikan/menyarankan/mengajak orang lain untuk membeli produk kayu jati Perum Perhutani Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
YA TIDAK
22 2
91,7 8,3
91,7 8,3
Total
24
100,0
100,0
Cumulative Percent 91,7 100,0
62 Lampiran 12 Saluran distribusi berdasarkan hasil data primer melalui wawancara
Tempat transaksi pembelian dari Perum Perhutani
Pedagang trader/perantara
Pengolah langsung/end user/pabrikan
Public service obligation/PSO(pengraji n dan warung kayu)
Konsumen
63
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 27 Juni 1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Dermawan Chairul Hasri dan Ibu Suriyati. Penulis melaksanakan pendidikan menengah di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang pada tahun 2005 dan lulus tahun 2008. Penulis diterima pada Program Diploma Manajemen Informatika, Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2011.