ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA JURNAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh :
GHEA WEDYA RANGGA DEWA NIM. 0910640043 - 64
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN MALANG 2014
ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SULAWESI UTARA Ghea Wedya Rangga Dewa 1, Runi Asmaranto 2, Prima Hadi Wicaksono2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang Jalan M.T. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia email :
[email protected] Abstrak DAS Lolak meliputi wilayah seluas 73.11 km2 , terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Analisa stabilitas tubuh Bendungan Lolak meliputi penjabaran kondisi pondasi bendungan untuk mengetahui jenis, kelas batuan, perbaikan pondasi yang dapat diterapkan, dan tegangan vertikal yang bekerja pada pondasi. Analisa kapasitas rembesan dan stabilitas lereng metode Fellenius dan Bishop dihitung manual dan menggunakan program Geostudio 2007. Pondasi batuan Bendungan Lolak didominasi oleh breksi vulkanik dengan nilai permeabilitas rata – rata = 6,35 Lugeon dan RQD (rock quality designation) rata – rata = 51%. Perbaikan pondasi berupa sementasi tirai, sementasi konsolidasi, dan sementasi selimut pada daerah sekitar as bendungan utama. Tegangan vertikal yang bekerja pada pondasi (σzas main dam = 1087,58 kN/m² dan σzas cofferdam = 391,48 kN/m²). Kapasitas rembesan yang terjadi < 1% dari rata – rata debit yang masuk ke dalam waduk, sehingga aman terhadap rembesan. Kecepatan rembesan (Vs =1,49x10-5 cm/dt) masih di bawah kecepatan kritis (Vc = 0,857 cm/dt). Faktor keamanan terhadap piping adalah 4,387 > 4. Dari analisis stabilitas lereng yang telah dilakukan dalam berbagai kondisi masih dalam kategori aman. Kata Kunci : DAS Lolak, Bendungan, Stabilitas Lereng, Fellenius, Bishop Abstract Lolak Watershed covering an area of 73.11 km2, located in Bolaang Mongondow, North Sulawesi. Lolak dam analysis stability, explanation about dam foundation, grade rocks, foundation treatment and vertical stress. Seepage capacity and slope stability using Fellenius and Bishop methods which is calculated manually and used Geostudio 2007 program. Lolak Dam foundation dominated by volcanic breccia which is have permeability value = 6,35 Lugeon and RQD (rock quality designation) = 51%. The foundation treatment are curtain grouting, consolidation grouting, and blanket grouting around the as main dam. Vertical stress in foundation (σzas main dam = 1087,58 kN/m² and σzas cofferdam = 391,48 kN/m²). Seepage capacity < 1% reservoir inflow. Seepage velocity (Vs =1,49x10-5 cm/s) below the critical velocity (Vc = 0,857 cm/s). Piping safety factor 4,387 > 4. Slope stability analysis has been carried out in various conditions, the result are in safe category. Key Word : Lolak watershed, Dam, Slope Stability, Fellenius, Bishop
PENDAHULUAN Air merupakan salah satu bagian terpenting dalam menunjang kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, kebutuhan air semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dari hari ke hari, sedangkan persediaan air yang ada di bumi adalah tetap. Salah satu usaha yang paling efektif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan membangun bendungan. Di dalam pembangunan bendungan, diperlukan analisa stabilitas tubuh bendungan terhadap berbagai kondisi agar bendungan yang direncanakan aman dan sesuai dengan usia guna yang telah direncanakan. Bendungan Lolak memiliki ketinggian sebesar 58 m (EL. puncak +120,00 m), terletak di sungai Lolak, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Bendungan Lolak direncanakan akan difungsikan sebagai bendungan serbaguna. Melihat banyaknya tujuan dari pembangunan Bendungan Lolak serta lokasi pembangunan yang termasuk dalam kategori gempa tinggi, maka perencanaan teknis yang mendetail perlu dilakukan. Antara lain, tentang masalah kondisi geologi pondasi bendungan, perbaikan pondasi, kapasitas rembesan, kemungkinan terjadinya piping, serta kestabilan tubuh bendungan dalam berbagai kondisi. RUMUSAN MASALAH Dengan memperhatikan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian tersebut adalah : 1. Bagaimana kondisi pondasi Bendungan Lolak ? 2. Berapa kapasitas rembesan Bendungan Lolak ? 3. Apakah akan terjadi kemungkinan piping pada Bendungan Lolak ? 4. Berapa angka keamanan stabilitas lereng pada Bendungan Lolak ?
METODOLOGI PENELITIAN Kondisi Geologi Pondasi Bendungan Kondisi geologi pondasi bendungan dapat diketahui dengan nilai Lugeon dan RQD (Rock Quality Designation). Nilai Lugeon dan RQD didapat dari hasil logging bor atau menggunakan rumus berikut : (Sosrodarsono, 1977: 65) (1) dimana : Lu = nilai Lugeon (1 Lu = k (1.10 -5 cm/dt)) Q = debit yang masuk melalui lubang bor (l/menit) p = tekanan uji (kg/cm2) L = panjang bagian yang diuji (m) k = koeffisien permeabilitas (cm/dt) RQD = 100 (0,1 λ + 1) e-0.1 λ
(2)
dimana : RQD = Rock Quality Designation (%) λ = rasio antara jumlah kekar dengan panjang scan-line (kekar/m) (Zakaria, 2002: 3) Kemampuan pondasi Bendungan Lolak dalam memikul tubuh bendungan, menggunakan analisis tegangan vertikal pada pondasi bendungan tepat pada As bendungan. (Hardiyatmo,2007: 27) q = H x γsat
(3)
dimana : q = beban timbunan tubuh bendungan (kN/m²) H = tinggi main dam = 58 m = tinggi cofferdam = 24,75 m sat = berat material timbunan terbesar (kN/m3) = 21,26 kN/m3 Analisa tegangan yang terjadi dibawah pondasi tubuh Bendungan Lolak dibagi menjadi 2, pada main dam dan main cofferdam dengan z = 15 m. Tegangan vertikal pada as bendungan dapat dihitung dengan rumus : σz = (I + I )q
(4)
dimana : σz = tegangan vertikal yang terjadi pada kedalaman z (kN/m²)
I
= faktor pengaruh
Gs (5)
q = beban tubuh bendungan (kN/m²) a = panjang lengan pada bidang miring tubuh bendungan (m) b = panjang lengan pada bidang datar tubuh bendungan (m) z = kedalaman tegangan vertikal pada pondasi (m) = 15 m α1 = sudut pengaruh kedalaman berdasarkan panjang a (radian) α2 = sudut pengaruh kedalaman berdasarkan panjang b (radian) Rembesan Pada Tubuh Bendungan Dasar teori untuk persamaan perhitungan rembesan adalah dengan menggunakan rumus Darcy sebagai berikut : (Sosrodarsono, 1977: 96) Q=A.k.i (6) Q = . k. h . L (7) V=k.i (8) dimana : A = luas penampang basah (m2) k = koefisien permeabilitas (m/dt) i = gradien hidrolis h = tinggi muka air (m) L = panjang profil melintang tubuh bendungan (m) V = kecepatan air rembesan (m/dt) Nf = angka pembagi dari garis trayektori aliran filtrasi Np = angka pembagi dari garis equipotensial Analisa rembesan yang mengindikasikan terjadinya piping, ditentukan berdasarkan faktor keamanan terhadap piping sebagai berikut : (Hardiyatmo, 2007: 36) (9) -
e
= berat jenis material, specific gravity = angka porositas
Stabilitas Lereng Tubuh Bendungan Dalam menganalisa stabilitas lereng Bendungan Lolak digunakan 2 metode yaitu Fellenius dan Bishop, kedua metode ini dihitung secara manual dan menggunakan program Geo-Studio Slope/W 2007. Perhitungan stabilitas lereng dengan metode Fellenius dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Das, 1994: 56) n p
(c.l ( N U N Fs =
e
) tan )
n 1 n p
(11)
(T Te ) n 1
dimana : Fs = faktor keamanan c = angka kohesi tiap pias (kN) l =
b cos
(12)
b = lebar tiap pias (m) α = sudut yang dibentuk jari – jari bidang longsor (o) N = momen yang menahan bidang longsor (kN) U = gaya uplift (kN) Ne= komponen vertikal beban seismis T = momen yang menyebabkan geser Te= komponen tangensial beban seismis Perhitungan stabilitas lereng dengan metode Bishop dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Das, 1994: 59) n p 1 (cb n W n tan ) m ( n ) Fs = n 1 n p (13) (W n sin n g ) n 1
(10)
dimana : FKpiping = minimal 4 Ical = gradien hidraulik debit Icr = gradien hidraulik dari material timbunan atau pondasi
dimana : Fs = faktor keamanan c = angka kohesi tiap pias (kN) b = lebar tiap pias (m) W = gaya berat (kN) θ = sudut tiap zona material timbunan mα= hasil coba – coba dari nilai FS
α = sudut yang dibentuk jari – jari bidang longsor (o) g = komponen tangensial beban seismis Pada saat kondisi gempa, dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Das, 1994: 62) (14) Ad = z . Ac . v (15) dimana : k = koeffisien gempa Ad = percepatan gempa terkoreksi (gal) Ac = percepatan gempa dasar (gal)
z
v g
= koeffisien gempa dasar berdasarkan peta zona gempa wilayah Indonesia = faktor koreksi pengaruh jenis tanah setempat = percepatan gravitasi
Deskripsi Wilayah Studi Lokasi pembangunan Bendungan Lolak tertera pada Gambar , sedangkan zona – zona pada bendungan tertera pada Gambar 2.
Gambar 1. Lokasi Penelitian (Sumber: Anonim, 2008: 20)
Gambar 2. Zona – Zona Pada Tubuh Bendungan (Sumber: Anonim, 2008: 46)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geologi Pada Pondasi Bendungan Lolak Secara khusus investigasi geologi pada pondasi bendungan Lolak dibagi 3, yaitu sandaran kanan (right bank), dasar sungai (riverbed), dan sandaran kiri (left bank). Hasil yang diperoleh setelah melakukan logging bor pada ketiga wilayah tersebut adalah : 1. Sandaran kanan (right bank) Rata – rata nilai Lugeon = 4,90 Rata – rata nilai RQD = 45%
2. Dasar sungai (riverbed) Rata – rata nilai Lugeon = 5,23 Rata – rata nilai RQD = 45% 3. Sandaran kiri (left bank) Rata – rata nilai Lugeon = 6,38 Rata – rata nilai RQD = 55% Dikarenakan nilai Lugeon > 1, nilai RQD < 70%, dan kualitas batuan yang rendah, maka diperlukan perbaikan pondasi. (Anonim, 2005: 13). Gambar perbaikan pondasi tertera pada Gambar 3.
MAIN DAM AXIS
COFFERDAM AXIS
Gambar 3. Perbaikan Pondasi (Grouting) (Sumber: Hasil perhitungan)
Perhitungan tegangan vertikal pada as pondasi bendungan utama (main dam) dan bendungan pengelak (cofferdam) dengan kedalaman z = 15 m adalah : Beban timbunan (q) sat
untuk main dam sat
untuk cofferdam 1. Tegangan vertikal as main dam z = 15 m a = 105,97 m bagian kanan
b = 5 m bagian kanan α 1= 58° = 1,012 bagian kanan α2= 18° = 0,314 bagian kanan a = 95 m bagian kiri b = 5 m bagian kiri α 1 = 59° = 1,029 bagian kiri α 2 = 18° = 0,314 bagian kiri
Rembesan Pada Bendungan Lolak
Pengaruh bagian kanan
Qf = =
Pengaruh bagian kiri
Jadi, tegangan vertikal yang terjadi pada pondasi as main dam pada z = 15 m adalah sebagai berikut,
kN/m² 2. Tegangan vertikal as cofferdam Tegangan vertikal yang terjadi pada pondasi as cofferdam pada z = 15 m adalah sebagai berikut,
.k.h.L
10 x 3,29 x 10 -7 x 52,50 x 15
499,09 = 5,75. 10-3 m3 /dt Jadi kapasitas rembesan yang terjadi sebesar 5,75. 10 -3 m3 /dt . Perhitungan kapasitas rembesan sebelum dan sesudah dilakukan grouting juga dianalisa menggunakan program Geo-Studio Seep/W 2007, yang hasilnya sebagai berikut : 1. Sebelum grouting Qrerata = 5,01. 10 -3 m³/dt. 2. Sesudah grouting Qrerata = 2,64. 10 -4 m³/dt. Dari hasil analisa tersebut diketahui, kapasitas rembesan yang terjadi menjadi lebih kecil setelah grouting diterapkan pada pondasi Bendungan Lolak. Rata-rata kapasitas rembesan (2,64. 10-4 m³/dt) <1% dari Qrerata sungai (0,698 m³/dt). Sehingga dapat dikatakan bahwa grouting yang dilakukan bekerja dengan efektif.
kN/m² garis depresi garis parabola Cassagrande
ELEVASI (m)
0,3 l1 = 3,5 m garis equi-potensial 10 m jarring aliran (flownet)
Gambar 4. Garis Depresi dan Rembesan (Manual) (Sumber: Hasil perhitungan)
0,0053471 m3/dt
Dam Crest
Elevasi (m)
Cofferdam Crest
Jarak (m)
Gambar 5. Rembesan pada NWL el. +114,500 m tanpa grouting (Geo-Seep) (Sumber: Hasil perhitungan)
0,00025850 m3/dt
Dam Crest
Elevasi (m)
Cofferdam Crest
Jarak (m)
Gambar 6. Rembesan pada NWL el. +114,500 m dengan grouting (Geo-Seep) (Sumber: Hasil perhitungan)
Kemungkinan Bahaya Piping 1. Gradien Hidraulik Kritis ( )
3. FK Terhadap Piping = 4,380 Didapatkan hasil perhitungan faktor keamanan terhadap piping > 4) maka, dapat dikatakan tidak akan terjadi peristiwa piping.
2. Gradien Hidraulik Exit (
)
pada kondisi kosong, FWL +119,045 m, NWL +114,500 m, LWL +99,650 m, dan surut tiba – tiba dari NWL ke LWL saat ada beban air dan terjadi gempa.
Stabilitas Lereng Bendungan Lolak Dalam menganalisa stabilitas lereng bendungan Lolak digunakan parameter yang tertera pada Tabel 1. Analisa stabilitas lereng dihitung
Tabel 1. Parameter timbunan dan pondasi bendungan Lolak Material
Zona
k (m/dt)
γsat (kN/m3)
γ (kN/m3 )
γdry (kN/m3)
c (kPa)
θ (o)
1 2 3 4 5 6 -
4.70x10-9 5.43x10-5 1x10-4 3.5x10-4 7.16x10-4 5x10-6 1x10-6
17.50 20.87 21.26 21.26 17.57 21.26 20.56
17.61 17.02 20.99 21.38 16.57 21.38 17.47
19.22 13.86 8.14 16.02 14.83 11.76 13.69
0.00 19.61 0.00 0.00 0.00 37.17 0.00
20.53 30.00 35.00 38.50 28.00 40.00 40.00
Inti (core) Filter Halus Filter Kasar Random Batu Random Tanah Rip Rap Volcanic Breccia
(Sumber: Anonim, 2008: 64)
Keterangan : a = Zona Inti (core) b = Zona Filter Halus c = Zona Filter Kasar d = Zona Random Batu e = Zona Random Tanah f = Zona Rip-rap
Gambar 7. Lingkaran Bidang Longsor Bagian Hulu (Manual) (Sumber: Hasil perhitungan) Keterangan : a = Zona Inti (core) b = Zona Filter Halus c = Zona Filter Kasar d = Zona Random Batu e = Zona Random Tanah f = Zona Rip-rap
Gambar 8. Lingkaran Bidang Longsor Bagian Hilir (Manual) (Sumber: Hasil perhitungan)
1. Perhitungan Manual Metode Fellenius Pada metode ini diberikan contoh perhitungan pada kondisi muka air normal +114,500 m dengan beban gempa pada irisan pias no 3. a. Menentukan pusat bidang longsor dengan cara coba-coba di sepanjang garis vertikal yang melalui titik tengah garis lereng, coba-coba sampai didapatkan angka keamanan minimum. b. Menghitung gaya berat total (Wtot) tiap zona material yang merupakan jumlah dari gaya berat kering (W1) + gaya berat basah (W2). Rip rap Wtot = W1 + W2 = A1 . + A2 . sub = 1,59 . 17,61 + 9,18 . 7,80 = 99,60 kN Random tanah Wtot = 479,24 kN Random batu Wtot = 1196,82 kN c. Menentukan sudut yang dibentuk oleh jari – jari bidang longsor () dengan arah gaya berat masing – masing pias. Nilai = 30,70o d. Menghitung momen yang menyebabkan geser pada bidang longsor tubuh bendungan yakni : Rip rap T = W. sin = 50,85 kN Random tanah T = 244,67 kN Random batu T = 611,03 kN e. Menghitung momen yang menahan bidang longsor, yakni : Rip rap N = W . tan θ = 85,64 kN Random tanah N = 412,08 kN Random batu N = 1029,09 kN f. Menghitung angka kohesi tiap pias, yakni : Rip rap
g.
h.
i.
j.
c’ = c . l = 511,41 kN Random tanah c’ = 0 Random batu c’ = 0 Menghitung koeffisien gempa (k) Ad = z . Ac . v = 1,11 . 247,45 . 0,8 = 197,69 gal Ad k= g = 0,202 Menghitung komponen vertikal (Ne) dan tangensial (Te) beban seismis tiap zona material pada masing – masing pias : Rip rap Te = k . Wtot cos α = 17,30 kN Ne = k . Wtot sin α = 10,27 kN Random tanah Te = 83,24 kN Ne = 49,42 kN Random batu Te = 207,88 kN Ne = 123,43 kN Menghitung gaya uplift (U) saat waduk terisi air, dimana (hw) merupakan ketinggian pias basah menurut zona material timbunan dan (w) merupakan gaya berat air, yakni : Rip rap U = w . hw . l = 9,81 . 0,52 . 11,63 . = 59,33 kN Random tanah U = 381,06 kN Random batu U = 1273,24 kN Prosedur perhitungan di atas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang longsor dihitung, selanjutnya nilai Fs dihitung : n p
Fs =
(c.l ( N U N n 1 n p
Fs = 1,224
(T T ) e
n 1
e
) tan )
Metode Bishop
Pada metode ini diberikan contoh perhitungan pada kondisi muka air normal +114,500 m dengan beban gempa pada irisan pias no 3. a. Melakukan perhitungan yang sama dengan metode Fellenius dari (a – d) b. Menghitung angka kohesi tiap pias, dengan nilai b = 10 yakni : Rip rap c’ = c . b = 371,70 kN Random tanah c’ = 0 Random batu c’ = 0 c. Menghitung koeffisien gempa (k) Nilai (k) sudah dihitung di metode Fellenius sebesar 0,202. d. Menghitung gaya uplift (U) saat waduk terisi air, dimana (hw) merupakan ketinggian pias basah menurut zona material timbunan dan (w) merupakan gaya berat air, yakni : Rip rap U = w . hw = 9,81 . 0,52 . = 5,10 kN Random tanah U = 32,77 kN Random batu U = 109,48 kN e. Menghitung komponen tangensial beban seismis : Rip rap g = k . Wtot. sin = 10,27 kN Random tanah g = 49,42 kN Random batu g = 123,43 kN f. Menghitung momen yang menahan bidang longsor, yakni : Rip rap N = (Wtot – b.U – g) . tan θ = 10,27 kN
Random tanah
N = 49,42 kN Random batu
N = -21,40 kN g. Mencari nilai mdengan mencobacoba nilai faktor keamanan (Fs). Untuk nilai Fs = 1,545, maka : Rip rap tan tan n ) m ( n ) = cos n .(1 Fs = 1,14 Random tanah
m ( n ) = 1,04 Random batu m ( n ) = 1,12
h. Prosedur perhitungan di atas diulang sampai semua pias yang membentuk bidang longsor dihitung, selanjutnya nilai Fs dihitung : n p 1 (cb n W n tan ) m ( n ) F s = n 1 n p (W n sin n g ) n 1
5016,95 3026,65 495,07 F s = 1,545
Fs =
2. Perhitungan dengan Program GeoStudio Slope/W 2007. Dalam perhitungan ini dilakukan dengan 2 metode, yakni metode Fellenius dan Bishop. Pada saat keaadaan gempa, nilai (k) sebesar 0,202 dimasukkan sebagai beban seismis. Analisa stabilitas lereng dilakukan pada berbagai macam kondisi, dengan nilai FSijin bervariasi sesuai kondisi yang terjadi. Berikut merupakan contoh hasil analisa dengan bantuan program GeoStudio Slope/W 2007 yang tertera pada Gambar 9 dan 10.
Elevasi (m)
Dam Crest
Jarak (m)
Gambar 9. Stabilitas Lereng NWL +114,500 m dengan Beban Gempa di Hulu (Geo-Slope) (Sumber: Hasil perhitungan)
Elevasi (m)
Dam Crest
Jarak (m)
Gambar 10. Stabilitas Lereng NWL +114,500 m dengan Beban Gempa di Hilir (Geo-Slope) (Sumber: Hasil perhitungan)
Tabel 2. Rekapitulasi Stabilitas Lereng Bendungan Lolak Bishop hulu hilir 3.607 2.561
FS Hitung (Geo-Studio SLOPE/W 2007) Fellenius Bishop hulu hilir hulu hilir 2.154 1.521 2.462 1.809
FS Hitung (manual) No
Kondisi
FS ijin
1
Kosong
1.200
Fellenius hulu hilir 3.422 1.992
2
FWL (+119,045 m)
1.200
1.822
1.932
1.915
2.492
2.268
1.562
2.709
1.826
3
NWL (+114,500 m)
1.500
1.969
1.992
2.074
2.556
1.873
1.617
2.439
1.901
4
LWL (+99,650 m)
1.500
2.304
1.992
2.374
2.556
1.772
1.624
2.284
1.985
5
Surut tiba - tiba
1.250
2.556
1.456
1.535
1.621
1.815
6
Kosong
1.200
2.286 1.992 2.295 Gempa (k = 0,202) 1.828 1.256 2.859
1.960
1.260
1.205
1.489
1.213
7
FWL (+119,045 m)
1.200
1.213
1.207
1.425
1.905
1.212
1.205
1.226
1.213
8
NWL (+114,500 m)
1.200
1.224
1.256
1.545
1.960
1.212
1.205
1.226
1.215
9 10
LWL (+99,650 m)
1.200
1.295
1.256
1.866
1.960
1.217
1.224
1.223
1.273
Surut tiba - tiba
1.200
1.256
1.256
1.711
1.960
1.210
1.211
1.215
1.224
(Sumber: Hasil perhitungan)
Berdasarkan hasil analisa stabilitas lereng yang telah dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa bendungan Lolak aman terhadap berbagai kondisi, hal ini dikarenakan FS hitung > FS ijin. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kondisi pondasi Bendungan Lolak sebelum dilakukan perbaikan pondasi. Rerata nilai Lugeon = 5,50 Rerata nilai RQD = 50% Rerata kelas batuan D~CM (hancur– sedikit lunak) Dikarenakan nilai Lugeon > 1, RQD < 70%, dan kelas batuan yang rendah, maka diperlukan perbaikan pondasi berupa curtain grouting, consolidation grouting, dan blanket grouting pada sekitar as bendungan. Tegangan vertikal yang bekerja adalah: σzas main dam = 1087,58kN/m² σzas cofferdam = 391,48 kN/m² 2. Kapasitas Rembesan Bendungan Lolak Perhitungan manual Qrerata = 5,75. 10-3 m³/dt. Perhitungan dengan program GeoStudio Seep/W 2007. Sebelum grouting Qrerata = 5,01. 10 -3 m³/dt. Sesudah grouting Qrerata = 2,64. 10 -4 m³/dt. Berdasarkan analisa yang dilakukan, maka perbaikan pondasi yang dilakukan efektif dikarenakan Qrerata < Qrerata sungai. 3. Kemungkinan piping Dari hasil analisa perhitungan faktor keamanan terhadap piping (FK = 4,387 > 4). Maka, dapat dikatakan tidak akan terjadi piping. 4. Stabilitas lereng Bendungan Lolak Berdasarkan analisa perhitungan stabilitas lereng bendungan Lolak aman terhadap semua kondisi.
Hasil perhitungan dari metode Fellenius mempunyai angka keamanan lebih kecil daripada metode Bishop, namun metode Bishop dalam perhitungannya memiliki konsep yang lebih akurat dan teliti, dikarenakan adanya nilai mα sehingga metode Bishop digunakan sebagai acuan dalam menghitung stabilitas lereng bendungan Lolak. Saran Untuk lebih memudahkan analisa daya dukung pada pondasi terhadap beban tubuh bendungan, data - data hasil dari pengeboran inti (borlog) setidaknya harus lengkap sesuai dengan standar yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar, hasil analisa yang di dapat sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Pedoman Grouting Bendungan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 2008. Perencanaan Detail Desain Bendungan Lolak di Kabupaten Mongondow, Bandung: PT. Sapta Adhi Pratama Christady Hardiyatmo, Hary. 2007. Mekanika Tanah 2 Edisi Keempat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Das, Braja M, dkk. 1994. Mekanika Tanah Jilid 2 (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik), Jakarta: Erlangga. Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1977. Bendungan Type Urugan Cetakan Keempat, Jakarta: Pradnya Paramita. Zakaria, Zulfiady. 2002. Geoteknik dan Geomekanika. Bandung: Universitas Padjajaran.